Modul Pendidikan Agama Islam [TM13].

advertisement
MODUL PERKULIAAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAB XII
ISLAM DAN GLOBALISASI
Pokok-Pokok Bahasan
1.
Menyadari mempersiapkan globalisasi
2.
Mengetahui sifat toleransi
3.
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komputer
Informatika
Pertemuaan ke
12
Kode MK
Disusun Oleh
B11151EL
Komarudin, MA
Abstract
Kompetensi
Modul online ini dipergunakan sebagai
Materi perkuliahan Mata Kuliah Agama
Islam di Universitas Mercu Buana
Dengan membaca materi ini Mahasiswa
diharapkan dapat mengenal islam dan
globalisasi
ISLAM DAN GLOBALISASI
Dunia sedang berubah. Komunikasi antar manusia menjadi tanpa batas. Kemajuan
ilmu teknologi, komunikasi, transportasi, dan turisme telah menjadikan dunia sebagai ‘desa
besar’. Di tengah situasi dunia yang berubah itu, dunia Islam mencanangkan abad ke-15 H
ini sebagai abad kebangkitan kembali Islam. Walaupun pelecehan menerpa, umat Islam
tetap optimis menghadapinya. Kebangkitan masa depan tidak bisa hanya dengan
membanggakan kejayaan masa lalu (glory of the past), melainkan dengan mengangkat
derajat umat melalui kualitas iman dan ilmu.
Banyak tantangan menghadang umat. Tanpa analisa dan perencanaan strategis,
umat tidak akan mencapai tujuan bersama untuk renaissance. Umat Islam dapat belajar dari
renaissance Barat. Mantan Presiden Amerika, Richard Nixon, dalam buku terakhirnya
sebelum meninggal, Seize the Moment, America Challenges in One Super Power World,
mengatakan Barat berhutang besar pada dunia Islam untuk renaissance-nya. Untuk
renaissance, Barat berdiri diatas pundak dunia Islam pada masa lalu. Karena itu, kalau
kaum muslimin ingin renaissance pada abad ke-15 H ini, kaum muslimin bisa meniru
skenario masa lalu. Gerak mencapai renaissance dapat kaum muslimin laksanakan dengan
berdiri diatas pundak Barat.
Banyak ilmuwan Muslim dan non-muslim telah menyatakan bahwa Islam adalah
agama yang paling cepat berkembang di dunia, walaupun media massa khususnya media
massa Barat, selalu memberi gambaran buruk tentang Islam. Meskipun media massa
senantiasa menyamakan muslim dengan teroris, ekstremis, dan radikalis, kenyataannya
semakin banyak saja orang terdidik Barat memeluk Islam.
Banyak ilmuwan Barat telah menyatakan bahwa Islam dan Muslim tak lagi berada
nun jauh di sana. Islam dan Muslim sudah berada kini dan di sini, di samping kita sebagai
tetangga atau bahkan menjadi salah satu keluarga. Saat ini inforrmasi tentang Islam harus
dibuat lebih menarik. Sebab daya tarik Islam sebagai agama universal dalam era globalisasi
semakin kuat di seluruh dunia, mulai dari kutub utara hingga kutub selatan. Pasca peristiwa
11 September 2001 lalu, dunia Islam tentu terkena akbat langsung atau tak langsung, baik
negatif maupun positif. Pengaruh positifnya adalah semakin banyaknya orang memiliki minat
mempelajari Islam yang benar.
Secara tekstual sejak 14 abad yang lalu al-qur’an telah menegaskan bahwa Islam
adalah ajaran universal, dimana misi serta klaim kebenaran ajarannya melampaui batasbatas suku, etnis, bangsa dan bahasa. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika
2016
2
Agama Islam
Komarudin, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berbagai
seruan
al-qur’an
banyak
sekali
menggunakan
ungkapan
yang
berciri
kosmopolitanisme ataupun globalisme.
Secara historis-sosiologis, baru abad sekarang ini umat Islam semakin sadar bahwa
Islam benar-benar tertantang memasuki panggung dakwah yang berskala global, yang
antara lain disebabkan oleh revolusi teknologi transportasi dan informatika serta komunikasi.
Ketika sistem informasi dibantu dengan satelit, maka planet bumi seakan menjadi kecil.
Hampir seleuruh sudut bumi, dapat dipotret oleh manusia dan dalam waktu yang bersamaan
gambar dan berbagai penjelasan detailnya disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia.
Kesadaran akan pentingnya Islam mengantisipasi era globalisasi bukan hal baru
bagi umat Islam. Sejak masa Rasulullah Muhammad SAW sampai dengan abad
pertengahan bukti kepemimpinan umat Islam yang dalam peradaban umat manusia tidak
bisa diingkari oleh sejarah. Dimana pada saat yang sama, bangsa Eropa masih jauh
ketinggalan di belakang. Hanya saja sejalan dengan sunnatullah, roda sejarah berputar.
Terdapat faktor-faktor obyektif yang bisa dikaji secara ilmiah mengapa dunia Islam merosot
perannya dalam kepemimpinan dunia dan kemudian diambil alih oleh Barat.
Dilihat dari segi positifnya, era globalisasi ini sesungguhnya merupakan peluang bagi
Islam untuk kembali berperan aktif dalam percaturan dunia, terutama untuk ikut serta
menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. Islam memiliki doktrin, bukan sekedar gagasan, yang
jelas dan secara konseptual siap diuji mengenai isu hak asasi manusia, paham demokrasi,
prinsip-prinsip keadilan, etika politik, etika bisnis, dan lain sebagainya yang sementara ini
belum dikenal oleh masyarakat dunia karena dikalahkan oleh isu-isu terorisme dan perang
yang memang terjadi di dunia Islam.
Atas kenyataan yang tidak menyenangkan tersebut walaupun citra negatif tentang
Islam itu tidak benar, kaum Muslim tidak perlu meratapi diri sehingga tidak kreatif. Khusus
bagi Indonesia, negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia yang dahulu tidak
banyak dikenal dunia luar, secara perlahan namun pasti posisinya semakin diperhitungkan
jika pun umat Islam Indonesia tidak memiliki khazanah kebudayaan dan prestasi intelektual
keislaman sebagai warisan masa lalu, hal ini tidak berarti Islam di Indonesia posisinya
selamanya marginal.
Banyak problem yang menerpa umat Islam memasuki milenium ketiga ini. Belum
selesai dengan penjajahan dan kemiskinan, umat Islam dipojokkan dengan isu terorisme.
Pada dasarnya definisi terorisme tidak terlepas dari pertarungan kepentingan. Dengan kata
lain, bisa jadi tidak ada umat Islam yang menjadi teroris. Ada pihak-pihak tertentu yang
berupaya memojokkan umat Islam. Namun tidak bisa dipungkiri pula jika dalam tubuh umat
2016
3
Agama Islam
Komarudin, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Islam tersimpan benih-benih kejengkelan terhadap masyarakat Barat yang telah berlaku
tidak proporsional terhadap umat Islam. Disinilah pentingnya untuk mengklarifikasi kepada
masyarakat internasional dan menyebarkan ajaran perdamaian yang menjadi intisari dari
agama Islam.
Kaum Muslim perlu menggarisbawahi bahwa perbedaan suku dan bangsa
dimaksudkan Allah sebagai arena saling mengenal dan memahami. Perbedaan suku dan
bangsa menimbulkan konsekuensi munculnya tradisi, kebudayaan, cara pandang, dan nilainilai. Karena itu perbedaan adalah suatu kekayaan yang tak ternilai harganya.
Kesalahpahaman sering terjadi antara masyarakat Barat dan Islam. Hal ini bisa jadi lantaran
kurangnya pengenalan masing-masing pihak terhadap yang lain. Hubungan yang tidak
harmonis, sebagaimana ditulis dalam sejarah Islam dan Barat salah satu faktornya adalah
tidak adanya perkenalan yang mendalam satu sama lain.
Islam adalah agama perdamaian. Kontribusi Islam untuk perdamaian dunia dan
regional, sedemikian besar dalam sejarah umat manusia. Menurut Islam, tujuan utama
penciptaan manusia adalah saling mengenal dan hidup dalam damai. Kaum Muslim tidak
diizinkan untuk berperang kecuali mereka diusir dari rumah-rumah mereka karena masalah
agama. Allah SWT berfirman :
”Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Kuasa menolong mereka; yaitu orang-orang yang telah diusir dari
kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka
berkata:”Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tidak menolak
(keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah
dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orag
Yahudi dan masjid-masjid, yang didalamnya banyak disebut nama Allah pasti
menolong orang yang menolong agama-Nya. Sesungguhnya Allah benarbenar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”.
Sebagai kaum Muslim tentu saja menyayangkan jika ada pandangan terutama dari
Barat yang menuduh bahwa Islam sebagai agama pedang. Namun kita juga tidak boleh
menggeneralisasi bahwa semua masyarakat Barat menilai Islam sebagai agama pedang.
Karena faktanya terdapat juga orang Barat yang berpandangan sangat apresiatif terhadap
kiprah Islam. Kekerasan bukanlah sejarah yang identik dengan umat Islam. Meluasnya
pengaruh Islam ke penjuru dunia dan konversi agama dari non-Islam ke Islam tidak di
dukung oleh militer sebagai faktor utamanya, melainkan oleh nilai-nilai yang ditawarkan
2016
4
Agama Islam
Komarudin, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Islam yakni pembebasan (futuhat) dan perdamaian (salam). Sejarah menceritakan bahwa
ketika Nabi Muhammad SAW pindah ke Madinah, beliau menandatangani sebuah
kesepakatan dengan para pemimpin berbagai agama, termasuk Yahudi dan Kristen.
Dokumen kesepakatan tersebut dikenal dengan Konstitusi Madinah (Mitsaq al-Madinah).
Konstitusi ini menyatakan bahwa Muslim bersedia hidup bersama secara damai dengan
non-muslim.
Fakta sejarah lainnya adalah masyarakat Yaman tetap mengakui
agama kuno
mereka selama 3 abad setelah penaklukan Islam disana. Begitu pula masyarakat Persia,
yang sekarang disebut Iran. Umat Islam tidak pernah memaksa penduduk Spanyol memeluk
Islam. Justru masyarakat Eropa berbondong-bondong menziarahi Spanyol untuk belajar
kepada umat Islam. Pada masa itu, peradaban umat Islam jauh lebih maju dari pada
peradaban Eropa. Bahkan sejarah pencerahan (renaissance) di Eropa tidak terlepas dari
besarnya pengaruh peradaban Islam disana.
Sikap moderat dan toleransi kaum Muslim juga ditunjukkan dalam sejarah India.
Wilayah anak-benua itu selama berabad-abad berada dibawah kekuasaan Muslim, tapi
masyarakat lokal tetap memeluk agama Hindu. Hanya mereka yang secara sukarela
meninggalkan agama mereka sebelumnya untuk kemudian memeluk agama Islam. Islam
juga mengajarkan kesetaraan (equality) di kalangan masyarakat. Setiap orang setara di
hadapan Allah, kecuali dalam kualitas iman dan ketaatan mereka kepada Allah. Doktrin
kesetaraan ini menyerang basis sistem kasta yang dipraktikkan oleh agama lainnya, yang
mempercepat konversi damai dan sukarela masyarakat lokal kepada agama Islam
sepanjang abad ke-13 hingga 16.
Pandangan Barat tentang Islam adalah sebuah pandangan yang tidak sepenuhnya
dapat dibenarkan. Aksi teror yang terjadi di beberapa negara biasanya terkait dengan
perjuangan kemerdekaan, Palestina adalah salah satu contohnya. Namun kaum Muslimin
juga tidak menyetujui penggunaan kekerasan yang dipraktekkan secara sporadis itu. Sebab
perjuangan dengan kekerasan belum tentu menghasilkan seperti yang diinginkan. Dalam
faktanya justru sering memperkeruh suasana. Masyarakat Barat perlu menyadari bahwa
Islam, seperti agama-agama lain, mengajarkan nilai-nilai yang mulia mengenai perdamaian
dan cinta kepada umat manusia. Barat juga harus sadar akan fakta bahwa sebagaimana
agama yang lain yang benar, terdapat keragaman luar biasa dalam Islam.
Agama manapun di dunia ini, terlebih Islam, pada prinsipnya membawa misi
kemanusiaan dan memberi penghargaan tinggi terhadap nilai-nilai kemanusiaan, namun
dalam kenyataannya tidak demikian. Berbagai tindak kekerasan, kerusuhan, dan
2016
5
Agama Islam
Komarudin, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ketidakadilan, sering kali melibatkan sentimen agama. Kenyataan ini pada gilirannya
menimbulkan persepsi negatif terhadap Islam.
Radikalisme dan segala bentuk kekerasan yang membawa bendera Islam yang
terjadi di Indonesia akhir-akhir ini sesungguhnya bukan hal baru. Gerakan-gerakan radikal
telah ada sejak Rasulullah SAW wafat. Tampilnya gerakan Islam telah memberikan warna
negatif dalam kehidupan bermasyarakat saat ini, sehingga menimbulkan gangguan sosial.
Abdul Aziz Sachedina melalui bukunya “Kesetaraan Kaum Beriman; Akar Pluralisme
Demokratis dalam Islam”, menegaskan bahwa akar ketegangan dan intoleransi, baik karena
perbedaan paham diantara kaum Muslim maupun karena perbedaan agama, disebabkan
pola pikirnya telah terperangkap oleh formula tafsir atas kebaikan dan kebenaran yang
hanya bagi kelompok sendiri dan versi kelompoknya sendiri. Sementara itu, penafsiran atas
kebenaran yang dilakukan pihak lain dinilai salah, palsu, menyesatkan, dan masuk neraka.
Persepsi demikian melahirkan klaim kebenaran dan janji keselematan hanya dalam
agamanya; sikap keberagaman menjadi eksklusif yang kemudian melahirkan suasana saling
curiga antar manusia atas nama Tuhan.
Fenomena ini tentu saja sangat mengkhawatirkan bagi keutuhan tatanan sosial
masyarakat. Setiap orang memang berhak berpegang teguh pada keyakinan dan tafsir atas
kebenaran masing-masing. Namun, bagaimana agar keyakinan itu tidak membuat penilaian
negatif terhadap orang atau kelompok yang berbeda keyakinannya. Apalagi jika
implementasi ide itu ditempuh dengan tindakan refresif dan radikal (atas nama agama).
Klaim kebenaran atas suatu paham keagamaan dan “penghakiman” terhadap paham lain
sebagai sesat (dan tentu saja masuk neraka) perlu dikikis habis. Jika sikap ‘memandang
sebelah mata’ itu masih tumbuh subur, maka membangun toleransi kehidupan beragama
akan sulit terwujud.
Jika semua pihak bersikap dewasa dalam menghadapi perbedaan itu, maka segala
perbedaan dan dinamika tersebut akan tumbuh secara alamiah. Dan tidak perlu risau
dengan
perbedaan
pendapat.
Karena
sesungguhnya
perbedaan
adalah
rahmat
sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah. Sikap yang bijak dalam menyikapi silang pendapat
menunjukkan tingginya toleransi beragama dan toleransi itu pula yang akan membuahkan
perdamaian. Satu sama lain saling menghargai, saling memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada semua orang untuk berekspresi. Jika terus berselisih dan berkutat
dalam masalah-masalah perbedaan penafsiran, maka akan sulit bagi Islam untuk kembali
membangun peradaban. Pembebasan manusia dari ketertindasan, penegakkan keadilan,
2016
6
Agama Islam
Komarudin, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
persamaan derajat, dan tentu saja terciptanya perdamaian diantara sesama manusia adalah
proyek besar yang menjadi tantangan abad global.
Program pembangunan untuk kesejahteraan dan kemaslahatan umat, memerlukan
kondisi aman dan damai. Sebailknya, dalam masyarakat yang selalu dihinggapi rasa resah
dan khawatir karena adanya gesekan-gesekan yang dikarenakan perbedaan penafsiran
akan membuat kegiatan-kegiatan sehari-harinya tidak akan bisa dilaksanakan secara
maksimal karena rasa tenang menjadi salah satu faktor suksesnya beraktifitas.
Tingkat kreativitas dan produktivitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh stabilitas
sosial, politik, dan keamanan. Dimana pun di dunia ini, negara yang disibukkan oleh
masalah-masalah keamanan dalam negeri hampir selalu terbelakang. Mereka tidak bisa
membangun peradaban karena terus-menerus mengurus soal kemanan dan menangani
konflik berkepanjangan. Sebaliknya, negara-negara yang berperadaban tinggi adalah
negara-negara yang keamanannya stabil dan masyarakatnya hidup rukun.
Misi damai Islam harus diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang majemuk, baik karena berbeda agama maupun suku. Islam bukan hanya
menghargai orang yang seagama, tetapi juga sangat menghargai umat yang berbeda
agama. Hal ini bisa kita teladani dari sikap Nabi Muhammad SAW ketika ada iring-iringan
jenazah non-Muslim lewat, Nabi langsung berdiri sebagai tanda sikap hormat.
Semua agama dan budaya masyarakat pada dasarnya memiliki semangat untuk
mewujudkan keadilan dan perdamaian dalam rangka membangun serta memakmurkan
bumi. Hilangnya perdamaian berarti misi agama Islam telah terdistorsi. Konflik, kerusuhan,
dan berbagai aksi kekerasan dan terorisme telah menyebabkan dunia menjadi gersang, dan
kenyamanan beragama menjadi sirna
Dunia telah menjadi ”DESA BESAR”, Dunia tanpa Batas (pelaksanaan Haji,
Pertandingan Sepak Boladll, bisa dilihat secara langsung
Umat Islam harus bangkit dari stereotip yang
buruk:
a. Saat ini ada konotasi Islam dengan teroris
b. Orang Isalm masih banyak yang berpendidikan dan beriptek rendah
c. Orang Islam masih banyak yang berpenghasilan rendah atau miskin
d. Umat Islam harus bangkit, tegak dan menjadi umat yang disegani
2016
7
Agama Islam
Komarudin, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
e. Umat Islam tidak boleh hanya bangga dengan agamanya tanpa melaksanakannya,
dan bangga terhadap sejarah tanpa bisa mengukirnya.
Umat Isalm harus jadi umat yang ulet, tekun, bs dan selau berdoa kepada Allah
Al-Quran telah menegaskan bahwa Islam adalah ajaran universa, di mana misi serta
klaim kebenaran ajarannya melampaui batas-batas suku, etnis, bangsa dan bahasa.
Era globalisasi inin sesungguhnya merupakan peluang bagi Islam untuk kembali
berperan aktif dalam percaturan dunia, terutama untuk ikut serta menegakkan nilai-nilai
kemanusiaan. Islam memiliki doktrin, bukan sekedar gagasan, yang jelas dan secara
konseptual siap diuji mengenai isu hak asasi manusia, paha, demokrasi, prinsip-prinsip
keadilan, etika politik, etika bisnis.
Khusus bagi
Indonesia, harus memiliki khazanah kebudayaan dan prestasi
intelektual keislaman sehingga posisi Islam tidak selamanya marginal.
Islam tidak identik dengan kekerasan, bom, dan jihad dalam arti terorisme. Umat
Islam harus dapat menunjukkan diri, bahwa untuk mencapai tujuan dapat dilakukan dengan
Islam yang damai.
”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang pailing mulia di antara kamu di sisi Allah adalah
orang yang paling bertakwa dia antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengenal (al-Hujarat [49]:13)
1. Allah menciptakan berbagai suku dan bangsa untuk
saling mengenal
2. Kesalahpahaman harus diselesaikan dengan damai
dan perundingan bukan perang.
3. Penyebaran Islam dilakukan dengan pembebasan dan perdamaian bukan perang
2016
8
Agama Islam
Komarudin, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Islam mengajarkan kesetaraan
Islam membawa misi kemanusiaan & memberi penghargaan tinggi terhadap nilainilai kemanusiaan, dan tidak menyukai tindakan ketidak adilan, dengan melibatkan sentimen
Agama.
Tindakan radikalisme sebagian umat Islam dalam
melaksanakan dakwah dalam memberantas kemaksiatan
dan menimbulkan kerusakan dapat membuat citra Islam
kurang baik
2016
9
Agama Islam
Komarudin, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download