Psi Kepribadian (Sullivan)

advertisement
Psikologi Kepribadian II:
Harry Stack Sulivan
Naftalia Kusumawardhani
Fakultas Psikologi
UPH Surabaya
Asumsi Dasar


1.
2.
Sullivan yakin bahwa
kepribadian itu adalah sistem
energy
Energi dapat dibagi 2 yaitu :
Tension : potensi energi untuk
bertindak
Transformasi energi : tindakan
itu sendiri
Tension


1.
2.
Potensi seseorang untuk bertindak
yang bisa jadi disadari maupun tidak
disadari
Dibedakan menjadi 2 tingkatan :
Needs (kebutuhan)
Anxiety (kecemasan)
Tension Level 1: Needs



Kebutuhan merupakan bagian dari hidup
manusia yang akan terjadi berulang kali
Menandakan ketidakseimbangan
antara individu dengan
fisiokimiawi baik di dalam
dirinya maupun di luar
dirinya
Meskipun needs merupakan
komponen biologis, tetapi
banyak juga berakar dari
interaksi sosial
Tension Level 1: Needs


Kebutuhan interpersonal dasar yaitu
kelembutan  kebutuhan umum
Semakin besar seseorang maka
kebutuhannya akan semakin
bertambah, cth seorang bayi yang
tadinya puas dengan air, makan, dsb
tapi makin menginginkan energi yang
lebih banyak
Tension Level 2 : Anxiety


Dibandingkan dengan needs, tindakan
ketika cemas tidak jelas, ambigu, dsb
Asal mula anxiety ini bermula dari
orangtua ke anaknya
melalui proses yang
disebut dengan empati
Tension Level 2 : Anxiety

Seringkali orangtua (ibu) tidak
memahami ekspresi kecemasan
bayinya, cenderung salah mengartikan
kecemasan dengan rasa lapar
Tension Level 2 : Anxiety


Anxiety terjadi juga pada individu dewasa
dan berakibat tidak bisa belajar, kerusakan
memory, persepsi sempit, dan mungkin juga
amnesia
Bila anxiety ini diwujudkan dalam perilaku
maka perilaku itu mempunyai 3 fungsi : 1)
mencegah indv belajar dari kesalahannya,
2) membuat indv tetap mencari rasa aman
yang kekanak-kanakan, dan 3) membuat
indv tidak akan belajar dari pengalamannya
Energy Transformations


Tension yang diwujudkan dalam bentuk
perilaku baik tampak maupun perilaku tidak
tampak disebut transformasi energi
Transformasi energi yang
membentuk pola perilaku
tertentu, relatif permanen
dan merupakan karakteristik
individu disebut dinamisms
Dynamisms
Dynamisms
Related tension
Related Zones
Disjunctive
Isolating
Conjuctive
Perilaku yang
merusak
(malevolence)
Lust
Behaviour
Intimacy dan
Self-system
Malevolence




Disjunctive dynamisms
Bermula dari sekitar usia 2-3 tahun ketika anak
mengalami kecemasan, ditolak dan sebagainya
Ketika orangtua mengatasi perilaku disjunctive ini
dengan pukulan fisik atau tidak memberikan
hadiah, maka anak akan menahan ekspresi akan
kelembutan dan mengembangkan perilaku
malevolent
Bentuk perilaku malevolence ini bermacammacam yang intinya menunjukkan perilaku anti
sosial
Lust



Isolating tendency
Tidak membutuhkan orang lain untuk
memuaskan kebutuhan ini  hanya
objek saja
Kuat manifestasinya pada saat remaja
berlanjut hingga masa dewasa
Self-System





Lebih kompleks dari level sebelumnya
Merupakan perilaku yang konsisten yang
membantu rasa aman individu terhadap
serangan kecemasan
Muncul lebih dulu dari intimacy sekitar 1218 bulan
Membangun harga diri dan citra diri
Security operations  bertujuan untuk
mempertahankan rasa aman dari
ketegangan hubungan antar manusia
Self-System : Dissociation



Dua model security operations :
dissociation dan selective inattention
Disosiasi : impuls, hasrat, dan
kebutuhan yang ditolak secara sadar
Perilaku yang dirasakan tidak sesuai
dengan self-system akan ditolak bukan
berarti hal itu hilang tetapi akan tetap
mempengaruhi secara bawah sadar
Self-System : Dissociation


Manifestasi dalam mimpi, lamunan,
dan aktivitas tidak disadari lainnya
Pengalaman yang tidak sesuai dengan
prinsip hidupnya akan ditolak secara
sadar, contoh : berbohong, korupsi,
merasa dilecehkan, dsb
Self-system :
Selective Inattention



Penolakan untuk melihat hal-hal yang
tidak kita inginkan
Berbeda dengan disasosiasi dalam hal
tingkatan dan asal muasalnya
Contoh : citra diri sebagai remaja
berprestasi  tidak terpikir untuk
melakukan tindakan merusak di mana
pun dia berada
Level of Cognition



Ada 3 level kognisi : prototatic, parataxic
dan syntatic
Prototatic : paling dasar, pada individu
dewasa  sensasi yang tidak bisa
diungkapkan dengan kata-kata
Parataxic : prelogical dan hasil dari asosiasi
sso ketika mereka berusaha untuk
memaknai 2 pengalaman yang terjadi
bersamaan
Level of Cognition :
Parataxic


Parataxic : dikondisikan oleh lingkungan
 lewat di depan sso harus bilang
“permisi”, butuh sst bilang “minta tolong”,
dsb
Distorsi parataxic ini terjadi ketika
pemaknaan hubungan antar peristiwa
tidak logis sehingga membentuk
keyakinan irrasional  cinta identik
dengan hubungan seksual
Level of Cognition :
Syntaxic
Syntaxic : pengalaman ini lebih
dapat dipertanggungjawabkan dan
objektif
 Dapat dikomunikasikan pada orang
lain
 Contoh : kata-kata dan postur tubuh
(gesture)

Psychological Disorders

Sullivan yakin bahwa semua gangguan
psikologis berakar dari hubungan antar
manusia; oleh karena itu hanya dapat
dipahami melalui lingkungan sosial
individu yang bersangkutan
Download