Materi Kuliah ke 9 Marketing Product, Services, and Branding Strategy Tujuan Instruksional Khusus setelah mempelajari bab ini, anda diharapkan mampu untuk: 1. Menjelaskan tentang produk dan klasifikasi produk-produk dan jasa-jasa. 2. Menjelaskan bagaimana perusahaan-perusahaan membuat keputusankeputusan mengenai produk-produk tunggal, jasa-jasa, lini produk, dan ragam atau produk campuran. 3. Mendiskusikan strategi “branding” – keputusan-keputusan perusahaan yang dibuat untuk membangun dan mengelola “brands” mereka. 4. Mengenali empat karakteristik yang mempengaruhi marketing jasa dan pertimbangan-pertimbangan lainnya. 5. Mendiskusikan dua isu-isu produk tambahan (additional product issues): keputusan-keputusan produk internasional dan marketing jasa yang bertanggung jawab secara sosial. Previewing the concepts Bab ini akan membahas lebih mendalam mengenai bauran pemasaran pemasaran (the marketing mix): perangkat taktis yang marketer gunakan untuk mengimplementasikan strategi-strategi mereka. Pada bab ini dan bab-bab selanjutnya, akan membahas bagaimana perusahaan mengembangkan dan mengelola produk-produk dan brands mereka. Produk biasanya adalah yang pertama dan pertimbangan marketing paling penting. Dimulai dengan pertanyaan yang kelihatannya sederhana: “What is a product? The answer’s not so simple.” I. What is a Product? Sebuah pemutar DVD Sony, sebuah mobil Ford Taurus, paket liburan di Costa Rican, secangkir Coffe Mocha di Starbucks, pelayanan investasi on-line, dan nasehat/konsultasi dari dokter keluarga -- semuanya adalah produk. Definisi produk: segala sesuatu yan dapat ditawarkan kepada pasar karena menarik untuk dimiliki, digunakan, dikosumsi, dan yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Produk meliputi tidak hanya barang-barang yang terlihat secara fisik. Produk diartikan lebih luas yaitu meliputi objek-objek fisik, jasa-jasa, events, orangorang, tempat-tempat, organisasi-organisasi, ide-ide, atau gabungan keseluruhan yang disebut di atas. 1.1. Products, Services, and Experiences Produk adalah unsur penting dalam penawaran pasar (market offering). Penawaran perusahaan ke pasar seringkali termasuk barang-barang “tangible” dan “intangible.” Di ekstrim yang satu -- penawaran mungkin terdiri dari barang-barang tangible sesungguhnya, seperti: sabun, pasta-gigi – tidak ada jasa yang menyertai produk. Di ekstrim yang lain, benar-benar murni jasa (pure services), dimana penawaran terdiri dari hanya sebuah jasa. Contohnya, pemeriksaan oleh seorang dokter atau pelayanan keuangan. Di antara ke dua ekstrim ini, banyak kemungkinan berupa kombinasi-kombinasi barang-barang dan jasa-jasa. Sekarang ini, hampir semua perusahaan telah menata kembali barang-barang dan jasa-jasa tradisionalnya untuk menghasilkan experiences. ‘12 1 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Sebagai contoh, pelanggan-pelanggan Starbucks membayar lebih, bukan hanya untuk sekedar minum kopi. Perusahaan ini berusaha menyenangkan kustomer dengan tulisan puisi-puisi yang ditempatkan dan dipajang di dinding, dengan suasana interior modern tapi ramah, yang membuat pengunjung merasakan lebih puas dan sangat menyenangkan. Perusahaan-perusahaan yang merealisasikan experiences ke pasar, maka kustomer akan membeli lebih sering/banyak, dibandingkan perusahaan yang menawarkan hanya produk atau jasa semata. 1.2. Levels of Product and Services Perencana produk perlu memikirkan mengenai produk-produk dan jasa-jasa berdasarkan tiga tahapan (lihat Figure 8.1). Dimana masing-masing tahap menambahkan lebih banyak nilai pelanggan (more customer value). Tahap pertama, yang paling mendasar adalah “the core benefit” yang ditujukan untuk menjawab pertanyaan: “What is the buyer really buying?” Ketika mendisain produk, pertama-tama marketer harus menentukan “the core benefit” pemecahan masalah atau jasa-jasa yang dicari konsumer. Seorang wanita membeli lipstik sebenarnya tidak hanya membeli pewarna bibir semata. Charles Revson dari Revlon melihat ini sejak awal: “In the factory, we make cosmetics; in the store we sell hope.” Pada tahap ke-dua, perencana produk harus mengubah “The core benefit” menjadi suatu produk aktual/nyata. Perencana perlu untuk mengembangkan keunikan atau keistimewaan produk atau jasa, disain, tingkat kualitas, nama brand, dan kemasannya. Sebagai contoh, Camcorder (kamera perekam) adalah sebuah produk aktual. Nama, komponennya, style, keistimewaan, kemasannya, dan kelengkapankelengkapan lain telah dipadukan secara hati-hati untuk memberikan “the core benefit” --- suatu cara yang tepat untuk menangkap, merekam momen-momen penting dengan kualitas tinggi. Terakhir, perencana produk harus membuat suatu produk menjadi berkembang atau banyak atau meningkat dari “the core benefit” dan “actual product” dengan menawarkan tambahan benefit-benefit dan layanan-layanan kepada konsumer ‘12 2 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Contoh, Sony harus menawarkan tidak hanya sebuah “camcorder”. Sony harus menawarkan kepada konsumer suatu solusi lengkap atas masalahmasalah dalam pengambilan gambar. Sehingga, ketika konsumer membeli sebuah “camcorder Sony”, maka Sony dan para dealernya juga menawarkan bagaimana menggunakan camcorder, layanan sevice yang cepat jika diperlukan, dan nomor telepon bebas biaya untuk menelepon jika konsumer mendapat masalah atau untuk bertanya. 13. Product and Service Classifications Produk-produk dan jasa-jasa dibagi menjadi dua kelompok besar berdasarkan tipe konsumer yang menggunakannya --- consumer products and industrial roducts. Pengertian secara luas, produk-produk juga meliputi entitas-entitas lain yang dapat dipasarkan seperti: pengalaman-pengalaman, organisasiorganisasi, orang-orang, tempat dan ide-ide. Consumer Product Produk konsumer ialah produk yang dibeli konsumer akhir (final consumer) untuk konsumsi pribadi. Marketer biasanya mengklasifikasikan produk-produk dan jasa-jasa ini berdasarkan pada bagaimana konsumer melakukan pembeliannya. Produk konsumer termasuk: convenience product, shopping product, specialty product, dan unsought products. Produk-produk ini berbeda dalam cara-cara konsumen membelinya, begitu juga dalam hal memasarkannya (lihat tabel 8.1) Industrial Products Produk-produk industri adalah produk-produk yang dibeli untuk diproses lebih lanjut atau untuk digunakan dalam menjalankan suatu bisnis. Sehingga perbedaan antara sebuah produk konsumer dan produk industri adalah berdasarkan atas tujuan untuk apa produk tersebut dibeli. Jika konsumer membeli sebuah mesin pemotong rumput untuk digunakan di sekitar halaman rumah, maka produk ini adalah sebuah produk konsumen. Jika produk yang sama dibeli untuk digunakan dalam bisnis landscaping (pertamanan), maka produk ini adalah sebuah produk industri. ‘12 3 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Ada tiga kelompok produk dan jasa industri, yaitu meliputi: materials dan suku cadang, capital items, dan supplies serta jasa-jasa. Materials dan Sukucadang (parts) meliputi bahan mentah (raw materials), manufactured materials dan suku-cadang (parts). Raw materials terdiri dari produk-produk pertanian (buah-buahan, kapas, ternak, sayuran) dan produk-produk alam (ikan, kayu, minyak mentah, biji besi, dll). Manufactured materials dan parts meliputi material-material komponen (besi, benang, semen, kawat baja) dan komponen parts (motor kecil, ban, castings). Umumnya material manufactur dan parts dijual langsung ke penggunapengguna industri. Harga dan pelayanan adalah faktor-faktor marketing yang penting; sementara “branding dan ads” cenderung kurang penting. Capital items adalah produk-produk industri yang mendukung produksi atau operasi (dipihak pembeli), termasuk instalasi dan peralatan pelengkap (accessory equipment). Instalasi terdiri dari pembelian-pembelian penting seperti gedung-gedung, bangunan (pabrik-pabrik dan kantor-kantor), dan peralatan lengkap (generator, mesin bor, sistem-sistem komputer berkapasitas besar, elevator, dll). Accessory equipment termasuk peralatan pabrik portable dan tools (hand tools, lift trucks) dan peralatan kantor (komputer, mesin fax, meja dll). Umumnya daya gunanya tidak lama dibandingkan instalasi dan produkproduk pendukung dalam proses produksi. Terakhir yang dikelompokkan sebagai produk bisnis adalah supplies dan services. Supplies termasuk “operating supplies” (oli, batu bara, kertas, pensil) dan item-item untuk perbaikan atau pemeliharaan (cat, paku, sikat, dll.). Supplies adalah produk-produk “covenience” di lapangan industri, karena biasanya dibeli dengan sedikit usaha atau pertimbangan. Business services termasuk jasa-jasa pemeliharaan dan perbaikan (pembersihan jendela, perbaikan komputer) dan jasa-jasa penasehat bisnis (business advisory services)—(hukum, konsultan manajemen, konsultan ads). Jasa-jasa ini biasanya tersedia dengan perjanjian kontrak. Organizations, Persons, Places, and Ideas Disamping produk dan jasa tangible, pada tahun-tahun terakhir ini marketer telah memperluas atau mengembangkan konsep suatu produk dengan memasukkan penawaran-penawaran pasar lainnya – organizations, persons, places, and ideas. Organisasi-organisasi seringkali melakukan kegiatan-kegiatan untuk memasarkan dirinya. “Organization marketing” terdiri dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan, memelihara, atau merubah sikap-sikap dan perilaku konsumer target terhadap organisasi. Organisasi, baik yang bersifat “profit or non profit” mempraktekkan marketing organisasi. ‘12 4 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Orang-orang (peoples) dapat juga dianggap sebagai produk. “Person marketing” meliputi aktifitas yang dilakukan untuk menciptakan, memelihara, atau mengubah sikap dan perilaku yang ditujukan kepada orang-orang tertentu. Orangorang mulai dari presiden, entertainer, tokoh-tokoh olahraga hingga ke profesional seperti dokter, pengacara, dan arsitek, menggunakan “person marketing” untuk membangun reputasi dan meningkatkan bisnis mereka. Pebisnis, lembaga-lembaga amal, klub-klub olahraga dan organisasi lain juga menggunakan “Person marketing”. Place marketing meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan, memelihara atau merubah sikap-sikap dan perilaku-perilaku terhadap tempat-tempat tertentu (particular places). Kota-kota, negara bagian, kawasankawasan, dan bahkan setiap negara bersaing untuk menarik turis-turis, penghunipenghuni baru, konvensi, dan kantor-kantor atau pabrik-pabrik perusahaan. Ideas Marketing Ide-ide juga dapat dijual atau dipasarkan. Berdasarkan salah satu pengertian, semua marketing adalah marketing dari sebuah ide, apakah itu ide yang bersifat umum atau ide yang bersifat khusus. Meskipun dalam konteks ini dipersempit fokusnya pada marketing ide-ide sosial. Bidang ini dikenal dengan sebutan “Social Marketing”, yang didefinisikan oleh Institute Marketing Social sebagai penggunaan konsep-konsep dan perangkat-perangkat marketing komersial dalam merancang program-progam untuk mempengaruhi perilaku individu untuk memperbaiki kesejahteraan mereka dan masyarakat. Program-program marketing sosial termasuk kampaye-kampaye kesehatan publik untuk mengurangi merokok, alkhoholisme, penyalah-gunaan narkoba, dan kelebihan makan dll. II. Product and Service Decisions Service Marketer membuat keputusan-keputusan produk dan jasa berdasarkan tiga tahapan /level Individual product decisions Product line decisions, and Product mix decisions 2.1. Individual Product and Decisions Figure 8.2 memperlihatkan keputusan-keputusan penting dalam mengembangkan dan memasarkan produk-produk dan jasa-jasa individual. Dimulai dari keputusan-keputusan mengenai: product attributes, branding, packaging, labeling, and product support services. Product and Service Attributes Pengembangan suatu produk atau jasa meliputi penetapan benefit yang akan ditawarkan dari produk/jasa tersebut. Benefit-benefit ini dikomunikasikan dan ‘12 5 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana disampaikan oleh sifat-sifat produk seperti kualitas, fitur-fitur atau tampilan, dan style/gaya serta desain. 2.2. Branding Mungkin keterampilan yang paling membedakan dari marketer profesional ialah kemampuan mereka untuk membangun dan mengelola “brand” mereka. Suatu brand adalah suatu nama, istilah, tanda, simbol, atau disain atau kombinasi dari semuanya yang mencirikan atau membedakan pembuat atau penjual suatu produk atau jasa. Konsumer melihat suatu brand sebagai satu bagian penting dari suatu produk, dan branding dapat menambah value terhadap suatu produk. Sebagai contoh, umumnya konsumer akan mempersepsikan sebotol parfum “white Linen” sebagai sebuah produk yang berkualitas tinggi dan mahal. Tapi parfum yang sama pada sebuah botol yang tidak bermerk sepertinya akan dianggap kualitasnya lebih rendah, meskipun bahan parfum-nya Sama. “Membangun dan mengelola brands mungkin tugas paling penting marketer.” Packaging Packaging/pengemasan meliputi perancangan dan memproduksi wadah (the container) atau pembungkus (wrapper) untuk suatu produk. Sedangkan kemasan (package) termasuk wadah utama produk (a product’ primary container container): “the tube holding Colgate Total Toothpaste. Atau kemasan sekunder (a secondary package) yang dibuang bila produk utama digunakan: the cardboard box containing the tube of Colgate. Atau termasuk kemasan untuk pengapalan (a shipping package) yang penting untuk menyimpan, untuk membedakan/mengenali, dan mengirimkan (mengapalkan) produk. Labelling, informasi yang tercetak dan muncul atau ada pada kemasan juga bagian dari pengemasan/packaging. Labelling Mulai dari tags sederhana yang menempel pada produk hingga ke grafik yang rumit pada bagian kemasan. Label memainkan beberapa fungsi. Paling sedikit, label untuk pengenal produk/brand. Misalnya nama Sunkist menempel pada buah jeruk. Label bisa juga menjelaskan beberapa hal mengenai produk — siapa yang membuatnya, dimana dibuat, kapan itu dibuat, isinya, kapan digunakan, dan bagaimana digunakan secara aman. Product Support Services Pelayanan kustomer adalah salah satu elemen strategis produk. Pelayanan perusahaan, biasanya memasukkan beberapa pelayanan pendukung (some support services), yang bisa menjadi bagian minor atau mayor dari keseluruhan penawaran. Banyak perusahaan sekarang ini menggunakan perangkat gabungan yang andal: telepon, e-mail, fax, internet, dan intercative voice, serta teknologi data untuk memberikan layanan pendukung yang dahulu belum memungkinkan atau tidak tersedia. 2.3. Product Line Decisions Suatu lini produk ialah sekelompok produk yang bertalian erat/dekat karena fungsinya sama, dijual kepada kelompok kustomer yang sama, dipasarkan melalui tipe outlet yang sama atau cenderung dalam kisaran harga yang sama. ‘12 6 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Sebagai contoh, Nike menghasilkan beberapa lini sepatu dan pakaian atletik. Nokia menghasilkan beberapa lini produk telekomunikasi, dan Charles Schwab menghasilkan beberapa lini jasa-jasa keuangan. 2.4. Product Mix Decisions Organisasi dengan beberapa lini produk mempunyai bauran produk atau produk campuran/product assortment. Suatu bauran produk (a product mix or produk assortment) mencakup semua lini-lini dan item-item produk yang penjual atau perusahaan tawarkan. Bauran produk Avon terdiri dari lima lini produk utama: produk-produk kecantikan; produk-produk kesehatan; aksesoris dan perhiasan; produk-produk untuk kado atau hadiah; dan produk-produk “inspirational” (inspiring gifts, books, music, and home accents). Bauran produk perusahaan memiliki empat dimensi penting: (width) keluasan, length (panjang), depth (kedalaman) dan konsitensi Keluasan bauran produk (Product mix width) merujuk ke jumlah lini-lini produk berbeda yang dimiliki perusahaan. Rentang bauran produk (product mix length) mengacu ke total jumlah item-item yang dijalankan perusahaan di dalam lini-lini produknya Kedalaman lini produk (product line depth) merujuk ke jumlah versi yang ditawarkan ditiap produk di dalam lini. Konsistensi bauran produk (the Consistency of the product mix) mengacu ke seberapa dekat keterkaitan beragam lini-lini produk dalam end use, keperluan produksi, saluran distribusi, atau beragam cara lainnya. Dimensi bauran produk ini memberikan pegangan dalam menetapkan strategi produk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan bisnisnya dalam empat cara: 1. Menambah lini-lini produk baru 2. Memperluas bauran produknya 3. Memperpanjang lini-lini produk yang ada menjadi sebuah perusahan dengan satu lini yang lebih full (become a more full-line company). 4. Perusahaan dapat mengejar lebih ke konsistensi lini produk – atau kurangi — tergantung apakah keinginan untuk memiliki reputasi yang kuat di satu bidang atau di beberapa bidang. III. Branding Strategy: Building Strong Brands Sebagian analis melihat brands sebagai aset abadi yang penting bagi perusahaan, brands bisa bertahan lebih lama khususnya dibandingkan produkproduk atau fasilitas-fasilitas perusahaan. John Stewart, co-founder dari Quaker Oats, pernah mengucapkan, ”jika bisnis ini bubar, saya akan memberikan anda lahan dan batu bata, serta pengaduk semen, dan saya akan mempertahankan “brands and trademarks”, ….dan saya akan berkembang lebih baik dari anda.” ‘12 7 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Oleh karenanya, brand adalah asset yang sangat kuat yang harus dikembangkan dan dikelola dengan hati-hati. Pada sub bab ini, pembahasan mengenai strategi penting atau kunci membangun dan mengelola brands. 3.1. Brand Equity Brands lebih dari hanya sekedar nama dan simbol, brands mencerminkan atau mewakili persepsi konsumer terhadap suatu produk dan kinerjanya – apapun yang produk atau jasa tunjukkan terhadap konsumer. Brands beragam dalam hal jumlah kekuatan dan nilai yang mereka miliki di pasar. Beberapa brand -- seperti Coca-Cola, Tide, Nike, Harley-Davidson, Disney, dan lain-lain – menjadi ikon-ikon “larger-than–life” yang mempertahankan kekuatan mereka di pasar selama bertahun-tahun, bahkan dari generasi ke generasi. “These brands win competitive battles not (just) because they deliver distinctive benefits, trusworthy service or innovative technologies. Rather they succeed because they forge a deep connection with the culture.” Sebuah brand yang sangat kuat (powerful) memiliki “brand-equity” yang tinggi. Brand equity is the positive differential effect that knowing the brand name has on customer response to product or service.” Brand yang powerful menawarkan perusahaan beberapa alat pertahanan menghadapi persaingan harga yang sengit (fierce price competition). Terpenting lagi, brand yang powerful merupakan basis untuk membangun hubungan-hubungan kustomer yang kuat dan menguntungkan. Oleh karenanya, aset fundamental yang mendasari ekuitas brand ialah ekuitas kustomer Customer equity – value of the customer relationships that the brand creates. 3.2. Building Strong Brands Figure 8.3 memperlihatkan bahwa keputusan-keputusan strategis “brand” yang penting melibatkan posisioning brand, seleksi nama brand, dan pengembangan brand. ‘12 8 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Brand Positioning Suatu brand akan lebih baik bila diposisikan dengan mengkaitkan namanya ke benefit yang diinginkan (a desirable benefit). Beberapa brand yang berhasil memposisikan benefit-benefit ialah Volvo (safety), Hallmark (caring), Harley Davidson (adventure), FeDex (garanted on-time delivery), Nike (performance), dan Lexus (quality). Brand-brand yang sangat kuat (the strongest brands) tidak hanya memposisikan atribut atau benefit. Mereka diposisikan atas value-value dan beliefs yang kuat. Brand-brand ini dikemas sedikit emosional. Ketika memposisikan suatu brand, marketer sebaiknya menetapkan misi dan visi dari brand, apa yang brand harus capai dan lakukan. Suatu brand adalah janji perusahaan untuk mendeliver sejumlah fitur-fitur, benefit-benefit, services, dan pengalaman-pengalaman khusus yang konsisten untuk diberikan atau disampaikan kepada pembeli. Dapat juga dianggap sebagai suatu kontrak untuk kustomer mengenai bagaimana produk atau jasa akan memberikan value dan kepuasan. Kontrak atau janji brand haruslah sederhana dan jujur. Sebagai contoh, Motel 6 menawarkan kamar-kamar yang bersih harga-harga yang murah, dan layanan yang baik tapi tidak menjanjikan furnitur yang mahal atau kamar mandi yang besar. Berbeda dengan Ritz-Carlton, menawarkan kamar-kamar mewah dan pengalaman yang benar-benar mengesankan tapi tidak menjanjikan harga yang murah. Brand Name Selection Dimulai dengan mempelajari secara cermat produk dan benefit-benefitnya, target pasar, dan menyiapkan strategi-strategi marketing. Kualitas-kualitas yang dikehendaki terhadap nama dari suatu brand meliputi hal-hal berikut ini: 1) Brand sebaiknya memberikan sesuatu (informasi) mengenai benefitbenefit dan kualitas dari produk. Sebagai contoh, Beutyrest, Craftsman, Snuggles, dll. 2) Brand sebaiknya mudah untuk diucapkan, dikenali, dan diingat. Namanama yang pendek akan menolong (Tide, Cres, dll), tapi beberapa nama yang panjang terkadang juga efektiv (“Love My Carpet”, perusahaan pembersih carpet; “I can’t Believe It’s Not Butter”, margarin). 3) Nama brand sebaiknya “distinctive/khusus” (Lexus, Kodak, Oracle). 4) Brand sebaiknya dapat diperluas/extendable. Amazon.com dimulai dari sebuah “penjual buku online”, tapi memilih sebuah nama yang memungkinkan untuk ekspansi menjadi kategori-kategori lain. 5) Nama sebaiknya mudah untuk diterjemahkan ke bahasa asing. Sebelum menghabiskan $ 100 million untuk merubah namanya menjadi Exxon, “Standard Oil” New Jersey mencoba beberapa nama dalam 54 bahasa di lebih dari 150 pasar-pasar asing. 6) Nama/brand sebaiknya didaftarkan dan dilindungi hukum. Nama sebuah brand tidak dapat didaftarkan jika melanggar nama-nama brand yang sudah dipatenkan. ‘12 9 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Brand Sponsorship Setiap pabrikan/manufaktur memiliki empat pilihan sponsorship (pilihan). Produk mungkin dilaunsing sebagai satu brand pabrikan (atau brand nasional). Seperti sewaktu Kellog dan IBM menjual output mereka di bawah nama brand pabrikan milik sendiri. Atau pabrikan mungkin menjual kepada “resellers” dan reseller tersebut menggunakan brand sendiri (“a private brand”, juga disebut “a store brand or distributor brand); yang lainnya memasarkan brand-brand lisensi. Terakhir, dua perusahaan dapat bergabung dengan brand bersama untuk suatu produk – “Co-brand”. Manufacturer’r Brands versus Private Brands Brand-brand pabrikan telah lama mendominasi di kancah ritail. Akan tetapi, meningkatnya sejumlah retailer dan wholeselers yang membuat sendiri “private brands or Store Brands.” Licencing Nama dan karakter yang dilisensikan telah berkembang dengan cepat pada tahuntahun terakhir ini. Penjualan retail tahunan dari produk-produk yang berlisensi Di U.S dan Canada telah tumbuh dari hanya $ 4 billion di tahun 1977 menjadi $ 53 billion pada tahun 1987 dan lebih dari $ 105 billion sekarang ini (tahun 2006). Lisensing bisa menjadi suatu bisnis yang sangat menguntungkan bagi beberapa perusahaan. Sebagai contoh, Warner Brothers telah memutar atau mengubah karakter Looney Tunes menjadi satu lisensi yang paling dicari. Lebih dari 225 lisensi menghasilkan billionan dollar dalam penjualan retail produkproduk olah-raga Bugs Bunny, Daffy Duck, Foghorn Leghorn, atau satu dari 100 karakter Looney Tunes. Demikian pula, Nickelodeon telah berkembang menjadi karakter yang luarbiasa populer, seperti Dora the Explorer, the Rugrats Clan, dan Sponge Bob Square Pants. Produk-produk olah-raga dengan karakter di atas menghasilkan lebih dari $ 5 billion dalam penjualan retail tahunan. Seperti yang diungkapkan oleh seorang pakar “licensing brand”: “When it comes to licensing its brands for consumer products, Nickelodeon has proved that it has the Midas touch.” Kategori licensing yang paling cepat tumbuhnya ialah licensing brand perusahaan (corporate brand licensing). Karena semakin banyak organisasi profit dan nonprofit yang melisensikan nama-namanya untuk menghasilkan pemasukan tambahan dan pengakuan brand. Sebagai contoh, Coca Cola memiliki sekitar 320 lisensi di 57 negara, memproduksi lebih dari 10.000 produk, mencakup mulai dari pakaian bayi dan kotak-kotak kecil untuk perhiasa., boneka Barbie Coca-Cola, dan bahkan “a fishing Lure” yang dibentuk dari kaleng Coke yang kecil. Setiap tahun, lisensi terjual lebih dari $ 1 billion dari produk-produk Coca Cola berlisensi. Co-Branding Co-branding terjadi bila dua pendiri/pembuat brand dari perusahaan-perusahaan berbeda digunakan pada produk yang sama. Sebagai contoh, Nabisco menyatukan kekuatan dengan Pillsbury untuk memproduksi Pillsbury Oreo Bars baking mix. Kellog bergabung dengan Con Agra untuk co-brand Healthy Choice from Kellog’s cereals. Ford dan Eddie Bauer co-branded untuk SUV – The Ford Explorer, edisi Eddie ‘12 10 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Bauer. GE bekerja-sama dengan Culligan untuk mengembangkan sistem filtrasi air Culligan. Co-branding menawarkan banyak keunggulan. Karena tiap brand menguasai satu kategori berbeda, brand-brand gabungan menimbulkan daya tarik konsumen lebih luas dan equitas brand lebih besar. Co-branding juga memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan brand yang ada ke suatu kategori yang sulit untuk dimasuki bila hanya menggunakan brand sendiri. Contoh, dengan lisensi brand Healthy Choicenya dari Kellog, Con Agra memasuki segmen untuk “breakfast” dengan suatu produk padat. Sebaliknya Kellog bisa mengkatrol perhatian yang lebih besar dari nama “the Healthy Choice” di kategori cereal. Co-branding juga memiliki keterbatasan-keterbatasan. Seperti hubungan-hubungan yang biasanya melibatkan kontrak-kontrak dan lisensi-lisensi legal yang rumit. Patner co-branding harus berhati-hati mengkoordinasikan ads mereka, promosi penjualan, upaya-upaya marketing lainnya. Terakhir, bila co-branding maka tiap patner harus saling percaya untuk menjaga dengan baik brandnya. Contoh, penggabungan antara K-Mart dan Martha Stewart brand. Hasilnya, ketika Martha Stewart terbukti berurusan dengan keuangan ilegal, menyebabkan dampak negatif terhadap K-Mart. Seorang manajer Nabisco mengatakan: “Giving away your brand is lot like giving away your child – you want to make sure everything is perfect.” Brand Development Setiap perusahaan memiliki empat pilihan jika dihadapkan pada pengembangan brand (lihat Figure 8.4). Line Extensions Line extensions terjadi bila perusahaan mengintroduksikan item-item tambahan dalam kategori produk yang ada di bawah nama brand yang sama; seperti selera-selera, bentuk-bentuk, warna-warna, komposisi-komposisi, atau ukuran-ukuran kemasan yang baru Brand Extensions A brand extension meliputi penggunaan nama dari suatu brand yang sukses untuk melaunsing produk baru atau produk modifikasi di suatu kategori baru. Martel telah memperluas brand “the Enduring Barbie Doll” menjadi kategori-kategori baru yang meliputi dari Barbie home furnishings, Barbie cosmetics, dan Barbie electronics hingga Barbie books, Barbie sporting goods, dan bahkan a Barbie band. ‘12 11 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Multibrands Perusahaan-perusahaan seringkali mengintroduksikan brand-brand tambahan di kategori yang sama. P&G memasarkan banyak brand berbeda di tiap kategori-kategori produknya. New Brands Perusahaan bisa saja percaya bahwa kekuatan dari nama brand yang ada sedang menurun dan suatu nama brand baru diperlukan. Atau, perusahaan mungkin membuat nama brand baru ketika memasuki suatu kategori produk baru dimana tak satupun nama-nama brand perusahaan yang sekarang cocok. 3.3. Managing Brands Marketer-marketer brand yang besar seringkali membelanjakan sejumlah besar dana di Ads untuk menghasilkan kepedulian brand dan untuk membangun preference dan loyalty. Contoh, Verizon menghabiskan lebih dari satu billion dollar tiap tahun untuk mempromosikan brand-brandnya. McD membelanjakan lebih dari $. 500 million. IV. Services Marketing Services atau jasa-jasa telah berkembang sangat pesat di tahun-tahun terakhir ini. Bisnis ini sekarang diperkirakan mencapai 74 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) U.S dan mendekati 60 persen dari pengeluaran konsumen individual. Diperkirakan 55 persen pekerjan-pekerjaan di sektor jasa dari seluruh pekerjaan di U.S pada tahun 1970. Sekarang diperkirakan mencapai 81 persen dari total pekerjaan adalah sektor jasa. Pekerjaan di bagian jasa tumbuh bahkan lebih cepat dalam perekonomian dunia, dan meghasilkan seperempat dari nilai semua perdagangan internasional. 4.1. Nature and Characteristicts of a Service Setiap perusahaan harus mempertimbangkan empat karakteristik jasa yang khas bila merancang program-program marketing (lihat Figure 8.5). ‘12 12 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana 4.2. Marketing Strategies for Service Firms Seperti bisnis manufaktur, perusahaan-perusahaan jasa yang berhasil, menggunakan marketing untuk memposisikan diri mereka dengan kuat dalam pasarpasar target terpilih. Wal-Mart menjanjikan “Always Low Prices. Always.” Ritz-Carlton Hotels memposisikan dirinya sebagai hotel yang menawarkan “suatu pengalaman yang tak terlupakan (a memorable experience) yang mencerahkan pikiran, membangitkan gairah hidup, dan memenuhi bahkan keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan yang tak terungkap dari para tamu.” Mayo Clinic, “the needs of the patient come first.” Perusahaan-perusahaan ini dan yang lainnya membangun posisi-posisi mereka melalui aktivitas-aktivitas bauran pemasaran tradisional. The Service Profit Chain Perusahaan-perusahaan jasa yang berhasil memfokuskan perhatian mereka pada dua hal yaitu kustomer-kustomer dan para karyawan sendiri. Mereka memahami “the service-profit chain,” yang mengkaitkan keuntungan-keuntungan perusahaan jasa dengan karyawan dan kepuasan kustomer. Rantai ini terdiri dari lima bagian terkait (five links): Internal service quality: seleksi dan pelatihan karyawan yang superior, lingkungan kerja berkualitas, dan dukungan kuat pihak-pihak atau orangorang yang berurusan dengan kustomer, yang menghasilkan….. Satisfied and productive service employee: lebih puas, setia dan karyawan-karyawan pekerja keras, yang menghasilkan … Greater service value: lebih efektif dan efisien dalam mendelivery jasa dan penciptaan nilai pelanggan, sehingga berakibat…. Satisfied and loyal customers: pelanggan-pelanggan yang puas yang tetap loyal, melakukan pembelian kembali, dan mengajak kustomer-kustomer lain, sehingga menghasilkan….. Healthy service profits and growth: kinerja perusahaan jasa yang superior. Oleh karenanya, meraih tujuan-tujuan profit dan keuntungan jasa lain, dimulai dengan peduli kepada orang-orang yang bertanggung jawab dengan kustomer (lihat real marketing 8.2 (kasus) hal 247). Oleh sebab itu, marketing jasa perlu lebih daripada hanya marketing eksternal tradisional dengan menggunakan “the four Ps.” Figure 8.6, memperlihatkan bahwa marketing jasa juga perlu marketing internal dan marketing interkatif. Figure 8.6 Three types of marketing in service industries Company Internal marketing Employee ‘12 13 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. External marketing Interactive marketing Customers Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Managing Service Differentiation Akhir-akhir ini persaingan harga begitu ketat, marketer jasa seringkali mengeluh mengenai sulitnya mendiferensiasi jasa-jasa mereka dari para kompetitor. Solusi untuk persaingan harga ialah mengembangkan suatu penawaran delivery dan citra yang terdiferensiasi. Penawaran bisa meliputi fitur-fitur inovatif yang membedakan suatu penawaran perusahaan dengan penawaranpenawaran dari kompetitor. Perusahaan-perusahaan jasa dapat mendiferensiasi delivery jasa (services), dengan: lebih banyak memiliki orang-orang yang bisa diandalkan untuk melakukan kontak dengan kustomer, mengembangkan lingkungan fisik yang unggul dimana produk jasa dideliverikan atau dengan merancang prosesproses delivery yang superior/unggul. Terakhir, perusahaan-perusahaan jasa juga dapat melakukan diferensiasi citra mereka melalui simbol-simbol atau branding. “the Harris Bank of Chicago” mengadopsi “the lion” sebagai simbol untuk perusahaan dalam iklan, dan bahkan boneka singa-singaan diberikan untuk deposan-deposan baru. The Lion of Harris yang terkenal memberikan suatu citra kekuatan terhadap bank ini. Simbol-simbol jasa terkenal lainnya termasuk “Banteng the Merril Linch, Singa MGM, Telapak Emas McD, dan Allstate’s “Good hands.” Managing Service Quality Salah satu dari cara-cara penting perusahaan jasa dapat mendiferensiasikan dirinya ialah dengan mendeliveri secara konsisten kualitas yang lebih, dibandingkan apa yang dilakukan para pesaingnya. Ingatan kustomer mungkin merupakan pengukur kualitas terbaik -- kemampuan perusahaan jasa berpatokan pada kustomer-kustomernya tergantung bagaimana pendeliverian nilai secara konsisten kepada mereka. Perusahaan-perusahaan jasa terkenal menetapkan standar kualitas jasa yang tinggi. Mereka mengamati kinerja pelayanan dengan teliti baik milik sendiri begitupun pesaing. Mereka tidak setuju dengan layanan yang bagus sematamata, mereka mencoba mencapai 100 persen jasa bebas cacat (100 percent defect-free service). Suatu standar kerja 98 persen mungkin kedengarannya tinggi atau bagus, tapi dengan standar ini, 64.000 paket-pakaet FedEx akan hilang setiap hari, 10 kata akan salah eja pada setiap lembar cetak/printed, 400.000 resep dokter akan salah tempat setiap hari, dan air minum kemasan tidak aman 8 hari dalam satu tahun. Kualitas jasa akan selalu berubah-ubah, tergantung pada interaksi antara karyawan dan kustomer. Bahkan perusahaan-perusahaan terbaik sewaktu-waktu akan mengalami: late delivery, burned steak, atau karyawan yang galak/ketus. Akan tetapi, perbaikan-perbaikan jasa yang baik akan mengubah kustomer yang marah menjadi kustomer yang loyal. Managing Service Productivity Dengan makin meningkatnya biaya-biaya, perusahaan-perusahaan jasa menghadapi tekanan besar untuk meningkatkan produktivitas jasa. Perusahaan-perusahaan melakukannya dengan berbagai cara. Mereka bisa melatih karyawan-karyawan yang ada dengan lebih baik, atau Mempekerjakan orang-orang baru yang akan bekerja lebih keras atau lebih terampil. Atau, ‘12 14 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Dengan meningkatkan kwantitas jasa-jasa mereka dengan mengorbankan atau menurunkan beberapa kualitas. Perusahaan dapat mengindutrialisasikan jasa dengan menambah peralatan dan menstandarisasi produksi, seperti di Mc.D dengan pendekatan “assmebly line” untuk makanan cepat sajinya (fast food retailing). Terakhir, penyedia jasa (the service provider) bisa menggunakan kehebatan atau kekuatan teknologi. V. Additional Product Considerations: Socially Responsible Product Decision and International Product and Services Marketing Marketer harus mempertimbangkan dua isu ekstra mengenai produk. Pertama, ialah tanggung jawab sosial. Ini termasuk isu-isu kebijakan publik dan regulasi-regulasi meliputi bagaimana mendapatkan atau menghentikan produk, perlindungan paten, kualitas serta keamanan produk, dan jaminan produk. Kedua, melibatkan tantangan khusus menghadapi produk internasional dan marketer-marketer jasa. Marketer internasional harus memutuskan bagaimana untuk membakukan atau menyesuaikan penawaran-penawaran mereka untuk pasar–pasar dunia. . ‘12 15 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana