Kajian Semiotika Iklan Frisian Flag, Versi Raihlah Esokmu

advertisement
Birmanti Setia Utami.
Kajian Semiotika Iklan Frisian Flag versi Raihlah Esokmu
Kajian Semiotika Iklan Frisian Flag, Versi Raihlah Esokmu
Birmanti Setia Utami
Universitas Kristen Satya Wacana
Semiotic Study of Frisian Flag Advertisement, ‘Raihlah Esokmu’ Version
Abstract
Advertising offers a lot of advantages of products. Advertising also creates perception,
whether a new one or reinforcing the old one. Frisian Flag is one of the famous milk brands
in Indonesia. Frisian Flag created TV commercial and print ads in 2012 for the kid milk
product. The print ads showed children who gather with their friends and working together,
unlike the other brands which showed children with their personal intelligent which better
than their friends. The writer tried to analyse the print ads using semiotics theory. The result
is that, the Frisian Flag print ads showed a new perception for children who create their wonderful future with their friends. This print ad had showed one of Indonesia’s cultures, called
gotong royong.
Kata Kunci: print ads, milk, semiotics, children, gotong royong.
111
Kreatif. Jurnal Desain Komunikasi Visual. Vol. 2/ No. 2/ Oktober 2014
Latar Belakang
Iklan sudah tidak asing lagi di jaman
sekarang. Iklan terpasang diberbagai media dan setiap saat berusaha memasuki
benak pikiran khalayak sasarannya. Iklan
produk saling bersaing merebut perhatian dan kepercayaan konsumen terhadap
produk yang diiklankan. Perkembangan
media memberi peluang lebih besar bagi
pengiklan untuk masuk dan mempengaruhi pikiran calon konsumennya. Iklan
sekarang tidak hanya menceritakan tentang produk dan menonjolkan kelebihan
produk. Lebih dari itu, iklan kini bahkan
menciptakan kebutuhan bagi konsumen.
Iklan menjadikan keinginan dan harapan
konsumen sebagai suatu kebutuhan yang
harus dipenuhi dan cara pemenuhannya
tentu saja dengan mengonsumsi produk
yang diiklankan. Iklan menciptakan realitas dunia yang baru dan menarik konsumen ke dalamnya. Memenuhi pikiran
dan perasaan konsumen dengan realitas
yang dilebih-lebihkan dan “memaksa”
konsumen secara halus untuk meyetujui,
menerima dan mengikuti realitas yang
dibentuk tersebut.
Setiap produk berusaha memposisikan dirinya di pasaran maupun benak
konsumen. Positioning ini penting untuk
membedakan produknya dengan produk pesaing dan mendapatkan segmen
masyarakat tertentu sebagai konsumen-
112
nya. Perkembangan media juga menjadi
salah satu senjata penting untuk memasuki benak konsumen. Promosi melalui
satu jenis media saja seringkali dianggap
kurang efektif sehingga perlu ada media
pendukung lain yang dianggap dapat lebih
menyentuh khalayak sasarannya.
Produk susu banyak sekali beredar di
pasaran, masing-masing memposisikan dirinya dengan segmen masyarakat tertentu.
Setiap produk susu berusaha mendapatkan konsumennya dengan memposisikan
produknya diantara produk pesaing
melalui berbagai iklan dan saluran promosi lainnya. Melalui iklan dan promosi yang dilakukan, kita mengenal produk
susu anak, wanita muda yang aktif, remaja, maupun orang tua. Produk susu anak
masih dibedakan lagi menjadi beberapa
kategori, seperti bayi (0-12 bulan), batita
(1-3 tahun), balita (3-5 tahun) maupun
anak-anak di atas 5 tahun (usia sekolah
dasar). Setiap produk untuk segmen umur
tersebut masih memposisikan diri sebagai
produk yang berbeda bagi konsumen.
Yang ditonjolkan bukan hanya kelebihan
produk, namun juga keuntungan yang
didapat konsumen baik secara fisik maupun emosional.
Emosi calon konsumen (khalayak
sasaran iklan) inilah yang dimanfaatkan
pengiklan untuk mendorong khalayak
sasaran mengonsumsi produknya. Emosi
Birmanti Setia Utami.
Kajian Semiotika Iklan Frisian Flag versi Raihlah Esokmu
ini dapat berupa kebahagiaan yang didapat
konsumen setelah mengonsumsi produk
atau bahkan memanfaatkan ketakutan dan
kekhawatiran konsumen terhadap suatu
hal yang mungkin terjadi, dan hal tersebut
dapat dicegah dengan mengonsumsi produk.
Produk susu Frisian Flag adalah salah
satu merk yang telah lama ada di Indonesia. Dahulu produk ini lebih dikenal
sebagai susu bendera karena logonya bergambar bendera. Nama susu bendera ini
sudah sangat lekat dengan masyarakat,
namun sekarang perusahaan ingin mengubah nama susu bendera menjadi Frisian Flag. Dengan mengubah nama, maka
image atau citra yang terbentuk di masyarakat dapat mengalami pergeseran sasaran produk ini akan mengalami kebingungan. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan
memasang iklan pergantian logo sekaligus
nama produknya melalui iklan media
elektronik maupun media cetak. Selain itu
juga melakukan promosi penjualan dan
event-event di beberapa tempat untuk sosialisasi perubahan yang dilakukan.
Diawali dengan iklan melalui media
elektronik (televisi) kemudian diperkuat
oleh iklan di media cetak dan media elektronik lain seperti internet dan beberapa
kegiatan promosi yang langsung berinteraksi dengan konsumen. Salah satu media cetak yang digunakan adalah majalah,
lebih tepatnya majalah Ayahbunda. Pemilihan media ini tidak sembarangan dan
memiliki tujuan tertentu. Penelitian ini
akan membahas makna yang terkandung
dalam iklan tersebut dengan menggunakan pendekatan semiotik, penelitian
dilakukan terhadap iklan Frisian Flag dengan media majalah Ayahbunda sebagai
media pendukung kampanye perubahan
logo dan nama susu Bendera menjadi Frisian Flag.
Pembahasan
Iklan menurut Dunn dan Barban
adalah kegiatan komunikasi non personal yang disampaikan lewat media dengan
membayar ruang yang dipakainya untuk
menyampaikan pesan yang bersifat membujuk (persuasive) kepada konsumen
oleh perusahaan, lembaga non komersial,
maupun pribadi yang berkepentingan
(Widyatama, 2005:15). Iklan melibatkan
perusahaan, produk, media (yang penggunaannya dibayar oleh perusahaan) dan
konsumen. Melalui iklan, perusahaan
atau pihak yang berkepentingan menyampaikan ide, gagasan, informasi mengenai produk yang ditawarkan kepada
konsumen. Umumnya pesan dalam iklan
bersifat persuasive walaupun iklan tidak
selalu diciptakan dan dipublikasikan untuk menjual produk. Walaupun tujuan
akhirnya adalah keuntungan ekonomi, pe-
113
Kreatif. Jurnal Desain Komunikasi Visual. Vol. 2/ No. 2/ Oktober 2014
rusahaan terkadang juga membuat iklan
yang digunakan untuk menginformasikan
perubahan pada produk atau membangun citra perusahaan maupun produk di
benak konsumen. Pada perkembangan sekarang, iklan yang diciptakan lebih bersifat membangun citra produk dan hubungan emosional dengan khalayak sasaran.
Walaupun iklan merupakan komunikasi
non personal, namun pesan yang disampaikan banyak menggelitik perasaan atau
emosional khalayak sasaran.
Emosi yang disentuh oleh iklan dapat
merupakan cita-cita atau keinginan, ketakutan atau kekhawatiran, dan hal-hal
yang dapat menyentuh perasaan kemanusiaan dan kepedulian khalayak sasaran.
Jika khalayak sasaran telah berhasil dibuat
percaya dan meyakini pesan yang disampaikan dalam iklan, hal itu akan membangun kepercayaan dan citra produk, bahkan
perusahaan di benak konsumen. Publikasi iklan tidak sembarangan. Untuk dapat
mencapai khalayak sasaran dan mendapat
perhatian mereka, iklan perlu ditunjukkan
kepada khalayak sasaran melalui hal-hal
yang bersentuhan langsung dengan khalayak sasaran dalam keseharian mereka.
Pemilihan media menjadi hal yang penting agar pesan yang disampaikan dapat
diterima dengan baik oleh khalayak sasaran.
Media yang digunakan dalam beriklan
114
ada bermacam-macam, antara lain media
elektronik (televisi, internet, radio), media
cetak (majalah, surat kabar, tabloid), media luar ruang (billboard, baliho, spanduk)
dan media-media baru lain yang merupakan pengembangan dari gaya hidup dan
teknologi dalam masyarakat. Media yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah
majalah, yang menjadi media pendukung
dari media utama yaitu iklan televisi.
Media utama yang dipakai iklan Frisian Flag adalah televisi (TV), hal ini
diketahui dari pemunculan iklan secara
lengkap di TV yang mendahului iklan
di majalah. Iklan di majalah merupakan
penguatan pesan dari iklan Frisian Flag di
TV dan secara menampilkan visual yang
sama dengan adegan terakhir di iklan TV.
Majalah sebagai media iklan mempunyai
kekuatan dan kelemahan.
Kekuatan majalah sebagai media iklan
antara lain memiliki audiens yang selektif,
kualitas cetak sangant bagus, fleksibilitas
aspek kreatif, permanen, prestise, audiens memliki keterlibatan yang tinggi, dan
pelayanan khusus kepada pemasang iklan
(Morissan, 2010:284). Majalah biasanya
dibuat untuk segmen-segmen tertentu dalam masyarakat sehingga majalah memiliki tingkat eksklusivitas dan dapat memberikan nilai prestise bagi audiensnya.
Hal ini membantu pengiklan menentukan
jenis majalah yang digunakan supaya pe-
Birmanti Setia Utami.
Kajian Semiotika Iklan Frisian Flag versi Raihlah Esokmu
sannya tersampaikan pada khalayak sasaran produknya. Kualitas cetak yang bagus
juga dapat memberikan pengaruh psikologis kepada khalayak sasaran yang membaca iklan tersebut, pengiklan juga dapat
mengembangkan kreativitas iklannya untuk memberikan pengaruh yang lebih kuat
pada khalayak sasaran. Majalah biasanya
lebih sering dilihat dan dibaca dalam jangka waktu yang lebih panjang dibanding
media cetak lain, serta memiliki kecenderungan untuk dikoleksi atau disimpan
dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Hal ini berarti iklan dalam majalah
memiliki kemungkinan untuk dilihat lebih sering olah khalayak sasaran iklan. Audiens biasanya memiliki keterlibatan tinggi dengan apa yang dia baca di majalah,
maksudnya adalah saat membaca majalah,
pembaca berkonsentrasi dengan apa yang
dibacanya pada halaman tersebut. Biasanya dalam satu halaman tidak banyak
ditampilkan iklan yang beraneka ragam,
kecuali jika majalah tersebut menyediakan
halaman khusus untuk iklan –iklan dalam
ukuran kecil. Iklan Frisian Flag menggunakan satu halaman penuh untuk space
iklannya, hal ini dapat memberikan
dampak yang kuat karena saat melihat
iklan tersebut, pembaca dapat menangkap
pesan yang disampaikan tanpa terinterupsi iklan lain atau artikel majalah.
Kelemahan penggunaan media ma-
jalah antara lain biaya yang cukup tinggi, jangkauan dan frekuensi iklan yang
terbatas, proses pemasangan iklan yang
lama, jumlah halaman iklan dan tingkat
persaingan (Morissan, 2010:292). Untuk
mendapatkan kualitas yang baik, majalah
akan mengeluarkan biaya produksi yang
tidak sedikit, pengiklan menjadi salah satu
penyandang biaya produksi melalui biaya
pengiklanan dalam majalah. Sifat selektif
dan segmentif majalah membatasi jangkauan terhadap khalayak sasaran.
Pemasangan iklan pada majalah juga
tidak sesering dalam surat kabar karena
majalah hanya terbit seminggu atau dua
minggu sekali. Bahkan ada yang sebulan
sekali. Salah satu cara mengatasi hal ini,
pengiklan dapat memasang iklannya pada
majalah lain dengan audiens yang sama.
Pemasangan iklan di majalah juga memerlukan waktu yang cukup lama. Materi
yang akan ditampilkan harus dipersiapkan
jauh hari sebelum ditayangkan di majalah
bersangkutan sehingga kurang fleksibel
dalam pengubahan materi iklan pada saat
yang mendadak. Persaingan iklan dalam
majalah juga semakin ketat. Semakin besar nama suatu majalah, semakin banyak
perusahaan yang ingin beriklan pada majalah tersebut.
Iklan Frisian Flag ini akan dibahas
menggunakan pendekatan semiotik dengan membaca tanda-tanda yang mun-
115
Kreatif. Jurnal Desain Komunikasi Visual. Vol. 2/ No. 2/ Oktober 2014
cul dan saling terkait dalam iklan serta
memaknainya berdasarkan konteks budaya Indonesia, tempat iklan ini disosialisasikan. Ilmu semiotika yang digunakan
memakai teori semiotika Roland Barthes
yang memahami tanda dalam suatu karya
seni saling berkaitan satu sama lain, membentuk kode-kode yang dapat dimaknai
secara denotaatif maupun konotatif. Dalam teori semiotika Roland Barthes, suatu
tanda dapat dimaknai secara denotatif
maupun konotatif. Makna denotatif adalah makna yang mengacu langsung pada
objek, makna konotatif adalah makna
yang tersembunyi di balik makna denotatif, pemahamannya dipengaruhi sistem
yang ada (Barthes, 1964: 90).
Makna konotatif adalah makna yang
implisit, tersembunyi, berkaitan dengan
berbagai perasaan psikologis, nilai kebudayaan dan ideologi (Piliang, 2003 : 261).
Makna konotatif ini terbentuk saat tanda
diletakkan pada suatu konteks tertentu.
Tanda-tanda yang saling terkait tersebut
membentuk suatu kode, yang oleh Barthes
dibedakan menjadi kode hermeneutik, semantik, proairetik/narasi, simbolik, dan
kultural (Barthes, 1970: 19). Kode hermeneutik mengacu pada enigma, teka-teki
dalam karya yang pada akhirnya menuntun pada jawaban yang terdapat dalam
karya. Kode semantik adalah tanda-tanda
yang tertata menyebabkan terbentukn-
116
ya suatu konotasi. Kode proairetik/narasi
adalah alur cerita atau tindakan dalam sebuah karya. Kode simbolik menampilkan
adanya pertentangan, berbagai sudut pandang untuk melihat dan memaknai tanda.
Kode kultural mengacu pada pemaknaan
berdasar pengetahuan atau kebudayaan
sesuai dengan konteks yang dipakai. Dari
uraian di atas, dapat dilihat bahwa kode-kode tersebut saling terkait satu sama
lain dalam proses pemaknaan tanda yang
ada sehingga dapat dimunculkan atau diuraikan makna yang tersembunyi dari sebuah karya.
IKLAN MAJALAH FRISIAN FLAG Raih
Esokmu
Media : Majalah Ayahbunda No. 03 tgl 1427 Februari 2011
Ukuran iklan : Satu halaman
Menggunakan teknik fotografi dalam pengolahan visual.
Iklan melalui majalah adalah salah
satu media promosi yang digunakan oleh
Frisian Flag untuk mensosialisasikan logo
barunya dan memperkuat citra Frisian
Flag di tengah masyarakat Indonesia. Frisian Flag adalah salah satu merk minuman
(susu) yang cukup terkenal di Indonesia.
Merk ini memproduksi susu untuk anakanak usia balita (1-5 tahun) hingga anakanak usia sekolah. Susu dikenal sebagai
Birmanti Setia Utami.
Kajian Semiotika Iklan Frisian Flag versi Raihlah Esokmu
minuman bergizi yang penting untuk
anak-anak karena dapat menunjang pertumbuhan anak, baik untuk pertumbuhan
jasamani maupun perkembangan otak
dan kecerdasannya.
Iklan menampilkan banyak tanda
yang saling terkait satu sama lain, secara
garis besar, tanda-tanda tersebut dapat
dibagi menjadi tanda verbal dan visual.
Pada iklan Frisian Flag versi Raihlah Esokmu, tanda-tanda yang ada sebagai berikut:
Tanda verbal :
1. Headline: Raih esokmu
2. Bodycopy:
• Nutrisi Frisian Flag membantu membekali anak-anak, agar
mereka dapat meraih yang terbaik di hari esok
• Siapkan esokmu dari saat ini!
3. Tipografi :
• Jenis huruf sans serif (tidak berkaki)
• Ukuran huruf pada headline
Gambar 1. Iklam Majalah FRISIAN FLAG, Raih Esokmu
Sumber: Majalah Ayah Bunda No. 03 tgl 14 -27 Februari 2011.
Dokumentasi Pemulis
117
Kreatif. Jurnal Desain Komunikasi Visual. Vol. 2/ No. 2/ Oktober 2014
jauh lebih besar dari bodycopy
• Warna putih, rata tengah.
4. Teks iklan terletak persis di bawah
logo Frisian Flag yang menjadi
fokus iklan ini sehingga teks ini
akan langsung terbaca setelah audience melihat logo Frisian Flag.
Tanda visual:
1. Logo Frisian Flag, dengan background lingkaran warna putih,
bergradasi makin ke tepi makin
samar, di atas bidang warna biru
langit.
2. Langit berwarna biru bersih, pada
bagian bawah tampak awan yang
terbuat dari sapuan kuas.
3. Sekelompok besar anak berbagai
umur (balita- usia SD) di padang
rumput hijau.
4.Anak-anak dari berbagai usia
tersebut tampak bahagia dan
bersemangat, masing-masing memegang kuas yang bercat biru, sebagian melompat, melihat ke atas
dan menunjuk ke atas, ke arah logo
Frisian Flag.
Logo Frisian Flag diletakkan di tengah bidang iklan dan menjadi fokus iklan
karena iklan ini sekaligus sebagai iklan
sosialisasi logo baru Frisian Flag. Setelah
melihat logo Frisian Flag, alur baca audi-
118
ence digiring untuk membaca teks kemudian melihat gambar anak-anak di bagian
bawah. Sesuai dengan teori kode Barthes,
terdapat kode hermeneutic, narasi, semantic dan cultural dalam iklan ini. Kode
hermeneutic tampak dari pertanyaan-pertanyaan mengapa ada logo Frisian Flag di
tengah langit biru? Apa yang dimaksud
dengan Raih esokmu? Mengapa ada banyak anak yang memegang kuas di bawahnya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat
dijawab melalui teks yang ada pada iklan
dan pemaknaan yang didapat dari tanda-tanda yang lain. Logo Frisian Flag di
bagian atas , menjadi fokus pada iklan ini
karena salah satu tujuan iklan ini adalah
sosialisasi logo baru Frisian Flag. Raih esokmu dijelaskan dengan teks di bawahnya:
Nutrisi Frisian Flag membantu membekali anak-anak
agar mereka dapat meraih yang terbaik
di hari esok
Siapkan esokmu dari saat ini!
Kode narasi terdapat pada teks iklan,
yaitu pada headline Raihlah esokmu dan
bodycopy “Nutrisi Frisian Flag membantu
membekali anak-anak agar mereka dapat
meraih yang terbaik di hari esok. Siapkan
esokmu dari saat ini!” membantu menguraikan makna dari kode hermeneutik.
Secara naratif, iklan ini dimaknai nutrisi
Birmanti Setia Utami.
Kajian Semiotika Iklan Frisian Flag versi Raihlah Esokmu
dalam susu Frisian Flag yang dapat menunjang tumbuh kembang anak, tidak hanya
kesehatan fisik, tapi terutama pada kreativitas, kecerdasan, dan impian anak untuk
berkembang dengan bebas. Pemaknaan
ini didukung oleh kode semantik, tanda-tanda terbentuk dalam konteks tumbuh kembang anak dan dikaitkan dengan
kehidupan di Indonesia, budaya yang ada
di Indonesia. Kode semantik ini berkaitan
dengan pemaknaan kode kultural yang
terbentuk. Langit biru yang terbentang
mendominasi iklan ini menggambarkan
kebebasan, ketakterbatasan dan keluasan.
Bila dikaitkan dengan dunia anak-anak,
hal tersebut dapat menjadi simbol mimpi
dan cita-cita anak-anak yang tak terbatas,
anak-anak dapat berkembang dan berkreasi sesuai keinginan mereka. Logo Frisian Flag yang mendominasi pada bagian
atas dibuat seakan-akan seperti matahari
yang bersinar. Matahari dapat dimaknai
sebagai pemberi kehidupan, sumber energi, kekuatan. Visualisasi ini memberi
makna bahwa Frisian Flag adalah sumber
energi untuk berkembang dan meraih cita-cita.
Kode kultural dapat dilihat dari visualisasi anak-anak yang berkumpul sebagai
tanda yang dapat dimaknai dengan adanya kebersamaan. Kebersamaan bila dilihat
dari budaya di Indonesia sudah bukan hal
yang baru. Sejak dahulu bangsa Indonesia
adalah bangsa yang menjunjung kebersamaan, hal ini dapat dilihat dari berbagai
ritual yang dilakukan dalam kelompok
masyarakat secara bersama, tidak individual. Nilai-nilai kebersamaan seperti
persatuan dan gotong royong dalam mencapai tujuan dan kesejahteraan bersama
tertuang dalam Pancasila sebagai dasar
dan ideologi negara. Nilai-nilai ini digali
dari budaya yang sudah ada dalam bangsa
kita sejak jaman dahulu.
Ideologi dimaknai sebagai pandangan
hidup, keyakinan, nilai-nilai dan cita-cita
yang ingin diwujudkan dalam dunia nyata,
berfungsi sebagai pembentuk identitas dan
solidaritas kelompok/bangsa (Sundawa,
2008: 5). Sebagai dasar dan ideologi hidup
bernegara di Indonesia, berarti nilai-nilai
tersebut menjadi identitas bangsa dan
landasan hidup bernegara. Kebersamaan,
gotong royong dan persatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia dimunculkan melalui visualisasi sekumpulan anak
dalam iklan ini.
Konsep iklan Frisian Flag yang mengangkat kebersamaan, gotong royong,
dan persatuan, terutama dalam iklan susu
anak pada masa sekarang merupakan hal
yang berbeda, jika dibanding iklan lain
yang sejenis. Iklan susu anak yang lain
menunjukkan kepandaian si anak yang
melebihi teman-teman seusianya, yang
dapat dimaknai sebagai keberhasilan in-
119
Kreatif. Jurnal Desain Komunikasi Visual. Vol. 2/ No. 2/ Oktober 2014
dividu. Iklan ini justru memberikan perspektif baru, yaitu anak berkembang bersama teman-temannya dan meraih hari esok
yang lebih baik bersama teman-temannya. Iklan ini mengingatkan pada nilai
luhur yang telah menjadi identitas bangsa,
dasar hidup bersama, yaitu gotong royong
dan persatuan dalam mengembangkan
kemampuan dan kreativitas untuk mencapai masa depan yang lebih baik. Iklan
ini menampilkan suatu realitas idaman,
keinginan dari setiap orang tua untuk melihat anaknya tumbuh dengan baik dan
meraih masa depan yang gemilang tanpa
meninggalkan kebersamaan, gotong royong dan persatuan.
Penutup
Konsep kebersamaan, gotong royong
dan persatuan memang bukan hal yang
baru, justru merupakan hal mendasar
yang ada dalam kebudayaan bangsa kita,
sudah menjadi identitas bangsa dan seharusnya menjadi dasar hidup bersama di
bumi Indonesia, namun yang mulai terlupakan pada masa sekarang.
Frisian Flag mengemas konsep ini
dengan cukup menarik, mengingatkan
khalayak sasarannya (orang tua) pada
indahnya kebersamaan, mengingatkan
pada nilai-nilai budaya luhur dan identitas bangsa yang mulai dilupakan. Dengan mengemas konsep tersebut, iklan ini
120
mampu tampil berbeda dari iklan susu
anak yang lain dan membentuk citra baru
yang lebih baik di benak khalayak sasaran.
Daftar Pustaka
Barthes, Roland. (1964). Elements de Semiologie atau Elemens of Semiology,
terjemaahan Annete Lavers dan Colin Smith. (1973). New York: Hill and
Wang.
_____________.(1970). S/Z, terjemaahan
Richard Miller. (1974). New York: Hill
and Wang.
M. A., Morissan (2010). Periklanan, Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Piliang, Yasraf Amir. (2003). Hipersemiotika. Tafsir Cultural Studies Atas Matinya
Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
Noviani, Ratna, (2002). Jalan Tengah Memahami Iklan : Antara Realitas, Representasi dan Simulasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sundawa, Dadang, dkk, (2008). Pendidikan
Kewarganegaraan. Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas
VIII edisi 4. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Widyatama, Rendra (2005). Pengantar
Periklanan. Jakarta: Buana Pustaka Indonesia.
Download