analisis implementasi pemeriksaan kesehatan

advertisement
ANALISIS IMPLEMENTASI PEMERIKSAAN KESEHATAN
PADA KARYAWAN DI BAGIAN PRODUKSI
PT. FRISIAN FLAG INDONESIA
TAHUN 2012
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM)
OLEH:
SEKAR ASIH RENGGANIS
NIM: 108101000023
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Mei 2013
Sekar Asih Rengganis
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Mei 2013
SEKAR ASIH RENGGANIS, NIM: 108101000023
ANALISIS
IMPLEMENTASI
PEMERIKSAAN
KESEHATAN
PADA
KARYAWAN DI BAGIAN PRODUKSI PT. FRISIAN FLAG INDONESIA
TAHUN 2012
xxv, 211 halaman, 7 tabel, 9 bagan, 6 lampiran
ABSTRAK
Pemeriksaan kesehatan kepada karyawan telah tercantum di dalam UndangUndang No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan.
Pemeriksaan kesehatan terbagi menjadi tiga yaitu pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Menurut
Undang-Undang No. 01 Tahun 1970, pemeriksaan kesehatan merupakan kewajiban bagi
pengurus terhadap karyawan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
implementasi pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data yaitu observasi lapangan, telaah dokumen, dan wawancara
mendalam. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teori sistem
yaitu input, proses, output, umpan balik, dan lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dalam pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja, perusahaan tidak mengalami masalah dari segi input, proses, dan
output. Untuk pemeriksaan berkala, dari segi input perusahaan tidak mengalami
masalah. Namun, dalam proses pelaksanaan, perusahaan mengalami hambatan dari segi
ketidakhadiran beberapa karyawan pada saat pemeriksaan berlangsung. Sedangkan dari
segi output, hasil pemeriksaan hanya diberitahukan kepada karyawan dengan indikasi
penurunan kondisi kesehatan dan tidak diberitahukan kepada seluruh karyawan. Untuk
pemeriksaan kesehatan khusus, dari segi input, perusahaan tidak mengalami masalah.
Dari segi proses, perusahaan belum melakukan pemeriksaan kesehatan untuk karyawan
yang akan dirotasi ke departemen lain dalam bagian produksi.
Saran dari penelitian ini adalah sebaiknya hasil pemeriksaan kesehatan berkala
diberikan kepada seluruh karyawan agar karyawan dapat mengetahui kondisi
kesehatannya masing-masing. Untuk pemeriksaan khusus sebaiknya karyawan
melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum dirotasi ke departemen lain untuk
mengetahui kondisi kesehatan karyawan sebelum bekerja di tempat yang baru.
Daftar Bacaan: 33 (1970-2013)
iii
FACULTY MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH MAJOR
OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH
Thesis, May 2013
SEKAR ASIH RENGGANIS, NIM: 108101000023
ANALYSIS IMPLEMENTATION OF HEALTH EXAMINATION ON
EMPLOYEES IN THE PRODUCTION AREA OF PT. FRISIAN FLAG
INDONESIA IN 2012
xxv, 211 pages, 7 tables, 9 charts, 6 attachments
ABSTRACT
Health examination to employees has been listed in the law No. 11 of 1970
concerning the Safety and the regulation of the Minister of Manpower and
Transmigration No. 02 of 1980 concerning the medical examination. A medical
examination is divided into three, namely the pre-employment heath examination,
regular medical check up, and special medical examination.
This research is qualitative research. The techniques used in the data collection,
namely the field observation, document analysis, and in-depth interviews. The data
collected are then analyzed using the theory of the system of input, process, output,
feedback, and environment.
Based of the results of the study, noted that the pre-employment health
examination, the company is having no problems in terms of input, process, and output.
For periodical medical check-up, in term of input, the company does not experience any
problems. However, during the process of medical check-up, the company experiences
obstacle in term of absence of some employees. Whereas in terms of output, the results
of medical check-up are only notified to the employees with an indication of the decline
in health conditions and is not made known to all employees. For special medical
examination, in terms of input, the company does not experience any problems. In terms
of the process, the company has yet to do the medical examination for the employees
that will be rotated to other departments in the production area.
The advice of this research is the periodic medical check-up results shuold be
provided to all employees so that employees can know the condition of their health. For
special medical examination, the company should do medical examination for
employees before being rotated to another department to know their health condition
before the work in a new place.
Reading list: 33 (1970-2013)
iv
PERNYATAA}I PERSETUJUAI\I
Judul Skripsi
ANALISIS IMPLEMENTASI PEMERIKSAAN KESEHATAI\I
PADA KARYAWAN DI BAGIAN PRODUKSI
PT. FRISIAN FLAG II{DONESIA
TAHUN 2OI2
skripsi
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji sidang
program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UniversitaslslamNegeriSyarifHidayatullahJakarta
Jakart4 Mei 2013
Riastuti Kusumawardani. SKM. MKM
Pembimbing I
\
Pembimbing
II
PANITIA. $IDANC SKRIPSI
PROGRAM STT]DI KESEHATANI MASYARAKAT
F'AKULTAS KEDOKTERAN DAI\[ ILMU KESEHATAI\
T]NIVERSTTAS ISLAM I\iEGERI SYARIT' HIDAYATULLAH
Jakartq Mei 2013
hdengetatrui
Penguji I
Dewi $f?mi" MrKcs. Ph.D
Penguji
III
Ir. Rulvenai Rnvid. MJ(KK
vl
t
CURRICULUM VITAE
I. PERSONAL DETAILS
Name
: Sekar Asih Rengganis
Place, Date of Birth
: Jakarta, October 18th 1990
Address
: Jalan Urea III No. 34 RT 01 RW 06
Kelurahan: Beji Timur
Kecamatan: Beji
Kotamadya: Depok
Zip Code
: 16422
Religion
: Islam
Contact Number
: (021) 7522057 / 081380456492
Email
: [email protected]
II. Educational Details:
1. 1994 – 1996, TK Putra Fatahillah I, Jakarta Pusat
2. 1996 – 1999, SDN Kramat 08 Pagi, Jakarta Pusat
3. 1999 – 2002, Ecole Tarik Ibn Ziyad, Rabat, Maroko
4. 2002 – 2003, Institution Yasmina, Rabat, Maroko
5. 2003 – 2005, SMP Islam Al Muhajirin, Depok
6. 2005 – 2008, SMA Negeri 5 Depok
7. 2008 – 2013, Public Health, Major of Occupational Safety and Health, State
Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
III. Organization
1. 2003 – 2004, Enterpeneurship Department OSIS SMP Islam Al Muhajirin Depok
2. 2005 – 2006, Staff of Academic Department ROHIS SMA Negeri 5 Depok
3. 2006 – 2007, Chief of Academic Department ROHIS SMA Negeri 5 Depok
4. 2009 – 2010, Staff of
Art and Sport Department, Public Health Student
Organization State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta
5. 2010 – 2011, Staff of
Art and Sport Department, Public Health Student
Organization State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta
6. 2011, Committee of National Meeting Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat Indonesia (ISMKMI)
IV. Seminar Participation
1. March 2009, Participant of Dialog Akademis Mahasiswa PAMI Bertanya
2. May 2009, Participant of Dialog Interaktif “Fenomena Merokok Ditinjau dari
Berbagai Aspek”
3. December 2009, Committee of Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam UndangUndang Anti Rokok”
4. December 2009, Participant of Seminar Nasional “Menuju Indonesia Bebas kaki
Gajah dan Sosialisasi Flu Burung”
5. December 2009, Participant of Seminar Pengembangan Profesi K3 “Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bencana atau Solusi Sumber Energi???”
viii
6. January 2011, Participant of Seminar Profesi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) “Angkutan Transportasi Umum Nyaman Tanpa Berdesakan Sampai Tujuan
dengan Aman”
7. January 2012, Committee of Seminar Keselamatan dan Kesehatan Kerja:
Tanggap Darurat Banjir “Kalau Banjir Ngapain??!”
V. Job Experiences
1. October 2009, Volunteer of Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan
Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza.
2. February – March 2012, On Job Training at Health Safety Environment Function
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai, Riau.
3. October – November 2012, On Job Training at Safety Health Environment
Department at PT. Frisian Flag Indonesia, Jakarta.
ix
LEMBAR PERSEMBAHAN
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam majelis.” maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. alMujadilah: 11).
Skripsi ini kupersembahkan untuk Seluruh Pihak yang telah
memberikan inspirasi dan motivasi dalam proses pembuatannya, semoga
inspirasi dan motivasi yang sama juga dapat dirasakan saat membaca
tulisan ini.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang
diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis
Implementasi Pemeriksaan Kesehatan pada Karyawan di Bagian Produksi PT. Frisian
Flag Indonesia Tahun 2012”.
Penulis secara khusus ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
ayahanda I Wayan Arta serta Ibunda Nurchaerani yang menjadi inspirasi bagi penulis,
selalu mendukung, dan atas doa yang tiada hentinya selau dipanjatkan untuk kesuksesan
penulis dalam segala aktivitas dalam hidup.
Penyelesaian skripsi ini bukan semata-mata hasil dari penulis sendiri, melainkan
bantuan, motivasi, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kakak saya Syahir Hadi Sumirat dan kedua asik saya Ayu Ratna Mutia dan Dina
Kencana Khairunnisa yang selalu memberikan motivasi kepada saya.
2. Ibu Ir. Febrianti, M.Si sebagai Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Minsarnawati Tahangnacca, SKM, M.Kes sebagai dosen pembimbing I dan Ibu
Riastuti Kusumawardani, SKM, MKM sebagai dosen pembimbing II yang selalu
sabar memberikan arahan, bimbingan dan motivasi selama proses penyusunan
skripsi.
4. Bapak dr. Yuli Prapancha Satar, MARS, Ibu Dewi Utami, M.Kes, Ph.D, dan Bapak
Ir. Ruyenzi Rasyid, MKKK sebagai penguji skripsi.
xi
5. Ibu Ela Laelasari, SKM, M.Kes sebagai penasehat akademik.
6. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK sebagai penanggung jawab Peminatan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja atas arahan dan bimbingannya.
7. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat pagi
penulis.
8. Bapak Benny Ariana selaku HR. Manager dan Bapak Richard selaku SHE Manager
yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melaksanakan penelitian di
PT. Frisian Flag Indonesia.
9. Bapak Krisna Bangun selaku mentor di lapangan yang telah memberikan arahan dan
bimbingan serta membantu dalam proses pengumpulan data selama penelitian
berlangsung.
10. Ibu Siti Aminah selaku staf HR yang telah banyak membantu dalam proses
pengumpulan data selama penelitian berlangsung.
11. dr. Wijanto Widjaja selaku dokter perusahaan dan Ibu Mike Dwi Sardinah selaku
perawat di PT. Frisian Flag Indonesia yang telah banyak membantu dalam proses
pengumpulan data di lapangan.
12. Seluruh karyawan bagian produksi PT. Frisian Flag Indonesia yang telah bersedia
untuk diwawancara mengenai topik penelitian ini.
13. Bapak Ahmad Ghozali selaku staf administrasi Program Studi yang selalu
memberikan informasi terbaru mengenai perkuliahan.
xii
14. Sahabat-sahabat saya (Abu Zar, Titi Rakhmadhany, Annisa Andita Said, Irfan
Nurhidayat, Siti Farhatun, Shella Monica, Tetik Wulandari) yang selalu memberikan
motivasi.
15. Terima kasih kepada teman-teman sekelas saya di peminatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) 2008 untuk kebersamaannya selama dua semester ini.
16. Terima kasih untuk teman-teman STOOPELTH 2008 (Stone of Public Health) untuk
kebersamaannya dari awal masuk kuliah.
Hanya doa yang dapat dipanjatkan penulis kepada seluruh pihak yang ikut
membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga bantuan pihak-pihak yang terlibat
dalam penyusunan skripsi ini menjadi berkah dan mendapatkan balasan yang setimpal
dari Allah SWT. Penulis merasa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis memohon
maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini. Akhir kata. Penulis
berharap semmoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca
pada umumnya.
Jakarta, Mei 2013
Penulis
Sekar Asih Rengganis
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................................
ii
ABSTRAK ................................................................................................................. iii
ABSTRACT ...............................................................................................................
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................
v
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................
vi
CURRICULUM VITAE ............................................................................................ vii
LEMBAR PERSEMBAHAN ....................................................................................
x
KATA PENGANTAR ...............................................................................................
xi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ......................................................................................................xxiii
DAFTAR BAGAN ....................................................................................................xxiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xxv
BAB I: PENDAHULUAN .........................................................................................
1
A. Latar Belakang ........................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
9
C. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 10
D. Tujuan Penelitian..................................................................................... 11
1. Tujuan Umum ................................................................................... 11
2. Tujuan Khusus................................................................................... 11
E. Manfaat Penelitian................................................................................... 11
1. Bagi Peneliti ...................................................................................... 11
xiv
2. Bagi Perusahaan ................................................................................ 12
3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta ................. 12
F. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 12
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 14
A. Pemeriksaan Kesehatan ........................................................................... 14
1. Penyakit Akibat Kerja ....................................................................... 14
2. Aplikasi Pemeriksaan Kesehatan ...................................................... 17
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja .................................. 17
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ................................................. 18
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus .................................................. 18
3. Tujuan Pemeriksaan Kesehatan ........................................................ 19
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja .................................. 19
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ................................................. 19
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus .................................................. 19
4. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan...................................................... 19
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja .................................. 19
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ................................................. 21
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus .................................................. 22
B. Sistem Kesehatan .................................................................................... 24
1. Pengertian Sistem .............................................................................. 24
a. Sistem Sebagai Suatu Wujud ...................................................... 24
b. Sistem Sebagai Suatu Metoda ..................................................... 24
2. Ciri-Ciri Sistem ................................................................................. 25
xv
3. Unsur Sistem ..................................................................................... 26
a. Masukan ...................................................................................... 26
b. Proses .......................................................................................... 32
c. Keluaran ...................................................................................... 33
d. Umpan Balik ............................................................................... 33
e. Dampak ....................................................................................... 34
f. Lingkungan.................................................................................. 34
C. Kerangka Teori ........................................................................................ 35
BAB III: KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ............................... 37
A. Kerangka Berpikir ................................................................................... 37
B. Definisi Istilah ......................................................................................... 40
BAB IV: METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 45
A. Desain Penelitian ..................................................................................... 45
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................... 45
C. Informan .................................................................................................. 45
D. Instrumen Penelitian ................................................................................ 46
E. Sumber Data ............................................................................................ 46
F. Pengumpulan Data .................................................................................. 50
1. Observasi ........................................................................................... 50
2. Telaah Dokumen ............................................................................... 51
3. Foto.................................................................................................... 51
4. Wawancara Mendalam ...................................................................... 52
G. Keabsahan Data ....................................................................................... 52
xvi
H. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................. 53
I. Penyajian Data......................................................................................... 53
BAB V: HASIL PENELITIAN ................................................................................. 54
A. Gambaran Umum Perusahaan ................................................................. 54
B. Karakteristik Informan ............................................................................ 55
1. Staf Human Resources Operational Department.............................. 55
2. Dokter Perusahaan............................................................................. 55
3. Perawat Perusahaan ........................................................................... 56
4. Safety Health Environment Department ........................................... 56
5. Karyawan Bagian Produksi ............................................................... 57
C. Input ........................................................................................................ 57
1. Tenaga Kesehatan ............................................................................. 57
a. Kompetensi Tenaga Kesehatan ................................................... 57
1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ................................ 60
2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala ........................................... 63
3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus ............................................ 64
b. Jumlah Tenaga Kesehatan ........................................................... 66
1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ................................ 68
2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala ........................................... 71
3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus ............................................ 73
2. Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan ...................................................... 75
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ...................................... 77
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ................................................. 86
xvii
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus .................................................. 88
3. Kebijakan .......................................................................................... 89
a. Regulasi ....................................................................................... 90
1) Undang-Undang No. 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
............................................................................................... 90
2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 02 Tahun
1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan .................................. 90
b. Standard Operating Procedure ................................................... 92
D. Proses ...................................................................................................... 93
1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ............................................ 93
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ....................................................... 98
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus ........................................................ 109
E. Output ...................................................................................................... 111
1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ............................................ 112
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ....................................................... 113
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus ........................................................ 116
F. Umpan Balik ........................................................................................... 118
1. Faktor Pendukung ............................................................................. 120
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ....................................... 120
1) Input ....................................................................................... 120
2) Proses ..................................................................................... 122
3) Output..................................................................................... 123
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala .................................................. 123
xviii
1) Input ....................................................................................... 123
2) Proses ..................................................................................... 124
3) Output..................................................................................... 125
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus ................................................... 126
1) Input ....................................................................................... 126
2) Proses ..................................................................................... 127
3) Output..................................................................................... 128
2. Faktor Penghambat ............................................................................ 128
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ...................................... 128
1) Input ...................................................................................... 128
2) Proses .................................................................................... 130
3) Output .................................................................................... 131
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ................................................. 131
1) Input ...................................................................................... 131
2) Proses .................................................................................... 132
3) Output .................................................................................... 134
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus .................................................. 135
1) Input ...................................................................................... 135
2) Proses .................................................................................... 136
3) Output .................................................................................... 137
G. Lingkungan.............................................................................................. 137
BAB VI: PEMBAHASAN......................................................................................... 139
A. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 139
xix
B. Input ........................................................................................................ 140
1. Tenaga Kesehatan ............................................................................. 140
a. Kompetensi Tenaga Kesehatan ................................................... 141
1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ................................ 141
2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala ........................................... 144
3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus ............................................ 146
b. Jumlah Tenaga Kesehatan ........................................................... 148
1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ................................ 148
2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala ........................................... 150
3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus ............................................ 151
2. Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan ...................................................... 153
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ...................................... 153
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ................................................. 154
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus .................................................. 156
3. Kebijakan .......................................................................................... 158
C. Proses ...................................................................................................... 160
1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ............................................ 160
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ....................................................... 164
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus ........................................................ 167
D. Output ...................................................................................................... 169
1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ............................................ 169
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ....................................................... 170
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus ........................................................ 172
xx
E. Umpan Balik ........................................................................................... 173
1. Faktor Pendukung ............................................................................. 173
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ...................................... 173
1) Input ....................................................................................... 173
2) Proses ..................................................................................... 175
3) Output..................................................................................... 175
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ................................................. 176
1) Input ....................................................................................... 176
2) Proses ..................................................................................... 177
3) Output..................................................................................... 178
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus .................................................. 179
1) Input ....................................................................................... 179
2) Proses ..................................................................................... 181
3) Output..................................................................................... 182
2. Faktor Penghambat ............................................................................ 183
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ...................................... 183
1) Input ....................................................................................... 183
2) Proses ..................................................................................... 184
3) Output..................................................................................... 185
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ................................................. 186
1) Input ....................................................................................... 186
2) Proses ..................................................................................... 187
3) Output..................................................................................... 188
xxi
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus .................................................. 189
1) Input ....................................................................................... 189
2) Proses ..................................................................................... 191
3) Output..................................................................................... 192
F. Lingkungan.............................................................................................. 181
G. Alur Pembahasan..................................................................................... 194
1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja ........................................ 194
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ....................................................... 197
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus ........................................................ 200
BAB VII: PENUTUP ................................................................................................. 203
A. Simpulan.................................................................................................. 203
B. Saran ........................................................................................................ 206
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 207
xxii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Istilah ............................................................................................ 40
Tabel 5.1 Hasil Penelitian Kompetensi Tenaga Kerja ............................................... 60
Tabel 5.2 Hasil Penelitian Jumlah Tenaga Kesehatan ............................................... 66
Tabel 5.3 Hasil Penelitian Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan ..................................... 75
Tabel 5.4 Hasil Observasi Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan ..................................... 80
Tabel 5.5 Hasil Penelitian Output Pemeriksaan Kesehatan ....................................... 111
Tabel 5.6 Hasil Penelitian Umpan Balik Pemeriksaan Kesehatan ............................. 118
xxiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Hubungan Unsur-Unsur Sistem ................................................................ 35
Bagan 2.2 Kerangka Teori ......................................................................................... 36
Bagan 3.1 Kerangka Berpikir..................................................................................... 37
Bagan 5.1 Kebijakan Terkait Penyelenggaraan Pemeriksaan Kesehatan di PT. FFI. 89
Bagan 5.2 Alur Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja di PT. FFI ...................... 96
Bagan 5.3 Alur Pemeriksaan Kesehatan PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012 .... 103
Bagan 6.1 Alur Pembahasan Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja di PT Frisian Flag
Indonesia ................................................................................................. 194
Bagan 6.2 Alur Pembahasan Pemeriksaan Kesehatan Berkala di PT Frisian Flag
Indonesia ................................................................................................. 197
Bagan 6.3 Alur Pembahasan Pemeriksaan Kesehatan Khusus di PT Frisian Flag
Indonesia ................................................................................................. 200
xxiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian Skripsi
Lampiran 2: Surat Penerimaan Penelitian
Lampiran 3: Informed Consent
Lampiran 4: Lembar Observasi dan Pedoman Wawancara Mendalam
Lampiran 5: Matriks Hasil Observasi, Telaah Dokumen, dan Wawancara Mendalam
Lampiran 6: Dokumentasi Pemeriksaan Kesehatan Berkala Tahun 2012
xxv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menurut ILO/WHO Joint Safety and Health Committee dalam Hendra
(2000), keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
Occupational Health and Safety is the promotion and maintenance of
the highest degree of physical, mental and social well-being of all
occupation; the prevention among workers of departures from health
caused by their working conditions; the protection of workers in their
employment from risk resulting from faktors adverse to health; the placing
and maintenance of the worker in an occupational environment adapted to
his physiological and psychological equipment and to summarize the
adaptation of work to man and each man to his job.
Uraian definisi K3 di atas dapat dipilah-pilah dalam beberapa kalimat yang
menunjukkan bahwa K3 adalah :
1. Promosi dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik,
mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan.
2. Untuk mencegah penurunan kesehatan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan mereka.
3. Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktorfaktor yang dapat mengganggu kesehatan.
4. Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan
kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian
antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan tugasnya (Hendra,
2000).
1
2
Sedangkan definisi K3 yang dikeluarkan oleh OSHA dalam Hendra (2000),
yaitu:
Occupational Health and Safety concerns the application of
scientific principles in understanding the nature of risk to the safety of
people and property in both industrial and non industrial
environments. It is multi-disciplinary profession based upon physics,
chemistry, biology, and the behavioral sciences with applications in
manufacturing, transport, storage, and handling of hazardous
materials and domestic and recreational activities.
Pada definisi yang dikemukakan oleh OSHA, terlihat bahwa K3
merupakan multi disiplin yang dikembangkan dari keilmuan fisika, kimia, biologi
dan ilmu-ilmu perilaku (Hendra, 2000).
Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 3 bahwa syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk mencegah dan
mengurangi kecelakaan; mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran;
mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; memberi kesempatan atau jalan
menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang
berbahaya; memberi pertolongan pada kecelakaan; memberi alat-alat perlindungan
diri pada para pekerja; mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar
luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar radiasi, suara dan getaran; mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit
akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
Menurut data International Labor Organization (ILO) pada yang diterbitkan
dalam peringatan Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Se-dunia pada 28 April
2010, tercatat setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang yang meninggal akibat
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sekitar 160 juta orang menderita penyakit
3
akibat kerja dan terjadi sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh
dunia (Kemenakertrans, 2010).
Berdasarkan pernyataan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Muhaimin Iskandar, selama tahun 2010, masih tingginya masalah keselamatan dan
kesehatan kerja di Indonesia seperti yang antara lain disebabkan karena masih
rendahnya tingkat kesadaran pengusaha dan pekerja terhadap pentingnya K3,
belum diterapkannya Sistim Manajemen K3 secara optimal, belum tersedianya
data
penyakit
akibat
kerja
(PAK).
Selain
itu
juga
karena,
adanya
ketidakseimbangan antara besarnya jumlah perusahaan dengan SDM Bidang K3
serta belum optimalnya akses tenaga kerja untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan kerja. Menurut dia, penerapan prinsip K3 juga masih mengalami
kendala di daerah antara lain disebabkan oleh adanya otonomi daerah yang
berdampak
kepada
lemahnya
penerapan
K3
di
perusahaan-perusahaan
(Metrotvnews, 2011).
Hasil penelitian pada beberapa perusahaan didapatkan tiga masalah
gangguan kesehatan yang utama pada pekerja adalah penyakit jantung dan
pembuluh darah (termasuk penyakit jantung koroner, hipertensi, dan stroke),
gangguan otot rangka, dan stres. Masalah ini antara lain ditunjukkan dengan
penyebab kematian utama pekerja adalah penyakit kardiovaskular (40%-58,3%),
di salah satu pabrik otomotif diidentifikasi 23% pekerja yang berisiko tinggi dan
50% berisiko sedang terserang penyakit kardivaskular. Di semua perusahaan yang
diteliti, didapatkan faktor risiko dominan adalah faktor yang dapat diintervensi
dengan perilaku hidup sehat. Hasil penelitian mahasiswa bimbingan dari penulis
4
yang dilakukan pada dokter di beberapa poliklinik milik perusahaan minyak
ditemukan 95,6% responden merasakan faktor stres kerja tingkat sedang dan 4,4%
tingkat berat serta seluruh responden mengalami tingkat stres ringan
(Kurniawidjaja, 2011).
Tempat kerja menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1970 adalah tiap
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga
kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci
dalam pasal 2; termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan
tempat kerja tersebut. Jenis tempat kerja yang berada dalam Pasal 2 pada UU
tersebut adalah dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Dalam pasal 8 dalam Undang-Undang yang sama dijelaskan bahwa
Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya. Pengurus
diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya,
secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh
Direktur. Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan
peraturan perundangan.
5
Menurut Management of Health and Safety at Work Regulations 1999,
pemberi kerja diminta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
terhadap para pekerja jika suatu penyakit akibat pekerjaan atau risiko kesehatan
mulai teridentifikasi, jika suatu penyakit atau risiko kesehatan yang dapat
teridentifikasi mungkin terjadi dalam lingkungan kerja normal. Pemeriksaan
kesehatan dijalankan oleh petugas yang berkualifikasi di bidangnya, yaitu dokter
atau suster (Ridley, 2006).
Di Indonesia, pemeriksaan kesehatan kerja diatur secara lebih spesifik
dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.02/MEN/1980,
pemeriksaan kesehatan terbagi menjadi tiga kategori yaitu pemeriksaan
pemeriksaan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala, dan pemeriksaan khusus.
Pemeriksaan Kesehatan sebelum kerja adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan
pekerjaan. Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada
waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter.
Pemeriksaan Kesehatan Khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu.
Tujuan dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dijabarkan dalam
peraturan yang sama di dalam pasal 2 yang menjelaskan bahwa Pemeriksaan
Kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar tenaga kerja yang diterima berada
dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit
menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya, dan cocok untuk pekerjaan
6
yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang
bersangkutan dan tenaga kerja yang lain-lainnya dapat dijamin.
Manfaat pemeriksaan kesehatan adalah untuk mengetahui status kesehatan
pekerja. Di Finlandia, sebuah penelitian yang dilakukan tentang deteksi dini
penyakit system syaraf pusat yang disebabkan oleh pajanan solvent pada pekerja
konstruksi menunjukkan bahwa pekerja yang terpajan solven memiliki skor gejala
yang tertinggi dan lebih sering dilaporkan oleh diagnosis dokter, terutama
gangguan psikiatris. Pekerja tersebut juga mengkonsumsi alkohol dan lebih sering
tidak mampu bekerja.
Selain itu, sebuah penelitian di Cina pada tahun 2005 tentang infeksi
Tuberkulosis pada pekerja pelayanan kesehatan di propinsi Henan menunjukkan
bahwa terdapat 20 kasus TB Paru yang terdeteksi dari 3746 pekerja pelayanan
kesehatan meskipun pekerja telah melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja dan pemeriksaan kesehatan rutin. Prevalensinya adalah sebesar 6,7/1000 di
antara pekerja medis dan 2,5/1000 di antara pekerja bagian administrasi/logistic.
Proses analisis kebijakan adalah proses pengkajian multidisiplin ilmu yang
bertujuan
menciptakan,
menilai
secara
kritis,
dan
mengkomunikasikan
pengetahuan yang relevan tentang kebijakan. Dalam analisis kebijakan, digunakan
metodologi yang harus menyediakan informasi yang dapat menjawab pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan kebijakan yang salah satunya adalah
seberapa bermakna hasil tersebut dalam memecahkan masalah, pertanyaan
tersebut berhubungan dengan implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan
dapat dipahami sebagai kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit
7
administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. (Dunn,
2003).
Dewasa ini, banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan
pangan, salah satunya adalah PT. Frisian Flag Indonesia yang bergerak di bidang
pengolahan susu sapi. Pabrik pertama dibangun pada tahun 1969 yang terletak di
Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sebagai perusahaan yang telah berdiri selama 43
tahun, kondisi kesehatan pekerja di perusahaan harus diperhatikan untuk
mengantisipasi terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) yang dapat menyebabkan
penurunan produktivitas pekerja.
Berdasarkan data hasil kunjungan karyawan ke poliklinik perusahaan,
terdapat sepuluh penyakit yang dialami oleh pekerja. Penyakit yang dialami
pekerja selama periode Januari sampai Agustus 2012 beragam. Namun, terdapat
satu penyakit yang paling sering dialami oleh pekerja setiap bulannya selama
periode tersebut yaitu Acute Faringitis. Selama periode Januari sampai Agustus
2012, sebanyak 575 pekerja yang mengalami Acute Faringitis, dan kunjungan
tertinggi pekerja dengan keluhan Acute Faringitis ada pada bulan Agustus yaitu
sebanyak 97 pekerja.
Untuk penyakit kedua tertinggi berdasarkan hasil kunjungan adalah
myalgia (nyeri otot) dengan jumlah kunjungan sebesar 238 selama Januari sampai
Agustus 2012. Sedangkan untuk masalah kesehatan yang besar kemungkinannya
disebabkan oleh lingkungan kerja seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas dan
Infeksi Saluran Pernapasan Bawah, kunjungan pekerja dengan kedua penyakit
tersebut tidak sebanyak dua penyakit sebelumnya. Untuk Infeksi Saluran
8
Pernapasan Atas, kunjungan pekerja selama periode Januari sampai Agustus 2012
sebanyak 83 orang, sedangkan untuk pekerja dengan penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Bawah sebanyak 123 pekerja.
Selama periode Januari – Oktober 2012, jumlah hari kerja yang hilang yang
disebabkan oleh karyawan yang sakit sebanyak 1326 hari dari tujuh departemen di
bagian produksi. Dari ketujuh departemen tersebut, departemen SCM (Sweetened
Condensed Milk) Sachet yang memiliki jumlah hari kerja yang hilang yang
disebabkan oleh karyawan yang sakit tertinggi yaitu berjumlah 369 hari.
Berdasarkan penjelasan dari staf HRD, jumlah hari kerja yang hilang dihitung dari
jumlah hari istirahat yang diperlukan oleh setiap pekerja apabila pekerja sedang
sakit.
Berdasarkan pendapat SHE Manager yang didukung oleh observasi,
lokasi yang paling besar kemungkinannya untuk pekerja terkena Penyakit Akibat
Kerja adalah Bagian Produksi, karena di lokasi tersebut terdapat pajanan-pajanan
yang berisiko bagi kesehatan pekerja seperti kebisingan dan pajanan debu.
Berdasarkan keterangan dari Dokter perusahaan, perawat, dan SHE, penyebab
tingginya kunjungan karyawan ke Poliklinik dengan penyakit yang telah
disebutkan sebelumnya adalah faktor lingkungan di luar lingkungan kerja. Faktor
lingkungan di luar lingkungan pabrik adalah perubahan cuaca, kondisi
lingkungan tempat tinggal karyawan, pola hidup, dan imunitas dari karyawan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan
berkala, terutama hasil Rontgen
Thorax, audiometri, dan spirometri, selama ini belum ditemukan kondisi
karyawan yang mengalami kelainan dari fungsi paru-paru dan pendengaran yang
9
disebabkan oleh lingkungan kerja, oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti
sejauh mana gambaran implementasi pemeriksaan kesehatan pada karyawan di
bagian produksi PT. Frisian Flag Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang dirilis oleh ILO pada tahun 2010, tercatat setiap
tahunnya sekitar 160 juta orang menderita penyakit akibat kerja pertahun di
seluruh dunia. Di Indonesia, angka kecelakaan penyakit akibat kerja juga masih
tergolong tinggi, salah satu faktornya adalah belum tersedianya data Penyakit
Akibat Kerja (PAK). Kebijakan Pemeriksaan Kesehatan di tempat Kerja
berdasarkan Permenakertrans No. 02 tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan
bertujuan agar tenaga kerja yang diterima dalam keadaan kesehatan yang setinggitingginya.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui hasil telaah data hasil
kunjungan karyawan ke poliklinik PT. Frisian Flag Indonesia, terdapat sepuluh
penyakit yang dialami oleh pekerja. Penyakit yang dialami pekerja selama periode
Januari sampai Agustus 2012 beragam. Namun, terdapat satu penyakit yang paling
sering dialami oleh pekerja setiap bulannya selama periode tersebut yaitu Acute
Faringitis. Selama periode Januari sampai Agustus 2012, sebanyak 575 pekerja
yang mengalami Acute Faringitis, dan kunjungan tertinggi pekerja dengan keluhan
Acute Faringitis ada pada bulan Agustus yaitu sebanyak 97 pekerja.
Selama periode Januari – Oktober 2012, jumlah hari kerja yang hilang yang
disebabkan oleh pekerja yang sakit sebanyak 1326 hari dari tujuh departemen di
bagian produksi. Dari ketujuh departemen tersebut, departemen SCM (Sweetened
10
Condensed Milk) Sachet yang mengalami kehilangan hari kerja terbanyak yaitu
berjumlah 369 hari. Berdasarkan penjelasan dari staf HRO, jumlah hari kerja yang
hilang dihitung dari jumlah hari istirahat yang diperlukan oleh setiap karyawan
apabila karyawan sedang sakit.
Berdasarkan pendapat SHE Manager yang didukung oleh observasi, lokasi
yang paling besar kemungkinannya untuk pekerja terkena Penyakit Akibat Kerja
adalah Bagian Produksi, karena di lokasi tersebut terdapat pajanan-pajanan yang
berisiko bagi kesehatan pekerja seperti kebisingan dan pajanan debu. Berdasarkan
keterangan dari Dokter perusahaan, perawat, dan SHE, penyebab tingginya
kunjungan karyawan ke Poliklinik dengan penyakit yang telah disebutkan
sebelumnya adalah faktor lingkungan di luar lingkungan kerja. Faktor lingkungan
di luar lingkungan pabrik adalah perubahan cuaca, kondisi lingkungan tempat
tinggal karyawan, pola hidup, dan imunitas dari karyawan. Berdasarkan hasil
pemeriksaan kesehatan berkala, terutama hasil Rontgen Thorax, audiometri, dan
spirometri, selama ini belum ditemukan kondisi karyawan yang mengalami
kelainan dari fungsi paru-paru dan pendengaran yang disebabkan oleh lingkungan
kerja, oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti sejauh mana gambaran
implementasi pemeriksaan kesehatan pada karyawan di bagian produksi PT.
Frisian Flag Indonesia.
C.
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran implementasi pemeriksaan kesehatan pada karyawan
bagian produksi di PT. Frisian Flag Indonesia?
11
D.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran implementasi pemeriksaan kesehatan pada
karyawan bagian produksi di PT. Frisian Flag Indonesia.
2.
Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja pada
karyawan di bagian produksi PT. Frisian Flag Indonesia dengan
komponen yang terdiri dari input, proses, output, umpan balik (faktor
pendukung dan faktor penghambat), dan faktor lingkungan.
b. Diketahui gambaran pemeriksaan kesehatan berkala pada karyawan di
bagian produksi PT. Frisian Flag Indonesia dengan komponen yang terdiri
dari input, proses, output, umpan balik (faktor pendukung dan faktor
penghambat), dan faktor lingkungan.
c. Diketahui gambaran pemeriksaan kesehatan khusus pada karyawan di
bagian produksi PT. Frisian Flag Indonesia dengan komponen yang terdiri
dari input, proses, output, umpan balik (faktor pendukung dan faktor
penghambat), dan faktor lingkungan.
E.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi Peneliti
a. Peneliti dapat mengetahui sejauh mana kesesuaian pemeriksaan kesehatan
di perusahaan dengan aturan-aturan yang terdapat di Permenakertrans No.
02 Tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan.
12
b. Melatih peneliti untuk dapat memecahkan permasalahan di lingkungan
kerja secara lebih sistematis.
2.
Bagi Perusahaan
a. Mengetahui sejauh mana kesesuaian pemeriksaan kesehatan yang selama
ini dijalankan perusahaan dengan aturan yang tercantum dalam
Permenakertrans No. 02 tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan.
b. Mengetahui hal-hal yang masih harus ditingkatkan dalam rangka
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan, baik pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, maupun pemeriksaan kesehatan
khusus.
c. Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam pengambilan keputusan
yang terkait dengan aspek K3 di perusahaan.
3.
Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta
a. Terjalinnya suatu kerjasama antara pihak program studi dengan
perusahaan.
b. Dapat dijadikan sebagai referensi yang terkait dengan implementasi
kebijakan pemeriksaan kesehatan.
c. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang terkait
dengan implementasi kebijakan pemeriksaan kesehatan.
F.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk melihat implementasi pemeriksaan
kesehatan pada karyawan di bagian produksi di PT. Frisian Flag Indonesia, apa
saja hambatan yang selama ini dialami perusahaan dalam mengimplementasikan
13
pemeriksaan kesehatan dan faktor-faktor apa saja yang selama ini menjadi
hambatan dalam implementasi program tersebut. Dari hambatan dalam proses
implementasi, peneliti ingin mengetahui mengapa hambatan tersebut bisa terjadi
dan langkah-langkah yang telah dilakukan oleh perusahaan selama ini untuk
mengendalikan hambatan-hambatan tersebut. Penelitian ini dilakukan di PT.
Frisian Flag Indonesia pada bulan September - Nopember 2012. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Subjek dari
kegiatan penelitian ini adalah pihak Human Resource Department, Safety, Health,
and Environment (SHE), dokter perusahaan, perawat perusahaan, dan karyawan
bagian produksi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif untuk menggali
informasi mengenai implementasi pemeriksaan kesehatan, hambatan-hambatan
dan faktor-faktor yang menyebabkan adanya hambatan, serta langkah-langkah
yang selama ini dilakukan oleh perusahaan untuk mengendalikan hambatanhambatan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemeriksaan Kesehatan
1. Penyakit Akibat Kerja
Menurut Harjono dalam Buchari (2007), penyakit akibat kerja adalah
penyakit yang diderita karyawan dalam hubungan dengan kerja biak faktor risiko
karena kondisi tempat kerja, peralatan kerja, material yang dipakai, proses
produksi, cara kerja, limbah perusahaan, dan hasil produksi.
Menurut ILO dalam Buchari (2007), penyakit akibat kerja adalah:
The pathological condition induced by prolonged work,
e.q by excessive exposure the harmful factors rherent in materials
equipment or the working environment (Encyclopedia of
Occupational Health and Safety –ILO- 1991).
Menurut Kurniawidjaja (2011), seorang pekerja adalah bagian dari
masyarakat. Sebagai anggota masyarakat, selain dapat terkena penyakit yang
terkait dengan pekerjaannya, pekerja juga dapat menderita semua penyakit yang
umum terjadi pada anggota masyarakat lainnya, maka penyakit pada pekerja
dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu penyakit umum baik menular maupun
tidak menular, penyakit akibat kerja/penyakit terkait kerja, serta penyakit atau
cedera akibat kecelakaan kerja (work related injury).
a) Penyakit Umum pada Pekerja
Penyakit umum pada pekerja dapat berupa penyakit infeksi dan
noninfeksi. Penyakit infeksi seperti tuberculosis paru, tipus, demam
14
15
berdarah, malaria, flu, diare, konjungtivitis atau penyakit mata merah
yang endemis atau sporadis terjadi di lokasi kerjanya, juga penyakit
infeksi new emerging seperti HIV/AIDS, flu burung, SARS yang
melanda dunia karena arus globalisasi. Penyakit noninfeksi seperti stress,
kanker, dan penyakit degeneratif, antara lain berupa hipertensi, diabetes,
penyakit jantung koroner, stroke, dan osteoporosis.
b) Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Terkait Kerja
Penyakit akibat kerja dan penyakit terkait kerja adalah penyakit
yang ada hubungannya dengan pekerjaan, seperti penurunan pendengaran
akibat bising (noise induced hearing loss) di tempat kerja, gangguan otot
rangka (musculoskeletal disorders) akibat ergomoni yang buruk, stress
akibat kerja, dermatitis kontak, gangguan respirasi, termasuk penyakit
infeksi yang tertular di tempat kerja karena agen penyebabnya terdapat di
tempat kerja.
Pada Simposium Internasional tentang work related disease yang
diprakarsai ILO pada tahun 1992 di Austria, hubungan antara pekerjaan
dan penyakit dapat diidentifikasi dalam tiga kategori, yang pertama
occupational disease adalah penyakit yang mempunyai penyebab spesifik
atau asosiasi kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu
agen penyebab (monokausal) yang sudah dikenal dan diakui. Sedangkan
work related disease didefinisikan sebagai penyakit yang mempunyai
beberapa agen penyebab (multikausal), di mana hazard atau faktor risiko
di tempat kerja memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya
16
dalam perkembangan penyakit yang mempunyai etiologi yang komploks.
Symposium ini juga menyepakati bahwa penyakit yang mengenai
populasi pekerja (disease affecting working population) adalah penyakit
yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempat
kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi
kesehatan. ILO mencatat dalam daftar usulan occupational disease
sebanyak 32 penyakit akibat bahan kimia di tempat kerja, 8 penyakit
akibat bahaya fisik di tempat kerja, 1 penyakit akibat agen biologis di
tempat kerja; 10 penyakit respirasi akibat kerja, 2 penyakit kulit akibat
kerja, 2 penyakit gangguan otot rangka, dan 15 penyakit kanker akibat
kerja.
Pengertian tentang work related disease yang tidak jauh berbeda
dianut oleh OSHA di Amerika, berdasarkan hasil Komisi bersama
ILO/WHO dalam Kesehatan Kerja Tahun 1989, yaitu work related
disease merupakan kondisi yang tidak normal atau adanya gangguan,
yang terjadi akibat dari satu kondisi atau lebih kecelakaan di tempat kerja
dan disebabkan oleh pajanan agen kepada pekerja. Work related disease
adalah semua penyakit yang timbul akibat pekerja terpajan terhadap
bahan atau kondisi yang membahayakan dalam proses pekerjaan, di mana
lingkungan kerja dan kondisi kerja menjadi salah satu faktor utama dari
banyak faktor penyebab yang lain.
Di Indonesia, menurut Keputusan Presiden nomor 22 tahun 1993,
penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang
17
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja, dari daftar penyakit
yang berjumlah 31 penyakit dalam Keputusan Presiden tersebut,
diketahui bahwa penyakit yang dimaksud adalah occupational disease
bukan work related disease walaupun ada kata ‘hubungan kerja’.
c) Penyakit atau Cedera Akibat Kecelakaan Kerja (Work Related Injury)
Kecelakaan dapat menimbulkan cedera atau luka, dapat berakibat
cacat bahkan kematian, penderita adalah orang sakit yang memerlukan
pengobatan dan perawatan.
2. Aplikasi Pemeriksaan Kesehatan
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Menurut Permenaker No. 02 tahun 1980, pemeriksaan Kesehatan
sebelum kerja adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter
sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan.
Menurut Notoatmodjo (2009), di institusi manapun juga, sebelum
mengangkat karyawan pada umumnya melakukan berbagai macam tes,
termasuk tes kesehatan. Bahkan pada saat melamar, calon karyawan harus
melampirkan surat keterangan kesehatan dari dokter yang berwenang. Tujuan
utama pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ini di samping berguna bagi
institusi yang akan menerima karyawan tersebut, juga bermanfaat bagi calon
karyawan yang bersangkutan. Bagi institusi, jelas akan memperoleh
karyawan yang sehat dan sudah barang tentu secara fisik mampu
menjalankan tugas atau pekerjaan yang akan dibebankan. Di samping itu,
perusahaan atau institusi tersebut terhindar dari penyebaran penyakit, apabila
18
calon yang diterima sebagai karyawan tersebut ternyata menderita suatu
penyakit menular. Sedangkan bagi calon karyawan yang bersangkutan dapat
mengetahui status kesehatannya, dan melakukan upaya-upaya mengatasi
masalah kesehatannya.
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Menurut Permenaker No. 02 tahun 1980, pemeriksaan kesehatan
berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap
tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter.
Menurut Notoatmodjo (2009), pemeriksaan kesehatan secara berkala
(misalnya satu tahun sekali) adalah sangat penting. Upaya pelayanan
pemeriksaan kesehatan secara berkala ini akan lebih penting lagi utamanya
bagi para karyawan yang bekerja di tempat kerja yang berisiko, misalnya di
pabrik semen, garmen, tekstil, pertambangan, dan sebagainya yang terpapat
bahan-bahan kimia, bahan beracun, debu, dan sebagainya.
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Menurut Permenaker No. 02 tahun 1980, pemeriksaan kesehatan
khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan dokter secara khusus
terhadap tenaga kerja tertentu.
Pemeriksaan Kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya
pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau
golongan-golongan tenaga kerja tertentu.
19
3. Tujuan Pemeriksaan Kesehatan
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Berdasarkan Permenaker No. 02 tahun 1980, pemeriksaan Kesehatan
sebelum bekerja ditujukan agar tenaga kerja yang diterima berada dalam
kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit
menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya, dan cocok untuk
pekerjaan yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja yang lain-lainnya dapat dijamin.
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Berdasarkan Permenaker No. 02 tahun 1980, pemeriksaan kesehatan
berkala dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja
sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya
pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan
dengan usaha-usaha pencegahan.
c. PemeriksaanKesehatan Khusus
Berdasarkan Permenaker No. 02 tahun 1980, pemeriksaan kesehatan
khusus dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari
pekerjaan tertentu terhaadap tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga
kerja tertentu.
4. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Dalam pasal 2 ayat 3 dan 5 Permenaker No.02 tahun 1980 diuraikan
bahwa pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja meliputi pemeriksaan fisik
20
lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan
laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. Untuk
pekerjaan-pekerjaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan yang sesuai
dengan kebutuhan guna mencegah bahaya yang diperkirakan timbul.
Berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP). Prosedur
pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Departemen Rekrutmen meminta kandidat agar menemui dokter
perusahaan untuk pemeriksaan kesehatan.
2) Dokter perusahaan melakukan pemeriksaan kondisi fisik umum kandidat.
3) Dokter perusahaaan memberikan formulir/surat pengantar kepada
kandidat untuk diberikan kepada pihak laboratorium yang telah ditunjuk
melakukan pemeriksaan darah, urin, faeces, dan thorax photo (foto
rontgen).
4) Setelah melakukan pemeriksaan darah, urine, faeces dan membuat thorax
photo (foto rontgen) kandidat.
5) Dokter perusahaan memeriksa hasil pemeriksaan darah, urine, faeces, dan
thorax photo (foto rontgen) kandidat.
6) Dokter perusahaan memberikan hasil evaluasi kepada Recruitment
Manager.
7) Bila terdapat hal-hal yang dianggap perlu, Recruitment Manager akan
berdiskusi dengan dokter perusahaan.
8) Human Resource Manager dan Recruitment Manager memproses
tindakan lebih lanjut terhadap karyawan baru yang bersangkutan.
21
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Dalam pasal 3 Permenakertrans No. 02 tahun 1980, pemeriksaan
kesehatan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani,
rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin serta
pemeriksaan lainnya yang dianggap perlu. Dalam hal ditemukan kelainankelainan atau gangguan-gangguan kesehatan pada tenaga kerja pada
pemeriksaan berkala, pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk
memperbaiki kelainan-kelainan tersebut dan sebab-sebabnya untuk menjamin
terselenggaranya keselamatan dan kesehatan kerja.
Berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP) pemeriksaan
kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia, pemeriksaan kesehatan berkala
dilakukan selama waktu pekerja menjadi karyawan dan bekerja pada tempat
yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan
berkala dibagi menjadi dua yaitu:
1) Pemeriksaan Rutin Tahunan
a) Metode dari pelaksanaan pemeriksaan kesehatan tahunan adalah sama
dengan pemeriksaan kesehatan terhadap karyawan baru.Pemeriksaan
kesehatan tahunan diatur secara berkala dan biasanya jatuh pada akhir
tahun.
b) Dokter perusahaan memeriksa hasil dari pemeriksaan kesehatan dan
memberikan penjelasan kepada Human Resource Manager.
c) Jika hasil pemeriksaan kesehatan karyawan baik maka tidak diberikan
pengobatan kesehatan.
22
d) Bila ada karyawan yang dinilai tidak baik atas hasil pemeriksaan
kesehatan, maka perusahaan, melalui Human Resource Department akan
memberikan pengobatan kesehatan kepada karyawan yang bersangkutan.
2) Stool Test
a) Stool Test bertujuan untuk mengetahui keberadaan bakteri Salmonella
pada karyawan produksi di bagian produk infant dan bagi seluruh
karyawan yang berhubungan langsung dengan produksi/bahan baku di
area High Care.
b) Stool Test ini dilakukan 1 kali dalam satu tahun, bersamaan dengan
pemeriksaan rutin tahunan. Selain itu, akan dilakukan juga ketika ada
karyawan yang baru/rotasi akan bekerja di area high Care.
c) Metode Stool Test ini adalah memeriksa feces (tinja) dari setiap
karyawan.
d) Setiap karyawan yang terkait akan mendapatkan satu botol kecil untuk
tempat feces (tinja).
e) Karyawan yang terkait harus langsung memberikan contoh feces kepada
poliklinik/laboratorium yang ditunjuk perusahaan, pada hari yang sama.
f) Laboratorium akan memberikan hasil kepada dokter perusahaan untuk
ditinjau, dan selanjutnya akan diberikan kepada Human Resource
Manager.
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Berdasarkan Permenaker No. 02 Tahun 1980, pemeriksaan kesehatan
khusus dilakukan pula terhadap:
23
1) Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan yang lebih dari dua minggu.
2) Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan
tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan
tertentu.
3) Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguangangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai
dengan kebutuhan.
Pemeriksaan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat
keluhan-keluhan di antara tenaga kerja, atau atas pengamatan pegawai
pengawas keselamatan dan kesehatan kerja, atau atas penilaian Pusat Bina
Hiperkes dan Keselamatan, dan Balai-balainya atau atas pendapat umum di
masyarakat.
Sedangkan,
menurut
Standard
Operating
Procedure
(SOP)
pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia, pemeriksaan kesehatan
khusus disebut dengan pemeriksaan kesehatan insidental, prosedurnya adalah
sebagai berikut:
1) HR&CA Director, atas nama perusahaan, dapat mengatur pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan untuk seluruh karyawan pada setiap waktu.
2) Pemeriksaan Kesehatan Insidental dilakukan karena beberapa penyebab
seperti kasus wabah penyakit.
24
B. Sistem Kesehatan
1. Pengertian Sistem
a. Sistem sebagai suatu wujud
Menurut Azwar (1996), suatu sistem disebut sebagai suatu wujud
(entity), apabila bagian-bagian atau elemen-elemen yang terhimpun dalam
sistem
tersebut
membentuk
suatu
wujud
yang
ciri-cirinya
dapat
dideskripsikan dengan jelas. Tergantung dari sifat bagian-bagian atau
elemen-elemen yang membentuk sistem, maka sistem sebagai suatu wujud
dapat dibedakan atas dua macam:
1) Sistem sebagai suatu wujud yang konkret
Pada bentuk ini, sifat dari bagian-bagian atau elemen-elemen yang
membentuk sistem adalah konkret dalam arti dapat ditangkap oleh panca
indera. Contohnya adalah suatu mesin yang bagian-bagian atau elemenelemennya adalah berbagai suku cadang.
2) Sistem sebagai suatu wujud yang abstrak
Pada bentuk ini, sifat dari bagian-bagian atau elemen-elemen yang
membentuk sistem adalah abstrak dalam arti tidak dapat ditangkap oleh
panca indera. Contohnya adalah sistem kebudayaan yang bagian-bagian
atau elemen-elemennya adalah berbagai unsur budaya.
b. Sistem sebagai suatu metoda
Menurut Azwar (1996), suatu sistem disebut sebagai suatu metoda
(method), apabila bagian-bagian atau elemen-elemen yang terhimpun dalam
sistem tersebut membentuk suatu metoda yang dapat dipakai sebagai sebagai
25
alat dalam melakukan pekerjaan administrasi. Contohnya adalah sistem
pengawasan yang bagian-bagian atau elemen-elemen pembentuknya adalah
berbagai peraturan
Pemahaman sistem sebagai suatu metoda berperanan besar dalam
membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu sistem.
Populer dengan sebutan pendekatan sistem (system approach) yang pada
akhir-akhir ini banyak dimanfaatkan pada pekerjaan administrasi.
2. Ciri-Ciri Sistem
Menurut Azwar (1996), sesuatu disebut sebagai sistem, apabila ia
memiliki beberapa ciri pokok sistem. Ciri-ciri pokok yang dimaksud banyak
macamnya, yang jika disederhanakan dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Dalam sistem terdapat bagian atau elemen yang satu sama lain saling
berhubungan yang memengaruhi yang kesemuanya. Membentuk satu
kseatuan, dalam arti semuanya berfungsi untk mencapai tujuan yang
sama yang telah didetapkan.
2) Fungsi yang diperankan oleh masing-masing bagian atau elemen yang
membentuk satu kesatuan tersebut adalah dalam rangka merubah
masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
3) Dalam melaksanakan fungsi tersebut, semuanya bekerja sama secara
bebas namun terkait, dalam arti terdapat mekanisme pengendalian yang
mengarahkannya
direncanakan.
agar
tetap
berfungsi
sebagaimana
yang
telah
26
4) Sekalipun sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu, bukan berarti ia
tertutup terhadap lingkungan.
3. Unsur Sistem
Menurut Azwar (1996), telah disebutkan bahwa sistem terbentuk dari
bagian atau elemen yang saling berhubungan dan memengeruhi. Adapun yang
dimaksud dengan bagian atau elemen tersebut ialah sesuatu yang mutlakharus
ditemukan, yang jika tidak demikian, maka tidak ada yang disebut dengan sistem
tersebut. Bagian atau elemen tersebut banyak macamnya, yang jika
disederhanakan dapat dikelompokkan dalam enam unsur, yakni:
a. Masukan
Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan masukan (input)
adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang
diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Menurut Silalahi
(2002), kegiatan manajemen tidak akan jalan dan tujuan tidak akan tercapai
jika tidak disertai dengan sumber-sumber yang dibutuhkan. Adapun sumbersumber yang dibutuhkan untuk kegiatan manajemen yang disebut sumbersumber dasar dari manajemen (basic resources of management), atau sarana
manajemen (tools of management). Sumber-sumber dasar dari manajemen
ialah men and women, materials, machines, methods, money, market, dan
information atau dengan akronim 6M + 1I.
Sumber-sumber tersebut sering dibedakan atas: sumber daya manusia
(human resources), juga disebut sumber-sumber material (material
resources), atau dibedakan atas: sumber daya manusia, sumber-sumber fisik,
27
sumber-sumber finansial. Berdasarkan Direktorat Bina Pelayanan Medik
Dasar Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI.
(2008), persyaratan pelayanan medis yang dapat dikategorikan ke dalam
input adalah tenaga kesehatan dan fasilitas.
Menurut Silalahi (2011), lingkungan internal adalah faktor-faktor dan
kekuatan-kekuatan kunci di dalam organisasi yang memengaruhi operasi
organisasi untuk mencapai tujuannya. Keunggulan suatu organisasi dan
manajemen dan manajemen akan ditentukan oleh cara bagaimana sebuah
organisasi memanajemeni lingkungan internal, seperti halnya bagaimana
meningkatkan kapabilitas suber daya manusianya untuk dapat merespon
secara cepat dan tepat perubahan yang terjadi serta bagaimana organisasi
memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi untuk kepentingan
organisasi. Lingkungan internal meliputi sumber daya manusia, sumber daya
finansial, sumber daya fisik, sumber daya informasi serta sumber-sumber
sistem dan teknologi, serta budaya dan sistem nilai.
a. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (human resources, HR), juga dinamakan
personalia (personnel), adalah orang yang bekerja dalam organisasi atau
orang
yang
melakukan
aktivitas-aktivitas
atau
pekerjaan
untuk
pencapaian tujuan organisasi. Sumber daya manusia atau orang yang
bekerja untuk mencapai tujuan organisasi dapat dibedakan atas manajer
dan karyawan.
28
1) Manajer
Manajer adalah orang yang memiliki tugas, kewajiban, dan
tanggung jawab mengelola sumber-sumber dan tugas-tugas untuk
mencapai tujuan organisasi. Ia adalah anggota organisasi dan karena
kedudukannya dalam organisasi berwenang untuk mengalokasi dan
mengkombinasi sumber-sumber untuk mencapai tujuan organisasi.
Tetapi tujuan organisasi dicapai melalui orang lain yang disebut. Ia
juga anggota organisasi yang menduduki satu posisi tertentu dalam
struktur organisasi. Singkatnya, tiap-tiap orang yang menduduki
posisi dalam struktur organisasi disebut manajer. Dalam proses
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan
berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus, akan diteliti manajer
bagian yang bertanggung jawab terhadap implementasi proses
tersebut.
2) Karyawan
Karyawan adalah orang yang melalui siapa tujuan dicapai.
Merekalah yang secara langsung mengerjakan berbagai pekerjaan
hingga tujuan tercapai. Kelompok ini bekerja jika diberi tugas dan
tanggung jawab atas pekerjaan yang harus dikerjakannya. Ia
mencapai hasil karena ia mengerjakannya sendiri, bukan melalui
orang lain, sehingga pencapaian tujuan mengandalkan tim kerja
(teamwork).
Semua
karyawan
(termasuk
manajer),
dapat
dideferensiasi sebagai lini (line) atau staf (staff). Line employees
29
adalah yang secara langsung menghasilkan barang atau barang-barang
(goods) dan jasa atau jasa-jasa (services). Orang yang bekerja di
bagian
produksi
(production),
rekayasa
(engineering),
dan
pengiriman barang (shipping), misalnya adalah karyawan lini.
Seorang manajer lini memanajemeni karyawan lini. Staff employees
adalah orang yang mendukung funsi lini. Misalnya, orang bekerja di
departemen Sumber Daya Manusia (Human Resources Department)
disebut karyawan staf sebab pekerjaan mereka adalah membantu
memberikan pelayanan untuk karyawan lini. Untuk pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan
pemeriksaan kesehatan khusus, akan diteliti karyawan yang terlibat ,
dokter perusahaan, dan perawat perusahaan.
b. Sumber Daya Material
Menurut Azwar (1996), sumber daya bukan manusia atau sumber
daya material adalah berbagai fasilitas atau sarana dan pra sarana yang
dibutuhkan untuk mendukung pencapaian tujuan. Sebab meskipun
manusia menjadi elemen penting dan menentukan dalam pencapaian
tujuan keorganisasian tetapi jika tidak disertai sumber daya material yang
memadai, maka tujuan yang sudah ditetapkan tidak akan tercapai secara
optimum. Misalnya, karyawan dapat bekerja produktif jika didukung oleh
lingkungan fisik organisasi atau lingkungan kerja yang representatif. Itu
sebabnya, jika manajer inigin meningkatkan produktivitas kerja karyawan
tidak cukup hanya memotivasi karyawan, memberi kompensasi, dan
30
meningkatkan keterampilan kerja mereka melalui pendidikan dan
pelatihan, melainkan juga harus didukung oleh sumber daya materil, serta
menyediakan lingkungan kerja yang kondusif dan sarana prasarana yang
memadai.
Termasuk sumber daya material adalah: sumber-sumber finansial,
(financial resources), sumber-sumber fisik (physical resources), dan
sumber-sumber informasi (information resources), dan ide-ide (ideas).
1) Finansial
Finansial ialah modal yang diperlukan untuk membiayai aktivitas,
baik untuk persediaan sumber daya materil maupun membayar upah
tenaga kerja. Untuk proses pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,
pemeriksaan
berkala,
dan
pemeriksaan
khusus
bagi
karyawan,
keseluruhan finansial ditanggung oleh perusahaan.
2) Fisik
Menurut Silalahi (2011), Salah satu sumber daya material adalah
sumber daya fisik. Fisik mencakup segala fasilitas yang dibutuhkan untuk
mendukung efisiensi dan efektivitas kerja, seperti: gedung, perlengkapan
kantor, lokasi, mesin-mesin, dan bahan mentah (raw materials) dan juga
berbagai peralatan teknik yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang
atau jasa.
Menurut Winarno (2007) fasilitas fisik bisa pula merupakan
sumber-sumber penting dalam organisasi. Seorang pelaksana mungkin
mempunyai staf yang memadai, mungkin memahami apa yang harus
31
dilakukan dan mungkin mempunyai wewenang untuk melakukan
tugasnya, tetapi tanpa fasilitas pendukung maka besar kemungkinan
implementasi yang direncanakan tidak akan berhasil.
Menurut Azwar (1996), fisik mencakup segala fasilitas yang
dibutuhkan untuk mendukung efisiensi dan efektivitas kerja, seperti:
gedung, perlengkapan kantor, lokasi, mesin-mesin, dan bahan mentah
(raw materials) dan juga berbagai peralatan teknik yang dibutuhkan
untuk menghasilkan barang atau jasa. Dalam pemeriksaan kesehatan,
fasilitas fisik merupakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan kegiatan tersebut. Fasilitas dapat dibagi menjadi dua, yaitu
fasilitas pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Untuk
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, fasilitas pemeriksaan fisik
terdiri dari alat-alat yang tersedia di poliklinik perusahaan yang
digunakan
untuk
melakukan
pemeriksaan
fisik.
Fasilitas
untuk
pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan sepenuhnya ditanggung
oleh vendor yang bekerja sama dengan perusahaan. Untuk pemeriksaan
khusus, fasilitas pemeriksaan kesehatan tergantung pada rumah sakit
yang menjadi provider perusahaan.
3) Informasi
Informasi, yaitu gambaran tentang hasil pelaksanaan aktivitas
maupun yang mendukung pelaksanaan aktivitas, baik lisan maupun
tulisan yang dibutuhkan pada saat tertentu, termasuk peraturan-peraturan
yang harus dipatuhi atau menjadi pedoman dalam melakukan pekerjaan.
32
Untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala, dan
pemeriksaan khusus, informasi diterima melalui standard operating
procedures serta dari hasil rapat dengan vendor.
4) Ide-ide
Ide-ide yaitu: pemikiran konseptual atau segala daya upaya termasuk
teknologi yang diciptakan dan digunakan untuk mengefektifkan dan
mengefisienkan pencapaian tujuan, seperti: metode, prosedur, teknik, dan
strategi yang digunakan. Dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,
pemeriksaan berkala, dan pemeriksaan khusus, ide-ide didapatkan dari
pendapat karyawan yang terlibat dalam proses tersebut.
b. Proses
Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan proses (process)
adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
Menurut Silalahi (2002), proses (process) adalah satu seri atau sekuensi
sistematik dari tindakan yang dilakukan manajer yang secara definitif
berkaitan dengan tujuan atau hasil yang ingin dicapai, atau satu cara
sistematik untuk mengerjakan sesuatu.
Menurut
Silalahi
(2011),
proses
konversi
atau
transformasi
(transformation process) ialah proses mengubah masukan menjadi keluaran.
Masukan ialah sumber-sumber yang diubah menjadi keluaran dan juga sarana
yang digunakan untuk mengubah.
33
Menurut Silalahi (2002), proses (process) adalah satu seri atau
sekuensi sistematik dari tindakan yang dilakukan manajer yang secara
definitif berkaitan dengan tujuan atau hasil yang ingin dicapai, atau satu cara
sistematik untuk mengerjakan sesuatu.
c. Keluaran
Menurut Silalahi (2011), keluaran (output) adalah barang dan jasa ata
hasil lainyya yang dihasilkan oleh organisasi.. Menurut Azwar (1996), yang
dimaksud dengan keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen
yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. Dalam
pemeriksaan kesehatan, output yang dimaksud adalah hasil pemeriksaan
kesehatan karyawan setelah pemeriksaan kesehatan, baik pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja, berkala, maupun khusus.
d. Umpan balik
Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed
back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari
sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam
pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor
pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan
khusus.
Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap
informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk
lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi
34
dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan
korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan proses
yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada sistem
sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem itu dapat
dimodifikasi.
e. Dampak
Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan dampak (impact)
adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem. Dampak dapat
dibagi menjadi dua kategori yaitu dampak langsung dan dampak tidak
langsung. Dampak langsung dari pemeriksaan kesehatan adalah kondisi yang
akan dialamai karyawan setelah menerima hasil dari pemeriksaan kesehatan.
Sedangkan dampak tidak langsung berhubungan dengan produktivitas
karyawan.
f. Lingkungan
Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan lingkungan
(environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem. Unsur lingkungan yang
berhubungan dengan pemeriksaan kesehatan adalah regulasi. Pemeriksaan
kesehatan diatur dalam pasal 8 Undang-Undang No. 01 Tahun 1970 tentang
Keselamatan
dan
Kesehatan
Kerja.
Untuk
teknis
pelaksanaannya,
pemeriksaan kesehatan diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 02 Tahun 1980.
35
Keenam unsur sistem ini saling berhubungan dan memengaruhi yang
secara sederhana dapat digambarkan dalam bagan berikut:
Lingkungan
Masukan
Proses
Keluaran
Dampak
Umpan Balik
Sumber: Azwar (1996)
Bagan 2.1
Hubungan Unsur-Unsur Sistem
C. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti
menggunakan teori unsur-unsur sistem yang terdapat dalam buku Azwar (1996)
yang terdiri dari masukan (input), proses (process), keluaran (output), dampak
(impact), umpan balik (feedback), dan lingkungan (environment).
36
Lingkungan
Masukan
Proses
Keluaran
Umpan Balik
Sumber: Azwar, 1996
Bagan 2.2
Kerangka Teori
Dampak
BAB III
KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Berpikir
Lingkungan
Input:
Proses:
Output:
1. Tenaga
Kesehatan:
a. Kompetensi
tenaga
kesehatan.
b. Jumlah
tenaga
kesehatan.
2. Fasilitas
Pemeriksaan
Kesehatan:
a. Kondisi
fasilitas
pemeriksaan
kesehatan
3. Kebijakan
a. Regulasi
b. SOP
1. Pemeriksaan
1. Hasil
pemeriksaan
kesehatan
sebelum bekerja.
2. Hasil
pemeriksaan
kesehatan
berkala dan
tindakan
intervensinya.
3. Hasil
pemeriksaan
kesehatan
khusus dan
tindakan
intervensinya.
Kesehatan Sebelum
Bekerja.
2. Pemeriksaan
Kesehatan Berkala
3. Pemeriksaan
Kesehatan Khusus
Umpan Balik:
a. Faktor pendukung
b. Faktor penghambat
Bagan 3.1
Kerangka Berpikir
37
38
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja memiliki tujuan agar pekerja berada
dalam kondisi yang baik sebelum bekerja. Dalam pelaksanaannya di Indonesia,
Pemeriksaan kesehatan diatur dalam Permenakertrans No. 02 tahun 1980.
Dalam hal ini, peneliti ingin melihat gambaran implementasi pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan khusus di PT. Frisian Flag Indonesia serta
faktor-faktor pendukung dan penghambat yang selama ini dialami perusahaan dalam
mengimplementasikan kebijakan tersebut. Untuk prosedur penelitian, peneliti
menggunakan teori sistem menurut Azwar (1996).
Variabel-variabel yang akan diteliti dibagi menjadi lima kategori yaitu input,
proses, output, umpan balik, dan lingkungan. Pada kategori input, variabel yang
akan diteliti adalah tenaga kesehatan, fasilitas pemeriksaan kesehatan, dan kebijakan
yang terkait dengan pemeriksaan kesehatan yaitu regulasi dan Standard Operating
Procedure (SOP) pemeriksaan kesehatan.
Untuk kategori proses, variabel yang akan diteliti adalah proses pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja kepada calon karyawan, proses pemeriksaan kesehatan
berkala kepada karyawan terutama di bagian produksi, serta proses pemeriksaan
kesehatan khusus bagi karyawan. Untuk kategori output, variabel yang akan diteliti
berupa hasil dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan, hasil
dari pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan dan intervensinya, serta hasil
dari pemeriksaan kesehatan khusus dan intervensinya.
Untuk kategori umpan balik, variabel yang akan diteliti adalah faktor
pendukung dan faktor penghambat proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan di
PT. Frisian Flag Indonesia. Untuk kategori lingkungan, variabel yang akan diteliti
39
adalah pengawasan dari pihak pembuat regulasi mengenai pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan kepada karyawan PT. FFI, baik pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,
pemeriksaan
kesehatan
berkala,
maupun
pemeriksaan
kesehatan
khusus.
40
B. Definisi Istilah
Tabel 3.1
Definisi Istilah
Substansi Penelitian
A. Input
1. Tenaga Kesehatan
a. Kompetensi
tenaga kesehatan
b. Jumlah tenaga
kesehatan
Definisi Istilah
Cara
Pengambilan
Data
Alat Ukur
Hasil Ukur
Sumber
Informan
Persyaratan yang harus
dipenuhi untuk menjadi
dokter dan perawat di
PT. FFI
Telaah dokumen,
wawancara
mendalam
Informasi tentang
kondisi tenaga
kesehatan apakah
kompeten atau
tidak.
a. HR
b. SHE
c. Dokter
Perusahaan
d. Perawat
Jumlah dokter dan
perawat perusahaan
yang melaksanakan
pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja,
berkala, dan khusus
Observasi,
wawancara
mendalam
Sertifikat
hiperkes, surat
pengangkatan
dokter dan
perawat, surat izin
praktik dokter,
surat izin kerja
perawat.
Wawancara
mendalam
Pedoman
observasi
Pedoman
wawancara
mendalam
Informasi tentang
Jumlah dokter dan
perawat
perusahaan yang
melaksanakan
pemeriksaan
kesehatan
sebelum bekerja,
berkala, dan
khusus
a. HR
b. SHE
c. Dokter
Perusahaan
d. Perawat
e. Karyawan
41
Tabel 3.1 (lanjutan)
Definisi Istilah
Input
Substansi
Penelitian
Definisi Istilah
2. Fasilitas
pemeriksaan
Kesehatan
Sarana dan prasarana
untuk pelaksanaan
kesehatan sebelum
bekerja, berkala, dan
khusus.
3. Kebijakan
a. Regulasi
Peraturan yang
disusun oleh
pemerintah tentang
pemeriksaan
kesehatan yang
tercantum dalam UU
K3 No. 01 tahun
1970 dan Permenaker
No.02 tahun 1980
tentang pemeriksaan
kesehatan.
Cara
Pengambilan
Data
Observasi,
wawancara
mendalam
Alat Ukur
Hasil Ukur
Sumber
Informan
Pedoman
observasi.
Pedoman
wawancara
mendalam
Informasi
mengenai
kondisi sarana
dan prasarana
untuk
pemeriksaan
kesehatan
sebelum bekerja,
berkala, dan
khusus
a. HR
b. SHE
c. Dokter
Perusahaan
d. Perawat
e. Karyawan
Informasi
tentang
Peraturan yang
disusun oleh
pemerintah
tentang
pemeriksaan
kesehatan yang
tercantum dalam
UU K3 No. 01
tahun 1970 dan
Permenaker
No.02 tahun
1980 tentang
pemeriksaan
kesehatan.
a. HR
Telaah dokumen UU K3 No. 01
Wawancara
tahun 1970
mendalam
Permenakertrans
No. 02 Tahun
1980.
Pedoman
wawancara
mendalam.
42
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Definisi Istilah
b. Standard
Operating
Procedure
(SOP)
Peraturan teknis
pelaksanaan
pemeriksaan
kesehatan sebelum
bekerja, berkala, dan
khusus yang disusun
oleh PT. FFI
Telaah dokumen SOP
Wawancara
pemeriksaan
mendalam
kesehatan PT.
FFI
Pedoman
wawancara
Informasi
a. HR
tentang
peraturan teknis
pelaksanaan
pemeriksaan
kesehatan
sebelum bekerja,
berkala, dan
khusus yang
disusun oleh PT.
FFI
Observasi
Telaah dokumen.
Wawancara
mendalam
SOP pemeriksaan
kesehatan.
Pedoman
wawancara
mendalam
Informasi tentang
proses
penyelenggaraan
pemeriksaan
kesehatan
sebelum bekerja.
a. HR
b. SHE
c. Dokter
Perusahaan
d. Perawat
e. Karyawan
produksi
Observasi
Telaah dokumen.
Wawancara
mendalam
SOP pemeriksaan
kesehatan.
Pedoman
wawancara
mendalam
Informasi tentang
proses
penyelenggaraan
pemeriksaan
kesehatan berkala.
a. HR
b. SHE
c. Dokter
Perusahaan
d. Perawat
e. Karyawan
produksi
B. Proses 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Pelaksanaan
Tahapan/alur
pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja.
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pelaksanaan
Tahapan/alur
pelaksanaan
pemeriksaan berkala.
43
Tabel 3.1 (lanjutan)
Definisi Istilah
Substansi Penelitian
Definisi Istilah
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
a. Pelaksanaan
Tahapan/alur
pelaksanaan
pemeriksaan khusus.
C. Output 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Hasil pemeriksaan
Laporan hasil
kesehatan.
pemeriksaan yang
berupa laporan
pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan
laboratorium.
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Hasil pemeriksaan
Laporan hasil
kesehatan berkala
pemeriksaan yang
berupa laporan
pemeriksaan fisik,
laboratorium,
pemeriksaan tambahan,
dan intervensinya
Cara
Pengambilan
Data
Alat Ukur
Hasil Ukur
Sumber
Informan
Telaah dokumen.
Wawancara
mendalam
SOP pemeriksaan
kesehatan.
Pedoman
wawancara
mendalam
Informasi tentang
proses
penyelenggaraan
pemeriksaan
kesehatan khusus.
a. HR
b. SHE
c. Dokter
Perusahaan
d. Perawat
e. Karyawan
produksi
Wawancara
mendalam
Pedoman
wawancara
mendalam
Informasi tentang
laporan hasil
pemeriksaan yang
berupa laporan
pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan
laboratorium..
a. HR
Wawancara
mendalam
Pedoman
wawancara
mendalam
Informasi tentang
hasil pemeriksaan
pemeriksaan fisik,
laboratorium, dan
tambahan dan
intervensinya
a. HR
44
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Definisi Istilah
Substansi
Penelitian
Definisi Istilah
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Hasil pemeriksaan
Laporan hasil
kesehatan khusus
pemeriksaan yang
berupa pemeriksaan
fisik, laboratorium,
pemeriksaan
tambahan, dan
intervensinya.
4. Umpan Balik Umpan balik proses Gambaran
pelaksanaan
pelaksanaan
pemeriksaan
pemeriksaan
kesehatan sebelum
kesehatan sebelum
bekerja, berkala, dan bekerja, berkala, dan
khusus.
khusus yang berupa
faktor pendukung dan
faktor penghambat
pada input, proses,
dan output.
5. Lingkungan
Lingkungan
Pengawasan dari
pihak pembuat
regulasi terhadap
pelaksanaan
pemeriksaan
kesehatan sebelum
bekerja, berkala, dan
khusus.
Cara
Pengambilan
Data
Alat Ukur
Hasil Ukur
Sumber
Informan
Wawancara
mendalam
Pedoman
wawancara
mendalam
a. HR
Wawancara
mendalam
Pedoman
wawancara
mendalam
Wawancara
mendalam
Pedoman
wawancara
mendalam
Informasi tentang
Informasi tentang
hasil pemeriksaan
pemeriksaan fisik,
laboratorium, dan
tambahan dan
intervensinya
Informasi tentang
gambaran
pelaksanaan
pemeriksaan
kesehatan sebelum
bekerja, berkala, dan
khusus yang berupa
faktor pendukung
dan faktor
penghambat pada
input, proses, dan
output.
Informasi tentang
pengawasan dari
pihak pembuat
regulasi terhadap
pelaksanaan
pemeriksaan
kesehatan sebelum
bekerja, berkala, dan
khusus.
a. HR
b. SHE
c. Dokter
Perusahaan
d. Perawat
a. HR
b. Dokter
Perusahaan
c. Perawat
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif untuk mengetahui gambaran
implementasi pemeriksaan kesehatan, faktor-faktor apa saja yang mendukung dan
menghambat yang dialami perusahaan dalam proses implementasi pemeriksaan
kesehatan, serta bagaimana hambatan tersebut dapat diatasi oleh perusahaan.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Frisian Flag Indonesia pada Oktober Nopember 2012.
C. Informan
Pengambilan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling, yang didasari oleh pertimbangan peneliti berdasarkan ciri-ciri atau sifat
informan yang berhubungan dengan penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri
dari informan kunci, informan utama, dan informan pendukung. Informan kunci dari
penelitian ini adalah karyawan dari Human Resources Operational yang
bertanggung jawab dengan pemeriksaan kesehatan. Informan utama dari penelitian
45
46
ini adalah staf bagian Safety Health and Environment (SHE), Dokter perusahaan, dan
Perawat perusahaan. Informan pendukung untuk penelitian ini adalah karyawan di
bagian produksi PT. Frisian Flag Indonesia. Jumlah informan dapat mengalami
perubahan sesuai dengan kondisi pada saat di lapangan.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri yaitu
mahasiswi peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta karena peneliti sebagai pengumpul data yang memengaruhi
terhadap faktor instrumen. Untuk data yang diperlukan, peneliti menggunakan
instrumen berupa:
1. Pedoman wawancara
2. Lembar observasi untuk mengetahui fasilitas pemeriksaan kesehatan
3. Daftar dokumen yang diperlukan untuk analisis
4. Laptop
5. Alat perekam
6. Kertas catatan
7. Alat tulis
E. Sumber Data
Data Primer
Data Sekunder
A. Input
1. Tenaga Kesehatan
a. Wawancara mendalam untuk
a. Sertifikat hiperkes, surat pengangkatan
47
mengetahui persyaratan yang harus
dokter dan perawat perusahaan, surat
dipenuhi untuk menjadi dokter dan
izin praktik dokter, dan surat izin kerja
perawat perusahaan.
perawat ditelaah untuk mengetahui
persyaratan yang harus dipenuhi untuk
menjadi dokter dan perawat
perusahaan.
b. Observasi dan wawancara
b. Regulasi yang terkait dengan
mendalam untuk mengetahui
pemeriksaan kesehatan yaitu Undang-
jumlah dokter dan perawat
Undang No. 01 Tahun 1970 tentang
perusahaan yang melaksanakan
Keselamatan Kerja dan Peraturan
pemeriksaan kesehatan sebelum
Menteri Tenaga Kerja dan
bekerja, berkala, dan khusus.
Transmigrasi No. 02 Tahun 1980
tentang Pemeriksaan Kesehatan
c. Standard Operating Procedure untuk
mengetahui peraturan yang dibuat oleh
pihak perusahaan mengenai teknis
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan di
PT. FFI.
2. Fasilitas
Observasi dan wawancara mendalam
digunakan untuk mengetahui kondisi
sarana dan prasarana yang digunakan
48
dalam pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja, berkala, dan khusus.
3. Standard Operating Procedure
Telaah Standard Operating Procedure
(SOP)
B. Proses
1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Pelaksanaan
Wawancara mendalam digunakan untuk
Telaah SOP digunakan untuk
mengetahui informasi tentang proses
mengetahui informasi tentang proses
penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan
perencanaan pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja.
sebelum bekerja.
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pelaksanaan
Wawancara mendalam digunakan untuk
Telaah SOP digunakan untuk
mengetahui informasi tentang proses
mengetahui informasi tentang proses
penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan
perencanaan pemeriksaan kesehatan
berkala.
berkala.
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Pelaksanaan
Wawancara mendalam digunakan untuk
Telaah SOP digunakan untuk
mengetahui informasi tentang proses
mengetahui informasi tentang proses
49
penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan
perencanaan pemeriksaan kesehatan
khusus.
khusus.
C. Output
1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Wawancara mendalam untuk
mengetahui informasi tentang status
kesehatan calon karyawan.
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Wawancara mendalam untuk
mengetahui informasi tentang status
kesehatan karyawan.
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Wawancara mendalam untuk
mengetahui informasi tentang status
kesehatan calon karyawan.
D. Dampak Langsung
Wawancara mendalam untuk
mengetahui informasi tentang status
kesehatan karyawan dan intervensi
tidak lanjutnya.
E. Umpan Balik
Wawancara mendalam untuk
50
mengetahui informasi tentang umpan
balik dari hasil output dan dampak
langsung yang berupa faktor pendukung
dan penghambat.
F. Lingkungan
Wawancara mendalam untuk
mengetahui informasi tentang
pengawasan dari pihak pembuat
regulasi terhadap pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja, berkala, dan khusus.
F. Pengumpulan Data
1. Observasi
Menurut Marsshall dan Rossman (2006), pengamatan ialah kegiatan
keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu
utamanya selain indera lainnya, seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit.
Usman dan Akbar (1996) menyatakan bahwa pengamatan menjadi salah satu
teknik
pengumpulan
data
jika
disesuaikan
dengan
tujuan
penelitian,
direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol reliabilitas dan
kebenarannya. Teknik pengamatan yang dilakukan peneliti adalah pengamatan
terbuka, yaitu pengamatan yang mana keberadaan pengamat diketahui oleh
51
subjek yang diteliti dan subjek memberikan kesempatan kepada pengamat untuk
mengamati peristiwa yang terjadi dan subjek menyadari adanya orang yang
mengamati apa yang subjek kerjakan (Prastowo, 2010). Kedudukan peneliti
dalam proses pengamatan ini adalah sebagai pengamat pebuh, yaitu peneliti
dengan bebas mengamati secara jelas subjeknya (Moleong, 2007). Dalam
penelitian ini, observasi dilakukan oleh peneliti
untuk melihat bagaimana
kondisi fasilitas pemeriksaan kesehatan di poliklinik PT. Frisian Flag Indonesia.
2. Telaah Dokumen
Dokumen yang akan diamati dalam penelitian adalah dokumen resmi
jenis dokumen internal. Dokumen internal berupa data kunjungan pekerja ke
poliklinik, data tingkat kehadiran karyawan bagian produksi, dan Standar
Operating Procedure (SOP) untuk pemeriksaan kesehatan yang hanya digunakan
oleh perusahaan.
Dokumen seperti itu dapat menyajikan informasi tentang
keadaan, aturan, disiplin, dan dapat memberikan petunjuk tentang gaya
kepemimpinan (Prastowo, 2010).
Dokumen memiliki manfaat yang besar dalam penelitian. Dokumen
bermanfaat dalam penajaman latar belakang penelitian. Selain itu, dokumen juga
bermanfaat dalam proses triangulasi data. Dokumen resmi yang akan ditelaah
dalam penelitian ini adalah data sekunder perusahaan.
3. Foto
Penggunaan foto untuk melengkapi sumber data jelas sekali besar
manfaatnya. Hanya perlu diberi catatan khusus tentang keadaan dalam foto yang
biasanya (Moleong, 2007). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan foto
52
untuk mendokumentasikan proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala di
PT. Frisian Flag Indonesia.
4. Wawancara Mendalam
Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara sebagai berikut: wawancara
adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam (Sugiyono, 2007).
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui gambaran implementasi
pemeriksaan kesehatan secara lebih mendalam melalui teknik wawancara
mendalam.
G. Keabsahan Data
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian
terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2007). Dalam
penelitian ini, peneliti melakukan triangulasi teknik pengumpulan data dan
triangulasi sumber. Keabsahan hasil observasi, telaah dokumen, dan hasil
wawancara mendalam dilakukan menggunakan trianggulasi teknik pengumpulan
data. Sedangkan kebsahan hasil wawancara mendalam dilakukan triangulasi sumber.
53
H. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari seluruh informan melalui
wawancara mendalam dan didukung dengan hasil observasi serta dokumendokumen yang telah dikumpulkan.
2. Data yang telah terkumpul kemudian dibuat dan disusun dalam bentuk transkrip
data, yaitu membuat catatan hasil wawancara seperti apa adanya, termasuk
mencatat kembali hasil wawancara dan rekaman.
3. Data yang telah disusun dalam bentuk transkrip selanjutnya dianalisis
menggunakan teori hubungan unsur-unsur sistem Azwar.
I. Penyajian Data
Data yang telah diperoleh disajikan dalam bentuk narasi dan dilengkapi
dengan matriks hasil wawancara. Penyajian data akan didukung dengan hasil
observasi dan telaah dokumen.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
Dikenal dengan nama Susu Bendera oleh masyaratakat Indonesia, Frisian
Flag telah memimpin industri susu nasional selama 90 tahun. Semua berawal dari
tahun 1922 ketika susu dengan merk Friesche Vlag mulai diimpor dari Cooperative
Condesfabriek Friesland yang kini telah menjadi Royal Friesland Campina.
Sebagai bagian dari keluarga multinasional, PT Frisian Flag Indonesia
mengedepankan pengalaman global dan kerja sama jangka panjang dengan para
peternak Indonesia untuk tetap menjadi leadaer dalam menghasilkan produk-produk
bergizi berbasis susu. Hal ini dilakukan dengan memproduksi dan memasarkan
aneka produk termasuk susu bubuk, susu cair siap minum, dan susu kental manis
dengan merk-merk Frisian Flag, Yes! dan Omela.
Perusahaan ini memiliki dua buah buah pabrik berteknologi canggih yaitu di
Pasar Rebo dan Ciracas, Jakarta. PT Frisian Flag juga menaungi 1700 karyawan
yang bekerja di seluruh penjuru Indonesia. PT. Frisian Flag Indonesia berkomitmen
untuk senantiasa menghasilkan produk-produk susu bergizi yang dapat terjangkau
oleh semua kalangan masyarakat. Selain itu, PT. Frisian Flag Indonesia juga terus
berupaya untuk meningkatkan kesadaran gizi masyarakat melalui beragam program.
Semua ini dilakukan sebagai wujud visi perusahaan untuk turut berkontribusi
terhadap perkembangan bangsa.
54
55
Dalam memproduksi dan mendistribusikan produk-produk berbasis susu. PT.
Frisian Flag Indonesia tidak hanya mengikuti standar nasional dan internasional,
namun juga mengadvokasi kepada para pemangku kepentingan untuk senantiasa
mendukung perkembangan holistik anak dan mempromosikan ASI eksklusif sesuai
dengan petunjuk WHO.
B. Karakteristik Informan
1. Staf Human Resources Operational Department
Staf Human resources Operational Departement yang menjadi informan
kunci dalam penelitian ini adalah staf wanita. Salah satu deskripsi tugas dari staf
HRO adalah berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di
Poliklinik perusahaan dan penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan, baik
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala,
maupun pemeriksaan kesehatan khusus.
2. Dokter Perusahaan
Dokter perusahaan adalah dokter yang telah sah diangkat menjadi dokter
perusahaan di PT. FFI. Dokter perusahaan yang bertugas telah memenuhi
persyaratan untuk menjadi seorang dokter perusahaan yang telah ditetapkan
dalam regulasi, yaitu memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes. Dalam pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, dokter perusahaan bertugas untuk
melakukan pemeriksaan fisik calon karyawan dan mengevaluasi hasil
pemeriksaan fisik dan laboratorium dari calon karyawan sebelum dilaporkan ke
pihak HRD.
56
Pada pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala, tugas dokter
perusahaan adalah ikut serta dalam tahap perancanaan yaitu pemilihan vendor
yang akan bekerja sama dengan perusahaan. Selain itu, dokter perusahaan
bertugas untuk mengevaluasi hasil pemeriksaan kesehatan berkala karyawan dari
pihak vendor. dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter perusahaan dapat
memutuskan apakah karyawan harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut atau
tidak. Pada pemeriksaan kesehatan khusus, dokter perusahaan bertugas untuk
melihat hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh karyawan di rumah sakit
provider.
3. Perawat Perusahaan
Perawat perusahaan adalah perawat yang telah sah diangkat menjadi
perawat perusahaan PT. FFI. Perawat perusahaan telah mengikuti pelatihan
Hiperkes dengan bukti sertifikat pelatihan Hiperkes. Dalam pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja dan berkala, perawat perusahaan bertugas menjadi
asisten dokter perusahaan. Untuk pemeriksaan kesehatan khusus, perawat
perusahaan bertugas untuk merekapitulasi laporan dari rumah sakit provider
tentang hasil pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh karyawan untuk
dilaporkan kepada pihak HRO.
4. Safety Health and Environment Department
Dalam penelitian ini, informan dari pihak SHE berjumlah dua orang pria.
Informan yang pertama adalah karyawan SHE dan informan kedua adalah Safety
Officer PT. FFI. Tugas SHE dalam pemeriksaan kesehatan adalah ikut serta
57
dalam proses penentuan vendor dan evaluasi pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan.
5. Karyawan Bagian Produksi
Informan pendukung dalam penelitian ini adalah beberapa karyawan
yang bekerja di bagian produksi. Seluruh karyawan yang bertugas di bagian
produksi adalah pria. Kriteria pemilihan informan pendukung adalah karyawan
yang telah bekerja lebih dari dua tahun di PT. FFI dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi yang akurat tentang pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan
khusus.
C. Input
1. Tenaga Kesehatan
a. Kompetensi Tenaga Kesehatan
Tabel 5.1
Hasil Penelitian Kompetensi Tenaga Kesehatan
Hasil Observasi
Pemeriksaan
Tidak dilakukan observasi.
Hasil Telaah Dokumen
Hasil Wawancara Mendalam
Kompetensi tenaga kesehatan Kompetensi tenaga kesehatan yang
Kesehatan
yang
bertugas
untuk bertugas untuk pemeriksaan fisik
Sebelum Bekerja
pemeriksaan fisik pada calon pada
calon
karyawan telah memenuhi syarat memenuhi
yang
telah
ditetapkan
karyawan
syarat
yang
telah
telah
oleh ditetapkan oleh Permenakertrans
Permenakertrans No. 02. Tahun No. 02. Tahun 1980 tentang
1980
tentang
Kesehatan
dan
Pelayanan
Medik
Departemen
dan
Pemeriksaan Pemeriksaan
dan
Pedoman Pedoman Pelayanan Medik di
di
Klinik Klinik
Departemen
dan
Perusahaan Perusahaan Kemenkes RI Tahun
Kemenkes RI Tahun 2008. Hasil 2008.
dapat dilihat secara lebih jelas di
lampiran hasil telaah dokumen.
54
Kesehatan
59
Tabel 5.1 (Lanjutan)
Hasil Penelitian Kompetensi Tenaga Kesehatan
Hasil Observasi
Pemeriksaan
Tidak dilakukan observasi.
Hasil Telaah Dokumen
Tidak
dilakukan
dokumen.
Kesehatan Berkala
Hasil Wawancara Mendalam
telaah Kompetensi tenaga kesehatan yang
bertugas
kesehatan
untuk
pemeriksaan
berkala
kepada
karyawan adalah tanggung jawab
dari vendor yang bekerja sama
dengan perusahaan.
Pemeriksaan
Kesehatan Khusus
Tidak dilakukan observasi.
Tidak
dokumen.
dilakukan
telaah Kompetensi tenaga kesehatan yang
bertugas
kesehatan
untuk
khusus
pemeriksaan
kepada
karyawan adalah tanggung jawab
dari rumah sakit provider yang
bekerja sama dengan perusahaan.
60
1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci yang
merupakan pihak Human Resources Operational, untuk pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja, HRO mengungkapkan bahwa kompetensi
tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter perusahaan dan perawat
perusahaan di PT. FFI telah sesuai standar yang telah ditetapkan, yaitu
memiliki sertifikat Hiperkes, surat izin praktik untuk dokter, dan surat
izin kerja bagi perawat. Berikut kutipan hasil wawancara dengan
informan kunci.
“… Sejauh ini ya memenuhi standar lah… Gitu. Pokonya
kita ikutin aja sesuai ketentuannya dari pemerintah. Kan harus
ada tuh dia harus punya sertifikat ini, dan sebagainya, gitu kan.
Dan itu juga ada izinnya kan, iya, gitu…”
Menurut hasil wawancara dengan informan utama yang terdiri
dari dokter perusahaan, perawat perusahaan, dan SHE, Untuk
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, informan mengungkapkan
bahwa tenaga kesehatan di perusahaan telah memenuhi standar yang telah
ditetapkan oleh pemerintah, yaitu salah satunya memiliki sertifikat telah
melaksanakan pelatihan Hiperkes. Berikut ini kutipan hasil wawancara
dengan dokter perusahaan:
“… Dari persyaratan yang harus dipenuhi juga sudah kita
penuhi contohnya sertifikat hiperkes…”
Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan:
61
“… Kalau itu sih, ya di sini sih sudah sesuai… kan kita
diaudit segala macam kan, itu pasti diacc berarti kita udah
memenuhi syarat dong, kan gitu…”
Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan SHE:
“… Kalau secara dokter klinik, dokter W itu bagus, dari
segi apa… kemampuan dia untuk menganalisa, apakah si
karyawan itu mengidap suatu penyakit, terus apakah dia cocok di
area tempat bekerja yang akan ditempatkan, itu bagus, cukup
bagus dari segi kompetensinya…” (SHE).
“… Ya ke situ juga (regulasi)… Ya, udah bagus lah. Sudah
bagus…” (Safety Officer).
Hasil wawancara kepada informan kunci dan utama didukung
dengan telaah dokumen yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti melihat dan
membaca secara langsung persyaratan yang telah dipenuhi oleh tenaga
kesehatan yang bertugas di poliklinik perusahaan. Dokter perusahaan
memiliki Sertifikat Pelatihan Hiperkes sebagai bukti bahwa dokter yang
bertugas telah mengikuti pelatihan Hiperkes. Dokter perusahaan juga
telah memiliki Surat Izin Praktik sebagai bukti bahwa sebelum bekerja di
perusahaan, dokter telah memiliki izin praktik dan sebagai bukti bahwa
dokter yang bertugas telah memiliki pengalaman praktik di tempat lain
sebelum diangkat menjadi dokter perusahaan. Surat Pengangkatan Dokter
Perusahaan merupakan bukti bahwa dokter telah secara sah diangkat
62
sebagai dokter perusahaan di PT. Frisian Flag Indonesia Plant Pasar
Rebo.
Perawat perusahaan, berdasarkan telaah dokumen, memiliki
Sertifikat Pelatihan Hiperkes sebagai bukti bahwa perawat yang bertugas
telah mengikuti pelatihan Hiperkes. Perawat perusahaan juga telah
memiliki Surat Izin Kerja sebagai bukti bahwa sebelum bekerja di
perusahaan, dokter telah memiliki izin kerja dan sebagai bukti bahwa
perawat yang bertugas telah memiliki pengalaman bekerja di tempat lain
sebelum diangkat menjadi perawat perusahaan. Surat Pengangkatan
Perawat Perusahaan merupakan bukti bahwa perawat telah secara sah
diangkat sebagai perawat perusahaan di PT. Frisian Flag Indonesia Plant
Pasar Rebo.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen,
kompetensi dari tenaga kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja di PT. FFI telah sesuai dengan kriteria yang telah disebutkan di
atas. Kompetensi dokter yang telah dipenuhi yaitu dokter perusahaan
telah memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes, mempunyai surat tanda
registrasi dan surat izin praktik, dan mampu melaksanakan pelayanan
medik sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Kompetensi
perawat perusahaan juga telah sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan yaitu perawat telah memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes,
memiliki surat izin kerja perawat, mampu melaksanakan asistensi dokter
sesuai
dengan
kompetensi
dan
kewenangannya,
dan
mampu
63
melaksanakan
asuhan
keperawatan
sesuai
kompetensi
dan
kewenangannya.
2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, untuk
pemeriksaan kesehatan berkala, kompetensi tenaga kesehatan yang
bertugas merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari vendor yang
bekerja sama dengan perusahaan. Berikut kutipan hasil wawancara
dengan informan kunci:
“… kalau untuk staf MCU… itu wewenangnya vendor
ya… kita di sini tinggal ikutin aja… gitu…”
Sedangkan untuk pemeriksaan kesehatan berkala, berdasarkan
hasil wawancara dengan informan utama, kompetensi tenaga kesehatan
merupakan tanggung jawab dari pihak yang bekerja sama dengan
perusahaan yaitu pihak vendor. Berikut kutipan hasil wawancara dengan
dokter perusahaan:
“… Untuk yang MCU, staf berikut fasilitas penunjang
pelaksanaan menjadi tanggung jawab vendor…”
Berikut kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan:
“… kalau soal yang itu, kita serahin ke vendor sama
provider…”
Berikut hasil wawancara dengan SHE:
“… Oh, iya, yang tahun kemarin itu bagus…” (SHE).
64
“… Ya, udah bagus lah. Sudah bagus…” (Safety Officer)
Berdasarkan hasil penelitian, kompetensi tenaga kesehatan yang
bertugas pada saat pelaksanaan kesehatan berkala sepenuhnya menjadi
tanggung jawab vendor.
3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Berdasarkan
wawancara
dengan
informan
kunci,
untuk
pemeriksaan kesehatan khusus, kompetensi tenaga kesehatan menjadi
tanggung jawab penuh rumah sakit yang bekerja sama dengan
perusahaan. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan kunci:
“… kalau untuk staf dan sarana yang di RS, itu
wewenangnya RSnya ya… kita di sini tinggal ikutin aja… gitu…”
Sedangkan untuk pemeriksaan kesehatan khusus, berdasarkan
hasil wawancara dengan informan utama, kompetensi tenaga kesehatan
merupakan tanggung jawab dari pihak yang bekerja sama dengan
perusahaan yaitu pihak rumah sakit yang menjadi provider perusahaan,
Dari 160 provider pemeriksaan kesehatan khusus yang bekerja sama
dengan perusahaan yang di dalamnya termasuk juga rumah sakit, ada
beberapa rumah sakit yang kompetensi tenaga kesehatannya telah sesuai,
namun, terdapat juga beberapa rumah sakit yang memerlukan peninjauan
ulang dalam kompetensi tenaga kesehatannya. Berikut kutipan hasil
wawancara dengan dokter perusahaan:
65
“… Begitu juga dengan yang di rumah sakit, staf berikut
fasilitasnya jadi tanggung jawab provider…”
Berikut kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan:
“… kalau soal yang itu, kita serahin ke vendor sama
provider…”
Berikut kutipan hasil wawancara dengan SHE:
“… Nah ini memang, secara umum kalau rumah sakitrumah sakit yang jadi klien frisian flag ini udah bagus… Tapi
memang, tapi memang mungkin ada beberapa rumah sakit yang
direview kembali…” (SHE)
“…Sekarang dokternya banyak. Jadi lebih OK lagi saat
ini...” (Safety Officer)
Berdasarkan hasil penelitian, kompetensi tenaga kesehatan untuk
pemeriksaan kesehatan khusus sepenuhnya menjadi tanggung jawab
rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan. Perusahaan telah
menjalin kerjasama dengan 160 rumah sakit, klinik, serta apotek yang
tersebar di daerah Jabodetabek. Namun, ada beberapa rumah sakit yang
memerlukan
kesehatannya.
peninjauan
ulang
dalam
hal
kompetensi
tenaga
66
b. Jumlah Tenaga Kesehatan
Tabel 5.2
Hasil Penelitian Jumlah Tenaga Kesehatan
Hasil Observasi
tenaga
Hasil Telaah Dokumen
Hasil Wawancara Mendalam
Pemeriksaan
Jumlah
Kesehatan
yang bertugas pada pagi hari bertugas
Sebelum Bekerja
berjumlah dua orang. Tenaga kesehatan sebelum bekerja telah karyawan, menurut informan kunci
kesehatan
terdiri
dari
yang
satu
kesehatan Jumlah tenaga kesehatan yang Jumlah tenaga kerja yang bertugas
bertugas mencukupi
untuk
pemeriksaan untuk pemeriksaan fisik calon
sesuai
dengan dan utama sudah mencukupi, yaitu
Dokter Pedoman Pelayanan Medik di terdiri dari satu dokter perusahaan
perusahaan dan satu perawat.
Klinik
Departemen
Perusahaan
Kesehatan
dan dan
satu
Kementerian Menurut
RI (2008),
perawat
perusahaan.
informan
pendukung,
jumlah jumlah tenaga kesehatan kurang
dokter perusahaan minimal di karena
jadwal
penyelenggaraan
klinik perusahaan adalah satu pemeriksaan kesehatan sebelum
orang dan untuk perawat minimal bekerja bersamaan dengan jadwal
berjumlah satu orang.
pelayanan poliklinik.
67
Tabel 5.2 (Lanjutan)
Hasil Penelitian Jumlah Tenaga Kesehatan
Hasil Observasi
Pemeriksaan
Tidak dilakukan observasi.
Hasil Telaah Dokumen
Tidak
dilakukan
dokumen.
Kesehatan
Hasil Wawancara Mendalam
telaah Jumlah tenaga kerja yang bertugas
untuk pemeriksaan berkala merupakan
tanggung jawab vendor yang bekerja
Berkala
sama
dengan
perusahaan.
Untuk
pemeriksaan kesehatan berkala tahun
2012, jumlah tenaga kesehatan yang
bertugas jauh lebih banyak dari tahuntahun sebelumnya.
Pemeriksaan
Kesehatan
Khusus
Tidak dilakukan observasi.
Tidak
dokumen.
dilakukan
telaah Jumlah tenaga kerja yang bertugas
untuk pemeriksaan kesehatan khusus
merupakan tanggung jawab vendor
yang bekerja sama dengan perusahaan.
Untuk pemeriksaan kesehatan berkala
tahun 2012, jumlah tenaga kesehatan
yang bertugas jauh lebih banyak dari
tahun-tahun sebelumnya.
68
1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, HRO
mengungkapkan bahwa jumlah tenaga kesehatan yang selama ini
bertugas di perusahaan sudah cukup untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja yaitu terdiri dari satu dokter perusahaan dan
satu perawat perusahaan. Alasan dari pendapat tersebut adalah selama ini
perusahaan bekerja sama dengan beberapa rumah sakit dan laboratorium
yang jumlahnya mencapai 160 rumah sakit, laboratorium dan apotek,
sehingga tenaga kesehatan yang dibutuhkan untuk keperluan internal
dirasa sudah cukup. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan
kunci:
“… Sejauh ini… melayani di internal di sini aja kalau
menurut aku sih udah cukup. Gitu…”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, untuk
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, menurut Dokter perusahaan,
jumlah tenaga kesehatan di poliklinik sudah memadai yaitu satu dokter
perusahaan dan satu perawat peusahaan, namun terdapat tugas tambahan
untuk perawat perusahaan yang ditakutkan akan mengganggu kinerja
perawat. Menurut perawat perusahaan, apabila ditinjau dari kondisi
selama ini, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas sudah memenuhi
syarat dengan bukti dikeluarkannya izin operasi poliklinik dari
69
Kemenkes. Menurut SHE, jumlah tenaga kesehatan di PT. FFI sudah
sesuai. Berikut kutipan hasi wawancara dengan dokter perusahaan:
“… Ya sementara ini, yang kalau untuk polikliniknya
sendiri sudah memadai…”
Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan:
“… Kalau itu sih, kalau masalah kurang atau ga kurang
sih, ya di sini sih sudah sesuai, buktinya izinnya udah keluar kan,
berarti udah sesuai…”
Berikut kutipan hasil wawancara dengan SHE:
“… Untuk sebelum kerja, cukup. Karena kita kan dibantu
sama eksternal lab itu…” (SHE)
“… Ya, udah bagus lah. Sudah bagus…” (Safety Officer)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung, untuk
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, menurut beberapa karyawan
produksi, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas masih kurang karena
jadwal pemeriksaan kesehatan untuk calon karyawan dan jadwal
pelayanan poliklinik dilaksanakan pada waktu yang sama. Berikut
kutipan hasil wawancara dengan informan pendukung:
“… Ya kalau saya sih melihat ya, saya melihat untuk katakan
tenaga medis perlu ya, perlu ada penambahan…”
“… Kalau perlu ditambahin asisten dokternya ya. Ya Cuma agak
kurang aja, orangnya kurang maksudnya. Tambahin lagi biar banyak…”
70
Hasil wawancara di atas juga didukung dengan hasil observasi
peneliti selama berada di lapangan. Berdasarkan hasil observasi, untuk
PT. Frisian Flag Indonesia Plant Pasar Rebo, jumlah tenaga kesehatan
yang bertugas pada pagi hari berjumlah dua orang. Tenaga kesehatan
yang bertugas terdiri dari satu Dokter perusahaan dan satu perawat.
Berdasarkan hasil telaah dokumen Pedoman Pelayanan Medik di
Klinik Departemen dan Perusahaan Kementerian Kesehatan RI (2008),
jumlah dokter perusahaan minimal di klinik perusahaan adalah satu orang
dan untuk perawat minimal berjumlah satu orang. Jumlah tenaga
kesehatan di PT. FFI sudah mencukupi berdasarkan pedoman tersebut
yaitu terdiri dari satu dokter perusahaan dan satu perawat perusaahn.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, observasi, dan telaah
dokumen, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas dalam pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja telah sesuai karena pemeriksaan yang
dilakukan di Poliklinik perusahaan hanya pemeriksaan fisik sebelum
bekerja bagi calon karyawan. Sedangkan untuk pemeriksaan kesehatan
berkala, dokter yang bertugas pada saat pemeriksaan adalah dokter yang
disediaakan oleh vendor yang jumlahnya disepakati oleh pihak
perusahaan dan pihak vendor. Untuk pemeriksaan kesehatan khusus,
dokter yang menangani adalah dokter yang sedang bertugas di rumah
sakit tempat karyawan melakukan pemeriksaan.
71
2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Jumlah tenaga kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan berkala
sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari pihak vendor yang telah dipilih
untuk melaksanakan kegiatan pemeriksaan. Berikut kutipan hasil
wawancara dengan informan kunci:
“… kita bekerja sama dengan vendor kalau soal MCU...”
Untuk
pemeriksaan
kesehatan
berkala,
berdasarkan
hasil
wawancara dengan informan utama, jumlah tenaga kesehatan yang
bertugas sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak-pihak yang bekerja
sama dengan perusahaan. Secara umum, jumlah tenaga kesehatan yang
bertugas dalam pemeriksaan kesehatan untuk tahun 2012 sudah termasuk
banyak sehingga tidak menyebabkan panjanya antrian karyawan. Berikut
kutipan hasi wawancara dengan dokter perusahaan:
“… Untuk yang MCU, staf berikut fasilitas penunjang
pelaksanaan menjadi tanggung jawab vendor…”
Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan perawat
perusahaan:
“… kalau soal yang itu, kita serahin ke vendor sama
provider…”
Berikut kutipan hasil wawancara dengan SHE:
72
“… Oh, iya, yang tahun kemarin itu bagus. Banyak,
sehingga karyawan itu ga sampe ngantri, terus ada pemeriksaan
fisik juga…” (SHE)
“…Sekarang dokternya banyak. Jadi lebih OK lagi saat
ini...” (Safety Officer)
Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, beberapa karyawan merasa
tenaga kesehatan yang bertugas sudah cukup banyak, terbukti dari antrian
karyawan pada saat pelaksanaan tidak terlalu banyak. Berikut kutipan
hasil wawancara dengan informan pendukung:
“… cukup. Udah cukup bagus kok…”
“… petugas vendornya bagus, kita ngantri juga ga terlalu
lama…”
Berdasarkan hasil penelitian, jumlah tenaga kesehatan yang
bertugas pada saat pelaksanaan kesehatan berkala sepenuhnya menjadi
tanggung jawab vendor. Namun, berdasarkan hasil wawancara mendalam
juga diperoleh hasil bahwa untuk pemeriksaan kesehatan berkala pada
tahun 2012, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas jauh lebih banyak
dari tahun-tahun sebelumnya sehingga karyawan tidak perlu menunggu
terlalu lama. Peningkatan jumlah tenaga kesehatan yang bertugas adalah
hasil dari seleksi yang dilakukan HR Department, Dokter Perusahaan,
dan SHE yang kemudian dilanjutkan dengan proses audit ke tempat
vendor.
73
3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, untuk
pemeriksaan kesehatan khusus, jumlah tenaga kesehatan menjadi
tanggung jawab pihak rumah sakit tempat karyawan melakukan
pemeriksaan. Bertikut ini kutipan hasil wawancara dengan informan
kunci:
“… Sejauh ini, karena kita juga bekerja sama dengan
beberapa klinik dan rumah sakit di luar, kalau menurut aku sih
udah cukup. Gitu…”
Untuk
pemeriksaan
kesehatan
khusus,
berdasarkan
hasil
wawancara dengan informan utama, jumlah tenaga kesehatan yang
bertugas sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak-pihak yang bekerja
sama dengan perusahaan. Dari 160 provider pemeriksaan kesehatan
khusus yang bekerja sama dengan perusahaan yang di dalamnya termasuk
juga rumah sakit, ada beberapa rumah sakit yang jumlah tenaga
kesehatannya telah sesuai, namun, terdapat juga beberapa rumah sakit
yang memerlukan peninjauan ulang dalam jumlah tenaga kesehatannya.
Berikut kutipan hasi wawancara dengan dokter perusahaan:
“… Begitu juga dengan yang di rumah sakit, staf berikut
fasilitasnya jadi tanggung jawab provider…”
Berikut kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan:
“… kalau soal yang itu, kita serahin ke vendor sama provider…”
74
Berikut kutipan hasil wawancara dengan SHE:
“… Nah ini memang, secara umum kalau rumah sakitrumah sakit yang jadi klien frisian flag ini udah bagus… Tapi
memang, tapi memang mungkin ada beberapa rumah sakit yang
direview kembali...” (SHE)
“… Ya, udah bagus lah. Sudah bagus…” (Safety Officer)
Berdasarkan hasil penelitian, jumlah tenaga kesehatan untuk
pemeriksaan kesehatan khusus sepenuhnya menjadi tanggung jawab
rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan. Perusahaan telah
menjalin kerjasama dengan 160 rumah sakit, klinik, serta apotek yang
tersebar di daerah Jabodetabek. Namun, ada beberapa rumah sakit yang
memerlukan peninjauan ulang dalam hal jumlah tenaga kesehatannya.
75
2. Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan
Tabel 5.3
Hasil Penelitian Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan
Kesehatan
Sebelum Bekerja
Hasil Observasi
Hasil Telaah Dokumen
Sarana dan prasarana untuk Tidak dilakukan telaah
pemeriksaan kesehatan di poliklinik dokumen.
sudah lengkap. Peralatan medis
yang tersedia dalam kondisi yang
baik dan siap pakai. Alat-alat yang
digunakan dalam pemeriksaan
kesehatan dalam kondisi yang
sudah terkalibrasi, kalibrasi alat
dilakukan secara rutin setiap
tahunnya oleh vendor. Peralatan
penunjang medis juga dalam
kondisi baik. Poliklinik tidak
memiliki laboratorium sendiri
untuk pemeriksaan kesehatan oleh
sebab itu, perusahaan bekerja sama
dengan pihak laboratorium lain
dalam
rangka
pemeriksaan
kesehatan terutama pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja.
Hasil Wawancara Mendalam
Sarana dan prasarana untuk
pemeriksaan fisik bagi calon
karyawan dalam kondisi yang baik
dan sudah memenuhi kriteria yang
ditetapkan
dalam
Pedoman
Pelayanan
Medik
di
Klinik
Departemen
dan
Perusahaan
Kementerian Kesehatan RI (2008)
76
Tabel 5.3 (Lanjutan)
Hasil Penelitian Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan
Hasil Observasi
dan
prasarana
Hasil Telaah Dokumen
Pemeriksaan
Sarana
Kesehatan
pemeriksaan
Berkala
tahun 2012 di PT. FFI sudah
merupakan tanggung jawab dari
termasuk lengkap dan jumlahnya
vendor.
juga sudah memadai. Hal tersebut
wawancara mendalam, kondisi dan
dapat terlihat dari antrian karyawan
jumlah sarana dan prasarana untuk
yang tidak panjang pada saat
penyelenggaraan
pelaksanaan.
kesehatan tahun 2012 sudah lebih
kesehatan
untuk Tidak
dilakukan
Hasil Wawancara Mendalam
berkala dokumen.
telaah Sarana
dan
pemeriksaan
prasarana
kesehatan
berdasarkan
untuk
berkala
hasil
pemeriksaan
baik jika dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya.
Pemeriksaan
Sarana dan prasarana pemeriksaan
Kesehatan
kesehatan
Khusus
tanggung jawab rumah sakit yang
khusus
merupakan
bekerja sama dengan perusahaan.
Sejauh ini, perusahaan belum dapat
melakukan audit secara keseluruhan
ke rumah sakit-rumah sakit yang
menjadi provider.
77
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan kunci,
sarana dan prasarana untuk pemeriksaan kesehatan di poliklinik untuk
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja kondisinya terjaga dengan baik.
Apabila menurut Dokter atau perawat ada beberapa sarana atau prasarana
yang sudah kurang layak untuk digunakan, maka pihak HRO akan segera
mengganti sarana prasarana dengan yang baru. Selain dokter dan perawat,
pihak SHE juga memberi masukan tentang sarana dan prasarana yang
memang harus diganti. Berikut hasil wawancara dengan informan kunci:
“… Kalau kondisinya beberapa mungkin, yang menurut, biasanya
nanti dari dokter atau suster yang menurut mereka sudah harus diganti,
biasanya kita selalu kasih saran sama mereka, kasih tau ke kita kalau
memang kondisinya sudah harus diganti, ya diganti…”
Hal yang serupa juga didapat dari hasil wawancara mendalam dengan
informan utama, Menurut Dokter perusahaan, sarana dan prasarana yang
terdapat di poliklinik sudah memadai untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan. Sebagi tambahan, dalam
kondisi emergency, poliklinik juga telah dilengkapi dengan peralatan
pertolongan pertama. Selain itu, lokasi PT. FFI dekat dengan beberapa rumah
sakit yang memang telah bekerja sama dengan pihak perusahaan. Berikut
adalah kutipan hasil wawancara dengan dokter perusahaan:
“… Saat ini kita cukup baik, fasilitas di klinik ini kita hampir
cukup lengkap, memang kita tidak melengkapi seperti itu, tapi secara
78
umum, kita sudah punya alat seperti oksigen segala macam ada. Alatalat untuk emergency juga siap, ada…”
Menurut perawat perusahaan, kondisi sarana dan prasarana di
poliklinik perusahaan sudah termasuk lengkap utnuk melaksanakan
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja pada karyawan. Berikut kutipan
hasil wawancara dengan perawat perusahaan:
“… Iya. Kita sih kalau diliat dari standar sih sudah sangat
standar banget perusahaan ya, malah mungkin lebih kali kalau aku pikir
sih lebih. Misalnya waktu itu pernah praktek di tempat lain juga, ga
sampe kaya gini banget gitu fasilitas segala macamnya…”
Menurut SHE, sarana dan prasarana untuk pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja sudah bagus, namun ada satu pemeriksaan yang kurang
yaitu pemeriksaan untuk calon karyawan yang akan bekerja di tempat yang
terdapat radiasi. Berikut kutipan hasil wawancara dengan SHE:
“… Bagus, artinya cukup ya untuk yang sifatnya untuk medical
check up, untuk pengecekan sebelum bekerja, cuman, saya baru
kepikiran, rupanya kita ada yang kurang, untuk pengecekan kesehatan,
orang yang bekerja dengan laser, harusnya itu ada retrometri test…”
(SHE)
“…Sudah bagus…” (Safety Officer).
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung, beberapa
karyawan produksi mengatakann bahwa sarana dan prasarana di poliklinik
PT. Frisian Flag Indonesia sudah cukup lengkap untuk pemeriksaan
79
kesehatan sebelum bekerja karena di poliklinik perusahaan hanya dilakukan
pemeriksaan fisik saja. Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan
informan pendukung:
“… Dari segi fasilitas kita ditunjang ya…”
“…Fasilitasnya? Fasilitasnya memadai, cukup…”
Hasil wawancara tersebut juga didukung dengan hasil observasi
yang telah dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan berdasarkan pedoman yang berasal dari Kemenkes RI, sarana
dan prasarana untuk pemeriksaan kesehatan di poliklinik sudah lengkap.
Peralatan medis yang tersedia dalam kondisi yang baik dan siap pakai.
Alat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan kesehatan dalam kondisi
yang sudah terkalibrasi, kalibrasi alat dilakukan secara rutin setiap
tahunnya oleh vendor. Peralatan penunjang medis juga dalam kondisi
baik. Poliklinik tidak memiliki laboratorium sendiri untuk pemeriksaan
kesehatan oleh sebab itu, perusahaan bekerja sama dengan pihak
laboratorium lain dalam rangka pemeriksaan kesehatan terutama
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Berikut ini adalah hasil
observasi sarana dan prasarana pemeriksaan kesehatan di Poliklinik Pt.
Frisian Flag Indonesia:
80
Tabel 5.4
Hasil Observasi Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan
No
Fasilitas
Ruangan
1) Ruang pemeriksaan/konsultasi
2) Ruang tunggu
3) Ruang administrasi
Ya
Tidak
√
√
√
1
2
3
4) Ruang obat
5) Ruang laboratorium
√
6) WC/kamar mandi
Tersedia air mengalir dan listrik
Pengolahan limbah medis
√
√
√
√
Keterangan
Bersatu dengan ruang
tunggu, yang harus
diperhatikan
lemari
MR tidak terkunci.
Di ruang tindakan
Bekerja sama dengan
vendor
Bekerja sama dengan
vendor
Peralatan medis
1) Stetoskop
√
2) Tensimeter
√
Kalibrasi setiap tahun.
Sedang
4
menggunakan
alat baru dan masih
dengan kalibrasi pabrik.
3) Baterai/lampu senter
√
4) Penekan lidah, metal
√
Sumber: Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar, Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI, 2008
81
Tabel 5.4 (Lanjutan)
Hasil Observasi Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan
No
Fasilitas
Ya
Tidak
Keterangan
5) Timbangan dewasa
√
Kalibrasi setiap tahun,
6) Pengukur tinggi badan
√
terakhir
tanggal
kalibrasi
29
Oktober
2012, dengan vendor.
√
7) Pita pengukur antropometri
Pada
pemeriksaan
kesehatan
bekerja,
sebelum
tidak
ada
pengukuran
antropometri.
√
8) Poster-poster
√
9) Alat peraga
4
10) Sterilisator
√
11) Kotak kapas
√
12) Pinset
√
13) Sarung tangan
√
14) Tempat
cuci
Kondisi sudah lama
tangan
dan
Berbentuk oven
√
Dilengkapi
standarnya
dengan
sabun cair, tisu, dan
hand sanitizer
15) Piala ginjal/nierbeken
16) Gunting perban
√
√
17) Irigator 1 ½
Alat dari vendor tidak
memerlukan irigator
18) Torniquet
√
19) Kapas steril
√
Di dalam sterilisator
Sumber: Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan RI, 2008
82
Tabel 5.4 (Lanjutan)
Hasil Observasi Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan
No
Fasilitas
Ya
Tidak
√
20) Tiang infusa
Keterangan
Jika
ada
kejadian,
langsung dibawa ke RS
4
21) Cairan infus
√
RL, D5
22) Tabung oksigen
√
3 ukuran sedang, 1
ukuran besar.
23) Termometer
√
Peralatan non medis
1) Kursi + meja biro
√
4 meja, 6 kursi
2) Tempat tidur pemeriksaan
√
1 di ruang konsultasi, 1
di ruang tindakan
5
3) Alat komunikasi
√
4) Lemari obat
√
5) Lemari kartu
√
Peralatan penunjang medik
6
1) Alat lab sederhana
√
2) Ambulans
√
Sumber: Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan RI, 2008
Berdasarkan hasil observasi, untuk jenis dan kondisi ruangan,
Poliklinik PT. Frisian Flag Indonesia telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan yaitu terdapat ruangan pemeriksaan dan konsultasi. Ruangan
pemeriksaan dan konsultasi terbagi menjadi dua yaitu ruangan untuk
tindakan pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan kerja dan
ruangan untuk konsultasi dengan Dokter. Poliklinik juga dilengkapi
dengan ruang tunggu untuk karyawan yang akan berobat. Poliklinik
83
memiliki ruang administrasi sesuai dengan yang tertulis di dalam
pedoman, namun ruang administrasi di poliklinik bersatu dengan ruang
tunggu yang di tempat tersebut juga terdapat lemari untuk menyimpan
medical record karyawan.
Di Poliklinik juga terdapat ruangan tempat penyimpanan obat
yang bergabung dengan ruang tindakan. Kondisi tersebut untuk
mempermudah perawat pada saat tindakan pertolongan pertama apabila
terjadi kecelakaan kerja. Poliklinik tidak memiliki laboratorium karena
pihak perusahaan bekerja sama dengan pihak vendor. Di Poliklinik
terdapat WC/kamar mandi dengan kondisi yang bersih yang dilengkapi
dengan jamban dan wastafel dan sabun cair yang selalu dalam kondisi
penuh.
Untuk kondisi pencahayaan di Poliklinik, peneliti menggunakan
data sekunder untuk mengetahui hasil pengukuran tingkat pencahayaan.
Hal tersebut terjadi karena pada saat observasi dilakukan, alat pengukur
pencahayaan (Luksmeter) sedang tidak tersedia, dan kondisi pencahayaan
di poliklinik telah diukur kurang dari enam bulan.
Poliklinik PT. Frisian Flag Indonesia juga dilengkapi dengan
fasilitas air yang mengalir dan listrik selama 24 jam. Perusahaan
dilengkapi
dengan
genset
termasuk
Poliklinik,
apabila
terjadi
pemadaman, maka tidak akan berdampak pada aliran listrik di Poliklinik.
Limbah medis hasil aktivitas Poliklinik akan diambil secara berkala oleh
vendor yang telah bekerja sama dengan PT. Frisian Flag Indonesia.
84
Peralatan medis yang tersedia di Poliklinik terdiri dari stetoskop,
tensimeter, lampu senter yang dilengkapi dengan baterai, penekan lidah,
timbangan dewasa, pengukur tinggi badan, poster-poster yang terdapat di
ruang tunggu, sterilisator, kotak kapas, pinset, sarung tangan, tempat cuci
tangan, gunting perban, tourniquet, kapas steril, cairan infus, tabung
oksigen, dan termometer. Sterilisator yang digunakan oleh Poliklinik
berupa oven, alat tersebut diaktifkan apabila akan dilakukan sterilisasi
alat-alat medis, setelah proses sterilisasi telah selesai, maka oven akan
dimatikan. Dalam keadaan mati, oven harus tertutup rapat untuk
mencegah kontaminasi alat-alat yang telah disterilisasi di dalam oven,
oven hanya dibuka apabila Dokter atau Perawat membutuhkan peralatan
untuk tindakan kepada pasien.
Tempat cuci tangan terdapat di ruang pemeriksaan atau ruang
konsultasi. Bentuk tempat cuci tangan berupa wastafel dengan air yang
mengalir. Tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun cair yang selalu
terisi penuh, tisu yang berada di dalam kotak, dan hand sanitizer.
Poliklinik juga memiliki persediaan cairan infus, cairan infus yang
terdapat di Poliklinik adalah jenis RL dan D5. Tabung oksigen yang
tersedia di Poliklinik terdiri dari dua jenis, yaitu jenis portable yang
berbentuk kaleng dan berbentuk tabung.
Untuk tensimeter, timbangan dewasa, dan pengukur tinggi badan
dibutuhkan kalibrasi secara berkala untuk menjaga keakuratan alat-alat
tersebut. Untuk timbangan dewasa dan pengukur tinggi badan, kalibrasi
85
dilakukan setiap tahun, untuk tahun 2012, kalibrasi telah dilakukan pada
tanggal 29 Oktober 2012 yang dilakukan oleh vendor yang bekerja sama
dengan perusahaan. Sedangkan untuk tensimeter, pada saat observasi
dilakukan, tensimeter yang biasanya digunakan untuk pemeriksaan
sedang dikalibrasi oleh vendor sehingga yang digunakan pada saat
observasi dilakukan adalah tensimeter baru dengan kalibrasi pabrik.
Untuk peralatan medis yang tidak terdapat di Poliklinik adalah
pita pengukur antropometri, alasan tidak adanya pita pengukur
antropometri adalah alat tersebut tidak digunakan pada saat pemeriksaan
kesehatan, baik pemeriksaan sebelum bekerja bagi calon karyawan,
maupun pemeriksaan berkala setiap tahunnya bagi karyawan. Selain itu,
alat peraga, irigator, dan tiang infusa juga tidak terdapat di Poliklinik.
Tidak adanya irigator di Poliklinik karena alat pemebersih luka yang
disediakan vendor tidak memerlukan irigator. Sedangkan untuk tiang
infusa, Poliklinik PT. Frisian Flag Indonesia hanya bersifat tindakan
pertolongan pertama dan langsung dibawa ke rumah sakit yang bekerja
sama dengan perusahaan, sehingga apabila terjadi kondisi di mana
karyawan harus diinfus, karyawan yang menemani yang membawa botol
infus sampai rumah sakit.
Peralatan non-medis yang tersedia di Poliklinik berupa kursi dan
meja biro, tempat tidur pemeriksaan, alat komunikasi, lemari obat, dan
lemari kartu. Tempat tidur pemeriksaan berjumlah dua, satu tempat tidur
diletakkan di ruang pemeriksaan/konsultasi, satu tempat tidur lagi
86
digunakan diletakkan di ruang tindakan untuk keperluan tindakan
pertolongan pertama. Lemari obat terletak di ruang tindakan dan lemari
kartu (lemari untuk medical record) terdapat di ruang administrasi.
Peralatan penunjang medis lainnya yang tersedia di PT. Frisian
Flag adalah ambulans. Ambulans digunakan apabila terdapat karyawan
yang mengalami kecelakaan kerja atau apabila kondisi kesehatan
karyawan tiba-tiba memburuk dan harus segera dibawa ke rumah sakit.
Ambulans PT. Frisian Flag tersedia selama 24 jam.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan observasi yang telah
dilakukan oleh peneliti, fasilitas yang dimiliki oleh PT. FFI dan kondisi
dari fasilitas tersebut telah sesuai untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan.
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, untuk
pemeriksaan kesehatan berkala, jumlah sarana dan prasarana yang diperlukan
untuk pelaksanaannya sudah memadai jika dilihat dari daftar jenis
pemeriksaan yang tercantum dalam SOP, kondisi dari sarana dan prasarana
juga baik karena sebelum pemeriksaan kesehatan berkala diselenggarakan,
pihak perusahaan telah melakukan audit kepada vendor yang akan bekerja
sama dengan perusahaan. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan
utama:
“… fasilitasnya itu dari vendor yang sudah kita pilih
sebelumnya…”
87
Sedangkan untuk pemeriksaan kesehatan berkala, menurut informan
utama, sarana dan prasarana menjadi tanggung jawab pihak yang bekerja
sama dengan perusahaan. Menurut SHE, sarana dan prasarana juga sudah
bagus baik untuk pemeriksaan kesehatan berkala. Berikut adalah kutipan
hasil wawancara dengan dokter perusahaan:
“… Untuk yang MCU, staf berikut fasilitas penunjang
pelaksanaan menjadi tanggung jawab vendor…”
Berikut kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan:
“… kalau soal yang itu, kita serahin ke vendor sama provider…”
Berikut kutipan hasil wawancara dengan SHE:
“…Udah lebih bagus…” (SHE).
“…Sudah bagus (vendornya)…” (Safety Officer)
Berdasarkan hasil observasi peneliti, sarana dan prasarana untuk
pemeriksaan kesehatan berkala tahun 2012 di PT. FFI sudah termasuk
lengkap dan jumlahnya juga sudah memadai. Hal tersebut dapat terlihat dari
antrian karyawan yang tidak panjang pada saat pelaksanaan. Berdasarkan
hasil wawancara mendalam, jumlah dan kondisi sarana dan prasarana
pemeriksaan kesehatan berkala sudah baik jika dilihat dari daftar
pemeriksaan kesehatan yang harus dilakukan yang tercantum dalam SOP.
88
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Berdasarkan wawancara dengan informan kunci, untuk pemeriksaan
kesehatan khusus bagi karyawan, sarana dan prasarana merupakan tanggung
jawab dari pihak rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan.Berikut
kutipan hasil wawancara dengan informan kunci:
“… Sejauh ini, karena kita juga bekerja sama dengan beberapa
klinik dan rumah sakit di luar, kalau menurut aku sih udah cukup. Gitu…
termasuk fasilitasnya juga ya…”
Sedangkan untuk pemeriksaan khusus, menurut informan utama,
sarana dan prasarana menjadi tanggung jawab pihak yang bekerja sama
dengan perusahaan. Menurut SHE, sarana dan prasarana juga sudah bagus
baik untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan
berkala, namun, untuk pemeriksaan khusus, pihak SHE belum bisa
mengatakan bahwa sarana dan prasaran sudah baik atau belum karena belum
dilakukan audit ke provider. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan
informan utama:
“… Begitu juga dengan yang di rumah sakit, staf berikut
fasilitasnya jadi tanggung jawab provider…”
Berikut kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan:
“… kalau soal yang itu, kita serahin ke vendor sama provider…”
Berikut kutipan hasil wawancara dengan SHE:
89
“… Nah itu saya belum tau ya… kalau untuk yang khusus,
karena kita ga melakukan audit rumah sakit, dan karena memang
juga dalam dokumen kontraknya purchasing itu belum dicantumkan
persyaratan pemeriksaan kesehatan harus gimana, ya kita belum bisa
pastikan itu bagus apa ga…” (SHE)
“… Ya, udah bagus lah. Sudah bagus…” (Safety Officer)
Berdasarkan hasil penelitian, sarana dan prasarana untuk pemeriksaan
kesehatan khusus sepenuhnya menjadi tanggung jawab rumah sakit yang
bekerja sama dengan perusahaan. Untuk melihat apakah kondisi sarana dan
prasarana di rumah sakit yang bekerja sama dengan pihak perusahaan,
sampai saat ini perusahaan belum bisa melakukan audit secara menyeluruh
kepada pihak-pihak yang bekerja sama dalam pemeriksaan kesehatan khusus
dikarenakan jumlah rumah sakit, klinik, dan laboratorium yang banyak.
3. Kebijakan
Undang-Undang No. 01 Tahun
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
1970 Tentang Keselamatan Kerja
dan Transmigrasi No. 02 Tahun
1980 Tentang Pemeriksaan
Kesehatan
Standard Operating Procedure
Pemeriksaan Kesehatan PT. FFI
Bagan 5.1
Kebijakan Terkait Penyelenggaraan Pemeriksaan Kesehatan di PT. FFI
90
a. Regulasi
1) Undang-Undang No. 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
Berdasarkan hasil telaah dokumen, di dalam pasal 8 UndangUndang No. 01 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, dijelaskan bahwa
setiap pengurus (pemimpin kerja) wajib memeriksakan kondisi mental
dan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun tenaga kerja
yang akan dipindahkan sesuai dengan sifat pekerjaan yang diberikan
kepada tenaga kerja dan juga secara berkala.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, selama ini,
untuk pemeriksaan kesehatan, perusahaan telah mengikuti semua
peraturan yang diberlakukan oleh pemerintah. Berikut kutipan hasil
wawancara dengan informan kunci:
”… kita sih untuk setiap kegiatan, khususnya untuk
pemeriksaan kesehatan ya, kita selalu mengikuti peraturan yang
udah dibuat sama pemerintah…”
Dari hasil telaah dokumen dan wawancara mendalam, dapat
disimpulkan bahwa PT. FFI telah mengikuti peraturan yang dimuat dalam
pasal 8 UU No. 01 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu yang
berkaitan tentang pelaksanaan pemeriksaan kesehatan.
2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 02 Tahun
1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan
Berdasarkan telaah dokumen, dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. 02 Tahun 1980 Tentang Pemeriksaan
91
Kesehatan, dijelaskan bahwa setiap perusahaan diwajibkan untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan, baik pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja untuk calon karyawan, pemeriksaan kesehatan berkala, dan
pemeriksaan kesehatan khusus. Tujuan dari pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan calon tenaga
kerja yang akan diterima.
Tujuan
pemeriksaan
kesehatan
berkala
adalah
untuk
mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja selama bekerja di
perusahaan sesuai dengan pekerjaannya, serta untuk mencegah dan
mengendalikan sedini mungkin pengaruh-pengaruh dari pekerjaan yang
bisa berdampak pada kesehatan. Tujuan dari pemeriksaan kesehatan
khusus adalah untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan
terhadap tenaga kerja atau golongan tenaga kerja tertentu.
Golongan tenaga kerja tersebut adalah tenga kerja yang
mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan lebih
dari dua minggu. Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun, tenaga kerja
wanita, dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja yang melakukan
pekerjaan tertentu. Tenaga kerja yang mengalami gangguan tertentu yang
perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, selama ini,
untuk pemeriksaan kesehatan, perusahaan telah mengikuti semua
peraturan yang diberlakukan oleh pemerintah. Berikut kutipan hasil
wawancara dengan informan kunci:
92
”… kita sih untuk setiap kegiatan, khususnya untuk
pemeriksaan kesehatan ya, kita selalu mengikuti peraturan yang
udah dibuat sama pemerintah…”
Berdasarkan hasil telaah dokumen dan wawancara mendalam,
dapat disimpulkan bahwa PT. FFI telah melaksanakan Permenakertrans
No. 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan. Pemeriksaan yang
telah dilaksanakan oleh PT. FFI adalah pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja
untuk
karyawan,
pemeriksaan
kesehatan
berkala,
dan
pemeriksaan kesehatan khusus.
b. Standard Operating Procedure
Berdasarkan hasil telaah dokumen, SOP merupakan peraturan teknis
yang disusun oleh perusahaan untuk setiap kegiatan yang ada di perusahaan
termasuk pemeriksaan kesehatan. Teknis pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
di PT. FFI dibagi menjadi pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,
pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan khusus. Di dalam SOP,
pemeriksaan kesehatan juga dibagi berdasarkan status karyawan, yaitu
karyawan PT. FFI dan karyawan outsourcing. Teknis pemeriksaan kesehatan
diatur dalam SOP.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, untuk
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan
pemeriksaan kesehatan khusus, perusahaan membuat teknis pelaksaan yang
disebut dengan Standard Operating Procedure (SOP) berdasarkan pada
peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang disesuaikan
93
dengan keadaan perusahaan. Berikut kutipan hasil wawancara dengan
informan kunci:
“… di sini, kita punya SOP untuk pemeriksaan kesehatan, SOP itu
isinya tentang teknios pelaksanaan, jenis-jenis pemeriksaan juga ada,
kaya misalnya audiometri, spirometri, salmonella, semua yang
dibutuhkan karyawan kita list juga. Kita nyusun SOP itu berdasarkan
dari peraturan yang berlaku dan kita sesuaikan sama kondisi di FFI…”
Dari hasil telaah dokumen dan wawancara mendalam, PT. FFI telah
menyusun langkah-langkah dari proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan
khusus secara lebih terperinci dalam sebuah Standard Operating Procedure
(SOP). SOP digunakan sebagai pedoman dasar untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan. Untuk teknis pelaksanaan di lapangan, PT. FFI beserta vendor akan
menyesuaikan proses pelaksanaan sesuai dengan yang tertera di dalam SOP.
D. Proses
1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Peneliti melakukan telaah dokumen terkait dengan proses pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja. Dokumen yang digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah Standard Operating
Procedures (SOP) pemeriksaan kesehatan. Di dalam SOP, terdapat langkahlangkah yang harus dilaksanakan dalam proses pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja. Untuk keterangan yang lebih lanjut, SOP terlampir di bagian lampiran.
94
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan kunci,
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dilakukan oleh calon karyawan di
poliklinik perusahaan. Pemeriksaan laboratorium dilakukan di laboratorium yang
bekerja sama dengan perusahaan. Berikut adalah kutipan hasil wawancara
dengan informan kunci:
“… nah, kalau untuk pelaksanaannya, biasanya yang terkait
pemeriksaan fisik calon pekerja, dilakukan di Pokliklinik. Kalau untuk tes
labnya, kita kan ga punya lab untuk pemeriksaan, jadinya kita kerja sama
dengan provider. Gitu…”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama, dokter
perusahaan mengungkapkan bahwa pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
terdiri dari pemeriksaan fisik, rontgen, buta warna, dan laboratorium.
Berdasarkan keterangan dari SHE, pemeriksaan sebelum bekerja dilakukan
secara menyeluruh, dimulai dokter perusahaan akan menyerahkan surat
pengantar kepada rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan untuk
melakukan tes kesehatan. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan
utama:
“… untuk setiap pegawai baru juga dilakukan medical checkup.
Pegawai baru ya biasa, kita melakukan pemeriksaan fisik, rontgen, buta
warna dan sebagainya kita lakukan…” (Dokter Perusahaan)
“… Jadi karyawan lulus tes nih, jadi bawa surat pengantar dari
HRD, untuk dilakukan medical checkup. Jadi dia akan ke dokter wi,
dokter wi melakukan pemeriksaan secara umum, pemeriksaan fisik, lalu
95
buta warna, lalu dia buat surat rekomendasi untuk ke lab terdekat…”
(SHE)
“… setelah psikotes lulus, baru dipastikan orang tersebut bisa
diterima di sini ketika dia MCU. Nah MCU itu biasanya dokter
perusahaan yang akan memanggil, diberikan surat pengantar, baru ke
tempat untuk medicalnya itu, MCU nya itu di rumah sakit provider kita,
gitu…” (Safety Officer)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung, menurut
beberapa karyawan produksi, pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja terdiri dari
pemeriksaan fisik secara menyeluruh dan pemeriksaan buta warna, dan riwayat
penyakit calon karyawan yang dilakukan oleh dokter perusahaan. Setelah itu,
pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan urin, darah, dan faeces oleh pihak
laboratorium. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan pendukung:
“… waktu mau masuk, kita juga tes kesehatan. Dulu kalau di
poliklinik, kita disuruh buka baju, terus ya semuanya diperiksa. Buta
warna, punya riwayat penyakit apa aja, pernah kena penyakit menular
apa ga. Gitu-gitu Mba…”
“… kalo pemeriksaan kaya buta warna gitu dulu sih di klinik,
kalau buat kaya periksa darah, urin, feses, kita dikasih surat pengantar
ke lab…”
Dalam hal pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, peneliti
juga melakukan observasi terhadap calon karyawan yang akan melakuakan
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja di poliklinik PT. FFI. Calon karyawan
96
mendatangi poliklinik, kemudian melapor kepada perawat bahwa dia akan
melaksanakan pemeriksaan kesehatan dengan menunjukkan surat pengantar dari
pihak recruitment. Kemudian, calon karyawan akan melakukan pemeriksaan
fisik dan anamnesa di ruang pemeriksaan selama sekitar 10- 15 menit. Setelah
pemeriksaan
dilakukan,
calon
karyawan
selanjutnya
akan
melakukan
pemeriksaan laboratorium di tempat yang telah ditunjuk oleh Dokter perusahaan.
Setelah hasil pemeriksaan laboratorium keluar, calon karyawan akan
menyerahkan hasil laboratorium kepada Dokter perusahaan. Berikut ini adalah
alur pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan di PT. Frisian
Flag Indonesia:
Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Laboratorium
Evaluasi
Keputusan
Hasil
Pemeriksaan
Bagan 5.2
Alur Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja PT. Frisian Flag Indonesia
Berdasarkan hasil observasi, calon karyawan akan datang ke Poliklinik
untuk pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh Dokter
97
perusahaan. Pemeriksaan yang dilakukan di Poliklinik merupakan pemeriksaan
fisik lengkap. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja secara keseluruhan
bersifat rahasia. Oleh sebab itu, peneliti tidak dapat mengobservasi secara lebih
mendalam tentang pemeriksaan kesehatan fisik.
Tahap selanjutnya dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan di
Poliklinik karena memang tidak tersedianya laboratorium untuk pemeriksaan
kesehatan. Pemeriksaan laboratorium dilaksanakan di laboratorium yang bekerja
sama dengan perusahaan.
Selanjutnya, Dokter perusahaan akan mengevaluasi hasil pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja. Hasil evaluasi pemeriksaan sebelum bekerja calon
karyawan kemudian akan dilaporkan kepada Departemen rekrutmen sebagai
pengambil keputusan dalam proses perekrutan karyawan.
Berdasarkan hasil dari telaah dokumen, wawancara mendalam, dan
observasi, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
terdiri dari pemeriksaan fisik dan laboratorium. Teknis dari pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja adalah pekerja akan menjalani pemeriksaan kesehatan
fisik oleh dokter perusahaan, selanjutnya dokter perusahaan akan memberikan
surat pengantar ke pihak laboratorium untuk melakukan tes laboratorium.
Tahapan selanjutnya, dokter perusahaan akan mengevaluasi hasil pemeriksaan
fisik dan laboraorium calon karyawan, berdasarkan hasil evaluasi tersebut, pihak
HRD akan memutuskan apakah calon karyawan dapat diterima sebagai
karyawan.
98
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Peneliti melakukan telaah dokumen terkait dengan proses pemeriksaan
kesehatan berkala. Dokumen yang digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala adalah Standard Operating
Procedures (SOP) pemeriksaan kesehatan. Di dalam SOP, terdapat langkahlangkah yang harus dilaksanakan dalam proses pemeriksaan kesehatan berkala.
Untuk keterangan yang lebih lanjut, SOP terlampir di bagian lampiran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, pemeriksaan
kesehatan berkala dilakukan selama tiga hari. Jenis-jenis pemeriksaan yang
dilakukan adalah pemeriksaan fisik, rontgen, pemeriksaan urin, dan darah. Untuk
karyawan produksi, terdapat beberapa pemeriksaan tambahan sesuai dengan area
di mana karyawan tersebut bekerja. Untuk karyawan yang bekerja di area bising,
maka akan dilakukan pemeriksaan audiometri, untuk karyawan yang bekerja di
area dengan kadar debu yang tinggi maka akan dilakukan pemeriksaan
spirometri. Sedangkan untuk karyawan yang bekerja di area high care maka akan
dilakukan tes salmonella.
“… Nah nanti setelah pelaksanaan medical checkup itu dilakukan,
biasanya si karyawan daftar dulu, nanti dikasih label. Kalau misalnya
untuk periksa urin dikasih tempat urinnya, nah nanti dia harus menjalani
tes darah, ambil darah, ambil urin, kemudian rontgen…”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, menurut dokter
perusahaan, jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan pada saat penyelenggaraan
pemeriksaan kesehatan berkala terdiri dari pemeriksaan fisik, rontgen, dan
99
pemeriksaan laboratorium. Untuk karyawan yang bekerja di area-area tertentu,
maka akan diadakan pemeriksaan tambahan seperti audiometri, spirometri, dan
tes salmonella untuk karyawan yang bekerja di area high care.
“… Nah yang diperiksa adalah darah, laboratorium klinik ya
maksudnya, kemudian rontgen, dan juga ditambah dengan tempat-tempat
tertentu untuk pemeriksaan audiometric dan spirometri, tapi tidak…
spirometri dan audiometric itu hanya dilakukan di tempat yang terpapar.
Dan pada tempat-tempat yang termasuk high care, tempat-tempat yang
sensitive itu ditambah untuk pemeriksaan seperti salmonella. Jadi itu
yang kita lakukan di sini…”
Menurut perawat perusahaan, pemeriksaan kesehatan berkala diadakan
selama tiga hari, teknis pelaksaan dilakukan oleh vendor, pemeriksaan yang
dilakukan terdiri dari pemeriksaan fisik, rontgen, pemeriksaan darah, dan urin.
Untuk karyawan yang bekerja di area-area tertentu, akan dilakukan pemeriksaan
tambahan. Untuk karyawan yang bekerja di area bising akan dilakukan
pemeriksaan audiometri. Untuk karyawan yang bekerja dia area yang berdebu,
maka akan dilakukan pemeriksaan spirometri. Sedangkan untuk karyawan yang
bekerja di area high care akan dilakukan tes salmonella.
“… pertama kali, kan karyawan harus daftar dulu, nanti dikasih
tuh, daftar apa aja yang harus diperiksa. Biasanya sih yang diperiksa itu,
fisik, urin, darah. Kalau buat karyawan yang di tempat bising, nanti ada
tambahan audiometri. Yang kerjanya di area debu, ditambahin tes
spirometri, kalau buat karyawan yang kerjanya di high care, nanti ada
tuh tes salmonella…”
100
Menurut pihak SHE, jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan pada saat
pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan fisik lengkap, rontgen,
pemeriksaan urin dan darah. Untuk karyawan yang bekerja di area bising maka
akan dilakukan pemeriksaan audiometri. Untuk karyawan yang bekerja di area
yang potensi debunya tinggi, maka akan dilakukan pemeriksaan sprirometri, dan
untuk karyawan yang bekerja di area high care maka perlu dilakukan tes
salmonella.
“… Langkah-langkahnya ya pertama, dia melakukan pendaftaran,
nanti dari pendaftaran itu, nama, tempat tanggal lahir. Oh nanti, nama,
NIK, nanti keluar datanya tuh, saya bagian apa, posisi saya apa, nah
dari situ dicetak barcode, cetak barcode, nanti ada tempelantempelannya. Kalau misalnya… lalu gini barcode itu nanti akan diambil
di setiap bagian, di pos-pos yang akan dia lakukan pemeriksaan,
pemeriksaan fisik, ambil barcode nya satu, tempel di bukunya, buku
besarnya, buku besarnya dokter. Lalu abis itu lanjut, abis pemeriksaan
fisik itu, baru pemeriksaan khusus. Nah itu, terserah kita, apa kita mau
spirometri dulu, apa audiometri dulu, apa rontgen dulu. Oh sorry,
sebelum dia ke pemeriksaan fisik, dia nimbang berat badan dulu sama
tinggi badan. Lalu pemeriksaan khusus spirometri, audiometri, dan
rontgen…” (SHE)
“… Misalnya untuk audiometri, untuk audiometri itu untuk orang
yang melakukan pekerjaan di kebisingan, abis itu spirometri untuk orang,
kalo di sini pekerjaannya itu… apa namanya… dengan kebanyakan
dengan partikel debu. Jadi makanya orang tersebut, ada medical checkup
pada saat seperti ini, dia itu di MCU spirometri. Gitu, abis itu untuk
kaitannya dengan yang medical checkup umum sih, itu banyak lah yang
dilakukan untuk saat ini. Abis itu, kalo MCU yang sekarang kita lakukan,
101
misalnya ada penambahan nih... Nah seperti itu yang selama ini terjadi.
Dan yang kita lakukan selama ini begitu…” (Safety Officer).
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung, jenis-jenis
pemeriksaan yang dilakukan pada saat pemeriksaan kesehatan berkala adalah
pemeriksaan fisik, rontgen, pemeriksaan darah dan urin. Untuk beberapa
karyawan akan dilakukan pemeriksaan tambahan seperti audiometri, sriprometri,
dan tes salmonella, tergantung dari area tempat karyawan bekerja.
“…Pemeriksaan rutin biasanya setahun sekali di sini, masalah
checkup darah, urin, tinja, itu setahun sekali…”
“… Biasa lah rapi, teratur, setahun sekali , kita ngadain medical
checkup jadi kita bisa tau gitu, kita dalam satu tahun itu kita sakit apa,
kan kita bisa tahu. Kalau kita misalnya sakit, langsung diobatin. Biar
sembuh, jangan sampai karyawan sininya tuh sakit-sakitan semua, kalau
bisa pada sehat…”
“… dari segi waktu, kita setahun sekali, mendekati akhir tahun ya,
kemudian materinya juga sudah mencukupi, artinya sesuai dengan area
kerjanya masing-masing. Waktu di tempat saya kan, medium bising ya,
ga bising-bising banget, tapi ada ada area yang memang bising, jadi ada
tes pendengaran. Kemudian, kita juga bersentuhan dengan produk ya,
walaupun tidak langsung, kita juga dicek, hal-hal yang ada kaitannya
dengan higienik, seperti tes salmonella, gitu…”
Untuk proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala, peneliti juga
melakukan observasi secara langsung. Karyawan mendaftar kepada petugas,
kemudian karyawan akan diberikan formulir yang berisi identitas karyawan dan
102
jenis pemeriksaan yang harus dilakukan. Pemeriksaan pertama yang dilakukan
adalah pengukuran berat dan tinggi badan.
Pemeriksaan selanjutnya adalah tes pengelihatan, kondisi pengelihatan
karyawan akan diperiksa pada tes tersebut. Proses selanjutnya adalah
pengambilan sampel darah dan urin untuk dilakukan tes laboratorium.
Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan fisik. Untuk pemeriksaan tahun
2012, vendor memfasilitasi pemeriksaan fisik dengan jumlah dokter yang lebih
banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Pada saat pemeriksaan fisik, karyawan
juga dapat berkonsultasi dengan dokter seputar masalah kesehatan yang dialami
karyawan.
Untuk karyawan produksi yang bekerja di area-area tertentu, maka proses
pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan audiometri, spirometri dan
pengambilan sampel untuk tes salmonella. Pemeriksaan terakhir yang dilakukan
karyawan adalah rontgen thorax. Untuk pemeriksaan kesehatan tahun ini,
karyawan tidak perlu membuka pakaian bagian atas untuk melakukan rontgen,
karyawan langsung melapisi pakaian dengan jubah untuk rontgen. Dokumentasi
terlampir dalam bentuk foto. Berikut alur pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
berkala PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012:
103
Pendaftaran
Pemeriksaan Tinggi
Tes Pengelihatan
Badan dan Berat Badan
Pengambilan Sampel
Darah dan Urin
Rontgen
EKG dan Treadmill
Pemeriksaan Fisik
Bagan 5.3
Alur Pemeriksaan Kesehatan PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012
Tahap pertama yang dilakukan karyawan pada saat pemeriksaan
kesehatan adalah mendaftar, pihak vendor akan memberikan formulir
pemeriksaan kesehatan kepada karyawan. Isi dari formulir tersebut adalah
identitas karyawan dan jenis pemeriksaan yang akan dilaksanakan oleh
karyawan. Formulir pemeriksaan kesehatan tersebut berjumlah terbatas sesuai
dengan jumlah karyawan. Formulir tersebut juga bersifat rahasia karena hasil
104
dari pemeriksaan akan dicantumkan sementara pada formulir tersebut. Kemudian
karyawan akan melaksanakan pemeriksaan tinggi badan dan berat badan.
Tahap yang kedua pada pemeriksaan kesehatan adalah pemeriksaan
tinggi badan dan berat badan karyawan. Tempat pemeriksaan tinggi badan dan
berat badan terletak di seberang tempat pendaftaran. Karyawan akan diukur
tinggi badannya oleh petugas kesehatan dan kemudian karyawan akan diukur
berat badannya oleh petugas. Hasil dari pemeriksaan akan ditulis di formulir
yang dibawa karyawan. Setelah itu, karyawan akan melakukan pemeriksaan
pengelihatan.
Pemeriksaan tahap ketiga adalah pemeriksaan pengelihatan. Pada tahap
ini, kondisi pengelihatan karyawan akan diperiksa. Untuk pemeriksaan ini,
apabila karyawan menggunakan kaca mata sebagai alat bantu pengelihatan maka
kaca mata tersebut sebaiknya dibawa pada saat pemeriksaan untuk mendapatkan
hasil yang objektif. Selanjutnya, karyawan akan melakukan pengambilan darah
dan urin.
Tahap selanjutnya dalam pemeriksaan kesehatan adalah pengambilan
darah dan urin. Setiap karyawan akan diberikan pot untuk menampung urin, dan
darah karyawan akan diambil oleh petugas kesehatan. Darah dan urin kemudian
akan diuji di laboratorium. Dalam proses pengambilan sampel darah, jarum
suntik yang digunakan hanya untuk satu kali pakai. Untuk karyawan yang
berusia di atas 40 tahun, diwajibkan untuk berpuasa kurang lebih selama 10 jam
sebelum pemeriksaan dan pemeriksaan karyawan harus disesuaikan dengan
paket yang telah ditentukan. Hasil dari uji laboratorium akan diserahkan pada
105
saat seluruh hasil pemeriksaan kesehatan telah selesai. Tahap pemeriksaan
selanjutnya adalah pemeriksaan fisik.
Pada tahap pemeriksaan fisik, kondisi fisik karyawan akan diperiksa oleh
dokter. Pada saat pemeriksaan kesehatan, terdapat beberapa dokter yang bertugas
di dalam ruangan yang telah diberi sekat. Selain itu, karyawan juga dapat
mengkonsultasikan masalah-masalah kesehatan yang dialami kepada dokter yang
bertugas. Pemeriksaan selanjutnya adalah EKG (elektrokardiografi) dan
treadmill.
Pemeriksaan
keenam
yang
akan
dilakukan
karyawan
adalah
Elektrokardiografi (EKG) dan treadmill. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui kondisi fungsi jantung karyawan. Pemeriksaan ini diperuntukkan
untuk karyawan yang berusia di atas 40 tahun. Pemeriksaan selanjutnya yang
akan dilakukan oleh karyawan adalah rontgen.
Pemeriksaan terakhir yang dilakukan oleh karyawan adalah rontgen.
Pemeriksaan ini dilakukan di mobil khusus untuk rontgen. Proses dari
pemeriksaan ini adalah karyawan tidak membuka pakaian atas, hanya menambah
menggunakan jubah untuk rontgen. Untuk karyawan wanita, diharapkan untuk
tidak menggunakan bra berkawat. Sedangkan untuk karyawan wanita yang
sedang hamil tidak diperkenankan untuk mengikuti rontgen.
Untuk karyawan bagian produksi, terdapat beberapa pemeriksaan
tambahan. Untuk karyawan yang bekerja di area yang mengandung chemical
vapour/metal fume, akan dilakukan tes spirometri untuk mengetahui apakah
terjadi penurunan fungsi paru pada karyawan yang bekerja di area tersebut. Tes
106
spirometri dilakukan dengan cara karyawan menghembuskan napas pada
spirometer. Kemudian, hasil dari tes spirometri akan langsung dapat dilihat oleh
karyawan karena alat dilengkapi dengan printer yang dapat langsung mencetak
hasil pemeriksaan. Area yang berpotensi terdapat\t konsentrasi debu yang tinggi
dan chemical vapour/metal fume di Plant Pasar Rebo adalah SCM (Sweetened
Condensed Milk), Powder Process, Powder Packing, dan Engineering.
Pemeriksaan kesehatan
tambahan selanjutnya adalah
audiometri.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk karyawan yang bekerja di area bising yang
berpotensi menimbulkan penurunan pendengaran bagi karyawan. Proses
pemeriksaan audiometri adalah karyawan akan masuk ke dalam alat, di dalam
alat tersebut, petugas akan memberikan suara-suara dengan tingkat kebisingan
yang bervariasi dalam jeda waktu tertentu. Apabila karyawan dapat mendengar
suara tersebut, karyawan akan menekan tombol yang tersedia di dalam alat.
Selama proses pemeriksaan, petugas akan menulis tingkat kebisingan yang dapat
didengar
oleh
karyawan.
Setelah
pemeriksaan
selesai,
petugas
akan
memberitahukan tingkat kebisingan yang dapat didengar oleh karyawan dan
yang tidak dapat didengar. Area yang berpotensi untuk terjadinya penurunan
pendengaran pada karyawan di Plant Pasar Rebo adalah Engineering, SCM
Filling Room, Powder Packing Filling Room, dan Powder Process.
Menurut Standard Operating Procedure (SOP), pemeriksaan berkala
dilakukan selama waktu pekerja menjadi karyawan dan bekerja pada tempat
yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Prosedur pemeriksaan
107
kesehatan berkala tidak jauh berbeda dengan prosedur pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja.
Jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan pada saat pemeriksaan kesehatan
berkala adalah pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan kepala, leher, dada,
perut, dan anggota gerak. Pemeriksaan yang dilakukan oleh vendor yang bekerja
sama dengan perusahaan adalah rontgen thorax dan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap, gula darah
sewaktu, SGOT dan SGPT, urin lengkap, ureum, kreatinin, asam urat, HBs Ag,
kolesterol, trigliserida, VDRL, dan faeces.
Pemeriksaan tambahan dilakukan untuk karyawan yang bekerja pada area
yang berpotensi lebih tinggi untuk terkena Penyakit Akibat Kerja (PAK).
Pemeriksaan tambahan ini meliputi pemeriksaan audiometri untuk melihat
apakah terjadi penurunan fungsi pendengaran. Jika memang terdapat indikasi
penurunan
pendengaran,
maka
perusahaan
akan
lebih
cepat
dalam
menanggulanginya. Area yang termasuk ke dalam area bising di PT. Frisian Flag
Indonesia Plant Pasar Rebo adalah area Engineering, SCM Filling Room,
Powder Packing Filling Room, dan Powder Process.
Pemeriksaan tambahan selanjutnya adalah pemeriksaan spirometri untuk
mengetahui kondisi pernapasan pekerja yang bekerja di area yang berpotensi
mengakibatkan penurunan fungsi kerja paru-paru. Jika dari hasil tes spirometri
ditemukan adanya indikasi penurunan fungsi paru-paru, maka perusahaan akan
dengan cepat menanggulanginya. Area di Plant Pasar Rebo yang berpotensi
108
mengakibatkan penurunan fungsi paru-paru adalah area SCM (Sweetened
Condensed Milk), Powder Process, Powder Packing, dan Engineering.
Pemeriksaan tambahan selanjutanya adalah stool test. Stool Test
bertujuan untuk mengetahui keberadaan bakteri Salmonella pada karyawan
produksi di bagian produk infant dan bagi seluruh karyawan yang berhubungan
langsung dengan produksi/bahan baku di area high care. Selain dilakukan satu
kali dalam setahun bersamaan dengan pemeriksaan kesehatan berkala, Stool test
juga dilakukan ketika ada karyawan yang baru/rotasi akan bekerja di area high
care. Metode Stool Test ini adalah memeriksa faeces dari setiap karyawan.
Setiap karyawan yang terkait akan mendapatkan satu botol kecil untuk tempat
faeces. Karyawan yang terkait harus langsung memberikan contoh faeces kepada
poliklinik/laboratorium yang ditunjuk perusahaan pada hari yang sama.
Selanjutnya laboratorium akan memberikan hasilnya kepada dokter perusahaan
untuk ditinjau, dan akan diberikan kepada Human Resource Manager.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen,
PT. FFI telah melaksanakan pemeriksaan kesehatan berkala untuk karyawan
sekali dalam setahun sesuai dengan yang telah ditentukan dalam Permenaker No.
02 Tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan. Teknis dari pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan berkala mengacu pada SOP yang disusun oleh pihak
perusahaan. Berdasarkan hasil observasi, rincian dan alur pemeriksaan kesehatan
diatur sepenuhnya oleh pihak vendor.
109
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Peneliti melakukan telaah dokumen terkait dengan proses pemeriksaan
kesehatan khusus. Dokumen yang digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala adalah Standard Operating
Procedures (SOP) pemeriksaan kesehatan. Di dalam SOP, terdapat keterenagan
tentang keadaan di mana dapat dilakukan pemeriksaan khusus yaitu apabila
terjadi suatu keadaan seperti wabah. Untuk keterangan yang lebih lanjut, SOP
terlampir di bagian lampiran.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan kunci,
pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan karyawan dengan membawa surat
pengantar dari dokter perusahaan atau menggunakan voucher pemeriksaan yang
telah disediakan oleh perusahaan. Karyawan dapat meminta voucher
pemeriksaan di poliklinik melalui perawat perusahaan. Berikut kutipan hasil
wawancara dengan informan kunci:
“… Biasanya mereka request karena berpikir menurut mereka itu
perlu. Terus, kemudian, untuk orang-orang yang mungkin dia pernah
sakit hipertensi gitu, nah mungkin karena dia diindikasikan oleh dokter,
didiagnosa ada kemungkinan dia mungkin berpotensi sakit jantung, nah
biasanya mereka sudah maintain sendiri. Biasanya dia akan konsultasi
dengan dokter, nanti dokter akan kasih usulan ke mana nanti dia akan
follow up nya, gitu… kita di sini juga ada voucher berobat ya, biasanya
sih karyawan lagsung minta ke klinik terus tinggal berobat…”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, berdasarkan
keterangan dari informan utama, karyawan yang akan melakukan pemeriksaan
110
khusus di rumah sakit terlebih dulu meminta surat pengantar kepada dokter
perusahaan ke rumah sakit yang direkomendasikan oleh dokter perusahaan.
Selain itu, karyawan juga dapat melakukan pemeriksaan kesehatan dengan
menggunakan voucher pemeriksaan yang berlaku di rumah sakit yang bekerja
sama dengan perusahaan. Berikut kutipan hasil wawancaranya:
“… di sini, kalau misalnya mau periksa sendiri, biasanya
karyawan minta surat pengantar ke dokter, terus nanti disaranin juga
periksa di rumah sakit mana… kalau voucher sih, karyawan minta
langsung ke klinik, nanti kita kan juga ada laporannya juga dari rumah
sakit provider, data karyawan yang periksa…” (Perawat Perusahaan).
“… Prosesnya itu, dari klinik, kita bilang ke dokter, kenapa ya
dok ada gini-gini? Trus, atau kita minta secara khusus, dok saya minta
tolong, dilakukan pengecekan misalnya di jantung saya, karena
belakangan ini saya mengalami kok seakan-akan denyut jantung saya
lambat, nadi saya lambat. Dari situ nanti dokter mengirimkan surat
rekomendasi…” (SHE).
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung, menurut
beberapa karyawan bagian produksi, apabila karyawan ingin melakukan
pemeriksaan kesehatan di rumah sakit, karyawan akan meminta voucher kepada
pihak HR atau perawat perusahaan. Berikut kutipan hasil wawancaranya:
“… kita mah, karyawan kalau misalnya ada yang kurang enak
sama kondisi badan, kita biasanya minta voucher ke klinik buat
periksa…”
111
Dalam pemeriksaan kesehatan khusus, berdasarkan hasil penelitian, PT.
FFI telah melakukan pemeriksaan kesehatan khusus kepada karyawan sesuai
dengan kondisi yang telah ditetapkan dalam Permenaker No. 02 tahun 1980 yaitu
apabila tenaga kerja mengalami kecelakaan, tenaga kerja mengalami yang diduga
mengalami gangguan dalam kesehatannya. Namun, untuk rotasi karyawan antar
departemen dalam bagian produksi, berdasarkan hasil penelitian, PT. FFI belum
melakukan pemeriksaan khusus untuk mengetahui kondisi kesehatan karyawan
sebelum rotasi dilakukan.
E. Output
Tabel 5.5
Hasil Penelitian Output Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan Kesehatan
Sebelum Bekerja
Berkala
Khusus
Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan
kesehatan berupa kondisi
kesehatan berupa status
kesehatan berupa kondisi
kesehatan calon karyawan.
kesehatan karyawan selama
kesehatan karyawan setelah
Kondisi tersebut sebagai
setahun bekerja. Jika
melakukan pemeriksaan
penentu apakah calon
karyawan mengalami
khusus sesuai dengan
karyawan dapat diterima
gangguan kesehatan, maka
permintaan karyawan. Hasil
bekerja atau tidak.
karyawan akan melakukan
tersebut akan dilaporkan
pemeriksaan lanjutan
kepada poliklinik
hingga status karyawan
perusahaan.
menjadi sehat kembali.
112
1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan kunci, hasil
dari pemeriksaan sebelum bekerja ada status kesehatan pekerja, apakah pekerja
telah memenuhi persyaratan untuk menjadi karyawan dalam konteks kondisi
kesehatan, sesuai dengan persyaratan dari pihak recruitment. Dampak langsung
dari hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah keputusan apakah calon
karyawan akan diterima menjadi karyawan atau ditolak. Hasil pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja sangat menentukan dalam proses penerimaan
karyawan baru.
“… Katakanlah dia interview oke, psikotes oke, interview dengan
user oke, kompetensi dia oke, tapi kemudian waktu dia mengikuti medical
test itu ternyata dia ga lulus… nah itu bisa jadi menyebabkan dia ga jadi
diterima sama kita, karena kondisi hasil medical test nya itu kurang,
gitu…”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, hasil dari
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja apakah kondisi dari calon karyawan
sudah sesuai dengan persyaratan yang telah diajukan oleh pihak HR dan
recruitment.
“…Kita ga boleh tau (hasilnya), jadi dokter di sini yang membaca
hasilnya. Kita taunya lulus tes apa ngga…” (SHE)
“…setelah MCU, dinyatakan OK, karena kita perusahaan
makanan, karena ada kaitannya dengan kalo ada penyakit menular, ya,
kita tidak bisa menerima karyawan tersebut. Biasanya seperti itu…”
113
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung, hasil dari
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah kondisi tubuh yang sesuai dengan
yang disyaratkan oleh pihak perusahaan untuk bekerja di area yang sesuai.
“… ya, kalau hasil tes kesehatannya bagus, berarti dia diterima
kerja di sini, kan syarat kesehatannya berarti udah dipenuhin…”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, hasil pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja merupakan keputusan apakah calon karyawan diterima atau
ditolak untuk bekerja di PT. FFI.
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, Hasil dari
pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan
karyawan selama bekerja di perusahaan. Kondisi karyawan dapat digolongkan
menjadi fit dan unfit yang memerlukan penanganan yang lebih lanjut. Apabila
dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala, karyawan dinyatakan unfit, karyawan
tersebut akan dipanggil oleh Dokter perusahaan untuk dilakukan pemeriksaan
ulang.
Apabila
memang terdapat
gangguan,
Dokter
perusahaan
akan
merekomendasikan rumah sakit untuk pengobatan gangguan kesehatan tersebut
hingga sembuh. Dan apabila karyawan sudah dinyatakan sembuh, karyawan akan
melapor kepada Dokter perusahaan yang akan diteruskan kepada pihak HRO.
“… Nah, nanti dilihat lagi, apa namanya, ditanya-tanya lagi juga,
waktu kemaren kondisinya gimana, waktu medical checkup, diverifikasi
ulang lagi. Nah, kalau misalnya nanti menurut dokter itu dia harus
dirujuk, atau melakukan pemeriksaan kembali, dokter kasih rujukan,
114
artinya nanti periksa lagi. Nah nanti hasilnya direview lagi sama dokter.
Pokoknya statusnya itu sampai dengan closed, dokter menyatakan sudah
selesai, gitu. Itu sih secara umum gambarannya seperti itu…”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, Menurut perawat
perusahaan, output dari pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk mengetahui
kondisi keesehatan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, apakah
terjadi gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan kerja yang
memerlukan follow up dari dokter perusahaan. Menurut pihak SHE, hasil dari
pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk mengetahui apakah ada gangguan
pada kesehatan karyawan yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Apabila dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala terdapat karyawan yang
mengalami gangguan kesehatan, maka karyawan tersebut akan diperiksa kembali
oleh dokter perusahaan. Apabila karyawan tersebut terbukti mengalami
gangguan kesehatan, maka karyawan tersebut akan melakukan pengobatan di
rumah sakit rekomendasi dokter perusahaan sampai sembuh. Setelah dinyatakan
sembuh, karyawan harus melapor kembali ke Dokter perusahaan. Namun,
menurut pihak SHE, untuk karyawan yang tidak mengalami indikasi gangguan
kesehatan seharusnya juga secara langsung bisa menerima hasil pemeriksaan
kesehatan tanpa terlebih dulu harus meminta kepada dokter perusahaan secara
langsung.
“…Terus setelah itu, hasil keluar, kalau yang jelek-jelek itu nanti
kita panggil, kita panggil ngadep dokter, nanti dokter kasih tau kenapakenapa, pokoknya kalau yang bermasalah kita ulang lagi ceknya
115
biasanya sampai dia normal, pokoknya diobatin sampai dia kembali
normal lagi. Terus dokumentasinya juga harus jelas, jadi dia ke dokter
harus bawa hasilnya, terus nanti sama dokter dikasih obat apa-apa,
harus lapor kita…” (Perawat Perusahaan)
“… (hasilnya karyawan boleh tau) boleh. Tapi kalau kita minta
boleh. Tapi harusnya ga kaya gitu lho, harusnya ga gitu dalam arti gini,
karyawan itu apalagi karyawan tua tingkat pengetahuannya kan rendah,
dia harus diajarkan untuk dia mengerti kondisi kesehatannya, dan
pengertian ga ada bermasalah itu kan, perlu kita jabarkan lagi ya,
artinya gini, masalah penurunan kebisingan… eh penurunan kebisingan,
penurunan pendengaran, artinya kan ada batasnya ya, tapi dia itu
penurunan pendengarannya menurun, tapi masih dalam batas aman kan,
normal, nah itu karyawan itu harus tau…” (SHE)
“…Jadi, MCU tahunan yang dilakukan saat ini, hasilnya nanti
dikomunikasikan lagi ke karyawan, apabila ada memang penyakit yang
memang serius ya, atau mungkin ada gejala, itu biasanya dipanggil oleh
dokter perusahaan dan diberikan rekomendasi. Apakah dia ke dokter ini,
karena memang ada beberapa dokter khusus yang bekerja sama dengan
kita. Yang untuk misalnya, oh ini hepatitis misalnya, nanti ditangani oleh
dokter hepatitis di mana, gitu…” (Safety Officer).
Menurut informan pendukung, hasil dari pemeriksaan kesehatan berkala
terbagi dua yaitu sehat dan yang mengalami gangguan kesehatan. Apabila dari
hasil pemeriksaan kesehatan berkala karyawan mengalami masalah kesehatan,
maka karyawan tersebut akan dipanggil untuk menghadap ke Dokter perusahaan
untuk melakukan pemeriksaan ulang. Jika karyawan terbukti mengalami masalah
116
kesehatan, maka karyawan akan melakukan pengobatan di rumah sakit sampai
sembuh.
“…Kalau kita misalnya sakit, langsung diobatin. Biar sembuh,
jangan sampai karyawan sininya tuh sakit-sakitan semua, kalau bisa
pada sehat…”
“… iya Mba, biasanya nanti pas hasilnya keluar, biasanya ada
beberapa karyawan yang dipanggil buat ke dokter. Yang dipanggil itu sih
biasanya ya emang ada sedikit masalah sama kesehatannya. Terus kalau
pas abis diperiksa lagi ternyata beneran, dia diobatin sampai sembuh…”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa selama ini hasil pemeriksaan kesehatan berkala untuk karyawan
hanya dijelaskan kepada karyawan yang diindikasikan mengalami
gangguan kesehatan, untuk karyawan lainnya dapat mengkonsultasikan
secara langsung ke dokter perusahaan. Tindak lanjut dari hasil
pemeriksaan adalah jika terdapat karyawan yang mengalami masalah
kesehatan, maka karyawan tersebut akan melakukan pemeriksaan
lanjutan hingga dokter perusahaan menyatakan bahwa kondisi karyawan
tersebut telah fit.
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan kunci, output
dari pemeriksaan khusus yang diminta karyawan adalah untuk mengetahui
kondisi dari fungsi tubuh yang diperiksa oleh dokter rumah sakit yang menjadi
provider perusahaan. Setelah melakukan pemeriksaan kesehatan khusus,
117
karyawan melaporkan hasil dari pemeriksaan kepada Dokter perusahaan yang
selanjutnya akan dilaporkan kepada pihak HRO.
“… misalnya karyawan itu sakit, kemudian, dia perlu perawatan
intensif, ya nanti kita juga yang akan, apa namanya, istilahnya kaya
mencarikan, baiknya dia konsultasi ke mana, kita kasih suggestion,
termasuk juga kita memberikan pelayanan, sampai dia bener-bener
sembuh…”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan pihak SHE, hasil dari
pemeriksaan kesehatan khusus adalah kondisi kesehatan karyawan akan
dijelaskan oleh dokter perusahaan. Berikut kutipan hasil wawancara dengan
SHE:
“… (hasil) sama sih seperti MCU, tapi kalau untuk pemeriksaan
khusus, biasanya nanti dikasih datanya. Nanti ngambil dari dokter…”
(SHE)
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa hasil pemeriksaan khusus untuk mengetahui kondisi fisik
karyawan yang diperiksa dianggap tidak fit. Tindak lanjut dari
pemeriksaan kesehatan khusus adalah perawatan terhadap karyawan.
118
F. Umpan Balik
Tabel 5.6
Hasil Penelitian Umpan Balik Pemeriksaan Kesehatan
Faktor Pendukung
Faktor Penghambat
1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
a. Input
a. Sarana dan prasarana yang Perusahaan belum mengalami
baik.
b. PT.
hambatan baik dari segi tenaga
FFI
prosedur
telah
mengikuti kesehatan maupun sarana dan
yang
telah prasarana.
ditetapkan
permenakertrans
dalam
No.
02
Tahun 1980 yang diperinci ke
dalam SOP.
b. Proses
Kerja sama yang baik antara PT. Perusahaan belum mengalami
FFI dengan pihak laboratorium.
hambatan
dalam
teknis
pelaksanaan pemeriksaan.
c. Output
Perusahaan
langsung Perusahaan belum mengalami
mendapatkan hasil pemeriksaan hambatan
calon
karyawan
laboratorium.
dalam
ketepatan
dari waktu dari hasil pemeriksaan
kesehatan.
119
Tabel 5.6 (Lanjutan)
Hasil Penelitian Umpan Balik Pemeriksaan Kesehatan
Faktor Pendukung
Faktor Penghambat
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
a. Input
Sarana
dan
prasarana
yang Perusahaan belum mengalami
disediakan vendor telah memadai hambatan
dan dalam kondisi baik.
dari
segi
tenaga
kesehatan maupun sarana dan
prasarana yang disediakan oleh
vendor.
b. Proses
Kerja sama yang baik antara a. Data karyawan ada yang
perusahaan dengan pihak vendor.
belum
masuk
ke
pihak
vendor.
b. Pada saat pelaksanaan, ada
beberapa
karyawan
yang
tidak bisa hadir.
c. Output
Hasil pemeriksaan keluar tepat Perusahaan belum mengalami
waktu sesuai dengan kesepakatan hambatan
dalam
antara perusahaan dengan vendor. hasil dari vendor.
penerimaan
120
Tabel 5.6 (Lanjutan)
Hasil Penelitian Umpan Balik Pemeriksaan Kesehatan
Faktor Pendukung
Faktor Penghambat
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Sarana dan prasarana RS provider Perusahaan belum mengalami
a. Input
telah memadai karena perusahaan hambatan
dari
segi
tenaga
bekerja sama dengan RS umum kesehatan dan fasilitas dari RS
tipe B.
provider.
Kerja sama yang baik antara Perusahaan belum mengalami
b. Proses
perusahaan dengan RS provider hambatan
dalam
teknis
yang merupakan RS umum tipe pemeriksaan khusus.
B.
c. Output
Hasil
pemeriksaan
khusus Perusahaan belum mengalami
diterima secara rutin oleh pihak hambatan
perusahaan dari provider.
dalam
pelaporan
hasil
kesehatan
khusus
proses
pemeriksaan
dari
RS
provider.
1. Faktor Pendukung
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
1) Input
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, selama ini
proses pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, dapat berjalan dengan
121
lancar karena didukung berbagai sarana dan prasarana yang memadai.
Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan informan kunci:
“… Sejauh ini sudah baik ya pelaksanaan MCU nya, itu
termasuk buat yang pre employment juga ya… dari fasilitasnya
kan kita juga ditunjang…”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama,
proses pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja selama ini berjalan
dengan lancar karena didukung dengan sarana dan prasarana yang
memadai.
“…Ya paling kita pendukungnya Cuma provider itu,
vendornya itu… Iya kaya gitu juga. Nah itu kita pastikan di
dalam audit itu dokternya berkualitas, ada sertifikat, mereka
punya WI…” (SHE)
“… MCU kita udah baik kok, lancar-lancar aja… kan kita
sebelum pelaksanaan ada seleksi vendor dulu dari perusahaan,
jadi kita milihnya yang fasilitasnya paling bagus. Gitu…” (Safety
Officer)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung,
menurut beberapa karyawan produksi, proses pemeriksaan kesehatan
telah berlangsung dengan baik karena dukungan sarana dan prasarana
yang baik.
“… udah kok, udah bagus, lancar… kan dari vendornya
alat-alatnya juga udah mendukung…”
122
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, selama ini pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja berjalan dengan baik karena
didukung oleh sarana dan prasarana yang baik.
2) Proses
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, faktor
pendukung kelancaran pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja, adalah kerja sama perusahaan dengan pihak laboratorium..
“… karena kita juga bekerja sama dengan beberapa
laboratorium, klinik, dan rumah sakit di luar…”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama,
proses pemeriksaan kesehatan selama ini berjalan dengan lancar karena
adanya kerja sama antara perusahaan dengan pihak laboratorium.
“… selama ini lancar-lancar saja, kita kerja sama dengan
pihak luar untuk pemeriksaan sebelum kerja itu juga sudah
lama…” (Dokter Perusahaan)
“… Iya kaya gitu juga. Nah itu kita pastikan di dalam
audit itu dokternya berkualitas, ada sertifikat, mereka punya
WI…” (SHE)
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, proses pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja didukung oleh kerja sama pihak
perusahaan dengan pihak laboratorium.
123
3) Output
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, dari segi
pelaporan
hasil
pemeriksaan
kesehatan,
perusahaan
langsung
mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium calon karyawan.
“… ga sih, kita ga ada hambatan juga soal hasil
pemeriksaan calon karyawan…”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa dari segi pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan, perusahaan
langsung mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium calon karyawan.
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
1) Input
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, selama ini
proses pemeriksaan kesehatan berkala dapat berjalan dengan lancar
karena didukung berbagai sarana dan prasarana yang memadai. Berikut
adalah kutipan hasil wawancara dengan informan kunci:
“… Sejauh ini sudah baik ya pelaksanaan MCU nya, itu
termasuk buat yang pre employment juga ya… dari fasilitasnya
kan kita juga ditunjang…”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama,
proses pemeriksaan kesehatan berkala selama ini berjalan dengan lancar
karena didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.
“… MCU kita udah baik kok, lancar-lancar aja… kan kita
sebelum pelaksanaan ada seleksi vendor dulu dari perusahaan,
124
jadi kita milihnya yang fasilitasnya paling bagus. Gitu…”
(Perawat Perusahaan)
“… Iya kaya gitu juga. Nah itu kita pastikan di dalam
audit itu dokternya berkualitas, ada sertifikat, mereka punya
WI…” (SHE)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung,
menurut beberapa karyawan produksi, proses pemeriksaan kesehatan
telah berlangsung dengan baik karena dukungan sarana dan prasarana
yang baik.
“… udah kok, udah bagus, lancar… kan dari vendornya
alat-alatnya juga udah mendukung…”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa
faktor pendukung dalam proses input pemeriksaan kesehatan berkala
adalah sarana dan prasarana yang telah memadai dan dalam kondisi yang
baik.
2) Proses
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, faktor
pendukung kelancaran pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala
adalah kerja sama perusahaan dengan pihak vendor.
“… karena kita juga bekerja sama dengan beberapa klinik
dan rumah sakit di luar…”
125
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama,
proses pemeriksaan kesehatan selama ini berjalan dengan lancar karena
adanya seleksi vendor sebelum pemeriksaan kesehatan dilaksanakan.
“… MCU kita udah baik kok, lancar-lancar aja… kan kita
sebelum pelaksanaan ada seleksi vendor dulu dari perusahaan,
jadi kita milihnya yang fasilitasnya paling bagus. Gitu…”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
didukung oleh kerja sama pihak perusahaan dengan pihak vendor.
3) Output
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, dari segi
pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan, pihak vendor yang bekerja sama
dengan perusahaan memberikan laporan ke pihak HR tepat waktu. Untuk
pemeriksaan kesehatan berkala, batas waktu pelaporan hasil dari vendor
tergantung dari perjanjian pihak vendor kepada perusahaan pada saat
rapat perencanaan.
“…nanti pas udah selesai, biasanya sih dua minggu,
tergantung kesepakatan sama vendor ya, si pihak vendor nya iitu
nanti bikin laporan biasanya dalam bentuk soft copy, mana-mana
orang yang hasilnya abnormal, mana yang normal…”
Dari hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa
selama ini yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan
126
pemeriksaan kesehatan berkala adalah hasil yang keluar tepat waktu
sesuai yang telah disepakati oleh pihak perusahaan dengan pihak vendor.
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
1) Input
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, selama ini
proses pemeriksaan kesehatan khusus dapat berjalan dengan lancar
karena didukung berbagai sarana dan prasarana yang memadai. Berikut
adalah kutipan hasil wawancara dengan informan kunci:
“… Sejauh ini sudah baik ya pelaksanaan MCU nya, itu termasuk
buat yang pre employment juga ya… dari fasilitasnya kan kita juga
ditunjang…”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama,
proses pemeriksaan kesehatan khusus selama ini berjalan dengan lancar
karena didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.
“… kita kerja sama dengan provider yang emang
fasilitasnya udah lengkap, terus juga banyak providernya, dan
jaraknya ga terlalu jauh juga…”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung,
menurut beberapa karyawan produksi, proses pemeriksaan kesehatan
telah berlangsung dengan baik karena dukungan sarana dan prasarana
yang baik.
“… udah kok, udah bagus, lancar… rumah sakitnya juga
udah lengkap alat-alatnya…”
127
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh rumah sakit provider
merupakan faktor pendukung dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
khusus.
2) Proses
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, faktor
pendukung kelancaran pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus adalah
kerja sama perusahaan dengan beberapa rumah sakit.
“… karena kita juga bekerja sama dengan beberapa klinik
dan rumah sakit di luar…”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama,
proses pemeriksaan kesehatan selama ini berjalan dengan lancar karena
kerja sama dengan rumah sakit provider.”
“… kita kerja sama dengan provider yang emang
fasilitasnya udah lengkap, terus juga banyak providernya, dan
jaraknya ga terlalu jauh juga…”
“… Kalau yang tahun ini sih MCU nya sudah lebih bagus,
yang sekarang ini berjalan sudah lebih bagus dari yang kemarin.
Yang sebelumnya itu ga ada konsultasi dokternya. Sekarang
dokternya banyak. Jadi lebih OK lagi saat ini...”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, faktor pendukung
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus selama ini adalah kerja sama
128
yang baik antara pihak perusahaan dengan provider yang terdiri dari
rumah sakit, klinik, dan laboratorium.
3) Output
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, dari segi
pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan, pihak rumah sakit yang bekerja
sama dengan perusahaan memberikan laporan ke pihak HR secara rutin
dan tepat waktu. Untuk pemeriksaan kesehatan khusus, pihak rumah sakit
akan memberikan laporan kepada perusahaan setiap akhir bulan.
“…kalau itu sih ya… kita tiap bulannya ada laporan dari
provider… siapa-siapa aja karyawan yang periksa ke sana…
nanti kita rekap lagi datanya… gitu…”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, ketepatan waktu dalam
memberikan laporan hasil pemeriksaan kesehatan khusus kepada
perusahaan dan secara rutin menjadi faktor pendukung dalam
penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan khusus.
2. Faktor Penghambat
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
1) Input
Berdasarkan wawancara dengan informan kunci, untuk tenaga
kesehatan dan sarana prasarana untuk pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja, perusahaan belum pernah mengalami hambatan. Untuk sarana
dan prasarana, pihak poliklinik secra rutin memantau apakah ada sarana
dan prasarana yang harus diperbaiki atau diganti.
129
“… kalau memang kondisinya sudah harus diganti, ya
diganti, jadi kan kita ga mungkin misalnya alat kesehatan itu
sudah ga layak untuk dipake…”
Berdasarkan wawancara dengan informan utama, untuk tenaga
kesehatan dan fasilitas untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,
perusahaan tidak mengalami hambatan. Berikut ini kutipan hasil
wawancara dengan dokter perusahaan:
“… untuk pre employment, selama ini tidak ada
hambatannya ya…”
Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan:
“… buat yang mana? Pre? Ga ada sih, belom pernah
nemuin hambatan sih selama kerja di sini…”
Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan SHE:
“… ooo kalau untuk yang sebelum bekerja ga ada
hambatannya…”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa selama ini perusahaan belum mengalami hambatan dalam
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja jika dilihat dari tenaga kesehatan
yang terdiri dari kompetensi tenaga kesehatan dan jumlah tenaga
kesehatan yang berada di perusahaan. Jika ditinjau dari segi sarana dan
prasarana,
perusahaan
juga
belum
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
mengalami
hambatan
dalam
130
2) Proses
Berdasarkan
wawancara
dengan
informan
kunci,
untuk
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, perusahaan belum
pernah mengalami hambatan.
“… ga sih, selama ini belum ada (hambatan)…”
Berdasarkan
wawancara
dengan
informan
utama,
untuk
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, perusahaan tidak
mengalami hambatan. Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan dokter
perusahaan:
“… untuk pre employment, selama ini tidak ada
hambatannya ya…”
Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan:
“… buat yang mana? Pre? Ga ada sih, belom pernah
nemuin hambatan sih selama kerja di sini…”
Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan SHE:
“… ooo kalau untuk yang sebelum bekerja ga ada
hambatannya…”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa selama ini PT. FFI belum mengalami hambatan dalam teknis
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
131
3) Output
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, dari segi
pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, perusahaan tidak
mengalami hambatan karena perusahaan langsung mendapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium calon karyawan.
“… ga sih, kita ga ada hambatan juga soal hasil
pemeriksaan calon karyawan…”
Berdasarkan
wawancara
dengan
informan
utama,
untuk
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, perusahaan tidak
mengalami hambatan. Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan dokter
perusahaan:
“… untuk pre employment, selama ini tidak ada
hambatannya ya…”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dari segi pelaporan hasil
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, selama ini perusahaan belum
mengalami hambatan.
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
1) Input
Berdasarkan wawancara dengan informan kunci, untuk tenaga
kesehatan dan sarana prasarana untuk pemeriksaan kesehatan berkala,
perusahaan belum pernah mengalami hambatan. Untuk sarana dan
prasarana, pihak telah memilih vendor sesuai dengan kriteria perusahaan.
132
“… penghambat secara umum ga ada ya…”
Berdasarkan wawancara dengan informan utama, untuk tenaga
kesehatan dan fasilitas untuk pemeriksaan kesehatan berkala, perusahaan
tidak mengalami hambatan. Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan
dokter perusahaan:
“… MCU, tidak ada hambatan juga selama ini…”
Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan:
“… fasilitas? Hambatan belom ada sih…”
Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan SHE:
“…ga ada hambatannya…”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa
perusahaan
belum
pernah
mengalami
hambatan
dalam
pemeriksaan kesehatan berkala jika dilihat dari segi tenaga kesehatan
maupun sarana dan prasarana.
2) Proses
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, selama ini,
hambatan biasanya terjadi pada saat pemeriksaan kesehatan berkala. Pada
saat pemeriksaan kesehatan berlangsung, terkadang terdapat beberapa
karyawan yang belum masuk ke database vendor. Selain itu, terkadang
terdapat karyawan yang sedang bertugas di luar kota pada saat
133
pemeriksaan kesehatan berkala berlangsung, sehingga karyawan tersebut
harus melakukan pemeriksaan kesehatan susulan di tempat vendor.
“… penghambat secara umum sih, ga ada ya… ya paling
Cuma kalau misalnya lagi pas pelaksanaan, ada karyawan yang
tidak bisa hadir karena alasan tertentu seperti lagi ke luar kota,
nanti pas dia udah pulang, dia MCU sendiri di tempat vendor…”
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, hambatan
yang sering terjadi pada saat pemeriksaan kesehatan berkala adalah
ketidakhadiran karyawan yang disebabkan oleh kondisi karyawan yang
sedang sakit atau sedang berada di luar kota, sehingga karyawan harus
melakukan pemeriksaan kesehatan di tempat vendor.
“… kalau dengan vendor tidak ada hambatan juga,
soalnya kan kita sudah lama kerja sama, jadi lancar-lancar saja
selama ini…” (Dokter Perusahaan)
“…
kalau
untuk
pelaksanaannya
sih,
selama
pelaksanaannya lancar-lancar aja. Cuma, kalau ada karyawan
yang lagi di luar kota pas MCU diadain, dia pemeriksaan sendiri,
susulan di tempat vendornya langsung…” (Perawat Perusahaan)
“… Mungkin yang menjadi kurang, saya bilang,
menyesuaikan jadwal orang office dengan jadwal MCU ya,
artinya kalo orang office itu kan ada orang marketing tuh, eh
sales ya, sorry sales, mereka kan jalan-jalan, nah itu kadangkadang mereka ga ketepatan ada di sini untuk melakukan MCU.
Terus ketika mereka dateng ke providernya itu mereka jauh dari
134
rumahnya, gitu. Terus terkait dengan waktu dia juga di hari
sabtu…” (SHE)
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa untuk pemeriksaan kesehatan berkala, perusahaann mengalami
beberapa hambatan. Hambatan tersebut berupa data karyawan yang
belum masuk ke vendor, selain itu, pada saat pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan berkala, ada beberapa karyawan yang tidak dapat hadir
dikarenakan sedang melakukan dinas. Untuk mengatasinya, untuk
karyawan yang tidak dapat hadir pada saat pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan, karyawan tersebut dapat melakukan pemeriksaan susulan
langsung di tempat vendor.
3) Output
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, dari segi
pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan, perusahaan tidak mengalami
hambatan karena pihak vendor yang bekerja sama dengan perusahaan
memberikan laporan ke pihak HR tepat waktu. Untuk pemeriksaan
kesehatan berkala, batas waktu pelaporan hasil dari vendor tergantung
dari perjanjian pihak vendor kepada perusahaan pada saat rapat
perencanaan.
“…nanti pas udah selesai, biasanya sih dua minggu,
tergantung kesepakatan sama vendor ya, si pihak vendor nya iitu
nanti bikin laporan biasanya dalam bentuk soft copy, mana-mana
orang yang hasilnya abnormal, mana yang normal…”
135
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa dalam proses pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan berkala,
perusahaan tidak mengalami hambatan.
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
1) Input
Berdasarkan wawancara dengan informan kunci, untuk tenaga
kesehatan dan sarana prasarana untuk pemeriksaan kesehatan berkala,
perusahaan belum pernah mengalami hambatan. Untuk sarana dan
prasarana, pihak telah memilih vendor sesuai dengan kriteria perusahaan.
“… penghambat secara umum ga ada ya…”
Berdasarkan wawancara dengan informan utama, untuk tenaga
kesehatan dan fasilitas untuk pemeriksaan kesehatan berkala, perusahaan
tidak mengalami hambatan. Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan
dokter perusahaan:
“…tidak ada hambatan selama ini…”
Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan:
“… Hambatan belom ada sih…”
Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan SHE:
“…ga ada hambatannya…”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa
perusahaan
belum
pernah
mengalami
hambatan
dalam
136
pemeriksaan kesehatan khusus jika dilihat dari segi tenaga kesehatan
maupun sarana dan prasarana.
2) Proses
Berdasarkan
wawancara
dengan
informan
kunci,
untuk
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus, perusahaan belum pernah
mengalami hambatan.
“… ga sih, selama ini belum ada (hambatan)…”
Berdasarkan
wawancara
dengan
informan
utama,
untuk
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus, perusahaan tidak mengalami
hambatan. Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan dokter
perusahaan:
“…selama ini tidak ada hambatannya ya…”
Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan:
“… belom ada…”
Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan SHE:
“… ooo ga ada hambatannya…”
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa selama ini, dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus,
perusahaan belum mengalami hambatan.
137
3) Output
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, dari segi
pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan, perusahaan tidak mengalami
hambatan karena pihak rumah sakit yang bekerja sama dengan
perusahaan memberikan laporan ke pihak HR secara rutin dan tepat
waktu. Untuk pemeriksaan kesehatan khusus, pihak rumah sakit akan
memberikan laporan kepada perusahaan setiap akhir bulan.
“…kalau itu sih ya… kita tiap bulannya ada laporan dari
provider… siapa-siapa aja karyawan yang periksa ke sana…
nanti kita rekap lagi datanya… gitu…”
Berdasarkan wawancara mendalam, selama ini pelaporan hasil
pemeriksaan kesehatan khusus belum mengalami hambatan. Rumah sakit
yang menjadi provider PT. FFI melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan
khusus secara rutin dan tepat waktu.
G. Lingkungan
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, Disnaker dan Dinkes
ikut mengawasi proses penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan. Selain itu, pihak
pemerintah juga ikut mengawasi kondisi sarana dan prasarana yang terkait dengan
pemeriksaan kesehatan di poliklinik PT. FFI.
“… nah, kalau dari pemerintah biasanya terkait sama izin poliklinik.
Biasanya setiap lima tahun diadain audit ke kita, dicek lagi, apakah kita
masih memenuhi syarat apa ga, biasanya sih kalau audit dari pemerintah itu
ke HR sama ke klinik…”
138
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa pihak
pemerintah yang terlibat dalam pengawasan pemeriksaan kesehatan adalah pihak
Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Kesehatan. Kedua dinas tersebut melakukan
pengawasan
terhadap
proses
penyelenggaraan
pemeriksaan
kesehatn
dan
pengawasan sarana dan prasarana yang terkait dengan pemeriksaan kesehatan di
Poliklinik PT. FFI. Namun, peneliti tidak mendapatkan informasi secara lebih rinci
tentang bagian dari Disnaker dan Dinkes yang terlibat langsung dalam proses
pengawasan penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut:
1. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga subyektivitas peneliti
masih terdapat dalam isi penelitian, namun diminimalisasi dengan triangulasi
data dan sumber.
2. Peneliti tidak melakukan observasi terhadap jenis-jenis pemeriksaan fisik yang
dilakukan di Poliklinik PT. Frisian Flag Indonesia karena pemeriksaan tersebut
bersifat rahasia yang hanya diketahui oleh dokter perusahaan dan calon
karyawan.
3. Peneliti tidak melakukan observasi pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan
karena pemeriksaan dilakukan di tempat yang berbeda yaitu rumah sakit yang
menjadi provider perusahaan, selain itu, waktu untuk pemeriksaan khusus tidak
menentu karena pemeriksaan dilakukan berdasarkan kebutuhan dari karyawan.
4. Peneliti tidak dapat melakukan observasi ke tempat vendor yang bekerja sama
dalam pemeriksaan kesehatan berkala dan Rumah Sakit yang menjadi provider
perusahaan karena tidak mendapatkan izin dari pihak perusahaan.
5. Peneliti tidak meneliti dampak dari pemeriksaan kesehatan kepada karyawan,
baik pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala,
maupun pemeriksaan kesehatan khusus, hal itu disebabkan oleh banyaknya
faktor yang mempengaruhi dampak hasil pemeriksaan kesehatan bagi karyawan.
139
140
6. Peneliti tidak dapat melampirkan beberapa data seperti sertifikat hiperkes, surat
izin praktik, dan surat pengangkatan dokter perusahaan. Selain itu, peneliti juga
tidak dapat melampirkan sertifikat hiperkes, surat izin kerja, dan surat
pengangkatan perawat perusahaan karena data-data tersebut bersifat rahasia.
B. Input
1. Tenaga Kesehatan
Menurut Silalahi (2011), lingkungan internal adalah faktor-faktor dan
kekuatan-kekuatan kunci di dalam organisasi yang memengaruhi operasi
organisasi untuk mencapai tujuannya. Keunggulan suatu organisasi dan
manajemen dan manajemen akan ditentukan oleh cara bagaimana sebuah
organisasi memanajemeni lingkungan internal, seperti halnya bagaimana
meningkatkan kapabilitas sumber daya manusianya untuk dapat merespon secara
cepat dan tepat perubahan yang terjadi serta bagaimana organisasi memanfaatkan
perkembangan
teknologi
dan
informasi
untuk
kepentingan
organisasi.
Lingkungan internal meliputi sumber daya manusia, sumber daya finansial,
sumber daya fisik, sumber daya informasi serta sumber-sumber sistem dan
teknologi, serta budaya dan sistem nilai.
Menurut Silalahi (2011), sumber daya manusia merupakan elemen
penting dari lingkungan dalam dan merupakan aset penting dari organisasi
dibandingkan dengan elemen lingkungan dalam lainnya. Secara sederhana dapat
dinyatakan, bahawa sumber daya manusialah yang membuat sumber-sumber lain
dari suatu organisasi bekerja. Manusia menjadi motor penggerak aktivitas
manajerial.
141
a. Kompetensi Tenaga Kesehatan
1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Menurut Silalahi (2011), sumber daya manusia merupakan
elemen penting dari lingkungan dalam dan merupakan aset penting dari
organisasi dibandingkan dengan elemen lingkungan dalam lainnya.
Secara sederhana dapat dinyatakan, bahawa sumber daya manusialah
yang membuat sumber-sumber lain dari suatu organisasi bekerja.
Manusia menjadi motor penggerak aktivitas manajerial.
Suhendra (2006) menjabarkan bahwa salah satu persyaratan
dalam proses rekrutmen adalah kecakapan, mengenai kecakapan ada tiga
hal pokok yang harus diperhatikan:
a. Pendidikan, misalkan beban tugas dan kewenangan jabatan tersebut
memerlukan kapasitas pendidikan tertentu, apakah cukup tamatan SD,
SMP, SMA, atau diperlukan seorang sarjana untuk mengisinya.
b. Kualifikasi kerja, apakah perlu pengalaman sebagai magang, atau
sertifikat lulus pendidikan tertentu.
c. Pengalaman, syarat pengalaman pekerjaan dalam bidang apa dan
berapa lama agar calon pegawai itu dapat bekerja dengan baik.
Pemeriksaan kesehatan bagi karyawan dilaksanakan olek dokter,
di dalam Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang pemeriksaan
kesehatan, dokter adalah dokter yang ditunjuk oleh pengusaha yang telah
memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dan Koperasi No. Per/10/Men/1976 dan syarat-syarat lain
142
yang
dibenarkan
oleh
Direktur
Jenderal
Pembinaan
Hubungan
Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja.
Dalam Permenakertranskop No. Per/01/Men/1976 Pasal 1, setiap
perusahaan diwajibkan untuk mengirimkan setiap dokter perusahaannya
untuk mendapatkan latihan dalam bidang Hygiene Perusahaan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja. Dalam pasal 2 dijelaskan bahwa yang dimaksud
dokter perusahaan adalah setiap dokter yang ditunjuk atau bekerja di
perusahaan yang bertugas dan atau bertanggung jawab atas Hygiene
Perusahaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Berdasarkan Pedoman Pelayanan Medik di Klinik Departemen
dan Perusahaan Kementerian Kesehatan RI (2008), kompetensi yang
harus dimiliki oleh tenaga kesehatan di perusahaan adalah sebagai
berikut:
1) Dokter
a) Mempunyai Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik.
b) Mampu melaksanakan pelayanan medik dasar sesuai kompetensi
dan kewenangannya.
c) Khusus dokter yang bekerja di perusahaan/pabrik telah memiliki
sertifikat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
2) Perawat
a) Mempunyai Surat Izin Kerja (SIK) perawat.
b) Mampu melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan sesuai
kompetensi dan kewenangannya.
143
c) Mampu melaksanakan asistensi dokter sesuai dengan kompetensi
dan kewenangannya.
d) Perawat yang bekerja di perusahaan/pabrik memiliki sertifikat
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Menurut penelitian Tri Ayu Pawesti (2010) dalam Dwijayanti
(2013), tercapai atau tidaknya tujuan organisasi sangat ditentukan oleh
adanya sumber daya yang handal. Salah satu sumber daya organisasi
yang sangat penting adalah sumber daya manusia atau perorangan yang
akan melaksanakan kegiatan tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen,
kompetensi dari tenaga kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja di PT. FFI telah sesuai dengan kriteria yang telah disebutkan di
atas. Kompetensi dokter yang telah dipenuhi yaitu dokter perusahaan
telah memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes, mempunyai surat tanda
registrasi dan surat izin praktik, dan mampu melaksanakan pelayanan
medik sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Kompetensi
perawat perusahaan juga telah sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan yaitu perawat telah memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes,
memiliki surat izin kerja perawat, mampu melaksanakan asistensi dokter
sesuai
dengan
melaksanakan
kewenangannya.
kompetensi
asuhan
dan
kewenangannya,
keperawatan
sesuai
dan
mampu
kompetensi
dan
144
Hasil penelitian di atas juga serupa dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dwijayanti (2013) tentang Analisis Implementasi Program
Perencaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan
desa di Kabupaten Demak. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan
bahwa mengenai kuantitas dan kualitas SDM dinyatakan tidak ada
kendala sehingga implementasi Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat terlaksana, hal ini dinyatakan oleh
seluruh informan utama dan informan triangulasi.
2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Berdasarkan Pedoman Pelayanan Medik di Klinik Departemen
dan Perusahaan Kementerian Kesehatan RI (2008), kompetensi yang
harus dimiliki oleh tenaga kesehatan di perusahaan adalah sebagai
berikut:
1) Dokter
a) Mempunyai Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik.
b) Mampu melaksanakan pelayanan medik dasar sesuai kompetensi
dan kewenangannya.
c) Khusus dokter yang bekerja di perusahaan/pabrik telah memiliki
sertifikat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
2) Perawat
a) Mempunyai Surat Izin Kerja (SIK) perawat.
b) Mampu melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan sesuai
kompetensi dan kewenangannya.
145
c) Mampu melaksanakan asistensi dokter sesuai dengan kompetensi
dan kewenangannya.
d) Perawat yang bekerja di perusahaan/pabrik memiliki sertifikat
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Menurut penelitian Tri Ayu Pawesti (2010) dalam Dwijayanti
(2013), tercapai atau tidaknya tujuan organisasi sangat ditentukan oleh
adanya sumber daya yang handal. Salah satu sumber daya organisasi
yang sangat penting adalah sumber daya manusia atau perorangan yang
akan melaksanakan kegiatan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, kompetensi tenaga kesehatan yang
bertugas pada saat pelaksanaan kesehatan berkala sepenuhnya menjadi
tanggung jawab vendor. Pada proses perencanaan, setiap tahunnya
perusahaan melakukan seleksi vendor yang akan bekerja sama untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan berkala. Beberapa vendor yang
menjadi kandidat seleksi mempresentasikan masing-masing programnya.
Proses selanjutnya, perusahaan melakuakan audit secara langsung
kepada pihak vendor apakah hasil presentasi yang dilakukan pihak
vendor memang sesuai dengan keadaan di lapangan. Jika memang
kondisi vendor berdasarkan hasil audit oleh pihak perusahaan sesuai
dengan hasil presentasi yang telah dilakukan oleh pihak vendor dan
kriteria yang telah ditetapkan oleh perusahaan, maka vendor tersebut
yang akan bekerja sama dengan perusahaan untuk pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan berkala.
146
Hasil penelitian di atas juga serupa dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dwijayanti (2013) tentang Analisis Implementasi Program
Perencaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan
desa di Kabupaten Demak. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan
bahwa mengenai kuantitas dan kualitas SDM dinyatakan tidak ada
kendala sehingga implementasi Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat terlaksana, hal ini dinyatakan oleh
seluruh informan utama dan informan triangulasi.
3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Pemeriksaan kesehatan khusus di PT. FFI dilakukan di Rumah
Sakit yang menjadi provider perusahaan yang tersebar di wilayah
Jabodetabek. Rumah sakit provider tersebut merupakan rumah sakit yang
termasuk ke dalam rumah sakit tipe B. Menurut Kementerian Kesehatan
RI (2010), rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurangkurangnya empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang medik,
delapan spesialis lainnya, dan dua subspesialis dasar serta dapat menjadi
RS pendidikan apabila telah memenuhi persyaratan dan standar.
Berdasarkan Pedoman Pelayanan Medik di Klinik Departemen
dan Perusahaan Kementerian Kesehatan RI (2008), kompetensi yang
harus dimiliki oleh tenaga kesehatan di perusahaan adalah sebagai
berikut:
1) Dokter
147
a) Mempunyai Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik.
b) Mampu melaksanakan pelayanan medik dasar sesuai kompetensi
dan kewenangannya.
c) Khusus dokter yang bekerja di perusahaan/pabrik telah memiliki
sertifikat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
2) Perawat
a) Mempunyai Surat Izin Kerja (SIK) perawat.
b) Mampu melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan sesuai
kompetensi dan kewenangannya.
c) Mampu melaksanakan asistensi dokter sesuai dengan kompetensi
dan kewenangannya.
d) Perawat yang bekerja di perusahaan/pabrik memiliki sertifikat
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Menurut penelitian Tri Ayu Pawesti (2010) dalam Dwijayanti
(2013), tercapai atau tidaknya tujuan organisasi sangat ditentukan oleh
adanya sumber daya yang handal. Salah satu sumber daya organisasi
yang sangat penting adalah sumber daya manusia atau perorangan yang
akan melaksanakan kegiatan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, kompetensi tenaga kesehatan untuk
pemeriksaan kesehatan khusus sepenuhnya menjadi tanggung jawab
rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan. Perusahaan telah
menjalin kerjasama dengan 160 rumah sakit, klinik, serta apotek yang
tersebar di daerah Jabodetabek. Namun, ada beberapa rumah sakit yang
148
memerlukan
peninjauan
ulang
dalam
hal
kompetensi
tenaga
kesehatannya.
Untuk melihat apakah kompetensi tenaga kesehatan di rumah
sakit yang bekerja sama dengan pihak perusahaan, sampai saat ini
perusahaan belum bisa melakukan audit secara menyeluruh kepada
pihak-pihak yang bekerja sama dalam pemeriksaan kesehatan khusus
dikarenakan jumlah rumah sakit, klinik, dan laboratorium yang banyak.
Namun, berdasarkan hasil wawancara mendalam, pihak SHE sedang
menyusun program untuk melaksanakan audit kepada pihak-pihak yang
bekerja sama dengan perusahaan dalam pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan khusus.
Hasil penelitian di atas juga serupa dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dwijayanti (2013) tentang Analisis Implementasi Program
Perencaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan
desa di Kabupaten Demak. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan
bahwa mengenai kuantitas dan kualitas SDM dinyatakan tidak ada
kendala sehingga implementasi Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat terlaksana, hal ini dinyatakan oleh
seluruh informan utama dan informan triangulasi.
b. Jumlah Tenaga Kesehatan
1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Menurut Edward dalam Winarno (2007), sumber daya yang
penting meliputi staf yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik
149
untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Jumlah staf tidak selalu
mempunyai efek positif bagi pelaksanaan program. Jumlah staf yang
banyak tidak secara otomatis mendorong pelaksanaan yang berhasil. Hal
lain yang mempengaruhinya yaitu dilihat dari kurangnya kualitas sumber
daya manusia dan rendahnya motivasi pekerja. Staf harus memiliki
keahlian yang terampil dan kompeten dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya.
Berdasarkan Pedoman Pelayanan Medik di Klinik Departemen
dan Perusahaan Kementerian Kesehatan RI (2008), jumlah dokter
perusahaan minimal di klinik perusahaan adalah satu orang dan untuk
perawat minimal berjumlah satu orang. Jumlah tenaga kesehatan di PT.
FFI sudah mencukupi berdasarkan pedoman tersebut yaitu terdiri dari
satu dokter perusahaan dan satu perawat perusaahn.
Hal tersebut telah sesuai karena pemeriksaan yang dilakukan di
Poliklinik perusahaan hanya pemeriksaan fisik sebelum bekerja bagi
calon karyawan. Hasil penelitian di atas juga serupa dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti (2013) tentang Analisis
Implementasi Program Perencaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) Oleh Bidan desa di Kabupaten Demak. Hasil penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa mengenai kuantitas dan kualitas SDM dinyatakan
tidak ada kendala sehingga implementasi Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat terlaksana, hal ini
dinyatakan oleh seluruh informan utama dan informan triangulasi.
150
2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Menurut Edward dalam Winarno (2007), sumber daya yang
penting meliputi staf yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik
untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Jumlah staf tidak selalu
mempunyai efek positif bagi pelaksanaan program. Jumlah staf yang
banyak tidak secara otomatis mendorong pelaksanaan yang berhasil. Hal
lain yang mempengaruhinya yaitu dilihat dari kurangnya kualitas sumber
daya manusia dan rendahnya motivasi pekerja. Staf harus memiliki
keahlian yang terampil dan kompeten dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya.
Berdasarkan hasil penelitian, jumlah tenaga kesehatan yang
bertugas
pada saat
pelaksanaan
pemeriksaan
kesehatan berkala
sepenuhnya menjadi tanggung jawab vendor. Namun, berdasarkan hasil
wawancara mendalam juga diperoleh hasil bahwa untuk pemeriksaan
kesehatan berkala pada tahun 2012, jumlah tenaga kesehatan yang
bertugas jauh lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya sehingga
karyawan tidak perlu menunggu terlalu lama. Peningkatan jumlah tenaga
kesehatan yang bertugas adalah hasil dari seleksi yang dilakukan HR
Department, Dokter Perusahaan, dan SHE yang kemudian dilanjutkan
dengan proses audit ke tempat vendor.
Hasil penelitian di atas juga serupa dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dwijayanti (2013) tentang Analisis Implementasi Program
Perencaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan
151
desa di Kabupaten Demak. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan
bahwa mengenai kuantitas dan kualitas SDM dinyatakan tidak ada
kendala sehingga implementasi Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat terlaksana, hal ini dinyatakan oleh
seluruh informan utama dan informan triangulasi.
3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Menurut Edward dalam Winarno (2007), sumber daya yang
penting meliputi staf yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik
untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Jumlah staf tidak selalu
mempunyai efek positif bagi pelaksanaan program. Jumlah staf yang
banyak tidak secara otomatis mendorong pelaksanaan yang berhasil. Hal
lain yang mempengaruhinya yaitu dilihat dari kurangnya kualitas sumber
daya manusia dan rendahnya motivasi pekerja. Staf harus memiliki
keahlian yang terampil dan kompeten dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya.
Pemeriksaan kesehatan khusus di PT. FFI dilakukan di Rumah
Sakit yang menjadi provider perusahaan yang tersebar di wilayah
Jabodetabek. Rumah sakit provider tersebut merupakan rumah sakit yang
termasuk ke dalam rumah sakit tipe B. Menurut Kementerian Kesehatan
RI (2010), rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurangkurangnya empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang medik,
152
delapan spesialis lainnya, dan dua subspesialis dasar serta dapat menjadi
RS pendidikan apabila telah memenuhi persyaratan dan standar.
Berdasarkan hasil penelitian, jumlah tenaga kesehatan untuk
pemeriksaan kesehatan khusus sepenuhnya menjadi tanggung jawab
rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan. Perusahaan telah
menjalin kerjasama dengan 160 rumah sakit, klinik, serta apotek yang
tersebar di daerah Jabodetabek. Namun, ada beberapa rumah sakit yang
memerlukan peninjauan ulang dalam hal jumlah tenaga kesehatannya.
Untuk melihat apakah jumlah tenaga kesehatan di rumah sakit
yang bekerja sama dengan pihak perusahaan, sampai saat ini perusahaan
belum bisa melakukan audit secara menyeluruh kepada pihak-pihak yang
bekerja sama dalam pemeriksaan kesehatan khusus dikarenakan jumlah
rumah sakit, klinik, dan laboratorium yang banyak. Namun, berdasarkan
hasil wawancara mendalam, pihak SHE sedang menyusun program untuk
melaksanakan audit kepada pihak-pihak yang bekerja sama dengan
perusahaan dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus.
Hasil penelitian di atas juga serupa dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dwijayanti (2013) tentang Analisis Implementasi Program
Perencaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan
desa di Kabupaten Demak. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan
bahwa mengenai kuantitas dan kualitas SDM dinyatakan tidak ada
kendala sehingga implementasi Program Perencanaan Persalinan dan
153
Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat terlaksana, hal ini dinyatakan oleh
seluruh informan utama dan informan triangulasi.
2. Fasilitas
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Menurut Silalahi (2011), kegiatan manajemen tidak akan jalan dan
tujuan tidak akan tercapai jika tidak disertai dengan sumber-sumber yang
dibutuhkan. Sumber daya bukan manusia atau sumber daya material adalah
berbagai fasilitas atau sarana dan pra sarana yang dibutuhkan untuk
mendukung pencapaian tujuan. Sebab meskipun manusia menjadi elemen
penting dan menentukan dalam pencapaian tujuan keorganisasian tetapi jika
tidak disertai sumber daya material yang memadai, maka tujuan yang sudah
ditetapkan tidak akan tercapai secara optimum.
Salah satu sumber daya material adalah sumber daya fisik. Fisik
mencakup segala fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung efisiensi dan
efektivitas kerja, seperti: gedung, perlengkapan kantor, lokasi, mesin-mesin,
dan bahan mentah (raw materials) dan juga berbagai peralatan teknik yang
dibutuhkan untuk menghasilkan barang atau jasa.
Menurut Winarno (2007) fasilitas fisik bisa pula merupakan sumbersumber penting dalam organisasi. Seorang pelaksana mungkin mempunyai
staf yang memadai, mungkin memahami apa yang harus dilakukan dan
mungkin mempunyai wewenang untuk melakukan tugasnya, tetapi tanpa
fasilitas
pendukung
maka
besar
direncanakan tidak akan berhasil.
kemungkinan
implementasi
yang
154
Fasilitas untuk pemeriksaan kesehatan dijabarkan dalam Pedoman
Pelayan Medik di Klinik Departemen dan Perusahaan Kemenkes RI.
Berdasarkan pedoman tersebut, dan dari hasil wawancara mendalam dan
observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, fasilitas yang dimiliki oleh PT.
FFI dan kondisi dari fasilitas tersebut telah sesuai untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, pihak perusahaan bekerja
sama dengan pihak laboratorium untuk melakukan tes laboratorium calon
karyawan. Selama ini, laboratorium yang bekerja sama dengan perusahaan
memiliki sarana dan prasarana yang bagus dan lengkap. Selain itu, selama ini
belum pernah ada keluhan dari pihak perusahaan terhadap sarana dan
prasarana pihak laboratorium.
Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Dwijayanti (2013) tentang Analisis Implementasi Program Perencaan
persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan desa di Kabupaten
Demak. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil
triangulasi informan, semua informan rata-rata menyatakan sudah cukup
ketersediaan sarana prasarana pendukung P4K sehingga implementasi
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat
terlaksana.
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Menurut Silalahi (2011), salah satu sumber daya material adalah
sumber daya fisik. Fisik mencakup segala fasilitas yang dibutuhkan untuk
155
mendukung efisiensi dan efektivitas kerja, seperti: gedung, perlengkapan
kantor, lokasi, mesin-mesin, dan bahan mentah (raw materials) dan juga
berbagai peralatan teknik yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang atau
jasa.
Menurut Winarno (2007) fasilitas fisik bisa pula merupakan sumbersumber penting dalam organisasi. Seorang pelaksana mungkin mempunyai
staf yang memadai, mungkin memahami apa yang harus dilakukan dan
mungkin mempunyai wewenang untuk melakukan tugasnya, tetapi tanpa
fasilitas
pendukung
maka
besar
kemungkinan
implementasi
yang
direncanakan tidak akan berhasil.
Sarana dan prasarana untuk pemeriksaan kesehatan berkala
sepenuhnya menjadi tanggung jawab vendor yang bekerja sama dengan PT.
FFI. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, untuk sarana dan prasarana
pemeriksaan kesehatan berkala sudah baik. Untuk tahun 2012, kondisi sarana
dan prasarana pemeriksaan kesehatan berkala sudah lebih baik dari tahuntahun sebelumnya. Seperti untuk pemeriksaan audiometri, kondisi ruangan
kedap suara yang digunakan sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Kondisi tersebut merupakan hasil dari proses seleksi dan audit pihak
perusahaan kepada pihak vendor.
Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Dwijayanti (2013) tentang Analisis Implementasi Program Perencaan
persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan desa di Kabupaten
Demak. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil
156
triangulasi informan, semua informan rata-rata menyatakan sudah cukup
ketersediaan sarana prasarana pendukung P4K sehingga implementasi
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat
terlaksana.
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Menurut Winarno (2007) fasilitas fisik bisa pula merupakan sumbersumber penting dalam organisasi. Seorang pelaksana mungkin mempunyai
staf yang memadai, mungkin memahami apa yang harus dilakukan dan
mungkin mempunyai wewenang untuk melakukan tugasnya, tetapi tanpa
fasilitas
pendukung
maka
besar
kemungkinan
implementasi
yang
direncanakan tidak akan berhasil.
Menurut Kemenkes RI (2010), kriteria, fasilitas, dankemampuan RSU
Kelas B meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat,
pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjamg medik,
pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi mulut,
pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan,
pelayanan penunjang klinik, dan pelayanan penunjang non klinik.
Berdasarkan hasil penelitian, sarana dan prasarana untuk pemeriksaan
kesehatan khusus sepenuhnya menjadi tanggung jawab rumah sakit yang
bekerja sama dengan perusahaan. Untuk melihat apakah kondisi sarana dan
prasarana di rumah sakit yang bekerja sama dengan pihak perusahaan,
sampai saat ini perusahaan belum bisa melakukan audit secara menyeluruh
157
kepada pihak-pihak yang bekerja sama dalam pemeriksaan kesehatan khusus
dikarenakan jumlah rumah sakit, klinik, dan laboratorium yang banyak.
Namun, berdasarkan hasil wawancara mendalam, perusahaan telah
bekerja sama dengan rumah sakit yang memang telah dikenal memiliki
sarana dan prasarana yang baik dan menunjang pemeriksaan kesehatan
khusus bagi karyawan. Sarana dan prasarana yang sudah baik dan menunjang
dapat dinikmati oleh karyawan dalam pemeriksaan kesehatan khusus karena
rumah sakit yang menjadi provider lebih banyak merupakan rumah sakit
swasta atau privat. Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit, rumah sakit privat sebagaimana dimaksud dikelola oleh badan
hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
Selain itu, pihak SHE sedang menyusun program untuk melaksanakan audit
kepada pihak-pihak yang bekerja sama dengan perusahaan dalam
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus.
Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Dwijayanti (2013) tentang Analisis Implementasi Program Perencaan
persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan desa di Kabupaten
Demak. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil
triangulasi informan, semua informan rata-rata menyatakan sudah cukup
ketersediaan sarana prasarana pendukung P4K sehingga implementasi
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat
terlaksana.
158
3. Regulasi (Kebijakan)
Menurut Aminullah dalam Muhammadi (2001) dalam Ramadhan (2012),
kebijakan adalah suatu upaya atau tindakan untuk memengaruhi sistem
pencapaian tujuan yang diinginkan, upaya dan tindakan dimaksud bersifat
strategis, yaitu berjangka panjang dan menyeluruh. Sedangkan menurut Ndraha
(2003) dalam Ramadhan (2012) bahwa kata kebijakan berasal dari terjemahan
kata policy, yang mempunyai arti sebagai pilihan terbaik dalam batas-batas
kompetensi aktor dan lembaga yang bersangkutan dan secara formal mengikat.
Menurut Ramadhan (2012), dari beberapa definisi kebijakan, maka dapat
dibuat simpulan bahwa kebijakan adalah suatu keputusan berdasarkan hubungan
kegiatan yang dilakukan oleh aktor politik guna menentukan tujuan dan
mendapathasil berdasarkan pertimbangan situasi tertentu. Kebijakan adalah
intervensi pemerintah (dan publik) untuk mencari cara pemecahan masalah
dalam pembangunan dan mendukung proses pembangunan yang lebih baik.
Menurut Anderson dalam Trisnantari (2008), kebijakan publik adalah
kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat
pemerintah. Kebijakan publik memiliki tujuan tertentu, berisi tindakan-tindakan
pemerintah, merupakan hal yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah bukan
apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan, bisa bersifat positif (tindakan
pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu) dan bersifat negatif
(keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu). Kebijakan publik dalam
arti positif setidak-tidaknya didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat
mengikat dan memaksa.
159
Menurut Amir Santoso dalam Winarno (2007), kebijakan publik adalah
“serangkaian instruksi dari para pembuat keputusan kepada pelaksana kebijakan
yang menjelaskan tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut”.
Berdasarkan hasil telaah dokumen, pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja, berkala, dan khusus telah ditetapkan dalam Pasal 8 UndangUndang No. 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Teknis dari
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan baik sebelum bekerja, berkala, dan khusus
juga telah diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 02
Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan. Kedua regulasi yang diatur oleh
pemerintah tersebut diatur kembali oleh perusahaan sesuai dengan keadaan
lingkungan kerja dari setiap perusahaan.
PT. FFI telah menyusun langkah-langkah dari proses pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan
pemeriksaan kesehatan khusus secara lebih terperinci dalam sebuah Standard
Operating Procedure (SOP). SOP digunakan sebagai pedoman dasar untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan. Untuk teknis pelaksanaan di lapangan, PT.
FFI beserta vendor akan menyesuaikan proses pelaksanaan sesuai dengan yang
tertera di dalam SOP.
Berdasarkan hasil telaah dokumen dan wawancara mendalam, PT. FFI
telah melaksanakan pemeriksaan kesehatan bagi karyawan baik pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan
kesehatan khusus telah sesuai dengan regulasi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. PT. FFI juga lebih meperinci proses pelaksanaan pemeriksaan
160
kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan khusus ke dalam SOP sesuai dengan
yang definisi kebijakan publik yang telah diungkapkan oleh amir Santoso dalam
Winarno (2007). Selain itu, SOP juga menjadi suatu cara untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan.
Penelitian lain tentang pelaksanaan kebijakan yang sesuai dengan hasil
penelitian di PT FFI adalah penelitian Iswaty (2012) tentang Analisis
Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Kecamatan Tambalang Kota Semarang. Kebijakan yang mendasari program
tersebut adalah Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2010 tentang Pengendalian
Penyakit demam Berdarah Dengue. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa implementasi kebijakan pengendalian penyakit demam berdarah dengue
di Kecamatan Tembalang secara keseluruhan dapat dinilai telah berhasil.
C. Proses
1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Menurut
Silalahi
(2011),
proses
konversi
atau
transformasi
(transformation process) ialah proses mengubah masukan menjadi keluaran.
Masukan ialah sumber-sumber yang diubah menjadi keluaran dan juga sarana
yang digunakan untuk mengubah.
Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan proses (process) adalah
kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi
untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Menurut
Silalahi (2002), proses (process) adalah satu seri atau sekuensi sistematik dari
161
tindakan yang dilakukan manajer yang secara definitif berkaitan dengan tujuan
atau hasil yang ingin dicapai, atau satu cara sistematik untuk mengerjakan
sesuatu.
Menurut Silalahi (2002), proses (process) adalah satu seri atau sekuensi
sistematik dari tindakan yang dilakukan manajer yang secara definitif berkaitan
dengan tujuan atau hasil yang ingin dicapai, atau satu cara sistematik untuk
mengerjakan sesuatu.
Menurut Notoatmodjo (2009), di institusi manapun juga, sebelum
mengangkat karyawan pada umumnya melakukan berbagai macam tes, termasuk
tes kesehatan. Bahkan pada saat melamar, calon karyawan harus melampirkan
surat keterangan kesehatan dari dokter yang berwenang. Tujuan utama
pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ini di samping berguna bagi institusi yang
akan menerima karyawan tersebut, juga bermanfaat bagi calon karyawan yang
bersangkutan. Bagi institusi, jelas akan memperoleh karyawan yang sehat dan
sudah barang tentu secara fisik mampu menjalankan tugas atau pekerjaan yang
akan dibebankan. Di samping itu, perusahaan atau institusi tersebut terhindar dari
penyebaran penyakit, apabila calon yang diterima sebagai karyawan tersebut
ternyata menderita suatu penyakit menular. Sedangkan bagi calon karyawan
yang bersangkutan dapat mengetahui status kesehatannya, dan melakukan upayaupaya mengatasi masalah kesehatannya.
Dalam pasal 2 ayat 3 dan 5 Permenaker No.02 tahun 1980 diuraikan
bahwa pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja meliputi pemeriksaan fisik
lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan
162
laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. Untuk pekerjaanpekerjaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan yang sesuai dengan kebutuhan
guna mencegah bahaya yang diperkirakan timbul.
Berdasarkan
Standard
Operating
Procedure
(SOP).
Prosedur
pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Departemen Rekrutmen meminta kandidat agar menemui dokter
perusahaan untuk pemeriksaan kesehatan.
2) Dokter perusahaan melakukan pemeriksaan kondisi fisik umum kandidat.
3) Dokter perusahaaan memberikan formulir/surat pengantar kepada
kandidat untuk diberikan kepada pihak laboratorium yang telah ditunjuk
melakukan pemeriksaan darah, urin, faeces, dan thorax photo (foto
rontgen).
4) Setelah melakukan pemeriksaan darah, urine, faeces dan membuat thorax
photo (foto rontgen) kandidat.
5) Dokter perusahaan memeriksa hasil pemeriksaan darah, urine, faeces, dan
thorax photo (foto rontgen) kandidat.
6) Dokter perusahaan memberikan hasil evaluasi kepada Recruitment
Manager.
7) Bila terdapat hal-hal yang dianggap perlu, Recruitment Manager akan
berdiskusi dengan dokter perusahaan.
8) Human Resource Manager dan Recruitment Manager memproses
tindakan lebih lanjut terhadap karyawan baru yang bersangkutan.
163
Berdasarkan hasil dari telaah dokumen, wawancara mendalam, dan
observasi, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
terdiri dari pemeriksaan fisik dan laboratorium. Teknis dari pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja adalah pekerja akan menjalani pemeriksaan kesehatan
fisik oleh dokter perusahaan, selanjutnya dokter perusahaan akan memberikan
surat pengantar ke pihak laboratorium untuk melakukan tes laboratorium.
Tahapan selanjutnya, dokter perusahaan akan mengevaluasi hasil pemeriksaan
fisik dan laboraorium calon karyawan, berdasarkan hasil evaluasi tersebut, pihak
HRD akan memutuskan apakah calon karyawan dapat diterima sebagai
karyawan.
Berdasarkan hasil penelitian yang terdiri dari wawancara mendalam,
telaah dokumen, dan observasi, proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja pada karyawan telah sesuai dengan yang telah diatur dalam
regulasi yang telah ditetapkan pemerintah yaitu Permenakertrans No. 02 Tahun
1980 tentang pemeriksaan kesehatan. Untuk teknis pelaksaanaan pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja di lapangan, PT. FFI memiliki Standard Operating
Procedure (SOP) dan telah dilaksanakan.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Utami (2013) tentang Proses Implementasi Program Jaminan Persalinan di
Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara. Hasil penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa untuk keseluruhan pelayanan rutin yang diberikan sudah
sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan No.
164
2562/MENKES PER/XII/2011 Tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan
yang mendukung kelancaran implementasi program Jaminan Persalinan.
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Menurut Silalahi (2002), proses (process) adalah satu seri atau sekuensi
sistematik dari tindakan yang dilakukan manajer yang secara definitif berkaitan
dengan tujuan atau hasil yang ingin dicapai, atau satu cara sistematik untuk
mengerjakan sesuatu.
Menurut Notoatmodjo (2009), pemeriksaan kesehatan secara berkala
(misalnya satu tahun sekali) adalah sangat penting. Upaya pelayanan
pemeriksaan kesehatan secara berkala ini akan lebih penting lagi utamanya bagi
para karyawan yang bekerja di tempat kerja yang berisiko, misalnya di pabrik
semen, garmen, tekstil, pertambangan, dan sebagainya yang terpapat bahanbahan kimia, bahan beracun, debu, dan sebagainya.
Dalam pasal 3 Permenakertrans No. 02 tahun 1980, pemeriksaan
kesehatan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani,
rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin serta pemeriksaan
lainnya yang dianggap perlu. Dalam hal ditemukan kelainan-kelainan atau
gangguan-gangguan kesehatan pada tenaga kerja pada pemeriksaan berkala,
pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan
tersebut dan sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan
kesehatan kerja.
Berdasarkan
Standard
Operating
Procedure
(SOP)
pemeriksaan
kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia, pemeriksaan kesehatan berkala
165
dilakukan selama waktu pekerja menjadi karyawan dan bekerja pada tempat
yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan
berkala dibagi menjadi dua yaitu:
a. Pemeriksaan Rutin Tahunan
1) Metode dari pelaksanaan pemeriksaan kesehatan tahunan adalah sama
dengan pemeriksaan kesehatan terhadap karyawan baru. Pemeriksaan
kesehatan tahunan diatur secara berkala dan biasanya jatuh pada akhir
tahun.
2) Dokter perusahaan memeriksa hasil dari pemeriksaan kesehatan dan
memberikan penjelasan kepada Human Resource Manager.
3) Jika hasil pemeriksaan kesehatan karyawan baik maka tidak diberikan
pengobatan kesehatan.
4) Bila ada karyawan yang dinilai tidak baik atas hasil pemeriksaan
kesehatan, maka perusahaan, melalui Human Resource Department akan
memberikan
pengobatan
kesehatan
kepada
karyawan
yang
bersangkutan.
b. Stool Test
1) Stool Test bertujuan untuk mengetahui keberadaan bakteri Salmonella
pada karyawan produksi di bagian produk infant dan bagi seluruh
karyawan yang berhubungan langsung dengan produksi/bahan baku di
area High Care.
166
2) Stool Test ini dilakukan 1 kali dalam satu tahun, bersamaan dengan
pemeriksaan rutin tahunan. Selain itu, akan dilakukan juga ketika ada
karyawan yang baru/rotasi akan bekerja di area high Care.
3) Metode Stool Test ini adalah memeriksa feces (tinja) dari setiap
karyawan.
4) Setiap karyawan yang terkait akan mendapatkan satu botol kecil untuk
tempat feces (tinja).
5) Karyawan yang terkait harus langsung memberikan contoh feces kepada
poliklinik/laboratorium yang ditunjuk perusahaan, pada hari yang sama.
6) Laboratorium akan memberikan hasil kepada dokter perusahaan untuk
ditinjau, dan selanjutnya akan diberikan kepada Human Resource
Manager.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen,
PT. FFI telah melaksanakan pemeriksaan kesehatan berkala untuk karyawan
sekali dalam setahun sesuai dengan yang telah ditentukan dalam Permenaker No.
02 Tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan. Teknis dari pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan berkala mengacu pada SOP yang disusun oleh pihak
perusahaan. Berdasarkan hasil observasi, rincian dan alur pemeriksaan kesehatan
diatur sepenuhnya oleh pihak vendor, namun, peneliti tidak menemukan
perbedaan yang jauh antara rincian jenis-jenis pemeriksaan yang disusun dalam
SOP dengan jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh vendor pada saat
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala.
167
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Utami (2013) tentang Proses Implementasi Program Jaminan Persalinan di
Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara. Hasil penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa untuk keseluruhan pelayanan rutin yang diberikan sudah
sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan No.
2562/MENKES PER/XII/2011 Tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan
yang mendukung kelancaran implementasi program Jaminan Persalinan.
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Menurut Silalahi (2002), proses (process) adalah satu seri atau sekuensi
sistematik dari tindakan yang dilakukan manajer yang secara definitif berkaitan
dengan tujuan atau hasil yang ingin dicapai, atau satu cara sistematik untuk
mengerjakan sesuatu.
Berdasarkan Permenaker No. 02 Tahun 1980, pemeriksaan kesehatan
khusus dilakukan pula terhadap:
1) Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan yang lebih dari dua minggu.
2) Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan
tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan
tertentu.
3) Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguangangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan
kebutuhan.
168
Pemeriksaan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat keluhankeluhan di antara tenaga kerja, atau atas pengamatan pegawai pengawas
keselamatan dan kesehatan kerja, atau atas penilaian Pusat Bina Hiperkes dan
Keselamatan, dan Balai-balainya atau atas pendapat umum di masyarakat.
Sedangkan, menurut Standard Operating Procedure (SOP) pemeriksaan
kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia, pemeriksaan kesehatan khusus disebut
dengan pemeriksaan kesehatan insidental, prosedurnya adalah sebagai berikut:
1) HR&CA Director, atas nama perusahaan, dapat mengatur pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan untuk seluruh karyawan pada setiap waktu.
2) Pemeriksaan Kesehatan Insidental dilakukan karena beberapa penyebab
seperti kasus wabah penyakit.
Dalam pemeriksaan kesehatan khusus, berdasarkan hasil penelitian, PT.
FFI telah melakukan pemeriksaan kesehatan khusus kepada karyawan sesuai
dengan kondisi yang telah ditetapkan dalam Permenaker No. 02 tahun 1980 yaitu
apabila tenaga kerja mengalami kecelakaan, tenaga kerja mengalami yang diduga
mengalami gangguan dalam kesehatannya. Namun, untuk rotasi karyawan antar
departemen dalam bagian produksi, berdasarkan hasil penelitian, PT. FFI belum
melakukan pemeriksaan khusus untuk mengetahui kondisi kesehatan karyawan
sebelum rotasi dilakukan.
Apabila ditinjau dari kesesuaian dengan SOP, pemeriksaan kesehatan
khusus telah dilaksanakan sesuai dengan yang tertulis dalam SOP pemeriksaan
kesehatan yang disusun oleh PT. FFI. Berdasarkan hasil penelitian, pemeriksaan
kesehatan khusus dapat dilaksanakan kapan saja sesuai dengan kebutuhan
169
karyawan.
Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
informan,
informan
menyebutkan beberapa nama rumah sakit yang menjadi provider perusahaan.
Dari informasi tersebut dapat diketahui bahwa rumah sakit yang disebutkan
merupakan rumah sakit umum swasta dengan tipe B. Menurut penjelasan dari
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit umum
kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang
medik, delapan spesialis lain, dan dus subspesialis dasar.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Utami (2013) tentang Proses Implementasi Program Jaminan Persalinan di
Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara. Hasil penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa untuk keseluruhan pelayanan rutin yang diberikan sudah
sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan No.
2562/MENKES PER/XII/2011 Tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan
yang mendukung kelancaran implementasi program Jaminan Persalinan.
D. Output
1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Menurut Silalahi (2011), keluaran (output) adalah barang dan jasa ata
hasil lainyya yang dihasilkan oleh organisasi. Menurut Azwar (1996), yang
dimaksud dengan keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. Dalam pemeriksaan
kesehatan, output yang dimaksud adalah hasil pemeriksaan kesehatan karyawan
170
setelah pemeriksaan kesehatan, baik pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,
berkala, maupun khusus.
Berdasarkan SOP, setelah melakukan pemeriksaan fisik, darah, urin,
feses, dan foto rontgen kandidat, dokter perusahaan memeriksa hasil
pemeriksaan dan memberikan hasil evaluasi kepada Recruitment Manager. Bila
terdapat hal-hal yang dianggap perlu, Recruitment Manager akan berdiskusi
dengan dokter perusahaan. Setelah itu, Human Resource Manager memproses
tindakan lebih lanjut terhadap karyawan baru yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, hasil pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja merupakan keputusan apakah calon karyawan diterima atau
ditolak untuk bekerja di PT. FFI. Berdasarkan dari hasil penelitian, dapat diambil
simpulan bahwa output pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja telah sesuai
dengan SOP.
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Menurut Silalahi (2011), keluaran (output) adalah barang dan jasa ata
hasil lainya yang dihasilkan oleh organisasi. Menurut Azwar (1996), yang
dimaksud dengan keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. Dalam pemeriksaan
kesehatan, output yang dimaksud adalah hasil pemeriksaan kesehatan karyawan
setelah pemeriksaan kesehatan, baik pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,
berkala, maupun khusus.
Berdasarkan Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang pemeriksaan
kesehatan Pasal 3, dalam hal ditemukan kelainan-kelainan atau gangguan-
171
gangguan kesehatan pada tenaga kerja pada pemeriksaan berkala, pengurus wajib
mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan tersebut dan
sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan kesehatan
kerja.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa
selama ini hasil pemeriksaan kesehatan berkala untuk karyawan hanya dijelaskan
kepada karyawan yang diindikasikan mengalami gangguan kesehatan, untuk
karyawan lainnya dapat mengkonsultasikan secara langsung ke dokter
perusahaan. Tindak lanjut dari hasil pemeriksaan adalah jika terdapat karyawan
yang mengalami masalah kesehatan, maka karyawan tersebut akan melakukan
pemeriksaan lanjutan hingga dokter perusahaan menyatakan bahwa kondisi
karyawan tersebut telah fit.
Berdasarkan SOP, dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala,
dokter perusahaan memeriksa hasil dari pemeriksaan kesehatan dan memberikan
penjelasan kepada Human Resource manager. Jika hasil pemeriksaan kesehatan
karyawan baik, maka tidak diberikan pengobatan kesehatan. Bila ada karyawan
yang dinilai tidak baik atas hasil pemeriksaan kesehatan, maka perusahaan,
melalui Human Resources Department akan memberikan pengobatan kesehatan
kepada karyawan yang bersangkutan.
Output dari pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan berupa hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh karyawan. Dokter perusahaan dan pihak HR
dapat mengetahui status kesehatan karyawan dari hasil pemeriksaan kesehatan
berkala. Berdasarkan hasil wawancara mendalam peneliti tentang hasil
172
pemeriksaan kesehatan, PT. FFI telah melakukan tindakan yang sesuai dengan
Permenakertrans No. 02 tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan dan telah
diperinci ke dalam SOP sebagai pedoman teknis untuk pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan di perusahaan. Namun, selama ini, hanya karyawan yang terindikasi
ada masalah kesehatan yang mengetahui hasil pemeriksaan kesehatan berkala.
Meskipun karyawan lain yang ingin mengetahui hasil pemeriksaan kesehatan
dapat secara langsung menemui dokter perusahaan, sebaiknya hasil pemeriksaan
kesehatan berkala langsung dibagikan kepada setiap karyawan sehingga
karyawan dapat mengetahui kondisi kesehatannya.
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Menurut Silalahi (2011), keluaran (output) adalah barang dan jasa ata
hasil lainyya yang dihasilkan oleh organisasi. Menurut Azwar (1996), yang
dimaksud dengan keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. Dalam pemeriksaan
kesehatan, output yang dimaksud adalah hasil pemeriksaan kesehatan karyawan
setelah pemeriksaan kesehatan, baik pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,
berkala, maupun khusus.
Berdasarkan SOP, dokter perusahaan melakukan pengumpulan data
karyawan yang melakukan pemeriksaan kesehatan perbulan di klinik perusahaan
dan pemeriksaan rutin tahunan. Di akhir bulan, dokter perusahaan akan
menyampaikan data-data tersebut ke HR untuk dianalisa. Berdasarkan hasil
evaluasi, jika ditemukan karyawan yang memiliki kecenderungan penyimpangan
173
kesehatan yang berulang maka akan dilakukan pemantauan dan evaluasi
lanjutan.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa hasil
pemeriksaan khusus adalah untuk mengetahui kondisi fisik karyawan yang
diperiksa dianggap tidak fit. Tindak lanjut dari pemeriksaan kesehatan khusus
adalah perawatan terhadap karyawan. Hasil pemeriksaan kesehatan khusus ini
telah sesuai dengan tujuan pemeriksaan kesehatan khusus yang tercantum di
dalam Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan
yaitu untuk menilai adanya pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga
kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu.
E. Umpan Balik
1. Faktor Pendukung
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
1) Input
Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap
informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk
lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi
dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan
korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan
proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada
sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem
itu dapat dimodifikasi.
174
Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed
back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam
pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor
pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan
kesehatan khusus.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, selama ini pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja berjalan dengan baik karena
didukung oleh sarana dan prasarana yang baik. Hal tersebut didukung
oleh observasi peneliti, sarana dan prasarana untuk pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja termasuk lengkap dan dalam kondisi baik dan
siap untuk digunakan. Faktor lain yang mendukung pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan adalah PT. FFI mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dalam Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang
pemeriksaan kesehatan yang lebih diperinci secara teknis dalam Standard
Operating Procedure (SOP) pemeriksaan kesehatan.
Dalam penelitian analisis Implementasi kebijakan Pengendalian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan tembalang Kota
Semarang yang dilakukan oleh Iswanty (2012) mengungkapkan bahwa
hal pendukung dalam implementasi program ini adalah sumber daya yang
digunakan. Dari segi staf yang cukup dan berkualitas baik karena
mempunyai
komitmen,
kemauan,
keinginan,
dan
sikap
untuk
175
mengimplementasikan program ditambah dengan fasilitas yang cukup
juga sehingga implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah
Dengue dapat berjalan.
2) Proses
Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap
informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk
lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi
dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan
korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan
proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada
sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem
itu dapat dimodifikasi.
Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti
adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan
pemeriksaan kesehatan khusus.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, proses pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja didukung oleh kerja sama pihak
perusahaan dengan pihak laboratorium.
3) Output
Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed
back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam
176
pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor
pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan
kesehatan khusus.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa dari segi pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan, perusahaan
langsung mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium calon karyawan.
Dalam penelitian analisis Implementasi kebijakan Pengendalian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan tembalang Kota
Semarang yang dilakukan oleh Iswanty (2012) mengungkapkan bahwa
dengan sistem monitoring berkala pada program pengendalian DBD, tim
pengendalian mendapatkan lapran sebulan sekali. Sistem monitoring
berkala tersebut mendukung implementasi kebijakan tersebut berjalan
dengan lancar.
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
1) Input
Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed
back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam
pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor
pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan
kesehatan khusus.
177
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa
faktor pendukung dalam proses input pemeriksaan kesehatan berkala
adalah sarana dan prasarana yang telah memadai dan dalam kondisi yang
baik. Kondisi sarana dan prasarana yang baik dalam pemeriksaan
kesehatan berkala diperoleh dari hasil seleksi dan audit terhadap vendor
yang akan bekerja sama dengan perusahaan.
Dalam penelitian analisis Implementasi kebijakan Pengendalian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan tembalang Kota
Semarang yang dilakukan oleh Iswanty (2012) mengungkapkan bahwa
hal pendukung dalam implementasi program ini adalah sumber daya yang
digunakan. Dari segi staf yang cukup dan berkualitas baik karena
mempunyai
komitmen,
kemauan,
keinginan,
dan
sikap
untuk
mengimplementasikan program ditambah dengan fasilitas yang cukup
juga sehingga implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah
Dengue dapat berjalan.
2) Proses
Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap
informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk
lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi
dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan
korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan
proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada
178
sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem
itu dapat dimodifikasi.
Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti
adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan
pemeriksaan kesehatan khusus.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
didukung oleh kerja sama pihak perusahaan dengan pihak vendor.
sebelum bekerja sama dengan perusahaan, vendor terlebih dulu diseleksi
dengan cara presentasi kepada pihak perusahaan. Selanjutnya perusahaan
melakukan audit ke tempat vendor.
3) Output
Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap
informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk
lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi
dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan
korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan
proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada
sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem
itu dapat dimodifikasi.
Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed
back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
179
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam
pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor
pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan
kesehatan khusus.
Dari hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa
selama ini yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan berkala adalah hasil yang keluar tepat waktu
sesuai yang telah disepakati oleh pihak perusahaan dengan pihak vendor.
Dalam penelitian analisis Implementasi kebijakan Pengendalian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan tembalang Kota
Semarang yang dilakukan oleh Iswanty (2012) mengungkapkan bahwa
dengan sistem monitoring berkala pada program pengendalian DBD, tim
pengendalian mendapatkan lapran sebulan sekali. Sistem monitoring
berkala tersebut mendukung implementasi kebijakan tersebut berjalan
dengan lancar.
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
1) Input
Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap
informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk
lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi
dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan
korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan
180
proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada
sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem
itu dapat dimodifikasi.
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), rumah sakit umum
kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya empat spesialis dasar,
empat spesialis penunjang medik, delapan spesialis lainnya, dan dua
subspesialis dasar serta dapat menjadi RS pendidikan apabila telah
memenuhi persyaratan dan standar. Dalam pemeriksaan kesehatan,
umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor
penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,
pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh rumah sakit provider
merupakan faktor pendukung dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
khusus. Hal tersebut didasari oleh tipe rumah sakit yang bekerja sama
dengan perusahaan adalah rumah sakit umum swasta tipe B. Menurut
penjelasan dari Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit
empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang medik, delapan spesialis
lain, dan dus subspesialis dasar.
181
Dalam penelitian analisis Implementasi kebijakan Pengendalian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan tembalang Kota
Semarang yang dilakukan oleh Iswanty (2012) mengungkapkan bahwa
hal pendukung dalam implementasi program ini adalah sumber daya yang
digunakan. Dari segi staf yang cukup dan berkualitas baik karena
mempunyai
komitmen,
kemauan,
keinginan,
dan
sikap
untuk
mengimplementasikan program ditambah dengan fasilitas yang cukup
juga sehingga implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah
Dengue dapat berjalan.
2) Proses
Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed
back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam
pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor
pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan
kesehatan khusus.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, faktor pendukung
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus selama ini adalah kerja sama
yang baik antara pihak perusahaan dengan provider yang terdiri dari
rumah sakit, klinik, dan laboratorium. Rumah sakit yang menjadi
provider pemeriksaan kesehatan khusus adalah rumah sakit umum swasta
tipe B. Menurut penjelasan dari Undang-Undang No. 44 Tahun 2009
182
tentang Rumah Sakit, rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit
umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
paling sedikit empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang medik,
delapan spesialis lain, dan dus subspesialis dasar.
3) Output
Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed
back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam
pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor
pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan
kesehatan khusus.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, ketepatan waktu dalam
memberikan laporan hasil pemeriksaan kesehatan khusus kepada
perusahaan dan secara rutin menjadi faktor pendukung dalam
penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan khusus.
Dalam penelitian analisis Implementasi kebijakan Pengendalian
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan tembalang Kota
Semarang yang dilakukan oleh Iswanty (2012) mengungkapkan bahwa
dengan sistem monitoring berkala pada program pengendalian DBD, tim
pengendalian mendapatkan lapran sebulan sekali. Sistem monitoring
berkala tersebut mendukung implementasi kebijakan tersebut berjalan
dengan lancar.
183
2. Faktor Penghambat
a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
1) Input
Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed
back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam
pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor
pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan
kesehatan khusus.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa selama ini perusahaan belum mengalami hambatan dalam
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja jika dilihat dari tenaga kesehatan
yang terdiri dari kompetensi tenaga kesehatan dan jumlah tenaga
kesehatan yang berada di perusahaan. Hambatan tersebut dapat dihindari
karena perusahaan melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Kesehatan.
Jika ditinjau dari segi sarana dan prasarana, perusahaan juga
belum mengalami hambatan dalam pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja.
Hambatan
tersebut
dapat
dihindari
karena
perusahaan
melengkapi sarana dan prasarana yang telah ditetapkan oleh Dirjen Bina
Layanan Medik Kementerian Kesehatan. Selain itu, perusahaan juga
184
secara teratur melakukan kalibrasi terhadap alat-alat yang menjadi sarana
dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
Dalam input pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja di PT. FFI,
selama ini belum ditemukan hambatan. Kondisi tersebut sama dengan
hasil penelitian Iswanty (2012). Dalam penelitiannya yang tentang
analisis Implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue
(DBD)
di
Kecamatan
tembalang
Kota
Semarang,
Iswanty
mengungkapkan bahwa hal pendukung dalam implementasi program ini
adalah sumber daya yang digunakan. Dari segi staf yang cukup dan
berkualitas baik karena mempunyai komitmen, kemauan, keinginan, dan
sikap untuk mengimplementasikan program ditambah dengan fasilitas
yang cukup juga sehingga implementasi kebijakan Pengendalian Demam
Berdarah Dengue dapat berjalan.
2) Proses
Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap
informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk
lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi
dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan
korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan
proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada
sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem
itu dapat dimodifikasi.
185
Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti
adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan
pemeriksaan kesehatan khusus.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa selama ini PT. FFI belum mengalami hambatan dalam teknis
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Hambatan dapat
dicegah karena di Poliklinik hanya dilakukan pemeriksaan fisik. Untuk
pemeriksaan laboratorium, perusahaan telah bekerja sama dengan
laboratorium lain yang dianggap bagus.
3) Output
Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap
informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk
lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi
dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan
korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan
proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada
sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem
itu dapat dimodifikasi.
Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti
adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan
pemeriksaan kesehatan khusus.
186
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dari segi pelaporan hasil
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, selama ini perusahaan belum
mengalami hambatan. Hambatan ini dapat dicegah karena laboratorium
yang bekerja sama dengan perusahaan merupakan laboratorium yang
bagus dan memang telah lama bekerja sama dengan perusahaan.
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
1) Input
Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed
back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam
pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor
pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan
kesehatan khusus.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa
perusahaan
belum
pernah
mengalami
hambatan
dalam
pemeriksaan kesehatan berkala jika dilihat dari segi tenaga kesehatan
yang terdiri dari kompetensi dan jumlah tenaga kesehatan yang tersedia
maupun sarana dan prasarana. Hambatan tersebut dapat dicegah karena
sebelum melakukan pemeriksaan kesehatan berkala, pihak perusahaan
yang terdiri dari HR, SHE, dan dokter perusahaan telah melakukan audit
kepada pihak vendor yang akan bekerja sama dengan perusahaan.
187
Dalam input pemeriksaan kesehatan berkala di PT. FFI, selama ini
belum ditemukan hambatan. Kondisi tersebut sama dengan hasil
penelitian Iswanty (2012). Dalam penelitiannya yang tentang analisis
Implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD)
di Kecamatan tembalang Kota Semarang, Iswanty mengungkapkan
bahwa hal pendukung dalam implementasi program ini adalah sumber
daya yang digunakan. Dari segi staf yang cukup dan berkualitas baik
karena mempunyai komitmen, kemauan, keinginan, dan sikap untuk
mengimplementasikan program ditambah dengan fasilitas yang cukup
juga sehingga implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah
Dengue dapat berjalan.
2) Proses
Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap
informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk
lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi
dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan
korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan
proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada
sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem
itu dapat dimodifikasi.
Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti
adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan
188
kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan
pemeriksaan kesehatan khusus.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa untuk pemeriksaan kesehatan berkala, perusahaann mengalami
beberapa hambatan. Hambatan tersebut berupa data karyawan yang
belum masuk ke vendor, selain itu, pada saat pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan berkala, ada beberapa karyawan yang tidak dapat hadir
dikarenakan sedang melakukan dinas. Untuk mengatasinya, untuk
karyawan yang tidak dapat hadir pada saat pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan, karyawan tersebut dapat melakukan pemeriksaan susulan
langsung di tempat vendor.
3) Output
Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap
informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk
lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi
dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan
korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan
proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada
sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem
itu dapat dimodifikasi.
Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti
adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan
189
kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan
pemeriksaan kesehatan khusus.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa dalam proses pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan berkala,
perusahaan tidak mengalami hambatan.vendor yang bekerja sama dengan
perusahaan selama ini melaporkan hasil pemeriksaan sesuai dengan
waktu yang telah disepakati antara perusahaann dengan vendor.
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
1) Input
Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed
back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam
pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor
pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan
kesehatan khusus.
Menurut Kemenkes RI (2010), kriteria, fasilitas, dankemampuan
RSU Kelas B meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat,
pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjamg medik,
pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi mulut,
pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan,
pelayanan penunjang klinik, dan pelayanan penunjang non klinik.
190
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa
perusahaan
belum
pernah
mengalami
hambatan
dalam
pemeriksaan kesehatan khusus jika dilihat dari segi tenaga kesehatan
yang terdiri dari kompetensi dan jumlah tenaga kesehatan maupun sarana
dan prasarana. Hambatan tersebut dapat diminimisasi karena rumah sakit
yang menjadi provider perusahaan dalam pemeriksaan khusus memiliki
sarana dan prasarana yang lengkap serta tenaga kesehatan yang dianggap
sudah memenuhi kriteria perusahaan. Kondisi tersebut didasari oleh tipe
rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan adalah rumah rumah
sakit umum swasta tipe B. Menurut penjelasan dari Undang-Undang No.
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit umum kelas B adalah
rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang
medik, delapan spesialis lain, dan dus subspesialis dasar.
Dalam input pemeriksaan kesehatan khusus di PT. FFI, selama ini
belum ditemukan hambatan. Kondisi tersebut sama dengan hasil
penelitian Iswanty (2012). Dalam penelitiannya yang tentang analisis
Implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD)
di Kecamatan tembalang Kota Semarang, Iswanty mengungkapkan
bahwa hal pendukung dalam implementasi program ini adalah sumber
daya yang digunakan. Dari segi staf yang cukup dan berkualitas baik
karena mempunyai komitmen, kemauan, keinginan, dan sikap untuk
mengimplementasikan program ditambah dengan fasilitas yang cukup
191
juga sehingga implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah
Dengue dapat berjalan.
2) Proses
Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed
back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam
pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor
pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan
kesehatan khusus.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan
bahwa selama ini, dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus,
perusahaan belum mengalami hambatan. Kondisi tersebut didasari oleh
tipe rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan adalah rumah
rumah sakit umum swasta tipe B. Menurut penjelasan dari UndangUndang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit umum
kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat spesialis dasar, empat
spesialis penunjang medik, delapan spesialis lain, dan dus subspesialis
dasar.
3) Output
Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap
informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk
192
lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi
dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan
korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan
proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada
sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem
itu dapat dimodifikasi.
Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti
adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan
pemeriksaan kesehatan khusus.
Berdasarkan wawancara mendalam, selama ini pelaporan hasil
pemeriksaan kesehatan khusus belum mengalami hambatan. Rumah sakit
yang menjadi provider PT. FFI melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan
khusus secara rutin dan tepat waktu.
F. Lingkungan
Menurut Silalahi (2011), kekuatan-kekuatan utama di luar organisasi dengan
potensial untuk memengaruhi secara signifikan produk atau layanan secara berhasil
dinamakan lingkungan eksternal.
Menurut Suhendra (2006), Lingkungan eksternal adalah kekuatan-kekuatan
utama di luar organisasi yang memiliki potensi untuk memengaruhi keberhasilan
suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.
Lingkungan eksternal dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis:
193
1. Mega environment
Mega environment adalah kondisi dan kecenderungan umum di dalam
masyarakat tempat beroperasinya sebuah organisasi, yang memberikan pengaruh
tidak langsung terhadap organisasi.
2. Task environment
Task environment adalah unsur-unsur luar yang spesifik
memengaruhi
secara
langsung sebuah
organisasi
dalam
upaya
yang
untuk
menjalankan usahanya. Salah satu bagian dari Task Environment adalah lembaga
atau badan yang menyediakan jasa/layanan dan memantau kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan di tingkat daerah atau nasional.
Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan lingkungan (environment)
adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai
pengaruh besar terhadap sistem. Unsur lingkungan yang berhubungan dengan
pemeriksaan kesehatan Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Kesehatan.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, pihak-pihak di luar PT. FFI yang
memiliki pengaruh terhadap proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan adalah
Dinas Kesehatan dan Dinas Tenaga Kerja. Dinkes dan Disnaker secara berkala
melakukan audit kepada pihak perusahaan terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan dan izin poliklinik perusahaan. Namun, peneliti tidak mendapatkan
informasi secara lebih rinci tentang bagian dari Dinkes dan Disnaker yang terlibat
langsung dalam proses pengawasan penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan.
194
G. Alur Pembahasan Penelitian
1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
Lingkungan: Audit berkala
dari Kemenaker dan
Kemenkes
1.
2.
Input:
Tenaga Kesehatan:
a. Kompetensi
tenaga
kesehatan:
sesuai dengan
permenaker dan
pedoman dari
kemenkes
b. Jumlah tenaga
kesehatan:
sesuai dengan
permenaker dan
pedoman dari
kemenkes
Kondisi
fasilitas
pemeriksaan
kesehatan:
sudah
sesuai
dengan
pedoman
dari
Kemenkes
Proses:
1. Pemeriksaan
Kesehatan Sebelum
Bekerja.: telah
dilaksanakan,
terdiri dari
pemeriksaan fisik
yang dilakukan di
Poliklinik
perusahaan dan
pemeriksaan
Output:
1. Hasil
pemeriksaan
kesehatan
sebelum
bekerjaberupa
keputusan
apakah calon
karyawan
diterima menjadi
karyawan
perusahaan.
laboratorium yang
dilakukan di
Laboratorium
provider.
Umpan Balik:
a. Faktor pendukung
b. Faktor penghambat
Bagan 6.1
Alur Pembahasan Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja di PT. Frisian Flag
Indonesia
195
a. Umpan Balik
1) Faktor Pendukung
a) Input
Selama ini pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja berjalan dengan baik karena didukung oleh sarana dan
prasarana yang baik. Faktor lain yang mendukung pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan adalah PT. FFI mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dalam Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang
pemeriksaan kesehatan yang lebih diperinci secara teknis dalam
Standard Operating Procedure (SOP) pemeriksaan kesehatan.
b) Proses
Proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
didukung oleh kerja sama pihak perusahaan dengan pihak
laboratorium.
c) Output
Dari segi pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan, perusahaan
langsung mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium calon
karyawan.
2) Faktor Penghambat
a) Input
Selama ini perusahaan belum mengalami hambatan dalam
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja jika dilihat dari tenaga
kesehatan yang terdiri dari kompetensi tenaga kesehatan dan jumlah
196
tenaga kesehatan yang berada di perusahaan. Hambatan tersebut dapat
dihindari karena perusahaan melaksanakan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian
Kesehatan.
Jika ditinjau dari segi sarana dan prasarana, perusahaan juga
belum mengalami hambatan dalam pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja. Hambatan tersebut dapat dihindari karena perusahaan
melengkapi sarana dan prasarana yang telah ditetapkan oleh Dirjen
Bina Layanan Medik Kementerian Kesehatan. Selain itu, perusahaan
juga secara teratur melakukan kalibrasi terhadap alat-alat yang
menjadi sarana dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
b) Proses
PT.
FFI
belum
mengalami
hambatan
dalam
teknis
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Hambatan
dapat dicegah karena di Poliklinik hanya dilakukan pemeriksaan fisik.
Untuk pemeriksaan laboratorium, perusahaan telah bekerja sama
dengan laboratorium lain yang dianggap bagus.
c) Output
Dari segi pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja, selama ini perusahaan belum mengalami hambatan.
197
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Lingkungan: Audit berkala
dari Kemenaker dan
Kemenkes
Input:
1. Tenaga
Kesehatan:
a. Kompetensi
tenaga
kesehatan:
merupakan
tanggung
jawab dari
vendor.
c. Jumlah tenaga
kesehatan:
merupakan
tanggung
jawab dari
vendor.
2. Kondisi fasilitas
pemeriksaan
kesehatan:
merupakan
tanggung jawab
dari vendor
Proses:
Pemeriksaan
Kesehatan berksla.:
telah dilaksanakan,
terdiri dari
pemeriksaan tinggi
dan berat badan,
pemeriksaan fisik,
pengambilan sampel
Output:
Hasil
pemeriksaan
kesehatan
berkala berupa
status kesehatan
karyawan selama
bekerja di
perusahaan.
darah dan urin untuk
uji laboratorium,
pemeriksaan
tambahan seperti
audiometri,
spirometri dan tes
salmonella, serta
rontgen..
Umpan Balik:
a. Faktor pendukung
b. Faktor penghambat
Bagan 6.2
Alur Pembahasan Pemeriksaan Kesehatan Berkala di PT. Frisian Flag Indonesia
198
a. Umpan Balik
1) Faktor Pendukung
a) Input
Faktor pendukung dalam proses input pemeriksaan kesehatan
berkala adalah sarana dan prasarana yang telah memadai dan dalam
kondisi yang baik. Kondisi sarana dan prasarana yang baik dalam
pemeriksaan kesehatan berkala diperoleh dari hasil seleksi dan audit
terhadap vendor yang akan bekerja sama dengan perusahaan.
b) Proses
Proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
didukung oleh kerja sama pihak perusahaan dengan pihak vendor.
sebelum bekerja sama dengan perusahaan, vendor terlebih dulu
diseleksi
dengan
cara
presentasi
kepada
pihak
perusahaan.
Selanjutnya perusahaan melakukan audit ke tempat vendor.
c) Output
Selama ini yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan berkala adalah hasil yang keluar tepat waktu
sesuai yang telah disepakati oleh pihak perusahaan dengan pihak
vendor.
2) Faktor Penghambat
a) Input
Perusahaan belum pernah mengalami hambatan dalam
pemeriksaan kesehatan berkala jika dilihat dari segi tenaga kesehatan
199
yang terdiri dari kompetensi dan jumlah tenaga kesehatan yang
tersedia maupun sarana dan prasarana.
b) Proses
Untuk
pemeriksaan
kesehatan
berkala,
perusahaann
mengalami beberapa hambatan. Hambatan tersebut berupa data
karyawan yang belum masuk ke vendor, selain itu, pada saat
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala, ada beberapa karyawan
yang tidak dapat hadir dikarenakan sedang melakukan dinas. Untuk
mengatasinya, untuk karyawan yang tidak dapat hadir pada saat
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan, karyawan tersebut dapat
melakukan pemeriksaan susulan langsung di tempat vendor.
c) Output
Dalam proses pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan berkala,
perusahaan tidak mengalami hambatan.vendor yang bekerja sama
dengan perusahaan selama ini melaporkan hasil pemeriksaan sesuai
dengan waktu yang telah disepakati antara perusahaann dengan
vendor.
200
3.
Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Lingkungan: Audit berkala
dari Kemenaker dan
Kemenkes
Input:
1. Tenaga
Kesehatan:
a. Kompetensi
tenaga
kesehatan:
merupakan
tanggung
jawab dari
provider.
b. Jumlah tenaga
kesehatan:
merupakan
tanggung
jawab dari
provider.
2. Kondisi fasilitas
pemeriksaan
kesehatan:
merupakan
tanggung jawab
dari provider.
Proses:
Pemeriksaan
Kesehatan berksla.:
telah dilaksanakan,
karyawan meminta
surat rujukan dari
dokter pemeriksaan
kesehatan atau
dapat
Output:
Hasil
pemeriksaan
kesehatan
berkala berupa
kondisi
kesehatan
karyawan dan
hasil dari tindak
lanjutnya.
menggunakan
voucher yang telah
disediakan dan
kemudian melapor
kepada dokter
perusahaan.
Umpan Balik:
a. Faktor pendukung
b. Faktor penghambat
Bagan 6.3
Alur Pembahasan Pemeriksaan Kesehatan Khusus di PT. Frisian Flag Indonesia
201
a. Umpan Balik
1) Faktor Pendukung
a) Input
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh rumah sakit provider
merupakan faktor pendukung dalam pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan khusus.
b) Proses
Faktor pendukung pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus
selama ini adalah kerja sama yang baik antara pihak perusahaan
dengan provider yang terdiri dari rumah sakit, klinik, dan
laboratorium.
c) Output
Ketepatan
waktu
dalam
memberikan
laporan
hasil
pemeriksaan kesehatan khusus kepada perusahaan dan secara rutin
menjadi faktor pendukung dalam penyelenggaraan pemeriksaan
kesehatan khusus.
2) Faktor Penghambat
a) Input
Perusahaan belum pernah mengalami hambatan dalam
pemeriksaan kesehatan khusus jika dilihat dari segi tenaga kesehatan
yang terdiri dari kompetensi dan jumalh tenaga kesehatan maupun
sarana dan prasarana.
202
b) Proses
Selama ini, dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus,
perusahaan belum mengalami hambatan.
c) Output
Selama ini pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan khusus
belum mengalami hambatan. Rumah sakit yang menjadi provider PT.
FFI melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan khusus secara rutin dan
tepat waktu.
BAB VII
PENUTUP
A. Simpulan
1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
a. Input: Tenaga Kesehatan terdiri dari dokter perusahaan dan perawat
perusahaan yang kompetensi dan jumlahnya telah sesuai dengan ketentuan
yang tercantum di dalam Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan dan Pedoman Pelayanan Medik di Klinik dan
Perusahaan Kementerian Kesehatan RI (2008). Fasilitas yang dimiliki oleh
PT. FFI dan kondisi dari fasilitas tersebut telah sesuai dengan yang telah
diatur dalam Pedoman Pelayanan Medik di Klinik dan Perusahaan
Kementerian Kesehatan RI (2008) untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja bagi calon karyawan.
b. Proses: Proses pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja di PT. FFI telah
sesuai dengan yang tercantum dalam Permenakertrans No. 02 Tahun 1980
tentang Pemeriksaan Kesehatan dan SOP yang disusun oleh perusahaan.
c. Output : Output dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja di PT. FFI
adalah keputusan apakah calon karyawan diterima bekerja atau tidak.
d. Umpan Balik: Sarana dan prasarana menjadi pendukung dalam pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja di PT. FFI. Proses pelaksanaan pemeriksaan
didukung oleh kerja sama perusahaan dengan laboratorium. Laporan hasil
pemeriksaan juga telah tepat pada waktu yang telah disepakati. Sejauh ini,
203
204
belum terdapat hambatan baik dari segi input, proses, maupun output dalam
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
a. Input: Kompetensi dan jumlah tenaga kesehatan yang bertugas dalam
pemeriksaan kesehatan berkala tahun 2012 sudah lebih baik dari tahun-tahun
sebelumnya. Fasilitas pemeriksaan kesehatan berkala untuk tahun 2012 juga
dirasakan leboh baik dari tahun-tahun sebelumnya.
b. Proses: Tahapan pemeriksaan kesehatan berkala yang diatur vendor telah
sesuai dengan SOP yang disusun oleh PT. FFI.
c. Output: Hasil pemeriksaan berkala merupakan status kesehatan karyawan
yang telah sesuai dengan Permenakertrans No. 02 tahun 1980, namun selama
ini hanya karyawan yang terindikasi mengalami masalah kesehatan yang
mengetahui hasil pemeriksaan kesehatan berkala.
d. Umpan Balik: Kondisi sarana dan prasarana yang baik yang disediakan
vendor merupakan faktor pendukung pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
berkala. Tahapan pemeriksaan kesehatan berkala didukung dengan kerja
sama antara pihak perusahaan dengan vendor. Laporan hasil pemeriksaan
sudah tepat waktu sesuai dengan kesepakatan antara vendor dan perusahaan.
Faktor penghambat pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala adalah
ketidakhadiran beberapa karyawan pada saat pemeriksaan diselenggarakan,
namun karyawan dapat melakukan pemeriksaan susulan di tempat vendor.
205
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
a. Input: Kompetensi dan jumlah tenaga kesehatan serta sarana dan prasarana
pemeriksaan kesehatan khusus merupakan tanggung jawab rumah sakit
porovider perusahaan. Rumah Sakit yang bekerja sama dengan perusahaan
merupakan rumah sakit tipe B.
b. Proses: Tahapan pemeriksaan kesehatan khusus sudah sesuai dengan yang
tercantum di dalam SOP. Namun, untuk rotasi karyawan antar departemen,
perusahaan belum melakukan pemeriksaan kesehatan khusus.
c. Output: Hasil pemeriksaan kesehatan khusus adalah untuk mengetahui
kondisi fisik karyawan yang diperiksa dianggap tidak fit. Tindak lanjut dari
pemeriksaan kesehatan khusus adalah perawatan terhadap karyawan.
d. Umpan Balik: Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh rumah sakit provider
merupakan faktor pendukung dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
khusus. Faktor pendukung pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus
selama ini adalah kerja sama yang baik antara pihak perusahaan dengan
provider yang terdiri dari rumah sakit, klinik, dan laboratorium. Ketepatan
waktu dalam memberikan laporan hasil pemeriksaan kesehatan khusus
kepada perusahaan dan secara rutin dan tepat waktu menjadi faktor
pendukung dalam penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan khusus. Selama
ini, PT. FFI belum mengalami hambatan baik dari segi input, proses, maupun
output dalam penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan khusus.
206
4. Lingkungan: Dinkes dan Disnaker secara berkala melakukan audit kepada pihak
perusahaan terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan izin
poliklinik perusahaan.
B. Saran
1. Untuk pemeriksaan kesehatan khusus, disarankan agar dilakukan pemeriksaan
kepada karyawan yang akan dirotasi untuk mengetahui kondisi kesehatan dari
karyawan sebelum bekerja di bagian yang baru.
2. Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, disarankan agar seluruh karyawan
diberikan hasil dari pemeriksaan sebagai tolok ukur karyawan untuk menjaga
kondisi kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Any/BEY. 2011. Menakertrans: Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Belum
Memadai. Artikel. [serial online] [Accessed on July 30th 2012]. Available:
http://metrotvnews.com/read/news/2011/10/07/67366/Menakertrans-PenerapanKesehatan-dan-Keselamatan-Kerja
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa
Aksara
Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik
Kementerian Kesehatan RI. 2008. Pedoman Pelayanan Medik di Klinik
Departemen dan Perusahaan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Dunn, William. N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Dwijayanti, Putri. 2013. Analisis Implementasi Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) oleh Bidan Desa di Kabupaten Demak. Jurnal
Kesehatan
Masyarakat.
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas
Diponegoro. [Serial online] [Accessed on February 27th 2013]. Available
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
He, Guang Xue. Et al. 2010. Infection Control and The Burden of Tuberculosis Infection
and Disease in Health Care Workers in China: a Cross-Sectional Study. Jurnal
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. [serial online] [Accessed on June 26th
2012]. Available: http://www.biomedcentral.com/1471-2334/10/313
207
208
Hendra. 2000. Intro to OHS [serial online] [Accesed on June 26th 2012]. Available:
http://www.scribd.com/doc/87963017/IntrotoK3
Ia/ik. 2012. Racun Penyebab Kanker Ditemukan Dalam Susu Formula Bayi China.
Artikel [serial online] [Accessed on August 23rd 2012]. Available:
http://id.berita.yahoo.com/racun-penyebab-kanker-ditemukan-dalam-susuformula-bayi-032350495.html
Iswanty, Arcindy. 2012. Analisis Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan
Masyarakat.
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas
Diponegoro. [Serial online] [Accessed on February 27th 2013]. Available
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
Kaukiaien, Ari. Et al. 2008. Symptom Screening in Detection of Occupational SolventRelated Encephalopathy. Jurnal Keselamatan dan Kesehatan Kerja [serial
online] [Accessed on June 26th 2012]. Available: http://www.ebscohost.com
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2010. Workshop ASEAN OSHNET untuk
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Artkel [serial online] [Accessed on
30th
July
2012].
Available:
http://menteri.depnakertrans.go.id/?show=news&news_id=497
Kominfo Newsroom. 2010. PT. Jamsostek : Tingkat Kecelakaan Kerja Masih Tinggi.
Artikel
[serial
online]
[Accessed
on
July
30th
2012].
Available:
http://www.jamsostek.co.id/content/news.php?id=1031
Kurniawidjaja, Meily. 2011. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI Press.
209
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.02/MEN/1980 Tentang
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan
Kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. Per. 01/Men/1976
Tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan
Prastowo, Andi. 2010. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta: Diva Press.
PT. Frisian Flag Indonesia. 2012. Laporan Bulanan Hasil Kunjungan Pekerja ke
Poliklinik Periode Januari – September 2012.
PT. Frisian Flag Indonesia. 2012. Standard Operating Procedure (SOP) Pemeriksaan
Kesehatan.
PT. Frisian Flag Indonesia. 2012. Data Jumlah Hari Kerja Hilang Periode Januari –
Oktober 2012.
Pusat Sarana, Prasarana, dan Peralatan Kesehatan Kementerian kesehatan RI. 2010.
Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI
210
Ramadhan, Hendra. 2012. Analisis Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang No. 02
Tahun 2010 Tentang Pencegahan, Pemberantasan, dan Penanggulangan
Penyakit Masyarakat (Studi Kasus Pengemis di Kota Serang). Skripsi. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang
Ridley, John. 2006. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Ikhtisar Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Rini, Elly Setyo. 2008. Indonesia investigasi 12 perusahaan. Kasus keracunan susu di
cina telah merembet dan meresahkan sejumlah negara lain. Artikel [serial
online]
[Accessed
on
August
23rd
2012].
Available:
http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/629pemerintah_investigasi_12_perusahaan
Suhendra. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: UIN Press.
Silalahi, Ulber. 2011. Asas-Asas Manajemen. Bandung: PT. Refikan Aditama.
____________. 2002. Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen. Bandung: Penerbit
Mandar Maju
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Trisnantari, Sita Agung. 2008. Berbagai Definisi Kebijakan Publik dan Klasifikasinya
(Tugas Mata Kuliah Kebijakan Publik).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
211
Utami, Degita Dwi. 2013. Proses Implementasi Program Jaminan Persalinan di
Puskesmas
Siantan
Hilir
Kecamatan
Pontianak
Utara.
Jurnal
Ilmu
Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Tanjungpura. [Serial online] [Accessed on February 27th 2013]. Available
http://jurnalmahasiswa.fisip.untan.ac.id/index.php/publica
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Jakarta: Media Pressindo.
KEMEJTTERIAN AGAMA
LTNWERSITAS rSLAM NEGBRT ( UrN )
SYARIF HIDAYATT]LLAH JAKARTA
FAKI]LTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
'
Telp.
: (62-21) 74716718 Fax : (62-21) 7404985
Website : www.uinjkt.ac.id; E-mail : [email protected]
Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat 15419
Nomor : Un.01/F1 0/KM.00. 1/l 7t3 /20t2
Lamp
Hal
Jakarta,Z1Juli2012
:-
: Izin Penelitian Skripsi
KepadaYth.
SHE Department
PT. Frisian Flag, Tbk
DiJakarta
Assalamualaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami sampaikan bahwa mahasiswa yang namanya tersebqt dibawah ini akan
melaksanakan pinyusunan St<ripsi dengan judul "Ana[Jis Implementasi peraturan EMnteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.02A4EN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga
Kerja Dalam Penyelenggaraan KeselamatanKerja Tahun2}r?; atas nama :
Nama
Sekar Asih Rengganis
108101000023
Kesehatan Masyarakat
VIII (delapan) /K3
NIM
Program Studi
Semester/ Peminatan
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon mahasiswa tersebut dapat diizinkan untuk
melakukan penelitian skripsi di instansi yang saudara pimpin.
Demikiano atas perhatian dan kerjasama saudar4 kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu' alaikum
W_r.
Wb.
An Dekan
PembantuDekan
B
id,arg Adminishasi Umum,
Dr.H. Arif Sumantri. M.Kes
NrP. le6s080s 1es8b3 1002{,
Tembusan:
Dekan
FKIK
ff*ndcomprnoq!!
PT Frisian Ftag Indonesia
Jt. Raya Bogor Km 5
Pasar Rebo
Jakarta 1 3760
Indonesia
T +62 (0) 21 8410945,840061 1,
F +62 (O)
841 0950, 87780645
21 87780698
www.frisianflag.com
wwwfr iestandcampina. com
: 12.Vll lF FllPERS-BA/1 1 5
: Persetujuan Permohonan Praktek Kerja
No
Perihal
Kepada Yth.
:
Universitas lslam Negeri
Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan llmu Kesehatan
Jl Kertamukti No. 5, Pisangan, Ciputat
U.p
:
Bapak Dr. H Arif Sumantri, M.Kes
Dengan hormat,
Sehubungan dengan surat permohonan ijin penelitian yang kami terinna,
bersama ini diberitahukan bahwa PT Frisian Flag lndonesia dapat menerima
mahasiswa Saudara sebagai berikut
NO
1
Nama Siswa
Sekar Asih Rengganis
:
NIS / NIM
108101000023
Periode penelitian akan berlangsung dari
November 2012.
:
Penempatan praktek kerja
SHE
1 oktober 2012 sampai dengan
21
Demikian surat pemberitahuan ini kami sampaikan, untuk konfirmasi lebih lanjut dapat
menghubungi PT Frisian Flag lndonesia dengan Lusia Wiwik exl.4S4
Atas perhatiannya disampaikan terima kasih.
Jakarta, 17 September 2012
Hormat Kami,
RtstAil FLAG tttoor*esffi
Bennv Ariana
HR Manager
PT Frisiao Flrg lndonesia is aff)tiated
b
Royal. Friestandcampina N.V
@
INFORMED CONSENT
PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN
Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Selamat Pagi/Siang/Sore
Perkenalkan nama saya Sekar Asih Rengganis, mahasiswi S1 Peminatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya bermaksud
melakukan penelitian mengenai “Analisis Implementasi Pemeriksaan Kesehatan pada
Karyawan di Bagian Produksi PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012”. Penelitian ini
dilakukan sebagai tahap akhir dalam penyelesaian studi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya berharap Bapak/Ibu bersedia untuk menjadi informan dalam penelitian ini di mana akan
dilakukan pengamatan lapangan dan wawancara mendalam yang terkait penelitian. Semua
informasi yang Bapak/Ibu berikan dan peneliti amati akan terjamin kerahasiaannya. Setelah
Bapak/Ibu membaca maksud dan kegiatan penelitian ini, maka saya mohon untuk mengisi
nama dan tanda tangan di bawah ini.
“Saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini dan saya bersedia memberikan data kembali
kepada peneliti apabila ada data yang kurang”.
Nama:
_________________________________________________________________________
Tanda Tangan:
_________________________________________________________________________
Atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih
Hormat Saya,
Sekar Asih Rengganis
Lembar Observasi Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan Klinik
Analisis Implementasi Pemeriksaan Kesehatan pada Karyawan di Bagian
Produksi PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012
No
Fasilitas
Ya
Ruangan
1) Ruang pemeriksaan/konsultasi
2) Ruang tunggu
1
3) Ruang administrasi
4) Ruang obat
5) Ruang laboratorium
6) WC/kamar mandi
2
Kecukupan
ventilasi
pencahayaan
3
Tersedia air mengalir dan listrik
4
Pengolahan limbah medis
Peralatan medis
1) Stetoskop
2) Tensimeter
3) Baterai/lampu senter
5
4) Penekan lidah, metal
5) Timbangan dewasa
6) Pengukur tinggi badan
7) Pita pengukur antropometri
dan
Tidak
Keterangan
8) Poster-poster
9) Alat peraga
10) Sterilisator
11) Kotak kapas
12) Pinset
13) Sarung tangan No. 6, 5, 7, 7, 5, 8
14) Tempat
cuci
tangan
dan
standarnya
15) Piala ginjal/nierbeken
16) Gunting perban
17) Irigator 1 ½
18) Torniquet
19) Kapas steril
20) Tiang infusa
21) Cairan infus (NaCl, glukosa, RL)
22) Tabung oksigen
23) Termometer
Peralatan non medis
1) Kursi + meja biro
2) Tempat tidur pemeriksaan
6
3) Alat komunikasi
4) Lemari obat
5) Lemari kartu
Peralatan penunjang medik
7
1) Alat lab sederhana
Sumber: Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan RI, 2008
Lembar Telaah Dokumen Tenaga Kesehatan
Analisis Implementasi Pemeriksaan Kesehatan pada Karyawan di Bagian
Produksi PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012
No
Kompetensi
Ya Tidak
Keterangan
Dokter Perusahaan
1
Mempunyai Surat Tanda Registrasi dan
Surat Izin Praktik
2
Mampu melaksanakan pelayanan medik
dasar
sesuai
kompetensi
dan
kewenangannya
3
Khusus
dokter
yang
perusahaan/pabrik
bekerja
telah
di
memiliki
sertifikat Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3)
Perawat Perusahaan
1
Mempunyai
Surat
Izin
Kerja
(SIK)
Perawat
2
Mampu
melaksanakan
pelayanan
asuhan keperawatan sesuai kompetensi
dan kewenangannya.
3
Mampu melaksanakan asistensi dokter
sesuai kompetensi dan kewenangannya
4
Perawat
yang
perusahaan/pabrik
bekerja
memiliki
di
sertifikat
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Sumber: Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan RI, 2008
Pedoman Wawancara Informan Kunci (HRD)
Analisis Implementasi Pemeriksaan Kesehatan pada Karyawan Bagian Produksi
di PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012
Nama
Jabatan
Tempat
Waktu
Tenaga Medis
1. Apa saja kriteria yang harus dipenuhi seorang
tenaga pelayanan kesehatan di PT. Frisian Flag
Indonesia?
2. Menurut anda, bagaimana kondisi (kompetensi
dan jumlah) tenaga pelayanan kesehatan di PT.
Frisian Flag Indonesia?
3. Apa saran anda untuk kemajuan kondisi tenaga
pelayanan
kesehatan
di
PT.
Frisian
Flag
Indonesia?
Input
Fasilitas
1. Menurut
anda,
bagaimana
kondisi
fasilitas
pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag
Indonesia?
2. Apa
saran
anda
untuk
kemajuan
fasilitas
pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag
Indonesia?
Regulasi
1. Menurut anda, sejauh ini bagaimana PT. Frisian
Flag Indonesia telah menjalankan pemeriksaan
kesehatan jika dihubungkan dengan peraturan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah?
Pemeriksaan
Kesehatan Awal
1. Bagaimana
proses
pemeriksaan
kesehatan
sebelum bekerja pada calon karyawan di PT.
Frisian Flag Indonesia?
Proses
Pemeriksaan
Kesehatan Berkala
1. Bagaimana
proses
pemeriksaan
kesehatan
berkala pada karyawan di PT. Frisian Flag
Indonesia?
Pemeriksaan
Kesehatan Khusus
1. Selama ini, kondisi apa saja yang menjadi kriteria
PT. Frisian Flag Indonesia untuk melakukan
pemeriksaan khusus bagi karyawan?
2. Bagaimana prosedur pemeriksaan kesehatan bagi
karyawan yang akan dirotasi?
Pemeriksaan
Kesehatan Awal
1. Bagaimana hasil pemeriksaan kesehatan awal
bagi calon pekerja diproses?
2. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia
memberitahukan calon karyawan tentang hasil
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja?
3. Kepada pihak manakah hasil dari pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan
dilaporkan?
4. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia
melaporkan hasil dari pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja bagi karyawan?
Pemeriksaan
Output
Kesehatan Berkala
1. Bagaimana hasil pemeriksaan kesehatan berkala
bagi karyawan di PT. Frisian Flag Indonesia
diproses?
2. Bagaimana
cara
menginformasikan
PT.
hasil
Frisian
dari
Flag
pemeriksaan
kesehatan berkala bagi karyawan?
3. Kepada pihak manakah hasil dari pemeriksaan
kesehatan berkala bagi karyawan dilaporkan?
4. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia
melaporkan hasil dari pemeriksaan kesehatan
berkala bagi karyawan?
Pemeriksaan Khusus
1. Bagaimana
hasil
pemeriksaan
khusus
bagi
karyawan PT. Frisian Flag Indonesia diproses?
2. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia
menginformasikan
hasil
dari
pemeriksaan
kesehatan khusus bagi karyawan?
3. Kepada
pihak
manakah
hasil
pemeriksaan
kesehatan khusus bagi karyawan dilaporkan?
Feedback
1. Apa saja faktor yang mendukung pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan pada karyawan di PT.
Frisian Flag Indonesia?
2. Apa saja hambatan yang dialami oleh PT. Frisian
Flag Indonesia dalam pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan pada karyawan?
3. Bagaimana
PT.
Frisian
Flag
Indonesia
menanggulangi hambatan dalam pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan bagi karyawan?
Lingkungan
1. Pihak
pemerintah
memengaruhi
mana
saja
pelaksanaan
yang
ikut
pemeriksaan
kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia?
2. Apa saja peran dari pihak-pihak tersebut?
Pedoman Wawancara Informan Utama (Dokter Perusahaan, Perawat, SHE)
Analisis Implementasi Pemeriksaan Kesehatan pada Karyawan Bagian Produksi
di PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012
Nama
Jabatan
Tempat
Waktu
Tenaga Medis
1. Apa saja kriteria yang harus dipenuhi seorang
tenaga pelayanan kesehatan di PT. Frisian Flag
Indonesia?
2. Menurut anda, bagaimana kondisi (kompetensi
dan jumlah) tenaga pelayanan kesehatan di PT.
Frisian Flag Indonesia?
3. Apa saran anda untuk kemajuan kondisi tenaga
pelayanan
Input
kesehatan
di
PT.
Frisian
Flag
Indonesia?
Fasilitas
1. Menurut
anda,
bagaimana
kondisi
fasilitas
pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag
Indonesia?
2. Apa
saran
anda
untuk
kemajuan
fasilitas
pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag
Indonesia?
Pemeriksaan
Kesehatan Awal
1. Bagaimana
proses
pemeriksaan
kesehatan
sebelum bekerja pada calon karyawan di PT.
Frisian Flag Indonesia?
Pemeriksaan
Proses
Kesehatan Berkala
1. Bagaimana
proses
pemeriksaan
kesehatan
berkala pada karyawan di PT. Frisian Flag
Indonesia?
Pemeriksaan
Kesehatan Khusus
1. Selama ini, kondisi apa saja yang menjadi kriteria
PT. Frisian Flag Indonesia untuk melakukan
pemeriksaan khusus bagi karyawan?
Pemeriksaan
Kesehatan Awal
1. Bagaimana hasil pemeriksaan kesehatan awal
bagi calon pekerja diproses?
2. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia
memberitahukan calon karyawan tentang hasil
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja?
3. Kepada pihak manakah hasil dari pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan
dilaporkan?
4. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia
melaporkan hasil dari pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja bagi karyawan?
Pemeriksaan
Kesehatan Berkala
1. Bagaimana hasil pemeriksaan kesehatan berkala
bagi karyawan di PT. Frisian Flag Indonesia
diproses?
Output
2. Bagaimana
cara
menginformasikan
PT.
hasil
Frisian
dari
Flag
pemeriksaan
kesehatan berkala bagi karyawan?
3. Kepada pihak manakah hasil dari pemeriksaan
kesehatan berkala bagi karyawan dilaporkan?
4. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia
melaporkan hasil dari pemeriksaan kesehatan
berkala bagi karyawan?
Pemeriksaan Khusus
1. Bagaimana
hasil
pemeriksaan
khusus
bagi
karyawan PT. Frisian Flag Indonesia diproses?
2. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia
menginformasikan
hasil
dari
pemeriksaan
kesehatan khusus bagi karyawan?
3. Kepada
pihak
manakah
hasil
pemeriksaan
kesehatan khusus bagi karyawan dilaporkan?
Feedback
1. Apa saja faktor yang mendukung pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan pada karyawan di PT.
Frisian Flag Indonesia?
2. Apa saja hambatan yang dialami oleh PT. Frisian
Flag Indonesia dalam pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan pada karyawan?
3. Bagaimana
PT.
Frisian
Flag
Indonesia
menanggulangi hambatan dalam pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan bagi karyawan?
Pedoman Wawancara Informan Pendukung (Karyawan Produksi)
Analisis Implementasi Pemeriksaan Kesehatan pada Karyawan Bagian Produksi
di PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012
Nama
Jabatan
Tempat
Waktu
Tenaga Medis
1. Menurut
anda,
pelayanan
bagaimana
kesehatan
di
kondisi
PT.
tenaga
Frisian
Flag
Indonesia?
2. Apa saran anda untuk kemajuan kondisi tenaga
pelayanan
Input
kesehatan
di
PT.
Frisian
Flag
Indonesia?
Fasilitas
1. Menurut
anda,
bagaimana
kondisi
fasilitas
pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag
Indonesia?
2. Apa
saran
anda
untuk
kemajuan
fasilitas
pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag
Indonesia?
Pemeriksaan
Kesehatan Awal
1. Bagaimana prosedur
pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja pada calon karyawan di PT.
Frisian Flag Indonesia?
Pemeriksaan
Proses
Kesehatan Berkala
1. Bagaimana prosedur
pemeriksaan kesehatan
berkala pada karyawan di PT. Frisian Flag
Indonesia?
Pemeriksaan
Kesehatan Khusus
1. Selama ini, kondisi apa saja yang menjadi kriteria
PT. Frisian Flag Indonesia untuk melakukan
pemeriksaan khusus bagi karyawan?
Pemeriksaan
Output
Kesehatan Awal
1. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia
memberitahukan calon karyawan tentang hasil
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja?
Pemeriksaan
Kesehatan Berkala
1. Bagaimana
cara
menginformasikan
PT.
hasil
Frisian
dari
Flag
pemeriksaan
kesehatan berkala bagi karyawan?
Pemeriksaan Khusus
1. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia
menginformasikan
hasil
dari
kesehatan khusus bagi karyawan?
pemeriksaan
MATRIKS HASIL OBSERVASI
No
Substansi Penelitian
A
Hasil Observasi
Input
1. Jumlah
Kesehatan
Tenaga Berdasarkan hasil observasi, untuk PT. Frisian Flag Indonesia Plant Pasar Rebo, jumlah
tenaga kesehatan yang bertugas pada pagi hari berjumlah dua orang. Tenaga kesehatan yang
bertugas terdiri dari satu Dokter perusahaan dan satu perawat.
2. Fasilitas Pemeriksaan Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan berdasarkan pedoman yang berasal dari
Kesehatan
Kemenkes RI, sarana dan prasarana untuk pemeriksaan kesehatan di poliklinik sudah
lengkap. Peralatan medis yang tersedia dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Alat-alat
yang digunakan dalam pemeriksaan kesehatan dalam kondisi yang sudah terkalibrasi,
kalibrasi alat dilakukan secara rutin setiap tahunnya oleh vendor. Peralatan penunjang
medis juga dalam kondisi baik. Poliklinik tidak memiliki laboratorium sendiri untuk
pemeriksaan kesehatan oleh sebab itu, perusahaan bekerja sama dengan pihak laboratorium
lain dalam rangka pemeriksaan kesehatan terutama pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
B
Proses
1. Pelaksanaan
Calon karyawan mendatangi poliklinik, kemudian melapor kepada perawat bahwa dia akan
Pemeriksaan Sebelum melaksanakan pemeriksaan kesehatan dengan menunjukkan surat pengantar dari pihak
Bekerja
recruitment. Kemudian, calon karyawan akan melakukan pemeriksaan fisik dan anamnesa
di ruang pemeriksaan selama sekitar 10- 15 menit. Setelah pemeriksaan dilakukan, calon
karyawan selanjutnya akan melakukan pemeriksaan laboratorium di tempat yang telah
ditunjuk oleh Dokter perusahaan. Setelah hasil pemeriksaan laboratorium keluar, calon
karyawan akan menyerahkan hasil laboratorium kepada Dokter perusahaan.
2. Pelaksanaan
Pemeriksaan Berkala
Karyawan mendaftar kepada petugas, kemudian karyawan akan diberikan formulir yang
berisi identitas karyawan dan jenis pemeriksaan yang harus dilakukan. Pemeriksaan
pertama yang dilakukan adalah pengukuran berat dan tinggi badan. Pemeriksaan
selanjutnya adalah tes pengelihatan, kondisi pengelihatan karyawan akan diperiksa pada tes
tersebut. Proses selanjutnya adalah pengambilan sampel darah dan urin untuk dilakukan tes
laboratorium. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan fisik. Untuk pemeriksaan tahun
2012, vendor memfasilitasi pemeriksaan fisik dengan jumlah dokter yang lebih banyak dari
tahun-tahun sebelumnya. Pada saat pemeriksaan fisik, karyawan juga dapat berkonsultasi
dengan dokter seputar masalah kesehatan yang dialami karyawan. Untuk karyawan
produksi yang bekerja di area-area tertentu, maka proses pemeriksaan selanjutnya adalah
pemeriksaan audiometri, spirometri dan pengambilan sampel untuk tes salmonella.
Pemeriksaan terakhir yang dilakukan karyawan adalah rontgen thorax. Untuk pemeriksaan
kesehatan tahun ini, karyawan tidak perlu membuka pakaian bagian atas untuk melakukan
rontgen, karyawan langsung melapisi pakaian dengan jubah untuk rontgen. Dokumentasi
terlampir dalam bentuk foto
C
Output
1. Implementasi
Pemeriksaan
Kesehatan Sebelum
Bekerja
2. Implementasi
Pemeriksaan
Kesehatan Berkala
Berdasarkan hasil observasi, pemeriksaan kesehatan fisik sebelum bekerja pada calon
karyawan telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan hasil observasi, pemeriksaan kesehatan berkala pada karyawan telah dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
MATRIKS HASIL TELAAH DOKUMEN
No
Substansi Penelitian
Nama Dokumen
Hasil Telaah
A
Input
1. Kompetensi
Kesehatan
Tenaga a. Sertifikat
Hiperkes
Dokter Bukti bahwa dokter telah mengikuti pelatihan
Perusahaan
hiperkes sebagai salah satu syarat menjadi dokter
perusahaan.
b. Surat
pengangkatan
Dokter Bukti bahwa dokter telah diangkat menjadi Dokter
Perusahaan
PT. Frisian Flag Indonesia Plant Pasar Rebo
c. Surat Izin Praktik Dokter
Bukti bahwa dokter memiliki izin untuk melakukan
kegiatan praktik.
d. Sertifikat
Hiperkes
Perawat Bukti bahwa perawat telah mengikuti pelatihan
Perusahaan.
hiperkes sebagai salah satu syarat menjadi perawat
perusahaan.
e. Surat
pengangkatan
Perawat Bukti bahwa perawat telah diangkat menjadi perawat
Perusahaan
f. Surat Izin Kerja Perawat
2. Kebijakan
PT. Frisian Flag Indonesia Plant Pasar Rebo
Bukti bahwa perawat telah memiliki izin kerja.
a. Undang-Undang No. 01 Tahun Setiap
pengurus
(pemimpin
kerja)
wajib
1970 tentang Keselamatan memeriksakan kondisi mental dan fisik dari tenaga
Kerja Pasal 8
kerja yang akan diterimanya maupun tenaga kerja
yang akan dipindahkan sesuai dengan sifat pekerjaan
yang diberikan kepada tenaga kerja dan juga secara
berkala.
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Setiap perusahaan diwajibkan untuk melakukan
dan Transmigrasi No. 02 Tahun pemeriksaan kesehatan, baik pemeriksaan kesehatan
1980 Tentang Pemeriksaan sebelum bekerja untuk calon karyawan, pemeriksaan
Kesehatan
kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan
khusus. Tujuan dari pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan
calon tenaga kerja yang akan diterima. Tujuan
pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk
mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja
selama bekerja di perusahaan sesuai dengan
pekerjaannya,
serta
untuk
mencegah
dan
mengendalikan sedini mungkin pengaruh-pengaruh
dari pekerjaan yang bisa berdampak pada kesehatan.
Tujuan dari pemeriksaan kesehatan khusus adalah
untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari
pekerjaan terhadap tenaga kerja atau golongan tenaga
kerja tertentu. Golongan tenaga kerja tersebut adalah
tenga kerja yang mengalami kecelakaan atau penyakit
yang memerlukan perawatan lebih dari dua minggu.
Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun, tenaga
kerja wanita, dan tenaga kerja cacat, serta tenaga
kerja yang melakukan pekerjaan tertentu. Tenaga
kerja yang mengalami gangguan tertentu yang perlu
dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan
kebutuhan.
c. Standard Operating Procedure Teknis pelaksanaan pemeriksaan kesehatan di PT.
FFI dibagi menjadi pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan
pemeriksaan khusus. Di dalam SOP, pemeriksaan
kesehatan juga dibagi berdasarkan status karyawan,
yaitu karyawan PT. FFI dan karyawan outsourcing.
Teknis pemeriksaan kesehatan diatur dalam SOP.
B
Proses
1. Pemeriksaan
Kesehatan
Standard Operating Procedure
Sebelum
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja pada calon
Bekerja
2. Pemeriksaan
karyawan. (Terlampir).
Standard Operating Procedure
Kesehatan Berkala
3. Pemeriksaan
Kesehatan Khusus
Dalam dokumen ini dijelaskan mengenai proses
Dalam dokumen ini dijelaskan mengenai proses
pemeriksaan kesehatan berkala pada karyawan.
Standard Operating Procedure
Dalam dokumen ini dijelaskan mengenai proses
pemeriksaan kesehatan khusus pada karyawan.
MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM
No
A
Substansi Penelitian
Hasil Wawancara Mendalam
Input
1. Tenaga Kesehatan
a. Kompetensi
tenaga a. Informan Kunci: Untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, HRO mengungkapkan bahwa
kesehatan
kompetensi tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter perusahaan dan perawat perusahaan di PT.
FFI telah sesuai standar yang telah ditetapkan, yaitu memiliki sertifikat Hiperkes, surat izin
praktik untuk dokter, dan surat izin kerja bagi perawat. Untuk pemeriksaan kesehatan berkala,
kompetensi tenaga kesehatan yang bertugas merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari vendor
yang bekerja sama dengan perusahaan. Untuk pemeriksaan kesehatan khusus, kompetensi tenaga
kesehatan menjadi tanggung jawad penuh rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan.
b. Jumlah tenaga kesehatan
b. Informan Utama: Untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, informan mengungkapkan
bahwa tenaga kesehatan di perusahaan telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, yaitu salah satunya memiliki sertifikat telah melaksanakan pelatihan Hiperkes.
Sedangkan untuk pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus, kompetensi tenaga kesehatan
merupakan tanggung jawab dari pihak yang bekerja sama dengan perusahaan yaitu pihak vendor
dan rumah sakit yang menjadi provider perusahaan.
a. Informan Kunci: HRO mengungkapkan bahwa jumlah tenaga kesehatan yang selama ini
bertugas di perusahaan sudah cukup untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
yaitu terdiri dari satu dokter perusahaan dan satu perawat perusahaan. Alasan dari pendapat
tersebut adalah selama ini perusahaan bekerja sama dengan beberapa rumah sakit dan
laboratorium yang jumlahnya mencapai 160 rumah sait, laboratorium dan apotek, sehingga
tenaga kesehatan yang dibutuhkan untuk keperluan internal dirasa sudah cukup. Jumlah tenaga
kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan berkala sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari pihak
vendor yang telah dipilih untuk melaksanakan kegiatan pemeriksaan. Sedangkan untuk
pemeriksaan kesehatan khusus, jumlah tenaga keesehatan menjadi tanggung jawab pihak rumah
sakit tempat karyawan melakukan pemeriksaan.
b. Informan Utama: Untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, menurut Dokter perusahaan,
jumlah tenaga kesehatan di poliklinik sudah memadai yaitu satu dokter perusahaan dan satu
perawat peusahaan, namun terdapat tugas tambahan untuk perawat perusahaan yang ditakutkan
akan mengganggu kinerja perawat. Menurut perawat perusahaan, apabila ditinjau dari kondisi
selama ini, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas sudah memenuhi syarat dengan bukti
dikeluarkannya izin operasi poliklinik dari Kemenkes. Untuk pemeriksaan kesehatan berkala dan
khusus, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihakpihak yang bekerja sama dengan perusahaan.
c. Regulasi
2. Fasilitas
c. Informan Pendukung: Untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, menurut beberapa
karyawan produksi, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas masih kurang karena jadwal
pemeriksaan kesehatan untuk calon karyawan dan jadwal pelayanan poliklinik dilaksanakan
pada waktu yang sama. Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, beberapa karyawan merasa
tenaga kesehatan yang bertugas sudah cukup benyak, terbukti dari antrean karyawan pada saat
pelaksanaan tidak terlalu banyak.
a. Informan Kunci: Untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala,
dan pemeriksaan kesehatan khusus, perusahaan membuat teknis pelaksaan yang disebut dengan
Standard Operating Procedure (SOP) berdasarkan pada peraturan-peraturan yang dikeluarkan
oleh pemerintah yang disesuaikan dengan keadaan perusahaan.
Pemeriksaan a. Informan Kunci: Menurut HRO, sarana dan prasarana untuk pemeriksaan kesehatan di poliklinik
Kesehatan
untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja kondisinya terjaga dengan baik. Apabila menurut
Dokter atau perawat ada beberapa sarana atau prasarana yang sudah kurang layak untuk
digunakan, maka pihak HRO akan segera mengganti sarana prasarana dengan yang baru. Selain
dokter dan perawat, pihak SHE juga memberi masukan tentang sarana dan prasarana yang
memang harus diganti. Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, jumlah sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk pelaksanaannya sudah memadai, kondisi dari sarana dan prasarana juga baik
karena sebelum pemeriksaan kesehatan berkala diselenggarakan, pihak perusahaan telah
melakukan audit kepada vendor yang akan bekerja sama dengan perusahaan. Untuk pemeriksaan
kesehatan khusus bagi karyawan, sarana dan prasarana merupakan tanggung jawab dari pihak
rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan.
b. Informan Utama: Menurut Dokter perusahaan, sarana dan prasarana yang terdapat di poliklinik
sudah memadai untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan.
Sebagi tambahan, dalam kondisi emergency, poliklinik juga telah dilengkapi dengan peralatan
pertolongan pertama. Selain itu, lokasi PT. FFI dekat dengan beberapa rumah sakit yang
memang telah bekerja sama dengan pihak perusahaan.
Menurut perawat perusahaan, kondisi sarana dan prasarana di poliklinik perusahaan sudah
termasuk lengkap utnuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja pada karyawan.
Sedangkan untuk pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus, menurut informan utama, sarana
dan prasarana menjadi tanggung jawab pihak yang bekerja sama dengan perusahaan.
Menurut SHE, sarana dan prasarana juga sudah bagus baik untuk pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus.
c. Informan Pendukung: Beberapa karyawan produksi mengatakann bahwa sarana dan prasarana di
poliklinik PT. FFI sudah cukup lengkap untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja karena di
B
poliklinik perusahaan hanya dilakukan pemeriksaan fisik saja.
Proses
1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja
a. Perencanaan
a. Informan Kunci: HRO mengungkapkan bahwa pihak recruitment telah memiliki standar dalam
penerimaan karyawan baru, salah satunya adalah pemeriksaan kesehatan. Tahapan pemeriksaan
kesehatan sebelum bekerja telah ditentukan dalam SOP, waktu pemeriksaan calon karyawan
dilakukan selama hari kerja, tempat untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dibagi
menjadi dua yaitu poliklinik perusahaan untuk pemeriksaan fisik, dan untuk pemeriksaan
laboratorium, perusahaan bekerja sama dengan pihak laboratorium luar. Sarana dan prasarana
yang dibutuhkan untuk pemeriksaan fisik telah disediakan di poliklinik perusahaan.
b. Pelaksanaan
a. Informan Kunci: Berdasarkan keterangan dari pihak HRO, pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja dilakukan oleh calon karyawan di poliklinik perusahaan. Pemeriksaan laboratorium
dilakukan di laboratorium yang bekerja sama dengan perusahaan.
b. Informan Utama: Dokter perusahaan mengungkapkan bahwa pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja terdiri dari pemeriksaan fisik, rontgen, buta warna, dan laboratorium.
Berdasarkan keterangan dari SHE, pemeriksaan sebelum bekerja dilakukan secara menyeluruh,
dimulai dokter perusahaan akan menyerahkan surat pengantar kepada rumah sakit yang bekerja
sama dengan perusahaan untuk melakukan tes kesehatan.
c. Monitoring dan Evaluasi
c. Informan Pendukung: Menurut beberapa karyawan produksi, pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja terdiri dari pemeriksaan fisik secara menyeluruh dan pemeriksaan buta warna, dan
riwayat penyakit calon karyawan yang dilakukan oleh dokter perusahaan. Setelah itu,
pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan urin, darah, dan faeces oleh pihak laboratorium.
a. Informan Kunci: Setiap pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja pada calon
karyawan harus dengan sepengetahuan pihak HR dan pihak recruitment yang menyelenggarakan
penerimaan karyawan baru. Pihak HR juga mendapatkan laporan dari dokter perusahaan terkait
dengan pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan.
b. Informan utama: Dokter perusahaan memberikan laporan mengenai pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan yang telah dilaksanakan.
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
a. Perencanaan
a. Informan Kunci: Menurut HRO, proses penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan berkala
dilaksanakan setiap tahun, dimulai dengan penentuan vendor yang akan melaksanakan teknis
pemeriksaan kesehatan. Selain itu, waktu serta tempat pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
berkala juga ditentukan. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses perencanaan adalah pihak HRO,
Dokter perusahaan, dan SHE.
b. Informan Utama: Menurut Dokter perusahaan, pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala
dilaksanakan satu kali dalam setahun, dimulai dengan pemilihan vendor yang akan bekerja sama
dalam teknis pelaksanaan pemeriksaan kesehatan serta pemilihan waktu dan tempat untuk
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala. Setelah itu, seluruh karyawan akan diinformasikan
oleh pihak HRO tentang waktu dan tempat pemeriksaan kesehatan.
Menurut perawat perusahaan, pemeriksaan dilakukan setiap setahun sekali pada akhir tahun,
tahap pertama dalam pemeriksaan kesehatan adalah pemilihan vendor yang akan bekerja sama
dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan. Setelah itu, pihak HRO akan memberikan informasi
kepada karyawan tentang waktu dan tempat pelaksanaan serta syarat-syarat yang harus dipenuhi
untuk pemeriksaan kesehatan berkala.
Menurut pihak SHE, pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan setiap akhir tahun, hal pertama
yang dilakukan dalam rangka penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemilihan
vendor. setelah itu, seluruh karyawan akan diinformasikan mengenai waktu dan tempat
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan.
b. Pelaksanaan
c. Informan Pendukung: Menurut beberapa karyawan bagian produksi, pemeriksaan kesehatan
berkala rutin dilakukan setiap setahun sekali, sebelum pemeriksaan dilakukan, terlebih dulu
seluruh karyawan diberikan informasi mengenai waktu, tempat pelaksanaan, dan syarat-syarat
yang harus dipenuhi sebelum pemeriksaan kesehatan dilakukan, contohnya untuk pemeriksaan
gula darah, maka karyawan diharuskan untuk berpuasa sebelumnya selama sepuluh jam.
a. Informan Kunci: Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan selama tiga hari. Jenis-jenis
pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik, rontgen, pemeriksaan urin, dan darah.
Untuk karyawan produksi, terdapat beberapa pemeriksaan tambahan sesuai dengan area di mana
karyawan tersebut bekerja. Untuk karyawan yang bekerja di area bising, maka akan dilakukan
pemeriksaan audiometri, untuk karyawan yang bekerja di area dengan kadar debu yang tinggi
maka akan dilakukan pemeriksaan spirometri. Sedangkan untuk karyawan yang bekerja di area
high care maka akan dilakukan tes salmonella.
b. Informan Utama: Menurut Dokter perusahaan, jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan pada saat
penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan berkala terdiri dari pemeriksaan fisik, rontgen, dan
pemeriksaan laboratorium. Untuk karyawan yang bekerja di area-area tertentu, maka akan
diadakan pemeriksaan tambahan seperti audiometri, spirometri, dan tes salmonella untuk
karyawan yang bekerja di area high care.
Menurut perawat perusahaan, pemeriksaan kesehatan berkala diadakan selama tiga hari, teknis
pelaksaan dilakukan oleh vendor, pemeriksaan yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan fisik,
rontgen, pemeriksaan darah, dan urin. Untuk karyawan yang bekerja di area-area tertentu, akan
dilakukan pemeriksaan tambahan. Untuk karyawan yang bekerja di area bising akan dilakukan
pemeriksaan audiometri. Untuk karyawan yang bekerja dia area yang berdebu, maka akan
dilakukan pemeriksaan spirometri. Sedangkan untuk karyawan yang bekerja di area high care
akan dilakukan tes salmonella.
Menurut pihak SHE, jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan pada saat pemeriksaan kesehatan
berkala adalah pemeriksaan fisik lengkap, rontgen, pemeriksaan urin dan darah. Untuk karyawan
yang bekerja di area bising maka akan dilakukan pemeriksaan audiometri. Untuk karyawan yang
bekerja di area yang potensi debunya tinggi, maka akan dilakukan pemeriksaan sprirometri, dan
untuk karyawan yang bekerja di area high care maka perlu dilakukan tes salmonella.
c. Informan Pendukung: Beberapa karyawan produksi mengungkapkan bahwa jenis-jenis
pemeriksaan yang dilakukan pada saat pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan fisik,
rontgen, pemeriksaan darah dan urin. Untuk beberapa karyawan akan dilakukan pemeriksaan
tambahan seperti audiometri, sriprometri, dan tes salmonella, tergantung dari area tempat
karyawan bekerja.
c. Monitoring dan Evaluasi
a. Informan Kunci: Selama proses penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan berlangsung, pihak
HRO akan meninjau secara langsung bagaimana kondisi pelaksanaan pemeriksaan kesehatan.
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
a. Perencanaan
a. Informan Kunci: Menurut pihak HRO, perusahaan menyediakan beberapa rumah sakit provider
yang bekerja sama dengan perusahaan dalam rangka memfasilitasi karyawan untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan sesuai dengan kebutuhan karyawan. Waktu pemeriksaan juga tergantung
dengan waktu yang dibutuhkan oleh karyawan.
b. Pelaksanaan
a. Informan Kunci: Berdasarkan keterangan dari pihak HRO, pemeriksaan kesehatan khusus
dilakukan karyawan dengan membawa surat pengantar dari dokter perusahaan atau
menggunakan voucher pemeriksaan yang telah disediakan oleh perusahaan. Karyawan dapat
meminta voucher pemeriksaan di poliklinik melalui perawat perusahaan.
b. Informan Utama: berdasarkan keterangan dari informan utama, karyawan yang akan melakukan
pemeriksaan khusus di rumah sakit terlebih dulu meminta surat pengantar kepada dokter
perusahaan ke rumah sakit yang direkomendasikan oleh dokter perusahaan. Selain itu, karyawan
juga dapat melakukan pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan voucher pemeriksaan yang
berlaku di rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan.
C
c. Informan Pendukung: menurut beberapa karyawan bagian produksi, apabila karyawan ingin
melakukan pemeriksaan kesehatan di rumah sakit, karyawan akan meminta voucher kepada
pihak HR atau perawat perusahaan.
c. Monitoring dan Evaluasi
a. Informan Kunci: Menurut pihak HRO, monitoring dilakukan dengan melihat seberapa banyak
voucher pemeriksaan yang telah digunakan dan laporan dari rumah sakit provider kepada pihak
perusahaan.
Output
1. Pemeriksaan Kesehatan a. Informan Kunci: Menurut pihak HRO, hasil dari pemeriksaan sebelum bekerja ada status
Sebelum Bekerja
kesehatan pekerja, apakah pekerja telah memenuhi persyaratan untuk menjadi karyawan dalam
konteks kondisi kesehatan, sesuai dengan persyaratan dari pihak recruitment. Dampak langusung
dari hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah keputusan apakah calon karyawan akan
diterima menjadi karyawan atau ditolak. Hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja sangat
menentukan dalam proses penerimaan karyawan baru.
b. Informan Utama: Menurut informan utama, hasil dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
apakah kondisi dari calon karyawan sudah sesuai dengan persyaratan yang telah diajukan oleh
pihak HR dan recruitment.
2. Pemeriksaan
Berkala
c. Informan Pendukung: Mennurut beberapa karyawan produksi, hasil dari pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja adalah kondisi tubuh yang sesuai dengan yang disyaratkan oleh pihak
perusahaan untuk bekerja di area yang sesuai.
Kesehatan a. Informan Kunci: Hasil dari pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk mengetahui kondisi
kesehatan karyawan selama bekerja di perusahaan. Kondisi karyawan dapat digolongkan
menjadi fit dan unfit yang memerlukan penanganan yang lebih lanjut. Apabila dari hasil
pemeriksaan kesehatan berkala, karyawan dinyatakan unfit, karyawan tersebut akan dipanggil
oleh Dokter perusahaan untuk dilakukan pemeriksaan ulang. Apabila memang terdapat
gangguan, Dokter perusahaan akan merekomendasikan rumah sakit untuk pengobatan gangguan
kesehatan tersebut hingga sembuh. Dan apabila karyawan sudah dinyatakan sembuh, karyawan
akan melapor kepada Dokter perusahaan yang akan diteruskan kepada pihak HRO.
b. Informan Utama: Menurut perawat perusahaan, output dari pemeriksaan kesehatan berkala
adalah untuk mengetahui kondisi keesehatan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan,
apakah terjadi gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan kerja yang memerlukan
follow up dari dokter perusahaan.
Menurut pihak SHE, hasil dari pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk mengetahui apakah
ada gangguan pada kesehatan karyawan yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Apabila dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala terdapat karyawan yang mengalami gangguan
kesehatan, maka karyawan tersebut akan diperiksa kembali oleh dokter perusahaan. Apabila
karyawan tersebut terbukti mengalami gangguan kesehatan, maka karyawan tersebut akan
melakukan pengobatan di rumah sakit rekomendasi dokter perusahaan sampai sembuh. Setelah
dinyatakan sembuh, karyawan harus melapor kembali ke Dokter perusahaan.
E
c. Informan Pendukung: Menurut beberapa karyawan produksi, hasil dari pemeriksaan kesehatan
berkala terbagi dua yaitu sehat dan yang mengalami gangguan kesehatan. Apabila dari hasil
pemeriksaan kesehatan berkala karyawan mengalami masalah kesehatan, maka karyawan
tersebut akan dipanggil untuk menghadap ke Dokter perusahaan untuk melakukan pemeriksaan
ulang. Jika karyawan terbukti mengalami masalah kesehatan, maka karyawan akan melakukan
pengobatan di rumah sakit sampai sembuh.
3. Pemeriksaan Kesehatan a. Informan Kunci: Output dari pemeriksaan khusus yang diminta karyawan adalah untuk
Khusus
mengetahui kondisi dari fungsi tubuh yang diperiksa oleh dokter rumah sakit yang menjadi
provider perusahaan. Setelah melakukan pemeriksaan kesehatan khusus, karyawan melaporkan
hasil dari pemeriksaan kepada Dokter perusahaan yang selanjutnya akan dilaporkan kepada
pihak HRO.
Feedback
1. Faktor Pendukung
a. Informan Kunci: Menurut pihak HRO, selama ini proses pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja, berkala, dan khusus dapat berjalan dengan lancar karena didukung berbagai sarana dan
prasarana yang memadai. Selain itu, perusahaan juga bekerja sama dengan beberapa rumah sakit
dan vendor dalam penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan. Dari segi pelaporan hasil
pemeriksaan kesehatan, perusahaan tidak mengalami hambatan karena pihak vendor dan rumah
sakit yang bekerja sama dengan perusahaan memberikan laporan ke pihak HR secara rutin dan
tepat waktu. Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, batas waktu pelaporan hasil dari vendor
tergantung dari perjanjian pihak vendor kepada perudahaan pada saat rapat perencanaan. Untuk
pemeriksaan kesehatan khusus, pihak rumah sakit akan memberikan laporan kepada perusahaan
setiap akhir bulan.
b. Informan Utama: Menurut informan utama, proses pemeriksaan kesehatan selama ini berjalan
dengan lancar karena didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Hasil dari
pemeriksaan kesehatan berkala juga tepat waktu.
2. Faktor Penghambat
F
Lingkungan
c. Informan Pendukung: Menurut beberapa karyawan produksi, proses pemeriksaan kesehatan telah
berlangsung dengan baik karena dukungan sarana dan prasarana yang baik.
a. Informan Kunci: Selama ini, hambatan biasanya terjadi pada saat pemeriksaan kesehatan
berkala. Pada saat pemeriksaan kesehatan berlangsung, terkadang terdapat beberapa karyawan
yang belum masuk ke database vendor. Selain itu, terkadang terdapat karyawan yang sedang
bertugas di luar kota pada saat pemeriksaan kesehatan berkala berlangsung, sehingga karyawan
tersebut harus melakukan pemeriksaan kesehatan susulan di tempat vendor.
b. Informan Utama: Menurut informan utama, hambatan yang sering terjadi pada saat pemeriksaan
kesehatan berkala adalah ketidakhadiran karyawan yang disebabkan oleh kondisi karyawan yang
sedang sakit atau sedang berada di luar kota, sehingga karyawan harus melakukan pemeriksaan
kesehatan di tempat vendor.
a. Informan Kunci: Berdasarkan informasi dari HRO, Kemenaker dan Kemenkes ikut mengawasi
proses penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan. Selain itu, pihak pemerintah juga ikut
mengawasi kondisi sarana dan prasarana yang terkait dengan pemeriksaan kesehatan di
poliklinik PT. FFI.
Dokumentasi Proses Pemeriksaan Kesehatan Berkala pada Karyawan Produksi PT.
Frisian Flag Tahun 2012
Pendaftaran
Pemeriksaan Tinggi dan Berat Badan
Tes Sampel Darah dan Urin
Antrean Pemeriksaan Fisik
Antrean Pemeriksaan Audiometri
Pemeriksaan Spirometri
Pemeriksaan Rontgen
Alur Medical Checkup
Download