ANALISIS IMPLEMENTASI PEMERIKSAAN KESEHATAN PADA KARYAWAN DI BAGIAN PRODUKSI PT. FRISIAN FLAG INDONESIA TAHUN 2012 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) OLEH: SEKAR ASIH RENGGANIS NIM: 108101000023 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, Mei 2013 Sekar Asih Rengganis ii FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Skripsi, Mei 2013 SEKAR ASIH RENGGANIS, NIM: 108101000023 ANALISIS IMPLEMENTASI PEMERIKSAAN KESEHATAN PADA KARYAWAN DI BAGIAN PRODUKSI PT. FRISIAN FLAG INDONESIA TAHUN 2012 xxv, 211 halaman, 7 tabel, 9 bagan, 6 lampiran ABSTRAK Pemeriksaan kesehatan kepada karyawan telah tercantum di dalam UndangUndang No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan. Pemeriksaan kesehatan terbagi menjadi tiga yaitu pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Menurut Undang-Undang No. 01 Tahun 1970, pemeriksaan kesehatan merupakan kewajiban bagi pengurus terhadap karyawan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang implementasi pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu observasi lapangan, telaah dokumen, dan wawancara mendalam. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan teori sistem yaitu input, proses, output, umpan balik, dan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, perusahaan tidak mengalami masalah dari segi input, proses, dan output. Untuk pemeriksaan berkala, dari segi input perusahaan tidak mengalami masalah. Namun, dalam proses pelaksanaan, perusahaan mengalami hambatan dari segi ketidakhadiran beberapa karyawan pada saat pemeriksaan berlangsung. Sedangkan dari segi output, hasil pemeriksaan hanya diberitahukan kepada karyawan dengan indikasi penurunan kondisi kesehatan dan tidak diberitahukan kepada seluruh karyawan. Untuk pemeriksaan kesehatan khusus, dari segi input, perusahaan tidak mengalami masalah. Dari segi proses, perusahaan belum melakukan pemeriksaan kesehatan untuk karyawan yang akan dirotasi ke departemen lain dalam bagian produksi. Saran dari penelitian ini adalah sebaiknya hasil pemeriksaan kesehatan berkala diberikan kepada seluruh karyawan agar karyawan dapat mengetahui kondisi kesehatannya masing-masing. Untuk pemeriksaan khusus sebaiknya karyawan melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum dirotasi ke departemen lain untuk mengetahui kondisi kesehatan karyawan sebelum bekerja di tempat yang baru. Daftar Bacaan: 33 (1970-2013) iii FACULTY MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH MAJOR OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH Thesis, May 2013 SEKAR ASIH RENGGANIS, NIM: 108101000023 ANALYSIS IMPLEMENTATION OF HEALTH EXAMINATION ON EMPLOYEES IN THE PRODUCTION AREA OF PT. FRISIAN FLAG INDONESIA IN 2012 xxv, 211 pages, 7 tables, 9 charts, 6 attachments ABSTRACT Health examination to employees has been listed in the law No. 11 of 1970 concerning the Safety and the regulation of the Minister of Manpower and Transmigration No. 02 of 1980 concerning the medical examination. A medical examination is divided into three, namely the pre-employment heath examination, regular medical check up, and special medical examination. This research is qualitative research. The techniques used in the data collection, namely the field observation, document analysis, and in-depth interviews. The data collected are then analyzed using the theory of the system of input, process, output, feedback, and environment. Based of the results of the study, noted that the pre-employment health examination, the company is having no problems in terms of input, process, and output. For periodical medical check-up, in term of input, the company does not experience any problems. However, during the process of medical check-up, the company experiences obstacle in term of absence of some employees. Whereas in terms of output, the results of medical check-up are only notified to the employees with an indication of the decline in health conditions and is not made known to all employees. For special medical examination, in terms of input, the company does not experience any problems. In terms of the process, the company has yet to do the medical examination for the employees that will be rotated to other departments in the production area. The advice of this research is the periodic medical check-up results shuold be provided to all employees so that employees can know the condition of their health. For special medical examination, the company should do medical examination for employees before being rotated to another department to know their health condition before the work in a new place. Reading list: 33 (1970-2013) iv PERNYATAA}I PERSETUJUAI\I Judul Skripsi ANALISIS IMPLEMENTASI PEMERIKSAAN KESEHATAI\I PADA KARYAWAN DI BAGIAN PRODUKSI PT. FRISIAN FLAG II{DONESIA TAHUN 2OI2 skripsi Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji sidang program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UniversitaslslamNegeriSyarifHidayatullahJakarta Jakart4 Mei 2013 Riastuti Kusumawardani. SKM. MKM Pembimbing I \ Pembimbing II PANITIA. $IDANC SKRIPSI PROGRAM STT]DI KESEHATANI MASYARAKAT F'AKULTAS KEDOKTERAN DAI\[ ILMU KESEHATAI\ T]NIVERSTTAS ISLAM I\iEGERI SYARIT' HIDAYATULLAH Jakartq Mei 2013 hdengetatrui Penguji I Dewi $f?mi" MrKcs. Ph.D Penguji III Ir. Rulvenai Rnvid. MJ(KK vl t CURRICULUM VITAE I. PERSONAL DETAILS Name : Sekar Asih Rengganis Place, Date of Birth : Jakarta, October 18th 1990 Address : Jalan Urea III No. 34 RT 01 RW 06 Kelurahan: Beji Timur Kecamatan: Beji Kotamadya: Depok Zip Code : 16422 Religion : Islam Contact Number : (021) 7522057 / 081380456492 Email : [email protected] II. Educational Details: 1. 1994 – 1996, TK Putra Fatahillah I, Jakarta Pusat 2. 1996 – 1999, SDN Kramat 08 Pagi, Jakarta Pusat 3. 1999 – 2002, Ecole Tarik Ibn Ziyad, Rabat, Maroko 4. 2002 – 2003, Institution Yasmina, Rabat, Maroko 5. 2003 – 2005, SMP Islam Al Muhajirin, Depok 6. 2005 – 2008, SMA Negeri 5 Depok 7. 2008 – 2013, Public Health, Major of Occupational Safety and Health, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta vii III. Organization 1. 2003 – 2004, Enterpeneurship Department OSIS SMP Islam Al Muhajirin Depok 2. 2005 – 2006, Staff of Academic Department ROHIS SMA Negeri 5 Depok 3. 2006 – 2007, Chief of Academic Department ROHIS SMA Negeri 5 Depok 4. 2009 – 2010, Staff of Art and Sport Department, Public Health Student Organization State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta 5. 2010 – 2011, Staff of Art and Sport Department, Public Health Student Organization State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta 6. 2011, Committee of National Meeting Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI) IV. Seminar Participation 1. March 2009, Participant of Dialog Akademis Mahasiswa PAMI Bertanya 2. May 2009, Participant of Dialog Interaktif “Fenomena Merokok Ditinjau dari Berbagai Aspek” 3. December 2009, Committee of Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam UndangUndang Anti Rokok” 4. December 2009, Participant of Seminar Nasional “Menuju Indonesia Bebas kaki Gajah dan Sosialisasi Flu Burung” 5. December 2009, Participant of Seminar Pengembangan Profesi K3 “Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bencana atau Solusi Sumber Energi???” viii 6. January 2011, Participant of Seminar Profesi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) “Angkutan Transportasi Umum Nyaman Tanpa Berdesakan Sampai Tujuan dengan Aman” 7. January 2012, Committee of Seminar Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Tanggap Darurat Banjir “Kalau Banjir Ngapain??!” V. Job Experiences 1. October 2009, Volunteer of Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza. 2. February – March 2012, On Job Training at Health Safety Environment Function PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai, Riau. 3. October – November 2012, On Job Training at Safety Health Environment Department at PT. Frisian Flag Indonesia, Jakarta. ix LEMBAR PERSEMBAHAN Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis.” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. alMujadilah: 11). Skripsi ini kupersembahkan untuk Seluruh Pihak yang telah memberikan inspirasi dan motivasi dalam proses pembuatannya, semoga inspirasi dan motivasi yang sama juga dapat dirasakan saat membaca tulisan ini. x KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Implementasi Pemeriksaan Kesehatan pada Karyawan di Bagian Produksi PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012”. Penulis secara khusus ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada ayahanda I Wayan Arta serta Ibunda Nurchaerani yang menjadi inspirasi bagi penulis, selalu mendukung, dan atas doa yang tiada hentinya selau dipanjatkan untuk kesuksesan penulis dalam segala aktivitas dalam hidup. Penyelesaian skripsi ini bukan semata-mata hasil dari penulis sendiri, melainkan bantuan, motivasi, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kakak saya Syahir Hadi Sumirat dan kedua asik saya Ayu Ratna Mutia dan Dina Kencana Khairunnisa yang selalu memberikan motivasi kepada saya. 2. Ibu Ir. Febrianti, M.Si sebagai Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Minsarnawati Tahangnacca, SKM, M.Kes sebagai dosen pembimbing I dan Ibu Riastuti Kusumawardani, SKM, MKM sebagai dosen pembimbing II yang selalu sabar memberikan arahan, bimbingan dan motivasi selama proses penyusunan skripsi. 4. Bapak dr. Yuli Prapancha Satar, MARS, Ibu Dewi Utami, M.Kes, Ph.D, dan Bapak Ir. Ruyenzi Rasyid, MKKK sebagai penguji skripsi. xi 5. Ibu Ela Laelasari, SKM, M.Kes sebagai penasehat akademik. 6. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK sebagai penanggung jawab Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja atas arahan dan bimbingannya. 7. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat pagi penulis. 8. Bapak Benny Ariana selaku HR. Manager dan Bapak Richard selaku SHE Manager yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melaksanakan penelitian di PT. Frisian Flag Indonesia. 9. Bapak Krisna Bangun selaku mentor di lapangan yang telah memberikan arahan dan bimbingan serta membantu dalam proses pengumpulan data selama penelitian berlangsung. 10. Ibu Siti Aminah selaku staf HR yang telah banyak membantu dalam proses pengumpulan data selama penelitian berlangsung. 11. dr. Wijanto Widjaja selaku dokter perusahaan dan Ibu Mike Dwi Sardinah selaku perawat di PT. Frisian Flag Indonesia yang telah banyak membantu dalam proses pengumpulan data di lapangan. 12. Seluruh karyawan bagian produksi PT. Frisian Flag Indonesia yang telah bersedia untuk diwawancara mengenai topik penelitian ini. 13. Bapak Ahmad Ghozali selaku staf administrasi Program Studi yang selalu memberikan informasi terbaru mengenai perkuliahan. xii 14. Sahabat-sahabat saya (Abu Zar, Titi Rakhmadhany, Annisa Andita Said, Irfan Nurhidayat, Siti Farhatun, Shella Monica, Tetik Wulandari) yang selalu memberikan motivasi. 15. Terima kasih kepada teman-teman sekelas saya di peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2008 untuk kebersamaannya selama dua semester ini. 16. Terima kasih untuk teman-teman STOOPELTH 2008 (Stone of Public Health) untuk kebersamaannya dari awal masuk kuliah. Hanya doa yang dapat dipanjatkan penulis kepada seluruh pihak yang ikut membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga bantuan pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini menjadi berkah dan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis merasa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini. Akhir kata. Penulis berharap semmoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Jakarta, Mei 2013 Penulis Sekar Asih Rengganis xiii DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... ii ABSTRAK ................................................................................................................. iii ABSTRACT ............................................................................................................... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................................ v LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... vi CURRICULUM VITAE ............................................................................................ vii LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................... x KATA PENGANTAR ............................................................................................... xi DAFTAR ISI .............................................................................................................. xiv DAFTAR TABEL ......................................................................................................xxiii DAFTAR BAGAN ....................................................................................................xxiv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xxv BAB I: PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 9 C. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 10 D. Tujuan Penelitian..................................................................................... 11 1. Tujuan Umum ................................................................................... 11 2. Tujuan Khusus................................................................................... 11 E. Manfaat Penelitian................................................................................... 11 1. Bagi Peneliti ...................................................................................... 11 xiv 2. Bagi Perusahaan ................................................................................ 12 3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta ................. 12 F. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 12 BAB II: TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 14 A. Pemeriksaan Kesehatan ........................................................................... 14 1. Penyakit Akibat Kerja ....................................................................... 14 2. Aplikasi Pemeriksaan Kesehatan ...................................................... 17 a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja .................................. 17 b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ................................................. 18 c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus .................................................. 18 3. Tujuan Pemeriksaan Kesehatan ........................................................ 19 a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja .................................. 19 b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ................................................. 19 c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus .................................................. 19 4. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan...................................................... 19 a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja .................................. 19 b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ................................................. 21 c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus .................................................. 22 B. Sistem Kesehatan .................................................................................... 24 1. Pengertian Sistem .............................................................................. 24 a. Sistem Sebagai Suatu Wujud ...................................................... 24 b. Sistem Sebagai Suatu Metoda ..................................................... 24 2. Ciri-Ciri Sistem ................................................................................. 25 xv 3. Unsur Sistem ..................................................................................... 26 a. Masukan ...................................................................................... 26 b. Proses .......................................................................................... 32 c. Keluaran ...................................................................................... 33 d. Umpan Balik ............................................................................... 33 e. Dampak ....................................................................................... 34 f. Lingkungan.................................................................................. 34 C. Kerangka Teori ........................................................................................ 35 BAB III: KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ............................... 37 A. Kerangka Berpikir ................................................................................... 37 B. Definisi Istilah ......................................................................................... 40 BAB IV: METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 45 A. Desain Penelitian ..................................................................................... 45 B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................... 45 C. Informan .................................................................................................. 45 D. Instrumen Penelitian ................................................................................ 46 E. Sumber Data ............................................................................................ 46 F. Pengumpulan Data .................................................................................. 50 1. Observasi ........................................................................................... 50 2. Telaah Dokumen ............................................................................... 51 3. Foto.................................................................................................... 51 4. Wawancara Mendalam ...................................................................... 52 G. Keabsahan Data ....................................................................................... 52 xvi H. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................. 53 I. Penyajian Data......................................................................................... 53 BAB V: HASIL PENELITIAN ................................................................................. 54 A. Gambaran Umum Perusahaan ................................................................. 54 B. Karakteristik Informan ............................................................................ 55 1. Staf Human Resources Operational Department.............................. 55 2. Dokter Perusahaan............................................................................. 55 3. Perawat Perusahaan ........................................................................... 56 4. Safety Health Environment Department ........................................... 56 5. Karyawan Bagian Produksi ............................................................... 57 C. Input ........................................................................................................ 57 1. Tenaga Kesehatan ............................................................................. 57 a. Kompetensi Tenaga Kesehatan ................................................... 57 1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ................................ 60 2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala ........................................... 63 3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus ............................................ 64 b. Jumlah Tenaga Kesehatan ........................................................... 66 1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ................................ 68 2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala ........................................... 71 3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus ............................................ 73 2. Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan ...................................................... 75 a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ...................................... 77 b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ................................................. 86 xvii c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus .................................................. 88 3. Kebijakan .......................................................................................... 89 a. Regulasi ....................................................................................... 90 1) Undang-Undang No. 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja ............................................................................................... 90 2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 02 Tahun 1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan .................................. 90 b. Standard Operating Procedure ................................................... 92 D. Proses ...................................................................................................... 93 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ............................................ 93 2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ....................................................... 98 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus ........................................................ 109 E. Output ...................................................................................................... 111 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ............................................ 112 2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ....................................................... 113 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus ........................................................ 116 F. Umpan Balik ........................................................................................... 118 1. Faktor Pendukung ............................................................................. 120 a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ....................................... 120 1) Input ....................................................................................... 120 2) Proses ..................................................................................... 122 3) Output..................................................................................... 123 b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala .................................................. 123 xviii 1) Input ....................................................................................... 123 2) Proses ..................................................................................... 124 3) Output..................................................................................... 125 c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus ................................................... 126 1) Input ....................................................................................... 126 2) Proses ..................................................................................... 127 3) Output..................................................................................... 128 2. Faktor Penghambat ............................................................................ 128 a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ...................................... 128 1) Input ...................................................................................... 128 2) Proses .................................................................................... 130 3) Output .................................................................................... 131 b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ................................................. 131 1) Input ...................................................................................... 131 2) Proses .................................................................................... 132 3) Output .................................................................................... 134 c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus .................................................. 135 1) Input ...................................................................................... 135 2) Proses .................................................................................... 136 3) Output .................................................................................... 137 G. Lingkungan.............................................................................................. 137 BAB VI: PEMBAHASAN......................................................................................... 139 A. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 139 xix B. Input ........................................................................................................ 140 1. Tenaga Kesehatan ............................................................................. 140 a. Kompetensi Tenaga Kesehatan ................................................... 141 1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ................................ 141 2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala ........................................... 144 3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus ............................................ 146 b. Jumlah Tenaga Kesehatan ........................................................... 148 1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ................................ 148 2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala ........................................... 150 3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus ............................................ 151 2. Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan ...................................................... 153 a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ...................................... 153 b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ................................................. 154 c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus .................................................. 156 3. Kebijakan .......................................................................................... 158 C. Proses ...................................................................................................... 160 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ............................................ 160 2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ....................................................... 164 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus ........................................................ 167 D. Output ...................................................................................................... 169 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ............................................ 169 2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ....................................................... 170 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus ........................................................ 172 xx E. Umpan Balik ........................................................................................... 173 1. Faktor Pendukung ............................................................................. 173 a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ...................................... 173 1) Input ....................................................................................... 173 2) Proses ..................................................................................... 175 3) Output..................................................................................... 175 b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ................................................. 176 1) Input ....................................................................................... 176 2) Proses ..................................................................................... 177 3) Output..................................................................................... 178 c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus .................................................. 179 1) Input ....................................................................................... 179 2) Proses ..................................................................................... 181 3) Output..................................................................................... 182 2. Faktor Penghambat ............................................................................ 183 a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ...................................... 183 1) Input ....................................................................................... 183 2) Proses ..................................................................................... 184 3) Output..................................................................................... 185 b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ................................................. 186 1) Input ....................................................................................... 186 2) Proses ..................................................................................... 187 3) Output..................................................................................... 188 xxi c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus .................................................. 189 1) Input ....................................................................................... 189 2) Proses ..................................................................................... 191 3) Output..................................................................................... 192 F. Lingkungan.............................................................................................. 181 G. Alur Pembahasan..................................................................................... 194 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja ........................................ 194 2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala ....................................................... 197 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus ........................................................ 200 BAB VII: PENUTUP ................................................................................................. 203 A. Simpulan.................................................................................................. 203 B. Saran ........................................................................................................ 206 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 207 xxii DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Istilah ............................................................................................ 40 Tabel 5.1 Hasil Penelitian Kompetensi Tenaga Kerja ............................................... 60 Tabel 5.2 Hasil Penelitian Jumlah Tenaga Kesehatan ............................................... 66 Tabel 5.3 Hasil Penelitian Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan ..................................... 75 Tabel 5.4 Hasil Observasi Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan ..................................... 80 Tabel 5.5 Hasil Penelitian Output Pemeriksaan Kesehatan ....................................... 111 Tabel 5.6 Hasil Penelitian Umpan Balik Pemeriksaan Kesehatan ............................. 118 xxiii DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Hubungan Unsur-Unsur Sistem ................................................................ 35 Bagan 2.2 Kerangka Teori ......................................................................................... 36 Bagan 3.1 Kerangka Berpikir..................................................................................... 37 Bagan 5.1 Kebijakan Terkait Penyelenggaraan Pemeriksaan Kesehatan di PT. FFI. 89 Bagan 5.2 Alur Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja di PT. FFI ...................... 96 Bagan 5.3 Alur Pemeriksaan Kesehatan PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012 .... 103 Bagan 6.1 Alur Pembahasan Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja di PT Frisian Flag Indonesia ................................................................................................. 194 Bagan 6.2 Alur Pembahasan Pemeriksaan Kesehatan Berkala di PT Frisian Flag Indonesia ................................................................................................. 197 Bagan 6.3 Alur Pembahasan Pemeriksaan Kesehatan Khusus di PT Frisian Flag Indonesia ................................................................................................. 200 xxiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian Skripsi Lampiran 2: Surat Penerimaan Penelitian Lampiran 3: Informed Consent Lampiran 4: Lembar Observasi dan Pedoman Wawancara Mendalam Lampiran 5: Matriks Hasil Observasi, Telaah Dokumen, dan Wawancara Mendalam Lampiran 6: Dokumentasi Pemeriksaan Kesehatan Berkala Tahun 2012 xxv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ILO/WHO Joint Safety and Health Committee dalam Hendra (2000), keselamatan dan kesehatan kerja adalah : Occupational Health and Safety is the promotion and maintenance of the highest degree of physical, mental and social well-being of all occupation; the prevention among workers of departures from health caused by their working conditions; the protection of workers in their employment from risk resulting from faktors adverse to health; the placing and maintenance of the worker in an occupational environment adapted to his physiological and psychological equipment and to summarize the adaptation of work to man and each man to his job. Uraian definisi K3 di atas dapat dipilah-pilah dalam beberapa kalimat yang menunjukkan bahwa K3 adalah : 1. Promosi dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan. 2. Untuk mencegah penurunan kesehatan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan mereka. 3. Melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktorfaktor yang dapat mengganggu kesehatan. 4. Penempatan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan tugasnya (Hendra, 2000). 1 2 Sedangkan definisi K3 yang dikeluarkan oleh OSHA dalam Hendra (2000), yaitu: Occupational Health and Safety concerns the application of scientific principles in understanding the nature of risk to the safety of people and property in both industrial and non industrial environments. It is multi-disciplinary profession based upon physics, chemistry, biology, and the behavioral sciences with applications in manufacturing, transport, storage, and handling of hazardous materials and domestic and recreational activities. Pada definisi yang dikemukakan oleh OSHA, terlihat bahwa K3 merupakan multi disiplin yang dikembangkan dari keilmuan fisika, kimia, biologi dan ilmu-ilmu perilaku (Hendra, 2000). Dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 bahwa syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan; mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran; mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya; memberi pertolongan pada kecelakaan; memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja; mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran; mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan. Menurut data International Labor Organization (ILO) pada yang diterbitkan dalam peringatan Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Se-dunia pada 28 April 2010, tercatat setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang yang meninggal akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sekitar 160 juta orang menderita penyakit 3 akibat kerja dan terjadi sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Kemenakertrans, 2010). Berdasarkan pernyataan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, selama tahun 2010, masih tingginya masalah keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia seperti yang antara lain disebabkan karena masih rendahnya tingkat kesadaran pengusaha dan pekerja terhadap pentingnya K3, belum diterapkannya Sistim Manajemen K3 secara optimal, belum tersedianya data penyakit akibat kerja (PAK). Selain itu juga karena, adanya ketidakseimbangan antara besarnya jumlah perusahaan dengan SDM Bidang K3 serta belum optimalnya akses tenaga kerja untuk mendapatkan pelayanan kesehatan kerja. Menurut dia, penerapan prinsip K3 juga masih mengalami kendala di daerah antara lain disebabkan oleh adanya otonomi daerah yang berdampak kepada lemahnya penerapan K3 di perusahaan-perusahaan (Metrotvnews, 2011). Hasil penelitian pada beberapa perusahaan didapatkan tiga masalah gangguan kesehatan yang utama pada pekerja adalah penyakit jantung dan pembuluh darah (termasuk penyakit jantung koroner, hipertensi, dan stroke), gangguan otot rangka, dan stres. Masalah ini antara lain ditunjukkan dengan penyebab kematian utama pekerja adalah penyakit kardiovaskular (40%-58,3%), di salah satu pabrik otomotif diidentifikasi 23% pekerja yang berisiko tinggi dan 50% berisiko sedang terserang penyakit kardivaskular. Di semua perusahaan yang diteliti, didapatkan faktor risiko dominan adalah faktor yang dapat diintervensi dengan perilaku hidup sehat. Hasil penelitian mahasiswa bimbingan dari penulis 4 yang dilakukan pada dokter di beberapa poliklinik milik perusahaan minyak ditemukan 95,6% responden merasakan faktor stres kerja tingkat sedang dan 4,4% tingkat berat serta seluruh responden mengalami tingkat stres ringan (Kurniawidjaja, 2011). Tempat kerja menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1970 adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2; termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Jenis tempat kerja yang berada dalam Pasal 2 pada UU tersebut adalah dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Dalam pasal 8 dalam Undang-Undang yang sama dijelaskan bahwa Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya. Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya, secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur. Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan perundangan. 5 Menurut Management of Health and Safety at Work Regulations 1999, pemberi kerja diminta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap para pekerja jika suatu penyakit akibat pekerjaan atau risiko kesehatan mulai teridentifikasi, jika suatu penyakit atau risiko kesehatan yang dapat teridentifikasi mungkin terjadi dalam lingkungan kerja normal. Pemeriksaan kesehatan dijalankan oleh petugas yang berkualifikasi di bidangnya, yaitu dokter atau suster (Ridley, 2006). Di Indonesia, pemeriksaan kesehatan kerja diatur secara lebih spesifik dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.02/MEN/1980, pemeriksaan kesehatan terbagi menjadi tiga kategori yaitu pemeriksaan pemeriksaan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala, dan pemeriksaan khusus. Pemeriksaan Kesehatan sebelum kerja adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan. Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter. Pemeriksaan Kesehatan Khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu. Tujuan dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dijabarkan dalam peraturan yang sama di dalam pasal 2 yang menjelaskan bahwa Pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya, dan cocok untuk pekerjaan 6 yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja yang lain-lainnya dapat dijamin. Manfaat pemeriksaan kesehatan adalah untuk mengetahui status kesehatan pekerja. Di Finlandia, sebuah penelitian yang dilakukan tentang deteksi dini penyakit system syaraf pusat yang disebabkan oleh pajanan solvent pada pekerja konstruksi menunjukkan bahwa pekerja yang terpajan solven memiliki skor gejala yang tertinggi dan lebih sering dilaporkan oleh diagnosis dokter, terutama gangguan psikiatris. Pekerja tersebut juga mengkonsumsi alkohol dan lebih sering tidak mampu bekerja. Selain itu, sebuah penelitian di Cina pada tahun 2005 tentang infeksi Tuberkulosis pada pekerja pelayanan kesehatan di propinsi Henan menunjukkan bahwa terdapat 20 kasus TB Paru yang terdeteksi dari 3746 pekerja pelayanan kesehatan meskipun pekerja telah melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan pemeriksaan kesehatan rutin. Prevalensinya adalah sebesar 6,7/1000 di antara pekerja medis dan 2,5/1000 di antara pekerja bagian administrasi/logistic. Proses analisis kebijakan adalah proses pengkajian multidisiplin ilmu yang bertujuan menciptakan, menilai secara kritis, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan tentang kebijakan. Dalam analisis kebijakan, digunakan metodologi yang harus menyediakan informasi yang dapat menjawab pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan kebijakan yang salah satunya adalah seberapa bermakna hasil tersebut dalam memecahkan masalah, pertanyaan tersebut berhubungan dengan implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan dapat dipahami sebagai kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit 7 administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. (Dunn, 2003). Dewasa ini, banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan pangan, salah satunya adalah PT. Frisian Flag Indonesia yang bergerak di bidang pengolahan susu sapi. Pabrik pertama dibangun pada tahun 1969 yang terletak di Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sebagai perusahaan yang telah berdiri selama 43 tahun, kondisi kesehatan pekerja di perusahaan harus diperhatikan untuk mengantisipasi terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas pekerja. Berdasarkan data hasil kunjungan karyawan ke poliklinik perusahaan, terdapat sepuluh penyakit yang dialami oleh pekerja. Penyakit yang dialami pekerja selama periode Januari sampai Agustus 2012 beragam. Namun, terdapat satu penyakit yang paling sering dialami oleh pekerja setiap bulannya selama periode tersebut yaitu Acute Faringitis. Selama periode Januari sampai Agustus 2012, sebanyak 575 pekerja yang mengalami Acute Faringitis, dan kunjungan tertinggi pekerja dengan keluhan Acute Faringitis ada pada bulan Agustus yaitu sebanyak 97 pekerja. Untuk penyakit kedua tertinggi berdasarkan hasil kunjungan adalah myalgia (nyeri otot) dengan jumlah kunjungan sebesar 238 selama Januari sampai Agustus 2012. Sedangkan untuk masalah kesehatan yang besar kemungkinannya disebabkan oleh lingkungan kerja seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas dan Infeksi Saluran Pernapasan Bawah, kunjungan pekerja dengan kedua penyakit tersebut tidak sebanyak dua penyakit sebelumnya. Untuk Infeksi Saluran 8 Pernapasan Atas, kunjungan pekerja selama periode Januari sampai Agustus 2012 sebanyak 83 orang, sedangkan untuk pekerja dengan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Bawah sebanyak 123 pekerja. Selama periode Januari – Oktober 2012, jumlah hari kerja yang hilang yang disebabkan oleh karyawan yang sakit sebanyak 1326 hari dari tujuh departemen di bagian produksi. Dari ketujuh departemen tersebut, departemen SCM (Sweetened Condensed Milk) Sachet yang memiliki jumlah hari kerja yang hilang yang disebabkan oleh karyawan yang sakit tertinggi yaitu berjumlah 369 hari. Berdasarkan penjelasan dari staf HRD, jumlah hari kerja yang hilang dihitung dari jumlah hari istirahat yang diperlukan oleh setiap pekerja apabila pekerja sedang sakit. Berdasarkan pendapat SHE Manager yang didukung oleh observasi, lokasi yang paling besar kemungkinannya untuk pekerja terkena Penyakit Akibat Kerja adalah Bagian Produksi, karena di lokasi tersebut terdapat pajanan-pajanan yang berisiko bagi kesehatan pekerja seperti kebisingan dan pajanan debu. Berdasarkan keterangan dari Dokter perusahaan, perawat, dan SHE, penyebab tingginya kunjungan karyawan ke Poliklinik dengan penyakit yang telah disebutkan sebelumnya adalah faktor lingkungan di luar lingkungan kerja. Faktor lingkungan di luar lingkungan pabrik adalah perubahan cuaca, kondisi lingkungan tempat tinggal karyawan, pola hidup, dan imunitas dari karyawan. Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan berkala, terutama hasil Rontgen Thorax, audiometri, dan spirometri, selama ini belum ditemukan kondisi karyawan yang mengalami kelainan dari fungsi paru-paru dan pendengaran yang 9 disebabkan oleh lingkungan kerja, oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti sejauh mana gambaran implementasi pemeriksaan kesehatan pada karyawan di bagian produksi PT. Frisian Flag Indonesia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan data yang dirilis oleh ILO pada tahun 2010, tercatat setiap tahunnya sekitar 160 juta orang menderita penyakit akibat kerja pertahun di seluruh dunia. Di Indonesia, angka kecelakaan penyakit akibat kerja juga masih tergolong tinggi, salah satu faktornya adalah belum tersedianya data Penyakit Akibat Kerja (PAK). Kebijakan Pemeriksaan Kesehatan di tempat Kerja berdasarkan Permenakertrans No. 02 tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan bertujuan agar tenaga kerja yang diterima dalam keadaan kesehatan yang setinggitingginya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui hasil telaah data hasil kunjungan karyawan ke poliklinik PT. Frisian Flag Indonesia, terdapat sepuluh penyakit yang dialami oleh pekerja. Penyakit yang dialami pekerja selama periode Januari sampai Agustus 2012 beragam. Namun, terdapat satu penyakit yang paling sering dialami oleh pekerja setiap bulannya selama periode tersebut yaitu Acute Faringitis. Selama periode Januari sampai Agustus 2012, sebanyak 575 pekerja yang mengalami Acute Faringitis, dan kunjungan tertinggi pekerja dengan keluhan Acute Faringitis ada pada bulan Agustus yaitu sebanyak 97 pekerja. Selama periode Januari – Oktober 2012, jumlah hari kerja yang hilang yang disebabkan oleh pekerja yang sakit sebanyak 1326 hari dari tujuh departemen di bagian produksi. Dari ketujuh departemen tersebut, departemen SCM (Sweetened 10 Condensed Milk) Sachet yang mengalami kehilangan hari kerja terbanyak yaitu berjumlah 369 hari. Berdasarkan penjelasan dari staf HRO, jumlah hari kerja yang hilang dihitung dari jumlah hari istirahat yang diperlukan oleh setiap karyawan apabila karyawan sedang sakit. Berdasarkan pendapat SHE Manager yang didukung oleh observasi, lokasi yang paling besar kemungkinannya untuk pekerja terkena Penyakit Akibat Kerja adalah Bagian Produksi, karena di lokasi tersebut terdapat pajanan-pajanan yang berisiko bagi kesehatan pekerja seperti kebisingan dan pajanan debu. Berdasarkan keterangan dari Dokter perusahaan, perawat, dan SHE, penyebab tingginya kunjungan karyawan ke Poliklinik dengan penyakit yang telah disebutkan sebelumnya adalah faktor lingkungan di luar lingkungan kerja. Faktor lingkungan di luar lingkungan pabrik adalah perubahan cuaca, kondisi lingkungan tempat tinggal karyawan, pola hidup, dan imunitas dari karyawan. Berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan berkala, terutama hasil Rontgen Thorax, audiometri, dan spirometri, selama ini belum ditemukan kondisi karyawan yang mengalami kelainan dari fungsi paru-paru dan pendengaran yang disebabkan oleh lingkungan kerja, oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk meneliti sejauh mana gambaran implementasi pemeriksaan kesehatan pada karyawan di bagian produksi PT. Frisian Flag Indonesia. C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran implementasi pemeriksaan kesehatan pada karyawan bagian produksi di PT. Frisian Flag Indonesia? 11 D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya gambaran implementasi pemeriksaan kesehatan pada karyawan bagian produksi di PT. Frisian Flag Indonesia. 2. Tujuan Khusus a. Diketahui gambaran pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja pada karyawan di bagian produksi PT. Frisian Flag Indonesia dengan komponen yang terdiri dari input, proses, output, umpan balik (faktor pendukung dan faktor penghambat), dan faktor lingkungan. b. Diketahui gambaran pemeriksaan kesehatan berkala pada karyawan di bagian produksi PT. Frisian Flag Indonesia dengan komponen yang terdiri dari input, proses, output, umpan balik (faktor pendukung dan faktor penghambat), dan faktor lingkungan. c. Diketahui gambaran pemeriksaan kesehatan khusus pada karyawan di bagian produksi PT. Frisian Flag Indonesia dengan komponen yang terdiri dari input, proses, output, umpan balik (faktor pendukung dan faktor penghambat), dan faktor lingkungan. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Peneliti dapat mengetahui sejauh mana kesesuaian pemeriksaan kesehatan di perusahaan dengan aturan-aturan yang terdapat di Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan. 12 b. Melatih peneliti untuk dapat memecahkan permasalahan di lingkungan kerja secara lebih sistematis. 2. Bagi Perusahaan a. Mengetahui sejauh mana kesesuaian pemeriksaan kesehatan yang selama ini dijalankan perusahaan dengan aturan yang tercantum dalam Permenakertrans No. 02 tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan. b. Mengetahui hal-hal yang masih harus ditingkatkan dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan kesehatan, baik pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, maupun pemeriksaan kesehatan khusus. c. Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan aspek K3 di perusahaan. 3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta a. Terjalinnya suatu kerjasama antara pihak program studi dengan perusahaan. b. Dapat dijadikan sebagai referensi yang terkait dengan implementasi kebijakan pemeriksaan kesehatan. c. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan implementasi kebijakan pemeriksaan kesehatan. F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk melihat implementasi pemeriksaan kesehatan pada karyawan di bagian produksi di PT. Frisian Flag Indonesia, apa saja hambatan yang selama ini dialami perusahaan dalam mengimplementasikan 13 pemeriksaan kesehatan dan faktor-faktor apa saja yang selama ini menjadi hambatan dalam implementasi program tersebut. Dari hambatan dalam proses implementasi, peneliti ingin mengetahui mengapa hambatan tersebut bisa terjadi dan langkah-langkah yang telah dilakukan oleh perusahaan selama ini untuk mengendalikan hambatan-hambatan tersebut. Penelitian ini dilakukan di PT. Frisian Flag Indonesia pada bulan September - Nopember 2012. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Subjek dari kegiatan penelitian ini adalah pihak Human Resource Department, Safety, Health, and Environment (SHE), dokter perusahaan, perawat perusahaan, dan karyawan bagian produksi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif untuk menggali informasi mengenai implementasi pemeriksaan kesehatan, hambatan-hambatan dan faktor-faktor yang menyebabkan adanya hambatan, serta langkah-langkah yang selama ini dilakukan oleh perusahaan untuk mengendalikan hambatanhambatan tersebut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemeriksaan Kesehatan 1. Penyakit Akibat Kerja Menurut Harjono dalam Buchari (2007), penyakit akibat kerja adalah penyakit yang diderita karyawan dalam hubungan dengan kerja biak faktor risiko karena kondisi tempat kerja, peralatan kerja, material yang dipakai, proses produksi, cara kerja, limbah perusahaan, dan hasil produksi. Menurut ILO dalam Buchari (2007), penyakit akibat kerja adalah: The pathological condition induced by prolonged work, e.q by excessive exposure the harmful factors rherent in materials equipment or the working environment (Encyclopedia of Occupational Health and Safety –ILO- 1991). Menurut Kurniawidjaja (2011), seorang pekerja adalah bagian dari masyarakat. Sebagai anggota masyarakat, selain dapat terkena penyakit yang terkait dengan pekerjaannya, pekerja juga dapat menderita semua penyakit yang umum terjadi pada anggota masyarakat lainnya, maka penyakit pada pekerja dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu penyakit umum baik menular maupun tidak menular, penyakit akibat kerja/penyakit terkait kerja, serta penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja (work related injury). a) Penyakit Umum pada Pekerja Penyakit umum pada pekerja dapat berupa penyakit infeksi dan noninfeksi. Penyakit infeksi seperti tuberculosis paru, tipus, demam 14 15 berdarah, malaria, flu, diare, konjungtivitis atau penyakit mata merah yang endemis atau sporadis terjadi di lokasi kerjanya, juga penyakit infeksi new emerging seperti HIV/AIDS, flu burung, SARS yang melanda dunia karena arus globalisasi. Penyakit noninfeksi seperti stress, kanker, dan penyakit degeneratif, antara lain berupa hipertensi, diabetes, penyakit jantung koroner, stroke, dan osteoporosis. b) Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Terkait Kerja Penyakit akibat kerja dan penyakit terkait kerja adalah penyakit yang ada hubungannya dengan pekerjaan, seperti penurunan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss) di tempat kerja, gangguan otot rangka (musculoskeletal disorders) akibat ergomoni yang buruk, stress akibat kerja, dermatitis kontak, gangguan respirasi, termasuk penyakit infeksi yang tertular di tempat kerja karena agen penyebabnya terdapat di tempat kerja. Pada Simposium Internasional tentang work related disease yang diprakarsai ILO pada tahun 1992 di Austria, hubungan antara pekerjaan dan penyakit dapat diidentifikasi dalam tiga kategori, yang pertama occupational disease adalah penyakit yang mempunyai penyebab spesifik atau asosiasi kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab (monokausal) yang sudah dikenal dan diakui. Sedangkan work related disease didefinisikan sebagai penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab (multikausal), di mana hazard atau faktor risiko di tempat kerja memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya 16 dalam perkembangan penyakit yang mempunyai etiologi yang komploks. Symposium ini juga menyepakati bahwa penyakit yang mengenai populasi pekerja (disease affecting working population) adalah penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan. ILO mencatat dalam daftar usulan occupational disease sebanyak 32 penyakit akibat bahan kimia di tempat kerja, 8 penyakit akibat bahaya fisik di tempat kerja, 1 penyakit akibat agen biologis di tempat kerja; 10 penyakit respirasi akibat kerja, 2 penyakit kulit akibat kerja, 2 penyakit gangguan otot rangka, dan 15 penyakit kanker akibat kerja. Pengertian tentang work related disease yang tidak jauh berbeda dianut oleh OSHA di Amerika, berdasarkan hasil Komisi bersama ILO/WHO dalam Kesehatan Kerja Tahun 1989, yaitu work related disease merupakan kondisi yang tidak normal atau adanya gangguan, yang terjadi akibat dari satu kondisi atau lebih kecelakaan di tempat kerja dan disebabkan oleh pajanan agen kepada pekerja. Work related disease adalah semua penyakit yang timbul akibat pekerja terpajan terhadap bahan atau kondisi yang membahayakan dalam proses pekerjaan, di mana lingkungan kerja dan kondisi kerja menjadi salah satu faktor utama dari banyak faktor penyebab yang lain. Di Indonesia, menurut Keputusan Presiden nomor 22 tahun 1993, penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang 17 disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja, dari daftar penyakit yang berjumlah 31 penyakit dalam Keputusan Presiden tersebut, diketahui bahwa penyakit yang dimaksud adalah occupational disease bukan work related disease walaupun ada kata ‘hubungan kerja’. c) Penyakit atau Cedera Akibat Kecelakaan Kerja (Work Related Injury) Kecelakaan dapat menimbulkan cedera atau luka, dapat berakibat cacat bahkan kematian, penderita adalah orang sakit yang memerlukan pengobatan dan perawatan. 2. Aplikasi Pemeriksaan Kesehatan a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Menurut Permenaker No. 02 tahun 1980, pemeriksaan Kesehatan sebelum kerja adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan. Menurut Notoatmodjo (2009), di institusi manapun juga, sebelum mengangkat karyawan pada umumnya melakukan berbagai macam tes, termasuk tes kesehatan. Bahkan pada saat melamar, calon karyawan harus melampirkan surat keterangan kesehatan dari dokter yang berwenang. Tujuan utama pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ini di samping berguna bagi institusi yang akan menerima karyawan tersebut, juga bermanfaat bagi calon karyawan yang bersangkutan. Bagi institusi, jelas akan memperoleh karyawan yang sehat dan sudah barang tentu secara fisik mampu menjalankan tugas atau pekerjaan yang akan dibebankan. Di samping itu, perusahaan atau institusi tersebut terhindar dari penyebaran penyakit, apabila 18 calon yang diterima sebagai karyawan tersebut ternyata menderita suatu penyakit menular. Sedangkan bagi calon karyawan yang bersangkutan dapat mengetahui status kesehatannya, dan melakukan upaya-upaya mengatasi masalah kesehatannya. b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala Menurut Permenaker No. 02 tahun 1980, pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter. Menurut Notoatmodjo (2009), pemeriksaan kesehatan secara berkala (misalnya satu tahun sekali) adalah sangat penting. Upaya pelayanan pemeriksaan kesehatan secara berkala ini akan lebih penting lagi utamanya bagi para karyawan yang bekerja di tempat kerja yang berisiko, misalnya di pabrik semen, garmen, tekstil, pertambangan, dan sebagainya yang terpapat bahan-bahan kimia, bahan beracun, debu, dan sebagainya. c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus Menurut Permenaker No. 02 tahun 1980, pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan Kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu. 19 3. Tujuan Pemeriksaan Kesehatan a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Berdasarkan Permenaker No. 02 tahun 1980, pemeriksaan Kesehatan sebelum bekerja ditujukan agar tenaga kerja yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya, dan cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja yang lain-lainnya dapat dijamin. b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala Berdasarkan Permenaker No. 02 tahun 1980, pemeriksaan kesehatan berkala dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan. c. PemeriksaanKesehatan Khusus Berdasarkan Permenaker No. 02 tahun 1980, pemeriksaan kesehatan khusus dimaksudkan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhaadap tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu. 4. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Dalam pasal 2 ayat 3 dan 5 Permenaker No.02 tahun 1980 diuraikan bahwa pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja meliputi pemeriksaan fisik 20 lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan yang sesuai dengan kebutuhan guna mencegah bahaya yang diperkirakan timbul. Berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP). Prosedur pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia adalah sebagai berikut: 1) Departemen Rekrutmen meminta kandidat agar menemui dokter perusahaan untuk pemeriksaan kesehatan. 2) Dokter perusahaan melakukan pemeriksaan kondisi fisik umum kandidat. 3) Dokter perusahaaan memberikan formulir/surat pengantar kepada kandidat untuk diberikan kepada pihak laboratorium yang telah ditunjuk melakukan pemeriksaan darah, urin, faeces, dan thorax photo (foto rontgen). 4) Setelah melakukan pemeriksaan darah, urine, faeces dan membuat thorax photo (foto rontgen) kandidat. 5) Dokter perusahaan memeriksa hasil pemeriksaan darah, urine, faeces, dan thorax photo (foto rontgen) kandidat. 6) Dokter perusahaan memberikan hasil evaluasi kepada Recruitment Manager. 7) Bila terdapat hal-hal yang dianggap perlu, Recruitment Manager akan berdiskusi dengan dokter perusahaan. 8) Human Resource Manager dan Recruitment Manager memproses tindakan lebih lanjut terhadap karyawan baru yang bersangkutan. 21 b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala Dalam pasal 3 Permenakertrans No. 02 tahun 1980, pemeriksaan kesehatan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lainnya yang dianggap perlu. Dalam hal ditemukan kelainankelainan atau gangguan-gangguan kesehatan pada tenaga kerja pada pemeriksaan berkala, pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan tersebut dan sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan kesehatan kerja. Berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP) pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia, pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan selama waktu pekerja menjadi karyawan dan bekerja pada tempat yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan berkala dibagi menjadi dua yaitu: 1) Pemeriksaan Rutin Tahunan a) Metode dari pelaksanaan pemeriksaan kesehatan tahunan adalah sama dengan pemeriksaan kesehatan terhadap karyawan baru.Pemeriksaan kesehatan tahunan diatur secara berkala dan biasanya jatuh pada akhir tahun. b) Dokter perusahaan memeriksa hasil dari pemeriksaan kesehatan dan memberikan penjelasan kepada Human Resource Manager. c) Jika hasil pemeriksaan kesehatan karyawan baik maka tidak diberikan pengobatan kesehatan. 22 d) Bila ada karyawan yang dinilai tidak baik atas hasil pemeriksaan kesehatan, maka perusahaan, melalui Human Resource Department akan memberikan pengobatan kesehatan kepada karyawan yang bersangkutan. 2) Stool Test a) Stool Test bertujuan untuk mengetahui keberadaan bakteri Salmonella pada karyawan produksi di bagian produk infant dan bagi seluruh karyawan yang berhubungan langsung dengan produksi/bahan baku di area High Care. b) Stool Test ini dilakukan 1 kali dalam satu tahun, bersamaan dengan pemeriksaan rutin tahunan. Selain itu, akan dilakukan juga ketika ada karyawan yang baru/rotasi akan bekerja di area high Care. c) Metode Stool Test ini adalah memeriksa feces (tinja) dari setiap karyawan. d) Setiap karyawan yang terkait akan mendapatkan satu botol kecil untuk tempat feces (tinja). e) Karyawan yang terkait harus langsung memberikan contoh feces kepada poliklinik/laboratorium yang ditunjuk perusahaan, pada hari yang sama. f) Laboratorium akan memberikan hasil kepada dokter perusahaan untuk ditinjau, dan selanjutnya akan diberikan kepada Human Resource Manager. c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus Berdasarkan Permenaker No. 02 Tahun 1980, pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan pula terhadap: 23 1) Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan yang lebih dari dua minggu. 2) Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu. 3) Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguangangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan. Pemeriksaan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat keluhan-keluhan di antara tenaga kerja, atau atas pengamatan pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja, atau atas penilaian Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan, dan Balai-balainya atau atas pendapat umum di masyarakat. Sedangkan, menurut Standard Operating Procedure (SOP) pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia, pemeriksaan kesehatan khusus disebut dengan pemeriksaan kesehatan insidental, prosedurnya adalah sebagai berikut: 1) HR&CA Director, atas nama perusahaan, dapat mengatur pelaksanaan pemeriksaan kesehatan untuk seluruh karyawan pada setiap waktu. 2) Pemeriksaan Kesehatan Insidental dilakukan karena beberapa penyebab seperti kasus wabah penyakit. 24 B. Sistem Kesehatan 1. Pengertian Sistem a. Sistem sebagai suatu wujud Menurut Azwar (1996), suatu sistem disebut sebagai suatu wujud (entity), apabila bagian-bagian atau elemen-elemen yang terhimpun dalam sistem tersebut membentuk suatu wujud yang ciri-cirinya dapat dideskripsikan dengan jelas. Tergantung dari sifat bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk sistem, maka sistem sebagai suatu wujud dapat dibedakan atas dua macam: 1) Sistem sebagai suatu wujud yang konkret Pada bentuk ini, sifat dari bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk sistem adalah konkret dalam arti dapat ditangkap oleh panca indera. Contohnya adalah suatu mesin yang bagian-bagian atau elemenelemennya adalah berbagai suku cadang. 2) Sistem sebagai suatu wujud yang abstrak Pada bentuk ini, sifat dari bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk sistem adalah abstrak dalam arti tidak dapat ditangkap oleh panca indera. Contohnya adalah sistem kebudayaan yang bagian-bagian atau elemen-elemennya adalah berbagai unsur budaya. b. Sistem sebagai suatu metoda Menurut Azwar (1996), suatu sistem disebut sebagai suatu metoda (method), apabila bagian-bagian atau elemen-elemen yang terhimpun dalam sistem tersebut membentuk suatu metoda yang dapat dipakai sebagai sebagai 25 alat dalam melakukan pekerjaan administrasi. Contohnya adalah sistem pengawasan yang bagian-bagian atau elemen-elemen pembentuknya adalah berbagai peraturan Pemahaman sistem sebagai suatu metoda berperanan besar dalam membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu sistem. Populer dengan sebutan pendekatan sistem (system approach) yang pada akhir-akhir ini banyak dimanfaatkan pada pekerjaan administrasi. 2. Ciri-Ciri Sistem Menurut Azwar (1996), sesuatu disebut sebagai sistem, apabila ia memiliki beberapa ciri pokok sistem. Ciri-ciri pokok yang dimaksud banyak macamnya, yang jika disederhanakan dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Dalam sistem terdapat bagian atau elemen yang satu sama lain saling berhubungan yang memengaruhi yang kesemuanya. Membentuk satu kseatuan, dalam arti semuanya berfungsi untk mencapai tujuan yang sama yang telah didetapkan. 2) Fungsi yang diperankan oleh masing-masing bagian atau elemen yang membentuk satu kesatuan tersebut adalah dalam rangka merubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. 3) Dalam melaksanakan fungsi tersebut, semuanya bekerja sama secara bebas namun terkait, dalam arti terdapat mekanisme pengendalian yang mengarahkannya direncanakan. agar tetap berfungsi sebagaimana yang telah 26 4) Sekalipun sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu, bukan berarti ia tertutup terhadap lingkungan. 3. Unsur Sistem Menurut Azwar (1996), telah disebutkan bahwa sistem terbentuk dari bagian atau elemen yang saling berhubungan dan memengeruhi. Adapun yang dimaksud dengan bagian atau elemen tersebut ialah sesuatu yang mutlakharus ditemukan, yang jika tidak demikian, maka tidak ada yang disebut dengan sistem tersebut. Bagian atau elemen tersebut banyak macamnya, yang jika disederhanakan dapat dikelompokkan dalam enam unsur, yakni: a. Masukan Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Menurut Silalahi (2002), kegiatan manajemen tidak akan jalan dan tujuan tidak akan tercapai jika tidak disertai dengan sumber-sumber yang dibutuhkan. Adapun sumbersumber yang dibutuhkan untuk kegiatan manajemen yang disebut sumbersumber dasar dari manajemen (basic resources of management), atau sarana manajemen (tools of management). Sumber-sumber dasar dari manajemen ialah men and women, materials, machines, methods, money, market, dan information atau dengan akronim 6M + 1I. Sumber-sumber tersebut sering dibedakan atas: sumber daya manusia (human resources), juga disebut sumber-sumber material (material resources), atau dibedakan atas: sumber daya manusia, sumber-sumber fisik, 27 sumber-sumber finansial. Berdasarkan Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. (2008), persyaratan pelayanan medis yang dapat dikategorikan ke dalam input adalah tenaga kesehatan dan fasilitas. Menurut Silalahi (2011), lingkungan internal adalah faktor-faktor dan kekuatan-kekuatan kunci di dalam organisasi yang memengaruhi operasi organisasi untuk mencapai tujuannya. Keunggulan suatu organisasi dan manajemen dan manajemen akan ditentukan oleh cara bagaimana sebuah organisasi memanajemeni lingkungan internal, seperti halnya bagaimana meningkatkan kapabilitas suber daya manusianya untuk dapat merespon secara cepat dan tepat perubahan yang terjadi serta bagaimana organisasi memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi untuk kepentingan organisasi. Lingkungan internal meliputi sumber daya manusia, sumber daya finansial, sumber daya fisik, sumber daya informasi serta sumber-sumber sistem dan teknologi, serta budaya dan sistem nilai. a. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia (human resources, HR), juga dinamakan personalia (personnel), adalah orang yang bekerja dalam organisasi atau orang yang melakukan aktivitas-aktivitas atau pekerjaan untuk pencapaian tujuan organisasi. Sumber daya manusia atau orang yang bekerja untuk mencapai tujuan organisasi dapat dibedakan atas manajer dan karyawan. 28 1) Manajer Manajer adalah orang yang memiliki tugas, kewajiban, dan tanggung jawab mengelola sumber-sumber dan tugas-tugas untuk mencapai tujuan organisasi. Ia adalah anggota organisasi dan karena kedudukannya dalam organisasi berwenang untuk mengalokasi dan mengkombinasi sumber-sumber untuk mencapai tujuan organisasi. Tetapi tujuan organisasi dicapai melalui orang lain yang disebut. Ia juga anggota organisasi yang menduduki satu posisi tertentu dalam struktur organisasi. Singkatnya, tiap-tiap orang yang menduduki posisi dalam struktur organisasi disebut manajer. Dalam proses pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus, akan diteliti manajer bagian yang bertanggung jawab terhadap implementasi proses tersebut. 2) Karyawan Karyawan adalah orang yang melalui siapa tujuan dicapai. Merekalah yang secara langsung mengerjakan berbagai pekerjaan hingga tujuan tercapai. Kelompok ini bekerja jika diberi tugas dan tanggung jawab atas pekerjaan yang harus dikerjakannya. Ia mencapai hasil karena ia mengerjakannya sendiri, bukan melalui orang lain, sehingga pencapaian tujuan mengandalkan tim kerja (teamwork). Semua karyawan (termasuk manajer), dapat dideferensiasi sebagai lini (line) atau staf (staff). Line employees 29 adalah yang secara langsung menghasilkan barang atau barang-barang (goods) dan jasa atau jasa-jasa (services). Orang yang bekerja di bagian produksi (production), rekayasa (engineering), dan pengiriman barang (shipping), misalnya adalah karyawan lini. Seorang manajer lini memanajemeni karyawan lini. Staff employees adalah orang yang mendukung funsi lini. Misalnya, orang bekerja di departemen Sumber Daya Manusia (Human Resources Department) disebut karyawan staf sebab pekerjaan mereka adalah membantu memberikan pelayanan untuk karyawan lini. Untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus, akan diteliti karyawan yang terlibat , dokter perusahaan, dan perawat perusahaan. b. Sumber Daya Material Menurut Azwar (1996), sumber daya bukan manusia atau sumber daya material adalah berbagai fasilitas atau sarana dan pra sarana yang dibutuhkan untuk mendukung pencapaian tujuan. Sebab meskipun manusia menjadi elemen penting dan menentukan dalam pencapaian tujuan keorganisasian tetapi jika tidak disertai sumber daya material yang memadai, maka tujuan yang sudah ditetapkan tidak akan tercapai secara optimum. Misalnya, karyawan dapat bekerja produktif jika didukung oleh lingkungan fisik organisasi atau lingkungan kerja yang representatif. Itu sebabnya, jika manajer inigin meningkatkan produktivitas kerja karyawan tidak cukup hanya memotivasi karyawan, memberi kompensasi, dan 30 meningkatkan keterampilan kerja mereka melalui pendidikan dan pelatihan, melainkan juga harus didukung oleh sumber daya materil, serta menyediakan lingkungan kerja yang kondusif dan sarana prasarana yang memadai. Termasuk sumber daya material adalah: sumber-sumber finansial, (financial resources), sumber-sumber fisik (physical resources), dan sumber-sumber informasi (information resources), dan ide-ide (ideas). 1) Finansial Finansial ialah modal yang diperlukan untuk membiayai aktivitas, baik untuk persediaan sumber daya materil maupun membayar upah tenaga kerja. Untuk proses pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala, dan pemeriksaan khusus bagi karyawan, keseluruhan finansial ditanggung oleh perusahaan. 2) Fisik Menurut Silalahi (2011), Salah satu sumber daya material adalah sumber daya fisik. Fisik mencakup segala fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung efisiensi dan efektivitas kerja, seperti: gedung, perlengkapan kantor, lokasi, mesin-mesin, dan bahan mentah (raw materials) dan juga berbagai peralatan teknik yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang atau jasa. Menurut Winarno (2007) fasilitas fisik bisa pula merupakan sumber-sumber penting dalam organisasi. Seorang pelaksana mungkin mempunyai staf yang memadai, mungkin memahami apa yang harus 31 dilakukan dan mungkin mempunyai wewenang untuk melakukan tugasnya, tetapi tanpa fasilitas pendukung maka besar kemungkinan implementasi yang direncanakan tidak akan berhasil. Menurut Azwar (1996), fisik mencakup segala fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung efisiensi dan efektivitas kerja, seperti: gedung, perlengkapan kantor, lokasi, mesin-mesin, dan bahan mentah (raw materials) dan juga berbagai peralatan teknik yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang atau jasa. Dalam pemeriksaan kesehatan, fasilitas fisik merupakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan tersebut. Fasilitas dapat dibagi menjadi dua, yaitu fasilitas pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, fasilitas pemeriksaan fisik terdiri dari alat-alat yang tersedia di poliklinik perusahaan yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan fisik. Fasilitas untuk pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan sepenuhnya ditanggung oleh vendor yang bekerja sama dengan perusahaan. Untuk pemeriksaan khusus, fasilitas pemeriksaan kesehatan tergantung pada rumah sakit yang menjadi provider perusahaan. 3) Informasi Informasi, yaitu gambaran tentang hasil pelaksanaan aktivitas maupun yang mendukung pelaksanaan aktivitas, baik lisan maupun tulisan yang dibutuhkan pada saat tertentu, termasuk peraturan-peraturan yang harus dipatuhi atau menjadi pedoman dalam melakukan pekerjaan. 32 Untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala, dan pemeriksaan khusus, informasi diterima melalui standard operating procedures serta dari hasil rapat dengan vendor. 4) Ide-ide Ide-ide yaitu: pemikiran konseptual atau segala daya upaya termasuk teknologi yang diciptakan dan digunakan untuk mengefektifkan dan mengefisienkan pencapaian tujuan, seperti: metode, prosedur, teknik, dan strategi yang digunakan. Dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala, dan pemeriksaan khusus, ide-ide didapatkan dari pendapat karyawan yang terlibat dalam proses tersebut. b. Proses Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Menurut Silalahi (2002), proses (process) adalah satu seri atau sekuensi sistematik dari tindakan yang dilakukan manajer yang secara definitif berkaitan dengan tujuan atau hasil yang ingin dicapai, atau satu cara sistematik untuk mengerjakan sesuatu. Menurut Silalahi (2011), proses konversi atau transformasi (transformation process) ialah proses mengubah masukan menjadi keluaran. Masukan ialah sumber-sumber yang diubah menjadi keluaran dan juga sarana yang digunakan untuk mengubah. 33 Menurut Silalahi (2002), proses (process) adalah satu seri atau sekuensi sistematik dari tindakan yang dilakukan manajer yang secara definitif berkaitan dengan tujuan atau hasil yang ingin dicapai, atau satu cara sistematik untuk mengerjakan sesuatu. c. Keluaran Menurut Silalahi (2011), keluaran (output) adalah barang dan jasa ata hasil lainyya yang dihasilkan oleh organisasi.. Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. Dalam pemeriksaan kesehatan, output yang dimaksud adalah hasil pemeriksaan kesehatan karyawan setelah pemeriksaan kesehatan, baik pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, maupun khusus. d. Umpan balik Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi 34 dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem itu dapat dimodifikasi. e. Dampak Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem. Dampak dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu dampak langsung dan dampak tidak langsung. Dampak langsung dari pemeriksaan kesehatan adalah kondisi yang akan dialamai karyawan setelah menerima hasil dari pemeriksaan kesehatan. Sedangkan dampak tidak langsung berhubungan dengan produktivitas karyawan. f. Lingkungan Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem. Unsur lingkungan yang berhubungan dengan pemeriksaan kesehatan adalah regulasi. Pemeriksaan kesehatan diatur dalam pasal 8 Undang-Undang No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Untuk teknis pelaksanaannya, pemeriksaan kesehatan diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 02 Tahun 1980. 35 Keenam unsur sistem ini saling berhubungan dan memengaruhi yang secara sederhana dapat digambarkan dalam bagan berikut: Lingkungan Masukan Proses Keluaran Dampak Umpan Balik Sumber: Azwar (1996) Bagan 2.1 Hubungan Unsur-Unsur Sistem C. Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti menggunakan teori unsur-unsur sistem yang terdapat dalam buku Azwar (1996) yang terdiri dari masukan (input), proses (process), keluaran (output), dampak (impact), umpan balik (feedback), dan lingkungan (environment). 36 Lingkungan Masukan Proses Keluaran Umpan Balik Sumber: Azwar, 1996 Bagan 2.2 Kerangka Teori Dampak BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH A. Kerangka Berpikir Lingkungan Input: Proses: Output: 1. Tenaga Kesehatan: a. Kompetensi tenaga kesehatan. b. Jumlah tenaga kesehatan. 2. Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan: a. Kondisi fasilitas pemeriksaan kesehatan 3. Kebijakan a. Regulasi b. SOP 1. Pemeriksaan 1. Hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. 2. Hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan tindakan intervensinya. 3. Hasil pemeriksaan kesehatan khusus dan tindakan intervensinya. Kesehatan Sebelum Bekerja. 2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus Umpan Balik: a. Faktor pendukung b. Faktor penghambat Bagan 3.1 Kerangka Berpikir 37 38 Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja memiliki tujuan agar pekerja berada dalam kondisi yang baik sebelum bekerja. Dalam pelaksanaannya di Indonesia, Pemeriksaan kesehatan diatur dalam Permenakertrans No. 02 tahun 1980. Dalam hal ini, peneliti ingin melihat gambaran implementasi pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan khusus di PT. Frisian Flag Indonesia serta faktor-faktor pendukung dan penghambat yang selama ini dialami perusahaan dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut. Untuk prosedur penelitian, peneliti menggunakan teori sistem menurut Azwar (1996). Variabel-variabel yang akan diteliti dibagi menjadi lima kategori yaitu input, proses, output, umpan balik, dan lingkungan. Pada kategori input, variabel yang akan diteliti adalah tenaga kesehatan, fasilitas pemeriksaan kesehatan, dan kebijakan yang terkait dengan pemeriksaan kesehatan yaitu regulasi dan Standard Operating Procedure (SOP) pemeriksaan kesehatan. Untuk kategori proses, variabel yang akan diteliti adalah proses pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja kepada calon karyawan, proses pemeriksaan kesehatan berkala kepada karyawan terutama di bagian produksi, serta proses pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan. Untuk kategori output, variabel yang akan diteliti berupa hasil dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan, hasil dari pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan dan intervensinya, serta hasil dari pemeriksaan kesehatan khusus dan intervensinya. Untuk kategori umpan balik, variabel yang akan diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia. Untuk kategori lingkungan, variabel yang akan diteliti 39 adalah pengawasan dari pihak pembuat regulasi mengenai pelaksanaan pemeriksaan kesehatan kepada karyawan PT. FFI, baik pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, maupun pemeriksaan kesehatan khusus. 40 B. Definisi Istilah Tabel 3.1 Definisi Istilah Substansi Penelitian A. Input 1. Tenaga Kesehatan a. Kompetensi tenaga kesehatan b. Jumlah tenaga kesehatan Definisi Istilah Cara Pengambilan Data Alat Ukur Hasil Ukur Sumber Informan Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi dokter dan perawat di PT. FFI Telaah dokumen, wawancara mendalam Informasi tentang kondisi tenaga kesehatan apakah kompeten atau tidak. a. HR b. SHE c. Dokter Perusahaan d. Perawat Jumlah dokter dan perawat perusahaan yang melaksanakan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan khusus Observasi, wawancara mendalam Sertifikat hiperkes, surat pengangkatan dokter dan perawat, surat izin praktik dokter, surat izin kerja perawat. Wawancara mendalam Pedoman observasi Pedoman wawancara mendalam Informasi tentang Jumlah dokter dan perawat perusahaan yang melaksanakan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan khusus a. HR b. SHE c. Dokter Perusahaan d. Perawat e. Karyawan 41 Tabel 3.1 (lanjutan) Definisi Istilah Input Substansi Penelitian Definisi Istilah 2. Fasilitas pemeriksaan Kesehatan Sarana dan prasarana untuk pelaksanaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan khusus. 3. Kebijakan a. Regulasi Peraturan yang disusun oleh pemerintah tentang pemeriksaan kesehatan yang tercantum dalam UU K3 No. 01 tahun 1970 dan Permenaker No.02 tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan. Cara Pengambilan Data Observasi, wawancara mendalam Alat Ukur Hasil Ukur Sumber Informan Pedoman observasi. Pedoman wawancara mendalam Informasi mengenai kondisi sarana dan prasarana untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan khusus a. HR b. SHE c. Dokter Perusahaan d. Perawat e. Karyawan Informasi tentang Peraturan yang disusun oleh pemerintah tentang pemeriksaan kesehatan yang tercantum dalam UU K3 No. 01 tahun 1970 dan Permenaker No.02 tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan. a. HR Telaah dokumen UU K3 No. 01 Wawancara tahun 1970 mendalam Permenakertrans No. 02 Tahun 1980. Pedoman wawancara mendalam. 42 Tabel 3.1 (Lanjutan) Definisi Istilah b. Standard Operating Procedure (SOP) Peraturan teknis pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan khusus yang disusun oleh PT. FFI Telaah dokumen SOP Wawancara pemeriksaan mendalam kesehatan PT. FFI Pedoman wawancara Informasi a. HR tentang peraturan teknis pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan khusus yang disusun oleh PT. FFI Observasi Telaah dokumen. Wawancara mendalam SOP pemeriksaan kesehatan. Pedoman wawancara mendalam Informasi tentang proses penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. a. HR b. SHE c. Dokter Perusahaan d. Perawat e. Karyawan produksi Observasi Telaah dokumen. Wawancara mendalam SOP pemeriksaan kesehatan. Pedoman wawancara mendalam Informasi tentang proses penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan berkala. a. HR b. SHE c. Dokter Perusahaan d. Perawat e. Karyawan produksi B. Proses 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Pelaksanaan Tahapan/alur pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. 2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala Pelaksanaan Tahapan/alur pelaksanaan pemeriksaan berkala. 43 Tabel 3.1 (lanjutan) Definisi Istilah Substansi Penelitian Definisi Istilah 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus a. Pelaksanaan Tahapan/alur pelaksanaan pemeriksaan khusus. C. Output 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Hasil pemeriksaan Laporan hasil kesehatan. pemeriksaan yang berupa laporan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. 2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala Hasil pemeriksaan Laporan hasil kesehatan berkala pemeriksaan yang berupa laporan pemeriksaan fisik, laboratorium, pemeriksaan tambahan, dan intervensinya Cara Pengambilan Data Alat Ukur Hasil Ukur Sumber Informan Telaah dokumen. Wawancara mendalam SOP pemeriksaan kesehatan. Pedoman wawancara mendalam Informasi tentang proses penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan khusus. a. HR b. SHE c. Dokter Perusahaan d. Perawat e. Karyawan produksi Wawancara mendalam Pedoman wawancara mendalam Informasi tentang laporan hasil pemeriksaan yang berupa laporan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.. a. HR Wawancara mendalam Pedoman wawancara mendalam Informasi tentang hasil pemeriksaan pemeriksaan fisik, laboratorium, dan tambahan dan intervensinya a. HR 44 Tabel 3.1 (Lanjutan) Definisi Istilah Substansi Penelitian Definisi Istilah 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus Hasil pemeriksaan Laporan hasil kesehatan khusus pemeriksaan yang berupa pemeriksaan fisik, laboratorium, pemeriksaan tambahan, dan intervensinya. 4. Umpan Balik Umpan balik proses Gambaran pelaksanaan pelaksanaan pemeriksaan pemeriksaan kesehatan sebelum kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan bekerja, berkala, dan khusus. khusus yang berupa faktor pendukung dan faktor penghambat pada input, proses, dan output. 5. Lingkungan Lingkungan Pengawasan dari pihak pembuat regulasi terhadap pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan khusus. Cara Pengambilan Data Alat Ukur Hasil Ukur Sumber Informan Wawancara mendalam Pedoman wawancara mendalam a. HR Wawancara mendalam Pedoman wawancara mendalam Wawancara mendalam Pedoman wawancara mendalam Informasi tentang Informasi tentang hasil pemeriksaan pemeriksaan fisik, laboratorium, dan tambahan dan intervensinya Informasi tentang gambaran pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan khusus yang berupa faktor pendukung dan faktor penghambat pada input, proses, dan output. Informasi tentang pengawasan dari pihak pembuat regulasi terhadap pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan khusus. a. HR b. SHE c. Dokter Perusahaan d. Perawat a. HR b. Dokter Perusahaan c. Perawat BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif untuk mengetahui gambaran implementasi pemeriksaan kesehatan, faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat yang dialami perusahaan dalam proses implementasi pemeriksaan kesehatan, serta bagaimana hambatan tersebut dapat diatasi oleh perusahaan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Frisian Flag Indonesia pada Oktober Nopember 2012. C. Informan Pengambilan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yang didasari oleh pertimbangan peneliti berdasarkan ciri-ciri atau sifat informan yang berhubungan dengan penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci, informan utama, dan informan pendukung. Informan kunci dari penelitian ini adalah karyawan dari Human Resources Operational yang bertanggung jawab dengan pemeriksaan kesehatan. Informan utama dari penelitian 45 46 ini adalah staf bagian Safety Health and Environment (SHE), Dokter perusahaan, dan Perawat perusahaan. Informan pendukung untuk penelitian ini adalah karyawan di bagian produksi PT. Frisian Flag Indonesia. Jumlah informan dapat mengalami perubahan sesuai dengan kondisi pada saat di lapangan. D. Instrumen Penelitian Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri yaitu mahasiswi peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karena peneliti sebagai pengumpul data yang memengaruhi terhadap faktor instrumen. Untuk data yang diperlukan, peneliti menggunakan instrumen berupa: 1. Pedoman wawancara 2. Lembar observasi untuk mengetahui fasilitas pemeriksaan kesehatan 3. Daftar dokumen yang diperlukan untuk analisis 4. Laptop 5. Alat perekam 6. Kertas catatan 7. Alat tulis E. Sumber Data Data Primer Data Sekunder A. Input 1. Tenaga Kesehatan a. Wawancara mendalam untuk a. Sertifikat hiperkes, surat pengangkatan 47 mengetahui persyaratan yang harus dokter dan perawat perusahaan, surat dipenuhi untuk menjadi dokter dan izin praktik dokter, dan surat izin kerja perawat perusahaan. perawat ditelaah untuk mengetahui persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi dokter dan perawat perusahaan. b. Observasi dan wawancara b. Regulasi yang terkait dengan mendalam untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yaitu Undang- jumlah dokter dan perawat Undang No. 01 Tahun 1970 tentang perusahaan yang melaksanakan Keselamatan Kerja dan Peraturan pemeriksaan kesehatan sebelum Menteri Tenaga Kerja dan bekerja, berkala, dan khusus. Transmigrasi No. 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan c. Standard Operating Procedure untuk mengetahui peraturan yang dibuat oleh pihak perusahaan mengenai teknis pelaksanaan pemeriksaan kesehatan di PT. FFI. 2. Fasilitas Observasi dan wawancara mendalam digunakan untuk mengetahui kondisi sarana dan prasarana yang digunakan 48 dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan khusus. 3. Standard Operating Procedure Telaah Standard Operating Procedure (SOP) B. Proses 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Pelaksanaan Wawancara mendalam digunakan untuk Telaah SOP digunakan untuk mengetahui informasi tentang proses mengetahui informasi tentang proses penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan perencanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. sebelum bekerja. 2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala Pelaksanaan Wawancara mendalam digunakan untuk Telaah SOP digunakan untuk mengetahui informasi tentang proses mengetahui informasi tentang proses penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan perencanaan pemeriksaan kesehatan berkala. berkala. 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus Pelaksanaan Wawancara mendalam digunakan untuk Telaah SOP digunakan untuk mengetahui informasi tentang proses mengetahui informasi tentang proses 49 penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan perencanaan pemeriksaan kesehatan khusus. khusus. C. Output 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Wawancara mendalam untuk mengetahui informasi tentang status kesehatan calon karyawan. 2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala Wawancara mendalam untuk mengetahui informasi tentang status kesehatan karyawan. 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus Wawancara mendalam untuk mengetahui informasi tentang status kesehatan calon karyawan. D. Dampak Langsung Wawancara mendalam untuk mengetahui informasi tentang status kesehatan karyawan dan intervensi tidak lanjutnya. E. Umpan Balik Wawancara mendalam untuk 50 mengetahui informasi tentang umpan balik dari hasil output dan dampak langsung yang berupa faktor pendukung dan penghambat. F. Lingkungan Wawancara mendalam untuk mengetahui informasi tentang pengawasan dari pihak pembuat regulasi terhadap pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan khusus. F. Pengumpulan Data 1. Observasi Menurut Marsshall dan Rossman (2006), pengamatan ialah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain indera lainnya, seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Usman dan Akbar (1996) menyatakan bahwa pengamatan menjadi salah satu teknik pengumpulan data jika disesuaikan dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol reliabilitas dan kebenarannya. Teknik pengamatan yang dilakukan peneliti adalah pengamatan terbuka, yaitu pengamatan yang mana keberadaan pengamat diketahui oleh 51 subjek yang diteliti dan subjek memberikan kesempatan kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi dan subjek menyadari adanya orang yang mengamati apa yang subjek kerjakan (Prastowo, 2010). Kedudukan peneliti dalam proses pengamatan ini adalah sebagai pengamat pebuh, yaitu peneliti dengan bebas mengamati secara jelas subjeknya (Moleong, 2007). Dalam penelitian ini, observasi dilakukan oleh peneliti untuk melihat bagaimana kondisi fasilitas pemeriksaan kesehatan di poliklinik PT. Frisian Flag Indonesia. 2. Telaah Dokumen Dokumen yang akan diamati dalam penelitian adalah dokumen resmi jenis dokumen internal. Dokumen internal berupa data kunjungan pekerja ke poliklinik, data tingkat kehadiran karyawan bagian produksi, dan Standar Operating Procedure (SOP) untuk pemeriksaan kesehatan yang hanya digunakan oleh perusahaan. Dokumen seperti itu dapat menyajikan informasi tentang keadaan, aturan, disiplin, dan dapat memberikan petunjuk tentang gaya kepemimpinan (Prastowo, 2010). Dokumen memiliki manfaat yang besar dalam penelitian. Dokumen bermanfaat dalam penajaman latar belakang penelitian. Selain itu, dokumen juga bermanfaat dalam proses triangulasi data. Dokumen resmi yang akan ditelaah dalam penelitian ini adalah data sekunder perusahaan. 3. Foto Penggunaan foto untuk melengkapi sumber data jelas sekali besar manfaatnya. Hanya perlu diberi catatan khusus tentang keadaan dalam foto yang biasanya (Moleong, 2007). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan foto 52 untuk mendokumentasikan proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala di PT. Frisian Flag Indonesia. 4. Wawancara Mendalam Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara sebagai berikut: wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui gambaran implementasi pemeriksaan kesehatan secara lebih mendalam melalui teknik wawancara mendalam. G. Keabsahan Data Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi sumber. Keabsahan hasil observasi, telaah dokumen, dan hasil wawancara mendalam dilakukan menggunakan trianggulasi teknik pengumpulan data. Sedangkan kebsahan hasil wawancara mendalam dilakukan triangulasi sumber. 53 H. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari seluruh informan melalui wawancara mendalam dan didukung dengan hasil observasi serta dokumendokumen yang telah dikumpulkan. 2. Data yang telah terkumpul kemudian dibuat dan disusun dalam bentuk transkrip data, yaitu membuat catatan hasil wawancara seperti apa adanya, termasuk mencatat kembali hasil wawancara dan rekaman. 3. Data yang telah disusun dalam bentuk transkrip selanjutnya dianalisis menggunakan teori hubungan unsur-unsur sistem Azwar. I. Penyajian Data Data yang telah diperoleh disajikan dalam bentuk narasi dan dilengkapi dengan matriks hasil wawancara. Penyajian data akan didukung dengan hasil observasi dan telaah dokumen. BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan Dikenal dengan nama Susu Bendera oleh masyaratakat Indonesia, Frisian Flag telah memimpin industri susu nasional selama 90 tahun. Semua berawal dari tahun 1922 ketika susu dengan merk Friesche Vlag mulai diimpor dari Cooperative Condesfabriek Friesland yang kini telah menjadi Royal Friesland Campina. Sebagai bagian dari keluarga multinasional, PT Frisian Flag Indonesia mengedepankan pengalaman global dan kerja sama jangka panjang dengan para peternak Indonesia untuk tetap menjadi leadaer dalam menghasilkan produk-produk bergizi berbasis susu. Hal ini dilakukan dengan memproduksi dan memasarkan aneka produk termasuk susu bubuk, susu cair siap minum, dan susu kental manis dengan merk-merk Frisian Flag, Yes! dan Omela. Perusahaan ini memiliki dua buah buah pabrik berteknologi canggih yaitu di Pasar Rebo dan Ciracas, Jakarta. PT Frisian Flag juga menaungi 1700 karyawan yang bekerja di seluruh penjuru Indonesia. PT. Frisian Flag Indonesia berkomitmen untuk senantiasa menghasilkan produk-produk susu bergizi yang dapat terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Selain itu, PT. Frisian Flag Indonesia juga terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran gizi masyarakat melalui beragam program. Semua ini dilakukan sebagai wujud visi perusahaan untuk turut berkontribusi terhadap perkembangan bangsa. 54 55 Dalam memproduksi dan mendistribusikan produk-produk berbasis susu. PT. Frisian Flag Indonesia tidak hanya mengikuti standar nasional dan internasional, namun juga mengadvokasi kepada para pemangku kepentingan untuk senantiasa mendukung perkembangan holistik anak dan mempromosikan ASI eksklusif sesuai dengan petunjuk WHO. B. Karakteristik Informan 1. Staf Human Resources Operational Department Staf Human resources Operational Departement yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah staf wanita. Salah satu deskripsi tugas dari staf HRO adalah berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Poliklinik perusahaan dan penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan, baik pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, maupun pemeriksaan kesehatan khusus. 2. Dokter Perusahaan Dokter perusahaan adalah dokter yang telah sah diangkat menjadi dokter perusahaan di PT. FFI. Dokter perusahaan yang bertugas telah memenuhi persyaratan untuk menjadi seorang dokter perusahaan yang telah ditetapkan dalam regulasi, yaitu memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes. Dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, dokter perusahaan bertugas untuk melakukan pemeriksaan fisik calon karyawan dan mengevaluasi hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium dari calon karyawan sebelum dilaporkan ke pihak HRD. 56 Pada pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala, tugas dokter perusahaan adalah ikut serta dalam tahap perancanaan yaitu pemilihan vendor yang akan bekerja sama dengan perusahaan. Selain itu, dokter perusahaan bertugas untuk mengevaluasi hasil pemeriksaan kesehatan berkala karyawan dari pihak vendor. dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter perusahaan dapat memutuskan apakah karyawan harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut atau tidak. Pada pemeriksaan kesehatan khusus, dokter perusahaan bertugas untuk melihat hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh karyawan di rumah sakit provider. 3. Perawat Perusahaan Perawat perusahaan adalah perawat yang telah sah diangkat menjadi perawat perusahaan PT. FFI. Perawat perusahaan telah mengikuti pelatihan Hiperkes dengan bukti sertifikat pelatihan Hiperkes. Dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan berkala, perawat perusahaan bertugas menjadi asisten dokter perusahaan. Untuk pemeriksaan kesehatan khusus, perawat perusahaan bertugas untuk merekapitulasi laporan dari rumah sakit provider tentang hasil pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh karyawan untuk dilaporkan kepada pihak HRO. 4. Safety Health and Environment Department Dalam penelitian ini, informan dari pihak SHE berjumlah dua orang pria. Informan yang pertama adalah karyawan SHE dan informan kedua adalah Safety Officer PT. FFI. Tugas SHE dalam pemeriksaan kesehatan adalah ikut serta 57 dalam proses penentuan vendor dan evaluasi pelaksanaan pemeriksaan kesehatan. 5. Karyawan Bagian Produksi Informan pendukung dalam penelitian ini adalah beberapa karyawan yang bekerja di bagian produksi. Seluruh karyawan yang bertugas di bagian produksi adalah pria. Kriteria pemilihan informan pendukung adalah karyawan yang telah bekerja lebih dari dua tahun di PT. FFI dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. C. Input 1. Tenaga Kesehatan a. Kompetensi Tenaga Kesehatan Tabel 5.1 Hasil Penelitian Kompetensi Tenaga Kesehatan Hasil Observasi Pemeriksaan Tidak dilakukan observasi. Hasil Telaah Dokumen Hasil Wawancara Mendalam Kompetensi tenaga kesehatan Kompetensi tenaga kesehatan yang Kesehatan yang bertugas untuk bertugas untuk pemeriksaan fisik Sebelum Bekerja pemeriksaan fisik pada calon pada calon karyawan telah memenuhi syarat memenuhi yang telah ditetapkan karyawan syarat yang telah telah oleh ditetapkan oleh Permenakertrans Permenakertrans No. 02. Tahun No. 02. Tahun 1980 tentang 1980 tentang Kesehatan dan Pelayanan Medik Departemen dan Pemeriksaan Pemeriksaan dan Pedoman Pedoman Pelayanan Medik di di Klinik Klinik Departemen dan Perusahaan Perusahaan Kemenkes RI Tahun Kemenkes RI Tahun 2008. Hasil 2008. dapat dilihat secara lebih jelas di lampiran hasil telaah dokumen. 54 Kesehatan 59 Tabel 5.1 (Lanjutan) Hasil Penelitian Kompetensi Tenaga Kesehatan Hasil Observasi Pemeriksaan Tidak dilakukan observasi. Hasil Telaah Dokumen Tidak dilakukan dokumen. Kesehatan Berkala Hasil Wawancara Mendalam telaah Kompetensi tenaga kesehatan yang bertugas kesehatan untuk pemeriksaan berkala kepada karyawan adalah tanggung jawab dari vendor yang bekerja sama dengan perusahaan. Pemeriksaan Kesehatan Khusus Tidak dilakukan observasi. Tidak dokumen. dilakukan telaah Kompetensi tenaga kesehatan yang bertugas kesehatan untuk khusus pemeriksaan kepada karyawan adalah tanggung jawab dari rumah sakit provider yang bekerja sama dengan perusahaan. 60 1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci yang merupakan pihak Human Resources Operational, untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, HRO mengungkapkan bahwa kompetensi tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter perusahaan dan perawat perusahaan di PT. FFI telah sesuai standar yang telah ditetapkan, yaitu memiliki sertifikat Hiperkes, surat izin praktik untuk dokter, dan surat izin kerja bagi perawat. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan kunci. “… Sejauh ini ya memenuhi standar lah… Gitu. Pokonya kita ikutin aja sesuai ketentuannya dari pemerintah. Kan harus ada tuh dia harus punya sertifikat ini, dan sebagainya, gitu kan. Dan itu juga ada izinnya kan, iya, gitu…” Menurut hasil wawancara dengan informan utama yang terdiri dari dokter perusahaan, perawat perusahaan, dan SHE, Untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, informan mengungkapkan bahwa tenaga kesehatan di perusahaan telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu salah satunya memiliki sertifikat telah melaksanakan pelatihan Hiperkes. Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan dokter perusahaan: “… Dari persyaratan yang harus dipenuhi juga sudah kita penuhi contohnya sertifikat hiperkes…” Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan: 61 “… Kalau itu sih, ya di sini sih sudah sesuai… kan kita diaudit segala macam kan, itu pasti diacc berarti kita udah memenuhi syarat dong, kan gitu…” Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan SHE: “… Kalau secara dokter klinik, dokter W itu bagus, dari segi apa… kemampuan dia untuk menganalisa, apakah si karyawan itu mengidap suatu penyakit, terus apakah dia cocok di area tempat bekerja yang akan ditempatkan, itu bagus, cukup bagus dari segi kompetensinya…” (SHE). “… Ya ke situ juga (regulasi)… Ya, udah bagus lah. Sudah bagus…” (Safety Officer). Hasil wawancara kepada informan kunci dan utama didukung dengan telaah dokumen yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti melihat dan membaca secara langsung persyaratan yang telah dipenuhi oleh tenaga kesehatan yang bertugas di poliklinik perusahaan. Dokter perusahaan memiliki Sertifikat Pelatihan Hiperkes sebagai bukti bahwa dokter yang bertugas telah mengikuti pelatihan Hiperkes. Dokter perusahaan juga telah memiliki Surat Izin Praktik sebagai bukti bahwa sebelum bekerja di perusahaan, dokter telah memiliki izin praktik dan sebagai bukti bahwa dokter yang bertugas telah memiliki pengalaman praktik di tempat lain sebelum diangkat menjadi dokter perusahaan. Surat Pengangkatan Dokter Perusahaan merupakan bukti bahwa dokter telah secara sah diangkat 62 sebagai dokter perusahaan di PT. Frisian Flag Indonesia Plant Pasar Rebo. Perawat perusahaan, berdasarkan telaah dokumen, memiliki Sertifikat Pelatihan Hiperkes sebagai bukti bahwa perawat yang bertugas telah mengikuti pelatihan Hiperkes. Perawat perusahaan juga telah memiliki Surat Izin Kerja sebagai bukti bahwa sebelum bekerja di perusahaan, dokter telah memiliki izin kerja dan sebagai bukti bahwa perawat yang bertugas telah memiliki pengalaman bekerja di tempat lain sebelum diangkat menjadi perawat perusahaan. Surat Pengangkatan Perawat Perusahaan merupakan bukti bahwa perawat telah secara sah diangkat sebagai perawat perusahaan di PT. Frisian Flag Indonesia Plant Pasar Rebo. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen, kompetensi dari tenaga kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja di PT. FFI telah sesuai dengan kriteria yang telah disebutkan di atas. Kompetensi dokter yang telah dipenuhi yaitu dokter perusahaan telah memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes, mempunyai surat tanda registrasi dan surat izin praktik, dan mampu melaksanakan pelayanan medik sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Kompetensi perawat perusahaan juga telah sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan yaitu perawat telah memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes, memiliki surat izin kerja perawat, mampu melaksanakan asistensi dokter sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya, dan mampu 63 melaksanakan asuhan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangannya. 2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, untuk pemeriksaan kesehatan berkala, kompetensi tenaga kesehatan yang bertugas merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari vendor yang bekerja sama dengan perusahaan. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan kunci: “… kalau untuk staf MCU… itu wewenangnya vendor ya… kita di sini tinggal ikutin aja… gitu…” Sedangkan untuk pemeriksaan kesehatan berkala, berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, kompetensi tenaga kesehatan merupakan tanggung jawab dari pihak yang bekerja sama dengan perusahaan yaitu pihak vendor. Berikut kutipan hasil wawancara dengan dokter perusahaan: “… Untuk yang MCU, staf berikut fasilitas penunjang pelaksanaan menjadi tanggung jawab vendor…” Berikut kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan: “… kalau soal yang itu, kita serahin ke vendor sama provider…” Berikut hasil wawancara dengan SHE: “… Oh, iya, yang tahun kemarin itu bagus…” (SHE). 64 “… Ya, udah bagus lah. Sudah bagus…” (Safety Officer) Berdasarkan hasil penelitian, kompetensi tenaga kesehatan yang bertugas pada saat pelaksanaan kesehatan berkala sepenuhnya menjadi tanggung jawab vendor. 3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus Berdasarkan wawancara dengan informan kunci, untuk pemeriksaan kesehatan khusus, kompetensi tenaga kesehatan menjadi tanggung jawab penuh rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan kunci: “… kalau untuk staf dan sarana yang di RS, itu wewenangnya RSnya ya… kita di sini tinggal ikutin aja… gitu…” Sedangkan untuk pemeriksaan kesehatan khusus, berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, kompetensi tenaga kesehatan merupakan tanggung jawab dari pihak yang bekerja sama dengan perusahaan yaitu pihak rumah sakit yang menjadi provider perusahaan, Dari 160 provider pemeriksaan kesehatan khusus yang bekerja sama dengan perusahaan yang di dalamnya termasuk juga rumah sakit, ada beberapa rumah sakit yang kompetensi tenaga kesehatannya telah sesuai, namun, terdapat juga beberapa rumah sakit yang memerlukan peninjauan ulang dalam kompetensi tenaga kesehatannya. Berikut kutipan hasil wawancara dengan dokter perusahaan: 65 “… Begitu juga dengan yang di rumah sakit, staf berikut fasilitasnya jadi tanggung jawab provider…” Berikut kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan: “… kalau soal yang itu, kita serahin ke vendor sama provider…” Berikut kutipan hasil wawancara dengan SHE: “… Nah ini memang, secara umum kalau rumah sakitrumah sakit yang jadi klien frisian flag ini udah bagus… Tapi memang, tapi memang mungkin ada beberapa rumah sakit yang direview kembali…” (SHE) “…Sekarang dokternya banyak. Jadi lebih OK lagi saat ini...” (Safety Officer) Berdasarkan hasil penelitian, kompetensi tenaga kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan khusus sepenuhnya menjadi tanggung jawab rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan. Perusahaan telah menjalin kerjasama dengan 160 rumah sakit, klinik, serta apotek yang tersebar di daerah Jabodetabek. Namun, ada beberapa rumah sakit yang memerlukan kesehatannya. peninjauan ulang dalam hal kompetensi tenaga 66 b. Jumlah Tenaga Kesehatan Tabel 5.2 Hasil Penelitian Jumlah Tenaga Kesehatan Hasil Observasi tenaga Hasil Telaah Dokumen Hasil Wawancara Mendalam Pemeriksaan Jumlah Kesehatan yang bertugas pada pagi hari bertugas Sebelum Bekerja berjumlah dua orang. Tenaga kesehatan sebelum bekerja telah karyawan, menurut informan kunci kesehatan terdiri dari yang satu kesehatan Jumlah tenaga kesehatan yang Jumlah tenaga kerja yang bertugas bertugas mencukupi untuk pemeriksaan untuk pemeriksaan fisik calon sesuai dengan dan utama sudah mencukupi, yaitu Dokter Pedoman Pelayanan Medik di terdiri dari satu dokter perusahaan perusahaan dan satu perawat. Klinik Departemen Perusahaan Kesehatan dan dan satu Kementerian Menurut RI (2008), perawat perusahaan. informan pendukung, jumlah jumlah tenaga kesehatan kurang dokter perusahaan minimal di karena jadwal penyelenggaraan klinik perusahaan adalah satu pemeriksaan kesehatan sebelum orang dan untuk perawat minimal bekerja bersamaan dengan jadwal berjumlah satu orang. pelayanan poliklinik. 67 Tabel 5.2 (Lanjutan) Hasil Penelitian Jumlah Tenaga Kesehatan Hasil Observasi Pemeriksaan Tidak dilakukan observasi. Hasil Telaah Dokumen Tidak dilakukan dokumen. Kesehatan Hasil Wawancara Mendalam telaah Jumlah tenaga kerja yang bertugas untuk pemeriksaan berkala merupakan tanggung jawab vendor yang bekerja Berkala sama dengan perusahaan. Untuk pemeriksaan kesehatan berkala tahun 2012, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas jauh lebih banyak dari tahuntahun sebelumnya. Pemeriksaan Kesehatan Khusus Tidak dilakukan observasi. Tidak dokumen. dilakukan telaah Jumlah tenaga kerja yang bertugas untuk pemeriksaan kesehatan khusus merupakan tanggung jawab vendor yang bekerja sama dengan perusahaan. Untuk pemeriksaan kesehatan berkala tahun 2012, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas jauh lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. 68 1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, HRO mengungkapkan bahwa jumlah tenaga kesehatan yang selama ini bertugas di perusahaan sudah cukup untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja yaitu terdiri dari satu dokter perusahaan dan satu perawat perusahaan. Alasan dari pendapat tersebut adalah selama ini perusahaan bekerja sama dengan beberapa rumah sakit dan laboratorium yang jumlahnya mencapai 160 rumah sakit, laboratorium dan apotek, sehingga tenaga kesehatan yang dibutuhkan untuk keperluan internal dirasa sudah cukup. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan kunci: “… Sejauh ini… melayani di internal di sini aja kalau menurut aku sih udah cukup. Gitu…” Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, menurut Dokter perusahaan, jumlah tenaga kesehatan di poliklinik sudah memadai yaitu satu dokter perusahaan dan satu perawat peusahaan, namun terdapat tugas tambahan untuk perawat perusahaan yang ditakutkan akan mengganggu kinerja perawat. Menurut perawat perusahaan, apabila ditinjau dari kondisi selama ini, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas sudah memenuhi syarat dengan bukti dikeluarkannya izin operasi poliklinik dari 69 Kemenkes. Menurut SHE, jumlah tenaga kesehatan di PT. FFI sudah sesuai. Berikut kutipan hasi wawancara dengan dokter perusahaan: “… Ya sementara ini, yang kalau untuk polikliniknya sendiri sudah memadai…” Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan: “… Kalau itu sih, kalau masalah kurang atau ga kurang sih, ya di sini sih sudah sesuai, buktinya izinnya udah keluar kan, berarti udah sesuai…” Berikut kutipan hasil wawancara dengan SHE: “… Untuk sebelum kerja, cukup. Karena kita kan dibantu sama eksternal lab itu…” (SHE) “… Ya, udah bagus lah. Sudah bagus…” (Safety Officer) Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung, untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, menurut beberapa karyawan produksi, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas masih kurang karena jadwal pemeriksaan kesehatan untuk calon karyawan dan jadwal pelayanan poliklinik dilaksanakan pada waktu yang sama. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan pendukung: “… Ya kalau saya sih melihat ya, saya melihat untuk katakan tenaga medis perlu ya, perlu ada penambahan…” “… Kalau perlu ditambahin asisten dokternya ya. Ya Cuma agak kurang aja, orangnya kurang maksudnya. Tambahin lagi biar banyak…” 70 Hasil wawancara di atas juga didukung dengan hasil observasi peneliti selama berada di lapangan. Berdasarkan hasil observasi, untuk PT. Frisian Flag Indonesia Plant Pasar Rebo, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas pada pagi hari berjumlah dua orang. Tenaga kesehatan yang bertugas terdiri dari satu Dokter perusahaan dan satu perawat. Berdasarkan hasil telaah dokumen Pedoman Pelayanan Medik di Klinik Departemen dan Perusahaan Kementerian Kesehatan RI (2008), jumlah dokter perusahaan minimal di klinik perusahaan adalah satu orang dan untuk perawat minimal berjumlah satu orang. Jumlah tenaga kesehatan di PT. FFI sudah mencukupi berdasarkan pedoman tersebut yaitu terdiri dari satu dokter perusahaan dan satu perawat perusaahn. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja telah sesuai karena pemeriksaan yang dilakukan di Poliklinik perusahaan hanya pemeriksaan fisik sebelum bekerja bagi calon karyawan. Sedangkan untuk pemeriksaan kesehatan berkala, dokter yang bertugas pada saat pemeriksaan adalah dokter yang disediaakan oleh vendor yang jumlahnya disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak vendor. Untuk pemeriksaan kesehatan khusus, dokter yang menangani adalah dokter yang sedang bertugas di rumah sakit tempat karyawan melakukan pemeriksaan. 71 2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala Jumlah tenaga kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan berkala sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari pihak vendor yang telah dipilih untuk melaksanakan kegiatan pemeriksaan. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan kunci: “… kita bekerja sama dengan vendor kalau soal MCU...” Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak-pihak yang bekerja sama dengan perusahaan. Secara umum, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas dalam pemeriksaan kesehatan untuk tahun 2012 sudah termasuk banyak sehingga tidak menyebabkan panjanya antrian karyawan. Berikut kutipan hasi wawancara dengan dokter perusahaan: “… Untuk yang MCU, staf berikut fasilitas penunjang pelaksanaan menjadi tanggung jawab vendor…” Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan: “… kalau soal yang itu, kita serahin ke vendor sama provider…” Berikut kutipan hasil wawancara dengan SHE: 72 “… Oh, iya, yang tahun kemarin itu bagus. Banyak, sehingga karyawan itu ga sampe ngantri, terus ada pemeriksaan fisik juga…” (SHE) “…Sekarang dokternya banyak. Jadi lebih OK lagi saat ini...” (Safety Officer) Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, beberapa karyawan merasa tenaga kesehatan yang bertugas sudah cukup banyak, terbukti dari antrian karyawan pada saat pelaksanaan tidak terlalu banyak. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan pendukung: “… cukup. Udah cukup bagus kok…” “… petugas vendornya bagus, kita ngantri juga ga terlalu lama…” Berdasarkan hasil penelitian, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas pada saat pelaksanaan kesehatan berkala sepenuhnya menjadi tanggung jawab vendor. Namun, berdasarkan hasil wawancara mendalam juga diperoleh hasil bahwa untuk pemeriksaan kesehatan berkala pada tahun 2012, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas jauh lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya sehingga karyawan tidak perlu menunggu terlalu lama. Peningkatan jumlah tenaga kesehatan yang bertugas adalah hasil dari seleksi yang dilakukan HR Department, Dokter Perusahaan, dan SHE yang kemudian dilanjutkan dengan proses audit ke tempat vendor. 73 3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, untuk pemeriksaan kesehatan khusus, jumlah tenaga kesehatan menjadi tanggung jawab pihak rumah sakit tempat karyawan melakukan pemeriksaan. Bertikut ini kutipan hasil wawancara dengan informan kunci: “… Sejauh ini, karena kita juga bekerja sama dengan beberapa klinik dan rumah sakit di luar, kalau menurut aku sih udah cukup. Gitu…” Untuk pemeriksaan kesehatan khusus, berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak-pihak yang bekerja sama dengan perusahaan. Dari 160 provider pemeriksaan kesehatan khusus yang bekerja sama dengan perusahaan yang di dalamnya termasuk juga rumah sakit, ada beberapa rumah sakit yang jumlah tenaga kesehatannya telah sesuai, namun, terdapat juga beberapa rumah sakit yang memerlukan peninjauan ulang dalam jumlah tenaga kesehatannya. Berikut kutipan hasi wawancara dengan dokter perusahaan: “… Begitu juga dengan yang di rumah sakit, staf berikut fasilitasnya jadi tanggung jawab provider…” Berikut kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan: “… kalau soal yang itu, kita serahin ke vendor sama provider…” 74 Berikut kutipan hasil wawancara dengan SHE: “… Nah ini memang, secara umum kalau rumah sakitrumah sakit yang jadi klien frisian flag ini udah bagus… Tapi memang, tapi memang mungkin ada beberapa rumah sakit yang direview kembali...” (SHE) “… Ya, udah bagus lah. Sudah bagus…” (Safety Officer) Berdasarkan hasil penelitian, jumlah tenaga kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan khusus sepenuhnya menjadi tanggung jawab rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan. Perusahaan telah menjalin kerjasama dengan 160 rumah sakit, klinik, serta apotek yang tersebar di daerah Jabodetabek. Namun, ada beberapa rumah sakit yang memerlukan peninjauan ulang dalam hal jumlah tenaga kesehatannya. 75 2. Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan Tabel 5.3 Hasil Penelitian Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Hasil Observasi Hasil Telaah Dokumen Sarana dan prasarana untuk Tidak dilakukan telaah pemeriksaan kesehatan di poliklinik dokumen. sudah lengkap. Peralatan medis yang tersedia dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Alat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan kesehatan dalam kondisi yang sudah terkalibrasi, kalibrasi alat dilakukan secara rutin setiap tahunnya oleh vendor. Peralatan penunjang medis juga dalam kondisi baik. Poliklinik tidak memiliki laboratorium sendiri untuk pemeriksaan kesehatan oleh sebab itu, perusahaan bekerja sama dengan pihak laboratorium lain dalam rangka pemeriksaan kesehatan terutama pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Hasil Wawancara Mendalam Sarana dan prasarana untuk pemeriksaan fisik bagi calon karyawan dalam kondisi yang baik dan sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam Pedoman Pelayanan Medik di Klinik Departemen dan Perusahaan Kementerian Kesehatan RI (2008) 76 Tabel 5.3 (Lanjutan) Hasil Penelitian Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan Hasil Observasi dan prasarana Hasil Telaah Dokumen Pemeriksaan Sarana Kesehatan pemeriksaan Berkala tahun 2012 di PT. FFI sudah merupakan tanggung jawab dari termasuk lengkap dan jumlahnya vendor. juga sudah memadai. Hal tersebut wawancara mendalam, kondisi dan dapat terlihat dari antrian karyawan jumlah sarana dan prasarana untuk yang tidak panjang pada saat penyelenggaraan pelaksanaan. kesehatan tahun 2012 sudah lebih kesehatan untuk Tidak dilakukan Hasil Wawancara Mendalam berkala dokumen. telaah Sarana dan pemeriksaan prasarana kesehatan berdasarkan untuk berkala hasil pemeriksaan baik jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pemeriksaan Sarana dan prasarana pemeriksaan Kesehatan kesehatan Khusus tanggung jawab rumah sakit yang khusus merupakan bekerja sama dengan perusahaan. Sejauh ini, perusahaan belum dapat melakukan audit secara keseluruhan ke rumah sakit-rumah sakit yang menjadi provider. 77 a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan kunci, sarana dan prasarana untuk pemeriksaan kesehatan di poliklinik untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja kondisinya terjaga dengan baik. Apabila menurut Dokter atau perawat ada beberapa sarana atau prasarana yang sudah kurang layak untuk digunakan, maka pihak HRO akan segera mengganti sarana prasarana dengan yang baru. Selain dokter dan perawat, pihak SHE juga memberi masukan tentang sarana dan prasarana yang memang harus diganti. Berikut hasil wawancara dengan informan kunci: “… Kalau kondisinya beberapa mungkin, yang menurut, biasanya nanti dari dokter atau suster yang menurut mereka sudah harus diganti, biasanya kita selalu kasih saran sama mereka, kasih tau ke kita kalau memang kondisinya sudah harus diganti, ya diganti…” Hal yang serupa juga didapat dari hasil wawancara mendalam dengan informan utama, Menurut Dokter perusahaan, sarana dan prasarana yang terdapat di poliklinik sudah memadai untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan. Sebagi tambahan, dalam kondisi emergency, poliklinik juga telah dilengkapi dengan peralatan pertolongan pertama. Selain itu, lokasi PT. FFI dekat dengan beberapa rumah sakit yang memang telah bekerja sama dengan pihak perusahaan. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan dokter perusahaan: “… Saat ini kita cukup baik, fasilitas di klinik ini kita hampir cukup lengkap, memang kita tidak melengkapi seperti itu, tapi secara 78 umum, kita sudah punya alat seperti oksigen segala macam ada. Alatalat untuk emergency juga siap, ada…” Menurut perawat perusahaan, kondisi sarana dan prasarana di poliklinik perusahaan sudah termasuk lengkap utnuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja pada karyawan. Berikut kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan: “… Iya. Kita sih kalau diliat dari standar sih sudah sangat standar banget perusahaan ya, malah mungkin lebih kali kalau aku pikir sih lebih. Misalnya waktu itu pernah praktek di tempat lain juga, ga sampe kaya gini banget gitu fasilitas segala macamnya…” Menurut SHE, sarana dan prasarana untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja sudah bagus, namun ada satu pemeriksaan yang kurang yaitu pemeriksaan untuk calon karyawan yang akan bekerja di tempat yang terdapat radiasi. Berikut kutipan hasil wawancara dengan SHE: “… Bagus, artinya cukup ya untuk yang sifatnya untuk medical check up, untuk pengecekan sebelum bekerja, cuman, saya baru kepikiran, rupanya kita ada yang kurang, untuk pengecekan kesehatan, orang yang bekerja dengan laser, harusnya itu ada retrometri test…” (SHE) “…Sudah bagus…” (Safety Officer). Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung, beberapa karyawan produksi mengatakann bahwa sarana dan prasarana di poliklinik PT. Frisian Flag Indonesia sudah cukup lengkap untuk pemeriksaan 79 kesehatan sebelum bekerja karena di poliklinik perusahaan hanya dilakukan pemeriksaan fisik saja. Berikut ini adalah kutipan hasil wawancara dengan informan pendukung: “… Dari segi fasilitas kita ditunjang ya…” “…Fasilitasnya? Fasilitasnya memadai, cukup…” Hasil wawancara tersebut juga didukung dengan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan berdasarkan pedoman yang berasal dari Kemenkes RI, sarana dan prasarana untuk pemeriksaan kesehatan di poliklinik sudah lengkap. Peralatan medis yang tersedia dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Alat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan kesehatan dalam kondisi yang sudah terkalibrasi, kalibrasi alat dilakukan secara rutin setiap tahunnya oleh vendor. Peralatan penunjang medis juga dalam kondisi baik. Poliklinik tidak memiliki laboratorium sendiri untuk pemeriksaan kesehatan oleh sebab itu, perusahaan bekerja sama dengan pihak laboratorium lain dalam rangka pemeriksaan kesehatan terutama pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Berikut ini adalah hasil observasi sarana dan prasarana pemeriksaan kesehatan di Poliklinik Pt. Frisian Flag Indonesia: 80 Tabel 5.4 Hasil Observasi Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan No Fasilitas Ruangan 1) Ruang pemeriksaan/konsultasi 2) Ruang tunggu 3) Ruang administrasi Ya Tidak √ √ √ 1 2 3 4) Ruang obat 5) Ruang laboratorium √ 6) WC/kamar mandi Tersedia air mengalir dan listrik Pengolahan limbah medis √ √ √ √ Keterangan Bersatu dengan ruang tunggu, yang harus diperhatikan lemari MR tidak terkunci. Di ruang tindakan Bekerja sama dengan vendor Bekerja sama dengan vendor Peralatan medis 1) Stetoskop √ 2) Tensimeter √ Kalibrasi setiap tahun. Sedang 4 menggunakan alat baru dan masih dengan kalibrasi pabrik. 3) Baterai/lampu senter √ 4) Penekan lidah, metal √ Sumber: Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI, 2008 81 Tabel 5.4 (Lanjutan) Hasil Observasi Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan No Fasilitas Ya Tidak Keterangan 5) Timbangan dewasa √ Kalibrasi setiap tahun, 6) Pengukur tinggi badan √ terakhir tanggal kalibrasi 29 Oktober 2012, dengan vendor. √ 7) Pita pengukur antropometri Pada pemeriksaan kesehatan bekerja, sebelum tidak ada pengukuran antropometri. √ 8) Poster-poster √ 9) Alat peraga 4 10) Sterilisator √ 11) Kotak kapas √ 12) Pinset √ 13) Sarung tangan √ 14) Tempat cuci Kondisi sudah lama tangan dan Berbentuk oven √ Dilengkapi standarnya dengan sabun cair, tisu, dan hand sanitizer 15) Piala ginjal/nierbeken 16) Gunting perban √ √ 17) Irigator 1 ½ Alat dari vendor tidak memerlukan irigator 18) Torniquet √ 19) Kapas steril √ Di dalam sterilisator Sumber: Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI, 2008 82 Tabel 5.4 (Lanjutan) Hasil Observasi Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan No Fasilitas Ya Tidak √ 20) Tiang infusa Keterangan Jika ada kejadian, langsung dibawa ke RS 4 21) Cairan infus √ RL, D5 22) Tabung oksigen √ 3 ukuran sedang, 1 ukuran besar. 23) Termometer √ Peralatan non medis 1) Kursi + meja biro √ 4 meja, 6 kursi 2) Tempat tidur pemeriksaan √ 1 di ruang konsultasi, 1 di ruang tindakan 5 3) Alat komunikasi √ 4) Lemari obat √ 5) Lemari kartu √ Peralatan penunjang medik 6 1) Alat lab sederhana √ 2) Ambulans √ Sumber: Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI, 2008 Berdasarkan hasil observasi, untuk jenis dan kondisi ruangan, Poliklinik PT. Frisian Flag Indonesia telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan yaitu terdapat ruangan pemeriksaan dan konsultasi. Ruangan pemeriksaan dan konsultasi terbagi menjadi dua yaitu ruangan untuk tindakan pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan kerja dan ruangan untuk konsultasi dengan Dokter. Poliklinik juga dilengkapi dengan ruang tunggu untuk karyawan yang akan berobat. Poliklinik 83 memiliki ruang administrasi sesuai dengan yang tertulis di dalam pedoman, namun ruang administrasi di poliklinik bersatu dengan ruang tunggu yang di tempat tersebut juga terdapat lemari untuk menyimpan medical record karyawan. Di Poliklinik juga terdapat ruangan tempat penyimpanan obat yang bergabung dengan ruang tindakan. Kondisi tersebut untuk mempermudah perawat pada saat tindakan pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan kerja. Poliklinik tidak memiliki laboratorium karena pihak perusahaan bekerja sama dengan pihak vendor. Di Poliklinik terdapat WC/kamar mandi dengan kondisi yang bersih yang dilengkapi dengan jamban dan wastafel dan sabun cair yang selalu dalam kondisi penuh. Untuk kondisi pencahayaan di Poliklinik, peneliti menggunakan data sekunder untuk mengetahui hasil pengukuran tingkat pencahayaan. Hal tersebut terjadi karena pada saat observasi dilakukan, alat pengukur pencahayaan (Luksmeter) sedang tidak tersedia, dan kondisi pencahayaan di poliklinik telah diukur kurang dari enam bulan. Poliklinik PT. Frisian Flag Indonesia juga dilengkapi dengan fasilitas air yang mengalir dan listrik selama 24 jam. Perusahaan dilengkapi dengan genset termasuk Poliklinik, apabila terjadi pemadaman, maka tidak akan berdampak pada aliran listrik di Poliklinik. Limbah medis hasil aktivitas Poliklinik akan diambil secara berkala oleh vendor yang telah bekerja sama dengan PT. Frisian Flag Indonesia. 84 Peralatan medis yang tersedia di Poliklinik terdiri dari stetoskop, tensimeter, lampu senter yang dilengkapi dengan baterai, penekan lidah, timbangan dewasa, pengukur tinggi badan, poster-poster yang terdapat di ruang tunggu, sterilisator, kotak kapas, pinset, sarung tangan, tempat cuci tangan, gunting perban, tourniquet, kapas steril, cairan infus, tabung oksigen, dan termometer. Sterilisator yang digunakan oleh Poliklinik berupa oven, alat tersebut diaktifkan apabila akan dilakukan sterilisasi alat-alat medis, setelah proses sterilisasi telah selesai, maka oven akan dimatikan. Dalam keadaan mati, oven harus tertutup rapat untuk mencegah kontaminasi alat-alat yang telah disterilisasi di dalam oven, oven hanya dibuka apabila Dokter atau Perawat membutuhkan peralatan untuk tindakan kepada pasien. Tempat cuci tangan terdapat di ruang pemeriksaan atau ruang konsultasi. Bentuk tempat cuci tangan berupa wastafel dengan air yang mengalir. Tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun cair yang selalu terisi penuh, tisu yang berada di dalam kotak, dan hand sanitizer. Poliklinik juga memiliki persediaan cairan infus, cairan infus yang terdapat di Poliklinik adalah jenis RL dan D5. Tabung oksigen yang tersedia di Poliklinik terdiri dari dua jenis, yaitu jenis portable yang berbentuk kaleng dan berbentuk tabung. Untuk tensimeter, timbangan dewasa, dan pengukur tinggi badan dibutuhkan kalibrasi secara berkala untuk menjaga keakuratan alat-alat tersebut. Untuk timbangan dewasa dan pengukur tinggi badan, kalibrasi 85 dilakukan setiap tahun, untuk tahun 2012, kalibrasi telah dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2012 yang dilakukan oleh vendor yang bekerja sama dengan perusahaan. Sedangkan untuk tensimeter, pada saat observasi dilakukan, tensimeter yang biasanya digunakan untuk pemeriksaan sedang dikalibrasi oleh vendor sehingga yang digunakan pada saat observasi dilakukan adalah tensimeter baru dengan kalibrasi pabrik. Untuk peralatan medis yang tidak terdapat di Poliklinik adalah pita pengukur antropometri, alasan tidak adanya pita pengukur antropometri adalah alat tersebut tidak digunakan pada saat pemeriksaan kesehatan, baik pemeriksaan sebelum bekerja bagi calon karyawan, maupun pemeriksaan berkala setiap tahunnya bagi karyawan. Selain itu, alat peraga, irigator, dan tiang infusa juga tidak terdapat di Poliklinik. Tidak adanya irigator di Poliklinik karena alat pemebersih luka yang disediakan vendor tidak memerlukan irigator. Sedangkan untuk tiang infusa, Poliklinik PT. Frisian Flag Indonesia hanya bersifat tindakan pertolongan pertama dan langsung dibawa ke rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan, sehingga apabila terjadi kondisi di mana karyawan harus diinfus, karyawan yang menemani yang membawa botol infus sampai rumah sakit. Peralatan non-medis yang tersedia di Poliklinik berupa kursi dan meja biro, tempat tidur pemeriksaan, alat komunikasi, lemari obat, dan lemari kartu. Tempat tidur pemeriksaan berjumlah dua, satu tempat tidur diletakkan di ruang pemeriksaan/konsultasi, satu tempat tidur lagi 86 digunakan diletakkan di ruang tindakan untuk keperluan tindakan pertolongan pertama. Lemari obat terletak di ruang tindakan dan lemari kartu (lemari untuk medical record) terdapat di ruang administrasi. Peralatan penunjang medis lainnya yang tersedia di PT. Frisian Flag adalah ambulans. Ambulans digunakan apabila terdapat karyawan yang mengalami kecelakaan kerja atau apabila kondisi kesehatan karyawan tiba-tiba memburuk dan harus segera dibawa ke rumah sakit. Ambulans PT. Frisian Flag tersedia selama 24 jam. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, fasilitas yang dimiliki oleh PT. FFI dan kondisi dari fasilitas tersebut telah sesuai untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan. b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, untuk pemeriksaan kesehatan berkala, jumlah sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pelaksanaannya sudah memadai jika dilihat dari daftar jenis pemeriksaan yang tercantum dalam SOP, kondisi dari sarana dan prasarana juga baik karena sebelum pemeriksaan kesehatan berkala diselenggarakan, pihak perusahaan telah melakukan audit kepada vendor yang akan bekerja sama dengan perusahaan. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan utama: “… fasilitasnya itu dari vendor yang sudah kita pilih sebelumnya…” 87 Sedangkan untuk pemeriksaan kesehatan berkala, menurut informan utama, sarana dan prasarana menjadi tanggung jawab pihak yang bekerja sama dengan perusahaan. Menurut SHE, sarana dan prasarana juga sudah bagus baik untuk pemeriksaan kesehatan berkala. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan dokter perusahaan: “… Untuk yang MCU, staf berikut fasilitas penunjang pelaksanaan menjadi tanggung jawab vendor…” Berikut kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan: “… kalau soal yang itu, kita serahin ke vendor sama provider…” Berikut kutipan hasil wawancara dengan SHE: “…Udah lebih bagus…” (SHE). “…Sudah bagus (vendornya)…” (Safety Officer) Berdasarkan hasil observasi peneliti, sarana dan prasarana untuk pemeriksaan kesehatan berkala tahun 2012 di PT. FFI sudah termasuk lengkap dan jumlahnya juga sudah memadai. Hal tersebut dapat terlihat dari antrian karyawan yang tidak panjang pada saat pelaksanaan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, jumlah dan kondisi sarana dan prasarana pemeriksaan kesehatan berkala sudah baik jika dilihat dari daftar pemeriksaan kesehatan yang harus dilakukan yang tercantum dalam SOP. 88 c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus Berdasarkan wawancara dengan informan kunci, untuk pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan, sarana dan prasarana merupakan tanggung jawab dari pihak rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan.Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan kunci: “… Sejauh ini, karena kita juga bekerja sama dengan beberapa klinik dan rumah sakit di luar, kalau menurut aku sih udah cukup. Gitu… termasuk fasilitasnya juga ya…” Sedangkan untuk pemeriksaan khusus, menurut informan utama, sarana dan prasarana menjadi tanggung jawab pihak yang bekerja sama dengan perusahaan. Menurut SHE, sarana dan prasarana juga sudah bagus baik untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, namun, untuk pemeriksaan khusus, pihak SHE belum bisa mengatakan bahwa sarana dan prasaran sudah baik atau belum karena belum dilakukan audit ke provider. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan informan utama: “… Begitu juga dengan yang di rumah sakit, staf berikut fasilitasnya jadi tanggung jawab provider…” Berikut kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan: “… kalau soal yang itu, kita serahin ke vendor sama provider…” Berikut kutipan hasil wawancara dengan SHE: 89 “… Nah itu saya belum tau ya… kalau untuk yang khusus, karena kita ga melakukan audit rumah sakit, dan karena memang juga dalam dokumen kontraknya purchasing itu belum dicantumkan persyaratan pemeriksaan kesehatan harus gimana, ya kita belum bisa pastikan itu bagus apa ga…” (SHE) “… Ya, udah bagus lah. Sudah bagus…” (Safety Officer) Berdasarkan hasil penelitian, sarana dan prasarana untuk pemeriksaan kesehatan khusus sepenuhnya menjadi tanggung jawab rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan. Untuk melihat apakah kondisi sarana dan prasarana di rumah sakit yang bekerja sama dengan pihak perusahaan, sampai saat ini perusahaan belum bisa melakukan audit secara menyeluruh kepada pihak-pihak yang bekerja sama dalam pemeriksaan kesehatan khusus dikarenakan jumlah rumah sakit, klinik, dan laboratorium yang banyak. 3. Kebijakan Undang-Undang No. 01 Tahun Peraturan Menteri Tenaga Kerja 1970 Tentang Keselamatan Kerja dan Transmigrasi No. 02 Tahun 1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Standard Operating Procedure Pemeriksaan Kesehatan PT. FFI Bagan 5.1 Kebijakan Terkait Penyelenggaraan Pemeriksaan Kesehatan di PT. FFI 90 a. Regulasi 1) Undang-Undang No. 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Berdasarkan hasil telaah dokumen, di dalam pasal 8 UndangUndang No. 01 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, dijelaskan bahwa setiap pengurus (pemimpin kerja) wajib memeriksakan kondisi mental dan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun tenaga kerja yang akan dipindahkan sesuai dengan sifat pekerjaan yang diberikan kepada tenaga kerja dan juga secara berkala. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, selama ini, untuk pemeriksaan kesehatan, perusahaan telah mengikuti semua peraturan yang diberlakukan oleh pemerintah. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan kunci: ”… kita sih untuk setiap kegiatan, khususnya untuk pemeriksaan kesehatan ya, kita selalu mengikuti peraturan yang udah dibuat sama pemerintah…” Dari hasil telaah dokumen dan wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa PT. FFI telah mengikuti peraturan yang dimuat dalam pasal 8 UU No. 01 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yaitu yang berkaitan tentang pelaksanaan pemeriksaan kesehatan. 2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 02 Tahun 1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Berdasarkan telaah dokumen, dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 02 Tahun 1980 Tentang Pemeriksaan 91 Kesehatan, dijelaskan bahwa setiap perusahaan diwajibkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, baik pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja untuk calon karyawan, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Tujuan dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan calon tenaga kerja yang akan diterima. Tujuan pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja selama bekerja di perusahaan sesuai dengan pekerjaannya, serta untuk mencegah dan mengendalikan sedini mungkin pengaruh-pengaruh dari pekerjaan yang bisa berdampak pada kesehatan. Tujuan dari pemeriksaan kesehatan khusus adalah untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan terhadap tenaga kerja atau golongan tenaga kerja tertentu. Golongan tenaga kerja tersebut adalah tenga kerja yang mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan lebih dari dua minggu. Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun, tenaga kerja wanita, dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja yang melakukan pekerjaan tertentu. Tenaga kerja yang mengalami gangguan tertentu yang perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, selama ini, untuk pemeriksaan kesehatan, perusahaan telah mengikuti semua peraturan yang diberlakukan oleh pemerintah. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan kunci: 92 ”… kita sih untuk setiap kegiatan, khususnya untuk pemeriksaan kesehatan ya, kita selalu mengikuti peraturan yang udah dibuat sama pemerintah…” Berdasarkan hasil telaah dokumen dan wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa PT. FFI telah melaksanakan Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan. Pemeriksaan yang telah dilaksanakan oleh PT. FFI adalah pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja untuk karyawan, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. b. Standard Operating Procedure Berdasarkan hasil telaah dokumen, SOP merupakan peraturan teknis yang disusun oleh perusahaan untuk setiap kegiatan yang ada di perusahaan termasuk pemeriksaan kesehatan. Teknis pelaksanaan pemeriksaan kesehatan di PT. FFI dibagi menjadi pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan khusus. Di dalam SOP, pemeriksaan kesehatan juga dibagi berdasarkan status karyawan, yaitu karyawan PT. FFI dan karyawan outsourcing. Teknis pemeriksaan kesehatan diatur dalam SOP. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus, perusahaan membuat teknis pelaksaan yang disebut dengan Standard Operating Procedure (SOP) berdasarkan pada peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang disesuaikan 93 dengan keadaan perusahaan. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan kunci: “… di sini, kita punya SOP untuk pemeriksaan kesehatan, SOP itu isinya tentang teknios pelaksanaan, jenis-jenis pemeriksaan juga ada, kaya misalnya audiometri, spirometri, salmonella, semua yang dibutuhkan karyawan kita list juga. Kita nyusun SOP itu berdasarkan dari peraturan yang berlaku dan kita sesuaikan sama kondisi di FFI…” Dari hasil telaah dokumen dan wawancara mendalam, PT. FFI telah menyusun langkah-langkah dari proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus secara lebih terperinci dalam sebuah Standard Operating Procedure (SOP). SOP digunakan sebagai pedoman dasar untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Untuk teknis pelaksanaan di lapangan, PT. FFI beserta vendor akan menyesuaikan proses pelaksanaan sesuai dengan yang tertera di dalam SOP. D. Proses 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Peneliti melakukan telaah dokumen terkait dengan proses pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Dokumen yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah Standard Operating Procedures (SOP) pemeriksaan kesehatan. Di dalam SOP, terdapat langkahlangkah yang harus dilaksanakan dalam proses pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Untuk keterangan yang lebih lanjut, SOP terlampir di bagian lampiran. 94 Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan kunci, pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dilakukan oleh calon karyawan di poliklinik perusahaan. Pemeriksaan laboratorium dilakukan di laboratorium yang bekerja sama dengan perusahaan. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan informan kunci: “… nah, kalau untuk pelaksanaannya, biasanya yang terkait pemeriksaan fisik calon pekerja, dilakukan di Pokliklinik. Kalau untuk tes labnya, kita kan ga punya lab untuk pemeriksaan, jadinya kita kerja sama dengan provider. Gitu…” Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama, dokter perusahaan mengungkapkan bahwa pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja terdiri dari pemeriksaan fisik, rontgen, buta warna, dan laboratorium. Berdasarkan keterangan dari SHE, pemeriksaan sebelum bekerja dilakukan secara menyeluruh, dimulai dokter perusahaan akan menyerahkan surat pengantar kepada rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan untuk melakukan tes kesehatan. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan utama: “… untuk setiap pegawai baru juga dilakukan medical checkup. Pegawai baru ya biasa, kita melakukan pemeriksaan fisik, rontgen, buta warna dan sebagainya kita lakukan…” (Dokter Perusahaan) “… Jadi karyawan lulus tes nih, jadi bawa surat pengantar dari HRD, untuk dilakukan medical checkup. Jadi dia akan ke dokter wi, dokter wi melakukan pemeriksaan secara umum, pemeriksaan fisik, lalu 95 buta warna, lalu dia buat surat rekomendasi untuk ke lab terdekat…” (SHE) “… setelah psikotes lulus, baru dipastikan orang tersebut bisa diterima di sini ketika dia MCU. Nah MCU itu biasanya dokter perusahaan yang akan memanggil, diberikan surat pengantar, baru ke tempat untuk medicalnya itu, MCU nya itu di rumah sakit provider kita, gitu…” (Safety Officer) Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung, menurut beberapa karyawan produksi, pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja terdiri dari pemeriksaan fisik secara menyeluruh dan pemeriksaan buta warna, dan riwayat penyakit calon karyawan yang dilakukan oleh dokter perusahaan. Setelah itu, pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan urin, darah, dan faeces oleh pihak laboratorium. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan pendukung: “… waktu mau masuk, kita juga tes kesehatan. Dulu kalau di poliklinik, kita disuruh buka baju, terus ya semuanya diperiksa. Buta warna, punya riwayat penyakit apa aja, pernah kena penyakit menular apa ga. Gitu-gitu Mba…” “… kalo pemeriksaan kaya buta warna gitu dulu sih di klinik, kalau buat kaya periksa darah, urin, feses, kita dikasih surat pengantar ke lab…” Dalam hal pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, peneliti juga melakukan observasi terhadap calon karyawan yang akan melakuakan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja di poliklinik PT. FFI. Calon karyawan 96 mendatangi poliklinik, kemudian melapor kepada perawat bahwa dia akan melaksanakan pemeriksaan kesehatan dengan menunjukkan surat pengantar dari pihak recruitment. Kemudian, calon karyawan akan melakukan pemeriksaan fisik dan anamnesa di ruang pemeriksaan selama sekitar 10- 15 menit. Setelah pemeriksaan dilakukan, calon karyawan selanjutnya akan melakukan pemeriksaan laboratorium di tempat yang telah ditunjuk oleh Dokter perusahaan. Setelah hasil pemeriksaan laboratorium keluar, calon karyawan akan menyerahkan hasil laboratorium kepada Dokter perusahaan. Berikut ini adalah alur pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan di PT. Frisian Flag Indonesia: Pemeriksaan Pemeriksaan Fisik Laboratorium Evaluasi Keputusan Hasil Pemeriksaan Bagan 5.2 Alur Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja PT. Frisian Flag Indonesia Berdasarkan hasil observasi, calon karyawan akan datang ke Poliklinik untuk pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh Dokter 97 perusahaan. Pemeriksaan yang dilakukan di Poliklinik merupakan pemeriksaan fisik lengkap. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja secara keseluruhan bersifat rahasia. Oleh sebab itu, peneliti tidak dapat mengobservasi secara lebih mendalam tentang pemeriksaan kesehatan fisik. Tahap selanjutnya dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan di Poliklinik karena memang tidak tersedianya laboratorium untuk pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan laboratorium dilaksanakan di laboratorium yang bekerja sama dengan perusahaan. Selanjutnya, Dokter perusahaan akan mengevaluasi hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Hasil evaluasi pemeriksaan sebelum bekerja calon karyawan kemudian akan dilaporkan kepada Departemen rekrutmen sebagai pengambil keputusan dalam proses perekrutan karyawan. Berdasarkan hasil dari telaah dokumen, wawancara mendalam, dan observasi, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja terdiri dari pemeriksaan fisik dan laboratorium. Teknis dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah pekerja akan menjalani pemeriksaan kesehatan fisik oleh dokter perusahaan, selanjutnya dokter perusahaan akan memberikan surat pengantar ke pihak laboratorium untuk melakukan tes laboratorium. Tahapan selanjutnya, dokter perusahaan akan mengevaluasi hasil pemeriksaan fisik dan laboraorium calon karyawan, berdasarkan hasil evaluasi tersebut, pihak HRD akan memutuskan apakah calon karyawan dapat diterima sebagai karyawan. 98 2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala Peneliti melakukan telaah dokumen terkait dengan proses pemeriksaan kesehatan berkala. Dokumen yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala adalah Standard Operating Procedures (SOP) pemeriksaan kesehatan. Di dalam SOP, terdapat langkahlangkah yang harus dilaksanakan dalam proses pemeriksaan kesehatan berkala. Untuk keterangan yang lebih lanjut, SOP terlampir di bagian lampiran. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan selama tiga hari. Jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik, rontgen, pemeriksaan urin, dan darah. Untuk karyawan produksi, terdapat beberapa pemeriksaan tambahan sesuai dengan area di mana karyawan tersebut bekerja. Untuk karyawan yang bekerja di area bising, maka akan dilakukan pemeriksaan audiometri, untuk karyawan yang bekerja di area dengan kadar debu yang tinggi maka akan dilakukan pemeriksaan spirometri. Sedangkan untuk karyawan yang bekerja di area high care maka akan dilakukan tes salmonella. “… Nah nanti setelah pelaksanaan medical checkup itu dilakukan, biasanya si karyawan daftar dulu, nanti dikasih label. Kalau misalnya untuk periksa urin dikasih tempat urinnya, nah nanti dia harus menjalani tes darah, ambil darah, ambil urin, kemudian rontgen…” Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, menurut dokter perusahaan, jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan pada saat penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan berkala terdiri dari pemeriksaan fisik, rontgen, dan 99 pemeriksaan laboratorium. Untuk karyawan yang bekerja di area-area tertentu, maka akan diadakan pemeriksaan tambahan seperti audiometri, spirometri, dan tes salmonella untuk karyawan yang bekerja di area high care. “… Nah yang diperiksa adalah darah, laboratorium klinik ya maksudnya, kemudian rontgen, dan juga ditambah dengan tempat-tempat tertentu untuk pemeriksaan audiometric dan spirometri, tapi tidak… spirometri dan audiometric itu hanya dilakukan di tempat yang terpapar. Dan pada tempat-tempat yang termasuk high care, tempat-tempat yang sensitive itu ditambah untuk pemeriksaan seperti salmonella. Jadi itu yang kita lakukan di sini…” Menurut perawat perusahaan, pemeriksaan kesehatan berkala diadakan selama tiga hari, teknis pelaksaan dilakukan oleh vendor, pemeriksaan yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan fisik, rontgen, pemeriksaan darah, dan urin. Untuk karyawan yang bekerja di area-area tertentu, akan dilakukan pemeriksaan tambahan. Untuk karyawan yang bekerja di area bising akan dilakukan pemeriksaan audiometri. Untuk karyawan yang bekerja dia area yang berdebu, maka akan dilakukan pemeriksaan spirometri. Sedangkan untuk karyawan yang bekerja di area high care akan dilakukan tes salmonella. “… pertama kali, kan karyawan harus daftar dulu, nanti dikasih tuh, daftar apa aja yang harus diperiksa. Biasanya sih yang diperiksa itu, fisik, urin, darah. Kalau buat karyawan yang di tempat bising, nanti ada tambahan audiometri. Yang kerjanya di area debu, ditambahin tes spirometri, kalau buat karyawan yang kerjanya di high care, nanti ada tuh tes salmonella…” 100 Menurut pihak SHE, jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan pada saat pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan fisik lengkap, rontgen, pemeriksaan urin dan darah. Untuk karyawan yang bekerja di area bising maka akan dilakukan pemeriksaan audiometri. Untuk karyawan yang bekerja di area yang potensi debunya tinggi, maka akan dilakukan pemeriksaan sprirometri, dan untuk karyawan yang bekerja di area high care maka perlu dilakukan tes salmonella. “… Langkah-langkahnya ya pertama, dia melakukan pendaftaran, nanti dari pendaftaran itu, nama, tempat tanggal lahir. Oh nanti, nama, NIK, nanti keluar datanya tuh, saya bagian apa, posisi saya apa, nah dari situ dicetak barcode, cetak barcode, nanti ada tempelantempelannya. Kalau misalnya… lalu gini barcode itu nanti akan diambil di setiap bagian, di pos-pos yang akan dia lakukan pemeriksaan, pemeriksaan fisik, ambil barcode nya satu, tempel di bukunya, buku besarnya, buku besarnya dokter. Lalu abis itu lanjut, abis pemeriksaan fisik itu, baru pemeriksaan khusus. Nah itu, terserah kita, apa kita mau spirometri dulu, apa audiometri dulu, apa rontgen dulu. Oh sorry, sebelum dia ke pemeriksaan fisik, dia nimbang berat badan dulu sama tinggi badan. Lalu pemeriksaan khusus spirometri, audiometri, dan rontgen…” (SHE) “… Misalnya untuk audiometri, untuk audiometri itu untuk orang yang melakukan pekerjaan di kebisingan, abis itu spirometri untuk orang, kalo di sini pekerjaannya itu… apa namanya… dengan kebanyakan dengan partikel debu. Jadi makanya orang tersebut, ada medical checkup pada saat seperti ini, dia itu di MCU spirometri. Gitu, abis itu untuk kaitannya dengan yang medical checkup umum sih, itu banyak lah yang dilakukan untuk saat ini. Abis itu, kalo MCU yang sekarang kita lakukan, 101 misalnya ada penambahan nih... Nah seperti itu yang selama ini terjadi. Dan yang kita lakukan selama ini begitu…” (Safety Officer). Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung, jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan pada saat pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan fisik, rontgen, pemeriksaan darah dan urin. Untuk beberapa karyawan akan dilakukan pemeriksaan tambahan seperti audiometri, sriprometri, dan tes salmonella, tergantung dari area tempat karyawan bekerja. “…Pemeriksaan rutin biasanya setahun sekali di sini, masalah checkup darah, urin, tinja, itu setahun sekali…” “… Biasa lah rapi, teratur, setahun sekali , kita ngadain medical checkup jadi kita bisa tau gitu, kita dalam satu tahun itu kita sakit apa, kan kita bisa tahu. Kalau kita misalnya sakit, langsung diobatin. Biar sembuh, jangan sampai karyawan sininya tuh sakit-sakitan semua, kalau bisa pada sehat…” “… dari segi waktu, kita setahun sekali, mendekati akhir tahun ya, kemudian materinya juga sudah mencukupi, artinya sesuai dengan area kerjanya masing-masing. Waktu di tempat saya kan, medium bising ya, ga bising-bising banget, tapi ada ada area yang memang bising, jadi ada tes pendengaran. Kemudian, kita juga bersentuhan dengan produk ya, walaupun tidak langsung, kita juga dicek, hal-hal yang ada kaitannya dengan higienik, seperti tes salmonella, gitu…” Untuk proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala, peneliti juga melakukan observasi secara langsung. Karyawan mendaftar kepada petugas, kemudian karyawan akan diberikan formulir yang berisi identitas karyawan dan 102 jenis pemeriksaan yang harus dilakukan. Pemeriksaan pertama yang dilakukan adalah pengukuran berat dan tinggi badan. Pemeriksaan selanjutnya adalah tes pengelihatan, kondisi pengelihatan karyawan akan diperiksa pada tes tersebut. Proses selanjutnya adalah pengambilan sampel darah dan urin untuk dilakukan tes laboratorium. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan fisik. Untuk pemeriksaan tahun 2012, vendor memfasilitasi pemeriksaan fisik dengan jumlah dokter yang lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Pada saat pemeriksaan fisik, karyawan juga dapat berkonsultasi dengan dokter seputar masalah kesehatan yang dialami karyawan. Untuk karyawan produksi yang bekerja di area-area tertentu, maka proses pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan audiometri, spirometri dan pengambilan sampel untuk tes salmonella. Pemeriksaan terakhir yang dilakukan karyawan adalah rontgen thorax. Untuk pemeriksaan kesehatan tahun ini, karyawan tidak perlu membuka pakaian bagian atas untuk melakukan rontgen, karyawan langsung melapisi pakaian dengan jubah untuk rontgen. Dokumentasi terlampir dalam bentuk foto. Berikut alur pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012: 103 Pendaftaran Pemeriksaan Tinggi Tes Pengelihatan Badan dan Berat Badan Pengambilan Sampel Darah dan Urin Rontgen EKG dan Treadmill Pemeriksaan Fisik Bagan 5.3 Alur Pemeriksaan Kesehatan PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012 Tahap pertama yang dilakukan karyawan pada saat pemeriksaan kesehatan adalah mendaftar, pihak vendor akan memberikan formulir pemeriksaan kesehatan kepada karyawan. Isi dari formulir tersebut adalah identitas karyawan dan jenis pemeriksaan yang akan dilaksanakan oleh karyawan. Formulir pemeriksaan kesehatan tersebut berjumlah terbatas sesuai dengan jumlah karyawan. Formulir tersebut juga bersifat rahasia karena hasil 104 dari pemeriksaan akan dicantumkan sementara pada formulir tersebut. Kemudian karyawan akan melaksanakan pemeriksaan tinggi badan dan berat badan. Tahap yang kedua pada pemeriksaan kesehatan adalah pemeriksaan tinggi badan dan berat badan karyawan. Tempat pemeriksaan tinggi badan dan berat badan terletak di seberang tempat pendaftaran. Karyawan akan diukur tinggi badannya oleh petugas kesehatan dan kemudian karyawan akan diukur berat badannya oleh petugas. Hasil dari pemeriksaan akan ditulis di formulir yang dibawa karyawan. Setelah itu, karyawan akan melakukan pemeriksaan pengelihatan. Pemeriksaan tahap ketiga adalah pemeriksaan pengelihatan. Pada tahap ini, kondisi pengelihatan karyawan akan diperiksa. Untuk pemeriksaan ini, apabila karyawan menggunakan kaca mata sebagai alat bantu pengelihatan maka kaca mata tersebut sebaiknya dibawa pada saat pemeriksaan untuk mendapatkan hasil yang objektif. Selanjutnya, karyawan akan melakukan pengambilan darah dan urin. Tahap selanjutnya dalam pemeriksaan kesehatan adalah pengambilan darah dan urin. Setiap karyawan akan diberikan pot untuk menampung urin, dan darah karyawan akan diambil oleh petugas kesehatan. Darah dan urin kemudian akan diuji di laboratorium. Dalam proses pengambilan sampel darah, jarum suntik yang digunakan hanya untuk satu kali pakai. Untuk karyawan yang berusia di atas 40 tahun, diwajibkan untuk berpuasa kurang lebih selama 10 jam sebelum pemeriksaan dan pemeriksaan karyawan harus disesuaikan dengan paket yang telah ditentukan. Hasil dari uji laboratorium akan diserahkan pada 105 saat seluruh hasil pemeriksaan kesehatan telah selesai. Tahap pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan fisik. Pada tahap pemeriksaan fisik, kondisi fisik karyawan akan diperiksa oleh dokter. Pada saat pemeriksaan kesehatan, terdapat beberapa dokter yang bertugas di dalam ruangan yang telah diberi sekat. Selain itu, karyawan juga dapat mengkonsultasikan masalah-masalah kesehatan yang dialami kepada dokter yang bertugas. Pemeriksaan selanjutnya adalah EKG (elektrokardiografi) dan treadmill. Pemeriksaan keenam yang akan dilakukan karyawan adalah Elektrokardiografi (EKG) dan treadmill. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi fungsi jantung karyawan. Pemeriksaan ini diperuntukkan untuk karyawan yang berusia di atas 40 tahun. Pemeriksaan selanjutnya yang akan dilakukan oleh karyawan adalah rontgen. Pemeriksaan terakhir yang dilakukan oleh karyawan adalah rontgen. Pemeriksaan ini dilakukan di mobil khusus untuk rontgen. Proses dari pemeriksaan ini adalah karyawan tidak membuka pakaian atas, hanya menambah menggunakan jubah untuk rontgen. Untuk karyawan wanita, diharapkan untuk tidak menggunakan bra berkawat. Sedangkan untuk karyawan wanita yang sedang hamil tidak diperkenankan untuk mengikuti rontgen. Untuk karyawan bagian produksi, terdapat beberapa pemeriksaan tambahan. Untuk karyawan yang bekerja di area yang mengandung chemical vapour/metal fume, akan dilakukan tes spirometri untuk mengetahui apakah terjadi penurunan fungsi paru pada karyawan yang bekerja di area tersebut. Tes 106 spirometri dilakukan dengan cara karyawan menghembuskan napas pada spirometer. Kemudian, hasil dari tes spirometri akan langsung dapat dilihat oleh karyawan karena alat dilengkapi dengan printer yang dapat langsung mencetak hasil pemeriksaan. Area yang berpotensi terdapat\t konsentrasi debu yang tinggi dan chemical vapour/metal fume di Plant Pasar Rebo adalah SCM (Sweetened Condensed Milk), Powder Process, Powder Packing, dan Engineering. Pemeriksaan kesehatan tambahan selanjutnya adalah audiometri. Pemeriksaan ini dilakukan untuk karyawan yang bekerja di area bising yang berpotensi menimbulkan penurunan pendengaran bagi karyawan. Proses pemeriksaan audiometri adalah karyawan akan masuk ke dalam alat, di dalam alat tersebut, petugas akan memberikan suara-suara dengan tingkat kebisingan yang bervariasi dalam jeda waktu tertentu. Apabila karyawan dapat mendengar suara tersebut, karyawan akan menekan tombol yang tersedia di dalam alat. Selama proses pemeriksaan, petugas akan menulis tingkat kebisingan yang dapat didengar oleh karyawan. Setelah pemeriksaan selesai, petugas akan memberitahukan tingkat kebisingan yang dapat didengar oleh karyawan dan yang tidak dapat didengar. Area yang berpotensi untuk terjadinya penurunan pendengaran pada karyawan di Plant Pasar Rebo adalah Engineering, SCM Filling Room, Powder Packing Filling Room, dan Powder Process. Menurut Standard Operating Procedure (SOP), pemeriksaan berkala dilakukan selama waktu pekerja menjadi karyawan dan bekerja pada tempat yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Prosedur pemeriksaan 107 kesehatan berkala tidak jauh berbeda dengan prosedur pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan pada saat pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan kepala, leher, dada, perut, dan anggota gerak. Pemeriksaan yang dilakukan oleh vendor yang bekerja sama dengan perusahaan adalah rontgen thorax dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap, gula darah sewaktu, SGOT dan SGPT, urin lengkap, ureum, kreatinin, asam urat, HBs Ag, kolesterol, trigliserida, VDRL, dan faeces. Pemeriksaan tambahan dilakukan untuk karyawan yang bekerja pada area yang berpotensi lebih tinggi untuk terkena Penyakit Akibat Kerja (PAK). Pemeriksaan tambahan ini meliputi pemeriksaan audiometri untuk melihat apakah terjadi penurunan fungsi pendengaran. Jika memang terdapat indikasi penurunan pendengaran, maka perusahaan akan lebih cepat dalam menanggulanginya. Area yang termasuk ke dalam area bising di PT. Frisian Flag Indonesia Plant Pasar Rebo adalah area Engineering, SCM Filling Room, Powder Packing Filling Room, dan Powder Process. Pemeriksaan tambahan selanjutnya adalah pemeriksaan spirometri untuk mengetahui kondisi pernapasan pekerja yang bekerja di area yang berpotensi mengakibatkan penurunan fungsi kerja paru-paru. Jika dari hasil tes spirometri ditemukan adanya indikasi penurunan fungsi paru-paru, maka perusahaan akan dengan cepat menanggulanginya. Area di Plant Pasar Rebo yang berpotensi 108 mengakibatkan penurunan fungsi paru-paru adalah area SCM (Sweetened Condensed Milk), Powder Process, Powder Packing, dan Engineering. Pemeriksaan tambahan selanjutanya adalah stool test. Stool Test bertujuan untuk mengetahui keberadaan bakteri Salmonella pada karyawan produksi di bagian produk infant dan bagi seluruh karyawan yang berhubungan langsung dengan produksi/bahan baku di area high care. Selain dilakukan satu kali dalam setahun bersamaan dengan pemeriksaan kesehatan berkala, Stool test juga dilakukan ketika ada karyawan yang baru/rotasi akan bekerja di area high care. Metode Stool Test ini adalah memeriksa faeces dari setiap karyawan. Setiap karyawan yang terkait akan mendapatkan satu botol kecil untuk tempat faeces. Karyawan yang terkait harus langsung memberikan contoh faeces kepada poliklinik/laboratorium yang ditunjuk perusahaan pada hari yang sama. Selanjutnya laboratorium akan memberikan hasilnya kepada dokter perusahaan untuk ditinjau, dan akan diberikan kepada Human Resource Manager. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen, PT. FFI telah melaksanakan pemeriksaan kesehatan berkala untuk karyawan sekali dalam setahun sesuai dengan yang telah ditentukan dalam Permenaker No. 02 Tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan. Teknis dari pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala mengacu pada SOP yang disusun oleh pihak perusahaan. Berdasarkan hasil observasi, rincian dan alur pemeriksaan kesehatan diatur sepenuhnya oleh pihak vendor. 109 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus Peneliti melakukan telaah dokumen terkait dengan proses pemeriksaan kesehatan khusus. Dokumen yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala adalah Standard Operating Procedures (SOP) pemeriksaan kesehatan. Di dalam SOP, terdapat keterenagan tentang keadaan di mana dapat dilakukan pemeriksaan khusus yaitu apabila terjadi suatu keadaan seperti wabah. Untuk keterangan yang lebih lanjut, SOP terlampir di bagian lampiran. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan kunci, pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan karyawan dengan membawa surat pengantar dari dokter perusahaan atau menggunakan voucher pemeriksaan yang telah disediakan oleh perusahaan. Karyawan dapat meminta voucher pemeriksaan di poliklinik melalui perawat perusahaan. Berikut kutipan hasil wawancara dengan informan kunci: “… Biasanya mereka request karena berpikir menurut mereka itu perlu. Terus, kemudian, untuk orang-orang yang mungkin dia pernah sakit hipertensi gitu, nah mungkin karena dia diindikasikan oleh dokter, didiagnosa ada kemungkinan dia mungkin berpotensi sakit jantung, nah biasanya mereka sudah maintain sendiri. Biasanya dia akan konsultasi dengan dokter, nanti dokter akan kasih usulan ke mana nanti dia akan follow up nya, gitu… kita di sini juga ada voucher berobat ya, biasanya sih karyawan lagsung minta ke klinik terus tinggal berobat…” Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, berdasarkan keterangan dari informan utama, karyawan yang akan melakukan pemeriksaan 110 khusus di rumah sakit terlebih dulu meminta surat pengantar kepada dokter perusahaan ke rumah sakit yang direkomendasikan oleh dokter perusahaan. Selain itu, karyawan juga dapat melakukan pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan voucher pemeriksaan yang berlaku di rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan. Berikut kutipan hasil wawancaranya: “… di sini, kalau misalnya mau periksa sendiri, biasanya karyawan minta surat pengantar ke dokter, terus nanti disaranin juga periksa di rumah sakit mana… kalau voucher sih, karyawan minta langsung ke klinik, nanti kita kan juga ada laporannya juga dari rumah sakit provider, data karyawan yang periksa…” (Perawat Perusahaan). “… Prosesnya itu, dari klinik, kita bilang ke dokter, kenapa ya dok ada gini-gini? Trus, atau kita minta secara khusus, dok saya minta tolong, dilakukan pengecekan misalnya di jantung saya, karena belakangan ini saya mengalami kok seakan-akan denyut jantung saya lambat, nadi saya lambat. Dari situ nanti dokter mengirimkan surat rekomendasi…” (SHE). Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung, menurut beberapa karyawan bagian produksi, apabila karyawan ingin melakukan pemeriksaan kesehatan di rumah sakit, karyawan akan meminta voucher kepada pihak HR atau perawat perusahaan. Berikut kutipan hasil wawancaranya: “… kita mah, karyawan kalau misalnya ada yang kurang enak sama kondisi badan, kita biasanya minta voucher ke klinik buat periksa…” 111 Dalam pemeriksaan kesehatan khusus, berdasarkan hasil penelitian, PT. FFI telah melakukan pemeriksaan kesehatan khusus kepada karyawan sesuai dengan kondisi yang telah ditetapkan dalam Permenaker No. 02 tahun 1980 yaitu apabila tenaga kerja mengalami kecelakaan, tenaga kerja mengalami yang diduga mengalami gangguan dalam kesehatannya. Namun, untuk rotasi karyawan antar departemen dalam bagian produksi, berdasarkan hasil penelitian, PT. FFI belum melakukan pemeriksaan khusus untuk mengetahui kondisi kesehatan karyawan sebelum rotasi dilakukan. E. Output Tabel 5.5 Hasil Penelitian Output Pemeriksaan Kesehatan Pemeriksaan Kesehatan Pemeriksaan Kesehatan Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Berkala Khusus Hasil pemeriksaan Hasil pemeriksaan Hasil pemeriksaan kesehatan berupa kondisi kesehatan berupa status kesehatan berupa kondisi kesehatan calon karyawan. kesehatan karyawan selama kesehatan karyawan setelah Kondisi tersebut sebagai setahun bekerja. Jika melakukan pemeriksaan penentu apakah calon karyawan mengalami khusus sesuai dengan karyawan dapat diterima gangguan kesehatan, maka permintaan karyawan. Hasil bekerja atau tidak. karyawan akan melakukan tersebut akan dilaporkan pemeriksaan lanjutan kepada poliklinik hingga status karyawan perusahaan. menjadi sehat kembali. 112 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan kunci, hasil dari pemeriksaan sebelum bekerja ada status kesehatan pekerja, apakah pekerja telah memenuhi persyaratan untuk menjadi karyawan dalam konteks kondisi kesehatan, sesuai dengan persyaratan dari pihak recruitment. Dampak langsung dari hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah keputusan apakah calon karyawan akan diterima menjadi karyawan atau ditolak. Hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja sangat menentukan dalam proses penerimaan karyawan baru. “… Katakanlah dia interview oke, psikotes oke, interview dengan user oke, kompetensi dia oke, tapi kemudian waktu dia mengikuti medical test itu ternyata dia ga lulus… nah itu bisa jadi menyebabkan dia ga jadi diterima sama kita, karena kondisi hasil medical test nya itu kurang, gitu…” Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, hasil dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja apakah kondisi dari calon karyawan sudah sesuai dengan persyaratan yang telah diajukan oleh pihak HR dan recruitment. “…Kita ga boleh tau (hasilnya), jadi dokter di sini yang membaca hasilnya. Kita taunya lulus tes apa ngga…” (SHE) “…setelah MCU, dinyatakan OK, karena kita perusahaan makanan, karena ada kaitannya dengan kalo ada penyakit menular, ya, kita tidak bisa menerima karyawan tersebut. Biasanya seperti itu…” 113 Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung, hasil dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah kondisi tubuh yang sesuai dengan yang disyaratkan oleh pihak perusahaan untuk bekerja di area yang sesuai. “… ya, kalau hasil tes kesehatannya bagus, berarti dia diterima kerja di sini, kan syarat kesehatannya berarti udah dipenuhin…” Berdasarkan hasil wawancara mendalam, hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja merupakan keputusan apakah calon karyawan diterima atau ditolak untuk bekerja di PT. FFI. 2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, Hasil dari pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan karyawan selama bekerja di perusahaan. Kondisi karyawan dapat digolongkan menjadi fit dan unfit yang memerlukan penanganan yang lebih lanjut. Apabila dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala, karyawan dinyatakan unfit, karyawan tersebut akan dipanggil oleh Dokter perusahaan untuk dilakukan pemeriksaan ulang. Apabila memang terdapat gangguan, Dokter perusahaan akan merekomendasikan rumah sakit untuk pengobatan gangguan kesehatan tersebut hingga sembuh. Dan apabila karyawan sudah dinyatakan sembuh, karyawan akan melapor kepada Dokter perusahaan yang akan diteruskan kepada pihak HRO. “… Nah, nanti dilihat lagi, apa namanya, ditanya-tanya lagi juga, waktu kemaren kondisinya gimana, waktu medical checkup, diverifikasi ulang lagi. Nah, kalau misalnya nanti menurut dokter itu dia harus dirujuk, atau melakukan pemeriksaan kembali, dokter kasih rujukan, 114 artinya nanti periksa lagi. Nah nanti hasilnya direview lagi sama dokter. Pokoknya statusnya itu sampai dengan closed, dokter menyatakan sudah selesai, gitu. Itu sih secara umum gambarannya seperti itu…” Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, Menurut perawat perusahaan, output dari pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk mengetahui kondisi keesehatan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, apakah terjadi gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan kerja yang memerlukan follow up dari dokter perusahaan. Menurut pihak SHE, hasil dari pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk mengetahui apakah ada gangguan pada kesehatan karyawan yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Apabila dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala terdapat karyawan yang mengalami gangguan kesehatan, maka karyawan tersebut akan diperiksa kembali oleh dokter perusahaan. Apabila karyawan tersebut terbukti mengalami gangguan kesehatan, maka karyawan tersebut akan melakukan pengobatan di rumah sakit rekomendasi dokter perusahaan sampai sembuh. Setelah dinyatakan sembuh, karyawan harus melapor kembali ke Dokter perusahaan. Namun, menurut pihak SHE, untuk karyawan yang tidak mengalami indikasi gangguan kesehatan seharusnya juga secara langsung bisa menerima hasil pemeriksaan kesehatan tanpa terlebih dulu harus meminta kepada dokter perusahaan secara langsung. “…Terus setelah itu, hasil keluar, kalau yang jelek-jelek itu nanti kita panggil, kita panggil ngadep dokter, nanti dokter kasih tau kenapakenapa, pokoknya kalau yang bermasalah kita ulang lagi ceknya 115 biasanya sampai dia normal, pokoknya diobatin sampai dia kembali normal lagi. Terus dokumentasinya juga harus jelas, jadi dia ke dokter harus bawa hasilnya, terus nanti sama dokter dikasih obat apa-apa, harus lapor kita…” (Perawat Perusahaan) “… (hasilnya karyawan boleh tau) boleh. Tapi kalau kita minta boleh. Tapi harusnya ga kaya gitu lho, harusnya ga gitu dalam arti gini, karyawan itu apalagi karyawan tua tingkat pengetahuannya kan rendah, dia harus diajarkan untuk dia mengerti kondisi kesehatannya, dan pengertian ga ada bermasalah itu kan, perlu kita jabarkan lagi ya, artinya gini, masalah penurunan kebisingan… eh penurunan kebisingan, penurunan pendengaran, artinya kan ada batasnya ya, tapi dia itu penurunan pendengarannya menurun, tapi masih dalam batas aman kan, normal, nah itu karyawan itu harus tau…” (SHE) “…Jadi, MCU tahunan yang dilakukan saat ini, hasilnya nanti dikomunikasikan lagi ke karyawan, apabila ada memang penyakit yang memang serius ya, atau mungkin ada gejala, itu biasanya dipanggil oleh dokter perusahaan dan diberikan rekomendasi. Apakah dia ke dokter ini, karena memang ada beberapa dokter khusus yang bekerja sama dengan kita. Yang untuk misalnya, oh ini hepatitis misalnya, nanti ditangani oleh dokter hepatitis di mana, gitu…” (Safety Officer). Menurut informan pendukung, hasil dari pemeriksaan kesehatan berkala terbagi dua yaitu sehat dan yang mengalami gangguan kesehatan. Apabila dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala karyawan mengalami masalah kesehatan, maka karyawan tersebut akan dipanggil untuk menghadap ke Dokter perusahaan untuk melakukan pemeriksaan ulang. Jika karyawan terbukti mengalami masalah 116 kesehatan, maka karyawan akan melakukan pengobatan di rumah sakit sampai sembuh. “…Kalau kita misalnya sakit, langsung diobatin. Biar sembuh, jangan sampai karyawan sininya tuh sakit-sakitan semua, kalau bisa pada sehat…” “… iya Mba, biasanya nanti pas hasilnya keluar, biasanya ada beberapa karyawan yang dipanggil buat ke dokter. Yang dipanggil itu sih biasanya ya emang ada sedikit masalah sama kesehatannya. Terus kalau pas abis diperiksa lagi ternyata beneran, dia diobatin sampai sembuh…” Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa selama ini hasil pemeriksaan kesehatan berkala untuk karyawan hanya dijelaskan kepada karyawan yang diindikasikan mengalami gangguan kesehatan, untuk karyawan lainnya dapat mengkonsultasikan secara langsung ke dokter perusahaan. Tindak lanjut dari hasil pemeriksaan adalah jika terdapat karyawan yang mengalami masalah kesehatan, maka karyawan tersebut akan melakukan pemeriksaan lanjutan hingga dokter perusahaan menyatakan bahwa kondisi karyawan tersebut telah fit. 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan kunci, output dari pemeriksaan khusus yang diminta karyawan adalah untuk mengetahui kondisi dari fungsi tubuh yang diperiksa oleh dokter rumah sakit yang menjadi provider perusahaan. Setelah melakukan pemeriksaan kesehatan khusus, 117 karyawan melaporkan hasil dari pemeriksaan kepada Dokter perusahaan yang selanjutnya akan dilaporkan kepada pihak HRO. “… misalnya karyawan itu sakit, kemudian, dia perlu perawatan intensif, ya nanti kita juga yang akan, apa namanya, istilahnya kaya mencarikan, baiknya dia konsultasi ke mana, kita kasih suggestion, termasuk juga kita memberikan pelayanan, sampai dia bener-bener sembuh…” Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan pihak SHE, hasil dari pemeriksaan kesehatan khusus adalah kondisi kesehatan karyawan akan dijelaskan oleh dokter perusahaan. Berikut kutipan hasil wawancara dengan SHE: “… (hasil) sama sih seperti MCU, tapi kalau untuk pemeriksaan khusus, biasanya nanti dikasih datanya. Nanti ngambil dari dokter…” (SHE) Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa hasil pemeriksaan khusus untuk mengetahui kondisi fisik karyawan yang diperiksa dianggap tidak fit. Tindak lanjut dari pemeriksaan kesehatan khusus adalah perawatan terhadap karyawan. 118 F. Umpan Balik Tabel 5.6 Hasil Penelitian Umpan Balik Pemeriksaan Kesehatan Faktor Pendukung Faktor Penghambat 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja a. Input a. Sarana dan prasarana yang Perusahaan belum mengalami baik. b. PT. hambatan baik dari segi tenaga FFI prosedur telah mengikuti kesehatan maupun sarana dan yang telah prasarana. ditetapkan permenakertrans dalam No. 02 Tahun 1980 yang diperinci ke dalam SOP. b. Proses Kerja sama yang baik antara PT. Perusahaan belum mengalami FFI dengan pihak laboratorium. hambatan dalam teknis pelaksanaan pemeriksaan. c. Output Perusahaan langsung Perusahaan belum mengalami mendapatkan hasil pemeriksaan hambatan calon karyawan laboratorium. dalam ketepatan dari waktu dari hasil pemeriksaan kesehatan. 119 Tabel 5.6 (Lanjutan) Hasil Penelitian Umpan Balik Pemeriksaan Kesehatan Faktor Pendukung Faktor Penghambat 2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala a. Input Sarana dan prasarana yang Perusahaan belum mengalami disediakan vendor telah memadai hambatan dan dalam kondisi baik. dari segi tenaga kesehatan maupun sarana dan prasarana yang disediakan oleh vendor. b. Proses Kerja sama yang baik antara a. Data karyawan ada yang perusahaan dengan pihak vendor. belum masuk ke pihak vendor. b. Pada saat pelaksanaan, ada beberapa karyawan yang tidak bisa hadir. c. Output Hasil pemeriksaan keluar tepat Perusahaan belum mengalami waktu sesuai dengan kesepakatan hambatan dalam antara perusahaan dengan vendor. hasil dari vendor. penerimaan 120 Tabel 5.6 (Lanjutan) Hasil Penelitian Umpan Balik Pemeriksaan Kesehatan Faktor Pendukung Faktor Penghambat 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus Sarana dan prasarana RS provider Perusahaan belum mengalami a. Input telah memadai karena perusahaan hambatan dari segi tenaga bekerja sama dengan RS umum kesehatan dan fasilitas dari RS tipe B. provider. Kerja sama yang baik antara Perusahaan belum mengalami b. Proses perusahaan dengan RS provider hambatan dalam teknis yang merupakan RS umum tipe pemeriksaan khusus. B. c. Output Hasil pemeriksaan khusus Perusahaan belum mengalami diterima secara rutin oleh pihak hambatan perusahaan dari provider. dalam pelaporan hasil kesehatan khusus proses pemeriksaan dari RS provider. 1. Faktor Pendukung a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja 1) Input Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, selama ini proses pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, dapat berjalan dengan 121 lancar karena didukung berbagai sarana dan prasarana yang memadai. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan informan kunci: “… Sejauh ini sudah baik ya pelaksanaan MCU nya, itu termasuk buat yang pre employment juga ya… dari fasilitasnya kan kita juga ditunjang…” Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama, proses pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja selama ini berjalan dengan lancar karena didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. “…Ya paling kita pendukungnya Cuma provider itu, vendornya itu… Iya kaya gitu juga. Nah itu kita pastikan di dalam audit itu dokternya berkualitas, ada sertifikat, mereka punya WI…” (SHE) “… MCU kita udah baik kok, lancar-lancar aja… kan kita sebelum pelaksanaan ada seleksi vendor dulu dari perusahaan, jadi kita milihnya yang fasilitasnya paling bagus. Gitu…” (Safety Officer) Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung, menurut beberapa karyawan produksi, proses pemeriksaan kesehatan telah berlangsung dengan baik karena dukungan sarana dan prasarana yang baik. “… udah kok, udah bagus, lancar… kan dari vendornya alat-alatnya juga udah mendukung…” 122 Berdasarkan hasil wawancara mendalam, selama ini pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja berjalan dengan baik karena didukung oleh sarana dan prasarana yang baik. 2) Proses Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, faktor pendukung kelancaran pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, adalah kerja sama perusahaan dengan pihak laboratorium.. “… karena kita juga bekerja sama dengan beberapa laboratorium, klinik, dan rumah sakit di luar…” Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama, proses pemeriksaan kesehatan selama ini berjalan dengan lancar karena adanya kerja sama antara perusahaan dengan pihak laboratorium. “… selama ini lancar-lancar saja, kita kerja sama dengan pihak luar untuk pemeriksaan sebelum kerja itu juga sudah lama…” (Dokter Perusahaan) “… Iya kaya gitu juga. Nah itu kita pastikan di dalam audit itu dokternya berkualitas, ada sertifikat, mereka punya WI…” (SHE) Berdasarkan hasil wawancara mendalam, proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja didukung oleh kerja sama pihak perusahaan dengan pihak laboratorium. 123 3) Output Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, dari segi pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan, perusahaan langsung mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium calon karyawan. “… ga sih, kita ga ada hambatan juga soal hasil pemeriksaan calon karyawan…” Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa dari segi pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan, perusahaan langsung mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium calon karyawan. b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala 1) Input Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, selama ini proses pemeriksaan kesehatan berkala dapat berjalan dengan lancar karena didukung berbagai sarana dan prasarana yang memadai. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan informan kunci: “… Sejauh ini sudah baik ya pelaksanaan MCU nya, itu termasuk buat yang pre employment juga ya… dari fasilitasnya kan kita juga ditunjang…” Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama, proses pemeriksaan kesehatan berkala selama ini berjalan dengan lancar karena didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. “… MCU kita udah baik kok, lancar-lancar aja… kan kita sebelum pelaksanaan ada seleksi vendor dulu dari perusahaan, 124 jadi kita milihnya yang fasilitasnya paling bagus. Gitu…” (Perawat Perusahaan) “… Iya kaya gitu juga. Nah itu kita pastikan di dalam audit itu dokternya berkualitas, ada sertifikat, mereka punya WI…” (SHE) Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung, menurut beberapa karyawan produksi, proses pemeriksaan kesehatan telah berlangsung dengan baik karena dukungan sarana dan prasarana yang baik. “… udah kok, udah bagus, lancar… kan dari vendornya alat-alatnya juga udah mendukung…” Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung dalam proses input pemeriksaan kesehatan berkala adalah sarana dan prasarana yang telah memadai dan dalam kondisi yang baik. 2) Proses Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, faktor pendukung kelancaran pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala adalah kerja sama perusahaan dengan pihak vendor. “… karena kita juga bekerja sama dengan beberapa klinik dan rumah sakit di luar…” 125 Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama, proses pemeriksaan kesehatan selama ini berjalan dengan lancar karena adanya seleksi vendor sebelum pemeriksaan kesehatan dilaksanakan. “… MCU kita udah baik kok, lancar-lancar aja… kan kita sebelum pelaksanaan ada seleksi vendor dulu dari perusahaan, jadi kita milihnya yang fasilitasnya paling bagus. Gitu…” Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja didukung oleh kerja sama pihak perusahaan dengan pihak vendor. 3) Output Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, dari segi pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan, pihak vendor yang bekerja sama dengan perusahaan memberikan laporan ke pihak HR tepat waktu. Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, batas waktu pelaporan hasil dari vendor tergantung dari perjanjian pihak vendor kepada perusahaan pada saat rapat perencanaan. “…nanti pas udah selesai, biasanya sih dua minggu, tergantung kesepakatan sama vendor ya, si pihak vendor nya iitu nanti bikin laporan biasanya dalam bentuk soft copy, mana-mana orang yang hasilnya abnormal, mana yang normal…” Dari hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa selama ini yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan 126 pemeriksaan kesehatan berkala adalah hasil yang keluar tepat waktu sesuai yang telah disepakati oleh pihak perusahaan dengan pihak vendor. c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus 1) Input Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, selama ini proses pemeriksaan kesehatan khusus dapat berjalan dengan lancar karena didukung berbagai sarana dan prasarana yang memadai. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan informan kunci: “… Sejauh ini sudah baik ya pelaksanaan MCU nya, itu termasuk buat yang pre employment juga ya… dari fasilitasnya kan kita juga ditunjang…” Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama, proses pemeriksaan kesehatan khusus selama ini berjalan dengan lancar karena didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. “… kita kerja sama dengan provider yang emang fasilitasnya udah lengkap, terus juga banyak providernya, dan jaraknya ga terlalu jauh juga…” Berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung, menurut beberapa karyawan produksi, proses pemeriksaan kesehatan telah berlangsung dengan baik karena dukungan sarana dan prasarana yang baik. “… udah kok, udah bagus, lancar… rumah sakitnya juga udah lengkap alat-alatnya…” 127 Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh rumah sakit provider merupakan faktor pendukung dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus. 2) Proses Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, faktor pendukung kelancaran pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus adalah kerja sama perusahaan dengan beberapa rumah sakit. “… karena kita juga bekerja sama dengan beberapa klinik dan rumah sakit di luar…” Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan utama, proses pemeriksaan kesehatan selama ini berjalan dengan lancar karena kerja sama dengan rumah sakit provider.” “… kita kerja sama dengan provider yang emang fasilitasnya udah lengkap, terus juga banyak providernya, dan jaraknya ga terlalu jauh juga…” “… Kalau yang tahun ini sih MCU nya sudah lebih bagus, yang sekarang ini berjalan sudah lebih bagus dari yang kemarin. Yang sebelumnya itu ga ada konsultasi dokternya. Sekarang dokternya banyak. Jadi lebih OK lagi saat ini...” Berdasarkan hasil wawancara mendalam, faktor pendukung pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus selama ini adalah kerja sama 128 yang baik antara pihak perusahaan dengan provider yang terdiri dari rumah sakit, klinik, dan laboratorium. 3) Output Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, dari segi pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan, pihak rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan memberikan laporan ke pihak HR secara rutin dan tepat waktu. Untuk pemeriksaan kesehatan khusus, pihak rumah sakit akan memberikan laporan kepada perusahaan setiap akhir bulan. “…kalau itu sih ya… kita tiap bulannya ada laporan dari provider… siapa-siapa aja karyawan yang periksa ke sana… nanti kita rekap lagi datanya… gitu…” Berdasarkan hasil wawancara mendalam, ketepatan waktu dalam memberikan laporan hasil pemeriksaan kesehatan khusus kepada perusahaan dan secara rutin menjadi faktor pendukung dalam penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan khusus. 2. Faktor Penghambat a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja 1) Input Berdasarkan wawancara dengan informan kunci, untuk tenaga kesehatan dan sarana prasarana untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, perusahaan belum pernah mengalami hambatan. Untuk sarana dan prasarana, pihak poliklinik secra rutin memantau apakah ada sarana dan prasarana yang harus diperbaiki atau diganti. 129 “… kalau memang kondisinya sudah harus diganti, ya diganti, jadi kan kita ga mungkin misalnya alat kesehatan itu sudah ga layak untuk dipake…” Berdasarkan wawancara dengan informan utama, untuk tenaga kesehatan dan fasilitas untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, perusahaan tidak mengalami hambatan. Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan dokter perusahaan: “… untuk pre employment, selama ini tidak ada hambatannya ya…” Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan: “… buat yang mana? Pre? Ga ada sih, belom pernah nemuin hambatan sih selama kerja di sini…” Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan SHE: “… ooo kalau untuk yang sebelum bekerja ga ada hambatannya…” Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa selama ini perusahaan belum mengalami hambatan dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja jika dilihat dari tenaga kesehatan yang terdiri dari kompetensi tenaga kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan yang berada di perusahaan. Jika ditinjau dari segi sarana dan prasarana, perusahaan juga belum pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. mengalami hambatan dalam 130 2) Proses Berdasarkan wawancara dengan informan kunci, untuk pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, perusahaan belum pernah mengalami hambatan. “… ga sih, selama ini belum ada (hambatan)…” Berdasarkan wawancara dengan informan utama, untuk pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, perusahaan tidak mengalami hambatan. Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan dokter perusahaan: “… untuk pre employment, selama ini tidak ada hambatannya ya…” Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan: “… buat yang mana? Pre? Ga ada sih, belom pernah nemuin hambatan sih selama kerja di sini…” Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan SHE: “… ooo kalau untuk yang sebelum bekerja ga ada hambatannya…” Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa selama ini PT. FFI belum mengalami hambatan dalam teknis pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. 131 3) Output Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, dari segi pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, perusahaan tidak mengalami hambatan karena perusahaan langsung mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium calon karyawan. “… ga sih, kita ga ada hambatan juga soal hasil pemeriksaan calon karyawan…” Berdasarkan wawancara dengan informan utama, untuk pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, perusahaan tidak mengalami hambatan. Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan dokter perusahaan: “… untuk pre employment, selama ini tidak ada hambatannya ya…” Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dari segi pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, selama ini perusahaan belum mengalami hambatan. b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala 1) Input Berdasarkan wawancara dengan informan kunci, untuk tenaga kesehatan dan sarana prasarana untuk pemeriksaan kesehatan berkala, perusahaan belum pernah mengalami hambatan. Untuk sarana dan prasarana, pihak telah memilih vendor sesuai dengan kriteria perusahaan. 132 “… penghambat secara umum ga ada ya…” Berdasarkan wawancara dengan informan utama, untuk tenaga kesehatan dan fasilitas untuk pemeriksaan kesehatan berkala, perusahaan tidak mengalami hambatan. Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan dokter perusahaan: “… MCU, tidak ada hambatan juga selama ini…” Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan: “… fasilitas? Hambatan belom ada sih…” Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan SHE: “…ga ada hambatannya…” Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa perusahaan belum pernah mengalami hambatan dalam pemeriksaan kesehatan berkala jika dilihat dari segi tenaga kesehatan maupun sarana dan prasarana. 2) Proses Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, selama ini, hambatan biasanya terjadi pada saat pemeriksaan kesehatan berkala. Pada saat pemeriksaan kesehatan berlangsung, terkadang terdapat beberapa karyawan yang belum masuk ke database vendor. Selain itu, terkadang terdapat karyawan yang sedang bertugas di luar kota pada saat 133 pemeriksaan kesehatan berkala berlangsung, sehingga karyawan tersebut harus melakukan pemeriksaan kesehatan susulan di tempat vendor. “… penghambat secara umum sih, ga ada ya… ya paling Cuma kalau misalnya lagi pas pelaksanaan, ada karyawan yang tidak bisa hadir karena alasan tertentu seperti lagi ke luar kota, nanti pas dia udah pulang, dia MCU sendiri di tempat vendor…” Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama, hambatan yang sering terjadi pada saat pemeriksaan kesehatan berkala adalah ketidakhadiran karyawan yang disebabkan oleh kondisi karyawan yang sedang sakit atau sedang berada di luar kota, sehingga karyawan harus melakukan pemeriksaan kesehatan di tempat vendor. “… kalau dengan vendor tidak ada hambatan juga, soalnya kan kita sudah lama kerja sama, jadi lancar-lancar saja selama ini…” (Dokter Perusahaan) “… kalau untuk pelaksanaannya sih, selama pelaksanaannya lancar-lancar aja. Cuma, kalau ada karyawan yang lagi di luar kota pas MCU diadain, dia pemeriksaan sendiri, susulan di tempat vendornya langsung…” (Perawat Perusahaan) “… Mungkin yang menjadi kurang, saya bilang, menyesuaikan jadwal orang office dengan jadwal MCU ya, artinya kalo orang office itu kan ada orang marketing tuh, eh sales ya, sorry sales, mereka kan jalan-jalan, nah itu kadangkadang mereka ga ketepatan ada di sini untuk melakukan MCU. Terus ketika mereka dateng ke providernya itu mereka jauh dari 134 rumahnya, gitu. Terus terkait dengan waktu dia juga di hari sabtu…” (SHE) Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa untuk pemeriksaan kesehatan berkala, perusahaann mengalami beberapa hambatan. Hambatan tersebut berupa data karyawan yang belum masuk ke vendor, selain itu, pada saat pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala, ada beberapa karyawan yang tidak dapat hadir dikarenakan sedang melakukan dinas. Untuk mengatasinya, untuk karyawan yang tidak dapat hadir pada saat pelaksanaan pemeriksaan kesehatan, karyawan tersebut dapat melakukan pemeriksaan susulan langsung di tempat vendor. 3) Output Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, dari segi pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan, perusahaan tidak mengalami hambatan karena pihak vendor yang bekerja sama dengan perusahaan memberikan laporan ke pihak HR tepat waktu. Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, batas waktu pelaporan hasil dari vendor tergantung dari perjanjian pihak vendor kepada perusahaan pada saat rapat perencanaan. “…nanti pas udah selesai, biasanya sih dua minggu, tergantung kesepakatan sama vendor ya, si pihak vendor nya iitu nanti bikin laporan biasanya dalam bentuk soft copy, mana-mana orang yang hasilnya abnormal, mana yang normal…” 135 Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan berkala, perusahaan tidak mengalami hambatan. c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus 1) Input Berdasarkan wawancara dengan informan kunci, untuk tenaga kesehatan dan sarana prasarana untuk pemeriksaan kesehatan berkala, perusahaan belum pernah mengalami hambatan. Untuk sarana dan prasarana, pihak telah memilih vendor sesuai dengan kriteria perusahaan. “… penghambat secara umum ga ada ya…” Berdasarkan wawancara dengan informan utama, untuk tenaga kesehatan dan fasilitas untuk pemeriksaan kesehatan berkala, perusahaan tidak mengalami hambatan. Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan dokter perusahaan: “…tidak ada hambatan selama ini…” Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan: “… Hambatan belom ada sih…” Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan SHE: “…ga ada hambatannya…” Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa perusahaan belum pernah mengalami hambatan dalam 136 pemeriksaan kesehatan khusus jika dilihat dari segi tenaga kesehatan maupun sarana dan prasarana. 2) Proses Berdasarkan wawancara dengan informan kunci, untuk pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus, perusahaan belum pernah mengalami hambatan. “… ga sih, selama ini belum ada (hambatan)…” Berdasarkan wawancara dengan informan utama, untuk pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus, perusahaan tidak mengalami hambatan. Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan dokter perusahaan: “…selama ini tidak ada hambatannya ya…” Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan perawat perusahaan: “… belom ada…” Berikut ini kutipan hasil wawancara dengan SHE: “… ooo ga ada hambatannya…” Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa selama ini, dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus, perusahaan belum mengalami hambatan. 137 3) Output Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, dari segi pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan, perusahaan tidak mengalami hambatan karena pihak rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan memberikan laporan ke pihak HR secara rutin dan tepat waktu. Untuk pemeriksaan kesehatan khusus, pihak rumah sakit akan memberikan laporan kepada perusahaan setiap akhir bulan. “…kalau itu sih ya… kita tiap bulannya ada laporan dari provider… siapa-siapa aja karyawan yang periksa ke sana… nanti kita rekap lagi datanya… gitu…” Berdasarkan wawancara mendalam, selama ini pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan khusus belum mengalami hambatan. Rumah sakit yang menjadi provider PT. FFI melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan khusus secara rutin dan tepat waktu. G. Lingkungan Berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci, Disnaker dan Dinkes ikut mengawasi proses penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan. Selain itu, pihak pemerintah juga ikut mengawasi kondisi sarana dan prasarana yang terkait dengan pemeriksaan kesehatan di poliklinik PT. FFI. “… nah, kalau dari pemerintah biasanya terkait sama izin poliklinik. Biasanya setiap lima tahun diadain audit ke kita, dicek lagi, apakah kita masih memenuhi syarat apa ga, biasanya sih kalau audit dari pemerintah itu ke HR sama ke klinik…” 138 Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa pihak pemerintah yang terlibat dalam pengawasan pemeriksaan kesehatan adalah pihak Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Kesehatan. Kedua dinas tersebut melakukan pengawasan terhadap proses penyelenggaraan pemeriksaan kesehatn dan pengawasan sarana dan prasarana yang terkait dengan pemeriksaan kesehatan di Poliklinik PT. FFI. Namun, peneliti tidak mendapatkan informasi secara lebih rinci tentang bagian dari Disnaker dan Dinkes yang terlibat langsung dalam proses pengawasan penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan. BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut: 1. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga subyektivitas peneliti masih terdapat dalam isi penelitian, namun diminimalisasi dengan triangulasi data dan sumber. 2. Peneliti tidak melakukan observasi terhadap jenis-jenis pemeriksaan fisik yang dilakukan di Poliklinik PT. Frisian Flag Indonesia karena pemeriksaan tersebut bersifat rahasia yang hanya diketahui oleh dokter perusahaan dan calon karyawan. 3. Peneliti tidak melakukan observasi pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan karena pemeriksaan dilakukan di tempat yang berbeda yaitu rumah sakit yang menjadi provider perusahaan, selain itu, waktu untuk pemeriksaan khusus tidak menentu karena pemeriksaan dilakukan berdasarkan kebutuhan dari karyawan. 4. Peneliti tidak dapat melakukan observasi ke tempat vendor yang bekerja sama dalam pemeriksaan kesehatan berkala dan Rumah Sakit yang menjadi provider perusahaan karena tidak mendapatkan izin dari pihak perusahaan. 5. Peneliti tidak meneliti dampak dari pemeriksaan kesehatan kepada karyawan, baik pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, maupun pemeriksaan kesehatan khusus, hal itu disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi dampak hasil pemeriksaan kesehatan bagi karyawan. 139 140 6. Peneliti tidak dapat melampirkan beberapa data seperti sertifikat hiperkes, surat izin praktik, dan surat pengangkatan dokter perusahaan. Selain itu, peneliti juga tidak dapat melampirkan sertifikat hiperkes, surat izin kerja, dan surat pengangkatan perawat perusahaan karena data-data tersebut bersifat rahasia. B. Input 1. Tenaga Kesehatan Menurut Silalahi (2011), lingkungan internal adalah faktor-faktor dan kekuatan-kekuatan kunci di dalam organisasi yang memengaruhi operasi organisasi untuk mencapai tujuannya. Keunggulan suatu organisasi dan manajemen dan manajemen akan ditentukan oleh cara bagaimana sebuah organisasi memanajemeni lingkungan internal, seperti halnya bagaimana meningkatkan kapabilitas sumber daya manusianya untuk dapat merespon secara cepat dan tepat perubahan yang terjadi serta bagaimana organisasi memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi untuk kepentingan organisasi. Lingkungan internal meliputi sumber daya manusia, sumber daya finansial, sumber daya fisik, sumber daya informasi serta sumber-sumber sistem dan teknologi, serta budaya dan sistem nilai. Menurut Silalahi (2011), sumber daya manusia merupakan elemen penting dari lingkungan dalam dan merupakan aset penting dari organisasi dibandingkan dengan elemen lingkungan dalam lainnya. Secara sederhana dapat dinyatakan, bahawa sumber daya manusialah yang membuat sumber-sumber lain dari suatu organisasi bekerja. Manusia menjadi motor penggerak aktivitas manajerial. 141 a. Kompetensi Tenaga Kesehatan 1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Menurut Silalahi (2011), sumber daya manusia merupakan elemen penting dari lingkungan dalam dan merupakan aset penting dari organisasi dibandingkan dengan elemen lingkungan dalam lainnya. Secara sederhana dapat dinyatakan, bahawa sumber daya manusialah yang membuat sumber-sumber lain dari suatu organisasi bekerja. Manusia menjadi motor penggerak aktivitas manajerial. Suhendra (2006) menjabarkan bahwa salah satu persyaratan dalam proses rekrutmen adalah kecakapan, mengenai kecakapan ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan: a. Pendidikan, misalkan beban tugas dan kewenangan jabatan tersebut memerlukan kapasitas pendidikan tertentu, apakah cukup tamatan SD, SMP, SMA, atau diperlukan seorang sarjana untuk mengisinya. b. Kualifikasi kerja, apakah perlu pengalaman sebagai magang, atau sertifikat lulus pendidikan tertentu. c. Pengalaman, syarat pengalaman pekerjaan dalam bidang apa dan berapa lama agar calon pegawai itu dapat bekerja dengan baik. Pemeriksaan kesehatan bagi karyawan dilaksanakan olek dokter, di dalam Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan, dokter adalah dokter yang ditunjuk oleh pengusaha yang telah memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Koperasi No. Per/10/Men/1976 dan syarat-syarat lain 142 yang dibenarkan oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja. Dalam Permenakertranskop No. Per/01/Men/1976 Pasal 1, setiap perusahaan diwajibkan untuk mengirimkan setiap dokter perusahaannya untuk mendapatkan latihan dalam bidang Hygiene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dalam pasal 2 dijelaskan bahwa yang dimaksud dokter perusahaan adalah setiap dokter yang ditunjuk atau bekerja di perusahaan yang bertugas dan atau bertanggung jawab atas Hygiene Perusahaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Berdasarkan Pedoman Pelayanan Medik di Klinik Departemen dan Perusahaan Kementerian Kesehatan RI (2008), kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan di perusahaan adalah sebagai berikut: 1) Dokter a) Mempunyai Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik. b) Mampu melaksanakan pelayanan medik dasar sesuai kompetensi dan kewenangannya. c) Khusus dokter yang bekerja di perusahaan/pabrik telah memiliki sertifikat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). 2) Perawat a) Mempunyai Surat Izin Kerja (SIK) perawat. b) Mampu melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangannya. 143 c) Mampu melaksanakan asistensi dokter sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. d) Perawat yang bekerja di perusahaan/pabrik memiliki sertifikat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Menurut penelitian Tri Ayu Pawesti (2010) dalam Dwijayanti (2013), tercapai atau tidaknya tujuan organisasi sangat ditentukan oleh adanya sumber daya yang handal. Salah satu sumber daya organisasi yang sangat penting adalah sumber daya manusia atau perorangan yang akan melaksanakan kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan telaah dokumen, kompetensi dari tenaga kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja di PT. FFI telah sesuai dengan kriteria yang telah disebutkan di atas. Kompetensi dokter yang telah dipenuhi yaitu dokter perusahaan telah memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes, mempunyai surat tanda registrasi dan surat izin praktik, dan mampu melaksanakan pelayanan medik sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Kompetensi perawat perusahaan juga telah sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan yaitu perawat telah memiliki sertifikat pelatihan Hiperkes, memiliki surat izin kerja perawat, mampu melaksanakan asistensi dokter sesuai dengan melaksanakan kewenangannya. kompetensi asuhan dan kewenangannya, keperawatan sesuai dan mampu kompetensi dan 144 Hasil penelitian di atas juga serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti (2013) tentang Analisis Implementasi Program Perencaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan desa di Kabupaten Demak. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa mengenai kuantitas dan kualitas SDM dinyatakan tidak ada kendala sehingga implementasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat terlaksana, hal ini dinyatakan oleh seluruh informan utama dan informan triangulasi. 2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala Berdasarkan Pedoman Pelayanan Medik di Klinik Departemen dan Perusahaan Kementerian Kesehatan RI (2008), kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan di perusahaan adalah sebagai berikut: 1) Dokter a) Mempunyai Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik. b) Mampu melaksanakan pelayanan medik dasar sesuai kompetensi dan kewenangannya. c) Khusus dokter yang bekerja di perusahaan/pabrik telah memiliki sertifikat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). 2) Perawat a) Mempunyai Surat Izin Kerja (SIK) perawat. b) Mampu melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangannya. 145 c) Mampu melaksanakan asistensi dokter sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. d) Perawat yang bekerja di perusahaan/pabrik memiliki sertifikat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Menurut penelitian Tri Ayu Pawesti (2010) dalam Dwijayanti (2013), tercapai atau tidaknya tujuan organisasi sangat ditentukan oleh adanya sumber daya yang handal. Salah satu sumber daya organisasi yang sangat penting adalah sumber daya manusia atau perorangan yang akan melaksanakan kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, kompetensi tenaga kesehatan yang bertugas pada saat pelaksanaan kesehatan berkala sepenuhnya menjadi tanggung jawab vendor. Pada proses perencanaan, setiap tahunnya perusahaan melakukan seleksi vendor yang akan bekerja sama untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala. Beberapa vendor yang menjadi kandidat seleksi mempresentasikan masing-masing programnya. Proses selanjutnya, perusahaan melakuakan audit secara langsung kepada pihak vendor apakah hasil presentasi yang dilakukan pihak vendor memang sesuai dengan keadaan di lapangan. Jika memang kondisi vendor berdasarkan hasil audit oleh pihak perusahaan sesuai dengan hasil presentasi yang telah dilakukan oleh pihak vendor dan kriteria yang telah ditetapkan oleh perusahaan, maka vendor tersebut yang akan bekerja sama dengan perusahaan untuk pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala. 146 Hasil penelitian di atas juga serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti (2013) tentang Analisis Implementasi Program Perencaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan desa di Kabupaten Demak. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa mengenai kuantitas dan kualitas SDM dinyatakan tidak ada kendala sehingga implementasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat terlaksana, hal ini dinyatakan oleh seluruh informan utama dan informan triangulasi. 3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus Pemeriksaan kesehatan khusus di PT. FFI dilakukan di Rumah Sakit yang menjadi provider perusahaan yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Rumah sakit provider tersebut merupakan rumah sakit yang termasuk ke dalam rumah sakit tipe B. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurangkurangnya empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang medik, delapan spesialis lainnya, dan dua subspesialis dasar serta dapat menjadi RS pendidikan apabila telah memenuhi persyaratan dan standar. Berdasarkan Pedoman Pelayanan Medik di Klinik Departemen dan Perusahaan Kementerian Kesehatan RI (2008), kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan di perusahaan adalah sebagai berikut: 1) Dokter 147 a) Mempunyai Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik. b) Mampu melaksanakan pelayanan medik dasar sesuai kompetensi dan kewenangannya. c) Khusus dokter yang bekerja di perusahaan/pabrik telah memiliki sertifikat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). 2) Perawat a) Mempunyai Surat Izin Kerja (SIK) perawat. b) Mampu melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangannya. c) Mampu melaksanakan asistensi dokter sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. d) Perawat yang bekerja di perusahaan/pabrik memiliki sertifikat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Menurut penelitian Tri Ayu Pawesti (2010) dalam Dwijayanti (2013), tercapai atau tidaknya tujuan organisasi sangat ditentukan oleh adanya sumber daya yang handal. Salah satu sumber daya organisasi yang sangat penting adalah sumber daya manusia atau perorangan yang akan melaksanakan kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, kompetensi tenaga kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan khusus sepenuhnya menjadi tanggung jawab rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan. Perusahaan telah menjalin kerjasama dengan 160 rumah sakit, klinik, serta apotek yang tersebar di daerah Jabodetabek. Namun, ada beberapa rumah sakit yang 148 memerlukan peninjauan ulang dalam hal kompetensi tenaga kesehatannya. Untuk melihat apakah kompetensi tenaga kesehatan di rumah sakit yang bekerja sama dengan pihak perusahaan, sampai saat ini perusahaan belum bisa melakukan audit secara menyeluruh kepada pihak-pihak yang bekerja sama dalam pemeriksaan kesehatan khusus dikarenakan jumlah rumah sakit, klinik, dan laboratorium yang banyak. Namun, berdasarkan hasil wawancara mendalam, pihak SHE sedang menyusun program untuk melaksanakan audit kepada pihak-pihak yang bekerja sama dengan perusahaan dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus. Hasil penelitian di atas juga serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti (2013) tentang Analisis Implementasi Program Perencaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan desa di Kabupaten Demak. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa mengenai kuantitas dan kualitas SDM dinyatakan tidak ada kendala sehingga implementasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat terlaksana, hal ini dinyatakan oleh seluruh informan utama dan informan triangulasi. b. Jumlah Tenaga Kesehatan 1) Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Menurut Edward dalam Winarno (2007), sumber daya yang penting meliputi staf yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik 149 untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Jumlah staf tidak selalu mempunyai efek positif bagi pelaksanaan program. Jumlah staf yang banyak tidak secara otomatis mendorong pelaksanaan yang berhasil. Hal lain yang mempengaruhinya yaitu dilihat dari kurangnya kualitas sumber daya manusia dan rendahnya motivasi pekerja. Staf harus memiliki keahlian yang terampil dan kompeten dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Berdasarkan Pedoman Pelayanan Medik di Klinik Departemen dan Perusahaan Kementerian Kesehatan RI (2008), jumlah dokter perusahaan minimal di klinik perusahaan adalah satu orang dan untuk perawat minimal berjumlah satu orang. Jumlah tenaga kesehatan di PT. FFI sudah mencukupi berdasarkan pedoman tersebut yaitu terdiri dari satu dokter perusahaan dan satu perawat perusaahn. Hal tersebut telah sesuai karena pemeriksaan yang dilakukan di Poliklinik perusahaan hanya pemeriksaan fisik sebelum bekerja bagi calon karyawan. Hasil penelitian di atas juga serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti (2013) tentang Analisis Implementasi Program Perencaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan desa di Kabupaten Demak. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa mengenai kuantitas dan kualitas SDM dinyatakan tidak ada kendala sehingga implementasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat terlaksana, hal ini dinyatakan oleh seluruh informan utama dan informan triangulasi. 150 2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala Menurut Edward dalam Winarno (2007), sumber daya yang penting meliputi staf yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Jumlah staf tidak selalu mempunyai efek positif bagi pelaksanaan program. Jumlah staf yang banyak tidak secara otomatis mendorong pelaksanaan yang berhasil. Hal lain yang mempengaruhinya yaitu dilihat dari kurangnya kualitas sumber daya manusia dan rendahnya motivasi pekerja. Staf harus memiliki keahlian yang terampil dan kompeten dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas pada saat pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala sepenuhnya menjadi tanggung jawab vendor. Namun, berdasarkan hasil wawancara mendalam juga diperoleh hasil bahwa untuk pemeriksaan kesehatan berkala pada tahun 2012, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas jauh lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya sehingga karyawan tidak perlu menunggu terlalu lama. Peningkatan jumlah tenaga kesehatan yang bertugas adalah hasil dari seleksi yang dilakukan HR Department, Dokter Perusahaan, dan SHE yang kemudian dilanjutkan dengan proses audit ke tempat vendor. Hasil penelitian di atas juga serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti (2013) tentang Analisis Implementasi Program Perencaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan 151 desa di Kabupaten Demak. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa mengenai kuantitas dan kualitas SDM dinyatakan tidak ada kendala sehingga implementasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat terlaksana, hal ini dinyatakan oleh seluruh informan utama dan informan triangulasi. 3) Pemeriksaan Kesehatan Khusus Menurut Edward dalam Winarno (2007), sumber daya yang penting meliputi staf yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Jumlah staf tidak selalu mempunyai efek positif bagi pelaksanaan program. Jumlah staf yang banyak tidak secara otomatis mendorong pelaksanaan yang berhasil. Hal lain yang mempengaruhinya yaitu dilihat dari kurangnya kualitas sumber daya manusia dan rendahnya motivasi pekerja. Staf harus memiliki keahlian yang terampil dan kompeten dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Pemeriksaan kesehatan khusus di PT. FFI dilakukan di Rumah Sakit yang menjadi provider perusahaan yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Rumah sakit provider tersebut merupakan rumah sakit yang termasuk ke dalam rumah sakit tipe B. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurangkurangnya empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang medik, 152 delapan spesialis lainnya, dan dua subspesialis dasar serta dapat menjadi RS pendidikan apabila telah memenuhi persyaratan dan standar. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah tenaga kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan khusus sepenuhnya menjadi tanggung jawab rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan. Perusahaan telah menjalin kerjasama dengan 160 rumah sakit, klinik, serta apotek yang tersebar di daerah Jabodetabek. Namun, ada beberapa rumah sakit yang memerlukan peninjauan ulang dalam hal jumlah tenaga kesehatannya. Untuk melihat apakah jumlah tenaga kesehatan di rumah sakit yang bekerja sama dengan pihak perusahaan, sampai saat ini perusahaan belum bisa melakukan audit secara menyeluruh kepada pihak-pihak yang bekerja sama dalam pemeriksaan kesehatan khusus dikarenakan jumlah rumah sakit, klinik, dan laboratorium yang banyak. Namun, berdasarkan hasil wawancara mendalam, pihak SHE sedang menyusun program untuk melaksanakan audit kepada pihak-pihak yang bekerja sama dengan perusahaan dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus. Hasil penelitian di atas juga serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti (2013) tentang Analisis Implementasi Program Perencaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan desa di Kabupaten Demak. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa mengenai kuantitas dan kualitas SDM dinyatakan tidak ada kendala sehingga implementasi Program Perencanaan Persalinan dan 153 Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat terlaksana, hal ini dinyatakan oleh seluruh informan utama dan informan triangulasi. 2. Fasilitas a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Menurut Silalahi (2011), kegiatan manajemen tidak akan jalan dan tujuan tidak akan tercapai jika tidak disertai dengan sumber-sumber yang dibutuhkan. Sumber daya bukan manusia atau sumber daya material adalah berbagai fasilitas atau sarana dan pra sarana yang dibutuhkan untuk mendukung pencapaian tujuan. Sebab meskipun manusia menjadi elemen penting dan menentukan dalam pencapaian tujuan keorganisasian tetapi jika tidak disertai sumber daya material yang memadai, maka tujuan yang sudah ditetapkan tidak akan tercapai secara optimum. Salah satu sumber daya material adalah sumber daya fisik. Fisik mencakup segala fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung efisiensi dan efektivitas kerja, seperti: gedung, perlengkapan kantor, lokasi, mesin-mesin, dan bahan mentah (raw materials) dan juga berbagai peralatan teknik yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang atau jasa. Menurut Winarno (2007) fasilitas fisik bisa pula merupakan sumbersumber penting dalam organisasi. Seorang pelaksana mungkin mempunyai staf yang memadai, mungkin memahami apa yang harus dilakukan dan mungkin mempunyai wewenang untuk melakukan tugasnya, tetapi tanpa fasilitas pendukung maka besar direncanakan tidak akan berhasil. kemungkinan implementasi yang 154 Fasilitas untuk pemeriksaan kesehatan dijabarkan dalam Pedoman Pelayan Medik di Klinik Departemen dan Perusahaan Kemenkes RI. Berdasarkan pedoman tersebut, dan dari hasil wawancara mendalam dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, fasilitas yang dimiliki oleh PT. FFI dan kondisi dari fasilitas tersebut telah sesuai untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, pihak perusahaan bekerja sama dengan pihak laboratorium untuk melakukan tes laboratorium calon karyawan. Selama ini, laboratorium yang bekerja sama dengan perusahaan memiliki sarana dan prasarana yang bagus dan lengkap. Selain itu, selama ini belum pernah ada keluhan dari pihak perusahaan terhadap sarana dan prasarana pihak laboratorium. Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti (2013) tentang Analisis Implementasi Program Perencaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan desa di Kabupaten Demak. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil triangulasi informan, semua informan rata-rata menyatakan sudah cukup ketersediaan sarana prasarana pendukung P4K sehingga implementasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat terlaksana. b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala Menurut Silalahi (2011), salah satu sumber daya material adalah sumber daya fisik. Fisik mencakup segala fasilitas yang dibutuhkan untuk 155 mendukung efisiensi dan efektivitas kerja, seperti: gedung, perlengkapan kantor, lokasi, mesin-mesin, dan bahan mentah (raw materials) dan juga berbagai peralatan teknik yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang atau jasa. Menurut Winarno (2007) fasilitas fisik bisa pula merupakan sumbersumber penting dalam organisasi. Seorang pelaksana mungkin mempunyai staf yang memadai, mungkin memahami apa yang harus dilakukan dan mungkin mempunyai wewenang untuk melakukan tugasnya, tetapi tanpa fasilitas pendukung maka besar kemungkinan implementasi yang direncanakan tidak akan berhasil. Sarana dan prasarana untuk pemeriksaan kesehatan berkala sepenuhnya menjadi tanggung jawab vendor yang bekerja sama dengan PT. FFI. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, untuk sarana dan prasarana pemeriksaan kesehatan berkala sudah baik. Untuk tahun 2012, kondisi sarana dan prasarana pemeriksaan kesehatan berkala sudah lebih baik dari tahuntahun sebelumnya. Seperti untuk pemeriksaan audiometri, kondisi ruangan kedap suara yang digunakan sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Kondisi tersebut merupakan hasil dari proses seleksi dan audit pihak perusahaan kepada pihak vendor. Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti (2013) tentang Analisis Implementasi Program Perencaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan desa di Kabupaten Demak. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil 156 triangulasi informan, semua informan rata-rata menyatakan sudah cukup ketersediaan sarana prasarana pendukung P4K sehingga implementasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat terlaksana. c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus Menurut Winarno (2007) fasilitas fisik bisa pula merupakan sumbersumber penting dalam organisasi. Seorang pelaksana mungkin mempunyai staf yang memadai, mungkin memahami apa yang harus dilakukan dan mungkin mempunyai wewenang untuk melakukan tugasnya, tetapi tanpa fasilitas pendukung maka besar kemungkinan implementasi yang direncanakan tidak akan berhasil. Menurut Kemenkes RI (2010), kriteria, fasilitas, dankemampuan RSU Kelas B meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjamg medik, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, dan pelayanan penunjang non klinik. Berdasarkan hasil penelitian, sarana dan prasarana untuk pemeriksaan kesehatan khusus sepenuhnya menjadi tanggung jawab rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan. Untuk melihat apakah kondisi sarana dan prasarana di rumah sakit yang bekerja sama dengan pihak perusahaan, sampai saat ini perusahaan belum bisa melakukan audit secara menyeluruh 157 kepada pihak-pihak yang bekerja sama dalam pemeriksaan kesehatan khusus dikarenakan jumlah rumah sakit, klinik, dan laboratorium yang banyak. Namun, berdasarkan hasil wawancara mendalam, perusahaan telah bekerja sama dengan rumah sakit yang memang telah dikenal memiliki sarana dan prasarana yang baik dan menunjang pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan. Sarana dan prasarana yang sudah baik dan menunjang dapat dinikmati oleh karyawan dalam pemeriksaan kesehatan khusus karena rumah sakit yang menjadi provider lebih banyak merupakan rumah sakit swasta atau privat. Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit privat sebagaimana dimaksud dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero. Selain itu, pihak SHE sedang menyusun program untuk melaksanakan audit kepada pihak-pihak yang bekerja sama dengan perusahaan dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus. Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwijayanti (2013) tentang Analisis Implementasi Program Perencaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Oleh Bidan desa di Kabupaten Demak. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil triangulasi informan, semua informan rata-rata menyatakan sudah cukup ketersediaan sarana prasarana pendukung P4K sehingga implementasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat terlaksana. 158 3. Regulasi (Kebijakan) Menurut Aminullah dalam Muhammadi (2001) dalam Ramadhan (2012), kebijakan adalah suatu upaya atau tindakan untuk memengaruhi sistem pencapaian tujuan yang diinginkan, upaya dan tindakan dimaksud bersifat strategis, yaitu berjangka panjang dan menyeluruh. Sedangkan menurut Ndraha (2003) dalam Ramadhan (2012) bahwa kata kebijakan berasal dari terjemahan kata policy, yang mempunyai arti sebagai pilihan terbaik dalam batas-batas kompetensi aktor dan lembaga yang bersangkutan dan secara formal mengikat. Menurut Ramadhan (2012), dari beberapa definisi kebijakan, maka dapat dibuat simpulan bahwa kebijakan adalah suatu keputusan berdasarkan hubungan kegiatan yang dilakukan oleh aktor politik guna menentukan tujuan dan mendapathasil berdasarkan pertimbangan situasi tertentu. Kebijakan adalah intervensi pemerintah (dan publik) untuk mencari cara pemecahan masalah dalam pembangunan dan mendukung proses pembangunan yang lebih baik. Menurut Anderson dalam Trisnantari (2008), kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Kebijakan publik memiliki tujuan tertentu, berisi tindakan-tindakan pemerintah, merupakan hal yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah bukan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan, bisa bersifat positif (tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu) dan bersifat negatif (keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu). Kebijakan publik dalam arti positif setidak-tidaknya didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa. 159 Menurut Amir Santoso dalam Winarno (2007), kebijakan publik adalah “serangkaian instruksi dari para pembuat keputusan kepada pelaksana kebijakan yang menjelaskan tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut”. Berdasarkan hasil telaah dokumen, pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan khusus telah ditetapkan dalam Pasal 8 UndangUndang No. 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Teknis dari pelaksanaan pemeriksaan kesehatan baik sebelum bekerja, berkala, dan khusus juga telah diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan. Kedua regulasi yang diatur oleh pemerintah tersebut diatur kembali oleh perusahaan sesuai dengan keadaan lingkungan kerja dari setiap perusahaan. PT. FFI telah menyusun langkah-langkah dari proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus secara lebih terperinci dalam sebuah Standard Operating Procedure (SOP). SOP digunakan sebagai pedoman dasar untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Untuk teknis pelaksanaan di lapangan, PT. FFI beserta vendor akan menyesuaikan proses pelaksanaan sesuai dengan yang tertera di dalam SOP. Berdasarkan hasil telaah dokumen dan wawancara mendalam, PT. FFI telah melaksanakan pemeriksaan kesehatan bagi karyawan baik pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus telah sesuai dengan regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. PT. FFI juga lebih meperinci proses pelaksanaan pemeriksaan 160 kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan khusus ke dalam SOP sesuai dengan yang definisi kebijakan publik yang telah diungkapkan oleh amir Santoso dalam Winarno (2007). Selain itu, SOP juga menjadi suatu cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan. Penelitian lain tentang pelaksanaan kebijakan yang sesuai dengan hasil penelitian di PT FFI adalah penelitian Iswaty (2012) tentang Analisis Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Tambalang Kota Semarang. Kebijakan yang mendasari program tersebut adalah Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2010 tentang Pengendalian Penyakit demam Berdarah Dengue. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa implementasi kebijakan pengendalian penyakit demam berdarah dengue di Kecamatan Tembalang secara keseluruhan dapat dinilai telah berhasil. C. Proses 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Menurut Silalahi (2011), proses konversi atau transformasi (transformation process) ialah proses mengubah masukan menjadi keluaran. Masukan ialah sumber-sumber yang diubah menjadi keluaran dan juga sarana yang digunakan untuk mengubah. Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Menurut Silalahi (2002), proses (process) adalah satu seri atau sekuensi sistematik dari 161 tindakan yang dilakukan manajer yang secara definitif berkaitan dengan tujuan atau hasil yang ingin dicapai, atau satu cara sistematik untuk mengerjakan sesuatu. Menurut Silalahi (2002), proses (process) adalah satu seri atau sekuensi sistematik dari tindakan yang dilakukan manajer yang secara definitif berkaitan dengan tujuan atau hasil yang ingin dicapai, atau satu cara sistematik untuk mengerjakan sesuatu. Menurut Notoatmodjo (2009), di institusi manapun juga, sebelum mengangkat karyawan pada umumnya melakukan berbagai macam tes, termasuk tes kesehatan. Bahkan pada saat melamar, calon karyawan harus melampirkan surat keterangan kesehatan dari dokter yang berwenang. Tujuan utama pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ini di samping berguna bagi institusi yang akan menerima karyawan tersebut, juga bermanfaat bagi calon karyawan yang bersangkutan. Bagi institusi, jelas akan memperoleh karyawan yang sehat dan sudah barang tentu secara fisik mampu menjalankan tugas atau pekerjaan yang akan dibebankan. Di samping itu, perusahaan atau institusi tersebut terhindar dari penyebaran penyakit, apabila calon yang diterima sebagai karyawan tersebut ternyata menderita suatu penyakit menular. Sedangkan bagi calon karyawan yang bersangkutan dapat mengetahui status kesehatannya, dan melakukan upayaupaya mengatasi masalah kesehatannya. Dalam pasal 2 ayat 3 dan 5 Permenaker No.02 tahun 1980 diuraikan bahwa pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan 162 laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu. Untuk pekerjaanpekerjaan tertentu perlu dilakukan pemeriksaan yang sesuai dengan kebutuhan guna mencegah bahaya yang diperkirakan timbul. Berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP). Prosedur pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia adalah sebagai berikut: 1) Departemen Rekrutmen meminta kandidat agar menemui dokter perusahaan untuk pemeriksaan kesehatan. 2) Dokter perusahaan melakukan pemeriksaan kondisi fisik umum kandidat. 3) Dokter perusahaaan memberikan formulir/surat pengantar kepada kandidat untuk diberikan kepada pihak laboratorium yang telah ditunjuk melakukan pemeriksaan darah, urin, faeces, dan thorax photo (foto rontgen). 4) Setelah melakukan pemeriksaan darah, urine, faeces dan membuat thorax photo (foto rontgen) kandidat. 5) Dokter perusahaan memeriksa hasil pemeriksaan darah, urine, faeces, dan thorax photo (foto rontgen) kandidat. 6) Dokter perusahaan memberikan hasil evaluasi kepada Recruitment Manager. 7) Bila terdapat hal-hal yang dianggap perlu, Recruitment Manager akan berdiskusi dengan dokter perusahaan. 8) Human Resource Manager dan Recruitment Manager memproses tindakan lebih lanjut terhadap karyawan baru yang bersangkutan. 163 Berdasarkan hasil dari telaah dokumen, wawancara mendalam, dan observasi, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja terdiri dari pemeriksaan fisik dan laboratorium. Teknis dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah pekerja akan menjalani pemeriksaan kesehatan fisik oleh dokter perusahaan, selanjutnya dokter perusahaan akan memberikan surat pengantar ke pihak laboratorium untuk melakukan tes laboratorium. Tahapan selanjutnya, dokter perusahaan akan mengevaluasi hasil pemeriksaan fisik dan laboraorium calon karyawan, berdasarkan hasil evaluasi tersebut, pihak HRD akan memutuskan apakah calon karyawan dapat diterima sebagai karyawan. Berdasarkan hasil penelitian yang terdiri dari wawancara mendalam, telaah dokumen, dan observasi, proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja pada karyawan telah sesuai dengan yang telah diatur dalam regulasi yang telah ditetapkan pemerintah yaitu Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan. Untuk teknis pelaksaanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja di lapangan, PT. FFI memiliki Standard Operating Procedure (SOP) dan telah dilaksanakan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami (2013) tentang Proses Implementasi Program Jaminan Persalinan di Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa untuk keseluruhan pelayanan rutin yang diberikan sudah sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan No. 164 2562/MENKES PER/XII/2011 Tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan yang mendukung kelancaran implementasi program Jaminan Persalinan. 2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala Menurut Silalahi (2002), proses (process) adalah satu seri atau sekuensi sistematik dari tindakan yang dilakukan manajer yang secara definitif berkaitan dengan tujuan atau hasil yang ingin dicapai, atau satu cara sistematik untuk mengerjakan sesuatu. Menurut Notoatmodjo (2009), pemeriksaan kesehatan secara berkala (misalnya satu tahun sekali) adalah sangat penting. Upaya pelayanan pemeriksaan kesehatan secara berkala ini akan lebih penting lagi utamanya bagi para karyawan yang bekerja di tempat kerja yang berisiko, misalnya di pabrik semen, garmen, tekstil, pertambangan, dan sebagainya yang terpapat bahanbahan kimia, bahan beracun, debu, dan sebagainya. Dalam pasal 3 Permenakertrans No. 02 tahun 1980, pemeriksaan kesehatan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lainnya yang dianggap perlu. Dalam hal ditemukan kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan kesehatan pada tenaga kerja pada pemeriksaan berkala, pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan tersebut dan sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan kesehatan kerja. Berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP) pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia, pemeriksaan kesehatan berkala 165 dilakukan selama waktu pekerja menjadi karyawan dan bekerja pada tempat yang berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan berkala dibagi menjadi dua yaitu: a. Pemeriksaan Rutin Tahunan 1) Metode dari pelaksanaan pemeriksaan kesehatan tahunan adalah sama dengan pemeriksaan kesehatan terhadap karyawan baru. Pemeriksaan kesehatan tahunan diatur secara berkala dan biasanya jatuh pada akhir tahun. 2) Dokter perusahaan memeriksa hasil dari pemeriksaan kesehatan dan memberikan penjelasan kepada Human Resource Manager. 3) Jika hasil pemeriksaan kesehatan karyawan baik maka tidak diberikan pengobatan kesehatan. 4) Bila ada karyawan yang dinilai tidak baik atas hasil pemeriksaan kesehatan, maka perusahaan, melalui Human Resource Department akan memberikan pengobatan kesehatan kepada karyawan yang bersangkutan. b. Stool Test 1) Stool Test bertujuan untuk mengetahui keberadaan bakteri Salmonella pada karyawan produksi di bagian produk infant dan bagi seluruh karyawan yang berhubungan langsung dengan produksi/bahan baku di area High Care. 166 2) Stool Test ini dilakukan 1 kali dalam satu tahun, bersamaan dengan pemeriksaan rutin tahunan. Selain itu, akan dilakukan juga ketika ada karyawan yang baru/rotasi akan bekerja di area high Care. 3) Metode Stool Test ini adalah memeriksa feces (tinja) dari setiap karyawan. 4) Setiap karyawan yang terkait akan mendapatkan satu botol kecil untuk tempat feces (tinja). 5) Karyawan yang terkait harus langsung memberikan contoh feces kepada poliklinik/laboratorium yang ditunjuk perusahaan, pada hari yang sama. 6) Laboratorium akan memberikan hasil kepada dokter perusahaan untuk ditinjau, dan selanjutnya akan diberikan kepada Human Resource Manager. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen, PT. FFI telah melaksanakan pemeriksaan kesehatan berkala untuk karyawan sekali dalam setahun sesuai dengan yang telah ditentukan dalam Permenaker No. 02 Tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan. Teknis dari pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala mengacu pada SOP yang disusun oleh pihak perusahaan. Berdasarkan hasil observasi, rincian dan alur pemeriksaan kesehatan diatur sepenuhnya oleh pihak vendor, namun, peneliti tidak menemukan perbedaan yang jauh antara rincian jenis-jenis pemeriksaan yang disusun dalam SOP dengan jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh vendor pada saat pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala. 167 Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami (2013) tentang Proses Implementasi Program Jaminan Persalinan di Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa untuk keseluruhan pelayanan rutin yang diberikan sudah sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan No. 2562/MENKES PER/XII/2011 Tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan yang mendukung kelancaran implementasi program Jaminan Persalinan. 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus Menurut Silalahi (2002), proses (process) adalah satu seri atau sekuensi sistematik dari tindakan yang dilakukan manajer yang secara definitif berkaitan dengan tujuan atau hasil yang ingin dicapai, atau satu cara sistematik untuk mengerjakan sesuatu. Berdasarkan Permenaker No. 02 Tahun 1980, pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan pula terhadap: 1) Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan yang lebih dari dua minggu. 2) Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu. 3) Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguangangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan. 168 Pemeriksaan kesehatan khusus diadakan pula apabila terdapat keluhankeluhan di antara tenaga kerja, atau atas pengamatan pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja, atau atas penilaian Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan, dan Balai-balainya atau atas pendapat umum di masyarakat. Sedangkan, menurut Standard Operating Procedure (SOP) pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia, pemeriksaan kesehatan khusus disebut dengan pemeriksaan kesehatan insidental, prosedurnya adalah sebagai berikut: 1) HR&CA Director, atas nama perusahaan, dapat mengatur pelaksanaan pemeriksaan kesehatan untuk seluruh karyawan pada setiap waktu. 2) Pemeriksaan Kesehatan Insidental dilakukan karena beberapa penyebab seperti kasus wabah penyakit. Dalam pemeriksaan kesehatan khusus, berdasarkan hasil penelitian, PT. FFI telah melakukan pemeriksaan kesehatan khusus kepada karyawan sesuai dengan kondisi yang telah ditetapkan dalam Permenaker No. 02 tahun 1980 yaitu apabila tenaga kerja mengalami kecelakaan, tenaga kerja mengalami yang diduga mengalami gangguan dalam kesehatannya. Namun, untuk rotasi karyawan antar departemen dalam bagian produksi, berdasarkan hasil penelitian, PT. FFI belum melakukan pemeriksaan khusus untuk mengetahui kondisi kesehatan karyawan sebelum rotasi dilakukan. Apabila ditinjau dari kesesuaian dengan SOP, pemeriksaan kesehatan khusus telah dilaksanakan sesuai dengan yang tertulis dalam SOP pemeriksaan kesehatan yang disusun oleh PT. FFI. Berdasarkan hasil penelitian, pemeriksaan kesehatan khusus dapat dilaksanakan kapan saja sesuai dengan kebutuhan 169 karyawan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, informan menyebutkan beberapa nama rumah sakit yang menjadi provider perusahaan. Dari informasi tersebut dapat diketahui bahwa rumah sakit yang disebutkan merupakan rumah sakit umum swasta dengan tipe B. Menurut penjelasan dari Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang medik, delapan spesialis lain, dan dus subspesialis dasar. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utami (2013) tentang Proses Implementasi Program Jaminan Persalinan di Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa untuk keseluruhan pelayanan rutin yang diberikan sudah sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan No. 2562/MENKES PER/XII/2011 Tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan yang mendukung kelancaran implementasi program Jaminan Persalinan. D. Output 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Menurut Silalahi (2011), keluaran (output) adalah barang dan jasa ata hasil lainyya yang dihasilkan oleh organisasi. Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. Dalam pemeriksaan kesehatan, output yang dimaksud adalah hasil pemeriksaan kesehatan karyawan 170 setelah pemeriksaan kesehatan, baik pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, maupun khusus. Berdasarkan SOP, setelah melakukan pemeriksaan fisik, darah, urin, feses, dan foto rontgen kandidat, dokter perusahaan memeriksa hasil pemeriksaan dan memberikan hasil evaluasi kepada Recruitment Manager. Bila terdapat hal-hal yang dianggap perlu, Recruitment Manager akan berdiskusi dengan dokter perusahaan. Setelah itu, Human Resource Manager memproses tindakan lebih lanjut terhadap karyawan baru yang bersangkutan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja merupakan keputusan apakah calon karyawan diterima atau ditolak untuk bekerja di PT. FFI. Berdasarkan dari hasil penelitian, dapat diambil simpulan bahwa output pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja telah sesuai dengan SOP. 2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala Menurut Silalahi (2011), keluaran (output) adalah barang dan jasa ata hasil lainya yang dihasilkan oleh organisasi. Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. Dalam pemeriksaan kesehatan, output yang dimaksud adalah hasil pemeriksaan kesehatan karyawan setelah pemeriksaan kesehatan, baik pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, maupun khusus. Berdasarkan Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan Pasal 3, dalam hal ditemukan kelainan-kelainan atau gangguan- 171 gangguan kesehatan pada tenaga kerja pada pemeriksaan berkala, pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan tersebut dan sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan kesehatan kerja. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa selama ini hasil pemeriksaan kesehatan berkala untuk karyawan hanya dijelaskan kepada karyawan yang diindikasikan mengalami gangguan kesehatan, untuk karyawan lainnya dapat mengkonsultasikan secara langsung ke dokter perusahaan. Tindak lanjut dari hasil pemeriksaan adalah jika terdapat karyawan yang mengalami masalah kesehatan, maka karyawan tersebut akan melakukan pemeriksaan lanjutan hingga dokter perusahaan menyatakan bahwa kondisi karyawan tersebut telah fit. Berdasarkan SOP, dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala, dokter perusahaan memeriksa hasil dari pemeriksaan kesehatan dan memberikan penjelasan kepada Human Resource manager. Jika hasil pemeriksaan kesehatan karyawan baik, maka tidak diberikan pengobatan kesehatan. Bila ada karyawan yang dinilai tidak baik atas hasil pemeriksaan kesehatan, maka perusahaan, melalui Human Resources Department akan memberikan pengobatan kesehatan kepada karyawan yang bersangkutan. Output dari pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan berupa hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh karyawan. Dokter perusahaan dan pihak HR dapat mengetahui status kesehatan karyawan dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala. Berdasarkan hasil wawancara mendalam peneliti tentang hasil 172 pemeriksaan kesehatan, PT. FFI telah melakukan tindakan yang sesuai dengan Permenakertrans No. 02 tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan dan telah diperinci ke dalam SOP sebagai pedoman teknis untuk pelaksanaan pemeriksaan kesehatan di perusahaan. Namun, selama ini, hanya karyawan yang terindikasi ada masalah kesehatan yang mengetahui hasil pemeriksaan kesehatan berkala. Meskipun karyawan lain yang ingin mengetahui hasil pemeriksaan kesehatan dapat secara langsung menemui dokter perusahaan, sebaiknya hasil pemeriksaan kesehatan berkala langsung dibagikan kepada setiap karyawan sehingga karyawan dapat mengetahui kondisi kesehatannya. 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus Menurut Silalahi (2011), keluaran (output) adalah barang dan jasa ata hasil lainyya yang dihasilkan oleh organisasi. Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. Dalam pemeriksaan kesehatan, output yang dimaksud adalah hasil pemeriksaan kesehatan karyawan setelah pemeriksaan kesehatan, baik pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, maupun khusus. Berdasarkan SOP, dokter perusahaan melakukan pengumpulan data karyawan yang melakukan pemeriksaan kesehatan perbulan di klinik perusahaan dan pemeriksaan rutin tahunan. Di akhir bulan, dokter perusahaan akan menyampaikan data-data tersebut ke HR untuk dianalisa. Berdasarkan hasil evaluasi, jika ditemukan karyawan yang memiliki kecenderungan penyimpangan 173 kesehatan yang berulang maka akan dilakukan pemantauan dan evaluasi lanjutan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa hasil pemeriksaan khusus adalah untuk mengetahui kondisi fisik karyawan yang diperiksa dianggap tidak fit. Tindak lanjut dari pemeriksaan kesehatan khusus adalah perawatan terhadap karyawan. Hasil pemeriksaan kesehatan khusus ini telah sesuai dengan tujuan pemeriksaan kesehatan khusus yang tercantum di dalam Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan yaitu untuk menilai adanya pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu. E. Umpan Balik 1. Faktor Pendukung a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja 1) Input Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem itu dapat dimodifikasi. 174 Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, selama ini pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja berjalan dengan baik karena didukung oleh sarana dan prasarana yang baik. Hal tersebut didukung oleh observasi peneliti, sarana dan prasarana untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja termasuk lengkap dan dalam kondisi baik dan siap untuk digunakan. Faktor lain yang mendukung pelaksanaan pemeriksaan kesehatan adalah PT. FFI mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dalam Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan yang lebih diperinci secara teknis dalam Standard Operating Procedure (SOP) pemeriksaan kesehatan. Dalam penelitian analisis Implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan tembalang Kota Semarang yang dilakukan oleh Iswanty (2012) mengungkapkan bahwa hal pendukung dalam implementasi program ini adalah sumber daya yang digunakan. Dari segi staf yang cukup dan berkualitas baik karena mempunyai komitmen, kemauan, keinginan, dan sikap untuk 175 mengimplementasikan program ditambah dengan fasilitas yang cukup juga sehingga implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue dapat berjalan. 2) Proses Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem itu dapat dimodifikasi. Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja didukung oleh kerja sama pihak perusahaan dengan pihak laboratorium. 3) Output Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam 176 pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa dari segi pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan, perusahaan langsung mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium calon karyawan. Dalam penelitian analisis Implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan tembalang Kota Semarang yang dilakukan oleh Iswanty (2012) mengungkapkan bahwa dengan sistem monitoring berkala pada program pengendalian DBD, tim pengendalian mendapatkan lapran sebulan sekali. Sistem monitoring berkala tersebut mendukung implementasi kebijakan tersebut berjalan dengan lancar. b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala 1) Input Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. 177 Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung dalam proses input pemeriksaan kesehatan berkala adalah sarana dan prasarana yang telah memadai dan dalam kondisi yang baik. Kondisi sarana dan prasarana yang baik dalam pemeriksaan kesehatan berkala diperoleh dari hasil seleksi dan audit terhadap vendor yang akan bekerja sama dengan perusahaan. Dalam penelitian analisis Implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan tembalang Kota Semarang yang dilakukan oleh Iswanty (2012) mengungkapkan bahwa hal pendukung dalam implementasi program ini adalah sumber daya yang digunakan. Dari segi staf yang cukup dan berkualitas baik karena mempunyai komitmen, kemauan, keinginan, dan sikap untuk mengimplementasikan program ditambah dengan fasilitas yang cukup juga sehingga implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue dapat berjalan. 2) Proses Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada 178 sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem itu dapat dimodifikasi. Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja didukung oleh kerja sama pihak perusahaan dengan pihak vendor. sebelum bekerja sama dengan perusahaan, vendor terlebih dulu diseleksi dengan cara presentasi kepada pihak perusahaan. Selanjutnya perusahaan melakukan audit ke tempat vendor. 3) Output Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem itu dapat dimodifikasi. Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran 179 dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Dari hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa selama ini yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala adalah hasil yang keluar tepat waktu sesuai yang telah disepakati oleh pihak perusahaan dengan pihak vendor. Dalam penelitian analisis Implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan tembalang Kota Semarang yang dilakukan oleh Iswanty (2012) mengungkapkan bahwa dengan sistem monitoring berkala pada program pengendalian DBD, tim pengendalian mendapatkan lapran sebulan sekali. Sistem monitoring berkala tersebut mendukung implementasi kebijakan tersebut berjalan dengan lancar. c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus 1) Input Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan 180 proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem itu dapat dimodifikasi. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang medik, delapan spesialis lainnya, dan dua subspesialis dasar serta dapat menjadi RS pendidikan apabila telah memenuhi persyaratan dan standar. Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh rumah sakit provider merupakan faktor pendukung dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus. Hal tersebut didasari oleh tipe rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan adalah rumah sakit umum swasta tipe B. Menurut penjelasan dari Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang medik, delapan spesialis lain, dan dus subspesialis dasar. 181 Dalam penelitian analisis Implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan tembalang Kota Semarang yang dilakukan oleh Iswanty (2012) mengungkapkan bahwa hal pendukung dalam implementasi program ini adalah sumber daya yang digunakan. Dari segi staf yang cukup dan berkualitas baik karena mempunyai komitmen, kemauan, keinginan, dan sikap untuk mengimplementasikan program ditambah dengan fasilitas yang cukup juga sehingga implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue dapat berjalan. 2) Proses Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, faktor pendukung pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus selama ini adalah kerja sama yang baik antara pihak perusahaan dengan provider yang terdiri dari rumah sakit, klinik, dan laboratorium. Rumah sakit yang menjadi provider pemeriksaan kesehatan khusus adalah rumah sakit umum swasta tipe B. Menurut penjelasan dari Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 182 tentang Rumah Sakit, rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang medik, delapan spesialis lain, dan dus subspesialis dasar. 3) Output Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, ketepatan waktu dalam memberikan laporan hasil pemeriksaan kesehatan khusus kepada perusahaan dan secara rutin menjadi faktor pendukung dalam penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan khusus. Dalam penelitian analisis Implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan tembalang Kota Semarang yang dilakukan oleh Iswanty (2012) mengungkapkan bahwa dengan sistem monitoring berkala pada program pengendalian DBD, tim pengendalian mendapatkan lapran sebulan sekali. Sistem monitoring berkala tersebut mendukung implementasi kebijakan tersebut berjalan dengan lancar. 183 2. Faktor Penghambat a. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja 1) Input Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa selama ini perusahaan belum mengalami hambatan dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja jika dilihat dari tenaga kesehatan yang terdiri dari kompetensi tenaga kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan yang berada di perusahaan. Hambatan tersebut dapat dihindari karena perusahaan melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Kesehatan. Jika ditinjau dari segi sarana dan prasarana, perusahaan juga belum mengalami hambatan dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Hambatan tersebut dapat dihindari karena perusahaan melengkapi sarana dan prasarana yang telah ditetapkan oleh Dirjen Bina Layanan Medik Kementerian Kesehatan. Selain itu, perusahaan juga 184 secara teratur melakukan kalibrasi terhadap alat-alat yang menjadi sarana dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Dalam input pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja di PT. FFI, selama ini belum ditemukan hambatan. Kondisi tersebut sama dengan hasil penelitian Iswanty (2012). Dalam penelitiannya yang tentang analisis Implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan tembalang Kota Semarang, Iswanty mengungkapkan bahwa hal pendukung dalam implementasi program ini adalah sumber daya yang digunakan. Dari segi staf yang cukup dan berkualitas baik karena mempunyai komitmen, kemauan, keinginan, dan sikap untuk mengimplementasikan program ditambah dengan fasilitas yang cukup juga sehingga implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue dapat berjalan. 2) Proses Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem itu dapat dimodifikasi. 185 Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa selama ini PT. FFI belum mengalami hambatan dalam teknis pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Hambatan dapat dicegah karena di Poliklinik hanya dilakukan pemeriksaan fisik. Untuk pemeriksaan laboratorium, perusahaan telah bekerja sama dengan laboratorium lain yang dianggap bagus. 3) Output Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem itu dapat dimodifikasi. Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. 186 Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dari segi pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, selama ini perusahaan belum mengalami hambatan. Hambatan ini dapat dicegah karena laboratorium yang bekerja sama dengan perusahaan merupakan laboratorium yang bagus dan memang telah lama bekerja sama dengan perusahaan. b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala 1) Input Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa perusahaan belum pernah mengalami hambatan dalam pemeriksaan kesehatan berkala jika dilihat dari segi tenaga kesehatan yang terdiri dari kompetensi dan jumlah tenaga kesehatan yang tersedia maupun sarana dan prasarana. Hambatan tersebut dapat dicegah karena sebelum melakukan pemeriksaan kesehatan berkala, pihak perusahaan yang terdiri dari HR, SHE, dan dokter perusahaan telah melakukan audit kepada pihak vendor yang akan bekerja sama dengan perusahaan. 187 Dalam input pemeriksaan kesehatan berkala di PT. FFI, selama ini belum ditemukan hambatan. Kondisi tersebut sama dengan hasil penelitian Iswanty (2012). Dalam penelitiannya yang tentang analisis Implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan tembalang Kota Semarang, Iswanty mengungkapkan bahwa hal pendukung dalam implementasi program ini adalah sumber daya yang digunakan. Dari segi staf yang cukup dan berkualitas baik karena mempunyai komitmen, kemauan, keinginan, dan sikap untuk mengimplementasikan program ditambah dengan fasilitas yang cukup juga sehingga implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue dapat berjalan. 2) Proses Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem itu dapat dimodifikasi. Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan 188 kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa untuk pemeriksaan kesehatan berkala, perusahaann mengalami beberapa hambatan. Hambatan tersebut berupa data karyawan yang belum masuk ke vendor, selain itu, pada saat pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala, ada beberapa karyawan yang tidak dapat hadir dikarenakan sedang melakukan dinas. Untuk mengatasinya, untuk karyawan yang tidak dapat hadir pada saat pelaksanaan pemeriksaan kesehatan, karyawan tersebut dapat melakukan pemeriksaan susulan langsung di tempat vendor. 3) Output Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem itu dapat dimodifikasi. Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan 189 kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan berkala, perusahaan tidak mengalami hambatan.vendor yang bekerja sama dengan perusahaan selama ini melaporkan hasil pemeriksaan sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara perusahaann dengan vendor. c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus 1) Input Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Menurut Kemenkes RI (2010), kriteria, fasilitas, dankemampuan RSU Kelas B meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjamg medik, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan medik subspesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, dan pelayanan penunjang non klinik. 190 Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa perusahaan belum pernah mengalami hambatan dalam pemeriksaan kesehatan khusus jika dilihat dari segi tenaga kesehatan yang terdiri dari kompetensi dan jumlah tenaga kesehatan maupun sarana dan prasarana. Hambatan tersebut dapat diminimisasi karena rumah sakit yang menjadi provider perusahaan dalam pemeriksaan khusus memiliki sarana dan prasarana yang lengkap serta tenaga kesehatan yang dianggap sudah memenuhi kriteria perusahaan. Kondisi tersebut didasari oleh tipe rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan adalah rumah rumah sakit umum swasta tipe B. Menurut penjelasan dari Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang medik, delapan spesialis lain, dan dus subspesialis dasar. Dalam input pemeriksaan kesehatan khusus di PT. FFI, selama ini belum ditemukan hambatan. Kondisi tersebut sama dengan hasil penelitian Iswanty (2012). Dalam penelitiannya yang tentang analisis Implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan tembalang Kota Semarang, Iswanty mengungkapkan bahwa hal pendukung dalam implementasi program ini adalah sumber daya yang digunakan. Dari segi staf yang cukup dan berkualitas baik karena mempunyai komitmen, kemauan, keinginan, dan sikap untuk mengimplementasikan program ditambah dengan fasilitas yang cukup 191 juga sehingga implementasi kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue dapat berjalan. 2) Proses Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, dapat disimpulkan bahwa selama ini, dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus, perusahaan belum mengalami hambatan. Kondisi tersebut didasari oleh tipe rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan adalah rumah rumah sakit umum swasta tipe B. Menurut penjelasan dari UndangUndang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat spesialis dasar, empat spesialis penunjang medik, delapan spesialis lain, dan dus subspesialis dasar. 3) Output Menurut Silalahi (2011), umpan balik (feedback) adalah setiap informasi dari lingkungan tentang hasil dan status kinerja sistem untuk 192 lingkungan. Setiap sistem tentu secara terus menerus menerima informasi dari lingkungannya. Ini memungkinkan bagi sistem melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki penyimpangan. Umpan balik merupakan proses yang memungkinkan sebagian dari keluaran dikembalikan kepada sistem sebagai masukan sehingga keluaran yang berikutnya dari sistem itu dapat dimodifikasi. Dalam pemeriksaan kesehatan, umpan balik yang dapat diteliti adalah faktor pendukung dan faktor penghambat, baik dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Berdasarkan wawancara mendalam, selama ini pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan khusus belum mengalami hambatan. Rumah sakit yang menjadi provider PT. FFI melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan khusus secara rutin dan tepat waktu. F. Lingkungan Menurut Silalahi (2011), kekuatan-kekuatan utama di luar organisasi dengan potensial untuk memengaruhi secara signifikan produk atau layanan secara berhasil dinamakan lingkungan eksternal. Menurut Suhendra (2006), Lingkungan eksternal adalah kekuatan-kekuatan utama di luar organisasi yang memiliki potensi untuk memengaruhi keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Lingkungan eksternal dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis: 193 1. Mega environment Mega environment adalah kondisi dan kecenderungan umum di dalam masyarakat tempat beroperasinya sebuah organisasi, yang memberikan pengaruh tidak langsung terhadap organisasi. 2. Task environment Task environment adalah unsur-unsur luar yang spesifik memengaruhi secara langsung sebuah organisasi dalam upaya yang untuk menjalankan usahanya. Salah satu bagian dari Task Environment adalah lembaga atau badan yang menyediakan jasa/layanan dan memantau kepatuhan terhadap hukum dan peraturan di tingkat daerah atau nasional. Menurut Azwar (1996), yang dimaksud dengan lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem. Unsur lingkungan yang berhubungan dengan pemeriksaan kesehatan Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, pihak-pihak di luar PT. FFI yang memiliki pengaruh terhadap proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan adalah Dinas Kesehatan dan Dinas Tenaga Kerja. Dinkes dan Disnaker secara berkala melakukan audit kepada pihak perusahaan terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan izin poliklinik perusahaan. Namun, peneliti tidak mendapatkan informasi secara lebih rinci tentang bagian dari Dinkes dan Disnaker yang terlibat langsung dalam proses pengawasan penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan. 194 G. Alur Pembahasan Penelitian 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja Lingkungan: Audit berkala dari Kemenaker dan Kemenkes 1. 2. Input: Tenaga Kesehatan: a. Kompetensi tenaga kesehatan: sesuai dengan permenaker dan pedoman dari kemenkes b. Jumlah tenaga kesehatan: sesuai dengan permenaker dan pedoman dari kemenkes Kondisi fasilitas pemeriksaan kesehatan: sudah sesuai dengan pedoman dari Kemenkes Proses: 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja.: telah dilaksanakan, terdiri dari pemeriksaan fisik yang dilakukan di Poliklinik perusahaan dan pemeriksaan Output: 1. Hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerjaberupa keputusan apakah calon karyawan diterima menjadi karyawan perusahaan. laboratorium yang dilakukan di Laboratorium provider. Umpan Balik: a. Faktor pendukung b. Faktor penghambat Bagan 6.1 Alur Pembahasan Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja di PT. Frisian Flag Indonesia 195 a. Umpan Balik 1) Faktor Pendukung a) Input Selama ini pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja berjalan dengan baik karena didukung oleh sarana dan prasarana yang baik. Faktor lain yang mendukung pelaksanaan pemeriksaan kesehatan adalah PT. FFI mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dalam Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang pemeriksaan kesehatan yang lebih diperinci secara teknis dalam Standard Operating Procedure (SOP) pemeriksaan kesehatan. b) Proses Proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja didukung oleh kerja sama pihak perusahaan dengan pihak laboratorium. c) Output Dari segi pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan, perusahaan langsung mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium calon karyawan. 2) Faktor Penghambat a) Input Selama ini perusahaan belum mengalami hambatan dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja jika dilihat dari tenaga kesehatan yang terdiri dari kompetensi tenaga kesehatan dan jumlah 196 tenaga kesehatan yang berada di perusahaan. Hambatan tersebut dapat dihindari karena perusahaan melaksanakan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Kesehatan. Jika ditinjau dari segi sarana dan prasarana, perusahaan juga belum mengalami hambatan dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Hambatan tersebut dapat dihindari karena perusahaan melengkapi sarana dan prasarana yang telah ditetapkan oleh Dirjen Bina Layanan Medik Kementerian Kesehatan. Selain itu, perusahaan juga secara teratur melakukan kalibrasi terhadap alat-alat yang menjadi sarana dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. b) Proses PT. FFI belum mengalami hambatan dalam teknis pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. Hambatan dapat dicegah karena di Poliklinik hanya dilakukan pemeriksaan fisik. Untuk pemeriksaan laboratorium, perusahaan telah bekerja sama dengan laboratorium lain yang dianggap bagus. c) Output Dari segi pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, selama ini perusahaan belum mengalami hambatan. 197 2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala Lingkungan: Audit berkala dari Kemenaker dan Kemenkes Input: 1. Tenaga Kesehatan: a. Kompetensi tenaga kesehatan: merupakan tanggung jawab dari vendor. c. Jumlah tenaga kesehatan: merupakan tanggung jawab dari vendor. 2. Kondisi fasilitas pemeriksaan kesehatan: merupakan tanggung jawab dari vendor Proses: Pemeriksaan Kesehatan berksla.: telah dilaksanakan, terdiri dari pemeriksaan tinggi dan berat badan, pemeriksaan fisik, pengambilan sampel Output: Hasil pemeriksaan kesehatan berkala berupa status kesehatan karyawan selama bekerja di perusahaan. darah dan urin untuk uji laboratorium, pemeriksaan tambahan seperti audiometri, spirometri dan tes salmonella, serta rontgen.. Umpan Balik: a. Faktor pendukung b. Faktor penghambat Bagan 6.2 Alur Pembahasan Pemeriksaan Kesehatan Berkala di PT. Frisian Flag Indonesia 198 a. Umpan Balik 1) Faktor Pendukung a) Input Faktor pendukung dalam proses input pemeriksaan kesehatan berkala adalah sarana dan prasarana yang telah memadai dan dalam kondisi yang baik. Kondisi sarana dan prasarana yang baik dalam pemeriksaan kesehatan berkala diperoleh dari hasil seleksi dan audit terhadap vendor yang akan bekerja sama dengan perusahaan. b) Proses Proses pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja didukung oleh kerja sama pihak perusahaan dengan pihak vendor. sebelum bekerja sama dengan perusahaan, vendor terlebih dulu diseleksi dengan cara presentasi kepada pihak perusahaan. Selanjutnya perusahaan melakukan audit ke tempat vendor. c) Output Selama ini yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala adalah hasil yang keluar tepat waktu sesuai yang telah disepakati oleh pihak perusahaan dengan pihak vendor. 2) Faktor Penghambat a) Input Perusahaan belum pernah mengalami hambatan dalam pemeriksaan kesehatan berkala jika dilihat dari segi tenaga kesehatan 199 yang terdiri dari kompetensi dan jumlah tenaga kesehatan yang tersedia maupun sarana dan prasarana. b) Proses Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, perusahaann mengalami beberapa hambatan. Hambatan tersebut berupa data karyawan yang belum masuk ke vendor, selain itu, pada saat pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala, ada beberapa karyawan yang tidak dapat hadir dikarenakan sedang melakukan dinas. Untuk mengatasinya, untuk karyawan yang tidak dapat hadir pada saat pelaksanaan pemeriksaan kesehatan, karyawan tersebut dapat melakukan pemeriksaan susulan langsung di tempat vendor. c) Output Dalam proses pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan berkala, perusahaan tidak mengalami hambatan.vendor yang bekerja sama dengan perusahaan selama ini melaporkan hasil pemeriksaan sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara perusahaann dengan vendor. 200 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus Lingkungan: Audit berkala dari Kemenaker dan Kemenkes Input: 1. Tenaga Kesehatan: a. Kompetensi tenaga kesehatan: merupakan tanggung jawab dari provider. b. Jumlah tenaga kesehatan: merupakan tanggung jawab dari provider. 2. Kondisi fasilitas pemeriksaan kesehatan: merupakan tanggung jawab dari provider. Proses: Pemeriksaan Kesehatan berksla.: telah dilaksanakan, karyawan meminta surat rujukan dari dokter pemeriksaan kesehatan atau dapat Output: Hasil pemeriksaan kesehatan berkala berupa kondisi kesehatan karyawan dan hasil dari tindak lanjutnya. menggunakan voucher yang telah disediakan dan kemudian melapor kepada dokter perusahaan. Umpan Balik: a. Faktor pendukung b. Faktor penghambat Bagan 6.3 Alur Pembahasan Pemeriksaan Kesehatan Khusus di PT. Frisian Flag Indonesia 201 a. Umpan Balik 1) Faktor Pendukung a) Input Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh rumah sakit provider merupakan faktor pendukung dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus. b) Proses Faktor pendukung pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus selama ini adalah kerja sama yang baik antara pihak perusahaan dengan provider yang terdiri dari rumah sakit, klinik, dan laboratorium. c) Output Ketepatan waktu dalam memberikan laporan hasil pemeriksaan kesehatan khusus kepada perusahaan dan secara rutin menjadi faktor pendukung dalam penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan khusus. 2) Faktor Penghambat a) Input Perusahaan belum pernah mengalami hambatan dalam pemeriksaan kesehatan khusus jika dilihat dari segi tenaga kesehatan yang terdiri dari kompetensi dan jumalh tenaga kesehatan maupun sarana dan prasarana. 202 b) Proses Selama ini, dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus, perusahaan belum mengalami hambatan. c) Output Selama ini pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan khusus belum mengalami hambatan. Rumah sakit yang menjadi provider PT. FFI melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan khusus secara rutin dan tepat waktu. BAB VII PENUTUP A. Simpulan 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja a. Input: Tenaga Kesehatan terdiri dari dokter perusahaan dan perawat perusahaan yang kompetensi dan jumlahnya telah sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan dan Pedoman Pelayanan Medik di Klinik dan Perusahaan Kementerian Kesehatan RI (2008). Fasilitas yang dimiliki oleh PT. FFI dan kondisi dari fasilitas tersebut telah sesuai dengan yang telah diatur dalam Pedoman Pelayanan Medik di Klinik dan Perusahaan Kementerian Kesehatan RI (2008) untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan. b. Proses: Proses pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja di PT. FFI telah sesuai dengan yang tercantum dalam Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan dan SOP yang disusun oleh perusahaan. c. Output : Output dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja di PT. FFI adalah keputusan apakah calon karyawan diterima bekerja atau tidak. d. Umpan Balik: Sarana dan prasarana menjadi pendukung dalam pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja di PT. FFI. Proses pelaksanaan pemeriksaan didukung oleh kerja sama perusahaan dengan laboratorium. Laporan hasil pemeriksaan juga telah tepat pada waktu yang telah disepakati. Sejauh ini, 203 204 belum terdapat hambatan baik dari segi input, proses, maupun output dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. 2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala a. Input: Kompetensi dan jumlah tenaga kesehatan yang bertugas dalam pemeriksaan kesehatan berkala tahun 2012 sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Fasilitas pemeriksaan kesehatan berkala untuk tahun 2012 juga dirasakan leboh baik dari tahun-tahun sebelumnya. b. Proses: Tahapan pemeriksaan kesehatan berkala yang diatur vendor telah sesuai dengan SOP yang disusun oleh PT. FFI. c. Output: Hasil pemeriksaan berkala merupakan status kesehatan karyawan yang telah sesuai dengan Permenakertrans No. 02 tahun 1980, namun selama ini hanya karyawan yang terindikasi mengalami masalah kesehatan yang mengetahui hasil pemeriksaan kesehatan berkala. d. Umpan Balik: Kondisi sarana dan prasarana yang baik yang disediakan vendor merupakan faktor pendukung pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala. Tahapan pemeriksaan kesehatan berkala didukung dengan kerja sama antara pihak perusahaan dengan vendor. Laporan hasil pemeriksaan sudah tepat waktu sesuai dengan kesepakatan antara vendor dan perusahaan. Faktor penghambat pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala adalah ketidakhadiran beberapa karyawan pada saat pemeriksaan diselenggarakan, namun karyawan dapat melakukan pemeriksaan susulan di tempat vendor. 205 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus a. Input: Kompetensi dan jumlah tenaga kesehatan serta sarana dan prasarana pemeriksaan kesehatan khusus merupakan tanggung jawab rumah sakit porovider perusahaan. Rumah Sakit yang bekerja sama dengan perusahaan merupakan rumah sakit tipe B. b. Proses: Tahapan pemeriksaan kesehatan khusus sudah sesuai dengan yang tercantum di dalam SOP. Namun, untuk rotasi karyawan antar departemen, perusahaan belum melakukan pemeriksaan kesehatan khusus. c. Output: Hasil pemeriksaan kesehatan khusus adalah untuk mengetahui kondisi fisik karyawan yang diperiksa dianggap tidak fit. Tindak lanjut dari pemeriksaan kesehatan khusus adalah perawatan terhadap karyawan. d. Umpan Balik: Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh rumah sakit provider merupakan faktor pendukung dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus. Faktor pendukung pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus selama ini adalah kerja sama yang baik antara pihak perusahaan dengan provider yang terdiri dari rumah sakit, klinik, dan laboratorium. Ketepatan waktu dalam memberikan laporan hasil pemeriksaan kesehatan khusus kepada perusahaan dan secara rutin dan tepat waktu menjadi faktor pendukung dalam penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan khusus. Selama ini, PT. FFI belum mengalami hambatan baik dari segi input, proses, maupun output dalam penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan khusus. 206 4. Lingkungan: Dinkes dan Disnaker secara berkala melakukan audit kepada pihak perusahaan terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan izin poliklinik perusahaan. B. Saran 1. Untuk pemeriksaan kesehatan khusus, disarankan agar dilakukan pemeriksaan kepada karyawan yang akan dirotasi untuk mengetahui kondisi kesehatan dari karyawan sebelum bekerja di bagian yang baru. 2. Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, disarankan agar seluruh karyawan diberikan hasil dari pemeriksaan sebagai tolok ukur karyawan untuk menjaga kondisi kesehatannya. DAFTAR PUSTAKA Any/BEY. 2011. Menakertrans: Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Belum Memadai. Artikel. [serial online] [Accessed on July 30th 2012]. Available: http://metrotvnews.com/read/news/2011/10/07/67366/Menakertrans-PenerapanKesehatan-dan-Keselamatan-Kerja Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa Aksara Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan RI. 2008. Pedoman Pelayanan Medik di Klinik Departemen dan Perusahaan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Dunn, William. N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Dwijayanti, Putri. 2013. Analisis Implementasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) oleh Bidan Desa di Kabupaten Demak. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. [Serial online] [Accessed on February 27th 2013]. Available http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm He, Guang Xue. Et al. 2010. Infection Control and The Burden of Tuberculosis Infection and Disease in Health Care Workers in China: a Cross-Sectional Study. Jurnal Keselamatan dan Kesehatan Kerja. [serial online] [Accessed on June 26th 2012]. Available: http://www.biomedcentral.com/1471-2334/10/313 207 208 Hendra. 2000. Intro to OHS [serial online] [Accesed on June 26th 2012]. Available: http://www.scribd.com/doc/87963017/IntrotoK3 Ia/ik. 2012. Racun Penyebab Kanker Ditemukan Dalam Susu Formula Bayi China. Artikel [serial online] [Accessed on August 23rd 2012]. Available: http://id.berita.yahoo.com/racun-penyebab-kanker-ditemukan-dalam-susuformula-bayi-032350495.html Iswanty, Arcindy. 2012. Analisis Implementasi Kebijakan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. [Serial online] [Accessed on February 27th 2013]. Available http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm Kaukiaien, Ari. Et al. 2008. Symptom Screening in Detection of Occupational SolventRelated Encephalopathy. Jurnal Keselamatan dan Kesehatan Kerja [serial online] [Accessed on June 26th 2012]. Available: http://www.ebscohost.com Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2010. Workshop ASEAN OSHNET untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Artkel [serial online] [Accessed on 30th July 2012]. Available: http://menteri.depnakertrans.go.id/?show=news&news_id=497 Kominfo Newsroom. 2010. PT. Jamsostek : Tingkat Kecelakaan Kerja Masih Tinggi. Artikel [serial online] [Accessed on July 30th 2012]. Available: http://www.jamsostek.co.id/content/news.php?id=1031 Kurniawidjaja, Meily. 2011. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI Press. 209 Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.02/MEN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. Per. 01/Men/1976 Tentang Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan Prastowo, Andi. 2010. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Diva Press. PT. Frisian Flag Indonesia. 2012. Laporan Bulanan Hasil Kunjungan Pekerja ke Poliklinik Periode Januari – September 2012. PT. Frisian Flag Indonesia. 2012. Standard Operating Procedure (SOP) Pemeriksaan Kesehatan. PT. Frisian Flag Indonesia. 2012. Data Jumlah Hari Kerja Hilang Periode Januari – Oktober 2012. Pusat Sarana, Prasarana, dan Peralatan Kesehatan Kementerian kesehatan RI. 2010. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI 210 Ramadhan, Hendra. 2012. Analisis Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang No. 02 Tahun 2010 Tentang Pencegahan, Pemberantasan, dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat (Studi Kasus Pengemis di Kota Serang). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Ridley, John. 2006. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Ikhtisar Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. Rini, Elly Setyo. 2008. Indonesia investigasi 12 perusahaan. Kasus keracunan susu di cina telah merembet dan meresahkan sejumlah negara lain. Artikel [serial online] [Accessed on August 23rd 2012]. Available: http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/629pemerintah_investigasi_12_perusahaan Suhendra. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: UIN Press. Silalahi, Ulber. 2011. Asas-Asas Manajemen. Bandung: PT. Refikan Aditama. ____________. 2002. Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen. Bandung: Penerbit Mandar Maju Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta. Trisnantari, Sita Agung. 2008. Berbagai Definisi Kebijakan Publik dan Klasifikasinya (Tugas Mata Kuliah Kebijakan Publik). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. 211 Utami, Degita Dwi. 2013. Proses Implementasi Program Jaminan Persalinan di Puskesmas Siantan Hilir Kecamatan Pontianak Utara. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura. [Serial online] [Accessed on February 27th 2013]. Available http://jurnalmahasiswa.fisip.untan.ac.id/index.php/publica Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Jakarta: Media Pressindo. KEMEJTTERIAN AGAMA LTNWERSITAS rSLAM NEGBRT ( UrN ) SYARIF HIDAYATT]LLAH JAKARTA FAKI]LTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN ' Telp. : (62-21) 74716718 Fax : (62-21) 7404985 Website : www.uinjkt.ac.id; E-mail : [email protected] Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat 15419 Nomor : Un.01/F1 0/KM.00. 1/l 7t3 /20t2 Lamp Hal Jakarta,Z1Juli2012 :- : Izin Penelitian Skripsi KepadaYth. SHE Department PT. Frisian Flag, Tbk DiJakarta Assalamualaikum Wr. Wb. Bersama ini kami sampaikan bahwa mahasiswa yang namanya tersebqt dibawah ini akan melaksanakan pinyusunan St<ripsi dengan judul "Ana[Jis Implementasi peraturan EMnteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.02A4EN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan KeselamatanKerja Tahun2}r?; atas nama : Nama Sekar Asih Rengganis 108101000023 Kesehatan Masyarakat VIII (delapan) /K3 NIM Program Studi Semester/ Peminatan Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon mahasiswa tersebut dapat diizinkan untuk melakukan penelitian skripsi di instansi yang saudara pimpin. Demikiano atas perhatian dan kerjasama saudar4 kami ucapkan terima kasih. Wassalamu' alaikum W_r. Wb. An Dekan PembantuDekan B id,arg Adminishasi Umum, Dr.H. Arif Sumantri. M.Kes NrP. le6s080s 1es8b3 1002{, Tembusan: Dekan FKIK ff*ndcomprnoq!! PT Frisian Ftag Indonesia Jt. Raya Bogor Km 5 Pasar Rebo Jakarta 1 3760 Indonesia T +62 (0) 21 8410945,840061 1, F +62 (O) 841 0950, 87780645 21 87780698 www.frisianflag.com wwwfr iestandcampina. com : 12.Vll lF FllPERS-BA/1 1 5 : Persetujuan Permohonan Praktek Kerja No Perihal Kepada Yth. : Universitas lslam Negeri Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan llmu Kesehatan Jl Kertamukti No. 5, Pisangan, Ciputat U.p : Bapak Dr. H Arif Sumantri, M.Kes Dengan hormat, Sehubungan dengan surat permohonan ijin penelitian yang kami terinna, bersama ini diberitahukan bahwa PT Frisian Flag lndonesia dapat menerima mahasiswa Saudara sebagai berikut NO 1 Nama Siswa Sekar Asih Rengganis : NIS / NIM 108101000023 Periode penelitian akan berlangsung dari November 2012. : Penempatan praktek kerja SHE 1 oktober 2012 sampai dengan 21 Demikian surat pemberitahuan ini kami sampaikan, untuk konfirmasi lebih lanjut dapat menghubungi PT Frisian Flag lndonesia dengan Lusia Wiwik exl.4S4 Atas perhatiannya disampaikan terima kasih. Jakarta, 17 September 2012 Hormat Kami, RtstAil FLAG tttoor*esffi Bennv Ariana HR Manager PT Frisiao Flrg lndonesia is aff)tiated b Royal. Friestandcampina N.V @ INFORMED CONSENT PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Selamat Pagi/Siang/Sore Perkenalkan nama saya Sekar Asih Rengganis, mahasiswi S1 Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya bermaksud melakukan penelitian mengenai “Analisis Implementasi Pemeriksaan Kesehatan pada Karyawan di Bagian Produksi PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir dalam penyelesaian studi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya berharap Bapak/Ibu bersedia untuk menjadi informan dalam penelitian ini di mana akan dilakukan pengamatan lapangan dan wawancara mendalam yang terkait penelitian. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan dan peneliti amati akan terjamin kerahasiaannya. Setelah Bapak/Ibu membaca maksud dan kegiatan penelitian ini, maka saya mohon untuk mengisi nama dan tanda tangan di bawah ini. “Saya setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini dan saya bersedia memberikan data kembali kepada peneliti apabila ada data yang kurang”. Nama: _________________________________________________________________________ Tanda Tangan: _________________________________________________________________________ Atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih Hormat Saya, Sekar Asih Rengganis Lembar Observasi Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan Klinik Analisis Implementasi Pemeriksaan Kesehatan pada Karyawan di Bagian Produksi PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012 No Fasilitas Ya Ruangan 1) Ruang pemeriksaan/konsultasi 2) Ruang tunggu 1 3) Ruang administrasi 4) Ruang obat 5) Ruang laboratorium 6) WC/kamar mandi 2 Kecukupan ventilasi pencahayaan 3 Tersedia air mengalir dan listrik 4 Pengolahan limbah medis Peralatan medis 1) Stetoskop 2) Tensimeter 3) Baterai/lampu senter 5 4) Penekan lidah, metal 5) Timbangan dewasa 6) Pengukur tinggi badan 7) Pita pengukur antropometri dan Tidak Keterangan 8) Poster-poster 9) Alat peraga 10) Sterilisator 11) Kotak kapas 12) Pinset 13) Sarung tangan No. 6, 5, 7, 7, 5, 8 14) Tempat cuci tangan dan standarnya 15) Piala ginjal/nierbeken 16) Gunting perban 17) Irigator 1 ½ 18) Torniquet 19) Kapas steril 20) Tiang infusa 21) Cairan infus (NaCl, glukosa, RL) 22) Tabung oksigen 23) Termometer Peralatan non medis 1) Kursi + meja biro 2) Tempat tidur pemeriksaan 6 3) Alat komunikasi 4) Lemari obat 5) Lemari kartu Peralatan penunjang medik 7 1) Alat lab sederhana Sumber: Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI, 2008 Lembar Telaah Dokumen Tenaga Kesehatan Analisis Implementasi Pemeriksaan Kesehatan pada Karyawan di Bagian Produksi PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012 No Kompetensi Ya Tidak Keterangan Dokter Perusahaan 1 Mempunyai Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik 2 Mampu melaksanakan pelayanan medik dasar sesuai kompetensi dan kewenangannya 3 Khusus dokter yang perusahaan/pabrik bekerja telah di memiliki sertifikat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Perawat Perusahaan 1 Mempunyai Surat Izin Kerja (SIK) Perawat 2 Mampu melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangannya. 3 Mampu melaksanakan asistensi dokter sesuai kompetensi dan kewenangannya 4 Perawat yang perusahaan/pabrik bekerja memiliki di sertifikat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Sumber: Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI, 2008 Pedoman Wawancara Informan Kunci (HRD) Analisis Implementasi Pemeriksaan Kesehatan pada Karyawan Bagian Produksi di PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012 Nama Jabatan Tempat Waktu Tenaga Medis 1. Apa saja kriteria yang harus dipenuhi seorang tenaga pelayanan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia? 2. Menurut anda, bagaimana kondisi (kompetensi dan jumlah) tenaga pelayanan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia? 3. Apa saran anda untuk kemajuan kondisi tenaga pelayanan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia? Input Fasilitas 1. Menurut anda, bagaimana kondisi fasilitas pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia? 2. Apa saran anda untuk kemajuan fasilitas pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia? Regulasi 1. Menurut anda, sejauh ini bagaimana PT. Frisian Flag Indonesia telah menjalankan pemeriksaan kesehatan jika dihubungkan dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah? Pemeriksaan Kesehatan Awal 1. Bagaimana proses pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja pada calon karyawan di PT. Frisian Flag Indonesia? Proses Pemeriksaan Kesehatan Berkala 1. Bagaimana proses pemeriksaan kesehatan berkala pada karyawan di PT. Frisian Flag Indonesia? Pemeriksaan Kesehatan Khusus 1. Selama ini, kondisi apa saja yang menjadi kriteria PT. Frisian Flag Indonesia untuk melakukan pemeriksaan khusus bagi karyawan? 2. Bagaimana prosedur pemeriksaan kesehatan bagi karyawan yang akan dirotasi? Pemeriksaan Kesehatan Awal 1. Bagaimana hasil pemeriksaan kesehatan awal bagi calon pekerja diproses? 2. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia memberitahukan calon karyawan tentang hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja? 3. Kepada pihak manakah hasil dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan dilaporkan? 4. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia melaporkan hasil dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi karyawan? Pemeriksaan Output Kesehatan Berkala 1. Bagaimana hasil pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan di PT. Frisian Flag Indonesia diproses? 2. Bagaimana cara menginformasikan PT. hasil Frisian dari Flag pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan? 3. Kepada pihak manakah hasil dari pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan dilaporkan? 4. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia melaporkan hasil dari pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan? Pemeriksaan Khusus 1. Bagaimana hasil pemeriksaan khusus bagi karyawan PT. Frisian Flag Indonesia diproses? 2. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia menginformasikan hasil dari pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan? 3. Kepada pihak manakah hasil pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan dilaporkan? Feedback 1. Apa saja faktor yang mendukung pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pada karyawan di PT. Frisian Flag Indonesia? 2. Apa saja hambatan yang dialami oleh PT. Frisian Flag Indonesia dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pada karyawan? 3. Bagaimana PT. Frisian Flag Indonesia menanggulangi hambatan dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan bagi karyawan? Lingkungan 1. Pihak pemerintah memengaruhi mana saja pelaksanaan yang ikut pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia? 2. Apa saja peran dari pihak-pihak tersebut? Pedoman Wawancara Informan Utama (Dokter Perusahaan, Perawat, SHE) Analisis Implementasi Pemeriksaan Kesehatan pada Karyawan Bagian Produksi di PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012 Nama Jabatan Tempat Waktu Tenaga Medis 1. Apa saja kriteria yang harus dipenuhi seorang tenaga pelayanan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia? 2. Menurut anda, bagaimana kondisi (kompetensi dan jumlah) tenaga pelayanan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia? 3. Apa saran anda untuk kemajuan kondisi tenaga pelayanan Input kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia? Fasilitas 1. Menurut anda, bagaimana kondisi fasilitas pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia? 2. Apa saran anda untuk kemajuan fasilitas pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia? Pemeriksaan Kesehatan Awal 1. Bagaimana proses pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja pada calon karyawan di PT. Frisian Flag Indonesia? Pemeriksaan Proses Kesehatan Berkala 1. Bagaimana proses pemeriksaan kesehatan berkala pada karyawan di PT. Frisian Flag Indonesia? Pemeriksaan Kesehatan Khusus 1. Selama ini, kondisi apa saja yang menjadi kriteria PT. Frisian Flag Indonesia untuk melakukan pemeriksaan khusus bagi karyawan? Pemeriksaan Kesehatan Awal 1. Bagaimana hasil pemeriksaan kesehatan awal bagi calon pekerja diproses? 2. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia memberitahukan calon karyawan tentang hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja? 3. Kepada pihak manakah hasil dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan dilaporkan? 4. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia melaporkan hasil dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi karyawan? Pemeriksaan Kesehatan Berkala 1. Bagaimana hasil pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan di PT. Frisian Flag Indonesia diproses? Output 2. Bagaimana cara menginformasikan PT. hasil Frisian dari Flag pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan? 3. Kepada pihak manakah hasil dari pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan dilaporkan? 4. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia melaporkan hasil dari pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan? Pemeriksaan Khusus 1. Bagaimana hasil pemeriksaan khusus bagi karyawan PT. Frisian Flag Indonesia diproses? 2. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia menginformasikan hasil dari pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan? 3. Kepada pihak manakah hasil pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan dilaporkan? Feedback 1. Apa saja faktor yang mendukung pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pada karyawan di PT. Frisian Flag Indonesia? 2. Apa saja hambatan yang dialami oleh PT. Frisian Flag Indonesia dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pada karyawan? 3. Bagaimana PT. Frisian Flag Indonesia menanggulangi hambatan dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan bagi karyawan? Pedoman Wawancara Informan Pendukung (Karyawan Produksi) Analisis Implementasi Pemeriksaan Kesehatan pada Karyawan Bagian Produksi di PT. Frisian Flag Indonesia Tahun 2012 Nama Jabatan Tempat Waktu Tenaga Medis 1. Menurut anda, pelayanan bagaimana kesehatan di kondisi PT. tenaga Frisian Flag Indonesia? 2. Apa saran anda untuk kemajuan kondisi tenaga pelayanan Input kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia? Fasilitas 1. Menurut anda, bagaimana kondisi fasilitas pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia? 2. Apa saran anda untuk kemajuan fasilitas pemeriksaan kesehatan di PT. Frisian Flag Indonesia? Pemeriksaan Kesehatan Awal 1. Bagaimana prosedur pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja pada calon karyawan di PT. Frisian Flag Indonesia? Pemeriksaan Proses Kesehatan Berkala 1. Bagaimana prosedur pemeriksaan kesehatan berkala pada karyawan di PT. Frisian Flag Indonesia? Pemeriksaan Kesehatan Khusus 1. Selama ini, kondisi apa saja yang menjadi kriteria PT. Frisian Flag Indonesia untuk melakukan pemeriksaan khusus bagi karyawan? Pemeriksaan Output Kesehatan Awal 1. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia memberitahukan calon karyawan tentang hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja? Pemeriksaan Kesehatan Berkala 1. Bagaimana cara menginformasikan PT. hasil Frisian dari Flag pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan? Pemeriksaan Khusus 1. Bagaimana cara PT. Frisian Flag Indonesia menginformasikan hasil dari kesehatan khusus bagi karyawan? pemeriksaan MATRIKS HASIL OBSERVASI No Substansi Penelitian A Hasil Observasi Input 1. Jumlah Kesehatan Tenaga Berdasarkan hasil observasi, untuk PT. Frisian Flag Indonesia Plant Pasar Rebo, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas pada pagi hari berjumlah dua orang. Tenaga kesehatan yang bertugas terdiri dari satu Dokter perusahaan dan satu perawat. 2. Fasilitas Pemeriksaan Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan berdasarkan pedoman yang berasal dari Kesehatan Kemenkes RI, sarana dan prasarana untuk pemeriksaan kesehatan di poliklinik sudah lengkap. Peralatan medis yang tersedia dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Alat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan kesehatan dalam kondisi yang sudah terkalibrasi, kalibrasi alat dilakukan secara rutin setiap tahunnya oleh vendor. Peralatan penunjang medis juga dalam kondisi baik. Poliklinik tidak memiliki laboratorium sendiri untuk pemeriksaan kesehatan oleh sebab itu, perusahaan bekerja sama dengan pihak laboratorium lain dalam rangka pemeriksaan kesehatan terutama pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja. B Proses 1. Pelaksanaan Calon karyawan mendatangi poliklinik, kemudian melapor kepada perawat bahwa dia akan Pemeriksaan Sebelum melaksanakan pemeriksaan kesehatan dengan menunjukkan surat pengantar dari pihak Bekerja recruitment. Kemudian, calon karyawan akan melakukan pemeriksaan fisik dan anamnesa di ruang pemeriksaan selama sekitar 10- 15 menit. Setelah pemeriksaan dilakukan, calon karyawan selanjutnya akan melakukan pemeriksaan laboratorium di tempat yang telah ditunjuk oleh Dokter perusahaan. Setelah hasil pemeriksaan laboratorium keluar, calon karyawan akan menyerahkan hasil laboratorium kepada Dokter perusahaan. 2. Pelaksanaan Pemeriksaan Berkala Karyawan mendaftar kepada petugas, kemudian karyawan akan diberikan formulir yang berisi identitas karyawan dan jenis pemeriksaan yang harus dilakukan. Pemeriksaan pertama yang dilakukan adalah pengukuran berat dan tinggi badan. Pemeriksaan selanjutnya adalah tes pengelihatan, kondisi pengelihatan karyawan akan diperiksa pada tes tersebut. Proses selanjutnya adalah pengambilan sampel darah dan urin untuk dilakukan tes laboratorium. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan fisik. Untuk pemeriksaan tahun 2012, vendor memfasilitasi pemeriksaan fisik dengan jumlah dokter yang lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Pada saat pemeriksaan fisik, karyawan juga dapat berkonsultasi dengan dokter seputar masalah kesehatan yang dialami karyawan. Untuk karyawan produksi yang bekerja di area-area tertentu, maka proses pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan audiometri, spirometri dan pengambilan sampel untuk tes salmonella. Pemeriksaan terakhir yang dilakukan karyawan adalah rontgen thorax. Untuk pemeriksaan kesehatan tahun ini, karyawan tidak perlu membuka pakaian bagian atas untuk melakukan rontgen, karyawan langsung melapisi pakaian dengan jubah untuk rontgen. Dokumentasi terlampir dalam bentuk foto C Output 1. Implementasi Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja 2. Implementasi Pemeriksaan Kesehatan Berkala Berdasarkan hasil observasi, pemeriksaan kesehatan fisik sebelum bekerja pada calon karyawan telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan hasil observasi, pemeriksaan kesehatan berkala pada karyawan telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. MATRIKS HASIL TELAAH DOKUMEN No Substansi Penelitian Nama Dokumen Hasil Telaah A Input 1. Kompetensi Kesehatan Tenaga a. Sertifikat Hiperkes Dokter Bukti bahwa dokter telah mengikuti pelatihan Perusahaan hiperkes sebagai salah satu syarat menjadi dokter perusahaan. b. Surat pengangkatan Dokter Bukti bahwa dokter telah diangkat menjadi Dokter Perusahaan PT. Frisian Flag Indonesia Plant Pasar Rebo c. Surat Izin Praktik Dokter Bukti bahwa dokter memiliki izin untuk melakukan kegiatan praktik. d. Sertifikat Hiperkes Perawat Bukti bahwa perawat telah mengikuti pelatihan Perusahaan. hiperkes sebagai salah satu syarat menjadi perawat perusahaan. e. Surat pengangkatan Perawat Bukti bahwa perawat telah diangkat menjadi perawat Perusahaan f. Surat Izin Kerja Perawat 2. Kebijakan PT. Frisian Flag Indonesia Plant Pasar Rebo Bukti bahwa perawat telah memiliki izin kerja. a. Undang-Undang No. 01 Tahun Setiap pengurus (pemimpin kerja) wajib 1970 tentang Keselamatan memeriksakan kondisi mental dan fisik dari tenaga Kerja Pasal 8 kerja yang akan diterimanya maupun tenaga kerja yang akan dipindahkan sesuai dengan sifat pekerjaan yang diberikan kepada tenaga kerja dan juga secara berkala. b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Setiap perusahaan diwajibkan untuk melakukan dan Transmigrasi No. 02 Tahun pemeriksaan kesehatan, baik pemeriksaan kesehatan 1980 Tentang Pemeriksaan sebelum bekerja untuk calon karyawan, pemeriksaan Kesehatan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. Tujuan dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan calon tenaga kerja yang akan diterima. Tujuan pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja selama bekerja di perusahaan sesuai dengan pekerjaannya, serta untuk mencegah dan mengendalikan sedini mungkin pengaruh-pengaruh dari pekerjaan yang bisa berdampak pada kesehatan. Tujuan dari pemeriksaan kesehatan khusus adalah untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan terhadap tenaga kerja atau golongan tenaga kerja tertentu. Golongan tenaga kerja tersebut adalah tenga kerja yang mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan lebih dari dua minggu. Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun, tenaga kerja wanita, dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja yang melakukan pekerjaan tertentu. Tenaga kerja yang mengalami gangguan tertentu yang perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan. c. Standard Operating Procedure Teknis pelaksanaan pemeriksaan kesehatan di PT. FFI dibagi menjadi pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan khusus. Di dalam SOP, pemeriksaan kesehatan juga dibagi berdasarkan status karyawan, yaitu karyawan PT. FFI dan karyawan outsourcing. Teknis pemeriksaan kesehatan diatur dalam SOP. B Proses 1. Pemeriksaan Kesehatan Standard Operating Procedure Sebelum pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja pada calon Bekerja 2. Pemeriksaan karyawan. (Terlampir). Standard Operating Procedure Kesehatan Berkala 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus Dalam dokumen ini dijelaskan mengenai proses Dalam dokumen ini dijelaskan mengenai proses pemeriksaan kesehatan berkala pada karyawan. Standard Operating Procedure Dalam dokumen ini dijelaskan mengenai proses pemeriksaan kesehatan khusus pada karyawan. MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM No A Substansi Penelitian Hasil Wawancara Mendalam Input 1. Tenaga Kesehatan a. Kompetensi tenaga a. Informan Kunci: Untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, HRO mengungkapkan bahwa kesehatan kompetensi tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter perusahaan dan perawat perusahaan di PT. FFI telah sesuai standar yang telah ditetapkan, yaitu memiliki sertifikat Hiperkes, surat izin praktik untuk dokter, dan surat izin kerja bagi perawat. Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, kompetensi tenaga kesehatan yang bertugas merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari vendor yang bekerja sama dengan perusahaan. Untuk pemeriksaan kesehatan khusus, kompetensi tenaga kesehatan menjadi tanggung jawad penuh rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan. b. Jumlah tenaga kesehatan b. Informan Utama: Untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, informan mengungkapkan bahwa tenaga kesehatan di perusahaan telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu salah satunya memiliki sertifikat telah melaksanakan pelatihan Hiperkes. Sedangkan untuk pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus, kompetensi tenaga kesehatan merupakan tanggung jawab dari pihak yang bekerja sama dengan perusahaan yaitu pihak vendor dan rumah sakit yang menjadi provider perusahaan. a. Informan Kunci: HRO mengungkapkan bahwa jumlah tenaga kesehatan yang selama ini bertugas di perusahaan sudah cukup untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja yaitu terdiri dari satu dokter perusahaan dan satu perawat perusahaan. Alasan dari pendapat tersebut adalah selama ini perusahaan bekerja sama dengan beberapa rumah sakit dan laboratorium yang jumlahnya mencapai 160 rumah sait, laboratorium dan apotek, sehingga tenaga kesehatan yang dibutuhkan untuk keperluan internal dirasa sudah cukup. Jumlah tenaga kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan berkala sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari pihak vendor yang telah dipilih untuk melaksanakan kegiatan pemeriksaan. Sedangkan untuk pemeriksaan kesehatan khusus, jumlah tenaga keesehatan menjadi tanggung jawab pihak rumah sakit tempat karyawan melakukan pemeriksaan. b. Informan Utama: Untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, menurut Dokter perusahaan, jumlah tenaga kesehatan di poliklinik sudah memadai yaitu satu dokter perusahaan dan satu perawat peusahaan, namun terdapat tugas tambahan untuk perawat perusahaan yang ditakutkan akan mengganggu kinerja perawat. Menurut perawat perusahaan, apabila ditinjau dari kondisi selama ini, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas sudah memenuhi syarat dengan bukti dikeluarkannya izin operasi poliklinik dari Kemenkes. Untuk pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihakpihak yang bekerja sama dengan perusahaan. c. Regulasi 2. Fasilitas c. Informan Pendukung: Untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, menurut beberapa karyawan produksi, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas masih kurang karena jadwal pemeriksaan kesehatan untuk calon karyawan dan jadwal pelayanan poliklinik dilaksanakan pada waktu yang sama. Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, beberapa karyawan merasa tenaga kesehatan yang bertugas sudah cukup benyak, terbukti dari antrean karyawan pada saat pelaksanaan tidak terlalu banyak. a. Informan Kunci: Untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus, perusahaan membuat teknis pelaksaan yang disebut dengan Standard Operating Procedure (SOP) berdasarkan pada peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang disesuaikan dengan keadaan perusahaan. Pemeriksaan a. Informan Kunci: Menurut HRO, sarana dan prasarana untuk pemeriksaan kesehatan di poliklinik Kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja kondisinya terjaga dengan baik. Apabila menurut Dokter atau perawat ada beberapa sarana atau prasarana yang sudah kurang layak untuk digunakan, maka pihak HRO akan segera mengganti sarana prasarana dengan yang baru. Selain dokter dan perawat, pihak SHE juga memberi masukan tentang sarana dan prasarana yang memang harus diganti. Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, jumlah sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pelaksanaannya sudah memadai, kondisi dari sarana dan prasarana juga baik karena sebelum pemeriksaan kesehatan berkala diselenggarakan, pihak perusahaan telah melakukan audit kepada vendor yang akan bekerja sama dengan perusahaan. Untuk pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan, sarana dan prasarana merupakan tanggung jawab dari pihak rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan. b. Informan Utama: Menurut Dokter perusahaan, sarana dan prasarana yang terdapat di poliklinik sudah memadai untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan. Sebagi tambahan, dalam kondisi emergency, poliklinik juga telah dilengkapi dengan peralatan pertolongan pertama. Selain itu, lokasi PT. FFI dekat dengan beberapa rumah sakit yang memang telah bekerja sama dengan pihak perusahaan. Menurut perawat perusahaan, kondisi sarana dan prasarana di poliklinik perusahaan sudah termasuk lengkap utnuk melaksanakan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja pada karyawan. Sedangkan untuk pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus, menurut informan utama, sarana dan prasarana menjadi tanggung jawab pihak yang bekerja sama dengan perusahaan. Menurut SHE, sarana dan prasarana juga sudah bagus baik untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus. c. Informan Pendukung: Beberapa karyawan produksi mengatakann bahwa sarana dan prasarana di poliklinik PT. FFI sudah cukup lengkap untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja karena di B poliklinik perusahaan hanya dilakukan pemeriksaan fisik saja. Proses 1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja a. Perencanaan a. Informan Kunci: HRO mengungkapkan bahwa pihak recruitment telah memiliki standar dalam penerimaan karyawan baru, salah satunya adalah pemeriksaan kesehatan. Tahapan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja telah ditentukan dalam SOP, waktu pemeriksaan calon karyawan dilakukan selama hari kerja, tempat untuk pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dibagi menjadi dua yaitu poliklinik perusahaan untuk pemeriksaan fisik, dan untuk pemeriksaan laboratorium, perusahaan bekerja sama dengan pihak laboratorium luar. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pemeriksaan fisik telah disediakan di poliklinik perusahaan. b. Pelaksanaan a. Informan Kunci: Berdasarkan keterangan dari pihak HRO, pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dilakukan oleh calon karyawan di poliklinik perusahaan. Pemeriksaan laboratorium dilakukan di laboratorium yang bekerja sama dengan perusahaan. b. Informan Utama: Dokter perusahaan mengungkapkan bahwa pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja terdiri dari pemeriksaan fisik, rontgen, buta warna, dan laboratorium. Berdasarkan keterangan dari SHE, pemeriksaan sebelum bekerja dilakukan secara menyeluruh, dimulai dokter perusahaan akan menyerahkan surat pengantar kepada rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan untuk melakukan tes kesehatan. c. Monitoring dan Evaluasi c. Informan Pendukung: Menurut beberapa karyawan produksi, pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja terdiri dari pemeriksaan fisik secara menyeluruh dan pemeriksaan buta warna, dan riwayat penyakit calon karyawan yang dilakukan oleh dokter perusahaan. Setelah itu, pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan urin, darah, dan faeces oleh pihak laboratorium. a. Informan Kunci: Setiap pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja pada calon karyawan harus dengan sepengetahuan pihak HR dan pihak recruitment yang menyelenggarakan penerimaan karyawan baru. Pihak HR juga mendapatkan laporan dari dokter perusahaan terkait dengan pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi calon karyawan. b. Informan utama: Dokter perusahaan memberikan laporan mengenai pelaksanaan pemeriksaan kesehatan yang telah dilaksanakan. 2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala a. Perencanaan a. Informan Kunci: Menurut HRO, proses penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan berkala dilaksanakan setiap tahun, dimulai dengan penentuan vendor yang akan melaksanakan teknis pemeriksaan kesehatan. Selain itu, waktu serta tempat pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala juga ditentukan. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses perencanaan adalah pihak HRO, Dokter perusahaan, dan SHE. b. Informan Utama: Menurut Dokter perusahaan, pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala dilaksanakan satu kali dalam setahun, dimulai dengan pemilihan vendor yang akan bekerja sama dalam teknis pelaksanaan pemeriksaan kesehatan serta pemilihan waktu dan tempat untuk pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala. Setelah itu, seluruh karyawan akan diinformasikan oleh pihak HRO tentang waktu dan tempat pemeriksaan kesehatan. Menurut perawat perusahaan, pemeriksaan dilakukan setiap setahun sekali pada akhir tahun, tahap pertama dalam pemeriksaan kesehatan adalah pemilihan vendor yang akan bekerja sama dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan. Setelah itu, pihak HRO akan memberikan informasi kepada karyawan tentang waktu dan tempat pelaksanaan serta syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pemeriksaan kesehatan berkala. Menurut pihak SHE, pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan setiap akhir tahun, hal pertama yang dilakukan dalam rangka penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemilihan vendor. setelah itu, seluruh karyawan akan diinformasikan mengenai waktu dan tempat pelaksanaan pemeriksaan kesehatan. b. Pelaksanaan c. Informan Pendukung: Menurut beberapa karyawan bagian produksi, pemeriksaan kesehatan berkala rutin dilakukan setiap setahun sekali, sebelum pemeriksaan dilakukan, terlebih dulu seluruh karyawan diberikan informasi mengenai waktu, tempat pelaksanaan, dan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum pemeriksaan kesehatan dilakukan, contohnya untuk pemeriksaan gula darah, maka karyawan diharuskan untuk berpuasa sebelumnya selama sepuluh jam. a. Informan Kunci: Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan selama tiga hari. Jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik, rontgen, pemeriksaan urin, dan darah. Untuk karyawan produksi, terdapat beberapa pemeriksaan tambahan sesuai dengan area di mana karyawan tersebut bekerja. Untuk karyawan yang bekerja di area bising, maka akan dilakukan pemeriksaan audiometri, untuk karyawan yang bekerja di area dengan kadar debu yang tinggi maka akan dilakukan pemeriksaan spirometri. Sedangkan untuk karyawan yang bekerja di area high care maka akan dilakukan tes salmonella. b. Informan Utama: Menurut Dokter perusahaan, jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan pada saat penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan berkala terdiri dari pemeriksaan fisik, rontgen, dan pemeriksaan laboratorium. Untuk karyawan yang bekerja di area-area tertentu, maka akan diadakan pemeriksaan tambahan seperti audiometri, spirometri, dan tes salmonella untuk karyawan yang bekerja di area high care. Menurut perawat perusahaan, pemeriksaan kesehatan berkala diadakan selama tiga hari, teknis pelaksaan dilakukan oleh vendor, pemeriksaan yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan fisik, rontgen, pemeriksaan darah, dan urin. Untuk karyawan yang bekerja di area-area tertentu, akan dilakukan pemeriksaan tambahan. Untuk karyawan yang bekerja di area bising akan dilakukan pemeriksaan audiometri. Untuk karyawan yang bekerja dia area yang berdebu, maka akan dilakukan pemeriksaan spirometri. Sedangkan untuk karyawan yang bekerja di area high care akan dilakukan tes salmonella. Menurut pihak SHE, jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan pada saat pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan fisik lengkap, rontgen, pemeriksaan urin dan darah. Untuk karyawan yang bekerja di area bising maka akan dilakukan pemeriksaan audiometri. Untuk karyawan yang bekerja di area yang potensi debunya tinggi, maka akan dilakukan pemeriksaan sprirometri, dan untuk karyawan yang bekerja di area high care maka perlu dilakukan tes salmonella. c. Informan Pendukung: Beberapa karyawan produksi mengungkapkan bahwa jenis-jenis pemeriksaan yang dilakukan pada saat pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan fisik, rontgen, pemeriksaan darah dan urin. Untuk beberapa karyawan akan dilakukan pemeriksaan tambahan seperti audiometri, sriprometri, dan tes salmonella, tergantung dari area tempat karyawan bekerja. c. Monitoring dan Evaluasi a. Informan Kunci: Selama proses penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan berlangsung, pihak HRO akan meninjau secara langsung bagaimana kondisi pelaksanaan pemeriksaan kesehatan. 3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus a. Perencanaan a. Informan Kunci: Menurut pihak HRO, perusahaan menyediakan beberapa rumah sakit provider yang bekerja sama dengan perusahaan dalam rangka memfasilitasi karyawan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sesuai dengan kebutuhan karyawan. Waktu pemeriksaan juga tergantung dengan waktu yang dibutuhkan oleh karyawan. b. Pelaksanaan a. Informan Kunci: Berdasarkan keterangan dari pihak HRO, pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan karyawan dengan membawa surat pengantar dari dokter perusahaan atau menggunakan voucher pemeriksaan yang telah disediakan oleh perusahaan. Karyawan dapat meminta voucher pemeriksaan di poliklinik melalui perawat perusahaan. b. Informan Utama: berdasarkan keterangan dari informan utama, karyawan yang akan melakukan pemeriksaan khusus di rumah sakit terlebih dulu meminta surat pengantar kepada dokter perusahaan ke rumah sakit yang direkomendasikan oleh dokter perusahaan. Selain itu, karyawan juga dapat melakukan pemeriksaan kesehatan dengan menggunakan voucher pemeriksaan yang berlaku di rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan. C c. Informan Pendukung: menurut beberapa karyawan bagian produksi, apabila karyawan ingin melakukan pemeriksaan kesehatan di rumah sakit, karyawan akan meminta voucher kepada pihak HR atau perawat perusahaan. c. Monitoring dan Evaluasi a. Informan Kunci: Menurut pihak HRO, monitoring dilakukan dengan melihat seberapa banyak voucher pemeriksaan yang telah digunakan dan laporan dari rumah sakit provider kepada pihak perusahaan. Output 1. Pemeriksaan Kesehatan a. Informan Kunci: Menurut pihak HRO, hasil dari pemeriksaan sebelum bekerja ada status Sebelum Bekerja kesehatan pekerja, apakah pekerja telah memenuhi persyaratan untuk menjadi karyawan dalam konteks kondisi kesehatan, sesuai dengan persyaratan dari pihak recruitment. Dampak langusung dari hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah keputusan apakah calon karyawan akan diterima menjadi karyawan atau ditolak. Hasil pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja sangat menentukan dalam proses penerimaan karyawan baru. b. Informan Utama: Menurut informan utama, hasil dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja apakah kondisi dari calon karyawan sudah sesuai dengan persyaratan yang telah diajukan oleh pihak HR dan recruitment. 2. Pemeriksaan Berkala c. Informan Pendukung: Mennurut beberapa karyawan produksi, hasil dari pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja adalah kondisi tubuh yang sesuai dengan yang disyaratkan oleh pihak perusahaan untuk bekerja di area yang sesuai. Kesehatan a. Informan Kunci: Hasil dari pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan karyawan selama bekerja di perusahaan. Kondisi karyawan dapat digolongkan menjadi fit dan unfit yang memerlukan penanganan yang lebih lanjut. Apabila dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala, karyawan dinyatakan unfit, karyawan tersebut akan dipanggil oleh Dokter perusahaan untuk dilakukan pemeriksaan ulang. Apabila memang terdapat gangguan, Dokter perusahaan akan merekomendasikan rumah sakit untuk pengobatan gangguan kesehatan tersebut hingga sembuh. Dan apabila karyawan sudah dinyatakan sembuh, karyawan akan melapor kepada Dokter perusahaan yang akan diteruskan kepada pihak HRO. b. Informan Utama: Menurut perawat perusahaan, output dari pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk mengetahui kondisi keesehatan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, apakah terjadi gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan kerja yang memerlukan follow up dari dokter perusahaan. Menurut pihak SHE, hasil dari pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk mengetahui apakah ada gangguan pada kesehatan karyawan yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Apabila dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala terdapat karyawan yang mengalami gangguan kesehatan, maka karyawan tersebut akan diperiksa kembali oleh dokter perusahaan. Apabila karyawan tersebut terbukti mengalami gangguan kesehatan, maka karyawan tersebut akan melakukan pengobatan di rumah sakit rekomendasi dokter perusahaan sampai sembuh. Setelah dinyatakan sembuh, karyawan harus melapor kembali ke Dokter perusahaan. E c. Informan Pendukung: Menurut beberapa karyawan produksi, hasil dari pemeriksaan kesehatan berkala terbagi dua yaitu sehat dan yang mengalami gangguan kesehatan. Apabila dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala karyawan mengalami masalah kesehatan, maka karyawan tersebut akan dipanggil untuk menghadap ke Dokter perusahaan untuk melakukan pemeriksaan ulang. Jika karyawan terbukti mengalami masalah kesehatan, maka karyawan akan melakukan pengobatan di rumah sakit sampai sembuh. 3. Pemeriksaan Kesehatan a. Informan Kunci: Output dari pemeriksaan khusus yang diminta karyawan adalah untuk Khusus mengetahui kondisi dari fungsi tubuh yang diperiksa oleh dokter rumah sakit yang menjadi provider perusahaan. Setelah melakukan pemeriksaan kesehatan khusus, karyawan melaporkan hasil dari pemeriksaan kepada Dokter perusahaan yang selanjutnya akan dilaporkan kepada pihak HRO. Feedback 1. Faktor Pendukung a. Informan Kunci: Menurut pihak HRO, selama ini proses pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala, dan khusus dapat berjalan dengan lancar karena didukung berbagai sarana dan prasarana yang memadai. Selain itu, perusahaan juga bekerja sama dengan beberapa rumah sakit dan vendor dalam penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan. Dari segi pelaporan hasil pemeriksaan kesehatan, perusahaan tidak mengalami hambatan karena pihak vendor dan rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan memberikan laporan ke pihak HR secara rutin dan tepat waktu. Untuk pemeriksaan kesehatan berkala, batas waktu pelaporan hasil dari vendor tergantung dari perjanjian pihak vendor kepada perudahaan pada saat rapat perencanaan. Untuk pemeriksaan kesehatan khusus, pihak rumah sakit akan memberikan laporan kepada perusahaan setiap akhir bulan. b. Informan Utama: Menurut informan utama, proses pemeriksaan kesehatan selama ini berjalan dengan lancar karena didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Hasil dari pemeriksaan kesehatan berkala juga tepat waktu. 2. Faktor Penghambat F Lingkungan c. Informan Pendukung: Menurut beberapa karyawan produksi, proses pemeriksaan kesehatan telah berlangsung dengan baik karena dukungan sarana dan prasarana yang baik. a. Informan Kunci: Selama ini, hambatan biasanya terjadi pada saat pemeriksaan kesehatan berkala. Pada saat pemeriksaan kesehatan berlangsung, terkadang terdapat beberapa karyawan yang belum masuk ke database vendor. Selain itu, terkadang terdapat karyawan yang sedang bertugas di luar kota pada saat pemeriksaan kesehatan berkala berlangsung, sehingga karyawan tersebut harus melakukan pemeriksaan kesehatan susulan di tempat vendor. b. Informan Utama: Menurut informan utama, hambatan yang sering terjadi pada saat pemeriksaan kesehatan berkala adalah ketidakhadiran karyawan yang disebabkan oleh kondisi karyawan yang sedang sakit atau sedang berada di luar kota, sehingga karyawan harus melakukan pemeriksaan kesehatan di tempat vendor. a. Informan Kunci: Berdasarkan informasi dari HRO, Kemenaker dan Kemenkes ikut mengawasi proses penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan. Selain itu, pihak pemerintah juga ikut mengawasi kondisi sarana dan prasarana yang terkait dengan pemeriksaan kesehatan di poliklinik PT. FFI. Dokumentasi Proses Pemeriksaan Kesehatan Berkala pada Karyawan Produksi PT. Frisian Flag Tahun 2012 Pendaftaran Pemeriksaan Tinggi dan Berat Badan Tes Sampel Darah dan Urin Antrean Pemeriksaan Fisik Antrean Pemeriksaan Audiometri Pemeriksaan Spirometri Pemeriksaan Rontgen Alur Medical Checkup