PEMILUKADA kampanye politik - Repository | UNHAS

advertisement
STRATEGI POLITIK INCUMBENT
DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG
DI KABUPATEN KONAWE SELATANTAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Ilmu Politik pada Jurusan Ilmu Politik Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh :
VERAYANTI SUMULE
E111 06 026
ILMU POLITIK
JURUSAN POLITIK PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
i
HALAMAN PENGESAHAN
STRATEGI POLITIK INCUMBENT
DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH
DI KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2010
Nama
: VERAYANTI SUMULE
Nomor Pokok
: E 111 06 026
Jurusan
: Politik Pemerintahan
Program Studi
: Ilmu Politik
Skripsi ini dibuat Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Politik pada Program Studi Ilmu Politik, Jurusan Politik-Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin
Makassar, 08 Agustus 2012
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Muhammad Saad, MA
Dr. Gustiana A. Kambo, M.Si
NIP. 19550128 198502 1 001
NIP. 19730813 199803 2 001
Mengetahui :
Ketua Jurusan Ilmu Politik – Pemerintahan Ketua Program Studi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin
Dr. H. A. Gau Kadir, MA
Dr. Gustiana A. kambo, M.Si
NIP. 19501017 198003 1 002
NIP. 19730813 199803 2 001
HALAMAN PENERIMAAN
STRATEGI POLITIK INCUMBENT
DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH
DI KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2010
Nama
: VERAYANTI SUMULE
Nomor Pokok
: E 111 06 026
Jurusan
: Politik Pemerintahan
Program Studi
: Ilmu Politik
Telah diterima dan disetujui oleh Panitia Ujian Sarjana
Ilmu Politik pada Program Studi Ilmu Politik Jurusan Politik Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin
Makassar, 13 Agustus2012
Panitia Ujian Sarjana
: Dr. Muhammad Saad, MA
(………………………...)
Sekretaris: Sakinah Nadir, S.Ip, M.Si
(………………………...)
Anggota :Dr. Gustiana A. Kambo, M.Si
(………………………...)
Prof. Dr. Kausar Bailusy, M.A.
(………………………...)
Ketua
A. Ali Armunanto, S.Ip, M.Si
(………………………...)
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan kasih-Nya sehingga penulis dapat merampungkan
skripsi ini. Semoga kasih-Nya itu senantiasa menyertai langkah kehidupan
kita.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.
Demokrasi langsung yang dianut di Indonesia dewasa ini berdampak pada
maraknya terjadi rangkap jabatan politik yang dilakukan oleh kepala daerah.
Melihat fenomena ini, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Strategi
Politik Incumbent dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung di
Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2010”.
Skripsi ini merupakan persembahan sederhana dari penulis untuk
kedua orang tua penulis yang terkasih. Bapak Andarias Sumule, SE dan
Ibu Norpa Daud Panggalo, terima kasih atas kasih sayang, kepercayaan,
kesabaran dan dukungan yang tiada hentinya. Do’a yang kalian panjatkan
senantiasa memberi kekuatan bagi penulis, semoga Tuhan senantiasa
melimpahkan berkat dan kasih-Nya kepada bapak dan ibu serta memberikan
penulis kesempatan untuk membahagiakan dan membalas segenap cinta
kasihmu. Untuk adikku terkasih Tyan, terima kasih atas dukungannya, rasa
rindumumemberikusemangat,don’t stop to be a student. Segenap keluarga
besarku
di
Kendari,
Kakek&Nenek,
Para
Tante&
Para
Om,
Para
Sepupu,terima kasih atas semua bantuan dan dukungan serta doa yang
selama ini diberikan, Keluarga di Makassar, Oma&Opabesertaanak&cucu,
terimakasihsudahmenjadi orang tuakuselama di Makassar, jugabuatnasehatnasehatnya, sesuatu yang tidakakanpenulisdapatkanjikaberada di tempat
lain. Taklupabuatsobatku di Kendari yang selalumendukungkudarijauh, Nova,
we have a big dream so let’s make it happen. Last but not Least,
buat“sesuatu”
yang
cocokuntukmenyebutmu,
bantuan,
sampaisaatinibelumpenulisdapatkannama
terimakasihbuatsetiapdukungan,
danhal
yang
semangat,
lain
yang
begitubanyaksudahkaulakukanuntukkusehinggatidakdapatdisebutkansatuper
satu,
semogajalaninisampaipadatujuannya,
jugakeluargamu
yang
memberikubanyaknasehat, I have a new family yang menganggapkubukan
orang baru, thank you so much for it.
Skripsi ini tidak akan dapat penulis rampungkan tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Sadar akan hal ini maka pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada :
1. Bapak Dr. Muhammad Saad, MA selaku pembimbing I dan
Penasehat Akademik selama penulis menjalani aktivitas
perkuliahan, terima kasih atas waktu, arahan dan perhatian
yang selama ini telah diberikan.
2. Ibu Dr. Gustiana A. Kambo, M.Si selaku pembimbing II dan
Ketua Program Studi Ilmu Politik, terima kasih atas arahan,
v
bimbingan, perhatian, bantuan dan motivasi yang penuh
ketulusan dan keikhlasan yang senantiasa diberikan. Sosok
bersahajanya
sangat
penulis
hargai.Terimakasihbusudahmenjaditemanterbaikkudipenghujun
gperjuanganku. Semogapertemananinisenantiasaterjalin.
3. Seluruh dosen pengajar baik di lingkungan Program Studi Ilmu
Politik maupun di lingkungan FISIP UNHAS yang telah
membagi pengetahuan kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan.
4. Staf pegawai di Jurusan Politik pemerintahan (Bu’ Hasnah, Bu’
Irma, Bu’ Nanna) dan FISIP UNHAS (K’Ija, Bu’ Aisyah, Bu’ Ida,
Pak Mur) yang telah memberikan banyak bantuan kepada
penulis.
5. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik Fisip Unhas
(HIMAPOL
FISIP
UNHAS)
terutama
saudara-saudaraku
IDEOLOGI 2006,PMKO FISIP UNHAS terima kasih sudah
menjadi tempat untuk mendewasakan imanku.My Best Friend
“Lumuters”,
ternyatasahabatitubukanhanyaadadisaatkitamembutuhkan,
namunsaattidakdibutuhkan pun diatetapada. Keluarga besar
KKN Gelombang 77 UNHAS tahun 2010 Kec. Camba
terkhusus bagi posko Desa Cenrana dan juga segenap warga
Desa Cenrana I have many wonderful moment with you’re all.
6. Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Konawe Selatan (Drs. H.
Imran, M.Si dan Drs. Sutoardjo Pondiu, M.Si)serta staf Kantor
Bupati Kabupaten Konawe Selatan, Ketua KPUD Konawe
Selatan dan Ketua Pokja KPUD Konawe Selatan, Kepala BPS
Kabupaten Konawe Selatan, Kepala Kesbang Kabupaten
Konawe Selatan. Terima kasih atas bantuan yang diberikan.
Serta semua pihak yang telah membantu penulis.
Semoga Tuhan Sang PemilikKehidupanini membalas semua
kebaikan Bapak/Ibu/Saudara (i). Semoga segala yang telah
dilakukan bernilai ibadah di sisiNya. Amin
Salam Kasih,
Makassar, 13 Agustus 2012
Verayanti Sumule
vii
ABSTRAKSI
Verayanti Sumule, Nomor Pokok E 111 06 026, dengan judul “Strategi
Politik Incumbent dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung di
Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010” : di bawah bimbingan Dr.
Muhammad Saad, MA sebagai pembimbing I dan Dr. Gustiana A.
Kambo, M.Si sebagai pembimbing II.
UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang memberikan
kesempatan kepada partai politik untuk menentukan pasangan calon kepala
daerah dan wakil kepala daerah dalam pemilihan umum kepala daerah, telah
memberikan peluang yang lebih besar kepada kepala daerah untuk
melakukan rangkap jabatan politik. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis
memfokuskan penelitian tentang: strategi politik incumbent dalam pemilihan
kepala daerah langsung di Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai bentuk strategi politik yang
dijalankan oleh incumbent dalam pemilihan kepala daerah langsung di
Kabupaten Konawe Selatan. Ada duakonsepteoriyang digunakan dalam
penelitian ini yaitu konsepstrategi defensive dankonsepstrategiofensif.
Penelitian ini didasarkan pada penelitian kualitatif, dengan tipe penelitian
deskriptif analisis. Data primer dikumpulkan melalui wawancara yang
dilakukan dengan informan. Data sekunder dikumpulkan melalui literaturliteratur dan artikel yang relevan dengan penelitian ini.Penelitianinidilakukan
di KabupatenKonawe Selatan yang merupakan salah satu daerah pemekaran
di Propinsi Sulawesi Tenggara. Ketika menjadi daerah pemekaran menjadi
Kabupaten Konawe Selatan, tentu akan dipimpin oleh seorang Bupati.
Pemilihan kepala daerah yakni Bupati ini merupakan satu contoh dari
berjalannya sistem desentralisasi, dimana daerah telah memiliki otonomi
untuk mengatur daerahnya sendiri. Selain itu, mempercepat berjalannya
good governance karena rakyat terlibat langsung dalam memilih kepala
daerahnya.Namun, the regional election yang telah berlangsung hingga saat
ini masih belum sepenuhnya sesuai harapan. Pilkada masih semata-mata
hanya sebagai sarana untuk memperoleh kekuasaan, karenanya warna
dominan dari pilkada adalah praktek money politics dan pelanggaran etika
politik lainnya yang dilakukan oleh para kandidat. Setidaknya ada empat
fenomena yang cenderung negatif dari pelaksanaan pilkada yakni angka
golput tinggi, incumbent/birokrat cenderung menang pilkada, konflik, dan
koalisi partai.Untuk itu, pada pilkada Konawe Selatan ini kita akan
menganalisis strategi calon incumbent yang akan kembali maju pada
pemilihan bupati Konawe Selatan bulan Mei tahun 2010 yakni H. Imran, M.Si
yang merupakan elit politik dari Partai Demokrat.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
ii
HALAMAN PENERIMAAN ………………………………………………….
iii
KATA PENGANTAR ................................................................................
iv
ABSTRAKSI .............................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ……………………………………………………...
1
B. Rumusan masalah ………………………………….......................
8
C. Tujuan penelitian ….…………………………………………………
8
D. Kegunaan penelitian ……………………………….......................
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Strategi Politik ..........................................……………….
10
B. Konsep Incumbent ..................……………………………………..
17
C. Pemilihan Umum Kepala Daerah ……………………...................
20
D. Kerangka pemikiran ……………………………..……..................
24
E. Skema kerangka pemikiran …………………………....................
28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Unit Analisis ……………………………………………………..........
29
B. Tipe Penelitian ……………………...….………………..................
29
C. Jenis Data Penelitian ………………………………………..….……
30
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………….………………
31
E. Teknik Analisis Data ………………………………….…………......
33
ix
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Konawe Selatan …………………..
36
B. Kondisi Politik dan Pemerintahan Kabupaten Konawe Selatan ...... 39
C. Data Jumlah Daftar Pemilih Tetap ………………..………………... 41
D. Gambaran Umum Objek Penelitian ……………...…………….…... 42
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Strategi Koalisi Partai Politik …………………………………………
49
B. Strategi Kampanye Politik ....................................................……… 55
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………..
63
B. Saran ……………………………………………..…………………..
64
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………
66
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Penyelenggaraan pemerintahan dan politik di tingkat lokal mengalami
pergeseran, bahkan perubahan yang luar biasa sejak Juni 2005. Kepala
daerah yang sebelumnya dipilih secara tidak langsung oleh anggota
parlemen daerah, dipilih secara langsung oleh rakyat melalui proses
pemilukada sejak 1 Juni 2006.
Pemilihan umum kepala daerah atau yang biasa disebut dengan
Pemilukada ini, merupakan salah satu wujud dari sistem demokrasi yang
dianut oleh Negara Indonesia. Dalam proses ini diadakan pemilihan umum
kepala daerah secara langsung oleh rakyat, yang mana sebelumnya hanya
menjadi penonton tetapi berubah menjadi pelaku dan penentu.
Perubahan yang signifikan ini tentu membawa dampak yang luar
biasa, baik di tingkat elit partai dan para pemilih itu sendiri yakni rakyat. Elit
politik yang kemudian akan menjadi bagian dalam sebuah proses pemilihan
umum, akan bersaing untuk memperoleh kedudukan sebagai seorang
pemimpin khususnya dalam sebuah daerah. Mereka akan berkompetisi
untuk memperoleh dukungan atau suara terbanyak dari rakyat sehingga
dalam perebutan kekuasaan ini, para aktor atau elit politik tersebut
menggunakan berbagai macam cara atau strategi. Begitupun dengan rakyat
sebagai kelompok orang yang akan dipimpin, tentu memiliki peran penting
xi
dalam sebuah pemilihan umum, sehingga terjadi interaksi antar kedua unsur
penting ini agar sistem demokrasi yang dianut dapat benar-benar terwujud
dalam sebuah pemilihan umum kepala daerah dan dimaksudkan untuk
meminimalisasi terjadinya pembajakan otoritas dari rakyat oleh para wakil di
lembaga-lembaga perwakilan. Hal ini terjadi karena di dalam pemilihan
umum secara langsung, rakyat dapat menentukan pemimpin-pemimpin yang
mereka kehendaki secara lebih otonom. Meskipun dalam menetapkan
pilihannya, rakyat tidak sepenuhnya otonom. Hal-hal lain seperti ideologi,
keyakinan, dan agama, kelas, kelompok dan relasi-relasi lain, dapat
berperan untuk memberikan pengaruh terhadap pilihan rakyat. Tetapi
adanya prosedur bahwa dapat menentukan pilihannya di bilik-bilik
pemungutan suara secara jujur dan adil, akan lebih memungkinkan para
pemilih lebih otonom.
Selain itu, pemilihan umum secara langsung juga dimaksudkan agar
para pemimpin yang terpilih itu memiliki akuntabilitas yang lebih besar
kepada rakyat yang memilihnya. Para pemimipin itu, paling tidak, akan
mengingat bahwa yang mendudukkan diri mereka sebagai pemimpin itu
bukanlah sekelompok kecil orang, melainkan para pemilih. Konsekuensinya,
secara teoritis, pemilihan secara langsung akan menjaring pemimpinpemimpin yang memiliki program lebih baik, serta akan berusaha
mengimplementasikan program-program itu ketika benar-benar terpilih. Jika
tidak maka sulit bagi pemimpin tersebut untuk dapat kembali memperoleh
kekuasaan jika mengikuti lagi kompetisi dalam pemilihan umum di daerah.
Seperti halnya di Kabupaten Konawe Selatan, sebagai salah satu
daerah atau wilayah pemekaran dari Kabupaten Konawe di Propinsi
Sulawesi Tenggara, tentu menyelenggarakan pemilihan umum kepala
daerah sebagai wujud demokrasi di tingkat daerah dan berada dalam satu
gerbong dengan UU tentang Pemerintahan Daerah, baik secara administratif
maupun politik, yaitu di dalam UU No. 32 tahun 2004. Sehingga dalam
pemilukada ini, masyarakat di Konawe Selatan memilih Bupati dan Wakil
Bupati untuk periode 2010-2015.
Terdapat empat pasangan calon bersaing untuk mendapatkan
kedudukan sebagai pemimpin di Kabupaten Konawe Selatan. Pasangan
calon ini tentunya memiliki visi dan misi yang berbeda guna kemajuan
masyarakat di Konawe Selatan. Untuk itu, para calon ini mempersiapkan
cara atau strategi politiknya untuk meraup dukungan sebanyak-banyaknya
dari masyarakat. Di antara para pasangan calon yang bersaing dalam
pemilukada di Konawe Selatan tahun 2010, terdapat satu incumbent, yakni
H. Imran, M.Si yang telah menjabat menjadi Bupati Konawe Selatan pada
periode sebelumnya dan kembali bersaing dengan tiga pasangan calon
lainnya agar dapat terpilih kembali untuk periode 2010-2015. Selama
menjabat sebagai bupati pertama di Konawe Selatan, Imran telah
memperlihatkan kinerjanya sehingga hal ini dapat menjadi sebuah modal
baginya untuk kembali bersaing dalam pemilukada di Konawe Selatan tahun
2010.
xiii
Untuk itu, dalam pemilukada kali ini Imran menempatkan strategi
yang dapat membuatnya kembali memenangkan posisi sebagai Bupati
Konawe Selatan, antara lain kampanye politik dan koalisi partai. Kedua
strategi ini diharapkan mampu mewujudkan cita-cita politik incumbent,
karena itu harus ada pemilihan kampanye politik dan koalisi partai yang
tepat sebagai bentuk strategi untuk memenangkan pemilukada bupati di
Konawe Selatan.
Strategi kampanye politik yang digunakan harus benar-benar sesuai
dengan target yang ingin dicapai. Melalui kampanye politik, incumbent
melakukan pemasaran program agar membuat rakyat memilih dirinya
sebagai pemimpin di daerah. Dalam pemasaran program ini terdapat
tahapan-tahapan yang disusun terlebih dahulu melalui tim sukses yang
dibentuk oleh incumbent. Hal ini dimaksudkan agar sasaran dan tujuan yang
ingin dicapai dapat terlaksana.
Selain itu, strategi yang digunakan oleh incumbent adalah melalui
kendaraan politiknya yakni partai politik. Imran saat ini tercatat sebagai
ketua DPD Partai Demokrat Sulawesi Tenggara, yang kita ketahui bahwa
jumlah suara partai ini meningkat pada pemilu tahun 2009. Selain itu, partai
lain yang menjadi kendaraan politik Imran adalah PAN yang diketahui juga
berhasil memenangkan pemilukada untuk pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Propinsi Sulawesi Tenggara. Kedua partai ini kemudian tergabung
dalam sebuah koalisi terkait keiukutsertaan incumbent dalam pemilukada
bupati Konawe Selatan. Koalisi ini dianggap tepat mengingat perolehan
suara kedua partai ini unggul dalam beberapa pemilukada di Propinsi
Sulawesi Tenggara.
Secara kualitatif, Imran memang memiliki kans yang lebih besar
dibanding calon lainnya karena ia sudah tentu popular dibanding pasangan
calon lainnya. Imran juga memiliki investasi sosial politik yang cukup besar
yang diperlihatkannya selama ia menjabat sebagai Bupati Konawe Selatan
periode sebelumnya. Hal-hal inilah yang menjadi faktor pendukung
kemenangan Imran untuk kembali menjabat sebagai Bupati Konawe
Selatan.
Namun kemenangan Imran tidak begitu saja diterima oleh ketiga
pasangan calon Bupati yang lainnya. Mereka menganggap incumbent ini
menggunakan cara-cara yang menyimpang dari aturan, dimana incumbent
menggunakan kekuasaannya sebagai Bupati Konawe Selatan untuk
melakukan pendekatan-pendekatan secara tidak benar, seperti melakukan
pemecatan kepada tujuh kepala Desa di Kecamatan Mowila. Hal ini
mengundang reaksi dari para kepala desa yang dipecat karena mereka
merasa selama menjabat tidak melakukan kesalahan dan menuding bahwa
pemecatan ini dilakukan secara sepihak. Dan disinggung mengenai
pencalonan incumbent, mereka mengaku memang tidak mendukung
incumbent tersebut untuk kembali maju dalam pemilihan Bupati Konawe
Selatan untuk periode berikutnya.
Namun, hal tersebut tidak menghambat langkah incumbent untuk
tetap maju dalam pemilihan dan hasilnya incumbent kembali memperoleh
xv
kemenangan dengan perolehan suara sebesar 43,56%. Tetapi hal ini tidak
begitu saja diterima oleh masyarakat, sehingga mereka menggugat hasil
pemilukada yang dikeluarkan melalui rapat pleno KPU Konawe Selatan
pada 17-18 Mei 2010.1 Gugatan ini disertai bukti-bukti pelanggaran strategi
politik yang dilakukan oleh incumbent tesebut, sehingga pemilukada ini
diulang pelaksanannya dan menetapkan kembali H. Imran, M.Si sebagai
peraih suara terbanyak sebesar 52,15%. Ini merupakan kemenangan kedua
kalinya bagi Imran sehingga menarik untuk diteliti mengenai strategi yang
digunakan dalam pemilukada ini. Selain itu, perolehan suara yang diperoleh
oleh incumbent mengalami peningkatan sekitar 9% dan membuat catatan
baru yakni memperoleh suara terbanyak atau kemenangan di semua
kecamatan yang ada di Konawe Selatan. Hal ini dikarenakan strategi politik
yang digunakan oleh pasangan incumbent ini, yang mana mayoritas
masyarakat Konawe Selatan secara kompetensi, puas dengan kinerja
Imran-Sutoardjo dalam memimpin Konawe Selatan pada periode pertama.
Kemudian secara personality, figur Imran lebih dikenal dibanding para calon
lainnya.
Untuk kembali memperoleh kekuasaan semula, tidaklah mudah
karena banyak hal yang harus dilakukan untuk dapat mempertahankan dan
memperoleh dukungan yang pernah didapatkan. Kepercayaan yang
diberikan
rakyat
di
Konawe
Selatan
pada
pemilihan
sebelumnya
membutuhkan pembuktian sebagai perwujudan janji semasa kampanye
1
www.kendaripos.com
dulu. Hal ini dimaksudkan agar dukungan dari masyarakat tetap ada agar
kekuasaan yang akan kembali diperebutkan dapat diperoleh.
Hal ini yang kemudian yang menjadi tantangan bagi seorang
incumbent. Mempertahankan dukungan dan kepercayaan dari masyarakat
tidaklah mudah karena membutuhkan cara-cara yang tepat untuk dapat
mengkomunikasikan program-program kerja yang disusun demi kemajuan
hidup masyarakat. Incumbent membutuhkan strategi yang tepat agar dapat
memenangkan pemilihan, selain itu strategi politik yang digunakan harus
mampu menampilkan perbedaan yang positif bagi incumbent agar kualitas
dari incumbent itu sendiri dapat terlihat jelas dibandingkan pesaingpesaingnya. Incumbent harus dapat menampilkan suatu hal yang dapat
menjadi keuntungan-keuntungan bagi masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari pemaparan di atas, dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi pemanfaatan koalisi partai politik memberikan
pengaruh terhadap kemenangan incumbent dalam pemilukada di
Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010?
xvii
2. Bagaimana strategi kampanye politik dapat membuat incumbent
memperoleh kemenangan dalam pemilukada di Kabupaten Konawe
Selatan tahun 2010?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Untuk mendeskripsikan strategi politik yang digunakan incumbent
dalam pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati Konawe Selatan
periode 2010-2015.
2. Untuk menjelaskan bagaimana strategi politik memberi pengaruh
terhadap kemenangan incumbent dalam pemilukada di Kabupaten
Konawe Selatan tahun 2010.
D. KEGUNAAN PENELITIAN
1. Manfaat akademik
a. Sebagai tambahan literatur atau bahan kajian dalam studi ilmu
politik.
b. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi peneliti-peneliti yang ingin
mengetahui strategi politik incumbent dalam pemilukada
Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010.
2. Manfaat praktis
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam memilih
dan menentukan kepala daerah guna terciptanya interaksi
politik yang memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat
selanjutnya.
b. Memberikan pendidikan politik kepada masyarakat sehingga
kehidupan berpolitik masyarakat lebih baik kedepannya,
terutama dalam membentuk sikap dan tingkah laku politik
mereka.
c. Sebagai masukan bagi para kompetitor pemilukada di
Kabupaten Konawe Selatan pada periode berikutnya agar
menjalankan amanah konstitusi dan menjunjung nilai-nilai
demokrasi serta merealisasikan visi misi yang disosialisaikan
kepada masyarakat agar terciptanya sebuah keseimbangan
sistem politik yang baik di Konawe Selatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini akan membahas tentang konsep-konsep yang sesuai
dengan topik, judul, fokus penelitian. Dari konsep inilah yang akan menjadi
kerangka berfikir dari perumusan pelaksanaan studi, kajian, dan penelitian
yang akan di bahas.
xix
A. KONSEP STRATEGI POLITIK
Strategi berasal dari bahasa Yunani klasik, yaitu “stratos” yang
artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Dengan demikian,
strategi dimaksudkan adalah memimpin tentara. Lalu muncul kata strategos
yang artinya pemimpin tentara pada tingkat atas. Jadi, strategi adalah
konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni perang para jenderal, atau
suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan.
Seperti
yang
dikemukakan
oleh
Karl
Von
Clausewitz
yang
merumuskan strategi sebagai suatu seni yang menggunakan sarana
pertempuran untuk mencapai tujuan perang, sementara Martin – Anderson
merumuskan
strategi
sebagai
seni
yang
melibatkan
kemampuan
inteligensi/pikiran untuk membawa semua sumber daya yang tersedia untuk
mencapai tujuan dengan memperoleh keuntungan yang maksimal dan
efisien.2 Strategi kemudian dikembangkan oleh para praktisi yang
menghasilkan gagasan dan konsepsi yang didasari oleh keilmuwan masingmasing.
Seperti halnya para praktisi ilmu politik mencoba mendefinisikan
strategi di dalam pertempuran politik. Strategi politik seperti pada semua
pertempuran-pertempuran yang kompleks, setiap orang berlaku sesuai
dengan rencana yang dipahami lebih dahulu, kurang lebih rencana yang
sudah terolah dimana setiap orang membuat antisipasi bukan saja dalam
2
Prof. Dr. Hafied Cangara, M.Sc, 2009, Komunikasi Politik, Jakarta: Rajawali Pers, hlm 292
serangan-serangannya,
akan
tetapi
juga
tentang
jawaban-jawaban
lawannya dan alat-alat untuk menyelesaikannya. Rencana perjuangan ini
merupakan strategi; unsur-unsur yang berbeda yang ada di dalamnya,
tindakan melawan musuh dan jawaban terhadap reaksinya merupakan
taktik.
Strategi politik itu sendiri memiliki tujuan yakni untuk mewujudkan
segala rencana yang telah disusun. Ini kemudian menjadi satu fokus utama
dalam sebuah pemilihan yakni perolehan suara terbanyak sebagai bentuk
kemenangan untuk memperoleh kekuasaan. Kekuasaan inilah yang menjadi
tujuan dari sebuah strategi karena merupakan kemenangan politik yang
dapat digunakan dalam sebuah sistem politik.
Strategi politik itu sendiri adalah sebuah cara yang telah dipahami
dan disusun terlebih dahulu untuk merealisasikan cita-cita politik yang
digunakan untuk perubahan jangka panjang. Misalnya strategi politik yang
digunakan oleh tim sukses incumbent dalam menghadapi pemilukada
Konawe Selatan, dimana hasil yang diperoleh kemudian akan menentukan
bagaimana kinerja pemerintahan di daerah tersebut berlangsung untuk lima
tahun ke depan.
Perencanaan strategi politik merupakan suatu analisa yang jelas dari
keadaan kekuasaan, gambaran yang jelas mengenai tujuan akhir yang akan
dicapai dan pemusatan segala kekuatan untuk mencapai tujuan yang
dimaksud.
xxi
Dalam pendeskripsian strategi politik, maka penulis merasa perlu
untuk membatasi pada strategi politik yang digunakan untuk pemenangan
pemilukada dalam hal ini yakni strategi ofensif dan strategi defensif. Hal ini
mengingat bahwa pemaknaan terhadap strategi politik tidak hanya pada
pemenangan pemilukada saja tetapi juga tentang sebuah perencanaan
untuk kinerja sistem dalam struktur politik yang akan terbentuk. Kedua
strategi inilah yang akan digunakan sebagai unit analisa dalam hal pemilihan
strategi politik.
a. Strategi Ofensif
Strategi ini dibutuhkan apabila partai politik ingin meningkatkan
jumlah pemilihnya, harus ada pandangan positif terhadap hal tersebut
sehingga cara yang dapat digunakan adalah melalui kampanye politik.
Strategi kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara
sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu
tentu
dengan
tujuan
mempengaruhi
khalayak
sasaran
yang
telah
ditetapkan.3
Setiap kampanye politik adalah suatu usaha hubungan masyarakat.
Tugasnya adalah membujuk sejumlah pemberi suara yang sudah terdaftar
untuk mendukung calon. Kampanye yang berorientasi pada hubungan
masyarakat, berusaha merangsang perhatian orang kepada sang calon. Ia
mencoba meningkatkan identifikasi dan citra sang calon di antara kelompok
3
Toni, Efrizah, Kemal, 2006, Mengenal Teori-Teori Politik, Bandung: Penerbit Nuansa, hlm 187
pemberi suara, menyebarluaskan pandangan sang calon tentang berbagai
masalah penting, dan mendorong para pemberi suara menuju ke tempat
pemilihan untuk memberikan suara kepada sang calon.
Pada dasarnya strategi kampanye politik bertujuan untuk membentuk
serangkaian makna politis tertentu di dalam pikiran para pemilih.
Serangkaian makna politis yang terbentuk dalam pikiran para pemilih
tersebut dimaksudkan untuk memilih kontestan tertentu. Makna politis inilah
yang menjadi output penting dari strategi kampanye politik.
Dalam
strategi
kampanye
politik
yang
digunakan
untuk
mempengaruhi pemilih, yang harus dijual atau ditampilkan adalah
perbedaan terhadap keadaan yang berlaku saat itu serta keuntungankeuntungan yang dapat diharapkan daripadanya sehingga dapat terbentuk
kelompok pemilih baru di samping para pemilih yang telah ada. Oleh karena
itu, harus ada penawaran baru atau penawaran yang lebih baik bagi para
pemilih yang selama ini memilih partai pesaing.
Oleh karena itu, dalam strategi seperti ini perlu dipersiapkan sebuah
kampanye pengantar untuk menjelaskan kepada publik tentang penawaran
mana saja yang lebih baik, dibandingkan dengan penawaran partai-partai
lainnya dan memanfaatkan situasi dan kondisi yang terjadi dalam
masyarakat. Misalnya hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat dalam
mensejahterakan hidupnya, dapat menjadi kunci untuk merumuskan strategi
xxiii
ini. Partai politik harus lihai dalam melihat celah yang dapat membawa
keuntungan bagi incumbent.
Selain itu, terdapat produk baru yang ditawarkan yaitu politik baru
atau lebih tepatnya keuntungan yang dihasilkan politik baru tersebut perlu
diiklankan atau disebarluaskan kepada masyarakat, misalnya melalui media
massa. Produk politik yang dimaksud membutuhkan sesuatu yang baru atau
deskripsi baru dari keuntungan yang ditawarkan sehingga dapat diperoleh
hasil yang lebih baik dalam mencapai sebuah target, sebagai contoh dalam
pemilihan pertama incumbent memperoleh suara sekitar 43,56%, namun
karena terdapat pelanggaran sehingga pemilihan ini diulang dan kembali
menghasilkan incumbent sebagai peraih suara terbanyak yaitu sekitar
52,15% atau mengalami peningkatan suara sekitar 9%.4 Hal ini menyangkut
adanya produk baru yakni program-program yang ditawarkan oleh
incumbent melalui pemasaran program yang dimiliki secara lebih baik dan
peningkatan intensitas keselarasan antara program dan individu, seperti
halnya memperbesar tekanan terhadap kelompok-kelompok target.
b. Strategi Defensif
Strategi defensif digunakan apabila partai pemerintah atau sebuah
koalisi
pemerintahan
yang
terdiri
atas
beberapa
partai
ingin
mempertahankan mayoritasnya atau apabila perolehan suara yang dicapai
sebelumnya ingin dipertahankan. Strategi ini memanfaatkan koalisi yang
4
Jaringansuaraindonesia.co.id
dibangun oleh incumbent sebagai salah satu cara untuk memelihara
dukungan suara.
Membangun koalisi partai harus memiliki perhitungan yang rasional,
misalnya seberapa besar kekuatan yang telah dimiliki oleh partai dan partai
apa yang akan diajak berkoalisi, bagaimana ideologi, kekuatan, dan
kelemahan partai dalam hal massa, serta apa tantangan dan keuntungan
yang dapat diperoleh dengan cara koalisi. Dalam kondisi seperti ini biasanya
muncul broker partai yang bisa menghubungkan kepentingan masingmasing partai. Koalisi juga menghadirkan tawar menawar antarpribadi elite
politik untuk mendapatkan posisi dalam pemerintahan.
Hal inilah yang kemudian menempatkan strategi ini sebagai strategi
yang khas untuk mempertahankan mayoritas pemerintah yang kemudian
akan membuat partai politik untuk memelihara pemilih tetap mereka dan
memperkuat pemahaman para pemilih sebelumnya terhadap situasi yang
berlangsung. Terhadap partai oposisi yang menyerang, partai pemerintah
akan berusaha mengaburkan perbedaan yang ada dan membuat perbedaan
tersebut tidak dapat dikenali lagi. Untuk itu, mereka menggunakan berbagai
rincian strategi yang berbeda.5
Pada pemilihan sebelumnya yang hasilnya memberikan kemenangan
bagi incumbent, tentunya ada daerah-daerah yang merupakan lumbung
suara bagi incumbent yakni daerah-daerah yang memberikan suara
5
Toni, Efrizah, Kemal, 2006, Mengenal Teori-Teori Politik, Bandung: Penerbit Nuansa, hlm 203
xxv
terbanyak atau kemenangan mutlak bagi incumbent. Hal ini yang kemudian
menjadi salah satu tolak ukur bagi incumbent dalam menggunakan strategi
mempertahankan pasar. Artinya para pemilih yang ada di daerah
pemenangan
tersebut
tetap
dikontrol
oleh
incumbent
agar
dapat
memberikan kemenangan yang sama pada incumbent.
B. KONSEP INCUMBENT
Menurut Kamus Oxford, incumbent bermakna person holding an
official position. Dalam konteks politik, Wikipedia mengartikan incumbent
sebagai the holder of a political office. Istilah ini, menurut kamus online
tersebut, digunakan dalam pemilu untuk membedakan pertarungan antara
pemegang jabatan dan bukan pemegang jabatan.6
Dalam konteks pencalonan incumbent dalam sebuah pilkada, tentu
membutuhkan beberapa modal yang kemudian dapat menjadi satu kekuatan
dalam meraup dukungan atau suara masyarakat. Modal-modal tersebut
yakni modal sosial dan modal politik.
Modal sosial merupakan modal yang didapatkan oleh incumbent
selama menduduki suatu jabatan. Dalam artian, bagaimana selama masa
6
www.wikipedia.com
jabatannya dia membangun interaksi yang baik dengan masyarakat, baik itu
masalah pembangunan, pendidikan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
kesejahteraan masyarakat.
Modal sosial ini dikumpulkan guna mendapat kepercayaan dari
masyarakat dengan harapan dalam pilkada mendatang incumbent dapat
kembali terpilih. Hubungan-hubungan yang diawali pada masa kampanye
dengan program-program kerja sebagai komitmen awal, tentu akan menjadi
gerbang dalam mengumpulkan modal sosial untuk pilkada selanjutnya.
Kedua adalah modal politik, salah satunya yaitu penggunaan
kendaraan politik yakni partai politik dalam proses pencalonan. Partai politik
dianggap mampu berperan sebagai tempat pengkaderan regenerasi
kepemimpinan dalam sebuah sistem politik, yang mana dianggap mampu
memberikan pendidikan politik yang dapat menjadi modal bagi para calon
kepala daerah.
Dalam catatan yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI),
dari para incumbent yang ikut dalam pilkada, 60% terpilih kembali. Ini berarti
probabilitas dari para incumbent untuk terpilih kembali cukup besar.
Incumbent kepala daerah adalah calon yang menduduki jabatan serupa
sebelumnya.
Selain itu, dalam literature ekonomi politik, posisi incumbent di dalam
kontestasi pemilu, termasuk di dalamnya adalah pilkada secara langsung,
sangat menguntungkan. Calon yang bermaksud mempertahankan posisinya
itu disebut sebagai “opportunitic” atau “office-motivated”.
xxvii
Melalui posisinya, para incumbent itu akan berusaha membuat
kebijakan-kebijakan yang diarahkan untuk memberi kesan kepada para
pemilih bahwa nereka menaruh perhatian yang besar kepada rakyat.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Anthony Downs, pemerintah akan
berusaha memanfaatkan kekuasaan yang dimilikinya, khususnya kekuasaan
di
dalam
mengalokasikan
dan
mendistribusikan
kekuasaan,
untuk
memperoleh simpati dari para pemilih. Di samping itu dimaksudkan sebagai
langkah untuk memenuhi janji-janji yang pernah diucapkan sebelum
menjabat, orientasi kebijakan seperti itu dimaksudkan sebagai bukti kepada
para pemilih bahwa para incumbent itu memang layak untuk dipilih.
Dalam kasus para pemilih telah memiliki informasi yang cukup
mengenai apa yang pernah dijanjikan oleh para Kepala Daerah sebelum
menjabat kali pertama, berikut apa yang telah dikerjakan selama menjadi
Kepala Daerah, prestasi yang telah dilakukan oleh para Kepala Daerah itu
akan menjadi catatan tersendiri dari para pemilih. Para pemilih demikian
tergolong rasional di dalam menentukan pilihan-pilihannya. Kepala Daerah
yang dipandang menjalankan fungsi keterwakilan yang diberikan, berupa
mandate dan preferensi-preferensi yang terus berkembang di dalam
masyarakat, akan diberikan hadiah yaitu bisa terpilih kembali.
Secara politik, kegagalan incumbent terpilih sebagai Kepala Daerah
kembali merupakan pertanda bahwa mereka tidak mampu membangun
akuntabilitas kepada masyarakat. Kegagalan ini biasanya berkaitan dengan
persepsi masyarakat bahwa Kepala Daerah tersebut dipandang memiliki
kekurangan-kekurangan di masa kepemimpinannya dan adanya praktekpraktek penyalahgunaan kekuasaan. Implikasinya, kepercayaan masyarakat
kepada Kepala Daerah itu berkurang. Realitas demikian berimplikasi pada
ketidakmampuan untuk melakukan akumulasi modal sosial.
Sementara itu, Jose Maria Maravall menjelaskan keberuntungan para
incumbent dalam konteks teori principal-agent dan kepolitikan Machiavellian.
Dalam pandangannya, secara teoritis, para incumbent itu bisa terpilih
kembali manakala mereka bisa memainkan perannya sebagai agent, yakni
berusaha membuat kebijakan-kebijakan sesuai dengan preferensi para
pemilih. Relasi seperti ini merupakan salah satu ciri di dalam kehidupan
demokrasi.7
C. PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH (PEMILUKADA)
Salah satu pilar penting dari demokrasi adalah partisipasi. Jika
demokrasi diartikan secara sederhana sebagai suatu pemerintahan yang
berasal dari, dan untuk rakyat, maka partisipasi merupakan sarana yang
mana rakyat dapat menentukan siapa yang memimpin (melalui pemilihan
umum) dan apa yang harus dikerjakan oleh pemimpin (pemerintah) melalui
keterlibatan dalam proses pembuatan keputusan politik yang mengikat
rakyat banyak.
7
Kacung Marijan, 2006, Demokratisasi di Daerah, Surabaya: Pustaka Eureka, hlm 107
xxix
Dalam hubungannya dengan pengembangan demokrasi, partisipasi
masyarakat sebenarnya tidak hanya sebatas dalam proses menentukan
pemimpin dan apa yang harus dilakukan oleh pemimpin, tetapi juga
menentukan proses demokrasi itu sendiri. Dalam proses transisi dan
konsolidasi demokrasi misalnya, masyarakat mempunyai peran sangat
signifikan dalam menentukan percepatan proses transisi dan konsolidasi
demokrasi melalui berbagai bentuk partisipasi dan gerakan sosial lainnya.
Salah satu bentuk partisipasi politik yang sangat penting dilakukan
oleh warga negara adalah keikutsertaan dalam pemilihan umum. Yang
dimaksud pemilihan umum di sini adalah pemilihan legislatif, pemilihan
presiden, termasuk pemilihan kepala daerah. Oleh karena itu, pemilihan
kepala daerah yang di Indonesia baru dimulai pada bulan Juni 2005, harus
dimaknai sebagai bentuk partisipasi publik yang paling hakiki dan esensial.
Dibanding pemilu legislatif dan presiden, pemilihan kepala daerah
sebenarnya jauh lebih penting bagi masyarakat lokal. Sebab, melalui proses
pemilihan di daerah ini, masyarakat lokal dapat menentukan nasibnya
sendiri berkaitan dengan kepentingan mereka di daerah. Olehnya itu, proses
pemilihan kepala daerah ini selalu dipahami dalam konteks otonomi daerah,
sebagai upaya masyarakat lokal untuk memperjuangkan aspirasi dan
kepentingannya melalui partisipasi dalam menentukan pemimpin.
Dalam suatu sistem politik yang demokratis, para pemimpin dipilih
langsung oleh rakyat. Para politisi atau pejabat publik sebagai wakil rakyat
akan berbuat maksimal sesuai dengan aspirasi masyarakat. Sebab, dalam
kacamata “mandat”, pilkada yang dilakukan secara regular dapat dijadikan
sebagai sarana untuk menyeleksi kebijakan-kebijakan politik yang baik
sesuai dengan keinginan masyarakat luas. Selama kampanye pilkada dan
pemilu misalnya, para calon bupati menawarkan berbagai isu dan program
untuk mensejahterakan masyarakat, sehingga hal ini menjadi daya tarik bagi
pemilih untuk memilihnya. Kemudian dalam kacamata akuntabilitas, pilkada
merupakan sarana bagi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
berbagai keputusan dan tindakannya di masa lalu. Konsekuensinya,
pemerintah dan politisi akan selalu memperhitungkan penilaian masyarakat,
sehingga akan memilih kebijakan atau program yang berdampak pada
penilaian positif pemilih terhadap dirinya, agar terpilih kembali pada pilkada
berikutnya.
Pemilihan kepala daerah merupakan proses demokratisasi di daerah
yang mulai memperoleh perhatian yang lebih serius. Menurut Brian C.
Smith, munculnya perhatian terhadap transisi demokrasi di daerah
berangkat dari suatu keyakinan bahwa adanya demokrasi di daerah
merupakan prasyarat bagi munculnya demokrasi di tingkat nasional.8
Lebih jauh, berdasarkan studi-studi yang pernah dilakukan di
sejumlah negara di berbagai belahan dunia, Smith mengemukakan empat
alasan menguatnya perbincangan demokratisasi di tingkat daerah di
kalangan
akademisi.
Pertama,
demokrasi
pemerintahan
di
daerah
8
Toni Andrianus, Efriza, Kemal Fasyah, 2006, Mengenal Teori-Teori Politik, Bandung: Penerbit
Nuansa, hlm 9
xxxi
merupakan suatu ajang pendidikan politik yang relevan bagi warga negara
di dalam suatu masyarakat yang demokratis (free societies). Pemerintah
daerah merupakan bagian dari pemerintah yang langsung berinteraksi
dengan masyarakat ketika proses demokratisasi itu berlangsung. Kedua,
pemerintah daerah dipandang sebagai pengontrol bagi perilaku pemerintah
pusat yang berlebihan dan memiliki kecenderungan anti demokratis di dalam
suatu pemerintahan yang sentralistis. Ketiga, demokrasi di daerah dianggap
mampu menyuguhkan kualitas partisipasi yang lebih baik. Partisipasi politik
di daerah lebih memungkinkan adanya deliberative democracy, yakni
adanya komunikasi yang lebih langsung di antara anggota komunitas dalam
berdemokrasi.
Kebijakan sistem pemilihan kepala daerah secara langsung termasuk
cepat dilaksanakan. Meskipun UU No 32 tahun 2004 baru disahkan pada 15
Oktober 2004, pilkada secara langsung sudah dimulai pada 1 Juni 2005.
Suatu rentang waktu yang cukup cepat. Percepatan demikian tidak lepas
dari fakta adanya kepala daerah yang telah habis masa jabatannya pada
awal 2005. Pada kasus seperti ini, kepala daerah tidak lagi dipilih DPRD.
D. KERANGKA PEMIKIRAN
Imran-Sutoardjo adalah Bupati dan Wakil Bupati terpilih untuk masa
jabatan 2010-2015. Pasangan ini merupakan incumbent dalam pemilukada
di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010. Dalam bersaing untuk
memperoleh kembali kekuasaan tertinggi di Konawe Selatan, incumbent
tentu akan memasang strategi politik yang menjadi kebutuhan utama untuk
bersaing dalam pemilukada di Kabupaten Konawe Selatan. Di dalam politik,
strategi ini digunakan guna memenangkan persaingan sehingga dapat
memperoleh kekuasaan dan dukungan dari masyarakat. Karena itu, dalam
menyusun strategi dibutuhkan rencana yang matang sehingga tujuan yang
telah ditetapkan sejak awal dapat tercapai.
Dalam penyusunan strategi untuk sebuah persaingan dalam
pemilukada,
terdapat
hal-hal
yang
harus
diperhatikan.
Mulai
dari
perencanan, tindakan, hingga evaluasi menjadi penting untuk diperhatikan
terlebih dahulu.
Dengan menyusun konsep strategi terlebih dahulu, tentu akan
memudahkan incumbent. Hal ini dapat menjadi mudah bagi incumbent
karena telah memiliki kendaraan politik yang dapat digunakan untuk
membantu perencanaan strategi, seperti partai politik.
Ketika pasangan incumbent ini merencanakan tindakan untuk
mencapai tujuannya, maka ada hasil yang ingin dicapai. Termasuk dalam
pemilukada, incumbent tentu ingin memenangkan persaingan untuk
memperoleh
kekuasaan.
Karena
itu
mereka
menyusun
strategi
pemenangan.
Strategi pemenangan dapat dilakukan melalui kampanye politik dan
koalisi partai yang merupakan hal penting dalam menjalankan strategi
politik. Kampanye politik bertujuan untuk memberikan makna politis kepada
xxxiii
masyarakat atau pemilih. Makna politis ini menjadi satu output penting
karena dapat menciptakan identitas baru yang khas bagi incumbent dalam
pemilukada.
Untuk itu, dalam kampanye politik dibutuhkan pendekatan dan
komunikasi
politik.
Pendekatan
yang
dimaksud
adalah
bagaimana
incumbent dapat memberi pengaruh (influence) kepada masyarakat,
sehingga masyarakat bersedia untuk menjatuhkan pilihannya kembali pada
pasangan incumbent tersebut. Sedangkan komunikasi politik menjadi
penting dalam sebuah perencanaan strategi pemenangan dikarenakan
adanya pemilukada ini tentu menjadi salah satu proses pembelajaran politik
bagi masyarakat, sehingga perlu adanya komunikasi politik yang dapat
membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai politik
khususnya
yang
berhubungan
dengan
pemilukada
sehingga
dapat
menimbulkan kharisma tersendiri di mata masyarakat bagi incumbent.
Selain itu, koalisi partai pun memegang peranan penting dalam
strategi politik untuk pemenangan incumbent. Koalisi partai yang digunakan
oleh incumbent merupakan perpaduan yang dianggap tepat karena melihat
perolehan suara partai politik yang berkoalisi cukup meyakinkan. Karena itu
banyak hal yang dipertimbangkan dalam berkoalisi seperti tawar menawar
antar elite politik untuk posisi atau jabatan di pemerintahan. Karena itu, dari
koalisi ini diharapkan keuntungan yang dapat membawa incumbent
memperoleh
dukungan
pemerintahan tetap utuh.
dari
masyarakat
dan
mayoritasnya
dalam
Hal-hal inilah yang dibutuhkan oleh incumbent untuk dapat kembali
memenangkan hasil pemilukada. Incumbent yang dapat diartikan sebagai
seorang yang memegang posisi strategis dalam pemerintahan atau
pemegang kekuasaan dalam sistem politik, tentu membutuhkan strategi
yang dapat membuatnya kembali memperoleh kekuasaan di daerah.
Sebelumnya telah dikatakan bahwa pemilukada merupakan salah
satu proses pembelajaran politik bagi masyarakat dalam sistem demokrasi.
Untuk itu, incumbent membutuhkan kendaraan politik seperti partai politik
dalam memenangkan pemilukada. Partai politik dapat membantu incumbent
untuk memperoleh dukungan dari masyarakat. Apalagi incumbent dalam
pemilukada Konawe Selatan ini, memiliki basis atau massa yang banyak,
dan juga dalam pemilu presiden yang lalu memiliki suara terbanyak. Hal
inilah yang menjadi kekuatan tersendiri bagi incumbent yang memiliki partai
politik sebagai salah satu kekuatannya untuk memperoleh dukungan.
Pemilukada sebagai tempat atau proses bagi incumbent untuk
memperoleh kekuasaan kembali, merupakan satu tolak ukur kehidupan
demokrasi dalam sebuah masyarakat. Banyak negara-negara di dunia ini
yang keberhasilan sistem demokrasinya diukur dari kesuksesan jalannya
sebuah pemilihan umum termasuk pemilukada. Dikarenakan dalam
pemilukada, setiap masyarakat yang telah wajib memilih mempunyai hak
atau kesempatan untuk memilih pemimpin mereka secara langsung. Ini
yang kemudian dapat dijadikan tolak ukur untuk sebuah kehidupan
demokrasi dan juga desentralisasi kekuasaan yang diterapkan di Indonesia.
xxxv
Selain itu, pemilukada juga dapat menjadi proses pembelajaran atau
pendidikan politik bagi masyarakat sehingga pengetahuan mereka dapat
bertambah agar dapat memilih pemimpin yang benar-benar bertanggung
jawab dalam membangun kehidupan masyarakat.
E. SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN
strategi
ofensif
• kampanye politik
strategi
defensif
• koalisi partai politik
PEMILUKADA
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam pembahasan ini akan menjelaskan beberapa aspek yakni :
lokasi penelitian, tipe dan dasar penelitian, jenis data, teknik pengumpulan
data, dan teknik analisis data.
A. Unit Analisis
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Andoolo, Kabupaten Konawe
Selatan, propinsi Sulawesi Tenggara. Hal yang menjadi pertimbangan untuk
memilih Kecamatan Andoolo sebagai locus penelitian adalah bahwa ImranSutoardjo merupakan pasangan incumbent dan terpilih melalui pemilihan
yang dilakukan sebanyak dua kali, terkait adanya pelanggaran yang
dilakukan incumbent mengenai strategi politik yang digunakannya.
B. Tipe Penelitian
xxxvii
Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan tipe
penelitian deskriptif analitik. Deskripsi analitik adalah penelitian yang
diarahkan untuk menggambarkan fakta dengan argument yang tepat.
Penelitian
yang
dilakukan
diharapkan
dapat
memberikan
gambaran
mengenai strategi politik yang dilakukan oleh pasangan incumbent, ImranSutoardjo.
C. Jenis Data Penelitian
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung
dari sumbernya yakni informan yang langsung berhubungan
dengan fokus penelitian. Pada penelitian ini data primer
diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara mendalam
yang dilakukan dengan informan yang berkaitan dengan
masalah rangkap jabatan yang diangkat. Mereka yang dijadikan
informan adalah Bupati dan Wakil Bupati terpilih (incumbent)
Kabupaten Konawe Selatan, Imran-Sutoardjo, tim pemenangan
incumbent,
KPUD
Konawe
Selatan
dan
masyarakat
di
Kecamatan Andoolo.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang relevan yang berasal dari
buku-buku, dan bahan referensi lainnya yang berkaitan dengan
strategi politik incumbent dalam pemilukada. Data sekunder
merupakan data yang sudah dioleh dalam bentuk naskah
tertulis atau dokumen. Data sekunder dalam penelitian ini
berasal dari strategi politik yang digunakan incumbent untuk
memperoleh kemenangan kembali.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Wawancara mendalam (deep interview)
Wawancara adalah percakapan yang dengan maksud tertentu,
yang
dilakukan
pertanyaan
dan
oleh
pewawancara
yang
mengajukan
yang
diwawancarai
yang
memberikan
jawaban.9
Salah satu varian dari teknik wawancara adalah wawancara
mendalam
(deep
interview)
yang
merupakan
proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara.
9
Lexy J. moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 186
xxxix
Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian
ini, peneliti melakukan wawancara dengan informan yang terkait
dengan masalah yang diangkat. Mereka yang dijadikan
informan adalah:
1. Imran-Sutoardjo
Imran-Sutoardjo dipilih untuk menjadi informan karena
pasangan ini merupakan incumbent dalam pemilukada
Konawe Selatan periode 2010-2015.
2. Tim Pemenangan Incumbent
Tim pemenangan incumbent yang dijadikan informan
adalah mereka yang berasal dari Partai Demokrat dan
Partai Amanat Nasional.
3. KPUD Konawe Selatan
Komisi Pemilihan Umum Daerah Konawe Selatan
menjadi informan terkait fungsinya sebagai pelaksana
sekaligus pengawas atau pengontrol proses pemilukada
di daerah.
4. Masyarakat Kecamatan Andoolo
Masyarakat
kecamatan
Andoolo
menjadi
informan
berikutnya yang akan diwawancarai berkaitan dengan
tanggapannya mengenai hasil pemilukada tahun 2010
yang dimenangkan oleh incumbent.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dapat diasumsikan sebagai sumber data tertulis
yang terbagi dalam dua ketegori yaitu sumber resmi dan
sumber tidak resmi. Sumber resmi merupakan dokumen yang
dibuat/dikeluarkan
lembaga.
Sumber
oleh
tidak
lembaga/perorangan
resmi
adalah
atas
dokumen
nama
yang
dibuat/dikeluarkan oleh individu tidak atas nama lembaga.
Dokumen yang akan dijadikan sebagai sumber referensi adalah
hasil rapat.
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
data kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor metode penelitian kualitatif adalah
suatu metode penelitian untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.10 Teknik
analisis data kualitatif digunakan untuk mendapatkan penjelasan mengenai
strategi politik yang digunakan oleh incumbent dalam memenangkan
10
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kulaitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1998, hal: 4
xli
pemilukada tahun 2010. Data dari hasil wawancara yang diperoleh kemudian
dicatat dan dikumpulkan sehingga menjadi sebuah catatan lapangan.
Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisa data dalam penelitian
kualitatif dilakukan mulai sejak awal sampai sepanjang proses penelitian
berlangsung.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara bersamaan dengan
proses pengumpulan data, proses analisis yang dilakukan merupakan suatu
proses yang cukup panjang dan melibatkan beberapa komponen yaitu,
reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
1. Reduksi data
Yaitu
proses
pemilihan,
pemusatan
perhatian
serta
penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukan
peneliti dengan cara menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan cara
sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik
dan diverifikasi oleh peneliti. Dalam tahapan ini peneliti melalukan pemilihan
beberapa data didasarkan kepentingan penulisan sehingga didapatkan
pemisahan data yang penting dengan yang kurang penting. Proses reduksi
data adalah proses yang dilakukan secara terus-menerus sampai pada
proses penulisan laporan akhir selesai dilakukan.
2. Sajian data
Dalam penyajian data peneliti mengumpulkan informasi yang
tersusun
yang
memberikan
dasar
pijakan
kepada
peneliti
untuk
melakukan suatu pembahasan dan pengambilan kesimpulan. Penyajian
ini, kemudian untuk menggabungkan informasi yang tersusun dalam
suatu bentuk yang terpadu sehingga mudah diamati apa yang sedang
terjadi kemudian menentukan penarikan kesimpulan secara benar. Penyajian
data tidak terpisahkan dari analisis justru penyajian data akan menentukan
suatu analisa.
Pada tahap penyajian data peneliti mengelompokan data berdasarkan
kelompok informan, sehingga diketahui beberapa informasi dari informan
berdasarkan pokok masalah dan sumber (informan).
Sajian data yang dilakukan bertujuan untuk memahami berbagai hal
yang dilakukan oleh tim pemenangan incumbent, semua data yang ada
kemudian dirancang untuk menyampaikan informasi secara lebih sistematis
mengenai strategi politik incumbent dalam pemilukada di Kabupaten Konawe
Selatan.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan dari konfigurasi yang
utuh. Berbagai hal yang ditemui dalam proses pengumpulan data mengenai
strategi politik incumbent peneliti catat dan verifikasi. Hal yang harus
xliii
dilakukan pada penarikan kesimpulan akhir adalah mendiskusikan cara untuk
mengembangkan apa yang disebut consensus antar subjektif.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti akan memaparkan empat aspek yakni pertama,
kondisi wilayah Kabupaten Konawe Selatan, kedua, kondisi politik dan
pemerintahan Kabupaten Konawe Selatan, ketiga data jumlah Daftar Pemilih
Tetap Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Konawe Selatan, dan keempat
daftar calon kepala daerah dalam pemilihan kepala daerah langsung di
Kabupaten Konawe Selatan.
A. Kondisi Wilayah Kabupaten Konawe Selatan
Kabupaten Konawe Selatan adalah salah satu Daerah Tingkat II di
Propinsi Sulawesi Tenggara yang merupakan hasil pemekaran dari
Kabupaten Kendari yang disahkan dengan UU Nomor 4 tahun 2003 pada
tanggal 25 Februari tahun 2003. Luas wilayah Kabupaten Konawe Selatan
adalah sekitar 4.514,20 km2 atau sebesar 11,83% dari luas propinsi Sulawesi
Tenggara. Wilayah ini terbagi menjadi 22 kecamatan atau secara
keseluruhan terbagi lagi ke dalam satuan wilayah yang lebih kecil yaitu terdiri
dari 296 wilayah desa/kelurahan.
Jumlah penduduk Kabupaten Konawe Selatan pada tahun 2010
adalah sebanyak 264.197 jiwa yang terdiri dari 135.949 penduduk laki-laki
dan 128.248 penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin yakni sebesar
106. Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Konawe Selatan
mencapai 58,53 jiwa/km2.
xlv
Penyebaran penduduk Kabupaten Konawe Selatan menunjukkan
bahwa penduduk Kabupaten Konawe Selatan terkonsentrasi di wilayah
Kecamatan Tinanggea yakni sebanyak 21.320 jiwa, disusul Kecamatan
Laeya 19.006 jiwa, Kecamatan Konda 18.129 jiwa, Kecamatan Ranomeeto
16.240 jiwa, Kecamatan Andoolo 15.845 jiwa, Kecamatan Lalembuu 15.615
jiwa, Kecamatan Angata 14.911 jiwa, Kecamatan Kolono 13.688 jiwa,
Kecamatan Buke 13.237 jiwa, Kecamatan Moramo 13.035 jiwa, Kecamatan
Palangga 12.286 jiwa, Kecamatan Landono 11.461 jiwa, Kecamatan Mowila
11.131 jiwa, Kecamatan Benua 9.733 jiwa, Kecamatan Laonti 9.442 jiwa,
Kecamatan Lainea 8.871 jiwa, Kecamatan Basala 8.147 jiwa, Kecamatan
Baito 7.564 jiwa, Kecamatan Moramo Utara 7.164, Kecamatan Wolasi 4.732
jiwa, Kecamatan Ranomeeto Barat 6.515 jiwa, dan Kecamatan Palangga
Selatan 6.125 jiwa.
Tabel I. Jumlah Penduduk Kabupaten Konawe Selatan
Per Tahun 2010
No
Kecamatan
Penduduk
Sex Ratio
Distribusi
Penduduk
1
Tinanggea
21.320
106
8,07
2
Laeya
19.006
103
7,19
3
Konda
18.129
104
6,86
4
Ranomeeto
16.240
105
6,15
5
Andoolo
15.845
107
6,00
No
Kecamatan
Penduduk
Sex Ratio
Distribusi
Penduduk
6
Lalembuu
15.615
106
5,91
7
Angata
14.911
105
5,64
8
Kolono
13.688
105
5,18
9
Buke
13.237
108
5,01
10
Moramo
13.035
107
4,93
11
Palangga
12.286
105
4,65
12
Landono
11.461
106
4,34
13
Mowila
11.131
114
4,21
14
Benua
9.733
110
3,68
15
Laonti
9.442
105
3,57
16
Lainea
8.871
104
3,36
17
Basala
8.147
108
3,08
18
Baito
7.564
107
2,86
19
Moramo Utara
7.164
105
2,71
20
Wolasi
4.732
104
1,79
21
Ranomeeto Barat
6.515
103
2,47
22
Palangga Selatan
6.125
105
2,32
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe Selatan 2009/2010
Penduduk Kabupaten Konawe Selatan dalam hal keagamaan dapat
dikatakan heterogen, dimana pada masing-masing kecamatan tidak hanya
terdapat satu agama dan rumah-rumah ibadah dari masing-masing agama
tersebar di setiap wilayah/kecamatan.
B. Kondisi Politik dan Pemerintahan Kabupaten Konawe Selatan
xlvii
Pusat pemerintahan Kabupaten Konawe Selatan dipusatkan di
Kecamatan Andoolo yang merupakan ibukota kabupaten. Di Kecamatan
Andoolo yang beribukota di Andoolo terdapat Kantor Bupati dan Kantor
DPRD Kabupaten Konawe Selatan. DPRD Kabupaten Konawe Selatan
periode 2009-2014 adalah sebanyak 30 orang yang berasal dari 11 partai
politik yakni Partai Hanura sebanyak 2 orang, Partai PKB 2 orang, Partai PBB
1 orang, Partai PPI 1 orang, Partai Demokrat 7 orang, Partai PAN 4 orang,
Partai Golkar 5 orang, Partai PKS 4 orang, Partai PPP 2 orang, Partai PDIP 1
orang, dan Partai PNBK 1 orang. Sesuai dengan peraturan perundangundangan maka DPRD yang diisi oleh 30 anggota legislatif terbagi ke dalam
3 komisi yakni Komisi I yang membidangi Hukum dan Pemerintahan, Komisi
II yang membidangi Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan dan Komisi III
yang membidangi Sosial Budaya.
Selain itu, terdapat pula 6 kantor Dinas, Badan Pusat Statistik,
Inspektorat daerah serta lembaga-lembaga lainnya yang keberadaannya
dianggap sebagai modal dalam menata struktur pemerintahan agar menjadi
efektif dan efisien khususnya dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
Pada awal pembentukan kabupaten ini yakni di tahun 2004,
diselenggarakan pemilihan umum kepala daerah untuk pertama kalinya.
Pesta demokrasi yang diselenggarakan ini disambut baik oleh masyarakat
sehingga hasilnya membawa Drs. H. Imran, M.Si dan Drs. Sutoardjo Pondiu,
M.Si terpilih menjadi pasangan kepala daerah yang pertama di Kabupaten
Konawe Selatan.
Di bawah kepemimpinan Drs. H. Imran, M.Si segala program guna
memajukan pembangunan di wilayah pemekaran ini pun dilaksanakan.
Sehingga banyak kemajuan yang di alami oleh daerah ini selama kurang
lebih 5 (lima) tahun. Kemajuan dalam bidang pendidikan, kesehatan, fasilitas
umum, dan sebagainya dirasakan oleh masyarakat Konawe Selatan. Hal ini
menjadi satu motivasi yang sangat penting guna mengembangkan sumber
daya alam dan sumber daya manusia di Kabupaten Konawe Selatan.
C. Data Jumlah Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Kepala Daerah di
Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010
Sesuai dengan ketentuan yang mengatur jalannya pemilihan umum,
maka persyaratan bagi masyarakat yang telah berhak menggunakan hak
suaranya dalam pemilihan yakni masyarakat yang telah berusia 17 tahun
xlix
atau sudah menikah. Berikut tabel daftar pemilih tetap saat pemilihan kepala
daerah di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010.
Tabel II. DPT Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Konawe
Selatan tahun 2010.
No
Kecamatan
DPT
1
Tinanggea
14.059
2
Laeya
12.371
3
Konda
11.520
4
Ranomeeto
9.974
5
Andoolo
11.264
6
Lalembuu
12.050
7
Angata
10.432
8
Kolono
9.320
9
Buke
9.397
10
Moramo
8.966
11
Palangga
8.267
12
Landono
7.877
No
Kecamatan
DPT
13
Mowila
7.853
14
Benua
7.283
15
Laonti
6.236
16
Lainea
6.021
17
Basala
5.707
18
Baito
5.000
19
Moramo Utara
4.707
20
Wolasi
3.138
21
Ranomeeto Barat
4.319
22
Palangga Selatan
3.789
Sumber : Pokja DPT KPUD Kab.Konawe Selatan, 2010
D. Data Calon Kepala Daerah dalam Pemilihan Kepala Daerah
Langsung di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010
Kehadiran Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah yang dalam salah satu pasalnya menyatakan bahwa pemilihan
kepala daerah dan wakil kapala daerah dilaksanakan secara demokratis
berdasarkan asas langsung, jujur, bebas, dan adil11. Pasangan calon kepala
daerah dan wakilnya ditentukan oleh partai politik atau gabungan dari partai
politik. Kehadiran undang-undang ini memberikan peluang kepada para elit
politik untuk menjadi leader di daerah.
Salah satu wilayah di Propinsi Sulawesi Tenggara yang melaksanakan
Pemilihan Kepala Daerah secara langsung di tahun 2010 adalah Kabupaten
Konawe
Selatan.
Kabupaten
yang
terdiri
dari
22
kecamatan
ini,
melaksanakan pemilihan umum kepala daerah secara langsung pada tanggal
8 Mei 2010.
11
UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
li
Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh para aktor politik untuk
mendapat predikat orang nomor satu di kabupaten baru ini, sehingga pada
pemilihan kepala daerah ini, terdapat empat pasangan calon bupati dan wakil
bupati yang akan bersaing dalam pemilihan umum kepala daerah langsung di
Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010. Keempat pasangan calon tersebut
bergerilya untuk dapat memenangkan pemilihan kepala daerah ini. Masingmasing calon bupati dan wakil bupati didukung oleh partai politik, namun
salah satu pasangan calon bupati dan wakil bupati merupakan calon
independen. Berikut daftar nama calon bupati dan wakil bupati beserta partai
politik pendukung.
1. Drs. H. A. Rustam Tamburaka, M.Si
Bambang Setiyobudi, SE, M.Si
 Partai politik pendukung : HANURA, PKB, PPI (versi Agusran
Saelang), PBB.
2. Drs. H. Imran, M.Si
Drs. Sutoardjo Pondiu, M.Si
 Partai politik pendukung : Demokrat, PAN.
3. H. Surunuddin Dangga, MBS
Drs. H. Muchtar Silondae, SH, M.Si
 Partai politik pendukung : GOLKAR, PKS, PPP, PDIP, PNBK, PPRN,
PKPB, PKP, BURUH, PKNU, PATRIOT, PKPI, PNIM, REPUBLIKAN,
PBR, GERINDRA, PNUI, PELOPOR, PDK, PPI (versi Hasrul), PIS,
PSI, PDP.
4. Drs. Ashar, MM
Yan Sulaiman
 Calon Perseorangan
Dalam
memenangkan
kompetisi
ini,
semua
pasangan
calon
membutuhkan strategi yang dapat mewujudkan keinginannya menjadi
pasangan bupati dan wakil bupati terpilih pada periode kedua. Strategi yang
dibutuhkan oleh pasangan calon ini adalah strategi yang benar-benar matang
sehingga dalam pelaksanaannya dapat membawa dampak positif serta hasil
yang diharapkan. Termasuk pasangan incumbent yakni Drs. H. Imran, M.Si
dan Drs. Sutoardjo Pondiu membutuhkan strategi politik yang tepat, karena
itu salah satu strategi yang dipilih oleh incumbent adalah melalui kendaraan
politiknya yakni partai politik. Pemilihan kendaran politik dianggap dapat
menjadi strategi yang efektif dan efisien jika menempatkan cara-cara yang
tepat selama masa kampanye.
Oleh karena itu, pasangan incumbent ini memanfaatkan partai politik
yang menaungi mereka apalagi jabatan dalam partai politik ini adalah
masing-masing sebagai ketua DPD Partai Demokrat Sulawesi Tenggara dan
Ketua DPC Partai Demokrat Konawe Selatan. Jabatan dalam partai politik
inilah yang dianggap dapat membawa keuntungan bagi hasil pemilihan
kepala daerah nantinya. Demokrat yang dipandang sebagai partai yang
liii
memiliki peluang besar, yang mana dalam beberapa pemilihan umum di
Propinsi Sulawesi Tenggara, hasilnya dimenangkan oleh para calon dari
partai ini, termasuk dalam pemilihan legislatif tahun 2009 Partai Demokrat
memperoleh kursi paling banyak di DPRD Konawe Selatan.
Inilah yang menjadi modal awal bagi pasangan incumbent. Karena itu,
untuk semakin memperkuat kendaraan politik yang digunakannya, maka
pasangan incumbent mencari koalisi atau gabungan dari partai lain dan
hasilnya PAN menjadi partner Demokrat dalam koalisi pada pemilihan kepala
daerah tahun 2010. Koalisi dengan PAN dianggap cocok karena dalam
beberapa pemilihan juga di Sulawesi Tenggara para calon dari partai ini yang
berhasil memenangkan pemilihan umum. Contohnya, pada pemilihan
Gubernur Sulawesi Tenggara, hasilnya dimenangkan oleh calon yang
diusung dari partai ini. Selanjutnya, kedua partai besar ini bersama-sama
menyusun strategi pemenangan melalui tim pemenangan yang telah
dibentuk.
BAB V
STRATEGI KOALISI PARTAI POLITIK
DAN
STRATEGI KAMPANYE POLITIK
Dalam kajian ilmu politik, strategi politik menjadi pembahasan yang
menarik sejak dulu. Pembahasan ini terkait adanya keinginan aktor atau elit
politik untuk menjadi seorang pemimpin dalam struktur pemerintahan.
Keinginan ini mendorong para aktor atau elit politik untuk menggunakan
strategi politik dalam mencapai cita-cita politiknya, tidak terkecuali dengan
incumbent.
Strategi politik merupakan sebuah cara yang digunakan dalam dunia
politik termasuk dalam menghadapi pemilihan kepala daerah. Strategi yang
digunakan diharapkan mampu memberikan hasil yang optimal bagi
kompetitor yang salah satunya adalah incumbent. Strategi pemenangan yang
dibutuhkan oleh incumbent membutuhkan kematangan perencanaan guna
memasarkan program-program politiknya.
Incumbent yang bersaing dengan para kompetitor lainnya wajib
mengikuti aturan yang berlaku dalam menjalankan strategi politiknya.
Sebagaimana pada pemilihan umum kepala daerah yang diatur dalam
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang
menyatakan bahwa pasangan kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam
satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan
lv
asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.12 Pasangan calon
kepala daerah dan wakilnya ditentukan oleh partai politik atau gabungan
partai politik bukan lagi oleh DPRD.
Pelaksanaan
pemilihan
kepala
daerah
langsung
memberikan
kesempatan kepada setiap orang untuk masuk ke dalam bursa pemilihan
kepala daerah. Drs. H. Imran, M.Si dan pasangannya Drs. Sutoardjo Pondiu,
M.Si adalah pemenang dalam pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten
Konawe Selatan. Pasangan ini diusung oleh dua partai politik yaitu Partai
Demokrat dan PAN. Drs. H. Imran, M.Si sendiri adalah Ketua DPD Partai
Demokrat Sulawesi Tenggara dan pasangannya Drs. Sutoardjo Pondiu, M.Si
adalah Ketua DPC Partai Demokrat Konawe Selatan.
Drs. H. Imran, M.Si dan pasangannya dalam pemilihan kepala daerah
diusung oleh dua partai politik. Dalam hal ini partai politik yang
mengusungnya adalah Demokrat dan PAN. Kedua partai politik ini memiliki
beberapa kader partai yang duduk di DPRD Kabupaten Konawe Selatan.
Dalam suatu sistem politik yang demokratis seperti yang dianut di Indonesia,
eksekutif
dalam
melaksanakan
tugasnya
senantiasa
berada
dalam
pengawasan legislatif yang diisi oleh anggota partai politik.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, maka pada bab ini peneliti memaparkan mengenai strategi
politik incumbent dalam pemilihan kepala daerah langsung di Kabupaten
Konawe Selatan tahun 2010.
12
UU No. 32 tahun 2004 tantang Pemerintahan Daerah
Strategi politik telah dijelaskan sebagai sebuah cara yang telah
dipahami dan disusun terlebih dahulu untuk merealisasikan cita-cita politik
untuk perubahan jangka panjang. Begitu juga dengan incumbent ikut
berkompetisi dengan para elit politik lainnya dalam pemilihan kepala daerah
karena memiliki tujuan politik atau cita-cita politik yang ingin diwujudkan.
Karena itulah incumbent memerlukan perencanaan yang matang melalui
penerapan strategi yang digunakan.
Strategi politik menjadi faktor penentu bagi incumbent untuk
memenangkan pemilihan kepala daerah di Kabupaten Konawe Selatan.
Strategi politik yang dimaksud adalah strategi pemilihan umum yang
mengutamakan perolehan kekuasaan dan sebanyak mungkin pengaruh
dengan cara memperoleh hasil yang baik dalam pemilu sehingga politik
dapat diwujudkan dan suatu perubahan dalam masyarakat dapat tercapai.
Perencanaan strategi suatu proses dan perubahan politik merupakan
analisa yang gamblang dari keadaan kekuasaan, sebuah gambaran yang
jelas mengenai tujuan akhir yang ingin dicapai dan pemusatan segala
kekuatan untuk mencapai tujuan tersebut. Tanpa strategi politik, perubahan
jangka panjang atau cita-cita politik sama sekali tidak dapat diwujudkan.
Hanya dengan sebuah perencanaan menyeluruh dan dengan strategi jangka
panjang, kesalahan-kesalahan yang mungkin saja terjadi dapat dihindari.
lvii
A. Strategi Koalisi Partai Politik
Partai politik dapat didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang
terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan
cita-cita yang sama.13 Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh
kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik guna mempengaruhi
pengambilan keputusan atau kebijakan pada suatu sistem politik.
Pembentukan
partai
politik
berdasarkan
atas
prinsip-prinsip
demokrasi, yakni pemerintahan yang dipimpin oleh mayoritas melalui
pemilihan umum. Untuk menciptakan pemerintahan yang mayoritas,
diperlukan partai-partai yang dapat digunakan sebagai kendaraan politik
untuk ikut dalam pemilihan umum. Melalui partai politik, rakyat berhak
menentukan, siapa yang akan menjadi wakil mereka serta siapa yang akan
menjadi pemimpin yang menentukan kebijakan umum.
Partai politik sebagai sebuah organisasi, memiliki prinsip-prinsip dasar.
Salah satunya adalah sebagai koalisi, yakni membentuk koalisi dari berbagai
kepentingan untuk membangun kekuatan mayoritas. Selain itu, koalisi dapat
diartikan sebagai penggabungan. Penggabungan yang sengaja dibentuk
secara independen dari struktur organisasi formal untuk menciptakan sebuah
interaksi yang saling menguntungkan.
Koalisi terbentuk dari dua partai politik atau lebih bertujuan untuk
membentuk secara bersama satu pemerintahan dan dapat menjadi salah
satu strategi untuk memenangkan pemilihan umum. Pada dasarnya koalisi
13
Prof. Miriam Budiardjo, 1977, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia, hlm. 160
bertujuan untuk membentuk sebuah pemerintahan yang kuat (strong),
mandiri (autonomous), tahan lama (durable) agar dalam mengambil
kebijakan publik, pemerintah tidak khawatir akan adanya perlawanan dari
parlemen.14
Oleh karena itu dalam pemilihan kepala daerah di Kabupaten Konawe
Selatan, terbentuk sebuah koalisi partai politik yakni antara PAN dan
Demokrat. Koalisi ini dibentuk dengan berbagai pertimbangan sehingga
tujuan dari kedua partai politik dapat terlaksana.
Dalam menggabungkan kekuatan melalui koalisi ini, PAN melihat dari
beberapa aspek, apakah koalisi ini akan menguntungkan partainya ke depan
atau malah sebaliknya. Namun, melihat peluang incumbent yang berasal dari
Partai Demokrat untuk dapat kembali memimpin Konawe Selatan lima tahun
ke depan masih terbuka lebar, PAN pun menawarkan diri untuk menjalin
kerjasama politik guna mendukung incumbent memenangkan pemilihan
kepala daerah di Konawe Selatan.
Berikut adalah komentar hasil wawancara mengenai kesediaan PAN
menjadi rekan politik Demokrat dalam pemilihan kepala daerah di Konawe
Selatan:
“dalam setiap proses pilkada termasuk sebelum menentukan
sikap apakah untuk berkoalisi, PAN melakukan survei
independen. Dan dalam pemilihan kepala daerah Konawe
Selatan, hasil survei menunjukkan bahwa hampir pasti pak imran
akan terpilih lagi dalam konteks pak imran masih di dukung oleh
14
Arend Lijphard, 1995, Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensial, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
lix
masyarakat di Konawe Selatan, atas pertimbangan itulah
kemudian PAN berkoalisi dengan demokrat.”15
Sejalan
dengan
definisi
yang
dikemukakan
oleh
Carr
yang
mengatakan bahwa partai politik adalah suatu organisasi yang berusaha
untuk mencapai dan memelihara pengawasan terhadap pemerintah, maka
hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa PAN menjalankan salah satu
prinsip dasar dari partai politik yakni mencalonkan anggota untuk pemilihan
umum dengan label partai, mengambil bagian dalam pemilihan umum,
mengajukan calon yang disepakati.
Untuk itu sebagai perkumpulan yang terorganisir, PAN memiliki
tahapan-tahapan
untuk
menghasilkan
calon
pemimpin
yang
dapat
mengakomodir kepentingan-kepentingan partai politik. Artinya sebagai suatu
organisasi politik, PAN ingin membangun sebuah kekuatan mayoritas agar
semua cita-cita politiknya dapat terakomodir sehingga survei yang dilakukan
sebagai langkah awal koalisi, bertujuan untuk melihat sejauh mana kekuatan
atau peluang bagi incumbent untuk dapat terpilih kembali.
Hal ini sejalan pula dengan teori Arend Lijphard yang menyatakan
bahwa salah satu bentuk koalisi yaitu minimal winning coalition, dimana
prinsip dasarnya adalah maksimalisasi kekuasaan, melihat jumlah kursi partai
politik yang diperoleh di parlemen. Dukungan massa yang dinilai masih
15
Hasil wawancara dengan anggota tim pemenangan Imran-Sutoardjo, Sukarman, 7 April 2011
mayoritas dapat menjadi sebuah acuan untuk berkoalisi sehingga tujuan atau
kepentingan partai politiknya dapat tercapai.
Berdasarkan teori ini, maka dalam memilih pasangan untuk berkoalisi
tentu memiliki pandangan tersendiri. Seberapa besar peluang yang akan
dicapai oleh ketika akan berkoalisi dengan sebuah partai, karena pada
dasarnya koalisi partai politik berlandaskan kepentingan. Kepentingan yang
memuat unsur-unsur manfaat, apakah dapat memberikan keuntungan atau
sebaliknya.
Seperti inilah yang dilihat oleh PAN. Partai politik ini melihat prestasi
politik Demokrat yang cukup cemerlang khususnya di Propinsi Sulawesi
Tenggara. Contohnya, dalam DPRD tingkat I Propinsi Sulawesi Tenggara,
calon dari PAN yang memperoleh dukungan terbanyak dan terpilih sebagai
Gubernur Sulawesi Tenggara. Prestasi seperti inilah yang dapat menjadi
bahan pertimbangan untuk meminang PAN sebagai koalisi.
Berikut hasil wawancara mengenai kesediaan Demokrat menjadi
rekan koalisi politik PAN dalam pemilihan umum kepala daerah di Konawe
Selatan adalah sebagai berikut :
“PAN yang menawarkan untuk berkoalisi karena menganggap
platform Partai Demokrat dan PAN itu sama. PAN juga melihat
keberhasilan incumbent pada saat menjabat pada periode
pertama akan membawanya kembali untuk memenangkan
pemilihan kepala daerah pada periode kedua ini.”16
Dari pemaparan di atas, kita dapat melihat suatu tujuan dari koalisi
yang dibangun berdasarkan dua hal. Pertama, memperkuat
16
teori Arend
Hasil wawancara dengan ketua tim pemenangan Imran-Sutoardjo, Muh. Endang, 24 Maret 2011
lxi
Lijphard yang mana salah satu bentuk koalisi adalah minimal range coalition,
dasar dari koalisi ini adalah kedekatan pada kecederungan ideologis
memudahkan partai-partai untuk berkoalisi membentuk kabinet.17 Dasar
koalisi ini lebih dikarenakan masing-masing partai yang berkoalisi memiliki
kedekatan dalam orientasi kebijakannya. Kedua, kita melihat dari sisi
incumbent yang saat menjabat pada periode pertama dianggap berhasil
merealisasikan kebijakan-kebijakan politiknya sehingga memungkinkan untuk
terpilih kembali. Hal inilah yang dilihat oleh PAN sebagai rekan koalisi
Demokrat,
incumbent
dianggap
masih
mampu
untuk mengakomodir
kepentingan politik bersama saat menjabat sebagai bupati pada periode
kedua.
Oleh sebab itu, membangun koalisi partai harus memiliki perhitungan
yang rasional, misalnya seberapa besar kekuatan yang telah dimiliki oleh
sebuah partai dan partai apa yang akan diajak berkoalisi, bagaimana
ideologi, kekuatan, dan kelemahan partai dalam hal massa, serta apa
tantangan dan keuntungan yang dapat diperoleh dengan cara koalisi.
Hal ini diperkuat dalam petikan wawancara berikut :
“setelah membentuk koalisi dengan PAN, kemudian di sepakati
dealnya untuk bersama-sama mencalonkan Imran dan Sutoardjo,
karena berbicara politik maka berbicara kepentingan”18
Seperti yang dipaparkan sebelumnya bahwa incumbent membutuhkan
modal politik, dalam hal ini kendaraan politik yang menjadi pendukung untuk
menghimpun kekuatan sehingga memberikan hasil yang optimal. Incumbent
17
Arend Lijphard, 1995, Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensial, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
18
Hasil wawancara dengan ketua tim pemenangan Imran-Sutoardjo, Muh. Endang, 24 Maret 2011
membutuhkan partai politik karena sebagai perkumpulan orang yang
terorganisir, partai politik dapat bekerja secara efektif.
Namun, sebagai sebuah organisasi, partai politik memiliki tujuan
sehingga inilah yang melandasi terjadinya koalisi dalam sebuah pemilihan
umum.
Kapabilitas
yang
dilihat
dari
incumbent
dianggap
mampu
mengakomodir kepentingan atau tujuan dari partai politik tersebut. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa koalisi yang dibangun oleh kedua partai ini
berlandaskan asas manfaat artinya ada kesepakatan yang menguntungkan
bagi kedua partai politik ini dalam menjalin kontrak politik tersebut. PAN dan
Demokrat yang memiliki jumlah kader yang dominan dalam DPRD Konawe
Selatan, memanfaatkan koalisi ini sebagai salah satu cara untuk membangun
sebuah kekuatan baru dalam pemerintahan agar dapat mempermudah
proses pengambilan kebijakan.
Berikut hasil wawancara dengan salah seorang warga di Kecamatan
Andoolo Kabupaten Konawe Selatan mengenai koalisi PAN dan Demokrat:
“sebagai masyarakat saya melihat koalisi antara PAN dan
Demokrat sebagai kombinasi yang cocok, karena kedua partai ini
merupakan partai politik besar yang memiliki massa dalam jumlah
banyak, akan tetapi jangan mengutamakan kepentingan partai
politiknya saja”19
Salah satu fungsi partai politik adalah sebagai sarana recruitment
politik, yakni partai politik berfungsi untuk mencari dan mengajak masyarakat
untuk turut aktif dalam kegiatan politik termasuk sebagai anggota partai.
Dengan demikian partai politik turut memperluas partisipasi politik dengan
19
Hasil wawancara dengan salah satu warga Kec.Andoolo, Bachtiar, S.Pd, 7 April 2011
lxiii
cara kontak pribadi, persuasi, dan lain-lain. Juga termasuk golongan muda
untuk dididik menjadi kader di masa mendatang.
Oleh karena itu, sebagai partai politik PAN dan Demokrat menjalankan
fungsi ini karena mereka membutuhkan masyarakat untuk menjadi kader
politik yang bermanfaat dalam setiap proses politik, salah satunya pada
pemilihan kepala daerah. Masyarakat yang direkrut oleh partai politik, tidak
hanya berperan pada saat berlangsungnya proses pemilihan, namun dapat
dilihat keterlibatannya pada saat pemasaran politik incumbent. Sehingga
nantinya
ada
konstituennya
hubungan
karena
yang
dibangun
terpilihnya
incumbent
antara
incumbent
merupakan
satu
dengan
bentuk
keterwakilan politik untuk menentukan kebijakan-kebijakan politik selama
masa jabatan.
Dari pemaparan di atas dapat dipahami bahwa konsep strategi
defensif yang dipaparkan sebelumnya, dimana sebuah koalisi yang terdiri
atas beberapa partai ingin mempertahankan mayoritasnya atau perolehan
suara yang dicapai sebelumnya ingin dipertahankan. Inilah yang terjadi pada
pemilihan kepala daerah di Kabupaten Konawe Selatan, dimana salah satu
calon yang merupakan incumbent menggunakan strategi ini.
Seperti yang dipaparkan oleh salah satu anggota tim pemenangan
yang berasal dari PAN bahwa partai yang akan diajak berkoalisi adalah partai
yang memiliki kursi di parlemen.20 Ini menunjukkan bahwa koalisi partai yang
20
Media cetak, Radar Buton, 14 September 2009
dibangun dapat memperkuat dan mempertahankan keberadaan kader-kader
partai PAN maupun Demokrat di parlemen.
Merujuk pada esensi dari sebuah koalisi yang merupakan gabungan
beberapa orang atau kelompok yang memiliki kepentingan maka terciptanya
koalisi diperuntukkan untuk menggalang dukungan dalam membentuk
pemerintahan
oleh
partai-partai
politik
pemenang
pemilihan
umum.
Incumbent yang memenangkan pemilihan kepala daerah Kabupaten Konawe
Selatan,
kemudian
membentuk
kekuatan
baru
dalam
menjalankan
pemerintahan melalui koalisi partai politik yang telah dibangun sebelumnya
sehingga dapat mempengaruhi proses politik.
B. Strategi Kampanye Politik
Strategi politik pada dasarnya juga membutuhkan perencanaan yang
matang agar kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dapat dihindari. Hal
inilah yang menjadi landasan dalam perencanaan strategi incumbent. Setelah
membentuk tim pemenangan, maka strategi selanjutkan dilaksanakan oleh
tim pemenangan tersebut. Dalam strategi politik dilihat dari konteks aktivitas
politik, membutuhkan adanya pemasaran politik.
Dari konteks aktivitas politik, pemasaran politik dimaksudkan adalah
penyebarluasan informasi tentang kandidat, partai, dan program yang
dilakukan oleh para aktor politik melalui saluran-saluran komunikasi tertentu
yang ditujukan kepada sasaran tertentu dengan tujuan mengubah wawasan,
lxv
pengetahuan, sikap, dan perilaku para calon pemilih sesuai dengan
keinginan pemberi informasi.
Seperti yang dikemukakan oleh Bruce I. Newman dan Richard M.
Perloff dalam tulisannya, mendefinisikan pemasaran politik sebagai aplikasi
prinsip-prinsip pemasaran dalam kampanye politik yang beraneka ragam
individu,
organisasi,
prosedur-prosedur,
dan
melibatkan
analisis,
pengembangan, eksekusi, dan strategi manajemen kampanye oleh kandidat,
partai politik, pemerintah, pelobi, kelompok-kelompok tertentu yang bisa
digunakan untuk mengarahkan opini publik terhadap ideologi mereka.21
Salah satu cara atau strategi yang digunakan dalam memasarkan
program-program politiknya adalah melalui kampanye politik. Kampanye
politik merupakan sebuah bentuk komunikasi politik yang terorganisasi dalam
waktu tertentu. Istilah kampanye berasal dari bahasa Inggris yaitu campaign.
Secara umum, kampanye diartikan sebagai suatu kegiatan komunikasi verbal
dan nonverbal secara persuasif. Rogers dan Storey (1987) menyatakan
bahwa kampanye merupakan serangkaian kegiatan komunikasi antar
organisasi dengan tujuan menciptakan dampak tertentu, terhadap sebagian
besar khalayak sasaran secara berkelanjutan dalam periode tertentu.22
Begitupula dalam pemilihan umum kepala daerah Kabupaten Konawe
Selatan, kampanye politik dibutuhkan oleh incumbent guna membentuk dan
membina opini publik yang positif agar dapat terpilih kembali sebagai kepala
daerah di Kabupaten Konawe Selatan.
21
22
Prof. Dr. Hafied Cangara, M.Sc. 2009. Komunikasi Politik. Rajawali Press. Hlm 277
Prof. Dr. Anwar Arifin, 2011, Komunikasi Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm: 153
Kegiatan kampanye politik ini, diawali dengan pembentukan sebuah
tim pemenangan yang memiliki peranan untuk merancang, melaksanakan,
dan mengawasi jalannya kampanye politik tersebut. Merancang sebuah
proses kampanye politik dilakukan secara matang, artinya tahapan-tahapan
kampanye politik tersebut harus sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin
dicapai. Sehingga dalam pelaksanaan kampanye politik tersebut, dapat
terstruktur dengan baik dan dapat dipahami oleh masyarakat. Tim
pemenangan yang efektif adalah memilih orang-orang yang dapat memahami
dan menguasai perencanaan dan penggunaan media komunikasi karena
komunikator menjadi sumber dan kendali semua aktivitas komunikasi. Oleh
karena itu, jika suatu proses kampanye tidak berhasil dengan baik, kesalahan
utama bersumber dari komunikator (juru kampanye). Sebagai pelaku utama
dalam aktivitas komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat
penting dikarenakan komunikasi politik yang dijalankan oleh juru kampanye
merupakan sebuah fondasi dalam menjalankan strategi kampanye.
Berikut adalah petikan wawancara dengan ketua tim pemenangan
incumbent :
“sebelum menjalankan kampanye politik, sebagai langkah awal
dibentuk tim pemenangan yang anggotanya berasal dari kedua
partai politik yang berkoalisi yakni PAN dan Demokrat”23
Seperti yang dipaparkan sebelumnya bahwa kehadiran partai politik
memperkuat dan memperbesar peluang incumbent untuk dapat terpilih
kembali, yang mana kedua partai yang berkoalisi ini memiliki anggota dalam
jumlah banyak. Ini dapat memudahkan koalisi partai politik untuk membentuk
23
Hasil wawancara dengan ketua tim pemenangan Imran-Sutoardjo, Muh. Endang, 24 Maret 2011
lxvii
sebuah tim agar rencana atau konsep yang ingin dijalankan dapat
terorganisir dengan baik. Melihat incumbent bersaing dengan calon-calon
kepala daerah lainnya yang juga diusung oleh partai politik dengan jumlah
massa yang tidak sedikit.
Untuk itu dapat disimpulkan bahwa ada product yang dihasilkan oleh
koalisi partai politik sebagai bentuk penggabungan kekuatan. Ini merupakan
sebuah bentuk efektifitas karena merekalah yang akan merencanakan dan
menggerakkan kampanye untuk memasarkan calon yang diajukan partai
politik. Tim pemenangan yang berasal dari koalisi partai merancang sebuah
strategi
pemasaran
sehingga
keunggulan-keunggulan
yang
dimiliki
incumbent baik itu semasa menjabat pada periode sebelumnya, maupun
yang akan dilaksanakan pada periode berikutnya.
Atas dasar inilah maka kampanye politik membutuhkan penyampaian
yang baik, apakah melalui media maupun secara langsung sehingga mampu
“memelihara” pemilih yang dulunya memberikan dukungan suara kepada
incumbent agar tidak mengubah pandangan positifnya pada saat proses
pemilihan kepala daerah berlangsung dan membentuk pemilih baru untuk
mendukung incumbent.
Berikut adalah hasil wawancara dengan informan yang merupakan
ketua tim kampanye incumbent mengenai langkah awal dari kampanye politik
yang dilaksanakan:
“Sebagai langkah awal dalam strategi politik yang digunakan,
kami banyak turun ke masyarakat untuk menyampaikan
keberhasilan-keberhasilan
pembangunan
yang
dilakukan
incumbent selama menjabat pada periode pertama, termasuk
pemilih sebelumnya kami datangi untuk kembali memilih ImranSutoardjo. Kami menyampaikannya ke masyarakat secara
langsung melalui media seperti stiker, leaflet, brosur, dan
pamflet.”24
Dapat digambarkan bahwa tim pemenangan yang dibentuk mengatur
jalannya kampanye dengan membentuk sebuah tim kampanye agar tujuan
untuk mempengaruhi khalayak dapat tercapai. Tim kampanye memiliki
tanggung jawab untuk memasarkan incumbent sehingga citra positif yang
telah dibangun di mata masyarakat pada periode sebelumnya, senantiasa
mempengaruhi dan mengarahkan khalayak untuk memilih incumbent.
Tim kampanye yang dibentuk harus memiliki kemampuan untuk
menjalankan setiap tahapan dari sebuah kampanye politik. Karena kampanye
merupakan sebuah bentuk komunikasi dari calon pemimpin kepada
masyarakat
yang
akan
memilihnya.
Karena
itu,
kampanye
politik
membutuhkan sarana penyampaian agar dapat diterima dan dipahami oleh
masyarakat.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa tim kampanye telah melakukan
suatu langkah awal yang juga merupakan tahapan dalam pelaksanaan
sebuah kampanye politik yang dirumuskan oleh Assifi dan French. Tahapan
tersebut yakni menganalisis khalayak, merumuskan tujuan, memilih media,
dan mengembangkan pesan.25
24
25
Hasil wawancara dengan ketua tim kampanye, Anshari Tawulo, SE, 7 April 2011
Prof. Dr. Hafied Cangara, M.Sc. 2009. Komunikasi Politik. Rajawali Press. Hlm 287
lxix
Tim kampanye yang telah merencanakan kampanye politik, memilih
untuk mengawali kampanye politik dengan menggunakan sarana media yakni
media format kecil. Media ini dianggap efektif dalam mengkomunikasikan
keunggulan-keunggulan incumbent kepada masyarakat karena media format
kecil terdiri atas berbagai macam media tetapi bentuknya lebih kecil dan
isinya lebih terfokus pada satu macam informasi serta mudah menarik
perhatian orang. Meskipun isi dari media ini sederhana, namun diharapkan
mampu membentuk pandangan positif terhadap incumbent serta pesan yang
ingin disampaikan dapat diterima dengan baik.
Tahapan kampanye seperti yang dijelaskan merupakan sebuah
kampanye politik yang dirancang secara sadar dan merupakan bagian dari
aktivitas komunikasi yang ditujukan untuk memengaruhi orang lain agar
memiliki wawasan, sikap dan perilaku sesuai dengan kehendak atau
keinginan penyebar atau pemberi informasi dan juga dimaksudkan untuk
memobilisasi dukungan terhadap suatu hal atau seorang kandidat. Seperti
yang dikemukakan oleh Imawan bahwa kampanye merupakan upaya
persuasif untuk mengajak orang lain yang belum sepaham atau belum yakin
pada ide-ide yang kita tawarkan, agar mereka bersedia bergabung dan
mendukungnya.
Selain menggunakan media sebagai alat komunikasi tertulis kepada
masyarakat, tim pemenangan incumbent juga menyampaikan programprogram kerjanya melalui pesan-pesan politik dalam bentuk kampanye
seperti yang dikemukakan oleh incumbent sebagai berikut:
“kami menyelenggarakan kampanye dalam dua bentuk yakni
kampanye dialogis yang mana kami menyiapkan juru kampanye
untuk berdialog dengan masyarakat, dan kampanye terbuka yang
mana masyarakat mendengarkan langsung pidato dari kami
selaku calon kepala daerah. Kedua bentuk kampanye ini
tujuannya untuk meyakinkan masyarakat akan cita-cita politik
yang kami bawa serta keberhasilan-keberhasilan yang telah kami
lakukan saat menjabat di periode pertama.”26
Seperti pada konsep sebelumnya bahwa incumbent dalam bersaing
pada pemilihan kepala daerah membutuhkan modal sosial yang diperoleh
semasa menjabat sebelumnya. Modal sosial ini berkaitan dengan sejauh
mana incumbent membangun interaksi antara dirinya dan masyarakat
sebagai calon pemilih. Interaksi yang tercipta merupakan sebuah bentuk
komunikasi yang positif yang berkaitan dengan program-program politik
incumbent sewaktu menjabat sebelumnya. Program-program inilah yang
membantu membentuk citra positif incumbent di mata masyarakat guna
mendapat kepercayaan dalam bentuk dukungan suara pada saat proses
pemilihan berlangsung.
Dengan demikian bahwa salah satu sasaran dari kampanye politik
adalah memelihara dan menyegarkan kembali loyalitas para “pengikut setia”
incumbent agar tetap memilih sesuai dengan kesetiaan itu. Penyegaran dan
pemeliharaan inilah yang diwujudkan dalam dua bentuk yakni kampanye
dialogis yang bertujuan membangun interaksi yang lebih dekat dengan
masyarakat sehingga terjalin komunikasi yang positif. Selain itu kampanye
juga dinyatakan dalam bentuk pidato yang memaparkan realisasi dari kinerja
26
Hasil wawancara dengan incumbent, Sutoardjo Pondiu, 5 April 2011
lxxi
incumbent pada masa jabatan selanjutnya serta program-program yang akan
kembali dilaksanakan guna kesejahteraan masyarakat.
Realisasi kinerja yang dimaksud adalah dalam bidang pembangunan
sarana dan prasarana. Dimana sebagai wilayah pemekaran, Kabupaten
Konawe Selatan membutuhkan banyak penataan dalam segala aspek. Inilah
yang
dilakukan
incumbent
saat
menjabat
pada
periode
pertama,
pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, pemerintahan, maupun sarana
penunjang aktivitas masyarakat seperti jalanan umum dan pasar tradisional.
Berikut hasil petikan wawancara dengan salah seorang masyarakat
yang memiliki hak pilih dalam pemilukada di Kabupaten Konawe Selatan:
“saya sebagai masyarakat sangat mendukung pencalonan
kembali Imran karena dianggap berhasil melaksanakan
kinerjanya sebagai bupati pada periode lalu seperti dalam bidang
pembangunan fisik di daerah Konawe Selatan maupun dalam
bidang pendidikan. Sedangkan respon masyarakat terhadap
usaha tim pemenangan imran sangat positif khususnya di wilayah
saya terbukti masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses
kampanye yang dilakukan oleh tim pemenangan ImranSutoardjo.”27
Dapat dipahami bahwa sebagai salah satu calon dalam pemilihan
kepala daerah, incumbent harus memiliki kedekatan dengan masyarakat
yang akan dipimpinnya. Kedekatan ini dapat dibangun melalui realisasi
program-program kerjanya saat menjabat sebelumnya. Ini dikarenakan
incumbent dapat menjadi sebuah jabatan strategis ketika berkeinginan untuk
kembali bertarung dalam kompetisi pemilihan kepala daerah yakni saat
menjabat pada periode sebelumnya, mereka memanfaatkan jaringan
27
Hasil wawancara dengan salah seorang warga Konawe Selatan, Bahtiar, S.Pd, 5 April 2011
birokrasi dan infrastruktur dalam memikat masyarakat agar saat kembali
mencalonkan diri dapat terpilih.
Kedekatan inilah yang menjadi keyakinan bagi incumbent sehingga
melakukan komunikasi secara langsung kepada masyarakat sebagai calon
pemilih karena pemilukada merupakan satu bentuk kompetisi politik.
Kompetisi yang mengharuskan incumbent sebagai salah satu kompetitor
untuk menggalang dukungan suara, baik golongan pemilih yang sudah ada
maupun membentuk golongan pemilih baru.
Keikutsertaan masyarakat dalam proses kampanye menunjukkan
kesadaran politik mereka sudah mulai tumbuh karena sebagai masyarakat
terutama yang memiliki hak memilih, menjadi objek utama bagi kompetitor
dalam sebuah pemilihan umum karena dapat menjadi sebuah kesempatan
untuk lebih mendekatkan diri kepada masyarakat dan meyakinkan mereka
untuk kembali memilih incumbent dalam proses pemilihan.
Berikut adalah petikan wawancara dengan incumbent :
“kami mencalonkan diri karena yakin akan terpilih kembali,
melihat fakta bahwa jarang incumbent yang kalah dalam
pertarungan pemilihan umum. karena incumbent memiliki
kesempatan
dalam
membangun
kedekatan
dengan
28
masyarakat”
Memperkuat konsep sebelumnya yakni salah satu modal yang dimiliki
oleh incumbent adalah modal sosial maka dalam pemilihan kepala daerah di
Kabupaten Konawe Selatan, incumbent sebagai salah satu kompetitor
memiliki modal ini. Saat menjabat sebelumnya mereka merealisasikan
kebijakan-kebijakan politik yang dianggap bermanfaat bagi masyarakat. Hal
28
Wawancara dengan incumbent, Sutoardjo Pondiu, 5 April 2011
lxxiii
ini dilakukan untuk mempersiapkan dukungan suara saat pemilihan kepala
daerah untuk kedua kalinya agar pemilih yang sebelumnya memberikan
dukungannya maupun yang tidak mendukung, agar menggunakan hak
pilihnya untuk memilih incumbent.
Strategi ini sejalan dengan salah satu konsep strategi politik yang telah
dipaparkan sebelumnya yakni strategi ofensif, dimana partai politik berusaha
untuk meningkatkan jumlah pemilihnya yang salah satunya melalui
kampanye pemilu. Kampanye ini bertujuan untuk membentuk pandangan
positif dari masyarakat terhadap calon kepala daerah sehingga mampu
memperluas dukungan terhadap incumbent di samping dukungan yang telah
ada.
Strategi politik seperti yang dikatakan sebelumnya, membutuhkan
perencanaan yang matang agar kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi
dapat dihindari. Hal ini dimaksudkan agar perbedaan antara incumbent dan
pasangan calon yang lain dapat terlihat jelas sehingga output penting dari
sebuah strategi kampanye politik dapat diperoleh.
BAB VI
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menguraikan beberapa hal yakni yang
pertama adalah kesimpulan yang berisi pembahasan singkat mengenai
strategi koalisi partai politik dan strategi kampanye politik yang digunakan
incumbent. Kedua adalah saran berupa ide yang menjadi tawaran penulis
dalam
menghadapi
masalah
yang
kemudian
terjadi
dalam
proses
pemilukada. Hal ini tentunya terkait dengan apa yang telah menjadi hasil
penelitian penulis.
A. Kesimpulan
Sesuai dengan rumusan masalah yang diangkat maka ada beberapa
yang hal yang dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1. Koalisi partai politik yang dibentuk oleh incumbent memberi
pengaruh bagi hasil pemilukada karena incumbent memilih
pasangan koalisi yang memiliki basis massa dalam jumlah besar.
Hal ini menjadi sebuah keuntungan yakni massa yang dimiliki oleh
pasangan koalisi diarahkan untuk memberikan dukungan dan
memasarkan keunggulan yang dimiliki oleh incumbent agar
memudahkan tim pemenangan incumbent dalam meraup suara
dari para pemilih.
2. Kampanye politik yang merupakan satu bentuk dari pemasaran
politik merupakan sebuah strategi yang membawa dampak positif
bagi incumbent yakni keberhasilan yang dilakukan oleh incumbent
lxxv
saat menjabat pada periode pertama yang menunjang aktivitas
masyarakat baik itu pembangunan sarana dan prasara dapat
menjadi “jualan” yang menguntungkan bagi incumbent.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
strategi politik yang digunakan oleh incumbent membawa dampak positif
terhadap cita-cita politiknya. Guna merealisasikan tujuan-tujuan semasa
kampanye, maka dibutuhkan strategi politik yang tidak hanya membawa
keuntungan bagi incumbent. Saran yang dapat diberikan penulis untuk
menangani masalah ini adalah:
1. Perlu adanya pengawasan dari lembaga pemerintah lainnya serta
dari masyarakat akan program-program yang direncanakan oleh
incumbent jika terpilih.
2. Bagi incumbent kiranya dapat melaksanakan seluruh programprogramnya semasa kampanye dulu serta hal-hal yang dapat
membawa kesejahteraan masayarakat di Kabupaten Konawe
Selatan.
3. Bagi masyarakat kiranya dapat memperoleh pembelajaran politik
dari seluruh aktivitas pemilukada, baik itu semasa kampanye
maupun proses pemilihan, agar pemilukada selanjutnya dapat
terlaksana
dengan
lebih
baik
lagi
sehingga
menghasilkan
pemimpin yang mampu mengayomi masyarakat di Kabupaten
Konawe Selatan.
lxxvii
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar, Prof, Dr. 2011. Komunikasi Politik. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Budiardjo, Miriam, Prof, 1989. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT
Gramedia.
Cangara, Hafied, Prof, Dr, M.Sc. 2009. Komunikasi Politik. Jakarta : Rajawali
Pers.
Firmanzah, 2007. Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta
: Yayasan Obor Indonesia.
Huntington, Samuel P., 2004. Tertib Politik pada Masyarakat yang Sedang
Berubah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Irawan, Prasetya, 2006. Penelitian Kwalitatif dan Kwantitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta : DIA FISIP UI.
Lijphard, Arend, 1995. Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensial.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Marijan, Kacung, 2006. Demokratisasi di Daerah (Pelajaran dari Pilkada
Secara Langsung). Surabaya : Pustaka Eureka.
Moleong, Lexy J, 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Pito, Toni Andrianus, Efriza, Kemal Fasyah, 2006. Mengenal Teori-Teori
Politik dari Sistem Politik sampai Korupsi. Bandung : Penerbit Nuansa.
Sahdan, Gregorius, 2008. Politik Pilkada : Tantangan Merawat Demokrasi.
Yogyakarta : The Indonesian Power for Democracy.
Sastroatmodjo, Sudijono, 1995. Perilaku Politik. Semarang : IKIP Semarang
Press.
Schroder, Peter, 2004. Strategi Politik. Jakarta : Friedrich Naumann Stiftung.
Sugiyono, Prof. Dr, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV
Alfabeta.
Varma, SP, 2001. Teori Politik Modern. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sumber Internet
http://www.kendaripos.com
http://jaringansuaraindonesia.co.id
http://www.wikipedia.com
http://www.radarbuton.com
lxxix
Download