STRATEGI POLITIK INCUMBENT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG DI KABUPATEN KONAWE SELATANTAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Politik pada Jurusan Ilmu Politik Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Oleh : VERAYANTI SUMULE E111 06 026 ILMU POLITIK JURUSAN POLITIK PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012 i HALAMAN PENGESAHAN STRATEGI POLITIK INCUMBENT DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DI KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2010 Nama : VERAYANTI SUMULE Nomor Pokok : E 111 06 026 Jurusan : Politik Pemerintahan Program Studi : Ilmu Politik Skripsi ini dibuat Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik pada Program Studi Ilmu Politik, Jurusan Politik-Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar, 08 Agustus 2012 Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Muhammad Saad, MA Dr. Gustiana A. Kambo, M.Si NIP. 19550128 198502 1 001 NIP. 19730813 199803 2 001 Mengetahui : Ketua Jurusan Ilmu Politik – Pemerintahan Ketua Program Studi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Dr. H. A. Gau Kadir, MA Dr. Gustiana A. kambo, M.Si NIP. 19501017 198003 1 002 NIP. 19730813 199803 2 001 HALAMAN PENERIMAAN STRATEGI POLITIK INCUMBENT DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DI KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2010 Nama : VERAYANTI SUMULE Nomor Pokok : E 111 06 026 Jurusan : Politik Pemerintahan Program Studi : Ilmu Politik Telah diterima dan disetujui oleh Panitia Ujian Sarjana Ilmu Politik pada Program Studi Ilmu Politik Jurusan Politik Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar, 13 Agustus2012 Panitia Ujian Sarjana : Dr. Muhammad Saad, MA (………………………...) Sekretaris: Sakinah Nadir, S.Ip, M.Si (………………………...) Anggota :Dr. Gustiana A. Kambo, M.Si (………………………...) Prof. Dr. Kausar Bailusy, M.A. (………………………...) Ketua A. Ali Armunanto, S.Ip, M.Si (………………………...) iii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan kasih-Nya sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini. Semoga kasih-Nya itu senantiasa menyertai langkah kehidupan kita. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Demokrasi langsung yang dianut di Indonesia dewasa ini berdampak pada maraknya terjadi rangkap jabatan politik yang dilakukan oleh kepala daerah. Melihat fenomena ini, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Strategi Politik Incumbent dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2010”. Skripsi ini merupakan persembahan sederhana dari penulis untuk kedua orang tua penulis yang terkasih. Bapak Andarias Sumule, SE dan Ibu Norpa Daud Panggalo, terima kasih atas kasih sayang, kepercayaan, kesabaran dan dukungan yang tiada hentinya. Do’a yang kalian panjatkan senantiasa memberi kekuatan bagi penulis, semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan kasih-Nya kepada bapak dan ibu serta memberikan penulis kesempatan untuk membahagiakan dan membalas segenap cinta kasihmu. Untuk adikku terkasih Tyan, terima kasih atas dukungannya, rasa rindumumemberikusemangat,don’t stop to be a student. Segenap keluarga besarku di Kendari, Kakek&Nenek, Para Tante& Para Om, Para Sepupu,terima kasih atas semua bantuan dan dukungan serta doa yang selama ini diberikan, Keluarga di Makassar, Oma&Opabesertaanak&cucu, terimakasihsudahmenjadi orang tuakuselama di Makassar, jugabuatnasehatnasehatnya, sesuatu yang tidakakanpenulisdapatkanjikaberada di tempat lain. Taklupabuatsobatku di Kendari yang selalumendukungkudarijauh, Nova, we have a big dream so let’s make it happen. Last but not Least, buat“sesuatu” yang cocokuntukmenyebutmu, bantuan, sampaisaatinibelumpenulisdapatkannama terimakasihbuatsetiapdukungan, danhal yang semangat, lain yang begitubanyaksudahkaulakukanuntukkusehinggatidakdapatdisebutkansatuper satu, semogajalaninisampaipadatujuannya, jugakeluargamu yang memberikubanyaknasehat, I have a new family yang menganggapkubukan orang baru, thank you so much for it. Skripsi ini tidak akan dapat penulis rampungkan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Sadar akan hal ini maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Bapak Dr. Muhammad Saad, MA selaku pembimbing I dan Penasehat Akademik selama penulis menjalani aktivitas perkuliahan, terima kasih atas waktu, arahan dan perhatian yang selama ini telah diberikan. 2. Ibu Dr. Gustiana A. Kambo, M.Si selaku pembimbing II dan Ketua Program Studi Ilmu Politik, terima kasih atas arahan, v bimbingan, perhatian, bantuan dan motivasi yang penuh ketulusan dan keikhlasan yang senantiasa diberikan. Sosok bersahajanya sangat penulis hargai.Terimakasihbusudahmenjaditemanterbaikkudipenghujun gperjuanganku. Semogapertemananinisenantiasaterjalin. 3. Seluruh dosen pengajar baik di lingkungan Program Studi Ilmu Politik maupun di lingkungan FISIP UNHAS yang telah membagi pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. 4. Staf pegawai di Jurusan Politik pemerintahan (Bu’ Hasnah, Bu’ Irma, Bu’ Nanna) dan FISIP UNHAS (K’Ija, Bu’ Aisyah, Bu’ Ida, Pak Mur) yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis. 5. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik Fisip Unhas (HIMAPOL FISIP UNHAS) terutama saudara-saudaraku IDEOLOGI 2006,PMKO FISIP UNHAS terima kasih sudah menjadi tempat untuk mendewasakan imanku.My Best Friend “Lumuters”, ternyatasahabatitubukanhanyaadadisaatkitamembutuhkan, namunsaattidakdibutuhkan pun diatetapada. Keluarga besar KKN Gelombang 77 UNHAS tahun 2010 Kec. Camba terkhusus bagi posko Desa Cenrana dan juga segenap warga Desa Cenrana I have many wonderful moment with you’re all. 6. Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Konawe Selatan (Drs. H. Imran, M.Si dan Drs. Sutoardjo Pondiu, M.Si)serta staf Kantor Bupati Kabupaten Konawe Selatan, Ketua KPUD Konawe Selatan dan Ketua Pokja KPUD Konawe Selatan, Kepala BPS Kabupaten Konawe Selatan, Kepala Kesbang Kabupaten Konawe Selatan. Terima kasih atas bantuan yang diberikan. Serta semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga Tuhan Sang PemilikKehidupanini membalas semua kebaikan Bapak/Ibu/Saudara (i). Semoga segala yang telah dilakukan bernilai ibadah di sisiNya. Amin Salam Kasih, Makassar, 13 Agustus 2012 Verayanti Sumule vii ABSTRAKSI Verayanti Sumule, Nomor Pokok E 111 06 026, dengan judul “Strategi Politik Incumbent dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010” : di bawah bimbingan Dr. Muhammad Saad, MA sebagai pembimbing I dan Dr. Gustiana A. Kambo, M.Si sebagai pembimbing II. UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang memberikan kesempatan kepada partai politik untuk menentukan pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam pemilihan umum kepala daerah, telah memberikan peluang yang lebih besar kepada kepala daerah untuk melakukan rangkap jabatan politik. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis memfokuskan penelitian tentang: strategi politik incumbent dalam pemilihan kepala daerah langsung di Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai bentuk strategi politik yang dijalankan oleh incumbent dalam pemilihan kepala daerah langsung di Kabupaten Konawe Selatan. Ada duakonsepteoriyang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsepstrategi defensive dankonsepstrategiofensif. Penelitian ini didasarkan pada penelitian kualitatif, dengan tipe penelitian deskriptif analisis. Data primer dikumpulkan melalui wawancara yang dilakukan dengan informan. Data sekunder dikumpulkan melalui literaturliteratur dan artikel yang relevan dengan penelitian ini.Penelitianinidilakukan di KabupatenKonawe Selatan yang merupakan salah satu daerah pemekaran di Propinsi Sulawesi Tenggara. Ketika menjadi daerah pemekaran menjadi Kabupaten Konawe Selatan, tentu akan dipimpin oleh seorang Bupati. Pemilihan kepala daerah yakni Bupati ini merupakan satu contoh dari berjalannya sistem desentralisasi, dimana daerah telah memiliki otonomi untuk mengatur daerahnya sendiri. Selain itu, mempercepat berjalannya good governance karena rakyat terlibat langsung dalam memilih kepala daerahnya.Namun, the regional election yang telah berlangsung hingga saat ini masih belum sepenuhnya sesuai harapan. Pilkada masih semata-mata hanya sebagai sarana untuk memperoleh kekuasaan, karenanya warna dominan dari pilkada adalah praktek money politics dan pelanggaran etika politik lainnya yang dilakukan oleh para kandidat. Setidaknya ada empat fenomena yang cenderung negatif dari pelaksanaan pilkada yakni angka golput tinggi, incumbent/birokrat cenderung menang pilkada, konflik, dan koalisi partai.Untuk itu, pada pilkada Konawe Selatan ini kita akan menganalisis strategi calon incumbent yang akan kembali maju pada pemilihan bupati Konawe Selatan bulan Mei tahun 2010 yakni H. Imran, M.Si yang merupakan elit politik dari Partai Demokrat. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii HALAMAN PENERIMAAN …………………………………………………. iii KATA PENGANTAR ................................................................................ iv ABSTRAKSI ............................................................................................. viii DAFTAR ISI .............................................................................................. vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ……………………………………………………... 1 B. Rumusan masalah …………………………………....................... 8 C. Tujuan penelitian ….………………………………………………… 8 D. Kegunaan penelitian ………………………………....................... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Strategi Politik ..........................................………………. 10 B. Konsep Incumbent ..................…………………………………….. 17 C. Pemilihan Umum Kepala Daerah ……………………................... 20 D. Kerangka pemikiran ……………………………..…….................. 24 E. Skema kerangka pemikiran ………………………….................... 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Unit Analisis …………………………………………………….......... 29 B. Tipe Penelitian ……………………...….……………….................. 29 C. Jenis Data Penelitian ………………………………………..….…… 30 D. Teknik Pengumpulan Data ………………………….……………… 31 E. Teknik Analisis Data ………………………………….…………...... 33 ix BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Konawe Selatan ………………….. 36 B. Kondisi Politik dan Pemerintahan Kabupaten Konawe Selatan ...... 39 C. Data Jumlah Daftar Pemilih Tetap ………………..………………... 41 D. Gambaran Umum Objek Penelitian ……………...…………….…... 42 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Koalisi Partai Politik ………………………………………… 49 B. Strategi Kampanye Politik ....................................................……… 55 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 63 B. Saran ……………………………………………..………………….. 64 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 66 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pemerintahan dan politik di tingkat lokal mengalami pergeseran, bahkan perubahan yang luar biasa sejak Juni 2005. Kepala daerah yang sebelumnya dipilih secara tidak langsung oleh anggota parlemen daerah, dipilih secara langsung oleh rakyat melalui proses pemilukada sejak 1 Juni 2006. Pemilihan umum kepala daerah atau yang biasa disebut dengan Pemilukada ini, merupakan salah satu wujud dari sistem demokrasi yang dianut oleh Negara Indonesia. Dalam proses ini diadakan pemilihan umum kepala daerah secara langsung oleh rakyat, yang mana sebelumnya hanya menjadi penonton tetapi berubah menjadi pelaku dan penentu. Perubahan yang signifikan ini tentu membawa dampak yang luar biasa, baik di tingkat elit partai dan para pemilih itu sendiri yakni rakyat. Elit politik yang kemudian akan menjadi bagian dalam sebuah proses pemilihan umum, akan bersaing untuk memperoleh kedudukan sebagai seorang pemimpin khususnya dalam sebuah daerah. Mereka akan berkompetisi untuk memperoleh dukungan atau suara terbanyak dari rakyat sehingga dalam perebutan kekuasaan ini, para aktor atau elit politik tersebut menggunakan berbagai macam cara atau strategi. Begitupun dengan rakyat sebagai kelompok orang yang akan dipimpin, tentu memiliki peran penting xi dalam sebuah pemilihan umum, sehingga terjadi interaksi antar kedua unsur penting ini agar sistem demokrasi yang dianut dapat benar-benar terwujud dalam sebuah pemilihan umum kepala daerah dan dimaksudkan untuk meminimalisasi terjadinya pembajakan otoritas dari rakyat oleh para wakil di lembaga-lembaga perwakilan. Hal ini terjadi karena di dalam pemilihan umum secara langsung, rakyat dapat menentukan pemimpin-pemimpin yang mereka kehendaki secara lebih otonom. Meskipun dalam menetapkan pilihannya, rakyat tidak sepenuhnya otonom. Hal-hal lain seperti ideologi, keyakinan, dan agama, kelas, kelompok dan relasi-relasi lain, dapat berperan untuk memberikan pengaruh terhadap pilihan rakyat. Tetapi adanya prosedur bahwa dapat menentukan pilihannya di bilik-bilik pemungutan suara secara jujur dan adil, akan lebih memungkinkan para pemilih lebih otonom. Selain itu, pemilihan umum secara langsung juga dimaksudkan agar para pemimpin yang terpilih itu memiliki akuntabilitas yang lebih besar kepada rakyat yang memilihnya. Para pemimipin itu, paling tidak, akan mengingat bahwa yang mendudukkan diri mereka sebagai pemimpin itu bukanlah sekelompok kecil orang, melainkan para pemilih. Konsekuensinya, secara teoritis, pemilihan secara langsung akan menjaring pemimpinpemimpin yang memiliki program lebih baik, serta akan berusaha mengimplementasikan program-program itu ketika benar-benar terpilih. Jika tidak maka sulit bagi pemimpin tersebut untuk dapat kembali memperoleh kekuasaan jika mengikuti lagi kompetisi dalam pemilihan umum di daerah. Seperti halnya di Kabupaten Konawe Selatan, sebagai salah satu daerah atau wilayah pemekaran dari Kabupaten Konawe di Propinsi Sulawesi Tenggara, tentu menyelenggarakan pemilihan umum kepala daerah sebagai wujud demokrasi di tingkat daerah dan berada dalam satu gerbong dengan UU tentang Pemerintahan Daerah, baik secara administratif maupun politik, yaitu di dalam UU No. 32 tahun 2004. Sehingga dalam pemilukada ini, masyarakat di Konawe Selatan memilih Bupati dan Wakil Bupati untuk periode 2010-2015. Terdapat empat pasangan calon bersaing untuk mendapatkan kedudukan sebagai pemimpin di Kabupaten Konawe Selatan. Pasangan calon ini tentunya memiliki visi dan misi yang berbeda guna kemajuan masyarakat di Konawe Selatan. Untuk itu, para calon ini mempersiapkan cara atau strategi politiknya untuk meraup dukungan sebanyak-banyaknya dari masyarakat. Di antara para pasangan calon yang bersaing dalam pemilukada di Konawe Selatan tahun 2010, terdapat satu incumbent, yakni H. Imran, M.Si yang telah menjabat menjadi Bupati Konawe Selatan pada periode sebelumnya dan kembali bersaing dengan tiga pasangan calon lainnya agar dapat terpilih kembali untuk periode 2010-2015. Selama menjabat sebagai bupati pertama di Konawe Selatan, Imran telah memperlihatkan kinerjanya sehingga hal ini dapat menjadi sebuah modal baginya untuk kembali bersaing dalam pemilukada di Konawe Selatan tahun 2010. xiii Untuk itu, dalam pemilukada kali ini Imran menempatkan strategi yang dapat membuatnya kembali memenangkan posisi sebagai Bupati Konawe Selatan, antara lain kampanye politik dan koalisi partai. Kedua strategi ini diharapkan mampu mewujudkan cita-cita politik incumbent, karena itu harus ada pemilihan kampanye politik dan koalisi partai yang tepat sebagai bentuk strategi untuk memenangkan pemilukada bupati di Konawe Selatan. Strategi kampanye politik yang digunakan harus benar-benar sesuai dengan target yang ingin dicapai. Melalui kampanye politik, incumbent melakukan pemasaran program agar membuat rakyat memilih dirinya sebagai pemimpin di daerah. Dalam pemasaran program ini terdapat tahapan-tahapan yang disusun terlebih dahulu melalui tim sukses yang dibentuk oleh incumbent. Hal ini dimaksudkan agar sasaran dan tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana. Selain itu, strategi yang digunakan oleh incumbent adalah melalui kendaraan politiknya yakni partai politik. Imran saat ini tercatat sebagai ketua DPD Partai Demokrat Sulawesi Tenggara, yang kita ketahui bahwa jumlah suara partai ini meningkat pada pemilu tahun 2009. Selain itu, partai lain yang menjadi kendaraan politik Imran adalah PAN yang diketahui juga berhasil memenangkan pemilukada untuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi Sulawesi Tenggara. Kedua partai ini kemudian tergabung dalam sebuah koalisi terkait keiukutsertaan incumbent dalam pemilukada bupati Konawe Selatan. Koalisi ini dianggap tepat mengingat perolehan suara kedua partai ini unggul dalam beberapa pemilukada di Propinsi Sulawesi Tenggara. Secara kualitatif, Imran memang memiliki kans yang lebih besar dibanding calon lainnya karena ia sudah tentu popular dibanding pasangan calon lainnya. Imran juga memiliki investasi sosial politik yang cukup besar yang diperlihatkannya selama ia menjabat sebagai Bupati Konawe Selatan periode sebelumnya. Hal-hal inilah yang menjadi faktor pendukung kemenangan Imran untuk kembali menjabat sebagai Bupati Konawe Selatan. Namun kemenangan Imran tidak begitu saja diterima oleh ketiga pasangan calon Bupati yang lainnya. Mereka menganggap incumbent ini menggunakan cara-cara yang menyimpang dari aturan, dimana incumbent menggunakan kekuasaannya sebagai Bupati Konawe Selatan untuk melakukan pendekatan-pendekatan secara tidak benar, seperti melakukan pemecatan kepada tujuh kepala Desa di Kecamatan Mowila. Hal ini mengundang reaksi dari para kepala desa yang dipecat karena mereka merasa selama menjabat tidak melakukan kesalahan dan menuding bahwa pemecatan ini dilakukan secara sepihak. Dan disinggung mengenai pencalonan incumbent, mereka mengaku memang tidak mendukung incumbent tersebut untuk kembali maju dalam pemilihan Bupati Konawe Selatan untuk periode berikutnya. Namun, hal tersebut tidak menghambat langkah incumbent untuk tetap maju dalam pemilihan dan hasilnya incumbent kembali memperoleh xv kemenangan dengan perolehan suara sebesar 43,56%. Tetapi hal ini tidak begitu saja diterima oleh masyarakat, sehingga mereka menggugat hasil pemilukada yang dikeluarkan melalui rapat pleno KPU Konawe Selatan pada 17-18 Mei 2010.1 Gugatan ini disertai bukti-bukti pelanggaran strategi politik yang dilakukan oleh incumbent tesebut, sehingga pemilukada ini diulang pelaksanannya dan menetapkan kembali H. Imran, M.Si sebagai peraih suara terbanyak sebesar 52,15%. Ini merupakan kemenangan kedua kalinya bagi Imran sehingga menarik untuk diteliti mengenai strategi yang digunakan dalam pemilukada ini. Selain itu, perolehan suara yang diperoleh oleh incumbent mengalami peningkatan sekitar 9% dan membuat catatan baru yakni memperoleh suara terbanyak atau kemenangan di semua kecamatan yang ada di Konawe Selatan. Hal ini dikarenakan strategi politik yang digunakan oleh pasangan incumbent ini, yang mana mayoritas masyarakat Konawe Selatan secara kompetensi, puas dengan kinerja Imran-Sutoardjo dalam memimpin Konawe Selatan pada periode pertama. Kemudian secara personality, figur Imran lebih dikenal dibanding para calon lainnya. Untuk kembali memperoleh kekuasaan semula, tidaklah mudah karena banyak hal yang harus dilakukan untuk dapat mempertahankan dan memperoleh dukungan yang pernah didapatkan. Kepercayaan yang diberikan rakyat di Konawe Selatan pada pemilihan sebelumnya membutuhkan pembuktian sebagai perwujudan janji semasa kampanye 1 www.kendaripos.com dulu. Hal ini dimaksudkan agar dukungan dari masyarakat tetap ada agar kekuasaan yang akan kembali diperebutkan dapat diperoleh. Hal ini yang kemudian yang menjadi tantangan bagi seorang incumbent. Mempertahankan dukungan dan kepercayaan dari masyarakat tidaklah mudah karena membutuhkan cara-cara yang tepat untuk dapat mengkomunikasikan program-program kerja yang disusun demi kemajuan hidup masyarakat. Incumbent membutuhkan strategi yang tepat agar dapat memenangkan pemilihan, selain itu strategi politik yang digunakan harus mampu menampilkan perbedaan yang positif bagi incumbent agar kualitas dari incumbent itu sendiri dapat terlihat jelas dibandingkan pesaingpesaingnya. Incumbent harus dapat menampilkan suatu hal yang dapat menjadi keuntungan-keuntungan bagi masyarakat. B. RUMUSAN MASALAH Dari pemaparan di atas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yakni sebagai berikut : 1. Bagaimana strategi pemanfaatan koalisi partai politik memberikan pengaruh terhadap kemenangan incumbent dalam pemilukada di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010? xvii 2. Bagaimana strategi kampanye politik dapat membuat incumbent memperoleh kemenangan dalam pemilukada di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010? C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mendeskripsikan strategi politik yang digunakan incumbent dalam pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati Konawe Selatan periode 2010-2015. 2. Untuk menjelaskan bagaimana strategi politik memberi pengaruh terhadap kemenangan incumbent dalam pemilukada di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010. D. KEGUNAAN PENELITIAN 1. Manfaat akademik a. Sebagai tambahan literatur atau bahan kajian dalam studi ilmu politik. b. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi peneliti-peneliti yang ingin mengetahui strategi politik incumbent dalam pemilukada Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010. 2. Manfaat praktis a. Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam memilih dan menentukan kepala daerah guna terciptanya interaksi politik yang memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat selanjutnya. b. Memberikan pendidikan politik kepada masyarakat sehingga kehidupan berpolitik masyarakat lebih baik kedepannya, terutama dalam membentuk sikap dan tingkah laku politik mereka. c. Sebagai masukan bagi para kompetitor pemilukada di Kabupaten Konawe Selatan pada periode berikutnya agar menjalankan amanah konstitusi dan menjunjung nilai-nilai demokrasi serta merealisasikan visi misi yang disosialisaikan kepada masyarakat agar terciptanya sebuah keseimbangan sistem politik yang baik di Konawe Selatan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini akan membahas tentang konsep-konsep yang sesuai dengan topik, judul, fokus penelitian. Dari konsep inilah yang akan menjadi kerangka berfikir dari perumusan pelaksanaan studi, kajian, dan penelitian yang akan di bahas. xix A. KONSEP STRATEGI POLITIK Strategi berasal dari bahasa Yunani klasik, yaitu “stratos” yang artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Dengan demikian, strategi dimaksudkan adalah memimpin tentara. Lalu muncul kata strategos yang artinya pemimpin tentara pada tingkat atas. Jadi, strategi adalah konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni perang para jenderal, atau suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan. Seperti yang dikemukakan oleh Karl Von Clausewitz yang merumuskan strategi sebagai suatu seni yang menggunakan sarana pertempuran untuk mencapai tujuan perang, sementara Martin – Anderson merumuskan strategi sebagai seni yang melibatkan kemampuan inteligensi/pikiran untuk membawa semua sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan dengan memperoleh keuntungan yang maksimal dan efisien.2 Strategi kemudian dikembangkan oleh para praktisi yang menghasilkan gagasan dan konsepsi yang didasari oleh keilmuwan masingmasing. Seperti halnya para praktisi ilmu politik mencoba mendefinisikan strategi di dalam pertempuran politik. Strategi politik seperti pada semua pertempuran-pertempuran yang kompleks, setiap orang berlaku sesuai dengan rencana yang dipahami lebih dahulu, kurang lebih rencana yang sudah terolah dimana setiap orang membuat antisipasi bukan saja dalam 2 Prof. Dr. Hafied Cangara, M.Sc, 2009, Komunikasi Politik, Jakarta: Rajawali Pers, hlm 292 serangan-serangannya, akan tetapi juga tentang jawaban-jawaban lawannya dan alat-alat untuk menyelesaikannya. Rencana perjuangan ini merupakan strategi; unsur-unsur yang berbeda yang ada di dalamnya, tindakan melawan musuh dan jawaban terhadap reaksinya merupakan taktik. Strategi politik itu sendiri memiliki tujuan yakni untuk mewujudkan segala rencana yang telah disusun. Ini kemudian menjadi satu fokus utama dalam sebuah pemilihan yakni perolehan suara terbanyak sebagai bentuk kemenangan untuk memperoleh kekuasaan. Kekuasaan inilah yang menjadi tujuan dari sebuah strategi karena merupakan kemenangan politik yang dapat digunakan dalam sebuah sistem politik. Strategi politik itu sendiri adalah sebuah cara yang telah dipahami dan disusun terlebih dahulu untuk merealisasikan cita-cita politik yang digunakan untuk perubahan jangka panjang. Misalnya strategi politik yang digunakan oleh tim sukses incumbent dalam menghadapi pemilukada Konawe Selatan, dimana hasil yang diperoleh kemudian akan menentukan bagaimana kinerja pemerintahan di daerah tersebut berlangsung untuk lima tahun ke depan. Perencanaan strategi politik merupakan suatu analisa yang jelas dari keadaan kekuasaan, gambaran yang jelas mengenai tujuan akhir yang akan dicapai dan pemusatan segala kekuatan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. xxi Dalam pendeskripsian strategi politik, maka penulis merasa perlu untuk membatasi pada strategi politik yang digunakan untuk pemenangan pemilukada dalam hal ini yakni strategi ofensif dan strategi defensif. Hal ini mengingat bahwa pemaknaan terhadap strategi politik tidak hanya pada pemenangan pemilukada saja tetapi juga tentang sebuah perencanaan untuk kinerja sistem dalam struktur politik yang akan terbentuk. Kedua strategi inilah yang akan digunakan sebagai unit analisa dalam hal pemilihan strategi politik. a. Strategi Ofensif Strategi ini dibutuhkan apabila partai politik ingin meningkatkan jumlah pemilihnya, harus ada pandangan positif terhadap hal tersebut sehingga cara yang dapat digunakan adalah melalui kampanye politik. Strategi kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan.3 Setiap kampanye politik adalah suatu usaha hubungan masyarakat. Tugasnya adalah membujuk sejumlah pemberi suara yang sudah terdaftar untuk mendukung calon. Kampanye yang berorientasi pada hubungan masyarakat, berusaha merangsang perhatian orang kepada sang calon. Ia mencoba meningkatkan identifikasi dan citra sang calon di antara kelompok 3 Toni, Efrizah, Kemal, 2006, Mengenal Teori-Teori Politik, Bandung: Penerbit Nuansa, hlm 187 pemberi suara, menyebarluaskan pandangan sang calon tentang berbagai masalah penting, dan mendorong para pemberi suara menuju ke tempat pemilihan untuk memberikan suara kepada sang calon. Pada dasarnya strategi kampanye politik bertujuan untuk membentuk serangkaian makna politis tertentu di dalam pikiran para pemilih. Serangkaian makna politis yang terbentuk dalam pikiran para pemilih tersebut dimaksudkan untuk memilih kontestan tertentu. Makna politis inilah yang menjadi output penting dari strategi kampanye politik. Dalam strategi kampanye politik yang digunakan untuk mempengaruhi pemilih, yang harus dijual atau ditampilkan adalah perbedaan terhadap keadaan yang berlaku saat itu serta keuntungankeuntungan yang dapat diharapkan daripadanya sehingga dapat terbentuk kelompok pemilih baru di samping para pemilih yang telah ada. Oleh karena itu, harus ada penawaran baru atau penawaran yang lebih baik bagi para pemilih yang selama ini memilih partai pesaing. Oleh karena itu, dalam strategi seperti ini perlu dipersiapkan sebuah kampanye pengantar untuk menjelaskan kepada publik tentang penawaran mana saja yang lebih baik, dibandingkan dengan penawaran partai-partai lainnya dan memanfaatkan situasi dan kondisi yang terjadi dalam masyarakat. Misalnya hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat dalam mensejahterakan hidupnya, dapat menjadi kunci untuk merumuskan strategi xxiii ini. Partai politik harus lihai dalam melihat celah yang dapat membawa keuntungan bagi incumbent. Selain itu, terdapat produk baru yang ditawarkan yaitu politik baru atau lebih tepatnya keuntungan yang dihasilkan politik baru tersebut perlu diiklankan atau disebarluaskan kepada masyarakat, misalnya melalui media massa. Produk politik yang dimaksud membutuhkan sesuatu yang baru atau deskripsi baru dari keuntungan yang ditawarkan sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih baik dalam mencapai sebuah target, sebagai contoh dalam pemilihan pertama incumbent memperoleh suara sekitar 43,56%, namun karena terdapat pelanggaran sehingga pemilihan ini diulang dan kembali menghasilkan incumbent sebagai peraih suara terbanyak yaitu sekitar 52,15% atau mengalami peningkatan suara sekitar 9%.4 Hal ini menyangkut adanya produk baru yakni program-program yang ditawarkan oleh incumbent melalui pemasaran program yang dimiliki secara lebih baik dan peningkatan intensitas keselarasan antara program dan individu, seperti halnya memperbesar tekanan terhadap kelompok-kelompok target. b. Strategi Defensif Strategi defensif digunakan apabila partai pemerintah atau sebuah koalisi pemerintahan yang terdiri atas beberapa partai ingin mempertahankan mayoritasnya atau apabila perolehan suara yang dicapai sebelumnya ingin dipertahankan. Strategi ini memanfaatkan koalisi yang 4 Jaringansuaraindonesia.co.id dibangun oleh incumbent sebagai salah satu cara untuk memelihara dukungan suara. Membangun koalisi partai harus memiliki perhitungan yang rasional, misalnya seberapa besar kekuatan yang telah dimiliki oleh partai dan partai apa yang akan diajak berkoalisi, bagaimana ideologi, kekuatan, dan kelemahan partai dalam hal massa, serta apa tantangan dan keuntungan yang dapat diperoleh dengan cara koalisi. Dalam kondisi seperti ini biasanya muncul broker partai yang bisa menghubungkan kepentingan masingmasing partai. Koalisi juga menghadirkan tawar menawar antarpribadi elite politik untuk mendapatkan posisi dalam pemerintahan. Hal inilah yang kemudian menempatkan strategi ini sebagai strategi yang khas untuk mempertahankan mayoritas pemerintah yang kemudian akan membuat partai politik untuk memelihara pemilih tetap mereka dan memperkuat pemahaman para pemilih sebelumnya terhadap situasi yang berlangsung. Terhadap partai oposisi yang menyerang, partai pemerintah akan berusaha mengaburkan perbedaan yang ada dan membuat perbedaan tersebut tidak dapat dikenali lagi. Untuk itu, mereka menggunakan berbagai rincian strategi yang berbeda.5 Pada pemilihan sebelumnya yang hasilnya memberikan kemenangan bagi incumbent, tentunya ada daerah-daerah yang merupakan lumbung suara bagi incumbent yakni daerah-daerah yang memberikan suara 5 Toni, Efrizah, Kemal, 2006, Mengenal Teori-Teori Politik, Bandung: Penerbit Nuansa, hlm 203 xxv terbanyak atau kemenangan mutlak bagi incumbent. Hal ini yang kemudian menjadi salah satu tolak ukur bagi incumbent dalam menggunakan strategi mempertahankan pasar. Artinya para pemilih yang ada di daerah pemenangan tersebut tetap dikontrol oleh incumbent agar dapat memberikan kemenangan yang sama pada incumbent. B. KONSEP INCUMBENT Menurut Kamus Oxford, incumbent bermakna person holding an official position. Dalam konteks politik, Wikipedia mengartikan incumbent sebagai the holder of a political office. Istilah ini, menurut kamus online tersebut, digunakan dalam pemilu untuk membedakan pertarungan antara pemegang jabatan dan bukan pemegang jabatan.6 Dalam konteks pencalonan incumbent dalam sebuah pilkada, tentu membutuhkan beberapa modal yang kemudian dapat menjadi satu kekuatan dalam meraup dukungan atau suara masyarakat. Modal-modal tersebut yakni modal sosial dan modal politik. Modal sosial merupakan modal yang didapatkan oleh incumbent selama menduduki suatu jabatan. Dalam artian, bagaimana selama masa 6 www.wikipedia.com jabatannya dia membangun interaksi yang baik dengan masyarakat, baik itu masalah pembangunan, pendidikan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. Modal sosial ini dikumpulkan guna mendapat kepercayaan dari masyarakat dengan harapan dalam pilkada mendatang incumbent dapat kembali terpilih. Hubungan-hubungan yang diawali pada masa kampanye dengan program-program kerja sebagai komitmen awal, tentu akan menjadi gerbang dalam mengumpulkan modal sosial untuk pilkada selanjutnya. Kedua adalah modal politik, salah satunya yaitu penggunaan kendaraan politik yakni partai politik dalam proses pencalonan. Partai politik dianggap mampu berperan sebagai tempat pengkaderan regenerasi kepemimpinan dalam sebuah sistem politik, yang mana dianggap mampu memberikan pendidikan politik yang dapat menjadi modal bagi para calon kepala daerah. Dalam catatan yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI), dari para incumbent yang ikut dalam pilkada, 60% terpilih kembali. Ini berarti probabilitas dari para incumbent untuk terpilih kembali cukup besar. Incumbent kepala daerah adalah calon yang menduduki jabatan serupa sebelumnya. Selain itu, dalam literature ekonomi politik, posisi incumbent di dalam kontestasi pemilu, termasuk di dalamnya adalah pilkada secara langsung, sangat menguntungkan. Calon yang bermaksud mempertahankan posisinya itu disebut sebagai “opportunitic” atau “office-motivated”. xxvii Melalui posisinya, para incumbent itu akan berusaha membuat kebijakan-kebijakan yang diarahkan untuk memberi kesan kepada para pemilih bahwa nereka menaruh perhatian yang besar kepada rakyat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Anthony Downs, pemerintah akan berusaha memanfaatkan kekuasaan yang dimilikinya, khususnya kekuasaan di dalam mengalokasikan dan mendistribusikan kekuasaan, untuk memperoleh simpati dari para pemilih. Di samping itu dimaksudkan sebagai langkah untuk memenuhi janji-janji yang pernah diucapkan sebelum menjabat, orientasi kebijakan seperti itu dimaksudkan sebagai bukti kepada para pemilih bahwa para incumbent itu memang layak untuk dipilih. Dalam kasus para pemilih telah memiliki informasi yang cukup mengenai apa yang pernah dijanjikan oleh para Kepala Daerah sebelum menjabat kali pertama, berikut apa yang telah dikerjakan selama menjadi Kepala Daerah, prestasi yang telah dilakukan oleh para Kepala Daerah itu akan menjadi catatan tersendiri dari para pemilih. Para pemilih demikian tergolong rasional di dalam menentukan pilihan-pilihannya. Kepala Daerah yang dipandang menjalankan fungsi keterwakilan yang diberikan, berupa mandate dan preferensi-preferensi yang terus berkembang di dalam masyarakat, akan diberikan hadiah yaitu bisa terpilih kembali. Secara politik, kegagalan incumbent terpilih sebagai Kepala Daerah kembali merupakan pertanda bahwa mereka tidak mampu membangun akuntabilitas kepada masyarakat. Kegagalan ini biasanya berkaitan dengan persepsi masyarakat bahwa Kepala Daerah tersebut dipandang memiliki kekurangan-kekurangan di masa kepemimpinannya dan adanya praktekpraktek penyalahgunaan kekuasaan. Implikasinya, kepercayaan masyarakat kepada Kepala Daerah itu berkurang. Realitas demikian berimplikasi pada ketidakmampuan untuk melakukan akumulasi modal sosial. Sementara itu, Jose Maria Maravall menjelaskan keberuntungan para incumbent dalam konteks teori principal-agent dan kepolitikan Machiavellian. Dalam pandangannya, secara teoritis, para incumbent itu bisa terpilih kembali manakala mereka bisa memainkan perannya sebagai agent, yakni berusaha membuat kebijakan-kebijakan sesuai dengan preferensi para pemilih. Relasi seperti ini merupakan salah satu ciri di dalam kehidupan demokrasi.7 C. PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH (PEMILUKADA) Salah satu pilar penting dari demokrasi adalah partisipasi. Jika demokrasi diartikan secara sederhana sebagai suatu pemerintahan yang berasal dari, dan untuk rakyat, maka partisipasi merupakan sarana yang mana rakyat dapat menentukan siapa yang memimpin (melalui pemilihan umum) dan apa yang harus dikerjakan oleh pemimpin (pemerintah) melalui keterlibatan dalam proses pembuatan keputusan politik yang mengikat rakyat banyak. 7 Kacung Marijan, 2006, Demokratisasi di Daerah, Surabaya: Pustaka Eureka, hlm 107 xxix Dalam hubungannya dengan pengembangan demokrasi, partisipasi masyarakat sebenarnya tidak hanya sebatas dalam proses menentukan pemimpin dan apa yang harus dilakukan oleh pemimpin, tetapi juga menentukan proses demokrasi itu sendiri. Dalam proses transisi dan konsolidasi demokrasi misalnya, masyarakat mempunyai peran sangat signifikan dalam menentukan percepatan proses transisi dan konsolidasi demokrasi melalui berbagai bentuk partisipasi dan gerakan sosial lainnya. Salah satu bentuk partisipasi politik yang sangat penting dilakukan oleh warga negara adalah keikutsertaan dalam pemilihan umum. Yang dimaksud pemilihan umum di sini adalah pemilihan legislatif, pemilihan presiden, termasuk pemilihan kepala daerah. Oleh karena itu, pemilihan kepala daerah yang di Indonesia baru dimulai pada bulan Juni 2005, harus dimaknai sebagai bentuk partisipasi publik yang paling hakiki dan esensial. Dibanding pemilu legislatif dan presiden, pemilihan kepala daerah sebenarnya jauh lebih penting bagi masyarakat lokal. Sebab, melalui proses pemilihan di daerah ini, masyarakat lokal dapat menentukan nasibnya sendiri berkaitan dengan kepentingan mereka di daerah. Olehnya itu, proses pemilihan kepala daerah ini selalu dipahami dalam konteks otonomi daerah, sebagai upaya masyarakat lokal untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya melalui partisipasi dalam menentukan pemimpin. Dalam suatu sistem politik yang demokratis, para pemimpin dipilih langsung oleh rakyat. Para politisi atau pejabat publik sebagai wakil rakyat akan berbuat maksimal sesuai dengan aspirasi masyarakat. Sebab, dalam kacamata “mandat”, pilkada yang dilakukan secara regular dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyeleksi kebijakan-kebijakan politik yang baik sesuai dengan keinginan masyarakat luas. Selama kampanye pilkada dan pemilu misalnya, para calon bupati menawarkan berbagai isu dan program untuk mensejahterakan masyarakat, sehingga hal ini menjadi daya tarik bagi pemilih untuk memilihnya. Kemudian dalam kacamata akuntabilitas, pilkada merupakan sarana bagi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan berbagai keputusan dan tindakannya di masa lalu. Konsekuensinya, pemerintah dan politisi akan selalu memperhitungkan penilaian masyarakat, sehingga akan memilih kebijakan atau program yang berdampak pada penilaian positif pemilih terhadap dirinya, agar terpilih kembali pada pilkada berikutnya. Pemilihan kepala daerah merupakan proses demokratisasi di daerah yang mulai memperoleh perhatian yang lebih serius. Menurut Brian C. Smith, munculnya perhatian terhadap transisi demokrasi di daerah berangkat dari suatu keyakinan bahwa adanya demokrasi di daerah merupakan prasyarat bagi munculnya demokrasi di tingkat nasional.8 Lebih jauh, berdasarkan studi-studi yang pernah dilakukan di sejumlah negara di berbagai belahan dunia, Smith mengemukakan empat alasan menguatnya perbincangan demokratisasi di tingkat daerah di kalangan akademisi. Pertama, demokrasi pemerintahan di daerah 8 Toni Andrianus, Efriza, Kemal Fasyah, 2006, Mengenal Teori-Teori Politik, Bandung: Penerbit Nuansa, hlm 9 xxxi merupakan suatu ajang pendidikan politik yang relevan bagi warga negara di dalam suatu masyarakat yang demokratis (free societies). Pemerintah daerah merupakan bagian dari pemerintah yang langsung berinteraksi dengan masyarakat ketika proses demokratisasi itu berlangsung. Kedua, pemerintah daerah dipandang sebagai pengontrol bagi perilaku pemerintah pusat yang berlebihan dan memiliki kecenderungan anti demokratis di dalam suatu pemerintahan yang sentralistis. Ketiga, demokrasi di daerah dianggap mampu menyuguhkan kualitas partisipasi yang lebih baik. Partisipasi politik di daerah lebih memungkinkan adanya deliberative democracy, yakni adanya komunikasi yang lebih langsung di antara anggota komunitas dalam berdemokrasi. Kebijakan sistem pemilihan kepala daerah secara langsung termasuk cepat dilaksanakan. Meskipun UU No 32 tahun 2004 baru disahkan pada 15 Oktober 2004, pilkada secara langsung sudah dimulai pada 1 Juni 2005. Suatu rentang waktu yang cukup cepat. Percepatan demikian tidak lepas dari fakta adanya kepala daerah yang telah habis masa jabatannya pada awal 2005. Pada kasus seperti ini, kepala daerah tidak lagi dipilih DPRD. D. KERANGKA PEMIKIRAN Imran-Sutoardjo adalah Bupati dan Wakil Bupati terpilih untuk masa jabatan 2010-2015. Pasangan ini merupakan incumbent dalam pemilukada di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010. Dalam bersaing untuk memperoleh kembali kekuasaan tertinggi di Konawe Selatan, incumbent tentu akan memasang strategi politik yang menjadi kebutuhan utama untuk bersaing dalam pemilukada di Kabupaten Konawe Selatan. Di dalam politik, strategi ini digunakan guna memenangkan persaingan sehingga dapat memperoleh kekuasaan dan dukungan dari masyarakat. Karena itu, dalam menyusun strategi dibutuhkan rencana yang matang sehingga tujuan yang telah ditetapkan sejak awal dapat tercapai. Dalam penyusunan strategi untuk sebuah persaingan dalam pemilukada, terdapat hal-hal yang harus diperhatikan. Mulai dari perencanan, tindakan, hingga evaluasi menjadi penting untuk diperhatikan terlebih dahulu. Dengan menyusun konsep strategi terlebih dahulu, tentu akan memudahkan incumbent. Hal ini dapat menjadi mudah bagi incumbent karena telah memiliki kendaraan politik yang dapat digunakan untuk membantu perencanaan strategi, seperti partai politik. Ketika pasangan incumbent ini merencanakan tindakan untuk mencapai tujuannya, maka ada hasil yang ingin dicapai. Termasuk dalam pemilukada, incumbent tentu ingin memenangkan persaingan untuk memperoleh kekuasaan. Karena itu mereka menyusun strategi pemenangan. Strategi pemenangan dapat dilakukan melalui kampanye politik dan koalisi partai yang merupakan hal penting dalam menjalankan strategi politik. Kampanye politik bertujuan untuk memberikan makna politis kepada xxxiii masyarakat atau pemilih. Makna politis ini menjadi satu output penting karena dapat menciptakan identitas baru yang khas bagi incumbent dalam pemilukada. Untuk itu, dalam kampanye politik dibutuhkan pendekatan dan komunikasi politik. Pendekatan yang dimaksud adalah bagaimana incumbent dapat memberi pengaruh (influence) kepada masyarakat, sehingga masyarakat bersedia untuk menjatuhkan pilihannya kembali pada pasangan incumbent tersebut. Sedangkan komunikasi politik menjadi penting dalam sebuah perencanaan strategi pemenangan dikarenakan adanya pemilukada ini tentu menjadi salah satu proses pembelajaran politik bagi masyarakat, sehingga perlu adanya komunikasi politik yang dapat membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai politik khususnya yang berhubungan dengan pemilukada sehingga dapat menimbulkan kharisma tersendiri di mata masyarakat bagi incumbent. Selain itu, koalisi partai pun memegang peranan penting dalam strategi politik untuk pemenangan incumbent. Koalisi partai yang digunakan oleh incumbent merupakan perpaduan yang dianggap tepat karena melihat perolehan suara partai politik yang berkoalisi cukup meyakinkan. Karena itu banyak hal yang dipertimbangkan dalam berkoalisi seperti tawar menawar antar elite politik untuk posisi atau jabatan di pemerintahan. Karena itu, dari koalisi ini diharapkan keuntungan yang dapat membawa incumbent memperoleh dukungan pemerintahan tetap utuh. dari masyarakat dan mayoritasnya dalam Hal-hal inilah yang dibutuhkan oleh incumbent untuk dapat kembali memenangkan hasil pemilukada. Incumbent yang dapat diartikan sebagai seorang yang memegang posisi strategis dalam pemerintahan atau pemegang kekuasaan dalam sistem politik, tentu membutuhkan strategi yang dapat membuatnya kembali memperoleh kekuasaan di daerah. Sebelumnya telah dikatakan bahwa pemilukada merupakan salah satu proses pembelajaran politik bagi masyarakat dalam sistem demokrasi. Untuk itu, incumbent membutuhkan kendaraan politik seperti partai politik dalam memenangkan pemilukada. Partai politik dapat membantu incumbent untuk memperoleh dukungan dari masyarakat. Apalagi incumbent dalam pemilukada Konawe Selatan ini, memiliki basis atau massa yang banyak, dan juga dalam pemilu presiden yang lalu memiliki suara terbanyak. Hal inilah yang menjadi kekuatan tersendiri bagi incumbent yang memiliki partai politik sebagai salah satu kekuatannya untuk memperoleh dukungan. Pemilukada sebagai tempat atau proses bagi incumbent untuk memperoleh kekuasaan kembali, merupakan satu tolak ukur kehidupan demokrasi dalam sebuah masyarakat. Banyak negara-negara di dunia ini yang keberhasilan sistem demokrasinya diukur dari kesuksesan jalannya sebuah pemilihan umum termasuk pemilukada. Dikarenakan dalam pemilukada, setiap masyarakat yang telah wajib memilih mempunyai hak atau kesempatan untuk memilih pemimpin mereka secara langsung. Ini yang kemudian dapat dijadikan tolak ukur untuk sebuah kehidupan demokrasi dan juga desentralisasi kekuasaan yang diterapkan di Indonesia. xxxv Selain itu, pemilukada juga dapat menjadi proses pembelajaran atau pendidikan politik bagi masyarakat sehingga pengetahuan mereka dapat bertambah agar dapat memilih pemimpin yang benar-benar bertanggung jawab dalam membangun kehidupan masyarakat. E. SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN strategi ofensif • kampanye politik strategi defensif • koalisi partai politik PEMILUKADA BAB III METODE PENELITIAN Dalam pembahasan ini akan menjelaskan beberapa aspek yakni : lokasi penelitian, tipe dan dasar penelitian, jenis data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. A. Unit Analisis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Andoolo, Kabupaten Konawe Selatan, propinsi Sulawesi Tenggara. Hal yang menjadi pertimbangan untuk memilih Kecamatan Andoolo sebagai locus penelitian adalah bahwa ImranSutoardjo merupakan pasangan incumbent dan terpilih melalui pemilihan yang dilakukan sebanyak dua kali, terkait adanya pelanggaran yang dilakukan incumbent mengenai strategi politik yang digunakannya. B. Tipe Penelitian xxxvii Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif analitik. Deskripsi analitik adalah penelitian yang diarahkan untuk menggambarkan fakta dengan argument yang tepat. Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai strategi politik yang dilakukan oleh pasangan incumbent, ImranSutoardjo. C. Jenis Data Penelitian a. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya yakni informan yang langsung berhubungan dengan fokus penelitian. Pada penelitian ini data primer diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara mendalam yang dilakukan dengan informan yang berkaitan dengan masalah rangkap jabatan yang diangkat. Mereka yang dijadikan informan adalah Bupati dan Wakil Bupati terpilih (incumbent) Kabupaten Konawe Selatan, Imran-Sutoardjo, tim pemenangan incumbent, KPUD Konawe Selatan dan masyarakat di Kecamatan Andoolo. b. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang relevan yang berasal dari buku-buku, dan bahan referensi lainnya yang berkaitan dengan strategi politik incumbent dalam pemilukada. Data sekunder merupakan data yang sudah dioleh dalam bentuk naskah tertulis atau dokumen. Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari strategi politik yang digunakan incumbent untuk memperoleh kemenangan kembali. D. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Wawancara mendalam (deep interview) Wawancara adalah percakapan yang dengan maksud tertentu, yang dilakukan pertanyaan dan oleh pewawancara yang mengajukan yang diwawancarai yang memberikan jawaban.9 Salah satu varian dari teknik wawancara adalah wawancara mendalam (deep interview) yang merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. 9 Lexy J. moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005, hal. 186 xxxix Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan informan yang terkait dengan masalah yang diangkat. Mereka yang dijadikan informan adalah: 1. Imran-Sutoardjo Imran-Sutoardjo dipilih untuk menjadi informan karena pasangan ini merupakan incumbent dalam pemilukada Konawe Selatan periode 2010-2015. 2. Tim Pemenangan Incumbent Tim pemenangan incumbent yang dijadikan informan adalah mereka yang berasal dari Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional. 3. KPUD Konawe Selatan Komisi Pemilihan Umum Daerah Konawe Selatan menjadi informan terkait fungsinya sebagai pelaksana sekaligus pengawas atau pengontrol proses pemilukada di daerah. 4. Masyarakat Kecamatan Andoolo Masyarakat kecamatan Andoolo menjadi informan berikutnya yang akan diwawancarai berkaitan dengan tanggapannya mengenai hasil pemilukada tahun 2010 yang dimenangkan oleh incumbent. b. Dokumentasi Dokumentasi dapat diasumsikan sebagai sumber data tertulis yang terbagi dalam dua ketegori yaitu sumber resmi dan sumber tidak resmi. Sumber resmi merupakan dokumen yang dibuat/dikeluarkan lembaga. Sumber oleh tidak lembaga/perorangan resmi adalah atas dokumen nama yang dibuat/dikeluarkan oleh individu tidak atas nama lembaga. Dokumen yang akan dijadikan sebagai sumber referensi adalah hasil rapat. E. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor metode penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.10 Teknik analisis data kualitatif digunakan untuk mendapatkan penjelasan mengenai strategi politik yang digunakan oleh incumbent dalam memenangkan 10 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kulaitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1998, hal: 4 xli pemilukada tahun 2010. Data dari hasil wawancara yang diperoleh kemudian dicatat dan dikumpulkan sehingga menjadi sebuah catatan lapangan. Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisa data dalam penelitian kualitatif dilakukan mulai sejak awal sampai sepanjang proses penelitian berlangsung. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara bersamaan dengan proses pengumpulan data, proses analisis yang dilakukan merupakan suatu proses yang cukup panjang dan melibatkan beberapa komponen yaitu, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. 1. Reduksi data Yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian serta penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukan peneliti dengan cara menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi oleh peneliti. Dalam tahapan ini peneliti melalukan pemilihan beberapa data didasarkan kepentingan penulisan sehingga didapatkan pemisahan data yang penting dengan yang kurang penting. Proses reduksi data adalah proses yang dilakukan secara terus-menerus sampai pada proses penulisan laporan akhir selesai dilakukan. 2. Sajian data Dalam penyajian data peneliti mengumpulkan informasi yang tersusun yang memberikan dasar pijakan kepada peneliti untuk melakukan suatu pembahasan dan pengambilan kesimpulan. Penyajian ini, kemudian untuk menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang terpadu sehingga mudah diamati apa yang sedang terjadi kemudian menentukan penarikan kesimpulan secara benar. Penyajian data tidak terpisahkan dari analisis justru penyajian data akan menentukan suatu analisa. Pada tahap penyajian data peneliti mengelompokan data berdasarkan kelompok informan, sehingga diketahui beberapa informasi dari informan berdasarkan pokok masalah dan sumber (informan). Sajian data yang dilakukan bertujuan untuk memahami berbagai hal yang dilakukan oleh tim pemenangan incumbent, semua data yang ada kemudian dirancang untuk menyampaikan informasi secara lebih sistematis mengenai strategi politik incumbent dalam pemilukada di Kabupaten Konawe Selatan. 3. Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Berbagai hal yang ditemui dalam proses pengumpulan data mengenai strategi politik incumbent peneliti catat dan verifikasi. Hal yang harus xliii dilakukan pada penarikan kesimpulan akhir adalah mendiskusikan cara untuk mengembangkan apa yang disebut consensus antar subjektif. BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN Dalam bab ini peneliti akan memaparkan empat aspek yakni pertama, kondisi wilayah Kabupaten Konawe Selatan, kedua, kondisi politik dan pemerintahan Kabupaten Konawe Selatan, ketiga data jumlah Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Konawe Selatan, dan keempat daftar calon kepala daerah dalam pemilihan kepala daerah langsung di Kabupaten Konawe Selatan. A. Kondisi Wilayah Kabupaten Konawe Selatan Kabupaten Konawe Selatan adalah salah satu Daerah Tingkat II di Propinsi Sulawesi Tenggara yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kendari yang disahkan dengan UU Nomor 4 tahun 2003 pada tanggal 25 Februari tahun 2003. Luas wilayah Kabupaten Konawe Selatan adalah sekitar 4.514,20 km2 atau sebesar 11,83% dari luas propinsi Sulawesi Tenggara. Wilayah ini terbagi menjadi 22 kecamatan atau secara keseluruhan terbagi lagi ke dalam satuan wilayah yang lebih kecil yaitu terdiri dari 296 wilayah desa/kelurahan. Jumlah penduduk Kabupaten Konawe Selatan pada tahun 2010 adalah sebanyak 264.197 jiwa yang terdiri dari 135.949 penduduk laki-laki dan 128.248 penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin yakni sebesar 106. Rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Konawe Selatan mencapai 58,53 jiwa/km2. xlv Penyebaran penduduk Kabupaten Konawe Selatan menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Konawe Selatan terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Tinanggea yakni sebanyak 21.320 jiwa, disusul Kecamatan Laeya 19.006 jiwa, Kecamatan Konda 18.129 jiwa, Kecamatan Ranomeeto 16.240 jiwa, Kecamatan Andoolo 15.845 jiwa, Kecamatan Lalembuu 15.615 jiwa, Kecamatan Angata 14.911 jiwa, Kecamatan Kolono 13.688 jiwa, Kecamatan Buke 13.237 jiwa, Kecamatan Moramo 13.035 jiwa, Kecamatan Palangga 12.286 jiwa, Kecamatan Landono 11.461 jiwa, Kecamatan Mowila 11.131 jiwa, Kecamatan Benua 9.733 jiwa, Kecamatan Laonti 9.442 jiwa, Kecamatan Lainea 8.871 jiwa, Kecamatan Basala 8.147 jiwa, Kecamatan Baito 7.564 jiwa, Kecamatan Moramo Utara 7.164, Kecamatan Wolasi 4.732 jiwa, Kecamatan Ranomeeto Barat 6.515 jiwa, dan Kecamatan Palangga Selatan 6.125 jiwa. Tabel I. Jumlah Penduduk Kabupaten Konawe Selatan Per Tahun 2010 No Kecamatan Penduduk Sex Ratio Distribusi Penduduk 1 Tinanggea 21.320 106 8,07 2 Laeya 19.006 103 7,19 3 Konda 18.129 104 6,86 4 Ranomeeto 16.240 105 6,15 5 Andoolo 15.845 107 6,00 No Kecamatan Penduduk Sex Ratio Distribusi Penduduk 6 Lalembuu 15.615 106 5,91 7 Angata 14.911 105 5,64 8 Kolono 13.688 105 5,18 9 Buke 13.237 108 5,01 10 Moramo 13.035 107 4,93 11 Palangga 12.286 105 4,65 12 Landono 11.461 106 4,34 13 Mowila 11.131 114 4,21 14 Benua 9.733 110 3,68 15 Laonti 9.442 105 3,57 16 Lainea 8.871 104 3,36 17 Basala 8.147 108 3,08 18 Baito 7.564 107 2,86 19 Moramo Utara 7.164 105 2,71 20 Wolasi 4.732 104 1,79 21 Ranomeeto Barat 6.515 103 2,47 22 Palangga Selatan 6.125 105 2,32 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe Selatan 2009/2010 Penduduk Kabupaten Konawe Selatan dalam hal keagamaan dapat dikatakan heterogen, dimana pada masing-masing kecamatan tidak hanya terdapat satu agama dan rumah-rumah ibadah dari masing-masing agama tersebar di setiap wilayah/kecamatan. B. Kondisi Politik dan Pemerintahan Kabupaten Konawe Selatan xlvii Pusat pemerintahan Kabupaten Konawe Selatan dipusatkan di Kecamatan Andoolo yang merupakan ibukota kabupaten. Di Kecamatan Andoolo yang beribukota di Andoolo terdapat Kantor Bupati dan Kantor DPRD Kabupaten Konawe Selatan. DPRD Kabupaten Konawe Selatan periode 2009-2014 adalah sebanyak 30 orang yang berasal dari 11 partai politik yakni Partai Hanura sebanyak 2 orang, Partai PKB 2 orang, Partai PBB 1 orang, Partai PPI 1 orang, Partai Demokrat 7 orang, Partai PAN 4 orang, Partai Golkar 5 orang, Partai PKS 4 orang, Partai PPP 2 orang, Partai PDIP 1 orang, dan Partai PNBK 1 orang. Sesuai dengan peraturan perundangundangan maka DPRD yang diisi oleh 30 anggota legislatif terbagi ke dalam 3 komisi yakni Komisi I yang membidangi Hukum dan Pemerintahan, Komisi II yang membidangi Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan dan Komisi III yang membidangi Sosial Budaya. Selain itu, terdapat pula 6 kantor Dinas, Badan Pusat Statistik, Inspektorat daerah serta lembaga-lembaga lainnya yang keberadaannya dianggap sebagai modal dalam menata struktur pemerintahan agar menjadi efektif dan efisien khususnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada awal pembentukan kabupaten ini yakni di tahun 2004, diselenggarakan pemilihan umum kepala daerah untuk pertama kalinya. Pesta demokrasi yang diselenggarakan ini disambut baik oleh masyarakat sehingga hasilnya membawa Drs. H. Imran, M.Si dan Drs. Sutoardjo Pondiu, M.Si terpilih menjadi pasangan kepala daerah yang pertama di Kabupaten Konawe Selatan. Di bawah kepemimpinan Drs. H. Imran, M.Si segala program guna memajukan pembangunan di wilayah pemekaran ini pun dilaksanakan. Sehingga banyak kemajuan yang di alami oleh daerah ini selama kurang lebih 5 (lima) tahun. Kemajuan dalam bidang pendidikan, kesehatan, fasilitas umum, dan sebagainya dirasakan oleh masyarakat Konawe Selatan. Hal ini menjadi satu motivasi yang sangat penting guna mengembangkan sumber daya alam dan sumber daya manusia di Kabupaten Konawe Selatan. C. Data Jumlah Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010 Sesuai dengan ketentuan yang mengatur jalannya pemilihan umum, maka persyaratan bagi masyarakat yang telah berhak menggunakan hak suaranya dalam pemilihan yakni masyarakat yang telah berusia 17 tahun xlix atau sudah menikah. Berikut tabel daftar pemilih tetap saat pemilihan kepala daerah di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010. Tabel II. DPT Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010. No Kecamatan DPT 1 Tinanggea 14.059 2 Laeya 12.371 3 Konda 11.520 4 Ranomeeto 9.974 5 Andoolo 11.264 6 Lalembuu 12.050 7 Angata 10.432 8 Kolono 9.320 9 Buke 9.397 10 Moramo 8.966 11 Palangga 8.267 12 Landono 7.877 No Kecamatan DPT 13 Mowila 7.853 14 Benua 7.283 15 Laonti 6.236 16 Lainea 6.021 17 Basala 5.707 18 Baito 5.000 19 Moramo Utara 4.707 20 Wolasi 3.138 21 Ranomeeto Barat 4.319 22 Palangga Selatan 3.789 Sumber : Pokja DPT KPUD Kab.Konawe Selatan, 2010 D. Data Calon Kepala Daerah dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010 Kehadiran Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang dalam salah satu pasalnya menyatakan bahwa pemilihan kepala daerah dan wakil kapala daerah dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, jujur, bebas, dan adil11. Pasangan calon kepala daerah dan wakilnya ditentukan oleh partai politik atau gabungan dari partai politik. Kehadiran undang-undang ini memberikan peluang kepada para elit politik untuk menjadi leader di daerah. Salah satu wilayah di Propinsi Sulawesi Tenggara yang melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah secara langsung di tahun 2010 adalah Kabupaten Konawe Selatan. Kabupaten yang terdiri dari 22 kecamatan ini, melaksanakan pemilihan umum kepala daerah secara langsung pada tanggal 8 Mei 2010. 11 UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah li Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh para aktor politik untuk mendapat predikat orang nomor satu di kabupaten baru ini, sehingga pada pemilihan kepala daerah ini, terdapat empat pasangan calon bupati dan wakil bupati yang akan bersaing dalam pemilihan umum kepala daerah langsung di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010. Keempat pasangan calon tersebut bergerilya untuk dapat memenangkan pemilihan kepala daerah ini. Masingmasing calon bupati dan wakil bupati didukung oleh partai politik, namun salah satu pasangan calon bupati dan wakil bupati merupakan calon independen. Berikut daftar nama calon bupati dan wakil bupati beserta partai politik pendukung. 1. Drs. H. A. Rustam Tamburaka, M.Si Bambang Setiyobudi, SE, M.Si  Partai politik pendukung : HANURA, PKB, PPI (versi Agusran Saelang), PBB. 2. Drs. H. Imran, M.Si Drs. Sutoardjo Pondiu, M.Si  Partai politik pendukung : Demokrat, PAN. 3. H. Surunuddin Dangga, MBS Drs. H. Muchtar Silondae, SH, M.Si  Partai politik pendukung : GOLKAR, PKS, PPP, PDIP, PNBK, PPRN, PKPB, PKP, BURUH, PKNU, PATRIOT, PKPI, PNIM, REPUBLIKAN, PBR, GERINDRA, PNUI, PELOPOR, PDK, PPI (versi Hasrul), PIS, PSI, PDP. 4. Drs. Ashar, MM Yan Sulaiman  Calon Perseorangan Dalam memenangkan kompetisi ini, semua pasangan calon membutuhkan strategi yang dapat mewujudkan keinginannya menjadi pasangan bupati dan wakil bupati terpilih pada periode kedua. Strategi yang dibutuhkan oleh pasangan calon ini adalah strategi yang benar-benar matang sehingga dalam pelaksanaannya dapat membawa dampak positif serta hasil yang diharapkan. Termasuk pasangan incumbent yakni Drs. H. Imran, M.Si dan Drs. Sutoardjo Pondiu membutuhkan strategi politik yang tepat, karena itu salah satu strategi yang dipilih oleh incumbent adalah melalui kendaraan politiknya yakni partai politik. Pemilihan kendaran politik dianggap dapat menjadi strategi yang efektif dan efisien jika menempatkan cara-cara yang tepat selama masa kampanye. Oleh karena itu, pasangan incumbent ini memanfaatkan partai politik yang menaungi mereka apalagi jabatan dalam partai politik ini adalah masing-masing sebagai ketua DPD Partai Demokrat Sulawesi Tenggara dan Ketua DPC Partai Demokrat Konawe Selatan. Jabatan dalam partai politik inilah yang dianggap dapat membawa keuntungan bagi hasil pemilihan kepala daerah nantinya. Demokrat yang dipandang sebagai partai yang liii memiliki peluang besar, yang mana dalam beberapa pemilihan umum di Propinsi Sulawesi Tenggara, hasilnya dimenangkan oleh para calon dari partai ini, termasuk dalam pemilihan legislatif tahun 2009 Partai Demokrat memperoleh kursi paling banyak di DPRD Konawe Selatan. Inilah yang menjadi modal awal bagi pasangan incumbent. Karena itu, untuk semakin memperkuat kendaraan politik yang digunakannya, maka pasangan incumbent mencari koalisi atau gabungan dari partai lain dan hasilnya PAN menjadi partner Demokrat dalam koalisi pada pemilihan kepala daerah tahun 2010. Koalisi dengan PAN dianggap cocok karena dalam beberapa pemilihan juga di Sulawesi Tenggara para calon dari partai ini yang berhasil memenangkan pemilihan umum. Contohnya, pada pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara, hasilnya dimenangkan oleh calon yang diusung dari partai ini. Selanjutnya, kedua partai besar ini bersama-sama menyusun strategi pemenangan melalui tim pemenangan yang telah dibentuk. BAB V STRATEGI KOALISI PARTAI POLITIK DAN STRATEGI KAMPANYE POLITIK Dalam kajian ilmu politik, strategi politik menjadi pembahasan yang menarik sejak dulu. Pembahasan ini terkait adanya keinginan aktor atau elit politik untuk menjadi seorang pemimpin dalam struktur pemerintahan. Keinginan ini mendorong para aktor atau elit politik untuk menggunakan strategi politik dalam mencapai cita-cita politiknya, tidak terkecuali dengan incumbent. Strategi politik merupakan sebuah cara yang digunakan dalam dunia politik termasuk dalam menghadapi pemilihan kepala daerah. Strategi yang digunakan diharapkan mampu memberikan hasil yang optimal bagi kompetitor yang salah satunya adalah incumbent. Strategi pemenangan yang dibutuhkan oleh incumbent membutuhkan kematangan perencanaan guna memasarkan program-program politiknya. Incumbent yang bersaing dengan para kompetitor lainnya wajib mengikuti aturan yang berlaku dalam menjalankan strategi politiknya. Sebagaimana pada pemilihan umum kepala daerah yang diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa pasangan kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan lv asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.12 Pasangan calon kepala daerah dan wakilnya ditentukan oleh partai politik atau gabungan partai politik bukan lagi oleh DPRD. Pelaksanaan pemilihan kepala daerah langsung memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk masuk ke dalam bursa pemilihan kepala daerah. Drs. H. Imran, M.Si dan pasangannya Drs. Sutoardjo Pondiu, M.Si adalah pemenang dalam pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Konawe Selatan. Pasangan ini diusung oleh dua partai politik yaitu Partai Demokrat dan PAN. Drs. H. Imran, M.Si sendiri adalah Ketua DPD Partai Demokrat Sulawesi Tenggara dan pasangannya Drs. Sutoardjo Pondiu, M.Si adalah Ketua DPC Partai Demokrat Konawe Selatan. Drs. H. Imran, M.Si dan pasangannya dalam pemilihan kepala daerah diusung oleh dua partai politik. Dalam hal ini partai politik yang mengusungnya adalah Demokrat dan PAN. Kedua partai politik ini memiliki beberapa kader partai yang duduk di DPRD Kabupaten Konawe Selatan. Dalam suatu sistem politik yang demokratis seperti yang dianut di Indonesia, eksekutif dalam melaksanakan tugasnya senantiasa berada dalam pengawasan legislatif yang diisi oleh anggota partai politik. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini peneliti memaparkan mengenai strategi politik incumbent dalam pemilihan kepala daerah langsung di Kabupaten Konawe Selatan tahun 2010. 12 UU No. 32 tahun 2004 tantang Pemerintahan Daerah Strategi politik telah dijelaskan sebagai sebuah cara yang telah dipahami dan disusun terlebih dahulu untuk merealisasikan cita-cita politik untuk perubahan jangka panjang. Begitu juga dengan incumbent ikut berkompetisi dengan para elit politik lainnya dalam pemilihan kepala daerah karena memiliki tujuan politik atau cita-cita politik yang ingin diwujudkan. Karena itulah incumbent memerlukan perencanaan yang matang melalui penerapan strategi yang digunakan. Strategi politik menjadi faktor penentu bagi incumbent untuk memenangkan pemilihan kepala daerah di Kabupaten Konawe Selatan. Strategi politik yang dimaksud adalah strategi pemilihan umum yang mengutamakan perolehan kekuasaan dan sebanyak mungkin pengaruh dengan cara memperoleh hasil yang baik dalam pemilu sehingga politik dapat diwujudkan dan suatu perubahan dalam masyarakat dapat tercapai. Perencanaan strategi suatu proses dan perubahan politik merupakan analisa yang gamblang dari keadaan kekuasaan, sebuah gambaran yang jelas mengenai tujuan akhir yang ingin dicapai dan pemusatan segala kekuatan untuk mencapai tujuan tersebut. Tanpa strategi politik, perubahan jangka panjang atau cita-cita politik sama sekali tidak dapat diwujudkan. Hanya dengan sebuah perencanaan menyeluruh dan dengan strategi jangka panjang, kesalahan-kesalahan yang mungkin saja terjadi dapat dihindari. lvii A. Strategi Koalisi Partai Politik Partai politik dapat didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama.13 Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik guna mempengaruhi pengambilan keputusan atau kebijakan pada suatu sistem politik. Pembentukan partai politik berdasarkan atas prinsip-prinsip demokrasi, yakni pemerintahan yang dipimpin oleh mayoritas melalui pemilihan umum. Untuk menciptakan pemerintahan yang mayoritas, diperlukan partai-partai yang dapat digunakan sebagai kendaraan politik untuk ikut dalam pemilihan umum. Melalui partai politik, rakyat berhak menentukan, siapa yang akan menjadi wakil mereka serta siapa yang akan menjadi pemimpin yang menentukan kebijakan umum. Partai politik sebagai sebuah organisasi, memiliki prinsip-prinsip dasar. Salah satunya adalah sebagai koalisi, yakni membentuk koalisi dari berbagai kepentingan untuk membangun kekuatan mayoritas. Selain itu, koalisi dapat diartikan sebagai penggabungan. Penggabungan yang sengaja dibentuk secara independen dari struktur organisasi formal untuk menciptakan sebuah interaksi yang saling menguntungkan. Koalisi terbentuk dari dua partai politik atau lebih bertujuan untuk membentuk secara bersama satu pemerintahan dan dapat menjadi salah satu strategi untuk memenangkan pemilihan umum. Pada dasarnya koalisi 13 Prof. Miriam Budiardjo, 1977, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia, hlm. 160 bertujuan untuk membentuk sebuah pemerintahan yang kuat (strong), mandiri (autonomous), tahan lama (durable) agar dalam mengambil kebijakan publik, pemerintah tidak khawatir akan adanya perlawanan dari parlemen.14 Oleh karena itu dalam pemilihan kepala daerah di Kabupaten Konawe Selatan, terbentuk sebuah koalisi partai politik yakni antara PAN dan Demokrat. Koalisi ini dibentuk dengan berbagai pertimbangan sehingga tujuan dari kedua partai politik dapat terlaksana. Dalam menggabungkan kekuatan melalui koalisi ini, PAN melihat dari beberapa aspek, apakah koalisi ini akan menguntungkan partainya ke depan atau malah sebaliknya. Namun, melihat peluang incumbent yang berasal dari Partai Demokrat untuk dapat kembali memimpin Konawe Selatan lima tahun ke depan masih terbuka lebar, PAN pun menawarkan diri untuk menjalin kerjasama politik guna mendukung incumbent memenangkan pemilihan kepala daerah di Konawe Selatan. Berikut adalah komentar hasil wawancara mengenai kesediaan PAN menjadi rekan politik Demokrat dalam pemilihan kepala daerah di Konawe Selatan: “dalam setiap proses pilkada termasuk sebelum menentukan sikap apakah untuk berkoalisi, PAN melakukan survei independen. Dan dalam pemilihan kepala daerah Konawe Selatan, hasil survei menunjukkan bahwa hampir pasti pak imran akan terpilih lagi dalam konteks pak imran masih di dukung oleh 14 Arend Lijphard, 1995, Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada lix masyarakat di Konawe Selatan, atas pertimbangan itulah kemudian PAN berkoalisi dengan demokrat.”15 Sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh Carr yang mengatakan bahwa partai politik adalah suatu organisasi yang berusaha untuk mencapai dan memelihara pengawasan terhadap pemerintah, maka hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa PAN menjalankan salah satu prinsip dasar dari partai politik yakni mencalonkan anggota untuk pemilihan umum dengan label partai, mengambil bagian dalam pemilihan umum, mengajukan calon yang disepakati. Untuk itu sebagai perkumpulan yang terorganisir, PAN memiliki tahapan-tahapan untuk menghasilkan calon pemimpin yang dapat mengakomodir kepentingan-kepentingan partai politik. Artinya sebagai suatu organisasi politik, PAN ingin membangun sebuah kekuatan mayoritas agar semua cita-cita politiknya dapat terakomodir sehingga survei yang dilakukan sebagai langkah awal koalisi, bertujuan untuk melihat sejauh mana kekuatan atau peluang bagi incumbent untuk dapat terpilih kembali. Hal ini sejalan pula dengan teori Arend Lijphard yang menyatakan bahwa salah satu bentuk koalisi yaitu minimal winning coalition, dimana prinsip dasarnya adalah maksimalisasi kekuasaan, melihat jumlah kursi partai politik yang diperoleh di parlemen. Dukungan massa yang dinilai masih 15 Hasil wawancara dengan anggota tim pemenangan Imran-Sutoardjo, Sukarman, 7 April 2011 mayoritas dapat menjadi sebuah acuan untuk berkoalisi sehingga tujuan atau kepentingan partai politiknya dapat tercapai. Berdasarkan teori ini, maka dalam memilih pasangan untuk berkoalisi tentu memiliki pandangan tersendiri. Seberapa besar peluang yang akan dicapai oleh ketika akan berkoalisi dengan sebuah partai, karena pada dasarnya koalisi partai politik berlandaskan kepentingan. Kepentingan yang memuat unsur-unsur manfaat, apakah dapat memberikan keuntungan atau sebaliknya. Seperti inilah yang dilihat oleh PAN. Partai politik ini melihat prestasi politik Demokrat yang cukup cemerlang khususnya di Propinsi Sulawesi Tenggara. Contohnya, dalam DPRD tingkat I Propinsi Sulawesi Tenggara, calon dari PAN yang memperoleh dukungan terbanyak dan terpilih sebagai Gubernur Sulawesi Tenggara. Prestasi seperti inilah yang dapat menjadi bahan pertimbangan untuk meminang PAN sebagai koalisi. Berikut hasil wawancara mengenai kesediaan Demokrat menjadi rekan koalisi politik PAN dalam pemilihan umum kepala daerah di Konawe Selatan adalah sebagai berikut : “PAN yang menawarkan untuk berkoalisi karena menganggap platform Partai Demokrat dan PAN itu sama. PAN juga melihat keberhasilan incumbent pada saat menjabat pada periode pertama akan membawanya kembali untuk memenangkan pemilihan kepala daerah pada periode kedua ini.”16 Dari pemaparan di atas, kita dapat melihat suatu tujuan dari koalisi yang dibangun berdasarkan dua hal. Pertama, memperkuat 16 teori Arend Hasil wawancara dengan ketua tim pemenangan Imran-Sutoardjo, Muh. Endang, 24 Maret 2011 lxi Lijphard yang mana salah satu bentuk koalisi adalah minimal range coalition, dasar dari koalisi ini adalah kedekatan pada kecederungan ideologis memudahkan partai-partai untuk berkoalisi membentuk kabinet.17 Dasar koalisi ini lebih dikarenakan masing-masing partai yang berkoalisi memiliki kedekatan dalam orientasi kebijakannya. Kedua, kita melihat dari sisi incumbent yang saat menjabat pada periode pertama dianggap berhasil merealisasikan kebijakan-kebijakan politiknya sehingga memungkinkan untuk terpilih kembali. Hal inilah yang dilihat oleh PAN sebagai rekan koalisi Demokrat, incumbent dianggap masih mampu untuk mengakomodir kepentingan politik bersama saat menjabat sebagai bupati pada periode kedua. Oleh sebab itu, membangun koalisi partai harus memiliki perhitungan yang rasional, misalnya seberapa besar kekuatan yang telah dimiliki oleh sebuah partai dan partai apa yang akan diajak berkoalisi, bagaimana ideologi, kekuatan, dan kelemahan partai dalam hal massa, serta apa tantangan dan keuntungan yang dapat diperoleh dengan cara koalisi. Hal ini diperkuat dalam petikan wawancara berikut : “setelah membentuk koalisi dengan PAN, kemudian di sepakati dealnya untuk bersama-sama mencalonkan Imran dan Sutoardjo, karena berbicara politik maka berbicara kepentingan”18 Seperti yang dipaparkan sebelumnya bahwa incumbent membutuhkan modal politik, dalam hal ini kendaraan politik yang menjadi pendukung untuk menghimpun kekuatan sehingga memberikan hasil yang optimal. Incumbent 17 Arend Lijphard, 1995, Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 18 Hasil wawancara dengan ketua tim pemenangan Imran-Sutoardjo, Muh. Endang, 24 Maret 2011 membutuhkan partai politik karena sebagai perkumpulan orang yang terorganisir, partai politik dapat bekerja secara efektif. Namun, sebagai sebuah organisasi, partai politik memiliki tujuan sehingga inilah yang melandasi terjadinya koalisi dalam sebuah pemilihan umum. Kapabilitas yang dilihat dari incumbent dianggap mampu mengakomodir kepentingan atau tujuan dari partai politik tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa koalisi yang dibangun oleh kedua partai ini berlandaskan asas manfaat artinya ada kesepakatan yang menguntungkan bagi kedua partai politik ini dalam menjalin kontrak politik tersebut. PAN dan Demokrat yang memiliki jumlah kader yang dominan dalam DPRD Konawe Selatan, memanfaatkan koalisi ini sebagai salah satu cara untuk membangun sebuah kekuatan baru dalam pemerintahan agar dapat mempermudah proses pengambilan kebijakan. Berikut hasil wawancara dengan salah seorang warga di Kecamatan Andoolo Kabupaten Konawe Selatan mengenai koalisi PAN dan Demokrat: “sebagai masyarakat saya melihat koalisi antara PAN dan Demokrat sebagai kombinasi yang cocok, karena kedua partai ini merupakan partai politik besar yang memiliki massa dalam jumlah banyak, akan tetapi jangan mengutamakan kepentingan partai politiknya saja”19 Salah satu fungsi partai politik adalah sebagai sarana recruitment politik, yakni partai politik berfungsi untuk mencari dan mengajak masyarakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik termasuk sebagai anggota partai. Dengan demikian partai politik turut memperluas partisipasi politik dengan 19 Hasil wawancara dengan salah satu warga Kec.Andoolo, Bachtiar, S.Pd, 7 April 2011 lxiii cara kontak pribadi, persuasi, dan lain-lain. Juga termasuk golongan muda untuk dididik menjadi kader di masa mendatang. Oleh karena itu, sebagai partai politik PAN dan Demokrat menjalankan fungsi ini karena mereka membutuhkan masyarakat untuk menjadi kader politik yang bermanfaat dalam setiap proses politik, salah satunya pada pemilihan kepala daerah. Masyarakat yang direkrut oleh partai politik, tidak hanya berperan pada saat berlangsungnya proses pemilihan, namun dapat dilihat keterlibatannya pada saat pemasaran politik incumbent. Sehingga nantinya ada konstituennya hubungan karena yang dibangun terpilihnya incumbent antara incumbent merupakan satu dengan bentuk keterwakilan politik untuk menentukan kebijakan-kebijakan politik selama masa jabatan. Dari pemaparan di atas dapat dipahami bahwa konsep strategi defensif yang dipaparkan sebelumnya, dimana sebuah koalisi yang terdiri atas beberapa partai ingin mempertahankan mayoritasnya atau perolehan suara yang dicapai sebelumnya ingin dipertahankan. Inilah yang terjadi pada pemilihan kepala daerah di Kabupaten Konawe Selatan, dimana salah satu calon yang merupakan incumbent menggunakan strategi ini. Seperti yang dipaparkan oleh salah satu anggota tim pemenangan yang berasal dari PAN bahwa partai yang akan diajak berkoalisi adalah partai yang memiliki kursi di parlemen.20 Ini menunjukkan bahwa koalisi partai yang 20 Media cetak, Radar Buton, 14 September 2009 dibangun dapat memperkuat dan mempertahankan keberadaan kader-kader partai PAN maupun Demokrat di parlemen. Merujuk pada esensi dari sebuah koalisi yang merupakan gabungan beberapa orang atau kelompok yang memiliki kepentingan maka terciptanya koalisi diperuntukkan untuk menggalang dukungan dalam membentuk pemerintahan oleh partai-partai politik pemenang pemilihan umum. Incumbent yang memenangkan pemilihan kepala daerah Kabupaten Konawe Selatan, kemudian membentuk kekuatan baru dalam menjalankan pemerintahan melalui koalisi partai politik yang telah dibangun sebelumnya sehingga dapat mempengaruhi proses politik. B. Strategi Kampanye Politik Strategi politik pada dasarnya juga membutuhkan perencanaan yang matang agar kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dapat dihindari. Hal inilah yang menjadi landasan dalam perencanaan strategi incumbent. Setelah membentuk tim pemenangan, maka strategi selanjutkan dilaksanakan oleh tim pemenangan tersebut. Dalam strategi politik dilihat dari konteks aktivitas politik, membutuhkan adanya pemasaran politik. Dari konteks aktivitas politik, pemasaran politik dimaksudkan adalah penyebarluasan informasi tentang kandidat, partai, dan program yang dilakukan oleh para aktor politik melalui saluran-saluran komunikasi tertentu yang ditujukan kepada sasaran tertentu dengan tujuan mengubah wawasan, lxv pengetahuan, sikap, dan perilaku para calon pemilih sesuai dengan keinginan pemberi informasi. Seperti yang dikemukakan oleh Bruce I. Newman dan Richard M. Perloff dalam tulisannya, mendefinisikan pemasaran politik sebagai aplikasi prinsip-prinsip pemasaran dalam kampanye politik yang beraneka ragam individu, organisasi, prosedur-prosedur, dan melibatkan analisis, pengembangan, eksekusi, dan strategi manajemen kampanye oleh kandidat, partai politik, pemerintah, pelobi, kelompok-kelompok tertentu yang bisa digunakan untuk mengarahkan opini publik terhadap ideologi mereka.21 Salah satu cara atau strategi yang digunakan dalam memasarkan program-program politiknya adalah melalui kampanye politik. Kampanye politik merupakan sebuah bentuk komunikasi politik yang terorganisasi dalam waktu tertentu. Istilah kampanye berasal dari bahasa Inggris yaitu campaign. Secara umum, kampanye diartikan sebagai suatu kegiatan komunikasi verbal dan nonverbal secara persuasif. Rogers dan Storey (1987) menyatakan bahwa kampanye merupakan serangkaian kegiatan komunikasi antar organisasi dengan tujuan menciptakan dampak tertentu, terhadap sebagian besar khalayak sasaran secara berkelanjutan dalam periode tertentu.22 Begitupula dalam pemilihan umum kepala daerah Kabupaten Konawe Selatan, kampanye politik dibutuhkan oleh incumbent guna membentuk dan membina opini publik yang positif agar dapat terpilih kembali sebagai kepala daerah di Kabupaten Konawe Selatan. 21 22 Prof. Dr. Hafied Cangara, M.Sc. 2009. Komunikasi Politik. Rajawali Press. Hlm 277 Prof. Dr. Anwar Arifin, 2011, Komunikasi Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm: 153 Kegiatan kampanye politik ini, diawali dengan pembentukan sebuah tim pemenangan yang memiliki peranan untuk merancang, melaksanakan, dan mengawasi jalannya kampanye politik tersebut. Merancang sebuah proses kampanye politik dilakukan secara matang, artinya tahapan-tahapan kampanye politik tersebut harus sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Sehingga dalam pelaksanaan kampanye politik tersebut, dapat terstruktur dengan baik dan dapat dipahami oleh masyarakat. Tim pemenangan yang efektif adalah memilih orang-orang yang dapat memahami dan menguasai perencanaan dan penggunaan media komunikasi karena komunikator menjadi sumber dan kendali semua aktivitas komunikasi. Oleh karena itu, jika suatu proses kampanye tidak berhasil dengan baik, kesalahan utama bersumber dari komunikator (juru kampanye). Sebagai pelaku utama dalam aktivitas komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat penting dikarenakan komunikasi politik yang dijalankan oleh juru kampanye merupakan sebuah fondasi dalam menjalankan strategi kampanye. Berikut adalah petikan wawancara dengan ketua tim pemenangan incumbent : “sebelum menjalankan kampanye politik, sebagai langkah awal dibentuk tim pemenangan yang anggotanya berasal dari kedua partai politik yang berkoalisi yakni PAN dan Demokrat”23 Seperti yang dipaparkan sebelumnya bahwa kehadiran partai politik memperkuat dan memperbesar peluang incumbent untuk dapat terpilih kembali, yang mana kedua partai yang berkoalisi ini memiliki anggota dalam jumlah banyak. Ini dapat memudahkan koalisi partai politik untuk membentuk 23 Hasil wawancara dengan ketua tim pemenangan Imran-Sutoardjo, Muh. Endang, 24 Maret 2011 lxvii sebuah tim agar rencana atau konsep yang ingin dijalankan dapat terorganisir dengan baik. Melihat incumbent bersaing dengan calon-calon kepala daerah lainnya yang juga diusung oleh partai politik dengan jumlah massa yang tidak sedikit. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa ada product yang dihasilkan oleh koalisi partai politik sebagai bentuk penggabungan kekuatan. Ini merupakan sebuah bentuk efektifitas karena merekalah yang akan merencanakan dan menggerakkan kampanye untuk memasarkan calon yang diajukan partai politik. Tim pemenangan yang berasal dari koalisi partai merancang sebuah strategi pemasaran sehingga keunggulan-keunggulan yang dimiliki incumbent baik itu semasa menjabat pada periode sebelumnya, maupun yang akan dilaksanakan pada periode berikutnya. Atas dasar inilah maka kampanye politik membutuhkan penyampaian yang baik, apakah melalui media maupun secara langsung sehingga mampu “memelihara” pemilih yang dulunya memberikan dukungan suara kepada incumbent agar tidak mengubah pandangan positifnya pada saat proses pemilihan kepala daerah berlangsung dan membentuk pemilih baru untuk mendukung incumbent. Berikut adalah hasil wawancara dengan informan yang merupakan ketua tim kampanye incumbent mengenai langkah awal dari kampanye politik yang dilaksanakan: “Sebagai langkah awal dalam strategi politik yang digunakan, kami banyak turun ke masyarakat untuk menyampaikan keberhasilan-keberhasilan pembangunan yang dilakukan incumbent selama menjabat pada periode pertama, termasuk pemilih sebelumnya kami datangi untuk kembali memilih ImranSutoardjo. Kami menyampaikannya ke masyarakat secara langsung melalui media seperti stiker, leaflet, brosur, dan pamflet.”24 Dapat digambarkan bahwa tim pemenangan yang dibentuk mengatur jalannya kampanye dengan membentuk sebuah tim kampanye agar tujuan untuk mempengaruhi khalayak dapat tercapai. Tim kampanye memiliki tanggung jawab untuk memasarkan incumbent sehingga citra positif yang telah dibangun di mata masyarakat pada periode sebelumnya, senantiasa mempengaruhi dan mengarahkan khalayak untuk memilih incumbent. Tim kampanye yang dibentuk harus memiliki kemampuan untuk menjalankan setiap tahapan dari sebuah kampanye politik. Karena kampanye merupakan sebuah bentuk komunikasi dari calon pemimpin kepada masyarakat yang akan memilihnya. Karena itu, kampanye politik membutuhkan sarana penyampaian agar dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat. Pernyataan ini menunjukkan bahwa tim kampanye telah melakukan suatu langkah awal yang juga merupakan tahapan dalam pelaksanaan sebuah kampanye politik yang dirumuskan oleh Assifi dan French. Tahapan tersebut yakni menganalisis khalayak, merumuskan tujuan, memilih media, dan mengembangkan pesan.25 24 25 Hasil wawancara dengan ketua tim kampanye, Anshari Tawulo, SE, 7 April 2011 Prof. Dr. Hafied Cangara, M.Sc. 2009. Komunikasi Politik. Rajawali Press. Hlm 287 lxix Tim kampanye yang telah merencanakan kampanye politik, memilih untuk mengawali kampanye politik dengan menggunakan sarana media yakni media format kecil. Media ini dianggap efektif dalam mengkomunikasikan keunggulan-keunggulan incumbent kepada masyarakat karena media format kecil terdiri atas berbagai macam media tetapi bentuknya lebih kecil dan isinya lebih terfokus pada satu macam informasi serta mudah menarik perhatian orang. Meskipun isi dari media ini sederhana, namun diharapkan mampu membentuk pandangan positif terhadap incumbent serta pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik. Tahapan kampanye seperti yang dijelaskan merupakan sebuah kampanye politik yang dirancang secara sadar dan merupakan bagian dari aktivitas komunikasi yang ditujukan untuk memengaruhi orang lain agar memiliki wawasan, sikap dan perilaku sesuai dengan kehendak atau keinginan penyebar atau pemberi informasi dan juga dimaksudkan untuk memobilisasi dukungan terhadap suatu hal atau seorang kandidat. Seperti yang dikemukakan oleh Imawan bahwa kampanye merupakan upaya persuasif untuk mengajak orang lain yang belum sepaham atau belum yakin pada ide-ide yang kita tawarkan, agar mereka bersedia bergabung dan mendukungnya. Selain menggunakan media sebagai alat komunikasi tertulis kepada masyarakat, tim pemenangan incumbent juga menyampaikan programprogram kerjanya melalui pesan-pesan politik dalam bentuk kampanye seperti yang dikemukakan oleh incumbent sebagai berikut: “kami menyelenggarakan kampanye dalam dua bentuk yakni kampanye dialogis yang mana kami menyiapkan juru kampanye untuk berdialog dengan masyarakat, dan kampanye terbuka yang mana masyarakat mendengarkan langsung pidato dari kami selaku calon kepala daerah. Kedua bentuk kampanye ini tujuannya untuk meyakinkan masyarakat akan cita-cita politik yang kami bawa serta keberhasilan-keberhasilan yang telah kami lakukan saat menjabat di periode pertama.”26 Seperti pada konsep sebelumnya bahwa incumbent dalam bersaing pada pemilihan kepala daerah membutuhkan modal sosial yang diperoleh semasa menjabat sebelumnya. Modal sosial ini berkaitan dengan sejauh mana incumbent membangun interaksi antara dirinya dan masyarakat sebagai calon pemilih. Interaksi yang tercipta merupakan sebuah bentuk komunikasi yang positif yang berkaitan dengan program-program politik incumbent sewaktu menjabat sebelumnya. Program-program inilah yang membantu membentuk citra positif incumbent di mata masyarakat guna mendapat kepercayaan dalam bentuk dukungan suara pada saat proses pemilihan berlangsung. Dengan demikian bahwa salah satu sasaran dari kampanye politik adalah memelihara dan menyegarkan kembali loyalitas para “pengikut setia” incumbent agar tetap memilih sesuai dengan kesetiaan itu. Penyegaran dan pemeliharaan inilah yang diwujudkan dalam dua bentuk yakni kampanye dialogis yang bertujuan membangun interaksi yang lebih dekat dengan masyarakat sehingga terjalin komunikasi yang positif. Selain itu kampanye juga dinyatakan dalam bentuk pidato yang memaparkan realisasi dari kinerja 26 Hasil wawancara dengan incumbent, Sutoardjo Pondiu, 5 April 2011 lxxi incumbent pada masa jabatan selanjutnya serta program-program yang akan kembali dilaksanakan guna kesejahteraan masyarakat. Realisasi kinerja yang dimaksud adalah dalam bidang pembangunan sarana dan prasarana. Dimana sebagai wilayah pemekaran, Kabupaten Konawe Selatan membutuhkan banyak penataan dalam segala aspek. Inilah yang dilakukan incumbent saat menjabat pada periode pertama, pembangunan bidang pendidikan, kesehatan, pemerintahan, maupun sarana penunjang aktivitas masyarakat seperti jalanan umum dan pasar tradisional. Berikut hasil petikan wawancara dengan salah seorang masyarakat yang memiliki hak pilih dalam pemilukada di Kabupaten Konawe Selatan: “saya sebagai masyarakat sangat mendukung pencalonan kembali Imran karena dianggap berhasil melaksanakan kinerjanya sebagai bupati pada periode lalu seperti dalam bidang pembangunan fisik di daerah Konawe Selatan maupun dalam bidang pendidikan. Sedangkan respon masyarakat terhadap usaha tim pemenangan imran sangat positif khususnya di wilayah saya terbukti masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses kampanye yang dilakukan oleh tim pemenangan ImranSutoardjo.”27 Dapat dipahami bahwa sebagai salah satu calon dalam pemilihan kepala daerah, incumbent harus memiliki kedekatan dengan masyarakat yang akan dipimpinnya. Kedekatan ini dapat dibangun melalui realisasi program-program kerjanya saat menjabat sebelumnya. Ini dikarenakan incumbent dapat menjadi sebuah jabatan strategis ketika berkeinginan untuk kembali bertarung dalam kompetisi pemilihan kepala daerah yakni saat menjabat pada periode sebelumnya, mereka memanfaatkan jaringan 27 Hasil wawancara dengan salah seorang warga Konawe Selatan, Bahtiar, S.Pd, 5 April 2011 birokrasi dan infrastruktur dalam memikat masyarakat agar saat kembali mencalonkan diri dapat terpilih. Kedekatan inilah yang menjadi keyakinan bagi incumbent sehingga melakukan komunikasi secara langsung kepada masyarakat sebagai calon pemilih karena pemilukada merupakan satu bentuk kompetisi politik. Kompetisi yang mengharuskan incumbent sebagai salah satu kompetitor untuk menggalang dukungan suara, baik golongan pemilih yang sudah ada maupun membentuk golongan pemilih baru. Keikutsertaan masyarakat dalam proses kampanye menunjukkan kesadaran politik mereka sudah mulai tumbuh karena sebagai masyarakat terutama yang memiliki hak memilih, menjadi objek utama bagi kompetitor dalam sebuah pemilihan umum karena dapat menjadi sebuah kesempatan untuk lebih mendekatkan diri kepada masyarakat dan meyakinkan mereka untuk kembali memilih incumbent dalam proses pemilihan. Berikut adalah petikan wawancara dengan incumbent : “kami mencalonkan diri karena yakin akan terpilih kembali, melihat fakta bahwa jarang incumbent yang kalah dalam pertarungan pemilihan umum. karena incumbent memiliki kesempatan dalam membangun kedekatan dengan 28 masyarakat” Memperkuat konsep sebelumnya yakni salah satu modal yang dimiliki oleh incumbent adalah modal sosial maka dalam pemilihan kepala daerah di Kabupaten Konawe Selatan, incumbent sebagai salah satu kompetitor memiliki modal ini. Saat menjabat sebelumnya mereka merealisasikan kebijakan-kebijakan politik yang dianggap bermanfaat bagi masyarakat. Hal 28 Wawancara dengan incumbent, Sutoardjo Pondiu, 5 April 2011 lxxiii ini dilakukan untuk mempersiapkan dukungan suara saat pemilihan kepala daerah untuk kedua kalinya agar pemilih yang sebelumnya memberikan dukungannya maupun yang tidak mendukung, agar menggunakan hak pilihnya untuk memilih incumbent. Strategi ini sejalan dengan salah satu konsep strategi politik yang telah dipaparkan sebelumnya yakni strategi ofensif, dimana partai politik berusaha untuk meningkatkan jumlah pemilihnya yang salah satunya melalui kampanye pemilu. Kampanye ini bertujuan untuk membentuk pandangan positif dari masyarakat terhadap calon kepala daerah sehingga mampu memperluas dukungan terhadap incumbent di samping dukungan yang telah ada. Strategi politik seperti yang dikatakan sebelumnya, membutuhkan perencanaan yang matang agar kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dapat dihindari. Hal ini dimaksudkan agar perbedaan antara incumbent dan pasangan calon yang lain dapat terlihat jelas sehingga output penting dari sebuah strategi kampanye politik dapat diperoleh. BAB VI PENUTUP Pada bab ini penulis akan menguraikan beberapa hal yakni yang pertama adalah kesimpulan yang berisi pembahasan singkat mengenai strategi koalisi partai politik dan strategi kampanye politik yang digunakan incumbent. Kedua adalah saran berupa ide yang menjadi tawaran penulis dalam menghadapi masalah yang kemudian terjadi dalam proses pemilukada. Hal ini tentunya terkait dengan apa yang telah menjadi hasil penelitian penulis. A. Kesimpulan Sesuai dengan rumusan masalah yang diangkat maka ada beberapa yang hal yang dapat ditarik kesimpulan, yaitu: 1. Koalisi partai politik yang dibentuk oleh incumbent memberi pengaruh bagi hasil pemilukada karena incumbent memilih pasangan koalisi yang memiliki basis massa dalam jumlah besar. Hal ini menjadi sebuah keuntungan yakni massa yang dimiliki oleh pasangan koalisi diarahkan untuk memberikan dukungan dan memasarkan keunggulan yang dimiliki oleh incumbent agar memudahkan tim pemenangan incumbent dalam meraup suara dari para pemilih. 2. Kampanye politik yang merupakan satu bentuk dari pemasaran politik merupakan sebuah strategi yang membawa dampak positif bagi incumbent yakni keberhasilan yang dilakukan oleh incumbent lxxv saat menjabat pada periode pertama yang menunjang aktivitas masyarakat baik itu pembangunan sarana dan prasara dapat menjadi “jualan” yang menguntungkan bagi incumbent. B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa strategi politik yang digunakan oleh incumbent membawa dampak positif terhadap cita-cita politiknya. Guna merealisasikan tujuan-tujuan semasa kampanye, maka dibutuhkan strategi politik yang tidak hanya membawa keuntungan bagi incumbent. Saran yang dapat diberikan penulis untuk menangani masalah ini adalah: 1. Perlu adanya pengawasan dari lembaga pemerintah lainnya serta dari masyarakat akan program-program yang direncanakan oleh incumbent jika terpilih. 2. Bagi incumbent kiranya dapat melaksanakan seluruh programprogramnya semasa kampanye dulu serta hal-hal yang dapat membawa kesejahteraan masayarakat di Kabupaten Konawe Selatan. 3. Bagi masyarakat kiranya dapat memperoleh pembelajaran politik dari seluruh aktivitas pemilukada, baik itu semasa kampanye maupun proses pemilihan, agar pemilukada selanjutnya dapat terlaksana dengan lebih baik lagi sehingga menghasilkan pemimpin yang mampu mengayomi masyarakat di Kabupaten Konawe Selatan. lxxvii DAFTAR PUSTAKA Arifin, Anwar, Prof, Dr. 2011. Komunikasi Politik. Yogyakarta : Graha Ilmu. Budiardjo, Miriam, Prof, 1989. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia. Cangara, Hafied, Prof, Dr, M.Sc. 2009. Komunikasi Politik. Jakarta : Rajawali Pers. Firmanzah, 2007. Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Huntington, Samuel P., 2004. Tertib Politik pada Masyarakat yang Sedang Berubah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Irawan, Prasetya, 2006. Penelitian Kwalitatif dan Kwantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : DIA FISIP UI. Lijphard, Arend, 1995. Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensial. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Marijan, Kacung, 2006. Demokratisasi di Daerah (Pelajaran dari Pilkada Secara Langsung). Surabaya : Pustaka Eureka. Moleong, Lexy J, 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Pito, Toni Andrianus, Efriza, Kemal Fasyah, 2006. Mengenal Teori-Teori Politik dari Sistem Politik sampai Korupsi. Bandung : Penerbit Nuansa. Sahdan, Gregorius, 2008. Politik Pilkada : Tantangan Merawat Demokrasi. Yogyakarta : The Indonesian Power for Democracy. Sastroatmodjo, Sudijono, 1995. Perilaku Politik. Semarang : IKIP Semarang Press. Schroder, Peter, 2004. Strategi Politik. Jakarta : Friedrich Naumann Stiftung. Sugiyono, Prof. Dr, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Alfabeta. Varma, SP, 2001. Teori Politik Modern. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sumber Internet http://www.kendaripos.com http://jaringansuaraindonesia.co.id http://www.wikipedia.com http://www.radarbuton.com lxxix