PENGELOLAAN HIPERETMI PADA An. F DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG ANGGREK RSUD AMBARAWA Oleh: AULIA RAUDHATUL JANNAH 0121593 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2015 1 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo PENGELOLAAN HIPERETMI PADA An. F DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG ANGGREK RSUD AMBARAWA Aulia Raudhatul Jannah*, Siti Haryani**, Tri Susilo*** ABSTRAK Kejang pada anak merupakan sesuatu yang sangat menakutkan orang tua. Demam sering kali memacu terjadinya kejang. Kejang yang terjadi pada saat demam disebut kejang demam. Secara defenisi, kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat kenaikan suhu tubuh lebih dari 380C (suhu rektal atau dubur) yang disebabkan proses diluar otak, tanpa ada bukti infeksi otak. Kejang biasanya ditandai dengan panas tinggi aau hipertermi. Hipertermi merupakan kenaikan suhu tubuh diatas normal yaitu lebih dari 37,5 ̊ C disebabkan oleh suatu gangguan dalam mekanisme pengatur panas. Apabila hipertemi tidak ditangani dapat menyebabkan kejang atau demam. Kompres hangat adalah salah satu tindakan yang digunakan untuk mengurangi suhu yang tinggi. Tujuan dari pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah penulis mampu menggambarkan pengelolaan hipertermi anak dengan kejang demam. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam hipertermi. Pengelolaan pasien dengan hipertermi selama 2 hari. Hasil pengelolaan didapatkan panas yang tinggi yang menyebabkan kejang demam. Saran bagi perawat agar menerapkan teknik kompres hangat terhadap masalah hipertermi agar mampu menurunkan panas secara efektif. Kata kunci: Hipertermi, kejang demam 2 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo MANAGEMENT OF HYPERTHERMIA TO CHILD. F IN ANGGREK WARD AMBARAWA REGIONAL HOSPITAL Aulia Raudhathu Jannah1, Siti Haryani2, Tri Susilo3 123 Ngudi Waluyo Nursing Academy [email protected] ABSTRACT Febrile seizure is something frightened the parents. Fever very often causes it. Seizure that is happened when the body get hyperthermia is called febrile seizure. It happens when the body temperature is more than 38 ̊C (rectal or anus) caused by brain infection process. Febrile seizure is ussually signed with hyperthermia. Hyperthermia is the body temperature above normal that is more than 37,5 C of because of trouble in hot regulator mechanism (hipotalamus). If hypertemia is not handled can cause the febrile or fever. Warm compress is one of action used to decrease the high temperature. This paper writer is to describe the management of child of hyperthermia with febrile seizure The technique of collecting data used interview, physical examination, observation and investigation. The method used is to give management of patient in hyperthermia for two days. Suggestion for the nurses in hospital is to apply warm compresses technique to solve of hyperthermia. Keyword Bibliograpy : Hyperthermia, Febrile seizures : 27 (2005-2015) 3 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan komponen utama dalam Index Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat mendukung terciptanya sumber daya manusia (SDM) yang sehat, cerdas, terampil dan ahli menuju keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu hak dasar masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan cara pandang dari paradigma sakit menuju paradigma sehat sejalan dengan Visi Indonesia Sehat (Kemenkes RI, 2011). Menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan. Indikator-indikator tersebut pada umumnya tercermin dalam kondisi angka kematian, angka kesakitan, masalah kesehatan anak dan status gizi. Derajat kesehatan masyarakat digambarkan melalui Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI), angka morbiditas beberapa penyakit dan status gizi. Derajat kesehatan masyarakat juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya (Buku Saku Jateng, 2014). Beberapa penyakit yang umum sering diderita bayi dan balita antara lain demam, infeksi saluran nafas dan diare. Tapi yang sering membuat para orang tua segera membawa anaknya berobat adalah demam dan diare. Jumlah penderita febris di Indonesia dilaporkan lebih tinngi angka kejadiannya dibandingkan dengan negara–negara lain yaitu sekitar 80%90%, dari seluruh febris yang dilaporkan adalah febris sederhana. Angak kejadian tahun 2010 di wilayah Jawa Tengah sekitar 2%-5% terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun disetiap tahunnya (DinKes Jawa Tengah, 2009). Penyakit febris (demam) merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan di Indonesia. Demam sebagian disebabkan karena infeksi atau virus. Namun data menunjukan bahwa justru sebagian besar tenaga medis mendiagnosisnya sebagai infeksi bakteri (Sodikin, 2012). Kejang biasanya ditandai dengan demam yang tinggi. Kejang pada anak merupakan sesuatu yang sangat menakutkan orang tua. Demam sering kali memacu terjadinya kejang. Kejang yang terjadi pada saat demam disebut kejang demam. Secara defenisi, kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat kenaikan suhu tubuh lebih dari 380C (suhu rektal atau dubur) yang disebabkan proses diluar otak, tanpa ada bukti infeksi otak (Ridha, 2014). Angka kejadian kejang demam di Indonesia dalam jumlah prosentase yang cukup seimbang dengan negara lain. Disini kejang demam dilaporkan di Indonesia mencapai 2% sampai 4% dari tahun 2005 sampai 2006. Untuk provinsi Jawa Tengah mencapai 2% sampai 3 %. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Surakarta, angka kejadian di wilayah Jawa Tengah sekitar 2 % sampai 5% pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun setiap tahunnya (Iksan, 2011). METODE PENGELOLAAN Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam hipertermi. Pengelolaan pasien dengan hipertermi selama 2 hari. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang. 4 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Pengkajian keperawatan adalah suatu proses kontinu yang dilakukan semua fase pemecahan masalah dan menjadi dasar untuk pengambilan keputusan (Wong, 2008). Dalam pengkajian pada An. F dengan kejang demam yang dilakukan yaitu menanyakan keluhan utama pasien, pemeriksaan fisik juga penting untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemungkinan masalah kesehatan pasien. Pengkajian fisik ini meliputi semua parameter yang dijelaskan untuk pengkajian kejang demam seperti suhu tubuh. Tandatanda vital An. F adalah suhu 38,48 oC, Respirasi 35x/ menit, nadi 90x/ menit. mencapai tujuan tersebut (Potter Perry 2005). Rencana keperawatan pertama yaitu beri kompres hangat tujuannya adalah dapat membantu mengurangi demam. Rencana keperawatan yang kedua yaitu anjurkan klien banyak minum tujuannya adalah semakin banyak minum akan dapat menurunkan demam. Rencana keperawatan yang ketiga anjurkan klien istirahat rutin dengan tirah rasionalnya istrirahat yang baik dapat sedikit membantu penyembuhan. TINDAKAN KEPERAWATAN Implementasi yang dilakukan adalah mengukur tanda tanda vital harus dikaji seperti suhu, nadi, respirasi hal ini harus dikaji karena untuk pasien kejang demam terjadi peningkatan tanda-tanda vital hal ini dapat mengindikasikan terjadinya status kewaspadaan akan terjadinya kejang berulang. Kemudian melakukan tindakan kompres hangat . Memberikan kompres hangat salah satu cara untuk mengurangi panas, dengan dikompres hangat tubuh anak tubuh akan memberikan sinyal ke hiptalmus melalui sumsum tulang belakang, sehingga menyebabkan vasodilatasi dan menyebakan dan menyebakan pembuangan atau kehilangan panas melalui berkeringat (Tamsuri, 2007). DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial (Wong, 2009). Pengkajian pada An. F ditemukan beberapa masalah keperawatan antara lain: hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi. Sedangkan, hipertermi adalah suatu kondisi saat suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya atau suhu diatas normal. (Nanda, 2011). Pada anak F terjadinya hipertermi kemungkinan disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor diantaranya adalah infeksi, bakteri ataupun parasit, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk memperthankan suhu tubuh yaitu dengan cara menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga tubuh tetap kembali ke titik tetap. HASIL PENGELOLAAN Hasil pengelolaan hipertermi pada An. F berdasarkan evaluasi terakhir pada hari Kamis, tanggal 19 Maret 2015 didapatkan data pada pukul 14.00 WIB adapun, S: Ibu pasien anaknya tidak panas lagi dan akan pulang nanti, O : Suhu badan normal yaitu 36,3 ̊ A : Masalah teratasi, P : pertahankan intervensi yaitu pantau suhu. INTERVENSI Intervensi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuannya berpusat pada klien dan hasilnya ditetapkan untuk intervensi keperawatan dipilih untuk 5 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN Berdasarkan data hasil pengkajian penulis menetapkan diagnosa adalah hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi sebagai prioritas utama karena hal tersebut didasarkan keluhan utama adalah ibu pasien mengatakan anaknya pasien suhu 38,4 C, Respirasi 35x tiap menit, nadi 120x tiap menit. Penulis memprioritaskan masalah ini menjadi prioritas utama, karena menurut Maslow dalam Potter & Perry (2005), suhu tubuh bagian terpenting kebutuhan fisiologis Rencana keperawatan yang telah disusun oleh penulis adalah beri kompres hangat. Memberikan kompres hangat salah satu cara untuk mengurangi panas, dengan dikompres hangat tubuh anak tubuh akan memberikan sinyal ke hiptalmus melalui sumsum tulang belakang, sehingga menyebabkan vasodilatasi dan menyebakan dan menyebakan pembuangan atau kehilangan panas melalui berkeringat (Tamsuri, 2007). Memantau suhu setiap 30 menit sekali. Dilakukan pemantauan suhu secara berkala dengan tujuan agar tidak terjadi kejang berulang. Jika peningkatan suhu tidak ditangani kejang berulang akan berulang dan bisa terjadi hipoksia sehingga kesadaran akan menurun. Anjurkan klien banyak minum, anjurkan klien untuk memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat, awasi suhu tubuh, Kolaborasi dalam pemberian obat anti mikroba, antipiretik dan pemberian cairan perenteral. Kemudian penulis melakukan evaluasi, dimana masalah hipertermi sudah teratasi sebagian dimana sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditentukan pada rencana tindakan keperawatan. Carpenito, L. J & Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC. Christanto. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Acsculapius. Dinkes Jateng. (2014). Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014. www.dinkesjatengprov.go.id (diakses pada tanggal15 April 2015 pada jam 20.00 WIB) Depkes. (2011). WHO. UNICEF. Pneumonia: The Forgotten Killer of Children. Geneva: WHO Press. Epilepsy Foundation of America. (2012). Febrile convulsion(3 mounth to 5 years). http//www.epilesyfoundation 2012.pdf (diakses pada tanggal 8 April 2014 jam 19.00 WIB) Hanifani. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Acsculapius. Hidayat, Aziz A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Iksan, Agus amirul. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Anak M dengan Kejang Demam di ruang Lukman Roemani Muhammadiyah Semarang. http://unimus.ac.id. (diakses pada tanggal9 April 2014 jam 23.00 WIB) Kemenkes RI. (2011). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2011. http://HasilRiskesdas 2011.pdf. (diakses pada BIBLIOGRAPHY Brough, Helen,dkk. 2005. Rujukan dan Pediatrik Kesehatan Anak. EGC. Jakarta 6 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo tanggal 8 April 2014 jam 19.00 WIB) Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC. Nursalam & Susilaningrum (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Potter, patricia A & Perry, Anne Griffin. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC. Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit .Jakarta: EGC. Saputra, Nurarif & Hardhi. (2013). Aplikasi asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Medi Action. Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika Nursewian. (2012). Bahaya Kejang Demam Pada Anak dan langkah-langkah yang harus saat anak kejang. http://bulletinkesehatan.com( diakses pada tanggal 9 April 2014 jam 21.00 WIB) Nugroho, Tamsuri, Anas. 2007. Tanda-tanda Vital Suhu Tubuh. Jakarta: EGC Ridha, Nabiel H. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika Riyadi & Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. RSUD. Ambarawa. (2015). Rekam Medik RSUD. Ambarawa. Nanda. (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC Purwanti Lyndon. (2014). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Binarupa Aksara Yanieli, Endri. (2013). Kesehatan Bayi dan Balita di Indonesia. http://Kesehatan Bayi dan Balita di Indonesia.html (diakses pada tanggal 18 April 2015 jam 22.30 WIB) dan Ambarwati. 2008. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermi Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dareah Dr Moewardi Surakarta. http://publikasiilmiah.ums.ac.i d( diakses pada tanggal 9 April 2014 jam 21.20 WIB) Wong, Donna L. (2008). Buku Ajar keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Volume 2. Jakarta: EGC. Potter, patricia A & Perry, Anne Griffin. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses dan Praktik. 7 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo