4641

advertisement
PENGELOLAAN HIPERETMI PADA An. F DENGAN KEJANG DEMAM
DI RUANG ANGGREK RSUD AMBARAWA
Oleh:
AULIA RAUDHATUL JANNAH
0121593
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015
1
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
PENGELOLAAN HIPERETMI PADA An. F DENGAN KEJANG DEMAM
DI RUANG ANGGREK RSUD AMBARAWA
Aulia Raudhatul Jannah*, Siti Haryani**, Tri Susilo***
ABSTRAK
Kejang pada anak merupakan sesuatu yang sangat menakutkan orang tua.
Demam sering kali memacu terjadinya kejang. Kejang yang terjadi pada saat demam
disebut kejang demam. Secara defenisi, kejang demam adalah kejang yang terjadi pada
saat kenaikan suhu tubuh lebih dari 380C (suhu rektal atau dubur) yang disebabkan
proses diluar otak, tanpa ada bukti infeksi otak. Kejang biasanya ditandai dengan panas
tinggi aau hipertermi.
Hipertermi merupakan kenaikan suhu tubuh diatas normal yaitu lebih dari 37,5 ̊
C disebabkan oleh suatu gangguan dalam mekanisme pengatur panas. Apabila hipertemi
tidak ditangani dapat menyebabkan kejang atau demam. Kompres hangat adalah salah
satu tindakan yang digunakan untuk mengurangi suhu yang tinggi. Tujuan dari
pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah penulis mampu menggambarkan pengelolaan
hipertermi anak dengan kejang demam.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara,
pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang. Metode yang digunakan
adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam hipertermi.
Pengelolaan pasien dengan hipertermi selama 2 hari.
Hasil pengelolaan didapatkan panas yang tinggi yang menyebabkan kejang
demam.
Saran bagi perawat agar menerapkan teknik kompres hangat terhadap masalah
hipertermi agar mampu menurunkan panas secara efektif.
Kata kunci: Hipertermi, kejang demam
2
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
MANAGEMENT OF HYPERTHERMIA TO CHILD. F IN ANGGREK WARD
AMBARAWA REGIONAL HOSPITAL
Aulia Raudhathu Jannah1, Siti Haryani2, Tri Susilo3
123
Ngudi Waluyo Nursing Academy
[email protected]
ABSTRACT
Febrile seizure is something frightened the parents. Fever very often causes it.
Seizure that is happened when the body get hyperthermia is called febrile seizure. It
happens when the body temperature is more than 38 ̊C (rectal or anus) caused by brain
infection process. Febrile seizure is ussually signed with hyperthermia.
Hyperthermia is the body temperature above normal that is more than 37,5 C of
because of trouble in hot regulator mechanism (hipotalamus). If hypertemia is not
handled can cause the febrile or fever. Warm compress is one of action used to decrease
the high temperature. This paper writer is to describe the management of child of
hyperthermia with febrile seizure
The technique of collecting data used interview, physical examination,
observation and investigation. The method used is to give management of patient in
hyperthermia for two days.
Suggestion for the nurses in hospital is to apply warm compresses
technique to solve of hyperthermia.
Keyword
Bibliograpy
: Hyperthermia, Febrile seizures
: 27 (2005-2015)
3
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
LATAR BELAKANG
Kesehatan
merupakan
komponen
utama
dalam
Index
Pembangunan Manusia (IPM) yang
dapat mendukung terciptanya sumber
daya manusia (SDM) yang sehat, cerdas,
terampil dan ahli menuju keberhasilan
pembangunan
kesehatan.
Pembangunan kesehatan merupakan
salah satu hak dasar masyarakat yaitu
hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan.
Dalam
pelaksanaan
pembangunan
kesehatan
telah
dilakukan perubahan cara pandang dari
paradigma sakit menuju paradigma
sehat sejalan dengan Visi Indonesia
Sehat (Kemenkes RI, 2011).
Menilai
derajat
kesehatan
masyarakat,
terdapat
beberapa
indikator yang dapat digunakan.
Indikator-indikator
tersebut
pada
umumnya tercermin dalam kondisi
angka kematian, angka kesakitan,
masalah kesehatan anak dan status gizi.
Derajat
kesehatan
masyarakat
digambarkan melalui Angka Kematian
Bayi (AKB), Angka Kematian Balita
(AKABA), Angka Kematian Ibu (AKI),
angka morbiditas beberapa penyakit
dan status gizi. Derajat kesehatan
masyarakat juga dipengaruhi oleh
banyak faktor. Faktor-faktor tersebut
tidak hanya berasal dari sektor
kesehatan seperti pelayanan kesehatan
dan ketersediaan sarana dan prasarana
kesehatan, melainkan juga dipengaruhi
oleh faktor ekonomi, pendidikan,
lingkungan sosial, keturunan dan faktor
lainnya (Buku Saku Jateng, 2014).
Beberapa penyakit yang umum
sering diderita bayi dan balita antara
lain demam, infeksi saluran nafas dan
diare. Tapi yang sering membuat para
orang tua segera membawa anaknya
berobat adalah demam dan diare.
Jumlah penderita febris di Indonesia
dilaporkan
lebih
tinngi
angka
kejadiannya
dibandingkan
dengan
negara–negara lain yaitu sekitar 80%90%, dari seluruh febris yang dilaporkan
adalah febris sederhana. Angak kejadian
tahun 2010 di wilayah Jawa Tengah
sekitar 2%-5% terjadi pada anak usia 6
bulan sampai 5 tahun disetiap tahunnya
(DinKes Jawa Tengah, 2009). Penyakit
febris (demam) merupakan salah satu
penyebab masalah kesehatan di
Indonesia. Demam sebagian disebabkan
karena infeksi atau virus. Namun data
menunjukan bahwa justru sebagian
besar tenaga medis mendiagnosisnya
sebagai infeksi bakteri (Sodikin, 2012).
Kejang
biasanya
ditandai
dengan demam yang tinggi. Kejang
pada anak merupakan sesuatu yang
sangat menakutkan orang tua. Demam
sering kali memacu terjadinya kejang.
Kejang yang terjadi pada saat demam
disebut kejang demam. Secara defenisi,
kejang demam adalah kejang yang
terjadi pada saat kenaikan suhu tubuh
lebih dari 380C (suhu rektal atau dubur)
yang disebabkan proses diluar otak,
tanpa ada bukti infeksi otak (Ridha,
2014).
Angka kejadian kejang demam
di Indonesia dalam jumlah prosentase
yang cukup seimbang dengan negara
lain. Disini kejang demam dilaporkan di
Indonesia mencapai 2% sampai 4% dari
tahun 2005 sampai 2006. Untuk
provinsi Jawa Tengah mencapai 2%
sampai 3 %. Berdasarkan data yang
dimiliki oleh Fakultas Kedokteran
Muhammadiyah
Surakarta,
angka
kejadian di wilayah Jawa Tengah sekitar
2 % sampai 5% pada anak usia 6 bulan
sampai 5 tahun setiap tahunnya (Iksan,
2011).
METODE PENGELOLAAN
Metode yang digunakan adalah
memberikan
pengelolaan
berupa
perawatan pasien dalam hipertermi.
Pengelolaan pasien dengan hipertermi
selama 2 hari. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan
teknik wawancara, pemeriksaan fisik,
observasi dan pemeriksaan penunjang.
4
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Pengkajian keperawatan adalah
suatu proses kontinu yang dilakukan
semua fase pemecahan masalah dan
menjadi dasar untuk pengambilan
keputusan (Wong, 2008). Dalam
pengkajian pada An. F dengan kejang
demam
yang
dilakukan
yaitu
menanyakan keluhan utama pasien,
pemeriksaan fisik juga penting untuk
memperoleh
informasi
yang
menyangkut adanya kemungkinan
masalah kesehatan pasien. Pengkajian
fisik ini meliputi semua parameter yang
dijelaskan untuk pengkajian kejang
demam seperti suhu tubuh. Tandatanda vital An. F adalah suhu 38,48 oC,
Respirasi 35x/ menit, nadi 90x/ menit.
mencapai tujuan tersebut (Potter Perry
2005). Rencana keperawatan pertama
yaitu beri kompres hangat tujuannya
adalah dapat membantu mengurangi
demam. Rencana keperawatan yang
kedua yaitu anjurkan klien banyak
minum tujuannya adalah semakin
banyak minum akan dapat menurunkan
demam. Rencana keperawatan yang
ketiga anjurkan klien istirahat rutin
dengan tirah rasionalnya istrirahat yang
baik
dapat
sedikit
membantu
penyembuhan.
TINDAKAN KEPERAWATAN
Implementasi yang dilakukan
adalah mengukur tanda tanda vital
harus dikaji seperti suhu, nadi, respirasi
hal ini harus dikaji karena untuk pasien
kejang demam terjadi peningkatan
tanda-tanda vital hal ini dapat
mengindikasikan
terjadinya
status
kewaspadaan akan terjadinya kejang
berulang.
Kemudian
melakukan
tindakan kompres hangat . Memberikan
kompres hangat salah satu cara untuk
mengurangi panas, dengan dikompres
hangat tubuh anak tubuh akan
memberikan sinyal ke hiptalmus melalui
sumsum tulang belakang, sehingga
menyebabkan
vasodilatasi
dan
menyebakan
dan
menyebakan
pembuangan atau kehilangan panas
melalui berkeringat (Tamsuri, 2007).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah
suatu penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga, atau komunitas
terhadap masalah kesehatan/proses
kehidupan yang aktual dan potensial
(Wong, 2009). Pengkajian pada An. F
ditemukan
beberapa
masalah
keperawatan antara lain: hipertermi
berhubungan dengan proses inflamasi.
Sedangkan, hipertermi adalah suatu
kondisi saat suhu tubuh lebih tinggi dari
biasanya atau suhu diatas normal.
(Nanda, 2011). Pada anak F terjadinya
hipertermi kemungkinan disebabkan
oleh berbagai kemungkinan faktor
diantaranya adalah infeksi, bakteri
ataupun parasit, hipotalamus akan
merangsang
untuk
melakukan
serangkaian
mekanisme
untuk
memperthankan suhu tubuh yaitu
dengan cara menurunkan produksi
panas dan meningkatkan pengeluaran
panas sehingga tubuh tetap kembali ke
titik tetap.
HASIL PENGELOLAAN
Hasil pengelolaan hipertermi
pada An. F berdasarkan evaluasi
terakhir pada hari Kamis, tanggal 19
Maret 2015 didapatkan data pada pukul
14.00 WIB adapun, S: Ibu pasien
anaknya tidak panas lagi dan akan
pulang nanti, O : Suhu badan normal
yaitu 36,3 ̊ A : Masalah teratasi, P :
pertahankan intervensi yaitu pantau
suhu.
INTERVENSI
Intervensi keperawatan adalah
kategori dari perilaku keperawatan
dimana tujuannya berpusat pada klien
dan
hasilnya
ditetapkan
untuk
intervensi keperawatan dipilih untuk
5
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Berdasarkan
data
hasil
pengkajian
penulis
menetapkan
diagnosa
adalah
hipertermi
berhubungan dengan proses inflamasi
sebagai prioritas utama karena hal
tersebut didasarkan keluhan utama
adalah ibu pasien mengatakan anaknya
pasien suhu 38,4 C, Respirasi 35x tiap
menit, nadi 120x tiap menit. Penulis
memprioritaskan masalah ini menjadi
prioritas utama, karena menurut
Maslow dalam Potter & Perry (2005),
suhu
tubuh
bagian
terpenting
kebutuhan
fisiologis
Rencana
keperawatan yang telah disusun oleh
penulis adalah beri kompres hangat.
Memberikan kompres hangat salah satu
cara untuk mengurangi panas, dengan
dikompres hangat tubuh anak tubuh
akan memberikan sinyal ke hiptalmus
melalui sumsum tulang belakang,
sehingga menyebabkan vasodilatasi dan
menyebakan
dan
menyebakan
pembuangan atau kehilangan panas
melalui berkeringat (Tamsuri, 2007).
Memantau suhu setiap 30 menit sekali.
Dilakukan pemantauan suhu secara
berkala dengan tujuan agar tidak terjadi
kejang berulang. Jika peningkatan suhu
tidak ditangani kejang berulang akan
berulang dan bisa terjadi hipoksia
sehingga kesadaran akan menurun.
Anjurkan klien banyak minum, anjurkan
klien untuk memakai pakaian yang tipis
dan menyerap keringat, awasi suhu
tubuh, Kolaborasi dalam pemberian
obat anti mikroba, antipiretik dan
pemberian
cairan
perenteral.
Kemudian penulis melakukan evaluasi,
dimana masalah hipertermi sudah
teratasi sebagian dimana sesuai dengan
kriteria hasil yang telah ditentukan pada
rencana tindakan keperawatan.
Carpenito, L. J & Moyet. (2007). Buku
Saku Diagnosa Keperawatan.
Edisi 10. Jakarta: EGC.
Christanto. (2014). Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: Media
Acsculapius.
Dinkes Jateng. (2014). Buku Profil
Kesehatan
Provinsi
Jawa
Tengah
Tahun
2014.
www.dinkesjatengprov.go.id
(diakses pada tanggal15 April
2015 pada jam 20.00 WIB)
Depkes.
(2011).
WHO.
UNICEF.
Pneumonia: The Forgotten
Killer of Children. Geneva:
WHO Press.
Epilepsy Foundation of America. (2012).
Febrile convulsion(3 mounth
to
5
years).
http//www.epilesyfoundation
2012.pdf
(diakses
pada
tanggal 8 April 2014 jam 19.00
WIB)
Hanifani.
(2014). Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: Media
Acsculapius.
Hidayat, Aziz A. (2008). Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Iksan, Agus amirul. 2011. Asuhan
Keperawatan Pada Anak M
dengan Kejang Demam di
ruang
Lukman
Roemani
Muhammadiyah Semarang.
http://unimus.ac.id. (diakses
pada tanggal9 April 2014 jam
23.00 WIB)
Kemenkes RI. (2011). Badan Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan
Kementrian
Kesehatan RI Tahun 2011.
http://HasilRiskesdas
2011.pdf.
(diakses
pada
BIBLIOGRAPHY
Brough, Helen,dkk. 2005. Rujukan dan
Pediatrik Kesehatan Anak.
EGC. Jakarta
6
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
tanggal 8 April 2014 jam 19.00
WIB)
Edisi 4. Volume 1. Jakarta:
EGC.
Nursalam & Susilaningrum (2008).
Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak.
Jakarta:
Salemba
Medika.
Potter, patricia A & Perry, Anne Griffin.
(2006).
Buku
Ajar
Fundamental Keperawatan;
Konsep, Proses dan Praktik.
Edisi 4. Volume 2. Jakarta:
EGC.
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak
Sakit .Jakarta: EGC.
Saputra,
Nurarif & Hardhi. (2013). Aplikasi
asuhan
keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis
&
NANDA
NIC
NOC.
Yogyakarta: Medi Action.
Sodikin. (2011). Asuhan Keperawatan
Anak
Gangguan
Sistem
Gastrointestinal
dan
Hepatobilier. Jakarta: Salemba
Medika
Nursewian. (2012). Bahaya Kejang
Demam Pada Anak dan
langkah-langkah yang harus
saat
anak
kejang.
http://bulletinkesehatan.com(
diakses pada tanggal 9 April
2014 jam 21.00 WIB)
Nugroho,
Tamsuri, Anas. 2007. Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh. Jakarta: EGC
Ridha, Nabiel H. (2014). Buku Ajar
Keperawatan
Anak.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Taufan. (2011). Asuhan
Keperawatan
Maternitas,
Anak, Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha
Medika
Riyadi & Sukarmin. (2009). Asuhan
Keperawatan pada Anak.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
RSUD. Ambarawa. (2015). Rekam Medik
RSUD. Ambarawa.
Nanda. (2012). Diagnosa Keperawatan
Definisi
dan
Klasifikasi.
Jakarta: EGC
Purwanti
Lyndon. (2014). Asuhan
Neonatus, Bayi dan Balita.
Binarupa Aksara
Yanieli, Endri. (2013). Kesehatan Bayi
dan Balita di Indonesia.
http://Kesehatan Bayi dan
Balita
di
Indonesia.html
(diakses pada tanggal 18 April
2015 jam 22.30 WIB)
dan Ambarwati. 2008.
Pengaruh Kompres Hangat
Terhadap Perubahan Suhu
Tubuh Pada Pasien Anak
Hipertermi Di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Umum
Dareah
Dr
Moewardi
Surakarta.
http://publikasiilmiah.ums.ac.i
d( diakses pada tanggal 9 April
2014 jam 21.20 WIB)
Wong, Donna L. (2008). Buku Ajar
keperawatan Pediatrik. Edisi 6.
Volume 2. Jakarta: EGC.
Potter, patricia A & Perry, Anne Griffin.
(2005).
Buku
Ajar
Fundamental Keperawatan;
Konsep, Proses dan Praktik.
7
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Download