ISOLAT BAKTERI Salmonella DAN LEUKOSIT

advertisement
5
Uji Sitrat yang telah dilakukan pada delapan
isolat menunjukkan reaksi positif dengan
perubahan warna agar dari hijau menjadi warna
biru (Gambar 9).
Gambar 6 Uji H2S
A: H2S positif , B: Fermentasi
glukosa, laktosa dFe an atau
sukrosa, C : rmentasi glukosa,
D: tidak ada reaksi fermentasi
Uji KCN yang telah dilakukan pada
delapan sampel yang diduga bakteri
Salmonella sp. menunjukkan reaksi yang
negatif pada semua isolat. Setelah dilakukan
inkubasi selama 76 jam semua isolat tidak
menunjukkan perubahan warna media
(Gambar 7) .
Gambar 7 Uji KCN
A: hasil positif
B: hasil negatif
Uji Indol yang telah dilakukan pada
semua isolat menunjukkan reaksi yang
negatif dengan tidak berubahnya warna
media menjadi warna merah setelah ditetesi
Reagen Kovac (Gambar 8).
Gambar 8 Uji Indol
A: hasil negatif
B: hasil positif
Gambar 9 Uji Sitrat
A: hasil negatif
B: hasil positif
PEMBAHASAN
Sampel yang berhasil diambil dari pasien
diare anak menunjukkan jumlah lelaki lebih
banyak dari jumlah perempuan. Menurut
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
dari sampel sampel penderita diare anak
menunjukkan persentase yang lebih besar pada
laki-laki dibanding pada pasien perempuan
(Rahaman et al. 1982 ; Molbak et al. 1997 ;
Wilunda & Panza 2009). Jenis feses yang
diambil dari pasien diare anak yaitu lunak dan
cair. Pasien penyakit diare akan mengalami
peningkatan frekuensi pengeluaran feses dan
kekentalan feses yang abnormal, yaitu lebih
encer (70%-95% air terkandung dalam feses
dan berat feses >200 g). Enterotoksin yang
dimiliki Salmonella dapat merusak mukosa
yang dapat menyebabkan ulkus sehingga feses
yang dihasilkan tidak hanya lebih encer tetapi
disertai dengan darah (Eppy 2009). Beberapa
pasien diare yang dicurigai terinfeksi bakteri
Salmonella mengalami demam. Hal ini
disebabkan
karena
ketika
PMN
(polimorfonukleus) teraktivasi dan memfagosit
bakteri Salmonella terjadi pelepasan beberapa
mediator inflamasi yang menimbulkan gejala
reaksi inflamasi seperti demam (Aulia &
Widianto 2010)
Delapan isolat yang diduga bakteri
Salmonella dilakukan pewarnaan gram terlebih
dahulu untuk mengetahui sifat dasar dari bakteri
Salmonella sp. yaitu bakteri gram negatif. Sel
bakteri yang telah terwarnai dengan kristal
violet dan iodin akan membentuk kompleks
crystal violet-iodine (CV-I). Tahap selanjutnya
6
adalah pemberian alkohol 95% pada bakteri
yang dimaksudkan untuk menghilangkan zat
warna yang telah diberikan. Bakteri gram
positif memiliki peptidoglikan yang lebih
tebal dibanding gram negatif. Ketika
diberikan kristal violet dan iodine maka sel
akan bergabung dengan kompleks CV-I
sehingga bakteri gram positif yang
mempunyai lapisan peptidoglikan yang lebih
tebal akan sulit dihilangkan dengan alkohol
95% dan bakteri gram negatif yang dinding
selnya hanya terdiri dari lipopolisakarida
akan kehilangan zat warnanya. Tahap
dekolorisasi membuat bakteri gram negatif
menjadi tak berwarna, oleh karena itu
diberikan zat pewarna tandingan yaitu
safranin agar lebih mudah diamati dibawah
mikroskop (Tortora 2007).
Uji yang pertama dilakukan adalah uji
MR dan uji VP. Uji MR dan VP ini
menggunakan medium yang sama yaitu
media MRVP. Kedua uji ini dilakukan pada
dasarnya untuk melihat kemampuan bakteri
dalam memfermentasikan asam campuran
yang
merupakan
karakteristik
dari
Enterobacteriaceae. Uji MR (Metil Red)
yang dilakukan pada kedelapan isolat
menunjukkan hasil yang positif. Medium
MRVP memiliki pH 6,9 (Difco), ketika
indikator metil red diberikan maka akan
terjadi perubahan pH menjadi lebih rendah
yaitu sekitar 4,4. Bakteri Salmonella sp.
berkemampuan untuk memfermentasikan
glukosa yang akan menghasilkan produk
berupa asam. Metil red merupakan zat warna
yang akan aktif pada suasana asam sehingga
warna medium glukosa yang telah ditetesi
metil red akan berubah menjadi merah
(Madigan et al. 2009).
Uji selanjutnya yaitu uji VP (Voges
Proskauer). Uji ini dilakukan untuk melihat
kemampuan bakteri dalam melakukan
fermentasi dengan hasil akhir 2,3 butanadiol.
Penambahan 5% α-naphtol dan 40% KOH
dilakukan untuk menentukan adanya acetoin
(asetil metil karbinol) yang merupakan
senyawa dalam sintesis 2,3 butanadiol.
Keberadaan oksigen dan penambahan 40%
KOH akan merubah acetoin menjadi
diasetil.
Penambahan
5%
α-naphtol
membuat kompleks warna merah terbentuk
dalam media yang menunjukkan reaksi yang
positif (Bryn et al. 1973).
Kemampuan bakteri dalam memecah
urea menjadi amoniak dan CO2 dengan aksi
enzim urease dapat dilakukan uji Urease.
Urease menunjukkan reaksi positif jika
produksi amoniak mengarah ke alkalinitas
dalam media dan akan menyebabkan media
berubah merah violet karena adanya phenol red.
Bakteri Salmonella sp. dalam media urea tidak
dapat memecah urea menjadi amonia dan
karbon dioksida oleh aksi dari enzim urease
(Goh et al. 1994). Hasil penelitian Farmer et al
(1975) telah ditemukan bakteri Salmonella yang
menunjukkan reaksi yang positif pada uji
Urease yaitu Salmonella cubana. Hal ini
berhubungan dengan penelitian sebelumnya
dari Lewis & Rosen (1973) yang menyebutkan
bahwa Proteus rettgeri dapat memproduksi
urease kedalam plasmid bakteri Salmonella
typhi dan S.typhimurium. Media SSA yang
dipakai dapat menumbuhkan berbagai bakteri
dari famili Enterobacteriaceae sehingga
dimungkinkan terjadi pertumbuhan Proteus
rettgeri didalamnya.
Uji H2S dilakukan untuk menentukan adanya
fermentasi karbohidrat dan produksi H2S dalam
media TSIA (Triple Sugar Iron Agar). Hasil
yang diberikan pada kedelapan isolat tiga
diantaranya menghasilkan gas H2S yaitu isolat
nomor 33, 58 dan 87. Kerberadaan gas H2S
dilihat dari berubahnya warna media menjadi
warna hitam pada bagian dasar media. Warna
hitam terjadi karena media TSIA mengandung
komposisi sulfur sehingga hanya bakteri yang
mengandung sulfur yang dapat memecah asamasam amino seperti lisin dan metionin. Sulfur
dilepaskan dari asam amino tersebut kemudian
bereaksi dengan air membentuk gas H2S dengan
adanya logam Fe maka H2S akan bereaksi
membentuk garam FeS yang mengendap.
Bakteri yang berada dalam medium kemudian
menghidrolisis garam FeS yang mengakibatkan
warna hitam terbentuk didalam media. Produksi
H2S merupakan karakteristik dari kebanyakan
bakteri
Salmonella.
Lima
isolat
lain
menunjukkan warna kuning pada bagian dasar
dan bagian permukaan miring asam. Salmonella
dapat memfermentasikan glukosa tetapi tidak
membentuk
gas,
umumnya
tidak
memfermentasikan laktosa (Labbe & Gracia
2001). Terdapat spesies Salmonella yang tidak
menghasilkan H2S yaitu Salmonella tuebingen
(Dube 1983), S. typhi dan S. paratyphi B .
Reaksi lain yang ditunjukkan pada media TSIA
yaitu perubahan warna menjadi warna merah
pada bagian permukaan media dan warna
kuning pada permukaan dasar. Hal ini dapat
diartikan bahwa hanya terjadi fermentasi
glukosa saja didalamnya. Media TSIA
mengandung tiga jenis gula yaitu glukosa,
sukrosa dan laktosa. Konsentrasi glukosa pada
media TSIA adalah satu per sepuluh dari
konsentrasi sukrosa dan laktosa sehingga asam
yang dihasilkan hanya sedikit pada bagian dasar
7
media, sedangkan bagian permukaan miring
media tetap berwarna merah.
Uji KCN dilakukan untuk membedakan
bakteri
Salmonella
dengan
bakteri
Citrobacter freundii karena semua uji
biokimia
pada
kedua
bakteri
ini
menunjukkan hasil yang hampir sama. Satu
perbedaan yang dapat ditunjukkan pada
kedua bakteri ini adalah ketahanan terhadap
larutan potassium sianida. Citrobacter
freundii dapat hidup dalam media kaldu
KCN, sedangkan Salmonella tidak dapat
bertahan hidup pada larutan potassium
sianida. Penelitian sebelumnya menyebutkan
bahwa tidak semua bakteri Salmonella sp.
menunjukkan reaksi negatif terhadap uji
KCN
(Munson
1974).
Berdasarkan
penelitian Edwards & Mary (1955)
menyebutkan bahwa terdapat sampel bakteri
Salmonella yang ditunjukkan dengan reaksi
positif pada media KCN yaitu S. glostrup
dan S. kralendyk.
Uji Indol dilakukan untuk melihat
kemampuan
organisme
khususnya
Enterobacteriaceae dalam memecah indol
(benzoyrrole) dari molekul triptopan oleh
aksi dari enzim triptopanase. Indol adalah
senyawa yang mengandung nitrogen yang
dapat dibentuk dari degradasi oleh bakteri
tertentu. Tripton digunakan sebagai substrat
karena mengandung banyak senyawa
triptopan (Akhtar 2008). Hasil uji indol
negatif apabila tidak terbentuk lapisan
berwarna merah muda pada permukaan
media, artinya bakteri tidak membentuk
indol dari triptopan sebagai sumber karbon
yang dapat diketahui dengan menambahkan
larutan Kovac. Asam amino triptopan
merupakan komponen asam amino yang
lazim terdapat pada protein, sehingga asam
amino ini dengan mudah dapat digunakan
oleh mikroorganisme akibat penguraian
protein. Indol yang terbentuk akan berwarna
merah dengan penambahan reagen Kovac
yang mengandung p-dimetilbenzaldehid.
Reaksi positif ditunjukkan dengan warna
merah
apabila
p-dimetilbenzaldehid
menghasilkan
senyawa
para
amino
benzaldehid yang tidak larut dalam air. Uji
Indol yang telah dilakukan pada delapan
isolat menunjukkan reaksi yang negatif
dengan tidak terbentuknya cincin merah
dipermukaan media.
Simmons sitrat merupakan media yang
telah dimodifikasi dari Koser sitrat agar
untuk uji sitrat bakteri gram negatif. Media
ini mengandung Na sitrat sebagai sumber
karbon, NH4+ sebagai sumber nitrogen dan
indikator BTB (brom timol blue) sebagai
indikator pH. Uji sitrat dilakukan untuk melihat
kemampuan bakteri dalam menggunakan sitrat
sebagai sumber karbon dan energi. Semua isolat
menunjukkan perubahan warna menjadi biru.
Warna biru yang terbentuk dan pertumbuhan
bakteri menunjukkan bahwa bakteri dapat
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon.
Warna tetap hijau seperti kontrol menunjukkan
tidak terjadi penggunaan sitrat oleh bakteri
(Chun & Vidaver 2001). Bromthymol blue
merupakan indikator pada media sitrat,
sehingga pada keadaan basa indikator ini akan
berubah dari warna hijau menjadi biru.
Komponen sitrat dari media akan mengeluarkan
ion basa bikarbonat yang menyebabkan
kenaikan pH dalam media sampai diatas 7,4.
Bakteri Salmonella sp. merupakan bakteri yang
dapat menggunakan sitrat sebagai sumber
karbonnya. Isolat yang telah diuji menunjukkan
hasil yang positif terhadap uji ini.
Hasil identifikasi menunjukkan, lima isolat
yaitu nomor 15, 19, 38, 43 dan 84 memenuhi
syarat uji biokimia untuk bakteri genus
Salmonella, tiga diantaranya yaitu nomor 33,
58, dan 87 belum dapat dipastikan karena
terdapat hasil uji biokimia yang tidak lazim
yang ditemukan pada kebanyakan Salmonella.
Diperkirakan tiga isolat tersebut merupakan
Salmonella cubana (Farmer et al. 1975) dan
Citrobacter spp. Citrobacter spp. ditemukan
didalam media SSA dengan membentuk koloni
hitam
dengan
pinggiran
kusam
dan
mengeluarkan gas H2S persis seperti
penampakan Salmonella pada media SSA
(Miller et al. 2010).
Jumlah leukosit pasien diare rata-rata pada
Tabel 1 menunjukkan keadaan yang abnormal,
yaitu jumlah leukosit dibawah 5000/mm3 . Hal
tersebut berarti pasien diare mengalami
leukopenia. Leukopenia disebabkan oleh jumlah
jenis keukosit yang menurun maupun
meningkat. Biasanya leukopenia terjadi karena
jumlah neutrofil yang menurun, sel agranulosit
yang meningkat dan jumlah limfosit meningkat.
Terdapat dua tipe leukosit yaitu granulosit
polimorfonukleus
dan
agranulosit
mononukleus. Tipe leukosit yang tergolong
dalam granulosit polimorfonukleus adalah
neutrofil, eosinofil dan basofil. Tipe leukosit
yang tergolong dalam agranulosit mononukleus
adalah limfosit dan monosit. Neutrofil memiliki
jumlah 60 – 70% dari leukosit yang berperan
dalam memfagosit benda-benda asing yang
berukuran kecil. Limfosit berfungsi membentuk
antibodi dan sel plasma. Monosit berperan
untuk memakan benda-benda asing yang
berukuran besar. Monosit memiliki jumlah 2-
Download