BAB IV FLAGELLATA Flagellata dalam bahasa Latin

advertisement
BAB IV
FLAGELLATA
Flagellata dalam bahasa Latin diambil dari kata flagell yang berarti
cambuk. Ciri khas dari kelas flagellata ini adalah alat geraknya yang berupa
cambuk getar (Sudewa, 2010). Selain berfungsi sebagai alat gerak, flagel juga
dapat digunakan untuk mengetahui keadaan lingkungannya atau dapat juga
digunakan sebagai alat indera karena mengandung sel-sel reseptor di permukaan
flagel dan alat bantu untuk menangkap makanan (Haeckel’s, 1904 dalam Verda,
2010). Berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai klasifikasi, ciri-ciri morfologi,
ciri-ciri fisiologi, lingkungan ekologi dan tingkah laku, cara reproduksi dan siklus
hidup, dan peranan flagellate
Beberapa organel flagelata menyerupai struktur amuba, namun dengan
tambahan struktur lain yang unik. Flagelata memiliki 1 inti atau lebih dari 1 inti
dan alat pergerakan (alat neuromotor) yang terdiri dari kinetoplas dan flagel.
Kinetoplas terdiri dari blefaroplas, kadang-kadang ada benda parabasal.
Aksonema merupakan bagian flagel yang terdapat di dalam badan parasit.
Kadang-kadang ada struktur yang nampak sebagai satu garis mulai dari anterior
sampai ke posterior yang disebut aksostil. Di samping badan parasit terdapat
membran bergelombang dan kosta yang merupakan dasarnya. Beberapa spesies
flagelata mempunyai sitostoma (Margono, 1998).
Berdasarkan struktur morfologinya, Flagellata dibedakan menjadi dua
kelompok besar, yaitu Fitoflagellata dan Zooflagellata. Fitoflagellata merupakan
kelompok flagellata yang memiliki ciri seperti tumbuhan, sedangkan Zooflagellata
merupakan kelompok flagellata yang memiliki ciri seperti hewan (Roger, 1988).
1. Fitoflagellata
Fitoflagelata adalah flagellata yang mirip dengan tumbuhan karena
memiliki plastida, sehingga dapat melakukan fotosintesis (Roger, 1988).
Berdasarkan ciri-ciri morfologinya, Fitoflagellata diklasifikasikan menjadi 8 ordo,
yaitu: Kriptomonadida, Euglenoida, Dinoflagellata, Krisomonadida, Prymnesiida,
Volvocida, Prasinomonadida, dan Silicoflagellida (Roger, 1988).
84
a) Kriptomonadida
Organisme yang termasuk kedalam ordo ini memiliki ciri-ciri: tubuh kecil,
berbentuk bulat telur, agak pipih pada salah satu sisi tubuhnya, permukaan selnya
licin dan dilapisi dengan periplas, bentuk plastida memanjang mirip seperti
perahu, memiliki dua buah flagella didaerah apikal dekat lubang mulut. Kedua
flagella ini memiliki rambut-rambut yang tersusun dari protein filament.
b) Euglenoida
Ciri-ciri organisme yang termasuk ordo ini adalah memiliki bentuk tubuh
menggelendong dengan ujung berbentuk meruncing, tubuhnya dilapisi dengan
pelikel, memiliki dua buah atau lebih flagel (satu bulu cambuk panjang dan satu
bulu cambuk pendek) yang muncul dari bagian lubang apikal, plastida berbentuk
pipih dan seperti pita, dan memiliki stigma yang tampak jelas (bintik mata
berwarna merah) yang berfungsi untuk membedakan antara gelap dan terang
(Roger, 1988).
c)
Dinoflagellata
Organisme yang termasuk kedalam ordo Dinoflagellata banyak ditemukan di
air tawar maupun air laut, dan merupakan sumber makanan penting bagi
organisme kecil lainnya. Kelompok Dinoflagellata ini memiliki ciri-ciri: bentuk
selnya bi-conical (seperti katup), memiliki alur spiral yang disebut cingulum dan
celah longitudinal yang disebut sulkus, dan memiliki bentuk plastid yang bulat
memanjang (Roger, 1988).
Dinoflagellata memiliki 2 flagela. Kedua flagella muncul dari satu lubang
pada persimpangan antara singulum dan sulkus. Dinoflagellata mampu
bereproduksi secara aseksual dan seksual. Secara Aseksual biasanya melalui
pembelahan mitosis khususnya pada dinoflagellata oseanik. Secara seksual
melalui meiosis atau bila kondisi lingkungan memburuk akan berkembang
menjadi kista istirahat dengan dinding sel yang tebal.
85
d) Krisomonadida
Bentuk tubuh dari kelompok Krisomonadida ini oval (bulat memanjang) atau
seperti bentukan daun, kadang beberapa sel membentuk koloni dalam sebuah
selubung gelatin. Krisomonas memiliki plastid yang berbentuk pipih melengkung.
Memiliki sepasang flagel yang terdapat pada daerah posterior tubuhnya, salah satu
dari flagel memanjang (Roger, 1988).
e)
Prymnesiida
Coccoliths merupakan salah satu contoh yang representatif dari ordo
Prymnesiida.
Coccoliths
adalah
kalsifikasi
yang
terbentuk
dari
sel
coccolithophores, yang merupakan fitoplankton laut. Cincin coccolith terdiri dari
sekitar dua puluh unit kristal kalsit. Bentuk dari sel ini pipih-oval atau
melengkung (mirip seperti pelana kuda). Kloroplasnya terletak agak menonjol
pada sel dan memiliki bentukan seperti mangkuk. Memiliki dua flagel pada
daerah lateral tubuhnya, diantara flagel ini terdapat bentukan unik yang disebut
haptonema (Roger, 1988).
f)
Volvocida
Bentuk tubuh organisme yang termasuk ordo Volvocida umumnya bulat dan
berdinding tebal. Setiap spesie memiliki satu plastida dengan bentuk yang
bermacam-macam, tetapi umumnya berbentuk melengkung seperti cangkir.
Flagellata yang dimiliki umumnya 2 atau 4. Struktur flagella halus, tetapi pada
beberapa spesies flagella berkaitan dengan papilla. Organisme ini umumnya hidup
berkoloni. Permukaan koloni halus karena dilapisi oleh gelatin. Contoh dari ordo
Volvocida antara lain: Volvox globator, Clamydomonas sp, dan Polytomela caeca
(Roger, 1988). Ciri-ciri dari Volvox antara lain hidup secara berkoloni, koloni
Volvox dapat terdiri dari ribuan sel yang masing-masing sel memiliki dua flagella.
Setiap sel memiliki inti, vakuola kontraktil, stigma dan kloroplas (Verda, 2010).
g) Prasinomonadida
Organisme yang termasuk kedalam ordo Prasinomonadida, umumnya
memiliki ciri-ciri: sel berbentuk oval-pipih dan diselubungi oleh 1 atau lebih
lapisan, memiliki satu plastida tipis yang berbentuk seperti cangkir, dan memiliki
86
1, 2, 4 atau 8 flagel yang muncul dari cekungan permukaan tubuhnya (Roger,
1988).
h) Silicoflagellida
Silicoflagellata tersebar secara luas di seluruh dunia, hidup pada zona neritik
dan juga perairan dingin. Silicoflagellata adalah plankton laut yang mampu
memperoleh energi baik sesara autotrof maupun heterotrof. Silicoflagellata
merupakan fitoplankton yang berukuran sangat kecil yakni 6-20µm. Tubuh
organisme ini berbentuk seperti lempeng bintang dengan pseudopodia yang
muncul dari permukaan tubuhnya dan membentuk duri. Selnya memiliki banyak
plastida kecil yang berbentuk bulat (Roger, 1988).
2. Zooflagellata
Zooflagellata adalah flagellata yang menyerupai hewan, tidak berkloroplas
dan bersifat heterotrof. Flagellata ini ada yang hidup bebas, bersimbiosis dengan
organisme lain, namun kebanyakan bersifat parasit pada organisme lain.
Berdasarkan ciri-ciri morfologinya, Zooflagellata diklasifikasikan menjadi 8 ordo,
yaitu: Choanoflagellida, Cercomonadida, Pteromonadida,
Trichomonadida,
Diplomonadida, Hypermastigida, Kinetoplastida, dan Opalinida (Roger, 1988).
a) Choanoflagellida
Choanoflagellata banyak ditemukan di laut atau air payau. Kelompok
Choanoflagellata
merupakan
contoh
yang
sangat
representative
untuk
mengGambarkan Zooflagellata yang hidup bebas dan memiliki struktur yang unik
dalam mendapatkan makanan. Flagellata ini memiliki kumpulan mikrovilli pada
bagian apikal yang berfungsi untuk menangkap mangsanya. Pada fase dewasa
organisme ini hidup sesil dengan menempelkan bagian tangkainya pada substrat
(Roger, 1988). Salah satu contoh spesies yang termasuk kedalam ordo ini adalah
Monosiga ovata.
b) Cercomonadida
Organisme yang termasuk kedalam ordo Cercomonadida, umumnya memiliki
ciri-ciri: bentuk sel pyriform atau silindris, dapat melakukan gerakan amoeboid
pada bagian posterior tubuh guna untuk menangkap mangsa, nukleus besar dan
87
terletak pada bagian anterior, memiliki dua flagellata yang tidak simetris (yang 1
menjulur panjang, sedangkan yang lain pendek) (Roger, 1988).
c) Proteromonadida
Memiliki penjuluran flagella yang panjang adalah salah satu kharakteristik
dari ordo Proteromonadida. Organisme ini memiliki dua buah flagel. Flagellata ini
merupakan flagellata parasit pada amfibi dan reptile. Nucleus pada organisme ini
tampak jelas pada bagian anterior, didekat nucleus ini tampak mitokondria yang
berbentuk melengkung (Roger, 1988).
d) Diplomonadida
Beberapa Diplomonas hidup didalam sisitem pencernaan inang, beberapa
merupakan parasit pada manusia. Diplomonas yang hidup bebas umumnya berada
di perairan yang kaya akan bahan organik. Organisme yang termasuk kedalam
ordo Diplomonadida, umumnya memiliki sel memiliki bentukan simetri antara
nukleus dan sistem flagella. Flagella yang dimiliki oleh organisme ini 1 sampai 4
buah. Flagella berada dalam alur longitudinal. Nucleus pada sel ini memiliki 2
nukleus yang tampak seperti bentukan mata (Roger, 1988).
e)
Trichomonadida
Organisme yang termasuk kedalam ordo Cercomonadida, umumnya memiliki
ciri-ciri: bentuk sel pyriform atau oval, beberapa spesies dapat melakukan gerakan
amoboid, nukleusnya terdapat pada bagian anterior tubuhnya, memiliki bentukan
membrane bergelombang, jumlah flagelnya antara 4 hingga 6 buah. Nukleus pada
organisme ini berikatan dengan pelta (bagian yang melengkung) pada axostyle.
Salah satu contoh spesies yang termasuk ordo Trichomonadida adalah
Tritricomonas foetus (Roger, 1988).
f)
Hypermastigida
Metacoronympha merupakan genus terbesar pada ordo Hypermastigida.
Organisme ini hidup didalam usus pada rayap dan kecoa. Ciri khas dari organisme
yang termasuk kedalam ordo ini adalah bentuk sel pyriform dengan flagel yang
tersusun mengerucut pada bagian apikal. Organisme ini memiliki satu nukleus
(Roger, 1988).
g) Kinetoplastida
88
Ordo ini diberi nama Kinetoplastida karena spesies-spesiesnya memiliki
organ khusus, kinetoplas. Anggota dari ordo kinetoplastida ada yang hidup bebas
dan ada yang hidup sebagai parasit. Spesies yang hidup bebas di alam, umumnya
hidup di lingkungan perairan yang mengandung banyak senyawa organik.
Organisme parasitik pada ordo ini dibedakan menjadi 2 genus, yaitu: Leishmania
dan Trypanosoma yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Dua contoh
spesies yang paling representatif untuk mewakili anggota ordo Kinetoplastida
yang hidup bebas adalah Bodo saltans dan Chynchomonas nasuta. Bodo saltans
merupakan flagellata aquatik yang memiliki flagella yang panjang untuk
membantunya meluncur (bergerak). Spesies ini banyak ditemukan di air tawar
yang banyak mengandung bakteri atau air payau yang tinggi akan kandungan
senyawa organik. Chynchomonas nasuta merupakan spesies bacterivorus dengan
1 flagella panjang dan 1 flagella anterior pendek yang muncul dari daerah
sitofaring (Roger, 1988).
h) Opalinata
Opalinata merupakan kelompok organisme yang memiliki multiflagel.
Organisme memiliki cirri-ciri: berbentuk pipih, silindris, atau mirip seperti
bentukan daun, bagian permukaan sel dikelilingi oleh pelikel dan flagella (flagella
tampak seperti silia), memiliki 1 atau banyak nukleus, tidak memiliki cytopharing,
dan sistem pencernaanya termodifikasi menjadi pinositosis. Umumnya Opalinida
hidup berkomensalisme didalam sistem pencernaan amfibi atau ikan (Roger,
1988).
Flagellata terdapat dalam berbagai habitat, termasuk lingkungan darat dan
perairan (air tawar dan air laut). Tanah yang ditinggali oleh protozoa telah
diketahui dari hampir setiap jenis tanah dalam setiap lingkungan, dari tanah rawa
sampai pasir kering. Flagellata umumnya hidup di dalam air, beberapa hidup
parasit pada hewan dan manusia. Ada yang disebut flagellata autotrof ,
contohnya : Euglena viridis, Noctiluca milliaris, Volvox globator dan ada juga
yang
disebut
flagellate
heterotrof,
contohnya :
Leishmania (Wikipedia, 2011).
89
Trypanosoma
gambiens,
Reproduksi pada Flagellata ada 2 macam, yaitu vegetatif dan generatif.
Reproduksi vegetatif terjadi dengan cara pembelahan biner secara transversal,
misalnya pada Euglena, sedangkan reproduksi generatif terjadi melalui persatuan
antara ovum dan spermatozoid, misalnya pada Volvox.
a) Reproduksi secara vegetatif: pembelahan biner
Pembelahan biner pada flagellata berlangsung secara longitudinal.
Menurut Smith (2010), pembelahan sel dimulai dengan menduplikasi DNAnya untuk membuat dua set lengkap. Sel terus tumbuh dan set DNA bergerak
ke ujung berlawanan pada sisi sel. Setelah sel telah mencapai ukuran yang
tepat, sel membagi menjadi dua sel anak dengan DNA yang identik. Fusi biner
adalah cara reproduksi klasik yang digunakan ketika suatu organisme hidup
dalam lingkungan yang stabil. Waktu pembelahan biner ini penting, karena
organisme harus melakukannya pada saat yang tepat. Proses ini sebagian
diatur oleh septum cincin, yaitu cincin protein yang terbentuk disekitar
pertengahan sel. Septum cincin ini mendorong sel untuk dibagi secara merata
tanpa merusak DNA atau dinding sel. Kesalahan dalam proses fusi dapat
menyebabkan pembentukan sel anak dengan DNA tidak lengkap, atau salinan
tambahan gen tertentu. Cincin septum dirancang untuk mencegah hal ini.
b) Reproduksi secara generatif: persatuan antara ovum dan spermatozoid
Selain reproduksi secara vegetative (pembelahan biner), kelompok
flagellate juga melakukan perkembangbiakan secara generatif. Reproduksi ini
sangat diperlukan untuk memperkaya variasi genetic, sehingga akan
meningkatkan kemampuannya untuk hidup pada kondisi lingkungan yang
baru. Contoh flagellate yang memiliki proses secara generative adalah Volvox
sp. Volvox merupakan kandidat protozoa yang unik untuk diteliti. Catatan
penting untuk membahas Volvox adalah Volvox merupakan Flagellata yang
berkoloni membentuk suatu bola. Reproduksi aseksual terjadi pada garis
ekuator, sel ini berkembang menjadi “germ cell”, kelompok individu jantan
dan individu betina terbentuk pada koloni yang berbeda. Sel-sel germinal
betina tidak membagi, melainkan semakin membesar untuk membentuk
sebuah ovum. Pada beberapa spesies koloni Volvox bersifat hermaphroditic,
90
yaitu dalam satu koloni dapat membentuk sperma serta ovum. Namun
kematangan sperma dan ovum tidak pada saat yang bersamaan, sehingga
pembuahan diri (pada satu koloni) dapat dicegah (Wimvan, 2003).
Reproduksi dimulai dari koloni betina yang menggandung ovum dan
koloni jantan yang mengandung sperma bertemu. Ovum dihasilkan oleh
oogonium, sedangkan Volvox jantan menghasilkan spermatozoid oleh
spermatogonium. Setelah terjadi fertilisasi akan menghasilkan zigot, zigot
akan menghasilkan empat spora, yang kemudian akan menjadi individu baru.
Pada Gambar dibawah ini menunjukkan koloni Volvox jantan dengan paket sel
sperma dan Volvox betina dengan ovum. Sel sperma akan menuju koloni
Volvox betina untuk mencari ovum dan terjadi pembuahan.
Beberapa Flagellata memiliki tahap kehidupan bolak-balik antara tahap
proliferatif (misalnya trophozoites) dan kista aktif. Dalam bentuk kista, Flagellata
dapat bertahan hidup kondisi yang sulit, seperti terpapar pada suhu yang ekstrem
dan bahan kimia berbahaya, atau waktu lama tanpa akses terhadap nutrisi, air, atau
oksigen untuk jangka waktu tertentu. Pada Zooflagellata, menjadi bentukan kista
memungkinkan untuk bertahan hidup di luar tubuh inang, dan memungkinkan
terjadinya transmisi dari satu host ke host yang lain. Ketika dalam bentuk
trophozoites (Yunani, tropho=untuk memberi makan), secara aktif mencari makan
dan tumbuh. Proses dimana terjadi perubahan menjadi bentuk kista disebut
encystation, sedangkan proses mentransformasikan kembali ke trophozoite
disebut excystation (Hall, 1961).
91
A. Klasifikasi Flagellata
Berdasarkan struktur morfologinya, Flagellata dibedakan menjadi dua
kelompok besar, yaitu Fitoflagellata dan Zooflagellata. Fitoflagellata merupakan
kelompok flagellata yang memiliki ciri seperti tumbuhan, sedangkan Zooflagellata
merupakan kelompok flagellata yang memiliki ciri seperti hewan (Roger, 1988).
1. Fitoflagellata
Fitoflagelata adalah flagellata yang mirip dengan tumbuhan karena
memiliki plastida, sehingga dapat melakukan fotosintesis (Roger, 1988).
Fitoflagellata memiliki beberapa cara untuk mendapatkan makanan, yaitu:

Holozoik adalah mencari makanan dari lingkungan, menelan, lalu
mencernakan didalam tubuhnya.

Holofitrik adalah dengan membuat makanan sendiri dengan cara
fotosintesis.

Saprofitik adalah memakan organisme yang sudah mati.
Berdasarkan ciri-ciri morfologinya, Fitoflagellata diklasifikasikan menjadi
8 ordo, yaitu: Kriptomonadida, Euglenoida, Dinoflagellata, Krisomonadida,
Prymnesiida, Volvocida, Prasinomonadida, dan Silicoflagellida (Roger, 1988).
a) Kriptomonadida
Organisme yang termasuk kedalam ordo ini memiliki ciri-ciri: tubuh kecil,
berbentuk bulat telur, agak pipih pada salah satu sisi tubuhnya, permukaan selnya
licin dan dilapisi dengan periplas, bentuk plastida memanjang mirip seperti
perahu, memiliki dua buah flagella didaerah apikal dekat lubang mulut. Kedua
flagella ini memiliki rambut-rambut yang tersusun dari protein filament.
Chroomonas mesostigmatica merupakan salah satu contoh yang representatif dari
ordo ini. Gambar Chroomonas mesostigmatica disajikan pada Gambar 4.1.
92
Gambar 4.1 Chroomonas mesostigmatica (Sumber: Emden and Archibald, 2010)
b) Euglenoida
Ciri-ciri organisme yang termasuk ordo ini adalah memiliki bentuk tubuh
menggelendong dengan ujung berbentuk meruncing, tubuhnya dilapisi dengan
pelikel, memiliki dua buah atau lebih flagel (satu bulu cambuk panjang dan satu
bulu cambuk pendek) yang muncul dari bagian lubang apikal, plastida berbentuk
pipih dan seperti pita, dan memiliki stigma yang tampak jelas (bintik mata
berwarna merah) yang berfungsi untuk membedakan antara gelap dan terang
(Roger, 1988). Beberapa contoh dari ordo Euglenoida yaitu Euglena gracilis,
Euglena acus, dan Euglena viridis.
Menurut Verda (2010), Euglena viridis dapat bersifat holofitrik dan holozoik.
Bersifat holofitrik karena memiliki kloroplas yang mengandung klorofil, sehingga
dapat membuat makanannya sendiri dengan cara melakukan fotosintesis. Bersifat
holozoik yaitu dengan cara memasukkan makanannnya yang berupa organisme
berukuran lebih kecil melalui sitofaring menuju vakuola dan ditempat inilah
makanan dicerna. Gambar spesies Euglena viridis disajikan pada Gambar 4.2.
93
Gambar 4.2 Euglena viridis (Sumber: Nahle, 2007)
c) Dinoflagellata
Organisme yang termasuk kedalam ordo Dinoflagellata banyak ditemukan di
air tawar maupun air laut, dan merupakan sumber makanan penting bagi
organisme kecil lainnya. Kelompok Dinoflagellata ini memiliki ciri-ciri: bentuk
selnya biconical (seperti katup), memiliki alur spiral yang disebut cingulum dan
celah longitudinal yang disebut sulkus, dan memiliki bentuk plastid yang bulat
memanjang (Roger, 1988).
Dinoflagellata memiliki 2 flagela. Kedua flagella muncul dari satu lubang
pada persimpangan antara cingulum dan sulcus. Dinoflagellata mampu
bereproduksi secara aseksual dan seksual. Secara Aseksual biasanya melalui
pembelahan mitosis khususnya pada dinoflagellata oseanik. Secara seksual
melalui meiosis atau bila kondisi lingkungan memburuk akan berkembang
menjadi kista istirahat dengan dinding sel yang tebal.
Contoh dari dinoflagellata antara lain Noctiluca miliaris dan Gymnodinium
breve. Gymnodinium breve memiliki bentuk mirip seperti kunci gembok.
Tubuhnya organisme ini dikelilingi oleh selulosa. Noctiluca miliaris kebanyakan
hidup di air laut. Noctiluca miliaris dapat memancarkan sinar (bioluminense)
94
apabila tubuhnya terkena rangsangan mekanik (Irfani, 2011). Gambar spesies
Gymnodinium breve disajikan pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 (1) Ventral view: prominent apical (AP), apical groove (AG). (2)
Dorsal view: large nucleus (N) in hypotheca, transverse flagella (TF), longitudinal
flagella (LF). (3) Ventral view: cingulum (large arrow) and lipid globule (small
arrow). (4) Sketsa: Cingulum (C), Long sulcus (S) extends to apex of cell. (Sumber:
Steidinger and Joyce, 1973)
d) Krisomonadida
Bentuk tubuh dari kelompok Krisomonadida ini oval (bulat memanjang) atau
seperti bentukan daun, kadang beberapa sel membentuk koloni dalam sebuah
selubung gelatin. Krisomonas memiliki plastid yang berbentuk pipih melengkung.
Memiliki sepasang flagel yang terdapat pada daerah posterior tubuhnya, salah satu
dari flagel memanjang (Roger, 1988).
Gambar spesies Ochromonas danica disajikan pada Gambar 4.4.
95
Gambar 4.4 Ochromonas danica (Sumber: Cole, 2006)
e) Prymnesiida
Coccoliths merupakan salah satu contoh yang representatif dari ordo
Prymnesiida.
Coccoliths
adalah
kalsifikasi
yang
terbentuk
dari
sel
coccolithophores, yang merupakan fitoplankton laut. Cincin coccolith terdiri dari
sekitar dua puluh unit kristal kalsit. Bentuk dari sel ini pipih-oval atau
melengkung (mirip seperti pelana kuda). Kloroplasnya terletak agak menonjol
pada sel dan memiliki bentukan seperti mangkuk. Memiliki dua flagel pada
daerah lateral tubuhnya, diantara flagel ini terdapat bentukan unik yang disebut
haptonema (Roger, 1988). Gambar Coccoliths disajikan pada Gambar 4.5 dan
Gambar cincin coccolith (coccolithophores) disajikan pada Gambar 4.6.
Gambar 4.5 Coccoliths
Gambar 4.6 Coccolithophores
(Sumber: Yokoo et al., 2011)
f) Volvocida
Bentuk tubuh organisme yang termasuk ordo Volvocida umumnya bulat dan
berdinding tebal. Setiap spesie memiliki satu plastida dengan bentuk yang
bermacam-macam, tetapi umumnya berbentuk melengkung seperti cangkir.
Flagellata yang dimiliki umumnya 2 atau 4. Struktur flagella halus, tetapi pada
96
beberapa spesies flagella berkaitan dengan papilla. Organisme ini umumnya hidup
berkoloni. Permukaan koloni halus karena dilapisi oleh gelatin. Contoh dari ordo
Volvocida antara lain: Volvox globator, Clamydomonas sp, dan Polytomela caeca
(Roger, 1988). Ciri-ciri dari Volvox antara lain hidup secara berkoloni, koloni
Volvox dapat terdiri dari ribuan sel yang masing-masing sel memiliki dua flagella.
Setiap sel memiliki inti, vakuola kontraktil, stigma dan kloroplas (Verda, 2010).
Gambar Chlamydomonas sp disajikan pada Gambar 4.7 dan Gambar Volvox
globator disajikan pada Gambar 4.8.
Gambar 4.7 Chlamydomonas sp
(Sumber: Simmons, 2008)
Gambar 4.8 Volvox globator
(Sumber: Wagner, 2008)
g) Prasinomonadida
Organisme yang termasuk kedalam ordo Prasinomonadida, umumnya
memiliki ciri-ciri: sel berbentuk oval-pipih dan diselubungi oleh 1 atau lebih
lapisan, memiliki satu plastida tipis yang berbentuk seperti cangkir, dan memiliki
1, 2, 4 atau 8 flagel yang muncul dari cekungan permukaan tubuhnya (Roger,
1988). Contoh spesies yang termasuk kedalam ordo Prasinomonadida adalah
Tetraselmis convolutae. Gambar spesies Tetraselmis convolutae disajikan pada
Gambar 4.9.
Gambar 4.9 Tetraselmis convolutae (Sumber: Patterson and Andersen, 2011)
97
h) Silicoflagellida
Silicoflagellata tersebar secara luas di seluruh dunia, hidup pada zona neritik
dan juga perairan dingin. Silicoflagellata adalah plankton laut yang mampu
memperoleh energi baik sesara autotrof maupun heterotrof. Silicoflagellata
merupakan fitoplankton yang berukuran sangat kecil yakni 6-20µm. Tubuh
organisme ini berbentuk seperti lempeng bintang dengan pseudopodia yang
muncul dari permukaan tubuhnya dan membentuk duri. Selnya memiliki banyak
plastida kecil yang berbentuk bulat (Roger, 1988).
Pergerakan tubuhnya dilakukan dengan bantuan salah satu flagella yang
panjang. Flagella terletak didekat salah satu duri pada permukaan tubuhnya. Duri
pada kerangka pada organisme ini berfungsi untuk mengapung diperairan.
Kerangka Silicoflagellata biasanya terdiri 1-2% dari komponen mengandung
silika sedimen laut (Pical, 2010). Gambar spesies dari salah satu ordo
Silicoflagellata disajikan pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Dictyocha fibula (Sumber: Pical,
2010)
2. Zooflagellata
Zooflagellata adalah flagellata yang menyerupai hewan, tidak berkloroplas
dan bersifat heterotrof. Flagellata ini ada yang hidup bebas, bersimbiosis dengan
organisme lain, namun kebanyakan bersifat parasit pada organisme lain.
Berdasarkan ciri-ciri morfologinya, Zooflagellata diklasifikasikan menjadi 8 ordo,
yaitu: Choanoflagellida, Cercomonadida, Pteromonadida, Trichomonadida,
Diplomonadida, Hypermastigida, Kinetoplastida, dan Opalinida (Roger, 1988).
a) Choanoflagellida
98
Choanoflagellata banyak ditemukan di laut atau air payau. Kelompok
Choanoflagellata merupakan contoh yang sangat representative untuk
mengGambarkan Zooflagellata yang hidup bebas dan memiliki struktur yang
unik dalam mendapatkan makanan. Flagellata ini memiliki kumpulan
mikrovilli pada bagian apikal yang berfungsi untuk menangkap mangsanya.
Pada fase dewasa organisme ini hidup sesil dengan menempelkan bagian
tangkainya pada substrat (Roger, 1988). Salah satu contoh spesies yang
termasuk kedalam ordo ini adalah Monosiga ovata. Gambar Monosiga ovate
disajikan pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 (16 d) Monosiga ovate, (nα) flagellate, (n) nucleus, (cv)
plastida (Sumber: Olli and Muudetud, 2005)
b) Cercomonadida
Organisme yang termasuk kedalam ordo Cercomonadida, umumnya
memiliki ciri-ciri: bentuk sel pyriform atau silindris, dapat melakukan gerakan
amoeboid pada bagian posterior tubuh guna untuk menangkap mangsa,
nukleus besar dan terletak pada bagian anterior, memiliki dua flagellata yang
tidak simetris (yang 1 menjulur panjang, sedangkan yang lain pendek) (Roger,
1988).
Gambar spesies yang termasuk kedalam ordo Cercomonadida disajikan
pada Gambar 4.12.
99
Gambar 4.12 Cercomas sp (Sumber: Anonim, 2007)
c) Proteromonadida
Memiliki penjuluran flagella yang panjang adalah salah satu
kharakteristik dari ordo Proteromonadida. Organisme ini memiliki dua buah
flagel. Flagellata ini merupakan flagellata parasit pada amfibi dan reptile.
Nucleus pada organisme ini tampak jelas pada bagian anterior, didekat nucleus
ini tampak mitokondria yang berbentuk melengkung (Roger, 1988). Salah satu
contoh spesies yang termasuk kedalam ordo ini adalah Proteromonas lacerate
yang disajikan pada Gambar 4.13 dan 3.14.
Gambar 4.13 Proteromonas lacerate Gambar 4.14 Proteromonas lacerate
(Sumber: Brugerrole, 2006)
(Sumber: Luther, 1899)
d) Diplomonadida
Beberapa Diplomonas hidup didalam sisitem pencernaan inang,
beberapa merupakan parasit pada manusia. Diplomonas yang hidup bebas
umumnya berada di perairan yang kaya akan bahan organik. Organisme yang
termasuk kedalam ordo Diplomonadida, umumnya memiliki sel memiliki
100
bentukan simetri antara nukleus dan sistem flagella. Flagella yang dimiliki
oleh organisme ini 1 sampai 4 buah. Flagella berada dalam alur longitudinal.
Nucleus pada sel ini memiliki 2 nukleus yang tampak seperti bentukan mata
(Roger, 1988).
Organisme ini tidak memiliki mitokondria dan aparatus Golgi, namun
memiliki relik mitokondria yang disebut mitosomes. Trepomonas sp dan
Hexamita sp merupakan contoh Diplomonas yang hidup bebas. Giardia
lamblia merupakan contoh Diplomonas yang hidup sebagai parasit pada
manusia (Tovar et al., 2003). Gambar spesies Trepomonas sp disajikan pada
Gambar 4.15 dan Gambar spesies Giardia lamblia disajikan pada Gambar
4.16.
Gambar 4.16 Giardia lamblia
(Sumber: Tovar et al., 2003)
Gambar 4.15 Trepomonas sp
(Sumber: Bakovac, 2011)
e) Trichomonadida
Organisme yang termasuk kedalam ordo Cercomonadida, umumnya
memiliki ciri-ciri: bentuk sel pyriform atau oval, beberapa spesies dapat
melakukan gerakan amoboid, nukleusnya terdapat pada bagian anterior
tubuhnya, memiliki bentukan membrane bergelombang, jumlah flagelnya
antara 4 hingga 6 buah. Nukleus pada organisme ini berikatan dengan pelta
(bagian yang melengkung) pada axostyle. Salah satu contoh spesies yang
termasuk ordo Trichomonadida adalah Tritricomonas foetus (Roger, 1988).
Gambar Tritricomonas foetus disajikan pada Gambar 4.17.
101
Gambar 4.17 Tritricomonas foetus (Sumber: Wood, 2007)
f) Hypermastigida
Metacoronympha
merupakan
genus
terbesar
pada
ordo
Hypermastigida. Organisme ini hidup didalam usus pada rayap dan kecoa. Ciri
khas dari organisme yang termasuk kedalam ordo ini adalah bentuk sel
pyriform dengan flagel yang tersusun mengerucut pada bagian apikal.
Organisme ini memiliki satu nukleus. Gambar Metacoronympha sp disajikan
pada Gambar 4.18.
Gambar 4.18 Metacoronympha sp (Sumber: Brugerolle, 2006)
102
g) Kinetoplastida
Ordo ini diberi nama Kinetoplastida karena spesies-spesiesnya
memiliki organ khusus, kinetoplas. Anggota dari ordo kinetoplastida ada yang
hidup bebas dan ada yang hidup sebagai parasit. Spesies yang hidup bebas di
alam, umumnya hidup di lingkungan perairan yang mengandung banyak
senyawa organik. Organisme parasitik pada ordo ini dibedakan menjadi 2
genus, yaitu: Leishmania dan Trypanosoma yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia.
Dua contoh spesies yang paling representatif untuk mewakili anggota
ordo
Kinetoplastida
yang
hidup
bebas
adalah
Bodo
saltans
dan
Chynchomonas nasuta. Bodo saltans merupakan flagellata aquatik yang
memiliki flagella yang panjang untuk membantunya meluncur (bergerak).
Spesies ini banyak ditemukan di air tawar yang banyak mengandung bakteri
atau air payau yang tinggi akan kandungan senyawa organik. Gambar spesies
Bodo saltans disajikan pada Gambar 4.19 dan 3.20.
Gambar 4.19 Bodo saltans
(Sumber: Mercoledi, 2011)
Gambar 4.20 Bodo saltans
(Sumber: Patterson et al., 2001)
103
Chynchomonas nasuta merupakan spesies bacterivorus dengan 1
flagella panjang dan 1 flagella anterior pendek yang muncul dari daerah
sitofaring. Gambar spesies Chynchomonas nasuta pada Gambar 4.21.
Gambar 4.21 Rhynchomonas nasuta (Sumber: Patterson et al., 2011,
2001)
Pada genus Leishmania ada tiga spesies yang paling sering menjadi parasit
pada manusia, yaitu: Leishmania donovani yang menyebabkan leismaniasis
viseral atau kala azar, Leishmania tropica yang menyebabkan leismaniasis kulit
atau “oriental sore”, dan Leishmania bransiliensis
yang menyebabkan
leismeniasis mukokutis atau Espundia. Pada genus Trypanosoma terdapat tiga
spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia, yaitu Trypanosoma
brucei, Trypanosoma gambiense, dan Trypanosoma cruzi. Penyakit yang
disebabkan oleh spesies tersebut disebut tripanosomiasis (Gandahusada dkk.,
1998). Gambar spesies Trypanosoma gambiense disajikan pada Gambar 4.22.
Gambar 4.22 Trypanosoma gambiense (Sumber: Kalia et al., 2009)
h) Opalinata
Opalinata merupakan kelompok organisme yang memiliki multiflagel.
Organisme memiliki cirri-ciri: berbentuk pipih, silindris, atau mirip seperti
104
bentukan daun, bagian permukaan sel dikelilingi oleh pelikel dan flagella
(flagella tampak seperti silia), memiliki 1 atau banyak nukleus, tidak memiliki
cytopharing, dan sistem pencernaanya termodifikasi menjadi pinositosis.
Umumnya Opalinida hidup berkomensalisme didalam sistem pencernaan
amfibi atau ikan (Roger, 1988). Gambar Opalina sp disajikan pada Gambar
4.23 dan 3.24.
Gambar 4.23 Opalina sp (Sumber: Fox, 2006)
Gambar 4.24 Opalina sp (Sumber: Fox, 2006)
B. Morfologi Flagellata
Karakteristik utama dari flagelata yaitu ditunjukkan pada Gambar 4.25
jumlah flagela bervariasi dari satu (Gambar 4.25c) dan dua atau lebih flagela
(Gambar 4.25 d,f,g), sering kali dalam kelipatan dua. Flagela kemungkinan
muncul dari tubuh basal di bagian bawah dari ujung sel (Gambar 4.25 a,b,e,g) atau
dari tubuh basal terletak di bawah lapisan permukaan membran tempat flagela
(Gambar 4.25 c dan d). Posisi penempelan flagela ini memiliki nilai taksonomi.
Pada spesies lain dicontohkan oleh beberapa zoomastigopora, flagela yang aktif
(undulasi) secara umum diarahkan ke depan (Gambar 4.25 c) dengan satu seret.
Pada spesies lainnya, flagela yang diarahkan ke belakang berhubungan dengan
permukaan membran plasma (Gambar 4.25 j), menghasilkan membran undulasi
tipis ketika flagela aktif dan mengangkat lipatan membranous. Oleh karena itu,
membran bukan merupakan struktur yang permanen tetapi dapat terangkat ketika
flagela menariknya ke atas selama undulasi. Flagela sisanya (Gambar 4.25 j)
kemungkinan diarahkan ke depan dan menunjukkan gerakan seperti cambuk. Pada
spesies lain, satu flagela kecil dan lainnya terbungkus di sekitar badan sel seperti
pada dinoflagelata, biasanya dalam alur yang terspesialisasi (girdle) dekat garis
tengah sel (Gambar 4.25 h). Pergerakan flagela berbeda di antara spesies.
Aktivitas meliputi gerakan seperti lengan, unduliasi yang menyerupai cambuk,
105
atau riak yang menyerupai gelombang halus bergerak sepanjang sumbu flagela.
Pada beberapa kasus, flagela dipegang dengan cukup kuat pada arah depan
dengan gerakan gelombang halus, melintasi panjangnya. Air didorong sepanjang
sumbu flagela. Dorongan air ini menghasilkan pergerakan sel melewati medium
cair. Lintasan sel kemungkinan pada jalur spiral atau pada jalur langsung dengan
gerakan berputardi sekitar satu sumbu. Pasa beberapa spesies, sel menunjukkan
adanya pembentukan gerakan.
Gambar 4.25 Perbandingan morfologi beberapa flagelata: (a) Dunaliella salina, (b) Polytomella
caeca, (c) Euglena gracilis, (d) Chroomonas mesostigmatica, (e) Cercomonas sp, (f)
Proteromonas lacerate, (g) Ochromonas sp., (h) Gymnodinium dogieli, (i) Salpingoeca
amphoroideum, (j) Tritichomonas muris, (k) Giardia intestinalis.
Setiap flagela merupakan organel berbentuk silinder tipis kira-kira
berukuran panjang 150 µm dengan diameter 0,2 µm. Permukaan membran yang
mengelilingi flagela berhubungan dengan membran plasma pada bagian dimana
flagela melekat pada sel. Struktur dalam flagela sangat kompleks yang tersusun
atas pasangan tubulus sitoplasmik sentral dikelilingi oleh 9 doblet. Setiap doblet
terdiri atas sepasang tubulus yang tersambung sepanjang panjang tubuhnya.
106
Sebuah tubuh basal (kinetosom) biasanya sedikit bersifat refraktil dan terwarnai
daripada bagian yang terpisah dari flagela. Pada beberapa spesies, tubuh basal
juga mempunyai satu atau lebih fibril runcing yang terkait pada tubuh basal
tersebut dan hanya terlihat pada pengamatan dengan mikroskop elektron.
Sitoplasma terlihat melalui pengamatan dengan mikroskop cahaya secara
khas mengandung satu nucleus, meskipun ada bentukan multinukleat seperti pada
hipermastigida dan Opalinata. Sitoplasma yang melingkupi sel mengandung
vakuola dalam berbagai ukuran dan komposisi internal, satu atau lebih plastid
(jika ada), mitokondria (organel respiratori), dan Golgi (organel sekretori) hampir
tidak terlihat pada penampakan kotor dan akan terlihat pada penampakan dengan
intensitas cahaya tinggi. Pada spesies dengan plastid yang jelas, komposisi
pigmen, internal, struktur lamella membran, jumlah dan susunan pirenoid
(refracto proteinaceus bodies), serta jumlah dan jenis membran sitoplasmik yang
mengelilingi penting untuk membedakan ciri-ciri di antara spesies. Meskipun
pada flagelata yang tidak terpigmentasi menunjukkan keterangan dari sisa plastid
yang rata, beberapa spesies kekurangan klorofil tetapi berhubungan erat dengan
pigmentasi,
memiliki
lebih
sedikit
plastid
(leukoplas)
mengindikasikan
kemungkinan berkerabat dekat dengan tanda yang terpigmentasi. Variabilitas
sitoplasma merupakan petunjuk jelas dari jalur evolusi kompleks di antara
flagelata. Pada beberapa jalur terlihat kemajuan dari bentuk heterotropik menjadi
autotropik. Pada kasus lain, terlihat adanya transisi dari autotropik menjadi
heterotropik dengan kehilangan kemampuan fotosintesis dan retensi plastid tanpa
warna. Penyimpanan substansi/zat termasuk tetes minyak, tepung dan sisa
karbohidrat (dalam bentuk butir besar atau massa granula), atau berbagai sisa
organ biasanya dapat terlihat dengan jelas di dalam sitoplasma. Tipe produk
sering kali memiliki arti taksonomik dan kemungkinan berhubungan dengan jenis
nutrisi. Beberapa spesies autotropik menyediakan sebagian besar karbohidrat
dalam bentuk butir-butir tepung atau adakalanya sebagai polimer-polimer kecil
(leukosin) dalam bentuk cairan. Terkadang tampak tetes lemak, terutama dengan
peningkatan maturasi sel. Spesies heterotropik menyediakan tetesan minyak,
bahan lilin, atau lipid lain dalam sitoplasma. Kondisi fisiologis organisme, variasi
107
lain dalam karakteristik metabolik, dan tahapan pertumbuhan sering menghasilkan
modifikasi. Substansi cadangan utama untuk setiap organisme digunakan sebagai
Gambaran perbandingan dari spesies flagelata.
Beberapa spesies memiliki tambahan penutup sel pada membran plasma
periferal, misalnya (1) elastik, complex-ridged pellicles, (2) loricas (organik atau
secara parsial untuk melengkapi mineralisasi dinding), atau (3) penutup yang
menyerupai proteinaous halus atau selulosa. Lampiran luar tersebut dapat
memiliki design geometrik yang kompleks dan elegant. Euglenoid dan beberapa
chrysomonad bentuk kista
menghasilkan lampiran dengan mineralisasi
menyerupai labu di sekitar sel selama pertumbuhan aktif ataupun pada waktu
enkistasi. Pada spesies lain, penutup eksternal berupa lapisan yang tidak terlalu
menyolok yang dengan seketika mengelilingi dan mengikuti garis bentuk
permukaan sel.
C. Peranan Flagellata
Flagellata yang bersifat holozoik berperan sebagai predator, memangsa
organisme uniseluler atau ganggang, bakteri, dan microfungi, sehingga Flagellata
memainkan peranan penting dalam mengendalikan populasi bakteri dan biomas
(Wasetiawan, 2010). Flagellata yang bersifat saprofitik memainkan peran baik
sebagai herbivora dan konsumen dalam tingkatan dekomposer dari rantai
makanan.
Sebagai komponen dari mikro dan meiofauna, Flagellata berperan sebagai
phytoplankton dan zooplankton di dalam lingkungan perairan yang berfungsi
sebagai sumber pakan alami organisme lain, misalnya ikan dan udang (Redjeki,
1999). Dengan demikian, peran ekologis protozoa dalam rantai makanan
komunitas akuatik sangat penting. Menurut Lupita (2009), flagellata dapat
digunakan sebagai sumber Protein Sel Tunggal (PST), misalnya Euglena viridis
dan Euglena oxyuris yang saat ini mulai dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan protein masyarakat dunia tanpa memerlukan lahan yang luas dan waktu
panen yang singkat dalam jumlah besar.
108
Beberapa flagelata bersifat parasit dan merugikan, misalnya Giardia
lamblia dan Trichomonas vaginalis. G. lamblia hidup di rongga usus kecil, yaitu
duodenum dan bagian proksimal yeyunum dan kadang-kadang di saluran dan
kandung empedu. Infekksi Giardia menyebabkan diare disertai steatore karena
gangguan absorpsi lemk dan gangguan absorpsi karoten, folat, dan vitamin B12.
Trichomonas vaginalis merupakan flagellata parasit pada saluran urogenital yang
dapat menyebabkan beberapa penyakit pada saluran reproduksi maupun ekskresi.
Contohnya yaitu vaginisitis, prostasitis, urethritis.
D. Habitat Flagellata
Flagellata terdapat dalam berbagai habitat, termasuk lingkungan darat dan
perairan (air tawar dan air laut). Tanah yang ditinggali oleh protozoa telah
diketahui dari hampir setiap jenis tanah dalam setiap lingkungan, dari tanah rawa
sampai pasir kering. Flagellata termasuk protozoa dengan angka keragaman
spesies yang dominan. Densitasnya mencapai 3000 sampai 200.000 per gram
tanah. Sejauh ini, telah dipelajari tentang flagellate dari segi ekologis, yaitu
spesies air tawar dan spesies air laut. Beberapa di antaranya adalah stenohalin
(sensitive terhadap tonicity dan membutuhkan rentang salinitas yang sempit) dan
euryhaline (toleran terhadap variasi salinitas). Flagellata hidup secara komensal
atau parasit dengan tumbuhan atau hewan yang sering membutuhkan lingkungan
khusus,sehingga flagellate teradaptasi dalam lingkungan yang terbatas dari
hostnya. Contohnya, flagellate dapat hidup pada lingkungan anaerob di usus
serangga atau invertebrate. Flagellata darat ada yang autotrof obligat dan
memerlukan pencahayaan yang memadai untuk pertumbuhan. Misalnya
Chloromonads yang terhambat pertumbuhannya ketika musim salju. Spesies air
autotrofik terbatas hanya pada zona fotik dimana kualitas cahaya dan intensitas
cahaya berada dalam kisaran kompensasi fotosintesis organisme. Titik
kompensasi fotosintesis adalah tingkat intensitas cahaya di mana fotosintesis
hanya cukup untuk menjaga metabolisme respirasi. Fotoautotrof yang mampu
menyesuaikan respirasinya ke tingkat yang sangat rendah dan sangat efisien
menggunakan energi cahaya yang tersedia, memiliki intensitas cahaya kompensasi
109
rendah. Ada banyak variasi kompenssasi dari Dinoglagellata dengan kisaran ,< 1 35 µEinsteins/m2/sec.
Flagellata heterotrofik, walaupun kadang-kadang terhambat oleh intensitas
cahaya, tetapi sedikit dipengaruhi oleh variasi cahaya daripada tipe fotoautotrofik.
Jadi, flagelata heterotrofik banyak ditemukan di tempat yang mempunyai sumber
karbon organic melimpah dan tanpa cahaya, meskipun ada beberapa yang dapat
tumbuh baik di lokasi dengan intensitas cahaya rendah. Pertumbuhan pigmen dan
warna euglenoid (contohnya, pigmen Euglena gracilis var bacillaris dan Astasia
longa tak berpigmen) terjadi di tempat yang kurang cahaya daripada di tempat
gelap. Beberapa euglenoid (contohnya E. sanguine dan E. haematodes) berpigmen
merah yang bergerak ke permukaan cell dalam cahaya terang, dan memberi warna
merah pada sel, namun warna tersebut akan memudar jika sedikit cahaya.
Beberapa flagelata asetat juga bersifat anaerob fakultatif. Contohnya
Ochromonas malhamensis yang hanya hanya berfotosintesis mingguan dan
bergantung kepada sumber karbon eksternal.
Flagelata asetat dapat hidup di
lingkungan yang mempunyai pH rendah yang kaya akan asam aorganik.
Mempunyai membrane yang relative impermeable terhadap asam organic dan
menggunakan mekanisme transport membrane untuk regulasi dalam tubuh.
Molekul khusus yang menempel pada membrane plasma dan membawa molekul
asam tersebut ke sitoplasma.
E. Daur Hidup Flagellata
Siklus reproduksi pada beberapa Volvocidan yang soliter dan berkoloni
telah diketahui. Siklus hidup dari Polytomella caeca merupakan deskripsi yang
representatif dalam genus ini. Reproduksi aseksual dilakukan melalui pembelahan
biner. Sel mulai membelah di bagian ujung posterior dan bergerak maju menuju
ujung anterior. Ketika dua sel ini masih melekat satu sama lain di bagian ujung
anterior, flagella mengalami duplikasi dan delapan flagella memanjang dari
tempat bersatunya. Saat terpisah, masing-masing sel memiliki empat flagella.
Reproduksi seksual dilakukan melalui fusi dari keempat flagella isogamete yang
menyerupai sel vegetatif. Persatuan gamet dilakukan dengan menjalin flagella
110
kedua sel. Selama fusi berlangsung, satu set dari empat flagella mengalami
resorbsi sehingga tersisa hanya empat flagella. Fusi dimulai dari ujung anterior,
kemudian bergerak menuju ujung posterior atau dapat dikatakan berkebalikan
dengan pembelahan biner. Selanjutnya, terjadi pemisahan zigot menjadi 4 sel
anakan. Terjadi variasi dalam pola konjugasi di antara spesies Polytomella.
Reproduksi menyebabkan terjadinya pertambahan populasi pada Polytomella
caeca.
Enkistasis terjadi saat Polytomella caeca mengalami blooming. Sel yang
mengalami enkistasis, merontokkan flagelanya dan membentuk dinding yang
tebal. Dinding kista yang masak terdiri atas empat lapisan. Lapisan pertama terdiri
atas fibril yang dibentuk sebagian menempel pada membrane plasma. Sisa layer
yang lain lebih tebal dan berfungsi sebagai proteksi kista terhadap stress
lingkungan. Reticulum endoplasma dan badan golgi berproliferasi selama fase
awal enkistasis, diikuti dengan reduksi jumlah dan peningkatan jumlah organel ini
berserta plasmid saat maturasi kista. Berkebalikan dengan enkistasis, peristiwa
eksistasis merupakan proses terjadinya perubahan fase kista menjadi trofozoid
kembali. Dinding kista yang semul atebal, lama kelamaan mengalami perusakan
sehingga trofozoid dapat keluar kembali.
F. Tingkah Laku Makan Flagelata
Sebagian besar flagelata fagotropik menggunakan penelanan partikel
makanan secara sederhana pada satu atau beberapa tempat dalam plasma
membrane. Tidak ada tempat yang terspesialisasi sebgaai tepat masuknya
makanan, meskipun mungkin ada beberapa tempat dalam plasma membrane
sebagai tempat masuknya makanan. Tempat khusus untuk masuknya makanan
disebut sebagai kantong atau celah makan pada beberapa kriptomonas, euglena,
dan flagelata lainnya. Dinoflagelata fagotropik memiliki mekanisme makan yang
bervariasi, termasuk adanya jaring pseudopodial (psudopodial net) atau ada juga
menyerupai jari yang memanjang untuk menangkap mangsa.
Peranema yang merupakan euglena tak berwarna memiliki apparatus
makan yang luar biasa. Terdapat mikrotubul dan organ yang dapat memanjang
111
untuk membantu menangkap mangsa. Selama fagositosis, perpindahan euglenoid
dilakukan untuk membantu orientasi dan proses penelanan makanan. Pada
Entosiphon, apparatus makan terdiri atas siphon yang terbentuk dari mikrotubul.
Selama proses makan, mengalami perbesaran diameter. Ketika makan telah
selesai, maka sifon kembali ke diameter awal dan seluruh struktur kembali dalam
membran plasma.
RINGKASAN
Flagellata dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu Fitoflagellata dan
Zooflagellata. Fitoflagellata merupakan kelompok flagellata yang memiliki
karakterisasi seperti tumbuhan,
sedangkan
Zooflagellata
seperti hewan.
Berdasarkan morfologinya Fitoflagellata dan Zooflagellata diklasifikasikan
menjadi 8 ordo. Ordo dari Fitoflagellata, yaitu: Kriptomonadida, Euglenoida,
Dinoflagellata, Krisomonadida, Prymnesiida, Volvocida, Prasinomona-dida, dan
Silicoflagellida, sedangkan ordo dari Zooflagellata, yaitu: Cho-anoflagellida,
Cercomonadida,
Pteromonadida,
Trichomonadida,
Diplo-monadida,
Hypermastigida, Kinetoplastida, dan Opalinida.
Flagelata memiliki 1 nukleus atau lebih, dan alat pergerakan (alat
neuromotor) terdiri dari kinetoplas dan flagel. Bersifat holozoik berperan sebagai
predator. Berperan penting dalam mengendalikan populasi bakteri dan biomas,
flagellata yang bersifat saprofitik berperan sebagai herbivora dan konsumen dalam
tingkatan dekomposer dari rantai makanan, flagellata berperan sebagai
phytoplankton dan zooplankton di dalam lingkungan perairan yang berfungsi
sebagai sumber pakan alami organisme lain, misalnya ikan dan udang, flagellata
dapat digunakan sebagai sumber Protein Sel Tunggal (PST).
Habitat Flagellata di berbagai macam, termasuk lingkungan darat dan
perairan (air tawar dan air laut). Reproduksi aseksual dengan pembelahan biner,
sedangkan reproduksi seksual dengan persatuan isogamet. Morfogenesis
Flagellata ditemukan dalam bentuk kista jika dalam lingkungan padat dan
trofozoit jika lingkungan berair.
112
DAFTAR RUJUKAN
Bakovac, Kosinjski. 2011. (Online), (http://wdict.net/gallery/diplomonad/, diakses
tanggal 11 November 2011).
Brugerrole, Guy. 2006. Proteromonas lacertaeviridis. (Online), (http://starcentral.
mbl.edu/mv/portal.php?pagetitle=assetfactsheet&imageid=22902, diakses
tanggal 10 November 2011).
Cole, Jeffrey. 2006. Ochromonas danica. (Online), (http://starcentral.mbl.edu/
microscope/portal.php?pagetitle=assetfactsheet&imageid=25981,
diakses
tanggal 9 November 2011).
Emden, K.H., and Archibald J.M. 2010. Chroomonas. (Online), (http://eol.org/
pages/37801/overview, diakses tanggal 9 November 2011).
Fox, Richard. 2006. Invertebrate Anatomy OnLine. (Online), (http://lanwebs.
lander.edu/faculty/rsfox/invertebrates/protozoa.html, diakses tanggal 11
November 2011).
Gandahusada, Srisasi, Ilahude H.D., dan Pribadi Wita. 1998. Parasitologi
Kedokteran. Jakarta: Gaya Baru.
Kalia, J., Ghadekar R., Phatidar R. 2009. Mastigophora - Class of Phylum
Protozoa. (Online), (http://www.2classnotes.com/digital_notes.asp?p=
Mastigophora_-_Class_of_Phylum_Protzoa, diakses tanggal 11 November
2011).
Lupita, Dessiana Endang. 2009. Euglenophyta. (Online), (http://zaifbio.
wordpress.com/2009/01/30/euglenophyta, diakses tanggal 12 November
2011)
Mercoledi. 2011. Kinetoplastida. (Online), (http://resnaturalis.blogspot.com/
2011/04/kinetoplastida.html, diakses tanggal 11 November 2011).
Luther, Heterokonta. 1899. Proteromonadida. (Online), (http://protist.i.hosei.
ac.jp/taxonomy/zoomastigophora/proteromonadida.html, diakses tanggal 10
November 2011).
Margono, Sri S. 1998. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Nahle, Nasif. 2007. Euglena viridis. (Online), (http://www.biocab.org/Euglena_
Clasif.html, diakses tanggal 8 November 2011).
113
Olli, Kalle and Muudetud Viimati. 2005. Choanoflagellata, Choanoflagellida.
(Online), (http://www.botany.ut.ee/~olli/PE/protist_59.html, diakses tanggal
9 November 2011).
Patterson, David and Adersen Bob. 2011. Tetraselmis convolutae. (Online),
(http://labs1.eol.org/pages/89647, diakses tanggal 9 November 2011).
Patterson, D.J., dan Zettler L.A. 2001. Euglenozoa Images. (Online), (http://tolweb.org/images/Euglenozoa/2405, diakses tanggal 11 November 2011).
Pical, Ciecilia. 2010. 5 Kelas Utama Fitoplankton. (Online), (http://cyeciliapical.
blogspot.com/2011/07/tugas-planktonologi-5-kelas-utama.html,
diakses
tanggal 9 November 2011).
Roger, A.O. 1988. Comparative protozoology, ecology, physiology and life
history. New York: Sringer-Verlag New York Inc.
Simmons, Kent. 2008. Algae, Fungi, and Mosses Laboratoryum Manual Table
and Contents. (Online), (http://kentsimmons.uwinnipeg.ca/2152/lb3pg1.
htm, diakses tanggal 9 November 2011).
Steidinger and Joyce. 1973. Gymnodinium breve. (Online), (http://botany.si.edu/
references/dinoflag/Taxa/Plates/Plate22.htm, diakses tanggal 9 November
2011).
Sudewa, Ari. 2010. Klasifikasi Protozoa. (Online), (http://arisudev.wordpress.com
/2010/08/15/protozoa/, diakses tanggal 8 November 2011).
Tovar, Jorge, Avila G.L., Sanches L.B., Sutak R., Tacezhi J., Giezen M.,
Hernandez M., Muller M., and Lucocq J. 2003. Mitochondrial Remnant
Organelles of Giardia Function in Iron-Sulphur Protein Maturation. Journal
of Nature Vol. 426 Page 172-176.
Verda, Vita. 2010. Flagellata. (Online), (http://vita-ferda.blogspot.com/2010/12/
flagellata.html, diakses tanggal 8 November 2011).
Wagner, Ralf. 2008. Microscopy and Microfotos of Little Plants and Animals.
(Online), (http://www.dr-ralf-wagner.de/Volvox-englisch.html, diakses
tanggal 9 November 2011).
Wikipedia. 2011. Protozoa, (Online), (http://id.wsikipedia.org/wiki/Protozoa),
diakses 11 November 2011.
Wood, Jarrod. 2007. Animal Parasitology. (Online), (http://www.k-state.edu/
parasitology/625tutorials/Protozoa10.html, diakses tanggal 11 November
2011).
114
Yokoo, N., Suzuki M., Saruwatari K., Aoki H., Watanabe K., Nagasawa H., and
Kogure Toshihiro. 2011. Microstructures of the Larval Shell of a Pearl
Oyster, Pinctada Fucata, Investigated by FIB-TEM Technique. (Online),
(http://www-gbs.eps.s.u-tokyo.ac.jp/kogure/egallery/egallery-index.html,
diakses tanggal 9 November 2011).
115
Download