Metode Make a Match.

advertisement
RINGKASAN PROPOSAL
Nama
NPM
Prody
Pembimbing I
Pembimbing II
Judul
: Anisa Tuanany
: 2009 12 106
: Pend. Matematika
: Ir Abdullah Tuasikal M.Si
: Wa ode Dahiana S.Pd M.Pd
:Penerapan Model Cooperative Learning
Tipe Make a match Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Materi Persamaan
Kuadrat Pada Siswa Kelas X SMA Negeri
2 Pulau Haruku
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini
hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk secara efektif melalui strategi pendidikan dan pembelajaran yang terarah
dan terpadu. Manajemen pendidikan perlu secara khusus memperhatikan pengembangan potensi peserta didik yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa (unggul) yaitu dengan cara mampu mengembangkan keunggulan-keunggulan tersebut.
Belajar Cooperatife dinilai mampu mengembangkan jiwa kepemimpinan yang baik karena dalam tim terjadi penunjuk
tanggung jawab secara bergiliran. Setiap anggota harus mampu menyumbangkan sesuatu untuk keberhasilan bersama,
keberhasilan tim, tokoh belajar cooperatife, Slavin (1995) mengatakan bahwa belajar cooperatife adalah metode yang
memungkinkan belajar untuk bekerja dan belajar dalam kelompok kecil saling membantu satu sama lain untuk mengatasi
kesulitan belajar.
SMA Negeri 2 Pulau Haruku merupakan sebuah lembaga formal yang memperhatikan terciptanya kualitas siswanya.
Dimana ketika itu penulis melakukan pangamatan di sekolah tersebut, dan fenomena yang tergambar di atas merupakan
fenomena yang telah ditemui penulis pada lembaran hasil kerja siswa kelas X semester 1 tahun ajaran 2012-2013 dalam
menyelesaikan soal-soal materi Persamaan Kuadrat banyak kesulitan yang mereka alami. Artinya, hasil kerja mereka
tidaklah memuaskan. Karena, metode yang digunakan masih besifat konvensional. Hal ini kurang merangsang kreativitas
berfikir siswa. Pembelajaran harusnya berpusat kepada siswa bukan berpusat pada guru. Oleh karena itu, pembelajaran
matematika yang dapat mengaktifkan siswa belajar di kelas sudah saatnya diterapkan.
Salah satu upaya dalam meningkatkan hasil belajar adalah dengan menerapkan strategi maupun model pembelajaran yang
sesuai dengan materi yang akan diajarkan agar dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar selain itu siswa merasa
mengambil bagian dalam proses belajar mengajar.
Untuk lebih banyak melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, maka peneliti akan menggunakan model
pembelajaran cooperatife learning tipe make a match. Pembelajaran dengan cooperatife learning tipe make a match ini akan
banyak melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti termotivasi untuk mengadakan penelitian dengan judul "Penerapan Model
Cooperative Learning Tipe Make a Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Persamaan Kuadrat Pada
Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Pulau Haruku”.
1.2. dentifikasi Malasah
Dari latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
• Pembelajaran matematika di kelas masih berjalan monoton.
• Metode yang digunakan bersifat konvensional.
•Rendahnya hasil belajar siswa untuk mata pelajaran matematika, khususnya materi Persamaan Kuadrat.
1.3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan penerapan model cooperative learning tipe make a match dapat
meningkatkan hasil belajar siswa materi persamaan kuadrat pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Pulau Haruku?
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model cooperative learning tipe make a match untuk
meningkatkan hasil belajar siswa materi persamaan kuadrat pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Pulau Haruku.
1.5. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
•Sekolah : sebagai informasi tentang hasil belajar siswa yang memperoleh pengajaran dengan model pembelajaran
cooperative tipe make a match.
•Guru : sebagai bahan informasi dalam menggunakan metode pengajaran yang tepat khususnya bagi guru bidang studi
matematika.
•Siswa : diharapkan dapat meningkatkan sosialisasi dengan teman–temannya sehingga menimbulkan kekompakan, perasaan
saling membantu, dan berbagi pengetahuan.
•Peneliti : sebagai calon guru bila kelak bertugas sebagai guru dapat menerapakan model cooperative learning tipe make a
match.
1.6. Definisi Operasional
Untuk tidak menimbulkan salah penafsiran terhadap permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merasa
perlu untuk menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut:
•Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang menempatkan beberapa siswa dalam kelompok-kelompok
kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas (Widdihartono, 2004:14).
•Make a match adalah model pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatihss materi yang telah dipelajari (Lorry Curran,
1994).
•Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa selama mengikuti program belajar yang dibuktikan dengan
nilai yang diperoleh melalui alat uji (Sardiman, 1987).
•Persamaan kuadrat adalah suatu persamaan polynomial berorde dua.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
2.1.1. Pengertian Belajar
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar semata–mata mengumpulkan atau menghapalkan fakta–fakta yang terjadi dalam
bentuk informasi atau materi pelajaran. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2003 : 2).
2.1.2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Menurut
Ratumanan (2004 : 3), pembelajaran merupakan suatu upaya untuk membelajarkan siswa secara eksplisit terlihat bahwa
dalam pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2.2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Yang
harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaa
saja (Suprijono, 2012 : 5 & 7).
2.3. Cooperative Learning
Cooperative learning merupakan suatu pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antara siswa
dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Ratumanan (2004:129), belajar
cooperative merupakan suatu kumpulan strategi mengajar yang digunakan siswa untuk membantu satu dengan yang lain
dalam poses belajar.
2.4. Pengertian Make a Match
Metode make a match adalah metode pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari (Lorry
Curran : 1994). Menurut Agus (2009 : 94), hal–hal yang perlu dipersiapakan jika pembelajaran dikembangkan dengan
metode make a match adalah kartu–kartu. Kartu–kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan–pertanyaan dan kartu–
kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan–pertanyaan tersebut.
2.5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Make a Match
Menurut Lorna Curran (1994) :
Setelah guru menyampaikan materi, guru dan siswa diminta melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sisi review, satu bagian kartu
soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya akan mendapatkan hukuman, yang telah
disepakati bersama.
7. Setelah tahap pertama selesai, kelompok pertama dan kelompok kedua memosisikan dirinya menjadi kelompok penilai.
sementara kelompok ketiga dibagi menjadi dua kelompok.
8. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
2.6. Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning Tipe Make a Match.
2.6.1. Kelebihan Make a Match
Kelebihan make a match (Amin, 2011) sebagai beikut:
1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan.
2. Materi pembelajaran yang di sampaikan lebih menarik perhatian siswa.
3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai tarap ketuntasan belajar.
1.
2.
3.
2.6.2. Kelemahan Make a Match
Kelemahan make a match (Amin, 2011) sebagai berikut:
Bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan.
Banyak siswa tidak senang apabila di suruh bekerja sama dengan yang lain.
Perasaan was-was pada aggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus
menyesuaikan diri dengan kelompok.
2.7. Ruang Lingkup Materi
Persamaan Kuadrat
1. Pengertian Persamaan Kuadrat
Persamaan kuadrat adalah suatu persamaan polynomial berorde dua, bentuk umum persamaan kuadrat; ax2 + bx + c =
0 dengan a, b, dan c adalah bilangan real, a ≠ 0 dan x menyatakan variabel.
2. Menyelesaikan Persamaan Kuadrat
Menyelesaikan persamaan kuadrat adalah menentukan nilai – nilai variabel yang memenuhi persamaan kuadrat
tersebut.
3. Menyelesaikan Persamaan Kuadrat dengan Rumus Kuadrat (Rumus abc)
Dari penyelesaian persamaan kuadrat:
2
ax + bx + c = 0, dengan melengkapkan kuadrat sempurna diperoleh dua harga x, yaitu:
atau
X1
x1..2
x2
dinamakan rumus kuadrat.
Dengan ketentuan a= koefisien X² : b= koefisien x dan c= konstanta.
2.8. Kerangka Fikir
PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE
MAKE A MATCH
ADA PENGARUH
SISWA
HASIL BELAJAR
MENINGKAT
Gambar 2.1 Hubungan Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make a Match dengan Hasil Belajar
2.9. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka fikir yang diuraikan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah dengan
menggunakan model cooperative learning tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa
materi persamaan kuadrat pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Pulau Haruku
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas dilakukan berdasarkan siklus-siklus
yang dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi
(reflecting).
3.2. Sumber Data
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
3.4. Subjek Penelitian
3.5. Prosedur Penelitian
3.6. Instrumen Penelitian
3.7. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif.
1. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara statistika deskriptif.
Untuk mengetahui nilai akhir yang dicapai dalam tes secara umum dianalisis dengan menggunakan rumus:
Nilai akhir =
Arikunto (2009: 236)
Selanjutnya dari hasil belajar siswa kemudian dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan di SMA NEGERI 2 PULAU HARUKU sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kualifikasi Tingkat Hasil Belajar Siswa
Hasil Belajar Siswa
Keterangan
Tuntas
Tidak Tuntas
Sumber : (SMA negeri 2 pulau haruku)
Dan secara klasikal siswa telah mencapai 60 ketuntasan minimal dikatakan tuntas. Berdasarkan hasil yang
diperoleh dapat diketahui apakah siswa tersebut tingkat penguasaannya terhadap materi telah tuntas atau belum. Untuk
mendapatkan data KKM secara klasikal dibuat rumus sebagai berikut:
Ketuntasan Klasikal =
Arikunto (2009 : 236)
2. Teknik Analisis Data Kualitatif
Analisis kualitatif menurut Miles dan Huberman (Susilo, 2009:12) memiliki tiga tahapan yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menyederhanakan, meringkas data mana yang penting dan data mana yang
diabaikan, sehingga data yang terkumpul dapat memberi informasi yang bermakna.
2. Penyajian Data
Penyajian data dapat ditampilkan dalam bentuk uraian singkat, grafis, tabel, matrik yang berfungsi untuk menunjukan
informasi tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan variabel yang satu dengan yang lain.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah proses intisari atas sajian data dalam bentuk pernyataan yang singkat dan padat tetapi
mengandung pengertian yang luas. Dan dilakukan secara bertahap, mulai dari kempulan sementara yang ditarik pada siklus
satu kekesimpulan terevisi pada akhir siklus dua dan kesimpulan terakhir pada siklus terakhir. Kesimpulan yang pertama
sampai dengan terakhir saling terkait dengan kesimpulan pertama sebagai pijakan.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, S. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Amin, S. Lorry curran 2011. Metode Make a Match. http://s4iful4min.blogspot.com/2011/02/metode-makeamatch-tujuan-persiapan-dan.html?m=1
Ratumanan, T. G. 2004. Belajar Dan Pembelajaran. Edisi Ke-2. Surabaya: Unesa Universiti Press.
Sadirman A,M. 1986. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Cet. Ke-4. Jakarta:Rineka Cipta.
Slavin, R. E. 1995. Educational Psychologi, Theori And Practici. Baston.Alin And Bacon.
Sudjana, M. A. 1989. Statistic Desskriftif Untuk Ekonomi Dan Niaga. Bandung: Tarsito.
Suprijono, agus. (2012 & 2009) cooperative learning teori dan aplikasi paikem. Yogyakarta : Pustaka pelajar
Widdihartono, R. 2004. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP.S. Yogyakarta : Departemen
Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dan Menengah, Pusat Pengembangan Penetaraan Guru
(PPPG).
Download