BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi penangkapan ikan di Indonesia berkembang pesat terutama pada penggunaan alat bantu cahaya untuk menarik perhatian ikan. Prinsip penangkapan pada alat tangkap ini pada dasarnya memanfaatkan tingkah laku ikan, khususnya respon ikan terhadap cahaya. Mengingat sulitnya melakukan pengamatan secara visual di bawah air, maka dalam penelitian ini pengamatan tingkah laku ikan di sekitar pencahayaan dilakukan melalui pendekatan akustik (Sulaiman dkk, 2006). Tingkah laku ikan adalah adaptasi tubuh ikan terhadap pengaruh lingkungan internal dan eksternal.Yang termasuk pengaruh lingkungan eksternal adalah oksigen, cahaya, salinitas dan faktor linkungan lainnya. Yang termasuk faktor internal adalah kematangan goand, pertumbuhan Manfaat mengetahui tingkah lain:Meningkatkan lalu ikan dibidang efisiensi alat tangkap. penangkapa Sebagai ikan gambaran antara dapat dikemukakan bahwa setiap jenis ikan mempunyai swimming depth (kedalaman renang) yang berbeda-beda.Ikan tembang berbeda swimming depth dengan ikan tongkol.ikan tembang berenang lebih dekat di permukaan air, sedangkan ikan tongkol berenang lebih dalam. Kedua jenis ikan ini dapat di tangkap dengan menggunakan jaring.Supaya efisisensi alat tangkap jaring yang digunakan untuk menangkap kedua ikan tersebut, maka untuk menangkap ikan tembang tidak dibutuhkan lebar jaring yang lebih dalam ketimbang jaring yang digunakan untuk menangkap ikan tongkol.Selain itu, membantu dalam managemen perikanan,dengan mengetahui kapan suatu jenis ikan melakukan pemijahan, kapan ikan tersebut telah dewasa maka pengturan penangkapan ikan brkelanjutan dengan mudah dapat dilakuan.Dalam managemen penangapan ikan, suatu daerah penangkapan (fishing ground) dapat dilakukan penutupan jika daerah tersebut merupakan tempat pemijahan (spawnng 1 ground), kapan ikan tersebut melakukan pemijahan harus diketahui dengan mengetahui tingkah laku iakn tersebut (Ratna, 2011). Berkaitan dengan mekanisme alat tangkap dan dengan tinkah laku ikan, sering di jumpai berbagai kegagalan dikarenakan kurangnya pengetahuan yang cukup tentang tingkah laku ikan yang menjadi tujuan penangkapan.Dengan memahami penegtahuan tentang tingkah laku ikan, diharapkan dapat mengoptimalkan efisiensi suatu alat tangkap.Pengamatan secara tidak langsung tingkah laku ikan dalam hubungannya dengan alat tangkap yang dioperasikan pada laut dalam dengan bantuan berbagai peralatan seperti underwater camera, televisi maupun sonar yang diatur dengan pengontrol jarak jauh. Pengamatan dan penelitian memberikan andil dalam pengembangan usaha penangkapan, terutama yang menyangkut berbagai respon ikan terhadap berbagai rangsangan yang ditimbulkan oleh sesuatu jenis alat tangkap yang berguna bagi proses penangkapan berbagai jenis ikan. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksuddiadakannyapraktikuml a p a n g Tingkahlakuikanadalah agarpraktikandapatmengetahuitingkah lakuikanmulai dari awal menetas, tingkah laku saat pembesaran, dan tingkah laku pada saat pemijahan. Tujuan dari praktikum lapang Tingkah laku ikan adalah agar praktikan mengetahui dan mampu menjelaskan tingkah lakuikanmulai dari awal menetas, tingkah laku saat pembesaran, dan tingkah laku pada saat pemijahan. 1.3 Waktu dan Tempat PraktikumlapangTingkahlakuikandilaksanakanpadahariKamistanggal 12 Desember2013pukul07.00WIB–1 2 . 0 0 WIB,di Balai Budidaya Air Payau Situbondo, Jawa Timur. 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Kerapu Macan 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Menurut Tarwiyah(2001), Klasifikasi dan morfologi kerapu macan (Epeniphelus fuscoguttatus) yaitu: Class : Chondrichthyes Sub class : Ellasmobranchii Ordo : Percomorphi Divisi : Perciformes Famili : Serranidae Genus : Epinephelus Species : Epinepheus sp Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam, maxillarry lebar diluar mata, gigi pada baian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan poterior. Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp, setelah dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar terdiri dari pasar berlumpur. Ikan kerapu termasuk jenis karnivora dan cara makannya “mencaplok” satu persatu makan yang diberikan sebelum makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling disukai jenis krustaceae (rebon,dogol dan krosok), selain itu jenis ikan-ikan (tembang,teri dan belanak)(Tarwiyah,2001). Bentuk ujung sirip ekor, sirip dada, dan sirip dubur ikan berupa busur.Kepala dan badannya berwarna abu-abu pucat kehijauan atau kecokelatan.Badan dipenuhi dengan bintik-bintik gelap berwarna jingga kemerahan atau coklat gelap.Bintik-bintik dibagian tengah lebih gelap dibanding yang di pinggir.Ukuran 3 bintik semakin mengecil ke arah mulut.Adapun punggung dan pangkal sirip punggung ikan terdapat bercak besar kehitaman. Bentuk badan kerapu macan memanjang dan cenderung gepeng (compressed) atau agak membulat. Ketebalan tubuh adalah 2,6 – 2,9 dari panjang standar, dengan skala garis lateral adalah 53-58. Panjang total tubuh kerapu macan dapat mencapai 80 cm. Mulut berukuran lebar dengan posisi serong keatas dan bibir bawah menonjol keatas. Rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi-gigi geretan berderet dua baris, lancip dan kuat. Gigi-gigi terbesar terletak dibagian depan. Sirip ekor berbentuk membulat (rounded). Lobang hidung besar berada diatas mulut berbentuk bulan sabit(Ana,2011). 2.1.2 Ekologi Ikan 2.1.2.1 Hatchery Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan larvadengan penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.103104 sel/ml. Phytoplankton akan menggeliminir pembusukan yang ditimbulkan oleh telur yang tidak menetasa dan sisa cangkang telur yang ditinggalkan. Pembersihan dasar bak dengan cara penyimpanan dilakukan pada hari pertama dengan maksud untuk membuang sisa-sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur. Penggantian air dilaksanakan pertama kali pada saat larva berumur 6 hari (D6) yaitu sebanyak 5-10%.Penggantian air dilakukan setiap hari dan dengan bertambahnya larva, maka volume air perlu diganti juga semakin banyak. Pada saat larva berumur 30 hari (D30) pengganti air dilakukan sebanyak 20% dan bila larva telah berumur 40 hari (D40) air yang diganti sebanyak 40%(Tarwiyah,2011). Pemeliharaan larva dilakukan umtuk menghasilkan larva yang sehat dan mempunyai kualitas bagus. Pemeliharaan larva dilaksanakan di Hatchery ikan kerapu macan yang berjumlah 8 buah berbentuk persegi panjang dari beton tanpa sudut mati dengan ukuran 4 x 2 x 1,5 m dengan kapasitas 10 m3 yang di tempatkan diruangan semi outdoor dan dilengkapi aerasi berjarak 50 cm dan 5 cm diatas dasar bak. Sebelum digunakan bak 4 tersebut terlebih dahulu dicuci menggunakan larutan kaporit yang disiram kedinding bak dan kemudian disikat, setelah itu bak disiram menggunakan air tawar dan dibiarkan kering selama satu hari(Ikbal,2012). 2.1.2.2 Nursery Benih yang digunakan bisa berasal dari tangkapan maupun pembenihan.Umumnya jumlah benih dari tangkapan sangat terbatas, ukuran tidak seragam, sering terserang penyakit akibat luka saat penangkapan dan pengangkutan.Dengan alasan tersebut lebih baik benih yang digunakan berasal da pembenihan.Selain jumlahnya banyak, ukuran relatif seragam serta kualitas dan kontinuitas terjamin. Benih yang sehat tampak dari warnanya cerah, geraknya lincah dan aktif, nafsu makannya tinggi serta tidak ada cacat tubuh(Tipspetani,2011). Larva kerapu mempunyai kuning telur sebagai cadangan makanan sampai berumur 2 hari. umur 3 hari kuning telur mempunyai terserap habis, perlu diberik pakan dari luar berupa Rotifera Branchionus Plicatilis dengan kepadatan 1-3 ekor/ml dan Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan 104 - 105 sel/ml. pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari dengan penambahan secara bertahap rotifera sampai kepadatan 5-10 ekor/ml phytoplankton(Tarwiyah,2011). 2.1.3 Food and Feeding Habit Ikan Larva kerapu pada umumnya menghindari permukaan air pada siang hari, sebaliknya pada malam hari lebih banyak ditemukan pada permukaan air. Penyebaran vertikal tersebut sesuai dengan sifat kerapu sebagai organism nocturnal, pada malam hari lebih banyak bersembunyi diliang – liang karang, sedangkan pada malam hari aktif bergerak dikolom air untuk mencari makan Ikan kerapu dikenal sebagai predator yaitu pemangsa jenis ikan – ikan kecil plankton hewani (zooplankton), udang – udangan invertebrata, rebon dan hewan –hewan kecil lainnya(Nursida, 2011). 5 Saat ikan kerapu macan mengamati umpan yang ada di depannya kemudian melesat secara tiba-tiba menyergap umpan/makanan yang ada di depannya dan menariknya ke tempat persembunyian, merupakan fase mengidentifikasi dan memakan umpan (uptake and finding balt), ). Pada fase tersebut, organ yang digunakan adalah mata karena kemampuan mata untuk mengidentifikasi suatu benda yang masuk ke area pandangnya akibat intensitas sinar yang mengenai benda tersebut(Mulyono et al., 2011). 2.1.4 Tingkah Laku Pemijahan Dalam siklus hidupnya kerapu macan muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak masa dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7 - 40 m, biasanya perpindahan ini berlangsung pada siang dan senja hari. Habitat favorit larva ikan kerapu adalah perairan pantai dekat muara sungai dengan dasar pasir yang berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Telur dan larva bersifat pelagis (berada di dalam kolam air).Sementara itu, kerapu muda hingga dewasa bersifat demersal atau berdiam di dasar kolam(Subyakto dan Sri, 2003). Pada habitat aslinya ikan kerapu macan melakukan pemijahan pada malam hari yakni dari jam 8 sampai jam 3 pagi, biasanya ikan kerapu jantan mengelilingi ikan kerapu betina, dan apabila ikan kerapu betina sudah mengeluarkan telur maka ikan kerapu jantan akan mengeluarkan spermanya, lalu telur itu akan dibuahi oleh sperma tersebut( Mulyono et al,2011). 2.1.5 Metode penangkapan yang sesuai lkan kerapu rnerupakan kelornpok ikan pemangsa yang hidup pada perairan karang. lkan kerapu rnudah tertangkap dengan pancing rawai atau bubu. pertumbuhan Pada yang umumnya lambat. kerapu merupakan ikan yang mempunyai Beberapa jenis ikan kerapu misalnya E. coioides herrnphrodit, ikan muda jenis betina dan setelah berukuran sekitar 60cm berubah menjadi jantan( Nuraini, siti dan Hartati Siti, 2006). 6 Disamping itu produksinya sangat rendah, kerapu, ikan kakap, dan ikan dasar lainnya yang memiliki pasar potensial, penangkapan-nya harus menggunakan kail (baik hand line, long line ataurawai) sehingga produksinya menjadi terbatas, karena harus dikail satu persatu. Tidak seperti ikan permukaan misalnya kembung, cakalang, komu, sejenis sardin, dan sebagainya yang hidupnya bergerombol, sehingga mudah ditangkap dengan jaring dalam jumlah besar(Reza, 2011). 2.2 Ikan Kerapu Tikus (Kerapu bebek) 2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan klasifikasi ikan kerapu tikus menurut Arta Bahari Jaya (2012) adalah sebagai berikut : Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Osteichtyes Sub class : Actinopterigi Ordo : Percomorphi Sub ordo : Percoidea Family : Serranidae Genus : Cromileptes Species : Cromileptes altivelis Ikan kerapu tikus mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut : 1. sirip punggung dengan 10 duri keras dan 18 – 19 duri lunak, sirip perut dengan 3 duri keras dan 10 duri lunak, sirip ekor dengan 1 duri keras dan 70 duri lunak. 2. Panjang total 3,3 – 3,8 kali tingginya, panjang kepala seperempat panjang total, 3. Leher bagian atas cekung dan semakin tua semakin cekung, 4. Mata seperenam kepala, 5. Sirip punggung semakin kebelakang melebar, 6. Warna putih kadang kecoklatan dengan totol hitam pada badan, kepala dan sirip.seluruh permukaan tubuh kerapu tikus berwarna putih keabuan, 7 berbintik bulat hitam dilengkapi sirip renang berbentuk melebar serta moncong kepala lancip menyerupai bebek atau tikus. 2.2.2 Ekologi Ikan 2.2.2.1 Hatchery Menurut Tarwiyah (2001) Bak Pemeliharaan Larva sebagai berikut: a. Bak pemeliharaan, bak beton berbentuk 4 persegi panjang, ukuran 4 x 1 x1 m3 b. Bak pemeliharaan ini juga merupakan bak untuk penetasan telur. c. Larutan chlorine (Na OCI) 50 ~ 100 ppn, untuk mensuci hamakan bak pemeliharaan. d. Larutan Natrium Thiosulfat untuk menetralkan dan menghilangkan bau dari chlorine. e. Air laut dimasukkan ke dalam bak satu hari sebelum larva dimasukkan, kadar garam air laut 30 ~ 32‰ suhu air 27 ~ 280 f. Bak makanan alami. tingkah laku ikan kerapu tikus pada pemeliharaan di budidaya tidak jauh berbeda dengan habitat aslinya. Balai Budidaya Air Payau membuat manipulasi lingkungan yang benar-benar sesuai dengan habitat asli ikan kerapu tikus.Pada pembenihan, larva bersifat pelagis. Seiring dengan pertumbuhannya, ikan kerapu tikus hidup di dasar permukaan dimana pada habitat aslinya, daerah terumbu karang merupakan tempat tinggal bagi ikan sehingga ikan kerapu tikus mencari mangsa disekitar terumbu karang (Dwi,2013) 2.2.2.2 Nursery Metode pemeliharaan ikan kerapu hingga kini terus berkembang, mulai dari pemeliharaan di kolam / tambak hingga system karamba, baik karamba 8 jarring apung (KJA) maupun karamba tancap.Untuk budidaya ikan kerapu metode karamba jaring apung merupakan pilihan utama karena dengan metode ini yang paling menguntungkan. Metode ini juga dapat di katakana metode intensif karena mempunyai kelebihan-kelebihan berupa : padat penebaran tinggi, kualitas dan kuantitas air selalu memadai, tidak perlu pengolahan tanah, pemangsa (predator) mudah di kendalikan dan proses pemanenan sangat mudah (Pirates,2012) Menurut Tarwitah (2001) Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu tikus , Larva kerapu mempunyai kuning telur sebagai cadangan makanan sampai larva berumur 2 hari. Umur 3 hari kuning telur mulai terserap habis, perlu diberi pakan dari luar berupa: a. Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 - 3 ekor/ml b. Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan 104 – 105 Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari dengan penambahan secara bertahap rotifera sampai kepadatan 5 ~ 10 ekor/ml plytoplankton 105 -2.105 sel/ml media. Umur 9 hari mulai diberi pakan naupli artemia yang baru menetas dengan kepadatan 0,25 ~ 0,75 ekor/ml media, pakan diberikan sampai larva berumur 25 hari dengan peningkatan kepadatan mencapai 2 ~ 5 ekor/ml media. Umur 17 hari larva dicoba diberi pakan artemia yang telah berumur 1 hari kemudian secara bertahap diubah dari artemia berumur 1 hari ke artemia setengah dewasa dan akhirnya artemia dewasa sampai larva berumur 50 hari. Setelah larva berumur 29 - 31 hari berubah menjadi benih aktif, menyerupai kerapu dewasa.Pada saat ini mulai dicoba pemberian pakan dengan cincangan daging ikan. 2.2.3 Food and Feeding habit Ikan kerapu tikus merupakan hewan karnivor, sebagaimana jenis-jenis ikan kerapu lainnya. Ikan kerapu tikus dewasa adalah pemakan ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-udangan, sedangkan larvanya pemangsa larva moluska (trokofor), rotifer, mikro krustasea, kopepoda, dan zooplankton. Sebagai ikan karnivora, kerapu cenderung menangkap mangsa yang aktif bergerak di dalam kolom air (Nybakken, 1988dalam Arta Bahari, 2012) 9 Kebiasan makan ikan kerapu tikus, menurut Iskandar dan Mawardi (1996) dalam Risamasu (2008) dalam Dwi (2013) ikan kerapu tikus yang termasuk dalam keluarga serranidae merupakan ikan nokturnal dimana ikan ini mencari makan pada malam hari. Aktivitas ikan nokturnal mencari makan dimulai saat hari mulai gelap.Ikan-ikan tersebut digolongkan sebagai ikan soliter di mana aktivitas makan dilakukan secara individu, gerakannya lambat cenderung diam dan arah gerakannya tidak begitu luas serta lebih banyak menggunakan indera perasa dan indera penciuman. 2.2.2.4 Tingkah Laku Pemijahan Suhu yang sesuai untuk ikan kerapu tikus yaitu 29 oC-32 oC dengan salinitas 33 ppt. Rangsangan dari lingkungan yang dilakukan yaitu dengan menurunkan ketinggian air pada pagi hari hingga sore dan menaikkan air kembali pada sore hari. Pada saat pemijahan, juga dibutuhkan suasana yang tidak berisik dan tenang. Selain itu, saat musim hujan juga mempengaruhi pemijahan ikan, karena seringnya terjadi hujan yang deras maka pemijahan ikan kerapu tikus yang berlangsung alami dapat terganggu namun pada umumnya Ikan kerapu tikus akan memijah sepanjang tahun (Dwi, 2013) Cirri cirri induk ikan betina yang siap memijah adalah perut gendut dan lubang genital kemerahan. Sedangkan untuk induk jantan yang matang gonad mempunyai cirri cirri kulit lebih terang dan agresif selalu mengejar betina dan lubang genital kemerahan (penyuluh perikanan,2013). 2.2.5 Metode penangkapan yang sesuai Pemeliharaan kerapu bisa dilakukan di tambak maupun jala terapung.Pemeliharaan menggunakan jala apung lebih mudah sewaktu memanen hasil, dengan hanya mengangkat jala.Karamba jarring apung dipasang pada rakit, 4 karamba berukuran 3x3x3 m diikatkan dalam 1 rakit.Karamba menggunakan jarring polietine (no 380 D/9 dan 380 D/13, ukuran mata jarring 1 atau 2. Beberapa rakit bisa diganbungkan menjadi satu dilengkapi dengan rumah jaga dan lantai kerja(Suhrjawanasuria,2001) 10 Induk-induk ikan kerapu Tikus (C. altivelis) yang baru ditangkap dialam, biasanya mengalami luka akibat kesalahan dalam penanganan. Untuk itu maka dilakukan proses karantina terlebih dahulu. Salah satu tujuan dari proses karantina induk ini adalah selain untuk pengobatan dan pembersihan organisme parasit yang berasal dari alam tempat ikan tersebut berasal, juga untuk mempercepat proses adaptasi induk pada lingkungan yang baru. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, diketahui bahwa umumnya induk ikan kerapu Tikus (C. altivelis) dari hasil tangkapan di alam dapat beradaptasi dengan lingkungan bak terkontrol selama ± 1 minggu.Hal ini diketahui karena induk-induk ikan kerapu Tikus (C. altivelis) dalam selang waktu tersebut telah mempunyai respon terhadap pakan yangdiberikan (mengkonsumsi pakan yang diberikan)(Amirudin, 2011). 2.3 Ikan Kerapu Kertang 2.3.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Menurut Zipcodezoo(2012) klasifikasi ikan kerapu kertang adalah sebagai berikut. Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Osteichthyes Subclass : Actinopterygii Order : Perciformes Suborder : Percoidei Family : Serranidae Subfamily : Epinephelina Genus : Epinephelus 11 Specific name: lanceolatus Scientific name: Epinephelus lanceolatus Ikan kerapu kertang dikategorikan sebagai ikan konsumsi bila bobot tubuhnya telah mencapai 0,5-2,0 kg per ekor. Selain dijual sebagai ikan konsumsi, ikan kerapu bebek juga dapat dijual sebagai ikan hias dengan namagrace kelly. Ikan kerapu bebek memiliki bentuk sirip yang membulat.Sirip punggung tersusun dari 10 jari-jari keras dan 19 jari-jari lunak.Pada sirip dubur, terdapat 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari lunak. Ikan ini bisa mencapai panjang tubuh 70 cm atau lebih, namun yang dikonsumsi, umumnya berukuran 30-50 cm. kerapu bebek tergolong ikan buas yang memangsa ikan-ikan dan hewan-hewan kecil lainnya. Ikan kerapu bebek merupakan salah satu ikan laut komersial yang telah dibudidayakan baik dengan tujuan pembenihan maupun pembesaran(Ghufran, 2001). Menurut Warda( 1994),Ciri-ciri morfologi ikan kerapu kertang adalah sebagai berikut: Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang dan tinggi tubuh, Rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat, Mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol melebihi bibir atas. Sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang di mana bagian yang berjari-jari lunak, Posisi sirip perut berada di bawah sirip dada, Badan di tutupi sirip kecil yang bersisik stenoid. 2.3.2 Ekologi Ikan 2.3.2.1 Hatchery Dalam siklus hidupnya, pada umumnya ikan kerapu muda hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7 – 40 m. Telur dan larva ikan kerapu bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat demersal. Habitat 8 favorit larva dan ikan kerapu macan muda adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Parameter-parameter ekologis yang cocok untuk 12 pertumbuhan ikan kerapu macan yaitu temperatur antara 24-31oC, salinitas antara 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm dan derajat keasaman (pH) antara 7,8 – 8. Jika terjadi perubahan pH yang tidak terlalu mendadak, ikan kerapu dapat mentolerir perubahan tersebut dengan batas maksimal toleransi pH adalah 11 dan batas minimal adalah 4 .Perairan dengan kondisi seperti ini, pada umumnya terdapat di perairan terumbu karang(Asmawi 1986). Pada umumnya, penyebaran ikan kerapu dapat dikatakan identik dengan penyebaran terumbu karang, daerah tersebut merupakan habitat utamanya (Murtidjo, 2002). Kerapu muda biasanya hidup di perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 meter. Setelah menginjak dewasa berpindah ke perairan yang lebih dalam, yakni di kedalaman 7 – 40 meter. Biasanya perpindahan ini berlangsung pada siang dan sore hari (Tampubolon dan Mulyadi, 1989 dalam Subyakto dan Cahyaningsih, 2005). 2.3.2.2 Nursery Biota renik yang baru belajar makan ini harus mendapat pakan yang dapatmasuk ke mulutnya yang mungil. Sedangkan kondisi air harus dibuat senyamanmungkin bagitubuhnya yang masih lemah. Bila semua persyaratan tidakterpenuhi, anak ikan yanghabitat aslinya di terumbu karang itu akan mati.Setiap empat jam, perut bayi kerapu biasanya sudah kosong. Karena itu, dalam 24 jam sehari ia perlu makan sampai enam kali. Ini berarti jatah makannya harus selalu tersedia agar ia dapat bertahan hidup. Pemberian pakan cukup dua kali sehari: pukul tujuh pagidan lima sore. Namun, setiap kali menebar pakan berupa zooplankton jenisrotifera itu, jatah harus diberikan dalam jumlah memadai.Setiap larvadiberi masing-masing sebanyak 7-10 individu zooplankton(DjuniPristiyanto, 2003). Pembesaran ikan kerapu batik dapat dilakukan di karamba jaring apung, seperti halnya jenis ikan kerapu lainnya. Ukuran rakit dan karamba yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan target produksi dan ukuran 13 ikan yang akan dibudidayakan. Adapun kerangka rakit yang digunakan sebaiknya berukuran 5 m x 5 m dengan ukuran jaring 2 m x 2 m. Pembenihan ikan kerapu batik sudah bisa dilakukan di hatchery. Adapun pembesarannya di KJA belum berkembang. Namun demikian, pemeliharaan jenis ikan ini disarankan untuk menggunakan teknik pembesaran jenis kerapu lain yang kini sudah diterapkan masyarakat (Penebar Swadaya, 2008). Menurut Penebar Swadaya (2008), Lokasi pembudidayaan adalah kunci awal dalam keberhasilan budidaya ikan kerapu jenis ini. Berikut ini halhal yang harus diperhatikan pada pemilihan lokasi budidaya ikan kerapu batik, yaitu: 1. lokasi atau lahan yang cocok diantaranya salinitas air 30-35 ppt, 2. Suhu air 27-32 derajat Celcius 3. kerapu hidup pada terumbu karang dengan kedalaman 5- 50 m 4. Dapat dibudidayakan pada KJA 2.3.3 Food and Feeding Habit Ikan Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang, memipih dan menajam, maxilarry lebar di luar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan poterior.Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp, setelah dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dengan dasar terdiri dari pasar berlumpur. Ikan kerapu termasuk jenis karnivora dan cara makannya "mencaplok" satu persatu makan yang diberikan sebelum makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling disukai kenis krustaceae (rebon, dogol dan krosok), selain itu jenis ikan-ikan (tembang, teri dan belanak)(depit, 2011). 14 Ikan kerapu (Epinephelustauvina) merupakan hewan karnivora yang memangsa ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-udangan, sedangkan larva memangsa larva moluska. Ikan kerapu lumpur menangkap/menyergap mangsa yang aktif bergerak di dalam kolam air (Nybakken, 1988). Ikan kerapu lumpur juga bersifat kanibal dan hal ini mulai terjadi saat larva kerapu berumur 30 hari, dimana pada saat itu larva cenderung berkumpul di suatu tempat dengan kepadatan tinggi(Bualazatulo, 2011). 2.3.4 Tingkah Laku Pemijahan Sebagaimana diketahui bahwa kegiatan reproduksi dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu pra pemijahan, fase pemijahan, fasepasca pemijahan.Berdasarkan hal ini maka tingkah laku ikan iudapat pula di bagi menjadi tiga yaitu tingkah laku pada fase prapemijahan, tingkah laku fase pemijahan, dan tingkah laku pascapemijahan.Tingkah laku reproduksi ini berhubungan erat dengansifat ikan itu sendiri.Apakah ikan itu melakukan perlindunganterhadap keturunannya atau tidak.Tingkah laku ikan yangmenjaga keturunannya dapat dikataka relatif lebih banyakvariasinya dari pada ikan ovipar. Terutama tingkah laku pascapemijahan( Horhoruwet. 2004). Pemijahan ikan kerapu dapat dibagi atas tiga yaitupemijahan alami (natural spawning), pemijahan buatan ( sttriipingtau ortifical firtilizalin ), dan penyuntikan atau pijah rangsang (induced spawing ), pada induk ikan kerapu yang telh dewasakelamin dapat dipijahkan secara alam tanpa rangsangan hormon( Darwisto, 2002 ). 2.3.5 Metode penangkapan yang sesuai Ikan kerapu merupakan komoditas eksport yang bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia terutama Hongkong dan Singapura. Produksi ikan kerapu saat ini sebagian besar merupakan hasil dari penangkapan dari alam . dimana cara penangkapan ikan kerapu kadang-kadang menggunakan racun potassium sianida yang dapat merusak karang dan biota di sekitarnya. Beberapa jenis ikan kerapu (Epinephelus spp) telah diujicobakan 15 pembesarannya di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Hongkong mulai tahun 1979 (Sugama, et al., 1986) Beberapa jenis biota laut tersebut antara lain, gurita, udang barong (lobster), serta jenis-jenis ikan karang, seperti kerapu lodi, kerapu macan, kerapu bebek, kerapu kertang, kerapu lumpur, dan lain-lain. Hal ini terkait dengan sifat biota tersebut yang tertarik pada tempat-tempat persembunyian ataupun perlindungan. Sehingga bubu digunakan untuk menangkap ikan kerapu karena dengan menggunakan bubu kerapu akan tertangkap dalam keadaan hidup( Himarin, 2007 ). 2.4 Ikan kerapu Batik 2.4.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Menurut zipcodezoo (2012), ikan kerapu batik di klasifikasikan sebagai berikut: Domain :Eukaryota Kingdom : Animalia Subkingdom : Bilateria Branch : Deuterostomia Infrakingdom : Chordonia Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Infraphylum : Gnathostomata Superclass : Osteicthyes Class : Osteicthyes Subclass : Actinopterygii Infraclass : Actinopteri Cohort : Clupeocephala Superorder : Acanthopterygii Order : Perciformes Suborder : Percoidei Family : Serranidae Subfamily : Epinephelinae 16 Genus : Epinephelus Specific name : microdon Scientific name: Epinephalus microdon Bagian atas kepala cembung,Kepala, badan, dan sirip berwarna cokelat pucat dan tertutup bintik-bintik berwarna cokelat gelap.Pada kepala dan badan terdapat bercak berwarna hitam tumpang tindih dengan bintik-bintik hitam tersebut.Pada bagian pangkal ekor tampak jelas sebuah bercak hitam.Terdapat banyak bintik-bintik putih pada sirip dan beberapa di bagian kepala dan badan.Tinggi badan pada sirip punggung pertama biasanya lebih tinggi dari pada sirip dubur,Ujung sirip ekor membulat berbentuk busur.Musim pemijahan Mei sampai September.Ikan kerapu batik betina mencapai matang kelamin pada ukuran ukuran bobot antara 0,5-1,8 kg dan panjang total antara 32,0-43,0 cm.Jantannya matang gonad pada ukuran bobot lebih dari 1,9 kg dan panjang total 44 cm.Banyak terdapat di daerah perairan kepulauan, khususnya di wilayah perairan atol(DJPB - Kementerian Kelautan dan Perikanan,2012). Mempunyai badan agak memanjang dan pipih.Lengkung kepala bagian atas agak cembung.mulut besar dengan bibir tebal, ujung belakang maxilla mencapai jauh belakang mata.Tulang penutup insang bagian atas berlekuk tajam. Sirip dada tidak panjang dan sirip ekor bundar.Kepala,badan dan sirip kecoklatan dengan bintik-bintik gelap(Gufronet al, 2012) 2.4.2 Ekologi Ikan 2.4.2.1 Hatchery Pembenihan ikan kerapu batik sudah bisa dilakukan di hatchery.Adapun pembesarannya di KJA belum berkembang. Namun demikian, pemeliharaan jenis ikan ini disarankan untuk menggunakan teknik pembesaran jenis kerapu lain yang kini sudah diterapkan masyarakat.Benih ikan yang digunakan dapat yang berasal dari alam ataupun hasil dari pembenihan yang dilakukan oleh pembenih ikan. Jika ingin mencari benih dari alam perlu diperhatikan musim 17 pemijahannya. Musim pemijahan umumnya pada ikan kerapu terjadi atau berlangsung dari bulan april sampai juni dan antara bulan januari sampai september.Pendugaan puncak musim pemijahan dapat dilakukan dengan cara membuka dan meneliti perkembangan gonad sampel induk betina secara periodik selama 1 tahun. Dugaan pemijahan dapat diperoleh sebagai dasar untuk menentukan pendugaan musim benih alam. Untuk benih ikan kerapu yang diperoleh dari alam dengan ukuran 2-5 cm dengan umur 2-3 bulan, menyukai perairan pantai ditandai dengan banyaknya jumlah populasi jenis crustacea diperairan(DJPB - Kementerian Kelautan dan Perikanan,2012). Benih berukuran panjang 4 – 10 cm dari hatchery tersedia hampir sepanjang tahun, benih yang diperlukan dapat diperlukan dapat di peroleh dari alam atau dari HSRT atau HL di gondol, Sitobondo atau Lampung.Jantan mengalami matang gonad pada ukuran bobot lebih dari 1,9 kg dan panjang total 44 cm. Pemilihan Lokasi Budidaya yaitu lokasi atau lahan yang cocok diantaranya salinitas air 30-35 ppt dan bersuhu 27-32 0C, adapun syarat lainnya kerapu hidup pada terumbu karang dengan kedalaman 5- 50 m. Dapat dibudidayakan pada KJA(Rian,2010). 2.4.2.2 Nursery Biota renik yang baru belajar makan ini harus mendapat pakan yang dapatmasuk ke mulutnya yang mungil. Sedangkan kondisi air harus dibuat senyamanmungkin bagitubuhnya yang masih lemah. Bila semua persyaratan tidakterpenuhi, anak ikan yanghabitat aslinya di terumbu karang itu akan mati. Setiap empat jam, perut bayi kerapu biasanya sudah kosong. Karena itu, dalam 24 jam sehari ia perlu makan sampai enam kali. Ini berarti jatah makannya harus selalu tersedia agar ia dapat bertahan hidup. Pemberian pakan cukup dua kali sehari: pukul tujuh pagidan lima sore. Namun, setiap kali menebar pakan berupa zooplankton jenisrotifera itu, jatah harus diberikan dalam jumlah memadai.Setiap larvadiberi masing-masing sebanyak 7-10 individu zooplankton(Djuni Pristiyanto, 2003). 18 Pembesaran ikan kerapu batik dapat dilakukan di karamba jaring apung, seperti halnya jenis ikan kerapu lainnya. Ukuran rakit dan karamba yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan target produksi dan ukuran ikan yang akan dibudidayakan. Adapun kerangka rakit yang digunakan sebaiknya berukuran 5 m x 5 m dengan ukuran jaring 2 m x 2 m. Pembenihan ikan kerapu batik sudah bisa dilakukan di hatchery. Adapun pembesarannya di KJA belum berkembang. Namun demikian, pemeliharaan jenis ikan ini disarankan untuk menggunakan teknik pembesaran jenis kerapu lain yang sudah diterapkan masyarakat(Penebar Swadaya, 2008). Menurut Penebar Swadaya (2008), Lokasi pembudidayaan adalah kunci awal dalam keberhasilan budidaya ikan kerapu jenis ini. Berikut ini halhal yang harus diperhatikan pada pemilihan lokasi budidaya ikan kerapu batik, yaitu: 1. lokasi atau lahan yang cocok diantaranya salinitas air 30-35 ppt, 2.Suhu air 27-32 derajat Celcius. 3. kerapu hidup pada terumbu karang dengan kedalaman 5- 50 m 4. Dapat dibudidayakan pada KJA 2.4.3 Food and Feeding Habit Ikan Ikan kerapu (Epinephelustauvina) merupakan hewan karnivora yang memangsa ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-udangan, sedangkan larva memangsa larva moluska. Ikan kerapu lumpur menangkap/menyergap mangsa yang aktif bergerak di dalam kolam air(Nybakken, 1988). Ikan kerapu lumpur juga bersifat kanibal dan hal ini mulai terjadi saat larva kerapu berumur 30 hari, dimana pada saat itu larva cenderung berkumpul di suatu tempat dengan kepadatan tinggi(Bualazatulo, 2011). Ikan kerapu lumpur mencari makan dengan cara menyergap mangsa dari tempat persembunyiannya. Pakan buatan yang diberikan akan dimakan satu per satu sebelum makanan tersebut sampai ke dasar(Bualazatulo, 2011). 19 Daerah penyebaran kerapu di mulai dari Afrika Timur sampai Pasifik Barat Daya. Di Indonesia, ikan kerapu banyak ditemukan di perairan Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, dan Ambon. Salah satu indikator adanya kerapu adalah perairan karang. Indonesia memiliki perairan karang yang cukup luas sehingga potensi sumberdaya kerapu sangat besardi perairan indonesia(Andri Irawan, 2009). 2.4.4 Tingkah Laku Pemijahan Kerapu merupakan jenis ikan yang menyendiri (solitary fishes) dan pada umumnya tinggal dalam jangka waktu yang lama di karang.Tempat tinggal yang spesifik serta pertumbuhannya yang relatif lambat menyebabkan mudahnya terjadi tangkap lebih (over fishing).Pada saat pemijahan, sekumpulan ikan kerapu menyatu (spwning agregation) dan sangat rentan pada operasi penangkapan(Supratno, 2006). Pengamatan pemijahan dilakukan setiap hari selama periode bulan gelap, dengan mengamati keberadaan telur dalam wadah pemeliharaan/ pemijahan induk.Terjadinya pemijahan dicirikan dengan adanya telur yang melayang dalam kolom air. Pemanenan telur dilakukan dengan cara menghanyutkan telur-telur tersebut kedalam hapa kolektor telur yang telah dipasang. Telur diseser/diambil dari kolektor, ditampung dalam akuarium, kemudian dihitung jumlahnya dan diamati kualitasnya(Muhammadar, et al. 2011) 2.4.5 Metode penangkapan yang sesuai Ikan kerapu merupakan komoditas eksport yang bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia terutama Hongkong dan Singapura. Produksi ikan kerapu saat ini sebagian besar merupakan hasil dari penangkapan dari alam. Cara penangkapan ikan kerapu kadang-kadang menggunakan racun potassium sianida yang dapat merusak karang dan biota di sekitarnya. Beberapa jenis ikan kerapu (Epinephelus spp) telah diujicobakan pembesarannya di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Hongkong mulai tahun 1979 ,namun karena keterbatasaan benih sehingga budidaya ikan tersebut sulit berkembang(wahyu, 2012). 20 Beberapa alat tangkap yang digunakan dalam penangkapan ikan kerapu masih tradisional, seperti pancing, jaring insang, jaring kantong, bubu dan jaring angkat.Alat-alat tangkap ini juga sering digunakan untuk menangkap bibit ukuran gelondongan.Sedangkan untuk penangkapan nener di tepi pantai digunakan sero dan pukat kantong. Pengoperasian alat ini, khusus untuk penangkapan nener kerapu dilakukan pada malam hari terutama di hari-hari bulan gelap (Zulkifli , et al, 2009 ). 2.5 Udang Vaname 2.5.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Menurut Pusluh (2012) Klasifikasi udang vaname adalah sebagai berikut : Klasifikasi udang vaname adalah sebagai berikut: Phylum : Arthropoda Kelas : Crustacea Sub-kelas : Malacostraca Order : Decapoda Sub order : Dendrobranchiata Famili : Penaeidae Genus : Penaeus Sub genus : Litopenaeus Spesies : Litopenaeus vannamei Menurut Syafrenal (2001),Litopenaeus vannamei, biasa juga disebut sebagai udang putih dan masuk ke dalam famili Penaidae.Anggota famili ini menetaskan telurnya di luar tubuh setelah telur dikeluarkan oleh udang betina.Udang Penaeid dapat dibedakan dengan jenis lainnya dari bentuk dan jumlah gigi pada rostrumnya. Penaeid vannamei memiliki 2 gigi pada tepi rostrum bagian ventral dan 8-9 gigi pada tepi rostrum bagian dorsal Secara lengkap klasifikasi Udang Vannamei secara taksonomi adalah seagai berikut: Umumnya, Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 21 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruasruas pula.Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing. Karakteristik udang penaeid adalah tubuhnya beruas-ruas dan tiap ruasnya terdapat sepasang anggota badan yang umumnya bercabang dua atau biramus.Jumlah keseluruhan ruas badan udang penaeid umumnya sebanyak 20 buah.Ruas pada cephalotorax terdiri dari 3 ruas.Ruas I terdapat mata bertangkai, sedangkan pada ruas II dan III terdapat antenna dan antennules yang berguna sebagai alat peraba dan pencium.Selain itu, pada ruas ke III juga terdapat mandibula, yang berfungsi sebagai alat untuk menghancurkan makanan sehingga dapat masuk ke dalam mulut. Bagian dada udang penaeid terdapat 8 ruas yang masing-masing ruas terdiri dari anggota badan yang biasa disebut thoracopoda(Rufiati,2009). 2.5.2 Ekologi Ikan 2.5.2.1 Hatchery Menurut Pusluh (2012), lokasi tambak budidaya udang vaname yang dipilih mempunyai persyaratan antara lain: Lahan mendapatkan air pasang surut air laut. Tinggi pasang surut yang ideal adalah 1,5-2,5 meter. Paa lokasi yang pasang surutnya rendah dibawah 1 m, maka pengelolaan air menggunakan pompa. Tersedianya air tawar. Pada musim kemarau salinitas dapat naik terus apalgi jika budidaya udang dilakukan secara intensif dengan system tertutup sehingga air tawar diperlukan untuk menurunkan salinitas. Lokasi yang cocok untuk budidaya udang pada pantai dengan tanah yang mempunyai tanah bertekstur liat atau liat berpasir Lokasi ideal terdapat jalur hijau (green belt) yang ditumbuhi hutan mangrove/bakau dengan panjang minimal 100 m dari garis pantai. Keadaan social ekonomi mendukung untuk kegiatan budidaya udang, seperti:keamanan kondusif, asset jalan cukup baik, lokasi mudah 22 mendapatkan sarana produksi seperti pakan, kapur, obat obatan dan lainlain. Menurut Teamean (2009), Hatchery dibangun di luar wilayah padat penduduk dan industri: Lokasi Hatchery bukan kawasan hutan suaka alam, hutan wisata, dan hutan produksi. Hatchery memiliki sumber air yang memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya. Hatchery memiliki saluran irigasi yang memenuhi syarat agar air tersedia secara teratur, memadai, dan terjamin. Sumber air tawar tidak berasal dari air tanah (sumur bor) karena penggunaan air tanah dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerugian, yakni terjadinya instrusi air laut (peresapan air laut ke perairan tawar) yang menyebabkan terjadinva penurunan permukaan tanah. 2.5.2.2 Nursery Induk udang Penaeus vannamei dikumpulkan dan dipelihara dalam kondisi normal untuk maturasi dan kawin secara alami.Setiap sore dilakukan pemeriksaan untuk melihat induk udang betina yang sudah kawin lalu dipindah ke tangki peneluran (spawning tank).Induk udang betina yang sudah kawin akan memperlihatkan adanya spermatophore yang melekat. Saat pagi hari, betina yang ada di dalam tangki peneluran dipindahkan lagi ke dalam tangki maturasi (maturation tank). Dalam waktu 12-16 jam, telur-telur dalam tangki peneluran akan berkembang menjadi larva tidak bersegmen atau nauplii(Wyban et al., 1991). Menurut Teamean (2009), Setelah telur menetas, larva udang windu perubahan bentuk beberapa kali seperti berikut ini. Periode nauplius atau periode pertama larva udang. Periode ini dijalani selama 46-50 jam dan larva mengalami enam kali pergantian kulit. 23 Periode Zoea atau periode kedua. Periode ini memerlukan waktu sekitar 96120 jam dan pada saat itu larva mengalami tiga kali pergantian kulit. Periode mysis atau periode ketiga. Periode ini memerlukan waktu 96-120 jam dan larva mengalami pergantian kulit sebanyak tiga kali. Periode post larva (PL) atau periode keempat. Udang windu mencapai substadium post larva sampai 20 tingkatan. Ketika mencapai periode ini, udang lebih menyukai perairan payau dengan salinitas 25-35 ppt. Pada umumnya benih udang ditebar ditambak pada umur PL 10-15 sehingga pada masa inilah udang dipindahkan dari hatchery ke tambak budidaya. 2.5.3 Food and Feeding Habit Ikan Udang penaeid cenderung omnivorus atau detritus feeder.Dari studi yang dilakukan isi pencernaan terdiri dari carnivor di alam, jasad renik / crustacea kecil, amphipoda, dan polychaeta. Pada tambak intensif dimana tidak ada jasad renik, udang akan memangsa makanan yang diberikan atau detritus(Motoh, 1981) Udang vaname tidak makan sepanjang hari tetapi hanya beberapa waktu saja sepanjang hari. Dengan tingkah laku makan seperti itu, dapat diaplikasikan pada budidaya bahwa pemberian pakan dapat berupa pellet yang diberikan beberapa kali dalam satu hari. Dari penelitian membuktikan bahwa pemberian pakan beberapa kali sehari memberikan pertumbuhan yang lebih baik dari pada satu kali sehari( Subaidah, dkk, 2012). 2.5.4 Tingkah Laku Pemijahan Sifat-sifat penting udang vannamei (Litopenaeus vannamei) menurut Haliman dan Adijaya (2005), adalah sebagai berikut : Aktif pada kondisi gelap (nocturnal). Suka memangsa sesama jenis (kanibal) Tipe pemakan lambat, tetapi terus menerus ( continous feeder). Menyukai hidup di dasar (bentik). Mencari makan lewat sensor (hemoreceptor). 24 Dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhalyne). Udang vannamei dewasa dan bertelur di laut terbuka, sedangkan pada stadia postlarva udang vannamei akan bermigrasi ke pantai sampai pada stadia juvenil. Udang vannamei merupakan bagian dari organisme laut.Beberapa udang laut menghabiskan siklus hidupnya di muara air payau. Perkembangan Siklus hidup udang vannamei adalah dari pembuahan telur berkembang menjadi naupli, mysis, post larva, juvenil, dan terakhir berkembang menjadi udang dewasa. Udang dewasa memijah secara seksual di air laut dalam. Udang vannamei melakukan pembuahan dengan cara memasukan sperma lebih awal ke dalam thelycum udang betina selama memijah sampai udang jantan melakukan moulting. Masuk ke stadia larva, dari stadia naupli sampai pada stadia juvenil berpindah ke perairan yang lebih dangkal dimana terdapat banyak vegetasi yang dapat berfungsi sebagai tempat pemeliharaan.Setelah mencapai remaja, mereka kembali ke laut lepas menjadi dewasa dan siklus hidup berlanjut kembali(Tigor, 2011). 2.5.5 Metode penangkapan yang sesuai Menurut Suyanto dan Mujiman (2002), panen udang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu panen sebagian dan panen keseluruhan (total). Panen sebagian dilakukan dengan tujuan untuk menangkap udang yang besar-besar saja.Alat yang paling umum digunakan untuk panen sebagian yaitu prayang yang terbuat dari bambu.Prayang dipasang di tepi pematang tambak pada malam hari dengan bagian prayang terletak tegak lurus pada pematang dan ujung luarnya tepat berada di mulut prayang.Cara lainnya adalah dengan menggunakan jala. Penangkapan Udang dengan menggunakan jaring yang biasa disebut ”Seine Net”. Seine Net lebih tepat dipergunakan untuk penangkapan udang L. Vannamei. Hal ini disebabkan udang L. Vannamei lebih suka berada di ruang/volum air, berbeda dengan monodon atau udang windu yang lebih menyukai dasar tambak( Marsen, 2010) 25 3. METODOLOGI 3.1 Materi Praktikum Lapang 3.1.1 Penyampaian Dari Pihak BBAP Manajemen pemeliharaan induk Pendahuluan : 1. Indonesia terdiri dari Negara kepulauan yang sebagian besar adalah suatu perairan, oleh karena itu Indonesia memiliki sumberdaya alam yang snagat melimpah terutama ikan dan organism lainnya. 2. Ikan kerapu termasuk ikan karang sedangkan Indonesia adalah wilayah tropis yang banyak ditumbuhi karang. Jadi perairan Indonesia merupakan habitat yang cocok untuk ikan kerapu. 3. Ikan kerapu termasuk ikan ekonomis tinggi, termasuk ikan kerapu kertang dan kerapu tikus. Harga ikan kerapu kertangdan ikan kerapu tikus 1 kg dihargai 100120 ribu. 4. Prospek pengembangan ikan kerapu sangat besar karena banyak diminta oleh konsumen karena ikan kerapu termasuk jenis ikan yang memiliki protein tinggi. 5. Namun dalam pembudidayaan ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus juga banyak menemui kendala, salah satunya yaitu masalah benih, karena induk kerapu kertang dan ikan kerapu tikus yang baik diperoleh langsung dari alam, sedangkan benih ikan kerapu hanya bisa didapat pada musim tertentu saja Elemen dasar dari produksi benih yaitu telur yang berkualitas, sebab telur yang berkualitas dapat mempengaruhi benih. Jika telur yang dihasilkan tidak berkualitas, maka benih yang dihasilkan akan cacat, sehingga bisa mempengaruhi proses pemasaran ke konsumen. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus termasuk hewan hemaprodit protogini, yakni pemeliharaan dari betina menjadi jantan.Saat masih juvenile ikan kerapu berjenis kelamin betina, sedangkan saat menjelang dewasa ikan kerapu berubah menjadi jantan.Kondisi seperti ini bertujuan untuk mempertahankan kondisi fungsi kelamin, selain itu juga untuk pengendalian genetik. 26 Pengelolaan Induk 1. Seleksi Induk Induk yang dipilih harus memenuhi kriteria, diantaranya yaitu bagus dari alam. Sehat tidak cacat secara morfologinya, standart ukuran fiks minimal 1,5 kg. untuk ukuran kerapu kertang dan ikan kerapu tikus minimal 6 kg. selain criteria di atas juga harus dilakukan pengamatan gonad, agar telur yang dihasilkan berkualitas sehingga berpengaruh juga terhadap benih yang dihasilkan. 2. Persiapan Bak Diantara persiapan bak, yaitu: Pencucian bak Setting aerasi Filtrasi air laut Pengisian air laut 3. Seleksi Penetasan telur Pemanenan telur Penampung dalam akuarium Didiamkan untuk perkembangan telur Penyimpanan telur yang jelek Perhitungan telur 4. Transportasi Telur Jenis pakan untuk ikan kerapu kertang adan ikan kerapu tikus adalah : Egg yolk (kuning telur) Makanan ikan pada saat ikan kerapu masih kecil atau setelah menetas dari telur Pakan buatan Contohnya : pellet. dll Rotifera Untuk ikan kerapu yang masih benih. Artemia Rebon 27 Benih kerapu bersifat kanibal.Fase kritis terjadi pada saat terjadi perubahan bentuk kelamin.Kandungan protein pakan ikan harus berbeda dengan kandungan protein pakan udang.Kandungan protein pakan ikan harus lebih tinggi. Pemeliharaan Induk Pada kolam pemeliharaan induk dilengkapi inlet dan outlet yangbertujuan untuk mempermudah mengganti air. Agar air masih terjaga kebersiihannya. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus diberi makan 1 kali sehari yaitu di pagi hari. Pemberian makan sebesar 3 % dari berat tubuh total Induk ikan kerapu dipelihara di bak bulat besar Pembersihan bak setiap 10 hari sekali, untuk menjaga kebersihan agar ikan tidak mudah diserang penyakit dan parasit. Teknik pemijahan ikan terdiri dari : hormonal, manipulasi lingkungan, gabungan hormonal dengan manipulasi lingkungan Metode Kegiatan Produksi Persiapan bak Seleksi penetasan telur Transportasi telur 3.1.2 Data lapang yang Diamati Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus yang indukan ditempatkan pada kolam bulat yang berukuran sangat besar dan dalam, di dalam kolam diberi pipa besar. Inlet sebagai media masuknya air yang bervolume besar sehingga menimbulkan arus dan tambahan oksigen terlarut pada kolam, sehingga semua ikan kerapu berada di bawah aliran masuknya air dari pipa. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus di BBAP Situbondo diberi makan 1 kali dalam waktu sehari, dengan presentase 3 % dari berat tubuhnya, jika ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus diberi makan, air di dalam kolam diturunkan 60 cm dari dorsalnya dengan sirkulasi 200% jadi perbandingannya 1:2. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus termasuk hermaprodit protogini, pada berat 4 kg ke 28 atas, ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus menjadi betina, kemudian pada berat 8 kg ke atas berubah menjadi jantan. Pada fase inilah ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus terjadi masa transisi. Di Balai Budidaya Air Payau Situbondo, tempat pembudidayaan berupa bak atau kolam yang bulat besar dan tinggi. Ketinggian bak atau kolam dipengaruhi oleh suhu.Di daerah Situbondo termasuk daerah bersuhu tinggi, jadi kolam yang dibuat harus semakin tinggi atau dalam untuk menyesuaikan dengan suhu habitat ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus. Saat dilakukan pemijahan, ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus indukan dijadikan satu kolam, kolam yang ditempati ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus harus sesuai dengan habitat ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus, agar ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus bisa memijah dengan baik dan kualitas telur yang dihasilkan juga baik, kerana kolam harus dibersihakan 1 minggu sebelum dan sesudah melakukan pemijahan. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus maksimal berumur 4 sampai 6 tahun.Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus yang baru umur setahun beratnya sekitar 400800 gr. Pada saat sekitar 400 gr biasanya ikan kerapu untuk dikonsumsi.Pemijahan ikan kerapu ada 2 macam, yaitu secara alami dan dengan bantuan hormone. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus indukan atau dewasa diberi makan ikan sedangkan ikan kerapu yang masih benih diberi makan rotifer.Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus yang dibudidayakan kadang cacat pada tutup insang dan mulut.Cirinya yaitu bibir ikan berwarna merah karena bakteri, insang cacat apabila insang terbuka dan berwarna merah. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus termasuk ikan ekonomis tinggi, 1 kg ikan kerapu diberi harga Rp 100.000,sampai Rp 120.000,-. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus termasuk ikan berprotein tinggi.Pada kolam pemeliharaan induk ikan kerapu diberi inlet dan outlet yang bertujuan untuk mempermudah mengganti air agar air masih terjaga kebersihannya. Penngambilan data dibagi menjadi 2, yaitu data lapang dan data kelas : Lapang : 3 x 30 menit Kelas : 2 jam 29 3.2 Teknik Pengambilan Data 3.2.1 Observasi Pada waktu melakukan praktikum lapang di Balai Budidaya Air Payau Situbondo, menggunakan metode observasi langsung ke lapang BBAP dan ditambah materi kelas tentang ikan kerapu yang telah kita amati di lapang, yaitu pada hari kamis, 12 Desember 2013 pukul 08.00-12.00 WIB. 3.2.2 Wawancara Pada waktu melakukan praktikum lapang di Balai Budidaya Air Payau Situbondo, menggunakan metode wawancara denga staff pekerja yang ada di bagian itu. Pada hari kamis, 12 Desember 2013 pukul 08.00-12.00 WIB 3.2.3 Dokumen Pada waktu melakukan praktikum lapang di Balai Budidaya Air Payau Situbondo, menggunakan metode dokumen langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mendokumentasi praktikum yang telah dilaksankan. Pada hari kamis, 12 Desember 2013 pukul 08.00-12.00 WIB 30 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil dan Pembahasan Nama Umum Ikan : Ikan Kerapu Macan Nama Ilmiah : Epinephelus fuscoguttatus MORFOLOGI IKAN 1 a. Bentuk Tubuh Ikan b. Bentuk dan a. bentuk tubuhnya agak rendah, moncong Letak Mulut c. Bentuk Sirip Ekor d. Warna Ikan panjang memipih dan menajam. b. maxillary lebar di luar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris. b. c. Sirip ekor ikan kerapu berbentuk bundar. c. d. Putih dengan totol-totol hitam. 2 Ciri-ciri morfologi ikan kerapu macan antara lain bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang dan tinggi tubuh, rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat, mulut Deskripsi singkat morfologi ikan lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol melebihi bibir atas, sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang berjari-jari lunak, posisi sirip perut berada di bawah sirip dada, serta badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid. KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH Diskripsi Singkat Kualitas Air salinitas antara 2,5-45,5 ppt dan air yang yang Berpengaruh digunakan pada budidaya adalah air yang bersih. TINGKAH LAKU KEBIASAAN MAKAN 31 Diskripsi Singkat Tingkah Ikan kerapu macan mencari makan dengan Laku Kebiasaan Makan menyergap mangsa dari tempat persembunyiannya. Sebagai ikan karnivora, kerapu bersifat kanibalisme. TINGKAH LAKU PEMIJAHAN Diskripsi Singkat Tingkah Perkembangan Laku Pemijahan dengan gonad metode biasanya kanulasi, diamati yakni dimasukannya selang kanula ke dalam saluran gonad (lubang genital). Didapatnya butiran telur pada selang kanula mencirikan induk betina telah matang gonad, sedangkan pada induk jantan, kematangan gonad dicirikan dengan keluarnyanya cairan putih susu atau sperma saat dilakukan pengurutan pada bagian perutnya. TINGKAH LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI Diskripsi Laku Singkat Pemijahan Tingkah Ikan kerapu macan hidup di daerah terumbu Secara karang termasuk ikan demersal. Alami TINGKAH LAKU KHUSUS Diskripsi Singkat Tingkah Ikan kerapu macan bersifat karnivora. Laku Khusus Ikan Objek Nama Umum Ikan : Ikan Kerapu Tikus Nama Ilmiah : Cromileptes altivelis MORFOLOGI IKAN 1 a. Bentuk Tubuh Ikan b. Bentuk dan a. Panjang, bulat pipih Letak b. Moncong,panjang memipih dan menajam Mulut c. Bentuk Sirip Ekor c. sirip ekor membulat d. Abu-abu, berbintik d. Warna Ikan 32 2 Deskripsi singkat morfologi Bentuk sisik sikloid, bagian dorsal dari kepala ikan cekung, tidak mempunyai gigi taring, lubang hidung besar berbentuk bulan sabit vertical, sirip abuabu ekor membulat. Tubuhnyaberwarna berbintik hitam. KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH Diskripsi Singkat Kualitas Air Suhu berkisar 29 ⁰C dengan salinitas 30 ppt, yang Berpengaruh dan air yang digunakan dalam budidaya harus bersig, jika suatu perairan atau kolam kotor dan keruh akan mempengaruhi pertumbuhan ikan kerapu kertang dan ikan kerapu akan mudah terserang penyakit. TINGKAH LAKU KEBIASAAN MAKAN Diskripsi Singkat Tingkah ikan ini mencari makan pada malam hari. Laku Kebiasaan Makan Aktivitas ikan nocturnal mencari makan dimulai saat hari mulai gelap. TINGKAH LAKU PEMIJAHAN Diskripsi Singkat Tingkah Ciri induk yang siap memijah yaitu ikan Laku Pemijahan menjadi lebih sensitive terhadap suara atau cahaya. Pada induk betina perutnya terlihat buncit, warna tubuhnya cerah dan pergerakannya lambat. Sedangkan induk kerapu tikus jantan pergerakannya lebih agresif dari pada induk betina. TINGKAH LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI Diskripsi Laku Singkat Tingkah Induk kerapu jantan akan bergerak mengikuti Pemijahan Secara induk betina dan berenang bersama. Ikan Alami dapat memijah dengan alami dan menghasilkan telur dengan kualitas yang bagus-bagus. TINGKAH LAKU KHUSUS 33 Diskripsi Singkat Tingkah Ikan kerapu memijah pada malam hari Laku Khusus Ikan Objek disebabkan ikan tersebut merupakan ikan demersal dan bersifat fototaksis negative (-) yaitu cenderung menjauhi cahaya Nama Umum Ikan : Ikan Kerapu Kertang Nama Ilmiah : Ephinepelus lonceolatus MORFOLOGI IKAN 1 a. Bentuk Tubuh Ikan b. Bentuk dan Letak b. Moncong,panjang memipih dan menajam. Mulut c. Sirip ekor ikan kerapu berbentuk bundar. c. Bentuk Sirip Ekor d. Warna Ikan a. Bentuk tubuh memanjang dan agak gilik. d. Warna bisa berubah tergantung kondisi, merah atau kecoklatan, sehingga disebut kerapu merah. 2 Deskripsi singkat morfologi Ikan kerapu kertang terdapat dari Genus ikan Ephinephelus, dengan bentuk tubuh memanhang dan agak gilik, warna tubuhnya bisa berubah tergantung kondisi suatu perairan kadang merah atau kecoklatan. Bentuk sirip ekor bundar. Tubuh ditutupi oleh bintik-bintik berwarbna coklat atau kuning, merah atau putih. KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH Diskripsi Singkat Kualitas Air Ikan kerapu merupakan ikan karang dan yang Berpengaruh menyukai perairan yang bersih jika suatu perairan atau kolam kotor dan keruh akan mempengaruhi pertumbuhan ikan kerapu kertang dan ikan kerapu akan mudah terserang penyakit. TINGKAH LAKU KEBIASAAN MAKAN Diskripsi Singkat Tingkah Pada waktu air pasang mereka bergerak 34 Laku Kebiasaan Makan mencari mangsanya ke daerah yang lebih dangkal yang banyak dihuni ikan-ikan kecil, kemudian pada waktu air surut kembali ke tempat semula. TINGKAH LAKU PEMIJAHAN Diskripsi Singkat Tingkah Tanda-tanda induk betina sudah siap atau Laku Pemijahan matang gonad dicirikan dengan perut yang semakin membesar, pergerakkan lambat dan cenderung miring, lubang genitial semakin membengkak dan memerah, warna tubuh terutama pada bagian insang putih memucat. TINGKAH LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI Diskripsi Laku Singkat Pemijahan Tingkah Secara alami ikan kerapu jantan akan Secara memikat Alami ikan kerapu betina dengan mengeluarkan suatu hormon, kemudian ikan mengajak ikan betina ke tempat pemijahan. Ikan kerapu jantan mengeluarkan sperma yang akan diterima oleh ikan kerapu betina, sehingga meleburlah antara sel sperma dan sel telur. TINGKAH LAKU KHUSUS Diskripsi Singkat Tingkah Ikan kerapu merupakan ikan karang yang Laku Khusus Ikan Objek memiliki sifat karnivor dan kanibalisme. Nama Umum Ikan : Ikan Kerapu Batik Nama Ilmiah : Epinephelus microdon MORFOLOGI IKAN 1 a. Bentuk Tubuh Ikan b. Bentuk dan a. Pipih Letak b. Serong ke atas dengan bibir bawah yang Mulut c. Bentuk Sirip Ekor sedikit menonjol melebihi bibir atas. c. Bundar 35 d. Warna Ikan 2 d. Putih dengan totol-totol coklat Deskripsi singkat morfologi Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih ikan kecil dari pada panjang dan tinggi tubuh, rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat, mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol melebihi bibir atas, sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjarijari keras kurang lebih sama dengan yang berjari-jari lunak, posisi sirip perut berada di bawah sirip dada, badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid. KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH Diskripsi Singkat Kualitas Air Suhu berkisar 29 yang Berpengaruh ⁰C dengan salinitas 30 ppt, dan pada suatu perairan atau kolam tempat ikan kerapu harus bersih, jika suatu perairan atau kolam kotor dan keruh akan mempengaruhi pertumbuhan ikan kerapu kertang dan ikan kerapu akan mudah terserang penyakit. TINGKAH LAKU KEBIASAAN MAKAN Diskripsi Singkat Tingkah Laku Kebiasaan Makan Aktivitas ikan nokturnal mencari makan dimulai saat hari mulai gelap. Ikan-ikan tersebut digolongkan sebagai ikan soliter di mana a ktivitas makan dilakukan secara individu, gerakannya lambat cenderung diam dan arah gerakannya tidak begitu luas serta lebih banyak menggunakan indera perasa dan indera penciuman. TINGKAH LAKU PEMIJAHAN 36 Diskripsi Singkat Tingkah Pada Laku Pemijahan saat pemijahan, juga dibutuhkan suasana yang tidak berisik dan tenang. TINGKAH LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI Diskripsi Laku Singkat Tingkah karena seringnya terjadi hujan yang deras Pemijahan Secara maka pemijahan ikan kerapu tikus yang Alami berlangsung alami dapat terganggu namun pada umumnya Ikan kerapu tikus akan memijah sepanjang tahun TINGKAH LAKU KHUSUS Diskripsi Singkat Tingkah Ikan kerapu merupakan ikan karang yang Laku Khusus Ikan Objek memiliki sifat karnivor dan kanibalisme. Nama Umum Ikan : Udang Vannamei Nama Ilmiah : Litopenaeus vannamei MORFOLOGI IKAN 1 a. Bentuk Tubuh Ikan b. Bentuk dan a. Berbuku-buku Letak b. – Mulut c. Bentuk Sirip Ekor c. – d. Coklat d. Warna Ikan 2 Deskripsi singkat morfologi mempunyai ciri khas yaitu: kaki jalan 1,2, & 3 ikan bercapit termasuk dan kulit crustaceae kitin.Udang yang penaeid merupakan binatang air memiliki tubuh beruas-ruas, pada setiap ruasnya terdapat sepasang kaki. KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH Diskripsi Singkat Kualitas Air suhu 26-28ºC, oksigen terlarut 5-7 mg/l, yang Berpengaruh salinitas 35 ppt dan pada kolam airnya harus bersih, jika suatu perairan atau kolam kotor dan keruh akan mempengaruhi pertumbuhan ikan kerapu kertang dan ikan kerapu akan 37 mudah terserang penyakit. TINGKAH LAKU KEBIASAAN MAKAN Diskripsi Singkat Tingkah karnivora Laku Kebiasaan Makan yang memangsa berbagaikrustasea renik amphipoda, dan polychaeta (cacing). TINGKAH LAKU PEMIJAHAN Diskripsi Singkat Laku Pemijahan Tingkah induk betina berenang secara perlahan dalam badan air. Pada proses ini biasanya semua telur matang gonad dikeluarkan sekaligus. Begitu telur-telur keluar, induk betina mencampurkan telur-telur dengan sperma yang sudah menempel di thelycum dengan cara renangnya menghentakkan (pereopoda). kaki-kaki Telur-telur dikeluarkan oleh induk betina melalui lubang genitalia yang terletak pada coxa dari pereopoda ke-tiga, dan depan,sehingga telur-telur dalam yang rongga mengarah ke terkumpul di berada diantara coxapada pereopoda ke-3 dan ke-4. Ceruk (rongga) itu disebut fertilization chamber. Didalam ceruk ini telur-telur bercampur sperma dan air, sehingga terjadi fertilisasi. Setelah fertilisasi, barulah telur keluar menyebar kedalam air disekitarnya. TINGKAH LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI Diskripsi Laku Alami Singkat Tingkah induk betina berenang secara perlahan Pemijahan Secara dalam badan air. Pada proses ini biasanya semua telur matang gonad dikeluarkan sekaligus. Begitu telur-telur keluar, induk betina mencampurkan telur-telur dengan sperma yang sudah menempel di thelycum 38 dengan cara renangnya menghentakkan (pereopoda). kaki-kaki Telur-telur dikeluarkan oleh induk betina melalui lubang genitalia yang terletak pada coxa dari pereopoda ke-tiga, dan depan,sehingga telur-telur dalam yang rongga mengarah ke terkumpul di berada diantara coxapada pereopoda ke-3 dan ke-4. Ceruk (rongga) itu disebut fertilization chamber. Didalam ceruk ini telur-telur bercampur sperma dan air, sehingga terjadi fertilisasi. Setelah fertilisasi, barulah telur keluar menyebar kedalam air disekitarnya. TINGKAH LAKU KHUSUS Diskripsi Singkat Tingkah Ikan kerapu merupakan ikan karang yang Laku Khusus Ikan Objek memiliki sifat karnivor dan kanibalisme. 4.2 Analisa Prosedur Pertama-tama, menyiapkan alat dan bahan yakni buku dan alat tulis untuk mencatat.Yang dilakukan dalam praktikum adalah mengamati dan mencatat secara langsung tingkah laku ikan pada masing-masing kolam. Kemudian mencatat penjelasan dari pemateri dan melakukan tanya jawab dengan pemateri maupun asisten praktikum. Disana ada macam-macam kolam menurut kegunanaannya, seperti kolam untuk pembenihan udang, kolam untuk pembenihan ikan kerapu, kolam tempat pembesaran larva udang, kolam tempat pembesaran larva kerapu, kolam tempat memijah, dan masih ada yang lain. Pada praktikum TLI kali ini para praktikan, asisten dan dosen menaiki bus sampai ke Situbondo, sesampainya disana kita istirahat sambil makan setelah itu diadakan breafing.Kemudian kita langsung masuk ke aula untuk menerima sambutan dari perwakilan BBAP Situbondo.Seteah itu kita langsung praktikum lapang mengamati berbagai jenis ikan kerapu yang ada disana. 39 Setelah kita mengamati di kolam-kolam, kita kembali ke aula untuk menerima materi agar kita semakin paham akan semua yang telah kita amati tadi. Selain pemberian materi juga ada waktu untuk diskusi atau Tanya jawab.Kita mendengarkan dan mencatat di buku catatan. Setelah dari BBAP Situbondo praktikum selanjutnya yaitu mengamati terumbu karang yang ada di pantai pasir putih. Banyak terumbu karang yang rusak m,ungkin akibat dari penangkapan ikan yang tidak mengikuti prosedur atau terkena arus yang sangta kuat. Setelah selesai semua kita kembali ke malang. 4.3 Analisa Data Hasil Pengamatan Dari praktikum Tingkah Laku Ikan tentang Natural Behaviour yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil bahwa ikan yang dibudidayakan di BBAP Situbondo adalah Ikan Kerapu Macan, Ikan Kerapu Tikus, Ikan Kerapu Kertang, Ikan Kerapu Batik, dan Udang Vannamei. Ciri-ciri dari ikan Kerapu Tikus adalah, bentuk sisik sikloid, bagian dorsal dari kepala cekung, tidak mempunyai gigi taring, lubang hidung besar berbentuk bulan sabit vertical, sirip ekor membulat.Tubuhnya berwarna abu-abu kehijauan terang dengan bintik-bintik hitam.Kebiasaan makan ikan kerapu tikus, dimana ikan ini mencari makan pada malam hari.Aktivitas ikan nocturnal mencari makan dimulai saat hari mulai gelap.Ikan kerapu memijah pada malam hari disebabkan ikan tersebut merupakan ikan demersal dan bersifat fototaksis negative (-) yaitu cenderung menjauhi cahaya.Ciri induk yang siap memijah yaitu ikan menjadi lebih sensitive terhadap suara atau cahaya. Kemudian induk kerapu jantan akan bergerak mengikuti induk betina dan berenang bersama. Alat tangkap yang biasanya digunakan pada penangkapan ikan karang salah satunya yaitu ikan kerapu yaitu dengan bubu(perangkap). Ciri-ciri morfologi ikan kerapu batik adalah bentuk tubuh pipih, rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat, mulut lebar, sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid.Morfologi ikan kerapu macan bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam, maxillary lebar , gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, 40 bintik hitam pada bagian dorsal dan posterior. Hidup pada kualitas air yang bersih jika dibudidayakan. Habitat aslinya di wilayah terumbu karang. Udang penaeid termasuk crustaceae yang merupakan binatang air memiliki tubuh beruas-ruas, pada setiap ruasnya terdapat sepasang kaki.L.vannamei memendamkan diri dalam lumpur/pasir dasar kolam bila siang hari, dan tidak mencari makanan. Akan tetapi pada kolam budidaya jika siang hari diberi pakan maka udang vaname akan bergerak untuk mencarinya. Proses pemijahan hanya berlangsung kira-kira 2 menit saja pada L.vannamei , dimana proses ini terjadi ketika induk betina berenang secara perlahan dalam badan air. Pada proses ini biasanya semua telur matang gonad dikeluarkan sekaligus. Begitu telur-telur keluar, induk betina mencampurkan telur-telur dengan sperma yang sudah menempel di thelycum dengan cara menghentakkan kaki-kaki renangnya (pereopoda). 41 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pada saat praktikum lapang di Balai Budidaya Air Payau Situbondo didapatkan hasil bahwa: Di sana terdapat budidaya ikan kerapu dan udang Ikan kerapu yang di budidayakan adalah ikan kerapu kertang, kerapu bebek(tikus), ikan kerapu macan, ikan kerapu batik. Udang yang di budidayakan adalah udang putih(vanami) Umpan yang di pakai adalah umpan buatan yaitu untuk umpan ikan anakan yaitu dari plankton, ikan rucah, dll dan ada yang memakai umpan buatan. Cara pembudidayaannya ada yang secara alami dan ada yang menggunakan bantuan. 5.2 Saran Penjelasan para narasumber kurang optimal dikarenakan waktu yang sedikit. dan kurangnya asisten yang memberi tambahan materi. 42 DAFTAR PUSTAKA Akbar dansudaryanto. 2002. Pembenihandanpembesaranikankerapubebek.Penebarswadaya ; Jakarta Amirudin. 2007. http://www.perbenihanbudidaya.kkp.go.id/teknologi/manajemen%20induk%2 0kerapu%20tikus.pdf Bualazatulo, 2011.Hubungantemperatur, oksigendansalinitasdenganprevalensiparasitpadakerapulumpur.http://temper aturoksigendansalinitas.blogspot.com/.Diaksespadatanggal 1 Desember 2012. BBAP Situbondo. 2012. http://bbapsitubondo.com/index.php?option=com _content&view=article&id=66:inovasi-budidayakerapu&catid=40:produksi&Itemid=2. Darwisto. 2012. STRATEGI REPTODUKSI PADA IKAN KERAPU(Epinephelussp). IPB DjuniPristiyanto, 2003.http://www.kompas.com/kompascetak/0303/05/daerah/163518.html. Diakses Pada Tanggal 1 Desember 2012. Hamzah. 2008. http://www.perbenihanbudidaya.kkp.go.id/teknologi/manajemen%20 induk%20kerapu%20tikus.pdf Huda. 2010. http ://www.fkpa.50web.com. Di aksespadatanggal 30 November 2012. Himarin. 2012. www.docstoc.com/.../POTENSI-DAN-PELUANG-INVESTASIIKan -kerapu Horhoruwet, 2004. http://octopus39.blogspot.com/2004/ll/budidaya-ikankerapu-tikus. Html diaksespadatanggal 31 desember 2010 pdapukul 09.30WIB. 43 IrawanAndri, 2009. FAKTOR – FAKTOR PENTING DALAM PROSES PEMBESARAN IKANDI FASILITAS NURSERY DAN PEMBESARAN. http://www.sith.itb.ac.id/d4_akuakultur_kultur_jaringan/bahankuliah/Kelompok_6_Pembesaran_Ikan_Udang.pdf. Diakses Pada Tanggal 1 Desember 2012. Marsen. 2010.http://ricomarsen.wordpress.com/2010/04/06/prosespemanenan-udang-putih/ Mira, 2011.http://proposalpraktekkerjalapang.blogspot.com/2011_04_01_archive.ht ml Muhammadar, Junaidi M Affan.2011. TEKNIK PEMBENIHAN INDUK KERAPU MACAN (EPHINEPHELUSFUSCOGUTAFTUS) DALAM UPAYA PENGADAAN KEBUTUHAN BENIH KERAPU BAGI PEMBUDIDAYADINANGGROE ACEHDARUSSALAM.JurusanBudidayaPerairan,KoordinatoratKelautandanP erikanan, UniversitasSyiah Kuala Darussalam-Banda Aceh Indonesia. Program PengajianSainLaut, PusatPengajianSainsSekitarandanSumberAlam,FakultiSains&Teknologi, UniversitiKebangsaan Malaysia, Bangi, Malaysia. Mulyonoetal.2011.Tingkahlakuikanhubungannyadenganilmudenganteknologi perikanantangkap.Lubukagung. Bandung. Motoh. 1981. Biology of Penaeusmonodon Nuraini, sitidanhartati, siti. 2006. JENlSlKAN KERAPU (SERRANIDAE) TANGMPAN BUBU DI PERAIRAN Nursida, fajriani, N. 2011. POLIMORFISME IKAN KERAPU MACAN (Ephinephelusfuscoguttatus FORSSKÅL) YANG TAHAN BAKTERI Vibrio alginolitycus DAN TOLERAN SALINITAS RENDAH SERTA SALINITAS TINGGI FPIK UNHAS ; Makassar Nybakken,J.W.1988. Biologilaut :Suatupendekatanekologi.gramedia, Jakarta. 44 PenebarSwadaya, 2008. MengenalIkanKerapu Batik.http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=741 . Diaksespadatanggal 1 Desember 2012. Purwangka. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/6719 2002. /Bab%20II _2002fpu.pdf?sequence=9 Reza, 2011.BUDIDAYA IKAN KERAPU DENGAN KERAMBA JARING APUNG(PolaPembiayaankonvensional). Subaidah, dkk. 2012. PERBAIKAN NUTRISI INDUK UDANG VANNAME (Litopenaeusvannamei ) ENGAN KOMBINASI PAKAN SEGAR DAN PAKAN BUATAN Subyakto, S dan Sri, C. 2003.PembenihanKerapuSkalaRumahTangga. AgromediaPustaka, Depok. Sugama. 2011. www.bi.go.id/.../BudidayaIkanKerapudenganKerambaJaringApungK Suharjawanasuria.2012. http://suharjawanasuria.tripod.com/ikan_air_laut_01.htm. SupratnoTri. 2006. Evaluasilahantambakwilayahpesisirjeparauntukpemanfaatanbudidayaikanker apu. Program studi Magister ManajemenSumberdayapantai.Program pascasarjana.Universitasdiponegoro. Semarang SuyantodanMujiman. 2002. http://perikananseruyan.blogspot.com/2011/07/budidaya-udangvannamei.html Tarwiyah.2001.TELUK SALEM, seminar Nasional ; Jatiluhur . http://bawalbintang.com diaksespadatanggal. Tigor,2011.BudidayaUdangVannamei.http://tigor46.blogspot.com/2011/07/bu didaya-udang-vannamei.html. Diaksespadatanggal 2 Desember 2012. wahyu, 2012.Aquakultur.http://wtheyuh.blogspot.com/ Widiana. 2009. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Pemberian%20pakan%20%5D.pdf 45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Gunarso dan Bahar (1991),jika kita mengetahui tingkah laku ikan dan faktor-faktornya maka kita dapat mengetahui metode yang dapat meningkatkan efektivitas efesiensi alat tangkap ikan serta dapat memodifikasi alat tangakap sesuai tingkah laku ikan.Sehingga proses-proses penangkapan bisa dilakukan dengan mudah. Menurut said ,et all. (2005), di duga lingkungan pemeliharaan dengan intensitas cahaya yang lebih tinggi (terang) menyebabkan peningkatan suhu yang dapat mempengaruhi metabolisme ikan.Hal ini tak lepas dari tempat dimana ikan itu tinggal,semisal ikan pelagis yang hidup didekat permukaan dimana suhu disekitar permukaan mengalami kenaikan yang cukup tinggi sehingga menyebabkan metabolisme ikan meningkat dan ditandainya tingkah laku seperti mencari makan,memijah dan migrasi. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari praktikum tingkah laku ikan ini adalah agar praktikan dapat mengetahui dan menjelaskan berbagai macam respon ikan terhadap cahaya dan menghubungkannya dengan proses penangkapan. Tujuan dari praktikum tingkah laku ikan ini adalah untuk mengetahui respon ikan terhadap perbedaan warna cahaya yang mempengaruhi dan berhubungan dengan proses penangkapan ikan. 1.3 Waktu dan Tempat Tempat pelaksanaan praktikum tingkah laku ikan materi respon pengelihatan ikan terhadap perbedaan waran (optical stimuli) dilaksanakan pada tanggal 13 November 2013 pukul 13.00-15.00 WIB. Tempat pelaksanaan praktikum tingkah laku ikan materi respon pengihatan ikan terhadap warna (optical stimuli) dilaksnakan di laboratorium penangkapan di gedung D lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Universitas Brawijaya,Malang. 46 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Klasifikasi ikan Podangan (Pomacentrus sp.) menurut scrib (2013) Kingdom :Animalia Filum :Chordata Kelas :Actinopterygii Ordo :Perciformes Famili :Pomacentridae Genus :Pomacentrus Spesies :Pomacentrus sp. (Google image,2013) Menurut Fish Base 2013 ikan Podangan hidup di laut berasosiasi dengan karang,panjang maksimal 10,0 cm (jantan) duri punggung keseluruhan 12,duri punggung lunak 14-15 duri dubur 2,sirip dubur lunak 15-16. Klasifikasi iIkan Dakocan (Dascyllus frimaculatus) ; Kingdom :Animalia Filum :Chordata Kelas :Actinopterygii Ordo :Perciformes Famili :Pomacentridae Genus :Dascyllus Spesies :Dascyllus frimaculatus (scrib,2013 (Google image,2013) 47 Menurut Riiple 1829 sirip ekor dengan beberapa pasang jari-jari yang menyerupai duri tajam bagian tepi suboribital dan preoperculum bergerigi halus,tepi operculum halus badan biasa kehitaman (pada ikan muda dengan beberapa bercak putih pada bagian punggung).Indo-Pasifik barat. Menurut fish base (2013) panjang maksimal 11 cm (jantan) memiliki warna hitam diseluruh tubuh kecuali pada bagian luar sirip dorsal lunak.Ikan ini juga mempunyai white spot pada bagian dahi dan sisi atas bagian ikan yang dewas memiliki suborbital dan preoperculum halus dan bergerigi. 2.2 Fototaksis 2.2.1 Pengertian Fototaksis Fototaksis adalah gerakan taksis yang disebakan adanya rangsangan berupa cahaya,misalnya klorofil yang bergerak menuju arah datangnya cahaya(Deswaty et all,2007). Fototaksis adalah gerakan taksis yang dipengaruhi oleh rangsangan berupa cahaya(Tim matrix,2006). 2.2.2 Macam-Macam Fototaksis Fototaksis dibedakan menjadi (Tim Matrix,2006): a.Fototaksis Positif Gerakan taksis yang arah gerakannya mendekati cahaya.contohnya gerak ganggang hijau,gerakan ikan mrndekati lampu. b.Fototaksis Negatif gerakan taksis yang arah gerakannya menjauhi cahaya. Jika gerakan rangsangan,dinamakan yang fototaksis timbul menjuahi negative.sebaliknya jika arah datangnya mendekati arah rangsangan dinamakan fototaksis positif(Rose,2008). 2.3 Kaitan Cahaya dengan Proses Penangkapan 48 Menurut Baskoro dan Aritmoto (2001) dalam sulaiman et all (2006),teknologi penangkapan ikan di Indonesia berkembang pesat terutama pada penggunaan alat bantu cahaya untuk menarik perhatian ikan.Cahaya sangat berpengaruh pada proses penangkapan,Misalnya pada alat tangkap bagan tancap.Alat tangkap ini menggunakan alat bantu cahaya untuk menarik perhatian ikan.Tingkah Laku ikan yang kaitannya dalam merespon sumber cahaya adalah kecenderungan ikan yang senang berkumpul disekitar cahaya.Cahya membantu mengumpulkan ikan didalam cangkupan alat tangkap sehingga memudahkan dalam proses penangkapan. Metode akustik melalui penangkapan sonar atau echosounder dapat digunakan untuk study tingkah laku ikan(migrasi vertical dan horinzontal).Kecepatan renang respon ikan terhadap stimuli dan lain-lain(Muhammad Sulaiman dalam Firarosalina,2012). Pergerakan ikan cenderung memutar mengitari sumber pencahayaan dan kadang-kadang bergerak menjauhi kemudian mendekati lagi ketika hauling (hanya lampu focus menyala).Kawanan i8kan sudah memiliki pola yang teratur sekitar waring mendekati lagi.Badan tepat dibawah rangka bagan.Pola penyebaran kawanan teri berada dibawah rangka bagan.Ikan kembung dan tembaga berada disekitar bingkai bagan.Pola distribusi ikan membentuk pola spherical.Pola pergerakan ikan cenderung mempunyai pergerakan cepat,dan menurun kecepatannya disekitar pencahyaan akibat padatnya kawanan dan aktivitas makan(Saleh dalam Firaeosalina,2012). 49 BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan Alat 1. Akuarium : sebagai wadah atau tempat untuk ikan yang akan diamati. 2. Aerator : sebagai penyuplai oksigen. 3. Filter ; sebagai penyaring air. 4. Kabel : sebagai penghubung lampu dengan stop kontak. 5. Stop kontak : sebagai media untuk menyalakan dan mematikan lampu. 6. 3 buah lampu (merah,kuning,biru) : sebagai media atraktan (pengumpul ikan) dalam pengamatan respon penglihatan ikan terhadap warna (cahaya). 7. 2 buah triplek : sebagai sekat pada akuarium dalam proses pengamatan. 8. Stopwatch : untuk menghitung waktu pengamatan. 9. Sterefoam : sebagai sekat antar wilayah. Bahan 1. Ikan : sebagai media atau objek yang diamati. 2. Air laut : medium hidup individu yang menerima perlakuan. Nb: Ikan yang digunakan 1. Ikan Podangan (Pomacentrus Sp) 2. Ikan Dakocan (Dasyllus frimaculatus) 50 3.2 Skema Kerja Podangan Podangan Siapkan alat dan bahan Pasang triplek sebagai penyekatan akuarium sehingga menjadi 3 bagian Siapkan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan Tutup aquarium dengan sterofoam Matikan lampu ruangan Nyalakan lampu untuk perlakuan (merah,kuninh,biru) dan nyalakan stopwatch Hitung ikan yang menerima respon pada setiap ruangan lampu warna masing-masing pada detik 10 terakhir (dalam menit) Matikan lampu ruangan dan buka sterofoam yang menutupi akuarium selama 2 menit Ulangi perlakuan tersebut sebanyak 5 kali untuk pengamatan pertama dari 6 pengamatan. Hasil 51 Dakocan Siapkan alat dan bahan Pasang triplek sebagai penyekatan akuarium sehingga menjadi 3 bagian Siapkan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan Tutup aquarium dengan sterofoam Matikan lampu ruangan Nyalakan lampu untuk perlakuan (merah,kuninh,biru) dan nyalakan stopwatch Hitung ikan yang menerima respon pada setiap ruangan lampu warna masing-masing pada detik 10 terakhir (dalam menit) Matikan lampu ruangan dan buka sterofoam yang menutupi akuarium selama 2 menit Ulangi perlakuan tersebut sebanyak 5 kali untuk pengamatan pertama dari 6 pengamatan. Hasil 52 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengamatan Nama Ikan : Ikan Podangan Nama Ilmiah : Pormacentrus sp Data jumlah ikan yang mendeteksi cahaya setiap menit Formasi Lampu Merah Kuning Biru Pengamatan ke 1 2 Menit ke/warna lampu 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Merah 1 3 3 3 - BIRU 1 - KUNING Merah 4 3 4 4 3 - BIRU 5 6 5 5 7 1 1 1 1 KUNING 10 9 7 7 6 2 1 2 1 1 Formasi Lampu Biru Merah Kuning Pengamatan ke 1 2 Menit ke/warna lampu 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 1 1 1 1 53 5 - 1 1 Formasi Lampu Kuning Biru Merah Pengamatan ke 1 2 Menit ke/warna lampu 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Merah 3 5 4 5 3 1 2 - BIRU 5 4 5 4 6 1 1 2 1 1 KUNING 2 1 1 1 1 - Nb: P enga mata n perta ma ikan yang dihitung adalah semua ikan yang masuk dalam kolom/sekat. Pengamatan kedua,ikan yang dihitung adalah ikan yang masuk dalam kolom/sekat,tapi hanya melewati batas sekat pada 10 detik terakhir. 54 Nama Ikan : Ikan Dakocan Nama Ilmiah : Dasyllus trimaculatus Data jumlah ikan yang mendeteksi cahaya setiap menit Formasi lampu Merah Kuning Hijau Pengamatan ke 1 2 Menit ke/warna lampu 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 MERAH 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 BIRU 1 1 1 1 1 KUNING 4 3 4 3 4 3 5 5 3 3 Formasi lampu Biru Merah Kuning Pengamatan ke 1 2 Menit ke/warna lampu 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 MERAH 3 2 3 3 3 3 4 2 5 6 BIRU 2 2 1 1 1 1 1 1 - KUNING 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 55 Pengamatan ke 1 2 Menit ke/warna lampu 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 MERAH 1 BIRU 4 3 5 3 3 3 3 2 2 3 F KUNING 1 1 - orm asi Lam pu Biru Mer ah Kuni ng 56 4.2 Analisis Prosedur Dalam praktikum tingkah laku ikan tentang Respon Penglihatan Ikan terhadap perbedaan warna (Optical Stimuli) menggunakan 10 ikan Dakocan.Alatalat yang digunakan adalah Aquarium sebagai tempat percobaan dan wadah pengabdasian ikan setelah pemindahan,3 buah lampu dengan daya 5 watt masingmasing berwarna merah,biru,kuning untuk membandingkan respon ikan pada masing-masing cahaya tersebut,adapun kenapa kita memakai lampu merah kuning dan biru adalah karena menurut peneliti terdahulu ikan lebih cenderung tertarik pada 3 warna tersebut,stop kontak yang digunakan untuk mematikan dan menghidupkan lampu pada saat perlakuan,sterofoam untuk menutupi sekeliling Aquarium saat perlakuan dan terakhir stopwatch untuk menghitung waktu yang digunakan. Hal pertama yang dilakukan saat pengamatan adalah menyalakan lampu merah,kuning,biru dan taruh diatas aquarium,tutup sekeliling aquarium dengan sterofoam,lalu matikan lampu dalam ruangan,nyalakan stopwatch,amati dan catat jumlah ikan yang mendekati masing-masing lampu setiap menit,padamkan lampu selama 10 menit secara bersama untuk menetralkan mata ikan. 4.2 Analisis Data Hasil Pengamatan Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa ikan podangan lebih menyukai cahaya/warna lampu kuning dengan jumlah ikan 67 ekor.karena warna kuning lebih terang dari pada warna-warna lampu yang lain. Ikan peka terhadap cahaya gelap disebut ikan nocturnal karena ikan ini aktif bergerak di malam hari.Ikan yang peka terhadap cahaya terang cenderung aktif bergerak disiang hari disebut ikan diurnal(Fujaya,2004 dalam Anggi,2003). Dari hasil pengamatan,menunjukan bahwa ikan Dakocan lebih menyukai warna lampu/cahaya merah. 57 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Optical stimuli merupakan rangsangan yang diberikan atau ditimbulkan untuk merangsang penglihatan sebagai akibat dari gerak,bentuk dan warna. Rangsangan yang dapat diterima oleh mata ikan dapat berupa bentuk,warna dan gerak. Cahaya/warna digunakan sebagai atraktor/alat bantu pengumpul ikan. Pada praktikum kali ini menggunakan lampu warna merah,biru dan kuning karena ikan lebih cenderungtertarik pada 3 warna tersebut,dan dari hasil pengamatan kelompok kami sebagai berikut : Ikan Podangan Jumlah ikan yang berkumpul dilampu warna merah adalah 46 ekor Jumlah ikan yang berkumpul dilampu warna biru adalah 51 ekor Jumlah ikan yang berkumpul dilampu warna kuning adalah 67 ekor Jadi dapat disimpulkan bahwa ikan Podangan lebih tertarik dengan warna kuning,karena warna kuning lebih terang di bandingkan warna biru dan warna merah. Ikan Dakocan Jumlah ikan yang berkumpul dilampu warna merah adalah 53 ekor Jumlah ikan yang berkumpul dilampu warna biru adalah 54 ekor Jumlah ikan yang berkumpul dilampu warna kuning adalah 52 ekor Jadi dapat disimpulkan bahwa ikan Dakocan lebih tertarik dengan warna biru dan merah. Ikan Dakocan = F hitung < F table, maka perbedaan tidak berpengaruh nyata. Ikan Dakocan F hitung = 0,371 ,F table = 3,68. 58 Ikan Podangan = F hitung < F table, maka perbedaan tidak berpengaruh nyata. Ikan Podangan F hitung = 0,029 ,F table =3,68. 5.2 Saran Pada saat praktikum Optical Stimuli Tingkah Laku Ikan,diharapkan praktikan benar-benar memperhatikan semua prosedur kerja yang diberikan oleh asisten,agar dapat dilaksanakan praktikum dengan baik dan mendapatkan hasil yang akurat. 59 DAFTAR PUSTAKA Anggi.2013.Pengaruh Cahaya Terhadap Tingkah Laku Ikan.anggikurniasih.blogspot.com.diakses pada tanggal 14 November 2013 Deswaty et all.2007.Seri IPA Biologi SMP kelas VIII.Yudistira.Yogyakarta Firarosali.2013.Respon Penglihatan Ikan Terhadap Perbedaan Warna (Optcal Stimuli).firarosalina.blogspot.com/2012/03/responpenglihatan-ikan-terhadap-perbedaan-warna.html.diakses pada tanggal 14 November 2013 Fish Base.2013.www.fishbase.org.diakses pada tanggal 14 November 2013 Gunarso,Bahar.1991.http://gadispemalumau.blogspot.com/2011/07/dakoa n.html.diakses pada tanggal 14 November 2013 Ripple.1829.http://research.kahaku.go.ip/zoology/fishes_of_bitung/data/p 135_03b.html.diakses pada tanggal 14 November 2013 Rose.2008.Intisari IPA Biologi SMP.Kawan Pustaka.Jakarta Said et all.2005.Pengaruh Jenis Pakan dan Kondisi Cahaya Terhadap Penampilan Warna Ikan Pelangi Merah Glossolepis Incisus Jantan.Fakultas Biologi.Universitas Nasional Jakarta Scribd.2013.www.scrib.com.diakses pada tanggal 14 November 2013 Sulaiman.2006.Study tingkah laku Ikan pada Proses Penangkapan dengan Alat Bantu Cahaya:suatu Pendekatan Akustik.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Universitas Brawijaya Tim Matrix.2006.Biologi SMP Kelas VIII.Gasindo 60 LAMPIRAN TABEL HASIL PENGAMATAN Ulangan Merah Biru Kuning 1 7.6 0.2 6.8 2 0 0 6.2 3 4.8 3.6 0.8 4 1 0.4 0 5 1.2 4.8 4 6 0 1.2 0.6 Hasil Analisis Anova 61 Tabel Hasil Pengamatan Ulangan Merah Biru Kuning 1 2.2 0 3.6 2 1.4 1 3.8 3 3 2.4 1.2 4 3.6 1.8 1.2 5 0 3.6 0 6 0.4 2.6 0.4 Hasil Analisis Anova 62 DOKUMENTASI 63 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut shiobara et all (1998) dalam Aristi (2008) penelitian tentang organ penciuman merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji. Telah cukup banyak peneliti pada kedua organ tersebut, namun penelitian-penelitian tersebut umumnya terfokus dari fisiologi penciuman. Menurut Subani dan Badrus (1989) dalam Aristi (2008) efektivitas alat tangkap pasif akan lebih baik apabila dalam pengoperasiannya menggunakan umpan efektivitas umpan ditentukan oleh sifat fisik dan kimiawi yang dimiliki agar dapat memberikan respons terhadap ikan-ikan tertentu dalam tujuan penangkapan ikan ( Reiliza 1997; Mawardi 2001; Purbayanto et al 2006 dalam Rianto 2008 ). Rspon penciuman (chemical stimuli) adalah suatu rangsangan yang dapat merangsang ikan dipenciuman (olfactory) dan perasa (gustaktori) Rangsangan kimia pada umpan yang mampu direspon ikan oleh indra penciuman adlah asam amino dan asam lemak sinyal kimia pada ikan ada yaitu feromon dan allomon. Respon penciuman ikan terhadap rangsangan kimia dapat dibedakan menjadi empat fase,yaitu : Arousal/Detect (menerima rangsangan), Searching/React (mencari), Finding (menemukan), Uptake (memakan). Menurut Brown (1957) dalam Hariadi (2008) mengungkapkan bahwa selama ikan berenang terutama pada saat bernafas, air tersebut akan keluar melalui masing-masing lubang organ penciuman. Penciuman ikan juga sangat sesnsitive terhadap bahan organic maupun anorganik. Ikan dapat mengenal bau mangsa,predator,dan spesies sejenisnya. Baubau tersebut larut dalam air dan merangsang reseptor pada organ olfaktoris ikan sehingga menimbulkan reaksi terhadap ikan tersebut ( Hariadi, 2008 ). 1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dari praktikum Tingkah Laku ikan tentang chemical stimuli adalah agar praktikan dapat mengetahui respon ikan terhadap rangsangan bau dari objek yang berbeda. 64 Sedangkan tujuan dari praktikum ini,agar praktikan mampu menjelaskan bagaimana respon ikan terhadap rangsangan bau yang ditimbulkan oleh objek/umpan yang berbeda. 1.3 Waktu dan Tempat Praktikum Tingkah Laku ikan tentang materi chemical stimuli dilakukan pada hari senin tanggal 19 November 2013 pukul 15:00-17:00 WIB di laboratorium penangkapan , Gedung D lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan , Universitas Brawijaya, Malang. 65 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Menurut Fish Base (2011) dalam Ana (2011), klasifikasi ikan piranha adalah sebagai berikut : Kingdom : Annimalia Fylum : Chordate Class : Actinopterygii Ordo : Characidae Genus : Pygocentrus Species : Pygocentrus nattereri (Google Image,2013) Menurut Duponchelle. F et all (2007) dalam Ana (2011) kehidupan dari : Pygocentrus nattereri adalah bercirikan mereka hidup pada dua populasi pada bagian sungai atas yang menghubungkan sungai Madera, yaitu antara air putih sungai Mamore dan air bening sungai itenez.Ikan piranha ,irip dengan ikan bawal yang hidup di air tawar. Piranha memiliki ciri-ciri tersendiri, diantaranya mempunyai sifat yang agresif dengan mata yang besar bulat merah, dilengkapi gigi-gigi segitiga yang runcing dan tajam dan ujung-ujung mulutnya yang monyong maju ke depan. Rata-rata ikan ini mempunyai berat antara 600 gram sampai 700 gram, walaupun ada beberapa species di Amerika selatan ada yang beratnya mencapai 4 kilogram. Seperti pada jenis piranha perut merah dan piranha hitam mata merah yang memiliki tubuh lebih besar dan jenis tersebut sangat berbahaya bagi manusia (Anggi,2011) 2.2 Tingkah Laku Ikan dan Tingkah Laku Ikan Khusus Menurut Ferno dan Olsen (1994) dalam Hariadi (2008) ada fase tingkah laku ikan terhadap umpan,fasetersebut antara lain : 1. Timbul Selera 66 Fase ini dimulai pada saat ikan mulai bereaksi terhadap rangsangan ,bau,menggunakan organ oldfactorinya untuk mendeteksi jarak dan keberadaan umpan. 2. Menemukan Lokasi Ikan akan berorientasi untuk menemukan lokasi umpan dengan menggunakan organ chemereceptor. 3. Fase Masuknya Makanan Kedalam Mulut Ikan Fase ini berhasil menemukan dan memasukan umpan kedalam mulut. 4. Memakan Umpan Fase ini ikan memakan umpan pada fase uptake jika merasa cocok. a.) Tingkah Laku Umum Ikan Piranha Menurut Uplix (2007) dalam Firarosalina (2012) ikan piranha termasuk jenis agresif dan ganas biasanya bergelombolan banyak dan apabilasudah mendapatkan mangsa semakin banyak berkumpul tampak seperti gumpalan ikan sarden atau ikan teri menghitam. b.) Tingkah Laku Khusus Ikan Piranha Menurut Julian (2011) dalam Firarosalina (2012) ada beberapa yang sebenarnya menyebabkan kebuasan pada piranha, diantaranya fluktuasi temperature air, keadaan sidat kimia air. Masa perkawinan dan ketersediaan makanan yang cukup adalah hal yang merupakan hal yang penting bagi ikan piranha. Agar ia tenang sebaiknya yang tersedia jangan ada yang mengganggu. Apabila dalam perairan ada binatang yang terluka. Menurut Gudang Materi (2010) dalam Firarosalina (2012) piranha memiliki indera penciuman yang baik, indera penciumannya mirip hiuyang dapat mencium darah dari jarak jauh. Namun ada ahli yang berpendapat bahwa piranha dapat menemukan mangsa berdasarkan “keripak” dari mangsa yang berada di air. 2.3. Organ Penciuman Pada Ikan 67 Secara umum Olfactory yang terdapat pada ikan serupa pada organ nasal atau penciuman yang terdapat pada manusia. Namun lubang atau cuping hidung jarang terbuka. Dasar bentuk hidung dibentuk oleh epithelium penciuman atau mukiosa berupa lipatan ilamella bebentuk bunga rose (Syam 2013) Otak ikan bagian Telechephalon adalah bagian otak depan yang merupakan pusat dari hal-hal yang berhubungan dengan pembau, syaratutama yang keluar dari daerah ini adalah syarat olfactory yang berhubungan dengan hidung sebagai penerima rangsangan. Pada ikan-ikan yang menggunakan hidung sebagai pembauan mencari mangsanya, otak bagian depan menjadi lebih berkembang (Syaifudin 2010 dalam Hilda 2013). Ikan mempunyai indera pencium yang berkembang biak, beberapa jenis ikan memiliki antenna misalnya ikan lele. Telinganya tidak berkembang. Keistimewaan ikan adalah mempunyai gurat sisi yang terletak di sisi kiri dan kanan tubuhnya. Biasanya warna gurat sisi berbeda dengan warna sisik. Didalam gurat sisi terdapat urat Marzuki (2011) dalam Firarosalina (2012). 2.4. Fungsi Feromon dan Allomon Feromon merupakan alat yang disekresikan oleh organism dan berguna untuk berkomunikasi secara kimia dengan sesame berdasarkan fungsinya ada 2 kelompok feromon yaitu : Feromon Reteaser dan feromor primer (Elda 2009 dalam Hilda 2013) . Allomon adalah suatu senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang dilepas oleh suatu organism dan menimbulkan respon pada individu spesies lain, organisme pelepas memperoleh keuntungan sedangkan penerimanya dirugikan (Chemistry 2011 dalam Ferarosalina 2012). 2.5. Umpan 2.5.1 Umpan Ikan Rucah 68 Berdasarkan penelitian Prayitno (1986) dalam Fitri Aristi (2011) dari pengamatan secara menyeluruh mengenai reaksi ikan karang terhadap beberapa jenis umpan di Karimun Jawa menyebabkan bahwa ikan jenis rucah dan Crustasea memberikan respon yang sangat baik dibandingkan dengan jenis umpan bulu babi tau dan multi krikil. Penggunaan udang dan ikan rucah banyak digunakan sebagai umpan dengan pertimbangan bahwa kedua jenis umpan tersebut memiliki bau yang tajam dan banyak didapatkan dan sering digunakan sebagai umpan dalam operasi penangkapan umpan. Penggunaan umpan pikatan (atractor) dalam penangkapan pada umumnya dikaitkan dengan jenis dan lama waktu perendaman umpan.Jenis perendaman umpan dengan kurung waktu tertentu menemukan kelayakan terhadap ikan sasaran tangakapan,yaitu apabila dapat merangsang secara kimiawi dan apabila tekstur umpan tidak pudar sehingga penangkapan menjadi lebih efektif dan efisien(Dian dalam Wiguna 2013) (Google Image,2013) Ada beberapa jenis umpan yang digunakan dalam aktivitas penangkapan ikan,diantaranya adalah umpan alami untuk menangkap rajungan biasanya menggunakan umpan alami atau ikan rucah.Ikan rucah banyak dipakai karena harganya yang murah.mudah diperoleh dan masih memiliki kesegaran yang baik(Putra,2012). 2.5.2 Umpan Udang 69 Menurut Aristi (2008),bahwa kandungan protein tertinggi terdapat pada umpan ikan,kandungan lemak tertinggi terdapat pada umpan gonad bulu babi,dan kandungan air teringgi terdapat pada umpan udang (777,95 mg/g). Menurut Gunarso (1985),bahwa efektifitas tertinggi yang dimiliki oleh antara umpan udang,ikan rucah,dan bulu babi yang paling tinggi adalah terdapat pada umpan udang dengan prosentase 71,46%. (Google Image,2013) Kelebihan dari udang adalah udang adalah udang merupakan hidup yang masih segar sehingga sangat menarik perhatian ikan,mudah dipasang dalam mata pancing tidak larut didalam air dan tentunya yang paling penting adalah sangat fleksibel karena beraneka ragam ikan sangat gemar menyantap jenis umpan ini terutama ikan(kios tips,2012). 2.5.3 Umpan Cumi-cum Umpan merupakan salah satu bentuk rangsang berupa bentuk fisik maupun kimiawi yang dapat member respon ikan tertentu dalam tujuan penangkapan ikan(Hendrotono 1989 dalam Riyanto 2008). Berdasarkan hasil pengamatan jenis umpan cumi-cumi akan efektif dibandingkan akan menghasilkan tangkapan terbanyak pada ikan kerapu bebek(Titaly,2009 dam Aristi 2008).Disaat inilah diyakini umpan cumi-cumi akan efektif dibandingkan saat mulai menggunakan sinar lampu daya listrik. 70 (Google Image,2013) Rangsangan yang berupa umpan dapat menarik perhatian ikan melalui penglihatan dan penciuman.Keberhasilan usaha penangkapan dapat ditingkatkan salah stunya dengan mengetahui respon mkan ikan yang diindikasikan dengan ketertarikannya terhadap umpan yang digunakan untuk menarik perhatian ikan target(Fitri 2011 dalam wiguna 2013). 2.6 Kaitan Respon Penciuman dengan Penangkapan Prinsip tingkah laku ikan yang menjadi sasran tangkapan harus didukung oleh pemahaman terhadap indra utama dari ikan (Sensory Organ) khususnya indera penglihatan,pendengarn,penciuman,peraba,linea lateralis dan lain sebagainya indera tersebut merupakan indera penting ikan berhubunga dengan tingkah laku alam (Natural behavior).Keberhasilan usaha penangkapan ikan dapat ditingkatkan salah satunya dengan mengetahui tingkah ikan yang menjadi sasaran tangkapan(Dian 2007 dalam Firarosalina 2012). Penggunaan umpan sebagai umpan (atraktor) dalam penangkapan pada umumnya dikaitkan jenis dan lama waktu perendaman.Umpan sangat ditentukan oleh kebiasaan mkan ikan.Perendaman umpan dengan waktu tertentu menentukan kelayakan terhadap ikan sasaran tangkapan,yaitu apabila dapat merangsang secara kimiawi dan apabila terstruktur umpan balik umpan tidak pudar sehingga lebih efektif dan efisien(Aristi dian et all 2007 dalam Hilda 2013). Metode yang dapat digunakan untuk analisis penciuman ikan,yaitu metode tingkah laku ikan,yaitu metode tingkah laku ikan.scanning electromicrigrap(SEMI dan fotografi grafimetri).Metode tingkah laku ikan bertujuan untuk menganalisis respon ikan mendekati umpan dilakukan secar deskripsi dan hasil rekaman tingkah laku ikan.Metode SEM dilakukan untuk mengetahui bentuk olfactory lamella ikan tergantung spesiesnya.sedangkan metode fotografi gavimetri melalui pengamatan rasio berat setiap bagian otak yang mampu mendefinikasi 71 oragan penciuman ikan sebagai organ dominan atau tidak dalam melakukan efektivitasnya(Purbayanto 2010 dalam wiguna 2013). 72 BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan Alat dan Fungsinya Alat yang digunanakan dalam praktikum tingkah laku ikan materi chemical stimuli adalah: Akuarium : Untuk tempat percobaan. Sekat Perlakuan : Untuk member batasan area ikan. Kamera : Untuk mengambil dokumentasi. Tongkat : Untuk menggantung umpan dan benang. Aerator : Untuk suplai oksigen dan menyebar bau umpan. Stopwtch : Untuk menghitung waktu. Bak : Untuk tempat pengabdasian ikan. Benang : Untuk menggantung benang. Bahan Bahan yang digunakan dalam praktikum tingkah laku ikan materi chemical stimuli adalah : 1 ekor ikan piranha (Pygocentrus nattereri) :Sebagai media atau objek yang diamati. 3 umpan (cumi-cumi,ikan rucah,dan udang) :Sebagai umpan dalam pengamatan. Air :Media hidup ikan. 73 3.2 Skema Kerja Umpan Udang Disiampkan alat dan bahan. Digiring ikan menuju garis start. Dipasang sekat pada garis stsrt,selama 5 menit dihitung menggunakan stopwatch. Dipasang umpan udang bersamaan dengan dihidupkan stopwatch. Diamati dan dicatat tingkah laku pada ikan pada fase arosal,searching dan finding. Dicatat waktu tiap fase,dihitung menggunakan stopwatch. Hasil Umpan Cumi-Cumi UUmpan Udang Disiampkan alat dan bahan. Digiring ikan menuju garis start. Dipasang sekat pada garis stsrt,selama 5 menit dihitung menggunakan stopwatch. Dipasang umpan udang bersamaan dengan dihidupkan stopwatch. Diamati dan dicatat tingkah laku pada ikan pada fase arosal,searching dan finding. Dicatat waktu tiap fase,dihitung menggunakan stopwatch. Hasil 74 Umpan Ikan Rucah UUmpan Udang Disiampkan alat dan bahan. Digiring ikan menuju garis start. Dipasang sekat pada garis stsrt,selama 5 menit dihitung menggunakan stopwatch. Dipasang umpan udang bersamaan dengan dihidupkan stopwatch. Diamati dan dicatat tingkah laku pada ikan pada fase arosal,searching dan finding. Dicatat waktu tiap fase,dihitung menggunakan stopwatch. Hasil 75 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengamatan Pada praktikum tingkah laku ikan tentang respon penciuman didapat hasil pengamatan sebagai berikut : Nama Ikan : Ikan Podangan Nama Latin: (Phygocentrus Nattereri) Waktu(menit) dan Tingkah Laku Ikan Fase Umpan 1 (Cumi-Cumi) Umpan 2 (Udang) Umpan 3 (Rucah) 5 menit 7 detk 5 menit 7 detik 15 menit 4 menit 23 detik 35 detik - - 4 menit 16 detik - 9 menit 30 detik 9 Menit 58 detik - Aurosal Searching Finding Total 4.2 Analisis Prosedur 4.2.1 Umpan Cumi-Cumi Dalam praktikum tingkah laku ikan tentang respon penciuman (chemical stimuli) menggunakan 1 ekor ikan piranha.Alat-alat yang digunakan adalah akuarium sebagai wadah percobaan dan media hidup ikan,sekat perlakuan untuk memberi batas area ikan,serok untuk memindahkan ikan dari bak ke akuarium,tongkat untuk menggantung umpan dan benang ,aerator untuk suplai oksigen,kamera untuk dokumentasi saat pengamatan,benang untuk menggantung umpan cumi-cumi,dan menyebar bau umpan,dan stopwatch untuk menghitung waktu.Bahan yang digunakan selain ikan piranha adalah umpan disini kita memakai umpan cumi-cumi. 76 Hal pertama yang dilakukan saat pengamatan adalah menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu,kemudian dipindahkan ikan dari bak kedalam akuarium.Setelsh itu dibiarkan ikan selama 5 menit agar ikan beradaptasi,kemudian digiring ikan keujung akuarium (start area) dan dipasng sekat.Perlakuan setelah itu dipasang umpan dangan jarak 15 cm dari sekat dan 8 cm dari dasar,setelah prose situ dibuka skat perlakuan,dihitung waktu awal perlakuan dan dicatat kemudian diamati waktunya tingkah laku ikan dalam 3 fase aurosal,searching,dan finding.Disini fase uptake tidak diamati karena ukuran umpan tidak sesuai dengan bukaan mulut. 4.2.1 Umpan Udang Dalam praktikum tingkah laku ikan tentang respon penciuman (chemical stimuli) menggunakan 1 ekor ikan piranha.Alat-alat yang digunakan adalah akuarium sebagai wadah percobaan dan media hidup ikan,sekat perlakuan untuk memberi batas area ikan,serok untuk memindahkan ikan dari bak ke akuarium,tongkat untuk menggantung umpan dan benang ,aerator untuk suplai oksigen,kamera untuk dokumentasi saat pengamatan,benang untuk menggantung umpan udang,dan menyebar bau umpan,dan stopwatch untuk menghitung waktu.Bahan yang digunakan selain ikan piranha adalah umpan disini kita memakai umpan udang. Hal pertama yang dilakukan saat pengamatan adalah menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu,kemudian dipindahkan ikan dari bak kedalam akuarium.Setelsh itu dibiarkan ikan selama 5 menit agar ikan beradaptasi,kemudian digiring ikan keujung akuarium (start area) dan dipasng sekat.Perlakuan setelah itu dipasang umpan dangan jarak 15 cm dari sekat dan 8 cm dari dasar,setelah prose situ dibuka skat perlakuan,dihitung waktu awal perlakuan dan dicatat kemudian diamati waktunya tingkah laku ikan dalam 3 fase aurosal,searching,dan finding.Disini fase uptake tidak diamati karena ukuran umpan tidak sesuai dengan bukaan mulut. 4.2.1 Umpan Ikan Rucah 77 Dalam praktikum tingkah laku ikan tentang respon penciuman (chemical stimuli) menggunakan 1 ekor ikan piranha.Alat-alat yang digunakan adalah akuarium sebagai wadah percobaan dan media hidup ikan,sekat perlakuan untuk memberi batas area ikan,serok untuk memindahkan ikan dari bak ke akuarium,tongkat untuk menggantung umpan dan benang ,aerator untuk suplai oksigen,kamera untuk dokumentasi saat pengamatan,benang untuk menggantung umpan ikan Rucah,dan menyebar bau umpan,dan stopwatch untuk menghitung waktu.Bahan yang digunakan selain ikan piranha adalah umpan disini kita memakai umpan Ikan Rucah. Hal pertama yang dilakukan saat pengamatan adalah menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu,kemudian dipindahkan ikan dari bak kedalam akuarium.Setelsh itu dibiarkan ikan selama 5 menit agar ikan beradaptasi,kemudian digiring ikan keujung akuarium (start area) dan dipasng sekat.Perlakuan setelah itu dipasang umpan dangan jarak 15 cm dari sekat dan 8 cm dari dasar,setelah prose situ dibuka skat perlakuan,dihitung waktu awal perlakuan dan dicatat kemudian diamati waktunya tingkah laku ikan dalam 3 fase aurosal,searching,dan finding.Disini fase uptake tidak diamati karena ukuran umpan tidak sesuai dengan bukaan mulut 4.3 Analisis Data Hasil Pengamatan Data hasil pengamatan,menunjukan bahwa ikan Piranha lebih menyukai umpan udang,ini dibuktikan dengan dari ketiga umpan yang diberikan hanya pada saat pengamatan umpan udang ikan Piranha sampai pada fase finding dengan/pada waktu 4 menit 32 detik. Adapun langkah atau tahapan memperoleh umpan yaitu aurosal,searching,dan finding.Hal ini sesuai dengan pernyataan Baskoro et all(2011) dalam Hilda (2013) bahwa enam fase tingkah aurosal(rangsangan/keterkaitan),location(tempat),near laku dapt field(tingkah diidentifikasi laku dekat bubu),inggrres(masuk,aktivitas didalam bubu),dan escape(melepaskan diri).Tahapan tersebut disesuaikan dengan alat tangkap yang digunakan.Namun dari praktikum tersebut tidak sampai mengambil umpan sehingga tidak memperhatikan ukuran umpan dan bukaan mulut ikan. 78 Dari hasil pengaamatan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil pada umpan cumi-cumi pada fase aurosal durasi 5 menit 7 detik,searching 4 menit 23 detik,pada fase searching tidak ada fase finding.Jadi semua total waktunya 9 menit 30 detik.Pada umpan udang pada fase aurosal durasi 5 menit 7 detik searching 35 detik,finding 4 menit 16 detik,istimewanya pada umpan udang terdapat fase uptake. 79 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Respon penciuman (chemical stimuli) adalah rangsangan yang dapat merangsang ikan dipenciuman(olfactory) dan perasa(gustaktori). Rangsangan kimiawi memegang peranan yang penting terhadap penggunaan umpan kandungan kimia pada umpan yang mampu direspon ikan oleh indera penciuman adalah asam amino dan asam lemak. Respon penciuman ikan terhadap rangsangan kimiawi dapat dibedakan menjadi empat fase yaitu aurosal/detect (menerima rangsangan), searching/react (mencari),finding ( menemukan), uptake (menemukan). Feromon merupakan alat yang disekresikan oleh organism dan berguna untuk berkomunikasi secara kimiawi dengan sesame nya dalam spesies yang sama. Allomon merupakan alat yang disekresikan oleh organisme dan berguna untuk berkomunikasi secara kimia dengan beda spesies. Pada praktikum/pengmatan yang telah dilakukan diperoleh hasil,bahwasanya umpan dengan udang lebih disukai oleh ikan Piranha,dibuktikan dengan data yang menunjukan di umpan udang,ikan Piranha sampai dalam fase finding (4 menit 16 detik) dan uptake (4 menit 32 detik). Kaitan repon penciuman (chemical stimuli ) dengan penangkapan adalah agar mengetahui respon ikan terhadap umpan dan jenisnya sehingga tau umpan,juga untuk pengenbangan teknologi alat penangkapan,sebagai atraktor,contohnya pancing,bubu. 5.2 Saran Pada saat praktikum respon penciuman(chemical stimuli) diaharapkan praktikan benar-benar mendengarkan instruksi/pengarahan dari asisten.sehingga dapat melaksanakan praktikum dengan baik dan mendapatkan hasil yang akurat. 80 DAFTAR PUSTAKA Ana.2011.Ikan_Piranha.http://anashepiethasanatulamriputriabubakar.blogspo t.com/2011/12/Ikan-piranha.html.diakses pada tanggal 22 November 2013 Anggi.2011.Mengenal_Ikan_Piranha.anggistiana.blogspot.com/2011/04/men genal-ikan-piranha.html.diakses pada tanggal 22 November 2013 Aristi.2008.Repon Penglihatan dan Penciuman Ikan Kerapu Tehadap Umpan Terkait dengan Efektifitas Penangkapan.Institut Pertanian Bogor.Bogor Firarosalia.2012.Penciuman_ikan.http://firarosalina.blogspot.com/2012/03/pe nciuman-ikan.html.diakses pada tanggal 22 November 2013 Google Image.2013.www.google_image.com.diakses tanggal 22 Novembe 2013 Gunarso.w.1985.Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungan dengan Alat Metode dan Teknik Penangkapan.Instiut Pertanian Bogor.Bogor Hariadi.2008.Pengaruh Aroma Ikan Tuna pada Umpan Hasil Penangkapan.Institut Pertanian Bogor.Bogor Hilda.2013.Chemical_stimuli.http://hildamariaulfa.blogspot.com/2013/02/che mical-stimuli.html.diakses pada tanggal 22 November 2013 Kios tips.http://kiostips.blogspot.com/2012/11/9-jenis-ikan-tawar-yang-bisa- dipancing.html.diakses pada tanggal 25 November 2013 Putra.2012.Piranha.http://rezaya_dimanakamandalaputra.blogspot.com.diaks es pada tanggal 24 November 2013 Riyanto.2008.Respon Penciuman Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Tehadap Umpan Buatan.Institut Pertanian Bogor.Bogor Syam.2013.Fungsi_feromon_dalam_Insteraksi_sosial.http://nasriani28.blogs pot.com/2013/03/fungsi-feromon-dalam-interaksi-sosial1503.html.diakses pada tanggal 25 november 2013. Wiguna.2013.http://iwakdarat.blogspot.com/2013_11_01.archive.html.diakse s pada tanggal 25 November 2013 81 DOKUMENTASI 82 83 84 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Brotowidjoyo,et all 1995 dalam Rosyid 2010, suhu mudah untuk dipelajari.Beberapa hasil penelitian menunjukan oseanografi yang paling mudah dipelajari.Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa ikan sangat peka terhadap perubahan suhu,walaupun nilainya sangat kecil (<0,10c),sebagai contoh ikan telestoi melakukan respon dengan perubahan suhu sebesar 0,030c. Menurut Kautum(2012), parameter suhu dapat digunakan untuk mengetahui fishing ground.Setiap jenis ikan memiliki penyebaran yang brbeda-beda dan respon yang berbeda terhadap suhu. Menurut Hastuti ,et all,.2013), perubahan suhu lingkungan(guncangan suhu dingin) akan menyebabkan stress yang menginduksi pada tingginya tingkat glukosa darah,selanjutnya mengganggu pertumbuhan bahkan mematikan. Stress adalah kondisi dimana pertahanan ikan menurun dan dapat menyebabkan infeksi.Efek yang disebabkan ada 2 yaitu efek primer dan efek sekunder.Efek primer biasanya terjadi gangguan metabolic.efek sekunder,menyebabkan gangguan osmotic pada system neuro endokrin darah. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari praktikum tingkah laku ikan tentang respon ikan terhadap suhu yaitu untuk menjelaskan dengan benar respon ikan terhadap perubahan lingkungan sekelilingnya. Tujuan dari praktikum tingkah laku ikan tentang respon ikan terhadap suhu yaitu agar praktikan dapat mengetahui respon ikan terhadap berbagai lingkungan yang ekstrim. 1.3 Waktu dan Tempat Praktikum Tingkah Laku Ikan tentang suhu dilaksanakan pada hari Senin tanggal 2 Desember 2013 pukul 15.00-16.30 WIB,bertempat dilaboratorium penangkapan gedung D lantai 1,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauatan,Universitas Brawijaya,Malang 85 BAB I TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfolgi Ikan Menurut Prihatma (2000) klasifikasi ikan nila sebagai berikut : Filum : Chordata Sub Filum : Vertebrata Kelas : Osteichtyes Sub-kelas : Acanthoptherigii Ordo : Percomorphi Sub ordo : Percoidea Family : Cichidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis niloticus (Google Image,2013) Menurut Amri el all,2008 secara umum,bentuk tubuh ikan Nila panjang dan ramping,dengan sisik berukuran besar.Matanya besar,menonjol,dan bagian tepinya berwarna putih.Gurat sisi (linea Lateralis) terputus dibagian tengah badan dan kemudian berlanjut,tetapi letaknya lebih kebawah dari pada letak garis yang memanjang diatas sirip dada.jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah.Sirip punggung,sirip perut,dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tetapi keras dan tajam seperti duri.Sirip punggungnya berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam.Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam. Menurut Suyanto,2010 ciri ikan Nila adalah garis vertical yang berwarna gelap disirip ekor sebanyak enam buah (ada yang 7-12 buah).Garis seperti itu juga 86 terdapat disirip punggung dan sirip dubur,sedangkan ikan mujair tidak memiliki garisgaris vertical di ekor,sirp punggung dan sirip duburnya, 2.2 Tingkah Laku Ikan Umum dan Khusus Menurut Ghufran,2010 suhu optimal untuk pertumbuhan optimal Nila 0 antara 25 C-300C.Pada suhu sampai 220C,Nila masih dapat memiajah, begitupula pada suhu 370C Nila mulai terganggu.Suhu mematikan berada pada 60C dan 420C. Menurut Suyanto,1993 dalam Israk 2003 ikan Nila adalah ikan yang tahan terhadap perubahan lingkungan,tahan terhadap serangan penyakit,maupun toleransi terhadap kualitas air dengan kisaran yang lebar dan mampu mencerana pakan buatan dengan efektif.Ikan ini juga bersifat mikrophagus dan omnivore.Habitat dari ikan Nila adalah pada air tawar,air payau dan air laut.Nilai pH tempat hidup ikan Nila berkisaran antara 6 sampai 8,5 dengan suhu optimum antara 250C sampai 300C. Menurut Amri et all,2008 secara alami,ikan Nila bisa memijah sepanjang tahun didaerah tropis.Frekuensi pemijahan yang terbanyak terjadi pada musim hujan.Didalamya,ikan Nila bisa memijah 6-7 kali dalam satu tahun.Berarti,rata-rata setiap dua bulan sekali ikan Nila akan memijah. 2.3 Sistem Saraf dan Sistem Endokrin Menurut Aryulina et all,2004 sistem saraf pada ikan terdiri dari otak.otak ikan terdiri dari otak besar,otak tengah,otak kecil dan sumsum lanjutan (medulla oblongata).Pada ikan,otak kecil berkembang lebih baik karena merupakan tempat berakhirnya saraf keseimbangan dan gurat sisi,oleh karena itu ikan memiliki keseimbangan tubuh yang baik.Otak tengah dan otak besar tidak mengalami perkembangan yang baik sehingga pusat penglihatan dan penciuman tidak berkembang dengan baik pula. Menurut Mikrajuddin et all,1994 dalam Desi 2004 sistem endokrin merupakan salah satu system yang bertugas menjaga berlangsungnya integrasi kegiatan organ tubuh.Sistem endokrin terdiri atas kelenjar-kelenjar yang bekerja sama dengan system syaraf dalam mengendalikan kegiatan organ-organ tubuh 87 kelenjar endokrin mengeluarkan suatu zat yang disebut hormon.kelenjar endokrin ini tidak mempunyai saluran pengeluaran khusus. (Google Image,2013) (Google Image,2013) 2.4 Kecepatan Renang Ikan Menurut Firarosalina secara vertical semakin bertambahnya kedalaman menyebabkan suhu menurun dan salinitas meningkat.sedangkan kecepatan renang ikan semakin tinggi dengan bertambah kedalaman.Hal ini diduga bahwa menurunnya suhu dan meingkatnya salinitas juga mempengaruhi tingginya 88 kecepatan renang ikan yang terdeteksi.Pola sebaran suhu,salinitas,dan arus secara horizontal tidak terlihat berpengaruh terhadap pola sebaran kecepatan dan arah renang ikan.Hal ini dikarenakan pola sebaran kecepatan dan arah renang ikan secara horizontal tidak memiliki pola tertentu,sedangkan suhu cenderung tinggi didaerah dalam teluk dan salinitas cenderung tinggi diwilayah selatan daerah survei.Faktor yang mempengaruhi kecepatan renang ikan antara lain : Pola renang ikan Amplitude pergerakan sirip atau tubuh Gerak maju melengkung Frekuensi kibasan ekor Ketahanan renang Menurut Gunarso,1985 kecepatan renang merupakan hal yang mendasar untuk efesiensi alat tangkap maupun untuk mendapatkan hasil tangkapan yang efektif terhadap spesies dan ukurannya.Dengan demikian efisiensi dan efektivitas dalam rancang bangun alat tangkap juga mempertimbangkan ini. 2.5 Stress Ikan 2.5.1 Pengertian stress pada ikan Menurut Nevid et all ,2002 dalam Gunawati 2005 stres adalah suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tekanan dalam diri dan lingkungannya. Menurut Supriyadi et all,2005 stres adalah kondisi dimana ikan tidak mampu mempertahankan keseimbangan fisiologi akibat berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi normalnya. 2.5.2 Penyebab Stres Ikan Menurut Afrianto et all,1992 gangguan terhadap ikan dapat disebabkan oleh organisme lain.Pakan mampu kondisi lingkungan yang kurang menunjang kehidupan ikan.Dengan demikian timbulnya serangan penyakit ikan dikolam merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan,kondisi lingkungan dan 89 organisme penyakit.Interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stress pada ikan. Menurut Najiyati,1997 penyebab stress pada ikan biasa terjadi akibat penyakit,ikan tersebut dalam keadaan sakit,suhu terlalu tinggi,pH terlalu rendah atau faktor-faktor lainnya. 2.5.3 Efek Stress Ikan Menurut Afrianto et all,1992 stress pada ikan dapat menyebabkan mekanisme pertahanan diri yang dimiliki ikan menjadi lemah dan akhirnya mudah diserang penyakit. Menurut Selamet,1985 stress pada ikan akan menyebabkan menurunnya metabolism pada tubuh ikan. 2.6 Hubungan Stress Ikan dengan Penangkapan Menurut Firarosalina,2012 laut yang menghangat membuat pertumbuhan ikan terlambat.Parahnya hal ini bisa meningkatkan stress bahkan resiko kematian ikan.Apabila pertumbuhan ikan melambat tentunya dapat berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Menurut Rosyid,2010 suhu sangat berpengaruh dalam proses pemijahan pada ikan.Jika pada suhu yang kurang baik akan mempengaruhi juga dari hasil penangkapan. 90 BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan saat praktikum Tingkah Laku Ikan respon terhadap perubahan suhu adalah: Akuarium kaca :Sebagai tempat media uji coba Stopwatch :Untuk waktu yang dipakai Nampan :Untuk tempat alat-alat yang digunakan untuk pengamatan Hantally counter :Untuk menghitung jumlah operculum dan sirip dada/pectoral Thermometer :Untuk mengukur suhu air dalam akuarium Termos :Wadah air panas Kamera :Untuk dokumentasi saat pengamatan. Bahan yang digunakan saat praktikum tingakah laku ikan respon terhadap perubahan suhu adalah: 1 ekor ikan Nila (Oreochormis niloticus) :sebagai objek yang diamat Air tawar :Media hidup ikan Air panas 360C :Untuk pengondisian suhu tinggi Air dingin 15 C 0 :Untuk pengondisian suhu rendah 91 3.2 Skema Kerja Proses aklimatisasi Ikan Nila Ikan di aklimatisasi selama 2 hari untuk adaptasi di akuarium Setelah di akuarium selama 2 hari amati bukaan operculum dan jumlah kibasan sirip pectoral dengan asumsi dalam keadaan normal Hitung dengan Handtally counter jumlah bukaan operculum dan jumlah kibasan sirip pectorsl setiap 1 menit dalam 5 menit sebagai control. Hasil Pengondisian suhu tinggi Ikan Nila yang diakimatisasi Diukur suhu air yang sudah ditambahkan air panas dengan suhu (360C) kedalam akuarium yang berisi ikan secara perlahan Dilihat respon tingkah laku ikan Dihitung bukaan operculum dan kibsan sirip dada setiap 1 menit selama 1 menit selama 5 menit Dicatat jumlah bukaan operculum dan kibasan sirip dada Hasil 92 Pengondisian Suhu Rendah Ikan Nila yang diakimatisasi Diukur suhu air yang sudah ditambahkan air panas dengan suhu (360C) kedalam akuarium yang berisi ikan secara perlahan Dilihat respon tingkah laku ikan Dihitung bukaan operculum dan kibsan sirip dada setiap 1 menit selama 1 menit selama 5 menit Dicatat jumlah bukaan operculum dan kibasan sirip dada Hasil 93 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengamatan Nama Ikan : Ikan Nila Nama Ilmiah : Oreochormis niloticus Parameter dan ulangan A.Jumlah bukaan Operculum menit ke-1 2 3 4 5 menit ke-1 2 3 4 5 Suhu Panas (Perlakuan 1) sebelum Sesudah (normal) 146 149 139 141 112 90 149 106 148 275 160 149 306 269 452 424 581 585 781 728 Suhu Dingin (Perlakuan 2 Sebelum sesudah (normal) 84 3 127 6 206 8 286 10 372 11 88 69 144 131 218 196 220 263 393 309 4.2 Analisis Prosedur 4.2.1 Pengondisian Suhu Tinggi Dalam praktikum tingkah laku ikan respon terhadap perubahan suhu menggunakan alat yaitu akuarium kaca untuk tempat uji percobaan,stopwatch untuk menghitung waktu yang dipakai,nampan sebagai tempat untuk peralatan,handtally counter untuk menghitung jumlah bukaan operculum dan sirip dada,thermometer untuk mengukur suhu air dalam akuarium,termos sebagai wadah air panas,kamera sebagai alat untuk dokumentasi.Bahan yang digunkan adalah satu ikan Nila sebagai objek yang diamati,air sebagai media hidup ikan,air panas 360C untuk pengondisian suhu tinggi. 94 Pertama-tama yang dilakukan saat praktikum adalah ikan Nila diakimalisasikan,setelah itu ukuran suhu air yang sudah ditambah air panas dengan suhu (360C) kedalam akuarium yang berisi ikan secara perlahan,dilihat respon tingkah laku ikan,dihitung setiap 1 menit dalam 5 menit,dicatat jumlah bukaan operculum dan kibasan sirip dada,lalu yang terakhir catat hasilnya. 4.2.1 Pengondisian Suhu Rendah Dalam praktikum tingkah laku ikan respon terhadap perubahan suhu menggunakan alat yaitu akuarium kaca untuk tempat uji percobaan,stopwatch untuk menghitung waktu yang dipakai,nampan sebagai tempat untuk peralatan,handtally counter untuk menghitung jumlah bukaan operculum dan sirip dada,thermometer untuk mengukur suhu air dalam akuarium,kamera sebagai alat untuk dokumentasi.Bahan yang digunkan adalah satu ikan Nila sebagai objek yang diamati,air sebagai media hidup ikan,air dingin 150C untuk pengondisian suhu tinggi. Pertama-tama yang dilakukan saat praktikum adalah ikan Nila diakimalisasikan,setelah itu ukuran suhu air yang sudah ditambah air panas dengan suhu (150C) kedalam akuarium yang berisi ikan secara perlahan,dilihat respon tingkah laku ikan,dihitung setiap 1 menit dalam 5 menit,dicatat jumlah bukaan operculum dan kibasan sirip dada,lalu yang terakhir catat hasilnya. 4.3 Analisis Data Hasil pengamatan Dari pengamatan yang telah dilakukan pada pengondisian suhu tinggi jumlah bukaan operculum dan jumlah kibasan sirip dada permenitnya semakin cepat.Menurut katum,2012 suhu perairan dapat mempengaruhi kelarutan oksigen ,oleh sebab itu pergerakan ikan sangat cepat.karena apabila suhu meningkat maka kelarutan oksigen berkurang. Dari pengamatan yang telah dilakukan pada pengondisian suhu rendah jumlah bukaan operculum dan jumlah kibasan sirip dada permenitnya semakin cepat pula.semakin rendah suhu dan semakin dalam perairan pergerakan ikan semakin cepat. 95 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi pergerakan ikan. Stress adalah kondisi dimana pertahanan tubuh ikan menurun dan akan dapat menyebabkan infeksi. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pengondisian suhu tinggi jumlah bukaan operculum dan jumlah kibasan sirip dada permenitnya semakin cepat. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pengondisian suhu rendah jumlah bukaan operculum dan jumlah kibasan sirip dada permenitnya semakin cepat pula. Dari data pengondisian suhu tinggi operculum t start ada range t critical H0 diterima H1 ditolak berarti perlakuan tidak berpengaruh. Dari data pengondisian suhu rendah operculum t start diluar range t critical H0 ditolak H1 diterima berarti ada pengaruh dalam perlakuan. Dari data pengondisian suhu tinggi sirip dada t start ada range t critical H0 diterima H1 ditolak berarti perlakuan tidak berpengaruh. Dari data pengondisian suhu rendah sirip dada t start ada range t critical H0 diterima H1 ditolak berarti perlakuan tidak berpengaruh. Hubungan stress ikan dengan penangkapan adalah jika ikan mengalami stress akan mengganggu proses pemijahan dan akan mempengaruhi juga stok ikan. 2.5 Saran Pada saat praktikum diharapkan semua praktikan mengamati semua pengondisian agar praktikan mengerti semua aspek dalam pengamatan saja,dan tidak hanya terfokus dalam satu pengamaatan. 96 Daftar Pustaka Afrianto et all,1992.Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.Kanisius. Yogyakarta Amri et all,2008.Budidaya Ikan Nila Secara Intensif.Agromedia Pustaka.Jakarta Aryulina,Dian et all,2004.Biologi 2.Erlangga.Yogyakarta Dessi.2004.Pengaruh Dosis Akriflavin yang Diberikan Secara Oral Kepada Larva Ikan Nila Merah(oreochormis Sp) Tehadap Nisbah Kelamin.Institut Pertanian Bogor.Bogor Firarosalina.2012.Respon Ikan Terhadap Perubahan Suhu.http://firarosa Lina,blogspot.com.diakses pada tanggal 5 Desember 2013. Google Image.2013.www.google image.com.diakses 5 Desember 2013 Ghufron et all.2010.Budidaya Ikan Nila Dikolam Terpal.Lily Publisher. Yogyakarta. Gunarso.1985.Kecepatan Renang Ikan.Penerba Swadaya.Jakarta Gunawati.2005.Hubungan Antara Evektivitas Komunikasi Mahasiswa Dos sen Pembimbing Utama Skripsi dengan Stress dalam Menyusun Skripsi pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran.Universitas Diponegoro.Semarang Hastuti.2003.Respon Glukosa Darah Ikan Gurami(Osphronemus Gouramy) Terhadap Stress Perubahan Suhu Lingkungan.Universitas Diponegoro.Semarang Israk.2003.Tingkah Laku Ikan Nila Ketika Menerobos Maka Jaringan dengan bentuk dan Ukuran yang Berbeda.Institut Pertanian Bogor.Bogor Katum.2012.Suhu dan Tingkah Laku Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacore) Hubungannya dengan Model Pengolalaan.STITEK Balik Diwa 97 Mikrajuddin et all.2007.IPA Terpadu SMP dan MTS jilid 3A.Erlangga. Yogyakarta Najiyati.1997.Memilihara Lele Dumbo Dikolam Taman.Niaga Swadaya Prihatman.2000.Tentang Budidaya Ikan.Kantor Deputi Menegristek Bidang Pemberdayagunaan dan Permasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.Jakarta Rosyid.2010.Distribusi Suhu Permukaan Pada Musim Peralihan Barat Timur Terkait dengan Fishing Ground Ikan Pelagis Kecil di Perairan Spermonde.Universitas Hasanudin.Makasar Selamet.1985.Akumulasi logam Berat Hg dan Cd pada Tubuh Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forskal).Institut Pertanian Bogor.Bogor Supriyadi et all.2005.Strategi Pengelolaan dan Pengendalian Penyakit KHV : Suatu Upaya Pemecahan dalam Pembudidayaan Ikan Air Tawar.Pusat Riset Perikanan Budidaya Suyanto Rachman.2010.Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila.Penerba Swadaya.Jakarta 98 99 Asisten zone R. Muhammad Riyanto N. Pesan : Tetap sabar ya kak dalam menghadapi praktikannya..... Kesan : Halus tutur katanya, sabar dan bijaksana Made Mahendra Jaya Pesan : Pokoknya Keep smile...!!!! Kesan : Baik dan tegas. Agustin Capriati Pesan : Keep smile mbk ...!!! and don’t forget us Kesan : Tegas dan bijaksana Prisma Anggoro Pesan : Tetap jaga kekompakan ya kak..!! Kesan : Baik dan Bijaksana 100 Vita Nurlita Pesan : Tetap pancarkan senyumu mbk.... Kesan : Tegas dan Bijaksana.... Andi Mei Putra Pesan : Tetap semangat ya kak dalam membimbing kita. Jangan lupakan kita.... Kesan : Baik banget, sabar dan ramah... Rifki Arihafiki Pesan : Lebih tegas dan sabar ya kak!!! Kesan : Murah senyum dan ramah Mihrobi Khalwatu Rihmi Pesan : Keep smile kak!!! And keep spirit! Kesan : Lucu, baik dan bijaksana 101 Jihan Assyifa Pesan : Keep Spirit mbk...!!! Kesan : Tegas dan Bijaksana Ratna Astuti Pesan : Keep Smile ya mbk....!!!! Kesan : Baik, murah senyum dan ramah Ratna Trisnaningrum Pesan : Tetap Semangat dan sabar mbk.... Kesan : Baik dan tegas. 102 Agnes Kusuma Prembayun Pesan : Tetap Semangat mbk!!!! Kesan : Baik dan bijaksana Ahmad Teguh Pribadi Pesan : Tetap tegas ya kak.... upload... Kesan : Baik dan enjoy kalau jelaskan.... Wulan Anggraeni Pesan : Tetap tersenyum dan lebih tegas y mbk.... Kesan : Baik dan murah senyum.. Novita Putri Firman Aji Pesan : Tetap Semangat dan sabar ya mbk.... Kesan : Baik dan jelas suaranya... 103 LAMPIRAN OPERCULUM SUHU PANAS Menit 1 2 3 4 5 SEBELUM SESUDAH 146 149 139 141 112 90 149 106 148 275 t-Test: Paired Two Sample for Means Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail Variable 1 138.8 239.7 5 0.509966 Variable 2 152.2 5304.7 5 0 4 -0.45201 0.337345 2.131847 0.674691 2.776445 Kesimpulan t stat ada range t critical maka H0 diterima H1 ditolak ditolak perlakuan tidak berpengaruh OPERCULUM SUHU DINGIN MENIT sebelum sesudah 1 84 3 2 127 6 104 3 4 5 206 286 372 8 10 11 t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 215 13669 5 0.9621 Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail Variable 2 7.6 10.3 5 0 4 4.074145 0.007586 2.131847 0.015171 2.776445 Kesimpulan t stat diluar range t critical maka H1 diterima H0 ditolak,berarti ada perngaruh dalam perlakuan. SIRIP KIBASAN DADA SUHU PANAS MENIT 1 2 3 4 5 SEBELUM SESUDAH 160 149 306 269 452 424 581 585 781 728 105 t-Test: Paired Two Sample for Means Variable 1 456 57845.5 5 0.996064 Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail Variable 2 431 54435.5 5 0 4 2.51641 0.032804 2.131847 0.065607 2.776445 Kesimpulan t stat ada range t critical maka H0 diterima H1 ditolak perlakuan tidak berpengaruh SIRIP KIBASAN DADA SUHU DINGIN MENIT 1 2 3 4 5 SEBELUM SESUDAH 88 69 144 131 218 196 220 263 393 309 t-Test: Paired Two Sample for Means Mean Variance Observations Pearson Correlation Hypothesized Mean Variable 1 212.6 13214.8 5 0.923554 0 Variable 2 193.6 9395.8 5 106 Difference df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail 4 0.943303 0.199469 2.131847 0.398937 2.776445 Kesimpulan t stat ada range t critical maka H0 diterima H1 ditolak perlakuan tidak berpengaruh 107 108