Praktikum Lapang - Blog UB

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi penangkapan ikan di Indonesia berkembang pesat terutama
pada penggunaan alat bantu cahaya untuk menarik perhatian ikan. Prinsip
penangkapan pada alat tangkap ini pada dasarnya memanfaatkan tingkah laku
ikan, khususnya respon ikan terhadap cahaya. Mengingat sulitnya melakukan
pengamatan secara visual di bawah air, maka dalam penelitian ini pengamatan
tingkah laku ikan di sekitar pencahayaan dilakukan melalui pendekatan akustik
(Sulaiman dkk, 2006).
Tingkah laku ikan adalah adaptasi tubuh ikan terhadap pengaruh
lingkungan internal dan eksternal.Yang termasuk pengaruh lingkungan
eksternal adalah oksigen, cahaya, salinitas dan faktor linkungan lainnya. Yang
termasuk faktor internal adalah kematangan goand, pertumbuhan Manfaat
mengetahui
tingkah
lain:Meningkatkan
lalu
ikan
dibidang
efisiensi
alat
tangkap.
penangkapa
Sebagai
ikan
gambaran
antara
dapat
dikemukakan bahwa setiap jenis ikan mempunyai swimming depth (kedalaman
renang) yang berbeda-beda.Ikan tembang berbeda swimming depth dengan
ikan tongkol.ikan tembang berenang lebih dekat di permukaan air, sedangkan
ikan tongkol berenang lebih dalam. Kedua jenis ikan ini dapat di tangkap
dengan menggunakan jaring.Supaya efisisensi alat tangkap jaring yang
digunakan untuk menangkap kedua ikan tersebut, maka untuk menangkap ikan
tembang tidak dibutuhkan lebar jaring yang lebih dalam ketimbang jaring yang
digunakan untuk menangkap ikan tongkol.Selain itu, membantu dalam
managemen perikanan,dengan mengetahui kapan suatu jenis ikan melakukan
pemijahan, kapan ikan tersebut telah dewasa maka pengturan penangkapan
ikan
brkelanjutan
dengan
mudah
dapat
dilakuan.Dalam
managemen
penangapan ikan, suatu daerah penangkapan (fishing ground) dapat dilakukan
penutupan jika daerah tersebut merupakan tempat pemijahan (spawnng
1
ground), kapan ikan tersebut melakukan pemijahan harus diketahui dengan
mengetahui tingkah laku iakn tersebut (Ratna, 2011).
Berkaitan dengan mekanisme alat tangkap dan dengan tinkah laku
ikan, sering di jumpai berbagai kegagalan dikarenakan kurangnya pengetahuan
yang
cukup
tentang
tingkah
laku
ikan
yang
menjadi
tujuan
penangkapan.Dengan memahami penegtahuan tentang tingkah laku ikan,
diharapkan dapat mengoptimalkan efisiensi suatu alat tangkap.Pengamatan
secara tidak langsung tingkah laku ikan dalam hubungannya dengan alat
tangkap yang dioperasikan pada laut dalam dengan bantuan berbagai peralatan
seperti underwater camera, televisi maupun sonar yang diatur dengan
pengontrol jarak jauh. Pengamatan dan penelitian memberikan andil dalam
pengembangan usaha penangkapan, terutama yang menyangkut berbagai
respon ikan terhadap berbagai rangsangan yang ditimbulkan oleh sesuatu jenis
alat tangkap yang berguna bagi proses penangkapan berbagai jenis ikan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksuddiadakannyapraktikuml a p a n g
Tingkahlakuikanadalah
agarpraktikandapatmengetahuitingkah lakuikanmulai dari awal menetas,
tingkah laku saat pembesaran, dan tingkah laku pada saat pemijahan.
Tujuan dari praktikum lapang Tingkah laku ikan adalah agar praktikan
mengetahui dan mampu menjelaskan tingkah lakuikanmulai dari awal
menetas, tingkah laku saat pembesaran, dan tingkah laku pada saat
pemijahan.
1.3 Waktu dan Tempat
PraktikumlapangTingkahlakuikandilaksanakanpadahariKamistanggal
12 Desember2013pukul07.00WIB–1 2 . 0 0 WIB,di Balai Budidaya Air Payau
Situbondo, Jawa Timur.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Ikan Kerapu Macan
2.1.1
Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Menurut Tarwiyah(2001), Klasifikasi dan morfologi kerapu macan
(Epeniphelus fuscoguttatus) yaitu:
Class
: Chondrichthyes
Sub class
: Ellasmobranchii
Ordo
: Percomorphi
Divisi
: Perciformes
Famili
: Serranidae
Genus
: Epinephelus
Species
: Epinepheus sp
Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang memipih dan
menajam, maxillarry lebar diluar mata, gigi pada baian sisi dentary 3 atau 4
baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada
bagian dorsal dan poterior. Habitat benih ikan kerapu macan adalah pantai yang
banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan Gracilaria sp, setelah dewasa hidup
di perairan yang lebih dalam dengan dasar terdiri dari pasar berlumpur. Ikan
kerapu termasuk jenis karnivora dan cara makannya “mencaplok” satu persatu
makan yang diberikan sebelum makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling
disukai jenis krustaceae (rebon,dogol dan krosok), selain itu jenis ikan-ikan
(tembang,teri dan belanak)(Tarwiyah,2001).
Bentuk ujung sirip ekor, sirip dada, dan sirip dubur ikan berupa busur.Kepala
dan badannya berwarna abu-abu pucat kehijauan atau kecokelatan.Badan
dipenuhi dengan bintik-bintik gelap berwarna jingga kemerahan atau coklat
gelap.Bintik-bintik dibagian tengah lebih gelap dibanding yang di pinggir.Ukuran
3
bintik semakin mengecil ke arah mulut.Adapun punggung dan pangkal sirip
punggung ikan terdapat bercak besar kehitaman. Bentuk badan kerapu macan
memanjang dan cenderung gepeng (compressed) atau agak membulat.
Ketebalan tubuh adalah 2,6 – 2,9 dari panjang standar, dengan skala garis
lateral adalah 53-58. Panjang total tubuh kerapu macan dapat mencapai 80 cm.
Mulut berukuran lebar dengan posisi serong keatas dan bibir bawah menonjol
keatas. Rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi-gigi geretan berderet
dua baris, lancip dan kuat. Gigi-gigi terbesar terletak dibagian depan. Sirip ekor
berbentuk membulat (rounded). Lobang hidung besar berada diatas mulut
berbentuk bulan sabit(Ana,2011).
2.1.2
Ekologi Ikan
2.1.2.1
Hatchery
Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan
larvadengan penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.103104 sel/ml. Phytoplankton akan menggeliminir pembusukan yang ditimbulkan
oleh telur yang tidak menetasa dan sisa cangkang telur yang ditinggalkan.
Pembersihan dasar bak dengan cara penyimpanan dilakukan pada hari
pertama dengan maksud untuk membuang sisa-sisa telur yang tidak
menetas dan cangkang telur. Penggantian air dilaksanakan pertama kali
pada saat larva berumur 6 hari (D6) yaitu sebanyak 5-10%.Penggantian air
dilakukan setiap hari dan dengan bertambahnya larva, maka volume air perlu
diganti juga semakin banyak. Pada saat larva berumur 30 hari (D30)
pengganti air dilakukan sebanyak 20% dan bila larva telah berumur 40 hari
(D40) air yang diganti sebanyak 40%(Tarwiyah,2011).
Pemeliharaan larva dilakukan umtuk menghasilkan larva yang sehat
dan mempunyai kualitas bagus. Pemeliharaan larva dilaksanakan di
Hatchery ikan kerapu macan yang berjumlah 8 buah berbentuk persegi
panjang dari beton tanpa sudut mati dengan ukuran 4 x 2 x 1,5 m dengan
kapasitas 10 m3 yang di tempatkan diruangan semi outdoor dan dilengkapi
aerasi berjarak 50 cm dan 5 cm diatas dasar bak. Sebelum digunakan bak
4
tersebut terlebih dahulu dicuci menggunakan larutan kaporit yang disiram
kedinding bak dan kemudian disikat, setelah itu bak disiram menggunakan
air tawar dan dibiarkan kering selama satu hari(Ikbal,2012).
2.1.2.2 Nursery
Benih yang digunakan bisa berasal dari tangkapan maupun
pembenihan.Umumnya jumlah benih dari tangkapan sangat terbatas, ukuran
tidak seragam, sering terserang penyakit akibat luka saat penangkapan dan
pengangkutan.Dengan alasan tersebut lebih baik benih yang digunakan
berasal da pembenihan.Selain jumlahnya banyak, ukuran relatif seragam
serta kualitas dan kontinuitas terjamin. Benih yang sehat tampak dari
warnanya cerah, geraknya lincah dan aktif, nafsu makannya tinggi serta tidak
ada cacat tubuh(Tipspetani,2011).
Larva kerapu mempunyai kuning telur sebagai cadangan makanan
sampai berumur 2 hari. umur 3 hari kuning telur mempunyai terserap habis,
perlu diberik pakan dari luar berupa Rotifera Branchionus Plicatilis dengan
kepadatan 1-3 ekor/ml dan Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan
104 - 105 sel/ml. pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari dengan
penambahan secara bertahap rotifera sampai kepadatan 5-10 ekor/ml
phytoplankton(Tarwiyah,2011).
2.1.3 Food and Feeding Habit Ikan
Larva kerapu pada umumnya menghindari permukaan air pada siang
hari, sebaliknya pada malam hari lebih banyak ditemukan pada permukaan
air. Penyebaran vertikal tersebut sesuai dengan sifat kerapu sebagai
organism nocturnal, pada malam hari lebih banyak bersembunyi diliang –
liang karang, sedangkan pada malam hari aktif bergerak dikolom air untuk
mencari makan Ikan kerapu dikenal sebagai predator yaitu pemangsa jenis
ikan – ikan kecil plankton hewani (zooplankton), udang – udangan
invertebrata, rebon dan hewan –hewan kecil lainnya(Nursida, 2011).
5
Saat ikan kerapu macan mengamati umpan yang ada di depannya
kemudian melesat secara tiba-tiba menyergap umpan/makanan yang ada di
depannya dan menariknya ke tempat persembunyian, merupakan fase
mengidentifikasi dan memakan umpan (uptake and finding balt), ). Pada fase
tersebut, organ yang digunakan adalah mata karena kemampuan mata untuk
mengidentifikasi suatu benda yang masuk ke area pandangnya akibat
intensitas sinar yang mengenai benda tersebut(Mulyono et al., 2011).
2.1.4 Tingkah Laku Pemijahan
Dalam siklus hidupnya kerapu macan muda hidup di perairan karang
pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak masa dewasa
beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7 - 40 m, biasanya perpindahan
ini berlangsung pada siang dan senja hari. Habitat favorit larva ikan kerapu
adalah perairan pantai dekat muara sungai dengan dasar pasir yang
berkarang yang banyak ditumbuhi padang lamun. Telur dan larva bersifat
pelagis (berada di dalam kolam air).Sementara itu, kerapu muda hingga
dewasa bersifat demersal atau berdiam di dasar kolam(Subyakto dan Sri,
2003).
Pada habitat aslinya ikan kerapu macan melakukan pemijahan pada
malam hari yakni dari jam 8 sampai jam 3 pagi, biasanya ikan kerapu jantan
mengelilingi ikan kerapu betina, dan apabila ikan kerapu betina sudah
mengeluarkan telur maka ikan kerapu jantan akan mengeluarkan spermanya,
lalu telur itu akan dibuahi oleh sperma tersebut( Mulyono et al,2011).
2.1.5 Metode penangkapan yang sesuai
lkan kerapu rnerupakan kelornpok ikan pemangsa yang hidup pada
perairan karang. lkan kerapu rnudah tertangkap dengan pancing rawai
atau bubu.
pertumbuhan
Pada
yang
umumnya
lambat.
kerapu merupakan ikan yang mempunyai
Beberapa jenis ikan kerapu misalnya
E.
coioides herrnphrodit, ikan muda jenis betina dan setelah berukuran sekitar
60cm berubah menjadi jantan( Nuraini, siti dan Hartati Siti, 2006).
6
Disamping itu produksinya sangat rendah, kerapu, ikan kakap, dan
ikan dasar lainnya yang memiliki pasar potensial, penangkapan-nya harus
menggunakan kail (baik hand line, long line ataurawai) sehingga produksinya
menjadi terbatas, karena harus dikail satu persatu. Tidak seperti ikan
permukaan misalnya kembung, cakalang, komu, sejenis sardin, dan
sebagainya yang hidupnya bergerombol, sehingga mudah ditangkap dengan
jaring dalam jumlah besar(Reza, 2011).
2.2 Ikan Kerapu Tikus (Kerapu bebek)
2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan
klasifikasi ikan kerapu tikus menurut Arta Bahari Jaya (2012) adalah sebagai
berikut :
Phylum
:
Chordata
Subphylum
:
Vertebrata
Class
:
Osteichtyes
Sub class
:
Actinopterigi
Ordo
:
Percomorphi
Sub ordo
:
Percoidea
Family
:
Serranidae
Genus
:
Cromileptes
Species
:
Cromileptes altivelis
Ikan kerapu tikus mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut :
1. sirip punggung dengan 10 duri keras dan 18 – 19 duri lunak, sirip perut
dengan 3
duri keras dan 10 duri lunak, sirip ekor dengan 1 duri keras dan
70 duri lunak.
2. Panjang total 3,3 – 3,8 kali tingginya, panjang kepala seperempat panjang
total,
3. Leher bagian atas cekung dan semakin tua semakin cekung,
4. Mata seperenam kepala,
5. Sirip punggung semakin kebelakang melebar,
6. Warna putih kadang kecoklatan dengan totol hitam pada badan, kepala dan
sirip.seluruh permukaan tubuh kerapu tikus berwarna putih keabuan,
7
berbintik bulat hitam dilengkapi sirip renang berbentuk melebar serta
moncong kepala lancip menyerupai bebek atau tikus.
2.2.2 Ekologi Ikan
2.2.2.1 Hatchery
Menurut Tarwiyah (2001) Bak Pemeliharaan Larva sebagai berikut:
a. Bak pemeliharaan, bak beton berbentuk 4 persegi panjang, ukuran 4 x 1 x1 m3
b. Bak pemeliharaan ini juga merupakan bak untuk penetasan telur.
c. Larutan chlorine (Na OCI) 50 ~ 100 ppn, untuk mensuci hamakan bak
pemeliharaan.
d. Larutan Natrium Thiosulfat untuk menetralkan dan menghilangkan bau dari
chlorine.
e. Air laut dimasukkan ke dalam bak satu hari sebelum larva dimasukkan, kadar
garam air laut 30 ~ 32‰ suhu air 27 ~ 280
f. Bak makanan alami.
tingkah laku ikan kerapu tikus pada pemeliharaan di budidaya tidak jauh
berbeda dengan habitat aslinya. Balai Budidaya Air Payau membuat manipulasi
lingkungan yang benar-benar sesuai dengan habitat asli ikan kerapu tikus.Pada
pembenihan, larva bersifat pelagis. Seiring dengan pertumbuhannya, ikan kerapu
tikus hidup di dasar permukaan dimana pada habitat aslinya, daerah terumbu karang
merupakan tempat tinggal bagi ikan sehingga ikan kerapu tikus mencari mangsa
disekitar terumbu karang (Dwi,2013)
2.2.2.2 Nursery
Metode pemeliharaan ikan kerapu hingga kini terus berkembang,
mulai dari pemeliharaan di kolam / tambak hingga system karamba, baik karamba
8
jarring apung (KJA) maupun karamba tancap.Untuk budidaya ikan kerapu metode
karamba jaring apung merupakan pilihan utama karena dengan metode ini yang
paling menguntungkan. Metode ini juga dapat di katakana metode intensif karena
mempunyai kelebihan-kelebihan berupa : padat penebaran tinggi, kualitas dan
kuantitas air selalu memadai, tidak perlu pengolahan tanah, pemangsa (predator)
mudah di kendalikan dan proses pemanenan sangat mudah (Pirates,2012)
Menurut Tarwitah (2001) Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu tikus ,
Larva kerapu mempunyai kuning telur sebagai cadangan makanan sampai
larva berumur 2 hari. Umur 3 hari kuning telur mulai terserap habis, perlu
diberi pakan dari luar berupa:
a. Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 - 3 ekor/ml
b. Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan 104 – 105
Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari dengan penambahan
secara bertahap rotifera sampai kepadatan 5 ~ 10 ekor/ml plytoplankton 105 -2.105
sel/ml media. Umur 9 hari mulai diberi pakan naupli artemia yang baru menetas
dengan kepadatan 0,25 ~ 0,75 ekor/ml media, pakan diberikan sampai larva
berumur 25 hari dengan peningkatan kepadatan mencapai 2 ~ 5 ekor/ml media.
Umur 17 hari larva dicoba diberi pakan artemia yang telah berumur 1 hari kemudian
secara bertahap diubah dari artemia berumur 1 hari ke artemia setengah dewasa
dan akhirnya artemia dewasa sampai larva berumur 50 hari. Setelah larva berumur
29 - 31 hari berubah menjadi benih aktif, menyerupai kerapu dewasa.Pada saat ini
mulai dicoba pemberian pakan dengan cincangan daging ikan.
2.2.3 Food and Feeding habit
Ikan kerapu tikus merupakan hewan karnivor, sebagaimana jenis-jenis ikan
kerapu lainnya. Ikan kerapu tikus dewasa adalah pemakan ikan-ikan kecil, kepiting,
dan udang-udangan, sedangkan larvanya pemangsa larva moluska (trokofor), rotifer,
mikro krustasea, kopepoda, dan zooplankton. Sebagai ikan karnivora, kerapu
cenderung menangkap mangsa yang aktif bergerak di dalam kolom air (Nybakken,
1988dalam Arta Bahari, 2012)
9
Kebiasan makan ikan kerapu tikus, menurut Iskandar dan Mawardi (1996)
dalam Risamasu (2008) dalam Dwi (2013) ikan kerapu tikus yang termasuk dalam
keluarga serranidae merupakan ikan nokturnal dimana ikan ini mencari makan pada
malam hari. Aktivitas ikan nokturnal mencari makan dimulai saat hari mulai
gelap.Ikan-ikan tersebut digolongkan sebagai ikan soliter di mana aktivitas makan
dilakukan secara individu, gerakannya lambat cenderung diam dan arah gerakannya
tidak begitu luas serta lebih banyak menggunakan indera perasa dan indera
penciuman.
2.2.2.4 Tingkah Laku Pemijahan
Suhu yang sesuai untuk ikan kerapu tikus yaitu 29 oC-32 oC dengan salinitas
33 ppt. Rangsangan dari lingkungan yang dilakukan yaitu dengan menurunkan
ketinggian air pada pagi hari hingga sore dan menaikkan air kembali pada sore hari.
Pada saat pemijahan, juga dibutuhkan suasana yang tidak berisik dan tenang.
Selain itu, saat musim hujan juga mempengaruhi pemijahan ikan, karena seringnya
terjadi hujan yang deras maka pemijahan ikan kerapu tikus yang berlangsung alami
dapat terganggu namun pada umumnya Ikan kerapu tikus akan memijah sepanjang
tahun (Dwi, 2013)
Cirri cirri induk ikan betina yang siap memijah adalah perut gendut dan
lubang genital kemerahan. Sedangkan untuk induk jantan yang matang gonad
mempunyai cirri cirri kulit lebih terang dan agresif selalu mengejar betina dan lubang
genital kemerahan (penyuluh perikanan,2013).
2.2.5 Metode penangkapan yang sesuai
Pemeliharaan kerapu bisa dilakukan di tambak maupun jala
terapung.Pemeliharaan menggunakan jala apung lebih mudah sewaktu
memanen hasil, dengan hanya mengangkat jala.Karamba jarring apung
dipasang pada rakit, 4 karamba berukuran 3x3x3 m diikatkan dalam 1
rakit.Karamba menggunakan jarring polietine (no 380 D/9 dan 380 D/13,
ukuran mata jarring 1 atau 2. Beberapa rakit bisa diganbungkan menjadi satu
dilengkapi dengan rumah jaga dan lantai kerja(Suhrjawanasuria,2001)
10
Induk-induk ikan kerapu Tikus (C. altivelis) yang baru ditangkap
dialam, biasanya mengalami luka akibat kesalahan dalam penanganan.
Untuk itu maka dilakukan proses karantina terlebih dahulu. Salah satu tujuan
dari proses karantina induk ini adalah selain untuk pengobatan dan
pembersihan organisme parasit yang berasal dari alam tempat ikan tersebut
berasal, juga untuk mempercepat proses adaptasi induk pada lingkungan
yang baru. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, diketahui bahwa
umumnya induk ikan kerapu Tikus (C. altivelis) dari hasil tangkapan di alam
dapat beradaptasi dengan lingkungan bak terkontrol selama ± 1 minggu.Hal
ini diketahui karena induk-induk ikan kerapu Tikus (C. altivelis) dalam selang
waktu tersebut telah mempunyai respon terhadap pakan yangdiberikan
(mengkonsumsi pakan yang diberikan)(Amirudin, 2011).
2.3 Ikan Kerapu Kertang
2.3.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Menurut Zipcodezoo(2012) klasifikasi ikan kerapu kertang adalah sebagai berikut.
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Subphylum
: Vertebrata
Class
: Osteichthyes
Subclass
: Actinopterygii
Order
: Perciformes
Suborder
: Percoidei
Family
: Serranidae
Subfamily
: Epinephelina
Genus
: Epinephelus
11
Specific name: lanceolatus
Scientific name: Epinephelus lanceolatus
Ikan kerapu kertang dikategorikan sebagai ikan konsumsi bila bobot
tubuhnya telah mencapai 0,5-2,0 kg per ekor. Selain dijual sebagai ikan konsumsi,
ikan kerapu bebek juga dapat dijual sebagai ikan hias dengan namagrace kelly. Ikan
kerapu bebek memiliki bentuk sirip yang membulat.Sirip punggung tersusun dari 10
jari-jari keras dan 19 jari-jari lunak.Pada sirip dubur, terdapat 3 jari-jari keras dan 10
jari-jari lunak. Ikan ini bisa mencapai panjang tubuh 70 cm atau lebih, namun yang
dikonsumsi, umumnya berukuran 30-50 cm. kerapu bebek tergolong ikan buas yang
memangsa ikan-ikan dan hewan-hewan kecil lainnya. Ikan kerapu bebek merupakan
salah satu ikan laut komersial yang telah dibudidayakan baik dengan tujuan
pembenihan maupun pembesaran(Ghufran, 2001).
Menurut Warda( 1994),Ciri-ciri morfologi ikan kerapu kertang adalah sebagai
berikut:
Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang dan tinggi tubuh,
Rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat, Mulut lebar,
serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol melebihi bibir atas. Sirip
ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang di mana bagian
yang berjari-jari lunak, Posisi sirip perut berada di bawah sirip dada, Badan di tutupi
sirip kecil yang bersisik stenoid.
2.3.2 Ekologi Ikan
2.3.2.1 Hatchery
Dalam siklus hidupnya, pada umumnya ikan kerapu muda hidup di
perairan karang pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 m, selanjutnya menginjak
dewasa beruaya ke perairan yang lebih dalam antara 7 – 40 m. Telur dan
larva ikan kerapu bersifat pelagis, sedangkan kerapu muda dan dewasa
bersifat demersal. Habitat 8 favorit larva dan ikan kerapu macan muda
adalah perairan pantai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi
padang
lamun.
Parameter-parameter
ekologis
yang
cocok
untuk
12
pertumbuhan ikan kerapu macan yaitu temperatur antara 24-31oC, salinitas
antara 30-33 ppt, kandungan oksigen terlarut > 3,5 ppm dan derajat
keasaman (pH) antara 7,8 – 8. Jika terjadi perubahan pH yang tidak terlalu
mendadak, ikan kerapu dapat mentolerir perubahan tersebut dengan batas
maksimal toleransi pH adalah 11 dan batas minimal adalah 4 .Perairan
dengan kondisi seperti ini, pada umumnya terdapat di perairan terumbu
karang(Asmawi 1986).
Pada umumnya, penyebaran ikan kerapu dapat dikatakan identik
dengan penyebaran terumbu karang, daerah tersebut merupakan habitat
utamanya (Murtidjo, 2002). Kerapu muda biasanya hidup di perairan karang
pantai dengan kedalaman 0,5 – 3 meter. Setelah menginjak dewasa
berpindah ke perairan yang lebih dalam, yakni di kedalaman 7 – 40 meter.
Biasanya
perpindahan
ini
berlangsung
pada
siang
dan
sore
hari
(Tampubolon dan Mulyadi, 1989 dalam Subyakto dan Cahyaningsih, 2005).
2.3.2.2 Nursery
Biota renik yang baru belajar makan ini harus mendapat pakan yang
dapatmasuk ke mulutnya yang mungil. Sedangkan kondisi air harus dibuat
senyamanmungkin bagitubuhnya yang masih lemah. Bila semua persyaratan
tidakterpenuhi, anak ikan yanghabitat aslinya di terumbu karang itu akan
mati.Setiap empat jam, perut bayi kerapu biasanya sudah kosong. Karena
itu, dalam 24 jam sehari ia perlu makan sampai enam kali. Ini berarti jatah
makannya harus selalu tersedia agar ia dapat bertahan hidup. Pemberian
pakan cukup dua kali sehari: pukul tujuh pagidan lima sore. Namun, setiap
kali menebar pakan berupa zooplankton jenisrotifera itu, jatah harus
diberikan dalam jumlah memadai.Setiap larvadiberi masing-masing sebanyak
7-10
individu
zooplankton(DjuniPristiyanto,
2003).
Pembesaran ikan kerapu batik dapat dilakukan di karamba jaring
apung, seperti halnya jenis ikan kerapu lainnya. Ukuran rakit dan karamba
yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan target produksi dan ukuran
13
ikan yang akan dibudidayakan. Adapun kerangka rakit yang digunakan
sebaiknya berukuran 5 m x 5 m dengan ukuran jaring 2 m x 2 m. Pembenihan
ikan kerapu batik sudah bisa dilakukan di hatchery. Adapun pembesarannya di
KJA belum berkembang. Namun demikian, pemeliharaan jenis ikan ini
disarankan untuk menggunakan teknik pembesaran jenis kerapu lain yang kini
sudah diterapkan masyarakat (Penebar Swadaya, 2008).
Menurut Penebar Swadaya (2008), Lokasi pembudidayaan adalah
kunci awal dalam keberhasilan budidaya ikan kerapu jenis ini. Berikut ini halhal yang harus diperhatikan pada pemilihan lokasi budidaya ikan kerapu batik,
yaitu:
1. lokasi atau lahan yang cocok diantaranya salinitas air 30-35 ppt,
2.
Suhu
air
27-32
derajat
Celcius
3. kerapu hidup pada terumbu karang dengan kedalaman 5- 50 m
4. Dapat dibudidayakan pada KJA
2.3.3 Food and Feeding Habit Ikan
Ikan kerapu bentuk tubuhnya agak rendah, moncong panjang,
memipih dan menajam, maxilarry lebar di luar mata, gigi pada bagian sisi
dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan
sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan poterior.Habitat benih ikan kerapu
macan adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenis reticulata dan
Gracilaria sp, setelah dewasa hidup di perairan yang lebih dalam dengan
dasar terdiri dari pasar berlumpur. Ikan kerapu termasuk jenis karnivora dan
cara makannya "mencaplok" satu persatu makan yang diberikan sebelum
makanan sampai ke dasar. Pakan yang paling disukai kenis krustaceae
(rebon, dogol dan krosok), selain itu jenis ikan-ikan (tembang, teri dan
belanak)(depit, 2011).
14
Ikan kerapu (Epinephelustauvina) merupakan hewan karnivora yang
memangsa ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-udangan, sedangkan larva
memangsa larva moluska. Ikan kerapu lumpur menangkap/menyergap
mangsa yang aktif bergerak di dalam kolam air (Nybakken, 1988). Ikan kerapu
lumpur juga bersifat kanibal dan hal ini mulai terjadi saat larva kerapu berumur
30 hari, dimana pada saat itu larva cenderung berkumpul di suatu tempat
dengan kepadatan tinggi(Bualazatulo, 2011).
2.3.4 Tingkah Laku Pemijahan
Sebagaimana diketahui bahwa kegiatan reproduksi dapat dibagi menjadi tiga
fase yaitu pra pemijahan, fase pemijahan, fasepasca pemijahan.Berdasarkan
hal ini maka tingkah laku ikan iudapat pula di bagi menjadi tiga yaitu tingkah laku pada
fase prapemijahan,
tingkah
laku fase
pemijahan,
dan
tingkah
laku
pascapemijahan.Tingkah laku reproduksi ini berhubungan erat dengansifat
ikan
itu
sendiri.Apakah
ikan
itu
melakukan
perlindunganterhadap
keturunannya atau tidak.Tingkah laku ikan yangmenjaga keturunannya dapat
dikataka relatif lebih banyakvariasinya dari pada ikan ovipar. Terutama
tingkah laku pascapemijahan( Horhoruwet. 2004).
Pemijahan ikan kerapu dapat dibagi atas tiga yaitupemijahan alami
(natural spawning), pemijahan buatan ( sttriipingtau ortifical firtilizalin ), dan
penyuntikan atau pijah rangsang (induced spawing ), pada induk ikan kerapu
yang telh dewasakelamin dapat dipijahkan secara alam tanpa rangsangan
hormon( Darwisto, 2002 ).
2.3.5 Metode penangkapan yang sesuai
Ikan kerapu merupakan komoditas eksport yang bernilai ekonomis
tinggi di pasar Asia terutama Hongkong dan Singapura. Produksi ikan kerapu
saat ini sebagian besar merupakan hasil dari penangkapan dari alam .
dimana cara penangkapan ikan kerapu kadang-kadang menggunakan racun
potassium sianida yang dapat merusak karang dan biota di sekitarnya.
Beberapa
jenis
ikan
kerapu
(Epinephelus
spp)
telah
diujicobakan
15
pembesarannya di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Hongkong
mulai tahun 1979 (Sugama, et al., 1986)
Beberapa jenis biota laut tersebut antara lain, gurita, udang barong
(lobster), serta jenis-jenis ikan karang, seperti kerapu lodi, kerapu macan,
kerapu bebek, kerapu kertang, kerapu lumpur, dan lain-lain. Hal ini terkait
dengan sifat biota tersebut yang tertarik pada tempat-tempat persembunyian
ataupun perlindungan. Sehingga bubu digunakan untuk menangkap ikan
kerapu karena dengan menggunakan bubu kerapu akan tertangkap dalam
keadaan hidup( Himarin, 2007 ).
2.4 Ikan kerapu Batik
2.4.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Menurut zipcodezoo (2012), ikan kerapu batik di klasifikasikan
sebagai berikut:
Domain
:Eukaryota
Kingdom
: Animalia
Subkingdom : Bilateria
Branch
: Deuterostomia
Infrakingdom : Chordonia
Phylum
: Chordata
Subphylum
: Vertebrata
Infraphylum
: Gnathostomata
Superclass
: Osteicthyes
Class
: Osteicthyes
Subclass
: Actinopterygii
Infraclass
: Actinopteri
Cohort
: Clupeocephala
Superorder
: Acanthopterygii
Order
: Perciformes
Suborder
: Percoidei
Family
: Serranidae
Subfamily
: Epinephelinae
16
Genus
: Epinephelus
Specific name : microdon
Scientific name: Epinephalus microdon
Bagian atas kepala cembung,Kepala, badan, dan sirip berwarna cokelat
pucat dan tertutup bintik-bintik berwarna cokelat gelap.Pada kepala dan badan
terdapat bercak berwarna hitam tumpang tindih dengan bintik-bintik hitam
tersebut.Pada bagian pangkal ekor tampak jelas sebuah bercak hitam.Terdapat
banyak bintik-bintik putih pada sirip dan beberapa di bagian kepala dan
badan.Tinggi badan pada sirip punggung pertama biasanya lebih tinggi dari pada
sirip dubur,Ujung sirip ekor membulat berbentuk busur.Musim pemijahan Mei
sampai September.Ikan kerapu batik betina mencapai matang kelamin pada
ukuran ukuran bobot antara 0,5-1,8 kg dan panjang total antara 32,0-43,0
cm.Jantannya matang gonad pada ukuran bobot lebih dari 1,9 kg dan panjang
total 44 cm.Banyak terdapat di daerah perairan kepulauan, khususnya di wilayah
perairan atol(DJPB - Kementerian Kelautan dan Perikanan,2012).
Mempunyai badan agak memanjang dan pipih.Lengkung kepala bagian
atas agak cembung.mulut besar dengan bibir tebal, ujung belakang maxilla
mencapai jauh belakang mata.Tulang penutup insang bagian atas berlekuk
tajam. Sirip dada tidak panjang dan sirip ekor bundar.Kepala,badan dan sirip
kecoklatan dengan bintik-bintik gelap(Gufronet al, 2012)
2.4.2 Ekologi Ikan
2.4.2.1 Hatchery
Pembenihan ikan kerapu batik sudah bisa dilakukan di hatchery.Adapun
pembesarannya di KJA belum berkembang. Namun demikian, pemeliharaan
jenis ikan ini disarankan untuk menggunakan teknik pembesaran jenis kerapu
lain yang kini sudah diterapkan masyarakat.Benih ikan yang digunakan dapat
yang berasal dari alam ataupun hasil dari pembenihan yang dilakukan oleh
pembenih ikan. Jika ingin mencari benih dari alam perlu diperhatikan musim
17
pemijahannya.
Musim
pemijahan
umumnya
pada
ikan
kerapu
terjadi
atau berlangsung dari bulan april sampai juni dan antara bulan januari sampai
september.Pendugaan puncak musim pemijahan dapat dilakukan dengan cara
membuka dan meneliti perkembangan gonad sampel induk betina secara
periodik selama 1 tahun. Dugaan pemijahan dapat diperoleh sebagai dasar
untuk menentukan pendugaan musim benih alam. Untuk benih ikan kerapu yang
diperoleh dari alam dengan ukuran 2-5 cm dengan umur 2-3 bulan,
menyukai perairan pantai ditandai dengan banyaknya jumlah populasi jenis
crustacea diperairan(DJPB - Kementerian Kelautan dan Perikanan,2012).
Benih berukuran panjang 4 – 10 cm dari hatchery tersedia hampir sepanjang
tahun, benih yang diperlukan dapat diperlukan dapat di peroleh dari alam atau
dari HSRT atau HL di gondol, Sitobondo atau Lampung.Jantan mengalami
matang gonad pada ukuran bobot lebih dari 1,9 kg dan panjang total 44 cm.
Pemilihan Lokasi Budidaya yaitu lokasi atau lahan yang cocok diantaranya
salinitas air 30-35 ppt dan bersuhu 27-32 0C, adapun syarat lainnya kerapu
hidup pada terumbu karang dengan kedalaman 5- 50 m. Dapat dibudidayakan
pada KJA(Rian,2010).
2.4.2.2 Nursery
Biota renik yang baru belajar makan ini harus mendapat pakan yang
dapatmasuk ke mulutnya yang mungil. Sedangkan kondisi air harus dibuat
senyamanmungkin bagitubuhnya yang masih lemah. Bila semua persyaratan
tidakterpenuhi, anak ikan yanghabitat aslinya di terumbu karang itu akan
mati. Setiap empat jam, perut bayi kerapu biasanya sudah kosong. Karena
itu, dalam 24 jam sehari ia perlu makan sampai enam kali. Ini berarti jatah
makannya harus selalu tersedia agar ia dapat bertahan hidup. Pemberian
pakan cukup dua kali sehari: pukul tujuh pagidan lima sore. Namun, setiap
kali menebar pakan berupa zooplankton jenisrotifera itu, jatah harus
diberikan dalam jumlah memadai.Setiap larvadiberi masing-masing sebanyak
7-10 individu zooplankton(Djuni Pristiyanto, 2003).
18
Pembesaran ikan kerapu batik dapat dilakukan di karamba jaring
apung, seperti halnya jenis ikan kerapu lainnya. Ukuran rakit dan karamba
yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan target produksi dan ukuran
ikan yang akan dibudidayakan. Adapun kerangka rakit yang digunakan
sebaiknya berukuran 5 m x 5 m dengan ukuran jaring 2 m x 2 m.
Pembenihan ikan kerapu batik sudah bisa dilakukan di hatchery. Adapun
pembesarannya di KJA belum berkembang. Namun demikian, pemeliharaan
jenis ikan ini disarankan untuk menggunakan teknik pembesaran jenis
kerapu lain yang sudah diterapkan masyarakat(Penebar Swadaya, 2008).
Menurut Penebar Swadaya (2008), Lokasi pembudidayaan adalah
kunci awal dalam keberhasilan budidaya ikan kerapu jenis ini. Berikut ini halhal yang harus diperhatikan pada pemilihan lokasi budidaya ikan kerapu
batik,
yaitu:
1. lokasi atau lahan yang cocok diantaranya salinitas air 30-35 ppt,
2.Suhu air 27-32 derajat Celcius.
3. kerapu hidup pada terumbu karang dengan kedalaman 5- 50 m
4. Dapat dibudidayakan pada KJA
2.4.3 Food and Feeding Habit Ikan
Ikan kerapu (Epinephelustauvina) merupakan hewan karnivora yang
memangsa ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-udangan, sedangkan larva
memangsa larva moluska. Ikan kerapu lumpur menangkap/menyergap
mangsa yang aktif bergerak di dalam kolam air(Nybakken, 1988). Ikan kerapu
lumpur juga bersifat kanibal dan hal ini mulai terjadi saat larva kerapu berumur
30 hari, dimana pada saat itu larva cenderung berkumpul di suatu tempat
dengan kepadatan tinggi(Bualazatulo, 2011).
Ikan kerapu lumpur mencari makan dengan cara menyergap mangsa
dari tempat persembunyiannya. Pakan buatan yang diberikan akan dimakan
satu per satu sebelum makanan tersebut sampai ke dasar(Bualazatulo, 2011).
19
Daerah penyebaran kerapu di mulai dari Afrika Timur sampai Pasifik
Barat Daya. Di Indonesia, ikan kerapu banyak ditemukan di perairan Pulau
Sumatera, Jawa, Sulawesi, Pulau Buru, dan Ambon. Salah satu indikator
adanya kerapu adalah perairan karang. Indonesia memiliki perairan karang
yang cukup luas sehingga potensi sumberdaya kerapu sangat besardi perairan
indonesia(Andri Irawan, 2009).
2.4.4 Tingkah Laku Pemijahan
Kerapu merupakan jenis ikan yang menyendiri (solitary fishes) dan pada
umumnya tinggal dalam jangka waktu yang lama di karang.Tempat tinggal
yang spesifik serta pertumbuhannya yang relatif lambat menyebabkan
mudahnya
terjadi
tangkap
lebih
(over
fishing).Pada
saat
pemijahan,
sekumpulan ikan kerapu menyatu (spwning agregation) dan sangat rentan
pada operasi penangkapan(Supratno, 2006).
Pengamatan pemijahan dilakukan setiap hari selama periode bulan gelap,
dengan mengamati keberadaan telur dalam wadah pemeliharaan/ pemijahan
induk.Terjadinya pemijahan dicirikan dengan adanya telur yang melayang
dalam kolom air. Pemanenan telur dilakukan dengan cara menghanyutkan
telur-telur tersebut kedalam hapa kolektor telur yang telah dipasang. Telur
diseser/diambil dari kolektor, ditampung dalam akuarium, kemudian dihitung
jumlahnya dan diamati kualitasnya(Muhammadar, et al. 2011)
2.4.5 Metode penangkapan yang sesuai
Ikan kerapu merupakan komoditas eksport yang bernilai ekonomis tinggi di
pasar Asia terutama Hongkong dan Singapura. Produksi ikan kerapu saat ini
sebagian besar merupakan hasil dari penangkapan dari alam. Cara
penangkapan ikan kerapu kadang-kadang menggunakan racun potassium
sianida yang dapat merusak karang dan biota di sekitarnya. Beberapa jenis
ikan kerapu (Epinephelus spp) telah diujicobakan pembesarannya di
Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Hongkong mulai tahun 1979
,namun karena keterbatasaan benih sehingga budidaya ikan tersebut sulit
berkembang(wahyu, 2012).
20
Beberapa alat tangkap yang digunakan dalam penangkapan ikan kerapu
masih tradisional, seperti pancing, jaring insang, jaring kantong, bubu dan
jaring angkat.Alat-alat tangkap ini juga sering digunakan untuk menangkap
bibit ukuran gelondongan.Sedangkan untuk penangkapan nener di tepi
pantai digunakan sero dan pukat kantong. Pengoperasian alat ini, khusus
untuk penangkapan nener kerapu dilakukan pada malam hari terutama di
hari-hari bulan gelap (Zulkifli , et al, 2009 ).
2.5 Udang Vaname
2.5.1
Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Menurut Pusluh (2012) Klasifikasi udang vaname adalah sebagai berikut :
Klasifikasi udang vaname adalah sebagai berikut:
Phylum
: Arthropoda
Kelas
: Crustacea
Sub-kelas
: Malacostraca
Order
: Decapoda
Sub order
: Dendrobranchiata
Famili
: Penaeidae
Genus
: Penaeus
Sub genus
: Litopenaeus
Spesies
: Litopenaeus vannamei
Menurut Syafrenal (2001),Litopenaeus vannamei, biasa juga disebut
sebagai udang putih dan masuk ke dalam famili Penaidae.Anggota famili ini
menetaskan telurnya di luar tubuh setelah telur dikeluarkan oleh udang
betina.Udang Penaeid dapat dibedakan dengan jenis lainnya dari bentuk dan
jumlah gigi pada rostrumnya. Penaeid vannamei memiliki 2 gigi pada tepi
rostrum bagian ventral dan 8-9 gigi pada tepi rostrum bagian dorsal Secara
lengkap klasifikasi Udang Vannamei secara taksonomi adalah seagai berikut:
Umumnya, Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada
disebut cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan
21
8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap
ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruasruas pula.Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson
yang berbentuk runcing.
Karakteristik udang penaeid adalah tubuhnya beruas-ruas dan tiap ruasnya
terdapat sepasang anggota badan yang umumnya bercabang dua atau
biramus.Jumlah keseluruhan ruas badan udang penaeid umumnya sebanyak 20
buah.Ruas pada cephalotorax terdiri dari 3 ruas.Ruas I terdapat mata
bertangkai, sedangkan pada ruas II dan III terdapat antenna dan antennules
yang berguna sebagai alat peraba dan pencium.Selain itu, pada ruas ke III juga
terdapat mandibula, yang berfungsi sebagai alat untuk menghancurkan makanan
sehingga dapat masuk ke dalam mulut. Bagian dada udang penaeid terdapat 8
ruas yang masing-masing ruas terdiri dari anggota badan yang biasa disebut
thoracopoda(Rufiati,2009).
2.5.2
Ekologi Ikan
2.5.2.1 Hatchery
Menurut Pusluh (2012), lokasi tambak budidaya udang vaname yang
dipilih mempunyai persyaratan antara lain:

Lahan mendapatkan air pasang surut air laut. Tinggi pasang surut yang ideal
adalah 1,5-2,5 meter. Paa lokasi yang pasang surutnya rendah dibawah 1 m,
maka pengelolaan air menggunakan pompa.

Tersedianya air tawar. Pada musim kemarau salinitas dapat naik terus apalgi
jika budidaya udang dilakukan secara intensif dengan system tertutup
sehingga air tawar diperlukan untuk menurunkan salinitas.

Lokasi yang cocok untuk budidaya udang pada pantai dengan tanah yang
mempunyai tanah bertekstur liat atau liat berpasir

Lokasi ideal terdapat jalur hijau (green belt) yang ditumbuhi hutan
mangrove/bakau dengan panjang minimal 100 m dari garis pantai.

Keadaan social ekonomi mendukung untuk kegiatan budidaya udang,
seperti:keamanan
kondusif,
asset
jalan
cukup
baik,
lokasi
mudah
22
mendapatkan sarana produksi seperti pakan, kapur, obat obatan dan lainlain.
Menurut Teamean (2009), Hatchery dibangun di luar wilayah padat
penduduk dan industri:

Lokasi Hatchery bukan kawasan hutan suaka alam, hutan wisata, dan hutan
produksi.

Hatchery memiliki sumber air yang memadai, baik kuantitas maupun
kualitasnya.

Hatchery memiliki saluran irigasi yang memenuhi syarat agar air tersedia
secara teratur, memadai, dan terjamin.

Sumber air tawar tidak berasal dari air tanah (sumur bor) karena penggunaan
air tanah dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerugian, yakni
terjadinya instrusi air laut (peresapan air laut ke perairan tawar) yang
menyebabkan terjadinva penurunan permukaan tanah.
2.5.2.2 Nursery
Induk udang Penaeus vannamei dikumpulkan dan dipelihara dalam
kondisi normal untuk maturasi dan kawin secara alami.Setiap sore dilakukan
pemeriksaan untuk melihat induk udang betina yang sudah kawin lalu
dipindah ke tangki peneluran (spawning tank).Induk udang betina yang sudah
kawin akan memperlihatkan adanya spermatophore yang melekat. Saat pagi
hari, betina yang ada di dalam tangki peneluran dipindahkan lagi ke dalam
tangki maturasi (maturation tank). Dalam waktu 12-16 jam, telur-telur dalam
tangki peneluran akan berkembang menjadi larva tidak bersegmen atau
nauplii(Wyban et al., 1991).
Menurut Teamean (2009), Setelah telur menetas, larva udang windu
perubahan bentuk beberapa kali seperti berikut ini.

Periode nauplius atau periode pertama larva udang. Periode ini dijalani
selama 46-50 jam dan larva mengalami enam kali pergantian kulit.
23

Periode Zoea atau periode kedua. Periode ini memerlukan waktu sekitar 96120 jam dan pada saat itu larva mengalami tiga kali pergantian kulit.

Periode mysis atau periode ketiga. Periode ini memerlukan waktu 96-120 jam
dan larva mengalami pergantian kulit sebanyak tiga kali.

Periode post larva (PL) atau periode keempat. Udang windu mencapai substadium post larva sampai 20 tingkatan. Ketika mencapai periode ini, udang
lebih menyukai perairan payau dengan salinitas 25-35 ppt. Pada umumnya
benih udang ditebar ditambak pada umur PL 10-15 sehingga pada masa
inilah udang dipindahkan dari hatchery ke tambak budidaya.
2.5.3
Food and Feeding Habit Ikan
Udang penaeid cenderung omnivorus atau detritus feeder.Dari
studi yang dilakukan isi pencernaan terdiri dari carnivor di alam, jasad
renik / crustacea kecil, amphipoda, dan polychaeta. Pada tambak
intensif dimana tidak ada jasad renik, udang akan memangsa
makanan yang diberikan atau detritus(Motoh, 1981)
Udang vaname tidak makan sepanjang hari tetapi hanya
beberapa waktu saja sepanjang hari. Dengan tingkah laku makan
seperti itu,
dapat diaplikasikan pada budidaya bahwa pemberian
pakan dapat berupa pellet yang diberikan beberapa kali dalam satu
hari. Dari penelitian membuktikan bahwa pemberian pakan beberapa
kali sehari memberikan pertumbuhan yang lebih baik dari pada satu
kali sehari( Subaidah, dkk, 2012).
2.5.4
Tingkah Laku Pemijahan
Sifat-sifat penting udang vannamei (Litopenaeus vannamei)
menurut Haliman dan Adijaya (2005), adalah sebagai berikut :

Aktif pada kondisi gelap (nocturnal).

Suka memangsa sesama jenis (kanibal)

Tipe pemakan lambat, tetapi terus menerus ( continous feeder).

Menyukai hidup di dasar (bentik).

Mencari makan lewat sensor (hemoreceptor).
24

Dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhalyne).
Udang vannamei dewasa dan bertelur di laut terbuka, sedangkan
pada stadia postlarva udang vannamei akan bermigrasi ke pantai sampai
pada stadia juvenil. Udang vannamei merupakan bagian dari organisme
laut.Beberapa udang laut menghabiskan siklus hidupnya di muara air payau.
Perkembangan Siklus hidup udang vannamei adalah dari pembuahan telur
berkembang menjadi naupli, mysis, post larva, juvenil, dan terakhir
berkembang menjadi udang dewasa. Udang dewasa memijah secara
seksual di air laut dalam. Udang vannamei melakukan pembuahan dengan
cara memasukan sperma lebih awal ke dalam thelycum udang betina selama
memijah sampai udang jantan melakukan moulting. Masuk ke stadia larva,
dari stadia naupli sampai pada stadia juvenil berpindah ke perairan yang
lebih dangkal dimana terdapat banyak vegetasi yang dapat berfungsi sebagai
tempat pemeliharaan.Setelah mencapai remaja, mereka kembali ke laut
lepas menjadi dewasa dan siklus hidup berlanjut kembali(Tigor, 2011).
2.5.5
Metode penangkapan yang sesuai
Menurut Suyanto dan Mujiman (2002), panen udang dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu panen sebagian dan panen keseluruhan (total).
Panen sebagian dilakukan dengan tujuan untuk menangkap udang yang
besar-besar saja.Alat yang paling umum digunakan untuk panen sebagian
yaitu prayang yang terbuat dari bambu.Prayang dipasang di tepi pematang
tambak pada malam hari dengan bagian prayang terletak tegak lurus pada
pematang dan ujung luarnya tepat berada di mulut prayang.Cara lainnya
adalah dengan menggunakan jala.
Penangkapan Udang dengan menggunakan jaring yang biasa disebut
”Seine Net”. Seine Net lebih tepat dipergunakan untuk penangkapan udang
L. Vannamei. Hal ini disebabkan udang L. Vannamei lebih suka berada di
ruang/volum air, berbeda dengan monodon atau udang windu yang lebih
menyukai dasar tambak( Marsen, 2010)
25
3. METODOLOGI
3.1 Materi Praktikum Lapang
3.1.1
Penyampaian Dari Pihak BBAP
Manajemen pemeliharaan induk
Pendahuluan :
1. Indonesia terdiri dari Negara kepulauan yang sebagian besar adalah suatu
perairan, oleh karena itu Indonesia memiliki sumberdaya alam yang snagat
melimpah terutama ikan dan organism lainnya.
2. Ikan kerapu termasuk ikan karang sedangkan Indonesia adalah wilayah tropis
yang banyak ditumbuhi karang. Jadi perairan Indonesia merupakan habitat yang
cocok untuk ikan kerapu.
3. Ikan kerapu termasuk ikan ekonomis tinggi, termasuk ikan kerapu kertang dan
kerapu tikus. Harga ikan kerapu kertangdan ikan kerapu tikus 1 kg dihargai 100120 ribu.
4. Prospek pengembangan ikan kerapu sangat besar karena banyak diminta oleh
konsumen karena ikan kerapu termasuk jenis ikan yang memiliki protein tinggi.
5. Namun dalam pembudidayaan ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus juga
banyak menemui kendala, salah satunya yaitu masalah benih, karena induk
kerapu kertang dan ikan kerapu tikus yang baik diperoleh langsung dari alam,
sedangkan benih ikan kerapu hanya bisa didapat pada musim tertentu saja
Elemen dasar dari produksi benih yaitu telur yang berkualitas, sebab telur
yang berkualitas dapat mempengaruhi benih. Jika telur yang dihasilkan tidak
berkualitas, maka benih yang dihasilkan akan cacat, sehingga bisa mempengaruhi
proses pemasaran ke konsumen. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus
termasuk hewan hemaprodit protogini, yakni pemeliharaan dari betina menjadi
jantan.Saat masih juvenile ikan kerapu berjenis kelamin betina, sedangkan saat
menjelang dewasa ikan kerapu berubah menjadi jantan.Kondisi seperti ini bertujuan
untuk mempertahankan kondisi fungsi kelamin, selain itu juga untuk pengendalian
genetik.
26
 Pengelolaan Induk
1. Seleksi Induk
Induk yang dipilih harus memenuhi kriteria, diantaranya yaitu bagus dari alam.
Sehat tidak cacat secara morfologinya, standart ukuran fiks minimal 1,5 kg. untuk
ukuran kerapu kertang dan ikan kerapu tikus minimal 6 kg. selain criteria di atas
juga harus dilakukan pengamatan gonad, agar telur yang dihasilkan berkualitas
sehingga berpengaruh juga terhadap benih yang dihasilkan.
2. Persiapan Bak
Diantara persiapan bak, yaitu:
 Pencucian bak
 Setting aerasi
 Filtrasi air laut
 Pengisian air laut
3. Seleksi Penetasan telur
 Pemanenan telur
 Penampung dalam akuarium
 Didiamkan untuk perkembangan telur
 Penyimpanan telur yang jelek
 Perhitungan telur
4. Transportasi Telur
Jenis pakan untuk ikan kerapu kertang adan ikan kerapu tikus adalah :
 Egg yolk (kuning telur)
Makanan ikan pada saat ikan kerapu masih kecil atau setelah menetas dari
telur
 Pakan buatan
Contohnya : pellet. dll
 Rotifera
Untuk ikan kerapu yang masih benih.
 Artemia
 Rebon
27
Benih kerapu bersifat kanibal.Fase kritis terjadi pada saat terjadi perubahan
bentuk kelamin.Kandungan protein pakan ikan harus berbeda dengan kandungan
protein pakan udang.Kandungan protein pakan ikan harus lebih tinggi.
 Pemeliharaan Induk
 Pada kolam pemeliharaan induk dilengkapi inlet dan outlet yangbertujuan untuk
mempermudah mengganti air. Agar air masih terjaga kebersiihannya.
 Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus diberi makan 1 kali sehari yaitu di pagi
hari.
 Pemberian makan sebesar 3 % dari berat tubuh total
 Induk ikan kerapu dipelihara di bak bulat besar
 Pembersihan bak setiap 10 hari sekali, untuk menjaga kebersihan agar ikan tidak
mudah diserang penyakit dan parasit.
 Teknik pemijahan ikan terdiri dari : hormonal, manipulasi lingkungan, gabungan
hormonal dengan manipulasi lingkungan
 Metode Kegiatan Produksi
 Persiapan bak
 Seleksi penetasan telur
 Transportasi telur
3.1.2 Data lapang yang Diamati
Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus yang indukan ditempatkan pada
kolam bulat yang berukuran sangat besar dan dalam, di dalam kolam diberi pipa
besar. Inlet sebagai media masuknya air yang bervolume besar sehingga
menimbulkan arus dan tambahan oksigen terlarut pada kolam, sehingga semua ikan
kerapu berada di bawah aliran masuknya air dari pipa.
Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus di BBAP Situbondo diberi makan 1
kali dalam waktu sehari, dengan presentase 3 % dari berat tubuhnya, jika ikan
kerapu kertang dan ikan kerapu tikus diberi makan, air di dalam kolam diturunkan 60
cm dari dorsalnya dengan sirkulasi 200% jadi perbandingannya 1:2. Ikan kerapu
kertang dan ikan kerapu tikus termasuk hermaprodit protogini, pada berat 4 kg ke
28
atas, ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus menjadi betina, kemudian pada
berat 8 kg ke atas berubah menjadi jantan. Pada fase inilah ikan kerapu kertang dan
ikan kerapu tikus terjadi masa transisi.
Di Balai Budidaya Air Payau Situbondo, tempat pembudidayaan berupa bak
atau kolam yang bulat besar dan tinggi. Ketinggian bak atau kolam dipengaruhi oleh
suhu.Di daerah Situbondo termasuk daerah bersuhu tinggi, jadi kolam yang dibuat
harus semakin tinggi atau dalam untuk menyesuaikan dengan suhu habitat ikan
kerapu kertang dan ikan kerapu tikus. Saat dilakukan pemijahan, ikan kerapu
kertang dan ikan kerapu tikus indukan dijadikan satu kolam, kolam yang ditempati
ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus harus sesuai dengan habitat ikan kerapu
kertang dan ikan kerapu tikus, agar ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus bisa
memijah dengan baik dan kualitas telur yang dihasilkan juga baik, kerana kolam
harus dibersihakan 1 minggu sebelum dan sesudah melakukan pemijahan. Ikan
kerapu kertang dan ikan kerapu tikus maksimal berumur 4 sampai 6 tahun.Ikan
kerapu kertang dan ikan kerapu tikus yang baru umur setahun beratnya sekitar 400800 gr. Pada saat sekitar 400 gr biasanya ikan kerapu untuk dikonsumsi.Pemijahan
ikan kerapu ada 2 macam, yaitu secara alami dan dengan bantuan hormone.
Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus indukan atau dewasa diberi makan
ikan sedangkan ikan kerapu yang masih benih diberi makan rotifer.Ikan kerapu
kertang dan ikan kerapu tikus yang dibudidayakan kadang cacat pada tutup insang
dan mulut.Cirinya yaitu bibir ikan berwarna merah karena bakteri, insang cacat
apabila insang terbuka dan berwarna merah. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu
tikus termasuk ikan ekonomis tinggi, 1 kg ikan kerapu diberi harga Rp 100.000,sampai Rp 120.000,-. Ikan kerapu kertang dan ikan kerapu tikus termasuk ikan
berprotein tinggi.Pada kolam pemeliharaan induk ikan kerapu diberi inlet dan outlet
yang bertujuan untuk mempermudah mengganti air agar air masih terjaga
kebersihannya.
Penngambilan data dibagi menjadi 2, yaitu data lapang dan data kelas :
 Lapang
: 3 x 30 menit
 Kelas
: 2 jam
29
3.2 Teknik Pengambilan Data
3.2.1
Observasi
Pada waktu melakukan praktikum lapang di Balai Budidaya Air Payau
Situbondo, menggunakan metode observasi langsung ke lapang BBAP dan
ditambah materi kelas tentang ikan kerapu yang telah kita amati di lapang, yaitu
pada hari kamis, 12 Desember 2013 pukul 08.00-12.00 WIB.
3.2.2
Wawancara
Pada waktu melakukan praktikum lapang di Balai Budidaya Air Payau
Situbondo, menggunakan metode wawancara denga staff pekerja yang ada di
bagian itu. Pada hari kamis, 12 Desember 2013 pukul 08.00-12.00 WIB
3.2.3
Dokumen
Pada waktu melakukan praktikum lapang di Balai Budidaya Air Payau
Situbondo, menggunakan metode dokumen langsung ke lapangan yang bertujuan
untuk mendokumentasi praktikum yang telah dilaksankan. Pada hari kamis, 12
Desember 2013 pukul 08.00-12.00 WIB
30
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil dan Pembahasan
Nama Umum Ikan
: Ikan Kerapu Macan
Nama Ilmiah
: Epinephelus fuscoguttatus
MORFOLOGI IKAN
1
a. Bentuk Tubuh Ikan
b. Bentuk
dan
a. bentuk tubuhnya agak rendah, moncong
Letak
Mulut
c. Bentuk Sirip Ekor
d. Warna Ikan
panjang memipih dan menajam.
b. maxillary lebar di luar mata, gigi pada
bagian sisi dentary 3 atau 4 baris.
b. c. Sirip ekor ikan kerapu berbentuk bundar.
c. d. Putih dengan totol-totol hitam.
2
Ciri-ciri morfologi ikan kerapu macan antara
lain bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh
lebih kecil dari pada panjang dan tinggi
tubuh, rahang atas dan bawah dilengkapi
dengan gigi yang lancip dan kuat, mulut
Deskripsi singkat morfologi
ikan
lebar, serong ke atas dengan bibir bawah
yang sedikit menonjol melebihi bibir atas,
sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung
tunggal dan memanjang dimana bagian yang
berjari-jari keras kurang lebih sama dengan
yang berjari-jari lunak, posisi sirip perut
berada di bawah sirip dada, serta badan
ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid.
KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH
Diskripsi Singkat Kualitas Air salinitas antara 2,5-45,5 ppt dan air yang
yang Berpengaruh
digunakan pada budidaya adalah air yang
bersih.
TINGKAH LAKU KEBIASAAN MAKAN
31
Diskripsi
Singkat
Tingkah Ikan kerapu macan mencari makan dengan
Laku Kebiasaan Makan
menyergap
mangsa
dari
tempat
persembunyiannya. Sebagai ikan karnivora,
kerapu bersifat kanibalisme.
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN
Diskripsi
Singkat
Tingkah Perkembangan
Laku Pemijahan
dengan
gonad
metode
biasanya
kanulasi,
diamati
yakni
dimasukannya selang kanula ke dalam
saluran gonad (lubang genital). Didapatnya
butiran telur pada selang kanula mencirikan
induk betina telah matang gonad, sedangkan
pada
induk
jantan,
kematangan
gonad
dicirikan dengan keluarnyanya cairan putih
susu atau sperma saat dilakukan pengurutan
pada bagian perutnya.
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI
Diskripsi
Laku
Singkat
Pemijahan
Tingkah Ikan kerapu macan hidup di daerah terumbu
Secara karang termasuk ikan demersal.
Alami
TINGKAH LAKU KHUSUS
Diskripsi
Singkat
Tingkah Ikan kerapu macan bersifat karnivora.
Laku Khusus Ikan Objek
Nama Umum Ikan
: Ikan Kerapu Tikus
Nama Ilmiah
: Cromileptes altivelis
MORFOLOGI IKAN
1
a. Bentuk Tubuh Ikan
b. Bentuk
dan
a. Panjang, bulat pipih
Letak b. Moncong,panjang memipih dan menajam
Mulut
c. Bentuk Sirip Ekor
c. sirip ekor membulat
d. Abu-abu, berbintik
d. Warna Ikan
32
2
Deskripsi singkat morfologi Bentuk sisik sikloid, bagian dorsal dari kepala
ikan
cekung, tidak mempunyai gigi taring, lubang
hidung besar berbentuk bulan sabit vertical,
sirip
abuabu
ekor membulat. Tubuhnyaberwarna
berbintik hitam.
KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH
Diskripsi Singkat Kualitas Air Suhu berkisar 29 ⁰C dengan salinitas 30 ppt,
yang Berpengaruh
dan air yang digunakan dalam budidaya
harus bersig, jika suatu perairan atau kolam
kotor
dan
keruh
akan
mempengaruhi
pertumbuhan ikan kerapu kertang dan ikan
kerapu akan mudah terserang penyakit.
TINGKAH LAKU KEBIASAAN MAKAN
Diskripsi
Singkat
Tingkah ikan ini mencari makan pada malam hari.
Laku Kebiasaan Makan
Aktivitas ikan nocturnal mencari makan
dimulai saat hari mulai gelap.
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN
Diskripsi
Singkat
Tingkah Ciri induk yang siap memijah yaitu ikan
Laku Pemijahan
menjadi lebih sensitive terhadap suara atau
cahaya. Pada induk betina perutnya terlihat
buncit,
warna
tubuhnya
cerah
dan
pergerakannya lambat. Sedangkan induk
kerapu tikus jantan pergerakannya lebih
agresif dari pada induk betina.
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI
Diskripsi
Laku
Singkat
Tingkah Induk kerapu jantan akan bergerak mengikuti
Pemijahan
Secara induk betina dan berenang bersama. Ikan
Alami
dapat
memijah
dengan
alami
dan
menghasilkan telur dengan kualitas yang
bagus-bagus.
TINGKAH LAKU KHUSUS
33
Diskripsi
Singkat
Tingkah Ikan kerapu memijah pada malam hari
Laku Khusus Ikan Objek
disebabkan ikan tersebut merupakan ikan
demersal dan bersifat fototaksis negative (-)
yaitu cenderung menjauhi cahaya
Nama Umum Ikan
: Ikan Kerapu Kertang
Nama Ilmiah
: Ephinepelus lonceolatus
MORFOLOGI IKAN
1
a. Bentuk Tubuh Ikan
b. Bentuk
dan
Letak b. Moncong,panjang memipih dan menajam.
Mulut
c. Sirip ekor ikan kerapu berbentuk bundar.
c. Bentuk Sirip Ekor
d. Warna Ikan
a. Bentuk tubuh memanjang dan agak gilik.
d. Warna bisa berubah tergantung kondisi,
merah atau kecoklatan, sehingga disebut
kerapu merah.
2
Deskripsi singkat morfologi Ikan kerapu kertang terdapat dari Genus
ikan
Ephinephelus,
dengan
bentuk
tubuh
memanhang dan agak gilik, warna tubuhnya
bisa
berubah
tergantung
kondisi
suatu
perairan kadang merah atau kecoklatan.
Bentuk sirip ekor bundar. Tubuh ditutupi oleh
bintik-bintik berwarbna coklat atau kuning,
merah atau putih.
KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH
Diskripsi Singkat Kualitas Air Ikan kerapu merupakan ikan karang dan
yang Berpengaruh
menyukai perairan yang bersih jika suatu
perairan atau kolam kotor dan keruh akan
mempengaruhi pertumbuhan ikan kerapu
kertang
dan ikan kerapu akan mudah
terserang penyakit.
TINGKAH LAKU KEBIASAAN MAKAN
Diskripsi
Singkat
Tingkah Pada waktu air pasang mereka bergerak
34
Laku Kebiasaan Makan
mencari mangsanya ke daerah yang lebih
dangkal yang banyak dihuni ikan-ikan kecil,
kemudian pada waktu air surut kembali ke
tempat semula.
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN
Diskripsi
Singkat
Tingkah Tanda-tanda induk betina sudah siap atau
Laku Pemijahan
matang gonad dicirikan dengan perut yang
semakin membesar, pergerakkan lambat dan
cenderung miring, lubang genitial semakin
membengkak dan memerah, warna tubuh
terutama pada bagian insang putih memucat.
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI
Diskripsi
Laku
Singkat
Pemijahan
Tingkah Secara alami ikan kerapu jantan akan
Secara memikat
Alami
ikan
kerapu
betina
dengan
mengeluarkan suatu hormon, kemudian ikan
mengajak ikan betina ke tempat pemijahan.
Ikan kerapu jantan mengeluarkan sperma
yang akan diterima oleh ikan kerapu betina,
sehingga meleburlah antara sel sperma dan
sel telur.
TINGKAH LAKU KHUSUS
Diskripsi
Singkat
Tingkah Ikan kerapu merupakan ikan karang yang
Laku Khusus Ikan Objek
memiliki sifat karnivor dan kanibalisme.
Nama Umum Ikan
: Ikan Kerapu Batik
Nama Ilmiah
: Epinephelus microdon
MORFOLOGI IKAN
1
a. Bentuk Tubuh Ikan
b. Bentuk
dan
a. Pipih
Letak b. Serong ke atas dengan bibir bawah yang
Mulut
c. Bentuk Sirip Ekor
sedikit menonjol melebihi bibir atas.
c. Bundar
35
d. Warna Ikan
2
d. Putih dengan totol-totol coklat
Deskripsi singkat morfologi Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih
ikan
kecil dari pada panjang dan tinggi tubuh,
rahang atas dan bawah dilengkapi dengan
gigi yang lancip dan kuat, mulut lebar, serong
ke atas dengan bibir bawah yang sedikit
menonjol melebihi bibir atas, sirip ekor
berbentuk bundar, sirip punggung tunggal
dan memanjang dimana bagian yang berjarijari keras kurang lebih sama dengan yang
berjari-jari lunak, posisi sirip perut berada di
bawah sirip dada, badan ditutupi sirip kecil
yang bersisik stenoid.
KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH
Diskripsi Singkat Kualitas Air Suhu berkisar 29
yang Berpengaruh
⁰C dengan salinitas 30
ppt, dan pada suatu perairan atau kolam
tempat ikan kerapu harus bersih, jika suatu
perairan atau kolam kotor dan keruh akan
mempengaruhi pertumbuhan ikan kerapu
kertang
dan ikan kerapu akan mudah
terserang penyakit.
TINGKAH LAKU KEBIASAAN MAKAN
Diskripsi
Singkat
Tingkah
Laku Kebiasaan Makan
Aktivitas ikan nokturnal mencari makan
dimulai saat hari mulai gelap. Ikan-ikan
tersebut digolongkan sebagai ikan soliter di
mana a ktivitas makan dilakukan secara
individu, gerakannya lambat cenderung diam
dan arah gerakannya tidak begitu luas serta
lebih banyak menggunakan indera perasa
dan indera penciuman.
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN
36
Diskripsi
Singkat
Tingkah Pada
Laku Pemijahan
saat
pemijahan,
juga
dibutuhkan
suasana yang tidak berisik dan tenang.
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI
Diskripsi
Laku
Singkat
Tingkah karena seringnya terjadi hujan yang deras
Pemijahan
Secara maka pemijahan ikan kerapu tikus yang
Alami
berlangsung alami dapat terganggu namun
pada umumnya Ikan kerapu tikus akan
memijah sepanjang tahun
TINGKAH LAKU KHUSUS
Diskripsi
Singkat
Tingkah Ikan kerapu merupakan ikan karang yang
Laku Khusus Ikan Objek
memiliki sifat karnivor dan kanibalisme.
Nama Umum Ikan
: Udang Vannamei
Nama Ilmiah
: Litopenaeus vannamei
MORFOLOGI IKAN
1
a. Bentuk Tubuh Ikan
b. Bentuk
dan
a. Berbuku-buku
Letak b. –
Mulut
c. Bentuk Sirip Ekor
c. –
d. Coklat
d. Warna Ikan
2
Deskripsi singkat morfologi mempunyai ciri khas yaitu: kaki jalan 1,2, & 3
ikan
bercapit
termasuk
dan
kulit
crustaceae
kitin.Udang
yang
penaeid
merupakan
binatang air memiliki tubuh beruas-ruas,
pada setiap ruasnya terdapat sepasang kaki.
KUALITAS AIR YANG BERPENGARUH
Diskripsi Singkat Kualitas Air suhu 26-28ºC, oksigen terlarut 5-7 mg/l,
yang Berpengaruh
salinitas 35 ppt dan pada kolam airnya harus
bersih, jika suatu perairan atau kolam kotor
dan keruh akan mempengaruhi pertumbuhan
ikan kerapu kertang dan ikan kerapu akan
37
mudah terserang penyakit.
TINGKAH LAKU KEBIASAAN MAKAN
Diskripsi
Singkat
Tingkah karnivora
Laku Kebiasaan Makan
yang
memangsa
berbagaikrustasea renik amphipoda, dan
polychaeta (cacing).
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN
Diskripsi
Singkat
Laku Pemijahan
Tingkah induk betina berenang secara perlahan
dalam badan air. Pada proses ini biasanya
semua telur matang gonad dikeluarkan
sekaligus. Begitu telur-telur keluar, induk
betina mencampurkan telur-telur dengan
sperma yang sudah menempel di thelycum
dengan
cara
renangnya
menghentakkan
(pereopoda).
kaki-kaki
Telur-telur
dikeluarkan oleh induk betina melalui lubang
genitalia yang terletak pada coxa dari
pereopoda
ke-tiga,
dan
depan,sehingga
telur-telur
dalam
yang
rongga
mengarah
ke
terkumpul
di
berada
diantara
coxapada pereopoda ke-3 dan ke-4. Ceruk
(rongga) itu disebut fertilization chamber.
Didalam
ceruk
ini telur-telur
bercampur
sperma dan air, sehingga terjadi fertilisasi.
Setelah
fertilisasi,
barulah
telur
keluar
menyebar kedalam air disekitarnya.
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN SECARA ALAMI
Diskripsi
Laku
Alami
Singkat
Tingkah induk betina berenang secara perlahan
Pemijahan
Secara dalam badan air. Pada proses ini biasanya
semua telur matang gonad dikeluarkan
sekaligus. Begitu telur-telur keluar, induk
betina mencampurkan telur-telur dengan
sperma yang sudah menempel di thelycum
38
dengan
cara
renangnya
menghentakkan
(pereopoda).
kaki-kaki
Telur-telur
dikeluarkan oleh induk betina melalui lubang
genitalia yang terletak pada coxa dari
pereopoda
ke-tiga,
dan
depan,sehingga
telur-telur
dalam
yang
rongga
mengarah
ke
terkumpul
di
berada
diantara
coxapada pereopoda ke-3 dan ke-4. Ceruk
(rongga) itu disebut fertilization chamber.
Didalam
ceruk
ini telur-telur
bercampur
sperma dan air, sehingga terjadi fertilisasi.
Setelah
fertilisasi,
barulah
telur
keluar
menyebar kedalam air disekitarnya.
TINGKAH LAKU KHUSUS
Diskripsi
Singkat
Tingkah Ikan kerapu merupakan ikan karang yang
Laku Khusus Ikan Objek
memiliki sifat karnivor dan kanibalisme.
4.2 Analisa Prosedur
Pertama-tama, menyiapkan alat dan bahan yakni buku dan alat tulis untuk
mencatat.Yang dilakukan dalam praktikum adalah mengamati dan mencatat secara
langsung tingkah laku ikan pada masing-masing kolam. Kemudian mencatat
penjelasan dari pemateri dan melakukan tanya jawab dengan pemateri maupun
asisten praktikum.
Disana ada macam-macam kolam menurut kegunanaannya, seperti kolam
untuk pembenihan udang, kolam untuk pembenihan ikan kerapu, kolam tempat
pembesaran larva udang, kolam tempat pembesaran larva kerapu, kolam tempat
memijah, dan masih ada yang lain.
Pada praktikum TLI kali ini para praktikan, asisten dan dosen menaiki bus
sampai ke Situbondo, sesampainya disana kita istirahat sambil makan setelah itu
diadakan breafing.Kemudian kita langsung masuk ke aula untuk menerima
sambutan dari perwakilan BBAP Situbondo.Seteah itu kita langsung praktikum
lapang mengamati berbagai jenis ikan kerapu yang ada disana.
39
Setelah kita mengamati di kolam-kolam, kita kembali ke aula untuk menerima
materi agar kita semakin paham akan semua yang telah kita amati tadi. Selain
pemberian materi juga ada waktu untuk diskusi atau Tanya jawab.Kita
mendengarkan dan mencatat di buku catatan.
Setelah dari BBAP Situbondo praktikum selanjutnya yaitu mengamati terumbu
karang yang ada di pantai pasir putih. Banyak terumbu karang yang rusak m,ungkin
akibat dari penangkapan ikan yang tidak mengikuti prosedur atau terkena arus yang
sangta kuat. Setelah selesai semua kita kembali ke malang.
4.3 Analisa Data Hasil Pengamatan
Dari praktikum Tingkah Laku Ikan tentang Natural Behaviour yang telah
dilaksanakan, diperoleh hasil bahwa ikan yang dibudidayakan di BBAP Situbondo
adalah Ikan Kerapu Macan, Ikan Kerapu Tikus, Ikan Kerapu Kertang, Ikan Kerapu
Batik, dan Udang Vannamei.
Ciri-ciri dari ikan Kerapu Tikus adalah, bentuk sisik sikloid, bagian dorsal dari
kepala cekung, tidak mempunyai gigi taring, lubang hidung besar berbentuk bulan
sabit vertical, sirip ekor membulat.Tubuhnya berwarna abu-abu kehijauan terang
dengan bintik-bintik hitam.Kebiasaan makan ikan kerapu tikus, dimana ikan ini
mencari makan pada malam hari.Aktivitas ikan nocturnal mencari makan dimulai
saat hari mulai gelap.Ikan kerapu memijah pada malam hari disebabkan ikan
tersebut merupakan ikan demersal dan bersifat fototaksis negative (-) yaitu
cenderung menjauhi cahaya.Ciri induk yang siap memijah yaitu ikan menjadi lebih
sensitive terhadap suara atau cahaya. Kemudian induk kerapu jantan akan bergerak
mengikuti induk betina dan berenang bersama. Alat tangkap yang biasanya
digunakan pada penangkapan ikan karang salah satunya yaitu ikan kerapu yaitu
dengan bubu(perangkap).
Ciri-ciri morfologi ikan kerapu batik adalah bentuk tubuh pipih, rahang atas
dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat, mulut lebar, sirip ekor
berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang badan ditutupi sirip kecil
yang bersisik stenoid.Morfologi ikan kerapu macan bentuk tubuhnya agak rendah,
moncong panjang memipih dan menajam, maxillary lebar , gigi pada bagian sisi
dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip,
40
bintik hitam pada bagian dorsal dan posterior. Hidup pada kualitas air yang bersih
jika dibudidayakan. Habitat aslinya di wilayah terumbu karang.
Udang penaeid termasuk crustaceae yang merupakan binatang air memiliki
tubuh beruas-ruas, pada setiap ruasnya terdapat sepasang kaki.L.vannamei
memendamkan diri dalam lumpur/pasir dasar kolam bila siang hari, dan tidak
mencari makanan. Akan tetapi pada kolam budidaya jika siang hari diberi pakan
maka udang vaname akan bergerak untuk mencarinya. Proses pemijahan hanya
berlangsung kira-kira 2 menit saja pada L.vannamei , dimana proses ini terjadi ketika
induk betina berenang secara perlahan dalam badan air. Pada proses ini biasanya
semua telur matang gonad dikeluarkan sekaligus. Begitu telur-telur keluar, induk
betina mencampurkan telur-telur dengan sperma yang sudah menempel di thelycum
dengan cara menghentakkan kaki-kaki renangnya (pereopoda).
41
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada saat praktikum lapang di Balai Budidaya Air Payau Situbondo
didapatkan hasil bahwa:
 Di sana terdapat budidaya ikan kerapu dan udang
 Ikan kerapu yang di budidayakan adalah ikan kerapu kertang, kerapu
bebek(tikus), ikan kerapu macan, ikan kerapu batik.
 Udang yang di budidayakan adalah udang putih(vanami)
 Umpan yang di pakai adalah umpan buatan yaitu untuk umpan ikan
anakan yaitu dari plankton, ikan rucah, dll dan ada yang memakai
umpan buatan.
 Cara pembudidayaannya ada yang secara alami dan ada yang
menggunakan bantuan.
5.2 Saran
Penjelasan para narasumber kurang optimal dikarenakan waktu yang sedikit.
dan kurangnya asisten yang memberi tambahan materi.
42
DAFTAR PUSTAKA
 Akbar dansudaryanto. 2002.
Pembenihandanpembesaranikankerapubebek.Penebarswadaya ; Jakarta
 Amirudin. 2007.
http://www.perbenihanbudidaya.kkp.go.id/teknologi/manajemen%20induk%2
0kerapu%20tikus.pdf
 Bualazatulo, 2011.Hubungantemperatur,
oksigendansalinitasdenganprevalensiparasitpadakerapulumpur.http://temper
aturoksigendansalinitas.blogspot.com/.Diaksespadatanggal 1 Desember
2012.
 BBAP Situbondo. 2012. http://bbapsitubondo.com/index.php?option=com
_content&view=article&id=66:inovasi-budidayakerapu&catid=40:produksi&Itemid=2.
 Darwisto. 2012. STRATEGI REPTODUKSI PADA IKAN
 KERAPU(Epinephelussp). IPB
 DjuniPristiyanto, 2003.http://www.kompas.com/kompascetak/0303/05/daerah/163518.html. Diakses Pada Tanggal 1 Desember
2012.
 Hamzah. 2008.
http://www.perbenihanbudidaya.kkp.go.id/teknologi/manajemen%20
induk%20kerapu%20tikus.pdf
 Huda. 2010. http ://www.fkpa.50web.com. Di aksespadatanggal 30
November 2012.
 Himarin. 2012. www.docstoc.com/.../POTENSI-DAN-PELUANG-INVESTASIIKan -kerapu
 Horhoruwet, 2004. http://octopus39.blogspot.com/2004/ll/budidaya-ikankerapu-tikus. Html diaksespadatanggal 31 desember 2010 pdapukul
09.30WIB.
43
 IrawanAndri, 2009. FAKTOR – FAKTOR PENTING DALAM PROSES
PEMBESARAN IKANDI FASILITAS NURSERY DAN PEMBESARAN.
http://www.sith.itb.ac.id/d4_akuakultur_kultur_jaringan/bahankuliah/Kelompok_6_Pembesaran_Ikan_Udang.pdf. Diakses Pada Tanggal 1
Desember 2012.
 Marsen. 2010.http://ricomarsen.wordpress.com/2010/04/06/prosespemanenan-udang-putih/
 Mira,
2011.http://proposalpraktekkerjalapang.blogspot.com/2011_04_01_archive.ht
ml
 Muhammadar, Junaidi M Affan.2011. TEKNIK PEMBENIHAN INDUK
KERAPU MACAN (EPHINEPHELUSFUSCOGUTAFTUS) DALAM UPAYA
PENGADAAN KEBUTUHAN BENIH KERAPU BAGI
PEMBUDIDAYADINANGGROE
ACEHDARUSSALAM.JurusanBudidayaPerairan,KoordinatoratKelautandanP
erikanan, UniversitasSyiah Kuala Darussalam-Banda Aceh Indonesia.
Program PengajianSainLaut,
PusatPengajianSainsSekitarandanSumberAlam,FakultiSains&Teknologi,
UniversitiKebangsaan Malaysia, Bangi, Malaysia.
 Mulyonoetal.2011.Tingkahlakuikanhubungannyadenganilmudenganteknologi
perikanantangkap.Lubukagung. Bandung.
 Motoh. 1981. Biology of Penaeusmonodon
 Nuraini, sitidanhartati, siti. 2006. JENlSlKAN KERAPU (SERRANIDAE)
TANGMPAN BUBU DI PERAIRAN
 Nursida, fajriani, N. 2011. POLIMORFISME IKAN KERAPU MACAN
(Ephinephelusfuscoguttatus FORSSKÅL) YANG TAHAN BAKTERI Vibrio
alginolitycus DAN TOLERAN SALINITAS RENDAH SERTA SALINITAS
TINGGI FPIK UNHAS ; Makassar
 Nybakken,J.W.1988. Biologilaut :Suatupendekatanekologi.gramedia, Jakarta.
44
 PenebarSwadaya, 2008. MengenalIkanKerapu
Batik.http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=741 . Diaksespadatanggal 1
Desember 2012.
 Purwangka.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/6719
2002.
/Bab%20II
_2002fpu.pdf?sequence=9
 Reza, 2011.BUDIDAYA IKAN KERAPU DENGAN KERAMBA JARING
APUNG(PolaPembiayaankonvensional).
 Subaidah, dkk. 2012. PERBAIKAN NUTRISI INDUK UDANG VANNAME
(Litopenaeusvannamei ) ENGAN KOMBINASI PAKAN SEGAR DAN PAKAN
BUATAN
 Subyakto, S dan Sri, C. 2003.PembenihanKerapuSkalaRumahTangga.
AgromediaPustaka, Depok.
 Sugama. 2011.
www.bi.go.id/.../BudidayaIkanKerapudenganKerambaJaringApungK
 Suharjawanasuria.2012.
http://suharjawanasuria.tripod.com/ikan_air_laut_01.htm.
 SupratnoTri. 2006.
Evaluasilahantambakwilayahpesisirjeparauntukpemanfaatanbudidayaikanker
apu. Program studi Magister ManajemenSumberdayapantai.Program
pascasarjana.Universitasdiponegoro. Semarang
 SuyantodanMujiman. 2002.
http://perikananseruyan.blogspot.com/2011/07/budidaya-udangvannamei.html
 Tarwiyah.2001.TELUK SALEM, seminar Nasional ; Jatiluhur .
http://bawalbintang.com diaksespadatanggal.
 Tigor,2011.BudidayaUdangVannamei.http://tigor46.blogspot.com/2011/07/bu
didaya-udang-vannamei.html. Diaksespadatanggal 2 Desember 2012.
 wahyu, 2012.Aquakultur.http://wtheyuh.blogspot.com/
 Widiana.
2009.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Pemberian%20pakan%20%5D.pdf
45
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Gunarso dan Bahar (1991),jika kita mengetahui tingkah laku
ikan dan faktor-faktornya maka kita dapat mengetahui metode yang dapat
meningkatkan efektivitas efesiensi alat tangkap ikan serta dapat memodifikasi alat
tangakap sesuai tingkah laku ikan.Sehingga proses-proses penangkapan bisa
dilakukan dengan mudah.
Menurut said ,et all. (2005), di duga lingkungan pemeliharaan dengan
intensitas cahaya yang lebih tinggi (terang) menyebabkan peningkatan suhu yang
dapat mempengaruhi metabolisme ikan.Hal ini tak lepas dari tempat dimana ikan itu
tinggal,semisal ikan pelagis yang hidup didekat permukaan dimana suhu disekitar
permukaan mengalami kenaikan yang cukup tinggi sehingga menyebabkan
metabolisme ikan meningkat dan ditandainya tingkah laku seperti mencari
makan,memijah dan migrasi.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum tingkah laku ikan ini adalah agar praktikan dapat
mengetahui dan menjelaskan berbagai macam respon ikan terhadap cahaya dan
menghubungkannya dengan proses penangkapan.
Tujuan dari praktikum tingkah laku ikan ini adalah untuk mengetahui
respon ikan terhadap perbedaan warna cahaya yang mempengaruhi dan
berhubungan dengan proses penangkapan ikan.
1.3 Waktu dan Tempat
Tempat pelaksanaan praktikum tingkah laku ikan materi respon
pengelihatan ikan terhadap perbedaan waran (optical stimuli) dilaksanakan pada
tanggal 13 November 2013 pukul 13.00-15.00 WIB.
Tempat pelaksanaan praktikum tingkah laku ikan materi respon
pengihatan ikan terhadap warna (optical stimuli) dilaksnakan di laboratorium
penangkapan
di
gedung
D
lantai
1
Fakultas
Perikanan
dan
Ilmu
Kelautan,Universitas Brawijaya,Malang.
46
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Klasifikasi ikan Podangan (Pomacentrus sp.) menurut scrib (2013)
Kingdom
:Animalia
Filum
:Chordata
Kelas
:Actinopterygii
Ordo
:Perciformes
Famili
:Pomacentridae
Genus
:Pomacentrus
Spesies
:Pomacentrus sp.
(Google image,2013)
Menurut Fish Base 2013 ikan Podangan hidup di laut berasosiasi
dengan karang,panjang maksimal 10,0 cm (jantan) duri punggung keseluruhan
12,duri punggung lunak 14-15 duri dubur 2,sirip dubur lunak 15-16.
Klasifikasi iIkan Dakocan (Dascyllus frimaculatus) ;
Kingdom
:Animalia
Filum
:Chordata
Kelas
:Actinopterygii
Ordo
:Perciformes
Famili
:Pomacentridae
Genus
:Dascyllus
Spesies
:Dascyllus frimaculatus (scrib,2013
(Google image,2013)
47
Menurut Riiple 1829 sirip ekor dengan beberapa pasang jari-jari yang
menyerupai duri tajam bagian tepi suboribital dan preoperculum bergerigi halus,tepi
operculum halus badan biasa kehitaman (pada ikan muda dengan beberapa bercak
putih pada bagian punggung).Indo-Pasifik barat.
Menurut fish base (2013) panjang maksimal 11 cm (jantan) memiliki
warna hitam diseluruh tubuh kecuali pada bagian luar sirip dorsal lunak.Ikan ini juga
mempunyai white spot pada bagian dahi dan sisi atas bagian ikan yang dewas
memiliki suborbital dan preoperculum halus dan bergerigi.
2.2 Fototaksis
2.2.1 Pengertian Fototaksis
Fototaksis adalah gerakan taksis yang disebakan adanya rangsangan
berupa
cahaya,misalnya
klorofil
yang
bergerak
menuju
arah
datangnya
cahaya(Deswaty et all,2007).
Fototaksis adalah gerakan taksis yang dipengaruhi oleh rangsangan
berupa cahaya(Tim matrix,2006).
2.2.2 Macam-Macam Fototaksis
Fototaksis dibedakan menjadi (Tim Matrix,2006):
a.Fototaksis Positif
Gerakan taksis yang arah gerakannya mendekati cahaya.contohnya
gerak ganggang hijau,gerakan ikan mrndekati lampu.
b.Fototaksis Negatif
gerakan taksis yang arah gerakannya menjauhi cahaya.
Jika
gerakan
rangsangan,dinamakan
yang
fototaksis
timbul
menjuahi
negative.sebaliknya
jika
arah
datangnya
mendekati
arah
rangsangan dinamakan fototaksis positif(Rose,2008).
2.3 Kaitan Cahaya dengan Proses Penangkapan
48
Menurut
Baskoro
dan
Aritmoto
(2001)
dalam
sulaiman
et
all
(2006),teknologi penangkapan ikan di Indonesia berkembang pesat terutama pada
penggunaan alat bantu cahaya untuk menarik perhatian ikan.Cahaya sangat
berpengaruh pada proses penangkapan,Misalnya pada alat tangkap bagan
tancap.Alat tangkap ini menggunakan alat bantu cahaya untuk menarik perhatian
ikan.Tingkah Laku ikan yang kaitannya dalam merespon sumber cahaya adalah
kecenderungan ikan yang senang berkumpul disekitar cahaya.Cahya membantu
mengumpulkan ikan didalam cangkupan alat tangkap sehingga memudahkan dalam
proses penangkapan.
Metode akustik melalui penangkapan sonar atau echosounder dapat
digunakan untuk study tingkah laku ikan(migrasi vertical dan horinzontal).Kecepatan
renang respon ikan terhadap stimuli dan lain-lain(Muhammad Sulaiman dalam
Firarosalina,2012).
Pergerakan ikan cenderung memutar mengitari sumber pencahayaan
dan kadang-kadang bergerak menjauhi kemudian mendekati lagi ketika hauling
(hanya lampu focus menyala).Kawanan i8kan sudah memiliki pola yang teratur
sekitar waring mendekati lagi.Badan tepat dibawah rangka bagan.Pola penyebaran
kawanan teri berada dibawah rangka bagan.Ikan kembung dan tembaga berada
disekitar bingkai bagan.Pola distribusi ikan membentuk pola spherical.Pola
pergerakan
ikan
cenderung
mempunyai
pergerakan
cepat,dan
menurun
kecepatannya disekitar pencahyaan akibat padatnya kawanan dan aktivitas
makan(Saleh dalam Firaeosalina,2012).
49
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
 Alat
1. Akuarium
: sebagai wadah atau tempat untuk ikan yang akan
diamati.
2. Aerator
: sebagai penyuplai oksigen.
3. Filter
; sebagai penyaring air.
4. Kabel
: sebagai penghubung lampu dengan stop kontak.
5. Stop kontak
: sebagai media untuk menyalakan dan mematikan
lampu.
6. 3 buah lampu (merah,kuning,biru)
:
sebagai
media
atraktan
(pengumpul ikan) dalam pengamatan respon penglihatan ikan
terhadap warna (cahaya).
7. 2 buah triplek :
sebagai
sekat
pada
akuarium
dalam
proses
pengamatan.
8. Stopwatch
: untuk menghitung waktu pengamatan.
9. Sterefoam
: sebagai sekat antar wilayah.
 Bahan
1. Ikan
: sebagai media atau objek yang diamati.
2. Air laut
: medium hidup individu yang menerima perlakuan.
Nb: Ikan yang digunakan
1. Ikan Podangan (Pomacentrus Sp)
2. Ikan Dakocan (Dasyllus frimaculatus)
50
3.2 Skema Kerja
Podangan
Podangan
Siapkan alat dan bahan
Pasang triplek sebagai penyekatan akuarium sehingga menjadi 3 bagian
Siapkan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan
Tutup aquarium dengan sterofoam
Matikan lampu ruangan
Nyalakan lampu untuk perlakuan (merah,kuninh,biru) dan nyalakan
stopwatch
Hitung ikan yang menerima respon pada setiap ruangan lampu warna
masing-masing pada detik 10 terakhir (dalam menit)
Matikan lampu ruangan dan buka sterofoam yang menutupi akuarium
selama 2 menit
Ulangi perlakuan tersebut sebanyak 5 kali untuk pengamatan pertama
dari 6 pengamatan.
Hasil
51
Dakocan
Siapkan alat dan bahan
Pasang triplek sebagai penyekatan akuarium sehingga menjadi 3 bagian
Siapkan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan
Tutup aquarium dengan sterofoam
Matikan lampu ruangan
Nyalakan lampu untuk perlakuan (merah,kuninh,biru) dan nyalakan
stopwatch
Hitung ikan yang menerima respon pada setiap ruangan lampu warna
masing-masing pada detik 10 terakhir (dalam menit)
Matikan lampu ruangan dan buka sterofoam yang menutupi akuarium
selama 2 menit
Ulangi perlakuan tersebut sebanyak 5 kali untuk pengamatan pertama
dari 6 pengamatan.
Hasil
52
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Nama Ikan
: Ikan Podangan
Nama Ilmiah : Pormacentrus sp
Data jumlah ikan yang mendeteksi cahaya setiap menit

Formasi Lampu Merah Kuning Biru
Pengamatan ke
1
2

Menit ke/warna lampu
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Merah
1
3
3
3
-
BIRU
1
-
KUNING
Merah
4
3
4
4
3
-
BIRU
5
6
5
5
7
1
1
1
1
KUNING
10
9
7
7
6
2
1
2
1
1
Formasi Lampu Biru Merah Kuning
Pengamatan ke
1
2
Menit ke/warna lampu
1
2
3
4
5
1
2
3
4
1
1
1
1
1
53
5

-
1
1
Formasi Lampu Kuning Biru Merah
Pengamatan ke
1
2
Menit ke/warna
lampu
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Merah
3
5
4
5
3
1
2
-
BIRU
5
4
5
4
6
1
1
2
1
1
KUNING
2
1
1
1
1
-
Nb:
 P
enga
mata
n
perta
ma
ikan
yang dihitung adalah semua ikan yang masuk dalam kolom/sekat.
 Pengamatan kedua,ikan yang dihitung adalah ikan yang masuk dalam
kolom/sekat,tapi hanya melewati batas sekat pada 10 detik terakhir.
54
Nama Ikan
: Ikan Dakocan
Nama Ilmiah
: Dasyllus trimaculatus
Data jumlah ikan yang mendeteksi cahaya setiap menit
 Formasi lampu Merah Kuning Hijau
Pengamatan ke
1
2
Menit ke/warna lampu
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
MERAH
2
2
2
2
3
2
1
1
1
2
BIRU
1
1
1
1
1
KUNING
4
3
4
3
4
3
5
5
3
3
 Formasi lampu Biru Merah Kuning
Pengamatan
ke
1
2
Menit ke/warna lampu
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
MERAH
3
2
3
3
3
3
4
2
5
6
BIRU
2
2
1
1
1
1
1
1
-
KUNING
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
55
Pengamatan ke
1
2
Menit ke/warna lampu
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
MERAH
1
BIRU
4
3
5
3
3
3
3
2
2
3
 F
KUNING
1
1
-
orm
asi
Lam
pu
Biru
Mer
ah
Kuni
ng
56
4.2 Analisis Prosedur
Dalam praktikum tingkah laku ikan tentang Respon Penglihatan Ikan
terhadap perbedaan warna (Optical Stimuli) menggunakan 10 ikan Dakocan.Alatalat yang digunakan adalah Aquarium sebagai tempat percobaan dan wadah
pengabdasian ikan setelah pemindahan,3 buah lampu dengan daya 5 watt masingmasing berwarna merah,biru,kuning untuk membandingkan respon ikan pada
masing-masing cahaya tersebut,adapun kenapa kita memakai lampu merah kuning
dan biru adalah karena menurut peneliti terdahulu ikan lebih cenderung tertarik pada
3 warna tersebut,stop kontak yang digunakan untuk mematikan dan menghidupkan
lampu pada saat perlakuan,sterofoam untuk menutupi sekeliling Aquarium saat
perlakuan dan terakhir stopwatch untuk menghitung waktu yang digunakan.
Hal pertama yang dilakukan saat pengamatan adalah menyalakan lampu
merah,kuning,biru dan taruh diatas aquarium,tutup sekeliling aquarium dengan
sterofoam,lalu matikan lampu dalam ruangan,nyalakan stopwatch,amati dan catat
jumlah ikan yang mendekati masing-masing lampu setiap menit,padamkan lampu
selama 10 menit secara bersama untuk menetralkan mata ikan.
4.2 Analisis Data Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan menunjukan bahwa ikan podangan lebih
menyukai cahaya/warna lampu kuning dengan jumlah ikan 67 ekor.karena warna
kuning lebih terang dari pada warna-warna lampu yang lain.
Ikan peka terhadap cahaya gelap disebut ikan nocturnal karena ikan ini
aktif bergerak di malam hari.Ikan yang peka terhadap cahaya terang cenderung aktif
bergerak disiang hari disebut ikan diurnal(Fujaya,2004 dalam Anggi,2003).
Dari hasil pengamatan,menunjukan bahwa ikan Dakocan lebih menyukai
warna lampu/cahaya merah.
57
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
 Optical stimuli merupakan rangsangan yang diberikan atau ditimbulkan untuk
merangsang penglihatan sebagai akibat dari gerak,bentuk dan warna.
 Rangsangan yang dapat diterima oleh mata ikan dapat berupa bentuk,warna
dan gerak.
 Cahaya/warna digunakan sebagai atraktor/alat bantu pengumpul ikan.
 Pada praktikum kali ini menggunakan lampu warna merah,biru dan kuning
karena ikan lebih cenderungtertarik pada 3 warna tersebut,dan dari hasil
pengamatan kelompok kami sebagai berikut :
Ikan Podangan

Jumlah ikan yang berkumpul dilampu warna merah adalah 46 ekor

Jumlah ikan yang berkumpul dilampu warna biru adalah 51 ekor

Jumlah ikan yang berkumpul dilampu warna kuning adalah 67 ekor
Jadi dapat disimpulkan bahwa ikan Podangan lebih tertarik dengan warna
kuning,karena warna kuning lebih terang di bandingkan warna biru dan
warna merah.
Ikan Dakocan

Jumlah ikan yang berkumpul dilampu warna merah adalah 53 ekor

Jumlah ikan yang berkumpul dilampu warna biru adalah 54 ekor

Jumlah ikan yang berkumpul dilampu warna kuning adalah 52 ekor
Jadi dapat disimpulkan bahwa ikan Dakocan lebih tertarik dengan warna biru
dan merah.
 Ikan Dakocan = F hitung < F table, maka perbedaan tidak berpengaruh
nyata.
 Ikan Dakocan F hitung = 0,371 ,F table = 3,68.
58
 Ikan Podangan = F hitung < F table, maka perbedaan tidak berpengaruh
nyata.
 Ikan Podangan F hitung = 0,029 ,F table =3,68.
5.2 Saran
Pada saat praktikum Optical Stimuli Tingkah Laku Ikan,diharapkan
praktikan benar-benar memperhatikan semua prosedur kerja yang diberikan oleh
asisten,agar dapat dilaksanakan praktikum dengan baik dan mendapatkan hasil
yang akurat.
59
DAFTAR PUSTAKA
 Anggi.2013.Pengaruh Cahaya Terhadap Tingkah Laku
Ikan.anggikurniasih.blogspot.com.diakses pada tanggal 14
November 2013
 Deswaty et all.2007.Seri IPA Biologi SMP kelas VIII.Yudistira.Yogyakarta
 Firarosali.2013.Respon Penglihatan Ikan Terhadap Perbedaan Warna
(Optcal Stimuli).firarosalina.blogspot.com/2012/03/responpenglihatan-ikan-terhadap-perbedaan-warna.html.diakses pada
tanggal 14 November 2013
 Fish Base.2013.www.fishbase.org.diakses pada tanggal 14 November
2013
 Gunarso,Bahar.1991.http://gadispemalumau.blogspot.com/2011/07/dakoa
n.html.diakses pada tanggal 14 November 2013
 Ripple.1829.http://research.kahaku.go.ip/zoology/fishes_of_bitung/data/p
135_03b.html.diakses pada tanggal 14 November 2013
 Rose.2008.Intisari IPA Biologi SMP.Kawan Pustaka.Jakarta
 Said et all.2005.Pengaruh Jenis Pakan dan Kondisi Cahaya Terhadap
Penampilan Warna Ikan Pelangi Merah Glossolepis Incisus
Jantan.Fakultas Biologi.Universitas Nasional Jakarta
 Scribd.2013.www.scrib.com.diakses pada tanggal 14 November 2013
 Sulaiman.2006.Study tingkah laku Ikan pada Proses Penangkapan
dengan Alat Bantu Cahaya:suatu Pendekatan Akustik.Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.Universitas Brawijaya
 Tim Matrix.2006.Biologi SMP Kelas VIII.Gasindo
60
LAMPIRAN
TABEL HASIL PENGAMATAN
Ulangan
Merah
Biru
Kuning
1
7.6
0.2
6.8
2
0
0
6.2
3
4.8
3.6
0.8
4
1
0.4
0
5
1.2
4.8
4
6
0
1.2
0.6
Hasil Analisis Anova
61
Tabel Hasil Pengamatan
Ulangan
Merah
Biru
Kuning
1
2.2
0
3.6
2
1.4
1
3.8
3
3
2.4
1.2
4
3.6
1.8
1.2
5
0
3.6
0
6
0.4
2.6
0.4
Hasil Analisis Anova
62
DOKUMENTASI
63
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut shiobara et all (1998) dalam Aristi (2008) penelitian tentang
organ penciuman merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji. Telah cukup
banyak peneliti pada kedua organ tersebut, namun penelitian-penelitian tersebut
umumnya terfokus dari fisiologi penciuman.
Menurut Subani dan Badrus (1989) dalam Aristi (2008) efektivitas alat
tangkap pasif akan lebih baik apabila dalam pengoperasiannya menggunakan
umpan efektivitas umpan ditentukan oleh sifat fisik dan kimiawi yang dimiliki agar
dapat memberikan respons terhadap ikan-ikan tertentu dalam tujuan penangkapan
ikan ( Reiliza 1997; Mawardi 2001; Purbayanto et al 2006 dalam Rianto 2008 ).
Rspon penciuman (chemical stimuli) adalah suatu rangsangan yang
dapat
merangsang
ikan
dipenciuman
(olfactory)
dan
perasa
(gustaktori)
Rangsangan kimia pada umpan yang mampu direspon ikan oleh indra penciuman
adlah asam amino dan asam lemak sinyal kimia pada ikan ada yaitu feromon dan
allomon. Respon penciuman ikan terhadap rangsangan kimia dapat dibedakan
menjadi empat fase,yaitu : Arousal/Detect (menerima rangsangan), Searching/React
(mencari), Finding (menemukan), Uptake (memakan).
Menurut Brown (1957) dalam Hariadi (2008) mengungkapkan bahwa
selama ikan berenang terutama pada saat bernafas, air tersebut akan keluar melalui
masing-masing lubang organ penciuman.
Penciuman ikan juga sangat sesnsitive terhadap bahan organic maupun
anorganik. Ikan dapat mengenal bau mangsa,predator,dan spesies sejenisnya. Baubau tersebut larut dalam air dan merangsang reseptor pada organ olfaktoris ikan
sehingga menimbulkan reaksi terhadap ikan tersebut ( Hariadi, 2008 ).
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari praktikum Tingkah Laku ikan tentang chemical
stimuli adalah agar praktikan dapat mengetahui respon ikan terhadap rangsangan
bau dari objek yang berbeda.
64
Sedangkan tujuan dari praktikum ini,agar praktikan mampu menjelaskan
bagaimana respon ikan terhadap rangsangan bau yang ditimbulkan oleh
objek/umpan yang berbeda.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Tingkah Laku ikan tentang materi chemical stimuli dilakukan
pada hari senin tanggal 19 November 2013 pukul 15:00-17:00 WIB di laboratorium
penangkapan , Gedung D lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan ,
Universitas Brawijaya, Malang.
65
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Menurut Fish Base (2011) dalam Ana (2011), klasifikasi ikan piranha
adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Annimalia
Fylum
: Chordate
Class
: Actinopterygii
Ordo
: Characidae
Genus
: Pygocentrus
Species
: Pygocentrus nattereri
(Google Image,2013)
Menurut Duponchelle. F et all (2007) dalam Ana (2011) kehidupan dari :
Pygocentrus nattereri adalah bercirikan mereka hidup pada dua populasi pada
bagian sungai atas yang menghubungkan sungai Madera, yaitu antara air putih
sungai Mamore dan air bening sungai itenez.Ikan piranha ,irip dengan ikan bawal
yang hidup di air tawar. Piranha memiliki ciri-ciri tersendiri, diantaranya mempunyai
sifat yang agresif dengan mata yang besar bulat merah, dilengkapi gigi-gigi segitiga
yang runcing dan tajam dan ujung-ujung mulutnya yang monyong maju ke depan.
Rata-rata ikan ini mempunyai berat antara 600 gram sampai 700 gram, walaupun
ada beberapa species di Amerika selatan ada yang beratnya mencapai 4 kilogram.
Seperti pada jenis piranha perut merah dan piranha hitam mata merah yang memiliki
tubuh lebih besar dan jenis tersebut sangat berbahaya bagi manusia (Anggi,2011)
2.2 Tingkah Laku Ikan dan Tingkah Laku Ikan Khusus
Menurut Ferno dan Olsen (1994) dalam Hariadi (2008) ada fase tingkah
laku ikan terhadap umpan,fasetersebut antara lain :
1. Timbul Selera
66
Fase ini dimulai pada saat ikan mulai bereaksi terhadap rangsangan
,bau,menggunakan organ oldfactorinya untuk mendeteksi jarak dan
keberadaan umpan.
2. Menemukan Lokasi
Ikan akan berorientasi untuk menemukan lokasi umpan dengan
menggunakan organ chemereceptor.
3. Fase Masuknya Makanan Kedalam Mulut Ikan
Fase ini berhasil menemukan dan memasukan umpan kedalam mulut.
4. Memakan Umpan
Fase ini ikan memakan umpan pada fase uptake jika merasa cocok.
a.) Tingkah Laku Umum Ikan Piranha
Menurut Uplix (2007) dalam Firarosalina (2012) ikan piranha termasuk
jenis agresif dan ganas biasanya bergelombolan banyak dan apabilasudah
mendapatkan mangsa semakin banyak berkumpul tampak seperti gumpalan ikan
sarden atau ikan teri menghitam.
b.) Tingkah Laku Khusus Ikan Piranha
Menurut Julian (2011) dalam Firarosalina (2012) ada beberapa yang
sebenarnya
menyebabkan
kebuasan
pada
piranha,
diantaranya
fluktuasi
temperature air, keadaan sidat kimia air. Masa perkawinan dan ketersediaan
makanan yang cukup adalah hal yang merupakan hal yang penting bagi ikan
piranha. Agar ia tenang sebaiknya yang tersedia jangan ada yang mengganggu.
Apabila dalam perairan ada binatang yang terluka.
Menurut Gudang Materi (2010) dalam Firarosalina (2012) piranha
memiliki indera penciuman yang baik, indera penciumannya mirip hiuyang dapat
mencium darah dari jarak jauh. Namun ada ahli yang berpendapat bahwa piranha
dapat menemukan mangsa berdasarkan “keripak” dari mangsa yang berada di air.
2.3. Organ Penciuman Pada Ikan
67
Secara umum Olfactory yang terdapat pada ikan serupa pada organ
nasal atau penciuman yang terdapat pada manusia. Namun lubang atau cuping
hidung jarang terbuka. Dasar bentuk hidung dibentuk oleh epithelium penciuman
atau mukiosa berupa lipatan ilamella bebentuk bunga rose (Syam 2013)
Otak ikan bagian Telechephalon adalah bagian otak depan yang
merupakan pusat dari hal-hal yang berhubungan dengan pembau, syaratutama yang
keluar dari daerah ini adalah syarat olfactory yang berhubungan dengan hidung
sebagai penerima rangsangan. Pada ikan-ikan yang menggunakan hidung sebagai
pembauan mencari mangsanya, otak bagian depan
menjadi lebih berkembang
(Syaifudin 2010 dalam Hilda 2013).
Ikan mempunyai indera pencium yang berkembang biak, beberapa jenis
ikan memiliki
antenna misalnya
ikan
lele.
Telinganya
tidak
berkembang.
Keistimewaan ikan adalah mempunyai gurat sisi yang terletak di sisi kiri dan kanan
tubuhnya. Biasanya warna gurat sisi berbeda dengan warna sisik. Didalam gurat sisi
terdapat urat Marzuki (2011) dalam Firarosalina (2012).
2.4. Fungsi Feromon dan Allomon
Feromon merupakan alat yang disekresikan oleh organism dan berguna
untuk berkomunikasi secara kimia dengan sesame berdasarkan fungsinya ada 2
kelompok feromon yaitu : Feromon Reteaser dan feromor primer (Elda 2009 dalam
Hilda 2013) .
Allomon adalah suatu senyawa kimia atau campuran senyawa kimia
yang dilepas oleh suatu organism dan menimbulkan respon pada individu spesies
lain, organisme pelepas memperoleh keuntungan sedangkan penerimanya dirugikan
(Chemistry 2011 dalam Ferarosalina 2012).
2.5. Umpan
2.5.1 Umpan Ikan Rucah
68
Berdasarkan penelitian Prayitno (1986) dalam Fitri Aristi (2011) dari
pengamatan secara menyeluruh mengenai reaksi ikan karang terhadap
beberapa jenis umpan di Karimun Jawa menyebabkan bahwa ikan jenis rucah
dan Crustasea memberikan respon yang sangat baik dibandingkan dengan jenis
umpan bulu babi tau dan multi krikil. Penggunaan udang dan ikan rucah banyak
digunakan sebagai umpan dengan pertimbangan bahwa kedua jenis umpan
tersebut memiliki bau yang tajam dan banyak didapatkan dan sering digunakan
sebagai umpan dalam operasi penangkapan umpan.
Penggunaan umpan pikatan (atractor) dalam penangkapan pada
umumnya dikaitkan dengan jenis dan lama waktu perendaman umpan.Jenis
perendaman umpan dengan kurung waktu tertentu menemukan kelayakan
terhadap ikan sasaran tangakapan,yaitu apabila dapat merangsang secara
kimiawi dan apabila tekstur umpan tidak pudar sehingga penangkapan menjadi
lebih efektif dan efisien(Dian dalam Wiguna 2013)
(Google Image,2013)
Ada
beberapa
jenis
umpan
yang
digunakan
dalam
aktivitas
penangkapan ikan,diantaranya adalah umpan alami untuk menangkap rajungan
biasanya menggunakan umpan alami atau ikan rucah.Ikan rucah banyak dipakai
karena harganya yang murah.mudah diperoleh dan masih memiliki kesegaran
yang baik(Putra,2012).
2.5.2 Umpan Udang
69
Menurut Aristi (2008),bahwa kandungan protein tertinggi terdapat pada
umpan ikan,kandungan lemak tertinggi terdapat pada umpan gonad bulu
babi,dan kandungan air teringgi terdapat pada umpan udang (777,95 mg/g).
Menurut Gunarso (1985),bahwa efektifitas tertinggi yang dimiliki oleh
antara umpan udang,ikan rucah,dan bulu babi yang paling tinggi adalah
terdapat pada umpan udang dengan prosentase 71,46%.
(Google Image,2013)
Kelebihan dari udang adalah udang adalah udang merupakan hidup
yang masih segar sehingga sangat menarik perhatian ikan,mudah dipasang
dalam mata pancing tidak larut didalam air dan tentunya yang paling penting
adalah sangat fleksibel karena beraneka ragam ikan sangat gemar menyantap
jenis umpan ini terutama ikan(kios tips,2012).
2.5.3 Umpan Cumi-cum
Umpan merupakan salah satu bentuk rangsang berupa bentuk fisik
maupun kimiawi yang dapat member respon ikan tertentu dalam tujuan
penangkapan ikan(Hendrotono 1989 dalam Riyanto 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan jenis umpan cumi-cumi akan efektif
dibandingkan akan menghasilkan tangkapan terbanyak pada ikan kerapu
bebek(Titaly,2009 dam Aristi 2008).Disaat inilah diyakini umpan cumi-cumi akan
efektif dibandingkan saat mulai menggunakan sinar lampu daya listrik.
70
(Google Image,2013)
Rangsangan yang berupa umpan dapat menarik perhatian ikan melalui
penglihatan
dan
penciuman.Keberhasilan
usaha
penangkapan
dapat
ditingkatkan salah stunya dengan mengetahui respon mkan ikan yang
diindikasikan dengan ketertarikannya terhadap umpan yang digunakan untuk
menarik perhatian ikan target(Fitri 2011 dalam wiguna 2013).
2.6 Kaitan Respon Penciuman dengan Penangkapan
Prinsip tingkah laku ikan yang menjadi sasran tangkapan harus didukung
oleh pemahaman terhadap indra utama dari ikan (Sensory Organ) khususnya indera
penglihatan,pendengarn,penciuman,peraba,linea
lateralis
dan
lain
sebagainya
indera tersebut merupakan indera penting ikan berhubunga dengan tingkah laku
alam (Natural behavior).Keberhasilan usaha penangkapan ikan dapat ditingkatkan
salah
satunya
dengan
mengetahui
tingkah
ikan
yang
menjadi
sasaran
tangkapan(Dian 2007 dalam Firarosalina 2012).
Penggunaan umpan sebagai umpan (atraktor) dalam penangkapan pada
umumnya dikaitkan jenis dan lama waktu perendaman.Umpan sangat ditentukan
oleh kebiasaan mkan ikan.Perendaman umpan dengan waktu tertentu menentukan
kelayakan terhadap ikan sasaran tangkapan,yaitu apabila dapat merangsang secara
kimiawi dan apabila terstruktur umpan balik umpan tidak pudar sehingga lebih efektif
dan efisien(Aristi dian et all 2007 dalam Hilda 2013).
Metode yang dapat digunakan untuk analisis penciuman ikan,yaitu
metode
tingkah
laku
ikan,yaitu
metode
tingkah
laku
ikan.scanning
electromicrigrap(SEMI dan fotografi grafimetri).Metode tingkah laku ikan bertujuan
untuk menganalisis respon ikan mendekati umpan dilakukan secar deskripsi dan
hasil rekaman tingkah laku ikan.Metode SEM dilakukan untuk mengetahui bentuk
olfactory lamella ikan tergantung spesiesnya.sedangkan metode fotografi gavimetri
melalui pengamatan rasio berat setiap bagian otak yang mampu mendefinikasi
71
oragan penciuman ikan sebagai organ dominan atau tidak dalam melakukan
efektivitasnya(Purbayanto 2010 dalam wiguna 2013).
72
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
 Alat dan Fungsinya
Alat yang digunanakan dalam praktikum tingkah laku ikan materi
chemical stimuli adalah:

Akuarium
: Untuk tempat percobaan.

Sekat Perlakuan
: Untuk member batasan area ikan.

Kamera
: Untuk mengambil dokumentasi.

Tongkat
: Untuk menggantung umpan dan benang.

Aerator
: Untuk suplai oksigen dan menyebar bau umpan.

Stopwtch
: Untuk menghitung waktu.

Bak
: Untuk tempat pengabdasian ikan.

Benang
: Untuk menggantung benang.
 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum tingkah laku ikan materi
chemical stimuli adalah :

1 ekor ikan piranha (Pygocentrus nattereri) :Sebagai media atau objek yang
diamati.

3 umpan (cumi-cumi,ikan rucah,dan udang) :Sebagai
umpan
dalam
pengamatan.

Air
:Media hidup ikan.
73
3.2 Skema Kerja
Umpan Udang
Disiampkan alat dan bahan.
Digiring ikan menuju garis start.
Dipasang
sekat
pada
garis
stsrt,selama
5
menit
dihitung
menggunakan stopwatch.
Dipasang umpan udang bersamaan dengan dihidupkan stopwatch.
Diamati dan dicatat tingkah laku pada ikan pada fase arosal,searching
dan finding.
Dicatat waktu tiap fase,dihitung menggunakan stopwatch.
Hasil
Umpan Cumi-Cumi
UUmpan Udang
Disiampkan alat dan bahan.
Digiring ikan menuju garis start.
Dipasang
sekat
pada
garis
stsrt,selama
5
menit
dihitung
menggunakan stopwatch.
Dipasang umpan udang bersamaan dengan dihidupkan stopwatch.
Diamati dan dicatat tingkah laku pada ikan pada fase arosal,searching
dan finding.
Dicatat waktu tiap fase,dihitung menggunakan stopwatch.
Hasil
74
Umpan Ikan Rucah
UUmpan Udang
Disiampkan alat dan bahan.
Digiring ikan menuju garis start.
Dipasang
sekat
pada
garis
stsrt,selama
5
menit
dihitung
menggunakan stopwatch.
Dipasang umpan udang bersamaan dengan dihidupkan stopwatch.
Diamati dan dicatat tingkah laku pada ikan pada fase arosal,searching
dan finding.
Dicatat waktu tiap fase,dihitung menggunakan stopwatch.
Hasil
75
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Pada praktikum tingkah laku ikan tentang respon penciuman didapat
hasil pengamatan sebagai berikut :
Nama Ikan : Ikan Podangan
Nama Latin: (Phygocentrus Nattereri)
Waktu(menit) dan Tingkah Laku Ikan
Fase
Umpan 1 (Cumi-Cumi)
Umpan 2 (Udang)
Umpan 3 (Rucah)
5 menit 7 detk
5 menit 7 detik
15 menit
4 menit 23 detik
35 detik
-
-
4 menit 16 detik
-
9 menit 30 detik
9 Menit 58 detik
-
Aurosal
Searching
Finding
Total
4.2 Analisis Prosedur
4.2.1 Umpan Cumi-Cumi
Dalam praktikum tingkah laku ikan tentang respon penciuman (chemical
stimuli) menggunakan 1 ekor ikan piranha.Alat-alat yang digunakan adalah
akuarium sebagai wadah percobaan dan media hidup ikan,sekat perlakuan untuk
memberi batas area ikan,serok untuk memindahkan ikan dari bak ke
akuarium,tongkat untuk menggantung umpan dan benang ,aerator untuk suplai
oksigen,kamera
untuk
dokumentasi
saat
pengamatan,benang
untuk
menggantung umpan cumi-cumi,dan menyebar bau umpan,dan stopwatch untuk
menghitung waktu.Bahan yang digunakan selain ikan piranha adalah umpan
disini kita memakai umpan cumi-cumi.
76
Hal pertama yang dilakukan saat pengamatan adalah menyiapkan alat
dan bahan terlebih dahulu,kemudian dipindahkan ikan dari bak kedalam
akuarium.Setelsh
itu
dibiarkan
ikan
selama
5
menit
agar
ikan
beradaptasi,kemudian digiring ikan keujung akuarium (start area) dan dipasng
sekat.Perlakuan setelah itu dipasang umpan dangan jarak 15 cm dari sekat dan 8
cm dari dasar,setelah prose situ dibuka skat perlakuan,dihitung waktu awal
perlakuan dan dicatat kemudian diamati waktunya tingkah laku ikan dalam 3 fase
aurosal,searching,dan finding.Disini fase uptake tidak diamati karena ukuran
umpan tidak sesuai dengan bukaan mulut.
4.2.1 Umpan Udang
Dalam praktikum tingkah laku ikan tentang respon penciuman (chemical
stimuli) menggunakan 1 ekor ikan piranha.Alat-alat yang digunakan adalah
akuarium sebagai wadah percobaan dan media hidup ikan,sekat perlakuan untuk
memberi batas area ikan,serok untuk memindahkan ikan dari bak ke
akuarium,tongkat untuk menggantung umpan dan benang ,aerator untuk suplai
oksigen,kamera
untuk
dokumentasi
saat
pengamatan,benang
untuk
menggantung umpan udang,dan menyebar bau umpan,dan stopwatch untuk
menghitung waktu.Bahan yang digunakan selain ikan piranha adalah umpan
disini kita memakai umpan udang.
Hal pertama yang dilakukan saat pengamatan adalah menyiapkan alat
dan bahan terlebih dahulu,kemudian dipindahkan ikan dari bak kedalam
akuarium.Setelsh
itu
dibiarkan
ikan
selama
5
menit
agar
ikan
beradaptasi,kemudian digiring ikan keujung akuarium (start area) dan dipasng
sekat.Perlakuan setelah itu dipasang umpan dangan jarak 15 cm dari sekat dan 8
cm dari dasar,setelah prose situ dibuka skat perlakuan,dihitung waktu awal
perlakuan dan dicatat kemudian diamati waktunya tingkah laku ikan dalam 3 fase
aurosal,searching,dan finding.Disini fase uptake tidak diamati karena ukuran
umpan tidak sesuai dengan bukaan mulut.
4.2.1 Umpan Ikan Rucah
77
Dalam praktikum tingkah laku ikan tentang respon penciuman (chemical
stimuli) menggunakan 1 ekor ikan piranha.Alat-alat yang digunakan adalah
akuarium sebagai wadah percobaan dan media hidup ikan,sekat perlakuan untuk
memberi batas area ikan,serok untuk memindahkan ikan dari bak ke
akuarium,tongkat untuk menggantung umpan dan benang ,aerator untuk suplai
oksigen,kamera
untuk
dokumentasi
saat
pengamatan,benang
untuk
menggantung umpan ikan Rucah,dan menyebar bau umpan,dan stopwatch untuk
menghitung waktu.Bahan yang digunakan selain ikan piranha adalah umpan
disini kita memakai umpan Ikan Rucah.
Hal pertama yang dilakukan saat pengamatan adalah menyiapkan alat
dan bahan terlebih dahulu,kemudian dipindahkan ikan dari bak kedalam
akuarium.Setelsh
itu
dibiarkan
ikan
selama
5
menit
agar
ikan
beradaptasi,kemudian digiring ikan keujung akuarium (start area) dan dipasng
sekat.Perlakuan setelah itu dipasang umpan dangan jarak 15 cm dari sekat dan 8
cm dari dasar,setelah prose situ dibuka skat perlakuan,dihitung waktu awal
perlakuan dan dicatat kemudian diamati waktunya tingkah laku ikan dalam 3 fase
aurosal,searching,dan finding.Disini fase uptake tidak diamati karena ukuran
umpan tidak sesuai dengan bukaan mulut
4.3 Analisis Data Hasil Pengamatan
Data hasil pengamatan,menunjukan bahwa ikan Piranha lebih menyukai
umpan udang,ini dibuktikan dengan dari ketiga umpan yang diberikan hanya pada
saat pengamatan umpan udang ikan Piranha sampai pada fase finding dengan/pada
waktu 4 menit 32 detik.
Adapun
langkah
atau
tahapan
memperoleh
umpan
yaitu
aurosal,searching,dan finding.Hal ini sesuai dengan pernyataan Baskoro et all(2011)
dalam
Hilda
(2013)
bahwa
enam
fase
tingkah
aurosal(rangsangan/keterkaitan),location(tempat),near
laku
dapt
field(tingkah
diidentifikasi
laku
dekat
bubu),inggrres(masuk,aktivitas didalam bubu),dan escape(melepaskan diri).Tahapan
tersebut disesuaikan dengan alat tangkap yang digunakan.Namun dari praktikum
tersebut tidak sampai mengambil umpan sehingga tidak memperhatikan ukuran
umpan dan bukaan mulut ikan.
78
Dari hasil pengaamatan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil pada
umpan cumi-cumi pada fase aurosal durasi 5 menit 7 detik,searching 4 menit 23
detik,pada fase searching tidak ada fase finding.Jadi semua total waktunya 9 menit
30 detik.Pada umpan udang pada fase aurosal durasi 5 menit 7 detik searching 35
detik,finding 4 menit 16 detik,istimewanya pada umpan udang terdapat fase uptake.
79
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
 Respon penciuman (chemical stimuli) adalah rangsangan yang dapat
merangsang ikan dipenciuman(olfactory) dan perasa(gustaktori).
 Rangsangan
kimiawi
memegang
peranan
yang
penting
terhadap
penggunaan umpan kandungan kimia pada umpan yang mampu direspon
ikan oleh indera penciuman adalah asam amino dan asam lemak.
 Respon penciuman ikan terhadap rangsangan kimiawi dapat dibedakan
menjadi
empat
fase
yaitu
aurosal/detect
(menerima
rangsangan),
searching/react (mencari),finding ( menemukan), uptake (menemukan).
 Feromon merupakan alat yang disekresikan oleh organism dan berguna
untuk berkomunikasi secara kimiawi dengan sesame nya dalam spesies
yang sama.
 Allomon merupakan alat yang disekresikan oleh organisme dan berguna
untuk berkomunikasi secara kimia dengan beda spesies.
 Pada praktikum/pengmatan yang telah dilakukan diperoleh hasil,bahwasanya
umpan dengan udang lebih disukai oleh ikan Piranha,dibuktikan dengan data
yang menunjukan di umpan udang,ikan Piranha sampai dalam fase finding (4
menit 16 detik) dan uptake (4 menit 32 detik).
 Kaitan repon penciuman (chemical stimuli ) dengan penangkapan adalah
agar mengetahui respon ikan terhadap umpan dan jenisnya sehingga tau
umpan,juga untuk pengenbangan teknologi alat penangkapan,sebagai
atraktor,contohnya pancing,bubu.
5.2 Saran
Pada saat praktikum respon penciuman(chemical stimuli) diaharapkan
praktikan benar-benar mendengarkan instruksi/pengarahan dari asisten.sehingga
dapat melaksanakan praktikum dengan baik dan mendapatkan hasil yang akurat.
80
DAFTAR PUSTAKA
 Ana.2011.Ikan_Piranha.http://anashepiethasanatulamriputriabubakar.blogspo
t.com/2011/12/Ikan-piranha.html.diakses pada tanggal 22 November 2013
 Anggi.2011.Mengenal_Ikan_Piranha.anggistiana.blogspot.com/2011/04/men
genal-ikan-piranha.html.diakses pada tanggal 22 November 2013
 Aristi.2008.Repon Penglihatan dan Penciuman Ikan Kerapu Tehadap Umpan
Terkait dengan Efektifitas Penangkapan.Institut Pertanian Bogor.Bogor
 Firarosalia.2012.Penciuman_ikan.http://firarosalina.blogspot.com/2012/03/pe
nciuman-ikan.html.diakses pada tanggal 22 November 2013
 Google Image.2013.www.google_image.com.diakses tanggal 22 Novembe
2013
 Gunarso.w.1985.Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungan dengan Alat Metode
dan Teknik Penangkapan.Instiut Pertanian Bogor.Bogor
 Hariadi.2008.Pengaruh
Aroma
Ikan
Tuna
pada
Umpan
Hasil
Penangkapan.Institut Pertanian Bogor.Bogor
 Hilda.2013.Chemical_stimuli.http://hildamariaulfa.blogspot.com/2013/02/che
mical-stimuli.html.diakses pada tanggal 22 November 2013
 Kios
tips.http://kiostips.blogspot.com/2012/11/9-jenis-ikan-tawar-yang-bisa-
dipancing.html.diakses pada tanggal 25 November 2013
 Putra.2012.Piranha.http://rezaya_dimanakamandalaputra.blogspot.com.diaks
es pada tanggal 24 November 2013
 Riyanto.2008.Respon
Penciuman
Ikan
Kerapu
Macan
(Epinephelus
fuscoguttatus) Tehadap Umpan Buatan.Institut Pertanian Bogor.Bogor
 Syam.2013.Fungsi_feromon_dalam_Insteraksi_sosial.http://nasriani28.blogs
pot.com/2013/03/fungsi-feromon-dalam-interaksi-sosial1503.html.diakses
pada tanggal 25 november 2013.
 Wiguna.2013.http://iwakdarat.blogspot.com/2013_11_01.archive.html.diakse
s pada tanggal 25 November 2013
81
DOKUMENTASI
82
83
84
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Brotowidjoyo,et all 1995 dalam Rosyid 2010, suhu mudah untuk
dipelajari.Beberapa hasil penelitian menunjukan oseanografi yang paling mudah
dipelajari.Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa ikan sangat peka terhadap
perubahan suhu,walaupun nilainya sangat kecil (<0,10c),sebagai contoh ikan telestoi
melakukan respon dengan perubahan suhu sebesar 0,030c.
Menurut Kautum(2012), parameter suhu dapat digunakan untuk
mengetahui fishing ground.Setiap jenis ikan memiliki penyebaran yang brbeda-beda
dan respon yang berbeda terhadap suhu.
Menurut Hastuti ,et all,.2013), perubahan suhu lingkungan(guncangan
suhu dingin) akan menyebabkan stress yang menginduksi pada tingginya tingkat
glukosa darah,selanjutnya mengganggu pertumbuhan bahkan mematikan.
Stress adalah kondisi dimana pertahanan ikan menurun dan dapat
menyebabkan infeksi.Efek yang disebabkan ada 2 yaitu efek primer dan efek
sekunder.Efek
primer
biasanya
terjadi
gangguan
metabolic.efek
sekunder,menyebabkan gangguan osmotic pada system neuro endokrin darah.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum tingkah laku ikan tentang respon ikan terhadap
suhu yaitu untuk menjelaskan dengan benar respon ikan terhadap perubahan
lingkungan sekelilingnya.
Tujuan dari praktikum tingkah laku ikan tentang respon ikan terhadap
suhu yaitu agar praktikan dapat mengetahui respon ikan terhadap berbagai
lingkungan yang ekstrim.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Tingkah Laku Ikan tentang suhu dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 2 Desember 2013 pukul 15.00-16.30 WIB,bertempat dilaboratorium
penangkapan gedung D lantai 1,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauatan,Universitas
Brawijaya,Malang
85
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi dan Morfolgi Ikan
Menurut Prihatma (2000) klasifikasi ikan nila sebagai berikut :
Filum
: Chordata
Sub Filum
: Vertebrata
Kelas
: Osteichtyes
Sub-kelas
: Acanthoptherigii
Ordo
: Percomorphi
Sub ordo
: Percoidea
Family
: Cichidae
Genus
: Oreochromis
Spesies
: Oreochromis niloticus
(Google Image,2013)
Menurut Amri el all,2008 secara umum,bentuk tubuh ikan Nila panjang
dan ramping,dengan sisik berukuran besar.Matanya besar,menonjol,dan bagian
tepinya berwarna putih.Gurat sisi (linea Lateralis) terputus dibagian tengah badan
dan kemudian berlanjut,tetapi letaknya lebih kebawah dari pada letak garis yang
memanjang diatas sirip dada.jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah.Sirip
punggung,sirip perut,dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tetapi keras dan
tajam seperti duri.Sirip punggungnya berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak
hitam.Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam.
Menurut Suyanto,2010 ciri ikan Nila adalah garis vertical yang berwarna
gelap disirip ekor sebanyak enam buah (ada yang 7-12 buah).Garis seperti itu juga
86
terdapat disirip punggung dan sirip dubur,sedangkan ikan mujair tidak memiliki garisgaris vertical di ekor,sirp punggung dan sirip duburnya,
2.2 Tingkah Laku Ikan Umum dan Khusus
Menurut Ghufran,2010 suhu optimal untuk pertumbuhan optimal Nila
0
antara 25 C-300C.Pada suhu sampai 220C,Nila masih dapat memiajah, begitupula
pada suhu 370C Nila mulai terganggu.Suhu mematikan berada pada 60C dan 420C.
Menurut Suyanto,1993 dalam Israk 2003 ikan Nila adalah ikan yang
tahan terhadap perubahan lingkungan,tahan terhadap serangan penyakit,maupun
toleransi terhadap kualitas air dengan kisaran yang lebar dan mampu mencerana
pakan buatan dengan efektif.Ikan ini juga bersifat mikrophagus dan omnivore.Habitat
dari ikan Nila adalah pada air tawar,air payau dan air laut.Nilai pH tempat hidup ikan
Nila berkisaran antara 6 sampai 8,5 dengan suhu optimum antara 250C sampai
300C.
Menurut Amri et all,2008 secara alami,ikan Nila bisa memijah sepanjang
tahun didaerah tropis.Frekuensi pemijahan yang terbanyak terjadi pada musim
hujan.Didalamya,ikan Nila bisa memijah 6-7 kali dalam satu tahun.Berarti,rata-rata
setiap dua bulan sekali ikan Nila akan memijah.
2.3 Sistem Saraf dan Sistem Endokrin
Menurut Aryulina et all,2004 sistem saraf pada ikan terdiri dari otak.otak
ikan terdiri dari otak besar,otak tengah,otak kecil dan sumsum lanjutan (medulla
oblongata).Pada ikan,otak kecil berkembang lebih baik karena merupakan tempat
berakhirnya saraf keseimbangan dan gurat sisi,oleh karena itu ikan memiliki
keseimbangan tubuh yang baik.Otak tengah dan otak besar tidak mengalami
perkembangan yang baik sehingga pusat penglihatan dan penciuman tidak
berkembang dengan baik pula.
Menurut Mikrajuddin et all,1994 dalam Desi 2004 sistem endokrin
merupakan salah satu system yang bertugas menjaga berlangsungnya integrasi
kegiatan organ tubuh.Sistem endokrin terdiri atas kelenjar-kelenjar yang bekerja
sama dengan system syaraf dalam mengendalikan kegiatan organ-organ tubuh
87
kelenjar endokrin mengeluarkan suatu zat yang disebut hormon.kelenjar endokrin ini
tidak mempunyai saluran pengeluaran khusus.
(Google Image,2013)
(Google Image,2013)
2.4 Kecepatan Renang Ikan
Menurut Firarosalina secara vertical semakin bertambahnya kedalaman
menyebabkan suhu menurun dan salinitas meningkat.sedangkan kecepatan renang
ikan semakin tinggi dengan bertambah kedalaman.Hal ini diduga bahwa
menurunnya suhu dan meingkatnya salinitas juga mempengaruhi tingginya
88
kecepatan renang ikan yang terdeteksi.Pola sebaran suhu,salinitas,dan arus secara
horizontal tidak terlihat berpengaruh terhadap pola sebaran kecepatan dan arah
renang ikan.Hal ini dikarenakan pola sebaran kecepatan dan arah renang ikan
secara horizontal tidak memiliki pola tertentu,sedangkan suhu cenderung tinggi
didaerah dalam teluk dan salinitas cenderung tinggi diwilayah selatan daerah
survei.Faktor yang mempengaruhi kecepatan renang ikan antara lain :
 Pola renang ikan
 Amplitude pergerakan sirip atau tubuh
 Gerak maju melengkung
 Frekuensi kibasan ekor
 Ketahanan renang
Menurut
Gunarso,1985
kecepatan
renang
merupakan
hal
yang
mendasar untuk efesiensi alat tangkap maupun untuk mendapatkan hasil tangkapan
yang efektif terhadap spesies dan ukurannya.Dengan demikian efisiensi dan
efektivitas dalam rancang bangun alat tangkap juga mempertimbangkan ini.
2.5 Stress Ikan
2.5.1 Pengertian stress pada ikan
Menurut Nevid et all ,2002 dalam Gunawati 2005 stres adalah suatu
kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tekanan dalam diri dan
lingkungannya.
Menurut Supriyadi et all,2005 stres adalah kondisi dimana ikan tidak
mampu mempertahankan keseimbangan fisiologi akibat berbagai faktor yang
mempengaruhi kondisi normalnya.
2.5.2 Penyebab Stres Ikan
Menurut Afrianto et all,1992 gangguan terhadap ikan dapat disebabkan
oleh organisme lain.Pakan mampu kondisi lingkungan yang kurang menunjang
kehidupan ikan.Dengan demikian timbulnya serangan penyakit ikan dikolam
merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan,kondisi lingkungan dan
89
organisme penyakit.Interaksi yang tidak serasi ini telah menyebabkan stress pada
ikan.
Menurut Najiyati,1997 penyebab stress pada ikan biasa terjadi akibat
penyakit,ikan tersebut dalam keadaan sakit,suhu terlalu tinggi,pH terlalu rendah
atau faktor-faktor lainnya.
2.5.3 Efek Stress Ikan
Menurut Afrianto et all,1992 stress pada ikan dapat menyebabkan
mekanisme pertahanan diri yang dimiliki ikan menjadi lemah dan akhirnya mudah
diserang penyakit.
Menurut
Selamet,1985
stress
pada
ikan
akan
menyebabkan
menurunnya metabolism pada tubuh ikan.
2.6 Hubungan Stress Ikan dengan Penangkapan
Menurut
Firarosalina,2012
laut
yang
menghangat
membuat
pertumbuhan ikan terlambat.Parahnya hal ini bisa meningkatkan stress bahkan
resiko kematian ikan.Apabila pertumbuhan ikan melambat tentunya dapat
berpengaruh terhadap hasil tangkapan.
Menurut Rosyid,2010 suhu sangat berpengaruh dalam proses pemijahan
pada ikan.Jika pada suhu yang kurang baik akan mempengaruhi juga dari hasil
penangkapan.
90
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan saat praktikum Tingkah Laku Ikan respon terhadap
perubahan suhu adalah:
 Akuarium kaca
:Sebagai tempat media uji coba
 Stopwatch
:Untuk waktu yang dipakai
 Nampan
:Untuk tempat alat-alat yang digunakan untuk
pengamatan
 Hantally counter
:Untuk menghitung jumlah operculum dan sirip
dada/pectoral
 Thermometer
:Untuk mengukur suhu air dalam akuarium
 Termos
:Wadah air panas
 Kamera
:Untuk dokumentasi saat pengamatan.
Bahan yang digunakan saat praktikum tingakah laku ikan respon
terhadap perubahan suhu adalah:
 1 ekor ikan Nila (Oreochormis niloticus)
:sebagai objek yang diamat
 Air tawar
:Media hidup ikan
 Air panas 360C
:Untuk pengondisian suhu
tinggi
 Air dingin 15 C
0
:Untuk pengondisian suhu
rendah
91
3.2 Skema Kerja
 Proses aklimatisasi
Ikan Nila
Ikan di aklimatisasi selama 2 hari untuk adaptasi di akuarium
Setelah di akuarium selama 2 hari amati bukaan operculum dan
jumlah kibasan sirip pectoral dengan asumsi dalam keadaan normal
Hitung dengan Handtally counter jumlah bukaan operculum dan
jumlah kibasan sirip pectorsl setiap 1 menit dalam 5 menit sebagai
control.
Hasil
 Pengondisian suhu tinggi
Ikan Nila yang diakimatisasi
Diukur suhu air yang sudah ditambahkan air panas dengan suhu
(360C) kedalam akuarium yang berisi ikan secara perlahan
Dilihat respon tingkah laku ikan
Dihitung bukaan operculum dan kibsan sirip dada setiap 1 menit
selama 1 menit selama 5 menit
Dicatat jumlah bukaan operculum dan kibasan sirip dada
Hasil
92
 Pengondisian Suhu Rendah
Ikan Nila yang diakimatisasi
Diukur suhu air yang sudah ditambahkan air panas dengan suhu
(360C) kedalam akuarium yang berisi ikan secara perlahan
Dilihat respon tingkah laku ikan
Dihitung bukaan operculum dan kibsan sirip dada setiap 1 menit
selama 1 menit selama 5 menit
Dicatat jumlah bukaan operculum dan kibasan sirip dada
Hasil
93
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Nama Ikan
: Ikan Nila
Nama Ilmiah : Oreochormis niloticus
Parameter dan
ulangan
A.Jumlah bukaan
Operculum
menit ke-1
2
3
4
5
menit ke-1
2
3
4
5
Suhu Panas
(Perlakuan 1)
sebelum
Sesudah
(normal)
146
149
139
141
112
90
149
106
148
275
160
149
306
269
452
424
581
585
781
728
Suhu Dingin
(Perlakuan 2
Sebelum
sesudah
(normal)
84
3
127
6
206
8
286
10
372
11
88
69
144
131
218
196
220
263
393
309
4.2 Analisis Prosedur
4.2.1 Pengondisian Suhu Tinggi
Dalam praktikum tingkah laku ikan respon terhadap perubahan suhu
menggunakan alat yaitu akuarium kaca untuk tempat uji percobaan,stopwatch untuk
menghitung waktu yang dipakai,nampan sebagai tempat untuk peralatan,handtally
counter untuk menghitung jumlah bukaan operculum dan sirip dada,thermometer
untuk mengukur suhu air dalam akuarium,termos sebagai wadah air panas,kamera
sebagai alat untuk dokumentasi.Bahan yang digunkan adalah satu ikan Nila sebagai
objek yang diamati,air sebagai media hidup ikan,air panas 360C untuk pengondisian
suhu tinggi.
94
Pertama-tama yang dilakukan saat praktikum adalah ikan Nila
diakimalisasikan,setelah itu ukuran suhu air yang sudah ditambah air panas dengan
suhu (360C) kedalam akuarium yang berisi ikan secara perlahan,dilihat respon
tingkah laku ikan,dihitung setiap 1 menit dalam 5 menit,dicatat jumlah bukaan
operculum dan kibasan sirip dada,lalu yang terakhir catat hasilnya.
4.2.1 Pengondisian Suhu Rendah
Dalam praktikum tingkah laku ikan respon terhadap perubahan suhu
menggunakan alat yaitu akuarium kaca untuk tempat uji percobaan,stopwatch untuk
menghitung waktu yang dipakai,nampan sebagai tempat untuk peralatan,handtally
counter untuk menghitung jumlah bukaan operculum dan sirip dada,thermometer
untuk
mengukur
suhu
air
dalam
akuarium,kamera
sebagai
alat
untuk
dokumentasi.Bahan yang digunkan adalah satu ikan Nila sebagai objek yang
diamati,air sebagai media hidup ikan,air dingin 150C untuk pengondisian suhu tinggi.
Pertama-tama yang dilakukan saat praktikum adalah ikan Nila
diakimalisasikan,setelah itu ukuran suhu air yang sudah ditambah air panas dengan
suhu (150C) kedalam akuarium yang berisi ikan secara perlahan,dilihat respon
tingkah laku ikan,dihitung setiap 1 menit dalam 5 menit,dicatat jumlah bukaan
operculum dan kibasan sirip dada,lalu yang terakhir catat hasilnya.
4.3 Analisis Data Hasil pengamatan
Dari pengamatan yang telah dilakukan pada pengondisian suhu tinggi
jumlah bukaan operculum dan jumlah kibasan sirip dada permenitnya semakin
cepat.Menurut katum,2012 suhu perairan dapat mempengaruhi kelarutan oksigen
,oleh sebab itu pergerakan ikan sangat cepat.karena apabila suhu meningkat maka
kelarutan oksigen berkurang.
Dari pengamatan yang telah dilakukan pada pengondisian suhu rendah
jumlah bukaan operculum dan jumlah kibasan sirip dada permenitnya semakin cepat
pula.semakin rendah suhu dan semakin dalam perairan pergerakan ikan semakin
cepat.
95
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
 Suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi pergerakan
ikan.
 Stress adalah kondisi dimana pertahanan tubuh ikan menurun dan akan
dapat menyebabkan infeksi.
 Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pengondisian suhu tinggi
jumlah bukaan operculum dan jumlah kibasan sirip dada permenitnya
semakin cepat.
 Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pengondisian suhu rendah
jumlah bukaan operculum dan jumlah kibasan sirip dada permenitnya
semakin cepat pula.
 Dari data pengondisian suhu tinggi operculum t start ada range t critical H0
diterima H1 ditolak berarti perlakuan tidak berpengaruh.
 Dari data pengondisian suhu rendah operculum t start diluar range t critical
H0 ditolak H1 diterima berarti ada pengaruh dalam perlakuan.
 Dari data pengondisian suhu tinggi sirip dada t start ada range t critical H0
diterima H1 ditolak berarti perlakuan tidak berpengaruh.
 Dari data pengondisian suhu rendah sirip dada t start ada range t critical H0
diterima H1 ditolak berarti perlakuan tidak berpengaruh.
 Hubungan stress ikan dengan penangkapan adalah jika ikan mengalami
stress akan mengganggu proses pemijahan dan akan mempengaruhi juga
stok ikan.
2.5 Saran
Pada saat praktikum diharapkan semua praktikan mengamati semua
pengondisian agar praktikan mengerti semua aspek dalam pengamatan saja,dan
tidak hanya terfokus dalam satu pengamaatan.
96
Daftar Pustaka
 Afrianto et all,1992.Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.Kanisius.
Yogyakarta
 Amri et all,2008.Budidaya Ikan Nila Secara Intensif.Agromedia
Pustaka.Jakarta
 Aryulina,Dian et all,2004.Biologi 2.Erlangga.Yogyakarta
 Dessi.2004.Pengaruh Dosis Akriflavin yang Diberikan Secara Oral
Kepada Larva Ikan Nila Merah(oreochormis Sp) Tehadap Nisbah
Kelamin.Institut Pertanian Bogor.Bogor
 Firarosalina.2012.Respon Ikan Terhadap Perubahan Suhu.http://firarosa
Lina,blogspot.com.diakses pada tanggal 5 Desember 2013.
 Google Image.2013.www.google image.com.diakses 5 Desember 2013
 Ghufron et all.2010.Budidaya Ikan Nila Dikolam Terpal.Lily Publisher.
Yogyakarta.
 Gunarso.1985.Kecepatan Renang Ikan.Penerba Swadaya.Jakarta
 Gunawati.2005.Hubungan Antara Evektivitas Komunikasi Mahasiswa Dos
sen Pembimbing Utama Skripsi dengan Stress dalam Menyusun
Skripsi pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran.Universitas Diponegoro.Semarang
 Hastuti.2003.Respon Glukosa Darah Ikan Gurami(Osphronemus
Gouramy) Terhadap Stress Perubahan Suhu Lingkungan.Universitas
Diponegoro.Semarang
 Israk.2003.Tingkah Laku Ikan Nila Ketika Menerobos Maka Jaringan
dengan
bentuk
dan
Ukuran
yang
Berbeda.Institut
Pertanian
Bogor.Bogor
 Katum.2012.Suhu dan Tingkah Laku Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus
albacore) Hubungannya dengan Model Pengolalaan.STITEK Balik
Diwa
97
 Mikrajuddin et all.2007.IPA Terpadu SMP dan MTS jilid 3A.Erlangga.
Yogyakarta
 Najiyati.1997.Memilihara Lele Dumbo Dikolam Taman.Niaga Swadaya
 Prihatman.2000.Tentang Budidaya Ikan.Kantor Deputi Menegristek
Bidang
Pemberdayagunaan
dan
Permasyarakatan
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.Jakarta
 Rosyid.2010.Distribusi Suhu Permukaan Pada Musim Peralihan
Barat Timur Terkait dengan Fishing Ground Ikan Pelagis Kecil di
Perairan Spermonde.Universitas Hasanudin.Makasar
 Selamet.1985.Akumulasi logam Berat Hg dan Cd pada Tubuh Ikan
Bandeng (Chanos Chanos Forskal).Institut Pertanian Bogor.Bogor
 Supriyadi et all.2005.Strategi Pengelolaan dan Pengendalian Penyakit
KHV : Suatu Upaya Pemecahan dalam Pembudidayaan Ikan
Air Tawar.Pusat Riset Perikanan Budidaya
 Suyanto Rachman.2010.Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila.Penerba
Swadaya.Jakarta
98
99
Asisten zone
R. Muhammad Riyanto N.
Pesan :
Tetap sabar ya kak dalam menghadapi
praktikannya..... 
Kesan :
Halus tutur katanya, sabar dan bijaksana
Made Mahendra Jaya
Pesan :
Pokoknya Keep smile...!!!! 
Kesan :
Baik dan tegas.
Agustin Capriati
Pesan :
Keep smile mbk ...!!! and don’t forget us
Kesan :
Tegas dan bijaksana
Prisma Anggoro
Pesan :
Tetap jaga kekompakan ya kak..!! 
Kesan :
Baik dan Bijaksana
100
Vita Nurlita
Pesan :
Tetap pancarkan senyumu mbk.... 
Kesan :
Tegas dan Bijaksana....
Andi Mei Putra
Pesan :
Tetap semangat ya kak dalam membimbing
kita. Jangan lupakan kita.... 
Kesan :
Baik banget, sabar dan ramah...
Rifki Arihafiki
Pesan :
Lebih tegas dan sabar ya kak!!! 
Kesan :
Murah senyum dan ramah
Mihrobi Khalwatu Rihmi
Pesan :
Keep smile kak!!! And keep spirit! 
Kesan :
Lucu, baik dan bijaksana
101
Jihan Assyifa
Pesan :
Keep Spirit mbk...!!! 
Kesan :
Tegas dan Bijaksana
Ratna Astuti
Pesan :
Keep Smile ya mbk....!!!! 
Kesan :
Baik, murah senyum dan ramah
Ratna Trisnaningrum
Pesan :
Tetap Semangat dan sabar mbk.... 
Kesan :
Baik dan tegas.
102
Agnes Kusuma Prembayun
Pesan :
Tetap Semangat mbk!!!! 
Kesan :
Baik dan bijaksana
Ahmad Teguh Pribadi
Pesan :
Tetap tegas ya kak.... upload...
Kesan :
Baik dan enjoy kalau jelaskan....
Wulan Anggraeni
Pesan :
Tetap tersenyum dan lebih tegas y mbk....

Kesan :
Baik dan murah senyum..
Novita Putri Firman Aji
Pesan :
Tetap Semangat dan sabar ya mbk....
Kesan :
Baik dan jelas suaranya...
103
LAMPIRAN
OPERCULUM
SUHU PANAS
Menit
1
2
3
4
5
SEBELUM SESUDAH
146
149
139
141
112
90
149
106
148
275
t-Test: Paired Two Sample for Means
Mean
Variance
Observations
Pearson Correlation
Hypothesized Mean
Difference
df
t Stat
P(T<=t) one-tail
t Critical one-tail
P(T<=t) two-tail
t Critical two-tail
Variable 1
138.8
239.7
5
0.509966
Variable 2
152.2
5304.7
5
0
4
-0.45201
0.337345
2.131847
0.674691
2.776445
Kesimpulan t stat ada range t critical maka H0 diterima H1 ditolak ditolak perlakuan
tidak berpengaruh
OPERCULUM SUHU DINGIN
MENIT
sebelum sesudah
1
84
3
2
127
6
104
3
4
5
206
286
372
8
10
11
t-Test: Paired Two Sample for Means
Variable
1
215
13669
5
0.9621
Mean
Variance
Observations
Pearson Correlation
Hypothesized Mean
Difference
df
t Stat
P(T<=t) one-tail
t Critical one-tail
P(T<=t) two-tail
t Critical two-tail
Variable
2
7.6
10.3
5
0
4
4.074145
0.007586
2.131847
0.015171
2.776445
Kesimpulan t stat diluar range t critical maka H1 diterima H0 ditolak,berarti ada
perngaruh dalam perlakuan.
SIRIP KIBASAN DADA SUHU PANAS
MENIT
1
2
3
4
5
SEBELUM SESUDAH
160
149
306
269
452
424
581
585
781
728
105
t-Test: Paired Two Sample for Means
Variable 1
456
57845.5
5
0.996064
Mean
Variance
Observations
Pearson Correlation
Hypothesized Mean
Difference
df
t Stat
P(T<=t) one-tail
t Critical one-tail
P(T<=t) two-tail
t Critical two-tail
Variable 2
431
54435.5
5
0
4
2.51641
0.032804
2.131847
0.065607
2.776445
Kesimpulan t stat ada range t critical maka H0 diterima H1 ditolak perlakuan tidak
berpengaruh
SIRIP KIBASAN DADA SUHU DINGIN
MENIT
1
2
3
4
5
SEBELUM SESUDAH
88
69
144
131
218
196
220
263
393
309
t-Test: Paired Two Sample for Means
Mean
Variance
Observations
Pearson Correlation
Hypothesized Mean
Variable 1
212.6
13214.8
5
0.923554
0
Variable 2
193.6
9395.8
5
106
Difference
df
t Stat
P(T<=t) one-tail
t Critical one-tail
P(T<=t) two-tail
t Critical two-tail
4
0.943303
0.199469
2.131847
0.398937
2.776445
Kesimpulan t stat ada range t critical maka H0 diterima H1 ditolak perlakuan tidak
berpengaruh
107
108
Download