BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) a. Pengertian Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dapat dikatakan pendekatan yang lebih spesifik diambil dari PAKEM (partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan). Rusman (2012: 388) mengatakan bahwa standar proses satuan pendidikan mengarahkan kepada guru untuk menerapkan pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Penerapan pembelajaran tersebut merupakan suatu hal yang mutlak untuk dilakukan agar pembelajaran dapat diselenggarakan secara optimal sebagai usaha sadar, usaha terencana, usaha untuk menciptakan suasana dan proses keaktifan, dan usaha untuk memberdayakan potensi siswa yang berkakteristik-holistik. Pembelajaran tersebut dapat menghindarkan pembelajaran yang mengarah pada apa yang disebut sebagai “teaching to the test” atau mengajar yang diarahkan hanya untuk menghadapi soal-soal ujian. Pentingnya pembelajaran yang mengaktifkan siswa patut diterapkan sepenuhnya oleh guru dala kegiatan pembelajaran. Penerapan pembelajaran yang mengaktifkan siswa dapat dilakukan melalui pengembangan berbagai keterampilan belajar esensial secara efektif, antara lain sebagai berikut : 1) berkomunikasi lisan dan tertulis secara efektif, 2) berpikir logis, kritis, dan kreatif, 3) rasa ingin tahu, 4) penguasaan teknologi dan informasi, 5) pengembangan personal dan sosial, 6) belajar mandiri. Proses pembelajaran dikatakan sedang berlangsung, apabila ada aktivitas siswa di dalamnya, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Meier dalam Yamin (2008:74) mengemukakan bahwa belajar harus dilakukan dengan aktivitas, yaitu menggerakkan fisik ketika belajar, dan memanfaatkan indera siswa sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar. 5 6 Menurut Rusman (2012: 389) pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa secara langsung merupakan implementasi dari gaya belajar yang mengaktifkan siswa, karena dengan aktivitas langsung dalam proses pembelajaran, maka siswa secara otomatis melibatkan gerakan fisik, indera, mental, dan intelektual secara bersamaan. Hal tersebut sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pasal 19 (ayat 1) yang berbunyi: “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik secara fisiologis peserta didik.” Pembelajaran bukanlah komunikasi satu arah (one way communication) tranformasi dari guru kepada siswa, melainkan harus berupa komunikasi timbale balik secara interaktif antara siswa dengan guru. Sanjaya (2008: 137) mengemukakan bahwa, “PBAS dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang”. Selanjutnya Sanjaya (2006: 135) mengatakan bahwa: “Dari konsep tersebut ada dua hal yang harus dipahami, yaitu: pertama, dipandang dari sisi proses pembelajaran, PBAS menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal. Artinya PBAS menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual. Kedua, dipandang dari sisi hasil belajar, PBAS menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).” Kesimpulan yang dapat ditarik mengenai Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) adalah pembelajaran yang memposisikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran, sehingga memberikan konsekuensi keterlibatan siswa secara penuh mulai dari perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran sampai pada evaluasi pembelajaran. 7 b. Landasan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa Pendekatan dalam belajar terbagi menjadi dua, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered). Pendekatan yang berpusat pada guru, pembelajaran bersifat langsung (direct instruction) yaitu materi disampaikan langsung oleh guru melalui verbal simbol (ceramah) dan siswa harus menguasai materi tersebut dengan cara mendengarkan secara pasif. Pendekatan yang berpusat pada siswa pembelajaran bersifat tidak langsung (inquiry-discovery) dan siswa belajar dengan cara mencari serta menemukan sendiri melalui pengalaman langsung secara kontekstual, yaitu dengan cara mengeksplorasi dan mengelaborasi pengalaman belajarnya. Beberapa alasan yang melandasi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa diantaranya adalah : 1) Landasan Filosofis Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dilandasi oleh landasan filsafat pendidikan progresivisme. Sadullah (2007: 142) dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Filsafat Pendidikan” yang mengemukakan bahwa : Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang, karenanya cara terbaik mempersiapkan para siswa untuk suatu masa depan yang tidak diketahui adalah membekali mereka dengan strategi-strategi pemecahan masalah yang memungkinkan mereka mengatasi tantangan-tantangan baru dalam kehidupan dan untuk menemukan kebenaran-kebenaran yang relevan pada saat ini. Rusman (2012: 383) mengemukakan bahwa pandangan filsafat progresivisme pendidikan didasarkan pada enam asumsi, diantaranya sebagai berikut: i) Muatan kurikulum harus diperoleh dari minat dan interest siswa, bukan dari disiplin-disiplin akademik. ii) Pembelajaran dikatakan efektif jika mempertimbangkan interst, minat-minat serta bukan kebutuhan-kebutuhan siswa secara menyeluruh dalam dengan domain kognitif, afektif, dan psikomotor. 8 2) iii) Pembelajaran pada dasarnya aktif bukan pasif, sehingga guru yang efektif adalah guru yang memberikan siswa pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung yang bersifat kontekstual. iv) Tujuan pendidikan adalah mengajar siswa berpikir secara rasional, sehingga mereka menjadi cerdas, dan mampu memberi kontribusi pada masyarakat. v) Di sekolah para siswa mempelajari nilai-nilai personal dan juga nilai-nilai sosial. vi) Manusia berada dalam suatu keadaan yang berubah secara konstan, dan pendidkan memungkinkan masa depan yang lebih baik dibandingkan dengan masa lalu. Asumsi inilah yang dijadikan landasan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS), karena pendidikan dipandangnya sebagai proses pembelajaran yang harus memperhatikan interest dan minat-minat siswa secara keseluruhan, belajar merupakan aktivitas siswa baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik, sehingga memberikan kemampuan berpikir rasional dan cerdas dalam menghadapi masalah-masalah dan perubahan-perubahan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini. Landasan Psikologis Menurut Rusman (2012: 385) pendidikan pada dasarnya adalah berintikan interaksi anatara guru dengan siswa yang berlangsung dalam suatu situasi yang kondusif untuk pelaksanaan pendidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah, seperti di rumah, lingkungan kerja atau di masyarakat. Interaksi pendidikan merupakan interaksi antarindividu yang sangat kompleks dan unik yang berlangsung dalam suatu konteks pedagogis. Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh kondisi dan latar belakang guru dan siswa. Menurut Sukmadinata (2003: 32) dikemukakan bahwa: “Psikologi pendidikan dibutuhkan untuk lebih memahami situasi pendidikan, interaksi guru dengan siswa, kemampuan, perkembangan, karakteristik dan faktor-faktor yang 9 melatarbelakangi perilaku siswa dan perilaku guru, proses belajar, pengajaran, pembelajaran, bimbingan, evaluasi, pengukuran, dan lain-lain.” Sukmadinata (2003: 167) menjelaskan tentang aliranaliran psikologis yang melahirkan teori-teori belajar, bahwa, “secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar teori psikologis yaitu; teori disiplin mental, behaviorisme, dan cognitive gestalt-field”. Secara lebih jelas teori-teori tersebut dijelaskan sebagai berikut : i) Teori Disiplin Mental Teori disilpin mental memandang bahwa individu memiliki kekuatan, kemampuan, serta potensi-potensi tertentu yang dikembangkan. Terdapat beberapa teori psikologi yang termasuk teori disiplin mental, diantaranya yaitu : i.i) Teori Psikologi Daya Teori psikologi daya memandang bahwa individu memiliki daya-daya seperti daya mengenal, mengingat, menanggapi, mengkhayal, berpikir, merasakan, berbuat, dan sabagainya. i.ii) Vorstellunggen Teori ini memandang bahwa individu memiliki kemampuan untuk melakukan atau menanggapi sesuatu. i.iii) Teori Naturalism Romantic dari Jean Jacques Rousseau Teori ini memandang bahwa individu memiliki potensi-potensi atau kemampuan-kemampuan yang masih terpendam dan memiliki kekuatan sendiri untuk mengembangkan dirinya secara mandiri. Proses pembelajaran berlangsung rileks, menarik, dan bersifat alamiah (natural). ii) Teori Behavioristik Teori ini menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati yang bersifat molecular (unsur-unsur). Teori behavioristik memiliki beberapa ciri, yaitu mengutamakan bagian-bagian kecil, bersifat mekanistik, 10 c. menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan respons, dan menekankan pentingnya latihan. Beberapa teori psikologi yang termasuk dalam teori behavioristik, diantaranya sebagai berikut : ii.i) Teori Koneksionisme dari Thorndike Teori koneksionisme memandang bahwa tingkah laku manusia merupakan hubungan stimulus dengan respons. Terdapat tiga prinsip atau hokum belajar, yaitu 1) belajar akan berhasil apabila memiliki kesiapan (law of readiness), 2) belajar akan berhasil apabila banyak latihan (law of exercise), 3) belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik (law of effect). ii.ii) Teori Pengkondisian (conditioning) Teori pengkondisian memandang bahwa tingkah laku manusia dapat dibentuk melalui pengkondisian yang dilakukan secara berulang-ulang. ii.iii) Teori Penguatan (reinforcement) dari B.F. Skinner, memandang bahwa tingkah laku manusia dapat dibentuk melalui pemberian penghargaan tas respons yang dilakukan. iii) Teori Cognitive Gestalt-Field dari Max Wertheimer Teori ini menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati yang bersifat molar (keseluruhan) atau keterpaduan dari bagian-bagian. Teori Cognitive ini lebih menekankan pada aspek mental, bukan aspek perilaku. Asumsi yang Mendasari PBAS Standar proses satuan pendidikan yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 mengamanahkan bahwa “pembelajaran didesain untuk membuat siswa aktif belajar melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi”. Pembelajaran dianggap bermakna jika dalam proses pembelajaran tersebut siswa terlibat secara aktif, untuk mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah serta menemukan sendiri pengetahuan melalui pengalaman langsung. Pembelajaran dianggap terjadi bila ada keterlibatan siswa secara aktif, artinya pembelajaran yang 11 efektif adalah pembelajaran yang menekankan dan berorientasi pada aktivitas siswa. Menurut Rusman (2012: 391) terdapat beberapa asumsi yang mendasari Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS), yaitu: 1) Asumsi Filosofis tentang Pendidikan Pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual semata, tetapi mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa. Pendidikan merupakan usaha mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun moral. Pendidikan bertugas mengembangkan seluruh potensi siswa. 2) Asumsi tentang Siswa Sebagai Subjek Pendidikan Siswa diposisikan sebagai manusia yang sedang dalam tahap perkembangan dengan karakteristik dan potensi yang unik, heterogen, aktif, dinamis, dan memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya. Asumsi ini memberikan gambaran bahwa siswa adalah subjek yang memiliki potensi sehingga proses pembelajaran seharusnya diarahkan untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa. 3) Asumsi tentang Guru Guru bertanggung jawab menciptakan suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik, artinya guru harud bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar siswa. Filosofi mengajar yang baik adalah bukan sekedar mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge) kepada siswa, tetapi bagaimana membantu siswa supaya dapat belajar (learn how to learn). Proses pembelajaran yang baik adalah proes pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari, menemukan, dan memecahkan masalah secara langsung dari pengalaman belajarnya. Pembelajaran seperti ini lebih dikenala dengan pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa (student centered). 4) Asumsi yang Berkaitan dengan Proses Pembelajaran Proses pembelajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem, proses belajar akan terjadi apabila siswa berinteraksi dengan lingkungan yang dirancang dan dipersiapkan oleh guru, dan lebih efektif bila menggunakan 12 d. e. metode, strategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang tepat dan berdaya guna. Konsep dan Tujuan PBAS Sanjaya (2006: 137) mengatakan bahwa PBAS dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang meneankan aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang. Terdapat dua hal yang harus dipahami dari konsep tersebut, yaitu : 1) Dipandang dari sisi proses pembelajaran, PBAS menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal, artinya PBAS menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual. Kesimpulannya kadar PBAS tidak hanya bias dilihat dari aktivitas fisik saja, akan tetapi juga aktivitas mental dan intelektual. 2) Dipandang dari sisi hasil belajar, PBAS menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Artinya dalam PBAS pembentukan siswa secara utuh merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran. PBAS tidak menghendaki pembentuka siswa yang secara intelektual cerdas tanpa diimbangi oleh sikap dan keterampilan, tetapi juga bertujuan membentuk siswa yang cerdas sekaligus siswa yang memiliki sikap positif dan secara motorik terampil. Secara khusus pendekatan PBAS bertujuan, pertama, meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna. Artinya, melalui PBAS siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya. Kedua, mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Artinya, melalui PBAS diharapkan tidak hanya kemampuan intelektual saja yang berkembang, tetapi juga seluruh pribadi siswa termasuk sikap dan mental. Peran Guru dalam Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa 13 f. Menurut Rusman dalam Sanjaya (2006: 139) ada enam tugas yang harus dilakukan guru dalam desain pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, yaitu: 1) Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai 2) Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa 3) Memberi informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan 4) Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa yang memerlukannya 5) Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar, membimbing, dan lain sebagainya melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan 6) Membantu siswa dalam menarik kesimpulan kegiatan pembelajaran Berdasarkan uraian di atas, maka dalam PBAS siswa dituntut harus aktif mengerjakan tugas-tugas, melakukan eksperimen dan sebagainya. Aktivitas siswa dalam PBAS mulai dari merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan bersama, sehingga denga keterlibatan seperti ini akan lebih betranggung jawab terhadap ketercapaian tujuan tersebut. Keterlibatan inilah yang membedakan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa (PBAS) dari pendekatan pembelajaran lainnya. Penerapan PBAS dalam Pembelajaran Menurut Sanjaya (2006: 141), pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan pembelajaran, misalnya kegiatan mendengarkan, berdiskusi, bermain peran, melakukan pengamatan, melakukan eksperimen, membuat sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah dan prktik melakukan sesuatu. Keterlibatan siswa dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek, diantaranya sebagai berikut: 1) Kadar PBAS dilihat dari proses perencanaan, keterlibatan siswa meliputi: i) Perumusan tujuan pembelajaran ii) Penyusunan rancangan pembelajaran 14 iii) Memilih dan menentukan sumber belajar iv) Menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan 2) Kadar PBAS dilihat dari proses pembelajaran, keterlibatan siswa meliputi: i) Kegiatan fisik, mental, dan intelektual ii) Kegiatan eksperimental iii) Keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif iv) Keterlibatan siswa untuk mencari dan memanfaatkan sumber belajar yang ada v) Adanya interaksi multiarah, yaitu interaksi siswa dengan siswa, dan interaksi siswa dengan guru 3) Kadar PBAS dilihat dari proses evaluasi, keterlibatan siswa meliputi: i) Mengevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukan ii) Melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas yang harus dikerjakannya baik secara terstruktur maupun tugas mandiri yang diberikan guru iii) Menyusun laporan hasil belajar baik secara tertulis maupun lisan Berdasarkan uraian di atas, maka secara lebih singkat penerapan PBAS dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Sintak (Tahap Pembelajaran) Tahap Tahap 1 Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Mengecek kehadiran siswa 2. Menyampaikan tujuan belajar 3. Guru memotivasi siswa agar berantusias dalam mengikuti proses belajar mengajar. 4. Mengingat kembali mengenai bangun- Mengingat kembali mengenai bangun-bangun segiempat. 15 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 4 Tahap 5 g. bangun segiempat. Membagi siswa menjadi 5 kelompok (setiap kelompok terdiri dari 5 anak) Memberikan tugas setiap kelompok untuk membuat bangun datar segiempat (persegi, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium) Membimbing dan mengarahkan siswa untuk berdiskusi tentang sisi, sudut, dan diagonal bangun datar segiempat (persegi, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, dan trapesium) Membimbing dan mengarahkan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas Bersama-sama dengan siswa membahas hasil presentasi Membentuk kelompok sesuai dengan perintah dan pilihan guru Membuat bangun datar segiempat (persegi, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, layanglayang, dan trapesium) sesuai perintah yang diberikan oleh guru Berdiskusi dengan teman satu kelompok tentang tentang sisi, sudut, dan diagonal bangun datar segiempat (persegi, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, layanglayang, dan trapesium) Mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas Bersama-sama dengan guru membahas hasil presentasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan PBAS Menurut Sanjaya (2006: 143) keberhasilan penerapan PBAS dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut : i) Guru, ada beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan PBAS dipandang dari sudut guru, yaitu kemampuan guru, sikap profesionalitas guru, latar belakang pendidikan guru, dan pengalaman mengajar. ii) Sarana belajar, keberhasilan implementasi PBAS juga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana belajar, yaitu meliputi 16 h. i. ruang kelas dan setting tempat duduk siswa, media dan sumber belajar, serta lingkungan belajar. Mengaktifkan Siswa Melalui Pendekatan dan Model Pembelajaran Silberman (1996) dalam bukunya yang berjudul Active Learning mengemukakan banyak cara yang bias membuat siswa belajar secara aktif yang disebutnya dengan perlengkapan belajar aktif. Cara pelaksanaan hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode, strategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif dalam belajar, diantaranya sebagai berikut : i) Strategi pembentukan tim ii) Strategi penilaian sederhana iii) Strategi pelibatan belajar langsung iv) Belajar dalam satu kelas penuh v) Menstimulasi diskusi kelas vi) Pengajuan pertanyaan vii) Belajar bersama viii) Pengajaran sesame siswa ix) Belajar secara mandiri x) Belajar yang efektif xi) Pengembangan keterampilan xii) Penerapan model pembelajaran kooperatif (STAD, jigsaw, investigasi kelompok, membuat pasangan, TGT, dan model struktural) xiii) Penerapan pembelajaran berbasis masalah xiv) Penerapan pembelajaran kontekstual xv) Penerapan pembelajaran berbasis komputer xvi) Penerapan pembelajaran PAKEM dan PAIKEM xvii) Penerapan model pembelajaran kolaboratif Jenis Aktivitas Siswa Menurut B. Diedrich dalam Komsiyah (2012: 79) aktivitas siswa dalam belajar di sekolah terdapat 177 jenis. Jumlah yang banyak itu oleh Diedrich kemudian dikelompokkan menjadi delapan, diantaranya sebagai berikut : i) Visual activities, sebagai contoh misalnya membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain. 17 2. ii) Oral activities, seperti menyatakan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. iii) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, music, pidato/ceramah. iv) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. v) Motor activities, antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. vi) Mental activities, sebagai contoh: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. vii) Emosinal activities, seperti menaruh minat, meras bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Menurut Arikunto (2001) hasil belajar adalah sebagai hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Sedangkan menurut Gagne dalam Suprijono (2009) hasil belajar berupa : 1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. 2) Kemampuan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. 3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. 4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 18 5) Sikap, yaitu kemampuan menerima atau menolak objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai. Beberapa pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian yang diukur melalui alat evaluasi yang dinamakan tes. Penelitian ini mengacu pada pendapat Sudjana (2002: 22) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman-pengalaman belajarnya. Menurut Bloom dalam Sudjana (2011) secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, diantaranya yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni garakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Kesimpulan yang lebih singkat dapat dikatakan bahwa ranah kognitif mencakup kegiatan mental (otak), ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai, serta ranah psikomotorik berhubungan dengan aktivitas fisik. PBAS dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang meneankan aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang. Penelitian ini juga membutuhkan perpaduan ketiga aspek tersebut secara seimbang, namun lebih mengacu pada penilaian hasil belajar ranah psikomotorik, karena siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga dibutuhkan aktivitas fisik tentunya. 19 b. B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Slameto (2003: 54-71) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (faktor dari luar. Pertama faktor internal yang meliputi faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh) dan faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan). Kedua, faktor eksternal yang meliputi faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat). c. Ranah Hasil Belajar Bloom dalam Sudjana (2011) secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni garakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Kajian yang Relevan Suatu penelitian pada umumnya telah terdapat penelitian yang sebelumnya sebagai dasar sebelum menjalankan penelitian. Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya sebagai berikut : Widyasari (2009) yang berjudul “Penerapan Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 6 Malang Tahun Ajaran 2008/2009” dengan hasil analisis penelitian diperoleh presentase hasil 20 pekerjaan setiap individu sebelum tindakan 66.67%, siklus 1 dengan presentase 74.80% dan siklus 2 diperoleh persentase 81.94%, sedangkan hasil kelompok pada siklus 1 persentase 74.80%, dan siklus 2 persentase 89.58%. Postalina Rosida dan Titin Suprihatin (2011) yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Aktif dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Pada Siswa Kelas 2 SMP” dengan hasil analisis penelitian diperoleh nilai t = 3.103 dan p = 0.003 (p < 0.01), hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pada kelompok eksperimen ditemukan peningkatan yang signifikan sedangkan pada kelompok kontrol ditemukan hasil pretest dan posttest relatif sama. Eni Rahayu, Alvi Rosyidi, dan Meti Indrowati (2011) yang berjudul “Achievement of Biology Using Question Student Have Active Learning Observed from Learning Activity of Student’s on IX IPA Grade of SMA Negeri 1 Sukoharjo” dengan hasil penelitian bahwa tidak terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan tingkat keaktifan belajar siswa terhadap hasil belajar biologi pada pokok bahasan sistem reproduksi manusia, dapat dilihat bahwa nilai signifikasi > 0,05. Amiruddin Takda (2008) yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matakuliah Termodinamika untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan PMIPA FKIP UNHALU” dengan hasil penelitian bahwa perangkat pembelajaran Matakuliah Termodinamika yang telah dikembangkan dan diterapkan dalam proses pembelajaran memiliki keterbacaan yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar dan aktivitas mahasiswa mengikuti perkuliahan pada program studi pendidikan Fisika PMIPA FKIP Unhalu yang menuju kepada pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student centre). Farida Nurhasanah (2012) yang berjudul “Membangun Keaktifan Mahasiswa pada Proses Pembelajaran Matakuliah Perencanaan dan Pengembangan Program Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Konstruktivisme dalam Kegiatan Lesson Study” dengan hasil penelitian bahwa prosentase keaktifan mahasiswa secara individu sebesar 29% dan keaktifan mahasiswa dalam kelompok sebesar 44%, namun yang perlu dicermati adalah munculnya mahasiswa-mahasiswa yang awalnya belum terlihat aktif pada siklus pertama dan kedua, mulai aktif pada siklus ketiga. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini dibuat untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Pembelajaran Berorientasi 21 C. Aktivitas Siswa (PBAS) yang diterapkan pada kelas VIIB SMP Kristen Satya Wacana Salatiga terhadap hasil belajar matematika. Kerangka Berpikir Penelitian ini dilakukan dengan melihat penelitian yang sebelumnya serta mengamati secara langsung kondisi awal siswa kelas VIIB SMP Kristen Satya Wacana Salatiga. Proses pembelajaran yang terlihat guru lebih berperan aktif (teacher centered) dibandingkan siswa sehingga rata-rata hasil belajar matematika yang diperoleh cukup rendah, maka diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada aktivitas siswa, yaitu Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS). Keistimewaan pembelajaran ini adalah siswa berperan aktif melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara langsung baik saat perencanaan, proses pembelajaran, maupun saat evaluasi pembelajaran. Menggunakan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) rata-rata hasil belajar matematika yang diperoleh akan jauh lebih baik dibanding sebelumnya, sebab melalui pembelajaran ini diharapkan siswa akan lebih mengerti dan memahami materi yang sedang diajarkan oleh guru. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kerangka berpikir dapat diilustrasikan pada diagram berikut : Guru berperan lebih dominan (teacher centered) dalam proses pembelajaran Hasil Belajar Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) Hasil Belajar Nilai Awal PBAS Gambar 2.1 Hasil Belajar 22 D. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Melalui Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika Kelas VIIB SMP Kristen Satya Wacana Salatiga.”