Review Artikel : Perkembangan Vaksin untuk Schistosoma

advertisement
ReviewArtikel:PerkembanganVaksin....................(AnisNurwidayati)
ReviewArtikel:PerkembanganVaksinuntukSchistosomajaponicum
VaccinesDevelopmentforSchistosomajaponicum:ALiteratureReview
AnisNurwidayati*
BalaiLitbangP2B2Donggala,BadanLitbangKesehatan,KementerianKesehatanRI
Jl.MasitudjuNo.58LabuanPanimba,Labuan,Donggala,SulawesiTengah,Indonesia
INFOARTIKEL
ABSTRACT/ABSTRAK
ArticleHistory:
Received:7Oct.2016
Revised:14-20Des.2016
Accepted:22Des.2016
Schistosomiasisinfects261millionpeoplein78countrieswith600millionpeopleatrisk
of infection. Schistosomiasis in Indonesia is due to blood trematode Schistosoma
japonicum and Oncomelania hupensis lindoensis snail as intermediate host.
Schistosomiasis control is conducted by the management of environment as well as
treatmentwithpraziquantel.Thelongperiodeandcontinouslydrugusemayresultin
drug resistance. Based on these, vaccines against schistosomiasis, as schistosomiasis
controlstrategiesinthefuture,isneeded.Thisreviewwasaimedtodescribesomeofthe
vaccinecandidatesagainstS.japonicumwiththeirlevelofefficacy,whichcomposedby
many schistosomiasis vaccine-related scientific literature. Schistosomiasis vaccine
candidateproteinsshowedvaryinglevelsofefficacyandnoonehasthemostpotential.
Although the development of vaccines against schistosomiasis is quite difficult, the
researchmuststillbecontinued.
Keywords:
schistosomiasis,
Schistosomajaponicum,
vaccine
KataKunci:
schistosomiasis,
Schistosomajaponicum,
vaksin
Schistosomiasis menginfeksi 261 juta orang di 78 negara dengan 600 juta orang
berisikoterinfeksi.SchistosomiasisdiIndonesiadisebabkancacingtrematodadarah
Schistosoma japonicum dengan hospes perantara keong Oncomelania hupensis
lindoensis. Pengendalian schistosomiasis dilakukan dengan pengelolaan lingkungan
maupunpengobatandenganpraziquantel.Penggunaanobatyangberlangsungterus
menerusberpotensiuntukterjadinyaresistensi.Berdasarkanhaltersebutdiperlukan
adanyavaksinantischistosomiasissebagaistrategipengendalianschistosomiasisdi
masadepan.Reviewinibertujuanuntukmenggambarkanbeberapakandidatvaksin
terhadapS.japonicumdengantingkatefikasinya.Metodepenulisaninimenggunakan
penelusuranliteraturilmiahterkaitvaksinschistosomiasis.Berbagaiproteinkandidat
vaksinschistosomiasisyangsudahditelitimenunjukkantingkatefikasiyangbervariasi
dan belum ada yang paling potensial. Meskipun pengembangan vaksin anti
schistosomiasiscukupsulit,namunupayatersebutharustetapdilakukan.
©2016JurnalVektorPenyakit.Allrightsreserved
*AlamatKorespondensi:email:[email protected]
PENDAHULUAN
Schistosomiasis merupakan penyakit
parasit paling mematikan kedua setelah
malaria.1 Penyakit ini menimbulkan dampak
kerugian ekonomi dan masalah kesehatan
masyarakat di banyak negara berkembang.
Schistosomiasismenginfeksi261jutaorangdi
78 negara dengan 600 juta orang berisiko
terinfeksi. Penyakit ini tersebar di negaranegara berkembang baik tropik maupun
subtropik yaitu China, Jepang, Philipina,
1
Indonesia,Vietnam,Laos,Thailand,Kamboja.
Beberapa spesies cacing schistosoma
yang menginfeksi manusia telah diketahui,
yang mana tergantung pada jenis keong
perantara yang berbeda – beda. Schistosoma
haematobium menyebabkan schistosomiasis
urinaria di Afrika, Timur Tengah dan
Mediterania bagian timur. Empat spesies
cacing yang lain menyebabkan
s c h i s t o s o m i a s i s i n t e s t i n a l , ya i t u S . intercalatum terjadi di sepuluh negara di
kawasan hutan hujan di Afrika, S. mansoni
ditemukan di lebih dari 52 negara di Afrika,
Karibia, Mediterania bagian timur, Amerika
Latin;S.japonicumdanS.mekongiditemukan
diasiadankawasanpasifik.1
59
JurnalVektorPenyakit,Vol.10No.2,2016:59–64
SchistosomiasisdiIndonesiamerupakan
penyakit zoonosis yang disebabkan cacing
trematodadarahS.japonicumdenganhospes
perantara keong Oncomelania hupensis
lindoensis.Schistosomiasisseringdisebutjuga
sebagai demam keong di daerah endemis di
Indonesia.SchistosomiasisdiIndonesiahanya
ditemukandiProvinsiSulawesiTengahyaitu
di dataran tinggi Lindu, Kabupaten Sigi dan
datarantinggiNapudandatarantinggiBada,
2
KabupatenPoso.
Pengendalian schistosomiasis sudah
lama dilakukan, baik dengan pengelolaan
linkungan maupun pengobatan dengan
praziquantel (PZQ). 3 Penggunaan PZQ
memilikibeberapaketerbatasan,diantaranya
adalah penggunaannya yang berlangsung
terus menerus selama lebih dari dua puluh
tahunberpotensiuntukterjadinyaresistensi.4
Keterbatasan lain adalah PZQ tidak dapat
mencegahterjadinyainfeksischistosomiasis.
Schistosomiasis juga masih ditemukan
semakinluasdibeberapawilayah,misalnyadi
Cina. Prevalensi kasus schistosomiasis di
Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia tahun
2010–2015berfluktuasiyaitu2,12%,0,26%,
5
1,13%, 0,79%, 1,01%, 1,24%. SchistosomiasisdiChinamasihditemukandi
10provinsi,denganprevalensibervariasidari
dibawahsatupersensampaidiatas20%pada
tahun 2008. Upaya pengendalian sudah
dilakukan sejak tahun 1950an di China baik
dengan pengobatan dengan Praziquantel
6
maupun pengelolaan lingkungan. Schistosomiasis di Filipina ditemukan di 28
provinsi dengan prevalensi rata-rata 2,5%
pada tahun 2004. Pengendalian terutama
dilakukanpadamanusiadenganpengobatan
menggunakan Praziquantel yang telah
7
berlangsunglebihdari20tahun.
Berdasarkan hal tersebut diperlukan
adanya vaksin anti schistosomiasis sebagai
strategipengendalianschistosomiasisdimasa
8-10
depan.
Review ini bertujuan untuk
menggambarkan beberapa kandidat vaksin
terhadapS.japonicum.
BAHANDANMETODE
Metode penulisan ini menggunakan
penelusuran literatur dengan menelaah
60
artikel dan jurnal ilmiah terkait
perkembangan penelitian vaksin
schistosomiasis,terutamauntukS.japonicum.
Penelitian pengembangan vaksin untuk
schistosomiasissudahdimulaisejaklebihdari
20 tahun lalu. Pada tahun 1990-an WHO
menyediakan pendanaan untuk
pengembangan kandidat vaksin anti
schistosomiasis.Sampaidengansaatinisudah
ditelitilebihdari100jenisantigendaricacing
11
schistosoma. Akan tetapi pada literatur ini
hanyabeberapaantigenyangdibahasdengan
kelebihan dan kekurangan dari antigen
tersebut.
HASIL
Responimunschistosomiasis
Pengembangan vaksin anti
schistosomiasis tidak dapat terpisah dari
pemahamanmengenairesponimunterhadap
schistosomiasis.Gejalakronisschistosomiasis
lebih banyak bukan disebabkan oleh cacing
dewasa, melainkan oleh respon imun sel T
penderita dalam melawan telur cacing S.
japonicumyangterperangkapdalamjaringan,
terutamadihatidanusus.TelurS.japonicum
yang terperangkap mengeluarkan molekul
+
yang memicu sel T CD4 untuk membentuk
granuloma, peradangan dengan melibatkan
eosinofil,monosit,danlimfosit,yangdikenal
dengan hipersensitivitas tipe Delayed Type
Hypersensitivity (DTH). Granuloma juga
ditandaidenganadanyapenumpukankolagen
dalam jaringan hati yag diikuti dengan
12
fibrosis. Penelitianjugamenunjukkanbahwa
Inter Leukin (IL-13) dan IL-13 receptor
complex berperan penting sebagai pengatur
utama dalam perkembangan tingkat
12-14
keparahanschistosomiasis.
Beberapa penelitian tentang reinfeksi
s e te l a h p e n g o b a t a n s c h i s to s o m i a s i s menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal
d i d a e ra h e n d e m i s s c h i s t o s o m i a s i s mendapatkan imunitas dapatan/acquired
immunity setelah beberapa tahun terpapar
infeksi S. mansoni, S. haematobium atau S.
15-20
japonicum. Imunitas dapatan terhadap
schistosomiasisdiperantaraiolehselThelper
2 (Th2) dengan bantuan immunoglobulin E
(IgE).
ReviewArtikel:PerkembanganVaksin....................(AnisNurwidayati)
K andidat vaksin anti Schistosoma
japonicum
Penelitian untuk mengidentifikasi
antigenyangrelevansebagaikandidatvaksin
telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kandidat vaksin
schistosomiasis dapat menargetkan
pencegahan infeksi schistosomiasis maupun
mengurangifekunditasparasit.Targetantigen
yang menjadi gold standard kandidat vaksin
adalahyangdapatmengurangijumlahcacing
schistosoma dalam tubuh, mengingat bahwa
telur cacing bertanggung jawab baik dalam
patologi maupun penularan schistosomiasis.
Antigen kandidat vaksin yang memiliki
kemampuan menurunkan fekunditas cacing
dan viabilitas telur juga dapat
dipertimbangkan. Beberapa penelitian
antigenkandidatvaksinmenunjukkanefikasi
yangbervariasi(Tabel1.)
Tabel1.ProteinkandidatvaksinS.japonicumdanefikasinyadalamhewan
cobatikusdanhospesreservoirS.japonicum
Antigen(nataivedanprotein
rekombinan)
Paramyosin(native)
Sj³ ¹ Ukuran
(kDa)
³¹
Paramyosin(rekombinan)
Sj³ ¹ ³¹
Integralmembranprotein
(rekombinan)
Calpainsubunit
(recombinan)
6⁰ -kDaGluthationeS
Transferase(rekombinan)
Sj67
67
Calpain
² 4
Sj6⁰ GST
6⁰ Serpin
89
Cacingdewasa
Sj58
58
SemuaTahap
SerinProtease
Inhibitor(rekombinan)
FattyAcidBindingProtein
(FABPrekombinan)
Singkatan
Target/Sasaran
Vaksin
Schistosomula,
cacingdewasa
Schistosomula,
cacingdewasa
Semuatahap
cacing
Semuatahap
cacing
Semuatahap
cacing
FungsiBiologis
Protein
kontraktil
Protein
kontraktil
Protein
membran
Protease
± PenurunanJumlah
Cacing
Mencit
Hospeslain
6¹ -86 75-48(domba,
sapi)
64-60 5¹ -60(kerbau,
babi,domba)
6¹ -35 76-59(kerbau,
sapi,domba)
84-41 Enzim
68-30
Inhibitor
ProteaseSerin
Mengikat asam
lemak
7⁰ 78-49
69-62(kerbau.
sapi,babi,
domba)
76-59(tikus,
domba)
Sumber:Datasekunder 9,10,14.21
pada mencit, kerbau, dan hospes mamalia
lain.22 Penelitian juga menunjukkan bahwa
antibodiisotipepadamanusiadansitokinTh2
menunjukkan respon yang baik terhadap
Sj97. Kekurangan protein ini adalah
ketersediaan protein tersebut dalam bentuk
larutan, mungkin disebabkan karena bentuk
protein coil/terpilin dan ukurannya yang
besar. Kesulitan tersebut menyebabkan
protein sulit untuk diperoleh dalam jumlah
yangcukup.23
Paramyosin(Sj97)
Kekurangan tersebut memicu penelitian
Paramyosin adalah protein myofibril
lebih lanjut dengan pembuatan vaksin
berukuran 97-kDa denngan struktur
rekombinan protein paramyosin. Fragmen
berbentuk coil/kumparan/spiral. Protein ini
gen penyandi protein tersebut diambil dan
ditemukan terutama pada invertebrata.
diekspresikan dalam bakteri Pichia pastoris
Pa ra myo s i n d i te m u ka n p a d a b a g i a n atau Escherichia coli. Protein rekombinan
permukaan/tegumen schistosomula saat
tersebut berhasil diproduksi dalam jumlah
berada di organ paru hospes yang memiliki
banyak dan dipurifikasi untuk disuntikkan
b e r b a g a i f u n g s i . Ke l e b i h a n p ro t e i n pada mencit BALB/c. Protein rekombinan
paramyosinbaiknativemaupunrekombinan
tersebut memiliki kelebihan berupa
(Sj97) adalah dapat memberikan
imunogenitas yang tinggi dan menginduksi
perlindungan terhadap cacing S. japonicum
PEMBAHASAN
BerdasarkanTabel1.dapatdilihatbahwa
beberapa kandidat vaksin anti
schistosomiasisbelummenunjukkanprotein
antigen yang paling efektif. Setiap protein
kandidatvaksinmemilikikelebihanmaupun
kekurangan masing–masing. Berikut adalah
sedikitulasandaribeberapaproteinkandidat
vaksinantischistosomiasisjaponica.
61
JurnalVektorPenyakit,Vol.10No.1,2016:59–64
antibodidenganbaik,yangterdeteksidengan
titeryangtinggipadaujiELISA.14
IntegralMembranProtein(Sj23)
Beberapa hasil penelitian menyebutkan
bahwa protein integral membran yang
berbentuk tetraspanin ini adalah kandidat
utama vaksin anti schistosomiasis japonica.
VaksinawalyangditelitiadalahdaricacingS.
japonicumdariChinaberupavaksinpeptida
sinteis, kemudian dikembangkan dalam
bentuk vaksin DNA plasmid. Keduanya
menunjukkanhasilyaitudapatmenginduksi
perlindunganterhadapschistosomiasispada
m e n c i t . E fe k p e rl i n d u ga n te rh a d a p schistosomiasisvaksinproteinSj23padababi
danmencitdiperkuatolehInterLeukin(IL)12dansuatuimunostimulatorCgG.Kelebihan
dari kandidat vaksin Sj23 adalah dapat
mereduksi jumlah cacing dan telur, serta
menurunkan granuloma akibat telur yang
terperangkapdijaringanhati,karenaprotein
Sj23 dapat memproduksi zat antipatologi
24,25
denganbaik.
Calpain
Calpaindiketahuimemilikiefikasitinggi
terhadap S. mansoni. Pada saat diujikan
terhadap S. japonicum, hasilnya juga cukup
baik. Mencit yang diberikan vaksin calpain
menunjukkanadanyareduksijumlahcacing
dan penurunan produksi telur pada cacing
betina. Respon imun yang bekerja terhadap
vaksin calpain S.japonicum adalah respon
imunselulerdanhumoral.Padamencityang
divaksin, menunjukkan adanya peningkatan
kadar Nitrit Oxide Synthase. Selain itu pada
limpa mencit yang divaksin menunjukkan
adanya peningkatan produksi IFN-g yang
diaktifasiolehselTCD4+.Kelebihanprotein
ini adalah protein calpain dapat ditemukan
pada kelenjar penetrasi dan cairan sekresi
serkaria, sehingga dapat memberikan
perlindungandiawalinfeksi.17
26-kDaGluthationeSTransferase(Sj26)
Protein SJ26GST termasuk dalam
kelompokezimisoformyangmengkatalisasi
proses detoksifikasi molekul lipofilik.
Kelebihanproteininisehinggadipilihsebagai
kandidat vaksin adalah fungsi fisiologis
protein yang sangat penting bagi cacing
62
Schistosoma, yaitu dapat mengkatalisis obat
anti schistosomiasis. Vaksin dari protein
rekombinan Sj26GST menunjukkan efek
antifekunditas yang cukup, dan lebih
signifikan dalam mereduksi jumlah cacing.
Antibodi anti Sj26GST ditemukan pada
kerbau yang divaksin. Hasil vaksinasi pada
kerbau menunjukkan penurunan jumlah
telur yang dikeluarkan bersama tinja, telur
yang tertimbun di jaringan hepar dan usus.
Sebagai tambahan, vaksin Sj26GST juga
memiliki kemampuan menurunkan daya
tetastelurcacingS.japonicumsampaidengan
40%.Beberapapenelitianjugamenunjukkan
bahwadayatahanvaksininidalamtubuhsapi
dan kerbau dapat mencapai waktu paling
sedikitsatutahun.13,18,25
SerinProteinaseInhibitor(Serpin)
Serin proteinase inhibitor mewakili
kelompok besar inhibitor endogen yang
mengaturprosesproteolitikdalamberbagai
fungsifisiologis.Kelebihanproteininiadalah
memilikifungsifisiologisyangsangatpenting
dalam kelangsungan hidup cacing
Schistosoma,salahsatunyamengaturproses
lisis protein dalam metabolisme cacing.
Protein serpin banyak ditemukan di bagian
kulit/tegumencacingdewasaS.japonicum.
Penelitianvaksinproteinrekombinanprotein
serpinyangdiekspresikanpadabakteriE.coli
kemudian diimunisasikan pada kelinci,
menunjukkan adanya produksi antibodi IgE
dan IgG1 spesifik. Respon terhadap vaksin
protein serpin didominasi oleh tipe respon
imun Th-2, ditunjukkan dengan tinginya
proliferasi/perbanyakansellimfositByang
mengekspresikan sitokin CD19. Vaksinasi
pada mencit menunjukkan adanya
kemampuanperlindunganterhadapinfeksiS.
japonicum.Kemampuantersebutterlihatdari
adanya penurunan jumlah cacing dan
produksitelursebesarkuranglebih36%dan
39%.26
FattyAcidBindingProtein/FABP(Sj14)
S.japonicumsamasepertidengancacing
parasit lain, tidak dapat mensintesis asam
lemak rantai panjang atau sterol, sehingga
bergantung sepenuhnya pada hospes untuk
hal tersebut. Protein ini dipilih sebagai
ReviewArtikel:PerkembanganVaksin....................(AnisNurwidayati)
kandidat vaksin anti schistosomiasis karena UCAPANTERIMAKASIH
komponen protein pengikat asam lemak Penulis mengucapkan terimakasih
(FABP) sangat penting dibutuhkan oleh kepada dewan redaksi atas saran dan
cacing untuk mengambil asam lemak dari masukannya dalam perbaikan tulisan.
darah hospes. Protein FABP juga berperan Terimakasih juga pada Balai Litbang P2B2
vitaldalamfisiologidankelangsunganhidup Donggala atas jaringan internet yang baik
cacingparasit.Dengandemikian,proteinini s e h i n g g a p e n u l i s b i s a m e l a k u k a n tepatuntukdijadikantargetvaksinmaupun penelusuranliteratur.
pengembangan obat. Induksi vaksin FABP
pada mencit dan hewan mamalia uji lain
DAFTARPUSTAKA
menunjukkankemampuanmereduksijumlah 1 . W H O . S c h i s t o s o m i a s i s F a c t S h e e t . cacing. Respon imun yang ditemukan pada
http://www.who.int.Published2013.
mencityangdiimunisasiadalahpeningkatan 2. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah.
sitokin IL-2. Seperti diketahui, sitokin IL-2
Laporan Schistosomiasis Sulawesi Tengah
dapatmemicuresponimunkearahtipeTh-1
2015.;2015.
yangdapatmeningkatkanefikasivaksin.27
3. Sudomo M. Penyakit Parasitik Yang Kurang
Berbagai protein kandidat vaksin
DiperhatikandiIndonesia.OrasiPengukuhan
ProfrRisBidEntomoldanMoluska.2008.
schistosomiasis yang sudah diteliti
menunjukkantingkatefikasiyangbervariasi 4. Seto EYW, Wong BK, Lu D, Zhong B. Human
9,26
schistosomiasisresistancetopraziquantelin
dan belum ada yang paling potensial. China:shouldwebeworried?AmJTropMed
Cacing parasit adalah organisme eukariotik
H y g . 2 0 1 1 ; 8 5 ( 1 ) : 7 4 - 8 2 . denganukurancukupbesardantersusunatas
doi:10.4269/ajtmh.2011.10-0542.
banyak protein sehingga memiliki epitop
yang sangat bervariasi. Hal itu dapat 5. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah.
Laporan Schistosomiasis Sulawesi Tengah.;
menyulitkan pemilihan protein yang enjadi
2015.
target vaksin. Berdasarkan hal tersebut
penting untuk dilakukan penelitian untuk 6.HongQ,YangK,HuangY,etal.Effectivenessofa
comprehensive schistosomiasis japonica
mengidentifikasi antigen target baru untuk
control program in Jiangsu province, China,
kandidat vaksin. Selain antigen target baru,
from 2005 to 2008. Acta Trop. 2011;120
tantangan lain adalah penelitian formulasi
S u p p l : S 1 5 1 - S 1 5 7 . antigen dan teknologi rekombinan vaksin
doi:10.1016/j.actatropica.2010.11.006
sehinggadapatdiperolehefikasiyangtinggi. 7. Carabin H, Balolong E, Joseph L, et al.
24,28
KESIMPULAN
Berbagai protein kandidat vaksin
schistosomiasis yang sudah diteliti
menunjukkantingkatefikasiyangbervariasi
danbelumadayangpalingpotensial.
SARAN
Meskipun pengembangan vaksin anti
schistosomiasiscukupsulitdilakukan,namun
upaya tersebut harus tetap dilakukan.
Mengingat penggunaan obat praziquantel
sudah cukup lama, dan dikhawatirkan akan
resisten maka sangat dibutuhkan vaksin
schistosomiasis untuk pencegahan. Dengan
demikian diharapkan akan ada penelitian
mengenai vaksin schistosomiasis di
Indonesia.
Estimating sensitivity and specificity of a
faecal examination method for Schistosoma
japonicum infection in cats, dogs, water
buffaloes,pigs,andratsinWesternSamarand
Sorsogon Provinces, The Philippines. Int J
Parasitol. 2005;35(14):1517-1524.
doi:10.1016/j.ijpara.2005.06.010.
8. Bergquist R, Mcmanus D. Strategy for the
D e ve l o p m e n t o f a Va c c i n e a g a i n s t Schistosomiasis.
9. McManus DP, Loukas A. Current status of
vaccines for schistosomiasis. Clin Microbiol
Rev. 2008;21(1):225-242. doi:21/1/225
[pii]\r10.1128/CMR.00046-07.
10. IsmailO.SchistosomiasisVaccines :Literature
Review and Current Status. PujEgNet.
2 0 1 1 ; 4 ( 2 ) : 1 3 7 - 1 5 4 . http://www.puj.eg.net/pdf/Vol_4_2_2011/P
UJ4203.pdf.
11. Siddiqui AA, Siddiqui BA, Ganley-Leal L.
63
JurnalVektorPenyakit,Vol.10No.1,2016:59–64
Schistosomiasis vaccines. Hum Vaccin.
2 0 1 1 ; 7 ( 1 1 ) : 1 1 9 2 - 1 1 9 7 . doi:10.4161/hv.7.11.17017.
12.PearceEJ,MacDonaldAS.Theimmunobiology
of schistosomiasis. Nat Rev Immunol.
2002;2(7):499-511.doi:10.1038/nri843.
13. Mentink-KaneMM,WynnTA.Opposingroles
forIL-13andIL-13receptoralpha2inhealth
and disease. Immunol Rev. 2004;202:191202. doi:10.1111/j.01052896.2004.00210.x.
14. PearsonMS,PickeringDA,McSorleyHJ,etal.
Enhanced Protective Efficacy of a Chimeric
FormoftheSchistosomiasisVaccineAntigen
Sm-TSP-2. PLoS Negl Trop Dis.
2 0 1 2 ; 6 ( 3 ) : e 1 5 6 4 . doi:10.1371/journal.pntd.0001564.
15. Qiu C, Liu S, Hong Y, et al. Molecular
characterization of thyroid hormone
receptor beta from Schistosoma japonicum
andassessmentofitspotentialasavaccine
candidateantigenagainstschistosomiasisin
BALB/cmice.ParasitVectors.2012;5(1):172.
doi:10.1186/1756-3305-5-172.
16. Rujeni N, Taylor DW, Mutapi F. Human
s c h i s to s o m e i n fe c t i o n a n d a l l e rg i c sensitisation. J Parasitol Res.
2 0 1 2 ; 2 0 1 2 : 1 5 4 7 4 3 . doi:10.1155/2012/154743.
17.TangG-X,ZhouH-J,XuJ-W,etal.Schistosoma
japonicum Soluble Egg Antigens Attenuate
IFN-γ-Induced MHC Class II Expression in
RAW 264.7 Macrophages. PLoS One.
2 0 1 2 ; 7 ( 1 1 ) : e 4 9 2 3 4 . doi:10.1371/journal.pone.0049234.
18.WangX,LiuF,ZhouS,etal.PartialregulatoryT
cell depletion prior to schistosomiasis
vaccinationdoesnotenhancetheprotection.
PLoS One. 2012;7(7):e40359.
doi:10.1371/journal.pone.0040359.
19. Wei F, Liu Q, Zhai Y, et al. IL-18 enhances
protective effect in mice immunized with a
Schistosoma japonicum FABP DNA vaccine.
Acta Trop. 2009;111(3):284-288.
doi:10.1016/j.actatropica.2009.03.010.
20.WenX,HeL,ChiY,etal.DynamicsofTh17cells
and their role in Schistosoma japonicum
infection in C57BL/6 mice. PLoS Negl Trop
D i s . 2 0 1 1 ; 5 ( 1 1 ) : e 1 3 9 9 . 64
doi:10.1371/journal.pntd.0001399.
21.LiC,YuL,LiuZ,etal.Schistosomajaponicum:
thedesignandexperimentalevaluationofa
multivalent DNA vaccine. Cell Mol Biol Lett.
2006;11(4):449-460. doi:10.2478/s11658006-0036-0.
22. Wu Z-D, Lü Z-Y, Yu X-B. Development of a
vaccine against Schistosoma japonicum in
China:areview.ActaTrop.2005;96(2-3:106116.doi:10.1016/j.actatropica.2005.08.005.
23. Zhang Z, Xu H, Gan W, Zeng S, Hu X.
Schistosoma japonicum calcium-binding
tegumental protein SjTP22.4 immunization
confers praziquantel schistosomulumicide
and antifecundity effect in mice. Vaccine.
2012;30(34):5141-5150.
doi:10.1016/j.vaccine.2012.05.056.
24. McWilliam HEG, Driguez P, Piedrafita D,
M c M a n u s D P, M e e u s e n E N T. N ove l immunomic technologies for schistosome
vaccine development. Parasite Immunol.
2012;34(5):276-284. doi:10.1111/j.13653024.2011.01330.x.
25.LiM,LeiJ,WangT,etal.Cimetidineenhances
the protective effect of GST DNA vaccine
against Schistosoma japonicum. Exp
Parasitol. 2011;128(4):427-432.
doi:10.1016/j.exppara.2011.05.012.
26. Hu C, Zhu L, Luo R, et al. Evaluation of
protective immune response in mice by
vaccinationtherecombinantadenovirusfor
expressingSchistosomajaponicuminhibitor
apoptosis protein. Parasitol Res.
2014;113(11):4261-4269.
doi:10.1007/s00436-014-4104-5.
27. DougallAM,SkwarczynskiM,KhoshnejadM,
et al. Lipid core peptide targeting the
cathepsin D hemoglobinase of Schistosoma
mansoniasacomponentofaschistosomiasis
v a c c i n e . H u m Va c c i n I m m u n o t h e r . 2 0 1 4 ; 1 0 ( 2 ) : 3 9 9 - 4 0 9 . doi:10.4161/hv.27057.
28.MoAX,AgostiJM,WalsonJL,HallBF,Gordon
L.Schistosomiasiseliminationstrategiesand
potentialroleofavaccineinachievingglobal
h e a l t h g o a l s . Am J Tro p M e d H yg . 2014;90(1):54-60. doi:10.4269/ajtmh.130467.
Download