PAUS SPERMA TERDAMPAR KODE3 DI ALUE NAGA, KOTAMADYA BANDA ACEH, ACEH Tim Gabungan, Karantina Aceh | BPSPL Padang | 4 Agustus 2016 KRONOLOGIS KEJADIAN Banda Aceh - Petugas gabungan yang dikoordinir Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banda Aceh, Kamis (4/8) malam, menguburkan ikan paus yang terdampar di pinggir Pantai Dusun Kutaran, Gampong Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Ikan paus jenis sperm whale dengan bobot sekitar 6-7 ton, panjang 10 meter, serta lebar 1,5 meter itu, diperkirakan telah mati saat terdampar di pinggir pantai tersebut pada, Rabu (3/8) pukul 21.15 WIB. Informasi terdamparnya ikan paus di pinggir pantai Alue Naga, awalnya disampaikan Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol T Saladin SH, kepada Serambi Kamis (4/8). Ia menceritakan, pada Rabu (3/8) sore, warga Dusun Kutaran Alue Naga, sempat melihat sepasang ikan paus di laut lepas. Satu dari dua ikan paus itu terlihat berputar-putar, seperti kehilangan arah. Belakangan, warga menemukan seekor ikan paus terdampar dalam keadaan mati. “Warga lapor ke Keuchik Alue Naga, Zulkifli Usman. Lalu, diteruskan ke Bhabinkamtibmas kami Brigadir Firly dan Babinsa Kopda Misran. Malam itu juga petugas menuju lokasi untuk memastikan informasi itu. Karena tidak ada yang dapat diperbuat, sehingga kita hanya berkoordinasi dengan instansi terkait,” tambah Kapolsek Syiah Kuala, AKP Asyahri Hendri SH. Pantauan Serambi Kamis (4/8), pantai Alue Naga yang biasanya sepi mendadak ramai dengan warga yang ingin melihat ikan raksasa itu. Warga setempat ikut kecipratan rezeki, dengan cara menjajakan minuman dan makanan sampai membuka lahan parkir. Di lokasi juga terlihat tim Karantina, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, dan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unsyiah, serta sejumlah instansi lainnya. Kepala BPBD Kota Banda Aceh Drs Ridwan yang dihubungi Serambi malam tadi mengabarkan bahwa pihaknya bersama sejumlah pihak terkait lainnya, telah menguburkan ikan tersebut di kawasan pinggir pantai Alue Naga yang berjarak sekitar 20 meter dari lokasi ikan paus itu terdampar. Ridwan mengatakan, ikan paus tersebut dievakuasi dengan menggunakan alat berat milik Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota (DK3) Banda Aceh. “Bangkai ikan ini harus dikuburkan segera, karena sudah menebarkan bau busuk,” kata Ridwan. Ikan berdiameter 1,4 meter tersebut dikuburkan dalam lubang sedalam empat meter. Hal ini dimaksudkan agar bakteri bahaya yang terdapat pada ikan paus yang telah mati tersebut dapat diminimalisir. “Keputusan untuk menguburkan ikan paus tidak jauh dari lokasi ditemukan, kita sepakati bersama dengan para pihak dan dinas yang terkait. Cara ini dinilai paling aman, agar bakteri dari ikan paus mati ini tidak menyebar,” ujarnya. PAGE 1 Sementara petugas dari Satker Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Sabang Lampulo, Bustami, kepada wartawan Kamis (4/8) siang menjelaskan, tim laboratorium dari Fakultas Kelautan dan Perikanan Unsyiah, Banda Aceh, telah mengambil sampel gigi dan sirip ikan paus itu, untuk mencari tahu penyebab kematiannya. Ia menyebutkan, paus yang dikenal dengan nama paus sperma ini merupakan jenis yang masuk dalam daftar dilindungi. Bustami juga menerangkan ikan paus sperma yang mati itu bisa berdampak buruk bagi kesehatan manusia, bila bangkainya tidak cepat ditanggulangi. Menurutnya dari tubuh ikan paus itu menebarkan bakteri yang sangat berbahaya dan penyebarannya begitu cepat, sehingga diperlukan langkah penangganan yang komprehensif. “Bakteri yang dikeluarkan dari ikan paus sperma yang telah mati ini lebih berbahaya dari bakteri mayat manusia. Karena itu, jangankan dikonsumsi, dipegang saja berbahaya bagi kesehatan,” ungkapnya. Menurut Bustami, selama ini proses penanganan ikan paus sperma yang mati dan menjadi bagian Standard Operating Procedures (SOP) adalah, harus ditarik kembali ke laut lepas dan ditenggelamkan pada kedalaman 20 meter. Jika dikuburkan, maka harus memiliki kedalaman yang telah ditentukan, karena bila terlalu dangkal dikhawatirkan meledak dan menyebarkan bakteri berbahaya. “Umumnya yang dilakukan selama ini ditarik ke laut dan ditenggelamkan. Bahkan, petugas yang ikut menenggelamkan harus menggunakan pakaian karet yang aman. Pakaian yang digunakan itu selanjutnya harus dibakar dan petugasnya harus bersihkan diri dengan alkohol,” jelasnya. Petugas PSDKP Sabang Lampulo ini juga mengungkapkan paus sperma ini lazimnya berada di lintasan Selat Malaka, mengarah ke barat, masuk ke Sumadera Hindia. Namun, Bustami tidak berani menerka-nerka dari mana pergeseran ikan paus itu yang akhirnya mati terdampar di Pantai Alue Naga itu (sumber: http:/www.serambinews.com) Kronologis Kejadian Penanganan 1. Pada Rabu sore 3/8 nelayan setempat telah melihat sepasang ikan Paus pada perairan sekitar Pantai Alue Naga, tapi kemudian salah satu ikan seperti kehilangan arah dan berputar putar pada daerah perairan dangkal, melihat hal tersebut nelayan kemudian melaporkan pada Polisi Airud kota Banda Aceh tapi Polisi tidak dapat berbuat banyak dan tidak melakukan tindakan apapun, dan pada kamis dinihari 4/8 paus tersebut akhirnya terdampar pada koordinat 5°36'23" LU - 95°21'39" BT dan kamis pagi mati. PAGE 2 2. Warga yang melihat ada ikan paus mati tersebut mulai berdatangan karena berita yang cepat tersebar melalui media sosial, dari dokumentasi yang di peroleh di lapangan tidak ada garis polisi yang membatasi warga untuk melihat lebih dekat paus terdampar yang telah mati tersebut. Warga kemudian mulai menjarah bagian tubuh Paus terutama gigi yang ambil secara paksa dengan gergaji. 3. Kemudian Tim Gabungan yang di bentuk di lapangan yang di Koordinir Stasiun Karantina Ikan Kelas I Banda Aceh terdiri dari: a) Balai Konservasi Sumber daya Alam Provinsi Aceh b) Balai Pembenihan Air Payau Ujung Batee c) Pengawasan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan (PSDKP) Provinsi Aceh d) Dinas Perikanan Provinsi Aceh e) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Banda Aceh f) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala g) Fakultas Kelautan ddan Perikanan Universitas Syiah Kuala h) Persatuan Organisasi Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Aceh i) Wild Conservation Society (WCS) Aceh j) Yayasan Lamjabat k) Ocean Diving Club l) Manta Diving Club Melakukan observasi di lapangan mengkoordinasikan tindakan yang akan diambil terhadap paus dan di laksanakan pengambilan sampel terdiri dari: Sirip Dada Sirip Ekor Gigi Bawah Masing-masing 2 sampel satu sampel di bawa ke Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala untuk di teliti untuk kepentingan pendidikan dan satu set lagi di serahkan ke Stasiun Karantina Ikan Kelas I Banda Aceh untuk di serahkan ke Lembaga Penelitian Indonesia sebagai Scientific Authority. 4. Pada proses penanganan bangkai paus terjadi tarik ulur karena masingmasing lembaga tidak merasa tidak mempunyai kewenangan terhadap penangan ikan paus tersebut, setelah mendapat penjelasan dari Bapak Arie ketua Possi Aceh bahwa bangkai paus dapat menyebarkan penyakit karena ikan tersebut berenang lintas samudera yang dapat menyebarkan Bakteri dari Bahan bahan yang terkontaminasi ditubuhnya yang mulai membusuk.Berdasarkan penjelasan tersebut Badan Penanggulangan Bencana Banda Aceh mendapatkan keterkaitan terhadap Tugas dan Fungsinya karena Penyebaran penyakit dan bau busuk akibat bangkai paus merupakan salah satu penyebab bencana, dari hasil komunikasi dengan Pemerintah Kota Banda Aceh di hubungi Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota (DK3) Banda Aceh untuk menyediakan alat berat ke lokasi paus terdampar. PAGE 3 5. Alat berat tiba di lokasi pada Kamis malam jam 10.00 wib, dan penguburan bangkai paus selesai Jumat dinihari jam 02.00 wib waktu setempat, bangkai paus yang terdampar di kuburkan tidak jauh dari lokasi terdampar yaitu pada koordinat 5°36'22" LU - 95°21'39" BT (sumber: Arie-POSSI Aceh, Dr. Farok Afero, M.Sc- DKP Prov. Aceh, M. Darwin – Ka. SKIPM Banda Aceh) Demikian kronologis di lapangan Kejadian Paus terdampar di Pantai Alue Naga Banda Aceh. Lokasi Kejadian PAGE 4 PAGE 5 PAGE 6