PERIKANAN LAUT DI INDONESIA : Karya Tulis Ilmiah : http

advertisement
This page was exported from Karya Tulis Ilmiah [ http://karyatulisilmiah.com ]
Export date: Wed Jul 19 7:59:38 2017 / +0000 GMT
PERIKANAN LAUT DI INDONESIA
1. PENDAHULUAN
Wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia membentang luas di cakrawala katulistiwa dari 94
o
sampai 141o Bujur Timur dan 6
o
Lintang Utara sampai 11
o
Lintang Selatan, dan merupakan negara
kepulauan. Kepulauan Indonesia terdiri dari 17.508 pulau besar dan kecil dan memiliki garis pantai 81.00 km
terpanjang ke dua di dunia, serta luas laut 5,8 juta km2 (G. Jusuf, 1999).
Wilayah laut Indonesia mencakup 12 mil laut ke arah luar garis pantai, selain itu Indonesia memiliki
wilayah yuridiksi nasional yang meliputi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil dan landas kontinen
sampai sejauh 350 mil dari garis pantai. Dengan ditetapkannya konvensi PBB tentang hukum laut Internasional
1982, wilayah laut yang dapat dimanfaatkan diperkirakan mencapai 5,8 juta km2 yang terdiri dari 3,1 juta
km2 perairan laut teritorial Indonesia dan sisanya sekitar 2,7 juta km2 perairan ZEE.
Wilayah Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati, hal ini dimungkinkan karena Indonesia
terletak diatara dua samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, juga diantara dua benua yaitu Benua
Asia dan Benua Australia.
Wilayah laut menjadi sangat penting dengan dicantumkannya pada GBHN tahun 1993, dan
didirikannya Departemen Kelautan dan Perikanan. Undang-Undang No. 22 dan 25 tahun 1999 juga
mencantumkan kelautan sebagai bagian dari otonomi daerah.
Beberapa alasan pembangunan kelautan antara lain:

Indonesia memiliki sumberdaya laut yang besar baik ditinjau dari kuantitas maupun keragamannya,
Sumberdaya laut tersebut bila ditinjau dari kuantitas sangat besar seperti yang diuraikan di sub bab potensi
sumberdaya laut di bagian bawah ini, adapun keragaman sumberdaya laut untuk jenis ikan diketahui terdapat
8.500 jenis ikan pada kolom perairan yang sama, 1.800 jenis rumput laut dan 20.000 jenis moluska,

Sumberdaya laut merupakan sumberdaya yang dapat dipulihkan, artinya bahwa ikan ataupun sumberdaya
laut lainnya dapat dimanfaatkan, namun harus memperhatikan kelestariaannya, sehingga nantinya masih
terus dapat diusahakan
 Pusat Pertumbuhan ekonomi, dengan akan berlakunya liberalisasi perdagangan di abad 21 ini, akan terbuka
peluang untuk bersaing memasarkan produk-produk kelautan dalam perdagangan internasional.

Sumber protein hewani, sumberdaya ikan mengandung protein yang tinggi khususnya untuk asam amino
tak jenuh, atau dikenal juga dengan kandungan OMEGA-3 yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.

Penghasil devisa negara, udang dan beberapa jenis ikan ekonomis penting seperti tuna, cakalang ataupun
lobster, saat ini merupakan komoditi eksport yang menghasilkan devisa negara diluar sektor kehutanan
maupun pertambangan.

Memperluas lapangan kerja, dengan semakin sempitnya lahan pertanian di areal daratan, dan semakin
tingginya persaingan tenaga kerja di bidang industri, maka salah satu alternatif dalam penyediaan lapangan
kerja adalah di sektor perikanan. Apalagi dengan adanya otonomi daerah maka daerah-daerah yang
memiliki potensi di bidang perikanan yang cukup besar akan berlomba untuk mengembangkan potensi
perikanan laut yang ada, sehingga akan membuka peluang yang sangat besar bagi penyediaan lapangan kerja
yang sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia sekarang ini.
 Industri perikanan berhubungan luas dengan industri-industri lainnya, industri perikanan berhubungan erat
dengan industri lainnya misalnya dalam pengadaan kapal, pengadaan bahan bakar minyak (BBM), juga
pengadaan sarana dan prasarana lainnya.
2. POTENSI PERIKANAN LAUT DI INDONESIA
Potensi perikanan laut sesungguhnya merupakan asset yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Namun asset ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Potensi perikanan laut meliputi perikanan
tangkap, budidaya laut, dan industri bioteknologi kelautan. Potensi perikanan laut menurut Rokhmin, D (2001)
sebagai berikut :

Potensi Perikanan Tangkap
Potensi perikanan tangkap diperkirakan mencapai 6,26 juta ton per tahun dengan jumlah tangkapan yang
diperbolehkan sebesar 5.007 juta ton atau 80% dari MSY (Maximum Sustainable Yield). Hingga saat ini
jumlah tangkapan mencapai 3,5 juta ton sehingga tersisa peluang sebesar 1,5 ton/tahun. Seluruh potensi
perikanan tangkap tersebut diperkirakan memiliki nilai ekonomi sebesar US$15.1 milyar.

Potensi Budidaya Laut
Potensi budidaya laut terdiri dari total potensi budidaya ikan, udang, moluska dan budidaya rumput
laut. Potensi budidaya laut diperkirakan sebesar 46,73 juta ton per tahun.

Potensi bioteknologi Kelautan
Potensi bioteknologi kelautan juga masih besar untuk mengembangkan industri bioteknologi kelautan
seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang, industri bahan
pangan. Nilai ekonomi dari potensi bioteknologi kelautan tersebut diperkirakan mencapai US$ 40 milyar.
Perkiraan umum nilai ekonomi dari potensi Sumberdaya Perikanan laut sebagai berikut:
Tabel 1. Perkiraan Umum Nilai Ekonomi Potensi Sumberdaya Perikanan Laut
Komoditi
Potensi
%
Lestari
Harga
Perkiraan
(US$/ton)
Nilai (US$)
Perikanan laut
Tuna/cakalang
780.040
9,91
8.000
6.240.320.000
Udang
59.272
0,75
14.125
837.217.000
Demersal
1.429.080
18,15
4.500
6.430.860.000
Pelagis kecil
2.602.800
33,06
600
1.561.680.000
Lainnya
77.632
0,99
450
34.934.400
Jumlah
4.948.824
62,86
3.052
15.105.011.400
Rumput laut
482.400
6,13
450
217.080.000
Ikan dan kerang-kerangan
46.000
0,58
5.000
230.000.000
Mutiara
3
0,00
40.000.000
120.000.000
Jumlah
528.403
6,71
1.073
567.080.000
Bioteknologi Kelautan
-
-
-
40.000.000.000
Total keseluruhan
-
-
-
55.672.091.400
Budidaya laut
Sumber: Rokhmin D. (2001)
Ditambahkan oleh J, Kusrin (1997), bahwa di sepanjang pantai kepulauan Nusantara terdapat hutan
mangrove yang luas dan di perairan pesisirnya terdapat bentangan wilayah terumbu karang sepanjang 17.500
km, serta rawa nipa dan rawa pasang surut disekitar muara delta sungai. Kesemuanya merupakan lingkungan
bagi biota laut dengan standing crop populasi ikan yang tinggi serta tempat habitat fauna, yang berkembang
kejurusan laut dan darat, yang merupakan sumber bahan pangan, minuman, bahan bangunan, energi dan lainlain.
3. MASALAH DALAM PEMBANGUNAN PERIKANAN LAUT
Lambatnya pembangunan di bidang perikanan laut ini disebabkan banyaknya kendala, dimana Menurut
A. Nontji (1997), dalam upaya pengembangan perikanan laut ditemui berbagai kendala antara lain :
a.
Kondisi geografis
Perairan Indonesia yang luas dan terletak pada posisi silang antara dua samudera, yaitu samudera Hindia
dan Samudera Pasifik, dan antara dua benua yaitu Benua Australia dan Asia merupakan wilayah yang rawan
dalam segi HANKAMNAS dan berpotensi menimbulkan benturan kepentingan.
Kondisi geografi dengan banyak pulau bertebaran diseluruh perairan Indonesia membutuhkan sarana
perhubungan laut. Perhubungan laut ini diperlukan untuk mendukung perkembangan ekonomi, sehingga
memegang peranan yang sangat penting yang hingga kini dirasakan masih merupakan kendala tersendiri.
b.
Sarana dan Prasarana
Keterbatasan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang pembangunan merupakan salah satu
faktor rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi (khususnya untuk daerah Indonesia bagian
Timur). Pengembangan infrastruktur secara lengkap akan memacu perkembangan pembangunan kelautan
yang merupakan salah satu pintu keberhasilanan pembangunan. Keterbatasan peralatan dan sarana fisik
kelautan mengurangi keefektifan kegiatan eksplorasi dan penelitian kelautan.
c. Aktualisasi pemanfaatan tidak merata dan tidak seimbang
Kegiatan penangkapan ikan di laut sebagian besar masih berkisar di perairan pantai yang padat
penduduknya. Dengan demikian pemanfaatan sumberdaya perikanan laut belum merata untuk wilayah
Indonesia. Khusus untuik perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) masih sangat sedikit diusahakan,
sehingga memancing timbulnya pencurian ikan oleh kapal-kapal asing di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia.
d. Komitmen Pemerintah
Komitmen dan kelancaran dukungan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,
terhadap suatu pembangunan merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan.
e.
Kualitas Sumberdaya Manusia
Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat laut diakibatkan oleh rendahnya kualitas sumberdaya manusia
(SDM). Dampak yang ditimbulkan terungkap pada akses masyarakat terhadap sumberdaya laut dan
penguasaan teknologi kelautan yang masih rendah.
f.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Peran IPTEK dalam usaha memanfaatkan potensi sumberdaya kelautan secara efisien dan berkelanjutan
sangat jauh tertinggal. Dengan luasnya wilayah laut Indonesia serta keberadaan sumberdaya alam, baik di
laut, di dasar laut mengharuskan kita memanfaatkan keunggulan IPTEK. Sistem pemantau maupun
pemetaan sumberdaya alam di laut tidak dapat lagi menggunakan teknologi konvensional.
4. PEMBANGUNAN PERIKANAN LAUT DI INDONESIA
Keberadaan Perairan Indonesia yang luas dan terletak pada posisi silang di antara dua samudera dan
dua benua, mengharuskan Indonesia untuk berperan aktif dalam forum-forum regional sehingga terjalin
kerjasama dan kesatuan di antara negara-negara tetangga. Kerjasama luar negeri baik itu bilateral, regional
maupun internasional perlu ditingkatkan untuk mengatur pemanfaatan sumberdaya ikan, penelitian maupun
pengelolaan laut, termasuk dalam pengaturan batas ZEE.
Selain itu Pendayagunaan dan pemanfaatan fungsi wilayah laut nasional dengan menerapkan
konvensi hukum laut internasional meliputi penetapan batas wilayah perairan indonesia maupun ZEE serta
mengembangkan potensi nasional merupakan kekuatan pertahanan keamanan di bidang maritim untuk menjamin
keselamatan dan pembangunan di laut.
Peran serta Departemen Perhubungan khususnya perhubungan laut dalam pengadaan sarana-sarana
perhubungan laut akan memberi solusi bagi terbukanya wilayah yang terisolasi sehingga memungkinkan
pembangunan wilayah di pulau-pulau maupun wilayah yang terpencil sekalipun.
Pembangunan sarana dan prasarana di bidang perikanan sangat dibutuhkan, misalnya pelabuhan
perikanan atau tempat pendaratan ikan. Pelabuhan perikanan dan juga tempat pendaratan ikan merupakan pusat
pengembangan masyarakat nelayan dan pertumbuhan ekonomi perikanan, pengembangan agribisnis dan
agroindustri perikanan. Pusat pelayanan tambat labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan hasil tangkapan
dan hasil budidayaan, tempat pelayanan kegiatan operasi kapal-kapal perikanan, pusat pemasaran dan distribusi
perikanan, tempat pengembangan usaha industi perikanan dan pelayan eksport, tempat pelaksanaan pengawasan,
penyuluhan dan pengumpulan data. Mengingat fungsi pelabuhan perikanan sangat luas dan memiliki
kekhususan, maka keberadaan pelabuhan perikanan harus merupakan wilayah kerja tersendiri dan tidak dapat
disatukan dengan pelabuhan umum (Muchtar A, 1999). Pembangunan infrastuktur secara lengkap akan
memacu perkembangan pembangunan kelautan. Khususnya untuk Daerah Indonesia bagian Timur dimana
terdapat potensi perikanan laut yang besar namun pemanfaatannya masih sangat rendah sangat membutuhkan
pembangunan fisik pelabuhan perikanan maupun tempat pendaratan ikan berikut fasilitas yang diperlukan..
Kegiatan penangkapan ikan di laut sebagian besar masih berkisar di perairan pantai yang padat
penduduknya seperti perairan Utara Jawa, Selat Bali, dan selat Makasar.
Dengan demikian pemanfaatan
sumberdaya perikanan laut selanjutnya dihadapkan kepada tantangan untuk dapat memanfaatkan sumberdaya
yang optimal dan merata serta sekaligus dapat mengurangi tekanan/intensitas pemanfaatan secara berlebihan di
daerah-daerah yang kritis. Selain itu juga perlu meningkatkan pengoperasian di wilayah ZEE secara
bertahap. Untuk itu perlu pengaturan zona. Dimana zona atau daerah-daerah yang sudah mengalami tekanan
yang tinggi penangkapan harus mengurangi armada perikanannya sedang untuk daerah-daerah yang masih
memiliki potensi yang besar namun memiliki sedikit armada kapal, harus mulai dilakukan penambahan
armada. Selain itu perlu dibangun armada-armada kapal perikanan yang besar yang sanggup beroperasi di
daerah ZEE. Hal ini perlu agar potensi perikanan laut di daerah ZEE dapat dimanfaatkan secara optimal. Selain
itu kebijakan eksport kapal-kapal bekas dapat dilanjutkan tetapi hal ini tanpa mematikan pengadaan kapal-kapal
dalam negeri. Selain itu perlunya dorongan bagi pembangunan industri kapal perikanan dalam negeri dan
meningkatkan kemampuan rancang bangun serta perekayasaan kapal dan alat penangkapan ikan.
Komitmen pemerintah dalam mendukung pembangunan perikanan laut, merupakan salah satu kunci
keberhasilan dalam pembangunan di Sektor perikanan laut. Melihat rumitnya struktur kelembagaan yang ikut
ambil bagian dalam menangani persoalan-persoalan perikanan laut membuat semakin banyaknya masalahmasalah yang timbul, untuk itu perlu penataan kembali lembaga-lembaga yang terkait dalam bidang perikanan
laut sehingga wewenang dan fungsinya jelas dan optimal. Perlunya sikap rendah hati dari setiap pimpinan
lembaga untuk melepaskan capurtangannya dan menyerahkan kepada lembaga yang terkait.
Pembuatan perundang-undangan yang tepat serta pengawasan yang ketat akan menghasilkan
pengelolaan sumberdaya laut yang efektif dan efisien tanpa merusak sumberdaya laut yang ada. Oleh karena itu
sebelum pemerintah membuat perundang-undangan hendaknya diperlukan informasi dan data, serta kajian yang
lengkap dan matang sehingga perundang-undangan yang berlaku menjadi sangat efektif untuk
dilaksanakan. Kegiatan pengawasan menurut Muchtar A, (1999) mutlak diperlukan dengan konsep monitoring,
controlling dan survaillance (MCS). Pengawasan perlu dilakukan juga terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan
di ZEE oleh kapal-kapal ikan asing yang mendapat ijin untuk beroperasi di Perairan ZEEI, sehingga pencurian
ikan oleh kapal asing dapat ditekan sedemikian rupa sehingga sumberdaya ikan tidak mengalami kerusakan.
Pendidikan dan pelatihan bagi sumberdaya manusia terus diupayakan untuk meningkatkan jumlah dan
kualitas sumberdaya manusia baik dari segi pola pikir maupun dalam ketrampilan, sehingga nantinya dapat
memiliki wawasan ke depan serta dapat menguasi teknologi dan mempunyai inovasi menghadapi tantangantantangan jaman. Menurut Muchtar, A (1999) untuk dapat meningkatkan kemampuan memanfaatkan
sumberdaya perikanan laut, khususnya di perairan ZEE, diperlukan nelayan yang mempunyai pengetahuan dan
kemampuan teknis pengoperasian kapal besar..
Dalam pembangunan Perikanan laut, penguasaan teknologi perlu ditingkatkan. Teknologi yang perlu
ditingkatkan dalam pembangunan perikanan laut (Rohmin D, 1997) antara lain:

Pengembangan kemampuan armada penangkapan ikan nasional, dari yang bersifat hunting menjadi lebih
bersifat harvesting. Ini memerlukan penguasaan dan penerapan IPTEK baru, antara lain sensor system,
remote sensing dan GIS, permodelan dan simulasi komputer, artificial inteligence dan decision support
system, teknologi penangkapan dan kapal penangkapan ikan yang modern dan effisien untuk eksploitasi
Sumberdaya ikan di ZEE.

Pengembangan teknologi budidaya laut (mariculture), termasuk sea ranching, untuk sumberdaya ikan yang
sudah dibudidayakan maupun yang belum (baru).

Penerapan bioteknologi untuk budidaya laut, termasuk teknik ekstrasi bioactive subtances atau marine
natural products untuk industri pangan, obat-obatan dan kosmetika.

Pengembangan teknologi pengelolaan (konservasi) sumberdaya perikanan dan lingkungan laut serta
rehabilitasi habitat ikan yang telah rusak, sehingga kelestarian produksi sumberdaya ikan dapat dipelihara.
 Pengembangan ilmu dan teknologi kelautan, khususnya dalam bidang fisika oseanografi.
Selain penguasaan teknologi seperti yang telah dikemukakan di atas, diperlukan juga teknologi pasca
panen untuk mendapatkan produk yang berkualitas yang dapat oleh pasar internasional maupun lokal. Indonesia
juga harus mengembangkan rekayasa kelautan dimana Indonesia dipacu untuk dapat menghasilkan peralatan
yang dibutuhkan dalam bidang perikanan tanpa harus terus menerus mengadalakan peralatan buatan luar
negeri. Pengembangan ini dapat dilakukan secara bersama-sama antara instansi pemerintah, perguruan tinggi
maupun swasta yang bergerak dalam bidang IPTEK kelautan secara menyeluruh.
Selain teknologi yang terus ditingkatkan juga perlu diimbangi dengan sistem informasi dan data yang
akurat bagi kepentingan nelayan maupun instansi terkait untuk pengambilan kebijakan. Misalnya informasi
mengenai daerah penangkapan ikan, potensi sumberdaya ikan di suatu perairan tertentu sehingga informasiinformasi ini dapat mengarahkan nelayan melakukan penangkapan.
Dalam pembangunan perikanan laut juga perlu pengembangan pola kemitraan. Pola
kemitraan harus ditingkatkan untuk mendorong keterpaduan kegiatan pemanfaatan sumberdaya
ikan antara pengusaha skala kecil (nelayan) dengan pengusaha skala besar dan BUMN. Juga
perlunya kemudahan investasi, keringanan bunga oleh bank-bank pemerintahan dan keringanan
perpajakan.
PENUTUP
Pembangunan sektor kelautan di Indonesia merupakan hal yang sangat penting sebagai usaha untuk
menumbuhkan perekonomian indonesia yang dewasa ini sedang mengalami kelesuhan akibat krisis ekonomi
sejak tahun 1997, serta untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Pembangunan Perikanan laut meliputi pembangunan sumberdaya manusia, teknologi, sarana dan
prasarana perikanan laut, pengaturan kelembagaan, perundang-undangan, kemitraan dan perlunya pengawasan
dalam segala bidang yang berhubungan dengan sumberdaya laut sehingga nantinya akan memberikan solusi bagi
masalah-masalah yang ada..
Post date: 2011-04-13 11:13:00
Post date GMT: 2011-04-13 11:13:00
Post modified date: 2014-09-19 20:47:47
Post modified date GMT: 2014-09-19 20:47:47
Powered by [ Universal Post Manager ] plugin. MS Word saving format developed by gVectors Team www.gVectors.com
Download