perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model inkuiri

advertisement
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
INKUIRI TERBIMBING DAN MODEL INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI
PEMBELAJARAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI 1 BELITANG
Arini Rosa Sinensis
Dosen Pendidikan Fisika STKIP Nurul Huda Sukaraja
Email: [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa dengan
menggunakan model inkuiri terbimbing dan model inkuiri bebas termodifikasi. Metode
penelitian ini adalah quasi eksperimental design. Hasil perhitungan dengan Uji U-test dalam
pengujian hipotesis untuk data pree-test (Zhitung;1,986 ≥ Ztabel α/2;1,64) dan untuk data post-test
diperoleh harga (Zhitung; 4,70 ≥ Ztabel α/2;1,96) dengan taraf signifikansi 5% berarti Ha diterima,
yaitu terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan setelah diterapkan model inkuiri
terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi pembelajaran fisika kelas X SMA Negeri 1
Belitang. Perbedaan ini dapat diketahui dari penerapan model inkuiri terbimbing diperoleh NGain (50,6%) lebih besar dibandingkan penerapan model inkuiri bebas termodifikasi N-Gain
(27%). Hal ini menunjukkan bahwa dengan model inkuiri terbimbing lebih efektif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata Kunci : Inkuiri terbimbing, Inkuiri bebas termodifikasi, Hasil belajar.
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan
pembelajaran
di
sekolah
merupakan
tugas
guru
untuk
mengkondisikan belajar yang optimal sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Untuk mencapai
tujuan yang diinginkan dalam proses pembelajaran, maka guru harus memilih metode, model
dan indikator pembelajaran yang tepat. Guru juga harus mampu membekali siswa dengan
keterampilan dan sikap ilmiah yang dimilikinya agar siswa mampu menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan kehidupan sehari- hari.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SMA Negeri 1 Belitang diketahui bahwa
di SMA ini mempunyai laboratorium Fisika dan mempunyai KIT sebagai sarana pembelajaran.
Selain itu, dalam kegiatan praktikum dilaksanakan 3 kali atau lebih dalam 1 semester namun
ditemukan bahwa kemampuan siswa dalam pemecahan masalah yang mereka temukan dalam
pembelajaran fisika khususnya praktikum masih rendah, yaitu dalam memahami konsepkonsep fisika. Untuk mengatasi hal tersebut, maka peneliti memandang perlu diterapkan suatu
model pembelajaran yang dapat melatih kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, baik
yang mereka temui dalam pembelajaran fisika maupun dalam kehidupan sehari-hari yaitu
dengan model inkuiri terbimbing dan model inkuiri bebas termodifikasi. Penelitian ini
76
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model inkuiri
terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi pembelajaran fisika kelas X SMA Negeri 1
Belitang.
Penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa memahami konsep fisika baik secara
mandiri maupun kelompok dan bagi guru dengan menggunakan inkuri terbimbing dan model
inkuiri bebas termodifikasi pembelajaran fisika menjadi terobosan baru dalam mengajar dalam
meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa dan hasil belajar siswa.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Gulo (dalam Trianto, 2007:135-137) model inkuiri adalah suatu model dalam
kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk
mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat yang
bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis
data, dan membuat kesimpulan.
Wenning (2005) inkuiri
terbimbing dicirikan dengan adanya peran guru dalam
mengenalkan masalah dan memberikan pertanyaan arahan lebih dari satu untuk membantu
siswa menyusun suatu prosedur dan langkah percobaan. Inkuiri terbimbing diawali dengan
diskusi. Inkuiri bebas termodifikasi merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua model
inkuiri sebelumnya, yaitu model inkuiri terbimbing dan model inkuiri bebas, guru memberikan
masalah dan pertanyaan untuk mengarahkan siswa. Guru bertindak sebagai narasumber dan
membantu menghindari kegagalan atau kekurangan untuk kemajuan siswa dalam penyelidikan
(Brown et al.,dalam Agabarachi, Nkasiobi. 2011).
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan (Purwanto, 2011). Manusia mempunyai potensi
perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi domain kognitif,
afektif dan psikomotorik. Domain hasil belajar merupakan perilaku- perilaku kejiwaan yang
akan diubah dalam proses pendidikan pendidikan, pengubahan perilaku dan hasil perubahan
perilaku digambarkan pada tabel di bawah ini.
77
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
Tabel 1. Pengubahan dan hasil perubahan perilaku
Input
siswa:
1. kognitif
2. afektif
3. psikomotorik
potensi perilaku
yang dapat diubah
Proses
proses
mengajar
usaha
perilaku
Hasil
belajar
mengubah
siswa:
1. kognitif
2. afektif
3. psikomotorik
perilaku yang telah
berubah
1. efek pengajaran
2. efek pengiring
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah metode penelitian quasi eksperimental design (eksperimen
semu). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat pada variabel bebas dan
menguji perubahan yang diakibatkannya. Hasilnya dapat terlihat dari variabel terikatnya, yaitu
hasil belajar siswa. Terdapat dua kelompok eksperimen, yaitu kelompok kelas inkuiri
terbimbing dan kelompok kelas inkuiri bebas termodifikasi. Adapun desain penelitian ini
adalah
Group
Pree test
test
Treatment
Post-
Inkuiri Terbimbing
Y1
X1
Y2
Inkuiri Bebas
Termodifikasi
Y1
X2
Y2
Gambar 1. Pretest-Posttest Control Group Design
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah yaitu Sampling Purposive
(pertimbangan tertentu). Sampel diambil berdasarkan hasil pertimbangan, yaitu untuk model
inkuiri terbimbing sampel yang diambil adalah kelas X9 yang merupakan kelas (reguler),
78
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
sedangkan untuk kelas penerapan model inkuiri bebas termodifikasi adalah kelas X10 yang
merupakan kelas (Prestasi). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes hasil
belajar siswa.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS)dan instrumen pengambilan data
menggunakan tes. Uji normalitas pada penelitian ini uji chi square, uji homogenitas
menggunakan uji F (varians). Karena data tidak normal dan tidak homogen maka uji hipotesis
menggunakan Uji U- Test . Peningkatan Hasil Belajar dilakukan untuk mengetahui besar
peningkatan sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Peningkatan hasil belajar
siswa dihitung dengan perumusan gain ternormalisasi (N-gain).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Belajar Pre-test
Berikut ini adalah hasil belajar pre-test siswa sebelum diberi perlakuan dengan model
inkuiri terbimbing dan model inkuiri bebas termodifikasi.
9
8
6
5
4
3
banyak siswa
7
Kelas eksperimen 1
Kelas eksperimen II
2
1
0
10--16 17-23 24-30 31-37 38-44 45-51
Gambar 2. Diagram Batang Nilai Pre-Test Kelas
Eksperimen 1 dan Eksperimen II
Dengan demikian, terlihat jelas bahwa skor hasil belajar pre-test yang dimiliki kelas
eksperimen 1 dan II jauh berbeda. Pada kelas eksperimen 1 telah mempelajari materi alat- alat
optik pada pokok bahasan mata, sehingga mempengaruhi hasil belajar pre-test siswa.
79
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
Hasil Belajar Post-test
Setelah menerapkan kedua model pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas
termodifikasi, peneliti mengadakan post-test untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa
setelah mempelajari materi alat- alat optik setelah diajarkan guru, maka diperoleh data posttest sebagai berikut.
25
15
10
banyak siswa
20
Kelas eksperimen 1
Kelas eksperimen II
5
0
15-25
26-23
37-47
48-58
59-69
70-80
Gambar 3. Diagram Batang Nilai Post-Test kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen II
Dengan demikian, terlihat jelas pengetahuan akhir (post-test) yang diperoleh siswa di
kelas eksperimen I sangat besar dengan rata-rata (X ) meperoleh nilai 67,63. Jadi dapat
dikatakan bahwa siswa di kelas eksperimen I mengalami peningkatan hasil belajar.
Peningkatan Hasil Belajar
Peningkatan Hasil Belajar dilakukan untuk mengetahui besar peningkatan sebelum
diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Peningkatan hasil belajar siswa dihitung dengan
perumusan gain ternormalisasi.
Tabel 2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Variabel
NGain
Kategori
Kelas Eksperimen 1
50,60
%
Sedang
Kelas Eksperimen
II
27,65
%
Rendah
80
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
Hasil N-gain yaitu untuk mengetahui berapa besar peningkatan hasil belajar,pada kelas
eksperimen peningkatan mencapai 50,60% sedangkan pada kelas kontrol meningkat sebesar
27,65 %. Dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II,
mengalami peningkatan hasil belajar tetapi, peningkatan hasil belajar kelas eksperimen 1 lebih
tinggi dibandingkan kelas eksperimen II.
Uji Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis komparatif dua sampel independen bila datanya berbentuk ordinal
menggunakan U-Test . Dengan kriteria pengujian Ho diterima Zhitung ≤ Ztabel
diterima Zhitung ≥ Ztabel
α/2
dan Ha
α/2 .
Tabel 3. Hasil Pengujian Hipotesis ( U-Test)
Antar Kelompok
Zhitung
Ztabel
Keterangan
α/2
5%
Pree-test
1,986
1,64
Eksperiman 1 dan
Ada perbedaan (Ha
diterima)
Eksperimen II
Post-test Eksperimen
4,70
1,96
dan Eksperimen II
Ada perbedaan (Ha
diterima)
Hasil uji data pre-test memperoleh nilai Zhitung ≥ Ztabel (1,986 > 1,64) pada taraf signifikansi
5%, maka Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan hasil belajar sebelum diberi perlakuan
model inkuiri terbimbing dan model inkuiri bebas termodifikasi. Setelah diterapkan kedua
model tersebut hasil uji hipotesis untuk data post-test nilai Zhitung ≥ Ztabel (4,70 > 1,96). Hal ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model inkuiri
terbimbing dan model inkuiri bebas termodifikasi (Ha diterima).
81
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
Pembahasan
Keterlaksanaan model inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi sesuai
dengan tahap inkuiri yaitu; merumuskan masalah, menentukan hipotesis, mengumpulkan data,
menguji hipotesis, menarik kesimpulan dan melaksanakan keputusan. Model pembelajaran
inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi merupakan model yang sifatnya student
center. Meskipun demikian, kedua model tersebut mempunyai keunggulan tertentu menurut
suryosubroto (2009) pembelajaran inkuiri membantu siswa mengembangkan pola pikir atau
memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa,
membangkitkan gairah belajar, siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi
untuk belajar dan dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa.
Dari hasil analisis data diperoleh yaitu terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum
dan setelah diterapkan model inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi pada
pembelajaran fisika kelas X SMA.
Perbedaan hasil belajar siswa sebelum diberi perlakuan inkuiri terbimbing dan inkuiri
bebas termodifikasi menunjukkan hasil dari pretest kelas eksperimen I diperoleh nilai rata-rata
sebesar 34,7 lebih besar dibandingkan dengan kelas eksperimen II diperoleh rata-rata 28,6. Hal
ini disebabkan karena pada kelas eksperimen I telah dahulu mempelajari alat-alat optik yaitu
pada subbab mata, sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa karena pengetahuan awal yang
dimiliki lebih banyak. Sedangkan pada kelas eksperimen II belum belajar sama sekali materi
alat-alat optik sehingga siswa kurang paham karena pengetahuan awal yang dimiliki hanya
sebatas pengetahuan pada saat belajar di SMP.
Pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen I diawali
dengan guru memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai materi optik ini dilakukan
peneliti baik pertemuan 1,2,3,4, dan 5 dengan menggunakan media power point dan video
setelah diberi penjelasan guru membagi 5 kelompok belajar dan membagikan LKS setelah itu
siswa melaksanakan praktikum sesuai arahan dari guru setiap kelompok terdiri dari 6-8 siswa,
pada setiap pertemuan siswa sangat antusias dalam kegiatan belajar fisika ini dapat dilihat
mereka sangat aktif dan mampu bekerja sama dengan baik dengan teman sekelompoknya yaitu
membagi tugas masing-masing untuk melakukan parktikum optik, guru memberikan arahan
kepada siswa bagaimana menggunakan alat-alat praktikum dengan baik menuntun siswa
dengan beberapa pertanyaan yang tercantum di LKS agar siswa dapat membuat kesimpulan
dari hasil praktikumnya siswa mendiskusikan hasil praktikum sesuai dengan pendapat
kelompok masing- masing. Setelah kegiatan pembelajaran selesai guru memberikan pelatihan
82
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
lanjutan berupa latihan soal dan mencari artikel fisika yang berkaitan dengan alat- alat optik
untuk tugas di rumah
Pelaksanaan model inkuiri bebas termodifikasi pada kelas eksperimen II untuk pertemuan
1,2,3,4, dan 5 diawali dengan guru memberikan masalah dan memberikan penjelasan mengenai
materi optik. Sebelumnya, siswa membaca buku panduan fisika yang mereka miliki sebagai
pengetahuan awal setelah itu guru menjelaskan materi optik guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada praktikum alat-alat optik selanjutnya untuk tahap
eksperimen, guru menginformasikan kepada siswa bahwa pemilihan alat dan bahan,
menganalisis adalah tugas siswa tetapi guru masih memberi bimbingan namun tidak penuh.
Melalui model pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi ini siswa merasa kesulitan,
dapat diketahui dalam pelaksanaannya siswa cenderung banyak bertanya meskipun alat- alat
yang tersedia untuk diujicobakan sudah tersedia selain itu, kesulitan siswa adalah kurangnya
motivasi siswa dalam pengumpulan data sehingga dalam pemberian kesimpulan kurang
memuaskan, dalam pelaksanaannya inkuiri bebas termodifikasi ini memerlukan waktu yang
harus terorganisir dengan baik ini sesuai dengan penelitan Winanti (2009). Siswa mengalami
kesulitan dalam praktikum ini terjadi pada pertemuan 1 dan pertemuan ke 3 dan utuk pertemuan
selanjutnya siswa sudah terbiasa dengan pelaksanaan model inkuiri bebas termodifikasi.
Setelah pembelajaran selesai guru memberikan pelatihan lanjutan berupa latihan soal dan
mencari artikel fisika yang berkaitan dengan alat- alat optik untuk tugas rumah.
Pada umumnya, penggunaan model- model pembelajaran yang dilakukan oleh guru
bertujuan agar hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar pada nilai
posttest pada kelas eksperimen I diperoleh rata- rata sebesar 67,6 dengan selisih dari nilai preetest sebesar 32,8. Peningkatan ini disebabkan karena dalam pembelajarannya inkuri
terbimbing, siswa lebih banyak dibimbing dan dituntun guru dalam menentukan keputusan
selain itu sebelum pembelajaran materi yang dijelaskan oleh guru menggunakan media power
point, video dan animasi flash serta pembelajarannya dilaksanakan pada pagi hari. Beberapa
hal tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar dapat diketahui
melalui gain ternormalisasi <g> yaitu peningkatan hasil belajar kelas eksperimen I sebesar
0,506 atau (50,6%) dan kriterianya tergolong pada tingkat “sedang”. Peningkatan hasil belajar
dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dapat
meningkatkan pembelajaran siswa, ini didukung dengan penelitian syarifah dkk (2012), yang
menunjukkan bahwa dengan menerapkan kedua model pembelajaran tersebut dapat
meningkatkan keterampilan berfikir kognitif siswa yang sama baik dan berkategori “sedang”.
83
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif
terhadap peningkatan pemahaman belajar siswa dalam pembelajaran fisika pada materi alatalat optik.
Peningkatan hasil belajar tidak hanya pada kelas eksperimen I, pada kelas eksperimen II
mengalami peningkatan karena dalam pembelajarannya guru membebaskan siswa untuk
mengeksplor pengetahuan siswa dengan membaca buku, mengkaji bahan belajar dengan
internet pada saat pembelajaran dan pelaksanaan praktikum dan diperoleh rata-rata nilai pretest sebesar 28,6 dan rata-rata nilai post-test sebesar 52,7. Sehingga, dapat diketahui selisih
rata-rata nilai tes kelompok eksperimen II adalah sebesar 24,1 dan peningkatan hasil belajar
dengan analisis gain ternormalisasi <g> sebesar 0,27 atau (27%). Berdasarkan kriterianya
melalui indeks <g> nilai 0,27 tergolong pada tingkat “rendah”. Selain itu peningkatan hasil
belajar yang rendah ini disebabkan karena, dalam pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi ini
siswa kurang termotivasi dan kurang memuaskan dalam menganalisis, mengumpulkan data
karena dalam desain pembelajarannya siswa tidak sepenuhnya dibimbing guru.
Perbedaan hasil belajar siswa ini dapat ditunjukkan pada nilai post-test yang terdapat pada
gambar 3. di kelas eksperimen II diperoleh hasil belajar post-test lebih kecil jika dibandingkan
dengan eksperimen I ini disebabkan karena sebagian siswa pada kelas eksperimen II menjawab
dengan mereka-reka dan post-test dilaksanakan pada jam terakhir pembelajaran, sehingga
siswa merasa bosan dan soal yang diberikan dijawab dengan terburu- buru. Jadi dapat
disimpulkan bahwa penerapan model inkuiri bebas termodifikasi dapat meningkatkan
pemahaman belajar siswa dalam pembelajaran namun tidak optimal.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
siswa dengan menggunakan model inkuiri terbimbing dan model inkuiri bebas termodifikasi.
Kedua model pembelajaran ini juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa namun peningkatan
hasil belajar yang lebih efektif adalah dengan menggunakan model inkuiri terbimbing.
DAFTAR PUSTAKA
Agabarachi, Nkasiobi. 2011. Inquiry Instructional Method and the School Science Curriculum.
Current Research Journal of Social Science 3(3): 188-198,2011 ISSN: 2041-3246.
84
Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015
Buck, Bretz, Towns.2008. Characterizing the Level of Inquiry in the Undergraduate
Laboratory. Journal of College Science Teaching.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
.
Suryosubroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah.2009. Jakarta : Rineka Cipta
Syarifah dkk, 2012. Perbedaan kerja laboratorium fisika dengan metode inkuiri terbimbing
(guided inquiry) dan inkuiri bebas termodifikasi (modified free inquiry) ditinjau dari
keterampilan berpikir kritis siswa. Universitas Negeri Yogyakarta diakses melali
http://journal.student.uny.ac.id/ 15 april 2013
Trianto. 2007. Model- Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta :
Prestasi Pustaka.
Wenning, C.J. (2005). Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry
processes. Journal of Physics Teacher Education Online, 2(3)
Winanti, Srining.2009. Pembelajaran Ipa Berbasis Masalah Melalui Inkuiri Terbimbing
dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Dan Kreativitas .
Program
Pascasarjana
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta.
Melalui http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/dokumen/133600708201007141.pdf
.
85
Download