1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran dengan belajar melalui bermain pada anak usia dini adalah salah satu cara pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini, karena diusia dini juga adalah merupakan masa bermain anak. Pada anak tahap usia dini adalah merupakan masa keemasan yang membutuhkan stimulus yang bermakna melalui belajar sambil bermain, sesuai dengan usia dan perkembangan karakteristik mereka. Guru yang mengajar di TK/RA dituntut tidak hanya mampu mengelolah pembelajaran saja, tetapi juga harus mampu menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak didik yang belajar di TK/RA demi tercapainnya tujuan pengajaran yang diharapkan. Karena keberhasilan anak dalam belajar adalah merupakan harapan setiap guru, termasuk anak yang belajar di TK/RA. Walaupun anak pada usia dini belum memahami betul tujuan belajar. Untuk dapat mewujudkan harapan tersebut,guru perlu memahami anak sebagai manusia seutuhnya dan memahami diri anak pula sebagai individu, diantarannya adalah berkaitan dengan media apa yang dapat membangkitkan keinginan dan semangat anak dalam mengikuti pelajaran. 2 Bermain akan membawa anak pada pengalaman yang positif dalam segala aspek, seperti aspek pengembangan keimanan dan ketakwaan, keterampilan, daya pikir, daya cipta, kemampuan berbahasa, kemandirian, psokososial atau bersosialisasi, serta kemampuan olah tubuh. Menyimak makna yang terkandung dalam tujuan-tujuan dari program kegiatan bermain sambil belajar pada anak TK/RA tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan – tujuan tersebut pada hakekatnya menyentuh ranah “ efektif “ anak yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhalak mulia, termasuk budi pekerti dan kepribadian yang baik dalam berkomunikasi dan bersosialisasi; ranah kognitif “ anak yang tercermin pada daya pikir, kemampuan berbahasa, daya cipta, kreativitas dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta munguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; ranah” psikomotorik” tercermin pada kemampuan untuk menampilkan keterampilan motorik yang baik (teknis, praktis, kinestetis motorik kasar dan motorik halus) atau kemampuan olah tubuh (jasmani). Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis tentang kemampuan kognitif anak, diperoleh hasil dimana kemampuan anak dalam mengenal huruf hijaiyah masih sangat rendah. Data kemampuan kognitif anak yang peroleh masih sangat berkurang. Data yang diperoleh menunjukan dari keseluruhan jumlah anak kelompok B3 Idhata Kendari, hanya sekitar 33. 33% anak pada kemampuan anak dalam mengenal huruf hijaiyah berkembang sesuai harapan ( BSH ) dan 55, 33 % anak baru mulai berkembang ( MB ) dan bahkan belum berkembang ( BB ) sama sekali sebesar 13, 33%. Nampak pula dalam peaksanaan pembelajaran dikelas, 3 penggunaan metode dan strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran bagi anak usia dini di RA tersebut kurang dilakukan dan tidak bervariatif, bahkan guru cenderung menggunakan model yang intinya hanya bercakap–cakap atau bercerita/berdongeng dan bernyanyi sambil memperlihatkan gambat–gambar pada setiap pembelajaran yang dilakukannya, anak–anak kurang dibiasakan untuk bermain dalam sebuah permainan yang menyenangkan. Terlebih lagi dalam pembelajaran bidang pengembangan kemampuan dasar kognitif mengenal huruf hijaiyah secara umum guru hanya membelajarkan dengan mengajak anak melihat tulisan sambil menyebut hurufnya. Pembelajaran juga tidak lakukan dengan media pembelajaran atau alat peraga yang sesuai dan dikenal anak dalam kehidupannya sehari–hari. Anak hanya melakukan apa yang dikatakan guru tanpa memberi kebebasan anak untuk berkreasi dan bekerja bersama kelompok bermainnya dengan menggunakan media dalam melakukan kegiatan belajar sambil bermain dengan permainan kemampuan dasar dalam mengenal huruf hijaiyah. Mencermati uraian terakhir diatas, maka dapat dikatakan bahwa kenyataan tersebut dipandang kurang relevan dengan amanat UU nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Taman Pendidikan Nasional Dan Penyelenggaraan Satuan Kanak–Kanak tahun 2004, salah satu diantaranya menekankan kemampuan dasar kognitif anak, dalam hal ini penembangan kemampuan dasar kognitif bidang konsep dasar pengenalan huruf diharapkan anak dapat mengenal huruf dan cara mengejanya. Sehingga untuk pencapaiannya, diharapkan pula guru Tk Idhata Kendari untuk lebih dalam menerapkan dan 4 mendesain bentuk–bentuk pembelajaran kemampuan dasar kognitif anak dalam mengenal huruf hijaiyah melalui media kolase, dengan permainan ini permulaan untuk anak dengan memanfaatkan berbagai alat peraga atau media pembelajaran lebih bervariatif, dan tentunya yang sesuai dengan kebutuhannya aspek perkembangan anak dalam bermain sambil belajar. Di sisi lain, karena dalam pembelajaran yang untuk mengembangkan kemampuan dasar meningkatkan kemampuan kognitif, sehingga anak juga dapat mengenal huruf hijaiyah, pengaitan konsep–konsep dasar dalam hal kognitif dengan pengalaman anak dalam kehidupan sehari–hari adalah kegiatan yang penting dilakukan guru. Untuk itu, juga dapat dipandang penting untuk diupayakan guru Tk Idhata Kendari adalah memikirkan dan mengetahui cara merancang suatu tindakan pembelajaran dengan pola permainan yang tepat dan berkualitas dengan mengoptimalkan fungsi media dan komponen pembelajaran lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kegiatan observasi awal, penulis melakukan suatu pendekatan pembelajaran untuk bahan permainan anak dalam kegiatan belajar sambil bermain dalam mengembangkan kemampuan dasar kognitif anak mengenal huruf hijaiyah bagi anak TK Idhata Kendari yang 80% belum berkembang. Hal ini mendapat tanggapan yang sangat antusias oleh guru untuk ingin menerapkan metode kolase. Kenyataan ini, mendorong penulis untuk melaksanakan penelitian dengan judul ” Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak mengenal Huruf Hijiyah melalui media kolase Pada Kelompok B3 Tk Idhata Kendari” 5 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang d iatas, maka penulis mengidentifikasi malaalah dalam penelitaian ini.Adapun yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut : 1. Mengembangkan kemampuan kognitif anak mengenal huruf hijaiyah pada kelompok B3 di TK Idhata. 2. Media kolase dapat meningkatkan kognitif anak mengenal huruf hijaiyah. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah melalui media kolase dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak mengenal huruf hijaiyah pada anak kelompok B3 Tama Kanak-Kanak Idhata Kendari ? D. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah diatas sebagai dugaan awal terhadap permasalahan dalam penelitian ini, peneliti merumuskan dugaan awal yakni “ Ada peningkatan yang signifikan pada anak untuk mengenal huruf hijaiyah melalui media kolase. E. Tujuan dan Manfaat penelitian a. Tujuan Adapun tujuan penelitian ini adalah “untuk mengenal huruf – huruf hijaiyah dan mengembangkan kognitif anak mengenal huruf hijaiyah pada anak Kelompok B3 Tk Idhata Kendari. b. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 6 1. Bagi anak Mengembangkan kemampuan pemahaman anak dalam mengenal huruf – huruf hijaiyah,sebagai sarana kreativitas berfikir anak dalam kegiatan pembelajaran, maka anak akan mengningkatkan kemampuan kognitif dalam kegiatan permainan ini 1. Bagi Guru a. Dapat menjadi masukan bagi para guru terkait dengan pengenalan huruf hijaiyah melalui media kolase akan mengembangkan kemampuan kognitif pada anak b. Sebagai bahan masukan terhadap orang tua anak tentang pengenalan huruf hijaiyah melalui media kolase dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak c. Sebagai pertimbangan guru atau pendidik dalam memilih metode pengajaran yang menyenangkan pada anak 2. Bagi Tk Idhata Kendari Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk merumuskan kebijakan yang mengarah pada peningkatan kasil belajar anak khususnya pengembangan kognitif di Tk Idhata Kendari. 3. Bagi Peneliti Menambah wawasan serta informasi yang berguna dalam menerapkan pembelajaran mengnalkan huruf hijaiyah pada anak melalui permaianan media kolase. 7 F. Defenisi Operasional Untuk menghindari kekeliruan dalam memaknai maksud dan tujuan penelitian ini, penulis menjabarkan definisi operasional dari variabel penelitian sebagai berikut: 1. Kemampuan kognitif adalah suatu proses berpikir berupa kemampuan menilai dan mempertimbangkan segala sesuatu yang diamati dari kegiatan 2. Huruf Hijaiyah merupakan huruf penyusun kata dalam Al Qur an. 3. Kolase adalah sebuah teknik menempel unsur-unsur yang berbeda (bisa berupa kain, kertas, kayu) ke dalam sebuah frame sehingga menghasilkan sebuah karya seni yang baru. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Kognitif 1. Pengertian Kognitif Sama halnya dengan sejumlah aspek perkembangan lainnya, kemampuan kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi tahap menuju kesempurnaannya. Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan perkembangannya kemampuan kognitif ini, akan memudahkan anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan fungsinya dengan wajar dalan interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan sehari-hari.1 Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah sebagai : salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengtahuan), yaitu semua proses psikologi yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.2 Untuk memberikan pemahaman yang lebih utuh tentang perkembangan kognitif ini, berikut ini dikutip pendapat beberapa ahli Menurut Mayers ” cognition refers to all the mental activities associated 1 Desnita,Psikologi Perkembangan Peserta Didik,Bandung.PT.Remaja Rosda Karya.1993 hal 29 2 Ibid 9 with thinking,knowing,and remembering.”Dalam dictionary of psychology karya drever, dijelaskan bahwa” kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap mode pemahaman yakni, persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran”. Kemudian dalam dictionary of psychology karya Chaplin, dijelaskan bahwa kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan, termasuk didalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai. Secara tradiasional, kognisi ini dipertentangkan dengan konasi (kemauan) dan efeksi (perasaan).3 Sejumlah ahli psikologi juga menggunakan istilah thinking atau pikiran ini untuk menunjuk pengertian yang sama dengan cognition ( kognisi ), yang mencakup berbagai aktivitas mental seperti : penalaran, pemecaham masalah, pembentukan konsep - konsep, dan sebagainnya. Dalam hal ini, Myers menjelaskan bahwa, ”thinking or cognition is the mental activity associated with procesing,understading,and comunicating informatiaon, ..these mental activities including the logical and sometimes illogical ways in which we create concepts, solve problem, make decisions, and from judgments. ”Atkinson, dkk, mengartikan berpikir sebagai ”kemampuan membayangkan dan menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindak berdasarkan penggambaran ini. Pemecahan masalah yang berdasarkan pikiran dibedakan dengan pemecahan masalah melalui manipulasi yang nyata.4 Dalam beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa kognitif atau 3 Ibid Ibid 4 10 pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitasmental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan penglahan informasi yamg memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan mmerencanakan masa depan, atau semua proses psikologi yang berkaitan dengan bagaimana induvidu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai, dan memikirkan lingkungannya. 2. Perkembangan Kognitif Dikembangkan oleh jean piaget, seseorang psikolog Swiss yang hidup pada tahun 1896 – 1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan pengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan yang bagi piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat untuk mempersentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas muncul dan perolehnya Scehmata. Skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan – tahapan perkembangan, sesaat seorang memperoleh cara baru dalam mempersentasikan informasi secara mental, teori ini di golongkan kedalam kontruktivisme, yang berarti, tidak seperti toeri nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan,pengetahuan, dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif , kata melalui tindakan yang termotivasi dangan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk mengembangkan mengembangkan teori ini, piaget memperoleh Erasmus Prize. 11 Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode yang berkolerasi dengan semakin canggih spertumbuhan usia : a. Tahapan sensorimotor (usia 0 -2 tahun) b. Tahapan pra – oprasional (usia 2 – 7 tahun) c. Tahapan operasiaonal konkrit (usia 7 - tahun) d. Tahapan operasaional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa).5 a. Tahapan Sensori motor Menurut piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya, skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan ini. Tahapan sensorimotor adalah tahapan pertama dari empat tahapan. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spasial penting dalam enam subtema : 1. Sub – tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks. 2. Sub – tahapan fase reaksi sirkula primer, dari usia enam minggu sampai enam bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaankebiasaan. 5 Jahja Yudrik, Psikologi Perkembangan,Jakarta.Kencana Perdana Media.2011,hal 52 12 3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan. 4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia 9-12 bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat obyek sebagai suatu permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanen objek), 5. Sub-tema fase reaksi sirkular tersier, muncul pada usia 12-18 bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan. 6. Sub-tahapan awal representasi simbolis, berhubungan terutama dengan tahapan awak kreaktivitas.6 b. Tahapan pra operasional Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, piaget dapat menunjukan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (pra) operasi dalam teori piaget ialah prosedur malakukan tindakan secara mental terhadap obyek-obyek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan mempresetasikan obyek dengan gambaran dan kata–kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris : anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengkasifikasikan objek menggunakan satu cara, 6 Ibid 13 seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda – beda atau mengumpulkan semua benda bulat walaupun warnanya berbeda-beda. Menurut piaget, tahapan pra oprasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak dapat mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai mempersentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran instuitif bukan logis. Dipermulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu mereka tidak dapat memahami tempatnya didunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.7 c. Tahapan Operasional Formal Tahapan operasional formal adalah periode terakhir berkembang kognitif dalam teori piaget. Tahapan mulai dialami anak dalam usia 11 tahun (saat purbertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini ialah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menara secara logis, dan nilai dan menarik kesimpulan dan informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada, gradasi 7 Ibid 14 abu-abu “diantaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya kedunia dewasa secara fisiologis kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Berbagai orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari operasional konkrit.8 Adapun tujuan pengembangan kognitif anitoryak diarahkan pada pengembangan kemampuan auditory. visual, taktil, kinestik, artimatika, geometry, dan sains. Oleh karena itu dengan dimilikinya pengetahuan dan pemahaman perihal perkembangan dan pengembangan kognitif anak serta mampu atau keterampilan dalam pelaksanaan program kegiatan belajar sambil bermain bagi anak, khususnya guru PAUD di TK, dalam menstimulasi potensi kemampuan anak, khususnya bidang pengembangan kemampuan dasar kognitif anak didiknya, sehingga akan tercapai optimalisasi potensi pada masing-masing anak.9 Menurut Jamaris, setiap fase perkembangan anak Usia Taman Kanak – Kanak memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan anak-anak usia sekolah pada jenjang pendidikan lainnya, oleh karena adanya perbedaan itu, perkembangan usia taman kanak-kanak berbeda dengan usia kelompok bermain. Keunikan ini perlu mendapat perhatian yang seksama dari pihak-pihak yang terkait atau yang berkompeten dengan pendidikan anak usia dini, termasuk 8 9 Ibid Sujiono Anas,Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta.Raja Grafindo Prasada,2005 hal 11 15 didalam guru taman kanak-kanak, sehingga usaha-usaha pencapaian tujuan bidang pengembangan anak tersebut dapat dilakukan secara optimal.10 3.Tujuan Kognitif Menurut Vygotsky, mengemukakan bahwa tujuan dari kognitif adalah a. Membantu memecahkan masalah anak, anak-anak akan mencoba memecahkan masalah dalam permaian yang sedang di kerjakan. b. Memudahkan dalam melakukan tindakan, dengan alat berpikirnya setiap individu akan dapat memilih tindakan atau perbuatan selektif dan seefisien mungkin. c. Memperluas kemampuan, melalui berbagai eksplorasi yang di lakukan seorang anak melalui panca inderanya, maka akan semakin banyak hal yang ia ketahui. d. Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya, alat berpikir yang dialami, mengikuti apa yang ia ketahui. B.Pengertian Huruf Hijaiyah Setiap umat muslim pasti tahu dengan huruf Al-Quran, yaitu huruf yang dipakai untuk menuliskan isi Al-Quran yang biasa disebut huruf hijaiyah.Huruf-huruf Hijaiyah tersebut dalam Al-Quran akan dirangkai dengan huruf lain. Ilmu yang mempelajari cara baca huruf Al-Quran tersebut dinamakan ilmu tajwid.Terdapat tanda baca seperti fathah (garis coret atas berbunyi ‘a’,kasrah 10 Jamaris Maritnis.Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Dini.Jakarta,2003.UNJ, hal 102 16 (garis coret bawah berbunyi ‘i’) dan tanwin (tanda baca yang berbunyi ‘u’) dan sukun ( tanda baca huruf dimatikan) dipergunakan untuk membaca rangkaian huruf menjadi satu pengertian kata atau kalimat, sehingga huruf hijaiyah sagat penting diajarkan anak usia dini khususnya usia 4-7 tahun yang sudah mulai bisa merespon stimulus dengan baik disekitar mereka.11 Menurut Abdul Aziz Abdur Rauf,Al-Hafizh, tujuan mempelajari sifatsifat huruf adalah hurf yang keluar dari mulut ita semakin sesuai dengan keaslian huruf-huruf Al-Quran itu sendiri.12 Huruf yang tepat makhrojnya belum dapat dipastikan kebenarannya sehingga sudah sesuai dengan sifat aslinya.Ketika seseorang mensukunkan huruf pada suatu lafadz boleh jadi lidahnya sudah tepat pada posisinya, namun belum dikatakan benar sehingga ia mengucapkannya sesuai dengan sifatnya. Agar anak selau hidup bersama Al-Quran dan mudah belajar huruf hijaiyah yaitu sebagai berikut : a. Mengenalkan Saat yang apling tepat mengenalkan Al-Quran adalah ketika anak sudah mulai tertarik dengan buku. Sayang, banyak orang tua yang lebih suka menyimpan Al-Quran di rak lemari paling atas. Sesekali perlihatkanlah Al-Quran kepada anak sebelum mereka mengenal bukubuku lain, apalagi menarik.Mengenalkan 11 12 buku dengan Al-Quran juga gambar-gambar boleh yang dilakukan lebih dengan Ahira,Pengertian Huruf Hijaiyah(http://www.anneahira.com/). Al-Hafizh,Abdul Aziz,dkk,Pedoman Dauroh Al-Qur’an.Bandung,LTQ Jendela Hati,2009 17 mengenalakan terlebih dahulu huruf-huruf hijaiyah, bukan mengajarinya membaca, tetapi sekedar memperlihatkannya sebelum anak mengenal A,B,C,D. Tempelkan gambar-gambar tersebut ditempat yang sering dilihat anak, lengkapi dengan gambar dan warna yang menarik.Dengan sering melihat,aak akan terpancing untuk bertanya lebih lanjut.Saat itulah kita boleh memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah. b. Memperdengarkan. Memperdengarkan ayat-ayat Al-Quran seperti huruf hijaiyah dilakukan secara langsung atau dengan memainkan kaset atau CD. Kalau ada teori yang mengatakan bahwa mendengarkan musik klasik pada janin dalam kandungan akan meningkatkan kecerdasan, insya Allah memperdengarkan AlQuran dalam hal ini huruf Hijaiyah akan lebih baik pengaruhnya bagi bayi.Apalagi jika ibunya yang membacanya sendiri.Ketika membaca AlQuran, suasana hati dan pikiran ibu akan lebih khusyuk dan tenang. Mendengarkan AlQuaran boleh dilakukan kapan saja dan dimana saja, juga tidak mengenal batas usia anak.auantuk anak-anak yang belum boleh berbicara, insya Allah lantunan ayat AlQuaran itu akan terkait dalam memorinya.Jangan aneh kalau tiba-tiba si anak lancar melafadzkan surah Al-Fatihah, misalnya begitu dia boleh berbicara. Untuk anak yang lebih besar, memperdengarkan ayat-ayat Al-Quran ( surah-surah pendek ) kepadanya terbukti memudahkan si anak menghafalnya. 18 c. Menghafalakan. Menghafalkan Al-Quran seperti huruf hijaiyah boleh dimulai sejak anak lancar berbicara. Mulailah denga surah atau ayat yang pendek atau potongan ayat (misalnya fastabiq al-khairat,dan sebagainya). Menghafal boleh dilakukan dengan cara sering kali membacakan ayat-ayat tersebut kepada anak.Lalu latihlah anak untuk menirukannya. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai anak hafal diluar kepala. Masa anak-anak adlah masa meniru dan memiliki daya ingat yang luar biasa.Orang tua harus menggunakan kesempatan ini dengan baik jika tidak ingin menyesal kehilangan masa emas (golden age) pada anak. Agar anak lebih mudah mengingat,ayat yang sedang dihafal anak boleh juga sering dibaca ketika ayah menjadi seorang imam atau ketika naik kereta dalam perjalanan.Disamping anak tidak mudah lupa, hal ini juga sebagai upaya membiasakan diri untuk mengisi kesibukan dengan amalan yang bermanfaat.Nabi SAW, bersabda : “ Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya hafalan AlQuran itu lebih cepat lepasnya daripada seekor unta pada tambatannya.(HR.al-Bukhari dan Muslim I). d. Membaca. Mafhun Haduth Rasulullah SAW, siapa saja yang membaca satu huruf dari kitab Allah maka dia akan mendapat satu kebaikan. Satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif-lam-mim adalah satu huruf. Akan tetapi, alif adalah satu 19 huruf,lam satu huruf, dan mim dalah satu huruf.( HR at- Tirmidzi).Sungguh luar biasa pahala dan kebaikan yang di janjikan kepada siapa saja yang bisa membaca Al-Quran. Bimbing dan doronglah anak agar terbiasa membaca al-Quran setiap hari walau Cuma beberapa ayat.Ajaklah anak-anak untuk bersama-sama mendengarkan ibu guru yang sedang membaca Al-Quran.Orang tua dan guru berkewajiban untuk mengajarkan kaidah-kaidah dan adab membaca Al-Quran. e. Menulis. Belajar menulis akan mempemudah anak dalam belajar membaca AlQuran atau huruf hijaiyah. Diktekan kepada anak kata-kata tertentu yang mempunyai makna.Dengan begitu, selain anak boleh menulis, sekaligus anak belajar bahasa arab.Mulailah dengan kata-kata pendek. Misalnya, untuk mengenalkan tiga kata alif,ba dan ta diminta menulis a,ba,ta.Jika anak memiliki kemampuan yang lebih lanjut dengan mempelajari seni kaligrafi. Rangkaian huruf mejadi suiku kata yang mengandung arti bertujuan untuk melatih anak dalam memperkaya kosakata, disamping memberikan kesempatan bagi mereka untuk bertanya tentang setiap kata yang di ucapakan serta mengembangkan cita rasa seni mereka.Jadi,tidak hanya bertujuan mengenalkan huruf AlQuran semata. f. Mengamalkan dan Memperjuangkan AlQuran tentu tidak hanya di baca,dihafal dan dikaji.Sampaikan kepada anak tentang kewajiban mengamalkan serta memperjuangkan 20 AlQuran dan pahala yang akan di raihnya.Insya Allah, hal ini akan memotivasi anak.Kepada anak juga boleh diceritakan tentang bagaimana para sahabat dulu yang sangat teguh berpegang pada AlQuran.13 g. Huruf-Huruf Hijaiyah. Terdapat 30 huruf hijaiyah yang masing-masing tersebar dalam 30 juz dan 114 surat di dalam Al-Quran. Diantara huruf hijaiyah tersebut adalah sebagai berikut : B. Hakekat Media Kolase 1. Pengertian Kolase Pengertian kolase menurut kamus besar Bahasa Indonesia, komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan (kain, kertas, kayu) yang ditempelkan pada permukaan gambar. Kolase juga merupakan karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan bahan yang bermacam- macam selama bahan dasar tersebut dapat dipadukan dengan bahan dasar lain yang akhirnya dapat menyatu menjadi karya yang utuh dan dapat mewakili ungkapan perasaan estetis orang yang membuatnya, sehingga menjadi karya seni rupa dua dimensi yang dirangkum, dapat digolongkan / dijadikan bahan kolase. 13 21 Menurut M. Saleh Kasim (1981) kolase adalah menggambar dengan teknik tempelan. Menurut Muharam E (1992) menyatakan bahwa kolase adalah teknik melukis dan mempergunakan warna-warna kepingan batu, kaca, marmer, keramik, kayu, yang ditempelkan. Kolase merupakan bentuk gambar yang diwujudkan dengan menyusun kepingan berwarna yang diolesi lem kemudian ditempelkan pada bidang gambar. Menurut Budiono MA mengartikan “kolase sebagai komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan yang ditempelkan pada permukaan gambar”. Menurut Sunaryo A. menyatakan keterampilan kolase merupakan aktivitas yang penting dan kompleks. Menurut Susanto M. (2002:63) menyatakan bahwa kata kolase yang dalam bahasa Inggris disebut “collage” berasal dari kata “coller” dalam bahasa Perancis yang berarti “merekat”. Selanjutnya kolase dipahami sebagai suatu teknik seni menempel berbagai macam materi selain cat, seperti kertas, kain, kaca, logam, kulit telur dan lain sebagainya kemudian dikombinasi dengan penggunaan cat (minyak) atau teknik lainnya.14 Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kolase adalah kegiatan menempel ke dalam bentuk gambar yang telah ditentukan. 2. Manfaat Kolase Beberapa manfaat kolase bagi anak : 14 Meningkatkan kreatifitas. Melatih konsentrasi. Mengenal warna dan bentuk. Melatih warna dan bentuk. Nurjatmika Yusep, Ragam Aktivitas Harian Untuk TK.2007.Diva Press,Hal.82 22 Melatih memecahkan masalah. Mengasah kecrdasan spesial.Kecerdasan spesial adalah kemampuan seseorang untuk mengenal dan memahami ruang. Melatih ketekunan. Meningkatkan kepercayaan diri anak. 3. Penggunaan Media Kolase Pada Huruf Hijaiyah Bahan-bahan : Potongan-potongan kertas metalik Lem Gambar/pola huruf hijaiyah Cara membuat : Siapkan lem, pola huruf hijaiyah dan potongan-potongan kertas. Kemudian, beri lem pada pola huruf hijaiyah, yang dimulai dengan huruf alif. Selanjutnya tempelkan potongan-potongan kertas metalik satu persatu pada huruf yang sudah diberi lem. Meskipun sederhana, kolase juga banyak mengandung manfaat besar,khususnya bagi anak TK. Selain bisa mengembangkan kognitif anak, juga melatih ketekunan dan kesabaran seorang anak. 23 C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan pada kajian pustaka di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan dalam penelitian ini, yaitu “ Dengan media kolase, dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak amengenal huruf hijaiyah pada kelompok B3 di Tk Idhata Kendari. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 A. Setting Penelitian Penelitian ini tergolong dalam penelitian tindakan kelas. Dikatakan penelitian tindakan kelas karena peneliti mengadakan observasi (pengamatan) langsung dan menerapkan suatu tindakan masalah yang ditangani yaitu bagaimana peranan guru dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak mengenal huruf hijaiyah melalui media kolase pada anak kelompok B3 di Tk Idhata Kendari. B. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan diTK Idhata Kemdari pada bulan Mei s/d Juni 2013, semester II tahun ajaran 2013 pada kelompok B3 dengan jumlah anak didik 13 orang terdiri dari laki-laki 9 orang dan 4 anak perempuan. C. Faktor yang di Teliti Adapun faktor yang lagi diteliti dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Faktor anak didik : yaitu dengan menilai dan melihat langsung bagaimana anak didik dapat mengisi pola huruf hijaiyah. 2. Faktor Guru : yaitu Bagaimana peranan guru dalam meningkatkan kemampuan anak dalam megisi pola huruf hijaiyah. 3. Faktor kegiatan pembelajaran : potongan-potongan kertas dan huruf hijaiyah. Dengan adanya sumber belajar ini, akan mendukung keberhasilan sebuah proses pembelajaran pada anak usia dini. 25 D. Jenis Data dan Tehnik Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif yang diperoleh dengan menggunakan pedoman observasi atau lembar pengamatan dan format penilaian kemampuan kognitif dalam bermain melempar angka ada anak didik. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan anak didik. Selain itu, data juga bersumber dari dokumen-dokumen yang dipandang penting berupa catatan-catatan khusus tentang program-program kegiatan belajar anak yang belum terdapat dalam pedoman observasi, namun dianggap dapat mendukung hasil penelitian ini. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi. Observasi yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti dan dengan mengadakan pencacatan secara sistematis atau pengkodean tentang hal-hal tertentu atau aspek-aspek yang diamati, dengan menceklis atau memberi tanda pada lembar pengamatan atau pedoman observasi. Untuk mengetahui data tentang kemampuan mengenal huruf hijaiyah diambil dengan format penilaian kemampuan kognitif anak didik. E. Prosedur Penelitian Beberapa tahap prosedur kegiatan pada setiap siklus dalam melaksanakan penelitian yaitu: 1) Perencanaan (planning); merencanakan kegiatan atau tindakan 26 yang dilakukan, 2) Pelaksanaan Tindakan (Acting); melaksanakan kegiatan penelitian sesuai dengan perencanaan yang telah disusn, 3).Observasi (Observing); melakuka kegiatan observasi (pengamatan) dengan melaksanakan kegiatan penilaia/evaluasi untuk melihat kemampuan anak 4). Refleksi; melaksanakan kegiatan merefleksi segala kegiatan yang dilakukan dalam rangka perbaikan . Gambaran pelaksanaan kegiatan tersebut diatas, juga akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas kali ini. Dimana pada penelitian ini direncanakan dalam dua siklus. Dimana pada siklus terdiri dari : 1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan bermain melempar angka untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak, 2) melaksanakan tes /evaluasi, hal ini untuk melihat kemampuan daya serap anak dalam bermain melempar angka. Dari dua jenis kegiatan tersebut diatas, tampak bahwa dalam satu siklus terdiri dari pelaksanaan tindakan, sekaligus observasi dan evaluasi. Hal ini dilaksanakan secara bersamaan oleh karena itu berdasarkan pandangan beberap sumber yang menyatakan bahwa dalam mengobservasi dan mengevaluasi setiap bidang perkembangan anak didik selalu dilakukan pada saat anak melaksanakan kegiatan/beraktivitas, hal ini memberikan penilaian yang lebih akurat dan detail; (Arikunto dan Yus Nita, 2005; dalam buku pedoman penilaian / evaluasi di TK Depdiknas, 2005). Iskandar (2009) menyatakan prosedur pelaksanan penelitian tindakan kelas bergambar dalam bagan berikut : 27 Identifikasi masalah Refleksi Perencanaan Pelaksanaan Siklus I Pengamatan Permasalahan Baru Hasil Refleksi Identifikasi masalah Refleksi Perencanaan Pelaksanaan Siklus II Pengamatan Permasalahan Baru Hasil Refleksi Gambar.Model Siklus Penelitian Tindaka Kelas ( PTK ) Tiap siklus dijalankan sesuai dengan perubahan yang di inginkan seperti yang telah disusun dalam faktor yang ingin diteliti. Untuk mengetahui perkembangan yang ada pada anak didik terhadap hasil belajar yang maksimal 28 terlebih dahulu diberi tes awal sebelum terapkan suatu prilaku / tindakan. Secara rinci prosedur penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Perencanaan Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini, meliputi : a. Melakukan diskusi antara peneliti dan guru kelompok untuk menyususnun persiapan mengajar yaitu pembuataan Rencana Kegiatan Harian yang didalamnya yang berisis kompetensi dasar, indikator hasil belajar, kegiatan pembelajaran, Organisasi kelas, media, evaluasi dilengkapi dengan sarana prasarana yang akan digunakan saat pelaksanaan tindakan. b. Membuat lembaran observasi yang memuat kondisi anak didik pada saat melakukan kegiatan. 2. Mendesain alat observasi untuk melihat apakah kemampuan anak dalam mengenal huruf hijaiyah dapat berkembang. 3. Melaksanakan tindakan, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan semua kegiatan dengan skenario rencana tindakan. 4. Pengamatan tindakan, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi dan menilai hasil tindakan dengan format penilaian. 5. Refleksi, melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan, meliputi evaluasi mutu waktu dari setiap jenis tindakan, melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario pembeajaran, memperbaiki pelaksanaan 29 tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya. Melaksanakan siklus selanjutnya dan apabila hasil analisis sudah mencapai target yang lebih ditetapkan maka tindakan penelitian sudah tuntas. F.Tehnik Analisis Data Tehnik analisis data menggunakan metode deskriptif, yakni metode analisis yang menggambarkan fenomena secara kualitatif, sedangkan deskriptif kuantitatif yaitu metode analisis yang menggambarkan fenomena yang menggunakan huruf hijaiyah yang dalam penelitian ini huruf hijaiyah tersebut dalam bentuk persentase ketuntasan belajar anak secara klasikal. Dalam menganalisis data dan memberi penilaian pada setiap indikator aspek pengamatan dalam penelitian tindakan ini, peneliti menggunakan kriteria bentuk penilaian yang selama ini digunakan guru TK/RA untuk menilai kemampuan awal dan aktivitas anak dalam kegiatan pembelajaran bermain dalam melempar angka, penilaian juga mengacu pada pedoman penilaian dalam satuan pendidikan di TK/RA, yaitu penilaian secara kualitatif atau d engan memberikan nilai dalam bentuk simbol-simbol seperti : BB (Belum berkembang) atau perkembangan anak sesuai dengan indikator seperti diharapkan dalam RKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu dengan guru, dengan memberikan tanda satu bintang ( * ); MB (Mulai berkembang) atau sesuai dengan indikator seperti yang diharapkan dalam RKH, penilaian dengan memberikan tanda dua bintang (**); BSH (Berkembang sesuai dengan harapan) pada indikator dalam RKH penilaiannya dengan memberikan tanda tiga bintang (***) ; BSB (Berkembang 30 sangata baik) atau melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH, penilaiannya dengan memberikan tanda (****) bintang, (kurikulum TK/RA 2009). Sudijono Anas (2008:23) menyatakan bahwa analisis deskriptif adalah analisis statistik yang mempelajari, mengumpulkan, mengelolah dan menganalisis data, kemudian menyajikan dengan baik agar dapat memberikan gambaran secaraa teratur, ringkasan dan jelas mengenai suatu gejala, peristiwa untuk keadaan sehingga dapat ditarik kesimpulan. Adapun langkah-langkah menganalisis data yang diperoleh adalah sebagai tersebut : 1. Pada pelaksanaan tindakan pengamatan dan observasi pada anak didik, yaitu pemberian simbol bintang empat ( *** ) Berkembang Sangat Baik ( BSB ) yaitu jika anak memiliki peningkatan mengenal huruf hijaiyah tanpa dibimbing oleh guru, bintang tiga ( ***) Berkembang Sesuai Harapan ( BSH ) jika anak telah memiliki peningkatan mengenal huruf hijaiyah, tetapi masih perlu dibimbing guru namun tidak secara langsung, selanjutnya bintang dua (**) Mulai Berkembang (MB) jika anak memiliki peningkatan mengenal huruf hijaiyah dengan bimbingan secara langsung oleh guru dari awal sehingga akhir, sedangkan bintang satu (*) Belum Berkembang (BB) berarti anak sama sekali belum dapat menunjukan peningkatan melalui mengisi pola huruf hijaiyah dan guru terus membimbing anak tersebut dari awal sampai pelaksanaan kegiatan hingga 31 akhir kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dari beberapa bentuk penilaian tersebut diatas. Hal ini berdasarkan pada beberapa indikator sebagai acuan penilaian. 2. Peneliti menjumlahkan atau menghitung beberapa anak yang memperoleh nilai pada simbol bintang 1,2,3 dan 4 selama mengikuti kegiatan. Setelah diketahui jumlah secara keseluruhan maka akan diberi bobot atau skor untuk masing – masing simbol bintang tersebut.Adapun bobot atau nilai BSB =4(****), nilai BSH =3(***) nilai MB = 2(**), dan nilai BB = 1(*). 3. Dilakukan perhitungan konversi bobot nilai berdasarkan jumlah peneliti bintang 1,2,3 dan 4 yang telah dicapai masing -masing anak pada setiap siklus tindakan. Dengan menggunakan formulasi perhitungan sebagai berikut : (Jumlah Nilai BSB x 4)+(Jumlah Nilai BSH x 3)+ (Jumah Nilai MB x 2) + (Jumlah Nilai BB x 1) Hasil perhitungan= Anak didik X100% jumlah seluruh anak didik dalam kelas 4. Selanjutnya dan formulasi nilai tersebut, maka konversi kembali penilaian kuantitatif, dan hal ini merupakan nilai akhir yang akan peroleh masingmasing anak didik untuk setiap akhir pelaksanaan siklus dalam kegiatan pembelajaran khususnya peningkatan mengenal huruf hijaiyah. Berikut formulasi perhitungan yang digunakan dalam pengkonversian tersebut : Nilai BSB : Jika Hasil Bilangan Akhir 3,50 – 4,00 32 Nilai BSH : Jika Hasil Bilangan Akhir 2,50 – 3,49 Nilai MB : Jika Hasil Bilangan Akhir 1,50 – 2,49 Nilai BB : Jika Hasil Bilangan Akhir 0,01 – 1,49 (Usman,1993 )”dan Depdiknas 1996). 5. Untuk mengetahui ketercapaian perkembangan memiliki peningkatan mengisi pola huruf hijaiyah yaitu dengan menghitung banyaknya anak didik yang memperoleh nilai akhir konversi 2,50 dan 4,00 atau jumlah anak didik yang memperoleh nilai akhir BSB (berkembang secara baik) dan BSH (Berkembang sesuai harapan), hal ini dilakukan sebagai acuan apakah penelitian yang dilaksanakan sudah dikatakan terselesaikan atau tercapai atau apakah masih akan dilanjutkan ketahapan siklus berikutnya. Jumlah Anak Yang Memperoleh Nilai Konversi “BSB” DAN “BSH “ yaitu 2,50 – 4,00 Presentasi Tercapainya = Anak Didik X100% totalnya anak didik dalam kelompok 6. Hasil perhitungan tersesuaikan dengan indikator kinerja selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan penelitian yang dilaksanakan telah terselesaikan atau dilanjutkan ketahapan siklus selanjutnya. G. Indikator Kinerja 33 Berdasarkan hasil evaluasi penilaian yang telah disesuaiakan tersebut dan hasil perhitungan dengan kedua formulasi diatas, selanjutnya diberikan makna secara kualitatif berupa nilai perkembangan kognitif melalui media kolase kemudian dipresentasekan dan sesuaikaan dengan indikator kinerja yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun indikator kinerja yang diterapkan dalam indikator keberhasilan anak adalah : Jika minimal secara klasikal dari hasil penilaian mencapai 75 % dari jumlah banyak anak didiknya kelompok B3 TK Idhata Kendari telah mencapai nilai berkembang sesuai harapan. 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Siklus I 1. Persiapan dan Perencanaan Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Kepercayaan yang penuh dari masyarakat inilah yang membuat TK Idhata Kendari berusaha menghadirkan yang terbaik dalam memberikan pelayanan terutama dalam bidang pendidikan yaitu proses pembelajaran. Sebagai akibatnya proses pembelajaran lebih mengedepankan pengembangan kemampuan akademik seperti membaca dan berhitung. Karena dengan anak bisa membaca dan berhitung orang tua merasa bangga dan tak merasa rugi menyekolahkan buah hatinya di TK Idhata Kendari. Kondisi ini diperparah dengan adanya seleksi masuk SD favorit melalui test membaca dan berhitung. P.kibatnya system pendidikan yang ada di TK Idhata Kendari hanya mengutamakan pengembangan kemampuan akademik sehingga pengembangan yang lain yang ada pada diri anak kurang mendapatkan perhatian. Dalam proses pembelajaran seharusnya memberikan kesempatan pada anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi sehingga anak memperoleh pengalaman yang berkesan dan menjadikan apa yang dipelajari anak lebih lama di ingat. Melalui eksperimen, eksplorasi, manipulasi dan permainan mereka sering mengajukan pertanyaan, membuat tebakan, dan kemudian mereka menemukan, kadangkala cepat dan emosional. Pada siklus I guru menyiapkan hal-hal yang diperlukan dalam proses pembelajaran berupa: 35 a. Perangkat pembelajaan seperti rencana kegiatan mingguan dan rencanakan kegiatan harian b. Menyiapkan lembar pengamatan c. Menyiapkan media pembelajaran d. Menyiapkan alat evaluasi Sebelum dilakukan tindakan pada siklus I terlebih dahulu peneliti melakukan tes awal, peneliti bersama kepala sekolah selanjutnya mengumpulkan atau merangkum data-data penilaian awal tersebut berdasarkan nilai berkembang sangat baik, berkembang sesuai harapan, mulai berkembang, belum berkembang yang diperoleh anak didik, lalu kemudian melakukan analisis data untuk menentukan nilai akhir. Adapun basil evaluasi awal anak dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1 Hasil evaluasi awal anak Pada Tes Awal No Kategori 1 Berkembang sangat baik (BSB) 2 Berkembang sesuai harapan (BSH) 3 Mulai berkembang (MB) 4 Belum berkembang (BB) Jumlah Ketuntasan secara klasikal Sumber : Hasil analisis data PTK 2013. Frekuensi (Jml anak) 2 5 2 4 13 7 Persentase 15.38 38.46 15.38 30.77 100% 53.85% Berdasarkan evaluasi terlihat bahwa dalam penilaian secara individu, yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik (****) 15.38% dengan 2 anak didik, kategori berkembang sesuai harapan (***) 38.46% dengan 5 anak didik dan kategori mulai berkembang 2 anak didik (**) dengan persentase 15.38%, sedangkan anak yang masuk dalam kategori belum berkembang 36 sebanyak 4 anak didik (*) dengan persentase 30.77%. Maka hasil evaluasi anak didik secara klasikal belum berhasil hanya mencapai 53.85% dan kesluruhan anak didik yaitu 13 anak didik. 2. Pelaksanaan kegiatan Pembeiajaran Dalam pembelajaran dapat menghadirkan warna lain dalam proses kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahuai kemampuan anak, peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan media kolase. Kemudian peneliti mulai menyaipakan bahan dan alat yang diperlukan dalam proses pembelajaran lalu penelitia mengamati reaksi dan aktivitas anak. Aktivitas pembelajaran dimulai pukul 07.15, anak-anak mengawali kegiatan dengan bermain di dalam ruangan dengan jumlah fasilitas yang terbatas, walaupun fasilitas cukup terbatas anak-anak tetap bermain dengan semangat dan asyiknya, ada yang berlari-lari, bermain ayunan dan ada yang di dalam kelas. Tepat pukul 07.15, anak-anak bersiap untuk baris dan masuk kelas. Kegiatan apel pagi selama 15 menit dilakukan bersama kelas B1, B2, B3 di luar kelas dengan kegiatan, menyanyi lagu-lagu, berbaris, dan lain-lain. Tepat pukul 07.30 anak masuk ke dalam kelas, begitulah rutinitas awal yang dilakukan oleh anak setiap harinya. Kegiatan inti berlangsung selama ± 60 menit, kegiatan yang dilakukan pada kegiatan inti adalah sesuai dengan jadwal pelajaran yang telah ditetapkan, guru dalam kegiatan inti memberikan suatu tugas atau kegiatan kepada anak yang sebelumnya memberikan penjelasan secaa sederhana apa yang harus dilakukan anak dalam kegiatan tersebut, terlihat anak-anak tidak memperhatikan gurunya yang sedang memberikan penjelasan, mereka sibuk 37 dengan aktivitas masingmasing, anak-anak gaduh, kurang memperhatikan, sibuk berbicara dengan teman, atau tidak menghiraukan peneliti. Anak-anak tampak terlalu tegang, menangis ketakutan, bereaksi terlalu berlebihan dan sebagainya. Adapun yang telah disiapkan pada kegiatan pembelajaran seperti perangkat pembelajaran berupa rencana kegiatan hari an. Setelah kegiatan inti, anak-anak istirahat makan dan bermain bebas selama 30 menit, kemudian masuk kelas dan dilanjutkan dengan mengingatkan kembali apa yang sudah dilakukan seharian. Demikian kegiatan rutinitas yang dilakukan anak kelompok B3 dalam hatu hari. 3. Observasi dan Penilaian Pembelajaran Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran khususnya di ruang kepala sekolah. Observasi dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, dan kepala sekolah, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 2 Hasil evaluasi Siklus I No Kategori Frekuensi (Jml Persentase 1 Berkembang sangat baik (BSB) 2 Berkembang sesuai harapan (BSH) 3 Mulai berkembang (MB) 4 Belum berkembang (BB) Jumlah Ketuntasan secara klasikal Sumber : Hasil analisis data PTK 2013. anak) 4 5 2 2 13 9 30.77 38.46 1 5.3 8 15.38 100% 69.23 38 Berdasarkan hasil perhitungan persentase nilai tersebut, diperoleh data bahwa kemampuan anak kelopok B3 TK Idhata Kendari mengalami peningkatan dibandingkan dengan tes awal, pada tahap kegiatan penilaian akhir tindakan siklus I, sebagian besar anak didik dalam kelas memperoleh nilai berkembang sesuai harapan (BSH) yaitu 5 orang anak didik dengan persentase 38.46%., 2 orang anak didik (15.38%) yang memperoleh nilai mulai berkembang (MB), mereka dipandang masih perlu bimbingan secara langsung dalam menyediakan tugastugas perkembangan seseai capaian indikator penilaian yang diamati. Dari hasil evaluasi, juga terlihat 2 orang anak didik atau 15.38% yang memperoleh nilai belum berkembang (BB), sedangkan anak didik yang mencapai melebihi indicator yang telah ada sebanyak 4 orang anak atau 30.77% dengan nilai berkembang sangat baik (BSB), dari sduruh jumlah anak didik dalam kelas B3 TK Idhata Kendari yaitu 13 orang anak didik. Dengan kata lain, anak didik masih memerlukan bimbingan dari guru untuk menyiapkan tugas-tugasnya dalam proses pembelajaran, akan tetapi hal ini mengalami peningkatan hasil evaluasi dibandingkan dengan tes awal namun belum mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan secara klasikal yaitu 75% anak didik memperoleh nilai minimal (BSI-I atau *1"). Hasil evaluasi siklus I diperoleh hanya 69.23% secara klasikal, secara umum program kegiatan atau rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dipandang masih belum berhasil. 39 Tabel 3 Hasil Pengamatan Guru No Kegiatan Guru saat Proses Pcbclajaran 1 Guru mempunyai persiapan yang matang sebelum masuk kelas 2 Guru merencanakan proses pembelajaran 3 Guru menyiapkan bahan dan alat pembelajaran 4 Guru menyiapkan media dan sumber belajar 5 Guru dalam bercerita/menjelaskan menggunakan media kolase 6 Sebelum guru memasuki kegiatan inti terlebih dahulu menyanyikan/menyebutkan huruf-huruf hijaiyah 7 Guru menguasai matei pelajaran secara tuntas 8 Guru mempunyai keterampilan dalam bercerita/menjelaskan materi dengan balk 9 Guru bercerita/menjelaskan sambil melihat gambar/huruf yang ada dimedia 10 Guru menyiapkan huruf-huruf hijaiyah yang menarik 11 Agar dapat menarik perhatian anak, guru bercerita/menjelaskan materi yang dapat memberikan perasaan gembira, lucu dan menyenangkan. 12 Guru bercerita/menjelaskan materi dengan irama dan intonasi suara yang tidak membosankan (membuat anak mengantuk) 13 Guru dapat menciptakan suasana emosional yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai 1.4 Guru mengamati aktivitas/kegiatan anak didik 15 Guru melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran Jumlah Persentase keterlaksanaan Sumber : Hasil Pengamatan Terlaksana Ya Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 10 66.67% Berdasarkan tabel di atas bahwa keterlaksanaan kegiatan guru dalam mengelolah kegatan pembelajaran hanya 66.67%. Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan kepala sekolah melakukan analisis terhadap proses pembelajaran. Analisis ini dilakukan oleh 40 kepala sekolah, dan peneliti dengan cara berdiskusi, mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilalui, serta melihat kekurangan-kekurangan yang ada. Selain itu kepala sekolah, dan peneliti juga berpedornan pada basil observasi peningkatan kemampuan anak melalui pedoman observasi, dan dinyatakan untuk dilanjutkan pada siklus berikutnya. B. Hasil Penelitian Siklus II I. Persiapan dan Perencanaan Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sebelum proses kegiatan belajar mengajar dflaksanakan, maka terlebih dahulu yang perlu dipersiapkan adalah guru mempersiapkan alat peraga atau Al-Qur'an, kartu absensi anak, dan materi yang akan disampaikan serta mampu mengkondisikan anak ketika baca doa pembukaan. Sebelum pembelajaran dimulai guru mempersiapkan alat peraga atau Al-Qur'an, kartu absensi anak, dan juga materi yang akan disampaikan. Alat peraga berfungsi sebagai papan tulis (papan plannel), karena dengan peraga guru tidak perlu lagi menuli. Selain itu guru juga hares bisa mengelola kelas, karena karakteristik anak di sekolah ini berbeda-beda. Jadi, dalam hal ini yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah adalah alat peraga atau Al-Qur'an, karena alat peraga mempermudah proses pembelajaran. Kartu absensi anak yang berfungsi untuk rnengetahui tingkat kehadiran. Selain itu untuk persiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran setiap guru harus mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti rencana kegiatan harian (RKI-I) dan silabus hal betujuan agar dalam pelaksanaan pembelajaran guru benar-benar telah siap melaksanakan kegiatan pembelajaran. 41 Kemudian setiap akan melakukan proses pembelajaran guru dan siswa membaca doa bersama-sama. Setelah persiapan telah selesai maka selanjutnya menyusun rencana kegiatan pembelajaranan dalam bentuk RKH. Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada hari Jum'at, tanggal 24 Mei 2013 di TK Idhata Kendari. Pada kesempatan tersebut, peneliti berdiskusi dengan kepala sekolah terutama hal-hal yang akan dilakukan pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Hal-hal yang diskusikan antara lain: 1. Peneliti menyamakan persepsi pada kepala sekolah mengenai penelitian yang akan dilakukan, 2. Peneliti dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan media kolase 3. Peneliti menyiapkan perencanaan pembelajaran berupa RKH (rencana kegiatan harian) dan kepala sekolah menyetujui, 4. Peneliti menyaiapkan observasi sebagai instrument pokok penilaian, 5. Peneliti menyaiapkan instrument wawancara untuk memperoleh data yang dibutuhkan. 6. Menentukan jadwal pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Pada waktu diskusi disepakati bahwa peneliti sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran dan kepala sekolah membantu selama proses pembelajaran dan sebagai observator. Alokasi waktu di siapkan selama 150 menit, yaitu mulai jam 07.30 — 10.00 Wita. Setelah persiapan dan perencanaan telah disiapkan, maka selanjutnya melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya. 42 2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya, pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan pada hari 12 Juni 2013. Pembelajaran ini berlangsung selama 150 menit yaitu dari pukul 07.30 — 10.00 dan berada di dalam maupun guar kelas TK Idhata Kendari. Aktivitas pembelajaran dimulai pukul 07.30, anak-anak mengawali kegiatan dengan bermain di dalam ruangan dengan jumlah fasilitas yang terbatas, walaupun fasilitas cukup terbatas anak-anak tetap bermain dengan semangat dan asyikny a, ada yang berlari-lari, bermain ayunan dan ada yang di dalam kelas. Tepat pukul 07.30, anak-anak bersiap untuk bans dan masuk kelas. a. Kegiatan awal (pembuka) Kegiatan pembukaan selama 30 menit dilakukan di dalam kelas dengan kegiatan menghafal, menyanyi lagu-lagu, berbaris, dan lain-lain. Tepat pukul 08.00 anak masuk ke dalam kelas begitulah rutinitas awal yang dilakukan oleh anak setiap harinya. b. Kegiatan inti Kegiatan inti berlangsung selama ± 60 menit, kegiatan yang dilakukan pada kegiatan inti adalah sesuai dengan jadwal pelajaran yang telah ditetapkan, guru dalam kegiatan inti memberikan suatu tugas atau kegiatan kepada anak yang sebelumnya memberikan penjelasan secaa sederhana apa yang harus dilakukan anak dalam kegiatan tersebut. Agar anak dapat menerima materi pelajaran dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran di TK Idhata Kendari dapat berjalan dengan baik sebagaimana 43 mestinya, sehingga dapat memberikan kemudahan dan pemahaman siswa dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di TK Idhata Kendari dapat berjalan dengan baik, akan tetapi untuk menarik perhatian anak didik dalam proses pembelajaran, tentunya guru harus pandai dalam menggunakan metode clan media yang sesuai dengan materi yang dibawakan. Oleh karena itu, salah satu media yang digunakan guru dalam menarik perhatian anak didik adalah media kolase karena materi yang dijarakan masalah huruf-huruf hijaiyah. Dalam pelaksanaan pembelaaran agar dapat menerik perhatian anak didik guru hares menggunakan media yang sesuai dengan materi yang diajarkan misalnya kalau guru membawakan materi tentang pemahaman haruf-huruf hijaiyah tentukan media yang tepat digunakan adalah media kolase. Berdasarkan uraian di atas bahwa dalam meningkatkan pemahaman anak dalam memahami huruf-huruf hijaiyah, dalam proses pembelajaran guru harus menggunakan media kolase, karena dengan menggunakan media tersebut, guru tidak menulis lagi akan tetapi guru tinggal menempelkan huruf-huruf hijaiyah yang telah disediakan sebelumnya. Pelaksanaan kegiatan pembelaharan di TK Idhata Kendari, dapat berjalan dengan baik, karena siswa suka dan senang dengan materi yang disajikan oleh guru, selain itu juga anak dapat menghafal dan menyebutkan serta menempel huruf-huruf hijaiyah yang diajarkan oleh guru. Akan tetapi tidak semua anak suka dan senang dengan kegiatan pembelajaran tersebut ada juga sebagian anak yang tidak suka dengan materi tersebut. 44 Dalam pelaksanaan pembelajaran guru menggunakan media kolase sebagai media pembelajaran yang dapat menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan materi yang diajakan tentang memahami huruf-huruf hijaiyah, media kolase sangat cocok digunakan dalam menyajikan materi tersebut. Pembahasan huruf-huruf hijaiyah, sangat cocok menggunakan media kolase karena anak dengan mudah menempel huruf-huruf hijaiyah yang telah disediakan oleh guru juga dapat mengasah motorik halus dan motorik kasar anak. Materi tentang mngenal hurufhuruf hijaiyah, sangat tepat dan cocok apabila guru menggunakan media kolase, karena dengan menggunakan media tersebut anak dapat melihat secara langsung huruf-huruf yang akan ditempelkan pada media tersebui sehingga anak rnendapatkan pengalaman langsung dalam melihat dan menyebutkan huruf-huruf hijaiyah yang telah disiapkan oleh guru. Pembelajaran berlangsung selama 150 menit yaitu pukul 07.30 — 10.00 pada petemuan pertama siklus II. Pada pelaksanaan kegiatan tindakan siklus II dengan memotivasi anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang menjadi acuan pelaksanaan tindakan berpusat pada media kolase yang telah dibuat sebagai berikut : 1. Guru mengisi kegiatan inti pembelajaran di awali dengan mengkondisikan anak untuk belajar agar mereka tetap konsentrasi pada pembelajaran. Melalui kegiatan rutinitas, berbaris dan berdoa. 2. Guru mengarahkan anak untuk masuk kelas 3. Guru mengawali pembelajaran dengan bernyanyi, bercakap-cakap tentang 45 huruf hijaiyah 4. Guru memulai mengambil media yang telah disediakan sebelumnya. 5. Guru mengarahan anak untuk memperhatikan cara-cara menempel huruf hijaiyah dengan baik. 6. Guru mula-mula memberikan tugas mengisi pola huruf 7. Pemberian tugas mengelompokkan huruf hijaiyah sesuai urutannya. 8. Pemberian tugas membuat bentuk huruf hijaiyah dengan platik 9. Beberapa kali tedengar celotehan-cotehan yang diucapkan Flak. Guru dengan sabar menyelesaikan kegiatan pembelajarcu, dan memberikan pengarahan anak untuk memperhatikan. Selama kegiatan pembelajaan berlangsung, guru dan peneliti mengamati aktivitas anak dan memberikan penilan. Kegiatan harian anak dilanjutkan dengan bermain bebas, cuci tangan, berdoa dan makan. Selanjutnya, semua anak bersemangat dan guru memotivasi agar anak-anak lebih mandiri dan berkreasi dalam proses pembelajaran. Anak bernyanyi bersama disertai tanya jawab guru dan anak didik. Selain itu, anak-anak bernyanyi lagi dan diakhiri dengan doa bersama. Dengan demikian media kolase merupakan media yang sangat cocok untuk menjelaskan dan menyebutkan materi tentang pengenalan dan pemahaman hurufhuruf hijaiyah kepada anak didik karena anak dapat melihat secara langsung huruf yang akan ditempel juga memberikan kemudahan bagi mereka dalam melihat secara langsung, serta dapat melatih motorik halus dan motorik kasar anak didik. 46 Dalam proses pembelajaran guru dapat melihat rentang perhatian anak dalam mengikuti pembelajaran, apa anak sibuk sendiri, atau memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru. c. Kegiatan penutup Setelah kegiatan inti, anak-anak istirahat makan dan bermain bebas selama 30 menit, kemudian masuk kelas dan dilanjutkan dengan mengingatkan kembali apa yang sudah dilakukan seharian. Demikian kegiatan rutinitas yang dilakukan anak kelompok B3 dalam satu hari. 3. Observasi dan Penilaian Pembelajaran Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, tampak terlihat anak jenuh terhadap metode yang diberikan, yakni latihan, hafalan surat pendek, kegiatan menulis huruf. Begitulah kegiatan sehari-hari yang dilakukan secara bergiliran untuk menghilangkan rasa jenuh pada anak, Para guru mencari solusi dengan mengajak anak bermain di halaman sekolah, kegiatan itupun dilakukan sekali dalam satu minggu yaitu dalam bentuk olah raga. Pada setiap aktivitas tersebut terlihat bahwa anak-anak begitu senang dan lari riang kesana kemari bagaikan ikan yang ada dilautan lepas. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru melakukan pencatatan nilai dengan menggunakan lembar atau format evaluasi (contoh format ditampilan pada halaman lampiran). Dari hasil wawancara diketahui bahwa proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya. Hal ini sebagiamana hasil observasi kegiatan aktivitas guru yang 47 ditemukan bahwa 86.67%, aktivitas pembelajaran guru dapat terlaksanakan dengan baik dan berhasil. Tabel 4 Hasil Pengamatan Guru No Kegiatan Guru saat Proses Pebelajaran 1 Guru mempunyai persiapan yang matang sebelum masuk kelas Guru merencanakan proses pembelajaran Guru menyiapkan bahan dan alat pembelajaran Guru menyiapkan media dan sumber belajar Guru dalam bercerita/menjelaskan menggunakan media kolase 2 3 4 5 9 10 11 12 13 14 15 √ √ √ √ √ 6 7 8 Terlaksana Ya Tidak √ Sebelum guru memasuki kegiatan inti terlebih dahulu menyanyikan/menyebutkan huruf-huruf hijaiyah Guru menguasai matei pelajaran secara tuntas Guru mempunyai keterampilan dalam bercerita/menjelaskan materi dengan baik Guru bercerita/menjelaskan sambil melihat gambar/huruf yang ada dimedia Guru menyiapkan huruf-huruf hijaiyah yang menarik Agar dapat menarik perhatian anak, guru bercerita/menjelaskan materi yang dapat memberikan perasaan gembira, lucu dan menyenangkan. Guru bercerita/menjelaskan materi dengan irama dan intonasi suara yang tidak membosankan (membuat anak mengantuk) Guru dapat menciptakan suasana emosional yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai Guru mengamati aktivitas/kegiatan anak didik Guru melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran Jumlah Persentase keterlaksanaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ 86.67% Kemudian penilaian terhadap pemanfaatan media kolase dalam proses pembelajaran dalam kategori bermanfaat dengan hasil evaluasi nilai pemanfaatan pembelajaran pada media kolase sebesar 3.21. sehingga dapat 48 ditarik kesimpulan bahwa media kolase bermanfaat daiam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan pemahaman anak dalam kegiatan pembelajaran. Sebagaimana hasil observasi aktivitas belajar anak juga berhasil dengan memperoleh 100% dari 12 indikator aktivitas belajar anak dapat terlaksanakan sebagaimana mestinya. Kemudian dalam pemberian nilai perolehan anak didik terhadap amatan indikator penilaian yang terdapat dalam format tersebut, maka digunakan standar nilai yang telah ditetapkan sebagai patokan penilaian di TK yakni diberikan dalam bentuk simbol-simbol dengan huruf atau dengan simbol. Dalam kegiatan observasi untuk memperoleh data berupa nilai-nilai evaluasi kegiatan pembelajaran, maka peneliti melakukan evalnasi dan analisis data dengan berdasarkan acuan hasil evaluasi dengan menggunakan format penilaian kemampuan dasar kreativitas dengan cara memberi simbol (*). Setelah melakukan kegiatan penilaian pada tahap evaluasi, peneliti bersama guru 49 selanjutnya mengumpulkan atau merangkum data-data penilaian awal tersebut berdasarkan nilai BSB, BSH, MB, BB yang diperoleh anak didik, lalu kemudian melakukan analisis data untuk menentukan nilai akhir anak pada kegiatan evaluasi. Adapun hasil evaluasi anak didik dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 49 Tabel 5 Hasil evaluasi pada siklus II No Kategori Berkembang sangat baik (BSB) 2 Berkembang sesuai harapan (BSH) 3 Mulai berkembang (MB) 4 Belum berkembang (BB) Jumlah Ketuntasan secara Idasikal Frekuensi (Jml anak) 7 4, 2 0 13 II Persentase 53.85 30.77 15.38 0 100% 84.62% Berdasarkan hasil perhitungan persentase nilai tersebut, diperoleh data bahwa anak didik dalam kelas memperoleh nilai belum berkembang (BB) yaitu sudah tidal( ada. Kemudian 2 orang anak didik (15.38%) yang memperoleh nilai mulai berkembang (MB), mereka dipandang masih perlu bimbingan secara langsung dalam menyediakan tugas-tugas perkembangan sesuai capaian indikator penilaian yang diamati. Dari hasil evaluasi, juga terlihat 4 orang anak didik atau 30.77% yang memperoleh nilai berkembang sesuai harapan (BSH), mereka dipandang telah mencapai indicator penilaian yang telah dibuat, sedangkan anak didik yang mencapai melebihi indicator yang telah ada sebanyak 7 orang anak atau 53.85% dengan nilai berkembang sangat baik (BSB), dari seluruh jumlah anak didik dalam kelompok B3 TK Idhata Kendari yaitu 13 orang anak didik. Secara klasikal telah mencapai keberhasilan sebesar 84.62%, yang hal ini berarti pula bahwa secara umum program kegiatan pembelajaran telah dilaksanakan dengan baik dan telah berhasil memenuhi kriteria indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu 75% anak didik berhasill memperoleh nilai BSH. Adapun masih ditemukannya dua anak yang belum mencapai nilai BSH dapat dipahami bahwa karakteristik, kemampuan, dan Jaya tangkap anak didik itu beraneka ragam. Evaluasi kegiatan pembelajaran 50 pemahaman huruf hijaiyah menggunakan media kolase pada anak kelompok B3 TK Idhata Kendari telah berhasil mencapai indikator yang ditentukan sebesar 84.62% atau 11 anak dari 13 anak telah memperoleh nilai BSH (***). C. Pembahasan Pendidikan Taman kanak-kanak memiliki peranan yang besar dalam membantu meletakkan dasar bagi anak dalam mengembangkan moral, nilainilai agama, sosial emosional, konsep diri, disiplin dan kemandirian serta mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa dan seni. Sebagai upaya mencapai peranan tersebut, dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat tercapai secara optimal. Untuk itu sangatlah diperlukan proses pendidikan yang terencana dan sistematis agar pendidikan yang diberikan lebih bermakna dan berarti bagi anak didik, mendorong keberanian dan merangsang anak mencari pengalaman baru untuk perkembangan dirinya secara optimal serta memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi serta belajar secara menyenangkan. Untuk mendapatkan proses pendidikan tersebut, media pengajaran di taman kanak-kanak memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan media yang memadai dapat memenuhi prinsip dalam proses pembelajaran di taman kanak-kanak yaitu bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Pada dasarnya media di taman kanak-kanak merupakan wahana yang dapat mengkomunikasikan antara belajar dan mengajar serta • dapat memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman 51 belajar anak didik serta membangkitkan motivasi belajar pada anak didik. Selain itu dengan keberadaan media dapat mempermudah pendidik dalam menjalankan proses pembelajaran. Atas dasar alasan tersebut di atas, sangatlah penting bagi pendidik di taman kanak-kanak untuk mengetahui peranan media pengajaran, mengenal jenis, kriteria, bahan, serta mengetahui bagaimana memilih, menyediakan, serta cara penggunaan media tersebut sehingga dapat mengoptimalkan proses pembelajaran yang pada alchirnya dapat mempertinggi hasil belajar. Dan dengan pengetahuan tersebut diharapkan akan mempermudah pendidik dalam menanamkan dan mengembangkan berbagai perilaku dan program pengembangan kepada anak didik serta meningkatkan kemampuan dan kreativitas pendidik dalam pengolahan media pengajaran yang akan digunakan. Ada beberapa alasan mengapa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar anak yaitu : 1. Berkenaan dengan manfaat media pengajaran dalam proses belajar, antara lain : a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian anak, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar anak b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga akan lebih mudah dipahami oleh anak dan memungkinkan anak menguasai kemampuan yang diharapkan. c. Metode mengajar yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui 52 penuturan kata-kata sehingga anak tidak cepat bosan serta pendidik tidak kehabisan tenaga. d. Anak akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab mereka tidak hanya mendengarkan penuturan gurunya, tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati, menemukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. 2. Berkenaan dengan taraf berfikir anak. Taraf berfikir manusia melalui beberapa tahap perkembangan, dimulai dan berfikir konkrit menuju ke berfikir abstrak, berfikir sederhana menuju ke berfikir kompleks. Atas dasar perkembangan tersebut proses awal berfikir anak melalui tahapan konkrit dan sederhana. Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan berfikir tersebut, sebab melalui media pengajaran hal-hal yang bersifat abstrak dapat dikonkritkan dan hal-hal yang bersifat komplek dapat di sederhanakan. Taraf berfikir tersebut melalui prosedur belajar yang terdiri dan 4 tingkatan, yaitu : a. Belajar langsung melalui lingkungan terdekat. b. Belajar langsung melalui kegiatan-kegiatan ekspresi, seperti menggambar, menari, mewarnai, dan lain-lain. c. Belajar tak langsung melalui televisi, film, radio, dan lain-lain. d. Belajar tak langsung melalui kata-kata seperti cerita buku dan lain-lain. Tingkatan belajar yang pertama adalah bersifat konkrit, bersumber 53 dari kehidupan masyarakat yang ada di lingkungan terdekat anak. Semakin ke bawah tingkat belajar yang dilakukan anak semakin abstrak karena menggunakan simbolsimbol yang abstrak tentang realitas. 3. Berkenaan dengan proses belajar anak Proses belajar anak melalui beberapa tingkatan, dalam hal ini anak belajar dari tingkat pengamatan (persepsi) menuju ke tingkat pengertian (konsepsi). Anak belajar dengan pengaingtan melalui pengindraan (mata, telinga, hidung, lidah dan kulit). Pada tingkatan ini dalam proses belajarnya sangat banyak diperlukan penggunaan media sebagai alat peraga, akan tetapi semakin bertambah usia semakin tinggi Pula tingkatan belajarnya, sehingga pada tingkatan ini anak akan lebih banyak belajar dengan pengertian daripada dengan pengamatan. Beberapa prinsip yang hares diperhatikan dalam pemilihan media pengajaran di taman kanak-kanak (http://bundaati.blogspot.com) mencakup hal sebagai berikut : a. Media pengajaran yang dipersiapkan sesuai dengan tujuan dan fungsi penggunaan media tersebut. b. Dapat memberi pengertian atau menjelaskan suatu konsep tertentu. c. Dapat mendorong kreatifitas anak, memberi kesempatan kepada anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri). d. Media pengajaran hams memenuhi unsur kebenaran ukuran, ketelitian dan kejelasan.Hal tersebut perlu diperhatikan untuk menghindari kesalahan konsep atau pengertian tentang sesuatu yang akan 54 digambarkan atau dijelaskan. Misalnya pendidik memilih menggunakan gambar-gambar binatang untuk menjelaskan bahwa binatang itu bermacam-macam. Hal yang periu diperhatikan adalah bentuk proporsi gambar binatang tersebut memiliki proporsi atau perbandingan ukuran antara bentuk muka, badan dan anggota badan lainnya menggambarkan binatang-binatang yang dimaksud. e. Media yang tersedia hams aman, tidak membahayakan bagi anak. Misalnya menggunakan zat pewarna yang aman bagi kesehatan, bahan yang tidak tajam dan rapi sehingga tidak akan melukai dan membahayakan anak. f. Dapat dipergunakan secara individual, kelompok atau klasikal. g. Media pengajaran tersebut hendaknya menarik, menyenangkan dan tidak membosankan, serta memenuhi keindahan dalam bentuk maupun warna, serta rapi dalam pembuatannya. h. Mudah digunakan oleh pendidik maupun anak. Kemampuan guru untuk memberikan pelajaran huruf-huruf hijaiyah dengan baik harus didukung dengan media yang baik pula yaitu dengan kriteria: a. Media yang digunakan hams menarik dan memikat perhatian guru itu sendiri. b. Media yang digunakan hams sesuai dengan kepribadian anak, gaya, dan bakat anak. c. Media yang digunakan hams sesuai dengan tingkat usia dan anak 55 mampu memahami isi yang disampaikan media tersebut. Dalam penelitian ini digunakan media kolase sebagai media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, yang disesuaikan dengan materi pelajaran yang disajikan oleh guru yaitu peinahaman huruf hijaiyah pada kelompok B3 TK Idhata Kendari. Dalam persiapan ,dan perencanaan sebelum pelaksanaan proses pembelajaran guru mempersiapkan hal-hal yang perlu dalam proses pembelajaran seperti: Guru menyiapkan dan merencanakan kegiatan harian (RKH) Guru menentukan jadwal pembelajaran Guru menyiapkan alat peraga Guru menyaiapkan lembar observasi Absesn anak Guru menyiapkan materi yang akah diajarkan Dalam proses pembelajaran telah disipkan alokasi wakti 150 menit atau mulai jam 07.30- 10.00 vita. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan berdasakan perencanaan sebelumnya. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan sebagaimana mestinya, karena pada umumnya anak menyukai penyajian materi yang disampaikan oleh guru dengan menggunakan media kolase sebagai media yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Anak dapat menyebutkan dan menghafal huruf hijaiyah yang disuru oleh guru, anak antusias mengikuti jalannya pembelajaran karena guru dapat membahas materi dengan baik. 56 Proses pembelajaran berlangsung dengan balk karena media yang digunakan sangat cocok dengan materi yang diajarkan, sehingga dapat menambah rasa percaya diri anak dalam menerima materi pembelajaran. Anak dapat mengafalkan huruf hijaiyah dengan baik. Pelaksanaan 13embelajaran berjalan selama kurang lebih 150 menit, mulai dan jam 07.30 — 10.00 wita. Secara keselurhan proses pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dari kegiatan awal sampai kegiatan penutup. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru melakukan pencatatan nilai dengan menggunakan lembar atau format evalmsi (contoh format ditampilan pada halaman lampiran). Dari hasil wawancara diketahui bahwa proses belajar mengajar dapat berjalan dengan balk sebagaimana mestinya. Hal ini sebagiamana hasil observasi kegiatan aktivitas guru yang ditemukan bahwa 86.67%, aktivitas pembelajaran guru dapat terlaksanakan dengan baik dan berhasil pada siklus II. Kemudian penilaian terhadap pemanfaatan media kolase dalam proses pembelajaran dalam kategori bermanfaat dengan hasil evaluasi nilai pemanfaatan pembelajaran pada media kolase sebesar 3.21. sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa media kolase bermanfaat dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan pemahaman anak dalam kegiatan pembelajaran. Sebagaimana hasil observasi aktivitas belajar anak juga berhasil dengan memperoleh 100% dari 12 indikator aktivitas belajar anak dapat terlaksanakan sebagaimana mestinya. Kemudian dilakukan observasi untuk 57 mengetahui basil evaluasi belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan instrument observasi kegiatan anak. Pada tahap kegiatan penilaian akhir tindakan siklus I. sebagian besar anak didik dalam kelas memperoleh nilai berkembang sesuai harapan (BSI-I) yaitu 5 orang anak didik dengan persentase 38.46%.. 2 orang anak didik (15.38%) yang memperoleh nilai mulai berkembang (MB), mereka dipandang masih perlu bimbingan secara langsung dalam menyediakan tugas-tugas perkembangan seseai capaian indikator penilaian yang diamati. Dari hasil evaluasi, juga terlihat 2 orang anak didik atau 15.38% yang memperoleh nilai belum berkembang (BB), sedangkan anak didik yang mencapai melebihi indicator yang telah ada sebanyak 4 orang anak atau 30.77% dengan nilai berkembang sangat baik (BSB), dari seluruh jumlah anak didik dalam kelas B3 TK Idhata Kendari yaitu 13 orang anak didik. Dengan kata lain, anak didik masih memerlukan bimbingan dari guru untuk menyiapkan tugas-tugasnya dalam proses pembelajaran, akan tetapi hal ini mengalami peningkatan hasil evaluasi dibandingkan dengan tes awal namun belum mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan secara klasikal yaitu 75% anak didik memperoleh nilai minimal (BSH atau ***). Hasil evahlasi siklus I diperoleh hanya 69.23% secara klasikal, secara umum program kegiatan atau rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dipandang masih belum berhasil. Berdasarkan hasil observasi pada siklus II ditemukan bahwa anak didik dalam kelas memperoleh nilai belum berkembang (BB) yaitu sudah tidak ada. Kemudian 2 orang anak didik (15.38%) yang memperoleh nilai mulai 58 berkembang (MB), mereka dipandang masih perlu bimbingan secara langsung dalam menyediakan tugas-tugas perkembangan sesuai capaian indikator penilaian yang diamati. Dari hasil evaluasi, juga terlihat 4 orang anak didik atau 30.77% yang memperoleh nilai berkembang sesuai harapan (BSH), mereka dipandang telah mencapai indicator penilaian yang telah dibuat, sedangkan anak didik yang mencapai melebihi indicator yang telah ada sebanyak 7 orang anak atau 53.85% dengan nilai berkembang sangat baik (BSB), dari seluruh jumlah anak didik dalam kelompok B3 TK Idhata Kendari yaitu 13 orang anak didik. Secara ldasikal telah mencapai keberhasilan sebesar 84.62%, yang hal ini berarti pula bahwa secara umum program kegiatan pembelajaran telah dilaksanakan dengan baik dan telah berhasil memenuhi kriteria indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu 75% anak didik berhasill memperoleh nilai BSH. Adapun masih ditemukannya dua anak yang belum meneapai nilai BSH dapat dipahami bahwa karakteristik, kemampuan, dan daya tangkap anak didik itu beraneka ragam. Evaluasi kegiatan pembelajaran pemahaman huruf hijaiyah menggunakan media kolase pada anak kelompok B3 TK Idhata Kendari telah berhasil mencapai indikator yang ditentukan sebesar 84.62% atau 11 anak dari 13 anak telah memperoleh nilai BSH (***). Dengan demikian, evaluasi kegiatan pembelajaran pemahaman huruf hijaiyah menggunakan media kolase pada anak kelompok B3 TK Idhata Kendari dapat tercapai yaitu 84.62% anak didik yang memperoleh nilai berkembang sesuai harapan (BSH atau ***). Oleh karena itu, penggunaaan 59 media kolase perlu digunakan sesuai dengan materi tentang pemahaman huruf hijaiyah. 60 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Melalui media kolase dapat mengembangkan kemampuan anak dalam mengenal huruf hijaiyah hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil evaluasi bahwa anak yang memperoleh nilai berkembang sesuai harapan (BSH atau ***) sebanyak 11 anak didik atau 84.62%, yang mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan yaitu 75% dari 13 anak didik. B. Saran Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi penyelenggaraan Pendidikan guru TK Hasil penelitian ini diharapkan para penyelenggara program pendidikan guru TK meninjau dan mengkaji kembali dari tujuan pendidikan pra sekolah yang seharusnya dan perkembangan anak sebagaimana mestinya agar terjadi keseimbangan antara tujuan pendidikan dan kebutuhan anak, serta menghilangkan anggapan mengena siapapun dapat menjadi guru TK tanpa harus dari pendidikan guru TK. 2. Bagi Guru a. Disarankan agar kemampuan pembelajaran guru di TK lebih ditingkatkan lagi, agar kemampuan pembelajaran tersebut dapat mencapai sasaran yang diharapkan. b. Guru kelas yang lain hendaknya melakukan pendekatan secara 61 emosional terhadap anak, agar siswa tidak merasa minder, takut dan selalu siap dalam mengeluarkan ide atau gagasanya. c. Materi yang diberikan kepada anak hendaklah sesuai dengan konteks kehidupan anak. 3 ; Bagi Peneliti Berikutnya Peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian yang serupa dengan penelitian ini, tetapi dalam materi dan pendekatan yang berbeda. 62 DAFTAR PUSTAKA Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Ed Revisi VI,Penerbit PT Rineka Ciptaa,Jakarta.Athena. Bahri, syaiful, dkk. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Departemen Pendidikan Nasional .2007.Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV.Jakarta : Pusat Bahasa Desniata. 2009. Psikologi Perkmbangan Peserta Didik. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Gutama.2006.Pedoman Pengembangan Alatedukatif (APE) Untuk Pendidikan Anak Usia Dini.jakarta : direktorat PAUD,Dirjen PLS. Hildayani R, dkk. 2005. Psikologi Perkembangan Anak.Jakarta : Universitas Terbuka. Iskandar.2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Ciputat : Gaung Persada Press Jamal mirza,Titan.2010.Permainan Indoor Dan Autdoor Kreatif Untuk Melejitkan Kecerdasan Anak .Yogyakarta : Minggiran Perum Surya Asri Jamaris, maritnis .,2003.Perkembangan Dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak – Kanak. Program Pendidikan Anak Usia Dini PPS UNJ.Diterbitkan Oleh Lembaga Penerbit Universitas Negeri Jakarta. Jahja,Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana Perdana Media Group Kurikulum TK / RA.2010.Pedoman Penilaian Taman Kanak- Kanak.JAKARTA : Dir PTK/SD Lestari.2009.Inspiring education PAUD Pendidikan Anak Usia Dini.jakarta : PT gremedia Seniawan,conny. 2008. Belajar Dan Pembelajaran Prasekolah Dan Sekolah Dasar. Jakarta : PT. Macanan Cemerlang Sudijono,Anas.2008.Pengantar Statistik Pendidikan.Jakarta : Raja Grafindo Prasada Yus Anita.2005. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak – Kanak .Jakarta : Dit.PPTK