2. Mendesain alat observasi untuk melihat apakah kemampuan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran dengan belajar melalui bermain pada anak usia
dini adalah salah satu cara pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak
usia dini, karena diusia dini juga adalah merupakan masa bermain anak. Pada
anak tahap usia dini adalah merupakan masa keemasan yang membutuhkan
stimulus yang bermakna melalui belajar sambil bermain, sesuai dengan usia dan
perkembangan karakteristik mereka.
Guru yang mengajar di TK/RA dituntut tidak hanya mampu mengelolah
pembelajaran saja, tetapi juga harus mampu menentukan media pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik anak didik yang belajar di TK/RA demi
tercapainnya tujuan pengajaran yang diharapkan. Karena keberhasilan anak dalam
belajar adalah merupakan harapan setiap guru, termasuk anak yang belajar di
TK/RA. Walaupun anak pada usia dini belum memahami betul tujuan belajar.
Untuk dapat mewujudkan harapan tersebut,guru perlu memahami anak sebagai
manusia seutuhnya dan memahami diri anak pula sebagai individu, diantarannya
adalah berkaitan dengan media apa yang dapat membangkitkan keinginan dan
semangat anak dalam mengikuti pelajaran.
2
Bermain akan membawa anak pada pengalaman yang positif dalam
segala
aspek,
seperti
aspek
pengembangan
keimanan
dan
ketakwaan,
keterampilan, daya pikir, daya cipta, kemampuan berbahasa, kemandirian,
psokososial atau bersosialisasi, serta kemampuan olah tubuh. Menyimak makna
yang terkandung dalam tujuan-tujuan dari program kegiatan bermain sambil
belajar pada anak TK/RA tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan –
tujuan tersebut pada hakekatnya menyentuh ranah “ efektif “ anak yang tercermin
pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhalak mulia, termasuk budi pekerti dan
kepribadian yang baik dalam berkomunikasi dan bersosialisasi; ranah kognitif “
anak yang tercermin pada daya pikir,
kemampuan berbahasa, daya cipta,
kreativitas dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta
munguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; ranah” psikomotorik” tercermin pada
kemampuan untuk menampilkan keterampilan motorik yang baik (teknis, praktis,
kinestetis motorik kasar dan motorik halus) atau kemampuan olah tubuh
(jasmani).
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis tentang kemampuan
kognitif anak, diperoleh hasil dimana kemampuan anak dalam mengenal huruf
hijaiyah masih sangat rendah. Data kemampuan kognitif anak yang peroleh masih
sangat berkurang. Data yang diperoleh menunjukan dari keseluruhan jumlah anak
kelompok B3 Idhata Kendari, hanya sekitar 33. 33% anak pada kemampuan anak
dalam mengenal huruf hijaiyah berkembang sesuai harapan ( BSH ) dan 55, 33 %
anak baru mulai berkembang ( MB ) dan bahkan belum berkembang ( BB ) sama
sekali sebesar 13, 33%. Nampak pula dalam peaksanaan pembelajaran dikelas,
3
penggunaan metode dan strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran bagi
anak usia dini di RA tersebut kurang dilakukan dan tidak bervariatif, bahkan guru
cenderung menggunakan model yang intinya hanya bercakap–cakap atau
bercerita/berdongeng dan bernyanyi sambil memperlihatkan gambat–gambar pada
setiap pembelajaran yang dilakukannya, anak–anak kurang dibiasakan untuk
bermain dalam sebuah permainan yang menyenangkan.
Terlebih lagi dalam pembelajaran bidang pengembangan kemampuan
dasar kognitif mengenal huruf hijaiyah secara umum guru hanya membelajarkan
dengan mengajak anak melihat tulisan sambil menyebut hurufnya. Pembelajaran
juga tidak lakukan dengan media pembelajaran atau alat peraga yang sesuai dan
dikenal anak dalam kehidupannya sehari–hari. Anak hanya melakukan apa yang
dikatakan guru tanpa memberi kebebasan anak untuk berkreasi dan bekerja
bersama kelompok bermainnya dengan menggunakan media dalam melakukan
kegiatan belajar sambil bermain dengan permainan kemampuan dasar dalam
mengenal huruf hijaiyah.
Mencermati uraian terakhir diatas, maka dapat dikatakan bahwa
kenyataan tersebut dipandang kurang relevan dengan amanat UU nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem
Pendidikan
Taman
Pendidikan Nasional Dan Penyelenggaraan Satuan
Kanak–Kanak
tahun
2004,
salah
satu
diantaranya
menekankan kemampuan dasar kognitif anak, dalam hal ini penembangan
kemampuan dasar kognitif bidang konsep dasar pengenalan huruf diharapkan
anak dapat mengenal huruf dan cara mengejanya. Sehingga untuk pencapaiannya,
diharapkan pula guru Tk Idhata Kendari untuk lebih dalam menerapkan dan
4
mendesain bentuk–bentuk pembelajaran kemampuan dasar kognitif anak dalam
mengenal huruf hijaiyah melalui media kolase, dengan permainan ini permulaan
untuk anak dengan memanfaatkan berbagai alat peraga atau media pembelajaran
lebih bervariatif, dan tentunya yang sesuai dengan kebutuhannya aspek
perkembangan anak dalam bermain sambil belajar. Di sisi lain, karena dalam
pembelajaran yang untuk mengembangkan kemampuan dasar meningkatkan
kemampuan kognitif, sehingga anak
juga dapat mengenal huruf hijaiyah,
pengaitan konsep–konsep dasar dalam hal kognitif dengan pengalaman anak
dalam kehidupan sehari–hari adalah kegiatan yang penting dilakukan guru. Untuk
itu, juga dapat dipandang penting untuk diupayakan guru Tk Idhata Kendari
adalah memikirkan dan mengetahui cara merancang suatu tindakan pembelajaran
dengan pola permainan yang tepat dan berkualitas dengan mengoptimalkan fungsi
media dan komponen pembelajaran lainnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, pada kegiatan observasi awal, penulis
melakukan suatu pendekatan pembelajaran untuk bahan permainan anak dalam
kegiatan belajar sambil bermain dalam mengembangkan kemampuan dasar
kognitif anak mengenal huruf hijaiyah bagi anak TK Idhata Kendari yang 80%
belum berkembang. Hal ini mendapat tanggapan yang sangat antusias oleh guru
untuk ingin menerapkan metode kolase. Kenyataan ini, mendorong penulis untuk
melaksanakan penelitian dengan judul ” Mengembangkan Kemampuan Kognitif
Anak mengenal Huruf Hijiyah melalui media kolase Pada Kelompok B3 Tk
Idhata Kendari”
5
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang d iatas, maka penulis mengidentifikasi
malaalah dalam penelitaian ini.Adapun yang menjadi identifikasi masalah adalah
sebagai berikut :
1. Mengembangkan kemampuan kognitif anak mengenal huruf hijaiyah
pada kelompok B3 di TK Idhata.
2. Media kolase dapat meningkatkan kognitif anak mengenal huruf hijaiyah.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah melalui media kolase dapat
mengembangkan kemampuan kognitif anak mengenal huruf hijaiyah pada anak
kelompok B3 Tama Kanak-Kanak Idhata Kendari ?
D.
Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah diatas sebagai dugaan awal terhadap
permasalahan dalam penelitian ini, peneliti merumuskan dugaan awal yakni “ Ada
peningkatan yang signifikan pada anak untuk mengenal huruf hijaiyah melalui
media kolase.
E.
Tujuan dan Manfaat penelitian
a. Tujuan
Adapun tujuan
penelitian ini adalah “untuk mengenal huruf – huruf
hijaiyah dan mengembangkan kognitif anak mengenal huruf hijaiyah
pada anak Kelompok B3 Tk Idhata Kendari.
b. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
6
1. Bagi anak
Mengembangkan kemampuan pemahaman anak dalam mengenal huruf
– huruf hijaiyah,sebagai sarana kreativitas berfikir anak dalam kegiatan
pembelajaran, maka anak akan mengningkatkan kemampuan kognitif
dalam
kegiatan permainan ini
1.
Bagi Guru
a. Dapat menjadi masukan bagi para guru terkait dengan pengenalan
huruf
hijaiyah
melalui
media
kolase
akan
mengembangkan
kemampuan kognitif pada anak
b. Sebagai bahan masukan terhadap orang tua anak tentang pengenalan
huruf hijaiyah melalui media kolase dapat mengembangkan
kemampuan kognitif anak
c. Sebagai pertimbangan guru atau pendidik dalam memilih metode
pengajaran yang menyenangkan pada anak
2.
Bagi Tk Idhata Kendari
Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk merumuskan kebijakan
yang mengarah pada peningkatan kasil belajar anak khususnya pengembangan
kognitif di Tk Idhata Kendari.
3.
Bagi Peneliti
Menambah wawasan serta informasi yang berguna dalam menerapkan
pembelajaran mengnalkan huruf hijaiyah pada anak melalui permaianan media
kolase.
7
F.
Defenisi Operasional
Untuk menghindari kekeliruan dalam memaknai maksud dan tujuan
penelitian ini, penulis menjabarkan definisi operasional dari variabel penelitian
sebagai berikut:
1. Kemampuan kognitif adalah suatu proses berpikir berupa kemampuan
menilai dan mempertimbangkan segala sesuatu yang diamati dari kegiatan
2. Huruf Hijaiyah merupakan huruf penyusun kata dalam Al Qur an.
3. Kolase adalah sebuah teknik menempel unsur-unsur yang berbeda (bisa
berupa kain, kertas, kayu) ke dalam sebuah frame sehingga menghasilkan
sebuah karya seni yang baru.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kemampuan Kognitif
1. Pengertian Kognitif
Sama
halnya
dengan
sejumlah
aspek
perkembangan
lainnya,
kemampuan kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi tahap
menuju kesempurnaannya. Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat
dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta
kemampuan
melakukan
penalaran
dan
pemecahan
masalah.
Dengan
perkembangannya kemampuan kognitif ini, akan memudahkan anak menguasai
pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan
fungsinya dengan wajar dalan interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan
sehari-hari.1
Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah
sebagai :
salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan
pengertian (pengtahuan), yaitu semua proses psikologi yang berkaitan
dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan
lingkungannya.2
Untuk
memberikan
pemahaman
yang
lebih
utuh
tentang
perkembangan kognitif ini, berikut ini dikutip pendapat beberapa ahli
Menurut Mayers ” cognition refers to all the mental activities associated
1
Desnita,Psikologi Perkembangan Peserta Didik,Bandung.PT.Remaja Rosda Karya.1993 hal 29
2
Ibid
9
with thinking,knowing,and remembering.”Dalam dictionary of psychology karya
drever, dijelaskan bahwa” kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap
mode pemahaman yakni, persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan
penalaran”. Kemudian dalam dictionary of psychology karya Chaplin, dijelaskan
bahwa kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan,
termasuk didalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan,
menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga dan menilai. Secara
tradiasional, kognisi ini dipertentangkan dengan konasi (kemauan) dan efeksi
(perasaan).3
Sejumlah ahli psikologi juga menggunakan istilah thinking atau pikiran
ini untuk menunjuk pengertian yang sama dengan cognition ( kognisi ), yang
mencakup berbagai aktivitas mental seperti : penalaran, pemecaham masalah,
pembentukan konsep -
konsep, dan sebagainnya. Dalam hal ini, Myers
menjelaskan bahwa, ”thinking or cognition is the mental activity associated with
procesing,understading,and comunicating informatiaon, ..these mental activities
including the logical and sometimes illogical ways in which we create concepts,
solve problem, make decisions, and from judgments. ”Atkinson, dkk,
mengartikan berpikir sebagai ”kemampuan membayangkan dan menggambarkan
benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindak berdasarkan penggambaran ini.
Pemecahan masalah yang berdasarkan pikiran dibedakan dengan pemecahan
masalah melalui manipulasi yang nyata.4
Dalam beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa kognitif atau
3
Ibid
Ibid
4
10
pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan
semua aktivitasmental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan
penglahan informasi yamg memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan,
memecahkan masalah, dan mmerencanakan masa depan, atau semua proses
psikologi
yang
berkaitan
dengan
bagaimana
induvidu
mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai, dan
memikirkan lingkungannya.
2. Perkembangan Kognitif
Dikembangkan oleh jean piaget, seseorang psikolog Swiss yang hidup
pada tahun 1896 – 1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam
lapangan psikologi perkembangan dan pengaruh terhadap perkembangan konsep
kecerdasan yang bagi piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat untuk
mempersentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep
yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas muncul dan perolehnya
Scehmata. Skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya
dalam tahapan – tahapan perkembangan, sesaat seorang memperoleh cara baru
dalam mempersentasikan informasi secara mental, teori ini di golongkan kedalam
kontruktivisme, yang berarti, tidak seperti toeri nativisme (yang menggambarkan
perkembangan kognitif sebagai pemunculan,pengetahuan, dan kemampuan
bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif , kata
melalui tindakan yang termotivasi dangan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk
mengembangkan mengembangkan teori ini, piaget memperoleh Erasmus Prize.
11
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui
empat periode yang berkolerasi dengan semakin canggih spertumbuhan usia :
a. Tahapan sensorimotor (usia 0 -2 tahun)
b. Tahapan pra – oprasional (usia 2 – 7 tahun)
c. Tahapan operasiaonal konkrit (usia 7 - tahun)
d. Tahapan operasaional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa).5
a. Tahapan Sensori motor
Menurut piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga
dorongan untuk mengeksplorasi dunianya, skema awalnya dibentuk
melalui
diferensiasi refleks bawaan ini. Tahapan sensorimotor adalah tahapan pertama
dari empat tahapan. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai
perkembangan kemampuan dan pemahaman spasial penting dalam enam subtema :
1. Sub – tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai enam minggu dan
berhubungan terutama dengan refleks.
2. Sub – tahapan fase reaksi sirkula primer, dari usia enam minggu sampai
enam bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaankebiasaan.
5
Jahja Yudrik, Psikologi Perkembangan,Jakarta.Kencana Perdana Media.2011,hal 52
12
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat
sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi
antara penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia 9-12
bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat obyek sebagai
suatu permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut
berbeda (permanen objek),
5. Sub-tema fase reaksi sirkular tersier, muncul pada usia 12-18 bulan dan
berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai
tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolis, berhubungan terutama dengan
tahapan awak kreaktivitas.6
b. Tahapan pra operasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan
mengamati urutan permainan, piaget dapat menunjukan bahwa setelah akhir usia
dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul.
Pemikiran (pra) operasi dalam teori piaget ialah prosedur malakukan tindakan
secara mental terhadap obyek-obyek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental
yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar
menggunakan dan mempresetasikan obyek dengan gambaran dan kata–kata.
Pemikirannya masih bersifat egosentris : anak kesulitan untuk melihat dari sudut
pandang orang lain. Anak dapat mengkasifikasikan objek menggunakan satu cara,
6
Ibid
13
seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda – beda atau
mengumpulkan semua benda bulat walaupun warnanya berbeda-beda.
Menurut piaget, tahapan pra oprasional mengikuti tahapan sensorimotor
dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak dapat
mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai mempersentasikan
benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih
menggunakan penalaran instuitif bukan logis. Dipermulaan tahapan ini, mereka
cenderung egosentris, yaitu mereka tidak dapat memahami tempatnya didunia dan
bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami
bagaimana perasaan dari orang sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan,
kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki
pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak
hidup pun memiliki perasaan.7
c. Tahapan Operasional Formal
Tahapan operasional formal adalah periode terakhir berkembang kognitif
dalam teori piaget. Tahapan mulai dialami anak dalam usia 11 tahun (saat
purbertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini ialah
diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menara secara logis, dan
nilai dan menarik kesimpulan dan informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini,
seorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak
melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada, gradasi
7
Ibid
14
abu-abu “diantaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat
pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya
kedunia dewasa secara fisiologis kognitif, penalaran moral, perkembangan
psikoseksual, dan perkembangan sosial. Berbagai orang tidak sepenuhnya
mencapai perkembangan sampai
tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai
keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran
dari operasional konkrit.8
Adapun tujuan pengembangan kognitif anitoryak diarahkan pada
pengembangan kemampuan auditory. visual, taktil, kinestik, artimatika,
geometry, dan sains. Oleh karena itu dengan dimilikinya pengetahuan dan
pemahaman perihal perkembangan dan pengembangan kognitif anak serta mampu
atau keterampilan dalam pelaksanaan program kegiatan belajar sambil bermain
bagi anak, khususnya guru PAUD di TK, dalam menstimulasi potensi kemampuan
anak, khususnya bidang pengembangan kemampuan dasar kognitif anak didiknya,
sehingga akan tercapai optimalisasi potensi pada masing-masing anak.9
Menurut Jamaris, setiap fase perkembangan anak Usia Taman
Kanak – Kanak memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan anak-anak
usia sekolah pada jenjang pendidikan lainnya, oleh karena adanya perbedaan itu,
perkembangan usia taman kanak-kanak berbeda dengan usia kelompok bermain.
Keunikan ini perlu mendapat perhatian yang seksama dari pihak-pihak yang
terkait atau yang berkompeten dengan pendidikan anak usia dini, termasuk
8
9
Ibid
Sujiono Anas,Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta.Raja Grafindo Prasada,2005 hal 11
15
didalam guru taman kanak-kanak, sehingga usaha-usaha pencapaian tujuan bidang
pengembangan anak tersebut dapat dilakukan secara optimal.10
3.Tujuan Kognitif
Menurut Vygotsky, mengemukakan bahwa tujuan dari kognitif adalah
a. Membantu memecahkan masalah anak, anak-anak akan mencoba
memecahkan masalah dalam permaian yang sedang di kerjakan.
b. Memudahkan dalam melakukan tindakan, dengan alat berpikirnya setiap
individu akan dapat memilih
tindakan atau perbuatan selektif dan
seefisien mungkin.
c. Memperluas kemampuan, melalui berbagai eksplorasi yang di lakukan
seorang anak melalui panca inderanya, maka akan semakin banyak hal
yang ia ketahui.
d. Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya, alat berpikir yang
dialami, mengikuti apa yang ia ketahui.
B.Pengertian Huruf Hijaiyah
Setiap umat muslim pasti tahu dengan huruf Al-Quran, yaitu huruf yang dipakai
untuk menuliskan isi Al-Quran yang biasa disebut huruf hijaiyah.Huruf-huruf
Hijaiyah tersebut dalam Al-Quran akan dirangkai dengan huruf lain.
Ilmu yang mempelajari cara baca huruf Al-Quran tersebut dinamakan ilmu
tajwid.Terdapat tanda baca seperti fathah (garis coret atas berbunyi ‘a’,kasrah
10
Jamaris Maritnis.Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Dini.Jakarta,2003.UNJ, hal 102
16
(garis coret bawah berbunyi ‘i’) dan tanwin (tanda baca yang berbunyi ‘u’) dan
sukun ( tanda baca huruf dimatikan) dipergunakan untuk membaca rangkaian
huruf menjadi satu pengertian kata atau kalimat, sehingga huruf hijaiyah sagat
penting diajarkan anak usia dini khususnya usia 4-7 tahun yang sudah mulai bisa
merespon stimulus dengan baik disekitar mereka.11
Menurut Abdul Aziz Abdur Rauf,Al-Hafizh, tujuan mempelajari sifatsifat huruf adalah hurf yang keluar dari mulut ita semakin sesuai dengan keaslian
huruf-huruf Al-Quran itu sendiri.12 Huruf yang tepat makhrojnya belum dapat
dipastikan kebenarannya sehingga sudah sesuai dengan sifat aslinya.Ketika
seseorang mensukunkan huruf pada suatu lafadz boleh jadi lidahnya sudah tepat
pada posisinya, namun belum dikatakan benar sehingga ia mengucapkannya
sesuai dengan sifatnya.
Agar anak selau hidup bersama Al-Quran dan mudah belajar huruf
hijaiyah yaitu sebagai berikut :
a. Mengenalkan
Saat yang apling tepat mengenalkan Al-Quran adalah ketika anak
sudah mulai tertarik dengan buku. Sayang, banyak orang tua yang lebih
suka menyimpan Al-Quran di rak lemari paling atas. Sesekali
perlihatkanlah Al-Quran kepada anak sebelum mereka mengenal bukubuku
lain,
apalagi
menarik.Mengenalkan
11
12
buku
dengan
Al-Quran
juga
gambar-gambar
boleh
yang
dilakukan
lebih
dengan
Ahira,Pengertian Huruf Hijaiyah(http://www.anneahira.com/).
Al-Hafizh,Abdul Aziz,dkk,Pedoman Dauroh Al-Qur’an.Bandung,LTQ Jendela Hati,2009
17
mengenalakan terlebih dahulu huruf-huruf hijaiyah, bukan mengajarinya
membaca, tetapi sekedar memperlihatkannya sebelum anak mengenal
A,B,C,D. Tempelkan gambar-gambar tersebut ditempat yang sering
dilihat anak, lengkapi dengan gambar dan warna yang menarik.Dengan
sering melihat,aak akan terpancing untuk bertanya lebih lanjut.Saat
itulah kita boleh memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah.
b. Memperdengarkan.
Memperdengarkan ayat-ayat Al-Quran seperti huruf hijaiyah
dilakukan secara langsung atau dengan memainkan kaset atau CD. Kalau
ada teori yang mengatakan bahwa mendengarkan musik klasik pada
janin dalam kandungan akan meningkatkan kecerdasan, insya Allah
memperdengarkan AlQuran dalam hal ini huruf Hijaiyah akan lebih baik
pengaruhnya bagi
bayi.Apalagi
jika ibunya
yang membacanya
sendiri.Ketika membaca AlQuran, suasana hati dan pikiran ibu akan
lebih khusyuk dan tenang.
Mendengarkan AlQuaran boleh dilakukan kapan saja dan dimana
saja, juga tidak mengenal batas usia anak.auantuk anak-anak yang belum
boleh berbicara, insya Allah lantunan ayat AlQuaran itu akan terkait
dalam memorinya.Jangan aneh kalau tiba-tiba si
anak
lancar
melafadzkan surah Al-Fatihah, misalnya begitu dia boleh berbicara.
Untuk anak yang lebih besar, memperdengarkan ayat-ayat Al-Quran (
surah-surah pendek ) kepadanya terbukti memudahkan si anak
menghafalnya.
18
c. Menghafalakan.
Menghafalkan Al-Quran seperti huruf hijaiyah boleh dimulai sejak
anak lancar berbicara. Mulailah denga surah atau ayat yang pendek atau
potongan ayat (misalnya fastabiq al-khairat,dan sebagainya). Menghafal
boleh dilakukan dengan cara sering kali membacakan ayat-ayat tersebut
kepada anak.Lalu latihlah anak untuk menirukannya. Hal ini dilakukan
berulang-ulang sampai anak hafal diluar kepala. Masa anak-anak adlah
masa meniru dan memiliki daya ingat yang luar biasa.Orang tua harus
menggunakan kesempatan ini dengan baik jika tidak ingin menyesal
kehilangan masa emas (golden age) pada anak.
Agar anak lebih mudah mengingat,ayat yang sedang dihafal anak
boleh juga sering dibaca ketika ayah menjadi seorang imam atau ketika
naik kereta dalam perjalanan.Disamping anak tidak mudah lupa, hal ini
juga sebagai upaya membiasakan diri untuk mengisi kesibukan dengan
amalan yang bermanfaat.Nabi SAW, bersabda :
“ Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya hafalan AlQuran itu lebih cepat
lepasnya daripada seekor
unta
pada
tambatannya.(HR.al-Bukhari dan Muslim I).
d. Membaca.
Mafhun Haduth Rasulullah SAW, siapa saja yang membaca satu
huruf dari kitab Allah maka dia akan mendapat satu kebaikan. Satu
kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan
bahwa alif-lam-mim adalah satu huruf. Akan tetapi, alif adalah satu
19
huruf,lam
satu
huruf,
dan
mim
dalah
satu
huruf.(
HR
at-
Tirmidzi).Sungguh luar biasa pahala dan kebaikan yang di janjikan
kepada siapa saja yang bisa membaca Al-Quran. Bimbing dan doronglah
anak agar terbiasa membaca al-Quran setiap hari walau Cuma beberapa
ayat.Ajaklah anak-anak untuk bersama-sama mendengarkan ibu guru
yang sedang membaca Al-Quran.Orang tua dan guru berkewajiban untuk
mengajarkan kaidah-kaidah dan adab membaca Al-Quran.
e. Menulis.
Belajar menulis akan mempemudah anak dalam belajar membaca
AlQuran atau huruf hijaiyah. Diktekan kepada anak kata-kata tertentu
yang mempunyai makna.Dengan begitu, selain anak boleh menulis,
sekaligus anak belajar bahasa arab.Mulailah dengan kata-kata pendek.
Misalnya, untuk mengenalkan tiga kata alif,ba dan ta diminta menulis
a,ba,ta.Jika anak memiliki kemampuan yang lebih lanjut dengan
mempelajari seni kaligrafi. Rangkaian huruf mejadi suiku kata yang
mengandung arti bertujuan untuk melatih anak dalam memperkaya
kosakata, disamping memberikan kesempatan bagi mereka untuk
bertanya tentang setiap kata yang di ucapakan serta mengembangkan cita
rasa seni mereka.Jadi,tidak hanya bertujuan mengenalkan huruf AlQuran semata.
f. Mengamalkan dan Memperjuangkan
AlQuran tentu tidak hanya di baca,dihafal dan dikaji.Sampaikan
kepada anak tentang kewajiban mengamalkan serta memperjuangkan
20
AlQuran dan pahala yang akan di raihnya.Insya Allah, hal ini akan
memotivasi anak.Kepada anak juga boleh diceritakan tentang bagaimana
para sahabat dulu yang sangat teguh berpegang pada AlQuran.13
g. Huruf-Huruf Hijaiyah.
Terdapat 30 huruf hijaiyah yang masing-masing tersebar dalam 30
juz dan 114 surat di dalam Al-Quran. Diantara huruf hijaiyah tersebut
adalah sebagai berikut :
B.
Hakekat Media Kolase
1. Pengertian Kolase
Pengertian kolase menurut kamus besar Bahasa Indonesia, komposisi
artistik yang dibuat dari berbagai bahan (kain, kertas, kayu) yang ditempelkan
pada permukaan gambar. Kolase juga merupakan karya seni rupa dua dimensi
yang menggunakan bahan yang bermacam- macam selama bahan dasar tersebut
dapat dipadukan dengan bahan dasar lain yang akhirnya dapat menyatu menjadi
karya yang utuh dan dapat mewakili ungkapan perasaan estetis orang yang
membuatnya, sehingga menjadi karya seni rupa dua dimensi yang dirangkum,
dapat digolongkan / dijadikan bahan kolase.
13
21
Menurut M. Saleh Kasim (1981) kolase adalah menggambar dengan
teknik tempelan. Menurut Muharam E (1992) menyatakan bahwa kolase adalah
teknik melukis dan mempergunakan warna-warna kepingan batu, kaca, marmer,
keramik, kayu, yang ditempelkan. Kolase merupakan bentuk gambar yang
diwujudkan dengan menyusun kepingan berwarna yang diolesi lem kemudian
ditempelkan pada bidang gambar. Menurut Budiono MA mengartikan “kolase
sebagai komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan yang ditempelkan pada
permukaan gambar”. Menurut Sunaryo A. menyatakan keterampilan kolase
merupakan aktivitas yang penting dan kompleks. Menurut Susanto M. (2002:63)
menyatakan bahwa kata kolase yang dalam bahasa Inggris disebut “collage”
berasal dari kata “coller” dalam bahasa Perancis yang berarti “merekat”.
Selanjutnya kolase dipahami sebagai suatu teknik seni menempel berbagai macam
materi selain cat, seperti kertas, kain, kaca, logam, kulit telur dan lain sebagainya
kemudian dikombinasi dengan penggunaan cat (minyak) atau teknik lainnya.14
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kolase adalah
kegiatan menempel ke dalam bentuk gambar yang telah ditentukan.
2. Manfaat Kolase
Beberapa manfaat kolase bagi anak :
14

Meningkatkan kreatifitas.

Melatih konsentrasi.

Mengenal warna dan bentuk.

Melatih warna dan bentuk.
Nurjatmika Yusep, Ragam Aktivitas Harian Untuk TK.2007.Diva Press,Hal.82
22

Melatih memecahkan masalah.

Mengasah kecrdasan spesial.Kecerdasan spesial adalah kemampuan
seseorang untuk mengenal dan memahami ruang.

Melatih ketekunan.

Meningkatkan kepercayaan diri anak.
3. Penggunaan Media Kolase Pada Huruf Hijaiyah
Bahan-bahan :

Potongan-potongan kertas metalik

Lem

Gambar/pola huruf hijaiyah
Cara membuat :
Siapkan lem, pola huruf hijaiyah dan potongan-potongan kertas. Kemudian, beri
lem pada pola huruf hijaiyah, yang dimulai dengan huruf alif. Selanjutnya
tempelkan potongan-potongan kertas metalik satu persatu pada huruf yang sudah
diberi lem.
Meskipun
sederhana,
kolase
juga
banyak
mengandung
manfaat
besar,khususnya bagi anak TK. Selain bisa mengembangkan kognitif anak, juga
melatih ketekunan dan kesabaran seorang anak.
23
C.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan pada kajian pustaka di
atas, maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan dalam penelitian ini, yaitu “
Dengan media kolase, dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak
amengenal huruf hijaiyah pada kelompok B3 di Tk Idhata Kendari.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
24
A.
Setting Penelitian
Penelitian ini tergolong dalam penelitian tindakan kelas. Dikatakan
penelitian tindakan kelas karena peneliti mengadakan observasi (pengamatan)
langsung dan menerapkan suatu tindakan masalah yang ditangani yaitu bagaimana
peranan guru dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak mengenal huruf
hijaiyah melalui media kolase pada anak kelompok B3 di Tk Idhata Kendari.
B.
Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan diTK Idhata Kemdari pada bulan Mei s/d
Juni 2013, semester II tahun ajaran 2013 pada kelompok B3 dengan jumlah anak
didik 13 orang terdiri dari laki-laki 9 orang dan 4 anak perempuan.
C.
Faktor yang di Teliti
Adapun faktor yang lagi diteliti dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Faktor anak didik : yaitu dengan menilai dan melihat langsung bagaimana
anak didik dapat mengisi pola huruf hijaiyah.
2. Faktor Guru : yaitu Bagaimana peranan guru dalam meningkatkan
kemampuan anak dalam megisi pola huruf hijaiyah.
3. Faktor kegiatan pembelajaran : potongan-potongan kertas dan huruf
hijaiyah. Dengan adanya sumber belajar ini,
akan mendukung
keberhasilan sebuah proses pembelajaran pada anak usia dini.
25
D.
Jenis Data dan Tehnik Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif
yang diperoleh dengan menggunakan pedoman observasi atau lembar pengamatan
dan format penilaian kemampuan kognitif dalam bermain melempar angka ada
anak didik. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan anak didik. Selain
itu, data juga bersumber dari dokumen-dokumen yang dipandang penting berupa
catatan-catatan khusus
tentang program-program kegiatan belajar anak yang
belum terdapat dalam pedoman observasi, namun dianggap dapat mendukung
hasil penelitian ini.
Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi.
Observasi yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan
langsung terhadap objek yang diteliti dan dengan mengadakan pencacatan secara
sistematis atau pengkodean
tentang hal-hal tertentu atau aspek-aspek yang
diamati, dengan menceklis atau memberi tanda pada lembar pengamatan atau
pedoman observasi. Untuk mengetahui data tentang kemampuan mengenal huruf
hijaiyah diambil dengan format penilaian kemampuan kognitif anak didik.
E.
Prosedur Penelitian
Beberapa tahap prosedur kegiatan pada setiap siklus dalam melaksanakan
penelitian yaitu: 1) Perencanaan (planning); merencanakan kegiatan atau tindakan
26
yang dilakukan, 2) Pelaksanaan Tindakan (Acting); melaksanakan kegiatan
penelitian sesuai
dengan
perencanaan
yang telah disusn,
3).Observasi
(Observing); melakuka kegiatan observasi (pengamatan) dengan melaksanakan
kegiatan penilaia/evaluasi untuk melihat kemampuan anak 4). Refleksi;
melaksanakan kegiatan merefleksi segala kegiatan yang dilakukan dalam rangka
perbaikan .
Gambaran pelaksanaan kegiatan tersebut diatas, juga akan dilakukan
dalam penelitian tindakan kelas kali ini. Dimana pada penelitian ini direncanakan
dalam dua siklus. Dimana pada siklus terdiri dari : 1) Melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan menerapkan bermain melempar angka untuk meningkatkan
kemampuan kognitif anak, 2) melaksanakan tes /evaluasi, hal ini untuk melihat
kemampuan daya serap anak dalam bermain melempar angka. Dari dua jenis
kegiatan tersebut diatas,
tampak
bahwa dalam satu siklus
terdiri dari
pelaksanaan tindakan, sekaligus observasi dan evaluasi. Hal ini dilaksanakan
secara bersamaan oleh karena itu berdasarkan pandangan beberap sumber yang
menyatakan bahwa dalam mengobservasi dan mengevaluasi setiap bidang
perkembangan anak didik selalu
dilakukan pada saat anak melaksanakan
kegiatan/beraktivitas, hal ini memberikan penilaian yang lebih akurat dan detail;
(Arikunto dan Yus Nita, 2005; dalam buku pedoman penilaian / evaluasi di TK
Depdiknas, 2005).
Iskandar (2009) menyatakan prosedur pelaksanan penelitian tindakan
kelas bergambar dalam bagan berikut :
27
Identifikasi
masalah
Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan
Siklus I
Pengamatan
Permasalahan Baru Hasil
Refleksi
Identifikasi
masalah
Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan
Siklus II
Pengamatan
Permasalahan Baru Hasil
Refleksi
Gambar.Model Siklus Penelitian Tindaka Kelas ( PTK )
Tiap siklus dijalankan sesuai dengan perubahan yang di inginkan seperti
yang telah disusun dalam faktor yang ingin diteliti. Untuk mengetahui
perkembangan yang ada pada anak didik terhadap hasil belajar yang maksimal
28
terlebih dahulu diberi tes awal sebelum terapkan suatu prilaku / tindakan. Secara
rinci prosedur penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini, meliputi :
a. Melakukan diskusi antara peneliti dan guru kelompok untuk menyususnun
persiapan mengajar yaitu pembuataan Rencana Kegiatan Harian yang
didalamnya yang berisis kompetensi dasar, indikator hasil belajar, kegiatan
pembelajaran, Organisasi kelas, media, evaluasi dilengkapi dengan sarana
prasarana yang akan digunakan saat pelaksanaan tindakan.
b. Membuat lembaran observasi yang memuat kondisi anak didik pada saat
melakukan kegiatan.
2. Mendesain alat observasi
untuk melihat apakah kemampuan anak dalam
mengenal huruf hijaiyah dapat berkembang.
3.
Melaksanakan tindakan, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
melaksanakan semua kegiatan dengan skenario rencana tindakan.
4. Pengamatan tindakan, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan proses
observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar
observasi dan menilai hasil tindakan dengan format penilaian.
5. Refleksi, melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan, meliputi evaluasi
mutu waktu dari setiap jenis tindakan, melakukan pertemuan untuk membahas
hasil evaluasi tentang skenario pembeajaran, memperbaiki pelaksanaan
29
tindakan sesuai hasil evaluasi
untuk digunakan pada siklus berikutnya.
Melaksanakan siklus selanjutnya dan apabila hasil analisis sudah mencapai
target yang lebih ditetapkan maka tindakan penelitian sudah tuntas.
F.Tehnik Analisis Data
Tehnik analisis data menggunakan metode deskriptif, yakni metode
analisis yang menggambarkan fenomena secara kualitatif, sedangkan deskriptif
kuantitatif yaitu metode analisis yang menggambarkan fenomena yang
menggunakan huruf hijaiyah yang dalam penelitian ini huruf hijaiyah tersebut
dalam bentuk persentase ketuntasan belajar anak secara klasikal.
Dalam menganalisis data dan memberi penilaian pada setiap indikator
aspek pengamatan dalam penelitian tindakan ini, peneliti menggunakan kriteria
bentuk penilaian yang selama ini digunakan guru TK/RA untuk menilai
kemampuan awal dan aktivitas anak dalam kegiatan pembelajaran bermain dalam
melempar angka, penilaian juga mengacu pada pedoman penilaian dalam satuan
pendidikan di TK/RA, yaitu penilaian secara kualitatif atau d engan memberikan
nilai dalam bentuk simbol-simbol seperti : BB (Belum berkembang) atau
perkembangan anak sesuai dengan indikator seperti diharapkan dalam RKH atau
dalam melaksanakan tugas selalu dibantu dengan guru, dengan memberikan tanda
satu bintang ( * ); MB (Mulai berkembang) atau sesuai dengan indikator seperti
yang diharapkan dalam RKH, penilaian dengan memberikan tanda dua bintang
(**); BSH (Berkembang sesuai dengan harapan) pada indikator dalam RKH
penilaiannya dengan memberikan tanda tiga bintang (***) ; BSB (Berkembang
30
sangata baik) atau melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH,
penilaiannya dengan memberikan
tanda (****) bintang, (kurikulum TK/RA
2009).
Sudijono Anas (2008:23) menyatakan bahwa analisis deskriptif adalah
analisis statistik yang mempelajari, mengumpulkan, mengelolah dan menganalisis
data, kemudian menyajikan dengan baik agar dapat memberikan gambaran
secaraa teratur, ringkasan dan jelas mengenai suatu gejala, peristiwa
untuk
keadaan sehingga dapat ditarik kesimpulan.
Adapun langkah-langkah menganalisis data yang diperoleh adalah
sebagai tersebut :
1. Pada pelaksanaan tindakan pengamatan dan observasi pada anak didik,
yaitu pemberian simbol bintang empat ( *** ) Berkembang Sangat Baik
( BSB ) yaitu jika anak memiliki peningkatan mengenal huruf hijaiyah
tanpa dibimbing oleh guru, bintang tiga ( ***) Berkembang Sesuai
Harapan ( BSH ) jika anak telah memiliki peningkatan mengenal huruf
hijaiyah, tetapi masih perlu dibimbing guru namun tidak secara langsung,
selanjutnya bintang dua (**) Mulai Berkembang (MB) jika anak memiliki
peningkatan mengenal huruf hijaiyah dengan bimbingan secara langsung
oleh guru dari awal sehingga akhir, sedangkan bintang satu (*) Belum
Berkembang (BB) berarti anak sama sekali belum dapat menunjukan
peningkatan melalui mengisi pola huruf hijaiyah dan guru terus
membimbing anak tersebut dari awal sampai pelaksanaan kegiatan hingga
31
akhir kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dari beberapa bentuk
penilaian tersebut diatas. Hal ini berdasarkan pada beberapa indikator
sebagai acuan penilaian.
2. Peneliti menjumlahkan atau menghitung beberapa anak yang memperoleh
nilai pada simbol bintang 1,2,3 dan 4 selama mengikuti kegiatan. Setelah
diketahui jumlah secara keseluruhan maka akan diberi bobot atau skor
untuk masing – masing simbol bintang tersebut.Adapun bobot atau nilai
BSB =4(****), nilai BSH =3(***) nilai MB = 2(**), dan nilai BB = 1(*).
3. Dilakukan perhitungan konversi bobot nilai berdasarkan jumlah peneliti
bintang 1,2,3 dan 4 yang telah dicapai masing -masing anak pada setiap
siklus tindakan. Dengan menggunakan formulasi perhitungan sebagai
berikut :
(Jumlah Nilai BSB x 4)+(Jumlah Nilai BSH x 3)+
(Jumah Nilai MB x 2) + (Jumlah Nilai BB x 1)
Hasil perhitungan=
Anak didik
X100%
jumlah seluruh anak didik dalam kelas
4. Selanjutnya dan formulasi nilai tersebut, maka konversi kembali penilaian
kuantitatif, dan hal ini merupakan nilai akhir yang akan peroleh masingmasing anak didik untuk setiap akhir pelaksanaan siklus dalam kegiatan
pembelajaran khususnya peningkatan mengenal huruf hijaiyah.
Berikut formulasi perhitungan yang digunakan dalam pengkonversian
tersebut :
Nilai BSB : Jika Hasil Bilangan Akhir 3,50 – 4,00
32
Nilai BSH : Jika Hasil Bilangan Akhir 2,50 – 3,49
Nilai MB : Jika Hasil Bilangan Akhir 1,50 – 2,49
Nilai BB : Jika Hasil Bilangan Akhir 0,01 – 1,49
(Usman,1993 )”dan Depdiknas 1996).
5. Untuk mengetahui ketercapaian perkembangan memiliki peningkatan
mengisi pola huruf hijaiyah yaitu dengan menghitung banyaknya anak
didik yang memperoleh nilai akhir konversi 2,50 dan 4,00 atau jumlah
anak didik yang memperoleh nilai akhir BSB (berkembang secara baik)
dan BSH (Berkembang sesuai harapan), hal ini dilakukan sebagai acuan
apakah penelitian yang dilaksanakan sudah dikatakan terselesaikan atau
tercapai atau apakah masih akan dilanjutkan ketahapan siklus berikutnya.
Jumlah Anak Yang Memperoleh Nilai Konversi
“BSB” DAN “BSH “ yaitu 2,50 – 4,00
Presentasi Tercapainya =
Anak Didik
X100%
totalnya anak didik dalam kelompok
6. Hasil perhitungan tersesuaikan dengan indikator kinerja selanjutnya dapat
ditarik suatu kesimpulan penelitian yang dilaksanakan telah terselesaikan
atau dilanjutkan ketahapan siklus selanjutnya.
G.
Indikator Kinerja
33
Berdasarkan hasil evaluasi penilaian yang telah disesuaiakan tersebut dan
hasil perhitungan dengan kedua formulasi diatas, selanjutnya diberikan makna
secara kualitatif berupa nilai perkembangan kognitif melalui media kolase
kemudian dipresentasekan dan sesuaikaan dengan indikator kinerja yang
digunakan dalam penelitian ini. Adapun indikator kinerja yang diterapkan dalam
indikator keberhasilan anak adalah : Jika minimal secara klasikal dari hasil
penilaian mencapai 75 % dari jumlah banyak anak didiknya kelompok B3 TK
Idhata Kendari telah mencapai nilai berkembang sesuai harapan.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Siklus I
1. Persiapan dan Perencanaan Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kepercayaan yang penuh dari masyarakat inilah yang membuat TK
Idhata Kendari berusaha menghadirkan yang terbaik dalam memberikan
pelayanan terutama dalam bidang pendidikan yaitu proses pembelajaran.
Sebagai akibatnya proses pembelajaran lebih mengedepankan pengembangan
kemampuan akademik seperti membaca dan berhitung. Karena dengan anak
bisa membaca dan berhitung orang tua merasa bangga dan tak merasa rugi
menyekolahkan buah hatinya di TK Idhata Kendari. Kondisi ini diperparah
dengan adanya seleksi masuk SD favorit melalui test membaca dan berhitung.
P.kibatnya system pendidikan yang ada di TK Idhata Kendari hanya
mengutamakan pengembangan kemampuan akademik sehingga pengembangan
yang lain yang ada pada diri anak kurang mendapatkan perhatian. Dalam
proses pembelajaran seharusnya memberikan kesempatan pada anak untuk
bereksperimen dan bereksplorasi sehingga anak memperoleh pengalaman yang
berkesan dan menjadikan apa yang dipelajari anak lebih lama di ingat. Melalui
eksperimen, eksplorasi, manipulasi dan permainan mereka sering mengajukan
pertanyaan, membuat tebakan, dan kemudian mereka menemukan, kadangkala
cepat dan emosional. Pada siklus I guru menyiapkan hal-hal yang diperlukan
dalam proses pembelajaran berupa:
35
a. Perangkat pembelajaan seperti rencana kegiatan mingguan dan rencanakan
kegiatan harian
b. Menyiapkan lembar pengamatan
c. Menyiapkan media pembelajaran
d. Menyiapkan alat evaluasi
Sebelum dilakukan tindakan pada siklus I terlebih dahulu peneliti
melakukan
tes
awal,
peneliti
bersama
kepala
sekolah
selanjutnya
mengumpulkan atau merangkum data-data penilaian awal tersebut berdasarkan
nilai berkembang sangat baik, berkembang sesuai harapan, mulai berkembang,
belum berkembang yang diperoleh anak didik, lalu kemudian melakukan
analisis data untuk menentukan nilai akhir. Adapun basil evaluasi awal anak
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1
Hasil evaluasi awal anak Pada Tes Awal
No Kategori
1
Berkembang sangat baik (BSB)
2
Berkembang sesuai harapan (BSH)
3
Mulai berkembang (MB)
4
Belum berkembang (BB)
Jumlah
Ketuntasan secara klasikal
Sumber : Hasil analisis data PTK 2013.
Frekuensi (Jml
anak)
2
5
2
4
13
7
Persentase
15.38
38.46
15.38
30.77
100%
53.85%
Berdasarkan evaluasi terlihat bahwa dalam penilaian secara individu,
yang masuk dalam kategori berkembang sangat baik (****) 15.38% dengan 2
anak didik, kategori berkembang sesuai harapan (***) 38.46% dengan 5 anak
didik dan kategori mulai berkembang 2 anak didik (**) dengan persentase
15.38%, sedangkan anak yang masuk dalam kategori belum berkembang
36
sebanyak 4 anak didik (*) dengan persentase 30.77%. Maka hasil evaluasi anak
didik secara klasikal belum berhasil hanya mencapai 53.85% dan kesluruhan
anak didik yaitu 13 anak didik.
2. Pelaksanaan kegiatan Pembeiajaran
Dalam pembelajaran dapat menghadirkan warna lain dalam proses
kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahuai kemampuan anak, peneliti
melakukan penelitian dengan menggunakan media kolase. Kemudian peneliti
mulai menyaipakan bahan dan alat yang diperlukan dalam proses pembelajaran
lalu penelitia mengamati reaksi dan aktivitas anak. Aktivitas pembelajaran
dimulai pukul 07.15, anak-anak mengawali kegiatan dengan bermain di dalam
ruangan dengan jumlah fasilitas yang terbatas, walaupun fasilitas cukup
terbatas anak-anak tetap bermain dengan semangat dan asyiknya, ada yang
berlari-lari, bermain ayunan dan ada yang di dalam kelas. Tepat pukul 07.15,
anak-anak bersiap untuk baris dan masuk kelas. Kegiatan apel pagi selama 15
menit dilakukan bersama kelas B1, B2, B3 di luar kelas dengan kegiatan,
menyanyi lagu-lagu, berbaris, dan lain-lain. Tepat pukul 07.30 anak masuk ke
dalam kelas, begitulah rutinitas awal yang dilakukan oleh anak setiap harinya.
Kegiatan inti berlangsung selama ± 60 menit, kegiatan yang
dilakukan pada kegiatan inti adalah sesuai dengan jadwal pelajaran yang
telah ditetapkan, guru dalam kegiatan inti memberikan suatu tugas atau kegiatan
kepada anak yang sebelumnya memberikan penjelasan secaa sederhana apa
yang harus dilakukan anak dalam kegiatan tersebut, terlihat anak-anak tidak
memperhatikan gurunya yang sedang memberikan penjelasan, mereka sibuk
37
dengan aktivitas masingmasing, anak-anak gaduh, kurang memperhatikan,
sibuk berbicara dengan teman, atau tidak menghiraukan peneliti. Anak-anak
tampak terlalu tegang, menangis ketakutan, bereaksi terlalu berlebihan dan
sebagainya. Adapun yang telah disiapkan pada kegiatan pembelajaran seperti
perangkat pembelajaran berupa rencana kegiatan hari an.
Setelah kegiatan inti, anak-anak istirahat makan dan bermain bebas
selama 30 menit, kemudian masuk kelas dan dilanjutkan dengan mengingatkan
kembali apa yang sudah dilakukan seharian. Demikian kegiatan rutinitas yang
dilakukan anak kelompok B3 dalam hatu hari.
3. Observasi dan Penilaian Pembelajaran
Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran khususnya di
ruang kepala sekolah. Observasi dilakukan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan anak selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan peneliti, dan kepala sekolah, diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 2
Hasil evaluasi Siklus I
No Kategori
Frekuensi (Jml
Persentase
1
Berkembang sangat baik (BSB)
2
Berkembang sesuai harapan (BSH)
3
Mulai berkembang (MB)
4
Belum berkembang (BB)
Jumlah
Ketuntasan secara klasikal
Sumber : Hasil analisis data PTK 2013.
anak) 4
5
2
2
13
9
30.77
38.46
1 5.3 8
15.38
100%
69.23
38
Berdasarkan hasil perhitungan persentase nilai tersebut, diperoleh data
bahwa kemampuan anak kelopok B3 TK Idhata Kendari mengalami
peningkatan dibandingkan dengan tes awal, pada tahap kegiatan penilaian akhir
tindakan siklus I, sebagian besar anak didik dalam kelas memperoleh nilai
berkembang sesuai harapan (BSH) yaitu 5 orang anak didik dengan persentase
38.46%., 2 orang anak didik (15.38%) yang memperoleh nilai mulai
berkembang (MB), mereka dipandang masih perlu bimbingan secara langsung
dalam menyediakan tugastugas perkembangan seseai capaian indikator
penilaian yang diamati. Dari hasil evaluasi, juga terlihat 2 orang anak didik
atau 15.38% yang memperoleh nilai belum berkembang (BB), sedangkan anak
didik yang mencapai melebihi indicator yang telah ada sebanyak 4 orang anak
atau 30.77% dengan nilai berkembang sangat baik (BSB), dari sduruh jumlah
anak didik dalam kelas B3 TK Idhata Kendari yaitu 13 orang anak didik.
Dengan kata lain, anak didik masih memerlukan bimbingan dari guru untuk
menyiapkan tugas-tugasnya dalam proses pembelajaran, akan tetapi hal ini
mengalami peningkatan hasil evaluasi dibandingkan dengan tes awal namun
belum mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan secara klasikal yaitu
75% anak didik memperoleh nilai minimal (BSI-I atau *1"). Hasil evaluasi
siklus I diperoleh hanya 69.23% secara klasikal, secara umum program
kegiatan atau rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dipandang
masih belum berhasil.
39
Tabel 3
Hasil Pengamatan Guru
No
Kegiatan Guru saat Proses Pcbclajaran
1
Guru mempunyai persiapan yang matang
sebelum masuk kelas
2
Guru merencanakan proses pembelajaran
3
Guru menyiapkan bahan dan alat pembelajaran
4
Guru menyiapkan media dan sumber belajar
5
Guru dalam bercerita/menjelaskan menggunakan
media kolase
6
Sebelum guru memasuki kegiatan inti terlebih
dahulu menyanyikan/menyebutkan huruf-huruf
hijaiyah
7
Guru menguasai matei pelajaran secara tuntas
8
Guru mempunyai keterampilan dalam
bercerita/menjelaskan materi dengan balk
9
Guru bercerita/menjelaskan sambil melihat
gambar/huruf yang ada dimedia
10
Guru menyiapkan huruf-huruf hijaiyah yang
menarik
11
Agar dapat menarik perhatian anak, guru
bercerita/menjelaskan
materi
yang
dapat
memberikan perasaan gembira, lucu dan
menyenangkan.
12
Guru bercerita/menjelaskan materi dengan irama
dan intonasi suara yang tidak membosankan
(membuat anak mengantuk)
13
Guru dapat menciptakan suasana emosional yang
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
1.4
Guru mengamati aktivitas/kegiatan anak didik
15
Guru melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran
Jumlah
Persentase keterlaksanaan
Sumber : Hasil Pengamatan
Terlaksana
Ya
Tidak
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
10
66.67%
Berdasarkan tabel di atas bahwa keterlaksanaan kegiatan guru dalam
mengelolah kegatan pembelajaran hanya 66.67%.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan kepala sekolah
melakukan analisis terhadap proses pembelajaran. Analisis ini dilakukan oleh
40
kepala sekolah, dan peneliti dengan cara berdiskusi, mengevaluasi proses
pembelajaran yang telah dilalui, serta melihat kekurangan-kekurangan yang
ada. Selain itu kepala sekolah, dan peneliti juga berpedornan pada basil
observasi peningkatan kemampuan anak melalui pedoman observasi, dan
dinyatakan untuk dilanjutkan pada siklus berikutnya.
B. Hasil Penelitian Siklus II
I. Persiapan dan Perencanaan Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Sebelum proses kegiatan belajar mengajar dflaksanakan, maka
terlebih dahulu yang perlu dipersiapkan adalah guru mempersiapkan alat
peraga atau Al-Qur'an, kartu absensi anak, dan materi yang akan disampaikan
serta mampu mengkondisikan anak ketika baca doa pembukaan. Sebelum
pembelajaran dimulai guru mempersiapkan alat peraga atau Al-Qur'an, kartu
absensi anak, dan juga materi yang akan disampaikan. Alat peraga berfungsi
sebagai papan tulis (papan plannel), karena dengan peraga guru tidak perlu
lagi menuli. Selain itu guru juga hares bisa mengelola kelas, karena
karakteristik anak di sekolah ini berbeda-beda. Jadi, dalam hal ini yang perlu
dipersiapkan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah adalah alat peraga atau
Al-Qur'an, karena alat peraga mempermudah proses pembelajaran. Kartu
absensi anak yang berfungsi untuk rnengetahui tingkat kehadiran. Selain itu
untuk persiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran setiap guru harus
mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti rencana kegiatan harian
(RKI-I) dan silabus hal betujuan agar dalam pelaksanaan pembelajaran guru
benar-benar telah siap melaksanakan kegiatan pembelajaran.
41
Kemudian setiap akan melakukan proses pembelajaran guru dan siswa membaca doa bersama-sama. Setelah persiapan telah selesai maka
selanjutnya menyusun rencana kegiatan pembelajaranan dalam bentuk RKH.
Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada hari Jum'at, tanggal 24
Mei 2013 di TK Idhata Kendari. Pada kesempatan tersebut, peneliti
berdiskusi dengan kepala sekolah terutama hal-hal yang akan dilakukan pada
kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Hal-hal yang diskusikan antara lain:
1. Peneliti menyamakan persepsi pada kepala sekolah mengenai penelitian
yang akan dilakukan,
2. Peneliti dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan media kolase
3. Peneliti menyiapkan perencanaan pembelajaran berupa RKH (rencana
kegiatan harian) dan kepala sekolah menyetujui,
4. Peneliti menyaiapkan observasi sebagai instrument pokok penilaian,
5. Peneliti menyaiapkan instrument wawancara untuk memperoleh data
yang dibutuhkan.
6. Menentukan jadwal pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Pada waktu diskusi disepakati bahwa peneliti sebagai pelaksana
kegiatan pembelajaran dan kepala sekolah membantu selama proses
pembelajaran dan sebagai observator. Alokasi waktu di siapkan selama 150
menit, yaitu mulai jam 07.30 — 10.00 Wita. Setelah persiapan dan
perencanaan telah disiapkan, maka selanjutnya melaksanakan kegiatan
pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya.
42
2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya, pelaksanaan
pembelajaran dilaksanakan pada hari 12 Juni 2013. Pembelajaran ini
berlangsung selama 150 menit yaitu dari pukul 07.30 — 10.00 dan berada di
dalam maupun guar kelas TK Idhata Kendari. Aktivitas pembelajaran
dimulai pukul 07.30, anak-anak mengawali kegiatan dengan bermain di
dalam ruangan dengan jumlah fasilitas yang terbatas, walaupun fasilitas
cukup terbatas anak-anak tetap bermain dengan semangat dan asyikny a, ada
yang berlari-lari, bermain ayunan dan ada yang di dalam kelas. Tepat pukul
07.30, anak-anak bersiap untuk bans dan masuk kelas.
a.
Kegiatan awal (pembuka)
Kegiatan pembukaan selama 30 menit dilakukan di dalam kelas
dengan kegiatan menghafal, menyanyi lagu-lagu, berbaris, dan lain-lain.
Tepat pukul 08.00 anak masuk ke dalam kelas begitulah rutinitas awal
yang dilakukan oleh anak setiap harinya.
b.
Kegiatan inti
Kegiatan inti berlangsung selama ± 60 menit, kegiatan yang
dilakukan pada kegiatan inti adalah sesuai dengan jadwal pelajaran yang
telah ditetapkan, guru dalam kegiatan inti memberikan suatu tugas atau
kegiatan kepada anak yang sebelumnya memberikan penjelasan secaa
sederhana apa yang harus dilakukan anak dalam kegiatan tersebut. Agar
anak
dapat
menerima
materi
pelajaran
dengan
baik.
Pelaksanaan
pembelajaran di TK Idhata Kendari dapat berjalan dengan baik sebagaimana
43
mestinya, sehingga dapat memberikan kemudahan dan pemahaman siswa
dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di TK Idhata Kendari dapat berjalan
dengan baik, akan tetapi untuk menarik perhatian anak didik dalam proses
pembelajaran, tentunya guru harus pandai dalam menggunakan metode clan
media yang sesuai dengan materi yang dibawakan. Oleh karena itu, salah satu
media yang digunakan guru dalam menarik perhatian anak didik adalah
media kolase karena materi yang dijarakan masalah huruf-huruf hijaiyah.
Dalam pelaksanaan pembelaaran agar dapat menerik perhatian anak didik
guru hares menggunakan media yang sesuai dengan materi yang diajarkan
misalnya kalau guru membawakan materi tentang pemahaman haruf-huruf
hijaiyah tentukan media yang tepat digunakan adalah media kolase.
Berdasarkan uraian di atas bahwa dalam meningkatkan pemahaman
anak dalam memahami huruf-huruf hijaiyah, dalam proses pembelajaran guru
harus menggunakan media kolase, karena dengan menggunakan media
tersebut, guru tidak menulis lagi akan tetapi guru tinggal menempelkan
huruf-huruf hijaiyah yang telah disediakan sebelumnya.
Pelaksanaan kegiatan pembelaharan di TK Idhata Kendari, dapat
berjalan dengan baik, karena siswa suka dan senang dengan materi yang
disajikan oleh guru, selain itu juga anak dapat menghafal dan menyebutkan
serta menempel huruf-huruf hijaiyah yang diajarkan oleh guru. Akan tetapi
tidak semua anak suka dan senang dengan kegiatan pembelajaran tersebut
ada juga sebagian anak yang tidak suka dengan materi tersebut.
44
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru menggunakan media kolase
sebagai media pembelajaran yang dapat menyampaikan materi pelajaran
sesuai dengan materi yang diajakan tentang memahami huruf-huruf hijaiyah,
media kolase sangat cocok digunakan dalam menyajikan materi tersebut.
Pembahasan huruf-huruf hijaiyah, sangat cocok menggunakan media kolase
karena anak dengan mudah menempel huruf-huruf hijaiyah yang telah
disediakan oleh guru juga dapat mengasah motorik halus dan motorik kasar
anak. Materi tentang mngenal hurufhuruf hijaiyah, sangat tepat dan cocok
apabila guru menggunakan media kolase, karena dengan menggunakan
media tersebut anak dapat melihat secara langsung huruf-huruf yang akan
ditempelkan pada media tersebui sehingga anak rnendapatkan pengalaman
langsung dalam melihat dan menyebutkan huruf-huruf hijaiyah yang telah
disiapkan oleh guru.
Pembelajaran berlangsung selama 150 menit yaitu pukul 07.30 —
10.00 pada petemuan pertama siklus II. Pada pelaksanaan kegiatan tindakan
siklus II dengan memotivasi anak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang menjadi acuan pelaksanaan
tindakan berpusat pada media kolase yang telah dibuat sebagai berikut :
1.
Guru mengisi kegiatan inti pembelajaran di awali dengan mengkondisikan
anak untuk belajar agar mereka tetap konsentrasi pada pembelajaran.
Melalui kegiatan rutinitas, berbaris dan berdoa.
2.
Guru mengarahkan anak untuk masuk kelas
3.
Guru mengawali pembelajaran dengan bernyanyi, bercakap-cakap tentang
45
huruf hijaiyah
4.
Guru memulai mengambil media yang telah disediakan sebelumnya.
5.
Guru mengarahan anak untuk memperhatikan cara-cara menempel huruf
hijaiyah dengan baik.
6.
Guru mula-mula memberikan tugas mengisi pola huruf
7.
Pemberian tugas mengelompokkan huruf hijaiyah sesuai urutannya.
8.
Pemberian tugas membuat bentuk huruf hijaiyah dengan platik
9.
Beberapa kali tedengar celotehan-cotehan yang diucapkan Flak.
Guru dengan sabar menyelesaikan kegiatan pembelajarcu, dan
memberikan pengarahan anak untuk memperhatikan. Selama kegiatan
pembelajaan berlangsung, guru dan peneliti mengamati aktivitas anak dan
memberikan penilan.
Kegiatan harian anak dilanjutkan dengan bermain bebas, cuci tangan,
berdoa dan makan. Selanjutnya, semua anak bersemangat dan guru
memotivasi agar anak-anak lebih mandiri dan berkreasi dalam proses
pembelajaran. Anak bernyanyi bersama disertai tanya jawab guru dan anak
didik. Selain itu, anak-anak bernyanyi lagi dan diakhiri dengan doa bersama.
Dengan demikian media kolase merupakan media yang sangat cocok
untuk menjelaskan dan menyebutkan materi tentang pengenalan dan
pemahaman hurufhuruf hijaiyah kepada anak didik karena anak dapat melihat
secara langsung huruf yang akan ditempel juga memberikan kemudahan bagi
mereka dalam melihat secara langsung, serta dapat melatih motorik halus dan
motorik kasar anak didik.
46
Dalam proses pembelajaran guru dapat melihat rentang perhatian anak
dalam mengikuti pembelajaran, apa anak sibuk sendiri, atau memperhatikan
penjelasan yang disampaikan guru.
c. Kegiatan penutup
Setelah kegiatan inti, anak-anak istirahat makan dan bermain bebas
selama 30 menit, kemudian masuk kelas dan dilanjutkan dengan
mengingatkan kembali apa yang sudah dilakukan seharian. Demikian
kegiatan rutinitas yang dilakukan anak kelompok B3 dalam satu hari.
3. Observasi dan Penilaian Pembelajaran
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, tampak terlihat
anak jenuh terhadap metode yang diberikan, yakni latihan, hafalan surat
pendek, kegiatan menulis huruf. Begitulah kegiatan sehari-hari yang
dilakukan secara bergiliran untuk menghilangkan rasa jenuh pada anak, Para
guru mencari solusi dengan mengajak anak bermain di halaman sekolah,
kegiatan itupun dilakukan sekali dalam satu minggu yaitu dalam bentuk olah
raga. Pada setiap aktivitas
tersebut terlihat bahwa anak-anak begitu senang dan lari riang kesana
kemari bagaikan ikan yang ada dilautan lepas.
Dalam
pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran,
guru
melakukan
pencatatan nilai dengan menggunakan lembar atau format evaluasi (contoh
format ditampilan pada halaman lampiran). Dari hasil wawancara diketahui
bahwa proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik sebagaimana
mestinya. Hal ini sebagiamana hasil observasi kegiatan aktivitas guru yang
47
ditemukan bahwa 86.67%, aktivitas pembelajaran guru dapat terlaksanakan
dengan baik dan berhasil.
Tabel 4
Hasil Pengamatan Guru
No
Kegiatan Guru saat Proses Pebelajaran
1
Guru mempunyai persiapan yang matang sebelum
masuk kelas
Guru merencanakan proses pembelajaran
Guru menyiapkan bahan dan alat pembelajaran
Guru menyiapkan media dan sumber belajar
Guru dalam bercerita/menjelaskan menggunakan
media kolase
2
3
4
5
9
10
11
12
13
14
15
√
√
√
√
√
6
7
8
Terlaksana
Ya
Tidak
√
Sebelum guru memasuki kegiatan inti terlebih dahulu
menyanyikan/menyebutkan huruf-huruf hijaiyah
Guru menguasai matei pelajaran secara tuntas
Guru mempunyai keterampilan dalam
bercerita/menjelaskan materi dengan baik
Guru bercerita/menjelaskan sambil melihat
gambar/huruf yang ada dimedia
Guru menyiapkan huruf-huruf hijaiyah yang menarik
Agar dapat menarik perhatian anak, guru
bercerita/menjelaskan materi yang dapat
memberikan perasaan gembira, lucu dan
menyenangkan.
Guru bercerita/menjelaskan materi dengan irama
dan intonasi suara yang tidak membosankan
(membuat anak mengantuk)
Guru dapat menciptakan suasana emosional yang
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
Guru mengamati aktivitas/kegiatan anak didik
Guru melakukan evaluasi pada akhir pembelajaran
Jumlah
Persentase keterlaksanaan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
86.67%
Kemudian penilaian terhadap pemanfaatan media kolase dalam
proses pembelajaran dalam kategori bermanfaat dengan hasil evaluasi nilai
pemanfaatan pembelajaran pada media kolase sebesar 3.21. sehingga dapat
48
ditarik
kesimpulan
bahwa
media
kolase
bermanfaat
daiam
proses
pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan pemahaman anak dalam kegiatan
pembelajaran. Sebagaimana hasil observasi aktivitas belajar anak juga berhasil
dengan memperoleh 100% dari 12 indikator aktivitas belajar anak dapat
terlaksanakan sebagaimana mestinya. Kemudian dalam pemberian nilai
perolehan anak didik terhadap amatan indikator penilaian yang terdapat dalam
format tersebut, maka digunakan standar nilai yang telah ditetapkan sebagai
patokan penilaian di TK yakni diberikan dalam bentuk simbol-simbol dengan
huruf atau dengan simbol.
Dalam kegiatan observasi untuk memperoleh data berupa nilai-nilai
evaluasi kegiatan pembelajaran, maka peneliti melakukan evalnasi dan analisis
data dengan berdasarkan acuan hasil evaluasi dengan menggunakan format
penilaian kemampuan dasar kreativitas dengan cara memberi simbol (*).
Setelah melakukan kegiatan penilaian pada tahap evaluasi, peneliti bersama
guru 49 selanjutnya mengumpulkan atau merangkum data-data penilaian awal
tersebut berdasarkan nilai BSB, BSH, MB, BB yang diperoleh anak didik, lalu
kemudian melakukan analisis data untuk menentukan nilai akhir anak pada
kegiatan evaluasi. Adapun hasil evaluasi anak didik dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
49
Tabel 5
Hasil evaluasi pada siklus II
No
Kategori
Berkembang sangat baik (BSB)
2
Berkembang sesuai harapan (BSH)
3
Mulai berkembang (MB)
4
Belum berkembang (BB)
Jumlah
Ketuntasan secara Idasikal
Frekuensi
(Jml anak)
7
4,
2
0
13
II
Persentase
53.85
30.77
15.38
0
100%
84.62%
Berdasarkan hasil perhitungan persentase nilai tersebut, diperoleh
data bahwa anak didik dalam kelas memperoleh nilai belum berkembang (BB)
yaitu sudah tidal( ada. Kemudian 2 orang anak didik (15.38%) yang
memperoleh nilai mulai berkembang (MB), mereka dipandang masih perlu
bimbingan secara langsung dalam menyediakan tugas-tugas perkembangan
sesuai capaian indikator penilaian yang diamati. Dari hasil evaluasi, juga
terlihat 4 orang anak didik atau 30.77% yang memperoleh nilai berkembang
sesuai harapan (BSH), mereka dipandang telah mencapai indicator penilaian
yang telah dibuat, sedangkan anak didik yang mencapai melebihi indicator
yang telah ada sebanyak 7 orang anak atau 53.85% dengan nilai berkembang
sangat baik (BSB), dari seluruh jumlah anak didik dalam kelompok B3 TK
Idhata Kendari yaitu 13 orang anak didik.
Secara klasikal telah mencapai keberhasilan sebesar 84.62%, yang hal
ini berarti pula bahwa secara umum program kegiatan pembelajaran telah
dilaksanakan dengan baik dan telah berhasil memenuhi kriteria indikator
kinerja yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu 75% anak didik berhasill
memperoleh nilai BSH. Adapun masih ditemukannya dua anak yang belum
mencapai nilai BSH dapat dipahami bahwa karakteristik, kemampuan, dan
Jaya tangkap anak didik itu beraneka ragam. Evaluasi kegiatan pembelajaran
50
pemahaman huruf hijaiyah menggunakan media kolase pada anak kelompok
B3 TK Idhata Kendari telah berhasil mencapai indikator yang ditentukan
sebesar 84.62% atau 11 anak dari 13 anak telah memperoleh nilai BSH (***).
C. Pembahasan
Pendidikan Taman kanak-kanak memiliki peranan yang besar dalam
membantu meletakkan dasar bagi anak dalam mengembangkan moral, nilainilai agama, sosial emosional, konsep diri, disiplin dan kemandirian serta
mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa dan seni. Sebagai upaya
mencapai peranan tersebut, dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai
dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat
tercapai secara optimal. Untuk itu sangatlah diperlukan proses pendidikan
yang terencana dan sistematis agar pendidikan yang diberikan lebih bermakna
dan berarti bagi anak didik, mendorong keberanian dan merangsang anak
mencari pengalaman baru untuk perkembangan dirinya secara optimal serta
memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi, menemukan,
mengekspresikan perasaan, berkreasi serta belajar secara menyenangkan.
Untuk mendapatkan proses pendidikan tersebut, media pengajaran di taman
kanak-kanak memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar
mengajar. Dengan media yang memadai dapat memenuhi prinsip dalam proses
pembelajaran di taman kanak-kanak yaitu bermain sambil belajar dan belajar
seraya bermain.
Pada dasarnya media di taman kanak-kanak merupakan wahana yang
dapat mengkomunikasikan antara belajar dan mengajar serta • dapat
memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman
51
belajar anak didik serta membangkitkan motivasi belajar pada anak didik.
Selain itu dengan keberadaan media dapat mempermudah pendidik dalam
menjalankan proses pembelajaran.
Atas dasar alasan tersebut di atas, sangatlah penting bagi pendidik di
taman kanak-kanak untuk mengetahui peranan media pengajaran, mengenal
jenis, kriteria, bahan, serta mengetahui bagaimana memilih, menyediakan,
serta cara penggunaan media tersebut sehingga dapat mengoptimalkan proses
pembelajaran yang pada alchirnya dapat mempertinggi hasil belajar. Dan
dengan pengetahuan tersebut diharapkan akan mempermudah pendidik dalam
menanamkan
dan
mengembangkan
berbagai
perilaku
dan
program
pengembangan kepada anak didik serta meningkatkan kemampuan dan
kreativitas pendidik dalam pengolahan media pengajaran yang akan
digunakan.
Ada beberapa alasan mengapa media pengajaran dapat mempertinggi
proses belajar anak yaitu :
1. Berkenaan dengan manfaat media pengajaran dalam proses belajar, antara
lain :
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian anak, sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar anak
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga akan lebih
mudah dipahami oleh anak dan memungkinkan anak menguasai
kemampuan yang diharapkan.
c. Metode mengajar yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran akan
lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
52
penuturan kata-kata sehingga anak tidak cepat bosan serta pendidik
tidak kehabisan tenaga.
d. Anak akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab mereka
tidak hanya mendengarkan penuturan gurunya, tetapi juga melakukan
aktivitas lain seperti mengamati, menemukan, mendemonstrasikan dan
lain-lain.
2. Berkenaan dengan taraf berfikir anak.
Taraf berfikir manusia melalui beberapa tahap perkembangan, dimulai
dan berfikir konkrit menuju ke berfikir abstrak, berfikir sederhana menuju ke
berfikir kompleks. Atas dasar perkembangan tersebut proses awal berfikir
anak melalui tahapan konkrit dan sederhana. Penggunaan media pengajaran
erat kaitannya dengan tahapan berfikir tersebut, sebab melalui media
pengajaran hal-hal yang bersifat abstrak dapat dikonkritkan dan hal-hal yang
bersifat komplek dapat di sederhanakan.
Taraf berfikir tersebut melalui prosedur belajar yang terdiri dan 4
tingkatan, yaitu :
a. Belajar langsung melalui lingkungan terdekat.
b. Belajar langsung melalui kegiatan-kegiatan ekspresi, seperti menggambar,
menari, mewarnai, dan lain-lain.
c. Belajar tak langsung melalui televisi, film, radio, dan lain-lain.
d. Belajar tak langsung melalui kata-kata seperti cerita buku dan lain-lain.
Tingkatan belajar yang pertama adalah bersifat konkrit, bersumber
53
dari kehidupan masyarakat yang ada di lingkungan terdekat anak.
Semakin ke bawah tingkat belajar yang dilakukan anak semakin abstrak
karena menggunakan simbolsimbol yang abstrak tentang realitas.
3. Berkenaan dengan proses belajar anak
Proses belajar anak melalui beberapa tingkatan, dalam hal ini anak
belajar dari tingkat pengamatan (persepsi) menuju ke tingkat pengertian
(konsepsi). Anak belajar dengan pengaingtan melalui pengindraan (mata,
telinga, hidung, lidah dan kulit). Pada tingkatan ini dalam proses belajarnya
sangat banyak diperlukan penggunaan media sebagai alat peraga, akan tetapi
semakin bertambah usia semakin tinggi Pula tingkatan belajarnya, sehingga
pada tingkatan ini anak akan lebih banyak belajar dengan pengertian
daripada dengan pengamatan.
Beberapa prinsip yang hares diperhatikan dalam pemilihan media
pengajaran di taman kanak-kanak (http://bundaati.blogspot.com) mencakup
hal sebagai berikut :
a.
Media pengajaran yang dipersiapkan sesuai dengan tujuan dan fungsi
penggunaan media tersebut.
b.
Dapat memberi pengertian atau menjelaskan suatu konsep tertentu.
c.
Dapat mendorong kreatifitas anak, memberi kesempatan kepada anak
untuk bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri).
d.
Media pengajaran hams memenuhi unsur kebenaran ukuran, ketelitian
dan kejelasan.Hal tersebut perlu diperhatikan untuk menghindari
kesalahan konsep atau pengertian tentang sesuatu yang akan
54
digambarkan
atau
dijelaskan.
Misalnya
pendidik
memilih
menggunakan gambar-gambar binatang untuk menjelaskan bahwa
binatang itu bermacam-macam. Hal yang periu diperhatikan adalah
bentuk proporsi gambar binatang tersebut memiliki proporsi atau
perbandingan ukuran antara bentuk muka, badan dan anggota badan
lainnya menggambarkan binatang-binatang yang dimaksud.
e.
Media yang tersedia hams aman, tidak membahayakan bagi anak.
Misalnya menggunakan zat pewarna yang aman bagi kesehatan, bahan
yang tidak tajam dan rapi sehingga tidak akan melukai dan
membahayakan anak.
f.
Dapat dipergunakan secara individual, kelompok atau klasikal.
g.
Media pengajaran tersebut hendaknya menarik, menyenangkan dan
tidak membosankan, serta memenuhi keindahan dalam bentuk maupun
warna, serta rapi dalam pembuatannya.
h.
Mudah digunakan oleh pendidik maupun anak.
Kemampuan guru untuk memberikan pelajaran huruf-huruf hijaiyah
dengan baik harus didukung dengan media yang baik pula yaitu dengan
kriteria:
a.
Media yang digunakan hams menarik dan memikat perhatian guru itu
sendiri.
b.
Media yang digunakan hams sesuai dengan kepribadian anak, gaya, dan
bakat anak.
c.
Media yang digunakan hams sesuai dengan tingkat usia dan anak
55
mampu memahami isi yang disampaikan media tersebut.
Dalam penelitian ini digunakan media kolase sebagai media yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran, yang disesuaikan dengan materi
pelajaran yang disajikan oleh guru yaitu peinahaman huruf hijaiyah pada
kelompok B3 TK Idhata Kendari. Dalam persiapan ,dan perencanaan sebelum
pelaksanaan proses pembelajaran guru mempersiapkan hal-hal yang perlu
dalam proses pembelajaran seperti:
 Guru menyiapkan dan merencanakan kegiatan harian (RKH)
 Guru menentukan jadwal pembelajaran
 Guru menyiapkan alat peraga
 Guru menyaiapkan lembar observasi
 Absesn anak
 Guru menyiapkan materi yang akah diajarkan
Dalam proses pembelajaran telah disipkan alokasi wakti 150 menit atau mulai
jam 07.30- 10.00 vita. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan berdasakan
perencanaan sebelumnya. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran dapat
berjalan sebagaimana mestinya, karena pada umumnya anak menyukai
penyajian materi yang disampaikan oleh guru dengan menggunakan media
kolase sebagai media yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Anak dapat menyebutkan dan menghafal huruf hijaiyah yang disuru oleh guru,
anak antusias mengikuti jalannya pembelajaran karena guru dapat membahas
materi dengan baik.
56
Proses pembelajaran berlangsung dengan balk karena media yang
digunakan sangat cocok dengan materi yang diajarkan, sehingga dapat
menambah rasa percaya diri anak dalam menerima materi pembelajaran. Anak
dapat mengafalkan huruf hijaiyah dengan baik. Pelaksanaan 13embelajaran
berjalan selama kurang lebih 150 menit, mulai dan jam 07.30 — 10.00 wita.
Secara keselurhan proses pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan baik
dari kegiatan awal sampai kegiatan penutup.
Dalam
pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran,
guru
melakukan
pencatatan nilai dengan menggunakan lembar atau format evalmsi (contoh
format ditampilan pada halaman lampiran). Dari hasil wawancara diketahui
bahwa proses belajar mengajar dapat berjalan dengan balk sebagaimana
mestinya. Hal ini sebagiamana hasil observasi kegiatan aktivitas guru yang
ditemukan bahwa 86.67%, aktivitas pembelajaran guru dapat terlaksanakan
dengan baik dan berhasil pada siklus II.
Kemudian penilaian terhadap pemanfaatan media kolase dalam proses
pembelajaran dalam kategori bermanfaat dengan hasil evaluasi nilai
pemanfaatan pembelajaran pada media kolase sebesar 3.21. sehingga dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
media
kolase
bermanfaat
dalam
proses
pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan pemahaman anak dalam kegiatan
pembelajaran. Sebagaimana hasil observasi aktivitas belajar anak juga berhasil
dengan memperoleh 100% dari 12 indikator aktivitas belajar anak dapat
terlaksanakan sebagaimana mestinya. Kemudian dilakukan observasi untuk
57
mengetahui basil evaluasi belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran
dengan menggunakan instrument observasi kegiatan anak.
Pada tahap kegiatan penilaian akhir tindakan siklus I. sebagian besar
anak didik dalam kelas memperoleh nilai berkembang sesuai harapan (BSI-I)
yaitu 5 orang anak didik dengan persentase 38.46%.. 2 orang anak didik
(15.38%) yang memperoleh nilai mulai berkembang (MB), mereka dipandang
masih perlu bimbingan secara langsung dalam menyediakan tugas-tugas
perkembangan seseai capaian indikator penilaian yang diamati. Dari hasil
evaluasi, juga terlihat 2 orang anak didik atau 15.38% yang memperoleh nilai
belum berkembang (BB), sedangkan anak didik yang mencapai melebihi
indicator yang telah ada sebanyak 4 orang anak atau 30.77% dengan nilai
berkembang sangat baik (BSB), dari seluruh jumlah anak didik dalam kelas B3
TK Idhata Kendari yaitu 13 orang anak didik. Dengan kata lain, anak didik
masih memerlukan bimbingan dari guru untuk menyiapkan tugas-tugasnya
dalam proses pembelajaran, akan tetapi hal ini mengalami peningkatan hasil
evaluasi dibandingkan dengan tes awal namun belum mencapai indikator
kinerja yang telah ditentukan secara klasikal yaitu 75% anak didik memperoleh
nilai minimal (BSH atau ***). Hasil evahlasi siklus I diperoleh hanya 69.23%
secara klasikal, secara umum program kegiatan atau rangkaian kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan dipandang masih belum berhasil.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II ditemukan bahwa anak
didik dalam kelas memperoleh nilai belum berkembang (BB) yaitu sudah tidak
ada. Kemudian 2 orang anak didik (15.38%) yang memperoleh nilai mulai
58
berkembang (MB), mereka dipandang masih perlu bimbingan secara langsung
dalam menyediakan tugas-tugas perkembangan sesuai capaian indikator
penilaian yang diamati. Dari hasil evaluasi, juga terlihat 4 orang anak didik
atau 30.77% yang memperoleh nilai berkembang sesuai harapan (BSH),
mereka dipandang telah mencapai indicator penilaian yang telah dibuat,
sedangkan anak didik yang mencapai melebihi indicator yang telah ada
sebanyak 7 orang anak atau 53.85% dengan nilai berkembang sangat baik
(BSB), dari seluruh jumlah anak didik dalam kelompok B3 TK Idhata Kendari
yaitu 13 orang anak didik.
Secara ldasikal telah mencapai keberhasilan sebesar 84.62%, yang hal
ini berarti pula bahwa secara umum program kegiatan pembelajaran telah
dilaksanakan dengan baik dan telah berhasil memenuhi kriteria indikator
kinerja yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu 75% anak didik berhasill
memperoleh nilai BSH. Adapun masih ditemukannya dua anak yang belum
meneapai nilai BSH dapat dipahami bahwa karakteristik, kemampuan, dan
daya tangkap anak didik itu beraneka ragam. Evaluasi kegiatan pembelajaran
pemahaman huruf hijaiyah menggunakan media kolase pada anak kelompok
B3 TK Idhata Kendari telah berhasil mencapai indikator yang ditentukan
sebesar 84.62% atau 11 anak dari 13 anak telah memperoleh nilai BSH (***).
Dengan demikian, evaluasi kegiatan pembelajaran pemahaman huruf
hijaiyah menggunakan media kolase pada anak kelompok B3 TK Idhata
Kendari dapat tercapai yaitu 84.62% anak didik yang memperoleh nilai
berkembang sesuai harapan (BSH atau ***). Oleh karena itu, penggunaaan
59
media kolase perlu digunakan sesuai dengan materi tentang pemahaman huruf
hijaiyah.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui media kolase dapat mengembangkan kemampuan anak dalam
mengenal huruf hijaiyah hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil evaluasi bahwa
anak yang memperoleh nilai berkembang sesuai harapan (BSH atau ***)
sebanyak 11 anak didik atau 84.62%, yang mencapai indikator kinerja yang
telah ditetapkan yaitu 75% dari 13 anak didik.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah diuraikan di
atas, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi penyelenggaraan Pendidikan guru TK
Hasil penelitian ini diharapkan para penyelenggara program pendidikan
guru TK meninjau dan mengkaji kembali dari tujuan pendidikan pra
sekolah yang seharusnya dan perkembangan anak sebagaimana mestinya
agar terjadi keseimbangan antara tujuan pendidikan dan kebutuhan anak,
serta menghilangkan anggapan mengena siapapun dapat menjadi guru TK
tanpa harus dari pendidikan guru TK.
2. Bagi Guru
a. Disarankan agar kemampuan pembelajaran guru di TK lebih
ditingkatkan lagi, agar kemampuan pembelajaran tersebut dapat
mencapai sasaran yang diharapkan.
b. Guru kelas yang lain hendaknya melakukan pendekatan secara
61
emosional terhadap anak, agar siswa tidak merasa minder, takut dan
selalu siap dalam mengeluarkan ide atau gagasanya.
c. Materi yang diberikan kepada anak hendaklah sesuai dengan konteks
kehidupan anak.
3 ; Bagi Peneliti Berikutnya
Peneliti berikutnya dapat melakukan penelitian yang serupa dengan
penelitian ini, tetapi dalam materi dan pendekatan yang berbeda.
62
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Ed Revisi
VI,Penerbit PT Rineka Ciptaa,Jakarta.Athena.
Bahri, syaiful, dkk. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Departemen Pendidikan Nasional .2007.Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
IV.Jakarta : Pusat Bahasa
Desniata. 2009. Psikologi Perkmbangan Peserta Didik. Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya.
Gutama.2006.Pedoman Pengembangan Alatedukatif (APE) Untuk Pendidikan
Anak Usia Dini.jakarta : direktorat PAUD,Dirjen PLS.
Hildayani R, dkk. 2005. Psikologi Perkembangan Anak.Jakarta : Universitas
Terbuka.
Iskandar.2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Ciputat : Gaung Persada Press
Jamal mirza,Titan.2010.Permainan Indoor Dan Autdoor Kreatif Untuk Melejitkan
Kecerdasan Anak .Yogyakarta : Minggiran Perum Surya Asri
Jamaris, maritnis .,2003.Perkembangan Dan Pengembangan Anak Usia Taman
Kanak – Kanak. Program Pendidikan Anak Usia Dini PPS
UNJ.Diterbitkan Oleh Lembaga Penerbit Universitas Negeri Jakarta.
Jahja,Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana Perdana Media
Group
Kurikulum TK / RA.2010.Pedoman Penilaian Taman Kanak- Kanak.JAKARTA :
Dir PTK/SD
Lestari.2009.Inspiring education PAUD Pendidikan Anak Usia Dini.jakarta : PT
gremedia
Seniawan,conny. 2008. Belajar Dan Pembelajaran Prasekolah Dan Sekolah
Dasar. Jakarta : PT. Macanan Cemerlang
Sudijono,Anas.2008.Pengantar Statistik Pendidikan.Jakarta : Raja Grafindo
Prasada
Yus Anita.2005. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak – Kanak
.Jakarta : Dit.PPTK
Download