ISSN 0216-8138 1 REFORMASI PENDIDIKAN DI ERA OTONOMI DAERAH MEMASUKI ERA GLOBAL Oleh Ida Bagus Made Astawa Jurusan Pendidikan Geografi FIS UNDIKSHA [email protected] ABSTRAK Revolusi peradaban dunia dewasa ini telah memasuki era global. Indonesia sebagai negara dunia ketiga (the silent majority), untuk mampu bersaing di era global ini dituntut kesungguhan dan ketulusan menata dunia pendidikannya dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya, karena pendidikan pada hakekatnya merupakan kunci keberhasilan pembangunan suatu bangsa dan negara. Pemberlakuan UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), dan UU No. 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, yang kemudian ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), telah membuka harapan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dengan otonomi pendidikannya. Realitanya permasalahan pendidikan di Indonesia dari Pelita pertama hingga saat ini masih relatif sama. Berkenaan dengan itu di era otonomi pendidikan dibutuhkan reformasi dengan melalui tujuh hal, yaitu (1) memprioritaskan pendidikan sebagai kebutuhan, (2) memaknai pendidikan secara utuh, (3) perimbangan penyelenggaraan pendidikan antara pusat-daerah, (4) pelibatan masyarakat dalam pendidikan, (5) memberikan posisi sentral kepada pendidik dan tenaga kependidikan, (6) menuju kepada paradigma pemberdayaan pendidikan, dan (7) menciptakan pembelajaran yang bermakna dan menantang. Kata kunci: globalisasi, the silent majority, otonomi pendidikan, reformasi pendidikan PENDAHULUAN nusia dituntut kesadarannya untuk Revolusi yang terjadi di bi- mampu menempatkan dirinya menja- dang teknologi, komunikasi, dan in- di bangsa yang berdaulat, di samping formasi telah mengantarkan masya- kemampuan untuk mengembangkan rakat dunia pada perubahan yang ce- jati dirinya di tengah-tengah arus re- pat dalam tata hubungan antar bang- volusi peradaban dunia tersebut. sa (globalisasi). Perubahan tersebut Jauh sebelum revolusi tekno- mempengaruhi berbagai aspek kehi- logi terjadi, sejarah peradaban dunia dupan suatu bangsa menuju pada juga mencatat bahwa dorongan nafsu ciri-ciri kehidupan era global. Se- ekonomi dan keserakahan materiil dangkan sebagai suatu bangsa, ma- sudah lebih dulu berkembang. Nafsu Media Komunikasi Geografi 16 Nomor 2 Desember 2015 Made Astawa) Reformasi Pendidikan di EraVol. Otonomi Daerah........ (Ida Bagus ISSN 0216-8138 dan 2 keserakahan tersebut telah mendorong berkembangnya penja- belakangan, dan ke-miskinan (Somantri, 2001). jahan di atas dunia di masa lampau Menyadari akan hal tersebut, dengan pelakunya didominasi oleh maka peningkatan kualitas sumber- negara-negara barat. Dampak kolo- daya manusia (SDM) di negara- nialisme tersebut masih dirasakan negara sampai saat ini oleh negara-negara Indonesia bekas jajahannya. sangat mendesak. Indonesia sebagai dunia ketiga, menjadi termasuk sesuatu yang Perubahan sejarah peradaban negara yang pernah dijajah sampai dunia tersebut lebih disebabkan oleh saat ini masih tergelong the silent adanya perubahan paradigma yang majority. Kesungguhan dan ketulus- terjadi pada masyarakat di negara- an menata dunia pendidikan menjadi negara barat terutama setelah jaman hal yang mutlak dilakukan, karena renaisance. Bangunnya supremasi pendidikan pada hakekatnya merupa- negara-negara barat dalam kebuda- kan kunci keberhasilan pembangun- yaan materiil menurut Francis Bacon an suatu bangsa dan negara (Soman- adalah adagium tri, 2001; Tilaar, 2001; Mulyasa, knowledge as power dan intellectum 2011). Tanpa pendidikan yang kuat, quarrens fidem yang berkembang dapat dipastikan bangsa Indonesia dalam masyarakat di negara-negara akan terus dililit oleh kebodohan, barat. Supremasi tersebut sampai kini keterbelakangan, dan kemiskinan. terus berkembang lewat hak azasi Dampaknya Bangsa Indonesia sulit manusia, ekonomi pasar, demokrasi, meraih masa depan yang cerah, dan lingkungan hidup yang menjadi damai, dan sejahtera sesuai amanat kekuatan globalisasi dewasa ini. Pancasila dan UUD 1945. karena Kenyataan adanya tersebut menyebabkan Realita yang semenjak terjadi munculnya kaum yang tertindas atau Indonesia kelompok arus bawah yang diisti- 1970-an (pada saat Pelita pertama lahkan dengan the silent majority di dicanangkan) sampai saat ini masih dunia ini yang dominasinya berada di teridentifikasi ada empat permasalah- negara-negara dunia ketiga yang an pokok dalam pendidikan nasional dicirikan oleh kebodohan, keter- Indonesia, yaitu: (1) pemerataan Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 2 Desember 2015 awal di tahun ISSN 0216-8138 3 pendidikan; (2) relevansi pendidik- sesuai dengan tujuan pembangunan an; (3) nasional dibidang pendidikan. mutu pendidikan; dan (4) efisiensi dan efektivitas pendidikan Komitmen dalam membebas- (Supriadi, 1997; Lasmawan, 2006). kan masyarakat dari keterpurukan, Dengan demikian, lebih dari 30 agar dapat mengangkat harkat dan tahun permasalahan pokok dalam martabat bangsa serta membebaskan dunia pendidikan secara nasional bangsa dari ketergantungan terhadap belum berubah. Berarti usaha-usaha negara lain juga berimplikasi pada perbaikan pendidikan selama ini pelaksanaan otonomi daerah. Daerah yang telah dilakukan belum sepenuh- berkewajiban nya menunjukkan hasil untuk me- pendidikan sebagai salah satu bidang ngentaskan permasalahan pendidikan pemerintahan dalam rangka otonomi yang ada. daerah (desentralisasi pendidikan). untuk memasukkan Pemberlakuan beberapa un- Desentralisasi di bidang pendidikan dang-undang dan beberapa peraturan memberikan makna bahwa pengam- pemerintah telah memberikan harap- bilan kebijakan pendidikan berpin- an perbaikan pendidikan di Indone- dah dari pemerintah pusat (top sia. Undang-undang tersebut meliputi government) ke pemerintah daerah UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sis- (distrct government), yang berpusat tem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) di pemerintah kabupaten/kota (Mul- dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang yasa, 2010; Sanjaya, 2011). Guru dan Dosen. Undang-undang ini Melalui otonomi pendidikan, ditindak lanjuti dengan Peraturan pemerintah daerah tidak saja dituntut Pemerintah No. 19 Tahun 2005, kemampuannya untuk menciptakan tentang Standar Nasional Pendidikan suatu (SNP). Reformasi ini diharapkan kebijakan yang konkrit, tetapi juga menghasilkan SDM berkemauan dan dituntut memiliki kemampuan untuk berkemampuan untuk senantiasa me- mengatur sumberdaya serta peman- ningkatkan kualitasnya secara terus faatanya secara bijaksana. Otonomi menerus berkesinambungan pendidikan juga menuntut adanya quality improvement) usaha untuk melatih SDM yang (continuous dan sistem profesional, pendidikan baik tenaga dengan umum Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 2 Desember 2015 Made Astawa) Reformasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah........ (Ida Bagus ISSN 0216-8138 4 maupun tenaga-tenaga menejer pada pada masalah-masalah politik dan tingkat lapangan, penyusun kuriku- ekonomi (Djalil, 2004). lum yang sesuai, dan pengelolaan sistem pendidikan yang berdasarkan PEMBAHASAN kebudayaan Memahami Misi dalam Otonomi Pendidikan setempat (Suryadi, 1998). Dalam hal ini menunjukkan bahwa desentralisasi pendidikan di- Tujuan pembangunan nasio- laksanakan untuk menjamin adanya nal pada sektor pendidikan pada ha- keragaman dalam berbagai aspek kekatnya meliputi: (1) pemberdayaan kehidupan bangsa dalam mencapai secara merata segenap potensi pen- kepentingan kesatuan nasional. Hal didikan di seluruh lapisan masyara- yang dalam kat sesuai dengan karakter sosial- pendidikan budaya masyarakat setempat, (2) adalah perwujudan paradigma pen- pemerataan penyebaran sumber daya didikan yang sesuai dengan tuntutan, manusia yang berkualitas, (3) me- tanpa jiwa, mangkas birokrasi dan administrasi semangat fundamental pendidikan pendidikan yang menjadi salah satu nasional. titik lemah peningkatan mutu pen- paling upaya fundamental desentralisasi kehilangan makna, Berkenaan dengan itu sangat didikan, dan (4) demokratisasi pe- penting adanya reformasi pendidikan ngelolaan pendidikan nasional (Las- dalam rangka otonomi daerah untuk mawan, 2006; Mulyasa, 2010; San- menghadapi tantangan globalisasi. jaya, 2011). Otonomi pendidikan tidak Perangkat akan yuridis dipakai mencapai tujuannya tanpa adanya yang reformasi dalam dunia pendidikan hukum secara menyeluruh. Makalah ini tersebut adalah UU No.20 Tahun dimaksudkan untuk mengkomuni- 2003, tentang Sisdiknas, dan UU No. kasikan hal tersebut, karena semen- 14 Tahun 2005, tentang Guru dan tara ini pandangan sebagian besar Dosen, masyarakat Indonesia belum menem- lanjuti dengan Peraturan Pemerintah patkan pendidikan sebagai masalah No. 19 Tahun 2005, tentang SNP. yang penting, mereka lebih tertarik Seiring untuk yang sebagai formal landasan pencapaian tujuan kemudian dengan Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 2 Desember 2015 otonomi ditindak daerah, ISSN 0216-8138 5 pemberlakuan otonomi pendidikan tahukan indikator lain dari mutu hasil merupakan konsekuensi logis dari pendidikan, seperti kadar keteram- pemberlakuan Undang-Undang Sis- pilan, diknas dan Peraturan Pemerintah jawab, kepribadian, dan budi pekerti. tentang SNP di Indonesia. Dalam hal ini belum lagi dilihat dari Salah tanggung kemampuan pendidikan dalam me- dipandang strategis dalam rangka nyumbangkan hasil kepada negara peningkatan mutu pendidikan adalah dalam memecahkan masalah-masa- melalui peningkatan alokasi anggar- lah nasional dan internasional, baik an pendidikan, baik untuk tingkat dalam pusat dan daerah, yang menurut kebudayaan, hankamnas, ilmu pe- Undang-Undang Sisdiknas adalah ngetahuan maupun teknologi. pegawai. 20% tuntutan rasa yang minimal satu keimanan, di luar ”Pembesaran belanja bidang politik, Penyempurnaan ekonomi, kurikulum anggaran akan lebih bermakna bila diikuti oleh pembangunan pendidikan” semesti- perubahan pengelolaan kurikulum, nya juga harus diikuti oleh perbaikan karena perubahan tersebut dengan dan peningkatan kualitas kinerja para sendirinya akan mengubah praktik- birokrat dan pelaksana pendidikan praktik pembelajaran (KBM) di kelas yang telah ditunjang oleh keter- (Hasan, 2004). Selama ini sumber sediaan instrumen pembelajaran dari daya manusia yang ada di daerah dan beberapa sekolah kurang diberdayakan dalam penyempurnaan kuriku- lum. pengelolaan kurikulum. Kurikulum Penilaian terhadap hasil Tingkat Satuan Pendi-dikan (KTSP) ini masih semestinya memberikan keleluasaan UAN yang bagi daerah untuk mengembangkan pendidikan kurikulumnya, karena pengelolaan hanya dinilai hanya dengan satu kurikulum menuntut untuk mem- indikator, yaitu dimensi penguasaan berdayakan sumber daya yang ada di pengetahuan. Berdasarkan tuntutan daerah dan sekolah dalam penge- undang-undang (tujuan Pendidikan lolaan kurikulum. pendidikan sementara bertumpu pada menunjukkan bahwa Nasional), nampak bahwa penilaian Pemerataan pendidikan bagi belum secara meyakinkan memberi- masyarakat Indonesia juga masih Media Komunikasi Geografi 16 Nomor 2 Desember Reformasi Pendidikan di EraVol. Otonomi Daerah........ (Ida 2015 Bagus Made Astawa) ISSN 0216-8138 belum 6 menunjukkan hasil yang memahami masalah-masalah yang menggembirakan. Sistem yang diber- dihadapi manusia di dunia yang lakukan dalam dunia pendidikan juga cepat berkembang ini, sehingga ke masih mencari-cari wujudnya. Kuri- depan diharapkan mereka akan dapat kulum berbasis pada kompetensi menjadi warga negara dan warga dengan KTSP-nya yang dirancang- dunia yang baik. kan sebagai salah satu usaha untuk Masalah yang tidak kalah meningkatkan kualitas pendidikan di menariknya adalah yang berkenaan daerah dalam tataran implementasi dengan masih pendidikan. Masalah efisiensi dan mengalami kendala, dan efisiensi demikian juga dengan Kurikulum relevansi 2013 kaitan yang akan diberlakukan. dan pendidikan langsung relevansi mempunyai dengan konsep Berbagai masalah masih juga ditemui pembiayaan pendidikan, karena yang dalam pendidikan terkait dengan dilihat Ujian Nasional, Standar Kompetensi namun juga kualitasnya, sehingga Lulusan, setiap upaya dan pengorbanan yang Sertifikasi Guru, dan sebagainya. Arus bukan diberikan globalisasi hanya untuk suatu jumlahnya, tindakan yang diharapkan dapat memberikan hasil semakin kuat pada satu sisi dan yang lebih tinggi dan bermutu. kedaulat suatu bangsa dengan jati Dengan diri warganya pada sisi lain menun- kalangan pemerintah dan legislatif jukkan pada dunia pendidikan kita, sebagai motor pemerintahan negara bahwa dunia yang dihadapi anak- mengupayakan suatu sistem pendi- anak pada saat ini dan ke depan dikan secara lebih ekonomis dengan sangat komplek. Problem-problem pengorbanan yang diukur dari uang dalam umumnya (cost) yang kecil atau minimal, tetapi bersifat semakin komplek dan tidak mendatangkan hasil (product) yang dapat dipahami dengan hanya me- tinggi atau maksimal. Untuk itu mandangnya dari satu segi saja. pengelola pendidikan harus dapat Anak-anak sangat memerlukan bim- mengklasifikasi unsur-unsur biaya bingan untuk mengenal dunia seki- pendidikan yang perlu mendapat tarnya dalam arti luas. Mereka perlu prioritas pembiayaan yang secara masyarakatpun kata Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 2 Desember 2015 lain, bagaimana ISSN 0216-8138 7 langsung akan meningkatkan mutu secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan. Dengan demikian, secara (pembiayaan) pendidikan. Pembiaya- nyata dapat dihitung jumlah cost an pendidikan (cost of educational untuk pendidikan sebenarnya yang process) walaupun secara yuridis berlangsung sistim merupakan tanggungjawab dan be- (proses) yang utuh (World Bank, ban pemerintah, namun dalam hal ini 1998). masyarakat juga dituntut tanggung- dalam suatu Masalah efisiensi dan relevansi pendidikan berhubungan secara jawabnya (Supriadi, 1997: Mulyasa, 2010). langsung dengan kemampuan para Kapasitas dan kapabilitas pengelola pendidikan dalam meman- organisasi dan menejemen kelem- faatkan dana yang tersedia untuk bagaan pendidikan di semua tataran kegunaan perlu yang maksimal. Jadi ditingkatkan, termasuk di pemikiran mengenai efisiensi dan daerah dalam rangka pelaksanaan relevansi antara biaya dan mutu otonomi pendidikan menempatkan variabel Tidak produktivitas sebagai parameter uta- pemantapan organisasi dan meneje- ma untuk menerangkan sejauhmana men di pusat yang diperlukan untuk pengorbanan pendidikan secara lang- pengendalian mutu sesuai dengan sung dapat memberikan hasil yang kecenderungan globalisasi, dan juga maksimal. Pemberian otonomi pendi- untuk pengaturan hal-hal yang men- dikan terjadinya jadi kepentingan nasional, misalnya keragaman dalam kemampuan dan pembinaan persatuan nasional, dan ketersediaan pendanaan pendidikan, subsudi silang bagi bagi wilayah di menjadi yang mengalami keterbatasan sum- diferensiasi ber daya. Hal tersebut menjadi kon- pembiayaan pendidikan antara suatu sekuensi mendasar dari karakteristik kabupaten/ kota dengan kabupaten/ sosio-kultural bangsa, yaitu semangat kota lainnya (UU No.25 Tahun menjungjung tinggi dan memperta- 1999). Kondisi ini akan menuntut hankan persatuan harus juga berpijak dan memberikan kesempatan kepada pada sifat bangsa Indonesia yang masyarakat untuk berperan serta sangat pluralistic. memungkinkan samping pendorong juga akan terjadinya pengelolaan kalah pendidikan. pentingnya adalah Media Komunikasi Geografi 16 Nomor 2 Desember 2015 Made Astawa) Reformasi Pendidikan di Era Vol. Otonomi Daerah........ (Ida Bagus ISSN 0216-8138 8 Mengingat luasnya cakupan luas harus siap menangani urusan- perbaikan sistem pendidikan nasional urusan pendidikan yang selama ini serta semangat ditangani oleh pusat atau provinsi. otonomi daerah dan desentralisasi Tanpa penataan kelembagaan dan pendidikan, maka perumusan misi menejemen pendidikan nasional semestinya da- daerah dalam pengelolaan pendidik- pat dijabarkan kedalam tiga misi, an hanya akan menghasilkan kema- yaitu misi jangka pendek, jangka cetan dan bahkan memungkinkan menengah dan jangka penjang. Misi sekali terjadinya kemunduran pend- jangka pendek pendidikan nasional idikan. sejalan dengan yang baik, otonomi adalah : (1) melakukan penuntasan Misi jangka menengah pendi- program wajib belajar pendidikan dikan nasional adalah menciptakan dasar yang bermutu; (2) mengem- sistem, iklim, dan proses pendidikan bangkan kapasitas dan kapabilitas yang demokratis dan mengutamakan kelembagaan pendidikan (kemam- mutu, mampu mengembangkan ma- puan kelembagaan) sesuai dengan nusia dan kehidupan masyarakat asas desentralisasi pendidikan dan yang cerdas, berahlak mulia, berwa- otonomi melakukan wasan kebangsaan, kreatif, inovatif, perintisan program-program penga- sehat, berdisiplin, bertangung jawab, yaan dan pengembangan ilmu penge- trampil, dan menguasai ilmu penge- tahuan dan teknologi. tahuan dan teknologi. Penekanan daerah; (3) Peningkatan kemampuan ke- misi jangka menengah pendidikan di lembagaan merupakan salah satu era otonomi ini adalah memantap- prioritas dalam misi jangka pendek. kan, mengembangkan dan melemba- Reorganisasi jelas diperlukan sehu- gakan secara berkelanjutan apa yang bungan dengan terjadinya pergeseran telah dirintis dalam misi jangka dalam pengelolaan pendidikan dari pendek, baik berupa masyarakat dan pola yang sentralistik menjadi desen- sistem tralistik. Dalam konteks perubahan berdaya, perbaikan aspek kelem- ini, organisasi pendidikan di daerah bagaan dalam hal ini kabupaten dan kota perbaikan substansi yang terkandung dengan kewenangannya yang sangat dalam sistem pendidikan nasional. pendidikan dan yang menejerial, Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 2 Desember 2015 lebih maupun ISSN 0216-8138 9 Diharapkan, dalam waktu yang tidak panjang. Pembudayaan mengimpli- terlalu lama, kehidupan bangsa telah kasikan bahwa yang terjadi bukan kembali normal. Peserta didik tidak hanya berupa konservasi budaya, lagi dihadapkan pada lingkungan melaikan sebuah proses yang bersifat yang aktif penuh potensi konplik, kreatif dan berkelanjutan, membingungkan dan juga mengka- selaras dengan perkembangan ling- watirkan. Dalam kondisi normal, kungan. Pada waktunya, manusia dan sistem pendidikan dapat berfungsi masyarakat Indonesia mampu meng- lebih baik, yang bukan saja dapat hayati dan mengamalkan nilai-nilai menghasilkan manusia yang bermu- demokratis dan religiusitas dalam tu, melainkan juga mampu mengem- kehidupan keluarga, sekolah, tempat bangkan IPTEK yang bermanfaat kerja, masyarakat, dan juga dalam bagi kehidupan dalam skala lokal, kehidupan berbangsa dan bernegara. nasional, dan bahkan internasional. Misi jangka panjang pendidikan dengan nasional dalam pendaerahan pengelolaan budayaan dan pemberdayaan sistem, iklim, dan proses pendidikan nasional yang demokratis dan mengutamutu dalam persfektif nasional dan global. Penekanan misi jangka panjang adalah pembudayaan bagi terbentuknya nilai-nilai baru dalam keseimbangan yang baru dalam konteks struktur masyarakat baru. Perubahan kebudayaan membutuhkan waktu, dan oleh karena itu pembudayaan sebagai hasil pemberdayaan sistem pendidikan nasional dituangkan dalam kaitannya pendidikan, adalah melakukan pem- makan Reformasi Pendidikan Rangka Otonomi Daerah sebagai misi jangka Secara logika, pelaksanaan otonomi daerah mestinya mampu memperbaiki berbagai kondisi dunia pendidikan dewasa ini melalui otonomi pendidikan. Melalui otonomi pendidikan memberikan peluang besar kepada daerah untuk terselenggaranya pendidikan secara lebih otonom dengan intervensi seminimal mungkin sehingga menjamin berlangsungnya pendidikan yang lebih realisitis dan relevan sesuai dengan kehidupan nyata, serta lebih mendekatkan pendidikan dan peran-peran guru pada sasaran terdepan. Otonomi pendidikan pada hakekatnya merupakan upaya pemberdayaan bagi pelak- Media Komunikasi Geografi 16 Nomor 2 Desember 2015 Made Astawa) Reformasi Pendidikan di EraVol. Otonomi Daerah........ (Ida Bagus ISSN 0216-8138 10 sanaan pendidikan terutama dalam sendiri masih belum banyak beranjak tingkatan mikro, yaitu tingkat insti- dari semula, sehingga pendidikan di tusional dan instruksional dengan Indonesia tidak pernah memberikan manajemen yang lebih profesional di hasil yang memuaskan. Berkenaan atas landasan paradigma pendidikan. dengan itu, upaya untuk mewujudkan Otonomi pendidikan dilaksanakan pendidikan dalam persepektif global untuk menjamin adanya keragaman dan dalam konteks otonomi daerah dalam berbagai aspek kehidupan harus dimulai dari kesungguhan, bangsa dalam mencapai kepentingan kemauan, kesatuan nasional. pemerintah Memperhatikan misi dan komitmen untuk politik menempatkan yang pendidikan sebagai prioritas dalam telah dikemukakan serta memper- menghadapi masa depan bangsa hatikan realita kondisi pendidikan di (Lasmawan, 2006; Surya, 2002). era otonomi daerah, maka dalam Dalam hal ini, komitmen pemerintah rangka otonomi daerah diperlukan secara politis harus berangkat dari sejumlah pergeseran pemikiran yang paradigma pendidikan sebagai kebu- dipandang dapat menciptakan ter- tuhan dan bukan kewajiban, sehingga capai tujuan pendidikan nasional dalam kondisi apapun pendidikan melalui otonomi pendidikan. Perge- merupakan aset bagi pembangunan seran pemikiran yang dipandang yang harus penting dilakukan antara lain adalah: prioritas utama dengan segala konse- ditempatkan sebagai kuensinya. 1) Memprioritaskan Pendidikan Sebagai Kebutuhan Pendidikan di Indonesia sela- 2) Memaknai Pendidikan Secara Utuh ma ini lebih banyak dipandang seba- Pendidikan selama ini tampak gai suatu kewajiban dan bukan di- mengalami penyempitan makna de- pandang sebagai satu kebutuhan. ngan segala konsekuensinya. Makna Pendidikan selama ini terkesan lebih pendidikan dipersempit dengan per- banyak dilaksanakan untuk kepen- sekolahan, yang kemudian dipersem- tingan politik, kepentingan kekua- pit dengan pembelajaran. Makna saan, kepentingan bisnis, dan seba- pembelajaran dipersempit lagi de- gainya. Permasalahan pendidikan itu ngan proses belajar mengajar di Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 2 Desember 2015 ISSN 0216-8138 11 kelas, dan bahkan makin dipersempit capai hasil yang memuaskan (Mulya- lagi dengan pengajaran yang bersifat sa, 2010: Tilaar, 2002). kognitif. Dampak dari penyempitan Dalam menghadapi era glo- makna pendidikan tersebut sudah balisasi dan otonomi daerah, semua jelas, tidak pihak yang terkait dengan pendidikan menghasilkan pribadi yang utuh, mau melakukan pergeseran paradig- akan tetapi hanya satu sisi kecil dari ma ke paradigma yang sesuai dengan kepribadian yaitu ”intelektual”. Da- kepentingan lam hal ini pendidikan terlihat lebih untuk meningkatkan mutu pendi- mengutamakan sisi skolastik/ akade- dikan, pola pikir yang bersifat inte- mik, dan melupakan segi-segi nilai lektualelitis harus digeser menjadi serta kepribadian. Fenomena seperti populis-egaliterian. Mutu pendidikan ini akan membawa implikasi terha- bukan hanya bersifat intelektualis dap kondisi pendidikan yang dirasa- untuk membentuk masyarakat elit kan kurang bermutu, tidak adil dan kelas atas, tetapi lebih melihat pe- tidak merata. serta didik sebagai satu kutuhan ke- bahwa pendidikan pendidikan. Upaya Berkenaan dengan itu, penye- pribadian dan diupayakan untuk lenggara pendidikan harus berbasis- diberdayakan secara optimal sebagai kan paradigma pendidikan dan bukan warga negara yang mempunyai hak berbasiskan paradigma lain seperti dan tanggung jawab (Surya, 2002). paradigma politis, kekuasaan, bisnis, birokratis, dan sebagainya, meskipun 3) Perimbangan Penyelenggaraan Antara Pusat-Daerah paradigma pendidikan saling terkait dengan paradigma-paradigma yang lainnya. Selama ini pendidikan lebih banyak dilaksanakan dengan kekuatan paradigma yang bukan pendidikan atau sedikit kaitannya dengan pendidikan, sehingga proses dan mutu pendidikan belum men- Dalam rangka otonomi daerah, keseimbangan antara pusat dan daerah harus diciptakan untuk beberapa hal. Surya (2002) mengemukakan perimbangan yang diciptakan tersebut adalah seperti terlihat pada Tabel berikut. Media Komunikasi Geografi 16 Nomor 2 Desember 2015 Made Astawa) Reformasi Pendidikan di EraVol. Otonomi Daerah........ (Ida Bagus ISSN 0216-8138 12 Tabel 1. Perimbangan Penyelenggaraan Antara Pusat-Daerah Perimbangan Penyelengaraan No Pusat (2) (1) 1 2 Standar Nasional Kurikulum Nasional 3 Penilaian Nasional 4 Monitoring Nasional 5 Kinerja Nasional berorientasi kepentingan nasional 6 Orientasi produk 7 8 9 Komunikasi top down Pengelolaan sentralistik Kinerja yang lebih berpola pada sistem dan struktur 10 Orientasi lebih menekankan pada tujuan dan hasil Sumber: Surya, 2002 dimodifikasi penulis Daerah (3) Pilihan Sesuai Kondisi Daerah Pengembangan isi kurikulum berkearifan lokal (kebutuhan daerah) Penilaian formatif yang berorientasi pada kemitraan dengan kondisi daerah Pengelolaan diri (self management) dengan pengendalian lokal berorientasi kondisi setempat Kinerja berorientasi kebutuhan pengguna jasa pendidikan yang bervariasi antar daerah Orientasi proteksi (terutama terhadap budaya setempat) Komunikasi buttom up Pengelolaan desentralistik Kinerja yang polanya berorientasi fungsional dan pendekatan pasa Orientasi proses berikan hasil optimal karena pendiMelalui perimbangan yang dilakukan diharapkan tujuan pendidikan nasional akan dapat diwujudkan dengan tanpa mengabaikan keberagaman daerah yang dimiliki Indonesia. dikan itu memerlukan biaya yang besar. Untuk itu diharapkan seluruh elemen bangsa, yaitu keluarga, masyarakat, dan pemerintah turut dalam membiayai pendidikan. Dalam kaitan ini pemerintah 4) Pelibatan Masyarakat dalam Pendidikan (pusat dan daerah) harus benar-benar ada kemauan politik dan keberanian Keberpihakan pemerintah ter- mengusahakan tersedianya anggaran hadap pendidikan sampai saat ini pendidikan yang memadai dengan dipandang masih kurang sehingga memberdayakan seluruh komponen menyebabkan anggaran dan sarana bangsa secara sinergi. Kewajiban pendidikan dalam pemerintah menyelenggarakan satu jumlah dan kualitas yang memadai. sistem pendidikan seharusnya sudah Dalam kondisi serba kekurangan, secara implisit, yaitu dengan kewa- tidak tersedia kinerja pendidikan tidak akan mem- Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 2 Desember 2015 ISSN 0216-8138 13 jiban menyediakan anggaran dan sa- tawar menawar dan kemandirian rana yang memadai. sehingga menghasilkan suatu kerja- Untuk mengoptimalkan parti- sama yang sinergik dan simbiotik sipasi masyarakat dalam peningkatan dalam mencapai tujuan bersama. Hal mutu pendidikan dikembangkan mo- tersebut del pendidikan yang disebut ”Pendi- kerangka dikan Berbasis Masyarakat” (Mulya- memberdayakan masyarakat dalam sa, 2010; Tilaar, 2002). Proses pen- satu gugus sekolah untuk meningkat- didikan tidak terlepas dari masya- kan mutu pendidikan. rakat dan menjadikan masyarakat Dalam dapat dijadikan sebagai berfikir dalam kerangka upaya otonomi sebagai basis keseluruhan kegiatan pendidikan di era reformasi yang pendidikan. Semua potensi yang ada dilandasi dengan keterbukaan dan di masyarakat apabila dapat diber- demokratisasi dalam semangat oto- dayakan secara sistemik, sinergi, dan nomi daerah, peran serta masyarakat simbiotik melalui suatu proses yang dapat diwujudkan dalam satu orga- konsepsional, dapat dijadikan seba- nisasi yang mandiri dan mampu gai upaya strategis dalam meningkat- mengakomodasikan serta memparti- kan mutu pendidikan. sipasikan semua potensi masyarakat Masyarakat modern mempu- seperti tokoh masyarakat, kelompok nyai tiga sektor yang saling berin- pengusaha, tokoh agama, kalangan teraksi, yaitu (Surya, 2002): (1) sek- industri, para pakar, dan sebagainya. tor pemerintah dengan ciri monopoli Organisasi ini harus terwujud benar- dan paksa benar mencerminkan satu aktualisasi (coercive), (2) sektor swasta yang peranserta masyarakat dengan inter- bekerja vensi birokratis (pemerintah) semini- penggunaan berdasarkan alat mekanisme pasar untuk memperoleh laba, dan mal mungkin. (3) sektor sukarela yang bekerja secara nirlaba yang dikenal dengan 5) Posisi Sentral Pendidik (Guru) dan Tenaga Kependidikan sebagai Lembaga Swadaya masyarakat (LSM). Dalam masyarakat madani ketiga sektor masyarakat tersebut harus mempunyai posisi Hak-hak azasi guru sebagai pribadi, pemangku profesi keguruan, anggota masyarakat, dan warga negara yang selama ini dipandang Media Komunikasi Geografi 16 Nomor 2 Desember 2015 Made Astawa) Reformasi Pendidikan di Era Vol. Otonomi Daerah........ (Ida Bagus ISSN 0216-8138 14 terabaikan, penting mendapat prio- pendidikan dalam rangka otonomi ritas dalam reformasi. Pembenahan daerah harus memprioritaskan mana- kurikulum, perbaikan sarana, penye- jeman guru. Isu utama yang ber- suaian peraturan, dan sebagainya kenaan dengan manajemen guru yang diupayakan pemerintah harus adalah bagaimana menciptakan suatu dimulai SDM pengelolaan pendidikan yang mem- ”guru”. Imbalan jasa yang wajar, berikan suasana kondusif bagi guru suasana rasa aman dalam bekerja, untuk melaksanakan tugas profesinya kondisi kerja yang baik, hubungan secara kreatif dan produktif serta antar pribadi yang sehat, serta ke- memberikan jaminan kesejahteraan sempatan peningkatan diri dan karir, dan pengembangan karirnya. Mana- merupakan sejumlah hak seorang jemen guru harus mencakup fungsi- guru jika telah mejalani kewajiban- fungsi yang berkenaan dengan: (1) nya yang mencerminkan kesejahte- profesionalisme, standar, sertifikasi, raan guru. dan pendidikan pra-jabatan, (2) re- dengan penataan Semua itu hanya mungkin krutmen dan penempatan, (3) pro- terwujud apabila para guru mendapat mosi dan mutasi, (4) gaji, insentif, peluang yang besar untuk member- dan pelayanan, (5) supervisi dan du- dayakan dirinya dalam nuansa para- kungan profesional (Surya, 2002; digma pendidikan dan bukan dalam Mulyasa, 2011). paradigma birokratis yang kaku atau paradigma lainnya. Menata pendi- 6) Menuju Pada Paradigma Pemberdayaan Pendidikan dikan dalam perspektif global dan otonomi daerah harus menempatkan guru dalam posisi yang tepat sebagai insan pendidikan dan melakukan tindakan nyata dalam upaya pemberdayaannya sesuai dengan hak-hak selama ini lebih banyak didominasi dengan paradigma birokrasi. Akibat dari penyelenggaraan tersebut, lembaga pendidikan dan lingkungannya kurang memiliki keberdayaan dalam azasinya. Mengingat Penyelenggaraan pendidikan besarnya peran sentral guru pada tingkat institusional dan instruksional, maka manajemen mewujudkan kinerjanya. Segala sesuatu diatur secara kaku, sentralistik dan birokratis, sehingga kinerja satuan pendidikan terpasung dengan Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 2 Desember 2015 ISSN 0216-8138 15 segala aturan administratif birokratis tuntutan yang berkembang dunia. (Mulyasa: 2011; Surya, 2002). Pembelajaran yang bermakna dan Pernyataan tersebut mengim- menantang tersebut sangat penting plikasikan perlunya menata ulang dikembangkan dalam paradigma birokrasi dalam pendi- masyarakat dikan terutama di jalur persekolahan pendidikan sepanjang hayat dapat dan diimbangi dengan lebih banyak diwujudkan. memberikan kesempatan pemberda- membentuk pebelajar Laporan sehingga kepada Unesco yaan kepada lembaga pendidikan (1996) oleh Commission on Educa- dengan segala perangkat dan ling- tion for the Twenty-fist Century kungannya. Semua lembaga dan memandang personil pendidikan harus diberi sepanjang kesempatan untuk mengembangkan bangunan yang ditopang oleh empat kreativitas dan mewujudkan gagasan pilar yaitu: (1) learning to known inovatif tanpa harus terpaksa dengan yang juga berbarti learning to learn, segala aturan birokratis yang kaku. yaitu Dalam hal ini sudah tentu peraturan pengetahuan dan untuk melakukan yang pembelajaran dibuat pemerintah tetap bahwa hayat belajar pendi-dikan sebagai untuk suatu memperoleh selanjutnya, (2) diperlukan dalam menjaga standar leraning to do, yaitu belajar untuk nasional, akan tetapi jangan terlalu memiliki kompetensi dasar dalam mendetail sehingga terasa memasung hubungan dengan situasi dan tim kreativitas guru. kerja yang berbeda-beda, (3) learning to live together, yaitu 7) Pembelajaran yang Bermakna dan Menantang belajar untuk mampu mengapresiasi dan Perkembangan global yang terjadi di abad ke-21 ini menjadikan proses pembelajaran bukan hanya dalam bentuk pemrosesan informasi, akan tetapi harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mengamlkan kondisi saling ketergantungan, keaneka ragaman, saling memahami dan perdamaian inter dan antar bangsa, (4) learning to be, yaitu belajar untuk mengaktualisasikan diri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki mengembangkan sumberdaya manusia kreatif yang adaptif terhadap Media Komunikasi Geografi 16 Nomor 2 Desember 2015 Made Astawa) Reformasi Pendidikan di EraVol. Otonomi Daerah........ (Ida Bagus ISSN 0216-8138 timbangan dan 16 tanggung jawab pribadi. dalam pendidikan masih dipertahankan. Berkenaan dengan itu permasalahan PENUTUP di atas, dalam rangka Pada satu sisi, tututan refor- otonomi daerah diperlukan sejumlah masi di Indonesia telah melahirkan pergeseran pemikiran (tujuh hal yang otonomi daerah. Sejalan dengan itu, perlu direformasi) yang dipandang secara penyelenggaraan dapat menciptakan tercapai tujuan pendidikan juga menuntut adanya pendidikan nasional melalui otonomi otonomi pendidikan yang tujuannya pendidikan. Penjabaran lebih konkrit tidak lain adalah dalam rangka dari reformasi pendidikan ini tentu pencapaian tujuan pendidikan nasio- membutuhkan nal tanpa mengabaikan lokalitas pihak. Untuk itu perlu adanya pem- daerahnya masing-masing. Di sisi bahasan lebih lanjut sebagai kelan- lain, jutan dari pemikiran dalam makalah yuridis globalisasi juga menuntut lahirnya sumberdaya manusia yang pemikiran semua ini. berkualitas untuk dapat bersaing di dunia global. Tututan DAFTAR PUSTAKA tersebut tentu menimbulkan berbagai permalahan terutama terkait dengan otonomi pendidikan yang dilakukan. Berkenaan dengan itu perlu dirumuskan secara cermat misi pendidikan nasional (jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang) dalam rangka otonomi daerah untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional sekaligus mengahadapi globalisasi. Pencapai misi tersebut tentu tidak dapat dilakukan jika paradigma lama Hasan, S. 2004. Dinamika Administrasi Pengembangan Pendidikan Tinggi. (Kertas Kerja). Pokja Pendidikan DPR RI. Jakarta: DPR RI Djalil, F. dan Supriadi, D. 2004. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Jakarta: Depdiknas-Bappenas-Adicipta Karya Nusa. Lasmawan, W. 2006. Pengembangan Program Strata I Pendidikan IPS di FPIPS Undiksha. Makalah disampaikan dalam Seminar Pengembangan Program Studi di lingkungan FPIPS Media Komunikasi Geografi 16 Nomor 2 Desember Reformasi Pendidikan di EraVol. Otonomi Daerah........ (Ida 2015 Bagus Made Astawa) ISSN 0216-8138 Undiksha. Singaraja, 23 Juli 2006. Mulyasa, H.E. 2010. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Mulyasa, H.E. 2011. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Sanjaya, H. Wina. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Rawamangun-Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group. Somantri, Mohammad Numan. 2001. Konsolidasi Disiplin Ilmu Pendidikan dan Disiplin Pendidikan Bidang Studi. Dalam Dedi Supriadi dan Rohmat Mulyana (editor). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Program Pasca Sarjana dan FPIPS UPI bekerjasama dengan PT. Remaja Rosdakarya. 17 Tilaar, H.A.R. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta; Rineka Cipta. Supriadi, D. 1997. Isu dan Agenda Pendidikan Tinggi di Indonesia. Jakarta: Rosda Jayaputra. Suryadi, A. 1998. Keadaan permasalahan dan tantangan masa depan pendidikan di Indonesia. Jakarta: Balitbangdikbud. Tilaar, H.A.R. 2001. Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Menyongsong Indonesia Baru. Jakarta: PT. Grasindo. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999. World Bank. 1998. Education in Indonesia: From Crisis to Recovery. Education Sector Unit, East Asia and Pacific Regional Office. Surya, H. Mohamad. 2002. Reformasi Pendidikan Dalam Otonomi Daerah. Makalah disampaikan dalam Pekan Dies Natalis II IKIP Negeri Singaraja. 29 Januari s/d 5 Februari 2002. Media Komunikasi Geografi Vol. 16 Nomor 2 Desember 2015