1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dan Pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik (Sardiman, 2008). Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru akan ditransformasikan pada anak didiknya, sehingga mampu membawa perubahan di dalam tingkah laku siswa tersebut. Guru harus mampu mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan membiarkan siswa menemukan sendiri, sehingga para siswa dapat mencerna dan menerima pelajaran dengan mudah, serta dapat mengingat pelajaran tersebut dalam jangka waktu yang lama (Djamarah, 2006). Menurut Slameto (2003), tujuan pembelajaran biologi tidak akan mudah tercapai apabila tidak ada minat belajar siswa khususnya terhadap biologi, sebab merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar, minat belajar pengaruhnya terhadap belajar, bila bahan pembelajaran yang tidak sesuai dengan minat siswa-siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Siswa malas untuk belajar karena siswa tidak memperoleh keputusan dari pelajaran tersebut. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih mudah disimpan. Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa minat 1 2 adalah salah satu faktor-faktor yang menghambat suksesnya pendidikan dan pengajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru sering mengalami kesulitan dalam hal ini merupakan masalah yang selalu muncul setiap kali proses belajar mengajar. Istilah ekosistem pertama kali diusulkan oleh seorang ahli ekologi berkebangsaan Inggris bernama A. G. Tansley pada tahun 1935. Beberapa penulis lain telah menggunakan istilah berbeda, tetapi maksudnya sama dengan ekosistem. membahas mengenai karateristik ekositem, hal ini juga berhubungan dengan pembahasan ekologi. Ekologi adalah kajian ilmu ilmiah mengenai interaksi antar organisme dan lingkungannya. Lingkungan meliputi komponen abiotik (faktor-faktor kimiawi dan fisik tak hidup) seperti suhu, cahaya, air, dan nutrien. Yang juga penting pengaruhnya pada organisme adalah komponen biotik (hidup) semua organisme lain yang merupakan bagian dari lingkungan suatu individu. Organisme lain bisa berkompetisi dengan suatu individu untuk mendapatkan makanan dan sumber daya lainnya, memangsanya, atau mengubah lingkungan fisik dan kimiawi. Seperti akan kita lihat, pertanyaan mengenai kepentingan relatif berbagai komponen lingkungan seringkali merupakan inti kajian-kajian ekologis dan kontroversi yang menyertainya. Dalam karakteristik ekositem kita mengenal juga biogeografi yang membahas geografi makhluk hidup dalam persebarannya, dari sini pula kita dapat melihat karakteristiknya (Mulyadi, 2010). Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti selaku guru biologi Kelas VII SMP Negeri 3 Masohi terdapat berbagai masalah: (1) Siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi mata pelajaran biologi cenderung menghafalkan konsep biologi 3 seperti apa yang tertuang dalam buku paket mereka, sehingga kemampuan siswa dalam hal menganalisa, mensintesa, dan mengevaluasi (berpikir kritis) atas kumpulan-kumpulan fakta dan konsep biologi sangat rendah, hal ini dibuktikan ketika guru meminta siswa memberikan contoh selain yang tertera dalam buku paket mereka, semua siswa tidak bisa menjawabnya, (2) siswa kurang terampil dalam mengkomunikasikan fakta-fakta dan konsep biologi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, hal ini dibuktikan dengan didominasinya kegiatan diskusi dan ceramah oleh 3-4 orang siswa saja, (3) siswa sulit bekerja sama dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis, (4) siswa kurang termotivasi di dalam kegiatan belajar, (5) nilai siswa masih rendah dan 35% siswa yang tidak tuntas nilainya berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan menggunakan model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi untuk mencari jawaban dan memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt dalam Ibrahim, 2009). Menurut Trianto (2009), inkuiri rnerupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri, sedangkan inkuiri terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru, perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah. Pembelajaran 4 inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa, guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan tinggi tidak memonopoli kegiatan. Melalui penerapan Pendekatan Pembelajaran Inkuiri terbimbing siswa dapat Mengkonstruksi Pemahaman dan keterkaitan antara materi yang dipelajarinya dengan dunia nyata yang dihadapinya. Dengan kondisi pembelajaran yang demikian maka siswa akan lebih cepat dan mudah menerima materi pelajaran sehingga mereka akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Suasana belajar aktif dan tidak membosankan sehingga belajar Biologi bisa menggembirakan dan menarik. Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan Hasil Belajar biologi Siswa pada materi Ekositem Kelas VII SMP Negeri 3 Masohi Kabupaten Maluku Tengah. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat perbedaan penerapan hasil belajar siswa dalam pembelajaran inkuiri terbimbing dibandingkan dengan hasil belajar siswa dalam pembelajaran konvensional tentang materi ekosistem siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi Kabupaten Maluku Tengah . 5 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penerapan hasil belajar siswa dalam pembelajaran inkuiri terbimbing dengan hasil belajar siswa dalam pembelajaran konvensional dibandingkan terhadap materi ekosistem siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Masohi Kabupaten Maluku Tengah setelah penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : Guru : Sebagai bahan informasi bagi guru bidang studi biologi untuk menjadikan pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai alternatif dalam belajar. Sekolah : Untuk bahan masukan dalam meningkatkan mutu sekolah. Peneliti : Untuk memperdalam wawasan dan pengetahuan dibidang pembelajaran biologi. Siswa : Untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa. 1.5 Penjelasan Istilah 1. Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi untuk mencari jawaban dan memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt dalam Ibrahim, 2009). 2. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009). 6 3. Menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup (UULH) ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh meneluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Unsur-Unsur lingkungan hidup baik unsur biotik maupun abiotik, baik makhluk hidup maupun benda mati, semuanya tersusun sebagai satu kesatuan dalam ekosistem yang masing-masing tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa hidup sendiri, melainkan saling berhubungan, saling mempengaruhi, saling berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisahpisahkan. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains Salah satu landasan teoretik pendidikan IPA/Biologi modern termasuk pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah teori pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered dari pada teacher centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa (Dediknas dalam Elfis, 2010). Sedangkan menurut Kunandar (2008), konstruktivisme adalah landasan berpikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilya diperluas melalui konteks yang terbatas. Menurut Dediknas dalam Elfis (2010), ada 6 keunggulan penggunaan pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran di sekolah, yaitu: pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya. Menurut Kunandar (2008), ciri-ciri guru yang telah mengajar dengan pendekatan konstruktivisme adalah sebagai berikut : 7 8 Guru adalah salah satu dari berbagai macam sumber belajar, bukan satusatunya sumber belajar. Guru membawa siswa masuk ke dalam pengalaman-pengalaman yang menentang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka. Guru membiarkan siswa berpikir setelah mereka disuguhi beragam pertanyan-pertanyaan guru. Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa berdiskusi satu sama lain. Guru menggunakan istilah-istilah kognitif, seperti klasifikasikan, analisislah, dan ciptakanlah ketika merancang tugas-tugas; Guru membiarkan siswa untuk bekerja secara otonom dan berinisiatif sendiri. Guru menggunakan data mentah dan sumber primer bersama-sama dengan bahan-bahan pelajaran yang dimanipulasi. Guru tidak memisahkan antara tahap “mengetahui’ dari proses “menemukan”. Guru mengusahakan agar siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman mereka karena dengan begitu mereka benar-benar sudah belajar. 2.1.1 Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru menghubungkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warganegara, dan 9 tenaga kerja, (Blanchard dalam Trianto, 2009). Menurut Johnson (2009), Pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah memfasilitasi siswa dalam menemukan sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) melalui pembelajaran secara sendiri. Siswa benar-benar mengalami dan menemukan sendiri apa yang dipelajari, sehingga siswa akan lebih produktif dan inovatif. Pembelajaran kontekstual akan mendorong kearah belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik (Kunandar, 2008). Kunandar (2008), memaparkan ciri-ciri pembelajaran kontekstual antara lain, yaitu 1) Adanya kerjasama antara semua pihak, 2) Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem, 3) Saling menunjukkan, 4) Menyenangkan, tidak membosankan, 5) Belajar dengan bergairah, 6) Pembelajaran terintegrasi, 7) Mengunakan berbagai sumber, 8) Siswa aktif, 9) Sharing dengan teman, 10) Siswa kritis, guru kreatif, 11) Laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain. 10 2.1.2. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi untuk mencari jawaban dan memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt dalam Ibrahim, 2009). Menurut Trianto (2009), inkuiri rnerupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri, sedangkan inkuiri terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru, perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah. Pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa, guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan tinggi tidak memonopoli kegiatan. Menurut Sanjaya (2009), ciri-ciri dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut : - Menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan dan dibimbing untuk menemukan jawaban dan suatu permasalahan. 11 - Tujuan dari penggunaan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya adalah Berorientasi pada pengembangan intelektual. Keberhasilan proses belajar dengan model pembelajaran inkuiri bukan diuntukan dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu. 1. Interaksi Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi, baik interaksi antara siswa, maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungannya. 2. Bertanya Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan merupakan suatu proses berpikir, oleh karena itu kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. 3. Belajar untuk berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi juga merupakan proses berpikir yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak. Menurut National Research Council dalam Ibrahim (2009), tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah : - Mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari dan konsep sains. Mengembangkan keterampilan ilmiah siswa. 12 - Membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan. 2.2. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Menurut Sardiman (2008), belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Adapun pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikio-fisik menuju keperkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2008). 2.3. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009). Kingsley dalam Sudjana (2009), membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keternpilan dan (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Hasil belajar merupakan usaha bersama antara guru dan siswa. Memperoleh hasil belajar yang baik, tidak cukup hanya menyediakan guru yang baik dan mampu mengkomunikasikan serta mentransfer ilmu kepada peserta didik, tetapi diperlukan juga siswa yang mau dan siap menerima ilmu yang diajarkan oleh guru. Siswa juga ikut berperan dan bertanggung jawab atas hasil belajar yang dicapai. 13 Hasil belajar merupakan penentuan akhir dalam rangkaian aktifitas belajar dan keberhasilan siswa dalam belajar tercermin dari hasil akhir yang diperolehnya. Nasution (2005), menyatakan bahwa hasil belajar nyata dari apa yang dilakukan sebelumnya. Kekurangan dari hasil belajar siswa terletak pada keterbatasan proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Bloom dalam Sudjana (2009), mengklasifikasi hasil belajar menjadi 3 ranah yaitu : 1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi 3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. 2.4. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Peningkatan Hasil Belajar Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009). Pada tahap pengembangan pelaksanaan intelektual anak. pembelajaran Prinsip yang inkuiri harus menekankan diperhatikan kepada dalam 14 melaksanakan pembelajaran inkuiri yaitu pada pengembangan intelektual (kemampuan berpikir), interaksi, bertanya, belajar untuk berpikir (learning how to think), dan keterbukaan (Sanjaya, 2008). Pengaruh pembelajaran inkuiri terhadap peningkatan hasil belajar ditinjau dari setiap tahap pelaksanaannya. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat sehingga dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa itu sendiri (Trianto, 2009). 2.5. Konsep Ekosistem Hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Hubungan timbal balik atau interaksi berlangsung baik antarmakhluk hidup maupun antar makhluk hidup dengan lingkungan. Lingkungan beserta makhluk hidup yang mengadakan interaksi itu disebut Ekosistem. Ekosistem terdiri dari benda hidup (faktor biotik) dan benda tak hidup (faktor abiotik). Interaksi antara faktor biotik dan abiotik mengakibatkan ekosistem tumbuh, berkembang dan mengalami perubahan. Ekosistem mengalami energi, sumber energi utama untuk ekosistem adalah matahari. 1. Satuan Makhluk Hidup Dalam Ekosistem Populasi Populasi adalah sekumpulan individu dalam suatu areal tertentu. a. Kepadatan Populasi 15 Jumlah individu di dalam populasi per satuan luas menunjukan besarnya populasi. Besarnya populasi per satuan luas disebut kerapatan atau kepadatan. b. Perubahan Populasi Besar populasi senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Misalnya, besar populasi rumput teki dikebun sekolah pada bulan Januari adalah 1.467. Artinya, di dalam kebun sekolah terdapat teki sebanyak 1.467 batang. Besar populasi teki itu dapat berubah jika waktu pengamatannya berbeda. Misalnya, di bulan Juni besar populasi teki berkurang menjadi 1.140 batang karena terjadi musim kemarau. Perubahan populasi dapat terjadi karena besar populasi bertambah atau berkurang. Populasi dapat bertambah karena ada yang lahir atau datang dari tempat lain (imigrasi). Sebaliknya, populasi dapat berkurang karena ada yang mati atau pergi ke tempat lain (emigrasi). Komunitas Antara populasi satu dengan yang lain juga terjadi interaksi. Misalnya antara populasi ikan dan populasi ganggang, antara populasi ikan dan populasi teratai. Interaksi antara populasi di dalam suatu area pada suatu waktu membentuk komunitas. Jadi, komunitas merupakan keseluruhan makhluk hidup yang mengadakan interaksi di suatu tempat pada waktu tertentu. Misalnya, komunitas hutan terdiri atas berbagai jenis tumbuhan, berbagai jenis hewan, dan berbagai jenis mikroorganisme. 16 2. Ekosistem Di tempat tinggal anggota komunitas tersebut berada, terdapat benda tak hidup. Misalnya tanah, udara, air dan cahaya matahari. Antara anggota komunitas dan benda tak hidup tersebut saling berinteraksi membentuk ekosistem. Ekosistem itu dikenal pula sebagai sistem lingkungan. Ekosistem kecil berinteraksi membentuk ekosistem yang lebih besar. Semua ekosistem di permukaan bumi berinteraksi membentuk ekosistem yang besar yaitu ekosfer, misalnya cuaca dan keadaan tanah. Dibandingkan dengan bumi seluruhnya, ekosfer itu merupakan lapisan yang sangat tipis. Lapisan permukaan bumi dan atmosfer yang dihuni oleh seluruh makhluk hidup disebut biosfer, misalnya flora dan fauna. Tingkat Organisme Penyusun Ekosistem dan Biosfer Individu Populasi Komunitas Ekosistem Ekosfer Biosfer 17 3. Habitat dan Nisia Habitat Tempat hidup makhluk hidup tidak sama karena kebutuhan makhluk hidup juga tidak sama. Setiap jenis makhluk hidup mempunyai tempat yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Semua jenis hewan maupun tumbuhan hanya dapat hidup di tempat yang cocok untuk hewan atau tumbuhan itu. Tempat hidup organisme disebut sebagai habitat. Nisia Di dalam habitatnya, setiap makhluk hidup memiliki peranan tertentu, yaitu hal yang dapat dilakukan oleh makhluk hidup di habitatnya. Contohnya, semut mencari sisa-sisa bahan organik dibawah semak-semak, sedangkan dibawah semak-semak tersebut kadal mencari serangga untuk dimakan. Jadi peranan semut dan kadal berbeda, meskipun berada di habitat yang sama. Peranan atau pekerjaan organisme tersebut disebut nisia. Nisia berkaitan dengan jenis makanan, cara mencari makan, dan waktu mencari makan. Nisia terbentuk untuk menghindari persaingan (kompetisi) antarspesies. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa habitat itu merupakan “alamat” organisme, sedangkan nisia merupakan “pekerjaan” organisme. Habitat adalah tempat hidup makhluk hidup. Nisia adalah peranan makhluk hidup di habitatnya. Nisia berkaitan dengan jenis makanan, waktu mencari makan, dan cara mendapatkan makanan. 18 4. Komponen Penyusun Ekosistem Suatu ekosistem tersusun atas komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik). 1. Komponen Biotik Produsen Produsen adalah makhluk hidup yang mampu menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik. Proses tersebut hanya dapat dilakukan oleh tumbuhan yang berklorofil dengan cara fotosintesis. Contohnya ganggang, lumut, dan tumbuhan hijau. 2. Konsumen Konsumen berarti pemakan. Semua hewan dan tumbuhan tak berklorofil, misalnya tali putri, termasuk konsumen. Konsumen memakan bahan organik yang dihasilkan oleh produsen. (Sabariah, 2002), berdasarkan tingkatannya dalam rantai makanan, konsumen dibagi lagi menjadi beberapa tingkat, yaitu : 1) Konsumen Tingkat I, Adalah organisme yang secara langsung bergantung pada produsen (tumbuhan). Oleh karena itu, konsumen I dikenal dengan nama herbivora. Contoh herbivora: ulat pemakan tumbuhan, kuda, sapi. 2) Konsumen Tingkat II, adalah organisme yang memakan Konsumen Tingkat I. Hewan pemakan daging umumnya adalah konsumen kedua, biasanya disebut karnivora. Contoh karnivora harimau, beruang, singa dan ular. 19 3) Konsumen Tingkat III, adalah organisme yang memakan Konsumen Tingkat II. 3. Dekomposer Organisme pengurai umumnya merupakan jasad renik. Disebut pengurai karena organisme ini mampu menguraikan organisme yang sudah mati atau sisa-sisa organisme menjadi mineral. Contoh pengurai adalah jamur dan bakteri yang bersifat saprofit. Jamur dan bakteri ini dapat hidup pada sampah atau sisasisa makhluk hidup (hewan atau tumbuhan yang mati). Peran pengurai sangat tinggi, karena kalau tidak ada organisme ini, banyak zat sisa makhluk hidup yang menumpuk tidak menjadi partikel (molekul) kecil yang siap dipakai oleh produsen, dijelaskan oleh (Sabariah, 2002). Daur Ekosistem Lingkungan Dekomposer Produsen Konsumen Penggolongan komponen biotik berdasarkan peranannya dalam ekosistem: Produsen : Penghasil bahan organik. Konsumen I : Pemakan tingkat I, langsung memakan produsen. Konsumen II : Memakan konsumen I. 20 Konsumen III : Memakan konsumen II. Konsumen Puncak : Konsumen tingkat terakhir. Dekomposer = pengurai : menguraikan bahan organik menjadi anorganik. Komponen Abiotik Di dalam suatu ekosistem,komponen abiotik sangat mempengaruhi kehidupan komponen biotik. Komponen abiotik sangat mempengruhi kehidupan komponen biotik. Komponen abiotik ekosistem meliputi energi matahari, angin, mineral yang terdapat di tanah, oksigen, karbon dioksida, dan air. 1) Gas Karbon Dioksida dan Oksigen Jumlah gas karbon dioksida di udara sekitar 0,3%, sedangkan gas oksigen mencapai 21%. Gas karbon dioksida diperlukan tumbuhan untuk berfotosintesis. Gas oksigen sangat diperlukan tumbuhan,hewan, dan manusia untuk bernafas.Didalam ekosistem terjadi daur ekosistem dan karbon dioksida melalui proses pernapasan dan fotosintesis. 2) Air Air sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup. Tubuh organisme 90% terdiri dari air. Air berfungsi sebagai pelarut dan bahan baku proses di dalam tubuh. 3) Tanah Tanah sangat penting untuk kehidupan. Tanah menyediakan habitat dan sumber makanan bagi tumbuhan dan hewan. Tanah terbentuk dari hasil pelapukan batuan. Tanah mengandung air tanah, udara tanah garam mineral, dan humus. Tanah yang mengandung humus 21 merupakan tanah yang subur. Dengan demikian tanah berpengaruh terhadap keanekaragaman organisme. Sebaliknya, makhluk hidup juga mempengaruhi kondisi tanah. Kotoran dan sisa tubuh organisme akan diuraikan oleh mikroorganisme dan kemudian menjadi penyusun tanah yang subur. 4) Suhu Suhu di permukaan bumi dipengaruhi oleh cahaya matahari yang jatuh dipermukaannya. Suhu lingkungan juga dipengaruhi oleh adanya tumbuhan. Tanah yang gundul memiliki suhu yang lebih tinggi dari pada tanah yang ditumbuhi tumbuhan. Suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat mengganggu proses di dalam tubuh makhluk hidup. Sel tubuh dapat pecah pada suhu di bawah 0oC. Pada suhu atas 45oC protein tubuh organisme dapat rusak. 5) Kelembapan Daerah pegunungan memiliki kelembapan udara yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah dibandingkan dengan daerah pantai. Di daerah pengunungan banyak yang terdapat tumbuhan epifit. Misalnya paku, anggrek, dan lumut. Hal ini karena tumbuhan epifit memerlukan kelembapan udara yang tinggi untuk dapat hidup. 6) Cahaya Matahari Cahaya matahari adalah sumber energi ekosistem. Cahaya matahari diperlukan oleh tumbuhan untuk fotosintesis. Hasil fotosintesis berguna 22 sebagai makanan hewan dan tumbuhan. Tumbuhan dan hewan tidak bisa hidup tanpa cahaya. Cahaya matahari juga mempengaruhi suhu lingkungan. 7) Ruangan Ruangan merupakan komponen abiotik yang digunakan oleh makhluk hidup untuk hidup, bergerak, tumbuh, dan berkembang biak. Ruangan yang cukup memungkinkan makhluk hidup untuk mendapatkan makanan, tumbuh, dan berkembang biak. 3. Keseimbangan dan Daya Lenting Ekosistem Keseimbangan Ekosistem Ekosistem merupakan kesatuan antara komponen biotik dan abiotik. Jadi, di dalam ekosistem terdapat interaksi antara produser, konsumen, pengurai dan benda seperti tanah, air, dan udara. Dalam suatu ekosistem, jumlah komponen biotik dapat berubah. Perubahan tersebut dapat terjadi karena komponen biotik ada yang tumbuh, berkembang biak, berpindah, atau mati. Perubahan dalam satu komponen biotik dapat mempengaruhi komponen biotik lainnya. Misalnya, pada musim kemarau jumlah rumput di suatu padang rumput berkurang. Karena jumlah rumput sedikit, belalang yang memakan rumput juga pun jumlahnya menurun. Sebagian ada yang mati karena tidak mendapat makanan, sebagian ada yang berpindah ke tempat lain. Demikian pula jumlah burung pemakan belalang menurun karena makanannya berupa belalang berkurang. Daya lenting ekosistem 23 Ekosistem yang seimbang sekalipun, dapat terganggu. Penggangu keseimbangan ekosistem itu misalnya bencana alam, hama, dan penyakit. Dapat juga karena pengaruh kegiatan manusia, misalnya penebangan hutan, pemburuan hewan, atau pencemaran. Daya lenting adalah kemampuan ekosistem untuk pulih kembali ke keadaan seimbang. Misalnya, pohon tua yang ada di hutan tumbang. 4. Pengelompokan organisme berdasarkan cara dan jenis makanannya Berdasarkan kemampuan menyusun bahan organik, organisme dibedakan menjadi organisme autotrof dan heterotrof. Organisme Autotrof Organisme Autotrof adalah organisme yang mampu menyusun zat anorganik menjadi zat organik. Organisme Autotrof adalah semua organisme berklorofil, dapat berfotosintesis. Zat anorganik, air dan CO2 diubah menjadi gula, selanjutnya gula diubah menjadi amilum, protein, lemak. Organisme Heterotrof Organisme Heterotrof adalah organisme yang tidak mampu menyusun zat anorganik menjadi zat organik sehingga harus mendapatkan makanannya dengan cara memakan organisme lain. Berdasarkan jenis makananya Organisme Heterotrof dibedakan menjadi herbivora, karnivora, omnivora, scavengera, dan detrtitifora. 24 1) Herbivora Herbivora artinya pemakan tumbuhan. Di dalam tingkatan rantai makanan, herbivora tergolong konsumen I. Contohnya adalah sapi, rusa, kelinci, belalang, dan ulat. 2) Karnivora Karnivora artinya pemakan daging. Semua konsumen II dan seterusnya tergolong karnivora. Karena memangsa hewan lain, hewan ini disebut sebagai predator. Predator mendapatkan mangsanya dengan memburu mangsanya tersebut. Contoh karnivora adalah kodok, laba-laba, elang, ular, dan kucing. 3) Omnivora Omnivora artinya pemakan segala. Hewan omnivora dapat memakan tumbuhan atau daging. Contoh omnivora adalah burung, kera, orang utang, dan manusia. Hewan omnivora biasanya mendominasi ekosistem, kecuali jika ekosistem telah terganggu. Manusia merupakan organisme omnivora yang mampu beradaptasi dengan segala jenis kondisi lingkungan, terutama karena akal pikirannya. 4) Pemakan Bangkai (scavenger) Hewan yang memakan tubuh hewan lainnya yang sudah mati disebut pemakan bangkai (scavenger). Contoh hewan pemakan bangkai adalah burung nasar. 25 5) Detritifora Serpihan-serpihan organisme berupa serpihan daun, batang, atau potongan hewan disebut detritus. Organisme pemakan detritus disebut detritivora. Contoh detritivora adalah cacing tanah, rayap, dan serangga tanah (Syamsuri dkk, 2006). 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu, yaitu untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode inkuiri. 3.2.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Masohi. 2 . Waktu Penelitian Penelitian ini mulai dari hari senin tanggal 15 januari 2013 sampai dengan sabtu 27 april 2013 . 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi Siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi terdiri dari 4 kelas yang berjumlah 140 orang. 3.3.2. Sampel Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 2 kelas, yaitu kelas VII1 (sebagai kelas eksperimen) dan VII2 (sebagai kelas kontrol). 3.4.Variabel Penelitian 3.4.1. Variabel Bebas (X) Yang menjadi bebas dalam penelitian ini adalah Pembelajaran konvensonal dengan indikatornya kegiatana guru dan belajar siswa. 26 27 3.4.2. Variabel Terikat (Y) Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah “Model Inkuiri terbimbing pada Mata Pelajaran Bilogi materi Ekosistem” dengan indikatornya nilai hasil tes awal dan tes akhir (post test). Kelas Pre test Perlakuan Post test 20 soal X1 , O 4 soal 20 soal X2 , O 4 soal Eksperimen Variabel (X) Kontrol Variabel (Y) Keterangan : X1 : Pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing X2 : Pembelajaran konvensional O : Observasi 3.5.Instrumen Penelitian Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah hal yang perlu atau langkahlangkah yang harus dilakukan guru untuk merealisasikan kegiatan belajar mengajar yang telah diatur strateginya sesuai dengan silabus. Di dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harus berpedoman pada kurikulum berbasis kompetensi. Rencana pembelajaran terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan penerapan pengalaman belajar. Instrument yang digunakan untuk mendapatkan data hasil penelitian adalah tes. Tes yang diberikan sebanyak 24 soal terdiri dari 20 PG dan 4 Esay yang disusun 28 berdasarkan materi pokok tentang Ekosistem di kelas VII SMP Negeri 3 Masohi. Soal yang diberikan terlebih dahulu diujikan untuk sampel yang lain 3.6.Prosedur Penelitian 3.6.1. Tahap Persiapan Peneliti melakukan beberapa persiapan antara lain : - Menetapkan waktu penelitianMenetapkan kelas eksperimen dan Kontrol. - Menetapkan materi yang akan diajarkan. - Menyiapkan perangkat pembelajaran yaitu silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku panduan siswa, membuat lembar kegiatan peserta didik (LKS), post-test, dan soal-soal ujian blok. - Membuat ringkasan materi yang akan diberikan kepada peserta didik. 3.6.2. Tahap pelaksanaan Pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut : - Kelas Eksperimen - Pendahuluan - Menyapa siswa dan memeriksa kehadiran siswa. - Menyampaikan tujuan pembelajaran. - Motivasi dan apersepsi. 3.6.3. Pelapon Memberikan informasi tentang ulasan materi dan menjelaskan secara garis besar materi yang akan dipelajari. 29 Memberikan permasalahan yang terkait dengan pembelajaran pada siswa. Membantu siswa membuat hipotesis Membagikan LKS 1 dan meminta siswa untuk berdiskusi dan menjawab pertanyaan melalui pengamatan. Mempersilahkan perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. dengan memberi penguatan serta menyampaikan jawaban yang benar. Memberikan informasi yang sebenarnya dari permasalahan yang telah didiskusikan oleh siswa dan menyampaikan kesimpulan. 3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Langkah-langkah statistik uji-t: Mencari nilai rata-rata kelas (Sudjana, 2003) mengemukakan bahwa jika penelitian teknik analisisis statistik parametrik maka sampelnya harus berdistribusi normal dan homogen . Untuk itu di gunakan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai berikut : 1. Uji Normalitas Untuk pengujian data normalitas, data nilai hasil belajar siswa digunakan uji chi-kuadrat yang bertujuan untuk mengetahui data yang diperoleh dari responden berdistribusi normal atau tidak. X2=∑ (F0-Fh)2 Fh ( Soedjana, 1998) 30 Keterangan: F0 = Frekuensi yang diobservasi ( pengamat) Fh = frekuensi yang diharapkan Nilai X2hitung selanjutnya dibandingkan dengan X2tebal dan di konsultasikan dengan derajat kebebasan (db) = (k-3), serta taraf signifikan 0,01 atau 1% kriteria pengujiannya adalah : H0 : Sampel berdistribusi normal Ha : Sampel tidak berdistribusi normal 2. Uji Homogenitas Menurut Soedjana (1997) dalam menguji homogenitas sampel digunakan uji kesamaan dua varians atau uji F dengan rumus : 𝑽𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏𝒔 𝑻𝒆𝒓𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓 F = 𝑽𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏𝒔 𝑻𝒆𝒓𝒌𝒆𝒄𝒊𝒍 F= S2 x S2 y = 𝑛𝑥 ∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖2−(∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖)2 𝑛𝑥(𝑛𝑥−𝑖) 𝑛𝑦 ∑ 𝑓𝑖𝑦𝑖2−(∑ 𝑓𝑖𝑦𝑖)2 𝑛𝑦(𝑛𝑦−𝑖) Apabila Fhitung < FTabel, maka dikatakan mempunyai varians yang sama 6) Apabila Fhitung > FTabel, maka dikatakan mempunyai varians yang berbeda Uji statistik untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yaitu: Rumushipotesis H0:=(Hipotesisawal) H1:≠(Hipotesisakhir) Kriteriapengujianhipotesa: Terima H0 dan tolak H1 apabila thitung < tTabel Terima H1 dan tolak H0 apabila thitung > tTabel (\Sudjana,2002) Taraf signifikan (α) = 0,0 31 3.Uji hipotesis Untuk mengethui adatidaknya perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing pendkatan pembelajaran konvensional dalam mempelajari materi ekosistem maka dilakukan uji perbedaan rata-rata dengan sampel yang berkorelasi. Menurut Ratumanan (2005) rumus uji t dengan sampel yang berkorelasi adalah sebagai berikut : t= 𝑥𝑖−𝑥2 𝑠𝑖2 𝑠22 𝑠 𝑠 √ 𝑛𝑖 + 𝑛 _2𝑟[ 2 ][ 1 ] 2 √𝑛1 √𝑛2 Keterangan: Xi = mean kelas inkuiri terbimbing Xi = mean kelas konvensional Si = simpangan buku kelas inkuiri terbimbing S2= simpangan buku kelas konvensional Si2 = varians kelas inkuiri terbimbing S22= varians kelas konvensional n1= rata subyek kelas inkuiri terbimbing n2= rata subyek kelas konvensional r = korelasi antara kelas inkuiri terbimbing dengan kelas konvensional Taraf signifikan yang di gunakan pada teknik ini adalah 1% dengan derajat kebebasan ( n1 + n2 -2 ) Kriteria pengujian sebagai berikut : Jika thitung< tTabel maka H0 di terima atau Ha ditolak Jika thitung> tTabel maka H0 di terima atau Ha diterima 32 Rumus hipotesis yang di uji sebagai berikut : 4. H0 : Xi = X2 tidak terdapat perbedaan hasil belajar biologi dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional pada siswa kelasVII SMP Negeri 3 masohi. Ha Xi ≠ X2 terdapat perbedaan hasil belajar biologi dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional pada siswa Tabel 3.7.1.1 ( presentasi ketuntasan) Presentasi ketuntasas Nilai Skor 80 – 100 Amat baik 66 – 79 Baik 50 -65 Cukup 40 – 55 Kurang baik 0 – 39 Sangat tidak baik ( purwanto dan atwi supratman, 1999 ) 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Hasil tes awal dan tes akhir Pada hasil penelitan ini telah dilakukan uji tes awal dan tes akhir pada kelas VII1 dan VII2 dengan memperoleh nilai rata-rata sebagi berikut : Tabel 4.1.1 (Nilai rata-rata hasil tes awal dan tes akhir) Kelas Nilai Rata-rata Tes awal Tes akhir Inkuiri terbimbing VII2 55,83 69,66 Konvensional VII1 52,33 55,33 Menurut waningrum ( 2007), untuk menghitung nilai rata yaitu : 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 Nilai rata = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 Tabel 4.1.1.2 ( tabel frekuensi nilai rata-rata) Presentase presentase ketuntasan Inkuiri terbimbing VII2 ketuntasan konvensional VII1 nilai Skor nilai Skor 80 - 100 16 80 - 100 5 66 - 79 10 66 - 79 6 50 -65 3 50 -65 5 40 - 55 3 40 - 55 2 0 - 39 0 0 – 39 2 ( purwanto dan atwi supratman, 1999 ) 33 34 Dari Tabel 4.1.1, dan 4.1.1.2 di atas terlihat bahwa hasil tes awal pada kedua kelas sebelum melakukan pendekatan pada kelas inkuiri terbimbing hasil yang diperoleh pada kedua kelas tersebut memiliki hasil yang tidak berbeda jauh (lampiran 5), terlihat jelas hanya ada beberapa siswa yang memperoleh hasil ketuntasan. 1) Uji persyaratan analisis Sebelum melakukan pengujian untuk menjawab hipotesis dengan teknik satistik inferensial yaitu uji t, maka perlu dilakukan uji normalitas data untuk normal tidaknya distribusi data dan uji homogenitas mngetahui varians data untuk meengetahui seragam tidaknya varians sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. a. Uji Normalitas Untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data dari populasi, maka dilakukan perhitungan chi-kuadrat untuk kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional ( lampiran 6 ) dan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.1.2.1 Tabel 4.1.2.1 hasil Chi-kuadrat kelas inkuiri terbimbing dan kelas konvensional Kelas X2hitung X2Tabel Inkuiri terbimbing 6,5044 11,3 Konvensional 9,8771 11,3 35 Dari Tabel 4.1.2.1 di atas terlihat bahwa X2hitung dari kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional lebih kecil dari pada X2Tabel. Ini berarti H0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa data yg diambil berasal dari sampel distribusi normal. b . Uji homogenitas Selanjutnya untuk mengetahui bahwa kemampuan siswa dalam populasi itu memang benar-benar homogen, maka dilakukan perhitungan kesamaan dua varians (lampiran 7) dengan hasil seperti pada Tabel 4.1.2.2 Tabel 4.1.2.2 Harga varians dan harga F untuk kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas konveensional Kelas Varians uji Fhitung Uji FTabel Inkuiri terbimbing 19959,26 1,30 2,41 Konvensional 15295,49 1,30 2,41 Dari Tabel di atas terlihat bahwa harga Fhitung lebih kecil dari FTabel jadi H0 diterima dan ini berarti bahwa populasi mempunyai varians yang homogen. c. Pengujian hipotesis (uji – t) Dari skor tes hasil belajar serta penghitungan-penghitungan mean, simpangan baku, varians, dan uji-t untuk kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional (lampiran 8) di peroleh hasil seperti Tabel 4.1.2.3 36 Tabel 4.1.2.3 Mean, simpangan baku, nilai t dari kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional Kelas Mean S S2 thitung tTabel Inkuiri terbimbing 6,5 1,7 2,9 3,83 2,660 Konvensional 5,5 1,6 2,9 3,83 2,660 Dari Tabel 4.1.2.3 di atas terlihat bahwa mean dari skor tes hasil belajar siswa pada kelas inkuiri terbimbing lebih besar dari kelas konvensional. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan hasil belajar siswa pada kelas inkuiri terbimbing lebih baik dari pada kelas konvensional , dan untuk memprjelas perbedaan hasil belajar dari siswa pada kedua kelas tersebut,perlu dilakukan uji-t (lampiran 8) diperoleh thitung = 3,83 dan tTabel = 2,660. Oleh karena thitung lebih besar dari tTabel,maka H0di tolak yang memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 masohi dalam mempelajari materi ekosistem. 37 4.2. Pembahasan 4.2.1. Perbedaan Hasil Belajar Biologi dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing dan Pendekatan Konvensional Materi ekosistem siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi. Dari hasil perhitungan menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas VII2 SMP Negeri 3 Masohi dengan mengunakan pendekatan Inkuiri terbimbing lebih baik dari pada hasil belajar siswa kelas VII1 dengan menggunakan pendekatan Konvensional. Perbedaan tersebut ditunjukan oleh hasil penelitian bahwa mean skor tes hasil belajar siswa pada kelas pendekatan terbimbing (69,66 ) lebih tinggi dari mean skor tes hasil belajar siswa pada kelas pendekatan Konvensional (55,33 ) yang dilakukan lewat perhitungan hasil uji t pada lampiran 8. Hal ini menunjukan terdapat perbedaan antara kedua pendekatan tersebut . Hasil analisis dapat diketahui, bahwa nilai rata-rata daya serap hasil belajar berdasarkan nilai rata-rata hasil tes akhir pada kelas inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan kelas konvensional. Hal ini disebabkan karena motivasi yang akan menimbulkan suatu dorongan atau keinginan yang kuat untuk lebih aktif dan giat belajar sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai dengan pendapat Dalyono dalam Djamarah (2002), Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa, hal ini terwujud dalam model pembelajaran inkuiri (Piaget dalam Sanjaya, 2006). Model pembelajaran inkuiri bertujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Siswa lebih mampu 38 mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya serta dapat menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu dan juga terbuka (Roestiyah, 2001). Terlihat jelas pada hasil pengamatan sikap afektif dan pisikomotor yaitu, pada kelas inkuiri terbimbing mendapatkan hasil lebih besar dari pada kelas konvensional ( pada lampiran 3 ) Karena pada kelas pendekatan Inkuiri terbimbing siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, sehingga dalam menyelesaikan masalah siswa terlihat cermat dalam memberikan tanggapan atau pertanyaan menyangkut materi yang di ajarkan. Hal yang sama terjadi pada pendekatan konvensional, namun dalam proses pembelajaran, siswa terlihat kurang cermat dalam memberikan tanggapan atau pertanyaan menyangkut materi yang di ajarkan. Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan maka secara eksperimen semu hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa materi ekosistem dengan menggunakan pendektan inkuiri terbimbing secra umum di katagorikan baik. Untuk memperkuat hasil analisis eksperimen semu tersebut, maka dilakukan analisis dengan menggunakan uji-t, setelah dilakukan uji-t terdapat perbedaan hasil belajar siswa anatar pendekatan inkuiri terbimbing lebih baik dibandingkan pendekatan konvensional. Hal ini disebabkan karena motivasi yang akan menimbulkan suatu dorongan atau keinginan yang kuat untuk lebih aktif dan giat belajar sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai dengan pendapat Dalyono dalam Djamarah (2002), Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. 39 Pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa, hal ini terwujud dalam model pembelajaran inkuiri (Piaget dalam Sanjaya, 2006). Model pembelajaran inkuiri bertujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Siswa lebih mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya serta dapat menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu dan juga terbuka (Roestiyah, 2001). Adapun kelemahan Model Inkuiri menurut Sanjaya dalam Ahmad (2011), yaitu : (1) Jika model inkuiri digunakan sebagai model pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. (2) Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. (3) Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. (4) Selama kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. Adapun kelebihan dari Model Inkuiri menurut Sanjaya dalam Ahmad (2011), adalah sebagai berikut : (1) Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. (2) Model inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. 40 (3) Model inkuiri merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya perubahan. (4) Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Berdasarkan uraian di atas maka terlihat jelas perbedaan nilai hasil belajar antara kelas yang menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelas yang tidak menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing. Perbedaan hasil belajar biologi siswa tersebut dapat dilihat dari daya serap, ketuntasan individual siswa dan ketuntasan klasikal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mistiani (2009) terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi Tahun Ajaran 2012/ 2013. Penerapan pembelajaran inkuiri meningkatkan daya serap siswa pada siklus I dari kategori cukup menjadi kategori baik, dan pada siklus II dari kategori baik menjadi kategori amat baik. Ketuntasan belajar siswa meningkat dari tidak tuntas menjadi tuntas. 41 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan analisa data, maka dapat diperoleh dari hasil penitian pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi pada materi ekosistem dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional maka di simpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang yang diajarkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan penekatan konvensional pada materi ekosistem. Perbedaan hasil belajar ini dapat dilihat dari hasil uju-t dimana thitung = 3,83 lebih besar dari tTabel = 2.660 dan pada perbedaan nilai rata-rata kedua kelas dimana nilai rata-rata untuk kelas yang diaajarkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing = 61,83 dan nilai rata-rata untuk kelas yang diajarkan dengan pendekatan konvensional = 52,5. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan inkuiri terbimbing lebih menonjol dari pada pendekatan konvensional 5.2. Saran Berdasarkan hasil peneliti dan analisa data yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri terbimbing dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka peneliti menyampaikan saran-saransebagai berikut : 1. Dalam memberikan bimbingan, untuk siswa yang berkemampuan kurangagarmendapat perhatian yang lebih. 2. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengkombinasikan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode lain atau menggunakan media pembelajaran agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil 42 belajarnya, dan diharapkan memperhatikan secara cermat alokasi waktu agar penerapan model Pembelajaran inkuiri terbimbing dalam setiap pertemuan waktunya terselesaikan sesuai dengan yang diinginkan. 3. Diharapkan pengajar atau guru mencoba memperkenalkan kepada siswa tentang pendekatan-pendekatan model pembelajaran seperti inkuiri terbimbing, dengan demikian perkembangan pola berfikir siswa menjadi baik dan dapat mengalokasikan waktu yang memadai dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing. 43 Lampiran 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Nama Sekolah : SMP NEGERI 3 MASOHI Mata Pelajaran : IPA (Biologi) Kelas/Semester : VII/ 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Standart Kompetensi : 1. Mamahami saling ketergantungan dalam ekosistem Kompetensi Dasar : 1.1 Mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk hidup dalam pelestarian ekosistem I. Indikator 1. Mendefinisikan makhluk hidup yang tergolong langka 2. Menyebutkan contoh makluk hidup yang tergolong makluk hidup langka disuatu lokasi 3. Mengemukakan pentingnya membudidayakan tumbuhan dan hewan langka 4. Membuat tulisan untuk mengenalkan jenis, bentuk, dan manfaat tumbuhan, hewan langka yang dilindungi. II. Materi Pembelajaran Materi Pokok : Pelestarian keanekaragaman hayati Sub Materi : - Perlindungan keanekaragaman hayati - Pemeliharaan hewan dan tumbuhan III. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Metode Pembelajaran Inkuiri Model Pembelajaran Inkuiri terbimbing Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai : 44 1. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru 2. Siswa diminta untuk berpasangan dengan teman sebelahnya (dalam kelompok terdiri atas dua orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masingmasing 3. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya 4. Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalah dan menambah materi yang belum diungkapkan oleh Siswa 5. Guru memimpin kesimpulan 6. Penutup Modifikasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 1. Guru menulis topic pembelajaran. 2. Guru menulis tujuan pembelajaran 3. Guru meminta siswa untuk membaca materi tentang mikroskop 4. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan teman sebangkunya 5. Guru membagikan LKS 1 untuk siswa yang sebangku (bangku ke-1) dan LKS 2 untuk Siswa bangku ke 2. 6. Guru meminta siswa mengerjakan LKS secara individu (tahap think) 7. Siswa menyampaikan/mengutarakan hasil atau jawaban LKS kepada teman sebelahnya (tahap pair) 8. Siswa membentuk kelompok kecil yang terdiri atas 4 orang untuk mendiskusikan kembali hasil/jawaban LKS1 dan LKS 2 (tahap share) 9. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya 10. Guru dan siswa membuat kesimpulan IV. Langkah-langkah Pembelajaran Adapun langkah-langkah pembelajarannya : 1. Membina suasana yang responsif diantara siswa. 2. Mengemukakan permasalahan untuk di inkuiri (ditemukan) melalui cerita, film, gambar, dan sebagianya. Kemudian mengajukan pertanyaan ke arah mencari, merumuskan dan memperjelas permasalahan dari cerita dan gambar. 45 3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, pertanyaan yang diajukan bersifat mencari atau mengajukan informasi atas data tentang masalah tersebut. 4. Merumuskan hipotesis/ perkiraan yang merupakan jawaban dari peryataan tersebut. Perkiraan jawaban ini akan terlihat tidaknya setelah pengumpulan data dan pembuktian atas data. Siswa mencoba merumuskan hipotesis permasalahan tersebut. Guru membantu dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan. 5. Menguji hipotesis, guru mengajukan petanyaan yang bersifat meminta data untuk pembuktian hipotesis. 6. Pengambilan kesimpulan perumusan kesimpulan ini dilakukan guru dan siswa Tujuan pembelajaran : Melalui pembelajaran ini siswa dapat: 1. Mendefinisikan makhluk hidup yang tergolong langka 2. Menyebutkan contoh makluk hidup yang tergolong makluk hidup langka disuatu lokasi 3. Mengemukakan pentingnya membudidayakan tumbuhan dan hewan langka 4. Membuat tulisan untuk mengenalkan jenis, bentuk, dan manfaat tumbuhan, hewan langka yang dilindungi. Kegiatan No. Guru Siswa 1 Kegiatan Awal Memotivasi peserta didik dengan Menjawab pertanyaan guru mengajukan pertanyaan ”Di (harapan guru, siswa menjawab ” manakah kalian dapat di kebun binatang atau di taman melihat/mengamati hewan secara safari” langsung? Melanjutkan pertanyaan “Apakah Menjawab pertanyaan guru itu memang tempat hidup mereka (harapan guru, pesrta didik sebenarnya? menjawab ”Bukan, itu merupakan tempat pemeliharaan saja, dan Menuliskan topik yang akan dijadikan sarana wisata ’ 46 dipelajari yaitu “pelestarian Menulis topik yang akan dipelajari Menulis tujuan pembelajaran Membaca materi Duduk berpasangan dengan teman keanekaragaman hayati” Menyebutkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam belajar 2 Kegiatan Inti Meminta Siswa untuk membaca materi tentang perlindungan keanekaragaman hayati serta pemeliharaan hewan dan tumbuhan Meminta Siswa untuk duduk berpasangan dengan teman sebangkunya sebangkunya Membagikan LKS 1 untuk Siswa bangku ke 1 dan LKS 2 Untuk Mengerjakan LKS secara mandiri (tahap think) Siswa di bangku ke 2 dan meminta Siswa untuk mengerjakan/berpikir secara individu atau mandiri Meminta Siswa untuk memikirkan kembali jawaban LKS masing- Mendiskusikan hasil jawaban LKS masing dengan teman dengan teman sebangku (tahap sebangkunya pair) Meminta Siswa membentuk kelompok kecil yang terdiri atas 4 Mendiskusikan jawaban LKS orang untuk mendiskusikan dan dalam kelompok kecil yang terdiri memikirkan kembali atas 4 orang (tahap share) hasil/jawaban LKS 1 dan LKS 2 Menjadi fasilitator dan moderator diskusi kelas Memberikan penguatan pada hasil Mempresentasikan hasil kerja kelompok dalam diskusi kelas 47 diskusi ( penguatan berupa konsep-konsep penting, contoh Mencatat penguatan yang diberikan oleh guru dapat dilihat pada materi essensial) 3 Kegiatan Akhir/Tindak Lanjut Menugaskan Siswa untuk Mengerjakan perintah guru mempelajari materi kepadatan populasi V. Media Pembelajaran Alat/bahan : Alat tulis, OHP, Alam Sekitar Sumber Belajar : Syamsuri, Istamar, dkk.2007. IPA Biologi SMP Kelas Jakarta: Erlangga. VI. Penilaian LKS1 dan LKS 2 Penilaian Proses Belajar Kepala Sekolah, ALWI ASAGAF S.pd. i Guru Mata Pelajaran TASMAR S.pd 48 Lampiran 3 PEMRKAHAN SOAL-SOAL DAN JAWABAN TES AWAL DAN TES AKHIR 100 1. Lingkungan beserta makhluk hidup yang mengadakan interaksi disebut... a. Populasi b. Perubahan pupulasi c. Ekosistem d. lingkungan 2. Ekosistem yang terjadi dari benda hidup adalah...... a. Foktor biotik b. Faktor abiotik c. Faktor energi d. Sumber energi 3. Sekumpulan individu dalam suatu areal tertentu disebut.. a. Populasi b. Ekosistem c. Perubahan populasi d. Kerapatan atau kepadatan 4. Populasi dapat bertamba karena ada yang lahir atau datang dari tempat lain disebut.. a. Imigrasi b. Emigrasi c. Populasi d. komoditas 5. Semua ekosistem dipermukaan bumi berinteraksi membentuk ekosistem yang besar adalah.. a. Ekosper b. Biosfer c. Atmosfer d. Lingkungan 6. Konsumen tingkat II adalah organisme yang memakan konsumen tingkat I. Hewan pemakan daging umunya adalah... a. Karnifora b. Herbivora c. Konsumen tingkat I d. Konsumen tingkat II 7. Organisme yang secara langsung bergantung pada produsen (tumbuhan) adalah... a. Konsumen tingkat II b. Konsumen tingkat I c. Konsumen tingkat III C 2 A 2 A 2 A 2 A 2 A 2 B 2 49 d. Konsumen tingkat I dan II 8. Lapisan permukaan bumi dan atmosfer yang dihuni oleh seluruh makhluk hidup disebut... a. Konsumen tingkat I b. Konsumen tingkat II c. Produsen d. Konsumen 9. Mahluk hidup mampu menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik adalah... a. Ekosfer b. Biosfer c. Atmosfer d. Ekosistem 10. Populasi dapat berkurang karena ada yang mati atau ada yang pergi ketempat lain disebut.... a. Komonitas b. Populasi c. Emigrasi d. Imigrasi 11. Hewan omnivora dapat memakan tumbuhan atau daging, contoh omnivora yang paling benar adalah... 12. Laba-laba, elang dan belalang 13. Ular, kucing, kelinci dan belalang 14. Kelinci, belalang, ular dan laba-laba 15. Burung, kera, dan manusia 12. Herbivora artinya pemakan tumbuhan di dalam tingkatan rantai makanan, herbivora tergolong dalam konsumen tingkat I contoh konsumen tingkat I yang paling benar adalah.... a. Kodok, laba-laba, elang, ular, dankucing b. Burung, kera, kelinci dan belalang c. Burung, kera, dan kelinci d. Kera, kelinci, dan manusia 13. Organisme pemakan detritus disebut..... a. Herbivora, b. Detrivor c. Scavenger d. Omnivora 14. Hewan yang memakan tubuh hewan lainnya yang sudah mati disebut.... a. Detritifor b. Scavenger c. Omnifor d. Detritus 15. Dibawa ini contoh hewan pemakan bangkai C 2 B 2 C 2 D 2 A 2 B B 2 2 50 adalah... a. Burung nasar b. Burung elang c. Burung bangau d. Burung kakaktua 16. Ekosistem mengalami energi, sumber energi utama untuk ekosistem adalah... a. Oksigen b. Populasi c. Energi d. Matahari 17. Di bawa ini urutan daur ekosistem yang paling benar adalah... a. Dekompeser, konsumen, produsen, lingkungan b. Produsen, konsumen, dokompeser, lingkungan c. Produsen, lingkungan, konsumen, dekomposer d. Lingkungan, produsen, konsumen,dekomposer 18. Urutan tingkat organisme penyusun ekosistem dan biosfer yang paling benar adalah.... a. Komonitas, populasi, individu, ekosfer, biosfer b. Ekosfer, biosfer, ekosistem, komonitas, populasi, indifidu c. Individu, populasi, komonitas, ekosistem, ekosfer, biosfer d. Biosfer, ekosfer, ekosistem, komonitas, populasi, individu. 19. Semua jenis hewan maupun tumbuhan hanya dapat hidup ditempat yang cocok untuk hewan atau tumbuhan, tempat hidup organisme disebur sebagai.... a. Komonitas b. Populasi c. Habitat d. Ekosistem 20. Ekosistem atas komponen makhluk hidup disebut.... a. Populasi b. Biotik c. Abiotik d. Ekosistem 2 A 2 D D 2 C 2 2 C 2 B 40 51 Esai Test 02 Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat dan benar! No. 1. Soal Essay Apa yang dimaksud Konsumen tingkat kedua adalah dengan konsumen organism tingkat yang Markah Bobot 2 4 4 16 memakan kedua konsumen tingkat satu yaitu jelaskan? 2. Jawaban hewan pemakan daging. Di dalam ekosistem a. Cahaya komponen abiotik matahari adalah energi yang sumber sangat mempengaruhi diperlukan oleh tumbuhan kehidupan komponen untuk berfotosintesis, hasil biotik, komponen fotosintesis berguna sebagai abiotik ekosistem makanan hewan meliputi energi. Jelaskan komponen tumbuhan dan hewan tidak abiotik ekosistem bisa hidup tanpa cahaya. yang meliputi : a. Energi cahaya matahari tumbuhan. dan Karena b. Air sangat dibutuhkan oleh 4 makhluk hidup air berfungsi sebagai pelarut dan bahan b. Air baku proses dalam tubuh c. Tanah dan untuk tubuh organisme terdiri dari 90% air/. c. Tanah sangat penting untuk kehidupan, tanah terbentuk dari hasil pelapukan batuan dan tanah juga mengandung air, udara mineral. dan garam 6 52 3. Apa yang dimaksud Karnifora dengan karnifora pemakan adalah hewan daging. Contoh 6 6 2 21 jelaskan dan berikan karnifora adalah kodok, laba5 contohnya. 4. Sebutkan jelaskan laba, elang, ular dan kucing. dan 1. Individu tingkat Individu adalah suatu organisme penyusun populasi persatuan luas ekosistem yang menunjukkan besarnya biosfer! 6 dan populasi. 2. Populasi 2 Populasi adalah sekumpulan individu dalam suatu areal tertentu. 3. Komunitas 6 Komunitas adalah populasi atau suatu makhluk hidup yang lain juga terjadi interaksi misalnya antara populasi ikan dan ganggang antara populasi ikan dan populasi teratai. 4. Ekosistem 6 Ekosistem adalah tempat tinggal anggota komunitas tersebut terdapat benda tak hidup, udara, misalnya air, dan tanah, cahaya matahari. 5. Ekosfer Ekosfer ekosistem 5 adalah semua dipermukaan 53 bumi berinteraksi membentuk ekosistem yang besar, misalnya cuaca dan keadaan tanah. 6. Biosfer 4 Biosfer adalah permukaan lapisan bumi dan atmosfer yang dihuni oleh seluruh makhluk hidup, misalya flora dan fauna. Jumlah Nilai Akhir = = Jumlah Skor Perolehan Jumlah Skor Total 60 60 = 100 x 100 x 100 (Wurianingrum, 2007). 60 54 Lampiran 3 LEMBARAN PENGAMATAN AFEKTIF DAN PISIKOMOTORIK Adapun profil (gambaran) hasil belajar yang akan ditunjukan pada hasil ini mencakup aspek pisikomotor (keterampilan) dan Aspek Afektif (sikap), yaitu : 1. Aspek Afektif, Pada aspek ini penulis tampilkan hasil kerja siswa melalui keterampilan siswa yang disesuaikan dengan 5 butir soal tentang materi ekosistem. Bila jawaban siswa benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0 sebagaimana termuat pada Tabel 1.1.1a dan Tabel 1.1.1b. Tabel 1.1.1a Afektif kelas inkuiri terbimbing (VII2) NO 1. 2. 3. 4. 5. Presentasi ketuntasan kelas inkiuri terbimbing 80 – 100 66 – 79 50 – 65 40 – 55 0 – 39 Nomor soal/skor 1 2 4 4 4 4 3 Jumlah Skor 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 2 Predikat Ket Nilai 16 10 3 3 0 91 83 75 91 70 A B B A C Tabel 1.1.2a Afektiif kelas konvensional (VII1) Presentasi ketuntasan NO kelas konvensional 1. 80 - 100 2. 66 - 79 3. 50 - 65 4. 40 - 55 30 0 – 39 Nomor soal/skor 1 4 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 4 3 2 2 2 Jumlah Skor 5 6 5 2 2 Nilai 83 75 50 30 58 Predikat Ket B D B D C 55 Keterangan : Skor 1. Minat 2. Perhatian mengikuti pelajaran 3. Tanggung jawab 4. Menghargai pendapat teman Predikat Bila Aktif = A Kurang Aktif = B Tidak Aktif = C 2. Aspek Psikomotor Pada aspek ini penulis tampilkan sikap siswa dalam proses pembelajaran diantaranya keseriusan mengerjakan tugas, menyampaikan pendapat, menerima pendapat orang lain, memecahkan masalah, dan kerjasama dalam kelompok sesuai dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Dalam hal ini menggunakan lembar pengamatan sikap dengan rentang skor yakni: 0-4 dengan predikat amat baik (A) = 86-100, baik (B) = 76-85, Cukup. (C) = 60-75, kurang (D) = 40-59 dan sangat kurang (E) = Kurang dari 40. Seperti ditunjukkan Pengamatan sikap). pada Tabel 2.1 (lembar 56 Tabel 2.1.1b Penilaian Psikomotor kelas inkuiri terbimbing (VII2) Presentasi ketuntasan NO kelas inkiuri terbimbing 1. 80 – 100 2. 66 – 79 3. 50 – 65 4. 40 – 55 5. 0 – 39 Jumlah Skor 1 2 3 4 5 Jumlah skor 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 16 9 3 3 0 4 4 3 4 3 Nilai Predikat Ket 90 85 75 95 70 A B B A C Tabel 2.1.2b Penilaian Psikomotor kelas konvensional (VII1) NO 2. 3. 4. 5. Presentasi ketuntasan kelas konvensional 1. 80 – 100 66 – 79 50 – 65 40 – 55 0 – 39 1 4 3 2 2 2 Jumlah Skor 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 Keterangan : 1. Menyiapkan sumber belajar 2. Presentase 3. Efesiensi waktu 4. Mampu bekerjasama 5. Mandiri dalam kelas Rentang skor yakni : 0-4 Predikat : Amat baik (A) = 86-100, 5 3 2 2 1 1 Jumlah skor 5 8 8 5 4 Nilai 80 70 50 30 40 Predikat Ket A C D E E 57 Baik (B) = 76-85 Cukup (C) = 60-75, Kurang (D) = 40-59 Sangat kurang (E) = < 40 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 Nilai = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑛 x 100% Sumber : (Purwanto, 2008) 58 ASPEK PENILAIAN PROSES A. Aspek yang dinilai dan kriteria penskoran hasil belajar afektif 1. Minat 3. bekerjasama dengan teman sekelompok dan memberikan ide penyelesaian masalah 2. bekerjasama hanya dengan beberapa teman kelompok dan memberika ide penyelesaian masalah 1. tidak bekerjasama dengan teman sekelompok dan tidak memberikan ide 2. Perhatian mengikuti pelajaran 3. dalam mengikuti pelajaran, penuh perhatian dan seiring menyampaikan pendapat 2. dalam mengikuti pelajaran, penuh perhatian, dan tidak menyampaikan pendapat 1. dalam mengikuti pelajaran, tidak ada perhatian dan tidak menyampaikan pendapat 3. Tanggung jawab 3. aktif dalam melaksanakan tugas dari guru dan selesai tepat waktu 2. aktif dalam melaksanakan tugas dari guru, tapi tidak selesai tepat waktu 1. tidak aktif dalam mnyelesaikan tugas dari guru dan tidak selesai tepat waktu 4. Menghargai pendapat teman 3. selalu menghargai pendapat teman dan mendengar pendapat teman 2. selalu menghargai pendapat teman tapi tidak menghargai pendapat teman 1. tidak menghargai dan tidak mendengar pendapat teman 59 B. Aspek yang dinilai penskoran hasil belajar Psikomotorik 1. Menyiapkan sumber belajar 5 : menyiapkan sumber belajar yang lengkap sesuai arahan guru 4 : menyiapkan sumber belajar yang lengkap, tapi kurang sesuai dengan arahan guru 3 : menyiapkan sumber belajar kurang lengkap, tapi sesuai dengan arahan guru 2 : menyiapkan sumber belajar kurang lengkap, kurang sesuai dengan arahan guru 1 : tidak menyiapkan sumber belajar dan tidak mendengarkan arahan guru 2. Presentase 5. mempresentasikan dengan jelas dan menerima kritik dan saran dari kelompok lain 4. memprsentasikan dengan jelas dan menerima kritik tapi tidak menerima saran dari kelompok lain 3. mempresentasikan kurang jelas, tapi menerima kritik dan saran dari kelompok lain 2. mempresentasikan kurang jelas, dan tidak menerima kritik dan saran dari kelompok lain 1. tidak mempresentasikan dengan jelas dan tudak menerima kritik dan saran dari kelompok lain 3. Efesiensi Waktu 5. menyelesaikan tugas dengan benar dan dikumpulkan tepat waktu 4. menyelesaikan tugas dengan benar, tapi tidak dikumpulkan tepat waktu 3. menyelesaikan tugas kurang benar, tapi dikumpulkan tepat waktu 2. menyelesaikan tugas kurang benar 1. tidak menyelesaikan tugas 4. Mampu bekerjasama 5. semua anggota bekerjasama dalam kelompok 4. ketua dan sekertaris saja yang bekerja, tapi anggota kelompok tidak 3. ketua saja yang bekerja 60 2. sekertaris saja yang bekerja 1. tidak ada kerjasama dalam kelompok 61 Lampiran 4 Tabel 4.1 Hasil Chi- Kuadrat Kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional. X2hitung Kelas Inkuiri terbimbing X2Tabel 6,5044 Konvensional 11,3 9,8771 11,3 Dari Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa harga X2hitung dari kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional lebih kecil dari X2Tabel. Ini berarti H0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa data yang diambil berasal dari sampel berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Selanjutnya untuk mengetahui bahwa kemampuan siswa dalam populasi itu benar-benar homogen, maka dilakukan perhitungan kesamaan dua varians (lampiran 7 ) dengan hasil seperti pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Harga varians dan Harga F untuk Kelas pendekata inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional Kelas Varians Uji Fhitung Uji FTabel Inkuiri terbimbing 19959,26 1,30 2,41 Konvensional 25295,49 1,30 2,41 62 Lampiran 4 Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa harga Fhitung lebih kecil dari FTabel, jadi Ho diterima dan ini berarti bahwa populasi mempunyai varians yang homogen. 2) Pengujian Hipotesis Dari skor tes hasil belajar serta perhitungan-perhitugan mean, simpangan baku, varians, dan uji –t untuk kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas konvensional (lampiran 8 ) diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Mean, Simpangan Baku dan Nilai dari Kelas penddkatan inkuiri terbimbing dan kelas konvensional. Kelas Mean S S thiting tTabel Inkuiri 6.5 1,7 2,9 3,83 2,660 Konvensional 5,5 1,6 2,8 3,83 2,660 terbimbing Dari Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa mean dari skor tes hasil belajar siswa pada kelas inkuiri terbimbing lebih besar dari kelas Konvensional. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan hasil belajar siswa pada kelas Inkuiri terbimbing lebih baik dari kemampuan hasil belajar pada kelas Konvensional, dan untuk memperjelas perbedaan hasil belajar dari siswa pada kedua kelas tersebut perlu dilakukan uji-t (Lampiran 8 ) diperoleh hasil thitung =3,83 dan tTabel = 2,660. Oleh karena thitung lebih besar dari tTabel, maka Ho ditolak yang memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara pendekatan Inkuiri terbimbing dan pendekatan Konvensional pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi dalam mempelajari materi ekosistem. 63 Lampiran 5 KelasXi(ikuiri Terbimbig) Hasi tes awal VII2 Kelas X2(konvensional VII1 Nomor subyek Inisial Siswa skor perolehan nilai Inisial siswa skor perolehan Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 AF AR AK AI AN BA BL BM CT DH DS EH FK FS GW GE GU GL HI HM HE IY IK IU JU JJ KS KU NM LK 0,7 0,4 0,65 0,75 0,5 0,45 0,8 0,45 0,35 0,4 0,45 0,3 0,6 0,6 0,7 0,65 0,7 0,6 0,5 0,5 0,7 0,4 0,6 0,4 0,6 0,5 0,6 0,8 0,6 0,5 70 40 65 75 50 45 80 45 35 40 45 30 60 60 70 65 70 60 50 50 70 40 60 40 60 50 60 80 60 50 AL CT DA DC EM ER FN FM FK FR GH KI KP KR IN IM IS LI LP MG MH MM NH NJ NK NP NS OS OU QR 0,7 0,7 0,6 0,3 0,4 0,4 0,5 0,5 0,3 0,5 0,3 0,65 0,65 0,8 0,4 0,6 0,6 0,8 0,3 0,55 0,5 0,55 0,8 0,75 0,4 0,5 0,45 0,5 0,65 0,55 70 70 60 30 40 40 50 50 30 50 30 65 65 80 40 60 60 80 30 55 50 55 80 75 40 50 45 50 65 55 64 KelasXi(ikuiri Terbimbig) Hasi tes akhir VII2 Kelas X2(konvensional VII1 Nomor subyek Inisial Siswa skor perolehan nilai Inisial siswa skor perolehan nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 AF AR AK AI AN BA BL BM CT DH DS EH FK FS GW GE GU GL HI HM HE IY IK IU JU JJ KS KU NM LK 0,9 0,5 0,75 0,95 0,5 0,65 1 0,55 0,45 0,6 0,6 0,6 0,75 0,9 1 0,75 0,8 0,7 0,6 0,55 0,8 0,5 0,65 0,6 0,7 0,55 0,75 0,8 0,75 0,7 90 50 75 95 50 65 100 55 45 60 60 60 75 90 100 75 80 70 60 55 80 50 65 60 70 55 75 80 75 70 AL CT DA DC EM ER FN FM FK FR GH KI KP KR IN IM IS LI LP MG MH MM NH NJ NK NP NS OS OU QR 0,8 0,7 0,5 0,3 0,4 0,4 0,5 0,5 0,3 0,5 0,3 0,75 0,65 0,9 0,4 0,6 0,6 0,8 0,3 0,55 0,5 0,75 0,8 0,75 0,4 0,5 0,45 0,5 0,65 0,55 80 70 50 30 40 40 50 50 30 50 30 75 65 90 40 60 60 80 30 55 50 75 80 75 40 50 45 50 65 55 65 Lampiran 6 UJI NORMALITAS Nilai kemampuan siswa yang diambil dari nilai tes untuk kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas pendekakatan konvensional ( lampiran 5 ) terlebih dahulu disusun dalam Tabel distribusi frekuensi, kemudian dilakukan penghitungan Chi-kuadrat untuk kedua kelas tersebut sebagai berikut : 1. Chi-kuadrat dari kelas pendekatan inkuiri terbimbing Langkah pertama : membuat Tabel distrbusi frekuensi a) Menentukan nilai terkecil dan nilai terbesar dari kelompok data, didapat : Nilai tertinggi : 100 Nilai terendah : 40 Rentang = nilai tertinggi – nilai terendah = 100 – 40 = 60 b) Menentukan banyaknya kelas dengan menggunakan rumus : K = 1 + 3,3 log n K = 1 + 3,3 log 30 K = 1 + 3,3 ( 1,477) K = 1 + 4,8741 K = 5,8741 dibulatkan menjadi 6 K=6 c) Mencari panjang kelas dengan rumus : 66 𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 Panjang kelas = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = 60 6 = 10 d) Masukan data dalam Tabel distribusi frekuensi Tabel 1 distribusi nilai siswa kelas inkuiri terbimbing Kelas interval 91-100 81- 90 71 – 80 61 – 70 51 – 60 41 – 50 Fi 3 2 6 2 8 9 xi 95,5 85,5 75,5 65,5 55,5 45,5 xi2 9120,25 7310,25 5700,25 4290,25 3080,25 2070,25 Fi xi 286,5 171 453 131 444 409,5 Fi xi2 82082,25 29241 205209 17161 197136 167690,25 ∑ 𝐹𝑖 𝑋𝑖 = 1895 ∑ 𝐹𝑖 𝑥𝑖 2 = 698519,5 Keterangan : F = frekuensi Xi = titik tengah kelas interval Langkah kedua : mencari nilai rata-rata ( x ) ∑ 𝒇𝒊 𝒙𝒊 X = ∑ 𝒇𝒊 1895 = 30 = 63,17 Langkah ketiga : mencari standar deviasi dan batas atas nyata 𝒏 (𝒇𝒊𝒙𝒊𝟐)−(𝒇𝒊𝒙𝒊)𝟐 S=√ 𝒏(𝒏−𝟏) 𝟑𝟎 (𝟔𝟗𝟖𝟓𝟏𝟗,𝟓)− (𝟏𝟖𝟗𝟓)𝟐 =√ 𝟑𝟎(𝟐𝟗) 67 𝟐𝟎𝟗𝟓𝟓𝟖𝟓−𝟑𝟓𝟗𝟏𝟎𝟐𝟓 =√ 𝟖𝟕𝟎 𝟏𝟕𝟑𝟔𝟒𝟓𝟔𝟎 =√ 𝟖𝟕𝟎 =√𝟏𝟗𝟗𝟏𝟗,2643 =141,13 Cara menentukan batas atas dan batas bawah nyata di dapat : 1. Memiliki kelas interval 91 – 100 Batas bawah nytanya adalah 91 – 0,5 = 90,5 Batas atas nyata adalah 100 + 0,5 = 100,5 2. Memiliki kelas interval 81 – 90 Batas bawah nyatanya adalah 81- 0,5 = 80,5 Batas atas nyatanya adalah 90 + 0,5 = 90,5 3. Memiliki kelas interval 71- 80 Batas bawah nyatanya adalah 71 – 0,5 = 70,5 Batas atas nyatanya adalah 80 + 0,5 = 80,5 4. Memiliki kelas interval 61- 70 Batas bawah nyatanya adalah 61 – 0,5 = 60,5 Batas atas nyatanya adalah 70 + 0,5 = 70,5 5. Memiliki kelas interval 51 – 60 Batas bawah nyatanya adalah 51- 0,5 = 50,5 Batas atas nyatanya adalah 60 + 0,5 = 60,5 6. Memiliki kelas interval 41 -50 Batas bawah nyatanya adalah 41 – 0,5 = 40,5 68 Batas atas nyatanya adalah 50 – 0,5 = 50,5 Langkah keempat : mencari angka standar atau Z – score Z- score = 𝒃𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂−𝒙 𝑺 𝟏𝟎𝟎,𝟓− 𝟔𝟑,𝟏𝟕 = 𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑 𝟗𝟎,𝟓 − 𝟔𝟑,𝟏𝟕 𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑 𝟖𝟎,𝟓−𝟔𝟑,𝟏𝟕 𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑 𝟕𝟎,𝟓−𝟔𝟑,𝟏𝟕 𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑 𝟔𝟎,𝟓−𝟔𝟑,𝟏𝟕 𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑 𝟓𝟎,𝟓−𝟔𝟓,𝟏𝟕 𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑 𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑 = 0,26 𝟐𝟕,𝟑𝟑 = 𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑 = 0,19 𝟏𝟕,𝟑𝟑 = 𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑 = 0,12 𝟕,𝟑𝟑 = 𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑 = 0,05 −𝟐,𝟔𝟕 = 𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑 = - 0,01 − 𝟏𝟐 𝟔𝟕 = 𝟒𝟎,𝟓−𝟔𝟑,𝟏𝟕 𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑 𝟑𝟕,𝟑𝟑 = 𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑 −𝟐𝟐,𝟔𝟕 𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑 = - 0,08 = - 0, 16 Langkah kelima : mencari batas luas kelas interval dengan menggunakan Tabel luas di bawah legkungan normal standar dari O ke Z ( Lampiran 9) dan diperoleh batas luas kelas interval sebagai berikut : Z – scor (0,26) = 0,0871 Z – scor (0,19) = 0,0574 Z – scor (0,12) = 0,0478 Z – scor (0,05) = 0,0199 Z – scor (-0,01) = 0,0040 Z – scor (-0,08) = 0,0310 Z – scor (-0,16) = -0,0636 69 Dengan batas luas kelas interval, dapat ditentukan luas masing-masing interval dengan cara menggurangan bilangan batas atas dengan bilangan batas bawah Soedjana (1997) dan diperoleh luas kelas interval sebagai berikut : 0,1026 – 0,0754 = 0,0272 0,0754 – 0,0478 = 0,0276 0,0478 – 0, 0199 = 0,0199 0,0199 – (-0,0040) = 0,0239 -0,004 – (-0,0310) = 0,0270 -0,0310 – (-0,0636) = 0,0326 Dengan luas kelas interval, kita dapat menghitung frekuensi harapan (fh) dengan mengalikan luas kelad interva dengan 100 0,0272 X 100 = 2,72 0,0276 X 100 = 2,76 0,0279 X 100 = 2,79 0,0239 X 100 = 2,39 0,0270 X 100 = 2,70 0,0326 X 100 = 3,26 70 Selanjutnya angkah standar ( Z –score ), batas luas kelas interval, dan frekuensi harapan (fh) didistribusikan kedalam Tabel bantu analisis Chi- Kuadrat (X2) berikut untuk mendapatkan nilai X2 hitung dari kelaS Inkuiri terbimbing. F F – fh Fh (f – fh ) (𝒇 − 𝒇𝒉)𝟐 𝒇𝒉 3 2,27 0,28 0,0784 0,0288 2 2,76 -0,76 0,5776 0,2092 6 2,79 3,21 10,3041 3,6925 2 2,39 -0,39 0,1521 0,0636 8 2,70 5,30 2,0900 1,4037 9 3,26 5,74 3,9476 1,1066 ∑ = 𝟔, 𝟓𝟎𝟒𝟒 71 72 Lampiran 7 UJI HOMOGENITAS Sesuai data yang ada pada tabel distribusi nilai kemampuan siswa untuk kelas inkuiri terbimbing dan kelas konvensional , maka menurut sudjana (1997) varians dari kedua kelas tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus : S2 = 𝒏(∑ 𝒇 𝒊𝑿𝒊𝟐)−(∑ 𝒇 𝒊𝑿𝒊)𝟐 𝒏(𝒏−𝟏) 1. Varians inkuiri terbimbing 30(698519,5−(1895)2 S2 = 30(30−1) = 17364560 870 = 1995926 2. Varians konvensional S2 = = 30(527310,5)−(1585)2 30(30−1) 13307075,5 870 = 15295,49 73 Selanjutnya menurut soedjana (1997) nilai F dapat dihitung dengan rumus : F= 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 Db pembilangan (V1) = n1 -1 = 31 – 1 = 29 Db penyebut (V2) = n2 – 1 = 30 – 1 = 29 Db (V1 V2) = (V1 + V2) – 2 = (30 + 30) – 2 = 58 Dengan taraf signifikan (α) = 1% maka sesuai tabel nilai kritis distribusi F dapat diperoleh nilai Ftabel = Fα ( V1,V2) = F0,01 (29,29) = 2,41 Karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel ( 1,30<2,41) pada taraf signifikan α = 1% maka varians dapat dikatakan homogen 74 Lampiran 8 Uji -t skor tes hasil belajar siswa dari kedua kelas terlebih dahulu distribusikan kedalam tabe untuk menghitung nilai rata-rata simpangan baku dan varians. 1 Nilai rata-rata, simpangan baku dan varians dari kelas inkuiri terbimbing X= 197,5 30 = 6,5 1 S1 = √𝑛 ∑(𝑋 − 𝑋)2 𝟏 = √𝟑𝟎 = (87) =√2,9 =1,7 S12 = (1,7)2 =2,9 2 Nilai rata simpangan baku dan varians pada kelas konvensional Y = 166 30 = 5,5 1 S2 = √𝑛 ∑(𝑌 − 𝑌)2 1 = √30 (86,75) =√2,8 = 1,6 S22 = (1,6)2 =2,8 75 3. Mencari nilai rata-rata uji-t yaitu : 𝑋−𝑌 t= √ 𝑆12 𝑆22 𝑆1 𝑆2 + −2𝑟( ( ) 𝑛1 𝑛2 √𝑛1 √𝑛2 6,5−5,5 = 2,9 2,8 1,7 1,6 + −2(0,022)( ) )( 30 30 √30 √30 √ = 1 √0,096+0,093−(0,044)(0,31)(0,29) 1 = = √0,189−0,0−004 1 √0,185 = 1 0,261 t = 3,83 4.Untuk mencari db yaitu : db = Nx + Ny – 2 = 30 + 30 – 2 = 60 – 2 = 58 α = 0,05 76 karena db 58 tidak terdapat pada tabel t maka dibuat inter polasi data yaitu penggabungan db atas dan db bawah kemudian dibagi 2 yaitu : 1,684 + 1,671 = 1,675 2 5% ttabel = 1,675 2,423 + 2,390 = 2,406 2 1% ttabel = 2,406 Nilai thitung = 3,83 > dari ttabel 5% = 1,675 dan 1% = 2,406 maka Ha diterima dan menolak H0 77 Lampiran 14 Kegiatan 1 (perkenalan dan apresepsi) Kegiatan 3 (pengarahan) kegiatan 2 (motivasi) Kegiatan 4 (menulis SK-KD) 78 Kegiatan 5 (membagi kelompok) kegiatan 6 (memberikan penjelasan materi tentang contoh gambaran kehidupan ekosistem ) Kegiatan 7 ( membagikan materi ) kegiatan 8 (siswa Berdiskusi) 79 Kegiatan 9 (memberikan kesempatan kepada siswa bertanya) Kegiatan 11 ( siswa menjawab) kegiatan 10 ( guru menjelaskan) kegiatan 12 (masing-masing kelompok persentasi di depan) 80 Kegiatan 13 (guru membantu siswa kegiatan 14 (kelompok lain Meluruskan presentasi kelompok) menanggapi hasil kelompok lain) Kegiatan 15 ( kelompok yang lain membantu) kegiatan 16 ( guru membagikan soal tes akhir) 81 82