BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan merupakan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat aktif mengembangkan
potensi diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dan Pengajaran
adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah
pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik (Sardiman, 2008).
Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru akan ditransformasikan pada anak
didiknya, sehingga mampu membawa perubahan di dalam tingkah laku siswa
tersebut. Guru harus mampu mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata
dan membiarkan siswa menemukan sendiri, sehingga para siswa dapat mencerna dan
menerima pelajaran dengan mudah, serta dapat mengingat pelajaran tersebut dalam
jangka waktu yang lama (Djamarah, 2006).
Menurut Slameto (2003), tujuan pembelajaran biologi tidak akan mudah
tercapai apabila tidak ada minat belajar siswa khususnya terhadap biologi, sebab
merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar, minat
belajar pengaruhnya terhadap belajar, bila bahan pembelajaran yang tidak sesuai
dengan minat siswa-siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak
ada daya tarik baginya. Siswa malas untuk belajar karena siswa tidak memperoleh
keputusan dari pelajaran tersebut. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan
lebih mudah disimpan. Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa minat
1
2
adalah salah satu faktor-faktor yang menghambat suksesnya pendidikan dan
pengajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru sering mengalami
kesulitan dalam hal ini merupakan masalah yang selalu muncul setiap kali proses
belajar mengajar.
Istilah ekosistem pertama kali diusulkan oleh seorang ahli ekologi
berkebangsaan Inggris bernama A. G. Tansley pada tahun 1935. Beberapa penulis
lain telah menggunakan istilah berbeda, tetapi maksudnya sama dengan ekosistem.
membahas mengenai karateristik ekositem, hal ini juga berhubungan dengan
pembahasan ekologi. Ekologi adalah kajian ilmu ilmiah mengenai interaksi antar
organisme dan lingkungannya. Lingkungan meliputi komponen abiotik (faktor-faktor
kimiawi dan fisik tak hidup) seperti suhu, cahaya, air, dan nutrien. Yang juga penting
pengaruhnya pada organisme adalah komponen biotik (hidup) semua organisme lain
yang merupakan bagian dari lingkungan suatu individu. Organisme lain bisa
berkompetisi dengan suatu individu untuk mendapatkan makanan dan sumber daya
lainnya, memangsanya, atau mengubah lingkungan fisik dan kimiawi. Seperti akan
kita lihat, pertanyaan mengenai kepentingan relatif berbagai komponen lingkungan
seringkali merupakan inti kajian-kajian ekologis dan kontroversi yang menyertainya.
Dalam karakteristik ekositem kita mengenal juga biogeografi yang membahas
geografi makhluk hidup dalam persebarannya, dari sini pula kita dapat melihat
karakteristiknya (Mulyadi, 2010).
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti selaku guru biologi Kelas
VII SMP Negeri 3 Masohi terdapat berbagai masalah: (1) Siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Masohi mata pelajaran biologi cenderung menghafalkan konsep biologi
3
seperti apa yang tertuang dalam buku paket mereka, sehingga kemampuan siswa
dalam hal menganalisa, mensintesa, dan mengevaluasi (berpikir kritis) atas
kumpulan-kumpulan fakta dan konsep biologi sangat rendah, hal ini dibuktikan
ketika guru meminta siswa memberikan contoh selain yang tertera dalam buku paket
mereka, semua siswa tidak bisa menjawabnya, (2) siswa kurang terampil dalam
mengkomunikasikan fakta-fakta dan konsep biologi selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung di dalam kelas, hal ini dibuktikan dengan didominasinya
kegiatan diskusi dan ceramah oleh 3-4 orang siswa saja, (3) siswa sulit bekerja sama
dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis, (4) siswa kurang termotivasi di
dalam kegiatan belajar, (5) nilai siswa masih rendah dan 35% siswa yang tidak tuntas
nilainya berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan
menggunakan model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah suatu proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi untuk mencari
jawaban dan memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis
dan logis (Schmidt dalam Ibrahim, 2009). Menurut Trianto (2009), inkuiri
rnerupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan analisis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri,
sedangkan inkuiri terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan
oleh guru atau bersumber dari buku kemudian siswa bekerja untuk menemukan
jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru,
perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah. Pembelajaran
4
inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh siswa, guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam
melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang
mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang
sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan tinggi tidak memonopoli
kegiatan.
Melalui penerapan Pendekatan Pembelajaran Inkuiri terbimbing siswa dapat
Mengkonstruksi Pemahaman dan keterkaitan antara materi yang dipelajarinya
dengan dunia nyata yang dihadapinya. Dengan kondisi pembelajaran yang demikian
maka siswa akan lebih cepat dan mudah menerima materi pelajaran sehingga mereka
akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Suasana belajar aktif dan tidak
membosankan sehingga belajar Biologi bisa menggembirakan dan menarik.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti ingin mengadakan
penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk
meningkatkan Hasil Belajar biologi Siswa pada materi Ekositem Kelas VII SMP
Negeri 3 Masohi Kabupaten Maluku Tengah.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat perbedaan penerapan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
inkuiri terbimbing dibandingkan dengan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran konvensional tentang materi ekosistem siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Masohi Kabupaten Maluku Tengah
.
5
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penerapan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran inkuiri terbimbing dengan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran konvensional dibandingkan terhadap materi ekosistem siswa
Kelas VII SMP Negeri 3 Masohi Kabupaten Maluku Tengah setelah penerapan
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
Guru
: Sebagai bahan informasi bagi guru bidang studi biologi
untuk menjadikan pendekatan pembelajaran kontekstual
sebagai alternatif dalam belajar.
Sekolah
: Untuk bahan masukan dalam meningkatkan mutu sekolah.
Peneliti
: Untuk memperdalam wawasan dan pengetahuan dibidang
pembelajaran biologi.
Siswa
: Untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa.
1.5 Penjelasan Istilah
1. Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi
dengan melakukan observasi untuk mencari jawaban dan memecahkan
masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt
dalam Ibrahim, 2009).
2. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami
pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009).
6
3. Menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup (UULH) ekosistem adalah
tatanan kesatuan secara utuh meneluruh antara segenap unsur lingkungan
hidup yang saling mempengaruhi. Unsur-Unsur lingkungan hidup baik unsur
biotik maupun abiotik, baik makhluk hidup maupun benda mati, semuanya
tersusun sebagai satu kesatuan dalam ekosistem yang masing-masing tidak
bisa berdiri sendiri, tidak bisa hidup sendiri, melainkan saling berhubungan,
saling mempengaruhi, saling berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisahpisahkan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains
Salah satu landasan teoretik pendidikan IPA/Biologi modern termasuk
pembelajaran
dengan
pendekatan
kontekstual
(Contextual
Teaching
and
Learning/CTL) adalah teori pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan ini pada
dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka
lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih
diwarnai student centered dari pada teacher centered. Sebagian besar waktu proses
belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa (Dediknas dalam
Elfis, 2010). Sedangkan menurut Kunandar (2008), konstruktivisme adalah landasan
berpikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun
oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilya diperluas melalui konteks yang
terbatas.
Menurut Dediknas dalam Elfis (2010), ada 6 keunggulan penggunaan
pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran di sekolah, yaitu: pembelajaran
berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan
kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri,
berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan
tentang gagasannya.
Menurut Kunandar (2008), ciri-ciri guru yang telah mengajar dengan
pendekatan konstruktivisme adalah sebagai berikut :
7
8

Guru adalah salah satu dari berbagai macam sumber belajar, bukan satusatunya sumber belajar.

Guru membawa siswa masuk ke dalam pengalaman-pengalaman yang
menentang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka.

Guru membiarkan siswa berpikir setelah mereka disuguhi beragam
pertanyan-pertanyaan guru.

Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa berdiskusi
satu sama lain.

Guru menggunakan istilah-istilah kognitif, seperti
klasifikasikan,
analisislah, dan ciptakanlah ketika merancang tugas-tugas;

Guru membiarkan siswa untuk bekerja secara otonom dan berinisiatif
sendiri.

Guru menggunakan data mentah dan sumber primer bersama-sama
dengan bahan-bahan pelajaran yang dimanipulasi.

Guru tidak memisahkan antara tahap “mengetahui’ dari proses
“menemukan”.

Guru mengusahakan agar siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman
mereka karena dengan begitu mereka benar-benar sudah belajar.
2.1.1
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang
membantu guru menghubungkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata
dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warganegara, dan
9
tenaga kerja, (Blanchard dalam Trianto, 2009). Menurut Johnson (2009),
Pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong
para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari cara
menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan
keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya
mereka.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah memfasilitasi siswa
dalam menemukan sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) melalui
pembelajaran secara sendiri. Siswa benar-benar mengalami dan menemukan sendiri
apa yang dipelajari, sehingga siswa akan lebih produktif dan inovatif. Pembelajaran
kontekstual akan mendorong kearah belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem
belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual,
dan emosional untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek
kognitif, efektif, dan psikomotorik (Kunandar, 2008).
Kunandar (2008), memaparkan ciri-ciri pembelajaran kontekstual antara lain,
yaitu 1) Adanya kerjasama antara semua pihak, 2) Menekankan pentingnya
pemecahan masalah atau problem, 3) Saling menunjukkan, 4) Menyenangkan, tidak
membosankan, 5) Belajar dengan bergairah, 6) Pembelajaran terintegrasi, 7)
Mengunakan berbagai sumber, 8) Siswa aktif, 9) Sharing dengan teman, 10) Siswa
kritis, guru kreatif, 11) Laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi hasil
karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.
10
2.1.2. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi
dengan melakukan observasi untuk mencari jawaban dan memecahkan masalah
dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt dalam Ibrahim,
2009). Menurut Trianto (2009), inkuiri rnerupakan suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri, sedangkan inkuiri terbimbing adalah
kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku
kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut
dibawah bimbingan yang intensif dari guru, perencanaannya dibuat oleh guru, siswa
tidak merumuskan masalah. Pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas
begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa, guru harus memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan
sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah
tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa
mempunyai kemampuan tinggi tidak memonopoli kegiatan.
Menurut Sanjaya (2009), ciri-ciri dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai
berikut :
-
Menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan.
Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan dan dibimbing untuk
menemukan jawaban dan suatu permasalahan.
11
-
Tujuan
dari
penggunaan
pembelajaran
inkuiri
adalah
mengembangkan
kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya adalah
Berorientasi pada pengembangan intelektual. Keberhasilan proses belajar dengan
model pembelajaran inkuiri bukan diuntukan dari sejauh mana siswa dapat
menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktifitas mencari dan
menemukan sesuatu.
1. Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi, baik interaksi antara siswa,
maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan
lingkungannya.
2. Bertanya
Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan merupakan suatu proses
berpikir, oleh karena itu kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah
inkuiri sangat diperlukan.
3. Belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi juga merupakan
proses
berpikir
yaitu
proses
mengembangkan
potensi
seluruh
otak.
Menurut National Research Council dalam Ibrahim (2009), tujuan utama
pembelajaran inkuiri adalah :
-
Mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari dan
konsep sains. Mengembangkan keterampilan ilmiah siswa.
12
-
Membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan.
2.2. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003).
Menurut Sardiman (2008), belajar merupakan perubahan tingkah laku atau
penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Perubahan tidak hanya berkaitan
dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan,
keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri.
Adapun pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikio-fisik menuju
keperkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar
dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan
sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2008).
2.3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami
pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009). Kingsley dalam Sudjana (2009), membagi
tiga macam hasil belajar, yakni (a) keternpilan dan (b) pengetahuan dan pengertian,
(c) sikap dan cita-cita. Hasil belajar merupakan usaha bersama antara guru dan siswa.
Memperoleh hasil belajar yang baik, tidak cukup hanya menyediakan guru yang baik
dan mampu mengkomunikasikan serta mentransfer ilmu kepada peserta didik, tetapi
diperlukan juga siswa yang mau dan siap menerima ilmu yang diajarkan oleh guru.
Siswa juga ikut berperan dan bertanggung jawab atas hasil belajar yang dicapai.
13
Hasil belajar merupakan penentuan akhir dalam rangkaian aktifitas belajar
dan keberhasilan siswa dalam belajar tercermin dari hasil akhir yang diperolehnya.
Nasution (2005), menyatakan bahwa hasil belajar nyata dari apa yang dilakukan
sebelumnya. Kekurangan dari hasil belajar siswa terletak pada keterbatasan proses
belajar mengajar. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya.
Bloom dalam Sudjana (2009), mengklasifikasi hasil belajar menjadi 3 ranah
yaitu :
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi.
2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi
3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak.
2.4. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Peningkatan
Hasil Belajar
Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan
(Sanjaya, 2009).
Pada
tahap
pengembangan
pelaksanaan
intelektual
anak.
pembelajaran
Prinsip
yang
inkuiri
harus
menekankan
diperhatikan
kepada
dalam
14
melaksanakan
pembelajaran
inkuiri
yaitu
pada
pengembangan
intelektual
(kemampuan berpikir), interaksi, bertanya, belajar untuk berpikir (learning how to
think), dan keterbukaan (Sanjaya, 2008).
Pengaruh pembelajaran inkuiri terhadap peningkatan hasil belajar ditinjau
dari setiap tahap pelaksanaannya. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak
siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat
sehingga dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif,
dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi yang
pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa itu sendiri (Trianto,
2009).
2.5. Konsep Ekosistem
Hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Hubungan timbal balik atau interaksi berlangsung baik
antarmakhluk hidup maupun antar makhluk hidup dengan lingkungan.
Lingkungan beserta makhluk hidup yang mengadakan interaksi itu disebut
Ekosistem. Ekosistem terdiri dari benda hidup (faktor biotik) dan benda tak
hidup (faktor abiotik). Interaksi antara faktor biotik dan abiotik mengakibatkan
ekosistem tumbuh, berkembang dan mengalami perubahan. Ekosistem
mengalami energi, sumber energi utama untuk ekosistem adalah matahari.
1.

Satuan Makhluk Hidup Dalam Ekosistem
Populasi
Populasi adalah sekumpulan individu dalam suatu areal tertentu.
a.
Kepadatan Populasi
15
Jumlah individu di dalam populasi per satuan luas menunjukan besarnya
populasi. Besarnya populasi per satuan
luas disebut kerapatan atau
kepadatan.
b.
Perubahan Populasi
Besar populasi senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Misalnya, besar
populasi rumput teki dikebun sekolah pada bulan Januari adalah 1.467.
Artinya, di dalam kebun sekolah terdapat teki sebanyak 1.467 batang. Besar
populasi teki itu dapat berubah jika waktu pengamatannya berbeda. Misalnya,
di bulan Juni besar populasi teki berkurang menjadi 1.140 batang karena
terjadi musim kemarau.
Perubahan populasi dapat terjadi karena besar populasi bertambah atau
berkurang. Populasi dapat bertambah karena ada yang lahir atau datang dari
tempat lain (imigrasi). Sebaliknya, populasi dapat berkurang karena ada yang
mati atau pergi ke tempat lain (emigrasi).

Komunitas
Antara populasi satu dengan yang lain juga terjadi interaksi. Misalnya
antara populasi ikan dan populasi ganggang, antara populasi ikan dan populasi
teratai. Interaksi antara populasi di dalam suatu area pada suatu waktu
membentuk komunitas. Jadi, komunitas merupakan keseluruhan makhluk hidup
yang mengadakan interaksi di suatu tempat pada waktu tertentu. Misalnya,
komunitas hutan terdiri atas berbagai jenis tumbuhan, berbagai jenis hewan, dan
berbagai jenis mikroorganisme.
16
2.
Ekosistem
Di tempat tinggal anggota komunitas tersebut berada, terdapat benda tak
hidup. Misalnya tanah, udara, air dan cahaya matahari. Antara anggota
komunitas dan benda tak hidup tersebut saling berinteraksi membentuk
ekosistem.
Ekosistem itu dikenal pula sebagai sistem lingkungan. Ekosistem kecil
berinteraksi membentuk ekosistem yang lebih besar. Semua ekosistem di
permukaan bumi berinteraksi membentuk ekosistem yang besar yaitu ekosfer,
misalnya cuaca dan keadaan tanah. Dibandingkan dengan bumi seluruhnya,
ekosfer itu merupakan lapisan yang sangat tipis. Lapisan permukaan bumi dan
atmosfer yang dihuni oleh seluruh makhluk hidup disebut biosfer, misalnya flora
dan fauna.
Tingkat Organisme Penyusun Ekosistem dan Biosfer
Individu
Populasi
Komunitas
Ekosistem
Ekosfer
Biosfer
17
3.
Habitat dan Nisia

Habitat
Tempat hidup makhluk hidup tidak sama karena kebutuhan makhluk
hidup juga tidak sama. Setiap jenis makhluk hidup mempunyai tempat yang
sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Semua jenis hewan maupun tumbuhan
hanya dapat hidup di tempat yang cocok untuk hewan atau tumbuhan itu.
Tempat hidup organisme disebut sebagai habitat.

Nisia
Di dalam habitatnya, setiap makhluk hidup memiliki peranan tertentu,
yaitu hal yang dapat dilakukan oleh makhluk hidup di habitatnya. Contohnya,
semut mencari sisa-sisa bahan organik dibawah semak-semak, sedangkan
dibawah semak-semak tersebut kadal mencari serangga untuk dimakan. Jadi
peranan semut dan kadal berbeda, meskipun berada di habitat yang sama.
Peranan atau pekerjaan organisme tersebut disebut nisia. Nisia berkaitan
dengan jenis makanan, cara mencari makan, dan waktu mencari makan.
Nisia terbentuk untuk menghindari persaingan (kompetisi) antarspesies.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa habitat itu merupakan “alamat”
organisme, sedangkan nisia merupakan “pekerjaan” organisme.
Habitat adalah tempat hidup makhluk hidup. Nisia adalah peranan
makhluk hidup di habitatnya. Nisia berkaitan dengan jenis makanan, waktu
mencari makan, dan cara mendapatkan makanan.
18
4.
Komponen Penyusun Ekosistem
Suatu ekosistem tersusun atas komponen hidup (biotik) dan komponen tak
hidup (abiotik).

1.
Komponen Biotik
Produsen
Produsen adalah makhluk hidup yang mampu menghasilkan bahan organik
dari bahan anorganik. Proses tersebut hanya dapat dilakukan oleh
tumbuhan yang berklorofil dengan cara fotosintesis. Contohnya ganggang,
lumut, dan tumbuhan hijau.
2.
Konsumen
Konsumen berarti pemakan. Semua hewan dan tumbuhan tak berklorofil,
misalnya tali putri, termasuk konsumen. Konsumen memakan bahan
organik yang dihasilkan oleh produsen.
(Sabariah, 2002), berdasarkan tingkatannya dalam rantai makanan,
konsumen dibagi lagi menjadi beberapa tingkat, yaitu :
1)
Konsumen Tingkat I, Adalah organisme yang secara langsung bergantung
pada produsen (tumbuhan). Oleh karena itu, konsumen I dikenal dengan
nama herbivora. Contoh herbivora: ulat pemakan tumbuhan, kuda, sapi.
2)
Konsumen Tingkat II, adalah organisme yang memakan Konsumen
Tingkat I. Hewan pemakan daging umumnya adalah konsumen kedua,
biasanya disebut karnivora. Contoh karnivora harimau, beruang, singa
dan ular.
19
3)
Konsumen Tingkat III, adalah organisme yang memakan Konsumen
Tingkat II.
3.
Dekomposer
Organisme pengurai umumnya merupakan jasad renik. Disebut pengurai
karena organisme ini mampu menguraikan organisme yang sudah mati atau
sisa-sisa organisme menjadi mineral. Contoh pengurai adalah jamur dan bakteri
yang bersifat saprofit. Jamur dan bakteri ini dapat hidup pada sampah atau sisasisa makhluk hidup (hewan atau tumbuhan yang mati).
Peran pengurai sangat tinggi, karena kalau tidak ada organisme ini,
banyak zat sisa makhluk hidup yang menumpuk tidak menjadi partikel
(molekul) kecil yang siap dipakai oleh produsen, dijelaskan oleh (Sabariah,
2002).
Daur Ekosistem
Lingkungan
Dekomposer
Produsen
Konsumen

Penggolongan komponen biotik berdasarkan peranannya dalam ekosistem:
Produsen : Penghasil bahan organik.
Konsumen I : Pemakan tingkat I, langsung memakan produsen.
Konsumen II : Memakan konsumen I.
20
Konsumen III : Memakan konsumen II.
Konsumen Puncak : Konsumen tingkat terakhir.
Dekomposer = pengurai : menguraikan bahan organik menjadi anorganik.

Komponen Abiotik
Di dalam suatu ekosistem,komponen abiotik sangat mempengaruhi
kehidupan komponen biotik. Komponen abiotik sangat mempengruhi kehidupan
komponen biotik. Komponen abiotik ekosistem meliputi energi matahari, angin,
mineral yang terdapat di tanah, oksigen, karbon dioksida, dan air.
1)
Gas Karbon Dioksida dan Oksigen
Jumlah gas karbon dioksida di udara sekitar 0,3%, sedangkan gas oksigen
mencapai 21%. Gas karbon dioksida diperlukan tumbuhan untuk
berfotosintesis. Gas oksigen sangat diperlukan tumbuhan,hewan, dan
manusia untuk bernafas.Didalam ekosistem terjadi daur ekosistem dan
karbon dioksida melalui proses pernapasan dan fotosintesis.
2)
Air
Air sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup. Tubuh organisme 90% terdiri
dari air. Air berfungsi sebagai pelarut dan bahan baku proses di dalam
tubuh.
3)
Tanah
Tanah sangat penting untuk kehidupan. Tanah menyediakan habitat dan
sumber makanan bagi tumbuhan dan hewan.
Tanah terbentuk dari hasil pelapukan batuan. Tanah mengandung air tanah,
udara tanah garam mineral, dan humus. Tanah yang mengandung humus
21
merupakan tanah yang subur. Dengan demikian tanah berpengaruh terhadap
keanekaragaman
organisme.
Sebaliknya,
makhluk
hidup
juga
mempengaruhi kondisi tanah. Kotoran dan sisa tubuh organisme akan
diuraikan oleh mikroorganisme dan kemudian menjadi penyusun tanah yang
subur.
4)
Suhu
Suhu di permukaan bumi dipengaruhi oleh cahaya matahari yang jatuh
dipermukaannya. Suhu lingkungan juga dipengaruhi oleh adanya tumbuhan.
Tanah yang gundul memiliki suhu yang lebih tinggi dari pada tanah yang
ditumbuhi tumbuhan. Suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat
mengganggu proses di dalam tubuh makhluk hidup. Sel tubuh dapat pecah
pada suhu di bawah 0oC. Pada suhu atas 45oC protein tubuh organisme
dapat rusak.
5)
Kelembapan
Daerah pegunungan memiliki kelembapan udara yang lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah dibandingkan dengan daerah pantai. Di daerah
pengunungan banyak yang terdapat tumbuhan epifit. Misalnya paku,
anggrek, dan lumut. Hal ini karena tumbuhan epifit memerlukan
kelembapan udara yang tinggi untuk dapat hidup.
6)
Cahaya Matahari
Cahaya matahari adalah sumber energi ekosistem. Cahaya matahari
diperlukan oleh tumbuhan untuk fotosintesis. Hasil fotosintesis berguna
22
sebagai makanan hewan dan tumbuhan. Tumbuhan dan hewan tidak bisa
hidup tanpa cahaya. Cahaya matahari juga mempengaruhi suhu lingkungan.
7)
Ruangan
Ruangan merupakan komponen abiotik yang digunakan oleh makhluk hidup
untuk hidup, bergerak, tumbuh, dan berkembang biak. Ruangan yang cukup
memungkinkan makhluk hidup untuk mendapatkan makanan, tumbuh, dan
berkembang biak.
3.
Keseimbangan dan Daya Lenting Ekosistem

Keseimbangan Ekosistem
Ekosistem merupakan kesatuan antara komponen biotik dan abiotik. Jadi,
di dalam ekosistem terdapat interaksi antara produser, konsumen, pengurai dan
benda seperti tanah, air, dan udara.
Dalam suatu ekosistem, jumlah komponen biotik dapat berubah.
Perubahan tersebut dapat terjadi karena komponen biotik ada yang tumbuh,
berkembang biak, berpindah, atau mati. Perubahan dalam satu komponen
biotik dapat mempengaruhi komponen biotik lainnya. Misalnya, pada musim
kemarau jumlah rumput di suatu padang rumput berkurang. Karena jumlah
rumput sedikit, belalang yang memakan rumput juga pun jumlahnya menurun.
Sebagian ada yang mati karena tidak mendapat makanan, sebagian ada yang
berpindah ke tempat lain. Demikian pula jumlah burung pemakan belalang
menurun karena makanannya berupa belalang berkurang.

Daya lenting ekosistem
23
Ekosistem yang seimbang sekalipun, dapat terganggu. Penggangu
keseimbangan ekosistem itu misalnya bencana alam, hama, dan penyakit.
Dapat juga karena pengaruh kegiatan manusia, misalnya penebangan hutan,
pemburuan hewan, atau pencemaran.
Daya lenting adalah kemampuan ekosistem untuk pulih kembali ke
keadaan seimbang. Misalnya, pohon tua yang ada di hutan tumbang.
4.
Pengelompokan organisme berdasarkan cara dan jenis makanannya
Berdasarkan kemampuan menyusun bahan organik, organisme dibedakan
menjadi organisme autotrof dan heterotrof.

Organisme Autotrof
Organisme Autotrof adalah organisme yang mampu menyusun zat
anorganik menjadi zat organik. Organisme Autotrof adalah semua
organisme berklorofil, dapat berfotosintesis. Zat anorganik, air dan CO2
diubah menjadi gula, selanjutnya gula diubah menjadi amilum, protein,
lemak.

Organisme Heterotrof
Organisme Heterotrof adalah organisme yang tidak mampu menyusun
zat anorganik menjadi zat organik sehingga harus mendapatkan
makanannya dengan cara memakan organisme lain.
Berdasarkan jenis makananya Organisme Heterotrof dibedakan menjadi
herbivora, karnivora, omnivora, scavengera, dan detrtitifora.
24
1)
Herbivora
Herbivora artinya pemakan tumbuhan. Di dalam tingkatan rantai
makanan, herbivora tergolong konsumen I. Contohnya adalah sapi, rusa,
kelinci, belalang, dan ulat.
2)
Karnivora
Karnivora artinya pemakan daging. Semua konsumen II dan seterusnya
tergolong karnivora. Karena memangsa hewan lain, hewan ini disebut
sebagai predator. Predator mendapatkan mangsanya dengan memburu
mangsanya tersebut. Contoh karnivora adalah kodok, laba-laba, elang,
ular, dan kucing.
3)
Omnivora
Omnivora artinya pemakan segala. Hewan omnivora dapat memakan
tumbuhan atau daging. Contoh omnivora adalah burung, kera, orang
utang, dan manusia. Hewan omnivora biasanya mendominasi ekosistem,
kecuali jika ekosistem telah terganggu. Manusia merupakan organisme
omnivora yang mampu beradaptasi dengan segala jenis kondisi
lingkungan, terutama karena akal pikirannya.
4)
Pemakan Bangkai (scavenger)
Hewan yang memakan tubuh hewan lainnya yang sudah mati disebut
pemakan bangkai (scavenger). Contoh hewan pemakan bangkai adalah
burung nasar.
25
5)
Detritifora
Serpihan-serpihan organisme berupa serpihan daun, batang, atau
potongan hewan disebut detritus. Organisme pemakan detritus disebut
detritivora. Contoh detritivora adalah cacing tanah, rayap, dan serangga
tanah (Syamsuri dkk, 2006).
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu, yaitu untuk melihat
perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode inkuiri.
3.2.Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Masohi.
2 . Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai dari hari senin tanggal 15 januari 2013 sampai dengan
sabtu 27 april 2013 .
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi
Siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi terdiri dari 4 kelas yang
berjumlah 140 orang.
3.3.2. Sampel
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 2 kelas, yaitu kelas
VII1 (sebagai kelas eksperimen) dan VII2 (sebagai kelas kontrol).
3.4.Variabel Penelitian
3.4.1. Variabel Bebas (X)
Yang menjadi bebas dalam penelitian ini adalah Pembelajaran konvensonal
dengan indikatornya kegiatana guru dan belajar siswa.
26
27
3.4.2. Variabel Terikat (Y)
Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah “Model Inkuiri
terbimbing pada Mata Pelajaran Bilogi materi Ekosistem” dengan
indikatornya nilai hasil tes awal dan tes akhir (post test).
Kelas
Pre test
Perlakuan
Post test
20 soal
X1 , O
4 soal
20 soal
X2 , O
4 soal
Eksperimen
Variabel (X)
Kontrol
Variabel (Y)
Keterangan :
X1 : Pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing
X2 : Pembelajaran konvensional
O : Observasi
3.5.Instrumen Penelitian
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah hal yang perlu atau langkahlangkah yang harus dilakukan guru untuk merealisasikan kegiatan belajar mengajar
yang telah diatur strateginya sesuai dengan silabus. Di dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran harus berpedoman pada kurikulum berbasis kompetensi.
Rencana pembelajaran terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
dan penerapan pengalaman belajar.
Instrument yang digunakan untuk mendapatkan data hasil penelitian adalah
tes. Tes yang diberikan sebanyak 24 soal terdiri dari 20 PG dan 4 Esay yang disusun
28
berdasarkan materi pokok tentang Ekosistem di kelas VII SMP Negeri 3 Masohi.
Soal yang diberikan terlebih dahulu diujikan untuk sampel yang lain
3.6.Prosedur Penelitian
3.6.1. Tahap Persiapan
Peneliti melakukan beberapa persiapan antara lain :
-
Menetapkan waktu penelitianMenetapkan kelas eksperimen dan Kontrol.
-
Menetapkan materi yang akan diajarkan.
-
Menyiapkan perangkat pembelajaran yaitu silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), buku panduan siswa, membuat lembar kegiatan peserta
didik (LKS), post-test, dan soal-soal ujian blok.
-
Membuat ringkasan materi yang akan diberikan kepada peserta didik.
3.6.2. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas eksperimen dan kelas
kontrol adalah sebagai berikut :
-
Kelas Eksperimen
-
Pendahuluan
-
Menyapa siswa dan memeriksa kehadiran siswa.
-
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
-
Motivasi dan apersepsi.
3.6.3. Pelapon
Memberikan informasi tentang ulasan materi dan menjelaskan secara garis
besar materi yang akan dipelajari.
29
Memberikan permasalahan yang terkait dengan pembelajaran pada siswa.
Membantu siswa membuat hipotesis
Membagikan LKS 1 dan meminta siswa untuk berdiskusi dan menjawab
pertanyaan melalui pengamatan.
Mempersilahkan perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
di depan kelas.
dengan memberi penguatan serta menyampaikan jawaban yang benar.
Memberikan informasi yang sebenarnya dari permasalahan yang telah
didiskusikan oleh siswa dan menyampaikan kesimpulan.
3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1
Langkah-langkah statistik uji-t:
Mencari nilai rata-rata kelas
(Sudjana, 2003) mengemukakan bahwa jika penelitian teknik analisisis
statistik parametrik maka sampelnya harus berdistribusi normal dan
homogen . Untuk itu di gunakan uji normalitas dan uji homogenitas
sebagai berikut :
1. Uji Normalitas
Untuk pengujian data normalitas, data nilai hasil belajar siswa
digunakan uji chi-kuadrat yang bertujuan untuk mengetahui data yang
diperoleh dari responden berdistribusi normal atau tidak.
X2=∑
(F0-Fh)2
Fh
( Soedjana, 1998)
30
Keterangan:
F0 = Frekuensi yang diobservasi ( pengamat)
Fh = frekuensi yang diharapkan
Nilai X2hitung selanjutnya dibandingkan dengan X2tebal dan di konsultasikan dengan
derajat kebebasan (db) = (k-3), serta taraf signifikan 0,01 atau 1% kriteria
pengujiannya adalah :
H0 : Sampel berdistribusi normal
Ha : Sampel tidak berdistribusi normal
2. Uji Homogenitas
Menurut Soedjana (1997) dalam menguji homogenitas sampel digunakan uji
kesamaan dua varians atau uji F dengan rumus :
𝑽𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏𝒔 𝑻𝒆𝒓𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓
F = 𝑽𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏𝒔 𝑻𝒆𝒓𝒌𝒆𝒄𝒊𝒍
F=
S2 x
S2 y
=
𝑛𝑥 ∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖2−(∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖)2
𝑛𝑥(𝑛𝑥−𝑖)
𝑛𝑦 ∑ 𝑓𝑖𝑦𝑖2−(∑ 𝑓𝑖𝑦𝑖)2
𝑛𝑦(𝑛𝑦−𝑖)
Apabila Fhitung < FTabel, maka dikatakan mempunyai varians yang sama 6) Apabila
Fhitung > FTabel, maka dikatakan mempunyai varians yang berbeda
Uji statistik untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yaitu:
Rumushipotesis
H0:=(Hipotesisawal)
H1:≠(Hipotesisakhir)
Kriteriapengujianhipotesa:
Terima H0 dan tolak H1 apabila thitung < tTabel Terima H1 dan tolak H0 apabila
thitung > tTabel
(\Sudjana,2002)
Taraf signifikan (α) = 0,0
31
3.Uji hipotesis
Untuk mengethui adatidaknya perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang
diajarkan
dengan
pendekatan
inkuiri
terbimbing
pendkatan
pembelajaran
konvensional dalam mempelajari materi ekosistem maka dilakukan uji perbedaan
rata-rata dengan sampel yang berkorelasi. Menurut Ratumanan (2005) rumus uji t
dengan sampel yang berkorelasi adalah sebagai berikut :
t=
𝑥𝑖−𝑥2
𝑠𝑖2 𝑠22
𝑠
𝑠
√ 𝑛𝑖 + 𝑛 _2𝑟[ 2 ][ 1 ]
2
√𝑛1 √𝑛2
Keterangan:
Xi =
mean kelas inkuiri terbimbing
Xi =
mean kelas konvensional
Si =
simpangan buku kelas inkuiri terbimbing
S2=
simpangan buku kelas konvensional
Si2 =
varians kelas inkuiri terbimbing
S22=
varians kelas konvensional
n1=
rata subyek kelas inkuiri terbimbing
n2=
rata subyek kelas konvensional
r =
korelasi antara kelas inkuiri terbimbing dengan kelas konvensional
Taraf signifikan yang di gunakan pada teknik ini adalah 1% dengan derajat
kebebasan ( n1 + n2 -2 )
Kriteria pengujian sebagai berikut :
Jika thitung< tTabel maka H0 di terima atau Ha ditolak
Jika thitung> tTabel maka H0 di terima atau Ha diterima
32
Rumus hipotesis yang di uji sebagai berikut :
4. H0 : Xi = X2 tidak terdapat perbedaan hasil belajar biologi dengan
pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional pada siswa
kelasVII SMP Negeri 3 masohi.
 Ha Xi ≠ X2 terdapat perbedaan hasil belajar biologi dengan pendekatan
inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional pada siswa
Tabel 3.7.1.1 ( presentasi ketuntasan)
Presentasi ketuntasas
Nilai
Skor
80 – 100
Amat baik
66 – 79
Baik
50 -65
Cukup
40 – 55
Kurang baik
0 – 39
Sangat tidak baik
( purwanto dan atwi supratman, 1999 )
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Hasil tes awal dan tes akhir
Pada hasil penelitan ini telah dilakukan uji tes awal dan tes akhir pada kelas VII1
dan VII2 dengan memperoleh nilai rata-rata sebagi berikut :
Tabel 4.1.1 (Nilai rata-rata hasil tes awal dan tes akhir)
Kelas
Nilai
Rata-rata
Tes awal
Tes akhir
Inkuiri terbimbing VII2
55,83
69,66
Konvensional VII1
52,33
55,33
Menurut waningrum ( 2007), untuk menghitung nilai rata yaitu :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
Nilai rata = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Tabel 4.1.1.2 ( tabel frekuensi nilai rata-rata)
Presentase
presentase
ketuntasan Inkuiri terbimbing VII2
ketuntasan konvensional VII1
nilai
Skor
nilai
Skor
80 - 100
16
80 - 100
5
66 - 79
10
66 - 79
6
50 -65
3
50 -65
5
40 - 55
3
40 - 55
2
0 - 39
0
0 – 39
2
( purwanto dan atwi supratman, 1999 )
33
34
Dari Tabel 4.1.1, dan 4.1.1.2 di atas terlihat bahwa hasil tes awal pada kedua
kelas sebelum melakukan pendekatan pada kelas inkuiri terbimbing hasil yang
diperoleh pada kedua kelas tersebut memiliki hasil yang tidak berbeda jauh
(lampiran 5), terlihat jelas hanya ada beberapa siswa yang memperoleh hasil
ketuntasan.
1) Uji persyaratan analisis
Sebelum melakukan pengujian untuk menjawab hipotesis dengan teknik
satistik inferensial yaitu uji t, maka perlu dilakukan uji normalitas data untuk normal
tidaknya distribusi data dan uji homogenitas mngetahui varians data untuk
meengetahui seragam tidaknya varians sampel-sampel yang diambil dari populasi
yang sama.
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data dari populasi, maka
dilakukan perhitungan chi-kuadrat untuk kelas pendekatan inkuiri terbimbing
dan kelas pendekatan konvensional ( lampiran 6 ) dan diperoleh hasil seperti
pada Tabel 4.1.2.1
Tabel 4.1.2.1 hasil Chi-kuadrat kelas inkuiri terbimbing dan kelas konvensional
Kelas
X2hitung
X2Tabel
Inkuiri terbimbing
6,5044
11,3
Konvensional
9,8771
11,3
35
Dari Tabel 4.1.2.1 di atas terlihat bahwa X2hitung dari kelas pendekatan
inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional lebih kecil dari pada
X2Tabel. Ini berarti H0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa data yg
diambil berasal dari sampel distribusi normal.
b . Uji homogenitas
Selanjutnya untuk mengetahui bahwa kemampuan siswa dalam
populasi itu memang benar-benar homogen, maka dilakukan perhitungan
kesamaan dua varians (lampiran 7) dengan hasil seperti pada Tabel 4.1.2.2
Tabel 4.1.2.2 Harga varians dan harga F untuk kelas pendekatan inkuiri terbimbing
dan kelas konveensional
Kelas
Varians
uji
Fhitung
Uji
FTabel
Inkuiri terbimbing
19959,26
1,30
2,41
Konvensional
15295,49
1,30
2,41
Dari Tabel di atas terlihat bahwa harga Fhitung lebih kecil dari FTabel jadi H0
diterima dan ini berarti bahwa populasi mempunyai varians yang homogen.
c. Pengujian hipotesis (uji – t)
Dari skor tes hasil belajar serta penghitungan-penghitungan mean,
simpangan baku, varians, dan uji-t untuk kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan
kelas pendekatan konvensional (lampiran 8) di peroleh hasil seperti Tabel 4.1.2.3
36
Tabel 4.1.2.3 Mean, simpangan baku, nilai t dari kelas pendekatan inkuiri
terbimbing dan kelas pendekatan konvensional
Kelas
Mean
S
S2
thitung
tTabel
Inkuiri terbimbing
6,5
1,7
2,9
3,83
2,660
Konvensional
5,5
1,6
2,9
3,83
2,660
Dari Tabel 4.1.2.3 di atas terlihat bahwa mean dari skor tes hasil belajar
siswa pada kelas inkuiri terbimbing lebih besar dari kelas konvensional. Hal ini
menunjukan bahwa kemampuan hasil belajar siswa pada kelas inkuiri terbimbing
lebih baik dari pada kelas konvensional , dan untuk memprjelas perbedaan hasil
belajar dari siswa pada kedua kelas tersebut,perlu dilakukan uji-t (lampiran 8)
diperoleh thitung = 3,83 dan tTabel = 2,660. Oleh karena thitung lebih besar dari tTabel,maka
H0di tolak yang memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara
pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional pada siswa kelas VII
SMP Negeri 3 masohi dalam mempelajari materi ekosistem.
37
4.2.
Pembahasan
4.2.1. Perbedaan
Hasil
Belajar
Biologi
dengan
Pendekatan
Inkuiri
Terbimbing dan Pendekatan Konvensional Materi ekosistem siswa kelas
VII SMP Negeri 3 Masohi.
Dari hasil perhitungan menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas VII2 SMP
Negeri 3 Masohi dengan mengunakan pendekatan Inkuiri terbimbing lebih baik dari
pada hasil belajar siswa kelas VII1 dengan menggunakan pendekatan Konvensional.
Perbedaan tersebut ditunjukan oleh hasil penelitian bahwa mean skor tes hasil belajar
siswa pada kelas pendekatan terbimbing (69,66 ) lebih tinggi dari mean skor tes hasil
belajar siswa pada kelas pendekatan Konvensional (55,33 ) yang dilakukan lewat
perhitungan hasil uji t pada lampiran 8. Hal ini menunjukan terdapat perbedaan
antara kedua pendekatan tersebut .
Hasil analisis dapat diketahui, bahwa nilai rata-rata daya serap hasil belajar
berdasarkan nilai rata-rata hasil tes akhir pada kelas inkuiri terbimbing lebih tinggi
dibandingkan kelas konvensional. Hal ini disebabkan karena motivasi yang akan
menimbulkan suatu dorongan atau keinginan yang kuat untuk lebih aktif dan giat
belajar sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai dengan pendapat
Dalyono dalam Djamarah (2002), Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan
prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi
yang rendah. Pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri
oleh siswa, hal ini terwujud dalam model pembelajaran inkuiri (Piaget dalam
Sanjaya, 2006). Model pembelajaran inkuiri bertujuan agar siswa terangsang oleh
tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari
sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Siswa lebih mampu
38
mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya serta dapat
menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu dan juga terbuka (Roestiyah,
2001). Terlihat jelas pada hasil pengamatan sikap afektif dan pisikomotor yaitu, pada
kelas inkuiri terbimbing mendapatkan hasil lebih besar dari pada kelas konvensional
( pada lampiran 3 )
Karena pada kelas pendekatan Inkuiri terbimbing siswa lebih aktif dalam
proses pembelajaran, sehingga dalam menyelesaikan masalah siswa terlihat cermat
dalam memberikan tanggapan atau pertanyaan menyangkut materi yang di ajarkan.
Hal yang sama terjadi pada pendekatan konvensional, namun dalam proses
pembelajaran, siswa terlihat kurang cermat dalam memberikan tanggapan atau
pertanyaan menyangkut materi yang di ajarkan.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan maka secara eksperimen
semu hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa materi ekosistem
dengan menggunakan pendektan inkuiri terbimbing secra umum di katagorikan baik.
Untuk memperkuat hasil analisis eksperimen semu tersebut, maka dilakukan analisis
dengan menggunakan uji-t, setelah dilakukan uji-t terdapat perbedaan hasil belajar
siswa anatar pendekatan inkuiri terbimbing lebih baik dibandingkan pendekatan
konvensional.
Hal ini disebabkan karena motivasi yang akan menimbulkan suatu dorongan
atau keinginan yang kuat untuk lebih aktif dan giat belajar sehingga akan
meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai dengan pendapat Dalyono dalam Djamarah
(2002), Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi,
sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.
39
Pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa,
hal ini terwujud dalam model pembelajaran inkuiri (Piaget dalam Sanjaya, 2006).
Model pembelajaran inkuiri bertujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif
mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan
mereka belajar bersama dalam kelompok. Siswa lebih mampu mengemukakan
pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya serta dapat menumbuhkan sikap
objektif, jujur, hasrat ingin tahu dan juga terbuka (Roestiyah, 2001).
Adapun kelemahan Model Inkuiri menurut Sanjaya dalam Ahmad (2011),
yaitu : (1) Jika model inkuiri digunakan sebagai model pembelajaran, maka akan
sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. (2) Model ini sulit dalam
merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam
belajar. (3) Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang
sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. (4)
Selama kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka model inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Adapun kelebihan dari Model Inkuiri menurut Sanjaya dalam Ahmad (2011), adalah
sebagai berikut :
(1) Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna.
(2) Model inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka.
40
(3) Model inkuiri merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah
laku berkat adanya perubahan.
(4) Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan
siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki
kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam
belajar.
Berdasarkan uraian di atas maka terlihat jelas perbedaan nilai hasil belajar
antara kelas yang menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelas yang
tidak menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing. Perbedaan hasil belajar biologi
siswa tersebut dapat dilihat dari daya serap, ketuntasan individual siswa dan
ketuntasan klasikal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mistiani
(2009) terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi Tahun Ajaran 2012/ 2013.
Penerapan pembelajaran inkuiri meningkatkan daya serap siswa pada siklus I dari
kategori cukup menjadi kategori baik, dan pada siklus II dari kategori baik menjadi
kategori amat baik. Ketuntasan belajar siswa meningkat dari tidak tuntas menjadi
tuntas.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisa data, maka dapat diperoleh dari hasil penitian
pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi pada materi ekosistem dengan
pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional maka di simpulkan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang yang diajarkan dengan
pendekatan inkuiri terbimbing dan penekatan konvensional pada materi ekosistem.
Perbedaan hasil belajar ini dapat dilihat dari hasil uju-t dimana thitung = 3,83 lebih
besar dari tTabel = 2.660 dan pada perbedaan nilai rata-rata kedua kelas dimana nilai
rata-rata untuk kelas yang diaajarkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing = 61,83
dan nilai rata-rata untuk kelas yang diajarkan dengan pendekatan konvensional =
52,5. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan inkuiri terbimbing lebih menonjol
dari pada pendekatan konvensional
5.2. Saran
Berdasarkan hasil peneliti dan analisa data yang telah dilaksanakan oleh
peneliti dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri terbimbing dalam proses
kegiatan belajar mengajar, maka peneliti menyampaikan saran-saransebagai berikut :
1. Dalam
memberikan
bimbingan,
untuk
siswa
yang
berkemampuan
kurangagarmendapat perhatian yang lebih.
2. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengkombinasikan model pembelajaran
inkuiri
terbimbing
dengan
metode
lain
atau
menggunakan
media
pembelajaran agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil
42
belajarnya, dan diharapkan memperhatikan secara cermat alokasi waktu agar
penerapan model Pembelajaran inkuiri terbimbing dalam setiap pertemuan
waktunya terselesaikan sesuai dengan yang diinginkan.
3. Diharapkan pengajar atau guru mencoba memperkenalkan kepada siswa
tentang
pendekatan-pendekatan
model
pembelajaran
seperti
inkuiri
terbimbing, dengan demikian perkembangan pola berfikir siswa menjadi baik
dan dapat mengalokasikan waktu yang memadai dalam menerapkan model
pembelajaran inkuiri terbimbing.
43
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Nama Sekolah
: SMP NEGERI 3 MASOHI
Mata Pelajaran
: IPA (Biologi)
Kelas/Semester
: VII/ 1
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit
Standart Kompetensi : 1. Mamahami saling ketergantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar
: 1.1 Mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk
hidup dalam pelestarian ekosistem
I.
Indikator
1. Mendefinisikan makhluk hidup yang tergolong langka
2. Menyebutkan contoh makluk hidup yang tergolong makluk hidup langka
disuatu lokasi
3. Mengemukakan pentingnya membudidayakan tumbuhan dan hewan langka
4. Membuat tulisan untuk mengenalkan jenis, bentuk, dan manfaat tumbuhan,
hewan langka yang dilindungi.
II. Materi Pembelajaran
Materi Pokok
: Pelestarian keanekaragaman hayati
Sub Materi
:
- Perlindungan keanekaragaman hayati
- Pemeliharaan hewan dan tumbuhan
III. Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual
Metode Pembelajaran
Inkuiri
Model Pembelajaran
Inkuiri terbimbing
Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai :
44
1. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan
guru
2. Siswa diminta untuk berpasangan dengan teman sebelahnya (dalam
kelompok terdiri atas dua orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masingmasing
3. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusinya
4. Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalah dan menambah materi yang belum diungkapkan oleh Siswa
5. Guru memimpin kesimpulan
6. Penutup
Modifikasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
1. Guru menulis topic pembelajaran.
2. Guru menulis tujuan pembelajaran
3. Guru meminta siswa untuk membaca materi tentang mikroskop
4. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan teman sebangkunya
5. Guru membagikan LKS 1 untuk siswa yang sebangku (bangku ke-1) dan
LKS 2 untuk Siswa bangku ke 2.
6. Guru meminta siswa mengerjakan LKS secara individu (tahap think)
7. Siswa menyampaikan/mengutarakan hasil atau jawaban LKS kepada teman
sebelahnya (tahap pair)
8. Siswa membentuk kelompok kecil yang terdiri atas 4 orang untuk
mendiskusikan kembali hasil/jawaban LKS1 dan LKS 2 (tahap share)
9. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
10. Guru dan siswa membuat kesimpulan
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
Adapun langkah-langkah pembelajarannya :
1. Membina suasana yang responsif diantara siswa.
2. Mengemukakan permasalahan untuk di inkuiri (ditemukan) melalui cerita, film,
gambar, dan sebagianya. Kemudian mengajukan pertanyaan ke arah mencari,
merumuskan dan memperjelas permasalahan dari cerita dan gambar.
45
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, pertanyaan yang diajukan
bersifat mencari atau mengajukan informasi atas data tentang masalah tersebut.
4. Merumuskan hipotesis/ perkiraan yang merupakan jawaban dari peryataan
tersebut. Perkiraan jawaban ini akan terlihat tidaknya setelah pengumpulan data
dan pembuktian atas data. Siswa mencoba merumuskan hipotesis permasalahan
tersebut. Guru membantu dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan.
5. Menguji hipotesis, guru mengajukan petanyaan yang bersifat meminta data untuk
pembuktian hipotesis.
6. Pengambilan kesimpulan perumusan kesimpulan ini dilakukan guru dan siswa
Tujuan pembelajaran :
Melalui pembelajaran ini siswa dapat:
1. Mendefinisikan makhluk hidup yang tergolong langka
2. Menyebutkan contoh makluk hidup yang tergolong makluk hidup langka
disuatu lokasi
3. Mengemukakan pentingnya membudidayakan tumbuhan dan hewan langka
4. Membuat tulisan untuk mengenalkan jenis, bentuk, dan manfaat tumbuhan,
hewan langka yang dilindungi.
Kegiatan
No.
Guru
Siswa
1 Kegiatan Awal

Memotivasi peserta didik dengan

Menjawab pertanyaan guru
mengajukan pertanyaan ”Di
(harapan guru, siswa menjawab ”
manakah kalian dapat
di kebun binatang atau di taman
melihat/mengamati hewan secara
safari”
langsung?

Melanjutkan pertanyaan “Apakah

Menjawab pertanyaan guru
itu memang tempat hidup mereka
(harapan guru, pesrta didik
sebenarnya?
menjawab ”Bukan, itu merupakan
tempat pemeliharaan saja, dan

Menuliskan topik yang akan
dijadikan sarana wisata ’
46
dipelajari yaitu “pelestarian

Menulis topik yang akan dipelajari

Menulis tujuan pembelajaran

Membaca materi

Duduk berpasangan dengan teman
keanekaragaman hayati”

Menyebutkan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai dalam belajar
2 Kegiatan Inti

Meminta Siswa untuk membaca
materi tentang perlindungan
keanekaragaman hayati serta
pemeliharaan hewan dan
tumbuhan

Meminta Siswa untuk duduk
berpasangan dengan teman
sebangkunya
sebangkunya

Membagikan LKS 1 untuk Siswa

bangku ke 1 dan LKS 2 Untuk
Mengerjakan LKS secara mandiri
(tahap think)
Siswa di bangku ke 2 dan meminta
Siswa untuk mengerjakan/berpikir
secara individu atau mandiri

Meminta Siswa untuk memikirkan
kembali jawaban LKS masing-


Mendiskusikan hasil jawaban LKS
masing dengan teman
dengan teman sebangku (tahap
sebangkunya
pair)
Meminta Siswa membentuk
kelompok kecil yang terdiri atas 4

Mendiskusikan jawaban LKS
orang untuk mendiskusikan dan
dalam kelompok kecil yang terdiri
memikirkan kembali
atas 4 orang (tahap share)
hasil/jawaban LKS 1 dan LKS 2

Menjadi fasilitator dan moderator
diskusi kelas

Memberikan penguatan pada hasil

Mempresentasikan hasil kerja
kelompok dalam diskusi kelas
47
diskusi ( penguatan berupa

konsep-konsep penting, contoh
Mencatat penguatan yang
diberikan oleh guru
dapat dilihat pada materi
essensial)
3 Kegiatan Akhir/Tindak Lanjut

Menugaskan Siswa untuk

Mengerjakan perintah guru
mempelajari materi kepadatan
populasi
V.
Media Pembelajaran
Alat/bahan
: Alat tulis, OHP, Alam Sekitar
Sumber Belajar : Syamsuri, Istamar, dkk.2007. IPA Biologi SMP Kelas Jakarta:
Erlangga.
VI. Penilaian

LKS1 dan LKS 2

Penilaian Proses Belajar
Kepala Sekolah,
ALWI ASAGAF S.pd. i
Guru Mata Pelajaran
TASMAR S.pd
48
Lampiran 3
PEMRKAHAN SOAL-SOAL DAN JAWABAN TES AWAL DAN TES AKHIR
100
1. Lingkungan beserta makhluk hidup yang
mengadakan interaksi disebut...
a. Populasi
b. Perubahan pupulasi
c. Ekosistem
d. lingkungan
2. Ekosistem yang terjadi dari benda hidup
adalah......
a. Foktor biotik
b. Faktor abiotik
c. Faktor energi
d. Sumber energi
3. Sekumpulan individu dalam suatu areal tertentu
disebut..
a. Populasi
b. Ekosistem
c. Perubahan populasi
d. Kerapatan atau kepadatan
4. Populasi dapat bertamba karena ada yang lahir
atau datang dari tempat lain disebut..
a. Imigrasi
b. Emigrasi
c. Populasi
d. komoditas
5. Semua ekosistem dipermukaan bumi berinteraksi
membentuk ekosistem yang besar adalah..
a. Ekosper
b. Biosfer
c. Atmosfer
d. Lingkungan
6. Konsumen tingkat II adalah organisme yang
memakan konsumen tingkat I. Hewan pemakan
daging umunya adalah...
a. Karnifora
b. Herbivora
c. Konsumen tingkat I
d. Konsumen tingkat II
7. Organisme yang secara langsung bergantung
pada produsen (tumbuhan) adalah...
a. Konsumen tingkat II
b. Konsumen tingkat I
c. Konsumen tingkat III
C
2
A
2
A
2
A
2
A
2
A
2
B
2
49
d. Konsumen tingkat I dan II
8. Lapisan permukaan bumi dan atmosfer yang
dihuni oleh seluruh makhluk hidup disebut...
a. Konsumen tingkat I
b. Konsumen tingkat II
c. Produsen
d. Konsumen
9. Mahluk hidup mampu menghasilkan bahan
organik dari bahan anorganik adalah...
a. Ekosfer
b. Biosfer
c. Atmosfer
d. Ekosistem
10. Populasi dapat berkurang karena ada yang mati
atau ada yang pergi ketempat lain disebut....
a. Komonitas
b. Populasi
c. Emigrasi
d. Imigrasi
11. Hewan omnivora dapat memakan tumbuhan atau
daging, contoh omnivora yang paling benar
adalah...
12. Laba-laba, elang dan belalang
13. Ular, kucing, kelinci dan belalang
14. Kelinci, belalang, ular dan laba-laba
15. Burung, kera, dan manusia
12. Herbivora artinya pemakan tumbuhan di dalam
tingkatan rantai makanan, herbivora tergolong
dalam konsumen tingkat I contoh konsumen
tingkat I yang paling benar adalah....
a. Kodok, laba-laba, elang, ular, dankucing
b. Burung, kera, kelinci dan belalang
c. Burung, kera, dan kelinci
d. Kera, kelinci, dan manusia
13. Organisme pemakan detritus disebut.....
a. Herbivora,
b. Detrivor
c. Scavenger
d. Omnivora
14. Hewan yang memakan tubuh hewan lainnya
yang sudah mati disebut....
a. Detritifor
b. Scavenger
c. Omnifor
d. Detritus
15. Dibawa ini contoh hewan pemakan bangkai
C
2
B
2
C
2
D
2
A
2
B
B
2
2
50
adalah...
a. Burung nasar
b. Burung elang
c. Burung bangau
d. Burung kakaktua
16. Ekosistem mengalami energi, sumber energi
utama untuk ekosistem adalah...
a. Oksigen
b. Populasi
c. Energi
d. Matahari
17. Di bawa ini urutan daur ekosistem yang paling
benar adalah...
a. Dekompeser,
konsumen,
produsen,
lingkungan
b. Produsen,
konsumen,
dokompeser,
lingkungan
c. Produsen,
lingkungan,
konsumen,
dekomposer
d. Lingkungan,
produsen,
konsumen,dekomposer
18. Urutan tingkat organisme penyusun ekosistem
dan biosfer yang paling benar adalah....
a. Komonitas, populasi, individu, ekosfer,
biosfer
b. Ekosfer, biosfer, ekosistem, komonitas,
populasi, indifidu
c. Individu, populasi, komonitas, ekosistem,
ekosfer, biosfer
d. Biosfer, ekosfer, ekosistem, komonitas,
populasi, individu.
19. Semua jenis hewan maupun tumbuhan hanya
dapat hidup ditempat yang cocok untuk hewan
atau tumbuhan, tempat hidup organisme disebur
sebagai....
a. Komonitas
b. Populasi
c. Habitat
d. Ekosistem
20. Ekosistem atas komponen makhluk hidup
disebut....
a. Populasi
b. Biotik
c. Abiotik
d. Ekosistem
2
A
2
D
D
2
C
2
2
C
2
B
40
51
Esai Test 02
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat dan benar!
No.
1.
Soal Essay
Apa yang dimaksud Konsumen tingkat kedua adalah
dengan
konsumen organism
tingkat
yang
Markah
Bobot
2
4
4
16
memakan
kedua konsumen tingkat satu yaitu
jelaskan?
2.
Jawaban
hewan pemakan daging.
Di dalam ekosistem a. Cahaya
komponen
abiotik
matahari
adalah
energi
yang
sumber
sangat mempengaruhi
diperlukan oleh tumbuhan
kehidupan komponen
untuk berfotosintesis, hasil
biotik,
komponen
fotosintesis berguna sebagai
abiotik
ekosistem
makanan
hewan
meliputi
energi.
Jelaskan
komponen
tumbuhan dan hewan tidak
abiotik
ekosistem
bisa hidup tanpa cahaya.
yang meliputi :
a. Energi cahaya
matahari
tumbuhan.
dan
Karena
b. Air sangat dibutuhkan oleh
4
makhluk hidup air berfungsi
sebagai pelarut dan bahan
b. Air
baku proses dalam tubuh
c. Tanah
dan untuk tubuh organisme
terdiri dari 90% air/.
c. Tanah sangat penting untuk
kehidupan, tanah terbentuk
dari hasil pelapukan batuan
dan tanah juga mengandung
air,
udara
mineral.
dan
garam
6
52
3.
Apa yang dimaksud Karnifora
dengan
karnifora pemakan
adalah
hewan
daging.
Contoh
6
6
2
21
jelaskan dan berikan karnifora adalah kodok, laba5 contohnya.
4.
Sebutkan
jelaskan
laba, elang, ular dan kucing.
dan 1. Individu
tingkat
Individu
adalah
suatu
organisme penyusun
populasi
persatuan
luas
ekosistem
yang menunjukkan besarnya
biosfer!
6
dan
populasi.
2. Populasi
2
Populasi adalah sekumpulan
individu dalam suatu areal
tertentu.
3. Komunitas
6
Komunitas adalah populasi
atau suatu makhluk hidup
yang
lain
juga
terjadi
interaksi misalnya antara
populasi ikan dan ganggang
antara populasi ikan dan
populasi teratai.
4. Ekosistem
6
Ekosistem adalah tempat
tinggal anggota komunitas
tersebut terdapat benda tak
hidup,
udara,
misalnya
air,
dan
tanah,
cahaya
matahari.
5. Ekosfer
Ekosfer
ekosistem
5
adalah
semua
dipermukaan
53
bumi
berinteraksi
membentuk ekosistem yang
besar, misalnya cuaca dan
keadaan tanah.
6. Biosfer
4
Biosfer
adalah
permukaan
lapisan
bumi
dan
atmosfer yang dihuni oleh
seluruh
makhluk
hidup,
misalya flora dan fauna.
Jumlah
Nilai Akhir
=
=
Jumlah Skor Perolehan
Jumlah Skor Total
60
60
= 100
x 100
x 100 (Wurianingrum, 2007).
60
54
Lampiran 3
LEMBARAN PENGAMATAN AFEKTIF DAN PISIKOMOTORIK
Adapun profil (gambaran) hasil belajar yang akan ditunjukan pada hasil ini
mencakup aspek pisikomotor (keterampilan) dan Aspek Afektif (sikap), yaitu :
1. Aspek Afektif,
Pada aspek ini penulis tampilkan hasil kerja siswa melalui keterampilan siswa
yang disesuaikan dengan 5 butir soal tentang materi ekosistem.
Bila jawaban siswa benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0 sebagaimana
termuat pada Tabel 1.1.1a dan Tabel 1.1.1b.
Tabel 1.1.1a
Afektif kelas inkuiri terbimbing (VII2)
NO
1.
2.
3.
4.
5.
Presentasi
ketuntasan kelas
inkiuri terbimbing
80 – 100
66 – 79
50 – 65
40 – 55
0 – 39
Nomor soal/skor
1
2
4
4
4
4
3
Jumlah
Skor
3
3
3
3
4
3
4
3
2
3
2
Predikat
Ket
Nilai
16
10
3
3
0
91
83
75
91
70
A
B
B
A
C
Tabel 1.1.2a
Afektiif kelas konvensional (VII1)
Presentasi
ketuntasan
NO
kelas
konvensional
1.
80 - 100
2.
66 - 79
3.
50 - 65
4.
40 - 55
30 0 – 39
Nomor soal/skor
1
4
3
2
2
3
2
2
2
2
1
2
3
4
3
2
2
2
Jumlah
Skor
5
6
5
2
2
Nilai
83
75
50
30
58
Predikat
Ket
B
D
B
D
C
55
Keterangan :

Skor
1. Minat
2. Perhatian mengikuti pelajaran
3. Tanggung jawab
4. Menghargai pendapat teman

Predikat
Bila Aktif
= A
Kurang Aktif
= B
Tidak Aktif
= C
2. Aspek Psikomotor
Pada aspek ini penulis tampilkan sikap siswa dalam proses pembelajaran
diantaranya keseriusan mengerjakan tugas, menyampaikan pendapat, menerima
pendapat orang lain, memecahkan masalah, dan kerjasama dalam kelompok sesuai
dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Dalam hal ini menggunakan lembar
pengamatan sikap dengan rentang skor yakni: 0-4 dengan predikat amat baik (A) =
86-100, baik (B) = 76-85, Cukup. (C) = 60-75, kurang (D) = 40-59 dan sangat
kurang (E) = Kurang dari 40. Seperti ditunjukkan
Pengamatan sikap).
pada Tabel 2.1 (lembar
56
Tabel 2.1.1b
Penilaian Psikomotor kelas inkuiri terbimbing (VII2)
Presentasi ketuntasan
NO
kelas inkiuri
terbimbing
1.
80 – 100
2.
66 – 79
3.
50 – 65
4.
40 – 55
5.
0 – 39
Jumlah Skor
1 2
3
4
5
Jumlah
skor
4
4
3
4
3
4
3
3
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
2
16
9
3
3
0
4
4
3
4
3
Nilai
Predikat
Ket
90
85
75
95
70
A
B
B
A
C
Tabel 2.1.2b
Penilaian Psikomotor kelas konvensional (VII1)
NO
2.
3.
4.
5.
Presentasi ketuntasan
kelas konvensional
1. 80 – 100
66 – 79
50 – 65
40 – 55
0 – 39
1
4
3
2
2
2
Jumlah Skor
2 3 4
3 3 3
3 3 3
2 2 2
2 2 1
2 2 2
Keterangan :
1. Menyiapkan sumber belajar
2. Presentase
3. Efesiensi waktu
4. Mampu bekerjasama
5. Mandiri dalam kelas
Rentang skor yakni : 0-4
Predikat :
Amat baik (A) = 86-100,
5
3
2
2
1
1
Jumlah
skor
5
8
8
5
4
Nilai
80
70
50
30
40
Predikat
Ket
A
C
D
E
E
57
Baik
(B) = 76-85
Cukup
(C) = 60-75,
Kurang
(D) = 40-59
Sangat kurang (E) = < 40
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
Nilai = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑛 x 100%
Sumber : (Purwanto, 2008)
58
ASPEK PENILAIAN PROSES
A. Aspek yang dinilai dan kriteria penskoran hasil belajar afektif
1. Minat
3. bekerjasama dengan teman sekelompok dan memberikan ide penyelesaian
masalah
2. bekerjasama hanya dengan beberapa teman kelompok dan memberika ide
penyelesaian masalah
1. tidak bekerjasama dengan teman sekelompok dan tidak memberikan ide
2. Perhatian mengikuti pelajaran
3. dalam mengikuti pelajaran, penuh perhatian dan seiring menyampaikan
pendapat
2. dalam mengikuti pelajaran, penuh perhatian, dan tidak menyampaikan
pendapat
1. dalam mengikuti pelajaran, tidak ada perhatian dan tidak menyampaikan
pendapat
3. Tanggung jawab
3. aktif dalam melaksanakan tugas dari guru dan selesai tepat waktu
2. aktif dalam melaksanakan tugas dari guru, tapi tidak selesai tepat waktu
1. tidak aktif dalam mnyelesaikan tugas dari guru dan tidak selesai tepat
waktu
4. Menghargai pendapat teman
3. selalu menghargai pendapat teman dan mendengar pendapat teman
2. selalu menghargai pendapat teman tapi tidak menghargai pendapat teman
1. tidak menghargai dan tidak mendengar pendapat teman
59
B. Aspek yang dinilai penskoran hasil belajar Psikomotorik
1. Menyiapkan sumber belajar
5 : menyiapkan sumber belajar yang lengkap sesuai arahan guru
4 : menyiapkan sumber belajar yang lengkap, tapi kurang sesuai dengan
arahan guru
3 : menyiapkan sumber belajar kurang lengkap, tapi sesuai dengan arahan
guru
2 : menyiapkan sumber belajar kurang lengkap, kurang sesuai dengan arahan
guru
1 : tidak menyiapkan sumber belajar dan tidak mendengarkan arahan guru
2. Presentase
5. mempresentasikan dengan jelas dan menerima kritik dan saran dari
kelompok lain
4. memprsentasikan dengan jelas dan menerima kritik tapi tidak menerima
saran dari kelompok lain
3. mempresentasikan kurang jelas, tapi menerima kritik dan saran dari
kelompok lain
2. mempresentasikan kurang jelas, dan tidak menerima kritik dan saran dari
kelompok lain
1. tidak mempresentasikan dengan jelas dan tudak menerima kritik dan saran
dari kelompok lain
3. Efesiensi Waktu
5. menyelesaikan tugas dengan benar dan dikumpulkan tepat waktu
4. menyelesaikan tugas dengan benar, tapi tidak dikumpulkan tepat waktu
3. menyelesaikan tugas kurang benar, tapi dikumpulkan tepat waktu
2. menyelesaikan tugas kurang benar
1. tidak menyelesaikan tugas
4. Mampu bekerjasama
5. semua anggota bekerjasama dalam kelompok
4. ketua dan sekertaris saja yang bekerja, tapi anggota kelompok tidak
3. ketua saja yang bekerja
60
2. sekertaris saja yang bekerja
1. tidak ada kerjasama dalam kelompok
61
Lampiran 4
Tabel 4.1 Hasil Chi- Kuadrat Kelas pendekatan
inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional.
X2hitung
Kelas
Inkuiri terbimbing
X2Tabel
6,5044
Konvensional
11,3
9,8771
11,3
Dari Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa harga X2hitung dari kelas pendekatan
inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional lebih kecil dari X2Tabel.
Ini berarti H0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa data yang diambil
berasal dari sampel berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Selanjutnya untuk mengetahui bahwa kemampuan siswa dalam populasi
itu benar-benar homogen, maka dilakukan perhitungan kesamaan dua varians
(lampiran 7 ) dengan hasil seperti pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Harga varians dan Harga F untuk Kelas pendekata inkuiri
terbimbing dan kelas pendekatan konvensional
Kelas
Varians
Uji
Fhitung
Uji
FTabel
Inkuiri terbimbing
19959,26
1,30
2,41
Konvensional
25295,49
1,30
2,41
62
Lampiran 4
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa harga Fhitung lebih kecil dari FTabel, jadi Ho
diterima dan ini berarti bahwa populasi mempunyai varians yang homogen.
2) Pengujian Hipotesis
Dari skor tes hasil belajar serta perhitungan-perhitugan mean, simpangan baku,
varians, dan uji –t untuk kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas
konvensional (lampiran 8 ) diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Mean, Simpangan Baku dan Nilai dari Kelas penddkatan inkuiri
terbimbing dan kelas konvensional.
Kelas
Mean
S
S
thiting
tTabel
Inkuiri
6.5
1,7
2,9
3,83
2,660
Konvensional 5,5
1,6
2,8
3,83
2,660
terbimbing
Dari Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa mean dari skor tes hasil belajar siswa
pada kelas inkuiri terbimbing lebih besar dari kelas Konvensional. Hal ini
menunjukan bahwa kemampuan hasil belajar siswa pada kelas Inkuiri terbimbing
lebih baik dari kemampuan hasil belajar pada kelas Konvensional, dan untuk
memperjelas perbedaan hasil belajar dari siswa pada kedua kelas tersebut perlu
dilakukan uji-t (Lampiran 8 ) diperoleh hasil thitung =3,83 dan tTabel = 2,660.
Oleh karena thitung lebih besar dari tTabel, maka Ho ditolak yang memperlihatkan
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara pendekatan Inkuiri terbimbing dan
pendekatan Konvensional pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi dalam
mempelajari materi ekosistem.
63
Lampiran 5
KelasXi(ikuiri Terbimbig)
Hasi tes awal
VII2
Kelas
X2(konvensional
VII1
Nomor
subyek
Inisial
Siswa
skor
perolehan
nilai
Inisial
siswa
skor
perolehan
Nilai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
AF
AR
AK
AI
AN
BA
BL
BM
CT
DH
DS
EH
FK
FS
GW
GE
GU
GL
HI
HM
HE
IY
IK
IU
JU
JJ
KS
KU
NM
LK
0,7
0,4
0,65
0,75
0,5
0,45
0,8
0,45
0,35
0,4
0,45
0,3
0,6
0,6
0,7
0,65
0,7
0,6
0,5
0,5
0,7
0,4
0,6
0,4
0,6
0,5
0,6
0,8
0,6
0,5
70
40
65
75
50
45
80
45
35
40
45
30
60
60
70
65
70
60
50
50
70
40
60
40
60
50
60
80
60
50
AL
CT
DA
DC
EM
ER
FN
FM
FK
FR
GH
KI
KP
KR
IN
IM
IS
LI
LP
MG
MH
MM
NH
NJ
NK
NP
NS
OS
OU
QR
0,7
0,7
0,6
0,3
0,4
0,4
0,5
0,5
0,3
0,5
0,3
0,65
0,65
0,8
0,4
0,6
0,6
0,8
0,3
0,55
0,5
0,55
0,8
0,75
0,4
0,5
0,45
0,5
0,65
0,55
70
70
60
30
40
40
50
50
30
50
30
65
65
80
40
60
60
80
30
55
50
55
80
75
40
50
45
50
65
55
64
KelasXi(ikuiri Terbimbig)
Hasi tes akhir
VII2
Kelas
X2(konvensional
VII1
Nomor
subyek
Inisial
Siswa
skor
perolehan
nilai
Inisial
siswa
skor
perolehan
nilai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
AF
AR
AK
AI
AN
BA
BL
BM
CT
DH
DS
EH
FK
FS
GW
GE
GU
GL
HI
HM
HE
IY
IK
IU
JU
JJ
KS
KU
NM
LK
0,9
0,5
0,75
0,95
0,5
0,65
1
0,55
0,45
0,6
0,6
0,6
0,75
0,9
1
0,75
0,8
0,7
0,6
0,55
0,8
0,5
0,65
0,6
0,7
0,55
0,75
0,8
0,75
0,7
90
50
75
95
50
65
100
55
45
60
60
60
75
90
100
75
80
70
60
55
80
50
65
60
70
55
75
80
75
70
AL
CT
DA
DC
EM
ER
FN
FM
FK
FR
GH
KI
KP
KR
IN
IM
IS
LI
LP
MG
MH
MM
NH
NJ
NK
NP
NS
OS
OU
QR
0,8
0,7
0,5
0,3
0,4
0,4
0,5
0,5
0,3
0,5
0,3
0,75
0,65
0,9
0,4
0,6
0,6
0,8
0,3
0,55
0,5
0,75
0,8
0,75
0,4
0,5
0,45
0,5
0,65
0,55
80
70
50
30
40
40
50
50
30
50
30
75
65
90
40
60
60
80
30
55
50
75
80
75
40
50
45
50
65
55
65
Lampiran 6
UJI NORMALITAS
Nilai kemampuan siswa yang diambil dari nilai tes untuk kelas pendekatan
inkuiri terbimbing dan kelas pendekakatan konvensional ( lampiran 5 ) terlebih
dahulu disusun dalam Tabel distribusi frekuensi, kemudian dilakukan penghitungan
Chi-kuadrat untuk kedua kelas tersebut sebagai berikut :
1. Chi-kuadrat dari kelas pendekatan inkuiri terbimbing
Langkah pertama : membuat Tabel distrbusi frekuensi
a) Menentukan nilai terkecil dan nilai terbesar dari kelompok data,
didapat :
Nilai tertinggi : 100
Nilai terendah : 40
Rentang = nilai tertinggi – nilai terendah
= 100 – 40 = 60
b) Menentukan banyaknya kelas dengan menggunakan rumus :
K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 30
K = 1 + 3,3 ( 1,477)
K = 1 + 4,8741
K = 5,8741 dibulatkan menjadi 6
K=6
c) Mencari panjang kelas dengan rumus :
66
𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
Panjang kelas = 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
=
60
6
= 10
d) Masukan data dalam Tabel distribusi frekuensi
Tabel 1 distribusi nilai siswa kelas inkuiri terbimbing
Kelas interval
91-100
81- 90
71 – 80
61 – 70
51 – 60
41 – 50
Fi
3
2
6
2
8
9
xi
95,5
85,5
75,5
65,5
55,5
45,5
xi2
9120,25
7310,25
5700,25
4290,25
3080,25
2070,25
Fi xi
286,5
171
453
131
444
409,5
Fi xi2
82082,25
29241
205209
17161
197136
167690,25
∑ 𝐹𝑖 𝑋𝑖 = 1895
∑ 𝐹𝑖 𝑥𝑖 2 = 698519,5
Keterangan :
F = frekuensi
Xi = titik tengah kelas interval
Langkah kedua : mencari nilai rata-rata ( x )
∑ 𝒇𝒊 𝒙𝒊
X =
∑ 𝒇𝒊
1895
=
30
= 63,17
Langkah ketiga : mencari standar deviasi dan batas atas nyata
𝒏 (𝒇𝒊𝒙𝒊𝟐)−(𝒇𝒊𝒙𝒊)𝟐
S=√
𝒏(𝒏−𝟏)
𝟑𝟎 (𝟔𝟗𝟖𝟓𝟏𝟗,𝟓)− (𝟏𝟖𝟗𝟓)𝟐
=√
𝟑𝟎(𝟐𝟗)
67
𝟐𝟎𝟗𝟓𝟓𝟖𝟓−𝟑𝟓𝟗𝟏𝟎𝟐𝟓
=√
𝟖𝟕𝟎
𝟏𝟕𝟑𝟔𝟒𝟓𝟔𝟎
=√
𝟖𝟕𝟎
=√𝟏𝟗𝟗𝟏𝟗,2643 =141,13
Cara menentukan batas atas dan batas bawah nyata di dapat :
1. Memiliki kelas interval 91 – 100
Batas bawah nytanya adalah 91 – 0,5 = 90,5
Batas atas nyata adalah 100 + 0,5 = 100,5
2. Memiliki kelas interval 81 – 90
Batas bawah nyatanya adalah 81- 0,5 = 80,5
Batas atas nyatanya adalah 90 + 0,5 = 90,5
3. Memiliki kelas interval 71- 80
Batas bawah nyatanya adalah 71 – 0,5 = 70,5
Batas atas nyatanya adalah 80 + 0,5 = 80,5
4. Memiliki kelas interval 61- 70
Batas bawah nyatanya adalah 61 – 0,5 = 60,5
Batas atas nyatanya adalah 70 + 0,5 = 70,5
5. Memiliki kelas interval 51 – 60
Batas bawah nyatanya adalah 51- 0,5 = 50,5
Batas atas nyatanya adalah 60 + 0,5 = 60,5
6. Memiliki kelas interval 41 -50
Batas bawah nyatanya adalah 41 – 0,5 = 40,5
68
Batas atas nyatanya adalah 50 – 0,5 = 50,5
Langkah keempat : mencari angka standar atau Z – score
Z- score =
𝒃𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂−𝒙
𝑺
𝟏𝟎𝟎,𝟓− 𝟔𝟑,𝟏𝟕
=
𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑
𝟗𝟎,𝟓 − 𝟔𝟑,𝟏𝟕
𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑
𝟖𝟎,𝟓−𝟔𝟑,𝟏𝟕
𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑
𝟕𝟎,𝟓−𝟔𝟑,𝟏𝟕
𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑
𝟔𝟎,𝟓−𝟔𝟑,𝟏𝟕
𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑
𝟓𝟎,𝟓−𝟔𝟓,𝟏𝟕
𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑
𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑
= 0,26
𝟐𝟕,𝟑𝟑
= 𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑 = 0,19
𝟏𝟕,𝟑𝟑
= 𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑 = 0,12
𝟕,𝟑𝟑
= 𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑 = 0,05
−𝟐,𝟔𝟕
= 𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑 = - 0,01
− 𝟏𝟐 𝟔𝟕
=
𝟒𝟎,𝟓−𝟔𝟑,𝟏𝟕
𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑
𝟑𝟕,𝟑𝟑
=
𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑
−𝟐𝟐,𝟔𝟕
𝟏𝟒𝟏,𝟏𝟑
= - 0,08
= - 0, 16
Langkah kelima : mencari batas luas kelas interval dengan menggunakan Tabel
luas di bawah legkungan normal standar dari O ke Z ( Lampiran 9) dan diperoleh
batas luas kelas interval sebagai berikut :
Z – scor (0,26) = 0,0871
Z – scor (0,19) = 0,0574
Z – scor (0,12) = 0,0478
Z – scor (0,05) = 0,0199
Z – scor (-0,01) = 0,0040
Z – scor (-0,08) = 0,0310
Z – scor (-0,16) = -0,0636
69
Dengan batas luas kelas interval, dapat ditentukan luas masing-masing interval
dengan cara menggurangan bilangan batas atas dengan bilangan batas bawah
Soedjana (1997) dan diperoleh luas kelas interval sebagai berikut :
0,1026 – 0,0754 = 0,0272
0,0754 – 0,0478 = 0,0276
0,0478 – 0, 0199 = 0,0199
0,0199 – (-0,0040) = 0,0239
-0,004 – (-0,0310) = 0,0270
-0,0310 – (-0,0636) = 0,0326
Dengan luas kelas interval, kita dapat menghitung frekuensi harapan (fh) dengan
mengalikan luas kelad interva dengan 100
0,0272 X 100 = 2,72
0,0276 X 100 = 2,76
0,0279 X 100 = 2,79
0,0239 X 100 = 2,39
0,0270 X 100 = 2,70
0,0326 X 100 = 3,26
70
Selanjutnya angkah standar ( Z –score ), batas luas kelas interval, dan frekuensi
harapan (fh) didistribusikan kedalam Tabel bantu analisis Chi- Kuadrat (X2) berikut
untuk mendapatkan nilai X2 hitung dari kelaS Inkuiri terbimbing.
F
F – fh
Fh
(f – fh )
(𝒇 − 𝒇𝒉)𝟐
𝒇𝒉
3
2,27
0,28
0,0784
0,0288
2
2,76
-0,76
0,5776
0,2092
6
2,79
3,21
10,3041
3,6925
2
2,39
-0,39
0,1521
0,0636
8
2,70
5,30
2,0900
1,4037
9
3,26
5,74
3,9476
1,1066
∑ = 𝟔, 𝟓𝟎𝟒𝟒
71
72
Lampiran 7
UJI HOMOGENITAS
Sesuai data yang ada pada tabel distribusi nilai kemampuan siswa untuk kelas inkuiri
terbimbing dan kelas konvensional , maka menurut sudjana (1997) varians dari
kedua kelas tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
S2 =
𝒏(∑ 𝒇 𝒊𝑿𝒊𝟐)−(∑ 𝒇 𝒊𝑿𝒊)𝟐
𝒏(𝒏−𝟏)
1. Varians inkuiri terbimbing
30(698519,5−(1895)2
S2 =
30(30−1)
=
17364560
870
= 1995926
2. Varians konvensional
S2 =
=
30(527310,5)−(1585)2
30(30−1)
13307075,5
870
= 15295,49
73
Selanjutnya menurut soedjana (1997) nilai F dapat dihitung dengan rumus :
F=
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Db pembilangan (V1) = n1 -1
= 31 – 1
= 29
Db penyebut (V2)
= n2 – 1
= 30 – 1
= 29
Db (V1 V2)
= (V1 + V2) – 2
= (30 + 30) – 2
= 58
Dengan taraf signifikan (α) = 1% maka sesuai tabel nilai kritis distribusi F dapat
diperoleh nilai
Ftabel = Fα ( V1,V2)
= F0,01 (29,29)
= 2,41
Karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel ( 1,30<2,41) pada taraf signifikan α = 1%
maka varians dapat dikatakan homogen
74
Lampiran 8
Uji -t
skor tes hasil belajar siswa dari kedua kelas terlebih dahulu distribusikan kedalam
tabe untuk menghitung nilai rata-rata simpangan baku dan varians.
1
Nilai rata-rata, simpangan baku dan varians dari kelas inkuiri terbimbing
X=
197,5
30
= 6,5
1
S1 = √𝑛 ∑(𝑋 − 𝑋)2
𝟏
= √𝟑𝟎 = (87)
=√2,9 =1,7
S12 = (1,7)2
=2,9
2
Nilai rata simpangan baku dan varians pada kelas konvensional
Y =
166
30
= 5,5
1
S2 = √𝑛 ∑(𝑌 − 𝑌)2
1
= √30 (86,75)
=√2,8 = 1,6
S22 = (1,6)2 =2,8
75
3. Mencari nilai rata-rata uji-t yaitu :
𝑋−𝑌
t=
√
𝑆12 𝑆22
𝑆1 𝑆2
+ −2𝑟(
(
)
𝑛1 𝑛2
√𝑛1 √𝑛2
6,5−5,5
=
2,9 2,8
1,7
1,6
+ −2(0,022)(
)
)(
30 30
√30 √30
√
=
1
√0,096+0,093−(0,044)(0,31)(0,29)
1
=
=
√0,189−0,0−004
1
√0,185
=
1
0,261
t = 3,83
4.Untuk mencari db yaitu :
db = Nx + Ny – 2
= 30 + 30 – 2
= 60 – 2
= 58
α = 0,05
76
karena db 58 tidak terdapat pada tabel t maka dibuat inter polasi data yaitu
penggabungan db atas dan db bawah kemudian dibagi 2 yaitu :
1,684 + 1,671
= 1,675
2
5% ttabel = 1,675
2,423 + 2,390
= 2,406
2
1% ttabel = 2,406
Nilai thitung = 3,83 > dari ttabel 5% = 1,675 dan 1% = 2,406 maka Ha diterima dan
menolak H0
77
Lampiran 14
Kegiatan 1 (perkenalan dan apresepsi)
Kegiatan 3 (pengarahan)
kegiatan 2 (motivasi)
Kegiatan 4 (menulis SK-KD)
78
Kegiatan 5 (membagi kelompok)
kegiatan 6 (memberikan penjelasan
materi
tentang
contoh
gambaran
kehidupan ekosistem )
Kegiatan 7 ( membagikan materi )
kegiatan 8 (siswa Berdiskusi)
79
Kegiatan 9 (memberikan kesempatan
kepada siswa bertanya)
Kegiatan 11 ( siswa menjawab)
kegiatan 10 ( guru menjelaskan)
kegiatan 12 (masing-masing kelompok
persentasi di depan)
80
Kegiatan 13 (guru membantu siswa
kegiatan 14 (kelompok lain
Meluruskan presentasi kelompok)
menanggapi hasil kelompok lain)
Kegiatan 15 ( kelompok yang lain membantu)
kegiatan 16 ( guru membagikan
soal tes akhir)
81
82
Download