BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis di Indonesia sangat pesat. Hal ini didukung dengan semakin berkembangnya pasar modal dan bertambahnya jumlah emiten perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 yang mencapai 426 emiten atau meningkat sebesar 31.9 persen dari tahun sebelumnya. Dengan adanya perkembangan bisnis tersebut, para pemegang saham akan semakin tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Berdasarkan aturan dari Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) disebutkan bahwa laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di bursa efek harus diaudit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Dari keperluan inilah diperlukan pekerjaan auditor karena opini auditor tentang laporan keuangan perusahaan dapat mempengaruhi keputusan para pemegang saham. Oleh karena itu, mengingat peranan auditor yang demikian penting dan strategis dalam perkembangan masyarakat kedepan, diperlukan karakter auditor yang profesional. Jasa audit keuangan yang diberikan oleh auditor, merupakan jasa pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, baik secara individual maupun badan usaha yang berkaitan dengan laporan keuangan. Dalam setiap memberikan jasa pelayanan audit, auditor dituntut untuk bersikap profesional. Auditor dituntut untuk melaksanakan tahapan audit sesuai dengan standar serta menjunjung tinggi etika untuk menjaga kualitas audit dan citra profesi akuntan publik. 1 2 Hasil dari audit akuntan publik adalah opini akuntan publik terhadap laporan keuangan. Pemberian opini dari akuntan publik tersebut harus didukung oleh bukti-bukti audit yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam mengumpulkan bukti-bukti audit tersebut seorang auditor harus menggunakan skeptisisme profesionalnya seperti menanyakan hal-hal yang kurang dan belum jelas kepada klien. Hal ini dilakukan karena auditor tidak menganggap bahwa klien tersebut tidak jujur namun juga tidak menganggap bahwa kejujuran klien itu tidak perlu dipertanyakan lagi. Rasa percaya atau tingkat kepercayaan akan dikaitkan dengan tingkat kecurigaan, karena kedua hal tersebut merupakan hal yang bertolak belakang. Semakin kecil tingkat kepercayaan berarti semakin besar tingkat kecurigaan. Demikian pula sebaliknya, semakin besar tingkat kepercayaan berarti semakin kecil tingkat kecurigaan (Tutik Kriswandari, 2006). Jadi sudah sepantasnyalah auditor memiliki sikap cermat dan hati-hati (due care) dalam melakukan audit atas laporan keuangan kliennya agar hasil audit berupa opini akuntan dapat dipertanggungjawabkan. Skeptisisme profesional merupakan bagian dari due professional care yang merupakan salah satu sikap profesional auditor. Skeptisisme auditor merupakan suatu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (SPAP 2001: SA seksi 230). Namun pada kenyataannya, auditor sering mengabaikan sikap profesional yang satu ini. Terdapat beberapa fenomena tentang skeptisisme profesional auditor ini. Selain dari kasus Enron-Arthur Andersen yang terkenal 3 terdapat juga fenomena lain yang menggambarkan kurangnya sikap skeptisisme profesional auditor sehingga mengakibatkan keraguan para pengguna laporan keuangan terhadap opini yang dikeluarkan oleh auditor tersebut. Fenomena itu terjadi pada KAP Ernst & Young (E&Y). KAP tersebut tidak dapat mengungkap fraud yang dilakukan oleh kliennya (Mark Morze) yang telah dilakukan selama bertahun-tahun. Dalam buku “Berpikir Kritis dalam Auditing” karya Theodorus M Tuanakotta disebutkan bahwa Mark Morze adalah seorang terpidana yang merupakan pimpinan dari ZZZZ Best Company dan melakukan kecurangan dengan membuat lebih dari 10.000 dokumen palsu serta menciptakan proyek rekonstruksi fiktif yang menghasilkan $300 juta. KAP E&Y tidak menyadari bahwa kliennya tersebut melakukan fraud yang sangat fatal. Ini dikarenakan KAP E&Y tidak mempunyai kecurigaan sedikitpun ketika melakukan proses audit di ZZZZ Best Company. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa Mark Morze pun terheran-heran mengapa dia bisa mengelabui auditor dari salah satu KAP besar tersebut. Sehingga, Mark Morze membuat suatu daftar pertanyaan yang tidak pernah ditanyakan KAP kepada ZZZZ Best Company ketika fraud berlangsung. Jika auditor mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut dan dapat memastikan mendapatkan jawabannya, setidaknya dengan beberapa pertanyaan saja, Mark Morze dan rekan akan langsung dipidana sebelum fraud yang dilakukan oleh mereka semakin banyak. Hal ini menunjukkan bahwa skeptisisme profesional auditor sangat lemah karena auditor tidak memiliki rasa kecurigaan yang tinggi, 4 rasa ingin tahu yang rendah serta tidak membuat pertanyaan-pertanyaan kritis kepada klien. Selain itu, terdapat beberapa skandal audit di Indonesia menunjukkan rendahnya tingkat skeptisisme profesional yang dimiliki oleh auditor. Skandal audit tersebut diantaranya adalah kasus Kimia Farma dan Bank Lippo. Menurut siaran pers BAPEPAM, kasus yang terjadi Kimia Farma pada tahun 2002 yaitu KAP Ahmad Jedi dan KAP Josep Susilo tidak bisa mengungkap salah saji dalam laporan keuangan. Salah saji tersebut berupa overstatement laba bersih sebesar 32.7 M serta menggelembungkan harga persediaan yang telah diotorisasi oleh direktur produksi. Sedangkan kasus Bank Lippo yang terjadi pada tahun 2000 serta melibatkan KAP Prasetio, Sarwoko, dan Sandjaja tidak bisa mengungkap peristiwa penting dan material mengenai penurunan nilai Agunan Yang Diambil Alih (AYDA). Semua skandal audit tersebut merupakan sebuah tindakan creative accounting yang tidak bisa diungkap oleh auditor. Selain itu, fenomena terakhir yang terjadi salah satunya dikatakan dalam artikel yang berjudul “Bakrie & Brothers Rugi Rp 15,86 Triliun di 2008” dalam Detik Finance online tanggal 4 April 2009. Dalam berita tersebut disebutkan bahwa perusahaan multibisnis, PT. Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) mempublikasikan kesalahan dalam pembukuan rugi bersih yang maha besar di tahun 2008 hingga mencapai Rp 15,86 triliun (sebelumnya dituliskan Rp 16,624 triliun) pada laporan keuangan yang telah diaudit oleh KAP Doli, Bambang, Sudarmaji & Dadang. Kesalahan tersebut diakibatkan oleh KAP tersebut tidak 5 memiliki sikap kehati-hatian profesional khususnya skeptisime profesional auditor dalam mengungkap hal material dalam laporan keuangan. Sikap skeptisisme profesional auditor ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah gender dan pengalaman auditor. Menurut penelitian Suzy Noviyanti (2008) ditemukan bahwa gender berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa auditor perempuan memiliki skeptisisme yang tinggi dibandingkan dengan auditor laki-laki. Sedangkan dalam penelitian Ida Suraida (2005) ditemukan bahwa pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap skeptisisme profesional auditor dilihat dari lama bekerja sebagai auditor dan jumlah assignment yang ditangani . Permasalahan tentang gender bukan menjadi hal yang asing lagi saat ini. Namun yang sekarang terjadi adalah adanya perbedaan gender. Sejarah perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender (Sri Trisnaningsih,2004). Fakta-fakta ketidakadilan gender yang terjadi yaitu di bidang pekerjaan antara suami dan istri, suami mencari nafkah di luar rumah (sektor publik), sedangkan istri melakukan pekerjaan di dalam rumah tangga (sektor domestik) (disampaikan dalam acara Hari Kartini di GOW Pematang Siantar, tanggal 10 April 2002). Dari fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa pembagian kerja ini tidak melahirkan penghargaan sosial yang sama, karena laki-laki sebagai pihak yang mempunyai 6 kekuatan dalam bidang ekonomi sedangkan perempuan hanya dianggap pendamping bukan mitra ataupun rekan sejajar dengan laki-laki di sektor publik. Namun saat ini yang terjadi di dunia kerja (sektor publik) yaitu adanya peningkatan tenaga kerja perempuan. Menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) kondisi ketenagakerjaan di Indonesia, khususnya dalam tiga tahun terakhir (2006-2008) menunjukkan perkembangan yang semakin membaik. Jumlah angkatan kerja perempuan pada tahun 2008 memiliki peningkatan sebesar 9.81% yaitu mencapai 42,8 juta orang. Menurut buku “Why Man Don’t Listen and Women Can’t Read Maps” kecenderungan perempuan dalam memilih bidang akuntansi lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Di dalam buku tersebut dituliskan dalam bidang akuntansi terdapat kenaikan jumlah akuntan yang cukup besar bagi para perempuan. Hal ini didukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh American Institute Certified Public Accountant (AICPA) ternyata lulusannya sebanyak 50% adalah perempuan. Penelitian Collins, Hooks, dan Cheramy menunjukan adanya peningkatan jumlah perempuan yang memilih profesi akuntan publik pada 25 tahun terakhir, dimana mengangkat isu perbedaaan gender yang berkembang dalam profesi akuntan ini (Samekto, 1996). Kemudian berdasarkan data ILO pada tahun 1990 jumlah auditor perempuan sebanyak 2,447 orang dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 7,590 orang atau meningkat sebesar 237 persen. Dari keseluruhan jumlah auditor, 31% di antaranya adalah auditor perempuan. Selain itu setelah peneliti melakukan observasi pada 11 KAP di Bandung, partisipasi auditor perempuan dalam profesi ini sebanyak 33 orang dan auditor laki-laki 7 sebanyak 96 orang. Hal ini menunjukkan bahwa profesi sebagai auditor juga diminati oleh perempuan dengan tingkat persentase sebanyak 34.4%. Fenomena diatas menunjukkan bahwa pekerjaan auditor juga banyak dilakukan oleh perempuan meskipun pekerjaan ini dianggap sebagai pekerjaan male occupation (Rina Trisnawati, 2005). Pengalaman seorang auditor menjadi sorotan tersendiri dalam kegiatan audit, khususnya dalam menunjukkan kualitas dari seorang auditor. Sebagaimana yang diatur dalam paragraf ketiga SA seksi 210 tentang pelatihan dan keahlian auditor independen disebutkan bahwa audit untuk melaksanakan sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntan dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya yang diperluas melalui pengalamanpengalaman selanjutnya dalam praktek audit (SPAP, 2001). Dalam hal pengalaman, penelitian di bidang psikologi yang dikutip oleh Jeffrey (1992) memperlihatkan bahwa seseorang yang lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang substantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwaperistiwa. Butt J.L (1988) mengungkapkan bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman akan membuat judgement yang relatif lebih baik dalam tugastugas profesional dibanding dengan akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman. Penelitian yang berhubungan dengan gender, pengalaman auditor, dan skeptisisme profesional auditor sudah dilakukan oleh beberapa peneliti 8 sebelumnya dan menghasilkan hasil penelitian yang berbeda-beda. Berikut ini merupakan daftar penelitian-penelitian terdahulu yang menjadi bahan referensi bagi peneliti. Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu No Judul dan Nama Peneliti Rumusan Masalah Hasil Penelitian 1 Analisis Perbedaan Gender Terhadap Perilaku Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Hendri Santosa (2001) Pengaruh Pengujian Karakteristik Skeptisme Profesional Terhadap Perilaku Skeptis Auditor dalam Pengumpulan Bukti Audit (Studi Kasus 12 KAP di Bandung) Haiqal Riadi (2009) Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit Dan Risiko Audit Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor Dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik Ida Suraida (Jurnal Akuntansi Th IX Mei 2005 Universitas Padjadjaran) Apakah perbedaan gender mempunyai pengaruh terhadap perbedaan perilaku auditor pemerintah yang bekerja pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan? Bagaimana pengaruh pengujian karakteristik skeptisme profesional terhadap perilaku skeptis dalam pengumpulan bukti audit? Auditor laki-laki memiliki sikap dan motivasi yang lebih tinggi dari auditor perempuan. Karakteristik skeptisme professional berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku skeptis auditor. Peneliti mengganti variabel bebasnya dengan gender dan pengalaman auditor serta mempergunakan variabel terikat yaitu skeptisisme profesional auditor Sejauh mana pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit secara parsial maupun secara simultan terhadap skeptisisme profesional auditor? Etika, kompetensi, pengalaman audit, dan resiko audit berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap skeptisisme profesional auditor. Peneliti akan meneliti tentang skeptisisme profesional auditor KAP di Bandung 2 3 Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya Peneliti akan meneliti pengaruh gender terhadap auditor di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bandung 9 4 Skeptisme Profesional Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan untuk Mencapai Prosedur Audit yang Efektif Suzy Noviyanti (2008) Bagaimana pengaruh trust (kepercayaan), fraud risk assessment (penaksiran resiko kecurangan), dan karekteristik personal (pengalaman, gender, dan tipe kepribadian) mempengaruhi skeptisme profesional auditor? Variabel trust (kepercayaan) auditor terhadap klien, fraud risk assessment (penaksiran resiko kecurangan), dan karekteristik personal (pengalaman, gender, dan tipe kepribadian) mempengaruhi skeptisme profesional auditor dan pemilihan prosedur audit yang efektif Peneliti mempergunakan variabel gender dan pengalaman auditor untuk menguji pengaruhnya terhadap skeptisisme profesional auditor. Sumber: data diolah Penelitian yang selanjutnya akan dilakukan oleh peneliti merupakan replikasi dari penelitian Haiqal Riadi (2009) dan Ida Suraida (2005) akan tetapi, berbeda dengan penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan variabel gender dan pengalaman auditor sebagai variabel independen. Peneliti menggunakan variabel gender karena menurut peneliti permasalahan mengenai gender akhir-akhir ini sudah menjadi topik hangat dalam kemajuan perkembangan perempuan dalam kesetaraan dengan laki-laki baik itu dari segi posisi maupun status dan pengalaman auditor merupakan salah satu elemen penting dalam tugas audit disamping pengetahuan. Penelitian ini merupakan penelitian yang menarik untuk dilakukan karena tidak hanya mengkaji satu disiplin ilmu saja tetapi juga mengkaji ilmu lain yaitu psikologi tentang gender terhadap sebuah profesi khususnya profesi akuntan publik (auditor) dan faktor yang berasal dari diri auditor itu sendiri dari segi pengalaman. Selain itu, peneliti ingin membuat penelitian yang berhubungan dengan akuntansi keperilakuan yang jarang diangkat oleh peneliti lainnya. 10 Maka peneliti tertarik untuk menuangkannya dalam sebuah judul “Pengaruh Gender dan Pengalaman Auditor Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor” 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah diantaranya adalah sebagai berikut: a. Bagaimana pengaruh gender terhadap skeptisisme profesional auditor? b. Bagaimana pengaruh pengalaman auditor yang dilihat dari lamanya bekerja terhadap skeptisisme profesional auditor? c. Bagaimana pengaruh pengalaman auditor yang dilihat dari jumlah assignment terhadap skeptisisme profesional auditor? d. Bagaimana pengaruh gender dan pengalaman auditor yang dilihat dari lamanya bekerja dan jumlah assignment terhadap skeptisisme profesional auditor? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini yaitu: a. Mengetahui pengaruh gender terhadap skeptisisme profesional auditor. b. Mengetahui pengaruh pengalaman auditor yang dilihat dari lamanya bekerja terhadap skeptisisme profesional auditor. c. Mengetahui pengaruh pengalaman auditor yang dilihat dari jumlah assignment terhadap skeptisisme profesional auditor. 11 d. Mengetahui pengaruh gender dan pengalaman auditor yang dilihat dari lamanya bekerja dan jumlah assignment terhadap skeptisisme profesional auditor. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memeberikan beberapa kegunaan dan manfaat diantaranya: a) Kegunaan Teoritis 1. Memberikan kontribusi pada pengembangan teori terutama yang berkaitan dengan auditing dan akuntansi keperilakuan. 2. Memberikan bukti terhadap pengujian empiris atas gender dan pengalaman auditor terhadap skeptisisme profesional auditor. 3. Memberikan gambaran pengaruh gender dan pengalaman auditor terhadap sketisisme profesional auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bandung. b) Kegunaan Empiris 1. Bagi peneliti Memperluas wawasan tentang pengaruh gender dan pengalaman auditor terhadap sketisisme profesional auditor pada Kantor Akuntan Publik di Bandung. 2. Bagi kalangan akademis a. Menambah wacana penelitian khususnya dalam bidang-bidang kajian akuntansi keperilakuan. 12 b. Memberikan masukan dan motivasi bagi rekan-rekan maupun adik-adik mahasiswa di lingkungan civitas akademika untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 3. Bagi praktisi bidang akuntansi a. Bagi auditor diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka menjalankan tugas profesionalnya, khususnya sikap skeptis yang akan berdampak pada opini akuntan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang pengaruh gender dan pengalaman auditor terhadap skeptisisme auditor pada KAP di Bandung.