BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Umur dan produktifitas manusia pada akhirnya ada batasnya, tidak selamanya seseorang dapat terus bekerja dan menghasilkan suatu karya pada suatu perusahaan.Pada suatu saat dia harus berhenti dari pekerjaannya dan menikmati masa tuanya. Namun, dalam menikmati masa tuanya seseorang tidak ingin pengahsilannya berhenti seperti juga berhenti dari pekerjaanya. Sebagian masyarakat sampai saat ini masih memiliki persepsi bahwa yang mendapatkan pension adalah pegawai negeri sipil dengan tujuan untuk memiliki masa tua yang lebih baik. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang sangat berharga karena mereka memberikan kontribusinya dalam pencapaian target perusahaan, dimana perhatian yang paling utama adalah masa depan karyawan itu sendiri. Perhatian tersebut sangat dibutuhkan ketika mereka memasuki usia lanjut dimana mereka sudah tidak produktif lagi atau dapat dikatakan mereka tidak dapat lagi mengandalkan kekuatan fisik atau kegiatan berfikirnya untuk memperoleh penghasilan. Salah satu wujud perhatian perusahaan tersebut adalah melalui dana pensiun. Dana pensiun merupakan sarana penghimpun dana guna meningkatkan kesejahteraan peserta. Peserta merupakan orang yang memenuhi persyaratan Peraturan Dana Pensiun untuk menjadi penerima Manfaat Pensiun. Program Pensiun selain memberikan manfaat bagi karyawan karyawan juga bermanfaat bagi pemberi kerja atau perusahaan. Bagi pemberi kerja, program pensiun merupakan salah satu cara yang dapat perusahaan lakukan untuk mengoptimalkan kinerja karyawannya, karena keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak terlepas dari kinerja karyawannya. Menyadari pentingnya jaminan kesejahteraan bagi karyawan yang telah memasuki masa pensiun maka pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai pembentukan Dana Pensiun melalui UU No 11 tahun 1992, PP No. 76/1992 tentang Dana Pensiun Pemberi kerja dan PP no. 77/1992 tentang Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Melalui Peraturan tersebut kini pensiun bukan hanya hak pegawi negeri sipil saja. Hak untuk mendapatkan dana pensiun terbuka untuk semua pekerjaan baik pekerjaan swasta maupun pekerjaan perorangan atau pekerja mandiri. Melalui Undang-undang tersebut juga ditegaskan pembentukan Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). DPPK dapat menyelenggarakan dua macam program pensiun, yaitu Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) atau Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP).Sementara DPLK hanya boleh menyelenggarakan PPIP.Pada PPMP manfaat pensiun ditentukan terlebih dahulu dengan perhitungan aktuaria berdasarkan penghasilan masa kerjanya, pada PPIP iuran lah yang ditentukan terlebih dahulu dan baru kemudian manfaatnya.Dari perspektif pekerja, PPMP lebih memberikan kepastian atas manfaat yang kelak diterima peserta.Sehingga pemberi kerja yang menyelenggarakan PPMP relative lebih banyak dari pada menyelenggarakan PPIP. Terlepas dari manfaat yang diperoleh dari penyelenggaraan DPPK, fakta di Indonesia menunjukan adanya kecenderungan semakin banyaknya perusahaan menghentikan DPPK. Laporan Keuangan Tahunan Dana Pensiun 2008 menyebutkan bahwa pada tahun 2004, terdapat 294 institusi DPPK dan 27 DPLK pada tahun 2008. Secara agregat telah terjadi pengurangan 39 institusi DPPK dan 2 institusi DPLK. (Arnold Kaudin:Info Dana Pensiun;28). Kondisi di atas lebih buruk karena pada tahun 2008 sendiri terdapat 125 Dana Pensiun yang telah memperoleh pengesahan pembubaran dimana 114 diantaranya adalah DPPK. Penutupan DPPK didominasi oleh DPPK yang menyelenggarakan PPMP dimana periode 2004-2008 jumlah penyelenggaraan PPMP telah berkurang dari 262 menjadi 216 institusi. Sebaliknya DPPK Penyelenggara PPIP tampaknya lebih mampu bertahan dan bahkan jumlahnya meningkat dari 32 institusi pada tahun 2004 menjadi 39 institusi di tahun 2008. (Arnold Kaudin: Info Dana Pensiun;28-29). Hasil evaluasi Biro Dana pensiun dengan Sistem Pemeringkat Risiko (SPERIS) menunjukan bahwa dari 33 DPPK-PPMP yang dievaluasi, tujuh diantaranya terindikasi berisiko sangat tinggi. Artinya terdapat potensi kegagalan yang sangat besar dana pensiun dalam memenuhi kewajibannya. Selanjutnya, 13 dana pensiun lainnya tergolong berisiko tinggi, dan 11 berisiko rendah. Arnold Kaudin:Info Dana Pensiun;29). Setidaknya ada beberapa faktor yang menjadi kelemahan DPPKPPMP.Pertama, Penyelenggaraan PPMP tidak memiliki fleksibilitas sebagaimana PPIP.Pada PPIP manfaat pensiun ditetapkan berdasarkan iuran dan hasil investasi. Sementara pada PPMP perusahaan harus menanggung risiko pendanaan dan investasi dana pensiunnya. DPPK-PPMP harus tetap memberikan manfaat sesuai dengan jumlah yang besarnya telah ditentukan sebelumnya, sehingga bila investasi yang dilakukan DPPK-PPMP tidak memperoleh hasil memadai, maka penyelenggaraan DPPK-PPMP dalam mengalami kesulitan pembayaran manfaat pensiun. (Arnold Kaudin:Info Dana Pensiun;29). Fakator yang mempengaruhi berikutnya adalah bahwa perusahaan menghadapi tuntutan alamiah untuk mengelola perencanaan pensiun karyawannya sebaik-baiknya. Namun karena dana pensiun bukan merupakan bisnis inti perusahaan, maka perusahaan harus merekrut dana mengalokasikan sumber daya manusia berkeahlian khusus secara penuh waktu untuk mengelola dana pensiun dan melakukan investasi pada berbagai sarana fisik. Oleh karena itu, pengelolaan dana pensiun bukanlah sesuatu yang mudah dan murah, karena DPPK-PPMP harus memiliki tim pengelola investasi dan menggunakan jasa aktuaris. Tim pengelola investasi dijalankan oleh pengurus dana pensiun. Tugasnya untuk melakukan kegiatan investasi pada instrumen investasi yang diperbolehkan berdasarkan peraturan dan perundangan yang berlaku dana pensiun. Tujuannya adalah untuk menghasilkan return yang optimal guna menjamin pembayaran manfaaat pensiun tepat waktu. Sampai akhir tahun 2005 jumlah dana yang dikelola oleh dana pensiun di Indonesia mencapai 60 triliun, dengan penambahan berupa hasil pengembangan dan iuran pensiun (disamping pengurangan berupa pembayaran Manfaat Pensiun) jumlah tersebut diperkirakan akan semakin meningkat dan semakin besar (Suharsono: Asosiasi Dana Pensiun Indonesia). Sehingga untuk mengelola dana yang besar keahlian investasi dana pensiun. Untuk itu, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Mentri Keuangan Nomor 199/PMK.010 tahun 2008, yang isinya mengenai investasi Dana Pensiun dan Pelakasanaannya pada Dana Pensiun biasanya dalam bentuk Rencana Kerja dan Anggaran Dana Pensiun (RKADP). Rencana Kerja dan Anggaran Dana Pensiun (RKADP) merupakan rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan Dana Pensiun.RKADP dapat berfungsi sebagai tolak ukur kinerja investasi. Karena dalam rencana tersebut salah satunya disebutkan target investasi yang akan dicapai dana pensiun dalam satu periode untuk membayar manfaat pensiun. Ukuran hasil investasi biasanya digunakan Return On Investment (ROI). ROI membandingkan return (hasil) yang diperoleh dari kegiatan investasi dalam satu periode yang sama. Semakin tinggi ROI maka menunjukan keberhasilan suatu perusahaan dalam mengelola aktiva investasi dan sebaliknya. RKAD juga dijadikan sebagai pengendalian, anggaran digunakan sebagai alat pembanding (tolok ukur) untuk melakukan penilaian hasil kerja dari unit-unit organisasi yang ada di perusahaan.Dengan membandingkan antara penerapan anggaran dengan realisasinya, dapat diketahui informasi mengenai selisih diantaranya kedua.Informasi tersebut dapat memberitahukan penyimpanganpenyimpangan yang terjadi sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekuatan yang dimilki Dana Pensiun.Hal ini dapat digunakan oleh para manajer sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun rencana-rencana secara matang dan lebih akurat.Dengan adanya perencanaan dan pengendalian yang akurat diharapkan dapat membantu tercapainya hasil yang optimal dengan biaya yang efisien. Kekayaan Dana Pensiun bersumber dari iuran normal peserta dan iuran Pemberi Kerja.Iuran Pemberi Kerja terdiri dari iuran normal dan iuran tambahan Pemberi Kerja serta hasil pengembangan investasi. Iuran normal adalah iuran yang dibayarkan oleh peserta dan pendiri sesuai dengan hasil perhitungan aktuaris, Sedangkan Iuran tambahan merupakan Iuran yang dibayarkan pemberi kerja untuk menutupi kekurangan kewajiban aktuaria dana pensiun terhadap peserta pensiun. Besarnya iuran pensiun yang disetorkan oleh Pemberi Kerja ditentukan oleh aktuaris. Hal ini dilakukan karena iuran pensiun yang disetorkan Pemberi Kerja, selain digunakan sebagai sumber investasi pada periode berikutnya, juga digunakan sebagai tambahan dalam rangka terjadi kekurangan dana untuk pembayaran manfaa pensiun. Dalam perhitungan ini terdapat berbagai faktor yang dapat digunakan salah satunya adalah tingkat kecukupan dana (Rasio Kecukupan Dana/RKD) pada Dana Pensiun. RKD sering digunakan sebagai indikator dalam mengukur kemampuan dana pensiun dalam memenuhi kewajiban aktuarianya. Seiring dengan meningkatnya hasil dari investasi dengan ROI sebagai indikatornya, yang kemudian akan berpangaruh pada meningkatnya Rasio Kecukupan Dana, akan menyebabkan tersedianya dana yang cukup untuk membayar manfaat pensiun. Dengan demikian iuran pensiun yang harus disetorkan oleh Pemberi Kerja akan lebih kecil karena kebutuhan untuk memenuhi kekurangan dana untuk membayar manfaat pensiun pun menjadi lebih kecil. Manajemen Dana Pensiun berkewajiban untuk mengendalikan seluruh kegiatan investasi yang dilakukan.Satu permasalahan yang menjadi Perhatian Dana Pensiun adalah resiko dari kegiatan investasi dari Dana Pensiun itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas penulis melihat fenomina mengenai Return On Investment dan Rasio Kecukupan Dana dalam memenuhi kewajiban membayar manfaat pensiun. Dengan melakukan investasi yang tepat pada akhirnya akan menentukan jumlah iuran yang harus dibayar oleh pemberi kerja untuk membayar manfaat pensiun bagi peserta dana pensiun. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya dilakukan oleh Hendra Gunawan (Skripsi Unpas Tahun 2008 : tidak dipublikasikan) tentang pengaruh ROI dan RKD terhadap Iuran Pensiun Pemberi Kerja (Studi Kasus Pada Dapen Bank Jabar) menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan antara ROI dan RKD terhadap Iuran Pemberi Kerja baik secara Parsial maupun secara simultan. Penelitian pada Dapen Bank Jabar yang sama dilakukan oleh Herry Damawandi (Skripsi Unpad tahun 2007 : tidak dipublikasikan), Herry melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat bunga deposito berjangka dan RKD terhadap iuran pensiun. Hasilnya menunjukan bahwa Rasio Kecukupan Dana tidak memiliki hubungan baik langsung maupun tidak langsung terhadap Iuran Pensiun meskipun diantara keduanya terdapat hubungan sedang yang cukup berarti.Hasil Penelitian ini sangat berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendra Gunawan yang menyatakan bahwa ada hubungan antara ROI dan RKD terhadap Iuran Pensiun.Untuk itu penulis tertarik melakukan kembali penelitian tentang variable tersebut untuk meyakinkan pengaru ROI dan RKD terdahap Iuran Pensiun. Dan untuk membedakan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendra Gunawan akan dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 1.1 Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan Kriteria Penelitian Terdahulu Penelitian Yang Akan Dilakukan Subjek Penelitian Dana Pensiun BJB Objek Penelitian ROI, Komposisi Investasi Populasi dan Sampel Yang Digunakan RKD, Dana Pensiun Len Iuran ROI, RKD, Iuran Pensiun Pemberi Kerja Pensiun Pemberi Kerja Deposito = 35,18% Deposito = 37,05% Saham = 0,37% Saham = 13,84% Property = 1,23% Property = - Obligasi = 58,28 % Obligasi = 41,52% Reksadana = 1,37% Reksadana = 7,56% Lain-lain = 3,56% Lain-lain = 0,03% Laporan Tahunan, Laporan tahun 2002-2007 Semesteran, tahun 2006-2010 Dari tabel di atas penulis mencoba menguraikan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan penulis dan diduga akan berpengaruh pada hasil penelitian, yaitu sebagai berikut : 1. Secara umum Dana Pensiun BJB ataupun Len melakukan investasi lebih besar pad deposito dan obligasi. Hal ini dilakukan karena jenis investasi ini memiliki tingkat resiko yang rendah meskipun dengan return yang diperoleh tidak terlalu besar bbahkan cenderung stabil. Di urutan beriukutnya Dapen BJB lebih memilih membagi porsi investasi pada jenis investasi yang masih terbilang aman yaitu unit reksadanadan property, sedangkan investasi pada saham yang terbilang berisiko tinggi hanya dialokasikan rata-rata 0,37% dari total investasinya. Dengan komposisi investasi seperti ini maka return atas investasi pada Dapen BJB akan lebih stabil. Berbeda dengan Dapen Len, meskipun terdapat kesamaan yaitu porsi investasi pada deposito dan obligasi lebih besar, namun di urutan ketiga porsi investasiny, Dapen Len lebih mau mengambil resiko investasi dengan mengalokasikan 13,84% untuk investasi saham. Dengan komposisi investasi seperti ini return yang diperoleh Dapen Len akan lebih Fluktuatif. Sehingga pengaruh return akan lebih terlihat terhadap Iuran Pensiun yang akan dibayarkan pemberi kerja. 2. Sampel yang digunakan dalam penelitian sebelumnya sebanyak 5 buah dengan menggunakan Laporan Keuangan Tahunan, sedangakan pada penelitian ini penulis mengambil sampel 10 buah dengan menggunakan Laporan Keuangan Smesteran. Dengan menggunakan Laporan Keuangan Semesteran dan penbambahan jumlah sampel menjadi 10 penulis berharap akan dapat melihat pengaruh yang lebih jelas antara variabel yang diteliti. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Return On Investment dan Rasio Kecukupan Dana Terhadap Jumlah Iuran Pensiun Pemberi Kerja Pada Program Pensiun Manfaat Pasti (Studi Kasus Pada Dana Pensiun PT Len Industri) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 Bagaimana Return On Investment yang terdapat pada Dana Pensiun Len Industri (Persero) 2 Bagaimana Rasio Kecukupan Dana yang terdapat pada Dana Pensiun PT Len Industri (Persero). 3 Bagaimana Iuran Pensiun yang terdapat pada Dana Pensiun PT Len Industri (Persero). 4 Seberapa Besar Pengaruh Return On Investment dan Rasio Kecukupan Dana terhadap Iuran Pensiun pemberi Kerja secara parsial maupun simultan pada Dana Pensiun PT Len Industri (Persero). 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat pengambilan investasi melalui analisis Return On Investment (ROI) yang terdapat pada Dana Pensiun PT Len Industri (Persero). 2. Untuk mengetahui Rasio Kecukupan Dana yang terdapat pada Dana Pensiun Pada PT Len Industri (Persero). 3. Untuk mengetahui Iuran Pensiun dan Pemberi Kerja yang terdapat pada Dana Pensiun PT Len Industri (Persero). 4. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh antara Return On Investment (ROI) dan Rasio Kecukupan Dana terhadap jumlah Iuran Pensiun Pemberi Kerja pada Dana Pensiun PT Len Industri (Persero). 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memiliki kegunaan praktis diantaranya : a. Bagi Penulis Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai Jumlah Iuran Pensiun yang dibayarkan oleh Pemberi Kerja serta faktor-faktor yang memepengaruhinya, seperti Return On Investment (ROI) dan Rasio Kecukupan Dana pada Dana Pensiun dan untuk melengkapi salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. b. Bagi Perusahaan Untuk menginformasikan bahwa fungsi pengelolaan investasi merupakan salah satu fungsi penting dalam usaha memenuhi kewajiban pembayaran manfaat pensiun bagi para peserta pensiun. c. Bagi Pihak Lain Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baru dalam pengembangan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah iuran pensiun pemberi kerja. 1.5 Waktu dan Lokasi Penelitian Dalam memperoleh dana informasi yang diperlukan untuk penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada Dana Pensiun PT Len Industri (Persero) Jalan Soekarno-Hatta No 442 Bandung, penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013.