INSAN KAMIL DALAM PERSPEKTIF

advertisement
INSAN KAMIL
DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBAL
Rusdin
Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) PALU
Abstract
Every being has individuality or self. Degree
elevation on every being in nature depending on the
level of development of each individuality. The
criteria for determining the quality of every being is
how far he can live up to himself effectively.
Individuality is the distinguishing mark in the concept
of Khudi or Iqbal ego. Iqbal's philosophy about Khudi
ends on his thoughts about the insan kamil, the ideal
man. Insan kamil is the highest level that can be
achieved not by way of meditation, but with an
original creative work, which is lawful overwhelmed
by love or ishq, firmness self or faqr, courage and
tolerance. Achieve this through three phases:
obedience to God, self-control and the caliphate of
God.
Keywords: Insan Kamil, Philosophy, Muhammad Iqbal, Concept
Setiap wujud mempunyai individualitas atau diri.
Ketinggian derajat setiap wujud di alam ini
tergantung
pada
tingkat
perkembangan
individualitasnya.
Kriteria untuk menentukan
kualitas setiap wujud adalah seberapa jauh ia dapat
mengahayati dirinya secara efektif. Individualitas
adalah tanda pembeda dalam konsep khudi atau ego
Iqbal. Filsafat Iqbal tentang khudi ini bermuara pada
252 |Rausyan Fikr, Vol. 12 No. 2 Desember 2016: 251 - 271
pemikirannya tentang insan kamil, yaitu manusia
ideal. Insan kamil merupakan taraf kedirian tertinggi
yang dapat ditempuh tidak dengan cara meditasi
melainkan dengan kerja kreatif yang orisinil, halal
diliputi cinta atau ishq, keteguhan diri atau faqr,
keberanian dan toleransi. Untuk mencapainya
melalui tiga fase yaitu taat kepada Tuhan,
pengendalian diri dan kekhalifahan Tuhan.
Kata Kunci: Insan Kamil, Filsafat, Muhammad Iqbal, Konsep
PENDAHULUAN
Muhammad Iqbal adalah setitik zarah di lautan semesta yang
jiwanya senantiasa dalam keadaan resah. Jutaan manusia pelbagai
bangsa pernah turut menyaksikan keresahannya di dalam ribuan bait
syair yang ia tulis. Sosoknya memang fenomenal, lebih dari siapa
pun, Iqbal telah merekonstruksi sebuah bangunan filsafat Islam yang
dapat menjadi bekal individu muslim dalam mengantisipasi
peradaban Barat yang materialistik ataupun tradisi Timur yang
fatalistik. Jika diterapkan, maka konsep-konsep filosofis Iqbal akan
memiliki implikasi kemanusiaan dan sosial yang luas.1Filsafat Iqbal
tentang khudi (diri) merupakan kunci untuk memahami seluruh
sistem filsafatnya. Khudi adalah salah satu konsep dasar filsafat
Iqbaldan merupakan alas penopang keseluruhan struktur
pemikirannya. 2 Pandangan Iqbal tentang khudi menjadi pintu
gerbang bagi gagasannya tentang insan kamil, dan filsafat
eksistensialisme 3 merupakan landasannya.Sebagai satu cita ideal
1
Doni Gahral Adian, Muhammad Iqbal(Bandung: Teraju, 2003), 23.
Mustofa Anshori Lidinillah, Agama dan Aktualisasi Diri Perspektif
Filsafat Muhammad Iqbal(Yogjakarta: Badan Penerbit Filsafat UGM, 2005), 55.
Dikutip dari saiyidain”Progressive Trends in Iqbal Thought” (Lahore 1953), 23.
3
Sqren Kierkegaard (1813-1855) berkebangsaan Denmark dan sebagai
bapak eksistensialisme..Lihat I.R.Poedjawijatna, Pembimbing ke Arah Alam
Filsafat(Jakarta:Rineka Cipta, 2005), 142.
2
Rusdin, Insan Kamil dalam Perspektif Muhammad Iqbal…253
yang menjadi titik tuju dalam perjalanan kehidupan manusia, derajat
insan kamilakan dapat diraih apabila ke-maujud-an diri diakui.
Insan kamil menurut Iqbaladalah bentuk manusia ideal, dan
merupakan tingkat kedirian tertinggi yang mungkin dapat di capai
oleh setiap diri. Insan kamil Iqbal dilatarbelakangi oleh kerinduan
terhadap Tuhan serta tanggung jawab sebagai wakil (khalifah)
Tuhan di bumi; dan menemukan bentuknya pada diri Rasulullah
Muhammad SAW.4
RIWAYAT HIDUP MUHAMMAD IQBAL
Muhammad Iqbal dilahirkan di sebuah kota bernama Sialkot,
Punjab (Pakistan Barat), sebuah kota peninggalan Dinasti Mughal
India pada tanggal 3 Zulkaidah tahun 1294 H bertepatan dengan 9
November 1877 M.5 Keluarga Iqbal berasal dari keluarga Brahmana
Kashmir yang telah memluk agama Islam sejak tiga abad sebelum
kelahiran Iqbal dan menjadi penganut agama Islam yang taat.
Ayahandanya Syaikh Nur Muhammad memiliki kedekatan dengan
kalangan Sufi. Karena kesalehan dan kecerdasannya, penjahit yang
cukup berhasil ini dikenal memiliki perasaan mistis yang dalam
serta rasa keingintahuan ilmiah yang tinggi. Tak heran, jika Nur
4
Bagi Iqbal, Nabi Muhammad adalah segi aktivitas Tuhan yang dapat
dilihat. Tuhan tidak dapat dilihat dengan mata manusia (al-Qur`an:7, 139), tetapi
Nabi dapat dilihat dan diraba. Karena itu Iqbal berpaling kepada Nabi baik untuk
memohon diberi kesembuhan maupun untuk memujinya, seperti yang terdapat
dalam baris-baris sajak terakhirnya yang diterbitkan sesudah meninggalnya
sebagai Armaghani-I Hijaz (Karunia Hijaz) Lihat: Annemarie Schimmel, “And
Muhammad is His Messenger; TheVenerationof the Prophet in Islamic Piety” terj.
Rahmani Astuti dan Ilyas Hasan,Dan Muhammad adalah Utusan Allah
,Penghormatan terhadap Nabi SAW. Dalam Islam ,cet.Vlll (Bandung: Mizan,
2001), 320.
5
Ahmad Mu’awwid}, Muhammad Iqbal Haya>tihi wa atharihi (TT, 1980),
.9. tahun kelahiran Iqbal terjadi perdebatan. Tahun disini mengacu pada informasi
yang umum bahwa Iqbal meninggal 21 April 1938 dalam usia 60 tahun
254 |Rausyan Fikr, Vol. 12 No. 2 Desember 2016: 251 - 271
Muhammad dijuluki kawan-kawannya dengan sebutan "Sang Filosof
tanpa guru" (un parh falsafi).6
Ibunda Iqbal, Imam Bibi, juga dikenal sangat relegius. Ia
membekali kelima anaknya, tiga putri dan dua putra, dengan
pendidikan dasar dan disiplin keislaman yang kuat. Di bawah
bimbingan kedua orangtuanya yang taat inilah Iqbal tumbuh dan
dibesarkan. Kelak di kemudian hari, Iqbal sering berkata bahwa
pandangan dunianya tidaklah dibangun melalui spekulasi filosofis,
tetapi diwarisi dari kedua orangtuanya tersebut.Pendidikan dasar
sampai tingkat menengah ia selesaikan di Sialkot. Pada masa yang
sama ia mendapatkan pendidikan agama secara langsung dari
seorang guru yang ahli bahasa Arab dan Persia yang bernama Mir
Hasan, dari guru beliau inilah ia memahami Islam secara mendalam,
mengajarinya sikap kritis dan mengasah bakatnya dalam dunia
kesusasteraan.7Pada tahun 1895 ia pergi ke Lahore, salah satu kota
di India yang menjadi pusat kebudayaan, pengetahuan dan seni. Di
kota ini ia bergabung dengan perhimpunan sastrawan yang sering
diundang mushara'ah, yakni pertemuan-pertemuan di mana para
penyair membacakan sajak-sajaknya.
Ini merupakan tradisi yang masih berkembang di Pakistan
dan India hingga kini. Di kota Lahore ini, sambil melanjutkan
pendidikan sarjananya ia mengajar filsafat di Government College.
Pada tahun 1897 Iqbal memperoleh gelar B.A., kemudian ia
mengambil program M.A. dalam bidang filsafat. Pada saat itulah ia
bertemu dengan Sir Thomas Arnold, orientalis Inggris yang
terkenal, yang mengajarkan filsafat Islam di College tersebut.
6
http://dutabengkalis.blogspot.com/2008/06/dr-muhammad-iqbal.html.
Lihat Hary Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama,
1999), 24.
7
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad Iqbal
Rusdin, Insan Kamil dalam Perspektif Muhammad Iqbal…255
Selama pendidikan ini Iqbal menerima beasiswa dan dua mendali
emas karena prestasinya dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris. Ia
akhirnya memperoleh gelar M.A pada tahun 1899.8
Dengan dorongan dan dukungan dari Arnold, Iqbal menjadi
terkenal sebagai salah satu pengajar yang berbakat dan penyair di
Lahore. Sajak-sajaknya banyak diminati orang. Pada tahun 1905, ia
belajar ke Eropa untuk melanjutkan studi di Trinity College
diUniversitas Cambridge London sambil ikut kursus advokasi di
lincoln Inn. Dilembaga ini ia banyak belajar pada seorang NeoHegelian, yaitu Jhon M.E.McTaggart. Iqbal kemudian belajar di
Heidelberg dan terakhir di Munich. 9 Di Munich ia menyelesaikan
doktornya pada tahun 1908 dengan disertasi, The Development of
Metaphysics in Persia.(disertasi ini kemudian diterbitkan di London
dalam bentuk buku, dan dihadiahkan Iqbal kepada gurunya, Sir
Thomas Arnold). Setelah mendapatkan gelar doktor, ia kembali ke
London untuk belajar di bidang keadvokatan sambil mengajar
bahasa dan kesusastraan Arab di Universitas London, Iqbal juga
masuk di School of Political Sains untuk beberapa lama.
Selama di Eropa Iqbal tidak pernah bosan menemui para
ilmuwan untuk mengadakan berbagai perbincangan tentang
persoalan-persoalan keilmuan dan kefilsafatan. Ia juga
memperbincangkan Islam dan peradabannya. Di samping itu Iqbal
memberikan ceramah dalam berbagai kesempatan tentang Islam. Isi
ceramahnya tersebut dipublikasikan dalam berbagai penerbitan surat
kabar. Setelah menyaksikan langsung dan mengkaji kebudayaan
Barat, ternyata ia tidak terpesona oleh gemerlapan dan daya pikat
kebudayaan tersebut. Iqbal tetap concern pada budaya dan
kepercayaannya. Namun semua itu tidak lama karena Iqbal lebih
8
Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan (Bandung:
Mizan,1993), 174.
9
Robert D.Lee, Mencari Islam Autentik dari nalar puitis Iqbal hingga
nalar kritis Arkoun (Bandung: mizan, 2000), 70.
256 |Rausyan Fikr, Vol. 12 No. 2 Desember 2016: 251 - 271
memilih pulang ke Lahore, dan membuka praktek pengacara di
samping sebagai guru besar di Goverment College Lahore. Akan
tetapi panggilan jiwa seninya yang kuat membuat ia keluar dari
profesi tersebut. Ia juga menolak ketika ditawari sebagai guru besar
sejarah oleh Universitas Aligarh tahun 1909. Iqbal lebih memilih
sebagai penyair yang kemudian mengantarkannya ke puncak
popularitas sebagai seorang pemikir yang mendambakan
kebangkitan dunia Islam, yang kemudian juga menyampaikannya
untuk mendapatkan gelar Sir (kebangsaan) dari pemerintah, sekitar
tahun 1922.10
Akhir tahun 1926, Iqbal mulai masuk kehidupan politik
ketika dipilih menjadi anggota DPR Punjab. Bahkan, tahun 1930, ia
di tunjuk sebagai Presiden sidang tahunan Liga Muslim yang
berlangsung di Allahabad, yang menelorkan gagasan untuk
mendirikan Negara Pakistan sebagai alternatif atas persoalan antara
masyarakat Muslim dan Hindu.11 Meski mendapat reaksi keras dari
para politisi, gagasan tersebut segera mendapat dukungan dari
berbagai kalangan, sehingga Iqbal diundang untuk menghadiri
konferensi meja bundar di London tahun 1932, juga konferensi yang
sama pada tahun berikutnya, guna membicarakan lebih lanjut
tentang gagasan tersebut. Iqbal terus berkarya dan membangkitkan
semangat jiwa bangsanya pada tahun 1935 ia di angkat sebagai
10
A. Khudori Soleh, Wacana Baru Filsafat Islam(Yogyakarta: pustaka
belajar, 2004), 302. Lihat Abdul Wahab azam, Muhammad Iqbal Si>ratuhu wa
Falsafatuhu wa Sha’ruhu, terj. Rafik Usman, Filsafat dan Puisi Iqbal (Jakarta:
pustaka, 1985), 37-38.
11
Dalam sebuah pidato Iqbal mengemukakan gagasan tentang sebuah
Negara Islam di India, namun cita-cita Iqbal baru terwujud pada tahun 1947 tanpa
Iqbal dapat menyaksikannya.Sebagaimana juga diungkapkan oleh Quaid –IAzam”Walau Iqbal tidak lagi bersama kita, tetapi kalau dia masih hidup dia akan
bahagia mengetahui kita melakukan apa yang diinginkan.Lihat; Asif Iqbal Khan,
“Some Aspects of Iqbal Thought”.Terj. Farida Arini, Agama, Filsafat, Seni dalam
Pemikiran Iqbal(Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), 147.
Rusdin, Insan Kamil dalam Perspektif Muhammad Iqbal…257
ketua Liga Muslim cabang Punjab. Iqbal, baik sebagai pujangga,
filosof, politikus, ahli pendididkan dan ahli bidang hukum adalah
pribadi yang produktif hingga akhir hayatnya. Ketika tinggal di
Bhopal pada tahun 1936, ia menderita sakit yang sangat serius 12 ,
dan akhirnya wafat pada tanggal 21 april 1938.13
Adapun karya-karya Iqbal sebagai berikut:
1. Karya yang berbahasa Persia Asrar-i- Khudi(rahasia pribadi,
1915), Rumuz-i bukhudi(rahasia tidak mementingkan diri
sendiri, 1918), Payam-i-Masriq(pesan dari timur, 1923),
Zaburi-i- Ajam, Javid Namah(1932), Pasceh Baid Aye
Aqwam-i-Syarq dan Lala-i-Thur.
2. Yang berbahasa Urdu : Ilmu Al-Iqtisad (ilmu ekonomi), Bangi-Dara(seruan dari perjalanan, 1924), Bal-i- Jibril(1938), Zarbi-Kalim, Arughan-i-Hijaz, Iblis ki Majlis-i-Syura, Iqbal
Namas, Makatib Iqbaldan Bagiyat-i-Iqbal.
3. Yang berbahasa Inggris : Develoment of Methaphysies in
Persia : A Contribution to the history of Moslem, Philoshopy
(perkembangan metafisika Persia suatu sumbangan untuk
sejarah filsafat Islam) dan the Reconstroction of Religius
Thought in Islam (pengembangan kembali alam pikiran
Islam).14
Filosof-filosof Barat yang banyak mempengaruhi pemikiran
Iqbal diantaranya Nietzsche, Bergson, dan Nietzsche (1844-1900
M) adalah filsuf Jerman yang terkenal dengan ajarannya tentang
ubermensch 15 Bergson (1859-1941)adalah filsuf Perancis yang
12
Annmarie Schimmel, Dan Muhammad adalah utusan Allah ….,319.
Robert D.Lee, Mencari Islam Autentik dari Nalar Puitis Iqbal hingga
Nalar Kritis Arkoun, 72.
14
http://dutabengkalis.blogspot.com/2008/06/dr-muhammad-iqbal.html.
15
Ubermensch adalah konsepsi tentang bentuk manusia unggul yang
dicapai dengan kerja keras yang didasari keyakinan tentang kematian Tuhan.
Lihat Donny Gahral Adian, Muhammad Iqbal (Bandung: teraju,2003), 34.
13
258 |Rausyan Fikr, Vol. 12 No. 2 Desember 2016: 251 - 271
terkenal dengan ajarannya tentang elan vital16 .Sedangkan seorang
Sufi yang mempunyai pengaruh mendalam terhadap Iqbal adalah
Maulana Jalalludin Rumi (1217-1273 M), Iqbal mencontoh cara
Rumi bersajak. Matsnawi atau sajak panjang Iqbal adalah seperti
bentuk sajak Rumi, bahkan terdapat kesamaan semangat pemikiran
antara Iqbal dan Rumi.
FILSAFAT KHUDI
1. Pengertian Khudi
Gagasan tentang khudi dalam filsafat Islam modern
merupakan konsep dasar dalam filsafat Iqbal dan sepenuhnya adalah
milik Iqbal. Menurut Sardar Jefri gagasan tentang Khudi ini
merupakan sumbangan Iqbal terbesar…yang melukiskan manusia
sebagai penerus ciptaan Tuhan yang mencoba membuat dunia yang
belum sempurna menjadi sempurna. 17 Masalah ini dibahas dalam
karyanya yang ditulis dalam bahasa Persia dengan bentuk matsnawi
berjudul Asrar-i Khudi; kemudian dikembangkan dalam berbagai
puisi dan kumpulan ceramah yang selanjutnya dibukukan dengan
judul The Reconstruction of Relegious Thought in Islam.
Khudi adalah perkataan bahasa Persi, bentuk kecil dari kata
khuda yang berarti Tuhan; sedangkan secara harfiyah khudi berarti
kedirian (selfhood)18yang biasa juga diterjemahkan sebagai ego, diri,
16
Hamersma, Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern (Jakarta: PT.
Gramedia, 1984),103. Bergson berpendapat alam raya adalah evolusi kreatif.
Seluruh proses evolusi sebagai usaha elan vital untuk membebaskan diri dari
deteminasi materi.
17
M.Dawam Rahardjo, Insan Kamil, KonsepsiManusia Menurut Islam
(Jakarta: Pustaka Grafitipers, 1987), 16. Dikutip dari Ali Sardar Jafri dan
K.S.Duggal, Commerorative Volume (New Delhi: All Indian Iqbal Centenary
Celebration Committee, 1977), 12-13.
18
Rahardjo, Insan Kamil….,17. Lihat Sh. Abdul Qadir, Iqbal The Great
Poet of Islam (Lahore: Sang e Meel Publication, 1975), 116. Lihat juga
Muhammad Iqbal, “Asrar -I Khudi”, terj. Bahrum Rangkuti, Rahasia-Rahasia
Pribadi (Jakarta: Pustaka Islam,tth), 13.
Rusdin, Insan Kamil dalam Perspektif Muhammad Iqbal…259
pribadi atau invidualitas. Khudi merupakan pusat landasan
organisasi kehidupan manusia. 19 Iqbal dalam makalahnya, seperti
yang dikutip oleh Abdul Wahhab Azzam dan diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia oleh Ahmad Rofi’ Usman, tentang khudi
menerangkan;
“kesatuan intuitif atau titik kesadaran pencerah yang
menerangi pikiran, perasaan dan keinginan manusia,
merupakan hal yang diliputi rahasia dan mengorganisasi
berbagai kemampuan yang tidak terbatas dalam fitrah
manusia. Hal ini yang kita sebut khudi atau aku atau mind,
tampak dalam tindakan-tindakan namun tidak tampak dalam
realitas. Pusat kehidupan manusia adalah pribadi (khudi) atau
person. Maksud saya bahwa kehidupan pada waktu ia
tertampilkan dalam diri manusia, ia disebut pribadi”. 20
Iqbal menerangkan bahwa khudi merupakan pusat dan
landasan dari keseluruhan kehidupan. Hal ini tercantum pada
beberapa matsnawinya dalam Asrar-i Khudi.
Bentuk kejadian ialah akibat dari khudi
Apa saja yang kaulihat ialah rahasia khudi
Dijelmakannya alam cinta dan pikian murni
Apa guna wujudmu melainkan untuk mengembangkan dayamu?
Kalau kau perkuat dirimu dengan khudi
Kau akan pecahkan dunia sesuka khudimu;
Jika kau hendak hidup, isilah dirimu dengan khudi
Apakah mati sebenarnya? Melepaskan semua khudi
Kenapa berkhayal itulah terpisahnya roh dari tubuh
Bermukimlah dalam khudi, penaka Yusuf
Majulah dari rebutan yang satu ke rebutan yang lain
19
K.G. Saiyidain, “Iqbal Education Filosofi” Percikan Filsafat Iqbal
tentang Pendidikan, terj: MI sulaiman (Bandung CV. Diponegoro, 1981), 24.
20
Abdul Wahhab Azzam, Filsafat dan Puisi Iqbal, 45 dan 52.
260 |Rausyan Fikr, Vol. 12 No. 2 Desember 2016: 251 - 271
Pikirkanlah khudimu dan jadilah beraksi
Jadilah manusia-Tuhan, kandunglah rahasia dalammu”.21
Ketika mempelajari arti ego (Khudi), Iqbal membedakan
artinya secara metafisika dan secara etika. Secara metafisika kata
ego digunakan untuk menggambarkan perasaan yang tidak
terdefinisikan dalam “aku”yang membentuk dasar keunikan dari
setiap individu. Secara etika kata ego berarti (yang saya gunakan)
percaya pada diri sendiri, harga diri, mandiri, penyelamatan diri
sendiri, keyakinan diri, bahkan penegasan diri. Ego dalam
pengertian etika inilah yang akan mengarah pada konsep tentang
insan kamil, karena menurut Iqbal realisasi diri akan memperbaiki
pribadi manusia dan membantunya meraih kebesaran anugerah
Tuhan.22
Filsafat Iqbal tentang khudi merupakan kritik dan sekaligus
koreksi terhadap pandangan dan sikap yang kurang memperhatikan
pentingnya individualitas. Individualitas adalah tanda pembeda
dalam konsep ide Iqbal. Iqbal percaya kalau perkembangan
individualitas tidak hanya memastikan kebebasan bagi ego manusia
tetapi juga memberikan kehidupan yang abadi. 23 Iqbal, dengan
berpedoman pada al- Qur’an, berhasrat meluruskan pandangan dan
sikap tersebut. Iqbal berpendapat, al- Qur’an dengan cara yang
sederhana namun tegas menekankan individualitas dan keunikan
manusia serta nasib manusia sebagai satu kesatuan hidup. Masalah
itu, ironisnya, tidak pernah menjadi titik perhatian dalam sejarah
pemikiran muslim.24
Terdapat dua bentuk ketidak pedulian manusia terhadap
individualitas yang hendak di luruskan oleh Iqbal melalui
21
Muhammad Iqbal, Rahasia-Rahasia Pribadi, 93.
Asif Iqbal Khan, Agama, Filsafat, Seni Dalam Pemikiran Iqbal, terj.
Farida Arini (Yogyakarta: fajar pustaka baru, 2002), 41.
23
Khan, Agama, Filsafat ….., 46.
24
Muhammad Iqbal, The Reconstruction of Religious Thought In Islam
(Lahore:institute of Islamic culture, 1986), 95.
22
Rusdin, Insan Kamil dalam Perspektif Muhammad Iqbal…261
pemikirannya tentang khudi. Pertama, ketidak pedulian manusia
terhadap individualitas yang tercermin dalam sikap hidup
memandang dunia ini bukan merupakan realita tetapi hanya
bayangan saja. Akibatnya, manusia kurang memperhatikan aspek
kehidupan duniawi. Sikap seperti itu banyak dijumpai di dunia
Timur dan juga di dunia islam terutama pada masa Iqbal hidup.
Kedua, ketidak pedulian manusia terhadap individualitas
yang tercermin dalam sikap hidup mengagungkan materi secara
berlebihan. Sikap hidup seperti itu mengakibatkan diri manusia
menjadi budak benda-benda material, dan karenanya nilai
kemanusiaannya tidak lebih berharga dari pada benda-benda
material yang di agung-agungkan. Sikap hidup seperti itu, pada
masa Iqbal, banyak dijumpai di dunia Barat, yang peradabannya
bertumpu pada filsafat materialisme dan rasionalisme.
Iqbal berpendapat, setiap wujud mempunyai individualitas
atau diri, ketinggian derajat setiap wujud di alam ini tergantung
pada tingkat perkembangan individualitasnya. Tingkat-tingkat
keadaan dari setiap wujud pada dasarnya juga merupakan derajatderajat dari individualitas atau diri. Kriteria untuk menentukan
kualitas dari setiap wujud ialah seberapa jauh ia dapat menghayati
dirinya secara mantap. Iqbal seorang humanis yang percaya kepada
kemampuan manusia untuk berkembang dan mencapai tingkat
kedirian yang tinggi. Iqbal lebih cenderung menggunakan istilah
khudi untuk menyebut diri manusia.
2. Karakteristik Khudi
a. Khudi bersifat tersendiri dan unik
Iqbal berpendapat, hidup adalah diri, hakikat diri walaupun
berinteraksi dengan diri-diri lain, namun ia tetap terpusat pada
dirinya sendiri dan memiliki lingkup kedirian sendiri, lepas dari diridiri lain di luar dirinya. Khudinampak semakin unik pada taraf yang
lebih tinggi. Khudi pada manusia, nampak semakin unik
dibandingkan dengan organism lain. Iqbal berpendapat Al Qur’an
menekankan individualitas dan keunikan manusia. Seorang manusia
262 |Rausyan Fikr, Vol. 12 No. 2 Desember 2016: 251 - 271
tidak akan menanggung beban orang lain, seorang manusia hanya
akan mendapatkan apa yang diusahakan.
b. Khudi tidak terikat ruang dan waktu
Ruang yang dimaksud adalah ruang sebagaimana raga terikat
di dalamnya. Khudi tidak terikat ruang, ketika raga saya berada
dalam suatu ruang, saya dapat menembus ruangan itu dengan
membayangkan atau memikirkan ruangan yang lain. Kata Iqbal:
“Indeed the ego can think of more than one space order”.25Khudi
juga tidak terikat oleh waktu. Kekinian diri saya merangkum juga di
dalamnya masa lalu dan masa depan. Masa lalu dan masa depan ini
kemudian turut juga menjadi pertimbangan bagi terwujudnya
tindakan fisik dalam kekinian diri saya. Iqbal berpendapat, jangka
waktu dari diri itu berbeda dengan jangka waktu dari peristiwa fisik.
Jangka lama dari peristiwa terbentang dalam ruangan sebagai satu
kenyataan masa kini; jangka lama dari peristiwa terpusat di
dalamnya dan terpaut antara masa lalu, masa kini, dan masa depan
dengan cara yang unik.
c. Khudi itu bertaraf
Ada khudi yang lebih rendah dan ada khudi yang lebih
tinggi. Tinggi rendahnya taraf khudi setiap wujud tergantung pada
tingkat kemampuan menghayati diri secara mantap. Khudi yang
tingkatnya lebih rendah terdapat pada materi atau benda fisik.
Khudi yang tingkatnya paling tinggi terdapat pada manusia. Sedang
khudi yang paling sempurna adalah diri Tuhan. Khudi manusia itu
juga bertaraf. Pendapat Iqbal ini diperkuat dengan mengutip alQur’an surat al-Inshiqaq (84) ayat 19: “Sesungguhnya kamu melalui
tingkat demi tingkat dalam kehidupan”.
d. Khudi bersifat dinamis
Khudi dapat menjadi semakin kuat dan dapat menjadi lemah.
khudi menjadi semakin kuat apabila semakin tebal rasa keakuannya
sebagai diri yang berpusat pada dirinya sendiri. Khudi menjadi
25
h. 99
Muhammad Iqbal, The Reconstruction of Religious Thought In Islam,
Rusdin, Insan Kamil dalam Perspektif Muhammad Iqbal…263
semakin lemah bila rasa keakuan sebagai diri yang berpusat pada
dirinya sendiri tipis atau kurang. Keadaan semakin kuat dan juga
melemahnya khudi di alami oleh manusia yang telah mencapai
tingkat yang relative tinggi dalam perkembangan khudi.
Menguat dan melemahnya khudi dipengaruhi oleh faktorfaktor tertentu. Iqbal menyebutkan faktor-faktor yang memperkuat
khudi, yaitu: adanya cinta kasih, sikap faqr, sikap berani atau
keberanian, toleransi, kasb-I halal, kerja kreatif dan asli. Sedangkan
melemahkan khudi: sikap penakut, sikap meminta-minta,
perbudakan, dan sikap sombong.26
e. Khudi itu bersifat teleologis
Ketidak terikatan khudi oleh ruangan dan waktu berakibat
khudi dapat membayangkan atau memikirkan keadaan atau masa
depan yang lebih baik dari keadaan sekarang. Diri manusia
sebenarnya lebih dari dirinya yang sekarang, meskipun ia belum
menjadi wujudnya yang akan datang. Tingkat-tingkat khudi
bukanlah barang jadi, melainkan suatu hasil pencapaian. 27 Setiap
wujud berjuang untuk mencapai tingkat kedirian yang lebih tinggi
atau sempurna. Tingkat kedirian yang lebih tinggi dan sempurna
tidak hanya dicita-citakan oleh manusia saja, tetapi juga oleh setiap
wujud atau setiap organism. Akan tetapi dari keseluruhan wujud
atau organisme, manusia sajalah yang berhasil mencapai tingkat
kedirianyang relatif tinggi dan sempurna.
Iqbal berpendapat, mengembangkan diri untuk mencapai
tingkat kedirian yang lebih tinggi dan sempurna berarti bergerak
mendekati Tuhan. Tuhanlah satu-satunya diri yang paling tinggi dan
sempurna. Upaya untuk mendekati Tuhan, pada manusia, tidak
pernah berhenti pada suatu titik atau keadaan tertentu. Kematian
raga, tidak berarti diri manusia juga mati. Kematian raga adalah satu
fase dari kehidupan diri manusia. Diri manusia, melalui kematian
26
Muhammad Iqbal, Rahasia-Rahasia Pribadi, h. 30
Ahmad Safi’I Ma’arif dan Muhammad di Ponegoro, Percik-Percik
Pemikiran Iqbal(Yogyakarta: salahuddin press, 1983), 28.
27
264 |Rausyan Fikr, Vol. 12 No. 2 Desember 2016: 251 - 271
raga, akan melihat bagi dirinya akibat-akibat amalnya di masa
lampau dan menghakimkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa
depan.
Iqbal dengan filsafat khudi-nya sebenarnya telah
membentangkan sebuah rencana yang matang bagi upaya aktualisasi
diri manusia. Iqbal menunjukkan bahwa diri manusia menyimpan
potensi tak terbatas dan memiliki berbagai kemungkinan bagi
aktualisasinya.
INSAN KAMIL PERSPEKTIF MUHAMMAD IQBAL
1. Insan kamil puncak aktualisasi diri
Pemikiran Iqbalmengenai khudi bermuara pada pemikirannya
tentang insan kamil. Insan kamil adalah taraf atau derajat tertinggi
yang dapat dicapai oleh khudi dalam perkembangannya. Insan kamil
merupakan bentuk manusia yang ideal, manusia yang benar-benar
sempurna sebagai manusia. Tema tentang manusia ideal menjadi
pembahasan banyak pemikir. Tiap-tiap pemikir mempunyai konsep
yang berbeda tentang bentuk manusia ideal. Abdul karim bin
Ibrahim al-Jili(1365-1428), seseorang mistikus, berpendapat bahwa
manusia ideal merupakan gambaran Tuhan, dan dalam
kenyataannya, manusia adalah rantai yang menyatukan Tuhan
dengan alam semesta. Insan kamil artinya manusia sempurna,
berasal dari kata al-insan yang berarti manusia dan al-kamil yang
berarti sempurna. Konsepsi filosofis ini pertama kali muncul dari
gagasan tokoh sufi Ibnu `Arabi, 28 menurutnya insan kamil adalah
mikrokosmos yang sesungguhnya, sebab dia memanifestasikan
semua sifat dan kesempurnaan Ilahi, dan manifestasi semacam ini
tidaklah sempurna tanpa perwujudan penuh kesatuan hakiki dengan
Tuhan. Al-Jili adalah pengikut Ibnu `Arabi, gagasan ini
dikembangkan menjadi bagian dari renungan mistis yang bercorak
28
Ibnu `Arabi (560H/1165M)adalah seorang keturunan suku `Arab kuno
Thai, ia dikenal di dunia `Arab dengan nama Ibnu `Arabi. Dua gelar yang masyhur
ialahMuhyi al-Din(penghidup agama) dan al-Shaikh al-akbar(Doktor Maximus)
atau guru besar. Lihat Sayyed Husein Nasr, Thala>thahHuka>ma Muslim, terj.
(Bandung: Risalah, 1986), 127.
Rusdin, Insan Kamil dalam Perspektif Muhammad Iqbal…265
tasawuf filosofis.Al-Jili merumuskan insan kamil ini dengan
merujuk pada diri Nabi Muhammad SAW sebagai sebuah contoh
manusia ideal. Jati diri Muhammad (al-haqiqah al-Muhammad) yang
demikian tidak semata-mata dipahami dalam pengertian Muhammad
SAW. sebagai utusan Tuhan, tetapi juga sebagai nur (cahaya/roh)
Ilahi yang menjadi pangkal dan poros kehidupan di jagad raya ini.
Nur Ilahi kemudian dikenal sebagai Nur Muhammad29 oleh kalangan
sufi, disamping terdapat dalam diri Muhammad juga dipancarkan
Allah SWT ke dalam diri Nabi Adam AS. Al-Jili dengan karya
monumentalnya yang berjudul al-Insan al-Kamil fi Ma’rifah alAwakhir wa al-Awa’il (Manusia Sempurna dalam Konsep
Pengetahuan tentang Misteri yang Pertama dan yang Terakhir)
Bagi al-Jili, manusia dapat mencapai jati diri yang sempurna
melalui latihan rohani dan pendakian mistik, bersamaan dengan
turunnya Yang Mutlak ke dalam bermeditasi tentang nama dan
sifat-sifat Tuhan, dan pada tingkat kedua mulai mengambil bagian
dalam sifat-sifat Ilahi serta mendapat kekuasaan yang luar
biasa.Pada tingkat ketiga, ia melintasi daerah nama serta sifat
Tuhan, masuk ke dalam suasana hakikat mutlak, dan kemudian
menjadi “manusia Tuhan” atau insan kamil. Matanya menjadi mata
Tuhan, kata-katanya menjadi kata-kata Tuhan, dan hidupnya
menjadi hidup Tuhan (nur Muhammad).30
Muhammad Iqbal tidak setuju dengan teori para sufi seperti
pemikiran al-Jili ini. Menurut dia, hal ini membunuh individualitas
dan melemahkan jiwa. Iqbal memang memandang dan mengakui
Nabi Muhammad SAW sebagai insan kamil, tetapi tanpa penafsiran
29
Nur Muhammad dalam tasawuf merupakan makhluk yang pertama
sekali diciptakan oleh Allah SWT. Dan setelah itu baru diciptakan alam yang
lainnya. Nur Muhammad sering juga disebut Hakikat Muhammad atau Ruh
Muhammad. Untk pertama kalinya konsep Nur Muhammad dibawa oleh sufi alHallaj. Lihat; Sahabuddin, Nur Muhammad Pintu menuju Allah, Telaah atas
pemikiran Syekh Yusuf al-Nabhani (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2002),.36.
30
Lihat,Syed Abdul Vahid,Iqbal: His Art and Thought
(Lahore:Sh.Muhammad Ashraf, 1944),103-104.
266 |Rausyan Fikr, Vol. 12 No. 2 Desember 2016: 251 - 271
secara mistik. Insan kamil versi Iqbal tidak lain adalah sang
mukmin, yang dalam dirinya terdapat kekuatan, wawasan,
perbuatan, dan kebijaksanaan. Sifat-sifat luhur ini dalam wujudnya
yang tertinggi tergambar dalam akhlak Nabi SAW. Insan kamil bagi
Iqbal adalah sang mukmin yang merupakan makhluk moralis, yang
dianugerahi kemampuan rohani dan agamawi. Untuk menumbuhkan
kekuatan dalam dirinya, sang mukmin senantiasa meresapi dan
menghayati akhlak Ilahi.
Iqbal dalam The Reconstruction of Religious Thought in
Islammenyebut manusia ideal dengan perfect man hood, beberapa
penerjemah mengartikan istilah tersebut dengan insan kamil.
Perwakilan Ilahi di dunia ini adalah bentuk perkembangan diri yang
tertinggi. Insankamiladalah khalifah (wakil) Tuhan di dunia ini.
Pada dirinya terjalin berbagai unsur jiwa yang kontradiktif. Unsurunsur tersebut disatukan oleh kekuatan kerja yang besar yang
didukung oleh pikiran, ingatan, akal budi, imaginasi, dan
temperamen yang berpadu dalam dirinya; sehingga ketidak selarasan
kehidupan mental menjadi keharmonisan dalam dirinya. Dia
mencintai kesulitan dalam perkembangan hidupnya, kehendaknya
adalah kehendak Ilahi. Insankamil menurut versi Iqbal tidak lain
adalah sang mukmin sejati yang dalam dirinya terdapat kekuatan,
wawasan, perbuatan dan kebijaksanaan. Sifat-sifat luhur ini dalam
wujudnya yang tertinggi tercermin dalam akhlaq nabawi.
Insankamilyang tidak lain adalah mukmin sejati, tidak
memperlakukan agamanya sebagai dogma yang kikuk. Seluruh
hidupnya dijalani dengan penuh semangat dan kreativitas yang
sesuai dengan kehendak Tuhan. Rahasia dirinya adalah la ilaaha
illallah yang mejadikannya mampu menguasai dunia. Figur insan
kamil menurut Iqbal adalah diri Rasulullah Muhammad SAW yang
seluruh hidup dan kehidupannya dipergunakan untuk menjalankan
dan menegakkan kalimatullah, menegakkan kemanusiaan dengan
penuh semangat dan kreativitas. Rasulullah Muhammad SAW telah
mi’raj “ke langit” dan memperoleh pengalaman spiritual yang
setinggi tingginya, namun demikian, Rasulullan Muhammad SAW
Rusdin, Insan Kamil dalam Perspektif Muhammad Iqbal…267
tetap juga kembali kedunia ini. Orang kebatinan seandainya berhasil
mencapai pengalaman spiritual setinggi-tingginya itu, maka dia
tiada menghendaki untuk kembali dari ketenangan pengalamannya
itu. Seandainya toh kembali, kembalinya itu tiada banyak berarti
bagi umat manusia. Iqbal mensitir ucapan seorang sufi, yakni Abdul
Qudus: “I swear by God that if I reached that paint, I should never
haver returned”. 31 Rasulullah Muhammad SAW kembali ketengah
kehidupan umatnya, meskipun beliau telah mencapai puncak
ketenangan dari pengalaman spiritual tertinggi. Kembalinya
Rasulullah adalah kreatif, yakni untuk mengawasi kekuatan sejarah
dan menciptakan suatu dunia yang normal.Pandangan Iqbal tentang
figur insan kamil itu sesuai dengan ayat-ayat dalam al-Qur’an surat
al-anbiya ayat 107 dan surat al-ahzab ayat 21. “Dan tiadalah kami
mengutusmu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi
semesta alam”. “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri
tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang
mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah”. Demikian cita Iqbal tentang insan kamil
sebagai bentuk manusia ideal, dan merupakan tingkat kedirian
tertinggi yang mungkin di capai oleh setiap diri. Insan kamil Iqbal
dilatarbelakangi oleh kerinduan terhadap Tuhan dan rasa tanggung
jawab sebagai wakil (khalifah) Tuhan di bumi; dan menemukan
bentuknya pada diri Rasulullah Muhammad SAW.
2. Aktualisasi khudi menuju insan kamil
Insan kamil yang merupakan taraf kedirian tertinggi dan
karenanya adalah tujuan setiap proses perkembangan diri, hana
dapat dicapai melalui jalan tertentu dan cara tertentu pula untuk
menempuh jalan itu. Iqbal berpendapat, seseorang harus melalui tiga
fase untuk mencapai derajat insan kamil. Pertama, tunduk atau taat
kepada hukum Tuhan. Arti penting ketaatan kepada hukum-hukum
31
99.
Muhammad Iqbal, The Reconstruction of Religious Thought In Islam,
268 |Rausyan Fikr, Vol. 12 No. 2 Desember 2016: 251 - 271
atau aturan-aturan Tuhan dalam rangka mencapai derajat insankamil
ditunjukkan oleh Iqbal dalam sebuah sajak.
“Jangan tolak beban tugas kewajiban
Agar dapat kau nikmati pemukiman
Sebaik-baiknya di samping Tuhan
Usahakanlah taat-patuh, hai orang yang ceroboh
Kemerdekaan adalah hasil paksaan
Oleh taat orang tak bernilai menjadi tinggi”.32
Isi sajak Iqbal diatas adalah bahwa untuk mendapatkan sebaikbaik tempat disisi Tuhan, manusia harus mentaati kewajibankewajiban atau aturan-aturan dari Tuhan. Tuhan, dengan aturanaturan tersebut, sebenarnya menunjukkan kepada manusia jalan
untuk sampai kapada-Nya. Ketaatan terhadap aturan-aturan Tuhan
membuat derajat manusia menjadi lebih tinggi, karena sebenarnya
dengan taat kepada aturan-aturan Tuhan manusia akan memperoleh
kebebasan. Aturan-aturan Tuhan tidak membelenggu manusia, tapi
justru memberi arah, dan merupakan ikatan yang membebaskan.
Kedua, menguasai diri (self control). Fase kedua yang harus
dilalui dalam upaya mencapai insan kamil setelah ketaatan terhadap
aturan-aturan Tuhan adalah menguasai diri atau mengendalikan diri.
Hubungan fase pertama dan kedua ditunjukkan oleh Iqbal dalam
sajaknya.
“Selama kau pegang kendali tiada Tuhan selain Allah
Kau akan pecahkan setiap lambang ketakutan
Seorang kepada siapa Tuhan penaka jiwa bagi badannya
Kepalanya tidak tunduk kepada kesombongan apapun
Tak ada takut dan cemas dalam dadanya
Hatinya tak gentar selain kepada Allah semata”.33
Pengakuan tiada Tuhan selain Allah, merupakan esensi
ketaatan. Ketaatan terhadap aturan-aturan tuhan, akan menjaga diri
32
33
Muhammad Iqbal, Rahasia-Rahasia Pribadi, 116.
Iqbal, Rahasia….., 117.
Rusdin, Insan Kamil dalam Perspektif Muhammad Iqbal…269
seseorang dari sikap takut dan sombong, suatu sikap yang dapat
melemahkan diri. Aktualisasi ketaatan kepada Tuhan menjadi satusatunya referensi bagi segala tindakan.Pengendalian diri menjadi
penting dalam upaya mencapai insan kamil. Kenyataan
menunjukkan bahwa manusia adalah diri yang bebas. Kehidupan diri
manusia menunjukkan adanya dua kecenderungan yang berlawanan,
kecenderungan terhadap hal-hal yang baik dan yang buruk.
Kebebasan diri manusia semakin menunjang dalam memilih dua
kecenderungan tersebut. Kecenderungan terhadap hal-hal yang baik
berakibat semakin kuatnya diri, sedang kecenderungan terhadap halhal yang buruk akan berakibat lemahnya diri. Kecenderungan
terhadap hal-hal yang buruk tidak mungkin dihilangkan sama sekali,
tetapi dapat di kekang atau dikendalikan. Upaya mencapai insan
kamil harus dilakukan dengan mengendalikan kecenderungan
terhadap hal-hal yang buruk, dan senantiasa berpedoman kepada
aturan-aturan Tuhan.
Ketiga, niyabat Ilahi atau kekhalifahan Tuhan. Seseorang yang
telah taat kepada Tuhan, dan karena ketaatannya itu dia mampu
mengendalikan diri, maka sampailah dia kepada fase insan kamil.
Insan kamil sebagaimana telah dikemukakan di muka adalah
khalifah atau wakil tuhan di bumi, yang tiada lain adalah seseorang
mukmin sejati. Seorang mukmin sejati adalah seorang yang benarbenar taat kepada tuhan dan mampu mengendalikan diri. Manusia
yang pantas menjadi wakil tuhan di bumi adalah manusia yang
mampu membaca aturan-aturan tuhan dan mampu menafsirkan serta
mewujudkan dalam prilakunya.34
PENUTUP
Filsafat Iqbal tentang insan kamil dan konsep yang berkaitan
dengan bagaimana prosedur pencapaiannya merupakan konsekuensi
dari rencana aktualisasi diri yang telah dibentangkan dalam filsafat
khudinya. Khudi bukanlah anugerah alam, tetapi dibentuk melalui
34
Iqbal, Rahasia….., 73.
270 |Rausyan Fikr, Vol. 12 No. 2 Desember 2016: 251 - 271
usaha dan kerja keras, disiplin yang tidak kenal lelah dengan
keteguhan watak yang didasari oleh cinta atau ishq (keinginan
mengasimilasi dan mengabsorbsi sifat-sifat utama dari yang
dikasihi), faqr atau keteguhan sikap (upaya untuk meraih sukses),
keberanian dan kreatifitan.Proses insan kamil tidak terjadi dengan
begitu saja tapi harus dilakukan dengan bersungguh-sungguh,
mengikuti secara teliti dan tekun kehidupan nabawi, melalui tiga
tahap, yaitu ketaatan kepada hukum Tuhan, pengendalian diri
sebagai bentuk tertinggi kesadaran diri tentang pribadi dan
kekhalifahan Tuhan. Ketiga tahap tersebut tidak berjenjang satu
demi satu tetapi saling merangkum.
DAFTAR PUSTAKA
Adian, Doni Gahral. 2003 Muhammad Iqbal, Bandung: Teraju
Ali, Mukti. 1993 Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan,
Bandung: mizan
Azam, Abdul Wahab.1985 Muhammad Iqbalsiratuhu wa falsafatuhu
wa sha’ruhu, terj. Rafik Usman. Jakarta: pustaka
Hamersma. 1984.Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern.Jakarta: PT.
Gramedia.
Iqbal, Muhammad. 1986The Reconstruction of Religious Thought
In Islam,Lahore:institute of Islamic culture.
Khan, Asif Iqbal. 2002Agama, Filsafat, Seni Dalam Pemikiran
Iqbal, terj. Farida Arini, Yogyakarta: fajar pustaka baru.
Lee, Robert D. 2000Mencari Islam Autentik Dari Nalar Puitis Iqbal
Hingga Nalar Kritis Arkoun, Bandung: mizan.
Lidinillah, Mustofa Anshori.2005 Agama dan Aktualisasi Diri
Perspektif Filsafat Muhammad Iqbal, Yogyakarta: badan
penerbit filsafat UGM
Mu’awwid}, Ahmad. 1980Muhammad IqbalHayatihi wa Atharihi,
TT.
Rusdin, Insan Kamil dalam Perspektif Muhammad Iqbal…271
Nasr, Sayyed Husein.1986 Thalathah Hukama Muslim. terj.
Bandung: Risalah.
Poedjawijatna, I.R. 2005.Pembimbing ke Arah Alam Filsafat.
Jakarta:Rineka Cipta.
Rahardjo, M.Dawam.1987.Insan Kamil, Konsepsi Manusia Menurut
Islam Jakarta: Pustaka Grafitipers.
Sahabuddin. 2002Nur Muhammad Pintu menuju Allah, Telaah atas
pemikiran Syekh Yusuf al-Nabhani. Jakarta: PT. Logos
Wacana Ilmu
Saiyidain. K.G. 1981. “Iqbal Education Filosofi” Percikan Filsafat
Iqbal tentang Pendidikan, terj: MI sulaiman Bandung CV.
Diponegoro
Schimmel, Annemarie. 2001“And Muhammad is His Messenger;
TheVenerationof the Prophet in Islamic Piety” terj.
Rahmani Astuti dan Ilyas Hasan,Dan Muhammad adalah
Utusan Allah ,Penghormatan terhadap Nabi SAW. Dalam
Islam ,cet.Vlll .Bandung: Mizan
Soleh, Khudori. 2004Wacana Baru Filsafat Islam, Yogyakarta:
pustaka belajar.
Download