pemetaan jaringan distribusi listrik sempol - Repository

advertisement
TESIS – RG 142556
PEMETAAN JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK
SEMPOL MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS DAN EVALUASI PENANGGULANGAN
GANGGUAN BERDASARKAN ANALYTICAL
HIERARCHY PROCESS
AGUNG HERDIANTO
3514202002
DOSEN PEMBIMBING
Dr.Ing.Ir. Teguh Harijanto, M.Sc.
Dr.Ir. Widya Utama, DEA.
PROGRAM MAGISTER
BIDANG KEAHLIAN TEKNIK GEOTHERMAL
JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2017
Halaman ini sengaja dikosongkan
Halaman ini sengaja dikosongkan
PEMETAAN JARINGAN DISTRIBUSI LISTRIK SEMPOL
MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN
EVALUASI PENANGGULANGAN GANGGUAN
BERDASARKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Nama Mahasiswa
NRP
Pembimbing
: Agung Herdianto
: 3514202002
: Dr.Ing.Ir. Teguh Harijanto, M.Sc.
Dr.Ir. Widya Utama, DEA.
ABSTRAK
Tumpang tindih penggunaan lahan antara jaringan distribusi listrik
dengan kawasan Perhutani dan kawasan PTPN XII di Sempol perlu mendapat
perhatian, pemilihan lahan yang kurang tepat untuk tata letak peralatan distribusi
listrik menjadi salah satu faktor timbulnya gangguan. Salah satu gangguan yang
timbul akibat panjangnya saluran distribusi yaitu tegangan jatuh (drop voltage).
Mengingat wilayah Sempol merupakan kawasan hutan dan perkebunan, dimana
terdapat tanaman tinggi berdaun lebat sehingga dibutuhkan penambahan saluran
guna menghindari kawasan tersebut. Sistem informasi geografis (SIG) memiliki
kemampuan dalam mengolah data spasial sebagai solusi dalam mengelola dan
merencanakan penambahan jaringan distribusi listrik di kawasan Sempol.
Pengolahan data pada sistem informasi geografis menghasilkan informasi berupa
panjang saluran, jenis penghantar, kapasitas daya, tiang gardu distribusi dan
pengguna listrik di Sempol. Pengambilan keputusan dalam penanggulangan
gangguan pada jaringan listrik mengalami dilema, terutama dalam hal
menentukan prioritas. Analytical Hierarchy Process (AHP) memiliki kemampuan
dalam menentukan keputusan prioritas berdasarkan bobot kriteria, sub kriteria dan
alternatif keputusan penanggulangan gangguan berdasarkan masukan dari para
ahli (pakar). Dari hasil pengolahan data mengunakan ArcGIS diketahui bahwa
pemetaan jaringan distribusi listrik pada gardu distribusi Krepean, Mlaten dan
Jampit melewati kawasan agrikultur lahan dan kawasan perkebunan. Dengan
panjang saluran distribusi dari gardu induk hingga gardu distribusi Jampit
sepanjang 67,65 kms. Pemetaan untuk perencanaan jaringan listrik baru di Blawan
diketahui memiliki panjang saluran 5 km dari saluran hubung terakhir, dengan
iii
melewati tutupan lahan kawasan perkebunan. Hasil analisis pada panjang saluran
dapat diketahui tegangan jatuh sebesar 0,76% berdasarkan pengukuran di gardu
distribusi Jampit, sedangkan pada gardu distribusi Krepean sebesar 0,71 % dan
gardu Mlaten sebesar 0,75%. Dari hasil pendekatan menggunakan metode AHP
diketahui bahwa faktor internal mendominasi gangguan distribusi listrik dengan
nilai prosentase 62%. Keputusan alternatif terhadap upaya penanggulangan
gangguan yaitu melakukan perawatan dan pengontrolan jaringan distribusi listrik
dengan nilai prioritas sebesar 58%, alternatif kedua melakukan program
pendidikan dan pelatihan kepada teknisi dengan nilai prioritas sebesar 28% dan
alternatif ketiga penambahan pemasangan relay proteksi guna melokalisir
gangguan sebesar 14%.
Kata kunci : Analytical Hierarchy Process, tegangan jatuh, jaringan distribusi
listrik, sistem informasi geografis.
iv
THE MAPPING OF ELECTRICITY DISTRIBUTION
NETWORK IN SEMPOL BY USING GEOGRAPHIC
INFORMATION SYSTEM AND THE EVALUATION
PREVENTION OF DISTURBANCE BASED ON
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
By
NRP
Supervisor
: Agung Herdianto
: 3514202002
: Dr.Ing.Ir.TeguhHarijanto, M.Sc.
Dr.Ir. Widya Utama, DEA.
ABSTRACT
The overlapping of the usage of area between PLN electricity distribution
network with Perhutani region and PTPN XII area in Sempol needs to get more
attention, the wrong method of land selection for the layout of electrical
distribution equipment is one factor disturbance. One of the disturbances arising
from the distribution line length is drop voltage. Remembering that Sempol is area
of forests and plantations where there are vegetation of leafy tall plants that could
harm the line of electrical distribution network. The capability of geographical
information system (GIS) in fast processing and analyzing of spatial data as a
solution in managing and planning the addition of electricity distribution networks
in Sempol. Processing data on geographic information system produces
information such as lines length, conductor type, power capacity, pole distribution
and electricity users in Sempol. Decision making in the prevention of disturbances
on the electrical grid in a hardship, especially in terms of determining priorities.
The capability of Analytical Hierarchy Process (AHP) to determine the priority
decisions based on weight criteria, sub criteria and alternatives prevention of
disturbances decisions based on input from experts. From the results of data
processing using ArcGIS note that mapping the electricity distribution network in
distribution substations Krepean, Mlaten and Jampit passed the area of
agricultural land and the plantation area. With a length of distribution lines from
substation to distribution substation throughout Jampit 67.65 Kms. Mapping for
planning new electricity networks in Blawan known to have a lines length of 5 km
of the lines last circuit, by passing plantation area land cover. The results of the
v
analysis on the length of the channel can be known voltage drop of 0.76%, based
on measurements in Jampit substation, substation Krepean while at 0.71% and
0.75% Mlaten substation. Based on results of the approach using analytic
hierarchy process (AHP) is known that internal factors dominate disturbance of
electricity distribution with the percentage of 62%. Alternative decisions in order
to overcome disturbances that do maintenance and control of electrical
distribution networks with a priority value of 58%, the second alternative a
program of education and training to technicians with a priority value of 28% and
a third alternative the addition of mounting protection relays to localize the
disturbance by priority value of 14%.
Keyword : Analytical Hierarchy Process (AHP), drop voltage, electricity
distribution network, geographical information system.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga laporan tesis yang berjudul “Pemetaan Jaringan Distribusi Listrik
Sempol Menggunakan Sistem Informasi Geografis dan Evaluasi Penanggulangan
Gangguan Berdasarkan Analytical Hierarchy Process” dapat terselesaikan
dengan baik. Laporan tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana Teknik Geomatika bidang minat
Teknik Geothermal di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari
bantuan dan dorongan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Dengan
segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada kedua orang tua Alm. Bapak Sukirman dan Ibu Suminah atas
do’a serta dukungannya. Ucapan terima kasih kepada keluarga besar kakak (Irna,
Anna, Wincoko, Ari) adik (Edo, Ricky, Juli) dan istriku tercinta Vonda Silvia
yang selalu memberi semangat pantang menyerah.
Terima kasih kepada kedua dosen pembimbing tesis, Dr. Ing. Ir. Teguh
Harijanto, M.Sc dan Dr. Ir. Widya Utama, DEA yang telah meluangkan waktu
dalam membimbing dan memberikan saran kritik kepada penulis dalam
penyelesaian laporan tesis. Ucapan terima kasih kepada PT.PLN Unit Distribusi
APJ Situbondo, Bapak Chairudin (Manajer), Dasih Listyanto (Asmen Jaringan),
Djuwali (Asmen Perencanaan Konstruksi) dan masyarakat kecamatan Sempol
kabupaten Bondowoso yang telah bersedia membagi waktu dan ilmu pengetahuan
pengalaman dilapangan. Teman-teman seperjuangan Pra S2 Matematika
SAINTEK, S2 Geothermal Geomatika dan Klampis Aji 29 terima kasih atas
perhatian dan dukungan semangat. Rekan-rekan pengajar dan staf di Universitas
Abdurachman Saleh Situbondo terima kasih atas kerjasamanya. Ucapan terima
kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi atas bantuan beasiswa PraSaintek 2013 dan beasiswa BPPDN 2014 hingga sampai terselesaikannya
pendidikan pascasarjana.
vii
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya dalam disiplin ilmu geomatika dan
geothermal, kritik atau saran yang bersifat membangun diharapkan terus mengalir
demi pengembangan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.
Surabaya, Januari 2017
Penulis,
Agung Herdianto, S.T
viii
DAFTAR ISI
Hal
JUDUL PENELITIAN ..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG) ..................................................... 5
2.1.1 Komponen (SIG) ......................................................................... 6
2.1.2 Aplikasi Dan Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis ............. 6
2.2 Global Positioning System (GPS) ...................................................... 8
2.2.1 Bagian Daerah Kerja GPS ........................................................... 8
2.2.2 Cara Kerja GPS ........................................................................... 9
2.2.3 Penentuan Posisi Dengan GPS .................................................... 10
2.3 Jaringan Distribusi Tenaga Listrik ...................................................... 11
2.3.1 Sistem Distribusi ......................................................................... 11
2.3.2 Standar Konstruksi ...................................................................... 12
2.3.3 Sistem Penghantar Dan Konstruksi Jaringan .............................. 14
2.3.4 Perencanaan Jaringan Distribusi ................................................. 17
2.3.5 Gangguan Pada Sistem Distribusi Dan Penanggulangannya ...... 18
2.4 Analisis Tegangan Jatuh (Drop Voltage) ............................................ 19
ix
2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP)................................................... 22
2.5.1 Tahapan Analytical Hierarchy Process (AHP) ............................ 23
2.5.2 Prinsip Dasar dan Aksioma AHP................................................. 25
2.5.3 Penyusunan Prioritas.................................................................... 27
2.5.4 Eigen Value Dan Eigen Vektor ................................................... 29
2.5.5 Uji Konsistensi Indek Dan Rasio ................................................. 30
2.6 Penelitian Terdahulu............................................................................ 31
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Alur Penelitian Sistem Informasi Geografis ....................................... 33
3.1.1 Identifikasi Data Administratif PLN APJ Situbondo .................. 34
3.1.2 Data Peralatan Jaringan Distribusi Listrik ................................... 34
3.1.3 Digitasi Jaringan Distribusi Listrik .............................................. 34
3.2 Teknik Analisis Data Menggunakan AHP .......................................... 35
3.3 Analisis Tegangan Jatuh (Drop Voltage) ............................................ 36
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemetaan Jaringan Distribusi Listrik APJ Situbondo ......................... 37
4.2 Analisis Tegangan Jatuh (Drop Voltage) ............................................ 46
4.3 Evaluasi Penanggulangan Gangguan Menggunakan AHP.................. 52
4.3.1 Matrik Berpasangan ..................................................................... 54
4.3.2 Perhitungan Prioritas Global ........................................................ 59
4.3.3 Matrik Alternatif .......................................................................... 60
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 61
5.2 Saran .................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 63
LAMPIRAN ..................................................................................................... 65
BIOGRAFI PENULIS
x
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Prinsip kerja sistem informasi geografis ...................................... 5
Gambar 2.2 Pemetaan lahan menggunakan ArcGIS ....................................... 7
Gambar 2.3 Global Positioning System .......................................................... 8
Gambar 2.4 Daerah Kerja GPS ....................................................................... 9
Gambar 2.5 Diagram alur single line distribusi listrik .................................... 11
Gambar 2.6 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) ............................ 13
Gambar 2.7 Konstruksi TM-1 ......................................................................... 14
Gambar 2.8 Konstruksi TM-2 .......................................................................... 15
Gambar 2.9 Konstruksi TM-3 .......................................................................... 15
Gambar 2.10 Konstruksi TM-4 ........................................................................ 16
Gambar 2.11 Konstruksi J5-T .......................................................................... 16
Gambar 2.12 Konstruksi J7-T .......................................................................... 17
Gambar 2.13 Konstruksi J6-T .......................................................................... 17
Gambar 2.14 Diagram saluran distribusi tenaga listrik ................................... 20
Gambar 2.15 Diagram vektor pada tegangan saluran distribusi ...................... 21
Gambar 2.16 Bagan hierarki dekomposisi sederhana ...................................... 25
Gambar 2.17 Bagan hierarki dekomposisi komplek ........................................ 26
Gambar 3.1 Diagram alir pemetaan jaringan distribusi Sempol ..................... 33
Gambar 3.2 Diagram alir pengolahan data distribusi listrik ........................... 34
Gambar 3.3 Proses pengolahan data dengan teknik AHP ............................... 35
Gambar 3.4 Diagram alir analisis tegangan jatuh (Drop Voltage)................... 36
Gambar 4.1 Pemetaan saluran tegangan menengah dan gardu ........................ 39
Gambar 4.2 Peta pengguna listrik pada gardu distribusi Krepean ................... 40
Gambar 4.3 Peta pengguna listrik pada gardu distribusi Mlaten ..................... 41
Gambar 4.4 Peta pengguna listrik pada gardu distribusi Jampit ...................... 42
Gambar 4.5 Peta tutupan lahan di Situbondo dan Bondowoso ........................ 44
Gambar 4.6 Peta perencanaan tiang SUTM Blawan ........................................ 45
Gambar 4.7 Diagram hirarki evaluasi penanggulangan gangguan listrik ........ 53
xi
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Skala perbandingan bobot kriteria .................................................. 24
Tabel 2.2 Matrik perbandingan berpasangan ................................................... 28
Tabel 2.3 Matrik pair wise comparison............................................................ 28
Tabel 2.4 Random Index .................................................................................. 31
Tabel 2.2 Tabel kuesioner matrik .................................................................... 13
Tabel 4.1 Data transformator distribusi wilayah Sempol................................. 47
Tabel 4.2 Data panjang dan jenis penghantar gardu distribusi ........................ 47
Tabel 4.3 Arus beban puncak tiap gardu distribusi .......................................... 48
Tabel 4.4 Impedansi penghantar XLPE ........................................................... 49
Tabel 4.5 Impedansi penghantar AAAC .......................................................... 49
Tabel 4.6 Matrik berpasangan kriteria ............................................................. 55
Tabel 4.7 Eigen vektor ternormalisasi ............................................................. 55
Tabel 4.8 Matrik berpasangan sub kriteria faktor internal ............................... 56
Tabel 4.9 Eigen vektor ternormalisasi ............................................................. 56
Tabel 4.10 Matrik berpasangan sub kriteria faktor eksternal ........................... 57
Tabel 4.11 Eigen vektor ternormalisasi ........................................................... 57
Tabel 4.12 Matrik berpasangan sub kriteria faktor kelalaian ........................... 58
Tabel 4.13 Eigen vektor ternormalisasi ........................................................... 58
Tabel 4.14 Prioritas global kriteria dan sub kriteria ......................................... 59
Tabel 4.15 Prioritas alternatif ........................................................................... 60
xii
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecamatan Sempol berjarak 60 km arah timur dari kota kabupaten
Bondowoso yang berada di ketinggian 1.000 sampai dengan 1.500 meter diatas
permukaan laut. Kondisi dataran di kecamatan Sempol terdiri dari 9,58% tanah
tegal, 23,56% tanah perkebunan PTPN XII, 62,51% kawasan hutan dan 3,91%
berupa tanah untuk bangunan (BPS 2015). Wilayah yang luas dengan jumlah
penduduk yang terus bertambah setiap tahunnya, membutuhkan penyaluran
tenaga listrik yang memadai agar dapat menunjang kegiatan perekonomian
masyarakat di kecamatan Sempol. Berdasarkan hasil kajian geologi dan geofisika
menyatakan bahwa kecamatan Sempol memiliki kandungan sumber daya alam
berupa energi panas bumi, manifestasi panas bumi ditandai dengan adanya
sumber mata air panas di Blawan. Estimasi produksi tenaga listrik yang dihasilkan
dari panas bumi di Blawan sebesar 110 Mwe (ESDM JATIM 2014). Produksi
tenaga listrik diharapkan dapat menyumbang target listrik nasional pada tahun
2019 sebesar 35.000 MW dan pemerataan listrik untuk kawasan pedesaan
terutama di wilayah kabupaten Bondowoso, Situbondo dan Banyuwangi.
Tumpang tindih antara jaringan distribusi listrik PT.PLN (persero) dengan
kawasan Perhutani dan PTPN XII dalam penggunaan lahan di kecamatan Sempol
perlu mendapat perhatian, terkait dengan perijinan pembukaan lahan guna
penambahan jaringan listrik baru di wilayah Sempol. Sebagian masyarakat di
kecamatan Sempol belum terjangkau listrik, hal tersebut disebabkan karena letak
tempat tinggal yang saling berjauhan dari jalur distribusi listrik yang ada.
Dibutuhkan perijinan pembukaan lahan untuk penempatan tiang distribusi saluran
udara tegangan menengah (SUTM) dan tiang gardu distribusi (TR), sehingga
pemerataan distribusi listrik dapat tercapai. Maka untuk mendukung terlaksananya
pemerataan jaringan distribusi listrik di kecamatan Sempol dibutuhkan sistem
informasi geografis. Pemetaan terhadap jaringan distribusi listrik dilakukan
dengan cara teknik tumpang susun (overlay), data-data yang digunakan untuk
1
menyusun sistem informasi geografis terdiri dari peta RBI dengan skala
1:250.000, data pengukuran GPS (Global Positioning System) dan data informasi
pengguna jaringan distribusi listrik yang ada di kecamatan Sempol. Hasil tumpang
susun menjadi dokumen perijinan untuk perencanaan jaringan distribusi baru di
kecamatan Sempol.
Berdasarkan pada panjang saluran distribusi listrik, kawasan yang letaknya
jauh dari penyulang gardu induk rentan mengalami gangguan. Gangguan secara
umum disebabkan karena sentuhan kabel dengan pohon, kegagalan sistem
proteksi dan kawasan rentan bencana. Gangguan yang terjadi berdampak langsung
pada sisi produsen maupun konsumen, di sisi produsen gangguan menyebabkan
kerugian pada sistem distribusi listrik sedangkan di sisi konsumen terjadi
pemadaman dan mengurangi usia pakai peralatan listrik pengguna. Upaya yang
dilakukan guna mengatasi gangguan pada sistem distribusi listrik dengan cara
mengklasifikasikan jenis gangguan berdasarkan kriteria dan sub kriteria
penanggulangannya. Kriteria gangguan antara lain faktor gangguan internal,
gangguan eksternal dan faktor kelalaian petugas. Untuk selanjutnya dilakukan
upaya di lapangan secara langsung misalnya melakukan perabasan pohon,
penggantian konduktor dan perawatan berkala pada jaringan listrik. Evaluasi
terhadap penanggulangan gangguan dilakukan guna mendukung kualitas dan
kontinyuitas pada jaringan distribusi listrik di Sempol.
Penelitian ini berdasarkan metode penelitian terdahulu yang digunakan
saling terkait dan dengan objek penelitian yang berbeda. Pemetaan menggunakan
geographic information system pada letak solar sel yang dihubungkan dengan
kelistrikan nasional Maroko dan aplikasi metode analytical hierachy process
berdasarkan kriteria lokasi, orografi dan iklim untuk mengetahui bobot prioritas
dalam pemetaan (Tahri, Hakdaoui, and Maanan 2015). Sistem informasi geografis
dan aplikasi metode pengambilan keputusan multi kriteria dalam menentukan
letak pembangkit listrik tenaga angin (Atici, Simsek, and Ulucan 2015).
Berdasarkan penelitian sebelumnya sistem informasi geografis dan analytical
hierarchy process (AHP) dapat dikembangkan lebih lanjut guna pengembangan
penelitian terkait pemetaan jaringan distribusi listrik dan evaluasi penanggulangan
gangguan distribusi listrik di Sempol.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka ditarik beberapa rumusan
masalah, diantaranya :
1. Implementasi sistem informasi geografis pada pemetaan jaringan distribusi
listrik baru terhadap jaringan PT.PLN (persero) APJ Situbondo yang ada
di kecamatan Sempol.
2. Nilai prioritas pembobotan kriteria, sub kriteria dan alternatif keputusan
penanggulangan gangguan pada jaringan distribusi listrik dengan
menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
3. Nilai tegangan jatuh (drop voltage) terhadap panjang saluran jaringan
distribusi dari gardu induk sampai gardu distribusi listrik di Sempol.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pemetaan jaringan distribusi listrik berdasarkan data lapangan meliputi
tiang SUTM (20 kV), tiang SUTR (220 V), tiang gardu distribusi,
pengguna listrik dan pemetaan letak jaringan distribusi listrik baru di
Sempol.
2. Mengevaluasi penanggulangan gangguan yang terjadi pada distribusi
listrik wilayah kecamatan Sempol berdasarkan kriteria dan sub kriteria
penanggulangan gangguan distribusi listrik.
3. Menganalisis tegangan jatuh (drop voltage) pada saluran distribusi listrik
di wilayah kecamatan Sempol.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat secara umum yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
implementasi sistem informasi geografis guna mendukung program optimalisasi
kinerja pelayanan PT.PLN APJ Situbondo.
3
Halaman ini sengaja dikosongkan
4
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem informasi geografis atau Geographic Information System adalah
suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah, menyimpan data
atau informasi yang bereferensi geografis (Aronoff, 1989). Sistem informasi
geografis adalah sistem basis data yang bersifat keruangan (spasial). Data spasial
merupakan data mengenai objek geografis di bawah, di atas dan di permukaan
bumi yang dapat di identifikasikan berdasarkan sistem koordinat tertentu atau
bergeoreferensi. Sistem ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun
1972 dengan nama data banks for development. Pada tahun 1967 di Ottawa,
Kanada muncul istilah sistem informasi geografis yang dicetuskan oleh General
Assembly dari International Geographical Union. Sistem informasi geografis
mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik
tertentu di bumi, menggabungkan, menganalisis dan akhirnya memetakan
hasilnya atau menampilkan dalam format grafik dan tabel. Gambar 2.1
menunjukkan prinsip kerja sistem informasi geografis yang diuraikan menjadi
beberapa subsistem berupa data masukan, sistem database (DBMS) dan data
keluaran (Afandi 2014).
Data Masukan
Sistem Manajemen
Database (DBMS)
Data Keluaran
Peta
Masukan
Peta
Data Tabel
Data GPS
Citra Satelit
Simpan dan Ambil
Laporan Tabel
Proses
Foto Udara
Data Laporan
Data Digital
Keluaran
Gambar 2.1 Prinsip kerja sistem informasi geografis
5
2.1.1 Komponen Sistem Informasi Geografis
Sistem informasi geografis merupakan suatu sistem yang terdiri dari
komponen perangkat lunak maupun perangkat keras, antara lain :
1. Perangkat keras yang digunakan antara lain digitizer, scanner, Central
Procesing Unit (CPU), mouse , printer dan plotter.
2. Perangkat lunak yang digunakan yaitu ArcView, Idrisi, ArcGIS, ILWIS
dan MapInfo.
3. Data informasi geografis dengan cara mendigitasi peta, pengukuran
menggunakan Global Positioning System (GPS), foto udara, citra satelit
dan data spasial.
4. Pengguna (user) teknologi sistem informasi geografis yang mengelola
sistem dan membangun perencanaan yang dapat diaplikasikan sesuai
kondisi nyata.
2.1.2 Aplikasi Dan Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis
Sistem informasi geografis dapat dimanfaatkan untuk mempermudah
mendapatkan data-data yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu
lokasi atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari
data spasial dan data atribut dalam bentuk digital. Sistem ini merelasikan data
lokasi geografis (spasial) dengan data non spasial, sehingga dapat membuat peta
dan menganalisa informasinya dengan berbagai cara. Beberapa alasan yang
mendasari dalam penggunaan sistem informasi geografis antara lain :
a. Sistem informasi geografis menggunakan data spasial maupun atribut
secara terintegrasi.
b. Sistem informasi geografis dapat memisahkan antara bentuk presentasi
dan basis data.
c. Sistem informasi geografis memiliki kemampuan menguraikan unsurunsur yang ada di permukaan bumi ke dalam beberapa layer atau coverage
data spasial.
d. Sistem informasi geografis sangat membantu keterkaitan dengan bidang
spasial dan geoinformatika.
6
Aplikasi sistem informasi geografis digunakan dalam hal pengelolaan
sumber daya alam lingkungan, pemetaan skala besar, bidang manajemen
transportasi, informasi lahan, jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi.
Berikut ini adalah beberapa contoh aplikasi SIG
a. Sistem informasi geografis digunakan untuk pengolaan fasilitas kota.
Contoh aplikasinya penempatan pipa dan kabel bawah tanah, perencanaan
fasilitas perawatan, pelayanan jaringan telekomunikasi.
b. Pada pengolaan sumber daya alam dan lingkungan sistem informasi
geografis menggunakan data citra satelit landsat digabungkan dengan foto
udara, sehingga dapat dibuat pemetaan kelayakan untuk tanaman
pertanian, pengelolaan hutan dan analisis dampak lingkungan.
c. Pada bidang transportasi sistem informasi geografis digunakan untuk
mebuat peta skala besar, menengah dan analisis keruangan terutama untuk
manajemen perencanaan rute, pengiriman teknisi, analisa pelayanan dan
pemasaran.
d. Pada jaringan telekomunikasi sistem informasi geografis digunakan untuk
memetakan Main Distribution Poin (MDP), kabel primer, rumah kabel,
kabel sekunder, daerah catu daya langsung dan seterusnya sampai ke
pelanggan.
e. Sistem informasi geografis yang digunakan untuk pemetaan lahan
kadastral skala besar atau peta persil tanah.
Gambar 2.2 Pemetaan lahan menggunakan ArcGIS
7
2.2 Global Positioning System (GPS)
Global positioning system (GPS) merupakan sistem untuk menentukan
posisi dan navigasi secara global dengan menggunakan satelit. Sistem ini
dikembangkan pertama kali oleh departemen pertahanan Amerika untuk
kepentingan militer maupun sipil (survey dan pemetaan). Sistem GPS mempunyai
tiga segmen yaitu satelit, pengendali dan penerima atau pengguna. Satelit GPS
yang mengorbit bumi, dengan orbit dan kedudukannya tetap seluruhnya berjumlah
24 satelit dimana 21 satelit aktif dan 3 satelit sebagai cadangan. Satelit ini
memiliki fungsi untuk menerima dan menyimpan data yang ditransmisikan oleh
stasiun pengendali, menyimpan dan menjaga informasi waktu berketelitian tinggi
dan memancarkan sinyal dan informasi secara kontinyu ke perangkat penerima
(receiver). Gambar 2.3 menunjukkan GPS Garmin Etrex 10 yang digunakan pada
penelitian ini.
Gambar 2.3 Global Positioning System (GPS)
2.2.1 Bagian Daerah Kerja Global Positioning System
Global Positioning System (GPS) terdiri atas tiga segmen yaitu space
segment, control segment dan user segment dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Space Segment
Space segment terdiri atas konstelasi 24 satelit, masing-masing satelit
mengirimkan sebuah sinyal yang memiliki sejumlah komponen dua
gelombang sinus (carrier frequency), dua kode digital dan pesan navigasi.
Pesan kode dan navigasi sebagai pembawa modulasi dua fasa biner,
sedangkan kode digital dan gelombang sinus untuk menentukan jarak dari
receiver pengguna sampai ke satelit GPS. Pesan navigasi berisi koordinat
(lokasi) satelit sebagai fungsi waktu bersama dengan informasi lainnya.
8
2. Control Segment
Control segment dari sistem GPS terdiri atas jaringan lima stasiun
pemantau di seluruh pelosok dunia, dengan stasiun kontrol utama (master
control station) berlokasi di Colorado, Amerika Serikat. Tugas utama
segmen ini adalah menjejaki satelit GPS dengan tujuan untuk menentukan
dan memprediksikan lokasi satelit, integritas sistem, jam atom satelit, data
atmosfer, perkiraan satelit dan pertimbangan lainnya. Informasi tersebut
nantinya digabungkan dan di unggah ke satelit GPS melalui jalur S-band.
3. User Segment
User segment mencakup semua pengguna baik militer maupun sipil,
dengan sebuah penerima GPS yang terhubung dengan antena GPS.
Seorang pengguna (User) dapat menerima sinyal GPS dan dapat
digunakan untuk menentukan posisi pengguna tersebut di manapun di
bumi. Gambar 2.3 menunjukkan daerah kerja GPS untuk menentukan
suatu lokasi di bumi.
Gambar 2.4 Daerah kerja Global Positioning System
2.2.2 Cara Kerja Global Positioning System
Secara teoritis Global Positioning System (GPS) bekerja dengan cara
mengumpulkan data dari satelit, masing-masing satelit akan memberikan
informasi jarak antara lokasi satelit dengan sebuah titik di bumi (GPS receiver).
Dari proses pengambilan lokasi tersebut akan diperoleh koordinat yang disebut
garis lintang dan garis bujur peta (waypoint). Dari semua data lokasi titik (GPS
9
receiver) dapat ditentukan dengan cara menerapkan konsep triangulasi. Pada
praktiknya jumlah satelit yang digunakan minimum berjumlah 3 dan satelit ke 4
digunakan untuk perhitungan sinkronisasi clock dari penerima GPS. Akurasi yang
diperoleh dengan metode ini terbatas pada 100 meter komponen horizontal, 156
meter vertikal dan 340 nanodetik untuk komponen waktu dengan tingkat
probabilitas sebesar 95%.
2.2.3 Penentuan Posisi Dengan Global Positioning System
Untuk menentukan koordinat suatu titik di bumi, receiver setidaknya
membutuhkan 4 satelit yang dapat ditangkap sinyalnya oleh perangkat GPS.
Secara default posisi atau koordinat memiliki referensi pada global datum yaitu
World Geodetic System 1984 atau dikenal dengan WGS’84. Secara garis besar
penentuan posisi menggunakan global positioning system dibagi menjadi dua
metode yaitu metode absolut (point positioning) dan metode relatif (differential
positioning). Metode absolut (point positioning) dalam menentukan posisi hanya
berdasarkan pada satu penerima, tingkat ketelitian posisi dalam beberapa meter
(ketelitian rendah) umumnya diperlukan untuk navigasi. Metode relatif
(differential positioning) dalam menentukan posisi dengan menggunakan lebih
dari satu penerima, secara umum GPS ini digunakan untuk keperluan survey
geodesi ataupun pemetaan dengan tingkat ketelitian yang tinggi.
Teknologi Global Positioning System (GPS) memberikan terobosan
penting dalam menyediakan data bagi sistem informasi geografis. Keakuratan
pengukuran GPS semakin teliti dengan berkembangnya teknologi. Data ini
dipresentasikan dalam format vektor, pengumpulan data dengan GPS merupakan
penggganti pemetaan terestrial konvensional menggunakan theodolit atau
sejenisnya. Global Positioning Sysytem (GPS) keterkaitannya dengan sebagai
sumber data masukan seperti pada Gambar 2.1, sedangkan data turunanya dapat
berupa hasil analisis geografis maupun hasil analisis basis atribut. Sedangkan
keluaran dari sistem informasi geografis dapat berupa peta digital hasil cetakan,
buku laporan dan data digital.
10
2.3 Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
Energi listrik merupakan energi sekunder karena merupakan hasil konversi
dari energi listrik primer seperti energi kinetik, energi potensial dan energi panas.
Energi listrik yang merupakan hasil konversi dari energi lain yang memiliki
beberapa keuntungan diantaranya dapat dikonverikan lagi menjadi bentuk energi
lain seperti panas, cahaya, bunyi, dan mekanik. Energi listrik memiliki sifat yang
dinamis dibandingkan energi yang lainnya, antara lain :
1. Mudah dibangkitkan.
2. Mudah disalurkan, baik dalam jarak dekat maupun dalam jarak jauh.
3. Mudah diubah menjadi bentuk energi lain.
4. Mudah dinaikkan dan diturunkan tegangannya.
2.3.1 Sistem Distribusi
Sistem distribusi adalah suatu sistem jaringan distribusi yang terdiri dari
sejumlah peralatan listrik diantaranya peralatan gardu, proteksi, konduktor,
isolator, transformator, arester, main distribution panel (MDP) dan orang yang
berada didalamnya bekerja mendistribusikan energi listrik dari gardu induk ke
konsumen. Gambar 2.5 menunjukkan diagram alur single line sistem distribusi
listrik.
Gambar 2.5 Diagram alur single line distribusi listrik
Bagian-bagian dari sistem distribusi tenaga listrik terdiri dari gardu induk
distribusi, jaringan tegangan menengah (jaringan primer), gardu distribusi (trafo
distribusi) dan jaringan tegangan rendah (jaringan sekunder). Gardu induk
11
distribusi memiliki fungsi salah satunya menurunkan tegangan tinggi (transmisi)
menjadi tegangan menengah (distribusi). Jaringan primer (jaringan tegangan
menengah) adalah jaringan yang berfungsi menyalurkan energi listrik dari gardu
induk distribusi ke transformator distribusi. Jaringan tegangan menengah
memiliki tegangan hantar sebesar 20 kV. Gardu distribusi (trafo distribusi)
memiliki fungsi mengubah tegangan listrik dari jaringan distribusi primer menjadi
tegangan terpakai yang digunakan konsumen dan disebut jaringan distribusi
sekunder. Kapasitas transformator yang digunakan tergantung pada jumlah beban
yang akan dilayani dan luas area pelayanan beban. Jaringan sekunder (jaringan
tegangan rendah) merupakan jaringan tenaga listrik yang langsung berhubungan
dengan konsumen, besar tegangan untuk jaringan distribusi ini sebesar 220 V.
2.3.2 Standar Konstruksi
Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu
kawasan, penggunaan sistem tegangan menengah sebagai jaringan utama adalah
upaya menghindarkan rugi-rugi (losses). Dengan kwalitas persyaratan tegangan
menengah yang harus dipenuhi oleh PT.PLN (persero) selaku pemegang kuasa
usaha utama sebagaimana diatur dalam UU tentang ketenaga listrikan N0.30
tahun 2009. Ditetapkannya standar tegangan menengah sebagai tegangan operasi
yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV, dengan standar konstruksi jaringan
tegangan menengah (JTM) memenuhi kriteria termasuk didalamnya jarak aman
minimal antar fasa dan antar fasa ke tanah. Konstruksi jaringan tegangan
menengah (JTM) dapat dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai
berikut :
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah konstruksi
termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama.
Konstruksi ini banyak digunakan untuk konsumen tegangan menengah
di Indonesia. Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar
telanjang yang ditopang dengan isolator pada tiang besi ataupun beton.
Penggunaan penghantar telanjang perlu mendapat perhatian karena
terkait dengan faktor keselamatan, seperti jarak aman minimum pada
12
tegangan 20 kV antar fasa atau dengan bangunan, tanaman dan juga
dengan
jangkauan
manusia.
Termasuk
dalam
kelompok
yang
diklasifikasikan SUTM adalah penghantar yang digunakan memiliki
jenis isolasi setengah AAAC-S (half insulated single core). Penggunaan
penghantar ini tidak menjamin keamanan terhadap tegangan sentuh yang
dipersyaratkan akan tetapi untuk mengurangi resiko gangguan temporer
khususnya akibat sentuhan tanaman. Ditunjukkan pada Gambar 2.6
saluran udara tegangan menengah (SUTM) di Indonesia.
Gambar 2.6 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)
Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM) sama dengan
SUTM, merupakan saluran udara dengan penghantar yang lebih aman
dan serta dapat meningkatkan kehandalan penyaluran listrik. Penghantar
pada SKUTM mempunyai konstruksi isolasi penuh yang dipilin. Isolasi
penghantar tiap fasa tidak perlu dilindungi dengan pelindung mekanis.
Akan tetapi pada SKUTM berat penghantar menjadi pertimbangan
terhadap pemilihan kekuatan beban kerja tiang beton penopangnya.
3. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)
Konstruksi Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM) adalah
konstruksi yang aman dan handal dibandingkan dengan dua konstruksi
sebelumnya. Akan tetapi relatif lebih mahal untuk penyaluran dengan
daya yang sama, pada rentang biaya yang dibutuhkan konstruksi tanam
13
langsung adalah termurah bila dibandingkan dengan penggunaan
konduit atau terowongan beton (tunneling). Penerapan instalasi SKTM
seringkali tidak dapat lepas dari instalasi Saluran Udara Tegangan
Menengah (SUTM) sebagai satu kesatuan sistem distribusi sehingga
masalah transisi konstruksi diantaranya tetap dijadikan perhatian.
(Arismunandar 2004) (PT.PLN (Persero) P3B Jawa Bali, 2011)
2.3.3 Sistem Penghantar Dan Konstruksi Jaringan
Sistem penghantar merupakan benda yang mempunyai fungsi untuk
menghantarkan arus listrik baik berupa zat padat, cair dan gas. Dengan kata lain
penghantar memiliki sifat konduktif yang biasanya disebut konduktor. Adapun
jenis penghantar secara umum yang digunakan pada saluran udara tegangan
menengah (SUTM) yaitu penghantar tidak berisolator dan penghantar dengan
isolator. Penghantar non isolator antara lain AAAC, BCC, AAC dan ACSR.
Sedangkan penghantar dengan isolator (twisted cable) antara lain NYM-T,
NYMZ, NFYM, NFY, NF2X, NFA2X, NFA2X dan NFA2XSEY-T.
Konstruksi jaringan distribusi merupakan pembangunan jaringan secara
menyeluruh dari beberapa rangkaian unit yang diatur sedemikian rupa untuk
menunjang kualitas dan kuantitas distribusi tenaga listrik. Jenis-jenis konstruksi
jaringan dalam sistem tegangan listrik tegangan menengah dan tegangan rendah.
1. Konstruksi tegangan menengah
a. Konstruksi TM-1
Konstruksi TM-1 merupakan tiang tumpu yang digunakan untuk rute
jaringan lurus, dengan satu traves (cross-arm) dan menggunakan tiga
buah isolator jenis pin dan tidak memakai guy wire. Gambar 2.7
menunjukkan konstruksi TM-1.
Gambar 2.7 Konstruksi TM-1
14
b. Konstruksi TM-2
Konstruksi TM-2 digunakan untuk tiang tikungan dengan sudut
150°-170°, menggunakan double traves dan double isolator.
Konstruksi TM-2 termasuk tiang sudut yang merupakan tiang yang
dipasang pada saluran listrik dimana tiang tersebut arah penghantar
membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal. Gambar 2.8
menunjukkan konstruksi TM-2.
Gambar 2.8 Konstruksi TM-2
c. Konstruksi TM-3
Konstruksi TM-3 terpasang pada konstruksi tiang lurus mempunyai
double traves, isolator yang digunakan berjumlah 6 dengan jenis
suspension insulator dan tiga buah isolator berjenis pin isolator.
Gambar 2.9 menunjukkan konstruksi TM-3.
Gambar 2.9 Konstruksi TM-3
15
d. Konstruksi TM-4
Konstruksi TM-4 digunakan pada konstruksi tiang TM akhir,
mempunyai double traves dengan tiga buah isolator jenis suspension
insulator dan memakai treck schoor. Gambar 2.10 menunjukkan
konstruksi TM-4.
Gambar 2.10 Konstruksi TM-4
2. Konstruksi tegangan rendah
a. Konstruksi TR-1 (J5-T)
Konstruksi J5-T merupakan konstruksi saluran kabel udara tegangan
rendah (SKUTR) yang menggunakan suspension small angel
assembly sebagai pengganti tiang sangga atau tiang tumpu. Gambar
2.11 menunjukkan konstruksi J5-T.
Gambar 2.11 Konstruksi J5-T
b. Konstruksi TR-2 (J7-T)
Konstruksi J7-T merupakan konstruksi pemasangan SKUTR dengan
sudut kurang dari 45°, dengan menggunakan large angel assembly
(penggantung tiang belokan). Tiang jenis ini termasuk tiang sudut,
dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan arah gaya
16
tarikan kawat horizontal. Gambar 2.12 menunjukkan konstruksi J7T.
Gambar 2.12 Konstruksi J7-T
c. Konstruksi TR-3 (J6-T)
Konstruksi J6-T merupakan konstruksi pemasangan SKUTR untuk
tiang akhir atau tiang awal dengan treck schoor. Pengait kabel
digunakan
lengkap
dengan
plastic
strap.
.
Gambar
2.13
menunjukkan konstruksi J6-T.
Gambar 2.13 Konstruksi J6-T
2.3.4 Perencanaan Jaringan Distribusi
Dalam melakukan perencanaan pada jaringan distribusi listrik terdapat
beberapa tahapan proses antara lain :
1. Survei, stacking dan penentuan tinggi tiang.
2. Penentuan jenis dan ukuran tiang konstruksinya.
3. Penentuan isolator.
4. Pemilihan penghantar dan penentuan jarak antar kawat.
5. Penentuan penghantar yang ekonomis.
17
6. Penentuan andongan, span rolling dan clearance.
7. Pemilihan transformator.
Selain memperhatikan tahapan diatas, hal lain yang perlu diperhatikan
dalam perencanaan jaringan distribusi adalah pemilihan rute atau jalur distribusi.
Dalam pemilihan jalur distribusi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Rute jaringan distribusi baru tidak boleh mengganggu jaringan eksiting
(untuk meminimalkan pemadaman jaringan eksiting).
2. Memperhatikan jarak bebas bila terdapat jalur jaringan telekomunikasi.
3. Penempatan tiang diperhatikan terhadap kemungkinan pelebaran jalan
dimasa mendatang, terhadap pipa gas dan sebagainya.
4. Pada daerah dengan jalan lebar serta lingkungan yang padat harus
mempertimbangkan pembuatan jaringan distribusi kedua sisi jalan untuk
menghindari sambungan rumah yang terlalu panjang.
2.3.5 Gangguan Pada Sistem Distribusi Listrik Dan Penanggulangannya
Salah satu faktor yang mempengaruhi kehandalan sistem adalah masalah
gangguan, baik gangguan yang terjadi pada peralatan maupun yang terjadi pada
sistem. Definisi gangguan adalah terjadinya suatu kerusakan dalam sirkuit listrik
sehingga menyebabkan aliran arus dibelokkan dari saluran yang sebenarnya.
Beberapa macam gangguan yang terjadi pada sistem distribusi listrik antara lain
gangguan internal, gangguan eksternal dan gangguan karena faktor manusia.
1. Gangguan internal
Gangguan internal yaitu gangguan yang disebabkan oleh sistem tersebut,
contohnya adanya gangguan hubung singkat akibat kegagalan isolator
bekerja, kerusakan pada alat dan kerusakan pada pembangkit.
2. Gangguan eksternal
Gangguan eksternal yaitu gangguan yang disebabkan oleh faktor alam atau
diluar sistem distribusi, contohnya terputusnya saluran distribusi yang
disebabkan karena pohon roboh, layang-layang yang menyangkut pada
kabel saluran distribusi dan sambaran petir yang mengakibatkan tegangan
transien masuk pada sistem secara tiba-tiba.
18
3. Gangguan karena faktor kelalaian manusia
Gangguan karena faktor manusia yaitu gangguan yang disebabkan oleh
kecerobohan
atau
kelalaian
operator,
ketidaktelitian
dan
tidak
mengindahkan peraturan pengamanan diri.
Dengan adanya gangguan yang disebabkan oleh beberapa faktor tersebut
maka akan menyebabkan beban lebih pada sistem, hubung singkat, tegangan lebih
dan hilangnya sumber tenaga listrik.
1. Beban lebih pada sistem terjadi disebabkan karena arus gangguan
masuk ke dalam sistem dan mengakibatkan sistem menjadi tidak
normal jika terus berlangsung maka akan membahayakan peralatan
sistem distribusi. .(Saaty 2008)
2. Hubung singkat menyebabkan gangguan yang bersifat temporer
maupun bersifat permanen, gangguan permanen terjadi pada hubung
singkat 3 phasa, 2 phasa ke tanah, hubung singkat antar phasa maupun
hubung singkat antar phasa ke tanah. Sedangkan gangguan temporer
terjadi karena flashover antar penghantar ke tanah, antar penghantar
dan tiang dan kawat tanah.
3. Tegangan lebih yaitu peristiwa kehilangan atau penurunan beban
karena gangguan AVR, tegangan transien surja petir dan surja hubung.
2.4 Analisis Tegangan Jatuh (drop voltage)
Analisis tegangan jatuh (drop volatge) merupakan besarnya tegangan yang
hilang pada suatu penghantar. Drop voltage pada saluran tenaga listrik secara
umum berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta berbanding
terbalik dengan luas penampang penghantar. Besarnya tegangan jatuh dinyatakan
baik dalam persen atau dalam besaran volt. Besarnya batas atas dan bawah
ditentukan oleh kebijakan PT.PLN (persero), standar tegangan jatuh diatur dalam
SPLN No.72 Tahun 1987 yaitu tegangan jatuh yang diperbolehkan pada JTM dan
JTR adalah 2% dari tegangan kerja untuk sistem gugus (spindel) dan 5% dari
tegangan kerja untuk sistem radial diatas tanah dan sistem simpul tergantung
kepadatan beban. Perhitungan tegangan jatuh pada batas-batas tertentu dengan
hanya menghitung besarnya tahanan masih dapat dipertimbangkan, namun pada
19
sistem jaringan khususnya sistem tegangan menengah masalah induktansi dan
kapasitansinya diperhitungkan karena nilainya cukup berarti.
Apabila perbedaan nilai tegangan tersebut melebihi standar yang
ditentukan, maka mutu penyaluran tersebut rendah. Didalam saluran distribusi
persoalan tegangan sangat penting, baik dalam keadaan operasi maupun dalam
perencanaan sehingga harus selalu diperhatikan tegangan pada setiap titik saluran.
Pemilihan penghantar (luas penampang) untuk tegangan menengah harus menjadi
perhatian, besarnya tegangan jatuh pada saluran distribusi diukur pada titik yang
paling jauh (ujung). Pada Gambar 2.14 merepresentasikan saluran satu fasa, bila
menggunakan variabel dimensi yang digunakan mewakili saluran tiga fasa
seimbang . Jika variabel per unit yang digunakan R + jX mewakili total impedansi
dari saluran atau transformator.
R
X
Zsal
RL
ZL
AC
I
VL
XL
Gambar 2.14 Diagram saluran distribusi tenaga listrik
Keterangan :
Vs = Tegangan sumber (Volt)
RL = Resistansi beban (Ω)
VL = Tegangan sisi penerima (Volt)
XL = Reaktansi beban (Ω)
R = Reaktansi saluran (Ω)
I = Arus beban (A)
X = Reaktansi saluran (Ω)
CosΙΈ = Faktor daya beban
Zsal= Impedansi saluran (Ω)
ΔV = Tegangan jatuh (Volt)
ZL = Impedansi beban (Ω)
Impedansi masing – masing bagian diuraikan sebagai berikut :
𝒁 = 𝑹 + 𝒋𝑿/π‘²π’Ž
(2.1)
Dari rangkaian yang ditunjukkan pada Gambar 2.14 diperoleh :
𝑽𝒔
𝑰 = (𝒁𝒔𝒂𝒍+𝒁
𝑳)
𝒂𝒕𝒂𝒖 𝑽𝒔 = 𝑰. 𝒁𝒔𝒂𝒍 + 𝑰. 𝒁𝑳
20
(2.2)
Dimana VL = I.ZL merupakan tegangan jatuh (voltage drop) sepanjang ZL atau
tegangan beban dan I.Zsal adalah tegangan jatuh sepanjang Zsal atau ΔV.
Penurunan persamaan tegangan jatuh (voltage drop) dapat ditentukan dari
Gambar 2.15 diagram fasor transmisi daya listrik.
Vs
θ
R + jXL = impedansi saluran
XI
δ
VR
θ
RI
Gambar 2.15 Diagram vektor pada tegangan saluran distribusi
Pada Gambar 2.15 persamaan tegangan yang mendasari diagram vektor
tersebut adalah sebagai berikut :
𝑽𝒔 = 𝑽𝒓 + 𝑰. 𝑹 𝒄𝒐𝒔 𝜽 + 𝑰. 𝑿 π’”π’Šπ’ 𝜽
(2.3)
Karena faktor (I.R cos θ + I.X sin θ) pada Gambar 2.15 sama dengan I.Z,
maka persamaan matematikanya :
𝑽𝒔 = 𝑽𝑳 + 𝑰. 𝒁 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝑽𝒔 − 𝑽𝑳 = 𝑰. 𝒁
(2.4)
Sehingga ΔV = I.Z,
βˆ†π‘½ = 𝑰. (𝑹 𝐜𝐨𝐬 𝜽 + 𝑿 π’”π’Šπ’πœ½)
(2.5)
Maka untuk saluran distribusi primer, perhitungan besar drop tegangan
pada saluran distribusi primer untuk sistem tiga fasa adalah sebagai berikut,
βˆ†π‘½ =
πŸ‘ 𝒙 𝑰 𝒙 (𝑹. π’„π’π’”πœ½ + 𝑿. π’”π’Šπ’πœ½)
(2.6)
Besar presentase tegangan jatuh (voltage drop) pada saluran distribusi
primer dapat dihitung dengan persamaan matematika sebagai berikut,
%βˆ†π‘½ =
βˆ†π‘½
𝑽𝑳𝑳
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
(2.7)
Dimana :
Vs
= Tegangan sumber (Volt)
VLL
VL
= Tegangan sekunder (Volt)
Cosθ = Faktor daya
R
= Resistansi saluran (Ω)
ΔV
X
= Reaktansi saluran (Ω)
%ΔV = Persentase ΔV
I
= Arus beban (I)
21
= Tegangan fasa-fasa
= Tegangan jatuh (V)
2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L.
Saaty dan merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor-faktor persepsi, preferensi,
pengalaman dan intuisi. Analytic Hierarchy Process (AHP) menggabungkan
penilaian-penilaian dan nilai pribadi ke dalam satu cara yang logis. Metode ini
dapat digunakan dalam menyederhanakan masalah yang kompleks dan tidak
terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagian serta menjadikan
variabel dalam suatu tingkatan hirarki. Masalah yang kompleks terdiri dari lebih
dari satu masalah, struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari
pengambilan keputusan dan data yang tersedia tidak tepat.
Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan
efektif terhadap persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses
pengambilan keputusan. Dengan cara memecahkan persoalan dan menata bagian
atau variabel kedalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik dengan
pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai
pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling
tinggi. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika pada
berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam
menjadi hasil yang cocok sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan
yang telah dibuat.
Analytical Hierarchy Process (AHP) sering digunakan sebagai metode
pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan
sebagai berikut :
1. Struktur yang berhirarki sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih
sampai pada sub kriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan.
22
2.5.1 Tahapan Analytical Hierarchy Process (AHP)
Menurut Kadarsyah dan Ali Ramdhani ada beberapa langkah yang
dilakukan untuk metode Analytical Hierarchy Process (AHP), antara lain :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Dalam tahap ini melakukan kajian untuk penentuan permasalahan yang
terjadi dan menentukan solusi terhadap permasalahan secara detail dan
mudah dipahami.
2. Membuat struktur hierarki yang di awali dengan tujuan utama.
Pembuatan struktur hierarki dilakukan setelah menyusun tujuan utama
sebagai level teratas selanjutnya akan disusun level hirarki yang berada
dibawahnya yaitu kriteria-kriteria dan sub kriteria yang cocok untuk
mempertimbangkan dan menentukan alternatif tersebut.
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan
konstribusi relatif.
Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan sebagai
kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin
dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu
menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan
pertimbangan. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari
pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen
dibandingkan elemen lainnya.
4. Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah
penilaian seluruhnya.
Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka 1
sampai dengan 9, angka tersebut menunjukkan perbandingan tingkat
kepentingan suatu elemen. Skala perbandingan berpasangan dan
maknanya diperkenalkan oleh Saaty, ditunjukkan pada Tabel 2.1 dengan
penjelasan sebagai berikut :
(Gbanie and Tengbe 2013)(Laboratorium Perencanaan 2009)
23
Tabel 2.1 Skala perbandingan bobot kriteria
Intensitas
Definisi
1
Kedua elemen sama pentingnya (equal)
3
Elemen A sedikit lebih esensial dari elemen B (moderate)
5
Elemen A lebih esensial dari elemen B (strong)
7
Elemen A jelas lebih esensial dari elemen B (very strong)
9
Elemen A mutlak lebih esensial dari elemen B (very strong)
2,4,6,8
Nilai-nilai diantara dua perimbangan yang berdekatan
Intensitas kepentingan
(1) Kedua elemen sama pentingnya, dua elemen mempunyai pengaruh
yang sama besar.
(3) Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lainnya,
pengalaman
dan
penilaian
sedikit
mendukung
satu
elemen
dibandingkan elemen lainnya.
(5) Elemen yang satu lebih penting dari pada yang lainnya, pengalaman
dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibandingkan
elemen lainnya.
(7) Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari pada elemen lainnya, satu
elemen yang kuat disokong dan dominan.
(9) Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya, bukti yang
mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain dan memiliki
tingkat penegasan tertinggi yang menguatkan.
(2),(4),(6),(8) merupakan nilai-nilai diantara dua nilai pertimbangan, nilai
ini diberikan bila ada dua kompromi di antara dua pilihan.
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya.
6. Mengulangi langkah nomor 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan.
Eigen vektor merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas
elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan.
Penghitungan dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai setiap kolom
dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang
24
bersangkutanuntuk memperoleh normalisasi matriks dan menjumlahkan
nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk
mendapat rata-rata.
8. Memeriksa konsistensi hierarki.
Penilaian dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index
konsistensi, konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna
agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Rasio yang
diharapkan kurang atau sama dengan 10% (CR≤0,1).
2.5.2 Prinsip dasar dan aksioma Analytical Hierarchy Process (AHP)
Terdapat tiga prinsip utama dalam pemecahan masalah dalam AHP yaitu
dekomposisi, perbandingan penilaian (comparative judgments) dan sintesa
prioritas. Secara garis besar dalam AHP terdapat 3 prinsip dasar yang terdiri atas :
1) Dekomposisi masalah
Dekomposisi masalah adalah langkah dimana suatu tujuan yang telah
ditetapkan selanjutnya diuraikan secara sistematis kedalam struktur yang
menyusun rangkaian sistem hingga tujuan dapat dicapai secara rasional.
Dengan kata lain, sutu tujuan yang utuh, dipecahkan (dekomposisi)
kedalam unsur penyusunnya. Sehingga apabila digambarkan kedalam
bentuk bagan hierarki seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.16.
.
Gambar 2.16 Bagan hierarki dekomposisi sederhana
25
Hirarki utama (hirarki I) adalah tujuan (goal) yang akan dicapai atau
penyelesaian persoalah atau masalah yang dikaji. Hirarki kedua (hirarki II)
adalah kriteria harus dipenuhi oleh semua alternatif (penyelesaian) agar
layak untuk menjadi pilihan yang paling ideal, hirarki III adalah alternatif
atau pilihan penyelesaian masalah. Penetapan hierarki adalah sesuatu yang
sangat relatif dan sangat bergantung dari persoalan yang dihadapi. Pada
kasus-kasus yang lebih komplek, dekomposisi yang lebih detail. Adapun
dekomposisi dalam kasus yang komplek ditunjukkan pada Gambar 2.17.
Gambar 2.17 Bagan hierarki dekomposisi komplek
2) Perbandingan penilaian atau pertimbangan (comparative judgments)
Apabila proses dekomposisi telah selesai dan hirarki telah tersusun dengan
baik.
Selanjutnya
dilakukan
penilaian
perbandingan
berpasangan
(pembobotan) pada tiap-tiap hirarki berdasarkan tingkat kepentingan
relatifnya. Penilaian menghasilkan skala penilaian yang berupa angka.
3) Sintesa prioritas
Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan
prioritas dari kriteria bersangkutan di level diatasnya dan menambahkan
ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa
gabungan atau disebut dengan prioritas global yang kemudian digunakan
untuk pembobotan prioritas lokal dari elemen di level terendah sesuai
kriterianya.
26
Analytical Hierarchy Process (AHP) berdasarkan atas 3 aksioma utama, yaitu :
1) Aksioma Resiprokal
Aksioma resiprokal mengandung arti bahwa matriks perbandingan
berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan. Misalnya, jika A
adalah f kali lebih penting dari pada B maka B adalah 1/f kali lebih penting
dari A.
2) Aksioma Homogenitas
Aksioma ini menyatakan bahwa elemen yang dibandingkan tidak berbeda
terlalu jauh. Jika perbedaan terlalu besar, hasil yang didapatkan
mengandung nilai kesalahan yang tinggi. Misalnya, tidak dimungkinkan
membandingkan jeruk dengan bola tenis dalam hal rasa, akan tetapi lebih
relevan jika membandingkan dalam hal berat.
3) Aksioma Ketergantungan
Aksioma ketergantungan (dependence) berarti setiap level mempunyai
kaitan (complete hierarchy) walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang
tidak sempurna (incomplete hierarchy).
4) Aksioma Ekspektasi
Aksioma ekspektasi berarti menonjolkon penilaian yang bersifat
ekspektasi dan preferensi pengambilan keputusan. Penilaian dapat
merupakan data kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif.
2.5.3 Penyusunan Prioritas
Setiap elemen yang terdapat dalam hirarki hams diketahui bobot relatifnya
satu sama lain. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kepentingan pihakpihak yang berkepentingan dalam permasalahan terhadap kriteria dan struktur
hirarki atau sistem secara keseluruhan.
Langkah awal dalam menentukan prioritas kriteria adalah dengan
menyusun perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk
berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hirarki. Perbandingan
tersebut kemudian ditransformasikan dalam bentuk matriks perbandingan
berpasangan untuk analisis numerik. Misalkan terdapat sub sistem hirarki dengan
kriteria C dan sejumlah n alternatif dibawahnya, Ai sampai An.
27
Perbandingan antar alternatif untuk sub sistem hirarki itu dapat dibuat
dalam bentuk matriks n x n, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.2 dibawah ini.
Tabel 2.2 Tabel perbandingan berpasangan
C
A1
A2
...
An
A1
A11
A12
...
A1n
A2
A21
A22
...
A2n
...
...
...
...
An
An1
An2
An3
Ann
Nilai a11, aww, ... ann adalah nilai perbandingan elemen baris A1 terhadap kolom A1
yang menyatakan hubungan :
1. Seberapa jauh tingkat kepentingan baris A terhadap kriteria C
dibandingkan dengan kolom A1.
2. Seberapa jauh dominasi baris A1 terhadap kolom A1
3. Seberapa banyak sifat kriteria (C) terdapat pada baris A1 dibandingkan
dengan kolom A1.
Dalam
pengambilan
suatu
keputusan
hal
menjadi
pertimbangan
berdasarkan penilaian, persepsi ataupun memperkirakan peristiwa yang dihadapi.
Penilaian tersebut akan dibentuk ke dalam matriks berpasangan pada setiap level
hierarki. Tabel 2.3 menunjukkan tabel matrik berpasangan pada satu level
hierarki.
Tabel 2.3 Matriks Pair-Wise Comparison
D
E
F
G
D
1
3
7
9
E
1/3
1
1/4
1/8
F
1/7
4
1
5
G
1/9
8
1/5
1
1. Baris 1 kolom 2 menjelaskan D dibandingkan E, maka D sedikit lebih
penting atau cukup penting dari pada E yaitu sebesar 3. Angka 3 bukan
berarti bahwa D tiga kali lebih besar dari E, tetapi D moderat importance
dibandingkan dengan E,sedangkan nilai pada baris ke 2 kolom 1diisi
dengan kebalikan dari 3 yaitu 1/3.
28
2. Baris 1 kolom 3 menjelaskan D dibandingkan dengan F, maka D sangat
penting dari pada F yaitu sebesar 7. Angka 7 bukan berarti bahwa D tujuh
kali lebih besar dari F, tetapi D very strong importance dari pada F dengan
nilai judgementse besar 7. Sedangkan nilai pada baris 3 kolom 1 diisi
dengan kebalikan dari 7 yaitu 1/7.
3. Baris 1 kolom 4 menjelaskan D dibandingkan dengan G mutlak lebih
penting dari pada G dengan nilai 9. D extreme importance dari pada G
dengan nilai judgement sebesar 9. Pada baris 4 kolom 1 diisi dengan 1/9.
2.5.4 Eigen Value dan Eigen Vektor
Apabila pembuat keputusan dalam hal ini para pakar (decision maker)
sudah memasukkan persepsinya atau penilaian untuk setiap perbandingan antara
kriteria, kriteria yang berada dalam satu level (tingkatan) atau dapat
diperbandingkan maka untuk mengetahui kriteria mana yang paling disukai atau
paling penting disusun sebuah matriks perbandingan di setiap level (tingkatan).
Untuk mengetahui eigen value dan eigen vector maka akan dijelaskan
definisi mengenai matriks dan vector.
1. Matriks
Matriks merupakan sekumpulan himpunan objek (bilangan riil atau
kompleks, variabel) yang terdiri dari baris dan kolom dan di susun persegi
panjang. Matriks biasanya terdiri dari m baris dan n kolom maka matriks
tersebut berukuran (ordo) m x n. Matriks dikatakan bujur sangkar (square
matrix) jika m = n.
2. Vektor dari n dimensi
Suatu vektor dengan n dimensi merupakan suatu susunan elemen-elemen
yang teratur berupa angka-angka sebanyak n buah, yang disusun baik
menurut bans, clan kin ke kanan (disebut vector bans atau Row Vektor
dengan ordo 1 x n ) maupun menurut kolom dan atas ke bawah (disebut
vector kolom atau Colomn Vector dengan ordo n x 1). Himpunan semua
vector dengan n komponen dengan entri riil dinotasikan dengan R'.
29
3. Prioritas, Eigen Value dan Eigen Vektor
Untuk menentukan nilai dari masing masing pada matrik m x n maka, nilai
total matriks dalam masing-masing kolom di bandingkan dengan nilai
matriks dan di jumlahkan untuk tiap baris. Total nilai baris dari matriks
hasil perhitungan tersebut di jumlahkan.
Untuk mementukan nilai prioritas adalah dengan membandingkan nilai
total baris dalam matrik tersebut dengan nilai total dari kolom hasil
perhitungan tersebut. Nilai eigen value di dapatkan dari total jumlah dari
perkalian nilai prioritas dalam matrik dibandingkan dengan nilai prioritas
tersebut. Nilai eigen value merupakan total dari nilai egin dibagi dengan
ordo matriks atau n.
2.5.5 Uji Konsistensi Indek Dan Rasio
Hal yang membedakan AHP dengan model-model pengambilan keputusan
yang lainnya adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak. Model AHP yang
memakai persepsi decision maker sebagai inputnya maka ketidakkonsistenan
mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam menyatakan
persepsinya secara konsisten terutama kalau harus mambandingkan banyak
kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka decision maker dapat menyatakan
persepsinya dengan bebas tanpa harus berfikir apakah persepsinya tersebut akan
konsisten nantinya atau tidak.
Penentuan konsistensi dari matriks berdasarkan atas eigen value maximum,
yang di dapatkan menggunakan persamaan 2.8 sebagai berikut :
π‘ͺ𝑰 =
Dimana : CI
π€π’Žπ’‚π’Œπ’”π’Šπ’Žπ’–π’Ž−𝒏
𝒏−𝟏
(2.8)
= Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi
λmax= Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n
n
= Ordo matriks
Jika nilai CI sama dengan nol, maka matriks pair wise comparison tersebut
konsisten. Batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang telah ditetapkan oleh
Thomas L. Saaty ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yaitu
30
perbandingan indeks konsistensi dengan nilai random indeks (RI). Rasio
konsistensi dapat dirumuskan dengan persamaan 2.9 sebagai berikut :
π‘ͺ𝑹 =
π‘ͺ𝑰
(2.9)
𝑹𝑰
Dimana : CR = Rasio konsistensi
RI = Indek random
Nilai random indek didapatkan berdasarkan Tabel 2.4 berikut ini.
Tabel 2.4 Random Indek (RI)
N
RI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,48
Jika matriks perbandingan berpasangan (pair-wise comparison) dengan nilai CR
lebih kecil dari 0,10 maka ketidak konsistenan pendapat pengambil keputusan
masih dapat diterima dan jika tidak maka penilaian perlu diulang.
2.6 Penelitian Terdahulu
Suatu penelitian merupakan hasil implementasi ataupun pengembangan
dari penelitian sebelumnya yang bersifat komparatif, eksperimen baru ataupun
research development. Penelitian ini mengacu kepada beberapa sumber penelitian
sebelumnya, sistem informasi geografis (SIG) merupakan salah satu perangkat
lunak yang digunakan dalam mengolah ataupun menyimpan data yang bersifat
keruangan (spasial). Ada beberapa acuan yang menjadi dasar penelitian ini antara
lain,
1. The Evaluation Of Solar Farm Locations Applying Geographic Information
System and Multi-Criteria Decision-Making Method
Case Study In
Southern Morocco(Tahri, Hakdaoui, and Maanan 2015).
Jurnal ini membahas tentang merancang dan menentukan lokasi yang tepat
yang digunakan sebagai referensi pembangkit listrik sel surya (solar cell).
Studi kasus terletak di wilayah selatan Maroko dan bertujuan untuk
dihubungkan ke jaringan listrik nasional negara itu . Empat kriteria yang
digunakan sebagai pertimbangan penentuan keputusan antara lain lokasi,
orography, penggunaan lahan dan iklim. Menggunakan pengolahan citra
LANDSAT OLI 8 thermal band sebagai pengamatan citra.
31
2. Pembuatan Dan Analisa Sistem Informasi Geografis Distribusi Jaringan
Listrik (Studi Kasus: Surabaya Industrial Estate Rungkut di Surabaya)
(Lilik and Bangun M 2003).
Jurnal ini membahas sistem informasi geografis yang mengolah database
dengan variabel daya, arus serta besar resistansi pada jaringan listrik di area
Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER). Manfaat lain dari SIG bagi
penelitian ini memberikan kemudahan dalam proses analisis gangguan serta
pencarian lokasi gangguan sehingga dapat meningkatkan pelayanan. Pada
penelitian ini menggunakan data yang berasal dari PLN serta data dari
BAKOSURTANAL. Data yang digunakan yaitu peta rupa bumi
1:25.000(BAKOSURTANAL) dikompilasi dengan foto udara dan data
lapangan yang berupa data tentang titik-titik koordinat, data jumlah KWh,
daya, nomor pelanggan, serta tipe pelanggan, alamat pelanggan. Pada
penelitian ini juga menganalisis tegangan jatuh jaringan distribusi listrik.
3. Use Of Analytical Hierarchy Process (AHP) For Selecting The Best Design
Concept (Ariff and Salit 2008).
Jurnal ini membahas tentang metode analisis hirarki proses yang digunakan
untuk memutuskan desain kursi roda terbaik berdasarkan beberapa kriteria
dan kebutuhan pengguna. Beberapa variabel dalam menentukan kriteria
antara
lain
kehandalannya,
harga,
kenyamanan,
ergonomi
dan
perawatannya.
4. Sistem Informasi Geografis Pendataan Dan Pengarsipan Aset PT. PLN
(persero) Distribusi JATENG dan D.I.Y (Afandi 2014)
Jurnal ini membahas tentang system informasi geografis yang di
implementasikan pada PT.PLN (persero) JATENG dan D.I.Y yang
bertujuan untuk pengembangan perusahaan tersebut. Pada penelitian ini
dilakukan pendataan aset PT.PLN berdasarkan georeference dan lahan
yang dibebaskan.
32
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alur Penelitian Sistem Informasi Geografis
Proses pemetaan jaringan distribusi listrik di kecamatan Sempol
menggunakan sistem informasi geografis, mempunyai beberapa tahapan
penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 3.1 diagram alir penelitian dibawah ini.
Mengidentifikasi data administratif
PT.PLN Area Pelayanan Jaringan Situbondo
Pendataan jaringan SUTM, SUTR, Kabel TM, Kabel TR,
Tiang gardu yang ada (existing) di kecamatan Sempol
Digitasi jaringan SUTM, SUTR, Tiang gardu, Data
pengguna listrik (existing) pada skala peta RBI 1 :
250.000
Pengukuran GPS menggunakan Garmin Etrex 10 dengan
ketelitian 5 meter untuk perencanaan letak tiang SUTM
Pengolahan layer (overlay) pada skala 1 : 250.000
(Peta RBI, GPS, Tutupan Lahan dan Jaringan Listrik)
Menganalisa hasil pemetaan menggunakan sistem
informasi geografis pada jaringan distribusi listrik
Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram alir pemetaan jaringan distribusi listrik Sempol
33
3.1.1 Identifikasi Data Administratif PT.PLN (persero) APJ Situbondo
Identifikasi data administratif yaitu proses mengidentifikasi data
administratif pelayanan jaringan listrik yang terdapat di PLN APJ Situbondo.
Identifikasi data administratif meliputi batas kabupaten, batas kecamatan,
peralatan distribusi listrik dan instalasi jaringan listrik di kecamatan Sempol.
3.1.2 Data Peralatan Jaringan Distribusi Listrik
Pendataan distribusi jaringan listrik berdasarkan saluran dan tegangannya
digolongkan menjadi SUTM (20kV) dan SUTR (100–1000 volt). Penelitian ini
mencakup wilayah distribusi area pelayanan dan jaringan Situbondo dan
Bondowoso, tepatnya di Krepean, Mlaten dan Jampit kecamatan Sempol.
Kecamatan Sempol merupakan salah satu daerah jaringan distribusi PLN APJ
Situbondo, perencanaan jaringan instalasi jaringan listrik baru dibutuhkan karena
di kawasan tersebut pada saat ini terdapat aktifitas eksplorasi panas bumi.
3.1.3 Digitasi Jaringan Distribusi Listrik
Data yang diperoleh dari identifikasi administratif APJ PLN tentang
distribusi jaringan listrik dan data dari hasil peta digital akan dikelola
menggunakan perangkat lunak ArcGIS. Data distribusi jaringan listrik dan data
penelusuran GPS tentang perencanaan tiang nantinya di tumpang susunkan dalam
tahap pengolahan dengan peta wilayah Sempol. Adapun tahap pengolahan data
distribusi jaringan listrik menggunakan sistem informasi geografis ditunjukkan
pada Gambar 3.2.
Peta RBI Skala
1 : 250.000
Kabupaten Situbondo
dan Bondowoso
Data Spasial
Digital
Data SUTM,SUTR,Trafo
dan Pengguna (existing)
Pengolahan Data
(Overlay)
Pengukuran letak tiang
menggunakan GPS
Peta digital skala
1 : 250.000
Gambar 3.2 Diagram alir pengolahan data (overlay) jaringan distribusi listrik
34
3.2 Teknik Analisis Data Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process
Metode AHP merupakan teknik yang paling tepat digunakan untuk
aplikasi dan evaluasi kegiatan yang didominasi oleh kualitatif faktor. Teknik ini
dapat di karakteristikan sebagai teknik pengambilan keputusan yang dapat
dikombinasikan dengan faktor kualitatif maupun kuantitatif pada keseluruhan
evaluasi alternatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode brainstroming
guna menentukan kriteria berdasarkan faktor yang mempengaruhi peningkatan
jaringan distribusi listrik dan menentukan alternatif yang dapat dilakukan dalam
mencapai tujuan.
Tahap awal brainstroming dapat disimpulkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi gangguan pada distribusi listrik antara lain faktor internal, faktor
eksternal dan faktor kelalaian. Pada tahap akhir brainstroming dapat dilanjutkan
dengan pembuatan kuesioner, ditujukan pada ahli atau pakar dengan kondisi
populasinya homogen. Pada penelitian ini responden berjumlah 10 orang yang
bersifat dua arah dengan jabatan yang sama (mutually exclusive). Pada Gambar
3.3 menunjukkan diagram alir penggunaan metode Analytical Hierarchy Process
dalam memberikan evaluasi penanggulangan gangguan distribusi listrik di
kecamatan Sempol.
Menentukan kriteria
gangguan
Menentukan sub kriteria
gangguan dari kriteria
Membuat diagram AHP
Menentukan alternatif
untuk mencapai tujuan
Menentukan prioritas dari
hasil kuesioner
Input data
Pengujian nilai konsistensi
Penentuan prioritas lokal
Penentuan prioritas global
Hasil penelitian
Gambar 3.3 Proses pengolahan data dengan teknik Analytical Hierarchy Process
35
3.3 Analisis Tegangan Jatuh (Drop Voltage)
Proses analisis tegangan jatuh pada gardu LD195, LD196 dan LD197 pada
jaringan distribusi listrik Sempol mempunyai beberapa tahapan penelitian yang
ditunjukkan pada Gambar 3.4 dibawah ini.
Mulai
Studi Literatur
Pengambilan Data :
1. kVA Trafo Penyulang Jangkar
2. Panjang Saluran, Faktor Daya
3. kVA Trafo Saat Beban Puncak
Analisis Tegangan Jatuh
Tidak
Tegangan Jatuh
≤ 5%
Perbaikan
Ya
Kesimpulan
Selesai
Gambar 3.4 Diagram alir analisis tegangan jatuh (Drop Voltage)
Analisis tegangan jatuh di gardu LD195, LD196 dan LD197 menggunakan
metode kuantitatif dengan beberapa tahap antara lain studi literatur, pengambilan
data, analisis, koreksi tegangan jatuh dalam toleransi dan kesimpulan. Pada tahap
pengambilan data, data yang digunakan berasal dari PT.PLN (persero) Distribusi
Jawa Timur APJ Situbondo berupa alat ukur tranformator (gardu distribusi) yang
terdapat di penyulang Jangkar pada gardu induk Situbondo. Pada tahap analisis
dan koreksi tegangan jatuh dilakukan perhitungan berdasarkan persamaan
matematis (2.6) dan (2.7), selanjutnya dibandingkan dengan nilai standar SPLN
No.72 tahun 1987. Apabila nilai melebihi standar yang ditetapkan maka dilakukan
perbaikan guna mengatasi adanya tegangan jatuh, salah satunya dengan
mengganti tipe penghantar dan analisis terhadap letak gardu transformator.
36
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan data penelitian terdiri dari data GPS, peta RBI skala
1:250.000, data peralatan jaringan distribusi listrik meliputi tiang SUTM, tiang
SUTR, tiang gardu distribusi dan data pengguna listrik di kecamatan Sempol.
Evaluasi penanggulangan gangguan dengan pendekatan menggunakan metode
Analytical Hierarchy Process berdasarkan data kuesioner ahli. Pengisian
kuesioner dilakukan ahli kelistrikan (mutually exclusice) dengan rincian 10
responden meliputi asisten manajer, supervisor teknisi divisi jaringan proteksi dan
divisi evaluasi perencanaan. Adapun beberapa hal yang menjadi pembahasan
antara lain sebagai berikut :
1. Pemetaan meliputi jaringan distribusi listrik yang ada dan perencanaan
jaringan distribusi listrik baru di kecamatan Sempol.
2. Analisis tegangan jatuh (drop voltage) pada saluran distribusi listrik
dari gardu induk sampai gardu distribusi Jampit kecamatan Sempol.
3. Analisis pengambilan keputusan menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process terhadap evaluasi penanggulangan gangguan listrik
di kecamatan Sempol.
4.1 Pemetaan Jaringan Distribusi Listrik APJ Situbondo
Pada penelitian ini pemetaan dilakukan dengan dua tahap antara lain
pemetaan pada jaringan distribusi listrik yang ada (eksisting) dan pemetaan
penambahan jaringan baru di sekitar kawasan eksplorasi panas bumi Blawan.
Pemetaan dilakukan menggunakan software ArcGIS dan GPS, data yang akan
diproses antara lain peta RBI kabupaten Situbondo dan Bondowoso dan data
peralatan distribusi listrik. Global Positioning System (GPS) digunakan untuk
menentukan titik-titik tiang dan jalur distribusi baru, selanjutnya data GPS di
konversikan ke dalam ArcGIS untuk di overlay dengan peta RBI. Pemetaan
dimulai dari gardu induk (GI) Situbondo, hingga tiga gardu distribusi akhir pada
37
kecamatan Sempol yaitu Krepean, Mlaten dan Jampit. Sedangkan data peralatan
distribusi meliputi data tiang tegangan menengah (TM), data tiang jaringan
tegangan rendah (TR), data kabel tegangan menengah, data kabel tegangan
rendah, data pelanggan, tegangan, panjang hantaran dan kapasitas transformator.
Pada penelitian ini pemetaan dibagi kedalam dua tahap, tahap pertama
pemetaan terhadap jaringan distribusi listrik tegangan menengah dan tegangan
rendah pengguna listrik yang ada (eksisting). Tahap kedua dilakukan pemetaan
letak jaringan distribusi listrik baru. Beberapa analisis mengenai tahapan
pemetaan akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Tahap pertama
Proses digitasi dimulai dari gardu induk Situbondo hingga saluran
tegangan menengah (SUTM) dan gardu distribusi di kecamatan Sempol.
Pada proses digitasi peta menggunakan peta RBI dengan skala 1 : 250.000
yang bersumber dari PT.PLN (persero) APJ Situbondo. Saluran tegangan
menengah memiliki spesifikasi tegangan 20kV dengan tinggi tiang 12
meter, saluran tegangan menengah ini melintasi beberapa wilayah
administratif kabupaten Situbondo dan Bondowoso. Jalur saluran udara
tegangan menengah ditandai dengan garis berwarna merah, sedangkan
gardu induk ditandai dengan segilima berwarna biru dan gardu distribusi
di kecamatan Sempol ditandai dengan kotak merah. Berdasarkan data
pengukuran riil dan hasil data pengukuran melalui ArcGIS diketahui
panjang saluran distribusi dari gardu induk Situbondo hingga gardu
distribusi akhir sebesar 67,65 Kms. Gambar 4.1 menunjukkan pemetaan
distribusi tegangan menengah dari gardu induk Situbondo hingga gardu
induk akhir di kecamatan Sempol.
Selain pemetaan tegangan menengah (TM) pada tahap pertama juga
dilakukan pemetaan terhadap jaringan tegangan rendah (TR) dan
pengguna listrik di kecamatan Sempol. Pemetaan pengguna listrik
berdasarkan gardu distribusi yang terletak di Krepean, Mlaten dan Jampit.
Data atribut pelanggan yang digunakan sebagai informasi antara lain kode
gardu, nomor identitas pelanggan, jenis tarif pelanggan dan daya yang
digunakan. Data atribut pengguna ditunjukkan pada halaman lampiran.
38
Gambar 4.1 Pemetaan saluran tegangan menengah (TM) dan gardu distribusi
39
Pemetaan pada jalur tegangan rendah (TR) dan pengguna listrik berdasarkan
gardu distribusi yaitu Krepean, Mlaten dan Jampit ditunjukkan pada Gambar 4.2,
Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 berturut-turut sebagai berikut.
Gambar 4.2 Peta pengguna listrik pada gardu distribusi Krepean
40
Gambar 4.3 Peta pengguna listrik pada gardu distribusi Mlaten
41
Gambar 4.4 Peta pengguna listrik pada gardu distribusi Jampit
42
Dari pemetaan pengguna listrik pada gardu distribusi Krepean, Mlaten
dan Jampit dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pemetaan jaringan distribusi listrik pada masingmasing gardu distribusi diketahui menggunakan topologi sistem jaringan
radial. Secara umum sistem ini banyak digunakan di daerah pedesaan,
sistem yang paling sederhana dan murah. Kelebihan dari sistem ini
antara lain lebih murah biaya investasinya dan lebih sederhana
pengendalian sistemnya. Sedangkan kekurangan dari sistem ini bila
mengalami gangguan pada satu titik maka titik yang lain tidak akan
teraliri listrik.
2. Pengguna listrik sebagian besar adalah rumah tangga dengan daya 900
VA sampai dengan daya 1300 VA. Saluran tegangan rendah pada
saluran pengguna listrik memiliki spesifikasi tegangan 1 phasa 220V
dengan tinggi tiang 9 meter terdiri dari 3 kabel fasa dan 1 kabel netral
tipe twisted cable. Sedangkan pada jaringan SUTM tiang distribusi
memiliki tinggi 12 meter, dengan kabel penghantar mengunakan tipe
AAAC-S (half insulated single core).
3. Saluran udara tegangan menengah berakhir pada gardu distribusi Jampit,
dengan panjang saluran sebesar 67,65 Kms. Jumlah total pelanggan
listrik dari ketiga gardu distribusi sebanyak 300 pelanggan.
2. Tahap kedua
Pada tahap kedua pengolahan sistem informasi geografis dengan
menggabungkan data peta RBI tutupan dan hasil pengukuran di lapangan
menggunakan GPS. Proses pengukuran menggunakan GPS dimulai dari
jaringan tegangan menengah (TM) terdekat, pengukuran GPS bertujuan
untuk menentukan titik-titik tiang SUTM dengan mempertimbangkan
lokasi atau akses dekat jalan, tidak adanya pepohonan yang tinggi,
efisiensi waktu dan biaya. Pengukuran GPS dilakukan pada jaringan
tegangan menengah terdekat yaitu Krepean dan berakhir di titik
pengeboran panas bumi Blawan. Pada pemetaan tahap kedua juga akan
memetakan lokasi pengeboran panas bumi blawan, lokasi wisata dan
kawasan tutupan lahan di kabupaten Situbondo dan Bondowoso.
43
Pemetaan tahap kedua meliputi pemetaan tutupan lahan yang ditunjukkan
pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 menunjukkan pemetaan penambahan
jaringan SUTM 20 kV dari Krepean hingga sampai kawah wurung,
Blawan.
Gambar 4.5 Peta tutupan lahan di kabupaten Situbondo dan Bondowoso
44
Gambar 4.6 Peta perencanaan tiang SUTM 20 kV kawah wurung, Blawan
45
Dari pemetaan tutupan lahan dan perencanaan penambahan jaringan SUTM di
kawasan kawah wurung, Blawan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pemetaan jaringan distribusi listrik di kecamatan
Sempol terhadap tutupan lahan yang ada, diketahui bahwa saluran
distribusi listrik dari gardu induk hingga gardu distribusi Jampit melalui
kawasan perkebunan dan agrikultur ladang. Vegetasi tumbuhan di
wilayah kecamatan Sempol terdiri dari berbagai macam antara lain
pohon pinus, mahoni, sengon, jati dan untuk perkebunannya didominasi
tanaman kopi. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan peta jaringan
distribusi dan data trip gangguan di PLN APJ Situbondo, wilayah
kecamatan Sempol rentan mengalami pemadaman yang disebabkan
gangguan pada saluran distribusi.
2. Perencanaan penambahan jaringan SUTM baru memiliki panjang
saluran distribusi sebesar 5 km dari titik sambung di Krepean.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan tools ArcGIS, melalui
ArcGIS penambahan data atribut dilakukan dengan menyisipkan lokasi
pengeboran panas bumi, jalur distribusi listrik, jalan utama dan lokasi
rest area kawah wurung.
4.2 Analisis Tegangan Jatuh (Voltage Drop)
Pada penelitian ini dilakukan analisis tegangan jatuh pada sistem distribusi
gardu induk hingga ke saluran ujung, yaitu dari gardu induk hingga tiga gardu
distribusi akhir. Penyulang Jangkar mendapat tegangan kirim yang terbaca pada
kubikel sebesar 20,3 kV yang kemudian diturunkan menjadi tegangan 380/220
volt, penurunan tegangan menggunakan trafo distribusi. Guna mensuplai
kebutuhan daya listrik di kecamatan Sempol, gardu distribusi yang di analisis
antara lain gardu distribusi Krepean, Mlaten dan Jampit. Adapun data tiga data
transformator distribusi ujung untuk daerah Sempol ditunjukkan pada Tabel 4.1.
46
Tabel 4.1 Data transformator distribusi ujung wilayah Sempol
No
1
2
3
Kode
Gardu
Lokasi
Merek
LD195
LD196
LD197
Krepean
Mlaten
Jampit
Starlite
Starlite
Starlite
Data Trafo
Kapasitas Daya (kVA)
1 Fasa
3 Fasa
100
100
100
Sumber : PLN APJ Situbondo, 2016
Panjang saluran menjadi salah satu faktor dalam analisis voltage drop,
semakin panjang saluran distribusi semakin besar pula nilai tegangan jatuhnya
pada suatu sistem distribusi listrik. Pada penelitian ini diketahui panjang saluran
dari gardu induk menuju tiga gardu distribusi ujung ditunjukkan pada Tabel 4.2
dibawah ini.
Tabel 4.2 Data panjang dan jenis penghantar gardu distribusi
No
1
2
3
4
Dari
Menuju
Gardu Induk
Tiang pertama
Krepean
Mlaten
Jenis
XLPE
AAACS
AAACS
AAACS
Tiang pertama
Krepean
Mlaten
Jampit
Data Penghantar
Diameter (mm2) Jarak (km)
150
0,3
150
61,5
150
4,1
150
2
Sumber : PLN APJ Situbondo, 2015
Perhitungan arus pada sisi primer trafo distribusi pada kondisi beban
puncak diperlukan sebagai analisis awal tegangan jatuh, adapun persamaan
matematis arus primer trafo sebagai berikut.
Pada transformator 3 fasa
𝑆=
Pada transformator 1 fasa
𝑆 = 𝑉𝐿𝑁 × πΌ
Keterangan
3 × π‘‰πΏπΏ × πΌ
:S
= daya terpakai transformator (kVA)
VLL
= tegangan line ke line (kV)
VLN
= tegangan fasa ke netral (kV)
I
(4.1)
(4.2)
= arus beban (A)
Dengan demikian untuk menghitung arus beban transformator dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut :
Pada arus beban trafo 3 fasa
𝐼=
47
𝑆
3 × π‘‰πΏπΏ
(4.3)
Pada arus beban trafo 1 fasa
Keterangan
𝐼=
𝑆
𝑉𝐿𝑁
:S
= daya terpakai transformator (kVA)
VLL
= tegangan line ke line (kV)
VLN
= tegangan fasa ke netral (kV)
I
= arus beban (A)
(4.4)
Dengan menggunakan persamaan untuk perhitungan arus 3 fasa, maka
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Arus beban (I) gardu distribusi LD195
𝐼=
75,2 π‘˜π‘‰π΄
3 × 20,3π‘˜π‘‰
𝐼 = 2,13 𝐴
2. Arus beban (I) gardu distribusi LD196
𝐼=
59,8 π‘˜π‘‰π΄
3 × 20,3 π‘˜π‘‰
𝐼 = 1,7 𝐴
3. Arus beban (I) gardu distribusi LD197
𝐼=
80,4 π‘˜π‘‰π΄
3 × 20,3 π‘˜π‘‰
𝐼 = 2,28 𝐴
Tabel 4.3 Arus beban puncak setiap gardu distribusi
No
1
2
3
Kode Gardu
LD 195
LD 196
LD 197
Kapasitas
3 fasa
100 kVA
100 kVA
100 kVA
Data Trafo Distribusi
Beban Puncak
Persentase
Daya (kVA)
75,2 %
75,2
59,8 %
59,8
80,4 %
80,4
Arus (A)
2,13
1,7
2,28
Selanjutnya untuk menganalisis nilai tegangan jatuh pada suatu sistem
distribusi, diperlukan data impedansi penghantar. Data impedansi penghantar ini
diperoleh dari SPLN 64 Tahun 1985, dengan data yang digunakan berdasarkan
jenis penghantar pada jaringan distribusi yaitu AAACS dan XLPE. Nilai
impedansi ditunjukkan pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5.
48
Tabel 4.4 Impedansi penghantar (TM) XLPE Alluminium
Penampang
(mm2)
R
(Ω/km)
L
(mH/km)
C
(mF/km)
150
240
300
0,206
0,125
0,100
0,33
0,31
0,30
0,26
0,31
0,34
Impedansi
urutan positif
(Ω/km)
0,206 + j0,104
0,125 + j0,097
0,100 + j0,094
Impedansi
urutan nol
(Ω/km)
0,356 + j0,312
0,275 + j0,029
0,250 + j0,282
Sumber : SPLN 64, 1985
Tabel 4.5 Impedansi penghantar (TM) jenis AAAC
Penampang
(mm2)
16
25
35
50
70
95
120
150
185
240
Jari-jari
(mm2)
2,2563
2,8203
3,3371
3,9886
4,7193
5,4979
6,1791
6,9084
7,6722
8,7386
Urat
7
7
7
7
7
19
19
19
19
19
GMR
(mm)
1,6380
2,0475
2,4227
2,8957
3,4262
4,1674
4,6837
5,2365
5,8155
6,6238
Impedansi urutan
positif (Ω/km)
2,0161 + j0,4036
1,2903 + j0,3895
0,9217 + j0,3790
0,6452 + j0,3678
0,4608 + j0,3572
0,3096 + j0,3449
0,2688 + j0,3376
0,2162 + j0,3305
0,1744 + j0,3239
0,1344 + j0,3158
Impedansi urutan
nol (Ω/km)
2,1641 + j1,6911
1,4384 + j1,6770
1,0697 + j1,6665
0,7932 + j1,6553
0,6088 + j1,6447
0,4876 + j1,6324
0,4168 + j1,6324
0,3631 + j1,6180
0,3224 + j1,6114
0,2824 + j1,6034
Sumber : SPLN 64, 1985
Merujuk pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 diketahui tipe penghantar XLPE
aluminium yang digunakan pada saluran gardu induk ke tiang pertama dengan
luas penampang 150 mm2 dan tipe penghantar tegangan menengah dari tiang
pertama hingga ke gardu distribusi menggunakan AAAC dengan luas penampang
150 mm2.
Tegangan jatuh (voltage drop) merupakan selisih antara tegangan kirim
dengan tegangan pada sisi penerima, perhitungan tegangan jatuh berdasarkan data
pengukuran yang dianalisis dari titik sumber sampai titik beban sesuai panjang
penghantar. Pada penelitian ini dilakukan analisis drop voltage dari gardu induk
ke tiang pertama, tiang pertama ke LD195, LD195 ke LD196 dan LD196 ke
LD197. Adapun analisisnya berdasarkan persamaan matematika (2.6) dan (2.7)
sebagai berikut,
49
1. Drop Voltage di tiang awal (ΔV)
Diketahui : I
: 80,2 A
CosΙΈ : 0,9
SinΙΈ : 0,35
Maka
Z
: 0,206 + j0,104 Ω/km
L
: 0,3 km
:
βˆ†π‘‰π‘‘π‘–π‘Žπ‘›π‘” π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™ = 3 × πΌ × (𝑅. π‘π‘œπ‘ πœ‘ + 𝑋. π‘ π‘–π‘›πœ‘ × πΏ)
βˆ†π‘‰π‘‘π‘–π‘Žπ‘›π‘” π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™ = 3 × 80,2 × (0,072)
βˆ†π‘‰π‘‘π‘–π‘Žπ‘›π‘” π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™ = 10,015 𝑉
%βˆ†π‘‰π‘‘π‘–π‘Žπ‘›π‘” π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™ =
βˆ†π‘‰
%βˆ†π‘‰π‘‘π‘–π‘Žπ‘›π‘” π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™ =
10,015
𝑉
× 100%
20300
× 100%
%βˆ†π‘‰π‘‘π‘–π‘Žπ‘›π‘” π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™ = 0,049 %
π‘‰π‘‘π‘–π‘Žπ‘›π‘” π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™ = 𝑉𝐿𝐿 − βˆ†π‘‰
π‘‰π‘‘π‘–π‘Žπ‘›π‘” π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™ = 20300 − 10,015 = 20289,985 𝑉
2. Drop Voltage di gardu LD195 (ΔV)
Diketahui : I
: 4,1 A
CosΙΈ : 0,9
SinΙΈ : 0,35
Maka
Z
: 0,2162 + j0,3305 Ω/km
L
: 61,5 km
:
βˆ†π‘‰πΏπ· 195 = βˆ†π‘‰π‘‘π‘–π‘Žπ‘›π‘” π‘Žπ‘€π‘Žπ‘™ +
βˆ†π‘‰πΏπ· 195 = 10,015 +
3 × πΌ × ((𝑅. π‘π‘œπ‘ πœ‘ + 𝑋. π‘ π‘–π‘›πœ‘) × πΏ)
3 × 4,1 × (19,080)
βˆ†π‘‰πΏπ· 195 = 145,509 𝑉
%βˆ†π‘‰πΏπ· 195 =
βˆ†π‘‰
%βˆ†π‘‰πΏπ· 195 =
145,509
𝑉
× 100%
20300
× 100%
%βˆ†π‘‰πΏπ· 195 = 0,716 %
𝑉𝐿𝐷 195 = 𝑉𝐿𝐿 − βˆ†π‘‰
𝑉𝐿𝐷 195 = 20300 − 145,509 = 20154,491 𝑉
50
3. Drop Voltage di gardu LD196 (ΔV)
Diketahui : I
: 3,9 A
CosΙΈ : 0,9
SinΙΈ : 0,35
Maka
Z
: 0,2162 + j0,3305 Ω/km
L
: 4,1 km
:
βˆ†π‘‰πΏπ· 196 = βˆ†π‘‰πΏπ· 195 +
3 × πΌ × ((𝑅. π‘π‘œπ‘ πœ‘ + 𝑋. π‘ π‘–π‘›πœ‘) × πΏ)
βˆ†π‘‰πΏπ· 196 = 145,509 +
3 × 3,9 × (1,27204)
βˆ†π‘‰πΏπ· 195 = 154,10 𝑉
%βˆ†π‘‰πΏπ· 195 =
βˆ†π‘‰
%βˆ†π‘‰πΏπ· 195 =
154,10
𝑉
× 100%
20300
× 100%
%βˆ†π‘‰πΏπ· 195 = 0,759 %
𝑉𝐿𝐷 195 = 𝑉𝐿𝐿 − βˆ†π‘‰
𝑉𝐿𝐷 195 = 20300 − 154,10 = 20145,9 𝑉
4. Drop Voltage di gardu LD197 (ΔV)
Diketahui : I
: 3,5 A
CosΙΈ : 0,9
SinΙΈ : 0,35
Maka
Z
: 0,2162 + j0,3305 Ω/km
L
: 2 km
:
βˆ†π‘‰πΏπ· 197 = βˆ†π‘‰πΏπ· 196 +
βˆ†π‘‰πΏπ· 197 = 154,10 +
3 × πΌ × ((𝑅. π‘π‘œπ‘ πœ‘ + 𝑋. π‘ π‘–π‘›πœ‘) × πΏ)
3 × 2 × (0,62051)
βˆ†π‘‰πΏπ· 195 = 156,24 𝑉
%βˆ†π‘‰πΏπ· 195 =
βˆ†π‘‰
%βˆ†π‘‰πΏπ· 195 =
156,24
𝑉
× 100%
20300
× 100%
%βˆ†π‘‰πΏπ· 195 = 0,769 %
𝑉𝐿𝐷 195 = 𝑉𝐿𝐿 − βˆ†π‘‰
𝑉𝐿𝐷 195 = 20300 − 156,24 = 20143,76 𝑉
51
Dari perhitungan diketahui besar drop voltage saluran dari gardu induk ke
tiang pertama memiliki nilai tegangan jatuh 10,015 volt prosentase dari tegangan
awal yaitu 0,049% dengan panjang saluran 300 m. Pada perhitungan selanjutnya
dari tiang pertama hingga gardu LD195 Krepean dengan panjang saluran 61,5 km
diketahui nilai tegangan jatuh sebesar 145,5 volt dengan prosentase dari tegangan
awal sebesar 0,716%. Pada gardu LD196 Mlaten dengan panjang saluran dari
LD195 sepanjang 4,1 km, dari perhitungan diketahui besar nilai tegangan jatuh di
gardu LD196 yaitu 154,1 volt dengan prosentasi dari tegangan awal sebesar
0,75%. Nilai prosentase drop voltage terbesar terletak pada gardu LD197 yaitu
0,76% dari tegangan awal 20,3 kV, gardu ini terletak di Jampit dengan panjang
saluran dari gardu LD196 yaitu 2 km.
Berdasarkan hasil perhitungan dapat dianalisis bahwa terjadinya drop
voltage pada penyulang Jangkar antara lain dipengaruhi oleh faktor panjang
saluran distribusi dan beban pada saluran. Semakin panjang saluran distribusi dan
semakin besar bebannya maka nilai tegangan jatuhnya juga semakin besar pada
penyulang. Penurunan tegangan yang terjadi pada penyulang Jangkar sebesar
0,769% dari tegangan sumber 20,3 kV, penurunan tegangan masih dibawah batas
standar dari yang diperbolehkan yaitu 5%. Sehingga untuk kedepan perencanaan
penambahan jaringan baru ataupun penambahan beban masih dapat dilakukan
pada jaringan distribusi listrik di kecamatan Sempol.
4.3 Evaluasi Penanggulangan Gangguan Menggunakan AHP
Penelitian ini membahas tentang implementasi pengambilan keputusan
dalam menanggulangi gangguan distribusi listrik menggunakan pendekatan
dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Gangguan pada jaringan
distribusi listrik dipengaruhi tiga faktor antara lain faktor internal, faktor eksternal
dan faktor kelalaian manusia. Faktor internal disebabkan gangguan hubung
singkat, tegangan lebih dan pemilihan jaringan yang tidak tepat. Pada faktor
eksternal disebabkan oleh sentuhan kabel dengan pohon, surja petir dan andongan
kendor. Pada faktor kelalaian manusia antara lain disebabkan karena kesalahan
pemasangan, mengabaikan alat perlindungan diri dan efisiensi waktu dalam
bekerja. Langkah pertama dalam melakukan pendekatan menggunakan metode
52
AHP yaitu dengan membuat hierarki tentang tujuan utama, selanjutnya
menentukan kriteria, sub kriteria dan alternatif yang menjadi dasar dilakukannya
tujuan utama. Evaluasi penanggulangan gangguan pada distribusi listrik di
kecamtan Sempol menjadi tujuan utama, selanjutnya berdasarkan gangguan
distribusi listrik yang mendasari dapat ditentukan kriteria yaitu faktor internal,
faktor eksternal dan faktor kelalaian manusia. Sedangkan pada sub kriteria
ditentukan berdasarkan faktor penyebab gangguan, kemudian dalam menentukan
alternatif keputusan berdasarkan program penyelesaian gangguan pada distribusi
listrik di Sempol. Adapun diagram hirarki evaluasi penanggulangan gangguan
pada distribusi listrik di kecamatan Sempol ditunjukkan pada Gambar 4.7.
Evaluasi Penanggulangan Gangguan
Pada Distribusi Listrik Sempol
Faktor
Internal
Tujuan Utama
Faktor
Ekternal
Faktor Kelalaian
Manusia
Hubung
Singkat
Sentuhan
Pohon
Kesalahan
Pemasangan
Kesalahan
jaringan
Bencana Alam
(banjir,longsor)
Mengabaikan
APD
Tegangan
Lebih
Andongan
Kendor
Peralatan Tidak
Sesuai SOP
Kriteria
Sub kriteria
Perawatan dan
Pengontrolan
Diklat SDM
Pemasangan
Relay Proteksi
Alternatif
Gambar 4.7 Diagram hirarki evaluasi penanggulangan gangguan listrik
(Pandi 2010)(Hong, Koo, and Park 2014)
53
Setelah dilakukan penyusunan hirarki seperti pada Gambar 4.7 dapat
dilihat bahwa sub kriteria dari beberapa kriteria tersebut dapat didekati oleh 3
buah alternatif perbaikan, yaitu :
1. Perawatan dan pengontrolan
Pada hakekatnya perawatan dan pengontrolan merupakan suatu pekerjaan
yang dimaksudkan untuk mendapatkan jaminan suatu sistem atau
peralatan distribusi listrik berfungsi secara optimal, umur teknisnya
meningkat dan aman dari gangguan. Perawatan dan pengontrolan jaringan
distribusi listrik merupakan salah satu upaya yang dinilai paling efisien,
salah satu contoh upaya perawatan dan pengontrolan di lapangan yaitu
rabas-rabas guna menghindari sentuhan pohon dengan kabel.
2. Diklat sumber daya manusia (SDM)
Pengembangan program pelatihan, training maupun pendidikan singkat
perlu di tingkatkan guna membangun pola pikir dan pengetahuan teknisi
yang bertugas di lapangan. Sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan
dan kecelakaan yang dilakukan petugas dilapangan dalam bertugas.
3. Pemasangan relay proteksi
Pemasangan relay proteksi merupakan bagian perlindungan atau isolasi
pada bagian yang memungkinkan akan terjadi gangguan atau bahaya.
Tujuan utama sistem isolasi ini yaitu melokalisir dan membatasi pengaruh
yang ditimbulkan dengan adanya gangguan pada sistem tenaga listrik.
4.3.1 Matrik berpasangan (pairwise comparison)
Langkah kedua dalam melakukan pendekatan menggunakan metode AHP
yaitu membentuk matrik berpasangan (pairwise comparison), untuk mendapatkan
matrik berpasangan dengan cara melakukan penilaian perbandingan dari kriteria
dan sub kriteria berdasarkan diagram hirarki. Dengan menggunakan nilai skala
perbandingan seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1 terdiri dari angka 1 sampai 9
digunakan untuk membandingkan atribut – atribut kriteria, sub kriteria dan
alternatif keputusan. Pada Tabel 4.6 menunjukkan hasil matrik berpasangan pada
kriteria, matrik berpasangan berdasarkan hasil kuesioner yang diisi oleh pakar
(expert choice) terdiri dari asisten manajer, supervisor area dan teknisi.
54
Tabel 4.6 Matrik berpasangan perbandingan untuk kriteria
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Faktor Kelalaian
Faktor Internal
1/1
3
4
Faktor Eksternal
1/3
1/1
2
Faktor Kelalaian
1/4
1/2
1/1
∑
1,58
4,5
7
Kriteria Ganguan
Berdasarkan matrik berpasangan pada Tabel 4.6 selanjutnya dilakukan
perhitungan prioritas untuk mendapatkan nilai eigen vektor seperti ditunjukkan
pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Eigen vektor ternormalisasi
∑ baris
Faktor
Faktor
Faktor
Internal
Eksternal
Kelalaian
Faktor Internal
0,63
0,67
0,57
1,87
0,62
Faktor Eksternal
0,21
0,22
0,29
0,72
0,24
Faktor Kelalaian
0,16
0,11
0,14
0,41
0,14
Kriteria Gangguan
Eigen
Vektor
Selanjutnya menghitung rasio konsistensi untuk mengetahui apakah penilaian
bersifat
konsisten
terhadap
perbandingan
kriteria
gangguan.
Dengan
menggunakan persamaan matematika (2.8) dan (2.9), maka diketahui nilai eigen
maksimum sebagai berikut :
1. Eigen value maksimum (λ maks)
πœ†π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  = 1,58 π‘₯ 0,62 + 4,5 π‘₯ 0,24 + 7 π‘₯ 0,14 = 3,025
2. Consistency index value (CI)
𝐢𝐼 =
(πœ† π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  − 𝑛)
3,025 − 3
=
= 0,013
𝑛−1
3−1
3. Consistency ratio (CR)
𝐢𝑅 =
𝐢𝐼
0,013
=
= 0,02 π‘π‘’π‘šπ‘π‘œπ‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘› π‘˜π‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘› 𝐢𝑅 ≤ 0,1
𝑅𝐼
0,58
Dari hasil perhitungan Table 4.7 berdasarkan nilai eigen, faktor internal
merupakan kriteria gangguan dengan prioritas yang tinggi menyebabkan
gangguan distribusi listrik dengan nilai 0,62 atau 62% kemudian faktor eksternal
memiliki nilai 0,24 atau 24% dan faktor kelalaian memiliki nilai 0,14 atau 14%.
55
Selanjutnya juga dilakukan penentuan nilai eigen terhadap sub kriteria gangguan,
ditunjukkan pada Tabel 4.8, Tabel 4.10 dan Tabel 4.12 matrik berpasangan sub
kriteria dan penentuan prioritas yang mempengaruhi gangguan.
Tabel 4.8 Matrik berpasangan perbandingan untuk sub kriteria faktor internal
Hubung Singkat
Kesalahan Jaringan
Tegangan Lebih
Hubung Singkat
1/1
4
5
Kesalahan jaringan
1/4
1/1
3
Tegangan Lebih
1/5
1/3
1/1
∑
1,45
5,33
9
Sub Kriteria
Faktor Internal
Berdasarkan matrik berpasangan pada Tabel 4.8 selanjutnya dilakukan
perhitungan prioritas untuk mendapatkan nilai eigen vektor seperti ditunjukkan
pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Eigen vektor ternormalisasi
∑ baris
Sub Kriteria
Hubung
Kesalahan
Tegangan
Eigen
Faktor Internal
Singkat
Jaringan
Lebih
Hubung Singkat
0,69
0,75
0,56
2,00
0,67
Kesalahan Jaringan
0,17
0,19
0,33
0,92
0,23
Tegangan Lebih
0,13
0,06
0,11
0,32
0,10
Vektor
Selanjutnya menghitung rasio konsistensi untuk mengetahui apakah penilaian
bersifat konsisten terhadap perbandingan sub kriteria gangguan faktor internal.
Dengan menggunakan persamaan matematika (2.8) dan (2.9), maka diketahui
nilai eigen maksimum sebagai berikut :
1. Eigen value maksimum (λ maks)
πœ†π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  = 1,45 π‘₯ 0,67 + 5,33 π‘₯ 0,23 + 9 π‘₯ 0,10 = 3,1314
2. Consistency index value (CI)
𝐢𝐼 =
(πœ† π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  − 𝑛)
3,1314 − 3
=
= 0,06
𝑛−1
3−1
3. Consistency ratio (CR)
𝐢𝑅 =
𝐢𝐼
𝑅𝐼
=
0,06
0,58
= 0,1
π‘π‘’π‘šπ‘π‘œπ‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘› π‘˜π‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘› 𝐢𝑅 ≤ 0,1
56
Dari hasil perhitungan Tabel 4.9 berdasarkan nilai eigen, hubung singkat
merupakan gangguan internal dengan prioritas tinggi dengan nilai 0,67 atau 67%
kemudian kesalahan jaringan memiliki nilai 0,23 atau 23% dan tegangan lebih
memiliki nilai 0,10 atau 10%.
Tabel 4.10 Matrik berpasangan perbandingan untuk sub kriteria faktor eksternal
Sentuhan Pohon
Bencana
Andongan Kendor
Sentuhan Pohon
1/1
2
3
Bencana
1/2
1/1
1
Andongan Kendor
1/3
1/1
1/1
∑
1,83
4
5
Sub Kriteria
Faktor Eksternal
Berdasarkan matrik berpasangan pada Tabel 4.10 selanjutnya dilakukan
perhitungan prioritas untuk mendapatkan nilai eigen vektor seperti ditunjukkan
pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Eigen vektor ternormalisasi
Sub Kriteria
Sentuhan
Faktor Eksternal
Pohon
Bencana
Andongan
∑ baris
Kendor
Eigen
Vektor
Sentuhan Pohon
0,55
0,5
0,60
1,65
0,55
Bencana
0,27
0,25
0,20
0,72
0,24
Andongan Kendor
0,18
0,25
0,20
0,63
0,21
Selanjutnya menghitung rasio konsistensi untuk mengetahui apakah penilaian
bersifat konsisten terhadap perbandingan sub kriteria gangguan faktor eksternal.
Dengan menggunakan persamaan matematika (2.8) dan (2.9), maka diketahui
nilai eigen maksimum sebagai berikut :
1. Eigen value maksimum (λ maks)
πœ†π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  = 1,83 π‘₯ 0,55 + 4 π‘₯ 0,24 + 5 π‘₯ 0,21 = 3,0222
2. Consistency index value (CI)
𝐢𝐼 =
(πœ† π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  − 𝑛)
3,022 − 3
=
= 0,011
𝑛−1
3−1
57
3. Consistency ratio (CR)
𝐢𝑅 =
𝐢𝐼
0,011
=
= 0,01
𝑅𝐼
0,58
π‘π‘’π‘šπ‘π‘œπ‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘› π‘˜π‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘› 𝐢𝑅 ≤ 0,1
Dari hasil perhitungan Table 4.11 berdasarkan nilai eigen, sentuhan pohon
dengan kabel merupakan gangguan eksternal dengan nilai 0,55 atau 55%
kemudian terjadi bencana pada jalur distribusi listrik memiliki nilai 0,24 atau 24%
dan andongan kendor memiliki nilai 0,21 atau 21%.
Tabel 4.12 Matrik berpasangan perbandingan untuk sub kriteria faktor kelalaian
Sub Kriteria
Kesalahan
Mengabaikan
Peralatan Tidak
Faktor Kelalaian
Pemasangan
APD
Sesuai SOP
Kesalahan Pemasangan
1/1
1
2
Mengabaikan APD
1/1
1/1
1
Peralatan Tidak Sesuai SOP
1/2
1/1
1/1
∑
2,5
3
4
Berdasarkan matrik berpasangan pada Tabel 4.12 selanjutnya dilakukan
perhitungan prioritas untuk mendapatkan nilai eigen vektor seperti ditunjukkan
pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Eigen vektor ternormalisasi
Sub Kriteria
Kesalahan
Mengabaikan
Peralatan
∑
Eigen
Faktor Kelalaian
Pemasangan
APD
Tidak SOP
baris
Vektor
Kesalahan Pasang
0,40
0,33
0,5
1,23
0,41
Mengabaikan APD
0,40
0,33
0,25
0,98
0,33
Peralatan Tidak SOP
0,20
0,33
0,25
0,78
0,26
Selanjutnya menghitung rasio konsistensi untuk mengetahui apakah penilaian
bersifat konsisten terhadap perbandingan sub kriteria gangguan faktor kelalaian.
Dengan menggunakan persamaan matematika (2.8) dan (2.9), maka diketahui
nilai eigen maksimum sebagai berikut :
1. Eigen value maksimum (λ maks)
πœ†π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  = 2,5 π‘₯ 0,41 + 3 π‘₯ 0,33 + 4 π‘₯ 0,26 = 3,056
58
2. Consistency index value (CI)
𝐢𝐼 =
(πœ† π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  − 𝑛)
3,056 − 3
=
= 0,0278
𝑛−1
3−1
3. Consistency ratio (CR)
𝐢𝑅 =
𝐢𝐼
0,028
=
= 0,04
𝑅𝐼
0,58
π‘π‘’π‘šπ‘π‘œπ‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘› π‘˜π‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘› 𝐢𝑅 ≤ 0,1
Dari hasil perhitungan Table 4.13 berdasarkan nilai eigen, kesalahan pemasangan
merupakan sub kriteria faktor kelalaian dengan prioritas nilai 0,41 atau 41%
kemudian mengabaikan alat pelindung diri (APD) memiliki nilai 0,33 atau 33%
dan peralatan tidak sesuai SOP memiliki nilai 0,26 atau 26%.
4.3.2 Perhitungan Prioritas Global
Pengukuran nilai prioritas global diperoleh dari perhitungan antara kriteria
dengan nilai prioritas pada matrik yang terletak paling bawah dari suatu hirarki.
Tabel 4.14 menunjukkan nilai prioritas global dari kriteria dan sub kriteria
gangguan pada sistem distribusi tenaga listrik.
Tabel 4.14 Prioritas global kriteria dan sub kriteria
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Faktor Kelalaian
0,62
0,24
0,14
Hubung singkat
0,67
0
0
0,4154
Kesalahan jaringan
0,23
0
0
0,1426
Tegangan lebih
0,10
0
0
0,0620
Sentuhan pohon
0
0,55
0
0,1320
Bencana
0
0,24
0
0,0576
Andongan kendor
0
0,21
0
0,0504
Kesalahan pasang
0
0
0,41
0,0574
Mengabaikan APD
0
0
0,33
0,0462
Peralatan tidak SOP
0
0
0,26
0,0364
Prioritas Global
Nilai
Nilai prioritas merupakan hasil perkalian nilai eigen vektor kriteria dengan eigen
vektor sub kriteria. Berdasarkan nilai prioritas global, gangguan akibat adanya
hubung singkat memiliki nilai prioritas terbesar yaitu 0,4154. Sedangkan nilai
prioritas terkecil yaitu 0,0364 karena standarisasi peralatan yang sudah laik.
59
4.3.3 Matrik Alternatif
Dari perhitungan yang telah dilakukan maka pemilihan alternatif yang
tepat menjadi prioritas guna menanggulangi gangguan pada jaringan distribusi
listrik di Sempol. Untuk mendapatkan nilai matrik pada kolom perawatan dan
kontrol, diklat SDM dan pemasangan relay proteksi maka dibuat bentuk matrik
berpasangan sub kriteria gangguan (matrik berpasangan ditunjukkan pada
lampiran).
Tabel
4.15
menunjukkan
prioritas
alternatif
global
dalam
menanggulangi gangguan pada jaringan distribusi listrik di kecamatan Sempol.
Tabel 4.15 Prioritas alternatif
Sub Kriteria
Nilai
Perawatan
Diklat
Pasang Relay
Gangguan
Prioritas
dan Kontrol
SDM
Proteksi
PK
DIK
RP
Hubung singkat
0,4154
0,557
0,320
0,122
0,231
0,133
0,051
Kesalahan jaringan
0,1426
0,647
0,229
0,122
0,092
0,033
0,017
Tegangan lebih
0,0620
0,411
0,327
0,261
0,025
0,020
0,016
Sentuhan pohon
0,1320
0,632
0,192
0,174
0,083
0,025
0,023
Bencana
0,0576
0,524
0,333
0,141
0,030
0,019
0,008
Andongan kendor
0,0504
0,643
0,282
0,073
0,032
0,014
0,004
Kesalahan pasang
0,0574
0,511
0,360
0,127
0,029
0,021
0,007
Mengabaikan APD
0,0462
0,632
0,192
0,174
0,029
0,009
0,008
Peralatan tidak SOP
0,0364
0,655
0,186
0,157
0,024
0,007
0,006
0,58
0,28
0,14
∑ Alternatif global
Perhitungan
Dari hasil perhitungan pada Tabel 4.15 diketahui bahwa keputusan
alternatif yang menjadi prioritas untuk menanggulangi gangguan pada jaringan
distribusi listrik di Sempol adalah melakukan perawatan dan pengontrolan
jaringan distribusi listrik secara berkala dengan nilai prioritas 58% selanjutnya
melakukan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia (teknisi lapangan)
guna mencegah gangguan akibat faktor kelalaian dengan nilai prioritas 28% dan
melakukan penambahan pemasangan relay proteksi guna melokalisir gangguan
dengan nilai prioritas sebesar 14%.
60
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian tentang pemetaan
jaringan distribusi listrik Sempol menggunakan sistem informasi geografis dan
evaluasi penanggulangan gangguan berdasarkan Analytical Hierarchy Process
(AHP), maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan software ArcGIS sebagai pengolah data sistem
informasi geografis (SIG) pada jaringan distribusi listrik di Sempol, maka
menghasilkan peta dengan sisipan informasi (atribut) tentang jalur kabel
SUTM, jalur kabel SUTR, pengguna listrik, gardu distribusi dan letak
perencanaan jalur kabel SUTM baru di Blawan, kecamatan Sempol.
2. Evaluasi dengan menggunakan pendekatan metode analytical hierarchy
process (AHP) diketahui bahwa faktor internal mendominasi gangguan
pada sistem distribusi di kecamatan Sempol dengan nilai prosentase 62%
dibandingkan dengan faktor eksternal dengan nilai prosentase 24% dan
faktor kelalaian nilai prosentase 14%. Gangguan akibat hubung singkat
memiliki nilai prioritas paling besar dibandingkan gangguan lainnya.
Keputusan alternatif untuk menanggulangi gangguan tersebut yaitu dengan
melakukan perawatan dan pengontrolan pada jalur distribusi dengan nilai
prioritas sebesar 58%, alternatif kedua melakukan pendidikan dan
pelatihan terhadap teknisi dengan nilai prioritas sebesar 28% dan alternatif
ketiga penambahan pemasangan relay proteksi dengan nilai prioritas
sebesar 14%.
3. Nilai tegangan jatuh dari gardu induk hingga ke tiang gardu distribusi
LD197 sebesar 0,769% hal tersebut dipengaruhi oleh panjangnya saluran
distribusi yaitu 67,65 Kms. Nilai tegangan jatuh masih berada dibawah
nilai standar yang diperbolehkan yakni 5% pada jaringan tegangan
menengah (JTM).
61
5.2 Saran
Berdasarkan metode penelitian, hasil dan pembahasan tentang pemetaan
jaringan distribusi listrik Sempol menggunakan sistem informasi geografis dan
evaluasi penanggulangan gangguan berdasarkan Analytical Hierarchy Process,
ada beberapa hal yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan hasil penelitian
antara lain :
1. Pemetaan objek penelitian dapat diperluas, ada beberapa desa yang tidak
dapat dijangkau pada penelitian ini, karena alasan faktor efisiensi waktu
dan medan yang sulit.
2. Dalam metode pengambilan keputusan tidak hanya menggunakan satu
metode saja, melainkan dilakukan pembandingan dengan metode
pengambilan keputusan lainnya.
3. Pemetaan menggunakan sistem informasi geografis dapat dikembangkan
lebih lanjut sebagai indikator bila terjadi gangguan secara nyata (real time)
dengan menunjukkan koordinat gangguan dan upaya penanganannya.
(PT. PLN (Persero) 1987)
62
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, A. 2014. “Sistem Informasi Geografis Pendataan Dan Pengarsipan Aset
PT.PLN (Persero) Distribusi JATENG Dan D.I.Y.” Prosiding SNATIF 1:
401–10.
Ariff, H, and M.S Salit. 2008. “Use Of Analytical Hierarchy Process (AHP) For
Selecting The Best Design Concept.” Jurnal Teknologi 49: 1–18.
Arismunandar, A. 2004. Teknik Tenaga Listrik. 7th ed. Jakarta: PT.Pradnya
Paramita.
Aronoff, Stan. 1989. Geographic Information Systems: A Management
Perspective.
Geocarto
International.
Vol.
4.
doi:10.1080/10106048909354237.
Atici, K., A.B. Simsek, and A. Ulucan. 2015. “A GIS-Based Multiple Criteria
Decision Analysis Approach For Wind Power Plant Site Selection.” Utilities
Policy 37. Elsevier Ltd: 86–96. doi:10.1016/j.jup.2015.06.001.
BPS. 2015. “Statistik Daerah Kecamatan Sempol 2015.” Bondowoso.
ESDM JATIM. 2014. Ijin Usaha Pertambangan (IUP) Eksisting. Surabaya: Dinas
ESDM Jawa Timur.
Gbanie, S.P, and P.B Tengbe. 2013. “Modelling Landfill Location Using
Geographic Information Systems (GIS) And Multi Criteria Decision
Analysis (MCDA): Case Study Bo, Southern Sierra Leone.” Applied
Geography 36. Elsevier Ltd: 3–12. doi:10.1016/j.apgeog.2012.06.013.
Hong, T., C. Koo, and J. Park. 2014. “A GIS (Geographic Information System)
Based Optimization Model For Estimating The Electricity Generation Of
The Rooftop PV (Photovoltaic) System.” Energy 65. Elsevier Ltd: 190–99.
doi:10.1016/j.energy.2013.11.082.
Laboratorium Perencanaan. 2009. Buku Ajar Sistem Informasi Spasial Kehutanan.
Makasar: Universitas Hasanuddin.
Lilik, Jamilatul, and Bangun M. 2003. “Distribusi Jaringan Listrik Studi Kasus
Surabaya Industrial Estate Rungkut Di Surabaya.” Makara Teknologi 7 (1):
33–44.
63
Pandi, Pardian. 2010. “Penggunaan Metode Analytic Hierarchy Process Untuk
Mengetahui Tingkat Kepuasan Peserta Pelatihan Pepaya Kabupaten
Subang.” Universitas Padjadjaran.
PT. PLN (Persero). 1987. (SPLN) Spesifikasi Desain Untuk Jaringan Tegangan
Menengah Dan Jaringan Tegangan Rendah. Jakarta.
PT.PLN (Persero) P3B Jawa Bali. 2011. “GI GITET PT.PLN (Persero).”
http://www.pln.co.id/p3bjawabali/?p=451.
Saaty, Thomas L. 2008. “Decision Making With The Analytic Hierarchy
Process.”
International
Journal
of
Services
Sciences
1
(1):
83.
doi:10.1504/IJSSCI.2008.017590.
Tahri, Meryem, Mustapha Hakdaoui, and Mohamed Maanan. 2015. “The
Evaluation Of Solar Farm Locations Applying Geographic Information
System And Multi Criteria Decision Making Methods Case Study In
Southern Morocco.” Renewable and Sustainable Energy Reviews 51.
Elsevier: 1354–62. doi:10.1016/j.rser.2015.07.054.
64
LAMPIRAN
Lampiran 1a. Rekapitulasi Kuesioner Dalam Bentuk Matrik Berpasangan
1. Matrik berpasangan untuk keputusan alternatif dalam hal gangguan hubung
singkat
Perawatan
Hubung Singkat
Diklat SDM
dan Kontrol
Pemasangan
Relay Proteksi
Perawatan dan Kontrol
1/1
2
4
Diklat SDM
1/2
1/1
3
Pemasangan Relay
1/4
1/3
1/1
∑
1,75
3,3
8
Perawatan
Diklat
Pemasangan
∑
Eigen
dan Kontrol
SDM
Relay Proteksi
baris
Vektor
Perawatan dan Kontrol
0,57
0,6
0,50
1,67
0,557
Diklat SDM
0,29
0,3
0,37
0,96
0,320
Pemasangan Relay
0,14
0,1
0,12
0,37
0,122
Hubung Singkat
πœ†π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  = 3,0234
πΌπ‘›π‘‘π‘’π‘˜ πΎπ‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘›π‘ π‘– = 0,0117
π‘…π‘Žπ‘ π‘–π‘œ πΎπ‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘›π‘ π‘– = 0,02
2. Matrik berpasangan untuk keputusan alternatif dalam hal gangguan kesalahan
pemilihan jaringan
Kesalahan Pemilihan
Perawatan
Jaringan
dan Kontrol
Diklat SDM
Pemasangan
Relay Proteksi
Perawatan dan Kontrol
1/1
3
5
Diklat SDM
1/3
1/1
2
Pemasangan Relay
1/5
1/2
1/1
∑
1,53
4,5
8
65
Kesalahan Pemilihan
Perawatan
Diklat
Pemasangan
∑
Eigen
Jaringan
dan Kontrol
SDM
Relay Proteksi
baris
Vektor
Perawatan dan Kontrol
0,65
0,67
0,63
1,94
0,647
Diklat SDM
0,21
0,22
0,25
0,69
0,229
Pemasangan Relay
0,13
0,11
0,13
0,37
0,122
πœ†π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  = 3,0049
πΌπ‘›π‘‘π‘’π‘˜ πΎπ‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘›π‘ π‘– = 0,0024
π‘…π‘Žπ‘ π‘–π‘œ πΎπ‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘›π‘ π‘– = 0,0042
3. Matrik berpasangan untuk keputusan alternatif dalam hal gangguan tegangan
lebih
Tegangan Lebih
Perawatan
Diklat SDM
dan Kontrol
Pemasangan
Relay Proteksi
Perawatan dan Kontrol
1/1
1
2
Diklat SDM
1/1
1/1
1
Pemasangan Relay
1/2
1/1
1/1
∑
2,5
3
4
Perawatan
Diklat
Pemasangan
∑
Eigen
dan Kontrol
SDM
Relay Proteksi
baris
Vektor
Perawatan dan Kontrol
0,4
0,33
0,5
1,23
0,41
Diklat SDM
0,4
0,33
0,25
0,98
0,33
Pemasangan Relay
0,2
0,33
0,22
0,78
0,26
Tegangan Lebih
πœ†π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  = 3,056
πΌπ‘›π‘‘π‘’π‘˜ πΎπ‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘›π‘ π‘– = 0,0278
π‘…π‘Žπ‘ π‘–π‘œ πΎπ‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘›π‘ π‘– = 0,047
4. Matrik berpasangan untuk keputusan alternatif dalam hal gangguan sentuhan
pohon
Sentuhan Pohon
Perawatan
Diklat SDM
dan Kontrol
Pemasangan
Relay Proteksi
Perawatan dan Kontrol
1/1
3
4
Diklat SDM
1/3
1/1
1
Pemasangan Relay
1/4
1/1
1/1
∑
1,58
5
6
Perawatan
Diklat
Pemasangan
∑
Eigen
dan Kontrol
SDM
Relay Proteksi
baris
Vektor
Perawatan dan Kontrol
0,63
0,6
0,67
1,90
0,63
Diklat SDM
0,21
0,2
0,17
0,58
0,19
Pemasangan Relay
0,16
0,2
0,17
0,52
0,17
Sentuhan Pohon
πœ†π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  = 3,012
πΌπ‘›π‘‘π‘’π‘˜ πΎπ‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘›π‘ π‘– = 0,0064
π‘…π‘Žπ‘ π‘–π‘œ πΎπ‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘›π‘ π‘– = 0,011
5. Matrik berpasangan untuk keputusan alternatif dalam hal gangguan Bencana
Bencana
Perawatan
Diklat SDM
Pemasangan
dan Kontrol
Relay Proteksi
Perawatan dan Kontrol
1/1
2
3
Diklat SDM
1/2
1/1
3
Pemasangan Relay
1/3
1/3
1/1
∑
1,83
3,3
7
Perawatan
Diklat
Pemasangan
∑
Eigen
dan Kontrol
SDM
Relay Proteksi
baris
Vektor
Perawatan dan Kontrol
0,54
0,6
0,43
1,57
0,524
Diklat SDM
0,27
0,3
0,43
1,00
0,333
Pemasangan Relay
0,18
0,1
0,14
0,42
0,141
Bencana
πœ†π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  = 3,0653
πΌπ‘›π‘‘π‘’π‘˜ πΎπ‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘›π‘ π‘– = 0,032
π‘…π‘Žπ‘ π‘–π‘œ πΎπ‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘›π‘ π‘– = 0,056
6. Matrik berpasangan untuk keputusan alternatif dalam hal gangguan andongan
kendor
Andongan Kendor
Perawatan
Diklat SDM
dan Kontrol
Pemasangan
Relay Proteksi
Perawatan dan Kontrol
1/1
3
7
Diklat SDM
1/3
1/1
5
Pemasangan Relay
1/7
1/5
1/1
∑
1,47
4,2
13
Perawatan
Diklat
Pemasangan
∑
Eigen
dan Kontrol
SDM
Relay Proteksi
baris
Vektor
Perawatan dan Kontrol
0,68
0,71
0,54
1,93
0,643
Diklat SDM
0,23
0,24
0,38
0,85
0,282
Pemasangan Relay
0,10
0,05
0,07
0,22
0,073
Andongan Kendor
πœ†π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  = 3,096
πΌπ‘›π‘‘π‘’π‘˜ πΎπ‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘›π‘ π‘– = 0,048
π‘…π‘Žπ‘ π‘–π‘œ πΎπ‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘›π‘ π‘– = 0,083
7. Matrik berpasangan untuk keputusan alternatif dalam hal gangguan kesalahan
pasang
Kesalahan Pemasangan
Perawatan
Diklat SDM
dan Kontrol
Pemasangan
Relay Proteksi
Perawatan dan Kontrol
1/1
2
3
Diklat SDM
1/2
1/1
4
Pemasangan Relay
1/3
1/4
1/1
∑
1,83
3,25
8
Kesalahan
Perawatan
Diklat
Pemasangan
∑
Eigen
Pemasangan
dan Kontrol
SDM
Relay Proteksi
baris
Vektor
Perawatan dan Kontrol
0,54
0,61
0,37
1,53
0,511
Diklat SDM
0,27
0,30
0,50
1,08
0,360
Pemasangan Relay
0,18
0,07
0,12
0,38
0,127
πœ†π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  = 3,1323
πΌπ‘›π‘‘π‘’π‘˜ πΎπ‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘›π‘ π‘– = 0,06
π‘…π‘Žπ‘ π‘–π‘œ πΎπ‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘›π‘ π‘– = 0,10
8. Matrik berpasangan untuk keputusan alternatif dalam hal gangguan
mengabaikan APD
Mengabaikan APD
Perawatan
(alat pelindung diri)
dan Kontrol
Diklat SDM
Pemasangan
Relay Proteksi
Perawatan dan Kontrol
1/1
3
4
Diklat SDM
1/3
1/1
1
Pemasangan Relay
1/4
1/1
1/1
∑
1,58
5
6
Mengabaikan APD
Perawatan
Diklat
Pemasangan
∑
Eigen
(alat pelindung diri)
dan Kontrol
SDM
Relay Proteksi
baris
Vektor
Perawatan dan Kontrol
0,63
0,6
0,67
1,90
0,63
Diklat SDM
0,21
0,2
0,17
0,58
0,19
Pemasangan Relay
0,16
0,2
0,17
0,52
0,17
πœ†π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  = 3,012
πΌπ‘›π‘‘π‘’π‘˜ πΎπ‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘›π‘ π‘– = 0,0064
π‘…π‘Žπ‘ π‘–π‘œ πΎπ‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘›π‘ π‘– = 0,011
9. Matrik berpasangan untuk keputusan alternatif dalam hal gangguan peralatan
tidak sesuai SOP
Peralatan Tidak Sesuai
Perawatan
Diklat SDM
SOP
dan Kontrol
Pemasangan
Relay Proteksi
Perawatan dan Kontrol
1/1
3
5
Diklat SDM
1/3
1/1
1
Pemasangan Relay
1/5
1/1
1/1
∑
1,53
5
7
Peralatan Tidak
Perawatan
Diklat
Pemasangan
∑
Eigen
Sesuai SOP
dan Kontrol
SDM
Relay Proteksi
baris
Vektor
Perawatan dan Kontrol
0,65
0,6
0,71
1,97
0,655
Diklat SDM
0,22
0,2
0,14
1,56
0,186
Pemasangan Relay
0,13
0,2
0,14
0,47
0,157
πœ†π‘šπ‘Žπ‘˜π‘  = 3,0431
πΌπ‘›π‘‘π‘’π‘˜ πΎπ‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘›π‘ π‘– = 0,0215
π‘…π‘Žπ‘ π‘–π‘œ πΎπ‘œπ‘›π‘ π‘–π‘ π‘‘π‘’π‘›π‘ π‘– = 0,037
Lampiran 2b. Data Transformator Distribusi
KODEGI
STBDO
STBDO
STBDO
KODETRAFOG
03
03
03
KODEPENYUL
JNGKR
JNGKR
JNGKR
KODEGARDU
LD195
LD196
LD197
NOTIANGTM
C06002A07D03C27B06C168B02C385B86
C06002A07D03C27B06C168B02C385B169
C06002A07D03C27B06C168B02C385B206
JENISGARDU
DISTRIBUSI 2 TIANG
DISTRIBUSI 2 TIANG
DISTRIBUSI 2 TIANG
ALAMATGARD
Krepean
Mlaten
Jampit
TRAFOMILIK
PLN
PLN
PLN
JUMLAHTIAN
1
1
2
JUMLAHTRAF
1
1
1
LVPANEL
0
0
0
METERKWH
0
0
0
TAHANANTAN
5
5
5
JURUSAN
2
2
2
JENISPENGA
NH
NH
NH
KAPASITASP
0
0
0
PENGAMANCO
1
1
1
PENGAMANAR
1
1
1
GROUNDARRE
1
1
1
KONFIGURAS
0
0
0
GROUNDTRAF
1
1
1
MEREKTRAFO
STARLITE
STARLITE
STARLITE
MEREKTRA_1
MEREKTRA_2
NOMORSERIT
1500031018
1500031018
1500031018
NOMORSER_1
NOMORSER_2
TAHUNBUATT
2015
2015
2015
Data Transformator Distribusi
KAPASITAST
100
100
100
KAPASITA_1
0
0
0
KAPASITA_2
0
0
0
PHASATRAFO
3
3
3
PHASATRA_1
0
0
0
PHASATRA_2
0
0
0
JUMLAHTAP1
3
3
3
JENISHUBUN
Yzn.5
Yzn.5
Yzn.5
JENISHUB_1
JENISHUB_2
STATUSTRAF
TERPASANG
TERPASANG
TERPASANG
PERSENPENG
58,00000000000
58,00000000000
58,00000000000
BLTHNPENGU
122011
122011
122011
TEG_UJUNG
211 V
211 V
211 V
Lampiran 3c. Data Atribut Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
KODEGI
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
KODETRAFO
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
KODEPENYUL
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
KODEHANTAR
M103
M103
M103
M103
M202
M202
M202
M202
M201
M201
M103
M103
M103
M103
M103
M103
M103
M103
M103
M103
M103
M103
PANJANGHAN
48
59
57
52
60
53
53
39
59
51
48
49
46
49
56
40
44
54
48
50
71
57
KODETIANG
TM1
TM1
TM1
TM1
TM1
TM1
TM1
TM8C
TM1
TM5
TM1
TM2
TM1
TM1
TM1
TM1
TM2
TM1
TM2
TM5
TM1
TM1
TINGGI
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
BAHANTIANG
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
KODEGI
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
KODETRAFO
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
KODEPENYUL
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
KODEHANTAR
M103
M103
M103
M202
M202
M202
M202
M202
M202
M202
M202
M202
M202
M202
M202
M104
M104
M104
M104
M104
M104
M104
M104
PANJANGHAN
58
39
55
60
36
65
58
48
4
44
63
50
42
42
42
39
49
56
43
51
34
41
51
KODETIANG
TM10
TM1
TM4
TM1
TM1
TM1
TM1
TM1
TM1
TM1
TM2
TM1
TM2
TM1
TM8
TM1
TM2
TM1
TM1
TM10
TM1
TM10
TM1
TINGGI
12
12
12
12
12
12
12
12
11
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
BAHANTIANG
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
KODEGI
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
KODETRAFO
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
KODEPENYUL
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
NOMOR ID TM
C06002A07D03C27B06C168B02C385B57
C06002A07D03C27B06C168B02C385B56
C06002A07D03C27B06C168B02C385B58
C06002A07D03C27B06C168B02C385B59
C06002A07D03C27B06C168B02C385B60
C06002A07D03C27B06C168B02C385B61
C06002A07D03C27B06C168B02C385B62
C06002A07D03C27B06C168B02C385B63
C06002A07D03C27B06C168B02C385B64
C06002A07D03C27B06C168B02C385B65
C06002A07D03C27B06C168B02C385B66
C06002A07D03C27B06C168B02C385B67
C06002A07D03C27B06C168B02C385B68
C06002A07D03C27B06C168B02C385B69
C06002A07D03C27B06C168B02C385B70
C06002A07D03C27B06C168B02C385B71
C06002A07D03C27B06C168B02C385B72
C06002A07D03C27B06C168B02C385B73
C06002A07D03C27B06C168B02C385B74
C06002A07D03C27B06C168B02C385B75
C06002A07D03C27B06C168B02C385B76
C06002A07D03C27B06C168B02C385B77
C06002A07D03C27B06C168B02C385B78
C06002A07D03C27B06C168B02C385B79
KODETIANG
TM1
TM2
TM1
TM2
TM10
TM2
TM2
TM10
TM2
TM1
TM1
TM1
TM1
TM1
TM1
TM1
TM10
TM1
TM1
TM1
TM1
TM1
TM1
TM1
TINGGI
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
BAHAN
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
KODEGI
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
KODETRAFO
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
KODEPENYUL
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
NOMOR ID TM
C06002A07D03C27B06C168B02C385B81
C06002A07D03C27B06C168B02C385B82
C06002A07D03C27B06C168B02C385B85
C06002A07D03C27B06C168B02C385B86
C06002A07D03C27B06C168B02C385B84
C06002A07D03C27B06C168B02C385B83
C06002A07D03C27B06C168B02C385B87
C06002A07D03C27B06C168B02C385B88
C06002A07D03C27B06C168B02C385B89
C06002A07D03C27B06C168B02C385B90
C06002A07D03C27B06C168B02C385B91
C06002A07D03C27B06C168B02C385B92
C06002A07D03C27B06C168B02C385B93
C06002A07D03C27B06C168B02C385B94
C06002A07D03C27B06C168B02C385B95
C06002A07D03C27B06C168B02C385B96
C06002A07D03C27B06C168B02C385B97
C06002A07D03C27B06C168B02C385B98
C06002A07D03C27B06C168B02C385B99
C06002A07D03C27B06C168B02C385B10
C06002A07D03C27B06C168B02C385B10
C06002A07D03C27B06C168B02C385B10
C06002A07D03C27B06C168B02C385B10
C06002A07D03C27B06C168B02C385B10
KODETIANG
TM1
TM5
TM1
TM1
TM1
TM1
TM1
TM1
TM1
TM5C
TM1
TM1
TM1
TM1
TM1
TM1
TM1
TM5
TM2
TM10
TM1
TM1
TM2
TM2
TINGGI
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
BAHAN
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
BETON
Lampiran 4d. Data Atribut Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) Dan Pelanggan Listrik
KODEGI KODETRAFOG
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
KODEPENYUL KODEGARDU
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
NOTIANGTR
C00
A00
A01
A02
A02B01
A02B02
A02B03
A02B03C02
A02B03C01
A02B03C02B01
A02B03C03
C01
C02
C03
C04
C02B01
C02B02
C02B03
C02B03C01
C00
A00
A01
A01D02
KODETIANGT TINGGITIAN BAHANTIANG
TR7
9
BETON
TR7
9
BETON
TR1
9
BETON
TR2
9
BETON
TR1
9
BETON
TR1
9
BETON
TR2
9
BETON
TR6
9
BETON
TR1
9
BETON
TR3
9
BETON
TR3
9
BETON
TR1
9
BETON
TR6
9
BETON
TR1
9
BETON
TR3
9
BETON
TR1
9
BETON
TR1
9
BETON
TR2
9
BETON
TR3
9
BETON
TR7
9
BETON
TR7
9
BETON
TR2
9
BETON
TR1
9
BETON
KODEGI KODETRAFOG
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
KODEPENYUL KODEGARDU
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
NOTIANGTR
A01D03
A01D03C01
A01D03C02
C01
C02
D01
D02
D03
D00
B00
B01
B02
B03
B04
B05
B06
B07
B08
B09
B10
B09A01
B09C01
B01C02D02
B01C03
KODETIANGT TINGGITIAN BAHANTIANG
TR2
9
BETON
TR1
9
BETON
TR3
9
BETON
TR1
9
BETON
TR3
9
BETON
TR1
9
BETON
TR1
9
BETON
TR3
9
BETON
TR7
9
BETON
TR7
9
BETON
TR6
9
BETON
TR5
9
BETON
TR1
9
BETON
TR1
9
BETON
TR5
9
BETON
TR5
9
BETON
TR1
9
BETON
TR1
9
BETON
TR4
9
BETON
TR3
9
BETON
TR3
9
BETON
TR3
9
BETON
TR3
9
BETON
TR6
9
BETON
KODEGI KODETRAFOG
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
KODEPENYUL KODEGARDU
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
NOTIANGTR
B01C01
B01C02
B01C02B01
B01C03B01
B01C02B02
B01C03D01
KODETIANGT TINGGITIAN BAHANTIANG
TR1
9
BETON
TR4
9
BETON
TR1
9
BETON
TR3
9
BETON
TR3
9
BETON
TR3
9
BETON
KD_GI KD_TRF_GI
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
KD_PYLG KD_GARDU
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
NO_JTR
C02B01
C00
C02B01
C02B01
C02B01
C02B01
C02B01
C02B01
C02B01
C02B01
C02B01
C02B01
C02B01
C02B01
C02B01
C02B01
C02B01
C02B01
C02B01
C02B01
C03
C03
C03
IDPEL
516520375961
516520375946
516520375953
516520376039
516520376798
516520376573
516520376997
516520377178
516520376707
516520376054
516520376599
516520376486
516520376715
516520377099
516520377137
516520376287
516520376309
516520376876
516520376669
516520376602
516520376628
516520376295
516520376516
NOPEL
LD0375966
LD0375947
LD0375956
LD0376031
LD0376795
LD0376577
LD0376994
LD0377170
LD0376708
LD0376050
LD0376596
LD0376487
LD0376718
LD0377099
LD0377131
LD0376288
LD0376301
LD0376876
LD0376667
LD0376609
LD0376629
LD0376298
LD0376519
NAMAPELANG
KANTOR AFDELING
ASTAN AFDELING
RUMDIN MABES(SUKARTO)
TK KARTINI 03(SUWIGNYO)
RESTADI
BUHAN
SUM
JIPTO
SUHARTONO
RUMDIN JURTUL
KARSONO
NITO
ACHMAD NOER ERJANTO
SAMAN
NAWARI
HADARI
MUANA
SUKADI
SUHRAWI
MUSAHRI
MASJID AL-BAROKAH
ASKUR
DULHANNAN
Daya (VA)
1300
1300
1300
1300
900
900
900
900
900
1300
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
KD_GI KD_TRF_GI
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
KD_PYLG KD_GARDU
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
NO_JTR
C03
C03
C03
C03
C03
C03
C03
C04
C04
C04
C04
C04
C04
C04
C04
C04
C04
C04
C04
C02B02
C02B02
C02B02
C02B02
C02B02
IDPEL
516520376819
516520376827
516520376524
516520376922
516520377111
516520376317
516520376884
516520377008
516520376955
516520376325
516520377160
516520376341
516520376333
516520376892
516520376731
516520376532
516520377073
516520376557
516520376581
516520377129
516520376843
516520376437
516520376971
516520376685
NOPEL
LD0376818
LD0376828
LD0376529
LD0376927
LD0377112
LD0376311
LD0376885
LD0377002
LD0376955
LD0376321
LD0377160
LD0376340
LD0376330
LD0376895
LD0376737
LD0376538
LD0377070
LD0376557
LD0376586
LD0377122
LD0376847
LD0376439
LD0376975
LD0376686
NAMAPELANG
MAHALLI
MUASIN
FAJAR SUGIANTO
MISNAWI
SUMARIYE
SUWALI
AGUS BUDIONO
MISNAN
NAWEWI
ROHAMIN
SAHRIONO
MISDARTO
SUTIMA
MISDAN
BALAI DESA JAMPIT
ASIS
NIHARIYANTO
JESNITO
MARSUKI
SUHAIRI
BASRI
SURYONO
SUTIONO
ASNANTO BUDIONO
Daya (VA)
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
KD_GI KD_TRF_GI
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
KD_PYLG KD_GARDU
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
NO_JTR
C02B03
C02B03
C02B03
C02B03
C02B03
C02B03
C02B03
C02B03
C02B03
C02B03
C02B03
C02B03
C02B03
C02B03
C02B03C01
C02B03C01
C02B03C01
A02B03C03
A02B03C03
A02B03C03
A02B03C03
A02B03C03
A02B03C03
A02B03C03
IDPEL
516520376390
516520376382
516520377081
516520377040
516520376403
516520377152
516520376772
516520376494
516520377032
516520377065
516520376914
516520376411
516520376429
516520376780
516520376508
516520376445
516520376565
516520376801
516520376906
516520376850
516520376989
516520376693
516520376452
516520376756
NOPEL
LD0376398
LD0376388
LD0377089
LD0377041
LD0376400
LD0377150
LD0376776
LD0376497
LD0377031
LD0377060
LD0376917
LD0376410
LD0376420
LD0376785
LD0376509
LD0376449
LD0376567
LD0376808
LD0376907
LD0376856
LD0376984
LD0376696
LD0376458
LD0376756
NAMAPELANG
AGUS FERDIANTONO
NISAM
MISYONO
DODIK PERMANA
MUHATO
SAFII
HARTONO
MOKAWI
BUSALI
MUATMAN
NARSO
MISSUN
SUWADI
JEPPAR
ASEM
WAWAN EKO SUSANTO
SUMARWI
MUJI AGENG HARYONO
INDRO SARI KUNCORO
SUTOMO
SUKADI
SUDEMO
MUISE
ATRAWI
Daya (VA)
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
KD_GI KD_TRF_GI
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
KD_PYLG KD_GARDU
NO_JTR
IDPEL
JNGKR
LD195
A02B03C03
516520376460
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520377145
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520376478
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520376764
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520376358
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520377016
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520376963
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520376366
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520376610
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520376540
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520376677
JNGKR
LD195
A02B03C01
516520376644
JNGKR
LD195
A02B03C01
516520376835
JNGKR
LD195
A02B03C01
516520377057
JNGKR
LD195
A02B03C01
516520376930
JNGKR
LD195
A02B03C01
516520376374
JNGKR
LD196
C02
516520377249
JNGKR
LD196
C02
516520377592
JNGKR
LD196
C01
516520377448
JNGKR
LD196
C01
516520377414
JNGKR
LD196
C01
516520377422
JNGKR
LD196
C01
516520377584
JNGKR
LD196
C01
516520377501
JNGKR
LD196
C01
516520377497
NOPEL
LD0376468
LD0377141
LD0376478
LD0376766
LD0376359
LD0377012
LD0376965
LD0376369
LD0376619
LD0376548
LD0376677
LD0376648
LD0376837
LD0377050
LD0376936
LD0376379
LD0377240
LD0377596
LD0377449
LD0377410
LD0377420
LD0377586
LD0377509
LD0377497
NAMAPELANG
MOAMAN
NINTO
HALIMA
DARSONO
SUCIPTO A
KANDAL
SLAMET
SAHRU
MORAWI
MUHARTO
TOHARI
MULYADI
SUTRISNO
SAMSURI
SUCIPTO B
MUDIN
ASIM
SUYANTO P.RUM
SADIK
SURI
SUYANTO
SUBITO
SASMITO
THALA'I KIROM
Daya (VA)
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
KD_GI KD_TRF_GI
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
KD_PYLG KD_GARDU
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
NO_JTR
A00
A00
A00
A00
A01
C00
C00
C00
C00
C00
C00
C01
C01
C01
C01
C01
A01D02
A01D02
A01D02
A01D02
A01D03
A01D03
A01D03C01
A01D03C01
IDPEL
516520377256
516520377471
516520377302
516520377406
516520377310
516520377489
516520377519
516520377662
516520377613
516520377369
516520377328
516520377621
516520377550
516520377377
516520377264
516520377272
516520377336
516520377280
516520377385
516520377463
516520377639
516520376651
516520377103
516520376948
NOPEL
LD0377259
LD0377478
LD0377301
LD0377400
LD0377311
LD0377487
LD0377519
LD0377667
LD0377619
LD0377369
LD0377321
LD0377629
LD0377557
LD0377379
LD0377269
LD0377279
LD0377330
LD0377288
LD0377388
LD0377468
LD0377638
LD0376657
LD0377102
LD0376946
NAMAPELANG
KURNIAWAN
JOJON
FATIMA
MASWI
NURIMAN
MISDARI
RASIDI
HASINA
TOTOK
SUARTO
ARIF
BAIHAKI
MASJID AL-HIDAYAH
BUSAMIN
ABDULLAH
BUSAR
NITO
SAIFUL BAHRI
SUKARTO
WARDIANTO
SUALIS
BUSARI
SUPANDONO
ASNAMO
Daya (VA)
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
KD_GI KD_TRF_GI
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
KD_PYLG KD_GARDU
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
NO_JTR
A01D03C01
A01D03C01
A01D03C01
A01D03C01
A01D03C02
A01D03C02
A01D03C02
D01
D01
D01
D01
D01
D01
D01
D01
B01
B01
B01
B01
B01C01
B01C01
B01C01
B01C01
B01C01
IDPEL
516520377568
516520377543
516520377298
516520377647
516520377527
516520377393
516520377535
516520377861
516520377804
516520377879
516520378042
516520378075
516520377966
516520377759
516520377990
516520375995
516520377767
516520377909
516520377812
516520377820
516520377853
516520378059
516520378034
516520377775
NOPEL
LD0377567
LD0377548
LD0377298
LD0377648
LD0377529
LD0377398
LD0377538
LD0377866
LD0377808
LD0377876
LD0378040
LD0378079
LD0377965
LD0377756
LD0377994
LD0375995
LD0377766
LD0377907
LD0377818
LD0377828
LD0377856
LD0378059
LD0378030
LD0377776
NAMAPELANG
JUYANI
JUHARI
ASWARI
NIMAN
NIDIN
NIHAT
BAHRI
MASJID AT-TAUFIK
SATRINO W
SUPRAPTO
SUDIHARTO
ABDUL AZIZ
SISWANTO
POSYANDU JAMPIT
MATDASIN
TK KARTINI 04(NIRANTI)
PASDI
SUNTAWI
YUSUP
TAYYIPI
SYAMSUL ARIFIN
RAFII
SAMSUL ARIFIN
SUJAWI
Daya (VA)
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
KD_GI KD_TRF_GI
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
KD_PYLG KD_GARDU
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
NO_JTR
B01C01
B01C01
B01C01
B01C01
B01C02D01
B01C02D01
B01C02D01
B01C02D02
B01C02D02
B01C02D02
B01C02D02
B01C02B01
B01C02B01
B01C03
B01C03
B01C03
B01C03
B01C03
B01C03
B01C03D01
B01C03D01
B01C03D01
B01C03D01
B01C03D01
IDPEL
516520378000
516520377783
516520377742
516520377791
516520377887
516520377895
516520378105
516520377917
516520377718
516520378067
516520378091
516520378018
516520377838
516520377974
516520378083
516520378113
516520377933
516520377734
516520377941
516520377925
516520377846
516520377958
516520377726
516520377696
NOPEL
LD0378001
LD0377785
LD0377747
LD0377795
LD0377885
LD0377895
LD0378101
LD0377917
LD0377718
LD0378069
LD0378098
LD0378011
LD0377837
LD0377975
LD0378088
LD0378111
LD0377936
LD0377737
LD0377946
LD0377927
LD0377847
LD0377955
LD0377728
LD0377696
NAMAPELANG
MUKARDI
RUKTADI
HOSNAN
HASIM
PRAWIRA DIRJO
MARZUKI
MATTALI
ASRIYADI
SUHAENA
MURGIYANA
SUWAJON ANJAKSONO
ESHAQ
TOHAWI
USTIN PURWASIH
ABDUL MALIK
MUTAYYIB
MULYONO
MISKARI
PANDI
SUPANDI
ABDUL LATIF
MISJOTO
ABDUL MANAF
SRIYANTO
Daya (VA)
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
KD_GI KD_TRF_GI
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
KD_PYLG KD_GARDU
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
NO_JTR
B01C03B01
B01C03B01
B01C03B01
B01C03B01
B01C03B01
B01C03B01
B04
B05
B05
B06
B06
B09A01
B10
B09C01
A01
A01
A01
A01
C00
C01
C01
A01D02
A01D02
IDPEL
516520377700
516520378026
516520377605
516520377576
516520377430
516520377344
516520377351
516520376013
516520376047
516520376021
516520375987
516520375979
516520376062
516520376005
516520381953
516520381788
516520381140
516520381563
516520381912
516520381165
516520381600
516520381833
516520381435
NOPEL
LD0377708
LD0378021
LD0377609
LD0377577
LD0377439
LD0377340
LD0377359
LD0376012
LD0376041
LD0376022
LD0375985
LD0375976
LD0376060
LD0376002
0
0
0
0
0
0
0
0
0
NAMAPELANG
ABDUL HALIM
DURAKIP
MUNAJI
MISKUR
SUKARMAN
BUDI ARSO
MUHAMMAD DAHLAN
DIDIK ASRIYANTO
AGUS SAPTONO
KTR AFDELING
M.ILYAS
GUEST HOUSE(AGUS S)
PONDOK WISATA(SRI HAR)
MESS NIRWANA(DALINO)
IMAM KUSAIRI
SALI
HASIM.H
MUHAMAD
A.FADLI.M
MATLAWI
MUALIP
SAMSURI
HARYONO
Daya (VA)
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
KD_GI KD_TRF_GI
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
KD_PYLG KD_GARDU
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD197
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
NO_JTR
A01D03
A01D03
A01D03C01
A01D03C02
A01D03C02
B04
C04
C04
C04
C04
C02
C02
C02
A01
C00
C01
C01
A01D02
A01D03C01
A01D03C02
D01
B03
C02B01
C02B01
IDPEL
516520381251
516520381199
516520381920
516520381858
516520381173
516520380338
516520380282
516520381874
516520381086
516520380529
516520382390
516520382403
516520382486
516520382532
516520382452
516520382478
516520382445
516520382411
516520382382
516520382183
516520382429
516520382366
516520380537
516520381866
NOPEL
0
0
0
0
0
LD0380334
-
NAMAPELANG
M.HANAFI
ERNADI
JASULI
SUPRAPTO
AHMAT.S
SUHARTONO
MADJUMARI
BUHARI
SUDIANTO
SUTIANI/B.RUDI
SUCIBTO
JAUSIN
SUKARTO
SAHRIYANTO
MISRAN
MARHADI
SAIFUL B
SUWANDI
KARYONO
MUARA
DINARSO
MULYADI
TARJI
SUMITO
Daya (VA)
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
KD_GI KD_TRF_GI
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
KD_PYLG KD_GARDU
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
NO_JTR
B04
B04
B04
B04
B04
B01C01
B01C01
B01C01
B01C01
B01C01
B01C01
B01C01
B01C01
B01C02D01
B01C02D01
B01C02D01
B01C02D01
B01C02D01
B01C02D01
B01C02D01
B01C02D01
B01C02D01
B01C02D01
B01C02D02
IDPEL
516520380379
516520380196
516520380395
516520382358
516520380408
516520380416
516520380225
516520382540
516520380304
516520380274
516520382325
516520381202
516520382460
516520380290
516520380266
516520382516
516520381938
516520381401
516520381904
516520381721
516520381450
516520381825
516520381293
516520381946
NOPEL
-
NAMAPELANG
CICIK S
ELYAS
NORAMIN
HARIYANTO
BUSADIN
SUBAIRI/P.KARTINI
BUNIYA/B.DUL
MISTO
SUKRIONO/P.SISIL
H.JAILANI
EDI SUSANTO
SOALI AHMADI
JUPRIYADI
MU'I
SUTIONO/P.DIDIK
HERI/P.ARIK
P.NURNIMO
SUDARSONO/P.HOLIK
SAKYAMI/B.NANIK
BUDIYANTO/P.LUT
SAINULLA/P.DANIL
NARMO
PURWANTO
SAHIR/P.UUM
Daya (VA)
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
KD_GI KD_TRF_GI
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
KD_PYLG KD_GARDU
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
NO_JTR
B01C02D02
B01C02B01
B01C02B01
B01C02B01
B01C02B01
B01C02B01
B01C02B01
B01C02B01
B01C02B01
B01C02B01
B01C02B01
B01C02B01
B01C03B01
B01C03B01
B01C03B01
B01C03B01
B01C03B01
B01C03B01
B01C03B01
B01C03B01
B01C03
B01C03
B01C03
B01C03
IDPEL
516520381380
516520381675
516520381597
516520381157
516520381210
516520381796
516520381427
516520381372
516520381530
516520381817
516520382508
516520381890
516520381626
516520381315
516520381443
516520381882
516520381285
516520382333
516520381398
516520382341
516520381618
516520381589
516520382437
516520381307
NOPEL
-
NAMAPELANG
HARYONO
ASTUTIK/B.UUT
AKNAN/P.NAWIR
MATAIYE/P.SAINO
MURTADI
SAKRITO/P.MILI
NIDIN/P.CICI
SUNALI/P.JONI
ROISUL
YOYOK/P.WANDA
AHMAD Z
ALI ASAN
BAKRIONO
SINAL
SUNYOKO
SUTO
SMOTAIN/P.NORASIH
P.SOFI
SAMSUL HUDA/P.DIKA
WIWIK P/YOYOK
AGRITO/P.HENI
SUBAIRI/P.IMRON
JUMA'ANI/ P.TAUFIK
ABDULLAH/P.YOGA
Daya (VA)
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
KD_GI KD_TRF_GI
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
STBDO
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
03
KD_PYLG KD_GARDU
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
LD195
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
JNGKR
LD195
LD195
LD195
LD195
LD195
LD195
LD195
LD195
LD195
LD195
LD195
LD195
NO_JTR
B01C03D01
B01C03B01
B01C03B01
C02B01
C02B01
C02B01
C02B01
C02B01
C02B01
C02B02
C02B02
IDPEL
516520381739
516520381770
516520382494
516520380481
516520380499
516520380503
516520380545
516520380578
516520380552
516520380387
516520381419
NOPEL
-
C02B02
C02B02
C02B02
C02B03
C02B03
C02B03
C02B03
C02B03
C02B03
C02B03
C02B03
C02B03
516520381492
516520381555
516520381506
516520381323
516520381754
516520380353
516520380209
516520380361
516520380320
516520381277
516520381236
516520381244
-
NAMAPELANG
USMAN
MITARTI/B.NOVAL
SAMAN
BUNAIMAN/P.SAHRI
MARSITO
TAHER/P.EFENDI
MAHRIM
SUTEJO
ADI SUSANTO/P.ALFAN
MODIN/NOMADIN
SUADI
AHMAD NURUL
SUDIANTORO
B MAT SUNAMI/MUARIP
NISAP
MISJO
MUJAIS/B.FERDI
SUNAIYA
SUALIS
WITO
BUSADIN/P.PRAS
ASMAD/ASMAT
MUHADI
JUMANA
Daya (VA)
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
KD_GI KD_TRF_GI
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
KD_PYLG KD_GARDU
NO_JTR
IDPEL
JNGKR
LD195
C02B03C01
516520380465
JNGKR
LD195
C02B03C01
516520380346
JNGKR
LD195
A02B03C03
516520381747
JNGKR
LD195
A02B03C03
516520381331
JNGKR
LD195
A02B03C03
516520381228
JNGKR
LD195
A02B03C03
516520381667
JNGKR
LD195
A02B03C03
516520381522
JNGKR
LD195
A02B03C03
516520381349
JNGKR
LD195
A02B03C03
516520381683
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520381269
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520381762
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520381705
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520381713
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520381634
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520381132
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520381571
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520381659
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520381809
JNGKR
LD195
A02B03C02B01 516520381468
JNGKR
LD195
A02B03C01
516520381691
JNGKR
LD195
A02B03C01
516520381642
JNGKR
LD195
C04
516520380258
JNGKR
LD196
A00
516520383102
JNGKR
LD196
A01D02
516520383064
NOPEL
-
NAMAPELANG
SUWARNO
MUSAHMAN/P.ER
SUPAKMO
MAD HAMID/SUDAHRI
NADI
JUNAIDI
ANDIKA/P.IKBAL
HERMANTO
ASIN/ASEN
NAWAWI
BUSAR
ASNIJO
PRAPTO
JUMADI
P.IVAN
MUKARSO
NIWI
BUSIA
SUMIYADI
JONI
MORAHMAN/P.MUSANI
JUMA'IN/P.MUYATI
M.SALIANTO
ABSARI
Daya (VA)
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
KD_GI KD_TRF_GI
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
STBDO
03
KD_PYLG KD_GARDU
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD196
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
JNGKR
LD197
NO_JTR
A01D03
A01D03
A01D03C01
A01D03C01
A01D03C01
A01D03C01
B01
B01
B04
B01C01
IDPEL
516520383023
516520383049
516520382997
516520383098
516520383080
516520383007
516520382989
516520383031
516520383056
516520383015
NOPEL
-
NAMAPELANG
SUNTAWI
BUSADIN K
ERNAWATI
MURAWI
SALEH B.
SUMITO
SUDARPO
MISDUHA
TARJI
AGUS WAHYU R
Daya (VA)
900
900
900
900
900
900
900
900
900
900
KUESIONER PENELITIAN
TENTANG
EVALUASI PENANGGULANGAN GANGGUAN DI KECAMATAN SEMPOL
PT. PLN APJ SITUBONDO MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Pengantar
Dalam rangka penyusunan tesis, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
informasi baik secara langsung maupun tidak langsung tentang jaringan distribusi
listrik area pelayanan dan jaringan Situbondo terkait eksplorasi panas bumi Blawan
Ijen. Untuk mencapai tujuan penelitian ini diharapkan kesediaan bapak/ibu untuk
dapat bekerja sama dengan cara memberikan informasi yang sebenar-benarnya
sesuai dengan tingkat pengalaman anda. Terima kasih atas waktu dan kesediaan
bapak/ibu dalam membantu proses menyelesaikan penelitian ini.
Penjelasan dan petunjuk pengisian kuesioner :
1. Kuesioner ini diajukan sebagai bentuk pengumpulan data penyusunan tesis.
2. Jawaban bapak/ibu tidak akan mempengaruhi bapak/ibu di lingkungan kerja
dan bersifat rahasia.
3. Pertanyaan dan pernyataan terkait dengan masalah penelitian yang sedang
diteliti.
4. Bapak/Ibu mengisi pertanyaan yang berupa isian, dimohon mengisi jawaban
pada tempat yang telah disediakan.
5. Pertanyaan yang berupa pilihan, dimohon memilih jawaban yang paling sesuai
dengan keadaan yang sesungguhnya dengan memberi tanda silang (x) pada
salah satu huruf a, b, c atau d.
6. Kuesioner yang berupa skoring perbandingan diisikan angka skala 1 – 9.
A. Identitas Responden
Nama
: Dasih Listyanto
Jenis Kelamin
:L/P
Usia
: 41 tahun
Pendidikan Terakhir
: S1 Elektro
Jabatan
: Asisten Manajer Jaringan
Lama bekerja di PT.PLN
: 15 tahun
B. Angket terbuka terkait eksplorasi panas bumi di kawasan Blawan-Ijen
Berilah tanda centang (\/) pada kolom pernyataan yang sesuai dengan kondisi yang
anda ketahui.
SS (5) = Sangat Setuju
S (4) = Setuju
KS (3) = Kurang Setuju
TS (2) = Tidak Setuju
STS (1)= Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan
SS
1
Pemanfaatan potensi sumber panas bumi di
Blawan-Ijen yang akan dikembangkan menjadi
pembangkit listrik dan pariwisata, akan
membantu perkembangan pembangunan di
Situbondo
2
Berkurangnya penggunaan bahan bakar fosil
menyebabkan rendahnya tingkat emisi karbon,
yang nantinya tergantikan dengan energi baru
terbarukan salah satunya dengan pemanfaatan
energi panas bumi
3
Energi listrik yang dihasilkan saat ini sebagian
besar masih menggunakan pembangkit dengan
BBM
4
Pemanfaatan energi baru terbarukan dalam
industri kelistrikan nasional, masih belum
optimal
5
Masyarakat umum masih awam tentang
pemanfaatan potensi panas bumi
6
Masyarakat menganggap eksplorasi panas bumi
akan merusak lingkungan, oleh karena itu
eksplorasi panas bumi sering ditentang
7
Jawa Timur masih belum memiliki pembangkit
listrik tenaga panas bumi seperti di Jawa Tengah
dan Jawa Barat
8
Potensi panas bumi Blawan Ijen menurut
penelitian Dinas ESDM sebesar 110 Mwe, dengan
potensi tersebut dapat mengurangi defisit listrik
di Indonesia
9
Dengan adanya pemanfaatan panas bumi di
Blawan
Ijen
juga
akan
meningkatkan
pembangunan didaerah sekitarnya
10 Prinsip kerja pembangkit panas bumi identik
dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
S
KS
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
TS
STS
C. Skoring perbandingan berpasangan penyebab gangguan di PLN APJ Situbondo
Berilah tanda (√) pada tabel skor perbandingan berpasangan sesuai tingkat
kepentingan (angka 1 sampai 9) sesuai tabel perbandingan dibawah ini,
Skor
1
3
Definisi
Sama pentingnya
Sedikit lebih penting
5
Lebih penting
7
Sangat penting
9
Mutlak lebih penting
2,4,6,8
Nilai tengah diantara
dua pendapat yang
berdampingan
Keterangan
Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama
Penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan
dengan pasangannya
Secara praktis satu elemen lebih mendominasi,
dibandingkan elemen pasangannya
Satu elemen terbukti sangat mendominasi dibandingkan
elemen pasangannya
Satu elemen mutlak mendominasi dibandingkan dengan
elemen pasangannya
Nilai – nilai yang membutuhkan suatu kompromi
Tabel Kuesioner untuk kriteria gangguan distribusi listrik
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
√
Faktor Internal
Faktor Eksternal
√
Faktor Internal
Faktor Kelalaian
√
Faktor Eksternal
Faktor Kelalaian
Tabel Kuesioner untuk sub kriteria dari faktor internal yang menyebabkan gangguan distribusi listrik
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
√
Hubung singkat
Kesalahan jaringan
√
Hubung singkat
Tegangan lebih
√
Kesalahan jaringan
Tegangan lebih
Tabel Kuesioner untuk sub kriteria dari faktor eksternal yang menyebabkan gangguan distribusi listrik
9
8
7
6
5
4
3
2
Sentuhan pohon
1
√
2
3
4
5
6
7
8
9
Bencana
√
Sentuhan pohon
Andongan kendor
√
Bencana
Andongan kendor
Tabel Kuesioner untuk sub kriteria dari faktor kelalaian yang menyebabkan gangguan distribusi listrik
9
8
7
6
5
4
3
2
Kesalahan pasang
Kesalahan pasang
Mengabaikan APD
1
√
√
2
3
4
5
6
7
8
9
Mengabaikan APD
Peralatan tidak SOP
√
Peralatan tidak SOP
D. Skoring perbandingan berpasangan alternatif penanggulangan gangguan di
PLN APJ Situbondo
Berilah tanda (√) pada tabel skor perbandingan berpasangan sesuai tingkat
kepentingan (angka 1 sampai 9) sesuai tabel perbandingan dibawah ini,
Skor
1
3
Definisi
Sama pentingnya
Sedikit lebih penting
5
Lebih penting
7
Sangat penting
9
Mutlak lebih penting
2,4,6,8
Nilai tengah diantara
dua pendapat yang
berdampingan
Keterangan
Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama
Penilaian sangat memihak satu elemen dibandingkan
dengan pasangannya
Secara praktis satu elemen lebih mendominasi,
dibandingkan elemen pasangannya
Satu elemen terbukti sangat mendominasi dibandingkan
elemen pasangannya
Satu elemen mutlak mendominasi dibandingkan dengan
elemen pasangannya
Nilai – nilai yang membutuhkan suatu kompromi
Tabel Kuesioner untuk alternatif prioritas penanggulangan gangguan distribusi listrik hubung singkat
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
√
Perawatan
dan
pengontrolan
Perawatan
dan
pengontrolan
Diklat SDM
Diklat SDM
√
Pemasangan
relay proteksi
Pemasangan
relay proteksi
√
Tabel Kuesioner untuk alternatif prioritas penanggulangan gangguan distribusi listrik kesalahan dalam
pemilihan letak jaringan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
√
Perawatan
dan
pengontrolan
Perawatan
dan
pengontrolan
Diklat SDM
Diklat SDM
√
Pemasangan
relay proteksi
Pemasangan
relay proteksi
√
Tabel Kuesioner untuk alternatif prioritas penanggulangan gangguan distribusi listrik tegangan lebih
9
Perawatan
dan
pengontrolan
Perawatan
dan
pengontrolan
Diklat SDM
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
√
Diklat SDM
√
Pemasangan
relay proteksi
Pemasangan
relay proteksi
√
Tabel Kuesioner untuk alternatif prioritas penanggulangan gangguan distribusi listrik sentuhan pohon
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
√
Perawatan
dan
pengontrolan
Perawatan
dan
pengontrolan
Diklat SDM
Diklat SDM
√
Pemasangan
relay proteksi
Pemasangan
relay proteksi
√
Tabel Kuesioner untuk alternatif prioritas penanggulangan gangguan distribusi listrik bencana
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
√
Perawatan
dan
pengontrolan
Perawatan
dan
pengontrolan
Diklat SDM
Diklat SDM
√
Pemasangan
relay proteksi
Pemasangan
relay proteksi
√
Tabel Kuesioner untuk alternatif prioritas penanggulangan gangguan distribusi listrik andongan kendor
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
√
Perawatan
dan
pengontrolan
Perawatan
dan
pengontrolan
Diklat SDM
Diklat SDM
√
Pemasangan
relay proteksi
Pemasangan
relay proteksi
√
Tabel Kuesioner untuk alternatif prioritas penanggulangan gangguan distribusi listrik kesalahan pasang
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
√
Perawatan
dan
pengontrolan
Perawatan
dan
pengontrolan
Diklat SDM
Diklat SDM
√
Pemasangan
relay proteksi
Pemasangan
relay proteksi
√
Tabel Kuesioner untuk alternatif prioritas penanggulangan gangguan distribusi listrik mengabaikan
APD (alat pelindung diri)
9
Perawatan
dan
pengontrolan
Perawatan
dan
pengontrolan
Diklat SDM
8
7
6
5
4
3
2
1
√
2
3
4
5
6
7
8
9
Diklat SDM
√
√
Pemasangan
relay proteksi
Pemasangan
relay proteksi
Tabel Kuesioner untuk alternatif prioritas penanggulangan gangguan distribusi listrik peralatan tidak
sesuai SOP
9
Perawatan
dan
pengontrolan
Perawatan
dan
pengontrolan
Diklat SDM
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
√
5
6
7
8
9
Diklat SDM
√
√
- Terima Kasih Atas Kerjasamanya -
Pemasangan
relay proteksi
Pemasangan
relay proteksi
BIOGRAFI PENULIS
Agung Herdianto dilahirkan di Jember pada tanggal 23 November 1987.
Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Alm.
Sukirman dan Ibu Suminah. Penulis memulai pendidikan sekolah dasar di
SDN Jenggawah 1 (1993-1999). Kemudian melanjutkan pendidikan
menengah pertama di SLTPN 1 Jember dan selanjutnya menempuh
sekolah menengah atas di SMAN 1 Jenggawah. Pada tahun 2009 penulis
menyelesaikan pendidikan DIII Teknik Elektro dan pada tahun 2012 menyelesaikan pendidikan
S1 Teknik Elektro di Universitas Jember. Setelah menyelesaikan studi tahap sarjana, penulis
melanjutkan pendidikan pada program pasca sarjana (magister) jurusan teknik geomatika
bidang keahlian teknik geothermal fakultas teknik sipil dan perencanaan Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
Penulis dapat dihubungi melalui alamat email : [email protected]
Download