BAB V PENUTUP Bab V terdiri dari kesimpulan, keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya. Kesimpulan merupakan penyajian singkat mengenai hasil penelitian dan pembahasan, sedangkan saran merupakan anjuran yang disampaikan kepada pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian. 5.1 Kesimpulan Hasil yang tidak konsisten dalam penelitian sebelumnya menimbulkan pertanyaan mengenai pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikan pemerintah danpengaruh koneksi politik dari aspek komisaris independen terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk menguji variabel pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikan pemerintah dan pengaruh koneksi politik dari aspek komisaris independen terhadap kinerja perusahaan. Selain itu, faktor lain yang diduga berpengaruh dalam penelitian ini yang merupakan variabel kontrol adalah corporate governance, growth, leverage, kualitas audit dan umur perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikan pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan baik dengan menggunakan proksi ROE dan ROA. Hal ini sesuai dengan teori berbasis sumber daya bahwa perusahaan yang dikendalikan pemerintah 90 mendapat banyak keuntungan seperti sumber daya akses dan sumber dana dari hubungan politik mereka sehingga mereka dapat meningkatkan kinerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di China,misalnya Bai et al., 2004; Tian & Estrin, 2008; Do et al., 2012; Ding et al., 2014. Hasil penelitian ini yang sama dengan penelitian di China, disebabkan adanya kesamaan sistem perekonomian negara Indonesia dan China yaitu mengalokasikan sumberdaya sebagai alat alokasi yang efisien (Sinaga, 2011). 2. Pengaruh koneksi politik dari aspek komisaris independen memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan baik dengan menggunakan proksi ROE dan ROA. Hasil ini sejalan dengan penelitian (Fan et al. 2007; Boubakri et al. 2008; Menozzi et al., 2010) yang menyatakan bahwa CEO dan dewan komisaris yang terhubung politik memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan dengan komisaris independen yang terhubung politik akan tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori agensi tentang pengaruh negatif koneksi politik yang menyebutkan pemerintah biasanya menunjuk manajer yang terkoneksi politik yang akan memprioritaskan keselarasan tujuan perusahaan dengan tujuan pemerintah daripada memaksimalkan nilai perusahaan, selain itu komisaris independen yang terkoneksi politik tidak dapat memaksimalkan fungsi pengawasan secara baik, sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih buruk. Fan et al. (2007) menyebutkan bahwa 91 perusahaan China baru terdaftar dengan CEO terhubung secara politik lebih cenderung untuk memiliki dewan yang dihuni oleh birokrat pemerintah atau mantan birokrat, dan umumnya tidak memiliki kompetensi yang memadai, seperti yang ditunjukkan oleh sedikit direksi dengan latar belakang profesional yang relevan. Dalam penelitian Fan et al. (2007) memberikan lebih banyak dukungan untuk argumen bahwa birokrat dan politisi mengekstrak sumber dari BUMN yang terdaftar di bawah kendali mereka untuk memenuhi tujuan yang tidak konsisten dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Selain itu, perusahaan publik di Indonesia cenderung mengangkat komisaris independen hanya untuk memenuhi aturan Bapepam-LK sehingga keberadaan komisaris independen belum digunakan sebagai fungsi pengawasan (Siregar dan Utama, 2008). 3. Interaksi pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikan pemerintah denganpengaruh koneksi politik dari aspek komisaris independen memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan baik dengan menggunakan proksi ROE dan ROA. Hasil ini menunjukkan bahwa pengaruh koneksi politik dari aspek kepemilikan pemerintah berpengaruh akan lebih kuat terhadap kinerja apabila komisaris independen terhubung politik tidak dapat dibuktikan. Mengenai pengaruh koneksi politik dalam persektif teori keagenan, bahwa perusahaan dengan kepemilikan pemerintah dan manajer yang terhubung politik tidak hanya mengurangi nilai berbasis sumber daya, 92 tetapi juga dapat mengakibatkan hubungan negatif dengan kinerja perusahaan. Hal ini berlaku baik di kalangan BUMN pusat dan lokal, karena mereka akhirnya dikendalikan oleh pemerintah pusat dan daerah, yang memiliki kekuatan dan insentif untuk campur tangan dalam operasi perusahaan untuk mencapai tujuan sosial dan politik. Di BUMN lokal beberapa insentif dengan adanya koneksi politik adalah desentralisasi, masalah karir dan prospek promosi (Jin et al. 2005). Sedangkan, BUMN pusat dengan manajemen dan dewan komisaris terhubung politik dalam memiliki perusahaan lebih untuk menjamin keselamatan ekonomi nasional salah satunya untuk mengurangi pengangguran (Jin et al. 2005). Selain itu, komisaris independen yang terkoneksi politik tidak dapat memaksimalkan fungsi pengawasan secara baik, sehingga mengakibatkan penurunan kinerja. Fan et al. (2007) menyebutkan bahwa perusahaan China baru terdaftar dengan CEO terhubung secara politik lebih cenderung untuk memiliki dewan yang dihuni oleh birokrat pemerintah atau mantan birokrat, dan umumnya tidak memiliki kompetensi yang memadai, seperti yang ditunjukkan oleh sedikit direksi dengan latar belakang profesional yang relevan. 93 5.2 Keterbatasan Dalam penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa keterbatasan penelitian yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Adapun keterbatasanketerbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini. 1. Rendahnya nilai Adjusted R2 terhadap ROE sebesar 19,4% dan nilai Adjusted R2 terhadap ROA sebesar 19,6%, hal ini menunjukkan bahwa variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini mempunyai pengaruh yang lebih besar. 2. Proksi untuk mengukur kinerja perusahaan hanya berdasarkan kinerja akuntansi. 3. Dalam penelitian ini, perusahaan dengan kepemilikan pemerintah yang dijadikan sampel hanya perusahaan dari BUMN. 5.3 Saran Saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penelitian yang akan datang sebaiknya mempertimbangkan untuk menggunakan variabel lain seperti kepemilikan keluarga atau kepemilikan terkonsentrasi. Hal ini penting mengingat dalam penelitian Claessens et al. (2002) menyebutkan bahwa negara-negara berkembang di Asia termasuk Indonesia memiliki struktur kepemilikan terkonsentrasi dan mendapati sebanyak 68,6% mayoritas perusahaan yang dikendalikan oleh beberapa kelompok bisnis keluarga. 94 terdaftar Indonesia 2. Penelitian yang akan datang sebaiknya mempertimbangkan untuk menggunakan proksi lain dalam mengukur kinerja perusahaan, misalnya menggunakan menggunakan kinerja pasar seperti Tobin Q 3. Penelitian yang akan datang sebaiknya menggunakan sampel tidak hanya kepemilikan pemerintah tetai menggunakan perusahaan daerah (Badan Usaha Milik Daerah). Selain itu, penelitian selanjutnya juga bisa membandingkan pengaruh politik terhadap perusahaan dengan kepemilikan pemerintah pusat dengan kepemilikan pemerintah daerah terhadap kinerja perusahaan. 5.4 Implikasi Implikasi dari penelitian ini adalah berikut ini. 5.4.1 Implikasi Teoritis Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh politik dari aspek kepemilikan yaitu kepemilikan pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori berbasis sumber daya yang menyebutkan bahwa perusahaan dengan kepemilikan pemerintah akan lebih banyak menerima manfaat seperti kemudahan dalam mendapatkan sumber daya. Sebaliknya, pengaruh politik dari aspek dewan komisaris dengan proksi komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori agensi dalam hal pengaruh negatif koneksi politik. Demikian juga hasil interaksi pengaruh politik 95 dari aspek kepemilikan dan pengaruh politik dari aspek dewan komisaris berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan 5.4.2 Implikasi Praktis Perusahaan publik perlu mengkaji dan mengevalusasi kembali serta mendorong dewan komisaris terutama komisaris independen yang terhubung politik untuk melakukan pengawasan yang efektif. Selain itu, independensi dewan komisaris terutama komisaris independen sebaiknya perlu ditingkatkan bukan hanya sebatas dalam memenuhi aturan BEI yang mensyaratkan 30% anggota komisaris berasal dari komisaris independen tetapi juga independensi secara tampilan (independence in appearance). 96