kajian jenis-jenis penyakit infeksi dan lamanya perawatan

advertisement
MKM Vol. 2 No. 2 Des 2007
KAJIAN JENIS-JENIS PENYAKIT INFEKSI DAN LAMANYA PERAWATAN
BAGI BALITA PENDERITA GIZI BURUK
DI PANTI RAWAT GIZI PANITE KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
Christina Olly Lada1, Utma Aspatria2 dan Lewi Jutomo3
Abstract: The purpose of this research is to study on the infection disease types for
malnutrition of children under five years, care duration, medical care costs and equation
of relationship between care duration to medical care costs. This research is the cross
sectional study. Total sample 104 children under five years were malnutrition at
Therapeutic Feeding Centre in Panite during Septembre 2004 until August 2005. The
Data is collected come from medical recorded, that were; type disease subject, care
duration and medical care costs. The result of this research shows that dominant types
of disease infected on malnutrition of children under five years at Therapeutic Feeding
Centre is acute respiratory infection (43,69%), and then diarhoea (19,55%), scabies
(9,19%), bronchopneumonia (8,05%) dysentri (5,76%) gastroenteritis acute (4,59%),
and the others were konjungtives, febris observation, morbilli, malaria, ex TBC and
stomatitis. Result of analysis varians show that obtain relationship is most significant
(P<0,01). between care duration and medical care costs. The linear regression of this
equation was medical care costs = 9,76 + 7,58 care duration.
PENDAHULUAN
Sejak akhir bulan Mei 2005, beberapa
Propinsi di Indonesia termasuk NTT
diilaporkan banyak terjadi peningkatan
kasus balita gizi buruk, di antaranya
banyak yang telah dirawat baik di
rumah sakit atau di panti-panti rawat
gizi. Bahkan di antaranya ada yang
tidak terselamatkan jiwanya atau
meninggal dunia, di NTT dilaporkan
korban meninggal 23 orang
dan
menurut CARE Internasional IndonesiaSebuah LSM para korban meninggal
bukan murni gizi buruk atau busung
lapar, tetapi karena komplikasi berbagai
penyakit (Pos Kupang, 11 dan 21 Juni
2005).
Kemudian King dan Burgess (1992)
menjelaskan bahwa terdapat hubungan
yang saling mempengaruhi antara
kurang asupan pangan dan penyakit
infeksi
yang
mendahului
hingga
terjadinya gizi buruk dan berlanjut ke
tingkat marasmus maupun kwashiorkor
bahkan kematian pada anak balita.
Oleh karena itu, jelaslah bahwa
terjadinya gizi buruk bukan hanya
1
disebabkan oleh semata-mata kurang
konsumsi pangan atau asupan zat gizi
melainkan juga oleh penyakit infeksi.
Balita yang bergizi kurang maka protein
tubuhnya juga rendah, akibatnya daya
tahan tubuhnya lemah terhadap infeksi
karena protein adalah bahan yang
sangat penting untuk pembentukan
imunoglobin-suatu senyawa antibodi.
Menurut WHO yang dikutip Azwar
(2004) bahwa 54% kematian balita
didasari oleh gizi kurang pada balita
atau 70% kasus kematian balita
disebabkan
oleh
gizi
kurang,
pneumonia, diare, campak dan malaria.
Saat ini, dalam penanganan kejadian
luar biasa (KLB) gizi buruk dan busung
lapar
Pemerintah Propinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT) membutuhkan
dana Rp. 46 milyar lebih. Dari dana
sebesar itu, Rp. 30 milyar lebih atau
sekitar
65%
dialokasikan
untuk
membiayai pemulihan 372 orang balita
penderita busung lapar yang disertai
penyakit ikutan (Pos Kupang, 21 Juni
2005).Oleh karena itu, adanya penyakit
infeksi yang menyertai para penderita
Staf Pengajar Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat
Staf Pengajar Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat
3
Staf Pengajar Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat
2
KAJIAN JENIS-JENIS PENYAKIT INFEKSI DAN LAMANYA PERAWATAN
BAGI BALITA PENDERITA GIZI BURUK
gizi buruk menyebabkan proses
penyembuhannya
atau
pemulihan
menjadi semakin rumit dan lama. Hal
ini, tentu akan meningkatkan biaya
perawatan yang bersifat konsumtif.
Panti Rawat Gizi di Panite terletak di
Kabupaten Timor Tengah Selatan
adalah salah satu panti yang ada di
daratan Timor Barat yang menangani
pasien penderita gizi buruk
Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian
sehingga dapat diketahui jenis penyakit
yang sering dialami penderita gizi buruk
dan lama perawatannya di panti
tersebut.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan umum dari penelitian ini
adalah melakukan kajian terhadap
Jenis-jenis
penyakit
infeksi
dan
lamanya
perawatan
bagi
balita
penderita gizi buruk Di Panti Rawat Gizi
Panite, Kabupaten Timor Tengah
Selatan. Sedangkan tujuan khususnya
adalah untuk mengetahui: (1) Jenisjenis penyakit yang selalu menyertai
balita penderita gizi buruk; (2)
Lamanya waktu perawatan/pemulihan
bagi balita penderita gizi buruk; (3)
Besarnya biaya perawatan bagi balita
penderita gizi buruk; (4)Hubungan
antara lama perawatan dan besarnya
biaya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan
bertempat di Panti Rawat Gizi, Panite,
Kecamatan
Amanuban
Selatan,
Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Sedangkan waktu Penelitian ini dimulai
dari bulan Agustus 2005 hingga
Nopember 2005.
Jenis penelitian ini adalah penelitian
survai, sedangkan berdasarkan waktu,
merupakan cross sectional study.
Populasi dari penelitian ini adalah
semua balita penderita gizi buruk di
Wilayah
Kecamatan
Amanuban
Selatan.
Penentuan
sampel
berdasarkan non random sampling.
Besar sampel sebanyak 104 balita gizi
buruk yang dirawat pada Panti Rawat
Gizi Panite.
Data-data
yang
dikumpulkan
merupakan data rekam medik balita gizi
buruk yang diperoleh pada Panti Rawat
Gizi Panite, selama periode waktu
bulan September 2004 hingga Agustus
2005.
Pengolahan dan Analisa Data
Data-data
yang
dikumpulkan
selanjutnya akan diolah sesuai dengan
kebutuhan di dalam penelitian ini. Data
status gizi diperoleh berdasarkan berat
badan menurut umur (BB/U) kemudian
diolah untuk mendapatkan nilai z-score
dengan rumus BB aktual-BB ideal
dibagi dengan standar deviasi baku
rujukan dari WHO. Besarnya biaya
rehabilitasi
/perawatan
diperoleh
dengan
menghitung
jenis
dan
kebutuhan obat serta suplemen dan
jenis dan kebutuhan bahan pangan
yang dikonsumsi untuk pemulihan
selama perawatan di panti tersebut.
Analisis Regresi dilakukan untuk
mengetahui bentuk hubungan dan
keeratannya antara lama perawatan
dan besarnya biaya pemulihan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis Penyakit yang menyertai balita
penderita gizi buruk
Jenis-jenis
penyakit
yang
selalu
menyertai balita penderita gizi buruk di
Panti Rawat Gizi Panite ada 12 Jenis
yaitu,
ISPA,
diare,
scabies,
bronkopneumonia,
disentri,
gastrointestinal
akut
(GEA),
konjungtivis, observasi febris dan
lainnya termasuk; campak, malaria, eks
TBC dan stomatitis.
91
MKM Vol. 2 No. 2 Des 2007
Selanjutnya sebaran jenis penyakit
tersebut pada balita yang menderita gizi
buruk dapat dilihat pada Tabel 1.Dari
Tabel 1 nampak bahwa jenis penyakit
yang menyertai balita penderita gizi
buruk di Panti Rawat Gizi terbanyak
adalah ISPA (43,69%), kemudian diikuti
Diare (19,55%), scabies (9, 19%),
bronkopneumonia
(8,05%)
disentri
(5,76%), gastroenteritis akut (4,59%),
Konjungtivis (2,29%) observasi febris
(2,29%) dan lainnya (campak, malaria,
eks TBC dan stomatitis) sebanyak
4,59%..
Tabel 1. Sebaran jenis penyakit yang
menyertai penderita gizi buruk di Panti
Rawat
Gizi
Panite,
Kecamatan
Amanuban Selatan.
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jenis Penyakit
n
%
ISPA
Diare
Scabies
Bronkopneumonia
Disentri
Gstroenteritis Akut (GEA)
Konjungtivis
Observasi Febris
Lainnya (campak,
malaria, eks TBC dan
stomatitis)
Jumlah
38
17
8
7
5
4
2
2
4
43,69
19,55
9,19
8.05
5,76
4,59
2,29
2,29
4,59
87
King dan Burgess (1992) menjelaskan
bahwa keadaan gizi buruk hingga ke
tingkat marasmus maupun kwashiorkor
atau bahkan kematian selalu diawali
dari kurang konsumsi pangan dan
seringnya mengalami penyakit infeksi
yang saling memperburuk satu sama
lain terhadap anak balita. Jenis-jenis
penyakit infeksi yang biasanya terjadi
pada balita penderita gizi buruk adalah;
diare, pneumonia, otitis media, infeksi
saluran kecing atau septicaemia
Hipoglicaemia, hipotermia, dehidrasi,
anoreksia dan anemia karena malaria
atau kecacingan. Selanjutnya dijelaskan
bahwa penyakit-penyakit yang selalu
92
menyertai balita penderita gizi buruk
adalah merupakan komplikasi yang
dapat
menyulitkan
pengobatan/rehabilitasinya.
Selain itu, Direktorat Bina Gizi
Masyarakat,
DepKes
RI
(1997)
menjelaskan bahwa penyakit yang
biasanya ditemukan dalam kasus KEP
adalah pneumonia, diare, campak,
malaria, kecacingan, anemia dan TBC.
Pemeriksaan dan pengobatan penyakit
dimaksud
untuk
mengetahui
kemungkinan adanya penyakit penyerta
guna diobati seperlunya, sehingga
balita KEP tersebut tidak semakin berat
kondisinya.
Lamanya waktu perawatan bagi
balita penderita gizi buruk
Lamanya waktu perawatan bagi balita
penderita gizi buruk di Panti Rawat Gizi
Panite bervariasi paling cepat 2 hari
dan paling lama 35 hari. Selanjutnya
lamanya
waktu
perawatan
ini
dikelompokan ke dalam tiga kategori
yaitu; antara 1-7 hari, antara 8-14 hari
dan lebih dari 14 hari ( 14 hari).
Sebaran lamanya waktu perawatan
bagi balita penderita gizi buruk di Panti
Rawat Gizi Panite dapat dilihat pada
Tabel 2
Tabel 2.
Sebaran lamanya waktu
perawatan bagi balita penderita gizi
buruk di Panti Rawat Gizi Panite,
Kecamatan Amanuban Selatan.
No
1
2
3
Lamanya Perawatan
(hari)
1-7
8-14
> 14
Jumlah
n
%
23
49
32
104
22,11
47,11
30,77
100,00
Dari Tabel 2 nampak bahwa lamanya
perawatan bagi balita penderita gizi
buruk yang paling banyak
adalah
berkisar 8-14 hari (47,11%), kemudian
dikuti dengan lamanya perawatan lebih
KAJIAN JENIS-JENIS PENYAKIT INFEKSI DAN LAMANYA PERAWATAN
BAGI BALITA PENDERITA GIZI BURUK
dari 14 hari (30,77%) dan hanya sedikit
sekali balita penderita gizi buruk yang
dirawat dengan lamanya perawatan
antara 1-7 hari (22,12%).
Dengan demikian dapatlah dikatakan
bahwa lebih banyak waktu yang
diperlukan bagi balita penderita gizi
buruk untuk perawatan sehingga dapat
mengejar ketertinggalannya di dalam
pertumbuhan
badannya
maupun
pemulihan kesehatannya.
King dan Burgess (1992) menjelaskan
bahwa
ada
tiga
tujuan
dari
perawatan/pemulihan
anak
balita
penderita
gizi
buruk
yaitu
(1)
membebaskan
dari
infeksi
dan
kompliksi apapun, (2) mengembalikan
berat badan yang hilang sehingga
sesuai dengan berat menurut tinggi dan
(3) meningkatkan taraf kesehatannya.
Selanjutnya dikatakan bahwa fase awal
pemulihan bagi anak balita yang bergizi
buruk adalah biasanya 5-10 hari,
tergantung kecepatan pengendalian
penyakit infeksi dan masalah-masalah
lainnya.
Menurut
Direktorat
Bina
Gizi
Masyarakat, DepKes RI (1999) ada 3
fase tindakan dalam proses pengobatan
KEP di Puskesmas yaitu (1) fase
stabilisasi, berlangsung 1-7 hari, (2)
fase transisi berlangsung dari minggu
ke 2 hingga ke 3 minggu dan (3) fase
rehabilitasi berlangsung dari minggu ke
2 hingga minggu ke 6. Selain dari pada
itu, bila ada perawatan tindak lanjut di
rumah maka balita tersebut harus
mendapat
pemberian
makanan
tambahan pemulihan (PMT-Pemulihan)
selama 90 hari.
Biaya
Perawatan
bagi
balita
penderita gizi buruk.
Biaya pemulihan bagi balita penderita
gizi buruk pada bagian ini adalah
meliputi biaya asupan zat gizi yang
diperoleh selama perawatan dan Biaya
pengobatan terhadap penyakit infeksi
yang diderita balita di Panti Rawat Gizi
Panite.
Biaya
perawatan/pemulihan
balita
penderita gizi buruk di Panti Rawat Gizi
Panite ini dikelompokkan ke dalam 3
kategori yaitu;(1)  Rp.25.000,- –
Rp.50.000,-, (2) > Rp.50.000,- – Rp.
100.000,- dan (3) >Rp. 100.000,-.
Selanjutnya sebaran biaya perawatan
bagi balita penderita gizi buruk di Panti
Rawat Gizi Panite dapat dilihat pada
Tabel 3
Tabel 3. Sebaran biaya rehabilitasi bagi
balita penderita gizi buruk di Panti Rawat
Gizi Panite, Kecamatan amanuban
Selatan
N
Besar Biaya Pemulihan
o
 Rp.25.000,- –
1
Rp.50.000,-,
> Rp.50.000,- – Rp.
2
100.000,3
>Rp. 100.000,-.
Jumlah
n
%
10
9,61
43
41,35
51
104
49,04
100,00
Dari Tabel 3 nampak bahwa lebih
banyak balita penderita gizi buruk
dengan besar biaya pemulihan >Rp.
100.000,-. (49,04 %) kemudian diikuti
dengan besar biaya pemulihan >
Rp.50.000,- – Rp. 100.000,- (41,35 %)
dan paling sedikit dengan biaya 
Rp.25.000,- – Rp.50.000,-, ( 9,61 %).
King dan Burgess (1993) menjelaskan
ada hubungan spiral yang saling
mengkait antara kurang konsumsi
pangan dan penyakit infeksi yang
selanjutnya berakibat pada gizi buruk
(marasmus dan kwashiorkor) atau
kematian. Hal ini berarti bahwa balita
gizi buruk yang disertai dengan
penyakit ikutan akan meningkatkan
biaya perawatan karena memerlukan
pengobatan
untuk
membebaskan
dirinya dari infeksi penyakit dan
93
MKM Vol. 2 No. 2 Des 2007
pemberian
makanan
tambahan
pemulihan
(PMT-P)
untuk
mengembalikan
atau
mengejar
ketertinggalan pertumbuhannya (berat
badan menurut umur)
Selanjutnya (King dan Burgess 1993).
Menjelaskan
bahwa
biasanya
keluarga-keluarga dari anak balita
penderita gizi buruk sering mempunyai
masalah-masalah sosial
dan
umumnya berasal dari keluarga miskin.
Oleh karena itu, dalam penangangan
.Kejadian Luar Biasa (KLB) Gizi tahun
2005, Pemerintah Propinsi Nusa
Tenggara
Timur
(NTT)
telah
menganggarkan biaya sebesar 46
milyar lebih, dari dana sebesar itu Rp.
30 milyar lebih (65%) dialokasikan
untuk membiayai pemulihan balita
penderita gizi buruk yang disertai
penyakit ikutan. Sedangkan Care
International
Indonesia-sebuah
Lembaga Swadaya Masyarakat (2004)
menjelaskan bahwa dalam penanganan
balita penderita gizi buruk di Panti
Rawat Gizi Panite (TFC), biaya
perawatan per anak sekitar Rp.
45.000,- per hari sedangkan dengan
keterlibatan
pemerintah
dapat
menurunkan biaya perawatan per anak
di TFC menjadi sekitar Rp. 10.856,96
per hari, hal ini diasumsikan biaya obat,
listrik dan air dapat diperoleh dari
Puskesmas.
Hubungan
Lamanya
Perawatan
terhadap Besarnya Biaya
Hasil analisis regresi hubungan antara
lamanya perawatan terhadap besarnya
biaya perawatan balita penderita gizi
buruk di Panti Rawat Gizi Panite
diperoleh bentuk persamaan regresi
adalah; Biaya Perawatan = 9,76 + 7,58
hari (lampiran 1). Selanjutnya dari hasil
analisis varian dari hubungan ini
menunjukkan perbedaan yang sangat
nyata (P<0,01) seperti yang dapat
terlihat pada Tabel 4 di bawah ini.
94
Adanya perbedaan yang sangat nyata
(P<0,01)
dalam
hubungan
ini
menunjukkan bahwa semakin lama
penderita gizi buruk di rawat pada Panti
Rawat Gizi Panite, maka semakin besar
biaya
perawatan
yang
harus
dikeluarkan
untuk
pemulihannya.
Koefisien determinasi dari hubungan ini
adalah 94,0%, berarti 94,0% variasi
yang terjadi pada variabel lamanya
perawatan
dapat
menjelaskan
perubahan variasi yang terjadi pada
biaya perawatan.
Sedangkan hasil
analisis korelasi pearson di peroleh
hasil 0,97 (Tabel 4) dan menunjukkan
hubungan yang sangat nyata (P<0,01)
hal ini menunjukkan bahwa antara
lamanya
perawatan
mempunyai
hubungan positif yang sangat erat
dengan biaya perawatan.
SIMPULAN
Dari
hasil
penelitian
ini
dapat
disimpulkan bahwa balita penderita gizi
buruk yang dirawat di Panti Rawat Gizi
Panite, Kecamatan Amanuban selatan
adalah; (1)Ada 12 macam jenis
penyakit yang menyertai anak balita
penderita gizi buruk yaitu; ISPA
(43,69%), kemudian diikuti diare
(19,55%),
scabies
(9,19%),
bronkopneumonia (8,05%), disentri
(5,76%), gastroenteritis akut (4,59%),
konjungtivis dan observasi febris
masing-masing 2,29%) dan lainnya
seperti campak, malaria, eks TBC dan
stomatitis
(4,59%);
(2)Lamanya
perawatan bagi balita penderita gizi
buruk umumnya antara 8-14 hari
(47,11%), kemudian diikuti lamanya
perawatan >14 hari (30,7%) dan 1-7
hari (22,12%); (3)Besarnya biaya
perawatan penderita paling banyak
adalah > Rp.100.000,- (49,04%)
kemudian
diikuti
dengan
biaya
perawatan
antara
>Rp.
50.000Rp.100.000,- (41,35%) dan paling
sedikit dengan biaya  Rp. 25.000,--
KAJIAN JENIS-JENIS PENYAKIT INFEKSI DAN LAMANYA PERAWATAN
BAGI BALITA PENDERITA GIZI BURUK
Rp.50.000,(9,61%);
(4)Terdapat
hubungan yang sangat nyata (P< 0,01)
antara
lama
perawatan
dengan
besarnya biaya perawatan dengan
bentuk hubungan ; biaya perawatan =
9,76 + 7,58 lama perawatan, koefisien
determinasi sebesar 94,0%.
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, I. 1996.
Pemantauan
Pertumbuhan
Balita.
Kanisius,
Jakarta.
Baliwati, Y.F. dan Rimbawan. 2004.
Masalah Pangan dan Gizi dalam
Pengantar Pangan dan Gizi. Editor :
Baliwati, Y. F., A. Khomsan dan
C.M. Dwiriani. Penerbit PT. Penebar
Swadaya, Jakarta
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 1997.
Pedoman
Penanggulangan
Kekurangan Energi Protein (KEP)
dan Petunjuk Pelaksanaan PMT
pada Balita.
Direktorat Jenderal
Pembinaan Kesehatan Masyarakat
DepKes, RI. Jakarta.
Care International Indonesia.
2004.
Alih Kelola Panti rawat Gizi
(Therapeutic
Feeding
Centre)
Panite-Timor tengah Selatan, NTT.
King, F. S and A. Burgess. 1992.
Nutrition for Developing Countries;
(2nd ed). ELBS with Oxford
University Press, England.
Kompas, Harian Umum, Tanggal 18
Juni 2005. 66.6855 Anak Balita di
NTT Menderita Gizi Buruk. Jakarta.
Markum, A. H. 1991. Buku Ajar : Ilmu
Kesehatan Anak. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
___________. 2002. Imunisasi. Edisi
Kedua.
Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Pos Kupang, Harian Umum, Tanggal 11
Juni 2005. Korban Meninggal
Menjadi 12 Orang. Kupang.
_______________________________
21 Juni 2005. Penanganan
Busung Lapar Butuh Dana Rp.
46 Milyar. Kupang.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan
Aplikasinya Untuk Keluarga dan
Masyarakat. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta
95
Download