KAJIAN ETNOBOTANI MASYARAKAT DI SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI (Studi Kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak) ALVIAN FEBRY ANGGANA DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 KAJIAN ETNOBOTANI MASYARAKAT DI SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI (Studi Kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak) ALVIAN FEBRY ANGGANA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN ALVIAN FEBRY ANGGANA (E34060571). Kajian Etnobotani Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Gunung Merapi (Studi Kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak), dibimbing oleh SISWOYO dan ERVIZAL A. M. ZUHUD Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) memiliki luas total kawasan seluas 6.410 ha, dengan rincian: di Provinsi Jawa Tengah 5.126,01 ha dan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 1.283,99 ha. Dengan melihat potensi tumbuhan di kawasan TNGM dan budaya masyarakat di sekitar kawasan TNGM (dalam hal pemanfaatan tumbuhan) memungkinkan adanya interaksi masyarakat dengan kawasan tersebut. Oleh karena itu kajian etnobotani masyarakat di sekitar kawasan TNGM perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan mengidentifikasi macammacam pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar TNGM dan mengetahui bentuk interaksi masyarakat sekitar dengan potensi keanekaragaman tumbuhan di kawasan TNGM. Penelitian ini dilaksanakan pada 4 (empat) Desa di sekitar wilayah kawasan TNGM, meliputi Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak. Waktu penelitian dilakukan selama kurang lebih 2 bulan mulai dari bulan Juni sampai Agustus 2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei lapang. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: wawancara, pembuatan herbarium, serta pengolahan data dan analisis data. Datadata yang dikumpulkan berupa data primer (etnobotani) dan data sekunder (kondisi umum lokasi). Teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan responden (masyarakat yang berada di sekitar TNGM) sedangkan data sekunder dilakukan melalui studi literatur. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa karakteristik responden di sekitar TNGM sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, dan berpendidikan rendah (sekolah dasar), dengan tingkat umur terbesar yaitu 16-40 tahun. Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebanyak 103 jenis, dan dapat dibedakan ke dalam sebelas kelompok kegunaan, yaitu tumbuhan obat (47 jenis), hias (11 jenis), aromatik (7 jenis), pangan (40 jenis), pakan ternak (7 jenis), pestisida nabati (4 jenis), pewarna dan tanin (2 jenis), kayu bakar (10 jenis), upacara adat (20 jenis), bahan bangunan (13 jenis) dan bahan tali, anyaman dan kerajinan (6 jenis). Masyarakat di sekitar TNGM memiliki tingkat interaksi dengan gunung merapi yang cukup erat. Hal ini dapat dilihat dari sosial dan budaya yang berkembang. Saran yang perlu dilakukan dari hasil penelitian ini adalah pengembangan lebih lanjut tentang pemanfaatan tumbuhan berguna guna meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar TNGM, terutama setelah terjadi erupsi gunung merapi dengan melalui budidaya jenis-jenis berbasis pengetahuan tradisional masyarakat. Kata kunci: Etnobotani, TNGM, Pemanfaatan tumbuhan, Interaksi SUMMARY ALVIAN FEBRY ANGGANA (E34060571). The Study of Ethnobotany Community in around Mount Merapi National Park (Case Study in Village Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo and Ngablak), supervised by SISWOYO and ERVIZAL A. M. ZUHUD Mount Merapi National Park (TNGM) has total an area about 6410 ha, with the details: in Central Java Province about 5126.01 ha and in Province of Yogyakarta Special Region about 1283.99 ha. By looking at the potential of plants and community culture in TNGM region (in the terms of plant utilization) allows interaction between community and that region. Therefore, the study of ethnobotany community around TNGM region needs to be done. The purpose of this study are to know and identify the various utilization of plants by community around TNGM and also to know kind of interaction between community and potential plant diversity in TNGM region. The research was conducted in 4 (four) villages in the surround TNGM region included the Village Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo and Ngablak. This research carried out about 2 months that started from June to August 2010. The method used in this research was a field survey. The activities undertaken in this research included interviews, making of herbarium, data processing and data analysis. The data was collected in the form of primary data (ethnobotany) and secondary data (general conditions of the location). Primary data collection techniques was conducted through interviews with the respondents (people around TNGM) whereas secondary data was done through literature studies. Based on research results, indicate that the characteristics of respondents in the surround TNGM that most livelihood as farmers and low educated (Elementary School), with the largest age rate is 16-40 years. Plants that used by the community about 103 kinds, and can be differentiated into eleven groups of functions, namely medicinal plants (47 kinds), ornamental (11 kinds), aromatic (7 kinds), food (40 kinds), fodder (7 kinds), botanical pesticides (4 kinds), dyes and tannins (2 kinds), firewood (10 kinds), ceremonies (13 kinds), building materials (20 kinds) and also rope materials, wicker and crafts (6 kinds). Community around TNGM has a level of interaction with Merapi volcano which close enough. This can be seen from the social and cultural developing. The suggestion needs to be done from this study results is further development of the useful plants utilization in order to increase the community income around TNGM, especially after Mount Merapi eruption through kinds cultivation based on traditional knowledge of the society. Key words: Ethnobotany, TNGM, Plant utilization, Interaction PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kajian Etnobotani Masyarakat di Sekitar TNGM (Studi kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo, dan Ngablak)” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2011 Alvian Febry Anggana NIM E3406071 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : Kajian Etnobotani Masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Merapi (Studi Kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak) Nama Mahasiswa : Alvian Febry Anggana NRP : E34060571 Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas : Kehutanan Menyetujui, Pembimbing I, Pembimbing II, Ir. Siswoyo, M.Si Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS NIP. 19650208 199203 1 003 NIP. 19590618 198503 1 003 Mengetahui, Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP. 19580915 198403 1 003 Tanggal Lulus : KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, yang tak terkira, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap kita curahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad saw, beserta keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada para pengikutnya yang senantiasa setia sampai akhir zaman. Skripsi ini merupakan laporan akhir dari penelitian yang berjudul “Kajian Etnobotani Masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Merapi (Studi Kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak)”. Skripsi ini merupakan syarat dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan dalam program studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Penelitian ini dilakukan bulan Juni-Agustus 2010 atas bimbingan Bapak Ir. Siswoyo, M.Si dan Bapak Prof. Dr Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, pengelola TNGM dan masyarakat sekitar Gunung Merapi untuk bersama-sama bekerjasama dalam pengelolaan kawasan konservasi. Penulis menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik akan penulis terima dengan tangan terbuka. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi seluruh lapisan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup kita dimasa kini, dan masa akan datang. Bogor, Februari 2011 Penulis RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Klaten, tanggal 11 Februari 1989 sebagai anak pertama dari lima bersaudara pada keluarga Margana dan Naniek Yuliaty. Penulis masuk pendidikan sekolah dasar pada tahun 1994 di SD Negeri 1 Delanggu hingga tahun 2000. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SLTP Negeri 1 Solo. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah umum di SMU Negeri 1 Solo dan lulus tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Saringan Masuk IPB (USMI). Kemudian pada tahun yang sama, penulis diterima menjadi mahasiswa di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif diantaranya adalah Himakova (2006-sekarang), Paguyuban Mahasiswa Solo (AYUMAS) dari tahun 2006 hingga sekarang. Pada tahun 2008 penulis melaksanakan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Baturaden-Cilacap. Tahun 2009 penulis mengikuti Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi dan melaksanakan Praktek Magang di BKPH Lawu Selatan, KPH LAWU Ds. Tahun 2010 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Merapi, Provinsi Jawa Tengah dan DIY. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, pada tahun 2010 penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Kajian Etnobotani Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Gunung Merapi (Studi Kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo, dan Ngablak)”. Di bawah bimbingan Bapak Ir. Siswoyo, M.SI dan Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS. UCAPAN TERIMA KASIH Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya bagi seluruh ciptaan-Nya. Sholawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW dan seluruh umatnya yang senantiasa istiqomah sampai akhir jaman, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Mama dan Papa tercinta “kalianlah inspirasiku”, Oma “Thank’s for the gen”, adik-adikku tersayang, Eyang Putri, Eyang Kakung dan seluruh keluarga besar atas doa yang tulus, dukungan, bantuan moral, spiritual dan materiil, serta kasih sayang dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini . 2. Bapak Ir. Siswoyo M.Si dan Bapak Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS atas bimbingan, arahan, motivasi, petunjuk dan waktu yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Dr. Ir. Bahruni, MS sebagai dosen penguji dari Departemen Manajemen Hutan, Bapak Ir. Trisna Priadi, M.Eng.Sc sebagai dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan, dan Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M. Agr dari Departemen Silvikultur yang telah menguji dan memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini. 4. Pengelola TNGM ( Bapak Tri, Bapak Irwan, Bapak Saifullah, Bapak Dhani dan Ibu Silvi). 5. Ariesta dan Laily terimakasih atas doa dan dukungan yang telah kalian berikan. 6. Seluruh Masyarakat sekitar hutan TNGM beserta rimbawan-rimbawan yang telah berjasa kepada penulis selama pengambilan data dilapangan. 7. Arga, Junef, Yunus dan Pande terima kasih bantuan dan motivasi kepada penulis. 8. Keluarga besar KSHE 43 dan rekan Corps Rimbawan Fahutan Asik atas doa, dukungan, dan bantuan teman-teman dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini. 9. Semua pihak yang belum disebutkan yang telah membantu, mendukung, dan memotivasi penulis. DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN……………………………. ..................................... BAB I. BAB II. vi viii x xii xiii PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1.2 Tujuan Penelitian ................................................................... 1.3 Manfaat Penelitian ................................................................. 1 2 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etnobotani .............................................................................. 2.2 Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia ......... 2.3 Sistem Pengetahuan Tradisional ............................................ 2.4 Pemanfaatan Tumbuhan Berguna .......................................... 2.4.1 Tumbuhan obat .............................................................. 2.4.2 Tumbuhan hias ............................................................... 2.4.3 Tumbuhan aromatik ....................................................... 2.4.4 Tumbuhan pangan .......................................................... 2.4.5 Tumbuhan pakan ternak ................................................. 2.4.6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati ............................ 2.4.7 Tumbuhan bahan pewarna ............................................. 2.4.8 Tumbuhan bahan bangunan, anyaman dan kerajinan .... 2.4.9 Tumbuhan ritual adat dan keagamaan............................ 2.4.10 Tumbuhan penghasil kayu bakar ................................... 3 3 4 4 5 6 6 6 7 7 7 8 8 9 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu ................................................................. 3.2 Alat dan Bahan ....................................................................... 3.3 Metode .................................................................................. 3.3.1. Pengumpulan data ........................................................... 3.3.2. Identifikasi spesies tumbuhan berguna ........................... 3.3.3. Kriteria tumbuhan berguna potensial .............................. 3.3.4. Analisis data .................................................................... 10 10 11 11 14 14 14 BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Fisik Kawasan ............................................................ 4.1.1. Sejarah, letak dan luas ..................................................... 4.1.2. Topografi ......................................................................... 4.1.3. Tanah dan geologi ........................................................... 4.1.4. Iklim ................................................................................ 4.2 Potensi Biotik ............................................................................ 4.2.1. Flora .................................................................................. 19 19 19 20 20 21 21 viii 4.2.2. Fauna ................................................................................ 4.3. Potensi Wisata Alam ................................................................. 4.4. Kondisi Sosial Ekonomi ............................................................ 4.4.1. Batas wilayah desa............................................................ 4.4.2. Jumlah penduduk .............................................................. 4.4.3. Kelas umur ........................................................................ 4.4.4. Tingkat pendidikan ........................................................... 4.4.5. Mata pencaharian .............................................................. BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden............................................................ 5.1.1. Tingkat pendidikan .......................................................... 5.1.2. Mata pencaharian ............................................................. 5.1.3. Kelas umur ....................................................................... 5.1.4. Jenis kelamin .................................................................... 5.2. Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat di sekitar TNGM .... 5.2.1. Keanekaragaman hayati tumbuhan berguna berdasarkan habitusnya ........................................................................ 5.2.2. Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan famili.............. 5.2.3. Bagian tumbuhan yang digunakan .................................. 5.2.4. Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan kelompok manfaat/kegunaan oleh masyarakat di sekitar TNGM ..... 5.2.4.1. Tumbuhan obat..................................................... 5.2.4.2. Tumbuhan hias ..................................................... 5.2.4.3. Tumbuhan aromatik ............................................. 5.2.4.4. Tumbuhan penghasil pangan............................... 5.2.4.5. Tumbuhan penghasil pakan ternak....................... 5.2.4.6. Tumbuhan penghasil pestisida nabati .................. 5.2.4.7. Tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin ... 5.2.4.8. Tumbuhan penghasil kayu bakar ......................... 5.2.4.9. Tumbuhan keperluan upacara adat....................... 5.2.4.10 Tumbuhan penghasil bahan bangunan ................. 5.2.4.11Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan 5.3. Interaksi Masyarakat Sekitar Dengan Kawasan TNGM .......... 5.3.1. Norma-norma masyarakat di sekitar TNGM .................. 5.3.2. Upacara nyadran ............................................................. 5.3.3. Upacara labuhan ............................................................. 5.3.4. Pengembangan spesies unggulan.................................... 22 23 23 24 24 25 25 26 27 27 28 30 31 31 31 32 33 34 35 38 40 41 42 43 44 44 46 47 48 49 51 52 53 54 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan .............................................................................. 6.2. Saran......................................................................................... 55 55 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 56 LAMPIRAN .................................................................................................. 65 ix DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Jenis dan metode pengumpulan data ....................................................... 11 2. Jumlah responden yang diwawancarai di sekitar TNGM ....................... 13 3. Klasifikasi kelompok kegunaan sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan ..................................................................................... 15 4. Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam penyakit/penggunaannya ......................................................................... 15 5. Empat zona pemanfaatan wisata ............................................................. 23 6. Batas-batas wilayah lokasi penelitian ..................................................... 24 7. Jumlah penduduk .................................................................................... 24 8. Kelas umur .............................................................................................. 25 9. Tingkat pendidikan ................................................................................. 25 10. Mata pencaharian .................................................................................... 26 11. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan formal ................. 27 12. Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian .............................. 28 13. Harga jual beberapa komoditas pertanian ............................................... 29 14. Tipologi masyarakat berdasarkan karakteristik kelompok umur ........... 30 15. Rekapitulasi jumlah jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM ...................................................................... 32 16. Keanekaragaman tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM berdasarkan bagian tumbuhan yang digunakan ...................................................................................... 33 17. Keanekaragaman tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM berdasarkan kelompok manfaat/kegunaan ....... 34 18. Jumlah tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat berdasarkan lokasi... 34 19. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM ..................................................................................... 37 20. Daftar produk olahan tumbuhan obat masyarakat di sekitar TNGM ...... 38 21. Daftar jenis tumbuhan hias yang digunakan masyarakat di sekitar TNGM .................................................................................................... 39 22. Daftar jenis tumbuhan bahan aromatik yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM ..................................................................................... 40 23. Beberpa jenis tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM ..................................................................................... 41 24. Daftar jenis tumbuhan pakan ternak yang digunakan masyarakat di sekitar TNGM ......................................................................................... 42 25. Daftar jenis tumbuhan sebagai penghasil pestisida nabati yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM ........................................... 43 26. Daftar jenis tumbuhan penghasil pewarna dan tannin yang masyarakat di sekitar TNGM .................................................................. 44 27. Daftar jenis tumbuhan penghasil kayu bakar yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM ................................................................. 45 28. Daftar jenis tumbuhan keprluan upacara adat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM .................................................................. 46 x 29. Daftar jenis tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat sekitar kawasan TNGM sebagai bahan bangunan ............................................................ 30. Jenis tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat di sekitar TNGM sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan ....................................... 31. Aturan-aturan adat masyarakat terhadap pemanfaatan tumbuhan di dalam kawasan TNGM ........................................................................... 32. Daftar jenis tumbuhan unggulan yang terdapat di kawasan TNGM ....... 47 48 51 54 xi DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Peta lokasi penelitian di 4 (empat) desa di sekitar TNGM ..................... 10 2. Metode snowball ..................................................................................... 12 3. Wawancara dengan Mbah Marijan ......................................................... 12 4. Sawah masyarakat ................................................................................... 30 5. Tanaman salak di pekarangan ................................................................. 30 6. Contoh aktivitas masyarakat ................................................................... 31 7. Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan famili ..................................... 33 8. Jumlah bagian tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM berdasarkan famili ......................................................... 35 9. Jumlah jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM ......................................................................................... 36 10. Jumlah bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TNGM ......................................................................................... 36 11. Beberapa contoh tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat di TNGM .................................................................................................... 38 12. Beberapa contoh jenis tumbuhan hias ..................................................... 40 13. Pengepakan hasil panen .......................................................................... 42 14. Gula jawa berasal dari kelapa ................................................................ 42 15. Tesek (Dodonea viscosa) ........................................................................ 47 16. Bambu apus (Gigantochloa apus)........................................................... 48 17. Pengerajin bambu .................................................................................... 49 18. Kesenian Jaka tua .................................................................................... 49 19. Kegiatan masyarakat pada saat upacara nyadran.................................... 53 20. Kegiatan masyarakat pada saat upacara labuhan .................................... 54 xii DAFTAR LAMPIRAN No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Halaman Tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM ................ Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan obat di sekitar TNGM .... Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan di sekitar TNGM Kuisioner kajian potensi tumbuhan berguna ........................................... Kuisioner masyarakat terhadap keberadaan TNGM ............................... Data karakteristik responden masyarakat Desa Umbulharjo .................. Data karakteristik responden masyarakat Desa Sidorejo ........................ Data karakteristik responden masyarakat Desa Wonodoyo .................... Data karakteristik responden masyarakat Desa Ngablak ........................ 61 66 68 70 74 76 77 78 79 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Klaten, Provinsi Jawa Tengah, serta Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas total kawasan TNGM seluas 6.410 ha, dengan rincian : di Provinsi Jawa Tengah seluas 5.126,01 ha dan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta seluas 1.283,99 ha (TNGM 2009). Kawasan TNGM memiliki potensi keanekaragaman hayati berupa tumbuhan dan satwa liar. Jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan di wilayah tersebut sebanyak 72 jenis, cendawan sebanyak 43 jenis, dan satwaliar sebanyak jenis 8 jenis mamalia dan 147 jenis burung (TNGM 2009). Berdasarkan etnis/sukunya, masyarakat di desa-desa sekitar TNGM dapat dikelompokkan kedalam 2 (dua) macam, yaitu Etnis Jawa dengan adat-istiadat Jawa Tengah dan Etnis Jawa dengan adat-istiadat Yogyakarta. Kedua kelompok masyarakat Etnis Jawa tersebut diduga memiliki budaya yang masih memiliki nilai-nilai kearifan tradisional dalam pemanfaatan tumbuhan, Dengan melihat potensi tumbuhan di kawasan TNGM dan budaya masyarakat di sekitar kawasan TNGM dalam pemanfaatan tumbuhan memungkinkan adanya interaksi masyarakat dengan kawasan tersebut, namun data dan informasi tentang jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan tingkat interaksinya belum tersedia. Adanya pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat sekitar di kawasan TNGM sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari kepada masyarakat di sekitar TNGM, hal tersebut merupakan pengetahuan yang sangat berharga dan merupakan kekayaan budaya yang perlu digali agar pengetahuan tradisional tersebut tidak hilang. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dan dalam rangka menunjang upaya pelestarian dan pemanfaatannya maka kajian etnobotani oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM ini perlu dilakukan. 2 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui dan mengidentifikasi pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar TNGM. 2. Mengetahui interaksi masyarakat sekitar dengan keanekaragaman tumbuhan di kawasan TNGM. 1.3 Manfaat Penelitian Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diperoleh data dan informasi yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak pengelola TNGM bersama masyarakat dalam menyusun kebijakan terkait dengan pelestarian pemanfaatan tumbuhan di kawasan tersebut. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etnobotani Chandra (1990) diacu dalam Soekarman dan Riswan (1992) menyebutkan bahwa etnobotani berasal dari dua kata, yaitu etnos (berasal dai bahasa Yunani) yang berarti bangsa dan botany yang berarti tumbuh-tumbuhan. Menurut Soekarman dan Riswan (1992) istilah etnobotani sebenarnya sudah lama dikenal, etnobotani sebagai ilmu mempelajari pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh suku-suku terkecil, saat ini menjadi perhatian banyak pakar karena keberadaanya dan statusnya. Rifai dan Waluyo (1992) mengemukakan bahwa etnobotani adalah mendalami hubungan budaya manusia dengan alam nabati sekitarnya. Dalam hal ini diutamakan pada persepsi dan konsepsi budaya kelompok masyarakat dalam mengatur sistem pengetahuan tentang tumbuhan yang dimanfaatkan di dalam masyarakat tersebut. Status etnobotani sebagai ilmu tidak mengalami masalah, akan tetapi status obyek penelitiannya sangat rawan karena cepatnya laju erosi sumber daya alam, terutama flora dan pengetahuan tradisional pemanfaatan tumbuhan dari suku bangsa tertentu. Untuk menunjang hal tersebut diperlukan pendokumentasian berupa dokumen tertulis, foto, majalah, film, atau dilakukan dengan pengumpulan spesimen (Soekarman & Riswan 1992). 2.2 Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia Sumberdaya hayati Indonesia yang begitu besar baik yang berupa tumbuhan, hewan, maupun jasad renik sangat beranekaragam. Menurut Soekarman dan Riswan (1992), Indonesia diperkirakan dihuni oleh kurang lebih 100-150 suku tumbuhan meliputi 25-30 ribu jenis tumbuh-tumbuhan yang ada di hutan-hutan. Kekayaan keanekaragaman hayati tersebut merupakan salah satu modal dasar dalam pelaksanaan pembangunan nasional, sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, pemanfaatan tersebut harus sesuai dengan kemampuan (carrying capacity), karakteristik, dan fungsinya (Ismanto 2007). 4 Mengingat pentingnya keanekaragaman hayati sebagai penyedia berbagai barang dan jasa, mulai dari pangan, energi, dan bahan produksi hingga sumber daya genetik bahan dasar pemuliaan tanaman komoditas serta obat dan selain berfungsi juga untuk mendukung sistem kehidupan, maka pemanfaatan keanekaragaman hayati harus dilakukan dengan benar (Noor 2007). 2.3 Sistem Pengetahuan Tradisional Pengetahuan merupakan kapasitas manusia untuk memahami dan menginterpretasikan baik hasil pengamatan maupun pengalaman, sehingga bisa digunakan untuk meramalkan ataupun sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Kartikawati 2004). Menurut Soekarman dan Riswan (1992), pengetahuan tradisional adalah pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat lokal secara turun-temurun. Pusat dari pengetahuan tradisional mengenai pemanfaatan tumbuhan ini umumnya dijumpai di negara-negara berkembang, yang umumnya terletak pada kawasan tropika baik di Amerika, Afrika, dan Asia. Di negara-negara ini pula terdapat suku bangsa yang merupakan sumber dari pengetahuan tradisional serta sumber daya hayati yang meliputi tumbuhan, hewan dan jasad renik. Pada masyarakat lokal, sistem pengetahuan tentang tumbuhan merupakan pengetahuan dasar yang amat penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup mereka. Dalam lingkup kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia, ketergantungan hidup masyarakat kepada sumber daya alam yang tersedia tercermin dalam berbagai bentuk tatanan adat istiadat yang kuat (Setyowati & Wardah 2007). Nopandry (2007) mengemukakan bahwa secara tradisional, masyarakat memiliki kearifan lokal yang merupakan potensi dan kekuatan dalam pengelolaan suatu kawasan hutan. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan mereka yang diiringi dengan eksistensi hutan selama beratus-ratus tahun yang merupakan suatu bukti peradaban dan potensi dalam pelestarian hutan. 2.4 Pemanfaatan Tumbuhan Berguna Indonesia memiliki hutan yang sangat luas, tercatat 143.970.000 hektar luasan hutan tersebar di seluruh pulau. Tidak heran jika hutan yang sangat luas 5 itu, memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi (Sastrapradja et al. 1992). Dalam perkembangan hidupnya, manusia mengenal betul keadaan sekelilingnya dan memperhatikan segala sesuatu yang bias dipakai untuk mempertahankan hidupnya. Salah satu benda hidup yang berada di sekitar manusia adalah tumbuh-tumbuhan. Manusia benar-benar memperhatikan tumbuhtumbuhan karena merupakan salah satu benda yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidupnya, yaitu sebagai sumber makanan pokok (Kartiwa & Martowikrido 1992). Menurut Purwanto dan Walujo (1992), tumbuhan berguna dikelompokkan berdasarkan pemanfaatannya antara lain tumbuhan sebagai bahan pangan, sandang, bangunan, obat-obatan, kosmetik, alat rumah tangga dan pertanian, talitemali, anyaman, pelengkap upacara adat dan kegiatan sosial, minuman dan kesenian. 2.4.1 Tumbuhan obat Menurut Zuhud et al. (1994), tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui dan dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok tumbuhan obat, yaitu: (1) Tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan obat tradisional; (2) Tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengadung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis; dan (3) Tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau penggunannya sebagai bahan obat tradisional. Keuntungan obat tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan sendiri, murah dan dapat diramu sendiri di rumah (Zein 2005). Bagi masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di pedesaan (di sekitar hutan), maka pemanfaatan tumbuhan sebagai obat untuk kepentingan kesehatannya 6 bukanlah merupakan hal yang baru tetapi sudah berlangsung cukup lama (Uji et al. 1992). 2.4.2 Tumbuhan hias Secara umum, tanaman hias dikelompokkan menjadi dua, yaitu tanaman hias daun dan tanaman hias bunga. Tanaman hias daun yaitu jenis tanaman hias yang memiliki bentuk dan warna daun yang unik. Daya tarik tanaman hias bunga terletak pada bentuk, warna, dan aroma bunganya (Ratnasari 2007). 2.4.3 Tumbuhan aromatik Tumbuhan penghasil aroma atau wangi-wangian dikenal dengan istilah penghasil minyak atsiri. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri berbau dan aroma karena fungsi utamanya adalah sebagai pengharum baik parfum, kosmetik, penyegar ruangan, sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan maupun produk rumah tangga (Kartikawati 2004). Menurut Heyne (1987), tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri diantaranya adalah dari famili Lauraceae, misalnya kulit kayu manis (Cinnamomum burmanii); Poaceae. Misalnya akar wangi (Andropogon zizanoides); Santalaceae, misalnya cendana (Santalum album); Zingiberaceae, misalnya jahe (Zingiber offcinale); Annonaceae, misalnya kenanga (Canangium odoratum) dan sebagainya. 2.4.4 Tumbuhan penghasil pangan Tumbuhan pangan digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) Komoditas utama: padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan ubi kayu; (2) Komoditas potensial: sorgum, gude, kacang tunggak, wijen, talas, ubi kelapa dan sagu; dan (3) Komoditas introduksi: terigu, jawawut, kara, ganyong (Soekarman & Riswan 1992). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kartikawati (2004), sumber makanan pokok dan sumber karbohidrat masyarakat Dayak Meratus selain padi adalah sagu aren (Arenga pinnata), gadung (Dioscorea hispida), ubi kayu (Manihot utillisima), talas (Colocasia esculata), ubi jalar/lelayap (Ipomea batatas), lumbu (Colocasia gigantea), jagung (Zea mays), dan jawau/gumbili (Dioscore esculata). 7 2.4.5 Tumbuhan pakan ternak Pada umumnya jenis tumbuhan hutan yang bermanfaat sebagai pakan ternak adalah tumbuhan bawah dan perdu. Jenis tumbuhan bawah atau semak yang banyak dimanfaatkan adalah jenis rumput gajah (Acleracne punctata Roxb) dan alang-alang (Imperata cylindrica (L) Beauv) (Ardiansyah 2008). Menurut Manetje dan Jones (1992) diacu dalam Kartikawati (2004), pakan ternak adalah tanaman konsentrasi rendah dan mudah dicerna yang merupakan penghasil pakan bagi satwa herbivora. Jenis ini bisa dibudidayakan dan mudah dijumpai. misalnya di padang rumput, pematang sawah, tebing, dan tanaman pentup pada perkebunan. Salah satu jenisnya adalah rumput pahit (Axonopus compressus). 2.4.6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati Greshof (1893) diacu dalam Hamid dan Nuryani (1992) melaporkan bahwa tumbuhan penghasil racun ikan/hama di dunia tidak kurang dari 48 suku. Baru 3 jenis yang diteliti, yaitu: (1) Akar tuba (Derris elliptica Benth); (2) Pyrethrum (Chrysanthemum cinerariaefolium Vis); dan (3) Bangkuang (Pachyrrhizus erosus). 2.4.7 Tumbuhan bahan pewarna Menurut Lemmens dan Soetjipto (1999) diacu dalam Inama (2008), pewarna nabati adalah pewarna yang berasal dari tumbuhan. Sebagian besar warna dapat diperoleh dari tumbuhan seperti warna kuning, merah, biru, cokelat, dan warna hitam. Menurut Rostiana et al. (1992), masyarakat pada umumnya membuat warna hijau alami secara tradisional dengan menggunakan daun suji (Pleomele angutifolia) atau daun pandan (Pandanus tectorius). Heyne (1987) mengemukakan, masyarakat Indonesia telah banyak menggunakan tumbuhan sebagai bahan pewarna nabati dan sudah lama mengenal pewarna alami tumbuhan untuk makanan, seperti daun suji (Pleomele angustifolia N. E. Brown.) untuk warna hijau, daun (Iresine herbstii Hook). Untuk warna merah pada agar-agar, rimpang kunyit (Curcuma domestica Valeton.) untuk warna kuning, kulit kayu soga (Peltophorum pterocarpum Backer.) sebagai bahan pewarna cokelat untuk 8 Bagi masyarakat adat tumbuhan penghasil bahan bangunan berfungsi sebagai bahan untuk membangun rumah, sarana beribadat dan sarana transportasi pewarna batik. 2.4.8 Tumbuhan bahan bangunan, anyaman dan kerajinan Berdasarkan penelitian Purwanto dan Walujo (1992) terhadap Suku Dani diketahui bahwa masyarakat Suku Dani di pedalaman Irian Jaya pada umumnya telah mengenal berbagai jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Bahan bangunan utama pada masyarakat suku Dayak Meratus adalah pohon-pohon dihutan, rotan dan bambu. Jenis-jenis yang umum digunakan adalah sengon (Paraserienthes falcataria), jati (Tectona grandis), ulin (Eusideroxylon zwageri), dan sebagainya (Kartikawati 2004). Bahan kerajinan dan anyaman lebih banyak didominasi oleh jenis bambu tali (Bamboosa sp), sedangkan cara pengambilan bambu dilakukan masyarakat secara berkelompok (Ardiansyah 2008). 2.4.9 Tumbuhan ritual adat dan keagamaan Kartiwa dan Martowikrido (1992) mengemukakan bahwa di berbagai etnis atau daerah jenis tumbuh-tumbuhan yang dipakai dalam upacara berbeda-beda menurut pengetahuan masyarakat masing-masing, tetapi banyak penggunaan bahan- bahan yang sama, misalnya daun dan bunga sirih yang hampir semua etnis menggunakan jenis tumbuhan tersebut didalam upacara-upacara tertentu. Salah satu contoh pemanfaatan tumbuhan untuk upacara tradisional yaitu upacara tradisional pada masyarakat suku Banjar. Upacara tradisional yang masih dilaksanakan oleh suku Banjar adalah upacara “manaradak”, upacara “manuping”, upacara “manyanggar danau”, upacara “manyanggar banua”, upacara “maarak kitab bukhari”, upacara “bamuludan”, upacara “batajak” rumah, upacara yang berkaitan dengan peristiwa alam, dan upacara yang berkaitan dengan daur hidup. Misalnya untuk hiasan upacara digunakan tebu kuning, tebu (betung) merah, mayang bungkus, mayang urai, beringin kurung, anyaman janur kuning, dan lainlain. Tumbuhan bagi orang Banjar tidak hanya digunakan untuk upacara adat, tetapi juga digunakan untuk kekuatan ilmu hitam dan penangkis ilmu hitam itu sendiri. Dengan demikian upacara itu sendiri sebenarnya untuk mendatangkan 9 kesejahteraan bagi pelaksananya baik kerabat maupun masyarakat dan kampungnya (Asnawi 1992). 2.4.10 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar Sebagian masyarakat pemungut kayu bakar (Jawa = rencek) yang berasal dari potongan-potongan kayu, ranting-ranting yang jatuh ke permukaan tanah. Adapun kriteria tumbuhan yang dijadikan bahan kayu bakar menurut Sutarno (1996) diacu dalam Arafah (2005) antara lain : 1. Tahan terhadap kekeringan dan toleran iklim. 2. Pertumbuhan tajuk baik, setiap tumbuh pertunasan yang baru. 3. Pertumbuhan cepat, volume hasil kayu maksimal tercapai dalam waktu yang singkat. 4. Kadar air rendah dan mudah dikeringkan. 5. Menghasilkan kayu yang padat dan tahan lama ketika dibakar. 6. Menghasilkan sedikit asap dan tidak beracun apabila dibakar. 10 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di empat desa di sekitar TNGM, yaitu: Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman; Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten; Desa Wonodoyo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali; dan Desa Ngablak, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Waktu penelitian selama kurang lebih 2 bulan, yaitu dari bulan Juni sampai Agustus 2010. Gambar 1 Peta lokasi penelitian di (empat) Desa di sekitar TNGM (Sumber: BAPLAN Bogor 2009). 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: kamera digital, sasak, kantong plastik, kuisioner, alat perekam suara, koran, tally sheet, alat tulismenulis, kompas, label gantung, meteran, tali rafia, komputer dan perlengkapannya, sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara 11 lain: dokumen atau laporan, literatur, laporan, serta keterangan mengenai Desa yaitu (data monografi Desa), tumbuhan untuk herbarium, dan alkohol 70%. 3.3 Metode 3.3.1 Pengumpulan Data 3.3.1.1 Jenis data yang dikumpulkan Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan antara lain pemanfaatan tumbuhan berguna oleh masyarakat di sekitar TNGM, potensi tumbuhan berguna di sekitar TNGM dan foto spesies-spesies tumbuhan berguna. Data sekunder yang dikumpulkan yaitu kondisi umum lokasi penelitian dan jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar TNGM. Jenis dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini secara rinci disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan data No. Jenis Data Data dan Informasi Yang Dikumpulkan 1 Primer 1. Etnobotani Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM ( Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak): a. Nama lokal b. Nama ilmiah c. Famili d. Habitat e. Habitus f. Kegunaan g. Bagian tumbuhan yang digunakan h. Cara penggunaan 2 Sekunder 1. a. b. c. d. e. Kondisi umum lokasi penelitian Sejarah Kawasan Letak dan luas Topografi Iklim Kondisi sosial ekonomi 2. a. b. c. d. e. f. Spesies tumbuhan berguna Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan Habitus Habitat Kegunaan Bagian tumbuhan yang digunakan Cara penggunaan Metode Pengumpulan Data 1. Survei lapang 2. Wawancara dengan masyarakat Studi literatur 12 3.3.1.2 Teknik pengumpulan data a. Pengumpulan data primer 1) Etnobotani Data etnobotani dikumpulkan dengan melakukan wawancara secara semi terstruktur dengan menggunakan kuisioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan yang ada di sekitar TNGM. Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan metode snowball (Gambar 2) dan jumlah yang diwawancarai sebanyak 120 orang dengan rincian seperti tersaji pada Tabel 2. Kepala Adat R Kepala kampung Dukun Pengguna Pengguna D L R D Tabib Pengguna L R Gambar 2 Metode snowball. Keterangan : R = Remaja D = Dewasa L = Lansia Gambar 3 Wawancara dengan Mbah Marijan. D L 13 Tabel 2 Jumlah responden yang diwawancarai di sekitar TNGM No 1 2 3 4 5 Responden Kepala adat Kepala kampung Dukun Tabib Pengguna Kelas Umur Lansia Dewasa Lansia Dewasa Lansia Remaja Dewasa Jumlah Jumlah Responden (orang) 2 4 1 2 23 2 86 120 2) Pembuatan herbarium Herbarium merupakan koleksi spesimen tumbuhan yang terdiri dari bagian-bagian tumbuhan (ranting lengkap dengan daun, buah, dan bunga). Herbarium dapat dibuat dengan cara basah ataupun kering. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan herbarium ini adalah: a) Mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan daunnya, jika ada bunga dan buahnya juga diambil. b) Pengambilan contoh herbarium dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan wawamcara dengan masyarakat. c) Contoh herbarium dipotong dengan menggunakan gunting sepanjang kurang lebih 40 cm. d) Kemudian contoh herbarium dimasukkan ke dalam kertas koran dengan memberikan etiket yang berukuran 3 cm x 5 cm. Etiket berisi keterangan tentang nomor spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan dan nama pengumpul/kolektor. e) Selanjutnya beberapa herbarium disusun diatas sasak yang terbuat dari bambu dan disemprot dengan alkohol 70%. f) Herbarium selanjutnya dioven dengan suhu 500C-700C selama ± 2 jam. g) Herbarium yang sudah kering lengkap dengan keterangan-keterangan yang diperlukan diidentifikasi untuk mendapatkan nama ilmiahnya di Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB dan LIPI. 14 b. Pengumpulan data sekunder Data sekunder yang dikumpulkan melalui studi literatur, yaitu meliputi kondisi umum lokasi 4 (empat) Desa, yaitu: Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo, Ngablak dan jenis-jenis tumbuhan yang ada di sekitar TNGM dari berbagai laporan survei dan penelitian yang pernah dilakukan oleh berbagai instansi terkait. 3.3.2 Identifikasi spesies tumbuhan berguna Identifikasi spesies tumbuhan berguna dilakukan dengan melakukan cek silang dengan berbagai buku/literatur tentang tumbuhan berguna yang ada, meliputi: nama lokal, nama ilmiah, nama famili, habitus, kegunaan, dan bagian yang digunakan. Literatur yang digunakan dalam mengidentifikasi spesies tumbuhan berguna antara lain Heyne (1987), Haryanto (2009), Hariana (2005), Zuhud et al. (1994), Zuhud et al. (2000), dan Zuhud et al. (2001). 3.3.3 Kriteria tumbuhan berguna potensial Dalam menentukan jenis-jenis tumbuhan berguna potensial, ada beberapa faktor yang biasanya dijadikan sebagai dasar pemilihan. Menurut Purnawan (2006), faktor-faktor tersebut antara lain: (1) Ekologis, karena jenis tersebut langka atau terancam punah; (2) Ekonomis, karena jenis tersebut memiliki potensi ekonomi yang tinggi bila dikembangkan; (3) Manfaat, karena jenis tersebut memiliki kegunaan yang cukup banyak; (4) Seluruh bagian tumbuhan dari jenis tersebut dapat dimanfaatkan oleh manusia (daun, batang, akar, bunga, dan buah). 3.3.4 Analisis data Hasil identifikasi tumbuhan yang telah diperoleh kemudian disusun berdasarkan spesies dan familinya untuk dianalisis secara deskriptif kualitatif. Setiap spesies tumbuhan dianalisis mengenai potensi, habitus, kegunaan, dan bagian tumbuhan yang digunakan. 3.3.4.1 Klasifikasi Kelompok Kegunaan Data hasil identifikasi selanjutnya dikelompokkan berdasarkan manfaat dari masing-masing tumbuhan, seperti tersaji pada pada Tabel 3. 15 Tabel 3 Klasifikasi kelompok kegunaan sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan No 1 Tumbuhan obat Kelompok Kegunaan 2 Tumbuhan hias 3 Tumbuhan aromatik 4 Tumbuhan penghasil pangan 5 Tumbuhan pakan ternak 6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati 7 Tumbuhan penghasil serat 8 Tumbuhan bahan pewarna dan tanin 9 Tumbuhan penghasil bahan bangunan 10 Tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan 11 Tumbuhan anyaman dan kerajinan 12 Tumbuhan penghasil kayu bakar 13 Tumbuhan sebagai tolak balak 14 Lainnya Sumber : Purwanto dan Walujo (1992) 3.3.4.2 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat Khusus untuk tumbuhan obat, dilakukan pengklasifikasian lebih lanjut berdasarkan kelompok penyakit/kegunaannya, seperti tersaji pada Tabel 4. Tabel 4 Klasifikasi kelompok Penyakit/penggunaan penyakit/penggunaannya. dan macam No. Kelompok Penyakit/Penggunaan 1 Gangguan Peredaran Darah Darah kotor, kanker darah, kurang darah, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan darah 2 Keluarga Berencana (KB) KB, membatasi kelahiran, pencegah kehamilan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan KB 3 Penawar Racun Digigit lipat, digigit serangga, keracunan jengkol, keracunan makanan, penawar racun, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan keracunan 4 Pengobatan Luka Luka, luka bakar, luka baru, luka memar, luka bernanah, infeksi luka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan luka 5 Penyakit Diabetes Kencing manis (diabetes), menurunkan kadar gula darah, sakit gula, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan penyakit diabetes 6 Penyakit Gangguan Urat Syaraf Lemah urat syaraf, susah tidur, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gangguan urat syaraf Macam Penyakit/Penggunaan 16 Tabel 4 (Lanjutan) No. Kelompok Penyakit/Penggunaan Macam Penyakit/Penggunaan 7 Penyakit Gigi Gigi rusak, penguat gigi, saki gigi, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gigi 8 Penyakit Ginjal Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal, kencing batu, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan ginjal 9 Penyakit Jantung Sakit jantung, stroke, jantung berdebar-debar, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan jantung 10 Penyakit Kanker/Tumor Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim, tumor payudara, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kanker dan tumor 11 Penyakit Kelamin Beser mani (spermatorea), gatal di sekitar alat kelamin, impoten, infeksi kelamin, kencing nanah, lemah syahwat (psikoneurosis), raja singa/sifilis, sakit kelamin, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kelamin 12 Penyakit Khusus Wanita Keputihan, terlambat haid, haid terlalu banyak, tidak datang haid, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit khusus wanita 13 Penyakit Kulit Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksim, cacar, campak, borok, gatal, bengkak, luka bernanah, kudis, kutu air, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kulit 14 Penyakit Kuning Liver, sakit kuning, heoatitis, penyakit hati, hati bengkak, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit kuning 15 Penyakit Malaria Malaria, demam malaria, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan malaria 16 Penyakit Mata Radang mata, sakit mata, trakoma, rabun senja, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan mata 17 Penyakit Mulut Gusi bengkak, gusi berdarah, mulut bau dan mengelupas, sariawan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit mulut 18 Penyakit Otot dan Persendian Asam urat, bengkak kelenjar, kejang perut, kejang-kejang, keseleo, nyeri otot, rematik, sakit otot, sakit persendian, sakit pinggang, terkilir, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan otot dan persendian 19 Penyakit Telinga Congek, radang anak telinga, radang telinga, radang telinga tengah (otitis media), sakit telinga, telinga berair, telinga berdenging, telinga terasa gatal, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan telinga 20 Tonikum Obat kuat, tonik, tonikum, penambah nafsu makan, kurang nafsu makan, meningkatkan enzim pencernaan, patah selera, astringen/pengelat, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tonikum 21 Penyakit Tulang Patah tulang, sakit tulang, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tulang 17 Tabel 4 (Lanjutan) No. Kelompok Penyakit/Penggunaan Macam Penyakit/Penggunaan 22 Penyakit Saluran Pembuangan Ambeien, gangguan prostat, kencing darah, peluruh kencing, peluruh keringat, sakit saluran kemih, sembelit, susah kencing, wasir, wasir berdarah, dan penggunaan lainnya yang berhubungan penyakit saluran pembungan 23 Penyakit Saluran Pencernaan Maag, kembung, masuk angin, sakit perut, cacingan, murus, peluruh kentut, karminatif, muntah, diare, disentri, sakit usus, kolera, muntaber, berak lendir, usus buntu, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran pencernaan 24 Penyakit Saluran Pernafasan/THT Asma, batuk, flu, influenza, pilek, sesak nafas, sakit tenggorokan, TBC, TBC paru, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran penafasan/THT 25 Perawatan Kehamilan dan Persalinan Keguguran, perawatan sebelum/sesudah melahirkan/persalinan, penyubur kandungan, susu bengkak, ASI, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran 26 Perawatan Organ Tubuh Wanita Kegemukan, perawatan organ kewanitaan, pelangsing, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan organ tubuh wanita 27 Perawatan Rambut, Muka, Kulit Penyubur rambut, penghalus kulit, menghilangkan ketombe, perawatan muka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan rambut, muka, dan kulit 28 Sakit Kepala dan Demam Sakit kepala, demam, demam pada anak-anak, demam menggigil, penurun panas, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan sakit kepala dan demam 29 Lain-lain Limpa bengkak, beri-beri, sakit kuku, sakit sabun, obat tidur, obat gosok, penenang, dan penggunaan lainnya yang tidak tercantum di atas. Sumber: Zuhud et al. (2000) 3.3.4.3 Persentase Habitus Persentase habitus merupakan besarnya suatu jenis habitus yang digunakan terhadap seluruh habitus yang ada. Habitus tersebut meliputi pohon, semak, perdu liana, dan herba. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentase habitus, yaitu sebagai berikut : 18 3.3.4.4 Persentase Bagian yang Dimanfaatkan Persentase bagian tumbuhan yang digunakan meliputi bagian tumbuhan yang dimanfaatkan mulai dari bagian tumbuhan yang paling atas/daun sampai ke bagian bawah/akar. Untuk menghitung persentase bagian yang digunakan digunakan rumus : BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Fisik Kawasan 4.1.1. Sejarah, letak dan luas Kawasan Gunung Merapi merupakan kawasan lindung sejak tahun 1931 dengan tujuan penetapan kawasan adalah untuk perlindungan sumber air, sungai dan penyangga sistem kehidupan Kabupaten/Kota Sleman, Yogyakarta, Klaten, Boyolali, dan Magelang. Pada tahun 1975, Menteri Pertanian menetapkan sebagian kawasan hutan lindung Gunung Merapi menjadi Cagar Alam Plawangan Turgo. Pada tahun 1984 Menteri Kehutanan merubah sebagian kawasan lindung Gunung Merapi yang ada di Yogyakarta menjadi Taman Wisata Alam Plawangan Turgo. Selanjutnya di tahun 1989 Menteri Kehutanan menunjuk Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Plawangan Turgo seluas 282,25 ha yang terletak di Kabupaten Sleman, Provinsi D.I Yogyakarta, dan pada tahun 2004 Menteri Kehutanan mengubah fungsi kawasan Hutan Lindung (HL), Cagar Alam (CA) dan Taman Wisata Alam (TWA) pada kelompok hutan Gunung Merapi seluas kurang lebih 6.410 ha, Penunjukan Kawasan Gunung Merapi sebagai taman nasional adalah dengan SK Menhut 134/Menhut-II/2004 tanggal 4 Mei 2004. Kawasan TNGM terletak di tiga kabupaten Provinsi Jawa Tengah yaitu Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten; Sedangkan kawasan TNGM di Provinsi D.I Yogyakarta terletak di satu kabupaten yaitu Kabupaten Sleman. Luas total kawasan adalah 6.410 ha (5.126,01 ha di Jateng dan 1.283,99 ha di DIY). Taman Nasional Gunung Merapi terletak pada koordinat 110o15’-110o37’ BT dan 07o22’– 07o52’ LS. 4.1.2. Topografi Secara umum kondisi topografi di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi merupakan bentang alam yang sangat khas, yaitu puncak Merapi dengan lerengnya yang menuju kesegala arah dengan lereng yang sangat curam di wilayah yang dekat dengan puncak dan semakin melandai kearah bawah. Lereng Merapi di bagian Timur (Selo) relatif lebih terjal, sementara di bagian Barat dan Utara (Babadan, Kinahrejo) relatif lebih landai. 20 Arah letusan gunung api sangat jarang menuju ke Timur, yang paling sering menuju ke arah Barat Daya. Proses letusan sering terjadi, dan lereng Barat sering menerima dampak letusan, sehingga lereng Barat akan semakin landai. Wilayah puncak Gunung Merapi sampai ketinggian tempat 1.500 m dpl, merupakan daerah terjal dengan kemiringan lebih dari 30o. Wilayah yang paling luas adalah kawasan dengan kemiringan 12 - 30o terletak pada ketinggian tempat 750 – 1.500 m dpl, dan daerah inilah yang merupakan daerah resapan air. 4.1.3. Tanah dan geologi Kawasan ini berjenis tanah Regosol dan mendominasi kawasan gunung Merapi. Dengan masih aktifnya gunung Merapi menjadikan material vulkanis merupakan bahan induk tanah di kawasan ini. Dengan demikian tanahnya merupakan tanah muda karena belum mengalami perkembangan profil. Tanah di kawasan ini dicirikan oleh warna kelabu sampai kehitaman dengan tekstur pasiran. Struktur tanah belum terbentuk sehingga masih merupakan struktur granuler. Dengan struktur ini maka kemampuan untuk menyerap air cukup tinggi, namun kandungan bahan organiknya relatif rendah. Kemasaman tanah pada umumnya netral. Secara geologis, wilayah Taman Nasional Gunung Merapi terletak pada perpotongan antara dua sesar, yaitu sesar transversal dan sesar longitudinal Pulau Jawa. Batuan utama penyusun Gunung Merapi terdiri dari 2 fase yaitu : 1. Endapan vulkanik Gunung Merapi Muda yang tersusun oleh tufa, lahar, breksi, dan lava andesitis hingga basaltis yang merata di seluruh wilayah Gunung Merapi. 2. Endapan vulkanik kwarter tua yang terdapat secara lokal pada topografi perbukitan kecil disekitar Gunung Merapi Muda, yang merupakan bagian dari aktivitas Gunung Merapi Tua, yaitu terdapat di bukit Gono, Turgo, Plawangan, Maron dan dinding bagian Timur kawah gunung api Merapi (Geger Boyo). 4.1.4. Iklim Secara klimatologis, keberadaan kawasan TNGM masuk wilayah iklim muson tropis, yang dicirikan dengan hujan dengan intensitas yang tinggi pada 21 musim hujan (November-April) yang kemudian berganti dengan bulan-bulan kering (April-Oktober). Hujan tahunannya berkisar antara 2.500-3.500 mm. Tipe iklim berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Fergusson termasuk tipe iklim C atau agak basah. Curah hujan bervariasi dengan curah hujan terendah sebesar 875 mm per tahun dan curah hujan tertinggi sebesar 2.527 mm per tahun. Curah hujan di kawasan TNGM pada masing-masing kabupaten adalah sebagai berikut : 1. Kabupaten Magelang: 2.252 – 3.627 mm/tahun 2. Kabupaten Boyolali: 1.856 – 3.136 mm/tahun 3. Kabupaten Klaten: 902 – 2.490 mm/tahun 4. Kabupaten Sleman: 1.869,8 – 2.495 mm/tahun Variasi hujan di sepanjang lereng Gunung Merapi dipengaruhi oleh hujan orografis. Seperti juga wilayah muson tropis lainnya, variasi suhu dan kelembaban udara pada dasarnya tidaklah menyolok. Suhu berkisar antara 20-33oC dan kelembaban udara bervariasi antara 80 - 99%. 4.2. Potensi Biotik 4.2.1. Flora Pada kawasan hutan Gunung Merapi dijumpai kurang lebih 72 jenis flora. Hutan primer didominasi oleh jenis Castanopsis argentea, sedangkan hutan sekunder dan hutan tanaman didominasi oleh jenis Puspa (Schima wallichii) dan Pinus (Pinus merkusii). Disamping itu, di kawasan hutan ini dapat dijumpai jenis anggrek endemik dan langka, yaitu Vanda tricolor. Jenis anggrek lainnya yang ada dikawasan ini tidak kurang dari 47 jenis, antara lain Dendrodium saggitatum, D. crumenatum, Eria retusa, Oboronia similis, dan Spathoglottis plicata (TNGM 2009). Tumbuhan lain yang banyak ditemui adalah bambu. Berdasarkan hasil inventarisasi bambu yang dilakukan tim PKL DKSHE IPB tahun 2009 menyebutkan ada 8 jenis bambu yang terdapat di TNGM. Jenis-jenis tersebut antara lain Gigantochloa apus (bambu apus), Gigantochloa pseudoarundinacea (bambu gombong/andong/surat), Dendrocalamus asper (bambu betung), Bambusa spinosa (bambu gesing), Bambusa arudinacea (bambu ori), Gigantochloa atter 22 (bambu legi), Bambusa vulgaris (bambu ampel), dan Phyllostachys aurea (Bambu cendani) (TNGM 2009). Jenis tumbuhan lain yang telah diinventarisasi adalah paku-pakuan. Jenis paku-pakuan yang ditemukan di kawasan TNGM sebanyak 24 jenis antara lain: Adiantum cuneatum, Adiantum tenerum, Blechnum patersonii, Botrychium daucifollium, dan Cyathea contaminans. Jenis-jenis flora lainnya antara lain Acacia decurens, Euphatorium inufolium, Lithocarpus elegans, Leucaena glauca, Melia azeadirach, Erythrina variegata, dan Ficus alba (TNGM 2009). 4.2.2. Fauna Potensi fauna di kawasan Gunung Merapi mencakup mamalia, reptil, dan burung. Beberapa jenis mamalia yang ditemukan di TNGM, diantaranya macan tutul (Panthera pardus), Kucing besar (Felis sp), musang (Paradoxurus hermaphroditus), bajing kelapa (Calosciurus notatus), monyet ekor panjang (Macaca fasicularis), dan rusa (Cervus timorensis). Hasil inventarisasi tahun 2009 menunjukan bahwa kawasan Gunung Merapi memiliki 152 jenis burung. Beberapa diantaranya memiliki status endemik dengan wilayah sebaran terbatas, yaitu antara lain elang jawa (Spizaetus bartelsi), bondol jawa (Lonchura leucogastroides), burung madu jawa (Aethopyga mystacalis), burung madu gunung (A. eximia), cabai gunung (Dicaeum sanguinolentum), Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris), gemak tegalan (Turnix sylvatica), dan Serindit jawa (Loriculus pusillus). Beberapa jenis lainnya, seperti elang hitam (Ictinaetus malayensis), jalak suren (Sturnus contra), betet (Psittacula alexandri), alap-alap macan (Falco severus), elang bido (Spilornis cheela), dan walet gunung (Callocalia volcanorum) banyak dijumpai di kawasan ini (TNGM 2009). 4.3. Potensi Wisata Alam Kawasan TNGM dengan kekayaan hayati yang beragam serta kekhasan wisata vulkanonya merupakan suatu potensi wisata yang dapat dikembangkan. Potensi wisata yang terdapat pada kawasan tersebut masih sangat banyak yang harus dikembangkan. Pengembangan potensi itu salah satunya dengan membagi 23 TNGM menjadi empat zona pemanfaatan wisata yang terletak di empat Kabupaten, seperti disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Empat zona pemanfaatan wisata Wilayah Wisata Alam Kaliurang (Kab. Sleman, DIY) Selo (Kab. Boyolali, Jateng) Musuk – Cepogo (Kab. Magelang, Jateng) Ketep (Kab. Magelang, Jateng) Deles (Kab. Klaten, Jateng) Kekhasan Obyek Wisata Objek wisata alam dengan unggulan sumberdaya alam khas wilayah tropis, khususnya berupa flora dan fauna langka, hidrologi kawasan vulcano aktif, pemandangan alam dan panorama pegunungan sekitar kawasan vulcano aktif. Objek wisata alam dengan unggulan pemandangan alam, khususnya panorama pegunungan. Objek wisata alam dengan unggulan pemandangan alam, khususnya panorama lembah dan lereng terjal. Objek wisata alam dengan unggulan pemandangan kawasan vulkano. Objek wisata alam dengan unggulan sumberdaya alam khas wilayah tropis, khususnya berupa fauna langka, hidrologi kawasan vulcano aktif, pemandangan alam dan panorama pegunungan sekitar kawasan vulcano aktif. Sumber : (TNGM 2009). 4.4. Kondisi Sosial Ekonomi Kondisi hubungan sosial ekonomi masyarakat dengan kawasan Gunung Merapi adalah memanfaatkan hutan negara sebagai sumber rumput untuk pakan ternak dan kayu bakar (akasia dan tanaman yang sakit) sebagai bahan pembuatan arang yang dijual di wilayah mereka. Perilaku konservasi yang sudah tampak diantara masyarakat, dan dapat dijadikan pendukung pilar-pilar konservasi adalah: a. Kesepakatan diantara masyarakat apabila ingin mengambil atau menebang tanaman harus menanam terlebih dulu dengan jenis yang sama minimal 5 pohon. b. Adanya pendapat apabila hutan dihijaukan oleh masyarakat maka warga masyarakat tidak akan kelaparan; serta pendapat apabila hutan ditanami palawija (jagung, ketela) maka warga masyarakat sekitar kawasan akan mengalami kekurangan makan (tidak akan pernah merasa kenyang). c. Adanya keyakinan hubungan spiritual dan supranatural antara Merapi. Kraton Yogya dan Laut Selatan yang didasari atas anggapan Gunung Merapi bukan ancaman tapi sebagai sumber kehidupan. 24 4.4.1. Batas wilayah desa Batas-batas wilayah yang dijadikan lokasi penelitian berdasarkan Data Potensi Desa seperti disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Batas-batas wilayah lokasi penelitian No 1 Desa Umbulharjo Batas Wilayah Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat Desa/Kelurahan Gunung Merapi Wukirsari Kepuharjo Hargobinangun Kecamatan Cangkringan Cangkringan Cangkringan Pakem 2 Sidorejo Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat Gunung Merapi Bimuharjo Balerante Tegal mulyo dan Tlogowatu Kemalang Kemalang Kemalang Kemalang 3 Wonodoyo Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat Suroteleng Cluntung Gedangan Taman Nasional Selo Cepogo Cepogo Selo 4 Ngablak Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat Taman Nasional Banyu adem Kemiren Mbrangen Srumbung Srumbung Srumbung Srumbung Sumber: - Data Potensi Desa Umbulharjo tahun 2008. - Data Potensi Desa Sidorejo tahun 2008. - Data Potensi Desa Wonodoyo tahun 2010. - Data Potensi Desa Ngablak tahun 2010. 4.4.2. Jumlah penduduk Jumlah penduduk berdasarkan Data Potensi Keempat Desa seperti disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Desa (Jiwa) Umbulharjo 1. 2. Laki-laki 2.189 Perempuan 2.191 Jumlah total 4.380 Jumlah KK 1.317 Sumber: - Potensi Desa Umbulharjo tahun 2008. - Potensi Desa Sidorejo tahun 2008. - Potensi Desa Wonodoyo tahun 2010. - Potensi Desa Ngablak tahun 2010. Sidorejo Wonodoyo Ngablak 1.982 1.952 3.934 1.016 1.201 1.252 2.453 728 1.020 1.109 2.129 610 25 4.4.3. Kelas umur Kelas umur berdasarkan Data Potensi Desa seperti disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Kelas umur berdasakan Data Potensi Desa No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Jenis Kelamin 0 – 9 10 – 19 20 – 29 30 – 39 40 – 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79 >79 Jumlah Penduduk Desa (Jiwa) Umbulharjo Sidorejo Wonodoyo Ngablak 599 548 640 790 630 530 286 306 51 535 530 510 504 553 604 483 215 530 452 238 428 407 334 64 310 534 477 243 252 180 123 3.934 2.453 2.129 Total 4.380 Sumber: - Potensi Desa Umbulharjo tahun 2008. - Potensi Desa Sidorejo tahun 2008. - Potensi Desa Wonodoyo tahun 2010. - Potensi Desa Ngablak tahun 2010. 4.4.4. Tingkat pendidikan Sebagian besar masyarakat di keempat desa memiliki tingkat pendidikan tidak sekolah, seperti disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Tingkat pendidikan berdasarkan Data Potensi Desa No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Desa (Jiwa) Umbulharjo 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tidak Sekolah 3.724 Tamat Kanak-kanak 49 Sekolah Dasar 499 SMP 108 SMA 0 D1 - D3 0 S1- S3 0 Total 4.380 Sumber: - Potensi Desa Umbulharjo tahun 2008. - Potensi Desa Sidorejo tahun 2008. - Potensi Desa Wonodoyo tahun 2010. - Potensi Desa Ngablak tahun 2010. Sidorejo Wonodoyo Ngablak 1.427 55 1.208 716 509 9 10 3.934 530 452 238 428 407 334 64 2.453 978 34 437 290 375 15 0 2.129 26 4.4.5. Mata pencaharian Sebagian besar masyarakat di keempat desa adalah petani atau peternak, seperti disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Mata pencaharian masyarakat berdasarkan Data Potensi Desa No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Desa (Jiwa) Umbulharjo 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Pegawai Negeri Sipil 37 TNI/POLRI 7 Swasta 156 Wiraswasta 75 Petani/Peternak 902 Pertukangan 0 Buruh Tani 18 Pensiunan 36 Pemulung 0 Jasa 0 Seniman 0 Buruh swasta 0 Total 1.231 Sumber: - Potensi Desa Umbulharjo tahun 2008. - Potensi Desa Sidorejo tahun 2008. - Potensi Desa Wonodoyo tahun 2010. - Potensi Desa Ngablak tahun 2010. Sidorejo Wonodoyo Ngablak 44 2 7 7 345 0 0 0 0 0 0 0 399 8 0 0 20 1.328 0 145 0 0 0 0 38 1.539 31 0 0 43 606 0 152 0 14 0 0 0 846 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Tingkat pendidikan Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa pendidikan masyarakat kawasan TNGM masih rendah. Sebagian besar masyarakat yang menjadi responden di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak memiliki tingkat pendidikan formal yaitu Tidak sekolah sampai SD. Rendahnya tingkat pendidikan formal tersebut tidak lepas dari jarak tempuh antara sekolah dengan tempat tinggal yang cukup jauh. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, masing-masing desa hanya tersedia fasilitas pendidikan SD, sedangkan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya diperlukan waktu perjalanan relatif lama. Disamping itu pola pikir masyarakat yang belum mementingkan pendidikan dan biaya pendidikan yang tinggi masih menjadi faktor penghambat. Masyarakat yang mampu menyekolahkan ke jenjang berikutnya pada umumnya hanya masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi yang cukup. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan formal di keempat desa lokasi penelitian disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Distribusi responden berdasakan tingkat pendidikan formal No 1. Desa Umbulharjo 2. Sidorejo 3. Wonodoyo Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA S1 Total Tidak sekolah SD SMP SMA S1 Total Tidak sekolah SD SMP SMA S1 Total Jumlah (orang) 13 8 5 4 0 30 11 8 5 4 2 30 3 22 3 0 2 30 Persentase (%) 43,33 26,67 16,67 13,33 0,00 100,00 36,67 26,67 16,67 13,33 6,67 100,00 10,00 73,33 10,00 0,00 6,67 100,00 28 Tabel 11 (Lanjutan) No 4. Desa Ngablak Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA S1 Total Jumlah (orang) 8 13 5 3 1 30 Persentase (%) 26,67 43,33 16,67 10,00 3,33 100,00 5.1.2 Mata pencaharian Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat yang menjadi responden di keempat desa tersebut bermata pencaharian sebagai petani. Besarnya persentase responden yang bermata pencaharian di Desa Umbulharjo sebesar 96,67%, Desa Sidorejo sebesar 86,67%, Desa Wonodoyo sebesar 86,67% dan Desa Ngablak sebesar 86,67%, seperti tersaji pada Tabel 12. Tabel 12 Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian No Desa 1. Umbulharjo 2. Sidorejo 3. Wonodoyo 4. Ngablak Mata pencaharian Buruh Petani Pegawai Total Buruh Petani Pegawai Total Buruh Petani Pegawai Total Buruh Petani Pegawai Total Jumlah (orang) Persentase (%) 0 29 1 30 4 26 0 30 2 26 2 30 3 26 1 30 0,00 96,67 3,33 100,00 13,33 86,67 0,00 100,00 6,67 86,67 6,67 100,00 10,00 86,67 3,33 100,00 Masyarakat di keempat desa tersebut umumnya bertani dan beternak di lahan milik sendiri yang sudah turun temurun diwariskan. Masing-masing desa memiliki karakteristik pola bertani dan jenis tanaman yang berbeda-beda. Hal ini didasarkan oleh iklim, jenis tanah, ketersediaan air dan kebudayaan masyarakat di desa tersebut secara turun menurun. Masyarakat Desa Umbulharjo umumnya melakukan kegiatan beternak di kebun setiap pagi bekerja untuk mencari rumput. Kegiatan pertanian hanya dilakukan secara tumpang sari dan sebagian besar lahannya ditanami jenis rumput-rumputan yang merupakan famili Poaceae seperti: 29 rumput teki (Cyperus rotundus) dan rumput kulonjono (Pennisetum purpureum). Jenis rumput pakan ternak yang paling sering dimanfaatkan adalah rumput kulonjono atau rumput gajah, bahkan rumput ini sengaja ditanam di dalam kawasan TNGM sebagai persediaan pada saat musim kemarau. Masyarakat Desa Sidorejo dan Wonodoyo sebagian besar lahan pertaniannya ditanami jenis tanaman sayur-sayuran seperti : cabe, kol, kubis, sawi dan wortel. Khusus pada musim kemarau sebagian besar areal pertanian diubah menjadi hanya satu jenis tanaman yaitu tembakau. Di Desa Ngablak sebagian besar lahan pertaniannya ditanami salak. Adapun jenis tumbuhan kehutanan yang pada umumnya ditanam masyarakat di lahan pribadi yaitu sengon (Paraserianthes falcataria), puspa (Schima wallichii), akasia (Acacia deguren), mahoni (Swietenia macrophylla), mindi (Melia azedarach) dan suren (Toona sureni). Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat petani yang menjadi responden, sebagian besar komoditas hasil pertanian mereka dijual ke pasar tradisional terdekat yang kemudian didistribusikan ke pasar-pasar luar daerah. Adapun Harga jual beberapa komoditas pertanian, seperti disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Harga jual beberapa komoditas pertanian No. Jenis Komoditas Pertanian Harga jual per Kg (Rp) 1. Cabe rawit 13.000-15.000 2. Cabe biasa 30.000-35.000 3. Kol 2.000-3.000 4. Sawi 2.500-3.500 5. Wortel 4.500-5.000 6. Tembakau 7. Salak 30.000-35.000 6.000-7.000 30 Gambar 4 Sawah di Desa Sidorejo. Gambar 5 Salak di Desa Ngablak. 5.1.3 Karakteristik umur Menurut Hurlock (1980), pengklasifikasian kelas umur dibedakan kedalam enam kategori yaitu kelas umur bayi (0-2), balita (3-5), anak-anak (6-12 tahun), remaja (13-18 tahun), dewasa (19-59 tahun) dan lansia (≥60 tahun). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok umur produkif pada responden di keempat desa tersebut didominasi oleh kelas umur dewasa. Kelompok umur ini memberikan informasi bahwa masyarakat keempat desa tersebut memiliki potensi yang cukup tinggi untuk melakukan kegiatan memenuhi kebutuhan perekonomian mereka, sedangkan kelompok umur remaja dan lansia merupakan jumlah yang paling sedikit. Hal ini disebabkan efektivitas dan tenaga mereka sudah jauh berkurang yang kemudian digantikan oleh keluarga yang umurnya lebih muda, seperti tersaji pada Tabel 14. Tabel 14 Tipologi masyarakat berdasarkan karakteristik kelas umur responden No 1. Desa Umbulharjo 2. Sidorejo 3. Wonodoyo Kelas umur(th) Remaja Dewasa Lansia Total Remaja Dewasa Lansia Total Remaja Dewasa Lansia Total Jumlah (orang) 1 23 6 30 0 21 9 30 1 23 6 30 Persentase (%) 3,33 76,67 20,00 100,00 0,00 70,00 30,00 100,00 3,33 76,67 20,00 100,00 31 Tabel 14 (Lanjutan) No Desa 4. Sidorejo Kelompok umur(th) Remaja Dewasa Lansia Total Jumlah (orang) Persentase (%) 0 25 5 30 00,00 83,33 16,67 100,00 5.1.4 Jenis kelamin Dari 120 responden, jumlah laki-laki sebanyak 68 orang 57% dan wanita 52 orang 43%. Mayoritas kegiatan laki-laki adalah mengolah lahan seperti mencangkul, mengambil bibit dari rumah, mengangkut hasil panen, kegiatan memupuk, mencari pakan ternak dan memeras susu sapi. Untuk wanita hanya menanam pakan ternak, dan mencari pakan hewan ternak. (a) (b) Gambar 6 Contoh aktivitas masyarakat (a) kegiatan mencari rumput; (b) kegiatan pemeliharaan tanaman. 5.2 Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat di sekitar TNGM Berdasarkan hasil kajian wawancara dengan masyarakat di sekitar kawasan TNGM, terdapat 103 jenis dan 53 famili tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM untuk berbagai kegunaan. 5.2.1 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan habitusnya Berdasarkan habitusnya, jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM dapat dikelompokan menjadi delapan 32 macam habitus, yaitu pohon, herba, perdu, semak, epifit, bambu, palma dan pakupakuan, seperti tersaji pada Tabel 15. Tabel 15 No 1 2 3 4 5 6 7 8 Rekapitulasi jumlah jenis tumbuhan yang yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM Nama habitus Pohon Herba Perdu Semak Epifit Bambu Palma Paku-pakuan Total Jumlah jenis 25 54 6 7 3 4 3 1 103 Persentase (%) 24,27 52,43 5,82 6,80 2,91 3,88 2,91 0,97 100,00 Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa jumlah jenis tertinggi terdapat pada kelompok habitus herba, yaitu sebanyak 54 jenis 52,43%, sedangkan jumlah habitus terendah terdapat pada habitus paku-pakuan, yaitu sebanyak 1 jenis 0,97%. Habitus herba memiliki jumlah jenis terbanyak karena hampir seluruh bagian tumbuhan herba dapat dimanfaatkan. 5.2.2 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan famili Dilihat dari familinya, jumlah jenis terbanyak terbanyak termasuk dalam famili poaceae 9 jenis, seperti disajikan pada Gambar 7. 33 Gambar 7 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan famili. 5.2.3 Bagian tumbuhan yang digunakan Pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM dalam pemenuhan kebutuhan hidup menggunakan seluruh bagian tumbuhan mulai dari bagian akar sampai daun. Bagian yang paling banyak digunakan adalah daun sebanyak 47 jenis 38,84% dan terkecil adalah akar sebanyak 1 jenis 0,83%, seperti tersaji pada Tabel 16. Tabel 16 Keanekaragaman tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM berdasarkan bagian tumbuhan yang digunakan No 1 2 3 4 5 6 7 8 Bagian yang digunakan Daun Batang Kulit Akar Buah Umbi/rimpang Bunga Biji Total Jumlah jenis 47 25 3 1 20 12 5 8 121 Persentase (%) 38,84 20,66 2,48 0,83 16,52 9,92 4,13 6,61 100,00 34 Jumlah bagian terbanyak dari tumbuhan yang dimanfaatkan sesuai dengan penelitian lain, diantaranya penelitian yang dilakukan Hidayat (2009) tentang Etnobotani Masyarakat Kampung Adat Dukuh di Garut, Jawa Barat, menyebutkan dari 292 jenis tumbuhan yang ditemukan sebanyak 110 jenis 37,67% diantaranya diambil pemanfaatannya dari bagian daun. 5.2.4 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan manfaat/kegunaan oleh masyarakat di sekitar TNGM Berdasarkan kelompok kegunaannya, jenis-jenis kelompok tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM dapat dikelompokan ke dalam 11 kelompok kegunaan, seperti tersaji pada Tabel 17. Tabel 17 Keanekaragaman tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM berdasarkan kelompok manfaat/kegunaan No Kelompok Kegunaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Tumbuhan Obat Tumbuhan Hias Tumbuhan Aromatik Tumbuhan Penghasil pangan Tumbuhan Penghasil pakan ternak Tumbuhan penghasil pestisida nabati Tumbuhan Penghasil bahan pewarna dan tanin Tumbuhan Penghasil kayu bakar Tumbuhan Keperluan upacara adat Tumbuhan Penghasil bahan bangunan Tumbuhan Penghasil bahan tali, anyaman, dan kerajinan Jumlah Jenis 47 11 7 40 7 4 2 11 20 13 6 Famili 28 9 4 27 5 1 2 5 15 8 5 Dari hasil wawancara meunjukkan bahwa tidak semua tumbuhan yang terdapat di kawasan TNGM dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dan tidak semua jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat berasal dari kawasan TNGM. Jumlah jenis yang dimanfaatkan masyarakat yang berasal dari TNGM dan lokasi lainnya, seperti tersaji pada Tabel 18. Tabel 18 Jumlah tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat berdasarkan lokasi No 1. 2. Lokasi diperoleh Di dalam TNGM Di luar kawasan TNGM (pekarangan, sawah) Total Jumlah jenis 44 89 133 Persentase(%) 33,08 66,92 100,00 35 5.2.4.1 Tumbuhan obat Dari hasil wawancara dengan masyarakat sekitar kawasan TNGM diketahui bahwa terdapat sekitar 47 jenis dan 28 famili tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TNGM yang digunakan sebagai obat. Famili Zingiberaceae merupakan kelompok terbanyak dengan 7 jenis, seperti tersaji pada Gambar 8. Gambar 8 Jumlah tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM berdasarkan famili. Persentase habitus tumbuhan obat didominasi oleh herba sebanyak 35 jenis 74,47% sedangkan paling sedikit adalah tingkat epifit sebanyak 1 jenis 2,13%, seperti tersaji pada Gambar 9. 36 Jumlah jenis 40 35 30 20 10 5 3 3 1 Pohon Perdu Semak Epifit 0 Herba Kategori habitus Gambar 9 Jumlah jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan disekitar kawasan TNGM. oleh masyarakat Pengunaan tumbuhan sebagai bahan obat oleh masyarakat menggunakan seluruh bagian tumbuhan mulai dari akar sampai daun. Bagian yang paling banyak digunakan oleh masyarakat kawasan TNGM adalah daun 27 jenis 51,9% dan yang terkecil adalah akar yaitu 1 jenis 1,96%. Data selengkapnya tersaji pada Gambar 10. Gambar 10 Jumlah bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat di sekitar TNGM. Seperti penelitian yang lainnya tentang tumbuhan obat pada suatu masyarakat, pada umumnya daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan. Hal ini sesuai dengan penelitian Hidayat (2009) yang menyatakan hal yang sama yaitu bagian daun paling banyak digunakan oleh masyarakat Kampung Adat Dukuh, Jawa Barat sebesar 50% dari 150 jenis 37 tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat. Daun juga memiliki regenerasi yang tinggi untuk kembali bertunas dan tidak memberi pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan suatu tanaman meskipun daun merupakan tempat fotosintesis (Fakhrozi 2009). Tujuan pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat, dibagi menjadi 2 tujuan yaitu dikonsumsi sendiri dan dijual ke pasaran luar sebagai pendapatan tambahan. Untuk jenis-jenis komersial yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Merapi antara lain: kayu angin (Usnea div) dan parijoto (Medinella speciosa). Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, parijoto merupakan jenis tumbuhan obat yang menjadi primadona bagi masyarakat Jawa khususnya masyarakat lereng Gunung Merapi karena dipercaya dapat meningkatkan kesuburan janin dan kesehatan ibu. Masyarakat pada awalnya mengambil parijoto (Medinella speciosa) di dalam kawasan TNGM kemudian oleh masyarakat dibudidayakan sendiri. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM disajikan pada Tabel 19 dan Gambar 11 sedangkan selengkapnya disajikan pada Lampiran 2. Tabel 19 Beberapa jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan Manfaat/kegunaan 1. Kayu angin Usnea spec. div Daun Stamina, demam 2. Parijito Medinella speciosa Bunga Penguat Janin 3. Leng-lengan Lucas lavandulifolia Daun, batang Penenang 4. Patikan kerbau Euphorbia hirta Daun Obat mata 5. Binahong Anredera cordifolia Daun Gagar otak 6. Kerokot Portulaca oleracea Daun Penurun demam 38 (a) (b) Gambar 11 Beberapa contoh tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM. (a) Patikan kerbau (Euphorbia hirta). (b) Kerokot (Portulaca oleracea). Masyarakat di sekitar TNGM melakukan pengelolaan tumbuhan obat dalam penganekaragaman produk, seperti: simplisia, basah, kering dan bubuk yang bertujuan agar lebih awet dalam penggunaannya. Tabel 20 Daftar produk olahan tumbuhan obat masyarakat di sekitar TNGM No Produk olahan Beberapa contoh tumbuhan obat Persentase(%) 1 Simplisia Jahe, kunir, lempuyang, temulawak 10,90 2 Basah Kantong semar, Dadap serep, Asam jawa dan Daun katu 30,90 3 Kering Kina, Sidogiri, Lenglengan, Kayu angin, Lada dan Adas 48,30 4 Serbuk Meniran, Jinten, Jahe 10,90 Total 100,00 Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa masyarakat lebih banyak memilih cara pengawetan dengan cara kering dikarenakan mudah dalam pengelolaannya dan sudah dilakukan secara turun-temurun. 5.2.4.2 Tumbuhan hias Pemanfaatan tumbuhan hias oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM sangat mudah ditemukan. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa jumlah jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tumbuhan hias sebanyak 11 jenis dan 9 famili. 39 Tabel 21 No Daftar jenis tumbuhan hias yang digunakan masyarakat di sekitar TNGM Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan Manfaat/kegunaan 1. Kenanga Canangium odoratum Baill. Bunga, batang, daun Peneduh 2. Edelweis Anaphalis javanica Bunga Penghias ruangan 3. Pakis raja Cycas rhumpii Miq. Bunga, batang, daun Peneduh 4. Parijoto Medinella speciosa Linn. Bunga, batang, daun Peneduh 5. Kantong semar Nepenthes alata Bunga Penghias taman 6. Melati Jasminum Sambac Ait. Bunga Penghias taman 7. Anggrek pandan Vanda tricolor Bunga Penghias taman 8. Anggrek tanah Eulophia spec. Bunga Penghias taman 9. Jali Coix lacryma jobi Linn. Daun Penghias taman 10. Bambu cendani Bambusa multiplex Raeusch. Daun, batang Peneduh 11. Cepoko geni Rhododendron javanicum Benn. Daun, batang Peneduh Berdasarkan hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan sebagai tumbuhan hias berasal dari dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Tumbuhan hias tersebut kemudian dikembangkan oleh responden di pekarangan rumah dan selanjutnya dijual. Jenis-jenis tumbuhan hias yang dimanfaatkan oleh masyarakat antara lain: anggrek pandan (Vanda tricolor), parijoto (Medinella speciosa), dan bambu cendani (Bambusa multiplex.). Ketiga tumbuhan hias tersebut merupakan tumbuhan hias khas di kawasan TNGM. Anggrek pandan (Vanda tricolor) merupakan salah satu jenis tumbuhan di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merapi yang termasuk endemik dan memiliki kombinasi tiga corak warna yaitu putih, ungu dan kuning. 40 (a) (b) Gambar 12 Beberapa contoh jenis tumbuhan hias. (a) Parijoto (Medinella speciosa). (b) Anggrek pandan (Vanda tricolor). 5.2.4.3 Tumbuhan aromatik Minyak atsiri merupakan minyak yang diperoleh dengan cara ekstraksi atau penyulingan dari daun, akar, batang, kulit, getah dan bunga tumbuhan (Kartikawati 2004). Tumbuhan penghasil minyak atsiri mempunyai ciri bau dan aroma karena fungsi minyak atsiri yang paling luas dan paling umum diminati adalah sebagai pengharum baik itu parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan maupun produk rumah tangga lainnya. Dari hasil wawancara diperoleh 7 jenis yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Tabel 22 Daftar jenis tumbuhan bahan aromatik yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM No Nama lokal Nama ilmiah 1 2 3 4 5 6 7 Kenanga Lengkuas Kunir Jahe Lempuyang Melati Kayu manis Canangium odoratum Baill. Alpinia galanga Sw. Curcuma domestica Val. Zingiber officinale Rosc. Zingiber aromaticum Jasminum sambac Ait. Cinnamomum burmannii Bl. Bagian yang Dimanfaatkan Bunga Batang Rimpang Rimpang Rimpang Bunga Kulit Manfaat/kegunaan Pengharum ruangan Aroma makanan Aroma makanan Aroma makanan Aroma makanan Pengharum ruangan Aroma makanan Seperti disajikan pada Tabel 22, jenis yang banyak digunakan sebagai aroma makanan yaitu kayu manis (Cinnamomum burmannii), jahe (Zingiber officinale) dan kunir (Curcuma domestica). Kayu manis dan jahe merupakan jenis tumbuhan aromatik yang paling sering digunakan oleh masyarakat di sekitar 41 TNGM, terutama pada malam hari. Hal ini dikarenakan suhu pegunungan yang cukup dingin, sehingga kedua jenis tersebut berguna untuk menghangatkan tubuh. 5.2.4.4 Tumbuhan penghasil pangan Pangan merupakan kebutuhan primer manusia yang sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup manusia. Dalam berbagai macam tumbuhan sering dimanfaatkan manusia sebagai bahan pangan baik karena nilai kandungan yang terdapat didalamnya, rasa, budaya maupun karena kemudahan dalam memperolehnya. Tumbuhan yang merupakan makanan pokok masyarakat adalah beras. Tidak bisa dipungkiri bahwa beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia terutama di Jawa. Selain itu juga terdapat makanan yang biasa di konsumsi sehari-hari yaitu singkong (Manihot utillisima) dan kentang (Solanum tuberosum). Dari hasil wawancara terdapat 40 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM sebagai bahan pangan, seperti tersaji pada Lampiran 3, sedangkan beberapa jenis tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM disajikan pada Tabel 23. Tabel 23 Beberapa jenis tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM No 1 2 3 4 5 6 7 8 Nama lokal Mangga Adas Talas Kelapa Salak Aren Duren Sawi 9 10 Nanas Sledri Nama ilmiah Mangifera indica Linn. Foeniculum vulgare Mill. Colocasia gigantea (Blume) Hook f. Cocos nucifera Linn. Salacca zalacca (Gaertn.) Voss Arenga pinnata Merr. Durio zibethinus Murr. Brassica rapa var. parachinensis Linn. Ananas comosus Merr. Cosmos caudatus H.B.K. Bagian yang dimanfaatkan Buah Daun Umbi Buah Buah Buah Buah Daun Manfaat /kegunaan Bahan pangan Bahan pangan Bahan pangan Bahan pangan Bahan pangan Bahan pangan Bahan pangan Bahan pangan Buah Daun Bahan pangan Bahan pangan Kebutuhan akan bahan pangan merupakan kebutuhan dasar pokok yang tidak dapat tergantikan. Seperti halnya masyarakat sekitar pegunungan yang menggantungkan hidupnya dari lahan pertanian dan tumpangsari, seperti jenis buah, sayur dan umbi-umbian. Jenis sayur-sayuran merupakan jenis yang banyak ditanam oleh masyarakat disekitar TNGM dikarenakan iklim yang mendukung. 42 Khusus salak, di Desa Ngablak memang sengaja dijadikan sebagai daerah agrowisata karena begitu banyaknya salak yang dihasilkan dari daerah ini. Gambar 13 Pengepakan hasil panen. Gambar 14 Gula jawa berasal dari kelapa. 5.2.4.5 Tumbuhan penghasil pakan ternak Kartikawati (2004) mengemukakan bahwa tanaman pakan merupakan tanaman yang mempunyai konsentrasi nutrisi rendah dan mudah dicerna yang merupakan penghasil pakan bagi satwa. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di sekitar kawasan TNGM, terdapat 7 jenis tumbuhan yang digunakan masyarakat sebagai pakan ternak, seperti tersaji pada Tabel 24. Tabel 24 Daftar jenis tumbuhan pakan ternak yang digunakan masyarakat di sekitar kawasan TNGM No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang dimanfaatkan Manfaat /kegunaan 1 Poh-pohan Buchanania arborescens Bl. Daun Bahan pakan ternak 2 Ketela Ipomoea batatas Poir. Daun Bahan pakan ternak 3 Ketela pohon Manihot utilisima Phol. Daun Bahan pakan ternak 4 Kaliandra Calliandra calothyrsus. Daun Bahan pakan ternak 5 Kulonjono Pennisetum purpureum Schum. Daun Bahan pakan ternak 6 Rumput Teki Cyperus rotundus Linn. Daun Bahan pakan ternak 7 Rumput Gajian Panicum distachyum Linn. Daun Bahan pakan ternak Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, tumbuhan berupa pohon dan herba merupakan jenis tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak sebagai pakan ternak. Jenis tumbuhan berhabitus pohon yang dimanfaatkan oleh masyarakat 43 sebagai pakan ternak adalah kaliandra (Calliandra spp). Jenis tumbuhan tersebut tidak memerlukan perawatan selama pertumbuhannya dan tersedia banyak di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Di daerah perbatasan dengan masyarakat, sebagian besar masyarakat melakukan usaha tanam di dalam dan di luar kawasan TNGM untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak setiap harinya. Selain kaliandra, jenis tumbuhan bawah dan semak juga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu: rumput gajian (Panicum distachyum), rumput kolonjono (Pennisetum purpureum), dan rumput teki (Cyperus rotundus). Pada umumnya jenis rumput tersebut digunakan oleh masyarakat di keempat desa tersebut untuk meningkatkan nilai produksi susu dan daging. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah memiliki pola pikir bahwa jenis-jenis tumbuhan perdu dan rumputrumputan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak umumnya memiliki daya pertumbuhan yang begitu cepat sehingga mereka cenderung berpindah lokasi di setiap ada tempat yang berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan pakan ternak. Dengan melihat permasalahan tersebut pihak Taman Nasional memberikan inisiatif kepada setiap peternak yaitu untuk membagi suatu lahan di kawasan ke dalam plot-plot untuk ditanami jenis pakan, sehingga masyarakat juga memikirkan ke arah pembudidayaan di dalam kawasan sekaligus ikut menjaga vegetasi didalam kawasan seperti vegetasi pohon. Oleh karena itu timbul hubungan saling menguntungkan antara pihak Taman Nasional dengan masyarakat. 5.2.4.6 Tumbuhan penghasil pestisida nabati Jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM sebanyak 4 jenis dari 1 famili, seperti disajikan pada Tabel 25. Tabel 25 Daftar jenis tumbuhan sebagai penghasil pestisida nabati yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM No Nama lokal Nama ilmiah 1 2 3 4 Lengkuas Jahe Temulawak Kunir Alpinia galanga Zingiber officinale Curcuma xanthorrhiza Curcuma domestica Bagian yang dimanfaatkan Rimpang Rimpang Rimpang Rimpang Manfaat/ kegunaan Bahan pestisida Bahan pestisida Bahan pestisida Bahan pestisida 44 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di keempat desa (Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo, dan Ngablak) responden berpendapat bahwa penggunaan pestisida organik lebih baik daripada pestisida kimia yang tidak ramah lingkungan. Masyarakat percaya bahwa apabila menanam sayur-sayuran tanpa menggunakan pestisida nabati tersebut, sayur yang ditanam tidak akan tumbuh dengan subur. Hingga sekarang kepercayaan tersebut masih digunakan oleh masyarakat sebagai pengetahuan yang telah dilakukan secara turun menurun. 5.2.4.7 Tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin Di Indonesia orang sudah lama mengenal dalam menggunakan tumbuhan sebagai bahan pewarna nabati dan sudah lama mengenal pewarna alami tetumbuhan untuk makanan, seperti rimpang kunir (Curcuma domestica) untuk warna kuning (Heyne 1987). Jenis tumbuhan yang berpotensi menghasilkan bahan pewarna dan tanin yang digunakan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM sebanyak 2 jenis, seperti tersaji pada Tabel 26. Tabel 26 Daftar jenis tumbuhan penghasil pewarna dan tanin yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar TNGM No Nama lokal 1 2 Akasia Kunir Nama ilmiah Acacia deguren Curcuma domestica Bagian yang dimanfaatkan Biji Rimpang Manfaat/ kegunaan Pewarna pakaian Pewarna makanan Masyarakat memanfaatkan 2 jenis tumbuhan pewarna, yaitu akasia (Acacia deguren) dan kunir (Curcuma domestica). Jenis yang paling banyak digunakan sebagai bahan pewarna yaitu kunir (Curcuma domestica) untuk bahan makanan. Kunir juga digunakan sebagai bahan pewarna dalam pembuatan nasi kuning pada upacara nyadran. 5.2.4.8 Tumbuhan penghasil kayu bakar Kayu bakar merupakan sumberdaya yang penting bagi masyarakat di sekitar kawasan TNGM. Dari hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa kayu bakar merupakan salah satu sumberdaya alam yang diminati oleh masyarakat sekitar hutan. Meskipun sudah mendapatkan subsidi kompor gas gratis dari pemerintah, namun intensitas penggunaan kayu bakar lebih sering digunakan dari pada gas. Hal ini dikarenakan harga gas mencapai Rp 15.000/3 kg 45 sedangkan harga minyak tanah mencapai Rp 9.000/1 liternya bertolak belakang dengan kehidupan masyarakat yang serba sederhana. Oleh karena itu masih banyak masyarakat yang memanfaatkan potensi sumber daya alam berupa kayu bakar di sekitar Taman Nasional Gunung Merapi maupun di areal pekarangannya yang sering disebut dengan istilah rencek. Pada dasarnya semua tumbuhan berkayu atau bentuk pohon dapat digunakan sebagai kayu bakar (Purwanto dan Walujo, 1992). Pada umumnya masyarakat enggan mengambil di kawasan Taman Nasional dikarenakan lokasi ke kawasan cukup jauh dan pengawasan yang cukup ketat. Terdapat 11 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan bakar, seperti tersaji pada Tabel 27. Tabel 27 Daftar jenis tumbuhan penghasil kayu bakar yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang dimanfaatkan 1 Salak Salacca zalacca (Gaertn.) Voss Dahan Bahan kayu bakar 2 Manis rejo Vaccinium varingfolium Miq. Batang, ranting Bahan kayu bakar 3 Akasia Acacia deguren Willd. Batang, ranting Bahan kayu bakar 4 Kaliandra Calliandra callothyrsus. Batang, ranting Bahan kayu bakar 5 Dadap duri Erythrina lithosperma Miq. Batang, ranting Bahan kayu bakar 6 Mindi Melia azedarach Linn. Batang, ranting Bahan kayu bakar 7 Suren Toona sureni Merr. Batang, ranting Bahan kayu bakar 8 Mahoni Swietenia mahagoni (L.) Jacq. Batang, ranting Bahan kayu bakar 9 Bambu apus Gigantochloa apus. Batang Bahan kayu bakar 10 Bambu betung Dendrocalamus asper Batang Bahan kayu bakar 11 Sengon Paraserianthes falcataria Batang, ranting Bahan kayu bakar No Manfaat/ kegunaan Adapun jenis-jenis tumbuhan yang paling sering digunakan oleh masyarakat sebagai bahan kayu bakar antara lain: kaliandra (Calliandra callothyrsus), akasia (Acacia deguren). Akasia umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat yang terdapat di pinggiran kawasan Taman Nasional dan lahan masyarakat. Hal ini sesuai dengan penelitian Inama (2008) yang mengemukakan bahwa akasia paling disukai sebagai kayu bakar oleh masyarakat Suku Marind, Papua. 46 5.2.4.9 Tumbuhan keperluan upacara adat Kepercayaan masyarakat adat merupakan suatu tradisi dan budaya yang tidak dapat dipisahkan dari tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan dianggap sebagai salah satu bagian dari upacara adat. Masyarakat di sekitar kawasan TNGM sering mengadakan tradisi-tradisi upacara adat khususnya menjelang bulan Ramadhan dan tahun baru Hijriah. Adanya ritual-ritual yang masih dilakukan sampai saat ini karena masyarakat masih percaya dengan nenek moyang dan tokoh masyarakat yang sangat mereka hormati yaitu Mbah Marijan. Terdapat 20 jenis tumbuhan yang digunakan masyarakat di sekitar kawasan TNGM untuk upacara adat, seperti tersaji pada Tabel 28. Tabel 28 Daftar Jenis tumbuhan keperluan upacara adat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar TNGM No Nama lokal Nama ilmiah 1 2 Kenanga Binahong 3 4 Dlingo Sawi 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Nanas Oyong Kacang Panjang Melati Tesek Tomat Terong Lombok Wortel Kelapa Salak Kubis Bawang putih Bawang merah 19 20 Ketela pohon Labu siam Canangium odoratum Baill. Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. Acorus calamus Linn. Brassica rapa var. parachinensis Linn. Ananas comosus Merr. Luffa acutangula Roxb. Vigna sinensis Endl. Jasminum sambac Ait. Dodonaea viscosa Jacq. Solanum lycopersicum Linn. Solanum melongena Linn. Capsicum annum Linn. Daucus carota Linn. Cocos nucifera Linn. Salacca zalacca (Gaertn.) Voss Brassica oleracea Allium sativum Linn. Allium cepa var. aggregatum Linn. Manihot utilisima Phol. Sechium edule (Jacq.) Sw. Bagian yang dimanfaatkan Bunga Daun Daun Daun Manfaat/ kegunaan Pengharum Pengobat keserupan Upacara adat Upacara adat Buah Buah Buah Bunga Batang Buah Buah Buah Umbi Buah, daun Buah Daun Umbi Umbi Upacara adat Upacara adat Upacara adat Pengharum Daya kekuatan Upacara adat Upacara adat Upacara adat Upacara adat Upacara adat Upacara adat Upacara adat Upacara adat Upacara adat Umbi Buah Upacara adat Upacara adat Dari hasil wawancara, zaman dulu masyarakat memanfaatkan tumbuhan sebagai kepercayaan. Tumbuhan tesek (Dodonaea viscosa), dipercaya masyarakat mempunyai kekuatan apabila digenggam, sebagai bahan baku pembuatan pegangan keris dan dipercaya memiliki kemampuan untuk menolak serangan dari ilmu hitam; sedangkan potongan kayunya dapat digunakan jimat 47 saat bepergian. Binahong (Anredera cordifolia) biasa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pengusir roh pada ritual tarian anak-anak dolanan yang sering dilakukan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM. Gambar 15 Tesek (Dodonaea viscosa). 5.2.5.10 Tumbuhan penghasil bahan bangunan Bagian yang tumbuhan digunakan sebagai bahan bangunan adalah batang kayu. Pada umumnya batang kayu digunakan sebagai bahan tiang, rangka atap dan daun pintu. Jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan bangunan sebanyak 13 jenis, seperti tersaji pada Tabel 29. Tabel 29 Daftar jenis tumbuhan bahan bangunan yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar kawasan TNGM Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang dimanfaatkan Manfaat/ kegunaan 1 Kelapa Cocos nucifera Linn. Batang Tiang bangunan 2 Dadap duri Erythrina lithosperma Miq. Batang Pintu, jendela 3 Blinjo Gnetum gnemon Linn. Batang Pintu, jendela 4 Alpukat Persea americana P. Mill. Batang Pintu 5 Mindi Melia azedarach Linn. Batang Pintu, jendela 6 Suren Toona sureni Merr. Batang Pintu, jendela 7 Mahoni Swietenia mahagoni (L.) Jacq. Batang Tiang, pintu, jendela 8 Sengon Paraserianthes falcataria Batang jendela 9 Nangka Artocarpus heterophyllus Lam. Batang Pintu, jendela 10 Bambu apus Gigantochloa apus. Batang Reng/usuk 11 Bambu legi Gigantochloa acer. Batang Reng/usuk 12 Bambu betung Dendrocalamus asper Batang Reng/usuk 13 Puspa Schima wallichii Reinw. Batang Jendela No 48 Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh sumberdaya tumbuhan yang berasal dari dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merapi yang digunakan sebagai bahan bangunan oleh masyarakat sangat jarang dilakukan, masyarakat lebih banyak menggunakan kayu bahan bangunan yang berasal dari lahan masyarakat sendiri, seperti: mahoni (Swietenia macrophylla), suren (Toona sureni), mindi (Melia azidarach), nangka (Artocarpus heterophyllus), dan dadap duri (Erythrina lithosperma). Jarangnya pemanfaatan sumberdaya alam berupa kayu oleh masyarakat di dalam kawasan taman nasional dikarenakan sebagian masyarakat masih percaya adanya mitos dari nenek moyang tentang larangan penebangan pohon didalam kawasan hutan yang saat ini dijadikan taman nasional. Gambar 16 Bambu apus (Gigantochloa apus). 5.2.5.11 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan Jenis-jenis tumbuhan ini menghasilkan serat dengan kualitas yang baik. Ada 6 jenis yang berpotensi sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan, selengkapnya tersaji pada Tabel 30. Tabel 30 Jenis tumbuhan berguna yang digunakan masyarakat di sekitar TNGM sebagai penghasil tali, anyaman dan kerajinan Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang dimanfaatkan Manfaat/ kegunaan 1 Kelapa Cocos nucifera Linn. Daun Anyaman 2 Salak Salacca zalacca (Gaertn.) Voss Biji Kerajinan 3 Bambu apus Gigantochloa apus. Batang Tikar 4 Tesek Dodonaea viscosa Jacq. Batang Sarung keris 5 Jaka tua Scoparia dulcis Linn. Batang Kerajinan 6 Pandan Pandanus tectorius. Daun Tikar No 49 Masyarakat di sekitar kawasan TNGM kurang mengetahui kegunaan tumbuhan sebagai bahan penghasil tali, anyaman dan kerajinan karena mereka lebih memilih tali yang terbuat dari plastik yang mereka anggap lebih kuat dan lebih mudah didapat. Hal ini dikarenakan proses regenerasi dari generasi tua ke generasi muda tidak berjalan dengan baik dalam hal pengetahuan tentang kerajinan tali dan anyaman. Hanya beberapa orang saja yang masih aktif melakukan kegiatan membuat kerajinan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa jenis yang paling banyak dimanfaatkan masyarakat yaitu awi/bamboo apus (Gigantochloa apus) yang digunakan sebagai bahan tali. Disamping itu terdapat pula pengembangan kesenian ukir jaka tua (Scoparia dulcis) yang saat ini sedang dirintis oleh masyarakat Desa Ngablak. Gambar 17 Pengrajin bambu. 5.3 Gambar 18 Kesenian kayu jaka tua. Interaksi Masyarakat Sekitar dengan Kawasan TNGM Masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Merapi yang bertempat tinggal dan berbatasan langsung dengan kawasan hutan memiliki kecenderungan dalam memberi kontribusi yang besar dalam proses pengenalan tumbuhan yang ada di suatu wilayah, meliputi tumbuhan obat, tumbuhan hias, tumbuhan aromatik, tumbuhan penghasil pakan ternak, tumbuhan penghasil pangan, tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tanin, tumbuhan penghasil pestisida nabati, tumbuhan untuk kayu bakar, tumbuhan untuk upacara adat, tumbuhan penghasil bahan bangunan, dan tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan. 50 Interaksi masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Merapi sudah berlangsung sejak lama dalam bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang ada dalam kawasan hutan. Seperti diketahui tujuan didirikannya Taman Nasional yaitu melindungi suatu kawasan hutan beserta isinya tanpa terkecuali. Agar tidak terjadi konflik antar Taman Nasional dengan masyarakat sekitar hutan maka perlu adanya kerjasama. Pihak Taman Nasional mengajak masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya hayati tanpa merusak ekosistem hutan serta ikut berperan aktif mengawasi keutuhan ekosistem di dalam Taman Nasional Gunung Merapi baik flora maupun fauna sehingga kelestarian alam khususnya hutan dapat lestari. Masyarakat suku Jawa, terutama yang bertempat tinggal disekitar hutan ditandai dengan kehidupan masyarakat yang homogen dan lebih banyak bermata pencaharian yaitu pada sektor pertanian, peternakan dan kehutanan. Corak budaya Jawa yang kental dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat di keempat desa tersebut yaitu : Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo, dan Ngablak dalam melakukan aktivitas sosial kemasyarakatan, masih sering dijumpai tradisi masyarakat yang melakukan syukuran secara bersama diladang ataupun hewan ternak manakala sehabis pemanenan hasil bumi yang berkaitan langsung dengan Gunung Merapi. Ritual yang terdapat di Desa Umbulharjo tersebut dikenal dengan istilah labuhan yaitu sebagai tanda syukur atas hasil bumi yang mereka peroleh kepada Tuhan dengan memberikan sesajen ke puncak Gunung Merapi. Masih adanya tokoh adat disekitar Taman Nasional Gunung Merapi yang masih diyakini kemampuannya seperti Mbah Marijan membuat nilai tradisional Jawa khususnya masyarakat daerah Jawa di pegunungan tetap bertahan hingga saat ini. Sebagaimana menurut Budhisantoso (1989) diacu dalam Pahmi (2010) menyebutkan bahwa nilai budaya dan norma-norma sosial membuktikan ketangguhannya sebagai pedoman dalam menghadapi tantangan hidup, tidak mudah tersisihkan oleh nilai-nilai ekonomi yang lebih mengutamakan keuntungan materi dari kepuasan spiritual. Masyarakat Jawa yang bermukim di sekitar hutan Taman Nasional Gunung Merapi juga masih menjaga tradisi nenek moyang mengenai pelestarian dan perlindungan hutan. Hal ini masih dipertahankan oleh masyarakat sekitar hutan, upacara nyadran yang dilakukan menjelang Bulan Ramadhan rutin 51 dilakukan setiap tahunnya. Keterkaitan pola pikir dengan adat-budaya setempat jika memanfaatkan sesuatu apapun yang berasal dari hutan maka jangan sekalikali membuat kerusakan dan harus memberikan usaha untuk mempertahankan hutan menjadi lebih baik . 5.3.1 Norma-norma masyarakat di sekitar TNGM Masyarakat sekitar TNGM memiliki aturan adat yang kental dengan adat Jawa. Di dalam aturan tersebut diatur mengenai hubungan dengan alam dan masyarakat. Aturan adat memuat hal-hal tentang cara memperlakukan lampahan, hal yang dilarang dan sanksi terhadap pelanggaran aturan-aturan adat setempat. Tabel 31 Aturan-aturan adat masyarakat terhadap pemanfaatan tumbuhan di dalam kawasan TNGM Kegiatan Norma Menebang 1 pohon di dalam hutan gunung merapi Menanam 5 pohon sebelumnya Hutan ditanami palawija Masyarakat akan mengalami kelaparan Melasanakan nyadran 1 bulan menjelang puasa Memberikan hasil bumi kepada nenek moyang Melaksanakan labuhan 1 bulan menjelang puasa Memberikan hasil bumi berupa tumbuhan berguna melalui perantara Mbah Marijan sebagai perantara antara masyarakat dengan Gunung Merapi Memburu satwa liar di hutan Peringatan keras oleh masyarakat Aturan adat tersebut wajib ditaati oleh masyarakat sekitar Gunung Merapi secara umum karena bentuk pelanggaran yang terjadi akan dikenai sanksi. Sebagian sanksi yang diberikan kepada pelanggar adalah teguran dan teguran keras yaitu dikucilkan dan diusir dari masyarakat. Hal tersebut seperti dikatakan oleh tokoh adat, Mbah Marijan : Masyarakat sekitar gunung merapi selalu menjaga kelestarian lingkungannya, hal ini wajib dilakukan, karena masyarakat di sini hidup dari mendapatkan air, udara berasal dari merapi, apabila hutan rusak dan tandus maka kehidupan masyarakat merapi akan terganggu, amanah dan niat yang suci harus dilakukan untuk menjaga gunung merapi baik pohon, hewan beserta isinya. Bagi siapapun yang melanggar silahkan dengan segala hormat untuk keluar dari kehidupan kami. 52 Pernyataan tersebut disampaikan karena sudah banyak pendatang melanggar atau tidak memperdulikan kelestarian hutan di kawasan TNGM dan kehidupan asli masyarakat sekitar kawasan TNGM yang terpengaruh oleh pola hidup masyarakat luar atau pendatang, sehingga adat-istiadat dapat terganggu. 5.3.2 Upacara Nyadran Bagi masyarakat sekitar TNGM kegiatan nyadran atau sadranan merupakan ungkapan refleksi sosial-keagamaan. Hal ini dilakukan dalam rangka menghormati nenek moyang dengan menziarahi makam para leluhur. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Sholikhin (2010) bahwa nyadran merupakan bentuk ritual melalui doa dan sedekahan (uberampe makanan), yang dimaksudkan untuk mendoakan arwah atau orang-orang yang sudah meninggal. Tradisi ini biasa dilakukan pada bulan tertentu menjelang bulan Ramadhan yaitu Sya’ban atau Ruwah. Budaya nyadran tidak hanya sebatas membersihkan makam-makam leluhur, selamatan (kenduri). Nyadran merupakan suatu bentuk silaturahmi keluarga dan sekaligus transformasi sosial, budaya dan keagamaan bagi masyarakat. Silaturahmi ini sendiri merupakan ajaran teologis, dimana Rasulullah SAW menyebutkannya sebagai amal salih. Dengan kandungan maknanya yang begitu mendalam, maka wajar apabila berbagai kelompok masyarakat, khususnya masyarakat sekitar kawasan TNGM merayakannya, keramaiannya melebihi keramaian lebaran pada bulan Syawal. Prosesi nyadran biasanya dimulai dengan pembuatan apem, nasi ketan dan kolak, Tiga jenis tersebut dimasukkan ke dalam takir (tempat makanan dari daun pisang) kemudian makanan tersebut dipakai ater-ater (dibagikan) kepada sanak saudara yang lebih tua dengan suatu wadah dari anyaman bambu yang disebut tempah. Selesai melakukan pembersihan makam warga menggelar kenduri yang berlokasi di sepanjang jalan menuju makam leluhur. Kenduri dimulai setelah ada bunyi kentongan yang dipukul, lalu seluruh warga dari anak-anak hingga dewasa hadir pada acara kenduri. Kemudian Mbah Kaum (ulama lokal) memimpin doa menggunakan tata cara agama Islam. Selesai berdoa, semua warga tukar menukar makanan. Tatacara tersebut jelas tidak hanya sekedar ziarah ke makam leluhur tetapi juga terdapat nilai-nilai sosial budaya, seperti gotong-royong dan pengorbanan ekonomi. 53 (a) (b) Gambar 19 Kegiatan masyarakat pada saat upacara nyadran (a) Seorang warga sedang menuju upacara nydran. (b) Tempah sebagai tempat makanan dibuat dari bambu. 5.3.3 Upacara Labuhan Labuhan merupakan upacara adat yang diadakan pada tanggal 30 bulan Rejeb pada penanggalan Jawa, dilakukan oleh masyarakat sekitar Gunung Merapi yang merupakan bentuk rasa syukur masyarakat sekitar Gunung Merapi diberi limpahan hasil bumi oleh Tuhan YME. Labuhan merupakan rangkaian upacara yang diawali di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Kraton Ngayogyakarta oleh utusan Sri Sultan HB X memberikan srah-srahan berupa kain yang disimpan ke dalam kotak kayu, kepada Camat Cangkringan dilanjutkan penyerahan kepada juru kunci merapi, kemudian dilanjutkan dengan kirab budaya oleh Prajurit Gadung Arum dari kali adem yang membawa gunungan menuju rumah juru kunci merapi. Gunungan tersebut merupakan simbol kemakmuran masyarakat berupa sayur-mayur dan buah-buahan yang dibentuk menyerupai gunung. Setibanya di halaman rumah Mbah Marijan dilaksanakan kenduri wilujengan dengan tembang macapat. Prosesi yang terakhir dilakukan setelah sholat subuh, diawali dengan kirab prajurit yang membawa srah-srahan bersama juru kunci menuju ke puncak merapi dilanjutkan dengan doa-doa. Upacara adat labuhan merapi merupakan kegiatan tahunan yang cukup besar yang mendatangkan ribuan wisatawan domestik maupun mancanegara. 54 (a) (b) Gambar 20 Kegiatan masyarakat pada saat upacara labuhan (a) Warga antusias menghadiri upacara labuhan. (b) Gunungan yang merupakan simbol kemakmuran. 5.3.4 Pengembangan jenis unggulan di TNGM Di kawasan TNGM terdapat beberapa jenis tumbuhan yang sudah dikembangkan oleh masyarakat baik digunakan sendiri maupun untuk dijual, namun ada juga jenis-jenis yang belum dikembangkan baik oleh pengelola maupun oleh masyarakat. Padahal jenis-jenis tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan. Beberapa jenis tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan sesuai kegunaanya masing-masing seperti tercantum pada Tabel 32. Tabel 32 Daftar jenis tumbuhan yang unggulan yang terdapat di kawasan TNGM No 1 2 3 4 5 6 Nama lokal Parijoto* Nama lokal Famili Kegunaan Harga jual Medinella speciosa Melastomataceae Tumbuhan hias dan obat Rp. 30.000,00/tangkai Anggrek* pandan Kayu angin Lombokan Vanda tricolor Orchidaceae Tumbuhan hias Rp. 200.000,00/pot Usne spec.div Lichenes Tumbuhan obat Rp. 5.000,00/kg Jussieva peruviana Dodonea viscosae Nepenthes alata Oxalidaceae Tumbuhan obat Rp. 3.000,00/kg Kerajinan Tumbuhan hias dan obat Rp. 175.000,00/lusin Rp. 20.000,00/pot Tesek Sapindaceae Kantong Nepenthaceae semar Keterangan : * sudah dikelola secara tradisional BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Jumlah jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan TNGM sebanyak 103 jenis dalam 53 famili: a. Jumlah jenis tumbuhan yang berasal dari kawasan TNGM sebanyak 44 jenis dan berasal dari luar kawasan 89 jenis. b. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dapat dibedakan kedalam 8 macam, yaitu: daun, batang, kulit, akar, buah, umbi/rimpang, bunga, biji. c. Kelompok manfaat/kegunaan dapat dibedakan kedalam 10 kegunaan, yaitu: tumbuhan obat, hias, aromatik, penghasil pangan, pengahasil pakan ternak, penghasil pestisida nabati, penghasil bahan pewarna dan tannin, penghasil kayu bakar, keperluan upacara adat, penghasil bahan bangunan, penghasil bahan tali, anyaman dan kerajinan. d. Tumbuhan potensial di kawasan TNGM, antara lain: Parijoto (Medinella speciosa Linn.), Anggrek pandan (Vanda tricolor), Tesek (Dodonaea viscosa Jacq.), Jaka tua (Scoparia dulcis Linn), Lombokan (Jussieva peruviana) dan Kantong semar (Nepenthes alata). 2. Terdapat interaksi antara masyarakat di sekitar TNGM dengan keanekaragaman tumbuhan di kawasan TNGM, diantaranya: Upacara Nyadran di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Ngablak dan Upacara Labuhan di Desa Umbulharjo. 6.2 Saran Perlu dilakukannya pengembangan yang lebih lanjut tentang pemanfaatan tumbuhan berguna untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar TNGM, terutama setelah terjadinya erupsi gunung merapi, melalui budidaya jenis-jenis berbasis pengetahuan tradisional masyarakat di sekitar TNGM yang harus dipertahankan dan dilestarikan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Monografi Desa Ngablak. Magelang. Tidak diterbitkan. . 2008. Monografi Desa Sidorejo. Klaten. Tidak diterbitkan. . 2008. Monografi Desa Umbulharjo. Sleman. Tidak diterbitkan. . 2010. Monografi Desa Wonodoyo. Boyolali. Tidak diterbitkan. Arafah D. 2005. Studi Potensi Tumbuhan Berguna Di Kawasan Taman Nasional Bali Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Ardiansyah S. 2008. Kajian Interaksi Masyarakat dengan Hasil Hutan Non-Kayu (Studi Kasus di KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Propinsi Jawa Timur). [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Asnawi A. 1992. Peranan Tumbuhan dalam Upacara Daur Hidup Suku Bangsa Banjar. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; CisaruaBogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal: 202-215. Fakhrozi I. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Melayu Tradisional di Sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Hamid A, Nuryani Y.1992. Pengetahuan Tradisional Tumbuhan Racun di Indonesia. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Hal: 72-77. Hariana A. 2005. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya. Haryanto S. 2009. Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Palmall. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I-IV. Badan Litbang Kehutanan, penerjemah. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. Terjemahan dari: de Nuttige Planten van Indonesie). Hidayat S. 2010. Etnobotani Masyarakat Kampung Adat Dukuh di Garut, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. 57 Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Istiwidayati dan Soedjarwo, penerjemah; Sijibat RM, editor. McGraw-Hill, Inc. Terjemahan dari: Developmental Psycology: A Life-Span Approach, Fifth Edition. Inama. 2008. Kajian Etnobotani Masyarakat Suku Marind Sendawi Anim di Kawasan Konservasi Taman Nasional Wasur, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Ismanto. 2007. Inventarisasi Potensi Pakis (Cyathea sp) di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Buletin Konservasi Alam 7 (1): 48-56. Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Gunung Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Kartiwa S, Martowikrido W. 1992. Hubungan antara Tumbuhan dan Manusia Dalam Upacara Adat di Indonesia. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Hal: 149-155. Noor F. 2007. Pentingnya konservasi dalam pengelolaan hutan. Buletin Konservasi Alam 3(7): 16-21. Nopandry B. 2007. Hutan Untuk Masyarakat Pemanfaatan Lestari Hutan Konservasi. Buletin Konservasi Alam 7 (1): 4-8. Pahmi. 2010. Prespektif Baru Antropologi Pedesaan. Jakarta: GP Press. Purnawan BI. 2006. Inventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Purwanto Y, Walujo EB. 1992. Etnobotani Suku Dani di Lembah Baliem-Irian Jaya : Suatu Telaah tentang Pengetahuan dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Tumbuhan. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Hal: 132-148. Ratnasari J. 2007. Galeri Tanaman Hias Bunga. Jakarta: Penebar Swadaya. 58 Rifai AM, Waluyo EB. 1992. Etnobotani dan Pengembangan Tetumbuhan Pewarna Indonesia: Ulasan Suatu Pengamatan di Madura. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Hal: 119-126. Rostiana O, Hadipoentyanti E, Abdullah A. 1992. Potensi Bahan Pewarna Alam di Indonesia. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI.Hal: 127-131. Sastrapradja O, Sutisna, Kalima T. 1992. Keanekaragaman pemanfaatan jenisjenis pohon dipterocarpaceae oleh penduduk asli Indonesia. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI.Hal: 344-357 Setyowati FM, Wardah. 2007. Keanekaragaman Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Talang Mamak Disekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Riau. Biodiversitas Vol. 8 (3), Juli : 228-232. http://www.pdf-searchengine.com/keanekaragaman tumbuhan obat-pdf-pdf.html [14 November 2009]. Soekarman, Riswan S. 1992. Status Pengetahuan Etnobotani di Indonesia. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 1920 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI.Hal: 1-7. Sholikhin M. 2009. Misteri Bulan Suro Prespektif Islam Jawa. Jakarta: Narasi. TNGM. 2009. Taman Nasional Gunung Merapi. http://www.tngunungmerapi.org [11 November 2010]. Uji T, Wiriadinata H, Kitagawa I, Shibuya H, Ohashi K. Penelitian pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional di Rejang Lebong, Bengkulu. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI.Hal: 323-327. Zein U. 2005. Pemanfaatan tumbuhan obat dalam upaya pemeliharaan kesehatan Medan: Universitas Sumatera Utara. http//www.pdf-searchengine.com/pemanfaatan tumbuhan obat-pdf.html [ 17 Desember 2009]. Zuhud EAM, Ekarelawan, Riswan S. 1994. Hutan Tropika Indonesia sebagai Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat. Dalam Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan IPB-Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). 59 Zuhud EAM, Hikmat A, Siswoyo, Sandra E, Sumantri H. 2000. Inventarisasi, identifikasi dan pemetaan potensi wanafarma Provinsi Jawa Timur: Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Taman Nasional Meru Betiri, Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo, Laporan Akhir. Fahutan IPB. Bogor. Zuhud, E.A.M., Hikmat A, Siswoyo, Sandra E, Jamil N. 2001. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid IV. Bogor: Yayasan Sarana Wana Jaya. Fakultas Kehutanan IPB. LAMPIRAN Lampiran 1 Tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat di sekitar kawasan TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus Sumber data Asal tumbuhan diperoleh 1 Keji beling Staurogyne elongata O.K. Acanthaceae Herba Wawancara Pk 2 Gandarusa Justicia gendarussa Burm. Acanthaceae Semak Wawancara Tn 3 Dlingo Acorus calamus Linn. Acoraceae Herba Wawancara Pk, S 4 Bayam duri Amaranthus spinosus Linn. Amaranthaceae Herba Wawancara Pk 5 Mangga Mangifera indica Linn. Anacardiaceae Pohon Wawancara Pk 6 Poh-pohan Buchanania arborescens Bl. Anacardiaceae Herba Wawancara Tn, Pk 7 Kenanga Canangium odoratum Baill. Anonaceae Pohon Wawancara Pk 8 Adas Foeniculum vulgare Mill. Apiaceae Herba Wawancara S 9 Talas Colocasia gigantea (Blume) Hook f. Araceae Herba Wawancara Tn, Pk 10 Kelapa Cocos nucifera Linn. Arecaceae Palma Wawancara Pk 11 Salak Salacca zalacca (Gaertn.) Voss Arecaceae Palma Wawancara Pk, S 12 Aren Arenga pinnata Merr. Arecaceae Palma Wawancara Tn 13 Tapak liman Elephantopus scaber Linn. Asteraceae Herba Wawancara Tn, Pk, S 14 Edelweis Anaphalis javanica Asteraceae perdu Wawancara Tn 15 Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. Basellaceae Herba Wawancara Pk 16 Duren Durio zibethinus Murr. Bombacaceae Pohon Wawancara Pk 17 Sawi Brassica rapa var. parachinensis Linn. Brassicaceae Herba Wawancara Pk, S 18 Nanas Ananas comosus Merr. Bromeliaceae Semak Wawancara Pk 19 Secang Caesalpinia sappan Linn. Caesalpiniaceae Herba Wawancara Pk 20 Sledri Cosmos caudatus H.B.K. Compositae Herba Wawancara Pk, S 21 Ketela Ipomoea batatas Poir. Convolvulaceae Semak Wawancara Pk, S 61 Lampiran 1 (Lanjutan) No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus Sumber data Asal tumbuhan diperoleh 22 Cocor bebek Kalanchoe pinnata Pers. Crassulaceae Herba Wawancara Pk 23 Kubis Brassica oleracea fa acephala Cruciferae Herba Wawancara S 24 Oyong Luffa acutangula Roxb. Cucurbitaceae Herba Wawancara Pk, S 25 Labu siam Sechium edule (Jacq.) Sw. Cucurbitaceae Herba Wawancara Pk, S 26 Pakis Raja Cycas rhumpii Miq. Cycadaceae Paku Wawancara Tn 27 Gereges otot Equisetum debile Roxb. Equisetaceae Herba Wawancara Tn, Pk 28 Cepoko geni Rhododendron javanicum Benn. Ericaceae Semak Wawancara Tn 29 Manis rejo Vaccinium varingfolium Miq. Ericaceae Pohon Wawancara Pk, S 30 Katu Saurpopus androgynus Merr. Euphorbiaceae Pohon Wawancara Pk 31 Meniran Phyllanthus niruri Linn. Euphorbiaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S 32 Patikan kerbau Euphorbia hirta Linn. Euphorbiaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S 33 Jarak Jatropha curcas Linn. Euphorbiaceae Perdu Wawancara Tn 34 Ketela pohon Manihot utilisima Phol. Euphorbiaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S 35 Krokot Portulaca oleracea Linn Euphorbiaceae Herba Wawancara Pk, S 36 Akasia Acacia deguren Willd. Fabaceae Pohon Wawancara Tn, Pk, S 37 Kaliandra Calliandra calothyrsus. Fabaceae Perdu Wawancara Pk, S 38 Dadap duri Erythrina lithosperma Miq. Fabaceae Pohon Wawancara Tn, Pk, S 39 Kacang Panjang Vigna sinensis Endl. Fabaceae Herba Wawancara Pk, S 40 Asam Jawa Tamarindus indica Linn. Fabaceae Pohon Wawancara Pk, S 41 Dadap serep Erythrina lithosperma Miq.var inermis. Fabaceae Pohon Wawancara Pk, S 42 Sengon Paraserianthes falcataria Fabaceae Pohon Wawancara Pk, S 43 Blinjo Gnetum gnemon Linn. Gnetaceae Pohon Wawancara Pk, S 62 Lampiran 1 (Lanjutan) No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus Sumber data Asal tumbuhan diperoleh 44 Kemangi Ocimum sanctum Linn. Labiaceae Herba Wawancara Pk, S 45 Jinten Coleus amboinicus Lour. Labiatae Herba Wawancara S 46 Leng-lengan Leucas lavandulifolia Smith. Lamiaceae Herba Wawancara Pk, S 47 Alpukat Persea Americana P. Mill. Lauraceae Pohon Wawancara Pk, S 48 Kayu manis Cinnamomum burmannii Bl. Lauraceae Pohon Wawancara Pk, S 49 Kayu angin Usnea spec.div Lichenes Epifit Wawancara Tn 50 Bawang merah Allium cepa var. aggregatum Linn. Liliaceae Herba Wawancara Pk, S 51 Bawang putih Allium sativum Linn. Liliaceae Herba Wawancara Pk, S 52 Sidogori Sida rhombifolia Linn. Malvaceae Perdu Wawancara Pk, S 53 Parijoto Medinella speciosa Linn. Melastomataceae Perdu Wawancara Tn 54 Mindi Melia azedarach Linn. Meliaceae Pohon Wawancara Pk, S 55 Suren Toona sureni Merr. Meliaceae Pohon Wawancara Pk, S 56 Mahoni Swietenia mahagoni (L.) Jacq. Meliaceae Pohon Wawancara Pk, S 57 Brotowali Tinospora tuberculata Beumee. Menispermaceae Herba Wawancara Pk, S 58 Cincau Cyclea barbata Miers. Menispermaceae Herba Wawancara Pk, S 59 Putri malu Mimosa pudica Linn. Mimosaccae Semak Wawancara Pk, S 60 Nangka Artocarpus heterophyllus Lam. Moraceae Pohon Wawancara Pk 61 Sukun Artocarpus communis Forst. Moraceae Pohon Wawancara Pk, S 62 Pisang Musa paradisiacal Linn. Musaceae Herba Wawancara Pk, S 63 Salam Eugenia polyantha Wight. Myrtaceae Pohon Wawancara Pk, S 64 Jambu air Eugenia aquea Burm.f. Myrtaceae Pohon Wawancara Pk, S 63 Lampiran 1 (Lanjutan) No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus Sumber data Asal tumbuhan diperoleh 65 Kantong semar Nepenthes alata Nepenthaceae Herba Wawancara Tn 66 Melati Jasminum Sambac Ait. Oleaceae Semak Wawancara Pk, S 67 Anggrek pandan Vanda tricolor Orchidaceae Epifit Wawancara Tn 68 Anggrek tanah Eulophia spec. Orchidaceae Epifit Wawancara Tn 69 Vanili Vanilla planifolia Andrews. Orchidaceae Herba Wawancara Pk, S 70 Lombokan Jussieva peruviana Linn. Oxalidaceae Herba Wawancara Tn 71 Pandan Pandanus tectorius Sol.var. Pandanacae Semak Wawancara Tn 72 Sirih merah Piper crocatum Ruiz & Pav. Piperaceae Herba Wawancara Pk, S 73 Sirih Piper betle Linn. Piperaceae Herba Wawancara Pk, S 74 Cabai jawa Piper retrofractum Vahl. Piperaceae Herba Wawancara Pk, S 75 Lada Piper nigrum Linn. Piperaceae Herba Wawancara Pk, S 76 Kulonjono Pennisetum purpureum Schum. Poaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S 77 Rumput Teki Cyperus rotundus Linn. Poaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S 78 Rumput Gajian Panicum distachyum Linn. Poaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S 79 Bambu apus Gigantochloa apus. Poaceae Bambu Wawancara Tn, Pk, S 80 Bambu legi Gigantochloa acer. Poaceae Bambu Wawancara Tn, Pk, S 81 Padi Oryza sativa Linn. Poaceae Herba Wawancara S 82 Jali Coix lacryma jobi Linn. Poaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S 83 Bambu betung Dendrocalamus asper Poaceae Bambu Wawancara Tn, Pk, S 84 Bambu cendani Bambusa multiplex Raeusch. Poaceae Bambu Wawancara Tn, Pk, S 85 Kopi Coffea robusta Lindl.Ex De Will. Rubiaceae Pohon Wawancara Pk 64 Lampiran 1 (Lanjutan) No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus Sumber data Asal tumbuhan diperoleh 86 Kina Cinchona ledgeriana Moens Rubiaceae Pohon Wawancara Tn, Pk 87 Gambir Uncaria gambir Hunter R Rubiaceae Pohon Wawancara Pk 88 Tesek Dodonaea viscosa Jacq. Sapindaceae Pohon Wawancara Tn 89 Jaka tua Scoparia dulcis Linn. Scrophulariaceae Perdu Wawancara Tn 90 Tembakau Nicotiana tabacum Linn Solanaceae Herba Wawancara S 91 Tomat Solanum lycopersicum Linn. Solanaceae Herba Wawancara Pk, S 92 Terong Solanum melongena Linn. Solanaceae Herba Wawancara Pk, S 93 Lombok Capsicum annum Linn. Solanaceae Herba Wawancara Pk, S 94 Kentang Solanum tuberosum Linn. Solanaceae Herba Wawancara Pk, S 95 Puspa Schima walichii Reinw. Theaceae Pohon Wawancara Tn, Pk, S 96 Wortel Daucus carota Linn. Umbelliferaceae Herba Wawancara Pk, S 97 Lengkuas Alpinia galanga Sw. Zingiberaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S 98 Kunyit Curcuma domestica Val. Zingiberaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S 99 Jahe Zingiber officinale Rosc. Zingiberaceae Herba Wawancara Tn, Pk, S 100 Bengle Zingiber cassumunar Roxb. Zingiberaceae Herba Wawancara Pk, S 101 Temu ireng Curcuma aeruginosa Roxb. Zingiberaceae Herba Wawancara Pk, S 102 Lempuyang Zingiber aromaticum Zingiberaceae Herba Wawancara Pk, S 103 Temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb. Zingiberaceae Keterangan: Tn = Jenis tumbuhan yang diperoleh dari dalam kawasan TNGM Pk = Jenis tumbuhan yang diperoleh dari lahan pekarangan S = Jenis tumbuhan yang diperoleh dari lahan persawahan Herba Wawancara Pk, S 65 Lampiran 2 Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat di sekitar TNGM Nama Lokal Nama Imiah Bagian yang dimanfaatkan Manfaat kegunaan 1 Keji beling Staurogyne elongata O.K. Daun Batu ginjal 2 Gandarusa Justicia gendarussa Burm. Daun Memar, luka bakar 3 Dlingo Acorus calamus Linn. Daun Kesurupan 4 Bayam duri Amaranthus spinosus Linn. Daun Kencing nanah, produksi asi 5 Adas Foeniculum vulgare Mill. Daun, biji Sakit perut, ASI sedikit 6 Talas Colocasia gigantea (Blume) Hook f. Umbi Sakit perut 7 Tapak liman Elephantopus scaber Linn. Daun Susah tidur 8 Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis. Daun Kesurupan 9 Secang Caesalpinia sappan Linn. Kulit Penghangat tubuh 10 Cocor bebek Kalanchoe pinnata Pers. Daun Luka bakar 11 Oyong Luffa acutangula Roxb. Biji Pelancar metabolism tubuh 12 Gereges otot Equisetum debile Roxb. Batang Radang otot,influenza,diare 13 Katu Saurpopus androgynus Merr. Daun Meningkatkan air asi 14 Meniran Phyllanthus niruri Linn. Daun Lever, demam 15 Patikan kerbau Euphorbia hirta Linn. Daun Radang tenggorokan, asma 16 Jarak Jatropha curcas Linn. Daun Penurun demam, 17 Krokot Portulaca oleracea Linn Daun Penurun demam 18 Kacang Panjang Vigna sinensis Endl. Daun Kesuburan 19 Asam Jawa Tamarindus indica Linn. Kulit Asma,batuk,demam 20 Dadap serep Erythrina lithosperma Miq.var inermis. Daun Demam 21 Jinten Coleus amboinicus Lour. Biji, daun Bayi muntah, sakit jantung 22 Leng-lengan Leucas lavandulifolia Smith. Daun, batang Susah tidur 23 Kayu angin Usnea spec.div Daun Stamina tubuh No 66 Lampiran 2 (Lanjutan) No Nama Lokal Nama Imiah Bagian yang dimanfaatkan Manfaat kegunaan 24 Bawang merah Allium cepa var. aggregatum Linn. Umbi, daun Batuk, haid, kembung 25 Bawang putih Allium sativum Linn. Umbi Asma, masuk angin 26 Sidogori Sida rhombifolia Linn. Akar Influenza , demam 27 Parijoto Medinella speciosa Linn. Bunga Menyuburkan kandungan 28 Brotowali Tinospora tuberculata Beumee. Daun Nafsu makan, kencing manis 29 Cincau Cyclea barbata Miers. Daun Pelancar saluran pencernaan 30 Putri malu Mimosa pudica Linn. Daun Susah tidur, cacingan 31 Kantong semar Nepenthes alata Bunga Obat mata 32 Melati Jasminum Sambac Ait. Bunga Sesak nafas, sakit mata 33 Lombokan Jussieva peruviana Linn. Daun Stamina tubuh 34 Sirih merah Piper crocatum Ruiz & Pav. Daun Kewanitaan 35 Sirih Piper betle Linn. Daun Kewanitaan 36 Cabai jawa Piper retrofractum Vahl. Biji Membersihkan rahim, stamina pria 37 Lada Piper nigrum Linn. Biji Penghangat tubuh 38 Jali Coix lacryma jobi Linn. Daun Demam 39 Kina Cinchona ledgeriana Moens Daun, kulit Stamina tubuh 40 Gambir Uncaria gambir Hunter R Biji Sariawan,obat mulut 41 Lengkuas Alpinia galanga Sw. Batang Rematik, nafsu makan, gairah 42 Kunyit Curcuma domestica Val. Rimpang Nafsu makan 43 Jahe Zingiber officinale Rosc. Rimpang Penghangat tubuh, kembung 44 Bengle Zingiber cassumunar Roxb. Rimpang Penghangat tubuh 45 Temu ireng Curcuma aeruginosa Roxb. Rimpang Stamina tubuh 46 Lempuyang Zingiber aromaticum Rimpang Penyegar tubuh, sakit kuning 67 Lampiran 2 (Lanjutan) No Nama Lokal Nama Imiah 47 Temulawak Curcuma xanthorrhiza Roxb. Bagian yang dimanfaatkan Rimpang Manfaat/kegunaan Penyegar tubuh, stamina tubuh Lampiran 3 Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di kawasan TNGM No Nama Lokal Nama Ilmiah Bagian yang dimanfaatkan Manfaat/kegunaan 1 Mangga Mangifera indica Linn. Buah Bahan pangan 2 Adas Foeniculum vulgare Mill. Daun Bahan pangan 3 Talas Colocasia gigantea (Blume) Hook f. Umbi Bahan pangan 4 Kelapa Cocos nucifera Linn. Buah Bahan pangan 5 Salak Salacca zalacca (Gaertn.) Voss Buah Bahan pangan 6 Aren Arenga pinnata Merr. Buah Bahan pangan 7 Duren Durio zibethinus Murr. Buah Bahan pangan 8 Sawi Brassica rapa var. parachinensis Linn. Daun Bahan pangan 9 Nanas Ananas comosus Merr. Buah Bahan pangan 10 Sledri Cosmos caudatus H.B.K. Daun Bahan pangan 11 Ketela Ipomoea batatas Poir. Umbi Bahan pangan 12 Kubis Brassica oleracea fa acephala Daun Bahan pangan 13 Oyong Luffa acutangula Roxb. Buah Bahan pangan 14 Labu siam Sechium edule (Jacq.) Sw. Buah Bahan pangan 15 Ketela pohon Manihot utilisima Phol. Umbi Bahan pangan 16 Krokot Portulaca oleracea Linn Daun Bahan pangan 17 Kacang Panjang Vigna sinensis Endl. Daun, buah Bahan pangan 68 Lampiran 3 (Lanjutan) No Nama Lokal Nama Ilmiah Bagian yang dimanfaatkan Manfaat/kegunaan 18 Asam Jawa Tamarindus indica Linn. Buah Bahan pangan 19 Blinjo Gnetum gnemon Linn. Buah, daun Bahan pangan 20 Kemangi Ocimum sanctum Linn. Daun Bahan pangan 21 Jinten Coleus amboinicus Lour. Biji Bahan pangan 22 Alpukat Persea Americana P. Mill. Buah Bahan pangan 23 Kayu manis Ocimum sanctum Linn. Daun Bahan pangan 24 Bawang merah Allium cepa var. aggregatum Linn. Umbi, daun Bahan pangan 25 Bawang putih Allium sativum Linn. Umbi Bahan pangan 26 Cincau Cyclea barbata Miers. Daun Bahan pangan 27 Nangka Artocarpus heterophyllus Lam. Buah Bahan pangan 28 Sukun Artocarpus communis Forst. Buah Bahan pangan 29 Pisang Musa paradisiacal Linn. Buah, daun Bahan pangan 30 Salam Eugenia polyantha Wight. Daun Bahan pangan 31 Jambu air Eugenia aquea Burm.f. Buah Bahan pangan 32 Vanili Vanilla planifolia Andrews. Daun Bahan pangan 33 Padi Oryza sativa Linn. Biji Bahan pangan 34 Kopi Coffea robusta Lindl.Ex De Will. Biji Bahan pangan 35 Tembakau Nicotiana tabacum Linn Daun Bahan pangan 36 Tomat Solanum lycopersicum Linn. Buah Bahan pangan 37 Terong Solanum melongena Linn. Buah Bahan pangan 38 Lombok Capsicum annum Linn. Buah Bahan pangan 39 Kentang Solanum tuberosum Linn. Umbi Bahan pangan 40 Wortel Daucus carota Linn. Umbi Bahan pangan 69 70 Lampiran 4 KUISIONER KAJIAN POTENSI TUMBUHAN BERGUNA Nama : Luas lahan : Umur : Jumlah kk : Suku : Jenis Kelamin : L/P Pendidikan : Pertanyaan : 1. Dalam satu minggu berapa kali saudara masuk ke hutan? a. Satu c. Tiga b. Dua d. setiap hari e. Lainnya…... 2. Apa yang saudara lakukan? a. Berburu c. Mengambil kayu bakar b. Mengambil tumbuhan d. Bertani e. Lainnya…... 3. Jenis-jenis tumbuhan apa yang saudara ambil dari hutan : a)........................ b) ....................... c)........................ d) ....................... e)........................ 4. Jenis-jenis tumbuhan tersebut digunakan untuk : a) Bahan bangunan b) Bahan pangan c) Bahan sandang d) Bahan obat e) Bahan racun f) Bahan pewarna g) Upacara adat h) Lainnya.............................. 5. Apakah tumbuhan tersebut untuk keperluan sendiri atau dijual? 71 a. Sendiri b. Dijual c. Lainnya……. 6. Apakah tumbuhan berguna yang diambil dibudidayakan? a. Ya b. Tidak 7. Bagaimanakah cara pengambilan tumbuhan di alam? a. Musiman c. Lainnya......................... b. Tidak tergantung musim 8. Apa nama tumbuhan yang sering digunakan tersebut? N Nama Lokal Kegunaan o 1 2 3 4 5 9. Darimana tumbuhan berguna tersebut diambil? a. Hutan c. Lainnya........................ b. Kebun/ladang 10. Berapa kali saudara mengambil/memanen tumbuhan tersebut? a. Kurang dari satu minggu d. Satu bulan b. Satu minggu e. Jika perlu c. Dua minggu f. Lainnya……….. 11. Apabila Saudara memanfaatkan sebagai obat tradisional atau fungsi lain, bagaimanakah cara pengolahannya dan bagian apa yang dimanfaatkan? a. Tumbuhan obat b. Tumbuhan hias c. Tumbuhan pangan d. Bahan bangunan e. Adat f. Lainnya……………………………. 72 g. Bagian yang digunakan : h. Cara pengolahannya : 12. Apakah ada persediaan tumbuhan di rumah? a. Ada b. Tidak ada 13. Jika ada, disimpan dalam bentuk apa? a. Basah c. Kering d. Serbuk b. Simplisia utuh 14. Apakah Saudara menanam tumbuhan di rumah? a. Ya b. Tidak 15. Jenis apa yang ditanam? a. Tumbuhan obat c. Tumbuhan hias b. Tumbuhan pangan d. Bahan bangunan e. …… 16. Sering digunakan untuk apa? a. Obat c. Hiasan b. Masak d. Pakan e. Lainnya…... 17. Apabila anda memakai tumbuhan obat tersebut bagaimana cara mengolahnya? a………………. c…………… b. ……………… d…………… e. …… 18. Apa saja spesies tumbuhan yang dibudidayakan oleh masyarakat? a. Tumbuhan Obat d. Bahan bangunan 1. Nama lokal 1. Nama lokal 2. Asal 2. Asal 3. Khasiat b. Tumbuhan hias e. Acara adat 1. Nama lokal 1. Nama lokal 2. Asal 2. Asal c. Tumbuhan pangan f. Lainnya…… 1. Nama lokal 1. Nama lokal 2. Asal 2. Asal 73 1111111111rrffgfg 19. Dari tanaman tersebut bagian apa yang dimanfaatkan? a. Buah c. Bunga b. Daun d. Batang e. Akar 20. Bagaimana cara mengelolanya? a. …………………………. c……………… e. …… b. …………………………. d…………….. f. ……. a. ……………… c. …………… e. …… b. ……………... d. …………… 21. Bagaimana teknik budidayanya? 22. Bagaimana sumber pengetahuan tersebut diperoleh? a. Sendiri c. Sekolah b. Orang tua d. Lainnya……………….. 74 Lampiran 5 KUISIONER MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI 1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui apa yang dimaksud dengan TNGM ? a. Ya b. Tidak 2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tujuan dari didirikan TNGM ? a. Ya b. Tidak 3. Jika ya, apa saja tujuan dari didirikannya TNGM ? a. .......................................................................... b. .......................................................................... c. .......................................................................... d. .......................................................................... e. .......................................................................... 4. Menurut Bapak/Ibu, manfaat apa saja yang dapat diperoleh dari keberadaan KHS baik secara langsung maupun tidak langsung ? a. Tersedianya bahan konstruksi (kayu) b. Tersedianya kayu bakar c. Tersedianya bahan pangan (hayati dan hewan) d. Tersedianya obat-obatan e. Tersedianya air bersih f. Mengurangi banjir dan tanah longsor g. Tersedianya udara yang bersih dan segar h. Tersedianya panorama alam yang indah i. lainnya… 5. Menurut Bapak/Ibu, apa yang seharusnya dilakukan agar manfaat keberadaan TNGM dapat tetap dirasakan oleh generasi yang akan datang ? a. Pemanfaatan SDA secara langsung di TNGM dihentikan b. Pemanfaatan SDA secara langsung di TNGM dikurangi/dibatasi c. Dilakukan pengaturan terhadap pemanfaatan SDA di TNGM 75 d. Dilakukan pengawasan yang ketat terhadap pemanfaatan SDA di TNGM e. Dilakukan kegiatan budidaya di luar TNGM terhadap jenis-jenis yang sering dimanfaatkan 6. Menurut Bapak/Ibu, kegiatan apa saja yang boleh dilakukan di TNGM ? a. Pemanfaatan Sumberdaya air b. Kegiatan Rekreasi terbatas c. Kegiatan Penelitian d. Lainnya e. Tidak tahu 7. Menurut Bapak/Ibu, kegiatan apa saja yang tidak boleh dilakukan di kawasan TNGM ? a. Pengambilan pohon b. Pengambilan vegetasi lainnya c. Pengambilan satwaliar d. Pembukaan lahan untuk kegiatan pertanian e. Pembuatan jalan f. lainnya… g Tidak tahu (Tahun) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Sini Poyo Rejo Margono Suci Sri Lestari Yanto Rahmat Nur Cipto Sumandji Maronggo Prasetyo Mursani Mbah Marijan Purwito Yamirah Priyana Ahdi Yatini Dewis Udi Murdiyoko Saludin Pairem Wignyo Suparno Lita Rudi Panut Tita Sabri Sulsam P L L L P P L L L L P P P P L L P P L L L P P L P L P P P L 52 45 56 35 14 25 37 16 68 50 40 85 60 40 30 85 40 28 55 76 50 58 75 45 32 37 57 40 41 48 Anggota Keluarga (orang) 5 7 4 5 4 5 5 4 6 4 4 6 4 5 5 6 4 4 3 7 4 3 3 3 3 4 4 3 6 5 Pendidikan Mata Pencaharian SD SD SMP SMP STM SD SMP SMA SD SMP SMP SD SMA SR SD SD SMA Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Pegawai Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Tingkat Pendapatan 540 ribu/bulan < 500 ribu/bulan < 500 ribu/bulan 550 ribu/bulan < 500 ribu/bulan >1 juta/bulan 1,5 juta/bulan 200 ribu/bulan < 500 ribu/bulan 2 juta/bulan 1,8 juta/bulan < 500 ribu/bulan < 500 ribu/bulan 1,1 juta/bulan 1 juta/bulan 3,3 juta/bulan < 500 ribu/bulan < 500 ribu/bulan 700 ribu/bulan < 500 ribu/bulan 900 ribu/bulan >500 ribu/bulan >500 ribu/bulan <500 ribu/bulan <500 ribu/bulan <500 ribu/bulan >1 juta/bulan <500 ribu/bulan <500 ribu/bulan 750 juta/bulan Luas Penguasaan Lahan 300 m² 400 m² 400 m² 300 m² 500 m² 3.000 m² 180 m² 1,5 ha² 1 ha² 1 ha² 2 ha² 500 m² 500 m² 400 m² 600 m² 1.500 m² 400 m² 300 m² 600 m² 200 m² 300 m² 1,5 ha² 600 m² Lampiran 6 Data Karakteristik Responden Masyarakat Desa Umbulharjo Nama Jenis Kelamin Umur Jumlah No 76 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Nama Pak Nanto Muji Darso Hardi Reno Permo Yami Kiryono Nanto Wiyono Yono Purwanto Suhartini Dewi Ibu Dibyo Sarjoko Dewi Suhani Sulami Nike Sukaryo Marsono Tari Marmo Bini Syueib Giyono Walidi Suminah Suyat Sugiyem Jenis Kelamin Umur (Tahun) L P L L L L P L L L P P P L P P P P P L P L L L L L P P P 59 38 40 60 60 50 51 29 60 27 34 57 34 55 36 38 40 21 24 70 66 34 67 70 53 43 45 32 90 89 Jumlah Anggota Keluarga (orang) 5 4 5 3 2 5 6 4 3 5 4 4 3 5 4 5 5 3 6 5 6 3 5 7 5 4 4 3 7 6 Pendidikan Mata Pencaharian Tingkat Pendapatan Luas Penguasaan Lahan SD SD S1 SMA SMA SMA SMP SD SMK SD SD SMP S1 SMP SD SD SMP SMP SD - Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani, Pegawai Petani Petani Petani Petani Petani Buruh Petani Petani Petani Petani Petani Buruh Petani Guru Buruh - 150 ribu/bulan 120 ribu/bulan 150 ribu/bulan 2,5 juta/bulan 1,2 juta/bulan < 500 ribu/bulan < 500 ribu/bulan < 500 ribu/bulan < 500 ribu/bulan < 500 ribu/bulan < 500 ribu/bulan 225 ribu/bulan < 500 ribu/bulan 1,2 juta/bulan 7,5 juta/bulan < 500 ribu/bulan < 500 ribu/bulan < 500 ribu/bulan < 500 ribu/bulan < 500 ribu/bulan 1, 85 juta/bulan 150 ribu/bulan 1, 2 juta/bulan 100 ribu/bulan 180 ribu/bulan 260 ribu/bulan 562 ribu/bulan 1,3 juta/bulan < 500 ribu/bulan < 500 ribu/bulan 500 m² 300 m² 500 m² 5.000 m² 1.500 m² 2 ha² 600 m² 5.000 m² 2 ha² 1000 200 m² 7.000 m² 300 m² 4.000 m² 500 m² 600 m² 700 m² 1.500 m² 2.500 m² - Lampiran 7 Data Karakteristik Responden Masyarakat Desa Sidorejo 77 Lampiran 8 Data Karakteristik Responden Masyarakat Desa Wonodoyo Nama Jenis Kelamin Umur (Tahun) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Pak Rusdi Pak Jimmy Pak Warsito Ibu Kamti Agus Daryono Sumarto Hartono Sukarmi Yamini Supatmi Agus Muhammad Mitro Fahrudin Hadiuman Suparno Sastro Martono Farhan Jupri Ahmad Min Sutami Sulistyo Wagimin Sumarto Tati Marsiyah Rusti Martiyem Sumirah L L L P L L L L P P P L L L L L L L L P L P L L L P P P P P 56 39 46 47 23 16 75 56 50 65 21 21 55 55 35 79 33 75 20 60 80 35 32 40 39 35 28 34 40 32 Jumlah Anggota Keluarga (orang) 6 4 4 5 3 7 4 7 4 6 7 6 4 5 4 7 3 7 6 6 4 5 7 4 4 4 5 3 6 4 Pendidikan Mata Pencaharian SD SD SMP MI SR / SD SD SD MI SMP SD SD / MI SD / MI S1 SD MI SD S1 SD SD SD SD SD SD SMP SD SD SD Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Pegawai Petani Petani Petani Pegawai Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Tingkat Pendapatan 600-750ribu/bulan >1 juta/bulan <500 ribu/bulan <500 ribu/bulan 800 ribu/bulan <500 ribu/bulan <500 ribu/bulan <500 ribu/bulan 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan <500 ribu/bulan <500 ribu/bulan 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan >1 juta/bulan 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan >1 juta/bulan <500 ribu/bulan >1 juta/bulan <500 ribu/bulan 1,5 juta/bulan <500 ribu/bulan >1 juta/bulan <500 ribu/bulan >1 juta/bulan >1 juta/bulan <500 ribu/bulan 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan 500 ribu/bulan – 1 juta/bulan <500 ribu/bulan Luas Penguasaan Lahan 3.000 m² 5.850 m² 500 m² 1.500 m² 1.500 m² 500 m² 300 m² 2.000 m² 2.400 m² 2.250 m² 3.000 m² 1.000 m 1.000 m² 2.000 m² 1 ha² 3.500 m² 4.000 m² 5.000 m² 3.000 m² 5.000 m² 2 ha² 1,5 ha² 3.000 m² 1.000 m² 1.500 m² 2.000 m² 1.000 m² No 78 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Nama Jumadi Bambang Muwardi Samsudin Suharni Sugiyanto Rahkini Ranto Praptodiharjo Sangkrip Wahyudin Ugi Iksan Murni Khoiriah Ismail Muslimah Yasrimah Sutopo Elzam Andreas Suharsih Sarno Siswo Murti Ratna Tarisiah Martiya Sifa Rahma Jenis Kelamin Umur (Tahun) L L L L P L P L L L L L L L P L P P L L L P L L P P P P P P 50 37 60 40 55 33 45 50 70 40 30 55 67 55 31 65 25 53 43 47 35 31 31 70 52 29 40 38 37 38 Jumlah Anggota Keluarga (orang) 5 6 2 4 5 4 4 4 5 5 3 4 5 4 3 6 6 4 4 6 3 3 3 3 4 4 5 3 4 5 Pendidikan Mata Pencaharian Tingkat Pendapatan Luas Penguasaan Lahan S1 Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Buruh Petani Petani Petani Buruh Petani Petani Petani Petani Lurah/petani Petani Buruh /Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani Petani 324 ribu/bulan >1 juta/bulan >1 juta/bulan >1 juta/bulan 500 ribu/bulan-1 juta/bulan <500 ribu/bulan 400ribu/bulan-500 ribu/bulan >1 juta/bulan <500 ribu/bulan <500 ribu/bulan <500 ribu/bulan <500 ribu/bulan <500 ribu/bulan >1 juta/bulan >1 juta/bulan <500 ribu/bulan <500 ribu/bulan <500 ribu/bulan >1 juta/bulan >1 juta/bulan >1juta/bulan 800 ribu/bulan 500 ribu/bulan- 700 ribu/bulan >500 ribu/bulan >500 ribu/bulan >1 juta/bulan >1 juta/bulan >1 juta/bulan >1 juta/bulan >1 juta/bulan 300 m² 4.000 m² 1.000 m² 1.000 m² 500 m² 750 m² 700 m² 1.500 m² 30 m² 200 m² 200 m² 120 m² 5.000 m² 1.000 m² 1.000 m² 200 m² 9.000 m² 8500 m² 7000 m² 400 m² 400 m² 500 m² 500 m² 1.500 m² 2.500 m² 3.000 m² 10.000 m² 2.000 m² SD SMA SD SD SD SMP SD SD SD SD SD SMP SMA SLTP SLTP SD SMP SD SMA SD SD Lampiran 9 Data Karakteristik Responden Masyarakat Desa Ngablak 79 Keterangan : X(Y) X = Orang tua Y = Anak