Ikhtisar Perpajakan Untuk DOKTER

advertisement
PERPAJAKAN UNTUK DOKTER
Arif Muhlasin
ISU PERPAJAKAN
 Kenaikan Target Pajak sebesar 600 T minimal
1250 T
 Pegawai pajak baru mendapat suntikan
“vitamin” tunjangan kinerja
 Modernisasi administrasi perpajakan
 Connecting data mengarah ke SIN (data
kependudukan sudah di tangan DJP)
 DJP Menjadi Badan tersendiri di bawah
presiden
 Penambahan pegawai pajak baru
Kewajiban PPh Dokter
 Dokter Sebagai Pegawai Tetap
 Dokter Sebagai Profesi menjalankan pekerjaan
bebas
 Dokter mempunyai penghasilan lain
 Isteri yang tidak mempunyai NPWP sendiri
 Isteri yang mempunyai NPWP sendiri.
Dokter sebagai Pegawai Tetap
 Penghasilan Dokter dari gaji, tunjangan dan sebagainya
akan dipotong oleh pemberi kerja.
 Dokter akan menerima bukti potong PPh Pasal 21
berupa Form 1721 A-1 atau 1721 A-2
Dokter sebagai Profesi Yang
Melakukan Pekerjaan Bebas
 Penghasilan Dokter dari praktek menjalankan profesi
 Jika praktek di RS atau klinik Dokter akan menerima
bukti potong PPh Pasal 21 berupa Bukti Potong PPh
Pasal 21 Tidak Final
 Jika praktek sendiri maka tidak akan mendapat bukti
potong.
Dokter sebagai Profesi Yang
Melakukan Pekerjaan Bebas
 Jikan praktek di RS maka RS akan memotong PPh Pasal
21 hasil praktek dokter sebesar :
 Tarif Umum (Progresif) x 50% x Imbalan dari pasien
 Tarif Umum (Progresif) :
 Penghasilan
0 – 50.000.000 terkena 5%
>50.000.000 – 250.000.000 terkena 15%
>250.000.000 – 500.000.000 terkena 25%
>500.000.000 terkena 30%
Penghitungan PPh OP Dokter
 Dengan menggabungkan seluruh penghasilan netyang
diperoleh selama setahun termasuk penghasilan isteri
jika isteri tidak punya NPWP sendiri kecuali jika
penghasilan tersebut sudah terkena PPh Final atau
Termasuk bukan obyek pajak.
 Penghasilan yang digabung terdiri dari :
Penghasilan dari praktek yaitu Penghasilan Bruto
dikalikan norma sebesar 45% (Bandung)
Penghasilan dari bekerja sebagai pegawai
Penghasilan lainnya
Penghasilan isteri kecuali jika penghasilan isteri sematamata dari bekerja pada satu pemberi kerja dan sudah
dipotong PPh Pasal 21 maka tidak perlu digabung.
Penghitungan PPh Orang Pribadi Dokter
Jika Isteri Punya NPWP Sendiri
 Penghitungannya tetap dengan menggabungkan seluruh
penghasilan neto yang diperoleh selama setahun
termasuk penghasilan isteri.
 Penghasilan yang digabung terdiri dari :
Penghasilan dari praktek yaitu Penghasilan Bruto
dikalikan norma sebesar 45% (Bandung)
Penghasilan dari bekerja sebagai pegawai
Penghasilan lainnya
Penghasilan isteri tidak ada pengecualian.
Penghitungan PPh Orang Pribadi Dokter
Jika Isteri Punya NPWP Sendiri
 Selanjutnya akan dihitung PPh terutang gabungan
 Kemudian PPh Terutang gabungan akan dipecah
menjadi PPh Terutang Porsi suami dan porsi isteri
berdasarkan perbandingan penghasilan neto nya.
 Selanjutnya akan dilaporkan di SPT masing-masing.
Penghasilan Yang Merupakan
Obyek Pajak
Adalah semua Penghasilan dari Usaha, Pekerjaan,
Kegiatan, atau Operasional dan dari luar usaha,
kecuali Penghasilan-penghasilan yang termasuk Bukan
Sebagai Objek Pajak (Penghasilan yang tercantum di
Pasal 4 ayat (3) UU PPh.
Penghasilan Yang Merupakan Obyek Pajak
Contoh-contoh penghasilan yang merupakan obyek pajak :
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
dalam bentuk uang
2. Hadiah dari undian, pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan :
3. Laba usaha,
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
termasuk keuntungan atas pengalihan hak penambangan :
Setiap WP yang menjual/mengalihkan harta harus menghitung laba/rugi karena
penjualan/pengalihan harta tersebut. Cara menghitung keuntungan karena
penjualan/pengalihan harta adalah selisih antara Nilai Sisa Buku Fiskal (NSBF) awal
bulan terjadinya pengalihan/penjualan atau Harga Perolehan untuk harta yang
tidak dapat disusutkan, dengan :
•Harga jual dalam transaksi penjualan, bila penjualan antara pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, maka harga jualnya adalah harga pasar wajar.
•Selain transaski penjualan, adalah harga pasar wajar pada saat terjadinya
pengalihan harta, misal dalam hal :
•Likuidasi,
•pengambilalihan penyertaan atau setoran modal
•hibah, bantuan, sumbangan yang ada hubungan usah, pekerjaan, kepemilikan
atau penguasaan.
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya dan tambahan pengembalian pajak.
Penghasilan Yang Merupakan Obyek Pajak
Contoh-contoh penghasilan yang merupakan obyek pajak :
6. Bunga
7. Deviden
8. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala, misal tunjangan seumur
hidup yang dibayar berulang-ulang.
11. Keuntungan karena pembebasan utang
12. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
14. Premi asuransi, termasuk premi reasuransi.
15. Iuran
yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
17. Penghasilan dari usaha yang berbasis syariah,
18. Imbalan bunga sebagaimana diatur dalam UU KUP,
19. Surplus Bank Indonesia.
Penghasilan Yang Bukan Merupakan
Obyek Pajak
 Penghasilan-penghasilan yang tercantum di Pasal
4 ayat (3) UU PPh.
Penghasilan Yang Bukan Merupakan Obyek
Pajak Tercantum Di Psl 4(3)
1. Bantuan atau sumbangan dan harta hibah
1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima badan amil zakat
yang dibentuk atau disahkan pemerintah dan para penerima zakat yang berhak
atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan
yang berhak, yang ketentuan diatur dengan atau berdasar Peraturan
Pemerintah.
2) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajad, dan oleh badan keagamaan, atau badan pendidikan atau badan
sosial non profit atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan menteri
keuangan.
Sepanjang tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 245/PMK.03/2008, ditegaskan yang
dimaksud dengan Pengusaha kecil termasuk koperasi adalah pengusaha yang pada saat
akan menerima hibah jumlah aktivanya tidak termasuk tanah dan/atau bangunan tidak
melebihi Rp 500.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) atau Penjualan bersih setahun tidak
melebihi Rp 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).
Penghasilan Yang Bukan Merupakan Obyek
Pajak Tercantum Di Psl 4(3)
2. Warisan;
3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan (bukan dalam
bentuk uang) dari WP atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan
WP, WP yang dikenakan PPh Final, atau WP yang menggunakan norma
penghitungan khusus (deem profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15.
5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi beasiswa.
6. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, BUMN, atau BUMD dari penyertaan
modal pada badan yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia.
Dengan syarat :
deviden berasal dari cadangan laba yang ditahan, dan bagi PT, BUMN, dan
BUMD yang menerima deviden minimal mempunyai penyertaan
sebesar 25 %.
Penghasilan Yang Bukan Merupakan Obyek
Pajak Tercantum Di Psl 4(3)
7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar pemberi kerja atau pegawai,
8. Penghasilan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan,
dari modal yang ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
Menteri Keuangan. Sesuai Keputusan Menteri Keuangan No. 651/KMK.04/1994
tgl 29 Desember 1994 adalah penanaman modal berupa :
 bunga dan diskonto dari deposito, serifikat deposito, dan tabungan, pada bank
di Indonesia, serta Sertifikat Bank Indonesia.
 bunga dari obligasi yang diperdagangkan di pasar modal di Indonesia;
 deviden dari saham pada perseroan terbatas yang tercatat di bursa efek di
Indonesia.
9. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan Kontrak Investasi
Kolektif;
10. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana yang
diterima atau diperoleh selama 5 tahun pertama sejak pendirian atau pemberian
ijin usaha.(Mulai tahun 2009 dihapus, tetapi dikenakan 0% atas obligasi
yang diterima WP reksadana yang terdaftar pada BPPM dan lembaga
keuangan untuk tahun 2009 dan 2010).
Penghasilan Yang Bukan Merupakan Obyek
Pajak Tercantum Di Psl 4(3)
11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :
 merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
 dan sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 250/KMK.04/1995 tanggal 2 Juni
1995 Jo SE-33/PJ.4/1995 tanggal 21 Juni 1995 ditegaskan : Yang dimaksudkan
dengan perusahaan kecil dan menengah pasangan usaha modal ventura dalam
ketentuan ini adalah perusahaan yang pada saat perusahaan modal ventura
melakukan penyertaan modalnya, penjualan bersih pada tahun pajak
sebelumnya tidak melebihi Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) setahun.
Penghasilan Yang Bukan Merupakan Obyek
Pajak Tercantum Di Psl 4(3)
12. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu sesuai Peraturan Menteri
Keuangan;PMK 246/PMK.03/2008 syarat penerima beasiswa tidak ada
hubungan istimewa dengan pemilik, komisaris, direksi atau pengurus.
Biaya untuk biaya pendidikan, ujian, penelitian, pembelian buku, dan biaya
hidup yang wajar.
13. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,
yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
14. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial kepada WP tertentu yang diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri Keuangan.PMK 247/PMK.03/2008. BPJS adalah
Jamsostek, Taspen, Asabri, Askes kepada orang tidak mampu dibawah
garis kemiskinan, terkena bencana dan musibah.
Penghasilan Yang Dikenakan PPh Bersifat Final
1.
Penghasilan Dari Transaksi Penjualan Saham Di Bursa Efek
( PP No. 41 Tahun 1994 Jo PP No. 14 Tahun 1997)
2. Penghasilan Dari Hadiah Undian ( PP No. 132 Tahun 2000 )
3. Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau
Bangunan
(PP No. 48 / 1994 Jo PP No. 27 / 1996 Jo PP
79/1999 jo PP 71 Tahun 2008)
4. Penghasilan Dari Bunga Deposito Dan Tabungan Serta
Diskonto SBI ( PP No. 131 Tahun 2000)
5. Penghasilan Dari Persewaan Tanah Dan/Atau Bangunan ( PP
No. 29 Tahun 1996 Jo Pp No. 5 Tahun 2002)
6. Penghasilan Berupa Bunga/Diskonto Obligasi ( PP No. 16
Tahun 2009)
7. Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi ( PP No. 51 Tahun
2008)
8. Bunga Simpanan Koperasi yang diterima anggota Koperasi
Orang Pribadi (PP 15 Tahun 2009)
9. Transaksi derivative/Kontrak berjangka yang diperdagangkan
di bursa. (PP 17 Tahun 2009)
10. Deviden yang diterima WP Orang Pribadi Dalam Negeri (PP
No. 19 Tahun 2009)
Sampai Jumpa..
Download