HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN. Oleh : Rizky Alhuda Rachman, Irawan Anasta Putra, Benhard Asianto Purba Abstrak Penelitain ini bertujuan untuk mengeahui hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar tahun 2013 serta mengetahui gambaran distribusi pemberian ASI eksklusif dan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan. Metode yang digunakan adalah metode survei analitik. Populasi pada pada penelitiam adalah seluruh bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar. Pada pnelitian ini digunakan tehnik total sampling yang berarti seluruh populasi dipilih menjadi sampel (128 orang). Dari 123 orang sampel yang memenuhi kriteria inklusi, yang mendapakan susu formula sebanyak 48 orang (39%) sedangkan yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 75 orang (61%).Bayi yang tidak pernah diare sebanyak 78 orang (63,4%) sedangkan bayi yang pernah mengalami diare 45 orang (36,6%). Kata Kunci : Diare ; Susu Formula Pendahuluan Makanan yang tepat bagi bayi dan anak usia dini adalah Air Susu Ibu (ASI) eksklusifyakni pemberian ASI saja segera setelah lahir sampai usia 6 bulan yang diberikan sesering mungkin. ASI juga merupakan susu terbaik karena mengandung nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi. Setelah usia 6 bulan, selain ASI bayi juga diberi makanan pendamping ASI (MPASI).1-3Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar bayi baru lahir mendapatkan ASI eksklusif (tanpa tambahan apapun) selama 6 bulan. Salah satu alasannya karena ASI mengandung nutrisi yang seimbang dan sempurna dan ini juga sesuai dengan Resolusi World Health Assembly(WHA 2001).2-4 Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Menurut WHO tahun 2005, di negara berkembang pada tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal karena diare, 8 dari 10 kematian tersebut pada umur 2 tahun. Rata-rata anak usia 3 tahun di negara berkembang mengalami episode diare 3 kali dalam setahun.Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diare merupakan penyebab kematian nomor 4 (13,2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular. Proporsi diare sebagai penyebab kematian nomor 1 pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%).5 Di Indonesia, diare merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia dibawah 5 tahun. Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare sedangkan di Indonesia, hasilRiskesdas 2007 diperoleh bahwa diare merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42%.6,7 Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia(SDKI) 2002-2003 diketahui bahwa bayi usia kurang dari 4 dan 6 bulan yang telah diberikan susu lain selain ASI masing-masing sebesar 12,8% dan 8,4%. Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan Destritania (2007) di Kelurahan 2 Ilir Kecamatan Ilir II Palembang, didapatkan 97% bayi usia kurang dari dua bulan telah mengkonsumsi susu formula. 1 Tidak ada yang dapat menandingi keuntungan yang diberikan oleh ASI. WHO dan UNICEF selalu menganjurkan agar para ibu memberikan ASI eksklusif untuk bayinya selama 6 bulan pertama sehingga bayi mendapatkan semua manfaat ASI, tetapi ada beberapa keadaan saat ibu tidak dapat memberikan ASI, misalnya dalam keadaan sakit berat, gangguan jiwa, pengobatan jangka lama yang menyebabkan ASI-nya dapat membahayakan bayinya, atau ibu yang bekerja dan berpergian jauh. Untuk memenuhi kebutuhan bayinya digunakan PASI ( pengganti air susu ibu) yang dikenal dengan sebutan susu formula.3 Susu formula adalah produk yang berasal dari susu sapi atau hewan lainnya dan atau dari bahan lainnya yang telah terbukti cocok untuk makanan bayi.11Susu formula sebaiknya dikomsumsi oleh anak berusia 1 tahun ke atas. Susu formula boleh dikomsumsi oleh bayi di bawah satu tahun hanya dalam kondisi tertentu saja.12Ada beberapa resiko yang diakibatkan dari mengkonsumsi susu formula pada bayi yaitu, pelarut yang tidak tepat, apabila terlalu encer berisiko gizi kurang dan apabila terlalu kental dapat menyebabkan dehidrasi dan membebani ginjal bayi. Susu formula juga mudah terkontaminasi.14 Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah.Untuk bayi yang ASI eksklusif definisi diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya.6,17,18 Terdapat beberapa pendapat tentang definisi penyakit diare. Menurut Hippocrates definisi diare yaitu sebagai suatu keadaan abnormal dari frekuensi dan kepadatan tinja, Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, diare atau penyakit diare adalah bila tinja mengandung air lebih banyak dari normal. Menurut WHO diare adalah buang air besar cair lebih dari tiga kali dalam 24 jam, dan lebih menitik beratkan pada konsistensi tinja dari pada menghitung frekuensinya. Ibu biasanya sudah tahu kapan anaknya menderita diare, mereka biasanya mengatakan bahwa tinja anaknya encer atau cair. Menurut Direktur Jenderal Part per Million (PPM) dan Program Latihan Profesi (PLP) , diare adalah penyakit dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya yaitu tiga kali atau lebih dalam sehari.19 Kejadian diare dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu antara lain dari faktor umur, infeksi asimtomatik, faktor musim, epidemi dan pandemik, pendidikan, pemberian ASI eksklusif, status gizi, lingkungan, intoleransi laktosa dan faktor lainnya.20-25Keadaan bayi atau anak yang mengalami diare mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja semakin cair, mungkin mengandung darah atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi makin asam akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus.21 Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dengan rekomendasi WHO menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare atau Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE) bagi semua kasus diare yang diderita anak balita, yaiturehidrasi dengan menggunakan oralit, zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut, ASI dan makanan tetap diteruskan, antibiotik selektif dan nasihat kepada orang tua.6,7,26 Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan PemberianSusu Formula dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja PuskesmasKenali Besar Tahun 2013. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei analitik. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar tahun 2013. Pengumpulan data dilakukan pada bulan februari 2013, dengan meggunakan kuesioner. Populasi penelitian ini adalah seluruh bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar. Pada penelitian ini, digunakan tehnik total sampling yang berarti seluruh populasi bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas kenali Besar. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah bayi berusia 06 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar dan orang tua yang mau diwawancarai. Sedangkan kriteria eksklusi adalah bayi yang tidak mengkonsumsi susu atau hanya mengkonsumsi air teh, atau air beras (tajin), bayi yang mengkonsumsi susu formula dan ASI, dan bayi dengan penyakit berat dan komplikasi, misalnya: TBC, pneumonia, mengalami kelainan kongenital, dalam keadaan gizi buruk dan sebagainya.Untuk memperoleh data yang diperlukan, digunakan kusioner dan pada kuesioner penelitian ini terdapat 24 pertanyaan.Sebelum instrumen penelitian digunakan, dilakukan uji coba terhadap 25 orang responden yang tidak menjadi subyek penelitian. Dimana sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian ini. Sampel yang diambil adalah bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Sungai Duren. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan penelitian untuk mengetahui hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar tahun 2013, didapatkan dari 123 orang sampel yang memenuhi kriteria inklusi, yang mendapakan susu formula sebanyak 48 orang (39%) sedangkan yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 75 orang (61%). Bayi yang tidak pernah diare sebanyak 78 orang (63,4%) sedangkan bayi yang pernah mengalami diare 45 orang (36,6%). Gambar 4.7 Deskripsi Sampel Menurut Pemberian Susu Berdasarkan hasil penelitian dari 123 sampel, jumlah tertinggi pada ASI Eksklusif yaitu sebanyak 75 orang (61,0%) sedangkan bayi yang menggunakan susu formula sebanyak 48 orang (39%). Yang menyatakan bahwa diwilayah kerja Puskesmas Kenali Besar, bayi usia 0-6 banyak yang mengkonsumsi ASI eksklusif. Gambar 4.8 Deskripsi Sampel Menurut Kejadian Diare Gambar 4.10 Deskripsi Sampel Menurut Pemberian ASI Eksklusif yang Mengalami Diare dan Tidak Diare Berdasarkan hasil penelitian dari 123 sampel, jumlah tertinggi pada sampel yang tidak pernah diare sebanyak 78 orang (63,4%) sedangkan yang pernah mengalami kejadian diare sebanyak 45 orang (36,6%). Deskripsi sampel yang mengkonsumsi ASI eksklusif yang mengalami diare sebanyak 9 orang (12%) dan yang mengkonsumsi ASI eksklusif tapi tidak mengalami diare sebanyak 66 orang (88%). Gambar 4.9 Deskripsi Sampel Menurut Pemberian Susu Formula yang Mengalami Diare dan Tidak Diare Tabel 4.1 Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kenali Besar Tahun 2013 Diare Pemberian Susu Susu Formula ASI Eksklusif Jumlah Deskripsi sampel mengkonsumsi susu formula mengalami diare sebanyak 36 (75%) dan yang mengkonsumsi formula tapi tidak mengalami sebanyak 12 orang (25%). yang yang orang susu diare Pernah Tidak Pernah Total P-Value F 36 9 % 29,3 7,3 F 12 66 % 9,8 53,7 F 48 75 % 39,0 61,0 45 36,6 78 63,4 123 100 0,000 PR (95%CI) 6.250 (3.31511.785) Dari table 4.1 berdasarkan analisa hubungan pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar tahun 2013, diperoleh sebanyak 9 orang (7,3%) ASI eksklusif mengalami diare dan 36 orang (29,3%) susu formula yang mengalami diare. Setelah diuji secara statistik dengan Chi Squere diperoleh nilai p-value 0,000 yang berarti p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak atau ada hubungan yang bermakna antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar tahun 2013. Dari hasil perhitungan PR = 6.250( Confidence Interval (CI) 95% = 3.315 – 11.785 ) dapat diartikan bahwa bayi yang diberikan susu formula memiliki risiko 6,250 kali terkena diare dari pada bayi yang diberikan ASI eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa bayi dengan susu formula sebanyak 48 orang (36%). Jumlah ini lebih kecil bila dibandingkan bayi yang ASI eksklusif yaitu sebanyak 75 orang (61%). Hal ini berbeda dengan penelitian Roesli U yang mengatakan bahwa alasan ibu-ibu yang menghentikan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya yang paling sering dikemukakan oleh masyarakat tidak memberikan ASI eksklusif karena merasa ASI tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya walaupun sebenarnya hanya sedikit sekali (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASInya. Alasan berikutnya yaitu karena ibu bekerja, takut ditinggal suami, tidak di beri ASI tetap berhasil “jadi orang”, takut bayi akan tumbuh menjadi anak yang manja, susu formula lebih praktis dan takut badan tetap gemuk.24 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bayi yang tidak pernah diare sebanyak 78 orang (63,4%), jumlah ini lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang pernah mengalami kejadian diare yaitu sebanyak 46 orang (36,6%). Tingginya presentasi bayi yang tidak mengalami kejadian diare ini dikarenakan beberapa faktor yang mendukung diantaranya banyaknya bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, karena ASI eksklusif merupakan susu terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan karena ASI tidak terkontaminasi luar.2 dengan lingkungan di Faktor lain yang mendukung yaitu karena bayi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini semuanya berstatus gizi baik. Dalam keadaan yang demikian tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi (diare). Hal ini sesuai dengan teori dari Sitorus (2008) yang mengatakan bahwa anak yang tidak kurang gizi akan tahan terhadap serangan penyakit, sedangkan yang kurang gizi akan mudah sakit. Gizi dan infeksi diare sangat erat kaitannya. Anak yang mengalami diare dapat menjadi kurang gizi sehingga mudah terkena infeksi. Infeksi dapat pula menyebabkan diare. Hubungan ini membentuk siklus yang berbentuk lingkaran karena saling berhubungan dan masing-masing memberi pengaruh negatif.33 Dari hasil analisis bivariat diperoleh bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar tahun 2013. Bila dilihat dari hasil tabulasi silang bahwa bayi yang diberi susu formula lebih sering terkena diare dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Jadi pemberian susu formula meningkatkan angka kejadian diare. Di negara berkembang, 75% masyarakatnya memberikan susu botol kepada balita. Indonesia sebagai negara berkembang juga merupakan salah satu konsumen susu botol. Botol susu yang tidak seril amat berbahaya sehingga menjadi media berkembang biaknya mikroorganisme yang bersifat patogen seperti bakteri, virus dan parasit, yang dapat menyebabkan penyakit, salah satunya diare.34 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Balai Agung Sekayu, disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Balai Agung Sekayu tahun 2009.1 2. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Kamalia D (2005) dan Wijayanti W (2010) yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare.Penelitian Fatmawati H (2003) juga menunjukkan ada hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare. 25, 35, 3. 4. 36 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dibuat kesimpulan antara lain sebagai berikut: 1. Pemberian susu formula pada ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar adalah rendah, yaitu sebanyak 48 orang (39%) sedangkan ASI eksklusif sebanyak 75 orang (61%). 2. Kejadian diare pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar yaitu sebanyak 78 orang (63,4%) tidak pernah diare sedangkan yang pernah mengalami kejadian diare sebanyak 46 orang (36,6%) 3. Ada hubungan yang bermakna antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kenali Besar tahun 2013, dimana bayi yang mengkonsumsi susu formula memiliki risiko 6,250 kali terkena diare dari pada bayi yang diberi ASI eksklusif. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas, saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Disarankan dan di harapkan tidak menggunakan susu formuula kecuali dengan indikasi tertentu atau dalam keadaan terpaksa. 5. Bagi ibu-ibu di wilayah Puskesmas Kenali Besar harus terus berusaha memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan dan melanjutkan pemberian ASI sampai umur bayi 2 tahun. Bagi Puskesmas Kenali Besar untuk terus berusaha meningkatkan pemberian ASI eksklusif. Bagi Dinkes Provinsi Jambi dan Dinkes Kota Jambi dapat melaksanakan pengembangan program posyandu yang salah satunya kegiatan yaitu penyuluhan tentang ASI eksklusif. Bagi peneliti perlu penelitian lebih lanjut mengenai variabel-variabel Counfoundinglain yang berhubungan dengan kejadian diare serta penelitian lebih lanjut untuk penelitian kualitatif tentang pengetahuan ibu terhadap ASI. Ucapan Terima Kasih 1. 2. 3. 4. 5. 6. dr. Yogi Prawira, Sp.A dan dr.Irawan Anasta Putra Sp.A, selaku pembimbing substansi PBR Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan selama penyusunan PBR ini. dr.Benhard Asianto Purba M.Kes AIFO, selaku pembimbing metodologi PBR Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan selama penyusunan PBR. dr. H. Mustarim, Sp.A.,Msi.Med selaku pemrasaran penelitian dan penguji utama. dr. Azwar Djauhari M.Sc selaku penguji ujian PBR. Dr. dr. H. Yuwono, M.Biomed selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi. dr. Nining selaku Kepala Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi dan seluruh staf Puskesmas Kenali Besar yang telah membantu pembuatan dan penyelesaian PBR. 7. Seluruh staf Akademik dan Tata Usaha Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UNJA atas bantuannya mengurus semua keperluan akademis dan administrasi selama penulisan laporan. 8. Kedua orang tua tercinta yaitu ibu Hj.Islahunnufus Am.Keb M.Pd , ayah Drs.H.A.Rachman, kakak saya Putri Ulya Rachman dan adik saya Fadhil Akbar Rachman yang saya sayangi yang telah memberikan doa, dukungan, semangat dan nasehat. 9. Sahabat-sahabatku yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. 10. Teman-teman seangkatan di kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehata UNJA. 11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. 5. Suherni C. Febri F. Mutahar R. HubunganAntaraPemberianSusu Formula DenganKejadianDiarePadaAnakUsia 0-24 Bulan Di Wilayah KerjaPuskesmasBalaiAgungSekayuTa hun 2009 (online). Palembang 2009 (diakses 15 Maret 2012). Diunduhdari: URL: http://eprints.unsri.ac.id /61/3/Abstrak5.pdf. Prasetyono DS. BukuPintar ASI Ekslusif. Yogyakarta: DIVA Press, 2009; 24-79. Suririnah. BukuPintarMerawatBayi 012 Bulan. Jakarta: GramediaPustakaUtama, 2009; 17220. Baskoro A. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta: Banyu Media, 2008; 1-24. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Pengendalian Penyakit Diare. Jakarta: Kementerian 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Kesehatan Republik Indonesia; 2011. 1-65. Subagyo B, Santoso NB. DiareAkut. Dalam: Buku Ajar GastroenterologiHepatologi. Jilid 1. Jakarta: BadanPenerbit IDAI, 2011; 87-27. DirektoratJendralPengendalianPenya kitdanPenyehatanLingkungan. PanduanSosialisasiTatalaksanaDiare padaBalita. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011. 1-19. Dinas Kesehatan Kota Jambi. Profil Kesehatan Kota Jambi Tahun 2011. Jambi: Dinkes Kota Jambi, 2011 DinasKesehatan Kota Jambi. RekapitulasiLaporan Program P2 DiareTahun 2011. Jambi: Dinkes Kota Jambi, 2011. PuskesmasKenaliBesar. LaporanTahunandan EKP PuskesmasKenaliBesarTahun 2011, 2011. Koletzko, Berthold, Baker. Global Standard for the Composition of Infant Formula: Recommendations of an ESPGHAN Coordinated International Expert Group (online). 2008 (diakses 22 juli 2012). Diunduhdari: URL: http://journals.lww.com/jpgn/fulltext/2 005/11000/global_standard_for_the_c omposition_of_infant.6.aspx. KementrianPendidikan Dan KebudayaanRepublik Indonesia. Pentingya ASI danSusu Formula (online). Jakarta: 2010 (diakses 18 maret 2012). Diunduhdari: URL:http://kemdiknas.go.id/index7.ph p?display=view&mod=script&cmd= Bahan%20Belajar/Pengetahuan%20P opuler/view&id=185&uniq=1422. RoesliU. PngenalanKodePemasaranPengganti ASI Internasional (online). Jakarta: 2009 (Diakses 18 maret 2012). Diunduhdari: URL: http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp? q=201132394022. 14. Sjarif DR. Susu Formula Bayi. Dalam: Seminar IlmiahSrikandiKesehatan Sari Husada,2010; Jambi; 2010. 1-14. 15. Schultz ST, Klonoff HS, Wingard DL, Akshoomoff NA, Macera CA, Ji M, Bacher C. Breastfeeding, infant formula supplementation, and Autistic Disorder: the results of a parent survey (online). September 2006 (diakses 22 juli 2012). Diunduhdari: URL:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pm c/articles/PMC1578554/. 16. SepuluhlangkahMenujuKeberhasilan Menyusui (Online). Jakarta: 2012. (diakses 12 april 2013) Diunduhdari: URL: http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q =2009811103335 17. Suraatmaja S. AspekGizi Air SusuIbu. Dalam: Seri Gizi Klinik ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC, 1997; 17-3. 18. Ulshen M. Manifestasi Klinis Penyakit Saluran Pencernaan. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol 2.Edisi 15. Jakarta: EGC, 2000. 1273. 19. Sinthamurniwaty. Faktor-faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Balita (online).2006 (diakses 22 juli 2012). Diunduh dari: URL: http://eprints.undip.ac.id/15323/1/ SINTAMURNIWATYE4D002073.pdf 20. KementerianKesehatanRepublik Indonesia. SituasiDiare di Indonesia(online). Jakarta: 2011 (diakses 13 maret 2012). Diunduhdari: URL: http://www.depkes.go.id/ downloads/Buletin%20Diare_Final(1) .pdf. 21. Suraatmaja S. Diare. Dalam: Kapita Selekta Gatroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto, 2010; 1-22. 22. Mustarim. Hubungan Gangguan Fungsi Enteral Terhadap Kejadian Diare Berulang pada Anak Umur 1-24 Bulan. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2005; 1-19. 23. Saputra MF. Hubungan status gizi dengan penyakit diare pada balita yang dirawat di bangsal anak RSUD Raden Mataher Jambi. Jambi: PSPD UNJA, 2009; 14. 24. Roesli U. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: PT Elex Komputindo, 2010; 3-44 25. Kamalia D.Hubungan antara Pemberian ASI secara Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 1-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Pekalongan padaTahun 2004/2005 (online) (diakses 13 Maret 2012.). Diunduh dari: URL: http://www.scribd.com. 26. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Linkungan. Penanganan Anak Diare di rumah. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011. 27. Masri SH. Diare Penyebab Kematian 4 Juta Balita Per Tahun (online). 2004 (diakses 13 maret 2012). Diunduh dari: URL: http://www.waspada.co.id/serbaserbi/kesehatan /artikel. 28. Depkes RI. Diare (online). 2002 (diakses 18 Maret 2012)Diunduh dari: URL: http://www.Depkes-ri.go.id. 29. Sastroasmoro S. Dalam : Sastroasmoro S, S ismael, editor. Dasar-dasar Metodologi penelitian klinis. Jakarta: Bagian ilmu kesehatan anak FKUI, 1995. 43-1 30. Upah Minimum Regional 2011 (online). 2011 (Diakses pada tanggal tanggal 18 Maret 2012). Diunduh dari: URL: http://www.theaz.com/upah-minimum-regional2011/. 31. Prasetyono DS. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: DIVA Press, 2009; 24-79. 32. Nilai Menyusui 2013 (online).2013 (Diakses pada tanggal 11 Maret 2013). Diunduh dari: URL: www.idai.or.id/asi.asp. 33. Sitorus RH. PedomanPerawatanKesehatanAnak. Bandung: YramaWidya, 2008; 84-9. 34. Paramita GW. Soprima M. Haryanto B. PerilakuIbuPenggunaBotolSusuDenga nKejadianDiarePadaBalita (online). Juni 2010 (diakses 4 Juli 2012). Diunduhdari: URL: http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/6 46-1307-2-PB.pdf. 35. Wijayanti W. Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare pada Bayi Umur 0-6 Bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Surakarta (0nline).(diakses 11 Maret 2013). Diunduh dari: URL: http://eprints.uns.ac.id/103/. 36. Fatmawati H. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif, MPASI, Higiene Perorangan dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare Bayi 4-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Purwosari Kudus (Online).(diakses 10 Maret 2013). Diunduh dari: URL: http://www.fkm.undip.ac.id. 37. Quigley MA. Breastfeeding and Hospitalization for Diarrheal and Respiratory Infection in the United Kingdom Millennium Cohort Study 38. 39. 40. 41. (Online). (diakses 10 Maret 2013). Diunduhdari: URL: http://pediatrics.aappublications.org/c ontent/119/4/e837.short. Mohammad S. Protective Effect of Breastfeeding on Diarrhea Among Children in a Rapidly Growing Newly Developed Society (Online), (diakses 8 Maret 2013. Diunduhdari: URL: http://www.turkishjournalpediatrics.o rg/?fullTextId=705&lang=eng. Arifeen S, Black RE, Antelman A, Baqui A, Caulfield L, S Becker.Exclusive Breastfeeding Reduces Acute Respiratory Infection and Diarrhea Deaths Among Infants in Dhaka Slums (Online). (diakses 11 Maret 2013). Diunduhdari: URL: http://www.mendeley.com/research. Lamberti LM. Breastfeeding and the Risk for Diarrhea Morbidity and Mortality (Online).(diakses 8 Maret 2013)Diunduh dari: URL:http://www.biomedcentral.com/1 471-2458/11/S3/S15. RekomendasiMengenai Air SusuIbudanMenyusui (Online). Jakarta: 2010. (diakses 4 Maret 2013) Diunduh dari: URL: http://www.idai.or.id/rekomendasi.asp .