MODUL PERKULIAHAN MEDIA RELATIONS Radio release Fakultas Program Studi Tatap Muka Ilmu Komunikasi Program Studi Public Relations 05 Abstract cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Disusun Oleh Dr. Ispawati Asri, MM Kompetensi Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan Kode MK Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep radio release dan mampu menyusun naskah radio release. Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti molekul udara). Stasiun radio adalah stasiun yang memberikan layanan penyiaran audio (suara), yang disiarkan melalui udara sebagai gelombang radio (dalam bentuk radiasi elektromagnet) dari sebuah antena pemancar (transmitter) ke alat penerima. Siaran audio juga dapat dilakukan dengan kabel FM, jaringan lokal, satelit, dan Internet. Sejarah Stasiun radio Stasiun radio pada awalnya hanya berupa sistem radio dan audio telegraf, bukan suara seperti saat ini. Pengiriman suara pertama yang dapat disebut sebagai sebuah penyiaran terjadi pada malam Natal tahun 1906, yang dilakukan oleh Reginald Fessenden. Saat banyak orang mencoba untuk membuat sistem komunikasi yang serupa dengan radiotelepon (alat komunikasi dengan radio) yang hanya dapat melibatkan dua orang saja, banyak pula yang menginginkan sebuah sistem yang dapat berkomunikasi dengan pendengar yang lebih banyak. Charles Herrold memulai penyiaran di California pada tahun 1909dan mulai menyiarkan suara pada tahun berikutnya. Pada dekade berikutnya, KDKA AM dari Pittsburgh, Pennsylvania menjadi stasiun radio "komersial" berlisensi pertama yang melakukan penyiaran pada tanggal 2 November 1920. Disebut komersial karena stasiun ini memiliki lisensi—mereka tidak mengudarakan iklan sampai beberapa tahun kemudian. Stasiun radio Montreal yang kemudian menjadi CFCF-AM memulai penyiaran pada 20 Mei 1920, dan stasiun radio Detroityang kemudian dikenal dengan WWJ memulai siaran pada 20 Agustus 1920, walaupun keduanya tidak memiliki lisensi pada masa itu. Internet mulai digunakan sebagai media penyiaran radio pada pertengahan tahun 90-an. Media ini tidak memerlukan lisensi dan stasiun bisa melakukan siaran dari mana saja tanpa memerlukan transmitter. Hal ini mengurangi pendirian stasiun 2012 2 Media Relations Dr. Ispawati Asri, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning radio secara besar-besaran, dan pada tahun 1996, Stasiun 'A' Net (A.N.E.T.) memulai siaran bebas iklan dari Antarktika. Penggunaan radio Banyak penggunaan awal radio adalah maritim, untuk mengirimkan pesan telegraf menggunakan kode Morse antara kapal dan darat. Salah satu pengguna awal termasuk Angkatan Laut Jepang memata-matai armada Rusia pada saat Perang Tsushima di 1901. Salah satu penggunaan yang paling dikenang adalah pada saat tenggelamnya RMS Titanic pada 1912, termasuk komunikasi antara operator di kapal yang tenggelam dan kapal terdekat, dan komunikasi ke stasiun darat mendaftar yang terselamatkan. Radio digunakan untuk menyalurkan perintah dan komunikasi antara Angkatan Darat dan Angkatan Laut di kedua pihak pada Perang Dunia II; Jerman menggunakan komunikasi radio untuk pesan diplomatik ketika kabel bawah lautnya dipotong oleh Britania. Amerika Serikat menyampaikan Empat belas Pokok Presiden Woodrow Wilson kepada Jerman melalui radio ketika perang. Siaran mulai dapat dilakukan pada 1920-an, dengan populernya pesawat radio, terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Selain siaran, siaran titik-ke-titik, termasuk telepon dan siaran ulang program radio, menjadi populer pada 1920-an dan 1930an. Penggunaan radio dalam masa sebelum perang adalah pengembangan pendeteksian dan pelokasian pesawat dan kapal dengan penggunaan radar]. Sekarang ini, radio banyak bentuknya, termasuk jaringan tanpa kabel, komunikasi bergerak di segala jenis, dan juga penyiaran radio. Baca sejarah radio untuk informasi lebih lanjut. Sebelum televisi terkenal, siaran radio komersial termasuk drama, komedi, beragam show, dan banyak hiburan lainnya; tidak hanya berita dan musik saja. TEKNIK siaran radio hakikatnya adalah “seni berbicara” (art of talking) di depan mikrofon ruang siaran radio. Disebut juga ”Teknik DJ” (DJ’s technique) ketika penyiar harus memadukan pemutaran lagu dan pembicaran dalam sebuah program musik. 2012 3 Media Relations Dr. Ispawati Asri, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning Dalam program musik, tugas penyiar adalah mengisilink antarlagu yang diputar, misalnya dengan obrolan, membacakan SMS, menerima telepon (ngobrol dengan pendengar), memutarkan iklan, menyampaikan informasi, dan sebagainya. Dalam program demikian, penyiar biasanya menggunakan teknik siaran berupa ”posting your vocal”, yakni seni berbicara (the art of talking) saat lagu sudah diputar, selama intro lagu, hingga vokal penyanyi terdengar –mulai bernyanyi. Prinsip Dasar Teknik Siaran Radio Ada dua kaidah atau prinsip dasar (basic prinsiple) teknik siaran radio, yakni ”berbicara dengan seorang pendengar” dan ”senyum”. 1. Talk to One Person. Berbicara kepada seorang pendengar. Kaidah ini berbunyi: “Bayangkan Anda sedang berbicara pada ’seorang pendengar’ yang sekarang sedang duduk di hadapan Anda!” 2. Smile! Senyum. Kaidah ini berbunyi: “Senyumlah! Meskipun Anda tidak bisa melihat orangnya, akan tetapi dari suaranya Anda akan bisa menduga apakah ia sedang tersenyum atau tidak. Cobalah membuktikannya dengan teman!” Prinsip dasar penyiaran 1. Talk to one person. Saat sedang siaran, hendaknya penyiar menyapa pendengar dengan sapaan tunggal. Seperti “selamat pagi pendengar *** FM, apa kabar ANDA di pagi ini……” kata anda, akan langsung menuju ke pribadi seseorang yang mendengar. Sehingga orang tersebut akan terasa sedikit akrab. 2. Smiling voice. Berbicara dengan senyum adalah hal yang baik. 3. Jadi pendengar yang baik. Menjadi pendengar yang baik saat narasumber atau orang yang menelpon anda saat siaran sedang berbicara, dengarkan dengan seksama apa yang dibicarakannya. Responlah sesekali pembicaraannya dengan kata-kata seperti “iyaa, terusss, dan, dsb”. 4. Update lagu dan info terbaru. Penyiar radio harus selalu unggul selangkah dari para pendengar. Untuk itulah kita harus mencari tahu info-info terbaru. 5. Pelajari script. Ketika siaran, kita akan diberi script (tergantung radio). Script ini dapat berupa seperti sebuah petunjuk acara, ataupun materi acara yang akan dibawakan, Dibagian mana harus break, dll. 2012 4 Media Relations Dr. Ispawati Asri, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning Teknik Siaran Radio Ada dua teknik siaran radio dan dengan teknik inilah umumnya seorang penyiar bekerja atau melaksanakan tugasnya, yakni teknik ad libitum (tanpa naskah) dan script reading(menggunakan naskah). 1. Ad Libitum. Teknik siaran radio dengan cara berbicara santai, enjoy, tanpa beban atau tanpa tekanan, sesuai dengan seleranya (ad libitum means to speak at pleasure, as one wishes, as one desires) dan tanpa naskah. 2. Script Reading. Teknik siaran radio dengan mengunakan atau membaca naskah siaran (script) yang sudah disusunnya sendiri atau dengan bantuan penulis naskah siaran (script writer). Persiapan Siaran 1. Sediakan WAKTU LUANG, minimal 15 menit sebelum mengudara sudah ada di ruang siaran, untuk melakukan persiapan fisik, mental, dan materi siaran. 2. Pastikan diri merasa rileks dan nyaman. 3. Duduk dengan nyaman, tegak, dengan punggung yang tegak pula, dan jangan membungkuk –karena akan mempengaruhi kualitas suara diafragma. 4. Pastikan diri sudah menguasai materi siaran –naskah sudah di tangan, dipelajari isi, dan dibaca dengan suara! 5. Jika perlu, pergilah ke toilet! 6. Pastikan semua kelengkapan siaran berfungsi–pemancar, line telepon, lagu- lagu atau musik, headphone, spot iklan, dan sebagainya. “Jika Anda siaran setelah penyiar lain bertugas, Anda biasanya menduga segalanya berjalan OK –kecuali mereka mengatakan hal yang berbeda!” (www.romeltea.com. ”Keinginan saya adalah memberi informasi dan menghibur pendengar. Itu yang membuat saya tetap maju… Buat semua orang muda yang ingin meniti karier di radio: jangan pernah menyerah, jadilah diri Anda sendiri, jangan berusaha menjadi Larry King, dan bakat Anda akan keluar jika Anda orang baik!” (Larry King). Persiapan Tertulis Kemampuan bertutur seorang penyiar tidak hanya mempunyai timbal-balik dengan mendengarkan, tetapi juga berhubungan langsung dengan kemampuan menulis 2012 5 Media Relations Dr. Ispawati Asri, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning dan membaca. Seorang penutur yang baik umumnya memerlukan persiapan tertulis. Gunanya: 1. Menghindarkan diri dari kesalahan, utamanya menyangkut akurasi. Naskah merupakan jaring penyelamat (safety-net). Naskah juga menghindarkan seorang penyiar dari kekuranglengkapan informasi. 2. Naskah merupakan sesungguhnya penataan alur pikir seseorang secara logis. Jadi, naskah akan menuntun alur tuntunan. 3. Dengan pemahaman yang tinggi atas naskah siaran dan iterpretasi bagaimana menyajikannya, seorang penyiar akan mampu menajamkan gaya bertutur pribadinya. 4. dokumentasi, selain sebagai arsip juga sebagai bahan untuk pengembangan siaran lebih lanjut. Menurut Robert Mc. Leish, meski disiapkan dalam bentuk tulisan, namun kesannya naskah itu harus memiliki ciri penuturan spontan (spontaneous sound). Dengan begitu, maka sebuah stasiun radio seyogyanya melengkapi pengetahuan awak siarannya dengan keterampilan menulis. Keterampilan itu menyangkut: a. pemilihan topik, selaraskan dengan format atau programming, dengan menyiasati dampak apa yang akan muncul di benak pendengar. a. Susun daftar topiknya secara logis, cari yang materinya siap dan juga pernak – pernik pendukungnya, kemudian pilih yang terbaik. b. Penetapan bahan tulisan. c. Penulisan standar siaran, kunci pokoknya: Mencitrakan (visualisasi) yang selaras dengan pendengar; Komunikasi horizontal: penyiar dan pendengar berada dalam satu level; Komunikasi inter-personal; bahasa konversasi antar dua orang; Bagian awal tuturan mesti penting, informatif, dan menarik, bisa dengan introduksi topik secara memikat atau langsung masuk ke topik. d. Struktur tuturan : kosakata dan struktur kalimat. e. Penetapan format tulisan : ukuran kertas, margin, spasi, jenis huruf, tanda baca radio, panjang tiap tuturan dan sirtem komputerisasi. 2012 6 Media Relations Dr. Ispawati Asri, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning Menulis Apa di radio? Tuturan di radio bisa dipilah menjadi tuturan pengantar, biasa disebut sebagai “call” dan tuturan isi, biasa disebut dengan “talk”. Tuturan pengantar disampaikan oleh penyiar yang tengah berdinas, sementara tuturan isi bisa dikomunikasikan oleh penyiar sendiri atau bisa ditambahi degan tambahan suara dari narasumber. Tuturan yang bersifat pengantar biasanya disiarkan secara langsung (ad-lib), sedangkan yang bermuatan isi tertentu bisa disampaikan langsung, namun untuk mencapai kualitas komunikasi yang diharapkan tak jarang dikemas dalam bentuk rekaman. 1. Tuturan Pengantar (Call) bisa terdiri atas : a. Greetings atau sapaan elemennya terdiri atas: b. kata sapaan c. nama penyiar d. sebutan bagi pendengar e. nama program f. nama dan frekuensi stara (stasiun radio) g. waktu (jam dan tanggal) h. sekuen (episode, edisi, sesi) i. isi acara (topik, masalah, bintang tamu) Call On Time, tuturan tentang waktu Call On Song, tuturan tentang musik, elemennya: a. judul lagu b. penyanyi (perhatikan prediksinya) c. komposer atau penulis liriknya d. arranger e. penerbit / pengedarnya f. tahun dan tempat perekaman / penerbitannya g. info lain yang terkait (style musiknya, keunikannya) h. musisinya i. durasinya Call On Agenda, tuturan agenda, elemennya: 2012 7 Media Relations Dr. Ispawati Asri, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning a. cuaca hari ini b. agenda kegiatan masyarakat hari ini c. hal – hal yang terkait dengan layanan masyarakat, seperti PLN, PDAM, PMI, Kepolisian, Rumah Sakit, PEMDA. 2. Tuturan Isi (Talk), seperti dikemukakan diatas bisa dituturkan langsung oleh penyiar namun tak jarang dikemas terlebih dahulu Tuturan tak selalu berupa berita. Beberapa paket acara radio menuntut upaya penulisan secara spesifik. Misalnya, untuk program kewanitaan, anak- anak, atau tips etika. Dunia wanita, misalnya, menurut Rober L. Hilliard, mesti dikemas dengan pendekatan: Tradisional a. penyajian informasi menyangkut komunitas wanita b. tips kerumahtanggaan c. busana dan makanan d. pentokohan figure wanita Jika ini masih akan dipakai tuturkan sebagai minat umum namun tidak mengarahkan wanita untuk “seragam” atau “stereo-type”. Modern, sebagai paket komunikasi-informasi-edukasi: a. problem remaja b. konsumerisme c. lengkungan hidup d. perkembangan social kerumahtanggaan e. hak wanita dan emansipasi f. kesadaran social akan kesenian, iptek dan politik g. fisiologi dan seksualitas wanita h. program kemasyarakatan Dalam pengemasan tuturan yang isinya lebih bersifat berita atau informasi, maka harus dikembalikan pada kaidah jurnalisme radio. Prinsipnya : bagaimana menggali informasi, bagaimana mengolahnya dan bagaimana menyajikannya. Kunci pokok pada tuturan di radio terletak pada naskah yang standar yang selaras dengan format siaran berita target audiensinya. Dan yang lebih penting lagi paduan 2012 8 Media Relations Dr. Ispawati Asri, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning yang harmonis dengan elemen siaran yang lainnya seperti musik atau siaran hiburan lainnya. Secara tenkis dapat disandarkan pada kemampuan penyiar dalam menuturkan call atau talk-nya dan harmonisasi paduan elemen siaran dalam satu sekuen (kurun waktu) siaran tertentu yang memenuhi kaidah teknik dan artistic sekaligus. BAHASA RADIO SIARAN Suara manusia di radio pastilah bunyi bahasa. Dengan bahsa, awak radio berkomunikasi dengan pendengarnya. Yang lalu menjadi pertanyaan: adakah bahasa radio?. Bahasa radio merupakan program bahasa yang memiliki sifat khas komunikasi radio. Sebagai bahasa komunikasi massa auditif, maka bahasa radio harus : 1. mudah dicerna 2. selaras dengan intelektualitas dan wawasan target pendengarnya Namun, boleh saja ada anggapan bahwa bahasa radio itu sesungguhnya tidak ada. Karena secara umum bahasa radio sama juga dengan bahasa komunikasi standar, yakni bahasa baku. Bahasa baku, menurut Dr. Yus Badudu, adalah bahas ayang digunakan oleh masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan paling besar wibawanya. Karena radio bersifat local dan khalayaknya ada yang heterogen dan homogen (radio kini menjaring pendengarnya secara segmentatif), maka kebakuan bahasa radio menjadi luwes sifatnya. Khalayak pendengar dengan batasan usia tertentu, di kawasan tertentu memiliki bahasa baku yang khas. Bagi radio yang sasaran pendengarnya umum, tanpa batasan atau pengelompokan karakter, seyogyanya memanfaatkan bahasa baku menurut kaidah tadi. Meski begitu bahasa baku tidak harus diartikan secara kaku. Bahasa baku tetap memiliki safat kemantapan yang dinamis dalam kaidahnya. Kemantapan itu cukup terbuka untuk perubahan atau penambahan kosa kata dan peristilahan, perkembangan jenis ragam dan gaya kalimat serta maknanya. Jadi bahasa radio juga mrupakan bahasa yang dibatasi oleh kaidah – kaidah tata bahasa, bahasa dengan ejaan yang benar dan juga bahasa yang kosa katanya mengikuti perkembangan masyarakat 2012 9 Media Relations Dr. Ispawati Asri, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning Tak dapat dipungkiri lagi bahasa merupakan senjata utama bagi radio siaran. Musik atau lagu tak bisa diandalkan lagi. Persoalan musik di radio Cuma bertumpu pada kebaruan atau seleksi. Kini, dengan tuturan penyiar dan siarankata sajalah radio bisa mengunggulkan diri. Bagi radio, bahasa merupakan : 1. Alat komunikasi. Dalam komunikasi sehari – hari masyarakat sering memanfaatkan bahasa dengan berbagai ragam : secara tertulis, secara oral dan lewat lambing yang disepakati. Pada siaran radio hanya satu polanya, yakni bahasa tutur. Bahasa tutur merupakan bahasa oral, bahasa yang diucapkan oleh manusia. Dalam prakteknya bahasa tutur ini diolah dikembangkan secara khas. Lahirkah kelak apa yang disebut sebagai bahasa komunikasi radio siaran. Meski tak seragam, namun bahasa tutur itu ada dan terus berkembang. Dan dari waktu ke waktu stasiun – stasiun radio melahirkannya. Paling tidak dalam betuk kosa kata atau ungkapan yang baru. 2. Alat Ekspresi. Kalau media cetak mengekspredikan diri lewat huruf dan gambar yang dicetak, maka radio mengekspresikan diri lewat bunyi dan suara. Bunyi di radio terdengar lewat sajian musik atau suara alami dan sound effects yang dimanfaatkan untuk acara siaran tertentu. Sementara suara merupakan produk alay ucap manusia. Suara manusia dalam bentuk bunyi – bunyi bahasa yang bermakna itu merupakan alat ekspresi radio. Beberapa stasiun radio menggagas bahwa bahasa siaran secara khas. Biasanya ditandai dengan penggunaakn kosa kata atau struktur kalimat yang khas juga. Ketika kosa kata atau ungkapan pilihan itu disajikan dalam gaya tuturan secara konsisten maka sesungguhnya radio berupaya untuk menjaga hubungan atau komunikasi dengan pendengarnya. Dengan begitu, bisa dikatakan, bahasa siaran yang khas pada masing – masing stasiun radio menentukan keberadaan atau eksistensi radio – radio sebagai lembaga penyiaran. 2012 10 Media Relations Dr. Ispawati Asri, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning Semakin tajam karakter bahasanya, maka semakin konsisten dalam penerapan di acara – acara siarannya, maka bahasa siaran yang khas itu sekaligus melahirkan identitas bagi stasiun radionya. Jadi, bahasa siaran juga dapat menentukan dan sekaligus mendukung kinerja (performance) suatu lembaga penyiaran auditif. Hubungan antara bahasa siaran dengan kinerja radio dapat disandarkan pada beberapa hal : 1. Positioning. Yakni kesan di benak pendengar yang muncul setelah ia mendengarkan kekhasan satu stasiun radio. Kekhasan ini, di antaranya, bisa diwakili dengan tuturan dengan bahasa yang khas pula. 2. Segmentasi. Yakni langkah untuk mengelompokkan pendengar menurut klasifikasi tertentu, lalu memilih kelompok yang khas sebagai target pendengarnya. Praktiknya : bahasa siaran bagi khalayak muda pasti berbeda dngan basahsa untuk yang dewasa atau semua kalangan usia. 3. Format Siaran. Yakni pola acara siaran yang disandarkan pada pilihan musik, gaya siaran dan isi siaran yang diselarskan dengan target pendengarnya. Di sini pilihan gaya bahasanya juga menentukan. 4. Keunikan Daya Jual (USP = Unique Selling Preposition), yakni sifat kreatif ke arah penciptaan penampilan yang berdaya jual tinggi. Bagi radio siaran sangat bergantung pada factor teknik, program dan termasuk bahasa siaran) dan Air Personality-nya. Untuk mencapai daya jual itu, salah satu kuncinya : bahasa siaran. Bahasa siaran suatu stasiun radio layaknya harus khas. Selain menentukan identitas lembaga penyiarannya, maka beberapa factor berikut dijadikan pertimbangan : 1. Radio akan semakin mengarahkan siarannya pada kelompok pendengar tertentu, sebagai konsekuensi penerapan pendekatan segmentasi atau fragmentasi. 2. Daya Dengar (TSL = Time Spent Listening) pendengar radio terbilang rendah. Karenanya begitu pesawat radio dinyalakan, seorang pendengar seyogyanya dapat menentukan radio apa yang tengah didengarnya, meski 2012 11 Media Relations Dr. Ispawati Asri, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning tanpa melihat angka frekuensinya.Senjatanya adalah tengara. Bisa lewat jingle, namun yang paling akrab yang dituturkan langsung oleh penyiarnya. Tengara bisa lahir lewat bahasa siaran yang khas. 3. Konsentrasi pendengar radio relatif rendah. Radio pada umumnya didengar sambil lalu, sambil melakukan aktifitas apa saja. Karenanya diperlukan pemicu minat agar pendengar memberikan perhatiannya sedikit lebih banya. Jalan keluarnya : Gunakan tuturan yang kreatif, yang berbeda dari bahasa sehari – hari. Semakin khas bahasa suatu siaran radio, maka semakin kuat jati dirinya akan mudah pula diingat oleh pendengarnya, dan pada gilirannya akan menumbuhkan peminatan. Asal kaidah – kaidah penentunya tetap diindahkan. Kualifikasi Penulis Naskah Radio 1. Pecinta kata 2. Pengamat yang cermat 3. Kreatif 4. Lentir dalam sifat dan kebiasaan kerja 5. Bertanggung jawab total terhadap isi dan struktur naskah. Pendek kata seorang penulis naskah radio yang professional haruslah seseorang yang berketrampilan menajamkan gagasan ke dalam kata – kata atai kalimat – kalimat yang kelak akan disiarkan ke khalayaknya secara tepat dan cepat dipahami Yang patut diingat bahwa penulis naskah radio akan menuturkannya dalam bahasa untuk telinga, bahasa tutur, yang layak disebut sebagai bahasa radio siaran. Dasar-dasar Penyiar Radio Secara singkat Announcer adalah seorang penampil yang melakukan pekerjaan penyiar, menyajikan produk komersial, menyiarkan berita/informasi,acting, acara olahraga, pewawancara,diskusi, quiz dan narasi. 1. Bekali Diri. Sebelum memutuskan untuk terjun menjadi penyiar radio, seseorang harus siap, bersedia, dan mengetahui tentang profesi penyiar radio. Untuk calon penyiar harus membekali diri sendiri. Bekal yang dimaksud dapat berupa pengetahuan yang luas, iman yang kuat dll. 2. Banyak mencari tahu. Seorang calon penyiar radio dituntut untuk banyak tahu. Bayak tahu dalam artian memiliki wawasan yang luas. Hal ini disebabkan ketika 2012 12 Media Relations Dr. Ispawati Asri, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning On Air, para pendengar akan menilai bahwa sang penyiar adalah seorang yang maha tahu. Karena penyiar radio juga merupakan manusia biasa, tentulah tidak semua diketahuinya. Untuk itulah seorang penyiar harus banyak mencari tahu untuk menambah perbendaharaan wawasan yang dimilikinya. 3. Cinta music. Dalam penyiaran radio, pasti tidak akan lepas dari yang namanya music. Mulai dari pembuka hingga penutup, program radio pasti akan didominasi akan suara music (kecuali program tertentu). 4. Perhatikan attitude. Berani menjadi seorang penyiar berarti berani menjadi sorotan di public. Karena seorang penyiar radio akan mengundang banyak perhatian orang, maka dari itu seorang penyiar radio harus mampu menjaga attitude (sikap). Semakin sopan sikap kita, semakin santun tingkah laku kita, seorang penyiar radio akan lebih dihormati dan disegani. 5. Latihan vocal. Saat penyiar radio sedang On Air, tidak bisa ditampik bahwa suara adalah syarat dan hal yang sangat wajib di radio. Entah suara music, ataupun suara bercerita sang penyiar. Terkadang saat kita bercerita, kita akan menemui saat dimana kita akan kesulitan mengucapkan sebuah kata. Sering kali penyiar menghadapi situasi demikian saat membawakan program yang bernuansa semangat. Dalam program ini, penyiar radio diharuskan untuk berbicara dengan nada semangat. Untuk itu, kadang penyiar meningkatkan kecepatan berbicaranya (walau tidak semua) agar terlihat semangat. Saat berbicara sedikit cepat inilah kadang suatu kata akan terucap tidak jelas, salah pengucapan dll. Untuk itu, latihan vocal diperlukan. A I U e E O 6. Gaul. Seorang calon penyiar diharuskan untuk gaul. Bukan gaul dalam artian perilaku yang mengganggu, kacau, nakal, dll. Ini dikarenakan adanya penyimpangan dari makna gaul itu sendiri. Disini gaul yang dimaksud adalah selalu up-date dengan apa-apa saja yang sedang trend dan popular di masyarakat, berita atau informasi apa saja yang ramai dibicarakan. Karena sangat memalukan untuk penyiar radio, jika tidak mengetahui hot news disekitarnya. 7. Berdoa. Menjadi penyiar radio adalah langkah pertama masuk ke dalam dunia entertaint. Kerap kali banyak cobaan yang dating. Menjadi hal wajib sebagai penyiar radio yang beriman untuk berdoa menurut keimanan masing-masing. Hal-hal teknis yang harus diperhatikan untuk menjadi penyiar radio 2012 13 Media Relations Dr. Ispawati Asri, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning 1. Artikulasi yang jelas. Penyiaran radio 100% diterima melalui suara. Untuk itu, artikulasi (kejelasan dalam pengucapan kata) haruslah jelas. Tidak harus cepat, yang penting artikulasi jelas. 2. Pernapasan yang baik. Saat berbicara, pernapasan adalah hal penting yang perlu dilatih. Jangan sampai kita terkesan seperti orang kelelahan. 3. Mengerti music. Hal ini berhubungan dengan bagaimana anda menyesuaikan dengan tempo lagu. 4. Mood. Penyiar tidak boleh terdengar murung atau tidak bersemangat. Karena mood yang buruk akan mengakibatkan siaran menjadi tidak optimal. Mood yang bagus terkadang susah didapat. Untuk itu penyia radio harus belajar untuk tidak membawa masalah pribadi saat siaran. 5. Pengetahuan yang luas. Seperti yang saya katakana di atas bahwa penyiar radio harus memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas. Langkah-langkah agar bisa tercapai suasana nyaman dalam menyiar 1. Olahraga. Olahraga teratur dapat membuat tubuh kita lebih sehat. Tapi olahraga juga ternyata dapat membuat seseorang dalam keadaan bugar, bersemangat, yang membantu seseorang dalam keadaan good mood. 2. Lion Face (senam wajah). Senam wajah, yaitu dengan menggerakkan seluruh wajah. Mulai dari kening, alis, mata, hidung, mulut, lidah, gigi, rahangg, dsb. Hal ini bertujuan agar wajah kita tidak kaku saat siaran. Berguna juga untuk melemaskan saraf-saraf di bagian wajah kita. 3. Berbicara di atas lagu. Perlu diketahui bahwa seorang penyiar radio, ketika siaran suara penyiar akan diiringi music backsound. Berbicara dengan menyesuaikan tempo lagu dan menggunakan timing yang tepat saat berbicara harus dilatih. Manfaat menjadi penyiar radio 1. Relasi. Sebuah radio hidup dari pemasukan iklan. Terkadang para pemasang iklan adalah orang-orang yang memiliki sebuah usaha, jasa, pabrikan, menyelenggarakan sebuah event. Ketika mereka hendak memasang iklan, sebagai penyiar, kita harus bersikap akrab terhadap mereka semua meskipun sebenarnya kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Namun hal ini lah yang akan membangun sebuah relasi. Tanpa disadari, kita kadang telah menjadi betul-betul akrab dengan mereka. Sehingga tak jarang kalau kita telah menjadi salah satu orang yang mereka percayai. 2012 14 Media Relations Dr. Ispawati Asri, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning 2. Pengetahuan luas. Seperti yang telah saya katakan di bagian atas bahwa penyiar radio harus memiliki wawasan yang luas. Jika kita hanya memiliki wawasan yang pas-pasan, ketika menjadi penyiar, kita diwajibkan untuk mencari tahu dan menambah kamus wawasan kita. Dengan sendirinya wawasan kita akan semakin luas tanpa kita sadari. 3. Disenangi dan dihormati. Hampir disetiap tempat (tidak semua) seorang penyiar radio sangat dihormati. Hal ini dikarenakan penyiar radio menjadi public figure. Ketika siaran, kita di dengar oleh banyak orang (tergantung popularitas radio). Ketika mendengarnya, orang akan bertanya-tanya dan penasara, siapa sebenarnya yang sedang menyiar. Oleh karena itu ketika mereka tahu bahwa kita adalah seorang penyiar, maka kitapun akan dihormati oleh mereka. Kemampuan dasar seorang Broadcaster/Newscaster Kemampuan vocal. a. Kualitas vocal. Penyiar radio harus memiliki suara yang bulat, bersih dan tidak cempreng. Kualitas vocal bisa di dapat dengan latihan yang rutin saat berbicara. b. Artikulasi yang jelas c. Bisa berekspresi melalui suara. Berekspresi melalui suara berarti kita bisa menggambarkan ekspresi kita dengan suara. Ini dikarenakan penyiar radio dinikmati suaranya saja, buka visualnya. Oleh karena itu permainan ekspresi melalui suara sangat menarik. Misalnya suara untuk ekspresi sedih, senang, marah, tertawa, lucu, dll. d. Bisa memainkan intonasi suara. Sama seperti permainan ekspresi suara, penyiar radio harus pandai memainkan intonasi suara. Tinggi rendahnya suara turut menjadikan percakapa atau pembicaraan menjadi menarik untuk didengar. Beda halnya dengan suara yang datar. e. Bisa mengatur kecepatan suara Kemampuan personal a. Suka bicara dan bisa menjadi pendengar yang baik jika berhadapan dengan narasumber saat melakukan wawancara. Penyiar radio haruslah orang yang cerewet (pada tempatnya). Kita dituntut untuk pandai berkata-kata, pandai berbicara, dan pandai menjadi pendengar yang baik. Loh? Kok penyiar malah jadi pendengar? Begini sahabat, saat siaran, tidak selamanya yang berbicara 2012 15 Media Relations Dr. Ispawati Asri, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning adalah penyiar. Ada saat dimana penyiarlah yang giliran menjadi pendengar. Saat kita siaran 2 arah, yaitu ada umpan balik untuk pendengar dengan line interaktif, saat pendengar sedang berbicara, kita harus menanggapi katakatanya. Misalnya dengan “iyaa…. Teruss.. … dan..” dsb. Hal ini agar pendengar merasa akrab dengan kita. Jika kita tidak melakukan hal tersebut, pembicaraan cenderung akan datar dan hampa. b. Spontanitas yang baik c. Memiliki kepekaan situasi d. Wajib hukumnya seorang penyiar untuk peka sesuatu. Misalnya peka pada cuaca. Karena terkadang penyiar yang berada dalam studio, tidak tahu cuaca di luar bagaimana. Ketika siaran akan fatal jika salah bilang cuaca. Contoh lainnya adalah peka pada situasi percakapan, arah pembicaraan, suasana hati narasumber dsb. e. Menjaga emosi saat siaran. Sering kali sebelum siaran, kita memiliki masalah pribadi diluar. Dan buruknya seringkali pula masalah ini dibawa hingga saat siaran. Hal ini akan mempengaruhi mood kita dan akhirnya membuat performance suara kita menurun dan kelihatan bad mood. Ini tidaklah baik untuk penyiar radio. Contoh lainnya dalah ketika membuka line interaktif, tidak dapat dipungkiri bahwa ada pendengar-pendengar yang usil. Sering memancing emosi marah penyiar. Maka dari itu perlu untuk menjaga emosi saat siaran. f. Percaya diri saat siaran. Mungkin masalah dengan percaya diri akan dihadapi hamper semua orang ketika akan siaran perdana (seperti saya dulu). Tapi dibawa enjoy saja. Setelah beberapa kali siaran, kita akan terbiasa juga. Setelah terbiasa, kita akan berbicara dengan lancar dan tidak kaku, serta lebih rileks. g. Rasa ingin tahu h. Konsentrasi. Wajib untuk penyiar radio. Meski saat siaran kita mengalir dengan situasi, kita harus tetap konsentrasi. Konsen pada acara, waktu, dll. (pengalaman pribadi, saya pernah bilang salah acara. i. Sense of humor, untuk menciptakan suasana yang tidak garing, tidak membosankan, sense of humor diperlukan penyiar saat sedang siaran. 2012 16 Media Relations Dr. Ispawati Asri, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning Referensi Asep Syamsul M. Romli. 2009. Basic Announcing. Nuansa Bandung Abdullah, Aceng. 2000. Press Relations. Kiat Berhubungan dengan Media Massa. Remaja Rosdakarya, Bandung. Austin, Claire. 1996. Public Relations yang Sukses dalam Sepekan. Megapoin, Jakarta. Jefkins, Frank. 2003. Public Relations. Edisi Kelima. Direvisi Oleh Daniel Yadin. Penerbit Erlangga, Jakarta. Mappatoto, Andi B. 1993. Siaran Pers. Suatu Kiat Penulisan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Soemirat, Soleh dan Ardianto, Elvinaro. 2004. Dasar-dasar Public Relations. Cetakan Ketiga. Remaja Rosdakarya, Bandung. 2012 17 Media Relations Dr. Ispawati Asri, MM Pusat Bahan Ajar dan eLearning