Modul Media Relations [TM5]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
MEDIA RELATIONS
Radio release
Fakultas
Program Studi
Tatap Muka
Ilmu Komunikasi
Program
Studi Public
Relations
05
Abstract
cara modulasi dan radiasi
elektromagnetik (gelombang
elektromagnetik).
Disusun Oleh
Dr. Ispawati Asri, MM
Kompetensi
Radio adalah teknologi yang digunakan
untuk pengiriman sinyal dengan
Kode MK
Mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan konsep radio release dan
mampu menyusun naskah radio release.
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara
modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Gelombang
ini melintas dan merambat lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang
angkasa yang hampa udara, karena gelombang ini tidak memerlukan medium
pengangkut (seperti molekul udara).
Stasiun radio adalah stasiun yang memberikan layanan penyiaran audio (suara),
yang disiarkan melalui udara sebagai gelombang radio (dalam bentuk radiasi
elektromagnet) dari sebuah antena pemancar (transmitter) ke alat penerima. Siaran
audio juga dapat dilakukan dengan kabel FM, jaringan lokal, satelit, dan Internet.
Sejarah Stasiun radio
Stasiun radio pada awalnya hanya berupa sistem radio dan audio telegraf, bukan
suara seperti saat ini. Pengiriman suara pertama yang dapat disebut sebagai
sebuah penyiaran terjadi
pada
malam
Natal
tahun 1906,
yang
dilakukan
oleh Reginald Fessenden. Saat banyak orang mencoba untuk membuat sistem
komunikasi yang serupa dengan radiotelepon (alat komunikasi dengan radio) yang
hanya dapat melibatkan dua orang saja, banyak pula yang menginginkan sebuah
sistem yang dapat berkomunikasi dengan pendengar yang lebih banyak. Charles
Herrold memulai penyiaran di California pada tahun 1909dan mulai menyiarkan
suara pada tahun berikutnya.
Pada dekade berikutnya, KDKA AM dari Pittsburgh, Pennsylvania menjadi stasiun
radio "komersial" berlisensi pertama yang melakukan penyiaran pada tanggal 2
November 1920. Disebut komersial karena stasiun ini memiliki lisensi—mereka
tidak
mengudarakan iklan sampai
beberapa
tahun
kemudian.
Stasiun
radio Montreal yang kemudian menjadi CFCF-AM memulai penyiaran pada 20
Mei 1920, dan stasiun radio Detroityang kemudian dikenal dengan WWJ memulai
siaran pada 20 Agustus 1920, walaupun keduanya tidak memiliki lisensi pada masa
itu.
Internet mulai digunakan sebagai media penyiaran radio pada pertengahan tahun
90-an. Media ini tidak memerlukan lisensi dan stasiun bisa melakukan siaran dari
mana saja tanpa memerlukan transmitter. Hal ini mengurangi pendirian stasiun
2012
2
Media Relations
Dr. Ispawati Asri, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
radio
secara
besar-besaran,
dan
pada
tahun
1996,
Stasiun
'A'
Net
(A.N.E.T.) memulai siaran bebas iklan dari Antarktika.
Penggunaan radio
Banyak penggunaan awal radio adalah maritim, untuk mengirimkan pesan telegraf
menggunakan kode Morse antara kapal dan darat. Salah satu pengguna awal
termasuk Angkatan Laut Jepang memata-matai armada Rusia pada saat Perang
Tsushima di 1901. Salah satu penggunaan yang paling dikenang adalah pada saat
tenggelamnya RMS Titanic pada 1912, termasuk komunikasi antara operator di
kapal yang tenggelam dan kapal terdekat, dan komunikasi ke stasiun darat
mendaftar yang terselamatkan.
Radio digunakan untuk menyalurkan perintah dan komunikasi antara Angkatan
Darat dan Angkatan Laut di kedua pihak pada Perang Dunia II; Jerman
menggunakan komunikasi radio untuk pesan diplomatik ketika kabel bawah lautnya
dipotong
oleh
Britania.
Amerika
Serikat
menyampaikan Empat
belas
Pokok Presiden Woodrow Wilson kepada Jerman melalui radio ketika perang.
Siaran mulai dapat dilakukan pada 1920-an, dengan populernya pesawat radio,
terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Selain siaran, siaran titik-ke-titik, termasuk
telepon dan siaran ulang program radio, menjadi populer pada 1920-an dan 1930an.
Penggunaan
radio
dalam
masa
sebelum
perang
adalah
pengembangan
pendeteksian dan pelokasian pesawat dan kapal dengan penggunaan radar].
Sekarang ini, radio banyak bentuknya, termasuk jaringan tanpa kabel, komunikasi
bergerak di segala jenis, dan juga penyiaran radio. Baca sejarah radio untuk
informasi lebih lanjut.
Sebelum televisi terkenal, siaran radio komersial termasuk drama, komedi, beragam
show, dan banyak hiburan lainnya; tidak hanya berita dan musik saja.
TEKNIK siaran radio hakikatnya adalah “seni berbicara” (art of talking) di depan
mikrofon ruang siaran radio. Disebut juga ”Teknik DJ” (DJ’s technique) ketika
penyiar harus memadukan pemutaran lagu dan pembicaran dalam sebuah program
musik.
2012
3
Media Relations
Dr. Ispawati Asri, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Dalam program musik, tugas penyiar adalah mengisilink antarlagu yang diputar,
misalnya dengan obrolan, membacakan SMS, menerima telepon (ngobrol dengan
pendengar), memutarkan iklan, menyampaikan informasi, dan sebagainya.
Dalam program demikian, penyiar biasanya menggunakan teknik siaran berupa
”posting your vocal”, yakni seni berbicara (the art of talking) saat lagu sudah diputar,
selama intro lagu, hingga vokal penyanyi terdengar –mulai bernyanyi.
Prinsip Dasar Teknik Siaran Radio
Ada dua kaidah atau prinsip dasar (basic prinsiple) teknik siaran radio, yakni
”berbicara dengan seorang pendengar” dan ”senyum”.
1. Talk to One Person. Berbicara kepada seorang pendengar. Kaidah ini
berbunyi: “Bayangkan
Anda
sedang
berbicara
pada
’seorang
pendengar’ yang sekarang sedang duduk di hadapan Anda!”
2. Smile! Senyum. Kaidah ini berbunyi: “Senyumlah! Meskipun Anda tidak
bisa melihat orangnya, akan tetapi dari suaranya Anda akan bisa menduga
apakah ia sedang tersenyum atau tidak. Cobalah membuktikannya dengan
teman!”
Prinsip dasar penyiaran
1. Talk to one person. Saat sedang siaran, hendaknya penyiar menyapa
pendengar dengan sapaan tunggal. Seperti “selamat pagi pendengar *** FM,
apa kabar ANDA di pagi ini……” kata anda, akan langsung menuju ke pribadi
seseorang yang mendengar. Sehingga orang tersebut akan terasa sedikit akrab.
2. Smiling voice. Berbicara dengan senyum adalah hal yang baik.
3. Jadi pendengar yang baik. Menjadi pendengar yang baik saat narasumber atau
orang yang menelpon anda saat siaran sedang berbicara, dengarkan dengan
seksama apa yang dibicarakannya. Responlah sesekali pembicaraannya
dengan kata-kata seperti “iyaa, terusss, dan, dsb”.
4. Update lagu dan info terbaru. Penyiar radio harus selalu unggul selangkah dari
para pendengar. Untuk itulah kita harus mencari tahu info-info terbaru.
5. Pelajari script. Ketika siaran, kita akan diberi script (tergantung radio). Script ini
dapat berupa seperti sebuah petunjuk acara, ataupun materi acara yang akan
dibawakan, Dibagian mana harus break, dll.
2012
4
Media Relations
Dr. Ispawati Asri, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Teknik Siaran Radio
Ada dua teknik siaran radio dan dengan teknik inilah umumnya seorang penyiar
bekerja atau melaksanakan tugasnya, yakni teknik ad libitum (tanpa naskah)
dan script reading(menggunakan naskah).
1. Ad Libitum. Teknik siaran radio dengan cara berbicara santai, enjoy, tanpa
beban atau tanpa tekanan, sesuai dengan seleranya (ad libitum means to
speak at pleasure, as one wishes, as one desires) dan tanpa naskah.
2. Script Reading. Teknik siaran radio dengan mengunakan atau membaca
naskah siaran (script) yang sudah disusunnya sendiri atau dengan bantuan
penulis naskah siaran (script writer).
Persiapan Siaran
1. Sediakan WAKTU LUANG, minimal 15 menit sebelum mengudara sudah
ada di ruang siaran, untuk melakukan persiapan fisik, mental, dan materi
siaran.
2. Pastikan diri merasa rileks dan nyaman.
3. Duduk dengan nyaman, tegak, dengan punggung yang tegak pula, dan
jangan
membungkuk
–karena
akan
mempengaruhi
kualitas
suara
diafragma.
4. Pastikan diri sudah menguasai materi siaran –naskah sudah di tangan,
dipelajari isi, dan dibaca dengan suara!
5. Jika perlu, pergilah ke toilet!
6. Pastikan semua kelengkapan siaran berfungsi–pemancar, line telepon, lagu-
lagu atau musik, headphone, spot iklan, dan sebagainya. “Jika Anda siaran
setelah penyiar lain bertugas, Anda biasanya menduga segalanya berjalan
OK –kecuali mereka mengatakan hal yang berbeda!” (www.romeltea.com.
”Keinginan saya adalah memberi informasi dan menghibur pendengar. Itu yang
membuat saya tetap maju… Buat semua orang muda yang ingin meniti karier di
radio: jangan pernah menyerah, jadilah diri Anda sendiri, jangan berusaha menjadi
Larry King, dan bakat Anda akan keluar jika Anda orang baik!” (Larry King).
Persiapan Tertulis
Kemampuan bertutur seorang penyiar tidak hanya mempunyai timbal-balik dengan
mendengarkan, tetapi juga berhubungan langsung dengan kemampuan menulis
2012
5
Media Relations
Dr. Ispawati Asri, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
dan membaca. Seorang penutur yang baik umumnya memerlukan persiapan
tertulis. Gunanya:
1. Menghindarkan diri dari kesalahan, utamanya menyangkut akurasi. Naskah
merupakan jaring penyelamat (safety-net). Naskah juga menghindarkan
seorang penyiar dari kekuranglengkapan informasi.
2. Naskah merupakan sesungguhnya penataan alur pikir seseorang secara
logis. Jadi, naskah akan menuntun alur tuntunan.
3. Dengan pemahaman yang tinggi atas naskah siaran dan iterpretasi
bagaimana menyajikannya, seorang penyiar akan mampu menajamkan
gaya bertutur pribadinya.
4. dokumentasi,
selain
sebagai
arsip
juga
sebagai
bahan
untuk
pengembangan siaran lebih lanjut.
Menurut Robert Mc. Leish, meski disiapkan dalam bentuk tulisan, namun kesannya
naskah itu harus memiliki ciri penuturan spontan (spontaneous sound).
Dengan begitu, maka sebuah stasiun radio seyogyanya melengkapi pengetahuan
awak siarannya dengan keterampilan menulis. Keterampilan itu menyangkut:
a. pemilihan topik, selaraskan dengan format atau programming,
dengan menyiasati dampak apa yang akan muncul di benak
pendengar.
a. Susun daftar topiknya secara logis, cari yang materinya siap dan
juga pernak – pernik pendukungnya, kemudian pilih yang terbaik.
b. Penetapan bahan tulisan.
c. Penulisan standar siaran, kunci pokoknya: Mencitrakan (visualisasi)
yang selaras dengan pendengar; Komunikasi horizontal: penyiar dan
pendengar berada dalam satu level; Komunikasi inter-personal;
bahasa konversasi antar dua orang; Bagian awal tuturan mesti
penting, informatif, dan menarik, bisa dengan introduksi topik secara
memikat atau langsung masuk ke topik.
d. Struktur tuturan : kosakata dan struktur kalimat.
e. Penetapan format tulisan : ukuran kertas, margin, spasi, jenis huruf,
tanda baca radio, panjang tiap tuturan dan sirtem komputerisasi.
2012
6
Media Relations
Dr. Ispawati Asri, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Menulis Apa di radio?
Tuturan di radio bisa dipilah menjadi tuturan pengantar, biasa disebut sebagai
“call” dan tuturan isi, biasa disebut dengan “talk”. Tuturan pengantar
disampaikan oleh penyiar yang tengah berdinas, sementara tuturan isi bisa
dikomunikasikan oleh penyiar sendiri atau bisa ditambahi degan tambahan suara
dari narasumber.
Tuturan yang bersifat pengantar biasanya disiarkan secara langsung (ad-lib),
sedangkan yang bermuatan isi tertentu bisa disampaikan langsung, namun untuk
mencapai kualitas komunikasi yang diharapkan tak jarang dikemas dalam bentuk
rekaman.
1. Tuturan Pengantar (Call) bisa terdiri atas :
a. Greetings atau sapaan elemennya terdiri atas:
b. kata sapaan
c. nama penyiar
d. sebutan bagi pendengar
e. nama program
f.
nama dan frekuensi stara (stasiun radio)
g. waktu (jam dan tanggal)
h. sekuen (episode, edisi, sesi)
i.
isi acara (topik, masalah, bintang tamu)
Call On Time, tuturan tentang waktu
Call On Song, tuturan tentang musik, elemennya:
a. judul lagu
b. penyanyi (perhatikan prediksinya)
c. komposer atau penulis liriknya
d. arranger
e. penerbit / pengedarnya
f.
tahun dan tempat perekaman / penerbitannya
g. info lain yang terkait (style musiknya, keunikannya)
h. musisinya
i.
durasinya
Call On Agenda, tuturan agenda, elemennya:
2012
7
Media Relations
Dr. Ispawati Asri, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
a. cuaca hari ini
b. agenda kegiatan masyarakat hari ini
c. hal – hal yang terkait dengan layanan masyarakat, seperti PLN, PDAM, PMI,
Kepolisian, Rumah Sakit, PEMDA.
2. Tuturan Isi (Talk), seperti dikemukakan diatas bisa dituturkan langsung oleh
penyiar namun tak jarang dikemas terlebih dahulu
Tuturan tak selalu berupa berita. Beberapa paket acara radio menuntut upaya
penulisan secara spesifik. Misalnya, untuk program kewanitaan, anak- anak, atau
tips etika.
Dunia wanita, misalnya, menurut Rober L. Hilliard, mesti dikemas dengan
pendekatan:
Tradisional
a. penyajian informasi menyangkut komunitas wanita
b. tips kerumahtanggaan
c. busana dan makanan
d. pentokohan figure wanita
Jika ini masih akan dipakai tuturkan sebagai minat umum namun tidak
mengarahkan wanita untuk “seragam” atau “stereo-type”.
Modern, sebagai paket komunikasi-informasi-edukasi:
a. problem remaja
b. konsumerisme
c. lengkungan hidup
d. perkembangan social kerumahtanggaan
e. hak wanita dan emansipasi
f.
kesadaran social akan kesenian, iptek dan politik
g. fisiologi dan seksualitas wanita
h. program kemasyarakatan
Dalam pengemasan tuturan yang isinya lebih bersifat berita atau informasi, maka
harus dikembalikan pada kaidah jurnalisme radio. Prinsipnya : bagaimana menggali
informasi, bagaimana mengolahnya dan bagaimana menyajikannya.
Kunci pokok pada tuturan di radio terletak pada naskah yang standar yang selaras
dengan format siaran berita target audiensinya. Dan yang lebih penting lagi paduan
2012
8
Media Relations
Dr. Ispawati Asri, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
yang harmonis dengan elemen siaran yang lainnya seperti musik atau siaran
hiburan lainnya. Secara tenkis dapat disandarkan pada kemampuan penyiar dalam
menuturkan call atau talk-nya dan harmonisasi paduan elemen siaran dalam satu
sekuen (kurun waktu) siaran tertentu yang memenuhi kaidah teknik dan artistic
sekaligus.
BAHASA RADIO SIARAN
Suara manusia di radio pastilah bunyi bahasa. Dengan bahsa, awak radio
berkomunikasi dengan pendengarnya. Yang lalu menjadi pertanyaan: adakah
bahasa radio?. Bahasa radio merupakan program bahasa yang memiliki sifat khas
komunikasi radio. Sebagai bahasa komunikasi massa auditif, maka bahasa radio
harus :
1. mudah dicerna
2. selaras dengan intelektualitas dan wawasan target pendengarnya
Namun, boleh saja ada anggapan bahwa bahasa radio itu sesungguhnya tidak ada.
Karena secara umum bahasa radio sama juga dengan bahasa komunikasi standar,
yakni bahasa baku.
Bahasa baku, menurut Dr. Yus Badudu, adalah bahas ayang digunakan oleh
masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan paling besar wibawanya. Karena
radio bersifat local dan khalayaknya ada yang heterogen dan homogen (radio kini
menjaring pendengarnya secara segmentatif), maka kebakuan bahasa radio
menjadi luwes sifatnya. Khalayak pendengar dengan batasan usia tertentu, di
kawasan tertentu memiliki bahasa baku yang khas. Bagi radio yang sasaran
pendengarnya umum, tanpa batasan atau pengelompokan karakter, seyogyanya
memanfaatkan bahasa baku menurut kaidah tadi.
Meski begitu bahasa baku tidak harus diartikan secara kaku. Bahasa baku tetap
memiliki safat kemantapan yang dinamis dalam kaidahnya. Kemantapan itu cukup
terbuka untuk perubahan atau penambahan kosa kata dan peristilahan,
perkembangan
jenis
ragam
dan
gaya
kalimat
serta
maknanya.
Jadi bahasa radio juga mrupakan bahasa yang dibatasi oleh kaidah – kaidah tata
bahasa, bahasa dengan ejaan yang benar dan juga bahasa yang kosa katanya
mengikuti perkembangan masyarakat
2012
9
Media Relations
Dr. Ispawati Asri, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Tak dapat dipungkiri lagi bahasa merupakan senjata utama bagi radio siaran. Musik
atau lagu tak bisa diandalkan lagi. Persoalan musik di radio Cuma bertumpu pada
kebaruan atau seleksi. Kini, dengan tuturan penyiar dan siarankata sajalah radio
bisa mengunggulkan diri.
Bagi radio, bahasa merupakan :
1. Alat komunikasi. Dalam komunikasi sehari – hari masyarakat sering
memanfaatkan bahasa dengan berbagai ragam : secara tertulis,
secara oral dan lewat lambing yang disepakati. Pada siaran radio
hanya satu polanya, yakni bahasa tutur. Bahasa tutur merupakan
bahasa oral, bahasa yang diucapkan oleh manusia. Dalam
prakteknya bahasa tutur ini diolah dikembangkan secara khas.
Lahirkah kelak apa yang disebut sebagai bahasa komunikasi radio
siaran. Meski tak seragam, namun bahasa tutur itu ada dan terus
berkembang. Dan dari waktu ke waktu stasiun – stasiun radio
melahirkannya. Paling tidak dalam betuk kosa kata atau ungkapan
yang baru.
2. Alat Ekspresi. Kalau media cetak mengekspredikan diri lewat huruf
dan gambar yang dicetak, maka radio mengekspresikan diri lewat
bunyi dan suara. Bunyi di radio terdengar lewat sajian musik atau
suara alami dan sound effects yang dimanfaatkan untuk acara siaran
tertentu. Sementara suara merupakan produk alay ucap manusia.
Suara manusia dalam bentuk bunyi – bunyi bahasa yang bermakna
itu merupakan alat ekspresi radio.
Beberapa stasiun radio menggagas bahwa bahasa siaran secara khas. Biasanya
ditandai dengan penggunaakn kosa kata atau struktur kalimat yang khas juga.
Ketika kosa kata atau ungkapan pilihan itu disajikan dalam gaya tuturan secara
konsisten maka sesungguhnya radio berupaya untuk menjaga hubungan atau
komunikasi dengan pendengarnya.
Dengan begitu, bisa dikatakan, bahasa siaran yang khas pada masing – masing
stasiun radio menentukan keberadaan atau eksistensi radio – radio sebagai
lembaga penyiaran.
2012
10
Media Relations
Dr. Ispawati Asri, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Semakin tajam karakter bahasanya, maka semakin konsisten dalam penerapan di
acara – acara siarannya, maka bahasa siaran yang khas itu sekaligus melahirkan
identitas bagi stasiun radionya. Jadi, bahasa siaran juga dapat menentukan dan
sekaligus mendukung kinerja (performance) suatu lembaga penyiaran auditif.
Hubungan antara bahasa siaran dengan kinerja radio dapat disandarkan pada
beberapa hal :
1. Positioning. Yakni kesan di benak pendengar yang muncul setelah
ia mendengarkan kekhasan satu stasiun radio. Kekhasan ini, di
antaranya, bisa diwakili dengan tuturan dengan bahasa yang khas
pula.
2. Segmentasi. Yakni langkah untuk mengelompokkan pendengar
menurut klasifikasi tertentu, lalu memilih kelompok yang khas
sebagai target pendengarnya. Praktiknya : bahasa siaran bagi
khalayak muda pasti berbeda dngan basahsa untuk yang dewasa
atau semua kalangan usia.
3. Format Siaran. Yakni pola acara siaran yang disandarkan pada
pilihan musik, gaya siaran dan isi siaran yang diselarskan dengan
target
pendengarnya.
Di
sini
pilihan
gaya
bahasanya
juga
menentukan.
4. Keunikan Daya Jual (USP = Unique Selling Preposition), yakni sifat
kreatif ke arah penciptaan penampilan yang berdaya jual tinggi. Bagi
radio siaran sangat bergantung pada factor teknik, program dan
termasuk bahasa siaran) dan Air Personality-nya. Untuk mencapai
daya jual itu, salah satu kuncinya : bahasa siaran.
Bahasa siaran suatu stasiun radio layaknya harus khas. Selain menentukan
identitas
lembaga
penyiarannya,
maka
beberapa
factor
berikut
dijadikan
pertimbangan :
1. Radio akan semakin mengarahkan siarannya pada kelompok pendengar
tertentu, sebagai konsekuensi penerapan pendekatan segmentasi atau
fragmentasi.
2. Daya Dengar (TSL = Time Spent Listening) pendengar radio terbilang
rendah. Karenanya begitu pesawat radio dinyalakan, seorang pendengar
seyogyanya dapat menentukan radio apa yang tengah didengarnya, meski
2012
11
Media Relations
Dr. Ispawati Asri, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
tanpa melihat angka frekuensinya.Senjatanya adalah tengara. Bisa lewat
jingle, namun yang paling akrab yang dituturkan langsung oleh penyiarnya.
Tengara bisa lahir lewat bahasa siaran yang khas.
3. Konsentrasi pendengar radio relatif rendah. Radio pada umumnya didengar
sambil lalu, sambil melakukan aktifitas apa saja. Karenanya diperlukan
pemicu minat agar pendengar memberikan perhatiannya sedikit lebih banya.
Jalan keluarnya : Gunakan tuturan yang kreatif, yang berbeda dari bahasa
sehari – hari.
Semakin khas bahasa suatu siaran radio, maka semakin kuat jati dirinya akan
mudah pula diingat oleh pendengarnya, dan pada gilirannya akan menumbuhkan
peminatan. Asal kaidah – kaidah penentunya tetap diindahkan.
Kualifikasi Penulis Naskah Radio
1. Pecinta kata
2. Pengamat yang cermat
3. Kreatif
4. Lentir dalam sifat dan kebiasaan kerja
5. Bertanggung jawab total terhadap isi dan struktur naskah.
Pendek kata seorang penulis naskah radio yang professional haruslah seseorang
yang berketrampilan menajamkan gagasan ke dalam kata – kata atai kalimat –
kalimat yang kelak akan disiarkan ke khalayaknya secara tepat dan cepat dipahami
Yang patut diingat bahwa penulis naskah radio akan menuturkannya dalam bahasa
untuk telinga, bahasa tutur, yang layak disebut sebagai bahasa radio siaran.
Dasar-dasar Penyiar Radio
Secara singkat Announcer adalah seorang penampil yang melakukan pekerjaan
penyiar, menyajikan produk komersial, menyiarkan berita/informasi,acting, acara
olahraga, pewawancara,diskusi, quiz dan narasi.
1. Bekali Diri. Sebelum memutuskan untuk terjun menjadi penyiar radio, seseorang
harus
siap,
bersedia,
dan
mengetahui
tentang
profesi
penyiar
radio.
Untuk calon penyiar harus membekali diri sendiri. Bekal yang dimaksud dapat
berupa pengetahuan yang luas, iman yang kuat dll.
2. Banyak mencari tahu. Seorang calon penyiar radio dituntut untuk banyak tahu.
Bayak tahu dalam artian memiliki wawasan yang luas. Hal ini disebabkan ketika
2012
12
Media Relations
Dr. Ispawati Asri, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
On Air, para pendengar akan menilai bahwa sang penyiar adalah seorang yang
maha tahu. Karena penyiar radio juga merupakan manusia biasa, tentulah tidak
semua diketahuinya. Untuk itulah seorang penyiar harus banyak mencari tahu
untuk menambah perbendaharaan wawasan yang dimilikinya.
3. Cinta music. Dalam penyiaran radio, pasti tidak akan lepas dari yang namanya
music. Mulai dari pembuka hingga penutup, program radio pasti akan didominasi
akan suara music (kecuali program tertentu).
4. Perhatikan attitude. Berani menjadi seorang penyiar berarti berani menjadi sorotan
di public. Karena seorang penyiar radio akan mengundang banyak perhatian
orang, maka dari itu seorang penyiar radio harus mampu menjaga attitude
(sikap). Semakin sopan sikap kita, semakin santun tingkah laku kita, seorang
penyiar radio akan lebih dihormati dan disegani.
5. Latihan vocal. Saat penyiar radio sedang On Air, tidak bisa ditampik bahwa suara
adalah syarat dan hal yang sangat wajib di radio. Entah suara music, ataupun
suara bercerita sang penyiar. Terkadang saat kita bercerita, kita akan menemui
saat dimana kita akan kesulitan mengucapkan sebuah kata. Sering kali penyiar
menghadapi situasi demikian saat membawakan program yang bernuansa
semangat. Dalam program ini, penyiar radio diharuskan untuk berbicara dengan
nada
semangat.
Untuk
itu,
kadang
penyiar
meningkatkan
kecepatan
berbicaranya (walau tidak semua) agar terlihat semangat. Saat berbicara sedikit
cepat inilah kadang suatu kata akan terucap tidak jelas, salah pengucapan dll.
Untuk itu, latihan vocal diperlukan. A I U e E O
6. Gaul. Seorang calon penyiar diharuskan untuk gaul. Bukan gaul dalam artian
perilaku yang mengganggu, kacau, nakal, dll. Ini dikarenakan adanya
penyimpangan dari makna gaul itu sendiri. Disini gaul yang dimaksud adalah
selalu up-date dengan apa-apa saja yang sedang trend dan popular di
masyarakat, berita atau informasi apa saja yang ramai dibicarakan. Karena
sangat memalukan untuk penyiar radio, jika tidak mengetahui hot news
disekitarnya.
7. Berdoa. Menjadi penyiar radio adalah langkah pertama masuk ke dalam dunia
entertaint. Kerap kali banyak cobaan yang dating. Menjadi hal wajib sebagai
penyiar radio yang beriman untuk berdoa menurut keimanan masing-masing.
Hal-hal teknis yang harus diperhatikan untuk menjadi penyiar radio
2012
13
Media Relations
Dr. Ispawati Asri, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1. Artikulasi yang jelas. Penyiaran radio 100% diterima melalui suara. Untuk itu,
artikulasi (kejelasan dalam pengucapan kata) haruslah jelas. Tidak harus cepat,
yang penting artikulasi jelas.
2. Pernapasan yang baik. Saat berbicara, pernapasan adalah hal penting yang
perlu dilatih. Jangan sampai kita terkesan seperti orang kelelahan.
3. Mengerti music. Hal ini berhubungan dengan bagaimana anda menyesuaikan
dengan tempo lagu.
4. Mood. Penyiar tidak boleh terdengar murung atau tidak bersemangat. Karena
mood yang buruk akan mengakibatkan siaran menjadi tidak optimal. Mood yang
bagus terkadang susah didapat. Untuk itu penyia radio harus belajar untuk tidak
membawa masalah pribadi saat siaran.
5. Pengetahuan yang luas. Seperti yang saya katakana di atas bahwa penyiar radio
harus memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas.
Langkah-langkah agar bisa tercapai suasana nyaman dalam menyiar
1. Olahraga. Olahraga teratur dapat membuat tubuh kita lebih sehat. Tapi
olahraga juga ternyata dapat membuat seseorang dalam keadaan bugar,
bersemangat, yang membantu seseorang dalam keadaan good mood.
2. Lion Face (senam wajah). Senam wajah, yaitu dengan menggerakkan
seluruh wajah. Mulai dari kening, alis, mata, hidung, mulut, lidah, gigi,
rahangg, dsb. Hal ini bertujuan agar wajah kita tidak kaku saat siaran.
Berguna juga untuk melemaskan saraf-saraf di bagian wajah kita.
3. Berbicara di atas lagu. Perlu diketahui bahwa seorang penyiar radio, ketika
siaran suara penyiar akan diiringi music backsound. Berbicara dengan
menyesuaikan tempo lagu dan menggunakan timing yang tepat saat
berbicara harus dilatih.
Manfaat menjadi penyiar radio
1. Relasi. Sebuah radio hidup dari pemasukan iklan. Terkadang para pemasang
iklan adalah orang-orang yang memiliki sebuah usaha, jasa, pabrikan,
menyelenggarakan sebuah event. Ketika mereka hendak memasang iklan,
sebagai penyiar, kita harus bersikap akrab terhadap mereka semua
meskipun sebenarnya kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Namun hal ini
lah yang akan membangun sebuah relasi. Tanpa disadari, kita kadang telah
menjadi betul-betul akrab dengan mereka. Sehingga tak jarang kalau kita
telah menjadi salah satu orang yang mereka percayai.
2012
14
Media Relations
Dr. Ispawati Asri, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2. Pengetahuan luas. Seperti yang telah saya katakan di bagian atas bahwa
penyiar radio harus memiliki wawasan yang luas. Jika kita hanya memiliki
wawasan yang pas-pasan, ketika menjadi penyiar, kita diwajibkan untuk
mencari tahu dan menambah kamus wawasan kita. Dengan sendirinya
wawasan kita akan semakin luas tanpa kita sadari.
3. Disenangi dan dihormati. Hampir disetiap tempat (tidak semua) seorang
penyiar radio sangat dihormati. Hal ini dikarenakan penyiar radio menjadi
public figure. Ketika siaran, kita di dengar oleh banyak orang (tergantung
popularitas radio). Ketika mendengarnya, orang akan bertanya-tanya dan
penasara, siapa sebenarnya yang sedang menyiar. Oleh karena itu ketika
mereka tahu bahwa kita adalah seorang penyiar, maka kitapun akan
dihormati oleh mereka.
Kemampuan dasar seorang Broadcaster/Newscaster
Kemampuan vocal.
a. Kualitas vocal. Penyiar radio harus memiliki suara yang bulat, bersih dan
tidak cempreng. Kualitas vocal bisa di dapat dengan latihan yang rutin saat
berbicara.
b. Artikulasi yang jelas
c. Bisa berekspresi melalui suara. Berekspresi melalui suara berarti kita bisa
menggambarkan ekspresi kita dengan suara. Ini dikarenakan penyiar radio
dinikmati suaranya saja, buka visualnya. Oleh karena itu permainan ekspresi
melalui suara sangat menarik. Misalnya suara untuk ekspresi sedih, senang,
marah, tertawa, lucu, dll.
d. Bisa memainkan intonasi suara. Sama seperti permainan ekspresi suara,
penyiar radio harus pandai memainkan intonasi suara. Tinggi rendahnya
suara turut menjadikan percakapa atau pembicaraan menjadi menarik untuk
didengar. Beda halnya dengan suara yang datar.
e. Bisa mengatur kecepatan suara
Kemampuan personal
a. Suka bicara dan bisa menjadi pendengar yang baik jika berhadapan dengan
narasumber saat melakukan wawancara. Penyiar radio haruslah orang yang
cerewet (pada tempatnya). Kita dituntut untuk pandai berkata-kata, pandai
berbicara, dan pandai menjadi pendengar yang baik. Loh? Kok penyiar malah
jadi pendengar? Begini sahabat, saat siaran, tidak selamanya yang berbicara
2012
15
Media Relations
Dr. Ispawati Asri, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
adalah penyiar. Ada saat dimana penyiarlah yang giliran menjadi pendengar.
Saat kita siaran 2 arah, yaitu ada umpan balik untuk pendengar dengan line
interaktif, saat pendengar sedang berbicara, kita harus menanggapi katakatanya. Misalnya dengan “iyaa…. Teruss.. … dan..” dsb. Hal ini agar
pendengar merasa akrab dengan kita. Jika kita tidak melakukan hal tersebut,
pembicaraan cenderung akan datar dan hampa.
b. Spontanitas yang baik
c. Memiliki kepekaan situasi
d. Wajib hukumnya seorang penyiar untuk peka sesuatu. Misalnya peka pada
cuaca. Karena terkadang penyiar yang berada dalam studio, tidak tahu cuaca di
luar bagaimana. Ketika siaran akan fatal jika salah bilang cuaca. Contoh lainnya
adalah peka pada situasi percakapan, arah pembicaraan, suasana hati
narasumber dsb.
e. Menjaga emosi saat siaran. Sering kali sebelum siaran, kita memiliki masalah
pribadi diluar. Dan buruknya seringkali pula masalah ini dibawa hingga saat
siaran. Hal ini akan mempengaruhi mood kita dan akhirnya membuat
performance suara kita menurun dan kelihatan bad mood. Ini tidaklah baik untuk
penyiar radio. Contoh lainnya dalah ketika membuka line interaktif, tidak dapat
dipungkiri bahwa ada pendengar-pendengar yang usil. Sering memancing
emosi marah penyiar. Maka dari itu perlu untuk menjaga emosi saat siaran.
f.
Percaya diri saat siaran. Mungkin masalah dengan percaya diri akan dihadapi
hamper semua orang ketika akan siaran perdana (seperti saya dulu). Tapi
dibawa enjoy saja. Setelah beberapa kali siaran, kita akan terbiasa juga.
Setelah terbiasa, kita akan berbicara dengan lancar dan tidak kaku, serta lebih
rileks.
g. Rasa ingin tahu
h. Konsentrasi. Wajib untuk penyiar radio. Meski saat siaran kita mengalir dengan
situasi, kita harus tetap konsentrasi. Konsen pada acara, waktu, dll.
(pengalaman pribadi, saya pernah bilang salah acara.
i.
Sense of humor, untuk menciptakan suasana yang tidak garing, tidak
membosankan, sense of humor diperlukan penyiar saat sedang siaran.
2012
16
Media Relations
Dr. Ispawati Asri, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Referensi
Asep Syamsul M. Romli. 2009. Basic Announcing. Nuansa Bandung
Abdullah, Aceng. 2000. Press Relations. Kiat Berhubungan dengan Media Massa.
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Austin, Claire. 1996. Public Relations yang Sukses dalam Sepekan. Megapoin,
Jakarta.
Jefkins, Frank. 2003. Public Relations. Edisi Kelima. Direvisi Oleh Daniel Yadin.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Mappatoto, Andi B. 1993. Siaran Pers. Suatu Kiat Penulisan. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Soemirat,
Soleh
dan
Ardianto,
Elvinaro.
2004. Dasar-dasar Public
Relations. Cetakan Ketiga. Remaja Rosdakarya, Bandung.
2012
17
Media Relations
Dr. Ispawati Asri, MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Download