GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A PADA BALITA DI POSYANDU NUSA INDAH XVIII CEMANI KABUPATEN SUKOHARJO Overview of Knowledge of Vitamin A in Children in Posyandu Nusa Indah XVIII Cemani Sukoharjo Mursudarinah, Endang Wahyuni Akademi Kebidanan Citra Medika Surakarta ABSTRACT Vitamin A deficiency in children is a public health problem in Indonesia because of the effect on child survival. Coping strategies vitamin A deficiency in infants by way of high -dose vitamin A capsules to children aged 1-5 years. Preliminary study on posyandu Nusa Indah XVIII Cemani, 7 mother of 10 respondents did not know about the vitamin A and 3 mothers know enough about vitamin A. The purpose of this study was to reveal the mother's level of knowledge about vitamin A in infants at Nusa Indah posyandu Cemani XVIII. This study used a descriptive method. The study population was mothers with toddlers ( 1-5 years ) as many as 128 people. Proportionate sampling with stratified random sampling technique, obtained 97 people. The research instrument using enclosed questionnaire. The results obtained on the mother's description of the level of knowledge about vitamin A in infants in the category quite as many as 59 people (60.82%). Conclusions picture of the level of knowledge of mothers about vitamin A in infants at posyandu Nusa Indah XVIII Cemani Sukoharjo in enough categories. Advice for mothers with toddlers that provide vitamin A in infants appropriately. Keywords : Knowledge Level, vitamin A, toddlers mendorong pertumbuhan dan kesehatan anak guna menunjang upaya penurunan angka kesakitan dan angka kematian pada anak( Depkes RI, 2005). Menurut Depkes (2005), Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari luar (essensial), berfungsi untuk penglihatan, PENDAHULUAN Kekurangan vitamin A (KVA) pada anak merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang perlu mendapat perhatian. Hal ini penting karena KVA berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anak. Penanggulangan masalah KVA saat ini bukan hanya untuk mencegah kebutaan, tetapi juga dikaitkan dengan upaya 47 pertumbuhan dan peningkatan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Program penanggulangan kurang Vitamin A (KVA) telah dilaksanakan sejak tahun 1970-an dan sampai saat ini masih merupakan masalah gizi utama di Indonesia. Strategi penanggulangan kurang vitamin A masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi, yang diberikan pada bayi (6-11 bulan), balita (1-5 tahun) dan ibu nifas (Depkes RI, 2008). Upaya penanggulangan KVA di Indonesia, terutama bagi balita usia 6-59 bulan, dilakukan oleh Depkes melalui program pemberian Vitamin A untuk Balita. Keberhasilan program pemberian kapsul vitamin A pada prinsipnya dipengaruhi oleh peran serta masyarakat melalui kegiatan posyandu. Tujuan utama Posyandu, yaitu untuk memberikan pelayanan KIA. Di Posyandu terdapat program pemberian vitamin A dosis tinggi pada balita 2 kali selama setahun, yaitu setiap Februari dan Agustus. Dosis Vitamin A 100.000 IU untuk anak usia 6-11 bulan, 200.000 IU untuk anak usia 12-59 bulan dan ibu nifas. Pemberian vitamin A paling lambat 1 (satu) bulan berikutnya digunakan untuk menjaring kelompok sasaran yang belum mendapatkan kapsul vitamin A yang dilakukan melalui kunjungan rumah (sweeping) (Depkes RI, 2000). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2008 menunjukkan presentase pemberian vitamin A menurut sasaran di Indonesia tahun 2008 yaitu pada bayi usia 6-11 bulan pada bulan Februari yaitu 83,19% dan bulan Agustus yaitu 87,44%, sedangkan pada anak balita pada bulan Februari yaitu 91,55% dan bulan Agustus yaitu 82,27%. Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah tahun 2008 menunjukkan cakupan pemberian suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi 98,52% pada balita 95,14%. Cakupan suplementasi kapsul vitamin A pada bayi telah melampaui target sebesar 95%. Prevalensi balita yang mendapat vitamin A di Posyandu Nusa Indah XVIII bulan Agustus dan Februari untuk usia bayi 6–11 bulan dan balita usia 1–5 tahun yaitu 85%. Jumlah bayi dan balita di posyandu Nusa Indah XVIII Cemani yaitu 167 orang yang di dalamnya terdapat 39 bayi dan 128 balita. Wawancara kepada 10 ibu balita tentang vitamin A pada balita di posyandu Nusa Indah XVIII Cemani pada tanggal 23 Maret 2012 diketahui bahwa 7 ibu kurang mengetahui tentang vitamin A dan 3 ibu cukup mengetahui tentang vitamin A. Rata-rata dari mereka memberikan vitamin A pada anaknya karena diberikan pada saat posyandu. Ketidaktahuan ibu tentang vitamin A pada balita merupakan salah satu faktor balita tidak mendapatkan vitamin A sehingga mereka rentan terhadap infeksi. Kurangnya penyuluhan yang dilakukan oleh para kader kepada masyarakat, ketidaktahuan ibu tempat dimana ibu dapat memperoleh vitamin A serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mengikuti posyandu juga merupakan faktor-faktor yang menyebabkan balita kekurangan vitamin A. Tujuan penelitian adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu 48 tentang Vitamin A pada balita di posyandu Nusa Indah XVIII Cemani Sukoharjo. METODE PENELITIAN Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010; h.103). Variabel pada penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita. Jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat. (Notoatmojo, 2010; h.35 ). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011; h. 80). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita 1-5 tahun di Posyandu Nusa Indah XVIII Cemani Sukoharjo dengan jumlah 128 orang. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011; h. 81). Sampel tersebut diambil dengan rumus proporsi (Nursalam, 2008; h. 92) Keterangan : = besar populasi besar sampel tingkat kesalahan (0,05) Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Probability Sampling dengan teknik Proportionate Stratified Random Sampling teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. (Sugiyono, 2011; h. 82). Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner dalam bentuk pertanyaan tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih satu jawaban ketentuan benar atau salah yang sesuai dengan pendapatnya, bobot nilai untuk jawaban benar: 1, sedangkan salah: 0. (Arikunto, 2010; h. 195) Setelah data terkumpul melalui kuesioner, kemudian ditabulasi dan dikelompokan sesuai dengan variabel yang diteliti. Jawaban seluruh responden masing-masing pertanyaan dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah jawaban yang diharapkan, kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berapa persentase. Hasil jawaban responden yang telah diberi pembobotan dibandingkan dengan jumlah skor tertinggi kemudian dikalikan 100%. Rumus yang digunakan adalah : (Budiarto, 2002; h. 37) Keterangan : P = persentase f = Jawaban yang benar N = Jumlah pertanyaan 49 Untuk mengetahui kategori tingkat pengetahuan responden tentang vitamin A pada balita berdasarkan kriteria penafsiran menurut Arikunto (2006) dalam (Wawan dan Dewi,2011; h.16-18) 1) Baik : 76-100% 2) Cukup : 56-75% 3) Kurang : < 55% HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin A Pada Balita No 1 2 3 Kategori Baik Cukup Kurang Total Frekuensi 18 59 20 97 Prosentase 18,56% 60,82% 20,62% 100% Tabel 2. Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pengertian Vitamin A No 1 2 3 Kategori Baik Cukup Kurang Total Frekuensi 63 24 10 97 Prosentase 64,95% 24,74% 10,31% 100% Tabel 3. Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat Vitamin A No 1 2 3 Kategori Baik Cukup Kurang Total Frekuensi 52 39 6 97 Prosentase 53,61% 40,21% 6,18% 100% Tabel 4. Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Akibat Kekurangan Vitamin A No 1 2 3 Kategori Baik Cukup Kurang Total Frekuensi 22 49 26 97 Prosentase 22,68% 50,52% 26,80% 100% Tabel 5. Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Jadwal Pemberian Vitamin A No 1 2 3 Kategori Baik Cukup Kurang Total Frekuensi 13 54 30 97 Prosentase 13,40% 55,67% 30,93% 100% Tabel 6. Distribusi Frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Yang Mengandung Vitamin A No 1 2 3 Kategori Baik Cukup Kurang Total Frekuensi 23 57 17 97 Prosentase 23,71% 58,76% 17,53% 100% Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 97 responden, sebanyak 59 responden ( 60,82%) memiliki pengetahuan cukup tentang vitamin A pada balita,sebanyak 20 responden (20,62%) berada pada kategori kurang, dan sebanyak 18 responden (18,56%)berada pada kategori baik. Pengetahuan tentang vitamin A pada balita meliputi pengertian, manfaat, akibat kekurangan, jadwal pemberian dan makanan yang mengandung vitamin A. Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2007;h. 139). Menurut Mubarak (2011) bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, pendidikan dan pekerjaan. Berdasarkan data karakteristik responden usia 15-19 tahun sebanyak 7 orang (7,22%), usia 20-35 tahun yaitu 50 sebanyak 67 orang (69,07%), dan usia 36-45 tahun yaitu sebanyak 23 orang (23,71%). Menurut Mubarak (2011) Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental) pertumbahan pada fisik terjadi akibat pematangan fungsi organ pada aspek psikologis atau mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. Menurut Nursalam (2001) dalam Hidajati (2012; h. 43) dikatakan umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun, semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja Tingkat pengetahuan selain dipengaruhi faktor usia juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden. karakteristik dapat diketahui bahwa responden berpendidikan dasar (SD/sederajat) yaitu 2 orang (2,06%), responden berpendidikan menengah (SLTP-SLTA/sederajat) yaitu sebanyak 82 orang (84,54%), dan berpendidikan tinggi (perguruan tinggi) yaitu sebanyak 13 orang (13,40%). Tingginya tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang (Wawan Dan Dewi, 2011:h.116-17). Sebagaimana dijelaskan oleh Mubarak (2011) yaitu semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Jika pendidikan seseorang rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaaan, informasi dan nilai-nilai yang diperkenalkan. Selain dipengaruhi oleh faktor usia dan tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan juga dipengaruhi oleh pekerjaan responden. Berdasarkan karakteristik dapat dijelaskan bahwa responden bekerja yaitu sebanyak 64 orang (65,98%), dan respondentidak bekerja yaitu sebanyak 33 orang (34,02%).Hal ini menandakan bahwa Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung (Mubarak,2011). Menurut Depkes RI (1999) dalam Hidajati (2012; h. 49) Pengetahuan responden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja hal ini disebabkan karena ibu yang bekerja diluar rumah memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita di posyandu Nusa Indah XVIII Cemani dalam kategori cukup karena pengetahuan tentang vitamin A pada balita berkaitan dengan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan yang tidak semua orang mengetahuinya baik tentang pengertian , manfaat, akibat kekurangan, jadwal pemberian, dan makanan sumber vitamin A. Sehingga untuk mendapatkan informasi tentang vitamin A responden harus mendapat penyuluhan terlebih dahulu. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian Selly Kusumaningrum (2011) yang berjudul Gambaran Pengetahuan Tentang Pemberian Vitamin A Dosis Tinggi Pada Ibu Yang Mempunyai Balita Di Posyandu Purna Yuda Wilayah Kerja Puskesmas Banyuurip Kabupaten 51 Purworejo yaitu pengetahuan ibu dalam kategori cukup (78,4%), karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia yaitu 18-40 tahun (67,6%), pendidikan yaitu pendidikan SMA (64,9%), dan sumber informasi yaitu dari penyuluhan kader, bidan dan puskesmas (67,6%). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Pengetahuan ibu tentang vitamin A pada balita di posyandu Nusa Indah XVIII Cemani dalam kategori cukup. 2. Pengetahuan ibu tentang pengertian vitamin A pada balita di posyandu Nusa Indah XVIII Cemani dalam kategori baik 3. Pengetahuan ibu tentang manfaaf vitamin A pada balita di posyandu Nusa Indah XVIII Cemani dalam kategori baik 4. Pengetahuan ibu tentang akibat kekurangan vitamin A pada balita di posyandu Nusa Indah XVIII dalam kategori cukup 5. Pengetahuan ibu tentang jadwal pemberian vitamin A pada balita di posyandu Nusa Indah XVIII dalam kategori cukup 6. Pengetahuan ibu tentang makanan yang mengandung vitamin A pada balita di posyandu Nusa Indah XVIII dalam kategori cukup. Saran 1. Bagi institusi pendidikan Disarankan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan tentang vitamin A pada balita. 2. Bagi penelitian Disarankan agar dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian lain untuk dapat mengembangkan penelitian ini. 3. Bagi tenaga kesehatan Saran bagi tenaga kesehatan, dapat memberikan informasi bagi bidan dan kader dalam memberikan penyuluhan mengenai vitamin A pada balita. 4. Bagi masyarakat Disarankan hasil penelitian ini dapat digunakan oleh masyarakat khususnya ibu yang mempunyai balita untuk menambah wawasan mengenai vitamin A pada balita dan ibu memberikan vitamin A pada balita secara tepat. DAFTAR PUSTAKA Aidha, Z. Pengertian Posyandu. 2010. Didapat darihttp://repository.usu.ac.id Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia. 2009. h. 151;15862;163-66 Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka. 2010. h. 194-98;278-80 Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan Edisi 1. Jakarta. EGC. 2004. h. 121 Budiarto, S. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC. 2002. h. 37 Fitriani, S. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmi. 2011. h. 130-31 52 Hidayat, A. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. 2010. h. 93-5 Hidajati, A . Mengapa seorang ibu harus menyusui?. Yogyakarta : Flashbook. 2012. h. 44;49 Mubarak, I. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011. h. 30 Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2011. h. 80-1;225 Suparyanto, M.Kes . Konsep balita. 18 2011. Didapat dari http://drsuparyanto.blogspot.com/ Wawan dan Dewi M. A. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika. 2010. h. 16-8 Notoatmodjo, S. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. 2007. h. 139-40 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke cipta. 2010. h. 35;103 Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2008. h. 92;100;124 53