MODUL PERKULIAHAN Komunikasi Massa Model-Model Komunikasi (2) Fakultas Public Relations Ilmu Komunikasi Public Relations Tatap Muka 09 Kode MK Disusun Oleh MK85013 Radityo Muhammad, S.H., M.A Ass : Nensi Silviandari S.Sos Abstract Kompetensi Modul ini menjelaskan bagaimana pesan dari media massa dapat mempengaruhi audiens. Mahasiswa mampu memahami menjelaskan model-model komunikasi Bab 9 Model-Model Komunikasi (2) Daftar Isi Bab 9 Model-Model Komunikasi (2) ................................................................................................ 2 9.1. Two Step Flow Model ............................................................................................................. 3 Latar Belakang ................................................................................................................................ 3 Asumsi ............................................................................................................................................ 5 9.2. Gatekeeper Model (White) ...................................................................................................... 7 Latar Belakang ................................................................................................................................ 7 Asumsi ............................................................................................................................................ 7 Metode Favorit ................................................................................................................................ 8 Ruang Lingkup dan Aplikasi .......................................................................................................... 8 9.3. Agenda Setting Model ............................................................................................................. 9 Latar Belakang ................................................................................................................................ 9 Inti Teori ......................................................................................................................................... 9 Aplikasi ......................................................................................................................................... 10 Asumsi .......................................................................................................................................... 10 Komponen ..................................................................................................................................... 10 Integrasi......................................................................................................................................... 11 9.4. Spiral Keheningan Model ..................................................................................................... 12 Latar Belakang .............................................................................................................................. 12 Inti Teori ....................................................................................................................................... 13 Aplikasi ......................................................................................................................................... 13 Asumsi .......................................................................................................................................... 14 Pengaruh Media ............................................................................................................................ 14 Karakteristik Media ...................................................................................................................... 14 Integrasi......................................................................................................................................... 15 9.5. Dependency Model .............................................................................................................. 17 Latar Belakang .............................................................................................................................. 17 Asumsi .......................................................................................................................................... 17 Inti Teori ....................................................................................................................................... 18 Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 19 2013 2 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Two Step Flow Model 9.1. Latar Belakang Konsep komunikasi dua tahap (two step flow of communication) pada awalnya berasal dari Paul Felix Lazarsfeld, Bernard Berelson dan Hazel Gaudet yang berdasarkan pada penelitiannya menyatakan bahwa ide-ide seringkali datang dari radio dan surat kabar yang ditangkap oleh pemuka pendapat (opinion leaders) dan dari mereka ini berlalu menuju penduduk yang kurang giat. Hal ini pertama kali diperkenalkan oleh Lazarsfeld pada tahun 1944. Kemudian dikembangkan oleh Elihu Katz di tahun 1955. Pada awalnya para ilmuan berpendapat bahwa efek yang diberikan media massa berlaku secara langsung seperti yang dikatakan oleh teori jarum suntik. Akan tetapi Lazarsfeld mempertanyakan kebenarannya. Pada saat itu, mungkin saja dia mempertanyakan apa hubungan antara media massa dan masyarakat pengguna media massa saat kampanye pemilihan presiden berlangsung. Selain itu keingintahuan Lazarsfeld terhadap apa saja efek yang diberikan media massa pada masyarakat pengguna media massa pada saat itu serta cara media massa menyampaikan pengaruhnya terhadap masyarakat. Untuk itu Lazarsfeld memanfaatkan pemilihan umum presiden Amerika pada tahun 1940. Lazarsfeld mencari tahu cara kerja media dalam mempengaruhi opini publik mengenai calon presiden Amerika yang berkampanye melalui media massa. Lazarsfeld dan beberapa rekannya memilih daerah Erie County di Ohio serta Elmira di New York sebagai tempat penelitian. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif pada bulan Mei hingga November 1940. Fokusnya terhadap pengaruh interpersonal dalam penyampaian pesan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya keputusan media dibuat. Ternyata ditemukan hal yang sangat menarik bahwa hanya 5% responden yang mengaku bahwa mereka mengalami perubahan sikap setelah melihat pesan media secara langsung. Selebihnya pemilih mengatakan bahwa hal yang sedikit banyak berpengaruh dalam pembuatan opini mereka adalah interaksi dengan orang terdekat seperti keluarga atau teman. Setelah melakukan observasi terhadap responden, Lazarsfeld kemudian menemukan kesimpulan yang sedikit bertolak belakang dengan apa yang diyakini sebelumnya. Hal yang ditemukan Lazarsfeld bahwa terdapat banyak hal yang terjadi saat media massa menyampaikan pesannya. Cara kerja media massa dalam mempengaruhi opini masyarakat terjadi dalam dua tahap. Disebut dua tahap karena model komunikasi ini dimulai dengan tahap pertama sebagai proses komunikasi massa, yaitu sumbernya adalah komunikator kepada pemuka pendapat. Kedua sebagai proses komunikasi antarpersonal, 2013 3 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yaitu dimulai dari pemuka pendapat kepada pengikut-pengikutnya. Proses tersebut bisa digambarkan seperti bagan di bawah ini: Media Massa ---> Pesan-pesan ---> Opinion Leaders ---> Followers (Mass Audience) Pada masa selanjutnya, teori ini memperlihatkan bahwa pengaruh media itu kecil, ada variabel lain yang lebih bisa mendominasi dalam mempengaruhi masing-masing penonton. Hal ini dapat dicontohkan pada dua orang yang sedang menonton sebuah iklan motor di TV. Orang pertama berkeyakinan bahwa motor yang ditayangkan dalam iklan tersebut adalah paling bagus daripada motor lainnya, karena ia pun telah mencoba dan membuktikannya. Dan akhirnya ia menceritakan hal itu kepada penonton lain yang kebetulan sedang mencari motor yang dianggap baik pula. Setelah itu, penonton kedua pun mendapat keyakinan yang sama, sehingga ia membeli motor yang serupa. Dari contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel lain yang dianggap lebih bisa mendominasi daripada media adalah seseorang terdekat yang memberi pengaruh kuat pada orang lainnya. Disebut sebagai komunikasi dua tahap karena model komunikasi ini dimulai dengan tahap pertama sebagai proses komunikasi massa dan tahap berikutnya sebagai proses komunikasi antar personal. Teori ini menggambarkan pesan lewat media massa dan diterima oleh individu-individu yang menaruh perhatian lebih pada media massa, sehingga mereka menjadi orang yang terinformasi (well informed). Mereka disebut sebagai opinion leader, yang akan menginterpretasikan setiap pesan yang diterimanya dan seterusnya mereka sampaikan kepada individu-individu lainya secara antarpersonal dengan menggunakan bahasa dan gaya penyampaian sesuai dengan kemampuannya. Tahap 1 (Komunikasi Massa): Sumber----- Komunikasi ----- Pesan ----- Media Massa. Tahap 2 (Interpersonal): Opinion Leader --------- komunikan. Dalam model ini, ketika pesan disampaikan oleh sumber atau media massa terjadi proses komunikasi massa. Tapi ternyata tidak semua orang memahami isi pesan yang disampaikan dan mempunyai akses ke media massa. Dalam model ini kemudian dikenal adanya opinion leader atau pemuka pendapat. Pemuka pendapat adalah orang yang memahami lebih isi pesan media massa, atau orang yang mempunyai akses yang lebih besar ke media massa dibandingkan dengan individu lain. Proses pertama, seperti yang dijelaskan sebelumnya, adalah proses komunikasi massa dan proses kedua dari opinion leader ke khalayak umum adalah proses komunikasi interpersonal. 2013 4 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Konsep komunikasi dua tahap ini berasal dari Lazarsfeld, Berelson, dan Gaudet (1948). Mereka melakukan suatu penelitian tentang berkomunikasi, dan hasil dari penelitian tersebut memberi anggapan bahwa ide-ide sering kali datang dari radio dan surat kabar yang ditangkap oleh pemuka pendapat. Asumsi Asumsi- asumsi yang melatarbelakangi model komunikasi dua tahap adalah: a. Warga masyarakat pada dasarnya tidak hidup secara terisolasi, melainkan aktif berinteraksi satu sama lainnya dan menjadi anggota dari satu atau beberapa kalompok sosial. b. Tanggapan dan reaksi terhadap pesan-pesan media massa tidak terjadi secara langsung dan segera, tetapi melalui perantara yakni hubungan-hubungan sosial. c. Para pemuka pendapat umumnya merupakan sekumpulan orang yang aktif yang menggunakan media massa serta berperan sebagai sumber dan rujukan informasi yang berpengaruh. Kelebihan komunikasi dua tahap, yaitu: 1. Dapat membantu kita dalam memusatkan perhatian atas adanya hubungan yang komplementer atau saling melengkapi antara komunikasi massa dengan komunikasi antar pribadi. 2. Adanya peran aktif dari pemuka pendapat dan cara-cara berkomunikasi tatap muka yang di pandang mempunyai peranan penting dalam setiap situasi komunikasi, khususnya bagi masyarakat di Negara berkembang. 3. Memberikan kerangka kerja yang secara konseptual dapat dipakai guna meneliti gejala-gejala komunikasi yang bersifat kompleks. 4. Model dua tahap ini memperlihat dua hal yang menonjol, yaitu: a. Diberikan perhatian khusus pada peranan pemuka pendapat sebagai sumber informasi b. Beberapa penyempurnaan dari model komunikasii dua tahap, sebagaimana dikenal dalam model komunikasi satu tahap dan model komunikasi banyak tahap. Kelemahan komunikasi dua tahap, yaitu: 1. Model tersebut menyatakan bahwa individu yang aktif dalam mencapai informasi hanyalah pemuka pendapat, sedangkan masyarakat yang lain hanya bersikap pasif. Kegiatan pemuka pendapat dianggap sebagai usaha untuk memperoleh kesempatan berperan sebagai pemrakarsa kenyataannya ada pemuka pendapat yang bersifat pasif pula. 2013 5 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id komunikasi. Tapi 2. Pandangan bahwa dalam proses komunikasi massa pada hakikatnya terjadi dua tahap ternyata membatasi proses analisisnya, sebab komunikasi dapat terjadi dalam dua tahap atau lebih. Dalam kasus tertentu dapat saja terjadi proses komunikasi satu tahap misalnya media massa langsung mempengaruhi khalayak. Dalam kasus lain media massa menimbulkan proses komunikasi banyak massa 3. Proses komunikasi dua tahap menunjukan bahwa betapa tergantungannya pemuka pendapat akan informasi yang disebarkan oleh media massa. Sekarang informasi itu di dapat bukan hanya dari media massa akan tetapi dari media lain. 4. Model komunikasi dua tahap mengabaikan perilaku khalayak berdasarkan “waktu” pengenalan ide baru. 5. Model ini tidak menunjukkan adanya perbedaan peranan dari pelbagai saluran komunikasi dalam hubungannya dengan tahap-tahap inovasi. 6. Adanya pemisahan khalayak antara pemuka pendapat dengan masyarakat pengikut (followers). Padahal tidak selamanya mereka yang bukan pemimpin (non leaders) adalah pengikut dari pemuka pendapat. 2013 6 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 9.2. Gatekeeper Model (White) Latar Belakang Kurt Lewin lah yang pertama menggunakan istilah "Gatekeeper" (Penjaga Gerbang) yang ia digunakan untuk menggambarkan seorang istri atau ibu sebagai orang yang memutuskan mana makanan disajikan di meja makan keluarga. (Lewin, 1947). Gatekeeper adalah orang yang memutuskan apa yang akan melewati setiap bagian gerbang, yang dalam prosesnya terbagi dalam beberapa bagian. Meskipun ia mengambilnya dari sistem rantai makanan, tetapi ia juga memasukan bahwa proses penjagaan gerbang dapat terjadi layaknya penyebaran berita melalui saluran komunikasi dalam kelompok. Asumsi Gatekeeper memutuskan mana informasi akan maju, dan yang tidak akan. Dengan kata lain sebuah gatekeeper dalam sistem sosial yang memutuskan suatu komoditas tertentu - bahan, barang, dan informasi - dapat memasuki sistem. Penting untuk disadari adalah bahwa gatekeeper dapat mengontrol pengetahuan masyarakat mengenai peristiwa yang sebenarnya, dengan membiarkan beberapa berita dan menahan berita-berita lainnya. Gatekeeper juga dapat dilihat sebagai lembaga atau organisasi. Dalam sistem politik ada gatekeeper, individu atau lembaga yang mengontrol akses ke posisi kekuasaan dan mengatur aliran informasi dan pengaruh politik. Gatekeeper hadir dimana-mana, dan pilihan mereka berpotensi untuk mempengaruhi gambaran mental dalam pemahaman masyarakat terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka. Media penjaga gerbang menunjukkan bahwa pengambilan keputusan didasarkan pada prinsip-prinsip nilai-nilai berita, rutinitas organisasi, struktur input dan akal sehat. Gatekeeping sangat penting dalam melihat perencanaan komunikasi dan hampir semua perencanaan tersebut mencakup beberapa aspek penjaga gerbang. Pilihan gatekeeper adalah jejaring kompleks atas pengaruh, preferensi, motif dan nilai-nilai bersama. Gatekeeping tidak dapat dihindari, dan dalam beberapa kondisi dapat berguna. Tetapi Gatekeeping juga bisa berbahaya, karena dapat menyebabkan penyalahgunaan kekuasaan dengan memutuskan untuk membuang informasi atau mengijinkannya lewat. Namun demikian, peran penjaga gerbang sudah menjadi rutinitas, yang dipandu oleh standar tertentu. 2013 7 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id White (1964), Gatekeeping yang terjadi di Media. Metode Favorit Wawancara, Survei, Analisis Jaringan. Ruang Lingkup dan Aplikasi Teori ini berhubungan dengan media massa dan organisasi. Di media massa fokusnya adalah pada struktur organisasi ruagn berita dan acara. Gatekeeping juga penting dalam organisasi, karena karyawan dan manajemen juga coba saling mempengaruhi. 2013 8 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 9.3. Agenda Setting Model Latar Belakang Teori ini dicetuskan oleh profesor jurnalisme McCombs dan Shaw, menjelaskan begitu besarnya pengaruh media berkaitan dengan kemampuannya dalam memberitahukan kepada audiens mengenai isu - isu apa sajakah yang penting. Tahun 1922, kolumnis Walter Lippman mengatakan bahwa media memiliki kemampuan untuk menciptakan pencitraan pencitraan ke hadapan publik. McCombs and Shaw melakukan analisis dan investigasi terhadap jalannya kampanye pemilihan presiden pada tahun 1968, 1972, dan 1976. Pada penelitiannya yang pertama (1968), mereka menemukan dua hal penting, yakni kesadaran dan informasi. Dalam menganalisa fungsi agenda setting media ini mereka berkesimpulan bahwa media massa memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap apa yang pemilih bicarakan mengenai kampanye politik tersebut, memberikan pengaruh besar terhadap isu isu apa yang penting untuk dibicarakan bahkan mempengaruhi pilihan politik pemilih. Inti Teori Media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi agenda media kepada agenda publik. Dalam Teori Agenda Setting, publik cenderung menilai sesuatu itu penting sebagaimana media massa menganggap hal tersebut penting. Jika media massa menganggap suatu isu itu penting maka kita juga akan menganggapnya penting. Sebaliknya, jika isu tersebut tidak dianggap penting oleh media massa, maka isu tersebut juga menjadi tidak penting bagi diri kita, bahkan menjadi tidak terlihat sama sekali. Agenda media dapat terlihat dari aspek apa saja yang coba ditonjolkan oleh pemberitaan media terebut. Dalam hal ini dapat dilihat dari posisi pemberitaan dan panjangnya berita sebagai faktor yang ditonjolkan oleh redaksi. Untuk surat kabar, headline pada halaman depan, tiga kolom di berita halaman dalam, serta editorial, dilihat sebagai bukti yang cukup kuat bahwa hal tersebut menjadi fokus utama surat kabar tersebut. Dalam majalah, fokus utama terlihat dari bahasan utama majalah tersebut. Sementara dalam berita televisi dapat dilihat dari tayangan berita pertama hingga berita ketiga, dan biasanya disertai dengan sesi tanya jawab atau dialog setelah sesi pemberitaan. Sedangkan dalam mengukur agenda publik, McCombs dan Shaw melihat dari isu apa yang ditonjolkan dalam pemberitaan. Ternyata ada kesamaan antara isu yang dibicarakan atau dianggap penting oleh publik dengan isu yang ditonjolkan oleh pemberitaan media massa. McCombs dan Shaw percaya bahwa fungsi agenda-setting media massa bertanggung jawab terhadap hampir semua hal yang dianggap penting oleh publik. Hal yang dianggap prioritas oleh media menjadi prioritas juga bagi publik atau masyarakat. Lebih dari itu, kini media massa 2013 9 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id juga dipercaya mampu mempengaruhi bagaimana cara kita berpikir. Agenda-setting tidak lagi hanya menanyakan ‘what to think about’, namun juga ‘how to think about’. Aplikasi Konsep yang berhubungan erat dengan agenda-setting adalah agenda publik dan agenda kebijakan. Agenda media (urutan topik berdasar yang dianggap penting dalam media) mempengaruhi baik agenda publik (urutan topik yang dianggap penting dalam survei terhadap opini khalayak) maupun agenda kebijakan (urutan topik yang dianggap penting dalam pikiran lembaga yang menentukan kebijakan publik). Misal : dalam seminggu penuh berita di media massa mengangkat topik mengenai rencana pemerintah menaikan tarif dasar listrik. Maka topik ini akan menjadi prioritas pembicaraan masyarakat karena setiap hari mereka dihadapkan dengan berita ini, meski mereka membahasnya dalam sudut pandang yang berbeda-beda. Topik ini juga akan menjadi topik utama dalam pembahasan kebijakan publik oleh pihak yang berwenang, dalam hal ini pemerintah. Teori ini digunakan dalam : kegiatan-kegiatan kampanye politik seperti iklan politik, debat politik, serta dalam politik pencitraan kegiatan-kegiatan bisnis untuk meningkatkan reputasi perusahaan (Carroll & McCombs, 2003) dan mempengaruhi kebijakan federal (Berger, 2001). Asumsi Pers dan media tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya, melainkan mereka membentuk dan mengkonstruk realitas tersebut. Media menyediakan beberapa isu dan memberikan penekanan lebih kepada isu-isu tersebut yang selanjutnya memberikan kesempatan kepada publik untuk menentukan isu mana yang lebih penting dibandingkan dengan isu lainnya. Sedikit banyak, media memberikan pengaruh kepada publik mengenai isu mana yang lebih penting dibandingkan dengan isu lainnya. Salah satu aspek yang terpenting dari konsep agenda setting ini adalah mengenai waktu pembingkaian isu-isu tersebut. Ini berarti tiap - tiap media memiliki potensi - potensi agenda setting yang berbeda - beda satu sama lainnya dalam memberitakan atau menyampaikan sebuah isu. Pendekatan ini dapat membantu kita untuk menganalisa kecenderungan - kecenderungan suatu media misalnya dalam hal komunikasi politik mereka. Komponen 1. Framing : berasumsi media bisa membentuk perspektif tertentu terhadap peristiwa yang disajikannya. Pada gilirannya, ini akan berpengaruh terhadap sikap publik terhadap peristiwa tadi. Framing ini disebut juga sebagai second level of agendasetting. 2013 10 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Priming : proses di mana isu yang diangkat media akan mengingatkan publik akan informasi sebelumnya yang mereka miliki tentang isu itu, sehingga akan memicu perhatian lebih. Dalam konteks media, priming adalah dampak dari isi media (misalnya liputan tokoh politik) terhadap perilaku atau penilaian khalayak yang muncul kemudian (misalnya mendukung dalam pemilu) (Roskos-Ewoldsen et al., 2007: 53). 3. Gatekeeping : mengacu pada bagaimana konten media dikendalikan. Artinya ada pihak-pihak tertentu yang menentukan mana yang menjadi berita dan mana yang bukan berita. Mereka disebut sebagai “gatekeepers”, yakni pemimpin redaksi, redaktur, editor, hingga jurnalis itu sendiri. Integrasi Communication Tradition : Socio Psicological karena berkaitan dengan aspek kognisi dan hubungan saling mempengaruhi, dalam hal ini framing dan agenda-agenda media mempengaruhi agenda-agenda publik.. Communication Context : Komunikasi massa Aprroach to knowing : Post positivist karena menjelaskan hubungan sebab akibat, misalnya apabila beberapa orang diterpa oleh sebuah media yang sama, maka mereka akan membicarakan topik yang sama. Selain itu memiliki daya penjelas karena menjelaskan mengapa sebagian besar orang-orang memprioritaskan topik yang sama sesuai yang dimunculkan media. Kritik-Korelasi: Bahwa korelasi belum tentu juga bersifat kausalitas. Mungkin saja pemberitaan media massa hanyalah sebagai cerminan terhadap hal yang memang sudah dianggap penting oleh masyarakat. Heuristik: Teori ini bersifat heuristik karena ini meletakkan dasar untuk penelitian lebih lanjut. Teori ini telah membantu pengembangan pengetahuan mengenai efek media. 2013 11 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 9.4. Spiral Keheningan Model Latar Belakang Teori ini petama kali dicetuskan oleh Elisabeth Noelle-Neumann Ia adalah ilmuwan politik Jerman. Neumann (1974) memperkenalkan spiral keheningan sebagai upaya untuk menjelaskan di bagian bagaimana opini publik dibentuk. Dia bertanya-tanya mengapa Jerman mendukung posisi politik yang salah yang menyebabkan kekalahan nasional, penghinaan dan merusak di tahun 1930-an 1940-an. Teori pembentukan opini oleh Noelle-Neumann (1974) ini, mengemukakan bahwasanya orang-orang pada umumnya memiliki rasa terkucil. Dan dalam mengungkapkan opini suatu masyarakat mengikuti opini mayoritas. Akan tetapi, ketakutan akan terisolasi menentukan, apakah seseorang itu akan mengekspresikan opini-opininya secara umum, untuk meminimalkanya seseorang mencari dukungan dari orang-orang sekitarnya. Pengaruh media yang kumulatif (numpuk) seperti halnya tetesan air secara bertahap dapat menghancurkan batu. Topik yang dominan secara otomatis membisukan orang yang berbeda ideology terhadap opini yang berkembang seperti contoh ketika kaum seseorang mengidolakan seorang artis dan seorang yang di idolakanya itu ternyata seorang yang tidak memiliki akhlak yang baik, namun dia tidak percaya jika orang yang di idolakannya tidak seperti itu, namun kaum mayoritas mempercayainya bahwasanya artis tersebut tidak berakhlak baik, sehingga kaum mayoritas ini membisukan kaum minoritas tersebut. Dan orang yang tidak terpengaruh dengan spiral kebisuan ialah orang yang dikenal sebagai avant garde dan hard core, orang yang di maksud disini adalah orang yang selau menentang. Teori ini juga disebut dengan teori uji coba kereta api (jerman). Dalam kereta api ada bayak masyarakat yang tidak saling mengenal dan duduk berhadap-hadapan. Ditempat mereka duduk ada sebuah televisi yang menayangkan acara yang sedang update, ketika ada seorang membuka percakapan dan melemparkan isu sehingga dua orang lain menyambungkan dan mengikuti percakapan tersebut, namun satu orang diantara keempatnya ada yang diam dan beranggapan bahwa isu tersebut tidak benar, maka satu orang tersebut didiamkan oleh ketiga orang tersebut. Jika satu orang ini mengungkapkan dan berani berbicara. Maka orang ini disebut: inovators, social change (merubah sosial). Teori ini diberikan bagi gejala ini karena logikanya mendasarinya yang berujar, bahwa semakin tersebar versi kanesius opini yang dominan oleh media massa dalam masyarakat, semakin senyap pula suara seseorang yang menentangnya. 2013 12 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Spiral of silence terjadi karena 3 faktor dalam mengkategorikanya: 1. Faktor usia: seperti halnya apad teori uji coba kereta api, namun di dalamnya terdapat dua anak kecil yang pada dasarnya kurang mengetahui apa isu yang sedang update di televise, maka tidak ada percakapan diantara mereka 2. Tingkat pendidikan: akan terjadi percakapn ketika mereka memiliki tingkat pendidikan yang memadai 3. Factor jenis kelamin: biasanya percakapan akan terjadi jika banyak laki-lakinya dari pada perempuan. Jadi spiral of silence itu proses pembisuan kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas. Inti Teori Teori ini berfokus pada apa yang terjadi ketika orang-orang menyatakan opininya mengenai topik yang telah didefinisikan oleh media bagi khalayak. Orang yang yakin bahwa mereka memiliki sudut pandang minoritas terhadap isu-isu publik akan menarik diri dan diam di belakang yang mana komunikasi mereka dibatasi. Orang enggan untuk mengekspresikan pandangan minoritas mereka, terutama karena takut dikucilkan. Sedangkan mereka yang memiliki sudut pandang mayoritas akan lebih terdorong untuk bersuara. Media sendiri akan berfokus pada pandangan mayoritas dan meremehkan pandangan minoritas. Ini membuat minoritas menjadi lebih tidak telibat dalam mengkomunikasikan opini mereka yang menyebabkan munculnya spiral komunikasi yang bergerak ke bawah. Individu dalam kaum minoritas pun akhirnya akan menilai pengaruh mereka secara berlebihan dan makin tidak berani dalam berkomunikasi. Teori ini secara unik menyilangkan opini publik dan media.Opini publik di sini merujuk pada sentimen kolektif dari sebuah populasi terhadap subjek tertentu. Media seringkali menentukan subjek apa yang menarik bagi khalayak dan membuatnya menjadi kontroversial. Aplikasi Teori ini erat kaitannya dengan kehidupan nyata. Misalnya saja pada Pemilu Presiden 2009 lalu. SBY begitu gencar diberitakan dan diiklankan di media massa melalui politik pencitraannya. Akibatnya ini mempengaruhi pilihan politik mayoritas masyarakat untuk memilih SBY saat Pemilu. Orang-orang dalam kaum mayoritas ini akan lebih terdorong untuk bersuara mengenai calon pilihannya yakni SBY, sedangkan orang-orang minoritas dari pendukung capres lain akan lebih diam dan menarik diri karena takut akan dikucilkan dengan pilihan politik berbeda. 2013 13 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Asumsi Masyarakat berkuasa terhadap mereka yang tidak sepakat, melalui ancaman dan isolasi. Struktur masyarakat cenderung bergantung penuh pada orang-orang yang secara bersamaan mendukung suatu nilai, hal ini ditentukan oleh opini publik. Ketika orang sepakat mengenai seperangkat nilai bersama, ketakutan akan isolasi akan berkurang. Namun bila ada perbedaan nilai, ketakutan akan isolasi muncul. Rasa takut akan isolasi menyebabkan individu untuk setiap saat mencoba menilai iklim opini. Informasi mengenai opini publik diperoleh dari observasi pribadi dan media. Observasi pribadi dilakukan dengan mendengarkan pendapat orang lain dan menggabungkan dalam pandangan pribadi. Perilaku publik dipengaruhi oleh penilaian akan opini publik. Bila individu merasakan adanya dukungan mengenai suatu topik, maka mereka akan cenderung mengkomunikasikan hal itu; jika mereka merasa bahwa orang-orang tidak mendukung suatu topik, maka mereka akan tetap diam. Pengaruh Media Populasi menyesuaikan perilakunya pada arahan media.Kesediaan mengemukakan opini bergantung pada media. Noelle-Neumann menyatakan bahwa media menyediakan frase dan kata yang berulang sehingga membangkitkan kepercayaan diri orang mengenai suatu topik. Karakteristik Media Ubikuitas → media adalah sumber informasi yang berkuasa karena media ada di mana-mana dan banyak orang bergantung pada media dalam mencari informasi. Kekumulatifan → media yang mengulangi dirinya sendiri melintasi ruang dan waktu. Pengaruh resiprokal ini berhasil membentuk kerangka referensi khalayak. Konsonansi → kesamaan keyakinan dan nilai yang dipegang media. Ada tendensi media untuk menginformasikan ide dan opini mereka sendiri namun membuat seolah-olah ini berasal dari publik. Uji Kereta Merupakan penilaian mengenai sejauh mana orang akan mengemukakan opini mereka. Uji kereta ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada responden yang ada di kereta api (atau pesawat, atau bis) mengenai topik-topik tertentu untuk memancing responden untuk mengungkapkan opininya. Uji ini mengungkapkan beberapa faktor yang membantu menentukan apakah seseorang akan mengungkapkan opininya, antara lain : pendukung opini dominan akan lebih bersedia untuk menyuarakan opini dibandingkan mereka yang memiliki opini minoritas. Orang dari kota besar lebih bersedia menyuarakan pendapat. Berbagai cara untuk menyuarakan pendapat, seperti menempelkan poster atau stiker pada mobil, serta mendistribusikan selebaran. Orang akan lebih 2013 14 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menyuarakan pendapat bila pendapatnya sesuai dengan keyakinan mereka, sesuai tren terkini, sejalan dengan pandangan madsyarakat serta semangat kelompok usianya. Orang cenderung berbagi pendapat dengan mereka yang sepakat daripada dengan yang tidak sepakat. Orang mendapatkan kekuatan akan keyakinan melalui berbagai sumber, di antaranya teman, keluarga Orang mungkin akan terlibat dalam ayunan menit terakhir yakni melompat ke sisi pendapat yang populer setelah pendapat dikemukakan. Para Hard Core, Merupakan kelompok-kelompok pada ujung akhir dari spiral yang bersedia untuk menyuarakan pendapat apapun yang terjadi. Psikolog sosial, Gary Shulman berargumen bahwa jika opini mayoritas menjadi cukup besar, suara mayoritas menjadi kurang kekuatannya karena tidak terdapat opini alternatif. Selanjutnya munculah para hard core dari kaum minoritas yang bersedia menentang tren, coba bersuara untuk mendidik publik lewat media. Lama-kelamaan orang-orang terpengaruh dan mengambil sudut pandang mereka. Dalam hal ini para hard core sangat penting mengubah opini publik mayoritas. Noelle-Neumann menambahkan bahwa hard core adalah kaum minoritas yang pada ujung akhir spiral keheningan menentang ancaman akan isolasi. Integrasi Communication Tradition : Sosio Psicological karena teori ini berkaitan dengan perilaku orang-orang dalam menyatakan pendapatnya, di mana memiliki rasa takut ditolak oleh lingkungan sosial mereka, yang disebut "takut akan isolasi." Ketakutan ini kemudian menimbulkan penarikan sosial. Communication Context : Komunikasi massa Approach to knowing : Post positivist karena teori ini lahir dari proses penelitian empirik dan objektif. Sejak konsep teori tersebut, lebih dari 350 penelitian telah dilakukan untuk menguji teori. Kritik-Heurisme: Teori ini bersifat heuristik karena telah menarik ilmuwan lain untuk melakukan penelitian. Berbagai topik menyatakan bahwa teori ini dan konsep-konsepnya merupakan hal yang layak untuk dikaji. Konsistensi logis Kritik telah difokuskan pada prinsipprinsip teori dan konsep. Charles Salmon dan F. Gerald Kline (1985) merasa bahwa Spiral of Silence gagal untuk mengakui keterlibatan ego seseorang dalam masalah. Kadangkadang, orang mungkin bersedia untuk berbicara karena ego mereka yang terlibat dalam topik tersebut. Tak selamanya orang-orang berbicara hanya karena mereka memandang dukungan untuk opini mereka. Selain itu ilmuwan teori ini terlalu percaya bahwa rasa takut akan isolasi membatasi orang untuk mengemukakan opini. Carroll Glynn dan Jack McLeod (1985) mengklaim bahwa Noelle-Neumann tidak empiris dalam menguji asumsi bahwa takut isolasi mendorong orang untuk tidak berbicara. Selain itu, Noelle-Neumann tidak mengakui 2013 15 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pengaruh bahwa komunitas masyarakat dan kelompok referensi terhadap pendapat orang. Mereka percaya bahwa Noelle-Neumann terlalu banyak berfokus pada media. 2013 16 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dependency Model 9.5. Latar Belakang Teori ini diperkenalkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin DeFleur. Mereka memperkenalkan model yang menunjukan hubungan integral tak terpisahkan antara pemirsa, media dan sistem sosial yang besar. Konsisten dengan teori-teori yang menekankan pada pemirsa sebagai penentu media, model ini memperlihatkan bahwa individu bergantung pada media untuk pemenuhan kebutuhan atau untuk mencapai tujuannya, tetapi mereka tidak bergantung pada banyak media dengan porsi yang sama besar. Asumsi Besarnya ketergantungan seseorang pada media ditentukan dari dua hal. Pertama, individu akan condong menggunakan media yang menyediakan kebutuhannya lebih banyak dibandingkan dengan media lain yang hanya sedikit. Sebagai contoh, bila anda menyukai gossip, anda akan membeli tabloid gosip dibandingkan membeli Koran Kompas, dimana porsi gosip tentang artis hanya disediakan pada dua kolom di halaman belakang, tetapi orang yang tidak menyukai gosip mungkin tidak tahu bahwa tabloid gosip kesukaan anda, katakanlah tabloid Cek & Ricek, itu ada, ia pikir cek dan ricek itu hanya acara di televisi, dan orang ini kemungkinan sama sekali tidak peduli berita tentang artis di dua kolom halaman belakang Kompas. Kedua, persentase ketergantungan juga ditentukan oleh stabilitas sosial saat itu. Sebagai contoh, bila negara dalam keadaan tidak stabil, anda akan lebih bergantung/ percaya pada koran untuk mengetahui informasi jumlah korban bentrok fisik antara pihak keamanan dan pengunjuk rasa, sedangkan bila keadaan negara stabil, ketergantungan seseorang akan media bisa turun dan individu akan lebih bergantung pada institusi - institusi negara atau masyarakat untuk informasi. Sebagai contoh di Malaysia dan Singapura dimana penguasa memiliki pengaruh besar atas pendapat rakyatnya, pemberitaan media membosankan karena segala sesuatu tidak bebas untuk digali, dibahas, atau dibesar-besarkan, sehingga masyarakat lebih mempercayai pemerintah sebagai sumber informasi mereka. (sumber :wikipedia) 2013 17 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Inti Teori Teori Ketergantungan (Dependency Theory) menurut Melvin Defluer dan Sandra Ball Rockeach , adalah teori tentang komunikasi massa yang menyatakan bahwa semakin seseorang tergantung pada suatu media untuk memenuhi kebutuhannya, maka media tersebut menjadi semakin penting untuk orang itu. Ketergantungan itu sangat esensial dalam naluri freud. Karena merupakan fitur yang sangat mencolok pada prosa pembangunan budaya itu, apa yang memungkinkan untuk kegiatan psikis yang lebih tinggi, ilmiah, artistik maupun ideologis, untuk memainkan peran penting dalam kehidupan beradab (Peradaban and Its Discontents, hal 44). Teori ini memperkenalkan model yang menunjukan hubungan integral tak terpisahkan antara pemirsa, media dan sistem sosial yang besar. Teori ini memprediksikan bahwa khalayak tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun perlu digarisbawahi bahwa khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua media. Sumber ketergantungan yang kedua adalah kondisi sosial. Model ini menunjukkan sistem media dan institusi sosial itu saling berhubungan dengan khalayak dalam menciptakan kebutuhan dan minat. Pada gilirannya hal ini akan mempengaruhi khalayak untuk memilih berbagai media, sehingga bukan sumber media massa yang menciptakan ketergantungan, melainkan kondisi sosial. Untuk mengukur efek yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu riset eksperimen, survey dan riset etnografi. 2013 18 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Ardianto, Elvinaro. Lukiati Komala. Siti Karliamah.2007.Komunikasi massa suatu pengantar. Edisi revisi. Simbiosa Rekatama Media: bandung DeFleur, M.(1989). Theories of Mass Communication: Fifth Edition. New York: Longman, Inc. Effendy, Onong U. 1981. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Alumni, Bandung. McQuail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya, Bandung. 2013 19 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id