RUPM Overview

advertisement
KEBIJAKAN DAN PENCIPTAAN IKLIM
INVESTASI YANG
KONDUSIF DAN MENARIK UNTUK
MENDORONG
PROGRAM-PROGRAM PERCEPATAN
IMPLEMENTASI
FEED THE WORLD
The Investment Coordinating Board
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Jl. Jend. Gatot Subroto no.44, Jakarta 12190, Indonesia Telephone: +62 21 5252008, 525 2649, 525 4981 ∙ Fax: +62 21 5254945
Website: www.bkpm.go.id ∙ Email: [email protected]
Latar Belakang RUPM:
“investasi untuk pembangunan”
Di jiwai oleh Pembukaan dan Batang Tubuh Undang-undang Dasar 1945
Pasal 4
Amanat UU
PM No. 25
tahun 2007
(1) Pemerintah menetapkan kebijakan
dasar penanaman modal untuk:
a. mendorong terciptanya iklim usaha
nasional yang kondusif bagi
penanaman modal untuk penguatan
daya saing perekonomian nasional;
dan
b. mempercepat peningkatan
penanaman modal.
(3)
Kebijakan dasar
diwujudkan dalam
bentuk Rencana Umum
Penanaman Modal
RUPM

Diperlukan keberadaan upaya penanaman modal yang terencana agar bisa
mendukung pembangunan secara makro – berdasarkan visi dan prioritas yang jelas
agar aktivitas penanaman modal tidak berkembang secara organik, pada analisis
tentang isu aktual dan keunggulan komparatif, mempertimbangkan secara
proporsional aspirasi dalam pembangunan, termasuk kebutuhan penanam modal.

Mensinergikan sejumlah kebijakan sektoral terkait, Bidang Perindustrian, Pertanian,
Pertambangan dan Energi, Perdagangan, dan Bidang Infrastruktur Publik.

Premis dasar: investasi tidak hanya untuk pertumbuhan ekonomi tetapi lebih pada
mendukung upaya pencapaian target pembangunan
“Mengubah keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif”

Pesan Utama dari dokumen RUPM:

Peningkatan VA  at least untuk memproduksi produk setengah jadi di bidang-bidang seperti
industri hulu yang strategis dan industri manuf. berbasis SDA

Pengembangan sektor-sektor pendukung sektor-sektor/lokasi unggulan untuk penyebaran dan
diversifikasi kegiatan ekonomi

Terus mengupayakan peningkatan daya saing iklim investasi (integrasi kelembagaan PM pusat –
daerah)
VISI DAN MISI RUPM
VISI
"MENDORONG PENANAMAN MODAL YANG
BERKELANJUTAN DALAM RANGKA PERWUJUDAN
INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA"
MISI
1. Membangun iklim investasi yang berdaya saing
2. Mendorong diversifikasi dan peningkatan kegiatan ekonomi
yang bernilai tambah
3. Mendorong pemerataan kegiatan perekonomian nasional
Visi Jangka Panjang
(20 tahun)
Visi Jangka Panjang
Bidang tertentu
(10-20 tahun)
Visi Presiden Terpilih
(5 tahun)
Rencana Sektoral
(5 tahun)
Rencana Sektoral
(tahunan)
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
UU No.17/2007
Rencana
Tata Ruang
Wilayah
Nasional
(RTRWN)
Rencana
Umum
Penanaman
Modal
(RUPM)
Rencana
Jangka
Menengah
Sektoral
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(2004, 2005, 2009, 2024, dst)
Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga
Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Infrastructure
Main Goals
Food
• Diversifikasi Ekonomi
• Lebih banyak Nilai
Tambah
• Daya Saing
Energy
Didukung oleh sektor manufaktur
(melalui backward & forward
linkages)
Source: BKPM, 2009
Pendekatan
klaster industri
Perkembangan Kontribusi Sektor Agribisnis terhadap PDB
Indonesia Tahun 2000 – 2007 (dalam Persentase)
Komposisi Produk Sektor Agribisnis di Indonesia menurut Jenis
Produk Tahun 2007 (dalam Persentase)
signifikansi bisnis pangan bagi Indonesia






Besarnya bisnis pangan di Indonesia adalah hampir 30 persen dari PDB Nasional
(senilai sekitar RP. 1.500 triliun).
Sebagian besar dari bisnis pangan tersebut didominasi oleh bisnis pangan segar
(fresh food business). Dominasinya mencapai 2/3 dari total bisnis pangan, atau
nilainya sekitar Rp. 1.000 triliun
Penyerapan kesempatan kerja di usaha pangan ini juga sangat dominan. Di sektor
pertanian (yang menyerap sekitar 44 persen dari total kesempatan kerja nasional),
lebih dari 90 persen kesempatan kerja ada di dalam berbagai sektor yang terkait
dengan bisnis pangan. Di sektor manufaktur, kontribusi tenaga kerja di industri
makanan dan minuman lebih dari 20 persen dari seluruh sektor manufaktur.
Bagi umumnya masyarakat Indonesia, konsumsi untuk pangan masih mendominasi
pengeluaran rumah tangga. Pada tahun 2007, konsumsi rumah tangga untuk
pangan rata-rata adalah sekitar 47 persen.
Ketergantungan terhadap impor, terutama fresh fruit and vegetables (FFV), masih
mengkhawatirkan (diperkirakan nilainya mencapai 5% PDB).
Global: menurut FAO, masalah ketahanan pangan masih akan berlanjut. Saat ini
gap antara kebutuhan investasi di sektor pangan masih sangat besar (US$ 83
miliar; kebutuhan sekitar US$ 209) dan perkembangan produksi pangan, terutama
di negara berkembang justru kecenderungannya turun
4 hal kunci penarik investasi
• Kondisi ekonomi dan investasi
secara makro
• Jumlah penduduk dan mutu
tenaga kerja
• Besarnya potensi kekayaan SDA
• Perkembangan kualitas institusi
pengambil kebijakan
Perkembangan Realisasi Investasi (US$ Ribu) dan Jumlah Unit Usaha PMA
untuk Sektor Agribisnis di Indonesia Tahun 1990 – 2008
Perkembangan Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja PMA Sektor
Agribisnis di Indonesia Tahun 1990 – 2008 (Orang)
Perkembangan Realisasi Investasi (Rp Juta) dan Jumlah Unit Usaha PMDN
untuk Sektor Agribisnis di Indonesia Tahun 1990 – 2008
Perkembangan Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja PMDN Sektor
Agribisnis di Indonesia Tahun 1990 – 2008 (Orang)
Perkembangan (dalam Milyar US$) dan Pertumbuhan (dalam %)
Surplus Perdagangan Produk Pertanian Indonesia di Pasar
Internasional Tahun 2002 – 2007
Perkembangan Kontribusi Neraca Perdagangan Produk Pertanian
terhadap Total Neraca Perdagangan Indonesia di Pasar Dunia
Tahun 2002 – 2007 (dalam Persentase)
Catatan atas Neraca Perdagangan
• Data di atas masih sangat didominasi oleh produk kelapa
sawit baik itu CPO maupun Minyak Inti Sawit (Kernel Oil).
Sebagai contoh, pada tahun 2007, surplus neraca
perdagangan produk pertanian mencapai US$ 6,1 Milyar.
Namun, produk sawit sendiri surplus neraca perdagangannya
dapat mencapai US$ 9,3 Milyar. Implikasinya, jika tidak
memasukkan produk sawit, maka neraca perdagangan produk
pertanian Indonesia berada pada kondisi defisit. Sebagai
ilustrasi di awal bab ini tadi, kita mengalami defisit lebih dari
US$ 500 Juta untuk produk sayuran dan buah-buahan segar di
pasar internasional
HAMBATAN UTAMA PENGEMBANGAN INVESTASI
PANGAN
Food
EKSES
OTONOMI
DAERAH
(PERDA)
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
PENGEMBANGAN
• Disesuaikan dengan kapasitas
produksi, potensi pasar, dan
hambatan yang dihadapi
• Food Estates untuk wilayah Luar
Jawa dengan melibatkan petani
lokal
• Sektor strategis: industri pupuk,
benih, dan produk hilir
Perbaikan Kebijakan Iklim
Investasi
• EFISIENSI PERIJINAN (PELAYANAN TERPADU SATU
PINTU – PTSP) – PERPRES 27/2009
• PENGATURAN BARRIER TO ENTRY (TERTUTUP,
TERBUKA, TERBUKA BERSYARAT)
• ALIH TEKNOLOGI BARU
• INSENTIF FISKAL DAN NON FISKAL
• SISTEM ADMINISTRASI PAJAK DAN PABEAN YANG
SEDERHANA, EFEKTIF & EFISIEN (DAFTAR TERTUTUP,
BUKAN TERBUKA)
• KLASIFIKASI PROYEK INVESTASI (PIONIR, PRIORITAS
TINGGI & PRIORITAS)
• MEMBANTU PENYELESAIAN DISPUTE ANTAR SEKTOR
INVESTASI
• MEMPROMOSIKAN DAN MENCARIKAN INVESTOR YANG
LAYAK
Penutup
• Indonesia memiliki sumberdaya bahan pangan yang sangat potensial
untuk mengisi sebagian pasokan dunia yang dapat diakselerasi
implementasinya melalui penanaman modal dalam negeri maupun
asing.
• Akselerasi investasi di bidang pangan perlu dikaitkan dengan prasyarat
infrastruktur yang memadai dan kecukupan energi yang berkelanjutan,
selain aspek keamanan, kebijakan yang konsisten dan promotif, serta
birokrasi yang sederhana.
• Berkaitan dengan perdagangan luar negeri produk pertanian Indonesia
memperlihatkan adanya pertumbuhan neraca perdagangan yang sangat
tinggi hingga tahun 2007. Namun hal ini masih didominasi oleh produk
sawit, sehingga jika komponen ini dihilangkan dalam struktur surplus
perdagangan produk pertanian Indonesia, maka neraca perdagangan
Indonesia akan mengalami defisit.
• Pengelolaan sektor agribisnis di Indonesia sarat permasalahan dan oleh
karena itu BKPM bersama instansi terkait telah mengambil sejumlah
kebijakan untuk memberikan insentif pengembangan aktivitas industri
agribisnis di Indonesia.
Download