kegiatan 7_ perkawinan monohibrid dan dihibrid

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR 1
PERKAWINAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID BESERTA RASIO FILALNYA
OLEH:
KELOMPOK I
1. FANENI INTAN HARTIKA
11312241001
2. NOVIASTRI HERDINAWATI 11312241002
3. OKAFANI SARI MULIAWATI 11312241003
4. LINA SAFITRI
11312241004
5. RATIH DWI UTAMI
11312241041
PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
PENGESAHAN
Laporan Praktikum biologi dasar I yang berjudul “Perkawinan Monohibrid dan Dihibrid
beserta Rasio Filalnya” disusun oleh Kelompok 1 telah disetujui dan diarahkan pada
Hari/tanggal
:
Tempat
:
Waktu
:
Dosen Pembimbing,
Ekosari R,MP
NIP
2
:
A. TUJUAN
Setelah melakukan kegiatan ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menunjukkan rasio fenotip dari perkawinan monohibrid, baik dengan dominansi penuh
maupun tidak penuh
2. Menunjukkan rasio fenotip dari perkawinan dihibrid, baik dengan dominansi penuh
maupun tidak penuh
B. KAJIAN PUSTAKA
Secara etimologis genetika berasal dari bahasa Latin, yaitu genos artinya suku
bangsa atau asal usul. Sedangkan secara terminologis genetika didefinisikan sebagai salah
satu cabang ilmu yang mempelajari seluk-beluk gen yang merupakan unit dasar biologis
yang mengontrol pewarisan sifat. Genetika adalah kajian mengenai hereditas dan variasi
berdasarkan gen. Setiap gen dalam DNA suatu organism memiliki lokus sendiri dalam
kromosom. Setiap organism yang mempunyai sepasang alel identik untuk sebuah karakter
disebut homozigot untuk gen tersebut.
Ilmu genetika merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari gen sebagai
unit dasar biologis yang mengontrol pewarisan sifat. Pada garis besarnya, genetika
mempelajari dua aspek yang saling kontradiksi yaitu kemiripan antara anak terhadap
tetuanya, dan perbedaan antara tetuanya serta sesama anak, jadi genetika mempelajari
pewarisan dari kesamaan dan variasi antar individu (Wartomo Hardjo Subroto, 2001 : 1)
Cara mempelajari keturunan sifat genetic dari induk kepada turunannya dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu percobaan dengan hibridisasi dan analisa silsilah
keluarga (pedigree). Hibridisasi adalah menyilang atau menghibrid antara individuindividu yang memiliki sifat yang berbeda dari satu spesies(Suleman Rondonuwo, 1989 :
1:2)
Dalam menyatakan suatu genotip dibedakan atas bentuk homozygot dan
heterozygot. Disebut homozygote jika kedua anggota pasangannya sama, seperti pada
3
monohibridd yaitu YY, RR, yy dan rr. Sedang kalau anggota pasangannya berbeda disebut
heterozygot seperti Yy, Rr, dan lain-lain.
Selanjutnya gen yang merupakan anggota pasangan, disebut alel dan dibedakan
atas alel dominan dan alel resesif. Terdapat gen-gen yang mempunyai alel lebih dari satu
dan disebut alel ganda (multiple allele), misalnya sifat warna buluh pada mamalia, terdiri
dari gen-gen C (warna penuh), cd (hitam kelabu), cch (kelabu), c1 (kelabu muda), cr (kelabu
sangat muda), ch (warna salju) dan c = albino. Semua gen-gen yang sealel menempati lokus
(tempat) yang sama dalam kromosom. (Suleman Rondonuwo, 1989 : 18)
Mendel mulai mengadakan penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas.
Ilmuwan dan biarawan ini menemukan prinsip-prinsip dasar pewarisan melalui percobaan
yang dikendalikan dengan cermat dalam pembiakan silang. Penelitian-penelitian Mendel
menghasilkan hukum Mendel I dan hukum Mendel II.
Hukum Mendel I
Hukum Mendel I menjelaskan bahwa selama pembentukan gamet terjadi
pemisahan pasangan faktor dengan masing-masing gamet menerima salah satu faktor.
Hukum Mendel I disebut juga sebagai hukum segregasi atau pemisahan secara bebas.
Contoh penerapan hukum mendel I dapat dilihat pada persilangan monohibrid.

Persilangan monohobrid
Persilangan monohibrid merupakan persilangan dua individu dengan melibatkan
hanya satu sifat beda saja. . Pada kasus dominant penuh, keturunan yang didapat pada
F2 akan menunjukkan perbandingan fenotip dominan dan resesif 3 : 1 atau
perbandingan genotip 1 : 2 : 1. Analisa dengan uji X2 hanya dilakukan untuk
perbandingan fenotipnya. Persilangan ini bersifat resiprokal, artinya penggunaan
individu jantan dan betina dengan satu tanda beda tertentu dapat sesuka hati tanpa ada
pengaruhnya dalam rasio fenotip generasi kedua (F2).
Contoh : persilangan pada marmut berpigmentasi normal dengan albino
Simbol : A= alel dominan (hitam)
P
:
AA
(hitam)
x
a = alel resesif (albino)
aa
(albino)
4
F1
:
Aa
(hitam)
F2
:
F1
x
F2
A
A
A
AA
Aa
A
Aa
Aa
Ratio genotip
:
1 AA
Ratio fenotip
:
hitam
♀
♂
:
:
3

2 Aa
:
1 aa
albino
:
1
Dominan penuh dan tak penuh
Gen dominan yang telah dibicarakan termasuk gen dominan penuh atau
dominan sempurna, seperti warna kuning dan bentuk bulat pada biji ercis, dan lainlain. Selain sifat dominan penuh juga terdapat sifat dominan tidak penuh. Ini berarti
alel resesifnya juga tidak resesif penuh. Fenotip dominan dalam keadaan homozygot
berbeda dengan heterozigot. Tanaman Mirabilis jalapa, L ada yang bunganya putih
dan ada pula yang berbunga merah. Jika tanaman berbunga merah dikawinkan dengan
tanaman berbunga putih, maka akan menghasilkan semua tanaman berbunga merah
muda. F2 menunjukan rasio genotip 1 MM : 2 Mm: 1 mm dan rasio fenotip adalah 1
merah: 2 merah muda : 1 putih. Jelas bahwa genotip MM menunjukkan warna merah
sedang Mm warna merah muda.
Simbol : B = kelabu,
P
:
MM
b = hitam
x
(merah)
F1
:
mm
(putih)
Mm
(merah muda)
5
F2
:
F1
x
F2
♀
M
M
M
MM
Mm
m
Mm
Mm
Ratio genotip
:
1 MM
Ratio fenotip
:
merah
:
1
:
♂
:
2 Mm
:
merah muda :
2
:
1 mm
putih
1
Dengan demikian maka gen M bersifat dominan tidak penuh dan gen m bersifat resesif
tidak penuh.
Hukum Mendel II
Hukum Mendel II menjelakan bahwa selama pembentukan gamet, setiap alel
mengelompok secara bebas. Hukum Mendel II dikenal juga dengan prinsip pengelompokan
secara bebas (asortasi). Prinsip asortasi menyatakan bahwa pada saat terjadi pembentukan
gamet, masing-masing alel mengelompok secara bebas. Pengertian pengelompokan secara
bebas adalah setiap gamet jantan yang dihasilkan oleh F1 akan mempunyai kesempatan yang
sama dalam membuahi gamet-gamet betina yang dihasilkan dari F1 (Yatim, 1983).

Persilangan dihibrid
Persilangan dihibrid merupakan persilangan dua individu dengan melibatkan
dua sifat beda. Misalnya pada tanaman kacang ercis, yang bijinya terdapat 2 sifat
beda, yaitu bentuk biji dan warna biji. Kedua sifat beda ini ditentukan oleh gen-gen
yang berbeda, yaitu sebagai berikut :
R
= gen untuk biji bulat
r
= gen untuk biji keriput
Y
= gen untuk biji kuning
y
= gen untuk biji hijau.
Jadi bentuk bulat dan warna kuning adalah dominan.
Contoh : jika tanaman ercis berbiji bulat-kuning homozigot (BBKK) disailangkan
dengan tanaman ercis berbiji keriput-hijau (bbkk), maka berapa yang dihasilkan pada
persilangan tersebut ?
P1:
RRYY
><
rryy
6
(bulat, kuning)
Gamet:
(kisut, hijau)
RY
ry
F1:
RrYy
(bulat, kuning)
P2:
F1
RrYy
><
><
F1
RrYy
Gamet: RY, Ry, rY dan Ry
RY
Ry
rY
ry
RY
RRYY
RRYy
RrYY
RRYy
Ry
RRYy
RRyy
RrYy
Rryy
rY
RrYY
RrYy
rrYY
rryy
Ry
RrYy
Rryy
rrYy
rryy
Fenotip pada F2:

RRYY, RRYy, RrYY, RrYy = bulat-kuning

Rryy, Rryy
= bulat-hijau

rrYY, rrYy
= keriput-kuning

rryy
= keriput-hijau
Rasio fenotipe:
Bulat kuning : bulat hijau
: kisut kuning : kisut hijau
9
:3
:3
:1
Rasio genotipe:
BBKK : BBKk
: BbKK
: BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
1
:4
:2
:2
:2
:1
:1
:2
:1
Namun tidak semua persilangan sesuai dengan aturan Hukum Mendel I dan Hukum
Mendel II. Dalam kenyataan di kehidupan sehari-hari terdapat beberapa spesies yang
mengalami penyimpangan dalam persilangan. Di antaranya :
7
1. Atavisme Interaksi gen
Atavisme adalah interaksi dari beberapa gen yang menyebabkan munculnya
suatu sifat yang berbeda dengan karakter induknya. Atavisme pertama kali ditemukan
oleh Bateson dan Punnet. Bateson dan Punnet pertama kali meneliti bentuk jengger
ayam. Ada empat macam bentuk pial/jengger ayam. Interaksi antar gen-gen yang
menentukan bentuk dari pial (jengger ayam). Hasil temuan : karakter pial/jengger
ayam tidak hanya diatur oleh satu gen, tetapi oleh dua gen yang berinteraksi.
Penyimpangan yang terjadi pada atavisme adalah bukan mengenai rasio
fenotip F2, melainkan munculnya sifat baru pada pial ayam yaitu walnut dan single.
Tipe jengger walnut merupakan hasil interaksi dari dua gen dominan yang berdiri
sendiri. Tipe jengger single merupakan hasil interaksi dua gen resesif
2. Polimeri
Polimeri merupakan bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif (saling
menambah). Polimeri terjadi akibat adanya interaksi antara dua gen atau lebih,
sehingga disebut juga gen ganda. Polimeri pertama kali ditemukan oleh Nielson ehle.
Peristiwa polimeri mirip dengan persilangan dihibrid dominan tidak penuh
(intermediat). Hasil temuan: biji gandum berwarna merah disilangkan dengan
gamdum berwarna putih menghasilkan variasi warna warna gandum yang sangat
beragam.
3. Kriptomeri
Kriptomeri adalah peristiwa dimana gen dominan yang karakternya akan
muncul jika bersama-sama dengan gen dominan lainnya. Jika gen dominan berdiri
sendiri, maka karakternya akan tersembunyi (kriptos). Kriptomeri pertama kali
ditemukan oleh Correns. Interaksi antar gen-gen dominan akan menimbulkan karakter
baru. Hasil temuan: Hasil persilangan antara bunga Linnaria marocana merah dengan
putih dihasilkan F1 seluruhnya berwarna ungu.
8
4. Epistasis – hipostasis
Interaksi beberapa gen, dimana gen yang bersifat menutup disebut (epistasis)
dan gen yang bersifat tertutupi (hipostasis). Epistasis - hipostasis pertama kali
ditemukan oleh Nelson dan Ehle. Interaksi gen bisa berupa gen-gen dominan (epistasis
dominan), dan jika interaksi terjadi antar gen-gen resesif (epistasis resesif). Hasil
temuan: Hasil persilangan warna kulit gandum hitam dengan warna kuning
menghasilkan warna kulit gandum pada F1 semunya hitam.
5. Gen-gen komplementer
Merupakan interaksi gen yang saling melengkapi. Jika satu gen tidak muncul,
maka sifat yang dimaksud juga tidak muncul atau tidak sempurna. Gen-gen
komplementer pertama kali ditemukan oleh W. bateson dan RC Punnet. Pada bunga
lathyrus odoratus terdapat dua gen yang saling berinteraksi dalam memunculkan
pigmen bunga.
6. Pautan
Pautan adalah beberapa gen yang terletak dalam kromosom yang sama, saling
berkait atau berikatan, saat proses pembentukkan gamet, disebabkan gen-gen tersebut
terletak dalam kromosom yang sama.
7. Pindah silang (Crossing over)
Proses pertukaran gen-gen antara kromatid-kromatid yang bukan pasangannya
pada sepasang kromosom homolog.
Hasil Pindah silang akan terbentuk:
 Kombinasi Parental (KP)
 Kombinasi Rekombinan (RK)
Gen yang berpautan tidak selamanya terpaut. Pindah silang menyebabkan
pergantian alel diantara kromosom homolog, menghasilkan kombinasi yang tidak
induknya. Pindah silang meningkatkan keragaman genetik selain yang ditemukan pada
dihasilkan oleh pengelompokkan gen secara bebas.
9
C. SETTING KEGIATAN
1. Bentuk kegiatan
: Simulasi
2. Objek Simulasi
: Mekanisme perkawinan menurut Mendel
3. Waktu praktikum
:Kamis,4 November 2011
4. Tempat praktikum
: Laboratorium Biologi Dasar
5. Alat dan Bahan
:
Alat:
1. Manik-manik genetika
2. Kantong kertas
6. Langkah Kerja

:
Perkawinan monohibrid
Menyiapkan dua macam manik-manik (dua warna) misalnya merah dan putih masing-masing
50 keping. Untuk memudahkan kami member kode M sebagai kode merah dan m sebagai kode
putih.
Menyediakan dua kantong/kotah genetika dan tandai kotak I dan kotak II
Tiap macam dibagi menjadi 2 kemudian memasukkan sebagian ke kanyong I dan sebagian
lainnya ke kantong II.
Mengocok manik-manik dalam kantong itu sampai benar-benar bercampur
Memasukkan tangan kanan ke dalam kantong I dan tangan kiri ke kantong II. Selanjutnya secara
bersamaan, mengambil masing-masing 1 keping manic-manik secara acak. Mencatat pasangan
warna yang terambil di dalam tabel hasil pengamatan.
10
Mengulangi pengambilan sampai seluruh manik-manik terambil pada kedua kantong tersebut.
Menjumlahkan masing-masing pasangan warna yang diperoleh. Menentukan pula rasio antar
pasangan warna yang diperoleh.
Membandingkan besarnya rasio ini dengan hasil yang diperoleh oleh kelompok lain.

Perkawinan dihibrid
Menyiapkan 4 (empat) macam manic-manik (4 warna) misalnya merah, kuning, putih,dan hitam
masing-masing mengambil 40 keping. Menganggap hitam mewakili bentuk bulat. Kuning
mewakili bentuk keriput.Memakai kode huruf-huruf juga untuk ciri-ciri ini, misalnya M untuk
merah, m untuk putih, B untuk bulat dan b untuk keriput (sebagai genotip).
Membuat gabungan dua warna dari manik-manik itu yang menggambarkan gabungan antara
warna dan bentuk yang mungkin ada ialah MB, Mb,Mb dan mb sehingga masing-masing 20.
Menyediakan 2 kantong tandai kotak I dan kotak II.
Tiap gabungan manik-manik kami membaginya menjadi 2 kemudian sebagian dimasukkan ke
dalam kantong I dan sebagian lainnya dimasukkan ke dalam kantong II.
Mengocok manik-manik dalam kantong itu sampai benar-benar bercampur.
11
Memasukkan tangan kanan ke dalam kantong I dan tangan kiri ke kantong II. Selanjutnya secara
bersamaan, mengambil masing-masing 1 gabungan manic-manik dari kantong-kantong tersebut
secara acak. Mencatat pasangan gabungan manic-manik yang terambil di dalam tabel hasil
pengamatan.
Menjumlahkan masing-masing pasangan gabungan yang diperoleh. Menentukan pula rasio antar
pasangan yang diperoleh.
Membandingkan besarnya rasio ini dengan yang diperoleh kelompok lain.
D. HASIL PENGAMATAN

Monohibrid
Macam pasangan
Turus
Rasio fenotip/perkawinan
warna yang mungkin.
monohybrid dengan dominasi
tidak penuh
MM
(Merah, Merah)
11
IIII IIII I
Mm
(Merah, Putih)
28
IIII IIII IIII IIII IIII III
Mm
(putih,putih)
11
IIII IIII I
Perbandingan rasio fenotip monohybrid dominasi penuh: 39 : 11
Perbandingan rasio fenotip monohybrid dominasi tidak penuh: 11 :28 : 11
12

Dihibrid
Macam pasangan warna yang
Rasio
mungkin
fenotip/perkawinan
dihybrid dengan
dominasi tidak penuh
MB & MB
3
MB & Mb
3
MB & mB
4
MB & mb
14
Mb & Mb
4
Mb & mb
2
mB & Mb
1
mB & mb
7
mb & mb
2
Rasio Fenotip
:

Merah Bulat
: 24

Merah keriput
:6

Putih bulat
:8

Putih Keriput
:2
 Perbandingan Fenotip :
Merah bulat : merah kriput : putih bulat : putih kriput = 12 : 3: 4 : 1

DATA HASIL PENGAMATAN KELOMPOK LAIN
Macam pasangan
Turus
Rasio fenotip/perkawinan
warna yang
monohybrid dengan
mungkin
dominasi tidak penuh
MM
14
(Merah, Merah)
IIII IIII IIII
Mm
22
13
(Merah, Putih)
IIII IIII IIII IIII II
Mm
14
(putih,putih)
IIII IIII IIII
Perbandingan rasio fenotip monohybrid dominasi penuh: 36 : 14 = 18 : 7
Perbandingan rasio fenotip monohybrid dominasi tidak penuh: 14 :22: 14 = 7:11:7

Dihibrid
Macam pasangan warna
Jumlah Rasio fenotip/perkawinan
yang mungkin
dihybrid dengan dominasi tidak penuh
MB & MB
2
MB & Mb
7
MB & Mb
5
MB & mb
12
Mb &Mb
1
mB & mb
3
mB & mB
1
mB & mb
5
mb & mb
4
 Rasio Fenotip
:

Merah Bulat
: 26

Merah keriput
:4

Putih bulat
:6

Putih Keriput
:4
 Perbandingan Fenotip :
Merah bulat : merah keriput : putih bulat : putih keriput = 13: 2 : 3 : 2
14
E. PEMBAHASAN
Pada percobaan yang berjudul perkawinan dihibrid dan rasio filialnya bertujuan untuk
menunjukkan rasio fenotipe dari perkawinan monohybrid, daik dengan domonansi penuh
maupun tidak penuh dan menunjukkan rasio fenotipe dari perkawinan dihibrid baik dengan
domonansi penuh maupun tidak penuh. Pada percobaan ini digunakan alat yaitu manic-manik
genetika. Dalam percobaan ini dilakukan dua persilangan (monohybrid dan dihibrid).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan dua hasil data yaitu persilangan
monohybrid dan persilangan dihibrid. Persilangan monohybrid adalah persilangan dua
individu yang mempunyai satu sifat beda, sedangkan persilangan dihibrid ialah persilangan
dua individu yang mempunyai lebih dari satu sifat beda.
1. Persilangan Monohybrid
Pada percobaan monohybrid digunakan dua macam manic-manik (dua warna) yaitu
merah dan putih yang masing-masing berjumlah 50 keping. Tiap macam warna dibagi
menjadi 2, kemudian memasukkan sebagian ke kantong 1 dan sebagian lainnya ke
kantong 2. Manic-manik warna merah diberi kode M, sedangkan manic-manik warna
putih diberi kode m. Penyilangan monohybrid dilakukan dengan cara mengambil
secara acak sebuah manic-manik dari masing-masing kantong. Pada persilangan
monohybrid didapatkan satu table data tetapi dalam analisisnya satu hasil data tersebut
digunakan pada dua konsep, yaitu monohybrid dominasi penuh dan monohybrid tidak
penuh.
a. Persilangan monohybrid dominasi penuh
Pada persilangan monohybrid yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai
berikut:
MM = 11 (merah)
Mm = 28 (merah)
mm = 11 (putih)
Sehingga perbandingan genotipnya MM : Mm : mm= 11 : 28 : 11 dan
perbandingan fenotipnya merah : putih = 39 : 11.
15
Secara teori persilangan monohybrid dominasi penuh dapat digambarkan
dalam diagaram sebagai berikut :
P (parental: induk)
genotip: MM
><
genotip: mm
fenotip: merah
fenotip: putih
homozigot
homozigot
gamet : M
gamet: m
F1
Mm
(merah)
Heterozigot
F1 >< F1
Mm
><
Mm
Merah
merah
Gamet: M
gamet: M
m
m
F2
M
M
M
m
MM
Mm
Merah
Merah
Mm
mm
Merah
putih
Dari persilangn monohybrid dihasilkan empat kombinasi keturunan dengan
perbandingan fenotip 3 : 1. Dari diagram persilangan terlihat bahwa ada pemisahan
alel pada waktu heterozigot (F1) membentuk gamet, sehingga gamet memiliki salah
satu alel. Jadi ada gamet dengan alel M dan ada gamet dengan alel m. Prinsip ini
sesuai dengan hokum Mendel 1(persilangn monohybrid telah terjadi pemisahan gen
yang sealel dan rasio fenotip F2 adalah 3 :1). Yang terkenal dengan hokum pemisaha
gen yang sealel.
16
Dari perkawinan dua individu dengan satu sifat beda, dapat diambil kesimpulan yaitu:

Semua individu F1 adalah seragam

Jika dominasi Nampak sepenuhnya, maka individu F1 memiliki fenotip seperti
induknya yang dominan.

Pada waktu individu F1 yang heterozigot itu membentuk gamet-gamet terjadilah
pemisahan alel, sehingga gamet hanya memiliki salah satu alel saja.

Jika dominasi nampak sepenuhnya, maka perkawinan memperlihatkan perbandingan
fenotip 3 : 1 (3/4 merah, 1/4 putih) dan memperlihatkan perbandingan genotip 1 : 2 : 1
(yaitu ¼ MM. ½ Mm dan ¼ mm).
b. Persilangan monohybrid dominasi tidak penuh
Pada persilangan monohybrid yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai
berikut:
MM = 11 (merah)
Mm = 28 (merah muda)
mm = 11 (putih)
Sehingga perbandingan genotipnya MM : Mm : mm= 11 : 28 : 11 dan
perbandingan fenotipnya merah : merah muda : putih = 11 : 28 : 11.
Secara teori persilangan monohybrid dominasi tidak penuh dapat digambarkan
dalam diagaram sebagai berikut :
P
MM
><
Merah
F1
mm
putih
Mm
Merah muda
17
F1 >< F1
Mm
><
Mm
merah muda
merah muda
gamet: M
gamet: M
m
m
F2
M
M
M
m
MM
Mm
Merah
merah muda
Mm
Mm
merah muda
putih
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa perbandingan rasio fenotip
dan genotip pada persilangan monohybrid tidak penuh perbandingannya 1 : 2 : 1.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dihasilkan perbandingan rasio
fenotip pada persilangan monohybrid penuh, merah : putih = 39 : 11
= 3,54 : 1
Sedangkan pada persilangan monohybrid tidak penuh(intermediet) dihasilkan
perbandingan rasio fenotip, merah : merah muda : putih = 11 : 28 : 11
= 1 : 2,54 : 1
Perbandingan rasio fenotip tersebut tidak tepat sama dengan teori yang ada, namun
perbedaan yang dihasilkan tidak terlalu besar. Adapun perbedaan rasio fenotip dari
hasil percobaan dengan teori tersebut disebabkan karena praktikan hanya melakukan
percobaan satu kali sehingga dimungkinkan hasil yang diperoleh tidak terlalu valid.
Selain itu perbedaan hasil yang diperoleh disebabkan oleh berlakunya hokum peluang
yang mengandung ketidakpastian.
Berikut data pembanding yang diperoleh dari kelompok lain
18

Rasio genotip = MM : Mm : mm
= 14 : 22 : 14

Rasio fenotip(monohybrid penuh) = merah : putih
= 36 : 14

Rasio fenotip(monohybrid tidak penuh) = merah : merah muda : putih
= 14 : 22 : 14
2. Persilangan dihibrid
Pada percobaan penyilangan dua individu dengan sifat beda lebih dari satu digunakan
empat macam manik-manik (empat warna) yaitu merah, putih, hitam dan kuning yang
masing-masing berjumlah 40 keping. Manik warna merah untuk merah(M) sedangkan
putih untuk putih (m) dimana manic warna merah dominan terhadap putih. Manic
warna hitam mewakili sifat bentuk bulat (B) sedangkan warna kuning mewakili sifat
bentuk keriput (m), dimana manic warna hitam dominan terhadap warna kuning.
P1:
Gamet:
MMBB
><
mmbb
MB
mb
F1:
MmBb
P2:
F1
MmBb
Gamet:
><
><
F1
MmBb
MB
MB
Mb
Mb
mB
mB
mb
mb
MB
Mb
mB
mb
MB
MMBB
MMBb
MmBB
MmBb
Mb
MMBb
MMbb
MmBb
Mmbb
mB
MmBB
MmBb
mmBB
MmBb
19
MmBb
Mb
Mmbb
mmBb
mmbb
Perbandingan fenotip
merah bulat : merah keriput : putih bulat : putih keriput
9
:3
:3
:1
Dari hasil pengambilan diperoleh penggabungan empat manic sebagai berikut :
MMBB = merah bulat = 3
MMBb = merah bulat =3
MmBB = merah bulat=4
MmBb = merah bulat=14
MMbb = merah keriput=4
Mmbb=merah keriput=2
mmBb=putih bulat=7
mmBB=putih bulat=1
mmbb=putih keriput=2
rasio fenotip:
merah bulat : merah keriput : putih bulat : putih keriput
24 : 6 : 8 : 2
12 : 3 : 4 : 1
Data pembanding dari kelompok lain
MMBB = merah bulat = 2
MMBb = merah bulat =7
20
MmBB = merah bulat=5
MmBb = merah bulat=12
MMbb = merah keriput=1
Mmbb=merah keriput=3
mmBb=putih bulat=5
mmBB=putih bulat=1
mmbb=putih keriput=4
rasio fenotip:
merah bulat : merah keriput : putih bulat : putih keriput
26 : 4 : 6 : 4
Apabila dominasi Nampak penuh maka perkawinan dihibrid menghasilkan keturunan
dengan perbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1
Perkawinan dihibrid merupakan hasil perkawinan monohybrid I dikali hasil perwakinan
monohybrid II. Pada semi dominasi (artinya tidak nampak penuh sehingga ada sifat
intermediet) maka hasil perkawinan monohybrid menghasilkan keturunan dengan
perbandingan 1 :2 :1.
Pada persilangan intermediet dihasilkan keturunan dengan perbandingan 1 :2 :1 x 1 : 2
:1
= 1 : 2 : 1 : 2 : 4: 2 : 1 : 2 : 1 .
Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapatkan perbandingan genotip dan fenotip sebagai
berikut:;
MMBB : MMBb : MMbb MmBB : MmBb : Mmbb : mmBB : mmBb : mmbb
3 : 3 : 4 : 4 : 14 : 2 : 1 : 7 : 2
21
data pembanding dari kelompok lain
MMBB : MMBb : MMbb MmBB : MmBb : Mmbb : mmBB : mmBb : mmbb
2 : 7 : 1 : 5 : 12 : 3 : 1 : 5 :4
Perbandingan rasio fenotip tersebut tidak tepat sama dengan teori yang ada, dan perbedaan
yang dihasilkan cukup besar. Adapun perbedaan rasio fenotip dari hasil percobaan dengan
teori tersebut disebabkan karena praktikan hanya melakukan percobaan satu kali sehingga
dimungkinkan hasil yang diperoleh tidak terlalu valid. Selain itu perbedaan hasil yang
diperoleh disebabkan oleh berlakunya hokum peluang yang mengandung ketidakpastian.
F. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang kami lakukan dapat ditarik kesimpulan :
1. Rasio fenotip dari perkawinan monohybrid dominasi penuh adalah 39 : 11
, sedangkan dominasi tidak penuh rasionya 11 :28 : 11
2. Rasio fenotip dari perkawinan dihibrid adalah 12 : 3: 4 : 1 , sedangkan perbandingan untuk
penyimpangan hukum semu mendel polimeri sesuai data percobaan rasio fenotipnya sebesar
22
DAFTAR PUSTAKA
Champbell, Niel, A. 2000. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Harnis, Harry. 1994. Genetika. Yogyakarta : UGM Press.
Rondonuwu, Suleman. Dasar – Dasar Genetika. Jakarta : P2LPTK.
Stansfied, William. 1991. Genetika Edisi 2. Jakarta : Erlangga.
Suryo. 1986. Genetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
23
Download