7th ACTMP: Berantas Penyakit Infeksi dan Tingkatkan Kesadaran

advertisement
7th ACTMP: Berantas Penyakit Infeksi dan
Tingkatkan Kesadaran Penyakit Tropis Terabaikan
Submit by ireneparamita on May 18, 2016 | Comment(s) : 0 | View : 1843
Dirjen Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan HM
Subuh
Indonesia yang beriklim tropis merupakan salah satu negara dengan angka penyakit infeksi terbanyak di dunia. Hal
ini perlu mendapat perhatian lebih, mengingat penyakit infeksi terutama yang disebabkan oleh parasit sering tidak
diperhatikan atau disepelekan. Demikian disampaikan Prof. Dr. dr. Teguh Wahju Sardjono, DTM&H, M.Sc.,
Sp.ParK dalam acara ASEAN Congress of Tropical Medicine and Parasitology ketujuh (7th ACTMP), Selasa
(17/05/2016), di Savana Hotel & Convention, Malang.
Salah satu penyakit yang sering disepelekan yang termasuk dalam Neglected Tropical Disease adalah cacingan.
"Cacingan bukan penyakit yang mematikan namun dapat mengganggu aktivitas, menurunkan produktivitas,
menurunkan daya pikir, kekebalan tubuh menurun, sehingga penderita menjadi lebih berpotensi terkena penyakit
yang lebih parah seperti TBC, Malaria atau bahkan HIV AIDS," ujar pakar Parasitologi ini.
Kongres yang berlangsung selama tiga hari ini diselenggarakan bersamaan dengan International Congress on
Molecular and Clinical Aspects of AIDS, Tuberculosis and Malaria (ICMCA-ATM), yaitu pertemuan ilmiah
berkelanjutan yang dilaksanakan secara periodik oleh Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya (FK-UB).
Mengusung tema "Combating the Big Three of Infectious Diseases and Increasing Awareness of the Neglected
Tropical Diseases", Teguh sebagai Ketua Panitia berharap kongres ini dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap
penyakit infeksi, dan kegiatan ini menjadi salah satu wadah inisiasi kerjasama penelitian dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan ke depan, terutama yang berkaitan dengan penyakit infeksi. "Karena sampai saat ini ahli parasit
di Indonesia hanya 40 orang," ungkapnya.
Senada dengan Teguh, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan HM
Subuh dalam acara ini mengatakan, Sumber Daya Manusia yang dirasakan kurang dalam program pengendalian
penyakit adalah Parasitolog.
"Saya harap dengan kongres ini penelitian parasitologi terus berkembang, Karena tanpa disiplin ilmu ini akan sulit
melakukan perbaikan program pengendalian penyakit secara nasional di Kementerian Kesehatan," ujarnya.
Ia melanjutkan, saat ini penguatan sistem layanan kesehatan terutama untuk penyakit infeksi ditingkatkan lagi
melalui pendekatan keluarga untuk mencapai keluarga sehat dan sejahtera. Misalnya untuk penyakit DB ada slogan
satu rumah satu jumantik, yaitu dalam satu rumah harus ada satu juru pemantau jentik. Kemudian untuk penyakit
TBC terdapat slogan TOSS, yaitu Temukan Obati Sampai Sembuh, dengan melakukan satu rumah satu PMO
(Pemantau Minum Obat).
"Jadi pendekatan kami kepada keluarga, jangan diserahkan pada kader lagi, begitu juga untuk HIV AIDS, Malaria,
dan penyakit infeksi lainnya," tegasnya.
Kongres ini akan menambah wawasan para peneliti dalam bidang penyakit infeksi, karena dalam 7th ACTMP ini
hadir banyak sekali pakar penyakit infeksi dari berbagai negara. Pembicara domestik dan internasional yang hadir
dalam pertemuan ilmiah internasional ini antara lain Muhammad Sudomo (WHO Indonesia), Akira Ito (Japan),
Balbir Singh (Malaysia), Reuben Sharma (Malaysia), Praphathip Eamsobhana (Thailand), Yvonne Lim Ai Lian
(Malaysia), Thomas Rasmussen (Australia), Vincent Delorme (Korea), dan lain sebagainya.
ACTMP pertama kali diinisiasi pada tahun 2004 oleh Malaysian Society of Parasitology and Tropical Medicine
(MSPTM) di Kuala Lumpur, Malaysia. Kemudian berlanjut setiap dua tahun sekali diselenggarakan di Indonesia
(2006), Thailand (2008), Singapura (2010), Filipina (2012), dan kongres keenam di Malaysia (2014). Dalam
perkembangannya, cakupan partisipan ACTMP semakin luas, tidak hanya terbatas pada negara di Asia Tenggara
saja, tetapi juga mencakup Jepang, Cina, Korea, India, Pakistan, Iran, Mesir, Inggris, Belanda, Australia, Afrika
dan Amerika Serikat. [Irene]
Related Article
Dosen UB Menangkan Life Sciences Award 2016
Identifikasi Kelenjar Saliva Nyamuk Anopheles untuk Cegah Malaria
Software for Arthritis Rheumatoid Analysis
Peningkatan Risiko Osteoporosis pada Penderita PPOK
Specialist Doctors' Principles: No Rattan, The Root is Fine
Download