Prof Teguh Wahyu Sardjono: Penyakit Parasitik Masih Terabaikan Dikirim oleh prasetya1 pada 05 November 2008 | Komentar : 0 | Dilihat : 6846 Penyakit infeksi hingga sekarang, merupakan masalah kesehatan utama di dunia utamanya di negara tropis dan berkembang seperti Indonesia. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit infeksi masih tinggi. Diperkirakan 51 persen dari kematian akibat penyakit infeksi di dunia disebabkan oleh tiga penyakit utama, yaitu tuberkulosis, HIV/AIDS dan malaria. Sisanya sebanyak 20 persen disebabkan oleh penyakit yang tergolong dalam negleted tropical disease(NTD), dan 29 persen disebabkan oleh penyakit infeksi lain. Demikian ungkap Prof Dr dr Teguh Wahyu Sardjono DTM&H MSc SpParK pada pidato pengukuhannya sebagai guru besar bidang ilmu Parasitologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang pada 5 November 2008. Lebih lanjut Prof Teguh mengungkapkan, terdapat lima agen penyebab penyakit infeksi yaitu bakteri, virus, rickettsia, jamur dan parasit. Namun di antara lima jenis penyakit infeksi tersebut, hingga saat ini penyakit parasitik cenderung kurang mendapat perhatian dari masyarakat. Penyebabnya antara lain, penyakit ini bersifat kronik (menahun), tidak mengancam jiwa, dan tidak mengganggu. Malaria, toxoplasmosis, dan penyakit cacing usus adalah penyakit parasitik yang relatif kurang mendapat perhatian. Malaria Setiap tahun di dunia, lebih dari 500 juta manusia terinfeksi malaria dan satu juta diantaranya meninggal dunia. Di Indonesia, 45 persen penduduknya mempunyai resiko tertular malaria yang juga merupakan penyakit re-emerging disease. Ini dikarenakan dari 576 kabupaten/kota yang ada, 73,6 persen diantaranya termasuk daerah endemis malaria. Angka kesakitan akibat malaria klinis tertinggi berada di kawasan timur Indonesia seperti Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Riau. Namun semenjak krisis moneter pada 1997 terjadi peningkatan malaria di berbagai daerah, yang disebabkan karena eksodus manusia dari beberapa daerah endemis malaria ke daerah yang bebas malaria seperti Jawa dan Bali. Penyebab ini semakin diperparah dengan meningkatnya angka resistensi terhadap berbagai obat malaria, pasien tidak mau datang ke dokter kecuali dalam keadaan parah, dokter tidak waspada terhadap kemungkinan terjadinya malaria, laboratorium klinik tidak memeriksa darah melalui pemeriksaan rutin, apotek tidak menyediakan obat malaria karena jarang ada resep yang masuk dan harga obat malaria yang relatif murah. Gejala spesifik malaria meliputi menggigil yang diikuti demam dan berkeringat. Pada kasus tertentu bahkan hanya menunjukkan gejala flu biasa dan khusus di daerah endemik, gejala malaria yang spesifik sering tidak muncul. Komplikasi malaria berat yang sering terjadi dan menyebabkan kerusakan otak adalah malaria otak, gagal ginjal akut, edema paru akut, anemia dan pendarahan. Toxoplasmosis Penyakit toxoplasmosis disebabkan oleh Toxoplasma gondii, parasit yang hanya dapat hidup di dalam sel hospesnya. Sumber utama penyakit ini adalah kucing dan binatang sejenisnya yang bertindak sebagai hospes utama. Umumnya toxoplasmosis tidak menimbulkan gejala nyata. Kalaupun ada, gejalanya tidak khas seperti panas badan seperti flu, batuk-batuk dan pembesaran kelenjar leher. Namun pada individu dengan status kekebalan yang rendah, toxoplasmosis dapat menyebabkan kondisi sakit yang parah bahkan kematian. Pada kasus toxoplasmosis congenital, terdapat gejala berupa kemunduran mental, kejang-kejang, kebutaan dan kematian pada bayi yang terkena. Gejala klinis berupa hidrosefalus, pengapuran pada otak dan khorioretinitis. Pada wanita hamil yang terkena toxoplasma akan menyebabkan kegagalan kehamilan seperti abortus, lahir premature, imatur, lahir cacat dan lahir mati. Penyakit cacing usus Penyakit cacing usus yang tergolong penyakit NTD, tersebar luas di seluruh dunia. Di Indonesia tercatat, angka kejadian penderita cacing usus di kalangan anak usia sekolah dasar berkisar 40-80 persen. Infeksi cacing usus dapat mengganggu pemanfaatan zat-zat gizi. Bila diperhitungkan penduduk Indonesia berjumlah 230 juta jiwa dimana 21 persen adalah anak-anak dan setiap anak sedikitnya terinfeksi 6 ekor cacing saja, maka total kerugian negara mencapai 500 miliar rupiah atau lebih dari 20 juta liter darah setiap tahun. Pada akhir pidatonya Teguh menyatakan bahwa untuk menanggulangi dan mencegah makin meningkatnya angka kesakitan akibat penyakit parasitik adalah dengan memutus lingkaran hidup parasitnya. Peran para pelaksana kesehatan seperti posyandu, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dan LSM juga perlu ditingkatkan, khususnya dalam pendidikan tentang pola hidup sehat dan kesehatan lingkungan. Prof Dr dr Teguh Wahyu Sardjono DTM&H MSc SpParK lahir di Tuban 56 tahun silam. Ayah dua orang putri dan tiga orang putra ini menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Banyuwangi. Menyelesaikan pendidikan dokter di Universitas Airlangga Surabaya (1979), memperoleh gelar DTM&H dari Faculty of Tropical Medicine Mahidol University Bangkok (1981) dan meraih gelar MSc dari universitas yang sama (1991) serta dikukuhkan sebagai dokter spesialis parasitologi klinik 2004. Pada 2005 Teguh meraih gelar doktor pada Universitas Airlangga Surabaya. Teguh bergabung dengan Universitas Brawijaya sebagai staf pengajar dengan pangkat penata muda golongan III/a pada 1980. Pernah menjabat sebagai Sekretaris Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasitik Indonesia (P4I) cabang Malang (1991-1996), dan Ketua P4I cabang Malang (1997-2000). Sejak 1995 hingga sekarang, Teguh menjabat sebagai Sekretaris Perhimpunan Peneliti Penyakit Tropik dan Infeksi cabang Malang, sementara sejak 2005 hingga sekarang menjabat sebagai kepala Laboratorium Parasitologi FKUB dan kepala SMF Parasitologi dan Cairan Tubuh Instalasi Lab Sentral RSSA. Kegiatan kursus yang pernah diikuti di antaranya The Treatment of Chloroquine Resistant Malaria di Surabaya, 1993, 9th Postgraduate Course on Immunology di Surabaya, 1994, dan the 2nd Asia Pacific Basic Course on Travel Medicine di Jakarta, 2002. Berbagai karya ilmiah yang telah dihasilkan dan dipublikasikan oleh Teguh meliputi 10 karya ilmiah dipublikasikan di tingkat nasional, 2 buah di tingkat internasional, 15 buah disampaikan di seminar tingkat nasional, serta 5 buah disampaikan di seminar tingkat internasional. Selain itu Teguh juga telah menghasilkan 7 karya ilmiah dalam bentuk buku dan tercatat 40 karya ilmiah belum dipublikasikan. [nik] Artikel terkait Prof Bambang Pardjianto: Banyak Pasien Bedah Plastik Datang ke Profesi Non-Medis Prof Rasjad Indra: Pendekatan Sosio Kultural untuk Obesitas Pengukuhan 3 Gurubesar Kedokteran UB Segera Kukuhkan 3 Gurubesar Kedokteran