bab 2 landasan teori

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Manajemen Operasional
Menurut Heizer dan Render (2015,p:3) manajemen operasi adalah
sekumpulan kegiatan yang mewujudkan nilai baik dalam bentuk barang maupun jasa
dengan mengubah masukan menjadi hasil. Menurut Heizer danRender (2010:4),
manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam
bentuk barang dan jasa dengan mengubah Input menjadi Output.
Menurut J.Stevenson dan Chuong (2014,p:4), manajemen operasi adalah
manajemen dari bagian organisasi yang bertanggung jawab untuk menghasilkan
barang dan atau jasa. Penciptaan barang atau jasa meliputi Transformasi atau
pengubahan Input menjadi Output. Berbagai Input seperti modal, tenaga kerja, dan
informasi digunakan untuk menciptakan barang atau jasa dengan menggunakan satu
atau lebih proses Transformasi.
Menurut Prasetya
dan Lukiastusi, (2009) manajemen operasi adalah
serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan
mengubah Input menjadi Output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa
berlangsung disemua organisasi, baik perusahaan manufaktur mapunjasa. Berikut di
bawah ini adalah Aliran dalam Operasi Manajemen menurut (Plunkett, Allen, dan
Attner,p:580):
Gambar 2.1 Aliran Operasi
Sumber: Plunkett, Allen, dan Attner (2013,p:580)
7
8
Jadi dapat disimpukan dari definisi diatas bahwa manajemen operasi adalah
sekumpulan aktivitas atau kegiatan guna mengubah input menjadi output untuk
menghasilkan barang maupun jasa yang bernilai melalui aliran operasi seperti Inputs,
Transformation Processes, dan Outputs.
2.1.1
Aktifitas Manajemen Operasional
Menurut Assauri (2010,p:171), aktivitas manajemen operasi terdiri dari:
a. Planning (perencanaan)
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam perusahaan akan selalu
saling berhubungan antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lainnya.
Oleh karena itu, guna memperoleh hasil yang sebaik-baiknya perlu diadakan
perencanaan yang sangat cermat dan teliti dari sistem operasi yang akan
dipergunakan oleh perusahaan tersebut. Dalam rencana operasi dan produksi
harus mencakup penetapan target operasi dan produksi merupakan kegiatan
awal dalam pengorganisasian sistem operasi dan operasi. Jadi perencanaan
operasional yang lengkap akan meliputi:
 Menentukan sasaran perencanaan.
 Menentukan strategi pelaksanaan.
 Menentukan organisasi yang mengacu terselenggaranya kegiatan
perusahaan yang akan dicapai.
 Menjabarkan lingkup operasional struktur rincian pekerjaan untuk
menentukan pekerjaan apa yang dikerjakan.
 Menyusun rangka jadwal (Scheduling) pelaksanaan masing-masing
pekerjaan dan kaitanya satu dengan yang lain untuk menjawab kapan
pekerjaan tersebut akan dilaksanakan.
b. Mengorganisir
Dibuat susunan organisasi yang memacu terselenggaranya arus
kegiatan Horizontal maupun Vertical, dengan dicapainya penggunaan sumber
daya secara optimal .untuk dilakukan dengan susunan organisasi yang sudah
terbentuk. Dalam kegiatan itu pulan diperkenalkan pula susunan rincian
lingkup pekerjaan yang mempertemukan pelaksaan dengan paket yang
hendak dikerjakan.
c. Pengendalian
9
Terjaminnya hasil dan keluaran dari proses operasi menentukan
keberhasilan dari pengoperasian sistem operasi dan pengendalian adalah
usaha yang sistematis untuk standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan,
rancangan suatu sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dan standar,
menganilisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan
standar, kemugkinan mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar
semua sumber daya yang digunakan secara efektif dan efesien dalam
mencapai sasaran.
Pengendalian merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjamin
agar kegiatan operasi atau produksi yang dilaksanakan sesuai dengan apa
yang telah direncanakan, dan apabila terjadi penyimpangan, maka
penyimpangan tersebut dapat dikoreksi, sehingga apa yang diharapkan dapat
tercapai. Kegiatan pengendalian yang dilakukan dalam pelaksanaan fungsi
operasi ataupun produksi:
 Pengendalian operasi atau produksi. Kegiatan yang dilakukan untuk
menjamin apa yang telah ditetapkan dalam rencana operasi atau
produksi dapat terlaksana, dan bila terjadi penyimpangan dapat segera
dikoreksi sehingga tidak menggangu pencapaian target operasi atau
produksi.
 Pengendalian dan pengawasan mutu. Kegiatan ini agar menjamin agar
mutu yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu yang telah
ditetapkan, sehingga dapat dihindari adanya ketidakpuasan dari
konsumen.
 Pengendalian dan pengawasan biaya. Kegiatan ini dilakukan atas
beban penggunaan bahan dan waktu dari utilisasi mesin dan tenaga
kerja atau sumber daya, serta tingkat keefektifan pemanfaatanya.
d. Sistem informasi operasi
Pelaksanaan kegiatan dalam perusahaan ini akan semakin baik apabila
didukung dengan sarana dan sistem informasi yang memadai, sehingga
kesulitan dari salah satu bagian dalam perusahaan akan berperan untuk
memberikan informasi berbagai fasilitas operasi atau produksi secara benar,
lengkap, dan tepat waktu, sehingga pimpinan perusahaan dapat mengambil
langkah-langkah yang efektif dalam upaya melaksanakan operasinya.
e. Manajemen tenaga kerja (sumber daya manusia)
10
Pelaksanaan pengoperasian sistem produksi dan operasi ditentukan
oleh kemampuan dan keterampilan para tenaga kerja atau sumber daya
manusianya.
2.1.2
Fungsi Manajemen Operasional
Menurut Hasibuan (2010,p:22-23) fungsi manajemen operasional adalah:
1. Pengadaan (Pricurement)
Pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan
induksi untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
2. Pengembangan (Development)
Pengembangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis,
konseptual, dan moral pegawai melalui pendidikan dan pelatihan.
3. Kompensasi (Compensation)
Kompensasi adalah pemberian jasa langsung (Direct) dan tidak langsung
(Indirect) berupa uang atau barang kepada pegawai berupa imbalan jasa yang
diberikan kepada perusahaan.
4. Pengintegrasian (Integration)
Pengintegrasian
adalah
kegiatan
untuk
mempersatukan
kepentingan
perusahaan dan kebutuhan pegawai, agar tercipta kerjasama yang serasi dan
saling menguntungkan perusahaan mendapatkan laba,pegawai, agar tercipta
kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan mendapatkan
laba, pegawai dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaanya.
5. Pemeliharaan (Maintenance)
Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi
fisik, mental dan loyalitas pegawai agar mereka tetap mau bekerja sama
sampai pension.
6. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan fungsi manajemen sumber daya manusia yang
terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit
terwujud tujuan yang memaksimalkan kedisiplinan adalah keinginan dan
kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma
sosial.
7. Pemberhentian (Separation)
11
Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari perusahaan.
Pemberhentian ini disebabkan atas keinginan pegawai, perusahaan,kontrak
kerja berakhir, pensiun dan sebab-sebab lainnya secara sepihak.
2.2
Perencanaan
Perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta,
imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasi
dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan
perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam
penyelesaian (Cunningham dalam Uno, 2009,p:1). Perencanaan adalah suatu cara
untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan (Robbins dalam Uno, 2009,p:
1).
Menurut Hasibuan (2012,p:1) perencanaan adalah penentuan program
personalia, diantaranya meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, pengembangan
dan pemeliharaan sumber daya manusia yang akan membantu terciptanya sasaran
yang telah disusun oleh perusahaan. Program kepegawaian yang baik akan
membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
2.2.1
Perencanaan Bahan Baku
Menurut Syamsuddin (2004,p:281-285) persediaan barang mentah (Raw
Material) adalah merupakan persediaan yang dibeli oleh perusahaan untuk diproses
menjadi barang setengah jadi atau produk akhir dari perusahaan. Dalam beberapa hal
dimana perusahaan industri memproduksi barang-barang yang sangat kompleks,
maka persediaan barang mentah mungkin terdiri dari barang-barang setengah jadi
ataupun barang jadi yang sudah diproses oleh perusahaan lain, misalnya perusahaan
mobil akan membeli ban atau radio yang merupakan kelengkapan dari mobil yang
diproduksinya dari perusahaan lain. Setiap perusahaan industri manufaktur harus
mempunyai persediaan bahan dalam bentuk apapun karena hal tersebut mutlak
diperlukan dalam produksi yang dilakukan. Adapun jumlah bahan mentah yang harus
dipertahankan oleh perusahaan akan sangat tergantung yaitu meliputi:

Lead Time (waktu yang dibutuhkan sejak saat pemesanan sampai bahan
diterima).

Jumlah pemakaian.
12

Jumlah investasi dalam persediaan.

Karakteristik fisik dari bahan mentah yang dibutuhkan.
Faktor kelancaran lead time perlu dipertimbangkan dengan sebaikbaiknya
mengingat
adanya
tenggang
waktu
antara
saat
pemesanan
dengan
saat
penerimaanbarang. Dengan kata lain perusahaan perlu menetapkan suatu jumlah
minimum pada saat pemesanan bahan sehingga pada saat bahan tersebut diterima
jumlah persediaan masih berada pada titik yang memungkinkan perusahaan
berproduksi secara normal.
Frekuensi atau jumlah pemakaian bahan mentah juga mempengaruhi tingkat
persediaan. Semakin sering atau semakin banyak suatu bahan digunakan dalam
proses produksi maka akan semakin besar jumlah persediaan bahan yang dibutuhkan
oleh perusahaan. Jumlah investasi yang dibutuhkan dalam persediaan akan sangat
mempengaruhi tingkat persediaan perusahaan.
Faktor lain juga mempengaruhi tingkat persediaan bahan mentah adalah
karakteristik fisik dari bahan mentah itu sendiri, seperti besar kecilnya ukuran bahan
mentah atau bahan tersebut mudah rusak atau tidak.
Keempat faktor tersebut di atas perlu diperhatikan secara baik dan
dipertimbangkan dengan seksama dalam menentukan jumlah persdiaan bahan
mentah yang harus dipertahankan dalam perusahaan. Kebutuhan masingmasing
bahan mentah dalam proses produksi haruslah dapat dipenuhi, namun pada saat yang
sama harus dipertimbangkan faktor biaya, sehingga jumlah modal yang di
investasikan dalam persediaan bahan mentah tidak terlalu tinggi.
2.2.2
Material Requirement Planning
Metode Material Requirement Planning merupakan salah satu metode
yangdigunakan untuk mengelola persediaan bahan baku. Menurut Heizer dan Render
(2010,p:198) Material Requirement Planning adalah sebuah teknik permintaan
terikatyang menggunakan daftar kebutuhan bahan, persediaan, penerimaan
yangdiperkirakan dan jadwal produksi induk untuk menentukan perencanaan
persediaandan penjadwalan bahan baku pada proses produksi agar bisa
meminimalisasi biaya-biayapenyimpanan dan mengurangi kerusakan bahan baku di
perusahaan. Menurut Heizer dan Render (2015,p:641) Material Requirement
Planning adalah suatu teknik permintaan dependen yang menggunakan material,
13
persediaan, penerimaan yang diharapkan, dan perencanaan kebutuhan bahan
material.
2.2.2.1 Tahapan Material Requirement Planning
Menurut Heizer dan Render (2010,p:201)Ada empat tahap dalam proses
perencanaan kebutuhan material, tahapantersebut adalah sebagai berikut:
1. Netting, atau proses perhitungan jumlah kebutuhan bersih.
2. Lotting, atau proses penentuan besar lot size.
3. Offsetting, atau proses penentuan saat melakukan pemesanan.
4. Explosion, atau proses penguraian kebutuhan dalam bagian-bagian produk
yang paling kecil.
2.2.2.2 Manfaat Material Requirement Planning
Manfaat Material Requirement Planning menurut Heizer dan Render
(2015,p:641) sebagai berikut :
1. Memberikan respon secara lebih baik bagi pesanan dari konsumen sebagai
hasil dari peningkatan kepatuhan pada jadwal.
2. Memberikan respon dengan lebih cepat atas perubahan pangsa pasar.
3. Meningkatkan pemanfaatan sarana dan sumber daya manusia.
4. Mengurangi jumlah persediaan.
2.2.2.3 Persyaratan Model Persediaan Dependen
Menurut Heizer dan Render (2015,p:642) persyaratan model persediaan
dependen untuk menentukan bahwa manajer operasional mengetahui pemakaian
yang efektif atas model persediaan sebagai berikut :
1. Jadwal produksi utama (apa yang harus dibuat dan kapan).
2. Spesifikasi atau daftar bahan (bahan material dan suku cadang yang
diperlukan untuk menciptakan suatu produk).
3. Ketersediaan persediaan (apa yang menjadi stok perusahaan).
4. Pesanan pembelian yang beredar (apa yang terdapat dalam pesanan, disebut
juga sebagai penerimaan yang diharapkan).
2.2.2.4 Pembahasan Persyaratan Perencanaan Kebutuhan Bahan Material
2.2.2.4.1 Jadwal Produksi Induk (Master Production Schedule)
14
Menurut Heizer dan Render (2015,p:642-643) jadwal produksi induk (Master
Production Schedule) adalah jadwal yang menspesifikasikan apa yang harus
dihasilkan (sejumlah penyelesaian produk atau barang jadi) dan kapan. Jadwal harus
disesuaikan dengan keseluruhan rencana. Rencana keseluruhan menetapkan tingkat
Output dalam cakupan yang lebih luas secara menyeluruh (misalnya, kelompok
produk, standar jam, ataupun jumlah dolar). Rencana biasanya dikembangkan oleh
tim penjualan dan perencanaan operasional, meliputi beraneka jenis Input, termasuk
data keuangan, jumlah permintaan dari konsumen, kemampuan teknik, ketersediaan
tenaga kerja, fluktuasi persediaan, kinerja pemasok, dan pertimbangan-pertimbangan
lainnya. Masing-masing Input ini memberikan andil sendiri pada rencana
keseluruhan.
2.2.2.4.2 Daftar Bahan (Bill of Material – BOM)
Menurut Heizer dan Render (2015,p:644) daftar bahan (Bill of Material –
BOM) merupakan daftar kuantitas komponen, bahan-bahan dan bahan material yang
diperlukan untuk menciptakan suatu produk. Penggambaran individu bukan hanya
berupa sebuah dimensi fisik, tetapi juga beberapa proses tertentu sebagaimana bahan
mentah dari mana masing-masing bagian akan dihasilkan.
2.2.2.4.3Daftar Suku Cadang (Modular Bills)
Suku cadang bukan menjadi produk akhir yang akan dijual, tetapi komponen
yang dapat diproduksi dan dirakit menjadi suatu unit barang. Mereka merupakan
komponen utama produk atau pilihan produk.Daftar bahan atas suku cadang ini
dikenal dengan daftar suku cadang (Modular bills). Daftar suku cadang sangat
mudah karena penentuan jadwal produksi dan kegiatan produksi sering kali
difasilitasi dengan menetapkan seputar beberapa suku cadang terkait daripada
sejumlah besar perakitan akhir (Heizer dan Render 2015,p:645-646)
2.2.2.4.4 Daftar Perencanaan atau Peralatan (Planning Bill or Kit)
Dua jenis daftar bahan yang istimewa lainnya adalah daftar perencanaan dan
daftar bayangan.Daftar perencanaan (Planning Bills) kadangkala disebut dengan
daftar “semu”, atau daftar istimewa yang dibuat untuk menugaskan induk buatan atas
daftar bahan.Pemakaian daftar seperti berikut:
15
1. ketika kita ingin mengelompokkan subperakitan sehingga sejumlah barang
yang harus dijadwalkan dapat dikurangi.
2. ketika kita ingin mengeluarkan “Kit” pada departemen produksi. Sebagai
contoh, menjadi tidak efesien untuk mengeluarkan barang-barang yang tidak
mahal, misalnya mesin cuci dan pasak dengan tiap-tiap subperakitan yang
banyak sekali sehingga kita dapat menyebutkan dengan peralatan dan
menghasilkan daftar perencanaan. Daftar perencanaan juga dikenal dengan
nama bahan material (Kitted Material) yang dibuat menjadi peralatan (Heizer
dan Render 2015,p:646).
2.2.2.4.5 Daftar Bahan Bayangan (Phantom Bill of Material)
Menurut Heizer dan Render (2015,p:646) daftar bahan bayangan (Phantom
Bill of Material) adalah daftar bahan bagi komponen, biasanya subperakitan, yang
hanya terjadi sementara. Komponen-komponen ini langsung masuk ke perakitan
lainnya dan tidak pernah disimpan. Oleh karenanya, komponen daftar bahan
bayangan akan diberikan kode untuk memperoleh perlakuan khusus; waktu tunggu
adalah nol, dan mereka diperlakukan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan
barang induk mereka. Sebagai contoh perakitan poros transmisi dengan roda gigi dan
bantalan yang ditempatkan secara langsung pada transmisi.
2.2.2.4.6 Pengodean Level-Rendah (Low-Level Coding)
Pengodean level-rendah (Low-Level Coding) suatu barang dalam BOM
diperlukan ketika terdapat barang-barang yang serupa pada beraneka ragam level
dalam BOM. Pengodean level-rendah berarti bahwa barang-barang akan diberikan
kode pada level terendah saat terjadinya. Pengodean level-rendah merupakan suatu
konvensi yang memungkinkan penghitungan kebutuhan suatu barang secara mudah
(Heizer dan Render 2015,p:646).
2.2.2.4.7 Waktu Tunggu (Lead Time)
Ketika para manajer dapat menentukan kapan produk diperlukan, mereka
mengetahui
kapan
harus
memperolehnya.Waktu
yang
dibutuhkan
untuk
memperolehnya (berupa, pembelian, produksi, atau perakitan) suatu barang tersebut
dengan waktu tunggu (Lead Time).Waktu tunggu bagi barang yang dipabrikasi terdiri
atas waktu pindah, persiapan, dan perakitan atau pengerjaan bagi tiap-tiap
16
komponen. Untuk barang yang dibeli, maka waktu tunggu meliputi waktu di antara
pengakuan atas kebutuhan pesanan dan ketika tersedia bagi produksi. (Heizer dan
Render 2015,p:647).
2.2.2.4.8 Rencana Kebutuhan Kotor Bahan Material (Gross Material
Requirements Plan)
Menurut Heizer dan Render (2015,p:648) rencana kebutuhan kotor bahan
material atau Gross Material Requirements Plan adalah sebuah jadwal suatu barang
harus dipesan dari para pemasok jika tidak terdapat persediaan yang dimiliki atau
ketika produksi suatu barang harus dimulai untuk memenuhi permintaan produk
akhir pada tanggal tertentu.
2.2.2.5 Rencana Kebutuhan Bersih (Net Requirement Plan)
Menurut Heizer dan Render (2015,p:648) rencana kebutuhan bersih atau Net
Requirement Plan yaitu hasil penyesuaian rencana kebutuhan bersih untuk
menyesuaikan persediaan yang dimiliki. Dalam pembahasan mengenai persediaan
yang dimiliki, maka kita harus menyadari bahwa banyak barang dalam persedian.
2.2.2.6 Pendekatan Material Requirement Planning
1.
Pendekatan EOQ
Menurut Heizer dan Render (2010,p:320) EOQ merupakan salah satu teknik
pengendalian persediaan tertua dan paling terkenal. Teknik ini relatif mudah
digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut :
1) Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan.
2) Lead Time waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanandiketahui dan
bersifat konstan.
3) Persediaan diterima dengan segera. Dengan kata lain, persediaan yang
dipesan tiba dalam bentuk kumpulan produk, pada satu waktu.
4) Tidak mungkin diberikan diskon.
5) Biaya variabel yang muncul hanya biaya pemesanan dan biaya pemyimpanan
persediaan sepanjang waktu.
6) Keadaan kehabisan Stock (kekurangan) dapat dihindari sama sekali bila
pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.Dengan adanya pengendalian
persediaan bahan baku, makaperusahaan sangat perlu untuk dapat
17
menentukan kuantitas pembelian yang optimal (sering disebut EOQ). Dengan
EOQ, perusahaan akan dapat menentukan berapa jumlah pesanan yang paling
ekonomis dengan ditentukannya kebutuhan dalam periode tertentu, biaya
pesan, dan biaya simpan.
Dalam menerapkan EOQ ada biaya - biaya yang diperhitungkan dalam penentuan
jumlah pembelian yaitu :
a) Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan merupakan biaya yang langsung terkait dengan
kegiatan pemesanan yang dilakukan perusahaan.Biaya pemesanan berubah
ubah sesuai frekuensi pemesanan. Dengan demikian semakin sering
perusahaan melakukan pemesanan bahan, maka biaya pemesanan akan
semakin besar. Biaya pemesanan berfluktuasi, bukan dengan jumlah yang
dipesan tetapi dengan frekuensi pesan.Contoh biayapemesanan yaitu: biaya
telepon, biaya faximile, biaya administrasi.
b) Biaya Penyimpanan
Biaya Penyimpanan adalah Biaya yang harus ditanggung perusahaan
sehubungan dengan adanya bahan baku yang disimpan di dalam perusahaan.
Biaya penyimpanan berfluktuasi sesuai dengan tingkat persediaan, semakin
besar pula biaya simpannya. Contoh biaya penyimpanan antara lain: biaya
simpan bahan, biaya asuransi, biaya kerusakan bahan dalam penyimpanan,
biaya pemeliharaan bahan, biaya sewa gedung persatuan unit bahan, biaya
fasilitas penyimpanan.
Hubungan antara kedua jenis biaya (biaya pesan dan biaya simpan),
dengan jumlah pesanan dapat dilihat dari gambar sebagai berikut :
Gambar 2.2 Biaya Persediaan Metode EOQ
Sumber: Heizer dan Render (2010)
18
Biaya pesan menunjukkan kurva menurun dengan tingkat yang
semakin rendah. Walaupun demikian, kurva ini tidak akan pernah memotong
sumbu mendatar, yaitu sumbu jumlah pesanan. Hal ini disebabkan karena
apabila jumlah yang dipesan sedikit, maka dalam satu tahun berarti
melakukan pesanan yang berulang kali (frekuensi pemesanan tinggi).Dengan
demikian biaya pesannya juga tinggi.Sebaiknya apabila jumlah yang dipesan
besar, maka frekuensi pesanan rendah, dengan demikian biaya pesannya
rendah.
Biaya simpan sebaliknya, merupakan garis yang selalu meningkat
dengan semakin besarnya jumlah barang yang dipesan.Dan garis ini
berbentuk
lurus,
karena
biaya
simpan
dianggap
proporsional
kenaikannya.Semakin besar barang yang dipesan, semakin besar pula biaya
simpannya. Dengan demikian garisnya akan berasal dari titik nol, kemudian
meningkat sesuai dengan jumlah barang yang dipesan.
Biaya Persediaan diberi notasi TIC, merupakan penjumlahan dari
biaya pesan dan biaya simpan. TIC minimum, maka dalam jumlah pesanan
tersebut dikatakan jumlah pesanan yang paling ekonomis (EOQ), dan rumus
yang digunakan untuk menghitung TIC yaitu :
Dimana:
TIC = Total Biaya Persediaan
Q = Jumlah barang setiap pemesanan
D = Permintaan Tahunan barang persediaan dalam unit
S = Biaya pemesanan untuk setiap pemesanan
H = Biaya penyimpanan
Sedangkan untuk menentukan jumlah Pesanan yang ekonomis (EOQ)
adalah sebagai berikut :
19
Dimana :
Q* = Jumlah pesanan yang ekonomis
D = Jumlah kebutuhan bahan dalam satuan unit pertahun
S = Biaya pemesanan untuk setiap kali
H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
2.2.2.7 Pendekatan Lot for Lot (LFL)
Lot for Lot adalah pendekatan sederhana dalam menentukan Schedule
pemesanan untuk setiap periode. Dalam membeli item jumlah yang dibutuhkan dapat
ditentukan secara pasti untuk setiap periode, dengan demikian item diperoleh dari
period ke periode.pendekatan ini menghilangkan biaya penyimpanan, karena
persediaan nol pada setiap periode.

Off Setting
Off Setting bertujuan untuk menentukan saat tepat untuk melakukan rencana
pemesanan untuk memenuhi net requirements di atas. Rencana pemesanan
(Planned Order Receipts) diperoleh dengan cara mengurangkan saat awal
tersedianya net requirement yang diinginkan dengan Lead Time.

Exploding / Explosion
Adalah proses perhitungan kebutuhan (Gross Requirement) untuk item pada
level yang paling bawah. Dasar untuk menentukan kebutuhan, item-item ini
didalam tiap tahap, langsung maupun tidak langsung, yang diturunkan dari
MPS, bergantung pada posisinya pada struktur produk.
Pendekatan Lot for Lot menurut Heizer dan Render (2010) adalah pendekatan
yang terfokus pada biaya pemesanan karena seluruh pemesanan yang dilakukan tepat
sesuai dengan kebutuhan dan tidak ada persediaan yang dipersiapkan untuk periode
selanjutnya.
2.2.2.8 Fixed Period Requirement
Menurut Heizer dan Render (2010), Teknik Fixed Period Requirement ini
menggunakan konsep interval pemesanan yang konstan, sedangkan ukuran kuantitas
pemesanan (Lot Size) bervariasi. Bila dalam metode FOQ besarnya jumlah ukuran lot
20
adalah tetap sementara selang waktu antar pemesanan tidak tetap, sedangkan dalam
metode FPR ini selang waktu antar pemesanan dibuat tetap dengan ukuran lot sesuai
pada kebutuhan bersih.
Ukuran kuantitas pemesanan tersebut merupakan penjumlahan kebutuhan
bersih dari setiap periode yang tercakup dalam interval pemesanan yang telah
ditetapkan. Penetapan interval penetapan dilakukan secara sembarang. Pada teknik
FPR ini, jika saat pemesanan jatuh pada periode yang kebutuhan bersihnya sama
dengan nol, maka pemesanannya dilaksanakan pada periode berikutnya.
Dalam penelitian ini, interval Fixed Period Requirement yang digunakan
adalah 2 hari. Hal ini didapat dari persetujuan dengan pihak perusahaan yang
memang menyatakan bahwa pemesanan untuk seluruh bahan baku yang diteliti
maksimal adalah dua hari sekali
2.3
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
PT. Prima Market Abadi
Jaya
Biaya Bahan Baku
Waktu Pemesanan
Bill Of Material
Lead Time
Rencana Kebutuhan
Netto
Lot for Lot
Economic Order Quantity
Simpulan Kebutuhan
Bahan Baku Paling
Optimal
Fixed Period Requirements
Download