KETERAMPILAN KOMUNIKASI KONSELING

advertisement
MATERI INTI 6
KETERAMPILAN KOMUNIKASI DALAM KONSELING
I. DESKRIPSI SINGKAT
Materi ini mencakup tentang penguasaan konsep dasar mengenai komunikasi
antar pribadi dan keterampilan konseling. Dibahas berbagai keterampilan
komunikasi baik verbal maupun non verbal, elemen-elemen komunikasi antar
pribadi, tujuan komunikasi antar pribadi, asumsi dasar dalam komunikasi antar
pribadi. Keterampilan komunikasi adalah dasar yang dikembangkan dalam
keterampilan komunikasi dalam konseling, dengan menggunakan berbagai
respon konselor seperti para phrase, clarification, reflection of feeling,
summarization, probing, ability potential, confrontation, interpretation, self
disclosure,
immediate,
information
giving,
verbal
setting,
instruction
paralinguistic, kinesics, proxemics.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah pembelajaran ini selesai peserta memahami dan mengajarkan
keterampilan komunikasi dalam konseling
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah pembelajaran ini selesai peserta mampu menjelaskan dan mengajarkan
:
1. Berkomunikasi secara efektif dengan orang lain
2. Terampil menerima, mendengarkan orang lain
3. Menggunakan berbagai respon konselor
4. Konsep dasar dan bentuk-bentuk komunikasi verbal dan non verbal
5. Macam-macam model komunikasi konseling
1
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
Pokok Bahasan 1 : Komunikasi Interpersonal
Sub Pokok bahasan :
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
2. Elemen Komunikasi Interpersonal
3. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Pokok Bahasan 2 : Verbal dan Non Verbal
1. Verbal
2. Non Verbal
3. Contoh Verbal dan Non Verbal
4. Perilaku Non Verbal yang Berjalin dengan Pesan Verbal
Pokok Bahasan 3 : Keterampilan Konseling (Teknik-teknik Konseling)
1. Pengertian Keterampilan Konseling (Teknik-teknik Konseling)
2. Berbagai Jenis Keterampilan Konseling (Teknik-teknik Konseling)
IV. LANGKAH - LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pokok Bahasan 1 : Komunikasi Interpersonal
1. Awal
Apersepsi mengenai materi yang akan disampaikan
2. Inti
-
Penyampaian materi
-
Diskusi dan tanya jawab
3. Penutup
Penutup dan menarik kesimpulan
Pokok Bahasan 2 : Verbal dan Non Verbal
1. Awal
Apersepsi mengenai materi yang disampaikan
2. Inti
-
Penyampain materi
-
Diskusi dan tanya jawab
2
-
Latihan/praktek
3. Penutup
Penutup dan menarik kesimpulan
Pokok bahasan 3 Keterampilan Konseling
1. Awal
Apersepsi mengenai materi yang disampaikan
2. Inti
-
Penyampain materi
-
Diskusi dan tanya jawab
-
Latihan/praktek
3. Penutup
Penutup dan menarik kesimpulan
V. URAIAN MATERI
1. Pokok Bahasan 1 : Komunikasi Interpersonal
a. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara
kamunikator dan komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif
dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang
(Liliweri, 1994).
Devito mengemukakan definisi komunikasi interpersonal dapat dilihat
dari dua sudut pandang. Pertama melalui sudut pandang hubungan
antar pasangan. Dalam sudut pandang ini komunikasi interpersonal
diartikan sebagai komunikasi yang yang dilakukan oleh dua orang
yang telah memiliki hubungan yang baik. Sudut pandnag kedua
adalah
sudut
pandang
perkembangan.
Dalam
pandangan
ini
komunikasi interpersonal dianggap sebagai adanya suatu rentang dari
impersonal pada satu sisi dan intim pada sisi yang lain. Komunikasi
interpersonal dibedakan dengan impersonal oleh 3 faktor, yaitu data
3
psikologi, pengetahuan yang menjelaskan, serta peraturan yang
personal yang mapan.
Perbedaan antara komunikasi interpersonal dan komunikasi massa:
1) Sumber komunikasi massa memiliki beban berat dalam penyampaikan
pesan pada audience yang beragam.
2) Umpan balik dalam komunikasi massa lebih sukar diperoleh
3) Audience komunikasi massa kemungkinan menyalahartikan pesan
lebih besar
4) Penerapan sistem komunikasi massa lebih rumit dibandirigkan dengan
komunikasi interpersonal.
b. Elemen-elemen Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal dibangun dari tujuh unsur (DeVito, tahun 1990),
unsur-unsur tersebut, antara lain:
1.
Pengirim dan penerima pesan
Komunikasi interpersonal sedikitnya melibatkan dua orang, setiap orang
merasakan dan mengirim pesan (fungsi pengiriman). Lalu diterima dan
dipahami (fungsi penerima). Siapa, apa yang diketahui, apa yang
dipercayai, nilai yang dimiliki, apa yang diinginkan, apa yang sudah
dikatakan, bagaimana sikap, dan lain-lain mempengaruhi yang individu
katakan, bagaimana cara individu mengatakan, pesan apa yang individu
terima dan bagaimana individu mengartikan pesan itu.
2. Pengkodean dan pemecahan kode
Pengkodean yaitu proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang atau
disusun terlebih dahulu dengan menggunakan kata-kata. Pengkodean
adalah proses memproduksi pesan. Pemecahan kode adalah proses
dimana komunikan menetapkan makna dan lambang yang disampaikan
komunikator adanya. Pemecahan kode adalah tindakan menginterpretasikan
kode.
Proses komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang dalam situasi
interaksi, komunikator menyandi suatu pesan lalu menyampaikan pada
komunikan, dan komunikan mengawas sandi pesan tersebut. Sampai
4
disitu komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi decoder. Jika
komunikator sedang berbicara, ia menjadi encoder dan yang sedang
mendengarkan menjadi decoder. Dan ketika komunikan memberikan
tanggapan dan berbicara pada komunikator, maka komunikan ini akan
menjadi
encoder
dan
komunikator
menjadi
decoder.
Tanggapan
komunikan yang disampaikan kepada komunikator itu diriamakan umpan
balik atau arus balik.
3.
Pesan
Agar komunikasi interpersonal tetap ada, pesan yang mengekspresikan
pikiran dan perasaan kita harus dikirim dan terima. Komunikasi
interpersonal tidak selalu secara verbal. Kita dapat berkomunikkasi melalui
gerakan, sentuhan sama seperti kita berkomunikasi secara verbal.
Umpan balik memberitahu komunikator efek apa yang diberikannya kepada
komunikan. Umpan balik dapat berasal dari diri sendiri (sebagaimana kita
mendengar apa yang sudah kita katakan) atau orang lain baik secara
verbal maupun nonverbal. Dalam proses komunikasi interpersonal umpan
balik memiliki peran penting, karena pengirim dan penerima secara terus
menerus dan bergantian memberi umpan balik dalam berbagai bentuk baik
verbal maupun nonverbal. Dalam situasi interpersonal umpan balik lebih
sering diterima secara langsung setelah pesan disampaikan.
4. Gangguan
Gangguan adalah segala sesuatu yang mengganggu "kejernihan" pesan
dalam proses komunikasi, sehingga seringkali pesan yang disampaikan
berbeda dengan pesan yang diterima.
5. Efek
Proses komunikasi selalu memiliki berbagai akibat, baik pada salah satu
pelaku atau keduanya. Efek dari kegiatan komunikasi mencakup 3 aspek
yaitu:
a. Aspek kognitif
Menyangkut
kesadaran
dan
pengetahuan.
Misalnya
memperoleh
pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis.
5
b. Aspek afektif
Menyangkut sikap, kepercayaan, emosi dan perasaan, misalnya
perasaan sedih, gembira.
c.
Aspek konatif dan psikomotor
Menyangkut perilaku atau tindakan berbuat seperti apa yang disarankan.
6. Chanel komunikasi
Chanel komunikasi adalah media yang dilalui oleh pesan. Chanel berfungsi
sebagai jembatan antara pengirim dan penerima pesan, contohnya
berbicara dan mendengar, mencium, melihat, mengeluarkan bau, dan
bahkan untuk menyentuh untuk berkomunikasi. Hal-hal yang dapat
dikatakan sebagai chanel adalah tatap muka, telepon, surat, televisi, dll.
7. Konteks
Cara kita berkomunikasi setiap saat berbeda dipengaruhi oleh konteks.
Konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan kejadian. Tiga
dimensi konteks komunikasi adalah fisik, sosial psikologis, dan temporal.
Pada
tahun
1995
Devito
menambahkan
dua
elemen
komunikasi
interpersonal, yaitu: kompetensi, dan etika.
c. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Devito (1995) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal memiliki sedikitnya
lima tujuan. Tujuan tersebut mungkin saja disadari-setengah sadar atau
disengaja-tidak disengaja. Kelima tujuan tersebut adalah:
1.
Untuk belajar
Setiap kita berkomunikasi secara interpersonal, kita belajar tentang
lingkungan yang ada di sekitar kita. Kita belajar tentang orang lain dan diri
sendiri. Komunikasi interpersonal membantu kita untuk memahami
lingkungan lebih baik lagi, seperti peraturan, norma-norma dan etika yang
berlaku. Melalui komunikasi interpersonal, kita juga mengetahui bagaimana
pendapat orang lain terhadap kita.
2. Untuk membangun hubungan
Setiap orang ingin membangun dan mempertahankan sebuah hubungan. Kita
menghabiskan banyak waktu untuk melakukan komunikasi interpersonal
6
untuk membangun dan mempertahankan hubungan sosial. Hubungan sosial
menghindarkan diri kita dari kesendirian dan depresi.
3. Untuk mempengaruhi
Dalam komunikasi interpersonal, kita sering mencoba mempengaruhi sikap
dan perilaku orang lain.
4. Untuk bermain
Berdiskusi tentang hobi, dan menceritakan lelucon merupakan hal yang
sangat penting. Hal itu dapat menyeimbangkan hidup dan membuat pikiran
kita beristirahat sejenak dari hal-hal yang serius. Bermain meliputi segala
hal yang dapat kita nikmati.
5. Untuk menolong
Melalui komunikasi interpersonal kita dapat menenangkan, menghibur, dan
memberi saran kepada teman. Secara profesional atau bukan, keberhasilan
untuk menolong seseorang tergantung pada keterampilan komunikasi
interpersonal seseorang.
2. Pokok Bahasan 2 : Pesan Verbal dan Non Verbal
a. Pesan Verbal
Pesan verbal akan berkaitan dengan kata dan makna
 Kata dan Makna
Proses komunikasi mencakup pengiriman pesan dari system syaraf
seseorang kepada system syaraf orang lain, dengan maksud untuk
menghasilkan makna yang serupa dengan yang ada dalam pikiran pengirim.
Pesan verbal melakukan hal tersebut melalui kata-kata, yang merupakan
unsur dasar bahasa, dan kata-kata.
Simbol dan Referen
Simbol didefinisikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk atau dipandang
sebagai wakil sesuatu yang lainnya. Jadi gambar singa dapat dipakai sebagai
symbol keberanian, warna putih berarti suci.
7
Kata “matahari” merupakan symbol verbal untuk menunjukkan bintang yang
menjadi pusat tata surya kita, sedangkan orang inggris menyebutnya “sun’,
dan orang perancis menyebutnya dengan symbol lain, yaitu “soleil”
Sekali kita sepakat atas suatu
system symbol verbal, kita dapat
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Tentu saja apabila semua kata
yang digunakan hanya merujuk pada benda, maka masalah komunikasi
menjadi sederhana. Kita dapat menentukan apa referen
(rujukan) yang
diperbincangkan hampir sama tanpa kesulitan. Namun, kata-kata juga
merujuk pada peristiwa, sifat, sesuatu, tindakan, hubungan, konsep, dan lainlain. Ambillah kata “kebohongan putih (white lie)”. Misalnya seorang kawan
anda mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada anda, dan anda bisa
mengetahui hal tersebut, lalu anda menanyakan kepadanya. Meskipun ia
menerangkan bahwa itu hanya suatu “kebohongan putih”, mungkin anda
menganggap tindakannya sebagai bentuk “penipuan” sehingga boleh jadi
akan timbul perdebatan.
Untuk dapat memahami kata itu dengan baik, maka bukan hanya kita tahu
kata itu, akan tetapi kita juga harus mengetahui konsep yang terkandung
dalam kata-kata tersebut. Makna tidak melekat pada kata. Kata hanya
bermakna bila telah dirujukkan pada sejumlah referen. Manusialah yang
memberi makna pada kata.
b. Bahasa dan Berpikir
Bahasa dan pikiran adalah kajian utama psikologi kognitif, dan beberapa
pendapat mengungkapkan mengenai aspek kemanusiaan juga. Bahasa
adalah
kemampuan
yang
kompleks
dimana
orang
dapat
mengkomunikasikan berbagai pesan dengan menggunakan simbol yang
dapat dimengerti.
Orang dapat menggunakan bahasa untuk mendiskusikan berbagai hal yang
tidak terlihat pada saat sekarang baik secara tempat dan waktu. Bahasa
dapat dipelajari dalam berbagai tingkatan, meliputi suara (phonologi),
struktur kata (morphologi), arti kata (semantiks), dan tata cara dalam
menggabungkan kata (sintaksis), dan cara menggunakan bahasa dalam
kehidupan sosial (pragmatik). Bahasa dipelajari dalam berbagai bentuk,
8
tergantung dari hal apa yang menjadi fokus utama penelitian tersebut,
termasuk penelitian mengenai lintas budaya (cross culture), pengamatan
secara alami dan pengujian secara terstruktur.
Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan adalah dua hal yang
utama dari berpikir. Masalah muncul ketika orang tidak dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Pengambilan keputusan meliputi membuat
penilaian dari alternatif-alternatif yang ada dan pada akhirnya memilih salah
satu dari alternatif tersebut. Pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan dapat dipelajari dengan memanipulasi berbagai informasi yang
diberikan pada partisipan dan melihat berbagai respon yang ditunjukkan
oleh partisipan. Proses kognitif yang meliputi pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan dapat diketahui dengan menggunakan analisis
protokol dan model yang menggunakan komputer. Protokol analisis menguji
pesan verbal yang ditunjukkan oleh partisipan ketika mereka menyelesaikan
tugas selama proses tersebut berlangsung. Model yang menggunakan
komputer maksudnya adalah program yang dibuat untuk memperagakan
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
orang. Ini dilakukan untuk mengetahui secara alami dan akibat dari proses
yang berlangsung.
c. Hubungan antara Bahasa dan Berpikir
Ada beberapa sudut pandang mengenai mengenai hubungan antara bahasa
dan pikiran. Salah satunya adalah linguistic relativity hipothesis/LRH
(hipotesis relativitas bahasa), menyatakan bahwa bahasa yang digunakan
pembicara akan berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan pembicara.
Hanya sedikit bukti yang dapat menguatkan bentuk dari LRH, pernyataan
bahwa bahasa menentukan pikiran, bukti asli yang digunakan oleh Whort
ternyata sepenuhnya benar dan tidak ada bukti yang dapat menguatkan
versi tersebut. Bukti yang ada mengenai LRH, yang menyatakan bahwa
bahasa mempengaruhi pikiran, hampir tidak ada. Ada beberapa bukti yang
menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi memori dan persepsi, tetapi
hipotesis yang tidak jelas membuat luasnya pengaruh bahasa sulit untuk
diukur. Sudut pandang kognitif yang terbaru menyatakan bahwa ada bukti
9
yang
berkembang pengaruh bahasa yang digunakan oleh seseorang
terhadap informasi yang diberikan adalah sebuah proses. Bagaimanapun,
pendekatan kognitif tidak menerima bukti tanpa syarat. Penelitian mengenai
perkembangan anak yang dilakukan oleh Piaget menyatakan bahwa bahasa
tergantung atas pikiran. Teori Piaget menyatakan bahwa bahasa tidak dapat
digunakan
untuk
menyampaikan
ide-ide
sampai
anak
dapat
mengembangkan konsep yang sesuai. Beberapa bukti menyatakan bahwa
anak perlu memahami konsep sebelum menggunakan bahasa untuk konsep
tersebut. Bagaimanapun, beberapa anak yang belajar dengan penuh
kesulitan dapat mencapai tingkat yang memuaskan walaupun melemahkan
fungsi kognitif yang lain. Vygotsky menyatakan bahwa bahasa dan pikiran
awalnya bebas dan terpisah tetapi selama masa
anak-anak
secara
bertahap verbal dan bahasa merefleksikan pikiran. Pada saat usia 7 tahun
pikiran dan bahasa menjadi saling terhubung dan bergantung. Gagasan
Vygotsky telah membuat ketertarikan secara umum dan dapat menjelaskan
beberapa aspek dari perilaku, tetapi penelitian yang dilakukan untuk
mendukung gagasannya sulit untuk dilakukan kembali.
d. Pesan Non Verbal
Pesan non verbal mencakup segala ungkapan yang tidak disadari dalam
bentuk gerak, isyarat, gerak tubuh air muka, nada atau getaran suara, dan
tarikan napas. Suatu ilmu yang mempelajari pola-pola perilaku yang
berhubungan dengan gerak tubuh, termasuk gerak jari, tangan dan bibir dan
mata. Suatu studi (Julius Fast, 1973), menunjukkan bahwa bahasa tubuh
dapat bertentangan dengan bahasa verbal. Suatu contoh adalah ketika
seorang gadis mengatakan bahwa ia sangat membenci pacarnya,
sementara air mukanya memungkirinya.
Klasifikasi Perilaku Non Verbal
Perilaku non verbal dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Body motion atau kinesics behavior, termasuk di dalamnya gestures (gerak
isyarat), gerakan tubuh, pernyataan air muka, perilaku/gerakan mata.
10
2. Physical characteristic (karakteristik fisik), yang termasuk di dalamnya tandatanda fisik yang tak bergerak seperti bau badan/mulut, berat, tinggi dan
sebagainya
3. Teaching behavior yaitu perilaku-perilaku dalam kontak dengan orang lain
seperti usapan, salaman, ucapan selamat tinggal, memukul dan memegan.
4. Paralanguage yitu hal-hal yang berhubungan dengan lisan/bahasa/suara,
termasuk kualitas bahasa seperti tekanan suara, ritme/irama, tempo,
artikulasi, resonansi dan karakteristik
5. Proxemics yaitu penggunaan jarak atau pendekatan
6. Artifac yaitu penggunaan lipstik, parfum. Kacamata, wig dan sebagainya
7. Environmental factor penggunaan perabotan, dekorasi interior, lampu-lampu,
pengharum, warna, temperatur, musik, suara, dan sebagainya
Perilaku non verbal adalah produk sosial budaya dimana klien hidup dan
bertumbuh. Perilaku non verbal orang Indonesia berbeda dengan orang Amerika.
Untuk beberapa perilaku non verbal ada yang mendunia (global) yang dimengerti
oleh semua orang. Contoh : pengungkapan rasa sakit yang terlihat dari bahasa
tubuh dan air muka yang kesakitan, minta makan dengan mengangkat tangan ke
mulut, melambaikan tangan untuk memanggil orang, dan sebagainya.
Contoh Perilaku Non Verbal
Fieldman dalam buku Mannerisms of Speech and Gesture In Everiday Life,
menjabarkan bentuk-bentuk perilaku non verbal (tentunya dalam versi Amerika)
1. Erect Head (kepala tegak) artinya percaya diri, harga diri, berani
2. Bowed Head (kepala tunduk) artinya kerendahan hati (humility), pengunduran
diri (resignation), rasa bersalah (guilt), kepatuhan (submission)
3. Touching nose (memegang hidung) artinya cemas (anxiety), ketakutan untuk
tampil (demam panggung)/stage frigate) dedepan umum
4. Rapid eye blinking (kedipan mata yang cepat) artinya sedang berpikir,
keraguan, sulit mencari jawaban
5. Artificial Cough (batuk buatan) artinya kritik, meragukan, heran, cemas
11
6. Whistling of humming (bersiul, bernyanyi kecil) artinya percaya diri (genuine)
7. Pressing head with hand (menekan kepala dengan tangan) artinya
mengalami banyak kesukaran, keputusasaan, ketidak berdayaan
8. Placing Index Finger alongside the Nose (Meletakkan telunjuk di sisi hidung)
artinya keadaan sedih, kepayahan, kelelahan, curiga
9. Closing Ears with Hands (menutup telinga) artinya tidak mau mendengarkan
10. Forming ring with finger (membentuk cincin dengan jari) artinya persatuan,
kepuasan
11. Rubbing Thumb and Middle Thumb (menggosok-gosokkan ibu jari dengan jari
tengah) artinya mencari solusi
12. Finger or Knuckle-eracking (menggosok –gosok jari atau buku jari) artinya
frustasi, agresi, permusuhan (hostility)
Berikut adalah bahas isyarat dalam perilaku non verbal orang Indonesia
1. Membelalakan mata artinya marah, terkejut, menentang, heran
2. Muka Merah artinya malu, menahan marah
3. Dahi dikerutkan mata agak terpejam artinya menghadapi kesulitan
4. Menggosok-gosok mata artinya berpikir, menghadapi kesukaran
5. Menggaruk-garuk kepala artinya menahan malu, kesal
6. Memegang kepala dengan dua tangan sambil menunduk artinya kecewa,
konflik, stresss, keadaan sulit menekan
7. Telinga merah artinya menahan malu, stress
8. Menggoyang-goyang kaki saat duduk artinya menahan stress
Perilaku Non Verbal yang Erat Kaitannya dengan Pesan Verbal
Mark L.Knapp dalam bukunya Non verbal Communication In Human Interaction
(1973) menyatakan bahwa perilaku verbal dan non verbal sulit di pisahkan.
Beberapa perilaku non verbal yang erat kaitannya dengan pesan verbal adalah :
1. Isyarat Muka
Isyarat muka mempunyai tujuan utama untuk memperlihatkan komunikasi
yang bersifat afek yakni emosi dan sikap seperti perasaan senang, sedih,
12
marah, jijik, muak dan sebagainya. Terdapat empat tingkat perilaku non
verbal yang dapat mempengaruhi pihak lain yaitu 1) anggukan 2) senyum 3)
Tidak ada ekspresi 4)kombinasi anggukan dan senyuman. Anggukan kepala,
senyum dan kombinasinya mendorong lebih banyak orang untuk berbicara.
2. Proxemics Behavior
Proxemics behavior adalah ketidak konsistenan antara perilaku verbal dan
non verbal ketika seseorang berbicara dengan orang lain
Misalnya seseorang menyatakan bahwa ia ikut bersedih atas kejadian yang
menimpa temannya tetapi tidak diikuti dengan eksperesi yang mimik simpati
dan empati maka pesan tersebut tidak akan sampai
3. Pokok Bahasan 3 Keterampilan Komunikasi Dalam Konseling
a. Pengertian Keterampilan Dalam Konseling
Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menamakan teknik konseling, yaitu
keterampilan konseling, strategi konseling dan teknik-teknik konseling. Semua
istilah itu mengandung pengertian yakni cara yang digunakan oleh seorang
konselor dalam hubungan konseling untuk membantu klien agar berkembang
potensinya
serta
mampu
mengatasi
masalah
yang
dihadapi
dengan
mempertimbangkan kondisi-kondisi lingkungan yakni nilai-nilai sosial, budaya
dan agama.
Bagi seorang konselor menguasai keterampilan konseling adalah mutlak.
Sebab dalam proses konseling teknik yang baik merupakan kunci keberhasilan
untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor yang efektif harus mampu
merespon klien dengan teknik yang benar, sesuai keadaan klien saat itu.
Respon yang baik adalah pernyataan-pernyataan verbald an non verbal yang
dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong sehingga klien terbuka untuk
menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran dan pengalamannya. Selanjutnya
klien terus terlibat dalam mendiskusikan mengenai dirinya bersama konselor.
Respon konselor terhadap klien mencakup dua sasaran yaitu 1. Perilaku verbal
dan 2. Perilaku non verbal. Perilaku verbal mencakup semua pernyataan baik
kalimat-kalimat yang panjang, singkat maupun yang terpotong-potong, seperti
13
oh, aduh, yah dan sebagainya. Sedangkan perilaku non verbal adalah semua
perilaku bahasa tubuh berupa isyarat, posisi tubuh, ekspresi wajah, kontak
mata, letak tangan, anggukan kepala, jarak duduk, dan posisi kaki.
Menurut Barbara F. Okun (1987) respon klien terbagi atas dua hal yaitu 1)
Verbal messages, yaitu pesan-pesan verbal atau ucapan-ucapan yang berisi
muatan kognitif dan afektif; 2) Non verbal messages yaitu pesan-pesan dengan
muatan psikomotorik dan afektif. Untuk dapat membaca kedua pesan tersebut,
disamping kepekaan, konselor harus mendapat pelatihan-pelatihan khusus
untuk microtraining/microcounseling untuk setiap keterampilan konseling
secara teratur dan berulang. Kedua, macrotraining/macrocounseling yaitu
menggunakan keterampilan konseling dengan bervariasi dalam simulasi (role
playing) dan praktik konseling.
Latihan :
1. Peserta berpasangan
2. Langkah-langkahnya adalah
a. Pertama, duduk saling membelakangi, kemudian seorang berbicara dan
lainnya mendengarkan dengan perhatian.
b. Duduk saling menyamping kemudian saling berkomunikasi
c. Duduk berpasangan, yang satu berbicara tetapi yang satu memalingkan muka
d. Duduk berhadapan, seorang berbicara dan lainnya mendengarkan dengan
memperhatikan muka, kepala, keadaan kontak mata, posisi tubuh, keadaan
tangan, dan bagaimana perhatiannya?
e. Duduk berhadapan, saling melakukankontak mata, yang lain mendengarkan
dan memperhatikan
3. Eksplorasi
Teknik untuk membuat klien mengatakan semua perasaan, pikiran, dan
pengalaman kepada konselor secara jujur
Kalimat yang bisa menggali perasaan, pikiran dan pengalama. Misalnya :
14
a. Apakah yang anda rasakan saat ini ?
b. Bisakan anda mengungkapkan perasaan kecewa anda secara rinci ?
c. Bagaimana pengalaman pahit itu anda alami?
d. Dapatkan saudara mengemukakan pendapatnya tentang ini ?
Latihan :
Buatlah pertanyaan yang dapat menggali pengalaman, pikiran dan perasaan klien
A. Pharaprase (Menangkap pesan utama)
Sering terjadi klien sulit mengarahkan pembicaraan dan menekan tentang pokokpokok permasalahannya. Hal ini karena klien terlampau emosional atau memang
kurang pengetahuan tentang bagaimana memecahkan masalahnya sendiri.
Untuk mengatasi hal ini perlu ada upaya konselor agar inti pembicaraan klien bisa
di tangkap dan dibahasakan dengan sederhana serta mudah dimengerti oleh klien
karena itu konselor perlu dilatih untuk menangkap pesan utama klien atau disebut
juga dengan pharaprasing.
Tujuan pharaprase adalah
1. Klien
mengetahui
bahwa
konselor
benar-benar
memperhatikan
dan
mengetahui apa yang dibicarakan
2. Mengendapkan apa yang disampaikan klien dalam bentuk ringkasan
3. Memberi arah terhadap pembicaraan klien
4. Pengecekan
kembali
tentang
persepsi
konselor
mengenai
apa
yang
disampaikan oleh klien
Pharaprase yang baik adalah yang menyatakan kembali pesan utama klien
secara sama dan dengan kalimat yang sederhana. Contoh :
“adakah yang anda katakan bahwa..”
“nampaknya yang anda katakan adalah..”
“Jadi anda berpikiran bahwa...”
Latihan
Bagilah peserta kedalam kelompok lima orang konselor-klien dan tiga pengamat
- Klien membuat pernyataan mengenai dirinya paling banyak tiga kalimat
- Konselor menggunakan kata :
15
i. “Adakah yang anda katakan bahwa...”
ii. “Nampaknya yang anda katakan adalah...”
iii. “Jadi yang anda katakan adalah...”
B. Interpretasi
Usaha konselor untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan perilaku serta
pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, dinamakan interpretasi.
Jadi jelas sifat-sifat subjektif konselor tidak masuk kedalam interpretasi
Tujuan utama keterampilan ini adalah memberikan rujukan, pandangan, atau
perilaku klien agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil
rujukan baru tersebut.
Contoh :
Klien : “Saya pikir dengan berhenti sekolah dan memusatkan perhatian dan
membantu orang tua berarti bakti saya terhadap keluarga karena adik-adik
saya banyak dan amat membutuhkan biaya”
Kons : “Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi
semua warga negara terutama yang hidup kota besar seperti anda karena
tantangan masa depan makin banyak maka dibutuhkan manusia Indonesia
yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus. Namun mungkin
disayangkan
jika
orang seperti saudara
yang tergolong pandai ini
meninggalkan SMA”
Latihan
-
Buatlah pasangan-pasangan konselor klien ditambah tiga pengamat
-
Klien mengatakan sesuatu dan konselor memberikan interpretasi
-
Selesai latihan diadakan diskusi berdasarkan masukan dari pengamat
dan peserta lain
C. Meringkas (Summarizing)
Proses konseling harus selalu maju bertahap dan arah pembicaraan makin
jelas, maka dalam satu periode tertentu konselor dan klien perlu
meringkas/menyimpulkan sementara. Kebersamaan itu amat di perlukan agar
klien mempunyai pemahaman bahwa keputusan mengenai dirinya menjadi
16
tanggungjawab klien. Konselor hanya membantu. Mengenai kapan suatu
pembicaraan akan diringkas, tergantung dari pertimbangan konselor
Tujuan summarization adalah
1. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari
hal-hal yang telah di bicarakan
2. Menyimpulkan hasil kemajuan pembicaraan secara bertahap
3. Meningkatkan kualitas diskusi
4. Mempertajam atau memperjelas fokus pada wawancara konseling
Contoh
Kons : “ Setelah kita berdiskusi beberapa waktu alangkah baiknya jika kita
simpulkan dulu agar jelas hasil pembicaraan kita sampai saat ini. Dari materi
pembicaraan yang kita diskusikan kita sudah sampai kepada dua hal :
pertama, tekad
anda untuk bekerja sambil kuliah makin jelas; kedua,
hambatan yang anda akan alami seperti yang anda kemukakan tadi ada
beberapa
yaitu
sikap
orang
tua
yang
menginginkan
anda
segera
menyelesaikan studi, dan waktu bekerja yang penuh sebagaimana di tuntut
oleh perusahaan yang akan anda masuki.”
Latihan
-
Buatlah pasangan-pasangan konselor dan klien dan pengamat
-
Masing-masing membuat skenario
-
Kemudian yang berperan menjadi klien menyampaikan sesuatu dan
konselor melakukan summary
-
Setelah selesai, diskusikan bersama pengamat mengenai proses yang
tadi dilakukan
D. Konfrontasi
Konfrontasi adalah suatu teknik konseling yang menantang klien untuk
melihat adanya diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan
bahasa badan (perbuatan), ide awal dengan ide berikutinya, senyum dengan
kepedihan dan sebagainyan
17
Tujuan dari konfrontasi adalah
1. Mendorong klien mengadakan penelitian diri secara jujur
2. Meningkatkan potensi klien
3. Membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi, konflik atau
kontradiksi dalam diri
Contoh :
Klien : “ Oh.., saya baik-baik saja” (suara rendah, wajah tidak cerah, posisi
tubuh gelisah)
Kons : “ Anda katakan bahwa anda baik-baik saja tetapi itu tidak terlihat di
wajah anda?”
Latihan
-
Buatlah pasangan antara konselor dan klien serta pengamat
-
Konselor dan klien mengadakan sesi konseling dan konselor mencoba
untuk melakukan teknik konfrontasi
-
Setelah selesai diskusikan hasil latihan konfrontasi yang sudah dilakukan.
VI. REFERENSI
1) Carmier, William H., L. Sherilyn Cormier. 1979. Interviewing Strategies for
Helpers. California 942002: Wadsworth, Inc.
2) Desmita.
2005.
Psikologi
Perkembangan.
Jakarta:
PT.
Remaja
Rosdakarya.
3) Gibson, L. Robert, Marianne H. Mitchell. 2003. Introduction to Counseling
and Guidance. New Jersey 07458: Uppen Saddle River
4) Palmer, Stephen, Gladeana McMahon. 1997. Handbook of Counselling.
British Association for Counselling.
5) Perry, C. Wayne, D. Min. LMFT. 2002. Basic Counseling Techniques. C.
Wayne.Perry, D.Min, LMFT., All rights reserved.
18
Download