MENOLONG ORANG MENGATASI KRISIS Krisis dapat digolongkan sebagai stres spesial, yang seringkali datang mendadak, tanpa terduga, dan sangat berat. Dalam keadaan krisis, banyak sekali respon, yang pertama adalah shock, bingung tidak tahu apa yang harus diperbuat. Tentu saja ini terjadi karena pengalaman tersebut baru, tidak terduga dan usaha untuk mengatasinyapun belum efektif. Dalam keadaan inilah kita semua membutuhkan uluran tangan dan kebijaksanaan orang lain yang tidak tersangkut dalam krisis ini dan yang biasanya lebih obyektif dalam menilai persoalannya. Tentunya anda masih ingat peristiwa karamnya kapal Pa’ul. Menurut Kisah Para Rasul pasal 27, jumlah penumpang semuanya 276 dalam pelayaran menuju ke Roma melalui pulau Kreta. Musim dingin sudah tiba dan kapten kapal berharap dapat tiba di pelabuhan sebelum cuaca memburuk, tetapi angin badai membuat kapal terombangambing dan tidak dapat dikendalikan. Selama berhari–hari mereka dihanyutkan angin dan akhirnya kandas, buritannya hancur dipukul ombak yang hebat. Semua penumpang berusaha menyelamatkan diri dengan berenang ataupun menggunakan pecahanpecahan kapal, sampai akhirnya semua ke darat dengan selamat. Cuaca buruk yang menakutkan, kecelakaan, kematian orang yang kita kasihi, kehilangan harta benda, kegagalan, kehilangan sahabat, kehilangan pekerjaan dan sebagainya, adalah krisis yang dapat dialami oleh setiap orang. Berita-berita di suratsurat kabar setiap hari menunjukan peristiwa-peristiwa orang yang mengalami krisis. Bagaimana orang-orang dapat ditolong pada saat–saat krisis ? I. Hubungi mereka. Isa Almasih berhasil menolong dua orang yang sedang bingung dalam perjalanan menuju Emaus, karena Isa menemui mereka. Ia tidak menunggu mereka datang kepada-Nya. Apabila anda tahu seseorang sedang mengalami krisis, dan anda mengenalnya, temuilah orang tersebut. Seringkali perhatian anda sudah memberikan penghiburan dan kelegaan bagi mereka. II. Usahakan untuk mengurangi kegelisahan. Pada waktu krisis karam kapal tersebut, Pa’ul memberikan contoh yang baik sebagai konselor, ia berdiri di tengah–tengah mereka dan memberi nasihat, bahwa Isa akan menyelamatkan dan melindungi mereka. Pa’ul adalah model yang baik sekali, ia sendiri tabah dan tenang, sehingga tentunya orang–orang yang melihatnyapun rileks. Kadangkadang kata-kata penghiburan, dukungan atau sikap yang tenang dapat menolong seseorang pada waktu krisis. Pada saat anda hadir di tempat krisis, mintalah pertolongan Isa untuk menunjukan apa yang dapat anda lakukan untuk mengurangi dan menenangkan kemelut yang ada. III. Menolong mereka memfokuskan diri pada hal yang paling penting. Memang pada saat–saat krisis, orang mudah menjadi bingun dan merasa khawatir secara berlebihan. Hal itu terjadi karena mereka tidak tahu apa yang akan dilakukan. Di situlah teman baik menolong orang yang mengalami krisis untuk melihat hal yang paling penting. Misalnya, kematian salah seorang anggota keluarga; tentu saja hal yang paling penting dan pertama dilakukan, adalah memberitahu kepada sanak keluarga dan mulai merencanakan penguburan. Hal–hal lain tentunya dapat ditunda. Pada waktu kapal sudah hampir mencapai daratan, Pa’ul tidak berdebat lagi dengan mereka tentang perjalanan ini, dan ia memfokuskan pada hal yang sangat penting, yaitu supaya mereka mau makan karena sudah 14 hari mereka diliputi ketakutan dan tidak makan apa–apa, dan Pa’ul juga menasehati supaya di perintahkan bagaimana caranya untuk menyelamatkan diri sampai ke darat. IV. Menolong orang yang mengalami krisis untuk mengevaluasi persediaan yang ada. Artinya, siapa dan bagaimana caranya untuk dapat menolongnya. Paling tidak ada empat sumber yang dapat diharapkan pertolongannya pada waktu krisis. Manusia: teman, saudara-saudara seiman, dokter, badan–badan pemerintah atau yang lain yang mungkin dapat memberikan pertolongan. Sumber dari diri sendiri: intelek, kepandaian, pengalaman, kesehatan, pekerjaan, dan lain-lain yang dapat menolong dia. Sumber–sumber lain: keuangan, kekayaan, rumah dan lain–lain. Sumber yang paling penting, adalah kerohanianya, termasuk imannya, sikapnya terhadap Tuhan, pengetahuan rohaninya dan ketekunannya dalam doa. Cobalah menolong orang yang mengalami krisis dengan menghidupkan sumber–sumber tadi pada saat-saat krisis. Pa’ul tahu, bahwa semua penumpang kapal mempunyai makanan, kekuatan dan kepercayaan pada kepemimpinan Pa’ul. Sedangkan sumber kekuatan Pa’ul, adalah imannya kepada Tuhan yang hidup dan kepercayaannya, bahwa Tuhan pasti akan memimpin walaupun di tengah angin ribut dan badai yang mengancam kapal tersebut. V. Kemudian merencanakan apa yang dapat dilakukan kemudian hari. Di sini kita menolong orang yang mengalami krisis mengambil keputusan dan memimbing mereka. Awak–awak kapal memutuskan untuk melarikan diri dengan sekoci– sekoci, tetapi Pa’ul memberikan petunjuk–petunjuk praktis, “jika kamu ingin selamat, tinggalah di kapal”. Kemudian mereka mengulurkan tali kemudi, memasang layar topang supaya angin meniup kapal itu menuju ke pantai. Dengan merencanakan apa yang harus kita perbuat, walaupun dalam waktu yang sempit, mereka dapat menyelamatkan diri di tengah krisis tersebut. VI. Memberikan pengharapan dan membangkitkan semangat hidup. Semua orang dalam kapal mungkin sudah putus asa dan merasa, bahwa kapal setiap saat dapat tenggelam. Tetapi Pa’ul berdiri di tengah mereka dangan mengatakan supaya mereka tetap tabah, karena malaikat Allah sudah datang dan akan menyelamatkan mereka semua, sehingga pengharapan mereka bangkit kembali (Kis. 27:36), walaupun kapal masih terombang–ambing di tengah angin badai. Jika anda memberikan pengharapan tentunya anda mencoba–coba yang realistis. Jangan membuat janji-janji yang anda sendiri tidak dapat melakukan. Jangan mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Tidak ada gunanya mengatakan, bahwa Tuhan akan menyembuhkan seseorang yang sakit, bila anda sendiri tidak yakin. Paling tidak anda mendorong orang untuk lebih optimis, dan menyadarkan mereka, bahwa Allah itu penuh kasih dan maha kuasa, apapun yang menimpa kita ada dalam pengetahuan-Nya. VII. Mengubah suasana. Untuk sementara waktu orang yang mengalami krisis dapat juga pergi, menjauhkan diri dari tempat krisis, bertemu dengan teman–teman yang dapat menolong, bicara dengan konselor yang lain, dan mencari jalan lain supaya orang yang mengalami krisis mempunyai prespektif baru dalam mengatasi krisisnya. Di samping itu, perlu anda ingat, bahwa konseling untuk orang yang berada dalam masa–masa krisis sangat membutuhkan waktu yang kadang– kadang demikian sulit diperoleh. Sebagai konselor anda juga membutuhkan istirahat dan perlu memperbaharui kerohanian anda supaya dapat melayani Tuhan secara efektif. Dalam kapal itu, Pa’ul sebenarnya hanyalah seorang narapidana yang akan diadili di Roma. Namun ditengah kesulitannya ia dapat menjadi pemimpin yang efektif. Mengapa? Karena Pa’ul selalu mempunyai waktu untuk bersekutu dengan Tuhan, walaupun keadaan sangat menekan dan krisis sedang dialaminya. Dari bagian ini kita dapat belajar dari Firman Tuhan yang menguraikan secara realistis, bahwa setiap orang dapat mengalami krisis , dan bagaimana kita dapat mengatasinya, menolong orang lain tentunya semuanya ini bergantung kepada hubungan kita dengan Tuhan yang kita layani dalam setiap pertemuan konseling. Penulis Gary Collins Bacalah artikel ini dan bahaslah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan teman dan/atau keluarga anda: 1. Apakah hal-hal yang paling penting menurut anda? 2. Bagaimana artikel ini membantu anda? 3. Bagaimana anda akan menerapkan prinsip-prinsip dari artikel ini? Kalau bahan kami membantu anda, dan jika anda mempunyai pertanyaan serta beban yang mau didoakan, atau anda ingin mendapatkan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami (klik di sini): Email: [email protected] Situs: http://siratulmustaqim.org/ Hp 082147091350 Facebook: www.facebook.com/Siratulmustaqim.org Twitter: siratulmustaqi1