PERSAINGAN USAHA SEMPURNA DAN TANGGUNG JAWAB

advertisement
PERSAINGAN USAHA SEMPURNA DAN TANGGUNG JAWAB KPPU
TERHADAP MONOPOLI DAN OLIGOPOLI (Studi Kasus PT. Adya Tirta Batam)
Rumbadi
Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Riau Kepulauan Batam
Dalam berusaha terutama pebisnis dipastikan menghadapi persaingan. Persaingan ini
munculkarenakeinginan untuk meningkatkan mutu produk baik produk barang maupun
produk jasa. Selain itu meningkatkan kuantitas penjualan produk. Untuk meningkatkan
penjualan produk harus pula ada kepercayaan masyarakat yang menjadi pangsa pasar
produk tersebut. Beragam cara dilakukan seperti meningkatkan kompetensi manajerial,
memilih pekerja yang memiliki kompetensi sesuai bidang masing-masing, dan lain-lain.
Tak heran bila iklan produk bertebaran di persimpangan jalan baik berbentuk spanduk,
selebaran, dan bahkan ada baleho dilengkapi layar televisi. Tujuannya satu, meningkatkan
kuantitas pembeli/ konsumen. Namun dalam praktiknya ada pengusaha dan atau pebisnis
nakal seperti membuat logo menyerupai produk yang terlebih dahulu muncul. Berharap
dengan mengeluarkan produk serupa tapi tak sama itu mampu meningkatkan kuantitas
penjualannya. Ada pula yang tidak ingin produknya disaingi dengan cara monopoli.
Monopoli memiliki pengaruh yang besar terhadap struktur iklim usaha di Indonesia,
karena berakibat pada terhambatnya pebisnis lain untuk mengembangkan usahanya, atau
dengan kata lain terhambatnya mobilitas vertical-horizontal masyarakat. Misalnya sebuah
perusahaan mobil kemudian semua suku cadang dijual oleh produsen mobil itu, tidak memberi
kesempatan kepada orang lain untuk menjadi mitra usaha.
Bagi dunia Usaha persaingan harus dipandang sebagai hal yang positif. dalam teori ilmu
ekonomi, persaingan yang sempurna (perfect competition) adalah kondisi pasar yang ideal.
Paling tidak ada empat asumsi yang melandasi agar terjadi persaingan yang sempurna pada
suatu pasar tertentu.Pertama, pelaku usaha tidak dapat menentukan secara sepihak harga
atas produk atau jasa.Adapun yang menentukan harga adalah pasar berdasarkan ekuilibrium
permintaan dan penawaran (supply and demand).Dengan demikian pelaku usaha dalam
pasar peraingan sempurna tidak bertindak sebagai penentu harga (price maker) melainkan
bertindak sebagai price taker1
1
Modul ToT (Trainig of Trainers), Hukum Persaingan Usaha, KPPU bekerjasama dengan Lembaga
Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha Fakultas Hukum Universitas Indonesia (LKPUFHUI), Maret 2016, hal.2
1
Kedua, barang atau jasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha adalah betul-betul sama
(product homogeneity). Selanjutnya, pelaku
usaha mempunyai kebesan untuk masuk
ataupun keluar dari pasar. Terakhir, konsumen dan pelaku usaha memiliki informasiyang
sempurna tentang berbagai hal, diantaranya, kesukaan (preferences), tingkat pendapatan,
biaya dan teknologi yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa.2
Tapi tak semua pelaku usaha berlaku jujur.Kegiatan usaha yang kategori tidak jujur atau
persaingan usaha tidak sehat seperti monopoli, kartel, oligopoli, dan persekongkolan tender,
merupakan perbuatan tercela dan merusak tatanan dunia usaha. Monopoli dan kartel
misalnya, akan sangat merugikan warga masyarakat karena barang atau jasa dikuasai oleh
seseorang, atau pebisnis membuat kesepakatan soal tarif yang disebut kartel.
Batam sebagai daerah industri bukan merupakan daratan yang memiliki kandungan air
tanah yang cukup.Oleh sebab itu baik masyarakat dan kegiatan industry di daerah ini
bertumpu pada pengelola air bersih PT.Adhya Tirta Batam yang disebut PT.ATB.Merasa tidak
memiliki saingan atau monopoli, maka melakukan perbuatanyang menimbulkan persoalan.
Padahal sesuai Undang-Undang Dasar RI 1945 di Pasal 33 ayat (3) berbunyi: “Bumi dan air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”Oleh sebab itu, Pemerintah menerbitkan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat.
PT.ATB adalah satu-satunya perusahaan swasta yang bertanggungjawabterhadap
pengelolaan air bersih di Batam.Keberadaan perusahaan ini tak lepas dari berdirinya Otorita
Batam (kini Badan Pengusahaan Batam) disingkat BP-Batam.Keterlibatan BP Batam
menyangkut pembangunan infrastruktur seperti dam-dam dan reservoir yang ada di Batam
sebagai bentuk daya tarik investor.
Untuk menarik investor kala itu, BP Batam membangun waduk, tempat penampung air
atau tadah hujan, mengingat tidak terdapat aliran sungai yang mampu menyediakan air untuk
kebutuhan kegiatan industri dan masyarakat Batam. Waduk yang dibangun adalah sebagai
berikut:3
Nama Waduk
Volume
Kapasitas WTP
Kapasitas Produksi
3.637.000 m3
210 liter/ detik
215 liter/ detik,
Sei. Baloi
293.000 m3
30 liter/detik
--------------------
Sei.Nongsa
724.000 m3
110 liter/detik
61.09 liter/detik
Sei.Ladi
9.488.000 m3
240 liter/detik
237,96 liter/detik
Muka Kuning
13.147.000 m3
310 liter/detik
287,35 liter/detik
Sei.Harapan
2
ibid
3Majalah
Bulanan BP-Batam, Development Progress of Batam, Edisi I Volume XXV, 2014. hal.41
2
Tanjung Piayu
4.558.220 m3
375 liter/detik
291.49 liter/detik
Duriangkang
78.560.000 m3
2.200 liter/detik
2.032,80 liter/detik
Rencana Waduk Baru4
Rencana Waduk Tembesi
56.620.000 m3
600 liter/detik
-------------------
Rencana Waduk Rempang
450.000 m3
232 liter/detik
-------------------
Rencana WadukSei.Gong
----------------
20 liter/detik
-------------------
Jumlaha penduduk Batam sebanyak 1,169 juta jiwa5. Dari jumlah itu 200.000 merupakan
pelanggan PT.ATB.cakupan pelayanan telah mencapai 99,5% dan tingkat kebocoran (NRW)
15,17% .
A.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.
Konglomerasi Ekonomi dan Praktik Monopoli
Konglomerasi adalah suatu perusahaan yang memliki usaha yang cukup luas, dan
biasanya melakukan diversifikasi usaha yang tidak sejenis.Konglomeerat dimiliki oleh suatu
keluarga atau gabungan dan beberapa perusahaan. Konglomerat merupakan salah satu
strategi dalam dunia bisnis, sehingga keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari konteks
persaingan usaha. Kwik Kian Gie berpendapat, bahwa konglomerat merupakan kumpulan
profit center yang dimiliki oleh satu orang atau perkongsian dari kelompok kecil orang .Bagi
Kwik, konglomerat adalah pengertian yang netral, sehingga tidak begitu saja menilai baik dan
buruk. Untuk menilai baik dan buruk suatu konglomera, harus dilihat dari prilakunya.
Keberadaan konglomeraty juga berkaitan erat dengan system ekonomi kapitalis, karena iklim
kapitalis memungkinkan tumbuh dan berkembangnya usaha konlomerat, sementara dalam
system sosialisasi konglomerat sulit berkembang.6
Keberadaan konglomerat Indonesia dipandang masih belum mampu bersaing dengan
konglomerat luar negeri, terutama terhadap pasar ekspor yang justru rendah sekali
dibandingkan dengan asset yang mereka miliki . Permasalahan lain yang selalu menjadi
perhatian banyak pihak adalah usaha konglomerat yang “ cenderung” melakukan praktik
monopoli/oligopolistic telah memungkinkan konglomerat tetap mengeruk keuntungan walau
produknya lebih mahal harganya dari Negara yang lebigh maju.7
4ibid
5Majalah
Bulanan BP-Batam, Development Progress of Batam, Edisi I Volume XXV, 2014. hal.41
Adi Nugroho, S.H.,M.H., Hukum Persaingan Usaha di Indonesia Dalam Teori dan Praktik
serta Penerapan Hukumnya, Penerbit : Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, Cet.2, 2014.
hal.8
7Ibid. hal.9
6Dr.Sisanti
3
2.
Persengkongkolan Untuk Hambat Produk
Salah satu taktik tidak sehat dalm berbisnis adalah dengan berdaya upaya agar produk-
produk dari si pesaing menjadi tidak baik dari segi mutu, jumlah atau ketepatan
waktuketersediaannya atau waktu yang terlah dipersyaratkan. Dalam Pasal 24 UndangUndang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak
Sehat menyebutkan:” Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk
menghambat produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha pesaingnya
dengan maksud agar barang dan
atau jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik
darijumlah, kualitas, maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan.”
Berdasarkan ketentuan Pasal 24 tersebut diatas jelas bahwa pelaku usaha dilarang untuk
bersengkongkol dengan pihak lain untuk :8
a. Menghambat pelaku pesaing dalam memproduksi;
b. Menghambat pemasaran, atau memproduksi dan memasarkan barang , jasa, atau
barang dan jasa dengan maksud agar barang, jasa, atau barang dan jasa yang
ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang atau
menurutkualitasnya;
c. Bertujuan untuk memperlambat waktu proses produksi, pemasaran, atau produksi
dan pemasaran barang, jasa, atau barang dan jasa yang sebelumnya sudah
dipersyaratkan., serta kegiatan persengkongkolan seperti ini dapat menimbulkan
praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.
Hal yang dianggap sebagai dampak megatif usaha konglomerat, akibatnya banyak kritik
yang menyatakan bahwa konglomerat yang menguasai industry hulu ke hilir dari berbagai
perusahaan kecil yang hidupnya bergantung pada usaha konglomerat itu. Upaya mematikan
persaingan persaingan dilakukan dengan cara menghentikan pasokan bahan baku yang
diproduksi oleh konglomerat tersebut terhadap usaha pesaing-pesaing yang tidak mungkin
dikalahkan, perusahaan bias menjalin kerjasama dalam bentuk kartel.
Pembentukan kartel oleh beberapa konglomerat cenderung mengarah kepada
pembentukan monopoli atau monopolistic. Pemegang hak monopoli dengan leluasa dapat
menentukan harga tanpa ada saingan , sehingga masyarakat konsumen yang akan
menanggung akibat dari konglomerat itu. Masalah yang dihadapi berkenaan dengan Praktik
monopoli dan usaha konglomerat adalah lemahnya peranan hokum sebagai sarana
pendorong kemajuan masyarakat atau fungsi hukum sebagai alat kontrol social
Kekuatan konglomerat ekonomi di Indonesia khususnya, dan Asia Tenggara umumnya
dinilai tidak terlepas sari berbagai fasilitas yang diberikan oleh pemerintah dan berbagai
8Ibid.hal.310
4
proteksi lain. Beberapa fakta menunjukkan pemerintah memainkan peran cukup dominan
dalam tindakan yang mendorong praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, seperti
:9
a. Penunjukkan perusahaan swasta sebagai produsen dan importer tunggal untuk
mengolah biji gandum menjadi tepung terigu, dan mengizinkan perusahaan tersebut
untuk masuk pada industri hilir, contohnya penunjukan PT.Bogasari oleh Bulog;
b. Pemerintah tampaknya
tidak
hanya mengizinkan ,tetapi juga mendorong
berkembangnya asosiasi-asosiasi produsen yang berfungsi sebagai kartel diamdiam yang mampu mendktekan harga barang dan jumlah pasokan barang di pasar,
contohnya Organda ( organisasi angkutan darat), Asosiasi Produsen Semen
Asosisasi Panel Kayu Indonesia, APKI ( asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia
c. Pemerintah dengan sengaja telah membiarkan satu perusahaan menguasai pangsa
pasar di atas 50% atas suatu produk , contohnya PT.Indofood yang menguasai
pangsa pasar mie instat di Indonesia lebih dari 50%
d. Pemerintah telah dengan sengaja membuat entry barrierbagi pemain baru dibidang
industri tertentu, contohnya kebijakan Mobil Nasional;
e. Pemerintah memberikan perlindungan kepada industri hulu yang memproduksi
barang tertentu dengan cara menaikan bea masuk barang yang sama yang diimpor
dari luar negeri , contohnya proteksi terhadap PT.Chandra Asri.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam bahasan ini menyangkut tindakan PT.ATB
sebagai pengelola air bersih yang memutus aliran air ke PT.Pertamina yang oleh KPPU
Batam telah melanggar peraturan perundang-undangan khususnya Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Pelanggaran PT.ATB adalah pada Pasal 17 ayat (1) yang berbunyi: ”Pelaku usaha dilarang
melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Di ayat
(2) disebutkan bahwa Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagai mana dimaksud ayat (1) apabila:
a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau
b. mengakibatkan pelaku usaha laintidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha
barang dan atau jasa yang sama; atau
c. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% ( lima
puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang dan atau jasa.
Pihak PT.ATB bersikukuh mempertahankan prinsip pendekatan rule of reason.
Indonesia, dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
9Ibid.hal.10
5
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, pendekatan rule of reason dapat diidentifikasikan melalui
penggunaan redaksi “yang dapat mengakibatkan” dan atau “patut diduga”. Kata-kata tersebut
menyiratkan perlunya penelitian secara lebih mendalam, apakah suatu tindakan dapat
menimbulkan praktek monopoli yang bersifat menghambat persaingan.10
Pendekatan rule of reason dan per se illegal telah lama diterapkan dalam bidang hukum
persaingan usaha untuk menilai apakah suatu kegiatan maupun perjanjian yang dilakukan
oleh pelaku usaha telah atau berpotensi untuk melanggar UU Antimonopoli. Kedua
pendekatan in pertama kali tercantum dalam beberapa suplemen terhadap Sherman Act
1980, yang merupakan UU Antimonopoli AS, dan pertama kali diimplementasikan oleh
Mahkamah Agung Amerika Serikat pada 1899 (untuk per se illegal) dan pada 1911 (untuk rule
of reason) dalam putusan atas beberapa kasus antitrust. Sebagai pioneer dalam bidang
persaingan usaha, maka pendekatan-pendekatan yang diimplementasikan di AS juga turut
diimplementasikan oleh negara-negara lainnya sebagai praktik kebiasaan (customary
practice)dalam bidang persaingan usaha.11
Sedangkan penerapan pendekatan per se illegal biasanya dipergunakan dalam pasalpasal
yang
menyatakan
istilah
“dilarang”,
tanpa
anak
kalimat
“…yang
dapat
mengakibatkan”.Berdasarkan hal-hal tersebut maka KPPU juga menerapkan kedua
pendekatan ini dalam pengambilan keputusan atas perkara-perkara persaingan usaha.12
Prinsip-Prinsip Umum dalam Hukum persaingan usaha rule of reason dan Per se secara
garis besar perumusan pasal-pasal yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat adalah menggunakan
perumusan Rule of Reason dan Per Se. Yang dimaksudkan dengan Rule of Reason adalah
untuk menyatakan bahwa suatu perbuatan yang dituduhkan melanggar hukum persaingan,
penegak hukum harus mempertimbangkan keadaan
disekitar kasus untuk menentukan
apakah perbuatan itu membatasi persaingan tidak patut, dan untuk itu diisyaratkan bahwa
penegak hukum harus dapat menunjukkan akibaty-akibatanti persaingan, atau kerugian yang
secara nyata terhadap pesaing. Dengan demikian dapat dikatakan, Rule of Reason lebih
memfokuskan kepada melihat akibat yang dimunculkan dari suatu perbuatan barulah pasal
yang menggunakan rumusan secara Rule of Reason ini dapat diterapkan.13
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha berbunyi :” pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha lain untuk secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan
atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
10Pentingnya-prinsip-per-se-dan-rule-of-reason-di-uu-persaingan-usaha.
Diambil pada Hari: Minggu,
15 Mei 2016 dari :http://www.hukumonline.com
11ibid
12ibid
13ibid
6
dan atau persaingan usaha tidk sehat”. Ini salah satu pasal menggunakan perumusan Rule
of Reason.
Sedangkan yang dimaksud dengan Per Se adalah rumusan pasal mengenai perbuatan
tertentu yang dilarang untuk dilakukan, di mana perbuatan tersebut sudah dapat terbukti
dilakukamn dan dapat diproses secara hokum tanpa harus menunjukkan akibat-akibat atau
kerugian yang secara nyata terhadap persaingan.
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 199 Tentang Larangan Monopoli dan
Persaingan Usaha berbunyi:” pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang mengakibatkan
pembeli yang satu harus membayar dengan harga yang berbeda dan harga yang harus
dibayar oleh pembeli lain untuk barang atau jasa yang sama”. Ini merupakan salah satu pasal
yang menggunakan perumusan Per Se.
Oleh sebab itu KPPU menilai apa yang diputuskan Hakim menyangkut persengketaan
antara PT.Pertamina bukanlah bukanlah per se illegal melainkan rule of reason. Pendapat itu
yang kemudian menjadi argument KPPU yang dinilainya Hakim tidak memperhatikan
pelanggaran Pasal 17, Pasal 19 huruf (d) yang Pasal 19 berbunyi: “Pelaku usaha dilarang
melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain,
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat berupa:
a. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan
usaha yang sama pada pasar bersangkuta hubungan usaha ; atau
b. menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnyauntuk tidak
melakukan hubungan dengan pelaku usaha pesaingnya itu; atau
c. membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar
bersangkutan; atau
d. melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.
KPPU menilai pihak PT.ATB telah melakukan tindakan diskriminasi yang tercantum
dalam Pasal 19 huruf (d) itu, sebab ada beberapa perusahaan yang tergolong besar yakni
PT. Peteka Karya Tirta dan PT.Batamindo tidak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pasar untuk mengambil air baku yang disediakan di waduk Otorita Batam ( BP-Batam) .Hal
ini menyebabkan PT.ATB dalam posisi dominan. Selain itu KPPU mengacu pada Pasal 25
ayat 1 huruf (a) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang menyebutkan:
Pasal 1: “Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung
maupun tidak langsung untuk:
a. Menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan atau
menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing, baik dari
segi harga maupun kualitas; atau
7
b. Membatasi pasar dan pengembangan teknologi
c. Menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing untuk memasuki
pasar bersangkutan.
3.
Tugas dan Wewenang KPPU
Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, maka diperlukan elemen dilapangan, sebuah lembaga nonPemerintah yakni Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang payung hukumnya adalah
Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 Tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha
yang selanjutnya disingkat KPPU jo Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang
Komisi
PengawasPersaingan
Usaha,
perlu
mengangkat
Anggota
Komisi
PengawasPersaingan saha masa jabatan tahun 2000-2005.
Dalam Salinan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 162/M/Tahun 2000
Presdien Republik Indonesia Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945,Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan PraktekMonopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
(Lembaran NegaraTahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3817);Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 tentang KomisiPengawas Persaingan
Usaha.
Maka tugas dan wewenang KPPU yang termaktub dalam Pasal 35 Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
adalah sebagai berikut:
a. Tugas meliputi:
1)
Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjdinya
praktek monopoli dan atau persaingan tidak sehat;
2)
Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha
tidak sehat;
3)
Melakukan penilaian terhadap ada atau tidaknya penyalahgunaan posisi
dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat;
4)
Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang komisi sebagaimana diaturoleh
dalam Pasal 36 UU No.5 Tahun 1999;
5)
Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang
berkaitan dengan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat;
6)
Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999;
7)
Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja komisi kepada Presiden dan
DPR.
8
Sedangkan wewenang KPPU yang termaktub dalam Pasal 35 UU Nomor 5 Tahun
1999sebagai berikut:
a. Wewenang
1)
Menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
2)
Melakukann penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau
tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat;
3)
Melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh
masyarakat atau oleh pelaku usaha yang ditentukan oleh komisi sebagai hasil
dari penelitiannya;
4)
Menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada tidaknya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
5)
Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;
6)
Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan setiap orang yang dianggap
mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999;
7)
Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi ahli,
atau setiap orang sebagaimana huruf e dan huruf f , yang tidak bersedia
memenuhi panggilan KPPU;
8)
Meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan
penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar
ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;
9)
Mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain
guna penyelidikan dan atau pemeriksaan ;
10) Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku
usaha lain atau masyarakat;
11) Memberitahukan keputusan komisi kepada pelaku usaha yang diduga
melakukan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat;
12) Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administrative kepada pelaku usaha yang
melanggar ketentuan Undang-0Undang Nomor 5 Tahun 1999;
4.
Hukum Acara Undang-Undang Persaingan Usaha
9
Dalam penanganan perkara pelanggaran terhadap hokum persaingan usaha terdapat
beberapa peraturan yang digunakan menjadi dasar, antara lain:14
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak sehat;
b. Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 Tentang Komisi Pengawas Persaingan
Usaha atau KPPU, keputusan, pedoman maupun petunjuk teknis mengenai KPPU;
c. Keputusan KPPU Nomor 5 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyampaian Laporan
dan Penanganan adanya Pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1999;
d. HIR/RBg atau hokum acara perdata; yaitu untuk ketentuan hokum acara perdata jika
pelaku usaha menyatakan keberatan atas putusan komisi sesuai dengan Pasal 44
ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, atau apabila terdapat gugatan perdata yang
didasarkan pada adanya perbuatan melanggar hukum;
e. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yaitu ketentuan hokum acara
pidana jika perkara tersebut dilimpahkan kepihak penyidik sesuai dengan Pasal 44
ayat (4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.
Ditinjau dari tugas utama KPPU, maka ada 4 ( empat ) tugas Utama KPPU yakni:
a. Advokasi
KPPU memiliki kewenangan untuk memberikan saran dan pertimbangan atas
kebijakan pemerintah yang mengarah pada persaingan usaha tidak sehat;
b. Pengendalian Merger
Melalui perkuatan di PP No. 57/2010, KPPU memiliki kewenangan untuk menerima
dan mengevaluasi merger yang dinotifikasi dan dikonsultasikan;
c. Penegakan Hukum
KPPU memiliki kewenangan menyelidiki, memeriksa, dan memutuskan dugaan
pelanggaraan persaingan usaha tidak sehat oleh pelaku bisnis;
d. Pengawasan Kemitraan
Melalui UU No. 20/2008 jo PP No. 17/2013, KPPU memiliki kewenangan untuk
mengawasi dan menegakkan hukum atas pelaksanaan kemitraan antara pelaku
besar dengan UMKM
Selain tugas dan wewenang yang telah diamanatkan peraturan perundang-undangan,
KPPU juga mengemban tugas lain yakni Jenis Pelarangan di Undang-undang yakni:
a. Perjanjian yang dilarang (Pasal 4 – 16) seperti Perjanjian dengan pihak luar negeri:
14Modul
Traning of Trainer (ToT) Hukum Persaingan usaha, Disusun oleh KPPU bekerjsasama dengan
Lembaga Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha Fakultas Hukum Indonesia (LKPU-FHUI),
2016, hal.64.
10
1) Perjanjian tertutup;
2) Oligopsoni;
3) Trusts;
4) Integrasi Vertikal;
5) Kartel;
6) Pemboikotan;
7) Oligopoli;
8) Penetapan Harga.
b. Kegiatan yang dilarang (Pasal 17 – 24)
1) Monopoli;
2) Monopsoni;
3) Penguasaan Pasar;
4) Persekongkolan.
c. Penyalahgunaan posisi dominan(Pasal 25 – 29)
1) Posisi dominan;
2) Kepemilikan silang;
3) Jabatan Rangkap;
4) Merger.
5.
Prinsip-prinsip Dalam UU No. 5 Tahun
Prinsip-prinsip Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah:
a. Pendekatan Struktur Pasar
Penguasaan pasar oleh pelaku usaha (ditunjukkan oleh pangsa pasar) menjadi bahan
analisis utama apakah pelaku usaha melakukan pelanggaran hukum persaingan.
b. Pendekatan perilaku
Pelaku usaha tidak dilarang menjadi “besar” sepanjang posisinya tidak mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
Kartel adalah kerjasama sejumlah perusahaan yang bersaing untuk mengkoordinasi
kegiatannya sehingga dapat mengendalikan jumlah produksi dan harga suatu barang dan
atau jasa untuk memperoleh keuntungan diatas tingkat keuntungan yang wajar.
Dalam hal ini ada beberapa kegiatan usaha yang termasuk golongan Kartel yaitu:
a. Pengaturan Produksi
b. Penetapan Harga Horizontal
c. Kolusi Tender
d. Pembagian Wilayah
e. Pembagian Konsumen
11
f. Pembagian Pangsa Pasar
Di Pasal 11 berbunyi:
“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha saingannya, yang
bermaksud mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran
suatu barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan tidak sehat”.
Pasal terkait Kartel sebagai berikut:
Pasal 5
“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen
atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama
Pasal 7
“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menetapkan harga di bawah harga pasar, yang dapat mengakibatkan terjadinya
persaingan usaha tidak sehat”.
Pasal 9
“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang
bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan
atau jasa sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat”
Pasal 10
“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya, yang
dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk
tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri”
Pasal 12
“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk melakukan
kerjasama dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar,
dengan tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing
perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol produksi dan
atau pemasaran atas barang dan atau jasa, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat”
Pasal 22
“Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau
menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan
usaha tidak sehat”.
Pasal 24
12
“Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat produksi
dan atau pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha pesaingnya dengan maksud
agar barang dan atau jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi
berkurang baik dari jumlah, kualitas, maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan”
Hingga 2013, KPPU telah menangani 280 perkara.69% diantaranya merupakan perkara
tender.Dari 106 keberatan, 58% diantaranya dimenangkan KPPU di tingkat Pengadilan
NegeriDari 92 kasasi yang disampaikan, 70% putusan dimenangkan oleh KPPU di
Mahkamah Agung.
6.
Posisi Dominan
Yang dimaksud posisi dominan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah apabila:
a. satu pelaku usaha/ kelompok menguasai 50% (lima puluh persen) , akibat merger
dan akuisisi;
b. Dua atau tiga pelaku usaha menguasai 75% akibat kepemilikan saham atau jabatan
rangkap.
Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis
yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan yang
sama, atau mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada
pasar bersangkutan yang apabila mengakibatkan :
a. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50%
pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu
b. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75%
pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.
c. Melarang komisaris dan direksi suatu perusahaan merangkap jabatan di perusahaan
lain apabila perusahaan-perusahaan tersebut :
1) berada dalam pasar bersangkutan yang sama; atau
2) memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang dan atau jenis usaha; atau
3) Secara bersama dapat menguasai pangsa pasar barang dan atau jasa tertentu,
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat
7.
Bentuk – Bentuk Kegiatan yang Dilarang
a. Persengkokolan. Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau
menjadi pembeli tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan yang
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.
13
b. Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli
tunggal atas barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
8.
Pasar Bersangkutan ( Relevant Market) ASAR
a. Pasal 1 angka 10 UU No. 5/1999, pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan
dengan jangkauan atau daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang
atau jasa yang sama atau sejenis atau substitusi barang atau jasa tersebut.
b. Pasar bersangkutan memiliki dua aspek utama yaitu produk dan geografis
1) Pasar Produk didefinisikan dari produk pesaing dari produk yang diinvestigasi
ditambah produk yang menjadi substitusinya. Suatu produk dianggap sebagai
substitusi apabila produk tersebut membatasi ruang kenaikan harga dari produk
yang diinvestigasi.
2) Pasar Geografis adalah wilayah di mana suatu pelaku usaha dapat meningkatkan
harganya tanpa menarik pelaku usaha baru atau kehilangan konsumen secara
signifikan akibat berpindahnya konsumen tersebut ke pelaku usaha lain yang ada
di luar wilayahnya.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah Persaingan Sehat bukan Persaingan
Bebas Karena membenarkan perlindungan kepentingan nasional (national interest)
sebagaimana diatur pasal 33 (2) jis Pasal 3 (1) dan pasal 51 dengan kebijakan persaingan
(competition policy) berupa :
“membolehkan negara menunjuk lembaga/institusi tertentu (khususnya BUMN) untuk
memonopoli sektor tertentu sepanjang tidak mengeksploitasi konsumen”
“mengecualikan Usaha Kecil dan Koperasi”
Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kepri, Lukman Sungkar
mengatakan, sejauh ini KPPU belum memidanakan yang dianggap melanggar peraturan
perundang-undangan berkaitan dengan persaingan usaha tidak sehat.Mengingat hokum
administrative di kedepankan. Tapi bukan berarti tidak memiliki efek, sebab KPPU akan
merekomendasikan ke Pengadilan Negeri, DPR RI bahkan ke Presiden.15
Sejumlah perusahaan yang dinyatakan bersalah dan melanggar peraturan perundangundangan terkait persaingan tidak sehat, pihak KPPU minta ganti rugi seperti.PT Lintas Benua
Farma diputus membayar denda sebesar Rp 380 juta. Pada putusan tender pengerjaan
pengadaan alat kesehatan (Alkes) Natuna, Kepri tahun anggaran 2007. Bila denda tidak
dibayar, maka KPPU akan melakukanupaya hukum dengan menyerahkan penyidik
melakukan penyidikan.
15Lukman
Sungkar, Pada Kuliah Umum di Universitas Riau Kepulauan dengan Tema: Komisi
Pengawas Persaingan Usaha dan Substansi UU No.5 Tahun 1999, 23 Maret 2016 di Aula
Mini, Uniba, Batam
14
Ada tiga perusahaan telah melaksanakan putusan membayar denda sesuai putusan
KPPU, tapi cara membayarnya mencicil. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT Faedah
masih ada kewajiban pembayarannya Rp 22 juta, PT Putra Nusa Perkasa sebesar Rp46 juta,
PT Indho Benua Farma sebesar Rp 425 juta. Identitas seluruh pelaku nantinya akan
diserahkan kepada penyidik dan para pelaku usaha ini akan dilaporkan sesuai dugaan
pelanggaran pasal 216 KUHAP jo pasal 48 ayat (1) dan ayat (2) UU No 5 tahun 1999.16 Akibat
pasal tersebut, mereka terancam pidana serendah-rendahnya Rp25 miliar dan setinggtingginya Rp100 miliar atau denda kurungan 6 bulan penjara.
Kelima perusahaan ini segera dilaporkan dan denda yang sudah diputuskan tetap tidak
akan menghapus piutangnya. Diharapkan kelima perusahaan segera melakukan pembayaran
Ke kas negara. Jumlah piutang denda sejak tahun 2000 sampai dengan Februari 2016 di
Indonesia sebesar Rp281 miliar. Serta dari jumlah tersebut yang setor Rp 211 miliar sehingga
piutang yang belum dibayar lebih kurang Rp 69,2miliar.
9.
Persaingan Usaha dan Globalisasi
Di era globalisasi saat ini merupakan peluang untuk berbisnis antar Negara. Namun ini
juga merupakan tantangan bagi pebisnis nasional karena akan berhadapan dengan para
pebisnis yang memiliki kompetensi lebih. Pemerintah diharapkan mampu menelurkan
kebijakan-kebijakan baru terutama dalam hal hukum yang berkaitan dengan persaingan
usaha. Negara maju berkeinginan kuat mengepakkan sayap bisnisnya di Indonesia, dan
apabila tidak diantisipasi, maka para pebisnis Indonesia hanya mampu sebagai penyanding
bukan pemain utama. Dan menyangkut persaingan usaha tidak sehat, Negara-negara maju
seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang, Jerman, Uni Eropa, dan Korea Selatan lebih dulu
mengenal hokum persaingan. Di Amerika misalnya Hukum Persaingan dikenal sejak tahun
1890, di Kanada tahun 1889.Di Amerika yang dikenal dengan Anti Trust menerapkan agar
tercipta iklim usaha yang sehat dan kmpetitif serta mencegah terjadinya praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat.
Salah satu bentuk kerjasama yang acapkali menjadi pilihan para pengusaha adalah
merger .Gelombang megamerger di seluruh dunia mulai merangkak naik pada pertengahan
1980-an, dan terus bergerak hingga kini.Lihatlah beberapa perusahaan local yang sahamnya
dimiliki oleh perusahaan internasional; baik bidang perbankan maupun bentuk lain.17
Di Asean saja dikenal ASEAN Free Trade Area, AFTA adalah sebuah persetujuan oleh
ASEAN mengenai sector produk local di seluruh Negara ASEAN.Ketika persetujuan AFTA
ditandatangani resmi, ASEAN memiliki enam anggota: Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina,
16Lukman
Sungkar,kppu-belum-pidanakan-pengusaha-ingkar.html-Diambil pada Hari: Minggu, 15 Mei
2016 dari: http://www.haluankepri.com/batam/9028817Prof.Dr.ir.H.Ahmad Ramadhan Siregar, Globalisasi dan Persaingan Usaha Arah Kebijakan Ekonomi
Nasional, Penerbit : Jakarta : Bandung : Humainora, 2011.hal.v
15
Singapura dan Thailand, Vietnam bergabung 1995, Laos dan Myanmar pada 1997 dan
Kamboja pada 1999. Sekaran AFTA terdiri atas sepuluh Negara ASEAN . Keempat pendatang
baru itu dibutuhkan untuk menandatangani persetujuan AFTA dan bergabung ke dalam
ASEAN, namun mereka diberi kelonggaran waktu untuk memenuhi kewajiban penurunan tariff
AFTA.18
Dikaitkan dengan PT.ATB yang awalnya pemegang saham PT.ATB adalah Konsorsium
Biwater Ltd. 45%, PT. Bangun Cipta Kontraktor 45% dan PT. Syabata Cemerlang 10%
dengan jangka waktu perjanjian dengan pihak Otorita Batam (OB kala itu) selama 25 tahun,
dan bakal berakhir pada tahun 17 April 2020.19 Anehnya, tidak ada saham OB yang kini
berubah menjadi Badan Pengusahaan Batam ( BP-Batam) dalam pengelolaan air bersih.
Padahal infrastruktur milik BP Batam. Ini salah satu contoh penguasaan asing terhadap air
yang merupakan kebutuhan hajat orang banyak. Padahal dalam UUD1945 Pasal 33
disebutkan:
Ayat (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Ayat (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajathidup
orang banyak dikuasai oleh negara.
Ayat (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai olehNegara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Kini komposisi saham PT.ATB adalah Konsorsium Biwater Ltd sebanyak 50%, dan
Bangun Cipta Kontraktor 50% karena PT.Syahbata Cemerlang menjual sahamnya kepada
dua mitra tadi masing-masing 5%, dan kemudian terjadi perubahan nama perubahan nama
perusahaanBiwater International Ltd. menjadi Cascal.20 Di sini peran pemerintah yang dalam
hal ini telah menetapkan KPPU sebagai perpanjangan tangan mengawasi praktek-praktek
persaingan usaha tidak sehat. Pasal 30 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat berbunyi :”
a. Untuk mengawasi pelaksanaan Undang-undang ini dibentuk Komisi Pengawas
Persaingan Usaha yang selanjutnya disebut Komisi.
b. Komisi
adalah suatu lembaga independen yang terlepas dari pengaruh
dankekuasaan Pemerintah serta pihak lain.
c. Komisi bertanggung jawab kepada Presiden.KPPU
Pengankatan dan pemberhentian anggota KPPU oleh Presiden dan juga pertanggung
jawaban KPPU kepada Presiden bukan berarti membuat KPPU menjadi tidak independen,
karena pada Pasal 30 ayat (2) UU No.5 Tahun 1999 itu jelas menegaskan bahwa KPPU
18Ibid.hal.18
19
KPPU-Putusan Perkara Nomor : 11/KPPU-L-/2008
20ibid
16
adalah suatu lembaga yang independen yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan
pemerintah serta pihak lain.
B.
Penutup
Dalam dunia usaha persaingan tidak sehat dan atau tidak sempurna terus berlangsung
terutama monopoli. Oleh sebab itu, kehadiran KPPU sebagai sangat baik karena merupakan
lembaga Negara komplementer yang terlepoas dari pengaruh pemerintah.KPPU sebagai
lembaga komplementer juga merupakan lembaga quasi judicial karena KPPU memiliki
kewenangan yang serupa dengan badan peradilan, salah satunya kewenangan untuk
mengeluarkan penetapan dan putusan.
Namun KPPU masih terbatas pada hukuman administratif yang buktinya masih pada
putusan denda terhadap pelaku usaha yang diketahui atau patut diduga melakukan
pelanggaran dalam berusaha.Dimaksud pelanggaran itu adalah melakukan persaingan tidak
sehat seperti monopoli, kartel dan lain-lain.
Negara mendapat dana dari penetapan dan Putusan KPPU itu. Ada efek jera karena
apabila proses hukum bergulir ke Pengadilan Negeri, maka piutang tetap harus membayar
hutang berupa denda itu, dan pembayaran denda langsung ke kas Negara. Menghadapi
persaingan usaha tingkat global, maka anggota KPPU itu diisi oleh orang-orang yang memiliki
kompetensi tidak hanya berlatar belakang ekonomi tapi memiliki latar belakang pendidikan
sarjana
hukum
khususnya
yang
ahli
dalam
hal
penyelesaian
sengketa
tingkat
internasional.Tak jarang perusahaan merger, namun tidak melakukan kewajiban mereka
kepada karyawan dan atau pekerjanya sehingga merugikan pekerja. Alasan perubahan
nama, maka perusahaan baru merasa tidak bertanggungjawab terhadap kewajiban
membayar pesangan, dan atau kewajiban lain.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alum Simbolon, Mimbar Hukum, Kedudukan Hukum Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Melaksanakan Wewenang Penegakkan Hukum Persaingan Usaha, Fakultas Hukum
Universitas Katolik Santo Thomas,Medan, 24 Nomor 3,Oktober 2012.
Ali Achmad, dan .Wiwie Heryani, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012.
17
Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia Dalam Teori dan Praktek serta
Penerapan Hukumnya, Penerbit : Jakarta : Kencana Prenada media Group, Cet.ke-2,
2014
H.Ahmad Ramadhan Siregar, Globalisasi dan Persaingan Usaha Arah Kebijakan Ekonomi
Nasional,Penerbit : Bandung : Humainora, 2011
Peraturan perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek MNonopoli dan Persaingan
Usaha Tidak sehat;
Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999 Tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha
atau KPPU, keputusan, pedoman maupun petunjuk teknis mengenai KPPU;
Keputusan KPPU Nomor 5 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyampaian Laporan dan
Penanganan adanya Pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999;
HIR/RBg atau hokum acara perdata; yaitu untuk ketentuan hokum acara perdata jika pelaku
usaha menyatakan keberatan atas putusan komisi sesuai dengan Pasal 44 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat, atau apabila terdapat gugatan perdata yang didasarkan
pada adanya perbuatan melanggar hukum;
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yaitu ketentuan hokum acara pidana
jika perkara tersebut dilimpahkan kepihak penyidik sesuai dengan Pasal 44 ayat (4)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999.
Seminar / Workshop
Lukman Sungkar, Pada Kuliah Umum di Universitas Riau Kepulauan dengan Tema: Komisi
Pengawas Persaingan Usaha dan Substansi UU No.5 Tahun 1999, 23 Maret 2016 di
Aula Mini, Uniba, Batam
Majalah / Tabloid / Surat Kabar
Majalah KPPU, Pedoman Pasal 22 Larangan Persengkongkolan dalam Tender, Penerbit :
Jakarta : KPPU, 2008
Modul Training of Trainer (ToT) Hukum Persaingan Usaha, Disusun untuk memberikan
pemahaman kepada para pengajar kurikulum persaingan usaha mengenai ketentuanketentuan di dalam hukum persaingan Usaha Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
18
Internet
Lukman Sungkar,kppu-belum-pidanakan-pengusaha-ingkar.html-Diambil pada Hari: Minggu,
15 Mei 2016 dari: http://www.haluankepri.com
Pentingnya-prinsip-per-se-dan-rule-of-reason-di-uu-persaingan-usaha. Diambil pada Hari:
Minggu, 15 Mei 2016 dari :http://www.hukumonline.com
19
Download