ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 FILM ANIMASI 3 DIMENSI SEBAGAI MEDIA SOSIALISASI PENCEGAHAN PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP ANAK Studi Kasus : P2TP2A Kota Denpasar I Putu Dharma Santosa1, I Gede Mahendra Darmawiguna2, I Made Putrama3 Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Kejuruan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Bali E-mail:[email protected], [email protected] ,made. [email protected] Abstrak— Film Animasi 3 Dimensi Sebagai Media Sosialisasi Pencegahan Pelecehan Seksual Terhadap Anak menceritakan mengenai kehidupan sehari-hari seorang anak perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual oleh orang terdekatnya, pada akhirnya kedua orang tua dari anak tersebut menghubungi lembaga perlindungan anak P2TP2A Kota Denpasar. Tujuan dari pembuatan film ini adalah 1) Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada film animasi 2D (komal) yang sebelumnya sudah dimiliki oleh lembaga P2TP2A Kota Denpasar, 2) Untuk mengimplementasikan rancangan Film Animasi 3 Dimensi Sebagai Media Sosialisasi Pencegahan Pelecehan Seksual Terhadap Anak, 3) Untuk mengetahui kelayakan film berdasarkan respon dari pengguna (peserta sosialisasi) dan dari ahli (media, film, isi). Film animasi 3 dimensi sebagai media sosialisasi pencegahan pelecehan seksual terhadap anak menggunakan metode penelitian waterfall. Tahapan-tahapan pembuatan film tersebut terbagi menjadi 3 tahapan yaitu 1) Pra Produksi (Ide Cerita, Penulisan Naskah/Sipnosis, Perancangan Karakter, Perancangan Latar, dan Pembuatan Storyboard), 2) Produksi (Modelling, Texturing, Ringging, Skining, Acting/Animation, Lighting, dan Rendering), 3) Pasca Produksi (Proses Penggabungan). Hasil akhir dari film animasi 3 dimensi ini berupa DVD dan respon penonton terhadap Film Animasi 3 ini dikategorikan sangat positif dengan rata-rata persentase 90,75%. Film animasi 3 dimensi ini dapat dijadikan sebagai media sosialisasi, informasi, maupun pembelajaran tentang bahaya tindakan pelecehan seksual. Kata kunci— Penelitian Pengembangan, Media Sosialisasi Pencegahan Pelecehan Seksual terhadap Anak, Film, Animasi 3 Dimensi Abstract— 3-D Animation Film for Media Socialization Prevention of Sexual Abuse Against Children tell of the daily life of a girl who became victims of sexual abuse by someone close. In the end parents of the child's contacted the child protection agency P2TP2A Denpasar. The purpose of making this film is 1) To overcome the shortcomings inherent in the film 2D animation (komal) which had previously been owned by the agency P2TP2A Denpasar, 2) To implement the design of Film Animation 3 Dimensional as Media Socialization Prevention of Sexual Abuse Against Children, 3) to determine the feasibility of a movie based on the response from the user (participant socialization) and of specialist (media, film, content). 3-D animated film as a media of socializatio of child sexual abuse prevention using research methods waterfall. The steps of making the film is divided into three main steps, namely 1) PreProduction (Idea Stories, Writing / Sipnosis, Design Character, design Background, and Making Storyboard), 2) Production (Modeling, Texturing, Ringging, Skining, Acting / Animation , Lighting, and Rendering), 3) Post-Production (Merger process). The end result of this 3-dimensional animated film in the form of DVD and the audience's response to the animation film 3 is considered very positive with an average percentage of 90.75%. 3dimensional animated film can be used as a media of socialization, information, and learning about the dangers of sexual abuse. Keywords— Reseach and Development, Media Socialization Prevention of Child Sexual Abuse, Film, Animation 3 Dimension ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 I. PENDAHULUAN Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan[1]. Undang-undang nomor 35 tahun 2014 menerangkan bahwa pertanggung jawaban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan terus-menerus demi terlindunginya hak-hak anak. Upaya perlindungan anak dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 tahun[1]. Anak harus selalu diawasi dan dibimbing agar tidak terjerumus ke arah yang negatif dan terhindar dari kasus kriminal, karena saat ini banyak terjadi pelanggaran hak asasi terhadap anak-anak, mulai dari kasus kekerasan, diskriminasi, anak berurusan dengan hukum, eksploitasi anak secara ekonomi maupun seksual. Menurut seorang psikolog Vivi Nur Asyiah, faktor yang menyebabkan hal tersebut yaitu kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua (kelalaian orang tua), Rendahnya moralitas dan mentalitas, dan faktor ekonomi. Selain itu, lingkungan, pengaruh media, rendahnya kualitas pendidikan yang diterima, dan pengaruh teman sepergaulan juga dapat menjadi faktor terjadinya pelanggaran Hak Asasi Anak[2]. Menurut data kasus yang berhasil dihimpun oleh P2TP2A Denpasar, UPPA Polresta, dan Pengadilan Negeri Denpasar mulai dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 mengenai kasus pelecehan seksual mengalami peningkatan setiap tahunya, pada tahun 2013 terdapat 22 kasus, tahun 2014 terdapat 38 kasus,dan pada tahun 2015 terdapat 49 kasus pelecehan seksual. Data di atas menunjukan bahwa anak-anak di Kota Denpasar masih menjadi sasaran empuk bagi para pelaku tindak kekerasan seksual. Selain hal diatas, adapun perbandingan antara angka kasus pelecehan seksual terhadap anak di Kota Denpasar dengan kasus lainya yang tercantum dalam tabel berikut ini ; Table 1. Perbandingan Data kasus yang Menimpa Anak di Kota Denpasar No. Jenis Kasus Tahun 2013 2014 2015 Kekerasan Perempuan 1. 71 52 123 dan Anak 2. Pelecehan Seksual 22 38 49 Anak Berhadapan 3. 20 24 30 Hukum 4. Penelantaran 16 6 17 Pelanggaran Hak Asasi Anak seperti pelecehan seksual saat ini sering terjadi di Indonesia dan sangat memprihatinkan. Pelaku dari pelecehan ini beragam, mulai dari orang asing atau yang tidak dikenal sampai dengan orang terdekat seperti keluarga, saudara, guru, pemuka agama, dan lain sebagainyan yang menyasar anak laki dan perempuan. Seperti kasus yang terjadi pada tahun 2014 di Jakarta International School yang menimpa banyak anak-anak, pelakunya merupakan oknum sekolah tersebut[3]. Kasus pelecehan seskual terhadap anak juga terjadi di Denpasar, dimana seorang bocah laki-laki mengaku mengalami pelecehan seksual disebuah panti asuhan di Denpasar Barat, pelakunya merupakan pengasuh diyayasan tersebut.Kasuskasus tersebut menunjukan bahwa pelaku tindak pelecehan merupakan orang yang diberikan kepercayaan oleh orang tua korban ataupun orang terdekat yang seharusnya melindungi anak-anak[4] . Menyikapi hal tersebut, Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (KBPP) Kota Denpasar membentuk suatu lembaga pelayanan masyarakat yaitu Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak atau (P2TP2A) yang berfungsi sebagai lembaga yang melindungi hak perempuan dan anak-anak dan juga menangani kasuskasus pelanggaran HAM yang terjadi khususnya yang menimpa anak-anak. P2TP2A Kota Denpasar bertugas melaksanakan pendataan, melayani rujukan konsultasi, pelatihan, serta memberikan pengukuhan dan sosialisasi ke masyarakat khususnya sosialisasi ke sekolah-sekolah. Sosialisasi sekolah mulai dari SD sampai SMA, P2TP2A Kota Denpasar menggunakan berbagai media yang atraktif dan inovatif seperti buku, brosur, poster, dan media elektronik berbasis multimedia seperti presentasi, website, dan film animasi. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah penyampaian materi sehingga siswa lebih mudah dalam menerima informasi. Berdasarkan hasil wawancara bersama I Gusti Agung Sri Wetrawati selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Denpasar, salah satu media sosialisasi yang banyak diminati oleh anak-anak khususnya anak yang masih duduk di Sekolah Dasar adalah film animasi (kartun 2D). Film animasi yang digunakan untuk sosialisasi kepada anak-anak berjudul “komal” yang diproduksi oleh Childline India bekerja sama dengan ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 UNICEF. Film “komal” bercerita tentang seorang anak yang menjadi korban pelecehan seksual, banyak informasi penting yang terkandung dalam film “Komal” ini. Informasi yang terdapat dalam film animasi tersebut diantaranya upaya yang dilakukan orang tua dalam menangani kasus pelecehan seksual, bagian tubuh yang harus dilindungi, sampai pada bagaimana cara anak-anak untuk mengetahui gerak-gerik pelaku dan kemana anak harus melapor tindak pelecehan seksual[5]. Menurut Luh Putu Anggreni selaku Ketua Harian P2TP2A Kota Denpasar, terdapat beberapa kekurangan dari film animasi tersebut, seperti bahasa yang digunakan bukan Bahasa Indonesia, walaupun pada film animasi tersebut sudah dicantumkan subtitle berbahasa Indonesia tetapi hal itu dapat menjadi kendala apabila penyuluhan diberikan kepada anakanak SD yang tidak semuanya mampu membaca dengan cepat dan benar[6]. Hal yang sama diungkapkan oleh I Gusti Agung Sri Wetrawati selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Denpasar yang mengatakan bahwa kekurangan yang terdapat pada film tersebut yaitu dalam film tersebut mencantumkan nomor telepon yang bukan dimiliki oleh P2TP2A Indonesia khususnya P2TP2A Kota Denpasar, kurangnya informasi mengenai lembaga yang menangani kasus pelanggaran Hak Anak di Indonesia, perlu diberikan gambaran mengenai kebiasaan masyarakat yang salah yakni kebiasaan menyembunyikan kasus pelecehan terhadap anak dengan alasan takut menanggung malu, takut rahasia terbongkar, dan takut dicemooh orang lain yang sebenarnya kebiasaan tersebut akan berdampak pada masa depan dan perkembangan anak yang menjadi korban[5]. Computer Technology Reseach (CTR), menyatakan bahwa orang mampu mengingat 20% dari yang dilihat dan 30% dari yang didengar. Tetapi orang dapat mengingat 80% dari apa yang dilihat dan didengar sekaligus[7]. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa memilih menggunakan film animasi, sedangkan untuk memberi efek lebih nyata maka dipilih animasi 3D. Semua itu bertujuan agar nantinya anakanak lebih mudah dalam menyerap informasi yang di sampaikan. Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas, maka penulis mengangkat judul “Film Animasi 3 Dimensi Sebagai Media Sosialisasi Pencegahan Pelecehan Seksual Terhadap Anak”. II. KAJIAN TEORI A. Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Denpasar Berdasarkan Keputusan Walikota Denpasar Nomor 188.45/219/HK/2012 dalam upaya untuk meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gerder di beragai bidang pembangunan belum dapat dilaksanakan secara optimal disebabkan karena kondisi dan posisi perempuan dan anak masih termaginalkan dengan adanya perlakuan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak yang semakin meningkat. Berdasarkan pertimbangan pada saat perempuan dan anak mendapat perlakuan tindak kekerasan, mereka mengalami kesulitan untuk mengadukan perlakuan yang dialaminya, karena belum ada lembaga khusus yang dapat memberikan perlindungan secara terpadu, dan berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud di atas perlu menetapkan Keputusan Walikota tentang Pembentukan dan Susunan Kepengurusan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Denpasar Tahun 2012. B. Pengertian Anak Semenjak disahkannya Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, maka banyak oranglembaga yang menggunakan pengertian anak sesuai dengan yang tercantum dalam UU tersebut. Menurut UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, khususnya Pasal 1 anak 1 diartikan bahwa “anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”. Selain definisi ini, masih ada definisi lain seperti yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 4 Tahun 1997 tentang kesejahteraan anak, khususnya pasal 1 (2) dinyatakan bahwa : “anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah menikah”[8]. C. Pengertian Pelecehan Seksual Pelecehan seksual merupakan suatu perbuatan yang melanggar atau bertentangan dengan Undang-Undang. Arti dari pelecehan sendiri merupakan bentuk pembedaan dari kata kerja melecehkan yang berarti menghinakan, memandang rendah, mengabaikan. Sedangkan seksual berarti hal yang berkenaan dengan seks atau jenis kelamin, dengan demikian maka pelecehan seksual berarti suatu bentuk penghinaan atau memandang rendah seseorang karena hal-hal yang berkenaan dengan seks atau aktivitaas seksual antara laki-laki dan perempuan. D. Pengertian Media Sosialisasi ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Berdasarkan beberapa pemaparan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian dari media sosialisasi adalah alat bantu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, menginternalisasikan norma-norma kelompok tempat ia hidup, dan memperoleh kepercayaan, sikap, nilai, dan kebiasaan dalam kebudayaannya yang diperlukannya agar dapat berfungsi sebagai orang dewasa dan sekaligus sebagai pemeran aktif dalam satu kedudukan atau peranan tertentu di masyarakatnya. E. Pengertian Animasi Animasi merupakan suatu seni untuk membuat dan menggerakkan sebuah objek, baik berbentuk 2 dimensi maupun 3 dimensi dan dibuat menggunakan berbagai cara, misalnya menggunakan kertas, komputer dan lain sebagainya. Animasi saat ini telah menjadi industri besar yang memberikan dampak ekonomi dan sosial yang begitu besar bahkan cukup signifikan terhadap pendapat sebuah negara. F. Prinsip-Prinsip Animasi Ada berbagai macam teori dan pendapat tentang bagaimana seharusnya animasi itu dibuat. Tetapi setidaknya ada 12 prinsip yang harus dipenuhi untuk membuat sebuah animasi yang ‘hidup’. Ke-12 prinsip ini meliputi dasar-dasar gerak, pengaturan waktu, peng-kaya-an visual, sekaligus teknis pembuatan sebuah animasi. 1. Solid Drawing 2. Timing & Sacing 3. Squash & Stretch 4. Anticipation 5. Slow In and Slow Out 6. Arcs 7. Secondary Action 8. Follow Through and Overlapping Action 9. Straight Ahead Action And Pose to Pose 10. Staging 11. Appeal 12. Exaggeration G. Blender Blender merupakan perangkat lunak untuk membuat animasi 3D. Blender memiliki fitur untuk membuat permainan. Blender tersedia untuk berbagai sistem operasi, seperti Microsoft Windows, Mac OS X, Linux, IRIX, Solaris, NetBSD, FeeBSD dan OpenBSD. Perangkat lunak ini berlisensi GPL, mempunyai kode sumber dan dapat diambil oleh siapa saja. H. Pinnacle Studio Pinnacle Studio adalah program komputer untuk editing film. Software Pinnacle banyak dipakai untuk keperluan video editing karena kelengkapan fasilitasnya, variasi dan efek khusus yang lengkap dan kemudahan pemakaiannya. Program ini menyediakan output film ke berbagai format media, seperti wmv, avi, mpg, mp4 dan lainlain. Pinnacle juga memiliki fungsi yaitu efek bluebox dan chromakey untuk mengisi latar belakang warna tertentu dengan gambar lain. I. Adobe Photoshop Adobe Photoshop adalah software yang dibuat oleh perusahaan Adobe System, yang di khususkan untuk pengeditan foto atau gambar dan pembuatan effect. Perangkat lunak ini banyak digunakan oleh Fotografer Digital dan perusahaan iklan sehingga dianggap sebagai pemimpin pasar (market leader) untuk perangkat lunak pengolah gambar. J. Audacity Audacity adalah aplikasi perangkat lunak untuk merekam dan menyunting suara. Aplikasi ini bersifat open source dan sehingga dapat berjalan pada berbagai sistem operasi. Dengan Audacity, kita bisa mengoreksi suara tertentu, atau sekedar menambahkan berbagai efek yang disediakan. K. Pengertian Metode Waterfall Menurut Pressman (2010), model waterfall adalah model klasik yang bersifat sistematis, berurutan dalam membangun software. Nama model ini sebenarnya adalah “Linear Sequential Model”. Model ini sering disebut dengan “classic life cycle” atau model waterfall. Model ini termasuk kedalam model generic pada rekayasa perangkat lunak dan pertama kali diperkenalkan oleh Winston Royce sekitar tahun 1970 sehingga sering dianggap kuno, tetapi merupakan model yang paling banyak dipakai didalam Software Engineering (SE). Model ini melakukan pendekatan secara sistematis dan berurutan. Disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan. III. METODOLOGI ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 A.Analisis Masalah dan Solusi. Pada tahap analisis masalah, penulis mencari informasi terkait data kasus kekerasan maupun pelecehan yang terjadi terhadap anak di Kota Denpasar di P2TP2A Kota Denpasar. Salah satu yang menarik perhatian penulis yaitu kasus kekerasan atau pelecehan seksual yang menimpa anakanak. Setelah melihat data kasus yang dimiliki oleh lembaga P2TP2A Kota Denpasar, terlihat bahwa kasus pelecehan seksual terhadap anak memiliki angka yang termasuk paling tinggi diantara kasus lainya dan setiap tahunya mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu I Gusti Agung Sri Wetrawati selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Denpasar, salah satu faktor penyebab meningkatnya angka kasus pelecehan seksual terhadap anak adalah yang pertama kurangnya pemahaman mengenai tindakan pelecehan seksual itu sendiri, dan kedua yaitu kurangnya pemahaman dan kesadaran orang tua korban ataupun orang terdekat korban untuk segera melaporkan kejadian yang telah menimpa anak, sehingga kasus pelecehan yang terjadi cenderung disembunyikan agar tidak menjadi buah bibir pada masyarakat dilingkunganya yang berujung pada rasa malu. Berdasarkan analisis masalah tersebut maka penulis mengusulkan sebuah solusi yaitu dengan mengembangkan film animasi 3 dimensi Sebagai Media Sosialisasi Pencegahan Pelecehan Seksual Terhadap Anak. Melihat perkembangan film animasi 3 dimensi saat ini yang berkembang cukup pesat, maka penulis tertarik untuk mengemas informasi terkait tindakan pelecehan seksual ke dalam bentuk film animasi 3 dimensi. Film animasi ini akan menceritakan bagaimana motif kasus pelecehan yang sering terjadi, gerak-gerik atau upaya pelaku dalam melakukan aksinya, tips untuk melindungi diri dari tindakan pelecehan, dan upaya apa saja yang harus dilakukan apabila mengalami ataupun melihat kasus pelecehan seksual. Dengan dikembangkannya film animasi 3 dimensi ini diharapkan dapat memberikan daya tarik bagi anak-anak dan juga masyarakat untuk lebih memahami mengenai tindakan pelecehan seksual khususnya yang menimpa anak-anak. B. Perancangan Film Animasi. Pada proses pembuatan “Film Animasi 3 Dimensi Sebagai Media Sosialisasi Pencegahan Pelecehan Seksual Terhadap Anak” menggunakan model waterfall. Secara umum keseluruhan proses dari pembuatan film animasi ini dapat digambarkan dengan block diagram seperti terlihat pada gambar 1. Dengan kualifikasi hasil pengujian "kurang dan sangat kurang" Dengan kualifikasi hasil pengujian "Baik dan Sangat Baik" Gambar 1. Proses pembuatan Film Animasi 3 Dimensi Sebagai Media Sosialisasi Pencegahan Pelecehan Seksual Terhadap Anak C. Pra Produksi. Pada tahap Pra Produksi film ini belum dibuat, tetapi persiapan/perencanaan yang akan diperlukan dalam pembuatan film ini, adapun yang direncanakan sebagai berikut. Ide Cerita Penulisan Naskah/Sinopsis Perancangan Karakter ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 (f) Petugas merupakan karakter yang memberikan solusi dari permasalahan yang diahapi bunga. (a) (b) Perancangan Gambar Pendukung (a) (b) (c) (d) (c) (e) (f) Gambar 2. Rancangan Karakter (a) Bunga, Umur 10tahun seorang siswa sekolah dasar yang ceria, rajin, dan pintar, (b) Ayah Bunga merupakan seorang ayah yang memperhatikan perkmbangan anaknya, (c) Ibu Bunga merupakan orang tua yang sayang tetapi juga sangat disiplin terhadap anaknya, (d) Pak Kentung merupakan pembantu dirumah Bunga, (e) Bu Guru memiliki karakteristik sebagai guru yang sangat memperhatikan siswanya , (d) ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 (e) (i) (f) (j) (g) Gambar 3. Rancangan Latar (a) Halaman Rumah dengan suasana asri, rindang dan sejuk, (b) Kamar Bunga dengan suasana kamar yang bersih, dan rapi, (c) Kamar Ayah dengan suasana yang rapi dan bersih, (d) Kamar Pak Kentung dengan suasana rapi dan bersih, (e) Ruang Keluarga dengan konsep terbuka dan minimalis yang memungkinkan cahaya matahri bisa masuk, sejuk, rapi dan bersih, (f) Dapur dengan konsep minimalis, bersih, rapi, (g) Garasi dengan kondisi bersih dan rapi. (k) Gambar 4. Rancangan Latar Sekolah (h) Halaman Sekolah dengan konsep etnic bali terlihat pada ukiran pagar sekolah, (i) Kelas dengan suasana bersih dan rapi, (j) Aula dengan suasana bersih dan rapi (h) Pembuatan Storyboard D. Produksi. Pada tahap produksi film animasi dibuat sesuai kebutuhan dari pra produksi yang telah dirancang. Modelling Texturing Ringging Skining Acting/Animation Lighting Rendering ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 E. Pasca Produksi. Pada tahap produksi film animasi dibuat sesuai kebutuhan dari pra produksi yang telah dirancang. Adapun hal yang dilakukan pada tahap produksi adalah sebagai berikut. Tahap Perekaman Tahap Penggabungan IV. PEMBAHASAN Pada tahap implementasi ini akan dipaparkan hal-hal yang berkaitan dengan implementasi film animasi 3 dimensi sebagai media sosialisasi pencegahan pelecehan seksual terhadap anak yang terdiri dari lingkup implementasi perangkat lunak dan perangkat keras, implementasi pra produksi, implementasi produksi dan implementasi pasca produksi. 1. Lingkungan Implementasi Film Animasi a. Spesifikasi Perangkat Lunak Perangkat lunak yang digunakan untuk mengimplementasikan film animasi 3 dimensi sebagai media sosialisasi pencegahan pelecehan terhadap anak yaitu sebagai berikut. Sistem Operasi Microsoft Windows7 Ultimate. Blender 2.75. Adobe Photoshop CS6 Pinnacle Studio Audacity 2.0.2 b. Spesifikasi Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan untuk mengimplementasikan film animasi 3 dimensi sebagai media sosialisasi pencegahan pelecehan terhadap anak yaitu sebagai berikut. Personal Computer. Intel ® Core i7 TM i7-3770 CPU@ 3.40GHz 64-bit Operating System. RAM 8 GB. NVIDIA GeForce GT 640. Dilengkapi alat input dan output 2. Implementasi Pra Produksi Pada tahap implementasi pra produksi akan dipaparkan mengenai implementasi karakter, implementasi gambar pendukung, dan implementasi storyboard. Tampilantampilan dari setiap implementasi film animasi 3 dimensi sebagai media sosialisasi pencegahan pelecehan terhadap anak yaitu sebagai berikut: Implementasi Karakter (a) (b) (c) (d) (e) (f) Gambar 5. Implementasi Karakter (a) Bunga, Umur 10tahun seorang siswa sekolah dasar yang ceria, rajin, dan pintar, (b) Ayah Bunga merupakan seorang ayah yang memperhatikan perkmbangan anaknya, (c) Ibu Bunga merupakan orang tua yang sayang tetapi juga sangat disiplin terhadap anaknya, (d) Pak Kentung merupakan pembantu dirumah Bunga, (e) Bu Guru memiliki karakteristik sebagai guru yang sangat memperhatikan siswanya , (f) Petugas merupakan karakter yang memberikan solusi dari permasalahan yang diahapi bunga.. ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Implementasi Gambar Pendukung (e) (a) (f) (b) (g) (c) (d) (i) Gambar 6. Implementasi Latar Rumah (a) Halaman Rumah dengan suasana asri, rindang dan sejuk, (b) Kamar Bunga dengan suasana kamar yang bersih, dan rapi, (c) Kamar Ayah dengan suasana yang rapi dan bersih, (d) Kamar Pak Kentung dengan suasana rapi dan bersih, (e) Ruang Keluarga dengan konsep terbuka dan minimalis yang memungkinkan cahaya matahri bisa masuk, sejuk, rapi dan bersih, (f) Dapur dengan konsep minimalis, bersih, rapi, (g) Garasi dengan kondisi bersih dan rapi ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Adegan Bunga menyiram tanaman kesyangannya sebelum berangkat kesekolah. Latar yang digunakan adalah rumah bunga. (f) Gambar 9. Menampilkan ayah sedang bersiap untuk pergi bekerja Adegan Ayah sedang bersiap-siap pergi ke kantor. pada adegan ini ayah terlihat sedang mengecek barang bawaan untuk ke kantor. Latar yang digunakan adalah kamar ayah. (g) Gambar 10. Menampilkan Ibu Bunga sedang mempersiapkan sarapan (h) Adegan ibu sedang mempersiapkan sarapan untuk ayah dan bunga sebelum semua berangkat beraktifitas. latar yang digunakan pada adegan ini adalah dapur. Gambar 7. Implementasi Latar Sekolah (h) Halaman Sekolah dengan konsep etnic bali terlihat pada ukiran pagar sekolah, (i) Kelas dengan suasana bersih dan rapi, (j) Aula dengan suasana bersih dan rapi Implementasi Storyboard Film Animasi 3 Dimensi Implementasi Storyboard ditunjukan pada gambar 8 gambar 32. Gambar 11. Menampilkan Pak Kentung sedang bekerja di rumah Bunga Adegan Pak Kentung sedang membersihkan mobil yang sering digunakan untuk mengantar ayah ke kantor atau mengantar bunga ke sekolah. latar yang digunakan adalah garasi. Gambar 8. Menampilkan Bunga sedang menyiram tanaman kesayanganya ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Gambar 12. Menampilkan nilai raport Bunga yang baik menunjukan bahwa Bunga berprestasi Adegan pada saat Ibu mengambil raport bunga, dimana di adegan ini terlihat nilai bunga yang baik menunjukan bahwa bunga anak yang berprestasi. Latar yang digunakan adalah aula sekolah. Gambar 15. Menampilkan Bunga yang merasa terkejut Adegan ketika Bunga merasa takut ketika dirinya ketahuan bermain gadget oleh Pak Kentung. latar yang digunakan adalah ruang keluarga. Gambar 16. Menampilkan Pak Kentung yang sedang meyakinkan Bunga Gambar 13. Menampilkan Bunga yang disayangi kedua orang tuanya Adegan Bunga yang sangat disayang kedua orang tuanya, penuh perhatian dari kedua orang tuanya. latar yang digunakan adalah kamar bunga. Adegan ketika Pak Kentung meyakinkan Bunga bahwa dirinya tidak akan melaporkan dirinya kepada kedua orang tuanya karena Bunga bermain gadget berlebihan. Gmbar 17. Menampilkan kedekatan Pak Kentung bersama Bunga Gambar 14. Menampilkan Bunga bermain dengan Pak Kentung. Adegan ketika Bunga dan Pak Kentung sedang bermain untuk mengisi waktu liburan sekolah. latar pada adegan ini yaitu Kamar Bunga. Adegan kedekanat antara Pak Kentung dan Bunga, karena Bunga merasa aman untuk bermain gadget bersama Pak kentung. Latar yang digunakan pada adegan ini adalah Ruang keluarga. ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Gambar 18. Menampilkan Bunga membuat permainan tradisional dari kulit jeruk Bali bersama Pak Kentung Adegan ketika Bunga membuat permainan tradisional dari jeruk bali bersama pak Kentung untuk mengisi waktu liburan sekolah. latar adegan ini adalah taman. Gambar 21. Menampilkan Bunga dan Pak kentung berjalan menuju ke kamar Adegan pada saatPak Kentung membujuk Bunga untuk bermain dikamar bersamamnya dan mengingatkan Bunga untuk tidak memberitahukan kepada kedua orang tuanya. Latar yang digunakan pada adegan ini adalah kamar pak kentung. Gambar 19. Menampilkan Pak Kentung memberi Bunga coklat kesukaannya Gambar 22. Menampilkan Bunga yang sedang bersedih Adegan pada saat pak Kentung memberikan Bunga coklat kesukaanya. latar adegan ini adalah Runag Keluarga. Adegan ketika Bunga merasa sedih setelah dilecehkan oleh Pak kentung, tetapi Bunga takut untuk melaporkan kepada orang tuanya mengenai apa yang menimpanya. latar adegan ini adalah taman. Gambar 20. Menampilkan Pak Kentung membujuk Bunga untuk bermain bersamanya di kamar. Adegan pada saaat Pak Kentung menunjukan bunga coklat yang lebih banyak apa bila mau bermain bersamanya. latar adegan ini adalah Ruang Keluarga dan kamar pak kentung. Gambar 23. Menampilkan Bu Guru yang sedang menanyakan tentang keadaan Bunga Adegan yang menampilkan Bu Guru sedang menanyai Bunga mengenai kondsi Bunga yang tidak seperti biasanya. latar adegan ini adalah ruang kelas. ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Gambar 24. Menampilkan Ibu Bunga sedang menanyakan keadaan Bunga Gambar 27. Menampilkan Ibu memberi tahukan ayah untuk menghubungi lembaga P2TP2A Kota Denpasar Adgan ketika ibu membujuk Bunga untuk menceritakan apa yang telah terjadi pada dirinya, latar pada adegan ini adalah rumah bunga. Menampilkan adegan ibu sedang menunjukan brosur P2TP2A kepada ayah utnuk melaporkan kasus yang menimpa Bunga. Gambar 25. Menampilkan Bunga yang merasa takut untuk menggunkapkan apa yang terjadi. Gambar 28. Menampilkan Bu Nisa membujuk Bunga untuk tidak takut kepadanya Menampilkan Bunga yang berusaha mengungkapkan apa yang terjadi walaupun merasa takut dimarahi kedua orang tuanya. Latar adegan ini adalah rumah bunga. Menampilkan adegan petugas yang membujuk bunga untuk menceritakan apa yang terjadi pada dirinya. Latar adegan ini adalah ruang keluarga. Gambar 26. Menampilkan Ayah Bunga yang merasa marah dan kecewa terhadap apa yang dilakukan Pak Kentung kepada Bunga Menampilkan ayah yang merasa marah dan kecewa terhadap pak kentung karena perbuatannya kepada Bunga. latar adegan ini adalah ruang keluarga. Gambar 29. Menampilkan Bu Nisa menghimbau kedua orang tua Bunga untuk selalu berada disisi Bunga Menampilkan adegan petugas yang sedang mengingatkan kedua orang tua Bunga untuk selalu mendampingi bunga. latar adegan ini adalah ruang keluarga. ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Gambar 30. Menampilkan bagian tubuh yang harus dilindungi Menampilkan adegan yang menunjukan bagian tubuh yang harus dilindungi. latar menyesuaikan dengan adegan. Gambar 33. Menampilkan Bu Nisa mengingatkan siswa bahwa P2TP2A Kota Denpasar adalah sahabat merek Menampilkan adegan petugas mengingatkan siswa untuk tidak takut melaporkan apabila mengetahui tindakan pelecehan. latar yang digunakan adalah aula. 3. Evaluasi Hasil Pengujian Gambar 31. Menampilkan dampak dari tindakan pelecehan seksual Menampilkan adegan yang menunjukan dampak dari tindakan pelecehan seksual. latar pada adegan ini menyesuaikan. Gambar 32. Menampilkan orang yang bisa dipercaya. Menampilkan adegan yang menunjukan orang-orang yang bisa dipercayai dan dimintai pertolongan apabila mengetahui dan mengalami tindakan pelecehan. latar menyesuaikan dengan adegan. a. Tujuan Pengujian Film Animasi 3 Dimensi Pengujian film animasi 3 dimensi media sosialsiasi pencegahan pelecehan seksual terhadap anak dilakukan dengan mempergunakan pengujian ahli isi, pengujian ahli media dan uji respon pengguna. Adapun tujuan pengujian film animasi 3 dimensi media sosialsiasi pencegahan pelecehan seksual terhadap anak adalah: 1. Menguji kebenaran alur atau adegan film animsi berdasarkan storyboard dan sesuai dengan isi materi yang telah ditetapkan dengan menggunakan buku pedoman dan sumber terkait. 2. Menguji respon penonton setelah menonton film animasi 3 dimensi media sosialsiasi pencegahan pelecehan seksual terhadap anak dengan menggunakan hardware mereka masing-masing. b. Tata Ancang dan Teknik Pengujian Film Animasi 3 Dimensi Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui respon dari ahli isi, ahli media, uji respon pengguna setelah menggunakan film animasi 3 dimensi media sosialsiasi pencegahan pelecehan seksual terhadap anak. Pengujian ahli isi akan dilakukan oleh orang yang benar-benar mengerti akan materi tentang kasus pelecehan seksual. Pengujian ini akan dilakukan oleh guru dan atau dosen yang mengajar atau mengetahui tentang tindakan pelecehan seksual. Pengujian ahli media akan dilakukan oleh dosen yang paham mengenai media 3 dimensi dan seni tentang animasi. Sedangkan untuk uji respon pengguna akan dilakukan oleh masyarakat umum. ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 c. Perancangan Kasus Pengujian Film Animasi 3 Dimensi Berdasarkan respon 2 ahli isi terhadap film animasi 3 dimensi Sebagai Media Sosialisasi Pencegahan Pelecehan Seksual Terhadap Anak menyatakan kelayakan isi dari film animasi 3 dimensi Sebagai Media Sosialisasi Pencegahan Pelecehan Seksual Terhadap Anak yang sudah sesuai dengan materi dan sumber terkait dengan persentase 90,63 %, 2 respon ahli media menyatakan layak untuk dipublikasikan dengan persentase 98,75 %, dan 30 respon penonton yang sangat positif terhadap film animasi ini dengan persentase 90,75% V. SIMPULAN Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pengembangan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Pengembangan film animasi 3 dimensi Sebagai Media Sosialisasi Pencegahan Pelecehan Seksual Terhadap Anak ini menggunakan tahap-tahap dalam pengembangan film yang terdiri dari tahap pra produksi, tahap produksi dan tahap pasca produksi. Pada tahap pra produksi hal yang perlu dipersiapkan yaitu ide cerita, sinopsis, perancangan karakter, perancangan gambar pendukung serta rancangan storyboard. Tahap kedua adalah produksi, pada tahap inilah pembuatan film animasi 3 dimensi yang sebenarnya berlangsung yaitu proses modelling, texturing, rigging, skinning, animating, lighting, dan rendering. Tahap ketiga yaitu tahap pasca produksi, dimana pada tahap ini semua file 3 dimensi hasil render dan file-file audio disatukan sesuai storyboard yang telah dibuat untuk diimplementasikan. Film Animasi ini memiliki durasi 14 menit 18 detik, dengan ukuran file 994 Megabyte. Sedangkan untuk pengerjaan selama proses produksi menggunakan berbagai macam software seperti Blender 2.76, Makehuman, Adobe Phothoshop CS6, Corel Video Studio Pro X4, dan Audacity. 2. Berdasarkan respon 3 ahli isi terhadap film animasi 3 dimensi Sebagai Media Sosialisasi Pencegahan Pelecehan Seksual Terhadap Anak menyatakan kelayakan isi dari film animasi 3 dimensi Sebagai Media Sosialisasi Pencegahan Pelecehan Seksual Terhadap Anak yang sudah sesuai dengan materi dan sumber terkait dengan persentase 90,63 %, 2 respon ahli media menyatakan layak untuk dipublikasikan dengan persentase 98,75 %, dan 30 respon penonton yang sangat positif terhadap film animasi ini dengan persentase 90,75%. REFERENSI [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. (2014). Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tengtang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Jakarta: Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Pemerintah Kota Denpasar. (2013). Kajian Kenakalan Remaja di Kota Denpasar 2013. Denpasar: Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan. Metro Tempo. (2014, April 28). Kekerasan Seksual, Guru JIS Terindikasi Terlibat. Diakses pada 20 Februari 2015, dari Tempo.co :http://metro.tempo.co/read/news/2014/04/28/064573929/kekerasanseksual-guru-jis-terindikasi-terlibat. Bali Post. (2015). Bocah Nyaris Disodomi di Panti Asuhan. Denpasar: Bali Post. Wetrawati, I. S. (2015, Februari 25). Media Sosialisasi. (I. P. Santosa, Interviewer) Anggreni, L. P. (2015, Februari 25). Kendala yang dihadapi. (I. D. Santosa, Interviewer) Mariyanto. (2011). PEMBUATAN ANIMASI 3D SEBAGAI IKLAN LAYANAN MASYARAKAT BAHAYA MENGKONSUMSI NARKOTIKA PADA GRANAT YOGYAKARTA. Skripsi tidak dipublikasikan. Arjani, N. L., & Handayani, T. (2014). Profil Anak Kota Denpasar Tahun 2014. Denpasar: Cakra Press. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. (2014). Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tengtang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Jakarta: Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.