BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan berkembang sangat pesat. Setiap saat muncul teoriteori baru yang dapat menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masalah pendidikan memegang peranan yang sangat penting karena lewat pendidikanlah pembentukan watak dan peneguhan kepribadian setiap masyarakat berlangsung. Melalui pendidikan pula masyarakat tumbuh sehingga mampu hidup secara cerdas, mampu menunaikan tanggungjawab serta kewajiban dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang kian sarat dengan persaingan. Pendidikan pada dasarnya adalah membebaskan dan membuka mata. Membuka mata dan menyadarkan kondisi bangsa sebagai rakyat yang terjajah karena kebodohannya, sehingga kedudukannya tak kalah penting dibandingkan permasalahan politik ataupun permasalahan lainnya. Upaya peningkatan kualitas siswa sesuai dengan standar kompetensi siswa secara nasional ditunjukkan dengan dibatasinya bidang studi Ujian Akhir Nasional yaitu hanya mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika. Pentingnya peranan matematika dalam kehidupan menyebabkan adanya keharusan untuk minimal menguasai ilmu dasar matematika. Sebagai contoh, dalam transaksi jual beli seorang pedagang secara tidak langsung telah menerapkan ilmu matematika misalnya dalam penghitungan laba-rugi. Walaupun banyak pedagang, petani, buruh dan sebagainya tidak pernah mendapatkan pendidikan formal dan mendapatkan pelajaran matematika di sekolah, namun tanpa mereka sadari sebenarnya mereka telah mempelajari matematika terutama materi hitung aljabar. Lebih jauh lagi dalam kehidupan sehari-hari pun, banyak masalah yang penyelesaiannya menggunakan konsep-konsep dalam matematika. Selain itu matematika juga merupakan sarana berpikir yang kritis, logis dan sistematis sehingga matematika harus dikuasai oleh semua kalangan agar mampu mengikuti 1 2 perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun dalam kenyataannya, banyak siswa baik SD, SMP, SMA bahkan mahasiswa perguruan tinggi mengalami kesulitan dalam hal penguasaan matematika. Data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pati menunjukkan tingkat ketidaklulusan siswa SMA di Kabupaten Pati dalam UAN 2004 sekitar 8,88% (219 siswa) dari 2.465 siswa, sedangkan siswa SMK tingkat ketidaklulusan sekitar 6,32% (164 siswa) dari 2.596 siswa. Faktor utama tidak lulusnya peserta UAN adalah kesulitan menjawab soal matematika untuk siswa SMA/MA jurusan IPA. (www.suaramerdeka.com). Jatuhnya prestasi belajar matematika, seperti terlihat pada hasil Ujian Akhir nasional (UAN) merupakan salah satu bukti bahwa matematika tidaklah mudah. Cermin kesulitan yang dialami oleh sebagian besar siswa pada mata pelajaran matematika diantaranya adalah matematika dianggap sebagai momok bagi siswa sehingga siswa merasa memiliki beban yang berat pada saat belajar matematika. Selain itu, materi pelajaran matematika dianggap sulit jika dibandingkan dengan materi pelajaran lain. Faktor guru juga merupakan salah satu hal yang menyebabkan mengapa prestasi pelajaran matematika rendah, karena guru matematika identik dengan disiplin belajar yang tinggi misalnya keras, galak sehingga minat siswa untuk mempelajari matematika rendah. Dari berbagai pengalaman kegiatan pembelajaran, suatu kenyataan bahwa tidak semua siswa memperoleh prestasi yang baik dalam pelajaran matematika. Ada siswa yang mendapat nilai yang baik dan ada pula siswa yang mendapat nilai kurang baik dalam pelajaran matematika. Padahal guru dalam mengajar siswasiswanya tidak membedakan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Oleh karena itu, kemungkinan ada faktor-faktor lain di luar kegiatan pembelajaran di sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa yang menyebabkan bervariasinya pencapaian prestasi belajar matematika siswa. Faktorfaktor yang mungkin menyebabkan hal tersebut dapat digolongkan ke dalam dua macam yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri siswa diantaranya adalah tingkat kecerdasan, persepsi siswa terhadap kompetensi guru, bakat, kreativitas belajar, kemandirian belajar, keadaan psikis, motivasi belajar, cara belajar dan sebagainya. Sedangkan faktor 3 ekstern adalah semua faktor yang berasal dari luar siswa diantaranya meliputi metode mengajar yang dipakai guru, lingkungan alam, tingkat sosial ekonomi orangtua, fasilitas belajar dan sebagainya. Guru dalam kegiatan pembelajaran akan selalu diamati, diperhatikan, didengar, dan ditiru bahkan dinilai siswanya bagaimana penampilan di kelas, kepribadiannya, kemampuannya menguasai materi pelajaran, kemampuan mengajar, perhatian terhadap siswa, hubungan antara siswa dengan guru, sikap dan tingkah lakunya selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dari hasil pengamatan tersebut, pada diri siswa akan terbentuk suatu persepsi tentang kompetensi guru dalam mengajar. Persepsi siswa terhadap kompetensi guru dalam kegiatan pembelajaran ada yang positif dan ada yang negatif. Siswa yang memiliki persepsi positif terhadap gurunya maka biasanya akan menyenangi pelajaran yang diberikan dan akan rajin untuk mempelajarinya. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas biasanya ditunjukkan dalam perilaku belajar yang baik misalnya memperhatikan materi yang diberikan oleh guru, ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, mau bertanya dan senang mengerjakan tugasnya. Sebaliknya, siswa yang memiliki persepsi negatif terhadap gurunya maka akan enggan mengikuti pelajaran yang diberikan dan kurang semangat untuk mempelajari mata pelajarannya. Dalam kegiatan pembelajaran dikelas tercermin dalam sikap acuh tak acuh terhadap pelajaran yang diberikan, bermain sendiri, mengganggu temannya, malas mengerjakan tugas atau bahkan menghina gurunya. Dengan demikian siswa yang memiliki persepsi positif terhadap kompetensi guru dimungkinkan mempunyai prestasi belajar yang tinggi, begitu juga sebaliknya. Namun kenyataannya, ada siswa yang memiliki persepsi negatif terhadap kompetensi guru, tetapi mempunyai prestasi belajar yang tinggi. Hal inilah yang perlu dikaji lebih lanjut. Di samping kompetensi guru, kreativitas siswa dalam belajar berperan penting dalam meraih prestasi belajar, meskipun pada kenyataannya berpikir kreatif dalam proses belajar mengajar di sekolah-sekolah pada umumnya belum dikembangkan. Sebagai contoh belum dikembangkanya proses berpikir kreatif yaitu; anak tidak dirangsang untuk mengajukan pertanyaan, tidak dibiasakan 4 untuk menggunakan daya imajinasinya, tidak terbiasa mengemukakan masalah dan mencari berbagai pilihan penyelesaian terhadap suatu permasalahn. Apabila proses berpikir kreatif dikembangkan dengan baik maka dapat menunjang dalam berprestasi yang optimal karena berpikir kreatif adalah salah satu kemampuan yang ada pada anak yang perlu dikembangkan untuk dapat berprestasi, selain kemampuan intelektual umum. Selain kompetensi guru dan kreativitas belajar hal yang tidak kalah pentingnya adalah kemandirian dalam belajar. Kemandirian merupakan modal dasar yang sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Oleh sebab itu, perlu adanya dorongan untuk mewujudkan keberhasilan cita-citanya. Manusia, mulai sebagai anak dan remaja, telah memahami dirinya melalui pernyataan dan tingkah laku pribadinya, terutama berupa akunya (ego) dengan segala karsa (keinginannya, kemauannya) yang berhadapan dengan lingkungan, mulai keluarganya, alam sekitarnya, teman bermainnya dan teman sekolahnya. Siswa mulai belajar bagaimana akunya mendapat hambatan dalam berbagai keterbatasan, yang selama proses menuju kedewasaannya menempa kesadaran untuk mengakui adanya norma, subjek lain, bahkan keterbatasan ataupun kehendak dan kekuasaan orang lain. Kesadaran diri ialah konsep diri atau self-concept yang berintikan pengertian akan diri sendiri: kemampuan jasmani, perasaan, motivasi dan citakarsa yang kemudian berkembang sebagai pengenalan diri sampai identifikasi pada tokoh idolanya, kemudian pribadi dewasa untuk menerima dirinya sendiri sebagaimana adanya. Dengan mengenal dirinya sendiri maka manusia atau remaja sebagai peserta didik dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhannya hingga dalam proses belajar dapat menemukan strategi dalam mewujudkan keberhasilan yang diinginkan. Dalam hal ini siswa dituntut untuk bersikap mandiri dalam menghadapi segala persoalan tidak bergantung pada orang lain. Prestasi belajar siswa sebagai tolak ukur pencapaian tujuan kurikuler di SMA Negeri I Gemolong Sragen menunjukkan adanya perbedaan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Perbedaan ini ditentukan oleh siswa itu sendiri dan keberhasilan dalam proses belajar mengajar yaitu interaksi antara guru dengan 5 siswa dimana hasil belajar siswa dipengaruhi oleh karakteristik individu dan kualitas pengajaran karakteristik individu yang mempengaruhi hasil belajar siswa merupakan faktor yang bersumber dari luar diri siswa yang berkaitan dengan kualitas dari komponen-komponen pengajaran. Komponen-komponen pengajaran yang berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar adalah guru, kurikulum, metode dan sarana dan prasarana. Sebagai salah satu komponen pengajaran, guru mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan siswa, maka guru diharapkan selalu berusaha meningkatkan kemampuan profesionalnya sehingga semua siswa dapat menunjukkan prestasi belajar secara optimal melalui guru yang berkompetisi. Secara normal prestasi belajar siswa berada di bawah rata-rata kelas, di atas rata-rata kelas dan berada di antara keduanya. Hal yang demikian juga dialami oleh siswa kelas X di SMA Negeri 1 Gemolong Sragen. Agar tujuan pengajaran tercapai secara optimal, yaitu seluruh siswa dapat menunjukkan prestasi belajar sesuai dengan yang diharapkan, guru harus berusaha dengan kemampuan profesionalnya untuk memaksimalkan kemampuan belajar siswa dan meminimalkan bahkan menghilangkan prestasi belajar siswa yang berada di bawah rata-rata kelas. Salah satu diantaraya dengan menanam, membangun serta mengembangkan daya kreativitas siswa dalam belajar untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Berdasar latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: ”PENGARUH PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU, KREATIVITAS BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2005/2006” 6 B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, terdapat beberapa masalah antara lain: 1. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika, diantaranya persepsi siswa terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa. Namun banyak pihak (pelaku maupun sekitarnya/lingkungan) kurang memperhatikan hal tersebut sehingga pencapaian hasil belajar kurang optimal. 2. Adanya perbedaan persepsi siswa terhadap kompetensi guru kemungkinan menyebabkan perbedaan prestasi belajar matematika siswa. 3. Siswa kurang menyadari pentingnya kreativitas dalam belajar, baik dalam mengerjakan tugas ataupun dalam menyelesaikan setiap persoalan yang dapat mengakibatkan kekurangaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga prestasi belajar matematikanya kurang optimal. 4. Siswa kurang menyadari pentingnya kemandirian dalam belajar, baik kemandirian yang muncul dari dalam diri siswa ataupun dari luar yang memerlukan dorongan orangtua atau guru dalam menyelesaikan setiap persoalan yang dapat mengakibatkan proses belajar mengajar kurang optimal sehingga prestasi belajar matematikanyapun kurang optimal. C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah di atas, agar permasalahan yang dikaji dapat terarah maka masalah-masalah tersebut dibatasi sebagai berikut : 1. Persepsi siswa terhadap kompetensi guru pada penelitian ini dibatasi pada kesan atau pendapat yang diperoleh siswa melalui pengamatan terhadap guru matematika selama kegiatan pembelajaran meliputi kepribadian, kemampuan mengelola kelas, kemampuan menguasai materi pembelajaran, kemampuan mengajar, perhatian terhadap siswa, hubungan antara guru dengan siswa dan sikap guru dalam kegiatan pembelajaran. 7 2. Dalam penelitian ini kreativitas yang dimaksudkan adalah kemampuan yang terlibat dalam proses berpikir kreatif yang meliputi; kelancaran berpikir, keluwesan berpikir, keaslian berpikir dan keterperincian (mengelaborasi) 3. Dalam penelitian ini kemandirian yang diteliti menyangkut komponenkomponen, yaitu; inisiatif, tanggung jawab, percaya diri, mampu mengambil keputusan dan dapat menggunakan pengetahuan dan pengalaman sesuai engan situasi dan kondisi. 4. Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prestasi belajar Mata Pelajaran Matematika Kelas X Semester II yang diambil dari nilai akhir semester mata pelajaran matematika kelas X semester II SMA Negeri 1 Gemolong Sragen Tahun Pelajaran 2005/2006. D. Perumusan Masalah Agar masalah dalam penelitian ini dapat dijawab dengan baik, maka masalah harus dirumuskan dengan jelas. Masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkan masalah, masalah harus dapat dirasakan sebagai tantangan yang mesti dilalui (tentang jalan mengatasinya) apabila kita akan berjalan terus, masalah menampakkan diri sebagai rintangan. Dari pengertian di atas, bahwa seorang peneliti dihadapkan pada permasalahan yang harus dikaji dan dijawab. Masalah yang penulis rumuskan adalah: 1. Apakah ada pengaruh antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006 ? 2. Apakah ada pengaruh antara kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006 ? 3. Apakah ada pengaruh antara kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006? 8 4. Apakah ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006 ? 5. Apakah ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006 ? 6. Apakah ada interaksi antara kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006 ? 7. Apakah ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006 ? E. Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagi berikut: 1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006. 2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006. 3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006. 4. Untuk mengetahui ada atau tidaknya interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006. 5. Untuk mengetahui ada atau tidaknya interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006. 9 6. Untuk mengetahui ada atau tidaknya interaksi antara kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006. 7. Untuk mengetahui ada atau tidaknya interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006. F. Kegunaan Penelitian Kegunaan Penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Kegunaan teoritis dari penelitian adalah: 1. Untuk mengembangkan wawasan ilmu-ilmu pendidikan dan mendukung teori-teori yang sudah ada yang berhubungan dengan pengaruh persepsi siswa terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar, kemandirian belajar siswa dan prestasi belajar siswa. 2. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut 2. Kegunaan Praktis Kegunaan praktis dari penelitian adalah: 1. Bagi sekolah yaitu sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan sehubungan dengan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. 2. Bagi guru yaitu untuk lebih meningkatkan perhatiannya terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang ditinjau dari kompetensi guru sehingga siswa dapat mengatasi kesulitan belajarnya. 3. Bagi siswa yaitu untuk lebih meningkatkan belajar dengan cara kreatif dan mandiri karena dengan kreativitas dan kemandirian belajar akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi yang optimal. BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka digunakan sebagai dasar untuk menemukan jawaban atas suatu permasalahan. Dengan demikian, penulis dapat mengemukakan teori-teori sebagai berikut: 1. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru 1. Pengertian Persepsi Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap sesuatu, dimana antara satu orang dengan orang lain berbeda. Bimo Walgito (1997: 3) mengatakan “Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu merupakan proses yang berujud ke pusat susunan syaraf yaitu otak hingga individu tersebut mengalami persepsi”. Menurut Jalaludin Rakhmat (1994: 57) “Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”. Dalam pengamatan ini dapat dikatakan bahwa persepsi sebagai pintu gerbang bagi masuknya pengaruh dari luar baik pengaruh fisik, pengalaman maupun pendidikan. Slametto (1995: 102) mengatakan bahwa “Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia”. Pendapat lain yang senada diungkapkan Dimyati Mahmud (1991: 41) bahwa “Persepsi adalah menafsirkan stimulasi yang sudah ada di dalam otak”. Meskipun alat untuk menerima stimulus tersebut serupa pada setiap individu, tetapi interpretasinya berbeda. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda pada setiap obyek. Seperti yang dikemukakan Slametto (1995: 105) bahwa “Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaanperbedaan individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi”. Walaupun stimulus orang sama, tetapi kalau situasi sosial yang melatarbelakangi stimulus orang berbeda maka akan berbeda hasil persepsinya. Dengan demikian persepsi bersifat subyektif sehingga berbeda-beda antar individu yang satu dengan individu yang lain. 10 11 Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah kesan, tanggapan, atau pendapat seseorang tentang sesuatu yang merupakan hasil dari proses pengorganisasian, penginterpretasian informasi tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperolah yang masuk ke dalam otak manusia, dan hasil persepsi antara individu satu dengan yang lain berbeda. Persepsi pada setiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Krech & Crutchfield dalam psikologi sosial karangan Sarlito Wirawan Sarwono (1991: 94) menyatakan: Ada dua variabel yang memepengaruhi persepsi, adalah: (a) varaiabel struktural, yaitu faktor-faktor yag terkandung dalam rangsang fisisk. (b) variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat, seperti: kebutuhan (need), suasana hati (mood), pengalaman masa lampau dan sifat-sifat individual lainnya Kemudian Sondang P. Siagian, MPA (1989: 100) berpendapat: Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja. Tentu ada faktorfaktor yang mempengaruhinya. Faktor inilah yang menyebabkan mengapa data orang yang melihat sesuatu mungkin memberi interprestasi yang berbeda tentang yang dilihatnya itu. Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu; diri orang yang bersangkutan, sasaran persepsi, dan faktor situasi. Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh: 1. Faktor internal, yaitu faktor yang terdapat pada diri si pengamat, yang meliputi kebutuhan, suasana hati, kemampuan, pendidikan dan pengalaman. 2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang terdapat di luar diri si pengamat, yang meliputi ciri fisik dari obyek yang diamati dan situasi pada aat seseorang menginterpretasikan tentang obyek yang diamati. Misalnya kesehatan dan kelengkapan organ tubuh (fisik) seorang guru, kebiasaan dalam berbicara, berpakaian dan kebiasaan-kebiasan lainnya. Langkah-langkah terjadinya persepsi terdiri dari lima langkah yaitu a. Proses pengumpulan informasi (gathering information) b. Proses seleksi (selecting) 12 c. Proses mengkombinasikan atau mencampur (mixing) d. Proses mengorganisir (organizing) e. Menginterpretasikan (interpreting) Dari langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Persepsi terjadi di mulai dari menghimpun informasi yang masuk dari dunia luar melalui panca indera b. Informasi yang masuk melalui indera begitu banyak, tidak semua informasi itu disadari, tidak semua diperhatikan dan dicatat, dan tidak dapat dipusatkan secara sekaligus. Oleh sebab itu harus menentukan pilihan atau harus menyeleksi mana yang menjadi perhatian utama. c. Pada lngkah ini ada usaha menambah terhadap apa yang diketahui dan dipercaya. Informasi dirubah dari tidak lengkap menjadi lengkap, sehingga proses persepsi disini lebih aktif dan kreatif. d. Setelah langkah mencampur dan menambah selesai, maka campuran itu diorganisir menjadi bentuk yang teratur. Disinilah yang biasa disebut tingkat mengiterpretasi. Ada beberapa prinsip persepsi yang harus diperhatikan, diantaranya: a. Persepsi adalah suatu yang bersifat subyektif dan terbatas b. Persepsi adalah sesuatu yang dipelajari c. Persepsi melibatkan pemberian pengertian d. Setiap orang berusaha menjaga stabilnya persepsi e. Semua orang berusaha untuk menjaga keajegan persepsinya. 2. Pengertian Kompetensi Guru Dalam dunia pendidikan, guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan di sekolah dalam arti memberikan dan pengajaran pada para siswa. Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun para siswa belajar, membina pribadi, watak dan jasmaniah siswa, mendiagnose kesulitan belajar siswa serta menilai kemajuan belajar siswa yang menjadi tanggung jawabnya. Agar guru mampu mengemban dan melaksanakan tanggung jawab ini, maka setiap guru harus memiliki berbagai kompetensi yang 13 relevan dengan tugas dan tanggung jawabnya tersebut. Guru harus menguasai cara mengajar yang efektif, harus mampu membuat model satuan pelajaran, mampu menjadi model para siswa, mampu memberikan nasehat dan petunjuk yang berguna, menguasai teknik-teknik memberikan bimbingan dan penyuluhan, menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar dan sebagainya. Berikut dijelaskan arti masing-masing istilah kompetensi dan guru. Menurut Suhaenah Suparno (2002: 2) kompetensi biasanya diartikan sebagai ”kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas” atau sebagai “memiliki ketrampilan dan kecakapan yang disyaratkan”. Dalam pengertian ini jelas bahwa setiap cara yang digunakan dalam pelajaran yang ditujukan untuk mencapai kompetensi adalah untuk mengembangkan manusia yang bermutu yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan sebagaimana disyaratkan. Kata kompetensi dipilih untuk menunjukkan tekanan pada kemampuan mendemonstrasikan pengetahuan. Menurut Samana A. (1994: 4), “Seseorang yang menguasai kecakapan kerja yang bersangkutan dan dengan demikian ia mempunyai wewenang dalam pelayanan sosial masyarakat”. Kecakapan kerja tersebut diejawantahkan dalam perbuatan kerja yang bermakna, bernilai sosial dan memenuhi standar (kriteria) tertentu yang diakui atau disahkan oleh kelompok profesinya dan atau warga masyarakat yang dilayaninya. Secara nyata orang yang kompeten adalah orang yang mampu bekerja di bidangnya secara efektif dan efisien. Kadar kompetensi seseorang tidak hanya menunjuk pada kuantitas kerja tetapi sekaligus menunjuk pada kualitas kerja. Berdasar pada pendapat diatas yang dimaksud kompetensi adalah suatu kemampuan atau kecakapan seseorang dalam menentukan atau memutuskan sesuatu sesuai dengan kewenangan dalam jabatannya untuk melakukan suatu tugas, pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang harus dimiliki seseorang pada jabatan tertentu. Eksistensi seseorang guru yang menjadi pusat pembahasan dalah guru sebagai pendidik profesional di sekolah (pembahasan keguruan ini bersifat umum, 14 berlaku untuk semua jenjang dan setiap jenis sekolah). Jabatan guru yang bersifat profesional tersebut bersifat general (menuntut peningkatan kecakapan keguruan secara berkesinambungan), integritas diri serta kecakapan keguruannya selalu perlu ditumbuhkan dan diperkembangkan (baik atas inisiatif sendiri maupun karena dorongan dan atau bantuan pihak lain yang ikut bertanggung jawab terhadap mutu guru), dan sekaligus selaras dengan arahan kode etik kerja gurunya. Sardiman A.M (1994: 123) berpendapat bahwa, “Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan”. Sedangkan Ali Imron (1994: 3) berpendapat bahwa, “Guru dipandang sebagai kunci karena ia yang berinteraksi secara langsung dengan muridnya dalam rangka proses belajar mengajar di sekolah”. Pendapat lain dari W.J.S Poerwodarminto (1995: 335) menyatakan bahwa, “Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar” Menurut Piet A. Sahertian (1994: 56) bahwa guru itu meliputi hal-hal sebagai berikut: 1) Kemampuan guru untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang telah dirancangkan 2) Ciri hakiki dari kepribadian guru yang menentukan ke arah pencapain tujuan pendidikan yang telah ditentukan. 3) Kompetensi adalah perilaku yang dipersyaratkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kompetensi guru adalah suatu hal yang dapat menggambarkan kemampuan guru atas pemilikan pengetahuan, keterampilan, kepribadian dan perilaku guru dalam melaksanakan tugas utamanya yaitu mengajar sehingga dapat menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Kompetensi guru menunjuk pada kualitas serta kuantitas layanan pendidikan yang dilaksanakan oleh guru secara standar. Jika guru tidak menguasai kompetensi yang telah ditetapkan maka akan berakibat kurang baik pada siswa maupun masyarakat pada umumnya. 15 c. Macam-macam Kompetensi Guru Samana A. (1994: 53) berpendapat bahwa, “Kompetensi keguruan secara umum meliputi: kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional”. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen nomor 14 tahun 2005 pasal 10 ayat 1 dan PP no. 19 tahun 2005 pasal 28 ayat 3 bahwa kompetensi guru profesional meliputi empat kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik. Untuk pembahasannya adalah sebagai berikut: 1). Kompetensi Kepribadian Berdasarkan konggres Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Indonesia (ALPTKI) di Bandung tahun 2006 dan Rapat Kerja I di Surabaya merumuskan bahwa kompetensi kepribadian merupakan integritas seluruh aspek pribadi guru, yang meliputi aspek fisik motorik, intelektual, sosial, kognitif maupun afektif. Kompetensi kepribadian merupakan modal dasar bagi guru yang bersangkutan dalam menjalankan tugas keguruannya secara proporsional. Kompetensi ini menunjuk pada perlunya struktur kepribadian yang mantap, susila, dinamik (reflektif serta berupaya untuk maju) dan bertanggung jawab. 2). Kompetensi Sosial Berdasarkan konggres Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Indonesia (ALPTKI) di Bandung tahun 2006 dan Rapat Kerja I di Surabaya merumuskan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan dalam menjalin hubungan sosial secara langsung maupun menggunakan media di sekolah dan luar sekolah. Sama seperti kompetensi kepribadian kompetensi sosial juga merupakan modal dasar bagi guru dalam menjalankan tugas keguruannya secara proporsional. Menurut pendapat AS. Lardazabal yang dikutip oleh A. Samana (1994: 55) kompetensi kepribadian dan sosial diperinci sebagai berikut: a) Guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup b) Guru hendaknya bertindak jujur dan bertanggung jawab 16 c) Guru mampu berperan memimpin baik dalam lingkup sekolah maupun lingkup luar sekolah d) Guru bersikap bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan siapapun e) Guru mampu berperan secara aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya masyarakat f) Guru tidak kehilangan prinsip serta nilai hidup yang diyakini g) Guru bersedia ikut serta dalam berbagai kegiatan sosial baik dalam lingkup kesejawatan maupun dalam kehidupan bermasyarakat h) Guru adalah pribadi yang bermental stabil dan sehat i) Guru tampil secara pantas dan rapi j) Guru mampu berbuat kreatif dengan penuh perhitungan k) Guru hendaknya mampu bertindak tepat waktu dalam janji dan penyelesaian tugas-tugasnya l) Guru hendaknya dapat meggunakan waktu luangnya secara bijaksana dan produktif Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru di samping mempunyai pengetahuan, keterampilan, kreativitas yang tinggi, inovatif dan melestarikan lingkungannya juga dituntut untuk memiliki kepribadian, budi pekerti yang luhur dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat mencapai tujuan pengajarannya secara bermutual. 3). Kompetensi Profesional Menunjuk pada kemampuan mengajar guru yang merupakan pencerminan penguasaan guru atas kompetensinya. Seorang lulusan pendidikan guru akan siap melaksanakan tugasnya sebagai guru di lembaga pendidikan dasar jika ia telah memiliki seperangkat pengalaman dan pengetahuan. Setiap pengalaman yang dicapai melalui pendidikan yang sesuai. Dalam pendidikan guru dikenal adanya Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi. Mengenai sepuluh kompetensi guru merupakan profil kemampuan dasar yang dimiliki oleh seorang guru. Berdasarkan konggres Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Indonesia (ALPTKI) di Bandung tahun 2006 dan Rapat Kerja I di Surabaya merumuskan bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan 17 penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik mencapai standar kompetensi. 4). Kompetensi Pedagogik (Kompetensi Guru dalam Mengajar) Kompetensi guru dalam mengajar merupakan kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun di samping kompetensi kepribadian dan kompetensi kemasyarakatan. Secara teoritis ketiga jenis kompetensi tersebut dapat dipisah-pisahkan namun secara praktis tidak mungkin dapat dipisahkan sebab di antara ketiga jenis kompetensi tersebut terjalin secar terpadu dalam diri guru. Tegasnya seorang guru yang terampil mengajar tentu harus memiliki pribadi yang baik dan mampu melaksanakan sosial adjusment dalam masyarakat. Perlu diketahui bahwa proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya namun ditentukan atau bahkan sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten dapat lebih mampu menciptakanlingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan. Hal ini dikemukakan oleh Oemar Hamalik (1991: 40) bahwa “Guru yang kompeten dapat lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar para siswa berada pada tingkat optimal”. Beberapa definisi dalam mengajar adalah sebagai berikut: Menurut Sardiman A.M. (1994: 27) “Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar”. Jadi mengajar adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar berlangsung kegiatan belajar yang bermakna dan optimal. Sistem belajar itu sendiri dipengaruhi oleh komponen-komponen yang akan mempengaruhi, misalnya: tujuan pembelajaran yang akan dicapai, materi yang ingin diajarkan guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar mengajar. Dalam membimbing dan menyediakan kondisi yang kondusif itu sudah barang tentu guru tidak dapat mengabaikan faktor atau komponen yang lain dalam lingkungan proses belajar mengajar. 18 Mengajar bukan semata-mata menyampaikan kebudayaan kepada generasi baru dalam bentuk berbagai macam mata pelajaran atau agar anak-anak menyerap bahan pelajaran saja melainkan mereka harus pula memahaminya dan sedapatdapatnya sanggup menggunakan dalam situasi-situasi yang lain yang senantiasa berubah. Selain dari pada itu sebagai akibat pengajaran hendaknya siswa terangsang untuk mengadakan penyelidikan dan memperluas pengetahuannya dengan usaha sendiri tanpa paksaan. Seorang guru harus meguasai bahan pelajaran dan senantiasa memperlihatkan serta memperluasnya untuk mengikuti perkembangan-perkembangan baru. Guru hendaknya mengenal berbagai macam metode mengajar, mengetahui azas-azas didaktis mengajar dan sebagainya. Agar guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka harus memiliki kamampuan dasar yang dipersyaratkan bagi guru. Kemampuan tersebut tercermin dalam kompetensi guru yang dikutip oleh seorang tokoh pendidikan, Samana A. (1994: 239) yang mengemukakan sepuluh kompetensi guru meliputi: 1). menguasai bahan ajar 2). mengelola program belajar mengajar 3). mengelola kelas 4). menggunakan media atau sumber 5). menguasai landasan-landasan pendidikan 6). mengelola interaksi belajr-mengajar 7). menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran 8). mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan 9). mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah 10). memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran Penguasaan terhadap bahan pengajaran tidak dapat ditinggalkan oleh seorang pengajar disamping melibatkan pribadi anak dalam pengajaran. Menguasai bahan dalam hal ini meliputi: menguasai bidang studi dalam kurikulum sekolah dan menguasai bahan pengayaan atau penunjang bidang studi yang disampaikan. Agar dapat menyampaikan materi lebih mantap dan dinamis, guru juga harus menguasai bahan pelajaran lain yang dapat memberi pengayaan 19 serta memperjelas dari bahan-bahan bidang studi yang dipegang oleh guru yang bersangkutan. Dengan modal penguasaan bahan, maka guru akan dapat menyampaikan materi pelajaran secara dinamis. Hal ini sesuai dengan tuntutan bahwa guru harus kaya dengan gagasan. Penguasaanbahan pelajaran sangat berpengaruah terhadap hasil belajar siswa. Makin tinggi penguasaan bahan pelajaran oleh tinggi pula hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Demikian pula seorang guru harus mampu mengelola program belajar mengajar. Program belajar mengajar merupakan perencanaan yang menyeluruh dari suatu kegiatan pengajaran. Perencanaan ini meliputi: a) Merumuskan tujuan instruksional/pembelajaran Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran merupakan pedoman atau petunjuk praktis tentang sejauh mana kegiatan belajar mengajar itu harus dibawa b) Mengenal dan dapat menggunakan proses instruksional yang tepat Perlu dipersiapkan segala sesuatunya secara tertulis dalam suatu persiapan mengajar, yang sering disebut dengan istilah PPSI (Prosedur pengembangan Sistem Instruksional). Misalnya: setelah merumuskan tujuan kemudian mengembangkan alat evaluasi, merumuskan kegiatan belajar mengajar sampai tahap pelaksanaan. c) Melaksanakan program belajar mengajar Penyelenggaraan proses belajar mengajar diawali dengan kegiatan pre test, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan post test dan perbaikan. d) Mengenal kemampuan anak didik Setiap anak didik memiliki perbedaan-perbedaan karakteristik tersendiri termasuk kemampuannya, oleh karena itu perlu adanya penanganan secara spesifik. e) Merencanakan dan melaksanakan program remidial Harapan seorang guru biasanya agar seluruh anak didik dapat berhasil dengan baik, namun kenyataannya sering tidak demikian, sehingga dalam 20 menyusun program belajar mengajar perlu merencanakan dan melaksanakan program remidial. Dengan demikian tujuan belajar mengajar tidak lain sebagai pedoma bagi guru dalam melaksanakan tindakan belajar mengajar. Program belajar mengajar selanjutya diwujudkan dalam bentuk pengajaran yang sebenarnya. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar atau mampu mengelola kelas sesuai denga rencana yang telah disusun dalam program belajar mengajar. Untuk memberi materi pelajaran dalam suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas demi berlangsungnya proses belajar mengajar. Kegiatan mengelola kelas akan menyangkut mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajaran, seperti: kelas harus selalu dalam keadaan bersih, bagaimana mengatur meja dan tempat duduk, menempatkan papan tulis, tempat meja guru, juga mengatur hiasan di dalam ruangan kelas. Dengan demikian tata runag kelas dapat diatur sedemikian rupa sehingga guru dan siswa dapat kerasan belajar di ruangan tersebut. Dalam kegiatan interaksi belajar mengajar akan senantiasa menunutut komponen yang satu dengan kompnen yang lain (seperti: guru, siswa, metode, alat atau teknologi, sarana, tujuan, bahan pelajaran). Dalam arti komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses belajar mengajar akan saling menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan yang diharapkan. Interaksi belajar mengajar yang baik bilamana terjalin hubungan secara lengkap antara guru dan siswa, yakni arah interaksi tidak hanya dari guru terhadap siswa saja, tetapi dari guru memberikan informasi terhadap siswa, dari siswa memberikan feed back bagi guru dan siswa juga berhubungan dengan siswa yang lain. Juga dalam interaksi perlu diperhatikan faktor bahasa dan sikap saling percaya, agar tercipta proses belajar mengajar yag lebih optimal, guru dituntut dapat mendesain dari masingmasing komponen dan dapat mengembangkan interaksi belajar mengajar yang lebih dinamis. Penilaian hasil belajar (prestasi) siswa terutama dimaksudkan untuk mengetahui sampai seberapa jauh siswa telah mencapai tujuan belajarnya, 21 sebagaimana ditetapkan dalam program belajar mengajar. Dengan mengetahui proses belajar mengajar siswa, apalagi secara individual, guru akan dapat mengambil langkah-langkah instruksional yang konstruktif. Bagi guru yang bijaksana dan memahami karakteristik siswa, akan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang bervariasi serta akan memberikan kegiatan belajar mengajar yang berebda-beda antara siswa yang berprestasi tinggi dengan siswa yang berprestasi rendah. Usaha penilaian dan kegiatan belajar merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan yang terus meerus serta berorientasi pada perkembangan siswa yang mantap. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru juga berperan sebagai pembimbing dan penyuluh, untuk itu guru harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah serta menyelenggarakannya. Pelayanan bimbingan dan penyuluhan berorientasi pada perkembangan secara optimal sesuai dengan kemampuan dasar masing-masing siswa, sehingga siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal, menjadi pribadi bermasyarakat yang dilandasi dengan rasa tanggung jawab terhadap kesejahteran umum. Dengan demikian guru tidak hanya memberikan bimbingan yang ada hubungannya dengan sekolahan saja, tetapi juga membantu menunjukkan jalan pemecahan persoalan siswa yang mengganggu studi dalam kegiatan hidup lainnya. Guru bertindak sebagai administrator, dalam hal ini guru akan menyangkut persoalan-persoalan yang komplek, dari sekian kegiatan yang termasuk administrasi sekolah atau khusus administrasi kelas adalah kegiatan catatmencatat dan kegiatan lapor-melapor secar sistematis mengenai informasi tentang suatu sekolah atau kelas. Kedua hal tersebut harus dipahami oleh setiap guru dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan tersebut Kegiatan catat-mencatat meliputi: catatan-catatan mengenai siswa dan catatan bagi guru sendiri. Kegiatan lapor melapor meliputi: laporan kepada kepala sekolah dan laporan kepada orang tua siswa. Dalam rangka menumbuhkan penalaran dan mengembangkan proses belajar mengajar, guru selain bertugas sebagai pendidik dan pembimbing anak didik, juga harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Prinsip 22 hasrat ingin tahu yang dimiliki setiap mausia, maka manusia akan terdorong untuk melakukan penelitian untuk mencari jawab dan kebenaran dari masalah yang dihadapi. Hal inilah seorang guru dituntut untuk memahami metodologi dan kegiatan penelitian, juga harus dapat menafsirkan hasil-hasil penelitian. Kompetensi guru dikembangkan berdasarkan pada analisa tugas-tugas yang harus dilakukan guru. Oleh karena itu sepuluh kompetensi secara operasional akan mencerminkan fungsi dan peranan guru dalam membelajarkan siswa. Dari sepuluh kompetensi yang ada, kompetensi guru dalam mengajar merupakan kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh setiap guri disamping kompetensi kepribadian dan kompetensi kemasyarakatan. Dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar di sekolah, maka dari uraian sepuluh kompetensi tersebut diambil empat dari sepuluh kompetensi dasar guru yang sekiranya merupakan syarat minimal seorang guru dikatakan kompeten dibidangya. Adapun empat dari sepuluh kompetensi tersebut, meliputi: mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, mengelola interaksi belajar mengajar, dan menilai prestasi siswa. Dengan kompetensi tersebut, guru aka mampu melaksanakan tanggung jawabnya apabila yang bersankutan memiliki kompetensi yang diperlukan untuk itu. Setelah mengetahui, dapat dijadikan pedoman untuk megoreksi dirinya sendiri. Apakah selama menjalankan tugasnya telah dapat memenuhi kompetensikompetensi yang ada, bila belum selesai guru yang baik harus berani mengakui kekurangannya dan berusaha untuk mengembangkan dirinya. Kesadaran akan kompetensi guru menuntut taggung jawab yang berat bagi seorang guru. Jadi seorang guru harus berani menghadapi tantangan dalam tugas maupun lingkungannya. Dengan demikian guru harus berani mengubah dan menyempurnakan diri dengan tuntutan jaman sepanjang masa. 2. Kreativitas Belajar 1. Pengertian Kreativitas Belajar Dalam usaha mempelajari arti kretivitas, agar tidak terjadi kesimpangsiuran perlu adanya definisi yang jelas tentang kreativitas itu sendiri. 23 Pengertian tentang kretivitas itu bermacam-macam. Ada orang mengartikan kreativitas secara sangat luas, adapula yang mencoba menyempitkannya. Ada yang menekankan bahwa kreativitas adalah sikap hidup dan perilaku, juga ada yang menerima kreativitas itu lebih sebagai suatu cara berpikir saja. Ada sebagian orang mengaitkan kreativitas dengan gagasan-gagasan baru dalam dunia ilmu, dunia teknologi dan dunia pemecahan masalah berbagai bidang, tetapi ada sebagian lain yang menekankan pada sifat artistik artinya bahwa yang kreatif itu haruslah berseni. Agar tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai istilah kreativitas, berikut dikemukakan beberapa perumusan yang merupakan pendapat para ahli mengenai kreatifitas. Menurut Julius Chandra (1994: 17) merumuskan kreativitas sebagai berikut: “ Kemampuan mental dan berbagai jenis keterampilan khas manusia yang dapat melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda, orisinal, sama sekali baru, indah, efisien, tepat sasaran dan tepat guna”. Selanjutnya dalam bukunya Utami Munandar (1990: 50) berpendapat: ”Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci suatu gagasan)”. Pembahasan dari masing-masing kreatifitas dijelaskan sebagai berikut: 1. Keterampilan berpikir secara lancar a) mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan b) memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal c) selalu memikirkan lebih dari satu jawaban 2. Keterampilan berpikir luwes (fleksibel) a) menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi b) dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda c) mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda d) mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran 3. Keterampilan berpikir orisinal a) mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik 24 b) memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri c) mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagianbagian atau unsur-unsur 4. Keterampilan memperinci (mengelaborasi) a) mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk b) menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik Menurut penulis dalam memahami kreativitas, yaitu suatu pengertian yang mengandung arti utuk mencari jalan keluar dari gagasan lama dan untuk menemukan gagasan baru. Jadi kreativitas adalah kemampuan mencipta, meniru dan mengembangkan hal-hal yang sudah ada atau yang dianggap masih baru dengan mencari dan menggunakan alat-alat yang sudah ada. Dengan kata lain kreativitas adalah kemampuan menemukan suatu jawaban paling tepat terhadap suatu masalah yang diberikan berdasarkan informasi yang tersedia. Selanjutnya untuk mengetahui tentang apa yag dimaksud dengan belajar maka perlu penulis kutipkan dari beberapa ahli. W.S Winkel (1991: 36) mengemukakan pengertian belajar sebagai berikut: “Suatu aktivitas mental atau psikis yang berlngsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai perubahan sikap itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”. Menurut Slameto (1991: 78) merumuskan “Belajar adalah suatu proses usaha untuk memperoleh pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Dari pengertian belajar diatas, penulis simpulkan bahwabelajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh individu secara sadar untuk memperoleh sustu perubahan tingkah laku baik sikap, kebiasaan maupun pengetahuan sebagai hasil pengalaman yang diperoleh individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan . Ernes R. Hilgard dalam buku “Theories of Learning” yang dikutip Abu Ahmadi (1999: 280) memberikan definisi belajar sebagai berikut: “Learning is the process by which an activity originates or is changes training procedures 25 (whether in the laboratory or in the natural environment) a distinguishedfrom changes by factors not attribute able to training”. Dari definisi di atas, dikatakan bahwa seseorang yang belajar kelakuannya akan berubah daripada sebelumnya. Jadi belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual, akan tetapi mengenai seluruh pribadi anak. Selanjutnya dalam kamus paedagogik dikatakan bahwa belajar adalah berusaha memiliki pengetahuan dan kecakapan. Seseorang telah telah mempelajari sesuatu terbukti dengan perbuatannya. Ia baru dapat melakukan sesuatu hanya dari proses belajar sebelumnya. Dari beberapa definisi belajar dapatlah diambil kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dapat dikatakan padanya telah berlangsung proses belajar. Bagi siswa penilaian kreativitas itu didasarkan pada keaslian tingkah laku yang mereka laksanakan dalam banyak cara dan kesempatan dalam menghadapi berbagai situasi belajar. Disamping itu dapat juga didasarkan pada kepekaan mereka terhadap pengertian-pengertian tertentu serta penggunaan dalam hidupnya. Menurut Slameto (1995: 146) bahwa: “Kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya. Sebagaimana yang telah penulis kutipkan diatas mengenai kreativitas dan belajar dari pendapat para ahli, maka penulis mengambil suatu kesimpulan mengenai pengertian kreativitas belajar yaitu suatu proses yang disengaja menimbulkan suasana tingkah laku atau kelakuan baru yang dilakukan dengan mengacu pada empat macam perilaku kreatif yang meliputi kelancaran, keluwesan, keaslian dan keterperincian. 2. Manfaat Kreativitas Salah satu hal terbaik tentang kreativitas adalah bahwa kreativitas telah membuat setiap orang benar-benar memikirkan suatu masalah dan bekerja bersama-sama. Kreativitas cenderung meningkatkan kemampuan, ketekunan, inisiatif, mengembangkan minat, memanfaatkan waktu luang dan hidup pada umumnya. Manusia menunjukkan ciri-ciri kreatif yang bila dibandingkan berbeda dalam dengan motivasi manusia intelektual biasa, dan 26 kepribadiannya serta menjadi lebih terbuka pikirannya terhadap gagasan sendiri (kepercayaan terhadap diri sendiri lebih besar) dan gagasan orang lain. Jika menghadapi masalah, manusia kreatif dapat dengan mudah dan segera mengenali dan menyadari adanya masalah itu, dan segera memikirkan pemecahanpemecahan yang mungkin untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jika belum merasa yakin dengan hasil pemikirannya sendiri, tidak segan-segan menanyakan pada orang lain. Disamping hal di atas, berikut dijelaskan manfaat kreativitas yang dikemukakan oleh Julius Chandra (1994: 61) dalam bebagai bidang. 1) Dalam pemecahan masalah sehari-hari Kreativitas dalam pemecahan sehari-hari mempunyai umum yang khas. Dari pengalaman seseorang memecahkan masalah secara kreatif kalau ia menemukan cara yang lebih praktis dan tidak jauh darinya, kadang-kadang mengalami bahwa denan kreativitas sebenarnya masalah itu sendiri tidak ada atau kadang-kadang cara pemecahannya sedemikian mengena, mulus sehingga seolaholah yang tadinya merupakan kekalahan (terhadap kesulitan) berubah menjadi kemenangan besar. 2) Dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Seseorang yang berminat dalam penemuan teori ilmiah baru perlu lebih memahami bagaimana dalam sejarah penemuan besar dihadirkan. Demikian pula kalau seseorang misalnya harus skripsi atau paper ilmiah. Orang itu harus menyelami seluk beluk pemikiran para ilmuwan besar. Cara itu dapat memberikan ilham yang dapat menyemangati dirinya dalam bekerja. Selanjutnya dapat dijelaskan bagaimana alur pemikiran penemu-penemu besar yang disebut kreatif. Kalau penemuan-penemuan itu dianggap sebagai tonggak-tonggak peradaban dunia, didalamnya terkandung sifat kesederhanaan seperti lazimnya cetusancetusan kreativitas lainnya yang lebih rendah tarafnya. Dengan demikian dapat dirasakan adanya kesamaan antara kreativitas dalam suatu bidang dengan bidang lainnya dalam satu taraf dengan taraf lainnya. Tetapi perlu dicatat sebelumnya bahwa pandangan ini bukanlah pandangan untuk menggampangkan. Proses penemuan ilmiah selalu rumit, selalu menuntut ikhtiar yang yang tak kenal lelah, 27 seringkali juga kesediaan berkorban dan mengabdi dalam waktu yang sangat lama. Kegiatan ilmiah yang bersifat mengumpulkan fakta-fakta senantiasa berarti atau malahan suatu prasarat. Karena itu, penelitian merupakan jiwa dalamperkembangan ilmu pengetahuan . Sebagian besar daya pikir ilmuwan tercurah untuk melakukan penyelidikan-penyelidikan, menambah jumlah fakta alamiah, sosial atau teknis yang telah ada. Tentu saja, kecerdasan serta latar belakang pendidikan yang cukup tinggi juga sangat diperlukan untuk dapat memahami proses-proses yang diselidiki itu. Setelah memahami langkah dasar seperti tersebut diatas kemudian dapat dilihat dimana sifat kreatif dari penemuan ilmiah tersebut. 3) Dalam pendidikan dilingkungan sekolah Sekolah merupakan sarana untuk melaksanakan pendidikan. Dalam proses pendidikan agar anak didikan dapat mencapai kematangan atau kedewasaan, diperlukan adanya kreatifitas. Kreativitas disini dapat ditimbulkan oleh siswa itu sendiri atau pendidik. Kreativitas yang ditimbulkan oleh siswa itu sendiri misalnya dalam pembuatan catatan pelajaran. Siswa yang kreativ biasanya membuat catatan pelajranya dalm bentuk-bnetuk yang aneh atau tertentu, tetapi dengan bentuk itu justru memudahkan siswa dalam mempelajari dan memahaminya. Sedangkan kreativitas yang ditimbulkan oleh guru misalnya dalam hal mengajar. Apabila seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran hanya dengan satu macam gaya saja sepeti ceramah, hal ini dapat menyebabkan siswa bosan. Oleh sebab itu seorang guru harus menguasai variasi dalam menyajikan materi pelajaran. Dengan adanya variasi tersebut dapat menggugah kreativitas siswa yakni siswa mampu merespon apa yang telah disampaikan guru dalam bentuk pertanyaan. Dalam hal ini siswa merasa diperhatikan oleh guru, dan pada akhirnya terjalin hubungan yang baik dalam proses belajar mengajar. 28 3. Kemandirian belajar a. Pengertian Kemandirian Belajar Kemandirian berasal dari kata mandiri. Kata mandiri mempunyai arti yang sangat relatif. Pada dasarnya kata mandiri mengandung arti tidak tergantung pada orang lain, bebas dan dapat melakukan sendiri. Kata ini seringkali diterapkan untuk pengertian dan tingkat kemandirian yang berbeda-beda. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1991: 625), “Mandiri berarti keadaan dapat berdiri sendiri, tidak tergantung kepada orang lain. Kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain”. Dari hal tersebut dapat diambil pengertian bahwa kemandirian merupakan perilaku yang terdapat pada seseorang yang timbul karena dorongan diri sendiri, bukan karena pengaruh orang lain. Menurut Shirley Gould yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (1990: 108) mendefinisikan, Independence adalah “freedom from dependence” dan sebagai “Exemption from realitance on our control by other”. Sehingga mandiri berarti bebas/tidak bergantung pada orang lain atau dapat memenuhi kebutuhankebutuhan sendiri. Kemandirian berarti kondisi dimana seorang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Sementara itu Herman Holstein (1987: 6) mengartikan, “mandiri sebagai bekerja sendiri (berswakarsa)”. Sedangkan Suharsimi Arikunto (1990: 108) mengemukakan, “Membantu siswa untuk mendiri berarti menolong mereka bebas dari bantuan dari orang lain”. Jadi dalam melakukan suatu aktivitas menekankan individuallah yangmengalami secara langsung, bebas dari ketergantungan. Kemandirian belajar merupakan perilaku yang ada pada seseorang yang belajar karena dorongan dari dalam diri sendiri, bukan karena pengaruh luar. Dengan kemandirian seseorang mampu menunjukkan adanya kontrol dari dalam terhadap pengendalian dirinya. Kemandirian merupakan perilaku yang diarahkan oleh diri sendiri dan tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain, bahkan ia ingin mencoba memecahkan masalahnya sendiri. Menurut Jerold E. Kemp (1994: 154), ” Metode belajar yang sesuai dengan kecepatan sendiri juga disebut belajar mandiri, pengajaran sendiri atau 29 belajar dengan mengarahkan diri sendiri”. Sementara itu Anung Haryono (Yusuf Hadi Miarso, Anung Haryono, 1986: 75) memberikan definisi belajar mandiri sebagai suatu sistem, yaitu: Sistem belajar mandiri merupakan sistem pembelajaran yang didasarkan kepada disiplin terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh siswa dan disesuaikan dengan keadaan perorangan siswa yang meliputi antara lain: kemampuan, kecakapan belajar, kemauan, minat, waktu yang dimiliki dan keadaan sosial ekonominya. Menurut Wedemeyer seperti yang disajikan oleh Keegan (1983), siswa/peserta didik yang belajar secara mandiri mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri pelajaran yang diberikan oleh guru/instruktur di kelas. Siswa/peserta didik dapat mempelajari pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu dengan membaca buku atau melihat dan mendengarkan program media pandang dengar (audio visual) tanpa bantuan terbatas dari orang lain. (http://pk.ut.ac.id/ptjj/22anung.htm). Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri, dan dalam belajar mandiri siswa boleh bertanya, berdiskusi, atau minta penjelasan dari orang lain, menurut Knowless, 1975 (dalam Panen, 1997) siswa yang belajar mandiri tidak boleh menggantungkan pada bantuan, pengawasan, dan arahan orang lain termasuk guru/instrukturnya, secara terus menerus. Siswa atau peseta didik harus mempunyai kreativitas dan inisistif sendiri, serta mampu bekerja sendiri dengan merujuk pada bimbingan yang diperolehnya. (http://pk.ut.ac.id/ptjj/22anung.htm). Dari beberapa uraian diatas dapat diambil pengertian bahwa kemandirian belajar adalah kecenderungan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan dan mengendalikan aktivitas belajarnya b. Komponen-komponen dalam kemandirian Individu dalam usahanya mencapai kemandirian harus memiliki berbagai komponen. Berbagai komponen kemandirian menurut Martin and Stendler yang dikutip oleh Wijiningsih (1984: 5) adalah sebagai berikut: 1) berinisiatif, 2) 30 bertanggungjawab, 3) percaya diri, 4) dapat mengambil keputusan sendiri,5) dapat menggunakan pengetahuan dan pengalaman situasi dan kondisi. Dari kelima komponen tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1). Berinisiatif Keinginan dalam pribadi individu mandiri yang menunjukkan adanya kemampuan untuk mengambil inisiatif dirinya sendiri. Segala sesuatunya harus dapat dipersiapkan sendiri sehingga dapat berjalan sewajarnya. 2). Tanggung jawab Kemandirian seseorang yang ditandai dengan adanya rasa tanggung jawab yang tinggi bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya (keluarga) yaitu dengan melaksanakan rencana-rencana yang talah disepakati baik oleh dirinya sendiri maupun bersama dan menjalankan kewajiban bagi keluarganya. Rasa tanggung jawab dapat dibina melalui proses kepemimpinan dalam keluarga. 3). Percaya Diri Kemandirian menandakan bahwa seseorang percaya diri. Percaya akan kemampuan yang dimilikinya, sehingga tidak menimbulkan keraguan dalam pekerjaan atau aktivitas. 4). Dapat Mengambil Keputusan Mandiri adalah suatu ciri atau sikap mental untuk selalu ingin memiliki harapan sukses dalam kehidupan dengan melakukan sebaik mungkin melalui kegiatan-kegiatan produktif dengan berani mengambil resiko rasional yang telah diperhitungkan. Individu yang mandiri adalah individu yang mempunyai idealisme dan integritas yang tinggi tanpa tergantung pada orang lain dan mampu menhasilkan karya nyata dalam bentuk usaha yang produktif dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Individu yang demikian inilah yang sangat dibutuhkan dalam mengambil keputusan. 5). Dapat Menggunakan Pengetahuan dan Pengalaman Sesuai dengan Situasi dan Kondisi Sifat mandiri merupakan perwujudan keadaan personalitas seseorang yang bercirikan adanya kecenderungan determinasi diri dalam rangka dukungan sosial, terbentuk melalui proses bertahap. Seseorang yang mempunyai sikap 31 mandiri biasanya dapat menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya sesuai dengan situasi dan kondisi. 4. Prestasi Belajar Matematika. a. Hakekat Matematika Matematika memiliki peranan yang penting dalam semua bidang kehidupan. Menurut Ansjar M. (2000: 90), “ Matematika adalah ilmu yang abstrak. Teori-teori dalam matematika disusun dengan dukungan pola berfikir atau penalaran yang dicirikan oleh sifat logis, kritis, sistematis dan konsisten dan didukung pula oleh daya kreatif dan inovatif yang tinggi.” Pendapat lain dikemukakan oleh Purwoto (1993:14) bahwa “Matematika timbul karena olah fikir manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran.” Di dalam mempelajari matematika kita sangat memerlukan pengertian (pikiran/penalaran), tidak cukup hanya hafalan. Matematika adalah ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan pada pembuktian secara deduktif, matematika adalah ilmu tentang keteraturan; ilmu tentang struktur yang terorganisasikan mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma/postulat dan akhirnya ke dalil. Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas yaitu aritmatika, aljabar, geometri dan kalkulus. Menurut Purwoto (1993: 14) : Matematika adalah ratunya ilmu sekaligus menjadi pelayannya. Maksudnya antara lain bahwa matematika itu tidak tergantung kepada bidang studi lain dan bidang studi lain (terutama IPA) tanpa matematika tidak dapat berkembang banyak. Fungsi matematika itu sendiri adalah melayani ilmu pengetahuan (bidang studi) lainnya. Jadi menurut pendapat di atas, matematika merupakan ilmu yang berdiri sendiri tanpa tergantung ilmu yang lain. Matematika dibangun berdasarkan logika berpikir yang deduktif dan tidak dapat menerima pemikiran yang bersifat induktif saja. Teori-teori yang baru, dibangun atau disusun berdasarkan teori-teori yang sudah ada. Jadi teori-teori yang sudah ada tetap akan berlaku tanpa ada pertentangan dengan teori yang baru. Sedangkan IPA dibangun berdasarkan pola pikir yang induktif, yaitu berupa penelitian-penelitian dan eksperimen- 32 eksperimen. Sehingga, dalam IPA teori yang lama dapat ditentang oleh teori yang baru jika diyakini teori yang baru, benar. Selain itu matematika memiliki peranan besar yaitu sebagai alat latihan otak untuk berpikir logis, analitis, dan sistematis serta untuk meningkatkan ketajaman penalaran yang sangat diperlukan untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam semua bidang kehidupan. Dari beberapa pendapat tentang matematika, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu yang abstrak yang disusun dengan pola berpikir penalaran atau logika berfikir yang deduktif yang dicirikan oleh sifat logis, kritis, sistematis dan konsisten. b. Pengertian Prestasi Belajar Kata prestasi belajar dari bahasa Belanda yaitu prestatie kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Zainal Arifin (1990: 3) menyatakan bahwa: “ Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat premial dalam sejarah manusia karena tentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuannya masing- masing “. Poerwadarminta (1976: 768) berpendapat bahwa “ Prestasi adalah hasil yang dicapai atau dilakukan atau dikerjakan”. Dari pendapat ini dapat diartikan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang dalam suatu usaha atau kegiatan pada waktu tertentu. Pendapat lain disampaikan oleh Sutratinah Tirtonagoro (2001: 43) yang menyatakan bahwa “ Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh anak dalam periode tertentu”. Dari pendapat di atas dapat dirangkum bahwa prestasi belajar matematika siswa adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam pelajaran matematika dapat berupa angka atau huruf, yang dapat dipakai sebagai indikator kualitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak. 33 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Menurut Suharsimi Arikunto (1990: 21): faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, yang biasa disebut faktor internal dan faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, yang disebut faktor eksternal. Faktor internal dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor biologis dan faktor fisiologis. Yang termasuk faktor biologis antara lain usia, kematangan dan kesehatan, sedangkan yang termasuk faktor fisiologis meliputi kelelahan, suasana hati , motivasi, minat dan kebiasaan belajar. Faktor eksternal dibedakan atas dua yaitu faktor manusia dan faktor non manusia. Yang termasuk faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik. d. Fungsi Prestasi Belajar Prestasi belajar yang kita peroleh sangat penting untuk diketahui oleh guru dan siswa. Adapun tentang fungsi prestasi belajar, Zainal Arifin (1990: 17) mengemukakan: 1). Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai oleh siswa 2). Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu 3). Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan 4). Prestasi belajar sebagai indikator intern sdan ekstern dari suatu institusi pendidikan 5). Prestasi belajar dapat dikatakan sebagai indikator terhadap daya serap kecerdasan (kecerdasan) siswa Fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas industri pendidikan. Disamping itu prestasi belajar juga berguna sebgai umpan balikbagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga dapat menentukan apakah perlu mengadakan diagnosis bimbingan, bimbingan atau penempatan siswa. 34 Berdasarkan hal-hal diatas maka fungsi hasil belajar meliputi sebagai berikut: 1). Untuk menentukan prestasi belajar masing-masing siswa 2). Untuk memberikan umpan balik bagi guru 3). Untuk dasar mengetahui latar belakang kesulitan belajar 4). Untuk dapat menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat. B. Kerangka Pemikiran Prestasi belajar siswa di sekolah ditentukan oleh banyak faktor. Dari sekian banyak faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar matematika, pada penelitian ini dibatasi pada faktor persepsi siswa terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa. Persepsi siswa terhadap kompetensi guru merupakan faktor yang mungkin sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa. Siswa yang memiliki persepsi baik terhadap guru akan cenderung lebih memperhatikan guru dan memiliki ketertarikan mengikuti materi yang disampaikan guru dalam belajar matematika. Dengan ketertarikan tersebut dapat membangkitkan semangat belajar dalam meningkatkan kemampuan belajar, sehingga prestasi belajar matematika dapat meningkat. Selain faktor di atas, kreativitas belajar yang dimiliki oleh para siswa dalam belajar juga penting, karena hal ini dapat menumbuhkan kemampuan untuk berpikir luas, tidak takut salah, berani mengambil resiko, mencari banyak gagasan yang kesemuanya ini akan sangat membantu dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam pengaruhnya terhadap prestasi belajar bertanggungjawab, adalah kemandirian belajar yang meliputi berinisiatif, percaya diri, dapat mengambil keputusan sendiri, dapat menggunakan pengetahuan dan pengalaman situasi dan kondisi. Dengan pertimbangan tersebut maka siswa harus mampu belajar secara mandiri dalam segala hal. Dari faktor di atas secara berkaitan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dengan kreativitas belajar, persepsi siswa terhadap kompetensi 35 guru dengan kemandirian belajar, dan antara kreativitas belajar dengan kemandirian belajar memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa, juga secara bersama-sama ketiga faktor tersebut yaitu antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut: Variabel Bebas A Variabel Terikat 1 4 7 B 2 5 6 C 3 Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran Penelitian Keterangan : A : Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru B : Kreativitas Belajar C : Kemandirian Belajar D : Prestasi Belajar Matematika D 36 C. Hipotesis Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada pengaruh antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006 . 2. Ada pengaruh antara kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006. 3. Ada pengaruh antara kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006. 4. Ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan kreativitas belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006. 5. Ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006 . 6. Ada interaksi antara kreativitas belajar dan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri X Gemolong Tahun 2005/2006. 7. Ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari pengaruh persepsi siswa terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 Gemolong Sragen tahun ajaran 2005/2006. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis mengambil lokasi atau tempat penelitian di SMA Negeri 1 Gemolong Sragen Jln. Citrosancakan, Gemolong Sragen. Hal ini dikarenakan SMA Negeri Gemolong Sragen memiliki input siswa yang tingkat kecerdasannya hampir sama dan outputnya mengalami kenaikan prestasi. 2. Waktu Penelitian Sesuai dengan judul yang penulis ajukan, maka waktu penelitian dilaksanakan antara bulan Februari sampai dengan Juli 2006. Berikut ini adalah waktu pelaksanaan penelitian: Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian No. 1. Kegiatan Feb Mar Apr V V V Mei Jun Jul Persiapan Penelitian a. Penyusunan proposal b. Penyusunan instrumen V c. Perijinan V V 2. Pelaksanaan Penelitian a. Pengumpulan V data b. V Analisa data V 3. Penulisan laporan V 37 V 38 B. Metode penelitian Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto, karena variabel-variabel bebasnya tidak dikendalikan, dalam arti variabel tersebut telah terjadi. Sebagaimana pendapat Moh. Nazir (1988: 69) bahwa penelitian ex post facto adalah data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan telah selesai berlangsung. Jika ditinjau dari tujuannya, penelitian ini temasuk penelitian kausal komparatif, artinya metode penelitian yang digunakan untuk menyelidiki efek dari variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikat. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Gemolong Sragen kelas X tahun ajaran 2005/2006 yang terdiri dari 5 kelas dan berjumlah 200 siswa. 2. Sampel Menurut Suharsimi Arikunto (1996: 117), “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Dari populasi sebesar 200 siswa, sampel yang diambil sebesar 40 siswa. 3. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling dengan cara undian untuk mengambil 1 kelas dari 5 kelas yang ada. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data Salah satu kegiatan dalam penelitian adalah pengumpulan data. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: 39 a. Metode Angket Suharsimi Arikunto (1996: 140) berpendapat bahwa “Metode angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang persepsi siswa terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar. b. Metode Dokumentasi Menurut Budiyono (1998: 39), “Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen–dokumen resmi yang telah terjamin keakuratannya”. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data tentang prestasi belajar matematika yaitu dari hasil Ujian Semester Kelas X Semester 2 bidang studi Matematika SMA Negeri 1Gemolong Sragen. Selain itu metode dokumentasi juga digunakan untuk memperoleh info mengenai siswa SMA Negeri 1 Gemolong Sragen. 2. Instrumen Penelitian Pada penelitian ini instrumen yang digunakan berupa angket. Angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket persepsi siswa terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar matematika. Penyusunan butir soal angket berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya dengan mengacu pada tinjauan pustaka yang ada. Angket berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban yaitu a, b, c, dan d. Skala ukur yang digunakan untuk penskoran angket adalah menggunakan skala Likert dengan skor jawaban adalah a=4, b=3, c=2, dan d=1, jika itemnya positif. Sedangkan untuk item negatif diberikan skor a=1, b=2, c=3, dan d=4. Setelah instrumen dibuat berdasarkan kisi-kisi tersebut, dikonsultasikan lalu diujicobakan pada siswa, dalam penelitian ini ujicoba soal dilakukan di SMA Negeri 1 Sragen. Untuk menguji suatu instrumen yang baik harus memiliki dua persyaratan penting, yaitu valid dan reliabel. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1996: 127), “instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan, yaitu konsisten dan reliabel”. 40 a. Konsistensi Internal Budiyono (2003: 65) menyatakan bahwa, sebuah instrumen terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen di mana semua butir itu harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Ini berarti harus ada korelasi positif antara skor masing-masing butir tersebut . Namun demikian, untuk melihat korelasi-korelasi tersebut diperlukan banyak perhitungan. Oleh karena itu, konsistensi internal masing-masing butir tersebut dilihat dari korelasi antara skor butir-butir denganskor total Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi Produk Momen dari Karl Pearson, yaitu: rXY N XY X Y ( N X 2 ( X ) 2 )( N Y 2 ( Y ) 2 ) Dengan: rXY = Koefisien korelasi antara variable X dan variabel Y N = Banyaknya subjek X = Skor item Y = Skor total Keputusan uji: 1) Apabila rXY ≥ rkritik, maka dikatakan bahwa butir (item) soal tersebut konsisten. 2) Apabila rXY < rkritik, maka dikatakan bahwa butir (item) soal tersebut tidak konsisten Dengan rkritik = rtabel (Budiyono, 2003: 65) Dalam penelitian ini instrumen dikatakan konsisten jika rXY ≥ rtabel. b. Reliabilitas Menurut Suharsimi Arikunto (1996: 168), “Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Atau dengan kata lain instrumen yang baik harus dapat dipercaya dan mampu mengungkap data. Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut bila diujikan berkali-kali hasilnya relatif sama. Menurut Suharsimi Arikunto (1996: 193), 41 “untuk tes prestasi belajar yang berbentuk uraian atau angket dan skala bertingkat (rating scale), diuji dengan rumus alpha (α)”. Rumus Alpha (α): 2 n si r11 1 2 st n 1 Dengan: r11 = Indeks reliabilitas instrumen n = Banyaknya butir instrumen s = Variansi butir ke-i, i=1,2,3,…k(k≤n) st2 = Variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba. 2 i (Budiyono,2000: 72) Untuk memutuskan apakah instrumen yang telah disusun mempunyai reliabilitas sangat rendah, rendah, cukup, tinggi, atau sangat tinggi, digunakan batasan sebagai berikut: 0,800 ≤ r11 ≤ 1,00 : sangat tinggi 0,600 ≤ r11 < 0,800 : tinggi 0,400 ≤ r11 < 0,600 : cukup 0,200 ≤ r11 < 0,400 : rendah 0,000 ≤ r11 < 0,200 : sangat rendah (Suharsimi Arikunto, 2002: 245) Dalam penelitian ini instrumen dikatakan reliabel jika r11 ≥ 0,6. E. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. a. Variabel Bebas 1). Persepsi siswa terhadap kompetensi guru. 42 a) Definisi Operasional : Persepsi siswa terhadap kompetensi guru ialah kesan, tanggapan, atau pendapat seseorang tentang sesuatu yang merupakan hasil dari proses pengorganisasian, penginterpretasian informasi tentang obyek, peristiwa atau hubungan- hubungan yang diperoleh yang masuk ke dalam otak manusia, dan hasil persepsi antara individu satu dengan yang lain berbeda mengenai suatu hal yang dapat menggambarkan kemampuan guru atas pemilikan pengetahuan, keterampilan, kepribadian dan perilaku melaksanakan tugas guru dalam utamanya yaitu mengajar sehingga dapat menunjang pencapaian tujuan pendidikan, yang datanya diperoleh dengan metode angket dan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gemolong Kelas X Tahun 2005/2006. b) Indikator : Skor angket persepsi siswa terhadap kompetensi guru. c) Skala Pengukuran : Skala interval kemudian diubah menjadi skala ordinal dengan kategori sebagai berikut: •Tinggi : X > X 1.s •Sedang : X 1.s X X 1.s •Rendah : X < X 1.s d) Simbol : A 2). Kreativitas belajar a) Definisi Operasional : Kreativitas belajar ialah suatu proses yang disengaja menimbulkan suasana tingkah laku atau kelakuan baru yang dilakukan dengan mengacu pada empat macam perilaku kreatif yang meliputi kelancaran, keluwesan, keaslian dan keterperincian, yang datanya diperoleh dengan metode angket dan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gemolong Kelas X Tahun 2005/2006. b) Indikator : Skor angket kreativitas belajar. 43 c) Skala Pengukuran : Skala interval kemudian diubah menjadi skala ordinal dengan kategori sebagai berikut: •Tinggi : X > X 1.s •Sedang : X 1.s X X 1.s •Rendah : X < X 1.s d) Simbol :B 3). Kemandirian belajar a) Definisi Operasional : Kemandirian belajar adalah kecenderungan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan dan mengendalikan aktivitas belajarnya, yang datanya diperoleh dengan metode angket dan dilaksanakan SMA Negeri 1 Gemolong Kelas X Tahun 2005/2006. b) Indikator : Skor angket kemandirian belajar c) Skala Pengukuran : Skala interval kemudian diubah menjadi skala ordinal dengan kategori sebagai berikut: • Tinggi : X > X 1.s • Sedang : X 1.s X X 1.s • Rendah : X < X 1.s d) Simbol : C b. Variabel Terikat Variabel terikat adalah prestasi belajar matematika. a) Definisi Operasional : Prestasi belajar matematika siswa adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam pelajaran matematika dapat berupa angka atau huruf, yang dapat dipakai sebagai indikator kualitas pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak, yang datanya diperoleh dengan metode dokumentasi dan dilaksanakan di SMA Negeri Gemolong Kelas X Tahun 2005/2006. b) Indikator : Skor tes prestasi belajar matematika yang merupakan hasil ujian Semester 2 kelas X tahun ajaran 2005/2006. 44 c) Skala Pengukuran : Skala interval. d) Simbol : D F. Teknik Analisis Data Analisis data penelitian ini menggunakan anava tiga jalan 3X3X3. ketiga faktor yang digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan efek baris, efek kolom, dan kombinasi efek baris dan efek kolom terhadap prestasi belajar matematika adalah faktor A (persepsi siswa terhadap kompetensi guru), faktor B (kreativitas belajar), faktor C (kemandirian belajar). Teknik analisis data ini digunakan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan di muka. Disamping analisis variabel itu, digunakan juga dua analisis data yang lain, yaitu metode Lilliefors dan metode Bartlett yang digunakan untuk menguji persyaratan analisis variansi yaitu normalitas dan homogenitas. Sebelum melakukan analisis variansi dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah metode Lilliefors. Prosedur uji normalitas dengan menggunakan metode Lilliefors adalah sebagai berikut: a. Hipotesis Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal b. Taraf Signifikansi () = 5% c. Statistik Uji L = Maks │F(zi) - S(zi)│ Keterangan: F(zi) = P(z≤zi) z ~ N (0,1) S(zi) : Proporsi cacah z≤zi terhadap zi zi : Skor standar, dimana, z i Xi X s 45 n X 2 X 2 s : Simpangan baku, s n : Banyak sampel i : 1, 2, 3, … n nn 1 d. Daerah Kritik DK = { L | L > Lα, n }, dengan n adalah ukuran sampel e. Keputusan Uji Ho ditolak jika L DK atau diterima jika L DK 2. Uji Homogenitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Dalam penelitian ini menggunakan metode Bartlett sebagai berikut: a. Hipotesis Ho : 12 22 ... k2 (populasi-populasi homogen) H1 : paling sedikit satu variansi yang berbeda (bukan populasi homogen) b. Taraf Signifikansi () = 5% c. Statistik Uji 2 2,203 f log RKG f j log s 2j c Keterangan: 2 ~ 2 k 1 k : Cacah sampel k f : Derajat kebebasan untuk RKG = N-k = f j 1 2 fj : Derajat kebebasan untuk s j n j 1 j : 1, 2, … k N : Banyaknya seluruh nilai (ukuran) nj : Cacah pengukuran pada sampel ke-j j 46 c 1 1 1 1 3k 1 f j f RKG = SS f = rataan galat, SSj= X 2 j j d. X n 2 j i nj j 1SS 2j Daerah Kritik DK = { 2 │ 2 > 2;k 1 } e. Keputusan Uji Ho ditolak jika 2 DK, atau tidak ditolak jika 2 DK (Budiyono, 2000: 176) 3. a. Analisis Variansi Tiga Jalan Tujuan Analisis variansi tiga jalan ini bertujuan untuk menguji signifikansi perbedaan efek baris, efek kolom, dan kombinasi efek baris dan efek kolom terhadap variabel terikat. b. Model Xijkl = μ + αi + βj + γk + αβij + αγik + βγjk + αβγijk + εijkl dimana: Xijkl : Pengamatan ke-l di bawah faktor X1 kategori i, faktor X2 kategori j, dan faktor X3 kategori ke-k. μ : Rerata dari seluruh data amatan (rerata besar) αi : Pengaruh faktor X1 kategori ke-i pada variabel terikat βj : Pengaruh faktor X2 kategori ke-j pada variabel terikat γk : Pengaruh faktor X3 kategori ke-k pada variabel terikat (αβ)ij : Interaksi antara faktor X1 dan faktor X2 (αγ)ik : Interaksi antara faktor X1 dan faktor X3 (βγ)jk : Interaksi antara faktor X2 dan faktor X3 (αβγ)ijk : Interaksi antara faktor X1, faktor X2 dan faktor X3 εijkl : Deviasi data amatan terhadap rataan populasi yang berdistribusi normal dengan rataan 0. 47 i : 1, 2. j : 1, 2, 3. k : 1, 2, 3. l : 1, 2, 3, …, nijk c. Notasi dan Tata Letak Data. Tabel 3.2 Notasi dan Tata Letak Data C C1 C2 C3 B A A1 B1 B2 B3 B1 B2 B3 B1 B2 B3 ABC111 ABC121 ABC131 ABC112 ABC122 ABC132 ABC113 ABC123 ABC133 A2 ABC211 ABC221 ABC231 ABC212 ABC222 ABC232 ABC213 ABC223 ABC233 A3 ABC311 ABC321 ABC331 ABC312 ABC322 ABC323 ABC331 ABC332 ABC333 Keterangan : A : Persepsi siswa terhadap kompetensi guru A1 : Persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinggi A2 : Persepsi siswa terhadap kompetensi guru sedang A3 : Persepsi siswa terhadap kompetensi guru rendah B : Kreativitas belajar B1 : Kreativitas belajar tinggi B2 : Kreativitas belajar sedang B3 : Kreativitas belajar rendah C : Kemandirian belajar C1 : Kemandirian belajar tinggi C2 : Kemandirian belajar sedang C3 : Kemandirian belajar rendah d. Hipotesis : αi = 0 untuk semua i : αi 0 paling sedikit ada satu αi yang tidak nol : βj = 0 untuk semua j H1B : βj 0 paling sedikit ada satu βj yang tidak nol 3). H0C : γk = 0 untuk semua k 1). H0A H1A 2). H0B 48 H1C : γk 0 paling sedikit ada satu γk yang tidak nol 4). H0AB : (αβ)ij = 0 H1AB : (αβ)ij 0 untuk semua pasang (i,j) paling sedikit ada satu pasang harga (i,j) yang tidak nol 5). H0BC : (βγ)jk = 0 H1BC : (βγ)jk 0 untuk semua pasang (j,k) paling sedikit ada satu pasang harga (j,k) yang tidak nol 6). H0AC : (αγ)ik = 0 H1AC : (αγ)ik 0 untuk semua pasang (i,k) paling sedikit ada satu pasang harga (i,k) yang tidak nol 7). H0ABC : (αβγ)ijk = 0 untuk semua pasang (i,j,k) H1ABC : (αβγ)ijk 0 paling sedikit ada satu pasang (i,j,k) yang tidak nol e. Komputasi 1) Komponen Jumlah Kuadrat (JK) G2 (1) = npqr (2) = X (6) = 2 ijkl (7) = i , j , k ,l A2 (3) = i i nqr (4) = B 2j npr j (5) = i, j nr ACik2 nq i ,k (8) = j ,k (9) = ABij2 BC 2jk np 2 ABC ijk i , j ,k C k2 k npq Dengan: p = banyaknya kategori pada variabel A. q = banyaknya kategori pada variabel B r = banyaknya kategori pada variabel C. n = banyaknya data amatan pada setiap sel. 2) Jumlah Kuadrat n 49 JKA = nh {(3) – (1)} JKB = nh {(4) – (1)} JKC = nh {(5) – (1)} JKAB = nh {(6) – (4) – (3) + (1)} JKAC = nh {(7) – (5) – (3) + (1)} JKBC = nh {(8) – (5) – (4) + (1)} JKABC = nh {(9) – (8) – (7) – (6) + (5) + (4) + (3) + (1)} JKG = (2) JKT = nh {(9) – (1)} + (2) atau JKT = JKA + JKB + JKC + JKAB + JKAC + JKBC + JKABC + JKG dengan: n h pqr 1 ijk nijk 3) Derajat Kebebasan dkA = (p – 1) dkAC = (p – 1) (r – 1) dkB = (q – 1) dkBC = (q – 1) (r – 1) dkC = (r – 1) dkABC = (p – 1) (q – 1) (r – 1) dkG = pqr (n – 1) = N – pqr RKA = JKA/dkA RKAC = JKAC/dkAC RKB = JKB/dkB RKBC = JKBC/dkBC RKC = JKC/dkC RKABC = JKABC/dkABC RKAB = JKAB/dkAB RKG = JKG/dkG dkAB = (p – 1) (q – 1) 4) Rataan Kuadrat 5) Statistik Uji H0A : Fa = RKA/RKG H0B : Fb = RKB/RKG H0C : Fc = RKC/RKG H0AB : Fab = RKAB/RKG 50 H0AC : Fac = RKAC/RKG H0BC : Fbc = RKBC/RKG H0ABC : Fabc = RKABC/RKG f. g. Daerah Kritik DKa = {Fa | Fa > Fα; dkA; N-pqr} DKb = {Fb | Fb > Fα; dkB; N-pqr} DKc = {Fc | Fc > Fα; dkC; N-pqr} DKab = {Fab | Fab > Fα; dkAB; N-pqr} DKac = {Fac | Fac > Fα; dkAC; N-pqr} DKbc = {Fbc | Fbc > Fα; dkBC; N-pqr} DKabc = {Fabc | Fabc > Fα; dkABC; N-pqr} Keputusan Uji Ho ditolak apabila Fobs DK h. Rangkuman Analisis Tabel 3.3 Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan Sel Tak Sama Sumber JK Dk RK Fobs Fα A JKA p-1 RKA Fa F* B JKB q-1 RKB Fb F* C JKC r-1 RKC Fc F* AB JKAB (p-1)(q-1) RKAB Fab F* AC JKAC (p-1)(r-1) RKAC Fac F* BC JKBC (q-1)(r-1) RKBC Fbc F* ABC JKABC (p-1)(q-1)(r-1) RKABC Fabc F* Galat JKG N-pqr RKG - - Total JKT N-1 - - - (Budiyono, 2000: 236) 51 4. Uji Komparasi Ganda Untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris, setiap pasangan kolom dan setiap pasangan sel uji komparasi ganda dengan menggunakan metode scheffe, karena metode tersebut akan menghasilkan beda rerata dengan tingkat signifikasi yang kecil. Jadi uji komparasi ganda ini digunakan terhadap pasangan baris, setiap pasangan kolom dan setiap pasangan sel yang daerah kritiknya ditolak. Langkah-langkah dalam menggunakan metode Scheffe : a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut c. Mencari harga statistik uji F dengan rumus: Fi.. j .. F.i.. j . F..i .. j Fij.ik. Fi. j i.k F.ij.ik X X j .. 2 i .. 1 1 RKG n i.. n j .. X X . j. 2 .i . 1 1 RKG n .i. n. j . X X .. j 2 ..i 1 1 RKG n ..i n.. j X X ik. 2 ij. 1 1 RKG n ij. nik. X X i .k 2 i. j 1 1 RKG n i . j ni . k X X .ik 2 .ij 1 1 RKG n .ij n.ik 52 d. Menentukan tingkat signifikansi e. Menentukan daerah kritik f. DKi..-j.. = {Fi..-j..Fi..-j..>(p-1)F; (p-1); N-pqr} DK.i.-.j. = {F.i.-.j.F.i.-.j.>(q-1)F; (q-1); N-pqr} DK..i-..j = {F..i-..jF..i-..j>(r-1)F; (r-1); N-pqr} DKij.-ik. = {Fij.-ik.Fi.j.-ik.>(pq-1)F; (pq-1); N-pqr} DKi.j-i.k = {Fi.j-i.kFi..j-i.k>(pr-1)F; (pr-1); N-pqr} DK.ij-.ik = {F.ij-.ikF.ij-.ik>(qr-1)F; (qr-1); N-pqr} Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasang komparasi rerata g. Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda) (Budiyono, 2000: 209) BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini melibatkan empat buah variabel, yang terdiri dari tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi siswa terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar matematika siswa yang diperoleh dari hasil Ujian Akhir Semester 2 Kelas X. Berikut ini diberikan uraian tentang data-data tersebut: 1. Data Hasil Uji Coba Instrumen Uji coba instrumen meliputi tiga buah angket yaitu angket persepsi siswa terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa. Adapun hasil uji coba dari angket-angket tersebut adalah sebagai berikut: a. Hasil Uji Validitas Item tiap instrumen dikatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian apabila harga rhitung lebih besar dari harga rtabel. Dari tabel korelasi product moment, pada cacah subyek dengan taraf signifikansi yang dipilih ( 5% ), diketahui harga rtabel = 0.312. Sedangkan kesimpulan dari hasil uji validitas adalah sebagai berikut : 1). Uji coba instrumen angket persepsi siswa terhadap kompetensi guru. a). Instrumen angket yang diujicobakan terdiri dari 40 item. b). Dari hasil uji validitas diperoleh 30 item yang valid dan 10 item yang invalid yaitu nomor 2, 13, 14, 17, 19, 21, 26, 29, 34 dan 35, namun dengan adanya item soal yang invalid tidak mengurangi representasi dari instrumen angket. c). Instrumen angket yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri dari 30 item. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2a ). 2). Uji coba instrumen angket kreativitas belajar. a). Instrumen angket yang diujicobakan terdiri dari 42 item. 53 54 b). Dari hasil uji validitas diperoleh 32 item yang valid dan 10 item yang invalid yaitu nomor 15, 22, 23, 24, 26, 30, 31, 34, 37 dan 39, namun dengan adanya item soal yang invalid tidak mengurangi representasi dari instrumen angket. c). Instrumen angket yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri dari 32 item. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2b ). 3). Uji coba instrumen angket kemandirian belajar siswa. a). Instrumen angket yang diujicobakan terdiri dari 40 item. b). Dari hasil uji validitas diperoleh 30 item yang valid dan 10 item yang invalid yaitu nomor 2, 7, 8, 9, 23, 25, 28, 30, 33 dan 36, namun dengan adanya item soal yang invalid tidak mengurangi representasi dari instrumen angket. c). Instrumen angket yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri dari 30 item. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2c ). b. Hasil Uji Reliabilitas. Dari hasil uji coba angket persepsi siswa terhadap kompetensi guru diperoleh r11= 0,834498. Bilangan ini menunjukkan bahwa angket persepsi siswa terhadap kompetensi guru mempunyai tingkat reliabilitas sangant tinggi. Dari hasil uji coba angket kreativitas belajar diperoleh r11 = 0,876421. Bilangan ini menunjukkan bahwa angket kreativitas belajar siswa mempunyai tingkat reliabilitas sangat tinggi. Dari hasil uji coba angket kemandirian belajar siswa diperoleh r11 = 0,841913. Bilangan ini menunjukkan bahwa angket kemandirian belajar siswa mempunyai tingkat reliabilitas sangat tinggi. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3a, 3b, 3c. 2. Data Skor Angket a. Data Skor Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru Persepsi siswa terhadap kompetensi guru diukur dengan menggunakan angket persepsi siswa tehadap kompetensi guru. Skor persepsi siswa tehadap kompetensi guru memiliki rerata 84.7250 dan standar deviasi 14.2054. 55 Selanjutnya data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu kategori persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinggi dengan kriteria X > X 1.s , yaitu skor di atas 98.9304, kategori persepsi siswa terhadap kompetensi guru sedang dengan kriteria X 1.s X X 1.s , yaitu skor dari 70.5196 sampai dengan 98.9304, dan kategori persepsi siswa terhadap kompetensi guru rendah dengan kriteria X < X 1.s , jika skornya di bawah 70.5196. Dengan kriteria tersebut terdapat 13 siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinggi, 14 siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap komopetensi guru sedang dan 13 siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi guru rendah. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 ). b. Data Kreativitas Belajar Kreativitas belajar siswa diukur dengan menggunakan angket kreativitas belajar. Skor kreativitas belajar memiliki rerata 72.8500 dan standar deviasi 12.8254. Data hasil penelitian dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu kategori kreativitas belajar tinggi dengan kriteria X > X 1.s , yaitu skor di atas 85.6754, kategori kreativitas belajar sedang dengan kriteria X 1.s X X 1.s , yaitu skor dari 60.0246 sampai dengan 85.6754, kategori kreativitas belajar rendah dengan kriteria X < X 1.s , yaitu skor kurang dari 60.0246. Dengan kriteria tersebut terdapat 13 siswa yang memiliki kreativitas belajar tinggi, 15 siswa yang memiliki kreativitas belajar sedang dan 12 siswa yang memiliki kreativitas belajar rendah. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4). c. Data Kemandirian Belajar Kemandirian belajar siswa diukur dengan menggunakan angket kemandirian belajar siswa. Skor kemandirian belajar siswa memiliki rerata 73.8250 dan standar deviasi 16.7667. Data hasil penelitian dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu kategori kemadirian belajar siswa tinggi dengan kriteria X > X 1.s , yaitu skor di atas 90.5917, kategori kemandirian belajar siswa sedang dengan kriteria X 1.s X X 1.s , yaitu skor dari 57.0583 sampai 56 dengan 90.5917, kategori kemandirian belajar rendah dengan kriteria X < X 1.s , yaitu skor kurang dari 57.0583. Dengan kriteria tersebut terdapat 9 siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi, 21 siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang dan 10 siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4). 3. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa. Data prestasi belajar matematika siswa diperoleh dari data hasil Ujian Akhir Semester 2 Kelas X dengan nilai rata-ratanya 70.9000. Perolehan skor masing-masing siswa dapat dilihat pada Lampiran 4. B. Pengujian Persyaratan Analisis. 1. Uji Normalitas. Salah satu syarat dapat digunakannya teknik analisis variansi adalah terpenuhinya uji normalitas. Dalam penelitian ini untuk menguji normalitas penelitian menggunakan metode Liliefors. Rangkuman perhitungan dalam memperoleh harga statistik uji L untuk tingkat signifikansi 0.05 adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Faktor L hitung Ltabel Keputusan Kesimpulan Persepsi siswa terhadap kompetensi 0.1273 0.2340 H0 diterima Normal 0.1333 0.2270 H0 diterima Normal 0.2140 0.2340 H0 diterima Normal Kreativitas belajar siswa tinggi 0.1116 0.2340 H0 diterima Normal Kreativitas belajar siswa sedang 0.2132 0.2200 H0 diterima Normal Kreativitas belajar siswa rendah 0.1796 0.2420 H0 diterima Normal Kemandirian belajar siswa tinggi 0.2254 0.2710 H0 diterima Normal Kemandirian belajar siswa sedang 0.1107 0.1866 H0 diterima Normal Kemandirian belajar siswa rendah 0.2001 0.2580 H0 diterima Normal guru tinggi Persepsi siswa terhadap kompetensi guru sedang Persepsi siswa terhadap kompetensi guru rendah 57 Dari tabel di atas tampak bahwa Lhitung pada masing-masing kelompok tidak melebihi harga kritiknya. Dengan demikian diperoleh keputusan uji yang menyatakan H0 tidak ditolak. Ini berarti sifat normalitas dipenuhi oleh populasi tersebut. Perhitungan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 6. 2. Uji Homogenitas. Syarat lain dalam penggunaan analisis variansi adalah sampel harus berasal dari populasi-populasi yang homogen. Dengan menggunakan uji Bartlett diperoleh harga-harga statistik uji 2 untuk tingkat signifikansi 0.05 pada masing-masing sampel dalam lampiran. Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas 2 hitung 2 tabel Keputusan Kesimpulan 0.9539 5.991 H0 diterima Homogen Kreativitas belajar siswa 1.5532 5.991 H0 diterima Homogen Kemandirian belajar siswa 3.8319 5.991 H0 diterima Homogen Faktor Persepsi siswa terhadap kompetensi guru Dari tabel di atas tampak bahwa harga statistik uji masing-masing kelompok tidak melebihi harga kritiknya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahwa H0 diterima atau sampel berasal dari populasi yang homogen. Perhitungan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 7. C. Pengujian Hipotesis. 1. Uji Analisis Variansi Tiga Jalan Dengan Sel Tak Sama. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran. Hasil perhitungan tersebut dirangkum dalam tabel berikut : Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Analisis Variansi Tiga Jalan Dengan Sel Tak Sama. Sumber JK dk RK Fhitung Ftabel Keputusan A 327.0861 2 158.5431 10.4711 3.18 H0 ditolak B 874.8390 2 437.4195 28.8897 3.18 H0 ditolak 58 C 561.7303 2 280.8652 18.5499 3.18 H0 ditolak AB 37.4457 4 9.3614 0.6183 3.18 H0 diterima AC 21.8352 4 5.4588 0.3605 3.18 H0 diterima BC 206.1948 4 51.5487 3.4046 3.18 H0 ditolak ABC 49.8801 8 6.2350 0.4118 2.77 diterima Galat 196.8333 13 15.1410 - Total 2265.8446 39 - - - - Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa : a. H0A ditolak karena Fa = 10.4711 > 3.18 = Ftabel, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh persepsi siswa terhadap kompetensi guru terhadap prestasi belajar matematika siswa. b. H0B ditolak karena Fb = 28.8897 > 3.18 = Ftabel, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. c. H0C ditolak karena Fc = 18.5499 > 3.18 = Ftabel, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. d. H0AB diterima karena Fab = 0.6183 < 3.18 = Ftabel, sehingga dapat disimpulkan tidak ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. e. H0AC diterima karena Fac = 0.3605 < 3.18 = Ftabel, sehingga dapat disimpulkan tidak ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. f. H0BC ditolak karena Fbc = 3.4046 > 3.18 = Ftabel, sehingga dapat disimpulkan ada interaksi antara kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. g. H0ABC diterima karena Fabc = 0.4118 < 2.77 = Ftabel, sehingga dapat disimpulkan tidak ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi 59 guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. 2. Uji Komparasi Ganda. Komparasi ganda merupakan uji lanjut analisis variansi yang bertujuan untuk melihat perbedaan rerata yang signifikan. Pada analisis variansi ini, uji komparasi ganda yang digunakan adalah metode Scheffe. Uji komparasi ganda ini dilakukan terhadap setiap pasangan baris, setiap pasangan kolom, dan setiap pasangan sel yang H0 nya ditolak. Dari hasil analisis variansi diketahui H0A, H0B, H0C, H0BC ditolak, jadi diperlukan uji lanjut. Adapun untuk H0AB, H0AC dan H0ABC tidak memerlukan uji lanjut, karena hipotesisnya diterima. a. H0A ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda pasca anava antar baris untuk melihat perbedaan rerata yang signifikan pada variabel persepsi siswa terhadap kompeteni guru. Diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.4 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Baris. No 1. Komparasi μ1.. vs μ2.. Fhitung 7.1036 Ftabel 7.62 Keputusan Uji H0 diterima 2. μ1.. vs μ3.. 28.0059 7.62 H0 ditolak 3. μ2.. vs μ3.. 7.4197 7.62 H0 diterima ( Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9). Keterangan : μ1.. = rataan siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinggi. μ2.. = rataan siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi guru sedang. μ3.. = rataan siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi guru rendah. 60 b. H0B ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda pasca anava antar kolom untuk melihat perbedaan rerata yang signifikan pada variabel kreativitas belajar siswa. Diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.5 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar kolom. No Komparasi Fhitung Ftabel Keputusan Uji 1. μ.1. vs μ.2. 12.4374 7.62 H0 ditolak 2. μ.1. vs μ.3. 45.4368 7.62 H0 ditolak 3. μ.2. vs μ.3. 12.3682 7.62 H0 ditolak ( Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9). Keterangan : μ.1. = rataan siswa yang memiliki kreativitas belajar tinggi. μ.2. = rataan siswa yang memiliki kreativitas belajar sedang μ.3. = rataan siswa yang memiliki kreativitas belajar rendah c. H0C ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda pasca anava antar subkolom untuk melihat perbedaan rerata yang signifikan pada variabel kemandirian belajar siswa. Diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.6 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Subkolom. No Komparasi Fhitung Ftabel Keputusan Uji 1. μ..1 vs μ..2 19.9286 7.62 H0 ditolak 2. μ..1 vs μ..3 33.2617 7.62 H0 ditolak 3. μ..2 vs μ..3 5.1431 7.62 H0 diterima ( Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9). Keterangan : μ..1 = rataan siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi. μ..2 = rataan siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang μ..3 = rataan siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah 61 d. H0BC ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda antar sel untuk mengetahui perbedaan rerata antara kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa. Diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.7 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Sel Pada Interaksi Antara Kreativiats Belajar dan Kemandirian Belajar Siswa. No Komparasi Fhitung Ftabel Keputusan Uji 1. μ11 vs μ12 25.9053 22.16 H0 ditolak 2. μ11 vs μ13 9.9069 22.16 H0 diterima 3. μ12 vs μ13 1.8647 22.16 H0 diterima 4. μ21 vs μ22 10.5967 22.16 H0 diterima 5. μ21 vs μ23 15.0694 22.16 H0 diterima 6. μ22 vs μ23 2.2474 22.16 H0 diterima 7. μ31 vs μ32 0.0930 22.16 H0 diterima 8. μ31 vs μ33 4.9070 22.16 H0 diterima 9. μ32 vs μ33 8.1460 22.16 H0 diterima 10. μ11 vs μ21 5.3277 22.16 H0 diterima 11. μ11 vs μ31 33.2981 22.16 H0 ditolak 12. μ21 vs μ31 11.9873 22.16 H0 diterima 13. μ12 vs μ22 1.1590 22.16 H0 diterima 14. μ12 vs μ32 2.7816 22.16 H0 diterima 15. μ22 vs μ32 0.6055 22.16 H0 diterima 16. μ13 vs μ23 9.2574 22.16 H0 diterima 17. μ13 vs μ33 25.1925 22.16 H0 ditolak 18. μ23 vs μ33 3.1207 22.16 H0 diterima (Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9) 62 D. Pembahasan Hasil Analisis Data. 1. Hipotesis Pertama Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh Fa = 10.4711 dan Ftabel = 3.81. Harga Fa > Ftabel berarti ada pengaruh dari persepsi siswa terhadap kompetensi guru terhadap prestasi belajar matematika. Berdasarkan uji komparasi ganda diperoleh F.1-.2 = 7.1036 < 7.62 = Ftabel F.1-.3 = 28.0059 > 7.62 = Ftabel , F. 2 -.3 = 7.4197 < 7.62 = Ftabel. Dari rerata masingmasing sel diperoleh, X 1 = 74.923 > 70.928 = X 2 , X 1 = 74.923 > 66.846 = X dan X 2= 70.928 > 66.846 = X 3 3 , sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dengan persepsi siswa terhadap kompetensi guru rendah, tetapi siswa dengan persepsi siswa terhadap kompetensi guru sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi guru rendah dan tinggi. 2. Hipotesis Kedua Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh Fb = 28.8897 dan Ftabel = 3.81. Harga Fb > Ftabel berarti ada pengaruh dari kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika. Berdasarkan uji komparasi ganda diperoleh F.1-.2 = 12.4374 > 7.62 = Ftabel,, F.1-.3 = 45.4368 > 7.62 = Ftabel, F. 2 -.3 = 12.3680 > 7.62 = Ftabel. Dari rerata masingmasing sel diperoleh, X 1 = 76 > 70.8 = X 2, X 1 = 76 > 65.5 = X 3 dan X 2 = 70.8 > 65.5 = X 3, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kreativitas belajar sedang dan rendah, tetapi siswa dengan kreativitas belajar sedang memiliki prestasi belajar metematika yang sama baiknya dengan siswa dengan kreativitas belajar rendah. 63 3. Hipotesis Ketiga. Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh Fc = 18.5499 dan Ftabel = 3.81. Harga Fc > Ftabel berarti ada pengaruh dari kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika. Berdasarkan uji komparasi ganda diperoleh F.1-.2 = 19.9286 > 7.62 = Ftabel,, F.1-.3 = 33.2617 > 7.62 = Ftabel, F.2 -.3 = 5.1431 < 7.62 = Ftabel. Dari rerata masingmasing sel diperoleh, X 1 = 77.1111 > 70.1905 = X 2, X 1 = 77.1111 > 66.8000 =X 3 dan X 2 = 70.1905 > 66.8000 = X 3, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang dan rendah, tetapi siswa dengan kemandirian belajar sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan kemandirian belajar rendah. 4. Hipotesis Keempat. Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh Fab = 0.6183 dan Ftabel = 3.18. Harga Fab < Ftabel berarti tidak ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dengan kreativitas belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dengan persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinggi lebih baik prestasi belajar matematikanya dibandingkan dengan siswa yang memiliki persepsi terhadap kompetensi guru rendah, akan tetapi siswa dengan persepsi siswa terhadap kompetensi guru sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan persepsi siswa terhadap kompetensi guru rendah dan tinggi, baik untuk kreativitas belajar tinggi, sedang maupun rendah. Demikian pula sebaliknya siswa denga kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki prestasi belajar sedang dan rendah, akan tetapi siswa dengan kreativitas belajar sedang sama baiknya dengan siswa dengan kreativitas belajar rendah baik untuk siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinggi, sedang maupun rendah. 64 5. Hipotesis Kelima Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh Fac = 0.3605 dan Ftabel = 3.18. Harga Fac < Ftabel berarti tidak ada interaksi antara persepsi siswa terhadap komptensi guru dengan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dengan persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan persepsi siswa terhadap kompetensi guru rendah, akan tetapi siswa dengan persepsi siswa terhadap kompetensi guru sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama baik dengan siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi guru rendah dan tinggi, baik untuk siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi, sedang maupun rendah. Demikian pula sebaliknya, siswa dengan kemandirian belajar tinggi lebih baik prestasi belajar matematikanya dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang dan rendah, akan tetapi siswa dengan kemandirian belajar sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah, baik untuk siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinggi, sedang maupun rendah. 6. Hipotesis Keenam. Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh Fbc = 3.4046 dan Ftabel = 3.18. Harga Fbc > Ftabel berarti ada interaksi antara kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. Dari hasil uji komparasi ganda diperoleh : a. Untuk siswa dengan kreativitas belajar tinggi. 1) Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi prestasi belajar matematikanya berbeda dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang. Dari rataan marginal masing-masing sel diketahui bahwa rataan marginal siswa dengan kemandirian belajar tinggi X =X 12 11 = 85.67 > 72 kemandirian belajar sedang, sehingga siswa yang memiliki 65 kreativitas belajar tinggi dan kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang dan rendah. 2) Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah. 3) Siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah. b. Untuk siswa dengan kreativitas belajar sedang. 1) Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang. 2) Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah. 3) Siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah. c. Untuk siswa dengan kreativitas belajar rendah. 1) Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang. 2) Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah. 3) Siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah. 66 d. Untuk siswa dengan kemandirian belajar tinggi. 1) Siswa dengan kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kreativitas belajar sedang. 2) Siswa yang dengan kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang berbeda dengan siswa yang memiliki kreativitas belajar rendah. Dari rataan marginal masing-masing sel diketahui bahwa rataan marginal siswa dengan kreativitas belajar tinggi X 11 = 85.67 > 67.33 = X 31 kreativitas belajar rendah, sehingga siswa dengan kemandirian belajar tinggi dan kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas belajar sedang dan rendah. 3) Siswa yang mempunyai kreativitas belajar sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kreativitas belajar rendah. e. Untuk siswa dengan kemandirian belajar sedang. 1) Siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kreativitas belaja sedang. 2) Siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kreativitas belajar rendah. 3) Siswa yang mempunyai kreativitas belajar sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kreativitas belajar rendah. f. Untuk siswa dengan kemandirian belajar rendah. 1) Siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kreativitas belajar sedang. 67 2) Siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang berbeda dengan siswa yang memiliki kreativitas belajar sedang. Dari rataan marginal masing-masing sel diketahui bahwa rataan marginal siswa dengan kreativitas belajar tinggi X 13 = 75.67 > 60.75 = X 33 kreativitas belajar rendah, sehingga siswa dengan kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar rendah. 3) Siswa yang mempunyai kreativitas belajar sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kreativitas belajar rendah. 7. Hipotesis Ketujuh. Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh Fabc = 0.4118 dan Ftabel = 2.77. Harga Fabc < Ftabel berarti tidak ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. Hal ini menunjukkan bahwa: 1) Siswa dengan persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinggi prestasi belajar matematikanya lebih baik daripada siswa dengan persepsi siswa terhadap kompetensi guru sedang, akan tetapi siswa dengan persepsi siswa terhadap kompetensi guru sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi guru rendah, baik untuk siswa dengan kreativitas belajar tinggi dengan kemandirian belajar tinggi, sedang maupun rendah, siswa dengan kreativitas belajar sedang dengan kemandirian belajar tinggi, sedang maupun rendah, dan siswa dengan kreativitas belajar rendah dengan kemandirian belajar tinggi, sedang maupun rendah. 2) Siswa dengan kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan kreativitas belajar sedang dan rendah, akan tetapi siswa dengan kreativitas belajar sedang prestasi 68 belajar matematikanya sama baik dengan siswa dengan kreativitas belajar rendah. Ini berlaku untuk siswa dengan kemandirian belajar tinggi, sedang maupun rendah dan juga untuk siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinngi, sedang maupun rendah. 3) Siswa dengan kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki prestasi belajar matematika sedang dan rendah, akan tetapi siswa dengan kemandirian belajar sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa dengan kemandirian belajar rendah, dengan kreativitas belajar tinggi ini berlaku untuk persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinggi, sedang maupun rendah. 4) Siswa dengan kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki prestasi belajar matematika sedang dan rendah, akan tetapi siswa dengan kemandirian belajar sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa dengan kemandirian belajar rendah, dengan kreativitas belajar sedang ini berlaku untuk persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinggi, sedang maupun rendah. 5) Siswa dengan kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki presatasi belajar matematika sedang dan rendah, akan tetapi siswa dengan kemandirian belajar sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa dengan kemandirian belajar rendah, dengan kreativitas belajar rendah ini berlaku untuk persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinggi, sedang maupun rendah. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. A. Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dan mengacu pada perumusan masalah, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru terhadap prestasi belajar matematika siswa. 2. Ada pengaruh yang signifikan antara kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. 3. Ada pengaruh yang signifikan antara kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. 4. Tidak ada interaksi yang signifikan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. 5. Tidak ada interaksi yang signifikan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. 6. Ada interaksi yang signifikan antara kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. 7. Tidak ada interaksi yang signifikan antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Secara teori persepsi siswa terhadap kompetensi guru mempengaruhi prestasi belajarnya. Siswa yang mempunyai persepsi siswa terhadap kompetensi guru akan lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang memiliki persepsi terhadap kompetensi guru sedang dan rendah. Hal ini 69 70 disebabkan siswa dengan persepsi terhadap kompetensi guru tinggi memiliki kesan yang lebih baik terhadap guru, sehingga dalam kegiatan belajar mengajar lebih mudah menerima materi pelajaran yang disampaikan. Demikian juga secara teori, kreativitas belajar dan kemandirian belajar juga mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Sehingga penelitian ini memperkuat teori yang ada. 2. Implikasi Praktis. Dari hasil penelitian ini, maka penulis akan menyampaikan beberapa implikasi praktis yang kiranya dapat menjadi masukan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, yaitu: a. Prestasi belajar matematika siswa akan lebih baik apabila siswa tersebut mempunyai persepsi yang tinggi terhadap komptensi guru. Dengan demikian bagi siswa yang mempunyai persepsi yang rendah terhadap kompetensi guru berusaha memberi kesan yang baik terhadap kompetensi guru sehingga dalam menerima materi lebih memperhatikan dengan baik sehingga tidak akan kesulitan dalam mengikuti pelajaran. b. Prestasi belajar matematika siswa akan lebih baik apabila siswa tersebut dapat memanfaatkan kreativitas dan kemandirian dalam belajarnya dengan baik dan optimal. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Kepada para guru khususnya guru bidang studi matematika hendaknya selama proses belajar mengajar memperhatikan dirinya dengan baik sebelum mengajar, kaitannya dengan kompetensi guru seperti kompetensi kepribadian, sosial, profesional dan pedagogik, karena hal tersebut akan memberikan kesan terhadap siswa yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam mengajar. Dengan demikian prestasi belajar matematika yang dicapai siswa akan lebih baik. 71 2. Kepada para siswa hendaknya dalam belajar khususnya belajar matematika lebih kreatif dan mandiri, memanfaatkan kreativiatas dan kemandirian yang dimilki seoptimal mungkin sehingga akan dicapai prestasi belajar matematika yang optimal. DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi. 1999. Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius Ali Imron. 1994. Pembinaan Guru di Indonesia. Malang: PSB IKIP Malang Anung Haryono. 2005. Sistem http://pk.ut.ac.id/ptjj/22anung.htm. Pembelajaran Jarak Jauh. Bimo Walgito. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset Budiyono. 2000. Statistik Dasar untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarata: Balai Pustaka Dimyati Mahmud. 1991. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Jalaludin Rakhmat. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Julius Chandra. 1994. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta Oemar Hamalik. 1991. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara Piet A. Sahertian. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset Poerwodarminto.1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Purwoto. 1993. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Surakarta: UNS Press Samana. A.1994. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius Sardiman. A.M. 1994. Interaksi dan Motiovasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Sarlito Wirawan Sarwono. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Slametto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Sondang P. Siagian. 1989. Perilaku Masyarakat Dalam Lingkungannya. Jakarta: Bumi Aksara Suharsimi Arikunto. 1990. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta 72 73 Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bina Aksara Utami Munandar. 1990. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Grasindo Winarno Surachmad. 1993. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar. Bandung: Tarsito W.S. Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Grasindo Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksioanal Prinsip-Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya 74 KISI-KISI ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU Variabel Aspek Indikator Penelitian Persepsi Siswa Item Item Jumlah Positif Negatif Item a. Kompetensi 1. Kesabaran 1 2 2 Kepribadian 2. Kesopanan 4 3 2 8 3 Terhadap 3. Kewibawaan 6,7 Kompetensi 4. Kedisiplinan 11 2 Guru b. Kompetensi Sosial c. Kompetensi Profesional d. Kompetensi Pedagogik Perhatian dan hubungan 5,9,10 3 26 1 25,33 19 3 3. Kreativitas 15,31,40 32 4 1. Kemampuan mengelola 20,21,23 12,22 5 14,24 34 3 18.27 28 3 29,30 13,16 4 17,35,37, 36,38 6 17 40 guru terhadap Siswa 1. Pengetahuan 2. Keterampilan kelas 2. Kemampuan menguasai materi pelajaran 3. Kemampuan menggunakan media pembelajaran 4. Kemampuan mengelola program belajar mengajar 5. Kemampuan menilai prestasi siswa Total Item 39 23 75 SEBARAN ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU Item Soal Positif A=4 B=3 C=2 D=1 Item Soal Negatif A=1 B=2 C=3 D=4 76 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Telp.46624 Psw 312,322 Surakarta Surakarta, Juni 2006 Kepada Yth. Siswa Siswi Kelas X SMAN 1 Gemolong Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Program Pendidikan Matematika, P.MIPA, FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, bermaksud mengadakan penelitian tentang “Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru, Kreativitas Belajar dan Kemandirian Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X Semester II Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong Tahun Pelajaran 2005/2006”. Oleh karena itu, saya memohon bantuan Anda untuk mengisi kuisioner atau pertanyaan pada angket yang saya ajukan. Data yang diperoleh akan saya pergunakan untuk keperluan penyusunan skipsi sebagai tugas akhir dalam memperoleh gelar kesarjanaan. Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon dalam mengisi angket ini sesuai dengan keadaan anda yang sebenarnya. Informasi yang Anda berikan saya jamin kerahasiaannya dan tidak akan mempengaruhi nilai Anda. Atas kesediaan dan bantuan yang anda berikan saya ucapkan banyak terimakasih. Peneliti 77 PETUNJUK PENGISIAN 1. Tulislah terlebih dahulu Nama, Kelas dan No. Absen pada lembar yang tersedia. 2. Bacalah dengan baik setiap item soal yang tersedia. 3. Setiap jawaban anda adalah benar, maka jangan terpengaruh dengan jawaban teman anda. 4. Jangan ragu-ragu dalam memilih, karena tidak akan mempengaruhi nilai pelajaran anda. 5. Pilihlah alternatif jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda dan berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap cocok dengan keadaan anda. 6. Apabila ingin memperbaiki jawaban yang anda anggap salah, coretlah dua garis lurus mendatar pada jawaban yang salah tadi. Contoh Pilihan semula a b c d Dibetulkan menjadi a b c d 7. Teliti kembali sebelum angket dikembalikan. IDENTITAS SISWA Nama : Kelas : No. Absen : 78 ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU 1. 2. Apakah guru matematika Anda sabar? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda cepat marah, Apabila melihat siswa yang tidak mendengarkan pelajaran dan mengganggu kegiatan belajar mengajar? 3. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda suka menyinggung perasaan pada saat berbicara dengan rekan kerja ataupun siswanya? 4. 5. 6. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda berbicara dengan cara yang sopan? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda mengabaikan pendapat dari siswanya? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda berbusana rapi dan sopan pada saat mengajar? 7. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda terlihat tegas dan berwibawa pada saat mengajar matematika? 8. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda suka memberikan hukuman (non fisik) terhadap siswa yang tidak mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 2 9. Apakah ada siswa yang terlihat tidak menghormati guru matematika Anda dan berbuat tidak sopan? 10. 11. 12. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru Anda terlihat pilih kasih terhadap siswa-siswanya? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda datang tepat waktu? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru Anda terlihat tidak bersemangat pada saat mengajar matematika? 13. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda sering meninggalkan kelas padahal jam pelajaran matematika belum selesai? 14. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda bersedia memberikan penjelasan apabila ada siswa yang mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran matematika di luar jam pelajaran? 15. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda memberikan dorongan mental agar Anda belajar dengan lebih rajin dan tekun? 16. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda membiarkan saja siswa yang kurang pandai dan mengalami kesulitan dalam belajar matematika? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 69 17. Apakah guru matematika Anda memberikan pujian atau selamat terhadap siswa yang berhasil mendapat nilai baik? 18. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apabila anda membutuhkan buku acuan dan guru matematika Anda memilikinya, apakah guru matematika Anda bersedia meminjamkannya pada Anda? 19. 20. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda sering lupa nama-nama siswanya? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah pada saat guru matematika Anda menyampaikan materi pelajaran, siswa-siswanya sering memperhatikan? 21. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda menegur siswa yang kurang memperhatikan (misalnya ramai, ngantuk dan sebagainya)? 22. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah suara guru matematika Anda tidak dapat terdengar oleh semua siswa satu kelas, terutama yang duduk di bangku belakang? 23. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda berusaha menciptakan suasana kelas yang tenang dan dapat mendukung berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang baik? 24. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah pada saat menyampaikan materi pelajaran, guru matematika Anda tampak menguasai bahan pelajaran matematika dengan baik dan benar? 70 25. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah contoh-contoh soal yang diberikan guru matematika Anda bervariasi? 26. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan siswa yang berkaitan dengan materi pelajaran? 27. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda menggunakan alat peraga untuk mempermudah siswa, tidak hanya teori ? 28. 29. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda, menggunakan satu buku pegangan saja? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda memberi tugas kepada siswanya untuk mendiskusikan suatu pokok bahasan tertentu dengan memanfaatkan bukubuku yang ada di perpustakaan? 30. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda, membantu siswa dalam mempersiapkan fasilitas/ sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar? 31. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda menggunakan metode yang bervariasi (contoh: ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, penggunaan alat peraga dan sebagainya) dalam menyampaikan materi pelajaran? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 71 32. Apakah guru matematika Anda tetap menerapkan metode mengajarnya dan tidak berusaha mengubah walaupun siswanya sulit memahami materi pelajaran yang disampaikan? 33. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah Anda merasa bersemangat belajar matematika, setelah mengamati cara dan gaya mengajar guru matematika Anda? 34. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apabila menjelang ujian semester,Apakah terdapat materi pelajaran matematika yang belum disampaikan oleh guru Anda? 35. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Setiap selesai satu pokok bahasan, apakah guru matematika Anda memberikan ulangan untuk mengetahui kemampuan siswa? 36. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apabila pada saat ulangan terdapat banyak sekali siswa yang hasil ulangannya jelek, apakah guru matematika Anda mengadakan tes remedial? 37. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda transparan dalam memberikan nilai ulangan matematika? 38. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda bersifat subyektif dalam menilai hasil ulangan Anda? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 72 39. 40. Apakah Anda puas dengan cara penilaian guru matematika Anda? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah guru matematika Anda mengembangkan persoalan yang ada dibuku pegangan? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 73 84 Lampiran 1c Nama :…………………………………… C. :…………………………………… Kelas No. Absen D. :…………………………………… LEMBAR JAWABAN ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU 1. a b c d 21. a b c d 2. a b c d 22. a b c d 3. a b c d 23. a b c d 4. a b c d 24. a b c d 5. a b c d 25. a b c d 6. a b c d 26. a b c d 7. a b c d 27. a b c d 8. a b c d 28. a b c d 9. a b c d 29. a b c d 10. a b c d 30. a b c d 11. a b c d 31. a b c d 12. a b c d 32. a b c d 13. a b c d 33. a b c d 14. a b c d 34. a b c d 15. a b c d 35. a b c d 16. a b c d 36. a b c d 17. a b c d 37. a b c d 18. a b c d 38. a b c d 19. a b c d 39. a b c d 20. a b c d 40. a b c d 74 KISI-KISI ANGKET KREATIVITAS BELAJAR SISWA Variabel Aspek Indikator Penelitian Kreativitas a. Keterampilan 1. Keterampilan dalam mencetuskan Belajar Berpikir gagasan, jawaban, penyelesaian Siswa Secara Lancar masalah atau pertanyaan 2. Keterampilan memberikan cara atau saran 3. Keterampilan dalam memikirkan jawaban alternatif b. Keterampilan 1. Keterampilan dalam Berpikir menghasilkan gagasan, jawaban Luwes atau pertanyan yang bervariasi (Fleksibel) 2. Keterampilan dalam melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda 3. Keterrampilan dalam mencari banyak alternatif yang berbedabeda 4. Keterampilan dalam cara pendekatan atau cara pemikiran c. Keterampilan 1. Kemampuan melahirkan Berpikir ungkapan yang baru dan unik Orisinil 2. Memikirkan cara yang tidak lazim dalam mengungkapkan diri 3. Kemampuan dalam mengkombinasi d. Keterampilan dalam Memperinci (Mengelabora si) Total Item 1. Keterampilan dalam memperkaya atau mengembangkan gagasan 2. Keterampilan dalam menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek Item Positif 1,16 Item Negatif 19,24 2,5,6 Jumlah Item 3 3 7,20 37 3 3,4,8,11, 14 15 6 9,17,21, 41 10 5 13,18 2 12,34 31 3 25 26 2 29,32 2 35,42 39 3 22,27,28, 33 30,40 6 36 3 11 42 23,38 31 75 SEBARAN ANGKET KREATIVITAS BELAJAR SISWA Item Soal Positif A=4 B=3 C=2 D=1 Item Soal Negatif A=1 B=2 C=3 D=4 76 ANGKET KREATIVITAS BELAJAR SISWA 1. 2. Apakah Anda mencetuskan gagasan mengenai suatu permasalahan? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah Anda mengemukakan tanggapan terhadap suatu permasalahan yang timbul? 3. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah Anda mengemukakan jawaban atas persoalan-persoalan yang Anda temui? 4. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah Anda memberikan jawaban yang benar atas pertanyaan atau masalah yang diajukan oleh guru Anda? 5. 6. 7. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah Anda memberikan banyak cara dalam penyelesaian suatu masalah? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah Anda memberikan saran dalam melakukan berbagai hal? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apabila teman atau guru Anda mengemukakan suatu masalah, Apakah Anda mempunyai banyak gagasan mengenai masalah tersebut? 8. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Dalam mengemukakan pendapat atau jawaban Apakah Anda mampu mengungkapkannya dengan jelas dan lancar? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 77 9. Apabila guru memberikan tugas matematika, apakah Anda mampu mengerjakannya sendiri? 10. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apabila guru memberikan tugas matematika dan Anda tidak dapat mengerjakannya, apakah Anda mencontoh jawaban teman Anda? 11. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Pada saat pelajaran berlangsung, apakah Anda mengajukan pertanyaan kepada guru? 12. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apabila guru memberikan soal, apakah Anda dapat mengerjakan soal yang diberikan lebih cepat dari teman Anda? 13. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apabila guru memberikan tugas, apakah Anda mampu mengerjakan dengan cara yang berbeda-beda? 14. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Meskipun guru tidak memerintahkan untuk mengerjakan soal-soal latihan, apakah Anda tetap mengerjakannya? 15. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Jika Anda kesulitan dalam mengerjakan tugas matematika, apakah Anda akan diam saja? 16. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Jika Anda kesulitan dalam mengerjakan tugas matematika, apakah Anda akan menanyakan pada guru? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 78 17. Apakah anda suka mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS maupun buku paket untuk meningkatkan prestasi matematika? 18. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah setelah mendapatkan pelajaran matematika dari guru, anda akan mencoba menyelesaikan soal-soal yang ada dalam buku sampai anda merasa bisa? 19. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah anda benci mencari masalah-masalah yang berhubungan dengan pelajaran matematika, karena matematika sulit? 20. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Jika Anda belum puas dengan penjelasan guru pada saat pelajaran matematika, apakah Anda berusaha mencari keterangan yang lebih lengkap di luar jam pelajaran? 21. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Jika ada tugas matematika, apakah Anda akan mengerjakan pada siang hari dan jika tidak selesai akan Anda lanjutkan pada malam hari? 22. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah Anda mengubah cara belajar Anda karena cara yang lama sudah bosan dan tidak efektif lagi dalam meningkatkan prestasi Anda? 23. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Pada penyampaian materi seberapa sering Anda memperhatikan guru Anda dan mencatat setiap apa yang disampaikannya? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 79 24. Apabila ada suatu kesalahan dalam prosees belajar mengajar, (misalnya: guru salah dalam menerangkan), Apakah Anda tidak mengemukakan hal tersebut? 25. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Dalam penyikapan suatu masalah, apakah Anda memunculkan hal-hal yang baru atau hal-hal unik? 26. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Jika teman Anda mengemukakan hal baru dan unik, apakah Anda ingin memunculkan hal itu juga kepada orang lain? 27. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Dalam membahas atau mendiskusikan suatu masalah, apakah Anda mempunyai pendapat yang bertentangan dengan mayoritas kelompok? 28. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Dalam membahas atau mendiskusikan suatu masalah dalam kelompok, apakah Anda menjadi orang yang diandalkan karena pendapat-pendapat Anda? 29. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Dalam menyelesaikan suatu masalah, apakah Anda memiliki cara tersendiri yang berbeda dengan teman Anda? 30. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah Anda meniru cara teman Anda dalam menyelesaikan suatu soal matemaika? 31. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah jika ulangan matematika Anda kurang bagus, Anda akan ditegur oleh orang tua Anda? 80 32. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Dalam proses belajar mengajar apabila menemui permasalahan, apakah Anda mengajukan masalah yang tidak dikemukakan oleh teman Anda? 33. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah Anda mempertahankan gagasan-gagasan Anda meskipun mendapat tantangan dan kritik dari teman? 34. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apabila ternyata gagasan atau pendapat yang Anda kemukakan tidak tepat, apakah Anda mengakui kekeliruan-kekeliruan yang Anda kemukakan? 35. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah Anda mengembangkan ide atau gagasan yang dikemukakan oleh teman Anda dalam memecahkan persoalan-persoalan matematika? 36. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Dalam menyelesaikan suatu masalah, apakah Anda kesulitan dalam menguraikan jawaban dengan jelas dan terperinci? 37. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah Anda mengemukakan jawaban-jawaban yang tidak lazim yang belum pernah digunakan oleh teman atau guru Anda sebelumnya? 38. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Dalam memperjelas pendapat yang Anda kemukakan, apakah Anda menambahkan detil-detil dari masalah tersebut? 39. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Dalam memperkuat gagasan Anda, apakah Anda menggunakan buku sebagai literature? 81 40. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Jika dalam mengerjakan soal-soal matematika Anda merasa tidak dapat mengerjakannya, apakah Anda merasa putus asa? 41. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Jika saat pelajaran matematika guru Anda tidak hadir, apakah Anda tetap mempelajarinya meskipun teman-teman Anda bersantai? 42. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Jika saat pelajaran matematika guru Anda tidak hadir apakah Anda menkondisikan kelas, dan mengambil alih peran guru Anda untuk tetap fokus pada materi pelajaran dan berdiskusi dengan teman-teman Anda? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Nama Kelas No. Absen :…………………………………… :…………………………………… :…………………………………… LEMBAR JAWABAN ANGKET KREATIVITAS BELAJAR 1. a b c d 2. a b c d 82 3. a b c d 23. a b c d 4. a b c d 24. a b c d 5. a b c d 25. a b c d 6. a b c d 26. a b c d 7. a b c d 27. a b c d 8. a b c d 28. a b c d 9. a b c d 29. a b c d 10. a b c d 30. a b c d 11. a b c d 31. a b c d 12. a b c d 32. a b c d 13. a b c d 33. a b c d 14. a b c d 34. a b c d 15. a b c d 35. a b c d 16. a b c d 36. a b c d 17. a b c d 37. a b c d 18. a b c d 38. a b c d 19. a b c d 39. a b c d 20. a b c d 40. a b c d 21. a b c d 41. a b c d 22. a b c d 42. a b c d 83 KISI-KISI ANGKET KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Variabel Aspek Indikator Penelitian Kemandirian Komponen- Belajar komponen Siswa dalam kemandirian 1. Inisiatif dalam belajar Item Item Jumlah Positif Negatif Item 1,3,12,19,22, 9,30 9 2,4,5,11,13, 16,28,39 8,10,25 10 21,24,36,37, 38 20,35 7 6,.7,31 6 26,27 2. Tanggung jawab terhadap tugas-tugas 3. Percaya diri terhadap hasil pekerjaan dalam 17,32,40 5. Kemandirian dalam menggunakan pengetahuan 14,15,18 23,29,33,34 4. Kemandirian mengambil keputusan 7 dan pengalaman sesuai dengan situasi dan kondisi Total Item 30 10 40 84 SEBARAN ANGKET KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Item Soal Positif A=4 B=3 C=2 D=1 Item Soal Negatif A=1 B=2 C=3 D=4 85 ANGKET KEMANDIRIAN BELAJAR 1. 2. 3. 4. Apakah Anda membuat jadwal untuk kegiatan belajar matematika Anda? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah Anda terlambat mengikuti pelajaran matematika? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah Anda bangun pagi untuk belajar matematika? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah Anda mengerjakan tugas-tugas pada mata pelajaran matematika yang diberikan oleh guru? 5. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apabila jadwal belajar matematika Anda tertunda karena ada suatu acara, apakah Anda menggantinya pada hari lain? 6. 7. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah Anda diingatkan oleh orang tua Anda untuk belajar matematika? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Apakah Anda merasa terpacu setiap guru Anda mengingatkan murid- muridnya untuk belajar matematika? 8. a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah Ketika pelajaran matematika sedang berlangsung, apakah sering Anda keluar tanpa ijin guru? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 2 9. Apakah orang tua Anda mengatur jadwal belajar matematika Anda di rumah? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 10. Apakah Anda sering tidak mengumpulkan tugas, apabila guru metematika Anda memberikan tugas dan menyuruh dikumpulkan? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 11. Sebelum mengikuti pelajaran matematika di sekolah, apakah Anda mempelajari terlebih dahulu di rumah? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 12. Apakah Anda berinisiatif mendiskusikan materi pelajaran matematika di sekolah agar dapat memperjelas konsep yang Anda pahami? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 13. Apakah Anda belajar matematika karena dorongan dari diri Anda sendiri? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 14. Apakah Anda mempelajari bukti-bukti referensi matematika, untuk menambah pengetahuan yang Anda memiliki? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 15. Sebelum guru Anda memberikan rangkuman sebelum pelajaran selesai, apakah Anda membuat rangkuman atas kehendak sendiri? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 16. Apabila guru memberikan tugas dirumah dan tidak dikumpulkan apakah Anda mengerjakannya? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 3 17. Apakah Anda mengerjakan soal-soal matematika yang ada di buku-buku referensi tanpa perintah siapapun? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 18. Dalam mengerjakan tugas matematika, apakah Anda mengerjakannya sendiri? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 19. Apakah Anda mengulang pelajaran di rumah, setelah guru menerangkan pelajaran matematika di sekolah? a. selalu c. kadang-kadang b. sering d. tidak pernah 20. Apakah Anda mengandalkan teman Anda dalam mengerjakan tugas-tugas matematika di sekolah? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 21. Apabila dalam belajar matematika menemui kesulitan, Apakah Anda berusaha menyelesaikannya? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 22. Dalam mempelajari buku-buku pegangan, apakah Anda mencatat hal-hal yang penting untuk mempermudah Anda? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 23. Apakah Anda mampu mengaitkan antara matematika yang Anda pelajari dengan pengetahuan yang telah Anda dapat? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 24. Apabila diadakan ulangan harian mendadak sedang Anda tadi malam tidak belajar, apakah Anda berusaha untuk bekerja sendiri? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 4 25. Jika Anda tidak dapat menyelesaikan tugas matematika, apakah Anda membiarkannya saja? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 26. Pada hari libur, apakah Anda tetap mempelajari matematika di rumah? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 27. Apabila ada kesulitan dalam materi pelajaran matematika, apakah Anda bertanya pada guru? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 28. Apakah Anda mengikuti pelajaran matematika dari awal sampai akhir? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 29. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara Anda dengan guru, apakah Anda mendiskusikannya dengan guru? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 30. Apakah Anda berkeinginan diberi hadiah orang tua, apabila nilai matematika Anda memuaskan? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 31. Apabila Anda terlambat mengikuti pelajaran matematika dan tidak diijinkan oleh guru, apakah Anda pergi ke kantin atau bermain? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 32. Setiap kali akan menempuh ujian matematika, apakah Anda berfikir bahwa Anda pasti berhasil? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 33. Apakah Anda mampu mengaitkan pelajaran matematika, dengan kehidupan? 5 a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 34. Apakah Anda mampu menerapkan konsep-konsep matematika untuk mengerjakan soal? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 35. Apabila diadakan ulangan harian, apakah Anda mencontek pekerjaan teman Anda? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 36. Apakah Anda merasa bahwa keberhasilan matematika Anda ditentukan oleh Anda sendiri? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 37. Apabila ada teman Anda yang tidak faham satu sub pokok bahasan, dan Anda dimintai bantuan untuk menjelaskannya, Apakah Anda membantunya? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 38. Apakah Anda mampu menyelesaikan setiap persoalan matematika tanpa bantuan orang lain? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 39. Pada saat malam hari, keluarga Anda sedang tidur dan Anda masih memiliki tugas matematika yang belum selesai, apakah Anda tetap mengerjakan tugas tersebut? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 40. Apakah Anda dapat mematuhi jadwal belajar matematika yang telah Anda tetapkan? a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak pernah 1 Nama Kelas No. Absen :…………………………………… :…………………………………… :…………………………………… LEMBAR JAWABAN ANGKET KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA 1. a b c d 21. a b c d 2. a b c d 22. a b c d 3. a b c d 23. a b c d 4. a b c d 24. a b c d 5. a b c d 25. a b c d 6. a b c d 26. a b c d 7. a b c d 27. a b c d 8. a b c d 28. a b c d 9. a b c d 29. a b c d 10. a b c d 30. a b c d 11. a b c d 31. a b c d 12. a b c d 32. a b c d 13. a b c d 33. a b c d 14. a b c d 34. a b c d 15. a b c d 35. a b c d 16. a b c d 36. a b c d 17. a b c d 37. a b c d 18. a b c d 38. a b c d 19. a b c d 39. a b c d 20. a b c d 40. a b c 1