angket kreativitas belajar siswa

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pendidikan berkembang sangat pesat. Setiap saat muncul teoriteori baru yang dapat menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Masalah pendidikan memegang peranan yang sangat penting karena lewat
pendidikanlah pembentukan watak dan peneguhan kepribadian setiap masyarakat
berlangsung. Melalui pendidikan pula masyarakat tumbuh sehingga mampu hidup
secara cerdas, mampu menunaikan tanggungjawab serta kewajiban dan mampu
berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang kian sarat dengan
persaingan.
Pendidikan pada dasarnya adalah membebaskan dan membuka mata.
Membuka mata dan menyadarkan kondisi bangsa sebagai rakyat yang terjajah
karena kebodohannya, sehingga kedudukannya tak kalah penting dibandingkan
permasalahan politik ataupun permasalahan lainnya. Upaya peningkatan kualitas
siswa sesuai dengan standar kompetensi siswa secara nasional ditunjukkan dengan
dibatasinya bidang studi Ujian Akhir Nasional yaitu hanya mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika.
Pentingnya peranan matematika dalam kehidupan menyebabkan adanya
keharusan untuk minimal menguasai ilmu dasar matematika. Sebagai contoh,
dalam transaksi jual beli seorang pedagang secara tidak langsung telah
menerapkan ilmu matematika misalnya dalam penghitungan laba-rugi. Walaupun
banyak pedagang, petani, buruh dan sebagainya tidak pernah mendapatkan
pendidikan formal dan mendapatkan pelajaran matematika di sekolah, namun
tanpa mereka sadari sebenarnya mereka telah mempelajari matematika terutama
materi hitung aljabar.
Lebih jauh lagi dalam kehidupan sehari-hari pun, banyak masalah yang
penyelesaiannya menggunakan konsep-konsep dalam matematika. Selain itu
matematika juga merupakan sarana berpikir yang kritis, logis dan sistematis
sehingga matematika harus dikuasai oleh semua kalangan agar mampu mengikuti
1
2
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun dalam kenyataannya,
banyak siswa baik SD, SMP, SMA bahkan mahasiswa perguruan tinggi
mengalami kesulitan dalam hal penguasaan matematika.
Data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pati menunjukkan tingkat
ketidaklulusan siswa SMA di Kabupaten Pati dalam UAN 2004 sekitar 8,88%
(219 siswa) dari 2.465 siswa, sedangkan siswa SMK tingkat ketidaklulusan sekitar
6,32% (164 siswa) dari 2.596 siswa. Faktor utama tidak lulusnya peserta UAN
adalah kesulitan menjawab soal matematika untuk siswa SMA/MA jurusan IPA.
(www.suaramerdeka.com). Jatuhnya prestasi belajar matematika, seperti terlihat
pada hasil Ujian Akhir nasional (UAN) merupakan salah satu bukti bahwa
matematika tidaklah mudah. Cermin kesulitan yang dialami oleh sebagian besar
siswa pada mata pelajaran matematika diantaranya adalah matematika dianggap
sebagai momok bagi siswa sehingga siswa merasa memiliki beban yang berat
pada saat belajar matematika. Selain itu, materi pelajaran matematika dianggap
sulit jika dibandingkan dengan materi pelajaran lain. Faktor guru juga merupakan
salah satu hal yang menyebabkan mengapa prestasi pelajaran matematika rendah,
karena guru matematika identik dengan disiplin belajar yang tinggi misalnya
keras, galak sehingga minat siswa untuk mempelajari matematika rendah.
Dari berbagai pengalaman kegiatan pembelajaran, suatu kenyataan bahwa
tidak semua siswa memperoleh prestasi yang baik dalam pelajaran matematika.
Ada siswa yang mendapat nilai yang baik dan ada pula siswa yang mendapat nilai
kurang baik dalam pelajaran matematika. Padahal guru dalam mengajar siswasiswanya tidak membedakan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Oleh
karena itu, kemungkinan ada faktor-faktor lain di luar kegiatan pembelajaran di
sekolah
yang
mempengaruhi
prestasi
belajar
matematika
siswa
yang
menyebabkan bervariasinya pencapaian prestasi belajar matematika siswa. Faktorfaktor yang mungkin menyebabkan hal tersebut dapat digolongkan ke dalam dua
macam yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah semua faktor
yang berasal dari dalam diri siswa diantaranya adalah tingkat kecerdasan, persepsi
siswa terhadap kompetensi guru, bakat, kreativitas belajar, kemandirian belajar,
keadaan psikis, motivasi belajar, cara belajar dan sebagainya. Sedangkan faktor
3
ekstern adalah semua faktor yang berasal dari luar siswa diantaranya meliputi
metode mengajar yang dipakai guru, lingkungan alam, tingkat sosial ekonomi
orangtua, fasilitas belajar dan sebagainya.
Guru dalam kegiatan pembelajaran akan selalu diamati, diperhatikan,
didengar, dan ditiru bahkan dinilai siswanya bagaimana penampilan di kelas,
kepribadiannya, kemampuannya menguasai materi pelajaran, kemampuan
mengajar, perhatian terhadap siswa, hubungan antara siswa dengan guru, sikap
dan tingkah lakunya selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dari hasil
pengamatan tersebut, pada diri siswa akan terbentuk suatu persepsi tentang
kompetensi guru dalam mengajar. Persepsi siswa terhadap kompetensi guru dalam
kegiatan pembelajaran ada yang positif dan ada yang negatif. Siswa yang
memiliki persepsi positif terhadap gurunya maka biasanya akan menyenangi
pelajaran yang diberikan dan akan rajin untuk mempelajarinya. Dalam kegiatan
pembelajaran di kelas biasanya ditunjukkan dalam perilaku belajar yang baik
misalnya memperhatikan materi yang diberikan oleh guru, ikut berpartisipasi aktif
dalam kegiatan pembelajaran, mau bertanya dan senang mengerjakan tugasnya.
Sebaliknya, siswa yang memiliki persepsi negatif terhadap gurunya maka akan
enggan mengikuti pelajaran yang diberikan dan kurang semangat untuk
mempelajari mata pelajarannya. Dalam kegiatan pembelajaran dikelas tercermin
dalam sikap acuh tak acuh terhadap pelajaran yang diberikan, bermain sendiri,
mengganggu temannya, malas mengerjakan tugas atau bahkan menghina gurunya.
Dengan demikian siswa yang memiliki persepsi positif terhadap kompetensi guru
dimungkinkan mempunyai prestasi belajar yang tinggi, begitu juga sebaliknya.
Namun kenyataannya, ada siswa yang memiliki persepsi negatif terhadap
kompetensi guru, tetapi mempunyai prestasi belajar yang tinggi. Hal inilah yang
perlu dikaji lebih lanjut.
Di samping kompetensi guru, kreativitas siswa dalam belajar berperan
penting dalam meraih prestasi belajar, meskipun pada kenyataannya berpikir
kreatif dalam proses belajar mengajar di sekolah-sekolah pada umumnya belum
dikembangkan. Sebagai contoh belum dikembangkanya proses berpikir kreatif
yaitu; anak tidak dirangsang untuk mengajukan pertanyaan, tidak dibiasakan
4
untuk menggunakan daya imajinasinya, tidak terbiasa mengemukakan masalah
dan mencari berbagai pilihan penyelesaian terhadap suatu permasalahn. Apabila
proses berpikir kreatif dikembangkan dengan baik maka dapat menunjang dalam
berprestasi yang optimal karena berpikir kreatif adalah salah satu kemampuan
yang ada pada anak yang perlu dikembangkan untuk dapat berprestasi, selain
kemampuan intelektual umum.
Selain kompetensi guru dan kreativitas belajar hal yang tidak kalah
pentingnya adalah kemandirian dalam belajar. Kemandirian merupakan modal
dasar yang sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Oleh sebab itu,
perlu adanya dorongan untuk mewujudkan keberhasilan cita-citanya.
Manusia, mulai sebagai anak dan remaja, telah memahami dirinya melalui
pernyataan dan tingkah laku pribadinya, terutama berupa akunya (ego) dengan
segala karsa (keinginannya, kemauannya) yang berhadapan dengan lingkungan,
mulai keluarganya, alam sekitarnya, teman bermainnya dan teman sekolahnya.
Siswa mulai belajar bagaimana akunya mendapat hambatan dalam berbagai
keterbatasan, yang selama proses menuju kedewasaannya menempa kesadaran
untuk mengakui adanya norma, subjek lain, bahkan keterbatasan ataupun
kehendak dan kekuasaan orang lain.
Kesadaran diri ialah konsep diri atau self-concept yang berintikan
pengertian akan diri sendiri: kemampuan jasmani, perasaan, motivasi dan citakarsa yang kemudian berkembang sebagai pengenalan diri sampai identifikasi
pada tokoh idolanya, kemudian pribadi dewasa untuk menerima dirinya sendiri
sebagaimana adanya. Dengan mengenal dirinya sendiri maka manusia atau remaja
sebagai peserta didik dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhannya hingga
dalam proses belajar dapat menemukan strategi dalam mewujudkan keberhasilan
yang diinginkan. Dalam hal ini siswa dituntut untuk bersikap mandiri dalam
menghadapi segala persoalan tidak bergantung pada orang lain.
Prestasi belajar siswa sebagai tolak ukur pencapaian tujuan kurikuler di
SMA Negeri I Gemolong Sragen menunjukkan adanya perbedaan antara siswa
yang satu dengan siswa yang lain. Perbedaan ini ditentukan oleh siswa itu sendiri
dan keberhasilan dalam proses belajar mengajar yaitu interaksi antara guru dengan
5
siswa dimana hasil belajar siswa dipengaruhi oleh karakteristik individu dan
kualitas pengajaran karakteristik individu yang mempengaruhi hasil belajar siswa
merupakan faktor yang bersumber dari luar diri siswa yang berkaitan dengan
kualitas dari komponen-komponen pengajaran.
Komponen-komponen pengajaran yang berhubungan langsung dengan
proses belajar mengajar adalah guru, kurikulum, metode dan sarana dan prasarana.
Sebagai salah satu komponen pengajaran, guru mempunyai peran yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan siswa, maka guru diharapkan selalu
berusaha meningkatkan kemampuan profesionalnya sehingga semua siswa dapat
menunjukkan prestasi belajar secara optimal melalui guru yang berkompetisi.
Secara normal prestasi belajar siswa berada di bawah rata-rata kelas, di
atas rata-rata kelas dan berada di antara keduanya. Hal yang demikian juga
dialami oleh siswa kelas X di SMA Negeri 1 Gemolong Sragen. Agar tujuan
pengajaran tercapai secara optimal, yaitu seluruh siswa dapat menunjukkan
prestasi belajar sesuai dengan yang diharapkan, guru harus berusaha dengan
kemampuan profesionalnya untuk memaksimalkan kemampuan belajar siswa dan
meminimalkan bahkan menghilangkan prestasi belajar siswa yang berada di
bawah rata-rata kelas. Salah satu diantaraya dengan menanam, membangun serta
mengembangkan daya kreativitas siswa dalam belajar untuk mencapai prestasi
belajar yang optimal.
Berdasar latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul: ”PENGARUH PERSEPSI SISWA
TERHADAP KOMPETENSI GURU, KREATIVITAS BELAJAR DAN
KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 GEMOLONG
SRAGEN TAHUN 2005/2006”
6
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, terdapat beberapa
masalah antara lain:
1. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika, diantaranya
persepsi siswa terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian
belajar siswa. Namun banyak pihak (pelaku maupun sekitarnya/lingkungan)
kurang memperhatikan hal tersebut sehingga pencapaian hasil belajar kurang
optimal.
2. Adanya perbedaan persepsi siswa terhadap kompetensi guru kemungkinan
menyebabkan perbedaan prestasi belajar matematika siswa.
3. Siswa kurang menyadari pentingnya kreativitas dalam belajar, baik dalam
mengerjakan tugas ataupun dalam menyelesaikan setiap persoalan yang dapat
mengakibatkan kekurangaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga
prestasi belajar matematikanya kurang optimal.
4. Siswa kurang menyadari pentingnya kemandirian dalam belajar, baik
kemandirian yang muncul dari dalam diri siswa ataupun dari luar yang
memerlukan dorongan orangtua atau guru dalam menyelesaikan setiap
persoalan yang dapat mengakibatkan proses belajar mengajar kurang optimal
sehingga prestasi belajar matematikanyapun kurang optimal.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, agar permasalahan yang dikaji dapat
terarah maka masalah-masalah tersebut dibatasi sebagai berikut :
1. Persepsi siswa terhadap kompetensi guru pada penelitian ini dibatasi pada
kesan atau pendapat yang diperoleh siswa melalui pengamatan terhadap guru
matematika selama kegiatan pembelajaran meliputi kepribadian, kemampuan
mengelola kelas, kemampuan menguasai materi pembelajaran, kemampuan
mengajar, perhatian terhadap siswa, hubungan antara guru dengan siswa dan
sikap guru dalam kegiatan pembelajaran.
7
2. Dalam penelitian ini kreativitas yang dimaksudkan adalah kemampuan yang
terlibat dalam proses berpikir kreatif yang meliputi; kelancaran berpikir,
keluwesan berpikir, keaslian berpikir dan keterperincian (mengelaborasi)
3. Dalam penelitian ini kemandirian yang diteliti menyangkut komponenkomponen, yaitu; inisiatif, tanggung jawab, percaya diri, mampu mengambil
keputusan dan dapat menggunakan pengetahuan dan pengalaman sesuai engan
situasi dan kondisi.
4. Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prestasi belajar
Mata Pelajaran Matematika Kelas X Semester II yang diambil dari nilai akhir
semester mata pelajaran matematika kelas X semester II SMA Negeri 1
Gemolong Sragen Tahun Pelajaran 2005/2006.
D. Perumusan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini dapat dijawab dengan baik, maka
masalah harus dirumuskan dengan jelas. Masalah adalah setiap kesulitan yang
menggerakkan manusia untuk memecahkan masalah, masalah harus dapat
dirasakan
sebagai tantangan yang mesti dilalui (tentang jalan mengatasinya)
apabila kita akan berjalan terus, masalah menampakkan diri sebagai rintangan.
Dari pengertian di atas, bahwa seorang peneliti dihadapkan pada
permasalahan yang harus dikaji dan dijawab. Masalah yang penulis rumuskan
adalah:
1. Apakah ada pengaruh antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru
terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong
Tahun 2005/2006 ?
2. Apakah ada pengaruh antara kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006 ?
3. Apakah ada pengaruh antara kemandirian belajar siswa terhadap prestasi
belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun
2005/2006?
8
4. Apakah ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan
kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X
SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006 ?
5. Apakah ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan
kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X
SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006 ?
6. Apakah ada interaksi antara kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa
terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong
Tahun 2005/2006 ?
7. Apakah ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru,
kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006 ?
E. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara persepsi siswa terhadap
kompetensi guru terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA
Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006.
2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara kreativitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong
Tahun 2005/2006.
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kemandirian belajar siswa
terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong
Tahun 2005/2006.
4. Untuk mengetahui ada atau tidaknya interaksi antara persepsi siswa terhadap
kompetensi guru dan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006.
5. Untuk mengetahui ada atau tidaknya interaksi antara persepsi siswa terhadap
kompetensi guru dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006.
9
6. Untuk mengetahui ada atau tidaknya interaksi antara kreativitas belajar dan
kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X
SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006.
7. Untuk mengetahui ada atau tidaknya interaksi antara persepsi siswa terhadap
kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun
2005/2006.
F. Kegunaan Penelitian
Kegunaan Penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Kegunaan teoritis dari penelitian adalah:
1. Untuk mengembangkan wawasan ilmu-ilmu pendidikan dan mendukung
teori-teori yang sudah ada yang berhubungan dengan pengaruh persepsi siswa
terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar, kemandirian belajar siswa dan
prestasi belajar siswa.
2. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut
2. Kegunaan Praktis
Kegunaan praktis dari penelitian adalah:
1. Bagi sekolah yaitu sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan
sehubungan dengan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
2. Bagi guru yaitu untuk lebih meningkatkan perhatiannya terhadap faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang ditinjau dari kompetensi guru
sehingga siswa dapat mengatasi kesulitan belajarnya.
3. Bagi siswa yaitu untuk lebih meningkatkan belajar dengan cara kreatif dan
mandiri karena dengan kreativitas dan kemandirian belajar akan sangat
berpengaruh terhadap pencapaian prestasi yang optimal.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka digunakan sebagai dasar untuk menemukan jawaban atas
suatu permasalahan. Dengan demikian, penulis dapat mengemukakan teori-teori
sebagai berikut:
1. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru
1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap sesuatu, dimana antara
satu orang dengan orang lain berbeda. Bimo Walgito (1997: 3) mengatakan
“Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu
merupakan proses yang berujud ke pusat susunan syaraf yaitu
otak hingga
individu tersebut mengalami persepsi”.
Menurut Jalaludin Rakhmat (1994: 57) “Persepsi adalah pengalaman
tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”. Dalam pengamatan ini dapat
dikatakan bahwa persepsi sebagai pintu gerbang bagi masuknya pengaruh dari
luar baik pengaruh fisik, pengalaman maupun pendidikan. Slametto (1995: 102)
mengatakan bahwa “Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan
atau informasi ke dalam otak manusia”. Pendapat lain yang senada diungkapkan
Dimyati Mahmud (1991: 41) bahwa “Persepsi adalah menafsirkan stimulasi yang
sudah ada di dalam otak”. Meskipun alat untuk menerima stimulus tersebut serupa
pada setiap individu, tetapi interpretasinya berbeda. Setiap orang mempunyai
persepsi yang berbeda pada setiap obyek. Seperti yang dikemukakan Slametto
(1995: 105) bahwa “Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaanperbedaan individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau
perbedaan dalam motivasi”. Walaupun stimulus orang sama, tetapi kalau situasi
sosial yang melatarbelakangi stimulus orang berbeda maka akan berbeda hasil
persepsinya. Dengan demikian persepsi bersifat subyektif sehingga berbeda-beda
antar individu yang satu dengan individu yang lain.
10
11
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah
kesan, tanggapan, atau pendapat seseorang tentang sesuatu yang merupakan hasil
dari proses pengorganisasian, penginterpretasian informasi tentang obyek,
peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperolah yang masuk ke dalam otak
manusia, dan hasil persepsi antara individu satu dengan yang lain berbeda.
Persepsi pada setiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Krech &
Crutchfield dalam psikologi sosial karangan Sarlito Wirawan Sarwono (1991: 94)
menyatakan:
Ada dua variabel yang memepengaruhi persepsi, adalah: (a)
varaiabel struktural, yaitu faktor-faktor yag terkandung dalam rangsang
fisisk. (b) variabel fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri
si pengamat, seperti: kebutuhan (need), suasana hati (mood), pengalaman
masa lampau dan sifat-sifat individual lainnya
Kemudian Sondang P. Siagian, MPA (1989: 100) berpendapat:
Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja. Tentu ada faktorfaktor yang mempengaruhinya. Faktor inilah yang menyebabkan mengapa
data orang yang melihat sesuatu mungkin memberi interprestasi yang
berbeda tentang yang dilihatnya itu. Secara umum dapat dikatakan bahwa
terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu; diri
orang yang bersangkutan, sasaran persepsi, dan faktor situasi.
Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang
dipengaruhi oleh:
1. Faktor internal, yaitu faktor yang terdapat pada diri si pengamat, yang
meliputi
kebutuhan,
suasana
hati,
kemampuan,
pendidikan
dan
pengalaman.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang terdapat di luar diri si pengamat, yang
meliputi ciri fisik dari obyek yang diamati dan situasi pada aat seseorang
menginterpretasikan tentang obyek yang diamati. Misalnya kesehatan dan
kelengkapan organ tubuh (fisik) seorang guru, kebiasaan dalam berbicara,
berpakaian dan kebiasaan-kebiasan lainnya.
Langkah-langkah terjadinya persepsi terdiri dari lima langkah yaitu
a. Proses pengumpulan informasi (gathering information)
b. Proses seleksi (selecting)
12
c. Proses mengkombinasikan atau mencampur (mixing)
d. Proses mengorganisir (organizing)
e. Menginterpretasikan (interpreting)
Dari langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Persepsi terjadi di mulai dari menghimpun informasi yang masuk dari
dunia luar melalui panca indera
b. Informasi yang masuk melalui indera begitu banyak, tidak semua
informasi itu disadari, tidak semua diperhatikan dan dicatat, dan tidak
dapat dipusatkan secara sekaligus. Oleh sebab itu harus menentukan
pilihan atau harus menyeleksi mana yang menjadi perhatian utama.
c. Pada lngkah ini ada usaha menambah terhadap apa yang diketahui dan
dipercaya. Informasi dirubah dari tidak lengkap menjadi lengkap,
sehingga proses persepsi disini lebih aktif dan kreatif.
d. Setelah langkah mencampur dan menambah selesai, maka campuran
itu diorganisir menjadi bentuk yang teratur. Disinilah yang biasa
disebut tingkat mengiterpretasi.
Ada beberapa prinsip persepsi yang harus diperhatikan, diantaranya:
a. Persepsi adalah suatu yang bersifat subyektif dan terbatas
b. Persepsi adalah sesuatu yang dipelajari
c. Persepsi melibatkan pemberian pengertian
d. Setiap orang berusaha menjaga stabilnya persepsi
e. Semua orang berusaha untuk menjaga keajegan persepsinya.
2. Pengertian Kompetensi Guru
Dalam dunia pendidikan, guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan
di sekolah dalam arti memberikan dan pengajaran pada para siswa. Tanggung
jawab ini direalisasikan dalam bentuk melaksanakan pembinaan kurikulum,
menuntun para siswa belajar, membina pribadi, watak dan jasmaniah siswa,
mendiagnose kesulitan belajar siswa serta menilai kemajuan belajar siswa yang
menjadi tanggung jawabnya. Agar guru mampu mengemban dan melaksanakan
tanggung jawab ini, maka setiap guru harus memiliki berbagai kompetensi yang
13
relevan dengan tugas dan tanggung jawabnya tersebut. Guru harus menguasai cara
mengajar yang efektif, harus mampu membuat model satuan pelajaran, mampu
menjadi model para siswa, mampu memberikan nasehat dan petunjuk yang
berguna, menguasai teknik-teknik memberikan bimbingan dan penyuluhan,
menyusun dan melaksanakan prosedur penilaian kemajuan belajar dan
sebagainya.
Berikut dijelaskan arti masing-masing istilah kompetensi dan guru.
Menurut Suhaenah Suparno (2002: 2) kompetensi biasanya diartikan sebagai
”kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas” atau sebagai “memiliki
ketrampilan dan kecakapan yang disyaratkan”. Dalam pengertian ini jelas bahwa
setiap cara yang digunakan dalam pelajaran yang ditujukan untuk mencapai
kompetensi adalah untuk mengembangkan manusia yang bermutu yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan sebagaimana disyaratkan. Kata
kompetensi
dipilih
untuk
menunjukkan
tekanan
pada
kemampuan
mendemonstrasikan pengetahuan.
Menurut Samana A. (1994: 4), “Seseorang yang menguasai kecakapan
kerja yang bersangkutan dan dengan demikian ia mempunyai wewenang dalam
pelayanan sosial masyarakat”. Kecakapan kerja tersebut diejawantahkan dalam
perbuatan kerja yang bermakna, bernilai sosial dan memenuhi standar (kriteria)
tertentu yang diakui atau disahkan oleh kelompok profesinya dan atau warga
masyarakat yang dilayaninya.
Secara nyata orang yang kompeten adalah orang yang mampu bekerja di
bidangnya secara efektif dan efisien. Kadar kompetensi seseorang tidak hanya
menunjuk pada kuantitas kerja tetapi sekaligus menunjuk pada kualitas kerja.
Berdasar pada pendapat diatas yang dimaksud kompetensi adalah suatu
kemampuan atau kecakapan seseorang dalam menentukan atau memutuskan
sesuatu sesuai dengan kewenangan dalam jabatannya untuk melakukan suatu
tugas, pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang harus dimiliki
seseorang pada jabatan tertentu.
Eksistensi seseorang guru yang menjadi pusat pembahasan dalah guru
sebagai pendidik profesional di sekolah (pembahasan keguruan ini bersifat umum,
14
berlaku untuk semua jenjang dan setiap jenis sekolah). Jabatan guru yang bersifat
profesional tersebut bersifat general (menuntut peningkatan kecakapan keguruan
secara berkesinambungan), integritas diri serta kecakapan keguruannya selalu
perlu ditumbuhkan dan diperkembangkan (baik atas inisiatif sendiri maupun
karena dorongan dan atau bantuan pihak lain yang ikut bertanggung jawab
terhadap mutu guru), dan sekaligus selaras dengan arahan kode etik kerja gurunya.
Sardiman A.M (1994: 123) berpendapat bahwa, “Guru adalah salah satu
komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam
usaha
pembentukan
sumber
daya
manusia
yang
potensial
di
bidang
pembangunan”.
Sedangkan Ali Imron (1994: 3) berpendapat bahwa, “Guru dipandang
sebagai kunci karena ia yang berinteraksi secara langsung dengan muridnya dalam
rangka proses belajar mengajar di sekolah”. Pendapat lain dari W.J.S
Poerwodarminto (1995: 335) menyatakan bahwa, “Guru adalah orang yang
pekerjaannya mengajar”
Menurut Piet A. Sahertian (1994: 56) bahwa guru itu meliputi hal-hal
sebagai berikut:
1) Kemampuan guru untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang telah
dirancangkan
2) Ciri hakiki dari kepribadian guru yang menentukan ke arah pencapain
tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
3) Kompetensi adalah perilaku yang dipersyaratkan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
kompetensi guru adalah suatu hal yang dapat menggambarkan kemampuan guru
atas pemilikan pengetahuan, keterampilan, kepribadian dan perilaku guru dalam
melaksanakan tugas utamanya yaitu mengajar sehingga dapat menunjang
pencapaian tujuan pendidikan.
Kompetensi guru menunjuk pada kualitas serta kuantitas layanan
pendidikan yang dilaksanakan oleh guru secara standar. Jika guru tidak menguasai
kompetensi yang telah ditetapkan maka akan berakibat kurang baik pada siswa
maupun masyarakat pada umumnya.
15
c. Macam-macam Kompetensi Guru
Samana A. (1994: 53) berpendapat bahwa, “Kompetensi keguruan secara
umum meliputi: kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi
profesional”.
Menurut Undang-undang Guru dan Dosen nomor 14 tahun 2005 pasal 10
ayat 1 dan PP no. 19 tahun 2005 pasal 28 ayat 3 bahwa kompetensi guru
profesional meliputi empat kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik.
Untuk pembahasannya adalah sebagai berikut:
1). Kompetensi Kepribadian
Berdasarkan
konggres
Asosiasi
Lembaga
Pendidikan
Tenaga
Kependidikan Indonesia (ALPTKI) di Bandung tahun 2006 dan Rapat Kerja I di
Surabaya merumuskan bahwa kompetensi kepribadian merupakan integritas
seluruh aspek pribadi guru, yang meliputi aspek fisik motorik, intelektual, sosial,
kognitif maupun afektif. Kompetensi kepribadian merupakan modal dasar bagi
guru yang bersangkutan dalam menjalankan tugas keguruannya secara
proporsional. Kompetensi ini menunjuk pada perlunya struktur kepribadian yang
mantap, susila, dinamik (reflektif serta berupaya untuk maju) dan bertanggung
jawab.
2). Kompetensi Sosial
Berdasarkan
konggres
Asosiasi
Lembaga
Pendidikan
Tenaga
Kependidikan Indonesia (ALPTKI) di Bandung tahun 2006 dan Rapat Kerja I di
Surabaya merumuskan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan dalam
menjalin hubungan sosial secara langsung maupun menggunakan media di
sekolah dan luar sekolah. Sama seperti kompetensi kepribadian kompetensi sosial
juga merupakan modal dasar bagi guru dalam menjalankan tugas keguruannya
secara proporsional. Menurut pendapat AS. Lardazabal yang dikutip oleh A.
Samana (1994: 55) kompetensi kepribadian dan sosial diperinci sebagai berikut:
a) Guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup
b) Guru hendaknya bertindak jujur dan bertanggung jawab
16
c) Guru mampu berperan memimpin baik dalam lingkup sekolah maupun
lingkup luar sekolah
d) Guru bersikap bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan siapapun
e) Guru mampu berperan secara aktif dalam pelestarian dan pengembangan
budaya masyarakat
f) Guru tidak kehilangan prinsip serta nilai hidup yang diyakini
g) Guru bersedia ikut serta dalam berbagai kegiatan sosial baik dalam
lingkup kesejawatan maupun dalam kehidupan bermasyarakat
h) Guru adalah pribadi yang bermental stabil dan sehat
i)
Guru tampil secara pantas dan rapi
j)
Guru mampu berbuat kreatif dengan penuh perhitungan
k) Guru hendaknya mampu bertindak tepat waktu dalam janji dan
penyelesaian tugas-tugasnya
l)
Guru hendaknya dapat meggunakan waktu luangnya secara bijaksana dan
produktif
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru di
samping mempunyai pengetahuan, keterampilan, kreativitas yang tinggi, inovatif
dan melestarikan lingkungannya juga dituntut untuk memiliki kepribadian, budi
pekerti yang luhur dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat mencapai tujuan
pengajarannya secara bermutual.
3). Kompetensi Profesional
Menunjuk pada kemampuan mengajar guru yang merupakan pencerminan
penguasaan guru atas kompetensinya. Seorang lulusan pendidikan guru akan siap
melaksanakan tugasnya sebagai guru di lembaga pendidikan dasar jika ia telah
memiliki seperangkat pengalaman dan pengetahuan. Setiap pengalaman yang
dicapai melalui pendidikan yang sesuai. Dalam pendidikan guru dikenal adanya
Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi. Mengenai sepuluh kompetensi guru
merupakan profil kemampuan dasar yang dimiliki oleh seorang guru.
Berdasarkan
konggres
Asosiasi
Lembaga
Pendidikan
Tenaga
Kependidikan Indonesia (ALPTKI) di Bandung tahun 2006 dan Rapat Kerja I di
Surabaya merumuskan bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan
17
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik mencapai standar kompetensi.
4). Kompetensi Pedagogik (Kompetensi Guru dalam Mengajar)
Kompetensi guru dalam mengajar merupakan kompetensi profesional yang
harus dimiliki oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun di samping
kompetensi kepribadian dan kompetensi kemasyarakatan. Secara teoritis ketiga
jenis kompetensi tersebut dapat dipisah-pisahkan namun secara praktis tidak
mungkin dapat dipisahkan sebab di antara ketiga jenis kompetensi tersebut terjalin
secar terpadu dalam diri guru. Tegasnya seorang guru yang terampil mengajar
tentu harus memiliki pribadi yang baik dan mampu melaksanakan sosial
adjusment dalam masyarakat.
Perlu diketahui bahwa proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan
saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya namun
ditentukan atau bahkan sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang
mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten dapat lebih mampu
menciptakanlingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan. Hal ini
dikemukakan oleh Oemar Hamalik (1991: 40) bahwa “Guru yang kompeten dapat
lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar para siswa berada pada
tingkat optimal”.
Beberapa definisi dalam mengajar adalah sebagai berikut: Menurut
Sardiman A.M. (1994: 27) “Mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan
sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar”. Jadi mengajar
adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar berlangsung
kegiatan belajar yang bermakna dan optimal.
Sistem belajar itu sendiri dipengaruhi oleh komponen-komponen yang
akan mempengaruhi, misalnya: tujuan pembelajaran yang akan dicapai, materi
yang
ingin diajarkan guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam
hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana
belajar mengajar. Dalam membimbing dan menyediakan kondisi yang kondusif
itu sudah barang tentu guru tidak dapat mengabaikan faktor atau komponen yang
lain dalam lingkungan proses belajar mengajar.
18
Mengajar bukan semata-mata menyampaikan kebudayaan kepada generasi
baru dalam bentuk berbagai macam mata pelajaran atau agar anak-anak menyerap
bahan pelajaran saja melainkan mereka harus pula memahaminya dan sedapatdapatnya sanggup menggunakan dalam situasi-situasi yang lain yang senantiasa
berubah. Selain dari pada itu sebagai akibat pengajaran hendaknya siswa
terangsang untuk mengadakan penyelidikan dan memperluas pengetahuannya
dengan usaha sendiri tanpa paksaan. Seorang guru harus meguasai bahan
pelajaran dan senantiasa memperlihatkan serta memperluasnya untuk mengikuti
perkembangan-perkembangan baru. Guru hendaknya mengenal berbagai macam
metode mengajar, mengetahui azas-azas didaktis mengajar dan sebagainya.
Agar guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka harus
memiliki kamampuan dasar yang dipersyaratkan bagi guru. Kemampuan tersebut
tercermin dalam kompetensi guru yang dikutip oleh seorang tokoh pendidikan,
Samana A. (1994: 239) yang mengemukakan sepuluh kompetensi guru meliputi:
1). menguasai bahan ajar
2). mengelola program belajar mengajar
3). mengelola kelas
4). menggunakan media atau sumber
5). menguasai landasan-landasan pendidikan
6). mengelola interaksi belajr-mengajar
7). menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
8). mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan
9). mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10). memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran
Penguasaan terhadap bahan pengajaran tidak dapat ditinggalkan oleh
seorang pengajar disamping melibatkan pribadi anak dalam pengajaran.
Menguasai bahan dalam hal ini meliputi: menguasai bidang studi dalam
kurikulum sekolah dan menguasai bahan pengayaan atau penunjang bidang studi
yang disampaikan. Agar dapat menyampaikan materi lebih mantap dan dinamis,
guru juga harus menguasai bahan pelajaran lain yang dapat memberi pengayaan
19
serta memperjelas dari bahan-bahan bidang studi yang dipegang oleh guru yang
bersangkutan. Dengan modal penguasaan bahan, maka guru akan dapat
menyampaikan materi pelajaran secara dinamis. Hal ini sesuai dengan tuntutan
bahwa guru harus kaya dengan gagasan. Penguasaanbahan pelajaran sangat
berpengaruah terhadap hasil belajar siswa. Makin tinggi penguasaan bahan
pelajaran oleh tinggi pula hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Demikian pula
seorang guru harus mampu mengelola program belajar mengajar. Program belajar
mengajar merupakan perencanaan yang menyeluruh dari suatu kegiatan
pengajaran. Perencanaan ini meliputi:
a) Merumuskan tujuan instruksional/pembelajaran
Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran merupakan pedoman atau
petunjuk praktis tentang sejauh mana kegiatan belajar mengajar itu harus
dibawa
b) Mengenal dan dapat menggunakan proses instruksional yang tepat
Perlu dipersiapkan segala sesuatunya secara tertulis dalam suatu persiapan
mengajar,
yang
sering
disebut
dengan
istilah
PPSI
(Prosedur
pengembangan Sistem Instruksional). Misalnya: setelah merumuskan
tujuan kemudian mengembangkan alat evaluasi, merumuskan kegiatan
belajar mengajar sampai tahap pelaksanaan.
c) Melaksanakan program belajar mengajar
Penyelenggaraan proses belajar mengajar diawali dengan kegiatan pre
test, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan post test dan
perbaikan.
d) Mengenal kemampuan anak didik
Setiap anak didik memiliki perbedaan-perbedaan karakteristik tersendiri
termasuk kemampuannya, oleh karena itu perlu adanya penanganan
secara spesifik.
e) Merencanakan dan melaksanakan program remidial
Harapan seorang guru biasanya agar seluruh anak didik dapat berhasil
dengan baik, namun kenyataannya sering tidak demikian, sehingga dalam
20
menyusun
program
belajar
mengajar
perlu
merencanakan
dan
melaksanakan program remidial.
Dengan demikian tujuan belajar mengajar tidak lain sebagai pedoma bagi
guru dalam melaksanakan tindakan belajar mengajar.
Program belajar mengajar selanjutya diwujudkan dalam bentuk pengajaran
yang sebenarnya. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, kemampuan yang
dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan
siswa belajar atau mampu mengelola kelas sesuai denga rencana yang telah
disusun dalam program belajar mengajar. Untuk memberi materi pelajaran dalam
suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas demi berlangsungnya proses
belajar mengajar. Kegiatan mengelola kelas akan menyangkut mengatur tata
ruang kelas yang memadai untuk pengajaran, seperti: kelas harus selalu dalam
keadaan bersih, bagaimana mengatur meja dan tempat duduk, menempatkan
papan tulis, tempat meja guru, juga mengatur hiasan di dalam ruangan kelas.
Dengan demikian tata runag kelas dapat diatur sedemikian rupa sehingga guru dan
siswa dapat kerasan belajar di ruangan tersebut.
Dalam kegiatan interaksi belajar mengajar akan senantiasa menunutut
komponen yang satu dengan kompnen yang lain (seperti: guru, siswa, metode, alat
atau teknologi, sarana, tujuan, bahan pelajaran). Dalam arti komponen-komponen
yang ada pada kegiatan proses belajar mengajar akan saling menyesuaikan dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan yang diharapkan. Interaksi belajar mengajar
yang baik bilamana terjalin hubungan secara lengkap antara guru dan siswa, yakni
arah interaksi tidak hanya dari guru terhadap siswa saja, tetapi dari guru
memberikan informasi terhadap siswa, dari siswa memberikan feed back bagi
guru dan siswa juga berhubungan dengan siswa yang lain. Juga dalam interaksi
perlu diperhatikan faktor bahasa dan sikap saling percaya, agar tercipta proses
belajar mengajar yag lebih optimal, guru dituntut dapat mendesain dari
masingmasing komponen dan dapat mengembangkan interaksi belajar mengajar
yang lebih dinamis.
Penilaian hasil belajar (prestasi) siswa terutama dimaksudkan untuk
mengetahui sampai seberapa jauh siswa telah mencapai tujuan belajarnya,
21
sebagaimana ditetapkan dalam program belajar mengajar. Dengan mengetahui
proses belajar mengajar siswa, apalagi secara individual, guru akan dapat
mengambil langkah-langkah instruksional yang konstruktif. Bagi guru yang
bijaksana dan memahami karakteristik siswa, akan menciptakan kegiatan belajar
mengajar yang bervariasi serta akan memberikan kegiatan belajar mengajar yang
berebda-beda antara siswa yang berprestasi tinggi dengan siswa yang berprestasi
rendah. Usaha penilaian dan kegiatan belajar merupakan suatu kegiatan yang
berkesinambungan yang terus meerus serta berorientasi pada perkembangan siswa
yang mantap.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru juga berperan sebagai pembimbing
dan penyuluh, untuk itu guru harus mengenal fungsi dan program layanan
bimbingan dan penyuluhan di sekolah serta menyelenggarakannya. Pelayanan
bimbingan dan penyuluhan berorientasi pada perkembangan secara optimal sesuai
dengan kemampuan dasar masing-masing siswa, sehingga siswa dapat
mengembangkan potensinya secara optimal, menjadi pribadi bermasyarakat yang
dilandasi dengan rasa tanggung jawab terhadap kesejahteran umum. Dengan
demikian guru tidak hanya memberikan bimbingan yang ada hubungannya dengan
sekolahan saja, tetapi juga membantu menunjukkan jalan pemecahan persoalan
siswa yang mengganggu studi dalam kegiatan hidup lainnya.
Guru bertindak sebagai administrator, dalam hal ini guru akan menyangkut
persoalan-persoalan yang komplek, dari sekian kegiatan yang termasuk
administrasi sekolah atau khusus administrasi kelas adalah kegiatan catatmencatat dan kegiatan lapor-melapor secar sistematis mengenai informasi tentang
suatu sekolah atau kelas. Kedua hal tersebut harus dipahami oleh setiap guru dan
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan tersebut Kegiatan catat-mencatat meliputi:
catatan-catatan mengenai siswa dan catatan bagi guru sendiri. Kegiatan lapor
melapor meliputi: laporan kepada kepala sekolah dan laporan kepada orang tua
siswa.
Dalam rangka menumbuhkan penalaran dan mengembangkan proses
belajar mengajar, guru selain bertugas sebagai pendidik dan pembimbing anak
didik, juga harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Prinsip
22
hasrat ingin tahu yang dimiliki setiap mausia, maka manusia akan terdorong untuk
melakukan penelitian untuk mencari jawab dan kebenaran dari masalah yang
dihadapi. Hal inilah seorang guru dituntut untuk memahami metodologi dan
kegiatan penelitian, juga harus dapat menafsirkan hasil-hasil penelitian.
Kompetensi guru dikembangkan berdasarkan pada analisa tugas-tugas
yang harus dilakukan guru. Oleh karena itu sepuluh kompetensi secara
operasional akan mencerminkan fungsi dan peranan guru dalam membelajarkan
siswa. Dari sepuluh kompetensi yang ada, kompetensi guru dalam mengajar
merupakan kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh setiap guri disamping
kompetensi kepribadian dan kompetensi kemasyarakatan. Dalam kaitannya
dengan proses belajar mengajar di sekolah, maka dari uraian sepuluh kompetensi
tersebut diambil empat dari sepuluh kompetensi dasar guru yang sekiranya
merupakan syarat minimal seorang guru dikatakan kompeten dibidangya. Adapun
empat dari sepuluh kompetensi tersebut, meliputi: mengelola program belajar
mengajar, mengelola kelas, mengelola interaksi belajar mengajar, dan menilai
prestasi siswa.
Dengan kompetensi tersebut, guru aka mampu melaksanakan tanggung
jawabnya apabila yang bersankutan memiliki kompetensi yang diperlukan untuk
itu. Setelah mengetahui, dapat dijadikan pedoman untuk megoreksi dirinya
sendiri. Apakah selama menjalankan tugasnya telah dapat memenuhi kompetensikompetensi yang ada, bila belum selesai guru yang baik harus berani mengakui
kekurangannya dan berusaha untuk mengembangkan dirinya. Kesadaran akan
kompetensi guru menuntut taggung jawab yang berat bagi seorang guru. Jadi
seorang guru harus berani menghadapi tantangan dalam tugas maupun
lingkungannya.
Dengan
demikian
guru
harus
berani
mengubah
dan
menyempurnakan diri dengan tuntutan jaman sepanjang masa.
2. Kreativitas Belajar
1. Pengertian Kreativitas Belajar
Dalam
usaha
mempelajari
arti
kretivitas,
agar
tidak
terjadi
kesimpangsiuran perlu adanya definisi yang jelas tentang kreativitas itu sendiri.
23
Pengertian tentang kretivitas itu bermacam-macam. Ada orang mengartikan
kreativitas secara sangat luas, adapula yang mencoba menyempitkannya. Ada
yang menekankan bahwa kreativitas adalah sikap hidup dan perilaku, juga ada
yang menerima kreativitas itu lebih sebagai suatu cara berpikir saja. Ada sebagian
orang mengaitkan kreativitas dengan gagasan-gagasan baru dalam dunia ilmu,
dunia teknologi dan dunia pemecahan masalah berbagai bidang, tetapi ada
sebagian lain yang menekankan pada sifat artistik artinya bahwa yang kreatif itu
haruslah berseni.
Agar tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai istilah kreativitas, berikut
dikemukakan beberapa perumusan yang merupakan pendapat para ahli mengenai
kreatifitas. Menurut Julius Chandra (1994: 17) merumuskan kreativitas sebagai
berikut: “ Kemampuan mental dan berbagai jenis keterampilan khas manusia yang
dapat melahirkan pengungkapan yang unik, berbeda, orisinal, sama sekali baru,
indah, efisien, tepat sasaran dan tepat guna”. Selanjutnya dalam bukunya Utami
Munandar (1990: 50) berpendapat: ”Secara operasional kreativitas dapat
dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan
orisinalitas
dalam
berpikir,
serta
kemampuan
untuk
mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, memperinci suatu gagasan)”.
Pembahasan dari masing-masing kreatifitas dijelaskan sebagai berikut:
1. Keterampilan berpikir secara lancar
a) mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau
pertanyaan
b) memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal
c) selalu memikirkan lebih dari satu jawaban
2. Keterampilan berpikir luwes (fleksibel)
a) menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi
b) dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda
c) mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda
d) mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran
3. Keterampilan berpikir orisinal
a) mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik
24
b) memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri
c) mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagianbagian atau unsur-unsur
4. Keterampilan memperinci (mengelaborasi)
a) mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk
b) menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan atau
situasi sehingga menjadi lebih menarik
Menurut penulis dalam memahami kreativitas, yaitu suatu pengertian yang
mengandung arti utuk mencari jalan keluar dari gagasan lama dan untuk
menemukan gagasan baru. Jadi kreativitas adalah kemampuan mencipta, meniru
dan mengembangkan hal-hal yang sudah ada atau yang dianggap masih baru
dengan mencari dan menggunakan alat-alat yang sudah ada. Dengan kata lain
kreativitas adalah kemampuan menemukan suatu jawaban paling tepat terhadap
suatu masalah yang diberikan berdasarkan informasi yang tersedia.
Selanjutnya untuk mengetahui tentang apa yag dimaksud dengan belajar
maka perlu penulis kutipkan dari beberapa ahli. W.S Winkel (1991: 36)
mengemukakan pengertian belajar sebagai berikut: “Suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlngsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan
perubahan-perubahan
dalam
pengetahuan,
pemahaman,
keterampilan, dan nilai perubahan sikap itu bersifat secara relatif konstan dan
berbekas”. Menurut Slameto (1991: 78) merumuskan “Belajar adalah suatu proses
usaha untuk memperoleh pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Dari pengertian belajar diatas, penulis simpulkan bahwabelajar
adalah suatu usaha yang dilakukan oleh individu secara sadar untuk memperoleh
sustu perubahan tingkah laku baik sikap, kebiasaan maupun pengetahuan sebagai
hasil pengalaman yang diperoleh individu itu sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan .
Ernes R. Hilgard dalam buku “Theories of Learning” yang dikutip Abu
Ahmadi (1999: 280) memberikan definisi belajar sebagai berikut: “Learning is the
process by which an activity originates or is changes training procedures
25
(whether in the laboratory or in the natural environment) a distinguishedfrom
changes by factors not attribute able to training”.
Dari definisi di atas, dikatakan bahwa seseorang yang belajar kelakuannya
akan berubah daripada sebelumnya. Jadi belajar tidak hanya mengenai bidang
intelektual, akan tetapi mengenai seluruh pribadi anak.
Selanjutnya dalam kamus paedagogik dikatakan bahwa belajar adalah
berusaha memiliki pengetahuan dan kecakapan. Seseorang telah telah
mempelajari sesuatu terbukti dengan perbuatannya. Ia baru dapat melakukan
sesuatu hanya dari proses belajar sebelumnya. Dari beberapa definisi belajar
dapatlah diambil kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan dalam diri
manusia, maka tidaklah dapat dikatakan padanya telah berlangsung proses belajar.
Bagi siswa penilaian kreativitas itu didasarkan pada keaslian tingkah laku
yang mereka laksanakan dalam banyak cara dan kesempatan dalam menghadapi
berbagai situasi belajar. Disamping itu dapat juga didasarkan pada kepekaan
mereka terhadap pengertian-pengertian tertentu serta penggunaan dalam
hidupnya. Menurut Slameto (1995: 146) bahwa: “Kreativitas itu merupakan
sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru
bagi orang lain atau dunia pada umumnya. Sebagaimana yang telah penulis
kutipkan diatas mengenai kreativitas dan belajar dari pendapat para ahli, maka
penulis mengambil suatu kesimpulan mengenai pengertian kreativitas belajar
yaitu suatu proses yang disengaja menimbulkan suasana tingkah laku atau
kelakuan baru yang dilakukan dengan mengacu pada empat macam perilaku
kreatif yang meliputi kelancaran, keluwesan, keaslian dan keterperincian.
2. Manfaat Kreativitas
Salah satu hal terbaik tentang kreativitas adalah bahwa kreativitas telah
membuat setiap orang benar-benar memikirkan suatu masalah dan bekerja
bersama-sama. Kreativitas cenderung meningkatkan kemampuan, ketekunan,
inisiatif, mengembangkan minat, memanfaatkan waktu luang dan hidup pada
umumnya.
Manusia
menunjukkan
ciri-ciri
kreatif
yang
bila
dibandingkan
berbeda
dalam
dengan
motivasi
manusia
intelektual
biasa,
dan
26
kepribadiannya serta menjadi lebih terbuka pikirannya terhadap gagasan sendiri
(kepercayaan terhadap diri sendiri lebih besar) dan gagasan orang lain. Jika
menghadapi masalah, manusia kreatif dapat dengan mudah dan segera mengenali
dan menyadari adanya masalah itu, dan segera memikirkan pemecahanpemecahan yang mungkin untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jika belum
merasa yakin dengan hasil pemikirannya sendiri, tidak segan-segan menanyakan
pada orang lain.
Disamping hal di atas, berikut dijelaskan manfaat kreativitas yang
dikemukakan oleh Julius Chandra (1994: 61) dalam bebagai bidang.
1) Dalam pemecahan masalah sehari-hari
Kreativitas dalam pemecahan sehari-hari mempunyai umum yang khas.
Dari pengalaman seseorang memecahkan masalah secara kreatif kalau ia
menemukan cara yang lebih praktis dan tidak jauh darinya, kadang-kadang
mengalami bahwa denan kreativitas sebenarnya masalah itu sendiri tidak ada atau
kadang-kadang cara pemecahannya sedemikian mengena, mulus sehingga seolaholah yang tadinya merupakan kekalahan (terhadap kesulitan) berubah menjadi
kemenangan besar.
2) Dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Seseorang yang berminat dalam penemuan teori ilmiah baru perlu lebih
memahami bagaimana dalam sejarah penemuan besar dihadirkan. Demikian pula
kalau seseorang misalnya harus skripsi atau paper ilmiah. Orang itu harus
menyelami seluk beluk pemikiran para ilmuwan besar. Cara itu dapat memberikan
ilham yang dapat menyemangati dirinya dalam bekerja. Selanjutnya dapat
dijelaskan bagaimana alur pemikiran penemu-penemu besar yang disebut kreatif.
Kalau penemuan-penemuan itu dianggap sebagai tonggak-tonggak peradaban
dunia, didalamnya terkandung sifat kesederhanaan seperti lazimnya cetusancetusan kreativitas lainnya yang lebih rendah tarafnya. Dengan demikian dapat
dirasakan adanya kesamaan antara kreativitas dalam suatu bidang dengan bidang
lainnya dalam satu taraf dengan taraf lainnya. Tetapi perlu dicatat sebelumnya
bahwa pandangan ini bukanlah pandangan untuk menggampangkan. Proses
penemuan ilmiah selalu rumit, selalu menuntut ikhtiar yang yang tak kenal lelah,
27
seringkali juga kesediaan berkorban dan mengabdi dalam waktu yang sangat
lama.
Kegiatan ilmiah yang bersifat mengumpulkan fakta-fakta senantiasa
berarti atau malahan suatu prasarat. Karena itu, penelitian merupakan jiwa
dalamperkembangan ilmu pengetahuan . Sebagian besar daya pikir ilmuwan
tercurah untuk melakukan penyelidikan-penyelidikan, menambah jumlah fakta
alamiah, sosial atau teknis yang telah ada. Tentu saja, kecerdasan serta latar
belakang pendidikan yang cukup tinggi juga sangat diperlukan untuk dapat
memahami proses-proses yang diselidiki itu. Setelah memahami langkah dasar
seperti tersebut diatas kemudian dapat dilihat dimana sifat kreatif dari penemuan
ilmiah tersebut.
3) Dalam pendidikan dilingkungan sekolah
Sekolah merupakan sarana untuk melaksanakan pendidikan. Dalam proses
pendidikan agar anak didikan dapat mencapai kematangan atau kedewasaan,
diperlukan adanya kreatifitas. Kreativitas disini dapat ditimbulkan oleh siswa itu
sendiri atau pendidik. Kreativitas yang ditimbulkan oleh siswa itu sendiri
misalnya dalam pembuatan catatan pelajaran. Siswa yang kreativ biasanya
membuat catatan pelajranya dalm bentuk-bnetuk yang aneh atau tertentu, tetapi
dengan bentuk itu justru memudahkan siswa dalam mempelajari dan
memahaminya. Sedangkan kreativitas yang ditimbulkan oleh guru misalnya dalam
hal mengajar. Apabila seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran hanya
dengan satu macam gaya saja sepeti ceramah, hal ini dapat menyebabkan siswa
bosan. Oleh sebab itu seorang guru harus menguasai variasi dalam menyajikan
materi pelajaran.
Dengan adanya variasi tersebut dapat menggugah kreativitas siswa yakni
siswa mampu merespon apa yang telah disampaikan guru dalam bentuk
pertanyaan. Dalam hal ini siswa merasa diperhatikan oleh guru, dan pada akhirnya
terjalin hubungan yang baik dalam proses belajar mengajar.
28
3. Kemandirian belajar
a. Pengertian Kemandirian Belajar
Kemandirian berasal dari kata mandiri. Kata mandiri mempunyai arti yang
sangat relatif. Pada dasarnya kata mandiri mengandung arti tidak tergantung pada
orang lain, bebas dan dapat melakukan sendiri. Kata ini seringkali diterapkan
untuk pengertian dan tingkat kemandirian yang berbeda-beda.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1991: 625), “Mandiri berarti
keadaan dapat berdiri sendiri, tidak tergantung kepada orang lain. Kemandirian
adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain”.
Dari hal tersebut dapat diambil pengertian bahwa kemandirian merupakan
perilaku yang terdapat pada seseorang yang timbul karena dorongan diri sendiri,
bukan karena pengaruh orang lain.
Menurut Shirley Gould yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (1990: 108)
mendefinisikan, Independence adalah “freedom from dependence” dan sebagai
“Exemption from realitance on our control by other”. Sehingga mandiri berarti
bebas/tidak bergantung pada orang lain atau dapat memenuhi kebutuhankebutuhan sendiri. Kemandirian berarti kondisi dimana seorang dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
Sementara itu Herman Holstein (1987: 6) mengartikan, “mandiri sebagai
bekerja sendiri (berswakarsa)”. Sedangkan Suharsimi Arikunto (1990: 108)
mengemukakan, “Membantu siswa untuk mendiri berarti menolong mereka bebas
dari bantuan dari orang lain”. Jadi dalam melakukan suatu aktivitas menekankan
individuallah yangmengalami secara langsung, bebas dari ketergantungan.
Kemandirian belajar merupakan perilaku yang ada pada seseorang yang
belajar karena dorongan dari dalam diri sendiri, bukan karena pengaruh luar.
Dengan kemandirian seseorang mampu menunjukkan adanya kontrol dari dalam
terhadap pengendalian dirinya. Kemandirian merupakan perilaku yang diarahkan
oleh diri sendiri dan tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain, bahkan ia
ingin mencoba memecahkan masalahnya sendiri.
Menurut Jerold E. Kemp (1994: 154), ” Metode belajar yang sesuai
dengan kecepatan sendiri juga disebut belajar mandiri, pengajaran sendiri atau
29
belajar dengan mengarahkan diri sendiri”. Sementara itu Anung Haryono (Yusuf
Hadi Miarso, Anung Haryono, 1986: 75) memberikan definisi belajar mandiri
sebagai suatu sistem, yaitu:
Sistem belajar mandiri merupakan sistem pembelajaran yang didasarkan
kepada disiplin terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh siswa dan
disesuaikan dengan keadaan perorangan siswa yang meliputi antara lain:
kemampuan, kecakapan belajar, kemauan, minat, waktu yang dimiliki dan
keadaan sosial ekonominya.
Menurut Wedemeyer seperti yang disajikan oleh Keegan (1983),
siswa/peserta didik yang belajar secara mandiri mempunyai kebebasan untuk
belajar tanpa harus menghadiri pelajaran yang diberikan oleh guru/instruktur di
kelas. Siswa/peserta didik dapat mempelajari pokok bahasan atau topik pelajaran
tertentu dengan membaca buku atau melihat dan mendengarkan program media
pandang dengar (audio visual) tanpa bantuan terbatas dari orang lain.
(http://pk.ut.ac.id/ptjj/22anung.htm).
Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri, dan dalam belajar mandiri
siswa boleh bertanya, berdiskusi, atau minta penjelasan dari orang lain, menurut
Knowless, 1975 (dalam Panen, 1997) siswa yang belajar mandiri tidak boleh
menggantungkan pada bantuan, pengawasan, dan arahan orang lain termasuk
guru/instrukturnya, secara terus menerus. Siswa atau peseta didik harus
mempunyai kreativitas dan inisistif sendiri, serta mampu bekerja sendiri dengan
merujuk pada bimbingan yang diperolehnya. (http://pk.ut.ac.id/ptjj/22anung.htm).
Dari beberapa uraian diatas dapat diambil pengertian bahwa kemandirian
belajar adalah kecenderungan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan dan
mengendalikan aktivitas belajarnya
b. Komponen-komponen dalam kemandirian
Individu dalam usahanya mencapai kemandirian harus memiliki berbagai
komponen. Berbagai komponen kemandirian menurut Martin and Stendler yang
dikutip oleh Wijiningsih (1984: 5) adalah sebagai berikut: 1) berinisiatif, 2)
30
bertanggungjawab, 3) percaya diri, 4) dapat mengambil keputusan sendiri,5) dapat
menggunakan pengetahuan dan pengalaman situasi dan kondisi.
Dari kelima komponen tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1). Berinisiatif
Keinginan dalam pribadi individu mandiri yang menunjukkan adanya
kemampuan untuk mengambil inisiatif dirinya sendiri. Segala sesuatunya
harus dapat dipersiapkan sendiri sehingga dapat berjalan sewajarnya.
2). Tanggung jawab
Kemandirian seseorang yang ditandai dengan adanya rasa tanggung jawab
yang tinggi bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya (keluarga) yaitu
dengan melaksanakan rencana-rencana yang talah disepakati baik oleh dirinya
sendiri maupun bersama dan menjalankan kewajiban bagi keluarganya. Rasa
tanggung jawab dapat dibina melalui proses kepemimpinan dalam keluarga.
3). Percaya Diri
Kemandirian menandakan bahwa seseorang percaya diri. Percaya akan
kemampuan yang dimilikinya, sehingga tidak menimbulkan keraguan dalam
pekerjaan atau aktivitas.
4). Dapat Mengambil Keputusan
Mandiri adalah suatu ciri atau sikap mental untuk selalu ingin memiliki
harapan sukses dalam kehidupan dengan melakukan sebaik mungkin melalui
kegiatan-kegiatan produktif dengan berani mengambil resiko rasional yang
telah diperhitungkan. Individu yang mandiri adalah individu yang mempunyai
idealisme dan integritas yang tinggi tanpa tergantung pada orang lain dan
mampu menhasilkan karya nyata dalam bentuk usaha yang produktif dan
bermanfaat bagi masyarakat luas. Individu yang demikian inilah yang sangat
dibutuhkan dalam mengambil keputusan.
5). Dapat Menggunakan Pengetahuan dan Pengalaman Sesuai dengan Situasi dan
Kondisi
Sifat mandiri merupakan perwujudan keadaan personalitas seseorang yang
bercirikan adanya kecenderungan determinasi diri dalam rangka dukungan
sosial, terbentuk melalui proses bertahap. Seseorang yang mempunyai sikap
31
mandiri biasanya dapat menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya sesuai dengan situasi dan kondisi.
4. Prestasi Belajar Matematika.
a.
Hakekat Matematika
Matematika memiliki peranan yang penting dalam semua bidang
kehidupan. Menurut Ansjar M. (2000: 90), “ Matematika adalah ilmu yang
abstrak. Teori-teori dalam matematika disusun dengan dukungan pola berfikir
atau penalaran yang dicirikan oleh sifat logis, kritis, sistematis dan konsisten dan
didukung pula oleh daya kreatif dan inovatif yang tinggi.” Pendapat lain
dikemukakan oleh Purwoto (1993:14) bahwa “Matematika timbul karena olah
fikir manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran.” Di dalam
mempelajari matematika kita sangat memerlukan pengertian (pikiran/penalaran),
tidak cukup hanya hafalan. Matematika adalah ilmu deduktif yang tidak menerima
generalisasi yang didasarkan pada pembuktian secara deduktif, matematika adalah
ilmu tentang keteraturan; ilmu tentang struktur yang terorganisasikan mulai dari
unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke
aksioma/postulat dan akhirnya ke dalil.
Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas yaitu aritmatika, aljabar,
geometri dan kalkulus. Menurut Purwoto (1993: 14) :
Matematika adalah ratunya ilmu sekaligus menjadi pelayannya.
Maksudnya antara lain bahwa matematika itu tidak tergantung kepada
bidang studi lain dan bidang studi lain (terutama IPA) tanpa matematika
tidak dapat berkembang banyak. Fungsi matematika itu sendiri adalah
melayani ilmu pengetahuan (bidang studi) lainnya.
Jadi menurut pendapat di atas, matematika merupakan ilmu yang berdiri
sendiri tanpa tergantung ilmu yang lain. Matematika dibangun berdasarkan logika
berpikir yang deduktif dan tidak dapat menerima pemikiran yang bersifat induktif
saja. Teori-teori yang baru, dibangun atau disusun berdasarkan teori-teori yang
sudah ada. Jadi teori-teori yang sudah ada tetap akan berlaku tanpa ada
pertentangan dengan teori yang baru. Sedangkan IPA dibangun berdasarkan pola
pikir yang induktif, yaitu berupa penelitian-penelitian dan eksperimen-
32
eksperimen. Sehingga, dalam IPA teori yang lama dapat ditentang oleh teori yang
baru jika diyakini teori yang baru, benar.
Selain itu matematika memiliki peranan besar yaitu sebagai alat latihan
otak untuk berpikir logis, analitis, dan sistematis serta untuk meningkatkan
ketajaman penalaran yang sangat diperlukan untuk memecahkan berbagai
permasalahan dalam semua bidang kehidupan.
Dari beberapa pendapat tentang matematika, dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah suatu ilmu yang abstrak yang disusun dengan pola berpikir
penalaran atau logika berfikir yang deduktif yang dicirikan oleh sifat logis, kritis,
sistematis dan konsisten.
b.
Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar dari bahasa Belanda yaitu prestatie kemudian dalam
bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Zainal Arifin (1990: 3)
menyatakan bahwa: “ Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat
premial dalam sejarah manusia karena tentang kehidupannya manusia selalu
mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuannya masing- masing “.
Poerwadarminta (1976: 768) berpendapat bahwa “ Prestasi adalah hasil
yang dicapai atau dilakukan atau dikerjakan”. Dari pendapat ini dapat diartikan
bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang dalam suatu usaha
atau kegiatan pada waktu tertentu.
Pendapat lain disampaikan oleh Sutratinah Tirtonagoro (2001: 43) yang
menyatakan bahwa “ Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar
yang dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau kalimat yang dapat mencerminkan
hasil yang sudah dicapai oleh anak dalam periode tertentu”.
Dari pendapat di atas dapat dirangkum bahwa prestasi belajar matematika
siswa adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam pelajaran matematika dapat
berupa angka atau huruf, yang dapat dipakai sebagai indikator kualitas
pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak.
33
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut
Suharsimi
Arikunto
(1990:
21):
faktor-faktor
yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu yang
bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, yang biasa disebut faktor internal
dan faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, yang disebut faktor
eksternal.
Faktor internal dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor biologis dan
faktor fisiologis. Yang termasuk faktor biologis antara lain usia, kematangan dan
kesehatan, sedangkan yang termasuk faktor fisiologis meliputi kelelahan, suasana
hati , motivasi, minat dan kebiasaan belajar. Faktor eksternal dibedakan atas dua
yaitu faktor manusia dan faktor non manusia. Yang termasuk faktor non manusia
seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.
d.
Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang kita peroleh sangat penting untuk diketahui oleh guru
dan siswa. Adapun tentang fungsi prestasi belajar, Zainal Arifin (1990: 17)
mengemukakan:
1). Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
dikuasai oleh siswa
2). Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu
3). Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan
4). Prestasi belajar sebagai indikator intern sdan ekstern dari suatu institusi
pendidikan
5). Prestasi belajar dapat dikatakan sebagai indikator terhadap daya serap
kecerdasan (kecerdasan) siswa
Fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam
bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas industri pendidikan.
Disamping itu prestasi belajar juga berguna sebgai umpan balikbagi guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar sehingga dapat menentukan apakah perlu
mengadakan diagnosis bimbingan, bimbingan atau penempatan siswa.
34
Berdasarkan hal-hal diatas maka fungsi hasil belajar meliputi sebagai berikut:
1). Untuk menentukan prestasi belajar masing-masing siswa
2). Untuk memberikan umpan balik bagi guru
3). Untuk dasar mengetahui latar belakang kesulitan belajar
4). Untuk dapat menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat.
B. Kerangka Pemikiran
Prestasi belajar siswa di sekolah ditentukan oleh banyak faktor. Dari
sekian banyak faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar matematika, pada
penelitian ini dibatasi pada faktor persepsi siswa terhadap kompetensi guru,
kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa.
Persepsi siswa terhadap kompetensi guru merupakan faktor yang mungkin
sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa. Siswa yang
memiliki persepsi baik terhadap guru akan cenderung lebih memperhatikan guru
dan memiliki ketertarikan mengikuti materi yang disampaikan guru dalam belajar
matematika. Dengan ketertarikan tersebut dapat membangkitkan semangat belajar
dalam meningkatkan kemampuan belajar, sehingga prestasi belajar matematika
dapat meningkat.
Selain faktor di atas, kreativitas belajar yang dimiliki oleh para siswa
dalam belajar juga penting, karena hal ini dapat menumbuhkan kemampuan untuk
berpikir luas, tidak takut salah, berani mengambil resiko, mencari banyak gagasan
yang kesemuanya ini akan sangat membantu dalam mencapai prestasi belajar
yang tinggi.
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam pengaruhnya terhadap
prestasi
belajar
bertanggungjawab,
adalah
kemandirian
belajar
yang
meliputi
berinisiatif,
percaya diri, dapat mengambil keputusan sendiri, dapat
menggunakan pengetahuan dan pengalaman situasi dan kondisi. Dengan
pertimbangan tersebut maka siswa harus mampu belajar secara mandiri dalam
segala hal.
Dari faktor di atas secara berkaitan antara persepsi siswa terhadap
kompetensi guru dengan kreativitas belajar, persepsi siswa terhadap kompetensi
35
guru dengan kemandirian belajar, dan antara kreativitas belajar dengan
kemandirian belajar memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika
siswa, juga secara bersama-sama ketiga faktor tersebut yaitu antara persepsi siswa
terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar
memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan
skema sebagai berikut:
Variabel Bebas
A
Variabel Terikat
1
4
7
B
2
5
6
C
3
Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran Penelitian
Keterangan :
A : Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru
B : Kreativitas Belajar
C : Kemandirian Belajar
D : Prestasi Belajar Matematika
D
36
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas, dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada pengaruh antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru terhadap
prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun
2005/2006 .
2. Ada pengaruh antara kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006.
3. Ada pengaruh antara kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006.
4. Ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan kreativitas
belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1
Gemolong Tahun 2005/2006.
5. Ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan
kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas X
SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006 .
6. Ada interaksi antara kreativitas belajar dan kemandirian belajar terhadap
prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri X Gemolong Tahun
2005/2006.
7. Ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru, kreativitas
belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika
siswa kelas X SMA Negeri 1 Gemolong Tahun 2005/2006.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari pengaruh persepsi siswa
terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa
terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di SMA Negeri 1
Gemolong Sragen tahun ajaran 2005/2006. Untuk mencapai tujuan tersebut,
penulis mengambil lokasi atau tempat penelitian di SMA Negeri 1 Gemolong
Sragen Jln. Citrosancakan, Gemolong Sragen. Hal ini dikarenakan SMA Negeri
Gemolong Sragen memiliki input siswa yang tingkat kecerdasannya hampir sama
dan outputnya mengalami kenaikan prestasi.
2. Waktu Penelitian
Sesuai dengan judul yang penulis ajukan, maka waktu penelitian
dilaksanakan antara bulan Februari sampai dengan Juli 2006.
Berikut ini adalah waktu pelaksanaan penelitian:
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian
No.
1.
Kegiatan
Feb
Mar
Apr
V
V
V
Mei
Jun
Jul
Persiapan Penelitian
a. Penyusunan proposal
b. Penyusunan instrumen
V
c. Perijinan
V
V
2.
Pelaksanaan Penelitian
a.
Pengumpulan
V
data
b.
V
Analisa data
V
3.
Penulisan laporan
V
37
V
38
B. Metode penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto, karena variabel-variabel
bebasnya tidak dikendalikan, dalam arti variabel tersebut telah terjadi.
Sebagaimana pendapat Moh. Nazir (1988: 69) bahwa penelitian ex post facto
adalah data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan telah selesai
berlangsung.
Jika ditinjau dari tujuannya, penelitian ini temasuk penelitian kausal
komparatif, artinya metode penelitian yang digunakan untuk menyelidiki efek dari
variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikat.
C. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa SMA Negeri 1
Gemolong Sragen kelas X tahun ajaran 2005/2006 yang terdiri dari 5 kelas dan
berjumlah 200 siswa.
2.
Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (1996: 117), “Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti”. Dari populasi sebesar 200 siswa, sampel yang
diambil sebesar 40 siswa.
3.
Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling dengan
cara undian untuk mengambil 1 kelas dari 5 kelas yang ada.
D. Teknik Pengumpulan Data
1.
Metode Pengumpulan Data
Salah satu kegiatan dalam penelitian adalah pengumpulan data. Teknik
yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:
39
a. Metode Angket
Suharsimi Arikunto (1996: 140) berpendapat bahwa “Metode angket atau
kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”. Metode
ini digunakan untuk mendapatkan data tentang persepsi siswa terhadap
kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar.
b. Metode Dokumentasi
Menurut Budiyono (1998: 39), “Metode dokumentasi adalah cara
pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen–dokumen resmi yang telah
terjamin keakuratannya”. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan
untuk mendapatkan data tentang prestasi belajar matematika yaitu dari hasil Ujian
Semester Kelas X Semester 2 bidang studi Matematika SMA Negeri 1Gemolong
Sragen. Selain itu metode dokumentasi juga digunakan untuk memperoleh info
mengenai siswa SMA Negeri 1 Gemolong Sragen.
2.
Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan berupa angket. Angket
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket persepsi siswa terhadap
kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar matematika.
Penyusunan butir soal angket berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya
dengan mengacu pada tinjauan pustaka yang ada. Angket berbentuk pilihan ganda
dengan empat pilihan jawaban yaitu a, b, c, dan d. Skala ukur yang digunakan
untuk penskoran angket adalah menggunakan skala Likert dengan skor jawaban
adalah a=4, b=3, c=2, dan d=1, jika itemnya positif. Sedangkan untuk item negatif
diberikan skor a=1, b=2, c=3, dan d=4.
Setelah instrumen dibuat berdasarkan kisi-kisi tersebut, dikonsultasikan
lalu diujicobakan pada siswa, dalam penelitian ini ujicoba soal dilakukan di SMA
Negeri 1 Sragen. Untuk menguji suatu instrumen yang baik harus memiliki dua
persyaratan penting, yaitu valid dan reliabel. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1996: 127), “instrumen yang baik harus
memenuhi dua persyaratan, yaitu konsisten dan reliabel”.
40
a. Konsistensi Internal
Budiyono (2003: 65) menyatakan bahwa, sebuah instrumen terdiri dari
sejumlah butir-butir instrumen di mana semua butir itu harus mengukur hal yang
sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Ini berarti harus ada
korelasi positif antara skor masing-masing butir tersebut . Namun demikian, untuk
melihat korelasi-korelasi tersebut diperlukan banyak perhitungan. Oleh karena itu,
konsistensi internal masing-masing butir tersebut dilihat dari korelasi antara skor
butir-butir denganskor total
Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi Produk Momen dari Karl
Pearson, yaitu:
rXY 
N  XY   X  Y
( N  X 2  ( X ) 2 )( N  Y 2  ( Y ) 2 )
Dengan:
rXY = Koefisien korelasi antara variable X dan variabel Y
N
= Banyaknya subjek
X
= Skor item
Y
= Skor total
Keputusan uji:
1) Apabila rXY ≥ rkritik, maka dikatakan bahwa butir (item) soal tersebut
konsisten.
2) Apabila rXY < rkritik, maka dikatakan bahwa butir (item) soal tersebut tidak
konsisten
Dengan rkritik = rtabel
(Budiyono, 2003: 65)
Dalam penelitian ini instrumen dikatakan konsisten jika rXY ≥ rtabel.
b. Reliabilitas
Menurut Suharsimi Arikunto (1996: 168), “Reliabilitas menunjukkan pada
suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”.
Atau dengan kata lain instrumen yang baik harus dapat dipercaya dan mampu
mengungkap data. Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut bila diujikan
berkali-kali hasilnya relatif sama. Menurut Suharsimi Arikunto (1996: 193),
41
“untuk tes prestasi belajar yang berbentuk uraian atau angket dan skala bertingkat
(rating scale), diuji dengan rumus alpha (α)”.
Rumus Alpha (α):
2
 n   si 
r11  
 1 2
st 
 n  1 
Dengan:
r11
= Indeks reliabilitas instrumen
n
= Banyaknya butir instrumen
s
= Variansi butir ke-i, i=1,2,3,…k(k≤n)
st2
= Variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba.
2
i
(Budiyono,2000: 72)
Untuk memutuskan apakah instrumen yang telah disusun mempunyai
reliabilitas sangat rendah, rendah, cukup, tinggi, atau sangat tinggi, digunakan
batasan sebagai berikut:
0,800 ≤ r11 ≤ 1,00
: sangat tinggi
0,600 ≤ r11 < 0,800
: tinggi
0,400 ≤ r11 < 0,600
: cukup
0,200 ≤ r11 < 0,400
: rendah
0,000 ≤ r11 < 0,200
: sangat rendah
(Suharsimi Arikunto, 2002: 245)
Dalam penelitian ini instrumen dikatakan reliabel jika r11 ≥ 0,6.
E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian yaitu variabel bebas
dan variabel terikat.
a. Variabel Bebas
1). Persepsi siswa terhadap kompetensi guru.
42
a) Definisi Operasional : Persepsi siswa terhadap kompetensi guru ialah
kesan, tanggapan, atau pendapat seseorang
tentang sesuatu yang merupakan hasil dari proses
pengorganisasian, penginterpretasian informasi
tentang
obyek,
peristiwa
atau
hubungan-
hubungan yang diperoleh yang masuk ke dalam
otak manusia, dan hasil persepsi antara individu
satu dengan yang lain berbeda mengenai suatu
hal yang dapat menggambarkan kemampuan
guru atas pemilikan pengetahuan, keterampilan,
kepribadian
dan
perilaku
melaksanakan tugas
guru
dalam
utamanya yaitu mengajar
sehingga dapat menunjang pencapaian tujuan
pendidikan, yang datanya diperoleh dengan
metode angket dan dilaksanakan di SMA Negeri
1 Gemolong Kelas X Tahun 2005/2006.
b) Indikator
: Skor angket persepsi siswa terhadap
kompetensi guru.
c) Skala Pengukuran
: Skala interval kemudian diubah menjadi skala
ordinal dengan kategori sebagai berikut:
•Tinggi : X > X  1.s
•Sedang : X  1.s  X  X  1.s
•Rendah : X < X  1.s
d) Simbol
: A
2). Kreativitas belajar
a) Definisi Operasional : Kreativitas belajar ialah suatu proses yang
disengaja
menimbulkan suasana tingkah laku
atau kelakuan baru yang dilakukan dengan
mengacu pada empat macam perilaku kreatif
yang meliputi kelancaran, keluwesan, keaslian
dan keterperincian, yang datanya diperoleh
dengan metode angket dan dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Gemolong Kelas X Tahun 2005/2006.
b) Indikator
: Skor angket kreativitas belajar.
43
c) Skala Pengukuran
: Skala interval kemudian diubah menjadi skala
ordinal dengan kategori sebagai berikut:
•Tinggi : X > X  1.s
•Sedang : X  1.s  X  X  1.s
•Rendah : X < X  1.s
d) Simbol
:B
3). Kemandirian belajar
a) Definisi Operasional
: Kemandirian belajar adalah kecenderungan yang
ada pada diri seseorang untuk melakukan dan
mengendalikan
aktivitas
belajarnya,
yang
datanya diperoleh dengan metode angket
dan
dilaksanakan SMA Negeri 1 Gemolong Kelas X
Tahun 2005/2006.
b) Indikator
: Skor angket kemandirian belajar
c) Skala Pengukuran
: Skala interval kemudian diubah menjadi skala
ordinal dengan kategori sebagai berikut:
• Tinggi : X > X  1.s
• Sedang : X  1.s  X  X  1.s
• Rendah : X < X  1.s
d) Simbol
: C
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah prestasi belajar matematika.
a) Definisi Operasional : Prestasi belajar matematika siswa adalah hasil
yang dicapai oleh siswa dalam pelajaran
matematika dapat berupa angka atau huruf, yang
dapat
dipakai
sebagai
indikator
kualitas
pengetahuan yang telah dikuasai oleh anak, yang
datanya diperoleh dengan metode dokumentasi
dan dilaksanakan di SMA Negeri Gemolong
Kelas X Tahun 2005/2006.
b) Indikator
: Skor tes
prestasi
belajar matematika yang
merupakan hasil ujian Semester 2 kelas X
tahun ajaran 2005/2006.
44
c) Skala Pengukuran
: Skala interval.
d) Simbol
: D
F. Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian ini menggunakan anava tiga jalan 3X3X3. ketiga
faktor yang digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan efek baris, efek
kolom, dan kombinasi efek baris dan efek kolom terhadap prestasi belajar
matematika adalah faktor A (persepsi siswa terhadap kompetensi guru), faktor B
(kreativitas belajar), faktor C (kemandirian belajar). Teknik analisis data ini
digunakan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan di muka.
Disamping analisis variabel itu, digunakan juga dua analisis data yang lain,
yaitu metode Lilliefors dan metode Bartlett yang digunakan untuk menguji
persyaratan analisis variansi yaitu normalitas dan homogenitas. Sebelum
melakukan analisis variansi dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
1.
Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas. Dalam penelitian
ini, uji normalitas yang digunakan adalah metode Lilliefors. Prosedur uji
normalitas dengan menggunakan metode Lilliefors adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis
Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b. Taraf Signifikansi () = 5%
c. Statistik Uji
L = Maks │F(zi) - S(zi)│
Keterangan:
F(zi) = P(z≤zi)
z ~ N (0,1)
S(zi)
: Proporsi cacah z≤zi terhadap zi
zi
: Skor standar, dimana, z i 
Xi  X
s
45
n X 2   X 
2
s
: Simpangan baku, s 
n
: Banyak sampel
i
: 1, 2, 3, … n
nn  1
d. Daerah Kritik
DK = { L | L > Lα, n }, dengan n adalah ukuran sampel
e. Keputusan Uji
Ho ditolak jika L  DK atau diterima jika L  DK
2.
Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Dalam penelitian ini menggunakan
metode Bartlett sebagai berikut:
a.
Hipotesis
Ho :  12   22  ...   k2 (populasi-populasi homogen)
H1 :
paling sedikit satu variansi yang berbeda (bukan populasi homogen)
b.
Taraf Signifikansi () = 5%
c.
Statistik Uji
2 

2,203
f log RKG   f j log s 2j
c

Keterangan:
 2 ~  2 k  1
k : Cacah sampel
k
f : Derajat kebebasan untuk RKG = N-k =
f
j 1
2
fj : Derajat kebebasan untuk s j  n j  1
j : 1, 2, … k
N : Banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj : Cacah pengukuran pada sampel ke-j
j
46
c  1
1 
1 1 


3k  1 
f j f 
RKG =
 SS
f
= rataan galat, SSj=  X
2
j
j
d.
 X  

 n
2
j
i
nj
j
 1SS 2j
Daerah Kritik
DK = {  2 │  2 >  2;k 1 }
e.
Keputusan Uji
Ho ditolak jika  2  DK, atau tidak ditolak jika  2  DK
(Budiyono, 2000: 176)
3.
a.
Analisis Variansi Tiga Jalan
Tujuan
Analisis variansi tiga jalan ini bertujuan untuk menguji signifikansi
perbedaan efek baris, efek kolom, dan kombinasi efek baris dan efek kolom
terhadap variabel terikat.
b.
Model
Xijkl = μ + αi + βj + γk + αβij + αγik + βγjk + αβγijk + εijkl
dimana:
Xijkl
: Pengamatan ke-l di bawah faktor X1 kategori i, faktor X2 kategori
j, dan faktor X3 kategori ke-k.
μ
: Rerata dari seluruh data amatan (rerata besar)
αi
: Pengaruh faktor X1 kategori ke-i pada variabel terikat
βj
: Pengaruh faktor X2 kategori ke-j pada variabel terikat
γk
: Pengaruh faktor X3 kategori ke-k pada variabel terikat
(αβ)ij
: Interaksi antara faktor X1 dan faktor X2
(αγ)ik
: Interaksi antara faktor X1 dan faktor X3
(βγ)jk
: Interaksi antara faktor X2 dan faktor X3
(αβγ)ijk
: Interaksi antara faktor X1, faktor X2 dan faktor X3
εijkl
: Deviasi data amatan terhadap rataan populasi yang berdistribusi
normal dengan rataan 0.
47
i
: 1, 2.
j
: 1, 2, 3.
k
: 1, 2, 3.
l
: 1, 2, 3, …, nijk
c. Notasi dan Tata Letak Data.
Tabel 3.2 Notasi dan Tata Letak Data
C
C1
C2
C3
B
A
A1
B1
B2
B3
B1
B2
B3
B1
B2
B3
ABC111
ABC121
ABC131
ABC112
ABC122
ABC132
ABC113
ABC123
ABC133
A2
ABC211
ABC221
ABC231
ABC212
ABC222
ABC232
ABC213
ABC223
ABC233
A3
ABC311
ABC321
ABC331
ABC312
ABC322
ABC323
ABC331
ABC332
ABC333
Keterangan :
A
: Persepsi siswa terhadap kompetensi guru
A1
: Persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinggi
A2
: Persepsi siswa terhadap kompetensi guru sedang
A3
: Persepsi siswa terhadap kompetensi guru rendah
B
: Kreativitas belajar
B1
: Kreativitas belajar tinggi
B2
: Kreativitas belajar sedang
B3
: Kreativitas belajar rendah
C
: Kemandirian belajar
C1
: Kemandirian belajar tinggi
C2
: Kemandirian belajar sedang
C3
: Kemandirian belajar rendah
d. Hipotesis
: αi = 0
untuk semua i
: αi  0
paling sedikit ada satu αi yang tidak nol
: βj = 0
untuk semua j
H1B
: βj  0
paling sedikit ada satu βj yang tidak nol
3). H0C
: γk = 0
untuk semua k
1). H0A
H1A
2). H0B
48
H1C
: γk  0
paling sedikit ada satu γk yang tidak nol
4). H0AB : (αβ)ij = 0
H1AB : (αβ)ij  0
untuk semua pasang (i,j)
paling sedikit ada satu pasang harga (i,j) yang tidak
nol
5). H0BC : (βγ)jk = 0
H1BC : (βγ)jk  0
untuk semua pasang (j,k)
paling sedikit ada satu pasang harga (j,k) yang tidak
nol
6). H0AC : (αγ)ik = 0
H1AC : (αγ)ik  0
untuk semua pasang (i,k)
paling sedikit ada satu pasang harga (i,k) yang tidak
nol
7). H0ABC : (αβγ)ijk = 0
untuk semua pasang (i,j,k)
H1ABC : (αβγ)ijk  0 paling sedikit ada satu pasang (i,j,k) yang tidak nol
e.
Komputasi
1) Komponen Jumlah Kuadrat (JK)
G2
(1) =
npqr
(2) =
X
(6) =
2
ijkl
(7) =
i , j , k ,l
A2
(3) =  i
i nqr
(4) =
B 2j
 npr
j
(5) =

i, j
nr

ACik2
nq
i ,k
(8) =

j ,k
(9) =
ABij2

BC 2jk
np
2
ABC ijk
i , j ,k
C k2
k npq
Dengan:
p
= banyaknya kategori pada variabel A.
q
= banyaknya kategori pada variabel B
r
= banyaknya kategori pada variabel C.
n
= banyaknya data amatan pada setiap sel.
2) Jumlah Kuadrat
n
49
JKA
= nh {(3) – (1)}
JKB
= nh {(4) – (1)}
JKC
= nh {(5) – (1)}
JKAB
= nh {(6) – (4) – (3) + (1)}
JKAC
= nh {(7) – (5) – (3) + (1)}
JKBC
= nh {(8) – (5) – (4) + (1)}
JKABC
= nh {(9) – (8) – (7) – (6) + (5) + (4) + (3) + (1)}
JKG
= (2)
JKT
= nh {(9) – (1)} + (2)
atau
JKT = JKA + JKB + JKC + JKAB + JKAC + JKBC + JKABC + JKG
dengan: n h 
pqr
1

ijk nijk
3) Derajat Kebebasan
dkA
= (p – 1)
dkAC
= (p – 1) (r – 1)
dkB
= (q – 1)
dkBC
= (q – 1) (r – 1)
dkC
= (r – 1)
dkABC
= (p – 1) (q – 1) (r – 1)
dkG
= pqr (n – 1) = N – pqr
RKA = JKA/dkA
RKAC
= JKAC/dkAC
RKB = JKB/dkB
RKBC
= JKBC/dkBC
RKC = JKC/dkC
RKABC
= JKABC/dkABC
RKAB = JKAB/dkAB
RKG
= JKG/dkG
dkAB = (p – 1) (q – 1)
4) Rataan Kuadrat
5) Statistik Uji
H0A
: Fa = RKA/RKG
H0B
: Fb = RKB/RKG
H0C
: Fc = RKC/RKG
H0AB
: Fab = RKAB/RKG
50
H0AC
: Fac = RKAC/RKG
H0BC
: Fbc = RKBC/RKG
H0ABC : Fabc = RKABC/RKG
f.
g.
Daerah Kritik
DKa
= {Fa | Fa > Fα; dkA; N-pqr}
DKb
= {Fb | Fb > Fα; dkB; N-pqr}
DKc
= {Fc | Fc > Fα; dkC; N-pqr}
DKab
= {Fab | Fab > Fα; dkAB; N-pqr}
DKac
= {Fac | Fac > Fα; dkAC; N-pqr}
DKbc
= {Fbc | Fbc > Fα; dkBC; N-pqr}
DKabc
= {Fabc | Fabc > Fα; dkABC; N-pqr}
Keputusan Uji
Ho ditolak apabila Fobs  DK
h.
Rangkuman Analisis
Tabel 3.3 Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan Sel Tak Sama
Sumber
JK
Dk
RK
Fobs
Fα
A
JKA
p-1
RKA
Fa
F*
B
JKB
q-1
RKB
Fb
F*
C
JKC
r-1
RKC
Fc
F*
AB
JKAB
(p-1)(q-1)
RKAB
Fab
F*
AC
JKAC
(p-1)(r-1)
RKAC
Fac
F*
BC
JKBC
(q-1)(r-1)
RKBC
Fbc
F*
ABC
JKABC
(p-1)(q-1)(r-1)
RKABC
Fabc
F*
Galat
JKG
N-pqr
RKG
-
-
Total
JKT
N-1
-
-
-
(Budiyono, 2000: 236)
51
4.
Uji Komparasi Ganda
Untuk mengetahui perbedaan rerata setiap pasangan baris, setiap pasangan
kolom dan setiap pasangan sel uji komparasi ganda dengan menggunakan metode
scheffe, karena metode tersebut akan menghasilkan beda rerata dengan tingkat
signifikasi yang kecil. Jadi uji komparasi ganda ini digunakan terhadap pasangan
baris, setiap pasangan kolom dan setiap pasangan sel yang daerah kritiknya
ditolak.
Langkah-langkah dalam menggunakan metode Scheffe :
a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi
b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut
c. Mencari harga statistik uji F dengan rumus:
Fi.. j .. 
F.i.. j . 
F..i .. j 
Fij.ik. 
Fi. j i.k 
F.ij.ik 
X
 X j .. 
2
i ..
 1
1 
RKG 

n

 i.. n j .. 
X
 X . j. 
2
.i .
 1
1 
RKG 

n

 .i. n. j . 
X
 X .. j 
2
..i
 1
1 
RKG 

n

 ..i n.. j 
X
 X ik. 
2
ij.
 1
1 
RKG 

n

 ij. nik. 
X
 X i .k 
2
i. j
 1
1 
RKG 

n

 i . j ni . k 
X
 X .ik 
2
.ij
 1
1 
RKG 

n

 .ij n.ik 
52
d. Menentukan tingkat signifikansi
e. Menentukan daerah kritik
f.
DKi..-j..
= {Fi..-j..Fi..-j..>(p-1)F; (p-1); N-pqr}
DK.i.-.j.
= {F.i.-.j.F.i.-.j.>(q-1)F; (q-1); N-pqr}
DK..i-..j
= {F..i-..jF..i-..j>(r-1)F; (r-1); N-pqr}
DKij.-ik.
= {Fij.-ik.Fi.j.-ik.>(pq-1)F; (pq-1); N-pqr}
DKi.j-i.k
= {Fi.j-i.kFi..j-i.k>(pr-1)F; (pr-1); N-pqr}
DK.ij-.ik
= {F.ij-.ikF.ij-.ik>(qr-1)F; (qr-1); N-pqr}
Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasang komparasi rerata
g. Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda)
(Budiyono, 2000: 209)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini melibatkan empat buah variabel, yang terdiri dari tiga
variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah persepsi siswa terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan
kemandirian belajar siswa, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar
matematika siswa yang diperoleh dari hasil Ujian Akhir Semester 2 Kelas X.
Berikut ini diberikan uraian tentang data-data tersebut:
1. Data Hasil Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen meliputi tiga buah angket yaitu angket persepsi siswa
terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa.
Adapun hasil uji coba dari angket-angket tersebut adalah sebagai berikut:
a. Hasil Uji Validitas
Item tiap instrumen dikatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian
apabila harga rhitung lebih besar dari harga rtabel. Dari tabel korelasi product
moment, pada cacah subyek dengan taraf signifikansi yang dipilih (   5% ),
diketahui harga rtabel = 0.312. Sedangkan kesimpulan dari hasil uji validitas adalah
sebagai berikut :
1). Uji coba instrumen angket persepsi siswa terhadap kompetensi guru.
a). Instrumen angket yang diujicobakan terdiri dari 40 item.
b). Dari hasil uji validitas diperoleh 30 item yang valid dan 10 item yang
invalid yaitu nomor 2, 13, 14, 17, 19, 21, 26, 29, 34 dan 35, namun
dengan adanya item soal yang invalid tidak mengurangi representasi dari
instrumen angket.
c). Instrumen angket yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri dari 30
item.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2a ).
2). Uji coba instrumen angket kreativitas belajar.
a). Instrumen angket yang diujicobakan terdiri dari 42 item.
53
54
b). Dari hasil uji validitas diperoleh 32 item yang valid dan 10 item yang
invalid yaitu nomor 15, 22, 23, 24, 26, 30, 31, 34, 37 dan 39, namun
dengan adanya item soal yang invalid tidak mengurangi representasi dari
instrumen angket.
c). Instrumen angket yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri dari 32
item.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2b ).
3). Uji coba instrumen angket kemandirian belajar siswa.
a). Instrumen angket yang diujicobakan terdiri dari 40 item.
b). Dari hasil uji validitas diperoleh 30 item yang valid dan 10 item yang
invalid yaitu nomor 2, 7, 8, 9, 23, 25, 28, 30, 33 dan 36, namun dengan
adanya item soal yang invalid tidak mengurangi representasi dari
instrumen angket.
c). Instrumen angket yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri dari 30
item.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2c ).
b. Hasil Uji Reliabilitas.
Dari hasil uji coba angket persepsi siswa terhadap kompetensi guru
diperoleh r11= 0,834498. Bilangan ini menunjukkan bahwa angket persepsi siswa
terhadap kompetensi guru mempunyai tingkat reliabilitas sangant tinggi. Dari
hasil uji coba angket kreativitas belajar diperoleh r11 = 0,876421. Bilangan ini
menunjukkan bahwa angket kreativitas belajar siswa mempunyai tingkat
reliabilitas sangat tinggi. Dari hasil uji coba angket kemandirian belajar siswa
diperoleh r11 = 0,841913. Bilangan ini menunjukkan bahwa angket kemandirian
belajar siswa mempunyai tingkat reliabilitas sangat tinggi. Hasil selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 3a, 3b, 3c.
2. Data Skor Angket
a. Data Skor Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru
Persepsi siswa terhadap kompetensi guru diukur dengan menggunakan
angket persepsi siswa tehadap kompetensi guru. Skor persepsi siswa tehadap
kompetensi guru memiliki rerata 84.7250 dan standar deviasi 14.2054.
55
Selanjutnya data dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu kategori persepsi
siswa terhadap kompetensi guru tinggi dengan kriteria X > X  1.s , yaitu skor di
atas 98.9304, kategori persepsi siswa terhadap kompetensi guru sedang dengan
kriteria X  1.s  X  X  1.s , yaitu skor dari 70.5196 sampai dengan 98.9304,
dan kategori persepsi siswa terhadap kompetensi guru rendah dengan kriteria
X < X  1.s , jika skornya di bawah 70.5196. Dengan kriteria tersebut terdapat 13
siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinggi, 14 siswa
yang memiliki persepsi siswa terhadap komopetensi guru sedang dan 13 siswa
yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi guru rendah.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 ).
b. Data Kreativitas Belajar
Kreativitas belajar siswa diukur dengan menggunakan angket kreativitas
belajar. Skor kreativitas belajar memiliki rerata 72.8500 dan standar deviasi
12.8254. Data hasil penelitian dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu kategori
kreativitas belajar tinggi dengan kriteria X > X  1.s , yaitu skor di atas 85.6754,
kategori kreativitas belajar sedang dengan kriteria X  1.s  X  X  1.s , yaitu
skor dari 60.0246 sampai dengan 85.6754, kategori kreativitas belajar rendah
dengan kriteria X < X  1.s , yaitu skor kurang dari 60.0246. Dengan kriteria
tersebut terdapat 13 siswa yang memiliki kreativitas belajar tinggi, 15 siswa yang
memiliki kreativitas belajar sedang dan 12 siswa yang memiliki kreativitas belajar
rendah.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4).
c. Data Kemandirian Belajar
Kemandirian
belajar
siswa
diukur
dengan
menggunakan
angket
kemandirian belajar siswa. Skor kemandirian belajar siswa memiliki rerata
73.8250 dan standar deviasi 16.7667. Data hasil penelitian dikelompokkan dalam
tiga kategori yaitu kategori kemadirian belajar siswa tinggi dengan kriteria
X > X  1.s , yaitu skor di atas 90.5917, kategori kemandirian belajar siswa
sedang dengan kriteria X  1.s  X  X  1.s , yaitu skor dari 57.0583 sampai
56
dengan 90.5917, kategori kemandirian belajar rendah dengan kriteria X < X  1.s ,
yaitu skor kurang dari 57.0583. Dengan kriteria tersebut terdapat 9 siswa yang
memiliki kemandirian belajar tinggi, 21 siswa yang memiliki kemandirian belajar
sedang dan 10 siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah.
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4).
3. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa.
Data prestasi belajar matematika siswa diperoleh dari data hasil Ujian
Akhir Semester 2 Kelas X dengan nilai rata-ratanya 70.9000. Perolehan skor
masing-masing siswa dapat dilihat pada Lampiran 4.
B. Pengujian Persyaratan Analisis.
1. Uji Normalitas.
Salah satu syarat dapat digunakannya teknik analisis variansi adalah
terpenuhinya uji normalitas. Dalam penelitian ini untuk menguji normalitas
penelitian menggunakan metode Liliefors. Rangkuman perhitungan dalam
memperoleh harga statistik uji L untuk tingkat signifikansi   0.05 adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas
Faktor
L hitung
Ltabel
Keputusan
Kesimpulan
Persepsi siswa terhadap kompetensi
0.1273
0.2340
H0 diterima
Normal
0.1333
0.2270
H0 diterima
Normal
0.2140
0.2340
H0 diterima
Normal
Kreativitas belajar siswa tinggi
0.1116
0.2340
H0 diterima
Normal
Kreativitas belajar siswa sedang
0.2132
0.2200
H0 diterima
Normal
Kreativitas belajar siswa rendah
0.1796
0.2420
H0 diterima
Normal
Kemandirian belajar siswa tinggi
0.2254
0.2710
H0 diterima
Normal
Kemandirian belajar siswa sedang
0.1107
0.1866
H0 diterima
Normal
Kemandirian belajar siswa rendah
0.2001
0.2580
H0 diterima
Normal
guru tinggi
Persepsi siswa terhadap kompetensi
guru sedang
Persepsi siswa terhadap kompetensi
guru rendah
57
Dari tabel di atas tampak bahwa Lhitung pada masing-masing kelompok
tidak melebihi harga kritiknya. Dengan demikian diperoleh keputusan uji yang
menyatakan H0 tidak ditolak. Ini berarti sifat normalitas dipenuhi oleh populasi
tersebut. Perhitungan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 6.
2. Uji Homogenitas.
Syarat lain dalam penggunaan analisis variansi adalah sampel harus
berasal dari populasi-populasi yang homogen. Dengan menggunakan uji Bartlett
diperoleh harga-harga statistik uji  2 untuk tingkat signifikansi   0.05 pada
masing-masing sampel dalam lampiran.
Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas
 2 hitung
 2 tabel
Keputusan
Kesimpulan
0.9539
5.991
H0 diterima
Homogen
Kreativitas belajar siswa
1.5532
5.991
H0 diterima
Homogen
Kemandirian belajar siswa
3.8319
5.991
H0 diterima
Homogen
Faktor
Persepsi siswa terhadap
kompetensi guru
Dari tabel di atas tampak bahwa harga statistik uji masing-masing
kelompok tidak melebihi harga kritiknya. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa bahwa H0 diterima atau sampel berasal dari populasi yang homogen.
Perhitungan selengkapnya disajikan dalam Lampiran 7.
C. Pengujian Hipotesis.
1. Uji Analisis Variansi Tiga Jalan Dengan Sel Tak Sama.
Perhitungan selengkapnya
terdapat pada lampiran. Hasil perhitungan
tersebut dirangkum dalam tabel berikut :
Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Analisis Variansi Tiga Jalan Dengan Sel Tak Sama.
Sumber
JK
dk
RK
Fhitung
Ftabel
Keputusan
A
327.0861
2
158.5431
10.4711
3.18
H0 ditolak
B
874.8390
2
437.4195
28.8897
3.18
H0 ditolak
58
C
561.7303
2
280.8652
18.5499
3.18
H0 ditolak
AB
37.4457
4
9.3614
0.6183
3.18
H0 diterima
AC
21.8352
4
5.4588
0.3605
3.18
H0 diterima
BC
206.1948
4
51.5487
3.4046
3.18
H0 ditolak
ABC
49.8801
8
6.2350
0.4118
2.77
diterima
Galat
196.8333
13
15.1410
-
Total
2265.8446
39
-
-
-
-
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa :
a. H0A ditolak karena Fa = 10.4711 > 3.18 = Ftabel, sehingga dapat disimpulkan
ada pengaruh
persepsi siswa terhadap kompetensi guru terhadap prestasi
belajar matematika siswa.
b. H0B ditolak karena Fb = 28.8897 > 3.18 = Ftabel, sehingga dapat disimpulkan
ada pengaruh kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika
siswa.
c. H0C ditolak karena Fc = 18.5499 > 3.18 = Ftabel, sehingga dapat disimpulkan
ada pengaruh kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika
siswa.
d. H0AB diterima karena Fab = 0.6183 < 3.18 = Ftabel, sehingga dapat disimpulkan
tidak ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan
kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa.
e. H0AC diterima karena Fac = 0.3605 < 3.18 = Ftabel, sehingga dapat disimpulkan
tidak ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi guru dan
kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa.
f. H0BC ditolak karena Fbc = 3.4046 > 3.18 = Ftabel, sehingga dapat disimpulkan
ada interaksi antara kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika siswa.
g. H0ABC diterima karena Fabc = 0.4118 < 2.77 = Ftabel, sehingga dapat
disimpulkan tidak ada interaksi antara persepsi siswa terhadap kompetensi
59
guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi
belajar matematika siswa.
2. Uji Komparasi Ganda.
Komparasi ganda merupakan uji lanjut analisis variansi yang bertujuan
untuk melihat perbedaan rerata yang signifikan. Pada analisis variansi ini, uji
komparasi ganda yang digunakan adalah metode Scheffe. Uji komparasi ganda ini
dilakukan terhadap setiap pasangan baris, setiap pasangan kolom, dan setiap
pasangan sel yang H0 nya ditolak. Dari hasil analisis variansi diketahui H0A, H0B,
H0C, H0BC ditolak, jadi diperlukan uji lanjut. Adapun untuk H0AB, H0AC dan H0ABC
tidak memerlukan uji lanjut, karena hipotesisnya diterima.
a. H0A ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda pasca anava antar
baris untuk melihat perbedaan rerata yang signifikan pada variabel persepsi
siswa terhadap kompeteni guru.
Diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.4 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Baris.
No
1.
Komparasi
μ1.. vs μ2..
Fhitung
7.1036
Ftabel
7.62
Keputusan Uji
H0 diterima
2.
μ1.. vs μ3..
28.0059
7.62
H0 ditolak
3.
μ2.. vs μ3..
7.4197
7.62
H0 diterima
( Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9).
Keterangan :
μ1.. = rataan siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi guru
tinggi.
μ2.. = rataan siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi guru
sedang.
μ3.. = rataan siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi guru
rendah.
60
b. H0B ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda pasca anava antar
kolom untuk melihat perbedaan rerata yang signifikan pada variabel
kreativitas belajar siswa.
Diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.5 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar kolom.
No
Komparasi
Fhitung
Ftabel
Keputusan Uji
1.
μ.1. vs μ.2.
12.4374
7.62
H0 ditolak
2.
μ.1. vs μ.3.
45.4368
7.62
H0 ditolak
3.
μ.2. vs μ.3.
12.3682
7.62
H0 ditolak
( Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9).
Keterangan :
μ.1. = rataan siswa yang memiliki kreativitas belajar tinggi.
μ.2. = rataan siswa yang memiliki kreativitas belajar sedang
μ.3. = rataan siswa yang memiliki kreativitas belajar rendah
c. H0C ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda pasca anava antar
subkolom untuk melihat perbedaan rerata yang signifikan pada variabel
kemandirian belajar siswa.
Diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.6 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Subkolom.
No
Komparasi
Fhitung
Ftabel
Keputusan Uji
1.
μ..1 vs μ..2
19.9286
7.62
H0 ditolak
2.
μ..1 vs μ..3
33.2617
7.62
H0 ditolak
3.
μ..2 vs μ..3
5.1431
7.62
H0 diterima
( Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9).
Keterangan :
μ..1 = rataan siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi.
μ..2 = rataan siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang
μ..3 = rataan siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah
61
d. H0BC ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda antar sel untuk
mengetahui perbedaan rerata antara kreativitas belajar dan kemandirian belajar
siswa.
Diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.7 Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Sel Pada Interaksi Antara
Kreativiats Belajar dan Kemandirian Belajar Siswa.
No
Komparasi
Fhitung
Ftabel
Keputusan Uji
1.
μ11 vs μ12
25.9053
22.16
H0 ditolak
2.
μ11 vs μ13
9.9069
22.16
H0 diterima
3.
μ12 vs μ13
1.8647
22.16
H0 diterima
4.
μ21 vs μ22
10.5967
22.16
H0 diterima
5.
μ21 vs μ23
15.0694
22.16
H0 diterima
6.
μ22 vs μ23
2.2474
22.16
H0 diterima
7.
μ31 vs μ32
0.0930
22.16
H0 diterima
8.
μ31 vs μ33
4.9070
22.16
H0 diterima
9.
μ32 vs μ33
8.1460
22.16
H0 diterima
10.
μ11 vs μ21
5.3277
22.16
H0 diterima
11.
μ11 vs μ31
33.2981
22.16
H0 ditolak
12.
μ21 vs μ31
11.9873
22.16
H0 diterima
13.
μ12 vs μ22
1.1590
22.16
H0 diterima
14.
μ12 vs μ32
2.7816
22.16
H0 diterima
15.
μ22 vs μ32
0.6055
22.16
H0 diterima
16.
μ13 vs μ23
9.2574
22.16
H0 diterima
17.
μ13 vs μ33
25.1925
22.16
H0 ditolak
18.
μ23 vs μ33
3.1207
22.16
H0 diterima
(Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9)
62
D. Pembahasan Hasil Analisis Data.
1. Hipotesis Pertama
Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh Fa = 10.4711 dan Ftabel
= 3.81. Harga Fa > Ftabel berarti ada pengaruh dari persepsi siswa terhadap
kompetensi guru terhadap prestasi belajar matematika.
Berdasarkan uji komparasi ganda diperoleh F.1-.2 = 7.1036 < 7.62 = Ftabel
F.1-.3 = 28.0059 > 7.62 = Ftabel , F. 2 -.3 = 7.4197 < 7.62 = Ftabel. Dari rerata masingmasing sel diperoleh, X 1 = 74.923 > 70.928 = X 2 , X 1 = 74.923 > 66.846 = X
dan X 2= 70.928 > 66.846 = X
3
3
, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa
dengan persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinggi memiliki prestasi belajar
matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dengan persepsi
siswa terhadap kompetensi guru rendah, tetapi siswa dengan persepsi siswa
terhadap kompetensi guru sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama
baiknya dengan siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi guru
rendah dan tinggi.
2. Hipotesis Kedua
Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh Fb = 28.8897 dan Ftabel
= 3.81. Harga Fb > Ftabel berarti ada pengaruh dari kreativitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar matematika.
Berdasarkan uji komparasi ganda diperoleh F.1-.2 = 12.4374 > 7.62 = Ftabel,,
F.1-.3 = 45.4368 > 7.62 = Ftabel, F. 2 -.3 = 12.3680 > 7.62 = Ftabel. Dari rerata masingmasing sel diperoleh, X 1 = 76 > 70.8 = X 2, X 1 = 76 > 65.5 = X
3
dan X 2 = 70.8
> 65.5 = X 3, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kreativitas belajar
tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang memiliki kreativitas belajar sedang dan rendah, tetapi siswa dengan
kreativitas belajar sedang
memiliki prestasi belajar metematika yang sama
baiknya dengan siswa dengan kreativitas belajar rendah.
63
3. Hipotesis Ketiga.
Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh Fc = 18.5499 dan Ftabel
= 3.81. Harga Fc > Ftabel berarti ada pengaruh dari kemandirian belajar siswa
terhadap prestasi belajar matematika.
Berdasarkan uji komparasi ganda diperoleh F.1-.2 = 19.9286 > 7.62 = Ftabel,,
F.1-.3 = 33.2617 > 7.62 = Ftabel, F.2 -.3 = 5.1431 < 7.62 = Ftabel. Dari rerata masingmasing sel diperoleh, X 1 = 77.1111 > 70.1905 = X 2, X 1 = 77.1111 > 66.8000
=X
3
dan X
2
= 70.1905 > 66.8000 = X 3, sehingga dapat disimpulkan bahwa
siswa kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang dan
rendah, tetapi siswa dengan kemandirian belajar sedang memiliki prestasi belajar
matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan kemandirian belajar rendah.
4. Hipotesis Keempat.
Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh Fab = 0.6183 dan Ftabel
= 3.18. Harga Fab < Ftabel berarti tidak ada interaksi antara persepsi siswa terhadap
kompetensi guru dengan kreativitas belajar matematika terhadap prestasi belajar
matematika siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa dengan persepsi siswa terhadap
kompetensi guru tinggi lebih baik prestasi belajar matematikanya dibandingkan
dengan siswa yang memiliki persepsi terhadap kompetensi guru rendah, akan
tetapi siswa dengan persepsi siswa terhadap kompetensi guru sedang memiliki
prestasi belajar matematika yang sama dengan persepsi siswa terhadap
kompetensi guru rendah dan tinggi, baik untuk kreativitas belajar tinggi, sedang
maupun rendah. Demikian pula sebaliknya siswa denga kreativitas belajar tinggi
memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa yang
memiliki prestasi belajar sedang dan rendah, akan tetapi siswa dengan kreativitas
belajar sedang sama baiknya dengan siswa dengan kreativitas belajar rendah baik
untuk siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinggi,
sedang maupun rendah.
64
5. Hipotesis Kelima
Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh Fac = 0.3605 dan Ftabel
= 3.18. Harga Fac < Ftabel berarti tidak ada interaksi antara persepsi siswa terhadap
komptensi guru dengan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar matematika
siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa dengan persepsi siswa terhadap
kompetensi guru tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa dengan persepsi siswa terhadap kompetensi guru
rendah, akan tetapi siswa dengan persepsi siswa terhadap kompetensi guru sedang
memiliki prestasi belajar matematika yang sama baik dengan siswa yang memiliki
persepsi siswa terhadap kompetensi guru rendah dan tinggi, baik untuk siswa yang
memiliki kemandirian belajar tinggi, sedang maupun rendah. Demikian pula
sebaliknya, siswa dengan kemandirian belajar tinggi lebih baik prestasi belajar
matematikanya dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar
sedang dan rendah, akan tetapi siswa dengan kemandirian belajar sedang memiliki
prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kemandirian
belajar rendah, baik untuk siswa yang memiliki persepsi siswa terhadap
kompetensi guru tinggi, sedang maupun rendah.
6. Hipotesis Keenam.
Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh Fbc = 3.4046 dan Ftabel
= 3.18. Harga Fbc > Ftabel berarti ada interaksi antara kreativitas belajar dan
kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Dari hasil uji komparasi ganda diperoleh :
a.
Untuk siswa dengan kreativitas belajar tinggi.
1)
Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi prestasi belajar
matematikanya berbeda dengan siswa yang memiliki kemandirian
belajar sedang.
Dari rataan marginal masing-masing sel diketahui bahwa rataan
marginal siswa dengan kemandirian belajar tinggi X
=X
12
11
= 85.67 > 72
kemandirian belajar sedang, sehingga siswa yang memiliki
65
kreativitas belajar tinggi dan kemandirian belajar tinggi memiliki
prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang
memiliki kemandirian belajar sedang dan rendah.
2)
Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi
belajar
matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar
rendah.
3)
Siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang memiliki prestasi
belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kemandirian
belajar rendah.
b. Untuk siswa dengan kreativitas belajar sedang.
1)
Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar
matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar
sedang.
2)
Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar
matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar
rendah.
3)
Siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang memiliki prestasi
belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kemandirian
belajar rendah.
c. Untuk siswa dengan kreativitas belajar rendah.
1)
Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar
matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar
sedang.
2)
Siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar
matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kemandirian belajar
rendah.
3)
Siswa yang memiliki kemandirian belajar sedang memiliki prestasi
belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kemandirian
belajar rendah.
66
d. Untuk siswa dengan kemandirian belajar tinggi.
1)
Siswa dengan kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar
matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kreativitas belajar
sedang.
2)
Siswa yang dengan kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar
matematika yang berbeda dengan siswa yang memiliki kreativitas belajar
rendah.
Dari rataan marginal masing-masing sel diketahui bahwa rataan marginal
siswa dengan kreativitas belajar tinggi X
11
= 85.67 > 67.33 = X
31
kreativitas belajar rendah, sehingga siswa dengan kemandirian belajar
tinggi dan kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas belajar sedang
dan rendah.
3)
Siswa yang mempunyai kreativitas belajar sedang memiliki prestasi
belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kreativitas
belajar rendah.
e. Untuk siswa dengan kemandirian belajar sedang.
1)
Siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi
belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kreativitas
belaja sedang.
2)
Siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi
belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kreativitas
belajar rendah.
3)
Siswa yang mempunyai kreativitas belajar sedang memiliki prestasi
belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kreativitas
belajar rendah.
f. Untuk siswa dengan kemandirian belajar rendah.
1)
Siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi
belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kreativitas
belajar sedang.
67
2)
Siswa yang mempunyai kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi
belajar matematika yang berbeda dengan siswa yang memiliki kreativitas
belajar sedang.
Dari rataan marginal masing-masing sel diketahui bahwa rataan marginal
siswa dengan kreativitas belajar tinggi X
13
= 75.67 > 60.75 = X
33
kreativitas belajar rendah, sehingga siswa dengan kreativitas belajar
tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada
siswa dengan kreativitas belajar rendah.
3)
Siswa yang mempunyai kreativitas belajar sedang memiliki prestasi
belajar matematika yang sama dengan siswa yang memiliki kreativitas
belajar rendah.
7. Hipotesis Ketujuh.
Dari anava tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh Fabc = 0.4118 dan
Ftabel = 2.77. Harga Fabc < Ftabel berarti tidak ada interaksi antara persepsi siswa
terhadap kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa
terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa:
1)
Siswa dengan persepsi siswa terhadap kompetensi guru tinggi prestasi
belajar matematikanya lebih baik daripada siswa dengan persepsi siswa
terhadap kompetensi guru sedang, akan tetapi siswa dengan persepsi
siswa terhadap kompetensi guru sedang memiliki prestasi belajar
matematika yang sama dengan siswa yang memiliki persepsi siswa
terhadap kompetensi guru rendah, baik untuk siswa dengan kreativitas
belajar tinggi dengan kemandirian belajar tinggi, sedang maupun rendah,
siswa dengan kreativitas belajar sedang dengan kemandirian belajar
tinggi, sedang maupun rendah, dan siswa dengan kreativitas belajar
rendah dengan kemandirian belajar tinggi, sedang maupun rendah.
2)
Siswa dengan kreativitas belajar tinggi memiliki prestasi belajar yang
lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan kreativitas belajar sedang
dan rendah, akan tetapi siswa dengan kreativitas belajar sedang prestasi
68
belajar matematikanya sama baik dengan siswa dengan kreativitas belajar
rendah. Ini berlaku untuk siswa dengan kemandirian belajar tinggi,
sedang maupun rendah dan juga untuk siswa yang memiliki persepsi
siswa terhadap kompetensi guru tinngi, sedang maupun rendah.
3)
Siswa dengan kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar
matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki
prestasi belajar matematika sedang dan rendah, akan tetapi siswa dengan
kemandirian belajar sedang memiliki prestasi belajar matematika yang
sama dengan siswa dengan kemandirian belajar rendah, dengan
kreativitas belajar tinggi ini berlaku untuk persepsi siswa terhadap
kompetensi guru tinggi, sedang maupun rendah.
4)
Siswa dengan kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar
matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki
prestasi belajar matematika sedang dan rendah, akan tetapi siswa dengan
kemandirian belajar sedang memiliki prestasi belajar matematika yang
sama dengan siswa dengan kemandirian belajar rendah, dengan
kreativitas belajar sedang ini berlaku untuk persepsi siswa terhadap
kompetensi guru tinggi, sedang maupun rendah.
5)
Siswa dengan kemandirian belajar tinggi memiliki prestasi belajar
matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki
presatasi belajar matematika sedang dan rendah, akan tetapi siswa
dengan kemandirian belajar sedang memiliki prestasi belajar matematika
yang sama dengan siswa dengan kemandirian belajar rendah, dengan
kreativitas belajar rendah ini berlaku untuk persepsi siswa terhadap
kompetensi guru tinggi, sedang maupun rendah.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN.
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya dan mengacu pada perumusan masalah, maka penulis menarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.
Ada pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa terhadap kompetensi
guru terhadap prestasi belajar matematika siswa.
2.
Ada pengaruh yang signifikan antara kreativitas belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika siswa.
3.
Ada pengaruh yang signifikan antara kemandirian belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika siswa.
4.
Tidak ada interaksi yang signifikan antara persepsi siswa terhadap
kompetensi guru dan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa.
5.
Tidak ada interaksi yang signifikan antara persepsi siswa terhadap
kompetensi guru dan kemandirian belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa.
6.
Ada interaksi yang signifikan antara kreativitas belajar dan kemandirian
belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa.
7.
Tidak ada interaksi yang signifikan antara persepsi siswa terhadap
kompetensi guru, kreativitas belajar dan kemandirian belajar siswa terhadap
prestasi belajar matematika siswa.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Secara teori persepsi siswa terhadap kompetensi guru mempengaruhi
prestasi belajarnya. Siswa yang mempunyai persepsi siswa terhadap kompetensi
guru akan lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang
memiliki persepsi terhadap kompetensi guru sedang dan rendah. Hal ini
69
70
disebabkan siswa dengan persepsi terhadap kompetensi guru tinggi memiliki
kesan yang lebih baik terhadap guru, sehingga dalam kegiatan belajar mengajar
lebih mudah menerima materi pelajaran yang disampaikan.
Demikian juga secara teori, kreativitas belajar dan kemandirian belajar
juga mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Sehingga penelitian ini
memperkuat teori yang ada.
2. Implikasi Praktis.
Dari hasil penelitian ini, maka penulis akan menyampaikan beberapa
implikasi praktis yang kiranya dapat menjadi masukan dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar matematika siswa, yaitu:
a. Prestasi belajar matematika siswa akan lebih baik apabila siswa tersebut
mempunyai persepsi yang tinggi terhadap komptensi guru. Dengan demikian
bagi siswa yang mempunyai persepsi yang rendah terhadap kompetensi guru
berusaha memberi kesan yang baik terhadap kompetensi guru sehingga dalam
menerima materi lebih memperhatikan dengan baik sehingga tidak akan
kesulitan dalam mengikuti pelajaran.
b. Prestasi belajar matematika siswa akan lebih baik apabila siswa tersebut dapat
memanfaatkan kreativitas dan kemandirian dalam belajarnya dengan baik dan
optimal.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas dapat dikemukakan
saran-saran sebagai berikut:
1.
Kepada para guru khususnya guru bidang studi matematika hendaknya
selama proses belajar mengajar memperhatikan dirinya dengan baik sebelum
mengajar,
kaitannya
dengan
kompetensi
guru
seperti
kompetensi
kepribadian, sosial, profesional dan pedagogik, karena hal tersebut akan
memberikan kesan terhadap siswa yang dapat mempengaruhi keberhasilan
dalam mengajar. Dengan demikian prestasi belajar matematika yang dicapai
siswa akan lebih baik.
71
2.
Kepada para siswa hendaknya dalam belajar khususnya belajar matematika
lebih kreatif dan mandiri, memanfaatkan kreativiatas dan kemandirian yang
dimilki seoptimal mungkin sehingga akan dicapai prestasi belajar matematika
yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. 1999. Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius
Ali Imron. 1994. Pembinaan Guru di Indonesia. Malang: PSB IKIP Malang
Anung
Haryono.
2005.
Sistem
http://pk.ut.ac.id/ptjj/22anung.htm.
Pembelajaran
Jarak
Jauh.
Bimo Walgito. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
Budiyono. 2000. Statistik Dasar untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press
Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarata: Balai Pustaka
Dimyati Mahmud. 1991. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Jalaludin Rakhmat. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Julius Chandra. 1994. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta
Oemar Hamalik. 1991. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta: Bumi Aksara
Piet A. Sahertian. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset
Poerwodarminto.1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Purwoto. 1993. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Surakarta: UNS Press
Samana. A.1994. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius
Sardiman. A.M. 1994. Interaksi dan Motiovasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali
Sarlito Wirawan Sarwono. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Slametto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sondang P. Siagian. 1989. Perilaku Masyarakat Dalam Lingkungannya. Jakarta:
Bumi Aksara
Suharsimi Arikunto. 1990. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
72
73
Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya.
Jakarta: Bina Aksara
Utami Munandar. 1990. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta: Grasindo
Winarno Surachmad. 1993. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar. Bandung:
Tarsito
W.S. Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Grasindo
Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksioanal Prinsip-Teknik Prosedur. Bandung:
Remaja Rosdakarya
74
KISI-KISI ANGKET
PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU
Variabel
Aspek
Indikator
Penelitian
Persepsi
Siswa
Item
Item
Jumlah
Positif
Negatif
Item
a. Kompetensi
1. Kesabaran
1
2
2
Kepribadian
2. Kesopanan
4
3
2
8
3
Terhadap
3. Kewibawaan
6,7
Kompetensi
4. Kedisiplinan
11
2
Guru
b. Kompetensi
Sosial
c. Kompetensi
Profesional
d. Kompetensi
Pedagogik
Perhatian dan hubungan
5,9,10
3
26
1
25,33
19
3
3. Kreativitas
15,31,40
32
4
1. Kemampuan mengelola
20,21,23
12,22
5
14,24
34
3
18.27
28
3
29,30
13,16
4
17,35,37,
36,38
6
17
40
guru terhadap Siswa
1. Pengetahuan
2. Keterampilan
kelas
2. Kemampuan
menguasai materi
pelajaran
3. Kemampuan
menggunakan media
pembelajaran
4. Kemampuan mengelola
program belajar
mengajar
5. Kemampuan menilai
prestasi siswa
Total Item
39
23
75
SEBARAN ANGKET
PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU
Item Soal Positif
A=4
B=3
C=2
D=1
Item Soal Negatif
A=1
B=2
C=3
D=4
76
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Telp.46624 Psw 312,322 Surakarta
Surakarta, Juni 2006
Kepada Yth.
Siswa Siswi Kelas X
SMAN 1 Gemolong
Dengan hormat,
Saya sebagai mahasiswa Program Pendidikan Matematika, P.MIPA,
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, bermaksud mengadakan penelitian
tentang “Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru, Kreativitas Belajar dan
Kemandirian Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X
Semester II Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Gemolong Tahun Pelajaran
2005/2006”. Oleh karena itu, saya memohon bantuan Anda untuk mengisi
kuisioner atau pertanyaan pada angket yang saya ajukan. Data yang diperoleh
akan saya pergunakan untuk keperluan penyusunan skipsi sebagai tugas akhir
dalam memperoleh gelar kesarjanaan. Sehubungan dengan hal tersebut, saya
mohon dalam mengisi angket ini sesuai dengan keadaan anda yang sebenarnya.
Informasi yang Anda berikan saya jamin kerahasiaannya dan tidak akan
mempengaruhi nilai Anda.
Atas kesediaan dan bantuan yang anda berikan saya ucapkan banyak
terimakasih.
Peneliti
77
PETUNJUK PENGISIAN
1. Tulislah terlebih dahulu Nama, Kelas dan No. Absen pada lembar yang
tersedia.
2. Bacalah dengan baik setiap item soal yang tersedia.
3. Setiap jawaban anda adalah benar, maka jangan terpengaruh dengan
jawaban teman anda.
4. Jangan ragu-ragu dalam memilih, karena tidak akan mempengaruhi nilai
pelajaran anda.
5. Pilihlah alternatif jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda dan
berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap cocok dengan
keadaan anda.
6. Apabila ingin memperbaiki jawaban yang anda anggap salah, coretlah dua
garis lurus mendatar pada jawaban yang salah tadi.
Contoh
Pilihan semula
a
b
c
d
Dibetulkan menjadi
a
b
c
d
7. Teliti kembali sebelum angket dikembalikan.
IDENTITAS SISWA
Nama
:
Kelas
:
No. Absen
:
78
ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU
1.
2.
Apakah guru matematika Anda sabar?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda cepat marah, Apabila melihat siswa yang
tidak mendengarkan pelajaran dan mengganggu kegiatan belajar mengajar?
3.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda suka menyinggung perasaan pada saat
berbicara dengan rekan kerja ataupun siswanya?
4.
5.
6.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda berbicara dengan cara yang sopan?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda mengabaikan pendapat dari siswanya?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda berbusana rapi dan sopan pada saat
mengajar?
7.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda terlihat tegas dan berwibawa pada saat
mengajar matematika?
8.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda suka memberikan hukuman (non fisik)
terhadap siswa yang tidak mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
2
9.
Apakah ada siswa yang terlihat tidak menghormati guru matematika Anda
dan berbuat tidak sopan?
10.
11.
12.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru Anda terlihat pilih kasih terhadap siswa-siswanya?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda datang tepat waktu?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru Anda terlihat tidak bersemangat
pada saat mengajar
matematika?
13.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda sering meninggalkan kelas padahal jam
pelajaran matematika belum selesai?
14.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda bersedia memberikan penjelasan apabila ada
siswa yang mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran matematika di
luar jam pelajaran?
15.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda memberikan dorongan mental agar Anda
belajar dengan lebih rajin dan tekun?
16.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda membiarkan saja siswa yang kurang pandai
dan mengalami kesulitan dalam belajar matematika?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
69
17.
Apakah guru matematika Anda memberikan pujian atau selamat terhadap
siswa yang berhasil mendapat nilai baik?
18.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apabila anda membutuhkan buku acuan dan guru matematika Anda
memilikinya, apakah guru matematika Anda bersedia meminjamkannya pada
Anda?
19.
20.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda sering lupa nama-nama siswanya?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah pada saat guru matematika Anda menyampaikan materi pelajaran,
siswa-siswanya sering memperhatikan?
21.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda menegur siswa yang kurang memperhatikan
(misalnya ramai, ngantuk dan sebagainya)?
22.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah suara guru matematika Anda tidak dapat terdengar oleh semua siswa
satu kelas, terutama yang duduk di bangku belakang?
23.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda berusaha menciptakan suasana kelas yang
tenang dan dapat mendukung berlangsungnya kegiatan belajar mengajar
yang baik?
24.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah pada saat menyampaikan materi pelajaran, guru matematika Anda
tampak menguasai bahan pelajaran matematika dengan baik dan benar?
70
25.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah contoh-contoh soal yang diberikan guru matematika Anda
bervariasi?
26.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda mengalami kesulitan dalam menjawab
pertanyaan siswa yang berkaitan dengan materi pelajaran?
27.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah
guru
matematika
Anda
menggunakan
alat
peraga
untuk
mempermudah siswa, tidak hanya teori ?
28.
29.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda, menggunakan satu buku pegangan saja?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda memberi tugas kepada siswanya untuk
mendiskusikan suatu pokok bahasan tertentu dengan memanfaatkan bukubuku yang ada di perpustakaan?
30.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda, membantu siswa dalam mempersiapkan
fasilitas/ sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar?
31.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda menggunakan metode yang bervariasi
(contoh: ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, penggunaan alat peraga
dan sebagainya) dalam menyampaikan materi pelajaran?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
71
32.
Apakah guru matematika Anda tetap menerapkan metode mengajarnya dan
tidak berusaha mengubah walaupun siswanya sulit memahami materi
pelajaran yang disampaikan?
33.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah Anda merasa bersemangat belajar matematika, setelah mengamati
cara dan gaya mengajar guru matematika Anda?
34.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apabila menjelang ujian semester,Apakah terdapat materi pelajaran
matematika yang belum disampaikan oleh guru Anda?
35.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Setiap selesai satu pokok bahasan, apakah guru matematika Anda
memberikan ulangan untuk mengetahui kemampuan siswa?
36.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apabila pada saat ulangan terdapat banyak sekali siswa yang hasil
ulangannya jelek, apakah guru matematika Anda mengadakan tes remedial?
37.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda transparan dalam memberikan nilai ulangan
matematika?
38.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda bersifat subyektif dalam menilai hasil
ulangan Anda?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
72
39.
40.
Apakah Anda puas dengan cara penilaian guru matematika Anda?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah guru matematika Anda mengembangkan persoalan yang ada dibuku
pegangan?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
73
84
Lampiran 1c
Nama
:……………………………………
C. :……………………………………
Kelas
No. Absen D. :……………………………………
LEMBAR JAWABAN
ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU
1. a
b
c
d
21. a
b
c
d
2. a
b
c
d
22. a
b
c
d
3. a
b
c
d
23. a
b
c
d
4. a
b
c
d
24. a
b
c
d
5. a
b
c
d
25. a
b
c
d
6. a
b
c
d
26. a
b
c
d
7. a
b
c
d
27. a
b
c
d
8. a
b
c
d
28. a
b
c
d
9. a
b
c
d
29. a
b
c
d
10. a
b
c
d
30. a
b
c
d
11. a
b
c
d
31. a
b
c
d
12. a
b
c
d
32. a
b
c
d
13. a
b
c
d
33. a
b
c
d
14. a
b
c
d
34. a
b
c
d
15. a
b
c
d
35. a
b
c
d
16. a
b
c
d
36. a
b
c
d
17. a
b
c
d
37. a
b
c
d
18. a
b
c
d
38. a
b
c
d
19. a
b
c
d
39. a
b
c
d
20. a
b
c
d
40. a
b
c
d
74
KISI-KISI ANGKET KREATIVITAS BELAJAR SISWA
Variabel
Aspek
Indikator
Penelitian
Kreativitas a. Keterampilan 1. Keterampilan dalam mencetuskan
Belajar
Berpikir
gagasan, jawaban, penyelesaian
Siswa
Secara Lancar
masalah atau pertanyaan
2. Keterampilan memberikan cara
atau saran
3. Keterampilan dalam memikirkan
jawaban alternatif
b. Keterampilan 1. Keterampilan
dalam
Berpikir
menghasilkan gagasan, jawaban
Luwes
atau pertanyan yang bervariasi
(Fleksibel)
2. Keterampilan dalam melihat
masalah dari sudut pandang yang
berbeda-beda
3. Keterrampilan dalam mencari
banyak alternatif yang berbedabeda
4. Keterampilan
dalam
cara
pendekatan atau cara pemikiran
c. Keterampilan 1. Kemampuan melahirkan
Berpikir
ungkapan yang baru dan unik
Orisinil
2. Memikirkan cara yang tidak
lazim dalam mengungkapkan diri
3. Kemampuan dalam
mengkombinasi
d. Keterampilan
dalam
Memperinci
(Mengelabora
si)
Total Item
1. Keterampilan dalam
memperkaya atau
mengembangkan gagasan
2. Keterampilan dalam
menambahkan atau memperinci
detil-detil dari suatu obyek
Item
Positif
1,16
Item
Negatif
19,24
2,5,6
Jumlah
Item
3
3
7,20
37
3
3,4,8,11,
14
15
6
9,17,21,
41
10
5
13,18
2
12,34
31
3
25
26
2
29,32
2
35,42
39
3
22,27,28,
33
30,40
6
36
3
11
42
23,38
31
75
SEBARAN ANGKET KREATIVITAS BELAJAR SISWA
Item Soal Positif
A=4
B=3
C=2
D=1
Item Soal Negatif
A=1
B=2
C=3
D=4
76
ANGKET KREATIVITAS BELAJAR SISWA
1.
2.
Apakah Anda mencetuskan
gagasan
mengenai suatu permasalahan?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah Anda mengemukakan tanggapan terhadap suatu permasalahan yang
timbul?
3.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah Anda mengemukakan jawaban atas persoalan-persoalan yang Anda
temui?
4.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah Anda memberikan jawaban yang benar atas pertanyaan atau
masalah yang diajukan oleh guru Anda?
5.
6.
7.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah Anda memberikan banyak cara dalam penyelesaian suatu masalah?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah Anda memberikan saran dalam melakukan berbagai hal?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apabila teman atau guru Anda mengemukakan suatu masalah, Apakah Anda
mempunyai banyak gagasan mengenai masalah tersebut?
8.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Dalam mengemukakan pendapat atau jawaban Apakah Anda mampu
mengungkapkannya dengan jelas dan lancar?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
77
9.
Apabila guru memberikan tugas matematika, apakah Anda mampu
mengerjakannya sendiri?
10.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apabila guru memberikan tugas matematika dan Anda tidak dapat
mengerjakannya, apakah Anda mencontoh jawaban teman Anda?
11.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Pada saat pelajaran berlangsung, apakah Anda mengajukan pertanyaan
kepada guru?
12.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apabila guru memberikan soal, apakah Anda dapat mengerjakan soal yang
diberikan lebih cepat dari teman Anda?
13.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apabila guru memberikan tugas, apakah Anda mampu mengerjakan dengan
cara yang berbeda-beda?
14.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Meskipun guru tidak memerintahkan untuk mengerjakan soal-soal latihan,
apakah Anda tetap mengerjakannya?
15.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Jika Anda kesulitan dalam mengerjakan tugas matematika, apakah Anda
akan diam saja?
16.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Jika Anda kesulitan dalam mengerjakan tugas matematika, apakah Anda
akan menanyakan pada guru?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
78
17.
Apakah anda suka mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS maupun
buku paket untuk meningkatkan prestasi matematika?
18.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah setelah mendapatkan pelajaran matematika dari guru, anda akan
mencoba menyelesaikan soal-soal yang ada dalam buku sampai anda merasa
bisa?
19.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah anda benci mencari masalah-masalah yang berhubungan dengan
pelajaran matematika, karena matematika sulit?
20.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Jika Anda belum puas dengan penjelasan guru pada saat pelajaran
matematika, apakah Anda berusaha mencari keterangan yang lebih lengkap
di luar jam pelajaran?
21.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Jika ada tugas matematika, apakah Anda akan mengerjakan pada siang hari
dan jika tidak selesai akan Anda lanjutkan pada malam hari?
22.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah Anda mengubah cara belajar Anda karena cara yang lama sudah
bosan dan tidak efektif lagi dalam meningkatkan prestasi Anda?
23.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Pada penyampaian materi seberapa sering Anda memperhatikan guru Anda
dan mencatat setiap apa yang disampaikannya?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
79
24.
Apabila ada suatu kesalahan dalam prosees belajar mengajar, (misalnya:
guru salah dalam menerangkan), Apakah Anda tidak mengemukakan hal
tersebut?
25.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Dalam penyikapan suatu masalah, apakah Anda memunculkan hal-hal yang
baru atau hal-hal unik?
26.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Jika teman Anda mengemukakan hal baru dan unik, apakah Anda ingin
memunculkan hal itu juga kepada orang lain?
27.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Dalam membahas atau mendiskusikan suatu masalah, apakah Anda
mempunyai pendapat yang bertentangan dengan mayoritas kelompok?
28.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Dalam membahas atau mendiskusikan suatu masalah dalam kelompok,
apakah Anda menjadi orang yang diandalkan karena pendapat-pendapat
Anda?
29.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Dalam menyelesaikan suatu masalah, apakah Anda memiliki cara tersendiri
yang berbeda dengan teman Anda?
30.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah Anda meniru cara teman Anda dalam menyelesaikan suatu soal
matemaika?
31.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah jika ulangan matematika Anda kurang bagus, Anda akan ditegur
oleh orang tua Anda?
80
32.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Dalam proses belajar mengajar apabila menemui permasalahan, apakah
Anda mengajukan masalah yang tidak dikemukakan oleh teman Anda?
33.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah Anda mempertahankan gagasan-gagasan Anda meskipun mendapat
tantangan dan kritik dari teman?
34.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apabila ternyata gagasan atau pendapat yang Anda kemukakan tidak tepat,
apakah Anda mengakui kekeliruan-kekeliruan yang Anda kemukakan?
35.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah Anda mengembangkan ide atau gagasan yang dikemukakan oleh
teman Anda dalam memecahkan persoalan-persoalan matematika?
36.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Dalam menyelesaikan suatu masalah, apakah Anda kesulitan dalam
menguraikan jawaban dengan jelas dan terperinci?
37.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Apakah Anda mengemukakan jawaban-jawaban yang tidak lazim yang
belum pernah digunakan oleh teman atau guru Anda sebelumnya?
38.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Dalam memperjelas pendapat yang Anda kemukakan, apakah Anda
menambahkan detil-detil dari masalah tersebut?
39.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Dalam memperkuat gagasan Anda, apakah Anda menggunakan buku
sebagai literature?
81
40.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Jika dalam mengerjakan soal-soal matematika Anda merasa tidak dapat
mengerjakannya, apakah Anda merasa putus asa?
41.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Jika saat pelajaran matematika guru Anda tidak hadir, apakah Anda tetap
mempelajarinya meskipun teman-teman Anda bersantai?
42.
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Jika saat pelajaran matematika guru Anda tidak hadir apakah Anda
menkondisikan kelas, dan mengambil alih peran guru Anda untuk tetap
fokus pada materi pelajaran dan berdiskusi dengan teman-teman Anda?
a.
selalu
c.
kadang-kadang
b.
sering
d.
tidak pernah
Nama
Kelas
No. Absen
:……………………………………
:……………………………………
:……………………………………
LEMBAR JAWABAN
ANGKET KREATIVITAS BELAJAR
1.
a
b
c
d
2.
a
b
c
d
82
3.
a
b
c
d
23.
a
b
c
d
4.
a
b
c
d
24.
a
b
c
d
5.
a
b
c
d
25.
a
b
c
d
6.
a
b
c
d
26.
a
b
c
d
7.
a
b
c
d
27.
a
b
c
d
8.
a
b
c
d
28.
a
b
c
d
9.
a
b
c
d
29.
a
b
c
d
10.
a
b
c
d
30.
a
b
c
d
11.
a
b
c
d
31.
a
b
c
d
12.
a
b
c
d
32.
a
b
c
d
13.
a
b
c
d
33.
a
b
c
d
14.
a
b
c
d
34.
a
b
c
d
15.
a
b
c
d
35.
a
b
c
d
16.
a
b
c
d
36.
a
b
c
d
17.
a
b
c
d
37.
a
b
c
d
18.
a
b
c
d
38.
a
b
c
d
19.
a
b
c
d
39.
a
b
c
d
20.
a
b
c
d
40.
a
b
c
d
21.
a
b
c
d
41.
a
b
c
d
22.
a
b
c
d
42.
a
b
c
d
83
KISI-KISI ANGKET KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
Variabel
Aspek
Indikator
Penelitian
Kemandirian
Komponen-
Belajar
komponen
Siswa
dalam
kemandirian
1. Inisiatif dalam belajar
Item
Item
Jumlah
Positif
Negatif
Item
1,3,12,19,22,
9,30
9
2,4,5,11,13,
16,28,39
8,10,25
10
21,24,36,37,
38
20,35
7
6,.7,31
6
26,27
2. Tanggung jawab terhadap
tugas-tugas
3. Percaya diri terhadap hasil
pekerjaan
dalam
17,32,40
5. Kemandirian
dalam
menggunakan
pengetahuan
14,15,18
23,29,33,34
4. Kemandirian
mengambil keputusan
7
dan pengalaman sesuai dengan
situasi dan kondisi
Total Item
30
10
40
84
SEBARAN ANGKET KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
Item Soal Positif
A=4
B=3
C=2
D=1
Item Soal Negatif
A=1
B=2
C=3
D=4
85
ANGKET KEMANDIRIAN BELAJAR
1.
2.
3.
4.
Apakah Anda membuat jadwal untuk kegiatan belajar matematika Anda?
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
Apakah Anda terlambat mengikuti pelajaran matematika?
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
Apakah Anda bangun pagi untuk belajar matematika?
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
Apakah Anda mengerjakan tugas-tugas pada mata pelajaran matematika yang
diberikan oleh guru?
5.
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
Apabila jadwal belajar matematika Anda tertunda karena ada suatu acara,
apakah Anda menggantinya pada hari lain?
6.
7.
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
Apakah Anda diingatkan oleh orang tua Anda untuk belajar matematika?
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
Apakah Anda merasa terpacu setiap guru Anda mengingatkan
murid-
muridnya untuk belajar matematika?
8.
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
Ketika pelajaran matematika sedang berlangsung, apakah sering Anda keluar
tanpa ijin guru?
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
2
9.
Apakah orang tua Anda mengatur jadwal belajar matematika Anda di rumah?
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
10. Apakah Anda sering tidak mengumpulkan tugas, apabila guru metematika
Anda memberikan tugas dan menyuruh dikumpulkan?
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
11. Sebelum mengikuti pelajaran matematika di sekolah, apakah Anda
mempelajari terlebih dahulu di rumah?
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
12. Apakah Anda berinisiatif mendiskusikan materi pelajaran matematika di
sekolah agar dapat memperjelas konsep yang Anda pahami?
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
13. Apakah Anda belajar matematika karena dorongan dari diri Anda sendiri?
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
14. Apakah Anda mempelajari bukti-bukti referensi matematika, untuk
menambah pengetahuan yang Anda memiliki?
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
15. Sebelum guru Anda memberikan rangkuman sebelum pelajaran selesai,
apakah Anda membuat rangkuman atas kehendak sendiri?
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
16. Apabila guru memberikan tugas dirumah dan tidak dikumpulkan apakah
Anda mengerjakannya?
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
3
17. Apakah Anda mengerjakan soal-soal matematika yang ada di buku-buku
referensi tanpa perintah siapapun?
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
18. Dalam mengerjakan tugas matematika, apakah Anda mengerjakannya
sendiri?
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
19. Apakah Anda mengulang pelajaran di rumah, setelah guru menerangkan
pelajaran matematika di sekolah?
a. selalu
c. kadang-kadang
b. sering
d. tidak pernah
20. Apakah Anda mengandalkan teman Anda dalam mengerjakan tugas-tugas
matematika di sekolah?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
21. Apabila dalam belajar matematika menemui kesulitan, Apakah Anda
berusaha menyelesaikannya?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
22. Dalam mempelajari buku-buku pegangan, apakah Anda mencatat hal-hal
yang penting untuk mempermudah Anda?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
23. Apakah Anda mampu mengaitkan antara matematika yang Anda pelajari
dengan pengetahuan yang telah Anda dapat?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
24. Apabila diadakan ulangan harian mendadak sedang Anda tadi malam tidak
belajar, apakah Anda berusaha untuk bekerja sendiri?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
4
25. Jika Anda tidak dapat menyelesaikan tugas matematika, apakah Anda
membiarkannya saja?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
26. Pada hari libur, apakah Anda tetap mempelajari matematika di rumah?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
27. Apabila ada kesulitan dalam materi pelajaran matematika, apakah Anda
bertanya pada guru?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
28. Apakah Anda mengikuti pelajaran matematika dari awal sampai akhir?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
29. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara Anda dengan guru, apakah Anda
mendiskusikannya dengan guru?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
30. Apakah Anda berkeinginan diberi hadiah orang tua, apabila nilai matematika
Anda memuaskan?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
31. Apabila Anda terlambat mengikuti pelajaran matematika dan tidak diijinkan
oleh guru, apakah Anda pergi ke kantin atau bermain?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
32. Setiap kali akan menempuh ujian matematika, apakah Anda berfikir bahwa
Anda pasti berhasil?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
33. Apakah Anda mampu mengaitkan pelajaran matematika, dengan kehidupan?
5
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
34. Apakah Anda mampu menerapkan konsep-konsep matematika untuk
mengerjakan soal?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
35. Apabila diadakan ulangan harian, apakah Anda mencontek pekerjaan teman
Anda?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
36. Apakah Anda merasa bahwa keberhasilan matematika Anda ditentukan oleh
Anda sendiri?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
37. Apabila ada teman Anda yang tidak faham satu sub pokok bahasan, dan Anda
dimintai bantuan untuk menjelaskannya, Apakah Anda membantunya?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
38. Apakah Anda mampu menyelesaikan setiap persoalan matematika tanpa
bantuan orang lain?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
39. Pada saat malam hari, keluarga Anda sedang tidur dan Anda masih memiliki
tugas matematika yang belum selesai, apakah Anda tetap mengerjakan tugas
tersebut?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
40. Apakah Anda dapat mematuhi jadwal belajar matematika yang telah Anda
tetapkan?
a.
selalu
b. sering
c.
kadang-kadang
d. tidak pernah
1
Nama
Kelas
No. Absen
:……………………………………
:……………………………………
:……………………………………
LEMBAR JAWABAN
ANGKET KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
1.
a
b
c
d
21.
a
b
c
d
2.
a
b
c
d
22.
a
b
c
d
3.
a
b
c
d
23.
a
b
c
d
4.
a
b
c
d
24.
a
b
c
d
5.
a
b
c
d
25.
a
b
c
d
6.
a
b
c
d
26.
a
b
c
d
7.
a
b
c
d
27.
a
b
c
d
8.
a
b
c
d
28.
a
b
c
d
9.
a
b
c
d
29.
a
b
c
d
10.
a
b
c
d
30.
a
b
c
d
11.
a
b
c
d
31.
a
b
c
d
12.
a
b
c
d
32.
a
b
c
d
13.
a
b
c
d
33.
a
b
c
d
14.
a
b
c
d
34.
a
b
c
d
15.
a
b
c
d
35.
a
b
c
d
16.
a
b
c
d
36.
a
b
c
d
17.
a
b
c
d
37.
a
b
c
d
18.
a
b
c
d
38.
a
b
c
d
19.
a
b
c
d
39.
a
b
c
d
20.
a
b
c
d
40.
a
b
c
1
Download
Study collections