PRASANGKA SOSIAL TERHADAP SALAFI DI YOGYAKARTA Oleh: Melvia Damayanti dan Adi Cilik Pierewan, Ph, D. [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Prasangka sosial masyarakat terhadap Salafi di Yogyakarta. Lingkup penelitian ini yaitu prasangka masyarakat terhadap anggota salafi di Yogyakarta. Faktor penyebab dan dampak adanya prasangka sosial terhadap Salafi turut serta menjadi cakupan penelitian. Dampak yang ditimbulkan akibat adanya prasangka sosial yaitu meliputi dampak positif dan negatif. Kajian tentang prasangka sosial terhadap Salafi di Yogyakarta ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Informan penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan beberapa kriteria yaitu bukan anggota salafi, tidak pernah menjadi anggota salafi, tinggal di sekitar markas salafi, tetangga rumah maupun desa salafi di Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Proses analisis data penelitian ini menggunakan analisis model interaktif Miles dan Hubberman. Mulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, hingga proses penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prasangka masyarakat terhadap salafi tidak berdasarkan landasan fakta. Kategorisasi sosial, kompetisi, dan faktor lingkungan adalah penyebab timbulnya prasangka. Prasangka tumbuh dan berkembang dikarenakan informasi yang diterima dari keluarga, teman, media massa, dan tokoh agama masih simpang siur. Prasangka yang terjadi mengarah pada diskriminasi yang menimbulkan konflik antara warga dan anggota Salafi. Warga tidak ingin Salafi yang sebagian besar pendatang menguasai dan mendominasi wilayahnya. Warga yang berprasangka banyak yang menghindar dari Salafi sebagai loyalitas terhadap kelompoknya. Seiring berjalannya waktu warga mulai mengenal Salafi dan prasangka yang terjadi lambat laun melebur. Warga mulai menerima kehadiran mereka bahkan melibatkannya dalam beberapa kegiatan masyarakat setempat. Kurangnya informasi yang diperoleh masyarakat menimbulkan prasangka. Desas - desus dan kecurigaan mengakibatkan pelabelan terhadap kelompok yang sering melakukan konflik belum sepenuhnya hilang. Prasangka sosial terhadap salafi tidak sesuai landasan yang jelas dan tidak terbukti kebenarannya. Hal ini diketahui sendiri oleh setelah warga melakukan interaksi langsung dan mengenal dengan anggota salafi. Kata kunci: Prasangka Sosial, Salafi, Interaksi Sosial Jurnal Pendidikan Sosiologi UNY 2016 SOCIAL PREJUDICE AGAINST SALAFI IN YOGYAKARTA Written by : Melvia Damayanti and Adi Cilik Pierewan, Ph.D [email protected] Abstract This study aims to determine the social prejudice against salafi in Yogyakarta. The scope of this study is prejudice againts members of the Salafi community in Yogyakarta. The causes and effect of the social prejudices againts Salafi participate into research coverage. The impact causes by the existence of prejudice is the positive and negative impact. The study of social prejudice against Salafi in Yogyakarta using descriptive qualitative method. Informants were selected using purposive sampling technique based on criteria that are not members of Salafi, live araound the headquarters of Salafi, the neighboring homes or villages Salafi in Yogyakarta. Data collection techniques is done by observation and interviews. The research data analysis Miles amd Hubberman. Ranging from data colletion, data reduction, data presentation, until the conclusion. The result of this study indicate that the public prejudice againts Salafi not based foundation facts. Social category, competition and environmental factors are causing prejudice. Prejudice grow and develop because the information that has been received from friends, family, the media, and religious leaders still confusing. Prejudice which leads to discrimination occurs that causes a conflict between residents and members of the Salafi. Residents do not want salafi mostly migrants dominate and control of territory. Citizens are prejudiced many who shy away from Salafi as loyality to the group. Over time the people begin the recognize the Salafi and prejudices that occur slowly melt. Residents began receiving their presence even engage in some local community activities. The lack of information obtained by the public prejudice. Rumors and suspicions led to the labeling of the groups often do conflict have not disappeared. Prejudice against Salafi no clear foundation and unsubstantiated. It is known solely by residents after direct interaction and get to know members of the Salafi. Key Words : Social prejudice, Salafi, Social Interaction Jurnal Pendidikan Sosiologi UNY 2016 A. Pendahuluan pencarian kemurnian Islam. Krisis dan Agama berkaitan dengan kegagalan Islam dalam usaha manusia mengukur dalamnya arti menghadapi dari keberadaan diri sendiri dan alam modernitas semesta (Arifin, 2008: 14). Paham sosiologis. Kalangan umat Islam di gerakan keagamaan baru datang dengan dalamnya muncul kelompok intelektual pemikiran dan gerakan dengan sikap yang sangat yang berbeda dengan masyarakat setempat. Gerakan salafi berbagai dapat tantangan dilihat secara beragam (Boisard, 1986). melakukan perujukan kuat Islam masa Pada era kontemporer banyak awal sebagai perfect model ajaran agama muncul gerakan keagamaan Islam di Islam (Maarif, 2007: 13). Gerakan salafi Yogyakarta. ingin diantaranya: LDII, NU, Muhammadiyah, membentuk masyarakat yang Majelis Gerakan Mujahidin tersebut dianggap lebih baik yaitu masyarakat JIL, zaman Nabi (Maarif, 2007: 13). Hizbut Tahrir, Salafiyyah, dan Jamaah Indonesia, Terdapat pertautan yang erat Tabligh. Masyarakat justru menyikapi antara salafi Timur Tengah dan salafi di fenomena tersebut dengan prejudice atau Indonesia 13). prasangka. Masyarakat Yogyakarta masih banyak timbulnya yang lokal. dipertanyakan (Wrench et. al., 2006). Ketegangan teologis berdampak pada Pandangan bahwa jihad identik dengan pembelahan umat Islam merupakan kekerasan nampaknya berkembang di perwujudan Indonesia. Bom diledakan di tempat - (Maarif, memegang 2007: kultur sekaligus pengukuhan 3 umat Peran agama prasangka dalam mulai tempat umum dan mencelakakan banyak menjadikan kelompok individu tertentu orang. dengan kelompok individu lain tidak Tepat tanggal 11 September mau atau bersosialisasi 2001 bom menerjang gedung kembar di (Sears, et. al., 1985). Berprasangka Amerika dan beberapa serangan oleh buruk terhadap seseorang atau satu kelompok menerjang gedung Pentangon. kelompok tanpa mencari informasi yang Dunia tersentak dengan kelompok Islam akurat bisa menimbulkan prasangka yang dikenal dengan sebutan gerakan sosial (Ahmadi, 2009: 194). Prasangka Salafi sosial Radikal atau Neo - akan mempengaruhi persepsi Fundamentalisme Islam (Fealay, 2005: seseorang terhadap obyek (Irmawati, 12). Pasca tragedi 11 September Islam 2004: dianggap kekerasan keagamaan salafi di Yogyakarta menjadi (Schwartz, 2007: 2). Kondisi politik dan alasan peneliti mengambil lokasi ini. ekonomi serta kultural menjadi pelataran Masyarakat tumbuhnya gerakan salafi memperdebatkan masalah gerakan Islam identik dengan (Maarif, 2006: 96). Gerakan ini menganut paham ideologis. Bangsa heterogenitas yang dari 2). Yogyakarta kelompok baru saja Transnasional (Qodir, 2011: 56). memiliki kelompok Perkembangan Jaringan patronase politik dan etnis intelektual di Yogyakarta akan senantiasa rnenirnbulkan isu- isu yang mempengaruhi pemikiran dan sikap menjurus ke arah prasangka sosial dalam (Mar'at, 1982). (Kuntowijoyo, 2011: 199). Prasangka Salah timbulnya (Mar’at, satu prasangka pengalaman sejarah 1981). penyebab mempunyai mengahadapi ciri khas situasi pertentangan sosial adalah dalam kelompok yang ditandai oleh suatu bangsa kuatnya Prasangka akan ingroup dan outgroup (Ahmadi, 2009). Penganut paham salafi 4 bergabung yang perempuan memakai cadar dan b. Sumber Data Sekunder berpakaian gelap. Laki- laki penganut salafi bercelana “cungklang” Sumber data sekunder dan dalam penelitian ini berasal dari cenderung berjenggot panjang. Agama koran, buku-buku, internet, dan sebagai penyebab prasangka menarik dokumen. jika diteliti karena ajaran setiap agama ternyata mempromosikan nilai-nilai 4. Metode Penelitian kebaikan dan kemuliaan, termasuk tidak Penelitian ini menggunakan memiliki prasangka negatif terhadap metode sesama manusia (Putra dan Wongkaren, Penelitian kualitatif sebagai prosedur 2010). penelitian yang menghasilkan data B. Metode Penelitian atau lisan dari orang-orang atau Peneliti mengambil lokasi di perilaku yang diamati (Moleong, Yogyakarta. 2007: 4). 2. Waktu Penelitian 5. Teknik Pengumpulan Data Waktu penelitian dilakukan a. Observasi dari bulan April 2015 sampai dengan Observasi bulan September 2015. dilakukan di area sekitar tempat tinggal salafi di 3. Sumber Data Yogyakarta. Observasi dilakukan a. Sumber Data Primer Sumber dengan melihat dan mengamati data primer secara langsung aktivitas penganut dalam penelitian ini adalah hasil dan paham gerakan salafi wawancara tokoh dengan tokoh agama dan tokoh agama sekitarnya. masyarakat. 5 eksploratif. deskriptif berupa kata-kata tertulis 1. Lokasi Penelitian pengamatan kualitatif dan dengan masyarakat b. Wawancara Model analisis data dalam Wawancara ini diajukan penelitian ini menggunakan empat kepada anggota masyarakat dan tahapan sebagai berikut : tokoh a. agama. Wawancara Pengumpulan Data dilakukan dengan informan yaitu b. Reduksi Data masyarakat c. Penyajian Data di sekitar tempat gerakan salafi. Informan adalah d. Penarikan tokoh masyarakat dan Salafi di Verifikasi Kesimpulan atau Yogyakarta. C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan c. Dokumentasi 1. Sumber Prasangka Masyarakat pada Adapun data yang Salafi di Yogyakarta diperoleh dari studi dokumentasi Kultur lokal dianggap warga meliputi foto, koran, buku, media setempat elektronik. Teknik dalam menggunakan pengambilan penelitian teknik lokal ini dana mutualisme purposive gama tidak bersimbiosis menghilangkan identitas entitas. Kebiasaan, tradisi, dan kebudayaan masih diutamakan oleh 7. Validitas Data masyarakat. Mereka melakukan sebagai Validitas ini data ditunjukan pada bentuk penghargaan tersendiri yang dengan dijadikan tolok ukur menilai seseorang teknik triangulasi. dan kelompok. Prasangka di dalamnya, 8. Teknik Analisis Data emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar dugaan. 6 yang sesuatu yang berdampingan. Kultur sampling dan snowball sampling. penelitian sesuatu dihadapkan dengan agama melainkan 6. Teknik Pengambilan Sampel sampel bukan Proses belajar menjadi salah yang lebih baik daripada berbagai out- satu sumber terbentuknya prasangka. group lainnya. Prasangka dapat terjadi selain dari ada apabila kategorisasi “kita” dan proses belajar juga dari kompetisi. “mereka” telah ada. Seseorang dalam Seperti kompetisi menguasai wilayah suatu kelompok akan merasa dirinya dengan menjadi mayoritas tidak ingin sebagai ingroup dan orang lain sebagai kelompok lain menguasainya. Keinginan outgroup. Keyakinan ini didapatkan dari masyarakat agar kelompok lain tidak rangkaian menguasai sudah mengarah pada suatu mempelajari ajaran agamanya. Penganut kompetisi. Kompetisi agama kelompok warga proses setempat yang interpretasi yang beragam dan berbeda mayoritas NU dengan gerakan salafi. dalam memahami ajaran agamanya. perlahan Perbedaan pemahaman menjadi awal mengakibatkan prasangka. Prasangka mula timbulnya persepsi yang berbeda- dapat beda bahkan mengarah pada prasangka. menjadikan seseorang atau kelompok tertentu tidak mau bergabung memiliki dan antara yang memiliki memahami terjadi Kompetisiini Prasangka yang kadar cenderung atau bersosialisasi dengan kelompok negatif akan mengarah pada diskriminasi lain. dan Setiap akhirnya konflik tidak bisa dalam dihindarkan. Sisi lain agama sebenarnya masyarakat memiliki norma tertentu memiliki potensi yang dapat melahirkan yang berbagai bentuk konflik (intoleransi). digunakan budaya sebagai pedoman bertingkah laku. Kecenderungan kita Konflik untuk mengkotak-kotakan dunia “kita” intraagama atau disebut juga konflik dan memandang antar mazhab. Agama dalam interaksi kelompok kita sendiri sebagai kelompok sosialnya mengalami interpretasi dan ”mereka” dan 7 Ingroup dan outgroup seperti ini adalah konflik konflik interpretasi yang bertolak budaya lokal. Golongan mereka dapat belakang dalam aktifitas sosial. Konflik dikatakan cenderung menghindari hal- antar pemeluk agama dalam masyarakat hal yang berbau kesenangan duniawi. majemuk seringkali diikuti kepentingan Golongan mereka dianggap golongan sosial, ekonomi, politik dan sebagainya yang tertutup, ekslusif, dan konservatif. . Penampilan dengan bercadar identitas 2. Prasangka Sosial pada Gerakan Salafi Prasangka teroris media mengekspos ciri - ciri penampilan teroris perasaan terhadap sekelompok orang seperti itu (Nazwa, 2013: 48). Prasangka yang dengan berhubungan dengan stereotip yang kelompok mereka. Prasangka awalnya merupakan tanggapan tertentu mengenai sikap perasaan negatif lambat laun watak pribadi seseorang atau kelompok mengarah pada tindakan diskriminatif. yang cenderung negatif. berbeda Apa yang ada dalam pikiran manusia Stereotip orang hasil ia berinteraksi dan bersosialisasi berprasangka terbentuk digunakan berhubungan wajar untuk menilai dan yang sebelum dengan ia yang menyimpulkan keadaan di sekitarnya. diprasangkai. Persepsi dipengaruhi oleh Hal ini terjadi di lingkungan masyarakat keadaan lingkungan salah satunya media sekitar markas gerakan salafi. Pengikut massa. Media massa sebagai agen manhaj salaf mempunyai ciri khas sosialisasi dan sumber informasi mudah tersendiri. Penampilan mereka dianggap dipercaya masyarakat. Persepsi manusia berbeda yang terbentuk belum tentu benar dan dari umumnya masyarakat setempat. sesuai karena merupakan hasil dari Mereka menolak aktifitas manusia keagamaan yang mencampur Islam dan belajar dan memahami lingkungan. Sebelum mengetahui fakta 8 dikarenakan sikap dianggap sosial sebagai atas kejadian yang terjadi di sekitarnya pengamat (Brigham, 1991). Hal ini manusia bahkan mencoba menebak dan mengimplikasikan menduga- duga yang pada akhirnya penilaian yaitu kecenderungan untuk menimbulkan prasangka atau prejudice. menilai negatif karakteristik anggota Perkembangan bias prasangka kelompok lain (out group members). seseorang dikarenakan faktor ekstern Stereotip yang terpelihara dalam waktu dan intern namun mendominasinya. faktor ekstern lama oleh masyarakat Prasangka diawali mengakibatkan munculnya prasangka dan akan oleh stereotip seseorang atau kelompok (prejudice) kepada orang lain atau kelompok. (discrimination). Kedua konsep tersebut Stereotip merupakan jalan pintas dari diduga menjadi salah satu penyebab proses mental dalam memahami orang tetap lain atau membuat penilaian terhadap pertikaian antar kelompok masyarakat di orang atau kelompok lain. Sebenarnya Indonesia. diskriminasi berlangsungnya berbagai warga ingin mempertahankan kekayaan Orang yang berprasangka kultutal lokal. Islam diperankan sesuai sudah bersikap curiga dan menentang identitas dan karakter budaya lokal komunikator bukan budaya luar. Islam dengan corak komunikasi (Effendy, 1981). Terjadinya yang beranekaragam menyebar tanpa prasangka sosial semacam ini dapat juga merusak kultur lokal. disebut dengan pertumbuhan prasangka Tradisi dalam praktik sosial tidak yang sadar. dan dikaitkan sebagai identitas lokal. sebenarnya dari orang yang dikenai Stereotip adalah suatu generalisasi yang stereotip diterima berpikiran sama. Prasangka sosial yang pertimbangan dari fakta Kekurangan pengetahuan tanpa dan melancarkan keagamaan masih saling berhubungan 9 terjadinya mempengaruhi kehidupan seseorang sadar dilakukan karena kepentingan menyimpulkan dan menilainya. Semula seseorang atau golongan tertentu demi prasangka mengarah pada penilaian keuntungan. berdasar seseorang Prasangka kita alami sejak (ciri fisik) sebelum mempunyai informasi yang kita masih mempunyai pengetahuan relevan yang dapat dijadikan dasar terbatas. Terbatasnya pengetahuan penilaian. terutama dalam ini hal adalah Bentuk prasangka dapat pengetahuan agama. Seseorang yang terwujud dalam: pertama, stereotip, yaitu hanya mengetahui permukaan ajaran pemberian agama yang dianutnya akan mudah seseorang berdasarkan kategori yang terombang- ambing dan masuk pada bersifat subjektif, hanya karena berasal lingkaran prasangka dan menjurus pada dari kelompok out group-nya. Kedua, diskriminasi. Manusia tidak mempunyai Jarak pedoman yang kuat seperti agama memisahkan seseorang atau kelompok karena sesungguhnya tak ada satu agama tertentu yang mengajarkan kekerasan. penerimaan tertentu. Agamawan dapat Prasangka setiap manusia berbedamengalami beda proses karena manusia interaksi sifat sosial, tertentu yaitu berdasarkan terhadap perasaan pada untuk tingkat dikatakan belum berhasil mentransfer nilai- dan nilai ajaran agama pada pemiliknya secara keseluruhan. Mereka sosialisasi yang berbeda juga. Prasangka juga secara umum adalah tindakan membuat menginternalisasikan penuh nilai- nilai keputusan sebelum mengetahui fakta dalam ajaran agama pada pemeluknya. yang relevan dan sesuai dengan objek Nilai-nilai terbatas pada keepentingan tersebut. Manusia belum mengetahui kelompok belum menuju kebenaran mengenai suatu hal tapi sudah universal. 10 ras belum sepenuhnya ke nilai Peluang kompetensi antar yang terlalu cepat, berat sebelah dan kelompok terbuka dan menimbulkan diikuti tindakan yang menyederhanakan sikap saling mencurigai, memaki dan suatu realitas (Kartono, 1981). memusuhi. Kelompok yang merasa Prasangka berakibat dengan atau berprasangka atau diprasangkai jika mencoba tidak dicari kebenarannya. Tindakan kekurangan tersebut bahkan sudah tergolong tinakan negatif berburuk sangka. Mereka mencari kesalahan dan kelompok agama lain. Saat prasangka mulai diskriminatif. yang diskriminatif karena prasangka sosial dapat merugikan berkembang bahkan mengarah pada masyarakat itu sendiri. Perkembangan diskriminasi. ini potensi- potensi diartikan lebih luas yaitu diantaranya menjadi terhambat. adalah sikap yang tidak masuk akal yang prasangka sosial dapat berubah kapan tidak terpengaruh oleh alasan rasional saja karena usaha langsung maupun (Rosnow, 1972). perubahan masyarakat. Prasangka Prasangka saat mempunyai menggambarkan manusia bahkan Stereotip dan Prasangka menutupi fakta jenis dan kebenaran mengenai suatu hal dan pembedaan terhadap orang lain sesuai mempengaruhi kehidupan masyarakat. dengan tingkatan penilaian yang kita Tidak sedikit diskriminasi terjadi akibat berikan. Prasangka yang berbasis ras dari prasangka yang tidak diketahui disebut kebenarannya rasisme, sedangkan yang tapi dipercaya oleh berdasarkan etnik adalah etnisisme. sebagian masyarakat. Isu seperti teror Prasangka adalah penilaian yang terlalu bom ditelan tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi mengakibatkan 11 Tindakan orang dan keyakinan tertanam itulah bagi akan kalah akan menutupi kekurangannya berprasangka negatif negatif begitu saja sehingga prasangka dalam masyarakat terhadap Salafi. Salafi terus media elektronik maupun media massa. berkembang dan menjalar seperti akar Media massa salah satu media yang kemudian dipercaya tumbuh tunas- tunas referensi oleh pergerakan baru. Masyarakat awalnya masyarakat. Media cetak maupun media tidak menerima dengan tangan terbuka elektronik, merupakan perantara yang kedatangan kaum salafi. Hal ini terjadi potensial karena kaum salafi dianggap “berbeda”. prasangka. Mereka dengan mudah dapat Masyarakat menimbulkan munculnya melakukan melihat posisi seseorang atau kelompok penolakan terhadap paham salafi karena dalam sudut pandang tertentu. Padahal dianggap berbenturan dengan apa yang pada titik tertentu masyarakat kadang mereka yakini dan pahami. Penolakan mengetahui, atau bahkan berhadapan tetap langsung dengan hal tersebut. Tidak ada terkadang meskipun belum masyarakat penuh aneh lagi jika warga diam- diam atau tentang salafi. Perspektif psikologi sosial secara langsung menolak keberadaan menjelaskan memahami kaum salafi. terjadinya permusuhan, dan kekerasan, ketidakadilan Penolakan oleh sekelompok masyarakat adalah dari antagonisme tertentu kelompok. yang lain yang menjadikan tatanan Antagonisme kelompok mempengaruhi memiliki tiga komponen yang saling masyarakat terkait Ketidakstabilan yaitu stereotip (stereotype), menjadi sekelompok tidak terjadi stabil. apabila prasangka (prejudice), dan diskriminasi penolakan dilakukan dengan cara yang (discrimination) (Taylor et al., 2009: tidak sesuai dan melanggar norma yang 210). berlaku. Pemahaman Pelanggaran norma terjadi masyarakat bukan tanpa sebab melainkan karena mengenai salafi sudah terpengaruh oleh cara yang digunakan gerakan salafi 12 sebagai dianggap tidak tepat sehingga membuat lagi resah masyarakat. Keresahan masyarakat kekacauan. Etika dakwah juga perlu ditindaklanjuti dengan tindakan yang dipatuhi terkadang sebagai kambing hitam emosi memudahkan kaum salafi sendiri. Kaum sesaat yang mengarah pada kekerasan. salafi biasanya memberi cap (stigma) Salafi dianggap aliran sesat oleh tidak kaum menimbulkan salafi agar dengan sebutan ahlu bid’ah, khawarij, karena penyebaran dan penyampaian pemberontak, yang dilakukan pada masyarakat tidak ahlu takfir, gerakan sempalan sesat, serta sesuai dengan kebiasaan dan budaya teroris, kepada tokoh dan gerakan Islam warga setempat. Kebudayaan kaum yang bukan kelompoknya. Kelompok mayoritas salafi mendominasi sehingga yang ruwaibidhah dikenal (dungu), menyampaikan mereka enggan jika suatu saat kaum dakwah secara arogan dan sedikit kasar minoritas mendominasi menjadikan masyarakat bertanya- tanya, wilayahnya. Warga tidak dengan mudah apakah salafi tersebut termasuk bagian menerima suatu hal yang dianggap tidak Islam biasa dan “berbeda”. Sikap warga merusak ketentraman negara. yang dikuatkan dengan paham salafi yang mengedepankan kelompoknya kebenaran dan menurut sedikitnya radikal yang nantinya akan Masyarakat menjadi cemas dan kawatir mengingat di beberapa rasa daerah telah terjadi pengeboman oleh toleransi gerakan ini sehingga mudah sekelompok orang yang disebut- sebut menyalahkan merupakan kelompok Islam Radikal. kelompok lain yang berbeda pandangan. Kerusuhan dan pengeboman tersebut Salafi tidak menyimpang dari ajaran Islam menurut terjadi diantaranya di Bali dan Jakarta. MUI. Bali dan Jakarta merupakan salah satu Penyebarannya perlu dikemas lebih apik daerah yang cukup berperan, Jakarta 13 sehingga sebagai ibukota negara dan Bali sebagai mengapa salafi dapat diterima dan daya tarik tempat wisata Indonesia di bertahan di kampung Pogung Dalangan dunia. Tidak heran jika masyarakat cukup lama. Padahal dari segi pakaian merasa terguncang sudah memiliki perbedaan yang cukup tersebut. Berita dengan ini keadaan menjalar ke signifikan, pada kaum mancanegara sehingga keamanan negara perempuan. Selain itu masjid Pogung dipertayakan. Warga asing menjadi takut Raya yang dibangun warga sekarang di dan cemas terhadap wilayah Indonesia. dominasi oleh kaum salafi bahkan bisa Kesalahan oleh dianggap dikuasai. Hal ini terjadi salah sekelompok radikal telah berimbas pada satunya karena warga enggan mengisi kelompok lain. Gerakan salafi yang masjid atau bahkan mengurusnya. yang dilakukan tidak radikal dianggap radikal karena Sosiologi menggunakan tiga sekelompok orang salafi radikal telah perspektif untuk mengkaji prasangka. meninggalkan kesan tidak baik pada Hubungan prasangka masyarakat dan warga. kelompok salafi akan dijelaskan dalam Stigma masyarakat terbentuk pandangan sosiologis yaitu: karena pengalaman- pengalaman yang a. Perspektif Fungsionalisme tidak menyenangkan dari kaum salafi itu Lingkungan sosial seseorang sendiri. Kaum salafi padahal beberapa membentuk diantaranya mampu berinteraksi dan seseorang dan saling mempengaruhi. bertoleransi dengan warga setempat. Prasangka Gerakan salafi berpengaruh sangat besar masyarakat di Yogyakarta memiliki dalam kesamaan diantaranya karena mereka meramaikan kegiatan agama prasangka sosial Islam di kampung ini. Ustadz yang berhubungan mengisis kajian juga memiliki andil berprasangka dan 14 khususnya pada yang dengan orang diri dialami yang jarang beinteraksi dengan gerakan salafi. Orang yang tidak membuat gerakan salafi merasa berprasangka butuh terhadap kaum salafi pemerintah. Prasangka terus ternyata dikarenakan melihat dari media bermunculan seiring kabar mengenai massa dan media elektronik. Prasangka aksi pengeboman di beberapa daerah di bahkan Indonesia yang disinyalir dilakukan oelh dapat menciptakan suatu solidaritas kelompok (in group) ketika gerakan muncul prasangka terhadap kelompok menjadi merasa semakin cemas dan lain (out group). kawatir dengan keberadaan gerakan b. Perspektif Konflik salafi. Pengeboman atau aksi terorisme radikal. Masyarakat Analisis dilakukan oleh para bahkan mengatasnamankan agama yang penganut teori konflik apa yang akan sebenarnya diboncengi oleh sekelompok terjadi jika suatu kelompok dihadapkan elit politik. Mempersulit situasi dengan dengan kelompok lain. Mereka lebih menghadapkan kelompok salafi dengan memfokuskan bagaimana kelompok lainnya. Menciptkan rasa menguntungkan takut dan kecurigaan antara kelompok, pengaturan pada tersebut pihak yang berkuasa. Pihak tertentu ras, dan etnis, dengan menyebarkan isu. melakukan suatu tindakan yang bisa c. Perspektif Interaksionisme Simbolis menguntungkan kelompoknya. Hal ini Penganut teori konlik seperti yang dilakukan negara Timur menitikberatkan peran kamu kapitalis Tengah yang menyokong gerakan salafi dalam mengeksploitasi ketidaksetaraan demi Wahabisasi. Pendanaan ini sangat ras dan etnis sedangkan para penganut mendukung kelancaran kegiatan gerakan interaksionisme simbolis mempelajari salafi di Yogyakarta. cara label mempengaruhi persepsi dan Sokongan dari negara- negara menciptakan prasangka. Timur Tengah ternyata seolah- olah 1) Label Menciptakan Prasangka 15 salafi Penganut interaksionisme hal simbolis menekankan bahwa label yang kita pelajari mempengaruhi atau warga enggan mengikutsertakan gerakan salafi. cara pandang kita terhadap seseorang. Label 3. a. Dampak Prasangka Sosial menjadikan seseorang melakukan atensi Prasangka akan terus selektif (selective attention); artinya bertahan salah satunya karena faktor label membuat seseorang untuk melihat ketidaksadaran hal-hal tertentu dan menutup mata atau dapat melakukan tindakan diskriminasi tidak mau tahu pada hal yang lainnya. tanpa ia sadari karena adanya prasangka. Label apabila diterapkan pada suatu Kerugian kelompok akan membuat seseorang prasangka terus dipupuk dan menjelma cenderung menjadi menganggap semua anggotanya. seseorang. yang Seseorang diperoleh tindakan apabila diskriminasi diantaranya: 2) Label dan Self-Fulfilling Prophecy Stereotip 1) Tindakan beberapa seseorang diantaranya bukan hanya membenarkan diskriminatif atau terhadap kelompok dapat menguntungkan kelompok lain. prasangka dan diskriminasi. Stereotipe 2) Tindakan diskriminatif juga bahkan melahirkan suatu perilaku yang menimbulkan konflik sosial yang digambarkan dalam stereotip. Sebagai memerlukan contoh, mneyelesaikannya. stereotip menggambarkan kelompok negatif energi lebih uuk gerakan 3) Prasangka sosial terhadp golongan salafi eksklusif. Sebagai kelompok yang lain dapat menimbulkan hambatan eksklusif warga jadi enggan bertanya antar kelompok dan memecah sikap atau menyapa. Bahkan dalam beberapa asosiatif. 16 kegiatan 4) Prasangka sosial dapat menjadi prasangka adalah orang atau kelompok outlet, pelepasan dari frustasi- frustasi lain, sikap tersebut didasarkan pada yang mengarah pada tindakan agresif keanggotaan seseorang terhadap kelompok tertentu (Newcomb, 1985: 64). yang dikambing hitamkan suatu kelompok. Dampak positif prasangka 5) Prasangka meningkatkan solidaritas dapat kelompok atau golongan. meningkatkan solidaritas kelompok yang berprasangka atau yang Dampak postitif dan negatif diprasangkai. Suatu kelompok akan sering dirasakan akibat prasangka tapi semakin harmonis dan erat apabila dampak negatif lebih sering dirasakan dihadapkan pada kelompok lain. Konflik sebagian masyarakat atau kelompok. antar kelompok yaitu warga dan gerakan Akibat prasangka menciptakan tindakan salafi mengerikan yang disebut diskriminasi. kelompok Kejadian tersebut adalah bukti bahwa Solidaritas prasangka dapat mendatangkan personil dari wilayah lain sosial dan merusak hubungan bahkan diskriminasi. sesungguhnya Jati diri mereka solidaritas masing- masing. salafi dengan gerakan untuk meningkatkan kekuatan bukti Islam meningkatnya kesolidan kelompok. Terjadi penguatan kelompok sehingga toleransi dan ramah. Prasangka adalah tanpa disadari terjalin kerjasama antar sikap anggota. Anggota kelompok semakin tidak Islam yang adalah yang bahwa meningkatkan menimbulkan baik dan dapat dianggap sebagai suatu predisposisi menguatkan untuk mempersepsi, berfikir, merasa dan keyakinan yang dianut. Hal ini terjadi bertindak. Prasangka secara umum dapat ketika suatu kelompok didefiniskan sebuah sikap sosial yang setempat dihadapkan dengan kelompok biasanya yang berbeda yaitu gerakan salafi. bersifat negatif, objek 17 pada keloyalannya pada yaitu warga Masyarakat sekarang teori menyatakan bahwa dillanda penyakit akibat stereotyping peningkatan kontak antar anggota dari yang menjurus pada berburuk sangka. berbagai kelompok akan mengurangi Tanpa disadari sikap saling curiga prasangka diantara kelompok tersebut menyebabkan tidak adanya titik temu dengan beberapa syarat (Petigrew, 1981) lagi. Benar atau salah kelompoknya akan yaitu; menjadi yang paling benar. Bahkan tuduhan- tuduhan diklarifikasi yang akan pertentangan yang Pertentangan akibat bertuan apakah a) kelompok tersebut setara dalam hal tidak kedudukan sosial, ekonomi dan status; menimbulkan turun b) situasi temurun. berkepentingan kerjasama mendukung dan saling tidak tergantung sehingga mereka dapat rekayasa atau bekerja sama dalam mencapai tujuan adalah hal yang disepakati; yang c) bentuk kontak sebaiknya informal sehingga antar anggota dapat saling b. Penyelesaian Prasangka Sosial mengenal sebagai individu dan bukan Metode yang direkomendasikan sebagai anggota kelompok tertentu; oleh banyak ahli psikologi sosial dalam masalah harus tuduhan seharusnya dicari tahu. menangani kontak terjadinya menjadikan kita alat orang- orang sosial d) kontak harus terjadi dalam kondisi tersebut dimana (Baron & Byrne, 1997), yaitu: norma yang berlaku menguntungkan belbagai pihak; 1) Memutuskan siklus prasangka e) interaksi 2) Kontak antar kelompok menjamin antar kelompok terjadinya harus diskonfirmasi Berkaitan dengan hal tersebut, tentang stereotip yang melekat pada suatu hipotesis yang kemudian dikenal masing-masing kelompok (Baron & dengan contact hypothesis, yaitu suatu Byrne, 1997). 18 yang 3) Rekategorisasi / dekategorisasi Rekategorisasi pembaharuan Perbedaan paham dengan kultur lokal merupakan masyarakat kategori- masyarakat terhadap tidak membuat mudah menerima kategori yang telah ada. Proses ini gerakan salafi. Terdapat perbedaan yang merupakan cara untuk meminimalkan dirasakan batas-batas kelompok sehingga terjadi setempat dan gerakan salafi dan memicu pertukaran atau perubahan keanggotaan. tumbuhnya prasangka. 4). Affirmative action program Program dicanangkan aksi afirmatif untuk kelompok Prasangka ini Yogyakarta pada masyarakat sosial warga salafi membentuk memberikan masyarakat persis pada zaman Nabi. perhatian yang lebih bagi mereka yang Masyarakat ingin praktik keagamaan kurang beruntung dan minoritas. Asumsi disesuaikan program ini adalah bahwa pemberian Identitas perhatian khusus dipertahankan minoritas lambat pada laun kelompok juga akan juga tanpa lokal. akan terus dihilangkan. diskriminasi. Kategorisasi sosial sebagai Era reformasi organisasi dan menjadi salah satu sumber prasangka bahkan gerakan semakin menjauhkan warga dengan keagamaan dan lainnya menampakan wujudnya lokal budaya interaksi sosial dan memicu tindakan D. Kesimpulan kesempatan karakter Prasangka sosial dapat menghambat menguntungkan pihak mayoritas. termasuk salafi. Dampak yang ditimbulkan Salafi adalah orang- orang yang tetap di selain dampak negatif juga ada dampak atas manhaj kenabian dan menisbatkan positifnya. Dampak positif prasangka diri mereka kepada pendahulu mereka adalah dapat yang antar kelompok in group dan out group. shalih yang gerakan gerakan salafi. disebut salaf. 19 Yogyakarta mempererat solidaritas Semakin sering terjalin interaksi antara Nazwa, Ninung Farihani.(2013). Pengikut Manhaj Salaf Di Tengah Gempuran Modernitas. Jurnal Sosiologi Islam. 3, (1). warga dan gerakan salafi akan semakin meleburkan prasangka warga terhadap gerakan salafi. Newcomb T.M. (1985). Psikologi Sosial. Bandung: Diponegoro. Putra, I.E. & Wongkaren, Z.A. (2010). Skala Fundamentalisme Islam dan Pengaruhnya terhadap Prasangka. Psikobuana. E. Daftar Pustaka Ahmadi, Abu H. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta. Pettigrew, F.T., Christ, O., Wagner, U., Meertens, R.W., Dick, Rv., & Zick, A (2008). Relative Deprivation and Intergroup Prejudice. J, 2008. Arifin, Bambang Syamsul. (2008). Psikologi Agama. Bandung: Pustaka Setia. Qodir, Zuly. (2011). Sosiologi Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, A. Robert & Byrne, Donn. (1997). Social Psychology. London : Allyn and Bacon. Qodir, Zuly. (2008). Gerakan Salafi Radikal Dalam Konteks KeIndonesian, ISLAMICA. 3, (1). Boisard, Marcel A. (1986). Humanisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Rosnow, Ralph L. (1972). Poultry and Prejudice. Psychology Today. March. Brigham. C. John. (1991). Social Psychology. Harper Collins Publishers Inc. Schwartz, Stephen Sulaiman. (2007). Dua Wajah Islam: Moderatisme dan Fundamentalisme dalam Wacana Global, terj. Hodri Ariev. Jakarta: The Wahid Institute. Effendy, Onong Uchjana. (1981) Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Alumni. Irmawati. (2004). Pengaruh Prasangka Sosial Terhadap Persepsi Kemampuan Kerja Karyawan. Skripsi S1. Universitas Sumatera Utara. Taylor, M. & Horgan, J. (2001). The Psychological and Behavioral Bases of Islamic Fundamentalism. Terrorism and Political Violence. 10, (4): 37-71. Kartono, Kartini, (1991). Patologi Sosial. Jakarta: Rajawali. Kuntowijoyo. (1991). Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi. Bandung: Penerbit Mizan. 20