PERSEPSI SISWA TERHADAP POLA INTERAKSI DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SMP DUA MEI CIPUTAT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Disusun Oleh : Yusuf Muarif Hidayat NIM : 109015000106 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 PERSEPSI SISWA TERHADAP POLA INTERAKSI DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Guna Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Yusuf Muarif Hidayat NIM. 109015000106 Yang mengesahkan, Dosen Pembimbing Skripsi Dr. Muhammad Arif, M.Pd NIP. 197006061997021002 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 iii SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Yusuf Muarif Hidayat NIM : 109015000106 Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi yang berjudul “Persepsi Siswa Terhadap Pola Interaksi Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Di SMP Dua Mei Ciputat” merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana strata (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 28 Maret 2014 Penulis Yusuf Muarif Hidayat NIM. 109015000106 iv ABSTRAK Yusuf Muarif Hidayat, NIM 109015000106, Persepsi Siswa terhadap Pola Interaksi dalam Pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat. Skripsi Program Studi Pendidikan Sosiologi-Antropologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penyebab proses pembelajaran di dominasi guru dan persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuatitatif. Teknik pengumpulan datanya antara lain observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Kemudian teknik analisisnya untuk wawancara yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan kuesioner menggunakan teknik yaitu editing, skorsing, dan tabulating. Pola interaksi yang sering digunakan oleh guru IPS di SMP Dua Mei Ciputat adalah pola satu arah dan pola dua arah. Pola satu arah merupakan cara untuk menyampaikan materi yang harus diketahui, atau sulit dipahami siswa. Sedangkan pola dua arah merupakan pola yang memungkinkan terjadinya timbal balik, guru menyampaikan materi dan siswa menanggapi materi yang disampaikan. Sedangkan persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat adalah sebagian kecil siswa mengatakan setuju terhadap pola interaksi satu arah. Sedangkan pola interaksi dua arah, hampir seluruhnya siswa mengatakan setuju. Kata kunci : Persepsi siswa, Pola interaksi dalam pembelajaran, IPS, SMP Dua Mei Ciputat v ABSTRAK Yusuf Muarif Hidayat, NIM 109015000106, Perception of Students about Patterns of Interaction in Learning Social Studies in Two May Junior High School, Ciputat. Thesis Studies Sociology of Education, Majoring in Social Study, Faculty of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University Syarif Hidayatullah of Jakarta, 2014. The purposive of this research was to knowed the cause of the dominance of the teacher in the learning process and perception of students about patterns of interaction in learning social studies in Two May Junior High School, Ciputat. The method used in this research is descriptive qualitative approach and quantitative approach. Data collection techniques include observation, interviews, questionnaires, and documentation. Then analysis techniques for interviewing of data reduction, data display, and conclusion. And then questionnaire data using a technique is editing, suspension, and tabulating . Patterns of interaction that are often used by social studies teacher in Two May Junior High School is the pattern one way and two-way pattern. One -way pattern is a way to convey the material to be unknown, or difficult to understand students. Meanwhile, two-way pattern is a pattern that allows for reciprocity, teachers and students respond to the material conveying the material presented. While the students' perception of patterns of interaction in learning social studies in Two May Junior High School is a small fraction of students said they agree on the pattern of one-way interaction. While the pattern of two-way interaction, nearly all the students said they agree. Keywords : Perceptions of students, Patterns of interaction in learning, Social studies, Two May Junior High School vi KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Syukur Alhamdulilah segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis maka selesailah skripsi ini yang berjudul “Persepsi Siswa Terhadap Pola Interaksi Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat”. Tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi manusia, dan semoga kita menjadi pengikutnya hingga nanti, aamin. Selesainya skripsi ini tak lupa do’a dan kesungguhan hati, kerja keras serta bantuan dari berbagai pihak baik saran maupun bantuan lainnya. Tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan ini, dan lebih khusus ucapan terimakasih yang saya ucapkan kepada: 1. Ibu Nurlena Rifa’i MA.Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 3. Bapak Dr. Muhammad Arif, M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi, terimakasih atas segala bimbingan, ilmu, waktu, serta motivasinya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, 4. Ibu Cut Dhien Nourwahida. MA., selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah memberikan arahan, motivasi juga dukungan kepada penulis selama masa perkuliahan, 5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPS, yang sudah memberikan ilmu dan pengalaman dan mendidik untuk menjadi orang yang bermanfaat, 6. Bapak Enjang Supyan, M.Pd., selaku Kepala Sekolah Menengah Pertama Dua Mei Ciputat yang telah memberikan banyak kontribusi, 7. Bapak Saptono, S.Pd dan Ibu Dra. Soparidah M.Pd, selaku Guru IPS SMP Dua Mei Ciputat pengalamannya, yang telah memberikan pembelajaran dan vii 8. Kedua orang tercinta yang sudah membesarkan dengan penuh rasa kasih sayang yang tak berujung, 9. Adik dan kakakku serta keluarga besar tercinta, ucapan terimakasih yang tak terhitung oleh lembaran kertas maupun lisan, 10. Bella Septi Maulidya, S.Ip., yang telah merawat kembang menjadi indah dan berbunga, 11. Bambang Prihadi, yang telah memberikan peristiwa di atas pangggung miniatur, 12. Teater Syahid, Forum UKM dan kawan UKM, yang telah memberikan catatan dalam riwayat baik lisan dan tulisan, 13. Ahmad Muhajir, yang telah berjuang untuk menjadi superman. 14. Kerabat seperjuangan dan jutawan yaitu Didik, Iqbal, Furqon, Rahman, Cessna, Mubin dan Ridwan, 15. Teman seperjuang yaitu Bayu, Zaki, Desty, Nanda, Feri, Irul, Angga, Desi, Ega, Maroh, Azar, Bus, Awang, Beles, Dj, Gagap, Didut, Ari Dll. 16. Teman-teman dari berbagai jurusan dan kampus lain yang telah terlibat yaitu Reni, Naya, Arif Kud, Syafiq, Intje, Dkk. 17. Dan semua teman-teman Jurusan IPS ataupun dari Fakultas lainnya dari berbagai angkatan baik yang kenal ataupun yang tidak, serta tak tercatatat dan terlupakan. Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidak sempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan pembaca umumnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi dunia pendidikan khususnya dan pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya. Wassalamu’alaikumsalam Warrohmatullahi Wabarokatuh. Jakarta, 19 Maret 2014 Penulis viii DAFTAR ISI PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................................... i PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ....................................................... ii PERNYATAAN KARYA ILMIAH ................................................................ iii ABSTRAK ....................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... v DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 5 C. Pembatasan Masalah .................................................................................. 6 D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6 F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Persepsi ....................................................................................................... 8 1. Pengertian Persepsi .............................................................................. 2. Ciri-ciri Umum Persepsi ...................................................................... 10 3. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Persepsi ........................... 10 B. Pola Interaksi Guru dan Siswa ................................................................... 8 12 1. Pengertian Pola Interaksi .................................................................... 12 2. Jenis-jenis Pola Interaksi .................................................................... 14 3. Syarat Terjadinya Interaksi ................................................................. 24 4. Interaksi dalam Pembelajaran ............................................................. 26 ix C. Mata Pelajaran IPS .................................................................................... 31 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial .................................................. 31 2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial ........................................................ 33 3. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial ............................................... 34 D. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 36 E. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 38 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 40 B. Metode Penelitian ....................................................................................... 41 C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ............................................. 42 1. Data dan Sumber Data ........................................................................ 42 2. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 43 D. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................................... 47 E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ......................................... 49 F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 50 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah ............................................................................................ 54 1. Identitas Sekolah ................................................................................. 54 2. Sejarah Berdirinya SMP Dua Mei ...................................................... 54 3. Visi, Misi dan Tujuan SMP Dua Mei Ciputat .................................... 55 a. Visi .............................................................................................. 56 b. Misi .............................................................................................. 56 c. Tujuan Umum .............................................................................. 57 4. Struktur Organisasi SMP Dua Mei ..................................................... 57 5. Keadaan Guru dan Karyawan ............................................................. 57 6. Keadaan Siswa .................................................................................... 58 7. Kurikulum ........................................................................................... 59 B. Deskripsi Data Penelitian .......................................................................... 61 x C. Analisis dan Pembahasan .......................................................................... 71 1. Pola Interaksi Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat ..................................................................................... 71 a. Pola Satu Arah .............................................................................. 76 b. Pola Dua Arah ............................................................................. 78 2. Persepsi Siswa Terhadap Pola Interaksi Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat ....................................... 81 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................... 84 B. Saran ................................................................................................... 84 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 86 LAMPIRAN-LAMPIRAN xi DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Dimensi IPS dalam Kehidupan Manusia .......................................... 36 Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ............................................................................... 40 Tabel 3.2 Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ................. 43 Tabel 3.3 Pendoman Observasi ......................................................................... 44 Tabel 3.4 Pendoman Wawancara ...................................................................... 45 Tabel 3.5 Pendoman Kuesioner ......................................................................... 47 Tabel 3.6 Skor pada Angket .............................................................................. 53 Tabel 4.1 Nama-nama Guru dan Staf SMP Dua Mei ....................................... 58 Tabel 4.2 Jumlah Siswa SMP Dua Mei Tahun Ajaran 2010-2013 ................... 59 Tabel 4.3 Jumlah Siswa SMP Dua Mei Tahun Ajaran 2013-2014 ................... 59 Tabel 4.4 Struktur kurikulum SMP Dua Mei Ciputat ...................................... 60 Tabel 4.5 Nama-nama Responden ..................................................................... 67 Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Kuesioner Pola Interaksi ...................................... 68 xii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Proses Interaksi dalam Pembelajaran ........................................... 16 Gambar 2.2 Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada isi ......................... 16 Gambar 2.3 Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada guru ...................... 16 Gambar 2.4 Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada siswa .................... 17 Gambar 2.5 Pola komunikasi satu arah ............................................................ 21 Gambar 2.6 Pola komunikasi dua arah .............................................................. 22 Gambar 2.7 Pola banyak arah atau multi arah .................................................. 23 Gambar 4.1 Persentase Hasil Kuesioner Pola Interaksi Satu Arah .................. 63 Gambar 4.2 Persentase Hasil Kuesioner Pola Interaksi Dua Arah ................... 65 Gambar 4.3 Persentase Pola Interaksi Dalam Pembelajaran di SMP Dua Mei Ciputat .......................................................................................... 72 xiii LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Observasi Lampiran 2 Hasil Wawancara Lampiran 3 Panduan Kuesioner Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah “Pendidikan merupakan subsistem budaya yang memiliki peran strategis dalam mendayagunakan potensi manusia agar menjadi lebih baik lagi, matang, mantap, utuh, dan produktif. Pendidikan bukan hanya dipersiapkan untuk pengembang potensi diri manusia, melainkan juga mengantisipasi dampak buruk dari kecenderungan perkembangan kebudayaan manusia.”1 Dalam garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1983 – 1988 tujuan pendidikan dinyatakan sebagai berikut. “Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.” 2 “Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan antara pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai siswa dapat membentuk pola perilaku itu sendiri.”3 “Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang di desain secara sengaja, sistematis, dan berkesinambungan. Sedangkan anak sebagai subjek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini melahirkan 1 Aryani Ine Kusuma dan Markum Susatim, Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2010), Cet. 1, h. 4. 2 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosda karya. 2007), h. 28. 3 Ibid, h. 10. 2 interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai mediumnya. Pada kegiatan belajar mengajar, keduanya (guru-murid) saling mempengaruhi dan memberikan masukan. Karena itulah kegiatan belajar mengajar harus merupakan aktivitas yang hidup, sarat nilai dan senantiasa memiliki tujuan.”4 “Pendidikan di dalam proses belajar-mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan kemudian di dalam kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan bahkan juga transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi antara komponen yang satu dengan yang lainnya. Serasi dalam hal ini berarti komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses belajar mengajar itu saling menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak didik.”5 Proses kegiatan interaksi belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di dalam kelas akan mempengaruhi jalannya proses pembelajaran. Ketika siswa tidak dapat bertanya pada saat kegiatan belajar mengajar dapat menghambat berlangsungnya proses kegitan belajar mengajar. Proses ini diharapkan dapat memicu keterampilan guru, sehingga keterampilan guru dalam mengajar perlu dipersiapkan dengan membuat rencana pembelajaran sebaik-baiknya dan semenarik mungkin. Makna penting dalam proses belajar mengajar, yaitu terciptanya suatu proses interaksi belajar baik antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, maupun antara siswa dengan lingkungannya. Interaksi dalam proses belajar mengajar dapat memberikan manfaat di sekolah yang baik bagi keduanya, karena guru dan siswa secara tidak langsung saling mempengaruhi ke dalam hal yang baik. Guru dan siswa memiliki peran dalam berlangsungnya proses interaktif, dimana guru memiliki peran sebagai pengajar dan siswa sebagai anak yang belajar. 4 Pupuh Fathurrohman, dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), h. 8. 5 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi-Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 172 3 Belajar adalah proses interaksi guru dengan siswa, siswa dengan guru ataupun siswa dengan siswa, dalam proses ini siswa dapat memperoleh pengalaman dari gurunya dan juga teman-temannya sendiri. Kemudian pengalaman yang didapatkan oleh siswa itu akan di konsultasikan kepada guru. Atau siswa dihadapkan masalah agar dapat diatasinya untuk dipecahkan masalahnya. Dengan adanya hal ini, maka terjadnya proses interaksi yang sangat memungkinkan dapat mengembangkan kemampuan siswa dan siswa akan berkembang, baik mental maupun intelektual. Oleh karena itu, dari kedua belah pihak antara guru dan siswa akan melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkannya sebagai mediumnya. Maka dengan adanya interkasi belajar mengajar jika diperankan secara optimal guna mencapai pengajaran yang sesuai dengan tujuan akan memiliki dampak yang baik. Adapun tujuan pengajaran itu dianggap berhasil dengan melihat sejauh mana hasil belajar siswa yang dapat dicapai atau diperoleh oleh siswa. Maka untuk mencapai itu semua perlu adanya kerjasama yang baik antara guru dan siswa selama proses pembelajaran. Tidak terlepas guru yang berfungsi sebagai fasilitator, motivator dan tranformator memiliki peran yang amat penting untuk mencapai tujuan itu sendiri, sebagai upaya penyampaian pembelajaran dengan memperoleh hasil belajar siswa yang memuaskan. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dari SD/MI, SMP/MTS sampai SMA/SMK/MAN. Di SMP/MTS dan SMA/SMK/MAN mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memuat materi yang terdiri dari Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, siswa diarahkan untuk dapat mengenal dan mempelajari lingkungan sekitar atau lingkungan sosial. Jika ditinjau lebih dalam lagi, maka nampak yang dibicarakan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan hubungan antar manusia, kelompok dengan kelompok, mengenal peradaban awal atau sejarah manusia, manusia dengan alam sekitarnya dan lingkungannya serta permasalahan-permasalahan sosial. 4 Hal ini berkaitan dengan fenomena yang terjadi di SMP Dua Mei Ciputat. Dalam beberapa bulan selama berlangsungnya Praktek Profesi Keguruan Terpadu peneliti telah mengamati di sekolah SMP Dua Mei Ciputat mengenai proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa, khususnya pada saat proses belajar mengajar mata pelajaran IPS. Peneliti melihat ada sebuah fenomena yang terjadi di dalam kelas, yaitu kegiatan pembelajaran yang diciptakan guru lebih sering didominasi oleh metode ceramah dan kurang divariasikan dengan metode pembelajaran lain. Kecenderungan guru ialah hanya terfokuskan penyampaian materi atau siswa hanya menjadi objek selama proses mengajar yang seharusnya keduannya saling memiliki peran selama proses belajar mengajar. Siswa hanya menyimak dan mendengarkan dengan baik. Dalam hal ini, siswa menjadi lebih pasif dan sangat kurang aktif, sehingga minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran menjadi sangat penting dalam mencapai pembelajaran yang optimal dan bertujuan. “Untuk mencapai tujuan pembelajaran, tentu saja seseorang bergantung pada ketrampilan guru dalam mengelola kegitan interaksi belajar mengajar. Penggunaan variasi pola interaksi mutlak dilakukan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan.”6 Dalam interaksi guru dengan siswa menjadi sangat optimal apabila siswa memiliki rasa antusiasme dan semangat belajar. Salah satunya dengan adanya motivasi belajar pada setiap siswa. Motivasi menjadi hal yang penting dalam kegiatan proses belajar siswa, karena dapat mempengaruhi proses belajarnya. Motivasi dapat memberikan semangat belajar dengan menumbuhkan rasa ingin tahu, rasa ingin mencapai, sehingga dapat menunjang proses belajar menjadi lebih baik. Ada banyak faktor-faktor yang dapat menunjang seorang siswa terdorong motivasi belajarnya, antara lain dengan adanya sarana dan prasarana, lingkungan sekolah, perilaku seorang guru, dan materi yang materi yang disampaikan guru 6 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 12. 5 serta temen sekelas juga memiliki peran penting. Melalui interaksi antara guru dan siswa diharapkan siswa dapat berkembang dengan baik, baik mental maupun intelektual. Dengan demikian peneliti melihat, pola interaksi merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran. Khususnya siswa sebagai sesorang yang menjadi objek pembelajaran. Melalui pola interaksi yang dibagi menjadi tiga yaitu, pola satu arah, pola dua arah, dan pola tiga arah atau banyak arah memungkinkan salah satunya membentuk pembelajaran yang menjadi lebih efektik guna mencapai tujuan pembelajaran. Untuk dapat menciptakan suasana belajar menjadi lebih efektif, kondusif dan produktif serta dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan. Atas dasar permasalahan di atas, maka peneliti tergugah untuk menela’ah lebih dalam terkait permasalahan tersebut. Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti tertarik dengan judul “Persepsi Siswa terhadap Pola Interaksi dalam Pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru. 2. Kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh metode ceramah dan kurang divariasikan dengan metode pembelajaran lain. 3. Siswa menjadi pasif kurang terlibat secara aktif. 4. Pola pembelajaran satu arah menyebabkan siswa kurang memiliki motivasi dalam pembelajaran. 5. Kurang adanya interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar-mengajar. 6. Siswa kurang perhatian terhadap mata pelajaran IPS. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan keterbatasan peneliti untuk membatasi masalah-masalah yang sudah ada diidentifikasi dengan tujuan agar 6 penelitian lebih terarah dan terfokuskan serta tidak menyimpang dari pokok pembahasan dan pokok penelitian. Oleh karena itu, penelitian membatasi pada pokok pola interaksi dalam pembelajaran, serta difokuskan pada persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka dibuatlah suatu rumusan masalahnya, yaitu; 1. Apa yang menyebabkan proses pembelajaran di dominasi oleh guru. 2. Bagaimana persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat. E. Tujuan Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah yang sudah dijelaskan di atas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang; 1. Mendeskripsikan penyebabkan proses pembelajaran di dominasi oleh guru. 2. Mengetahui persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat. F. Manfaat Penelitian Manfaat pada penelitian ini dibagi ke dalam dua bagian, yang terdiri dari : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritik, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu pendidikan dan disiplin ilmu sosiologi. Belajar sebagai perubahan tingkah laku, karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang membawa perubahan tingkah laku maupun perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi. 7 Melalui proses interaksi, memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual. 2. Manfaat Pragtis a. Manfaat bagi Instansi UIN Syarif Hidayatullah Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka melengkapi dan mengembangkan hasil penelitian yang sudah ada b. Bagi Sekolah 1) Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran melalui interaksi 2) Sebagai informasi atau bahan pertimbangan lembaga membuat dan menetapkan kebijakan dalam kegiatan proses belajar. c. Manfaat bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sebagai sumbangan pemikiran dan diharapkan mampu memberikan ruangan dan wahana baru bagi pengembangan ilmu dan konsep pendidikan dimasa yang akan datang. d. Manfaat bagi Peneliti Sebagai penambah khazanah keilmuan, pengalaman, latihan dan pengembangan teori untuk diterapkan, apa yang sudah di dapat selama dibangku perkuliahan. BAB II KAJIAN TEORITIS A. Persepsi Siswa 1. Pengertian Persepsi Menurut Sarlito Wirawan Sarwono dan Eko A. Meinarno mengatakan “dalam psikologi, persepsi secara umum merupakan proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi sosial dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih, dan diatur adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial serta yang menjadi fokusnya adalah orang lain.”7 Menurut kamus ilmiah popular yang diterbitkan oleh Tim Prima Pena, “persepsi adalah hal mengetahui, melalui indera, tanggapan indera, daya memahami”.8 Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi ialah hasil sebuah pengamatan yang dapat diuraikan atau ditafsirkan melalui indera untuk mengetahui sesuatu hal. Sedangkan menurut Slameto mengemukakan “persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium.”9 “Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap sesuatu kejadian yang dialami. Dalam kamus standar dijelaskan bahwa persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata mengunakan pengamatan penginderaan. Persepsi 7 ini didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan Sarlito Wirawan Sarwono dan Eko A. Meinarno. Psikologi Sosial . (Jakarta; Salemba Humanika, 2011) h. 24 8 Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Gitamedia Press, 2006), h. 307 9 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 102. 9 mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.”10 Menurut Abdul Rahman Shaleh berpendapat “definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan. Mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek rangsang. Dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek.”11 Sarlito Wirawan Sarwono dan Eko A. Meinarno berpendapat “secara umum, persepsi sosial adalah aktivitas mempersepsikan orang lain dan apa yang membuat mereka dikenali. Melalui persepsi sosial, kita berusaha mencari tahu dan mengeti orang lain.”12 “Dengan persepsi sosial, pertama kita berusaha mengetahui apa yang dipikirkan, dipercaya, dirasakan, diniatkan, dikehendaki, dan didambakan, orang lain. Kedua, membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan ekspresi wajah, tekanan suara, gerak-gerik tubuh, kata-kata, dan tingkah laku mereka. Dan ketiga, menyesuaikan tindakan sendiri dengan keberadaan orang lain berdasarkan pengetahuan dan pembacaan terhadap orang tersebut.”13 Seperti pada contoh berikut ini yang dijelaskan oleh Sarlito Wirawan Sarwono dalam buku Pengatar Umum Psikologi mengatakan; “Pada seorang bayi yang baru lahir, baying-bayang yang sampai ke otak masih tercampur aduk, sehingga bayi belum dapat membeda-bedakan benda-benda dengan jelas. Makin besar anak itu, makin baiklah struktur susunan syaraf dan otaknya, dan ditambah dengan bertambahnya pengalaman anak tersebut mulai dapat mengenal obyek-obyek satu persatu, menbedakan antara benda satu dengan benda yang lainnya dan mengelompokan benda-benda yang berdekatan dan serupa. Ia mulai dapat memfokuskan perhatian kepada satu obyek, sedangkan obyek-obyek lain 10 Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengatar Dalam Perspektif. (Jakarta; Kencana, 2004) h. 88 11 Ibid, h. 89 12 Sarlito Wirawan Sarwono dan Eko A. Meinarno. Psikologi Sosial. (Jakarta; Salemba Humanika, 2011) h. 24 13 Ibid, h. 25 10 di sekitarnya dianggap sebagai latar belakang. Kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokan, memfokuskan dan sebagainya itu.”14 Dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan proses pengamatan yang menciptakan sebuah pengetahuan yang diperoleh, ditafsirkan melaui penglihatan, pengalaman, perencanaan dan dipercaya sehingga menghasilkan sebuah pandangan pada sesuatu hal. 2. Ciri - Ciri Umum Persepsi Menurut Abdul Rahman shaleh dan Muhbib Abdul Wahab pada buku Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspekif Islam mengatakan bahwa “penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, dan konteksi ini disebut dengan sebagai dunia persepsi. Agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna, ada ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi, diantaranya adalah: a. Modalitas Rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensoris dasar dan masing-masing indera (cahaya untuk penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi perasa; bunyi bagi pendengaran; sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya). b. Dimensi Ruang Dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang); kita dapat mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, latar depan-latar belakang, dan lain-lain. c. Dimensi waktu Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tuamuda, dan lain-lain. d. Struktur Konteks Keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteksi ini merupakan keseluruhan yang menyatu.”15 14 Sarlito Wirawan Sarwono. Pengantar Umum Psikologi. (Jakarta; Bulan Bintang, 2000) h. 39 15 Abdul Rahman Saleh & Muhbib Abdul Wahab. Psikologi Suatu Pengatar Dalam Perspektif. (Jakarta; Kencana, 2004) h. 89-90 11 3. Faktor – Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi Menurut Abdul Rahman shaleh dan Muhbib Abdul Wahab pada buku Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspekif Islam mengatakan bahwa “karena persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan proses penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi: a. Perhatian yang selektif. b. Ciri-ciri rangsang. c. Nilai dan kebutuhan individu. d. Pengalaman terdahulu.”16 Untuk penjelasannya di atas diuraikan sebagai berikut; a. Perhatian yang selektif. Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya untuk itu, individunya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan demikian, objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai objek pengamatan. Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatian dan ke arah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan. b. Ciri-ciri rangsang Rangsang yang bergerak di antara rangsag yang diam akan lebih menraik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar di antara yang kecil; yang kontras dengan latar belakangmya dan intensitas rangsangnya paling kuat. e. Nilai dan kebutuhan individu Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamtannya dibanding seorang bukan seniman. Penelitian juga 16 Ibid, h. 118-119 12 menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat koin lebih besardaripada anak-anak orang kaya. f. Pengalaman dahulu Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengarui bagaimana seseorang mempersepsi dunianya. Cermin bagi kita tentu bukan barang baru, tetapi lain halnya bagi orang-orang mentawai di pedalaman Siberut atau saudara kita di pedalaman Irian. B. Pola Interaksi Guru dan Siswa 1. Pengertian Pola Interaksi Sebagai mahluk sosial, manusia dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan hubungan dengan manusia yang lain. Hubungan tersebut tercipta karena manusia saling membutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Karena manusia tidak bisa lepas dari manusia lainnya dan tidak bisa melakukan seorang diri. Kecenderungan manusia berhubungan melahirkan komunikasi dengan manusia yang lainnya. Sehingga terciptanya suatu interaksi. Menurut Elly M. Setiadi, dan Usman Kolip mengatakan bahwa “interaksi merupakan hubungan antarmanusia yang sifat dari hubungan tersebut adalah dinamis artinya hubungan itu tidak statis, selalu mengalami dinamika.”17 “Hubungan antara manusia satu dan lainnya disebut interaksi. Dari interaksi akan menghasilkan produk-produk interaksi, yaitu tata pergaulan yang berupa nilai dan norma yang berupa kebaikan dan keburukan dalam ukuran kelompok tersebut. Pandangan tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk tersebut mempengaruhi perilaku sehari-hari.”18 Menurut Elly M. Setiadi, dan Usman Kolip dalam bukunya Ilmu Sosial dan Budaya Dasar mengemukakan bahwa “interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling memengaruhi dalam pikiran dan 17 Elly M. Setiadi, dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: pemahaman fakta dan gejala permasalahan sosial: teori, aplikasi, dan pemecahannya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2011), h. 62. 18 Ibid, h. 38. 13 tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Ada beberapa pengertian interaksi sosial yang ada di lingkungan masyarakat, di antaranya; Menurut H. Booner dalam bukunya, Sosial Psychology, memberikan rumusan interaksi sosial, bahwa: “interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu lain atau sebaliknya. Menurut Gillin and Gillin yang menyatakan bahwa interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang- orang secara individual. Antar kelompok orang, dan orang perorang dengan kelompok.” 19 Dengan demikian pada dasarnya, interaksi ialah hubungan antar inividu, kelompok, dimana dengan adanya hubungan itu dapat saling mempengaruhi, merubah baik dari yang buruk menjadi lebih baik atau sebaliknya. Dalam kamus bahasa Indonesia, “pola artinya adalah gambar, corak, model, sistem, cara kerja, bentuk, dan struktur.”20 Sedangkan “ interaksi artinya hal yang saling melakukan aksi, berhubungan, memengaruhi, dan antar hubungan.”21 Apabila kata tersebut dikaitkan dengan interaksi maka dapat diartikan pola interaksi adalah bentuk dasar cara komunikasi individu dengan individu atau individu dengan kelompok atau kelompok dengan individu dengan memberikan timbal balik antara pihak satu dengan yang lain dengan maksud atau hal-hal tertentu guna mencapai tujuan. “Dalam Kamus lengkap Bahasa Indonesia, M. Ali menyatakan bahwa pola adalah gambar yang dibuat contoh / model. Jika dihubungkan dengan pola interaksi adalah bentuk-bentuk dalam proses terjadinya interaksi. Interaksi yang bernilai pendidikan dalam dunia pendidikan ataupun yang disebut dengan interaksi edukatif, sebagai contoh dari pola interaksi adalah dalam hal seorang guru menghadapi murid-muridnya yang merupakan suatu kelompok manusia di 19 M. Setiadi,Elly, dkk, Ilmu sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2007), h. 90-91. 20 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008) h. 1088. 21 Ibid, hlm 542. 14 dalam kelas. Di dalam interaksi tersebut pada taraf pertama akan tampak bahwa guru mencoba untuk menguasai kelasnya supaya proses interaksi berlangsung dengan seimbang, di mana terjadi saling pengaruh-mempengaruhi antara kedua belah pihak. Sebagai contoh lain seorang guru mengadakan diskusi diantara anak didiknya untuk memecahkan sebuah persoalan, disinilah proses interaksi itu akan terjadi, adanya saling memberikan pendapat yang berbeda satu sama lain.”22 Pola interasksi merupakan suatu cara, model, dan bentuk-bentuk interaksi yang saling memberikan pengaruh dan mempengaruhi dengan adanya timpal balik guna mencapi tujuan. Guru sebagai pengajar memiliki peran penting untuk dapat mengatur jalannya kegiatan belajar mengajar melalui pola interaksi dimana guru berperan sebagai pemberi aksi melalui pengajaran dan juga bisa menjadi penerima aksi melalui pertanyaan-pertayaan yang diajukan oleh siswa. Sebaliknya siswa pun memiliki peran yang sama dengan guru bisa sebagai pemberi aksi melalui melalui pertanyaan-pertayaan yang diajukan olehnya dan juga bisa menjadi menjadi penerima aksi melaui belajar dan mendengarkan. Namun, kerjasama dapat sangat membantu dalam proses kegiatan belajar mengajar yang diperlukan oleh guru dan siswa. 2. Jenis-jenis Pola Interaksi Belajar mengajar adalah suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu atau kelompok secara sadar dan memiliki tujuan. Tujuannya berkaitan dengan arah dibawa kemana proses belajar mengajar. Melalui proses belajar mengajar interaksi dapat menjalankan fungsi sebagai media komunikasi agar mampu membawa perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap. Perlu adanya pola interaksi sebagai cara kerja atau bentuk arah komunikasi. Pola yang dimaksudkan ialah cara kerja atau bentuk komunikasi yang dilakukan oleh guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Maka dengan itu diperlukannya bentuk atau jenis dari pola 22 http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2261303-pengertian-pola-interaksi/ diakses pada tanggal 18 Oktober 2013 pukul 15.18 WIB 15 interaksi sebagai cara kerja atau bentuk agar terjadinya interaksi yang dilakukan oleh guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. “Kecenderungan manusia untuk berhubungan dengan yang lain melahirkan komunikasi dua arah, baik melalui bahasa dan tindakan atau perbuatan. Karena ada aksi, maka reaksipun terjadi dan inilah unsur yang membentuk interaksi. Perlu dipahami bahwa interaksi sebagaimana dijelaskan di atas tidak sama dengan interaksi pendidikan. Oleh karenanya, interaksi di sekitar kehidupan manusia dapat diubah menjadi interaksi yang bernilai pendidikan. Menurut Djamarah interaksi pendidikan ini terjadi dengan sadar yang didasari atas tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Dengan demikian, memunculkan istilah guru di satu pihak dan anak didik di lain pihak. Keduanya berada dalam interaksi pendidikan dengan posisi, tugas dan tanggung jawab yang berbeda, namun bersama-sama mencapai tujuan.”23 “Proses pembelajaran tatap muka antara guru dengan siswa biasanya dilakukan di dalam kelas (ruang), guru dalam proses itu lebih berfungsi sebagai pesan dan siswa penerimanya. Meskipun komunikasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran termasuk komunikasi publik atau kelompok, guru sewaktuwaktu bisa mengubahnya menjadi komunikasi antarpersonal; hal ini bisa dilakukan karena proses komunikasi tatap muka dikelas mempunyai kelompok yang relatif kecil. Terjadinya komunikasi dua arah ini ialah apabila para pelajar bersikap responsif, mengetengahkan pendapat dan tanggapan atau mengajukan pertanyaan, diminta atau tidak diminta. Sikap responsif siswa tentunya tidak hanya merespon guru saja tetapi dapat merespon siswa lain yang telah lebih dahulu memberikan setimulus (pendapat, tanggapan atau pertanyaan) dalam kondisi seperti ini maka telah terjadi komunikasi multi arah. Jika siswa pasif saja, dalam arti kata hanya mendengarkan tanpa ada gairah untuk mengekspresikan suatu pertanyaan atau peryataan, maka meskipun komunikasi bersifat tatap muka, tetap saja berlangsung komunikasi satu arah.”24 23 24 Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan, (Malang: UIN Malang Press, 008), h. 38. Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 10. 16 Menurut Sumiati dan Asrabahwa “proses interaksi dalam mengajar terjadi antara unsur guru, isi pembelajaran, dan siswa. Proses interaksi itu dapat di gambarkan dalam bagan seperti berikut: a. Pola dasar interkasi dalam pembelajaran Gambar 2.1 Proses Interaksi dalam Pembelajaran Guru Isi Siswa b. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada isi Gambar 2.2 Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada isi Guru ISI Siswa c. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada guru Gambar 2.3 Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada guru GURU Isi Siswa d. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada siswa.”25 25 Sumiati dan asra. Metode Pembelajaran. (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), h. 62. 17 Gambar 2.4 Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada siswa Guru Isi SISWA Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut : a. Pola dasar interkasi dalam pembelajaran Pola dasar interaksi terbagi kedalam tiga unsur, yaitu dengan adanya guru yang mengajarkan, siswa yang diajarkan dan materi pelajaran yang di sampaikan oleh guru atau yang dipelajari oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar sangat bergantung kepada guru, karena secara langsung guru yang mengatur proses berjalannya kegiatan pembelajaran. Pengunaan metode sangat mempengaruhi terhadap dominasi guru dan siswa terhadap proses pembelajaran. “Pola interaksi sebagaimana digambarkan oleh gambar di atas masih bersifat pola dasar. Artinya dapat terlihat unsur mana dari ketiga unsur di atas mendominasi proses interaksi dalam pembelajaran. Pola dasar ini dapat dijadikan dasar mengkaji berbagai gaya mengajar yang dimiliki oleh seorang guru. Sebab kita amati praktek pembelajaran dewasa ini telah dijalankan, ternyata dapat membeda-bedakan gaya mengajar yang beraneka ragam. Disini tampak, bahwa adakalanya guru mendominasi proses interaksi, adakanya isi mendominasi proses interaksi, adakalanya siswa mendominasi proses interaksi, dan adakalanya baik guru maupun siswa secara seimbang.”26 Ketiga unsur seperti, guru, siswa dan isi atau materi pembelajaran masih saling mempengaruhi dan saling tidak memiliki dominasi yang begitu kuat terhadap keberlangsungan pola interaksi. Dan pola interaksi yang terdiri pada unsur-unsur tersebut di jadikan pola dasar dalam proses pembelajaran agar terjadinya proses pembelajaran yang interaktif. 26 Ibid, h. 62. 18 b. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada isi “Pada gambar di atas dapat dilihat, bahwa dalam proses pembelajaran terdapat kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran di satu kutub, dan siswa mempelajari isi pembelajaran di kutub lain, namun terlihat berpusat pada isi/materi pembelajaran dalam praktek, proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru adakalanya terlihat kegiatan yang semata-mata berpusat pada guru, dan adakalanya pula berpusat pada siswa.”27 Jadi dapat disimpulkan, bahwa pada penjelasan di atas memaparkan kegiatan belajar mengajar berpusat pada isi atau materi pembelajaran yang dilakukan baik oleh guru sebagai pengajar maupun siswa yang belajar. c. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada guru “Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada guru, pada umumnya terjadi proses yang bersifat penyajian atau penyampaian isi atau materi pembelajaran. Dalam praktek pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada di pihak guru, sedangkan siswa hanya menerima dan diberi pembelajaran (pasif).”28 Pada pembelajaran ini, guru menjadi pusat kegiatan belajar mengajar dan pada prakter pembelajaran sepenuhnya di pihak guru. Dalam hal ini, guru memiliki peran sebagai pusat informasi dan juga pusat belajar siswa, dimana guru sumber belajar siswa melalui materi pelajaran yang di sampaikan olehnya. d. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada siswa “Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada siswa, siswa merencanakan sendiri materi pembelajaran apa yang akan dipelajari, dan melaksanakan proses belajar dalam mempelajari materi pembelajaran tersebut. Kegiatan dalam pembelajaran lebih banyak didominasi oleh siswa, sedangkan guru lebih banyak bersifat permisif, yakni 27 28 Ibid, h. 62. Ibid, h. 63. 19 membolehkan setiap kegiatan yang dilakukan siswa dalam mempelajari apapun yang dimauinya.”29 Maka dapat disimpulkan bahwa ada pembelajaran ini, kegiatan belajar mengajar terdapat di pihak siswa. Keberlangsungan proses pembelajaran diperankan oleh siswa, sehingga siswa yang menyiapkan materi pembelajarannya yang akan menjadi bahan ajar untuk siswa sendiri. “Ada tiga pola komunikasi antara guru dan anak didik dalam proses interaksi edukatif, yakni komunikasi sebagai aksi, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah menempatkan guru sebagai pemberi aksi dan anak didik sebagai penerima aksi. Guru aktif dan anak didik pasif. Mengajar di pandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran. Dalam komunikasi sebagai interakasi atau komunikasi dua arah, guru berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. Demikian pula halnya anak didik, bisa sebagai penerima aksi, bisa pula sebagai pemberi aksi. Antara guru dan anak didik akan terjadi dialog. Dalam komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah, komunikasi tidak terjadi antara guru dan anak didik. Anak didik dituntut lebih aktif dari pada guru, seperti halnya guru, dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi anak didik lain.”30 Dalam jenis pola interaksi ini pendapat Moh. Uzer Usman dalam buku Syaiful Bahri Djamarah pada buku guru dan anak didik dalam interaksi edukatif juga “mengemukakan pendapatnya sebagai berikut; a. Pola Guru – anak didik Guru Komunikasi sebagai aksi (satu arah) Anak Didik 29 Anak Didik Anak Didik Ibid, h. 63. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 12 30 20 b. Pola guru – anak didik – guru Guru Ada balikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antar siswa (komunikasi sebagai interaksi Anak Anak Anak Didik Didik Didik c. Pola guru – anak didik – anak didik Guru Ada balikan bagi guru, anak didik saling belajar satu sama lain. Anak Anak Anak Didik Didik Didik d. Pola guru – anak didik, anak didik – guru, anak didik – anak didik Interaksi optimal antara guru dan anak didik dengan anak didik (komunikasi sebagai transaksi, multi arah) e. Pola melingkar Setiap anak didik mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap anak didik belum mendapat giliran.” 31 Menurut Sumiati dan Asra pada buku Metode Pembelajaran “dalam proses pembelajaran, pola-pola komunikasi yang terjadi adakalanya bersifat searah, dua arah, atau komunikasi banyak arah.”32 Untuk dapat lebih jelasnya di uraikan sebagai berikut: a. Komunikasi satu arah Keberlangsungan komunikasi satu arah biasanya di dominasi oleh guru. Karena proses pembelajaran berlangsung, hanya guru yang berperan aktif yaitu menyampaikan materi pembelajaran sehingga dominasi peran siswa menjadi lebih pasif, siswa mendengarkan dan guru menyampaikan. “Komunikasi satu arah terjadi jika proses pembelajaran berlangsung dengan cara penuangan atau penyampaian materi pembelajaran dari guru kepada siswa. Jadi arah komunikasi adalah dari guru kepada siswa. suasana kelas biasanya tenang dan tertib, tidak ada suara, kecuali yang ditimbulkan 31 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 13-14. 32 Sumiati dan asra. Metode Pembelajaran. (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), h. 65. 21 oleh guru keadaan ini disebut pola guru – siswa dengan komunikasi sebagai aksi/satu arah.”33 Dapat disimpulkan bahwa pola satu arah atau komunikasi sebagai pemberi aksi dari guru kepada siswa dan juga pola yang didominasi oleh pihak guru selama proses pembelajaran. Guru menerangkan atau menyampaikan materi pembelajaran dan siswa mendengarkan dan menyimak dengan baik. Gambar 2.5 Pola komunikasi satu arah Guru Siswa Siswa Siswa b. Komunikasi dua arah “Komunikasi dua arah dalam proses pembelajaran memungkinkan terjadinya arus balik dalam komunikasi yaitu datang dari siswa kepada guru, selain dari guru kepada siswa. Komunikasi semacam ini terjadi jika proses pembelajaran dilakukan, misalnya dengan menggunakan metode atau teknik tanya jawab atau tidak ceramah saja. Suasana kelas dengan pola komunikasi dua arah jauh lebih hidup dan lebih dinamis dari suasana komunikasi satu arah. Ditandai dengan adanya umpan balik bagi guru meskipun kurang bahkan tidak ada komunikasi antar siswa. Keadaan seperti ini disebut pola guru-siswa-guru dengan komunikasi sebagai interaksi.” 34 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keberlangsungan pola dua arah atau komunikasi arus balik terjadi karena adanya komunikasi yang datang dari siswa kepada guru atau guru kepada siswa. Terjadinya pola 33 34 Ibid, h. 65. Ibid, h. 65. 22 ini karena penggunaan metode atau teknik tanya jawab. Pada kegiatan pembelajaran ini suasana kelas lebih interaktif karena adanya timbal balik antara guru dan siswa dan saling mendominasi. Gambar 2.6 Pola komunikasi dua arah Guru Siswa Siswa Siswa c. Komunikasi banyak arah “Komunikasi banyak arah dalam proses pembelajaran memungkinkan terjadinya arah komunikasi ke segenap penjuru dan masing-masing berlangsung secara timbal balik. Arah komunikasi bisa terjadi dari guru ke siswa, siswa ke siswa dan siswa ke guru. Suasana kelas memungkinkan terjadinya interaksi belajar mengajar secara hidup dan dinamis. Untuk meningkatkan keaktifan belajar, pola komunikasi yang diciptakan oleh guru mempunyai arah banyak. Dengan pola komunikasi banyak arah dapat tercipta suasana kelas yang dapat merangsang kegiatan belajar mengajar secara aktif. Ditandai dengan adanya umpan balik/feedback bagi guru. Komunikasi bukan hanya antara guru dengan siswa, melainkan juga siswa dengan siswa. Keadaan seperti ini disebut pola guru – siswa – siswa dengan komunikasi sebagai interaksi.”35 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi banyak arah dapat memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang lebih interaktif yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Dengan adanya timbal 35 Ibid, h. 66. 23 balik yang dilakukan oleh guru maupun siswa dapat meningkatkan keaktifan belajar. Gambar 2.7 Pola komunikasi multi arah atau banyak arah Guru Siswa Siswa Siswa “Jika disimak secara lebih dalam sasaran pembelajaran adalah terjadinya proses belajar pada diri siswa. Oleh karena itu kegiatan siswa yang bersifat aktif dalam mempelajari materi pembelajaran tertentu sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Dalam kegiatan belajar siswa, diperlukan pula kegiatan yang bersifat aktif pada pihak guru, yaitu dengan memberikan bimbingan, dorongan, rangsangan dan arahan tentang apa yang sepatutnya dipelajari dan bagaimana mempelajarinya, serta membantu siswa-siswi tertentu yang mendapat kesulitan belajar. Pada proses pembelajaran semacam ini keaktifan dalam melakukan kegiatan tidak hanya semata-mata berada pada guru semata, atau pada pihak siswa, melainkan tercermin pada adanya kegiatan guru yang bersifat aktif dalam mengajar, dan kegiatan siswa yang bersifat pula dalam belajar.”36 Untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru membuat perencanaan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana yang telah dibuat. Dengan cara semacam ini, diharapkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang berpusat pada guru, maupun yang berpusat pada siswa. Diketahui keberhasilan belajar melalui suatu penilaian yang dilakukan di akhir pembelajaran. Atas dasar penjelasan di atas, proses 36 Sumiati dan asra. Metode Pembelajaran. (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), h. 63. 24 pembelajaran merupakan upaya mempertemukan dua kutub ekstrim, yaitu guru aktif – siswa pasif, dan guru pasif – siswa aktif, sehingga terjadi keseimbangan keaktifan, baik di pihak guru maupun dipihak siswa. Pandangan seorang guru tentang apa yang dimaksud dengan mengajar memberi warna pada metode pembelajaran yang dilaksanakan. Sebagai suatu misal, guru yang berpandangan bahwa mengajar adalah menyampaikan pembelajaran kepada siswa, tentu akan menggunakan metode pembelajaran yang bersifat pemberian informasi kepada siswa tentang materi pembelajaran yang diajarkan. Sebaliknya, jika guru berpandangan bahwa, mengajar adalah membimbing siswa belajar, metode pembelajaran yang digunakan adalah membantu siswa dalam mempelajari materi pembelajaran. Pola tersebut dapat digambarkan dengan pembagian tiga bentuk pola interaksi, antara lain; komunikasi satu arah, komunikasi dua arah, dan komunikasi tiga arah arah atau banyak arah. Karena dengan adanya berbagai bentuk dari pola interaksi ini akan mempengaruhi terhadap metode yang dilakukan oleh guru. Metode pembelajaran inilah yang menjadi nilai penting terhadap keberlangsungan pola interaksi sebagai medium dari proses belajar mengajar. Guru memiliki peran penting dalam dalam proses belajar mengajar, karena guru seharusnya mengenali siswa dengan baik melalui interaksi yang lebih baik sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya. 3. Syarat Terjadinya Interaksi Menurut Elly M. Setiadi dalam buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar mengatakan “untuk terjadinya suatu interaksi sosial diperlukan adanya syaratsyarat yang harus ada, yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi”37 Untuk lebih jelasnya kedua syarat-syarat terjadinya suatu interaksi sosial akan diuraikan sebagai berikut: a. Adanya kontak sosial 37 M. Setiadi,Elly, dkk, Ilmu sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2007), h. 94. 25 “Kata kontak yang berasal dari bahasa latin “con” yang artinya bersama-sama dan “tango” yang berarti menyentuh jadi secara harfiah kontak berarti “bersama-sama menyentuh”. Sebagai gejala sosial kontak tidak perlu terjadi dengan saling menyentuh saja, oleh karena itu orang dapat mengadakan hubungan dengan orang lain tanpa harus terjadi kontak secara fisik. Misalnya, orang berbicara melalui telepon, berkirim kabar melalui surat, dan sebagainya. Kontak sosial ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negative. Kontak sosial yang bersifat positif dapat mengarahkan pada suatu kerja sama, sedangkan kontak yang bersifat negative dapat mengarahkan seseorang pada suatu pertentangan bahkan dapat menyebabkan tidak terjadinya interaksi sosial.”38 “Suatu kontak dapat pula bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, seperti misalnya apabila orang-orang tersebut berjabat tangan, saling senyum, dan seterusnya. Sebaliknya kontak yang sekunder memerlukan perantara. Misalnya A berkata kepada B, bahwa C mengangumi permainannya sebagai pemegang peranan utama salah satu sandiwara. Sama sekali tidak bertemu dengan C, akan tetapi telah terjadi kontak antara mereka, oleh karena masing-masing memberikan tanggapan, walaupun dengan sementara B. suatu kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung.”39 b. Adanya komunikasi “Seseorang memberikan tafsir pada tingkah laku atau perasaanperasaan orang lain dalam bentuk pembicaraan gerak-gerik badan, atau sikap-sikap tertentu. Misalnya, seseorang anggota pramuka diatas sebuah bukit pada malam hari mengirimkan isyarat morse dengan lampu senter membuat huruf SOS secara berulang-ulang. Apabila orang tidak memahami sandi morse, barangkali isyarat tersebut dianggap sebagai sinar lampu biasa, dan itu juga tidak terjadi komunikasi. Lain halnya bila isyarat 38 39 Ibid, h. 94. Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), h. 66. 26 tersebut diterima oleh anggota pramuka, pasti ia akan segera mengerti maksud dari isyarat tersebut.”40 Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan, dari satu pihak ke pihak lain sehingga terjadi pengertian bersama, pihak yang menyampaikan pesan disebut komunikator, dan pihak penerima pesan disebut komunikasi. 4. Interaksi dalam Pembelajaran “Interaksi antara guru dan siswa adalah proses komunikasi yang dilakukan secara timbal balik dalam menyampaikan pesan kepada siswa. Interaksi yang dimaksud disini tidak terlepas dari unsur komunikasi, yakni melibatkan komponen komunikator, komunikan, pesan, dan media. Keempat unsur ini akan melahirkan umpan balik yang disebut dengan interaksi (manakala dilihat dari istilah komunikasi yang berasal dari Communicare yang berarti berpartisipasi, memberitahukan, menjadi milik bersama).”41 “Interaksi belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di satu pihak, dengan warga belajar (siswa, anak didik/subjek belajar) yang sedang melaksanakan kegiatan belajar dipihak lain.”42 “Dalam interaksi edukatif ada dua buah kegiatan yakni kegiatan guru di satu pihak dan kegiatan anak didik di lain pihak. Guru mengajar dengan gayanya sendiri anak didik belajar dengan gayanya sendiri. Guru tidak hanya mengajar tetapi juga memahami suasana psikologis anak didik dan kondisi kelas.”43 Interaksi edukatif terjadi sepanjang proses pembelajaran 40 dan dapat berlangsung dalam berbagai bentuk kegiatan M. Setiadi,Elly, dkk, Ilmu sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2007), h. 95. 41 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi – Cet. kedua, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2004), h. 91 42 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi-Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 1-2. 43 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 62 27 pembelajaran.44 “Interaksi edukatif adalah sebuah interaksi belajar mengajar, yaitu sebuah proses interaksi yang menghimpun sejumlah nilai (norma) yang merupakan substansi, sebagai medium antara guru dengan anak didik dalm rangka mencapai tujuan.”45 “Prinsip interaktif mengandung makna bahwa pengajaran bukan hanya sekedar menyampaiakan pengetahuan dari guru ke siswa, akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian proses pembelajaran adalah proses interaksi baik antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, maupun antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi, memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.”46 “Di dalam dunia pendidikan, interaksi dalam pembelajaran dan bertujuan lebih dikenal dengan istilah interaksi edukatif. Interaksi edukatif dapat diartikan sebagai suatu aktivitas relasi berbagai elemen edukatif, baik pendidik, staf administrasi, maupun anak didik. Mereka dengan bersama-sama memiliki kesadaran dalam menciptakan suatu iklim pendidikan dan pembelajaran di sekolah, untuk menghasilkan sumber daya manusia (anak didik) yang berkualitas dan handal sesuai perkembangan zaman.”47 Interaksi edukatif antara pendidik dan anak didik yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal apabila adanya kesadaran pendidik bahwa tugas mulia dalam mengajar dan mendidik anak didik itu sifatnya komperehensif. Melaksanakan tugas mencerdaskan anak didik yang memerlukan keteladanan baik di dalam maupun diluar sekolah. Interaksi merupakan dua unsur untuk saling berkomunikasi yang bertujuan, yaitu untuk menyampaikan sesuatu yang ingin disampaikan. Guru menyapaikan materi dan siswa menanggapi materi yang disampaikan. Perlu perhatian khusus saat terjadinya sebuah interaksi. Salah 44 Ahmadi, Lif Khoirun dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. 2011), h. 46. 45 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 62. 46 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 133. 47 Abdullah dan Safarina HD. Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 130. 28 satunya ialah sebuah proses saat belangsungnya kegiatan belajar mengajar. Melalui proses yang baik akan mendapatkan hasil yang baik. “Kegiatan belajar mengajar tidak lain adalah menanamkan sejumlah norma ke dalam jiwa anak didik. Itulah sebabnya kegiatan ini di dalam pembahasan ini dipakai istilah Proses Interaksi Edukatif. Semua norma yang diyakini mengandung kebaikan perlu ditanamkan ke dalam jiwa anak didik melalui peranan guru dalam pengajaran. Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan. Interaksi antara guru dengan anak didik terjadi karena saling membutuhkan. Anak didik ingin belajar dengan menimba sejumlah ilmu dari guru dan guru ingin membina dan membimbing anak didik dengan memberikan sejumlah ilmu kepada anak didik yang membutuhkan. Keduanya mempunyai kesamaan langkah dan tujuan, yakni kebaikan.”48 Menurut Syaiful Bahri Djamrah maka tepatlah bila dikatakan bahwa “guru mitra anak didik dalam kebaikan.” Terciptanya suatu interaksi karena adanya komunikasi guru dengan siswa yang bertujuan merupakan proses dari kegiatan belajar mengajar. Tujuan dari pembelajaran ialah dapat mengembangkan kemampuan siswa, baik mental maupun intelektual. Hubungan guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar merupakan dua unsur yang dapat saling mempengaruhi. Karena antara guru dan siswa merupakan unsur penting dalam melangsungkan kegiatan belajar mengajar. Guru yang berperan sebagai pengajar atau subyek yang dapat mengatur terhadap keberlangsungan proses pembelajaran sangat memiliki pengaruh di dalam proses pembelajaran, salah satunya penggunaan metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Karena metode merupakan alat atau medium untuk menciptakan interaksi yang lebih teratur dan terarah. Penentuan metode pembelajaran merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran. Sebab dapat berpengaruh terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran. Jika guru semakin kreatif terhadap penggelolaan kelas maka semakin bervariatif metode pembelajaran yang akan digunakan oleh guru tersebut. Penggunaan 48 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 5. 29 metode yang digunakan oleh guru sangat berpengaruh terhadap keaktifan siswanya di dalam ruang kelas. “Hubungan guru dengan siswa atau anak didik di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika hubungan guru dan siswa yang tidak harmonis dapat menciptakan suatu hasil yang tidak di inginkan.”49 Pendidik dan peserta didik merupakan dua pelaku terjadinya interaksi edukatif. Dan memiliki peran fungsional dalam wilayah aktifitas dalam dunia pendidikan. Masing-masing dari guru dan siswa saling pengaruh dan mempengaruhi di antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya tidak ada, maka keberlangsungan proses pendidikan tidak mungkin berjalan dengan baik. Karena guru dan siswa harus memiliki hubungan yang erat dan baik demi mencapai tujuan belajar mengajar. “Pendidikan di dalam proses belajar-mengajar, kegiatan interakasi antara guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan kemudian di dalam kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan bahkan juga transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi antara komponen yang satu dengan yang lainnya. Serasi dalam hal ini berarti komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses belajar mengajar itu saling menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak didik.”50 Menurut Nana Sudjana dalam bukunya Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar mengatakan bahwa “proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing 49 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi-Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 147. 50 Ibid, 172. 30 jenis belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.”51 “Hampir semua pelajaran memerlukan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir termasuk ranah pada ranah kognitif, meliputi kemampuan menganalisis, kemampuan mengevaluasi, dan kemampuan mencipta atau dalam istilah taksonomi hasil revisi taksonomi Bloom yaitu mampu untuk menguasai dimensi proses kognitif. Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah kemampuan menerapkan konsep-konsep untuk memecahkan masalah yang ada di lapangan. Kemampuan ini sering disebut dengan kemampuan menstransfer pengetahuan ke berbagai situasi sesuai dengan konteksnya. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran kontekstual. Hampir semua mata pelajaran berkaitan dengan kemampuan kognitif, karena didalamnya diperlukan kemampuan berpikir untuk memahaminya. Kemampuan yang kedua psikomotor, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan gerak, yaitu menggunakan otot seperti lari, melompat melukis, berbicara, menbongkar dan memasang peralatan dan sebagaianya.”52 Kemampuan siswa yang baik secara mental dan intelektual merupakan hasil dari belajar. Karena hasil merupakan tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama yang baik antara guru dengan siswa guna mencapai tujuan tersebut. Sekolah sebagai wadah kegiatan mereka sangat memiliki peran sebagai medium atau perantara yang di antaranya dengan adanya sarana dan prasana dapat mendorong untuk terjalinnya hubungan atara guru yang baik. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. maka dari itu perlu adanya suatu kerja sama yang baik antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai yang diajarkan, karena secara tidak langsung dan tanpa disadari 51 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung. PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 22. 52 Ibid. h 12. 31 guru juga belajar dari siswa. Melalui pola interaksi guru dapat lebih kreatif dalam menggunakan metode pembelajaran sehingga selama proses belajar mengajar menjadi lebih efektif, dan kondusif. “Hubungan guru dan murid di dalam kelas secara langsung sudah menanamkan rasa keimanan yang bisa dibuktikan secara interaksi belajar mengajar, sedangkan interaksi belajar mengajar adalah hubungan aktif antara guru yang mengajar dengan siswa yang belajar untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan.”53 Makna dari hubungan antara guru dengan siswa di dalam ruang pendidikan bukanlah hanya sekedar aktifitas sederhana yang dilakukan oleh keduanya, guru yang menyampaikan dan siswa yang menerima. Akan tetapi ini merupakan sebuah fenomena dari realitas sosial dimana guru dan siswa secara langsung dan tidak langsung dituntut untuk saling memahami, bagaimana siswa yang diajarkan harus dapat memahami apa yang guru sampaikan begitu juga siswa harus dapat memahami apa yang guru sampaikan. Karena guru dan siswa merupakan unsur dasar terjadinya interaksi edukatif yang diharuskan berproses dalam ikatan guna mencapai tujuan. Oleh karena itu, interaksi edukatif adalah satu gambaran hubungan aktif antara guru dan siswa yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan. b. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 4. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial “Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam system pendidikan nasional dalam Kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah 53 Etty Ratnawati, Interaksi dan Proses Komunikasi dalam pembelajaran, Jurnal AlTarbiyah, Volume XX Nomor 2, Desember 2007, h. 274 32 nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnnya.” 54 Menurut Muhammad Nu'man Somantri, IPS adalah ”sutau penyederhana disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi, dan disiplin ilmu lainnya serta masalahmasalah sosial terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan padan tingkat pendidikan dasar dan menengah.”55 Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya karena pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup sendirian untuk memenuhi kebutuhannya. Melalui cabang-cabang yang dipelajari saat disekolah seperti pelajaran sosiologi, ekonomi, sejarah dan geografi. Menurut Ali Amran Udin pada buku ilmu Sosial dasar menyatakan “Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuantujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah (elementary and secondary school).”56 Menurut Trianto dalam Buku Model Pembelajaran Terpadu mengatakan “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmuilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena social yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabangcabang ilmu social (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya).”57 IPS atau studi social merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial. Pengetahuan sosial meliputi konsep-konsep ynag tercangkup sederhana yang sering kali terdapat pada kehidupan sehari-hari yang meliputi kegiatan 54 Sapriya, Pendidikan IPS. (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 7 Nu'man Sumantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001) cet.1, h.74 56 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), h. 2. 57 Trianto. Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) h. 171. 55 33 interaksi sosial baik dengan keluarga, teman sebaya, di sekolah dan di lingkungan masyarakat sekitar. Kegiatan sosial dapat dimulai sejak kita baru lahir dengan adanya interaksi dengan orang tua atau pun keluarga, lalu berkembang terus menerus sehingga dapat mengenal teman, mengenal tetangga, Negara, dan dunia. Mengenal Negara antara lain kita dapat mengenal kota-kota serta pulau-pulau yang terdapat di Negara, khususnya Negara yang kita tempati. Selain Negara kita mengenal juga letak geografis dari kota dan pulau tersebut. maka dengan kita mengenal itu semua secara tidak langsung kita sudah belajar mengenai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. “Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu mahasiswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatynya.”58 Ilmu pengetahuan sosial salah satu mata pelajaran yang dipelajari dari SD/MI, SMP/MTS, sampai SMA/SMK/MAN. Banyak siswa yang mengeluhkan terkait pada mata pelajar Ilmu pengetahuan sosial dikarenakan materi yang di ajarkan banyak terdapat teori-teori yang diharuskan dihafal. 5. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial “Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah 58 Ibid,. h. 171. 34 diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.”59 a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat. b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat. d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat. e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat. f. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral. g. Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi. h. Mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupannya “to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society” dan mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya. i. Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi Pembelajaran IPS yang diberikan. 6. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial 59 Ibid,. h. 177. 35 Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu mahasiswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya. Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budayabudaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti ini digunakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi sosial. Menurut Trianto mengemukakan mengenai konsep IPS, “konsep IPS, yaitu (1) interaksi, (2) saling ketergantungan, (3) kesinambungan dan perubahan, (4) keragaman/kesamaan/perbedaan, (5) konflik dan consensus, (6) pola (patron), (7) tempat, (8) kekuasaan (power), (9) nilai kepercayaan, (10) keadilan dan pemerataan, (11) kelangkaan (scarity), (12) kekhususan, (13) budaya (culture), dan (14) nasionalisme.” Menurut Direktorat Tenaga Pendidik Dirjen PMPTK Depdiknas “karateristik mata pelajaran IPS SMA antara lain sebagai berikut. 1. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama. 36 2. 3. 4. 5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.” 60 Tabel 2.1 Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia61 Dimensi dalam kehidupan manusia Area dan substansi pembelajaran Contoh Kompetensi Dasar yang dikembangkan 60 Ruang Waktu Alam dan Alam sebagai kehidupan yang tempat dan selalu berproses, penyedia potensi masa lalu, saat sumber daya ini, dan yang akan dating Adaptasi spasial dan eksploratif Berpikir kronologis, prospektif, antisipatif Nilai/Norma Acuan sikap dan perilaku manusia berpa kaidah atau aturan yang menjadi perekat dan penjamin keharmonisan kehidupan manusia dan alam Konsisten dengan aturan yang disepakati dan kaidah alamiah masing-masing disiplin ilmu Direktorat Tenaga Pendidik Dirjen PMPTK Depdiknas, Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengathuan Sosial, (Jakarta: 2008) 61 Trianto. Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007) h. 127 37 Alternatif penyajian mata Geografi pelajaran Sejarah Ekonomi, Sosiologi/Antropologi c. Hasil Penelitian yang Relevan a. Hubungan Interaksi Sosial antara Siswa dengan Hasil Belajar IPS di SMP Dua Mei Ciputat Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan oleh Ria Kurniawati, maka penulis berkesimpulan bahwa interaksi sosial antara siswa mempunyai hubungan yang signifikan dengan hasil belajar IPS. Karena interaksi sosial siswa merupakan bagian dari salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan rxy = 0,473 yang berada pada rentang 0,40 – 0,70 yang menunjukan adanya korelasi yang sedang atau cukupan. Hal ini di tunjukan pula dengan hasil penelitian pada taraf signifikan 5% yang menyatakan bahwa rtabel taraf signifikan 5% sebesar 0,304, sedangkan pada taraf 1% diperoleh rtabel sebesar 0,393. Ternyata rxy atau ro (yang besarnya =0,473) adalah jauh lebih besar daripada rtabel (yang besarnya 0,304 dan 0,393). Karena ro lebih besar daripada, maka Hipotesis Nol Ditolak. Berarti terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Pada penelitian ini interaksi sosial memiliki hubungan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa karena merupakan faktor eksternal. Dan yang di jadikan fokus utama pada penelitian ini ialah bagaimana interaksi sosial berpengaruh terhadap hasil belajar siswa di sekolah. b. Pengaruh Interaksi Edukatif Guru dengan Siswa di Kelas terhadap Nilai Hasil Belajar Bahasa Arab Siswa di Mts Mamba’ul Khoirot, Jombang Dari hasil analisis di atas penulis menarik kesimpulan bahwa interaksi edukatif guru dengan siswa di kelas di MTs Mamba’ul Khoirot tergolong 38 baik, hal ini dapat dilihat pada prosentase 80 % yang tergolong baik, sedangkan mengenai hasil belajar siswa dalam bidang bahasa arab tergolong baik, hal ini dapat dilihat dengan hasil rata-rata atau mean = 8 dengan kriteria = 8, dan ada pengaruh interaksi edukatif guru dengan siswa dikelas terhadap nilai hasil belajar bahasa arab siswa di MTs Mamba’ul Khoirot, Jombang. Terbukti dari hasil perhitungan dengan rumus “r” product moment, yaitu rxy = 0,996 dalam tabel product moment dapat dilihat pada taraf signifikasi 5 % = 0,996 > 0,220 atau pada taraf signifikasi 1 % = 0,996 > 0,286. Dari uraian tersebut dapat diketahui nilai rxy melebihi harga kritik r baik pada taraf signikasi 5 % dan 1 %. Hal ini berarti harga rxy sangat tinggi dan menolak Ho. Selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel interprestasi ; 0,800 – 1,000, dengan demikian ada pengaruhnya dan masuk kriteria sangat kuat. Jika dibandingkan pada penelitian ini dengan hasil penelitian yang relevan yang sudah dijelaskan di atas, pada penelitian ini berbeda, yang pertama penelitian yang dilakukan oleh ria pada variabel bebas yang menjadi fokusnya ialah mengenai interaksi sosial yang dapat meliputi pada interaksi di dalam kelas atau di luar kelas. Pada penelitian kedua, yang dilakukan oleh imam nasa’i yang menjadi fokus pada variabel bebasnya ialah interaksi guru dan siswa, pada penelitian ini memiliki fokus yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Yang jadi perbedaan penelitian yang dilakukan oleh imam nasa’i melalui pendekatan kuesioner atau kuatitatif. Pada penelitian ini untuk mendapatkan hasil yang maksimal peneliti melakukan pendekatan dengan keduanya, yaitu pendekatan kualitatif dan kuatitatif. d. Kerangka Berpikir Pola interaksi dalam pembelajaran adalah cara kerja interaksi yang terjadi pada guru dan siswa sehingga memiliki peran interakif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dapat diketahui bahwa pola interaksi di bagi menjadi tiga bentuk, pertama, pola interaksi satu arah, yaitu aksi dari seorang guru jika ditampilkan dalam metode pembelajaran biasanya seperti metode ceramah, guru menerangkan dan siswa mendengarkan. Kedua, pola interaksi dua arah, yaitu aksi yang 39 dilakukan oleh guru dengan siswanya. Seperti terjadinya metode tanya jawab sehingga adanya timbal balik antara guru dengan siswa. Yang ketiga ialah pola interaksi multi arah atau banyak arah, yaitu aksi dari seorang guru yang melibatkan semuanya, seperti metode kelompok. Guru memiliki peran menjelaskan serta siswa dapat mendiskusikan dengan siswa yang lainnya, jadi pola ini melibatkan semuanya. Berikut ini merupakan gambar kerangka berpikir dari persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat. Persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Observasi Metode Penelitian Pengumpulan data Wawancara Kuesioner Derajat Kepercayaan Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data Keteralihan Ketergantung an Teknik Analisis Data Skoring Reduksi Data Kualitatif (Wawancara) Penyajian Data Kuantitatif (Kuesioner) Penarikan Kesimpulan Conding Gambar 2.8 Kerangka Berpikir Tabulating BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang dijadikan objek penelitian adalah SMP Dua Mei Ciputat yang terletak pada jalan H. Abdul Ghani nomor 135, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Alasan penulis memilih lokasi SMP Dua Mei Ciputat sebagai tempat penelitian, disebabkan SMP Dua Mei Ciputat merupakan tempat Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT). Penulis melihat suatu fenomena yang terjadi di sekolah tersebut. Sehingga penulis ingin mengetahui lebih lanjut dan lebih jauh mengenai pola interaksi dalam pembelajaran serta tentang persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat. Adapaun waktu penulis gunakan untuk penelitian ini diperkirakan mulai pada awal bulan Agustus 2013 sampai akhir Februari 2014. Tabel 3.1 Jadwal Penelitian No Tahap Kegiatan 1 Pengumpulan Data 2 Observasi 3 Wawancara 4 Kuesioner 5 Dokumentasi 6 Pengolahan Data 7 Analisis Data Waktu Pelaksanaan 2013 2014 Ags Sept Okt Nov Des Jan Feb 41 B. Metode penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran tentang sesuatu hal yang diteliti apa adanya. Menurut Prasetya Irawan dalam Buku Logika dan Prosedur Penelitian – Pengantar Teori dan Panduan bahwa yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah “penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya.”62 Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi mengenai pola interaksi dalam pembelajaran, dan menjadi narasumber ialah guru IPS di SMP Dua Mei Ciputat. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menghitung prosentase angka dari hasil keusioner mengenai persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Prasetya Irawan mengatakan “penelitian kuatitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap angka, baik angka yang merupakan representasi dari suatu kuati (kuatitas murni) maupun angka yang merupakan hasil dari konversi dari data kuatitatif (yakni data kuatitatif yang yang dikuantifikasikan).”63 Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive dan simple random sampling. Teknik sampling purposive digunakan untuk memperoleh informasi mengenai pola interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran IPS. Menurut sugiyono dalam buku metode penelitian mengatakan bahwa “sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.”64 Yaitu yang dijadikan sampelnya ialah guru IPS di SMP Dua Mei Ciputat. Sedangkan teknik simple random sampling digunakan untuk menyebarkan kuesioner untuk mendapatkan hasil informasi mengenai persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang diberikan pada siswa. Menurut sugiyono dalam buku metode penelitian mengatakan bahwa 62 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis, (Jakarta : STIA-LAN, 2004), h. 60 63 Ibid, h. 92 64 Ibid, h. 124 42 “dikatakan simple atau sederhana karena pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.”65 Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan dasar sampel penelitian adalah siswa SMP Dua Mei Ciputat. Suharsimi Arikunto menegaskan bahwa sekedar ancang-ancang apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan populasi. Selanjutnya jika sumbernya lebih besar atau lebih dari 100 dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25 % atau lebih. Dari jumlah 199 siswa di SMP Dua Mei di ambil 20% dari sample sejumlah 40 responden yang terdiri dari kelas VII, VIII, dan IX yang diwakilkan setiap kelasnya sejumlah 6 responden. Alasan penulis memilih taknik random sampling karena semua populasi siswa SMP Dua Mei dianggap memiliki karakteristik yang sama, sehingga siapapun yang menjadi responden dianggap dapat mewakili populasinya. Selain itu, agar mendapat informasi yang tepat dengan menyebar kuesioner tersebut disemua jenjang dan kelas. C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Data dan Sumber Data Populasi adalah obejek penelitian yang menjadi pusat perhatian untuk mengumpulkan data agar dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Menurut sugiyono dalam buku metode penelitian mengatakan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”66 Populasi yang dimaksud pada penelitian ini adalah SMP Dua Mei Ciputat yang terdiri dari guru dan siswa. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel, menurut sugiyono dalam buku metode penelitian mengatakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”67 Sampel adalah sebagian dari 65 Ibid, h. 120 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D, (Bandung : Alfabeta, 2009), h. 117 67 Ibid, h. 118 66 43 populasi yang dianggap dapat mewakili populasi sebagai sumber informasi seperti yang dikatakan oleh sugiyono. Tabel 3.2 Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data No Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data 1. Pola interaksi dalam pembelajaran IPS Guru – Guru IPS di SMP Dua Mei Ciputat 2. Persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran Siswa-siswi di SMP Kuesioner dan Dua Mei Ciputat observasi Wawancara dan observasi 2. Teknik Pengumpulan Data Berikut teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : a. Observasi Menurut Sugiyono mengatakan bahwa “Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat dan mengamati individu atau kelompok secara langsung.”68 “Dalam melakukan observasi, ada tindakan yang harus dilakukan yaitu mengumpulan data mengenai segala sesuatu yang terjadi. Data yang dikumpulkan mengenai tingkah laku dan tanggapan informan.”69 Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan tidak terlibat secara langsung. Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang perilaku. Melalui hasil observasi peneliti dapat mendeskripsikan hasil analisis. 68 Ibid, h. 93 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D, (Bandung : Alfabeta, 2009), h. 103. 69 44 Tabel 3.3 Pendoman Observasi No 1. 2. 3. b. Aspek yang diamati Objek yang diamati Pelaksanaan Pola interaksi Guru dan siswa pada saat proses satu arah belajar mengajar IPS Pelaksanaan pola interaksi Guru dan siswa pada saat proses dua arah belajar mengajar IPS Pelaksanaan pola interaksi Guru dan siswa pada saat proses dua arah belajar mengajar IPS Wawancara Menurut Sugiyono mengatakan bahwa “Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalah yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.”70 Sedangkan menurut Basrowi dan Suwandi mengemukakan bahwa “wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.”71 Dalam penelitian ini dilakukan wawancara terbuka dan terstruktur terhadap narasumber. Yang dimaksud dengan wawancara terbuka adalah para subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa yang dimaksud wawancara. Sedangkan wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. 70 71 h. 127 Ibid, h. 194 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), 45 Pokok pertanyaan yang akan diajukan kepada guru IPS di SMP Dua Mei Ciputat ialah mengenai pola interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat. Pola tersebut terbagi dalam tiga bentuk, mengenai pola interaksi satu arah, pola interaksi dua arah dan pola interaksi tiga arah atau multi arah. Berikut ini merupakan pendoman wawancara untuk narasumber guru IPS, sebagai berikut; Tabel 3.4 Pendoman Wawancara No. 1 Pertanyaan Wawancara Menurut bapak/ibu, dalam kegiatan belajar mengajar Guru IPS SMP metode apa saja yang bapak/ibu gunakan? 2 Dua Mei Ciputat Apa saja yang menjadi pertimbangan bapak/ibu dalam Guru IPS SMP menentukan metode-metode untuk mengajar? 9 Dua Mei Ciputat Mengapa bapak/ibu sering menggunakan metode Guru IPS SMP tersebut? 8 Dua Mei Ciputat Metode apa yang paling sering bapak/ibu gunakan Guru IPS SMP untuk mengajar? 7 Dua Mei Ciputat Menurut bapak/ ibu kelebihan dan kekurangan metode Guru IPS SMP diskusi apa saja? 6 Dua Mei Ciputat Menurut bapak/ibu kelebihan dan kekurangan metode Guru IPS SMP Tanya jawab apa saja? 5 Dua Mei Ciputat Menurut bapak/ibu kelebihan dan kekurangan metode Guru IPS SMP ceramah apa saja? 4 Dua Mei Ciputat Mengapa dalam kegiatan belajar mengajar bapak/ibu Guru IPS SMP menggunakan metode tersebut? 3 Sumber Data Dua Mei Ciputat Apakah ada keterkaitan atau pengaruh antara metode Guru IPS SMP yang satu dengan yang lainnya? Kenapa? Dua Mei Ciputat 10 Dalam mengajar apakah ada perbedaan pada saat Guru IPS SMP 46 mengajar materi Geografi dan Sosiologi? Dua Mei Ciputat 11 Apakah ada kesulitan bapak/ ibu hadapi pada saat Guru IPS SMP mengajarakan materi Geografi dan Sosiologi? Dua Mei Ciputat 12 Bagaimana bapak/ibu dalam mengatasi kesulitan pada Guru IPS SMP saat mengajar pada materi Geografi dan Sosiologi? Dua Mei Ciputat 13 Apakah bapak/ibu pernah mengalami kendala pada Guru IPS SMP saat mengajar ketika menggunakan salah satu metode? Dua Mei Ciputat 14 Kendala apa saja yang sering bapak/ibu hadapi pada Guru IPS SMP saat mengajar? 15 Bagaimana Dua Mei Ciputat solusi bapak/ibu terhadapa kendala- Guru IPS SMP kendala yang sering bapak/ibu hadapi? Dua Mei Ciputat 16 Pola interaksi dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu satu Guru IPS SMP arah, dua arah dan tiga arah atau banyak arah. Adakah Dua Mei Ciputat pola yang efektif dalam pembelajaran? 17 Mengapa pola tersebut efektif dalam kegiatan Guru IPS SMP pembelajaran? Dua Mei Ciputat 18 Pola interaksi mana yang paling efektif dalam Guru IPS SMP pembelajaran sehingga siswa memiliki ketertarikan Dua Mei Ciputat dan semangat belajar IPS? 19 Tahun berapa bapak/ibu sudah mulai mengajar SMP Dua Mei Ciputat? di Guru IPS SMP Dua Mei Ciputat 20 Mata pelajaran apa saja yang bapak/ibu ajarkan di Guru IPS SMP SMP Dua Mei Ciputat? c. Dua Mei Ciputat Kuesioner Menurut Sugiyono mengatakan bahwa “kuesioner merupakan teknik pengunpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.”72 72 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D, (Bandung : Alfabeta, 2009), h. 199. 47 Pokok pertanyaan yang akan diajukan pada kuesioner tersebut kepada siswa di SMP Dua Mei Ciputat ialah mengenai pola interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran. Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis kuesioner kombinasi tertutup dan terbuka. Melaui penyebaran kuesioner peneliti melakukan pengumpulan data yang selengkap-lengkapnya. Berikut ini merupakan instrument angket. Tabel 3.5 Pendoman Kuesioner Variabel Sub Variabel Pola Pola interaksi Interaksi satu arah Guru dan Pola siswa interaksi dua arah Indikator Jumlah 1. Guru sebagai pemberi aksi 2. Siswa sebagai penerima aksi 2 2 1. Guru sebagai pemberi dan penerima aksi 2. Siswa dapat berperan sebagai pemberi dan penerima aksi 2 2 d. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Dalam penelitian ini dokumen adalah setiap bahan tertulis yang disimpan dan dirawat sedemikian rupa sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan mudah mencari dan memanfaatkannya. D. Prosedur Pengumpulan Data Adapun prosedur atau langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan pengumpulan data dan tahap pengumpulan data. Dalam tahap persiapan pengumpulan data dilakukan melalui prosedur administrasi yang telah ditetapkan berupa pembuatan surat pengantar penelitian dari lembaga peneliti (Universitas Islam Negeri Syarif 48 Hidayatullah Jakarta) dan pengurusan izin penelitian kepada pihak sekolah yang dijadikan tempat penelitian, yaitu SMP Dua Mei Ciputat. Setelah mendapatkan izin dari kepala sekolah, peneliti beraksi untuk memulai penelitian di SMP Dua Mei Ciputat dengan mempersiapkan instrument dan pendoman penelitian. Adapun untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis menggunakan metode pengumpulan data untuk memperoleh fakta, data dan informasi yang akurat mengenai persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat, diantaranya ialah penelitian lapangan yang dilakukan untuk memperoleh data yang akurat dengan cara langsung mendatangi langsung objek penelitian. Dalam penelitian ini proses pengambilan dan pengumpulan atau data diperoleh setelah sebelumnya mendapatkan izin dari pihak sekolah untuk mengadakan penelitian. Untuk memperoleh data yang sebanyak-banyaknya dan selengkap-lengkapnya, peneliti juga menggunakan observasi, wawancara dan kuesioner serta dokumentasi dalam proses pengumpulan data. Dalam proses pengumpulan data observasi, peneliti melakukan pengamatan di semua Jenjang. Karena sampel penelitian yang akan dilakukan juga untuk melakukan pengumpulan data kuesioner. Langkah pertama ialah meminta ijin kepada guru untuk dapat melakukan observasi. Waktu pengamatan bersamaan dengan waktu ketika guru IPS mengajar di kelas. Peneliti melakukan beberapa kali observasi, sebab di SMP Dua Mei Ciputat terdapat dua guru IPS yang mengemban perbedaan dalam mengajar mata pelajaran. Guru IPS terdapat dua guru yang mengemban tanggung jawab yang berbeda, yang satu memiliki tanggung jawab mengajar materi sejarah dan ekonomi, dan yang satunya lagi mengajar materi sosiologi dan geografi. Langkah selanjutnya dalam melakukan observasi ialah terjun langsung atau mengamati saat guru IPS mengajar. Sebagai langkah selanjutnya, peneliti akan memilih sampel untuk dijadikan narasumber untuk wawancara, yaitu guru-guru IPS di SMP Dua Mei Ciputat. Data ini diambil berdasarkan teknik yang digunakan, yaitu purposive sampling. Yaitu yang menjadi sampel adalah guru-guru yang mengajar pada 49 pelajaran IPS. Setelah mendapatkan narasumber yang yang sudah direncakan sebelumnya. Maka langkah selanjutnya, peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian serta meminta kesediaan dan partisipasi narasumber untuk dijadikan objek penelitian. Setelah mendapat kesedian dari narasumber, peneliti langsung melakukan wawancara yang sudah disiapkan oleh peneliti. Lalu diajukan kepada narasumber beberapa pertanyaan tentang pola interaksi yang terjadi selama proses pembelajaran. Setelah kedua teknik dalam pengumpulan data terlaksana, selanjutnya melalui kuesioner yang disebarkan kepada siswa SMP Dua Mei Ciputat. Responden yang dipilih oleh peneliti adalah semua siswa kelas VII sampai kelas IX. Sebab seperti yang sudah dijelaskan simple random sampling, bahwa seluruh sample dalam populasi hampir memiliki kesamaan yang dapat diwakilkan. Oleh karena itu, peneliti mengambil 40 sampel dari setiap kelas diambil sampel sejumlah enam sampai tujuh responden, yang terdiri dari 6 kelas dari kelas VII sampai kelas IX. Jadi, jumlah siswa secara keseluruhan berjumlah 199 siswa. Penyebaran kuesioner dilakukan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran. E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data Untuk memperoleh keabsahan data maka peneliti menggunakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu: 1. “Teknik pemeriksaan derajat kepercayaan (crebebelity). Teknik ini dapat dilakukan dengan jalan: a. Keikutsertaan peneliti sebagai instrumen (alat) tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti, sehingga memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. b. Ketekunan pengamatan, yaitu dimaksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur serta situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang dicari dan kemudian memutuskan diri pada hal-hal tersebut secara 50 rinci. Dengan demikian maka perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, sedangkan ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman. c. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding. Teknik yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan terhadap sumber-sumber lainya. d. Kecukupan refrensial yakni kecukupan bahan yang tercatat dan terekam dapat digunakan sebagai patokan untuk menguji dan menilai sewaktuwaktu diadakan analisis dan interpretasi data.”73 2. Teknik pemeriksaan keteralihan (transferability) dengan cara uraian rinci. “Teknik ini meneliti agar laporan hasil fokus penelitian dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan kontek tempat penelitian diadakan. Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh para pembaca agar mereka dapat memahami penemuanpenemuan yang diperoleh.”74 3. Teknik pemeriksaan ketergantungan (dependability) dengan cara auditing ketergantungan. “Teknik ini tidak dapat dilaksanakan bila tidak dilengkapi dengan catatan pelaksanaan keseluruhan hasil dan proses penelitian. Pencatatan itu diklasifikasikan dari data mentah sehingga formasi tentang pengembangan instrument sebelum auditing dilakukan agar dapat mendapatkan persetujuan antara auditor dan audit terlebih dahulu.”75 F. Teknik Analisis Data Menurut Nasution mengatakan bahwa “analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan dan diketahui maknanya.”76 “Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan, selama 73 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 1991), h.175. 74 Ibid., 75 Ibid., 76 Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1996), h.126. 51 di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian, dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumplulan data, kemudiaan dilanjutkan setelah selesai pengumpulan data.”77 1. Analisis Sebelum di Lapangan Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian, fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. 2. Analisis Selama di lapangan Selama penelitian berlangsung dan pengumpulan data masih berlangsung, peneliti melakukan analisis data, dengan cara mengklasifikasi data dan menafsirkan isi data. Setelah diperoleh data maka langkah selanjutnya ialah mengelola data melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Data wawancara Menurut Emzir dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif mengatakan bahwa “analisis data menurut Miles dan Huberman analisis data kualitatif terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.” 78 a. Reduksi data Proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian dan penstransformasian data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Fungsinya untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan 77 78 hlm. 133 Beni Ahmad S, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka setia, 2008) h. 200. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data (Jakarta: Rajawali Pers., 2010), 52 mengorganisasi sehingga interprestasi bisa ditarik. Sehingga bisa memberikan gambaran yang jelas. b. Penyajian data Data ditampilkan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Tujuannya adalah memudahkan pembaca dan menarik kesimpulan. c. Penarikan kesimpulan Sekumpulan informasi yang tersusun memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Untuk mendapatkan kesimpulan, informasi dan data-data yang diperoleh dari kegiatan penelitian ini sebelumnya diverifikasi dan dianalisis secara mendalam sehingga bisa ditarik kesimpulan. 2. Data kuesioner a. Editing Dalam menganalisis data pertama kali yang harus dilakukan ialah editing. Editing ialah pememeriksaan atau mengedit daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuannya adalah mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan. b. Skorsing Skorsing ialah setelah melalui tahap editing, selanjutnya memberi skor pada kuesioner. Melakukan skorsing atau pemberian angka terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat pada kuesioner untuk menghitung hasil dari jawaban responde. Berikut di bawah ini merupakan tabel perhitung skor jawaban dari kuesioner 53 Tabel 3.6 Skor pada Angket No. Pilihan Bobot (+) 1 Setuju 1 2 Tidak Setuju 0 c. Tabulating ialah penghitungan terhadap hasil skor yang telah ada. Berdasarkan sifat masalah dan jenis data dalam penelitian ini, maka peneliti menganalisis data menggnakan metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu menuturkan dan menganalisa data berupa angka-angka yang diperoleh dari penelitian. Setelah itu, untuk memperoleh prosentase hasil kuesioner. Penulis menggunakan perhitungan dengan menggunakan data statistik berupa prosentase (frekuensi relatif) dengan rumus: P = F / N x 100% Keterangan : P : Angka prosentase F : Frekuensi N : Jumlah individu 100% bilangan tetap (konstanta) Adapun parameter untuk penafsiran nilai prosentase menurut “Hermawan Wasito yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 79 0% 1% - 25% 26% - 49% 50% 51% - 75 % 76% - 99% 100% = = = = = = = tidak ada satupun sebagian kecil hampir setengahnya setengahnya sebagian besar hampir seluruhnya seluruhnya.”79 Hermawan wasito. Pengantar Metodologi Penelitian : Buku Pendoman Mahasiswa, (Jakarta : Gramedia Pustaka, 1992), h. 11 54 BAB IV METODELOGI PENELITIAN B. Profil Sekolah 8. Identitas Sekolah 1. Nama Sekolah : SMP Dua Mei 2. Nomor Statitik Sekolah (NSS) : 20 2 280310 014 3. Alamat Sekolah : Jalan H. Abdul Ghani No. 135 : Kecamatan Ciputat Timur : Kota Tangerang Selatan : Provinsi Banten 4. Nomor Telepon : (021) 7490034 5. Status Sekolah : Swasta 6. Nilai Akreditasi Sekolah : A 7. Tahun Didirikan : 1986 8. Tahun Beroperasi : 1986 9. Kepemilikan Tanah : Yayasan Pendidikan Dua Mei a. Status Tanah : Tanah Milik Yayasan b. Luas Tanah : 3000 m2 10. Status Bangunan : Yayasan a. Surat Izin Bangunan : No. b. Luas Seluruh Bangunan : 1000 M2 9. Sejarah Berdirinya Smp Dua Mei Sekolah menengah pertama (SMP) Dua Mei beralamat di jalan H. Abdul Gani No.135 Desa Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur Kabupaten Tangerang Selatan Provinsi Banten berdiri pada tahun 1986 dengan nomor statistik sekolah / NSS 204020417107 dan Nomor Data Sekolah 2002040034 dengan SK Pendiriannya No. 841/102/E/1986. Dalam membantu pemerintah untuk menyediakan sarana dan prasarana dalam 55 bidang pendidikan formal yang bertujuan untuk mencerdaskan bangsa. SMP Dua Mei didirikan setelah Taman Kanak-kanank Dua Mei berdiri lebih awal dari SD Dua Mei berdiri. SMP Dua Mei berdiri pada tahun 1986 yang pada saat itu masih memiliki satu jenjang kelas yaitu kelas 1 SMP yang berjumlah 146 siswa dengan jumlah 4 kelas. Selanjutnya, pada tahun 1989 SMP Dua Mei memiliki 3 jenjang kelas yaitu kelas 1, 2, 3 yang berjumlah 311 siswa. Sejak berdiri sampai dengan tahun 2007 SMP Dua Mei Telah menamatkan siswa sebanyak 1888 orang siswa yang sebagian besar melanjutkan ke tingkat SMA, dan SMK baik negeri maupun Swasta. Didorong oleh komitmen terhadap kualitas tamatan yang dihasilkan dan sesuai dengan anjuran Direktorat pendidikan Menengah Umum (Dit. Dikmenum), kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 204 dan KTSP. Keberhsilan pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan keluarga. Berarti penyelenggaraan pendidikan tidak hanya di laksanakan oleh satu pihak, melainkan secara simultan dilaksanakan oleh tiga unsur tadi, masing-masing berperan sesuai dengan fungsinya. SMP Dua Mei yang merupakan mitra pemerintah atau ptner dalam menyelenggarakan system pendidikan membantu program pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Prioritas pembangunan pendidikan diarahkan untuk perluasan pemerataan kesempatan belajar yang saat ini salah satu realisasinya adalah pelaksanaan wajib belajar pendidikan Dasar 9 Tahun. Dalam rangka menyukseskan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan dasar 9 Tahun. Meningkatkan daya tampung siswa dan meningkatkan kualitas lulusan perlu didukung oleh saran belajar yang representative untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. SMP Dua Mei ciputat merupakan lembaga pendidikan berada di bawah Yayasan Pendidikan Dua Mei, sedangkan status akreditasi disamakan No. 2002040034 dengan nilai A. sekolah ini berada di jalan H. Abdul ghani nomor 135, Desa Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten 56 10.Visi, Misi Dan Tujuan SMP Dua Mei Ciputat d. Visi Visi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dua Mei Ciputat yaitu untuk mewujudkan SMP Dua Mei Ciputat sebagai sekolah yang bermutu dan menjadi dambaan masyarakat Ciputat dan sekitarnya, memiliki komponen pendidikan lengkap dan kondusif untuk menunjang kualuitas pembelajaran sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berakhlak, berkepribadian dan berbudi pekerti luhur serta dapat terserap pada SLTA-SLTA yang berkualitas di wilayah Tangerang dan sekitarnya. e. Misi Misi SMP Dua Mei Ciputat Yaitu : 1. Meningkatkan kemampuan dan profesioanal guru dan pegawai dalam pelaksanaan tugas sehari-hari 2. Meningkatkan rata-rata prosentase daya serap siswa dalam ulangan umum dengan target peningkatan nilai sekurang-kurangnya 0,1 permata pelajaran per siswa 3. Meningkatkan nilai UAN lulusan untuk semua mata pelajaran yang di UAN kan dengan target pengkatan nilai 0,2 permata pelajaran per tahun. 4. Mencukupi dan melengkapi sarana dan prasarana sekolah yang menunjang peningkatan mutu KBM dan hasil belajar siswa. 5. Meningkatkan pelaksanaan Mutu KBM dan hasil nbelajar siswa. 6. Meningkatkan kesejahteraan guru dan pegawai, baik moril maupun materil. 7. Menciptakan terciptanya lingkungan kerja yang harmonis dengan orang tua siswa. 8. Meningkatkan hubungan kerja sama yang harmonis dengan orang tua siswa dan masyarakat sehingga mampu mendukung program sekolah. 57 f. Tujuan Umum Tujuan Umum SMP Dua Mei dalam penyelenggaraan pendidikan adalah sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional NO. 20 Tahun 2003. 11. Struktur Organisasi Smp Dua Mei YAYASAN Kepala Sekolah Enjang Supyan, M.Pd Wak. Kurikulum Saptono, S.Pd Guru Bid. Studi Wak. Kesiswaan Siti Aisyah, S.Pd Wali Kelas Kordinator BP Susi. H, S.Pd Pembina OSIS Galih. PS, S.Pd S.Pd OSIS Tata Usaha Siswa 12.Keadaan Guru Dan Karyawan Posisi guru dalam dunia pendidikan memiliki tugas dan kewajiban yang cukup berat, atau ditangannya kesuksesan penyelenggaraan pendidikan ditentukan. Maju mundurnya suatu sekolah tergantung pada tanggung jawab dan profesionalisme para guru. 58 Dalam dunia pendidikan memang ada faktor-faktor lain yang menjadi pendukung keberhasilan penyelenggaran pendidikan, tetapi faktor guru lebih dominan, guru bertanggung jawab membimbing dan membina potensi anak didik agar mampu mengatasi segala persoalan yang dihadapi. Dibawah ini penulis cantumkan jumlah guru dan karyawan yang bertugas: Tabel 4.1 Nama-nama Guru dan Staf SMP Dua Mei No Nama Jabatan Bidang studi 1 Enjang Supyan, S.Pd. Kepala Sekolah B.Indonesia 2 Saptono, S.Pd. Wakasek Kurikulum IPS Terpadu 3 Siti Aisah, S.Pd. Wakasek Kesiswaan B.Indonesia 4 Susi Herawati, S.Pd Guru Seni Budaya 6 Rahardian, S.Pd. Guru Penjaskes 7 Jumaroh Ibnu, S.Pd. Guru Agama 8 Elly Rahmawati, S.Pd. Guru Tata Boga 9 Dwi Yuli Prihani, S.Pd. Guru B.Inggris 10 Dra. Soparidah, M.Pd Guru IPS Terpadu Guru Matematika 12 Galih Permana Syam, S.Pd. 13 Siti Rokasiah Guru IPA Terpadu 14 Maulidya Bustomi, S.Pd Guru B.inggris 15 Abdul Latif, S. Hi Guru TIK 16 Yuki Hermawan Staf Admin TU 13.Keadaan Siswa Siswa merupakan potensi kelas yang harus diperhatikan oleh guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif, dengan demikian 59 keberadaan murid merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar mengajar disamping eksistensi guru. Tabel 4.2 Jumlah Siswa SMP Dua Mei Tahun Ajaran 2010-2013: Jumlah (Kls VII + VIII + IX) Tahun Pelajaran Jumlah Pendaftar (Cln siswa baru) 2010/2011 121 68 2 79 2 71 2 218 6 2011/2012 129 69 2 64 2 80 2 212 6 2012/2013 108 75 2 66 2 56 2 197 6 Kelas VII Jml Siswa Jml Rombel Kelas VIII Jml Siswa Kelas IX Jml Rombel Jml Siswa Jml Rombel Jml Siswa Jml Rombel Tabel 4.3 Jumlah Siswa SMP Dua Mei Tahun Ajaran 2013-2014: No. Data Kelas Jumlah siswa Jumlah Rombel Laki-laki Perempuan Jumlah 1 VII 2 36 21 57 2 VIII 2 45 32 77 3 IX 2 35 30 65 Jumlah 6 116 83 199 14.Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kegiatan pendidikan tertentu. Adapun muatan kurikulum di SMP Dua Mei meliputi sejumlah mata pelajaran yang ditempuh mulai kelas VII sampai dengan kelas IX. Materi muatan lokal dan 60 pengembangan diri merupakan bagian dari muatan kurikulum. Untuk kurikulum SMP, terdiri dari 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Tabel 4.4 Struktur Kurikulum SMP Dua Mei Ciputat: Komponen Kelas dan Alokasi Waktu VII VIII IX 3*) 3*) 3*) 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 5*) 5*) 5*) 4. Bahasa Inggris 5*) 5*) 5*) 5. Matematika 6*) 6*) 6*) 6. Ilmu Pengetahuan Alam 6*) 6*) 6*) 7. Ilmu Pengetahuan sosial 5*) 5*) 5*) 8. Seni Budaya 2 2 2 9. Pendidikan Jasmani, olah Raga dan 2 2 2 2 2 2 2 2 A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2. Pendidikan Kewarganegaraan Kesehatan 10. Teknologi Informasi dan komunikasi B. Muatan Lokal - Pendidikan Jasa Pembukuan - Pendidikan Tata Busana C. Pengembangan Diri Jumlah A + B 2 2**) 32 + 8*) 2**) 2**) 32 + 8*) 32 + 8*) 61 D. Deskripsi Data Di Sekolah Menengah Pertama Dua Mei sistem pengajaran khususnya pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dibagi kedalam dua bagian, yaitu Bapak Saptono, S.Pd, yang mengajar pada mata pelajaran Sosiologi dan geografi dan ibu Dra. Soparidah, M.Pd, yang mengajar pada pelajaran Ekonomi dan Sejarah. Pada hasil belajarnya digabungkan antara mata pelajaran Bapak Saptono, S.Pd dan Ibu Dra. Soparidah, M.Pd. Pada penelitian ini, untuk mengetahui pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat. Tahap pertama yang dilakukan ialah pengamatan. Hasil dari pengamatan tersebut adalah bahwa pola interaksi dalam pembelajaran yang terjadi di SMP Dua Mei Ciputat adalah pola interaksi satu arah dan pola interaksi dua arah. Pengamatan ini dilakukan sebanyak 5 kali selama proses penelitian dilakukan. Pengamatan ini dilakukan pada saat pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berlangsung, karena guru IPS merupakan narasumber dari penelitian yang dilakukan. Hasil dari pengamatan yang dilakukan mengenai pola interaksi dalam pembejaran yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Dua Mei Ciputat adalah pola interaksi satu arah dan pola interaksi dua arah. Hasil dari pengamatan tersebut didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan pada guru di SMP Dua Mei Ciputat. Menurut guru Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat mengatakan bahwa metode pembelajaran yang sering digunakan adalah metode ceramah dan metode Tanya jawab. Metode ceramah merupakan pola interaksi satu arah, karena peran guru sangat mendominasi saat terjadinya proses pembelajaran. Guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa penerima aksi dari guru tersebut. Sedangkan metode Tanya jawab merupakan pola interaksi dua arah, karena adanya timbal balik yang dilakukan oleh guru dan siswa. Guru berperan sebagai pemberi aksi dan penerima aksi. Dengan demikian, hasil tersebut merupakan referensi untuk melakukan penelitian lanjut, yang akan digunakan sebagai bahan penelitian tentang bagaimana persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat. Untuk mengetahui persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua 62 Mei Ciputat, peneliti menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi. Peneliti membatasi hanya pada pola interaksi satu arah dan pola interkasi dua arah. Karena kedua pola tersebut merupakan pola yang sering dilakukan dalam proses pembelajaran. Sedangkan pola tiga arah tidak dijadikan sebagai bahan penelitian, karena pola tersebut jarang digunakan oleh guru IPS. Dalam pengumpulan datanya melalui kuesioner yang disebarkan kepada 40 siswa dari jumlah 199 siswa. Jumlah kelas di SMP Dua Mei Ciputat tercata enam kelas, dari setiap jenjang terdapat dua kelas. Dan dari setiap kelas diambil sampelnya sebanyak enam sampai tujuh responden dari kelas VII sampai kelas IX. Jumlah pertanyaan yang diajukan kepada siswa berjumlah 10 item, masingmasing dari pola interaksi memiliki lima pertanyaan berbentuk pilihan yang harus dijawab siswa dengan memberikan ceklist pada pilihan yang ada dan memberikan alasannya. Data yang dikumpulkan dari hasil angket yang disebarkan diolah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dengan rumus: P= f/n x 100% Maksud dari pengolahan tersebut agar data yang diperoleh dapat memberikan arti dan penjelasan. Hasil angket kemudian dimasukan kedalam tabulasi, yang merupakan proses data-data instrument angket menjadi angka persentase yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini : 63 Gambar 4.1 Persetase Hasil Kuesioner Pola Interaksi Satu Arah Pada gambar di atas menjelaskan mengenai persetase hasil kuesioner pada persepsi siswa terhadap pola interaksi satu arah yang disebarkan kepada siswa SMP Dua Mei Ciputat sejumlah 40 responden dari jumlah siswa SMP Dua Mei berjumlah 199 orang. Hasil kuesioner dari pola interaksi pola satu arah yang terdiri dari lima pertanyaan. Berikut ini merupakan penjelasan dari setiap pertanyaan dari kuesioner tersebut. 1. Saya senang guru menjelaskan dan siswa diam mendengarkan penjelasan dengan baik. Dari penyebaran kuesioner sebanyak 40 Responden, mengatakan setuju dari 1 orang dengan persetase sebesar 2.5 % dengan alasan lebih jelas menerangkannya, dapat lebih mengenal wawasan pelajaran, dan agar anak berani berpendapat. Dan mengatakan tidak setuju dari 39 orang dengan persetase sebesar 97.5 % dengan alasan siswa seharusnya berpendapat. 2. Saya senang jika guru menjelaskan tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Dari penyebaran kuesioner sebanyak 40 Responden, mengatakan setuju dari 7 orang dengan persetase sebesar 17.5 % dengan 64 alasan karena saya ingin mendengar dan menyimak dengan baik. Dan mengatakan tidak setuju dari 33 orang dengan persetase sebesar 82.5 % dengan alasan karena siswa belum tentu mengerti apa yang dijelaskan oleh guru, karena anak muridnya juga kepingin tahu penjelasan yang lebih jelas, ingin tahu lebih banyak lagi dan agar guru tahu seberapa besar kemampuan anak-anak tersebut. 3. Saya senang jika hanya diam mendengarkan guru menjelaskan materi yang disampaikan tanpa memberi kesempatan untuk berpendapat. Dari penyebaran kuesioner sebanyak 40 Responden, mengatakan setuju dari 12 orang dengan persetase sebesar 30 % dengan alasan karena lebih cepat paham, karena senang jika siswa pada diam atau tidak berisik, dapat konsentrasi, karena saya lebih bisa memahami apa yang dijelaskan guru. Dan mengatakan tidak setuju dari 28 orang dengan persetase sebesar 70 % dengan alasan agar bisa memperhatikan guru yang sedang menjelaskan dengan baik, seharusnya mengajukan pertanyaan jika tidak mengerti. 4. Saya senang jika hanya menyimak saat guru menjelaskan materi yang disampaikan dan tidak mengajukan sebuah pertanyaan. Dari penyebaran kuesioner sebanyak 40 Responden, mengatakan setuju dari 4 orang dengan persetase sebesar 90 % dengan alasan bisa konsenrasi dan tidak bikin pusing. Dan mengatakan tidak setuju dari 36 orang dengan persetase sebesar 10 % dengan alasan karena tidak dapat mengasah otak siswa, siwa harus bertanya, siswa tidak akan terlatih kemampuannya, dan bisa membuat anak bosan. 65 Gambar 4.2 Gambar Persetase Hasil Kuesioner Pola Interaksi Dua Arah Pada gambar di atas menjelaskan mengenai persetase hasil kuesioner pada persepsi siswa terhadap pola interaksi Dua arah yang disebarkan kepada siswa SMP Dua Mei Ciputat sejumlah 40 responden dari jumlah siswa SMP Dua Mei berjumlah 199 orang. Hasil kuesioner dari pola interaksi pola Dua arah yang terdiri dari lima pertanyaan. Berikut ini merupakan penjelasan dari setiap pertanyaan dari kuesioner tersebut. 5. Saya senang jika guru menjelaskan materi dengan memberi kesempatan untuk memberikan pendapat. Dari penyebaran kuesioner sebanyak 40 Responden, mengatakan setuju dari 39 orang dengan persetase sebesar 97.5 % dengan alasan karena guru tahu sampai mana siswa mengerti apa yang dijelaskan, agar siswa lebih cepat mengerti, dapat membantu berpikir cepat, dapat lebih mengenal wawasan pelajaran, dan agar anak berani berpendapat. Dan mengatakan tidak setuju dari 1 orang dengan persetase sebesar 2.5 % dengan alasan karena melibatkan materi yang dipelajarinya. 6. Saya senang jika guru menjelaskan materi dengan melibatkan siswa dalam memberikan pertanyaan. Dari penyebaran kuesioner sebanyak 40 66 Responden, mengatakan setuju dari 33 orang dengan persetase sebesar 82.5 % dengan alasan karena guru dapat mengasah otak siswa, lebih tahu, ingin menguji kemampuan, siswa dapat lebih aktif, dan menjadi pemberan. Dan mengatakan tidak setuju dari 7 orang dengan persetase sebesar 17.5 % dengan alasan membuat bingung, karena tidak mengerti, melibatkan siswa. 7. Saya senang jika terlibat memberikan pendapat saat guru menjelaskan materi yang disampaikan. Dari penyebaran kuesioner sebanyak 40 Responden, mengatakan setuju dari 28 orang dengan persetase sebesar 70 % dengan alasan karena siswa dapat mengetahui apa yang guru jelaskan, dapat mengetahui kemampuan belajar, cepat mengerti, dan lebih mengasah keberanian siswa. Dan mengatakan tidak setuju dari 12 orang dengan persetase sebesar 30 % dengan alasan pusing, susah, jadi bahan omongan, dank arena tidak tahu materi yang disampaikan. 8. Saya senang jika diberi pertanyaan oleh guru, saat menjelaskan materi yang disampaikan kepada siswa. Dari penyebaran kuesioner sebanyak 40 Responden, mengatakan setuju dari 36 orang dengan persetase sebesar 90 % dengan alasan karena bisa dimengerti, tahu tentang materi yang sedang dipelajari, karena dapat menjawab, biar mengetahui semuanya, dan dapat mengasah otak. Dan mengatakan tidak setuju dari 4 orang dengan persetase sebesar 10 % dengan alasan karena tidak berani dan belum bisa menjawabnya. 67 Berikut di bawah ini nama-nama responden dan perhitungan hasil kuesioner, sebagai berikut: Tabel 4.5 Nama-nama Responden Kuesioner No. Nama Kelas Jenis Kelamin 1 Anis Chirin IX.1 P 2 Ersa Dwi Ayu IX.1 P 3 Jagad IX.1 L 4 Namira Nur Aisyah IX.1 P 5 Novrian Hidayat IX.1 L 6 Rika Oktavia IX.1 P 7 Balqis Lanisa IX.2 P 8 Indra Aji Nugroho IX.2 L 9 Andara Rizkia IX.2 P 10 Andra IX.2 L 11 Dyah Ratu H. IX.2 P 12 Firman IX.2 L 13 Ilham Ade Putra VII.1 L 14 S. Bunga Nurjanah VII.1 P 15 Arya Firmansyah VII.1 L 16 Bayu C. VII.1 L 17 Berlian Tri Cahayana VII.1 P 18 Feny Rahmawati VII.1 P 19 Gibran Hafizh VII.1 L 20 Lutfi H. VII.2 L 21 M. Fikri VII.2 L 22 M. Irvansyah VII.2 L 23 M. Raffi VII.2 L 24 M. Zaidan VII.2 L 25 Riski Ardiansyah VII.2 L 26 Trully Helena Ubay VII.2 P 68 27 Diana VIII.1 P 28 Nur Huda Al Syawal VIII.1 P 29 Adam Zahran VIII.1 L 30 Rivaldo VIII.1 L 31 Indah Nofita VIII.1 P 32 Milawati Intan Bidari VIII.1 P 33 Mohamad Fajar Andika VIII.1 L 34 Agelsa D. VIII.2 P 35 Anisa Aitul VIII.2 P 36 Charles VIII.2 L 37 Dandy Afriyansyah VIII.2 L 38 Fatimah Dira Nur Zahra VIII.2 P 39 Indri Yani VIII.2 P 40 Nadia Azzahra VIII.2 P Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Kuesioner Pola Interaksi No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Jenis Kelamin P P L P L P P L P L P L L P L L Pola Satu Arah 1 2 3 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 ∑x1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 Pola Dua Arah ∑x2 5 6 7 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 2 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 4 5 5 5 69 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 P P L L L L L L L P P P L L P P L P P L L P P P 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 7 12 4 24 39 33 28 36 5 3 3 5 4 5 4 4 4 4 2 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 5 136 70 Perhitungan deskriptif persentase persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran. a. Variabel Persepsi siswa terhadap Pola Interaksi dalam pembelajaran Skor maksimal Skor minimal = = = = = = soal x skor maksimal kuesioner x jumlah responden 4 x 1 x 40 160 soal x skor minimal kuesioner x jumlah responden 4 x 0 x 40 0 b. Pola interaksi satu arah Skor = x 100% Skor Maksimal = 24 160 x 100% = 0.15 x 100% = 15 % c. Pola interaksi dua arah Skor = x 100% Skor Maksimal = 136 160 x 100% = 0.85 x 100% = 85 % 71 E. Analisis dan Pembahasan 3. Pola Interaksi dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Dua Mei Ciputat Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan inilah terjadi interaksi. Melalui interaksi manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Interaksi dapat terjadi dimana saja, salah satunya di lingkungan sekolah. Begitu pun saat proses kegiatan belajar mengajar, maka interaksi terjadi di ruang kelas antara guru dan siswa atau siswa dengan siswa. Pada saat terjadinya interaksi belajar antara guru dan siswa perlu suatu cara atau bentuk dari interaksi sebagai medium penyampaian informasi yang diberikan oleh guru kepada siswa. Agar interaksi yang terjadi oleh guru menjadi teratur dan terarah guna mencapai sebuah tujuan pembelajaran. Pola interaksi yang menjadi medium atau alat yang diwakili oleh sebuah metode pembelajaran sehingga terjadinya interaksi belajar mengajar atau interaksi edukatif. Pola interaksi merupakan bentuk atau cara kerja komunikasi dari satu individu kepada individu lain atau kelompok untuk menyampaikan informasi atau pesan sehingga terjadinya timbal balik. Terjadinya interaksi disebabkan oleh karena kebutuhan setiap individu untuk menyampaiakan informasi kepada individu atau kelompok lain yang menerima informasi dari individu tersebut. Melalui pola interaksi komunikasi bisa berjalan lebih terarah dan teratur sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pola interaksi yang akan mengatur keberlangsungan kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa. Keberadaaan guru selalu dipengaruhi dengan keberadaan siswa untuk terjadinya interaksi, karena terciptanya interaksi tidak bisa berdiri sendiri 72 tetapi saling membutuhkan atau perlu adanya kerjasama yang baik antara guru dan siswa. Guru membutuhkan siswa yang diajarkan, begitupun dengan siswa yang membutuhkan guru sebagai fasilitator, motivator dan mediator belajar. Melalui metode pembelajaran guru dapat menyampaikan materi ajar kepada siswa, maka terciptalah interaksi. Dalam interaksi edukatif yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan siswa yang menggerakannya. Interaksi yang bertujuan disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan siswa dalam belajar. Guru memiliki peran penting dalam menjalankan pola interaksi, sebab keberlangsungan di dalam kelas sebagian besar ditentukan oleh guru. Seperti yang dikatakan oleh Syaiful Bahri Djamarah dalam buku guru dan anak didik dalam interaksi edukatif bahwa “metode ialah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”80 Menurut J. J. Hasibun dan Moedjiono berpendapat bahwa “metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. Dan karena strategi belajar mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat pula untuk mencapai tujuan belajar.”81 Sedangkan Menurut J. J. Hasibun dan Moedjiono berpendapat bahwa “strategi belajar adalah pola umum perbuatan guru – murid di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.”82 Jika kita lihat di Sekolah Menengah Pertama Dua Mei Ciputat yang bertempat di jalan H. Abdul Ghani nomor 135 di kecamatan timur, kota tangerang selatan, Provinsi Banten, di dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut. Metode yang biasa digunakan untuk kegiatan belajar mengajar oleh guru IPS di SMP Dua Mei Ciputat ialah metode ceramah, 80 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 19 81 J. J. Hasibun dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar – cet ke. 6, (Bandung : Remaja Rosda Karya. 1995), h. 3 82 Ibid, h. 2 73 metode Tanya jawab, dan metode diskusi. Seperti yang dikatakan oleh Soparidah bahwa “metode yang biasa digunakan ialah metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi.”83 Begitupun yang dikatakan oleh Saptono ialah “biasannya dalam kegiatan mengajar menggunakan metode ceramah, tanya jawab, Contextual Theacing and Learning dan diskusi.”84 Metode tersebut menjadi pilihan utama oleh guru-guru di SMP Dua Mei Ciputat. Alasan utama kenapa guru di SMP Dua Mei Ciputat sering menggunakan metode tersebut ialah “agar mempermudah penyampaian materi yang akan dibahas sehingga mudah diterima oleh siswa. SPD pun mengatakan hal yang serupa ialah karena metode-metode tersebut akan mempermudah kita dalam mengajar, mentransfer dan menginformasikan materi yang akan dibahas.”85 “Di kelas ada sekelompok siswa dengan perilaku yang bermacammacam. Dari cara mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap, tingkat kecerdasan, dan sebagainya selalu ada variasinya. Masing-masing siswa memang mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda-beda dari anak didik lainnya.”86 Melalui perbedaan karakteristik inilah guru mempertimbangkan dalam menentukan metode-metode untuk mengajar. Sebab berbicara metode pembelajaran selalu berkaitan dengan pola interaksi yang akan dilakukan oleh guru dan siswa. Karena dengan memperhitungan metode pembelajaran yang ditentukan akan berpengaruh terhadap pola interaksi yang akan digunakan. Oleh sebab itu, sangat penting dalam menentukan metode apa yang akan digunakaan. Hal ini, dikemukakan oleh Soparidah yang menjadi pertimbangan dalam menetukan metode pembelajaran, yaitu, “untuk menjelaskan materi yang menjadi pokok bahasan, untuk memotivasi peserta didik supaya lebih giat dalam belajar, dan agar peserta mulai belajar untuk berani menyampaikan pendapat, serta tanggung jawab.”87 Sementara itu, 83 Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Saptono, M. Pd 85 Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd 86 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 6 87 Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd 84 74 Saptono mengemukakan hal yang menjadi pertimbangkan dalam menentukan metode pembelajaran ialah materi yang diajarkan kepada siswa. Dengan demikian, amatlah penting setiap guru dalam menentukan metode pembelajaran agar terciptanya suatu pola interaksi antara guru dan siswa yang efektif, kondusif dan produktif. Maka perlu adanya perhitungan terhadap situasi dan kondisi dari siswa serta pertimbangan dalam setiap menentukan metode pembelajaran, serta materi pelajaran yang menjadi hal yang penting dalam menentukan metode pembelajaran. Materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terbagi dalam beberapa bagian, yaitu mata pelajaran sosiologi, sejarah, ekonomi dan geografi. Namun di Sekolah Menengah Pertama materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih dalam satu kesatuan yaitu IPS Terpadu. Setiap materi tersebut memiliki karakteristik masing-masing. Menurut guru IPS di SMP Dua Mei Ciputat yang mengajarkan sejarah dan ekonomi, dari kedua materi tersebut tidak memiliki masalah dalam menyampaikan materi. “Karena dalam mengajar kita didukung oleh buku-buku yang cukup, media dan metode yang memudahkan siswa untuk memahami materi yang disampaikan.”88 Jadi, tidak ada kesulitan dalam mengajarakan dari kedua materi tersebut. Sedangkan menurut guru IPS di SMP Dua Mei Ciputat yang mengajarkan sosiologi dan geografi ada beberapa kendala, yaitu “kurangnya laboratorium alam dan media yang ada sehingga guru tersebut menggunakan multimedia dan internet sebagai pengganti laboratorium dan alternatif menangani kendala tersebut.” 89 Jika dilihat pada hasil observasi dan wawancara, pada pola tiga arah atau multi arah guru-guru jarang sekali menggunakannya karena persiapan dan media yang digunakan harus ada untuk melangsungkan kegiatan pola interaksi multi arah. Sehingga pola tiga arah masih jarang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. 88 89 Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Saptono, S.Pd 75 Pada penelitian ini yang dijadikan contoh pada pola tiga arah atau multi arah ialah metode diskusi, karena metode tersebut merupakan metode yang digunakan oleh guru IPS dalam kegiatan belajar mengajar. seperti yang dikatakan oleh kedua guru IPS di SMP Dua Mei Ciputat. Adapun kekurangan dari metode diskusi menurut Soparidah adalah tidak dapat dipakai untuk kelompok besar, siswa mendapatkan informasi yang terbatas, dan dikuasai oleh siswa yang suka berbicara. Sedangkan menurut Saptono mengatakan bahwa kelas terlalu ribut sehingga mengganggu kelas lain. Ada beberapa kendala pada saat proses kegiatan belajar mengajar dalam penggunaan metode pembelajaran, yaitu “dalam pengadaan alat peraga atau media pembelajaran”90. Seperti halnya yang dijelaskan oleh Soparidah, yaitu, “kesulitan siswa dalam menyerap materi yang kita ajarkan, dan tidak ada yang ingin bertanya karena tidak berani dan malu.”91 Demi melangsungkan kegiatan belajar mengajar maka setiap guru perlu melakukan tindakan yang cepat dalam menanggulangi kendala yang dihadapi. Sehingga kegiatan belajar mengajar akan terus berlangsung meskipun perencanaan awal tidak berjalan sesuai dengan rencana. Seperti yang dikatakan oleh Soparidah solusinya ialah, “mengulang dalam menjelaskan materi yang di bahas, dan memberi umpan atau pertanyaan kepada peserta didik agar peserta didik ingin dan berani berpendapat.”92 atau “mengganti metode yang direncanakan dengan metode yang lain.”93 Selain itu tindakan yang harus dilakukan ialah “dengan melakukan perubahan dalam penggunaan metode media pembelajaran.”94 atau “dengan mencari media pengganti atau alternatif.”95 Dengan demikian kendala-kendala yang dihadapi dapat diatasi dengan baik, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. 90 Ibid Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd 92 Ibid 93 Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Saptono, S.Pd 94 Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd 95 Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Saptono, S.Pd 91 76 Namun, kecenderungan guru di SMP Dua Mei ialah menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab, atau yang di kenal pada penelitian ini ialah pola satu arah dan dua arah. Seperti yang dikatakan oleh kedua guru Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat mengatakan bahwa metode yang sering digunakan ialah metode ceramah dan metode Tanya jawab. Hasil ini didasarkan pada hasil observasi. Seperti yang dikatakan oleh guru IPS di SMP Dua Mei Ciputat, menggunakan metode tersebut dengan alasan ialah karena sebagai sarana untuk memotivasi anak agar memiliki rasa ingin keingintahuan yang besar dan supaya siswa aktif dalam pembelajaran. Berikut ini ini penjelasan dari kedua pola tersebut. c. Pola Satu Arah Menurut W. S. Winkel berpendapat bahwa pola interaksi satu arah adalah “segala prosedur didaktis yang tercakup dalam istilah memberi ulasan, seperti menyampaikan informasi, memberikan penjelasan memberikan uraian (ceramah), menceritakan suatu kisah, mengutarakan suatu masalah dan memberikan suatu demonstrasi. Kegiatan tenaga pengajar terutama bersifat verbal, sehingga siswa harus mendengarkan, biarpun digunakan berbagai media audiovisual untuk menunjang ulasan verbal, seperti papan tulis, peta, model, gambar atau foto dan lain sebagainya. Sambil memberikan ulasannya, guru berdiri di depan siswa.”96 “Komunikasi berlangsung dengan satu cara arah terjadi jika proses pembelajaran penuangan atau penyampaian materi pembelajaran dari guru kepada siswa. Jadi arah komunikasi adalah dari guru kepada siswa. Suasana kelas biasanya tenang dan tertib, tidak ada suara, kecuali yang ditimbulkan oleh guru.”97 Terciptanya suatu pola dikarenakan kebutuhan guru untuk menyampaikan materi yang akan dibahas olehnya, sehingga pola satu arah menjadi pilihan. Menurut W. S. Winkel berpendapat bahwa pola satu arah “dianggap sesuai untuk menyampaikan hal-hal yang harus diketahui, yang 96 97 W. S. Winkel, Psikologis Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2009), h. 306 Sumiati dan asra. Metode Pembelajaran. (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), h. 40 77 tidak atau sulit dapat digali dari sumber lain, misalnya buku pelajaran; untuk memperkenalkan suatu pokok bahasan yang nantinya masih akan dipelajari dengan tata cara lain; untuk menunjukan hubungan dengan tema-tema yang sudah dipelajari; untuk menguraikan garis-garis besar dan menunjukkan aneka aspek pokok; untuk menimbulkan motivasi dan minat pada siswa.”98 Menurut J. J. Hasibun mengatakan “metode ceramah adalah salah satu contoh dari pola interaksi satu arah. Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ceramah ekonomis dan efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian.”99 Dominasi seorang guru saat menggunakan metode ceramah sangatlah besar, sehingga siswa menjadi pasif. Namun, suasana kelah lebih tertib dan kondusif karena siswa hanya terfokuskan kepada guru sebagai pemberi aksi. Sedangkan menurut Martinis Yamin mengemukakan “metode ceramah dapat dilakukan oleh guru ialah yang pertama, untuk memberikan pengarahan, petunjuk di awal pembelajaran. kedua, waktu yang terbatas, sedangkan materi atau informasi banyak yang akan disampaikan. Dan ketiga, lembaga pendidikan sedikit memiliki staf pengajar, sedangkan jumlah siswa banyak.”100 Pada saat kegiatan belajar mengajar menggunakan metode pembelajaran, guru hanya terfokuskan pada penyampaian materi yang ingin disampaikan untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran dan materi yang harus dicapai. Melalui metode pembelajaran guru ingin memberikan pengarahan, mengutarakan suatu permasalahan, dan menyampaikan suatu hal yang harus diketahui oleh siswa. Maka dari itu, pola ini di anggap paling tepat untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran harus diketahui 98 W. S. Winkel, Psikologis Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2009), h. 306 J. J. Hasibun dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar – cet ke. 6, (Bandung: Remaja Rosda Karya. 1995), h. 13 100 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi – cetakan kedua, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2004), h. 65 99 78 siswa. Jadi, siswa hanya terfokuskan pada apa yang disampaikan oleh guru sehingga suasana di dalam kelas menjadi lebih tertib. Begitu juga yang diungkapkan oleh Soparidah bahwa “kelebihan metode caramah ialah dapat menjangkau penyajian materi bisa lebih luas, guru dapat mengatur materi yang akan menjadi prioritas, dan guru dapat memantau keadaan kelas.”101 Sedangkan menurut saptono guru IPS SMP Dua Mei Ciputat mengatakan bahwa “dengan menggunakan pola interaksi satu arah atau atau ceramah ketercapian materi lebih tinggi.”102 Kelebihan inilah yang menjadi faktor-faktor guru memilih untuk menggunakan metode ceramah sebagai metode satu arah yang dilakukan oleh guru guna mencapai tujuan pembelajaran. karena pemilihan metode guru perlu adanya pertimbangan yang matang sehingga guru dapat menetukan metode tersebut sebagai upaya mencapai tujuan pembelajaran. Adapun kekurangan dari metode ceramah ialah “siswa jadi lebih pasif.”103 Sedangkan Soparidah berpendapat mengenai kekurangannya ialah “materi yang dikuasai siswa terbatas, membuat anak-anak jenuh dan mengantuk, serta sulit untuk mengatahui daya serap siswa.”104 d. Pola Dua Arah “Komunikasi dua arah dalam proses pembelajaran memungkinkan terjadinya arus balik dalam komunikasi yaitu datang dari siswa kepada guru, selain dari guru kepada siswa. Komunikasi semacam ini terjadi jika proses pembelajaran dilakukan, misalnya dengan menggunakan metode atau teknik tanya jawab atau tidak ceramah saja. Suasana kelas dengan pola komunikasi dua arah jauh lebih hidup dan lebih dinamis dari suasana komunikasi satu arah. Ditandai dengan adanya umpan balik bagi guru meskipun kurang bahkan tidak ada komunikasi antar siswa. Keadaan 101 Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Saptono, S.Pd 103 Ibid 104 Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd 102 79 seperti ini disebut pola guru-siswa-guru dengan komunikasi sebagai interaksi.” 105 Keberlangsungan pola interaksi dua arah dalam kegiatan belajar mengajar terjadi karena adanya komunikasi yang datang dari siswa kepada guru atau guru kepada siswa. Guru menyampaikan materi dan siswa menanggapi materi yang disampaikan oleh guru. Metode atau teknik tanya jawab merupakan salah satu bentuk dari pola interaksi dua arah. Pada kegiatan pembelajaran ini suasana kelas lebih interaktif, karena adanya timbal balik antara guru dan siswa. Pola interaksi dua arah merupakan pola yang paling efektif dan tepat guna meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa. Pernyataan ini diperkuat oleh kedua guru IPS SMP Dua Mei mengatakan “dengan adanya interaksi dua arah dapat meningkatkan komunikasi dan ada pendapat dari dua atau lebih siswa.”106 dan “karena pola-pola tersebut dapat memotivasi anak-anak untuk belajar dan menguasai setiap pokok bahasan.”107 “Siswa secara tidak langsung dituntut untuk menemukan sebuah jawaban. Metode tersebut merupakan sebagai upaya guru melihat sejauh mana penguasaan dan daya tangkap siswa terhadap materi pembahasannya. Guru dapat juga menggunakan jawaban siswa untuk mengecek efektivitas pengajarannya yang sedang berlangsung.”108 “Pertanyaan dapat lebih bersifat reproduktif, dimana siswa harus memikirkan sesuatu. Tujuan pertanyaan dapat berbeda-beda, untuk mengetahui apa yang telah dikuasai siswa tentang suatu pokok bahasan, untuk menentukan apakah tujuan intruksional tercapai; untuk mengetahui dimana siswa salah pengertian; untuk melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar.”109 105 Ibid, h. 65. Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Saptono, S.Pd 107 Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd 108 James Popham dan Eval L.Baker, Bagaimana Mengajar Secara Sistematis, (Yogyakarta: Kanisius, 1981), h. 105 109 W. S. Winkel, Psikologis Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2009), h. 308 106 80 “Selain melalui pertanyaan untuk menciptakan interaksi dalam proses belajar mengajar bisa juga dilakukan dengan memberi kesempatan kepada siswa. Guru memberi kesempatan kepada kelas untuk mengajukan pertanyaan. Ini dapat terjadi selama pelajaran masih berlangsung, pada akhir pembahasan oleh guru, atau pada jam pertemuan yang khusus untuk itu (response).” 110 “Pada saat ini ranah kognitif bekerja dengan baik. Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan berpikir, mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.”111 Menurut Soparidah guru IPS SMP Dua Mei bahwa pola dua arah atau bisa disebut metode tanya jawab memiliki kelebihannya ialah “siswa dapat mengembangkan keberanian dan keterampilan dalam menjawab dan mengemukakan pendapat. Dan kedua, merangsang siswa untuk berlatih mengembangkan daya pikir.”112 “Dalam proses belajar mengajar bertanya memegang peranan yang yang paling penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik yang tepat akan meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan, mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa sebab berpikir itu sendiri adalah bertanya, menuntut proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik, dan memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas.”113 110 Ibid,, Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi – cetakan kedua, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2004), h. 27 112 Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd 113 J. J. Hasibun dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar – cet ke. 6, (Bandung: Remaja Rosda Karya. 1995), h. 14 111 81 Adapun kekurangan yang terdapat pada pola interaksi dua arah ialah banyaknya waktu yang terbuang karena siswa perlu waktu untuk menemukan jawaban yang dilontarkan oleh guru. Adanya target untuk mengejar materi yang harus dicapai oleh siswa pola dua arah merupakan bukan pilihan utama karena guru perlu mempertimbangkan, jika pola interaksi dua arah ditetap digunakan akibatnya banyak materi yang harus dicapai tidak dapat dikejar karena minimnya waktu. Begitu pun yang dikatakan oleh salah satu guru IPS bahwa banyak waktu terbuang, waktu terbatas, dan membuat siswa takut karena tidak siap untuk menjawab pertanyaan. 4. Persepsi Siswa terhadap Pola Interaksi dalam pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat Persepsi adalah pengetahuan hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh panca indera. Sedangkan menurut Slameto mengemukakan “persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium.”114 “Dengan persepsi sosial, pertama kita berusaha mengetahui apa yang dipikirkan, dipercaya, dirasakan, diniatkan, dikehendaki, dan didambakan, orang lain. Kedua, membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan ekspresi wajah, tekanan suara, gerak-gerik tubuh, kata-kata, dan tingkah laku mereka. Dan ketiga, menyesuaikan tindakan sendiri dengan keberadaan orang lain berdasarkan pengetahuan dan pembacaan terhadap orang tersebut.”115 Dalam hal ini, siswa menjadi objek penelitian untuk dapat mengetahui persepsi siwa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran IPS di SMP Dua 114 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 102. 115 Ibid, h. 25 82 Mei Ciputat, yaitu dengan melakukan penyebaran kuesioner yang diberikan kepada siswa SMP Dua Mei. Sehingga peneliti mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat. Berikut ini merupakan hasil perhitungan komulatif penyebaran kuesioner dari masing masing variabel memiliki empat pertanyaan. Gambar 4.3 Persentase Persepsi Siswa Terhadap Pola Interaksi Dalam Pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat Dari tabel di atas menunjukan bahwa persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat sebagian kecil siswa mengatakan setuju terhadap pola interaksi satu arah dengan alasan lebih jelas menerangkannya, dapat lebih mengenal wawasan pelajaran, karena saya ingin mendengar dan menyimak dengan baik, karena lebih cepat paham, karena senang jika siswa pada diam atau tidak berisik, dan dapat konsentrasi. Sedangkan persepsi siswa mengatakan setuju terhadap pola interaksi dua arah adalah hampir seluruhnya siswa, dengan alasan karena guru tahu sampai mana siswa mengerti apa yang dijelaskan, dapat mengasah otak siswa, lebih tahu, ingin menguji kemampuan, siswa dapat lebih aktif,agar siswa 83 lebih cepat mengerti, dapat membantu berpikir cepat, dapat lebih mengenal wawasan pelajaran, dan agar anak berani berpendapat. 84 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat. Maka diketahui kesimpulannya sebagai berikut : 1. Pola interaksi yang sering digunakan oleh guru IPS di SMP Dua Mei Ciputat adalah pola interaksi satu arah dan pola interaksi dua arah. Pola interaksi satu arah merupakan cara untuk menyampaikan materi yang harus diketahui, atau sulit yang dipahami siswa. Sedangkan, pola interaksi dua arah merupakan pola yang memungkinkan terjadinya timbal balik, guru menyampaikan materi dan siswa menanggapi materi yang disampaikan. Pola ini merupakan pola yang dapat menunjang siswa untuk dapat mengembangkan keberanian, keterampilan dalam menjawab dan mengemukakan pendapat. Serta merangsang siswa untuk berlatih mengembangkan daya pikir. 2. Persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat adalah sebagian kecil siswa mengatakan setuju terhadap pola interaksi satu arah. Sedangkan, Hampir seluruhnya siswa setuju terhadap pola interaksi dua arah. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang disampaikan oleh peneliti ialah sebagai berikut ini; 1. Guru sebaiknya lebih bervariatif dalam menggunakan metode mengajar, sehingga pada saat proses kegiatan belajar mengajar dapat terciptanya interaksi guru dan siswa agar dapat memotivasi siswa dalam belajar. 85 2. Perlu adanya fasilitas media pembelajaran untuk membantu para guru menciptakan kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bervariatif untuk dapat meciptakan interaksi dalam pembelajaran. 3. Perlu adanya rasa saling memiliki dan saling mengenal satu sama lain, yaitu antara guru dan siswa sebagai upaya untuk menciptakan pola interaksi menjadi lebih efektif dan kondusif dalam setiap penggunaan metode. 86 DAFTAR PUSTAKA Abdullah dan Safarina HD. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Ahmadi, Abu, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991. Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta : Rineka Cipta, 2008. Beni, Ahmad S, Metode Penelitian, Bandung: Pustaka setia, 2008. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Bahasa, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008. Direktorat Tenaga Pendidik Dirjen PMPTK Depdiknas, Strategi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengathuan Sosial, Jakarta: 2008. Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, M. Sobry, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT. Refika Aditama, 2007. Hasibun, J. J. dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995. cet ke. 6 Huda, Miftahul, Interaksi Pendidikan, Malang: UIN Malang Press, 2008 Irawan, Prasetya, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis, Jakarta: STIA-LAN, 2004. Khoirun, Ahmadi Lif, dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. 2011. Kusuma, Aryani Ine dan Susatim, Markum, Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai, Bogor, Ghalia Indonesia, 2010. Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991. Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1996. 87 Popham, James dan Baker, Eval L, Bagaimana Mengajar Secara Sistematis, Yogyakarta: Kanisius, 1981. Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja Rosda karya. 2007. Ratnawati, Etty, Interaksi dan Proses Komunikasi dalam pembelajaran, Jurnal AlTarbiyah, Volume XX Nomor 2, Desember 2007. Saleh, Abdul Rahman dan Wahab, Muhbib Abdul, Psikologi Suatu Pengatar Dalam Perspektif, Jakarta: Kencana, 2004. Sapriya, Pendidikan IPS, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi-Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2011 Sarwono, Sarlito Wirawan, dan Meinarno, Eko A, Psikologi Sosial, Jakarta; Salemba Humanika, 2011. Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 2000. Setiadi, Elly M, dan Kolip, Usman, Pengantar Sosiologi: pemahaman fakta dan gejala permasalahan sosial: teori, aplikasi, dan pemecahannya, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2011. Setiadi, Elly M, dkk, Ilmu sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2007. Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 2006 Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R dan D, Bandung : Alfabeta, 2009. Sumantri, Nu'man, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001. Sumiati dan asra. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima, 2008 Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Gitamedia Press, 2006. 88 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Wasito, Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Pendoman Mahasiswa, Jakarta: Gramedia Pustaka, 1992. Winkel, W. S, Psikologis Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi, 2009. Yamin Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi – cet. kedua, Jakarta : Gaung Persada Press, 2004. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2261303-pengertian-polainteraksi/ diakses pada tanggal 18 Oktober 2013 pukul 15.18 WIB LAMPIRAN 90 PEDOMAN OBSERVASI LAPANGAN I. Identitas Subyek 1. Hari/tgl observasi : Selasa, 28 Januari 2014 2. Waktu : 08.10 – 09. 50 II. Aspek yang diamati Pola interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran Hasil observasi No. Aspek yang Diamati Ya Tidak 1. Guru menjelaskan materi pembelajaran √ 2. Siswa mendengarkan dan menyimak pelajaran yang diterangkan oleh guru √ 3. Guru memberikan pertanyaan dan tanggapan mengenai materi yang disampaikan kepada siswa √ 4. Siswa menjawab pertanyaan dan menangapi materi yang dijelaskan oleh guru √ 5. Guru sebagai fasilitator dalam menjelaskan materi yang akan disampaikan √ 6. Terjadinya kerjasama antara guru dengan siswa dalam pembelajaran √ 7. Siswa saling pembelajaran √ berinteraksi dalam proses 91 PEDOMAN OBSERVASI LAPANGAN I. Identitas Subyek 1. Hari/tgl observasi : Selasa, 28 Januari 2014 2. Waktu : 10.00 – 11. 50 II. Aspek yang diamati Pola interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran Hasil observasi No. Aspek yang Diamati Ya Tidak 1. Guru menjelaskan materi pembelajaran √ 2. Siswa mendengarkan dan menyimak pelajaran yang diterangkan oleh guru √ 3. Guru memberikan pertanyaan dan tanggapan mengenai materi yang disampaikan kepada siswa √ 4. Siswa menjawab pertanyaan dan menangapi materi yang dijelaskan oleh guru √ 5. Guru sebagai fasilitator dalam menjelaskan materi yang akan disampaikan √ 6. Terjadinya kerjasama antara guru dengan siswa dalam pembelajaran √ 7. Siswa saling pembelajaran √ berinteraksi dalam proses 92 PEDOMAN OBSERVASI LAPANGAN I. Identitas Subyek 1. Hari/tgl observasi : Kamis, 30 Januari 2014 2. Waktu : 08.10 – 09. 50 II. Aspek yang diamati Pola interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran Hasil observasi No. Aspek yang Diamati Ya Tidak 1. Guru menjelaskan materi pembelajaran √ 2. Siswa mendengarkan dan menyimak pelajaran yang diterangkan oleh guru √ 3. Guru memberikan pertanyaan dan tanggapan mengenai materi yang disampaikan kepada siswa √ 4. Siswa menjawab pertanyaan dan menangapi materi yang dijelaskan oleh guru √ 5. Guru sebagai fasilitator dalam menjelaskan materi yang akan disampaikan √ 6. Terjadinya kerjasama antara guru dengan siswa dalam pembelajaran √ 7. Siswa saling pembelajaran √ berinteraksi dalam proses 93 PEDOMAN OBSERVASI LAPANGAN I. Identitas Subyek 1. Hari/tgl observasi : Kamis, 30 Januari 2014 2. Waktu : 13.00 – 14. 20 II. Aspek yang diamati Pola interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran Hasil observasi No. Aspek yang Diamati Ya Tidak 1. Guru menjelaskan materi pembelajaran √ 2. Siswa mendengarkan dan menyimak pelajaran yang diterangkan oleh guru √ 3. Guru memberikan pertanyaan dan tanggapan mengenai materi yang disampaikan kepada siswa √ 4. Siswa menjawab pertanyaan dan menangapi materi yang dijelaskan oleh guru √ 5. Guru sebagai fasilitator dalam menjelaskan materi yang akan disampaikan √ 6. Terjadinya kerjasama antara guru dengan siswa dalam pembelajaran √ 7. Siswa saling pembelajaran √ berinteraksi dalam proses 94 PEDOMAN OBSERVASI LAPANGAN I. II. Identitas Subyek 1. Hari/tgl observasi : Selasa, 28 Januari 2014 2. Waktu : 08.10 – 09. 50 Aspek yang diamati Pola interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran Hasil observasi No. Aspek yang Diamati Ya Tidak 1. Guru menjelaskan materi pembelajaran √ 2. Siswa mendengarkan dan menyimak pelajaran yang diterangkan oleh guru √ 3. Guru memberikan pertanyaan dan tanggapan mengenai materi yang disampaikan kepada siswa √ 4. Siswa menjawab pertanyaan dan menangapi materi yang dijelaskan oleh guru √ 5. Guru sebagai fasilitator dalam menjelaskan materi yang akan disampaikan √ 6. Terjadinya kerjasama antara guru dengan siswa dalam pembelajaran √ 7. Siswa saling pembelajaran √ berinteraksi dalam proses 95 PEDOMAN OBSERVASI LAPANGAN I. 3. Identitas Subyek 1. Hari/tgl observasi : Selasa, 28 Januari 2014 2. Waktu : 10.00 – 11. 50 Aspek yang diamati Pola interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran Hasil observasi No. Aspek yang Diamati Ya Tidak 1. Guru menjelaskan materi pembelajaran √ 2. Siswa mendengarkan dan menyimak pelajaran yang diterangkan oleh guru √ 3. Guru memberikan pertanyaan dan tanggapan mengenai materi yang disampaikan kepada siswa √ 4. Siswa menjawab pertanyaan dan menangapi materi yang dijelaskan oleh guru √ 5. Guru sebagai fasilitator dalam menjelaskan materi yang akan disampaikan √ 6. Terjadinya kerjasama antara guru dengan siswa dalam pembelajaran √ 7. Siswa saling pembelajaran √ berinteraksi dalam proses 96 HASIL WAWANCARA Nama : Saptono, S.Pd Ibisial : SPN Jabatan : Wakil Kurikulum, Guru IPS Mata Pelajaran : Sosiologi dan Geografi Hari dan Tanggal : Rabu, 22 Januari 2014 Waktu : 12.25 – selesai 1. Menurut bapak/ibu, dalam kegiatan belajar mengajar metode apa saja yang digunakan? “biasannya dalam kegiatan mengajar menggunakan metode ceramah, tanya jawab, Contextual Teaching Learning, dan diskusi.” 2. Mengapa dalam kegiatan belajar mengajar bapak/ibu sering menggunakan metode tersebut? “agar interaksi dengan siswa bisa berjalan dengan baik dan siswa aktif dalam pembelajaran.” 3. Menurut bapak/ibu kelebihan dan kekurangan metode ceramah apa saja? “kelebihan metode caramah ialah ketercapaian materi lebih tinggi. Kekurangannya ialah siswa pasif.” 4. Menurut bapak/ibu kelebihan dan kekurangan metode Tanya jawab apa saja? “kelebihannya ialah siswa lebih menguasai materi, dan lebih aktif. Kekurangannya ialah waktu yang kurang.” 5. Menurut bapak/ ibu kelebihan dan kekurangan metode diskusi apa saja? “kelebihannya ialah menciptakan kerjasama kelompok dan siswa lebih aktif. Kekurangannya ialah kelas terlalu ribut sehingga mengganggu kelas lain.” 97 6. Metode apa yang paling sering bapak/ibu gunakan untuk mengajar? “biasanya menggunakan metode tanya jawab.” 7. Mengapa bapak/ibu sering menggunakan metode tersebut? “supaya siswa aktif dalam pembelajaran” 8. Apa saja yang menjadi pertimbangan bapak/ibu dalam menentukan metode-metode untuk mengajar? “materi yang diajarkan kepada siswa” 9. Apakah ada keterkaitan atau pengaruh antara metode yang satu dengan yang lainnya? Kenapa? “tidak ada, karena masing-masing metode mempunyai langkahlangkah masing masing atau berdiri sendiri. 10. Dalam mengajar apakah ada perbedaan pada saat mengajar materi Geografi dan Sosiologi? “tidak ada, tergantung metode yang dipakai.” 11. Menurut bapak/ibu, apakah ada kesulitan bapak/ ibu hadapi pada saat mengajarakan materi Geografi dan Sosiologi? “ada, yaitu kurangnya laboratorium alam dan media yang ada.” 12. Bagaimana bapak/ibu dalam mengatasi kesulitan pada saat mengajar pada materi Geografi dan Sosiologi? “dengan menggunakan multimedia dan internet sebagai pengganti laboratorium.” 13. Apakah bapak/ibu pernah mengalami kendala pada saat mengajar ketika menggunakan salah satu metode? “pernah.” 14. Kendala apa saja yang sering bapak/ibu hadapi pada saat mengajar? “dalam pengadaan alat peraga atau media pembelajaran.” 15. Bagaimana solusi bapak/ibu terhadapa kendala-kendala yang sering bapak/ibu hadapi? “mencari media pengganti atau alternative dan mengganti metode yang direncanakan dengan metode yang lain.” 98 16. Pola interaksi dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu satu arah, dua arah dan tiga arah atau banyak arah. Adakah pola yang memiliki pengaruh terhadap belajar siswa? Mengapa? “ada, pola interaksi dua arah atau metode tanya jawab. karena adanya interaksi dua arah dapat meningkatkan komunikasi dan ada pendapat dari dua atau lebih siswa.” 17. Tahun berapa bapak/ibu sudah mulai mengajar? dan sudah berapa lama bapak/ibu mengajar di sekolah? “mengajar sejak 1995, disekolah ini tahun 1997. Lama mengajar total 19 tahun, dan di sekolah ini 17 tahun.” 18. Mata pelajaran apa saja yang bapak/ibu ajarkan? “IPS terpadu, Biologi, Sosiologi, dan Geografi.” 99 HASIL WAWANCARA Nama : Dra. Soparidah, M.Pd Inisial : SPD Jabatan : Wali kelas IX, Guru IPS Mata Pelajaran : Ekonomi dan Sejarah Hari dan Tanggal : Rabu, 22 Januari 2014 Waktu : 10.10 – selesai 1. Menurut bapak/ibu, dalam kegiatan belajar mengajar metode apa saja yang digunakan? “biasannya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi.” 2. Mengapa dalam kegiatan belajar mengajar bapak/ibu sering menggunakan metode tersebut? “karena metode-metode tersebut akan mempermudah kita dalam mengajar, mentranfer dan menginformasikan materi yang akan dibahas.” 3. Menurut bapak/ibu kelebihan dan kekurangan metode ceramah apa saja? “kelebihan metode caramah ialah pertama, dapat menjangkau penyajian materi bisa lebih luas. Kedua, guru dapat mengatur materi yang akan menjadi prioritas. Dan ketiga, guru dapat memantau keadaan kelas. Kekurangannya ialah pertama, materi yang dikuasai siswa terbatas. Kedua, membuat anak-anak jenuh dan mengantuk. Dan ketiga sulit untuk mengatahui daya serap siswa.” 4. Menurut bapak/ibu kelebihan dan kekurangan metode Tanya jawab apa saja? “kelebihannya ialah pertama, siswa dapat mengembangkan keberanian dan keterampilan dalam menjawab dan mengemukakan 100 pendapat. Dan kedua, merangsang siswa untuk berlatih mengembangkan daya pikir. Kekurangannya ialah banyak waktu terbuang,waktu terbatas, dan membuat siswa takut karena tidak siap untuk menjawab pertanyaan.” 5. Menurut bapak/ ibu kelebihan dan kekurangan metode diskusi apa saja? “kelebihannya ialah. meyadarkan siswa bahwa masalah dapat diselesaikan, menyadarkan siswa bahwa mereka bisa memberikan pendapat, dan membiasakan anak-anak untuk dapat menghargai pendapat orang lain. Kekurangannya ialah tidak dapat dipakai untuk kelompok besar, siswa mendapatkan informasi yang terbatas, dan dikuasai oleh siswa yang suka berbicara. 6. Metode apa yang paling sering bapak/ibu gunakan untuk mengajar? “biasanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.” 7. Mengapa bapak/ibu sering menggunakan metode tersebut? “karena sebagai sarana untuk memotivasi anak agar memiliki rasa ingin keingintahuan yang besar ” 8. Apa saja yang menjadi pertimbangan bapak/ibu dalam menentukan metode-metode untuk mengajar? “pertama, untuk menjelaskan materi yang menjadi pokok bahasan. Kedua, untuk memotivasi peserta didik supaya lebih giat dalam belajar. Dan ketiga, agar peserta mulai belajar untuk berani menyampaikan pendapat, serta tanggung jawab.” 9. Apakah ada keterkaitan atau pengaruh antara metode yang satu dengan yang lainnya? Kenapa? “pasti berpengaruh, misal metode ceramah berfungsi mentransfer materi ke anak-anak, kemudian dilanjutkan dengan Tanya jawab. Tujuannya untuk mengetahuai daya serap anak-anak dan metode diskusi untuk melatih anak-anak berani dalam menyampaikan serta 101 menjelaskan dan menjabarkan materi yang di dapat dari pola satu arah.” 10. Dalam mengajar apakah ada perbedaan pada saat mengajar mata pelajaran ekonomi dan sejarah? “tidak, karena dalam mengajar kita didukung oleh buku-buku yang cukup, media dan metode yang memudahkan siswa untuk memahami mater yang disampaikan.” 11. Menurut bapak/ibu, apakah ada kesulitan pada saat mengajar pada materi ekonomi dan sejarah? “tidak ada.” 12. Bagaimana bapak/ ibu dalam mengatasi kesulitan pada saat mengajar pada materi ekonomi dan sejarah? “tidak ada.” 13. Apakah bapak/ibu pernah mengalami kendala pada saat mengajar ketika menggunakan salah satu metode? “pernah.” 14. Kendala apa saja yang sering bapak/ibu hadapi pada saat mengajar? “pertama, kesulitan dalam menyerap materi yang kita ajarkan dan kedua, tidak ada yang ingin bertanya karena tidak berani dan malu.” 15. Bagaimana solusi bapak/ibu terhadap kendala-kendala yang sering bapak/ibu hadapi? “solusinya dengan melakukan perubahan dalam penggunaan metode media pembelajaran. mengulang dalam menjelaskan materi yang di bahas, dan kita beri umpan atau pertanyaan kepada peserta didik agar peserta didik ingin dan berani berpendapat.”” 16. Pola interaksi dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu satu arah, dua arah dan tiga arah atau banyak arah. Adakah pola yang memiliki pengaruh terhadap belajar siswa? Mengapa? “ada, pola Tanya jawab. karena pola-pola tersebut dapat memotivasi anak-anak untuk belajar dan menguasai setiap pokok bahasan dan 102 adanya interaksi dua arah dapat meningkatkan siswa lebih giat belajar.” 17. Tahun berapa bapak/ibu sudah mulai mengajar? dan sudah berapa lama bapak/ibu mengajar di sekolah? “mengajar sejak 1995, disekolah ini tahun 2001.” 18. Mata pelajaran apa saja yang bapak/ibu ajarkan? “IPS terpadu, dan PKN.” 103 KUESIONER A. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memilih jawaban setuju atau tidak setuju. Jika pertanyaan sesuai dengan anda, berilah tanda ceklist ( √ ). B. Jawaban tidak sama sekali berpengaruh terhadap nilai. C. Tulislah identitas dibawah ini Nama : Kelas : Jawaban No. Pertanyaan Setuju 1 Saya senang guru menjelaskan materi dengan ceramah. 2 Saya senang guru menjelaskan dan siswa diam mendengarkan penjelasan dengan baik. 3 Saya senang jika guru menjelaskan tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 4 Saya senang jika hanya diam mendengarkan guru menjelaskan tanpa diberi kesempatan untuk berpendapat 5 Saya senang jika hanya menyimak saat guru menjelaskan materi yang disampaikan dan tidak mengajukan sebuah pertanyaan 6 Saya senang guru menjelaskan materi dengan tanya jawab 7 Saya senang jika guru menjelaskan materi dengan memberi kesempatan untuk memberikan pendapat. 8 Saya senang jika guru menjelaskan materi dengan melibatkan siswa dengan memberikan pertanyaan. 9 Saya senang jika terlibat dalam memberikan pendapat saat guru menjelaskan materi yang disampaikan. 10 Saya senang jika diberi pertanyaan oleh guru, saat menjelaskan materi yang disampaikan kepada siswa. Tidak Setuju Alasan setuju dan tidak setuju 104