PERSEPSI SISWA TERHADAP POLA INTERAKSI DALAM

advertisement
PERSEPSI SISWA TERHADAP POLA INTERAKSI DALAM
PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
DI SMP DUA MEI CIPUTAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
Yusuf Muarif Hidayat
NIM : 109015000106
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
PERSEPSI SISWA TERHADAP POLA INTERAKSI DALAM
PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Guna Memenuhi Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Yusuf Muarif Hidayat
NIM. 109015000106
Yang mengesahkan,
Dosen Pembimbing Skripsi
Dr. Muhammad Arif, M.Pd
NIP. 197006061997021002
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama
: Yusuf Muarif Hidayat
NIM
: 109015000106
Jurusan
: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi yang berjudul “Persepsi Siswa Terhadap Pola Interaksi Dalam
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Di SMP Dua Mei Ciputat”
merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana strata (S1) di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 28 Maret 2014
Penulis
Yusuf Muarif Hidayat
NIM. 109015000106
iv
ABSTRAK
Yusuf Muarif Hidayat, NIM 109015000106, Persepsi Siswa terhadap
Pola Interaksi dalam Pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat. Skripsi
Program Studi Pendidikan Sosiologi-Antropologi, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penyebab proses
pembelajaran di dominasi guru dan persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam
pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan pendekatan
kuatitatif. Teknik pengumpulan datanya antara lain observasi, wawancara,
kuesioner, dan dokumentasi. Kemudian teknik analisisnya untuk wawancara yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan kuesioner
menggunakan teknik yaitu editing, skorsing, dan tabulating.
Pola interaksi yang sering digunakan oleh guru IPS di SMP Dua Mei
Ciputat adalah pola satu arah dan pola dua arah. Pola satu arah merupakan cara
untuk menyampaikan materi yang harus diketahui, atau sulit dipahami siswa.
Sedangkan pola dua arah merupakan pola yang memungkinkan terjadinya timbal
balik, guru menyampaikan materi dan siswa menanggapi materi yang
disampaikan. Sedangkan persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam
pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat adalah sebagian kecil siswa
mengatakan setuju terhadap pola interaksi satu arah. Sedangkan pola interaksi dua
arah, hampir seluruhnya siswa mengatakan setuju.
Kata kunci
: Persepsi siswa, Pola interaksi dalam pembelajaran, IPS, SMP Dua
Mei Ciputat
v
ABSTRAK
Yusuf Muarif Hidayat, NIM 109015000106, Perception of Students
about Patterns of Interaction in Learning Social Studies in Two May Junior
High School, Ciputat. Thesis Studies Sociology of Education, Majoring in Social
Study, Faculty of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University Syarif
Hidayatullah of Jakarta, 2014.
The purposive of this research was to knowed the cause of the dominance
of the teacher in the learning process and perception of students about patterns of
interaction in learning social studies in Two May Junior High School, Ciputat.
The method used in this research is descriptive qualitative approach and
quantitative approach. Data collection techniques include observation, interviews,
questionnaires, and documentation. Then analysis techniques for interviewing of
data reduction, data display, and conclusion. And then questionnaire data using a
technique is editing, suspension, and tabulating .
Patterns of interaction that are often used by social studies teacher in Two
May Junior High School is the pattern one way and two-way pattern. One -way
pattern is a way to convey the material to be unknown, or difficult to understand
students. Meanwhile, two-way pattern is a pattern that allows for reciprocity,
teachers and students respond to the material conveying the material presented.
While the students' perception of patterns of interaction in learning social studies
in Two May Junior High School is a small fraction of students said they agree on
the pattern of one-way interaction. While the pattern of two-way interaction,
nearly all the students said they agree.
Keywords : Perceptions of students, Patterns of interaction in learning, Social
studies, Two May Junior High School
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Syukur Alhamdulilah segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, atas
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis maka selesailah skripsi ini yang berjudul
“Persepsi Siswa Terhadap Pola Interaksi Dalam Pembelajaran Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat”. Tak lupa sholawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri
tauladan bagi manusia, dan semoga kita menjadi pengikutnya hingga nanti, aamin.
Selesainya skripsi ini tak lupa do’a dan kesungguhan hati, kerja keras serta
bantuan dari berbagai pihak baik saran maupun bantuan lainnya. Tiada kata yang
dapat penulis ucapkan selain ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya atas
bantuan ini, dan lebih khusus ucapan terimakasih yang saya ucapkan kepada:
1.
Ibu Nurlena Rifa’i MA.Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2.
Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
3.
Bapak Dr. Muhammad Arif, M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi,
terimakasih atas segala bimbingan, ilmu, waktu, serta motivasinya kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,
4.
Ibu Cut Dhien Nourwahida. MA., selaku Dosen Pembimbing Akademik,
yang telah memberikan arahan, motivasi juga dukungan kepada penulis
selama masa perkuliahan,
5.
Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPS, yang sudah memberikan ilmu dan
pengalaman dan mendidik untuk menjadi orang yang bermanfaat,
6.
Bapak Enjang Supyan, M.Pd., selaku Kepala Sekolah Menengah Pertama
Dua Mei Ciputat yang telah memberikan banyak kontribusi,
7.
Bapak Saptono, S.Pd dan Ibu Dra. Soparidah M.Pd, selaku Guru IPS SMP
Dua
Mei
Ciputat
pengalamannya,
yang
telah
memberikan
pembelajaran
dan
vii
8.
Kedua orang tercinta yang sudah membesarkan dengan penuh rasa kasih
sayang yang tak berujung,
9.
Adik dan kakakku serta keluarga besar tercinta, ucapan terimakasih yang
tak terhitung oleh lembaran kertas maupun lisan,
10. Bella Septi Maulidya, S.Ip., yang telah merawat kembang menjadi indah
dan berbunga,
11. Bambang Prihadi, yang telah memberikan peristiwa di atas pangggung
miniatur,
12. Teater Syahid, Forum UKM dan kawan UKM, yang telah memberikan
catatan dalam riwayat baik lisan dan tulisan,
13. Ahmad Muhajir, yang telah berjuang untuk menjadi superman.
14. Kerabat seperjuangan dan jutawan yaitu Didik, Iqbal, Furqon, Rahman,
Cessna, Mubin dan Ridwan,
15. Teman seperjuang yaitu Bayu, Zaki, Desty, Nanda, Feri, Irul, Angga, Desi,
Ega, Maroh, Azar, Bus, Awang, Beles, Dj, Gagap, Didut, Ari Dll.
16. Teman-teman dari berbagai jurusan dan kampus lain yang telah terlibat
yaitu Reni, Naya, Arif Kud, Syafiq, Intje, Dkk.
17. Dan semua teman-teman Jurusan IPS ataupun dari Fakultas lainnya dari
berbagai angkatan baik yang kenal ataupun yang tidak, serta tak tercatatat
dan terlupakan.
Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan ketidak
sempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya,
dan pembaca umumnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih
pemikiran bagi dunia pendidikan khususnya dan pengembangan ilmu pengetahuan
pada umumnya.
Wassalamu’alaikumsalam Warrohmatullahi Wabarokatuh.
Jakarta, 19 Maret 2014
Penulis
viii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...................................................................
i
PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING .......................................................
ii
PERNYATAAN KARYA ILMIAH ................................................................
iii
ABSTRAK
.......................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................
v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ..................................................................................
6
D. Rumusan Masalah ......................................................................................
6
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................
6
F. Manfaat Penelitian .....................................................................................
7
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Persepsi .......................................................................................................
8
1.
Pengertian Persepsi ..............................................................................
2.
Ciri-ciri Umum Persepsi ...................................................................... 10
3.
Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Persepsi ........................... 10
B. Pola Interaksi Guru dan Siswa ...................................................................
8
12
1.
Pengertian Pola Interaksi ....................................................................
12
2.
Jenis-jenis Pola Interaksi .................................................................... 14
3.
Syarat Terjadinya Interaksi ................................................................. 24
4.
Interaksi dalam Pembelajaran ............................................................. 26
ix
C. Mata Pelajaran IPS .................................................................................... 31
1.
Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial .................................................. 31
2.
Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial ........................................................ 33
3.
Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial ............................................... 34
D. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 36
E. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 38
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 40
B. Metode Penelitian ....................................................................................... 41
C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ............................................. 42
1. Data dan Sumber Data ........................................................................ 42
2. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 43
D. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................................... 47
E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ......................................... 49
F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah ............................................................................................ 54
1.
Identitas Sekolah ................................................................................. 54
2.
Sejarah Berdirinya SMP Dua Mei ...................................................... 54
3.
Visi, Misi dan Tujuan SMP Dua Mei Ciputat .................................... 55
a. Visi .............................................................................................. 56
b. Misi .............................................................................................. 56
c. Tujuan Umum .............................................................................. 57
4.
Struktur Organisasi SMP Dua Mei ..................................................... 57
5.
Keadaan Guru dan Karyawan ............................................................. 57
6.
Keadaan Siswa .................................................................................... 58
7.
Kurikulum ........................................................................................... 59
B. Deskripsi Data Penelitian .......................................................................... 61
x
C. Analisis dan Pembahasan .......................................................................... 71
1. Pola Interaksi Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP
Dua Mei Ciputat ..................................................................................... 71
a. Pola Satu Arah .............................................................................. 76
b. Pola Dua Arah ............................................................................. 78
2. Persepsi Siswa Terhadap Pola Interaksi Dalam Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat ....................................... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan ........................................................................................... 84
B.
Saran ................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 86
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Dimensi IPS dalam Kehidupan Manusia ..........................................
36
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ...............................................................................
40
Tabel 3.2 Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data .................
43
Tabel 3.3 Pendoman Observasi .........................................................................
44
Tabel 3.4 Pendoman Wawancara ......................................................................
45
Tabel 3.5 Pendoman Kuesioner .........................................................................
47
Tabel 3.6 Skor pada Angket ..............................................................................
53
Tabel 4.1 Nama-nama Guru dan Staf SMP Dua Mei .......................................
58
Tabel 4.2 Jumlah Siswa SMP Dua Mei Tahun Ajaran 2010-2013 ...................
59
Tabel 4.3 Jumlah Siswa SMP Dua Mei Tahun Ajaran 2013-2014 ...................
59
Tabel 4.4 Struktur kurikulum SMP Dua Mei Ciputat ......................................
60
Tabel 4.5 Nama-nama Responden .....................................................................
67
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Kuesioner Pola Interaksi ......................................
68
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Proses Interaksi dalam Pembelajaran ...........................................
16
Gambar 2.2
Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada isi .........................
16
Gambar 2.3
Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada guru ......................
16
Gambar 2.4
Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada siswa ....................
17
Gambar 2.5
Pola komunikasi satu arah ............................................................
21
Gambar 2.6
Pola komunikasi dua arah ..............................................................
22
Gambar 2.7
Pola banyak arah atau multi arah ..................................................
23
Gambar 4.1
Persentase Hasil Kuesioner Pola Interaksi Satu Arah ..................
63
Gambar 4.2
Persentase Hasil Kuesioner Pola Interaksi Dua Arah ...................
65
Gambar 4.3
Persentase Pola Interaksi Dalam Pembelajaran di SMP Dua Mei
Ciputat ..........................................................................................
72
xiii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Observasi
Lampiran 2 Hasil Wawancara
Lampiran 3 Panduan Kuesioner
Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Pendidikan merupakan subsistem budaya yang memiliki peran strategis
dalam mendayagunakan potensi manusia agar menjadi lebih baik lagi, matang,
mantap, utuh, dan produktif. Pendidikan bukan hanya dipersiapkan untuk
pengembang potensi diri manusia, melainkan juga mengantisipasi dampak buruk
dari kecenderungan perkembangan kebudayaan manusia.”1
Dalam garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1983 – 1988 tujuan
pendidikan dinyatakan sebagai berikut.
“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk
meningkatkan ketakwaan Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan
ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan
mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun
dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa.” 2
“Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi
proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Oleh karena itu penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir dari proses
pengajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan antara pembentukan tingkah laku
yang lebih luas. Artinya, sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai siswa dapat
membentuk pola perilaku itu sendiri.”3
“Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu
guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa
yang di desain secara sengaja, sistematis, dan berkesinambungan. Sedangkan anak
sebagai subjek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar
yang diciptakan guru. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini melahirkan
1
Aryani Ine Kusuma dan Markum Susatim, Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis
Nilai, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2010), Cet. 1, h. 4.
2
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosda
karya. 2007), h. 28.
3
Ibid, h. 10.
2
interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai mediumnya. Pada
kegiatan belajar mengajar, keduanya (guru-murid) saling mempengaruhi dan
memberikan masukan. Karena itulah kegiatan belajar mengajar harus merupakan
aktivitas yang hidup, sarat nilai dan senantiasa memiliki tujuan.”4
“Pendidikan di dalam proses belajar-mengajar, kegiatan interaksi antara
guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan kemudian di dalam
kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan
bahkan juga transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi
antara komponen yang satu dengan yang lainnya. Serasi dalam hal ini berarti
komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses belajar mengajar itu saling
menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak
didik.”5
Proses kegiatan interaksi belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di
dalam kelas akan mempengaruhi jalannya proses pembelajaran. Ketika siswa
tidak dapat bertanya pada saat kegiatan belajar mengajar dapat menghambat
berlangsungnya proses kegitan belajar mengajar. Proses ini diharapkan dapat
memicu keterampilan guru, sehingga keterampilan guru dalam mengajar perlu
dipersiapkan dengan membuat rencana pembelajaran sebaik-baiknya dan
semenarik mungkin.
Makna penting dalam proses belajar mengajar, yaitu terciptanya suatu
proses interaksi belajar baik antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa,
maupun antara siswa dengan lingkungannya. Interaksi dalam proses belajar
mengajar dapat memberikan manfaat di sekolah yang baik bagi keduanya, karena
guru dan siswa secara tidak langsung saling mempengaruhi ke dalam hal yang
baik. Guru dan siswa memiliki peran dalam berlangsungnya proses interaktif,
dimana guru memiliki peran sebagai pengajar dan siswa sebagai anak yang
belajar.
4
Pupuh Fathurrohman, dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2007), h. 8.
5
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi-Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), h. 172
3
Belajar adalah proses interaksi guru dengan siswa, siswa dengan guru
ataupun siswa dengan siswa, dalam proses ini siswa dapat memperoleh
pengalaman dari gurunya dan juga teman-temannya sendiri. Kemudian
pengalaman yang didapatkan oleh siswa itu akan di konsultasikan kepada guru.
Atau siswa dihadapkan masalah agar dapat diatasinya untuk dipecahkan
masalahnya. Dengan adanya hal ini, maka terjadnya proses interaksi yang sangat
memungkinkan dapat mengembangkan kemampuan siswa dan siswa akan
berkembang, baik mental maupun intelektual.
Oleh karena itu, dari kedua belah pihak antara guru dan siswa akan
melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkannya sebagai mediumnya.
Maka dengan adanya interkasi belajar mengajar jika diperankan secara optimal
guna mencapai pengajaran yang sesuai dengan tujuan akan memiliki dampak yang
baik. Adapun tujuan pengajaran itu dianggap berhasil dengan melihat sejauh mana
hasil belajar siswa yang dapat dicapai atau diperoleh oleh siswa. Maka untuk
mencapai itu semua perlu adanya kerjasama yang baik antara guru dan siswa
selama proses pembelajaran. Tidak terlepas guru yang berfungsi sebagai
fasilitator, motivator dan tranformator memiliki peran yang amat penting untuk
mencapai tujuan itu sendiri, sebagai upaya penyampaian pembelajaran dengan
memperoleh hasil belajar siswa yang memuaskan.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan dari SD/MI, SMP/MTS sampai SMA/SMK/MAN. Di SMP/MTS dan
SMA/SMK/MAN mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memuat materi yang
terdiri dari Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial, siswa diarahkan untuk dapat mengenal dan mempelajari
lingkungan sekitar atau lingkungan sosial.
Jika ditinjau lebih dalam lagi, maka nampak yang dibicarakan pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan hubungan antar manusia, kelompok
dengan kelompok, mengenal peradaban awal atau sejarah manusia, manusia
dengan alam sekitarnya dan lingkungannya serta permasalahan-permasalahan
sosial.
4
Hal ini berkaitan dengan fenomena yang terjadi di SMP Dua Mei Ciputat.
Dalam beberapa bulan selama berlangsungnya Praktek Profesi Keguruan Terpadu
peneliti telah mengamati di sekolah SMP Dua Mei Ciputat mengenai proses
interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa, khususnya pada saat proses belajar
mengajar mata pelajaran IPS.
Peneliti melihat ada sebuah fenomena yang terjadi di dalam kelas, yaitu
kegiatan pembelajaran yang diciptakan guru lebih sering didominasi oleh metode
ceramah
dan
kurang
divariasikan
dengan
metode
pembelajaran
lain.
Kecenderungan guru ialah hanya terfokuskan penyampaian materi atau siswa
hanya menjadi objek selama proses mengajar yang seharusnya keduannya saling
memiliki peran selama proses belajar mengajar. Siswa hanya menyimak dan
mendengarkan dengan baik. Dalam hal ini, siswa menjadi lebih pasif dan sangat
kurang aktif, sehingga minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran menjadi
sangat penting dalam mencapai pembelajaran yang optimal dan bertujuan.
“Untuk mencapai tujuan pembelajaran, tentu saja seseorang bergantung
pada ketrampilan guru dalam mengelola kegitan interaksi belajar mengajar.
Penggunaan variasi pola interaksi mutlak dilakukan oleh guru. Hal ini
dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan, serta untuk
menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan anak didik dalam mencapai
tujuan.”6
Dalam interaksi guru dengan siswa menjadi sangat optimal apabila siswa
memiliki rasa antusiasme dan semangat belajar. Salah satunya dengan adanya
motivasi belajar pada setiap siswa. Motivasi menjadi hal yang penting dalam
kegiatan proses belajar siswa, karena dapat mempengaruhi proses belajarnya.
Motivasi dapat memberikan semangat belajar dengan menumbuhkan rasa ingin
tahu, rasa ingin mencapai, sehingga dapat menunjang proses belajar menjadi lebih
baik. Ada banyak faktor-faktor yang dapat menunjang seorang siswa terdorong
motivasi belajarnya, antara lain dengan adanya sarana dan prasarana, lingkungan
sekolah, perilaku seorang guru, dan materi yang materi yang disampaikan guru
6
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta. 2010), h. 12.
5
serta temen sekelas juga memiliki peran penting. Melalui interaksi antara guru dan
siswa diharapkan siswa dapat berkembang dengan baik, baik mental maupun
intelektual.
Dengan demikian peneliti melihat, pola interaksi merupakan unsur yang
penting dalam proses pembelajaran. Khususnya siswa sebagai sesorang yang
menjadi objek pembelajaran. Melalui pola interaksi yang dibagi menjadi tiga
yaitu, pola satu arah, pola dua arah, dan pola tiga arah atau banyak arah
memungkinkan salah satunya membentuk pembelajaran yang menjadi lebih
efektik guna mencapai tujuan pembelajaran. Untuk dapat menciptakan suasana
belajar menjadi lebih efektif, kondusif dan produktif serta dapat mencapai hasil
belajar yang memuaskan. Atas dasar permasalahan di atas, maka peneliti tergugah
untuk menela’ah lebih dalam terkait permasalahan tersebut. Untuk menjawab
permasalahan tersebut peneliti tertarik dengan judul “Persepsi Siswa terhadap
Pola Interaksi dalam Pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
uraian
pada
latar
belakang
di
atas,
maka
dapat
diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru.
2. Kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh metode ceramah dan kurang
divariasikan dengan metode pembelajaran lain.
3. Siswa menjadi pasif kurang terlibat secara aktif.
4. Pola pembelajaran satu arah menyebabkan siswa kurang memiliki motivasi
dalam pembelajaran.
5. Kurang adanya interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar-mengajar.
6. Siswa kurang perhatian terhadap mata pelajaran IPS.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan keterbatasan peneliti untuk
membatasi masalah-masalah yang sudah ada diidentifikasi dengan tujuan agar
6
penelitian lebih terarah dan terfokuskan serta tidak menyimpang dari pokok
pembahasan dan pokok penelitian. Oleh karena itu, penelitian membatasi pada
pokok pola interaksi dalam pembelajaran, serta difokuskan pada persepsi siswa
terhadap pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua
Mei Ciputat.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka dibuatlah suatu
rumusan masalahnya, yaitu;
1. Apa yang menyebabkan proses pembelajaran di dominasi oleh guru.
2. Bagaimana persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran IPS di
SMP Dua Mei Ciputat.
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah yang sudah dijelaskan di atas. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang;
1. Mendeskripsikan penyebabkan proses pembelajaran di dominasi oleh guru.
2. Mengetahui persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat pada penelitian ini dibagi ke dalam dua bagian, yang terdiri dari :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritik, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan
memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu
pendidikan dan disiplin ilmu sosiologi. Belajar sebagai perubahan tingkah laku,
karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Kegiatan belajar adalah kegiatan
yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar
untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang membawa
perubahan tingkah laku maupun perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.
7
Melalui proses interaksi, memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang
baik mental maupun intelektual.
2. Manfaat Pragtis
a. Manfaat bagi Instansi UIN Syarif Hidayatullah
Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka melengkapi dan
mengembangkan hasil penelitian yang sudah ada
b. Bagi Sekolah
1) Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya
meningkatkan proses pembelajaran melalui interaksi
2) Sebagai informasi atau bahan pertimbangan lembaga membuat dan
menetapkan kebijakan dalam kegiatan proses belajar.
c. Manfaat bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Sebagai sumbangan pemikiran dan diharapkan mampu memberikan
ruangan dan wahana baru bagi pengembangan ilmu dan konsep pendidikan
dimasa yang akan datang.
d. Manfaat bagi Peneliti
Sebagai penambah khazanah keilmuan, pengalaman, latihan dan
pengembangan teori untuk diterapkan, apa yang sudah di dapat selama
dibangku perkuliahan.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Persepsi Siswa
1. Pengertian Persepsi
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono dan Eko A. Meinarno mengatakan
“dalam psikologi, persepsi secara umum merupakan proses perolehan, penafsiran,
pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi sosial dapat diartikan
sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi
indrawi tentang orang lain. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih, dan diatur
adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial serta yang menjadi fokusnya
adalah orang lain.”7
Menurut kamus ilmiah popular yang diterbitkan oleh Tim Prima Pena,
“persepsi adalah hal mengetahui, melalui indera, tanggapan indera, daya
memahami”.8 Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi ialah hasil sebuah
pengamatan yang dapat diuraikan atau ditafsirkan melalui indera untuk
mengetahui sesuatu hal.
Sedangkan menurut Slameto mengemukakan “persepsi adalah proses yang
menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui
persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.
Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar,
peraba, perasa, dan pencium.”9
“Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang
pengalaman terhadap sesuatu kejadian yang dialami. Dalam kamus standar
dijelaskan bahwa persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah
kesan oleh benda yang semata-mata mengunakan pengamatan penginderaan.
Persepsi
7
ini
didefinisikan
sebagai
proses
yang
menggabungkan
dan
Sarlito Wirawan Sarwono dan Eko A. Meinarno. Psikologi Sosial . (Jakarta; Salemba
Humanika, 2011) h. 24
8
Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Gitamedia Press, 2006), h. 307
9
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h. 102.
9
mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar
akan diri kita sendiri.”10
Menurut Abdul Rahman Shaleh berpendapat “definisi lain menyebutkan
bahwa persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan. Mengelompokkan,
memfokuskan
perhatian
terhadap
satu
objek
rangsang.
Dalam
proses
pengelompokkan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interpretasi
berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek.”11 Sarlito Wirawan
Sarwono dan Eko A. Meinarno berpendapat “secara umum, persepsi sosial adalah
aktivitas mempersepsikan orang lain dan apa yang membuat mereka dikenali.
Melalui persepsi sosial, kita berusaha mencari tahu dan mengeti orang lain.”12
“Dengan persepsi sosial, pertama kita berusaha mengetahui apa yang
dipikirkan, dipercaya, dirasakan, diniatkan, dikehendaki, dan didambakan, orang
lain. Kedua, membaca apa yang ada di dalam diri orang lain berdasarkan ekspresi
wajah, tekanan suara, gerak-gerik tubuh, kata-kata, dan tingkah laku mereka. Dan
ketiga, menyesuaikan tindakan sendiri dengan keberadaan orang lain berdasarkan
pengetahuan dan pembacaan terhadap orang tersebut.”13
Seperti pada contoh berikut ini yang dijelaskan oleh Sarlito Wirawan
Sarwono dalam buku Pengatar Umum Psikologi mengatakan;
“Pada seorang bayi yang baru lahir, baying-bayang yang sampai ke otak
masih tercampur aduk, sehingga bayi belum dapat membeda-bedakan
benda-benda dengan jelas. Makin besar anak itu, makin baiklah struktur
susunan syaraf dan otaknya, dan ditambah dengan bertambahnya
pengalaman anak tersebut mulai dapat mengenal obyek-obyek satu
persatu, menbedakan antara benda satu dengan benda yang lainnya dan
mengelompokan benda-benda yang berdekatan dan serupa. Ia mulai dapat
memfokuskan perhatian kepada satu obyek, sedangkan obyek-obyek lain
10
Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengatar Dalam
Perspektif. (Jakarta; Kencana, 2004) h. 88
11
Ibid, h. 89
12
Sarlito Wirawan Sarwono dan Eko A. Meinarno. Psikologi Sosial. (Jakarta; Salemba
Humanika, 2011) h. 24
13
Ibid, h. 25
10
di sekitarnya dianggap sebagai latar belakang. Kemampuan untuk
membeda-bedakan, mengelompokan, memfokuskan dan sebagainya itu.”14
Dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan proses pengamatan yang
menciptakan sebuah pengetahuan yang diperoleh, ditafsirkan melaui penglihatan,
pengalaman, perencanaan dan dipercaya sehingga menghasilkan sebuah
pandangan pada sesuatu hal.
2. Ciri - Ciri Umum Persepsi
Menurut Abdul Rahman shaleh dan Muhbib Abdul Wahab pada buku
Psikologi
Suatu
Pengantar
dalam
Perspekif
Islam
mengatakan
bahwa
“penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, dan konteksi ini disebut
dengan sebagai dunia persepsi. Agar dihasilkan suatu penginderaan yang
bermakna, ada ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi, diantaranya adalah:
a. Modalitas
Rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap
indera, yaitu sifat sensoris dasar dan masing-masing indera (cahaya untuk
penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi perasa; bunyi bagi
pendengaran; sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya).
b. Dimensi Ruang
Dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang); kita dapat
mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, latar depan-latar
belakang, dan lain-lain.
c. Dimensi waktu
Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tuamuda, dan lain-lain.
d. Struktur Konteks
Keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia
pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya.
Struktur dan konteksi ini merupakan keseluruhan yang menyatu.”15
14
Sarlito Wirawan Sarwono. Pengantar Umum Psikologi. (Jakarta; Bulan Bintang, 2000)
h. 39
15
Abdul Rahman Saleh & Muhbib Abdul Wahab. Psikologi Suatu Pengatar Dalam
Perspektif. (Jakarta; Kencana, 2004) h. 89-90
11
3. Faktor – Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi
Menurut Abdul Rahman shaleh dan Muhbib Abdul Wahab pada buku
Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspekif Islam mengatakan bahwa “karena
persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan proses penginderaan saja
maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi:
a. Perhatian yang selektif.
b. Ciri-ciri rangsang.
c. Nilai dan kebutuhan individu.
d. Pengalaman terdahulu.”16
Untuk penjelasannya di atas diuraikan sebagai berikut;
a. Perhatian yang selektif.
Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali
rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian ia tidak harus
menanggapi semua rangsang yang diterimanya untuk itu, individunya
memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan
demikian, objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai
objek pengamatan.
Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak
rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia
pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatian dan ke arah mana
persepsi itu mempunyai kecenderungan.
b. Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak di antara rangsag yang diam akan lebih menraik
perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar di antara yang kecil;
yang kontras dengan latar belakangmya dan intensitas rangsangnya paling
kuat.
e. Nilai dan kebutuhan individu
Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam
pengamtannya dibanding seorang bukan seniman. Penelitian juga
16
Ibid, h. 118-119
12
menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat
koin lebih besardaripada anak-anak orang kaya.
f. Pengalaman dahulu
Pengalaman-pengalaman
terdahulu
sangat
mempengarui
bagaimana
seseorang mempersepsi dunianya. Cermin bagi kita tentu bukan barang
baru, tetapi lain halnya bagi orang-orang mentawai di pedalaman Siberut
atau saudara kita di pedalaman Irian.
B. Pola Interaksi Guru dan Siswa
1. Pengertian Pola Interaksi
Sebagai
mahluk
sosial,
manusia
dalam
kehidupan
sehari-hari
membutuhkan hubungan dengan manusia yang lain. Hubungan tersebut tercipta
karena manusia saling membutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhannya.
Karena manusia tidak bisa lepas dari manusia lainnya dan tidak bisa melakukan
seorang diri. Kecenderungan manusia berhubungan melahirkan komunikasi
dengan manusia yang lainnya. Sehingga terciptanya suatu interaksi.
Menurut Elly M. Setiadi, dan Usman Kolip mengatakan bahwa
“interaksi merupakan hubungan antarmanusia yang sifat dari hubungan tersebut
adalah dinamis artinya hubungan itu tidak statis, selalu mengalami dinamika.”17
“Hubungan antara manusia satu dan lainnya disebut interaksi. Dari interaksi akan
menghasilkan produk-produk interaksi, yaitu tata pergaulan yang berupa nilai dan
norma yang berupa kebaikan dan keburukan dalam ukuran kelompok tersebut.
Pandangan tentang apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk tersebut
mempengaruhi perilaku sehari-hari.”18
Menurut Elly M. Setiadi, dan Usman Kolip dalam bukunya Ilmu
Sosial dan Budaya Dasar mengemukakan bahwa “interaksi adalah proses
dimana orang-orang berkomunikasi saling memengaruhi dalam pikiran dan
17
Elly M. Setiadi, dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi: pemahaman fakta dan gejala
permasalahan sosial: teori, aplikasi, dan pemecahannya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
2011), h. 62.
18
Ibid, h. 38.
13
tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari
tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Ada beberapa pengertian
interaksi sosial yang ada di lingkungan masyarakat, di antaranya; Menurut H.
Booner dalam bukunya, Sosial Psychology, memberikan rumusan interaksi sosial,
bahwa: “interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih, dimana
kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki
kelakuan individu lain atau sebaliknya. Menurut Gillin and Gillin yang
menyatakan bahwa
interaksi sosial adalah hubungan-hubungan antara orang-
orang secara individual. Antar kelompok orang, dan orang perorang dengan
kelompok.” 19
Dengan demikian pada dasarnya, interaksi ialah hubungan antar inividu,
kelompok, dimana dengan adanya hubungan itu dapat saling mempengaruhi,
merubah baik dari yang buruk menjadi lebih baik atau sebaliknya.
Dalam kamus bahasa Indonesia, “pola artinya adalah gambar, corak,
model, sistem, cara kerja, bentuk, dan struktur.”20 Sedangkan “ interaksi artinya
hal yang saling melakukan aksi, berhubungan, memengaruhi, dan antar
hubungan.”21 Apabila kata tersebut dikaitkan dengan interaksi maka dapat
diartikan pola interaksi adalah bentuk dasar cara komunikasi individu dengan
individu atau individu dengan kelompok atau kelompok dengan individu dengan
memberikan timbal balik antara pihak satu dengan yang lain dengan maksud atau
hal-hal tertentu guna mencapai tujuan.
“Dalam Kamus lengkap Bahasa Indonesia, M. Ali menyatakan bahwa pola
adalah gambar yang dibuat contoh / model. Jika dihubungkan dengan pola
interaksi adalah bentuk-bentuk dalam proses terjadinya interaksi. Interaksi yang
bernilai pendidikan dalam dunia pendidikan ataupun yang disebut dengan
interaksi edukatif, sebagai contoh dari pola interaksi adalah dalam hal seorang
guru menghadapi murid-muridnya yang merupakan suatu kelompok manusia di
19
M. Setiadi,Elly, dkk, Ilmu sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup. 2007), h. 90-91.
20
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Bahasa, (Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama. 2008) h. 1088.
21
Ibid, hlm 542.
14
dalam kelas. Di dalam interaksi tersebut pada taraf pertama akan tampak bahwa
guru mencoba untuk menguasai kelasnya supaya proses interaksi berlangsung
dengan seimbang, di mana terjadi saling pengaruh-mempengaruhi antara kedua
belah pihak. Sebagai contoh lain seorang guru mengadakan diskusi diantara anak
didiknya untuk memecahkan sebuah persoalan, disinilah proses interaksi itu akan
terjadi, adanya saling memberikan pendapat yang berbeda satu sama lain.”22
Pola interasksi merupakan suatu cara, model, dan bentuk-bentuk interaksi
yang saling memberikan pengaruh dan mempengaruhi dengan adanya timpal balik
guna mencapi tujuan. Guru sebagai pengajar memiliki peran penting untuk dapat
mengatur jalannya kegiatan belajar mengajar melalui pola interaksi dimana guru
berperan sebagai pemberi aksi melalui pengajaran dan juga bisa menjadi penerima
aksi melalui pertanyaan-pertayaan yang diajukan oleh siswa. Sebaliknya siswa
pun memiliki peran yang sama dengan guru bisa sebagai pemberi aksi melalui
melalui pertanyaan-pertayaan yang diajukan olehnya dan juga bisa menjadi
menjadi penerima aksi melaui belajar dan mendengarkan. Namun, kerjasama
dapat sangat membantu dalam proses kegiatan belajar mengajar yang diperlukan
oleh guru dan siswa.
2. Jenis-jenis Pola Interaksi
Belajar mengajar adalah suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh
individu atau kelompok secara sadar dan memiliki tujuan. Tujuannya berkaitan
dengan arah dibawa kemana proses belajar mengajar. Melalui proses belajar
mengajar interaksi dapat menjalankan fungsi sebagai media komunikasi agar
mampu
membawa
perubahan
dalam
bentuk
pengetahuan,
pemahaman,
keterampilan, dan sikap. Perlu adanya pola interaksi sebagai cara kerja atau
bentuk arah komunikasi. Pola yang dimaksudkan ialah cara kerja atau bentuk
komunikasi yang dilakukan oleh guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan
siswa dengan siswa. Maka dengan itu diperlukannya bentuk atau jenis dari pola
22
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2261303-pengertian-pola-interaksi/
diakses pada tanggal 18 Oktober 2013 pukul 15.18 WIB
15
interaksi sebagai cara kerja atau bentuk agar terjadinya interaksi yang dilakukan
oleh guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa.
“Kecenderungan
manusia
untuk
berhubungan
dengan
yang
lain
melahirkan komunikasi dua arah, baik melalui bahasa dan tindakan atau
perbuatan. Karena ada aksi, maka reaksipun terjadi dan inilah unsur yang
membentuk interaksi. Perlu dipahami bahwa interaksi sebagaimana dijelaskan di
atas tidak sama dengan interaksi pendidikan. Oleh karenanya, interaksi di sekitar
kehidupan manusia dapat diubah menjadi interaksi yang bernilai pendidikan.
Menurut Djamarah interaksi pendidikan ini terjadi dengan sadar yang didasari atas
tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Dengan demikian,
memunculkan istilah guru di satu pihak dan anak didik di lain pihak. Keduanya
berada dalam interaksi pendidikan dengan posisi, tugas dan tanggung jawab yang
berbeda, namun bersama-sama mencapai tujuan.”23
“Proses pembelajaran tatap muka antara guru dengan siswa biasanya
dilakukan di dalam kelas (ruang), guru dalam proses itu lebih berfungsi sebagai
pesan dan siswa penerimanya. Meskipun komunikasi antara guru dan siswa dalam
proses pembelajaran termasuk komunikasi publik atau kelompok, guru sewaktuwaktu bisa mengubahnya menjadi komunikasi antarpersonal; hal ini bisa
dilakukan karena proses komunikasi tatap muka dikelas mempunyai kelompok
yang relatif kecil. Terjadinya komunikasi dua arah ini ialah apabila para pelajar
bersikap responsif, mengetengahkan pendapat dan tanggapan atau mengajukan
pertanyaan, diminta atau tidak diminta. Sikap responsif siswa tentunya tidak
hanya merespon guru saja tetapi dapat merespon siswa lain yang telah lebih
dahulu memberikan setimulus (pendapat, tanggapan atau pertanyaan) dalam
kondisi seperti ini maka telah terjadi komunikasi multi arah. Jika siswa pasif saja,
dalam arti kata hanya mendengarkan tanpa ada gairah untuk mengekspresikan
suatu pertanyaan atau peryataan, maka meskipun komunikasi bersifat tatap muka,
tetap saja berlangsung komunikasi satu arah.”24
23
24
Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan, (Malang: UIN Malang Press, 008), h. 38.
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 10.
16
Menurut Sumiati dan Asrabahwa “proses interaksi dalam mengajar terjadi
antara unsur guru, isi pembelajaran, dan siswa. Proses interaksi itu dapat di
gambarkan dalam bagan seperti berikut:
a. Pola dasar interkasi dalam pembelajaran
Gambar 2.1
Proses Interaksi dalam Pembelajaran
Guru
Isi
Siswa
b. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada isi
Gambar 2.2
Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada isi
Guru
ISI
Siswa
c. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada guru
Gambar 2.3
Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada guru
GURU
Isi
Siswa
d. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada siswa.”25
25
Sumiati dan asra. Metode Pembelajaran. (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), h. 62.
17
Gambar 2.4
Pembelajaran dengan kegiatan berpusat pada siswa
Guru
Isi
SISWA
Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut :
a. Pola dasar interkasi dalam pembelajaran
Pola dasar interaksi terbagi kedalam tiga unsur, yaitu dengan adanya
guru yang mengajarkan, siswa yang diajarkan dan materi pelajaran yang di
sampaikan oleh guru atau yang dipelajari oleh siswa. Dalam proses belajar
mengajar sangat bergantung kepada guru, karena secara langsung guru yang
mengatur proses berjalannya kegiatan pembelajaran. Pengunaan metode
sangat mempengaruhi terhadap dominasi guru dan siswa terhadap proses
pembelajaran.
“Pola interaksi sebagaimana digambarkan oleh gambar di atas masih
bersifat pola dasar. Artinya dapat terlihat unsur mana dari ketiga unsur di atas
mendominasi proses interaksi dalam pembelajaran. Pola dasar ini dapat
dijadikan dasar mengkaji berbagai gaya mengajar yang dimiliki oleh seorang
guru. Sebab kita amati praktek pembelajaran dewasa ini telah dijalankan,
ternyata dapat membeda-bedakan gaya mengajar yang beraneka ragam. Disini
tampak, bahwa adakalanya guru mendominasi proses interaksi, adakanya isi
mendominasi proses interaksi, adakalanya siswa mendominasi proses
interaksi, dan adakalanya baik guru maupun siswa secara seimbang.”26
Ketiga unsur seperti, guru, siswa dan isi atau materi pembelajaran
masih saling mempengaruhi dan saling tidak memiliki dominasi yang begitu
kuat terhadap keberlangsungan pola interaksi. Dan pola interaksi yang terdiri
pada unsur-unsur tersebut di jadikan pola dasar dalam proses pembelajaran
agar terjadinya proses pembelajaran yang interaktif.
26
Ibid, h. 62.
18
b.
Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada isi
“Pada gambar di atas dapat dilihat, bahwa dalam proses pembelajaran
terdapat kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran di satu kutub, dan siswa
mempelajari isi pembelajaran di kutub lain, namun terlihat berpusat pada
isi/materi
pembelajaran
dalam
praktek,
proses
pembelajaran
yang
dilaksanakan oleh guru adakalanya terlihat kegiatan yang semata-mata
berpusat pada guru, dan adakalanya pula berpusat pada siswa.”27
Jadi dapat disimpulkan, bahwa pada penjelasan di atas memaparkan
kegiatan belajar mengajar berpusat pada isi atau materi pembelajaran yang
dilakukan baik oleh guru sebagai pengajar maupun siswa yang belajar.
c.
Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada guru
“Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada
guru, pada umumnya terjadi proses yang bersifat penyajian atau penyampaian
isi atau materi pembelajaran. Dalam praktek pembelajaran semacam ini,
kegiatan sepenuhnya ada di pihak guru, sedangkan siswa hanya menerima
dan diberi pembelajaran (pasif).”28
Pada pembelajaran ini, guru menjadi pusat kegiatan belajar mengajar
dan pada prakter pembelajaran sepenuhnya di pihak guru. Dalam hal ini, guru
memiliki peran sebagai pusat informasi dan juga pusat belajar siswa, dimana
guru sumber belajar siswa melalui materi pelajaran yang di sampaikan
olehnya.
d. Pola interaksi dalam pembelajaran berpusat pada siswa
“Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada
siswa, siswa merencanakan sendiri materi pembelajaran apa yang akan
dipelajari, dan melaksanakan proses belajar dalam mempelajari materi
pembelajaran
tersebut.
Kegiatan
dalam
pembelajaran
lebih
banyak
didominasi oleh siswa, sedangkan guru lebih banyak bersifat permisif, yakni
27
28
Ibid, h. 62.
Ibid, h. 63.
19
membolehkan setiap kegiatan yang dilakukan siswa dalam mempelajari
apapun yang dimauinya.”29
Maka dapat disimpulkan bahwa ada pembelajaran ini, kegiatan belajar
mengajar terdapat di pihak siswa. Keberlangsungan proses pembelajaran
diperankan
oleh
siswa,
sehingga
siswa
yang
menyiapkan
materi
pembelajarannya yang akan menjadi bahan ajar untuk siswa sendiri.
“Ada tiga pola komunikasi antara guru dan anak didik dalam proses
interaksi edukatif, yakni komunikasi sebagai aksi, komunikasi sebagai interaksi,
dan komunikasi sebagai transaksi. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu
arah menempatkan guru sebagai pemberi aksi dan anak didik sebagai penerima
aksi. Guru aktif dan anak didik pasif. Mengajar di pandang sebagai kegiatan
menyampaikan bahan pelajaran. Dalam komunikasi sebagai interakasi atau
komunikasi dua arah, guru berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi.
Demikian pula halnya anak didik, bisa sebagai penerima aksi, bisa pula sebagai
pemberi aksi. Antara guru dan anak didik akan terjadi dialog. Dalam komunikasi
sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah, komunikasi tidak terjadi antara
guru dan anak didik. Anak didik dituntut lebih aktif dari pada guru, seperti halnya
guru, dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi anak didik lain.”30
Dalam jenis pola interaksi ini pendapat Moh. Uzer Usman dalam buku
Syaiful Bahri Djamarah pada buku guru dan anak didik dalam interaksi edukatif
juga “mengemukakan pendapatnya sebagai berikut;
a. Pola Guru – anak didik
Guru
Komunikasi sebagai aksi (satu arah)
Anak
Didik
29
Anak
Didik
Anak
Didik
Ibid, h. 63.
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta. 2010), h. 12
30
20
b. Pola guru – anak didik – guru
Guru
Ada balikan (feedback) bagi guru, tidak
ada interaksi antar siswa (komunikasi
sebagai interaksi
Anak Anak Anak
Didik Didik Didik
c. Pola guru – anak didik – anak didik
Guru
Ada balikan bagi guru, anak didik saling
belajar satu sama lain.
Anak
Anak
Anak
Didik
Didik
Didik
d. Pola guru – anak didik, anak didik – guru, anak didik – anak didik
Interaksi optimal antara guru dan anak didik dengan anak didik (komunikasi
sebagai transaksi, multi arah)
e. Pola melingkar
Setiap anak didik mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau
jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap anak didik
belum mendapat giliran.” 31
Menurut Sumiati dan Asra pada buku Metode Pembelajaran “dalam proses
pembelajaran, pola-pola komunikasi yang terjadi adakalanya bersifat searah, dua
arah, atau komunikasi banyak arah.”32
Untuk dapat lebih jelasnya di uraikan sebagai berikut:
a. Komunikasi satu arah
Keberlangsungan komunikasi satu arah biasanya di dominasi oleh guru.
Karena proses pembelajaran berlangsung, hanya guru yang berperan aktif
yaitu menyampaikan materi pembelajaran sehingga dominasi peran siswa
menjadi lebih pasif, siswa mendengarkan dan guru menyampaikan.
“Komunikasi satu arah terjadi jika proses pembelajaran berlangsung
dengan cara penuangan atau penyampaian materi pembelajaran dari guru
kepada siswa. Jadi arah komunikasi adalah dari guru kepada siswa. suasana
kelas biasanya tenang dan tertib, tidak ada suara, kecuali yang ditimbulkan
31
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta. 2010), h. 13-14.
32
Sumiati dan asra. Metode Pembelajaran. (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), h. 65.
21
oleh guru keadaan ini disebut pola guru – siswa dengan komunikasi sebagai
aksi/satu arah.”33
Dapat disimpulkan bahwa pola satu arah atau komunikasi sebagai
pemberi aksi dari guru kepada siswa dan juga pola yang didominasi oleh
pihak
guru
selama
proses
pembelajaran.
Guru
menerangkan
atau
menyampaikan materi pembelajaran dan siswa mendengarkan dan menyimak
dengan baik.
Gambar 2.5
Pola komunikasi satu arah
Guru
Siswa
Siswa
Siswa
b. Komunikasi dua arah
“Komunikasi dua arah dalam proses pembelajaran memungkinkan
terjadinya arus balik dalam komunikasi yaitu datang dari siswa kepada guru,
selain dari guru kepada siswa. Komunikasi semacam ini terjadi jika proses
pembelajaran dilakukan, misalnya dengan menggunakan metode atau teknik
tanya jawab atau tidak ceramah saja. Suasana kelas dengan pola komunikasi
dua arah jauh lebih hidup dan lebih dinamis dari suasana komunikasi satu
arah. Ditandai dengan adanya umpan balik bagi guru meskipun kurang
bahkan tidak ada komunikasi antar siswa. Keadaan seperti ini disebut pola
guru-siswa-guru dengan komunikasi sebagai interaksi.” 34
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keberlangsungan
pola dua arah atau komunikasi arus balik terjadi karena adanya komunikasi
yang datang dari siswa kepada guru atau guru kepada siswa. Terjadinya pola
33
34
Ibid, h. 65.
Ibid, h. 65.
22
ini karena penggunaan metode atau teknik tanya jawab. Pada kegiatan
pembelajaran ini suasana kelas lebih interaktif karena adanya timbal balik
antara guru dan siswa dan saling mendominasi.
Gambar 2.6
Pola komunikasi dua arah
Guru
Siswa
Siswa
Siswa
c. Komunikasi banyak arah
“Komunikasi banyak arah dalam proses pembelajaran memungkinkan
terjadinya arah komunikasi ke segenap penjuru dan masing-masing
berlangsung secara timbal balik. Arah komunikasi bisa terjadi dari guru ke
siswa, siswa ke siswa dan siswa ke guru. Suasana kelas memungkinkan
terjadinya interaksi belajar mengajar secara hidup dan dinamis. Untuk
meningkatkan keaktifan belajar, pola komunikasi yang diciptakan oleh guru
mempunyai arah banyak. Dengan pola komunikasi banyak arah dapat tercipta
suasana kelas yang dapat merangsang kegiatan belajar mengajar secara aktif.
Ditandai dengan adanya umpan balik/feedback bagi guru. Komunikasi bukan
hanya antara guru dengan siswa, melainkan juga siswa dengan siswa.
Keadaan seperti ini disebut pola guru – siswa – siswa dengan komunikasi
sebagai interaksi.”35
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi banyak
arah dapat memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang lebih
interaktif yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Dengan adanya timbal
35
Ibid, h. 66.
23
balik yang dilakukan oleh guru maupun siswa dapat meningkatkan keaktifan
belajar.
Gambar 2.7
Pola komunikasi multi arah atau banyak arah
Guru
Siswa
Siswa
Siswa
“Jika disimak secara lebih dalam sasaran pembelajaran adalah terjadinya
proses belajar pada diri siswa. Oleh karena itu kegiatan siswa yang bersifat aktif
dalam mempelajari materi pembelajaran tertentu sangat diperlukan untuk
menunjang keberhasilan. Dalam kegiatan belajar siswa, diperlukan pula kegiatan
yang bersifat aktif pada pihak guru, yaitu dengan memberikan bimbingan,
dorongan, rangsangan dan arahan tentang apa yang sepatutnya dipelajari dan
bagaimana mempelajarinya, serta membantu siswa-siswi tertentu yang mendapat
kesulitan belajar. Pada proses pembelajaran semacam ini keaktifan dalam
melakukan kegiatan tidak hanya semata-mata berada pada guru semata, atau pada
pihak siswa, melainkan tercermin pada adanya kegiatan guru yang bersifat aktif
dalam mengajar, dan kegiatan siswa yang bersifat pula dalam belajar.”36
Untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru membuat
perencanaan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana yang
telah dibuat. Dengan cara semacam ini, diharapkan hasil belajar lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran yang berpusat pada guru, maupun yang
berpusat pada siswa. Diketahui keberhasilan belajar melalui suatu penilaian yang
dilakukan di akhir pembelajaran. Atas dasar penjelasan di atas, proses
36
Sumiati dan asra. Metode Pembelajaran. (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), h. 63.
24
pembelajaran merupakan upaya mempertemukan dua kutub ekstrim, yaitu guru
aktif – siswa pasif, dan guru pasif – siswa aktif, sehingga terjadi keseimbangan
keaktifan, baik di pihak guru maupun dipihak siswa.
Pandangan seorang guru tentang apa yang dimaksud dengan mengajar
memberi warna pada metode pembelajaran yang dilaksanakan. Sebagai suatu
misal, guru yang berpandangan bahwa mengajar adalah menyampaikan
pembelajaran kepada siswa, tentu akan menggunakan metode pembelajaran yang
bersifat pemberian informasi kepada siswa tentang materi pembelajaran yang
diajarkan. Sebaliknya, jika guru berpandangan bahwa, mengajar adalah
membimbing siswa belajar, metode pembelajaran yang digunakan adalah
membantu siswa dalam mempelajari materi pembelajaran.
Pola tersebut dapat digambarkan dengan pembagian tiga bentuk pola
interaksi, antara lain; komunikasi satu arah, komunikasi dua arah, dan komunikasi
tiga arah arah atau banyak arah. Karena dengan adanya berbagai bentuk dari pola
interaksi ini akan mempengaruhi terhadap metode yang dilakukan oleh guru.
Metode pembelajaran inilah yang menjadi nilai penting terhadap keberlangsungan
pola interaksi sebagai medium dari proses belajar mengajar. Guru memiliki peran
penting dalam dalam proses belajar mengajar, karena guru seharusnya mengenali
siswa dengan baik melalui interaksi yang lebih baik sehingga siswa dapat
mengembangkan kemampuannya.
3. Syarat Terjadinya Interaksi
Menurut Elly M. Setiadi dalam buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
mengatakan “untuk terjadinya suatu interaksi sosial diperlukan adanya syaratsyarat yang harus ada, yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi”37
Untuk lebih jelasnya kedua syarat-syarat terjadinya suatu interaksi sosial
akan diuraikan sebagai berikut:
a. Adanya kontak sosial
37
M. Setiadi,Elly, dkk, Ilmu sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup. 2007), h. 94.
25
“Kata kontak yang berasal dari bahasa latin “con” yang artinya
bersama-sama dan “tango” yang berarti menyentuh jadi secara harfiah
kontak berarti “bersama-sama menyentuh”. Sebagai gejala sosial kontak
tidak perlu terjadi dengan saling menyentuh saja, oleh karena itu orang
dapat mengadakan hubungan dengan orang lain tanpa harus terjadi kontak
secara fisik. Misalnya, orang berbicara melalui telepon, berkirim kabar
melalui surat, dan sebagainya. Kontak sosial ada yang bersifat positif dan
ada pula yang bersifat negative. Kontak sosial yang bersifat positif dapat
mengarahkan pada suatu kerja sama, sedangkan kontak yang bersifat
negative dapat mengarahkan seseorang pada suatu pertentangan bahkan
dapat menyebabkan tidak terjadinya interaksi sosial.”38
“Suatu kontak dapat pula bersifat primer dan sekunder. Kontak
primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan
berhadapan muka, seperti misalnya apabila orang-orang tersebut berjabat
tangan, saling senyum, dan seterusnya. Sebaliknya kontak yang sekunder
memerlukan perantara. Misalnya A berkata kepada B, bahwa C
mengangumi permainannya sebagai pemegang peranan utama salah satu
sandiwara. Sama sekali tidak bertemu dengan C, akan tetapi telah terjadi
kontak antara mereka, oleh karena masing-masing memberikan tanggapan,
walaupun dengan sementara B. suatu kontak sekunder dapat dilakukan
secara langsung.”39
b. Adanya komunikasi
“Seseorang memberikan tafsir pada tingkah laku atau perasaanperasaan orang lain dalam bentuk pembicaraan gerak-gerik badan, atau
sikap-sikap tertentu. Misalnya, seseorang anggota pramuka diatas sebuah
bukit pada malam hari mengirimkan isyarat morse dengan lampu senter
membuat huruf SOS secara berulang-ulang. Apabila orang tidak
memahami sandi morse, barangkali isyarat tersebut dianggap sebagai sinar
lampu biasa, dan itu juga tidak terjadi komunikasi. Lain halnya bila isyarat
38
39
Ibid, h. 94.
Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), h. 66.
26
tersebut diterima oleh anggota pramuka, pasti ia akan segera mengerti
maksud dari isyarat tersebut.”40
Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan, dari satu pihak ke pihak lain sehingga terjadi
pengertian
bersama,
pihak
yang
menyampaikan
pesan
disebut
komunikator, dan pihak penerima pesan disebut komunikasi.
4. Interaksi dalam Pembelajaran
“Interaksi antara guru dan siswa adalah proses komunikasi yang dilakukan
secara timbal balik dalam menyampaikan pesan kepada siswa. Interaksi yang
dimaksud disini tidak terlepas dari unsur komunikasi, yakni melibatkan komponen
komunikator, komunikan, pesan, dan media. Keempat unsur ini akan melahirkan
umpan balik yang disebut dengan interaksi (manakala dilihat dari istilah
komunikasi yang berasal dari Communicare yang berarti berpartisipasi,
memberitahukan, menjadi milik bersama).”41
“Interaksi belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan
interaksi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di satu pihak,
dengan warga belajar (siswa, anak didik/subjek belajar) yang sedang
melaksanakan kegiatan belajar dipihak lain.”42 “Dalam interaksi edukatif ada dua
buah kegiatan yakni kegiatan guru di satu pihak dan kegiatan anak didik di lain
pihak. Guru mengajar dengan gayanya sendiri anak didik belajar dengan gayanya
sendiri. Guru tidak hanya mengajar tetapi juga memahami suasana psikologis
anak didik dan kondisi kelas.”43 Interaksi edukatif terjadi sepanjang proses
pembelajaran
40
dan
dapat
berlangsung
dalam
berbagai
bentuk
kegiatan
M. Setiadi,Elly, dkk, Ilmu sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup. 2007), h. 95.
41
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi – Cet. kedua, (Jakarta :
Gaung Persada Press, 2004), h. 91
42
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi-Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), h. 1-2.
43
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta. 2010), h. 62
27
pembelajaran.44 “Interaksi edukatif adalah sebuah interaksi belajar mengajar, yaitu
sebuah proses interaksi yang menghimpun sejumlah nilai (norma) yang
merupakan substansi, sebagai medium antara guru dengan anak didik dalm rangka
mencapai tujuan.”45
“Prinsip interaktif mengandung makna bahwa pengajaran bukan hanya
sekedar menyampaiakan pengetahuan dari guru ke siswa, akan tetapi mengajar
dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang merangsang siswa untuk
belajar. Dengan demikian proses pembelajaran adalah proses interaksi baik antara
guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, maupun antara siswa dengan
lingkungannya. Melalui proses interaksi, memungkinkan kemampuan siswa akan
berkembang baik mental maupun intelektual.”46
“Di dalam dunia pendidikan, interaksi dalam pembelajaran dan bertujuan
lebih dikenal dengan istilah interaksi edukatif. Interaksi edukatif dapat diartikan
sebagai suatu aktivitas relasi berbagai elemen edukatif, baik pendidik, staf
administrasi, maupun anak didik. Mereka dengan bersama-sama memiliki
kesadaran dalam menciptakan suatu iklim pendidikan dan pembelajaran di
sekolah, untuk menghasilkan sumber daya manusia (anak didik) yang berkualitas
dan handal sesuai perkembangan zaman.”47
Interaksi edukatif antara pendidik dan anak didik yang diharapkan dapat
tercapai dengan optimal apabila adanya kesadaran pendidik bahwa tugas mulia
dalam mengajar dan mendidik anak didik itu sifatnya komperehensif.
Melaksanakan tugas mencerdaskan anak didik yang memerlukan keteladanan baik
di dalam maupun diluar sekolah. Interaksi merupakan dua unsur untuk saling
berkomunikasi yang bertujuan, yaitu untuk menyampaikan sesuatu yang ingin
disampaikan. Guru menyapaikan materi dan siswa menanggapi materi yang
disampaikan. Perlu perhatian khusus saat terjadinya sebuah interaksi. Salah
44
Ahmadi, Lif Khoirun dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT.
Prestasi Pustakaraya. 2011), h. 46.
45
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta. 2010), h. 62.
46
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2006), h. 133.
47
Abdullah dan Safarina HD. Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.
130.
28
satunya ialah sebuah proses saat belangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Melalui proses yang baik akan mendapatkan hasil yang baik.
“Kegiatan belajar mengajar tidak lain adalah menanamkan sejumlah norma
ke dalam jiwa anak didik. Itulah sebabnya kegiatan ini di dalam pembahasan ini
dipakai istilah Proses Interaksi Edukatif. Semua norma yang diyakini
mengandung kebaikan perlu ditanamkan ke dalam jiwa anak didik melalui
peranan guru dalam pengajaran. Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi
kejiwaan. Interaksi antara guru dengan anak didik terjadi karena saling
membutuhkan. Anak didik ingin belajar dengan menimba sejumlah ilmu dari guru
dan guru ingin membina dan membimbing anak didik dengan memberikan
sejumlah ilmu kepada anak didik yang membutuhkan. Keduanya mempunyai
kesamaan langkah dan tujuan, yakni kebaikan.”48 Menurut Syaiful Bahri Djamrah
maka tepatlah bila dikatakan bahwa “guru mitra anak didik dalam kebaikan.”
Terciptanya suatu interaksi karena adanya komunikasi guru dengan siswa
yang bertujuan merupakan proses dari kegiatan belajar mengajar. Tujuan dari
pembelajaran ialah dapat mengembangkan kemampuan siswa, baik mental
maupun intelektual. Hubungan guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
merupakan dua unsur yang dapat saling mempengaruhi. Karena antara guru dan
siswa merupakan unsur penting dalam melangsungkan kegiatan belajar mengajar.
Guru yang berperan sebagai pengajar atau subyek yang dapat mengatur terhadap
keberlangsungan proses pembelajaran sangat memiliki pengaruh di dalam proses
pembelajaran,
salah
satunya
penggunaan
metode
pembelajaran
sangat
berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Karena metode merupakan alat atau
medium untuk menciptakan interaksi yang lebih teratur dan terarah. Penentuan
metode pembelajaran merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran.
Sebab dapat berpengaruh terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Jika guru semakin kreatif terhadap penggelolaan kelas maka semakin bervariatif
metode pembelajaran yang akan digunakan oleh guru tersebut. Penggunaan
48
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta. 2010), h. 5.
29
metode yang digunakan oleh guru sangat berpengaruh terhadap keaktifan
siswanya di dalam ruang kelas.
“Hubungan guru dengan siswa atau anak didik di dalam proses belajar
mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya
bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang
digunakan, namun jika hubungan guru dan siswa yang tidak harmonis dapat
menciptakan suatu hasil yang tidak di inginkan.”49
Pendidik dan peserta didik merupakan dua pelaku terjadinya interaksi
edukatif. Dan memiliki peran fungsional dalam wilayah aktifitas dalam dunia
pendidikan. Masing-masing dari guru dan siswa saling pengaruh dan
mempengaruhi di antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya tidak ada, maka
keberlangsungan proses pendidikan tidak mungkin berjalan dengan baik. Karena
guru dan siswa harus memiliki hubungan yang erat dan baik demi mencapai
tujuan belajar mengajar.
“Pendidikan di dalam proses belajar-mengajar, kegiatan interakasi antara
guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan kemudian di dalam
kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan
bahkan juga transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi
antara komponen yang satu dengan yang lainnya. Serasi dalam hal ini berarti
komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses belajar mengajar itu saling
menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak
didik.”50
Menurut Nana Sudjana dalam bukunya Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar mengatakan bahwa “proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa
dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan
kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing
49
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi-Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), h. 147.
50
Ibid, 172.
30
jenis belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal,
(b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan
motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga
ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.”51
“Hampir semua pelajaran memerlukan kemampuan berpikir. Kemampuan
berpikir termasuk ranah pada ranah kognitif, meliputi kemampuan menganalisis,
kemampuan mengevaluasi, dan kemampuan mencipta atau dalam istilah
taksonomi hasil revisi taksonomi Bloom yaitu mampu untuk menguasai dimensi
proses kognitif. Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah kemampuan
menerapkan konsep-konsep untuk memecahkan masalah yang ada di lapangan.
Kemampuan ini sering disebut dengan kemampuan menstransfer pengetahuan ke
berbagai situasi sesuai dengan konteksnya. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran
kontekstual. Hampir semua mata pelajaran berkaitan dengan kemampuan kognitif,
karena didalamnya diperlukan kemampuan berpikir untuk memahaminya.
Kemampuan yang kedua psikomotor, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan
gerak, yaitu menggunakan otot seperti lari, melompat melukis, berbicara,
menbongkar dan memasang peralatan dan sebagaianya.”52
Kemampuan siswa yang baik secara mental dan intelektual merupakan
hasil dari belajar. Karena hasil merupakan tujuan dari pembelajaran itu sendiri.
Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama yang baik antara guru dengan siswa guna
mencapai tujuan tersebut. Sekolah sebagai wadah kegiatan mereka sangat
memiliki peran sebagai medium atau perantara yang di antaranya dengan adanya
sarana dan prasana dapat mendorong untuk terjalinnya hubungan atara guru yang
baik. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. maka
dari itu perlu adanya suatu kerja sama yang baik antara guru sebagai pengajar dan
siswa sebagai yang diajarkan, karena secara tidak langsung dan tanpa disadari
51
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung. PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 22.
52
Ibid. h 12.
31
guru juga belajar dari siswa. Melalui pola interaksi guru dapat lebih kreatif dalam
menggunakan metode pembelajaran sehingga selama proses belajar mengajar
menjadi lebih efektif, dan kondusif.
“Hubungan guru dan murid di dalam kelas secara langsung sudah
menanamkan rasa keimanan yang bisa dibuktikan secara interaksi belajar
mengajar, sedangkan interaksi belajar mengajar adalah hubungan aktif antara guru
yang mengajar dengan siswa yang belajar untuk mencapai tujuan instruksional
yang telah ditentukan.”53
Makna dari hubungan antara guru dengan siswa di dalam ruang pendidikan
bukanlah hanya sekedar aktifitas sederhana yang dilakukan oleh keduanya, guru
yang menyampaikan dan siswa yang menerima. Akan tetapi ini merupakan sebuah
fenomena dari realitas sosial dimana guru dan siswa secara langsung dan tidak
langsung dituntut untuk saling memahami, bagaimana siswa yang diajarkan harus
dapat memahami apa yang guru sampaikan begitu juga siswa harus dapat
memahami apa yang guru sampaikan. Karena guru dan siswa merupakan unsur
dasar terjadinya interaksi edukatif yang diharuskan berproses dalam ikatan guna
mencapai tujuan. Oleh karena itu, interaksi edukatif adalah satu gambaran
hubungan aktif antara guru dan siswa yang berlangsung dalam ikatan tujuan
pendidikan.
b. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
4.
Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
“Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil
kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam
system pendidikan nasional dalam Kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum
tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah
53
Etty Ratnawati, Interaksi dan Proses Komunikasi dalam pembelajaran, Jurnal AlTarbiyah, Volume XX Nomor 2, Desember 2007, h. 274
32
nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi
serta mata pelajaran ilmu sosial lainnnya.” 54
Menurut Muhammad Nu'man Somantri, IPS adalah ”sutau penyederhana
disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi, dan disiplin ilmu lainnya serta masalahmasalah sosial terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
psikologis untuk tujuan pendidikan padan tingkat pendidikan dasar dan
menengah.”55
Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia
sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya karena pada
hakekatnya manusia tidak bisa hidup sendirian untuk memenuhi kebutuhannya.
Melalui cabang-cabang yang dipelajari saat disekolah seperti pelajaran sosiologi,
ekonomi, sejarah dan geografi.
Menurut Ali Amran Udin pada buku ilmu Sosial dasar menyatakan “Ilmu
Pengetahuan Sosial adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuantujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah (elementary and
secondary school).”56
Menurut Trianto dalam Buku Model Pembelajaran Terpadu mengatakan
“Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmuilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan
budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena
social yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabangcabang ilmu social (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan
budaya).”57 IPS atau studi social merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang
diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.
Pengetahuan sosial meliputi konsep-konsep ynag tercangkup sederhana
yang sering kali terdapat pada kehidupan sehari-hari yang meliputi kegiatan
54
Sapriya, Pendidikan IPS. (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 7
Nu'man Sumantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2001) cet.1, h.74
56
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), h. 2.
57
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) h. 171.
55
33
interaksi sosial baik dengan keluarga, teman sebaya, di sekolah dan di lingkungan
masyarakat sekitar. Kegiatan sosial dapat dimulai sejak kita baru lahir dengan
adanya interaksi dengan orang tua atau pun keluarga, lalu berkembang terus
menerus sehingga dapat mengenal teman, mengenal tetangga, Negara, dan dunia.
Mengenal Negara antara lain kita dapat mengenal kota-kota serta pulau-pulau
yang terdapat di Negara, khususnya Negara yang kita tempati. Selain Negara kita
mengenal juga letak geografis dari kota dan pulau tersebut. maka dengan kita
mengenal itu semua secara tidak langsung kita sudah belajar mengenai mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
“Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia
dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan
berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai
permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS
berusaha membantu mahasiswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan
sosial masyarakatynya.”58
Ilmu pengetahuan sosial salah satu mata pelajaran yang dipelajari dari
SD/MI, SMP/MTS, sampai SMA/SMK/MAN. Banyak siswa yang mengeluhkan
terkait pada mata pelajar Ilmu pengetahuan sosial dikarenakan materi yang di
ajarkan banyak terdapat teori-teori yang diharuskan dihafal.
5. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial
“Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan
yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik
yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan
tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah
58
Ibid,. h. 171.
34
diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai
berikut.”59
a. Memiliki
kesadaran
dan
kepedulian
terhadap
masyarakat
atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode
yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah sosial.
c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun
diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun
masyarakat.
f. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.
g. Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat
menghakimi.
h. Mempersiapkan
siswa
menjadi
warga
Negara
yang
baik
dalam
kehidupannya “to prepare students to be well-functioning citizens in a
democratic society” dan mengembangkan kemampuan siswa menggunakan
penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang
dihadapinya.
i. Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa
terhadap materi Pembelajaran IPS yang diberikan.
6. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial
59
Ibid,. h. 177.
35
Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan
lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan
berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai
permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS
berusaha membantu mahasiswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan
sosial masyarakatnya.
Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki
keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan
yang berkenaan dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan
wawasan
berkenaan
dengan
peristiwa-peristiwa
dari
berbagai
periode.
Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai,
kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik,
ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budayabudaya terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang
kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan.
Sosiologi dan psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti
konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara
intensif konsep-konsep seperti ini digunakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi
sosial.
Menurut Trianto mengemukakan mengenai konsep IPS, “konsep IPS, yaitu
(1) interaksi, (2) saling ketergantungan, (3) kesinambungan dan perubahan, (4)
keragaman/kesamaan/perbedaan, (5) konflik dan consensus, (6) pola (patron), (7)
tempat, (8) kekuasaan (power), (9) nilai kepercayaan, (10) keadilan dan
pemerataan, (11) kelangkaan (scarity), (12) kekhususan, (13) budaya (culture),
dan (14) nasionalisme.”
Menurut Direktorat Tenaga Pendidik Dirjen PMPTK Depdiknas “karateristik
mata pelajaran IPS SMA antara lain sebagai berikut.
1.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur
geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan,
sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.
36
2.
3.
4.
5.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur
keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas
sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema)
tertentu.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut
berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan
interdisipliner dan multidisipliner.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut
peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab
akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur,
proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup
agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan
jaminan keamanan.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga
dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta
kehidupan manusia secara keseluruhan.” 60
Tabel 2.1
Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia61
Dimensi dalam
kehidupan
manusia
Area dan
substansi
pembelajaran
Contoh
Kompetensi
Dasar yang
dikembangkan
60
Ruang
Waktu
Alam dan
Alam sebagai
kehidupan yang
tempat dan
selalu berproses,
penyedia potensi masa lalu, saat
sumber daya
ini, dan yang
akan dating
Adaptasi spasial
dan eksploratif
Berpikir
kronologis,
prospektif,
antisipatif
Nilai/Norma
Acuan sikap dan
perilaku manusia berpa
kaidah atau aturan yang
menjadi perekat dan
penjamin keharmonisan
kehidupan manusia dan
alam
Konsisten dengan
aturan yang disepakati
dan kaidah alamiah
masing-masing disiplin
ilmu
Direktorat Tenaga Pendidik Dirjen PMPTK Depdiknas, Strategi Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengathuan Sosial, (Jakarta: 2008)
61
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007) h. 127
37
Alternatif
penyajian mata Geografi
pelajaran
Sejarah
Ekonomi,
Sosiologi/Antropologi
c. Hasil Penelitian yang Relevan
a. Hubungan Interaksi Sosial antara Siswa dengan Hasil Belajar IPS di
SMP Dua Mei Ciputat
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan oleh Ria
Kurniawati, maka penulis berkesimpulan bahwa interaksi sosial antara siswa
mempunyai hubungan yang signifikan dengan hasil belajar IPS. Karena
interaksi sosial siswa merupakan bagian dari salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah.
Hal ini terlihat dari hasil perhitungan rxy = 0,473 yang berada pada
rentang 0,40 – 0,70 yang menunjukan adanya korelasi yang sedang atau
cukupan. Hal ini di tunjukan pula dengan hasil penelitian pada taraf
signifikan 5% yang menyatakan bahwa rtabel taraf signifikan 5% sebesar
0,304, sedangkan pada taraf 1% diperoleh rtabel sebesar 0,393. Ternyata rxy
atau ro (yang besarnya =0,473) adalah jauh lebih besar daripada rtabel (yang
besarnya 0,304 dan 0,393). Karena ro lebih besar daripada, maka Hipotesis
Nol Ditolak. Berarti terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dan
variabel Y.
Pada penelitian ini interaksi sosial memiliki hubungan yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa karena merupakan faktor eksternal. Dan yang di
jadikan fokus utama pada penelitian ini ialah bagaimana interaksi sosial
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa di sekolah.
b.
Pengaruh Interaksi Edukatif Guru dengan Siswa di Kelas terhadap Nilai
Hasil Belajar Bahasa Arab Siswa di Mts Mamba’ul Khoirot, Jombang
Dari hasil analisis di atas penulis menarik kesimpulan bahwa interaksi
edukatif guru dengan siswa di kelas di MTs Mamba’ul Khoirot tergolong
38
baik, hal ini dapat dilihat pada prosentase 80 % yang tergolong baik,
sedangkan mengenai hasil belajar siswa dalam bidang bahasa arab tergolong
baik, hal ini dapat dilihat dengan hasil rata-rata atau mean = 8 dengan kriteria
= 8, dan ada pengaruh interaksi edukatif guru dengan siswa dikelas terhadap
nilai hasil belajar bahasa arab siswa di MTs Mamba’ul Khoirot, Jombang.
Terbukti dari hasil perhitungan dengan rumus “r” product moment, yaitu rxy =
0,996 dalam tabel product moment dapat dilihat pada taraf signifikasi 5 % =
0,996 > 0,220 atau pada taraf signifikasi 1 % = 0,996 > 0,286. Dari uraian
tersebut dapat diketahui nilai rxy melebihi harga kritik r baik pada taraf
signikasi 5 % dan 1 %. Hal ini berarti harga rxy sangat tinggi dan menolak Ho.
Selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel interprestasi ; 0,800 – 1,000,
dengan demikian ada pengaruhnya dan masuk kriteria sangat kuat.
Jika dibandingkan pada penelitian ini dengan hasil penelitian yang relevan
yang sudah dijelaskan di atas, pada penelitian ini berbeda, yang pertama penelitian
yang dilakukan oleh ria pada variabel bebas yang menjadi fokusnya ialah
mengenai interaksi sosial yang dapat meliputi pada interaksi di dalam kelas atau
di luar kelas. Pada penelitian kedua, yang dilakukan oleh imam nasa’i yang
menjadi fokus pada variabel bebasnya ialah interaksi guru dan siswa, pada
penelitian ini memiliki fokus yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Yang jadi perbedaan penelitian yang dilakukan oleh imam nasa’i melalui
pendekatan kuesioner atau kuatitatif. Pada penelitian ini untuk mendapatkan hasil
yang maksimal peneliti melakukan pendekatan dengan keduanya, yaitu
pendekatan kualitatif dan kuatitatif.
d. Kerangka Berpikir
Pola interaksi dalam pembelajaran adalah cara kerja interaksi yang terjadi
pada guru dan siswa sehingga memiliki peran interakif untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dapat diketahui bahwa pola interaksi di bagi menjadi tiga bentuk,
pertama, pola interaksi satu arah, yaitu aksi dari seorang guru jika ditampilkan
dalam metode pembelajaran biasanya seperti metode ceramah, guru menerangkan
dan siswa mendengarkan. Kedua, pola interaksi dua arah, yaitu aksi yang
39
dilakukan oleh guru dengan siswanya. Seperti terjadinya metode tanya jawab
sehingga adanya timbal balik antara guru dengan siswa. Yang ketiga ialah pola
interaksi multi arah atau banyak arah, yaitu aksi dari seorang guru yang
melibatkan semuanya, seperti metode kelompok. Guru memiliki peran
menjelaskan serta siswa dapat mendiskusikan dengan siswa yang lainnya, jadi
pola ini melibatkan semuanya.
Berikut ini merupakan gambar kerangka berpikir dari persepsi siswa
terhadap pola interaksi dalam pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat.
Persepsi siswa terhadap pola interaksi
dalam pembelajaran IPS di SMP Dua Mei
Observasi
Metode
Penelitian
Pengumpulan data
Wawancara
Kuesioner
Derajat
Kepercayaan
Pemeriksaan atau
Pengecekan Keabsahan
Data
Keteralihan
Ketergantung
an
Teknik Analisis Data
Skoring
Reduksi
Data
Kualitatif
(Wawancara)
Penyajian
Data
Kuantitatif
(Kuesioner)
Penarikan
Kesimpulan
Conding
Gambar 2.8
Kerangka Berpikir
Tabulating
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dijadikan objek penelitian adalah SMP Dua Mei Ciputat
yang terletak pada jalan H. Abdul Ghani nomor 135, Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Alasan penulis memilih lokasi SMP Dua Mei Ciputat sebagai tempat
penelitian, disebabkan SMP Dua Mei Ciputat merupakan tempat Praktek Profesi
Keguruan Terpadu (PPKT). Penulis melihat suatu fenomena yang terjadi di
sekolah tersebut. Sehingga penulis ingin mengetahui lebih lanjut dan lebih jauh
mengenai pola interaksi dalam pembelajaran serta tentang persepsi siswa terhadap
pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei
Ciputat.
Adapaun waktu penulis gunakan untuk penelitian ini diperkirakan mulai
pada awal bulan Agustus 2013 sampai akhir Februari 2014.
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No
Tahap Kegiatan
1
Pengumpulan Data
2
Observasi
3
Wawancara
4
Kuesioner
5
Dokumentasi
6
Pengolahan Data
7
Analisis Data
Waktu Pelaksanaan
2013
2014
Ags Sept Okt Nov Des Jan
Feb
41
B. Metode penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif.
Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran tentang
sesuatu hal yang diteliti apa adanya. Menurut Prasetya Irawan dalam Buku Logika
dan Prosedur Penelitian – Pengantar Teori dan Panduan bahwa yang dimaksud
dengan
penelitian
deskriptif
adalah
“penelitian
yang
bertujuan
untuk
mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya.”62
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi
mengenai pola interaksi dalam pembelajaran, dan menjadi narasumber ialah guru
IPS di SMP Dua Mei Ciputat. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk
menghitung prosentase angka dari hasil keusioner mengenai persepsi siswa
terhadap pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Prasetya
Irawan mengatakan “penelitian kuatitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap
angka, baik angka yang merupakan representasi dari suatu kuati (kuatitas murni)
maupun angka yang merupakan hasil dari konversi dari data kuatitatif (yakni data
kuatitatif yang yang dikuantifikasikan).”63
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
sampling purposive dan simple random sampling. Teknik sampling purposive
digunakan untuk memperoleh informasi mengenai pola interaksi guru dan siswa
dalam pembelajaran IPS. Menurut sugiyono dalam buku metode penelitian
mengatakan bahwa “sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.”64 Yaitu yang dijadikan sampelnya ialah guru IPS di SMP
Dua Mei Ciputat.
Sedangkan teknik simple random sampling digunakan untuk menyebarkan
kuesioner untuk mendapatkan hasil informasi mengenai persepsi siswa terhadap
pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang diberikan pada
siswa. Menurut sugiyono dalam buku metode penelitian mengatakan bahwa
62
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan
Praktis, (Jakarta : STIA-LAN, 2004), h. 60
63
Ibid, h. 92
64
Ibid, h. 124
42
“dikatakan simple atau sederhana karena pengambilan sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.”65
Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan dasar sampel penelitian adalah siswa
SMP Dua Mei Ciputat.
Suharsimi Arikunto menegaskan bahwa sekedar ancang-ancang apabila
subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya
merupakan populasi. Selanjutnya jika sumbernya lebih besar atau lebih dari 100
dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25 % atau lebih.
Dari jumlah 199 siswa di SMP Dua Mei di ambil 20% dari sample
sejumlah 40 responden yang terdiri dari kelas VII, VIII, dan IX yang diwakilkan
setiap kelasnya sejumlah 6 responden. Alasan penulis memilih taknik random
sampling karena semua populasi siswa SMP Dua Mei dianggap memiliki
karakteristik yang sama, sehingga siapapun yang menjadi responden dianggap
dapat mewakili populasinya. Selain itu, agar mendapat informasi yang tepat
dengan menyebar kuesioner tersebut disemua jenjang dan kelas.
C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data dan Sumber Data
Populasi adalah obejek penelitian yang menjadi pusat perhatian untuk
mengumpulkan data agar dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh
peneliti. Menurut sugiyono dalam buku metode penelitian mengatakan bahwa
“populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”66 Populasi yang dimaksud pada
penelitian ini adalah SMP Dua Mei Ciputat yang terdiri dari guru dan siswa.
Sedangkan yang dimaksud dengan sampel, menurut sugiyono dalam buku
metode penelitian mengatakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”67 Sampel adalah sebagian dari
65
Ibid, h. 120
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R
dan D, (Bandung : Alfabeta, 2009), h. 117
67
Ibid, h. 118
66
43
populasi yang dianggap dapat mewakili populasi sebagai sumber informasi seperti
yang dikatakan oleh sugiyono.
Tabel 3.2
Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data
No
Jenis Data
Sumber Data
Teknik
Pengumpulan Data
1.
Pola interaksi dalam
pembelajaran IPS
Guru – Guru IPS di
SMP Dua Mei
Ciputat
2.
Persepsi siswa terhadap
pola interaksi dalam
pembelajaran
Siswa-siswi di SMP Kuesioner dan
Dua Mei Ciputat
observasi
Wawancara dan
observasi
2. Teknik Pengumpulan Data
Berikut teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah :
a.
Observasi
Menurut Sugiyono mengatakan bahwa “Observasi ialah metode atau
cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis
mengenai tingkah laku dengan melihat dan mengamati individu atau
kelompok secara langsung.”68 “Dalam melakukan observasi, ada tindakan
yang harus dilakukan yaitu mengumpulan data mengenai segala sesuatu
yang terjadi. Data yang dikumpulkan mengenai tingkah laku dan tanggapan
informan.”69
Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan tidak terlibat
secara langsung. Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat
membuat kesimpulan tentang perilaku. Melalui hasil observasi peneliti
dapat mendeskripsikan hasil analisis.
68
Ibid, h. 93
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R
dan D, (Bandung : Alfabeta, 2009), h. 103.
69
44
Tabel 3.3
Pendoman Observasi
No
1.
2.
3.
b.
Aspek yang diamati
Objek yang diamati
Pelaksanaan Pola interaksi
Guru dan siswa pada saat proses
satu arah
belajar mengajar IPS
Pelaksanaan pola interaksi
Guru dan siswa pada saat proses
dua arah
belajar mengajar IPS
Pelaksanaan pola interaksi
Guru dan siswa pada saat proses
dua arah
belajar mengajar IPS
Wawancara
Menurut Sugiyono mengatakan bahwa “Wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalah yang harus diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.”70 Sedangkan
menurut Basrowi dan Suwandi mengemukakan bahwa “wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan dan yang
diwawancarai sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.”71
Dalam penelitian ini dilakukan wawancara terbuka dan terstruktur
terhadap narasumber. Yang dimaksud dengan wawancara terbuka adalah
para subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui
pula apa yang dimaksud wawancara. Sedangkan wawancara terstruktur
adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.
70
71
h. 127
Ibid, h. 194
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta : Rineka Cipta, 2008),
45
Pokok pertanyaan yang akan diajukan kepada guru IPS di SMP Dua
Mei Ciputat ialah mengenai pola interaksi guru dan siswa dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat. Pola
tersebut terbagi dalam tiga bentuk, mengenai pola interaksi satu arah, pola
interaksi dua arah dan pola interaksi tiga arah atau multi arah. Berikut ini
merupakan pendoman wawancara untuk narasumber guru IPS, sebagai
berikut;
Tabel 3.4
Pendoman Wawancara
No.
1
Pertanyaan Wawancara
Menurut bapak/ibu, dalam kegiatan belajar mengajar Guru IPS SMP
metode apa saja yang bapak/ibu gunakan?
2
Dua Mei Ciputat
Apa saja yang menjadi pertimbangan bapak/ibu dalam Guru IPS SMP
menentukan metode-metode untuk mengajar?
9
Dua Mei Ciputat
Mengapa bapak/ibu sering menggunakan metode Guru IPS SMP
tersebut?
8
Dua Mei Ciputat
Metode apa yang paling sering bapak/ibu gunakan Guru IPS SMP
untuk mengajar?
7
Dua Mei Ciputat
Menurut bapak/ ibu kelebihan dan kekurangan metode Guru IPS SMP
diskusi apa saja?
6
Dua Mei Ciputat
Menurut bapak/ibu kelebihan dan kekurangan metode Guru IPS SMP
Tanya jawab apa saja?
5
Dua Mei Ciputat
Menurut bapak/ibu kelebihan dan kekurangan metode Guru IPS SMP
ceramah apa saja?
4
Dua Mei Ciputat
Mengapa dalam kegiatan belajar mengajar bapak/ibu Guru IPS SMP
menggunakan metode tersebut?
3
Sumber Data
Dua Mei Ciputat
Apakah ada keterkaitan atau pengaruh antara metode Guru IPS SMP
yang satu dengan yang lainnya? Kenapa?
Dua Mei Ciputat
10 Dalam mengajar apakah ada perbedaan pada saat Guru IPS SMP
46
mengajar materi Geografi dan Sosiologi?
Dua Mei Ciputat
11 Apakah ada kesulitan bapak/ ibu hadapi pada saat Guru IPS SMP
mengajarakan materi Geografi dan Sosiologi?
Dua Mei Ciputat
12 Bagaimana bapak/ibu dalam mengatasi kesulitan pada Guru IPS SMP
saat mengajar pada materi Geografi dan Sosiologi?
Dua Mei Ciputat
13 Apakah bapak/ibu pernah mengalami kendala pada Guru IPS SMP
saat mengajar ketika menggunakan salah satu metode?
Dua Mei Ciputat
14 Kendala apa saja yang sering bapak/ibu hadapi pada Guru IPS SMP
saat mengajar?
15 Bagaimana
Dua Mei Ciputat
solusi
bapak/ibu
terhadapa
kendala- Guru IPS SMP
kendala yang sering bapak/ibu hadapi?
Dua Mei Ciputat
16 Pola interaksi dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu satu Guru IPS SMP
arah, dua arah dan tiga arah atau banyak arah. Adakah Dua Mei Ciputat
pola yang efektif dalam pembelajaran?
17 Mengapa
pola
tersebut
efektif
dalam
kegiatan Guru IPS SMP
pembelajaran?
Dua Mei Ciputat
18 Pola interaksi mana yang paling efektif dalam Guru IPS SMP
pembelajaran sehingga siswa memiliki ketertarikan Dua Mei Ciputat
dan semangat belajar IPS?
19 Tahun berapa bapak/ibu sudah mulai mengajar
SMP Dua Mei Ciputat?
di Guru IPS SMP
Dua Mei Ciputat
20 Mata pelajaran apa saja yang bapak/ibu ajarkan di Guru IPS SMP
SMP Dua Mei Ciputat?
c.
Dua Mei Ciputat
Kuesioner
Menurut Sugiyono mengatakan bahwa “kuesioner merupakan teknik
pengunpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.”72
72
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R
dan D, (Bandung : Alfabeta, 2009), h. 199.
47
Pokok pertanyaan yang akan diajukan pada kuesioner tersebut kepada siswa
di SMP Dua Mei Ciputat ialah mengenai pola interaksi guru dan siswa
dalam pembelajaran. Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis
kuesioner kombinasi tertutup dan terbuka. Melaui penyebaran kuesioner
peneliti melakukan pengumpulan data yang selengkap-lengkapnya. Berikut
ini merupakan instrument angket.
Tabel 3.5
Pendoman Kuesioner
Variabel
Sub
Variabel
Pola
Pola
interaksi
Interaksi satu arah
Guru dan Pola
siswa
interaksi
dua arah
Indikator
Jumlah
1. Guru sebagai pemberi aksi
2. Siswa sebagai penerima aksi
2
2
1. Guru sebagai pemberi dan
penerima aksi
2. Siswa dapat berperan sebagai
pemberi dan penerima aksi
2
2
d. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari
arsip dan dokumen yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini dokumen adalah setiap bahan tertulis yang disimpan
dan dirawat sedemikian rupa sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan mudah
mencari dan memanfaatkannya.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Adapun prosedur atau langkah-langkah pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan pengumpulan data
dan tahap pengumpulan data. Dalam tahap persiapan pengumpulan data dilakukan
melalui prosedur administrasi yang telah ditetapkan berupa pembuatan surat
pengantar penelitian dari lembaga peneliti (Universitas Islam Negeri Syarif
48
Hidayatullah Jakarta) dan pengurusan izin penelitian kepada pihak sekolah yang
dijadikan tempat penelitian, yaitu SMP Dua Mei Ciputat. Setelah mendapatkan
izin dari kepala sekolah, peneliti beraksi untuk memulai penelitian di SMP Dua
Mei Ciputat dengan mempersiapkan instrument dan pendoman penelitian.
Adapun untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis menggunakan
metode pengumpulan data untuk memperoleh fakta, data dan informasi yang
akurat mengenai persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu
pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat, diantaranya ialah penelitian
lapangan yang dilakukan untuk memperoleh data yang akurat dengan cara
langsung mendatangi langsung objek penelitian.
Dalam penelitian ini proses pengambilan dan pengumpulan atau data
diperoleh setelah sebelumnya mendapatkan izin dari pihak sekolah untuk
mengadakan penelitian. Untuk memperoleh data yang sebanyak-banyaknya dan
selengkap-lengkapnya, peneliti juga menggunakan observasi, wawancara dan
kuesioner serta dokumentasi dalam proses pengumpulan data. Dalam proses
pengumpulan data observasi, peneliti melakukan pengamatan di semua Jenjang.
Karena sampel penelitian yang akan dilakukan juga untuk melakukan
pengumpulan data kuesioner.
Langkah pertama ialah meminta ijin kepada guru untuk dapat melakukan
observasi. Waktu pengamatan bersamaan dengan waktu ketika guru IPS mengajar
di kelas. Peneliti melakukan beberapa kali observasi, sebab di SMP Dua Mei
Ciputat terdapat dua guru IPS yang mengemban perbedaan dalam mengajar mata
pelajaran. Guru IPS terdapat dua guru yang mengemban tanggung jawab yang
berbeda, yang satu memiliki tanggung jawab mengajar materi sejarah dan
ekonomi, dan yang satunya lagi mengajar materi sosiologi dan geografi. Langkah
selanjutnya dalam melakukan observasi ialah terjun langsung atau mengamati saat
guru IPS mengajar.
Sebagai langkah selanjutnya, peneliti akan memilih sampel untuk
dijadikan narasumber untuk wawancara, yaitu guru-guru IPS di SMP Dua Mei
Ciputat. Data ini diambil berdasarkan teknik yang digunakan, yaitu purposive
sampling. Yaitu yang menjadi sampel adalah guru-guru yang mengajar pada
49
pelajaran IPS. Setelah mendapatkan narasumber yang yang sudah direncakan
sebelumnya. Maka langkah selanjutnya, peneliti menjelaskan tujuan dari
penelitian serta meminta kesediaan dan partisipasi narasumber untuk dijadikan
objek penelitian. Setelah mendapat kesedian dari narasumber, peneliti langsung
melakukan wawancara yang sudah disiapkan oleh peneliti. Lalu diajukan kepada
narasumber beberapa pertanyaan tentang pola interaksi yang terjadi selama proses
pembelajaran.
Setelah kedua teknik dalam pengumpulan data terlaksana, selanjutnya
melalui kuesioner yang disebarkan kepada siswa SMP Dua Mei Ciputat.
Responden yang dipilih oleh peneliti adalah semua siswa kelas VII sampai kelas
IX. Sebab seperti yang sudah dijelaskan simple random sampling, bahwa seluruh
sample dalam populasi hampir memiliki kesamaan yang dapat diwakilkan. Oleh
karena itu, peneliti mengambil 40 sampel dari setiap kelas diambil sampel
sejumlah enam sampai tujuh responden, yang terdiri dari 6 kelas dari kelas VII
sampai kelas IX. Jadi, jumlah siswa secara keseluruhan berjumlah 199 siswa.
Penyebaran kuesioner dilakukan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap pola
interaksi dalam pembelajaran.
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Untuk memperoleh keabsahan data maka peneliti menggunakan beberapa
teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu:
1. “Teknik pemeriksaan derajat kepercayaan (crebebelity). Teknik ini dapat
dilakukan dengan jalan:
a.
Keikutsertaan peneliti sebagai instrumen (alat) tidak hanya dilakukan
dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan
peneliti, sehingga memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data
yang dikumpulkan.
b.
Ketekunan pengamatan, yaitu dimaksud untuk menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur serta situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang
sedang dicari dan kemudian memutuskan diri pada hal-hal tersebut secara
50
rinci. Dengan demikian maka perpanjangan keikutsertaan menyediakan
lingkup, sedangkan ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.
c.
Trianggulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar itu untuk keperluan pengecekan
atau pembanding. Teknik
yang paling banyak digunakan ialah
pemeriksaan terhadap sumber-sumber lainya.
d.
Kecukupan refrensial yakni kecukupan bahan yang tercatat dan terekam
dapat digunakan sebagai patokan untuk menguji dan menilai sewaktuwaktu diadakan analisis dan interpretasi data.”73
2. Teknik pemeriksaan keteralihan (transferability) dengan cara uraian rinci.
“Teknik ini meneliti agar laporan hasil fokus penelitian dilakukan
seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan kontek tempat penelitian
diadakan. Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang
dibutuhkan oleh para pembaca agar mereka dapat memahami penemuanpenemuan yang diperoleh.”74
3. Teknik pemeriksaan ketergantungan (dependability) dengan cara auditing
ketergantungan.
“Teknik ini tidak dapat dilaksanakan bila tidak dilengkapi dengan
catatan pelaksanaan keseluruhan hasil dan proses penelitian. Pencatatan itu
diklasifikasikan dari data mentah sehingga formasi tentang pengembangan
instrument sebelum auditing dilakukan agar dapat mendapatkan persetujuan
antara auditor dan audit terlebih dahulu.”75
F. Teknik Analisis Data
Menurut Nasution mengatakan bahwa “analisis data adalah proses
menyusun data agar dapat ditafsirkan dan diketahui maknanya.”76 “Analisis data
dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan, selama
73
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, Remaja Rosda Karya,
1991), h.175.
74
Ibid.,
75
Ibid.,
76
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1996), h.126.
51
di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis telah dimulai sejak
merumuskan dan menjelaskan masalah sebelum terjun ke lapangan dan
berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian, dalam penelitian kualitatif,
analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan
pengumpulan
data,
analisis
data
kualitatif
berlangsung
selama
proses
pengumplulan data, kemudiaan dilanjutkan setelah selesai pengumpulan data.”77
1. Analisis Sebelum di Lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki
lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data
sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun
demikian, fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan
berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.
2. Analisis Selama di lapangan
Selama penelitian berlangsung dan pengumpulan data masih berlangsung,
peneliti melakukan analisis data, dengan cara mengklasifikasi data dan
menafsirkan isi data.
Setelah diperoleh data maka langkah selanjutnya ialah mengelola data
melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Data wawancara
Menurut Emzir dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif mengatakan
bahwa “analisis data menurut Miles dan Huberman analisis data kualitatif
terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.” 78
a. Reduksi data
Proses
pemilihan,
pemusatan
perhatian
pada
penyederhanaan,
pengabstraksian dan penstransformasian data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Fungsinya untuk menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
77
78
hlm. 133
Beni Ahmad S, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka setia, 2008) h. 200.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data (Jakarta: Rajawali Pers., 2010),
52
mengorganisasi sehingga interprestasi bisa ditarik. Sehingga bisa
memberikan gambaran yang jelas.
b. Penyajian data
Data ditampilkan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks, grafik,
jaringan, dan bagan. Tujuannya adalah memudahkan pembaca dan
menarik kesimpulan.
c. Penarikan kesimpulan
Sekumpulan informasi yang tersusun memungkinkan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Untuk mendapatkan kesimpulan,
informasi dan data-data yang diperoleh dari kegiatan penelitian ini
sebelumnya diverifikasi dan dianalisis secara mendalam sehingga bisa
ditarik kesimpulan.
2. Data kuesioner
a. Editing
Dalam menganalisis data pertama kali yang harus dilakukan ialah
editing. Editing ialah pememeriksaan atau mengedit daftar pertanyaan
yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuannya adalah
mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar
pertanyaan yang sudah diselesaikan.
b. Skorsing
Skorsing ialah setelah melalui tahap editing, selanjutnya memberi skor
pada kuesioner. Melakukan skorsing atau pemberian angka terhadap
butir-butir pertanyaan yang terdapat pada kuesioner untuk menghitung
hasil dari jawaban responde. Berikut di bawah ini merupakan tabel
perhitung skor jawaban dari kuesioner
53
Tabel 3.6
Skor pada Angket
No.
Pilihan
Bobot (+)
1
Setuju
1
2
Tidak Setuju
0
c. Tabulating ialah penghitungan terhadap hasil skor yang telah ada.
Berdasarkan sifat masalah dan jenis data dalam penelitian ini, maka
peneliti menganalisis data menggnakan metode deskriptif. Metode
deskriptif yaitu menuturkan dan menganalisa data berupa angka-angka
yang diperoleh dari penelitian.
Setelah itu, untuk memperoleh prosentase hasil kuesioner. Penulis
menggunakan perhitungan dengan menggunakan data statistik berupa prosentase
(frekuensi relatif) dengan rumus:
P = F / N x 100%
Keterangan :
P
: Angka prosentase
F
: Frekuensi
N
: Jumlah individu 100% bilangan tetap (konstanta)
Adapun parameter untuk penafsiran nilai prosentase menurut “Hermawan
Wasito yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
79
0%
1% - 25%
26% - 49%
50%
51% - 75 %
76% - 99%
100%
=
=
=
=
=
=
=
tidak ada satupun
sebagian kecil
hampir setengahnya
setengahnya
sebagian besar
hampir seluruhnya
seluruhnya.”79
Hermawan wasito. Pengantar Metodologi Penelitian : Buku Pendoman Mahasiswa,
(Jakarta : Gramedia Pustaka, 1992), h. 11
54
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
B. Profil Sekolah
8. Identitas Sekolah
1. Nama Sekolah
: SMP Dua Mei
2. Nomor Statitik Sekolah (NSS) : 20 2 280310 014
3. Alamat Sekolah
: Jalan H. Abdul Ghani No. 135
: Kecamatan Ciputat Timur
: Kota Tangerang Selatan
: Provinsi Banten
4. Nomor Telepon
: (021) 7490034
5. Status Sekolah
: Swasta
6. Nilai Akreditasi Sekolah
: A
7. Tahun Didirikan
: 1986
8. Tahun Beroperasi
: 1986
9. Kepemilikan Tanah
: Yayasan Pendidikan Dua Mei
a. Status Tanah
: Tanah Milik Yayasan
b. Luas Tanah
: 3000 m2
10. Status Bangunan
: Yayasan
a. Surat Izin Bangunan
: No.
b. Luas Seluruh Bangunan
: 1000 M2
9. Sejarah Berdirinya Smp Dua Mei
Sekolah menengah pertama (SMP) Dua Mei beralamat di jalan H.
Abdul Gani No.135 Desa Cempaka Putih Kecamatan Ciputat Timur
Kabupaten Tangerang Selatan Provinsi Banten berdiri pada tahun 1986
dengan nomor statistik sekolah / NSS 204020417107 dan Nomor Data
Sekolah 2002040034 dengan SK Pendiriannya No. 841/102/E/1986. Dalam
membantu pemerintah untuk menyediakan sarana dan prasarana dalam
55
bidang pendidikan formal yang bertujuan untuk mencerdaskan bangsa. SMP
Dua Mei didirikan setelah Taman Kanak-kanank Dua Mei berdiri lebih awal
dari SD Dua Mei berdiri.
SMP Dua Mei berdiri pada tahun 1986 yang pada saat itu masih
memiliki satu jenjang kelas yaitu kelas 1 SMP yang berjumlah 146 siswa
dengan jumlah 4 kelas. Selanjutnya, pada tahun 1989 SMP Dua Mei memiliki
3 jenjang kelas yaitu kelas 1, 2, 3 yang berjumlah 311 siswa.
Sejak berdiri sampai dengan tahun 2007 SMP Dua Mei Telah
menamatkan siswa sebanyak 1888 orang siswa yang sebagian besar
melanjutkan ke tingkat SMA, dan SMK baik negeri maupun Swasta.
Didorong oleh komitmen terhadap kualitas tamatan yang dihasilkan
dan sesuai dengan anjuran Direktorat pendidikan Menengah Umum (Dit.
Dikmenum), kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 204 dan KTSP.
Keberhsilan pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah,
masyarakat dan keluarga. Berarti penyelenggaraan pendidikan tidak hanya di
laksanakan oleh satu pihak, melainkan secara simultan dilaksanakan oleh tiga
unsur tadi, masing-masing berperan sesuai dengan fungsinya.
SMP Dua Mei yang merupakan mitra pemerintah atau ptner dalam
menyelenggarakan system pendidikan membantu program pemerintah dalam
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Prioritas pembangunan pendidikan
diarahkan untuk perluasan pemerataan kesempatan belajar yang saat ini salah
satu realisasinya adalah pelaksanaan wajib belajar pendidikan Dasar 9 Tahun.
Dalam rangka menyukseskan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan
dasar 9 Tahun. Meningkatkan daya tampung siswa dan meningkatkan kualitas
lulusan perlu didukung oleh saran belajar yang representative untuk
menunjang kegiatan belajar mengajar.
SMP Dua Mei ciputat merupakan lembaga pendidikan berada di
bawah Yayasan Pendidikan Dua Mei, sedangkan status akreditasi disamakan
No. 2002040034 dengan nilai A. sekolah ini berada di jalan H. Abdul ghani
nomor 135, Desa Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang
Selatan, Provinsi Banten
56
10.Visi, Misi Dan Tujuan SMP Dua Mei Ciputat
d. Visi
Visi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dua Mei Ciputat yaitu untuk
mewujudkan SMP Dua Mei Ciputat sebagai sekolah yang bermutu dan
menjadi dambaan masyarakat Ciputat dan sekitarnya, memiliki komponen
pendidikan lengkap dan kondusif untuk menunjang kualuitas pembelajaran
sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berakhlak, berkepribadian dan
berbudi pekerti luhur serta dapat terserap pada SLTA-SLTA yang berkualitas
di wilayah Tangerang dan sekitarnya.
e. Misi
Misi SMP Dua Mei Ciputat Yaitu :
1. Meningkatkan kemampuan dan profesioanal guru dan pegawai dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari
2. Meningkatkan rata-rata prosentase daya serap siswa dalam ulangan
umum dengan target peningkatan nilai sekurang-kurangnya 0,1
permata pelajaran per siswa
3. Meningkatkan nilai UAN lulusan untuk semua mata pelajaran yang di
UAN kan dengan target pengkatan nilai 0,2 permata pelajaran per
tahun.
4. Mencukupi dan melengkapi sarana dan prasarana sekolah yang
menunjang peningkatan mutu KBM dan hasil belajar siswa.
5. Meningkatkan pelaksanaan Mutu KBM dan hasil nbelajar siswa.
6. Meningkatkan kesejahteraan guru dan pegawai, baik moril maupun
materil.
7. Menciptakan terciptanya lingkungan kerja yang harmonis dengan
orang tua siswa.
8. Meningkatkan hubungan kerja sama yang harmonis dengan orang tua
siswa dan masyarakat sehingga mampu mendukung program sekolah.
57
f. Tujuan Umum
Tujuan Umum SMP Dua Mei dalam penyelenggaraan pendidikan
adalah sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional NO. 20 Tahun 2003.
11. Struktur Organisasi Smp Dua Mei
YAYASAN
Kepala Sekolah
Enjang Supyan, M.Pd
Wak. Kurikulum
Saptono, S.Pd
Guru Bid.
Studi
Wak. Kesiswaan
Siti Aisyah, S.Pd
Wali
Kelas
Kordinator BP
Susi. H, S.Pd
Pembina OSIS
Galih. PS, S.Pd
S.Pd
OSIS
Tata Usaha
Siswa
12.Keadaan Guru Dan Karyawan
Posisi guru dalam dunia pendidikan memiliki tugas dan kewajiban yang
cukup berat, atau ditangannya kesuksesan penyelenggaraan pendidikan
ditentukan. Maju mundurnya suatu sekolah tergantung pada tanggung jawab
dan profesionalisme para guru.
58
Dalam dunia pendidikan memang ada faktor-faktor lain yang menjadi
pendukung keberhasilan penyelenggaran pendidikan, tetapi faktor guru lebih
dominan, guru bertanggung jawab membimbing dan membina potensi anak
didik agar mampu mengatasi segala persoalan yang dihadapi.
Dibawah ini penulis cantumkan jumlah guru dan karyawan yang
bertugas:
Tabel 4.1
Nama-nama Guru dan Staf SMP Dua Mei
No
Nama
Jabatan
Bidang studi
1
Enjang Supyan, S.Pd.
Kepala Sekolah
B.Indonesia
2
Saptono, S.Pd.
Wakasek Kurikulum
IPS Terpadu
3
Siti Aisah, S.Pd.
Wakasek Kesiswaan
B.Indonesia
4
Susi Herawati, S.Pd
Guru
Seni Budaya
6
Rahardian, S.Pd.
Guru
Penjaskes
7
Jumaroh Ibnu, S.Pd.
Guru
Agama
8
Elly Rahmawati, S.Pd.
Guru
Tata Boga
9
Dwi Yuli Prihani, S.Pd.
Guru
B.Inggris
10
Dra. Soparidah, M.Pd
Guru
IPS Terpadu
Guru
Matematika
12
Galih Permana Syam,
S.Pd.
13
Siti Rokasiah
Guru
IPA Terpadu
14
Maulidya Bustomi, S.Pd
Guru
B.inggris
15
Abdul Latif, S. Hi
Guru
TIK
16
Yuki Hermawan
Staf Admin
TU
13.Keadaan Siswa
Siswa merupakan potensi kelas yang harus diperhatikan oleh guru dalam
mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif, dengan demikian
59
keberadaan murid merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar disamping eksistensi guru.
Tabel 4.2
Jumlah Siswa SMP Dua Mei Tahun Ajaran 2010-2013:
Jumlah (Kls
VII + VIII +
IX)
Tahun
Pelajaran
Jumlah
Pendaftar
(Cln siswa
baru)
2010/2011
121
68
2
79
2
71
2
218
6
2011/2012
129
69
2
64
2
80
2
212
6
2012/2013
108
75
2
66
2
56
2
197
6
Kelas VII
Jml
Siswa
Jml
Rombel
Kelas VIII
Jml
Siswa
Kelas IX
Jml
Rombel
Jml
Siswa
Jml
Rombel
Jml
Siswa
Jml
Rombel
Tabel 4.3
Jumlah Siswa SMP Dua Mei Tahun Ajaran 2013-2014:
No.
Data Kelas
Jumlah siswa
Jumlah
Rombel
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
VII
2
36
21
57
2
VIII
2
45
32
77
3
IX
2
35
30
65
Jumlah
6
116
83
199
14.Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai kegiatan pendidikan tertentu. Adapun
muatan kurikulum di SMP Dua Mei meliputi sejumlah mata pelajaran yang
ditempuh mulai kelas VII sampai dengan kelas IX. Materi muatan lokal dan
60
pengembangan diri merupakan bagian dari muatan kurikulum. Untuk kurikulum
SMP, terdiri dari 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri.
Tabel 4.4
Struktur Kurikulum SMP Dua Mei Ciputat:
Komponen
Kelas dan Alokasi Waktu
VII
VIII
IX
3*)
3*)
3*)
2
2
2
3. Bahasa Indonesia
5*)
5*)
5*)
4. Bahasa Inggris
5*)
5*)
5*)
5. Matematika
6*)
6*)
6*)
6. Ilmu Pengetahuan Alam
6*)
6*)
6*)
7. Ilmu Pengetahuan sosial
5*)
5*)
5*)
8. Seni Budaya
2
2
2
9. Pendidikan Jasmani, olah Raga dan
2
2
2
2
2
2
2
2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan
Kesehatan
10. Teknologi Informasi dan komunikasi
B. Muatan Lokal
-
Pendidikan Jasa Pembukuan
-
Pendidikan Tata Busana
C. Pengembangan Diri
Jumlah A + B
2
2**)
32 + 8*)
2**)
2**)
32 + 8*) 32 + 8*)
61
D. Deskripsi Data
Di Sekolah Menengah Pertama Dua Mei sistem pengajaran khususnya
pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dibagi kedalam dua bagian, yaitu Bapak
Saptono, S.Pd, yang mengajar pada mata pelajaran Sosiologi dan geografi dan ibu
Dra. Soparidah, M.Pd, yang mengajar pada pelajaran Ekonomi dan Sejarah. Pada
hasil belajarnya digabungkan antara mata pelajaran Bapak Saptono, S.Pd dan Ibu
Dra. Soparidah, M.Pd.
Pada penelitian ini, untuk mengetahui pola interaksi dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat. Tahap pertama yang dilakukan
ialah pengamatan. Hasil dari pengamatan tersebut adalah bahwa pola interaksi
dalam pembelajaran yang terjadi di SMP Dua Mei Ciputat adalah pola interaksi
satu arah dan pola interaksi dua arah. Pengamatan ini dilakukan sebanyak 5 kali
selama proses penelitian dilakukan. Pengamatan ini dilakukan pada saat pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial berlangsung, karena guru IPS merupakan narasumber
dari penelitian yang dilakukan. Hasil dari pengamatan yang dilakukan mengenai
pola interaksi dalam pembejaran yang dilakukan oleh guru IPS di SMP Dua Mei
Ciputat adalah pola interaksi satu arah dan pola interaksi dua arah.
Hasil dari pengamatan tersebut didukung dengan hasil wawancara yang
dilakukan pada guru di SMP Dua Mei Ciputat. Menurut guru Ilmu Pengetahuan
Sosial di SMP Dua Mei Ciputat mengatakan bahwa metode pembelajaran yang
sering digunakan adalah metode ceramah dan metode Tanya jawab. Metode
ceramah merupakan pola interaksi satu arah, karena peran guru sangat
mendominasi saat terjadinya proses pembelajaran. Guru berperan sebagai pemberi
aksi dan siswa penerima aksi dari guru tersebut. Sedangkan metode Tanya jawab
merupakan pola interaksi dua arah, karena adanya timbal balik yang dilakukan
oleh guru dan siswa. Guru berperan sebagai pemberi aksi dan penerima aksi.
Dengan demikian, hasil tersebut merupakan referensi untuk melakukan
penelitian lanjut, yang akan digunakan sebagai bahan penelitian tentang
bagaimana persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat. Untuk mengetahui persepsi siswa
terhadap pola interaksi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua
62
Mei Ciputat, peneliti menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi.
Peneliti membatasi hanya pada pola interaksi satu arah dan pola interkasi dua
arah. Karena kedua pola tersebut merupakan pola yang sering dilakukan dalam
proses pembelajaran. Sedangkan pola tiga arah tidak dijadikan sebagai bahan
penelitian, karena pola tersebut jarang digunakan oleh guru IPS.
Dalam pengumpulan datanya melalui kuesioner yang disebarkan kepada
40 siswa dari jumlah 199 siswa. Jumlah kelas di SMP Dua Mei Ciputat tercata
enam kelas, dari setiap jenjang terdapat dua kelas. Dan dari setiap kelas diambil
sampelnya sebanyak enam sampai tujuh responden dari kelas VII sampai kelas
IX. Jumlah pertanyaan yang diajukan kepada siswa berjumlah 10 item, masingmasing dari pola interaksi memiliki lima pertanyaan berbentuk pilihan yang harus
dijawab siswa dengan memberikan ceklist pada pilihan yang ada dan memberikan
alasannya.
Data yang dikumpulkan dari hasil angket yang disebarkan diolah dengan
menggunakan analisis statistik deskriptif dengan rumus:
P=
f/n x 100%
Maksud dari pengolahan tersebut agar data yang diperoleh dapat
memberikan arti dan penjelasan. Hasil angket kemudian dimasukan kedalam
tabulasi, yang merupakan proses data-data instrument angket menjadi angka
persentase yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
63
Gambar 4.1
Persetase Hasil Kuesioner Pola Interaksi Satu Arah
Pada gambar di atas menjelaskan mengenai persetase hasil kuesioner pada
persepsi siswa terhadap pola interaksi satu arah yang disebarkan kepada siswa
SMP Dua Mei Ciputat sejumlah 40 responden dari jumlah siswa SMP Dua Mei
berjumlah 199 orang. Hasil kuesioner dari pola interaksi pola satu arah yang
terdiri dari lima pertanyaan. Berikut ini merupakan penjelasan dari setiap
pertanyaan dari kuesioner tersebut.
1. Saya senang guru menjelaskan dan siswa diam mendengarkan penjelasan
dengan baik. Dari penyebaran kuesioner sebanyak 40 Responden,
mengatakan setuju dari 1 orang dengan persetase sebesar 2.5 % dengan
alasan lebih jelas menerangkannya, dapat lebih mengenal wawasan
pelajaran, dan agar anak berani berpendapat. Dan mengatakan tidak setuju
dari 39 orang dengan persetase sebesar 97.5 % dengan alasan siswa
seharusnya berpendapat.
2. Saya senang jika guru menjelaskan tanpa memberi kesempatan kepada
siswa untuk bertanya. Dari penyebaran kuesioner sebanyak 40 Responden,
mengatakan setuju dari 7 orang dengan persetase sebesar 17.5 % dengan
64
alasan karena saya ingin mendengar dan menyimak dengan baik. Dan
mengatakan tidak setuju dari 33 orang dengan persetase sebesar 82.5 %
dengan alasan karena siswa belum tentu mengerti apa yang dijelaskan oleh
guru, karena anak muridnya juga kepingin tahu penjelasan yang lebih
jelas, ingin tahu lebih banyak lagi dan agar guru tahu seberapa besar
kemampuan anak-anak tersebut.
3. Saya senang jika hanya diam mendengarkan guru menjelaskan materi yang
disampaikan tanpa memberi kesempatan untuk berpendapat. Dari
penyebaran kuesioner sebanyak 40 Responden, mengatakan setuju dari 12
orang dengan persetase sebesar 30 % dengan alasan karena lebih cepat
paham, karena senang jika siswa pada diam atau tidak berisik, dapat
konsentrasi, karena saya lebih bisa memahami apa yang dijelaskan guru.
Dan mengatakan tidak setuju dari 28 orang dengan persetase sebesar 70 %
dengan alasan agar bisa memperhatikan guru yang sedang menjelaskan
dengan baik, seharusnya mengajukan pertanyaan jika tidak mengerti.
4. Saya senang jika hanya menyimak saat guru menjelaskan materi yang
disampaikan dan tidak mengajukan sebuah pertanyaan. Dari penyebaran
kuesioner sebanyak 40 Responden, mengatakan setuju dari 4 orang dengan
persetase sebesar 90 % dengan alasan bisa konsenrasi dan tidak bikin
pusing. Dan mengatakan tidak setuju dari 36 orang dengan persetase
sebesar 10 % dengan alasan karena tidak dapat mengasah otak siswa, siwa
harus bertanya, siswa tidak akan terlatih kemampuannya, dan bisa
membuat anak bosan.
65
Gambar 4.2
Gambar Persetase Hasil Kuesioner Pola Interaksi Dua Arah
Pada gambar di atas menjelaskan mengenai persetase hasil kuesioner pada
persepsi siswa terhadap pola interaksi Dua arah yang disebarkan kepada siswa
SMP Dua Mei Ciputat sejumlah 40 responden dari jumlah siswa SMP Dua Mei
berjumlah 199 orang. Hasil kuesioner dari pola interaksi pola Dua arah yang
terdiri dari lima pertanyaan. Berikut ini merupakan penjelasan dari setiap
pertanyaan dari kuesioner tersebut.
5. Saya senang jika guru menjelaskan materi dengan memberi kesempatan
untuk memberikan pendapat. Dari penyebaran kuesioner sebanyak 40
Responden, mengatakan setuju dari 39 orang dengan persetase sebesar
97.5 % dengan alasan karena guru tahu sampai mana siswa mengerti apa
yang dijelaskan, agar siswa lebih cepat mengerti, dapat membantu berpikir
cepat, dapat lebih mengenal wawasan pelajaran, dan agar anak berani
berpendapat. Dan mengatakan tidak setuju dari 1 orang dengan persetase
sebesar 2.5 % dengan alasan karena melibatkan materi yang dipelajarinya.
6. Saya senang jika guru menjelaskan materi dengan melibatkan siswa dalam
memberikan pertanyaan. Dari penyebaran kuesioner sebanyak 40
66
Responden, mengatakan setuju dari 33 orang dengan persetase sebesar
82.5 % dengan alasan karena guru dapat mengasah otak siswa, lebih tahu,
ingin menguji kemampuan, siswa dapat lebih aktif, dan menjadi pemberan.
Dan mengatakan tidak setuju dari 7 orang dengan persetase sebesar 17.5 %
dengan alasan membuat bingung, karena tidak mengerti, melibatkan siswa.
7. Saya senang jika terlibat memberikan pendapat saat guru menjelaskan
materi yang disampaikan. Dari penyebaran kuesioner sebanyak 40
Responden, mengatakan setuju dari 28 orang dengan persetase sebesar 70
% dengan alasan karena siswa dapat mengetahui apa yang guru jelaskan,
dapat mengetahui kemampuan belajar, cepat mengerti, dan lebih mengasah
keberanian siswa. Dan mengatakan tidak setuju dari 12 orang dengan
persetase sebesar 30 % dengan alasan pusing, susah, jadi bahan omongan,
dank arena tidak tahu materi yang disampaikan.
8. Saya senang jika diberi pertanyaan oleh guru, saat menjelaskan materi
yang disampaikan kepada siswa. Dari penyebaran kuesioner sebanyak 40
Responden, mengatakan setuju dari 36 orang dengan persetase sebesar 90
% dengan alasan karena bisa dimengerti, tahu tentang materi yang sedang
dipelajari, karena dapat menjawab, biar mengetahui semuanya, dan dapat
mengasah otak. Dan mengatakan tidak setuju dari 4 orang dengan
persetase sebesar 10 % dengan alasan karena tidak berani dan belum bisa
menjawabnya.
67
Berikut di bawah ini nama-nama responden dan perhitungan hasil
kuesioner, sebagai berikut:
Tabel 4.5
Nama-nama Responden Kuesioner
No.
Nama
Kelas
Jenis Kelamin
1
Anis Chirin
IX.1
P
2
Ersa Dwi Ayu
IX.1
P
3
Jagad
IX.1
L
4
Namira Nur Aisyah
IX.1
P
5
Novrian Hidayat
IX.1
L
6
Rika Oktavia
IX.1
P
7
Balqis Lanisa
IX.2
P
8
Indra Aji Nugroho
IX.2
L
9
Andara Rizkia
IX.2
P
10
Andra
IX.2
L
11
Dyah Ratu H.
IX.2
P
12
Firman
IX.2
L
13
Ilham Ade Putra
VII.1
L
14
S. Bunga Nurjanah
VII.1
P
15
Arya Firmansyah
VII.1
L
16
Bayu C.
VII.1
L
17
Berlian Tri Cahayana
VII.1
P
18
Feny Rahmawati
VII.1
P
19
Gibran Hafizh
VII.1
L
20
Lutfi H.
VII.2
L
21
M. Fikri
VII.2
L
22
M. Irvansyah
VII.2
L
23
M. Raffi
VII.2
L
24
M. Zaidan
VII.2
L
25
Riski Ardiansyah
VII.2
L
26
Trully Helena Ubay
VII.2
P
68
27
Diana
VIII.1
P
28
Nur Huda Al Syawal
VIII.1
P
29
Adam Zahran
VIII.1
L
30
Rivaldo
VIII.1
L
31
Indah Nofita
VIII.1
P
32
Milawati Intan Bidari
VIII.1
P
33
Mohamad Fajar Andika
VIII.1
L
34
Agelsa D.
VIII.2
P
35
Anisa Aitul
VIII.2
P
36
Charles
VIII.2
L
37
Dandy Afriyansyah
VIII.2
L
38
Fatimah Dira Nur Zahra
VIII.2
P
39
Indri Yani
VIII.2
P
40
Nadia Azzahra
VIII.2
P
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Kuesioner Pola Interaksi
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Jenis
Kelamin
P
P
L
P
L
P
P
L
P
L
P
L
L
P
L
L
Pola Satu Arah
1
2
3
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
∑x1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
Pola Dua Arah
∑x2
5
6
7
8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
2
5
5
5
5
5
5
5
2
5
5
5
4
5
5
5
69
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
P
P
L
L
L
L
L
L
L
P
P
P
L
L
P
P
L
P
P
L
L
P
P
P
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
7
12
4
24
39
33 28 36
5
3
3
5
4
5
4
4
4
4
2
5
5
4
5
5
4
5
4
5
5
4
4
5
136
70
Perhitungan deskriptif persentase persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam
pembelajaran.
a. Variabel Persepsi siswa terhadap Pola Interaksi dalam pembelajaran
Skor maksimal
Skor minimal
=
=
=
=
=
=
soal x skor maksimal kuesioner x jumlah responden
4 x
1
x 40
160
soal x skor minimal kuesioner x jumlah responden
4 x
0
x 40
0
b. Pola interaksi satu arah
Skor
=
x 100%
Skor
Maksimal
=
24
160
x 100%
=
0.15
x 100%
=
15 %
c. Pola interaksi dua arah
Skor
=
x 100%
Skor
Maksimal
=
136
160
x 100%
=
0.85
x 100%
=
85 %
71
E. Analisis dan Pembahasan
3. Pola Interaksi dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
SMP Dua Mei Ciputat
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam
hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu
maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu
yang lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama
manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi.
Dalam kehidupan inilah terjadi interaksi. Melalui interaksi manusia dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Interaksi dapat terjadi dimana saja, salah satunya di lingkungan
sekolah. Begitu pun saat proses kegiatan belajar mengajar, maka interaksi
terjadi di ruang kelas antara guru dan siswa atau siswa dengan siswa. Pada
saat terjadinya interaksi belajar antara guru dan siswa perlu suatu cara atau
bentuk dari interaksi sebagai medium penyampaian informasi yang diberikan
oleh guru kepada siswa. Agar interaksi yang terjadi oleh guru menjadi teratur
dan terarah guna mencapai sebuah tujuan pembelajaran. Pola interaksi yang
menjadi medium atau alat yang diwakili oleh sebuah metode pembelajaran
sehingga terjadinya interaksi belajar mengajar atau interaksi edukatif.
Pola interaksi merupakan bentuk atau cara kerja komunikasi dari satu
individu kepada individu lain atau kelompok untuk menyampaikan informasi
atau pesan sehingga terjadinya timbal balik. Terjadinya interaksi disebabkan
oleh karena kebutuhan setiap individu untuk menyampaiakan informasi
kepada individu atau kelompok lain yang menerima informasi dari individu
tersebut.
Melalui pola interaksi komunikasi bisa berjalan lebih terarah dan
teratur sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pola interaksi yang akan mengatur
keberlangsungan kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan oleh guru dan
siswa. Keberadaaan guru selalu dipengaruhi dengan keberadaan siswa untuk
terjadinya interaksi, karena terciptanya interaksi tidak bisa berdiri sendiri
72
tetapi saling membutuhkan atau perlu adanya kerjasama yang baik antara
guru dan siswa. Guru membutuhkan siswa yang diajarkan, begitupun dengan
siswa yang membutuhkan guru sebagai fasilitator, motivator dan mediator
belajar. Melalui metode pembelajaran guru dapat menyampaikan materi ajar
kepada siswa, maka terciptalah interaksi.
Dalam interaksi edukatif yang berlangsung telah terjadi interaksi yang
bertujuan. Guru dan siswa yang menggerakannya. Interaksi yang bertujuan
disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang
bernilai edukatif demi kepentingan siswa dalam belajar. Guru memiliki peran
penting dalam menjalankan pola interaksi, sebab keberlangsungan di dalam
kelas sebagian besar ditentukan oleh guru.
Seperti yang dikatakan oleh Syaiful Bahri Djamarah dalam buku guru
dan anak didik dalam interaksi edukatif bahwa “metode ialah suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”80 Menurut J. J.
Hasibun dan Moedjiono berpendapat bahwa “metode mengajar adalah alat
yang dapat merupakan bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan
suatu strategi belajar mengajar. Dan karena strategi belajar mengajar
merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan belajar, maka metode
mengajar merupakan alat pula untuk mencapai tujuan belajar.”81 Sedangkan
Menurut J. J. Hasibun dan Moedjiono berpendapat bahwa “strategi belajar
adalah pola umum perbuatan guru – murid di dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar.”82
Jika kita lihat di Sekolah Menengah Pertama Dua Mei Ciputat yang
bertempat di jalan H. Abdul Ghani nomor 135 di kecamatan timur, kota
tangerang selatan, Provinsi Banten, di dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah tersebut. Metode yang biasa digunakan untuk kegiatan belajar
mengajar oleh guru IPS di SMP Dua Mei Ciputat ialah metode ceramah,
80
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta. 2010), h. 19
81
J. J. Hasibun dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar – cet ke. 6, (Bandung : Remaja
Rosda Karya. 1995), h. 3
82
Ibid, h. 2
73
metode Tanya jawab, dan metode diskusi. Seperti yang dikatakan oleh
Soparidah bahwa “metode yang biasa digunakan ialah metode ceramah, tanya
jawab, dan diskusi.”83 Begitupun yang dikatakan oleh Saptono ialah
“biasannya dalam kegiatan mengajar menggunakan metode ceramah, tanya
jawab, Contextual Theacing and Learning dan diskusi.”84 Metode tersebut
menjadi pilihan utama oleh guru-guru di SMP Dua Mei Ciputat. Alasan
utama kenapa guru di SMP Dua Mei Ciputat sering menggunakan metode
tersebut ialah “agar mempermudah penyampaian materi yang akan dibahas
sehingga mudah diterima oleh siswa. SPD pun mengatakan hal yang serupa
ialah karena metode-metode tersebut akan mempermudah kita dalam
mengajar, mentransfer dan menginformasikan materi yang akan dibahas.”85
“Di kelas ada sekelompok siswa dengan perilaku yang bermacammacam. Dari cara mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap,
tingkat kecerdasan, dan sebagainya selalu ada variasinya. Masing-masing
siswa memang mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda-beda dari
anak didik lainnya.”86 Melalui perbedaan karakteristik inilah guru
mempertimbangkan dalam menentukan metode-metode untuk mengajar.
Sebab berbicara metode pembelajaran selalu berkaitan dengan pola interaksi
yang akan dilakukan oleh guru dan siswa. Karena dengan memperhitungan
metode pembelajaran yang ditentukan akan berpengaruh terhadap pola
interaksi yang akan digunakan.
Oleh sebab itu, sangat penting dalam menentukan metode apa yang
akan digunakaan. Hal ini, dikemukakan oleh Soparidah yang menjadi
pertimbangan dalam menetukan metode pembelajaran, yaitu, “untuk
menjelaskan materi yang menjadi pokok bahasan, untuk memotivasi peserta
didik supaya lebih giat dalam belajar, dan agar peserta mulai belajar untuk
berani menyampaikan pendapat, serta tanggung jawab.”87 Sementara itu,
83
Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd
Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Saptono, M. Pd
85
Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd
86
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta. 2010), h. 6
87
Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd
84
74
Saptono mengemukakan hal yang menjadi pertimbangkan dalam menentukan
metode pembelajaran ialah materi yang diajarkan kepada siswa.
Dengan demikian, amatlah penting setiap guru dalam menentukan
metode pembelajaran agar terciptanya suatu pola interaksi antara guru dan
siswa yang efektif, kondusif dan produktif. Maka perlu adanya perhitungan
terhadap situasi dan kondisi dari siswa serta pertimbangan dalam setiap
menentukan metode pembelajaran, serta materi pelajaran yang menjadi hal
yang penting dalam menentukan metode pembelajaran.
Materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terbagi dalam beberapa
bagian, yaitu mata pelajaran sosiologi, sejarah, ekonomi dan geografi. Namun
di Sekolah Menengah Pertama materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
masih dalam satu kesatuan yaitu IPS Terpadu. Setiap materi tersebut memiliki
karakteristik masing-masing. Menurut guru IPS di SMP Dua Mei Ciputat
yang mengajarkan sejarah dan ekonomi, dari kedua materi tersebut tidak
memiliki masalah dalam menyampaikan materi. “Karena dalam mengajar kita
didukung oleh buku-buku yang cukup, media dan metode yang memudahkan
siswa untuk memahami materi yang disampaikan.”88 Jadi, tidak ada kesulitan
dalam mengajarakan dari kedua materi tersebut.
Sedangkan menurut guru IPS di SMP Dua Mei Ciputat yang
mengajarkan sosiologi dan geografi ada beberapa kendala, yaitu “kurangnya
laboratorium alam dan media yang ada sehingga guru tersebut menggunakan
multimedia dan internet sebagai pengganti laboratorium dan alternatif
menangani kendala tersebut.” 89
Jika dilihat pada hasil observasi dan wawancara, pada pola tiga arah
atau multi arah guru-guru jarang sekali menggunakannya karena persiapan
dan media yang digunakan harus ada untuk melangsungkan kegiatan pola
interaksi multi arah. Sehingga pola tiga arah masih jarang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran.
88
89
Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd
Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Saptono, S.Pd
75
Pada penelitian ini yang dijadikan contoh pada pola tiga arah atau
multi arah ialah metode diskusi, karena metode tersebut merupakan metode
yang digunakan oleh guru IPS dalam kegiatan belajar mengajar. seperti yang
dikatakan oleh kedua guru IPS di SMP Dua Mei Ciputat.
Adapun kekurangan dari metode diskusi menurut Soparidah adalah
tidak dapat dipakai untuk kelompok besar, siswa mendapatkan informasi
yang terbatas, dan dikuasai oleh siswa yang suka berbicara. Sedangkan
menurut Saptono mengatakan bahwa kelas terlalu ribut sehingga mengganggu
kelas lain.
Ada beberapa kendala pada saat proses kegiatan belajar mengajar
dalam penggunaan metode pembelajaran, yaitu “dalam pengadaan alat peraga
atau media pembelajaran”90. Seperti halnya yang dijelaskan oleh Soparidah,
yaitu, “kesulitan siswa dalam menyerap materi yang kita ajarkan, dan tidak
ada yang ingin bertanya karena tidak berani dan malu.”91
Demi melangsungkan kegiatan belajar mengajar maka setiap guru
perlu melakukan tindakan yang cepat dalam menanggulangi kendala yang
dihadapi. Sehingga kegiatan belajar mengajar akan terus berlangsung
meskipun perencanaan awal tidak berjalan sesuai dengan rencana. Seperti
yang dikatakan oleh Soparidah solusinya ialah, “mengulang dalam
menjelaskan materi yang di bahas, dan memberi umpan atau pertanyaan
kepada peserta didik agar peserta didik ingin dan berani berpendapat.”92 atau
“mengganti metode yang direncanakan dengan metode yang lain.”93 Selain
itu tindakan yang harus dilakukan ialah “dengan melakukan perubahan dalam
penggunaan metode media pembelajaran.”94 atau “dengan mencari media
pengganti atau alternatif.”95 Dengan demikian kendala-kendala yang dihadapi
dapat diatasi dengan baik, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat
berlangsung dengan baik.
90
Ibid
Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd
92
Ibid
93
Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Saptono, S.Pd
94
Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd
95
Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Saptono, S.Pd
91
76
Namun, kecenderungan guru di SMP Dua Mei ialah menggunakan
metode ceramah dan Tanya jawab, atau yang di kenal pada penelitian ini ialah
pola satu arah dan dua arah. Seperti yang dikatakan oleh kedua guru Ilmu
Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat mengatakan bahwa metode
yang sering digunakan ialah metode ceramah dan metode Tanya jawab. Hasil
ini didasarkan pada hasil observasi. Seperti yang dikatakan oleh guru IPS di
SMP Dua Mei Ciputat, menggunakan metode tersebut dengan alasan ialah
karena sebagai sarana untuk memotivasi anak agar memiliki rasa ingin
keingintahuan yang besar dan supaya siswa aktif dalam pembelajaran.
Berikut ini ini penjelasan dari kedua pola tersebut.
c.
Pola Satu Arah
Menurut W. S. Winkel berpendapat bahwa pola interaksi satu arah
adalah “segala prosedur didaktis yang tercakup dalam istilah memberi
ulasan,
seperti
menyampaikan
informasi,
memberikan
penjelasan
memberikan uraian (ceramah), menceritakan suatu kisah, mengutarakan
suatu masalah dan memberikan
suatu demonstrasi. Kegiatan tenaga
pengajar terutama bersifat verbal, sehingga siswa harus mendengarkan,
biarpun digunakan berbagai media audiovisual untuk menunjang ulasan
verbal, seperti papan tulis, peta, model, gambar atau foto dan lain
sebagainya. Sambil memberikan ulasannya, guru berdiri di depan siswa.”96
“Komunikasi
berlangsung
dengan
satu
cara
arah
terjadi
jika
proses
pembelajaran
penuangan
atau
penyampaian
materi
pembelajaran dari guru kepada siswa. Jadi arah komunikasi adalah dari
guru kepada siswa. Suasana kelas biasanya tenang dan tertib, tidak ada
suara, kecuali yang ditimbulkan oleh guru.”97 Terciptanya suatu pola
dikarenakan kebutuhan guru untuk menyampaikan materi yang akan
dibahas olehnya, sehingga pola satu arah menjadi pilihan.
Menurut W. S. Winkel berpendapat bahwa pola satu arah
“dianggap sesuai untuk menyampaikan hal-hal yang harus diketahui, yang
96
97
W. S. Winkel, Psikologis Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2009), h. 306
Sumiati dan asra. Metode Pembelajaran. (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), h. 40
77
tidak atau sulit dapat digali dari sumber lain, misalnya buku pelajaran;
untuk memperkenalkan suatu pokok bahasan yang nantinya masih akan
dipelajari dengan tata cara lain; untuk menunjukan hubungan dengan
tema-tema yang sudah dipelajari; untuk menguraikan garis-garis besar dan
menunjukkan aneka aspek pokok; untuk menimbulkan motivasi dan minat
pada siswa.”98
Menurut J. J. Hasibun mengatakan “metode ceramah adalah salah
satu contoh dari pola interaksi satu arah. Metode ceramah adalah cara
penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ceramah
ekonomis dan efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan
pengertian.”99 Dominasi seorang guru saat menggunakan metode ceramah
sangatlah besar, sehingga siswa menjadi pasif. Namun, suasana kelah lebih
tertib dan kondusif karena siswa hanya terfokuskan kepada guru sebagai
pemberi aksi.
Sedangkan menurut Martinis Yamin mengemukakan “metode
ceramah dapat dilakukan oleh guru ialah yang pertama, untuk memberikan
pengarahan, petunjuk di awal pembelajaran. kedua, waktu yang terbatas,
sedangkan materi atau informasi banyak yang akan disampaikan. Dan
ketiga, lembaga pendidikan sedikit memiliki staf pengajar, sedangkan
jumlah siswa banyak.”100
Pada saat kegiatan belajar mengajar menggunakan metode
pembelajaran, guru hanya terfokuskan pada penyampaian materi yang
ingin disampaikan untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran dan materi
yang harus dicapai. Melalui metode pembelajaran guru ingin memberikan
pengarahan, mengutarakan suatu permasalahan, dan menyampaikan suatu
hal yang harus diketahui oleh siswa. Maka dari itu, pola ini di anggap
paling tepat untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran harus diketahui
98
W. S. Winkel, Psikologis Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2009), h. 306
J. J. Hasibun dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar – cet ke. 6, (Bandung: Remaja
Rosda Karya. 1995), h. 13
100
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi – cetakan kedua,
(Jakarta : Gaung Persada Press, 2004), h. 65
99
78
siswa. Jadi, siswa hanya terfokuskan pada apa yang disampaikan oleh guru
sehingga suasana di dalam kelas menjadi lebih tertib.
Begitu juga yang diungkapkan oleh Soparidah bahwa “kelebihan
metode caramah ialah dapat menjangkau penyajian materi bisa lebih luas,
guru dapat mengatur materi yang akan menjadi prioritas, dan guru dapat
memantau keadaan kelas.”101 Sedangkan menurut saptono guru IPS SMP
Dua Mei Ciputat mengatakan bahwa “dengan menggunakan pola interaksi
satu arah atau atau ceramah ketercapian materi lebih tinggi.”102
Kelebihan inilah yang menjadi faktor-faktor guru memilih untuk
menggunakan metode ceramah sebagai metode satu arah yang dilakukan
oleh guru guna mencapai tujuan pembelajaran. karena pemilihan metode
guru perlu adanya pertimbangan yang matang sehingga guru dapat
menetukan metode tersebut sebagai upaya mencapai tujuan pembelajaran.
Adapun kekurangan dari metode ceramah ialah “siswa jadi lebih
pasif.”103 Sedangkan Soparidah berpendapat mengenai kekurangannya
ialah “materi yang dikuasai siswa terbatas, membuat anak-anak jenuh dan
mengantuk, serta sulit untuk mengatahui daya serap siswa.”104
d.
Pola Dua Arah
“Komunikasi dua arah dalam proses pembelajaran memungkinkan
terjadinya arus balik dalam komunikasi yaitu datang dari siswa kepada
guru, selain dari guru kepada siswa. Komunikasi semacam ini terjadi jika
proses pembelajaran dilakukan, misalnya dengan menggunakan metode
atau teknik tanya jawab atau tidak ceramah saja. Suasana kelas dengan
pola komunikasi dua arah jauh lebih hidup dan lebih dinamis dari suasana
komunikasi satu arah. Ditandai dengan adanya umpan balik bagi guru
meskipun kurang bahkan tidak ada komunikasi antar siswa. Keadaan
101
Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd
Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Saptono, S.Pd
103
Ibid
104
Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd
102
79
seperti ini disebut pola guru-siswa-guru dengan komunikasi sebagai
interaksi.” 105
Keberlangsungan pola interaksi dua arah dalam kegiatan belajar
mengajar terjadi karena adanya komunikasi yang datang dari siswa kepada
guru atau guru kepada siswa. Guru menyampaikan materi dan siswa
menanggapi materi yang disampaikan oleh guru. Metode atau teknik tanya
jawab merupakan salah satu bentuk dari pola interaksi dua arah. Pada
kegiatan pembelajaran ini suasana kelas lebih interaktif, karena adanya
timbal balik antara guru dan siswa.
Pola interaksi dua arah merupakan pola yang paling efektif dan
tepat guna meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa. Pernyataan ini
diperkuat oleh kedua guru IPS SMP Dua Mei mengatakan
“dengan
adanya interaksi dua arah dapat meningkatkan komunikasi dan ada
pendapat dari dua atau lebih siswa.”106 dan “karena pola-pola tersebut
dapat memotivasi anak-anak untuk belajar dan menguasai setiap pokok
bahasan.”107
“Siswa secara tidak langsung dituntut untuk menemukan sebuah
jawaban. Metode tersebut merupakan sebagai upaya guru melihat sejauh
mana
penguasaan
dan
daya
tangkap
siswa
terhadap
materi
pembahasannya. Guru dapat juga menggunakan jawaban siswa untuk
mengecek efektivitas pengajarannya yang sedang berlangsung.”108
“Pertanyaan dapat lebih bersifat reproduktif, dimana siswa harus
memikirkan sesuatu. Tujuan pertanyaan dapat berbeda-beda, untuk
mengetahui apa yang telah dikuasai siswa tentang suatu pokok bahasan,
untuk menentukan apakah tujuan intruksional tercapai; untuk mengetahui
dimana siswa salah pengertian; untuk melibatkan siswa dalam proses
belajar mengajar.”109
105
Ibid, h. 65.
Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Saptono, S.Pd
107
Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd
108
James Popham dan Eval L.Baker, Bagaimana Mengajar Secara Sistematis,
(Yogyakarta: Kanisius, 1981), h. 105
109
W. S. Winkel, Psikologis Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2009), h. 308
106
80
“Selain melalui pertanyaan untuk menciptakan interaksi dalam
proses belajar mengajar bisa juga dilakukan dengan memberi kesempatan
kepada siswa. Guru memberi kesempatan kepada kelas untuk mengajukan
pertanyaan. Ini dapat terjadi selama pelajaran masih berlangsung, pada
akhir pembahasan oleh guru, atau pada jam pertemuan yang khusus untuk
itu (response).” 110
“Pada saat ini ranah kognitif bekerja dengan baik. Tujuan kognitif
berorientasi
kepada
kemampuan
berpikir,
mencakup
kemampuan
intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada
kemampuan
memecahkan
masalah
yang
menuntut
siswa
untuk
menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang
sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.”111
Menurut Soparidah guru IPS SMP Dua Mei bahwa pola dua arah
atau bisa disebut metode tanya jawab memiliki kelebihannya ialah “siswa
dapat mengembangkan keberanian dan keterampilan dalam menjawab dan
mengemukakan pendapat. Dan kedua, merangsang siswa untuk berlatih
mengembangkan daya pikir.”112
“Dalam proses belajar mengajar bertanya memegang peranan yang
yang paling penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik
yang tepat akan meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar
mengajar, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap
masalah yang sedang dibicarakan, mengembangkan pola berpikir dan
belajar aktif siswa sebab berpikir itu sendiri adalah bertanya, menuntut
proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa
agar dapat menentukan jawaban yang baik, dan memusatkan perhatian
murid terhadap masalah yang sedang dibahas.”113
110
Ibid,,
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi – cetakan kedua,
(Jakarta : Gaung Persada Press, 2004), h. 27
112
Wawancara Pribadi dengan Guru IPS, Dra. Soparidah, M.Pd
113
J. J. Hasibun dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar – cet ke. 6, (Bandung: Remaja
Rosda Karya. 1995), h. 14
111
81
Adapun kekurangan yang terdapat pada pola interaksi dua arah
ialah banyaknya waktu yang terbuang karena siswa perlu waktu untuk
menemukan jawaban yang dilontarkan oleh guru. Adanya target untuk
mengejar materi yang harus dicapai oleh siswa pola dua arah merupakan
bukan pilihan utama karena guru perlu mempertimbangkan, jika pola
interaksi dua arah ditetap digunakan akibatnya banyak materi yang harus
dicapai tidak dapat dikejar karena minimnya waktu. Begitu pun yang
dikatakan oleh salah satu guru IPS bahwa banyak waktu terbuang, waktu
terbatas, dan membuat siswa takut karena tidak siap untuk menjawab
pertanyaan.
4. Persepsi Siswa terhadap Pola Interaksi dalam pembelajaran
IPS di SMP Dua Mei Ciputat
Persepsi adalah pengetahuan hasil dari pengamatan yang dilakukan
oleh panca indera. Sedangkan menurut Slameto mengemukakan “persepsi
adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam
otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan
hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya,
yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium.”114
“Dengan persepsi sosial, pertama kita berusaha mengetahui apa yang
dipikirkan, dipercaya, dirasakan, diniatkan, dikehendaki, dan didambakan,
orang lain. Kedua, membaca apa yang ada di dalam diri orang lain
berdasarkan ekspresi wajah, tekanan suara, gerak-gerik tubuh, kata-kata, dan
tingkah laku mereka. Dan ketiga, menyesuaikan tindakan sendiri dengan
keberadaan orang lain berdasarkan pengetahuan dan pembacaan terhadap
orang tersebut.”115
Dalam hal ini, siswa menjadi objek penelitian untuk dapat mengetahui
persepsi siwa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran IPS di SMP Dua
114
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), h. 102.
115
Ibid, h. 25
82
Mei Ciputat, yaitu dengan melakukan penyebaran kuesioner yang diberikan
kepada siswa SMP Dua Mei. Sehingga peneliti mengetahui bagaimana
persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran IPS di SMP Dua
Mei Ciputat.
Berikut ini merupakan hasil perhitungan komulatif penyebaran
kuesioner dari masing masing variabel memiliki empat pertanyaan.
Gambar 4.3
Persentase Persepsi Siswa Terhadap Pola Interaksi Dalam
Pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat
Dari tabel di atas menunjukan bahwa persepsi siswa terhadap pola
interaksi dalam pembelajaran IPS di SMP Dua Mei Ciputat sebagian kecil
siswa mengatakan setuju terhadap pola interaksi satu arah dengan alasan lebih
jelas menerangkannya, dapat lebih mengenal wawasan pelajaran, karena saya
ingin mendengar dan menyimak dengan baik, karena lebih cepat paham,
karena senang jika siswa pada diam atau tidak berisik, dan dapat konsentrasi.
Sedangkan persepsi siswa mengatakan setuju terhadap pola interaksi
dua arah adalah hampir seluruhnya siswa, dengan alasan karena guru tahu
sampai mana siswa mengerti apa yang dijelaskan, dapat mengasah otak siswa,
lebih tahu, ingin menguji kemampuan, siswa dapat lebih aktif,agar siswa
83
lebih cepat mengerti, dapat membantu berpikir cepat, dapat lebih mengenal
wawasan pelajaran, dan agar anak berani berpendapat.
84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai persepsi siswa terhadap pola interaksi
dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Dua Mei Ciputat. Maka
diketahui kesimpulannya sebagai berikut :
1. Pola interaksi yang sering digunakan oleh guru IPS di SMP Dua Mei
Ciputat adalah pola interaksi satu arah dan pola interaksi dua arah. Pola
interaksi satu arah merupakan cara untuk menyampaikan materi yang
harus diketahui, atau sulit yang dipahami siswa. Sedangkan, pola interaksi
dua arah merupakan pola yang memungkinkan terjadinya timbal balik,
guru menyampaikan materi dan siswa menanggapi materi yang
disampaikan. Pola ini merupakan pola yang dapat menunjang siswa untuk
dapat mengembangkan keberanian, keterampilan dalam menjawab dan
mengemukakan pendapat. Serta merangsang siswa untuk berlatih
mengembangkan daya pikir.
2. Persepsi siswa terhadap pola interaksi dalam pembelajaran IPS di SMP
Dua Mei Ciputat adalah sebagian kecil siswa mengatakan setuju terhadap
pola interaksi satu arah. Sedangkan, Hampir seluruhnya siswa setuju
terhadap pola interaksi dua arah.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang
disampaikan oleh peneliti ialah sebagai berikut ini;
1. Guru sebaiknya lebih bervariatif dalam menggunakan metode mengajar,
sehingga pada saat proses kegiatan belajar mengajar dapat terciptanya
interaksi guru dan siswa agar dapat memotivasi siswa dalam belajar.
85
2. Perlu adanya fasilitas media pembelajaran untuk membantu para guru
menciptakan kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bervariatif untuk
dapat meciptakan interaksi dalam pembelajaran.
3. Perlu adanya rasa saling memiliki dan saling mengenal satu sama lain,
yaitu antara guru dan siswa sebagai upaya untuk menciptakan pola
interaksi menjadi lebih efektif dan kondusif dalam setiap penggunaan
metode.
86
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah dan Safarina HD. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Ahmadi, Abu, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991.
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta : Rineka Cipta,
2008.
Beni, Ahmad S, Metode Penelitian, Bandung: Pustaka setia, 2008.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Bahasa,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008.
Direktorat Tenaga Pendidik Dirjen PMPTK Depdiknas, Strategi Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengathuan Sosial, Jakarta: 2008.
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
Rineka Cipta. 2010.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, Jakarta: Rajawali Pers,
2010.
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, M. Sobry, Strategi Belajar Mengajar,
Bandung: PT. Refika Aditama, 2007.
Hasibun, J. J. dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1995. cet ke. 6
Huda, Miftahul, Interaksi Pendidikan, Malang: UIN Malang Press, 2008
Irawan, Prasetya, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan
Praktis, Jakarta: STIA-LAN, 2004.
Khoirun, Ahmadi Lif, dkk. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta:
PT. Prestasi Pustakaraya. 2011.
Kusuma, Aryani Ine dan Susatim, Markum, Pendidikan Kewarganegaraan
Berbasis Nilai, Bogor, Ghalia Indonesia, 2010.
Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya,
1991.
Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada Press, 2010.
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1996.
87
Popham, James dan Baker, Eval L, Bagaimana Mengajar Secara Sistematis,
Yogyakarta: Kanisius, 1981.
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja
Rosda karya. 2007.
Ratnawati, Etty, Interaksi dan Proses Komunikasi dalam pembelajaran, Jurnal AlTarbiyah, Volume XX Nomor 2, Desember 2007.
Saleh, Abdul Rahman dan Wahab, Muhbib Abdul, Psikologi Suatu Pengatar
Dalam Perspektif, Jakarta: Kencana, 2004.
Sapriya, Pendidikan IPS, Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Sardiman, A.M,
Interaksi dan Motivasi-Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali
Pers, 2011
Sarwono, Sarlito Wirawan, dan Meinarno, Eko A, Psikologi Sosial, Jakarta;
Salemba Humanika, 2011.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang,
2000.
Setiadi, Elly M, dan Kolip, Usman, Pengantar Sosiologi: pemahaman fakta dan
gejala permasalahan sosial: teori, aplikasi, dan pemecahannya, Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup, 2011.
Setiadi, Elly M, dkk, Ilmu sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2007.
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.
Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 2006
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan – Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R dan D, Bandung : Alfabeta, 2009.
Sumantri, Nu'man, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2001.
Sumiati dan asra. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima, 2008
Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Gitamedia Press, 2006.
88
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Wasito, Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Pendoman
Mahasiswa, Jakarta: Gramedia Pustaka, 1992.
Winkel, W. S, Psikologis Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi, 2009.
Yamin Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi – cet. kedua, Jakarta
: Gaung Persada Press, 2004.
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2261303-pengertian-polainteraksi/ diakses pada tanggal 18 Oktober 2013 pukul 15.18 WIB
LAMPIRAN
90
PEDOMAN OBSERVASI LAPANGAN
I. Identitas Subyek
1. Hari/tgl observasi
: Selasa, 28 Januari 2014
2. Waktu
: 08.10 – 09. 50
II. Aspek yang diamati
Pola interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran
Hasil observasi
No.
Aspek yang Diamati
Ya
Tidak
1.
Guru menjelaskan materi pembelajaran
√
2.
Siswa mendengarkan dan menyimak pelajaran
yang diterangkan oleh guru
√
3.
Guru memberikan pertanyaan dan tanggapan
mengenai materi yang disampaikan kepada siswa
√
4.
Siswa menjawab pertanyaan dan menangapi materi
yang dijelaskan oleh guru
√
5.
Guru sebagai fasilitator dalam menjelaskan materi
yang akan disampaikan
√
6.
Terjadinya kerjasama antara guru dengan siswa
dalam pembelajaran
√
7.
Siswa
saling
pembelajaran
√
berinteraksi
dalam
proses
91
PEDOMAN OBSERVASI LAPANGAN
I. Identitas Subyek
1. Hari/tgl observasi
: Selasa, 28 Januari 2014
2. Waktu
: 10.00 – 11. 50
II. Aspek yang diamati
Pola interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran
Hasil observasi
No.
Aspek yang Diamati
Ya
Tidak
1.
Guru menjelaskan materi pembelajaran
√
2.
Siswa mendengarkan dan menyimak pelajaran
yang diterangkan oleh guru
√
3.
Guru memberikan pertanyaan dan tanggapan
mengenai materi yang disampaikan kepada siswa
√
4.
Siswa menjawab pertanyaan dan menangapi materi
yang dijelaskan oleh guru
√
5.
Guru sebagai fasilitator dalam menjelaskan materi
yang akan disampaikan
√
6.
Terjadinya kerjasama antara guru dengan siswa
dalam pembelajaran
√
7.
Siswa
saling
pembelajaran
√
berinteraksi
dalam
proses
92
PEDOMAN OBSERVASI LAPANGAN
I.
Identitas Subyek
1. Hari/tgl observasi
: Kamis, 30 Januari 2014
2. Waktu
: 08.10 – 09. 50
II. Aspek yang diamati
Pola interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran
Hasil observasi
No.
Aspek yang Diamati
Ya
Tidak
1.
Guru menjelaskan materi pembelajaran
√
2.
Siswa mendengarkan dan menyimak pelajaran
yang diterangkan oleh guru
√
3.
Guru memberikan pertanyaan dan tanggapan
mengenai materi yang disampaikan kepada siswa
√
4.
Siswa menjawab pertanyaan dan menangapi materi
yang dijelaskan oleh guru
√
5.
Guru sebagai fasilitator dalam menjelaskan materi
yang akan disampaikan
√
6.
Terjadinya kerjasama antara guru dengan siswa
dalam pembelajaran
√
7.
Siswa
saling
pembelajaran
√
berinteraksi
dalam
proses
93
PEDOMAN OBSERVASI LAPANGAN
I.
Identitas Subyek
1. Hari/tgl observasi
: Kamis, 30 Januari 2014
2. Waktu
: 13.00 – 14. 20
II. Aspek yang diamati
Pola interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran
Hasil observasi
No.
Aspek yang Diamati
Ya
Tidak
1.
Guru menjelaskan materi pembelajaran
√
2.
Siswa mendengarkan dan menyimak pelajaran
yang diterangkan oleh guru
√
3.
Guru memberikan pertanyaan dan tanggapan
mengenai materi yang disampaikan kepada siswa
√
4.
Siswa menjawab pertanyaan dan menangapi materi
yang dijelaskan oleh guru
√
5.
Guru sebagai fasilitator dalam menjelaskan materi
yang akan disampaikan
√
6.
Terjadinya kerjasama antara guru dengan siswa
dalam pembelajaran
√
7.
Siswa
saling
pembelajaran
√
berinteraksi
dalam
proses
94
PEDOMAN OBSERVASI LAPANGAN
I.
II.
Identitas Subyek
1. Hari/tgl observasi
: Selasa, 28 Januari 2014
2. Waktu
: 08.10 – 09. 50
Aspek yang diamati
Pola interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran
Hasil observasi
No.
Aspek yang Diamati
Ya
Tidak
1.
Guru menjelaskan materi pembelajaran
√
2.
Siswa mendengarkan dan menyimak pelajaran
yang diterangkan oleh guru
√
3.
Guru memberikan pertanyaan dan tanggapan
mengenai materi yang disampaikan kepada siswa
√
4.
Siswa menjawab pertanyaan dan menangapi materi
yang dijelaskan oleh guru
√
5.
Guru sebagai fasilitator dalam menjelaskan materi
yang akan disampaikan
√
6.
Terjadinya kerjasama antara guru dengan siswa
dalam pembelajaran
√
7.
Siswa
saling
pembelajaran
√
berinteraksi
dalam
proses
95
PEDOMAN OBSERVASI LAPANGAN
I.
3.
Identitas Subyek
1. Hari/tgl observasi
: Selasa, 28 Januari 2014
2. Waktu
: 10.00 – 11. 50
Aspek yang diamati
Pola interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran
Hasil observasi
No.
Aspek yang Diamati
Ya
Tidak
1.
Guru menjelaskan materi pembelajaran
√
2.
Siswa mendengarkan dan menyimak pelajaran
yang diterangkan oleh guru
√
3.
Guru memberikan pertanyaan dan tanggapan
mengenai materi yang disampaikan kepada siswa
√
4.
Siswa menjawab pertanyaan dan menangapi materi
yang dijelaskan oleh guru
√
5.
Guru sebagai fasilitator dalam menjelaskan materi
yang akan disampaikan
√
6.
Terjadinya kerjasama antara guru dengan siswa
dalam pembelajaran
√
7.
Siswa
saling
pembelajaran
√
berinteraksi
dalam
proses
96
HASIL WAWANCARA
Nama
: Saptono, S.Pd
Ibisial
: SPN
Jabatan
: Wakil Kurikulum, Guru IPS
Mata Pelajaran
: Sosiologi dan Geografi
Hari dan Tanggal
: Rabu, 22 Januari 2014
Waktu
: 12.25 – selesai
1.
Menurut bapak/ibu, dalam kegiatan belajar mengajar metode apa saja
yang digunakan?
“biasannya dalam kegiatan mengajar menggunakan metode ceramah,
tanya jawab, Contextual Teaching Learning, dan diskusi.”
2.
Mengapa dalam kegiatan belajar mengajar
bapak/ibu sering
menggunakan metode tersebut?
“agar interaksi dengan siswa bisa berjalan dengan baik dan siswa
aktif dalam pembelajaran.”
3.
Menurut bapak/ibu kelebihan dan kekurangan metode ceramah apa
saja?
“kelebihan metode caramah ialah ketercapaian materi lebih tinggi.
Kekurangannya ialah siswa pasif.”
4.
Menurut bapak/ibu kelebihan dan kekurangan metode Tanya jawab
apa saja?
“kelebihannya ialah siswa lebih menguasai materi, dan lebih aktif.
Kekurangannya ialah waktu yang kurang.”
5.
Menurut bapak/ ibu kelebihan dan kekurangan metode diskusi apa
saja?
“kelebihannya ialah menciptakan kerjasama kelompok dan siswa
lebih aktif.
Kekurangannya ialah kelas terlalu ribut sehingga mengganggu kelas
lain.”
97
6.
Metode apa yang paling sering bapak/ibu gunakan untuk mengajar?
“biasanya menggunakan metode tanya jawab.”
7.
Mengapa bapak/ibu sering menggunakan metode tersebut?
“supaya siswa aktif dalam pembelajaran”
8.
Apa saja yang menjadi pertimbangan bapak/ibu dalam menentukan
metode-metode untuk mengajar?
“materi yang diajarkan kepada siswa”
9.
Apakah ada keterkaitan atau pengaruh antara metode yang satu
dengan yang lainnya? Kenapa?
“tidak ada, karena masing-masing metode mempunyai langkahlangkah masing masing atau berdiri sendiri.
10. Dalam mengajar apakah ada perbedaan pada saat mengajar materi
Geografi dan Sosiologi?
“tidak ada, tergantung metode yang dipakai.”
11. Menurut bapak/ibu, apakah ada kesulitan bapak/ ibu hadapi pada saat
mengajarakan materi Geografi dan Sosiologi?
“ada, yaitu kurangnya laboratorium alam dan media yang ada.”
12. Bagaimana bapak/ibu dalam mengatasi kesulitan pada saat mengajar
pada materi Geografi dan Sosiologi?
“dengan menggunakan multimedia dan internet sebagai pengganti
laboratorium.”
13. Apakah bapak/ibu pernah mengalami kendala pada saat mengajar
ketika menggunakan salah satu metode?
“pernah.”
14. Kendala apa saja yang sering bapak/ibu hadapi pada saat mengajar?
“dalam pengadaan alat peraga atau media pembelajaran.”
15. Bagaimana solusi bapak/ibu terhadapa kendala-kendala yang sering
bapak/ibu hadapi?
“mencari media pengganti atau alternative dan mengganti metode
yang direncanakan dengan metode yang lain.”
98
16. Pola interaksi dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu satu arah, dua arah
dan tiga arah atau banyak arah. Adakah pola yang memiliki pengaruh
terhadap belajar siswa? Mengapa?
“ada, pola interaksi dua arah atau metode tanya jawab. karena
adanya interaksi dua arah dapat meningkatkan komunikasi dan ada
pendapat dari dua atau lebih siswa.”
17. Tahun berapa bapak/ibu sudah mulai mengajar? dan sudah berapa
lama bapak/ibu mengajar di sekolah?
“mengajar sejak 1995, disekolah ini tahun 1997. Lama mengajar total
19 tahun, dan di sekolah ini 17 tahun.”
18. Mata pelajaran apa saja yang bapak/ibu ajarkan?
“IPS terpadu, Biologi, Sosiologi, dan Geografi.”
99
HASIL WAWANCARA
Nama
: Dra. Soparidah, M.Pd
Inisial
: SPD
Jabatan
: Wali kelas IX, Guru IPS
Mata Pelajaran
: Ekonomi dan Sejarah
Hari dan Tanggal
: Rabu, 22 Januari 2014
Waktu
: 10.10 – selesai
1.
Menurut bapak/ibu, dalam kegiatan belajar mengajar metode apa saja
yang digunakan?
“biasannya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan
diskusi.”
2.
Mengapa dalam kegiatan belajar mengajar
bapak/ibu sering
menggunakan metode tersebut?
“karena metode-metode tersebut akan mempermudah kita dalam
mengajar, mentranfer dan menginformasikan materi yang akan
dibahas.”
3.
Menurut bapak/ibu kelebihan dan kekurangan metode ceramah apa
saja?
“kelebihan metode caramah ialah pertama, dapat menjangkau
penyajian materi bisa lebih luas. Kedua, guru dapat mengatur materi
yang akan menjadi prioritas. Dan ketiga, guru dapat memantau
keadaan kelas.
Kekurangannya ialah pertama, materi yang dikuasai siswa terbatas.
Kedua, membuat anak-anak jenuh dan mengantuk. Dan ketiga sulit
untuk mengatahui daya serap siswa.”
4.
Menurut bapak/ibu kelebihan dan kekurangan metode Tanya jawab
apa saja?
“kelebihannya
ialah
pertama,
siswa
dapat
mengembangkan
keberanian dan keterampilan dalam menjawab dan mengemukakan
100
pendapat.
Dan
kedua,
merangsang
siswa
untuk
berlatih
mengembangkan daya pikir.
Kekurangannya ialah banyak waktu terbuang,waktu terbatas, dan
membuat siswa takut karena tidak siap untuk menjawab pertanyaan.”
5.
Menurut bapak/ ibu kelebihan dan kekurangan metode diskusi apa
saja?
“kelebihannya ialah. meyadarkan siswa bahwa masalah dapat
diselesaikan, menyadarkan siswa bahwa mereka bisa memberikan
pendapat, dan membiasakan anak-anak untuk dapat menghargai
pendapat orang lain.
Kekurangannya ialah tidak dapat dipakai untuk kelompok besar,
siswa mendapatkan informasi yang terbatas, dan dikuasai oleh siswa
yang suka berbicara.
6.
Metode apa yang paling sering bapak/ibu gunakan untuk mengajar?
“biasanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.”
7.
Mengapa bapak/ibu sering menggunakan metode tersebut?
“karena sebagai sarana untuk memotivasi anak agar memiliki rasa
ingin keingintahuan yang besar ”
8.
Apa saja yang menjadi pertimbangan bapak/ibu dalam menentukan
metode-metode untuk mengajar?
“pertama, untuk menjelaskan materi yang menjadi pokok bahasan.
Kedua, untuk memotivasi peserta didik supaya lebih giat dalam
belajar. Dan ketiga, agar peserta mulai belajar untuk berani
menyampaikan pendapat, serta tanggung jawab.”
9.
Apakah ada keterkaitan atau pengaruh antara metode yang satu
dengan yang lainnya? Kenapa?
“pasti berpengaruh, misal metode ceramah berfungsi mentransfer
materi ke anak-anak, kemudian dilanjutkan dengan Tanya jawab.
Tujuannya untuk mengetahuai daya serap anak-anak dan metode
diskusi untuk melatih anak-anak berani dalam menyampaikan serta
101
menjelaskan dan menjabarkan materi yang di dapat dari pola satu
arah.”
10. Dalam mengajar apakah ada perbedaan pada saat mengajar mata
pelajaran ekonomi dan sejarah?
“tidak, karena dalam mengajar kita didukung oleh buku-buku yang
cukup, media dan metode yang memudahkan siswa untuk memahami
mater yang disampaikan.”
11. Menurut bapak/ibu, apakah ada kesulitan pada saat mengajar pada
materi ekonomi dan sejarah?
“tidak ada.”
12. Bagaimana bapak/ ibu dalam mengatasi kesulitan pada saat mengajar
pada materi ekonomi dan sejarah?
“tidak ada.”
13. Apakah bapak/ibu pernah mengalami kendala pada saat mengajar
ketika menggunakan salah satu metode?
“pernah.”
14. Kendala apa saja yang sering bapak/ibu hadapi pada saat mengajar?
“pertama, kesulitan dalam menyerap materi yang kita ajarkan dan
kedua, tidak ada yang ingin bertanya karena tidak berani dan malu.”
15. Bagaimana solusi bapak/ibu terhadap kendala-kendala yang sering
bapak/ibu hadapi?
“solusinya dengan melakukan perubahan dalam penggunaan metode
media pembelajaran. mengulang dalam menjelaskan materi yang di
bahas, dan kita beri umpan atau pertanyaan kepada peserta didik
agar peserta didik ingin dan berani berpendapat.””
16. Pola interaksi dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu satu arah, dua arah
dan tiga arah atau banyak arah. Adakah pola yang memiliki pengaruh
terhadap belajar siswa? Mengapa?
“ada, pola Tanya jawab. karena pola-pola tersebut dapat memotivasi
anak-anak untuk belajar dan menguasai setiap pokok bahasan dan
102
adanya interaksi dua arah dapat meningkatkan siswa lebih giat
belajar.”
17. Tahun berapa bapak/ibu sudah mulai mengajar? dan sudah berapa
lama bapak/ibu mengajar di sekolah?
“mengajar sejak 1995, disekolah ini tahun 2001.”
18. Mata pelajaran apa saja yang bapak/ibu ajarkan?
“IPS terpadu, dan PKN.”
103
KUESIONER
A. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memilih jawaban setuju atau tidak setuju.
Jika pertanyaan sesuai dengan anda, berilah tanda ceklist ( √ ).
B. Jawaban tidak sama sekali berpengaruh terhadap nilai.
C. Tulislah identitas dibawah ini
Nama :
Kelas :
Jawaban
No.
Pertanyaan
Setuju
1
Saya senang guru menjelaskan materi dengan
ceramah.
2
Saya senang guru menjelaskan dan siswa
diam mendengarkan penjelasan dengan baik.
3
Saya senang jika guru menjelaskan tanpa
memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya.
4
Saya senang jika hanya diam mendengarkan
guru menjelaskan tanpa diberi kesempatan
untuk berpendapat
5
Saya senang jika hanya menyimak saat guru
menjelaskan materi yang disampaikan dan
tidak mengajukan sebuah pertanyaan
6
Saya senang guru menjelaskan materi dengan
tanya jawab
7
Saya senang jika guru menjelaskan materi
dengan memberi kesempatan untuk
memberikan pendapat.
8
Saya senang jika guru menjelaskan materi
dengan melibatkan siswa dengan
memberikan pertanyaan.
9
Saya senang jika terlibat dalam memberikan
pendapat saat guru menjelaskan materi yang
disampaikan.
10
Saya senang jika diberi pertanyaan oleh guru,
saat menjelaskan materi yang disampaikan
kepada siswa.
Tidak
Setuju
Alasan setuju dan tidak
setuju
104
Download