perumusan masalah penelitian

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Bahasa Indonesia
dan Tata Tulis
Ilmiah
Modul Standar untuk
digunakan dalam Perkuliahan
di Universitas Mercu Buana
Fakultas
Program Studi
Teknik
Teknik Mesin
Tatap Muka
10
Kode MK
Disusun Oleh
A41133EL
C-420
Drs. Masari, MM
Abstract
Kompetensi
Modul penulisan rumusan masalah
penelitian berisi tata cara penulisan
perumusan yang benar dan praktis
Mahaisiswa diharapkan memahami dan
mampu menulis rumusan masalah
penelitian dengan benar dan praktis
1
2012
1
Bahasa Indonesia dan Tata Tulis Ilmiah
Masari Spd.,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Standarisasi Modul
Latar Belakang
Standarisasi Modul ini disusun dan diterapkan untuk
1. Menjadi acuan penulisan rumusan masalah penelitian yang benar dan praktis
2. Memberikan kemudahan dalam penulisan rumusan masalah secara sistematis
3. Menambah kompetensi sesuai dengan aturan penulisan rumusan masalah.
4. Membantu meningkatkan keterampilan menulis bidang ilmiah.
PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Pengertian dan Fungsi Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap
penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian.
Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan
bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa.
Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga sebagai research
problem, diartikan sebagai suatu rumusan yang mempertanyakan suatu fenomena,
baik
dalam
kedudukannya
sebagai
fenomena
mandiri,
maupun
dalam
kedudukannya sebagai fenomena yang saling terkait di antara fenomena yang satu
dengan yang lainnya, baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.
Mengingat demikian pentingnya kedudukan perumusan masalah di dalam kegiatan
penelitian, sampai-sampai memunculkan suatu anggapan yang menyatakan bahwa
kegiatan melakukan perumusan masalah, merupakan kegiatan separuh dari
penelitian itu sendiri.
Perumusan masalah penelitian dapat dibedakan dalam dua sifat, meliputi
perumusan masalah deskriptif, apabila tidak menghubungkan antar fenomena, dan
perumusan masalah eksplanatoris, apabila rumusannya menunjukkan adanya
hubungan atau pengaruh antara dua atau lebih fenomena.
2
2012
2
Bahasa Indonesia dan Tata Tulis Ilmiah
Masari Spd.,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut yaitu Fungsi pertama adalah
sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan kata
lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat
dilakukan. Fungsi kedua, adalah sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari
suatu penelitian. Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat
berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan. Fungsi ketiga dari
perumusan masalah, adalah sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan
harus dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus
disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang perlu dan data mana
yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena melalui perumusan masalah
peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana yang relevan dan data yang
bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya. Sedangkan fungsi
keempat dari suatu perumusan masalah adalah dengan adanya perumusan
masalah penelitian, maka para peneliti menjadi dapat dipermudah di dalam
menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian.
Kriteria-kriteria Perumusan Masalah
Ada setidak-tidaknya tiga kriteria yang diharapkan dapat dipenuhi dalam perumusan
masalah penelitian yaitu kriteria pertama dari suatu perumusan masalah adalah
berwujud kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif, baik pertanyaan yang
memerlukan jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang memerlukan jawaban
eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih fenomena atau gejala di
dalam kehidupan manusia.
Kriteria Kedua dari suatu masalah penelitian adalah bermanfaat atau berhubungan
dengan upaya pembentukan dan perkembangan teori, dalam arti pemecahannya
secara jelas, diharapkan akan dapat memberikan sumbangan teoritik yang berarti,
baik sebagai pencipta teori-teori baru maupun sebagai pengembangan teori-teori
yang sudah ada.
Kriteria ketiga, adalah bahwa suatu perumusan masalah yang baik, juga hendaknya
dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang aktual, sehingga
pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan yang relevan pula, dan dapat
diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan masalah bagi kehidupan manusia.
3
2012
3
Bahasa Indonesia dan Tata Tulis Ilmiah
Masari Spd.,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Berkenaan dengan penempatan rumusan masalah penelitian, didapati beberapa
variasi, antara lain (1) Ada yang menempatkannya di bagian paling awal dari suatu
sistematika peneliti, (2) Ada yang menempatkan setelah latar belakang atau
bersama-sama dengan latar belakang penelitian dan (3) Ada pula yang
menempatkannya setelah tujuan penelitian.
Di manapun rumusan masalah penelitian ditempatkan, sebenarnya tidak terlalu
penting dan tidak akan mengganggu kegiatan penelitian yang bersangkutan, karena
yang penting adalah bagaimana kegiatan penelitian itu dilakukan dengan
memperhatikan rumusan masalah sebagai pengarah dari kegiatan penelitiannya.
Artinya, kegiatan penelitian yang dilakukan oleh siapapun, hendaknya memiliki sifat
yang konsisten dengan judul dan perumusan masalah yang ada. Kesimpulan yang
didapat dari suatu kegiatan penelitian, hendaknya kembali mengacu pada judul dan
permasalahan penelitian yang telah dirumuskan.
Permasalah penelitian akan timbul apabila ada “kesenjangan atara teori (what
should be) dengan kenyataan yang dijumpai (what is). Signifikansi masalah
penelitian:
1. Perumusan masalah merupakan langkah awal yang menentukan bagi
penyusunan mata rantai metodologik berikutnya. Ia merupakan penunjuk
bagi kerangka teoritis yang dikembangkan untuk penyusunan hipotesis,
termasuk bagaimana hipotesa dikembangkan. Ia juga memberi arah
bagaimana hipotesa dirumuskan. Memberikan arah dalam operaionalisasi
hipotesis penelitian, sehingga memperjelas variable-variabel penelitian.
Perumusan
penelitian
juga
memberi petunjuk tentang rancangan
penelitian yang akan dipakai, baik yang menyangkut subyek penelitian
(populasi), sample dan pemilihan instrument atau pengembangan metode
atau alat pengukuran penelitian.
2. Dengan perumusan penelitian yang baik, peneliti dapat mengetahui
“prognosis”penelitian yang akan dilakukan. Apakah penelitian itu akan
berjalan lancar atau menghadapi kendala.
3. Dari rumusan masalah dapat diketahui konfirmasi ketepatan judul dan
tujuan penelitian yang ditetapkan.
4
2012
4
Bahasa Indonesia dan Tata Tulis Ilmiah
Masari Spd.,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Dari rumusan masalah dapat diketahui seberapa jauh penelitian yang
dilakukan berkaitan dengan bobot dan orisinal.
Ada beberapa kriteria rumusan masalah yang adekuat, menyangkut tiga aspek yaitu:
(a)
1)
aspek
substansi,
(b)
aspek
formulasi,
(c)
aspek
teknis.
Pada aspek substansi atau isi permasalahan. Ada dua hal yang perlu
diperhatikan, yaitu: masalah bobot dan masalah orisinalitas.

Masalah bobot atau nilai kegunaanya. Aktualitas atau bobot masalah setidaktidaknya dapat didekati dengan melihat kemanfaatan atau kegunaan pada tiga hal,
yaitu apakah dengan terjawabnya permasalahan, penelitian akan mempunyai arti
bagi perkembangan substansi ilmu (kegunaan teoritik), mempunyai arti bagi
perkembangan metodologis dan memiliki kegunaan praktis.

Masalah orisinalitas penelitian. Maksudnya bahwa permasalah penelitian belum
terjawab oleh teori maupun penelitian yang pernah dilakukan.
Mengenai aspek formulasi rumusan permasalah penelitian ada dua hal:

Rumusan hendaknya diajukan dalam bentuk pertanyaan yang jelas, tajam dan
akurat menyangkut inti permasalahan yang dikehendaki.

Rumusan mempermasalahkan hubungan antar dua variable atau lebih, namun
kreteria ini tidak mutlak sifatnya.
Aspek teknis, perlu diperhatikan masalah kelayakan penelitian itu sendiri.
Maksudnya mungkinkah permasalahan yang dirumuskan dapat dijawab secara
empirik, sehingga untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu adanya pertimbanganpertimbangan sebagai berikut:

Pertimbangan peneliti, yaitu mengenai bekal pengetahuan dasar yang berkaitan
dengan obyek penelitian yang dihadapi, adanya motivasi, tersedianya waktu yang
cukup, dan kerampilan peneliti.

Pertimbangan metodologik, maksudnya sejauhmana pemahaman teoritik dan
kemampuan praktis di bidang metodologi telah atau dapat dikuasi oleh peneliti.
5
2012
5
Bahasa Indonesia dan Tata Tulis Ilmiah
Masari Spd.,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Pertimbangan tersedianya fasilitas dan prasarana penelitian, yang meliputi bahan,
biaya, peralatan dan sebagainya.
Namun perlu diperhatikan, dalam perumusan masalah sering terjadi beberapa
kesalahan, sehingga permasalah penelitian susah untuk dipecahkan, antara
lain:masalah terlampau luas, masalah terlampau sempit dan masalah mengandung
emosi, prasangka, dan unsur-unsur yang tidak ilmiah.
Signifikasi Masalah Penelitian
1. Perumusan masalah merupakan langkah awal dalam penyusunan
matarantai
metodologik
rancangan
penelitian
berikutnya.(
yang
dasar
dipakai,
penyusunan
populasi,
sampel,
hipotesis,
intrumen
pengumpulan data, dan teknik analisa data).
2. Dengan rumusan masalah peneliti akan dapat mengetahui ”prognosis”,
apakah penelitian yang dilakukan akan lancar atau tidak, memprediksi
hambatan-hambatan atau kendala-kendala dalam pelaksanaan penelitian.
3. Dasar untuk melakukan konfirmasi terhadap ketepatan judul dan tujuan
penelitian.
4. Dasar untuk mengetahui bobot dan tingkat orisinilitas penelitian.
Masalah dan Perumusan Masalah dalam Penelitian Kualitatif
dan Kuantitatif
BAB II
PEMBAHASAN
1. A.
Masalah dan Penelitian
Menurut Arikunto (1992; 22), dalam bukunya Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik, dikatakan bahwa masalah itu mesti merupakan bagian dari “kebutuhan”
6
2012
6
Bahasa Indonesia dan Tata Tulis Ilmiah
Masari Spd.,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
seseorang untuk dipecahkan. Penyebab orang ingin mengadakan penelitian adalah
karena ia ingin mendapatkan jawaban dari masalah yang dihadapi.
Sementara itu Sedarmayanti dan Hidayat (2011), dalam bukunya Metodologi
Penelitian, mengatakan bahwa masalah adalah peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan kita sehari-hari. Sedangkan apa yang disebut dengan permasalahan
penelitian adalah suatu pembatasan fokus perhatian pada ruang lingkupnya sampai
menimbulkan pertanyaan dalam diri orang-orang yang mencari permasalahan.
Pendapat lain mengatakan bahwa masalah adalah suatu keadaan yang bersumber
dari hubungan antara 2 faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang
menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari
sesuatu jawaban[1].
Dari ketiga pendapat mengenai definisi masalah di atas, maka kami menyimpulkan
bahwa masalah adalah rangkaian peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
yang menimbulkan pertanyaan dalam setiap individu manusia, serta secara otomatis
membutuhkan upaya untuk mencari suatu jawaban atas masalah yang dihadapi
tersebut.
Masalah adalah titik tolak terpenting dalam melakukan sebuah penelitian. Karena
tanpa adanya masalah, maka penelitian tidak akan terjadi atau pun berjalan dengan
lancar. Oleh karena itu, langkah pertama yang mesti dilakukan dalam rangka
mengadakan sebuah penelitian adalah mencari atau memilih sebuah masalah untuk
diteliti.
Baik penelitian kualitatif maupun kuantitatif sepakat bahwa hal pertama yang harus
dilakukan dalam penelitian adalah menentukan sebuah masalah. Adapun beberapa
langkah, khususnya dalam melakukan penelitian kuantitatif, secara umum dapat
dilihat pada bagan berikut
1)
Memilih Masalah
7
2012
7
Bahasa Indonesia dan Tata Tulis Ilmiah
Masari Spd.,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2) Studi Pendahuluan
3) Merumuskan Masalah
4) Merumuskan Anggapan Dasar
5) Memilih Pendekatan
6.a) Menentukan Variabel
6. b) Menentukan Sumber Data
Langkah-langkah Penelitian Kuantitatif
7) Menentukan dan Menyusun Instrumen
11) Menyusun Laporan
10) Menarik Kesimpulan
9) Analisis Data
8) Mengumpulkan Data
4. a. ) Hipotesis
8
2012
8
Bahasa Indonesia dan Tata Tulis Ilmiah
Masari Spd.,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sumber: Arikunto, Suharismi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik.(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992) (Gambar ada pada setiap BAB)
1. B.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah pernyataan rinci dan lengkap mengenai ruang lingkup
permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan
masalah.[2] Karena masalah itu, sewaktu akan mulai memikirkan suatu penelitian,
sudah harus dipikirkan dan dirumuskan secara jelas, sederhana dan tuntas. Hal itu
disebabkan oleh seluruh unsur penelitian lainnya yang berpangkal pada perumusan
masalah tersebut.[3] Namun terdapat beberapa perbedaan antara perumusan
masalah dalam penelitian kualitatif dengan perumusan masalah pada penelitian
kuantitatif. Akan tetapi sebelum membahas permasalahan dalam penelitian kualitatif
maupun kuantitatif, terlebih dahulu kita akan membahas mengenai menentukan
masalah dan kiat-kiat memilih masalah untuk penelitian.
1. 1.
Mencari dan Menentukan Masalah
Sukandarumidi (2006) dalam bukunya Metodologi Penelitian : Petunjuk Praktis untuk
Peneliti Pemula, mengatakan bahwa dalam menemukan masalah untuk diteliti,
maka seorang peneliti yang bersangkutan harus mampu menjawab pertanyaanpertanyaan seperti Apa, Siapa, Bilamana, Dimana, Mengapa, dan Bagaimana,
apabila ia sudah menemukan masalah yang akan ia teliti. Contohnya seorang
peneliti akan mengangkat suatu masalah mengenai suatu kasus tentang
Penghapusan Diskriminasi Ras. Maka peneliti tersebut harus mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Apa itu Diskriminasi Ras?
2. Siapakah Pelaku dan Korban Diskriminasi Ras itu?
3. Bilamana kasus Diskriminasi Ras itu terjadi?
4. Dimanakah tempat terjadinya diskriminasi Ras?
5. Mengapa kasus Diskriminasi Ras dapat terjadi?
6. Bagaimanakah caranya untuk mengatasi Diskriminasi Ras?
9
2012
9
Bahasa Indonesia dan Tata Tulis Ilmiah
Masari Spd.,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Namun seringkali terjadi, khususnya bagi para peneliti pemula, yang menemukan
kesulitan dalam mendapatkan masalah untuk diteliti dan darimanakah masalah
untuk penelitian tersebut dicari. Maka muncullah pertanyaan, “Darimanakah sumbersumber masalah untuk diteliti itu?”
Sebenarnya masalah itu dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya mengenai definisi masalah
bahwa masalah itu merupakan rangkaian dari peristiwa sehari-hari yang selalu kita
jumpai. Kita dapat mendapatkan masalah dari berbagai fenomena yang kita lihat
dalam kehidupan keseharian kita. Namun, selain dari fenomena-fenomena yang
nampak dan kita saksikan, kita juga dapat menemukan masalah dari membaca
buku, atau pun masalah yang didapatkan karena diberi oleh orang lain, dan juga
masalah yang malah datang dari diri kita sendiri.
Sedarmayanti dan Hidayat (2011; 42), dalam bukunya Metodologi Penelitian,
mengatakan bahwa sumber-sumber masalah penelitian adalah sebagai berikut :
-
Diri sendiri, yaitu mengukur masalah dengan minat, dapat dilaksanakan atau
tidak, punya waktu, tenaga, dan dana.
-
Orang lain, yaitu mengukur masalah dengan mudahnya data diperoleh, dan
perijinan (ijin dari pihak yang punya masalah maupun pihak berwenang akibat
pengaturan administrasi).
-
Karya ilmiah, yakni mengukur masalah dengan kemanfaatan karya ilmiah
tersebut.
Sedangkan Faisal (1999; 45), dalam bukunya Format-format Penelitian Sosial
menyebutkan beberapa sumber-sumber masalah secara umum, diantaranya adalah
sebagai berikut:
-
Pengalaman di lingkungan pekerjaan atau profesi masing-masing peneliti.
-
Deduksi dari suatu teori.
10
2012
10
Bahasa Indonesia dan Tata Tulis Ilmiah
Masari Spd.,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
-
Laporan Penelitian, dan
-
Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh suatu instansi, lembaga atau
organisasi.
Namun terlepas dari itu semua, alangkah baiknya jika masalah itu datang dari diri
sendiri sesuai dengan minat sang peneliti. Sehingga ketika menjalankan kegiatan
penelitian, peneliti benar-benar menghayati masalah yang sedang ia teliti tersebut.
Lebih jauh lagi, penelitian akan berjalan sebaik-baiknya jika peneliti menghayati
masalah. Karena peneliti tentu akan lebih senang menggarap masalah yang dihayati
daripada yang tidak.(Arikunto, 1992; 23)
Perlu diperhatikan bahwa untuk mengangkat suatu masalah, seorang peneliti juga
harus menguasai bidang ilmunya. Maka Sukandarumidi (2006) memberikan kriteria
bahwa seorang peneliti harus :
-
Menguasai ilmunya
-
Mengetahui metodenya
-
Mengetahui masalahnya, dan
-
Mempunyai rasa ingin tahu yang satu sama lain saling berkaitan dan
melengkapi
Itulah mengapa alangkah baiknya jika masalah yang akan diteliti tersebut memang
menarik perhatian si peneliti. Selain itu, masalah menarik yang didapatkan juga tentu
akan berpengaruh dalam menentukan judul penelitian. Akan tetapi, sekedar menarik
saja tidak cukup. Alasan menarik saja tidak menjamin akan terlaksananya sebuah
penelitian. Ada kalanya ketika peneliti ingin menjawab suatu masalah yang sangat
diminatinya, namun ada faktor-faktor lain yang tidak mendukung terjadinya penelitian
atas pemecahan masalah tersebut. Faktor-faktor tersebut bersumber dari diri sendiri
(intern) dan dari luar (ekstern). Secara singkat, Arikunto (1992) mengemukakan
11
2012
11
Bahasa Indonesia dan Tata Tulis Ilmiah
Masari Spd.,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
faktor-faktor pendukung yang harus dipenuhi bagi terpilihnya masalah atau judul
penelitian, yaitu:
1. Penelitian harus sesuai dengan minat peneliti.
2. Penelitian dapat dilaksanakan. Ada 4 hal sebagai pertimbangan penelitian
dapat dilaksanakan atau tidak ditinjau dari diri peneliti yaitu:
1. Peneliti menguasai dan punya kemampuan untuk memecahkan masalah
yang akan ditelitinya, baik dalam hal teori maupun metoenya.
2. Peneliti mempunyai waktu yang cukup sehingga tidak melakukannya asal
selesai.
3. Peneliti mempunyai tenaga untuk melaksanakan, dalam arti cukup kuat
fisiknya untuk merencana, menyusun alat pengumpul data,
mengumpulkan data dan menyusun laporannya.
4. Peneliti memiliki dana yang cukup untuk penelitiannya.
5. Tersedia faktor pendukung, faktor ini berasal dari luar diri peneliti:
1. Tersedianya data-data sehingga pertanyaan penelitian dapat dijawab.
Misalnya, peneliti ingin mengetahui bagaimanakah rasanya hidup di
dalam tanah, sedangkan untuk mencobanya seolah-olah tidak
mungkin.
2. Ada izin dari yang berwenang, karena banyak hal yang menarik untuk
diteliti namun peneliti dibatasi oleh peraturan-peraturan, misalnya
menyangkut masalah politik, keamanan, ketertiban umum, dan lain
sebagainya.
6. Hasil penelitian bermanfaat. Poin keempat ini adalah poin terpenting
dalam penelitian. Karena salah satu tujuan dari penelitian yang dilakukan
adalah untuk menyumbangkan hasilnya bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
meningkatkan efektivitas kerja atau pun mengembangkan sesuatu.
7. 2.
Jenis-jenis Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian sering pula disebut dengan istilah problema atau
problematik. Secara garis besar, peneliti mempermasalahkan fenomena atau gejala
atas 3 jenis:
12
2012
12
Bahasa Indonesia dan Tata Tulis Ilmiah
Masari Spd.,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Problema untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena.
Sehubungan dengan jenis permasalahan ini terjadilah penelitian deskriptif
(termasuk di dalamnya survei), penelitian historis dan filosofis.
2. Problema untuk membandingkan dua fenomena atau lebih (problema
komparasi). Dalam penelitian ini peneliti berusaha mencari persamaan dan
perbedaan fenomena, selanjutnya mencari arti atau manfaat dari adanya
persamaan dan perbedaan yang ada.
3. Problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena (problema korelasi).
Ada 2 macam problema korelasi, yaitu:
1. Korelasi sejajar, misalnya korelasi antara kemampuan berbahasa inggris
dan kesetiaan ingatan.
2. Korelasi sebab-akibat, misalnya korelasi antara teriknya sinar matahari
dan larisnya es mambo.
Contoh Perumusan Masalah
1.
1.1. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dibuat berdasarkan penomena yang dibahas di latar belakang
masalah, masalah tersebut dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi Guru dan Karyawan terhadap Program Administrasi Sekolah,
Fasilitas On-Line, dan Efektivitas kerja Administrasi?
2. Apakah ada pengaruh Program SAS terhadap Efektivitas Kerja Administrasi Guru
dan Karyawan?
3. Apakan ada pengaruh Fasilitas On-Line terhadap Efektivitas Kerja Administrasi
Guru dan Karyawan?
4. Apakah secara bersama-sama Program SAS dan Fasilitas On-Line berpengaruh
terhadap Efektivitas Kerja Administrasi Guru dan Karyawan?
2.
“PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI GARMENT DI PT.ASRINDO INDTY RAYA
DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAMKONTROL ”
13
2012
13
Bahasa Indonesia dan Tata Tulis Ilmiah
Masari Spd.,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Rumusan dan Pembatasan Masalah
Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusanmasalah
yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.a.
A. Bagaimanakah proses pengendalian kualitas produksi garment di PT.Asrindo Indty
Raya?
B. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengendaliankualitas produksi
garment di PT. Asrindo Indty Raya?
C. Dengan menggunakan diagram kontrol p, apakah proses Produksigarmen di PT.
Asrindo Indty Raya berada dalam kontrol?
Daftar Pustaka
1. geenz.files.wordpress.com
2. http://anharululum.blogspot.com
3. Satata Sri,.. 2006. Bahasa Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media
4. http://www.ftsl.itb.ac.id/
14
2012
14
Bahasa Indonesia dan Tata Tulis Ilmiah
Masari Spd.,MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download