ISSN: 2085.2754 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI (Telaah Pustaka) Oleh S. Iswahyuni*) *) Dosen Tetap Akademi Keperawatan Mamba’úl ’Úlum Surakarta ABSTRAK Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal tekanan systole diatas 140 mmHg dan diastole diatas 90 mmHg. Hipertensi adalah keadaan yang ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu yang pertama Hipertensi primer (esensial) dan merupakan 90% kasus hipertensi adalah tipe ini, yang kedua Hipertensi sekunder. Penatalaksanaan/penanganan hipertensi yang dapat dilakukan tindakan non farmakologi dan farmakologi. Diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada pasien hipertensi adalah : nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral, resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertrofi ventrikel, pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen darah Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik, kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi. Pendahuluan Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal, tekanan systole di atas 140 mmHg dan diastole diatas 90 mmHg. Hipertensi sering dijuluki silent killer, karena keberadaannya sering kali tidak disadari dan tidak menimbulkan keluhan yang berarti, sehingga baru diketahui ketika kondisinya sudah parah (Martuti, 2009:6). Di seluruh dunia, hampir 1 milyar orang sekitar seperempat dari seluruh populasi orang dewasa menyandang tekanan darah tunggi, jumlah ini cenderung meningkat. Pada populasi usia lanjut, angka penyandang tekanan darah tinggi lebih banyak lagi dialami oleh lebih dari separuh populasi orang berusia di atas 60 tahun (Palmer & Williams, 2007:30). Survei kesehatan rumah tangga menunjukkan bahwa prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia cukup tinggi yaitu, 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Prevalensinya di daerah Jawa dan Bali lebih besar, hal tersebut terkait erat dengan pola JK eM-U, Volume V, No.13, 2013: 6 – 12 makan, terutama konsumsi garam, yang umumnya lebih tinggi di pulau Jawa dan Bali (Martuti, 2009:5). Sebagian besar orang yang menderita hipertensi ada di negara berkembang. Sedangkan jumlah hipertensi di Indonesia pada tahun 1995, baru sekitar 5 persen dari populasi. Survei tahun 2008 yang dilakukan WHO menemukaan sudah melonjak menjadi 32 persen. Dan tekanan darah tinggi umumnya lebih banyak diderita laki-laki (Widiyani, 2013). Hipertensi bila tidak dikontrol dengan baik, maka akan mengakibatkan terjadinya serangkaian komplikasi serius dan penyakit kardiovaskuler, seperti: angina, serangan jantung, stroke, gagal jantung, kerusakan ginjal dan masalah mata (Palmer & Williams, 2007:10). A. Pengertian Suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal tekanan systole diatas 140 mmHg dan diastole diatas 90 6 mmHg (Murwani, 2011:81). Hipertensi adalah keadaan yang ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah di dalam arteri (Junaidi, 2010:1). Tekanan darah menurut Liesty (2011) ada beberapa kategori diantaranya adalah sebagai berikut : No Kategori 1. 2. 3. Optimal Normal High Normal Grade 1 (ringan) Grade 2 (sedang) Grade 3 (berat) Grade 4 (sangat berat) B. Sistolik (mmHg) <120 120 – 129 130 – 139 140 – 159 160 – 179 180 – 209 >210 Diastolik (mmHg) <80 80 – 84 85 – 89 90 – 99 100 – 109 100 – 119 >120 Etiologi Etiologi menurut Udjianti (2010: 108-109) antara lain:. 1. Hipertensi primer (esensial) Pada umumnya sekitar 90 % penyebab dari hipertensi ini tidak diketahui. Beberapa factor yang diduga berkaitan dengan perkembangan hipertensi primer: a. Genetik b. Jenis kelamin dan usia c. Diet d. Berat badan e. Gaya hidup 2. Hipertensi sekunder Peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal, penggunaan kontrasepsi oral, penyempitan aorta, kehamilan, luka bakar dan stress. Faktor-faktor penyebab hipertensi menurut Gunawan (2007: 17-19) adalah : 1. Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi. Asuhan keperawatan pada…….. 2. Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis kelamin, dan ras. Umur yang bertambah akan menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita. Juga, statistic di Amerika menunjukkan revalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit putih. 3. Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi, kegemukan atau mkan berlebihan, stress dan pengaruh lain : a. Konsumsi garam yang tinggi Dari data statistic ternyata dapat diketahui bahwa hipertensi jarang diderita oleh suku bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam rendah. Dunia kedokteran juga telah membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah, dan pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretic (pelancar kencing) akan menurunkan tekanan darah lebih lanjut. b. Kegemukan atau makan berlebihan Dari penelitian kesehatan yang banyak dilaksanakan, terbukti bahwa ada hubungan antara kegemukan (obesitas) dan hipertensi. Meskipun mekanisme bagaimana kegemukan menimbulkan hipertensi belum jelas, tetapi 7 sudah terbukti penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah. c. Stres atau ketegangan jiwa Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormone adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi pada kulit hitam di Amerika Serikat yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berkulit putih disebabkan stress atau rasa tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka. 4. Pengaruh lain Pengaruh yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah adalah sebagai berikut: a. Merokok, karena merangsang system adrenergic dan meningkatkan tekanan darah. b. Minum alcohol, minum obatobatan, misal Ephedrin, Prednison, Epinefrin. C. Manifestasi klinik 1. Sakit kepala 2. Kelelahan 3. Mual dan muntah 4. Sesak nafas 5. Gelisah 6. Pandangan menjadi kabur JK eM-U, Volume V, No.13, 2013: 6 – 12 Pada hipertensi berat, penurunan kesadaran sampai koma dapat terjadi, karena adanya pembengkakan otak yang disebut ensefalopati hipertensi (Junaidi, 2010:18). D. Pathofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf ganglion ke pembuluh darah, pada saat bersamaan kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan vasokonstriksi. Vasokonstriksi ini mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, secara tidak langsung juga merangsang pelepasan aldosteron. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Muttaqin, 2009:114-116). Peningkatan tekanan darah terus menerus akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ organ vital, juga mengakibatkan penebalan pembuluh darah. Karena pembuluh darah menebal maka perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal ini mengakibatkan stroke, infark miokard, gagal jantung dan gagal ginjal (Udjianti, 2010:105). E. Pathway (bisa dilihat di halaman 20) F. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang menurut Murwani (2011:84) yang dapat dilakukan antara lain: 1. Mengukur tekanan darah. 2. Mengukur berat badan, tinggi badan ( BB ideal, gemuk, obesitas). 3. Pemeriksaan khusus: 8 a. Jantung ( pada gagal jantung kanan terjadi oedema perifer, sesak nafas). b. Elektrokardiografi ( EKG) c. Foto thorax d. Echocardiogram e. Pada mata fundus copy ( pembuluh darah pada retina menjadi tipis). f. Pemeriksaan darah : kolesterol, Uric acid, gula darah, kreatinin, ureum, trigliserida, elektrolit. G. Penatalaksanaan Penatalaksanaan menurut Junaidi (2010:35-43) yang dapat dilakukan antara lain: 1. Tindakan nonfarmakologi a. Pandai mengelola stress b. Berat badan diturunkan bagi yang obesitas c. Diet rendah garam, alkohol dan kolesterol d. Olah raga e. Berhenti merokok 2. Terapi Farmakologi Obat obatan antihipertensi diklasifikasikan menjadi 5 kategori : a. Diuretik b. Penghambat adrenergik c. Vasodilator arteriol yang bekerja langsung d. Antagonis angiotensin (ACE inhibitor) e. Antagonis kalsium H. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi menurut Murwani (2011:85) antara lain: a. Pada ginjal : kencing sedikit, hematuri b. Pada otak : stroke, euchephalitis c. Pada mata : retinapati hipertensi d. Pada jantung : terjadi pembesaran ventrikel kiri dengan / tanpa payah jantung, infark jantung I. Fokus Pengkajian Fokus pengkajian menurut Udjianti (2010:114-115) antara lain: Asuhan keperawatan pada…….. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Keluhan : fatique, lemah dan sulit bernafas. Temuan fisik meliputi peningkatan frekuensi denyut jantung, disritmia. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, stroke, serta banyak keringat. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, rasa marah. Riwayat penyakit ginjal (obstruksi atau infeksi). Temuan fisik: produksi urin lebih dari 50 ml/jam atau oligouria. Riwayat mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol, tinggi garam, tinggi kalori. Neurosensori: sakit kepala berdenyut, mati rasa, kelumpuhan salah satu sisi, pandangan kabur. Melaporkam angina Respirasi : sesak nafas, takipnea, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok. Penggunaan kontrasepsi oral. J. Fokus intervensi 1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral (Udjianti, 2010:112). Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan, nyeri dapat berkurang. Kriteria hasil: nyeri berkurang, mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan. Intervensi yang akan dilakukan : a. Mempertahankan tirah baring, rasionalnya adalah meningkatkan relaksasi. b. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi, rasionalnya adalah membantu merelaksasikan otot. c. Bantu klien saat ambulasi, rasionalnya adalah menurunkan kecemasan. d. Tanyakan keluhan terhadap pandangan kabur, rasionalnya adalah pandangan kabur 9 merupakan indikator kerusakan retina. e. Kolaborasi pemberian analgetik,rasionalnya adalah menurunkan rangsangan sistem saraf simpatis. 2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertrofi ventrikel (Udjianti, 2010:110-111). Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan, tekanan darah, irama jantung dan denyut jantung dalam batas normal. Kriteria hasil: memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien. Intervensi yang akan dilakukan: a. Monitor tekanan darah, rasionalnya adalah peningkatan tekanan darah berarti beban kerja jantung meningkat. b. Catat kualitas denyutan sentral dan perifer, rasionalnya adalah mengetahui adanya kongesti vena. c. Auskultasi suara nafas dan bunyi jantung, rasionalnya adalah mengidentifikasi adanya gagal jantung kronik. d. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman, rasionalnya adalah menurunkan konsumsi oksigen miokard. e. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, rasionalnya adalah menstabilkan kerja jantung. 3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen darah (Doengoes, 2008:123-125). Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, pola nafas pasien kembali efektif. Dengan kriteria hasil: ekspansi dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan. Intervensi yang dilakukan: a. Evaluasi frekuansi pernafasan dan kedalaman, rasionalnya JK eM-U, Volume V, No.13, 2013: 6 – 12 adalah kecepatan pernafasan mumgkin karena peningkatan nyeri. b. Auskultasi bunyi nafas, rasionalnya adalah mengetahui suara nafas tambahan. c. Lihat kulit dan membran mukosa untuk melihat adanya sianosis, rasionalnya adalah sianosis menunjukan hipoksia sehubungan dengan gagal jantung. d. Memberikan posisi semi fowler, rasionalnya adalah merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru. e. Berikan tambahan oksigen dengan kanul / masker, rasionalnya adalah meningkatkan pengiriman oksigen ke paru-paru. 4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik (Doenges, 2008:111-112). Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, pasien mampu beraktifitas tanpa keluhan yang berarti. Kriteria hasil: dapat berpartisipasi terhadap aktifitas yang diinginka. Intervensi yang akan dilakukan: a. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas, rasionalnya adalah mengkaji respon fisiologis terhadap stress aktivitas. b. Kaji kesiapan pasien untuk melakukan aktifitas, rasionalnya stabilitas fisiologis penting untuk memajukan aktivitas. c. Berikan dorongan memajukan aktifitas perawatan diri, rasionalnya adalah mendorong kemandirian dalam beraktifitas. d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan, rasionalnya adalah membantu penghematan energi. e. Kolaborasi dengan fisioterapi, rasionalnya adalah melatih motorik pasien. 10 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi (Udjianti, 2010:113-115). Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan, klien mampu memahami proses penyakit dan penatalaksanaannya, serta mampu mempertahankan tekanan darah dalam batas normal. Kriteria hasil: menyatakan pemahaman terhadap penyakit dan cara pengobatannya. Intervensi yang akan dilakukan: a. Kaji hambatan dan kesiapan dalam belajar, rasionalnya adalah mengetahui minat pasien. b. Diskusikan definisi batasan tekanan darah normal, rasionalnya adalah memberikan dasar pengertian tentang tekanan darah. c. Bantu pasien mengenali factor faktor risiko kardiovaskuler yang dapat diubah, rasionalnya adalah mencegah komplikasi. d. Bantu klien mengidentifikasi sumber makanan tinggi garam dan mengurangi konsumsinya, rasionalnya adalah garam dapat meningkatkan tekanan darah. e. Jelaskan pentingnya mengikuti aturan terapi, rasionalnya adalah menjaga tekanan darah dalam batas normal. DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilynn E. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke-3 Terjemahan I Asuhan keperawatan pada…….. Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. EGC, Jakarta. Gunawan, Lany. 2007. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Kanisius Junaidi, Iskandar. 2010. Hipertensi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. Liesty. 2011. ”Laporan Pendahuluan Hipertensi”. (online). (http://laporanpendahuluanhipertensi.blo gspot.com/2011/12/laporanpendahuluan-hiper tensi.html, diakses 13 oktober 2012 jam 19.55) Martuti, A. 2009. Merawat dan Menyembuhkan Penyakit Tekanan Darah Tinggi. Bantul: Kreasi Wacana. Murwani, Arita. 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika. Palmer, Anna & Bryan Williams. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Terjemahan Elizabeth Yasmine. Jakarta: Erlangga. Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika. Widiyani, Roshma. 2013. 32 Persen Orang Indonesia Sakit Hipertensi. http: // kompas.com/ orang/ sakit/ hipertensi.html. Diakses tanggal 25 juni 2013 11 Lampiran 1: Pathways Hipertensi Usia, gaya hidup, genetik penyakit ginjal, kontrasepsi oral Hipertensi esensial Hipertensi sekunder Merangsang pusat vasomotor Melalui saraf simpatik menuju ganglia simpatis Melepas asetil kolin Merangsang serabut saraf ganglion Merangsang kelenjar adrenalin Darah ke ginjal menurun Melepas epineprin Vasokontriksi pembuluh darah Melepaskan renin Angiotensin I Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Retensi natrium dan air Aldosteron meningkat Hipertensi esensial dan sekunder Otak Angiotensin II Suplai O2 menurun Kurang pengetahuan Nekrosis sel otot jantung Hipertrofi ventrikuler Peningkatan tekanan vaskuler serebral Nyeri Gangguan perfusi jaringan cerebral Mual muntah Gagal jantung Kelemahan Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan Curah jantung menurun Volume sekuncup menurun Intoleransi aktifitas Gambar 1. Pathway aktifitas JK eM-U, Volume V, No.13, 2013: 6 – 12 Disfungsi sistolik dan diastolik Gangguan pola nafas (Muttaqin, 2009:114-116) (Udjianti, 2010:105) 12