SURAT KETERANGAN Nomor: Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMAN 3 Bandar Lampung menerangkan bahwa buku Rumus-rumus Fisika SMA adalah benar ditulis oleh: Penulis Pertama, Nama : Dra. Damriani NIP : 131658096 Penulis Kedua, Nama : Zainal Abidin, S.Pd NIP : 132003007 dan telah digunakan sebagai pelengkap material pembelajaran di SMAN 3 Bandar Lampung. Demikian surat keterangan ini dibuat untuk digunakan seperlunya. Bandar Lampung, 4 Mei 2008 Kepala SMAN 3 Bandar Lampung Drs. H E R N A D I NIP. 131870646 1 KATA PENGANTAR Buku Rumus-rumus Fisika SMA ini ditulis bukan bermaksud untuk dihapal oleh para siswa namun bertujuan untuk digunakan sebagai buku pendamping dalam memecahkan soal-soal fisika. Rumus-rumus fisika merupakan bahasa sains yang konsisten dalam menjelaskan fenomena alam dan sebagai bahasa universal yang berlaku dalam dunia ilmiah, untuk itu pemahaman pada konsep, asas, dan prinsip fisika merupakan hal pertama yang harus dimengerti oleh para siswa, bukan dengan cara menghapal rumus-rumus. Dalam memecahkan soal-soal fisika, buku ini dapat digunakan untuk memberi gambaran global dari rumus-rumus fisika dan dapat digunakan sebagai pendamping dalam melatih kemampuan memecahkan soal-soal fisika. Dengan selesai penulisan buku ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. Hernadi sebagai Kepala SMAN 3 Bandar Lampung, atas semua dukungannya, masukan dan saran dari para kolega diucapkan terima kasih. Mereka adalah guru-guru fisika SMAN 3 Bandar Lampung, yaitu Arif Santoso, S.Pd, Euis Waliah, S.Pd, Dra. Sartinem dan Fera Nofrizawati, S.Pd. Buku ini tentu jauh dari sempurna, masukan, kritik dan saran yang membangun dapat disampaikan melalui email: [email protected] atau [email protected]. Semoga kehadiran buku ini dapat memenuhi tujuan penulisan dan bermanfaat bagi penggunanya. Bandar Lampung, 30 April 2008 Damriani Zainal Abidin 2 DAFTAR ISI Surat Keterangan Kata Pengantar Daftar Isi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. Besaran dan Satuan Gerak Lurus Hukum Newton Memadu Gerak Gerak Rotasi Gravitasi Usaha-Energi Momentum-Impuls-Tumbukan Elastisitas Fluida Gelombang Bunyi Suhu dan Kalor Listrik Stattis Listrik Dinamis Medan Magnet Imbas Elektromagnetik Optika Geometri Alat-alat Optik Arus Bolak-balik Perkembangan Teori Atom Radioaktivitas Kesetimbangan Benda Tegar Teori Kinetik Gas Hukum Termodinamika Gelombang Elektromagnetik Optika Fisis Relativitas Dualisme Gelombang Cahaya 1 2 3 4 9 12 14 16 20 21 22 23 24 26 30 33 37 43 47 49 53 55 58 61 64 69 71 75 77 80 81 3 BESARAN DAN SATUAN Ada 7 macam besaran dasar berdimensi: Besaran 1. Panjang 2. Massa 3. Waktu 4. Suhu Mutlak 5. Intensitas Cahaya 6. Kuat Arus 7. Jumlah Zat Satuan (SI) Dimensi m kg detik °K Cd Ampere mol [L] [M] [T] [] [J] [I] [N] 2 macam besaran tambahan tak berdimensi: a. b. Satuan Sudut datar Sudut ruang SI ----> ----> satuan : radian satuan : steradian Satuan Metrik MKS Dimensi ----> Primer ----> : Checking persamaan Fisika. M L T CGS dan dimensi Sekunder ---> jabaran Guna dimensi untuk Dimensi dicari melalui ----> Rumus atau Satuan Metrik Contoh : W F v P (daya) t ML2 T -2 MLT -2 LT -1 T ML2 T -3 ML2 T -3 4 No Besaran Rumus 2 Percepatan s v t v a t 3 Gaya F ma 1 4 Kecepatan Usaha W F s W t F P A 1 Ek mv 2 2 P 5 6 7 8 Daya Tekanan Energi kinetik Energi potensial Ep m g h 9 Momentum M mv 10 Impuls i F t 12 13 14 Massa Jenis Berat Jenis Konst. pegas Konst. grafitasi 15 Konst. gas 16 Gravitasi m Dimensi dt LT 1 dt 2 kg m LT 2 m dt 2 N kg m 2 dt 2 kg m 2 dt 3 kg m dt 2 Joule Watt atm kg m 2 dt 2 kg m 2 dt 2 Joule Joule kg m kg Fr 2 2 G= m P.V R = n.T F g m m3 ML2T 2 ML2T 3 ML1T 2 ML2T 2 ML2T 2 MLT 1 dt MLT 1 m3 ML3 m 2 dt 2 ML2T 2 dt 2 MT 2 kgdt 2 M 1 L3T 2 kg kg kgm 2 dt 2 mol o K m MLT 2 dt kg m m V w s= V F k x 11 Sat. Metrik (SI) dt 2 ML2T 2 N 1 1 LT 2 5 17 I mR 2 Momen Inersia kg m 2 ML2 ANGKA PENTING Angka Penting : Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan alat ukur, terdiri dari : Angka pasti Angka taksiran Aturan : a. Penjumlahan / Pengurangan Ditulis berdasarkan desimal paling sedikit Contoh : 2,7481 8,41 ------- + 11,1581 ------> 11,16 b. Perkalian / Pembagian Ditulis berdasarkan angka penting paling sedikit Contoh : 4,756 110 --------- 0000 4756 4756 -------------- + 523,160 ----> 520 BESARAN VEKTOR Besaran Skalar : adalah besaran yang hanya ditentukan oleh besarnya atau nilainya saja. Contoh : panjang, massa, waktu, kelajuan, dan sebagainya. Besaran Vektor : adalah Besaran yang selain ditentukan oleh besarnya atau nilainya, juga ditentukan oleh arahnya. Contoh : kecepatan, percepatan, gaya dan sebagainya. Sifat-sifat vektor 1. A+B B A 2. A = + + ( B +C ) = ( Sifat komutatif. A+ B ) +C Sifat assosiatif. 6 3. a ( A+B 4. / )=a A +a B A/ + / B / / A+ B / RESULTAN DUA VEKTOR α = sudut antara A dan B /R/= / A/ 2 / B / 2 2 / A/ / B / cos arahnya : / R/ / A/ / B/ sin sin 1 sin 2 vx = v cos sudut V1 1 vx = v cos 1 vy = v sin 1 V2 2 vx = v cos 2 vy = v sin 2 V3 3 vx = v cos 3 vy = v sin 3 vx ....... vy = v sin Vektor vy ....... 7 Resultan / v R / = ( v X ) 2 ( vY ) 2 Arah resultan : tg = vY vX Uraian Vektor Pada Sistem Koordinat Ruang ( x, y, z ) , , dengan sumbu-sumbu x, y dan z / A x / = A cos / Besaran vektor A Ay/= A A cos = = masing-masing sudut antara Ax+ Ay+ Az /Az /= A cos atau A =/ vektor A A x / i + / A y / j + / A z / k A / AX / 2 / AY / 2 / AZ / 2 dan i , j , k masing-masing vektor satuan pada sumbu x, y dan z 8 GERAK LURUS Vt = kecepatan waktu t detik Vo = kecepatan awal t = waktu S = jarak yang ditempuh a = percepatan g = percepatan gravitasi 9 v0=0 v= 2 gh t= 2h / g v= 2 g (h1 h2) h GJB vo=0 v? h2 h1 Variasi GLB P Q SP + SQ = AB A B A SA = SB · B P Q SP A SP – SQ = AB B SQ Gerak Lurus Berubah Beraturan 1 v = r r2 r1 t t 2 t1 10 v v2 v1 t t 2 t1 2. a 3. vx drx dt vy ; dry vz ; dt v vx v y vz 2 4. ax dv x dt ; ay dv y dt 2 2 az ; a ax a y az 2 5 2 drz dt dv z dt 2 Diketahui a(t) t2 v at dt t1 t2 6. r vt dt t1 h = tinggi Vy = kecepatan terhadap sumbu y h1 = ketinggian pertama Vz = kecepatan terhadap sumbu z h2 = ketinggian kedua SP = jarak yang ditempuh P SQ = jarak yang ditempuh Q AB = panjang lintasan SA = jarak yang ditempuh A SB = jarak yang ditempuh B | v | = kecepatan rata-rata mutlak |ā| = percepatan rata-rata mutlak a x = percepatan terhadap sumbu x a y = percepatan terhadap sumbu y a z = percepatan terhadap sumbu z a (t) = a fungsi t v = kecepatan rata-rata ∆r = perubahan posisi ∆t = selang waktu r2 = posisi akhir r1 = posisi awal t1 = waktu awal bergerak t2 = waktu akhir bergerak ā = percepatan rata-rata ∆V = perubahan rata-rata V2 = kecepatan 2 V (t) = V fungsi t V 1 = kecepatan 1 Vx = kecepatan terhadap sumbu x 11 HUKUM NEWTON 1. Hk. I Newton Hk. kelembaman (inersia) : Untuk benda diam dan GLB 2. Hk. II Newton a F 0 Fx 0 dan Fy 0 0 GLBB 1 2 m1 m2 a F ma 1 T m1 a 3. Hukum III Newton F aksi = - F reaksi Aksi – reaksi tidak mungkin terjadi pada 1 benda 4. Gaya gesek (fg) : * Gaya gesek statis (fs) diam fs = N.s * Gaya gesek kinetik (fk) bergerak fk = N. k Arah selalu berlawanan dengan gerak benda/sistem. N=w N = w – F sin N = w + Fsin N = w cos . Statika F 0 : * * Fx 0 Fy 0 0 12 ΣFx = resultan gaya sumbu x ΣFy = resultan gaya sumbu y ΣF = resultan gaya m = massa a = percepatan N = gaya normal μs= koefisien gesek statis μk= koefisien gesek kinetik W = gaya berat α=sudut yang dibentuk gaya berat setelah diuraikan ke sumbu 13 MEMADU GERAK 1. 2. vR v1 v2 2v1v2 cos 2 Gerak Peluru Pada sumbu x Pada sumbu y 2 GLB – GLB Vr = kecepatan resultan V 1 = kecepatan benda 1 GLB V2 = kecepatan benda 2 GVA – GVB v x v0 cos Y x v0 cos t Vo v y v0 sin g t X y v0 sin t Syarat : Mencapai titik tertinggi Jarak tembak max 1 2 gt 2 X = jarak yang ditempuh benda pada sb x Y = jearak yang ditempuh benda pada sb y Vx = kecepatan di sumbu x V0 = kecepatan awal vy 0 t = waktu y0 g = percepatan gravitasi y h H Koordinat titik puncak v0 2 sin 2 v0 2 sin 2 , 2 g 2 g 14 Jarak tembak max tidak berlaku jika dilempar dari puncak ; jadi harus pakai y h v sin 2 0 g 2 xmax 15 GERAK ROTASI GERAK TRANSLASI GERAK ROTASI Hu b u n g a n n y a Pergeseran linier s Pergeseran sudut s=.R Kecepatan linier v Kecepatan sudut v=.R Percepatan Linier a Percepatan sudut a=.R Kelembaman m Kelembaman rotasi I I = m.r2 =I. =F.R translasi (momen inersia) ( massa ) Gaya F=m.a Energi kinetik Torsi (momen gaya) Energi kinetik - Daya P=F.v Daya P=. - Momentum linier p = m.v Momentum anguler L = I . - PADA GERAK DENGAN PERCEPATAN TETAP GERAK TRANSLASI (ARAH TETAP) t = 0 + .t vt = v0 + at s = vot + / a t 1 2 GERAK ROTASI (SUMBU TETAP) 2 vt 2 = v0 2 + 2 a.s = 0t + 1/2 .t 2 t2 = 02 + 2. s = jarak a = percepatan v = kecepatan R = jari–jari lintasan vt = kecepatan dalam waktu t detik vo = kecepatan awal t = waktu yang ditempuh ωt = kecepatan sudut dalam waktu t detik ωo= kecepatan sudut awal 16 Besarnya sudut : = S R radian S = panjang busur R = jari-jari f.T=1 f= = 2 T 1 T atau =2f v=R v1 = v2, tetapi 1 2 v1 = v2, tetapi 1 A = R = C , tetapi v A ar = v2 R atau ar = 2 R Fr = m . v2 R atau Fr = m 2 R vB 2 vC 17 1. Gerak benda di luar dinding melingkar N=m.g-m. v2 R N = m . g cos - m . v2 R N = m . g cos + m . v2 R 2. Gerak benda di dalam dinding melingkar. N=m.g+m. N=m. v2 R v2 R - m . g cos N=m. v2 R -m.g 3. Benda dihubungkan dengan tali diputar vertikal 18 T=m.g+m T=m. v2 R v2 R v2 T = m m . g cos + m R - m . g cos T=m. v2 R -m.g 4. Benda dihubungkan dengan tali diputar mendatar (ayunan centrifugal/konis) T cos = m . g T sin = m . v2 R Periodenya T = 2 L cos g Keterangan : R adalah jari-jari lingkaran 5. Gerak benda pada sebuah tikungan berbentuk lingkaran mendatar. N . k = m . v2 R N = gaya normal N=m.g 19 GRAVITASI 1. F G 2. g G m1 m2 R2 M R2 VEKTOR VEKTOR kuat medan gravitasi 3. v G M R 4. Ep G mM R 5. wAB mv B v A 6. massa bumi HKE v 2 v 2 2GM 1 1 2 1 R1 R2 F = gaya tarik-menarik antara kedua benda G = konstanta gravitasi m1 = massa benda 1 m2 = massa benda 2 R = jarak antara dua benda Ep = energi potensial gravitasi V = potensial gravitasi WAB = Usaha dari benda A ke B V1 = kecepatan benda 1 V2 = kecepatan benda 2 20 USAHA–ENERGI _______________ 1. w F cos s α = sudut kemiringan v = kecepatan 2. 3. 4. Ek 1 2 mv 2 Ep m g h Emek Ep Ek 5. w Ek 6. w Ep 7. W = usaha F = Gaya s = jarak Ep = Energi Potenaial m = massa benda g = percepatan gravitasi h = ketinggian benda dari tanah Ek = Energi Kinetik Em = Energi mekanik HKE (Hukum Kekekalan Energi) Ek1 Ep1 Ek2 Ep2 21 MOMENTUM–IMPULS–TUMBUKAN 1. P mv 2. I F t P = momentum m = massa v = kecepatan I = impuls I P 3. F= gaya I mvt v0 ∆t = selang waktu 4. HKM (Hukum Kekekalan Momentum) m A v A mB v B m A v A mB v B arah kekanan v + arah ke kiri v - 5. 6. e v A vB v A vB e = koefisien tumbukan (kelentingan) Jenis tumbukan e 1 Lenting sempurna Lenting sebagian Tidak lenting sama sekali h1 h0 7. e 8. hn h0 e 0 e 1 e0 HKE HKM HKM HKM h1 = tinggi benda setelah pemantulan 1 ho = tinggi benda mula-mula 9. 2n hn = tinggi benda setelah pemantulan ke n E hilang = Ek sebelum tumbukan – Ek sesudah tumbukan = 1 2 1 2 1 1 2 2 m v m v m A v A mB v B A A B B 2 2 2 2 22 ELASTISITAS 1. F kx 2. Ep F = gaya pegas k = konstanta pegas 1 k x2 2 luasan grafik F – x x = simpangan pada pegas Ep = energi potensial 3 4. 5. kp k1 k 2 1 1 1 ks k1 k 2 E P susunan paralel susunan seri F L0 A L F = gaya tekan/tarik Lo = panjang mula-mula A = luas penampang yang tegak lurus gaya F ∆L = pertambahan panjang E = modulus elastisitas P = stress ε = strain 23 FLUIDA Fluida Tak Bergerak m v 1. zat 2. relativ 3. c 4. 5. 6. z air air 1 gr pada 40C cm 3 = 1000 kg m3 m A mB v A vB h z g h Fh h A z g h A Archimedes : Gaya ke atas yang bekerja pada benda besarnya sama dengan jumlah (berat) zat cair yang dipindahkan. FA z g h 7. Terapung w FA (jika dibenamkan seluruhnya) w FA dalam keadaan setimbang bd g vb z g v2 8. Melayang 24 w1 w2 z g v1 v2 9. Tenggelam w FA ws w FA 10. Kohesi (K) Adhesi (A) 11. Kapilaritas y 2 cos z g r Fluida Bergerak Vol Av t 1. Q 2. Kontinuitas A1v1 A2 v2 3. Bernoully P1 g h1 1 1 v1 2 P2 g h2 v2 2 2 2 ρ = massa jenis m = massa v = volume A = luas permukaan P = daya tekan h = ketinggian dari dasar Q = Debit ρrelatif = massa jenis relatif 25 GELOMBANG BUNYI GETARAN 1. k = w x 2. 3. F=-k. yEp = ½ ky2 4. E mek = ½ kA2 5. Ek = ½ k (A2-y2) 6. v= 7. k m 2 8. y A sin t 9. v A cost 10. a 2 A sin t 11. Ek k ( A2 y 2 ) m 1 2 k = konstanta pegas W = berat x = perubahan panjang pegas F = gaya pegas y = simpangan Ep = energi potensial Emek = energi mekanik Ek = energi kinetik A = amplitudo t = waktu ω = kecepatan sudut m = massa T = periode k = konstanta l = panjang f = frekuensi λ = panjang gelombang Lo = panjang mula-mula ∆L = perubahan panjang n = nada dasar ke Vp = kecepatan pendengar Vs = kecepatan sumber bunyi P = daya R1= jarak 1 R2 = jarak 2 m 2 A2 cos 2 t 26 m 2 A 2 sin 2 t 12. Ep 13. E mek 1 14. T 2 m k 15. T 2 l g 1 2 2 m 2 A2 GELOMBANG mekanik refleksi Gelombang gel. refraksi interferensi defraksi polarisasi gel. longitudinal 1 transversal 1 gel. elektromagnetik 1. 2. v f v t t x T y gel. berjalan = A sin 2 y diam ujung bebas y 2 A cos 2 t L sin 2 T y diam ujung terikat 3. 4. y 2 A sin 2 0 x 1 2 t L cos 2 T x 27 5. 6. v F v E E = modulus young E m v gas = P = Cp RT Cv M 7. stress P strain F L A Lo F Lo A L BUNYI Gelombang Longitudinal Bunyi nada 20 Hz – desah Nada 1. > 20.000 Hz (Ultrasonic) 20.000 Hz < 20 Hz (Infrasonic) keras / lemah tergantung Amplitudo tinggi/rendah tergantung Frekuensi Sumber Dawai n 1P n 2s fn n 1 v 2L n 2P n 1s fn n 1 v 2L n 1P n 1s fn 2n 1 v 4L ND 2 3. Pipa Organa Terbuka Pipa Organa Tertutup 28 Sifat : Refleksi (Pemantulan) d v.tpp 2 Resonansi ln = 2n 1 Interferensi (Percobaan Quinke) memperkuat n memperlemah n 1 1 Pelayangan (beat) f layangan = 2 Beat f A fB Efek Doppler fP v vP fs v vs Intensitas I P P A 4R 2 I1 : I 2 1 4 1 R1 2 : 1 R2 2 Taraf Intensitas (TI) TI 10 log I I0 I 0 10 12 Watt m 2 dB 29 SUHU DAN KALOR 01. Td C 100 Air R 80 F 212 100 Tb 0 K 373 80 0 180 32 C = celcius R = reamur F = fahrenheit tk= suhu dalam kelvin tc = suhu dalam 100 273 celsius C:R:F=5:4:9 tK = tC + 273 Contoh : X Tb -20 Y 40 60 ? X : Y = 150 : 200 =3:4 4 3 Td 130 240 Sifat termal zat 02. (60 + 20) + 40 = … Muai panjang. L = Lo . . t Lt = Lo ( 1 + . t ) diberi kalor (panas) enaikkan suhu perubahan dimensi (ukuran) ubahan wujud ∆L = perubahan panjang = koefisien muai panjang Lo = panjang mula-mula ∆t = perubahan suhu Lt = panjang saat to ∆A = perubahan luas 30 03. Ao = luas mula-mula β= koefisien muai luas ∆V = perubahan volume Vo = Volume awal γ= koefisien muai volume Muai luas. A = Ao . . t At = Ao ( 1 + . t ) 04. Muai volume. V = Vo . . t Vt = Vo ( 1 + . . t ) =2 } = Q = kalor =3 05. Q = m . c. t 06. Q = H . t 07. H=m.c 08. Azas Black. m = massa c= kalor jenis t = perubahan suhu H = perambatan suhu T1 Qdilepas Qdilepas = Qditerima TA Qditerima T2 09. Kalaor laten Kalor lebur Kalor uap Q = m . Kl Q = m . Ku Kl = kalor lebur Ku = kalor uap 31 09. Perambatan kalor. Konduksi H= k . A.t l Konveksi Radiasi H = h . A . t I = e . . T4 A = luas k = koefisien konduksi l = panjang bahan h = koefisien konfeksi I = Intensitas e = emitivitas bahan σ = konstanta Boltzman T = suhu 32 LISTRIK STATIS 01. Fk k q1 . q 2 r2 1 4 0 = 9 x 10 9 Nm2/Coulomb2 0 = 8,85 x 10-12 Coulomb2 / newton m2 F = gaya Q1 = muatan benda 1 Q2 = muatan benda 2 R = jarak benda 1 ke 2 02. Ek Q r2 E = kuat medan listrik Q = muatan R = jarak 03. Kuat medan listrik oleh bola konduktor. ER=0. Es k Q R2 Ep k Q r2 Er = kuat medan listrik di pusat bola Es = kuat medan listrik di kulit bola Ep = kuat medan listrik pada jarak p dari pusat bola 33 04. Kuat medan disekitar pelat bermuatan. Ep 2 0 Q A EP σ = rapat muatan 05. WA B k . Q. q.( Bila rA = maka 06. V k 0 Ep = kuat medan listrik 1 1 ) rB rA W~ B k . Q. q rB ----- EP k Q. q 1 Q. q . rB 4 0 rB Q 1 Q . rB 4 0 rB V = potensial listrik 07. WA B q.(v B v A ) 08. POTENSIAL BOLA KONDUKTOR. VO = VK = VL k . q q VM k. R r 09. HUKUM KEKEKALAN ENERGI v 2 2 v1 2 10. C 2q (V1 V2 ) m Q V 34 0 A C 11. C0 12. C C0 . K d Q2 C 13. W 14. Susunan Seri. 1 2 .A K 0 A atau d d W 21 CV 2 - Q = Q1 = Q = Q = ..... s 2 3 - V = V + V + V + V +..... s ab bc cd de - 1 1 1 1 ..... CS C1 C2 C3 15. Susunan paralel. - V = V1= V2 = V3 p - Qp = Q1 + Q2 + Q3 + ..... - Cp = C1 + C2 + C3 + ..... 35 16. VGAB C1V2 C 2V2 C1 C 2 C = kapasitas listrik Q = muatan listrik V = beda potensial Co = Kapasitas dalam hampa udara d = jarak antar dua keeping A = luas masing-masing keeping K = konstanta dielektrik W = energi kapasitor 36 LISTRIK DINAMIS 01. i dq dt 02. dq = n.e.V.A.dt i 03. J dq n. e.V . A dt i n. e.V A Ampere Ampere/m2 04. i 05. R = . V A VB R L A 06. R(t) = R0 ( 1 + .t ) 07. SUSUNAN SERI 37 i = i1 = i2 = i3 = .... VS = Vab + Vbc + Vcd + ... RS = R1 + R2 + R3 + ... 08. SUSUNAN PARALEL VP = V1 = V2 = V3 i + i1 + i2 + i3 + .... 1 1 1 1 ... R p R1 R2 R3 09. Jembatan wheatstone RX . R2 = R1 . R3 RX R1 . R3 R2 10. AMPEREMETER/GALVANOMETER . RS 1 Rd n 1 Ohm 38 11. V O L T M E T E R . Rv = ( n - 1 ) Rd Ohm . W=i2.r.t=V.i.t Joule 1 kalori = 4,2 Joule dan 1 Joule = 0,24 Kalori W = 0,24 i 2 . r . t = 0,24 V . i . t 13. P dw V .i dt Kalori (Volt -Ampere = Watt) 14. Elemen PRIMER : elemen ini membutuhkan pergantian bahan pereaksi setelah sejumlah energi dibebaskan melalui rangkaian luar misalnya : Baterai. Pada elemen ini sering terjadi peristiwa polarisasi yaitu tertutupnya elektroda-elektroda sebuah elemen karena hasil reaksi kimia yang mengendap pada elektroda-elektroda tersebut. Untuk menghilangkan proses polarisasi itu ditambahkan suatu zat depolarisator. Berdasarkan ada/tidaknya depolarisator, dibedakan dua macam elemen primer : 1. Elemen yang tidak tetap; elemen yang tidak mempunyai depolarisator, misalnya pada elemen Volta. 2. Elemen tetap; elemen yang mempunyai depolarisator. misalnya : pada elemen Daniel, Leclanche, Weston, dll. b) Elemen SEKUNDER : Elemen ini dapat memperbaharui bahan pereaksinya setelah dialiri arus dari sumber lain, yang arahnya berlawanan dengan arus yang dihasilkan, misalnya : Accu. Misalkan : Akumulator timbal asam sulfat. Pada elemen ini sebagai Katoda adalah Pb; sedangkan sebagai Anode dipakai PbO2 dengan memakai elektrolit H2SO4. c) Elemen BAHAN BAKAR : adalah elemen elektrokimia yang dapat mengubah energi kimia bahan bakar yang diberikan secara kontinue menjadi energi listrik. Misalkan : pada elemen Hidrogen-Oksigen yang dipakai pada penerbangan angkasa. 39 15. = 16. i dW dq ( Joule/Coulomb = Volt ) Rr 17. disusun secara seri i n. n. r R 18. disusun secara paralel i r R m 40 19. Susunan seri - paralel i n . n .r R m 20. TEGANGAN JEPIT K = i . R 21. Hukum Kirchhoff I ( Hukum titik cabang ) i=0 i1 + i2 + i 3 = i 4 + i5 22. Hukum Kirchoff II ( Hukum rangkaian tertutup itu ) + i.R = 0 E : negatif E : positif arah arus berlawanan dengan arah loop diberi tanda negatif. I = kuat arus q = muatan listrik t = waktu v = kecepatan electron Ro = hambatan mula-mula α = koefisien suhu P = daya r = hambatan dalam 41 n = jumlah electron per satuan volume e = muatan electron A = luas penampang kawat ε = GGL n = jumlah rangkaian seri m = jumlah rangkaian paralel V = beda potensial Rd = hambatan dalam R = hambatan K = tegangan jepit ρ = hambat jenis kawat Rv = tahanan depan 42 MEDAN MAGNET 0 01. r 02. B 03. H 04. B H r. o. H A B 05. Benda magnetik : nilai permeabilitas relatif lebih kecil dari satu. Contoh : Bismuth, tembaga, emas, antimon, kaca flinta. Benda paramagnetik : nilai permeabilitas relatif lebih besar dari pada satu. Contoh : Aluminium, platina, oksigen, sulfat tembaga dan banyak lagi garam-garam logam adalah zat paramagnetik. Benda feromagnetik : nilai permeabilitas relatif sampai beberapa ribu. Contoh : Besi, baja, nikel, cobalt dan campuran logam tertentu ( almico ) 06. Rumus Biot Savart. dB = k= 0 I .d sin 4 0 4 r2 = 10-7 Weber A. m 07. Induksi magnetik di sekitar arus lurus B= H= I 2 .a B B = r . 0 . = 0 I 2 . a 43 08. Induksi Induksi magnetik pada jarak x dari pusat arus lingkaran. B= 0 a. I . N . sin 1 r2 . 2 atau B= 2 0 . a2 . I. N r3 09. Induksi magnetik di pusat lingkaran. B= 0 I. N a . 2 1 0 . S ol e n o i d e Induksi magnetik di tengah-tengah solenoide : B n I 0 Bila p tepat di ujung-ujung solenoide B 0 2 n I 1 1 . T or o i d a B n I n= N 2 R 12. Gaya Lorentz F=BI sin F = B.q.v sin 13. Besar gaya Lorentz tiap satuan panjang F 2 0 I P IQ a 14. Gerak Partikel Bermuatan Dalam Medan Listrik 44 lintasan berupa : PARABOLA. percepatan : a q. E m Usaha : W = F . d = q . E .d Usaha = perubahan energi kin Ek = q . E .d 1 2 mv2 21 mv1 q. E. d 2 2 15. Lintasan partikel jika v tegak lurus E. t v d 21 at 2 21 . q. E 2 . m vX 2 Kecepatan pada saat meninggalkan medan listrik. v v X vY 2 v Y a. t 2 q. E . m vX Arah kecepatan dengan bidang horisontal : tg vY vX 16. Gerak Partikel Bermuatan Dalam Medan Magnet Lintasan partikel bermuatan dalam medan magnet berupa LINGKARAN. jari-jari : R = mv B q 45 17. Momen koppel yang timbul pada kawat persegi dalam medan magnet = B.i.A.N.Sin μr = permeabilitas relative a = jari–jari lingkaran μ = permeabilitas zat r = jarak B = induksi magnet I = kuat arus ф = Fluks H = kuat medan magnet A = luas bidang yang ditembus q = muatan listrik θ = sudut antara v dengan B N = banyak lilitan l = panjang kawat F = gaya Lorentz v = kecepatan partikel R = jari-jari lintasan partikel 46 IMBAS ELEKTROMAGNETIK d dt di Eind = -L dt Perubahan fluks : Eind = -N Perubahan arus : GGL IMBAS Induktansi timbal balik : Eind1 = -M di1 dt1 , Eind2 = -M di2 dt 2 K a w a t m e m o t on g g a r i s g a y a : E i n d = B . l . v s i n Kumparan berputar : Eind = N.B.A. sin t i o N 2 A L=N L= I N D U K T A NS I D I R I M = N2 M= TRANSFORMATOR 1 , M = N1 i1 o N1 N 2 A 2 i2 (Induktansi Ruhmkorff) Ideal : Np : Ns = Is : Ip Np : N s = Ep : Es Tidak ideal : Ps = Pp Eind = GGL induksi N = banyak lilitan B = induksi magnet A = luas bidang permukaan/kumparan θ = fluks magnet L = induktansi diri I = kuat arus Np = banyak lilitan kumparan primer Ns = banyak lilitan kumparan sekunder 47 l = panjang solenoida Pp = Daya pada kumparan primer Ps = daya pada kumparan sekunder Ep = tegangan pada kumparan primer Es = tegangan pada kumparan sekunder ω = kecepatan sudut M = induktansi Ruhmkorff 48 OPTIKA GEOMETRI Plato dan Euclides : adanya sinar-sinar penglihat. Teori melihat benda Aristoteles Al Hasan : Menentang sinar-sinar penglihat. : Pancaran atau pantulan benda S i r I s a a k N e w t o n : T e o r i E mi s i “ S u mb e r c a h a y a me n y a l u r k a n Partikel yang kecil dan ringan berkecepatan tinggi. Christian Huygens : Teori Eter alam : cahaya pada dasarnya S a ma d e n g a n b u n y i , me r a mb a t me me r l u k a n me d i u m. T h o ma s Y o u n g d a n A u g u s t i n e F r e s n e l l : C a h a y a dapat lentur dan berinterferensi J ean Leo n Fo uc a ul t : C e p at ra mb at ca h a ya d i za t cair leb i h ke cil d ar ip ad a d i ud ar a. TEORI CAHAYA James Clerk Maxwell : Cahaya gelombang elektromagnetik. Heinrich Rudolph Hertz : Cahaya geloimbang transversal karena Mengalami polarisasi. Pieter Zeeman : Cahaya dapat dipengaruhi medan magnet yang kuat. Johannes Stark : Cahaya dapat dipengaruhi medan listrik yang kuat. Michelson dan Morley : Eter alam tidak ada. Max Karl Ernest Ludwig Planck : Teori kwantum cahaya. Albert Einstein : Teori dualisme cahaya. Cahaya sebagai partikel dan bersifat gelombang Merupakan gelombang elektromagnetik. Tidak memerlukan medium dalam perambatannya SIFAT CAHAYA Merambat dalam garis lurus K e c e p a t a n t e r b e s a r d i d a l a m v a k u m 3 . 1 0 8 m/ s Kecepatan dalam medium lebih kecil dari kecepatan di vakum. Kecepatan di dalam vakum adalah absolut tidak tergantung pada pengamat. 49 PEMANTULAN CAHAYA. 01. 02. 1 1 1 f s s' s' h' M==/ s h / R= 03. Cermin datar : n= 04. cermin gabungan Cermin cekung : sifat bayangan : maya, sama besar, tegak 360 -1 d = s 1’ + s 2 Mtotal = M1.M2 R = positif Mengenal 4 ruang Sifat bayangan : benda di Ruang I : Maya, tegak, diperbesar Benda di Ruang II : Nyata, terbalik, diperbesar Benda di Ruang III: Nyata, terbalik, diperkecil Cermin cembung : R = negatif sifat bayangan : Maya, tegak, diperkecil PEMBIASAN/REFRAKSI. 01. Indeks bias nbenda = c u vm m nbenda > 1 n relatif medium 1 thdp medium 2 n12 = 02. benda bening datar n sin i = n’ sin r 03. kaca plan paralel (1) n sin i = n’ sin r (cari r) (2) 04. Prisma (deviasi) umum t= n1 v2 2 n2 v1 1 d sin( i r ) cos r (1) n sin i1 = n’ sin r1 (cari r1) (2) = r1 + i2 (cari i2) (3) n’ sin i2 = n sin r2 (cari r2) (4) = i1 + r2 - minimum > 10o syarat : i1 = r2 sin ½ (min + ) = n' 1 sin n 2 50 > = 10o min = ( n' 1) n n n' n' n s s' R 05. Permukaan lengkung. 06. Lensa tebal (1) n n' n' n s1 s1 ' R1 (2)d = s1’ + s2 (3) n' n n n' ' s2 s2 R2 1 n' 1 1 ( 1)( ) f n R1 R2 07. Lensa tipis 1 f gab 1 1 f1 f 2 Cembung-cembung (bikonveks) R1 +, R2 Datar – cembung R1 = tak hingga , R2 Cekung – cembung R1 - , R2 Cekung-cekung (bikonkaaf) R1 - , R2 + Datar – cekung R1 = tak hingga , R2 + Cembung – cekung R1 + , R2 Konvergen (positif) 1 1 1 f s s' divergen (negatif) M=- 9. Lensa 10. Kekuatan lensa (P) P= 1 f s' s =/ h' h + / f dalam meter 51 P= 100 f n = banyak bayangan (untuk cermin datar) θ = sudut antara ke dua cermin f = jarak focus s = jarak benda ke cermin s’ = jarak bayangan ke cermin h = tinggi benda h’ = tinggi bayangan m = perbesaran bayangan i = sudut datang r = sudut pantul n = indeks bias d = tebal kaca t = pergeseran sinar β = sudut pembias δ = deviasi f dalam cm R = jari-jari bidang lengkung λ = panjang gelombang cahaya P = kekuatan lensa 52 ALAT-ALAT OPTIK Mata Emetropi (mata normal) MATA ; pr = pp = 25 cm Mata Myopi (mata dekat/rabun jauh) pp = 25 cm ; pr < Mata Hipermetropi (rabun dekat) ; pr = Mata Presbiopi (mata tua) pp > 25 cm ; pr < pp > 25 cm Kaca Mata lensa Negatif (Untuk orang Myopi) s = dan s’ = -pr KACA MATA Kaca Mata lensa Positif (Untuk orang hipermetropi) s = 25 cm dan s’ = -pp Akomodasi max P= Sd 1 f Tanpa Akomodasi P= Sd f Ditempel dimata LOUPE Berjarak d cm dari mata D = -s’ + d P= D = daya akomodasi Sd Sd Sd .d f D D. f Sd = titik baca normal d = s’oby + sok 53 Akomodasi max P= MIKROSKOP s ' oby Sd ( 1) s oby fok d = jarak lensa obyektif - okuler Tanpa Akomadasi P= d = s’oby + fok s ' oby Sd ( ) s oby fok Akomodasi max P= d = foby + sok f oby Sd f ok ( ) f ok Sd TEROPONG BINTANG Tanpa akomodasi P= d = foby + fok f oby f ok Pp = titik jauh mata Pp = titik dekat mata s’ = jarak bayangan s = jarak benda ke lup P = kekuatan lensa d = jarak lensa obyektif dengan lensa okuler 54 ARUS BOLAK-BALIK Osiloskop = mengukur tegangan max E=Emax. Sin .t Eefektif = yang diukur oleh voltmeter Emax = yang belum terukur Epp = dari puncak ke puncak ω = frekwensi anguler t = waktu Vmax = tegangan maksimum Imax = Arus maksimum T = periode Eefektif= Iefektif= V max 2 i max 2 Iefektif = Imax{ 1 T 2 2 sin ( )dt } T 0 T Epp = 2.Emax I. Resistor pada DC-AC II. Induktor (L) pada DC-AC Xl = reaktansi induktif 55 dim ax. sin .t dt E L. .i max . cos .t Xl .L EL (satuan XL = ohm) III. Capacitor pada DC-AC C = kapasitas kapasitor Q=C.V Xc = reaktansi kapasitif dQ dc.V dt dt c.dV max . sin .t i dt i .c.V max . cos .t 1 XC = C i (Satuan XC = 0hm) IV. R-L-C dirangkai seri .Xl .L 1 2. Xc .C 1. 3. 4. 5. Gambar fasor Z R 2 ( Xl Xc) 2 E i Z 56 6. 7. Vbc i. Xl Vac Vr 2 Vl 2 Vbd Vl Vc Vcd i. Xc Vad Vr 2 (Vl Vc) 2 Vab i.R Daya=Psemu.cos Daya=Psemu. R Z Psemu = V.I (Volt Amper) a. Xl Xc RLC bersifat induktif V mendahului I dengan beda fase b. Xl Xc RLC resonansi Z = R kuat arus paling besar, karena hambatan total paling kecil. f c. 1 2 1 L.C T 2 L.C Xc Xl RLC bersifat capasitif I mendahului V dengan beda fase 8. tg = XL XC R Z = Impedansi θ = sudut fase L = induktansi diri f = frekwensi T = periode R = hambatan 57 PERKEMBANGAN TEORI ATOM DALTON - - TEORI ATOM Atom-atom merupakan partikel terkecil dari suatu zat Atom-atom suatu zat tidak dapat diuraikan menjadi partikel Yang lebih kecil. Atom suatu unsur tidak dapat diubah menjadi unsur lain. Atom-atom setiap zat adalah identik, artinya mempunyai Bentuk, ukuran dan massa yang sama. Atom suatu zat berbeda sifat dengan atom zat lain. Dua atom atau lebih yang berasal dari unsur-unsur yang berlainan dapat membentuk senyawa. Pada suatu reaksi atom-atom bergabung menurut perbanDingan tertentu. Bila dua macam atom membentuk dua macam senyawa Atau lebih, maka perbandingan atom-atom yang sama dalam kedua senyawa itu sederhana. KELEMAHANNYA. Atom tidak dapat dibagi lagi bertentangan dengan ekspeRimen. Dalton tidak membedakan pengertian atom dan molekul Satuan molekul juga disebut atom. Atom merupakan bola kecil yang keras dan padat berTentangan dengan eksperimen Faraday dan J.J Thomson - Atom merupakan suatu bola yang mempunyai muatan Positif yang terbagi merata ke seluruh isi atom. - Muatan positif dalam atom ini dinetralkan oleh elektronElektron yang tersebar diantara muatan-muatan positif Itu dan jumlah elektron ini sama dengan jumlah muatan Positif. J.J THOMSON - KELEMAHANNYA. Bertentangan dengan percobaan Rutherford dengan hamBuran sinar Alfa ternyata muatan positif tidak merata naMun terkumpul jadi satu yang disebut INTI ATOM. 58 - Atom terdiri dari muatan-muatan positif, di mana seluruh Muatan posoitif dan sebagian besar massa atom terkumpul ditengah-tengah atom yang disebut dengan INTI ATOM. Di sekeliling inti atom, pada jarak yang relatif jauh beredar Lah elektron-elektron mengelilingi inti atom. Muatan inti atom sama dengan muatan elektron yang mengelilingi inti, sehingga atom bersifat netral. RUTHERFORD - KELEMAHANNYA. Model atom ini tidak dapat menunjukkan kestabilan atom Atau tidak mendukung kemantapan atom. Model atom ini tidak dapat menunjukkan bahwa spektrum Atom-atom Hidtrogen adalah spektrum garis tertentu. Pengukuran massa elektron oleh : J.J. Thomson dengan percobaan Tetes Minyak Milikan. SINAR KATODA Partikel bermuatan negatif Sifat : - Bergerak cepat menurut garis lurus keluar tegak lurus dari katoda. - Memiliki energi - Memendarkan kaca - Membelok dalam medan listrik dan medan magnet. MODEL ATOM BOHR DIBUAT BERDASARKAN 2 POSTULATNYA YAITU : 1. Elektron tidak dapat berputar dalam lintasan yang sembarang, elektron hanya dapat berputar pada lintasan tertentu tanpa memancarkan energi. Lintasan ini Disebut lintasan stasioner. Besar momentum anguler elektron pada lintasan Stasioner ini adalah : mvr = nh 2 n disebut bilangan kwantum (kulit) utama. 2. 01. Elektron yang menyerap energi (foton) akan berpindah ke lintasan yang energinya tinggi, dan sebaliknya. e2 Ep = -k r 02. Ek = - ½ k e2 r 03. Etotal = - ½ k e2 r 59 04. r = n2 h ( )2 2 me k 2 05. r1 : r2 : r3 : … = 12 : 22 : 32 : … 06. 1 R( 1 nA 2 1 nB Deret Lyman Deret Balmer Deret Paschen Deret Brackett Deret Pfund max min fmin fmax 2 ) R = tetapan Ridberg nA = 1 nA = 2 nA = 3 nA = 4 nA = 5 R = 1,097.10 7 m-1 nB = 2, 3, 4 …. nB = 3, 4, 5, …. nB = 4, 5, 6, …. nB = 5, 6, 7, …. nB = 6, 7, 8, …. nB = 1 lebihnya dari nA nB = 13,6 eV n2 Energi stasioner E= Energi Pancaran E = 13,6 ( 05. Energi 1 nA 2 1 nB 2 ) eV E = h.f (J) e = muatan electron r = jari-jari lintasan electron Ep = Energi potensial Ek = energi kinetic n = bilangan kuantum r = jari-jari lintasan electron λ = panjang gelombang h = tetapan Planck 60 RADIOAKTIVITAS Adanya Fosforecensi : berpendarnya benda setelah disinari. Dasar penemuan Adanya Fluorecensi : berpendarnya benda saat disinari. Penemu: Henry Becquerel Menghitamkan film Dapat mengadakan ionisasi Dapat memendarkan bahan-bahan tetentu Merusak jaringan tubuh Daya tembusnya besar Sifat-sifat Macam sinar Sinar Sinar Sinar Penemu: Pierre Curie dan Marrie Curie Urutan naik daya tembus: Sinar , Sinar , Sinar Urutan naik daya ionisasi: Sinar , Sinar , Sinar x x x x x x x x x x x B xxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxx 01. I = Io e-x 02. HVL 03. Z X A nilai x sehingga I = ½ Io HVL = ln 2 0,693 N=A–Z 04. Deffect massa = (mproton + mnetron) – minti 61 05. Eikat inti = {(mproton + mnetron) – minti }.931 MeV m dalam sma = {(mproton + mnetron) – minti }.c2 m dalam kg ZXA Z-2XA-4 atau ZXA Z-2XA-4 + 06. Hukum Pergeseran ZXA Z+ 1XA atau ZXA Z+ 1XA + Jika memancarkan 07. T = 0,693 tetap ln 2 08. R = . N 09. N = No.2-t/T 10. D= 11. Ereaksi = (msebelum reaksi -msesudah reaksi ).931 MeV E m = (msebelum reaksi -msesudah reaksi ).c2 12. Reaksi FISI Reaksi FUSI m dalam sma. m dalam kg Pembelahan inti berat menjadi ringan Terjadi pada reaktor atom dan bom atom Menghasilkan Energi besar < enerfi reaksi FUSI Dapat dikendalikan. Penggabungan inti ringan menjadi inti berat Terjadi pada reaksi di Matahari dan bom hidrogen Tidak dapat dikendalikan. 13. ALAT DETEKSI Pencacah Geiger Muller (pulsa listrik) Tabung Sintilasi (pulsa listrik) Kamar kabut Wilson (Jejak lintasan saja) Emulsi film X = nama atom / unsure z = nomor atom a = nomor massa p = proton n = netron m = massa T = waktu paruh 62 N = jumlah inti yang belum meluruh No = jumlah inti mula2 λ = konstanta peluruhan t = lamanya berdesintegrasi R = aktivitas radioaktif 63 KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Momen: Momen Gaya : =F.l.sin Momen Kopel : dua gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah, besarnya = F.d Kesetimbangan Kesetimbangan Translasi : Fx=0,Fy=0 Kesetimbangan Rotasi : =0 Kesetimbangan translasi dan Rotasi : F=0, =0 Kesetimbangan Stabil (mantap) : Apabila gaya dihilangkan, akan kembali ke kedudukan semula. (titik berat benda akan naik) Kesetimbangan Indeferen : Gaya dihilangkan, setimbang di tempat berlainan (titik berat benda tetap) Keseimbangan labil : Apabila gaya dihilangkan, tidak dapat kembali semula. (titik berat benda akan turun) TITIK BERAT BENDA Titik berat untuk benda yang homogen ( massa jenis tiap-tiap bagian benda sama ). a. Untuk benda linier ( berbentuk garis ) x0 ln . x n l y0 ln . y n l y0 An . y n A y0 Vn . y n V b. Untuk benda luasan ( benda dua dimensi ), maka : x0 An . x n A c. Untuk benda ruang ( berdimensi tiga ) x0 Vn . x n V Sifat - sifat: 1. Jika benda homogen mempunyai sumbu simetri atau bidang simetri, maka titik beratnya terletak pada sumbu simetri atau bidang simetri tersebut. 2. Letak titik berat benda padat bersifat tetap, tidak tergantung pada posisi benda. 3. Kalau suatu benda homogen mempunyai dua bidang simetri ( bidang sumbu ) maka titik beratnya terletak pada garis potong kedua bidang tersebut. 64 Kalau suatu benda mempunyai tiga buah bidang simetri yang tidak melalui satu garis, maka titik beratnya terletak pada titik potong ketiga simetri tersebut. ΣFx = resultan gaya di sumbu x ΣFy = resultan gaya di sumbu y Σσ = jumlah momen gaya Tabel titik berat teratur linier Nama benda Gambar benda letak titik berat keterangan 1. Garis lurus x0 = 2. Busur lingkaran 1 2 z = titik tengah garis l y0 R tali busur AB busur AB R = jari-jari lingkaran 3. Busur setengah lingkaran y0 2R Tabel titik berat benda teratur berbentuk luas bidang homogen Nama benda Gambar benda Letak titik berat Keterangan 1. Bidang segitiga y0 = 1 3 t t = tinggi z = perpotongan garis-garis berat AD & CF 65 2.Jajaran genjang, Belah ketupat, 1 2 y0 = t = tinggi t Bujur sangkar z = perpotongan Persegi panjang diagonal AC dan BD 3. Bidang juring y 0 23 R lingkaran tali busur AB busur AB R = jari-jari lingkaran 4.Bidang setengah lingkaran y0 4R 3 R = jari-jari lingkaran Tabel titik berat benda teratur berbentu bidang ruang homogen Nama benda Gambar benda Letak titik berat 1. Bidang kulit prisma Keterangan z1 = titik berat z pada titik bidang alas tengah garis z1z2 y0 = 1 2 z2 = titik berat bidang atas l l = panjang sisi tegak. 2. Bidang kulit silinder. ( tanpa tutup ) t = tinggi y0 = 1 2 t A = 2 R.t silinder R = jari-jari lingkaran alas A = luas kulit silinder 66 3. Bidang Kulit limas T’z = 1 3 T’ T T’T = garis tinggi ruang 4. Bidang kulit kerucut zT’ = 1 3 T T’ = tinggi T T’ kerucut T’ = pusat lingkaran alas 5. Bidang kulit setengah bola. R R = jari-jari Letak titik berat Keterangan z pada titik tengah z1 = titik berat y0 = 1 2 Tabel titik berat benda teratur berbentuk ruang, pejal homogen Nama benda 1. Prisma beraturan. Gambar benda garis z1z2 y0 = bidang alas 1 2 l V = luas alas kali tinggi z2 = titik berat bidang atas l = panjang sisi tegak V = volume prisma 67 2. Silinder Pejal y0 = 1 2 t V = R2 t t = tinggi silinder R = jari-jari lingkaran alas 3. Limas pejal beraturan T T’ = t = tinggi y0 = 1 4 T T’ = 1 4 t limas beraturan V = luas alas x tinggi 3 4. Kerucut pejal t = tinggi kerucut y0 = V= 1 3 1 4 t R2 t R = jari-jari lingkaran alas 5. Setengah bola pejal y0 = 3 8 R R = jari-jari bola. 68 TEORI KINETIK GAS GA S I D E A L 1. Gas ideal terdiri atas partikel-partikel (atom-atom ataupun molekul-molekul ) dalam jumlah yang besar sekali. 2. Partikel-partikel tersebut senantiasa bergerak dengan arah random/sebarang. 3. Partikel-partikel tersebut merata dalam ruang yang kecil. 4. Jarak antara partikel-partikel jauh lebih besar dari ukuran partikel-partikel, sehingga ukurtan partikel dapat diabaikan. 5. Tidak ada gaya antara partikel yang satu dengan yang lain, kecuali bila bertumbukan. 6. Tumbukan antara partikel ataupun antara partikel dengan dinding terjadi secara lenting sempurna, partikel dianggap sebagai bola kecil yang keras, dinding dianggap licin dan tegar. 7. Hukum-hukum Newton tentang gerak berlaku. 01. n 02. v ras = 03. m 04. v ras = N N0 3kT m M N dan k R N0 3RT M 05. Pada suhu yang sama, untuk 2 macam gas kecepatannya dapat dinyatakan : v v ras1 : ras2 = 1 M1 : 1 M2 06. Pada gas yang sama, namun suhu berbeda dapat disimpulkan : v v ras1 : ras2 = T1 : T2 2L Vras 07. t 08. F N m V 2 ras . 3 L 69 09. P N m V 2 ras . 3 V 10. P 2 N . 3V 11. P . V = K’ . T 1 2 mV 2 ras atau P atau 1 V 2 ras 3 2 N . Ek 3V P . V = N. k .T k = Konstanta Boltman = 1,38 x 10-23 joule/0K 12. P . V = n R T R dengan n N N0 = 8,317 joule/mol.0K = 8,317 x 107 erg/mol0K = 1,987 kalori/mol0 K = 0,08205 liter.atm/mol0K R T Mr 13. P 14. P1 .V1 P2 .V2 T1 T2 atau P R. T Mr atau P. Mr T R. T Persamaan ini sering disebut dengan Hukum Boyle-Gay Lussac. 15. Ek 3 Nk .T 2 P = tekanan gas ideal N = banyak partikel gas m = massa 1 pertikel gas V = volume gas v = kecepatan partikel gas n = jumlah mol gas No = bilangan Avogadro R = tetapan gas umum M = massa atom relatif k = tetapan boltzman Ek = energi kinetic vras = kecepatan partikel gas ideal ρ = massa jenis gas ideal T = suhu 70 HUKUM TERMODINAMIKA 01. cp - cv = R cp = kapasitas panas jenis ( kalor jenis ) gas ideal pada tekanan konstan. cv = kapasitas panas jenis ( kalor jenis ) gas ideal pada volume konstan. 02. panas jenis gas ideal pada suhu sedang ,sebagai berikut: a. Untuk gas beratom tunggal ( monoatomik ) diperoleh bahwa : c P 5 R 2 c V 3 R 2 c c P 1,67 V b. Untuk gas beratom dua ( diatomik ) diperoleh bahwa : c P 7 R 2 c V 5 R 2 c c P 1,4 V = konstanta Laplace. 03. Usaha yang dilakukan oleh gas terhadap udara luar : W = p. V 04. Energi dalam suatu gas Ideal adalah : U 3 n. R. T 2 05.HUKUM I TERMODINAMIKA Q= U+ W Q = kalor yang masuk/keluar sistem U = perubahan energi dalam W = Usaha luar. PROSES - PROSES PADA HUKUM TERMODINAMIKA I 1. Hukum I termodinamika untuk Proses Isobarik. Pada proses ini gas dipanaskan dengan tekanan tetap. ( lihat gambar ). sebelum dipanaskan sesudah dipanaskan 71 Dengan demikian pada proses ini berlaku persamaan Boyle-GayLussac V1 V2 T1 T2 Jika grafik ini digambarkan dalam hubungan P dan V maka dapat grafik sebagai berikut : Pemanasan Pendinginan W = Q - U = m ( cp - cv ) ( T2 - T1 ) 2. Hukum I Termodinamika untuk Proses Isokhorik ( Isovolumik ) Pada proses ini volume Sistem konstan. ( lihat gambar ) Sebelum dipanaskan. Sesudah dipanaskan. Dengan demikian dalam proses ini berlaku Hukum Boyle-Gay Lussac dalam bentuk : P1 P2 T1 T2 Jika digambarkan dalam grafik hubungan P dan V maka grafiknya sebagai berikut : V = 0 ------- Pemanasan Pendinginan W = 0 ( tidak ada usaha luar selama proses ) Q = U2 - U1 Q= U U = m . cv ( T2 - T1 ) 3. Hukum I termodinamika untuk proses Isothermik. Selama proses suhunya konstan. ( lihat gambar ) 72 Sebelum dipanaskan. Sesudah dipanaskan. Oleh karena suhunya tetap, maka berlaku Hukum BOYLE. P1 V2 = P2 V2 Jika digambarkan grafik hubungan P dan V maka grafiknya berupa : Pemanasan T2 = T1 --------------> U=0 Pendinginan ( Usaha dalamnya nol ) V2 ) P2 V2 ( V1 P W P1 V1 ( ln 1 ) P2 V2 ( P2 V W n R T1 ( ln 2 ) n R T2 V1 P W n R T1 ( ln 1 ) n R T2 P2 W P1 V1 ( ln V2 ) V1 P ln 1 ) P2 V ( ln 2 ) V1 P ( ln 1 ) P2 ln ln x =2,303 log x 4. Hukum I Termodinamika untuk proses Adiabatik. Selama proses tak ada panas yang masuk / keluar sistem jadi Q = 0 ( lihat gambar ) Sebelum proses Selama/akhir proses oleh karena tidak ada panas yang masuk / keluar sistem maka berlaku Hukum Boyle-Gay Lussac PV PV 1 1 2 2 T1 T2 Jika digambarkan dalam grafik hubungan P dan V maka berupa : 73 Pengembangan Pemampatan Q = 0 ------ O = U + W U2 -U1 = - W -1 -1 T1.V1 = T2.V2 W = m . c v ( T 1 - T2 ) atau W= P1 .V1 1 -1 ( V2 - V1 -1 ) P1.V1 = P2.V2 06. HUKUM II TERMODINAMIKA Energi yang bermanfaat Energi yang dim asukkan W Q2 Q1 Q2 Q2 Q ( 1 1 ) 100% Q2 Menurut Carnot untuk effisiensi mesin carnot berlaku pula : ( 1 T1 ) 100% T2 T = suhu η = efisiensi P = tekanan V = volume W = usaha 74 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK Gelombang Elektromagnet : Rambatan perubahan medan listrik dan medan magnet Vektor perubahan medan listrik tegak lurus vektor perubahan medan magnet Ciri-ciri GEM : Menunjukkan gejala : pemantulan, pembiasan difraksi, polarisasi diserap oleh konduktor dan diteruskan oleh isolator. Coulomb : “Muatan listrik menghasilkan medan listrik yang kuat” Oersted : “Di sekitar arus listrik ada medan magnet” Faraday : “Perubahan medan magnet akan menimbulkan medan listrik” TEORI Lorentz : “kawat berarus listrik dalam medan magnet terdapat gaya” Maxwell : “Perubahan medan listrik menimbulkan medan magnet”, “Gahaya adalah gelombang elektromagnet” Biot Savart : “Aliran muatan (arus) listrik menghasilkan medan magnet” Huygens : “Cahaya sebagai gerak gelombang” (S)Intensitas GEM/energi rata-rata per satuan luas : S E 0.B 0 0 S max S c S . sin 2 (kx .t ) E 0.B 0 0 1 0.E 0 2.c 2 1 0. 0 E02 2.c. 0 Radiasi Kalor : Radiasi dari benda-benda yang dipanasi Yang dapat menyerap seluruh radiasi adalah benda hitam mutlak 75 - Konduksi : partikelnya bergetar zat padat Konveksi : molekul berpindah zat cair dan gas Radiasi : tanpa zat perantara. Spektrum GEM: Urutan naik frekwensinya (urutan turun panjang gelombangnya): gel. Radio, gel radar dan TV, gel. Infra merah, cahaya tampak, sinar ultra ungu, sinar X, sinar gamma. I w e..T 4 A e=emitivitas : hitam mutlak : e=1 putih : e=0 = konstanta Boltzman = 5,672.10-8 watt/m2 K c T c=tetapan Wien=2,898.10-3m K v = kecepatan c = kecepatan cahaya T = suhu mutlak λ = panjang gelombang e = emisivitas A = luas permukaan S = intensitas _ S = Intensitas rata-rata 76 OPTIKA FISIS CAHAYA Sinar yang dapat diuraikan Polikromatik Sinar yang tak dapat diuraikan Monokromatik Dalam ruang hampa cepat rambat sama besar f r e k w e n s i m a s i n g w a r n a be d a Pj. Gelomb masing warna beda Merah ( dan v terbesar) Jingga Kuning Hijau Biru Nila Ungu (n, , f dan Efoton terbesar) DISPERSI (PERURAIAN WARNA) Benda bening r = /rm – ru/ Plan paralel t = /tm – tu/ Prisma = u - m Lensa s’ = /s’m – s’u/ f = /fm – fu/ MENIADAKAN DISPERSI : Prisma Akromatik (n’u – n’m)’ = (nu – nm) Lensa Akromatik. 1 f gabmerah 1 f gabungu ' ' n n n n 1 1 1 1 1 1 1 1 ( m 1)( ) ( m 1)( ) ( u 1)( ) ( u 1)( ) n R1 R2 n R1 R2 n R1 R2 n R1 R2 Flinta Kerona PRISMA PANDANG LURUS Flinta Kerona (nh’ – 1) )’ = (nh – 1) ) 77 Max p.d 1 ( 2k ) 2 Min p.d 1 (2k 1) 2 Max p.d 1 ( 2k ) 2 Min p.d 1 (2k 1) 2 Cermin Fresnell Percobaan Young INTERFERENSI (Syarat : Koheren) (A, f, sama) Cincin Newton (gelap sbg pusat) Max rk2 = ½ R (2k-1) Min rk2 = ½ R (2k) Max 2n’ d cos r = (2k-1) ½ Min 2n’ d cos r = (2k) ½ Selaput tipis Max d sin = (2k + 1) ½ Min sin = (2k) ½ Celah tunggal DIFRAKSI Max d sin = (2k) ½ Min d sin = (2k – 1) ½ Kisi k = 1, 2, 3 . . . . 78 Daya Urai (d) d = 1,22 .L D L = jarak ke layar D = diameter lensa n = indeks bias δ = deviasi β = sudut pembias λ = panjang gelombang cahaya p = jarak terang dari pusat k = orde garis terang/gelap d = tebal lapisan r = sudut bias r k = jari-jari cincin terang ke k R = jari-jari lensa θ = sudut difraksi/deviasi f = fokus 79 RELATIVITAS Relativitas: a. Penjumlahan kecepatan V1 V2 V1 V2 Vr b. V1 V 2 V 1.V 2 1 C2 V2 C2 V2 C2 Massa dan Energi m' e. t’<t0 Kontraksi Lorentz L' L 0 1 d. V1 V 2 V 1.V 2 1 C2 Dilatasi waktu t' t0 1 c. Vr m0 V2 1 2 C m’>m0 Etotal=Ediam+Ek 1 2 Ek m.C 1 2 1 V 2 C V1 = kecepatan partikel 1 terhadap bumi V2 = kecepatan partikel 2 terhadap partikel 1 Vr = kecepatan partikel 2 terhadap bumi c = kecepatan cahaya V = kecepatan L’ = panjang setelah mengalami perubahan Lo = panjang mula-mula m’ = massa benda saat bergerak mo = massas benda saat diam Ek = energi kinetik to = selang waktu yang daiamati oleh pengamat diam terhadap benda t’ = selang waktu yang diamati pengamat bergerak 80 DUALISME GELOMBANG CAHAYA a. b. Semakin besar intensitas cahaya semakin banyak elektron elektron yang diemisikan Kecepatan elektron yang diemisikan bergantung pada frekuensi; semakin besar f, makin besar pula kecepatan elektron yang diemisikan E h. f E = Energi h = tetapan Planck E Ek E0 Ek E a f = frekwensi c = kecepatan cahaya 1 m.V 2 h. f hf 0 2 1 C C mV 2 h 2 0 1 1 Ek h.c. 0 v = kecepatan a = energi ambang m = massa λ = panjang gelombang Pfoton h. f h ;p C p = momentum p=momentum Ek = Energi kinetik Hypotesa de Broglie c f h h p m.V p 2.m.Ek Catatan penting : Ek=54 ev = 54.1,6.10-19 Joule Massa 1e = 9,1.10-31 kg Hamburan Compton : ' h .1 cos m0.c 81 82