e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) PENERAPAN METODE BERMAIN KOOPERATIF BERBANTUAN MEDIA TOPENG KARAKTER UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SOSIAL Hilda Indriani1, Made Putra2, I Ketut Ardana3 1 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail : [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan sosial setelah penerapan metode bermain kooperatif berbantuan topeng karakter pada anak kelompok B Semester II di TK Kemala Bhayangkari I Denpasar Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan tindakan , pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah 14 anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari I Denpasar Tahun Pelajaran 2015/2016. Data tentang pengembangan kemampuan sosial anak dalam media topeng karakter diperoleh dengan menggunakan metode obesrvasi dengan instrumen obesrvasi. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisi statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan sosial melalui metode bermain kooperatif dari 65,35% yang berada pada kategori sedang pada siklus satu meningkat menjadi 80,35 yang berada pada kategori tinggi pada siklus dua. Jadi, peningkatan kemampuan sosial anak sebesar 15%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bermain kooperatif berbantuan media topeng karakter dapat meningkatkan kemampuan sosial anak. Kata-kata kunci : metode bermain kooperatif, kemampuan sosial, topeng karakter. Abstract This research aims to know the social ability in kindergarten Kemala Bhayangkari I Denpasar 2015/2016 academic year, from the application of cooperative playing method assisted character mask. Type of this research is the act of class research carried out in the two cycles. Each cycle consist of the planning phase of action, the implementation of the action, observation/evaluation and reflection. The subject of the research is 14 student on group B in Kindergarten Kemala Bhayangkari I Denpasar. Years Lesson 2015/2016. Data about the increased social ability of student in the character mask media figures obtained using the methods of observation with the observation instrument. Data were analyzed using descriptive statistical analysis methods. The result showed that improvement of children’s social ability through granting methods of 65,35% in the categories is medium in the first cycle increased to 80,35% at high in the second cycles categories. Accordingly, there was a 15%improvment in the social ability. Based on the result it could be concluded that the implementation of cooperative playing method assisted character mask could improve the social ability. Keywords : cooperative playing methods, social ability, character mask e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Pendahuluan Pendidikan adalah serangkaian proses yang dilakukan secara terencana untuk mencapai hasil belajar. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Maka dari itu, tujuan merupakan salah satu hal yang penting dalam pendidikan. Menurut Suryosubroto (Wijana, 2009), “tujuan pendidikan tidak saja akan memberikan arahan kemana pendidikan harus ditujukan, tetapi juga memberikan ketentuan yang pasti dalam memilih materi, metode, alat, evaluasi dalam kegiatan yang dilakukan”. Secara umum, tujuan pendidikan dapat dikatakan untuk membawa anak kearah tingkat kedewasaan. Artinya, pendidikan tersebut dapat membentuk anak menjadi mandiri dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan anak usia dini adalah salah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak usia dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar dan kehidupan tahap berikutnya. Pengembangan anak usia dini adalah upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan atau pemerintah untuk membantu anak usia dini dalam mengembangkan potensinya secara holistik baik aspek pendidikan, gizi, kesehatan maupun psikososialnya. Secara umum pelayanan PAUD adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Batasan tentang anak usia dini disampaikan oleh NAEYC (National Association for The Education of Young Children), yang mengatakan bahwa anak usai dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family child care home), pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, TK, dan SD. Dalam perkembangannya, masyarakat telah menunjukkan kepedulian terhadap masalah pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak usia dini untuk usia 0 sampai dengan 6 tahun dengan berbagai jenis layanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada, baik dalam pendidikan jalur formal maupun nonformal. Pendidikan anak usia dini memiliki peranan penting dalam membentuk karakter anak yang berakhlak mulia/bermoral, kreatif, inovatif, dan kompetitif. Pendidikan anak usia dini bukan sekedar meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan bidang keilmuan, tetapi lebih dalam adalah mempersiapkan anak agar kelak mampu menguasai berbagai tantangan di masa depan. Kemampuan sosial adalah suatu proses yang muncul dimana anak-anak belajar tentang diri dan orang lain dan tentang membangun dan merawat pertemanan. Menurut Hoffman (dalam Fridani, dkk.,2009), “ketika anak-anak belajar tentang dirinya, mereka juga belajar tentang intensitas emosi dan cara pandang mereka”. Dengan demikian, memberikan petunjuk yang membelajarkan mereka (anak-anak) secara bertahap dapat mulai menyadari pandangan orang lain, belajar bahwa ada bermacam-macam cara pandang yang berbeda-beda. Sosialisasi merupakan suatu proses dimana individu (terutama) anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsanganrangsangan sosial terutama tekanantekanan dan tuntunan kehidupan (kelompoknya) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya. Kemampuan sosial seseorang mengikuti suatu pola, yaitu perilaku sosial yang teratur, dimana pola tersebut sama untuk setiap anak secara normal. Guru memiliki peran yang penting dalam pengembangan kemampuan sosial pada anak. Guru harus mampu memilih metode atau modem pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, metode yang akan diterapkan atau digunakan harus menyesuaikan dengan keadaan, kebutuhan, dan kemampuan anak-anak. Banyak metode yang dapat digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran serta media pendukung untuk membantu serta e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) mempelancar proses pembelajaran. Guru dituntut untuk mampu mengenali karakteristik anak terlebih dahulu sebelum memilih metode-metode serta media-media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini dilakukan agar dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan pada anak, salah satunya aspek kemampuan sosial. Namun kenyataanya guru mengajar kurang kreatif menggunakan media-media pembelajaran dan metode pembelajaran demontrasi sehingga anak-anak menjadi jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Seperti yang peneliti amati di TK Kemala Bhayangkari I Denpasar, selama ini kegiatan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan sosial pada anak kelompok B3 TK Kemla Bhayangkari I Denpasar adalah membacakan cerita menggunakan media buku cerita, sehingga anak, menjadi jenuh dan membuatnya kurang memperhatikan isi cerita yang dibacakan. Bukti berikutnya bahwa kemampuan sosial anak masih terabaikan.Hal ini tampak dari hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap guru saat mengajar di kelas. Saat kegiatan pengembangan kemampuan sosial guru hanya memberikan kegiatan bercerita dengan buku cerita, bersyair, bernyanyi dan bermain pesan berantai. Kegiatan anak hanya mengikuti apa yang diperintahkan guru dan anak menjadi pasif karena dengan kegiatan yang diberikan guru secara berulang-ulang anak menjadi jenuh. Observasi yang dilakukan pada hari pertama diketahui ada 8 anak yang terlihat sangat aktif dan mampu menjawab semua pertanyaan guru pada saat guru memberikan pertanyaan. Namun 6 anak terlihat kemampuan sosialnya masih pada kategori rendah, hal ini terlihat ketika guru mengajak anak bermain pesan berantai, masih ada beberapa anak yang masih diam, nampak bingung, enggan, malu-malu atau mengalihkan perhatiannya saat guru meminta anak menyebutkan kata atau kalimat yang guru ucapkan. Anak tersebut juga tidak mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru. Setiap hari pada saat pembelajaran memang sebagian anak terlihat kurang merespon kegiatan yang diberikan guru. Selama seminggu setiap kegiatan di kelas hanya menggunakan media peraga gambar dan lembar aktivitas. Setelah menerapkan kelima indikator pada refleksi awal yaitu anak dapat mencerminkan sikap peduli dan mau membantu jika diminta bantuannya, anak dapat mencerminkan sikap menghargai dan toleran kepada orang lain, anak dapat menyesuaikan diri, anak dapat mencerminkan sikap jujur dan anak dapat mencerminkan sikap taat terhadap aturan sehari-hari untuk melatih disiplin, data hasil observasi awal kemampuan sosial pada anak kelompok B3 di TK Kemala Bhayangkari I Denpasar berada pada kriteria rendah. Rendahnya kemampuan sosial pada anak kelompok B3 TK Kemala Bhayangkari I Denpasar disebabkan oleh kurangnya sosialisasi anak dengan teman, kurangnya dan kurangnya rasa peduli anak dengan teman. Metode pembelajaran yang kurang variatif dan kurang memacu semangat anak dalam kegiatan pembelajaran dan penggunaan media serta alat peraga yang kurang menarik perhatian anak. Sedangkan pada saat observasi di dalam kelas terdapat media-media yang dapat mengembangkan kemampuan sosial anak namun belum dimanfaatkan secara maksimal oleh guru. Bermain kooperatif dengan topeng karakter dapat melatih kemampuan sosial anak, karena mampu merangsang daya sosial anak. Media topeng karakter dapat memberikan kesan yang baik dalam merangsang ketertarikan anak dalam melakukan kontak sosial. Dengan demikian guru harus mampu membuat suatu media yang dapat menarik perhatian dan daya kreativitas anak. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji tentang penerapan metode bermain kooperatif berbantuan media topeng karakter untuk meningkatkan kemampuan sosial anak pada anak kelompok B3 TK kemala bhayangkari I Denpasar. Pelaksanaan pembelajaran anak di taman kanak-kanak haruslah sesuai dengan dunia anak. Memberikan kesempatan kepada untuk aktif dan tampil e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) kreatif. Penerapan konsep bermain sambil belajar kepada anak ditujukan untuk mengambangkan secara optimal seluruh aspek perkembangan dasar dan perilaku anak. Atas dasar penentuan latar belakang di atas maka peneliti dapat mengambil perumusan masalah sebagai berikut, apakah ada peningkatan kemampuan sosial setelah diterapkan metode bermain kooperatif berbantuan media topeng karakter pada anak kelompok B3 semester II di TK Kemala Bhayangkari I Denpasar tahun pelajaran 2015/2016 ? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan sosial setelah diterapkan metode bermain kooperatif berbantuan media topeng karakter pada anak kelompok B3 di TK Kemala Bhayangkari I Denpasar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi metode-metode pembelajaran yang telah ada, yaitu dengan mengenalkan metode bermain kooperatif berbantuan media topeng karakter, serta dapat menunjang pemanfaatan dan penggunaan media pembelajaran agar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang positif dan membangun terhadap dunia pendidikan pada umumnya Manfaat praktis, bagi anak-anak hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman belajar yang berkesan, bermakna dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kemampuan sosial pada anak, bagi sekolah, Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran serta media yang tepat di dalam kelas.Serta penelitian ini diharapkan menjadi informasi dan masukan berharga bagi para guru dalam melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan sosial dengan penerapan metode bermain kooperatif dengan berbantuan media topeng karakter, bagi kepala sekolah, Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan untuk pembinaan guru-guru di sekolah yang dipimpinnya, bagi peneliti lain, Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam mendalami objek penelitian lain yang sejenis. Perkembangan manusia dititik beratkan pada usia dalam kaitannya dengan perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan sosial yang terjadi sepanjang rentang kehidupan. Kemampuan sosial secara spesifik difokuskan pada kemampuan pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat). Komunikasi merupakan salah satu cara pengembangan sosial pada anak, karena dengan berbicara atau berkomunikasi anak dapat memahami apa maksud lawan bicaranya. Menurut Hurlock (dalam Djaali, 2013:49), “kemampuan sosial merupakan kemampuan seseorang dalam bersikap atau tata cara perilakunya dalam berinteraksi dengan unsure sosialisasi di masyarakat”. Pendapat lain dari Wijana (2008:2.13) “kemampuan bersosial adalah satu kemampuan lain yang harus dikuasai anak karena anak akan berinteraksi dengan orang lain. Faktor yang mempengaruhi pengembangan kemampuan sosial anak dapat berasal dari faktor lingkungan keluarga seperti pengalaman-pengalaman berinteraksi sosial di dalam keluarga yang turut menentukan tingkah lakunya terhadap orang-orang lain dalam kehidupan sosial di luar keluarga, apabila interaksi didalam keluarga tidak lancar atau tidak wajar maka interaksinya dengan masyarakat juga berlangsung tidak wajar atau akan mengalami gangguan, faktor diluar rumah seperti pengalaman sosial awal di luar rumah melengkapi pengalaman di dalam rumah dan merupakan penentu yang penting bagi sosial dan pola perilaku anak, jika hubungan mereka dengan teman sebaya dan orang dewasa diluar rumah menyenangkan, mereka akan menikmati hubungan itu tidak menyenangkan atau menakutkan, anak-anak akan menghindarinya dan kembali kepada anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan sosial mereka dan faktor pengaruh pengalaman sosial awal. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) hidup adalah permainan. Anak usia dini tidak membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya dimanapun mereka memiliki kesempatan. Piaget (dalam sujiono, 2011:144) mengatakan, “bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi diri seseorang. Karena pada hakikatnya bermain adalah kegiatan yang dapat memberikan kesenangan dan membuat suasana hati menjadi gembira. Salah satu metode yang dapat diberikan kepada anak yaitu metode bermain kooperatif. Dimana anak dapat bekerjasama dan membuat hubungan sosial dengan teman-temannya. Metode bermain koooperatif merupakan salah satu metode penyajian kegiatan dimana anak bermain bersama secara lebih terorganisasi dan masingmasing menjalankan peran yang saling memengaruhi satu sama lain (Sujiono, 2011:148). Anak bekerja sama dengan anak lain untuk membangun sesuatu, terjadi persaingan, membentuk permainan drama dan biasanya dipengaruhi oleh anak yang memiliki pengaruh atau adanya pemimpin dalam permainan. Penerapan metode bermain kooperatif dapat dilakukan dengan banyak media. Menurut Bovee (dalam Sanaky, 2009:3) mengemukakan bahwa “media merupakan sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan”. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Dapat dikatakan bahwa, bentuk komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana untuk menampaikan pesan. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juiga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran. Ibrahim, dkk. (dalam Raga, 2013:5) menyebutkan, fungsi media pembelajaran ditinjau dari dua hal, yaitu: proses pembelajaran sebagai proses komunikasi dan kegiatan antara siswa dan lingkungannya. Ditinjau dari proses pembelajaran sebagai proses komunikasi, maka fungsi media adalah sebagai pembawa informasi dan sumber (guru) ke penerima (siswa). Jika ditinjau dari proses pembelajaran sebagai kegiatan interaksi antara siswa dan lingkungannya, maka fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan komunikasi yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Salah satu media yang digunakan oleh peneliti yaitu topeng karakter. Topeng secara bahasa indonesia diartikan sebagai penutup muka. Menurut Suardana (2008:4) “topeng merupakan karya seni yang berwujud muka manusia atau binatang sebagai penutup muka. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter memiliki arti sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lainnya. Masing-masing individu memiliki karakter yang berbeda-beda. Menurut ditjen Mandikdasmen-Kementrian Pendidikan nasional, “karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menajdi cirri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Jadi, topeng karakter merupakan bentuk penutup wajah yang berisi karakter/ekspresi wajah seperti senang, gembira, sedih, marah, bosan dan sebagainya. Hipotesis adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran guru menggunakan beberapa cara untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara dengan menggunakan metode bermain kooperatif berbantuan media topeng karakter untuk peningkatan kemampuan sosial anak. Jika metode bermain kooperatif berbantuan media topeng karakter diterapkan, maka kemampuan sosial pada e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) anak kelompok B di TK Kemala Bhayangkari I Denpasar meningkat. METODE Jenis penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Pada hakikatnya PTK merupakan penelitian yang bertujuan untuk melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran. Terkait dengan hal tersebut, Agung (2014:56) menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan berulang atau bersiklus yang bertujan untuk memperbaiki praktik atau proses pembelajaran yang sedang berjalan. Sedangkan Burn (dalam Sanjaya, 2010:25) menyatakan bahwa “penelitian tindakan adalah penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan melibatkan kolaborasi dan kerjasama para peneliti dan praktisi”. Arikunto (2012:3) menyimpulkan bahwa “penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Dalam penelitian ini, metode observasi merupakan cara memperoleh data yang lebih dominan menggunakan indera penglihatan (mata) dalam proses pengukuran terhadap suatu objek tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan sosial pada anak. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Observasi dilakukan terhadap kegiatan peneliti dan siswa dalam menerapkan metode bermain kooperatif dengan berbantuan media topeng karakter. Setiap kegiatan yang diobservasikan dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai yaitu anak belum berkembang dengan tanda bintang satu («), anak mulai berkembang dengan tanda bintang dua (««), anak berkembang sesuai harapan dengan tanda bintang tiga («««), anak berkembang sangat baik dengan tanda bintang empat (««««). Setelah data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. Kedua jenis metode analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut. Metode analisis Statistik Deskriptif cara pengolahan data yang dilakukan dengan menerapkan teknik dan rumusrumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), nilai tengah (Me) dan nilai paling tinggi (Mo) untuk menggambarkan keadaan objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum, Agung (2014:110). Dalam penerapan metode analisis statistik deskripif, data yang diperoleh dari hasil penelitian disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung angka ratarata atau mean (M), menghitung modus (Mo), menghitung median (Me), menyajikan ke dalam grafik polygon. Menurut Agung (2014:110) ”metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang di lakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang di teliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Tabel 01. Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Tingkatan Perkembangan Kemampuan Sosial Persentase Kemampuan Sosial 90 −100 80 − 89 65 − 74 55 − 64 0 − 54 Kriteria Kemampuan Sosial Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendah data kemampuan sosial anak e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) yang di tentukan dengan menggunakan pedoman konversi Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Tingkat kemampuan sosial yang diperoleh anak hasilnya dikonversikan dengan cara, membandingkan angka rata-rata persen dengan kriteria penilaian acuan patokan (PAP) skala 5 pada tabel 01. Kriteria keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya peningkatan dalam kemampuan sosial pada anak kelompok B3 TK Kemala Bhayangkari I Denpasar. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi perubahan positif skor rata-rata dari siklus I ke siklus berikutnya dan jika dikonversikan pada pedoman PAP Skala lima tentang tingkat kemampuan sosial berada pada rentang 80-89 dengan kriteria tinggi. Apabila terjadi peningkatan skor rata-rata dari siklus berikutnya dan mampu mencapai kriteria tinggi maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bermain kooperatif berbantuan media topeng karakter berjalan dengan efesien dan efektif. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian kelas ini dilaksakan pada bulan April 2016 di kelompok B3 TK Kemala Bhayangkari I Denpasar Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan jumlah subjek sebanyak 14 anak. Tema yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tanah Airku. Siklus I terdiri dari lima kali pertemuan, dimana empat kali untuk pembelajaran dan satu kali untuk evaluasi diakhir siklus dengan metode observasi. Begitupula dengan siklus II terdiri dari enam kali pertemuan, empat kali untuk pembelajaran dan satu kali untuk evaluasi akhir. Tabel 02. Stasistik Deskriptif pengembangan kemampuan sosial anak siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II Mean Median Modus M% 13,07 13,00 12,00 65,35% 16,07 16,00 17,00 80,35% Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode bermain kooperatif berbantuan media topeng karakter dapat meningkatkan kemampuan sosial anak. hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai kemampuan sosial anak dapat diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di TK Kemala Bhayangkari I Denpasar pada anak kelompok B3 semester II tahun pelajaran 2015/2016 selama dua siklus menunjukkan terjadinya peningkatan sosial setelah penerapan metode bermain kooperatif dengan berbantuan media topeng karakter. Sebelum diberikan tindakan persentase tingkat kemampuan sosial pada anak kelompok B3 di TK Kemala Bhayangkari I Denpasar tergolong rendah. Sedangkan penelitian dikatakan berhasil apabila anak mengalami tingkat kemampuan sosial yang tinggi. Berdasarkan perbaikan serta menciptakan kegiatan pembelajaran yang dipaparkan pada refleksi siklus I, maka siklus II diperoleh adanya peningkatan terhadap anak yang mengalami kemampuan sosial yaitu dari 65,35% pada siklus I meningkat menjadi 80,35 pada siklus II yang tergolong tinggi, yang berada pada tingkat penguasaan 80-89%. Dengan demikian, pada siklus II kemampuan sosial anak dikatakan berhasil meningkat sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Terjadinya peningkatan kemampuan sosial anak dalam penelitian tindakan kelas ini, disebabkan oleh rasa tertarik anak pada kegiatan bermain kooperatif dengan berbantuan media topeng, kemampuan sosial anak semakin meningkat dan kegiatan pembelajaran mencapai hasil yang diinginkan. Menurut Hurlock (dalam Djaali, 2013:49), “kemampuan sosial merupakan kemampuan seseorang dalam bersikap atau tata cara perilakunya dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat”. Pendapat lain dari Wijana (2008:2.13) “kemampuan bersosial adalah satu kemampuan lain yang harus dikuasai anak karena anak akan berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial secara e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) spesifik difokuskan pada kemampuan pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat). Komunikasi merupakan salah satu cara pengembangan sosial pada anak, karena dengan berbicara atau berkomunikasi anak dapat memahami apa maksud lawan bicaranya. Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan kemampuan sosial anak dengan menerapkan metode bermain kooperatif berbantuan media topeng karakter. Metode bermain kooperatif berbantuan media topeng karakter untuk meningkatkan kemampuan sosial merupakan suatu metode bermain dimana anak-anak terlibat langsung dalam permainan tersebut dengan menggunakan media topeng karakter yang dimana anak dapat menunjukkan karakter-karakter terntentu seperti senang, gembira, sedih atau marah sehingga anak diharapkan dapat mengembangkan serta meningkatkan hubungan sosialnya dengan teman-teman atau kelompok bermainnya. Kemampuan sosial merupakan proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari kelompoknya. yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan sosial anak berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Hasil temuan dari dari penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Khoiriyah (2010) Penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan terhadap metode bermain kooperatif pada anak dari bintang 2 menjadi bintang 3 saat penerapan metode bermain kooperatif di RA Nurul Islam Ngadimulyo Sukerejo Pasuruan. Penerapan metode bermain kooperatif dengan berbantuan media topeng karakter dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan sosial anak. berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bermain kooperatif berbantuan media topeng karakter dapat meningkatkan kemampuan sosial terhadap anak kelompok B3 di TK Kemala Bhayangkari I Denpasar Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Terdapat peningkatan kemampuan sosial pada anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari I Denpasar setelah diterapkan metode bermain kooperatif berbantuan media topeng karakter sebesar 15%. Ini terlihat peningkatan rata-rata persentase kemampuan sosial pada siklus I sebesar 65,35% yang berada pada kategori sedang menjadi sebesar 80,35% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Berdasarkan simpulan diatas, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. Kepada anak diharapkan mampu mengembangkan kemampuan sosial dengan menumbuhkan minat belajar agar kemampuan sosial dapat ditingkatkan. Kepada guru TK Kemala Bhayangkari I Denpasar khususnya agar secara terus menerus mampu berinovasi dalam mengelola pembelajaran khususnya dalam memberikan kegiatan bermain berkelompok dengan menyediakan mediamedia yang lebih menarik dan menumbuhkan rasa tantangan dalam diri anak. Kepada Kepala TK, disarankan agar lebih memberikan dorongan atau motivasi terhadap guru-guru untuk menerapkan metode dan media pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan kemampuan sosial anak. Kepada peneliti yang lain yang ingin melakukan lebih lanjut mengenai metode bermain kooperatif berbantuan media topeng karakter dalam lingkupnya yang lebih luas, dengan menggunakan variasi bentuk dan gambar yang menarik, sehingga dapat membuat anak-anak belajar lebih menarik, sehingga dapat anak-anak belajar blebih senang dalam belajar di TK. Disarankan juga kepada peneliti lain untuk mengembangkan media topeng karakter tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan sosial anak, namun dapat meningkatkan kemampuan lain pada anakanak TK. e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Publishing Anggoro, M. Toha, dkk. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Djaali. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Gunarti, Winda, dkk. 2010. Metode Pengembangan Perilakudan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Khasanah, dkk. 2011. Permainan Tradisional sebagai Media Stimulasi Aspek Perkembangan Anak Usia Dini. Volume 1, Nomor 1 (hlm. 91103) Khoiriyah, Dewi. 2010. Peningkatan Kecerdasan Interpersonal melalui Bermain Kooperatif Ikan dan Nelayan pada Anak Kelompok A di RA Nurul Islam Ngadimulyo Sukorejo Pasuruan. (tidak diterbitkan). Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Kusnandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers Kustiawan, U. 1966. Topeng sebagai Bentuk Seni Rupa dalam Kesenian Tradisional Cirebon. (tidak diterbitkan) Montolalu, B.E.F, dkk. 2007. Bermain dan Permainan. Jakarta: Universitas Terbuka. Nugraha, Ali dan Yeni Rachmawati. 2006. Metode Pengembangan Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Universitas Terbuka. Pamadi, Hajar dan Evan Sukardi. 2008. Seni Keterampilan Anak Berbagai. Jakarta: Universitas Terbuka. Poerwadarminta, WJS. 1997. Kamus Umum Bahassa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Prayuanti, Endah. 2014. Peningkatan Kemampuan Kerjasama melalui Metode Bermain pada Kelompok B di TK PKK 54 Pucung PendowoharjoSewon Bantul. (tidak diterbitkan) Raga, Gede. 2013. Media dan Sumber Belajar PAUD. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Rochmawati, Ika. 2013. Mengembangkan Kemampuan Bekerjasama Anak melalui Bermain Kooperatif pada Kelompok B di TK Pertiwi Karanganyar Plupuh SragenTahun Ajaran 2012/2013. (tidak diterbitkan) Rofiah, Siti Wahyuni Mei. 2015. Meningkatkan Kemampuan Sosial dalam Bekerjasama melalui Kegiatan Bermain Peran pada Anak Kelompok A TK Dewi Sartika Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Tahun Pelajaran 2014/2015. (tidak diterbitkan) Sanjaya, Wina. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media Group Sanaky, Hujair AH. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: SafiriaInsania Press Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Suardana, I Wayan. 2008. Struktur Rupa Topeng Bali Klasik. Volume 4, Nomor 1 (hlm. 4) e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Suharsimi, Arikunto. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks Sulistyowati, Sri. 2012. Penggunaan Metode Bermain Kooperatif dalam Upaya Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosi pada Kelompok B di TK Aiyiyah Alastuwo Kebakkramat tahun Ajaran 2012/2013. (tidak diterbitkan) Suratno. 2005. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Suyadi, 2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: Pedagogia. Syaodih, Ernawulandan Agustin, Mubiar. 2010. Bimbingan Konseling untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Wardhani, IGAK. 2009.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Universitas Terbuka Wijana, Widarmi D., dkk. 2009. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Yus, Anita. 2011. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Zaman, Badru, dkk. 2008. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka.