OBJEK PPh Pasal 21

advertisement
Pajak Penghasilan Pasal 21/26
PPh PASAL 21/26
PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN
SEHUBUNGAN DENGAN
- PEKERJAAN ATAU HUBUNGAN KERJA , KEGIATAN ORANG PRIBADI
PENGHASILAN BERUPA :
- GAJI , BONUS, THR, GRATIFIKASI, UPAH, DLL YANG SEJENIS
- HONORARIUM
- PEMBAYARAN LAIN DGN NAMA APAPUN
WP DN
WP LN
PPh PASAL 21
PPh PASAL 26
Pengertian Pajak Penghasilan
21

PPh 21 adalah Pajak atas penghasilan yang
dikenakan atas penghasilan berupa gaji,
upah,
honorarium,
tunjangan
dan
pembayaran lain dengan nama dan bentuk
apapun yang diterima oleh wajib pajak orang
pribadi dalam negeri sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan jasa dan kegiatan
Unsur-unsur PPh Pasal 21/26




Wajib Pajak
Pemotong Pajak
Obyek Pajak
Tarif Pajak
Penerima Penghasilan Yang
Dipotong PPh Pasal 21 dan atau
PPh Pasal 26
a.
b.
c.
pegawai;
penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat
pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk
ahli warisnya;
bukan pegawai yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan, antara lain meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
Tenaga Ahli,
pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang Iklan, sutradara, crew film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis,
dan seniman lainnya
olahragawan;
penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator
pengarang, peneliti, dan penerjemah
Penerima Penghasilan Yang Dipotong
PPh Pasal 21 dan atau PPh Pasal 26
6.
7.
8.
9.
10.
pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik,
komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial;
agen iklan;
pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi
jasa kepada suatu kepanitiaan, dan peserta sidang
atau rapat;
pembawa pesanan atau yang menemukan langganan;
petugas penjaja barang dagangan;
Penerima Penghasilan Yang Dipotong
PPh Pasal 21 dan atau PPh Pasal 26
11.
12.
petugas dinas luar asuransi;
distributor perusahaan multilevel marketing
atau direct selling dan
Penerima Penghasilan Yang Dipotong
PPh Pasal 21 dan atau PPh Pasal 26
peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya
dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi :
D.





peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain
perlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan,
teknologi dan perlombaan lainnya;
peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan
kerja;
peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu;
peserta pendidikan, pelatihan, dan magang;
peserta kegiatan lainnya.
Bukan Wajib Pajak PPh Pasal 21


Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat
atau pejabat lain dari negara asing
Pejabat perwakilan organisasi internasional
sebagaimana dimaksud dalam keputusan
Menteri Keuangan No. 611/KMK.04/1994
sepanjang bukan warga negara Indonesia
dan tidak menjalankan usaha atau
pekerjaan lain
Pemotong Pajak PPh





Pemberi kerja baik orang pribadi, badan, BUT
baik induk maupun cabang
Bendaharawan pemerintah pusat /daerah,
Instansi, Departemen, KBRI, dll
Dana Pensiun, PT. TASPEN, ASTEK, JAMSOSTEK,
THT
BUMN/ BUMD
Yayasan, lembaga, kepanitiaan, asosiasi,
organisasi
Objek PPh 21/26
Penghasilan Teratur
Objek PPh
21/26
Penghasilan
• Gaji
• Premi
• Tunjangan transport, makan
• Dll
Objek PPh 21 /26
Penghasilan Tidak Teratur
• Bonus
• Tunjangan Hari Raya
• Dll
PPh 21 untuk Wajib
Pajak Dalam Negeri
Penerima
Penghasilan
yang dipotong
PPh 21/26
PPh 26 untuk Wajib Pajak
Luar negeri
OBJEK PPh Pasal 21
A.
Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima
pensiun secara teratur.
1.
gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium
2.
premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu,
uang ganti rugi,
3.
tunjangan
tunjangan
tunjangan
pendidikan
isteri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan,
jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transpot,
pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan
anak, bea siswa, premi asuransi yang dibayar
pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama
apapun;
OBJEK PPh Pasal 21
B.
C.
Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima
pensiun atau mantan pegawai secara tidak teratur berupa jasa
produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari
raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan
penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap;
Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan
yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga
kerja lepas, serta uang saku harian atau mingguan yang diterima
peserta pendidikan, pelatihan atau pemagangan yang
merupakan calon pegawai;
OBJEK PPh Pasal 21
D.
Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan
Hari Tua, uang pesangon dan pembayaran lain sejenis
sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja;
OBJEK PPh Pasal 21
E.
Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan
dalam bentuk apapun, komisi, bea siswa, dan pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan
yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, terdiri
dari :
1.
2.
3.
4.
5.
Tenaga Ahli,
pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang Iklan, sutradara, crew film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan
seniman lainnya
olahragawan;
penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator
pengarang, peneliti, dan penerjemah
OBJEK PPh Pasal 21
6.
7.
8.
9.
10.
pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik,
komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial;
agen iklan;
pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi
jasa kepada suatu kepanitiaan, dan peserta sidang
atau rapat;
pembawa pesanan atau yang menemukan langganan;
petugas penjaja barang dagangan;
OBJEK PPh Pasal 21
11.
12.
petugas dinas luar asuransi;
distributor perusahaan multilevel marketing
atau direct selling dan
Natura dan atau kenikmatan lainnya
merupakan objek pajak yang dipotong
PPh 21/26

Natura dan atau kenikmatan lainnya merupakan objek
pajak yang dipotong PPh 21/26 apabila diberikan oleh:
1.
Bukan Wajib Pajak
2.
Wajib Pajak yang dikenakan pajak bersifat final
3.
Wajib pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan
berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed
profit)
BUKAN OBJEK PPh 21
1.
2.
3.
4.
5.
6.
pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa
penerimaan dalam bentuk natura atau kenikmatan
iuran pensiun yang dibayarkan kepada Dana Pensiun, yang
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, dan iuran JHT kepada
JAMSOSTEK yang dibayar oleh Pemberi Kerja
penerimaan dalam bentuk natura atau kenikmatan dengan
nama dan bentuk apapun yang diberikan oleh Pemerintah
kenikmatan berupa pajak yang ditanggung Pemberi Kerja
zakat yang diterima OP yang berhak dari badan atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
PENGURANG YANG DIPERBOLEHKAN
DALAM MENGHITUNG PPh Pasal 21
1.
Biaya jabatan, yaitu biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan sebesar 5% (lima persen)
dari penghasilan bruto dengan catatan:
1.
2.
jumlah maksimum yang diperkenankan Rp. 6.000.000
setahun atau Rp500.000,00 sebulan;
Untuk penerima pensiun teratur maksimum yang
diperkenankan sejumlah Rp2.400.000,00 setahun atau
Rp200.000,00 sebulan.
PENGURANG YANG DIPERBOLEHKAN
DALAM MENGHITUNG PPh Pasal 21
2.
luran yang terkait dengan gaji dengan
syarat:

Dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun
badan penyelenggara Tabungan Hari Tua
Jaminan Hari Tua yang dipersamakan dengan
pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan.
atau
atau
dana
oleh
PENGURANG YANG DIPERBOLEHKAN
DALAM MENGHITUNG PPh Pasal 21
UNTUK LAKI-LAKI
3.
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)

Rp. 15.840.000 untuk diri wajib pajak

Rp. 1.320.000 tambahan untuk status kawin

Rp. 1.320.000 tambahan untuk setiap anggota
keluarga (max 3), dengan syarat:
1.
Sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus,
2.
Anak angkat, dengan syarat ……………………
Tarif Pajak PPh Pasal 21/26
1.
2.
3.
4.
5% untuk penghasilan s/d Rp 50 juta
15% untuk penghasilan di atas 50 juta
s/d Rp 250 juta
25% untuk penghasilan diatas Rp 250
juta s/d Rp. 500 juta
30% penghasilan di atas Rp. 500 juta
KEWAJIBAN PEMOTONG PPh
Pasal 21

Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak (SSP) ke Kantor Pos atau Bank Badan Usaha
Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah, atau bankbank lain yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Anggaran,
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya.

Pemotong Pajak wajib melaporkan penyetoran tersebut
dalam ayat (2) sekalipun nihil dengan menggunakan Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak atau
Kantor Penyuluhan Pajak setempat, selambat-lambatnya pada
tanggal 20 bulan takwim berikutnya.
CARA PERHITUNGAN PPh Pasal 21
UNTUK PEGAWAI TETAP: Apabila mulai
bekerja pada awal tahun









PENGHASILAN BRUTO SATU BULAN:
1.
GAJI
2.
……………….
3.
……………….
PENGURANGAN:
1.
……………….
2.
……………….
PENGHASILAN NETTO 1 BULAN
PENGHASILAN NETTO 1 TAHUN
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
PENGHASILAN KENA PAJAK
TARIF PPH PASAL 17
PPh PASAL 21 1 TAHUN
PPh Pasal 21 bulanan
X 12
X
: 12
CARA PERHITUNGAN PPh Pasal 21
UNTUK PEGAWAI TETAP: Apabila mulai
bekerja pada tengah tahun
Bekerja pada tahun berjalan ( Sep - Des )
Penghasilan bruto /bulan
Rp XXX
Biaya-biaya yg diperkenankan
Rp XXX Penghasilan Neto
Rp XXX x 4
PTKP
Rp XXX PKP
Rp XXX
Menghitung penghasilan neto tidak perlu
disetahunkan
PERHITUNGAN PPh Pasal 21 UNTUK
PENERIMA UPAH HARIAN, MINGGUAN,
SATUAN, BORONGAN DAN UANG SAKU HARIAN
A.
Apabila jumlahnya tidak lebih dari Rp.150.000,00
(seratus sepuluh ribu rupiah) sehari, tidak dipotong
PPh Pasal 21 dengan syarat:
1.
sepanjang jumlah penghasilan bruto tersebut dalam satu
bulan tidak melebihi Rp1.320.000,00 (satu juta seratus ribu
rupiah) dan tidak dibayarkan secara bulanan.
PERHITUNGAN PPh Pasal 21 UNTUK PENERIMA
UPAH HARIAN, MINGGUAN, SATUAN, BORONGAN
DAN UANG SAKU HARIAN
B.
Apabila jumlahnya lebih dari Rp150.000,00 (seratus
sepuluh ribu rupiah) sehari tetapi dalam satu bulan
jumlahnya tidak melebihi Rp1.320.000,00 (satu juta
seratus ribu rupiah),
C.
PPh Pasal 21 yang terutang dalam sehari adalah
menerapkan tarif 5% (lima persen) dari penghasilan
bruto setelah dikurangi Rp150.000,00 (seratus
sepuluh ribu rupiah) tersebut.
PERHITUNGAN PPh Pasal 21 UNTUK PENERIMA
UPAH HARIAN, MINGGUAN, SATUAN, BORONGAN
DAN UANG SAKU HARIAN
D.
Apabila penghasilan dalam satu bulan
jumlahnya melebihi Rp1.320.000,00 (satu juta
seratus ribu rupiah), maka besarnya PTKP
yang dapat dikurangkan untuk satu hari
adalah sesuai dengan jumlah PTKP yang
sebenarnya dari penerima penghasilan yang
bersangkutan dibagi dengan 360.
Penghitungan PPh Pasal 21
ATAS PENGHASILAN BERUPA UPAH HARIAN,
MINGGUAN, SATUAN, BORONGAN, DAN
UANG SAKU HARIAN
Tdk termasuk
Honorarium atau
Komisi yg diterima
Penjaja barang &
Petugas dinas luar
DIBAYAR HARIAN
TIDAK LEBIH DARI
Rp 150.000,-
LEBIH DARI
Rp 150.000,-
DIKURANGI
Rp 150.000,TIDAK DIPOTONG
PPh Ps.21
DIPOTONG PPh
TARIF 5%
PMK NO.254/PMK.03/2008
MULAI TANGGAL 1 JANUARI 2009
12
9
PERHITUNGAN PPh 21 UNTUK 8
PROFESI

Atas penghasilan yang dibayarkan atau terutang
kepada:
1.
tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri
dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris,
penilai, dan aktuaris
2.
dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 berdasarkan perkiraan
penghasilan neto. Perkiraan penghasilan neto sebesar 50%
(lima puluh persen) dari penghasilan bruto.
PENGHITUNGAN PPh 21 UNTUK
BUKAN PEGAWAI TETAP LAINNYA
1. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak,
bintang film, bintang sinetron, bintang Iklan,
sutradara,
crew
film,
foto
model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari,
pemahat, pelukis, dan seniman lainnya
2. olahragawan;
3. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh,
dan moderator
4. pengarang, peneliti, dan penerjemah
PENGHITUNGAN PPh 21 BUKAN PEGAWAI
TETAP
6.
7.
8.
9.
10.
pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer
dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi,
ekonomi dan sosial;
agen iklan;
pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada
suatu kepanitiaan, dan peserta sidang atau rapat;
pembawa pesanan atau yang menemukan langganan;
petugas penjaja barang dagangan;
PENGHITUNGAN PPh 21 BUKAN
PEGAWAI TETAP
11.
12.
petugas dinas luar asuransi;
distributor perusahaan multilevel marketing
atau direct selling dan
Penghasilan bruto x 50% x Tarif Pasal 17
Perhitungan PPh Pasal 21 untuk peserta
kegiatan
peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain
meliputi :





peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga,
seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya;
peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja;
peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu;
peserta pendidikan, pelatihan, dan magang;
peserta kegiatan lainnya.
Penghasilan Bruto x Tarif Pasal 17
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk penerima uang pesangon, uang
tebusan pensiun atau manfaat pensiun yang dibayar oleh Dana
Pensiun yang pendiriaannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan dan THT atau JHT yang dibayarkan sekaligus oleh Badan
penyelenggara pensiun atau Jamsostek berdasarkan tarif final
Pesangon
Penghasilan
≤ Rp. 50.000.000
> Rp. 50.000.000 s/d Rp. 100.000.000
> Rp. 100.000.000 s/d Rp. 500.000.000
> Rp. 500.000.000
Tarif
0%
5%
15%
25%
Uang Manfaat Pensiun, THT, JHT
Penghasilan
≤ Rp. 50.000.000
> Rp. 50.000.000
-
TARIF UNTUK WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI YANG TIDAK PUNYA NPWP
1.
BESARNYA TARIF UNTUK WPOP YANG TIDAK BERNPWP
ADALAH LEBIH TINGGI 20% DARIPADA TARIF NORMAL
BERDASARKAN PASAL 17.
2.
Misalnya bapak A mempunyai Penghasilan Kena Pajak Rp.
75.000.000. Pajak Penghasilan apabila mempunyai NPWP adalah:
5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp. 25.000.000 = Rp. 3.750.000
Jumlah
= Rp. 6.250.000
3.
4.
Apabila Bapak A tidak mempunyai NPWP,
PPh yang harus dipotong adalah:
5% x 120% x Rp. 50.000.000 = Rp. 3.000.000
15% x 120% x Rp. 25.000.000 = Rp. 4.500.000
Rp. 7.500.000
Artinya ada selisih sebesar Rp. 1.250.000 antara
punya NPWP dan tidak punya NPWP.
Pemotongan PPh 21 bagi orang pribadi
yang berstatus subjek pajak luar negeri

Dasar pengenaan PPh pasal 26 dari jumlah penghasilan
bruto

Dikenakan tarif PPh pasal 26 sebesar 20% dengan
memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dalam hal orang
pribadi yang menerima penghasilan adalah subjek pajak
dalam negeri negara yang telah mempunyai P3B dengan
Indonesia
Michael Learns (WNA – Malaysia) datang ke Indonesia
atas kontrak kerja sebagai konsultan keuangan pada
PT ABC selama 60 hari. Atas jasa tersebut, Michael Learns
mendapatkan honorarium sebesar $ 25,000. Kurs Menteri
Keuangan pada saat pemotongan adalah1 US$ = Rp. 10.500.
PPh Pasal 26 terhutang atas penghasilan ini adalah:
Honorarium
Kurs
DPP
PPh pasal 26 Rp. 262.500.000 x 20%
$
25,000
Rp 10,500
Rp 262,500,000
Rp 52,500,000
Penghasilan pegawai tetap yang diterima bulanan
Joko Sutrisno adalah pegawai tetap PT Indah Kiat Industri (PT IKI) sejak tanggal
1 Januari 2009. Setiap bulan menerima gaji Rp. 4.000.000, tunjangan transport Rp
500.000. Joko membayar iuran pensiun sebesar Rp. 100.000 sedangkan iuran
pensiun dibayarkan oleh PT IKI Rp. 150.000. PT IKI mengikutsertakan setiap
karyawannya sebagai peserta JAMSOSTEK dan membayarkan setiap bulan untuk
setiap karyawannya termasuk Joko, asuransi kematian Rp. 100.000 dan asuransi
kecelakaan kerja Rp. 50.000. Joko Sutrisno menikah dan mempunyai satu orang
anak. PPh Pasal 21 yang dipotong setiap bulan atas penghasilan Joko adalah:
Penghasilan bruto
Gaji
Tunjangan transp ort
Asuransi kematian
Asuransi kecelakaan kerja
Rp
Rp
Rp
Rp
4,000,000
500,000
100,000
50,000
Jumlah p enghasilan bruto
Rp
4,650,000
Jumlah p engurang p enghasilan
Rp
332,500
Penghasilan neto satu bulan
Penghasilan neto satu tahun
Rp
4,317,500
Rp 51,810,000
Pengurang p enghasilan
Biay a jabatan
Iuran p ensiun
PTKP
Wajib Pajak
Kawin
Tanggungan 1 orang
Rp
Rp
232,500
100,000
Rp 15,840,000
Rp 1,320,000
Rp 1,320,000
Jumlah PTKP
Rp 18,480,000
PKP
PPh p asal 21 terhutang
PPh p asal 21 terhutang 1 bulan
Rp 33,330,000
Rp
1,666,500
Rp
138,875
Dengan menggunakan kasus Joko di atas, jika PT IKI memberikan bonus
prestasi kepada Joko untuk tahun 2009 sebesar Rp. 20.000.000. PPh Pasal
21 atas bonus tersebut adalah:
Penghas ilan Bruto
Gaji
Tunjangan trans port
As urans i kematian
As urans i kecelakaan kerja
Rp
Rp
Rp
Rp
48,000,000
6,000,000
1,200,000
600,000
Bonus pres tas i
Rp
20,000,000
Jumlah Penghas ilan Bruto
Rp
75,800,000
Jumlah pengurang penghas ilan
Rp
4,990,000
Penghas ilan netto
Rp
70,810,000
Jumlah Penghas ilan Tidak Kena Pajak
Rp
18,480,000
Penghas ilan Kena Pajak
Rp
52,330,000
Rp
Rp
50,000,000
2,330,000
Pengurang penghas ilan
Biaya jabatan
Iuran pens iun
Penghas ilan Tidak Kena Pajak
Wajib Pajak
Kawin
Tanggungan 1
PPh Pas al 21 terutang
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3,790,000
1,200,000
15,840,000
1,320,000
1,320,000
5%
15%
Rp
Rp
2,500,000
349,500
PPh Pas al 21 terutang dengan bonus
PPh Pas al 21 terutang tanpa bonus
Rp
Rp
2,849,500
1,666,500
PPh pas al 21 untuk bonus pres tas i
Rp
1,183,000
Jika upah yang diterima per hari kurang dari Rp. 150.000
Joko Budiono (belum menikah) bekerja sebagai buruh harian
dengan upah per hari Rp. 140.000. Joko bekerja selam 5 hari.
PPh Pasal 21 yang harus dipotong atas penghasilan Joko adalah:
Upah 1 hari
Rp
Batas Upah Tidak Kena Pajak Rp
140,000
150,000
Pengasilan Kena Pajak
Take home pay per hari
140,000
Nihil
Rp
Jika upah yang diterima per hari lebih dari Rp. 150.000, tetapi
jumlah yang diterima dalam satu bulan kurang dari Rp. 1.320.000.
Joko Budiono (belum menikah) bekerja sebagai buruh harian dengan
upah per hari Rp. 200.000. Joko berkerja selama 5 hari. PPh Pasal 21
yang harus dipotong atas penghasilan Joko adalah:
Upah 1 hari
Batas Upah Tidak Kena Pajak
Rp
Rp
200,000
150,000
Pengasilan Kena Pajak
PPh terhutang
Take home pay per hari
Rp
Rp
Rp
50,000
2,500
197,500
Jika upah yang diterima per hari lebih dari Rp. 150.000, dan jumlah yang
diterima dalam satu bulan lebih dari Rp. 1.320.000.
Joko Budiono (belum menikah) berkerja sebagai buruh harian dengan upah
per hari Rp. 300.000. Joko bekerja selam 5 hari. PPh Pasal 21 yang harus
dipotong atas penghasilan Joko adalah:
Upah 1 hari
Batas Upah Tidak Kena Pajak
Rp
Rp
300,000
150,000
Pengasilan Kena Pajak
PPh terutang hari ke-1
Take home pay hari ke-1
Rp
Rp
Rp
150,000
7,500
292,500
PPh pasal 21 yang dipotong sampai dengan hari ke-4 sama dengan
perhitungan PPh pasal 21 hari ke-1 demikian juga untuk take home pay
.
Upah s ampai hari ke-5
PTKP 5 hari
Rp
Rp
1,500,000
220,000
PKP
Rp
1,280,000
PPh terutang
PPh s udah dipotong hari ke-1 s /d hari ke-4
Rp
Rp
64,000
30,000
PPh Pas al 21 hari ke-5
Take home pay hari ke-5
34,000
266,000
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk
karyawan perempuan.

Adinda adalah pegawai tetap PT Indah Kiat Industri (PT IKI)
sejak tanggal 1 Januari 2009. Setiap bulan menerima gaji Rp.
5.000.000, tunjangan transport Rp 500.000. Adinda membayar
iuran pensiun sebesar Rp. 100.000 sedangkan iuran pensiun
dibayarkan oleh PT IKI Rp. 150.000. PT IKI mengikutsertakan
setiap karyawannya sebagai peserta JAMSOSTEK dan
membayarkan setiap bulan untuk setiap karyawannya termasuk
Adinda, asuransi kematian Rp. 100.000 dan asuransi kecelakaan
kerja Rp. 50.000. Adinda menikah dan mempunyai satu orang
anak. PPh Pasal 21 yang dipotong setiap bulan atas penghasilan
Adinda adalah:
Penghasilan Bruto
Gaji
Tunjangan transport
Asuransi kematian
Asuransi kecelakaan kerja
Rp
Rp
Rp
Rp
5,000,000
500,000
100,000
50,000
Jumlah Penghasilan Bruto
Rp
5,650,000
Jumlah pengurang penghasilan
Rp
382,500
Penghasilan netto
Penghasilan netto setahun
Rp
Rp
5,267,500
63,210,000
Penghasilan Tidak Kena Pajak
Wajib Pajak
Rp
15,840,000
Penghasilan Kena Pajak
Rp
47,370,000
5% Rp
47,370,000
Pengurang penghasilan
Biaya jabatan
Iuran pensiun
PPh Pasal 21 terutang
PPh Pasal 21 terutang sebulan
Rp
Rp
282,500
100,000
Rp 2,368,500
Rp 197,375
Penghitungan PPh Pasal 21 atas
penghasilan yang diterima oleh tenaga ahli
yang melakukan pekerjaan bebas.
dr. Joko merupakan dokter spesialis penyakit dalam yang melakukan praktek
di rumah sakit Husada Jaya. Sesuai dengan perjanjian, atas setiap jasa dokter
yang dibayarkan oleh pasien, akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit dan
sisanya menjadi milik dr. yang akan dibayarkan setiap bulan. Jasa setiap bulan
yang dibayarkan kepada dr. Joko adalah:
Januari Rp. 30.000.000
Februari Rp. 30.000.000
Maret Rp. 25.000.000
April
Rp. 40.000.000
Mei
Rp. 30.000.000
Juni
Rp. 25.000.000
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari s/d Juni adalah:
Jasa dokter yang
Bulan
(1)
dibayar pasien
(2)
Januari
Februari
Maret
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
April
Mei
Juni
Jumlah
30,000,000
30,000,000
25,000,000
15,000,000
25,000,000
30,000,000
25,000,000
180,000,000
Dasar
Pemotongan PPh
Pasal 21
(3)
50%x2
Rp 15,000,000
Rp 15,000,000
Rp 12,500,000
Rp 7,500,000
Rp 12,500,000
Rp 15,000,000
Rp 12,500,000
Rp 90,000,000
Dasar
Tarif Pasal PPh Pasal 21
Pemotongan PPh
Pasal 21
17
terutang
kumulatif
(4)
(5)
(6)
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
15,000,000
30,000,000
42,500,000
50,000,000
62,500,000
77,500,000
90,000,000
367,500,000
5%
5%
5%
5%
15%
15%
15%
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
750,000
750,000
625,000
375,000
1,875,000
2,250,000
1,875,000
8,500,000
Download