BAB III. KEADAAN GEOLOGI _________________________________________________________________________ BAB III GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN III. GEOLOGI III.1 Geologi Regional Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah merupakan margin dari epikontinental Asia atau lebih dikenal dengan sebutan Dangkalan Sunda/Paparan Sunda atau “ Sunda Platform “ ( Gambar 3. 2 ). Wilayah diwilayah ini stabil sejak Pra-Tersier. Cekungan cekungan yang berada ini merupakan lahan berbagai endapan dari bahan bersifat anorganik dan organik yang diendapkan secara normal tanpa mengalami gangguan tektonik. Bahan bahan organik yang diendapkan setelah mengalami berbagai proses kimia dan fisika menghasilkan batubara, minyak dan gas bumi. Cekungan cekungan yang mengandung bahan energy ini yaitu Cekungan Tarakan, Cekungan Kutai dan Cekungan Barito. Kondisi stabil selama proses pengendapan yang berlangsung di cekungan cekungan tersebut dapat terlihat pada gambar 3.1, dimana pada gambar tersebut dapat dilihat kesamaan susunan litologi, stratigrafi, beserta masa pengendapannya, batubara diendapkan pada kala Eosen hingga III - 1 LAPORAN STUDI KELAYAKAN PT. DIAN JAYA ARTHA BAB III. KEADAAN GEOLOGI _________________________________________________________________________ Pliosen dengan akumulasi pengendapan paling tebal pada awal Miosen Tengah. Batubara di pulau Kalimantan dipetakan dan dilaporkan oleh ahli ahli geology dari beland seperti : Everwijn, R (1859,1876), Posewitz, T (1982), Hogenraad, GA (1919), Leopoid, W dan LM Der Vlerk (1931), Ubaghs, J.G.H (1936), Leuteneger, W.O (1941), Liechty, P ( 1952), Pada tahun 1974 bilman, H.G dan L.W Kardadiputra memetakan Biostratigrafi zonasi Kutai Kalimantan Timur. Cekungan Kutai Kalimantan Timur adalah satu cekungan berumur Tersier dengan luas kurang lebih 25.600.000.000 Ha ( 10.000 mile persegi ), dengan batas cekungan Utara di punggungan Mangkaliat, sebelah Timur selat Makasar, diselatan pada kerak Petenosfer dan di sebelah Barat berbatasan dengan tinggian Kuching. (Gambar 3.1) Cekungan Kutai terbentuk dari endapan sedimen Tersier yang diendapkan dari arah barat ke timur berupa endapan berupa endapan pada empat periode yaitu pada Eosen akhir, Miosen Awal, Miosen Tengah dan Miosen Akhir. III - 2 LAPORAN STUDI KELAYAKAN PT. DIAN JAYA ARTHA BAB III. KEADAAN GEOLOGI _________________________________________________________________________ III.2. Stratigrafi III.2.1 Batuan Pra-Tersier Urut-urutan batuan yang terbentuk dalam Cekungan Barito, Mahakam, dan Kutai, berlangsung sejak tektonik Zaman Mesozoikum (label 3.1). Kegiatan tersebut diperlihatkan dengan munculnya batuan peridotit, gabro, basal, Serpentinit dan harzburgit dari Komplek Batuan Ultrabasa (Mub) yang berumur Jura (Peta Geologi Bersistem Lembar Banjarmasin, oleh S. Supriatna, dkk., 1994, clan Lembar Sampanahan, oleh R. Heryanto, dkk, 1994, Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi, Bandung). Disusul dengan berlangsungnya kegiatan tektonik lanjutan yang disertai dengan adanya intrusi Batuan Granit, Dlorlt (Kdi) clan Granodlorit (Kgd), yang jugs bersamaan dengan proses genang-laut sehingga membentuk sekelompok pengendapan batuan sedimen. Batuan sedimen tersebut berturut dart tua ke muda adalah Formasi Pitap (Ksp), 011stolit Kintap (Kok), Formasi Batununggal (Klb) dan Formasl Haruyan (Kvh) yang berlangsung pada kisaran umur dan Kala Kapur Awal hingga Kapur Akhir. Formasi Pitap (Ksp), Olistolit Kintap (Kok), Formasi Batununggal (Klb) clan Formasi Haruyan (Kvh) yang berumur Kapur Bawah hingga Kapur Atas, menindih secara tidak selaras batuan serpentinit dan harzburgit dad Komplek Ultrabasa (Mub) yang berumur Jura. 3.2.2. Formasi batuan berumur Terrier Pada Kala Eosen Awal hingga Eosen Akhir, terjadi lagi kegiatan tektonik penyebab timbulnya transgress dan terbentuknya batuan sedimen yang berturut-turut dari tua ke muda terdiri dari Formasi Tanjung (Tet), Formasi Kuaro (Tek) dan Formasi Telakai (Tetk) yang masing-masing berhubungan III - 3 LAPORAN STUDI KELAYAKAN PT. DIAN JAYA ARTHA BAB III. KEADAAN GEOLOGI _________________________________________________________________________ saling menjemari sesamanya. Formasi Tanjung (Tet), Formasi Kuaro (Tek) dan Formasi Telakai (Tetk), terletak secara tidak selaras di atas Formasi Pitap (Ksp), Olistolit Kintap (Kok) dan Formasi Haruyan (Kvh) yang terbentuk pads Kala Kapur Awal hingga Kapur Akhir. Pada kala berikutnya yakni Oligosen Awal hingga Akhir, dalam Cekungan Barito, Mahakam dan Kutai, kegiatan tektonik yang menyebabkan terjadinya transgress, hampir mencapal puncaknya, hingga terbentuk lagi bagian bawah batuan sedimen dari Formasi Toyu (Toty), Formasi Beral (Tomb), Formasi Bebulu (Tmbl) dan Formasi Pamaluan. 3.2.3 Formasi Batuan berumur Miosen Bersamaan dengan terbentuknya Formasi Toyu (Toty), pads kala 011gosen Awal hingga Miosen Tengah Bagian Awal, dalam Cekungan Barito, Makam dan Kutai, terjadi lagi kegiatan tektonik yang menyebabkan terbentuknya proses transgress sampal mencapai puncaknya, hingga pembentukan batuan sedimen dari Formasi Berm (Tomb) dan Formasi Pamaluan (Tomp) semakin terus berianjut, disertai dengan terbentuknya Formasi Bebulu (Tmbl) bagian atas. Formasi Toyu (Toty), Formasi Berai (Tomb), Formasi Pemaluan (Tomp) dan Formasi Bebulu (Tmbl), masingmasing berhubungan saling menjemari dan berada secara selaras di atas Formasi Tanjung (Tet), Formasi Kuaro (Tek) dan Formasi Telakai (Tetk). Pada kala Mlosen Tengah, dalam Cekungan Banto, Mahakam dan Kutai, terbentuk lagi batuan sedimen dari Formasi Waruldn (Tmw) dan Formasi Pulau Balang (Tmpb), yang masing-masing berhubungan saling menjemari, Berta hingga Miosen Akhir,, pembentukan III - 4 LAPORAN STUDI KELAYAKAN PT. DIAN JAYA ARTHA BAB III. KEADAAN GEOLOGI _________________________________________________________________________ Formasi Warukin (Tmw) masih terus berlanjut, bersamaan dengan pembentukan Formasi Balikpapan (Tmbp). Formasi Warukin (Tmw) dan Formasi Pulau Balang (Tmpb) yang berhubungan saling menjemari, keduanya berada secara selaras di bawah Formasi Balikpapan (Tmbp). Formasi Warukin (Tmw), Formasi Pulau Balang (Tmpb) dan Formasi Balikpapan (Tmbp), berada secara selaras di atas Formasi Toyu (Toty), Formasi Berai (Tomb), Pamaluan (romp) dan Formasi Bebulu (Tmbl). Pada kala Pliosen hingga -Plistosen (Kuarter), dalam Cekungan Barito, mahakam clan Kutai, terbentuk batuan sedimen Formasi Kampung Baru (Tpkb), yang kedudukannya berada tidak selaras di atas Formasi Warukin (Tmw), Formasi Pulau Balang (Tmpb) clan Formasi Balikpapan (Tmbp). Pada Kala Holosen (Kuarter), di dalam Cekungan Barito, Mahakam clan Kutai, terbentuk transportasi terbentuknya serta akumulasi enclapan material denudasi berbagal jenis enclapan Kuarter di beberapa hasil batuan, tempat, desintegrasi, menyebabkan yang belum terkonsolidasi. Endapan Kuarter tersebut antara lain adalah Aluvium Sungai (Qa), Aluvium Rawa (QI) clan Aluvium Pantai (Qs), yang berada secara tidak selaras di atas Formasi Kampung Baru (Tpkb) dan formasi formasi batuan lain yang lebih tua. Litologi batuan yang menyusun endapan kuarter, terdirl dari akumulasi endapan lempung, lanau, lumpur, kerikil clan kerakal, yang umumnya mempunyai sifat belum terkonsolidasi, mudah lepas ikatan antar butirannya, bentuk butiran membulat, clan kegiatannya masih terns berlangsung hingga kini. III - 5 LAPORAN STUDI KELAYAKAN PT. DIAN JAYA ARTHA BAB III. KEADAAN GEOLOGI _________________________________________________________________________ Gambar 3.1. Stratigrafi Regional Cekungan Kalimantan (Koesoemadinata dan Pulunggono, 1971) III - 6 LAPORAN STUDI KELAYAKAN PT. DIAN JAYA ARTHA BAB III. KEADAAN GEOLOGI _________________________________________________________________________ III.3. Struktur Geologi Regional Struktur geologi yang berkembang dan mempunyai arti penting dalam keberadaan batubara di daerah kegiatan dan sekitarnya adalah struktur lipatan dan struktur sesar. III.3.1. Struktur Sesar Struktur sesar yang terdapat di daerah ini merupakan sesar normal yang berarah Timur – Barat, sesar ini umumnya pembawa lapisan batubara. Zona besar ini berkembang di sebelah Selatan daerah kegiatan dan kemiringan sedikit curam sampai 25˚. Munculnya antiklin diduga dengan adanya dua sesar normal, sehingga membentuk sebuah ” horst’ ( Lihat gambar 3.2. bawah, gambar pola struktur geologi pulau Kalimantan ) III - 7 LAPORAN STUDI KELAYAKAN PT. DIAN JAYA ARTHA BAB III. KEADAAN GEOLOGI _________________________________________________________________________ Gambar 3.2. Cekungan Tektonik Reginal Kalimantan III.4. Geologi Daerah Penyelidikan Dari hasil kegiatan ekplorasi di wilayah KP PT. Dian Jaya Artha, maka formasi pada daerah telitian yaitu : Formasi Domiring Tersusun dari perselingan konglomerat, batupasir, batulanau, batulempung dan sisipan batugamping dan batubara, berumur Miosen Akhir dan lingkungan pengendapan fluviatil, secara tidak selaras terletak diatas Formasi Latih. III - 8 LAPORAN STUDI KELAYAKAN PT. DIAN JAYA ARTHA BAB III. KEADAAN GEOLOGI _________________________________________________________________________ III.5. Struktur Geologi Daerah Penyelidikan Struktur geologi yang berkembang di wilayah perjanjian berupa pelipatan yang membentuk lereng antiklin serta sesar minor. Indikasi adanya struktur antiklin di wilayah perjanjian di antaranya ditafsirkan kedudukan lapisan batuan pembawa batubara yang mempunyai strike relatif tidak seragam. Indikasi adanya sesar minor 'antara lain ditaksirkankan dari ketidak sinambungan jurus perlapisan batuan, anomali pembelokan sungai, perubahan topografi secara tiba-tiba clan anomali pola kelurusan satuan geomorfologi. Sumbu struktur antiklin terdapat di bagian tengah wilayah penyelidikan membentang hampir barat-tenggara dengan kedua ujung sumbu lipatan sebagian menerus ke luar daerah penyelidikan, sebagain tertutup oleh batuan lain, atau terpotong oleh sesar. Bagian Timur laut relatif lebih curam (mendekati sumbu antiklin) dibandingkan dengan bagian sayap sebelah tenggara. Sayap sebelah baratlaut di daerah penyelidikan terpotong oleh struktur sesar minor, sehingga menyebabkan kedudukan perlapisan batubara menjadi agak bersimpang siur dan tidak beraturan. Arah umum sesar tersebut jugs relatif barat laut-tenggara, hingga menyebabkan blok bagian barat daya menjadi relatif bergeser ke utara bila dibandingkan dengan blok tenggara. Sesar ini kemungkinan tedadi, bersamaan dengan aktivitas tektonik regional pada Kala intra Miosen. III - 9 LAPORAN STUDI KELAYAKAN PT. DIAN JAYA ARTHA BAB III. KEADAAN GEOLOGI _________________________________________________________________________ III.6. Keadaan Endapan III.6.1. Bentuk dan Keadaan Endapan Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan daerah penelitian terdapat 16 ( enambelas ) seam yang potensi, dengan pola kedudukan relatif sama. Tebal lapisan batubara antara 0,4 meter sampai 1,60 meter. Secara umum arah strike menunjukkan pola Timur Laut – Barat Daya. Bentuk endapan di interpretasikan menerus sepanjang jalur seam yang dibuktikan dengan titik-titik singkapan dan pemboran. III.6.2. Hasil Analisa Kualitas Dari 2 Singkapan batubara yang ditemukan, diambil 2 contoh ( sample ) batubara dan dianalisa kualitasnya di Laboratorium 2 contoh ini diambil dalam keadaan segar (fresh sample) untuk mencegah oksidasi dan pengotoran karena lapuk dan memiliki ketebalan > 0,5 meter. Untuk pengambilan contoh dilakukan pada lokasi singkapan batubara dan coring bor. Dari hasil analisa contoh batubara diperoleh nilai kalori batubara 4.523 5.800 Kcal/gr (adb), batubara di daerah penyelidikan dapat dikatagorikan III - 10 LAPORAN STUDI KELAYAKAN PT. DIAN JAYA ARTHA BAB III. KEADAAN GEOLOGI _________________________________________________________________________ dalam Sub Bituminous Coal. Hasil analisa kualitas secara terperinci adalah sebagai berikut : Kadar Air Total (Total Moisture) = 41,9 – 46,7 % (ar) Moisture In The Analysis Sample = 11.6 - 15 % (adb) Kadar Abu (Ash) = 2,6 – 14,9 % (adb) Zat Terbang (Volatile Matter) = 39,1 (adb) Kadar Karbon Padat (Fixed carbon) = 33,2 (adb) Kandungan Belerang (Total Sulfur) = 0,52 – 4,01 % (adb) Nilai Panas (Calorific Value) = 4.523 - 5.800 Kkal/kg (adb) ( Lihat Lampiran Analisa Kualitas Batubara ) III.6.3. Cadangan III.6.3.1. Cara Perhitungan Cadangan Cadangan batubara PT. Dian Jaya Artha dihitung berdasarkan rumus dengan metode Cross Section Profilling, yaitu : L1,2,.. = PxT VB (L1 + L2) S x BJ 2 = Keterangan VB : L1 : T : Bj : P : S : : Tonase batubara ( ton ) Luas section ke- 1 ( m2 ) Tebal batubara rata – rata ( m ) Berat jenis batubara ( 1,3 ) Panjang Batubara dari penampang (m) Jarak antar section yang dihitung (m) III - 11 LAPORAN STUDI KELAYAKAN PT. DIAN JAYA ARTHA BAB III. KEADAAN GEOLOGI _________________________________________________________________________ Sedangkan volume OB dihitung dengan rumus : OB = ( L1 + L2 / 2 ) x j Keterangan : OB L1 L2 J : : : : Overburden ( Bcm ) Luas section pertama ( m2 ) Luas section kedua ( m2 ) Jarak antar section @. 10 m ( m ) 3.6.3.2. Klasifikasi Perhitungan Cadangan dan Jumlah Cadangan Berdasarkan perhitungan volume OB dan cadangan batubara dengan metode cross section profiling diperoleh jumlah cadangan sebesar : Tabel III.1. Cadangan Batubara PT. Dian Jaya Artha GRAND TOTAL OB = COAL = SR MINEABLE SR 15,449,071.52 2,510,963.86 6.15 90% 2,335,196.39 6.62 III - 12 LAPORAN STUDI KELAYAKAN PT. DIAN JAYA ARTHA BCM TON RECOVERY Looses 10 % TON BAB III. KEADAAN GEOLOGI _________________________________________________________________________ III LAPORAN STUDI KELAYAKAN PT. DIAN JAYA ARTHA 41