Tugas Mata Kuliah Analisis Lanskap Terpadu Proses Denudasi dan Deposisi Daerah Madiun Oleh Dosen Pengampu Dr. Ir. Sudarto, MS Disusun Oleh: Devy Ratna Wijayanti 115040200111104 Tio Dwi Tanto 115040200111193 Vindra Dian Permata 115040201111054 Yulita Ningtias 115040201111323 Kelas B MINTA SUMBERDAYA LAHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 DENUDSI DAN DEPOSISI DAERAH MADIUN Denudasi adalah pengikisan lapisan atas permukaan bumi oleh tenaga eksogen sehingga menjadi kurang subur. Lapisan batuan yang lapuk pada lereng – lereng pegunungan selalu dipengaruhi oleh gaya berat. Jika kecepatan pelapukan tidak dapat mengikuti kecepatan runtuhnya lapisan batuan, maka batuan asli akan terkelupas dan terbuka. Hilangnya lapisan atas batuan lapuk juga dipengaruhi oleh deflasi, yaitu tenaga yang berasal dari air es dan angin. Proses yang mendorong terjadinya degradasi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : 1. Pelapukan, produk dari regolith dan saprolite (bahan rombakan dari tanah) 2. Transport, yaitu proses perpindahan bahan rombakan terlarut dan tidak terlarut karena erosi dan gerakan tanah Sedimentasi merupakan proses tenaga eksogen yang merupakan proses kelanjutan dari pengikisan atau pelapukan. Setelah lapisan batuan dikikis oleh tenaga eksogen (air, gletsyer, angin) hasil pengikisan akan mengalami transportasi atau pengangkutan oleh air, gletsyer, angina, dan apabila daya angkut tenaga berkurang material yang dibawanya akan terendap (tersedimentasi). Sedimentasi batuan merupakan hasil dari pelapukan, erosi dan denudasi dengan hasil biasanya berlapis-lapis. Apabila hasil pelapukan pada sedimentasi tersebut terdiri dari batuan yang berupa hancuran kasar maka batuan tersebut disebut konglomerat, sedangkan apabila batuan tersebut bersudut tajam, maka disebut breccie. Struktur dan tektonika Madiun Lembar Madiun mencakup tiga mandala geologi, yaitu: pegunungan selatan jawa timur di selatan, lajur kendeng di utara, dan lajur gunungapai diantara keduanya. Struktur geologi berkembang lebih menonjol di pegunungan selatan dan di lajur Gunungapi Kuarter. Di pegunungan selatan terjadi dua fasa pengendapan, yaitu pada akhir ologosen-awal meiosen terbentuk Formasi mandalioka, dan pada akhir meiosen awal sampai Meiosen tengah terbentuk Formasi Jaten, formasi wuni dan formasi wonosari. Kedua fasa pengendapan itu dioisahkan oleh bidaang ketakselarasa, yang menunjukkan adanya kegiatan tektonika yang pertama. Kegiatan terktonika berikutnya diduga terjadi pda akhir Meiosen tengah yang mengakibatkan ketiga formasi tersebut terlipat, tersesarkan dan terkekarkan. Bidang lipatannya secara umum berarah barat-tenggara. Sejumlah kelurusan, baik berupa sesar maupun kekar, umumnya berarah timurlaut-baratdaya, dan sebagian kecil baratlaut-tenggara danutara-selatan. Bersamaan dengan kegiatan tektonika ini, terjadi pula kegiatan magmatik dengan munculnya retas andesit, dasit dan mikrodiorit. Di lembar ini kegiatan tektonika di lajur kendeng terjadi pada awal pleistosen akhir. Kegiatan itu ditandau dengan terlipatnya Formasi Notopuro, walau sangat lemah. Dengan lipatan timur-barat, dan miring ke selatan. Pola kelurusan dibatuan gunungapi kuarter G. Wilis, umumnya berarah timurlautberatdaya dan baratlaut-tenggara, dan sedikit yang berarah utara-selatan. Pola ini sama dengan pola kelurusan di pegunungan selatan. Sebagian kelurusan itu berkembang menjadi sesar dan kekar. Sesar utama di daerah ini ialah sesar K. Kuncir dan sesar K. Klepon. Kedua sesaar itu merupakan sesar turun, yang membentuk terban diantaranya. Terbentuknya struktur di batuan gunung api kuarter itu diduga disebaban oleh penggiatan kembali yang mengalasi batuan gunungapi, perkiraan ini didasarkan kepada pola struktur di batuan gunungapi yangsama dengan pola struktur batuan ologosen-meiosen di pegunungan selatan. Penggiatan kembali itu dduga berlangsung pada plistosen akhir, bersamaan dengan perlipatan Formasi Notopuro.